kebijakan pariwisata kabupaten raja ampat

37
57 Bab Empat Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat “Kabupaten Raja Ampat letaknya terpencil di Papua Barat. Kawasan ini menyimpan sejuta keindahan bawah laut. Wisata bahari Raja Ampat dikenal sebagai salah satu dari 10 wisata menyelam terbaik di dunia. Pesona dan kekayaan alam bawah laut, menjadi andalan Kabupaten Raja Ampat menembus persaingan dunia pariwisata di Indonesia dan dunia. Kawasan ini dikenal sebagai pusat sumber daya alam tropis terkaya di dunia. Kawasan Raja Ampat kini menjadi salah satu daerah tujuan turis mancanegara yang meminati wisata bahari. Perairan yang jernih, terumbu karang yang menjadi tempat ikan berpijah, dan ikan hias yang indah menjadi daya tarik utama kawasan tersebut “ 1 Pengantar Pengembangan industri pariwisata di suatu wilayah tidak bisa berjalan tanpa adanya campur tangan pemerintah sebagai regulator, dan pihak swasta sebagai investor (Milner & Alteljevic, 2000; Murphy 1985, dalam Wowor,2011:57). 2 Peran serta kedua pihak tersebut diperlukan dalam rangka menciptakan suatu kondisi yang ideal untuk mensukseskan tujuan pembangunan pariwisata. Salah satu landasan pembangunan pariwisata yang diamanatkan oleh konstitusi negara 3 adalah pengembangan pariwisata harus berbasis pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan (pesona) alam lokal 1 Wisata bawah laut di Perairan Raja Ampat (sumber :http//www.kpd- papuabaratprov.go.id. Dikunjungi pada 29 Juni 2012. 2 Wowor, Alexander Johannes, 2011. “Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal;Salatiga : Disertasi Doktor Program Pascasarjana Studi Pembangunan UKSW. 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata adalah pertama, mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas pariwisatanasional; kedua, berbasisi pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan (pesona) alam lokal dengan memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat; ketiga, mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama pasar luar negeri (Depbudpar, 2000, dalam Anom, I Putu, 2010:2)

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

57

Bab Empat

Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

“Kabupaten Raja Ampat letaknya terpencil di Papua Barat.

Kawasan ini menyimpan sejuta keindahan bawah laut. Wisata

bahari Raja Ampat dikenal sebagai salah satu dari 10 wisata

menyelam terbaik di dunia. Pesona dan kekayaan alam bawah

laut, menjadi andalan Kabupaten Raja Ampat menembus

persaingan dunia pariwisata di Indonesia dan dunia. Kawasan

ini dikenal sebagai pusat sumber daya alam tropis terkaya di

dunia. Kawasan Raja Ampat kini menjadi salah satu daerah

tujuan turis mancanegara yang meminati wisata bahari. Perairan

yang jernih, terumbu karang yang menjadi tempat ikan berpijah,

dan ikan hias yang indah menjadi daya tarik utama kawasan

tersebut “1

Pengantar

Pengembangan industri pariwisata di suatu wilayah tidak

bisa berjalan tanpa adanya campur tangan pemerintah sebagai

regulator, dan pihak swasta sebagai investor (Milner & Alteljevic,

2000; Murphy 1985, dalam Wowor,2011:57).2 Peran serta kedua

pihak tersebut diperlukan dalam rangka menciptakan suatu kondisi

yang ideal untuk mensukseskan tujuan pembangunan pariwisata.

Salah satu landasan pembangunan pariwisata yang diamanatkan oleh

konstitusi negara3 adalah pengembangan pariwisata harus berbasis

pada pemberdayaan masyarakat, kesenian, dan (pesona) alam lokal

1 Wisata bawah laut di Perairan Raja Ampat (sumber :http//www.kpd-

papuabaratprov.go.id. Dikunjungi pada 29 Juni 2012. 2 Wowor, Alexander Johannes, 2011. “Pariwisata Bagi Masyarakat Lokal”

;Salatiga : Disertasi Doktor Program Pascasarjana Studi Pembangunan UKSW. 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2000 tentang program

pembangunan nasional mengamanatkan bahwa tujuan pembangunan

pariwisata adalah pertama, mengembangkan dan memperluas diversifikasi

produk dan kualitas pariwisatanasional; kedua, berbasisi pada pemberdayaan

masyarakat, kesenian, dan (pesona) alam lokal dengan memperhatikan

kelestarian seni dan budaya tradisional serta kelestarian lingkungan hidup

setempat; ketiga, mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama

pasar luar negeri (Depbudpar, 2000, dalam Anom, I Putu, 2010:2)

Page 2: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

58

dengan memperhatikan kelestarian seni dan budaya tradisional serta

kelestarian lingkungan hidup setempat (Anom,2010:2).4

Berdasarkan hal tersebut, sudah selayaknya pengembangan

pariwisata di aras apapun – baik pada level negara, provinsi dan

kabupaten / kota – seyogyanya memanfaatkan semua potensi daerah

beserta sumberdaya lainnya untuk mendukung terciptanya tujuan

pembangunan tersebut. Untuk mencapai tataran ideal yang

dimaksud, diperlukan suatu kebijakan pemerintah (sebagai

regulator) untuk merancang dan merumuskan tujuan pembangunan

daerah dalam rangka mensinkronkan semua program kerja dari

seluruh perangkat kerja yang terlibat di dalamnya.

Sebagai salah satu kabupaten otonom yang baru di provinsi

Papua Barat5, kabupaten Raja Ampat diberikan kewenangan oleh

negara yang telah ditetapkan oleh Undang-undang6 untuk

menyelenggarakan roda pembangunan daerah dalam rangka

mensejahterakan masyarakatnya. Kondisi daerah yang hampir 80

persen dikelilingi oleh perairan, membuat potensi kelautan (bahari)

menjadi sektor unggulan yang (sudah) semestinya dimanfaatkan dan

dikelola sebagai sumber modal pembiayaan pembangunan daerah.

Dengan demikian apa yang dicita-citakan dalam visi dan misi

Kabupaten Raja Ampat, yaitu “Mewujudkan kabupaten Raja Ampat

sebagai kabupaten bahari“7 dapat terealisasi. Untuk mewujudkan

Raja Ampat sebagai kabupaten bahari, maka prioritas utama yang

diprogramkan adalah kegiatan yang berhubungan dengan kelautan

dan perikanan. Hal ini wajar mengingat kondisi daerah dan peran

4 Anom, I Putu, 2010. “Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan”; Denpasar :

Penerbit : Udayana University Press. 5 Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten baru yang terletak

paling barat di Provinsi Papua Barat. Kabupaten ini ditetapkan sebagai

kabupaten otonom, pada tanggal 3 Mei 2002 oleh Pemerintah Republik

Indonesia berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2002. sebagai

kabupaten kepulauan, Kabupaten Raja Ampat dibentuk atau terdiri atas 4 pulau

besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool. Dari sisi administrasi

pemerintahan, secara definitive Kabupaten Raja Ampat resmi menjadi daerah

Otonom pada tanggal 12 April 2003, dengan pusat pemerintahan berada di

pulau Waigeo, yaitu di kota Waisai. 6 Pemerintah Kabupaten Raja Ampat diberikan kewenangan untuk menjalankan

roda pemerintahan dalam rangka menjalankan proses pembangunan

berdasarkan undang-undang nomor 21 tahun 2001 tentang pemeberlakuan

otonomi khusus di Tanah Papua. 7 Raja Ampat dalam angka 2011, “ Profil kabupaten Raja Ampat”

Page 3: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

59

sektor ini dalam kontribusinya terhadap penerimaan pendapatan

daerah sangat besar dan menjadi “lahan atau lumbung” Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Dalam perkembangannya, kontribusi sektor

perikanan dan kelautan tidak bisa (hanya) dijadikan sebagai salah

satu sektor utama dalam pembiayaan pembangunan.

Dibutuhkan kontribusi sektor lain yang memiliki potensi

sumberdaya alam dalam menopang dan menunjang pembangunan di

Raja Ampat. Mengingat pentingnya hal tersebut, maka kebijakan

bupati Markus Wanma8, menetapkan pariwisata sebagai salah satu

sektor unggulan bersama-sama dengan bidang kelautan, sebagai

leading sektor pembangunan di kabupaten ini.

Perkembangan pariwisata di Raja Ampat, sebelumnya tidak

terlalu dikenal seperti saat ini. Hal itu disebabkan, karena pariwisata

masih dianggap sebagai sektor pendukung dalam penerimaan kas

daerah (PAD). Situasi itu, kemudian berubah sejalan dengan

kemajuan pengembangan pariwisata di daerah-daerah lain di

Indonesia. Sebagai contoh perkembangan pariwisata di Provinsi

Sulawesi Utara. Perkembangan Pariwisata Sulawesai Utara mulai

terlihat ketika daerah ini membuka diri lewat penyelenggaraan

event-event internasional yang di prakarsai oleh pemerintah daerah

bekerja sama dengan pemerintah pusat. Misalnya,

menyelenggarakan program Word Ocean Conference di Manado,

Sail Bunaken dan beberapa event internasional lainnya.

Keberhasilan pengembangan pariwisata Sulawesi Utara,

dalam mempromosikan pariwisata melalui penyelenggaraan event

(nasional dan internasional), kemudian menjadi suatu model

pendekatan yang diterapkan dalam mengembangkan dan

menggiatkan (promosi) pariwisata di Raja Ampat. Hal itu terlihat,

dari kebijakan Bupati Wanma dalam memprioritaskan pariwisata

sebagai sektor unggulan - bersama-sama dengan bidang perikanan

dan kelautan. Kebijakan-kebijakan bupati, diimplementasikan di era

8 Bupati Kabupaten Raja Ampat saat ini adalah Bapak Drs. Marcus Wanma,

M.Si. Beliau, merupakan bupati pertama kabupaten Raja Ampat. Ketika

kabupaten ini dibentuk pada tahun 2003, beliau pula yang diangkat oleh

Gubernur Papua Barat saat itu (Brigjen Pun TNI Abraham Atururi) sebagai

pelaksana tugas bupati. Saat ini Bupati Wanma dan Wakil Bupati, Drs. Indah

Arfan, M.Si, telah dipilih kembali menjadi bupati untuk ke dua kalinya, untuk

period 2010-2014

Page 4: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

60

periode ke dua kepemimpinannya. Beberapa contoh bisa dilihat dari

berbagai event atau festival, misalnya festival budaya Raja Ampat,

lomba foto bawa laut dan berbagai event lainnya. Kegiatan-kegiatan

tersebut, diselenggarakan dalam rangka mempromosikan

(memperkenalkan) potensi pariwisata Raja Ampat, kepada para

wisatawan dan para investor untuk datang ke kabupaten bahari ini.

Perkembangan pariwisata di Raja Ampat sampai saat ini,

bisa berjalan dan berkembang bukan (hanya) dipengaruhi oleh

kebijakan pemerintah daerah semata, akan tetapi ada faktor sejarah

yang panjang yang ikut serta dalam mempengaruhi perkembangan

dan kemajuan pembangunan kabupaten Raja Ampat. Faktor yang

peneliti maksudkan disini adalah kebijakan penerapan dan

pemberlakuan Otonomi daerah (otonomi khusus).

Sejarah Perkembangan Pariwisata Raja Ampat

Sejarah perkembangan pariwisata di Raja Ampat, sampai

saat mengalami perkembangan yang pesat, dikarenakan berbagai

faktor yang mempengaruhinya. Faktor potensi alam dan kondisi

geografis yang menunjang kabupaten ini, sebagai salah satu daerah

tujuan wisata, sudah tidak bisa dipungkiri, menjadi faktor utamanya.

Akan tetapi, keberhasilan itu, bisa terjadi, tidak terlepas dari

berbagai dukungan dan peran serta pihak-pihak lain, seperti pihak

swasta – dalam hal ini kehadiran Mr. Max Ammer – dan kehadiran

organisasi LSM lingkungan yang dengan giat melakukan penelitian

dan kegiatan konservasi lingkungan di Raja Ampat. Perkembangan

itu, kemudian menjadi penting ketika, pemberlakuan Undang-

Undang Otonomi Khusus (Otsus) diberlakukan di Raja Ampat pada

tahun 2003, sejalan dengan ditetapkan sebagai kabupaten definitif.

Oleh sebab itu dalam sub bab ini, peneliti akan membahas,

bagaimana sejarah panjang perkembangan pariwisata di Raja

Ampat. Pada bagian pertama, akan dibahas bagaimana

perkembangan pariwisata Raja Ampat, sebelum adanya Otsus ; dan

pada bagian kedua, akan dibahas, bagaimana perkembangan

pariwisata Raja Ampat, setelah adanya pemberlakuan Otsus.

Page 5: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

61

Pengembangan Pariwisata Raja Ampat, Sebelum

implementasi Otonomi Khusus (Otsus)

Kehadiran Max Ammer9. Perkembangan pariwisata Raja

Ampat dimulai dikenal publik sejak Tahun 1996. Namun, sejatinya

kehadiran Max Ammer, dimulai pada tahun 1993. Motif awalnya

kunjungannya ke Raja Ampat, pada saat itu, untuk melihat bangkai

pesawat dan kapal karam peninggalan perang dunia ke II.10

Penelusurannya ini sangat berkesan, sehingga pada tahun 1998, Max

Ammer mengajak (mendatangkan) Gerry Allen (salah seorang ahli

perikanan atau Ichthyologist dari Australia) untuk mendata

keanekaragaman dan potensi kelautan Raja Ampat. Betapa

terkejutnya Gerry Allen melihat sumber daya bawah laut yang

begitu beragam dalam jumlah yang sangat besar. Maka melalui

Gerry Allen, kemudian mengontak Conservation International (CI)

untuk mengadakan survei kekayaan bawah laut di perairan Raja

Ampat pada tahun 2001 dan 2002. Hasil survei ini membuktikan

bahwa perairan Raja Ampat merupakan kawasan terumbu karang

dengan kekayaan biota laut terbesar di dunia. Kawasan ini memiliki

setidaknya 1.300 spesies ikan, 600 jenis terumbu karang, serta 700

jenis kerang, belum lagi berbagai jenis kura-kura, ganggang, dan

ubur-ubur11

.

Lewat berbagai promosi yang dilakukan oleh Mr. Ammer

dan Mr. Gerry Allen, keunikan potensi keanekaragaman bawa laut -

terumbu karang, berbagai jenis species ikan dan sebagainya -,

berhasil didata dan dipublikasikan ke dunia internasional. Ini yang

kemudian, membuat Raja Ampat menjadi terkenal dan oleh para

9 Max Ammer merupakan warga negara Belanda, yang sosoknya tidak hanya

dikenal sebagai penyelam, dan fotografer ulung, namun ia juga dikenal oleh

beberapa anggota masyarakat di Raja Ampat sebagai “Koreri” : Pernyataan

atau istilah Koreri, peneliti peroleh dari hasil wawancara dengan Bapak

Mambraku (usia 47 tahun). Bapak Mambraku, saat itu menjabat, kepala Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Raja Ampat. Salah satu fahan

(aliran) yang diajarkan oleh Max Ammer adalah Selain ajaran agama Adven,

tetapi juga, tetapi juga dalam proses pembagunan rumah sebagai tempat

tinggal, dibuat tanpa menggunakan bahan-bahan atau alat-alat dari toko. 10

Wisata bawah laut di perairan Raja Ampat (sumber :http//www.kpd-

papuabaratprov.go.id. Dikunjungi pada 29 Juni 2012. 11

Wisata bawah laut di perairan Raja Ampat (sumber :http//www.kpd-

papuabaratprov.go.id. Dikunjungi pada 29 Juni 2012.

Page 6: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

62

penyelam-penyelam internasional, mulai menjadikan kepulauan

Raja Ampat sebagai lokasi penyelaman favorit mereka, dan berbagai

organisasi pecinta alam dan konservasi lingkungan internasional

memilih Raja Ampat sebagai pusat riset mereka.

Kehadiran LSM Internasional. Selain peran, Mr. Max

Ammer dan Mr. Gerry Allen dalam mempromosikan Raja Ampat ke

dunia internasional, ada peran sentral lainnya, yaitu organisasi

(LSM) pecinta alam, yang secara berkala melakukan aktivitas

kegiatan lingkungan di Raja Ampat. LSM-LSM internasional ini

kemudian secara tidak langsung membuat Raja Ampat dikenal

sebelum Raja Ampat ditetapkan sebagai suatu kabupaten otonom di

provinsi Papua Barat.

Awal berkembangnya Raja Ampat menjadi sangat

mendunia, diawali ketika pada tahun 2002, beberapa lembaga-

lembaga perlindungan lingkungan hidup melakukan penelitiannya,

dan menemukan potensi keindahan dan keanekaragaman hayati

diidentifikasi tertinggi di dunia12

. Berbekal penelitian tersebut,

kemudian menjadi pintu masuk bagi berbagai lembaga-lembaga

LSM lingkungan untuk melakukan penelitian di Raja Ampat.

Dengan demikian, berbicara perkembangan Raja Ampat, tidak bisa

dipisahkan dari peran lembaga-lembaga konservasi alam

internasional. Sebut saja organisasi pecinta alam seperti CII, TNC

dan beberapa organisasi lainnya. Organisasi (LSM) internasional ini

hadir di Raja Ampat, diawali dengan mendapatkan informasi-

informasi (publikasi) yang dilakukan oleh Max Ammer dan Gerry

Allen. Kemudian lewat berbagai macam program konservasi yang

dilakukan oleh LSM ini, semakin banyak pemerhati lingkungan

datang ke kepulauan Raja Ampat untuk melakukan penelitian-

penelitian keanekaragaman biota lautnya.

12

Pada tahun 2002, The Nature Conservancy (TNC) dan para mitra lainnya

mengadakan suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data dan informasi

tentang ekosistem laut, daerah bakau dan hutan Kepulauan Raja Ampat. Survei

ini menunjukkan bahwa terdapat sejumlah 537 jenis karang, yang sungguh

menakjubkan karena mewakili sekitar 75% jenis karang yang ada di dunia.

Ditemukan pula 828 jenis ikan dan diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan

di daerah ini 1.074. Di darat, penelitian ini menemukan berbagai tumbuhan

hutan, tumbuhan endemik dan jarang, tumbuhan di batuan kapur serta pantai

peneluran ribuan penyu. (Laporan TNC, Raja Ampat, 2008)

Page 7: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

63

Pengembangan Pariwisata Raja Ampat sesudah

implementasi Otonomi khusus (Otsus)

Pemberlakuan Otonomi khusus di Kabupaten Raja Ampat,

diwali ketika kabupaten ini secara resmi ditetapkan sebagai

kabupaten otonom baru. Pengembangan pariwisata dalam konteks

pemberlakuan Otsus, memang tidak secara khusus di singgung

dalam isi Undang-undang Otsus. Itu disebabkan, mengingat

implementasi Otsus lebih menitik beratkan pada tiga pilar

pembangunan yaitu, bidang pendidikan, kesehatan dan peningkatan

sarana dan prasarana publik lainnya. Dalam bagian ini, pembahasan

akan lebih difokuskan pada beberapa hal. Antara lain, pertama,

dampak dari kebijakan otsus dalam pengembangan pariwisata Raja

Ampat; Masih dalam bagian yang sama, juga akan disinggung,

kedua, implikasi dari beberapa dampak politik yang terjadi di

beberapa daerah tujuan wisata (kasus Bali), ketiga, pengaruh

perubahan trend pasar wisatawan. Ini akan disinggung dalam topik

pembahasan kekuatan dibalik pengembangan pariwisata di Raja

Ampat.

Otonomi khusus (Otsus)13

dalam kerangka Pengembangan

Pariwisata di Raja Ampat

Proses demokrasi yang terjadi di era akhir tahun 90 an14

, dari

era sentralistik ke desentralistik, secara tidak langsung berpengaruh

13

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus (Otsus),

adalah Prodak hukum (undang-undang), yang diberikan oleh pemerintah

pusat kepada provinsi Papua untuk menyelenggarakan proses pembangunan

dengan memanfaatkan segala hasil kekayaan sumberdaya alam untuk

kemajuan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Papua. secara fokus

lebih kepada memberikan ruang dan waktu kepada masyarakat Papua untuk

menjadi tuan di negerinya sendiri. 14

Peristiwa dimana jatunya rezim orde baru dibawah pemerintahan presiden

Soeharto, menjadi awal proses demokrasi di Indonesia. Proses itu dimulai

dengan di rubahnya pendekatan pembangunan dari sentralistik (top down)

oleh pemerintahan saat itu, (presiden BJ Habibi, Gus Dur dan Megawati),

menjadi pendekatan pembangunan yang desentralisasi (bottom up) lewat

pemberlakuan undang-undang otonomi daerah (UU Nomor 32 tahun 1999),

dengan memberikan kewenagan terhadap setiap daerah untuk menjalankan

program pemerintahannya sendiri, kecuali hal-hal tertentu yang menjadi

kewenangan pusat (negara) seperti, hubungan politik luar negeri, kewenangan

Page 8: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

64

terhadap proses pembangunan di Indonesia. Salah satu implikasinya,

yaitu lahirlah Undang-undang Otonomi Daerah (Otda). Implikasi

pemberlakuan Otonomi daerah di Indonesia adalah dengan

maraknya proses pemekaran kabupaten-kabupaten induk menjadi

beberapa daerah otonom baru. Raja Ampat sebagai salah satu daerah

otonom di era Otonomi Khusus (Otsus), harus dengan serius

mempersiapkan daerah beserta masyarakatnya, untuk menjalankan

amanah (kewajiban) yang diberikan negara. Konsekuensi dari

pemberlakuan otonomi khusus adalah daerah diberikan kewenangan

untuk mengatur dan mengurus daerahnya. Pemberian kewenangan

daerah - oleh pemerintah pusat -, untuk menjalankan organisasi

pemerintahan secara tidak langsung akan berdampak - positif dan

negatif - terhadap proses pembangunan daerah itu sendiri. Oleh

sebab itu, dalam bagian ini, peneliti tidak secara umum membahas

kebijakan otsus, akan tetapi (lebih) difokuskan dalam konteks akibat

pemekaran daerah dan dampak kekuasaan (kewenangan) yang

diberikan dalam koridor pengembangan pariwisata di Raja Ampat.

Dampak positif pemberlakuan Otsus dalam kaitannya dengan

pengembangan sektor pariwisata di Raja Ampat. Secara umum, ada

beberapa perubahan positif yang ditimbulkan akibat dari

pemberlakuan Otsus, teristimewa menyangkut keberadaan Raja

Ampat sebagai suatu daerah otonom baru. Pemekaran daerah yang

secara positif berperan sebagai “pintu masuk” dalam keberhasilan

pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Sebelum Raja Ampat

berkembang menjadi salah satu daerah tujuan pariwisata di kawasan

timur Indonesia, siapakah yang mengenal daerah ini? Awalnya,

kepulauan ini tidak terlalu dikenal banyak orang. Hal itu disebabkan

karena sebelum menjadi kabupaten definitif, sebagian besar pulau-

pulau Raja Ampat berada di wilayah administrasi pemerintahan

kabupaten Sorong. Dalam perkembangannya ketika masih berada di

kabupaten induk (Sorong), potensi pariwisata tidak terlalu mendapat

tempat dalam pengelolaannya. Hal ini yang menyebabkan Raja

Ampat pada saat itu tidak terlalu dikenal publik, sehingga

konsekuensi lanjutan yang diterima oleh masyarakatnya berada

dalam keterasingan di pulau-pulau yang indah tanpa dijangkau oleh

aktivitas (akses) pembangunan.

peradilan, pertahanan keamanan, kewengana moneter dan fiskal dan agama.

(UU No 32 Tahun 1999).

Page 9: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

65

Fakta hadirnya otonomi daerah sebagai pintu aksesnya

pemekaran daerah, menjadi berkat tersendiri bagi masyarakat di

ujung barat provinsi Papua Barat ini. Alhasil, lewat proses

pemekaran kabupaten, maka segala macam akses pembangunan

mulai dirasakan oleh masyarakat setempat. Misalnya, masyarakat

dapat dengan mudah mengelola dan memanfaatkan potensi

daerahnya untuk dikembangkan sebagai sumber pendapatan bagi

pemenuhan kebutuhan hidup (livelihood) mereka. Dengan kata lain,

lewat pengembangan kampung (desa) wisata dan beberapa kebijakan

pemerintah daerah, masyarakat penggiat sektor pariwisata dapat

mewakili daerah (kampungnya) untuk mempromosikan – lewat

kegiatan pameran dan studi banding – pariwisata di luar Raja

Ampat. Ataupun sebaliknya, kampung-kampung yang (dulunya)

terpencil yang dibingkai keindahan panorama alam ini, sekarang

menjadi tujuan utama wisatawan yang ingin menikmati keindahan

alam tersebut. Sesuatu hal yang mungkin tidak pernah mereka

rasakan dan bayangkan sebelumnya, ketika itu kampung-kampung

mereka (masih) berada di wilayah kabupaten induk. Hal-hal ini

(dampak otsus) yang kemudian menurut peneliti menjadi salah satu

faktor kunci dibalik, kesuksesan Raja Ampat bisa mentas (keluar)

dan berhasil sebagai salah satu daerah pemekaran yang mengalami

perkembangan pembangunan di wilayah provinsi ke 33 di NKRI ini

(Sayori, 2009 dan Darmawan)15

.

Namun demikian, ada juga konsekuensi negatif yang

kemudian muncul sebagai dampak dari pemberlakuan Otsus adalah

pejabat daerah salah menginterpretasikan kewenangan, dengan

melakukan segala sesuatu dalam rangka kebijakan daerahnya tanpa

melakukan koordinasi dengan pihak lain. Contoh dampak negatif

dari pemberlakuan otonomi khusus terhadap pengembangan

pariwisata di kabupaten Raja Ampat antara lain, pemerintah

kabupaten kurang melakukan koordinasi dengan pemerintah di aras

lebih tinggi (provinsi dan pusat). Dalam menetapkan kebijakan

pariwisata secara regional, pemerintah daerah tidak berkoordinasi

dengan pemerintah provinsi ataupun pemerintah pusat. Ada

kecenderungan pemerintah daerah kabupaten beranggapan bahwa

15

Darmawan, Iksan, 2010, “Perkembangan Raja Ampat Pasca Pemekaran

Daerah dan Penerapan Otonomi Khusus”, Disampaikan dalam Seminar

Internasional ke XI: Dinamika Politik Lokal di Indonesia : tanggal 21-23 juli

2010, Yayasan Percik, Salatiga 2010; Hal : 24

Page 10: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

66

produk dan keunggulan obyek wisata ada di wilayah mereka

sehingga tidak perlu berkoordinasi dengan kami (dinas kebudayaan

dan pariwisata) di Provinsi.16

Dampak lain yang kemudian dihadapi dari pemberlakuan

otonomi khusus antara lain, ada ego kedaerahan / kesukuan –

hubungan yang kurang harmonis antara masyarakat asli Papua dan

luar Papua17

, atau masyarakat asli Raja Ampat vs masyarakat Papua

lainnya –, ataupun ego sektoral - ego antara dinas di pemerintahan -

dan persoalan hak ulayat tanah adat. Persoalan hak ulayat tanah

menjadi momok yang dapat menghalangi pengembangan pariwisata

di Raja Ampat. Sebagai contoh persoalan pengelolaan hak ulayat

tanah adat di lokasi obyek wisata, antara pelaku usaha lokal dengan

anggota masyarakat yang terjadi di kampung Sawinggrai.

Pembahasan mengenai hal ini akan dilakukan pada bab 5.

Pergeseran Trend Pasar Wisatawan

Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan

pariwisata di Raja Ampat, selain faktor pemberlakuan otonomi

khusus yang telah dibahas sebelumnya di atas, ada faktor lain, yang

dianggap juga mempengaruhi perkembangan pariwisata di Raja

Ampat, yaitu trend pasar wisatawan. Trend pasar wisatawan yang

berubah dari mass tourism – wisatawan yang berkunjung kesuatu

wilayah dalam jumlah yang banyak - ke wisatawan minat khusus

mempengaruhi perkembangan pariwisata di kabupaten Raja Ampat

sebagai salah satu daerah tujuan wisata di ujung timur Indonesia.

Raja Ampat sebagai kabupaten kepulauan memiliki potensi

pariwisata yang indah – khususnya wisata bahari dan wisata

alamnya -, secara tidak langsung menjadi daya pikat bagi wisatawan

yang ingin mencari situasi dan pengalaman tersendiri – yang

mungkin tidak ada di daerah asalnya dan bahkan, mungkin tidak

dimiliki oleh daerah-daerah lain di Indonesia.

16

Penggalan Wawancara diatas, peneliti dapatkan dari wawancara dengan

kepala Dinas Pariwisata Provinsi Papua Barat, bapak Frans Kosama, pada

tanggal 20 September 2011 di Manokwari (ibukota provinsi Papua Barat). 17

Waimbo, Danny dan Yuwono Prapto, 2012 “ Dinamika Sosial, Budaya dan

Ekonomi Masyarakat Di Era Otonomi Khusus di Papua; Jurnal Kritis

Interdisipliner; PPs Studi Pembangunan UKSW Salatiga.

Page 11: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

67

Ini dapat dimaklumi, mengingat para wisatawan yang datang

ke suatu kawasan obyek wisata ingin menyaksikan sesuatu yang

berbeda dan menarik untuk dikunjungi di daerah tersebut.

Sebagaimana, yang terjadi, dalam pariwisata Indonesia, bisa dilihat

bahwa, wisatawan asing, biasanya lebih memilih berkunjung ke

daerah-daerah tujuan utama, seperti mengunjungi pulau dewata di

Bali dan Yogyakarta. Kedua wilayah ini menjadi destinasi

pariwisata utama di Indonesia, mengingat keunikan dan keindahan

obyek wisatanya, serta manajemen pengelolaan obyek wisata dan

kesiapan masyarakatnya dalam menerima wisatawan yang

berkunjung ke daerahnya.

Namun, keindahan dan keeksotisan mulai hilang atau

mengalami penurunan, ketika terjadi krisis politik, dan kondisi

keamanan mulai goyah di akhir tahun 1998 dan awal tahun 2000-an.

Sebagai contoh, kondisi pariwisata di Bali. Ketika aksi teroris yang

tidak bertanggung jawab dalam peristiwa bom Bali terjadi di daerah

ini pada tahun 2002 dan 2005; malapetaka besar melanda industri

pariwisata Bali (Kusuma Negara 2010:219)18

. Banyak wisatawan

asing menjadi korban kejadian tersebut. Peristiwa ini secara tidak

langsung “menampar wajah” pariwisata Bali dan Indonesia secara

umum, yang saat itu sedang giat-giatnya mempromosikan dan

mengembangkan sektor pariwisata sebagai penyumbang devisa

negara di luar sektor migas dan tekstil. Namun di lain pihak, juga

sedang menghadapi persaingan dengan beberapa negara Asia

Tenggara, yang juga dengan gencar mempromosikan pariwisata

negaranya. Akibat yang ditimbulkan dari peristiwa bom Bali

tersebut jumlah wisatawan mancanegara merosot tajam. Keadaan ini

bahkan diperparah oleh travel warning, travel advisory, hingga

travel ban dari sejumlah negara pemasok wisatawana asing seperti

Amerika serikat dan Australia (Kusuma Negara, 2010:219)19

.

Perubahan trend pasar wisatawan dan dampak dari bom Bali,

secara tidak langsung berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan

yang memilih Bali sebagai tujuan wisata ke Indonesia. Selain

beberapa alasan yang telah disinggung di atas, ada faktor lain yang

18

Kusuma Negara, I Made, 2010. “Branding Destination : Upaya Mendongkrak

Citra Bali”; Denpasar : Penerbit : Udayana University Press. 19

Kusuma Negara, I Made, 2010. “Branding Destination : Upaya Mendongkrak

Citra Bali”; Denpasar : Penerbit : Udayana University Press.

Page 12: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

68

menyebabkan wisatawan mulai melirik daerah-daerah lain di luar

Bali sebagai tujuan berwisata mereka. Dalam penelitian Arida

(2010:287)20

, menyimpulkan bahwa “konsekuensi dari

pengembangan pariwisata Bali yang cenderung massal berakibat

kepada degradasi lingkungan dalam berbagai ranah, seperti

berkurangnya ruang publik di pantai, perusakan sempadan sungai

oleh pembangunan hotel dan villa, pengambilan air tanah yang

berlebihan untuk lapangan golf dan seterusnya”. Atau dengan kata

lain sektor pariwisata berkontribusi terhadap degradasi lingkungan

alam Bali (Arida, 2010:287)21

. Faktor-faktor ini yang kemudian

menyebabkan para wisatawan mulai enggan ke Bali, dan lebih

memilih beberapa tempat di kawasan Indonesia timur lainnya. Salah

satu tempat yang akhir-akhir ini ramai dikunjungi oleh wisatawan

dan para investor adalah kepulauan Raja Ampat.

Pemilihan Raja Ampat sebagai salah satu daerah tujuan

pariwisata baru di kawasan timur Indonesia bukan tanpa alasan.

Keunikan dan keindahan bawah laut Raja Ampat menjadi faktor

pendorong bagi wisatawan berkunjung ke wilayah ini. Terlepas dari

itu, kabupaten Raja Ampat juga menawarkan berbagai atraksi

budaya dan kehidupan masyarakatnya yang masih alamiah untuk

disaksikan sebagai salah satu komoditas pariwisata yang menjadi

pilihan menarik bagi para wisatawan yang hendak menikmati

suasana baru dengan berbagai pilihan obyek wisata bahari dan obyek

wisata budayanya.

20

Arida, Nyoman Sukma, 2010. “Strategis Alternatif Untuk Keberlanjutan

Pariwisata Bali” ; dalam “Pariwisata Berkelanjutan Dalam Pusaran Krisis

Global”. Denpasar : Penerbit : Udayana University Press. 21

op.cit.

Page 13: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

69

Gambar 4. Snorkling di perairan Sawinggrai

Keunikan obyek wisata alam dan obyek wisata bahari di Raja

Ampat sangat menarik dan mempesona. Berikut ini beberapa potensi

obyek pariwisata secara umum di Raja Ampat yang menjadikan

daerah ini sebagai salah satu daerah tujuan wisaata di kawasan timur

Indonesia, antara lain : Waigeo Utara (kesenian suling tambur);

Waigeo Timur : (tari-tarian dan suling tambur dan obyek wisata

alam); Teluk Mayalibit : (Kehidupan budaya dan suku masyarakat

lokal yang unik, cara penangkapan ikan secara tradisional, goa

tempat menyimpan tengkorak manusia, gunung dan tempat untuk

menyelam); Waigeo Selatan dan Meosmansar: (diving (wisata

selam)) dan snorkling, Teluk Kabui dengan pulau-pulau karst, goa

tengkorak, dan situs sejarah di Kali Raja. Aktivitas menarik lainnya

yang terdapat di Meosmansar antara lain, bird watching

(Yenwaupnor dan Sawinggrai), dan kerajinan anyaman (Arborek).

Di Arborek para wisatawan dapat menyelam, untuk melihat

gerombolan ikan manta (ikan pari); Kepulauan Ayau : (Pantai-pantai

disini berpasir putih); Waigeo Barat : Di kawasan ini, para turis

dapat (penyelaman (di Selpele dan Wayag). Pulau-pulau karst di

Wayag merupakan panorama alam yang sangat menarik untuk

dinikmati; Batanta : (Wisata di Pulau Wai. Keunikannya, wisatawan

dapat menikmati keindahan bawa laut, sambil melihat bangkai

pesawat peninggalan PD II. Di Kofiau, sering didatangi oleh

liveboat, dan wisatawan biasanya menikmati keindahan bawa laut,

serta kindahan alam daratannya; Di Misool terdapat obyek wisata

Page 14: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

70

khas di daerah ini yaitu, keunikan pemandangan goa-goa, selain itu,

terdapat lukisan telapak tangan manusia berukuran besar dan pulau-

pulau karst, serta aktivitas menyelam dan snorkeling; Di Salawati,

para wisatawan dapat menyaksikan bunker-bunker peninggalan

perang Dunia ke II buatan Belanda dan Jepang (Jeffman), serta

menyaksikan Tarian Wor, dan air terjun. Daerah ini juga merupakan

tempat yang menarik untuk snorkeling, diving, dan bird watching.

Strategi Pengembangan Pariwisata oleh Pemerintah

Daerah Raja Ampat pasca implementasi otonomi

khusus (otsus)

Untuk mendukung pariwisata sebagai sektor unggulan di

Raja Ampat, maka diperlukan berbagai kebijakan strategis dalam

rangka pengembangan pariwisata itu sendiri. Berbagai kebijakan

program dilakukan untuk mendukung hal tersebut. Memang disadari

bahwa penetapan pariwisata sebagai sektor unggulan di kabupaten

Raja Ampat, baru dilakukan pada periode kedua pemerintahan

Bapak Marcus Wanma dan Bapak Indah Arfan. Namun, ada

berbagai macam strategis yang dibuat dalam rangka mendukung

pengembangan pariwisata sebagai sektor andalan selain sektor

kebaharian. Sebagi contoh misalnya, dengan ditetapkannya beberapa

kampung di Raja Ampat sebagai desa wisata. Ataupun kebijakan

bupati dengan membangun Bandar udara di kota Waisai sebagai

upaya mewujudkan tujuan tersebut. Untuk pembahasan ini, akan

dijelaskan dalam bab ini.

Berikut ini, akan disajikan beberapa kebijakan strategis yang

dilakukan oleh pemerintah kabupaten Raja Ampat, dalam upayanya,

menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan, dalam kerangka

mensejahterakan masyarakat Raja Ampat, serta mendukung proses

pembangunan, dalam kaitannya dengan implementasi pasca

pemberlakuan otsus.

Kebijakan Sarana dan Prasarana Penunjang

Secara umum, penyediaan sarana dan prasarana publik oleh

pemerintah daerah Raja Ampat, bisa dikatakan sudah sangat

Page 15: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

71

memadai. Itu terlihat dari berbagai sarana publik yang dibangun

dalam rangka mendukung proses pembangunan di kabupaten baru

ini. Dalam penelitiannya Darmawan (2010), juga menunjukkan

bahwa pemerintah Raja Ampat bisa dikatakan berhasil dibandingkan

dengan beberapa kabupaten pemekaran lainnya di provinsi Papua

dan Papua Barat. Ini menunjukkan bahwa komitmen yang kuat oleh

pemerintah daerah, dalam mensejahterakan masyarakatnya serta

mensukseskan pembangunan di kabupaten bahari ini.

Gambar 5. Dermaga di Sawinggrai

Dalam kaitannya dengan proses pengembangan pariwisata,

khususnya di era otonomi khusus, sebelumnya telah disinggung

bahwa, esensi dari Otsus tidak terlalu banyak bersinggungan dengan

bidang pariwisata. Namun, kalau mau dicermati lewat berbagai

program pembangunan khususnya pembangunan sarana dan

prasarana publik, bermuara kepada pembangunan-pembangunan

sarana dan prasarana penunjang pariwisata. Misalnya sarana dan

prasarana perhubungan (jembatan, alat transportasi dan sebagainya).

Pemenuhan kebutuhan akan aksesibilitas transportasi menjadi

penting dan sangat mendesak untuk dijadikan sebagai prioritas

dalam penyediaannya.

Page 16: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

72

Gambar 6. Kapal Perintis sarana transportasi laut.

Menyadari bahwa, pengembangan pariwisata di Raja Ampat

tidak akan berjalan tanpa adanya daya dukung sarana dan prasarana

publik, dalam hal ini sektor perhubungan, maka bupati kabupaten

Raja Ampat membangun berbagai sarana dan prasarana penunjang

dalam rangka menunjang pembangunan pariwisata di kabupaten ini.

Itu semua dilakukan, mengingat kondisi geografis dan topografis

Raja Ampat yang berbentuk kepulauan, (dan) hanya dimungkinkan

dilalui oleh transportasi laut. Kondisi transportasi laut di Raja Ampat

juga sangat terbatas. Itupun tergantung kondisi cuaca yang ekstrim

dan tidak menentu yang selalu menghantui perjalanan di kepulauan

ini.

Gambar 7. Pembangunan landas pacu bandara Waisai.

Page 17: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

73

Kebijakan bupati dalam rangka mendukung sektor pariwisata

sebagai sektor unggulan, tidak tanggung-tanggung. Saat ini telah

dibangun sebuah pelabuhan udara (bandara), – direncanakan selesai

tahun 2012 – dalam rangka mendukung percepatan pembangunan

khususnya pengembangan sektor pariwisata di Raja Ampat.

Sehingga diharapkan ketika pembangunan bandara selesai kendala

daya jangkauan (aksesibilitas) wilayah sudah tidak menjadi alasan

lagi bagi para wisatawan yang berkunjung ke kabupaten bahari ini.

Rencana pemerintah daerah ketika bandara ini selesai, maka jalur

penerbangan dari dan ke Raja Ampat, sudah tidak harus transit di

Sorong lagi, melainkan jika seorang wisatawan dari Singapura

hendak ke Raja Ampat, maka wisatawan tersebut bisa langung

terbang dari Singapura – tidak harus melalui Jakarta –, langsung ke

Makasar atau melalui Manado dan dari Manado langsung tiba di

Bandar udara (Bandara) Marinda di Waisai. Demikian diungkapkan

kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Raja Ampat dalam suatu

kesempatan diskusi dengan peneliti di Waisai22

.

Hal ini dimaksudkan, agar wisatawan tidak terlalu

membuang waktunya dengan harus transit lagi di kota Sorong.

Ketika waktu wisatawan harus disita oleh lamanya perjalanan dan

menyinggahi beberapa tempat di luar Raja Ampat, secara tidak

langsung akan mengurangi minat berkunjung ke Raja Ampat. Atau

dengan kata lain, ketika seorang wisatawan berlama-lama di suatu

kota / daerah maka disanalah mereka melakukan transaksi ekonomi

(belanja konsumsi, tinggal di hotel dan sebagainya). Dan ketika itu

terjadi, maka harapan dari pengembangan pariwisata untuk

meningkatkan pendapatan ekonomi daerah akan berkurang, karena

wisatawan tersebut mengeluarkan uangnya bukan di Raja Ampat

melainkan di kota Sorong atau kota-kota lainnya.

Aktivitas pariwisata membutuhkan kepastian dan berbagai

kemudahan ketika harus berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata.

Salah satu hal yang menjadi perhatian mereka adalah faktor

aksesibilitas transportasi. Banyak wisatawan mengeluh mengenai

pelayanan dalam bidang transportasi ketika berkunjung ke Raja

22

Petikan wawancara peneliti dengan kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Raja

Ampat, Bapak Sem Belseram (54 tahun) pada tanggal 7 September 2011.

Page 18: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

74

Ampat. Itu terlihat ketika, peneliti menjumpai beberapa wisatawan

lokal yang berkunjung ke kampung Sawinggrai. Mereka mengatakan

bahwa, untuk sampai ke Raja Ampat, membutuhkan extra uang

tambahan, karena banyak pengeluaran yang harus mereka keluarkan

untuk menyewa alat transportasi laut untuk menjangkau atau

mengunjungi obyek-obyek wisata yang ingin mereka kunjungi di

luar paket wisata yang mereka ikuti ketika mereka datang dari

Jakarta. Informasi yang dikeluhkan wisatawan lokal tersebut,

seharusnya dijadikan sebagai informasi dasar, dalam rangka

membuat suatu kebijakan dalam hal penyediaan sarana dan

prasarana wisata, sehingga pemerintah Raja Ampat beserta semua

stakeholder harus menunjukkan bahwa untuk sampai berkunjung ke

Raja Ampat tidak harus memerlukan biaya yang banyak. Ataupun

kalau dibutuhkan biaya yang mahal untuk sampai ke Raja Ampat,

harus disertai juga dengan dukungan ketersediaan sarana dan

pelayanan yang maksimal dan baik. Sehingga menumbuhkan kesan

yang baik bagi para wisatawan.

Secara khusus, penyediaan fasilitas di lokasi kampung

wisata, masih didominasi oleh asset pemerintah. Misalnya dermaga

umum yang terbuat dari kayu23

, beberapa homestay milik Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang

dibiayai dari dana APBD, maupun dana otsus. Kebijakan investasi

oleh pihak ketiga (di luar pihak pemerintah), secara umum,

dilakukan dalam hal penyediaan sarana transportasi. Misalnya

beberapa perusahaan swasta yang bergerak dalam penyediaan

armada pelayaran yang menghubungkan kota Waisai ke kota

Sorong. Contoh KM. Marina Express, KM. Fajar Mulia, dan

sebagainya.

Untuk secara langsung terlibat di dalam penyediaan sarana

pariwisata di kampung-kampung wisata, peneliti tidak melihat hal

tersebut. Misalnya pengalaman penelitian di kampung Sawinggrai,

23

Hampir disetiap kampung di Raja Ampat, pemerintah daerah menyediakan

dermaga laut yang terbuat dari kayu. Ini menunjukan komitmen dan tanggung

jawab pemerintah daerah dalam memperhatikan kondisi masyarakatnya yang

hampir mendominasi perairan dan pantai sebagai lokasi tempat tinggal

mereka. Sebagai contoh pengalaman penelitian di distrik Meosmansar.

Peneliti menjumpai bahwa dari delapan kampung yang ada di distrik ini,

hamper semua kampung dibangun pelabuhan (dermaga) di kampungnya

masing-masing.

Page 19: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

75

tidak dijumpai asset (sarana publik) investor swasta di kampung ini.

Jika asset itu ada, kepemilikannya pun adalah asset bersama yang

diinvestasikan kepada individu-individu pelaku usaha. Keterlibatan

para investor masih sebatas pada mendatangkan para wisatawan ke

kampung wisata, serta membantu mempromosikan kampung-

kampung wisata lewat program paket wisata yang ditawarkan

perusahaan mereka.

Kebijakan Pemerintah dalam Hal Promosi Pariwisata

Dalam rangka mempromosikan obyek-obyek wisata yang

telah dipaparkan di atas, maka di perlukan kebijakan program

promosi dan pamasaran pariwisata tepat dan akurat untuk

memperkenalkan potensi pariwisata Raja Ampat. Kebijakan ini,

diperlukan dalam rangka mempublikasikan (mempromosikan)

potensi daerah, khususnya potensi pariwisata ke berbagai institusi

(pemerintah, swasta, LSM) baik nasional bahkan internasional,

untuk menghadirkan mereka ke Raja Ampat. Sudah bukan menjadi

rahasia umum lagi bahwa perkembangan pariwisata di suatu daerah

dapat berkembang dengan baik apabila didukung oleh kebijakan

pemerintah. Sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah dalam

mengiatkan pengembangan pariwisata di Raja Ampat adalah dengan

mempromosikan dan memasarkan sektor pariwisata melalui

berbagai macam event, diantaranya, mengikuti pameran wisata dan

budaya di dalam negeri dan luar negeri, menyelenggarakan lomba

foto bawah laut; program promosi pariwisata dan kebudayaan di

media – lewat iklan, film dokumenter, dan sebagainya.

Dengan demikian, diharapkan melalui berbagai program

promosi dan pemasaran yang digencarkan oleh pemerintah daerah,

dapat meningkatkan iklim usaha sektor pariwisata dalam rangka

meningkatkan pendapatan daerah.

Kebijakan Pendanaan dan Permodalan

Sumber pendanaan yang diperoleh oleh pemerintah daerah

dalam rangka mengembangkan pariwisata di Raja Ampat bersumber

dari beberapa pos anggaran pemerintah. Sumber-sumber anggaran

Page 20: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

76

itu antara lain : Pertama, pembiayaan daerah dari sumber anggaran

pemerintah pusat (APBN). Sumber pembiayaan dari dana APBN

diperoleh dari program PNPM Pariwisata. Program ini, merupakan

bagian dari program nasional penanggulangan kemiskinan di

Indonesia. Program ini dikelolah oleh Kementerian Pariwisata dan

Kementrian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (kesra). Di Raja

Ampat, program PNPM Pariwisata dikoordinasi oleh Kantor Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata.

Dalam menjalankan program ini, yang berhak untuk

memperoleh bantuan dana program PNPM Pariwisata adalah

kelompok-kelompok masyarakat yang berada di kampung-kampung

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai kampung

wisata. Setiap kelompok masyarakat yang menjalankan usaha jasa

wisata di kampungnya, berhak memperoleh bantuan dana sebesar

100 juta rupiah per kelompok / kampung. Dalam pengelolaan dana

PNPM Pariwisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, beserta

kelompok-kelompok masyarakat penggiat pariwisata, merencanakan

program kerja dan kemudian pemerintah daerah memberikan dana

bantuan programnya. Mekanisme pembayaran bantuan program

PNPM Pariwisara, dibayar dua kali dalam setahun. Proses kucuran

dananya juga disesuaikan dengan kebutuhan dana yang telah

diprogramkan bersama oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Proses ini dilakukan semata-mata, untuk memberikan pembelajaran

kepada para pelaku usaha dan kelompok masyarakat, untuk

bagaimana secara bersama-sama merencanakan program,

menjalankan kegiatan, serta mempertanggung jawabkan dana yang

diberikan, sehingga sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan

bersama.

Kedua, sumber pembiayaan bersumber dari anggaran daerah

yaitu APBD kabupaten. Sumber pembiayaan dari dana APBD

kabupaten, merupakan sumber pendanaan rutin yang direncanakan

dan dikeluarkan setiap tahun anggaran dalam rangka membiayai

program pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Berikut ini,

beberapa alokasi anggaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja

Ampat. Tahun 2006 anggaran belanja Rp. 2.374.260.000,- tahun

2007 alokasi anggaran belanja : Rp. 8.135.000.000,-; tahun 2008

alokasi anggaran belanja : 3.763.140.000,- ; tahun 2009 alokasi

anggaran belanja : Rp. 15.972.640.000,- dan tahun 2010 alokasi

anggaran belanja : Rp. 16.630.610.000,-.

Page 21: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

77

Dari data anggaran pembiayaan program Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Raja Ampat selama 2006-2010, menunjukkan bahwa

ada terjadi kenaikan anggaran belanja daerah. Namun hal tersebut

masih dianggap kurang dan tidak sepadan dengan tugas dan prioritas

yang diemban atau menjadi tanggung jawab Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata24

. Dari alokasi dana tersebut, paling banyak pos

anggarannya diserap untuk keperluan operasional pegawai, kegiatan

promosi, serta pemasaran dan penyediaan sarana dan prasarana

penunjang kegiatan pariwisata. Alokasi dana yang secara khusus

diperuntukkan untuk pembinaan dan pengembangan masyarakat

lokal di lokasi obyek masih sangat dibutuhkan dan diberikan alokasi

dan yang lebih untuk pengembangan pariwisata Raja Ampat ke

depan.

Ketiga, selain dana dari alokasi APBD kabupaten,

pemerintah kabupaten Raja Ampat, juga memperoleh subsidi dana

Otonomi khusus (otsus) dari alokasi APBD Provinsi Papua Barat.

Alokasi dana ini bersumber dari anggaran negara dari dana alokasi

khusus (DAK) yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat bagi

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, sebagai konsekuensi dari

implementasi undang-undang otonomi khusus. Biasanya, alokasi

dana Otsus diperuntukkan atau diprioritaskan dalam pembangunan

sektor pendidikan, kesehatan dan pengembangan sarana dan

parsarana di kampung-kampung. Alokasi bantuan pembangunan

sarana dan parasarana di kampung-kampung dialokasikan dana

sebesar minimal 100 juta rupiah per kampung. Dalam

pengelolaannya, dana ini difasilitasi oleh fasilitator bekerjasama

dengan masyarakat kampung untuk merencanakan dan

menggunakan dana tersebut untuk pembangunan sarana dan

prasarana publik di kampung. Ada banyak manfaat dari pemanfaatan

dana otsus di kampung-kampung dalam kapasitasnya dalam

mendukung pariwisata di Raja Ampat. Misalnya, di beberapa

kampung wisata, seperti di kampung Sawinggrai, lewat dana otsus

ada beberapa fasilitas publik yang dibangun dalam rangka

mendukung kampung ini sebagai kampung wisata. Contohnya,

24

Penggalan hasil wawancara peneliti dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata, Bapak Yusdi Lamatenggo, S.Si. M.Si. (50 tahun) pada tanggal 08

September 2011 di Ruang kerjanya.

Page 22: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

78

pembangunan jembatan umum, pembangunan bak-bak penampung

air, dan sebagainya.

Selanjutnya yang menjadi pertanyaan dimana peran swasta

dalam mendukung pariwisata di Raja Ampat dalam hal permodalan?

Dalam konteks ini, peneliti tidak banyak memperoleh informasi

mengenai peran serta swasta dalam hal pemberian modal bagi

pengembangan pariwisata di Raja Ampat. Sebagai contoh

pengembangan pariwisata di kampung wisata Sawinggrai. Peneliti

tidak banyak mendapat informasi mengenai peran serta swasta

dalam memberikan dana dalam rangka memberikan penyediaan

sarana dan parsarana penunjang di kampung. Yang lebih banyak

berperan sebenarnya adalah LSM-LSM (CII dan Coremap) yang

memberikan bantuan permodalan kepada kelompok-kelompok

masyarakat dalam menjalankan usaha kerajinan tangan mereka.

Kebijakan Perijinan Usaha (Investasi) dan Peran Investor

Dalam Sektor Pariwisata

Berbicara pengembangan pariwisata tidak bisa terlepas dari

peran serta investor dalam mendukung ini. Untuk sampai pada

tataran itu, diperlukan proses perijinan dan iklim investasi yang

ramah kepada para pengusaha. Para pengusaha jasa wisata sering

kali harus berhadapan dengan proses perijinan yang berbelit-belit

yang terkadang diciptakan oleh pemerintah daerah sendiri ataupun

konflik dengan masyarakat lokal. Kondisi berbelit-belit atau terlalu

birokrasinya pengurusan ijin usaha, menjadi salah satu faktor

penghambat dalam pengembangan pariwisata di Raja Ampat.

Seperti contoh, dalam pengurusan ijin berusaha di Raja Ampat,

maka pengusaha tersebut harus mengurusnya di beberapa dinas

tertentu. Hal ini menjadi persoalan tersendiri yang harus

diselesaikan. Diharapkan ke depan pemerintah Raja Ampat

secepatnya sudah menetapkan model yang tepat dalam rangka

menemukan pelayanan satu pintu dalam rangka memudahkan

pelayanan perijinan kepada para pelaku usaha. Memang disadari

bahwa, kebijakan perijinan diterapkan sebagai bagian dari penerapan

tertib administrasi, guna memperoleh data base perusahan-

perusahan mana saja yang sedang menjalankan investasinya di

daerah tersebut. Akan tetapi perlu juga diingat bahwa proses

pemberian ijin kepada para pelaku usaha (investor) tidak serta merta

Page 23: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

79

diberikan begitu saja, demi kepentingan bisnis semata, melainkan

perlu ditekankan sedini mungkin kepada para investor agar dalam

menjalankan usaha wisatanya harus tetap menjaga dan memelihara

kondisi lingkungan hidup, dengan cara ketika membagun hotel atau

resort untuk tetap menjaga kelestariannya, dan menghormati adat

istiadat masyarakat setempat, seperti ketika mendatangkan

wisatawan ke suatu perkampungan, agar memperhatikan perilaku

dan gaya wisatawan yang berkunjung. Ketika kondisi ini dijaga

maka konsep pembangunan pariwisata akan dengan sendirinya dapat

terlaksana.

Strategis Kebijakan Pengembangan Pariwisata Melalui

Program Kampung Wisata

Strategis kebijakan pengembangan pariwisata di Raja Ampat,

dilakukan melalui pengembangan beberapa kampung-kampung

sebagai kampung wisata. Program ini dikembangkan (diadopsi)

berdasarkan program nasional pengembangan desa wisata oleh

kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia.

Dalam program ini, diberi nama program PNPM Pariwisata, yang

mengadopsi model PNPM Mandiri yang dipelopori oleh

Kementerian Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia

(Kemenkesra RI). Program ini dirancang dalam rangka pengentasan

kemiskinan di wilayah-wilayah yang secara teknis memiliki potensi

alam yang baik, namun masih dijumpai anggota masyarakatnya yang

terjebak dalam kondisi miskin.

Penetapan Kampung Wisata

Program PNPM Pariwisata di Raja Ampat mulai diterapkan

pada tahun 2009. Program ini talah dijalankan kurang lebih dua

tahun25

, diawali dengan menetapkan beberapa kampung wisata di

distrik Meosmansar sebagai kampung percontohan (pilot project)

desa wisata (kampung wisata). Pemilihan kampung-kampung wisata

di Raja Ampat, ditetapkan dengan beberapa kriteria, – tentunya

disesuaikan dengan syarat penetapan desa wisata oleh pemerintah

25

Demikian ungkapan bapak Yusdi Lamatenggo (Kepala Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Raja Ampat), pada tanggal 08 September 2011 di ruang kerjanya.

Page 24: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

80

pusat –, khususnya di Raja Ampat. Menutur bapak Lamatenggo,

syarat-syarat penetapannya antara lain : pertama, kampung tersebut

harus ada obyek wisatanya, kedua, kampung (desa) tersebut,

minimal berdekatan dengan perusahaan pariwisata26

; ketiga,

kampung-kampung yang ditetapkan berada dekat dengan ibu kota

kabupaten, mengingat daya jangkau dan luas wilayah Raja Ampat

yang terlalu luas ; keempat, ada pelaku usaha lokal dan kelompok-

kelompok usaha jasa wisata.

Gambar 8. Potret Kampung di Kepulauan Raja Ampat.

Secara teknis, penetapan 5 kampung wisata di Raja Ampat

dipusatkan di distrik Meosmansar. Penetapan kampung wisata

diresmikan di kampung Sawandarek. Dari 8 kampung yang ada di

distrik Meosmansar telah ditetapkan tiga kampung oleh Pemerintah

Daerah Kabupaten Raja Ampat melalui SK Bupati No.104 tanggal

26 November 2008 sebagai kampung wisata. Ketiga kampung itu

antara lain kampung Sawandarek, kampung Yenwapnour dan

kampung Arborek. Selanjutnya, dalam perkembagannya, pada

tahun 2009 Pemerintah Kabupaten Raja Ampat telah menetapkan

lagi 2 kampung sebagai kampung wisata yaitu kampung Sawinggrai

dan kampung Yenbuba.

26

Untuk alasan penetapannya di distrik Meosmansar dimungkinkan demikian

karena secara teknis terdapat beberapa resort yang dimiliki oleh perusahaan

besar yaitu, PT. Papua Diving, berlokasi di kampung Yenbuba dan PT. Raja

Ampat Develop berlokasi di kampung Kurkapa.

Page 25: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

81

Untuk menjalankan program kampung wisata di Raja Ampat,

dikelola oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Dinas inilah yang

kemudian, melakukan koordinasi dengan para pelaku usaha wisata

dan masyarakat di kampung wisata. Konsekuensi dari program

pemberdayaan masyarakat lewat program PNPM Pariwisata, adalah

pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap masyarakat

dimana kampung wisata ini berada, dengan memberikan subsidi

dana sebesar 100.000 juta rupiah per kampung. Pembahasan lebih

lanjut mengenai pemanfaatan dana program ini, telah sedikitnya

disinggung pada sub bab sebelumnya.

Implikasi Pengembangan Pariwisata Terhadap

Pertumbuhan Jumlah Investasi (investor) dan Wisatawan

Dari berbagai macam strategis kebijakan program yang

ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam rangka mendukung

pengembangan pariwisata di Raja Ampat, secara tidak langsung

akan berdampak atau berimplikasi pada berbagai segi kemajuan

pariwisata itu sendiri. Pada bagian ini, akan dibahas berbagai

implikasi yang ditimbulkan dari pengembangan pariwisata oleh

pemerintah daerah. Adapun implikasi-implikasi itu antara lain :

pertama, pengembangan pariwisata akan menyebabkan

bertambahnya investasi oleh berbagai investor (asing, nasional,

maupun lokal). Pada bagian ini, akan menjelaskan hal tersebut ;

Pada bagian kedua, akan menggambarkan, bagimana sektor

pariwisata dalam kontribusinya menyumbang terhadap PAD. Ketiga,

juga akan dibahas, kontribusi dari pengembangan pariwisata

terhadap lapangan pekerjaan, walaupun nantinya tidak terlalu khusus

pembahasannya. Dan pada akhir dari pembahasan sub bab ini, akan

menggambarkan karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Raja

Ampat.

Model Investasi Usaha Pariwisata yang Berkembang di

Raja Ampat

Investasi oleh investor Asing dan Investor Lokal di luar Raja

Ampat

Page 26: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

82

Perkembangan sektor pariwisata di Raja Ampat, secara tidak

langsung, menjadi daya tarik tersendiri bukan hanya pada wisatawan

yang datang untuk menyaksikan dan menikmati keindahan surga

bawah laut dan keindahan alamnya. Akan tetapi menjadi daya pikat

tersendiri bagi para investor dan operator wisata (tour operator)

yang hendak menginvestasikan modalnya di kepulauan ini. Dari

beberapa informasi data yang dihimpun ada berbagai jenis dan

bentuk aktivitas investasi usaha yang dilakukan para investor ini.

Data dibawah ini menunjukkan beberapa usaha wisata yang

dilakukan di Raja Ampat.

Usaha-usaha itu antara lain : pertama, hotel dan penginapan

berjumlah sembilan buah; kedua, Cottage ada dua buah (Acropora

Cottege and Restaurant dan Cottage King Dolphin) kedua Cottage

ini berada di Waisai dan operasional serta kepemilikannya di

dikelola oleh pihak pemerintah daerah dan pihak ketiga (swasta).

Ketiga, Resort (Dive Operator). Di Raja Ampat terdapat enam

resort, antara lain : Resort yang dikelola oleh PT. Papua Diving

(terdapat dua resort yaitu : Kri Eco Resort dan Sorindo Bay Resort

yang berada di Pulau Manswar Distrik Miosmansar) yang

kepemilikannya oleh Maximillian J. Ammer (Max Ammer) warga

Negara Belanda. Usahanya dikategorikan sebagai Penanaman Modal

Asing (PMA); PT. Missol Eco Resort berlokasi di Pulau Batbitem

Missol. Kepemilikannya merupakan penanaman modal asing (PMA)

pemiliknya adalah Mr. Andrew Miner; PT. Sea Horsea Paradise

(Papua Paradise Eco Resort) berlokasi di Birie Pulau Batanta.

Pemiliknya adalah Mr. Robert Horvath, dan usahanya merupakan

PMA ; Pariwisata Develodge Resort, berlokasi di kampung Kurkapa

Pulau Manswar Distrik Miosmansar. Pemiliknya adalah Retno,

warga Negara Indonesia yang menetap di Bali. (5). Waiwo Dive

Resort berlokasi di Waiwo distrik Waigeo Selatan. Pemiliknya

adalah B. Rahawarin (WNI) dan Raja Dive Island pemiliknya adalah

Maya Hadorn warga Negara Jerman. Dari berbagai investor usaha

yang disebutkan diatas hanya beberapa perusahaan operator wisata

(tour operator), yaitu PT Papua Diving (dua Resort ) PT Pariwisata

Develop (satu Resort) yang berada di Pulau Manswar Distrik

Miosmansar, yang secara geografis beroperasi di kampung-kampung

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah sebagai kampung /

desa wisata. Di Kampung Sawinggrai tidak terdapat hotel dan

restaurant, ataupun resort. Biasanya para wisatawan yang datang ke

kampung Sawinggrai, setelah berkunjung mereka kemudian kembali

Page 27: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

83

ke resort atau kembali ke liveboat tempat dimana mereka

(wisatawan) mengikuti paket wisatanya yang telah ditawarkan oleh

jasa operator wisata (tour operator) .

Keempat, Liveaboat. Selain hotel / penginapan dan

pengelolaan resort, ada jenis usaha pariwisata lain yang sebenarnya

sudah sejak lama mendatangkan serta menawarkan jasa usaha wisata

ke para wisatawan untuk hadir di parairan kepulauan Raja Ampat.

Usaha itu adalah dengan mendatangkan wisatawan dengan

menggunakan Liveaboat. Untuk jenis usaha ini para investor

mendatangkan para wisatawan sampai ke Raja Ampat, dikoordinir

dan dilayani dengan menggunakan kapal-kapal berukuran kecil.

Dalam menggunakan jasa ini, wisatawan tinggal menikmati

perjalanan wisata dengan menggunakan kapal, layaknya fasilitas

hotel. Biasanya daya tampung kapal yang berukuran kecil sehingga,

wisatawan yang ikut menikmati paket wisata ini, tidak dalam

jumlah yang banyak (jumlahnya disesuaikan dengan ukuran kapal,

yang rata-rata bisa menampung 10 sampai 15 penumpang plus awak

kapal).

Data berikut ini, menampilkan beberapa perusahaan

liveaboat yang melakukan usahanya di Raja Ampat. Dari data yang

diperoleh jumlah operator liveaboat dari tahun 2009 berjumlah 32

jenis kapal meningkat di tahun 2011 menjadi 38 jenis kapal

(liveaboat).27

Sehingga sampai sampai tahun 2011 terdapat 38 jenis

kapal wisata yang dikelola oleh 32 perusahaan operator wisata (tour

operator) (20 Perusahaan asing dan 12 perusahaan domestik atau

lokal) yang perusahahaan itu antara lain : Pertama, yaitu :

Perusahaan yang dikelola oleh pihak asing dengan bentuk badan

hukum Penanaman Modal Asing (PMA), sebanyak 20 Perusahaan28

,

27

Data laporan “ Kapal Wisata “ 2011, Dinas Parwisata Kabupaten Raja Ampat. 28

20 nama perusahaan penanaman modal asing (PMA) itu antara lain : 1). PT.

Tribal Diving Mataram, memiliki dua kapal wisata / lifeboat, Alamat

perusaahaan di Mataram, NTB; 2). PT. Tambora Semesta Nusantara, (1 kapal),

alamat perusahaa di Jakarta; 3). PT. South Seal Indonesia (1 kapal), alamat

perusahaan di Kuta Bali ; 4). PT. Raja Adventure, (1 kapal), alamat perusahaan

di Denpasar Bali; 5). PT. East Monsoon Cruising (1 kapal), alamat perusahaan

Denpasar Bali; 6). PT. Sevent Seas Cahaya Utama (1 kapal), alamat

perusahaan Badung Bali; 7). PT. Exotic Yacht Charter Bali (1 kapal), alamat

perusahaan di Denpasar Bali ; 8). PT. Indo Cruises (1 kapal), alamat

perusahaan di Makassar ; 9). PT. Wordwide Dive and Sail Indonesia (2 kapal),

alamat perusahaan di Makassar; 10). PT. Dewi Nusantara (1 kapal) alamat

Page 28: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

84

yang kesemuanya berdomisili di luar Raja Ampat. Kedua,

Perusahaan operator pariwisata yang dikelola oleh warga Negara

Indonesia, sebanyak 12 perusahaan29

. Dari data-data ini,

menunjukkan bahwa masih dijumpai hampir semua kepemilikian

liveaboat berdomisili di luar Raja Ampat. Dari sisi kepemilikan

perusahaan juga masih didominasi atau dikuasai oleh investor asing.

Investasi oleh Masyarakat Lokal Raja Ampat

Dari beberapa data yang dihimpun dari dinas kebudayaan

dan pariwisata, jumlah usaha homestay yang dikembangkan oleh

masyarakat lokal di Raja Ampat dari tahun ke tahun mengalami

peningkatan. Peningkatan itu terlihat dari banyaknya jumlah

homestay yang dibangun bersumber dari dana pemerintah daerah,

serta dana bantuan pihak ketiga (LSM) maupun dari dana pribadi

masyarakat lokal sendiri.

perusahaan di Kuta Bali ; 11). PT. Indo Laut (2 kapal), alamat perusahaan di

Sanur Bali; 12). PT. Inner Seal Adventures (1 kapal) alamat perusahaan di

Denpasar Bali; 13). PT. Sartika Cruiser (1 kapal) alamat perusahaan di Sorong

Papua Barat; 14). PT. Ocean Rover Cruises (1 kapal) alamat perusahaan di

Bunaken Manado; 15). PT. Biodiversity Explorations (1 kapal) alamat

perusahaan di Sanur Bali; 16). PT. BPW Euro Services Holiday (1 kapal)

alamat perusahaan di Sanur Bali; 17). PT. Pinisi Diving and Tourism (1 kapal)

alamat perusahaan di Ambon. 29

12 perusahaan domestik itu antara lain : 1). PT. Adi Putra Narasi (2 kapal)

alamat perusahaan di Denpasar Bali; 2). CV. Matahari (1 kapal) alamat di

Luwuk Banggai; 3). PT. Kasprianti Kaslimin (1 kapal) alamat perusahaan di

Sorong Papua barat; 4). PT. Aolani (1 kapal) alamat perusahaan di Manado ;

5). PT. Black Manta Indonesia (1 kapal) alamat perusahaan di Jakarta ; 6).

PT. Tiger Blue (1 kapal), alamat perusahaan di Makassar; 7). PT. Pinisi Duta

Bahari (3 kapal) alamat perusahaan di Sorong Papua Barat ; 8). PT. Silolona

Pinisi Explorer (2 kapal) alamat perusahaan di Denpasar Bali; 9). PT. Citra

Karsa Inti Samudera (1 kapal) alamat perusahaan di Denpasar Bali; 10). PT.

Grand Komodo (3 kapal) ; 11). PT. Pearl Of Papua (1 kapal) berdomisili di

Sorong Papua Barat; 12). PT. Sea Safari 8 (1 kapal) berdomisili di Papua.

Page 29: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

85

Gambar 9. Ruang tamu home stay di Kampung Sawinggrai.

Data berikut ini memperlihatkan jumlah dan model

kepemilikan homestay yang ada di Raja Ampat. Homestay-homestay

itu antara lain : (1). Homestay Mangkorkodom, pemilik saudara

Raimon Sauyai, berlokasi di Pulau Mansuar kampung Yenbuba

distrik Meosmansar. (2). Homestay Yayasan Kobe Oser pemilik Ibu

Maria R. Wanma, berlokasi di kampung Yenwaoupnor distrik

Meosmansar. (3). Homestay Inbefor, pemiliknya Bapak Yesaya

Mayor, berlokasi di kampung Sawinggrai, (4). Homestay Waigeo

Barat, pemilik bapak Daan Daat, berlokasi di distrik Waigeo Barat.

(5). Homestay Yenwaoupnor pemilik Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, berlokasi di kampung

Yenwaoupnor, distrik Meosmansar. (6). Homestay Arborek pemilik

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, dikelola

oleh bapak Nomensen Mambraku berlokasi di kampung Arborek

distrik Meosmansar; (7). Homestay Ransiwor pemiliknya Beni

Sauyai berlokasi di Ransiwor. (8). Homestay Sawandarek pemilik

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, dikelolah

oleh masyarakat setempat, berlokasi di kampung Sawandarek distrik

Meosmansar; (9) Homestay Misool Selatan (Harapan Jaya) pemilik

Bapak Harun, berlokasi di distrik Misool Selatan. (10) Homestay

Sawinggrai, pemilik Bapak Paulus Sauyai berlokasi di Kampung

Sawinggrai distrik Meosmansar, serta masih ada beberapa homestay

yang sedang dalam proses pembangunannya di Kabupaten Raja

Page 30: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

86

Ampat. Dari semua homestay yang disebut di atas kebanyakan

berlokasi di distrik Meosmansar. Selanjutnya Untuk pembahasan

pengembangan dan pengelolaan homestay akan dibahas di bab 5.

Kontribusi Sektor Pariwisata Terhadap Neraca Keuangan

Daerah

Dari berbagai informasi tadi, menunjukkan bahwa lewat

kehadiran para investor secara tidak langsung membuat

perekonomian daerah di Kabupaten Raja Ampat mengalami

kenaikan yang cukup signifikan. Berikut ini dapat ditunjukan

bagaimana sektor pariwisata Raja Ampat dalam kontribusinya

menyumbang terhadap pendapatan asli daerah (PAD). Data total

pendapatan bidang pariwisata yang diperoleh dari Dinas

Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat, menunjukkan

bahwa dari tahun 2007 sampai dengan bulan Juni 2011, total

sumbangan atau kontribusi terhadap PAD kabupaten dari sektor

pariwisata berjumlah Rp. 1.321.372.171,- (Satu miliar tiga ratus dua

puluh satu juta tiga ratus tujuh puluh dua ribu seratus tujuh puluh

satu rupiah). Total anggaran tersebut bersumber dari : pertama,

Pemasukan dari Pin Wisata30

: Rp. 1.114.499.500,- (Satu miliar

seratus empat belas juta empat ratus sembilan puluh sembilan ribu

lima ratus rupiah) ; kedua, Setoran dari Cottage : Rp. 153.972.421,-

(Seratus lima puluh tiga juta Sembilan ratus tujuh puluh dua ribu

empat ratus dua puluh satu rupiah) ; ketiga, Setoran dari wisma :

Rp. 7.900.250,- (Tujuh juta sembilan ratus ribu dua ratus lima pulu

rupiah) ; keempat, Setoran dari penyewaan speedboat :

30

Pin merupakan salah satu bentu tiket atau bukti masuk para wisatawan

(domestic dan mancanegara) ke Kabupaten Raja Ampat. Setiap wisatawan

yang datang ke Raja Ampat diwajibkan untuk membeli atau memperoleh Pin

Wisata. Pin ini dapat diperoleh di Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Kab. Raja Ampat. Harga untuk sebuah pin disesuaikan dengan status

wisatawan. Kalau wisatawan domestic dikenalan harga Rp. 500.000,- dan Rp.

1.000.000 untuk wisatawan mancanegara. Masa berlaku kepemilikan Pin

Wisata adalah satu tahun. Sehingga apabila para wisatawan yang sudah

memiliki Pin ini, berkeingan untuk kembali ke Raja Ampat dalam tahun

tersebut, tidak perlu lagi untuk mengurus pin wisatanya.

Page 31: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

87

Rp.45.000.000,- (Empat puluh lima juta rupiah).31

Dari data ini,

menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun ada mengalami kenaikan

dana dari sektor pariwisata terhadap PAD Raja Ampat. Angka

kenaikan sektor penerimaan keauangan dari pariwisata, sebenarnya,

belum menunjukkan kondisi rill dari kontribusi masyarakat dalam

pengembangan pariwisata. Angka-angka di atas masih menunjukkan

peranan penerimaan pajak dan retribusi dari kehadiran wisatawan

serta kontribusi pihak swasta.

Kontribusi Investor Asing dan Swasta Nasional terhadap

Lapangan Pekerjaan

Selain menyumbang terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

dan kontribusinya terhadap perekonomian daerah, sektor pariwisata

dalam hal ini kontribusi pihak investor swasta dalam penyerapan

tenaga kerja di Kabupaten Raja Ampat, juga dapat ditunjukan

melalui data di bawah ini. Sebagai contoh, kehadiran PT. Papua

Diving di Distrik Meosmansar yang mendatangkan para wisatawan

untuk berkunjung ke Raja Ampat saja, melainkan lewat perusahaan

ini, banyak tenaga kerja yang diserap sebagai tenaga kerja. Dari

laporan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat,

PT. Papua Diving telah menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 90

orang dan mempekerjakan tenaga kerja asing sebanyak 3 orang.

Bukan hanya itu saja, lewat perusahaan milik Mr. Max Ammer ini,

banyak mantan-mantan pegawai (eks karyawan) yang sekarang telah

membuka usaha jasa wisata berupa homestay. Sebut saja Bapak

Paulus Sauyai di kampung Sawinggrai, yang sampai saat ini bisa

eksis berkat pengalamannya bekerja bersama Mr. Max Ammer.

Data ini menggambarkan bahwa ada kontibusi positif yang

diberikan oleh pihak investor dalam hal penyerapan tenaga kerja.

Namun dari data di atas juga menunjukkan bahwa secara kuantitas

perusahaan – perusahaan tersebut hanya menyerap atau hanya

mempekerjakan tenaga kerja dari luar Raja Ampat - baik itu pekerja

asing, maupun pekerja domestik di luar pekerja lokal Raja Ampat.

31

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Raja Ampat, 2011. “Data

Penerimaan Sektor Pariwisata terhadap PAD Kabupaten Raja Ampat”;

Waisai.

Page 32: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

88

Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya pengembangan

sektor pariwisata yang diarahkan untuk melibatkan masyarakat

secara langsung, namun usaha itu tidak berjalan denga semestinya.

Kalaupun masyarakat lokal dilibatkan, itupun hanya pada pekerjaan-

pekerjaan yang tidak membutuhkan skill atau kekhususan tertentu.

Misalnya kebanyakan para pekerja dari masyarakat lokal dikerjakan

sebagai, tenaga security, tenaga pembersih alat-alat selam maupun

sebagai petugas pengisi tabung gas botol selam. Masyarakat lokal

jarang diberikan kesempatan bahkan diberikan tanggung jawab lebih

untuk menjalankan tugas dan kemampuannya dalam hal tertentu

seperti sebagai guide diving. Hal yang sering kali menjadi kendala

adalah masyarakat lokal sering dipersoalkan tentang tidak

dimilikinya sertifikat diving yang merupakan salah satu syarat utama

dalam menjalankan tugas sebagai guide tour diving.

Gambaran Karakteristik Wisatawan

Keistimewaan dan keindahan Kabupaten Raja Ampat secara

tidak langsung telah menjadi magnet dan daya tarik tersendiri untuk

menarik para wisatawan (mancanegara dan domestik) untuk

berkunjung ke kabupaten bahari ini. Data menunjukkan bahwa

sampai tahun 2010, kunjungan wisatawan asing yang berkunjung ke

Kabupaten Raja Ampat sudah mencapai 3.855 orang. Angka ini

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan

dengan tahun 2009, dimana kunjungan wisatawan asing berjumlah

2.850 orang32

. Angka ini menunjukkan secara kuantitas peningkatan

jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Raja Ampat. Pada

bagian ini peneliti akan menggambarkan beberapa karakteristik

wisatawan dan manajemen perjalanan mereka. Gambaran ini

diperlukan guna menunjukkan fakta-fakta otentik dalam rangka

menentukan arah dan kebijakan pembangunan sektor pariwisata di

Kabupaten Raja Ampat.

32

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Raja Ampat, 2011. “Data Kunjungan

Wisatawan ke Raja Ampat”. Waisai.

Page 33: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

89

Gambar 10. Aktivitas wisatawan asing di dermaga Pak Yesaya.

Untuk membahas karakteristik wisatawan maka dalam

bagian ini, peneliti akan membaginya dalam tiga pembahasan antara

lain : pertama, jenis kunjungan wisatawan, kedua, sumber asal

wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat ; dan ketiga, jenis atau

macam aktivitas wisatawan selama berkunjung ke Raja Ampat.

Berikut ini, pembahasan ketiga karakteristik tersebut.

Pertama, jenis / motif kunjungan wisatawan, dari data yang

dihimpun terlihat bahwa wisatawan yang berkunjung ke Raja

Ampat, lebih condong atau lebih banyak melakukan kegiatan

menyelam atau lebih banyak didominasi oleh kegiatan wisata bahari

atau kelautan; Data lapangan yang peneliti peroleh dengan beberapa

sumber informan di kampung Arborek dan Sawinggrai,

memperlihatkan bahwa hampir kunjungan wisatawan ke Kabupaten

Raja Ampat didominasi oleh kegiatan wisata minat khusus yaitu,

wisata menyelam (diving) dan snourkling.

Kedua, asal negara wisatawan. Dari data yang diperoleh dari

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat tercatat

kunjungan wisatawan mancanegara / asing dari tahun 2007 sampai

dengan triwulan pertama (sampai bulan Maret) tahun 2011, jumlah

wisatawan asing yang berkunjung ke Kabupaten Raja Ampat

berjumlah: 11.498 orang33

. Sementara itu, wisatawan domestik yang

33

Dinas Pariwisata Raja Ampat, 2011 “Data dari Pusat Informasi Pariwisata

Raja Ampat”, menunjukan bahwa, Jumlah kunjungan wisatawan asing ke

Page 34: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

90

berkunjung ke Raja Ampat dari tahun 2008 sampai triwulan pertama

(bulan Maret) tahun 2011 berjumlah 1.557 orang34

. Selain itu, data

dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat juga

menunjukkan bahwa berdasarkan asal negara para wisatawan yang

berkunjung ke Kabupaten Raja Ampat, didominasi oleh warga

negara Amerika Serikat (USA), Jerman, Perancis, Australia, dan

Inggris35

. Informasi di atas, sebenarnya belum menunjukkan secara

tepat dan pasti motif kunjungan wisatawan-wisatawan ke Raja

Ampat.

Dari diskusi-diskusi yang peneliti peroleh, misalnya para

sumber informan menceritakan bahwa pada pada tahun 2010 di

kampung-kampung mereka banyak sekali dikunjungi orang-orang

asing. Rupanya pada saat itu ada dilakukan pembuatan film yang

dilakukan oleh perusahaan film dari Eropa, yaitu perusahaan dari

Negara Perancis. Berikut penuturan Bapak Yesaya Mayor36

.

“Pada waktu itu, kalau tidak salah tahun 2010, ada

perusahaan film dari Perancis datang dan dorang (mereka)

tinggal di Resort Raja Ampat Develop di kampung Kurkapa.

Perusahaan film itu dorang (mereka) ambil gambar (syuting

film) sampe (sampai) ke perairan ketorang (kami) punya

kampung “.

Informasi di atas jelas menunjukkan bahwa kunjungan

wisatawan asing tidak hanya melakukan aktivitas wisata bahari

semata melainkan ada juga aktivitas lain diluar kegiatan pariwisata.

Raja Ampat sebagai berikut: Tahun 2007 berjumlah : 932 orang ; Tahun 2008

berjumlah 2.367 orang ; Tahun 2009 berjumlah 2.850 orang ; Tahun 2010

berjumlah 3.855 orang ; Tahun 2011 sampai dengan bulan Maret, berjumlah

1.494 orang. Sehingga total kunjungan wisatawan berjumlah 11.498 orang. 34

Data dari “Pusat Informasi Pariwisata Raja Ampat’, menunjukan bahwa

kunjungan wisatawan domestik ke Raja Ampat dari Tahun 2008 sampai bulan

Maret 2011 berjumlah 1.557 orang. Dengan perincian : Tahun 2008

berjumlah 280 orang ; Tahun 2009 berjumlah 336 orang ; Tahun 2010

berjumlah 658 orang dan sampai bulan Maret 2011 berjumlah 283 orang. 35

Data dari “Pusat Informasi Pariwisata Raja Ampat”, menunjukan 5 besar

Negara asal wisatawan yang berkunjung ke Raja Ampat. Kelima Negara itu

antara lain : (1). Amerika Serikat dengan jumlah wisatawan ; 886 orang ; (2).

Negara Jerman dengan jumlah wisatawan : 284 orang ; (3). Negara Perancis

dengan jumlah wisatawan : 198 orang ; (4). Negara Australia dengan jumlah

wisatawan : 171 0rang ; (5). Negara Inggris dengan jumlah wisatawan : 161

orang. 36

Wawancara tanggal 29 Agustus 2011.

Page 35: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

91

Sehingga wajar, jika negara Perancis dan beberapa negara Eropa

mendominasi lima besar negara penghasil wisatawan ke Raja

Ampat, kerena ketika itu warga negara tersebut sedang melakukan

aktivitas bisnis di Raja Ampat. Dari data-data di atas

menggambarkan bahwa untuk melakukan kegiatan pariwisata di

Raja Ampat, masih didominasi oleh wisatawan asing, dibandingkan

dengan wisatawan domestik atau lokal. Hal ini memperlihatkan

bahwa, untuk sampai ke kepulauan Raja Ampat, dibutuhkan

persiapan yang matang. Teristimewa menyangkut pembiayaan

selama melakukan aktivitas pariwisata. Besarnya biaya transportasi

dan akomodasi selama di Raja Ampat, menjadi salah satu faktor

kenapa wisatawan domestik atau lokal sedikit sekali berkunjung

dibandingkan dengan wisatawan asing.

Berdasarkan pengalaman peneliti berjumpa dengan beberapa

wisatawan domestik yang memilih pariwisata sebagai tempat

liburan, mereka mengatakan bahwa untuk sampai ke Raja Ampat

mereka mengeluarkan dana perorangan sebesar Rp. 15.000.000

sampai 20.000.000 per paket perjalanan dari Jakarta – Raja Ampat.

Fakta atau informasi (data) yang sudah di tampilkan di atas,

menunjukkan bahwa untuk melakukan aktivitas pariwisata ke Raja

Ampat di butuhkan persiapan yang matang dalam hal ini pendanaan,

serta perencanaan yang baik mengenai lokasi dan jenis kegiatan

(aktivitas) wisata selama berada di kabupaten seribu pulau ini.

Kesimpulan

Akhir-akhir ini, perkembangan pariwisata Raja Ampat

mengalami kemajuan yang cukup pesat dan menajubkan.

Perkembangan itu selain dipengaruhi oleh ketersediaan sumberdaya

alam berupa keindahan alam dan keanekaragaman hayati – baik di

pesisir pantai, laut dan (bahkan) di daratan -, yang ikut melengkapi

(menghiasi) keindahan panorama kepulauan Raja Ampat. Terlepas

dari faktor ketersediaan potensi wisata alam, keunikan budaya adat

istiadat – wisata budaya - juga ikut mempengaruhi perkembangan

pariwisata di kabupaten bahari ini.

Selain ketersediaan sumber daya alam dan keanekaragaman

adat istiadat, perkembangan pariwisata di Raja Ampat (juga)

dipengaruhi oleh beberapa faktor kebijakan pemerintah – aras pusat

Page 36: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

92

dan daerah – yang secara pro aktif turut serta (andil) dalam

memajukan perkembangan pariwisata di Raja Ampat. Salah satunya

adalah kebijakan terbentuknya kabupaten Raja Ampat sebagai

kabupaten otonomi baru. Hadirnya daerah otonom baru menjadi

pintu masuk bagi perkembangan pariwisata Raja Ampat. Salah satu

kebijakan yang dibuat kabupaten baru ini adalah penetapan sektor

pariwisata sebagai sektor unggulan daerah. Konsekuensi dari

penetapannya yaitu, berbagai kebijakan program dibuat dalam

rangka mendatangkan investor dan wisatawan ke daerah ini.

Dampak dari penetapan pariwisata sebagai sektor unggulan adalah

dengan dibangunnya sarana dan prasarana fisik penunjang

pembangunan. Salah satu kebijakan pemerintah di aras lokal yang

ikut serta dalam mendukung perkembangan pariwisata yaitu,

menetapkan beberapa kampung di wilayah kepulauan ini sebagai

kampung wisata. Salah satu kampung yang ditetapkan adalah

kampung Sawinggrai di distrik Meosmansar.

Perkembangan pariwisata Raja Ampat, juga ikut berkembang

sejalan dengan penetapan pemberlakuan Otonomi khusus (Otsus) di

Tanah Papua. Pemberlakuan UU Nomor 21 Tahun 2001 ini,

memperkuat (menegaskan) legitimasi pemerintah daerah Raja

Ampat untuk mengelola potensi daerah dalam rangka mencapai

tujuan pembangunan. Pemberlakuan Otsus di kabupaten Raja Ampat

diharapkan dapat memberikan peluang dan kesempatan seluas-

luasnya bukan hanya kepada pemerintah daerah dalam pengeloaan

sumberdaya untuk kepentingan pembiayaan pembangunan semata,

melainkan juga diharapkan lewat program Otsus, masyarakat lokal

dapat diberdayakan dan diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk

menjadi tuan di daerahnya sendiri.

Faktor terakhir yang menurut peneliti ikut berpengaruh

terhadap perkembangan pariwisata di Raja Ampat yaitu, pengaruh

trend pasar wisatawan yang akhir-akhir ini mengalami pergeseran

dari mass tourism ke wisata minat khusus. Keindahan bawah laut

dan keindahan obyek-obyek wisata alam yang beranekaragam secara

tidak langsung telah membuat para perusahaan-perusahaan jasa

wisata berbondong-bondong ke Raja Ampat. Melalui berbagai

program paket perjalanan para investor ini mendatangkan wisatawan

ke kabupaten bahari ini. Diharapkan para investor tidak hanya

memanfaatkan keindahan Raja Ampat untuk meraih keuntungan

semata, melainkan bagaimana dengan kehadiran para investor,

Page 37: Kebijakan Pariwisata Kabupaten Raja Ampat

93

perkembangan pariwisata dapat memberikan kemanfaatan bagi

masyarakat lokal di Raja Ampat. Untuk inilah peran investor

dituntut mengambil peran lebih untuk memberdayakan masyarakat

lokal di sekitar obyek wisata berada.