ragam bahasa

23
RAGAM BAHASA Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus harus menguasai bahasanya. Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya. Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat : 1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. 2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia. 3. Alat untuk mengidentifikasi diri. Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa : 1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains, bahasa jurnalistik, dsb. 2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya. 3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek bahasa bali,

Upload: syafrida-ariyani

Post on 05-Jul-2015

1.195 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: RAGAM BAHASA

RAGAM BAHASA

Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak

menyebabkan gangguan pada komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan dan pola-pola

yang dibentuk mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat. Agar komunikasi

yang dilakukan berjalan lancar dengan baik, penerima dan pengirim bahasa harus

harus menguasai bahasanya.

Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbitrer yang dihasilkan oleh alat

ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat komunikasi, kerja sama dan identifikasi

diri. Bahasa lisan merupakan bahasa primer, sedangkan bahasa tulisan adalah bahasa

sekunder. Arbitrer yaitu tidak adanya hubungan antara lambang bunyi dengan

bendanya.

Fungsi Bahasa Dalam Masyarakat :

1. Alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia.

2. Alat untuk bekerja sama dengan sesama manusia.

3. Alat untuk mengidentifikasi diri.

Macam-Macam dan Jenis-Jenis Ragam / Keragaman Bahasa :

1. Ragam bahasa pada bidang tertentu seperti bahasa istilah hukum, bahasa sains,

bahasa jurnalistik, dsb.

2. Ragam bahasa pada perorangan atau idiolek seperti gaya bahasa mantan presiden

Soeharto, gaya bahasa benyamin s, dan lain sebagainya.

3. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu wilayah atau dialek

seperti dialek bahasa madura, dialek bahasa medan, dialek bahasa sunda, dialek

bahasa bali, dialek bahasa jawa, dan lain sebagainya.

4. Ragam bahasa pada kelompok anggota masyarakat suatu golongan sosial seperti

ragam bahasa orang akademisi beda dengan ragam bahasa orang-orang jalanan.

5. Ragam bahasa pada bentuk bahasa seperti bahasa lisan dan bahasa tulisan.

6. Ragam bahasa pada suatu situasi seperti ragam bahasa formal (baku) dan informal

(tidak baku).

Bahasa lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi, dan gerakan tubuh dapat

bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. Lidah

Page 2: RAGAM BAHASA

setajam pisau / silet oleh karena itu sebaiknya dalam berkata-kata sebaiknya tidak

sembarangan dan menghargai serta menghormati lawan bicara / target komunikasi.

A. RAGAM BAHASA BERDASARKAN MEDIA/SARANA

1. Ragam bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)

dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan

tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara

dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan

atau isyarat untuk mengungkapkan ide.

2. Ragam bahasa tulis

Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan

tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita

berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan

kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya

kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat,

ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda

baca dalam mengungkapkan ide.

Contoh

Ragam bahasa lisan Ragam bahasa tulis

1. Putri bilang kita harus pulang 1. Putri mengatakan bahwa kita harus pulang

2. Ayah lagi baca koran 2. Ayah sedang membaca koran

3. Saya tinggal di Bogor 3. Saya bertempat tinggal di Bogor

Page 3: RAGAM BAHASA

B. RAGAM BAHASA BERDASARKAN PENUTUR

1. Ragam bahasa berdasarkan daerah disebut ragam daerah (logat/dialek).

Luasnya pemakaian bahasa dapat menimbulkan perbedaan pemakaian bahasa.

Bahasa Indonesia yang digunakan oleh orang yang tinggal di Jakarta berbeda

dengan bahasa Indonesia yang digunakan di Jawa Tengah, Bali, Jayapura, dan

Tapanuli. Masing-masing memilikiciri khas yang berbeda-beda. Misalnya

logat bahasa Indonesia orang Jawa Tengah tampak padapelafalan/b/pada

posisiawal saat melafalkan nama-nama kota seperti Bogor, Bandung,

Banyuwangi, dll. Logat bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan /t/

seperti pada kata ithu, kitha, canthik, dll.

2. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan penutur. Bahasa Indonesia yang

digunakan oleh kelompok penutur yang berpendidikan berbeda dengan yang

tidak berpendidikan, terutama dalam pelafalan kata yang berasal dari bahasa

asing, misalnya fitnah, kompleks,vitamin, video, film, fakultas. Penutur yang

tidak berpendidikan mungkin akan mengucapkan pitnah, komplek, pitamin,

pideo, pilm, pakultas. Perbedaan ini juga terjadi dalam bidang tata bahasa,

misalnya mbawa seharusnya membawa, nyari seharusnya mencari. Selain itu

bentuk kata dalam kalimat pun sering menanggalkan awalan yang seharusnya

dipakai.

contoh:

1) Ira mau nulis surat à Ira mau menulis surat

2) Saya akan ceritakan tentang Kancil à Saya akan menceritakan tentang

Kancil.

3. Ragam bahasa berdasarkan sikap penutur. Ragam bahasa dipengaruhi

juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara (jika lisan) atau sikap penulis

terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu antara lain resmi, akrab, dan

santai. Kedudukan kawan bicara atau pembaca terhadap penutur atau penulis

juga mempengaruhi sikap tersebut. Misalnya, kita dapat mengamati bahasa

seorang bawahan atau petugas ketika melapor kepada atasannya. Jika terdapat

jarak antara penutur dan kawan bicara atau penulis dan pembaca, akan

digunakan ragam bahasa resmi atau bahasa baku. Makin formal jarak penutur

Page 4: RAGAM BAHASA

dan kawan bicara akan makin resmi dan makin tinggi tingkat kebakuan bahasa

yang digunakan. Sebaliknya, makin rendah tingkat keformalannya, makin

rendah pula tingkat kebakuan bahasa yang digunakan.

Bahasa baku merupakan ragam bahasa yang dipakai dalam situasi resmi/formal,

baik lisan maupun tulisan.

Bahasa baku dipakai dalam :

a. pembicaraan di muka umum, misalnya pidato kenegaraan, seminar, rapat dinas

memberikan kuliah/pelajaran;

b. pembicaraan dengan orang yang dihormati, misalnya dengan atasan, dengan

guru/dosen, dengan pejabat;

c. komunikasi resmi, misalnya surat dinas, surat lamaran pekerjaan, undang-

undang;

d. wacana teknis, misalnya laporan penelitian, makalah, tesis, disertasi.

Segi kebahasaan yang telah diupayakan pembakuannya meliputi

a. tata bahasa yang mencakup bentuk dan susunan kata atau kalimat, pedomannya

adalah buku Tata Bahasa Baku Indonesia;

b. kosa kata berpedoman pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI);

c. istilah kata berpedoman pada Pedoman Pembentukan Istilah;

d. ejaan berpedoman pada Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan (EYD);

e. lafal baku kriterianya adalah tidak menampakan kedaerahan.

C. RAGAM BAHASA MENURUT POKOK PERSOALAN ATAU BIDANG

PEMAKAIAN

Dalam kehidupan sehari-hari banyak pokok persoalan yang dibicarakan.

Dalam membicarakan pokok persoalan yang berbeda-beda ini kita pun

menggunakan ragam bahasa yang berbeda. Ragam bahasa yang digunakan dalam

lingkungan agama berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan

Page 5: RAGAM BAHASA

kedokteran, hukum, atau pers. Bahasa yang digunakan dalam lingkungan politik,

berbeda dengan bahasa yang digunakan dalam lingkungan ekonomi/perdagangan,

olah raga, seni, atau teknologi. Ragam bahasa yang digunakan menurut pokok

persoalan atau bidang pemakaian ini dikenal pula dengan istilah laras bahasa.

Perbedaan itu tampak dalam pilihan atau penggunaan sejumlah

kata/peristilahan/ungkapan yang khusus digunakan dalam bidang tersebut,

misalnya masjid, gereja, vihara adalah kata-kata yang digunakan dalam bidang

agama; koroner, hipertensi, anemia, digunakan dalam bidang kedokteran;

improvisasi, maestro, kontemporer banyak digunakan dalam lingkungan seni;

pengacara, duplik, terdakwa, digunakan dalam lingkungan hukum; pemanasan,

peregangan, wasit digunakan dalam lingkungan olah raga. Kalimat yang

digunakan pun berbeda sesuai dengan pokok persoalan yang dikemukakan.

Kalimat dalam undang-undang berbeda dengan kalimat-kalimat dalam sastra,

kalimat-kalimat dalam karya ilmiah, kalimat-kalimat dalam koran/majalah, dll.

Contoh kalimat yang digunakan dalam undang-undang.

Sanksi Pelanggaran Pasal 44:

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta

1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau

memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan

pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp

100.000.000,00 (seratus jutarupiah).

2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau

menjual pada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hasil hak

cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara

paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00

(lima puluh juta rupiah).

Page 6: RAGAM BAHASA

Ragam bahasa baku

Ragam bahasa baku adalah kosa kata baku bahasa indonesia,yang memiliki ciri

kaidah bahasa indonesia ragam baku,yang di jadikan tolok ukur yang di tetapkan

berdsarkan kesepakatan penutur bahasa indonesia,bukan otoritas lembaga atau intansi

di dalam menggunakan bahasa indonesia ragam baku

Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal.

Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam

pertemuan-pertemuan yang bersifat formal,misalnya dalam tulisan-tulisan ilmiah

seperti makalah, skripsi, tesis,dan disertasi, percakapan dengan pihak yang berstatus

akademis yang lebih tinggi, dan sebagainya.

 Ragam bahasa baku itu tidak selalu dikaitkan dengan kebakuan kosakata,

sebagaimana bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan yang ditetapkan

dalam Ejaan yang Disempurnakan.

Kalau kita berpegangan pada KBBI dan pedoman EYD, kita tidak akan memandang

judul-judul berita pada surat kabar sebagai judul yang sesuai dengan bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Atau ketika kita melihat bahasa pada dunia periklanan. Dijamin

kita akan langsung mengecap bahasa yang digunakan tidak baku. Tapi itu kalau kita

memakai sudut pandang preskriptif.

Sebaliknya, ketika kita melihat secara deskriptif, kita akan menyadari bahwa

sejumlah ragam bahasa yang kita lihat berbeda dari apa yang standar, sebenarnya

tidak selalu menjadi ragam bahasa tidak resmi.

Kamus Linguistik (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai

ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh

pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi misalnya seperti surat-

menyurat dinas, perundang-undangan, karangan teknis, atau bila pembicaraan

dilakukan di depan umum.

Berawal dari definisi tersebut, coba kita cermati apa yang terjadi pada surat kabar dan

dunia periklanan.

Page 7: RAGAM BAHASA

1. Apakah surat kabar dan iklan hanya akan ditujukan dan dilihat oleh orang-

orang yang biasa-biasa saja, dalam arti tidak ditujukan kepada orang yang

jelas lebih dihormati.

2. Apakah surat kabar dan iklan tidak disodorkan kepada umum?

Jawaban dari kedua kasus di atas sudah jelas tidak. Ya, surat kabar tentu saja

dinikmati oleh siapa pun yang memang berniat membacanya. Apalagi yang kedua.

Siapa saja pasti tergoda untuk membaca iklan yang dipampangkan di pinggir-pinggir

jalan, apalagi bila disajikan dengan sangat menarik.

Faktanya, ragam bahasa yang digunakan hampir kebanyakan tidak menggunakan

ragam baku. Sehingga definisi ragam baku yang disebutkan terakhir, yaitu “bila

pembicaraan dilakukan di depan umum” kini boleh dibilang sudah bergeser.

Ragam bahasa baku itu tampaknya berlaku bagi kalangan tertentu yang menjadi

bahasa sasaran kelompok terkait. Dengan demikian, bagi kalangan X, berlakulah

ragam bahasa X.

Bagi dunia periklanan, misalnya, ragam bahasa yang dianggap baku ialah bahasa

yang lebih bersifat menjual; selama bersifat menjual, bakulah bahasa mereka

meskipun kalau ditilik secara preskriptif pastilah tidak tepat. Atau bagi kalangan

penerbitan, gaya selingkung mereka merupakan standar kebakuan yang tidak boleh

tidak diikuti oleh para editornya karena dengan demikian mereka menjaga

konsistensinya, terlepas dari perkembangan kebakuan yang dirumuskan oleh pihak

Pusat Bahasa. Demikian pula, bagi kalangan anak muda atau remaja- remaja saat ini,

bahasa gaul menjadi ragam bahasa baku mereka sendiri.

Ragam bahasa Lisan

Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan

fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa,

kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan

tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk

mengungkapkan ide.

Ragam bahasa lisan di dukung oleh situasi pemakaian sehingga kemungkinan besar

terjadi peleepasan kalimat. Namun hal itu tidak mengurangi ciri kebakuannya.

Dengan demikian,ketetapan dalam pilihan kata dan bentuk kata serta kelengkapan

Page 8: RAGAM BAHASA

unsur-unsur di dalam struktur kalimat tidak menjadi ciri kebakuan dalam ragam

bahasa lisan karena situasi dan kondisi pembicaraanmenjadi pendukung di dalam

memahami makna gagasan yang di sampaikan secara lisan.

Ini pertentangan yang sering terjadi. Ketika beralih ke dalam bahasa tulisan,

kebanyakan kita ternyata hanya sekadar memindahkan tuturan-tuturan kita ke dalam

bentuk tulisan. Dengan kata lain, kita sekadar mentranskrip tuturan kita.

Sekadar contoh, kebanyakan kita akan mengucapkan kuatir daripada khawatir. Ketika

kita menulis, kita cenderung menuliskan kuatir daripada khawatir. Contoh lain, kita

juga suka kata merubah daripada mengubah, suatu salah kaprah yang berawal dari

kekeliruan proses morfologi. Kita juga sering menulis kotbah daripada khotbah. Atau

ijin untuk izin. Dan masih banyak daftar yang bisa ditambahkan

Sebagai penulis, entah itu penulis surat, penulis kartu pos, penulis surat elektronik

alias e-mail, maupun penulis blog, hal ini penting kita ketahui. Tentunya bukan

sekadar menikmati alam kebebasan berekspresi saja. Bukan tidak mungkin bila suatu

saat pemahaman akan hal ini akan membantu kita.

Hal pertama, tentu saja, sebagai bentuk pelatihan bahasa secara mandiri. Rajin

melihat kamus, membandingkan bentuk baku dan bentuk nonbaku jelas akan

meningkatkan kecermatan kita. Bentuk-bentuk bersaing dalam kamus biasanya diberi

keterangan khusus dalam kamus. Bentuk nonbakunya biasa akan dirujuk ke bentuk

baku.

Hal kedua, kita juga perlu sadar bahwa salah satu ciri bahasa tulis memang sifatnya

yang terkesan lebih baku. Kalaupun tidak baku, setidaknya disampaikan dengan

bahasa populer yang masih tidak amburadul.

Contoh bahasa lisan berdasarkan tata bahasa dan kosa kata :

-          Ari sedang baca buku.

-          Saya tinggal di Bekasi.

-          Saya mau nulis surat.

Page 9: RAGAM BAHASA

Contoh bahasa lisan berdasarkan kosa kata :

-          Mustafa bilang kalau kita harus belajar.

-          Saya harus bikin penulisan ilmiah.

Ragam bahasa baku itu merupakan ragam bahasa yang standar, bersifat formal.

Tuntutan untuk menggunakan ragam bahasa seperti ini biasa ditemukan dalam

pertemuan-pertemuan yang bersifat formal, dalam tulisan-tulisan ilmiah (makalah,

skripsi, tesis, disertasi), percakapan dengan pihak yang berstatus akademis yang lebih

tinggi, dan sebagainya.

Semula, saya berpikir bahwa ragam bahasa baku itu hanya ada satu. Namun,

berdasarkan pengamatan (harus saya akui, ini masih berupa sekilas, belum

mendalam) sejauh ini, ragam bahasa baku itu tidak melulu dikaitkan dengan

kebakuan kosakata, sebagaimana bisa dilihat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

dan yang ditetapkan dalam Ejaan yang Disempurnakan.

Kalau kita berpegangan pada KBBI dan pedoman EYD, kita tidak akan memandang

judul-judul berita pada surat kabar sebagai judul yang sesuai dengan bahasa Indonesia

yang baik dan benar. Atau ketika kita melihat bahasa pada dunia periklanan. Dijamin

kita akan langsung mengecap bahasa yang digunakan tidak baku. Tapi itu kalau kita

memakai sudut pandang preskriptif.

Sebaliknya, ketika kita melihat secara deskriptif, kita akan menyadari bahwa

sejumlah ragam bahasa yang kita lihat berbeda dari apa yang standar, sebenarnya

tidak melulu menjadi ragam bahasa tak resmi.

Kamus Linguistik (2001: 184) mendefinisikan ragam resmi (baku) itu sebagai

ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati oleh

pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat dinas,

perundang-undangan, karangan teknis), atau bila pembicaraan dilakukan di depan

umum.

Berangkat dari definisi tersebut, coba kita cermati apa yang terjadi pada surat kabar

dan dunia periklanan.

Page 10: RAGAM BAHASA

1. Apakah surat kabar dan iklan hanya akan ditujukan dan dilihat oleh orang-

orang yang biasa-biasa saja, dalam arti tidak ditujukan kepada orang yang

jelas lebih dihormati.

2. Apakah surat kabar dan iklan tidak disodorkan kepada umum?

Jawaban dari kedua kasus di atas sudah jelas tidak. Ya, surat kabar tentu saja

dinikmati oleh siapa pun yang memang berniat membacanya. Apalagi yang kedua.

Siapa saja pasti tergoda untuk membaca iklan yang dipampangkan di pinggir-pinggir

jalan, apalagi bila disajikan dengan sangat menarik.

Faktanya, ragam bahasa yang digunakan hampir kebanyakan tidak menggunakan

ragam baku. Sehingga definisi ragam baku yang disebutkan terakhir, yaitu “bila

pembicaraan dilakukan di depan umum” kini boleh dibilang sudah bergeser.

Meski demikian, timbul pula pemikiran baru dalam benak saya. Bahwa ragam bahasa

baku itu tampaknya berlaku bagi kalangan tertentu yang menjadi bahasa sasaran

kelompok terkait. Dengan demikian, bagi kalangan A, berlakulah ragam bahasa A.

Bagi dunia periklanan, misalnya, ragam bahasa yang dianggap baku ialah bahasa

yang lebih bersifat menjual; selama bersifat menjual, bakulah bahasa mereka

meskipun kalau ditilik secara preskriptif pastilah tidak tepat. Atau bagi kalangan

penerbitan, gaya selingkung mereka merupakan standar kebakuan yang tidak boleh

tidak diikuti oleh para editornya karena dengan demikian mereka menjaga

konsistensinya, terlepas dari perkembangan kebakuan yang dirumuskan oleh pihak

Pusat Bahasa. Demikian pula, bagi kalangan anak muda, bahasa gaul menjadi ragam

bahasa baku mereka sendiri.

Akhirnya, definisi ragam bahasa baku itu, menurut hemat saya, hanya relevan sampai

kepada “ragam bahasa yang dipakai bila kawan bicara adalah orang yang dihormati

oleh pembicara, atau bila topik pembicaraan bersifat resmi (mis. surat-menyurat

dinas, perundang-undangan, karangan teknis)”.

Bersamaan dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Agustus 1945, diangkat pulalah bahasa Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu

dinyatakan dalam Uud 1945, Bab XV, Pasal 36. Pemilihan bahasa sebagai bahasa

Negara bukanlah pekerjaan yang mudah dilakukan. Terlalu banyak hal yang harus

dipertimbangkan. Salah timbang akan mengakibatkan tidak stabilnya suatu

Page 11: RAGAM BAHASA

negara.Sebagai contoh konkret, negara tetangga kita Malaysia, Singapura, Filipina,

dan India, masih tetap menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi di

negaranya, walaupun sudah berusaha dengan sekuat tenaga untuk menjadikan

bahasanya sendiri sebagai bahasa resmi.

Hal-hal yang merupakan penentu keberhasilan pemilihan suatu bahasa sebagai

bahasa negara apabila (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh sebagian besar

penduduk

negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih menyeluruh penyebarannya,

dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk negara itu. Bahasa-bahasa

yang terdapat di Malaysia, Singapura, Filipina, dan India tidak mempunyai ketiga

faktor di atas, terutama faktor yang nomor (3). Masyarakat multilingual yang terdapat

di negara itu saling ingin mencalonkan bahasa daerahnya sebagai bahasa negara.

Mereka saling menolak untuk menerima bahasa daerah lain sebagai bahasa resmi

kenegaraan. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketig faktor di atas

sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928. Bahkan, tidak hanya itu.

Sebelumnya bahasa Indonesia sudah menjalankan tugasnya sebagai bahasa nasional,

bahasa pemersatu bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi

negara-negara lain, bagi kita tidak merupakan persoalan. Oleh sebab itu, kita patut

bersyukur kepada Tuhan atas anugerah besar ini.

Dalam “Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional” yang diselenggarakan di

Jakarta pada tanggal 25 s.d. 28 Februari 1975 dikemukakan bahwa di dalam

kedudukannya

sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia befungsi sebagai

(1) bahasa resmi kenegaraan,

(2) bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,

(3) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta pemerintah, dan

(4) bahasa resmi di dalam pengembangan kebudayaan dan pemanfaatan ilmu

pengetahuan serta teknologi modern.

Page 12: RAGAM BAHASA

Ragam Bahasa Baku Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa baku dijadikan sebagai bahasa

pemersatu di wilayah Indonesia yang memiliki beragam bahasa di setiap daerah.

Dalam bahasa Indonesia ditemukan sejumlah ragam bahasa. Ragam bahasa

merupakan salah satu dari sejumlah variasi yang terdapat dalam pemakaian bahasa.

Variasi itu muncul karena pemakaian bahasa memerlukan alat komunikasi yang

sesuai dengan situasi dan kondisinya. Ragam tertentu dipakai untuk kepentingan yang

sifatnya formal, dan ragam yang lain dipakai untuk kepentingan yang tidak formal.

Dalam ragam formal misalnya digunakan untuk pidato kenegaraan, khotbah, kuliah,

penyiaran berita lewat radio atau televise, penulisan yang bersifat resmi. Berdasarkan

media dan sasarannya, ditemukan ragam lisan dan ragam tulis. Surat merupakan salah

satu bentuk komunikasi tulis yang masih sangat penting sampai saat ini. Gagasan/

informasi secara lengkap dapat disampaikan penulis melalui surat.

Menulis surat ternyata tidak sesederhana yang kita bayangkan. Terbukti

setelah seseorang memulai menulis surat, baru menyadari bahwa membuat surat

cukup menyulitkan

Hal itu terjadi karena penulis sebenarnya belum siap atau tak memiliki dasar

pengetahuan tentang bagaimana cara menulis surat yang benar. Menulis surat yang

baik tentunya mengandung bagian-bagian yang memenuhi persyaratan sebuah surat

yang baik. Bisa saja semua orang dapat menulis surat, tetapi apakah surat yang ditulis

itu sudah memenuhi persyaratan yang benar? Tentu saja para

penulis surat dituntut harus belajar lebih banyak tentang bagaimana cara menulis

surat yang benar, tidak hanya sekedar penyampaian maksud dan isi hati semata-mata.

Yang menerima surat akan menilai bahwa surat yang dibacanya kurang sopan, kurang

jelas, kurang komunikatif,

kurang memenuhi syarat sebagai surat yang baik dan benar. Sebaiknya kita hindari

tanggapan orang semacam itu.

Penulisan yang dimaksud tentunya surat-surat yang utamanya adalah surat

resmi yang dipergunakan oleh dinas pemerintahan, perusahaan-perusahaan dan

instansi-instansi. Surat dinas merupakan surat resmi sehingga dalam pemakaian

bahasa surat harus mempergunakan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Penulisan surat resmi dengan menggunakan bahasa Indonesia harus sesuai dengan

tata bahasa Indonesia serta sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Page 13: RAGAM BAHASA

yang disempurnakan atau sesuai dengan aturan penggunaan bahasa baku. Kesalahan-

kesalahan yang sering terjadi dalam penulisan surat resmi ialah penggunaan bahasa

yang tidak baku. Oleh karena itu dalam penggunaan ragam bahasa baku tulis

diperlukan

kecermatan dan ketepatan didalam pemilihan kata, penerapan kaidah ejaan, struktur

bentuk kata dan struktur kalimat, serta unsur-unsur bahasa di dalam struktur kalimat.

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Kondisi bahasa Indonesia masa kini merupakan kondisi kumulatif dari

kondisi- kondisi sebelumnya yang kurang mendukung upaya pembinaan dan

pengembangan bahasa. Hal itu terjadi karena sejak kemerdekaan Republik Indonesia

tidak ada contoh dan teladan dari para pemimpin bangsa.

Isi pernyataan itu mengemuka sesuai dengan catatan Profesor Zainal Arifin,

59 tahun, Peneliti Madia Bidang Bahasa dari Pusat Bahasa, seperti yang disampaikan

kepada johnherf, Minggu 30/9 pagi di Jakarta.

Perihal suri teladan pimpinan ia kemukakan sebagai bentuk perhatian yang

kurang serius. Ketidakseriusan berbahasa Indonesia merupakan kondisi kumulatif.

Lebih jauh lagi, pendamping bahasa di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

dalam pembahasan serbaneka rancangan undang-undang ini mengungkap kondisi

sebelumnya juga kurang mendukung upaya pembinaan dan pengembangan bahasa.

“Tidak ada contoh dan teladan dari pemimpin bangsa,” tegas Profesor kelahiran

Tasikmalaya, 28/3.

Adapun jargon bahasa Sukarno, misalnya, kata pengarang buku “Morfologi:

Bentuk, Makna, dan Fungsi” ialah “Kami punya bangsa, kami punya negara, kami

punya rakyat.” Gaya bahasa Suharto, misalnya memperhatiken, menginginken,

semangkin. Bahasa Habibie, misalnya technologi, ikonomi. Gaya bahasa Gus Dur,

“Gitu aja kok repot,” dan “Gak usah didengerin.” Lantas, gaya bahasa Megawati,

tidak jelas (Bali, Jawa, Bengkulu), dan pemimpin masyarakat bangsa dan negara

Republik Indonesia, SBY bergaya bahasa, menurut Guru Besar Bahasa

Indonesia/Linguistik pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas, Universitas

Trisakti, Universitas Mercu Buana, Universitas Tarumanagara, Institut Ilmu

Page 14: RAGAM BAHASA

Pemerintahan Abdi Negara, Universitas Indonusa Esa Unggul, dan Universitas

Nasional Jakarta ini, yakni “I don’t care with popularity.”

Lebih-lebih pada era reformasi ini, ujar Profesor Zainal Arifin, bahasa

Indonesia makin goyah karena goyahnya budaya nasional dan budaya suku dengan

alasan kini sudah era bebas bicara dan bebas berekspresi, sudah era globalisasi.

“Akibatnya, bahasa Indonesia berantakan dan memprihatinkan,” tegasnya.

Bahasa Indonesia masa kini, katanya, diganggu dari berbagai penjuru, seperti bahasa

gaul, bahasa Betawi, bahasa pelesetan, dan bahasa asing. Berikut ini contoh-contoh

serbaneka gangguan.

Contoh Bahasa Gaul

Nondra yuk bow! (Nonton yuk bow!)

Bolelebo, jambore berapipa? (Boleh jam berapa?)

Jambore enam anjas ye? (Jam enam aja ya?)

Ketumbar di sandro ye. (Oke, ketemu di sana ya.?)

Contoh Bahasa Betawi

Gapapa klo lho blon tau sape aQu;

Gitu aja kok repot, nggak usah didengerin, gak perlu diurusin; uda, gimana, makasih,

gini, truZ, dikit;

Hari gini pengennya pasti dapet.

Nyok kite bareng bikin Jakarte lebih baek dari kemaren.

BAHASA INDONESIA DULU

Penggunaan Bahasa Indonesia di Zaman Dulu.

Bahasa Indonesia pada waktu dulu sangat tidak divariasikan dalam pengucapan

berbicaranya, dalam penyampaiannya pun kata-katanya hampir baku, tapi tidak

semua warga Indonesia pada waktu itu berbicara dengan bahasa Indonesia yang baik

dan benar. Hanya orang-orang yang berpendidikanlah yang penggunaan bahasa

Indonesianya baku, karena kita ketahui pada zaman dulu jarang orang-orang yang

dapat bersekolah. Hanya orang yang mempunyai uanglah yang dapat bersekolah.

Page 15: RAGAM BAHASA

Walaupun begitu, penggunaan bahasa Indonesia di zaman dulu lebih baik dari

penggunaan bahasa Indonesia di zaman sekarang.

BAHASA INDONESIA SEKARANG

Penggunaan Bahasa Indonesia di Zaman Sekarang

Bahasa Indonesia di zaman sekarang ini sudah banyak divariasikan dalam

pengucapan berbicaranya. Dalam penyampaianpun kata-katanya sudah tidak baku

lagi, hal ini disebabkan karena era globaliasi yang berkembang pesat di Indonesia,

karena pengaruh-pengaruh budaya luar masuk ke Indonesia termasuk cara gaya

berbicaranya, oleh karena itu, sekarang ini bahasa Indonesia yang baku sudah jarang

dipakai lagi karena dampak globalisasi itu. Orang-orang berbicara dengan kata-kata

yang baku hanya dipakai di kalangan lingkungan sekolah, atau jika sedang

berlangsungnya rapat. Kejadian ini sungguh sangat ironi sekali karena seharusnya

kita sebagai bangsa Indonesia membanggakan bahasa kita sendiri, tapi malah kita

yang tidak berbicara dengan berbahasa Indonesia.

BAHASA INDONESIA KEDEPAN

Penggunaan Bahasa Indonesia Kedepannya

Mungkin gaya bicara warga Indonesia ke depan diprediksi sudah tidak sama sekali

menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapanya sehari-hari, nanti mungkin akan

berbicara dengan bahasa negara lain, hal ini dapat kita lihat dari sekolah-sekolah

menengah ke atas yang hampir rata-rata mengedepankan pelajaran-pelajaran bahasa

Inggris dan bahasa Jepang, bahkan sekarang ini sudah banyak sekolah menengah ke

atas yang mempelajari bahasa Jerman dan Arab. Itu semua dimasukan ke dalam

pembelajaran yang pokok, sedangkan bahasa Indonesia sendiri sudah jarang

dipelajari karena beranggapan bahasa kita sendiri, jadinya dianggap sepele padahal

justru bahasa kita sendirilah yang harus kita lestarikan. Kita juga dapat melihat dari

perguruan-perguruan tinggi yang tes masuknnya itu harus dengan menguasai bahasa

inggris, ini sangat ironi sekali justru seharusnya tes itu memakai bahasa Indonesia

karena itu sama saja kita dari dini sudah tidak tertanam berbahasa Indonesia yang

baku lagi, tapi sudah tertanam oleh bahasa luar. Hal-hal itulah yang menjadi

penyebab bahasa Indonesia kedepannya nanti akan tidak dipakai lagi bahkan

mungkin juga akan hilang.