radikalisasi pemuda.docx

3
KESIMPULAN PENELITIAN tentang radikalisasi pemuda (dalam tubuh PRD) ini mencoba memanfaatkan konsep strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens yang mengandaikan adanya dialektika saling bermain (interplay) antara struktur dan agen dalam melihat objek ilmu social. Teori strukturasi memang dimaksudkan oleh Giddens sebagai alternatif cara pandang baru dalam melihat obyek ilmu sosial yang selama ini terjebak dalam dualisme (dualism) pelaku versus struktur. Obyek utama ilmu sosial, menurut Giddens, bukanlah soal ‘peran sosial’ (social role) seperti dalam fungsionalisme Talcott Parsons, bukan kode tersembunyi (hidden code) seperti dalam strukturalisme Levi-Strauss, juga bukan ‘keunikan situasional’ seperti dalam interaksionisme-simbolis Irving Goffman. Obyek utama ilmu social juga bukan terletak aspek keseluruhan, bukan bagian; bukan struktur dan bukan juga pelaku perorangan, melainkan titik temu antara keduanya. Itulah ‘praktik sosial yang berulang serta terpola dalam lintas ruang dan waktu’. Dalam konteks teori strukturasi ini Giddens melihat apa yang disebut pelaku adalah orang-orang yang konkret dalam arus kontinyu tindakan dan peristiwa di dunia. Sementara struktur bukanlah nama bagi totalitas gejala, bukan kode tersembunyi seperti dalam strukturalisme, bukan pula kerangka keterkaitan bagian-bagian dari suatu totalitas seperti dalam fungsionalisme. Struktur adalah aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk dari dan membentuk perulangan praktik sosial. Dalam teori strukturasi, kekuasaan misalnya, bukanlah gejala yang terkait dengan struktur atau sistem, melainkan kapasitas yang melekat pada pelaku. Tidak ada struktur tanpa pelaku, begitu pula tidak ada struktur dominasi tanpa relasi kekuasaan yang berlangsung di antara pelaku yang konkrit. Penguasaan terjadi lewat mobilisasi struktur dominasi. Ada dua sumber daya yang membentuk skemata dominasi, yaitu penguasaan alokatif atas barang/hal (ekonomi) dan penguasaan otoritatif atas orang lain, entah dalam sistem totaliter, otoriter, ataupun penjara. Giddens menamakan gejala ini sebagai dialektika kontrol (the dialectic of control). 1 Melalui pemetaan teoritik seperti inilah 1

Upload: imam-masngud

Post on 09-Aug-2015

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Radikalisasi Pemuda.docx

KESIMPULAN

PENELITIAN tentang radikalisasi pemuda (dalam tubuh PRD) ini mencoba memanfaatkan konsep strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens yang mengandaikan adanya dialektika saling bermain (interplay) antara struktur dan agen dalam melihat objek ilmu social. Teori strukturasi memang dimaksudkan oleh Giddens sebagai alternatif cara pandang baru dalam melihat obyek ilmu sosial yang selama ini terjebak dalam dualisme (dualism) pelaku versus struktur. Obyek utama ilmu sosial, menurut Giddens, bukanlah soal ‘peran sosial’ (social role) seperti dalam fungsionalisme Talcott Parsons, bukan kode tersembunyi (hidden code) seperti dalam strukturalisme Levi-Strauss, juga bukan ‘keunikan situasional’ seperti dalam interaksionisme-simbolis Irving Goffman. Obyek utama ilmu social juga bukan terletak aspek keseluruhan, bukan bagian; bukan struktur dan bukan juga pelaku perorangan, melainkan titik temu antara keduanya. Itulah ‘praktik sosial yang berulang serta terpola dalam lintas ruang dan waktu’.

Dalam konteks teori strukturasi ini Giddens melihat apa yang disebut pelaku adalah orang-orang yang konkret dalam arus kontinyu tindakan dan peristiwa di dunia. Sementara struktur bukanlah nama bagi totalitas gejala, bukan kode tersembunyi seperti dalam strukturalisme, bukan pula kerangka keterkaitan bagian-bagian dari suatu totalitas seperti dalam fungsionalisme. Struktur adalah aturan (rules) dan sumberdaya (resources) yang terbentuk dari dan membentuk perulangan praktik sosial.

Dalam teori strukturasi, kekuasaan misalnya, bukanlah gejala yang terkait dengan struktur atau sistem, melainkan kapasitas yang melekat pada pelaku. Tidak ada struktur tanpa pelaku, begitu pula tidak ada struktur dominasi tanpa relasi kekuasaan yang berlangsung di antara pelaku yang konkrit. Penguasaan terjadi lewat mobilisasi struktur dominasi. Ada dua sumber daya yang membentuk skemata dominasi, yaitu penguasaan alokatif atas barang/hal (ekonomi) dan penguasaan otoritatif atas orang lain, entah dalam sistem totaliter, otoriter, ataupun penjara. Giddens menamakan gejala ini sebagai dialektika kontrol (the dialectic of control).1 Melalui pemetaan teoritik seperti inilah munculnya radikalisme kaum muda di tengah tekanan rezim otoriter, seperti dilihat dalam buku ini, tetap dapat dipahami.

Penelitian ini memang tidak mengeksplorasi seluruh (tiga) aspek prinsip structural yang disebut Giddens; yang mencakup struktur signifikasi (signification), struktur dominasi (domination) dan struktur legitimasi (legitimation). Melainkan hanya mengeksplorasi satu aspek prinsip struktur; yaitu struktur dominasi, yang dipraktekkan pada dua aspek besar; politik dan ekonomi. Sejauh berada dalam pembahasan struktur dominasi (politik dan ekonomi) tersebut, teori strukturasi yang dikemukakan oleh Anthony Giddens jelas sangat

1

Page 2: Radikalisasi Pemuda.docx

relevan untuk membantu menjelaskan terjadinya radikalisasi pemuda di dalam tubuh Partai Rakyat Demokratik (PRD).

Dalam peta pemikiran dan aksi kelompok pada era Soeharto, PRD dikelompokkan oleh David Borchier dan Vedi Hadiz ke dalam kelompok “radikal”, bukan kelompok Organik, Islam, dan Pluralis.2 Hal ini dikarenakan PRD lebih menuntut perubahan struktur masyarakat dan bukan hanya perubahan pemerintah, seperti yang dikemukakan oleh berbagai kelompok mahasiswa dan oposisi saat itu. Sementara jika dilihart dari ideologinya PRD berbasis “social demokrasi kerakyatan” dan tidak secara eksplisit menganut asas komunisme karena menggunakan istilah “rakyat,” “komite,” dan “komisaris politik.”

Aspek keradikalan PRD dapat dengan jelas dilihat dalam rencana program, strategi dan taktik perjuangan mereka (naskah terlampir dalam buku ini). Di situ PRD secara eksplisit menyatakan bahwa konsentrasi PRD diarahkan pada upaya membangun kepemimpinan yang dapat meradikalisir-memilitankan memprofesionalkan aksi-aksi kaum buruh, terutama kaum buruh industri manufaktur. PRD dengan kesadaran penuh memposisikan diri hendak mempelopori lahirnya politik partisan oposisi yang menurut mereka sudah terbukti sanggup melawan kekuatan Orde Baru dengan cara radikal-militan sejak tahun 1970-an. Salah satu prinsip dari strategi-taktik PRD adalah mendasarkan diri pada hukum realitas obyektif, bukan atas dasar keinginan subyektif.

Dalam analisa PRD, Orde Baru telah berhasil melahirkan kaum buruh industri-manufaktur dalam jumlah yang signifikan yaitu sekitar 10,5 juta (1996). Jumlah buruh yang besar ini bagi PRD adalah potensi yang harus dipimpin dan diarahkan untuk menciptakan situasi politik perlawanan dan membawa sekutu-sekutu untuk berjuang bersama.

“dalam proses perjuangannya, kaum buruh terbukti, dalam kasus Medan misalnya, berpotensi memimpin/memegang kepeloporan untuk merebut, membuka demokrasi-liberal yang sejati hingga ke tahap sepenuh-penuhnya, yang dapat memudahkan laju bagi perjuangan rakyat. Oleh karena itu, proses dari strategi-taktik sebagai kondisi subyektif yang harus dimaksimalkan sebagai respon kita adalah menanggapi kenyataan bahwa aksi-aksi kaum buruh―baik yang terpimpin maupun yang spontan―terus meningkat, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya.”3

Meski aksi yang dilakukan oleh berbagai kelompok masyarakat dan mahasiswa untuk menentang rezim Soeharto sudah banyak muncul

2 3