radar surabaya rabu, 24 februari 2016 halaman 26 … filengati peristiwa pertempu ran 10 november...

1
layouter: edy subagyardjo RADAR SURABAYA l RABU, 24 FEBRUARI 2016 HALAMAN 26 BANGSA yang besar adalah bangsa yang meng- hargai jasa-jasa pahlawan- nya. Pepatah ini mungkin cocok untuk menggambar- kan kondisi saat ini. Apabila kita flashback, tepatnya pa- da tanggal 10 November 1945, masih tersirat di dalam benak pertempuran antara arek-arek Suroboyo melawan Belanda. Pertempuran itu mem- buat banyak nyawa para pejuang gugur di medan peperangan. Untuk meng- hargai jasa dan pengorba- nan para pahlawan yang tewas di medan perang tersebut, dibangunlah Tu- gu Pahlawan yang kini menjadi ikon kota Sura- baya sekaligus sebagai penanda sehingga sampai saat ini terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan. Surabaya menjadi satu- satunya kota di dunia yang berjuluk The Heroes City. Ada dua pendapat me- ngenai siapa yang menjadi pemrakarsa sekaligus ar- sitek tugu atau monumen yang terletak di Jalan Pahlawan tersebut. Menu- rut catatan sejarawan Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Su- rabaya alias Wali Kota Su- rabaya. Ia meminta arsi- tek Tionghoa, Ir. Tan, untuk merancang gambar monumen yang dimaksud dan selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno. Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, pemra- karsa monumen ini adalah Monumen dan Museum Tugu Pahlawan Edukasi Nilai Kepahlawanan ke Kawula Muda Ir. Soekarno sendiri. Ide ini mendapat perhatian khusus dari Wali Kota Doel Arnowo. Untuk perenca- naan dan gambarnya di- serahkan kepada Ir. R. Soeratmoko yang menjadi pemenang dalam sayembara pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini. Pada awalnya, pekerjaan pembangunan monumen Tugu Pahlawan ditangani oleh pemkot sendiri. Ke- mudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation dan diteruskan oleh pemborong Saroja. Monumen yang dibangun selama sepuluh bulan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952. Monumen berbentuk lingga atau paku terbalik ini dibangun setinggi 41,15 meter. Tubuh monumen berbentuk lengkungan-leng- kungan (canalures) sebanyak 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures ini meng- andung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945. Suatu tanggal bersejarah bukan hanya bagi warga Surabaya, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, Tugu Pahlawan di- bangun untuk memperi- ngati peristiwa pertempu- ran 10 November 1945 yang sangat heroik di Surabaya. Dimana, arek-arek Suro- boyo dengan senjata ala kadarnya harus mengha- dapi salah satu pasukan tempur terbaik di dunia saat itu yakni pasukan se- kutu (allied forces) yang diboncengi tentara Be- landa yang hendak men- jajah kembali Indonesia. Di tempat itu pula dulu dibangun markas tentara Kempetai Jepang yang menempati bangunan be- kas Raad van Justitie atau gedung pengadilan Be- landa era VOC. Sehingga, rasanya tepat Presiden RI Soekarno memilih areal ini. Bahkan lewat SK Wali Kota Surabaya No 188.45/251/402.1.04/1996, bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya de- ngan nomor urut 45. Untuk mengenang jasa pahlawan sekaligus mem- berikan nilai edukasi ke para generasi muda, di ba- wah Tugu Pahlawan ter- sebut kini terdapat sebuah museum di bawah tanah sedalam sekitar tujuh meter. Museum ini dires- mikan pada tanggal 19 Februari 2000 lalu oleh Presiden K.H. Abdurrah- man Wahid. Pembangunan museum itu seiring dengan pem- benahan lanskap Tugu Pahlawan sehingga men- jadi seperti sekarang tan- pa pagar di sekelilingnya yang dilaksanakan pada kurun tahun 1991-1996. Kepala UPTD Tugu Pah- lawan dan Balai Pemuda Resti Sri Hartanti menga- takan bahwa program pri- oritas dari pengelola mu- seum adalah mengubah mindset dan pemikiran ma- syarakat agar menghargai dan mencintai sejarah dan kebudayaan bangsanya. “Museum ini menjaga kelestarian dan pening- galan sisa-sisa perang 10 November. Selain itu, mu- seum juga merupakan jen- dela kebudayaan untuk warga agar dapat mengakses informasi tentang sejarah.” kata Resti. (don/jay) ANDY SATRIA/RADAR SURABAYA KOTA PAHLAWAN: Monumen Tugu Pahlawan yang menjadi kebanggaan dan identitas warga Surabaya.

Upload: trandieu

Post on 03-May-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: RADAR SURABAYA Rabu, 24 FebRuaRi 2016 halaman 26 … filengati peristiwa pertempu ran 10 November 1945 yang sangat heroik di Surabaya. Dimana, arekarek Suro ... galan sisasisa perang

layouter: edy subagyardjo

RADAR SURABAYA l Rabu, 24 FebRuaRi 2016 halaman 26

Bangsa yang besar ada lah bangsa yang meng­har gai jasa­jasa pahla wan­nya. Pepatah ini mung kin cocok untuk meng gam bar­kan kondisi saat ini. Apabila kita flashback, tepatnya pa­da tanggal 10 November 1945, masih tersirat di dalam benak pertempuran antara arek­arek Suroboyo melawan Belanda.

Pertempuran itu mem­buat banyak nyawa para pe juang gugur di medan pe perangan. Untuk meng­har gai jasa dan pengor ba­

nan para pahlawan yang tewas di medan perang ter sebut, dibangunlah Tu­gu Pahlawan yang kini men jadi ikon kota Sura­baya sekaligus sebagai penanda sehingga sampai saat ini terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan. Surabaya menjadi satu­satunya kota di dunia yang berjuluk The Heroes City.

Ada dua pendapat me­nge nai siapa yang menjadi pemrakarsa sekaligus ar­sitek tugu atau monumen yang terletak di Jalan

Pah lawan tersebut. Me nu­rut catatan sejarawan Gatot Barnowo, monumen ini diprakarsai oleh Doel Arnowo yang saat itu menjabat sebagai Kepala Daerah Kota Besar Su­rabaya alias Wali Kota Su­rabaya. Ia meminta arsi­tek Tionghoa, Ir. Tan, untuk merancang gambar monumen yang dimaksud dan selanjutnya diajukan kepada Presiden Soekarno.

Sedangkan menurut Ir. Soendjasmono, pemra­karsa monumen ini adalah

monumen dan museum Tugu Pahlawan

Edukasi Nilai Kepahlawanan ke Kawula Muda

Ir. Soekarno sendiri. Ide ini mendapat perhatian khu sus dari Wali Kota Doel Arnowo. Untuk peren ca­naan dan gambarnya di­serahkan kepada Ir. R. Soeratmoko yang menjadi pe menang dalam sayem bara pemilihan arsitek untuk membangun monumen ini.

Pada awalnya, pekerjaan pembangunan monumen Tugu Pahlawan ditangani oleh pemkot sendiri. Ke­mudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation dan diteruskan oleh pemborong Saroja. Monumen yang dibangun selama sepuluh bulan ini diresmikan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 10 November 1952.

Monumen berbentuk ling ga atau paku terbalik ini dibangun setinggi 41,15 meter. Tubuh monumen

ber bentuk lengkungan­leng­kungan (canalures) sebanyak 10 lengkungan dan terbagi atas 11 ruas. Tinggi, ruas, dan canalures ini meng­andung makna tanggal 10, bulan 11, tahun 1945.

Suatu tanggal bersejarah bukan hanya bagi warga Surabaya, tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab, Tugu Pahlawan di­bangun untuk mempe ri­ngati peristiwa pertempu­ran 10 November 1945 yang sangat heroik di Surabaya.

Dimana, arek­arek Suro­boyo dengan senjata ala ka darnya harus mengha­dapi salah satu pasukan tempur terbaik di dunia saat itu yakni pasukan se­kutu (allied forces) yang di boncengi tentara Be­landa yang hendak men­jajah kembali Indonesia. Di tempat itu pula dulu

dibangun markas tentara Kempetai Jepang yang me nempati bangunan be­kas Raad van Justitie atau ge dung pengadilan Be­landa era VOC. Sehingga, rasanya tepat Presiden RI Soekarno memilih areal ini.

Bahkan lewat SK Wali Kota Surabaya No 188.45/251/402.1.04/1996, bangunan ini ditetapkan sebagai cagar budaya de­ngan nomor urut 45.

Untuk mengenang jasa pahlawan sekaligus mem­berikan nilai edukasi ke para generasi muda, di ba­wah Tugu Pahlawan ter­sebut kini terdapat sebuah museum di bawah tanah sedalam sekitar tujuh meter. Museum ini dires­mikan pada tanggal 19 Februari 2000 lalu oleh Presiden K.H. Ab dur rah­ man Wahid.

Pembangunan museum itu seiring dengan pem­benahan lanskap Tugu Pahlawan sehingga men­jadi seperti sekarang tan­pa pagar di sekelilingnya yang dilaksanakan pada kurun tahun 1991­1996.

Kepala UPTD Tugu Pah­lawan dan Balai Pemuda Resti Sri Hartanti menga­takan bahwa program pri­oritas dari pengelola mu­seum adalah mengubah mindset dan pemikiran ma­syarakat agar menghargai dan mencintai sejarah dan kebudayaan bangsanya.

“Museum ini menjaga ke lestarian dan pening­galan sisa­sisa perang 10 November. Selain itu, mu­seum juga merupakan jen­dela kebudayaan untuk warga agar dapat meng akses informasi tentang sejarah.” kata Resti. (don/jay)

anDY SaTRia/RaDaR SuRabaYa

KOTA PAHLAWAN: Monumen Tugu Pahlawan yang menjadi kebanggaan dan identitas warga Surabaya.