radar jember 3 jan 2011

8

Upload: ririnh3

Post on 29-Jun-2015

375 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Uploaded from Google Docs

TRANSCRIPT

Page 1: Radar Jember 3 Jan 2011
Page 2: Radar Jember 3 Jan 2011

JEMBER SEKITAR RADAR JEMBER • Senin 3 Januari 201130

SELAMAT PAGI

Pemimpin Redaksi: Winardi Nawa Putra. Redaktur Pelaksana: Wahyudi Widodo. Koordinator Liputan: Hari Setiawan. Redaktur: Hari Setiawan, Hadi Sumarsono. Redaktur Senior: Shodiq Syarif. Staf Redaksi: Barid Ishom, Narto, Elita Sitorini, Nur Fitriana, Eko Setia Budi, Rangga Tri Andika. Biro Lumajang: Akhmad Ridwan (Kabiro), Rangga Mahardika. Biro Bondowoso: Guido Saphan (Kabiro), Eko Saputro. Fotografer: Jumai, Heru Putranto. Copy Editor: Yerri A Aji. Sekretaris Redaksi: Linda Har santi. Pracetak: Dzikri Abdi Setia, Roudlatus Sholihin, Tri Joko Santoso, Boby Pramudya. Penerbit: PT Jember Intermedia Pers. SIUPP: 1531/SK/MENPENSIUPP 1999. General Manager: Samsudin Adlawi. Iklan: Achmad Mulyadi, Hengky Kurniawan, Irman Granada, Indra Agustian. Pe ma saran: MS Rasyid (Jember), Slamet Herwandi(Lumajang), Anton Nuryanto(Bondowoso). Keuangan : Citra Indah Palupi, Nurma Latifa.

Alamat Redaksi/Iklan & Pemasaran: Graha Pena Radar Jember Jl. Ahmad Yani 99, Jember. Te le pon & Fax Redaksi: (0331) 483545, Hunting: (0331) 486894. Telepon & Fax Iklan & Admin: (0331) 486894. e-mail: radarjember @gmail.com (redaksi), [email protected] (iklan). Bank: BCA Cab Jember 024.396.7799 Bondowoso: Jl Pelita no. 10 Telp: (0331) 7819444; Lumajang: Jl. Kolonel Suruji Timur No 189. Telepon: (0334) 884247 Surabaya: Yamin Hamid, Graha Pe na Lt 15, Jl. Ahmad Yani 88, Telp: (031) 8202259, Fax: (031) 8295473. Jakarta: Gunawan, Jl. Raya Ke ba yoran Lama 17, Telp: (021) 5349311-5 Fax: (021) 5349207. Tarif iklan umum: Rp. 28.000,- /mmk full colour (hal depan). Rp.26.000,-/mmk full colour (hal dalam). Rp. 16.000,- /mmk hitam putih. lowongan: Rp. 17.000,- /mmk hitam putih, . Iklan keluarga/sosial: Rp. 14.000,- / mmk. Iklan baris: Rp. 18.000,- / baris. Lowongan baris: Rp. 37.500,- / baris. Advertorial: Rp. 18.000,- /mmk full colour. Rp. 12.000,-/mmk bw. Percetakan: Temprina Media Grafika.

Wartawan Radar Jember selalu dibekali tanda pengenal dan tidak diperkenankan meminta atau menerima uang maupun barang dari sumber berita.

Menunggu Nasib APBDDI awal Tahun 2011 ini warga Jember mendapat ”kado” kurang

sedap. Sebab, sampai akhir Desember 2010 lalu, draf Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2011 gagal dibahas oleh wakil rakyat di DPRD. Padahal, keberadaan APBD tak lain seperti ”roh dan jantung” pembangunan, yang sangat ditunggu-tunggu masyarakat.

Gagalnya pembahasan APBD tersebut, seperti yang diberitakan berbagai media massa, sikap wakil rakyat yang terbelah di DPRD. Satu kelompok terkesan enggan membahas APBD. Di pihak lain, ada kelompok wakil rakyat yang terkesan bersemangat untuk membahasnya.

Bagi yang enggan untuk membahas APBD terkait mosi tidak percaya terhadap empat pimpinan dewan. Termasuk waswas terhadap keberadaan Penjabat Bupati Zarkasi yang dianggap cacat hukum. Mereka ingin persoalan mosi tidak percaya dan legalitas Pj bupati tersebut dituntaskan lebih dulu. Kalau tidak, dikhawatirkan hasil rapat-rapat wakil rakyat mubazir, dan kontraproduktif.

Sedangkan yang bersemangat membahas APBD, karena merasa terpanggil melaksanakan tugas-tugas legislasi yang diamanatkan rakyat. Mereka merasa berdosa jika tidak melaksanakan tugas-tugas legislatif. Apalagi mereka digaji dan mendapat berbagai fasilitas dari uang rakyat. Walhasil, kedua kelompok tersebut sama-sama ingin memperjuangkan kepentingan rakyat, meski dengan cara dan dalih berbeda-beda.

Mengapa mereka tidak kompak memperjuangkan kepentingan rakyat, khususnya menyangkut APBD? Itulah yang kini menjadi rasan-rasan masyarakat. Baik yang merasa hak-hak dan kepentingannya diperjuangkan wakilnya, atau yang cuek karena merasa tidak pernah diuntungkan oleh wakilnya di parlemen.

Dengan gagalnya pembahasan APBD hingga akhir tahun tersebut, otomatis program pembangunan yang telah dicanangkan Pemkab Jember sedikit banyak akan terganggu. Atau minimal akan terhambat dan bergeser dari rencana yang ditargetkan. Atau lebih ironis, jika gagal diselesaikan tahun ini, berarti tak ada pembangunan yang dirasakan rakyat Jember, misalnya. Kecuali anggaran rutin seperti gaji pegawai dan sejenisnya.

Kita berharap agar wakil-wakil rakyat di DPRD dan jajaran eksekutif di Jember segera mendapat ”hidayah” sehingga mampu mencari solusi terbaik demi kepentingan rakyat. Di antaranya mau duduk bersama, mengurangi sikap egoisme, dan menghilangkan perasaan apriori, dan mengaku paling benar sendiri. Kita berharap demokrasi dibangun secara sehat, saling menghargai antar sesama wakil rakyat. Lebih dari itu semua pihak harus sadar bahwa mereka adalah pelayan, bukan juragan masyarakat. (*)

Di negeri ini, tak sedikit siswa berprestasi yang tak bisa melanjutkan sekolah

karena keterbatasan dana. Seperti halnya

Mar’atus Solehah, siswi MTsN 2 Jember yang

selalu ranking pertama sejak SD. Mutiara

terpendam itu akhirnya mendapat beasiswa

Indonesia – Jepang dan bisa melanjutkan studi

hingga sarjana.

ABDUL HAFID, Patrang

AIR mata Mar’atus Solehan selalu keluar saat ditanya guru ma upun temannya soal kelan-ju tan studinya. Sebagai siswa dari keluarga kurang mampu, Mar’atus tidak ada bayangan se cuilpun untuk kelanjutan studinya. Namun kini, putri per-tama pasangan Rahmad Hi da-ya tullah dan Ursila ini tidak khawatir lagi. Prestasinya yang luar biasa dan selalu juara per-tama sejak SD mengantarkannya bisa melanjutkan sekolah hingga sarjana.

Adalah Yayasan Pusat Pen di-di kan dan Kebudayaan Indonesia – Jepang (YPPKIJ) di Jakarta selatan yang memilihnya untuk mendapatkan beasiswa. Dia terpilih dari ribuan siswa yang berkompetisi untuk mendapatkan bea siswa yang digalang sejak

Siswi MTsN 2 Jember Raih Beasiswa Indonesia – Jepang

Langganan Nilai 100, dari Keluarga Tidak Mampu

2010 lalu itu di Indonesia. Sejak tahun 2011 hingga jadi

sarjana kelak, seluruh biaya seko lahnya dijamin oleh program beasiswa tersebut. Orang tua dan gurunya tak akan resah lagi melihat prestasi yang terancam karena biaya sekolah mahal.

Perjuangannya untuk me lan-jut kan sekolah tidaklah gampang. Guru dan orang tuanya kerap kali memperjuangkan me n ca-ri kan jalan agar dia bisa me lan-jutkan sekolah. Sejak kali pertama me lihat prestasinya, kepala se-ko lah MTsN 2 Jember Imam Syafi’i sangat bangga. Dia selalu juara satu dan aktif di sekolah yang dia pimpin puluhan tahun.

Tak jarang Mar’atus memenangi lomba dalam setiap kejuaraan yang diikuti antar sekolah. Mulai dari kejuaraan tingkat kabupaten hingga luar daerah sering dimenanginya. Sehingga be ra-

gam medali dan tropi banyak di raihnya untuk dipersembahkan ke sekolah.

Bukan hanya itu, ke mam pu-annya didalam kelas pun kerap membuat guru harus waspada saat menyampaikan materi pe-lajaran. Karena setiap guru yang me ngajar di kelas Mar’atus, sering mendapatkan pertanyaan yang berbobot.

Bahkan, mar’atus sering mem-pe lajari dulu apa yang akan di ajaran gurunya besok. “Dan gu-ru-guru banyak laporan itu pada saya,” ujar Imam.

Namun, dia prihatin pada siswinya yang bersal dari ke hi-du pan rumah tangga yang kurang mumpu untuk membiayai kuliah. Karena dia selalu melihat Mar-’atus menangis saat ditanya melanjutkan sekolah kemana. Dari keprihatinannya, muncul berbagai cara untuk mencarikan

terobosan. Mulai dari meringankan biaya

sekolah hingga terobosan bea-siswa dia cari. Sangat di sa-yangkan jika anak secerdas dan berotak gemilang dengan ren-te tan prestasi tapi tak me lan-jutkan sekolah.

Sehingga pihaknya tidak tinggal diam untuk kelanjutan sekolah siswinya yang kini duduk di kelas IX A MTsN 2 Jember. Sampai sam pai guru-gurunya bersukarela urunan untuk membantu mem-bi ayai kelanjutan sekolahnya. Mahin, wakil kepala sekolah kesiswaan memprakarsai cara tersebut. “Semua guru-guru sayang pada Mar’atus karena dia sangat berprestasi. Jadi kami rela urunan untuk meng ku liah-kannya,” ujar Mahin.

Rejeki tak bisa dikejar dan bun-tung tidak bisa dihindari. Per-tengahan November 2010,

program YPPKIJ diketahui pihak sekolah. Dengan menawarkan beasiswa yang diperebutkan siswa seluruh Indonesia bagi yang berprestasi.

Tanpa pikir panjang, Mar’atus Sholehah dikirim mewakili MTsN 2 Jember bersama dua teman lainnya yakni Abdurrahman

wahid dan Ivoniati yang juga berasal dari kelas unggulan. Su-mar yono kepala TU yang me-me gang administrasi sekolah menilai Mar’atus memang layak dikirim untuk mendapat bea-sis wa tersebut.

Pasalnya, berdasarkan catatan raport sekolah, nilai 100 untuk

dia sudah tak terhitung lagi. Hal ini menandakan siswa tersebut benar-benar memiliki ke mam-pu an diatas rata-rata dibanding siswa lainnya.

Dari ribuan siswa yang turut andil berkompetisi pada beasiswa tersebut, akhirnya Mar’atus Sholehah terpilih. (*)

ARJASA – Hujan yang tak kun-jung reda membuat pendapatan para penambang batu piring di Desa Kotok, Kecamatan Arjasa, turun drastis. Pantauan RJ, di lokasi penambangan terlihat sepi dari aktivitas para pe nam bang. Salah seorang penambang batu piring Ratmi mengatakan hujan yang terus turun dengan deras setiap hari ini berdampak pada pendapatan mereka setiap harinya.

Saat tak turun hujan, pen da-patan antara Rp 25 ribu - Rp 35 ribu. ”Saat hujan seperti sekarang ini, pendapatan kami turun sekitar Rp10 ribu sampai Rp 15 saja, selain itu saat hujan turun para penambang juga khawatir longsor,” katanya. (mg-6)

IMBAS HUJAN: Aktivitas para penambang batu di Desa Kotok Arjasa. Seringnya hujan deras membuat aktivitas dan pendapatan mereka turun drastis.

Pendapatan Menurun

ARIMACS WILANDER/RJ

Minta Rumah Potong Hewan Diaktifkan

KENCONG – Santernya isu daging oplosan dan hewan mati yang disembelih, membuat konsumen ketar-ketir. Dugaan ini muncul karena banyak penjual daging sapi yang memotong hewan ternak di rumahnya masing-masing. Keberadaannya sulit dideteksi, masih hidup atau sudah mati, apalagi rumah pemotongan hewan (RPH) sejak 1998 silam tak difungsikan dan membuat gelisah para konsumen daging di daerah pinggiran.

Hal itu bermula dalam bulan Ramadan lalu ketika salah satu jagal di Kencong yang tertangkap

basah petugas kepolisian sedang menjajakan daging yang sudah membusuk. Juga ada daging oplosan dari daging sapi dan daging babi hutan di pasaran. Fenomena tersebut membuat konsumen daging sapi khawatir untuk mengonsumsi.

Seperti yang dialami Holik, salah seorang warga Krajan Desa/Kecamatan Kencong. Pe nga-lamannya membeli daging busuk saat Ramadan lalu membuatnya trauma dan memilih tidak mem-beli daging sapi sembarangan.

”Saya masih waswas saat mem-beli daging sapi. Takut busuk dan dagingnya oplosan,” keluh nya. Berulang kali setelah ke ja dian tersebut, dia memilih membeli daging lebih selektif. Itu pun jika kepingin, karena setelah kejadian itu dia mulai tidak berhasrat

menikmati daging sapi.Apalagi, keberadaan para

penjual banyak menyembelih dagingnya di rumahnya masing-masing. Pengawasan dari dinas terkait juga masih belum optimal dilakukan. Termasuk RPH yang tidak difungsikan sejak reformasi bergulir 13 tahun silam.

Seorang warga yang rumahnya bersebelahan dengan RPH Ken-cong Juri, mengaku jika lebih dari sepuluh tahun terakhir ini RPH di samping rumahnya tidak berfungsi. Bangunannya sudah mulai roboh dan atapnya ber-ang sur jebol. ”Kalau lampunya setiap hari saya yang masangi, meng gunakan aliran listrik di rumah saya,” ungkap Juri.

Pasca direnovasi sejak 31 Juli 1991 silam, bangunan tersebut tidak digunakan lagi, sehingga

membuat bebannya bertambah untuk memberikan penerangan pada RPH. Tempatnya yang kotor dan berantakan membuat dia ketambahan PR untuk membantu membersihkan.

Sementara itu, Roni salah satu jagal sapi asal Kencong menyangkal. Selama ini pihaknya beserta para pekerjanya selalu memotong sapi yang sehat. Jika tidak sehat, dia memilih untuk tidak membeli, apalagi memotongnya.

Menanggapi difungsikannya kembali RPH, dia sangat sepakat. Karena dapat menjawab rumor tentang banyaknya jagal sapi yang menyembelih sapi mati. Ataupun juga daging busuk yang dijual di pasaran.

Dia menambahkan pengawasan yang dilakukan oleh dinas terkait juga diperlukan. Dengan begitu,

semua pihak akan diuntungkan. ”Mulai dari jagal, pedagang, serta konsumen tidak akan waswas mengonsumsi daging sapi,” ung-kap nya. Semuanya akan terlin du-ngi, termasuk pada standardisasi daging sehat yang terjamin kua-litasnya. Namun sayang, saat ini Perda tentang kewajiban pe mo to-ngan hewan di RPH telah dicabut. Sehingga, kewajiban pemotongan sapi di RPH tidak diberlakukan lagi. Dan membuat semua jagal yang ada di Kencong memilih me mo tong hewan di rumahnya masing-masing.

Sementara itu, Subandi salah satu staf Dinas Peternakan dan Perikanan Kecamatan Kencong membenarkan jika perda telah dicabut pasca Re-for masi lalu. Hal itulah yang mem-buat pengawasan terhadap pe-dagang daging maupun jagal untuk lebih intens diperhatikan. (fid)

Waswas Daging Oplosan

AJUNG - Banyak cara untuk me-nyam but tahun baru. Jika ke ba nyakan warga mengunjungi tem pat-tempat wisata, tak de mikian dengan anggota Lembaga Pem ber dayaan dan Pe-ngem ba ngan Ke mandirian Rakyat (LP2KR) Jember.

Momentum tahun baru di gu nakan untuk mengajak ma sya rakat memulai gerakan hidup sehat dalam bentuk pelatihan sehari. Mereka mengajak ma sya rakat untuk me la kukan revo-lusi gizi untuk me ngan tarkan generasi yang sehat dan cerdas di masa-masa men da tang. Pelatihan ke ma rin dipusatkan MI Darul Ibad, Desa Rowo

Indah, Kecamatan Ajung. Acara yang dihadiri perwakilan

wali murid dan warga setempat itu mengupas seputar makanan sebagai nutrisi pembentuk kecerdasan dan kesehatan bagi anak, remaja, hingga lansia. Ketua Komisi B DPRD Jember yang membuka acara tersebut menandai dengan menyerahkan bola kepada Pengasuh Yayasan Darul Ibad Kiai Fathurrosi sebagai simbol pentingnya olahraga untuk menjaga kesehatan tubuh, di samping pemenuhan makanan bergizi yang cukup. (fid)

ISTIMEWA

DEMI KESEHATAN: Ketua Komisi B Anang Murwanto menyerahkan bola kepada ketua Yayasan Darul Ibad, kemarin.

Awali Perbaiki Gizi dari

Desa 

PENUH PRESTASI: Mar’atus (kanan) yang terpilih mendapat beasiswa hingga lulus sarjana .

HAFID/RJ

Masih Langganan Banjir HUJAN deras yang turun kemarin membuat beberapa ruas jalan di sekitaran kampus tergenang air. Salah satu langganan genangan yang cukup mengganggu para pengguna jalan itu adalah Jalan Jawa. Banyak pengendara yang harus mengangkat kaki untuk menghindari semprotan air. (mg-6)

ARIMACS WILANDER/RJ

Page 3: Radar Jember 3 Jan 2011
Page 4: Radar Jember 3 Jan 2011

32 SENIN 3 JANUARI TAHUN 2011

RADAR BONDOWOSO

PARPOL

NANGKAAN

SYARAT :• Pria/Wanitausiamax25tahun• PendidikanminimalD3(mahasiswa/semesterakhir)• Berpenampilanmenarik danmampu berkomunikasi

denganbaik• MemilikikendaraansendiridanSIMC

Tersedia Insentif Menarik

Lamaran kirim Ke:Harian PagiRadar JemberJ. A. Yani 99Jember (kode MI)

DIBUTUHKAN SEGERAMARKETING EXECUTIVE

Paling lambat 1 minggu setelah iklan dimuat

JEMBER

RUMAH• DIJUAL •

Dijual RmhSHM140m2PerumMojoIndahD7Jember.3KT,2KM,Hub:085236052322Cepat,TanpaPerantaraPerumahan Surya Kalimantan Regency,Kampus Tegalboto. Jl.Kalimantan XVIIIJember. CocokUntukHunianDanTempatKos.Kantor:JlKertabumiNo17JmbrTelp:0331-7950501,3467981

TANAH• DIJUAL •

TnhSHMLT747m2H.500Rb/m2NegoJl.Mas-tripGgIVHub.08123102574/081249905555

BANYUWANGI

LAIN-LAINTersediaDiBanyuwangiKopiRasaBuah-buahan, Siap Suplai untuk Kafe Resto &HotelHub081336659258

JAMINAN BPKB/SERTIFIKATPusat : Jl.Trunojoyo 19-21, (0331)486968, 422014Pakusari : Jl.Raya Raung No.1, (0331)592607Ambulu : Jl.Manggar No.194, (0336)883089Bondowoso : Jl.Sucipto Yudodiharjo No.18, (0332)428328

Kades Kapuran yang Selalu Mangkir

BONDOWOSO - Kejaksaan Negeri (Kejari) Bondowoso rupanya tidak ingin lagi mengulur-ulur waktu proses penyidikan terhadap Kepala Desa (Kades) Kapuran, Kecamatan Wonosari, Suparman. Mereka segera mela-yang kan surat panggilan ketiga kalinya terhadap tersangka kasus penyimpangan dana proyek Program Peningkatan Infra stru-

ktur Pedesaan (PPIP) 2008 itu.”Tersangka akan kita panggil

lagi, dalam pekan ini,” kata Kasi Pidsus Kejari Bondowoso Jaja SH. Dia berharap, tersangka menunjukkan sikap kooperatif, dengan memenuhi panggilan jaksa yang ketiga kalinya.

Jika tetap tidak mau memenuhi panggilan atau mangkir, kata Jaja, pihaknya akan bertindak tegas, dengan melakukan pen-jemputan secara paksa terhadap ter sangka. ”Panggilan ketiga kalinya, ini adalah kesempatan

terakhir bagi tersangka untuk bersikap kooperatif,” tandasnya.

Sebelumnya, kejaksaan telah dua kali memanggil tersangka untuk kepentingan proses pe-nyi dikan. Namun, tersangka tidak memenuhi dua panggilan itu. Panggilan pertama tidak datang dengan alasan belum didampingi kuasa hukum.

Panggilan kedua pada akhir Desember 2010 kembali tidak datang, tapi dengan alasan tidak jelas. ”Kalau panggilan ketiga tidak datang lagi, kami akan

menjemput paksa,” kata Jaja.Kades Suparman ditetapkan

menjadi tersangka oleh Kasi pidsus, karena terlibat kasus penyelewengan dana proyek PPIP 2008. Dia diduga ber-tanggung jawab atas pe-nyelewengan dana bantuan Pemprov Jatim untuk pe ning-katan infrastruktur desa senilai total Rp 250 juta.

Dari penyelidikan dan keterangan saksi-saksi yang dilakukan kejaksaan, program berupa peningkatan jalan desa

sepanjang 580 meter dan plengsengan saluran sepanjang 390 meter di Desa Kapuran, Kecamatan Wonosari, kualitasnya tidak sesuai rencana anggaran biaya (RAB).

Sebelum menetapkan Suparman sebagai tersangka, kejaksaan telah menyeret orang pengurus organisasi masyarakat setempat (OMS), Imam dan Wahyudi ke pengadilan. Bahkan, keduanya divonis pengadilan dan mendekam di Lapas Bondowoso. (ido)

Segera Dipanggil Lagi

Jalan Rusak Menuju Wisata Kawah Ijen

BONDOWOSO- Keinginan Pemkab Bondowoso agar jalan rusak menuju wisata alam Kawah Ijen Kecamatan Sempol, yang selama ini mengganggu ma-syarakat kenyamanan pengguna jalan segera diperbaiki, menjadi kenyataan. Ini setelah, Wakil Gubernur (Wagub) Jatim Sai-fullah Yusuf yang akrab disapa Gus Ipul menjanjikan Pemprov Jatim akan memperbaiki jalan rusak sepanjang sekitar 56 kilometer, ini pada 2011.

Gus Ipul mengatakan, Pemprov Jatim sangat mendukung perbaikan jalan menuju kawasan wisata Kawah Ijen, Kecamatan Sempol Bondowoso. Selain statusnya jalan provinsi, kawasan Kawah Ijen adalah salah satu wisata alam andalan Jatim yang diharapkan menambah PAD Bondowoso dan Jatim dari sektor pariwisata.

”Pada 2011 jalan menuju wisata Kawah Ijen Sempol diperbaiki dengan dana APBD I/2011 Jatim.

Ini jalan pemprov yang menjadi tanggung jawab pemprov,” katanya saat melihat kawasan agropolitan di Desa/Kecamatan Sum ber wringin beberapa waktu lalu.

Didampingi Bupati Amin Said Husni, Gus Ipul mengungkapkan, sebenarnya perbaikan jalan rusak menuju kawasan Kawah Ijen Sempol dapat dilakukan 2010. Tapi,pada perkem ba ngan-nya, pemprov lebih mem pri-oritaskan perbaikan jalan se-panjang pantura hingga Pulau Madura dan jalan lintas selatan Jatim. ”Karena anggaran per-baikan infratruktur APBD I/2010 Jatim terserap untuk perbaikan dua jalan tersebut, akhirnya perbaikan jalan rusak menuju Kawah Ijen Sempol ditunda,” katanya.

Namun, mantan menteri PDT, ini berjanji perbaikan jalan rusak menuju Kawah Ijen Sempol tidak molor lagi. Sebab, menurutnya, pemprov sudah menganggarkan dana APBD I/2011 untuk perbaikan jalan rusak menuju Kawah Ijen Sempol sekitar sepanjang 56 kilometer. ”Pak

Gubernur mendukung keinginan Bondowoso dan perbaikan akan dilakukan tahun 2011,” jelasnya.

Bupati Amin menyambut gembira terhadap respons positif pemprov yang akan memperbaiki

jalan rusak Kawah Ijen Sempol pada 2011. Karena, jalan rusak Kawah Ijen Sempol, selama ini dikeluhkan masyarakat pengguna jalan dan ribuan wisatawan mancanegara yang mengunjungi

kawasan wisata alam yang sudah termasyur di dunia ini. ”Ini artinya, pemkab tidak sia-sia mengusulkan bantuan dana perbaikan jalan rusak Kawah Ijen kepada pemprov,” tandasnya. (ido)

GUIDO/RJ

SEGERA DIPERBAIKI : Jalan rusak menuju kawasan wisata alam Kawan Ijen Sempol, akan diperbaiki menggunakan APBD Jatim.

Janji Diperbaiki Mulai Tahun Ini

BONDOWOSO - Para perangkat desa mulai kepala desa (Kades) hingga kepala urusan (Kaur) di Bondowoso semringah (gembira, Red). Dalam APBD II/2011 yang sudah dievaluasi Gubernur Jatim Soekarwo dan ditetapkan dengan peraturan daerah (perda) oleh DPRD Bondowoso, pemkab mengalokasikan anggaran kenaikan tunjangan penghasilan tetap perangkat desa.

Kabag Pemerintahan Abdul Muthalib mengatakan, kenaikan tunjangan penghasilan tetap perangkat desa yang diusulkan eksekutif dan disetujui legislatif, itu berlaku bagi Kades hingga pejabat Kaur. ”Alokasi anggarannya dalam APBD II/ 2011 dan tinggal realisasi saja,” kata Thalib pang-gilan karibnya kemarin.

Dengan begitu, tunjangan

penghasilan tetap Kades pada 2010 sebesar Rp 930 ribu per bulan naik menjadi Rp 1,25 juta per bulan pada 2011. Untuk Kaur yang sebe-lum nya Rp 640 ribu per bulan naik menjadi Rp 700 ribu per bulan. ”Sedangkan, pejabat Sekretaris Desa (Sekdes) tidak termasuk, karena PNS,” jelasnya Thalib.

Usulan kenaikan tunjangan penghasilan tetap bagi perangkat desa pada 2011, menurut mantan Camat Pujer tersebut, dalam rangka meningkatkan kinerja melayani masyarakat desa. Karena, perangkat desa menjadi ujung tombak pemkab mem berikan pelayanan publik.

Ketua DPRD Bondowoso Ahmad Dhafir mengatakan, kenaikan tun jangan penghasilan tetap perangkat desa pada APBD II/2011, merupakan komitmen bersama eksekutif dan legislatif untuk

mewujudkan program pem ba-ngunan di Bondowoso. Karena, dengan dinaikkannya tunjangan penghasilan tetap perangkat desa, Dhafir berharap, makin memacu kinerja para perangkat desa me-layani ma sya rakat dan turut serta me wujudkan program pem ba-ngunan di Bondowoso. (ido)

Penghasilan Perangkat Desa Naik

BONDOWOSO - Pemprov Jatim menggelontorkan bantuan hibah kepada warga yang hidup di bawah garis kemiskinan di Bon-do woso. Sedikitnya, ada sekitar 612 Kepala Keluarga (KK) warga miskin yang tersebar di Ke ca-matan Klabang, Kecamatan Wonosari, dan Kecamatan Pakem yang mendapatkan bantuan berupa modal kerja dari Dinas Per dagangan dan Industri Pemprov Jatim.

”Bantuan itu berupa peralatan kerja,” terang Kepala Dinas Ko-pe rasi Perdagangan dan Per in-dustrian (Diskoperindag) Bon-do woso Drs Agus Salam kepada RJ. Di antaranya, rombong bakso, sepeda pancal lengkap dengan keranjang buah, peralatan untuk pembuatan anyaman bambu, dan lainnya. ”Harapannya, warga yang tidak berdaya, bisa segera bangkit dari keterpurukan ekonomi,” tambahnya.

Sebelumnya, terang Agus, petugas lapangan dari pemprov Jatim sengaja melakukan survei ke lapangan. Mereka mendatangi satu per satu kepala keluarga yang ada di tiga kecamatan itu. ”Teru-tama, masyarakat yang masuk kategori sangat miskin,” katanya.

Saat itu, kata dia, masyarakat yang masuk kategori miskin mengungkapkan kepada petugas lapangan Pemprov Jatim. Intinya,

mereka itu butuh modal kerja. ”Warga meminta rombong bakso lengkap dengan isinya. Juga minta diberi sepeda pancal leng-kap dengan keranjang dan buah-buahannya,” katanya.

Serta, meminta diberikan pe ra-latan untuk membuat kerajinan anyaman, untuk dibuat besek dan tampa (pengayak beras). ”Ternyata, setelah melakukan survei selama sebulan, Pemprov Jatim benar-benar merealisasikan permintaan masyarakat itu,” ungkapnya.

Permintaan masyarakat itu be nar-benar direalisasikan. ”Se-ka rang, banyak warga di tiga ke camatan itu bekerja men ja-ja kan bakso, menjual buah serta sayur-mayur,” tuturnya. (eko)

Pemprov Gelontor Bantuan Hibah

Tempel Brosur AntirokokBONDOWOSO - Kampanye antirokok, tidak hanya getol dilakukan di kota-kota besar saja. Di Bondowoso, beberapa petugas kesehatan, juga melakukan penempelan stiker atau brosur, larangan merokok di setiap puskesmas. Sebab, merokok bisa membuat badan menjadi gampang terkena penyakit berat. Selain itu, petugas juga menempelkan brosur- brosur untuk memotivasi masyarakat agar membiasakan diri berpola hidup bersih dan sehat. (eko)

BONDOWOSO - Wacana rekonsiliasi atau islah antara PKB Gus Dur dengan PKB Muhaimin, mendapat tanggapan serius dari Ketua Dewan Syura DPC PKB Bondowoso Samsyul Hadi Merdeka. Politisi kawakan ini mengaku tidak perlu ada rekonsiliasi antara PKB Muhaimin dengan PKB Gus Dur.

”Islah dalam arti kelembagaan, antara PKB Muhaimin dengan PKB Gus Dur, yang dipimpin Mbak Yenny tidak perlu ada,” tandasnya kepada RJ, Minggu kemarin (2/1).

Sebab, dari kacamata undang-undang dan AD/ART, lembaga PKB yang resmi adalah PKB Muhaimin. Lembaga itu yang resmi diakui oleh pemerintah. Jadi, kata dia, jika PKB Muhaimin islah dengan PKB pimpinan Yenny, maka ada yang salah dengan PKB Muhaimin. ”Padahal, PKB Muhaimin inilah yang sah,” tandasnya.

Oleh sebab itu, Syamsul menentang jika ada islah antara kedua PKB. Sebab, lembaga yang sah tetaplah milik PKB Muhaimin. Sedangkan PKB pimpinan Yenny, lanjut dia, tidak diakui oleh pemerintah atau Kementerian Hukum dan HAM.

Namun, jika islah atau rekonsiliasi dilakukan secara personal atau secara pribadi, antara Muhaimin dengan Mbak Yenny itu tidak masalah. ”Kalau islah secara pribadi, saya mendukungnya. Dan itu sangat baik jika ada rekonsiliasi secara pribadi,” tuturnya.

Selain itu, Syamsul menegaskan bahwa kepemimpinan Muhaimin di PKB dinilai berhasil. Sebab, dalam pemilu lalu, di tengah konflik berkepanjangan, PKB meraup 5 persen suara dalam pemilu 2009. ”Itu artinya, PKB Muhaimin berhasil dan diakui oleh masyarakat luas,” katanya. (eko)

Tidak Perlu Ada Rekonsiliasi

EKO SAPUTRO/RJ

HUJAN abu vulkanik yang masih berlangsung di Bondowoso, membawa berkah bagi para pemilik jasa pencucian motor dan mobil. Banyak pemilik kendaraan bermotor terpaksa membawa kendaraannya ke jasa pencucian tersebut. ”Wah, dengan adanya hujan abu, omset kami naik berlipat lipat,” ujar Iyan,40, warga Keluarahaan Nangkaan, yang memiliki jasa pencucian di kawasan Jalan Mastrip Bondowoso. (eko)

Omset Langsung Naik

EKO SAPUTRO/RJ

SENANG: Pencuci motor bersemangat melaksanakan tugasnya

Page 5: Radar Jember 3 Jan 2011

RADAR JEMBER • Senin 3 Januari 2011 37BANYUWANGI-SITUBONDO

OLAHRAGA

TAHUN BARU

SEJAK setahun sebelum pe mi­lukada Jember, geliat politik mulai memanaskan temperatur otak dan hati para politisi, bah kan para tokoh dan kiai. Ma ni fes tasi atas perbedaan persepsi, kadang ditam­pilkan secara vul gar dalam kancah perang opini. Masing­masing bertubi tubi saling menyerang dan diserang tanpa henti.

Ayu Sutarto, sang budayawan, mengambarkan Jember sebagai negeri yang sedang dikuasai oleh bayang bayang keris Ken Arok. Pikiran dan perasaan para pelaku diselimuti dendam, benci dan dengki. Beberapa pen du kung masing masingpun secara sadar membiarkan diri terseret dalam pusaran api, agar dapat membakar semangat me ning kat kan emosi.

Pada akhir tahun 2010, ma­sya rakat Jember secara politis dapat dikelompokkan menjadi empat. Kelompok pertama ada­lah bupati terpilih beserta ger­bong pendukungnya yang terdiri dari 8 partai politik dan elemaen masyarakat. Kelompok ini me­miliki masa yang telah beberapa kali membuktikan sebagai ke­lom pok yang bisa digerakkan un tuk melakukan aksi yang melibatkan banyak orang.

Kelompok kedua, adalah para pelaku yang selama ini menilai bupati terpilih beserta dengan kebijakannya, tidak memberikan manfaat yang luas dan tidak merata. Kelompok ini meskipun ter sebar dalam beberapa partai dan elemen masyarakat, namun dalam kondisi multy command, sehingga sampai saat ini belum bisa bergerak dalam satu komando.

Kondisi ini wajar terjadi, karena masing masing memiliki ke ku­a tan dan kepentingan yang sulit dipadukan. Masing masing tidak mau membantu yang lain, jika tidak memberikan keuntungan politis (ekonomis ?) bagi pi hak­nya. Untuk apa melakukan ge­ra kan, jika nantinya tidak dinilai se bagai pihak yang paling ber­ja sa. Bukankah yang dinilai paling berjasa adalah pihak yang punya ide dan mengkoordinir gerakan, sementara yang lain ha nyalah dinilai sebagai peng gembira.

Kedua kelompok inilah yang saat ini sedang bergulat sebagai pelaku utama yang saling me­nya lahkan. Perang dingin per­se teruan yang memang sejak lama terjadi sejak sebelum pilkada, semakin menjadi perang opini terbuka. Hal ini telah

menyebabkan pembahasan APBD tidak dapat dilaksanakan, dan sampai akhir tahun 2010, DPRD gagal mengesahkan APBD.

Kelompok pertama menuduh kelompok kedua sebagai sumber pangkal tidak dapat disahkannya APBD. Mereka dinilai sewenang­ wenang dan arogan telah me­nan datangani pertimbangan pengangkatan PJ Bupati, tanpa didahului rapat paripurna DPRD, dan hanya berdasarakan rapat banmus (badan musyawarah).

Para pmpinan dewan dinilai telah menjadikan lembaga DPRD sebagai perusahaan miliknya, yang segala keputusan DPRD tergantung pada “apa kata pimpinan”. Anggota yang lain dianggap sebagai “karyawan” yang harus patuh pada pimpinan. Apalagi ditambah dengan sta­te men yang akan membei sanksi kepada mereka yang tidak patuh.

Hal ini telah menyebabkan para pimpinan dewan mendapat hadiah akhir tahun berupa “Mosi Tidak Percaya” yang ditan da­ta ngani oleh 29 anggota DPRD, lebih dari separo jumlah yang ada. Implikasinya rapat untuk

membahas APBD 2011 tidak dapat dilaksanakan sampai akhir tahun 2010, karena ke 29 orang tersebut bersikukuh minta DPRD melaksanakan rapat untuk mem­ba has surat mosi tidak percaya kepada pimpinan terlebih dahulu.

Mereka beranggapan dua pim­pi nan dewan ketakutan men jad­wal rapat tersebut, karena pim­pinan Dewan sebenarnya sadar telah melakukan kesalahan menandatangani pertimbangan pengangkatan PJ bUpati. Me nu­rut mereka, dua pimpinan dewan saat ini sedang mengalami phobia, khawatir dilengserkan sebagai pimpinan dewan, dan berusaha dengan berbagai cara untuk mempertahankan kedudukannya.

Kelompok pertama ini menilai bahwa apabila APBD saat ini dipaksakan untuk disahkan, akan cacat hukum dan panjang akibatnya bagi pengguna anggaran. Seluruh anggota de­wan dan pejabat di Jember nanti akan dapat terjerat hukum, ka­rena menggunakan anggaran yang cacat hukum.

Sementara itu, kelompok kedua

ber anggapan bahwa para pen­du kung bupati terpilih yang me nyebabkan terbengkalainya pembahasan APBD. Bahkan kelompok ini menuduh 29 ang­gota dewan telah melakukan ke ja hatan sistemis dan mengidap pe nyakit yang mematikan, karena beberapa kali diundang tak mau datang.

Kelompok ini menilai bahwa surat mosi tidak percaya itu salah alamat dan tidak berdasar. Pimpinan dewan menyatakan tidak melakukan kesalahan apapun, karena penan da ta nga­nan itu dilakukan berdasarkan rapat banmus yang ditan da ta­nga ni oleh lebih dari separo jum lah anggota, yang mendesak Gu bernur untuk segera me­ngang kat PJ Bupati.

Mereka menyatakan bahwa bukan pimpinan dewan yang mestinya dimosi tidak pecaya, tapi justru ke 29 orang yang tidak mau mengahdiri undangan itulah yang seharusnya dimosi oleh rakyat. Sebab, yang dila­ku kan kelompok pertama hanya sekadar untuk menaikkan nilai tawar.

Kelompok ketiga, adalah go­lo ngan “wait and see” yang ka­dang juga diam diam memancing di air keruh, bahkan membuat se makin keruh. Kelompok ini akan berusaha untuk me ma­nas kan kembali ketika suhu politis mulai mereda. Hal ini dilakukan ketika menilai me­re danya perbedaan masih belum bisa memberikan keuntungan bagi pihaknya.

Kelompok keempat, adalah ke lompok masyarakat “tak ngoros” . Kelompok masyarakat dengan jumlah terbanyak yang sebagian besar terdiri dari me­re ka yang pada pilkada lalu tidak menggunakan hak pilihnya. Kelompok ini tidak peduli de­ngan hiruk pikuk perang opini yang terjadi, karena apapun ha silnya nanti, dinilai tidak akan memberikan manfaat bagi mereka.

Bagi mereka, PJ bupati atau bukan, LSM berteriak atau diam tak bicara, tidak akan ber pe­nga ruh terhadap hidup dan ke hidupannya. Yang PKL tetap berdagang, yang petani tetap bertani, yang ojek tetap ngojek, yang miskin tetap miskin.

Mencermati pernyataan kelom­

pok pertama dan kedua, yang sam pai saat ini masih tetap saling menyalahkan, bahkan me ngan­cam, tentunya tidak bisa diharap kondisi ini akan segera berakhir. Tidak bisa diharap ke 29 orang itu mau mebahas APBD sebelum membahas surat mosi tidak percaya. Tidak bisa berharap pim pinan dewan berkenan mem bahas surat mosi tidak percaya, apalagi harus mundur dari jabatannya. Meskipun semua itu memang benar benar untuk kepentingan rakyat.

Mungkin benar apa yang di­sam paikan Gus Dur dalam acara NU di Gor Kaliwates tahun 1996 yang lalu bahwa “Jember iki Libanon”. Atau mungkin filosofi aksara Jawa “Podo joyonyo, mogo botongo” sedang terjadi di Jember tercinta ini. Atau mung kin kelompok kelima “unca tagory group” yang bisa menyelesaikan, dengan ber tin­dak sebagai penengah. Tapi siapa yang bisa dipercaya, bukan­kah subyektif merupakan sifat yang manusiawi bagi semua.

* Penulis adalah aktivis Hanuba (Keutuhan Nusa Bangsa)

APBD Yang TerbengkalaiOleh : I’if Ardi *

KENDIT ­ Ratusan hektare sawah di Dusun Grintingan, Desa/Kecamatan Kendit, Situbondo, terendam banjir tiga hari terakhir. Lahan pertanian itu harus terkena luapan besarnya volume sungai Midun setelah terus menerus diguyur hujan selama bebeberapa hari ini.

Peristiwa semacam ini sebenarnya sudah bukan hal baru lagi di Kecamatan Kendit. Sebab, pemandangan semacam itu sudah biasa terjadi setiap tahun setiap curah hujan tinggi. “Pemilik sawah hanya pasrah. Mau bagaimana lagi. Setiap musim hujan pasti seperti ini,” terang Kusnadi, warga setempat.

Para petani terancam merugi puluhan bahkan ratusan juta rupiah. Mereka dipastikan gagal panen. Sebab, bisa dipastikan areal persawahan mereka akan tergenangi air dalam jangka waktu yang cukup lama. Apalagi, hingga saat ini tanda­tanda bahwa musim hujan akan berakhir belum juga muncul.

Biasanya, areal persawahan itu dalam beberapa pekan ke depan akan menjadi arena

pemancingan dadakan. Warga dari tetangga desa bahkan Kabupaten Bondwoso akan dating. Ikan­ikan dari sungai Midun akan banyak masuk ke sana. “Kalau sekarang masih sedikit, warga lebih banyak yang tertarik mencari keong mas untuk dimakan sendiri atau untuk pakan itik,” imbuh Kusnadi.

Pantauai Koran ini, bukan hanya ratusan hektare areal tanaman padi yang menjadi korban. Tanaman jagung maupun tebu yang ada di sebelah utara, selatan, timur ataupun barat sungai ikut tergenangi. Termasuk jalan desa Grintengan dan SMKN 1 Kendit. “Kalau (Sabtu/01/01) kemarin, tinggi air sampai setinggi paha orang dewasa. Kendaraan tidak

bisa lewat,” ungkap Sunarsih, warga lainnya.

Informasi yang dikumpulkan Koran ini menyebutkan, meluapnya air sungai Midun ini disebabkan alirannya menuju Sungai Bandengan terhalang oleh arus dua sungai lainnya yang lebih besar. Yakni Sungai dari Gunung Alas Sumur dan Sungai dari Desa Kukusan.

Dua sungai tersebut juga bermuara di Sungai Bandengan sebelum akhirnya dibuang ke laut Panarukan. Arus Sungai Alas sumur dan kukusan lebih kuat sehingga air dari sungai Midun tak bisa masuk ke aliran sungai bandengan dan akhirnya tertahan dan meluap ke persawahan warga.

Sejumlah warga meng ung­kapkan, secara geografis, letak aliran sungai Midun juga lebih rendah dari pada dua sungai tersebut. “Makanya kalau tidak ada langkah tepat setiap tahuan sampai kapanpun kita akan selalu seperti ini,” ungkap salah seorang warga.

Air Sungai dari Desa Kukusan dan alas sumur tidak hanya membawa volume air yang besar

saat musim hujan. Arus dua sungai itu juga membawa ma terial semacam batu dan pasir. Barang­barang itu nyantol di mana­mana. Termasuk, me numpuk di saluran yang akan dilewati Sungai Midun.

Sehingga, air sungai Midun kian sulit mengalir untuk terbuang ke laut. Jika terus dibiarkan, genangan di jalan, persawahan dan di perumahah warga itu akan kian lama bertahan. “Masa kea­da an seperti ini mau dibiarkan kasihan kepada warga,” pungkas Ustad Zubdie, tokoh masyarakat Desa Kendit

Satu­satunya jalan untuk menyelamatkan dari keadaan tersebut, kata dia, adalah dengan pengerukan bagaimana aliran sungai Midun bisa mengalir lancar ke laut. “Apalagi Pak Wabup (Rachmad) sendiri orang Kendit. Pasti beliau tahu kondisi yang semacam ini,” papar Zubdie.

Pengajar di sejumlah lembaga pendidikan di Pesantren Sukorejo itu mengaku tak mengerti kenapa keadaan yang sangat merugikan warga tersebut tiap tahun terus dibiarkan terjadi. Padahal, setiap tahun terus terjadi. (pri/jpnn)

KALIPURO – Langkah yang dilakukan jajaran pemerintahan Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro, ini memang patut mendapat apresiasi. Demi meningkatkan iklim pariwisata di Bumi Blambangan, Desa Ketapang mengadakan program Ketapang Says Hallo 2011.

Program ini disinergikan dengan program Visit East Java 2011 yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi jawa Timur (Pemprov Jatim) dan program Banyuwangi Sunrise of Java yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi.

Tujuan lain dari pelaksanaan program Ketapang Says Hallo 2011 adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Pasalnya, jika pariwisata di daerah itu berkembang, dengan sendirinya perekonomian masyarakat juga akan semakin meningkat.

Dikonfirmasi saat launching program Ketapang Says Hallo

2011, yang dilaksanakan di Pasar Minggu utara Terminal Sritanjung Ketapang, kemarin (2/12), Slamet Utomo, Kepala Desa Ketapang menyatakan, sebenarnya ada banyak sekali obyek wisata yang memiliki nilai jual cukup tinggi di wilayah Desa Ketapang.

Beberapa obyek wisata andalan tersebut adalah, 21 gua peninggalan Jepang yang berlokasi di Dusun Gunung Remuk, Petilasan Aning Patih (makam Bupati Banyuwangi Pertama) di areal perkebunan Kaliselogiri, Air terjun Jamberowo di Selogiri. Yang tidak kalah menarik, Desa Ketapang juga memiliki Wana Wisata Watudodol, serta beberapa obyek wisata yang lain.

“Kami berharap, program Ketapang Says Hallo 2011 ini bisa mengoptimalkan seluruh potensi wisata yang kami miliki, selain untuk memberikan multiflyer effect kepada masyarakat, tentunya,” ujar Slamet.(sgt/jpnn)

SIGIT HARIYADI/JPNN

LINCAH: Beberapa penari cilik tampil memeriahkan launching program Ketapang Says Hallo 2011, kemarin

Desa Luncurkan Program Ketapang Says Hallo 2011

Ratusan Hektare Sawah Tergenang

EDY SUPRIYONO/JPNN

TERENDAM : Warga sekitar mencari keong mas di lokasi tergenangnya ratusan sawah di Dusun Grintengan, Kendit, kemarin.

SITUBONDO – Pantai Wisata Pasir Putih dan Pantai Pathek, masih menjadi pilihan favorit warga Kota Santri dan sekitarnya untuk menghabiskan liburan tahun baru 2011. Hingga hari kedua kemarin, objek wisata yang ada di Kecamatan Bungatan dan Panarukan itu tetap ramai dikunjungi warga.

Hujan gerimis seakan tak mampu menjadi penghalang. Mereka tetap memaksa meski harus menggend anak kecil menerobos agar bisa tetap sampai ke tujuan. “Eman­eman Pak tahun baru kan setahun sekali,” ungkap Rusmiati, ibu muda asal Kapongan.

Di Pantai Pathek, selama musim tahun baru ada sejumlah acara yang digelar khusus. Mulai dari acara live Dangdut hingga sarana­sarana permainan baru. Sehingga, wajar jika pengunjung kian tertarik untuk datang ke tempat rekreasi yang belum ada pengelolannya tersebut.

Hal yang sama juga terjadi di Pasir Putih. Bahkan, H­3 seluruh kamar Hotel yang ada di kawasan Pasir Putih sudah habis terboking pada malam tahun baru dan keesokan harinya. “Kalau khusus hotel yang dikelola perusda, H­7 sudah ludes terpesan semuanya,” kata Rusdi Ramli, wakil Direktur Pasir Putih. (pri/jpnn)

Pasir Putih dan Pathek Tervaforit

KALIPURO – Gelaran kejuaraan pencak silat tingkat kabupaten (kejurkab) tingkat pelajar membuat sejumlah perguruan di bawah IPSI Banyuwangi sibuk menata diri. Tidak terkecuali perguruan Kujang Padjadjaran. Demi meraih hasil maksimal dalam even yang akan digelar 8 hingga 15 Januari mendatang.

Perguruan dibawah asuhan Bambang Wahyuono ini mulai membangun kekuatannya. Termasuk dalam usahanya mempertahankan capaian yang telah diraih di kejurkab tahun 2009. Capaian sebagai juara umum di kategori sekolah dasar menjadi target yang ingin diulang perguruan ini di kejurkab tahun ini.

Persiapan menyongsong kejuaraan ini ditunjukkan dengan menggelar ujian kenaikan tingkat yang dilaksanakan perguruan Kujang Padjadjaran kemarin. Puluhan pendekar dari berbagai tingkatan turut ambil bagian dalam acara yang dipusatkan di MTS NU Gombengsari ini.

Bambang mengaku ujian ini sebenarnya merupakan agenda rutin perguruan. Hanya saja melihat dekatnya waktu dengan kalender kejurkab momentum ini menjadi cukup penting. “Dari sini kami mulai susun kekuatan untuk mencari pesilat yang akan diikutkan dalam kerjukab nanti,” katanya.

Demi meraih sukses dalam even ini, Bambang akan memaksimalkan semua pesilat di bawah bendera Kujang Padjadjaran yang tersebar di sekolah. Latihan keras dan pembenahan mental setra tehnik bertanding mutlak diberikan. Tujuannya satu meraih prestasi di kejurkab nanti. (nic/jpnn)

Kujang Padjadjaran Susun Kekuatan

NIKLAAS ANDRIES / JPNN

TARGET PRESTASI : Pesilat Kujang Padjadjaran saat seremoni kenaikan tingkat kemarin.

Page 6: Radar Jember 3 Jan 2011

RADAR JEMBER • Senin 3 Januari 201138 EKONOMI BISNIS

BERUSIA senja tidak mem-buat Marsono, 74 tahun lan-tas menghabiskan sebagian waktunya dengan diam di rumah. Di usianya yang kini mencapai angka 74 tahun, Bek Leo-sapaan akrab Marsono, ternyata memiliki aktifitas yang terbilang menguras tenaga. Kakek dari 6 orang cucu ini memiliki kegemaran berolah-raga. Tak tanggung-tanggung, olahraga yang dipilihnya itu pun bukan olahraga yang ringan, seperti bermain catur, yang biasanya kerap dilakoni oleh orang seumur Bek Leo. Tapi, ia lebih memilih bermain sepakbola dan loncat tinggi.

”Saya ini senang sekali bero-lahraga. Biasanya saya rutin bermain sepakbola atau melakukan olahraga loncat tinggi. Tapi dalam 3 tahun ini, meski saya giat berolahraga, saya belum benar-benar lepas dari problem kesehatan saya,” terang Bek Leo membuka perbincangan.

Diakui Bek Leo, semasa dulu bekerja sebagai anggora Polri, ia memiliki pola makan yang tidak teratur dan cenderung tidak sehat. Itu sebabnya, meski didukung oleh olahraga yang rutin, ternyata Bek Leo masih terkena penyakit diabetes dengan kadar gula mencapai 350 mg/ dl.

”Pada waktu malam, saya ini sering sekali bolak-balik ke belakang untuk kencing sehingga tidur saya sering terganggu. Selain itu, karena masalah diabetes, kulit saya jadi bersisik seperti kulit ular.

Badan pun terasa lemah seperti kurang vitamin.” Keluh Bek Leo tentang penyakitnya.

Lewat informasi dari sebuah surat kabar harian, warga Jl. Sidosermo, Surabaya ini mengetahui informasi mengenai ramuan herbal Gentong Mas. Setelah mencoba mengkonsumsi ramuan Gentong Mas, ternyata kadar gula darah Bek Leo perlahan-lahan menjadi normal.

”Setelah tahu dan merasakan manfaat meng-konsumsi Gentong Mas, kini tak hanya saya yang mempercayai pengobatan herbal ini. Istri saya

pun menggunakannya. Baru dua bulan mengkonsumsi Gen-tong Mas, diabetes saya sudah normal. Badan menjadi segar, pipis pun jadi hanya sekali kalau malam. Itu membuat tidur saya nyenyak.” Ujarnya menutup perbincangan dengan peras-aan lega.

Gentong Mas merupakan minuman herbal dengan Gula Aren dan Nigella Sativa (Hab-batussauda) sebagai bahan utama terbukti memiliki banyak manfaat. Gentong Mas juga mengandung fiber dan magne-sium yang mampu mencegah diabetes. Selain itu

Gentong Mas memiliki indeks glisemik yang sangat rendah yaitu hanya 35, sehingga mam-

pu menjaga dan merawat pankreas agar tetap berfungsi dengan baik.

Menurut Jeff Nugent dalam buku “Permaculture Plants (2004)” Riboflavin dan Chromium pada Gentong Mas memperlancar metabolisme gula darah dan mengatur kepekaan sel terhadap insulin. Meski demikian, pola hidup sehat yaitu olahraga teratur, mengurangi rokok dan banyak minum air putih perlu dilakukan.

Gentong Mas dibuat dari bahan murni pilihan dan diproses alami tanpa campuran bahan kimia dan pengawet. Menurut Ridwan Alawi, Eksekutif Marketing PD Gentong Mas, semakin banyaknya masyarakat yang merasakan manfaat Gentong Mas membuat tingkat permintaan melonjak secara signifikan. Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi www.gentongmas.com. Bagi anda yang membu-tuhkan Gentong Mas bisa didapatkan di apotek/ toko obat terdekat atau hubungi :

Jember:081338611049Lumajang:081336191009

Bondowoso:081233836384Situbondo:082143391646

Depkes:P-IRT.812.3205.01.114

Di Umur 74 Tahun, Marsono Tetap Sepakbola

MARSONO

JEMBER - Investasi apa yang aman di tengah krisis global saat ini? Menanam  Jati Unggul Nusantara (JUN) bisa menjadi alternatif yang paling menjanjikan.

Paradigma tanam jati memerlukan umur yang panjang, sekarang sudah tidak ber-laku lagi. Menanam JUN memiliki pros-pek bagus dan bisa dipanen mulai umur lima tahun. Hal ini dikarenakan, bibit JUN diproduksi dengan pembiakan secara vegetatif (kloning) dengan stek pucuk dari klon unggul terseleksi dengan pen-anda DNA dan modifikasi perakaran yang menghasilkan akar tunjang majemuk. Sehingga jati JUN ini cepat tumbuh dan kokoh.

Basuki misalnya. Menjelang pension, pegawai negeri sipil (PNS) yang tinggal di Cangkringan Nganjuk ini menyatakan ber-bagai keunggulan bibit JUN. Saat ini, umur JUN yang baru 23 bulan yang ditanamnya memiliki tinggi 8 - 11 meter dengan diam-eter  14  - 16 cm. ”Sungguh luar biasa,” ujarnya.

Bila dibandingkan dengan tanaman jati biasa yang pernah dia tanam, dalam umur lima tahun JUN hanya bisa mencapai an-tara 20 – 25 cm per diameternya. ”Setidaknya, keuntungan sudah ada di depan mata,”

lanjutnya. Jumlah pohon JUN yang ditanam Basuki

sebanyak 350  pohon, dengan perkiraan harga Rp 500.000/pohon. Maka, JUN ini  bisa menghasilkan uang sekitar Rp 175 juta.

”Saya memilih menanam JUN, karena suatu bentuk investasi ini yang tidak me-merlukan waktu lama. Dan hasilnya pun luar biasa,” ujarnya.

Penanam jati JUN lain adalah Mario, seorang pengusaha asal Situbondo. Dila-hannya yang luas di Kp. Komerian RT 002/ RW 01 Kelurahan Seletreng Kec Kapongan Situbondo, saat ini sudah tertanam sekitar 10.000 batang JUN  sebagai demplot dari rencana Mario yang akan menanam seki-tar 30.000 batang JUN. ”sungguh investasi yang bagus,” katanya.

Bila anda berminat, bibit JUN (Jati Ung-gul Nusantara) ini bisa anda dapatkan di pusat pembibitan kami yakni di: Komplek Kampus Universitas Merdeka Madiun Jatim. Contact person adalah: Ir Rinan MD telp 081 326 154 307. Wilayah Jateng melalui R Ashari Buwono di 081327074 864, Afif Sujoko S di 081 579 86 715. Wilayah Jakata adalah Drs Djoko Santoso di 081 815 2563. (hdi/*)

JUN (Jati Unggul Nusantara), Investasi Menjanjikan di Masa Depan

ISTIMEWA

TUMBUH LUAR BIASA: Umur 23 bulan, pohon jati sudah mencapai 8 - 11 meter dengan diameter 14 - 16 cm.

MEMASUKI 2011, konflik politik dan hukum sepanjang 2010 di Kabupaten Jember mu-lai menuai imbas. Pengesahan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2011 telah melewati batas akh-ir tahun. Rapat paripurna dewan seharusnya sudah menyetujui RAPBD dan mengesahkannya pada 30 November untuk se-lanjutnya disampaikan pada Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Dalam dua pe-kan berikutnya, RAPBD itu ke-mudian seharusnya sudah bisa disahkan dan diundangkan dalam Peraturan Daerah (Per-da) tentang APBD. Dengan demikian, Januari 2011 ini se-harusnya dana anggaran sudah dapat dieksekusi.

Bermula dari vonis bebas Bu-pati M.Z.A. Djalal yang tidak berujung pada pengaktifannya kembali dan kemudian dilan-tiknya Penjabat (Pj) Teddy Zar-kasi yang ditunjuk Kemendag-ri, berbuah friksi antaranggota dewan. Terdapat 29 legislator yang memboikot semua agen-da dewan, termasuk pembahasan RAPBD 2011. Keberadaan Pj Bupati Jember yang semula

diharapkan dapat mempercepat proses pembahasan, nyatanya tak bisa berbuat banyak. Pem-bahasan RAPBD 2011 masih terkatung-katung.

Harus dipahami, RAPBD ses-ungguhnya adalah politik ang-garan. Politik anggaran seyog-yanya memahami bahwa APBD adalah representasi kebijakan fiskal yang memiliki peran strat-egis sebagai salah satu piranti kebijakan pemerintah untuk mendorong percepatan pemu-lihan ekonomi. Dengan demiki-an, sepantasnya politik angga-ran mengindahkan pengesa-han RAPBD sebagai hal yang substantif. Mengingat begitu pentingnya keberadaan APBD sebagai alat untuk mensejahter-akan rakyat, maka pemerintah daerah dan lembaga legislatif yang mempunyai otoritas penuh dalam APBD harusnya tidak mereduksi pengesahan RAPBD dengan dalih apapun.

Keterlambatan pengesahan RAPBD 2011 otomatis berakibat pada keterlambatan penyera-hannya pada pemerintah pusat. Sejauh ini, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) memiliki kesepahaman

dengan pemerintah pusat untuk menjatuhkan sanksi kepada daerah yang tidak menyampai-kan RAPBD tepat waktu. Hal ini mengingat porsi dana perim-bangan terhadap APBD berkisar 75-85 persen dari total APBD provinsi, kabupaten, dan kota.

Adapun sanksi yang lazim terjadi ketika RAPBD diserahkan tidak tepat waktu adalah penundaan dana alokasi umum (DAU). Selain penundaan DAU, keterlambatan RAPBD juga akan membuat dana alokasi khusus (DAK) tidak bisa disalurkan sebelum APBD disah-kan. DAK memang tidak hangus, hanya ditunda beberapa waktu. Namun hal ini tetap saja berimbas pada rakyat karena ada lag yang terlalu lama.

Jika APBD cepat selesai, maka seharusnya transfer DAU dan DAK ke daerah juga akan makin cepat. Bahkan jika pun akhir Desember RAPBD baru disah-kan, maka bulan Februari um-umnya DAU dan DAK sudah dapat ditransfer. Kondisi normal ini saja sudah menunjukkan lag 1-2 bulan.

Padahal, sebagai rencana keuangan tahunan pemerin-tahan daerah yang disetujui oleh

DPRD, RAPBD merepresenta-sikan kebijakan dan kapasitas fiskal pemerintahan daerah selama satu tahun anggaran dari tanggal 1 Januari hingga 31 De-sember. Tahun anggaran ini dapat terpenuhi jika pemerin-tah daerah maupun DPRD bekerja tepat waktu.

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, pengambilan keputusan Ran-cangan Peraturan Daerah (Ra-perda) tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan

sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Pada Pasal 46 ayat 1 disebutkan, apabila DPRD tidak mengambil keputusan terhadap Raperda APBD sampai batas waktu terse-but, kepala daerah berhak me-nentukan angka APBD sesuai pagu APBD tahun anggaran sebelumnya.

Semula, pernah ada masukan agar pemerintah pusat cukup memberikan teguran terlebih dahulu sebelum menjatuhkan sanksi pada daerah yang terlam-bat menyerahkan RAPBD. Beri-kutnya, pemerintah pusat dapat menahan DAU yang dialokasikan untuk keperluan non-gaji. Jika ini terkait dengan kendala teknis, Kementerian Keuangan (Ke-menku) telah diminta untuk mengedepankan fasilitasi dan bimbingan kepada daerah.

Dalam konteks Kabupaten Jember, yang terjadi bukanlah persoalan teknis penyusunan RAPBD yang menjadikan penge-sahannya molor. Tapi, situasi politik dan hukumlah yang tak kondusif yang menyebabkan RAPBD terkatung-katung. Tidak ada obat mujarab dalam hukum selain legawa menunggu pros-

es hukum selesai. Begitu juga tidak ada obat mujarab dalam politik selain kebesaran hati dari masing-masing pihak untuk menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Jika disimak, hiruk pikuk per-soalan APBD Kabupaten Jember tidak hanya terkait dengan tarik-ulur pengesahan RAPBD. Se-belumnya, sempat mencuat polemik RAPBD 2011 yang meng-gunakan Rencana Pembangu-nan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang lama. Kemudian, mencuat kembali polemik ten-tang tidak proporsionalnya alokasi anggaran belanja di se-jumlah dinas yang berada di bawah satuan kerja berstatus kantor maupun bagian.

Ke depan, persoalan ini tidak mustahil akan terus berkembang dengan persoalan baru yang terkait dengan lambatnya real-isasi penyerapan. Ujung-ujung-nya adalah kembali pada pola lama yang penyerapan jor-joran terjadi di akhir tahun dengan sasaran alokasi yang tidak me-nyentuh kepentingan dan ke-butuhan masyarakat.

Dengan demikian, segeralah

DPRD membahas RAPBD 2011 agar roda perekonomian Ka-bupaten Jember terus berjalan. Meski APBD 2011 yang kekua-tannya sekitar Rp 1,5 triliun tersebut belum berkontribusi besar bagi pembangunan dae-rah, tetapi tetap saja ke-beradaannya dibutuhkan dalam menjalankan roda pemerin-tahan guna belanja rutin dan membiayai pembangunan. Banyak elemen yang bergan-tung padanya. Jika realisasi APBD terhambat, otomatis hal ini akan menghambat belan-ja daerah dan realisasi proyek. Pada gilirannya tidak saja pem-bangunan dan sektor riil yang terganggu, tetapi juga efekti-vitas pelayanan publik. Pada akhirnya, sasaran ekonomi yang diindikasikan oleh target pertumbuhan ekonomi daerah tidak akan tercapai. Yang pal-ing mengenaskan, pemerin-tahan Kabupaten Jember akan berlangsung tanpa denyut nadi kehidupan. Wallahua’lam bish showab. (*)

*) Peneliti Tamkin Institute, Kandidat Doktor Universitas

Airlangga

Segera Sahkan RAPBD 2011!

KHAIRUNNISA MUSARI *

Oleh:

JEMBER - Musim libur Natal dan tahun baru sudah berakhir. Sepanjang musim liburan akhir tahun itu, khususnya menjelang Natal dan tahun baru, lonjakan penumpang kereta api di Jember mencapai 30 persen dibandingkan hari-hari biasa. Sampai kemarin (2/1) jumlah penumpang masih cukup tinggi karena arus balik liburan.

Kepala Stasiun Jember Nail Fachri menjelaskan, sampai sekarang kereta api masih menjadi pilihan masyarakat sebagai alat transportasi favorit. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah penumpang setiap musim liburan. Tak terkecuali ketika

Natal dan Tahun Baru 2011. Apalagi, musim liburan ini bertepatan

dengan masa libur pelajar dan libur minggu tenang mahasiswa di Jember. ”Peningkatan jumlah penumpang kereta api di Stasiun Jember mulai terasa sejak 23 Desember 2010,” ungkapnya.

Peningkatan jumlah penumpang itu rata-rata mencapai 30 persen dari hari-hari biasa. Atau, sekitar 1.500 penumpang per hari dari berbagai kelas dengan berbagai tujuan. Kebanyakan, tujuan penumpang adalah kota-kota jarak jauh.

Nail menambahkan, puncak lonjakan

penumpang terjadi pada H – 1 Natal pada Jumat 24 Desember 2010. Saat itu jumlah penumpang mencapai 2.693 orang. Selanjutnya, jumlah penumpang berada di kisaran 1.500 orang per hari sampai kemarin.

Untuk mengantisipasi lonjakan penumpang selama liburan Natal dan Tahun Baru 2011, pihaknya telah menyediakan satu gerbong tambahan. Sehingga penumpang tetap merasa nyaman selama di perjalanan hingga daerah tujuan. ”Ke depan kemungkinan masih akan banyak penumpang karena musim liburan telah usai dan mereka harus kembali untuk beraktivitas,” pungkasnya. (lie)

Penumpang KA Melonjak 30 Persen

Kadisperindag MenilaiKenaikan Harga Masih Wajar

LUMAJANG – Tingginya harga berbagai bahan kebutuhan pokok tidak hanya menyusahkan para konsumen. Kenaikan harga yang tidak wajar itu juga dikeluhkan para pedagang karena omzet penjualan turun akibat jumlah pembeli yang berkurang.

Di Pasar Baru Lumajang, harga cabai meroket menembus Rp 50 ribu per kilogram. Menurut Susianti, pedagang di Pasar Baru Lumajang, harga cabai sekarang termasuk sangat tinggi. “Masak sekarang harga per kilogramnya Rp 50 ribu. Padahal sebelumnya hanya Rp 20 ribu per kilogram,” ujarnya.

Dia mengaku tidak tahu pasti penyebab ma-halnya harga cabai tersebut. Yang jelas, pasokan dari pengepul ke pedagang saat ini seret. Padahal, permintaan di awal tahun seperti sekarang cukup tinggi. “Mau tidak mau harganya melambung,” katanya.

Akibat harga yang melambung tersebut, kata dia, konsumen kini memilih mengurangi pembelian. Jika biasanya per orang membeli satu kilogram, sekarang hanya membeli 25 gram.

Harga beras pun saat ini naik. Untuk kualitas sedang, dari semula Rp 5.000 per kilogram kini menjadi Rp 6.000 per kilogram.

Aakibat kenaikan harga bahan pokok ini, para pedagang resah. Pasalnya, pasar tradisional di Lumajang itu menjadi sepi. Selain itu, kenaikan harga sembako membuat omzet pedagang turun hingga 50 persen.

Karena itu, Susianti meminta Pemkab Lumajang untuk melakukan upaya untuk mengerem kenai-kan harga kebutuhan pokok. Apalagi, kenaikan harga sembako tidak diimbangi dengan daya beli masyarakat.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lumajang Djuliadi mengatakan, harga beberapa kebutuhan pokok sempat melonjak menjelang tahun baru lalu. Meski ada lonjakan harga, secara umum dia menilai, kenaikan harga beberapa kebutuhan bahan pokok itu masih wajar.

Dia mengungkapkan, kenaikan harga kebutuhan pokok terjadi pada cabai rawit. Harga cabai rawit mencapai Rp 56 ribu per kilogram untuk jenis super. Sedangkan cabai rawit biasa lebih murah di kisaran Rp 35 ribu per kilogram. “Sedangkan cabai besar Rp 38 ribu,” kata Djuliadi.

Kenaikan harga cabai rawit yang tak terkendali itu tejadi jauh hari sebelum tahun baru. Kenaikan cabai yang tergolong tinggi disebabkan pasokan cabai yang berkurang di pasaran.

Ditambahkan Djuliadi, pasokan sangat tergan-tung hasil panen petani. Hasil panen petani dipen-garuhi oleh faktor cuaca. Harga cabai yang fluk-tuatif sangat dipengaruhi oleh persediaan barang.

Djuliadi tidak bisa memprediksi kapan harga cabai kembali normal. Sebab, hal itu tergangung pasokan dari petani.

Terkait komoditas lain, dia mengaku, masih dalam batas normal meski ada kenaikan. Harga telur mencapai Rp 14 ribu per kilogram. Sedangkan beras Rp 5.600 sampai 6 ribu per kilogram untuk kualitas sedang. Sedangkan beras kualitas super mencapai Rp 7 ribu hingga 7.500 per kilogram dan daging Rp 45 ribu per kilogram. (ram/wan)

Harga Sembako Tinggi, Omzet Turun Separo

HERU PUTRANTO/RJ

MENUNGGU KERETA: Jumlah penumpang kereta api yang naik dari Stasiun Jember selama masa libur natal dan tahun baru naik 30 persen. Kepadatan penumpang kemarin (2/1) masih tampak di Satsiun Jember karena masa arus balik.

Page 7: Radar Jember 3 Jan 2011

RADAR JEMBER 39HALAMAN SAMBUNGAN

RADAR JEMBER • Senin 3 Januari 2011

FRAKSI...Sambungan dari Hal 29

”Kami minta BK DPRD untuk segera ambil langkah konkret. Empat pimpinan DPRD harus-nya sudah dipanggil BK,” kat-anya.

Anggota Komisi C DPRD Jem-ber itu menjelaskan, empat fraksi pendukung pasangan bupati dan wakil bupati non aktif Djalal-Kusen Andalas mel-aporkan pimpinan kepada BK DPRD Jember. Keempatnya dinilai menyalahgunakan we-wenang memberikan pertim-bangan pengusulan nama pe-jabat bupati tanpa melibatkan anggota DPRD yang lain.

Yudi menilai, BK DPRD Jem-ber bisa mengambil sikap tan-pa harus menunggu acc dari pimpinan DPRD Jember. Pas-alnya, pimpinan DPRD yang dilaporkan ke BK. ”Saya kira tak perlu harus menunggu persetu-juan dari pimpinan DPRD karena mereka yang dilaporkan,” terangnya.

Karena itu, dia mendesak ke-pada BK untuk segera menin-daklanjuti laporan yang sudah dikirimnya. ”Kami mintanya segera. Kami sudah tidak me-miliki kepercayaan kepada pimpinan DPRD Jember,” im-buhnya. Sebab, kata dia, pimp-inan DPRD Jember dinilai me-langgar aturan.

Apalagi, sambung dia, kom-posisi di tubuh BK masih lebih banyak anggota fraksi koalisi pendukung Djalal - Kusen An-dalas. Dari lima anggota BK, tiga di antaranya masuk fraksi koalisi. Yaitu ketua BK Yantit Budihartono, Maman Sabariman dan Zainul Hasan. Sedangkan anggota fraksi nonkoalisi adalah sekretaris BK Ayub Junaidi dan Suprapto.

Yudi mendesak BKD DPRD Jember menindak tegas kepada siapa pun yang melanggar aturan, termasuk kepada pimpinan DPRD. Setidaknya BK bisa mendesak pimpinan DPRD Jember untuk mundur dari ja-batannya. ”Mengenai siapa yang

nantinya akan menggantikan silakan diputuskan oleh par-tainya masing-masing,” imbuh-nya. Sebab, yang memiliki hak menempatkan wakilnya di pimpinan DPRD Jember hanya empat besar hasil pemilu leg-islatif 2009 lalu.

Maman Sabariman, anggota BK DPRD Jember menyatakan pihaknya sudah membahas pengaduan tersebut. ”Itu sudah dibahas, tetapi untuk kelanju-tannya masih menunggu pim-pinan DPRD,” katanya ketika dikonfirmasi RJ.

Dia menjelaskan, mekanisme BK akan menindaklanjuti pen-gaduan jika sudah pimpinan DPRD Jember mengetahuinya. ”Kalau tujuh hari tidak ada memo dari pimpinan DPRD maka BK bisa langsung menindaklanjuti-nya,” ungkap politisi dari PDIP tersebut.

Seperti diketahui, pengang-katan Pj Bupati Jember Zar-kasi menimbulkan pro dan kontra di DPRD Jember. Se-banyak 29 anggota DPRD Jem-

ber yang menjadi pendukung Djalal menyatakan pengang-katan Pj Zarkasi cacat hukum. Karena itu, mereka mengaju-kan mosi tidak percaya ke-pada pimpinan DPRD Jember. Mosi tidak percaya itu ditin-daklanjuti dengan laporan ke BK DPRD Jember.

Karena itu, anggota DPRD koalisi juga tidak mau melan-jutkan pembahasan RAPBD Jember yang kini drafnya sudah diserahkan tim anggaran pemk-ab ke DPRD. Bahkan, anggota fraksi koalisi juga menegaskan tak akan mengikuti agenda DPRD Jember.

Pro-kontra tersebut berlanjut dalam agenda dewan. Dalam rapat badan musyawarah (Ban-mus) DPRD Jember, 14 anggota fraksi koalisi tidak ikut. Yang rapat hanya 11 anggota fraksi nonkoaliasi. Karena tidak kuo-rum (kuorumnya minimal di-hadiri 50 persen plus 1 atau 13 anggota banmus, Red), akhirnya rapat banmus Jumat kemarin tak bisa dilanjutkan. (aro)

Tujuh Hari Tidak Ada Memo, Langsung Gerak

SATU...Sambungan dari Hal 29

”Sekitar tahun 70-an, 80-an, 90-an, itu ramai-ramainya jua-lan jamu gendong,” tambahnya.

Sehingga, dari hasil penjualan jamu, Pariyem dan suaminya, bisa membiayai sekolah keem-pat anaknya. ”Mereka sudah lulus SMA dan sudah berkelu-arga,” katanya.

Apalagi, saat itu, jamu yang dikemas dalam bentuk botol (kimia), belum ngetrend sep-erti saat ini sehingga persaingan di pasar belum seberapa kuat.

”Kalau sekarang, jamu sinom sudah dikemas dalam bentuk botol dan dijual ke supermarket,” katanya.

Oleh sebab itu, Pariyem men-ginginkan adanya bantuan modal lunak dari Pemkab Bon-dowoso. Sebab, keterbatasan modal, membuat dirinya sulit memasarkan jamu gendong. ”Kami ingin ada bantuan mod-al. Sehingga, usaha jamu gendong saya, bisa lebih besar lagi,” ka-tanya. Juga Pariyem mengung-kapkan, banyak pejabat dan mantan pejabat di Bondowoso, yang menjadi pelanggan tetap

jamu gendongnya. Hal yang sama diungkapkan,

Hestimah, 50. Ia juga sudah menjual jamu gendong pulu-han tahun di Bondowoso. ”Sekarang rute jualan saya, di Kecamatan Sukosari dan Ke-camatan Sumberwringin. Di dua kecamatan itu, warganya juga menyukai jamu gendong,” tambahnya.

Hestimah yang menjual jamu gendong segelas Rp 2 ribu itu, mengatakan, pelanggan terban-yak adalah ibu-ibu rumah tangga. ”Biasanya, ibu ibu rumah tangga menyukai jamu yang

bisa mengharumkan badan. Mereka, suka minum kunci soro, sambiloto, kenanga,” tam-bahnya.

Sedangkan, Sakiman, 60, yang berasal dari Wonogiri, dan sudah puluhan tahun menetap di Kota Kulon Bondowoso menjelas-kan, biasanya, seorang kepala rumah tangga berjualan bakso keliling. Sedangkan, sang istri berjualan jamu gendong di Bon-dowoso. ”Jumlah warga Wono-giri yang menetap di Bondo-woso, sudah ratusan orang lho. Bahkan, ribuan dan di sini sudah beranak-pinak,” ungkapnya. (*)

Hijrah ke Bondowoso karena Diajak Tetangga

PEGAL-PEGAL...Sambungan dari Hal 29

Tapi, setelah mengenal MDL-525 tahun 2007, ia tidak ke dokter lagi melainkan rutin mengonsumsi kedelai bubuk instan yang telah berganti nama dengan New Mandala 525 terse-but. Hasilnya ternyata memuaskan. “Secara berangsur-angsur bengkak di mata kaki saya itu hilang, kemeng-kemeng hilang, dan saya sudah bisa berjalan dengan lancar,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa baru-baru ini tekanan darah sistoliknya sudah 150. Karena produk tersebut sempat langka di pasaran beberapa saat, Nyonya Sri Sumirah pernah beralih ke kedelai bubuk lain. “Tapi saya muntah-muntah setelah meminum susu kedelai itu,” lanjutnya.

Banyak pakar yang mengistilahkan hip-ertensi sebagai silent killer. Dan karena merupakan pembunuh diam-diam itulah pen-gobatan terhadap hipertensi penting dilakukan dengan tepat. Bila tidak, ia berpotensi menim-bulkan penyakit jantung kardiovaskuler dan stroke. Saat ini, setiap tahun 17 juta orang terserang stroke dan penyakit jantung. Dan satu-satunya cara bagi penderitanya untuk bisa

menjalani kehidupan secara berkualitas adalah dengan rutin mengontrol tekanan darah. Selain lesitin, zat gizi pada kedelai yang dapat mem-bantu pencegahan penyakit jantung adalah vitamin E. Vitamin ini mampu meremajakan kembali arteri yang sudah tua sehingga lebih elastis dan tidak terjadi pengerasan. Ishwaral Jialal, seorang peneliti di Western Medical Center, University of Texas, Amerika Seri-kat, mengatakan bahwa mengonsumsi 800 IU vitamin E tiap hari selama tiga bulan ber turut-turut bisa memangkas terjadinya osksidasi kolesterol LDL (kolesterol jahat), mencegah kerusakan pembuluh darah arteri, dan mencegah penyakit jantung sebanyak 40%. Oleh sebab itu, tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa rutin mengonsumsi kedelai itu memang amat penting. Saat ini sangat banyak kedelai bubuk beredar, namun New Man dala 525 sangat laku karena manfaatnya yang nyata. Produk ini bukan obat melainkan minuman kesehatan untuk keluarga. Untuk konsultasi, kunjungi [email protected] atau telepon (021) 70288540 dan Jember: 0331-7889300 Lumajang: 0334-7714770 Bon-dowoso: 0332-7732063.

ADVERTORIAL

RAMAI-RAMAI...Sambungan dari Hal 29

Selain tempatnya dingin, om-baknya juga tidak terlalu besar. Hal ini membuat para wisatawan yang rata-rata mengajak kelu-arga kerasan menghabiskan liburan di tempat tersebut.

Meskipun sudah ada larangan untuk mandi, namun pengun-jung tetap saja nekat untuk mandi bersama keluarganya. Sehingga, untuk mengantisi-

pasi terjadinya kecelakaan laut, pihak pengelola menyiapkan tim SAR di pinggir pantai. Mer-eka ditugaskan untuk menga-wasi pengunjung yang asyik bermain di pantai.

Sementara di balik Pantai Papuma yang dikenal dengan Pantai Malikan juga banyak pengunjung bersama kelu-arga. Banyak juga pengunjung yang memilih naik perahu dan menyeberang ke pulau Kucur Puger.

Nahrowi, salah seorang pen-gunjung mengatakan kesem-patan kemarin adalah waktu terakhir berlibur bersama kelu-arganya. Pria 40 tahun asal Bangsalsari itu sengaja berkun-jung ke Papuma bersama dua anaknya yang masih kecil. ”Mum-pung liburan, kami manfaatkan untuk berkunjung ke tempat wisata. Itung-itung ini setiap tahun sekali,” ujarnya. Apalagi saat ini bertepatan dengan li-buran tahun baru. (jum/fid)

Ada Yang Menyeberang ke Kucur Puger

RATUSAN...Sambungan dari Hal 29

Apalagi, kata dia, belum tentu semua tenaga sukwan yang di-data bisa lolos (jadi CPNS, Red) semua. Sebab, kemungkinan besar pemerintah pusat akan memberikan kuota bagi masing-masing kabupaten. Karena itu, akan terjadi kompetisi dari masing-masing tenaga sukwan untuk bisa lolos.

Hanya tenaga sukwan yang telah memenuhi syarat yang akan didata. Berdasar SE Nomor 05 Tahun 2010 tentang Pen-dataan Tenaga Honorer tertang-gal 20 Juni 2010 ada empat kriteria. Pertama tenaga sukwan

diangkat oleh pejabat yang ber-wenang. Kedua bekerja di instansi pemerintah, ketiga masa kerja minimal 1 tahun pada 31 De-sember 2005 dan sampai saat ini bekerja terus. Dan, keempat berusia minimal 19 tahun dan tidak boleh lebih dari 46 tahun per Januari 2006.

Menindaklanjuti SE Men-Pan dan RB itu, badan kepegawaian daerah (BKD) melalui masing-masing SKPD beberapa bulan belakangan melakukan pen-dataan tenaga honorer non APBD/APBN (sukwan, Red). Bahkan, BKD sudah mengirimkan lebih dari 4.000 data sukwan ke BKN dan ke Men-PAN dan RB.

Hanya saja, data tersebut

hanya jabatan, kualifikasi pen-didikan dan unit kerja penem-patan (SKPD). Tanpa disertai nama dan alamat dari masing-masing tenaga sukwan. ”Tidak ada data nama yang dikirim ke pusat. Hanya berupa formasi saja,” ungkapnya.

Sayang, pendataan yang di-lakukan BKD diindikasikan dimanfaatkan oleh beberapa oknum yang tidak bertanggung jawab. Banyak, oknum yang mencoba mencari keuntungan dengan meminta imbalan se-jumlah uang kepada tenaga sukwan yang bekerja di ling-kungan Pemkab Jember.

Para oknum itu menjanjikan para korban bisa segera diang-

kat menjadi CPNS seperti tena-ga honorer sebelumnya. Itu diketahui setelah BKD meneri-ma banyak pengaduan soal ulah oknum-oknum tersebut. ”Ban-yak pengaduan yang masuk ke sini. Banyak oknum yang me-manfaatkan pendataan tenaga honorer non APBD/APBN,” kata Joko.

Dia menegaskan bahwa pen-dataan tenaga honorer non APBD/APBN tanpa dipungut biaya apa pun. ”Pendataan di-lakukan gratis. Jika ada yang minta imbalan laporkan ke-pada kami atau ke inspektorat,” ungkapnya. Sebab, sambungnya, pendataan itu dilakukan oleh masing-masing SKPD. (aro)

Waspadai Oknum yang Janjikan SK CPNS

MENGARAH...Sambungan dari Hal 29

Namun, penundaan dua kali pelaksanaan musda DPD PAN Jember ditengarai menjadi salah satu strategi dari pengurus pu-sat. Pengurus PAN Pusat berke-inginan agar pelaksanaan Musda DPD PAN Jember dilaku-kan aklamasi. Salah satu caran-ya dengan hanya memberikan rekomendasi kepada salah satu kandidat saja.

Ketua MPP DPD PAN Jember, KH Kahar Muzakir kepada RJ terang-terangan menyebut reko-mendasi DPP PAN Pusat hanya satu nama. ”Rekomendasi han-ya satu nama,” katanya. Dia menilai, rekomendasi satu nama tersebut membuat nilai dari Musda DPD PAN Jember berkurang.

”Itu tidak hanya di Jember. Di kabupaten juga seperti itu,” un-gkapnya. Karena itu, terang-terangan dia menuding ada

rekayasa dari pengurus lebih tinggi untuk mengondisikan musda di tingkat kabupaten/kota. Tujuannya, agar calon yang terpilih sesuai dengan keinginan dari pengurus di atasnya.

Bahkan, dia terang-terangan menilai keinginan DPP PAN agar musda bisa dilakukan dengan aklamasi sebagai bentuk penge-birian demokrasi. ”Itu tak han-ya mengebiri tapi mematikan demokrasi,” ungkapnya. Sebab, kata dia, PAN dikenal sebagai salah satu partai reformis yang mengedepankan demokrasi di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Ketua panitia pelaksana Bu-chori, tidak mengelak jika ada upaya rekayasa terhadap pelak-sanaan Musda PAN Jember. ”Sepertinya memang ada rekaya-sa,” katanya kepada RJ. Dia menjelaskan, sebagai panitia pelaksana sudah menyiapkan pelaksanaan musda DPD PAN Jember dengan baik.

Termasuk pada awal pelaksa-naan yang semua dijadwalkan 6 Desember 2010. ”Awalnya DPW PAN menjadwalkan 5 Desember. Itu sudah kami siapkan,” im-buhnya. Namun, tiba-tiba DPW minta agar pelaksanaan musda DPD PAN Jember dimajukan 4 Desember 2010.

Akibatnya, Musda DPD PAN Jember tidak bisa dilanjutkan karena ditengarai ada masalah dengan tempat pelaksanaan di Aula STAIN Jember. ”Saya juga tidak tahu, tempat sebenarnya tidak ada masalah, STAIN Jem-ber sudah memberikan izin juga,” ungkapnya.

Setelah sempat berpindah ke Gedung Yabina, DPW dan pa-nitia sepakat menjadwal ulang pelaksanaan jadi 25 Desember 2010. Namun, lagi-lagi DPW PAN Jatim minta penundaan pelak-sanaan musda lagi. ”Terakhir DPW PAN Jatim minta musda DPD PAN Jember digelar 22 Januari,” ungkapnya.

Penundaan pelaksanaan Mus-da DPD PAN Jember digunakan oleh enam kandidat yang diusul-kan ke DPPP melalui DPW PAN Jawa Timur untuk menggalang kekuatan. Enam kandidat kita intensif melakukan pendekatan terhadap para pengurus ranting dan pengurus cabang PAN yang memiliki suara.

Kandidat yang terus menggalang kekuatan di antaranya, Agus Widianto yang kini menjadi wakil ketua DPD PAN Jember sekaligus ketua Faksi Annur DPRD Jember. Selain itu ada Evi Lestari yang kini menjadi wakil Ketua DPD PAN dan wakil Ketua Komisi A DPRD Jember. Evi juga menjadi Dosen Unmuh Jember.

Keduanya memiliki peluang lebih besar memimpin PAN jember dari pada empat kandi-dat lainnya. Termasuk dua kan-didat lainnya, Zulficar Robi, ketua DPC PAN Sumbersari dan Dwi Purbadi, sekretaris DPC PAN Kalisat. (aro)

Penundaan Dinilai Cuma Strategi

PMI...Sambungan dari Hal 29

”Dalam satu hari relawan dari Jember berhasil membersihkan abu vulkanik di 70 rumah war-ga,” katanya.

Selain itu, tim relawan dari Jember juga membersihkan abu vulkanik di jalan. ”Abu vulkan-ik yang di jalan mencapai 33 cm. Itu sangat tebal sehingga butuh waktu cukup lama mem-bersihkan,” ungkapnya. Karena itu, saat berangkat ke Gunung

Bromo, relawan dilengkapi cang-kul, skop, pisau dan sabit.

”Relawan juga sekaligus mem-bagikan masker buat warga,” ungkapnya. Sambil membersi-hkan abu vulkanik para relawan ikut membagikan ribuan mask-er kepada warga di sekitar Gu-nung Bromo yang membutuh-kan. Terutama untuk anak-anak yang harus memakai masker.

Selain itu, PMI Jember juga membagikan masker. ”Ada seki-tar 3.000 masker sudah dikirim ke warga yang terkena abu vul-

kanik Gunung Bromo, termasuk ke Situbondo,” imbuhnya.

Pada awal Bromo mengeluarkan abu, PMI Jember juga membagikan ratusan masker di Jombang dan Kencong Jember. PMI bersama puskesmas setempat membagi-bagikan masker kepada warga yang sedang berada di jalan.

Setelah beberapa pekan belum tuntas, PMI Jember meneruskan bagi-bagi masker. Bahkan, PMI langsung koordinasi dengan PMI Provinsi Jawa Timur. Salah satunya untuk menyebarkan

ribuan masker kepada masyara-kat. Khususnya untuk balita yang sangat rentan terhadap guyuran abu vulkanik.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Jem-ber sejak awal juga menyiapkan ribuan masker yang bisa dibagi-kan gratis kepada masyarakat. Dinkes Jember menyiapkan ribuan masker ke puskesmas di masing-masing kecamatan. Khususnya kecamatan yang berbatasan den-gan Lumajang seperti, Kencong, Jombang, Semboro, Sumber-baru. (aro/fid)

Juga Membagi-bagikan Masker

KPPN...Sambungan dari Hal 29

Dikatakan, dalam satu tahun terakhir, catatan yang muncul dari penilaian yang dilakukan KPK adalah pela yanan yang dilakukan KPPN sudah me-menuhi standar pelayanan ba-gian keuangan negara. Hal itu,

lanjut dia, menjadi penilaian yang cukup memuaskan seka-ligus memberikan semangat penuh pada KPPN untuk berbuat lebih baik lagi.

”Kami ingin menjalankan tugas negara dengan lebih baik ke de-pannya. Kami juga akan menin-dak tegas pelaku-pelaku korupsi sekecil apa pun yang berada dalam

lingkup kami,” tegasnya. Menurut Adnan, ke depan

pemerintah akan segera mener-apkan penganggaran berbasis kinerja yang menitikberatkan pada kesesuaian input, output dan outcome dalam pelaksanaan program yang disesuaikan den-gan kementerian dan juga masing-masing lembaga. (fit)

Terapkan Penganggaran Berbasis Kinerja

JUMAI/RJ

MERIAH: Beberapa tempat wisata dan pemandian di Jember juga banyak didatangi para pengunjung.

GUMUKMAS – Hujan yang terus menerus melanda Jember dan sekitarnya tidak hanya berdampak pada lahan pertanian, para pengusaha genting juga merasakan imbas yang cukup signifikan. Produktifitasnya menurun hingga 50 persen karena proses pengeringan terkendala hujan. Dari rata-rata 20 ribu setiap bulannya, kini hanya berhasil memproduksi tidak lebih dari 10 ribu genting.

Sukiman, salah seorang pengusaha mengaku sangat merasakan dampak terhadap usaha yang digelutinya sejak lulus SD itu. Menurut dia, produktifitas gentingnya menurun beberapa bulan terakhir ini. Terutama di Desember 2010 lalu akibat guyuran hujan yang datang dan terus-terusan.

Dalam tiga hari yang biasanya berhasil mengeringkan genting yang sudah dicetak sebanyak 500. Kini seiring turunnya hujan, kemampuan mengeringkan genting semakin berkurang, bahkan pernah dalam satu minggu dia hanya mengeringkan 250 genting.

Hal tersebut membuat pembakaran genting tertunda akibat lamanya proses pengeringan. Pembakaranpun yang dilakukan juga mengalami dampak yang berarti. “Biasanya pembakaran hanya tiga hari tiga malam, namun karena gentingnya tidak terlalu kering akhirnya sampai satu minggu,” terangnya.

Padahal menurut dia, dalam beberapa bulan terakhir permintaan genting cukup tinggi. Namun dengan kondisi hujan seperti ini maka tidak ada pilihan lain, konsekwensi

yang harus diterima adalah produktifitasnya menurun tidak seperti sedia kala.

Sebenarnya hal yang sama terjadi pada musim hujan sebelumnya, namun saat itu diimbangi dengan intensitas panas di siang hari. Tetapi kali ini tidak, gerimis yang seolah tiada henti membuat genting yang sudah dicetak tidak bisa dikeringkan di bawah terik matahari.

“Akhirnya ya ditata dalam ruangan. Itupun prosesnya lama hingga satu mingguan,” ujarnya. Belum lagi ditambah dengan waktu pembakaran. Hal itulah yang membuat dia tidak bisa memenuhi permintaan genting.

Selain Sukiman, para pengusaha genting lainya juga mengaku mengalami hal yang sama. Suliyanto, salah satunya. Warga asal Dusun Tembokrejo Desa Andongsari Gumukmas ini juga mengalami nasib yang sama. Selain produktifitasnya menurun, genting buatannya banyak yang rusak.

“Karena waktu pengeringan kurang, kemudian dipaksakan dibakar. Jadi hasilnya kurang bagus,” keluhnya. Hal ini membuat usahanya tidak berjalan lancar seperti biasanya dan produktifitasnya menurun hingga 50 persen.

Alternatifnya, pengusaha menggunakan ruangan tempat pembakaran untuk menjemur genting yang sudah dicetak. Meskipun hasilnya tidak sebagus saat dijemur dibawah terik matahari, namun hal itu sedikit mengurangi hambatan dan mempercepat pengeringan. Pun juga dapat menekan penurunan produktifitas genting. (fid)

Hujan, Produksi Genting Turun

Page 8: Radar Jember 3 Jan 2011