rabu

4
Rabu, 16 Juli 2014 - 09:23:44 WIB Saat Anak Melakukan Kekerasan (BULLIES) Diposting oleh : Administrator Kategori: Akademik - Dibaca: 747 kali SAAT ANAK MELAKUKAN KEKERASAN (BULLIES) Bagian I ”Sudahkah kita mulai menilai diri, tentang apa yang telah kita ajarkan pada anak – anak kita?” Banyak berita yang mengabarkan mengenai kejadian – kejadian kekerasan di dalam institusi pendidikan, mulai dari tingkat TK sampai dengan kuliah. Jenis kekerasan itu sendiri bervariasi mulai dari tindakan memaksa, mengancam, sampai memberi ”pelajaran”. Baik anak laki – laki maupun anak perempuan memiliki kesempatan / kemungkinan yang sama sebagai pelaku kekerasan. Beberapa tindak kekerasan yang diberitakan oleh media sebenarnya baru merupakan permukaan dari fenomena yang ada. Pada prakteknya perilaku kekerasan hampir selalu ada di lingkungan sekolah, hanya saja sebagian dari kita masih menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar sehingga tidak ditanggapi dengan serius. Sedangkan bagi anak baik yang terkena kekerasan maupun yang melakukan

Upload: niki-agustin

Post on 20-Nov-2015

215 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jsbsbb

TRANSCRIPT

Rabu, 16 Juli 2014 - 09:23:44 WIBSaat Anak Melakukan Kekerasan (BULLIES) Diposting oleh : AdministratorKategori: Akademik - Dibaca: 747 kali

SAAT ANAK MELAKUKAN KEKERASAN (BULLIES) Bagian I

Sudahkah kita mulai menilai diri, tentang apa yang telah kita ajarkan pada anak anak kita? Banyak berita yang mengabarkan mengenai kejadian kejadian kekerasan di dalam institusi pendidikan, mulai dari tingkat TK sampai dengan kuliah. Jenis kekerasan itu sendiri bervariasi mulai dari tindakan memaksa, mengancam, sampai memberi pelajaran. Baik anak laki laki maupun anak perempuan memiliki kesempatan / kemungkinan yang sama sebagai pelaku kekerasan. Beberapa tindak kekerasan yang diberitakan oleh media sebenarnya baru merupakan permukaan dari fenomena yang ada. Pada prakteknya perilaku kekerasan hampir selalu ada di lingkungan sekolah, hanya saja sebagian dari kita masih menganggap hal tersebut adalah hal yang wajar sehingga tidak ditanggapi dengan serius. Sedangkan bagi anak baik yang terkena kekerasan maupun yang melakukan kekerasan sebenarnya hal ini menjadi masalah besar yang apabila tidak segera ditangani akan mempengaruhi proses perkembangan mereka selanjutnya.

Kekerasan saat ini memang bukan suatu hal yang keberadaannya disamarkan, apalagi menjadi monopoli orang dewasa. Semua orang dari berbagai kalangan dan usia terpapar serta dekat dengan beragam kekerasan, baik itu kekerasan yang mereka lihat di media maupun di kehidupan sehari hari sampai dengan kekerasan yang mereka dengar atau bahkan alami sendiri.

Kekerasan memiliki banyak nama, dan dalam konteks lingkungan pendidikan kita mengenal salah satu bentuk kekerasan yang dinamakan bully. Bully memiliki pengertian Ganggu / gertak sedangkan bullies berarti adalah penggertak / pengganggu. Dalam pengertian lengkapnya, bullies adalah mereka yang melakukan tindakan tindakan tertentu (baik secara verbal maupun fisik) untuk menentang / melawan orang lain.

Fenomena bullies dalam dunia anak semakin marak dibicarakan, walaupun sebenarnya hal ini sudah berlangsung sejak lama. Apabila kita mau mengingat kembali ke belakang katakanlah pada waktu di sekolah dasar, mungkin kita bisa mengingat jenis teman teman kita yang berperan sebagai bos dari teman teman lainnya. Ada perilaku perilaku yang cukup khas yang mereka lakukan seperti menjadi penggerak bagi teman temannya atau sebagai pencetus / sumber ide. Sejauh ini sebetulnya perilaku yang mereka tampilkan masih baik baik saja. Namun ada beberapa anak yang kemudian menampilkan perilaku bossy, tidak mau mengalah, menakut nakuti anak yang dianggapnya lebih lemah dan lain lain.

Biasanya yang melakukan bully di lingkungan anak adalah anak anak yang merasa memiliki kelebihan dibandingkan anak yang lainnya. Yang dimaksud dengan kelebihan disini adalah lebih secara materi, fisik, keberanian sehingga mereka bisa menggunakan kelebihan itu untuk mendapatkan perhatian, ataupun pengakuan dari teman temannya.

Kenapa seorang anak bisa menjadi pelaku bully? Penyebabnya tentu memiliki berbagai latar belakang, namun secara garis besar penyebabnya bisa dibagi menjadi 2 bagian, yaitu internal dan eksternal.

Penyebab eksternal berasal dari lingkungan anak tersebut, baik dari lingkungan yang paling dekat yaitu keluarga sampai dengan lingkungan yang lebih luas. Contoh dari penyebab eksternal adalah: kurangnya perhatian / pengawasan yang diberikan keluarga kepada anak, sehingga anak mencari perhatian di luar. Lingkungan anak adakalanya bersinggungngan dengan lingkungan yang penuh dengan rokok, narkoba dan minuman keras. Dalam perkembangannya anak memiliki kebutuhan akan idola. Apabila anak ternyata mengidolakan seorang tokoh (katakanlah : tokoh sinetron, tokoh kartun dll.) yang sering melakukan kekerasan, maka bukan tidak mungkin anak kemudian mengadopsi perilaku tersebut karena mereka ingin hebat seperti idolanya. Faktor lain adalah anak pernah melihat contoh kejadian dimana seseorang melakukan bully pada orang lain dan memperoleh keuntungan dari perbuatannya. Sedangkan penyebab internal yang dapat memicu anak melakukan kekerasan antara lain adalah mereka merasa bosan sehingga mencari kesenangan lain (dan tidak jarang kesenangannya tersebut adalah mengganggu temannya. Selain itu beberapa faktor yang berpengaruh lainnya: 1.Ada sebagian anak yang merasa kesulitan dalam mengelola emosinya / mengkomunikasikan perasaannya dan akhirnya muncul dalam bentuk perilaku mengganggu. 2.Sebagian anak menampilkan perilaku bully sebagai salah satu cara untuk menghadapi permasalahannya. 3.Ada anak yang pernah menjadi korban, dan merasa bahwa kekerasan adalah jalan keluar terbaik untuk tidak diganggu lagi.

Tindakan tindakan yang dapat digolongkan dalam bully adalah : oFisik: mencubit, memumukul, menendang, menjambak. oVerbal: memanggil nama, menggoda, menyebar gosip oIntimidasi secara emosional : mengisolasi atau mengeluarkan dari kelompok oSeksual: memberikan komentar / melakukan kontak fisik terhadap bagian bagian tubuh yang merupakan organ seksual (seperti menarik tali BH, biasanya dilakukan pada remaja.mengintip rok)

Oleh karena biasanya ada perbedaan pola asuh antara anak laki laki dan anak perempuan - dimana pada anak laki laki biasanya lebih diarahkan melakukan kegiatan yang sifatnya fisik dan langsung, sedangkan pada anak perempuan lebih menekankan pada perasaan dan tidak langsung - maka terdapat perbedaan perilaku bully pada anak laki laki dan perempuan. Pada anak laki laki biasanya bully dilakukan secara langsung atau berupa tindakan fisik yang nyata, seperti mengejek, memukul, berkelahi. Sedangkan pada anak perempuan biasanya cara cara yang digunakan bersifat tidak langsung, seperti menggoda atau menyindir, menyebarkan gosip, atau mengisolasi dan mengeluarkan dari kelompok bermain.

Maharani Ardi Putri, Msi.Psi.