rabu, 27 oktober 2010 | media indonesia isyarat gaib di ... fileen tah benar atau tidak, hal itu...

1
yang menjadi korban. Padahal, sebuah dusun yang berada di sisi timur lenyap tak bersisa disapu lahar panas. Entah benar atau tidak, hal itu sebagai akibat penduduknya yang tidak menghormati Mbah Petruk. ‘’Di sini ada hal-hal yang di- anggap tabu untuk dikerjakan atau diucapkan terkait Merapi. Kalau itu dipatuhi, mudah- mudahan tidak akan terjadi sesuatu apa pun terhadap ke- selamatan jiwa masyarakat sini,’’ kata Atmo. MI/WIDJAJADI SIAP DIEVAKUASI: Tiga anak di Desa Takeran, Tlogolele, Boyolali, Jawa Tengah, sudah tidak bersekolah lagi sejak Gunung Merapi berstatus awas. Kemarin, seluruh warga siap dievakuasi untuk menghindari awan panas. hanya milik Atmo dan Mulyo- no, melainkan juga seluruh warga Stabelan. Walau aktivitas vulkanik berdasarkan pantauan dari sejumlah pos pengamatan menunjukkan peningkatan sig- nifikan, masyarakat setempat tetap bergeming. Dari pantauan Media Indone- sia, aktivitas keseharian warga dusun di kawasan rawan ben- cana tiga atau ring satu itu tetap berjalan seperti biasa. Anak-anak bersekolah, para lelaki dan wanita dewasa meng- garap ladang sayuran yang Isyarat Gaib di Stabelan Gunung Merapi dipercaya sebagai pusat jagat di tanah Jawa. Hampir semua aktivitasnya senantiasa mengandung dimensi mistik. Ferdinand menjadi tumpuan hidup mereka, mencari rumput untuk pakan ternak, serta mencari kayu bakar di hutan yang berada di sekitar puncak Merapi. Semua aktivitas tersebut me- reka lakukan dengan begitu tenang, walau suara gemuruh guguran lava terus terdengar dan asap putih tebal semakin sering keluar dari kubah gu- nung setinggi 2.914 meter yang kini hampir selalu tertutup kabut tebal itu. ‘’Kami yakin Mbah Petruk tidak akan membahayakan ke- W AJAH Atmo Pawiro, 55, dan Mulyono, 80, be- gitu tenang. Tak sedikit pun tergambar kekha- watiran pada diri dua sesepuh masyarakat Dusun Stabelan, De sa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah itu. Saat mendengar kabar penaikan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yog- yakarta, Senin (25/10), Atmo dan Mulyono malah terlihat begitu santai menanggapi pem- beritahuan yang bagi orang lain sangat mendebarkan itu. Padahal, rumah keduanya hanya berjarak sekitar 4 kilome- ter dari puncak Merapi yang aktivitasnya kini mendekati puncaknya. ‘’Apa yang harus dikhawa- tir kan, kami masyarakat di sini masih tenang-tenang saja. Sebab sampai sekarang Mbah Petruk belum memberikan pertanda agar kami menyingkir dari dusun ini,’’ kata Atmo saat ditemui di kediamannya, Senin (25/10). Mbah Petruk yang dimaksud Atmo adalah sosok gaib yang dipercaya masyarakat setem- pat sebagai penguasa Gunung Merapi. Tingginya aktivitas gunung api paling aktif di dunia terse- but saat ini juga diyakini tidak terlepas dari sosok tersebut. Da- lam pandangan keduanya, hal itu merupakan sebuah pertanda bahwa sang penguasa sedang bersiap-siap menggelar hajat. Keyakinan seperti itu bukan Beliau selalu memberi tahu kapan mau lewat dengan perantara salah seorang warga yang tidak mengerti apa-apa soal gaib.’’ Atmo Pawiro Sesepuh Dusun Stabelan selamatan kami. Beliau selalu memberi tahu kapan mau lewat dengan perantara salah seorang warga yang tidak mengerti apa-apa soal gaib,’’ kata Atmo meyakinkan. Wangsit Kendati sulit diterima nalar, kepercayaan akan petunjuk dari sang penguasa gaib Merapi itu mengakar begitu kuat dalam diri masyarakat Stabelan. Buk- tinya, kata Atmo, ketika Merapi meletus pada 1954 silam warga dusun ini sama sekali tidak ada Keyakinan yang sama diung- kapkan Atmo tersebut dikuat- kan oleh Mulyono. Apalagi, menurut dia, beberapa waktu lalu salah seorang warga telah mendapatkan wangsit terkait dengan keselamatan mereka melalui mimpi. Dalam mimpi tersebut, warga itu melihat Dusun Stabelan ini dipagari seutas benang. Di sisi timur, persis di bawah rekahan kubah Merapi ia melihat berdiri sebuah tenda untuk mema- yungi permukiman warga. ‘’Itu merupakan sebuah per- tanda bahwa dusun ini tidak akan terkena dampak apa-apa dari Merapi. Sekarang yang ha- rus dilakukan adalah memohon keselamatan. Salah satunya dengan mempersembahkan se- sajen kepada Mbah Petruk dan sosok gaib lain di sini,’’ kata Mulyono. Kendati berpegang teguh pada keyakinan tersebut, baik Atmo maupun Mulyono tidak akan menahan jika ada warga yang ingin mengungsi. Terlebih jika hal itu diminta pemerintah. Keduanya hanya mengingat- kan, jika nanti memang harus mengungsi, supaya tidak selu- ruhnya. Sebagian warga harus tetap ada yang tinggal. Jangan sampai dibiarkan kosong tak berpenghuni. ‘’Nanti dikira nyingkiri (senga- ja menghindar) oleh Mbah Petruk. Itu tidak baik,’’ kata Atmo sembari tersenyum. Orang lain boleh tidak perca- ya. Tetapi warga Stabelan se- nantiasa berpegang pada keya- kinan tersebut. Karena hal itu sudah menjadi sebuah keper- cayaan turun-temurun nenek moyang mereka. (WJ/N-1) [email protected] suplemen ini. Saat guguran material lava Merapi membuat orang merinding, Marijan juga tetap tenang. Baginya itu hal yang sudah biasa. Namun, sosok ini tidak pernah melarang warga meninggalkan rumah mereka. Ia mempersilakan mereka segera mengungsi. Kapan Mbah mau turun? Marijan masih menggeleng. Hanya dia yang tahu kapan waktunya meninggalkan rumah dan masjid kecil di samping rumahnya. (Agus Utantoro/Sulistiono/N-3) Sang Penjaga masih Menunggu Saat Merapi menggelegak pada 2006, nama Marijan mendadak terkenal. Ia menolak meninggalkan rumahnya untuk mengungsi. Alasannya, ia harus menjaga Merapi sekalipun harus menanggung risiko mati. Kini, saat status Merapi ditingkatkan menjadi awas, sampai sore kemarin, Mbah Marijan juga tetap berada di rumahnya. Kepala Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Bejo Mulyo, mengatakan pria tua itu bukan tidak bersedia mengungsi, tetapi belum ingin meninggalkan rumahnya. “Merapi itu berarti numrapi (memberi manfaat). Mbah Merapi akan punya gawe,” kata Marijan. Mbah Marijan adalah seorang muslim taat. Ia disiplin dalam beribadah lima waktu. Ketika azan berkumandang, sang penjaga akan langsung ke masjid meskipun ada tamu. Ia membangun masjid kecil di samping rumahnya, yang selalu ia gunakan untuk menjalankan ibadah. Guguran awan panas Merapi, atau wedus gembel, juga tidak membuat Marijan lari. “Saya kerasan tinggal di sini. Gunung Merapi itu tidak menakutkan karena bukan hantu,” kata bintang iklan salah satu minuman K ERATON Yogyakarta menguasai laut dan gunung. Sebagai tanda kekuasaan, di masa lalu, keraton menempatkan abdi dalem alias pejabat kerajaan di Pantai Selatan Parangkusumo dan Merapi. Di Merapi, dijabat seorang abdi dalem juru kunci, yang saat ini dipegang Mas Panewu Surakso Hargo. Mas Panewu tidak banyak dikenal jika ia tidak memiliki nama kecil Marijan. Ya, penjaga Merapi itu adalah Mbah Marijan. Pria kelahiran 1927 ini menggantikan kedudukan ayahnya, Mbah Hargo, yang juga abdi dalem juru kunci redi Merapi. Ia diangkat menjadi abdi dalem pada 1971. Mbah Marijan mendapat pangkat dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan jabatan juru kunci disandang mulai 1982. Dari juru kunci, ia naik pangkat menjadi panewu. Selain menjaga gunung, jika keraton melakukan tradisi labuhan, sang panewu juga bertugas memimpin upacara. Marijan-lah yang mengantarkan benda-benda persembahan dari Keraton Yogyakarta kepada penguasa Gunung Merapi. Sebagai abdi dalem, panewu memperoleh gaji dari perbendaharaan Keraton Yogyakarta, yang besarnya tidak mencapai Rp20.000 per bulan. Mbah Marijan Juru kunci Gunung Merapi 8 | Nusantara RABU, 27 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA ANTARA/SAPTONO

Upload: phamngoc

Post on 29-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

yang menjadi korban.Padahal, sebuah dusun yang

berada di sisi timur lenyap tak bersisa disapu lahar panas. En tah benar atau tidak, hal itu sebagai akibat penduduknya yang tidak menghormati Mbah Petruk.

‘’Di sini ada hal-hal yang di-anggap tabu untuk dikerjakan atau diucapkan terkait Merapi. Kalau itu dipatuhi, mudah-mu dahan tidak akan terjadi sesuatu apa pun terhadap ke-selamatan jiwa masyarakat sini,’’ kata Atmo.

MI/WIDJAJADI

SIAP DIEVAKUASI: Tiga anak di Desa Takeran, Tlogolele, Boyolali, Jawa Tengah, sudah tidak bersekolah lagi sejak Gunung Merapi berstatus awas. Kemarin, seluruh warga siap dievakuasi untuk menghindari awan panas.

hanya milik Atmo dan Mulyo-no, melainkan juga seluruh warga Stabelan. Walau aktivitas vulkanik berdasarkan pantauan dari sejumlah pos pengamatan menunjukkan peningkatan sig-nifi kan, masyarakat setempat tetap bergeming.

Dari pantauan Media Indone-sia, aktivitas keseharian warga dusun di kawasan rawan ben-cana tiga atau ring satu itu tetap berjalan seperti biasa.

Anak-anak bersekolah, para lelaki dan wanita dewasa meng-garap ladang sayuran yang

Isyarat Gaib di StabelanGunung Merapi dipercaya sebagai pusat jagat di tanah Jawa. Hampir semua aktivitasnya

senantiasa mengandung dimensi mistik.

Ferdinand

menjadi tumpuan hidup mereka, mencari rumput untuk pakan ternak, serta mencari kayu bakar di hutan yang berada di sekitar puncak Merapi.

Semua aktivitas tersebut me-reka lakukan dengan begitu te nang, walau suara gemuruh guguran lava terus terdengar dan asap putih tebal semakin sering keluar dari kubah gu-nung setinggi 2.914 meter yang kini hampir selalu tertutup kabut tebal itu.

‘’Kami yakin Mbah Petruk ti dak akan membahayakan ke-

WA J A H A t m o Pa wiro, 55, dan Mulyono, 80, be-gitu tenang. Tak

sedikit pun tergambar kekha-watiran pada diri dua sesepuh masyarakat Dusun Stabelan, De sa Tlogolele, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah itu. Saat mendengar ka bar penaikan status Gunung Merapi dari siaga menjadi awas oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yog-yakarta, Senin (25/10), Atmo dan Mulyono malah terlihat be gitu santai menanggapi pem-beritahuan yang bagi orang lain sangat mendebarkan itu.

Padahal, rumah keduanya hanya berjarak sekitar 4 kilome-ter dari puncak Merapi yang aktivitasnya kini mendekati puncaknya.

‘’Apa yang harus dikhawa-tir kan, kami masyarakat di sini masih tenang-tenang saja. Se bab sampai sekarang Mbah Petruk belum memberikan per tanda agar kami menyingkir dari dusun ini,’’ kata Atmo saat ditemui di kediamannya, Senin (25/10).

Mbah Petruk yang dimaksud Atmo adalah sosok gaib yang dipercaya masyarakat setem-pat sebagai penguasa Gunung Merapi.

Tingginya aktivitas gunung api paling aktif di dunia terse-but saat ini juga diyakini tidak terlepas dari sosok tersebut. Da-lam pandangan keduanya, hal itu merupakan sebuah pertanda bahwa sang penguasa sedang bersiap-siap menggelar hajat.

Keyakinan seperti itu bukan

“Beliau selalu memberi tahu kapan mau lewat dengan perantara salah seorang warga yang tidak mengerti apa-apa soal gaib.’’ Atmo Pa wiroSesepuh Dusun Stabelan

selamatan kami. Beliau selalu memberi tahu kapan mau lewat dengan perantara salah seorang warga yang tidak mengerti apa-apa soal gaib,’’ kata Atmo meyakinkan.

WangsitKendati sulit diterima nalar,

kepercayaan akan petunjuk dari sang penguasa gaib Merapi itu mengakar begitu kuat dalam diri masyarakat Stabelan. Buk-ti nya, kata Atmo, ketika Merapi meletus pada 1954 silam warga dusun ini sama sekali tidak ada

Keyakinan yang sama diung-kapkan Atmo tersebut dikuat-kan oleh Mulyono. Apalagi, menurut dia, beberapa waktu lalu salah seorang warga telah mendapatkan wangsit terkait dengan keselamatan mereka melalui mimpi.

Dalam mimpi tersebut, warga itu melihat Dusun Stabelan ini dipagari seutas benang. Di sisi timur, persis di bawah rekahan kubah Merapi ia melihat berdiri sebuah tenda untuk mema-yungi permukiman warga.

‘’Itu merupakan sebuah per-tanda bahwa dusun ini tidak akan terkena dampak apa-apa dari Merapi. Sekarang yang ha-rus dilakukan adalah memohon keselamatan. Salah satunya de ngan mempersembahkan se-sajen kepada Mbah Petruk dan sosok gaib lain di sini,’’ kata Mulyono.

Kendati berpegang teguh pada keyakinan tersebut, baik Atmo maupun Mulyono tidak akan menahan jika ada warga yang ingin mengungsi. Terlebih jika hal itu diminta pemerintah.

Keduanya hanya mengingat-kan, jika nanti memang harus mengungsi, supaya tidak selu-ruhnya. Sebagian warga harus tetap ada yang tinggal. Jangan sampai dibiarkan kosong tak berpenghuni.

‘’Nanti dikira nyingkiri (senga-ja menghindar) oleh Mbah Petruk. Itu tidak baik,’’ kata Atmo sembari tersenyum.

Orang lain boleh tidak perca-ya. Tetapi warga Stabelan se-nan tiasa berpegang pada keya-kinan tersebut. Karena hal itu sudah menjadi sebuah keper-cayaan turun-temurun nenek moyang mereka. (WJ/N-1)

[email protected]

suplemen ini. Saat guguran material

lava Merapi membuat orang merinding, Marijan juga tetap tenang. Baginya itu hal yang sudah biasa.

Namun, sosok ini tidak pernah melarang warga meninggalkan rumah mereka. Ia mempersilakan mereka segera mengungsi.

Kapan Mbah mau turun? Marijan masih menggeleng. Hanya dia yang tahu kapan waktunya meninggalkan rumah dan masjid kecil di samping rumah nya. (Agus Utan toro/Sulis ti ono/N-3)

Sang Penjaga masih MenungguSaat Merapi menggelegak

pada 2006, nama Marijan mendadak terkenal. Ia menolak meninggalkan rumahnya untuk mengungsi. Alasannya, ia harus menjaga Merapi sekalipun harus menanggung risiko mati.

Kini, saat status Merapi ditingkatkan menjadi awas, sampai sore kemarin, Mbah Marijan juga tetap berada di rumahnya.

Kepala Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman, Bejo Mulyo, mengatakan pria tua itu bukan tidak bersedia mengungsi, tetapi belum ingin meninggalkan rumahnya.

“Merapi itu berarti numrapi (memberi manfaat). Mbah Merapi akan punya gawe,” kata Marijan.

Mbah Marijan adalah seorang muslim taat. Ia disiplin dalam beribadah lima waktu. Ketika azan berkuman dang, sang penjaga akan langsung ke masjid meskipun ada tamu. Ia membangun masjid kecil di samping rumahnya, yang selalu ia gunakan untuk menjalankan ibadah.

Guguran awan panas Merapi, atau wedus gembel, juga tidak membuat Marijan lari. “Saya kerasan tinggal di sini. Gunung Merapi itu tidak menakutkan karena bukan hantu,” kata bintang iklan salah satu minuman

KERATON Yogyakarta menguasai laut dan gunung. Sebagai

tanda kekuasaan, di masa lalu, keraton menempatkan abdi dalem alias pejabat kerajaan di Pantai Selatan Parangkusumo dan Merapi.

Di Merapi, dijabat seorang abdi dalem juru kunci, yang saat ini dipegang Mas Panewu Surakso Hargo.

Mas Panewu tidak banyak dikenal jika ia tidak memiliki nama kecil Marijan. Ya, penjaga Merapi itu adalah Mbah Marijan.

Pria kelahiran 1927 ini menggantikan kedudukan ayahnya, Mbah Hargo, yang juga abdi dalem juru kunci redi Merapi. Ia diangkat menjadi abdi dalem pada 1971.

Mbah Marijan mendapat pangkat dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan jabatan juru kunci disandang mulai 1982.

Dari juru kunci, ia naik pangkat menjadi panewu. Selain menjaga gunung, jika keraton melakukan tradisi labuhan, sang panewu juga bertugas memimpin upacara. Marijan-lah yang mengantarkan benda-benda persembahan dari Keraton Yogyakarta kepada penguasa Gunung Merapi.

Sebagai abdi dalem, panewu memperoleh gaji dari perbendaharaan Keraton Yogyakarta, yang besarnya tidak mencapai Rp20.000 per bulan.

Mbah MarijanJuru kunci Gunung Merapi

8 | Nusantara RABU, 27 OKTOBER 2010 | MEDIA INDONESIA

ANTARA/SAPTONO