lpsk jalin kerjasama dewan pers selesaikan 3 pengaduan ... · edisi januari 2014 6 hal 3 hal 2 hal...

12
1 Etika | Januari 2014 Edisi Januari 2014 6 HAL 3 HAL 2 HAL 9 HAL 11 HAL 4 HAL Dewan Pers Selesaikan 3 Pengaduan Keluarkan 1 PPR Pers Sebagai Avant Garde Demokrasi Kebebasan pers adalah salah satu esensi demokrasi. Tanpa kebe- basan pers tidak akan ada demokrasi LPSK Jalin Kerjasama dengan Dewan Pers Melihat Potret Pers Indonesia 2013 Stanley Adi Prasetyo Pers Harus Hindari “Kampanye Hitam” Pers adalah cerminan perada- ban sebuah negeri. Situasi hukum dan demokrasi suatu negeri bisa dilihat dari keadaan persnya Penandatanganan Risalah Penyelesaian Sengketa Pers antara TB Hasanuddin, Dewan Pers, (M. Ridlo Eisy) dan Inilah Koran, (Zulfirman Tanjung) di Dewan Pers 16|1|2014. Surat Edaran Dewan Pers Pelaksanaan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers (Ketua Dewan Pers, Bagir Manan berjabat tangan dengan Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai seusai penandatangan MOU Dewan Pers-LPSK di Gedung Dewan Pers, (29|1|2014).

Upload: lycong

Post on 26-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1Etika | Januari 2014

Edisi Januari 2014

6HAL

3HAL

2HAL

9HAL

11HAL

4HALDewan Pers Selesaikan 3 Pengaduan

Keluarkan 1 PPR

Pers Sebagai Avant Garde Demokrasi

Kebebasan persadalah salah satu esensidemokrasi. Tanpa kebe-basan pers tidak akan adademokrasi

LPSK Jalin Kerjasamadengan Dewan Pers

Melihat Potret PersIndonesia 2013

Stanley Adi Prasetyo

Pers Harus Hindari“Kampanye Hitam”

Pers adalah cerminan perada-ban sebuah negeri. Situasihukum dan demokrasisuatu negeri bisa dilihat darikeadaan persnya

Penandatanganan Risalah Penyelesaian Sengketa Pers antara TB Hasanuddin, DewanPers, (M. Ridlo Eisy) dan Inilah Koran, (Zulfirman Tanjung) di Dewan Pers 16|1|2014.

Surat Edaran Dewan PersPelaksanaan Undang-Undang Pers

dan Standar Perusahaan Pers

(Ketua DewanPers, BagirManan berjabattangan denganKetua LPSKAbdul HarisSemendawaiseusai

penandatangan MOU Dewan Pers-LPSK diGedung Dewan Pers, (29|1|2014).

2Etika | Januari 2014

Berita Utama

Presiden Susilo BambangYudhoyono (SBY) mewanti-wanti kepada media massa

agar menghindari berita-berita yangmemuat “kampanye hitam” (black cam-paign) menjelang Pemilu 2014.

“Kata Bapak Presiden, menjelangpemilu, hendaknya dihindari blackcampaign, kampanye hitam,” ungkapKetua Umum Persatuan Wartawan In-donesia (PWI) Margiono, seusaimelaporkan persiapan Peringatan HPNTahun 2014 di Kantor Presiden,Jakarta, Senin (27|1|2014).

Presiden SBY, kata Margiono,mencontohkan berita bermuatan kam-panye hitam tersebut seperti mem-persoalkan sesuatu yang sebenarnyatidak ada. Namun, Margiono mengakuSBY juga memahami kampanye hitamberbeda dengan “negative campaign”.

SBY juga, tambahnya, memaha-mi bahwa “negative campaign” adalahkewajiban bagi dunia media untuk me-nguak keadaan riil atau hal yang burukdari suatu peristiwa besar politik. “Ka-lau negative campaign oke. Katanyapers punya kewajiban membuka selu-ruh keadaan riil, boleh telanjangi calegdan capres yang buruk katakan burukyang baik katakan baik,” tuturnya.

Netral-Independen Dalam pada itu, Persatuan

Wartawan Indonesia (PWI) dalampernyataan pada pergantian tahun2013 ke 2014, menegaskan institusimedia harus netral, independen danmengedepankan kepentingan ber-sama, dalam kaitannya dengan agendasuksesi kepemimpinan nasional.

“Terlebih-lebih untuk media tele-visi yang dalam praktiknya meng-gunakan gelombang elektromagnetiksebagai kekayaan publik yang semes-

tinya digunakan untuk sebesar-besar-nya kepentingan publik,” demikian PWIdalam keterangan tertulisnya mengenaisikap organisasi ini menyangkutpersoalan pers dan bangsa, Senin(30|12|2013).

PWI menyampaikan tujuh sikapmenyangkut peran media menghadapiPemilu 2014 dan dalam kontekspersoalan pers secara lebih luas.

Pertama, pers harus memberikanpendampingan kepada masyarakatdan menyediakan informasi serta wa-cana yang dibutuhkan masyarakatuntuk mengenali kelebihan dan keku-rangan para calon anggota legislatif,calon presiden atau wakil presiden,calon anggota DPD dan calon pemim-pin daerah, namun dengan tetap mem-berikan kebebasan kepada masyara-kat untuk menentukan sendiri pilihanpolitiknya.

Kedua, pers harus membantu pe-nyelenggara pemilu dalam melakukansosialisasi tahap dan tatacara pemilu,karena sebagaimana telah terbukti,media massa adalah saluran komuni-kasi dan informasi utama di Indonesia.

Ketiga, pers harus berhati-hati

Pers Harus Hindari “Kampanye Hitam”

agar media tidak terseret ke dalamkonflik atau persaingan politik antarkontestan pemilu. Media harus meng-hindari peran “intensivier of conflict”,peran mengintensifkan dan memper-besar skala konflik melalui pemberita-an bombastis dan provokatif.

Keempat, media harus dapatmenahan diri dan tahu batas dalammengampanyekan para pemiliknyayang terjun ke politik praktis. “Pemak-saan penggunaan media sebagaiinstrumen politik bagi para pemiliknyaakan berdampak negatif bagi namamedia tersebut di mata masyarakatdan pengiklan.”

Kelima, pers Indonesia harusdapat mengawal proses penyelengga-raan suksesi kepemimpinan nasional2014 berdasarkan UU Pers No. 40tahun 1999 dan Kode Etik Jurnalistik.“Besar harapan masyarakat agar persIndonesia dapat menjadi wasit yang adildan proporsional, dan tidak justrumenjadi ‘pemain’ dalam proses pemiluyang berlangsung”.

Keenam, pers Indonesia harusterus-menerus menguatkan komitmendalam membantu upaya memerangikorupsi. “Hal ini dilakukan denganterus-menerus memberitakan kasus-kasus korupsi, melakukan indepth re-porting atau jurnalisme investigatif,tanpa mengesampingkan asas pradu-ga tak bersalah, prinsip akurasi dankeberimbangan berita”.

Ketujuh, PWI tetap menuntutPolri dan Pemerintah serius meng-ungkapkan kasus kekerasan terhadapwartawan dan memberikan keadilansesegera mungkin. PWI menunjukterbunuhnya wartawan Fuad M.Syarifudin (Udin) yang sampai kinibelum berhasil diungkapkan Polri.(sumber: tribunnews.com, antaranews.com)

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono

3Etika | Januari 2014

Kegiatan

Dewan Pers dan Lembaga Per-lindungan Saksi dan Korban(LPSK) menjalin kerjasama,

yang dikukuhkan dalam bentuk NotaKesepahaman (MoU). Nota Kesepa-haman itu ditandatangani oleh KetuaDewan Pers Prof. Dr. Bagir MananSH., MCL, atas nama lembaga,sebagai pihak pertama dan KetuaLPSK Abdul Haris Semendawai, SH,LLM, atas nama lembaga, sebagaipihak kedua.

Nota Kesepahaman berjudul:“Perlindungan Kemerdekaan Pers sertaPerlindungan Saksi/atau KorbanTindak Pidana” itu ditandatangani ketuakedua lembaga seusai diskusi “Peli-putan dan Pemberitaan Media TerkaitUpaya Perlindungan Saksi dan Kor-ban”, di Gedung Dewan Pers, Jakarta,Rabu (29|1|2014).

Nota Kesepahaman yang terdiri

Dewan Pers-LPSK TandatanganiNota Kesepahaman

dari 4 bagian, 7 bab dan 11 pasal itu,memiliki maksud untuk meningkatkankerjasama para pihak dalam rangkaperlindungan kemerdekaan pers sertaperlindungan saksi dan/atau korbantindak pidana. Sedangkan tujuannyaadalah untuk mewujudkan kerjasamapara pihak guna lebih mengoptimalkanpelaksanaan tugas perlindungankemerdekaan pers serta perlindungansaksi dan/atau korban tindak pidana.

Para pihak sepakat untuk bekerjasama dalam bentuk: (a) Penyusunanpedoman peliputan dan pemberitaantentang saksi dan/atau korban tindakpidana; (b) Sosialisasi Nota Kesepaha-man dan pedoman peliputan danpemberitaan tentang saksi dan korbantindak pidana; (c)Pelatihan materipedoman peliputan dan pemberitaantentang saksi dan/atau korban tindakpidana kepada wartawan media cetak,

siber, dan elektronik; (d) Pemantauanatas pemberitaan tentang Saksi dan/atauKorban tindak pidana di media cetak,siber, dan elektronik; (e) Penyelenggaraanseminar, diskusi dan forum pertemuanlainnya; dan (f) Penyelenggaraan kegiatanyang terkait dengan pemberitaan tentangperlindungan saksi dan/atau korbantindak pidana antara lain, jumpa pers,press briefing, dan talkshow.

Di bagian lain Nota Kesepaha-man disebutkan, pihak pertamamengawasi pemberitaan mengenaisaksi dan/atau korban tindak pidanaberlandaskan Kode Etik Jurnalistikdan prinsip/asas praduga tidakbersalah (presumption of innocence),agar tidak menimbulkan korban keduakalinya (reviktimisasi), menjagakeamanan dan perlindungan hukumterhadap diri pribadi saksi dan/ataukorban tindak pidana beserta keluargadan harta bendanya. Pihak pertama,menindaklanjuti adanya pengaduanmasyarakat menyangkut pemberitaanyang menimbulkan kerugian padasumber berita dan atau pihak lainnya.

Pihak kedua, dapat menyampai-kan pengaduan kepada pihak pertamaterhadap adanya pemberitaan yangmenimbulkan ancaman keamanan,harta benda dan tuntutan hukum ter-hadap pelapor, saksi dan/atau korbantindak pidana khususnya yang masukdalam program perlindungan LPSK. Pi-hak kedua, melaksanakan perlindu-ngan saksi dan/atau korban tindak pi-dana sesuai ketentuan peraturan pe-rundang-undangan yang berlaku.

Demikian antara lain NotaKesepahaman antara Dewan Pers danLPSK tersebut.

Ketua Dewan Pers, Bagir Manan berjabat tangan dengan Ketua LPSK Abdul Haris Semendawaiseusai penandatangan MOU Dewan Pers-LPSK di Gedung Dewan Pers, 29|1|2014.

>> Selengkapnya bisa diakses di websitewww.dewanpers.or.id

4Etika | Januari 2014

Pengaduan

Dewan Pers Selesaikan 3 KasusMelalui Mediasi dan Keluarkan 1 PPR

Bulan Januari 2014, Dewan Persmenyelesaikan (3) pengaduanmelalui “mediasi” dan

ajudikasi serta mengeluarkan satuPernyataan Pernilaian danRekomendasi (PPR). Pengaduan yangberhasil diselesaikan itu masing-masing dari dua anggota DPR RI yakniTB Hasanuddin atas berita HarianInilahkoran dan Okky Asokawatiterhadap Tabloid Femme serta seorangPNS Pemprov Kalbar, Bride SuryanusAllorante, terhadap Harian RakyatKalbar. Dewan Pers juga mengeluar-kan PPR terhadap Harian Batak PosBersinar yang di adukan PT Toba PulpLestari (PT TPL) Medan. Kasusnyasebagai berikut:

Pengaduan TB HasanuddinDewan Pers menerima pengaduan

dari Anggota DPR RI, TB Hasanuddin,SE, MM., atas berita harian Inilahkoran,berjudul “Ketua PDIP Jabar TersandungWanita” (edisi, 12|12|2013).

Terkait pengaduan ini, DewanPers telah meminta klarifikasi keduapihak pada 16|1|2014 di SekretariatDewan Pers, Jakarta. Berdasarkanhasil pemeriksaan dan klarifikasitersebut, Dewan Pers menilai Inilah-koran melanggar Pasal 1 dan 3 KodeEtik Jurnalistik (KEJ) karena tidakberimbang, tidak akurat, dan memuatopini yang menghakimi.

Proses penyelesaian sebagaiberikut: (1) Inilahkoran bersediamemuat Hak Jawab dari Pengadusecara proporsional disertai permintaanmaaf kepada Pengadu dan pembaca.Hak Jawab dan permintaan maafdimuat dengan judul “Permintaan maafInilahkoran dan Hak Jawab TB

Hasanuddin.” (2) Inilahkoran bersediamemuat Risalah Penyelesaian Penga-duan ini bersamaan dengan pemuatanHak Jawab. (3) Inilahkoran ber-komitmen menaati KEJ dalam pembe-ritaan selanjutnya tentang Pengadu. (4)Kedua pihak sepakat menyelesaikankasus ini di Dewan Pers dan tidakmelanjutkan ke proses hukum, kecualikesepakatan di atas tidak dipenuhi.

Pengaduan Okky AsokawatiSebelumnya Dewan Pers juga

menerima pengaduan dari AnggotaDPR RI, Okky Asokawati, melalukuasa hukum dari LBH DPP PPP, pada14|11|2013, atas berita Tabloid Femmeberjudul “Okky Asokawati DisebutMenikah Siri dengan Menag RI” (edisi08 Th V, 8-21|11|2013).

Terkait pengaduan ini, DewanPers telah meminta klarifikasi keduapihak pada 10|1|2014 di SekretariatDewan Pers, Jakarta. Berdasarkan

hasil pemeriksaan dan klarifikasitersebut, Dewan Pers menilai beritaFemme melanggar Pasal 1,2, 3 dan 4KEJ karena tidak berimbang, tidakmenghormati hak privasi narasumberdan mengandung fitnah.

Proses penyelesaian sebagaiberikut: (1) Femme bersedia memuatHak Jawab dari Pengadu secara pro-porsional disertai permintaan maaf ke-pada Pengadu dan pembaca. Isi per-nyataan permintaan maaf dari Femmedibuat oleh Pengadu dengan mengacukepada Pedoman HakJawab (PeraturanDewan Pers Nomor 9/2008). Penjudulan(navigasi) Hak Jawab dan permintaanmaaf dimuat di halaman sampul (posisiatas kanan/kuping) dengan kalimat “HakJawab Okky dan Permintaan MaafFemme”. (2) Femme bersedia memuatRisalah Penyelesaian Pengaduan ber-samaan dengan pemuatan Hak Jawab.(3) Femme berkomitmen menaati KEJdalam pemberitaan selanjutnya tentang

Penyelesaian Sengketa Pers antara Okky Asokawati melalui Kuasa Hukum LBH PPP denganTabloid Femme, 10|1|2014.

5Etika | Januari 2014

Pengaduan

Pengadu. (4) Kedua pihak sepakat me-nyelesaikan kasus ini di Dewan Persdan tidak melanjutkan ke proses hu-kum, kecuali kesepakatan di atas tidakdipenuhi.

Pengaduan Bride SuryanusDewan Pers menerima penga-

duan dari seorang Pegawai Negeri Sipil(PNS) Provinsi Kalimantan Barat, BrideSuryanus Allorante, 18|11|2013, ataslima berita Rakyat Kalbar berjudul: (1)“Banyak Dugaan Tipikor Kandas diAparat Hukum Kalbar dari Kasus BrideHingga Korupsi Lahan Kantor BupatiSekadau”; (edisi, 6|11|2013). (2) “SoalSiapa Tangani Dana PascabencanaKalbar Syawal Bilang Begini JakiusBilang Begitu”; (edisi, 7|11|2013). (3)“Enaknya Jadi PNS di Pemprov KalbarPakai Narkotika, Rehab, Bisa KerjaLagi Contohnya Bride SuryanusAllorante”; (edisi, 8 |11|2013). (4) “TanpaPenjelasan Bisa Menjabat Lagi, Leg-islator Sebut Bride, Duri DalamPemprov Kalbar”; (edisi, 9|11|2013).(5)”Kata Pakar Hukum Soal Bride,‘Pejabat Gunakan Narkoba, Apa KataDunia?’”; (edisi 11|11|2013).

Terkait pengaduan ini, DewanPers telah meminta klarifikasi keduapihak pada 22|1|2014 di SekretariatDewan Pers, Jakarta. Berdasarkanhasil pemeriksaan dan klarifikasitersebut, Dewan Pers menilai beritaRakyat Kalbar melanggar Pasal 1, 3,dan 8 KEJ karena tidak melakukanverifikasi secara layak, tidak ber-imbang, dan memuat opini yang meng-hakimi. Dewan Pers juga menemukanada muatan SARA dalam beritaberjudul “Soal Siapa Tangani DanaPascabencana Kalbar Syawal BilangBegini Jakius Bilang Begitu” (edisi ,7|11|2013).

Rakyat Kalbar telah memuatklarifikasi dari Bride Suryanus Alloranteberjudul “Bride Suryanus AlloranteBersuara, ‘Sudah Melalui Proses

Hukum, dan Saya Sudah Diadili diPengadilan Jakarta Barat”, (edisi4|12|2013). Namun, pemuatan klarifikasitersebut sangat terlambat untuk me-mulihkan nama yang menurut Pengadusudah tercemarkan dan menurut DewanPers klarifikasi itu belum cukup mem-berikan rasa keadilan bagi Pengadu.

Proses penyelesaian sebagaiberikut: (1) Rakyat Kalbar bersediamemuat Hak Jawab dari Pengadusebanyak tiga kali dalam bentukwawancara atau bentuk lainnya disertaipermintaan maaf kepada Pengadu danpembaca yang dimuat satu kali. (2)Rakyat Kalbar bersedia memuatRisalah Penyelesaian Pengaduanbersamaan dengan pemuatan HakJawab sebanyak satu kali. (3) RakyatKalbar berkomitmen menaati KodeEtik Jurnalistik dalam pemberitaan se-lanjutnya tentang Pengadu. (4)Keduapihak sepakat menyelesaikan kasusini di Dewan Pers dan tidak melanjut-kan ke proses hukum, kecuali kese-pakatan di atas tidak dipenuhi.

Pengaduan PT PTLDewan Pers menerima pengaduan

dari Drs. Leonard Hutabarat, Direktur PT.TPL (mewakili PT. TPL) terhadap BatakPos Bersinar (www.batakpos.co.id),melalui surat tanggal 18|11|2013 atasrangkaian 16 berita Batak Pos Bersinar,Medan, yang dipublikasikan (cetak danonline/siber) selama periode 17|10|2013hingga 16|11|2013.

Dewan Pers telah meminta klari-fikasi dan keterangan dari Pengadu(pimpinan PT. TPL) dan Teradu (pim-pinan Batak Pos Bersinar) di Medan,Sumatera Utara, (28|12|2013). Dalamforum klarifikasi tersebut, tidak terca-pai kesepahaman untuk menye-lesaikan pengaduan ini melalui mus-yawarah untuk mencapai mufakat, ka-rena Batak Pos Bersinar menolak ran-cangan Risalah Penyelesaian Penga-duan yang diusulkan oleh Dewan Pers.

Dari klarifikasi dan penelitian,Dewan Pers memutuskan: (1) serang-kaian berita Batak Pos Bersinar yangdiadukan melanggar Pasal 1, 3 dan 4KEJ karena tidak uji informasi, tidakberimbang, memuat opini menghakimi.(2) BatakPos Bersinar secara berulang-ulang memuat berita yang sebagianbermateri sama, tanpa upaya konfir-masi yang sungguh-sungguh kepadaPT. TPL. (3) Alasan Batak Pos Bersinarbahwa sumber beritanya lengkap danyang diberitakan merupakan “peristiwa”atau pendapat narasumber sehinggatidak perlu dilakukan konfirmasikepada PT. TPL, merupakan pemaha-man yang salah. Prinsip jurnalistik tetapmengharuskan wartawan untuk mela-kukan konfirmasi dan verifikasi kepadaobyek yang diberitakan atau yangberpotensi dirugikan. (4) Alasan BatakPos Bersinar tidak melayani (memuat)Hak Jawab dari PT. TPL yang telahdikirim 13 kali, sangat lemah, tidakmendasar, dan hanya bersifat teknis.Alasan-alasan tersebut tidak dapatmenjadi pembenaran bagi Batak PosBersinar untuk tidak melayani 13 HakJawab tersebut. Dalam hal ini, BatakPos Bersinar seharusnya proaktifmenindaklanjuti pengajuan Hak Jawabtersebut. (5) Pemberitaan yang ber-ulang-ulang yang berpotensi merugikannama baik PT. TPL tanpa disertaiupaya sungguh-sungguh dari BatakPos Bersinar untuk melakukan konfir-masi dan memuat Hak Jawab dari PT.TPL, dapat dinilai sebagai tidak meng-hormati Hak Jawab. Hal ini melanggarPasal 11 KEJ dan dapat melanggarPasal 5 ayat (2) Undang-Undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers. (6) BatakPos Bersinar melanggar Pasal 3 KEJterkait asas praduga tak bersalah danterindikasi kuat melanggar Pasal 5ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun1999 tentang Pers karena kurangmenghormati asas praduga takbersalah.

6Etika | Januari 2014

Sorotan

Ada yang mengatakan bahwapers adalah cerminan keadaansuatu masyarakat. Bila di

sebuah negeri ada banyak pers yangtak berkualitas yang memuat gosip,memberitakan orang secara seram-pangan, melanggar etika jurnalistik,maka kita bisa membayangkan bahwamasyarakat di negeri itu mungkin jugaseperti keadaan persnya. Pers adalahcerminan peradaban sebuah negeri.Situasi hukum dan demokrasi suatunegeri bisa dilihat dari keadaanpersnya.

Bagaimana Indonesia? Barang-kali kita bisa melihat pengaduan yangmasuk ke Dewan Pers (lihat Tabel 1).Sepanjang Januari-Desember 2013,Dewan Pers menerima 776 pengaduandengan rincian pengaduan langsung409 (52,7%), pengaduan berupatembusan 351 (45,2%), permintaanpendapat oleh Komisi Penyiaran Indo-nesia (KPI) 5 (0,6%), permintaanpendapat oleh Polri 5 (0,6%), dan lain-lain sebanyak 6 (0,8%).

Angka pengaduan yang masukke Dewan Pers sepanjang 2013 inimengalami peningkatan sebanyak65,11%, yaitu dari 470 pada 2012menjadi 776 pada 2013. Peningkatanini ibarat dua sisi dari sebuah matauang. Bisa jadi keadaan ini menunjuk-

Melihat Potret Pers Indonesia 2013Stanley Adi Prasetyo

Wakil Ketua Komisi Pengaduan Dewan Pers

kan bahwa situasi pers pada 2013 le-bih buruk ketimbang pada 2012. Na-mun bisa pula berarti bahwa kebebasanpers justru semakin baik dan sejalandengan meningkatnya kesadaranmasyarakat untuk mengadukan pem-beritaan media yang tidak profesional.

Bisa juga hal ini menunjukkanpeningkatan kesadaran berbagai pihakuntuk menyelesaikan masalah-masa-lah pemberitaan media dengan meng-gunakan mekanisme sebagaimanadiatur dalam UU Pers dan Kode EtikJurnalistik. Dengan kata lain bertam-bah banyaknya pengaduan ke DewanPers dapat dilihat sebagai peningkatankesadaran berbagai pihak untukmenyelesaikan sengketa jurnalistik

melalui Dewan Pers, dan bukan melaluijalur hukum secara langsung.

Pada 2012 pengaduan yangmasuk ke Dewan Pers berjumlah 176pengaduan langsung dan 263 surattembusan. Angka ini naik drastis pada2013 di mana pengaduan langsungnaik sebesar 232,39% dari 176 pada2012 menjadi 409 pada 2013 danpengaduan tembusan naik sebesar133,46% dari 263 pada 2012 menjadi351 pada 2013.

Pengaduan langsung merupakanpengaduan yang diajukan pihak-pihaktentang pemberitaan sebagai sebuahproduk jurnalisme maupun perilakupers atau awak media melalui surat,faksimili, email, telepon atau dengandatang langsung ke Dewan Pers.

Pengadu yang datang langsungke Dewan Pers umumnya mengisi for-mulir pengaduan dengan menyertakanbukti-bukti pemberitaan yang diadukan.

Hal-Hal yang DiadukanAdapun hal-hal yang diadukan ke

Dewan Pers yang paling banyak lebihmerupakan pengaduan tentang beritayang umumnya bernada menghakimi,tidak melakukan verifikasi, tidakmelakukan konfirmasi, melanggarprinsip praduga tak bersalah dan lain-lain. Ada banyak pengadu menyampai-kan materi pengaduan yang spesifik,yakni permintaan hak jawab atas beritayang dinilai tidak berimbang, tidakakurat, menghakimi dan lain-lain.Jumlah ini mencapai 327 pengaduan,yang mayoritas diselesaikan melaluisidang ajudikasi di mana Dewan Persmemberikan penilaian terhadap pelang-garan-pelanggaran yang dilakukan

Tabel 1. Pengaduan ke Dewan Pers Sepanjang 2013

7Etika | Januari 2014

Sorotan

pihak media. Hanya beberapa yangdiselesaikan melalui cara mediasi yang

lebih merujuk pada win-win solution.Rincian jenis pengaduian bisa dilihat

pada Tabel 2 berikut.Urutan ke-2 adalah pengaduan

terkait dengan hak jawab (209 penga-duan). Pengaduan yang lain terkaitdengan isi pemberitaan antara lainsanksi/teguran KPI kepada mediatelevisi, tanggapan terhadap penga-duan, pengaduan tentang artikel/opini/surat pembaca, pengaduan tentangfoto/ilustrasi/kartun, meminta pendapatsesuai UU Pers/Kode Etik Jurnalistik,somasi, isi siaran televisi, serta adanyawartawan/media digugat ke polisi/pengadilan karena berita.

Kategori pengaduan yang lainadalah terkait dengan pengaduantentang kekerasan terhadap wartawan/media dan hak koreksi. Juga perilakuwartawan terkait plagiasi berita,pengaduan tentang perilaku tindakanwartawan. Selain itu masyarakat jugamengadukan iklan, terutama yangterkait iklan kampanye, badan hukumperusahaan pers, serta pengaduanterkait pemutusan kerjasama sepihak

Tabel 2. Jenis Pengaduan

dengan mediaPelanggaran terhadap Kode Etik

Jurnalistik bukan hanya terkait denganisi berita semata, tapi juga perilaku,sikap atau tindak-tanduk wartawanketika menjalankan tugas jurnalistik.Misalnya saja wartawan melanggarprivasi, mengumpat sumber berita,

melakukan tindakan yang mengarahpada ancaman atau pemerasan terha-dap sumber berita, membenturkankamera terhadap tubuh sumber beritadan lain-lain.

Sepanjang 2013, Dewan Persjuga menerima pengaduan terhadapwartawan abal-abal yang mencobamenggunakan identitasnya sebagaiwartawan untuk menakut-nakuti orangbahkan melakukan pemerasan. Jugaada banyak media menggunakannama-nama dari lembaga yang memi-liki kewenangan melakukan penyidikanatau pun tugas institusi kepolisian.Misalnya “KPK”, “Buser”, “Tipikor”,“ICW”, “Interpol” dan lain-lain. Beberapadi antara media itu bahkan mencan-tumkan alamat Gedung Dewan Persdan ruangan Dewan Pers sebagaialamat redaksinya. Sebagian dariwartawan media abal-abal ini telahditangkap oleh polisi karena melakukanperbuatan pidana dan diproses secarahukum.

Pihak wartawan yang palingbanyak diadukan adalah wartawan darimedia cetak (47%), disusul mediaonline (30%) dan media elektronik(10,2%). Sedangkan pihak pemerintahyang diadukan ke Dewan Pers pada2013 adalah pejabat pemerintah pusat/

PENGURUS DEWAN PERS PERIODE 2013-2016: Ketua: Bagir Manan Wakil Ketua: MargionoAnggota: Anthonius Jimmy Silalahi, I Made Ray Karuna Wijaya, Imam Wahyudi, Muhammad Ridlo ‘Eisy, Nezar Patria, Ninok Leksono, Yosep Adi Prasetyo Sekretaris (Kepala Sekretariat): Lumongga Sihombing

REDAKSI ETIKA: Penanggung Jawab: Bagir Manan Redaksi: Herutjahjo, Chelsia, Samsuri (Etika online), Lumongga Sihombing, Ismanto, Agape Siregar, Wawan Agus Prasetyo, Reza Andreas (foto).

Surat dan Tanggapan Dikirim ke Alamat Redaksi: Gedung Dewan Pers, Lantai 7-8, Jl. Kebon Sirih 34, Jakarta 10110. Tel. (021) 3521488, 3504877, 3504874 - 75, Fax. (021) 3452030 E-mail: [email protected] Twitter: @dewanpers Website: www.dewanpers.or.id / www.presscouncil.or.id

(ETIKA dalam format pdf dapat diunduh dari website Dewan Pers: www.dewanpers.or.id)

8Etika | Januari 2014

Sorotan

foto/dok. Etika

pemda (3,3%) dan polisi (2,2%)/ Lebihdetil bisa dilihat pada Tabel 3.

Dilihat dari pengaduan yang

Tabel 3. Pihak Yang Diadukan ke Dewan Pers

Bagan 1. Lokasi Teradu Berdasarkan Wilayahmasuk terkait dengan daerah, makadaerah yang paling banyak diadukanadalah Jawa (72%) hal ini terkaitdengan media memang mayoritasterkonsentrasi tumbuh dan beradar diJawa. Kemudian menyusul Sumatera(18%), Sulawasi (3%) dan beberapatempat lain seperti Kalimantan, Bali/Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, danPapua (lihat Bagan 1).

Data-data pengaduan yangmasuk ke Dewan Pers sepanjang 2013ini amat menarik, terutama bilamencermati pernik-pernik yang adadalam pengaduan maupun hal-hal yangdiadukan. Barangkali bila melihat lebihdalam kita akan bisa menyimpulkanbahwa kebebasan pers di Indonesia

telah terjamin, namun kebebasanbelum sepenuhnya menjamin kualitaspemberitaan. Karena itulah adabeberapa pihak yang pernahmenyatakan kepada Dewan Persbahwa media memang perlu dikontrolsebagaimana yang pernah ada dijaman Orde Baru dulu. Hal ini untukmenjamin agar masyarakat dapatmemperoleh informasi yang benar dantak ada orang yang akan dirugikan lagioleh pemberitaan.

Tentu saja ini hanya lontarankekesalan saja. Bagaimanapunkebebasan pers harus bisa dijamin.Kalaupun pers dan wartawan Indone-sia belum sepenuhnya profesional, yatugas kita bersama untuk terusmeneriakinya agar tak berjalanmelenceng dan bisa selalu berada dijalan yang benar.

(Bahan: A. Huda/Wawan AP)

9Etika | Januari 2014

Opini

Ada berbagai esensi sebagaicorak khas demokrasi. Corakkhas ini sekaligus menjadi

ukuran kehadiran demokrasi. Mungkinsuatu negara menyebut dirinya demo-krasi, tetapi tidak memenuhi esensidemokrasi. Demokrasi sekedar paja-ngan. Di negara kita pernah dijalankandemokrasi terpimpin dan demokrasiPancasila. Dalam kenyataan adalahkediktatoran bukan demokrasi. Adaberbagai esensi (kriteria esensial)demokrasi.

Pertama; ada jaminan dan per-lindungan atas kebebasan dan per-samaan (libertyandegality). RevolusiPerancis (kemudian dikukuhkan dalampembukaan UUD), didasarkan padaasas: liberté, égalité, fraternité (kebe-basan, persamaan, persaudaraan).

Kedua;ketersediaan alternatifsebagai instrumen mewujudkan kebe-basan dan persamaan. Alternatifmeliputi hal-hal seperti alternatif pilihan(freedom of choice) sebagai instrumenkebebasan memilih.

Ketiga;demokrasi harus dijalan-kan atas dasar paham negara hukumdan paham hak asasi manusia (terkaitdengan esensi kebebasan, persamaandan kebebasan memilih).

Keempat; ada sistem kontrolpublik terhadap penyelenggara negaradan pemerintah. Kontrol publik dila-kukan baik secara individual atapunlembaga-lembafga publik. Lembaga-lembaga publik yang utama adalahlembaga-lembaga sosial (LSM) danpers. Kebebasan pers adalah salahsatu esensi demokrasi. Tanpa kebe-basan pers tidak akan ada demokrasi.Agar dapat dikontrol, penyelenggaraannegara dan pemerintahan harus dilak-

sanakansecara terbuka (transparan).Kelima;ketersediaan mekanisme

pertanggungjawaban publik penyeleng-garaan negara dan pemerintahan. Baikmekanisme sehari-hari maupun secaraperiodik.

Esensi-esensi di atas merupakanunsur-unsur dari demokrasi politik.Bagaimana dengan demokrasi sosialatau demokrasi ekonomi? Sekedarmodel konsepsi demokrasi ekonomi,dapat diketemukan dalam Pasal 33UUD 1945.

Apakah pers semata-mata berta-lian dengan demokrasi politik (supra)?Apakah pers dapat juga dipertalikandengan prinsip-prinsip demokrasi sosial?

Pers bukan pelaku demokrasiekonomi (demokrasi sosial) padaumumnya. Namun, pers dapat men-jalankan peran sangat penting mem-pengaruhi agar demokrasi ekonomi (de-mokrasi sosial) terlaksana sebagai-mana mestinya. Dalam konteksIndonesia, demokrasi ekonomi dimak-sudkan untuk mewujudkan keadilansosial, kesejahteraan umum, sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, danberbagai kemajuan lainnya (pendidikanatau ilmu pengetahuan).

Secara tidak langsung telahdikemukakan, fungsi politik pers yaitumengelola pendapat umum atau opiniumum (public opinion): membentuk,mengembangkan, mengarahkan, ataumengalihkan pendapat umum. Fungsipolitik yang lain yaitu kontrol dan kritikterhadap kekuasaan (terhadap pem-bentuk undang-undang, pelaksanakekuasaan eksekutif, pelaksanakekuasaan kehakiman, dan berbagaiunsur kekuasaan lainnya). Ujung dariperan politik pers adalah: menjaga agarkekuasaan tetap sesuai dengankehendak dan kepentingan publik,terhindar dari kesalahan, mempenga-ruhi jalannya kekuasaan, termasukmemperbaharui kekuasaan.

Melalui fungsi politik mengelolapendapat umum, melakukan kontroldan kritik, pers dapat menjadi penjagaagar semua kebijakan kenegaraan,kegiatan ekonomi masyarakat, senan-tiasa menjadi bagian dari upaya me-wujudkan keadilan sosial, kesejah-teraan umum dan sebesar-besarnyakemakmuran rakyat.

Salah satu aspek keterbukaaninformasi adalah terjadi berbagailiberalisasi politik dan ekonomi.

Bagian 2

Pers Sebagai Avant Garde DemokrasiBagir Manan

Ketua Dewan Pers

10Etika | Januari 2014

Opini

Sebagian pendapat menyatakan:“bukan sekedar liberalisasi yangdijalankan, melainkan liberalisme yangmerupakan ‘ibu kandung’ individualis-me, kapitalisme, dan pasar bebas.”Sebagai akibat lebih jauh, ada yangberpendapat kita makin tunduk padakemauan modal asing. Semua keka-yaan alam dikeduk habis-habisan,tetapi tidak meningkatkan kesejah-teraan rakyat. Di bidang energi adayang menyatakan kita telah kehilangankedaulatan, karena hampir semuasumber energi dikuasai modal asing.Belum lagi di bidang perniagaan. Modalasing memasok sampai ke toko-tokoswalayan. Dari segi kapitalisme, kitajuga menghadapi kapitalis asing. Tidakkalah berperan, kaum kapitalis dalamnegeri yang menguasai dan menikmatilebih dari separuh pendapatan tahunannasional kita.

Di pihak lain, didapati berbagaiupaya pemerintah di bidang kesejah-teraan seperti: bantuan tunai sebesarRp 300.000 untuk jangka waktu tigabulan, sebagai konpensasi kenaikanbahan bakar minyak. Ada dana bantuansosial (bansos), ada dana bantuanpendidikan (bos), Kementerian Kope-rasi memperbaiki pasar rakyat, peng-gunaan hasil kenaikan harga bahanbakar untuk sektor-sektor ekonomirakyat. Anggaran pendidikan sebesar20% dari APBN. Selain itu ada pulapembagunan infrastruktur (jalan,jembatan, irigasi dll). Untuk perusa-haan swasta kita mempunyai ketentu-an mengenai corporate social respon-sibility. Mendorong seluas-luasnyainvestasi asing (dengan berbagaikemudahan), yang akan membukalapangan kerja, harus pula dipandangsebagai upaya mewujudkan kesejah-teraan umum. Tentu dapat diper-tanyakan: “Berapa besar peningkatankesejahteraan umum dibandingkandengan keuntungan kaum kapitalismengeduk kekayaan alam kita?”

Pers dapat berperan. Pertama;untuk senantiasa mengingatkan -terutama penyelenggara negara danpemerintahan - mengenai kewajibankonstitusional di bidang ekonomi untukmewujudkan keadilan sosial, kesejah-teraan umum dan sebesar-besarnyakemakmuran bagi seluruh rakyat.Kedua; menguji secara obyektif,apakah benar kita telah mengikutikeyakinan para pendiri negara, danmemandang sebagai suatu kebutuhanobyektif menjalankan liberalismedengan segala implikasinya. Ketiga;menilai secara obyektif, apakah benarkita telah serba tergantung padakemauan asing, atau kaum kapitalispada umumnya dan telah kehilangankedaulatan ekonomi demi kepentinganrakyat banyak. Keempat; apakahbenar, secara kualitatif telah terjadipengurangan kemiskinan dan rakyatbanyak makin sejahtera.

Sebenarnya hal-hal yang dikemu-kakan di atas telah menjadi bagiansehari-hari muatan pers atau mediadalam berbagai bentuk (berita, edito-rial, tulisan-tulisan perorangan).Khusus untuk siaran, ada segmendiskusi berupa siara langsung (radio,TV), dengan menyertakan publik. Tetapiuntuk rubrik yang disebut terakhir, ra-dio dan TV lebih tertarik pada persoalangegeran politik dan gegeran hukum.Hal ini pun tidak pernah sampai pada“out put” apalagi “out come”. Setiapsaat ada gegeran baru, gegeran lamadilupakan. Bagi mereka yang menjadiobyek gegeran, tinggal sedikit bersa-bar, karena tidak akan lama merekaakan dilupakan oleh pers dan publikpada umumnya, karena telah adagegeran baru.

Harus diakui, persoalan-persoal-an sosial bahkan yang sangat menyen-tuh nilai-nilai kemanusiaan yang sa-ngat dasar seperti pembunuhan yangsangat sadis (kasus Sisca di Bandung,Holly di Jakarta, anak sekolah me-

nyirami dengan air keras anak sekolahlain), hanya oleh sebagian pers di-pandang sebagai berita biasa.

Setahun lagi, akan ada pemilihanumum (DPR, DPD, DPRD, Presiden/Wakil Presiden). Sudah sangat banyakkegiatan. Ada baliho besar-besar.Melalui TV, “calon-calon” Presidenmemperkenalkan diri kepada publikdengan menunjukkan tema-temapendidikan, pembangunan ekonomikecil. Pihak penyelenggara pemilihanumum menyiapkan berbagai perangkatperaturan untuk menjamin kegiatanmenjelang dan saat pemilihan umumagar berjalan tertib, tenteram, damaidan demokratis. Partai-partai pesertapemilihan umum, “masih” memusatkanstrategi memperoleh sebanyak-ba-nyaknya kursi. Misalnya untuk men-capai sekurang-kurangan 27% kursi diDPR. Secara sederhana, semuakegiatan peserta pemilihan umummasih dalam batas membangun citraagar pemilih simpati, dengan tujuanmemperoleh kekuasaan politik. KPUbersama KPUD, melakukan berbagaipersiapan, seperti pendaftaran pemilih(mulai dari daftar sementara sampaidaftar tetap), penawaran kepada publikpengadaan perlengkapan pemilihanumum (seperti kotak suara, surat suaradan lain-lain). Pekerjaan-pekerjaan inisangat besar, kompleks, serayamenghadapi kesiapan dan kepentinganpartai politik peserta pemilihan umum.Melalui berbagai forum, seperti DPR,partai-partai politik tidak jarangmenyuarakan kekhawatiran kalau-kalau KPU tidak independen bahkanmasuk dalam perangkap konspirasi.Untuk sekedar “meringankan beban,”KPU banyak sekali menandatanganiMOU dengan berbagai pihak. Katanya,hingga saat ini tidak kurang dari 117MOU yang telah ditandatangani,termasuk dengan beberapa lembagamedia (pers).

<< Bersambung di Etika edisi mendatang

11Etika | Januari 2014

Surat Edaran

12Etika | Januari 2014

Surat Edaran