quorum quenching
DESCRIPTION
komunikasi bbakteriTRANSCRIPT
Quorum Quenching” Cegah Bakteri BerkomunikasiNovember 25, 2009 at 4:02 am (sains)
SEJAK obat antibakteri pertama ditemukan oleh Gerhard Domagh tahun 1932, pendekatan yang
digunakan dalam melawan infeksi bakteri masih berkisar pada penggunaan obat-obat kemoterapi.
Ketika bakteri menjadi kebal terhadap suatu obat, dikembangkanlah obat-obat antibiotik dari kelas
yang baru dengan struktur kimia dan mekanisme kerja yang berbeda untuk melawan bakteri
tersebut. Ketika para ilmuwan mengembangkan obat-obat antibakteri baru, bakteri pun
mengembangkan kemampuan resistensi yang lebih tangguh. Sampai kapan siklus resistensi
bakteri terhadap obat baru ini akan terus berlangsung?
Pengembangan obat-obat antibiotik baru terus berjalan, bahkan dengan cara-cara pendekatan
baru seperti kemoinformatika dan farmakoinformatika. Namun, pada saat ini semakin banyak
bakteri yang kebal terhadap antibiotik, atau bahkan malah mampu mengonsumsinya. Lalu
bagaimana lagi manusia dapat melindungi diri dari infeksi bakteri?
Selama ini para ilmuwan bidang kesehatan seakan berkejaran dengan bakteri dalam melakukan
inovasi. Meski selama ini cukup banyak diandalkan, boleh jadi di masa datang obat-obat antibiotik
bukan lagi menjadi pilihan amunisi utama yang digunakan dalam peperangan melawan infeksi
bakteri.
Pada awalnya, penemuan golongan baru dari antibiotik dapat memecahkan masalah resistensi
bakteri terhadap antibiotik. Namun demikian, telah terlihat secara nyata bahwa bakteri memiliki
seperangkat cara untuk beradaptasi terhadap cara pengobatan dengan antibiotik. Pengembangan
antibiotik baru tidak dapat menjamin tidak akan ada lagi bakteri patogen yang menjadi resisten
terhadap antibiotik. Mekanisme resistensi pada bakteri bermacam-macam, yang meliputi mutasi
genetik, penghambatan aktivitas antibiotik secara enzimatik, perubahan protein target antibiotik,
perubahan jalur metabolik, dan perubahan permeabilitas membran.
Pendekatan baru
Seiring meluasnya resistensi bakteri, diperlukan pendekatan baru untuk mengatasi infeksi bakteri.
Salah satunya adalah pendekatan berdasarkan quorum sensing, yang diilhami oleh penemuan
bahwa sebagian bakteri, seperti Vibrio harveyi, Pseudomonas aeruginosa atau Clostridium difficile
hanya menimbulkan penyakit setelah membentuk koloni dan berkomunikasi satu sama lain
dengan semacam sinyal kimia (auto inducer).
Senyawa N-acyl homoserine lactone (AHL) adalah satu kelompok sinyal quorum sensing pada
bakteri gram negatif yang mengatur sejumlah fungsi biologis seperti sifat patogen dan
pembentukan biofilm. Sementara bakteri gram positif menggunakan molekul berbasis peptida
untuk saling berkomunikasi. Maka para peneliti kemudian mencoba menemukan cara untuk
menghambat komunikasi antarbakteri (quorum quenching).
Penghambatan komunikasi bakteri dilakukan dengan menggunakan zat kimia yang berfungsi
menghambat penyebaran sinyal kimia yang biasanya digunakan oleh bakteri. Bila dibandingkan
dengan pengobatan konvensional yang menggunakan antibiotik, pendekatan ini bersifat lebih
ramah karena tidak dimaksudkan untuk membunuh bakteri, tetapi hanya mencegah bakteri untuk
berkumpul dan menyebarkan penyakit. Untuk AHL misalnya, sejumlah organisme seperti Bacillus
thuringiensis atau Bacillus cereus diketahui mampu menghasilkan laktonase yang dapat
menguraikan AHL sehingga menghambat komunikasi antarbakteri. Namun demikian, diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme kerja senyawa penghambat quorum sensing
ini dan upaya penerapannya pada terapi infeksi bakteri.
Alga Delisea pulchara dapat menghasilkan senyawa yang dapat menonaktifkan AHL. Aktivitas
quorum quenching ini secara efektif membuat bakteri E. carotovora menjadi kehilangan
patogenesitasnya. Selain itu, sedang diteliti sebuah cara pendekatan immunoterapeutik untuk
melawan infeksi P. aeruginosa berupa antibodi monoklonal RS2-1G9 yang dapat menghambat
molekul N-3-oxo-dodecanoyl-homoserine lactone dari bakteri. Demikian seperti diulas di Jurnal
Molecular Immunology edisi Maret 2008.
Penanganan penyakit infeksi dengan cara pendekatan penghambatan komunikasi bakteri
tampaknya masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk dapat diterapkan di masyarakat.
Seperti diketahui, penggunaan antibiotik secara serampangan adalah faktor utama yang
menyebabkan meluasnya resistensi bakteri terhadap antibiotik. Sebagai contoh adalah
diresepkannya obat antibiotik untuk pasien demam biasa atau flu. Maka solusi untuk jangka
pendek adalah mengampanyekan penggunaan obat rasional, khususnya obat-obat antibiotik untuk
mencegah meluasnya resistensi bakteri. Untuk mewujudkan ini, peran serta aktif dari tenaga
kesehatan, pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait sangat diperlukan.
Pikiran Rakyat, 31 Juli 2008
http://klipingut.wordpress.com/2009/11/25/quorum-quenching-cegah-bakteri-berkomunikasi/
Skrining Aktivitas Anti-Quorum Sensing Fraksi Etanolik Enam Tanaman Obat Dengan Bakteri
QUORUM SENSING: Sistem komunikasi bakteri dan prosesnya..By Prauni kotopa - 16 May 2013 - No Comments
proses pembentukan Biofilm pada bakteri.
Sistem komunikasi tidak hanya terjadi pada manusia dan jenis hewan multiseluler saja.
Penelitian terbaru menyatakan bahwa makhluk hidup uniseluler juga memiliki sistem
komunikasi. Bentuk komunikasi yang terjalin dengan begitu rapi dan terorganisir. Bakteri
tidak bisa berbicara selayaknya manusia, namun mereka sendiri memiliki sistem
komunikasi tersendiri yang dikenal dengan Quorum Sensing.
Quorum sendiri sebenarnya merupakan bentuk interaksi antar bakteri. Adanya Quorum
sensing membuktikan bahwa bakteri pun menjalin komunikasi melalui sinyal yang di
keluarkan (ekskresikan) oleh bakteri sehingga mereka saling kenal satu dengan yang
lainnya. Sistem interaksi Quorum sensing mengakibatkan bakteri sejenis saling
mengenal, saling berkomunikasi dan berkumpul di salah satu tempat. Sistem interaksi
Quorum sensing mengakibatkan bakteri sejenis saling mengenal, saling berkomunikasi
dan berkumpul di salah satu tempat. sinyal yang dihasilkan ini
disebut Autoinducer. setiap spesies bakteri menghasilkan autoinducer yang berbeda
sehingga sinyal yang dihasilkan oleh suatu bakteri akan dikenal oleh sesama spesies.
Semakin banyak populasi bakteri maka sinyal (autoinducer) yang diekskresikan juga
semakin meningkat. Pada konsentrasi tertentu, Produksi sinyal-sinyal yang dihasilkan
bisa membuat bakteri mengalami mutasi gen. hal ini merupakn salah satu strategi agar
tetap bertahan hidup dengan kondisi lingkungan disekitar yang selalu berubah-ubah,
contohnya dengan membentuk biofilm. Biofilm merupakan perkumpulan bakteri dalam
suatu area yang membentuk perlindungan diri akibat kondisi lingkungan yang dapat
mengancam kelestarian. Pembentukan Biofilm membuat bakteri resisten terhadap
antibiotik dan antimikroba.
salah satu cara yang sedang dikembangkan sekang adalah cara untuk menghambat
sistem komunikasi antar bakteri (quorum sensing). penghambatan ini dilakukan agar
tidak terjadi komunikasi antara bakteri sehingga tidak memberikan efek negatif bagi
tubuh (inang).
untuk merespon cara terbaru diatas, Peneliti terbaru mengatakan bahwa, "lebih baik
kembali menggunakan tanaman herbal (back to nature)" karena belakangan ini banyak
pasien yang mengalami resistensi terhadap antibiotik yang diberikan dan
mengakibatkan bakteri generasi terbaru tidak terpengaruh dengan andanya sistem imun
maupun antibiotik. Back to nature juga didasarkan karena memiliki efek samping yang
lebih kecil dibandingkan pemberian obat kimia.
http://prauniversitas.blogspot.com/2013/05/quorum-sensing-sistem-komunikasi.html
Quorum Sensing: Mencegah Kudeta Bakteriby Budi Novianto on May 18, 2009 in Biotechnology, Microbiology
Kudeta tidak hanya bisa dilakukan oleh kelompok separatis..! Mikroorganisme seperti
visrus dan bakteri juga bisa melakukannya, bahkan dengan cara yang lebih efektif dari
kelompok separatis tersebut!
Tidak percaya..? silahkan saja baca artikel ini.. he.. he..
Sering kita baca berita bahwa tidak semua kudeta berhasil dengan baik, banyak yang
gagal dan bahkan menghancurkan kelompok tersebut. Tapi sepertinya hal ini tidak
berlaku untuk bakteri patogen. Cara mereka melakukan kudeta melalui tahap persiapan
yang “sangat matang”. Hal ini bisa terjadi karena mekanisme quorum sensing, dimana
bakteri patogen itu bisa mengetahui tingkat populasi mereka melalui sinyal dari
autoinducer yang mereka keluarkan. Ketika populasinya sudah cukup optimal untuk
melakukan “kudeta” maka dengan serentak mereka akan merubah regulasi genetiknya
dan menjadi bersifat virulen. Biasanya kalo hal ini sudah terjadi, maka sel atau tubuh
inang sudah tidak mampu lagi untuk bertahan, sehingga bisa mengakibatkan kematian.
Sungguh cara berdemo dan kudeta yang sangat efektif!.
Keefektifan mekanisme quorum sensing ini sangat berbahaya dan bisa menimbulkan
bencana akibat infeksi bakteri patogen. Untuk lebih jelasnya tentang quorum sensing ini
bisa anda baca pada artikel blog sebelumnya: quorum sensing: hidup bermasyarakat ala
bakteri.
Mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh mekanisme quorum sensing ini,
sekarang banyak sekali digalakkan penelitian untuk mencegah quorum sensing terjadi.
Sejauh ini, antibiotik dan desinfektan merupakan cara lama yang sudah tidak efektif
untuk mencegah penyakit yang disebabkan bakteri patogen ini. Sudah banyak bakteri
patogen yang tahan bahkan kebal terhadap antibiotik dan desinfektan. Oleh sebab itu
temuan tentang mekanisme quorum sensing ini juga menjadi keuntungan buat kita untuk
menemukan cara lain mencegah terjadinya sifat patogen pada bakteri berbahaya
tersebut.
Perusakan sistem quorum sensing diharapkan mampu menjadi strategi efektif untuk
menghilangkan patogenitas bakteri berbahaya. Strategi perusakan mekanisme quorum
sensing ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, pada tahap yang berbeda-beda,
misalnya:
Menghambat biosintesa senyawa autoinducer, sehingga tidak pernah terjadi quorum
sensing karena autoinducer tidak diproduksi, biasanya ini dilakukan pada tahap ekpresi
genetik, dimana ada hambatan dalam sintesa RNAnya; “ribonucleic-acid-III-inhibiting
peptide” termasuk kategori ini.
Inaktivasi senyawa autoinducer, senyawa autoinducer tetap dapat diproduksi tapi
menjadi tidak aktif.
Pemberian atau penerapan senyawa antagonis quorum sensing, seperti halogenated
furanones, dan beberapa senyawa serupa yang ditemukan dalam tumbuhan dan alga.
Degradasi autoinducer, senyawa autoinducer diproduksi, tetapi segera didegradasi
sehingga tidak pernah terjadi quorum sensing. Degradasi ini dilakukan oleh bakteri
laktonase anda acylase (acyl-homoserine lactones merupakan salah satu senyawa
autoinducer)
Pemberian agonist quorum sensing, yang merupakan senyawa yang bisa mengikat atau
merubah struktur autoinducer menjadi tidak aktif.
Penelitian menunjukkan adanya indikasi bahwa metoda tersebut berpotensi memerangi
infeksi mikroorganisme patogen dengan menghancurkan mekanisme quorum sensing
sehingga bakteri tidak bersifat patogen.
Diharapkan dengan pendekatan studi seperti di atas, akan segera ditemukan formulasi
obat untuk menanggulangi penyakit yang diakibatkan oleh serangan bakteri patogen
tersebut.
Jadi, kembali ke laptop.. kalo mau melakukan kudeta, belajar aja dulu dari bakteri.. OK?
http://sciencebiotech.net/quorum-sensing-mencegah-kudeta-bakteri/