qadha shalat saat kesiangan

5
Bangun Kesiangan, Bolehkah Mengqadha Shalat Subuh Pertanyaan: dakwatuna.com – Assalamualaikum, Ustadz saya ingin bertanya tentang Shalat Subuh. Di saat saya terlambat Shalat Subuh dan bangun di waktu Dhuha, bolehkah saya Shalat Subuh di waktu Dhuha tersebut dengan cara mengqadha’ Shalat Subuh saya? Dan bagaimana jika ternyata bangun di waktu Zhuhur, apa yang harus saya lakukan terkait Shalat Subuh saya yang tertinggal, sedangkan saya sebenarnya tidak ingin meninggalkannya. Terima kasih, Ustadz. Mohon doanya agar saya selalu berada dalam jalan kebaikan dan menjadi wanita shalihah yang bertaqwa. Terima kasih, Ustadz.(Binti Muhammad) Jawaban: Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Man Waalah, wa ba’d : Kepada saudari Binti Muhammad, semoga Allah Ta’ala selalu menjaga Anda dalam kebaikan dan menjadikan Anda sebagai wanita shalihah yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala. Jika Meninggalkan Shalat secara sengaja Kasus yang saudari tanyakan ini, akan kami rinci yaitu seseorang yang tertinggal shalatnya hingga melewati waktu shalatnya secara sengaja seperti karena malas, misalnya. Maka para ulama terjadi perbedaan pendapat apakah mesti qadha atau tidak. Pendapat Pertama, Dia berdosa dan wajib qadha. Ini adalah pendapat mayoritas fuqaha, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Asy Syafi’i. (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, 2/10). Sedangkan Imam Ahmad bin Hambal mengatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat secara sengaja sampai melewati waktunya.[1] Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan: ب ج ه وا ي عل اء ض ق ل ا م وان ث أ ه ي ن ور ا ه م ج ل ا ب ه مذ ف مذا ع لاة ضل ل- ارك ت ل مأ ا ا. Adapun meninggalkan shalat secara sengaja, maka menurut mayoritas ulama adalah dia berdosa dan wajib mengqadha. (Fiqhus Sunnah, 1/274) Pendapat Kedua. Dia tidak disyariatkan mengqadha tetapi hendaknya bertaubat, banyak istighfar, dan shalat sunah. Inilah pendapat Imam Ibnu Taimiyah, Beliau mengatakan: وع ط ت ل ا ن م ر كث ي ل ب ه، ي م ح ص ت ولا ها او ض ق رع له ش ي لا مذا ع لاة ض ل ا- أرك ويOrang yang meninggalkan shalat secara sengaja tidaklah disyariatkan baginya untuk mengqadhanya, dan tidak sah pula jika dia melakukannya, tetapi hendaknya dia memperbanyak shalat sunahnya. (Fatawa Al Kubra, 5/320) Ini juga difatwakan Imam Ibnu Hazm, Beliau mengatakan: ل ج و ز ع لهز ال ف غ ت س لي و ب ت لي و امه ت ق ل وم ا ي ه ان ر مث ل ق ت لي وع ط ت ل ا لاة ص ر و ث خ ل ل ا ع ف ن م ر كث ت ل ف ذا ي _ ا ها ئ ا ض ق ى عل ذر ق ي لا ا ا هذ ه ت ق و زج خ ى جت لاة ض ل ا- رك ت مذ ع ي ن م مأ واAdapun orang yang meninggalkan shalat secara sengaja sampai keluar dari waktunya, maka selamanya tidak bisa diqadha. Namun hendaknya dia memperbanyak amal kebaikan, shalat sunah, dalam rangka memperberat timbangan kebaikannya di Hari Kiamat nanti, dan hendaknya dia bertaubat dan beristighfar kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Al Muhalla, 1/274-275) Hujjah mereka adalah sebagai berikut: ( اً ّ تَ غَ نْ وَ قْ لَ u يَ فْ وَ سَ قِ واتَ هَ ّ ش ل وا اُ غَ تَ ّ ت اَ وَ لاةَ ّ ض ل وا اُ ع ا صَ اٌ فْ لَ جْ مِ هِ ذْ عَ يْ نِ مَ فَ لَ خَ ف59 ) ( ً ا تْ يَ شَ ونُ مَ لْ ظُ ت لاَ وَ هَ ّ يَ جْ ل اَ ونُ لُ جْ ذَ يَ - كِ ت ل وُ اَ فً خاِ ل صاَ لِ مَ عَ وَ نَ م اَ وَ أت يْ نَ مَ ّ لاِ ا60 ) “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) sedikitpun.” (QS. Maryam [19]: 59-60) Ayat lain: ْ مِ هِ ئ وُ يُ ذِ وا لُ زَ فْ غَ تْ س اَ فَ َ ّ وا اُ رَ كَ ذْ مُ هَ شُ قْ يَ وا اُ مَ لَ ظْ وَ اً هَ شِ ج اَ وا فُ لَ عَ ف اَ ذِ اَ ن يِ ذَ ّ الَ و“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran [3]: 135)

Upload: saiful-ahyar

Post on 22-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

seputar hal mengqadha shalat.

TRANSCRIPT

Page 1: qadha shalat saat kesiangan

Bangun Kesiangan, Bolehkah Mengqadha Shalat Subuh

Pertanyaan:

dakwatuna.com – Assalamualaikum, Ustadz saya ingin bertanya tentang Shalat Subuh. Di saat saya terlambat Shalat Subuh dan bangun di waktu Dhuha, bolehkah saya Shalat Subuh di waktu Dhuha tersebut dengan cara mengqadha’ Shalat Subuh saya? Dan bagaimana jika ternyata bangun di waktu Zhuhur, apa yang harus saya lakukan terkait Shalat Subuh saya yang tertinggal, sedangkan saya sebenarnya tidak ingin meninggalkannya. Terima kasih, Ustadz. Mohon doanya agar saya selalu berada dalam jalan kebaikan dan menjadi wanita shalihah yang bertaqwa. Terima kasih, Ustadz.(Binti Muhammad)

Jawaban:

Wa ‘Alaikum Salam wa Rahmatullah wa Barakatuh.

Bismillah wal Hamdulillah wash Shalatu was Salamu ‘Ala Rasulillah wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi wa Man Waalah, wa ba’d:Kepada saudari Binti Muhammad, semoga Allah Ta’ala selalu menjaga Anda dalam kebaikan dan menjadikan Anda sebagai wanita shalihah yang bertaqwa kepada Allah Ta’ala.

Jika Meninggalkan Shalat secara sengaja

Kasus yang saudari tanyakan ini, akan kami rinci yaitu seseorang yang tertinggal shalatnya hingga melewati waktu shalatnya secara sengaja seperti karena malas, misalnya. Maka para ulama terjadi perbedaan pendapat apakah mesti qadha atau tidak.

Pendapat Pertama, Dia berdosa dan wajib qadha.

Ini adalah pendapat mayoritas fuqaha, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Asy Syafi’i. (Imam Ibnu Hazm, Al Muhalla, 2/10). Sedangkan Imam Ahmad bin Hambal mengatakan kafirnya orang yang meninggalkan shalat secara sengaja sampai melewati waktunya.[1]Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:

واجب عليه القضاء وان يأثم أنه الجمهور فمذهب عمدا للصالة التارك .أماAdapun meninggalkan shalat secara sengaja, maka menurut mayoritas ulama adalah dia berdosa dan wajib mengqadha. (Fiqhus Sunnah, 1/274)

Pendapat Kedua. Dia tidak disyariatkan mengqadha tetapi hendaknya bertaubat, banyak istighfar, dan shalat sunah.

Inilah pendapat Imam Ibnu Taimiyah, Beliau mengatakan:التطوع من يكثر بل منه، تصح وال قضاؤها له يشرع ال عمدا الصالة وتارك

Orang yang meninggalkan shalat secara sengaja tidaklah disyariatkan baginya untuk mengqadhanya, dan tidak sah pula jika dia melakukannya, tetapi hendaknya dia memperbanyak shalat sunahnya. (Fatawa Al Kubra, 5/320) Ini juga difatwakan Imam Ibnu Hazm, Beliau mengatakan:

ليثقل التطوع وصالة الخير فعل من أبدافليكثر قضائها على يقدر ال هذا وقتها خرج حتى الصالة ترك تعمد من وأما

عزوجل الله وليستغفر وليتب القيامة يوم ميزاته Adapun orang yang meninggalkan shalat secara sengaja sampai keluar dari waktunya, maka selamanya tidak bisa diqadha. Namun hendaknya dia memperbanyak amal kebaikan, shalat sunah, dalam rangka memperberat timbangan kebaikannya di Hari Kiamat nanti, dan hendaknya dia bertaubat dan beristighfar kepada Allah ‘Azza wa Jalla. (Al Muhalla, 1/274-275)Hujjah mereka adalah sebagai berikut:

غCيBا ) CنEو CقEلCي CفEو CسCف Gوات Cه Iالش اتIبCعJوا Cو CالةIالص ضاعJواCأ MفEل Cخ EمGهGدEعCب EنGم CفCل Cخ C59ف)

( O يEئا Cش CونJمCلEظJي وCال CةIن CجEال CونJل JخEدCي CكGولئJأ Cف OحاGصال CلGمCعCو CنCآمCو Cتاب EنCم IالG60إ)

“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan 

menemui kesesatan, kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh, maka mereka itu akan masuk surga dan tidak dianiaya (dirugikan) 

sedikitpun.” (QS. Maryam [19]: 59-60)

Ayat lain: Eم GهGوبJنJذGل وا Jر CفEغCت Eاس Cف CهIالل وا JرCكCذ Eم Jه Cس JفEن

C أ وا JمCلCظ EوCأ Oة Cش Gاح Cف عCلJوا Cف GذCا إ CينGذIال Cو

“Dan  (juga)  orang-orang yang apabila  mengerjakan perbuatan keji  atau  menganiaya diri   sendiri,  mereka  ingat  akan Allah,   lalu  memohon ampun 

terhadap dosa-dosa mereka.” (QS. Ali Imran [3]: 135)Jadi, menurut ayat-ayat ini, solusi dari kemaksiatan adalah bertaubat kepada Allah Ta’ala dan memperbanyak istighfar. Begitupula dalam konteks meninggalkan shalat wajib secara sengaja, ditambah lagi orang tersebut mesti menutupinya dengan memperbanya shalat sunah.

Dalilnya adalah,Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

EنGإ Cف ، Cر Gس CخCو Cاب Cخ Eد Cق Cف EتCد CسCف EنGإ Cو ، Cح CجEنC أ Cو CحCل Eف

Cأ Eد Cق Cف EتCحJل Cص EنGإ Cف ،JهJتCال Cص GهGل CمCع EنGم Gة CامCي Gالق CمEوCي JدEبCالع GهGب Jب Cاس CحJي ا Cم CلIوCأ IنGإ

: JونJكCي IمJث ،Gة CيضGر Cالف CنGم CصCقCتEان ا Cم ا CهGب CلIمCكJي Cف ع aوCطCت EنGم لGعCبEدGي EلCه وا JرJظEان Iل CجCو IزCع aب Iالر Cال Cق ،Mء Eي Cش GهGت CيضGر Cف EنGم CصCقCتEان CكGلCذ عCلCى GهGل CمCع JرGائ Cس.

“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari amal seorang hamba pada Hari Kiamat adalah shalatnya. Jika bagus shalatnya maka dia telah selamat 

dan beruntung. Jika rusak shalatnya maka dia akan menyesal dan merugi. Jika shalat wajibnya ada kekurangan, maka Allah ‘Azza wa Jalla berkata, 

‘Lihatlah   pada   hamba-Ku   shalat   sunahnya.   Sempurnakanlah   kekurangan   pada   yang   wajib   itu   dengannya.’   Kemudian   dihitunglah   semua   amal 

perbuatannya dengan seperti itu juga.” (HR. At Tirmdzi (413), katanya: hasan gharib. Abu Daud (864). Ad-Darimi (1395), Syaikh Husein Salim Asad mengatakan:isnadnya shahih. Ahmad (9494). Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: shahih. (Ta’liq Musnad AhmadNo. 9494) )

Page 2: qadha shalat saat kesiangan

Nah, hadits ini menunjukkan bahwa kekurangan pada shalat wajib yang luput dilaksanakan, bisa ditutupi dan disempurnakan oleh shalat sunah.

Imam Abu Muhammad bin Hazm telah membahas masalah ini panjang lebar. Beliau pun menantang pihak yang mewajibkan qadha itu. Atas dasar apa sehingga dibolehkan menqadha? Siapakah yang mewajibkan qadha itu, syariat atau bukan? Di antara alasan lain yang dikemukakan Beliau adalah bahwa shalat adalah ibadah yang sudah ditentukan waktunya. Jika adanya qadha itu dibenarkan sehingga shalat bisa dilakukan setelah habis waktunya maka adanya aturan waktu shalat yang spesifik akan menjadi aturan (ketetapan) yang sia-sia dan tidak ada artinya.Buat apa adanya aturan waktu pada masing-masing shalat, jika kemudian boleh saja dilakukan di luar waktunya? Beliau juga menyebut bahwa pendapat Beliau ini merupakan pendapat Umar bin al-Khaththab, Abdullah bin Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Salman al-Farisi, Ibnu Mas’ud, Muhammad bin Abu Bakar, Budail Al Uqaili, Muhammad bin Sirin, Mathrab bin Abdullah, dan Umar bin Abdul Aziz. (Al Muhalla, 2/11)

Jika Meninggalkannya Tidak Sengaja

Sedangkan jika luputnya shalat wajib disebabkan ketidaksengajaan, seperti ketiduran atau lupa misalnya, maka para ulama sepakat wajibnya qadha ketika dia sadar dan ingat.Hal ini sesuai hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berikut ini:

CكGلCذ CلCع Cف EنCم Cف ى، Cر EخJ Eاأل Cة Cال Iالص JتEقCو CيءGجCي تIى Cح Cة Cال Iالص fل CصJي EمCل EنCم عCلCى JيطGر EفIالت ا CمIنG إ ، MيطGر EفCت GمEوIالن IيGف CسEيCل JهIنG إ ا Cم

Cأ ا CهCل JهGبCتEنCي Cين Gح ا Cهfل CصJيEل Cف

“Sebenarnya bukanlah kategori lalai jika karena tertidur. Lalai adalah bagi orang yang tidak shalat sampai datang waktu shalat lainnya. Barang siapa 

yang mengalami itu maka shalatlah dia ketika dia sadar”.  (HR. Muslim, 311/681)

Dalam redaksi yang agak berbeda,ا Cه CرCكCذ GذCا إ ا Cهfل CصJيEل Cف ا، CهEنCع CامCن Eو

Cأ ،Oة Cال Cص EمJكJد CحCأ Cي GسCن إGذCا Cف ،GةCظ CقCيEال فGي JيطGر EفIالت ا CمIنG إ ، MيطGر EفCت GمEوIالن فGي CسEيCل

“Lalai bukanlah pada saat tidur. Lalai adalah ketika sadar. Maka jika salah seorang kalian lupa shalat atau tertidur, maka shalatlah ketika teringat 

shalat.”(HR. at-Tirmidzi (177), katanya: hasan shahih. Ibnu Majah (698))

Hadits lainnya: CكGلCذ IالGإ ا CهCل Cة Cار IفCك Cال ا، Cه CرCكCذ GذCا إ ا Cهfل CصJيEل Cف Oة Cال Cص Cي GسCن EنCم

“Barangsiapa yang lupa dari shalatnya maka shalatlah ketika dia mengingatnya, dan tidak ada kafarah (tebusan) kecuali dengan cara itu.”(HR. Muslim, 314/684)Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa meninggalkan shalat karena lupa dan tertidur, hendaknya diqadha dengan shalat juga ketika dia teringat. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menekankan hal itu dengan kata perintah: falyushalliha idza dzakaraha – maka shalatlah ketika teringat shalat.

Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah mengatakan:والنائم الناسي على واجب الصالة قضاء أن على العلماء اتفق“Mengqadha shalat adalah wajib menurut kesepakatan ulama bagi orang yang lupa dan tertidur.”(Fiqhus Sunnah, 1/274)

Maka, kasus yang dialami saudari penanya, hendaknya shalatlah ketika terbangun dari tidurnya, walau telah melewati waktunya. Jika Shalat Subuh kelewatan karena tertidur, lalu bangun di waktu Dhuha, maka shalatlah Subuh saat itu. Begitu pula jika dia baru bangun di waktu Zhuhur, maka shalat subuhlah ketika dia ingat.

Semua ini sesuai perintah nabi shalatkah ketika teringat. Caranya adalah jika dia shalat sendiri maka Shalat Subuh dahulu, barulah Zhuhurnya, sesuai urutannya. Sedangkan jika berjamaah dengan orang lain di masjid, maka ikuti shalatnya jamaah dulu (yakni Zhuhur), sebab tidak mungkin dia meminta jamaah untuk Shalat Subuh sebagaimana dirinya sebab jamaah lain tidak mengalami yang dia alami, jika sudah selesai barulah dia Shalat Subuh yang tertinggal itu.

Nabi dan Para Sahabat pernah mengalami

Apa yang dialami saudari penanya juga pernah dialami oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para sahabatnya. Maka adanya peristiwa serupa yang dialami mereka menjadi panduan buat kita bagaimana menyikapinya. Yang jelas, kasus seperti ini hendaknya tidak menjadi kebiasaan.Berikut ini kisah yang terdapat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, kisahnya panjang dan kami kutip sesuai kebutuhan saja sebagai berikut:‘Imran bin Hushain Radhiallahu ‘Anhu bercerita:

Eم JهJنJيEعCأ Eم JهEتCبCلCغ Cف وا، Jس IرCع GحEب aالص Jه EجCو CانCك GذCا إ تIى Cح ، Eم JهCتCلEيCل وا JجCلEد

Cأ Cف ير، GسCم فGي CمIل CسCو GهEيCلCع Jالله لIى Cص fيGبIالن Cع Cم كCانJوا Eم JهIنC أ

Eن Gم CمIل CسCو GهEيCلCع Jالله لIى Cص GهIالل Jول Jس Cر JظCوقJي Cال CانCك Cو بCكEر، بJوC أ Gه GامCن Cم EنGم Cظ CقEيCت Eاس GنCم CلIو

Cأ CانCك Cف ، JسEم Iالش GتCع CفCت Eار تIى Cح

Jالله لIى Cص aيGبIالن Cظ CقEيCت Eاس تIى Cح JهCت Eو Cص Jع Cف EرCي Cو JرfبCكJي CلCع Cج Cف ،Gه GسEأ Cر CدEن Gع بCكEر بJو

C أ CدCع Cق Cف ، Jر CمJع Cظ CقEيCت Eاس Cف ، Cظ GقEيCت EسCي تIى Cح Gه GامCن Cم

الغCدCاة بGنCا لIى CصCو Cل CزCن Cف ، CمIل CسCو GهEيCلCع  ….

“Mereka bersama Nabi Shallallahu  ‘Alaihi wa Sallam dalam sebuah perjalanan yang sampai  larut malam hingga menjelang Subuh mereka 

istirahat. Lalu mereka tertidur sampai meninggi matahari. Pertama yang bangun adalah Abu Bakar, Beliau tidak membangunkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi 

wa Sallam sampai dia bangun sendiri. Lalu bangunlah Umar, lalu Abu Bakar duduk di sisi kepala nabi. Lalu dia bertakbir dengan meninggikan suaranya 

sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam terbangun. Lalu beliau keluar dan Shalat Subuh bersama kami.” (HR. Bukhari (3571), Muslim (312/682)) Dalam kisah ini, Nabi dan para sahabatnya baru Shalat Subuh ketika matahari sudah meninggi, setelah mereka terbangun dari tidur. Ini menunjukkan bolehnya hal itu, jika disebabkan tertidur yang membuatnya melewati waktu Subuh sebenarnya. Tetapi, sekali lagi, ini bukanlah kebiasaan mereka, tetaplah yang paling utama dan disukai Allah Ta’ala adalah Shalat Subuh tepat pada waktunya.

Tidak Shalat Karena Pingsan

Page 3: qadha shalat saat kesiangan

Bagi orang yang pingsan sehingga dia tidak melakukan shalat, maka sebagian imam, seperti para Sahabat dan Tabi’in menyatakan tidak wajib qadha sama sekali. Seperti yang dipegang oleh Ibnu Umar, Thawus bin Kaisan, Az Zuhri, Al Hasan Al Bashri, dan Muhammad bin Sirin.Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah menyebutkan:

: ما يصل فلم أفاق ثم الصالة ترك حتى عقله على فيها غلب مرة اشتكى عمر ابن أن نافع عن الرزاق عبد روى فقد

. الصالة يعد لم عقل المريضثم على أغمي إذا أبيه طاوسعن ابن عن جريج ابن وعن الصالة من .ترك . : : البصري الحسن عن عبيد يونسبن عن سلمة بن حماد وعن يقضي ال فقال عليه المغمى عن الزهري سألت معمر قال

: عندها أفاق التي الصالة يعيد ال عليه المغمى في قاال أنهما سيرين بن .ومحمد

Abdurrazzaq meriwayatkan dari Naafi’, bahwa Ibnu Umar suatu saat jatuh sakit hingga pingsan dan meninggalkan shalat. Lalu ketika dia sadar, dia tidak melakukan shalat yang tertinggal itu.

Dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Thawus, dari ayahnya, bahwa jika ada seorang sakit sampai pingsan lalu dia kembali sadar maka tidak usah baginya mengulangi shalatnya.

Ma’mar berkata: Aku bertanya kepada Az Zuhri tentang orang yang pingsan, Beliau menjawab, “Tidak usah mengqadha.”Dari Hammad bin Salamah, dari Yunus bin ‘Ubaid dari al-Hasan al-Bashri dan Muhammad bin Sirin, mereka berdua berkata tentang orang yang pingsan, “Tidak perlu mengulangi shalat yang tertinggal selama pingsan itu.” (Fiqhus Sunnah, 1/274)Sekian. Wallahu A’lam

Wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘Ala Aalihi wa Shahbihi ajma’in

[1]Dalam berbagai hadits shahih, orang yang sengaja meninggalkan shalat disebut kafir. Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu   ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:الصالة ترك والكفر الشرك وبين الرجل بين“Batas antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran   adalah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim (82), at-Tirmidzi (2752), Ibnu Majah (1078), ad-Darimi (1233), Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf(7/222/43), Ibnu Hibban (1453), Musnad Ahmad (15183), tahqiq: Syu’aib Al Arna’uth, Adil Mursyid, dll)Dari Buraidah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

كفر فقد تركها فمن الصالة وبينهم بيننا الذي العهد“Perjanjian   antara   kita   dan   mereka   adalah   shalat,   maka   barangsiapa   yang   meninggalkannya   maka   dia   telah   kafir.”(HR. at-Tirmidzi (2621), katanya: hasan shahih gharib, an-Nasa’i (463), Ibnu Majah (1079), Ibnu Hibban (1454), Sunan ad-Daruquthni,  Bab At Tasydid fi Tarkish Shalah No. 2, Al Baihaqi, As Sunan Al  Kubra (6291), Ibnu Abi Syaibah, Al  Mushannaf (7/222/45), Al Hakim, Al  Mustadrak  ‘Alash  Shahihain(11), katanya: “isnadnya shahih dan kami tidak mengetahui adanya cacat dari berbagai jalur. Semuanya telah berhujjah dengan Abdullah bin Buraidah dari ayahnya. Muslim telah 

berhujjah dengan al-Husein bin Waqid, Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya dengan lafaz ini. Hadits ini memiliki penguat yang shahih sesuai 

syarat mereka berdua.” Ahmad (22937), Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan:sanadnya qawwy (kuat). Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini dalam berbagai kitabnya)Imam Al Mundziri Rahimahullah mengatakan:

كفر : فقد الصالة ترك من وسلم عليه الله صلى النبي قال شيبة أبي ابن وقالكافر الصالة تارك أن وسلم عليه الله صلى النبي عن صح يقول إسحاق سمعت المروزي نصر بن محمد وقال

Berkata Ibnu Abi Syaibah, Nabi Shallallahu   ‘Alaihi  wa  Sallam bersabda, “Barangsiapa   yang  meninggalkan   shalat  maka   dia   telah   kafir.”   Berkata 

Muhammad   bin   Nashr   Al  Marwazi,   aku  mendengar   Ishaq   berkata:   “Telah   shahih   dari   Nabi   Shallallahu   ‘Alaihi   wa   Sallam   bahwa   orang   yang 

meninggalkan shalat, maka dia telah kafir.” (Syaikh al-Albani, Shahih At Targhib wat Tarhib (1/575). Cet. 5, Maktabah Al Ma’arif. Riyadh)Dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Uqaili Radhiallahu ‘Anhu, katanya:

الصالة غير كفر تركه األعمال من شيئا يرون ال وسلم عليه الله صلى محمد أصحاب  كان “Para sahabat nabi tidaklah memandang suatu perbuatan yang dapat kufur jika ditinggalkan melainkan meninggalkan shalat.” (HR. at-Tirmidzi (2757), dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalamShahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi (2622)Imam Ibnu Hazm Rahimahullah mencatat dalam Al Muhalla-nya:

Cك CرCت EنCم IنCأ Eم JهEنCع JهIالل CيGض Cر GةCاب Cح Iالص EنGم EمGهGرEيCغCو Cة CرEي Cر Jه بGي

C أ Cو بCل Cج GنEب GاذCع Jم Cو عCوEف GنEب GنCم Eح Iالر GدEبCعCو Cر CمJع EنCع Cاء Cج Eد CقCو

sدCت Eر Jم Mر GافCك Cو Jه Cف ا CهJت EقCو Cج Jر EخCي تIى Cح دOا fمCعCت Jم دCة Gاح Cو ض Eر Cف CالةCص.

“Telah datang dari Umar, Abdurrahman bin ‘Auf, Mu’adz bin Jabal, Abu Hurairah, dan selain mereka dari kalangan sahabat Radhiallahu ‘Anhum, bahwa 

barangsiapa yang meninggalkan shalat wajib sekali saja secara sengaja hingga keluar dari waktunya, maka dia kafir murtad.”(Al Muhalla, 1/868. Mawqi’ Ruh al-Islam)Abdullah bin Amr bin Al Ash Radhiallahu ‘Anhuma, mengatakan:

له دين فال الصالة ترك .ومن

“Barangsiapa yang meninggalkan shalat, maka tidak ada agama baginya.” (al-Mushannaf Ibnu Abi Syaibah (5/508) Darul Fikr)Abu Darda Radhiallahu ‘Anhu berkata:

موقوفا وغيره البر عبد ابن رواه له وضوء ال لمن صالة وال له صالة ال لمن إيمان ال“Tidak ada iman bagi yang tidak shalat, dan tidak ada shalat bagi yang tidak berwudhu.” Diriwayatkan Ibnu Abdil Bar dan selainnya secara mawquf. (Atsar ini Shahih mawquf. Lihat Syaikh Al Albani, Shahih At Targhib wat Tarhib, 1/575. Maktabah Al Ma’arif)Imam Al Mundziri Rahimahullah menyebutkan:

وقتها يذهب حتى عذر غير من عمدا الصالة تارك أن وسلم عليه الله صلى النبي لدن من العلم أهل رأي كان وكذلك

كافر “Demikian pula, dahulu   pendapat ulama dari orang yang dekat dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam (yakni para sahabat), bahwa orang 

yang meninggalkan shalat secara sengaja tanpa ‘udzur, sampai habis waktunya, maka dia kafir.” (Ibid)

Page 4: qadha shalat saat kesiangan

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/05/06/50832/bangun-kesiangan-bolehkah-mengqadha-shalat-subuh/#ixzz3UcNgB0ho Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook