q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  ·...

107
1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BELUM DIKOREKSI R I S A L A H RAPAT KOMISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEHUTANAN Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sif at Rapat D e n g a n Hari/tanggal w a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r 1999 - 2000 I 6 Terbuka Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Jurn'at, 27 Agustus 1999 Pukul 09.00 - 16.25 WIB Ir. Umbu Mehang Kunda Ni'rnat Nurdin, BcHk Pernbahasan DIM RUU tentang Kehutanan 51 dari 63 orang Anggota P I M P I N A N : 1. Ir. Umbu Mehang Kunda 2. Slarnet ST 3. Ir. H. Sjahrani Sjahrin, SE, MM 4. H. Zain Badjeber 5. Drs. Sebastian Massardy Kaphat AN G G 0 T A : 6 . s r i d o n o 7. Sedaryanto 8 . Dalarn Sinuraya, S.Sos 9. Achmadi, SE 10. Ign. Mulyono 11. Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf i Hutauruk 16. Moehamrnad Tauf iq Thaib, SH 17. Ir. Suwatri Dato Bandaro Sati

Upload: others

Post on 19-Dec-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

~~/<!'g~: \~~-~' ~~.,q

;'"·"''~ 1

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BELUM DIKOREKSI

R I S A L A H RAPAT KOMISI III DPR-RI

DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

KEHUTANAN

Tahun Sidang Masa Persidangan Rapat Ke Sif at Rapat D e n g a n

Hari/tanggal w a k t u Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a

H a d i r

1999 - 2000 I

6

Terbuka Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Jurn'at, 27 Agustus 1999 Pukul 09.00 - 16.25 WIB Ir. Umbu Mehang Kunda Ni'rnat Nurdin, BcHk Pernbahasan DIM RUU tentang Kehutanan 51 dari 63 orang Anggota

P I M P I N A N : 1. Ir. Umbu Mehang Kunda 2. Slarnet ST 3. Ir. H. Sjahrani Sjahrin, SE, MM 4. H. Zain Badjeber 5. Drs. Sebastian Massardy Kaphat

AN G G 0 T A :

6 . s r i d o n o 7. Sedaryanto 8 . Dalarn Sinuraya, S.Sos 9. Achmadi, SE 10. Ign. Mulyono 11. Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf i Hutauruk 16. Su~an Moehamrnad Tauf iq Thaib, SH 17. Ir. Suwatri Dato Bandaro Sati

Page 2: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

2

18. Ir. Amrin Kahar 19. M. Akip Renatin, SE 20. PHM Siahaan 21. Drs. Selamat Limbong 22. Drs. H. Amin Ibrahim, MA 23. Drs. H. Dede Suganda Adiwinata 24. Dra. Hj. Oki Hidayati Marahdjani 25. Ir. H. Awal Kusumah, MSc 26. Ny. Hj. Oetarti Soewasono, SH 27. Ny. Hj. Rosbiatri Agus Sumadi, SH 28. Ir. Gatot Adji Soetopo 29. Ir. Gatot Murdjito, MS 30. Jasman Ismail, SE 31. Yanto, SH 32. Drs. Noorwendo Haricahyadi, SE 33. Drs. H. Syarif Said Alkadrie 34. Drs. Martinus T. Tennes 35. M. Erham Amin, SH 36. Ir. Wayan Windia 37. Drs. Alo Jong Joko 38. Prof. Dr. Ir. H. Fachrudin 39. Prof. Dr. drh. Frederic Patta Sumbung, MSc 40. H. Moh. Hagi Latjambo 41. Achmad Hoesa Pakaya, Se, MBA 42.· H. Masrur Javas 43. Ny. Hj. Chodidjah 44. HM Harminto Agus Purwotenoyo, BA 45. Ir. HR Soelaiman 46. Drs. M. Syaiful Masjkur 47. Syamsu Rizal, SH 48. HM Djafar Siddiq 49. Drs. Markus Wauran 50. Sajid Soetjoro, BSc 51. Drs. Anthonius Rahail

P E M E R I N T A H : Menteri Kehutanan dan Perkebunan Republik Indonesia Beserta Staf

Page 3: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

3

KETUA RAPAT {DRS. UMBU MEHANG KUNDA}

Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian; Menurut catatan Sekretariat saya kira jumlah anggota

yang telah menandatangani daf tar hadir telah bisa memenuhi korum untuk bisa kita lanjutkan Rapat Kerja kita hari ini. Skors saya cabut kembali.

(RAPAT DIBUKA KEMBALI PUKUL 09.00 WIB}

Sebagaimana kemarin telah kita sampaikan saya ingin mengajak kita sekalian untuk mensahkan Laporan Singkat Rapat Kerja ke-4 Rabu, 25 Agustus 1999 sebagaimana yang lainnya sama saja, dengan catatan apabila disana sini terdapat kekeliruan akan dapat kita sempurnakan dan perbaiki secara bersama-sama.

Oleh karena itu saya ingin menanyakan apakah Laporan Singkat Rapat Kerja Komisi III DPR RI Rabu, 25 Agustus 1999 dapat kita sahkan?

Setuju ? (RAPAT SETUJU)

Terima kasih.

Bersama dengan Singkat Rapat Kerja dikoreksi untuk kita sahkan.

itu telah ada didepan kita Laporan ke-5 Kamis, 26 Agustus 1999 tolong perbaiki dan hari Senin akan kita

Bersamaan dengan itu pula telah kita coba sandingkan bahan-bahan yang bersumber dari usulan fraksi-fraksi menyangkut pengembangan sumber daya manusia, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan, serta ristek dan ilmu pengetahuan yang kita kelompokkan dalam Bab Baru, apabila mau kita bahas barangkali kita menggunakan ini lebih baik tanpa berusaha untuk meramunya, belum. Jadi kita sanding­kan bulat hanya merubah letak saja untuk disesuaikan dengan tata urut Bab Baru penelitian pengembangan, pendidikan dan latihan serta penyuluhan kehutanan. Urut-urutannya ·saja yang dirapikan masalah substansi perlu atau tidak itu diang­gap masih merupakan DIM Persandingan, itu nanti kalau sudah sampai pada bagian itu.

Demikian juga mengenai Bab Baru pengawasan, itu juga kita sudah sandingkan sehingga tinggal nanti mana yang kita pilih untuk kita gunakan sambil merekam berbagai macam substansi yang diusulkan fraksi-fraksi.

Page 4: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

4

Baik Bapak/Ibu dan Saudara-saudara sekalian Tadi malam kita telah sampai pada butir 153, dan oleh

karena itu kita lanjutkan halaman 154 dan oleh karena bagian ini telah kita sepakati untuk kita kelompokan dalam Bab Baru Pengawasan, saya kira kita lewati saja.

Demikian pula halaman 155 sampai dengan 159 sampai dengan 163 saya kira itu kita sepakati untuk kita kelornpok­kan sendiri, demikianpun halarnan 163 Penyuluhan saya kira termasuk bagian yang kita kelompokkan dan akan kita bahas dengan persandingan baru ini.

Selanjutnya halaman 166 pun demikian sampai dengan 169 bagian atas, itu adalah pasal-pasal yang akan kita cermati dalam pembahasan DIM Persandingan yang materinya sudah ada didepan kita sekalian.

Baiklah, karena kita belum perlu membahas sekarang, kita lanjutkan dengan DIM butir 159 soal nomor bab nya nanti akan kita tata kembali Bab Penyerahan Urusan, halaman 169. Kita lanjutkan dengan butir 159 mengenai Penyerahan Urusan, Butir 159 langsung kita Tim Sin untuk penyesuaian nomor bab dan, maksudnya nomornya dulu sedangkan namanya kita akan, kalau judul tidak bisa di Tim Sin kan, Pak, nama tidak bisa.

Oleh karena itu saya silakan kepada Fraksi ABRI untuk menyampaikan Penyerahan Kewenangan Urusan, silakan.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Selamat pagi dan salam sejahtera buat kita sekalian; Yang terhormat Pimpinan, dan Yang terhormat Bapak Menteri serta hadirin sekalian.

Didalam DIM Nomor 159 Fraksi ABRI mengusulkan untuk perubahan judul yaitu dari "Penyerahan Urusan" diganti menjadi "Penyerahan Kewenangan Pengurusan". Jadi Penyerahan Kewenangan Pengurusan, disini dikandung maksud makna kewe­nangan urusan adalah menjadi lebih luas daripada hanya Penyerahan Urusan, karena Penyerahan Urusan dimasa yang lalu seolah-olah menyerahkan dinas dari pusat kepada daerah, biasanya seperti itu. Sehingga Penyerahan Kewengan Pengu­rusan ini mempunyai rnakna yang lebih luas.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kewenagan Pengurusan, ya, diperbaiki, Pak. Penyerahan Kewenangan Pengurusan;

. ..&:

Page 5: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

5

Baiklah saya persilakan kepada FPP untuk rnenanggapi usulan rekan-rekan Fraksi ABRI.

FPP (H. MASRUR JAVAS) :

Assalamu'alaikum Wr. Wb. Terima kasih Saudara Pimpinan; Dalam DIM Nomor 159 ini FPP judul tetap, tetapi kalau

kita perhatikan usulan dari FABRI dengan perubahan Penyera­han Kewenangan Pengurusan memang rasanya lebih sempurna jadi lebih luas tidak hanya soal urusan itu diserahkan ke dinas vertikal kebawah misalnya yang mungkin banyak yang bersifat tehnis, tetapi mungkin j uga bisa melebar agak kesamping, jadi setuju untuk perubahan judul dari Fraksi ABRI.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Selanjutnya kepada Fraksi PDI, silakan;

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Saudara Ketua, Bapak Menteri dan Saudara-saudara sekalian, Malah kalau ditambah ini kalau Fraksi ABRI katakan tadi

lebih luas, malah kami jadi sempit karena ada juga Penyera­han Kewenangan sekaligus dengan tanggung jawab, bukan hanya kewenangan. Sebab nanti serahkan wewenang kepada daerah, yang tanggung jawab siapa, daerah atau menteri atau pemerin­tah pusat.

Biasanya penyerahan kewenangan juga .diikuti dengan tanggung jawab, oleh karena itu kalau hanya kewenangan disini malah mempersempit. Oleh karena itu kami tetap dengan konsep yang ada yaitu tetap Penyerahan Urusan, jangan ditambah lagi dengan kewenangan. Kalau mau lengkap Kewe­nangan dan Tanggung jawab, itu terlalu panjang. Jadi Penyerahan Urusan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, silakan kepada FKP.

Page 6: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

6

FKP {JASMAN ISMAIL, SE)

Terima kasih Saudara Ketua, Bapak Menteri dan hadirin yang saya muliakan, Assalamu'alaikum Wr. Wb. FKP berpendapat bahwa j udul tetap 11 Penyerahan Urusan",

alasannya kalau FPDI bilang bertambah sempit, kami bertambah lebar karena didalam urusan itu sudah ada wewenang tidak ada urusan yang tidak ada wewenang jadi kenapa harus dua kali, jadi tetap "Penyerahan Urusan".

Coba adakah contoh urusan yang tidak ada wewenang, tidak ada, jadi dalam urusan itu sudah ada wewenang, ini alasan kami.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya kira demikian keempat fraksi Bapak Menteri; Saya persilakan kepada Bapak Menteri.

PEMERINTAH {MENTERI KEHUTANAN)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Mau tidak mau mengenai Bab VII ini erat sekali

hubungannya dengan bahasa-bahasa yang dipergunakan dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 itu yang saya kira kita mengacu kesana lebih baik. Kalau tidak salah disana "Penyerahan Urusan", nanti comfortablenya dalam UU Nomor 22 Tahun 1999 sebagian besarnya ini menyerahkan kepada Daerah Tingkat II, Daerah Tingkat I, berubah struktur organisasi, jadi semua itu terkait dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, kalau memang disitu begitu saya kembalikan kepada Fraksi ABRI.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih Bapak Ketua, Disini memang Fraksi ABRI menyampaikan pengurusan

karena disini terkait dengan Bab-bab sebelumnya, jadi Bab­bab sebelumnya itu bahwa didalam Bab ini akan menyangkut tata laksana bagaimana cara-cara pengurusan hutan yang diserahkan kepada daerah itu. Jadi disini dikaitkan dengan

Page 7: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

7

manaj emen tidak hanya urusan yang dalam artian didalamnya mengandung tanggung jawab tetapi dikaitkan dengan manajemen, sehingga sekaligus mengakomodasikan apa yang disampaikan oleh FKP kemarin bahwa bagaimana kewenangan pusat dan daerah khususnya pada halaman 77 bahwa tingkat propinsi kabupaten unit pengelolaan meliputi kegiatan tata hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi hutan dan perlindungan hutan.

Jadi dimaksudkan pada daerah-daerah kawasan yang dise­rahkan kepada daerah itu mengikuti kaidah-kaidah pengurusan dalam pengelolaan ini, ini yang dimaksudkan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, silakan.

FABRI (SRIDONO)

Barangkali karena ini terkait dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 diantaranya Fraksi ABRI mengambil dari sana juga selain apa yang dikatakan oleh Pembicara terdahu­lu, menampung juga apa yang disampaikan dulu oleh FKP. Untuk tidak memperlama barangkali sebaiknya ini ke Tim Perumus saja mengenai masalah pengistilahan ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya cari 22 kok tidak ada barangnya itu yang ada adalah Kewenangan Pusat dan Kewenangan Daerah.

Jadi kalau FKP tadi kenapa dua kali, hanya itu saj a Kewenangan Urusan, dalan urusan ada kewenangan atau dalam kewenangan ada urusan.

Apakah kita masukan ke Timus saja, ini hanya ganti kata kalau kita sepakat ini, kita cari referensi, kita rumuskan kan begitu tidak ada soal.

FKP (P.H.M. SIAHAAN) :

Terima kasih Bapak Ketua; Kami sangat memahami apa yang disampaikan oleh Fraksi

ABRI, tetapi kami berpendapat kalau itu hanya bab kenapa kita tidak ambil bab saja, bab itukan tidak terlalu panjang­panjang. Bahwa nanti di pasalnya ada keinginan untuk menjelaskan bahwa yang dimaksud wewenang didalamnya tersirat itu bisa-bisa saja, dan saya kira tidak ada salahnya

Page 8: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

8

kalaupun kepalanya babnya seperti itu wewenang itu ada didalam pasal berikutnya, toh kita masih akan melanjutkannya dengan pasal-pasal berikutnya.

Sehingga menurut hemat kami yang sudah ada dan cukup baik itu tidak perlu cepat diganti-ganti.

Terima kasih Bapak Ketua.

KETUA RAPAT :

Bisa juga nanti arahnya begitu tetapi nanti kita lihat lebih cermat. Jadi kita Timus kan saja ini?

Setuju?

(RAPAT SETUJU)

Baik, selanjutnya kita sampai ke butir 160, butir 160 ayat (1) FKP tetap, FPP berubah, FPDI ada. Silakan terlebih dahulu FABRI.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih Bapak Pimpinan; Untuk DIM Nomor 160 mengalir dari judul, Fraksi ABRI

merubah kata-kata "Penyerahan Urusan 11 menjadi 11 Penyerahan Sebagian Kewenangan Urusan 11

, disini ada ralat bahwa kata­kata 11 dapat 11 dihapus.

Jadi saya bacakan seluruhnya 11 Dalam rangka pelaksanaan kegiatan dibidang kehutanan pemerintah menyerahkan sebagian kewenangan pengurusan hutan kepada Pemerintah Daerah".

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ini konsisten dengan judul. Baik selanjutnya Fraksi Persatuan Pembangunan.

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Terirna kasih Bapak Ketua, Didalarn pasal ini Fraksi Persatuan Pernbangunan hanya

rnenghapus kata 11 dapat 11• Alasannya adalah kalau ada kata

11 dapat 11 itu berarti bisa dapat bisa tidak, dan kalau tidak itu berarti tidak rnenyerahkan sama sekali, sehingga FPP rnenginginkan ada sebagian urusan yang diserahkan kepada daerah.

Page 9: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

9

Jadi jelasnya kalimatnya menjadi "Dalam rangka pelaksa­naan kegiatan dibidang kehutanan pemerintah menyerahkan sebagian urusan kepada Pemerintah Daerah". Jadi pasti ada sebagian yang diserahkan kepada Pemerintah Daerah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjutnya Fraksi POI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Saudara Ketua, Kami hanya konsisten dengan usul judul, jadi Kehutanan

Perhutanan, sekaligus kami menanggapi apa yang disampaikan oleh rekan Fraksi Persatuan kami juga sependapat kata "dapat" termasuk juga FABRI, itu dicoret karena kalau rnasih rnemakai kata 11 dapat 11

, itu setengah hati narnanya bisa ia bisa tidak, sedangkan ini rnemang keharusan pernerintah.

Kedua, rnengenai urusan usul Fraksi ABRI tadi yaitu terkait dengan istilah itu kita ke Timus. Jadi sekarang saya kira kalau Fraksi ABRI masih berkeras kita ke Timus saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, tentu kerasnya karena belum sepakat depan saja; Silakan kepada FKP.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

Terima kasih. FKP tetap, kata 11 dapat 11 itu bagi FKP perlu jangan

dihapus karena berdasarkan Undang-undang Nornor 22 Tahun 1999 urusan-urusan apa yang bisa diserahkan kepada Tingkat II dan apa yang tidak bisa diserahkan, Hankarn, Moneter, ada lima kalau tidak salah termasuk Kehutanan.

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1999 itulah kita dapat menyerahkan sebagian urusan kepada pemerintah, kata 11 dapat 11

ini dikaitkan dengan UU Nomor 22 Tahun 1999. Kalau kita tidak pakai kata 11 dapat 11 kita bertentangan dengan UU Nornor 22 Tahun 1999.

Terima kasih.

Page 10: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

10

KETUA RAPAT :

Baik, jadi memang sekaligus memang perlu kita cermati, saya tidak tahu ahli-ahli hukum ini. Memang gaya bab ini adalah gaya ketika kita masih sentralistis, dengan kehadiran UU Nomor 22 Tahun 1999 apakah memang sebetulnya porsi ini, ini pertanyaan untuk kita kaji dalam forum selanjutnya. Karena sebetulnya yanga mengatur kewenangan-kewenangan itu sudah ada sendiri sehingga apakah bab ini masih perlu atau tidak itu nanti kita cermati dalam perbicangan kita selan~

jutnya. Demikian Bapak Menteri, keempat fraksi; Saya persilakan kepada Bapak Menteri.

PEMERINTAH :

Terima kasih Bapak Pimpinan, Saya kira tidak ada masalah yang sangat prinsipil atau

masalah substansi, kalau perkataan 11 dapat" dihilangkan kami setuju karena kata 11 dapat 11 itu apapun hak pasti sudah ada bagian yang diserahkan dari UU Nomor 22 Tahun 1999. Tinggal nanti bagian-bagian yang diserahkan diatur dalam Peraturan Pemerintah, karena itu disebutkan dalam ayat (2) .

Mengenai Fraksi ABRI karena masalah istilah 11 wewenang 11

itu mungkin kita tadi menyangkut di Timus, menyerahkan wewenang atau tidak. Jadi saya kira itu di Timus kan saja, dengan demikian saya kira Pasal 50 ini sekalian saja di Timus kan dengan yang tadi istilah "wewenang".

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, sudah ada tawaran langsung dari Bapak Menteri; Saya kembalikan ke fraksi-fraksi ada tawaran, apakah

langsung kita Timus kan bersama-sama dengan bagian sebelum­nya.

Saya kembalikan ke Fraksi ABRI, silakan.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Setuju Timus.

KETUA RAPAT

FPP .. ?

Page 11: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

11

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Setuju Timus, dengan catatan kata "dapat" sudah disetu­jui untuk dilepas.

KETUA RAPAT :

Setuju untuk dilepas;

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Pemerintah setuju untuk melepas kata 11 dapat 11 untuk dihapus.

KETUA RAPAT :

Yang lain belum.

FPP (NY. HJ. CHODIDJAH)

Ada tambahan Pak; Tadi telah disampaikan oleh rekan kami Yang terhormat

Pak Syaiful, memang kalau acuannya pada UU Nomor 22 Tahun 1999 tentanag Pemerintahan Daerah yaitu pada Bab IV tentang Kewenangan Daerah Pasal 7 ayat (2) itu memang pendayagunaan sumber daya alam itu termasuk kewenangan bidang lain, tetapi kalau kita mengacu pada Pasal 10 memang mengelola sumer daya nasional yang tersedia diwilayahnya itu langsung menjadi tanggung jawab daerah.

Oleh karena itu diputuskan sekarang juga tidak masalah kalau memang dari Pemerintah sudah menyetujui bagi usul fraksi yang telah meniadakan dengan kata "dapat".

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

FPDI bagaimana kalau kita Timus.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Kita Timus Saudara Ketua, tapi kalau umpamanya soal kata 11 dapat 11 ini kita sepakat untuk dihilangkan, karena kalau masih 11 dapat 11 begini, dalam UU N0.22 sudah jelas, sebagian sudah diserahkan kepada daerah. Kecuali ada lima itu, Hankam, Luar Negeri, Pengadilan, Moneter, dan Agama. Itu 'kan sudah diserahkan, sehingga disini menyerahkan

Page 12: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

12

sebagian urusan disamping yang lima itu. Kalau nanti yang lima itu yang memang sudah porsi pusat, ini kalau "dapat" itu masih bisa ya atau tidak, tidak tepat kalau masih pakai "dapat".

"dapat" sebagian sehingga

Oleh karena itu saya kira Pemerintah juga 'kan Pemerin­tah itu dengan FKP 'kan mirip-mirip samalah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi kita cermati, soal kata "dapat" -nya saya kira tidak terlalu persoalan itu. Yang penting kita cermati, apakah dalam keempat bidang yang tidak diserahkan melalui UU N0.22 ada sebagian yang diserahkan atau tidak kita cermati. Sedangkan hal -hal yang memang sudah diserahkan, saya kira itu tidak perlu kita persoalkan. Cuma nanti kita cermati, apakah dari keempat bidang yang tidak diserahkan itu, ada tidak sebagian yang diserahkan. Saya kira ada saja, rnungkin ada tapi cermati saja, saya juga tidak tahu persis. Itu yang ki ta perbincangkan. Apabila rnemang sudah tidak ada makna kata "dapat", setelah kita mencermati itu kita buat, tidak ada soal itu.

Baik, kita Timuskan karena memang.

INTERUPSI FKP (JASMAN ISMAIL, S.E.}

FKP belum ditanya tadi. Memang Pak Menteri benar dalam BAB IV Pasal 7 yang

tidak diserahkan itu adalah empat, Politik Luar Negeri, Pertahanan Keamanan, Peradilan, Moneter dan Fiscal Agama, serta kewenangan bidang lain. Ada tambahan itu, Pak. Pada ayat (2) diterangkan, apa itu kewenangan bidang lain. Ini adalah antara lain pendayagunaan sumber daya alarn, ini hutan ini.

Oleh sebab itu karena diatur oleh UU N0.22, dia tidak bisa diserahkan. UU kita ini memberikanlah kesempatan untuk menyerahkan, karena mengerti daerah itu perlu, jadi dapat diserahkan. Jadi tidak bertentangan dengan Pasal 7 ini. Jangan berarti dapat berarti tidak dapat, itu 'kan alasan tukang kusir itu, dapat pesangon atau tidak dapat. Itu debat kusir, jangan.

Terima kasih.

Page 13: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

13

KETUA RAPAT :

Baik, kita cermati. Masih ada tambahan dari FKP, silakan.

FKP (P.H.M. SIAHAAN} :

Terima kasih Pak Ketua. Deng an alasan yang dikemukakan oleh rekan saya tadi,

FKP berpendapat bahwa mungkin perlu kita angkat kembali Pasal 20 halaman 75 tentang usul FKP, bahwa masalah pengelo­laan ini perlu disampaikan pengelolaan di pusat apa, penge­lolaan di daerah apa, mumpung kita berbicara tentang masalah penyerahan urusan itu. Sehingga dengan demikian agak jelas didalam pasal-pasal RUU ini, apa yang dikatakan oleh rekan saya tadi, apa yang ingin kita serahkan ke daerah.

Jadi kami berpendapat bahwa ketika kita membicarakan penyerahan urusan ini FKP berpendapat, sebaiknya kita pikir­kan sekaligus, apa yang dapat diserahkan ke daerah.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, mengingatkan Pimpinan bahwa kemarin memang kita be.rsepakat agar usulan FKP, tadi juga disampaikan oleh FABRI, usulan ayat (2) Pasal 20 dari FKP kita sepakat untuk kita diramu disini. Tentunya bagaimana meramunya, nanti saya kira sekalian saja di Timus untuk kita sesuaikan se­hingga tidak bertabrakan juga dengan UU N0.22. Sehingga itu sekalian kita cermati saya kira itu, karena memang Bab ini hanya satu pasal, dengan demikian tambahan ayat baru dari FABRI sehingga dengan demikian menjadi tiga ayat. Nanti pikiran-pikiran pada Pasal 20 ayat (2) usulan FKP, kita ramu bersama-sama didalam pembahasan ini.

Oleh karena ini, apakah masih tepat Timus a tau kita Panja. Saya kira kita bahas dulu di Panja seluruh Pasal SO ini bersama-sama dengan semangat kewenangan daerah yang dimaksudkan dalam Pasal 20 ayat (2) usulan FKP. Kita Panja saya kira ini seluruhnya, saya tawarkan begitu supaya jangan kita putar-putar.

Pasal 20 RUU halaman 75, kita kemarin sepakat untuk kita bawa ke bagian ini. Oleh karena itu barangkali seluruh Pasal 50 ini kita Panjakan saja, saya tawarkan, setuju ?

(RAPAT : SETUJU}

Page 14: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

14

Terima kasih. Jadi Panjanya mulainya dari Judul saja sekalian, se­

hingga barangkali terbuka kemungkinan siapa tahu kita perlu sesuaikan UU N0.22 misalnya begitu, tidak apa-apa itu. Sebab ini saya pikir, memang ada yang sudah diserahkan, mungkin ada sebagian, tidak tahu, nanti kita cermatilah. Bila perlu kita undang kawan-kawan yang lebih mengerti ini.

Ya, seluruhnya sampai dengan ayat (3) baru karena ada penambahan ayat (2) dari FABRI, nanti kita bicarakan sekali­gus, bila perlu kita ramu bersama-sama dengan usulan FKP.

Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Selanjutnya kita sampai pada DIM nomor 162. DIM nomor

162 saya kira tidak ada yang mengajukan perubahan yang mendasar, sehingga ini menjadi kewenangan Timsin.

Setuju ?

(RAPAT SETUJU)

Terima kasih. Baik, sekarang kita lanjutkan dengan DIM nomor 163.

DIM nomor 163 yang mengajukan perubahan FABRI, FPP, dan FPDI. Nanti FKP dibagian lanjutannya, saya persilakan dulu FPP.

FPP (SYAMSU RIZAL, S.H.)

Terima kasih Bapak Ketua, dan Bapak Menteri yang saya hormati. Assalamu'alaikum Warahamtullahi Wabarakaatuh. Pada DIM FPP ini ada perubahan redaksi dan substansi

untuk DIM nomor 163, yaitu bahwa masyarakat hukum adat menurut FPP ini, i tu diakui bahwa memang ada. Kalau kami melihat RUU naskah dari Pemerintah, kata "sepanjang" ini seakan-akan, jadi tidak jelas, tidak pasti. Oleh karena itu saya bacakan yang lebih jelas :

Pasal 62 Masyarakat hukum adat yang masih ada serta tertata lengkap dengan struktur dan peranata hukumnya, kebera­daan dan hak serta luasan kawasannya diakui oleh Pemer­intah dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Sekian, dan terima kasih.

Page 15: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

15

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih. Silakan kalau ada tambahan dari FPP.

FPP (H. MASRUR JAVAS) :

Terima kasih Saudara Ketua. FPP dalam mengubah Pasal 51 ayat (1) ini mohon sekali­

gus dihubungkan dengan 11 butir a dan butir b". Sebab dalam usulan selanjutnya itu "butir a dan butir b" itu dihapus. Jadi dirangkum dalam satu kalimat seperti yang sudah tadi dijelaskan oleh kawan saya sebelumnya tadi.

Dengan demikian nanti kalau ini dibahas, itu substansi­nya juga sudah mencakup pada 11 butir a dan butir b". Sehingga nanti dalam selanjutnya kalau ini disetujui, ya dihapus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Mudah-mudahan seperti itu. Selanjutnya FABRI silakan.

FABRI (SUKANDAR ARUN, S.E.)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Di dalam DIM nomor 163 FABRI mengusulkan untuk menggan­

ti kata-kata "dapat" dengan kata-kata "berhak 11• Disini

dikandung maksud bahwa tidak bersifat fakultatif tetapi memang betul-betul diharapkan atau betul-betul bahwa masya­rakat hukum adat yang sepanjang kenyataannya masih ada dan diakui keberadaannya itu berhak, jadi mempunyai hak. Jadi dengan kata-kata "dapat" seolah-olah bisa ya bisa tidak, tetapi dengan kata-kata "berhak" maka dia otomatis mempunyai hak.

Baik, sementara itu Bapak Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Selanjutnya FPDI, ini hanya penyesuaian saya lihat. Silakan FPDI.

Page 16: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

16

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

FPDI rumusannya tetap, tidak ada usul perubahan. Kemudian menanggapi apa yang diusulkan oleh FPP, sebe­

narnya apa yang dirumuskan disini, itu ditampung, lebih lengkap sudah ditampung didalam penjelasan ayat ini. Apa itu masyarakat adat ? Unsur-unsurnya itu apa ? Kalau salah satu tidak ada, itu tidak diklarifikasi sebagai masyarakat adat.

Kemudian dari FABRI kata "berhak", ini agak jauh ba­rangkali kalau pakai kata "berhak", bisa nanti terjadi penyalahgunaan hak. Oleh karena itu kami lebih mirip pakai kata "dapat", kalau "dapat" berarti Pemerintah yang akan ikut mengatur disini. Sebab kalau "berhak" dia bisa menya­lahgunakan haknya tanpa mengikut aturan-aturan yang ada, sebab dia akan pakai dalih saya "berhak", sehingga barangka­li kami lebih mirip kata "dapat" dimana dalam kaitan ini ada pengaturan Pemerintah bahwa hak mereka itu ada tetapi nanti diatur.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjutnya FKP silakan.

FKP (JASMAN ISMAIL, S.E.)

Terima kasih. Pertama, FKP tetap. Kedua, menanggapi FABRI. Memang kita kurang sependapat

diberikan kata 11 berhak 11, karena hak itu 'kan konotasinya

menerima gaj i, pangkat, penghargaan, pensiun, itu hak, dan digandengkan dengan hak adalah kewajiban. Kalau sudah kewajiban ada sanksi, ini 'kan jadi payah kita pada masyara­kat.

Oleh sebab itu kami menghimbau tetap sajalah "dapat", karena yang kita atur ini adalah masyarakat hukum adat yang pengetahuannya juga sederhana. Jadi jangan "berhak", nanti terlalu tinggi itu konotasinya.

Sekian, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih. Bapak-bapak sekalian.

Page 17: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

17

Jadi saya kira memang usulan FPP yang langsung merubah struktur dan makna ayat (1) ini, sebetulnya hampir sama dengan usulan FKP dalam ayat (2) nanti. Padahal sebetulnya maksud yang ini adalah kita mau menetapkan dulu bahwa masya­rakat hukum adat ini dapat, yang tadi oleh FABRI ini 11 ber­hak11.

Saya kira tanpa mengurangi ini mudah-mudahan nanti kita lakukan penyesuaian, memang betul didalam penjelasan itu isi usulan FKP dan FPP itu, tapi karena sekarang kita mau menem­patkan masyarakat hukum adat ini dalam sebuah pengaturan bersama-sama dengan pengelola yang lain, barangkali wajar kita pertimbangkan untuk kita masukan dalam rumusan pengatu­ran di pasal.

Silakan Pak Menteri.

PEMERINTAH {MENHUTBUN}

Terima kasih. Kami dapat menangkap aspirasi yang timbul dalam diskusi

ini dalam usulan perbaikan. Memang kalau dikasih kata langsung 11 berhak 11 itu dia sudah dan bisa terus terang agak be rat ki ta, karena tadi disebut j uga oleh FKP, orang lain yang memanfaatkan, dia sih tidak, tapi orang lain yang nyojok-nyojok, kamu berhak ini, berhak ini, berhak ini, habis semua kita.

Kalau mau dipaksakan, berhak hak, tapi dapat diberi, jadi belum kalau mau ingin tetapkan kata-kata say a kira itu bahasa, masalah merumuskan.

ini mungkin dapat diberi tentu dapat diberi hak, "hak" ada di sana . Ta pi

Timuslah nanti yang

Itu mengenai setelah dapat tadi, tapi kalau bisa ya tetap saja.

Yang kedua mengenai masalah dari FPP, ini yang pertama i tu mengenai masalah mengakui adanya hak hukum adat. Se­dangkan yang butir 2 itu lebih banyak pengakuan karena tidak selalu ada, jadi diberikan mengenai masalah kepengurusannya.

Tapi mungkin kalau diperkenankan, karena dibelakang ini ada ahli hukum adat juga, supaya dia cerita sedikit Pak.

Silakan Pak Norman.

PEMER!NTAH (NARA SUMBER)

Terima kasih Pak Menteri. Bapak-bapak dan Ibu-ibu yang terhormat. Mengenai hukum adat ini sebenarnya dulu waktu UU

N0.5/1967 ini juga mengacu pada UU Pokok Agraria.

Page 18: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

18

Pertama, bahwa masyarakat adat ini sebetulnya sudah berubah. Demikian banyak menunjukan bahwa masyarakat adat ini sudah berubah, dan sekarang yang kita atur ini adalah yang masih belum berubah.

Jadi oleh karena itu didalam rumusan ini kita cantumkan kata menurut sepanjang menurut kenyataannya masih ada, dan ini sama dengan rumusan dalam UU Pokok Agraria. Karena kita tidak mengantisipasi lagi, misalnya masyarakat adat yang sudah berubah itu kita suruh kembali menjadi masyarakat adat, yang dulu disebut Paguyuban atau Prehgeneskap.

Jadi dalam hal ini jika masyarakat hukum adat ini tadi akan lebih dikukuhkan pada masa yang akan datang, ini tentu kita sudah, mungkin keluar dari cita-cita pendiri bangsa, bahwa kita ini merupakan satu bangsa, satu tanah air. Sehingga dengan demikian semua masyarakat adat ini sebetul­nya diharapkan melebur menjadi satu bangsa yang satu, tidak terikat lagi dalam kotak-kotak itu.

Jadi oleh karena itu disini dirumuskan sepanjang menu­rut kenyataannya masih ada, dan kita harapkan itu mungkin lama-lama berubah. Dan oleh karena itu dalam pelaksanaannya kita harapkan rambu-rambu tentang ini, tentu akan lebih ditegaskan, sehingga tidak ada lagi kita itu nanti akan kembali seperti apa yang sekarang terjadi di Halmahera Utara misalnya, masing-masing mengkaveling wilayahnya dan berke­lahi, dan saling bunuh.

Jadi oleh karena itu kita harapkan bagaimana masyarakat adat ini lama-lama yang melebur satu bangsa, sehingga disini ini kita memperkuat eksistensi itu sedemikian rupa, sehingga akan merugikan kesadaran bangsa.

Saya kira demikian untuk sementara dari kami, terima kasih.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih Pak Norman. Jadi kembali masalah berhak, diberi hak, dapat ini saya

kira mengenai ini. Kalau yang FPP tadi, apakah kita tetap taruh di ayat (2) ataukah ayat (1), saya kira itu tinggal teknisnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih Pak Menteri. Saya kira soal berhak tadi sudah diungkapkan, soal PP

nanti kalau bisa sepakat kita ramu secara runtut sehingga

Page 19: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

19

misalnya dibagian ini dulu, kita hanya menghantar bahwa dia dapat memperoleh semacam peluang begitulah melakukan ini, melakukan ini.

Oleh karena itu saya kembalikan kepada masing-masing Frkasi pengusul untuk kita putar lagi untuk kita lakukan penyesuaian berdasarkan perkembangan pembahasan kita.

Saya persilakan dulu FABRI.

FABRI (SUKA.'t\JDAR ARON, S.E.)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Memang perubahan kata-kata "berhak" disini tidak ber­

diri sendiri karena dikaitkan dengan "butir a". Jadi "butir a" itu, berhak melakukan pemungutan hasil hutan untuk pe­menuhan kebutuhan hidup sehari-hari.

Jadi mungkin pemahaman terlalu jauh dengan dimungkin­kannya terjadi penyalahgunaan, tetapi mengkaitkan dengan "butir a" ini tampaknya masih dapat mengalir.

Yang kedua, didalam kebutuhan sehari-hari itu pun nanti FABRI juga ingin meminta penjelasan kepada Pemerintah, batasan-batasan didalam keterangan atau didalam penjelasan UU ini, apa saja kebutuhan sehari-hari itu ? Apakah kebutu­han sehari-hari itu sampai dengan katakanlah kebutuhan­kebutuhan skunder, versier itu sudah dianggap juga kebutuhan sehari-hari ? Itu juga dikaitkan dengan kebutuhan seperti itu, sehingga kemungkinan meluaskan berhak itu bisa dieli­miner.

Namun demikian ini ada rekan yang masih ingin menambah­kan, silakan.

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

Terima kasih Saudara Ketua. Kalau ki ta mengacu j uga kepada UU Pokok Agraria dalam

Pasal 3 bahwasanya disana disebutkan ada hak wilayah, dan ini pun telah dijabarkan oleh Menteri Negara Agraria dalam Keputusan Menteri Negara N0.5/1999 dalam bentuk pedoman penyelesaian masalah hak ulayat masyarakat adat.

Jadi. menurut pendapat FABRI, sejalan dengan UU Kepmen ini maka tentunya ada hak adat. Kami berpendapat, kiranya kita sepakat tetap diberikan hak adat ini, tentunya hak ini bukan sewenang-wenang.

Kamipun berpendapat bahwasanya pada waktu FPP menjelas­kan pada DIM terdahulu tentang hak didepan, itu menjadi hak adat ini bukan dari tanah negara tetapi tanah hak. Kami berpendapat, bukan tanah yang dapat sernaunya dipindahkan,

Page 20: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

20

tetapi atas persetujuan ulayat atau adat. Demikian mungkin sebagai tambahan penjelasan dari kami. Terima kasih.

KETUA RAPAT

Kalau tadi dikaitkan dengan "butir a", kalau kita sambung ke 11 b 11 'kan sudah pengelolaan. Jadi kalau nanti kita bisa sesuaikan barangkali lebih bagus, sehingga jangan mengundang konotasi ini.

Memang ini kalau melakukan pemungutan hasil hutan ini kelihatannya seperti otomatis saja, kalau dengan rumusan begini 1 kan sudah hampir sama yang dikehendaki sebetulnya. Yang kita ingin agar adalah kalau hanya kebutuhan sehari­hari itu silakanlah, tapi yang dikehendaki FABRI 'kan sama maknanya itu, yang penting dia bisa pungut.

Baik, jadi nanti kita lihat lagi. FPP silakan.

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih Saudara Ketua. Dalam usulannya FPP setelah dalam pembicaraan diskusi

ini, ini sebenarnya sudah tertampunglah aspirasinya. Hanya penjelasan pasal itu rnaksudnya sebagian bisa diangkat menja­di Batang Tubuh, sehingga benar-benar masalah yang penting dan prinsip mengenai hukurn adat ini tidak cuma jelas di­penjelasan, tapi kalau bisa di Batang Tubuh itu 'kan lebih bagus. Tapi itu terserah nanti.

Jadi prinsipnya FPP materi substansi itu sudah tertam­

pung didalamnya. Kemudian kalau bisa saya lanjutkan dengan "butir b 11

barangkali, karena ini keterkaitannya dengan usulan mengha­pus tadi, apa bisa. Ini saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Silakan yang mau menambahkan dari FPP.

FPP (NY. Hj. CHODIDJAH)

Terima kasih. Kami menarnbah dari

Javas. Jadi ide dasar karena itu kalau masuk

rekan kami yang terhormat Pak dari FPP ini, karena ini UU. didalam Batang Tubuh secara

Masrur Oleh

jelas,

Page 21: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

21

ini merupakan satu konsekuensi tersendiri sebagaimana kita sepakat bersama untuk menampung secara jelas dari aspirasi masyarakat hukum adat itu sendiri. Sehingga disini ditulis­.kan didalam Batang Tubuh didalam salah satu pasal.

Kemudian berikutnya kami ingin mendapatkan satu penje­lasan dari Pemerintah tentang bahasa hukum, ini mohon maaf karena kami awam. Di dalam UU ini bahasa hukum yang ber­bunyi "sepanjang kenyataannya masih ada 11

, apakah itu dibe­narkan ? Dan apabila masih bisa dengan bahasa lain sebagai­mana konsepnya FPP, apakah tidak sebaiknya dipertimbangkan dengan konsep dari FPP didalam DIM ini ?

Ketiga, masalah kaitannya dengan penjelasan. Andaikata pada Batang Tubuh dalam Pasal 62, naskah lengkap dari FPP itu nantinya dapat diterima, rnaka yang masuk didalam penje­lasan ini hanya ada pada alinea dua, semacam stressing.

Jadi apabila satu dari unsur tersebut tidak ada, rnaka menurut kenyataannya baik menurut masyarakat hukum adat maupun hak-haknya dianggap tidak ada. Jadi ini rnerupakan satu penjelasan, ini usul dari FPP.

Keempat, kalau ini nanti bisa disetujui maka akan lebih tepat kiranya apabila tentang keberadaan masyarakat hukum adat sampai nanti mengikuti pada perkembangan ada salah satu unsur yang karena perkembangan zaman kemudian tidak dileng­kapi, sehingga sesuai dengan penjelasan dalam UU ini, maka yang lebih tahu adalah daerah. Oleh karena itu penetapannya nanti dengan Peraturan Daerah.

Ini pokok-pokok pemikiran dari FPP. Terima kasih Bapak Pimpinan, mudah-mudahan menjadi

bahan pertimbangan.

KETUA RAPAT :

Cocok itu Bu. Jadi alur pikirnya sudah sama, hanya sekarang butir walaupun kita belum bahas, butir a, b, c, itu kelihatannya koq bagus untuk tetap eksplisit, apalagi kepen­tingan sehari-hari dan segala rnacarn itu, sehingga biarkanlah ayat (1) ini untuk rnengantar a, b, c, dulu. Soal nanti substansi tambahan kalirnat dari Ibu tadi yang soal peran atas dan segala macam itu nanti kita bahas, apakah memang kita rnau paskan dalam pasal, kira rurnuskan sendiri sebagai satu ayat, itu barangkali bagus.

Saya kira karena rumusan FPP ini, kalau ini 'kan seo­lah-olah menghapus yang lain begitu lho. Kita setuju dulu sebagai penghantar bahwa rnasyarakat hukum adat itu ada peluang-peluangnya begitu dulu, nanti baru kita kita atur lebih lanjut.

Page 22: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

22

Saya kira kalau itu tidak apa-apa, alur pikirnya sudah sama, tadi Pak Markus mengatakan "yang penting kalau memang bisa di pasal, lebih bagus di pasal" karena ini sebetulnya rumusan penjelasan yang soal peran atas dan segala macam itu. Karena itulah yang jadi acuan kalau itu keberadaannya nanti ditetapkan melalui Peraturan Daerah, misalnya.

Saya kira kalau yang ini bisa sepakati. Baik, kita tampung juga barangkali pikiran lebih lanjut

dari teman-teman. FPDI silakan.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN}

Kami tidak keberatan Pak Ketua apabila Pasal 62 baru dari FPP ini kita bikin ayat dan itu ayat (1) .

Jadi dalam ayat (1) itu tentunya harus dilengkapi dan disempurnakan sesuai dengan penjelasan itu. Ayat (1) itu kita statemennya rnengakui keberadan masyarakat dengan ciri-ciri ini, ini, ini, baru ayat (1) RUU rnenjadi ayat (2) dan sete­rusnya.

Dan untuk perumusan lebih lenjut saya kira baiklah kita bawa dalam Panja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Panja katanya, dan selanjutnya FKP dipersilakan.

FKP (P.H.M. SIAHAAN}

Terima kasih. Bapak Ketua, Bapak Menteri, Ibu-ibu dan Bapak-bapak, Rekan-rekan kami pemerhati dan penggelut RUU tentang

Kehutanan ini. Kami sebetulnya mengerti sekali akan apa yang diinginkan

oleh rekan-rekan kami dari FABRI tentang kata hak ini. Sesuai dengan apa yang selalu dikemukakan oleh FABRI bahwa apa yang terbaik bagi rakyat itulah yang terbaik bagi ABRI, sehingga ini ditunjukkan haknya ini, tetapi sebetulnya kami juga mengerti bahwa hak itu sudah tersirat di dalarn dapat ini hanya dengan apa tadi yang telah dijelskan juga oleh Pemerin­tah, apabila dikemukakan dengan hak itu nanti akan mungkin

Page 23: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

23

memberikan akibat-akibat lain yang kurang menguntungkan. Itu saja sebetulnya permasalahannya.

Karena itu dengan penjelasan Pemerintah itu, kami juga percaya bahwa rekan-rekan kami ABRI yang ada di ruangan ini juga keberpihakannya kepada rakyat yang ada di ruangan ini besar sekali. Jadi dengan apa yang ada disinipun beliau akan mengerti bahwa cukup dengan dapat saja.

Yang kedua, kalau kita melihat pasal ini 1 a, b dan seterusnya, kita melihat bahwa dalam Pasal 1-a dan Pasal 1-b dikemukakan dulu dapat melakukan pemungutan hasil hutan dan dapat mengelola. Baru kemudian meeka yang dapat mengelola ini akan ditetapkan dengan ketentuan Pemerintah karena itu nanti untuk FKP pada bab berikutnya, kami memang mengemukakan tambahan usulan perubahan baru yang saya kira sebetulnya sudah dapat dibaca dan sebetulnya materi dari itu adalah materi yang mungkin dirisaukan oleh rekan kami dari FPP.

Sehingga dengan demikian kami ingin mengusulkan dan sekaligus menghimbau bagaimana kalau kita ikuti dahulu alur dari ayat-ayat ini sehingga mungkin pada bagian akhir kita tidak perlu lagi Panja, Timus tapi malah kita langsung setuju pada kebersamaan yang kita bicarakan berikutnya.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Jadi ada pikiran bagaimana kalau ayat (1) ini kita bahas

dulu bersarna-sarna dengan butir a, b, c nya dengan tarnbahan sehingga menjadi jelas, kalau memang sudah jelas nanti ba­rangkali sudah bisa langsung kita setujui karena toh ini hanya kalimat pengantar.

Saya kira itu perkembangan yang ada, selanjutnya saya minta Bapak Menteri.

PEMERINTAH :

Terima kasih. Kembali istilah hak, berhak dan diberi hak saya kira

kami tetap ingin hati-hati sekali. Pengalaman praktek di lapangan kalau memang betul ada

disana kami cepat sekali seperti di Sanggau, itu Dayak Punan, pasir kita langsung beri. Tapi ada praktek-prakterk lain seperti di Tapsel itu istilah empat puluh tidak ada ceritera kapan-kapan lsngsung ada marga tertentu mengklaim ini haknya.

Saya turun kesana langsung, ini ceritera sedikit saya bawa Bapak Djai dan satu Tim termasuk Tim Gubernur kebetulan

Page 24: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

24

saya datang ke kempung saya aga gambar nenek saya pakai bintang-bintang gede, nenek, raja, mangaraja gunung solik merapi. Ini mangaraja gunung salik merapi yang punya hutan semua ini adalah nenek saya, sekarang saya bergelar mangaraja gunung selik merapi karena saya terbesar laki-laki, saya berhak ini kalau begini, kalau nanti di Undang-undang bisa masuk ini hebat ini saya, tiba-tiba punya lahan nenek moyang saya. Itu bahayanya disitu padahal saya sendiri tidak pernah pulang ke kampung artinya seumur-umur baru barangkali baru itulah pulang ke kampung.

Jadi ini bahayanya, sekarang istilah empat puluh kacau kita, tiba-tiba ada Harahap atau Sitorus ini langsung klaim, Gubernur, Palnglima tidak bisa lagi abuk-abukan disitu.Jadi kira-kira kita mesti hati-hati.

Yang lainnya mengenai masalah yang diusulkan oleh FPDI itu sudah dimasukkan oleh FKP, dirinci sekali di halaman 175, itu tinggal penataan saja kita mau tahu itu Assalamu'alikum­nya satu atau Assalamu' alaikurnnya makhluknya <lulu apa yang kita inikan itu sya kira tingal sistimatik.

Istilah mengenai sepanjang kenyataan itu di Undang­undang Pokok Agraria berbunyi demikian, di Undang-undang Pokok Kehutanan 5/67 juga berbunyi demikian, jadi dari bahasa hukumnya ada memang itu.

Jadi sudah ada beberapa undang-undang yang menggunakan bahasa hukum demikian.

Mungkin itulah dari kami dan terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Saya kira saya aj ak untuk kita lanjutkan dulu sebelum

kita ketok ayat (1) ini, Bapak Dja'far?

FPP (H.M. DJA'FAR SIDDIQ):

Saudara Ketua, dan Rekan-rekan. Memang sya menganggap bahwa

masyarakat adat ini sama dan kita hutan adat, sudah kita akui adanya.

responsi kita terhadap sudah setuju itu adanya

Di dalam praktek selama ini, hak untuk memungut hasil hutan oleh masyarakat adat itu sudah diakui dan sudah ber­langsung yaitu bukan hak lagi tetapi sudah meruoakan kebia­saan dalam rangka memulai kebutuhan hidup sehari-hari.

Page 25: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

25

Yang menjadi masalah sekarang oleh mereka adalah tanah saya yang sekian ini kok dikapling HPH dan saya tidak bisa apa-apa, itu saja masalahnya.

Jadi aspeknya adalah SKIM ekonomi masa depan dan ki ta sudah setuju bahwa kita akan memberdayakan mereka dalam rangka membangun ekonomi ini.

Masalahnya sekarang saya kira bahwa keberadan, kehadiran masyarakat hukum adat itu ada yang sudah ada secara riil dan lengkap dengan institusinya. Ada yang setengah riil ada yang sudah tidak riil lagi.

Untuk supaya Pemerintah pusat tidak terjebak oleh berbagai macam hal-hal yang mungkin nanti unpredictable, maka penentuan keberadaan formalis dari masyarakat adat itu Pemer­intah Daerah melalui putusan Perda, artinya DPRD disana bersama-sama masyarakat hukum adat dengan tetua-tetuanya mengadakan perembugan. Perembugan ini menyangkut masalah luasan dan wilayah, kita sadar bahwa pada waktu yang lampau ada masyarakat aat yang tadinya tersebar sekarang di resitle­men dalam sebuah kawasan dengan hutan segala macam.

Masalahnya sekarang, apakah daerah yang tadinya dia berada yang sudah juga ada tanamannya tetapi setelah diresitle itu menjadi hak hukum adat atau bagaimana atau kita lebarkan itu daerah resitlemen mereka sampai kesana berapa ribu hektar dalam rangka SKIM ekonomi. Ini masalahnya.

OLeh karena itu saya anggap bahwa DPRD, wakil-wakil rakyat daerah berembug dengan masayrakat hukum adat untuk menentukan luasannya sebab disana akan terjadi nanti. Ini daerah punan, ini daerah bahau, ini daerah tunjun, ini daerah kayan, sebab mereka itu lintasnya lintas integral begitu ya sana kemari.

Penataan semacam ini tentu melibatkan kawan-kawan di daerah dan untuk mempermudahnya ada Perda, penetapannya dahulu dan setelah ditetapkan makanya mereka itu ikut serta pengakuan keberadaan hak-hak masyarakat hukum adat tersebut pada ayat (1) untuk menjamin keikutsertaannya di dalam pengu­sahaan hutan.

Jadi kalau sudah itu formal oleh daerah ada perdanya Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bisa memberikan hak untuk pengusahaan hutan dengan skim ekonomi bahkan dibantu oleh Pemerintah, kan ada kata-kata kita memberdayakan mereka.

Cuma sekarang kita coba, kita runtut, saya kira dalam satu pertemuan Panja saya kira bisa diatur serapi-rapinya, sehingga yang pertama adalah pada Pasal 1 adalah pengakuan, eksistensi dari masyarakat hukum adat itu bagaimana, itu saja dulu baru nanti hak-haknya, kuwajiban-kuwajibannya.

Saya itu tambahan saja dan terima kasih.

Page 26: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

26

KETUA RAPAT

Baik, Sebetulnya jaras itu nanti soal nanti pengakuan dulu

atau apa nanti kita tata kembali, tetapi kita ikut dulu alur ini untuk kita sepakati substansi-substansinya, nanti penga­turannya saya kira nanti ki ta di Panj a a tau di Timuus saj a misalnya kalau tinggal hanya tata letak.

Jadi kita lanjutkan dulu a, b, c, sekaligus saja supaya kelihatan alur pikirnya ini. Jadi kita lanjutkan dulu a,b,c, dari kata dapat titik dua itu, dilanjutkan dengan ayat (2) baru dari FKP, sehingga dengan demikian apa yang disampaikan Bapak DJa'far tadi sudah ketahuan apakah ayat (2) baru FKP nanti menjadi ayat (1) menampung ide asli usulan FPP bagian terakhir kalimat itu atau bagaimana saya kira itu tinggal kita sepakati saja itu kalau substansi sudah sama saya kira tidak susah lagi.

Dan oleh karena itu pertama barangkali yang ada perubahan-perubahan, saya persilakan dulu FABRI a,b,c-nya.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih Bapak Ketua. Memang benar apa yang disampaikan Bapak Ketua di dalam

ayat (1) ini memang tidak berdiri sendiri karena itu kekuati­ran dari butir b oleh FABRI dirumuskan lebih sederhana, karena pada waktu RUU itu pengelolaan itu disana mnetapkan wilayah, sehingga itu juga memang sudah dipikirkan.

Oleh sebab itu rumusan ABRI dibatasi kepada melakukan pengusahaan hutan di hutan ulayatnya yang berada di dalam kawasan hutan produksi sesuai dengan peraturan perundang­undangan.

Jadi pengusahaan tetap di dalam hutan produksi malah lebih sempit lagi, bahkan untuk yang butir berikutnya diberi­kan tambahan bahwa apabila ada usaha-usaha komersial tentu harus membentuk satu badan hukum seperti koperasi.

Dan butir berikutnya bahwa masyarakat adat berhak menda­patkan pemberhadayaan dalam rangka meningkatkan kesejahte­raannya.

Melalui dari uraian a, b dan c inilah maka sangat terba­tas sebetulnya hak itu, namun demikian apabila diharapkan butir b itu mengikuti alur berpikir pengelolaan ini memang menjadi lebih sweet apabila itu kata-kata berhak dicantumkan.

Oleh sebab itu agar lebih komprehensif di dalam pemiki­ran ini FABRI menyarankan dalam bentuk Panja.

Terima kasih.

Page 27: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

27

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

Tambahan. Berkait dengan disampaikan oleh rekan kami, kami

menambahkan sedikit penjelasan bahwasanya apa yang kami maksudkan dengan pemberian hak tadi itu, atau tadi pemerintah mengatakan dapat diberi hak, ini tetap dikunci oleh FABRI bahwasanya hak ulayat itu tidak sewenang-wenang. Ini terkait dengan DIM FABRI pada 36 terdahulu yang berbunyi kita memang memang masih pending "Penguasaan hut an oleh negara tetap memperhatikan hak ulayat sepanjang menurut kenyataannya masih ada dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional".

Jadi kami bermaksud jangan sampai karena sudah diberikan hak merasa sudah kuat, mari kita merdeka saja. Ini tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Demikian tambahan penjelasan.

KETUA RAPAT :

Baik. DI DIM 166 juga bapak sudah kunci juga daripada saya

balik yang di belakang saya lihat yang di depan saja. Baik, terima kasih Bapak Dalam dan selanjutnya saya

persilakan FKP lanjutan ini, silakan.

FKP (DJASMAN ISLAIML, SE)

Terima kasih. FKP di dalam butir a kurang sependapat dengan tambahan

kata untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Jadi FKP berkeinginan masyarakat adat itu jangan dapat

UMR saja, upah minimum rata-rata itu lho, kalau bisa dia jadi kaya juga. Jadi jangalah ditekankan hanya untuk kebutuhan hidup saj a kalau bisa dia berkembang lebih baik kan lebih baik.

Bagaimana Bapak Dja'far, setuju?

FPP (H.M. DJA'FAR SIDDIQ)

Sudah itu berlangsung pak

Page 28: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

28

FKP (DJASMAN ISMAIL, SE) :

Yang kedua, di dalam melakukan kegiatan pengelolaan hutan saya kira usul dari FABRI ini lebih baik karena disini ini ditarik lagi pada Pasal 20, Pasal 20 jadi tambah repot­lah, lebih j elas saj a dapat diberikan pri.da hutan kawasan produksi sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Ini lebih jelas, lebih mantap.

Dan pada c dari FABRI mendapatkan pemberdayaan, ini saya kira bukan tugas Departemen Kehutanan saja, juga Departemen Koperasi, ya Mendagri.

Jadi j angan dipaksanakan Departemen Kehutanan begini, saya kira ini dihapus saja karena dalam penyuluhan, pendidikan dan latihan itu kita ikut sertakan mereka kita suluh.

Dan yang terakhir kami dari FKP menambah ayat (2) untuk menentukan bagaimana sih maunya kita masyarakat adat ini. Baik saya bacakan, keberadaan masyarakat hukum adat sebagai­mana di maksud dalam ayat (1) harus memenuhi kriteria sebagai berikut

a. memiliki keterikatan hubungan darah. b. memiliki wilayah hukum adat tertentu. c. memiliki kelembagaan dan perangkat adat. d. memiliki pranata hukum adat yang masih ditaati.

Kalau kriteria-kriteria ini ada pada sekelompok manusia yang ada di hutan itu, Pemerintah Daerah nanti bisa menyata­kan bahwa inilah masyarakat adat, inilah luas hutan adat yang akan diberikan.

Sekian dan terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih selanjutnya saya persilakan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Saudara Ketua, Apa yang diusulkan oleh FKP menjadi ayat (2) baru saya

kira sama yang diusulkan oleh FPP, jadi itu nanti taruh di ayat pertama nanti pengakuan terhadap masayrakat adat itu.

Kemudian yang kedua, mengenai usul mengenai ayat a dan b ini memang FPDI tidak ada usul baru tetap, memang kita bisa bedakan dari a ini.

Page 29: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

29

Jadi a ini sebenarnya dia tidak memberikan nilai tambah di dalam dia mengambil hasil hutan, itu untuk kebutuhan hidup sehari-hari, ya ambil rot an, ambil kayu, ambil sayur dalam hutan dan sebagainya itu untuk kebutuhan sehari-hari.

Kalau untuk kepentingan bisnis dalam arti memberikan nilai tambah bagi hasil hutan itu, itulah ayat (2), dia masyarakat adat itu juga diberikan kesempatan melakukan kegiatan pengelolaan hutan.

Pengelolaan hutan itu tentunya ada syarat-syarat, ada badan usaha yang dia buat untuk memberikan nilai tambah hagi hasil hutan yang mau diambil.

Oleh karena itu bagi kami tidak perlu dipertentangkan kedua ini, kalau juga mau hapus yang sehari-hari, tidak masalah, kalau dipertahankan tidak masalah, yang jelas antar a,b itu ada beda, a itu tentunya dia bukan hidup sehari-hari tidak memberikan nilai tambah lebih lanjut kepada hasil hutan yang diambil tetapi kalau b itu sudah bisnis. Itu tentunya dia akan memberikan nilai tambah kepada hasil hutan pada saat diambil itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Kalaupun nanti disepakati bila perlu sehari-harinya saja

yang dihapus, kebutuhan hidup. Kalau makin meningkat kebutu­han hidup kan makin baik juga.

Baik, silakan FPP dulu. Jadi maksudnya bukan dalam pengertian menghapus, saya

kira kita cermati alur pikiran dari atas sampai ke bawah, dengan dengan demikian kita semakin dekat dengan ramuan air.

Silakan.

FPP (H.M. DJA'FAR SIDIK)

Baik. Pertama kita sadari bahwa masayrakat adat itu berada

dihutan lindung, berada di kawasan konservasi a tau kawasan pelestarian alam, berada di taman nasional seperti Mantarang, berada di daerah-daaerah suaka alam sekitarnya.

Keberadaan mereka disekitar itu mempunyai hak, haknya apa, hak memungut hasil dan hak ikut memanfaatkan kawasan lingkungan kalau mereka bergerak sebagai sesuatu usaha untuk memberikan kegiatan pariwisata eko tourist.

Page 30: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

30

Hak yang kedua adalah dalam rangka pemberdayaan mereka secara ekonomi masa depan kalau mereka berkeinginan kawasan itu karena kalau mereka itu berada di kawasan hutan produksi keberadaan mereka itu, maka mereka dapat memperoleh upaya usaha untuk mengembangkan satu kegiatan yang sifatnya bisnis namanya penambangan penanaman hutan juga dan disini letaknya bahwa ada aturannya, aturannya sesuai dengan aturan bagaima­na mempertahankan sebuah hutan yang lestari.

Oleh karena itu kita buat pertama eksistensi daripada keberadaan masyarakat adat dengan adanya hutan adat, kPdua hak mereka yang sekarang sudah melekat tetapi juga kaang­kadang tersangkut oleh karena mereka juga dilarang untuk menganmbil macam-macam oleh beberapa kalangan, hak mereka kalau mereka berada di hutan lindung hak ini,ini, ini, kalau mereka ada di sekitar hutan pelestarian hak mereka ini, hak pungut hasil hutan.

Yang kedua adalah kalau mereka berkeinginan untuk bergerak dalam penguasahaan hutan di hutan produksi, maka mereka diberi hak dengan aturan-aturan. Dengan demikian maka kedua kompon itu terpenuhi, saya kira ini dibuat alurnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik terima kasih. Jadi dri berbagai perkembangan ini brangkali yang perlu

kita sepakati dulu adalah kalau substansi alurnya saya kira sudah sama, tinggal barangkali kata-katanya FABRI.

Bagaimana kalau kita sesuaikan dengand dari depan, misalnya kata pengusahaan kita ganti dengan pengelolaan sesuai dengan ini, terus yang ulayat itu hutan adatnya, supaya sama saja dari depan karena toh hutan adat ya hutan ulayat juga betul tapi kita gunakan satu terminologi saja yang maksudnya memang sama.

Kalau itu kita sudah sepakati berarti substansi tidak ada perbedaan lagi, apalagi dengan rumusan butir b-nya FABRI sudah tadi disepakati, tinggal yang terakhir dari Bapak Dja'far.

Karena sudah dikunci dengan perundang-undangan, maka sebetulnya barangkali tidak perlu dibatasi hanya hutan produksi. Jadi pada lindung, pada konservasi silakan karena toh sudah dikunci dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka kalau dikonservasi dan lindung itu tentu sudah ada aturannya sendiri tentu akan ada yang membatasi haknya, tinggal itu persoalan.

Dan saya pesilakan selanjutnya Bapak Menteri.

Page 31: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

31

PEMERINTAH :

Terima kasih. Mengenai masalah sistematika,

saya kira mungkin termasuk TIMUS bahas kembali.

terminologi yang tadi itu lah itu nanti juga kita

Tetapi yang penting kami ingin menyampaikan bahwa pada dasarnya apa yang iita harapkan dalam Undang-undang ini, inti-intinya adalah pemberdayaan ekonomi rakyat.

Dalam prakteknya ini sebagian besar sudah ktia berikan, salah satu contoh di Sanggau. Orang dayak itu tahu persis mana batas-batas suku punan, kenya tahu dia, ini pohon ini batasnya bahkan kalau jalan di Daerah Irian, masuk sungai satu dia tidak mau melanjutkan ke sungai dua kaena itu daerah suku ini, bahaya dia masuk. Jadi percayalah kepada meeka.

Di Limbang Ganesha di Kalimantan Timur itu juga dia sendiri yang memetakan mana batas suku ini, mana batas ini terus menganalisa langsung plot itu kita serahkan termasuk pengelolaannya kepada mereka.

Karena ini masalahnya erat sekali dengan masalah budaya kalau kita bicara sukunya Bapak Dja' far Kalimantan Timur, itun budaya suku dayak dengan rotan itu dari lahir sampai matai ada kaitan dengan budaya, jadi dia tahu persis itu masalah-masalahnya.

Dalam prakteknuya juga tadi disebut boleh masuk tidak hanya di hutan produksi, hutan lindung malah lebih aman. Suku Baduy itu sebagian arealnya hutan lindung itu, malah dia yang menj aga hutan lindung. Suku Anak Dalam kita berikan kepada mereka, karena mereka lebih tahu dengan maksud bukan dikonsrvasikan mereka, kita tidak ingin suku dayak itu diksih daerah dipendam disitu untuk apa itu istilah Indian suku Indian diresorvasi, bukan itu, itu bahaya sekali nanti. Kan justru kita ingin memberdayakan, ingin meningkatkan.

Pemberian itu dalarn rnakna untuk memberdayakan mereka, bukan mengkonservasikan atau mereservasikan mereka.

Kalau dalarn prakteknya ke depan ini kita sudah melakukan peraturan demikian, siapa saja yang ingin melaksnakan hutan produksi apalagi hutan lindung itu minimal harus langsung menyerahkan 20% sahamnya itu kepada usaha penduduk lokal atau masyarakat sekitar lokal dengan opsi 1% setahun, otomatical­ly, sehingga pada 135 tahun 55 persen sudah milik mereka sepenuhnya dan dengan demikian pengusaha itu nanti maksimum 25 karena 10% BUMD, 20% BUMN.

BUMD itu maksudnya Pemerintah Daerah ikut mengawasi karena nanti kalau Pemerintah Daerah tidak ikut mengawasi,

Page 32: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

32

tidak ikut mempunyai saham dalam pengelolaan ini, masalah neraca sumber daya tidak bisa kita hitung.

Dengan melibatkan Pemerint Daerah, kita bisa Pemerintah Daerah melihat terus aspek neraca sumber daya perusakan ini, selama ini tidak ada, mereka seenaknya saja pusatnya di jakarta, Gubernur manggil paling Satpam yang hadir di Kantor Rapat Daerah.

Dengan memberikan Pemda ini, kita juga menjaga aspek pengaturan neraca sumber daya yang kita berikan. Jadi dengan demikian pada dasarnya sebetulnya kita ingin sewaktu-waktu itu konsepnya demikian.

Biarlah pengusaha-pengusaha industri itu down streem dia konsentrasilah ke down streemm, masalah industri pulp konsertasi ke pabrik, ·masalah kayu itu silakanlah pada rakyat setempat, tidak ada pabrik rokok nanam tembakau nanam cengkeh sendiri, itu tidak efisien dan dalam konsep ekonomi.

sendiri atau tidak benar

Yang sekarang ini tidak, dia pemilik HPH dia punya 5 juta hulu hilir, itu tidak efisien pengusaha ini dan ini umumnya bisa diterima oleh para pengusaha karena dengan demikian dia terhindar dari masalah pencurian kayu, dia terhidar dari masalah kebakaran, harga kayunya lebih murah dengan demikian masalah sosial costnya lebih rendah, jaminan bahan baku itu sub contacting multy sourcing istilahnya.

Jadi kosep-konsep kedepan itu kita harapkan nantinya seluruh hutan ini dikelola oleh masyarakat, itu yang kita harapkan dan tentu dalam masyarakat ini pengertiannya adalah terutama lokal dan sekitar. Jadi lokal siapa, kita tidak terlalu menekankan ulayat atau ini karena juga banyak penda­tang yang sudah puluhan tahun. Di Banjarmasin itu suku banjar itu bukan suku ini, suku Bugis, Samarinda seberang, apa tidak diakui keberadaannya disitu kalau dia dianngap bukan dia tidak berhak suku bugis samarinda t

Page 33: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

33

kami sendiri melihat semua ini agak sulit juga, mungkin Timus a tau Panj a saya kira. Mungkin Panj a Pak, kami usul Panja karena ini sangat mendasar karena inilah pemberdayaan rakyat itu disini tempatnya nanti, substansi pemberdayaan rakyat. Yang mengenai apakah pengelolaan dulu karena itu sistimatika, pengelolaan lebih tinggi daripada pemanfaa­tan. Itulah dari kami Pak, jadi mungkin kita bawa di Panja karena tidak ada perbedaan yang prinsipil.

Kemudian mengenai masalah yang 11 b 11 itu melakukan kegia­tan pengelolaan hutan itu pada tingkat unit Pak , jadi bukan pada tingkat nasional karena unit-unitnya kan, unit itu kalau yang Pasal 20 itu kan tingkat nasional. Jadi tingkat unit satu KPHP, jadi itu tingkat unit.

Itu saja saya kira yang ingin kami tambahkan, jadi kami sarankan kalau bisa kita Panjakan untuk kita renungkan sistimatikanya, bahasanya, aspek hukumnya supaya dia betul­betul menjadi keputusan yang sangat solid.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Untuk sekaligus saya kira dengan penjelasan Pak Menteri

sudah semakin jelas kita. Saya ajak kita lanjutkan dulu.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Saya ada tambahan bisa ?

KETUA RAPAT :

Sekaligus bulatkan <lulu.

saja Jadi

nanti, kita

maksudnya supaya bulat, l~njutkan <lulu butir 166,

kita 167

sehingga dengan dernikian nanti kita secara bersarna-sama akan kita cermati. Nanti ketika itu Pak Markus bisa sekaligus masuk barang itu untuk dibulatkan sekaligus.

Baik, jadi sekaligus 166, 167 silakan Fraksi ABRI dulu.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih Bapak Pimpinan, Bapak-Ibu hadirin sekalian, Pada DIM 166 Fraksi ABRI hanya mengusulkan penggantian

kata-kata, "pernyataan" ini diganti dengan "pengukuhan" sesuai dengan bahasa-bahasa yang digunakan di dalam undang-

Page 34: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

34

undang ini selanjutnya Walikotamadya diganti dengan Walikota ditambah dengan DPRD, ini dalam artian kongkritnya Perda.

Saya bacakan seluruhnya " Pengukuhan keberadaan masya­rakat hukum adat dulakukan oleh Bupati atau Walikota setem­pat bersama-sama DPRD dalam bentuk Peraturan Daerah.

Adapun untuk DIM 167 Fraksi ABRI menyatakan tetap. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Jadi kalau Peraturan daerah berarti Bupati dengan DPRD.

Nanti kita atur kalimatnya supaya strit to the point. Karya, silakan.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

Terima kasih, Sebenarnya usul dari Fraksi ABRI tadi cukup baik cuma

FKP masih menyatakan bahwa pernyataan, jadi bukan penguku­han tapi sisinya sama dengan Fraksi ABRI. Saya kita itu saja Pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjutnya PP, silakan

FPP (IR. HR. SOELAIMAN)

Terima kasih, Karena pada ayat (1) FPP sudah membuat konsep yang

mencakup point 1 dan point 2 , maka disini di ayat (2) ini diubah dengan kalimat "pangakuan keberadaan dan hak-hak masyarakat hukum adalah tersebut pada Ayat (1) untuk menja­min keikutsertaannya dalam pengusahaan hutan dan pemungutan hasil hutan, jadi konsekuensi dari DIM FPP yang sebelumnya.

Terima kasih.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Tambahan Pak

KETUA RAPAT

Silakan

Page 35: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

35

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Terima kasih, Sebagaimana tadi tel ah disampaikan oleh rekan kami,

Bapak Ir. H.R. Soelaiman bahwa menurut hemat FPP kalau di dalam konsep DIM ini pernyataan keberadaan masyarakat hukum adat, FPP berpendapat lebih menguatkan lagi yaitu dengan pengakuan keberadaan dan seterusnya. Jadi kalimat pernyataan diganti dengan pengakuan lebih kuat.

Teriam kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Khusus pernyataan sudah jadi ada 3 alternatif. Pernya­

taan, pengukuhan, pengakuan. Selanjutnya POI

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Ada tiga istilah disini saudara-saudara yang berbeda pernyataan, pengukuhan dan pengakuan artinya sejauhmana istilah-istilah ini tidak membuat Pemerintah Daerah ikut campur di dalam keberadaan masyarakat hukum adat ini bahwa mereka sudah ada, tinggal sekarang apakah mau dikukuhkan, dinyatakan atau diakui jangan sampai ada istilah-istilah yang dalam rangka ini Pemerintah ikut campur untuk menentu­kan dan sebagainya, itu yang saya kira kita harus hati-hati. Saya tidak tahu mana bahasa yang cocok, kalau pernyataan mungkin dua istilah ini pengukuhan dan pengakuan itu barang­kali yang lebih dekat mengenai istilah itu, terserah mana yang baik.

Rumusan Fraksi ABRI dan FKP mengenai Perda, memang perlu Perda itu kalau memamg perlu tapi barangkali rumusan FKP yang lebih kongkrit, pendek tapi tegas, melalui Perda, nah kita tahua Perda siapa yang bikin Pak, yaitu Kepala Daerah dan DPRD jadi tidak perlu sebut lagi. Kalau melalui Perda kita sudah tahu yang buat Perda itu siapa.

Nah saya lihat juga ada kehati-hatian daripada rumusan Fraksi Persatuan tidak menyebut mengenai Pemerintah Daerah barangkali dalam kaitan itu, jangan takut-takut nanti Pemer­intah lagi ikut campur ke dalam. Jadi apa namanya dapat dimengerti juga itu Ketua.

Terima kasih

Page 36: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

36

KETUA RAPAT

Baik, PP-pun Perda Pak karena sudah ditaruh di atas itu, jadi

substansi.nya sama tidak ada beda. Baik Pak Menteri mudah­mudahan dengan demikian nanti akan kita bulatkan seluruh ayat ini.

Silakan Pak.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih Bapak Pimpinan, Tentang istilah pengukuhan, pernyataan,

pengukuhan keberadaan, pernyataan keberadaan, keberadaan ini saya kira bahas hukumlah nanti minta ini mana yang peling kena.

pengakuan, pengakuan

yang kita

Usul dari yang terakhir memang paling enak, paling enak itu nanggapi terakhir Pak, setelah dengar semua baru kita ambil kita menyimpulkan, enaknya disitu.

Jadi tadi dari situ semua saya bisa menangkap diantara­nya menyimpulkan dari Fraksi PDI tadi yang bicara. Jadi dia coret Kabupaten, Kota, saya kira kami setuju jadi dengan demikian rnelalui Peraturan Perda tapi ada embel-ernbelnya tadi dari Fraksi PDI supaya j angan pernerintah yang ikut carnpur karena itu karni rasa perlu ditarnbah penjelasan, jadi untuk memastikan perlu penelitian hukum, ini lernbaga yang abritasenya tentu entah dia menggunakan Perguruan Tinggi. Sebelurn sarnpai ke Perda itu kan harus ada setiap ini Akadem­ic excercise-nya mungkin di penjelasan harus diberikan ini jadi tidak sewenang-wenang rapat, perda bikin begitu, jadi setiap penentuan itu harus diikuti itu mungkin ditaruh di penjelasan untuk memastikan dulu adanya penelitian hukurn.

Terirna kasih Pak

KETUA RAPAT :

Saya kira fraksi-fraksi bisa langsung menerima soal penelitian hukum tadi dalm penjelasan. Bisa ya ?

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Artinya penelitian itu jangan sudah ada, tetapi diku­rangi, jangan tidak ada diadakan itu kan karena masalah tanah ini ada hak tidak ada diadakan kaya yang Bapak di Sumatera Utara itu. Ya itu penjelasan Pak Menteri tadi kan ada yang kernarin itu. Terirna kasih.

Page 37: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

37

KETUA RAPAT

Silakan Pak

FPP (HM. DJA'FAR SIDDIQ)

Saya kira memang mengapa yang diinginkan oleh Pak Menteri itu memang begitulah nantinya agar supaya keputusan PP itu memiliki nilai kebenaran dan wakil-wakil rakyat punya dasar yang sudah memang secara formalistik hukum diakui itu, jadi tidak dalam kerangka untuk bagaimana merekayasa tetapi bagaimana membenahi. Sebab kalau nanti anggota-anggota DPR yang tidak tahu masalah kemudian ikut-ikut tanpa dasar penelitian hukumnya itu juga repot, saya kira itu benar.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, Jadi ini penegasan, dengan demikian Bapak/Ibu dan

Saudara-saudara sekalian apakah bisa saya ambil kesimpulan bahwa pembicarana kita terhadap DIM Nomor 163 sampai dengan 167 selruhnya kita bawa ke Panja ?

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Ada tambahan Ketua, Yang saya tadi minta coba di ayat (1) tadi diturunkan.

Ini saya ada tambahan ayat (1) ini a, b, c diilhami oleh apa yang dijelaskan oleh Pak Djafar seperti umpamanya di hutan lindung, hutan konservasi yang disitu ada kegiatan jasa untuk turis dan sebagainya. Jadi bisa dia turis, bisa dia guide terhadap turis di dalam hutan apakah itu hutan lin­dung, hutan konservasi dan macam-macam juga bisa barangkali bisa bikin tempat penginapan yang sederhana orang asing kan suka itu Pak bahkan di hutan lindung ia bikin tempat ting­gal, rumah yang rumah adatlah di dalam hutan atau di atas pohon. Oleh karena itu saya kira perlu ditambah satu ayat disini, jadi kalau dapat melakukan kegiatan jasa dalam kawasan hutan. Jadi dia restoran nanti rumah dan sung sekarang Pak Djafar.

KETUA RAPAT :

jadi guide, turis, mungkin ada sebagainya dan itu sudah berlang-

Jadi tadi sudah dikatakan Pak Menteri bahwa itu terjadi di unit-unit pengelolaan.

Page 38: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

38

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Apa itu masuk situ Pak ?

KETUA RAPAT :

Ya masuk Pak, kawasan konservasi boleh ada.

Ya silakan

jadi kalau di hutan di zona pemanfaatan

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

li~dung atau di itu segala macam

Kalau saya, supaya lebih merangsang masyarakat adat itu bisa barangkali lebih kalau bisa eksplisit tapi terserah itu. Karena disini kan umumnya kalau melakukan kegiatan pengelolaan hutan ya kayu, terkait dengan kayu ini Pak umum nya.

KETUA RAPAT :

Saya kira ditambah di Penjelasan boleh itu Pak karena kalau kita eksplisit akan panjang karena masing-masing unit itu ada kegiatan-kegiatan yang boleh yang tidak itu sudah diatur semua dalam peraturan yang ini maupun yang di konser­vasi.

Jadi saya kira tadi yang dikunci oleh Fraksi ABRI Peraturan perundang-undangan itu Pak, itu sebetulnya mengacu ke undang-undang lain yang tentunya di unit-unit pengelolaan tertentu. Saya kira itu nanti akan kita cermati sehingga kita mungkin Pasal 20 ini akan kita sempurnakan bukan menga­cu ke situ tapi kepada Peraaturanpeundang-undangan yang berlaku, apalagi kalau kita rubah unit Pak, unit kan ada di kawasan ini segala macam.

Okey saya kira dengan demikian apakah

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Saudara Ketua, Barangkali ityu perlu taruh dalam Penjelasan supaya

merangsang kegiatan ini.

Page 39: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

39

KETUA RAPAT :

Jadi dimasukkan ke unit pengelolaan nanti itu bisa pada unit ini ini ini, kegiatannya antara apa ini,ini, ini begitu bisa.

Okey kita catat dan kita ingat bersama itu untuk kita bahas lebih lanjt di forum Panja.

Dapat kita sepakati ini ?

(RAPAT : SETUJU)

Terima kasih Jadi keputusannya adalah bahwa Pasal 51 naskah beserta

seluruh usulan fraksi-fraksi kita bahas lebih lanjut di Panja.

Baik, Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian, Lansgung kita masuk sekarang ke Bab berikut, baik

terserah kepada kita ada bunyi-bunyian apakah kita bahas sekarang Bab baru yang daripada yang gampang-gampang dulu kata Pak Menteri. Sebetulnya Litbang juga gampang karena tidak ada soal ini, sehingga kita jangan terlalu sampai ke ekornya padahal yang di tengahnya belum.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Kalau peran serta masyarakat kanapa ?

KETUA RAPAT

Ya, sama saja tidak ada masalah mana yang kita mau duluan saja.

KETUA RAPAT

Kita ikut dulu RUU Pak.

KETUA RAPAT :

Okey, silakan Kita ikut dulu RUU walaupun ada juga nanti yang tidak

kit~ ikutin begitu tidak apa-apa, kesepakatan saja. Baik,

Page 40: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

40

Kita lanjutkan dulu Pasal, butir 168. Butir 168 ABRI hak dan kewajiban oh ya ada perubahan.

Silakan Fraksi ABRI

FABRI (SUKANDAR ARON I SE)

Terima kasih Bapak Pimpinan, Dalam judul Bab ini Fraksi ABRI mengusulkan untuk

merubah BAB IX atau bab berapa nanti terserah bahwa peran serta masyarakat diusulkan untuk diganti hak dan kewajiban masyarakat karena dalam butir-butir pasal ini mengatur hak dan kewajiban.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih, Saya lanjutkan dengan Fraksi-fraksi lain yang tetap. Yang pertama adalah Fraksi PDI, peran serta masyrakat

atau hak dan kewajiban.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Saudara Ketua, Yang sudah populer peran serta masyarakat sehingga kami

dalam DIM ini tetap itu memang sudah populer itu sehingga kami lebih milih memakai kata peran serta daripada hak dan kewajiban.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Apalagi di pasal yang kita bahas sebelumnya sudah ada ayat-ayat hak, jadi mudah-mudahan nanti.

Silakan Persatuan Pembangunan

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih, Jadi ini FPP Juga di dalam DIM-nya tetap sama dengan

pemerintah, jadi tidak perubahan Pak. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terakhir Karya

Page 41: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

41

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

Terima kasih, Dari FKP tetap. Menanggapi usul Fraksi ABRI, dari FKP

mengerti kenapa Fraksi ABRI mengerti, kenapa FABRI memakai ka ta hak dan kewaj iban, karena kehidupan sehari-hari ABRI dij iwai oleh hak dan kewaj iban. Sebagai contoh kenapa Pak Rudini menolak diberi penghargaan karena kewajibannya belum selesai. Oleh sebab itu kita mengerti kenapa Fraksi ABRI mencantumkan hak dan kewwajiban. Tetapi ABRI juga harus tahu hak dan kewaj iban diiringi oleh sanksi, ada hukuman disi­plin, hukum apa sehingga kita melaksanakan kewajiban benar­benar. Disini k.i.ta bicara masalah masyarakat, bukan ABRI. Jadi kalau masyarakat itu diberi sangsi kan tidak bagus, lari dia nanti, ABRi dengan masyarakat menjadi satu. Oleh sebab itu tetaplah ini menjadi hak dan kewajiban.

Terima kasih.

FKP (PROF. DR. DRH. FREDERICK FATA SUMBUNG)

Tamhahan Pak Ketua, Jadi mendukung rekan kami dari FKP tadi bahwa judul ini

tetap, saya kira kita di dalarn undang-undang ini ingin rnenonjolkan peran rnasyarakat itu dan memang itulah aspirasi­aspirasi yang muncul sehingga dengan juga memberikan judul Bab peran serta masyarakat maka itu akan lebih memebuka diri kita bahwa kita sudah memperhatikan betul ini peran serta masyarakat, mungkin itu tambahan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, tidak perlu diperkuat mohon dimaklumi Pak Dalam, senior bernostalgia.

Baik Pak Menteri silakan

PEMERINTAH (MENHUTBUN}

juga sudah kuat. Jadi ini lagi rindu saja, mau

Saya kira tidak ada perbedaan dan saya bisa juga me­nangkap yang disampaikan oleh FKP memang lain kalau sudah purnawirawan sama yang belum purnawirawan. Nanti kalau Bapak pindah kesana pasti ngomongnya masyarakat Pak, disana hak dan kewaj iban. Jadi kita maklum, kita kan bawah setengah. Bukan maksudnya mengadu domba, bukan.

Page 42: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

42

Bapak-bapak sekalian, Ini kata-kata karni inginkan sekali sangat rnerupakan

kata-kata kunci peran sertaa rnasyarakat karena peranserta rnasyarakat dalam konteks pernbangunan ekonomi sekarang ini merupakan koreksi terhadap sistem peernbangunan ekonomi lama. Peran masyarakat ini sebenarnya besumber dari kata partys­pesien development people fist development comodity develop­ment, semua itu mengoreksi yang disebut sietem pertumbuhan tigh down efek tadi. Jadi peran masyarakat inai adalah people development atau partisition, jadi pengertiannya disitu, jadi saya kira ini kata-kata peran serta masyarakat dari kata partisi [asi yang di dalam payung kita kemarin ditaruh oleh Pak Markus kata-kata partisipasi masyarakat. Jadi ini wujud daripada statement daripad payung kita kema­rin itu partisipasi masyarakat. Mungkin peran serta ini bahasa lain daripada partisipasi masyarakat. Jadi karena ini nantinya mengalur sernua dia kepada ekonomi rakyat . economic dan segala macarn. Ini sekaligus sesuai dengan hukum adat, hutan adat, hutan wilayah segala macam, jadi mengkait dalam satu sistem. karena itu kami cenderung itu tetap peran serta masyarakat, peran serta aktif masyarakat a tau peran serta masyarakat saya kira itu bahasa yang dipakai dalam istilah­istilah perekonomian.

Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Saya sebetulnya segan juga untuk mengembalikan, apa kembalikan saja.

Silakan Pak.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih Pimpinan, Memang untuk rumusan DIM ini Fraksi ABRI mengacu kepada

pasal 52, masyarakat berhak. Jadi memang keinginan ABRI bagaimana kita semua mewujudkan hak masyarakat itu. Jadi selain hak sebagaimana dimaksud ini hak semua. Selanjutnya di dalam Pasal 53 masyarakat berkewajiban, jadi kita juga ingin memberikan pemahaman bahwa setiap hak itu diikuti dengan kewajiban. Namun dmeikian apabila makna kata-kata peran masyarakat itu lebih ditampilkan untuk memberikan iklim suasana di dalam partisipasi masyarakat karena memang

Page 43: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

pada hakekatnya kat, Pemreintah itu Fraksi ABRI

43

pembanguan itu kan itu menciptakan satu tidak berkebaratan.

Terima kasih.

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

dirasakan oleh masyara iklim. Dari hal seperti

Kami terima kasih kepada Pemerintah maupun FKP ternyata kami ingat dekat kampung saya ada pepatah rnengatakan Iyo kandi urang lalukan di awak. Saya juga tidak tahu barangkali sesepuh saya bisa ditanya. Jadi kami memahami Fraksi ABRI memang menginginkan rakyat itu diberikan kata-kata yang lugas karena mernang kalimatnya itu hak dan kewajiban isinya. Namun kalau rakyat berpendapat kalimat ini yang lebih baik, ya kami tetap legowo.

KETUA RAPAT :

Baik, dengan demikian saya kira butir 168 kita tetap. Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian, Kita lanjutkan dengan butir 169. ABRI hanya penyesuaian nomor pasal, PP ada kata "dari"

diganti 11 oleh 11•

Silakan PP

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Terirna kasih Ketua, Ketua, Menteri dan Bapak- I Bu sekalian yang saya hor­

mati, Disini nampaknya PP hanya mengganti kata "dari" itu

dengan 11 oleh". Jadi lengkapnya "masyarakat berhak menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan oleh hutan". Jadi produk-produk yang dinikmati itu rnernang dihasilkan oleh hutan bahwa sebagian itu bisa diarnbil dibawa dari hutan tetapi sebagian tidak bisa dibawa dari hutan. Saya saja sumber air, tata air, kesuburan tanah, udara yang sejuk itu semua yang bisa kitanikmati tetapi juga produk-produk hutan yang lain itu bisa diambil dari hutan. Jadi yang menghasil­kan adalah hutan. Oleh karena itu tekanannya adalah dihasil­kan oleh hutan.

Terima kasih.

Page 44: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

44

KETUA RAPAT :

Bagaimana Pak Menteri kalau kita langsung Ahli Bahasa saja, bagus juga kalau kata ini, karena memang kalau sepin­tas disini dikatakan oleh atau dari hilang juga tidak ada masalah.

Silakan ahli bahasa, butir DIM 169.

PEMERINTAH (AHLI BAHASA}

Terima kasih Pak. Dengan mengganti "dari" dengan "oleh", seolah-olah

hutan itu melakukan sesuatu. Tapi kalau dihasilkan dari hut an hanya tidak

kelihatannya hutan itu kita memetik hasilnya,

salah secara gramatika.

tidak melakukan sesuatu tapi dan pemakaian "dari" disitu

Yang dihasilkan hutan lebih tepat.

KETUA RAPAT :

Bagaimana kalau kita langsung setuju 11 oleh 11 dan 11 dari 11

itu dibuang dua-duanya, setuju.

RAPAT SETUJU

Baik, jadi 170, 171 adalah poin yang tetap, kita ketok ya.

Baik, namun demikian karena ini hari Jum'at, saya mau tanya dulu saya tidak mau salah, makan siang sudah siap apakah pukul 11. 3 o, OK pukul 11. 3 o, j adi Sj ahrani sabar dulu.

Baik 172 ada ralat dari FPP butir c itu berperanserta dalam pemberian informasi, saran dan, oh ada kata "dan" dan pertimbangan dalam pembangunan, OK.

Silakan FPP.

FPP (Drs. M. SYAIFUL MASJKUR}

Maaf ini ralat b itu Pak. Dihalaman 178 itu ralat untuk b, hanya menambahkan kata

"hutan" setelah "peruntukan". Jadi mengetahui rencana perun­tukan hutan dan pemanfaatan hasil hutan, jadi penambahan kata "hutan" saja.

Itu ralat b yang ada dihalaman 178.

Page 45: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

45

KETUA RAPAT :

Ralat "b" itu apa bagaimana, kita tidak sudah ketok tadi.

Mengetahui rencana peruntukan dan.

FPP (Drs. M. SYAIFUL MASJKUR)

Mengetahui rencana peruntukan hutan dan pemanf aatan hasil hutan, cuma ditambah kata "hutan" saja.

KETUA RAPAT :

Tidak usahlah ya, tidak prinsip.

FPP (Drs. M. SYAIFUL MASJKUR)

Hanya memperjelas saja.

KETUA RAPAT

Oke, tidak ada masalah b, tapi c itu ada kata "dan" menurut catatan saya, tidak kalau dicabut yang kita.

Jadi b tetap, "d" -nya juga tetap, FKP substansinya dipindahkan ke Bab Pengawasan.

Silakan FKP.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE}

Terima kasih. Kita berpendapat bahwa pengawasan disini ini dimasukkan

kepada Bab Pengawasan tersendiri, jadi itu tertera pada halaman 159 sampai 162, jadi tidak usah disini, disini dihapus saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, FKP mencermati butir d karena kita sudah sepakat masuk ke pengawasan, kita sepakat ada Bab Pengawasan, apakah ini cocok dibawa ke Bab Pengawasan, saya tawarkari ke Fraksi­fraksi.

FABRI silakan.

Page 46: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

46

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

FABRI tidak ada masalah untuk dimasukkan didalam peran serta masyarakat maupun didalam pengawasan. Perlu dikaj i bahwa didalam peran serta masyarakat apabila dicantumkan paket disana itu bisa juga lebih terbaca bahwa masyarakat lebih intens dalam memberikan pengawasan. Sedangkan penga­wasan secara umum itu adalah pengawasan dalam kaitan manaje­men dari pihak-pihak yang lain, saya kira itu akan lebih bagus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, dobel tidak apa-apa begitu kata FABRI. FPP silakan.

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Terima kasih Bapak Pimpinan. Didalam DIM 173 butir d ini, FPP masih menganggap tetap

perlu dicantumkan disini, kendatipun FPP juga mengusulkan ada Bab tersendiri tentang pengawasan, kami menggarisbawahi apa yang disampaikan FABRI.

KETUA RAPAT :

Baik, FPP giring FABRI. FPDI silakan.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

DIM 173 melakukan pengawasan, saya kira juga tidak ada masalah kala_u kita juga cantumkan disini, karena ini juga merupakan satu hak masyarakat untuk mengawasinya. Karena memang disini juga satu kelemahan dalam kenyataan masyarakat sekitar hutan itu tidak mempunyai hak apa-apa semua itu menjadi hak pemegang HPH.

Jadi kami sependapat apabila ini tetap disini, jangan dipindah ketempat lain.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya, substansi

jadi FPDI juga bahwa ada pengawasan juga silakan, ini biar disini, saya sebenarnya ingin tanya

Page 47: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

47

langsung saj a FKP ini, kalau langsung setuj u ki ta ketok daripada tanya Pak Menteri lagi, rnisalnya kalau ada.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE}

Kalau alasannya tadi FABRI dobel boleh, sebenarnya FABRI itu tidak boleh dobel-dobel, tapi kita berpendapat juga pernikiran FABRI yang baik ya kita dukung.

KETUA RAPAT :

Pak Menteri, FKP setuju untuk dicabut ini usulan, sehingga kernbali.

Silakan Pak.

PEMERINTAH (MENHUTBUN}

Maaf FKP ingin tetap disini atau pindah ke pengawasan, tetap disini.

Kami sebetulnya rnenarnpung kedua-dua usul sebetulnya, disini ki ta taruh saj a ini, nanti di Bab Pengawasan i tu

.adalah gugatan perwakilan macam-macam budaya masyarakat. Jadi kita ikutkan macam-macam hak ini kan hak masyarakat, jadi lebih banyak lebih baiklah, kalau disini ada nanti di pengawasan ada lagi, jadi partisipasi masyarakat itu ditam­pung berarti dua-dua tertampung.

lagi ( 2)

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, dengan demikian kita 173 tetap. Terima kasih.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN}

Ini barangkali ada usul tambahan walaupun tidak ada kemudian berkembang rnengenai masalah apa namanya ayat

ini, kan didepan kalau tidak salah menyangkut mengenai masalah soal inforrnasi itu. Di butir c berperan serta dalam pemberian informasi tetap, sedangkan hak informasi tentang hutan itu juga ada pada rnasyarakat. Artinya dia berhkan memperoleh inforrnasi bukan hanya mernberi inforrnasi tapi memperoleh informasi tentang kehutanan, apa sudah diatur di depan atau tidak, makanya bisa ditarnbah disini kalau mernang belum didepan saya bolak-balik cari-cari, karena itu usul FPDI, saya lupa itu dimana, bisa 2 d.

Page 48: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

48

KETUA RAPAT :

Jadi di c ada pemberian informasi.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

Ya itu hanya pemberian informasi, sedangkan sebaliknya berhak untuk rnemperoleh informasi.

KETUA RAPAT

Mengetahui rencana peruntukan dan pemanfaatan hasil hutan bukan informasi atau dirubah ini.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

Itu hanya sebagian kecil saja, kan informasi kehutanan bukan hanya itu, lebih luas tentunya.

KETUA RAPAT

Jadi memang kemarin kita sepakat soal itu, apakah di c dia, di c digandeng begitu.

FPDI· (Drs. MARKUS WAURAN)

Di c digandeng saJa.

KETUA RAPAT :

Coba-coba rumusan kalau Bapak bisa, lebih bagus di c.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

Setiap peran masyarakat dapat memperoleh dan memberi informasi.

KETUA RAPAT :

Atau kita buat d baru.

FKP (Drs. H. AMIN IBRAHIM, MA)

Interupsi Pak Ketua. Dari FKP lebih baik di b itu, jadi mengetahui perenca­

naan peruntukan dan pemanfaatan hutan serta informasi kehu-

Page 49: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

49

tanan, di b saja.

KETUA RAPAT :

Jadi ada mengetahui rencana peruntukan dan pemanfaatan hasil hutan serta informasi kehutanan, langsung saya tawar­kan saja, serta informasi kehutanan.

FPP (HM HARMINTO AGUS PURWOTENOYO, BA)

Prinsip kami dapat menyetujui substansi ini, hanya sekedar apa, sekedar pembenahan kalimat saja, mengetahui rencana peruntukan koma pemanf aatan hasil hutan dan informa­si kehutanan, dannya dipindah ke belakang.

KETUA RAPAT

Kalau lebih sempurna barangkali ya tadi yang ralat FPP itu mengetahui rencana peruntukan hutan, kan bukan hasil hutan yang penting.

FPD! (Drs. MARKUS WAURAN}

Ya, peruntukan hasil hutan, peruntukan hutan.

KETUA RAPAT :

Jadi mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan informasi kehutanan, cantik, moy-moy.

Rencana peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, dan informasi kehutanan.

Dengan demikian DIM 171 dari tetap kita sepakati untuk kita sempurnakan, setuju ya.

( RAPAT : SETUJU

Terima kasih sekali lagi FPDI, itu yang dimaksud jangan diri sendiri yang dicari, jangan suruh orang.

Baik, kita lanjutan dari DIM 173 ada tambahan ayat baru dari FABRI.

Silakan FABRI.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE)

Terima kasih. Didalam DIM 173 FABRI mengusulkan adanya tambahan ayat

Page 50: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

50

baru, ini didasari karena masyarakat disini disampaikan bahwa apabila akses terhadap hutan sebagai sumber kehidupan itu hilang, ini diharapkan masyarakat mendapatkan konpensasi sebagai contoh suatu areal hutan yang tadinya sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar berubah peruntukkannya menjadi HT! dimana HTI itu masyarakat tidak bisa lagi masuk kedalam hutan HTI itu, sehingga disana akses masyarakat terhadap hutan sebagai sumber kehidupan itu hilang. Itu diharapkan didalam UU ada pesan untuk bisa memberikan konpensasi, dan konpensasi itu sifatnya atau skupnya bisa lebih luas dalam arti bisa saja partisipasi didalam pembangunan HTI yang baru itu.

Oleh sebab itu rumusannya kami sampaikan "masyarakat sekitar dan di dalam hutan berhak memperoleh konpensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai lapangan kerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau bisa disempurnakan dengan sebagai akibat penetapan kawasan hutan, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan".

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya, Terima kasih. Memang ABRI ini maju sekali, bagus juga memang. Silakan FPP dulu.

FPP (HM HARMINTO AGUS PURWOTENOYO, BA)

Terima kasih. Ini memang ABRI memang betul-betul membela rakyat,

hanya permasalahannya siapa yang berhak untuk menentukan hilangnya akses itu, sebab mungkin masyarakat sekitar hutan ini sudah cukup maju berpikirnya, atau terkontaminasi dengan masyarakat kota yang penuh dengan katakanlah rekayasa, mereka menganggap hilang aksesnya.

Kemudian mereka menuntut siapa yang menentukan ini, ini pertanyaan saja kepada FABRI. Materinya substansinya FPP sangat setuju ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya lanjutkan FKP.

Page 51: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

51

FPP (Ny. Hj. CHODIDJAH)

Ada tambahan Pak. Ini ada usulan, oh maaf Pak kami ralat ini masih masya­

rakat berikutnya ayat (3). Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Yang ibu punya masih dibawah, maksudnya gara-gara mau sholat Jum'at supaya sekalian langsung saja dosanya begitu.

Baik FKP.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE) :

Terima kasih Saudara Ketua. Menurut FKP jiwanya ini sudah tercantum pada ayat (3),

tapi disini memang disini tanah miliknya jadi konpensasi. Disini sebagai lapangan kerj a, ini bisa terj adi kehidupan sehari-hari, pabrik tutup lapangan kerja tidak ada, apa disamakan dengan itu. Suatu pabrik tutup, lapangan kerja tutup ada konpensasi apa 3 kali gaji dan sebagainya.

Saya kira, jadi tidak perlu dipermasalahkanlah dan ini sulit terjadi hilangnya akses hutan itu sangat sulit, kalau­pun terjadi sekali seperti pabrik tutup itu, buruhnya juga kehilangan lapangan kerja dan sebagainya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, FPDI silakan.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

ABRI ini makin peduli rakyat, khususnya rakyat sekitar hutan. Memang bisa juga dibedakan Saudara-saudara sekalian dalam konpensasi ini pertarna rakyat yang disekitar atau didalam hutan dan rakyat y.:mg hak miliknya ada disekitar hutan. Mungkin dia tidak tinggal disitu, orang kota tapi dia ada tanah miliknya disekitar hutan yang kernudian peruntukan hutan dia bisa berubah fungsi dan sebagainya.

Kami tidak keberatan untuk menampung FABRI, tapi ba­rangkali bisa jadi satu jadi ayat (3) ini nanti ada a, b. Nah tadi yang keberatan oleh FKP memang barangkali bisa disempurnakan kalirnatnya.

Page 52: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

52

Jadi bunyinya " Masyarakat disekitar dan didalam hutan berhak memperoleh konpensasi karena hilangnya akses dengan hutan sekitarnya sebagai sumber kebutuhan hidup bukan sebagai sumber lapangan kerja, sebagai sumber kebutuhan hidup karena akibat dst".

Kami akornodir saj a Pak Ketua kalau ini bis a, karena memang masyarakat orang ini bisa ada banyak pihak, kitakan rnau mernbela karena yang selama ini yang selalu korban dalarn rangka pengolahan hutan ini adalah masyarakat sekitar dan didalarn hutan, Ini ABRI akan rnengangkat secara khusus ini ayat (1) ini sebenarnya umum dan sebenarnya lebih barangkali kepada orang-orang yang mempunayi hak milik terhadap tanah itu. Bisa orangnya disekitar hutan, bisa orangnya diluar itu bisa juga bisa di kota.

Jadi setuj u, kemudian ABRI terhadap rakyat ini makin baik, mudah-mudahan di lapangan juga demikian.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT :

Jadi hati ABRI jangan sampai ini jebakan. Baik, saya kira saatnya untuk kita mendengarkan tangga­

pan Pernerintah.

PEMERINTAH (MENaUTBUN}

Terima kasih Bapak Pimpinan. Ini agak harus hati-hati sekali, kami dapat spiritnya

sih oke tetapi nanti didalam praktek lapangannya agak berba­haya agak sulit ini. Timbul macam-macam tuntutan nanti saya kira kalau diperkenalkan saya minta bantuan Ibu Astrid yang paling ahli di lapangan yang dibelakang ini yang selalu berhubungan langsung dengan masyarakat-masyarakat kecil. Tetapi apa yang diinginkan olh ABRI ini sudah lebih kuat, karena kita tahu ada dipartisipasi, setiap ada proyek dia tidak boleh keluar dari proyek tapi dia harus bisa mendapat manfaat dari kehadiran proyek itu. Artinya justru nilai tambah itu dia peroleh dari adanya proyek, rnalah setiap proyek-proyek pengembangan kehutanan katakanlah pemberian hak pengelolaan hutan yang baru, bahwa masyarakat lokal itu semua kegiatan dapat dilaksanakan oleh masyarakat lokal disekitar hutan itu hendaknya diberikan pada masyarakat lokal hanya kegiatan tidak dapatlah dikerjakan oleh orang lain.

Page 53: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

53

Dengan begitu dia langsung berpartisipasi aktif, itu ketentuan-ketentuan yang kita berikan seperti pengolahan kulit, penanaman itu diberikan kepada rakyat jangan diker­jain oleh pengelola hutan itu.

Jadi disini pengertiannya lebih kuat lagi dengan kata­kata partisipasi yang kita kembangkan peran serta masyara­kat, namun demikian kalau diperkenankan kita dengar sekali­kali masa laki-laki melulu disini, suara wanita juga sekali­kali Bu Astrid ini yang ahli lapangan boleh berkomentar tentang ini.

Silakan bu Astrid.

PEMERINTAH (NARA SUMBER/IBU ASTRID)

Terima kasih Pak Menteri. Bapak Ketua yang terhormat, Ibu-Bapak sekalian yang terhormat, Tadi sudah dinyatakan oleh Bapak Menteri, bahwa masalah

hilangnya akses itu kemungkinan karena perubahan fungsi yang terjadi dan mema~g masalahnya adalah sesudah itu dananya itu harus datang dari Pemerintah tingkat Daerah atau tingkat Pusat, saya kira itu yang akan menjadi masalah.

Tapi khusus mengenai perubahan dari fungsi tanah lahan didalam hukum adat sendiri rakyat mengenal itu. Jadi dida­lam hukum adat kalau kita ambil buku-buku dari awal abad ke 20, ada yang namanya itu adalah tanah-tanah yang termasuk ij in untuk keliling-keliling, itu yang sekarang saya kira tidak bisa diberikan lagi atau sangat sempit.

Kedua, ada yang namanya dahulu jadi milik sesuai dengan adat itu adalah hak selama dipakai. Ada yang namnay yaitu hak untuk memanf aatkan saya kira Pemerintah sudah menyerah­kannya antara lain melalui ijin pada rakyat menanam dibawah tegakan-tegakan dari hutan-hutan negara, itu sudah dilaksa­nakan dan saya memang melihatnya, memang dan rakyat sangat bahagia dengan kesempatan itu.

Jadi saya kira masalah pengalihan konpensasi bisa disesuaikan dengan itu, juga diambil salah bentuk bagi masyarakat adat ini. Masyarakat yang menjadi masalah ialah masyarakat yang sudah dipengaruhi oleh hukum barat dimana pejabat kita sendiri lebih banyak pikirannya kesana.

Sekian saja, terima kasih.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih. Ibu Astrid ini di Irian sudah dikenal suku-suku didalam

Page 54: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

54

sebagai Mama Astrid namanya, j adi kalau soal suku dalam beliau ahlinyalah.

Jadi saya kira sudah cukup jelas kita tidak mengerti angguk-angguk saja kira-kira begitulah kalau kita mau apa lagi kalau diterjemahkan salah lebih kacau lagi, jadi saya kira cukup luas landasannya jadi tidak bisa melawan.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, jadi saya kira jamnya pas, apa kita lanjutkan nanti atau kita paling kurang komentar dari pengusul dulu sedikit beberapa detik begitu.

Silakan.

FABRI (SUKANDAR ARUN, SE) :

Terima kas1h Pak Pimpinan. Menyimak apa yang dijelaskan

Pemerintah, FABRI dapat memahami. kenyataan, contoh hutan di

oleh Fraksi-fraksi maupun Hal ini berangkat dari

Sumatera Selatanlah di Subanjeriji, itu dirubah rnenjadi HTI, rnasyarakat sekitar hutan tidak lagi mempunyai akses terhadap hutan sekitarnya. Sementara itu lapangan kerja pun kadang-kadang tidak bisa masuk, bahkan membangun pabrik di sekitar hutan dimana masyarakat sekitar hutan juga menerima limbahnya inipun tidak dapat bekerja pada pabrik itu sendiri.

Oleh sebab itu pemikiran seperti itulah sebetulnya yang mendasari keinginan FABRI agar apabila masyarakat sekitar hutan tidak hanya masyarakat ada tapi sekitar hutan yang tadinya hidup sehari-hari mengambil kayu, mengambil rotan, mengambil getah, ini begitu hutan disekitarnya itu berubah peruntukkannya menj adi kepentingan lain seperti HTI, ini menjadi kehilangan akses.

Oleh sebab itu FABRI mengusulkan untuk di Panja kan apabila rumusan dan ide bisa diakomodasikan didalam rumusan­rumusan yang lain, FABRI tidak berkeberatan.

Terima kasih.

Page 55: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

55

KETUA RAPAT :

Jadi alternatif yang terakhir itu Pak Kandar, mungkin ketika kita membahas Pasal 54, kita pertegas disitu, sehing­ga mudah-mudahan dengan demikian tidak ada yang kehilangan akses. Jadi di Pasal 54, masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya nanti kita tambah disitu sehingga kepedu­lian ini nanti saya kira penting, sehingga bagaimana usulan ini kita bawa saja ke Panja untuk kita serasikan dengan rumusan lain-lain,

Pak Siahaan dulu, silahkan.

FKP (P.M.H. SIAHAAN) :

Terima kasih Bapak Ketua. Bapak Ketua, Bapak Menteri, Ibu dan Bapak yang kami hormati. Seperti yang disampaikan oleh rekan kami dari FKP, kami

mengerti betul j iwa dari keinginan FABRI ini, tetapi yang susahnya seperti pada saat-saat sekarang ini adalah seperti apa yang dikatakan oleh Bapak Menteri dan Ibu Astri tadi bahwa sering kali jiwa ini disalah artikan, dan kalau jiwa ini disalah artikan, ini akibatnya dan dampaknya seringkali kepada ABRI, kalau rakyatnya itu berlebihan memanfaatkan kata-kata dalam undang-undang itu lalu dianggap salah dan harus diamankan oleh ABRI, ABRI-nya malah bingung pak ini, kami sebetulnya tidak ingin memberi beban kepada ABRI, kami ingin mengambil contoh sekarang yang terjadi di Lampung, itu sebetulnya dari Bapak Menteri dari kehutanan juga, fores for people, rakyat merasa, kalau begitu masuk aja, inikan fpres ini untuk kami berlebihan dan kita tahu semua bahwa Lampung itu kerusakannya hebat sekali, ketika dinginkan untuk dia­mankan oleh ABRI, ABRI-nya kewalahan pak, karena nanti bisa melanggar HAM, bisa melanggar hal-hal yang, susah lagi, kita harus hati-hati, menurut hemat kami cuma itu saja bahwa ini keinginan kita bersama, ya saya kira pemerintah maupun kita semua sama keinginannya, tetapi bahwa kalau kita memberi peluang dalam satu undang-undang yang memberikan kesempatan kepada rakyat ini, dan barangkali bukan rakyat tapi orang­orang lain yang memanfaatkan rakyat ini, disinilah letak permasalahannya dan sebetulnya pada akhirnya ABRI berkata, kalau sudah kebakaran j angan kami yang suruh mengamankan, nah ini pak. Jadi kami mohon diwaspadai.

Terima kasih, kami kembalikan pak.

Page 56: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

56

KETUA RAPAT :

Saya kira itu bahan untuk menjadi pertimbangan kita waktu di Panja, ya setuju ?

(RAPAT SETUJU)

Baik, Saya kira sudah waktunya saya sudah melewati pukul

12.30 WIB menurut dinding, dengan demikian nanti saya kira akan kita lanjutkan pukul 14. 00 WIB, mudah-mudahan pukul 16.00 kita bisa selesai, rapat saya skors.

(RAPAT DISKORS PUKUL 11.30 WIB)

Baik, Bapak Ibu Skors saya

dan Saudara-saudara cabut kembali.

sekalian,

{SKORS DICABUT PUKUL 14.00 WIB)

Kita lanjutkan DIM 174, Yang kita selesaikan itu sampai dengan halaman 180

tidak ada tambahan-tambahan butir, saya persilahkan dulu fraksi, kalau FABRI kelihatannya hanya karena ada penambahan ayat saja tadi kan, hanya penyesuaian nomor, Fraksi Persa­tuan Pembangunan.

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih. Saudara Ketua, Saudara Menteri Kehutanan beserta segenap j aj arannya.

FPP di dalam perubahan ini karena memandang bahwa masalah kompensasi ini sangat penting dan mungkin juga banyak menim­bulkan dampak-dampak yang lainnya, pertama kali formulasi penulisan itu dirinci yaitu dibuat butir a, b, dan kemudian menambahkan satu lagi butir c, agar lebih rinci begitu jelas dan secara konkritnya saya baca, setiap oarang berhak mempe­roleh kompensasi karena a itu sama dengan yang disini pak, hilangnya hak atas tanah miliknya sebagai akibat adanya

(rekaman terputus, kabel sound system lepas).

Page 57: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

57

PEMERINTAH :

hilangnya hak atas tanah miliknya sebagai akibat dari adanya penetapan kawasan hutan yang diatur oleh perundang­undangan, undang-undang itu nanti ditentukan berapa kan ada dibentuk timnya atau bagaimana, itukan ada prosedur-prose­durnya. Jadi kita jangan merubah peraturan perundangan yang berlaku ini saja kata kuncinya karena ada disana. Sedangkan mengenai hak gugat i tu dari masyarakat i tu dibutir nanti akan ada di Pasal 58, masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke Pengadilan atau melaporkan ke penegak hukum terhadap kerusakan hutan yang merugikan kehidupan masyara­kat, ada lagi nanti pak, itu ditampung disana itu, hak gugatan ini baru kita yang mencoba, ini masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan, class action istilahnya, ini yang reformasinya itu disini itu, jadi mengenai hak masyara­kat itu jelas kita lindungi.

Terima kasih pak.

KETUA RAPAT :

Baik, Saya kira penjelasan pemerintah bisa kita cermati

bersama dan oleh karena itu barangkali saya kembalikan ke pengusul dulu, silahkan pak.

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih Saudara Ketua. Saya kira sudah sama semangatnya, sudah sama-sama di

tangkap, maksudnya juga sama-sama bisa diterima, cuma pene­kanannya disini, kalau disini ini dij elaskan dicantumkan dalam Batang Tubuh serinci demikian, apalagi tadi kalau kita hubungkan dengan undang-undang yang lain, yang berlaku, itu bahkan menggugat pak disitu, berhak untuk menggugat, lha inikan masalah kompensasi saja, dengan pemberian kompensasi, kompensasi itukan tidak mesti harus seperti keputusan pen­gadilan dalam gugatan itu.

Jadi saya kira muatannya keterkaitan dengan undang­undang yang lain itu lebih ringan dan ini ditampung lah disini, sebagai pelaksanaan daripada kompensasi itu sendiri secara terinci. Jadi tidak hanya saj a tersirat barangkali kalau perlu tersurat apa salahnya, ini yang kita kehendaki, Jadi barangkali sementara masih perlu pendalaman pak ini, apa kalau perlu itu masuk Panja kami juga setuju.

Terima kasih.

Page 58: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

58

KETUA RAPAT

Baik, Jadi kelihatannya belum ketemu, jadi nanti supaya kita

eek sama-sama karena ini memang kaitannya dengan lingkungan ini, bahwa lingkungan rusak antara lain oleh hutan ya, tapi tidak senantiasa kerusakan lingkungan karena hutan, itu juga kita cermati, dan saya kira ada tawaran dari FPP agar kita bawa sama-sama ke Panja.

FPP {H. MASRUR JAVAS}

Tambah sedikit. Atau barangkali mungkin perlu, saya cari-cari belum

ketemu pak ini dalam Penjelasan, didalam pasal ini saya cari-cari didalam Penjelasan Pasal ini belum ketemu saya, apa ada, apa tidak, saya belum ketemu saya bolak-balik, andaikata nanti jalan tengah itu bisa dimasukan dalam Penje­lasan Pasal yang lebih rinci, saya kira satu jalan juga untuk memecahkan masalah ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, Ada tawaran baru lagi apabila pencemaran dan kerusakan

lingkungan sebagimana yang dimaksud dalam dua usul butiran itu, hal ini disebabkan oleh hutan, barangkali kalau kita jelaskan begitu dia akan terkait dengan ini, tetapi kalau hanya pencemaran ansih dan kerusakan lingkungan ansih, kita paralelkan disini kok kayaknya dapat gitu lho pak.

Jadi kalau misalnya kita tampung dalam Penjelasan, apabila pencemaran lingkungan dan kerusakan lingkungan terjadi oleh karena, kan tentu ada pembuktiannya itu, itu barangkali boleh dimungkin kita masukan dalam Penjelasan, kalau tawaran ini bisa kita terima asal dikunci dengan kata­kata begitu saya kira. Jadi maksudnya jangan setiap pencema­ran lingkungan dan kerusakan lingkungan, karena toh belum tentu itu terjadi hanya karena hutan, silahkan, kalau itu yang terjadi bisa ditampung di Penjelasan menurut pengusul, silahkan Pak Markus.

Page 59: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

59

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Memang kalau disini kan sudah jelas itu ya, kompensasi itu diberikan apabila hak atas tanah milik seseorang itu hilang, tetapi ada juga kompensasi yang kita bisa berikan kepada seseorang yang merasa dirugikan karena pengelolaan hutan, sebab terjadi umpamanya kerusakan dan segala macam, itu bisa pak, itu kompensasi itu bisa, umpamanya ada seseo­rang memelihara tambak dekat hutan, kemudian sumber airnya dari hutan itu, pada waktu hutan ini dikelola, kayu-kayunya ditebang segala macam, mata airnya mati, sehingga tambaknya rusak semua, nah itukan juga salah satu contoh. Mungkin banyak contoh-contoh yang lain, karena memang ini juga diatur dalam Undang-undang Lingkungan Hidup.

KETUA RAPAT :

Karena sudah diatur itu pak, karena sudah diatur kalau kita tambahkan di Penjelasan, boleh-boleh saja sepanjang memang pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dimaksud dalam kompensasi ini adalah karena pengelolaan hutan itu lho, kalau bisa begi tu saya tawarkan pemerintah. Ada pak Wayan silakan.

FKP (IR. WAYAN WINDIA, MS)

Terima kasih Pak Ketua.

Pertama mungkin kecuali yang tadi Pak Ketua katakan, yang lain mungkin bisa kita catat pak, tentang kompensasi itu nanti berupa apa, itu mungin perlu juga dijelaskan dalam Penjelasan, sehingga tidak begitu ngambang sehingga nanti banyak sekali ada hal-hal yang dapat dikatagorikan sebagai kompensasi, sehingga kalau kami jelaskan begitu linier dengan kehutanan, misalnya dampaknya itu mungkin juga dapat dikaitkan dengan kompensasi itu nanti berupa apa, apa se­hingga nanti jelas di lapangan tidak nanti masyarakat ingin mengkompensasi hal-hal yang di luar hal-hal ketentuan yang berlaku misalnya begitu pak.

Selanjutnya mungkin dapat pula kita kaji nanti dampak itu akan, pembuktian dilapangan akan sangat sulit, sebab selama ini kita itukan yang terbentur pak. Dampak lingkungan kalau kita eek di lapangan kemudian dikaji lalu tidak jelas, apakah itu dampak lingkungan karena itu, itu misalnya,

Page 60: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

60

karena itu kami usulkan memang perlu lebih dijelaskan dalam penjelasan hal-hal yang memang kira-kira dapat membuat hal­hal yang di luar batas kita untuk memikirkan.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Saya kira saatnya kita tanya tanggapan pemerintah.

FABRI (DALAM SINURAYA, S.Sos)

Terima kasih Ketua. Menurut pendapat FABRI pak, apa yang disampaikan oleh

rekan FPP memang cukup dapat kita fahami, seperti menderita dampak pencemaran yang terj adi, dirugikan akibat kerusakan lingkungan. Menurut pendapat FABRI kerugian karena pencema­ran ataupun menderita karena kerusakan lingkungan, itu sesuai dengan Undang-undang Lingkungan Hidup pak, pada Pasal 34 dan 35, itu menderita karena pencemaran atau kerusakan lingkungan, itu apa saja. Jadi kalaupun pencemaran itu karena pencemaran kehutanan atau karena lingkungan rusak karena akibat kehutanan, sudah tertampung pada Undang-undang Lingkungan Hidup,

Jadi menurut pendapat FABRI, apa yang ditawarkan oleh Saudara Ketua tadi memang juga bagus, namun sebetulnya sudah ditampung oleh Undang-undang Lingkungan Hidup pak, walaupun pencemaran itu karena kehutanan di undang-undang itu mmenga­takan oleh industri, oleh kehutanan, oleh mungkin pertamban­gan dia sudah dicakup disana. Jadi kalaulah rekan dari FPP berlapang dada, apa yang disampaikan itu sudah diwadahi. Jadi kamipun selama ini apa yang dirasakan rakyat pak, dirasakan oleh ABRI, jadi pencemaran ini betul-betul kita rasakan.

Namun demikian kami juga bersedia menerima jalan peme­cahannya yang terbaik disampaikan oleh Ketua, substansi itu sudah ditampung dalam Undang-undang Lingkungan Hidup, Un­dang-undang Nomor 23 Tahun 1997 itu pak.

Ada tambahan sedikit lagi. Terima kasih.

FABRI (SUKANDAR ARUN, S.E)

Izin menambahkan Pak Pimpinan. Bapak Ibu, hadirin sekalian Coba kita cermati Pasal 52 ayat (1) masyarakat berhak

Page 61: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

61

menikmati kualitas lingkungan hidup yang dihasilkan dari hutan, dengan hak itu dengan dasar itu sebetulnya apabila dirugikan berarto otomatis haknya sudah terambil, saya kira dengan dimuatnya pasal itu dengan yang dikatakan tadi class action, bisa sebetulnya sudah masyarakat mengajukan kompen­sasi atau ganti rugi dikaitkan dengan pasal 52 ayat (1), saya kira sudah merangkum apa yang dimaksudkan dari substan­si ini.

Terima kasih pak.

KETUA RAPAT

Jadi justru sumber inspirasinya FPP justru memang dari pasal itu pak, jadi karena dia berhak memperoleh kualitas lingkungan, maka dia atur disini, sebetulnya, cuma kan tadi kita katakan kalau yang di lingkungan hidup itu .adalah leks generalis begitu barangkali, soal kerusakan dan pencemaran, maka kalau kita masukan dalam Penjelasan sepanjang FPP tadi mengharapkan, kita atur khusus yang terkait itu leks specia­lis gitu lho, sehingga kalau di Penjelasan teman-teman FPP sudah bisa maklum kan tidak ada salahnya, jadi bagi saya FPP tidak bisa, jangan begitu lah.

Baik saya kira tinggal pemerintah sekarang ya, baik pak pemerintah.

PEMERINTAH

Terima kasih bapak Pimpinan. Nanti selain kita, saya rnohon izin berkenan untuk

dilihat di aspek lingkungan, tapi dikita juga, yang saya katakan class action itu di Pasal 58 nanti kita bahas, bahwa rnasyarakat berhak rnengajukan gugatan perwakilan ke Pengadi­lan atau rnelaporkan ke Penegak hukurn terhadap kerusakan hutan yang rnerugikan kehidupan rnasyarakat.

Yang kedua, j ika diketahui bahwa masyarakat menderita akibat pencemaran dan atau kerusakan hutan sedemikian rupa sehingga mempengaruhi kehidupan masyarakat maka instansi pernerintah yang bertanggungjawab dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat. Jadi itu diPasal 58, itu dilihat dari aspek kacarnata hutannya, kalau berkenan aspek lingkun­gannya pak, karena kita tidak bisa lepas, pak tolong baca pak undang-undangnya.

Page 62: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

62

PEMERINTAH :

Terima kasih Pak menteri. Bapak Pimpinan, dan Bapak Ibu sekalian yang kami hormati. Saya ingin membacakan yang tersebut dalam Undang-undang

masalah Lingkungan Hidup yaitu Nomor 23 tahun 97 Pasal 34 disini, Setiap perbuatan melanggar hukum berupa pencemaran dan atau perusakan lingkungan hidup yang menimbulkan keru­gian pada orang lain atau lingkungan hidup mewajibkan pe­nanggungjawab usaha dan atau kegiatan untuk membayar ganti rugi dan atau melakukan tindakan tertentu, kemudian juga d1sini ada hak masyarakat yang pada Pasal 37, Masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan atau pengadilan atau melaporkan ke penegak hukum mengenai berbagai masalah ling­kungan hidup yang merugikan kehidupan masyarakat. Kemudian juga ada pasal yang langsung menderita kerugian ini jika diketahui bahwa masyarakat menderita karena akibat pencema­ran dan atau perusakan lingkungan hidup sedemikian rupa sehingga mempengaruhi prikehidupan masyarakat, maka instansi pemerintah yang bertanggungjawab di bidang lingkungan hidup dapat bertindak untuk kepentingan masyarakat, Jadi memang dasarnya ada lingkungan.

Kemudian kalau mau di leks specialisasi kehutanan memang bisa, hanya mungkin babnya apakah kita masukan disini atau bab-bab singkatan, ini yang mungkin, jadi saya kira bisa hanya mungkin masuk dimana.

Saya kira demikian pak.

KETUA RAPAT :

Baik, silahkan FPP pak.

FPP (H. MASRUR JAVAS) :

Terima kasih. Dari penjelasan yang banyak tadi dari berbagai fihak,

apalagi ini ABRI ini sama rakyat sudah manunggal. Sebetulnya sudah sama pak, jadi justru karena sudah ada Undang-undang Lingkungan, segala mac am, hubungannya dengan ini tadi FPP sudah sama, cuma untuk merangkaikan itu perlu ada penjelasan seperti apa tawarkan tadi, saya cari-cari penjelasan kok belum ada sampai disini, sehingga dengan demikian justru posisi dari pasal ini makin lebih tepat lagi.

Terima kasih.

Page 63: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

63

KETUA RAPAT

Jadi dengan demikian bisa kita putus bahwa naskah RUU khusus ayat (3) ini tetap seperti ini, ditambah penjelasan tentang pencemaran dan perusakan lingkungan yang berkaitan langsung dengan pengelolaan hutan, setuju begitu.

(RAPAT SETUJU)

Baik Bapak Ibu dan saudara sekalian.

FKP (DRS. H. AMIN IBRAHIM, MA) :

Ketua, Ini mau diserahkan dimana ini, ke Timus apa ke Panja.

KETUA RAPAT :

Yang ini naskahnya ace, setuju, pemjelasannya nanti ya kitalah sama-sama. kita lanjut pasal atau butir 175, yang melakukan perubahan hanya FABRI, FKP, FPP dan FPDI substansi tetap, silahkan FABRI.

FABRI (SUKANDAR ARUN, S.E) :

Terima kasih Bapak Pimpinan. Di dalam DIM ini FABRI hanya mengusulkan kata dan

perusakan pada akhir kalimat. Jadi bunyinya secara keseluru­han, Masyarakat berkewaj iban untuk turut serta memelihara dan menjaga kawasan hutan dari gangguan dan perusakan.

Jadi gangguan ini tidak hanya gangguan saja yang ikut, jadi perusakan juga berkewajiban untuk ikut berpartisifasi untuk menjaga.

Terima kasih.

KETUA RAPAT ;

Silahkan Fraksi-fraksi menanggapi 1n1, di penjelasan sebetulnya sudah ada, silahkan FKP duluan.

FKP (P.M.H. SIAHAAN)

Setuju itu saja pak.

Page 64: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

64

KETUA RAPAT :

FPP silahkan.

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Setuju pak.

KETUA RAPAT

Silakan FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) : Nurut saja pak, semua setuju.

KETUA RAPAT ;

Baik, kita ace dengan, maaf. pak Menteri dulu silahkan.

PEMERINTAH

Kalau semua sudah setuju mau apa lagi, ya sudahlah ikut Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Jadi kita setuju usulan FABRI sesuai di kolom FABRI itu.

Baik, selanjutnya juga yang merubah FABRI, silahkan.

FABRI (SUKANDAR ARUN, S.E) :

Terima kasih bapak Pimpinan. Untuk butir 176 FABRI ingin mengkaitkan isi butir ini

dengan pasal-pasal maupun ayat-ayat yang lain, saya kira di Timus saja nanti kita kaji lebih lanjut pak.

Terima kasih.

KETUA RAPAT ;

Tidak merubah substansi ya pak ya, soalnya kalau meru­bah substansi belurn tentu rnau dulu gitu.

Page 65: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

65

FABRI (SUKANDAR ARUN, S.E)

FABRI ingin memasukan di dalam Bab Pengawasan nantinya pak ini.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN}

Walaupun semua umumnya tetap, ini kebetulan barangkali inspi.rasi ya, saya ingin bertanya kepada pemerintah dan selu~uh fraksi, apakah cukup hanya kepada LSM atau pemerin­tah, kalau pada pengusaha itukan bukan LSM, sedangkan mereka itu yang paling banyak bikin kerusakan lingkungan, kerusakan hutan, ya perampingan, pelayanan, pendukungan, bantuan, Apakah tidak sebaiknya disini kepada f ihak ketiga atau pemerintah, nah f ihak ketiga itu banyak itu LSM bisa, peru­sahaan bisa, lembaga keagamaan bisa dan sebagainya, itu lebih luas kalau f ihak ketiga daripada kalau hanya LSM itukan sempit, itu saja barangkali usulnya.

Terima kasih Ketua.

KETUA RAPAT

Baik, jadi tadi FABRI langsung Timus, silakan Fraksi-fraksi yang lain, FPDI tadi sudah, sudah dikaitkan dengan. Saya konfirmasi dulu Pak Sukandar, katanya saran ini bukan disini tapi dipindahka ke "pengawasan", betul ? benar begitu ?

FABRI (SUKANDAR ARUS, SE)

Jadi ada pergeseran Pak, ternyata yang di DIM 176 itu di halaman 182 itu ditulis yang dibawah itu ditambah Pasal 57. Jadi disana tidak ada persoalan mendasar, hanya huruf besar saja "Lembaga Swadaya Masyarakat dan Pemerintah", itu saja, jadi tetap kelihatannya, hanya hurufnya saja, hurus besar.

KETUA RAPAT :

Setuju saja kalau hanya soal itu Pak, kita langsung setuju tetap ya, hanya huruf.

FPDI (DRS • MARKUS WAURAN)

Pak Ketua yang saya katakan tadi tanpa melanggar kese­pakatan kita mengenai Lembaga Swadaya Masyarakat apakah itu tepat, tidak diganti dengan kata lain yang bisa lebih luas,

Page 66: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

66

kalau ini kan Lembaga Swadaya Masyarakat sudah sangat terba­tas, mungkin ada lembaga-lembaga lain yang bisa juga diminta oleh masyarakat untuk menjadi penamping memberikan dukungan, pelayanan dan sebagainya.

KETUA RAPAT :

Baik, barangkali kita tanyakan Saudara Pemerintah dulu. FKP belum, ndah ini kan soalnya ada usul baru, jadi saya mau, karena bertanya saya mau tanya dulu begitu loh, karena sudah seperti agak lepas dari yang ada di DIM ini. Baik, FKP dululah, silakan.

FKP (DRS.NURWENDO HARICAHYADI, SE)

Terima kasih Pimpinan. FKP pada dasarnya tetap seperti yang tertera pada DIM

1 76, namun demikian apa yang disampaikan dari rekan · FPDI memang dapat kita perhatikan dan barangkali Pemerintah dapat memperjelasnya. Terima kasih Pimpinan.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjutnya FPP dulu.

FPP (H.M. DJA'FAR SIDDIQ)

Kehadiran Lembaga Swadaya Masyarakat harus muncul secara nyata ini untuk meresponsi "NGO-NGO" yang punya keinginan untuk membantu mengembangkan kehutanan atau ling­kungan hidup dalam aspek kehutanan. Kalau misalnya itu meresponsi apa yang diajukan oleh FPDI, saya kira bisa saja ditambah "dukungan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, pemerintah atau pihak lainnya". "Pihak lainnya" itu bisa saja lembaga internasional, perusa­haan-perusahaan yang kompetent atau mereka yang mempunyai satu misi tertentu untuk pemberdayaan masyarakat.

KETUA RAPAT :

Jadi dengan demikian semakin kaya, selanjutnya saya mohon tanggapan pemerintah termasuk yang berkembang baru, silakan.

Page 67: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

67

PEMERINTAH/MENHUTBUN :

Terima kasih Bapak Pimpinan. Kami dapat menangkap maksud dari FPDI, nanti justru

yang besar ini dari luar Pak, Masyarakat Uni Eropa itu masalah lahan gambut itu mereka ingin terjun untuk merehabi­litasi atau membantu melaksanakan rehabilitasi hutan. Jadi tentunya harus kita masukan didalam konteks 1n1, apakah nanti pakai istilah masyarakat, atau pemerintah serta pihak ketiga/pihak lain, atau kalau kita bisa meminjam istilah ABRI yaitu masyarakat peduli hutan, mungkin masyarakat peduli hutan itu dalam dan luar negeri, masyarakat Eropa, masyarakat mana-mana yang punya kepedulian terhadap hutan ini, kita kasih peluang untuk membantu.

Jadi masyarakat peduli hutan itu tidak terbatas hanya Andgo, tapi juga bisa Pemerintah atau perorangan, yang perorangan juga banyak dia mau membeli pohon untuk tidak ditebang karena oksigen. Jadi mungkin itu pak jalan keluar­nya, atau kita harus tambahkan kalimat 11 masyarakat peduli hutan serta pihak-pihak lainnya" kita buka skupnya kita buka luas atau "pihak ketiga lainnya".

Ini mungkin bahasa ini Pak, terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, jadi saya kira kita tambah, jadi "lembaga swadaya masyarakat, pemerintah, dan pihak lainnya".

Sedangkan kalau soal huruf kapital tadi usulan FABRI, kalau menurut bahasa Indonesia kok benar yang kecil, kalau dia sudah nama baru jadi besar, jadi "lembaga swadaya masya­rakat, pemerintah" huruf kecil saja ya.

Apakah dengan tambahan penyempunaan ini kita sudah bisa langsung menyepakati, silakan FKP.

FKP (P.H.M. SIAHAAN) :

Belum Pak. Terima kasih Pak Ketua. Barangkali kami jadi ingin mempertanyakan kepada pemer­

intah tentang Bab ini sendiri Bab ini kan hanya peran serta masyarakat. Kalau peran serta itu sudah mengikutkan yang lain-lain itu, jangan-jangan itu sebetulnya terlalu besar yang kita tuntut dari mereka. Sebetulnya peran serta mereka dalam hal lain, kalau sudah lebih luas pekerjaannya nanti, itu malah mungkin Pemerintah yang harus mengambil over atau kalau dipengelolahan HPH ya HP-nya bukan sampai kesitu

Page 68: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

68

menurut hemat kami peran serta masyarakat dalam Pasal 53 ini. Menurut hemat kami mungkin perlu dikaji kembali Pak Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kalau "pihak lainnya" kan di Penjelasan itu sudah jelas itu yang dimaksudkan itu, yang penting barangkali catatan Pak Siahaan tadi ya itu menjadi pokok perhatian, karena ini adalah pendampingan saja, jadi maksudnya untuk membukalah siapa yang mau begitu loh, mungkin dia masuk juga dia lihat­lihat Pak, oke.

Dengan demikian apakah kita setujui ini ?

(RAPAT : SETUJU)

Koma (,) pemerintah dan pihak lainnya, begitu saja. Baik sekarang butir 177.

Butir 177, yang melakukan perubahan adalah pada butir 177 FKP, FPP, kalau FPDI hanya konkordan soal perhutanan saja, ini belum ada berita-beritanya.

Silakan FKP.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE) :

Baik, terima kasih Ketua. Dari FKP minta supaya dihapus kata-kata "baik langsung

maupun tidak langsung", ini kata-kata politik ini. Jadi yang kita usulkan "Masyarakat turut berperan serta dalam pembangunan di bidang kehutanan. 11

Jadi kalau masyarakat tidak langsung, ini kan susah ini, langsung maupun tidak langsung. Jadi maksud kita lang­sung saja, jadi dihapus saja itu kata-kata "baik langsung maupun tidak langsung".

Sekian terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, FKP, terus FABRI, FPP dulu, FABRI sepertinya hanya nomor Pasal.

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih. FPP dalam hal 1n1 malahan lebih menekankan lagi 1n1

usulannya, jadi tidak hanya turut berperan, tetapi berhak

Page 69: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

69

untuk berperan. Sehingga berubah menjadi "Masyarakat berhak untuk berperan serta dalam pembangunan dan pengawasan hutan". Jadi tidak hanya didalam pembangunan hutan, tetapi juga pengawasan hutan. Kalimat "baik langsung maupun tidak langsung" kalau dihi­langkan juga tidak salah, sebab itu lebih tajam memang sebenarnya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Kalau eksplisit lagi pengawasan, nanti di Bab Pengawa­san kita isi apa lagi. Baik, barangkali substansi yang perlu kita perbincangkan "yang berhak itu", jadi "turut berperan serta" dan "berhak".

Silakan FABRI mengomentari dua usulan itu.

FABRI (SUKANDAR ARUS, SE) :

Terima kasih Bapak Pimpinan. Didalam DIM FABRI hanya mengubah nomor dari Pasal,

karena penyesuaian-penyesuaian. Menanggapi apa yang diusulkan dari FKP bahwa kata-kata "langsung dan tidak langsung" memang tidak memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap butir ini, j adi apabila itu dihapus juga tidak memberikan pengaruh.

Yang berikutnya menanggapi usul dari FPP "berhak" ini saya kira juga · sudah dirinci didalam hak-hak sebelumnya, jadi secara spesipik juga sebetulnya sudah diuraikan pada, bahkan didalam butir berikutnya lebih jelas hak-hak dan kewaj iban masyarakat sekitar hutan, sehingga disini hanya semacam kongkusi saja sehingga menurut pendapat FABRI tidak dicantumkan kata "berhak" juga tidak masalah.

Yang berikutnya masalah "pengawasan" itu memang sudah dicantumkan didalam, jadi ada kata-kata "dan pengawasan hutan 11 ini sudah dicantumkan sebetulnya didalam butir 11 d 11

tadi, yaitu melakukan "Melakukan pengawasan terhadap pelak­sanaan pembangunan kehutanan baik langsung maupun tidak langsung", tadi sudah dibahas dan sudah tercantum disana.

Ter.ima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjutnya FPDI.

Page 70: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

70

FPDI {DRS. MARKUS WAURAN)

Saya kira barangkali kalau kita lihat dari Pasal dia­tas, Ketua, dengan Bab Peran Serta Masyarakat, jadi pemerintah juga bekerja dan berpikir sistematis Pasal 52 mengatur Hak, kemudian Pasal 53 mengatur Kewaj iban, baru Pasal 54 mengatur Peran Serta, itu sistematikan pemikiran yang saya lihat pada pemerintah.

Kemudian yang dimaksud disini adalah semua peran serta masyarakat dalam pengelolaan kehutanan. Mengenai 11 langsung tidak langsung" kami kira juga kami sepakat itu tidak perlu lagi "langsung tidak langsung 11

bahasa lama itu, kami setuju untuk dihapus, itu usul siapa tadi, FKP ya.

Kemudian mengenai pengawasan usul dari FPP, kami kira tidak perlu karena ini sebenarnya kami juga FPDI setelah membaca usul, memahami, menghayati usul daripada rekan­rekan, kami datang pada barangkali pemikiran sebaiknya Pasal ini tidak perlu ada. Karena peran serta masyarakat itu dalam pembangunan ini sudah pak, kita sudah melihat dari perenca­naan sudah ada disana pengelolaan sudah ada, kemudian infor­masi sudah ada, macam-macam itu, kemudian nanti ada pengawa­san, pengawasan bukan disini kan, ditempat lain kan. Jadi mulai dari perencanaan, kalau manajementnya peran serta masyarakat mulai planningnya, organizingnya, actuatingnya, controlingnya, bisa juga nanti evaluasi.

Sehingga usul konkrit kami kalau tokh mau dipertahankan pasal ini oke, tetap rumusannya peran serta, tidak perlu hak lagi, karena haknya sudah diatur diatas. Kemudian langsung tidak langsung juga dicoret, kemudian kalau pengawasan pak barangkali tidak perlu karena peran serta dalam pembangunan ini sudah banyak aspek itu bukan hanya pengawasan daripada perencanaan, kalau kita mau konsekuen dari depan perenca­naan, pengelolaan, informasi dan segala macam itu sudah didalamnya.

Itu saja Ketua. Nah kalau mau ekstrim supaya kalau tokh kita berbeda

terus, ya usul kami supaya menghilangkan perbedaan, ya hapus saja Pasal ini, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira, kita tidak boleh hapus, karena pada waktu judul Bab sudah sepakat untuk kita bahas, saya usul juga untuk kita ingat.

Ada tambahan Pak.

Page 71: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

71

FABRI (SRIDONO) :

Maaf menambah Pak. Kalau ini Pasal ini hilang, ya judulnya FABRI, "Hak dan

Kewajiban".

KETUA RAPAT

Jangan ngumpan lagi semua, jangan kepancing sama FPDI.

FPDI {DRS. MARKUS WAURAN)

Yang hilang cuma ayat (1) pak, yang lain tidak, jadi masih ada peran serta.

KETUA RAPAT :

Jadi peran serta, ini sudah benar, tadi sistematikanya itu yang saya setuju yang tadi disampaikan itu, "Hak, Kewajiban, Peran Serta" sudah bagus tadi.

Jadi silakan Pak Menteri.

PEMERINTAH :

Terima kasih Pak. Memang istilah peran serta ini setelah mendengar dis­

kusi-diskusi kita istilah peran serta ini diambil dari kata­kata partisipasi, partisipasi saj a belum tentu dia aktif, berperan serta dia bisa santai-santai dapat juga, itu peran serta. Tetapi kalau partisipasi aktif itu dia bukan cerity. Jadi mungkin juga peran serta aktif ini dia ada kegiatannya mungkin.

Jadi sering kita memakai peran serta, peran serta itu kan berpartisipasi, berpartisipasi itu belum tentu berarti berpastisipasi aktif. Jadi mungkin itu.

Tapi ini juga tidak bisa kita lepaskan nanti perlunya butir satu ini, juga mereka berperan serta, kemudian yang kedua juga pemerintah wajib berperan serta itu, jadi disini peran aktif pemerintah nanti.

Saya mohon izin Ketua untuk Pak Idroes memberikan tambahan penjelasan mengenai butir ini, silakan.

PEMERINTAH/STAF AHLI MENHUTBUN

Terima kasih Bapak Menteri. Bapak Ketua.

Page 72: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

72

Bapak dan Ibu-ibu yang kami hormati. Maksud pencantuman bahwa masyarakat turut berperan

serta dalam pembangunan bidan kehutanan ini, itu bahwa nanti itu harus terjadi masyarakat itu berperan serta, itu harus aktif terjadi itu tidak hanya masyarakat berhak, kalau berhak saja itu bisa saja haknya tidak dimanfaatkan, punya hak tetapi bisa saja hak itu tidak terjadi tetapi tetap punya hak.

Oleh karena itu, kita ingin bahwa didalam pembangunan dibidang kehutanan itu masyarakat nanti harus berperan serta. Dan itu apabila masyarakat tidak berperan serta ini didalam Undang-undang ini ingin menungaskan kepada pemerin­tah, supaya pemerintah mendorong terjadinya peran serta itu, yaitu pada ayat keduanya.

Mengenai "langsung tidak langsung", saya kira bisa saja dihapus, tetapi maksud semula ini hanya ingin menekankan saja.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih. Jadi dari dua usul ini, tidak beda, jadi saya kembali­

kan soal antar berhak saja saya kira tinggal itu.

FPP (H. MASRUR JAVAS)

Terima kasih. Jadi sebenarnya komentarnya terlalu jauh pak itu,

apalagi dari teman FPDI, kita tidak mernpermasalahkan peran serta ini, peran serta tetap disini, urutan dari atas ada hak, ada kewajiban, sistematisnya tetap saja peran serta ada, di FPP juga tidak dihapus itu Pak Markus, FPDI.

Jadi tidak ada masalah, cuma berhak saja, tapi sudah dipertajam lagi oleh pemerintah, bahwa berhak itu jangan berhak saja, kalau berhak itu kan pasif, karena punya hak bisa turut bisa tidak, ini turut aktif, okelah setuju.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, dengan demikian apakah saya bisa tawarkan bahwa DIM 177 kita hanya membuang kata 11 langsung maupun tidak langsung", bisa kita sepakat ?

(RAPAT : SETUJU)

Page 73: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

73

Terima kasih. Mau ditambah Pak, "turut berperan serta aktif" sudahlah

jangan ditambah-tambah lagi bikin kacau saja, malah nanti ada "berperan serta pasif", biar saya kira begini saja supaya dia tegas, oke kita setuju. Tidak j angan tambah­tambah.

Oke, ayat (2) DIM 178. Yang melakukan perubahan adalah FPP, silakan Pak.

FPP (DRS. M. SYAIFUL MASJKUR)

Terima kasih Ketua. Ini di DIM-nya FPP ayat (2) ini

langsung, "Pemerintah wajib meningkatkan kat tentang pentingnya keberadaan dan peningkatan mutu kehidupan".

Itu saja terima kasih.

KETUA RAPAT

Silakan.

FPP (H.M. DJA'FAR SIDDIQ)

saya bacakan saj a pemahaman masyara­fungsi hutan bagi

Point ini kita anggap bahwa ada kewajiban yang terus­menerus dari pemerintah untuk memberikan pemahaman masyara­kat, terutama dalam berbagai aspek yang bisa berkaitan dalam rangka pemberdayaan dan pentingnya keberadaan fungsi hutan.

Waktu kongres kehutanan berlangsung di Jakarta yang ke­VI I I, waktu itu Panitia Kongres yang dalam hal ini Departe­men Kehutanan memutar film, film itu menyangkut berbagai masalah terrnasuk apa akibat dari sebuah kerusakan erosi dan segala macam, garnbarannya tajarn, jelas, andaikata itu bisa dibuat sehingga dapat di tampilkan dimasyarakat ten tang apa yang diinginkan dalam konteks ini, memberikan pemahaman. Sebab pemahaman secara lisan saja itu kurang, penyuluhan itu kurang, tapi kalau itu berupa audia visual dan rnenyakinkan itu gambarannya lebih menarik, disarnping itu juga merupakan tontonan yang dipedulikan masyarakat, apakah itu dalam bentuk kegiatan pemerintah daerah-daerah, ditempat-ternpat kawasan tertentu yang diperlukan penyuluhan komplit maupun ditelevisi-televisi.

Page 74: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

74

Di televisi perlu juga digambarkan hal-hal yang terkait dengan masalah ini, masalah bagaimana masyarkat memahami pentingnya keberadaan fungsi hutan dan akibat kehancuran hutan dan segala macam, ini perlu didramatisir segala macam. Hanya itu tidak panjang~panjang.

KETUA RAPAT :

Substansinya point Penyuluhan silakan.

bagus, benar pak, barangkali nanti saja kali. Silakan Fraksi-fraksi,

FKP (DRS. MARTINUS T. TENNES)

Terima kasih Pak Ketua. Pak Menteri yang saya hormati.

di FKP

FKP di DIM 178-nya tetap dengan alasan bahwa pemerintah ingin agar masyarakat ikut aktif seperti apa yang dijelaskan oleh Bapak Menteri tadi, saya kira begitu, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, singkat padat. FABRI kami persilakan.

FABRI (SUKANDAR ARUS, SE)

Terima kasih Bapak Pimpinan. FKP didalam DIM ini FABRI tidak ada usulan artinya

tetap dengan rumusan pemerintah, dengan dikandung maksud bahwa pemerintah dalam artian peran serta yang tadi disam­paikan teman dari FKP, bahwa untuk aktif. Jadi aktifnya masyarakat itu sendiri didorong oleh pemerintah untuk berperan serta.

Sedangkan yang diusulkan FPP, masalah pemerintah wajib meningkatkan pemahaman, tampaknya substansi bisa didalam penyuluhan. Jadi kalau dibaca didalam 11 Penyuluhan" isinya

· hampir sama. namun dapat saja diperkaya dengan muatan yang diusulkan oleh FPP.

Terima kasih Pak Ketua.

KETUA RAPAT :

Halaman risalahnya panjang ini. Jadi baik, pak, selanjutnya FPDI.

Page 75: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

75

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Ketua kami dapat memahami penjelasan daripada FPP mengenai perubahan redaksi daripada butir 1 78, tapi kalau kami coba mendalami rumusan daripada FPP ini, disini pemer­intah yang sebenarnya jangan jadi aktif, bukan masyarakat pak, sedangkan disini kan "pemerintah wajib mendorong peran serta" supaya peran serta masyarakat ini lebih ditingkatkan, tapi kalau rumusan yang ada pemerintah yang aktif, sehingga saya minta untuk kali ini barangkali kami belum bisa meneri­ma usul FPP, kami lebih mirif kepada konsep yang ada Ketua, konsep RUU.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih. Baik, selanjutnya Pemerintah.

PEMERINTAH/MENHUTBUN :

Kami juga telah mendengar komentar-komentar terhadap naskah yang disampaikan, itu kelihatannya tidak ada perbe­daan yang prinsipil, pengertian "pemerintah wajib mendorong ini" pemerintah harus dapat membangun kondisi kondusif bagi masyarakat untuk berperan aktif itu kan maksudnya disitu.

Sedangkan usul FPP yang kedua, itu saya setuju sekali bahkan kita mengenai "pemerintah wajib meningkatkan pemaha­man masyarakat" itu sudah disiapkan diantaranya buku 11 Hutan Deng an Iman dan Takwa 11

, sebentar lagi ki ta selesai wayang itu, wayang kita sudah selesai vidio bagaimana sejarah Wayang Jawa itu bcgitu kental tentang pendidikan kehutannya itu, itu sudah selesai dan Insya Allah vidionya, dan macam­macam, jadi kita setuju sekali. Cuma tempatnya yang mungkin kadangnya salah kadang, salah kamar, mungkin kamar penyulu­han nanti pak. Penyuluhan i tu kan pendidikan, penyuluhan segala macam mungkin kita masukan disana yang butir 2 ini.

Terima kasih Pak.

Page 76: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

76

KETUA RAPAT

Baik, Saya kira kita tawarkan saja ke FPP substansi ini kita

pindahkan ke kamar lain. Jadi di pendidikan, latihan dan penyuluhan, khusus yang ini karena ayat (2) dalam naskah adalah dalam rangka kewajiban Pemerintha untuk mendorong peran serta di ayat (1), sedangkan substansi yang diusulkan ini kita tampung nanti dalam pasal-pasal Litbang, Pendidikan dan Latihan serta Penyuluhan Hehutanan.

Kita kembalikan ke FPP, silakan.

FPP (HM. DJA'FAR SIDDIQ)

inikan sudah disetujui, letaknya saja tinggal wajah taruh dimuka dimana, tapi yang penting esensial yang diung­kapkan disini memang bahwa sudah merupakan para digma baru dalam rangka perberdayaan masyarakat, tidak hanya sekedar membantu, tapi juga sekaligus menyadarkan masyarakat tentang fungsi-fungsi, sebab terus terang saja memang masyarakat adat itu memiliki kearifan sendiri, tapi karena masyarakat adat ini sudah termasuk orang-orang baru, yang ditanahnya tidak punya hutan, itu masalahnya.

Jadi perlu diberikan penyuluhan. Terima kasih.

KETUA RAPAT

Jadi sebetulnya kalau abang mau, jawab tadi yah gitu, ketok sudah kita.

Baik, jadi.

Silakan.

FABRI (IGNATIUS MOELYONO)

Bapak Ketua, ijin sebentar. Sediki t Pak, kami ingin menaj amkan saj a kalau barang

kali tidak mengganggu, karena substansi tidak berubah. Jadi kami coba kata melalui kita roba ganti dalam dan

ditambah kata pembangunan. Jadi nanti akan menjadi pembangu­nan Pemerintah wajib mendorong peran serta masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan di bidang kehutanan.

Terim kasih Pak, kalau bagus itu.

Page 77: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

77

KETUA RAPAT

Jadi saya kira kita sepakat ini. Yah.

FKP {Ir. WAYAN WINDIA, MS)

Begini Pak Ketua, Tadi saya dengar keterangan Pak Menteri itulah yang

merupakan sebetulnya stating point yang paling penting, bahwa tidak mendorong Pak. Oleh karenanya stating point tadi Pak Menteri katakan, bahwa yang dimaksudkan dengan mendorong adalah menciptakan iklim yang kondusif, kata-kata itu mohon dimuat dipenjelasan Pak, sebab disini cukup jelas keterangan­nya.

Jadi stating point Pak Menteri tadi, bahwa yagn dimaksud dengan mendorong adalah menciptakan yang kondusif itu mohon dimuat di penjelasan.

Terima kasih, Ketua.

KETUA RAPAT

Baik, Nanti kita ceramti penjelasannya jadi khusus yang bagian

ini saya kira kita sepakat dimana usulan FPP kita masukan ke Bab Penyuluhan, setuju ?

(RAPAT SETUJU)

Baik, Jadi di halaman 184 kelihatannya FPDI menambahkan ayat­

ayat baru dan pasal baru sampai dengan halaman 186 yang kelihatannya sebetulnya hal-hal atau substansi disini sudah kita selesai atur pada bagian-bagian sebelumnya menyangkut rehabilitasi, menyangkut pendampingan, segala macarn, tapi namun demikian karena ini narnanya DIM saya persilakan ke FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Mernang Ketua apa yang kita sebut dalarn peubahan ayat baru ini, sebenarnya ini merupakan pencerminan yang terjadi di lapangan atau kelemahan-kelernahan yang terjadi di lapan­gan, sehingga kami coba tarik untuk bisa dirumuskan. Jadi kita lebih rinci barangkali, bunyi adalah mengembangkan peran serta masyarakat sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)

Page 78: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

78

Pemerintah menumbuhkan dan meningkatkan pemahaman pengawetan plama nufpa, ini banya memang kelemahan orang indonesia ini suka merusak, sedangkan dia mempunyai suatu nilai yang sangat strategis, dalam rangka kelestarian hutan mmaupun kelestarian penyangga kehidupana. Baru flora, fauna beserta ekositemnya, perlindungan sistim ekologi, penyangga kehidupan, pelestarian pemanfaatan, sumber daya hutan dikalangan masyarakat melalui pendidikan dan penyuluhan. Ini barangkali termasuk disitu, terserah, tapi intinya kira-kira itu. Pasal baru itu masya­rakat dapat berperan serta dalam rehabilitasi sudah ada, tapi juga reboisasi, karena ini ada kenyataan dilapangan ini monopoli dari kelompok-kelompok tertentu, sedangkan masyara­kat sebenarnya diharuskan untuk atau mempunyai hak juga dalam rangka reboisasi hutan.

Dalam pelaksanaan rehabilitasi dan reboisasi masyarakat berhak meminta pendamping, itu ada. Disini barangkali yang pen ting Pernerintah waj ib memberikan insentif kepada pihak­pihak yang berinisiatif membangunan hutan dan atau merehabi­litasi hutan-hutan yang rusak. Ini yang insentif ini, apakah sudah termasuk di rumusan memberikan dukungan, pelayanan, segala macam, tapi ini insentif yang saya kira perlu, kalau ada insentif masyarkaat sekitar hutan itu, dia bisa aktif untuk ikut membangunm merehabilitasi hutan-hutan yang rusak.

!tu saja, terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, Saya kira rekan-rekan sekalian demikian itu penjelasan

dari FPDI tolong dicertnati point-point yang disampaikan untuk kita beri tanggapan sebelum Pemerintah.

Silakan FABRI.

FABRI (SUKANDAR ARON, SE)

Terima kasih, Bapak Ketua. Menanggapi usulan dari FPDI, khususnya ayat baru, ayat

(3) ini, itu substansinya seperti juga tadi FPP adalah meru­pakan muatan-muatan dari penyuluhan, nanti bisa dikemas beberapa substansi dimasukan di penyuluhan untuk memperkaya.

Yang kdua Pasal 78 yagn diusulkan, beberapa substansi sudh diangkat secara makcro didalam kaitan pendampingan, dan macam-macam, dan tadi juga sudah dipahami oleh FPDI, sehingga inset saja beberapa butir yang memang diperlukan disana untuk memperkaya yang terkait dengan bidang-bidang tersebut.

Terima kasih.

Page 79: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih. Selanjutnya FKP.

FKP (JASMAN ISMAIL, SE)

79

Terima kasih, saudara Ketua. Menanggapi usul dari FPDI pada ayat (3) kami merasa ini

terlalu detail, terlalu teknis ini kita cantumkan disini, dan juga kita juga akan mengerti bahsa masyarakat di hutan itu apa mampu dia plasma nufpa, flora itu, disini Pak Dja' far saj a yang tahu. Jadi ini saya kira bahan penyuluhanlah, bagus yah bagus.

YAng kedua Pasal 78, saya kira ini sudah tercantum pada Pasal 53 ayat (1) dan (2) . Jadi rehabilitasi itu sudah termasuk di dalamnya reboisasi, kalau tidak salah.

Dan yang ketiga, Pemerintah waj ib melakukan insentif, ini insentif inikan uang, bisa disebarkan ini Pemerintah akan memberikan insentif, kamu bangun.

Jadi saya kira bahaya j uga ini, kalau memberi j angan dicantumkanlah, mungkin ada program-program, proyek-proyek dari kehutanan mungkin ada, saya kira itu tidak apa-apa, tapi jangan dicantumkan Pak PDI.

Terima kasih, Pak.

KETUA RAPAT :

Baik, yang belum adalah FPP.

FPP (HM.DJA'FAR SIDDIQ)

Memang saya sendiri belum sepenuhnya mengusai plasma nufpa, baru membaca litratur-litratur kehutanan mulai dari berbagai mac am fast growing space dan segala macam. Sa ya kira dengan pehamanan masyarakat terhadap fungsi hutan, itu sudah mencakup beragam mac am masalah. Jadi fungsi hutan sebagai sebuah kawasan catchmen areal, fungsi hutan sebagai bryding ternak, ayam dan segala macam disitu, nanti mungkin kalau perlu, tadi sudah sepakat bahwa ini kaitan dengan penyuluhan, maka nanti kita perkaya berdasarkan rumusan yang kira-kira pantas di pahami oleh masyarakat pembaca, sebab kalau masyarakat ilmiah mungkin lain lagi kita berikan,

karena masyarakat umum itu sifatnya tentu apa sewajarnya

Page 80: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

80

pantas diketahui, tapi kalau masyarakat ilmiah mungkin harus detail lagi.

Saya kira demikian, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih. Bapak Menteri, usulan FPDI sudah ditanggapi rekan-rekan

fraksi lainnya, dan saatnya untuk tanggapan Pemerintah. Silakan Pak.

PEMERINTAH {MENHUTBUN}

Terima kasih. Mengenai yang pertama plasma nufpa dan segala macam,

saya kira ini penting sekali memang di penyuluhan, karena kita akan menjelaskan pada masyarakat betapa pentingnya hutan sebagai penyanggga kehidupan, karena hutan itu memproduksi air dan udara, merupakan kebutuhan pokok, selain kebutuhan pokok lain. Jadi itu yang saya kira intagable benefit dari pada hutan, sebab selama ini orang menganggap hutan itu cuman kayu, padalah ada hal. Jadi saya kira mungkin dalam penyulu­han Pak, kita ditekankan sekali, karena itu hutan sebagai amanah, bukan sebagai hadiah yang hanya disyukuri, tapi amanah berartti memegang amanah, atau dengan kata lain juga dalam rangka forest conect generation, hutan untuk generasi yang akan datang, itu semua kita masukan lah.

Jadi saya kira ini bisa kita tampung di dalam penyulu-han.

Yang kedua sudah kita jawab mengenai pendampingan, nanti kita masuk dipendampingan dari peran serta masyarakat,s aya kira sudah ada.

Ketiga, mengenai Pemerintah waj ib memberikan insentif, ini saya kira mohon berkenan Pak Dirjen Harsono untuk menje­laskan apa saja yang selama ini sudah dipraktekan, sehingga dengan demikian mungkin ada masalah hutan rakyat, 5 % dan segala macam-macam itu, silakan bagaimana tanaman sela, tum­pang sari.

Silakan.

PEMERINTAH (DIRJEN RLDA/HARSONO)

Terima kasih, Pak Menteri. Pak Ketua, dan Bapak-Ibu sekalian yagn saya hormati. Saya ingin menambahkan dulu pada halaman 185 yang ber-

Page 81: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

81

kaitan dengan masyarakat dapat berperan serta dalam rehabi­litasi dan reboisasi, saya kira di dalam Pasal 37 pengertian rehabilitasi itu suda termasuk reboisasi.

Kemudian yang berkaitan dengan insentif, mungkin kami ingin menyampaikan secara teknis bahwa selama ini di dalam pelaksanaan pembangunan hutan rakyat, hutan kemasyarakatan dan sebagainya, diberikan bantuan oleh pemerintah dalam bentuk misalnya kridit dengan bunga rendah, kemudian masyara­kat j uga diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan­kegiatan pembangunan tanaman sela, kemudian dengan berbagai jenis dan sebagainya, juga tadi disinggung adanya beberapa proyek-proyek yang telah dilakukan.

Dengan demikian ini sudah dilakukan, dan saya kira pada dasarnya telah disepakati namun mungkin tidak perlu dimasukan di dalam satu ayat tersendiri.

Terima kasi, Pak.

PEMERINTAH (MENHUTBUN)

Terima kasih, Pak Harsono. Karena pun tidak, mungkin di penjelasan kita bisa kita

masukan ini, karena ini untuk merehalitir proyek-proyek kita selama ini, proyek pemberian insentif tentang pemberian buang nol persen, tumpang sari, pangan dan segala macam.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Jadi khusus insentif barangkali kita tampung di penjela­

san, dimana yah, soalnya belum ada pasalnya, kita mau taruh dimana ini, mungkin dalam pelaksanaan rehabilitasi dan, nanti kita carikan tempatnya.

Baik, namun demikian saya kembalikan ke FPDI. Dengan saran-saran fraksi-fraksi Pak Markus.

FPDI (Drs. MARKUS WAURAN)

Terima kasih, Pak. Kalau yang untuk 184 tadi kalau mau ditampung dimana

juga, silakan, kami tidak keberatan, asal ditampung. Juga Pasal 78, kalau reboisasi masuk rehabilitasi okey, tapi juga barangkali ada dalam penjelasan itu insentif juga, kalau bisa

tidak dalam pasal, tadi Pak Menteri katakan kalau bisa ditam-

Page 82: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

82

pung di penjelasan, itu sebagai dasar hukum terhadap apa yang langkah-langkah pemerintah yang sudah dilaksanka sekarang.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Dengan demikian, Bapak-Ibu dan Suudara sekalian. Tambahan rumusan dari FPDI kita sepakati tempatnya

bukan disini, namun nanti kita carikan khususnya yang men­yangkutnya bahan-bahan penyusuluhan kita carikan tempat di penyuluhan, sedangkan yang insentif nanti kita tambahkan di penjelasan yang berhubungan barangkali dengan berbagai macam kegiatan rehabilitasi dan segalamnya.

Demikian, kita sepakat ?

(RAPAT SETUJU)

Selanjutanya di halaman 186 butir 179 peraturan pemerin­tah, saya kira FPP soal dihapus sudah dielemenir, sedang FPDI hanya perubahan pasal.

Saya kira apa bisa langsung kita ketok ini dengan cata­tan seperti kemarin, kemarin, langsung ?

(RAPAT SETUJU)

Terima kasih.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Dengan catatan Peraturan Pemerintah itu dirinci.

KETUA RAPAT :

Sudah Pak, saya sudah sebut tadi, cuma kata-katanya beda Pak.

Baik, Bapak-Ibu dan Saudara-saudara sekalian. Kalau kita urutan DIM harusnya Pengawasan, tapi ini

adalah tambahan baru, boleh kiranya kita lanjut saja kebela­kang.

Dengan catatan bahwa halaman 186 sampai dengan 197 kita cermati kemudian disesuaikan dengan usulan-usulan baru, karena ada bab-bab itu, ada yang sudah kita sepakati, kita kelompokan, ada yang belum misalnya yang menyangkut penyeles­aian sengketa, nanti kita padukan bersama pembahasannya

Page 83: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

83

dengan nomor DIM dari fraksi lain yang mengusulkan itu. Jadi nanti kita sandingkan khusus. Setuju itu yah.

(RAPAT SETUJU)

Terima kasih. Kita masuk pada Bab X RUU Bab X RUU, saya kira Tims in langsung saj a untuk butir

180, karena memang sama semuanya.

(RAPAT SETUJU)

Jadi kita masuk pada Pasal 55. FABRI merubah pasal saja, FKP hanya acara pidana diha­

pus, FPP hanya rubah pasal dan nomor saja, saya hanya FKP.

nya.

Silakan FKP.

KETUA RAPAT :

Assallammu'alaikum Wr. Wb. Bapak sekalian; Bapak Menteri yang kami hormati beserta segenap jajaran-

Akhirnya sampai juga yang katanya Pimpinan tadi urusan sarjana hukum.

Oleh karena itu saya ingin menyampaikan bahwa di ayat ini Pasal 55 RUU, FKP hanya ingin mengusulkan dihilangkannya anak kalimat setelah hukum acara pidana. Jadi kata-kata untuk melakukan penyelidikan tindak pidana di bidang hutan dan kehutanan, ini dihapus, karena rasa-rasanya ini pengulan­gan yang tidak perlu, dan kalu pun itu dihilangkan tidak merubah makna.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, acara pidana. Untuk penyidikan tindak pidana dibidang hutan dan kehu­

tanan. Jadi acara pidana, titik, jadi tidak lagi untuk penyidi­

kan tindak tindak pidana dibidang hutan dan kehutanan, itu yang dihilangkan.

Baik, saya persilakan FABRI.

FABRI (DRA, Ny. NOLDY RATTA)

Page 84: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

84

FABRI walaupun disini disebutkan tetap, tapi sangat simpatik usulan dari FKP, yaitu dan kami rasa juga tidak ada penaruhnya.

tidak dirubah, sangat simpatik

Jadi kami setuju dengan sampai hukum acara pidana saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya lanjutkan FPDI.

FPDI {DRS. MARKUS WAURAN) :

Bagi kami kalimat lengkap ini, bisa diterima, asal sesudah kata departemen sampai dengan pengusaha hutan itu dihapus, tapi sebaliknya usul FKP itu bisa diterima asal kata departemn dan seterusnya bisa diterima.

Jadi saya baca begini Ketua, selain pej abat penyidik Kepolisian Negara Repbulik Indonesia juga Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Departemen diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagai dimaksud dalam UU tentang Hukum Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang hutan dan kehutanan, karena cuma sampai dengan departemen. Tapi kalau kalimat ini diterima terus, memang bunyi begini, setelain Pejabat Penyidik Kepolisian RI juga Pejabat PNS tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan tanggungjawabnya meliputi pengurusan hutan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam UU tentang Hukum Acara Pidana. Atau alternatif ketiga, jadi sesudah kata departemen yang lingkup tugas dan tanggungjawab meliputi pengurusan hutan dihapus, tetapi juga usul FKP itu kita terima dengan catatan kata departemen itu harus masuk dalam pengertian ketentuan umum, artinya departemen adalah departemen kehutanan dan perkebunan, sehingga jelas itu, kalau tidak itu tidak jelas.

Jadi tegasnya kami setuju, usul FKP. Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, terima kasih FPDI. Selanjutnya dari FPP.

FPP {SYAMSU RIZAL)

Page 85: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

85

Terima kasih. Bapak Ketua dan Bapak Menteri yang saya hormati. Assalammu'alaikum Wr. Wb. DIM FPP sama dengan DIM yang disampaikan dalam naskah

RUU, memang sebagaimana yagn disampaikan oelh rekan kami dari FKP dan FPDI, ini memang hukum acara pidana ini berlaku umum. Jadi memang untuk DIM kami sampaikan ini, ini ssebenarnya ada kekeliruan redaksi, memang hanya sampai di hukum acara pida­na.

Saya rasa sependapat itu. Terima kasih. Assalammu'alaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT

Terima kasih. Selanjutnya Pemerintah.

PEMRINTAH {MENHUTBUN)

Terima kasih, Bapak Pimpinan. Mohon perkenan, Bapak Sumarsono yang mendesain ini untuk

memberikan komentar keterangan.

PEMERINTAH (STAF AHLI MENTERI/SUMARSONO)

Terima kasih, Bapak Menteri. Bapak Pimpinan dan Bapak-Ibu yang saya hormati. Disini sebetulnya Pemerintah ingin mencantumkan kalimat

yang lengkap, sehingga jelas bahwa apa yang dinamakan PPNS, kemudian apa yang dilaksanakan untuk yang berkaitan dengan hutan dan kehutanan. Oleh karenanya, memang pertama kita ingin mempertegas bahwa tugas penyidikannya itu penyidikan tindak pidana di bidang hutan dan kehutanan, jadi dipertegas. Kemudian PPNS ini memang diberikan untuk lingkup departemen yang membidangi kegiatan hutan dan kehutanan, itu memang nanti bisa diangkat keatas.

Jadi bagaimana bunyi, tapi itulah yagn dimaksudkan, supaya jangan sampai ada keragu-raguan bahwa tindak pidana dan tindak pidana dibidang hutan dan kehutanan yang dilakukan oleh PPNS kehutanan ini.

Terima kasih.

Page 86: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

86

KETUA RAPAT :

Yah, tapi walaupun dibuang Pak, ini UU kehutanan, masak ngatur yang mencuri di bank, tidak, jadi saya kalau dibuang pun seperti.

Saya kira Pemerintah tidak keberatan kalau dibuang. Baik, saya tawarkan kepada Bapak-bapak sekalian, apakah

usulan perubahan sesuai usulan FKP kita terima ?

(RAPAT SETUJU)

Terima kasih. Jangan panjang kalau yang disini, tambah mumet.

Butir 182, saya kira sudah tetap.

(RAPAT SETUJU)

Butir 183, hanya FPDI yang menyampaikan perubahan. Silakan FPDI.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN } :

183 kan. Ini sebenarnya kita bikin 1 kata saja. Hutan dan kehutanan di bidang perhutanan. Jadi melakukan pemerik­saan atas kebenaran laporan atau keterangan yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang perhutanan. Itu sudah men­yangkut hutan, kawasan hutan, hasil hutan, segala macam itu.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Ya karena bidangnya ini apakah kita sepakat dulu nas­kahnya Pak nggak, kan sarna saja ini. Setuju ya, naskah RUU.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN ) :

Yang mana setuju, FPDI punya atau RUU ? Ini kan kita ada usul perubahan, gimana Ketua.

KETUA RAPAT :

Ya Kan maksudnya soal perhutanan tadi katanya, di bidang perhutanan toh. Ini kan belum ada kepastian.

Page 87: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

87

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN )

Ya, Perhutanan atau kehutanan. Pakai saja dulu istilah kehutanan lah.

KETUA RAPAT

Baik, Jadi kalau memang masih harus kita gantung khususnya

1n1 saya persilakan fraksi-fraksi. FKP silakan.

FKP ( YANTO, SH

Terima kasih. DIM FKP tetap karena menurut pemahamanan FKP apa yang

tercantum dalam huruf a ayat (2) dari Pasal 55 ini memang demikian apa adanya. Menanggapi usulan dari rekan FPDI ini sebenarnya masalah kehutanan terkait dengan judul, itu nanti kalau judul itu sepakat tentunya ini akan dengan sendirinya disesuaikan. Namun rasanya kalau harus diganti dengan kehu­tanan a tau yang menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasil hutan ini rasanya kok lebih pas uraian di dalam RUU ini dan tentunya maknanya memang sedemikian ini baik yang rnenyangkut hutan, kawasan hutan rnaupun hasil hutannya.

Terima kasih>

KETUA RAPAT :

Ya Pak Yanto terima kasih atas penjelasannya, mudah­mudahan ditangkap betul Pak Markus ini. Ini kan pasal-pasal penyidikan Pak, harus jelas, tidak bisa, ini pemahaman saya.

Baik, selanjutnya FABRI.

FABRI ( DRA. NY. NOLDY RATTA

Bapak Ketua yang karni hormati, Menurut FABRI di sini sudah dikatakan tetap, karena ini

lengkap dan memang sesuai dengan tugasnya dan jelas lebih moylah Pak.

KETUA RAPAT

Baik, FPP silakan.

Page 88: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

88

FPP ( SYAMSU RIZAL )

Terima kasih Bapak Ketua, dan Bapak Menteri yang saya hormati. Bahwa DIM FPP itu tetap sebagaimana naskah RUU dari

Pemerintah bahwa penyidik di sini memang dengan sendirinya menurut aturan hukum, aturan pidana ya rnemang untuk berke­naan dengan tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan dan ini pengertiannya bahwa perbuatan hukum, tidnakan hukum yang melanggar dengan hukum pidana tentunya itu adalah tugas dari Penyidik.

Demikian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

KETUA RAPAT :

Terima kasih, baik. Selanjutnya Pemerintah Pak.

PEMERINTAH / MENHUTBUN :

Kami melihat dalam diskusi ini kok prinsipil. Oleh karena itu kami ingin tetap kali kasihlah tetap masa semua diobok-obok.

KETUA RAPAT :

tidak ada yang sajalah, sekali-

Baik, ini lagi cari moy ini. Saya kembalikan ke FPDI kalau boleh kita tetap.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN )

Saudara-saudara, Ini rumusan ini FPDI selalu didorong berpikir jauh ke

depan, sekaligus smembantu Pemerintah juga ini, apakah memang Saudara-saudara pengertian kehutanan itu hanya melip­uti hutan, hasil hutan, kawasan hutan. Mungkin besok-besok ada perkembangan Pak, cakupan kehutanannya bukan hanya ini, bukan hanya hutan, bukan hanya kawasan hutan, dan hasil hutan, mungkin juga nanti ada hasil ikutan hutan atau nanti berkembang kalau ada perjanjian internasional apa itu nama­nya oksigen dan sebagainya sehingga dalam perkembangan kami sudah mengantisipasi pengertian kehutanan ini untuk jangka waktu yang j auh ke depan tetapi kalau ki ta mau berpikir sempit hanya sesaat saja ya monggo.

Terima kasih Ketua.

Page 89: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

89

KETUA RAPAT :

Saya kira kita tidak sependapat untuk berpikir sempit. Kita mau bersepakat bahwa yang benar itu, ini. Karena justru kalau di bidang perhutanan saja justru menjadi tidak jelas ketika kita melakukan penyidikan, kalau konteks itu barang­kali kita tawarkan untuk tetap sebab kalau kita ambil kepu­tusan karena pikir sempit ini salah kita.

Baik khusus yang ini bagaimana, ki ta mau apakan ini, dengan tanggapan FPDI Pak barangkali kita, apa putar. Sekali lagi katanya.

Baik FPP duluan. Jadi alasan terakhir itu. Jadi kita perdalam soal hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. Menurut beliau apa memang hanya itu yang mau diatur melalui Bab Penyidikan ini toh barangkali ke depan bisa melebar begitu, orang hukum ini. Silakan.

FPP ( SYAMSU RIZAL )

Terima kasih Pak Ketua. Saya rasa kita kan berbicara sekarang Pak. Jadi sebaik­

nya sekarang ini ya aturannya memang demikian. Saya rasa perkembangan hukum itu tentunya juga kita berpedornan pada Hukum Acara Pidana ya, jadi berlaku umumlah. Saya rasa cukup diputuskan di sini saja Pak, kami dari FPP.

Terima kasih, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabara­katuh.

KETUA RAPAT

Ada tambah, bisa juga Bapak.

FPP ( H.M. HARMINTO A. PURWOTENOYO

Terima kasih. Memang meyakinkan PDI ini agak sulit. Gambapngnya kalau

nanti sudah ketahuan ini. Saya melihat dari susunan redaksi­nya itu sudah menyangkut apa yang dikehendaki oleh Pak FPDI yaitu tindak pidana yang menyangkut hutan. Kalau nanti terjadi dalam perkembangan ada hal-hal yang baru yang seka­rang belum tertampung karena itu menyangkut hutan dengan sendirinya kena pasal ini, sudah masuk Pak. Kawasan hutan itu juga sudah jelas tadi dan hasil hutannya. Jadi saya kira dengan kalimat menyangkut hutan ini dapat mengunci keinginan FPDI.

Terima kasih.

Page 90: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

90

KETUA RAPAT :

Baik, Terima kasih Pak Harminto, Justru sebetulnya sudah betul begitu loh menurut beli­

au, yang dipikirkan FPDI ya jawabannya ini. Itu menurut Pak Harminto.

Silakan FABRI.

FABRI ( DALAM SINURAYA, S.sos )

Terima kasih Pak Ketua, Apa yang disampaikan rekan dari FPDI kami kira juga

sudah tertampung pada ayat ini. Kalau kita katakan yang menyangkut hutan, yang meneyangkut kawasan hutan, yang menyangkut hasil hutan ke depan jadi sudah tertampung. Rumusan dari rekan FPDI ini memang moy tapi saya pikir kami berpendapat, rumusan Pemerintah aini paling moy, kita setu­jui kiranya.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, FKP silakan.

FKP ( S.M. TAUFIQ THAIB, SH )

Terima kasih Ketua. Bapak dan Ibu yang kami hormati. Sebagairnana tadi pendirian FKP dengan rurnusan dari RUU,

untuk menanggapi apa yang disampaikan oleh rekan FPDI yang mana kita harus berpikir jauh ke depan, saya kira kalau tadi yang dicontohkan kalau nanti oksigen akan merupakan hasil hutan, saya kira memang dari sekarang sudah bisa tertampung itu oksigen itu rnasuk ke dalam satu produk dari hutan begitu juga air dan lain-lain sebagainya. Jadi apa yang dikhawatir~ kan rekan dari FPDI tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan datang nanti tidak perlu terlalu dikhawatirkan, apalagi kalau kita juga mengingat hukum dan UU itu kan selalu akan mengikuti dinamika masyarakat. Kalau nanti dinamika kita berubah ya kalau perlu UU ini kita revisi lagi pada saatnya.

Terima kasih.

Page 91: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

91

KETUA RAPAT :

Baik, demikian fraksi-fraksi, giliran Pemerintah sila-kan.

PEMERINTAH / MENHUTBUN :

Saya kira setelah mendengar semua ini Pemerintah mau kasih komentar apa lagi selain tetap, kira-kira begitulah kalau boleh. Jadi yang dimaksud Pak Markus sudah kita lihat jauh ke depan tapi hasil hutan ini kan luas sekali, nanti kita sidik juga dalam konteks ini, mungkin kami cenderung tetap Pak ini.

KETUA RAPAT

Baik, saya coba kembalikan lagi ke FPDI.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN ) :

Terima kasih Saudara-saudara atas tanggapan itu, Kami tadi tidak mengatakan bahwa rumusan FPDI tentang

kehutanan tidak mencakup atau belum mencakup 3 aspek itu, sudah mencakup tetapi rumusan kehutanan itu barangkali mengantisipasi kebutuhan yang akan datang bahwa pengertian kehutanan itu bukan hanya ini tetapi kemudian berkembang ada lagi yang lain ya memang benar hasil hutan luas Pak ya, siapa tahu nanti ada konvensi internasional mengatakan bahwa yang menyangkut kehutanan itu bukan hutan, kawasan hutan, hasil hut an, termasuk j uga orang yang tinggal di dalam hutan, tidak masuk dalam pengertian ini Pak atau yang lain­lain lagi. Itu perspektif pemikiran PDI jauh ke depan tetapi kalau kita mau berbicara sesaat sekarang dan kemudian nanti UU ini tidak mampu mengantisipasi masa depan yang monggo silakan kami tidak menghalangi, asal jangan persalahkan PDI.

KETUA RAPAT :

Baik, Demokrasi tidak boleh saling menyalahkan. Apakah dengan

demikian bisa kita setujui ini naskah RUU ?

( RAPAT : SETUJU )

Terima kasih. 184 perubahan dari FPDI sama dengan butir sebelumnya.

Page 92: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

92

Oleh karena itu saya tawarkan kepada FPDI, apakah ini terma­suk butir yang bisa langsung kita setujui, saya persilakan, sama Pak. Jadi sama itu yang menyangkut hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan sangat apersis dengan yang di atas.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN ) :

Apa boleh buat sudah diputus di atas, kita mau konsis­ten dengan yang dibawah ?

KETUA RAPAT

Baik terima kasih, kita langsung putuskan.

( RAPAT : SETUJU )

FABRI ( DRA. NY. NOLDY RATTA )

Mohon ijin Pak ada sedikit, Dari FABRI walaupun di sini

yang salah dalam pengetikannya pemeriksaan terhadap orang yang

dikatakan tetap tapi ada ini Pak. Jadi melakukan diduga melakukan tindak

pidana bukan tindakan pidana Pak yanag menyangkut hutan. Terima kasih Pak.

KETUA RAPAT :

Terima kasih banyak. Jadi tindak Pidana yang menyangkut hutan, kawasan

hutan, dan hasil hutan. Selanjutnya 185 adalah butir yang sudah disepakati dari

dulu, saya langsung ketok. Kemudian butir 186 sama dengan yang tadi, apakah dengan

demikiana langsung kita ketok ? Saya tunggu gerakan dulu ya. Okey, moy, saya tunggu gerakan kepala saja. Kemudian butir 187 PDI sama juga dengan yang sebelum­

nya, FKP hanya bertanya, keterangan dari barang bukti. Dari pada saya saaaalah terangkan, silakan khusus 187 siapa tahu ada makna yang terkandung.

FKP ( YANTO, SH ) :

Terima kasih. Ini memang di dalam terminologi hukum pidana ini ada

biasanya dipakai barang bukti. Oleh karena itu kita minta penjelasan, mungkin berkaitan dengan hutan, kawasan hutan,

Page 93: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

93

hasil hutan ini memang ada bahasan sehingga dipakai barang bukti. Oleh karena itu di sini kita mempertanyakan pada Pemerintah, kalau-kalau memang bahan, ini tentunya terkait dengan kekhasan barangkali di bidang kehutanan karena biasa­nya di ketentuan pidana ini dipakai barang bukti.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Karena ini pertanyaan, apakah boleh saya langsung pada

Pemerintah, boleh ya. Silakan Pemerintah.

PEMERINTAH / MENHUTBUN

Terima kasih, memang ngaku salah Pak, barang bukti.

· KETUA RAPAT :

Dengan keterangan bahan katanya keliru, apakah dengan demikian DIM ini beribah keterangan dan barang bukti, kalau mau komentar soal itu silakan.

Pak Markus mau ini, silakan.

FPDI ( DRS. MARKUS WAURAN )

Sebentar saja. Pemerintah selalu dipengaruhi bahwa hutan atau hasil

hutan i tu adalah bahan baku. Jadi ini barang bukti, ini bikin bahan bukti.

KETUA RAPAT :

Dengan demikian bahan yang tertulis yang tertulis "bahan" diganti dengan "barang". Apakah kita langsung setu­jui?

(RAPAT SETUJU)

Terima kasih. 188 adalah, kalau ini boleh dibilang bahan, bahan yang

sudah kita sepakati, saya ketok. 198 FPP ada usulan perubahan dan FPDI ada

bahan. Saya dahulukan yang agak banyak-banyak, 189 halaman 202.

usulan peru­FPDI. Butir

Page 94: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

94

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Itu konsisten dengan yang di atas Ketua.

KETUA RAPAT :

Sama juga yah, oke, terima kasih banyak, jadi tidak ada masalah. Saya lanjutkan FPP.

FPP (SYAMSU RIZAL, SH) :

Terima kasih Bapak Ketua, Bapak Menteri, Bahwa dari DIM FPP ini hanya ada berubahan, yaitu kata

11 dimulai 11 ditambah akhiran "nya 11• Setelah perubahan, saya

bacakan lebih lengkap "penyidik sebagaimana dimaksud ayam ayat (1).

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Bukan itu Ketua,

KETUA RAPAT :

Ada kekeliruan penulisan di DIM, salah ketik. Jadi g barangkali kita ketok dulu ? Terima kasih Pak Markus.

190 Sekarang saya persilakan FPP.

FPP ( SYAMSU RIZAL ) :

Terima kasih. FPP hanya menambah kata akhiran "nya 11

setalah perubahan.

FABRI ( DRA. NY. NOLDY RATTA )

Interupsi Pak. 189 saya baru mau beritahu Pak walaupun di sini tetap.

KETUA RAPAT

Pak Syamsu minta maaf ya. Pertama ada perubahan apa akita terima ibu dulu ini.

Page 95: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

95

FABRI ( DRA. NY. NOLDY RATTA

Jadi di pasal ini berbunyi menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan. Ini ada ketentuan penyidikan penghentian penyidikan oleh PPNS dalam hukum acara pidana ini Pak bahwa sebelum dia menyidik dia sudah melaporkan kepada polisi dan penuntut umum. Kalau dia menghentikan penyidikan berarti dia harus melaporkan untuk penghentian penyidikan tersebut. Jadi kami usul untuk bisa ditarnbahkan (penyernpurnaan saja Pak), meng­hentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti tentang adanya tindak pidana yang menyangkut hutan, kawasan hutan dan hasil hutan dan segera disampaikan kepada penyidik dan penuntut umum. Jadi ini tertuang dalam Pasal 109 Hukum Acara Pak. Dalam hal penghentian penyidikan sebagaimana tersebut dalam ayat (2) dilakukan oleh penyidik yang masuk dalam Pasal 6 huruf b pemberitahuan mengenai hal itu segera disampaikan kepada penyidik dan penuntut umum maksudnya ini kepada Penyidik POLRI karena sudah berjalan penyidikan ini Pak.

KETUA RAPAT

Baik, Terima kasih Bu. Dalam laporan itu sendiri kan melaporkan hasil penyidi­

kan juga kan Bu. Bahwa dia menghentikan itu bahwa itu yang dilaporkan kan, saya kira bisa kita masukkan di ayat (3) itu Bu, menurut saya tidak tahu dan nanti kita lihat, nanti kita kaitkan saja dengan ini. Kalau pengertian yang Ibu maksudkan bisa diakomodir di ayat (3), penyidik sebagaimana dimaksud dalam (1) mernberitahukan dirnulainya penyidikan dan melapor­kan hasil penyidikannya kepada penuntut urnum. Kalau itu melaporkan itu kan termasuk melaporkan bahwa saya sudah menghentikan kan kalau bisa begitu berarti masuk sini, kalau tidak nanti kita cerrnati untuk di butir sebelumnya. Kita diskusikan saja bersarna-sama dengan ini.

FABRI ( DRA. NY. NOLDY RATTTA ) :

Jadi ini sebenarnya berdiri sendiri Pak. Jadi satu mulai menyidik beritahu, sesudah menyidik sebelurn diserahkan kepada penuntut umum lapor dan pada waktu menghentikan penyidikan. Jadi menghentikan penyidikan ini tidak sama dengan laporan mulai dan laporan sudah. Jadi membatalkan

Page 96: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

96

laporan mulai ini sebenarnya Pak. Jadi ini khusus ini Pak penghentian penyidikan.

KETUA RAPAT

Makanya itu nanti kita diskusikan terkait, hukum ini beberapa orang sarjana hukum nanti lain, beda-beda. jadi maksudnya kita kaitkan saj a dalam putaran ini, kalau yang ibu maksudkan dalam butir g itu tidak termasuk di sini nanti kita tambah yang ibu maksudkan, tapi kalau bisa sepakat kita bahwa bisa di sini, di sini, terserah nanti kita kaitkan saja biar Pak Syamsu bisa selesaikan, ya bu ya.

Silakan Pak Syamsu.

FPP ( SYAMSU RIZAL )

Terima kasih Pak Ketua. Dalam DIM ini FPP secara substansial sama dengan naskah

RUU namun hanya di tambah akhiran "nya", kemudian saya baca lengkapnya :

Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberita­hukan dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikan­nya kepada penuntut umum.

Sekian dan terima kasih. Menanggapi dari rekan kami FABRI ini bahwa menurut kami

mengehtnikan penyidikan ini ya secara adminsitratif dengan sendirinya kan menyampaikan pada penuntut umum itu Pak. Saya rasa aturan ketentuan acara pidana sudah jelas diatur di UU, jadi saya rasa tidak perlu masuk di dalam sini, menurut hemat kami ya tapi terserah baiknya bagaimana .

KETUA RAPAT

Baik, Bung Syamsu. Selanjutnya saya persilakan FKP dulu.

FKP ( YANTO, SH ) :

Terima kasih Pimpinan. Berkait dengan DIM 190, selain apa yang telah disampai­

kan rekan FPP tadi kami sama mengusulkan hal itu. Namun yang kedua, berkaitan dengan hal ini, FKP mengu­

sulkan kata "melaporkan" setelah "dimulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya" FKP ingin mengusulkan dan mudah-mudahan ini bisa ditanggapi oleh rekan-rekan yang lain, diganti dengan "menyerahkan". Jadi menyerahkan hasil

Page 97: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

97

laporan kepada penuntut umum. FKP berpikir bahwa PPNS dan Penuntut Umum ini lembaga yang PPNS Penyidik, khusus PPNS Ini kelembagaannya sej ajar dengan Penuntut Umum Kej aksaan. Oleh karena itu, kami menggunakan terminologi "menyerahkan", kalau melaporkan ini kan kesannya ada kelembagaan yang berjenjang begitu. Memang kalau dilihat di Hukum Acara Pidana, digunakan istilah melaporkan, tetapi dalam era sekarang ini harus kita mulai mendudukkan posisi kelembagaan secara benar. Oleh karena itu dalam kaitan ini kami mengu­sulkan agar kata "melaporkan" ini diganti dengan "menyerah­kan". Itu yang kedua.

Yang ketiga, menanggapi usul dari rekan FABRI memang substansinya bisa kita pahami hanya mungkin tempatnya apakah kita sambungkan di DIM 189 ini karena kenapa kami harus mempertanyakan kenapa dicantumkan disini penyidik PNS ini di dalam melaksanakan tugasnya dia tidak bisa lain harus berpe­gang pada undang-undang hukum acara pidana. Oleh karena itu sesungguhnya dicantumkan atau tidak dalam hal ini otomatis penyidik ini akan melakukan prosedur yang sudah diatur di dalam Hukum Acara Pidana itu. Namun untuk, kalaupun kita terlalu khawatir dan kalau ditempelkan begitu saja mungkin secara pengkalimatannya rnengganggu rnungkin ditampung dalam penjelasan saya kira tidak masalah, itu nanti sekaligus mungkin juga terkait dengan usulan-usulan FPDI yang disam­paikan kepada kami di butir 190 dengan usulan FABRI sendiri di butir 190, ini agak terkait. Jadi karena penyidik PPNS ini di dalam pelaksanaan tugasnya dia tidak bisa lari dari Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana sesungguhnya ditambah di ayat yang bersangkutan ini kalau tidak mengganggu tidak rnasalah, kalau rnengganggu mungkin bisa ditampung di penjela­san, ini bisa berlaku di 2 ayat ini.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, selanjut Fraksi ABRI.

FABRI (DRA. NOLDY RATTA) :

Bapak Ketua yang kami hormati; Untuk DIM Nomor 189 mengehentikan penyidikan kalau

memang alergi ada ?, disini tidak apa-apa Pak, asalkan dalam Penjelasan itu jelas karena sekarang ini cenderung untuk membuat PPNS tetapi ingin menyerahkan sendiri, sehingga menyerahkan sendiri berkas itu kepada Penuntut Umum, sedang­kan ini sangat bertentangan.

Page 98: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

98

Untuk itu pada DIM Nornor 190 harus ditarnbahkan, sekali lagi saya ulang harus ditarnbahkan, rnelalui Penyidik Polri. Ini agak rancu, ini sudah terjadi untuk Bea Cekai, jadi saya tidak akan kebobolan sekarang lagi.

Jadi lengkapnya, kalau FKP tadi bahwa dimulai Penyidi­kan dan Melaporkan hasil penyelidikan penuntut umum, itu boleh rnenyerahkan, Pak. Memang bahasa hukumnya dalam Undang-undang juga rnenyerahkan bukan melaporkan dan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polri karena sampai saat ini masih berlaku.

Untuk meyakinkan, tadi saya sudah ke Mabes Polri kepada yang menyelesaikan ini, apakah sekarang hal ini masih berla­ku. Oh ini Bu, sekarang ini masih berlaku dan tidak pernah ada cement.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira kita cari yang benar, lah. Selanjutnya FPDI.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Jadi untuk membela FABRI khususnya Polri PDI lebih merinci karena bisa saj a ki ta menilai Polisi ini sangat subyektif mentang-mentang dia ABRI taruh-taruh nama Polri disini. PDI membela tapi ada dasar hukumnya.

FPDI mencoba melengkapi kalimat ini, bunyinya lengkap sebagai berikut "Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (2) (bisa ayat (2) bisa ayat (1) ) , karena juga ayat (2) "Penyi­dik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) itu ayat (2), terserah kita mau pilih ayat {l) atau ayat (2) kami tidak keberatan.

Kami ulangi "Penyidik sebagaimana dimaksud ayat (2) memberitahukan dimulainya, ada "nya" disini bukan mengikuti FKP tetapi memang ada dalam konsep tapi tidak diikuti, memberitahukan dirnulainya penyidikan dan melaporkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum. Ini Bu, untuk memperte­gas jangan by pass kan ini ada prosedurnya, rnelalui Pejabat Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Kenapa harus melalui Polisi, karena sesuai dengan ketentuan Pasal 107 UU Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, itu jelas sekali.

Jadi untuk memperkuat apa yang soal Pejabat Penyidik daripada kelanjutan pasal ini ada himbauan

diulang-ulang oleh FABRI Polri, tetapi tentunya katanya kalau ke Polisi

Page 99: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

99

suka lama juga Bu? Sehingga mungkin ada yang By Pass saya tidak tahu itu, makanya saya teruskan benar atau tidak saya tidak tahu ini?

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terirna kasih. Selanjutnya pernerintah dan mudah-mudahan barang ini

nanti kita Timus kan saja Pak. Silakan kepada pemerintah.

PEMERINTAH :

Ada dua hal sebelum diteruskan ke Timus. Saya kira ini prinsipil sekali masalah koordinasi

melalui Polisi ini, Bea Cukai meskipun disebut Undang­undangnya belum dicabut, Bu, jadi disini rnasih Bea Cukai. Penyidikan sebagaimana dirnaksud pada ayat (1) mernberitahukan dimulainya penyidikan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, itu yang Bea Cukai. Jadi itu disebut sesuai dengan yang disana.

Kita pengalaman-pengalaman praktis dilapangan ini umumnya sulit sekali, kami mengajukan perkara 11 melalui Kepolisian akhirnya sampainya juga, ingin langsung saja kepada Penuntut Umum dalam konteks ini supaya tidak terlalu memakan waktu apalagi dibawah koordinasi Kepolisian, koor­dinasi dibawah kepolisian jadi setuju sekali. Nanti saya minta jelaskan kepada Pak Harsono.

Tetapi ada satu yang saya rnohon rnaaf sebesar-besarnya karena pernerintah itu tidak bisa bikin DIM dari tadi saya agak pusing disini, ada satu rnasalah yang kita lepas disini yang di Bea Cukai i tu ada dalam Bab Penyidikan Bea Cukai dalam Pasal 112,mungkin saya tidak tahu apakah boleh kalau tadi Pak Markus boleh kalau kebetulan kita nangkap ide baru lepas yaitu disana dinyatakan "melakukan penangkapan dan penahanan terhadap orang yang disangka melakukan tindak pidana dibidang, (kalau di Bea Cukai dibidang Kepabeanan) ini dibidang Kehutanan.

Selama ini kasusnya susah karena kita tangkap barangnya orangnya lari kemudian Kejaksaan tidak rnau mengadili karena tidak ada orangnya. Contohnya di Angkatan Laut Surabaya itu sudah dua tahun kayu tertimbun disana tidak bisa diadili karena orangnya tidak ada, macam-macarn prosesnya sangat sulit sampai sekarang ini, karena hilang. Lebih jelek lagi

Page 100: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

100

setelah itu dia memang ditangkap dilepas sama dia nanti waktu lelang disita dia lagi yang beli, jadi tidak ada efek jera sama sekali.

Jadi kalau ini masuk salah satu item yang ada juga di Bea Cukai melakukan penangkapan dan penahanan, j adi j el as orang ini kalau tidak percuma saja, jadi sukar sekali.

Jadi ini sudah ada presedennya, apakah bisa kita tam­bahkan salah satu item apakah di a,b,c,d, atau salah satu diselip antara c, b, d atau mana, minimal dibawa ke Timus untuk butir ini.

Mengenai yang koordinasi silakan kalau Pak Harsono rnau menambahkan.

Terima kasih.

PEMERINTAH :

Jadi memang kami dapat memahami apa yang diusulkan oleh Fraksi ABRI namun ini sifatnya karena memang untuk mendorong kemandirian PPNS, kemudian juga untuk memberikan satu kebanggaan untuk menyerahkan hasil penyidikannya selaku yang sudah diberiekan wewenang untuk menyidik kepada Penuntut Umum.

Selanjutnya juga barangkali memang kita tidak akan lepas dari Polri, oleh karenanya kalau dimungkinkan ini kita masih menghimbau atau meminta supaya kata-kata "melalui" itu mungkin terkoordinasilah, terkoordinasi dengan Polri. Kemarin saya sudah bicara dengan Ibu dari Fraksi ABRI yang penting ada konsultasilah, melaluinya itu bisa dianukan begitu. Kalau bisa demikian, ini kami lebih senang dan bisa mengikuti terus karena tetap yang akan menyerahkan itu dari penyidik PPNS-nya.

Kemudian kalau dapat kami tambahkan, tadi dari FKP untuk melaporkan diganti dengan menyerahkan ini saya kira kami sependapat karena ini menyerahkan mungkin lebih baik karena kalau melaporkan itu seolah-olah yang memberikan tugas padahal kita tidak diberikan tugas oleh Penuntut Umum, kita memang PPNS memang melakukan penyidikan tanpa tugas, tugasnya dari atasannya. Jadi hasilnya itu saya kira diser­ahkan lebih tepat daripada dilaporkan.

Kemudian dari FPP dimulai ditambah dengan kata "nya" saya kira ini lebih baik memang jadi "dimulainya" penyidikan dan melaporkan.

Saya kira demikian dan untuk itu mungkin kami kembali­kan kepada Bapak Menteri.

Page 101: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

101

PEMERINTAH :

Terima kasih Pak. Itulah kira-kira yang ingin saya berikan keterangan

tambahan mengenai ayat ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT

Baik, tanpa kita sadar sudah pukul 16.00 WIB.

FABRI (DRA. NOLDY RATTA)

Mohon ijin Bapak Ketua. Saya barangkali menjelaskan sedikit seal Bea Cukai; Saya lihat tadi Bapak ambil referensi dari Bea Cukai,

mengenai Bea Cukai kenapa boleh, Bapak tidak boleh. Bea Cukai ini pada waktu membuat UUnya pada waktu itu

memang Bea Cukai ini dengan alasan (bukan Bea Cukai saja) beberapa PPNS yang dibawah lingkup Departemen Keuangan. Karena ini berkaitan dengan uang alasannya selain yang lain­lain, ini berkaitan dengan uang yang memerlukan percepatan, makanya diberikan ij in dan itupun ada prosedurnya sampai bisa begitu, Ini betul-betul Polri kebobolan, Pak, pada waktu itu, ini cerita benar dan saya tidak usah sampai latar belakang.

Untuk itu karena kehutanan ini berkaitan dengan asset negara dimana kita juga tahu kualitas dari PPNS yang di Jagawana ini Pak, maka sesuai dengan UU yang ada yang berhak menyerahkan perkara ke Penuntut Umum hanyalah penyidik Polri.

Barangkali Bapak trauma karena lamanya, sampai sekarang masih, Pak, dan hubungan dengan Kehutanan ini baik sekali, baik di daerah, entah kalau lain departemen saya tidak tahu Pak. Tetapi tidak untuk dia menyerahkan sendiri kita menyalahi hukum, kalau dia melalui Polri disitu diperiksa dulu, Pak, apakah betul memenuhi unsur atau tidak cara ini atau tidak, walaupun didalam koordinasi itu salahsatunya adalah memberi petunjuk, pengawasan memberikan pengarahan dalam penyidikan dan lain-lain.

Ini sudah tertuang di Juklaknya dan sudah dijalankan sekian lama memang akhir-akhir ini ada kecenderungan dari departemen-departemen ingin membuat PPNS sebanyak mungkin dan ingin menyerahkan sendiri, ini sudah terdeteksi Pak. Mudah-mudahan Bapak bisa menyadari ini, mengerti dan tidak usah alergi karena disini di Undang-undang Kehutanan ada

Page 102: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

102

narna Polri barangkali, kita mernbantu sepenuhnya. Kalau toh prosedurnya lama, silakan Pak, Bapak membuat surat lanj ut kepada Kapolri untuk menegur tahan yang lama-lama itu.

Terima kasih.

FKP (NY. HJ. ROSBIATRI AGUS SUMADI, SH)

Interupsi, Pak . Terima kasih Bapak Pimpinan; Pada kesempatan ini saya ingin rnenanggapi apa yang

disampaikan oleh Bapak Menteri dan juga dari FABRI rnengenai usulan supaya ada salah satu pasal mengenai penangkapan dan penahanan.

Kalau saya melihat dalam KUHAP di Pasal 111 disini ada yang mengatakan bahwa dalam hal tertangkap tangan, rnaka setiap orang yang rnernpunyai wewenang dalam tugas ketertiban ketentrarnan dan keamanan bisa juga rnenyerahkan barang bukti kepada, menangkap tersangka, jadi disini ada ketentuan, bisa rnenangkap tersangka. Tadi Bapak rnengatakan hanya ada barang bukti orangnya lari karena tidak rnempunyai kewenangan menangkap. Sehingga dalam hal ini karena ada aturan demi­kian mungkin nanti bisa juga ditambahkan, sesuai tadi apa yang disampaikan, jadi nanti bisa disalurkan.

Kemudian mengenai apa yang disampaikan FABRI bahwa mengenai ini harus melalui, dari FKP tadinya memang terjadi perdebatan, memang dalam KUHAP jelas diatur dernikian harus melalui Polri, disini timbul apakah karena sudah diberi kewenangan khusus apakah tidak hanya koordinasi saja sehing­ga hanya pemberitahuan, karena juga alasannya dernikian dan pengalaman saya selama menjadi Hakim ini kadang-kadang banyak perkara-perkara, lho disana itu banyak 359 kok tidak pernah masuk, ini kadang-kadang kernungkinan ada yang sudah disarnpaikan kepada Polri narnun tidak selesai, hanya selesai darnai dan sebagainya. Ini perlu perhatian dari Pimpinan disini, terus terang Bu, dibawah dengan diatas itu kadang­kadang lain, kita maklurn karena rnanusia. Baik Penuntut Umurn juga kami Hakim pun sendiri karena manusia kadang-kadang lalai.

Maksud kami kalau memang bisa karena sudah diberi wewenang khusus ini kalau bisa KUHAP nya besok disesuaikan, namun sementara ini karni memang taat karena diatur dalam KUHAP sehingga betul rnemang harus, berkas itu harus rnelalui Polri. Saya kira rnenyesuaikan apa yang sudah diatur dalam KUHAP.

Jadi dalam hal ini yang mengenai tadi apabila ada penghentian penyelidikan ini rnernang harus disarnpaikan

Page 103: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

103

membertahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum tersangka atau keluarganya. Jadi disini diatur dalam Pasal 109 ayat (2), jadi tidak hanya kepada Penuntut Umum dan Penyidik namun juga dibertahukan kepada tersangka atau keluarganya. Jadi dalam hal ini nanti dalam Penjelasan saja diterangkan demikian.

Jadi ini hanya menambah dan menanggapi apa yang disam­paikan oleh Bapak Menteri.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, Bapak/Ibu/Saudara sekalian ...

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Ketua, bisa tambah sedikit saja ? Barangkali ini untuk bahan kita di Panja.

KETUA RAPAT

Silakan;

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN)

Terima kasih Ketua; Bahwa prinsip penyidikan umum mengenai laporan itu

melalui Polri itu memang jelas dalam KUHAP ada tetapi tentu­nya kita harapkan pemerintah ada koordinasi dalam arti janganlah terlalu kaku berpegang kepada itu, sebab kalau semua departemen ada penyidik atau PPNS banyak persoalan semua kasih sama Polri, sedangkan sumber daya manusia Polri juga sangat terbatas, itu dari segi kondisi obyektif sumber daya manusia terbatas belum yang lain-lain tadi disebut itu.

Disini sebenarnya ada koordinasi bahwa ada keluwesan daripada Polri, departemen dan lain-lain, sebab ini untuk kepentingan rakyat. Kalau kita rnau mempertahankan egoisme sektoral mau jadi apa, karena kalau kita lihat selama Orde Baru egoisme sektoral sangat menonjol, dan yang rugi apa? Rakyat yang rugi.

Oleh karena itulah disini pentingnya ada koordinasi antar pemerintah, jangan kaku,kalau Polri umpamanya ada keterbatasan janganlah melalui Polri saja dulu langsung umpamanya tangkap dan tahan, kalau Polri tenaganya tidak ada tempat kurunangannya juga tidak ada, kehutanan ambilah.

Page 104: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

104

Oleh karena itu karni tegasnya pertarna setuju kalau ada tambahan juga PPNS dibidang kehutanan ini rnernpunyai kewenan­gan untuk menangkap dan rnenahan. kedua, kita coba dalami mengenai masalah KUHAP ini dengan ada keluwesan, artinya bahwa untuk percepatan penyelesaian perkara ini bagaimana supaya rakyat tidak rugi bagairnana kira-kira kita bisa merumuskannya nanti, Pak. Karena di Pajak juga ada itu, Bu! Dan saya kira bukan hanya Polri, Pak.

Saya berikan contoh juga antara Bank dengan BUPN, sudah beberapa tempat kita datang, Bank Indonesia rninta tutup itu si BUPN karena menambah birokrasi saja, disarnping kita tahulah, artinya tukang peras, inikan dirnana-rnana banyak itu. Sehingga dia bilang ini perkara kita orang kreditnya rnacet segala rnacarn rnaunya dia ke Pengadilan tetapi diperlam­bat disitu, Pak.

Saya tidak rnengatakan Polri seperti itu tetapi pasti ada kelernahan, itu sudah rnenjadi rahasia urnum bagairnana kelemahan ini kita perbaiki bersama, itu sudah rnenjadi rahasia urnurn dirnana-mana ada. Kami bicara ini untuk kepen­tingan rakyat, j angan karena egoisrne sektoral rnacam-macam itu rakyat yang dikorbankan.

Terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Baik, saya kira kita tidak usah perpanjang dulu ..

FABRI (DRA. NOLDY RATTA)

Tidak saya kasih informasi ke Pak Markus saja, Pak. Korwas PPNS itu berdiri sendiri, Pak, Diserses itu ada

Direktur Korwas PPNS, jadi ini tidak berkaitan dengan ... FPDI (DRA. MARKUS WAURAN)

Korwas apa itu Bu ?

FABRI (DRA.NOLDY RATTA)

Koordinator dan Pengawas PPNS; Jadi yang rnenyelesaikan ini diserahkan adalah rnelalui

Korwas PPNS, j adi t idak mernpengaruhi sebenarnya. Kalau soal rnengenai kelarnbatan barangkali silakan melaporkan saja dimana terlarnbatnya, atau soal tidak rnasuknya saya rasa kemungkinannya kecil, karena kadang-kadang kita masukin sampai Hakin di putus bebas, Pak.

Page 105: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

105

Jadi kita tangkap judi sekian banyak, jadi sampai kita tahan 58 hari supaya dia sudah pernah ditahan.

KETUA RAPAT :

Saya kira cukup, ya?

FKP (M. ERHAM AMIN, SH)

Interupsi Ketua !

Saya hanya menanggapi keinginan dari pemerintah khusus­nya Departemen Kehutanan yang berkeinginan untuk mempunyai hak menahan dan menangkap, sebetulnya itu mempunyai implikasi hukum ·yang sangat berat sekali, salah tangkap kena prapradilan, dan menangkap kemudian ditaruhnya dimana?

Oleh sebab itu kami berkeinginan hal yang kami sampaikan tadi kita Panja kan saja atau Timus.

Terima kasih.

KETUA RAPAT

Memang satu SH bilang boleh, satu SH bilang hati-hati. Tetapi baik, saya kira yang penting ada kewenangan dulu

bahwa kita ada implikasinya makanya jangan salah tangkap, saya kira setiap upaya pasti ada resikonya.

· Dengan demikian, saya kira sudah terlalu panjang apala­gi urusan Polri saja, padahal pada kalimat ini hanya bagian dari ujung saja, tetapi implikasinya jauh, panjang.

Oleh karena itu saya tawarkan ini di Panja kan bersama­sama dengan persoalan kewenangan penangkapan dan penahanan, kemudian usulan penghentian penyididkan mau ditempelkan dimana nanti dicari bersama-sama didalam Panja, kalau seal dimulainya saya kira semua setuju. Kalimat usulan FPDI itu juga kelihatannya bagus mencantumkan, biasanya dicantumkan memang itu Nomor 8 Tahun 1981.

Dengan demikian soal menyerahkan dan melaporkan silakan diperdalam lagi yang penting tidak ada konsekuensi yuridis­nya atau bagaimana.

Dengan demikian kita setuju Panja?

(RAPAT : SETUJU)

Terima kasih. Dengan demikian Saya kira hari

lanj utkan pada hari

Bapak/Ibu/Saudara sekalian; ini cukup sekian, nanti akan

Senin dengan himbauan kebetulan kita hari

Page 106: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

106

Senin itu jam 10.00 WIB pagi ada hari ulang tahun, tadi sudah kita lobi secara informal dengan kawan-kawan telah ada kesepakatan bahwa seyogyanya kita terus saja rapat dana masing-masing teman yang tidak bertugas dari masing-masing fraksi ketika pukul 10.00 itu dimohon untuk katakanlah ditugaskan oleh kita sama-sama menghadiri acara di :J_antai atas, sedangkan kita yang lain yang bertugas kita lanjutkan rapat kita karena takut waktu kita memang sangat terbatas. Apakah cara itu bisa kita sepakati?

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Ketua. Bagi yang banyak anggota tidak masalah, tetapi fraksi

kami mewajibkan hadir, apalagi ini terakhir sehingga kami usul bagaimaan kalau umpamanya kita mulai jam 11. 00 WIB kemudian nanti kita sampai malam, karena kita tiga hari istirahat.

Jadi kalau kita mulai jam 10.00 digeser satu jam, kalau Undangannya jam 10.00 bagaimana kita mulai jam 11.00 WIB, artinya acara itu sudah selesai atau tidak tetapi kita mukanya nongol kesana karena kalau tidak kita cuma sepuluh orang dikurangi disini kelihatan tidak ada orang nanti.

Itu saja permintaan kami, Ketua.

KETUA RA.PAT :

Sebetulnya kalau hanya kurang dua orang diatas, hanya tiga orang ini yang tidak kelihatan tidak ada pengaruhnya diatas.

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Bukan begitu, ini instruksi ..

KETUA RA.PAT

Ini pikiran untuk pengertian bersama saja ..

FPDI (DRS. MARKUS WAURAN) :

Iya, ini instruksi Fraksi Bapak Ketua,jadi kita hanya minta satu jam saja kecuali kita minta sore itukan sudah keterlaluan,ini cuma satu jam dan kemudian kita konvensasi

Page 107: q ;'·''~berkas.dpr.go.id/armus/file/Lampiran/leg_1-20200618...2020/06/18  · Sukandar Arun, SE 12. Uddy Rusdilie, SH 13. Dra. Noldy Ratta 14. H. Baharuddin Lubis 15. Ors. HM Syarf

107

nanti pada waktu malam, pasti selesai ketua asal sikap semua seperti Ketua.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Saya kira kita sama-sama enak saja, apakah kita sepakat jam 11.00 WIB ?

(RAPAT SETUJU)

Dengan demikia~ saya kira nanti ada waktu bagi kita untuk bahan-bahan yang telah kita selesaikan sampai dengan hari ini, jadi pokoknya kita harap jam 11.00 WIB sudah ada. Jadi tolong begitu jam 11.00 WIB kurang 5 menit kita sekali­an turun dari atas, sehingga dengan demikian kita mulai pukul 11.00 WIB memang kita rugi waktu 2 jam saja.

Dengan demikian saya kira kita akhiri rapat kita hari ini sampai bertemu pukul 11.00 WIB hari Senin.

Sekian dan terima kasih. Rapat saya skors sampai hari Senin.

Jakarta, 27 Agustus 1999 a.n. KETUA RAPAT SEKRETARIS RAPAT,

-- .. '• (_ __ ~~v NI 'MAT NUR~IN, B1...~1K

NIP. 210000407