putusan pn ambon

33
hkama ahkamah Agung Republ Mahkamah Agung Republik Indonesia mah Agung Republik Indonesia ublik Indonesia Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia putusan.mahkamahagung.go.id P U T U S A N Nomor : 03/G/2013/PHI.AB DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL pada Pengadilan Negeri Ambon , yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perselisihan Hubungan Industrial dalam tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara antara :---------------------------------------------------------- SUPARDI , Pekerjaan sebagai pekerja atau buruh UD. GEMA REJEKI (TOKO 51), umur 53 tahun, Beralamat di Desa Batu Merah RT.002/RW.019 Kecamatan Sirimau - Kota Ambon, dalam hal ini di wakili oleh CHARLES LITAAY, SH.MH, MAGDALENA LAPPY,SH, Advokat-advokat pada Kantor Advokat CM & REKAN, Beralamat di Jl. Ot Pattimaipauw Tanah Lapang Kecil, Kel. Wainitu Kec. Nusaniwe - Kota Ambon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 11 Nopember 2013, selanjutnya disebut PENGGUGAT; MELAWAN UD. GEMA REJEKI ( TOKO 51 ), beralamat di Jl. Setia Budi kelurahan Ahusen Kecamatan Sirimau – Kota Ambon, dalam hal ini di wakili oleh JAKOBIS SIAHAYA, SH, Advokat/ Penasehat Hukum yang beralamat di Jalan Kemuning No.09 - Paradeis Tengah - Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT. Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri Ambon tersebut; Setelah membaca surat-surat dalam perkara ini; Setelah mendengar kedua belah pihak; Setelah mendengar keterangan saksi-saksi di persidangan; TENTANG DUDUKNYA PERKARA Disclaimer Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui : Email : [email protected] Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Upload: ridho-faisal-hakim

Post on 08-Jul-2016

277 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

putusan pengadilan negeri ambon hukum perburuhan

TRANSCRIPT

Page 1: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

P U T U S A N

Nomor : 03/G/2013/PHI.AB

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL pada Pengadilan Negeri Ambon, yang

memeriksa dan mengadili perkara-perkara Perselisihan Hubungan Industrial dalam

tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa telah menjatuhkan putusan

sebagai berikut dalam perkara antara :----------------------------------------------------------

SUPARDI , Pekerjaan sebagai pekerja atau buruh UD. GEMA REJEKI (TOKO 51),

umur 53 tahun, Beralamat di Desa Batu Merah RT.002/RW.019

Kecamatan Sirimau - Kota Ambon, dalam hal ini di wakili oleh

CHARLES LITAAY, SH.MH, MAGDALENA LAPPY,SH,

Advokat-advokat pada Kantor Advokat CM & REKAN, Beralamat

di Jl. Ot Pattimaipauw Tanah Lapang Kecil, Kel. Wainitu Kec.

Nusaniwe - Kota Ambon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus

tertanggal 11 Nopember 2013, selanjutnya disebut

PENGGUGAT;

MELAWAN

UD. GEMA REJEKI ( TOKO 51 ), beralamat di Jl. Setia Budi kelurahan Ahusen Kecamatan Sirimau – Kota Ambon, dalam hal ini di wakili oleh JAKOBIS SIAHAYA, SH, Advokat/Penasehat Hukum yang beralamat di Jalan Kemuning No.09 - Paradeis Tengah - Kecamatan Sirimau, Kota Ambon, Selanjutnya disebut sebagai TERGUGAT.

Pengadilan Hubungan Industrial pada pengadilan Negeri Ambon tersebut;

Setelah membaca surat-surat dalam perkara ini;

Setelah mendengar kedua belah pihak;

Setelah mendengar keterangan saksi-saksi di persidangan;

TENTANG DUDUKNYA PERKARA

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 2: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 13

Nopember 2013 dan di daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Hubungan Industrial

pada Pengadilan Negeri Ambon pada tanggal 14 Nopember 2013 di bawah

Register Nomor : 03/G/2013/PHI.AB yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. Bahwa Penggugat adalah karyawan pada Tergugat terhitung sejak bulan April 2003 sampai Desember 2012 atau ± 9 Tahun 8 Bulan, dengan menerima Upah per bulan Rp. 450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah), dimana Penggugat bekerja sampai dengan gaji terakhir yang diperoleh Bulan Desember 2012 sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah).

2. Bahwa perjanjian kerja antara Penggugat dengan Tergugat tanpa adanya perjanjian tertulis sehingga patut dianggap sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu, sebagaimana dimaksud dalam pasal 57 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 13 Tahun 2003, yang dikutip sebagai berikut :

Pasal 57 Ayat (1) : Perjanjian kerja untuk waktu tertentu dibuat secara tertulis serta harus menggunakan bahasa Indonesia dan huruf latin.Pasal 57 Ayat (2) : Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang dibuat tidak tertulis bertentangan dengan ketentuan sebagai mana dimaksud dalam ayat (1) dinyatakan sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.

3. Bahwa selama bekerja pada Tergugat, Penggugat telah menunjukkan prestasi yang baik dan loyalitas serta dedikasi kepada Tergugat, sehingga berdampak pada perkembangan dan keuntungan Tergugat, hal tersebut dibuktikan dengan apresiasi Tergugat terhadap penambahan gaji bagi Penggugat.

4. Bahwa sekitar bulan Desember 2012, Tergugat telah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”) kepada Penggugat secara lisan dengan alasan kalau Penggugat telah melakukan perbuatan yang merugikan Tergugat, dimana awalnya Tergugat berdalil kalau Penggugat di “PHK” karena telah melakukan pelanggaran berat, sehingga sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 012/PUU-I/2003 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI Nomor : SE.13/MEN/SJ-HK/I/2005 (Bukti P-1), maka tindakan Tergugat tersebut adalah bertentangan dengan hukum in casu Penggugat tidak pernah dinyatakan bersalah melalui suatu Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

5. Bahwa karena Penggugat tidak pernah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan Putusan Pengadilan yang berkekuatan hukum tetap, maka apabila Tergugat hendak melakukan PHK terhadap Penggugat maka terlebih dahulu harus mendapat Penetapan dari Lembaga Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 UU No. 13 Tahun 2003, yang dikutip sebagai berikut :

2

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 3: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

6. Bahwa namun sebaliknya Tergugat tetap melakukan PHK dengan alasan sepihak kalau Penggugat telah melakukan pelanggaran berat tanpa adanya Putusan Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dan ketika Penggugat meminta hak-hak setelah di PHK kepada Tergugat, ternyata Tergugat tidak memberikan dengan alasan Penggugat telah melakukan pelanggaran berat, sehingga sampai dengan saat ini Tergugat sama sekali tidak memberikan pesangon kepada Penggugat.

7. Bahwa PHK yang telah dilakukan oleh Tergugat terhadap Penggugat tidak memenuhi ketentuan Pasal 163 ayat (1) UU No. 13/2003, namun memenuhi ketentuan Pasal 163 ayat (2) UU No. 13/2003 yang mengharuskan Tergugat membayar pesangon kepada Penggugat sebesar 2 (dua) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3), serta uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4), oleh karenanya Tergugat mencoba mencari alasan lain untuk melakukan PHK kepada Penggugat yang memenuhi ketentuan pembayaran pesangon kepada Penggugat sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2) dan uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3), serta uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4), yakni dengan berdalil kalau Penggugat telah melakukan pelanggaran berat, tanpa disertai dengan adanya Putusan Pengadilan Berkekuatan Hukum Tetap.

8. Bahwa PHK yang dilakukan oleh Tergugat terhadap Penggugat, tanpa terlebih dahulu memberikan surat peringatan pertama, kedua maupun ketiga sercara berturut-turut kepada Penggugat, sehingga tindakan PHK yang dilakukan oleh Tergugat sangat bertentangan dengan UU No. 13/2003 yakni Pasal 161 jo. Penjelasan Pasal 161 ayat (2) UU No. 13/2003, yang dikutip sebagai berikut :

Pasal 161 UU No. 13/2003 berbunyi :

1) Dalam hal pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja, setelah kepada pekerja/buruh yang bersangkutan diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut.

2) Surat peringatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) masing-masing berlaku untuk paling lama 6 (enam) bulan, kecuali ditetapkan lain dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama.

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 4: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

3) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan hubungan kerja dengan alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memperoleh uang pesangon sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja sebesar 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3) dan uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).”

Penjelasan Pasal 161 ayat (2) UU No. 13/2003 berbunyi :“Masing-masing surat peringatan dapat diterbitkan secara berurutan atau tidak, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama. Dalam hal surat peringatan diterbitkan secara berurutan maka surat peringatan pertama berlaku untuk jangka 6 (enam) bulan. Apabila pekerja/buruh melakukan kembali pelanggaran ketentuan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama masih dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan maka pengusaha dapat menerbitkan surat peringatan kedua, yang juga mempunyai jangka waktu berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya peringatan kedua. Apabila pekerja/buruh masih melakukan pelanggaran ketentuan dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, pengusaha dapat menerbitkan peringatan ketiga (terakhir) yang berlaku selama 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya peringatan ketiga. Apabila dalam kurun waktu peringatan ketiga pekerja/buruh kembali melakukan pelanggaran perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, maka pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkannya surat peringatan pertama sudah terlampaui, maka apabila pekerja/buruh yang bersangkutan melakukan kembali pelanggaran perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, maka surat peringatan yang diterbitkan oleh pengusaha adalah kembali sebagai peringatan pertama, demikian pula berlaku juga bagi peringatan kedua dan ketiga.Perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dapat memuat pelanggaran tertentu yang dapat diberi peringatan pertama dan terakhir. Apabila pekerja/buruh melakukan pelanggaran perjanjian kerja atau peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama dalam tenggang waktu masa berlakunya peringatan pertama dan terakhir dimaksud, pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja.Tenggang waktu 6 (enam) bulan dimaksudkan sebagai upaya mendidik pekerja/buruh agar dapat memperbaiki kesalahannya dan di sisi lain waktu 6 (enam) bulan ini merupakan waktu yang cukup bagi pengusaha untuk melakukan penilaian terhadap kinerja pekerja/buruh yang bersangkutan.”

9. Bahwa selain itu, PHK yang dilakukan Tergugat terhadap Penggugat merupakan tindakan PHK sepihak dan merupakan kesewenang-wenangan Tergugat karena secara hukum Tergugat hanya dapat melakukan PHK kepada Penggugat setelah adanya Penetapan Lembaga Perselisihan Hubungan Industrial sebagaimana diatur dengan tegas dan jelas dalam Pasal 151 UU No. 13/2003 yang dikutip sebagai berikut :

“(1) Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

4

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 5: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

(2) Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

(3) Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) benar-benar tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial”;

10.Bahwa faktanya tidak ada satupun Penetapan Lembaga Perselisihan Hubungan Industrial atau Putusan Pengadilan Hubungan Industrial yang memperbolehkan Tergugat melakukan PHK terhadap Penggugat, sehingga PHK yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat adalah batal demi hukum, hal tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 155 ayat (1) UU No. 13/2003 yang dikutip sebagai berikut :“Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (3) batal demi hukum”.

11.Bahwa oleh karenanya haruslah dikualifisir bahwa Tergugat tidak beritikad baik untuk menerima Penggugat bekerja pada Tergugat dalam kedudukan, hak dan kewajiban yang sama, sehingga tindakan Tergugat tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 163 ayat (2) UU No. 13/2003 yang berbunyi :

“Pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh karena perubahan status, penggabungan, atau peleburan perusahaan, dan pengusaha tidak bersedia menerima pekerja/buruh di perusahaannya, maka pekerja/buruh berhak atas uang pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan dalam Pasal 156 ayat (3), dan uang penggantian hak sesuai ketentuan dalam Pasal 156 ayat (4).”

12.Bahwa atas tindakan Tergugat tersebut, maka sesuai dengan amanat Pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (“UU No. 2/2004”), Penggugat telah melakukan upaya Bipartit dengan Tergugat berupa komunikasi antara Kuasa Hukum Penggugat dengan Tergugat sebagai berikut :

a. Surat Kuasa Hukum Penggugat Nomor : 10/KA.CM.R/P/V/2013, tertanggal 28 Mei 2013, Perihal : Somasi (Bukti P-2).

b. Surat Kuasa Hukum Penggugat Nomor : 14/KA.CM.R/P/VI/2013, tertanggal 4 Juni 2013, Perihal : Somasi Ke-2 (Kedua) (Bukti P-3).

c. Surat Kuasa Hukum Penggugat Nomor : 18/KA.CM.R/P/VI/2013, tertanggal 14 Juni 2013, Perihal Somasi Ke-3 (ketiga) (Bukti P-4).

13.Bahwa berdasarkan Surat Kuasa Hukum Penggugat a quo, ternyata Tergugat tidak memiliki itikhad baik untuk bertemu dengan Penggugat atau Kuasa Hukum Penggugat ataupun tidak pernah membalas surat Kuasa Hukum Penggugat, sehingga tidak ditemui kata sepakat.

14.Bahwa sehingga sehubungan dengan tindakan Tergugat yang tidak membayar gaji/upah yang merupakan hak Penggugat, maka Penggugat melalui Kuasa Hukum telah menempuh upaya hukum dengan melaporkan/

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 6: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

mengadukan Tergugat kepada Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon sebagaimana Surat No. 21/KA.CM.R/P/VI/2013, tertanggal 20 Juni 2013, Hal : Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (Bukti P-5), dimana selanjutnya Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon melakukan serangkaian tindakan pemeriksaan baik kepada Penggugat maupun Tergugat, dan selanjutnya menerbitkan Anjuran dengan Nomor: 562.7/442/Naker, Tertanggal 15 Agustus 2013 (bukti P-6).

15.Bahwa Penggugat merasakan dan mengalami bahwa ketidakprofesionalisme Mediator pada Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon dalam proses Mediasi karena Anjuran yang diterbitkan oleh Mediator sebagaimana Surat Nomor: 562.7/442/Naker, Tertanggal 15 Agustus 2013, Perihal : Anjuran, lebih menguntungkan Tergugat karena secara substansial seakan-akan Tergugat belum memberikan PHK terhadap Penggugat, sementara secara faktual Tergugat tidak memiliki itikhad untuk menerima Penggugat sebagai karyawan, serta tidak menguraikan secara tegas terkait hak-hak Penggugat yang wajib dipenuhi oleh Tergugat, sehingga terhadap proses maupun hasil mediasi tersebut, Penggugat tidak sempat untuk mengajukan jawaban terhadap anjuran tertulis yang dikeluarkan oleh Mediator pada Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon, sehingga patut dianggap secara hukum kalau Penggugat menolak anjuran a quo, sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2004, yang dikutip sebagai berikut :

“Dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui mediasi, maka:

a. mediator mengeluarkan anjuran tertulis; b. anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dalam waktu selambat-

lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;

c. para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis;

d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud pada huruf c dianggap menolak anjuran tertulis;

e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a, maka dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator harus sudah selesai membantu para pihak membuat Perjanjian Bersama untuk kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan Perjanjian Bersama untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran”.

16.Bahwa oleh karenanya sesuai dengan Pasal 24 ayat (1) UU No. 2/2004, maka dalam rangka mempertahankan hak-haknya, Penggugat mengajukan Gugatan a quo kepada Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Ambon.

17.Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut, maka adalah tepat dan berdasarkan hukum apabila Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili serta memutuskan perkara a quo menyatakan bahwa PHK yang dilakukan oleh Tergugat terhadap Penggugat dengan dasar Penggugat telah melakukan pelanggaran berat adalah batal demi hukum.

6

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 7: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

18.Bahwa sangat tepat apabila Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili serta memutuskan perkara a quo, menyatakan bahwa tindakan Tergugat yang tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan Penggugat dalam kedudukan, hak dan kewajiban yang sama adalah tindakan yang bertentangan dengan Pasal 61 ayat (1) huruf (c) UU No. 13/2003, sehingga tindakan Tergugat tersebut merupakan PHK yang memenuhi ketentuan Pasal 163 ayat (2) UU No. 13/2003.

19.Bahwa oleh karenanya Tergugat harus untuk membayar hak-hak Penggugat, yakni sebagai berikut:

• Uang Pesangon (Pasal 156 ayat (2) huruf i UU No. 13 / 2003) :

= 2 x 9 (sembilan) bulan Upah= 2 x 9 x Rp. 1.500.000,-= 18 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 27.000.000,- (dua puluh tujuh juta rupiah).

• Uang Penghargaan Masa Kerja (Pasal 156 ayat (3) huruf e UU No. 13 / 2003) :

= 4 (empat) bulan Upah= 4 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 6.000.000,- (enam juta rupiah).

• Uang Penggantian Hak (Pasal 156 ayat (4) huruf c UU No. 13 / 2003) :

= 15% x (Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja) = 15% x (Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000)= 15% x Rp. 33.000.000,-= Rp. 4.950.000,- (Empat juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

Oleh karenanya keseluruhan hak-hak Penggugat yang harus diberikan oleh Tergugat akibat adanya PHK sepihak yang dilakukan oleh Tergugat adalah sebagai berikut := Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja + Uang Penggantian

Hak = Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000 + Rp. 4.950.000,-= Rp. 37.950.000,- (tiga puluh tujuh juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

• Upah Proses sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 37/PUU-IX/2011, tanggal 19 September 2011 yang mewajib membayar Upah Proses selama terjadinya perselisihan sampai dengan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, sehingga Tergugat berkewajiban untuk membayar Upah Proses sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulannya terhitung sejak Bulan Januari 2013 sampai dengan perkara a quo berkekuatan hukum tetap.

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 8: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

20.Bahwa sehubungan dengan gaji/upah yang belum dibayarkan oleh Tergugat kepada Penggugat, maka sesuai dengan Pasal 86 UU No. 2/2004 jo. Pasal 96 UU No. 2/2004 serta Penjelasan Pasal 96 ayat (1) UU No. 2/2004 yang dikutip sebagai berikut :

Pasal 86 UU No. 2/2004 berbunyi :“Dalam hal perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan diikuti dengan perselisihan pemutusan hubungan kerja, maka Pengadilan Hubungan Industrial wajib memutus terlebih dahulu perkara perselisihan hak dan/atau perselisihan kepentingan.”

Pasal 96 UU No. 2/2004 berbunyi :“(1) Apabila dalam persidangan pertama, secara nyata-nyata pihak pengusaha

terbukti tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155 ayat (3) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Hakim Ketua Sidang harus segera menjatuhkan Putusan Sela berupa perintah kepada pengusaha untuk membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima pekerja/buruh yang bersangkutan.

(2) Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijatuhkan pada hari persidangan itu juga atau pada hari persidangan kedua.

(3) Dalam hal selama pemeriksaan sengketa masih berlangsung dan Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak juga dilaksanakan oleh pengusaha, Hakim Ketua Sidang memerintahkan Sita Jaminan dalam sebuah Penetapan Pengadilan Hubungan Industrial.

(4) Putusan Sela sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan Penetapan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat diajukan perlawanan dan/atau tidak dapat digunakan upaya hukum.”

Penjelasan Pasal 96 ayat (1) UU No. 2/2004 berbunyi :“Permintaan putusan sela disampaikan bersama-sama dengan materi gugatan.”

21.Oleh karenanya Penggugat mohon agar Majelis Hakim yang memeriksa, mengadili serta memutuskan perkara a quo, berkenan memberikan Putusan Sela yang menghukum Tergugat untuk membayar upah dengan total sebesar Rp. 37.950.000,- (tiga puluh tujuh juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), sebagaimana perincian perhitungan pada poin 19 Gugatan di atas.

22.Bahwa agar Gugatan ini tidak sia-sia, maka Penggugat mohon agar kiranya Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Ambon berkenan meletakkan sita jaminan terhadap barang-barang bergerak dan tidak bergerak milik Tergugat, yakni :

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 9475 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8586 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8654 AU atas nama Tergugat.

8

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 9: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8652 AU atas nama Tergugat.

• Kantor Tergugat yang dikenal Sebagai Toko 51, terletak di Jl. Setia Budi Kelurahan Ahusen Kec. Sirimau Kota Ambon.

23.Bahwa agar Tergugat melaksanakan putusan ini, mohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Ambon menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) per hari atas setiap keterlambatan memenuhi putusan ini, sejak putusan ini diucapkan.

24.Bahwa karena Gugatan ini diajukan Penggugat berdasarkan bukti-bukti yang otentik, maka Penggugat mohon kepada Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Ambon untuk menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum kasasi (uit voerbaar bij voorraad).

Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Hubungan Industrial Pada Pengadilan Negeri Ambon berkenan memutuskan sebagai berikut :

Dalam Putusan Sela :

1. Menghukum Tergugat untuk membayar secara tunai dan sekaligus Upah Penggugat yang belum dibayarkan oleh Tergugat dengan total sebesar Rp. 37.950.000,- (tiga puluh tujuh juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), dimana perhitungannya sebagai berikut :

• Uang Pesangon (Pasal 156 ayat (2) huruf i UU No. 13 / 2003) :

= 2 x 9 (delapan) bulan Upah= 2 x 9 x Rp. 1.500.000,-= 18 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 27.000.000,- (dua puluh tujuh juta rupiah).

• Uang Penghargaan Masa Kerja (Pasal 156 ayat (3) huruf e UU No. 13 / 2003) :

= 4 (tiga) bulan Upah= 4 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 6.000.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah).

• Uang Penggantian Hak (Pasal 156 ayat (4) huruf c UU No. 13 / 2003) :

= 15% x (Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja) = 15% x (Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000)= 15% x Rp. 33.000.000,-= Rp. 4.950.000,- (Empat juta Sembilan ratus lima pulu ribu rupiah).

Oleh karenanya total keseluruhan hak-hak Penggugat yang harus diberikan oleh Tergugat akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja adalah sebagai berikut :

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 10: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

= Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja + Uang Penggantian Hak

= Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000 + Rp. 4.950.000,-= Rp. 37.950.000,- (tiga puluh tujuh juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

2. Menyatakan sah dan berharga, serta meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas barang-barang bergerak dan tidak bergerak milik Tergugat, yakni :

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 9475 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8586 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8654 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8652 AU atas nama Tergugat.

• Kantor Tergugat yang dikenal Sebagai Toko 51, terletak di Jl. Setia Budi Kelurahan Ahusen Kec. Sirimau Kota Ambon.

Dalam Pokok Perkara :

1. Mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2. Menyatakan menurut hukum Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh Tergugat kepada Penggugat dengan dasar penggugat melakukan pelanggaran berat adalah batal demi hukum.

3. Menyatakan menurut hukum tindakan Tergugat yang tidak bersedia melanjutkan hubungan kerja dengan Penggugat dalam kedudukan, hak dan kewajiban yang sama adalah tindakan yang bertentangan dengan Pasal 61 ayat (1) huruf (c) UU No. 13/2003, sehingga tindakan Tergugat tersebut merupakan PHK yang memenuhi ketentuan Pasal 163 ayat (2) UU No. 13/2003.

4. Menyatakan sah dan berharga, serta meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas barang-barang bergerak dan tidak bergerak milik Tergugat, yakni :

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 9475 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8586 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8654 AU atas nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8652 AU atas nama Tergugat.

• Kantor Tergugat yang dikenal Sebagai Toko 51, terletak di Jl. Setia Budi Kelurahan Ahusen Kec. Sirimau Kota Ambon.

5. Menghukum Tergugat membayar Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja, ditambah dengan Uang Penggantian Hak dan Upah Proses dengan cara pembayaran secara tunai dan sekaligus, yang perhitungannya sebagai berikut :

10

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 11: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Uang Pesangon (Pasal 156 ayat (2) huruf i UU No. 13 / 2003) :

= 2 x 9 (delapan) bulan Upah= 2 x 9 x Rp. 1.500.000,-= 18 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 27.000.000,- (dua puluh tujuh juta rupiah).

• Uang Penghargaan Masa Kerja (Pasal 156 ayat (3) huruf e UU No. 13 / 2003) :

= 4 (tiga) bulan Upah= 4 x Rp. 1.500.000,-= Rp. 6.000.000,- (empat juta lima ratus ribu rupiah).

• Uang Penggantian Hak (Pasal 156 ayat (4) huruf c UU No. 13 / 2003) :

= 15% x (Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja) = 15% x (Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000)= 15% x Rp. 33.000.000,-= Rp. 4.950.000,- (Empat juta Sembilan ratus lima pulu ribu rupiah).

Oleh karenanya total keseluruhan hak-hak Penggugat yang harus diberikan oleh Tergugat akibat adanya Pemutusan Hubungan Kerja adalah sebagai berikut :

= Uang Pesangon + Uang Penghargaan Masa Kerja + Uang Penggantian Hak

= Rp. 27.000.000 + Rp. 6.000.000 + Rp. 4.950.000,-= Rp. 37.950.000,- (tiga puluh tujuh juta Sembilan ratus lima puluh ribu rupiah).

• Upah Proses sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi No. 37/PUU-IX/2011, tanggal 19 September 2011 yang mewajib membayar Upah Proses selama terjadinya perselisihan sampai dengan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap, sehingga Tergugat berkewajiban untuk membayar Upah Proses sebesar Rp. 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulannya terhitung sejak Bulan Januari 2013 sampai dengan perkara a quo berkekuatan hukum tetap.

6. Menghukum Tergugat membayar uang paksa (dwangsom) sebesar Rp. 200.000,- (dua ratus ribu rupiah) per hari atas setiap keterlambatan memenuhi isi putusan ini, sejak putusan ini diucapkan;

7. Menyatakan putusan dalam perkara ini dapat dijalankan terlebih dahulu walaupun ada upaya hukum kasasi (uit voerbaar bij voorraad);

8. Menghukum Tergugat untuk membayar seluruh biaya perkara.

Atau apabila Pengadilan berpendapat lain mohon Putusan yang seadil-adilnya (ex

aequo et bono).

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah di tetapkan telah

hadir Penggugat yang di dampingi oleh kuasa Penggugat bernama CHARLES

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 12: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

LITAAY, SH.MH, MAGDALENA LAPPY,SH, berdasarkan surat kuasa khusus

tertanggal 11 November 2013, sedangkan Tergugat hadir kuasanya JAKOBIS

SIAHAYA, SH, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 26 Nopember 2013;

Menimbang, bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 130 HIR Majelis

Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak, akan tetapi tidak berhasil,

sehingga pemeriksaan perkara di lanjutkan dengan pembacaan gugatan yang

keseluruhan isinya di pertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat dengan

ini mengajukan Eksepsi dan jawaban secara tertulis sebagai bantahan dan

tanggapan atas Gugatan Penggugat dengan dalil-dalil sebagai berikut :

A. DALAM EKSEPSI :

Ekspsi Gugatan obscuur libel ;

Bahwa dalil gugatan Penggugat menyatakan Tergugat telah melakukan

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Penggugat karena telah melakukan

pelanggaran berat yang merugikan Penggugat, padahal Tergugat tidak pernah

melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Penggugat, sebaliknya

ketidak hadiran Penggugat untuk melaksanakan kewajiban selaku pekerja/

karyawan tanpa dasar dan alasan yang jelas adalah atas keinginan dan

kemauan Penggugat sendiri, sehingga patut dipertanyakan dan dibuktikan

secara hukum oleh Penggugat, apakah ketidak hadiran Penggugat untuk

melaksanakan kewajiban selaku pekerja/karyawan tanpa dasar dan alasan

yang jelas dapatkah disebut PHK sehingga menjadi dasar guna mengajukan

gugatan Perselisihan Hak dan Pemutusan Hubungan Kerja ?, olehnya apa

yang didalilkan Penggugat dalam Gugatannya patut dinyatakan kabur/obscuur

libel.

Eksepsi Penggugat Tidak Berkualitas Sebagai Penggugat :

Bahwa oleh karena perilaku dan/atau tindakan Penggugat yang kemudian

membuat Penggugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya selaku pekerja,

maka dengan demikian Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat ( legas

standing in condention ), maka gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah

cacat formil error in persona yang dikatagorikan sebagai Diskualifikasi in

persona yaitu karena pihak yang bertindak sebagai Penggugat adalah orang

12

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 13: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

yang tidak memenuhi syarat sebagai Penggugat. Maka dengan demikian

gugatan Penggugat harus dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat

diterima oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini.

Penerima kuasa telah melakukan perbuatan diluar kewenangan yang

diberikan oleh Pemberi Kuasa ( over bodecht ) dan pelanggaran azas

persona standi in judicio.

1) Bahwa Surat Kuasa Khusus dari Pemberi Kuasa kepada Penerima

Kuasa tanggal 11 Nopember 2013 bertentangan dengan Pasal 123

HIR/147 R.Bg dan melanggar azaz persona standi in judicio, hal mana

karena telah melakukan tindakan melebihi kewenangan untuk bertindak

menurut hukum.

2) Bahwa Penerima kuasa telah melakukan tindakan melebihi kuasa yang

diberikan kepadanya oleh Pemberi Kuasa in casu principal Penggugat

dan Penerima Kuasa telah melakukan tindakan hukum yang bukan

menjadi kewenangannya karena tidak berwenang ( Non Persona Standi

In Judicio ) yaitu “ didalam surat kuasa khusus dari Penggugat kepada

kuasanya tidak terdapat klausula kuasa untuk mengajukan permohonan

Sita Jaminan kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan

Negeri Ambon terhadap 1(satu) unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No.

DE 9475 AU, 1(satu) unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 8586

AU, 1(satu) unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 8654 AU, 1(satu)

unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 8652 AU, 1(satu) unit Kantor

Tergugat yang dikenal sebagai Toko 51, terletak di Jalan Setia Budi,

Kelurahan Ahusen, Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. “

3) Bahwa hal tersebut sangat bertentangan dengan Hukum Perdata yang

dengan tegas menyebutkan sebagai berikut : Pasal 1796 “ Pemberian

kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum, hanya meliputi

perbuatan-perbuatan pengurusan, untuk memindah-tangankan benda-

benda atau untuk meletakan hipotik diatasnya atau lagi untuk membuat

suatu perdamaian, ataupun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat

dilakukan oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa

dengan kata-kata yang tegas. “ dan selanjutnya menurut pasal 1797 “ Si

13

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 14: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

kuasa tidak Diperbolehkan melakukan sesuatu apapun yang melampaui

kuasanya…………….”

4) Bahwa dengan telah terbuktinya Pemberi Kuasa in casu principal

Penggugat dan Penerima Kuasa telah melakukan tindakan hukum yang

bukan menjadi kewenangannya, maka gugatan Penggugat haruslah

dinyatakan tidak dapat diterima.

Bahwa berdasarkan uraian tersebut, maka sangatlah patut dan beralasan

hukum jika gugatan Penggugat harus ditolak dan/atau dinyatakan tidak dapat

diterima (niet Onvanklijke Verklaard (NO) ;

Menimbang bahwa terhadap gugatan Penggugat, Tergugat mengajukan

jawaban tertanggal, 2 desember 2013 yang pada pokoknya sebagai berikut :

B. DALAM JAWABAN :

1. Bahwa apa yang telah didalilkan oleh Tergugat dalam eksepsi tersebut

diatas, dianggap merupakan satu kesatuan dan tidak terpisahkan dengan

jawaban pada pokok perkara.

2. Bahwa Tergugat menolak dengan tegas dalil-dalil gugatan yang

dikemukakan oleh Penggugat, kecuali apa yang diakui secara tegas-tegas

oleh Tergugat.

3. Bahwa perlu Tergugat tegaskan, tidak pernah melakukan pemutusan

hubungan kerja (PHK) kepada Penggugat, mengenai ketidak hadiran

Penggugat untuk melaksanakan kewajiban selaku pekerja/karyawan pada

UD Gema Rejeki adalah atas keinginan dan/atau kemauan Penggugat

sendiri, sehingga menjadi pertanyaan apa yang menjadi alasan Penggugat

tidak lagi melaksanakan kewajibannya selaku pekerja/karyawan ?

4. Bahwa dalil yang disampaikan oleh Penggugat pada point-4 (empat),

merupakan dalil yang tidak berdasar dan mengada-ngada, karena

pelanggaran berat sehingga merugikan Tergugat yang dilakukan

Penggugat, didasarkan pada tindakan Penggugat yang secara diam-diam

berangkat ke Surabaya dengan membawa uang hasil tagihan milik UD

Gema Rejeki sejumlah Rp. 102.500.000 (seratus dua juta lima ratus ribu

rupiah) tanpa memberitahukan Tergugat selaku pimpinan, dan kemudian

14

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 15: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tergugat melaporkan tindakan Penggugat pada Polres P. Ambon dan P.P.

Lease, dari tindaklanjut serta kordinasi dengan pihak Polres, akhirnya

Penggugat mengirim sebagian uang yang dibawahnya dengan tanpa

sepengetahuan dan seizin Tergugat, via bank BCA sebesar Rp. 90.000.000

(Sembilan puluh juta rupiah) dan sisanya sejumlah 12.500.000 (dua belas

juta ima ratus ribu rupiah, Penggugat dengan kesadaran sendiri atas

perbuatan yang dilakukannya membawa sepeda motor merek Revo beserta

BPKB untuk menutupi sisa uang milik UD Gema Rejeki yang telah

digunakan oleh Penggugat guna kepentingan pribadinya.

5. Bahwa berdasarkan ketentuan UU Nomor. 13 Tahun 2003 Pasal 93 ayat (1)

menyatakan “upah tidak dibayar apabila pekerja/buruh tidak melakukan

pekerjaan”

selanjutnya dan Pasal 168 ayat (1), menyatakan

“pekerja/ buruh yang mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih

berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan

bukti yang sah dan telah dipanggil oleh Pengusaha 2 (dua) kali secara

patut dan tertulis dapat di putus hubungan kerjanya karena dikualifikasi

mengundurkan diri”

Hal mana terhadap ketidak hadiran Penggugat melakukan kewajibanya

selaku pekerja, oleh Tergugat, tidak dilakukan tindakan sebagaimana

ketentuan dimaksud .

6. Bahwa dalil yang disampaikan oleh Penggugat pada point-15 perlu

ditanggapi oleh Tergugat sebagai berikut : bahwa anjuran yang disampaikan

oleh Mediator telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dan

oleh karena tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana yang diamanatkan

dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 Tentang Penyelesaian

Perselisihan Hubungan Industrial sesuai dengan pasal 13 ayat (2) yaitu :

dalam hal tidak tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan

industrial melalui mediasi, maka :

a. Mediator Mengeluarkan anjuran tertulis.

15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

Page 16: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

b. Anjuran tertulis sebagaiaman dimaksud pada huruf a dalam waktu

selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi

pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak.

c. Para pihak harus memberikan jawaban secara tertulis kepada

mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis

dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah

menerima anjuran tersebut.

d. Pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana

dimaksud pada huruf c dianggap menolak anjuran tersebut.

7. Bahwa perlu Tergugat tegaskan kembali, ketidak hadiran Penggugat untuk

melaksanakan kewajiban sebagai pekerja pada Usaha Dagang (UD) milik

Tergugat adalah murni keinginan Penggugat yang didasari oleh

pelanggaran yang dibuat sendiri oleh Penggugat, hal mana juga secara

tegas dijelaskan oleh mediator pada Dinas Tenaga Kerja Kota Ambon,

dalam proses mediasi sebagaimana surat No.562.7/442/Naker, perihal

Anjuran tertanggal 15 Agustus 2013, dengan demikian dalil gugatan

Penggugat perlu dikesampingkan dan ditolak oleh Majelis Hakim.

8. Bahwa dalil gugatan Penggugat point-21, sangat tidak berdasar dan

beralasan hukum, karena tuntutan Provisi sebagaimana dimaksud Pasal 96

ayat (1), haruslah memenuhi ketentuan Pasal 155 ayat (3) Undang-Undang

No. 13 Tahun 2003, dengan demikian, patutlah ditolak dan atau

dikesampingkan oleh majelis Hakim

9. Bahwa dalil yang disampaikan oleh Penggugat pada point-22, point-23, dan

point-24 adalah dalil yang sangat tidak mendasar dan mengada-ngada

sehingga perlu ditanggapi oleh Tergugat yaitu bahwa untuk penerapan sita

jaminan pada dasarnya hanya terbatas pada sengketa perkara utang

piutang yang ditimbulkan oleh wanprestasi atau ingkar janji sebagaiaman

diatur dalam pasal 227 ayat (1) HIR / 267 ayat (1) R.Bg yaitu “ jika ada

dugaan yang beralasan bahwa seorang yang berutang, yang perkaranya

belum diputus akan tetapi belum dapat dilaksanakan, berusaha untuk

menggelapkan atau membawa pergi akan barang-barangnya yang bergerak

atau yang tetap dengan maksud agar tidak dapat dijangkau oleh yang

16

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

Page 17: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berpiutang maka Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan yang

berkepentingan dapat memerintahkan agar dilakukan penyitaan terhadap

barang-barang tersebut untuk dijamin hak pemohon, kepada siapa juga

diberitahukan untuk datang menghadap di depan sidang Pengadilan Negeri

yang ditentukan, sedapat mungkin dalam persidangan yang pertama

berikutnya untuk mengajukan gugatan serta membuktikan kebenarannya. “

dan oleh karenanya perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat bukan

masalah utang piutang tetapi adalah masalah perselisihan hak sehingga

tidak termasuk dalam ruang lingkup untuk melakukan sita jaminan terhadap

asset milik Tergugat, untuk itu dalil Penggugat untuk melakukan sita

jaminan (Conservatoir Beslag) dengan alasan agar jangan sampai Tergugat

melakukan upaya-upaya spekulasi dan inkar janji perlu dikesampingkan dan

ditolak oleh Majelis Hakim.

10.Bahwa apabila ada hal-hal yang tidak ditanggapi oleh Tergugat dalam

jawaban ini, tidak berarti Tergugat mengakuinya melainkan menolak dan

menyerahkan sepenuhnya kepada penilaian dan pertimbangan Majelis

Hakim.

Berdasarkan uraian – uraian yang Tergugat telah uraikan diatas, maka Tergugat

mohon kiranya Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berkenan

untuk menjatuhkan putusan dengan amarnya sebagai berikut :

Dalam Eksepsi :

• Menerima Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya.

• Menolak Provisi Penggugat

• Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

Dalam Jawaban :

• Menolak gugatan Penggugat atau setidak-tidaknya menyatakan gugatan

Penggugat tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard )

• Menyatakan Tergugat tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

kepada Penggugat

17

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

Page 18: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Menyatakan tidak berdasar dan beralasan hukum sita jaminan yang

dimohonkan Penggugat

• Menyatakan tidak berdasar dan beralasan hukum uang paksa yang

dimohonkan Penggugat

Dalam Eksepsi dan Dalam Jawaban :

• Biaya perkara sesuai hukum yang berlaku.

Demikianlah Eksepsi dan jawaban Tergugat, sebagai bantahan dan tanggapan

atas Gugatan Penggugat, dan atas pertimbangan Majelis Hakim yang memeriksa

dan mengadili perkara a quo untuk dapat menerimanya sebagai bahan

pertimbangan dalam menjatuhkan Putusan yang seadil-adilnya, mendahuluinya

kami ucapkan terima kasih.

Menimbang, bahwa atas Jawaban Tergugat tersebut , Penggugat telah

mengajukan replik secara lisan dipersidangan tanggal 11 Desember 2013 , yang

menyatakan tetap pada gugatannya dan atas replik tersebut Tergugat mengajukan

duplik yang juga secara lisan di persidangan tanggal 11 Desember 2013 yang

menyatakan tetap pada jawabannya;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya Penggugat telah

mengajukan Bukti Surat yang bermaterai cukup, dan setelah dicocokkan dengan

aslinya ternyata cocok diberi tanda sebagai berikut ;

1. Bukti P-1 : Foto copy Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor : 012/PUU-

I/2003 dan Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI

Nomor : SE.13/MEN/SJ-HK/I/2005;

2. Bukti P-2 : Surat Kuasa Hukum Penggugat No. 07/KA.CM.R/P/V/2013,

tertanggal 23 Mei 2013, Perihal : Peringatan;

3. Bukti P-3 : Surat Kuasa Hukum Penggugat Nomor : 09/KA.CM.R/P/V/2013,

tertanggal 27 Mei 2013, Perihal : Peringatan Ke-2 (kedua);

4. Bukti P-4 : Surat Kuasa Hukum Penggugat Nomor : 15/KA.CM.R/P/

VI/2013, tertanggal 4 Juni 2013, Perihal Peringatan Ke-3 (ketiga);

5. Bukti P-5 : Surat Kuasa Hukum Penggugat ke Kepala Dinas Tenaga Kerja

Pemerintah Kota Ambon, Nomor 19/KA.CM.R/P/VI/2013, tertanggal 20 Juni

2013, Perihal Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial;

18

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

Page 19: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

6. Bukti P-6 : Foto Copy Surat Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota Ambon,

Nomor 562.7/442/Naker, perihal ANJURAN tertanggal 15 Agustus 2013

yang di tujukan kepada pimpinan UD. Gema Rejeki dan Sdr. Johanis

Tomaluweng dkk;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil bantahannya Tergugat telah

mengajukan Bukti Surat yang bermaterai cukup, dan setelah dicocokkan dengan

aslinya ternyata cocok diberi tanda sebagai berikut ;

1. Bukti T-1 : Foto Copy Daftar Upah Tenaga Kerja priode 2013 yang di

keluarkan oleh PT. Jamsostek (persero) Kantor Cabang Maluku, tanggal 05

Desember 2013;

2. Bukti T-2 : Foto Copy Laporan Polisi Nomor. LP/527/VII/2013/Maluku/Res

Ambon, tertanggal 17 Juli 2013;

3. Bukti T-3 : Foto Copy Berita Acara Pemeriksaan Laporan Polisi, tertanggal

17 Juli 2013;

4. Bukti T-4 : Foto Copy Berita Acara Pemeriksaan Laporan Polisi, tertanggal

23 Juli 2013;

5. Bukti T-5 : Foto Copy Berita Acara Pemeriksaan Laporan Polisi, tertanggal

23 November 2013;

6. Bukti T-6 : Copy Surat Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kota Ambon,

Nomor 562.7/442/Naker, perihal ANJURAN tertanggal 15 Agustus 2013

yang di tujukan kepada pimpinan UD. Gema Rejeki dan Sdr. Johanis

Tomaluweng dkk;

7. Bukti T-7 : Surat Peringatan Kuasa Hukum Penggugat yang ditujukan

kepada UD. Gema Rejeki, No. 07/KA.CM.R/P/V/2013, tertanggal 23 Mei

2013, Perihal : Peringatan;

Menimbang, bahwa didepan sidang Penggugat melalui kuasanya telah

mengajukan 2 (dua) orang saksi, di sumpah menurut agama dan kepercayaanya

dan menerangkan hal hal yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. JOHANIS TOMALUWENG pada pokoknya menerangkan :

Bahwa benar saksi adalah karyawan pada perusahaan UD. Gema Rejeki sejak

tahun 2003 dengan jabatan sebagai sopir angkut barang;

• Bahwa benar saksi kenal terhadap Penggugat saudara Supardi sesama

sebagai sopir angkut barang, dengan tujuan yang berbeda dan tidak ada

hubungan keluarga;

19

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

Page 20: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa benar jam kerja tidak pasti karena merupakan sopir antar pulau yaitu

Ambon-Masohi, selama bekerja tidak pernah mendapat lembur sekalipun itu

bekerja pada tanggal/hari minggu atau hari libur resmi;

• Bahwa benar Tergugat tidak ada membuat peraturan perusahaan,

perjanjian kerja, perjanjian kerja bersama dan atau tidak pula membuat

kontrak kerja dengan para pekerja atau buruhnya;

• Bahwa benar saksi tahu Penggugat ada masalah yaitu membawa lari uang

Tergugat hasil penjualan barang yang di bawa ke Masohi;

• Bahwa benar penyebab mengalami PHK, pada bulan Desember 2012

Penggugat membawa uang perusahaan sebesar Rp. 102.000.000 (seratus

dua juta rupiah) dan pergi ke jawa (Surabaya) dengan uang tersebut

bersama sudara perempuan Penggugat;

• Bahwa benar setelah beberapa hari Penggugat mengembalikan uang

tersebut dengan cara mentransfer lagi ke rekening pimpinan perusahaan

(Bpk. Jhon) sebesar Rp. 90.000.000 (sebilan puluh juta Rupiah) sedangkan

+_ Rp. 12.000.000(dua belas juta rupiah), Penggugat pakai motor beserta

surat surat kendaraan sebagai jaminannya ;

• Bahwa benar dalam bulan Desember itu juga Penggugat balik ke Ambon

dan istri Penggugat melalui pesan singkat (sms) kepada pimpinan

perusahaan mengatakan bahwa penggugat telah kembali tetapi pada saat

itu pimpinan Perusahaan masih berada di Jakarta dan Pimpinan

Perusahaan mengatakan permasahan ini akan di selesaikan setelah beliau

kembali dari Jakarta namun sampai sekarang tidak ada realisasinya;

• Bahwa Tergugat atau perusahaan tidak memberikan surat PHK, melainkan

hanya dengan lisan saja;

• Bahwa setelah itu Tergugat tidak pernah memanggil lagi untuk bekerja;

• Bahwa benar setelah kejadian itu Penggugat ada menghubungi saksi via

telepon agar saksi meminta Tergugat untuk bisa menerima Penggugat

kembali bekerja di Kantor Tergugat , namun Tergugat sudah tidak mau lagi ;

• Bahwa benar alasan Tergugat tidak mau terima lagi karena sudah pernah

melakukan kesalahan;

• Bahwa benar Anjuran Depnakertrans Ambon, menganjurkan agar Tergugat

mau menerima para karyawan untuk bekerja kembali, tetapi Tergugat sudah

memutuskan untuk tidak maau menerima melaui Bapak Herry Pattikawa;

20

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

Page 21: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

2. MARKUS SOUKOTTA pada pokoknya menerangkan :

• Bahwa benar saksi adalah karyawan pada perusahaan UD. Gema Rejeki

sejak tahun 2003 dengan jabatan sebagai sopir angkut barang;

• Bahwa benar saksi kenal terhadap Penggugat saudara Supardi sesama

sebagai sopir angkut barang, dengan tujuan yang berbeda dan tidak ada

hubungan keluarga;

• Bahwa benar jam kerja tidak pasti karena merupakan sopir antar pulau

yaitu Ambon-Masohi, selama bekerja tidak pernah mendapat lembur

sekalipun itu bekerja pada tanggal/hari minggu atau hari libur resmi;

• Bahwa benar Tergugat tidak ada membuat peraturan perusahaan,

perjanjian kerja, dan tidak pula membuat kontrak kerja dengan para pekerja

atau buruhnya;

• Bahwa benar saksi tahu Penggugat ada masalah yaitu membawa lari uang

Tergugat hasil penjualan barang yang di bawa ke Masohi;

• Bahwa benar penyebab mengalami PHK, pada bulan Desember 2012

Penggugat membawa uang perusahaan sebesar seratus juta lebih;

• Bahwa benar setelah beberapa hari Penggugat mengembalikan uang

tersebut dengan cara mentransfer lagi ke rekening pimpinan perusahaan

(Bpk. Jhon) sebesar Rp. 90.000.000 (sebilan puluh juta Rupiah) sedangkan

sisanya, Penggugat pakai motor beserta surat surat kendaraan sebagai

jaminannya ;

• Bahwa Tergugat atau perusahaan tidak memberikan surat PHK, melainkan

hanya dengan lisan saja;

• Bahwa benar setelah itu Tergugat tidak pernah memanggil lagi untuk

bekerja;

• Bahwa benar setelah kejadian itu Penggugat ada menghubungi saksi via

telepon agar saksi meminta Tergugat untuk bisa menerima Penggugat

kembali bekerja di perusahaan Kantor Tergugat , namun Tergugat sudah

tidak mau lagi ;

• Bahwa benar alasan Tergugat tidak mau terima lagi karena sudah pernah

melakukan kesalahan;

• Bahwa benar Anjuran Depnakertrans Ambon, menganjurkan agar Tergugat

mau menerima para karyawan untuk bekerja kembali, tetapi Tergugat

21

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

Page 22: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sudah memutuskan untuk tidak maau menerima melaui Bapak Herry

Pattikawa;

Menimbang, bahwa didepan sidang Tergugat melalui kuasanya telah

mengajukan 2 (dua) orang saksi, di sumpah menurut agama dan kepercayaannya

dan menerangkan hal hal yang pada pokoknya adalah sebagai berikut :

1. HERY PATTIKAWA pada pokoknya menerangkan :

• Bahwa benar saksi tidak kenal dengan Penggugat dan kenal dengan

Tergugat, tetapi tidak ada hubungan keluarga;

• Bahwa benar saksi adalah teman sdr. Jhon/Tergugat pemilik perusahaan

UD. Gema Rejeki;

• Bahwa saksi tidak tahu, kalau jam kerja tidak pasti dan lembur sekalipun itu

bekerja pada tanggal/hari minggu atau hari libur resmi;

• Bahwa saksi tidak tahu kalau Tergugat tidak ada membuat peraturan

perusahaan, perjanjian kerja;

• Bahwa saksi di beritahu oleh Tergugat, bahwa Penggugat membawa lari

uang Tergugat ;

• Bahwa benar saksi setelah di beri tahu melalui telepon oleh Tergugat, lalu

saksi menelepon anak Penggugat yang tugasnya di Sorong dan

mengatakan bahwa bapaknya ada bawa lari uang Tergugat;

• Bahwa benar Penggugat tidak setor uang hasil penjualan dari Masohi tetapi

malah di bawa ke Surabaya;

• Bahwa benar saksi tidak tahu berapa uang yang telah di kembalikan oleh

Penggugat ke Tergugat;

• Bahwa saksi tidak tahu, setelah itu Sdr. Supardi masih bekerja atau tidak di

perusahaan tersebut;

• Bahwa saksi tidak tahu Penggugat telah di PHK oleh Tergugat;

2. YESKA LAWALATA pada pokoknya menerangkan :

• Bahwa saksi adalah karyawan pada perusahaan UD. Gema Rejeki sejak

tahun 2008 dengan jabatan sebagai Konter keuangan;

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak ada

hubungan keluarga;

• Bahwa saksi kenal terhadap saudara Supardi sebagai sopir angkut barang

di perusahaan;

22

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Page 23: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Bahwa saksi mengetahui jam kerja tidak pasti karena merupakan sopir antar

pulau yaitu Ambon-Masohi;

• Bahwa benar Tergugat tidak ada membuat peraturan perusahaan,

perjanjian kerja, atau tidak pula membuat kontrak kerja dengan para pekerja

atau buruhnya;

• Bahwa benar , Penggugat membuat kesalahan atau penyelewengan

dengan membawa lari uang Perusahaan;

• Bahwa benar saksi tidak tahu berapa uang yang telah di larikan oleh

Penggugat ;

• Bahwa benar saksi tidak tahu perusahaan telah mem PHK, atau tidak;

• Bahwa setelah kejadian itu, saudara Supardi sudah tidak bekerja lagi di

perusahaan tersebut sampai sekarang;

• Bahwa saksi tidak tahu, apakah sebelum masalah ini Penggugat pernah di

beri surat peringatan atau belum;

3. FREDY MUSTAMU pada pokoknya menerangkan :

• Bahwa saksi adalah karyawan pada perusahaan UD. Gema Rejeki sejak

tahun 2006 ( 7 tahun ) dengan jabatan sebagai Supervaiser;

• Bahwa saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat, tetapi tidak ada

hubungan keluarga;

• Bahwa saksi kenal terhadap saudara Supardi sebagai sopir angkut barang

di perusahaan;

• Bahwa saksi mengetahui jam kerja tidak pasti karena merupakan sopir antar

pulau yaitu Ambon-Masohi;

• Bahwa benar Tergugat tidak ada membuat peraturan perusahaan,

perjanjian kerja, atau tidak pula membuat kontrak kerja dengan para pekerja

atau buruhnya;

• Bahwa benar saksi mengetahui Penggugat membawa lari uang Perusahaan

dari hasil penjualan barang barang yang di bawa ke Masohi;

• Bahwa benar Penggugat membawa uang seratus juta lebih ;

• Bahwa benar saksi tidak tahu perusahaan telah mem PHK, atau tidak;

• Bahwa setelah kejadian itu, saudara Supardi sudah tidak bekerja lagi di

perusahaan tersebut sampai sekarang;

• Bahwa saksi tidak tahu, apakah sebelum masalah ini Penggugat pernah di

beri surat peringatan atau belum;

23

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23

Page 24: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa kedua belah pihak telah mengajukan kesimpulan

masing masing pihak yaitu Penggugat dan Tergugat tertanggal 28 Januari 2014

serta mohon putusan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian dalam Putusan ini ,

maka segala sesuatu yang tercantum dalam Berita Acara yang ada relevansinya

dianggap telah termuat dalam Putusan ini;

Menimbang, bahwa akhirnya Para Pihak tidak mengajukan apa apa lagi

dalam persidangan ini, dan mohon putusan;

TENTANG HUKUMNYA

DALAM EKSEPSI

Bahwa setelah Majelis Hakim menelaah secara teliti dan cermat alasan eksepsi

tersebut maka di peroleh fakta sebagimana akan di uraikan dalam pertimbangan

berikut;

Menimbang, bahwa Tergugat telah mengajukan eksepsi sebagaimana

yang tertuang dalam jawaban Tergugat yang pada pokoknya sebagai berikut :

• Bahwa dalil gugatan Penggugat menyatakan Tergugat telah melakukan

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Penggugat karena telah melakukan

pelanggaran berat yang merugikan Penggugat, padahal Tergugat tidak pernah

melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) kepada Penggugat, sebaliknya

ketidak hadiran Penggugat untuk melaksanakan kewajiban selaku pekerja/

karyawan tanpa dasar dan alasan yang jelas adalah atas keinginan dan

kemauan Penggugat sendiri, sehingga patut dipertanyakan dan dibuktikan

secara hukum oleh Penggugat, apakah ketidak hadiran Penggugat untuk

melaksanakan kewajiban selaku pekerja/karyawan tanpa dasar dan alasan

yang jelas dapatkah disebut PHK sehingga menjadi dasar guna mengajukan

gugatan Perselisihan Hak dan Pemutusan Hubungan Kerja ?, olehnya apa

yang didalilkan Penggugat dalam Gugatannya patut dinyatakan kabur/obscuur

libel.

• Bahwa oleh karena perilaku dan/atau tindakan Penggugat yang kemudian

membuat Penggugat tidak lagi melaksanakan kewajibannya selaku pekerja,

maka dengan demikian Penggugat tidak berkualitas sebagai Penggugat ( legas

standing in condention ), maka gugatan yang diajukan oleh Penggugat adalah

cacat formil error in persona yang dikatagorikan sebagai Diskualifikasi in

24

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24

Page 25: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

persona yaitu karena pihak yang bertindak sebagai Penggugat adalah orang

yang tidak memenuhi syarat sebagai Penggugat. Maka dengan demikian

gugatan Penggugat harus dinyatakan ditolak atau setidak-tidaknya tidak dapat

diterima oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini.

• Penerima kuasa telah melakukan perbuatan diluar kewenangan yang

diberikan oleh Pemberi Kuasa ( over bodecht ) dan pelanggaran azas

persona standi in judicio.

1. Bahwa Surat Kuasa Khusus dari Pemberi Kuasa kepada Penerima Kuasa

tanggal 11 Nopember 2013 bertentangan dengan Pasal 123 HIR/147 R.Bg

dan melanggar azaz persona standi in judicio, hal mana karena telah

melakukan tindakan melebihi kewenangan untuk bertindak menurut hukum.

2. Bahwa Penerima kuasa telah melakukan tindakan melebihi kuasa yang

diberikan kepadanya oleh Pemberi Kuasa in casu principal Penggugat dan

Penerima Kuasa telah melakukan tindakan hukum yang bukan menjadi

kewenangannya karena tidak berwenang ( Non Persona Standi In Judicio )

yaitu “ didalam surat kuasa khusus dari Penggugat kepada kuasanya tidak

terdapat klausula kuasa untuk mengajukan permohonan Sita Jaminan

kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Ambon

terhadap 1(satu) unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 9475 AU, 1

(satu) unit Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 8586 AU, 1(satu) unit

Mobil Box Toyota Dina 130HT No. DE 8654 AU, 1(satu) unit Mobil Box

Toyota Dina 130HT No. DE 8652 AU, 1(satu) unit Kantor Tergugat yang

dikenal sebagai Toko 51, terletak di Jalan Setia Budi, Kelurahan Ahusen,

Kecamatan Sirimau, Kota Ambon. “

3. Bahwa hal tersebut sangat bertentangan dengan Hukum Perdata yang

dengan tegas menyebutkan sebagai berikut : Pasal 1796 “ Pemberian

kuasa yang dirumuskan dalam kata-kata umum, hanya meliputi perbuatan-

perbuatan pengurusan, untuk memindah-tangankan benda-benda atau

untuk meletakan hipotik diatasnya atau lagi untuk membuat suatu

perdamaian, ataupun sesuatu perbuatan lain yang hanya dapat dilakukan

oleh seorang pemilik, diperlukan suatu pemberian kuasa dengan kata-kata

yang tegas. “ dan selanjutnya menurut pasal 1797 “ Si kuasa tidak

25

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25

Page 26: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Diperbolehkan melakukan sesuatu apapun yang melampaui

kuasanya…………….”

4. Bahwa dengan telah terbuktinya Pemberi Kuasa in casu principal

Penggugat dan Penerima Kuasa telah melakukan tindakan hukum yang

bukan menjadi kewenangannya, maka gugatan Penggugat haruslah

dinyatakan tidak dapat diterima.

Menimbang, bahwa eksepsi yang dilakukan oleh kuasa Tergugat menurut

pendapat Majelis Hakim merupakan suatu pendapat yang mengada-ada sehingga

patut untuk ditolak;

Menimbang, bahwa terhadap Eksepsi Obscuur libels, error in persona

dan Kuasa Penggugat telah melakukan kewenangan diluar yang dikuasakan dan

pelanggaran asas persona standy in yudicio, Majelis Hakim berpendapat bahwa

yang berwenang untuk menentukan pelanggaran undang-undang yang telah di

lakukan oleh Penggugat adalah wewenang Majelis Hakim menilainya bukan

wewenang Tergugat dan hal tersebut memerlukan proses pembuktian di

persidangan yang telah memasuki substansi pokok perkara, oleh karenanya

Eksepsi tersebut akan di pertimbangkan bersama sama pokok perkara, dan

haruslah Eksepsi Tergugat di nyatakan di tolak;

Menimbang, bahwa setelah majelis membaca dan meneliti eksepsi

Tergugat maka Majelis berpendapat bahwa eksepsi Tergugat telah masuk dalam

materi pokok perkara secara terang dan jelas sudah dijawab dalam jawaban

Tergugat mengandung kualitas Penggugat dalam pokok perkara oleh sebab itu

eksepsi Tergugat dinyatakan di tolak.

Bahwa setelah memperhatikan pertimbangan tersebut diatas maka Majelis Hakim

berpendapat bahwa alasan eksepsi tersebut diatas tidak beralasan menurut hukum

karenanya eksepsi mana dinyatakan ditolak;

DALAM POKOK PERKARA

Menimbang, bahwa mahsud dan tujuan gugatan Penggugat adalah

sebagaimana diuraikan tersebut diatas;

Menimbang, bahwa setelah membaca dan meneliti gugatan Penggugat

pada pokoknya mendalilkan bahwa :

26

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26

Page 27: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

• Penggugat adalah karyawan UD Gema Rejeki ( Toko 51) sejak bulan April

2003 bertugas sebagai pengemudi mobil pengangkut barang dengan gaji sebesar Rp. 1.500.000,-(satu juta

lima ratus ribu rupiah);

• Bahwa Tergugat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara

lisan dan melawan hukum karena PHK menurut Penggugat tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku

sebagaimana yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan.

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat melalui

kuasa hukumnya akan memberi jawaban yang pada pokoknya terdiri dari eksepsi

dan jawaban atas gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa Pengugat tidak akan lagi mengajukan replik dan

Tergugat tidak akan mengajukan duplik;

Menimbang, bahwa setelah membaca dan meneliti gugatan Penggugat

dan jawab Tergugat maka Majelis dapat menyimpulkan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa dalam gugatan Penggugat menjelaskan bahwa

Penggugat di PHK oleh Tergugat karena dituduh melakukan kesalahan berat oleh

karena itu Tergugat tidak lagi membayar hak-hak pekerja;

Menimbang, bahwa kemudian Majelis mempertimbangkan apakah benar

Penggugat melakukan kesalahan berat;

Menimbang, bahwa Penggugat bekerja di UD GEMA REJEKI sebagai

sopir truk dengan tugas mengangkut barang milik Tergugat untuk di bawa ke Pulau

Seram kepada pelanggan;

Menimbang, bahwa sekitar bulan Januari 2013 Penggugat di tuduh telah

melakukan kesalahan berat yaitu menjual barang Tergugat yang tidak termasuk

dalam nota barang bawaannya;

Menimbang, bahwa atas perbuatan Penggugat maka Tergugat merasa

dirugikan oleh karena itu Tergugat sebagai pihak korban melaporkan perbuatan

Penggugat ke Polres Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease, sejak itu hubungan

Penggugat dan Tergugat sudah tidak harmonis lagi dan Tergugat tidak lagi

membayar hak-hak Penggugat;

Menimbang, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan polisi di Polres Pulau

Ambon dan Pulau-Pulau Lease dan keterangan saksi di persidangan secara terang

dan jelas telah terjadi perbuatan melawan hukum dilakukan oleh Penggugat;

27

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27

Page 28: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa atas pengakuan Penggugat baik di Polres Pulau

Ambon dan Pulau-Pulau Lease maupun di persidangan maka Tergugat sebagai

pihak korban melakukan pemutusan hubunngan kerja;

Menimbang, bahwa atas pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh

Tergugat maka Penggugat melalui kuasa hukumnya menggugat ke Pengadilan

Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Ambon bahwa Tergugat telah

melakukan PHK tanpa melalui putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan

hukum tetap bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi RI nomor 012/

PUU-I/2003 dan Surat Edaran Menakertrans Nomor SE.13/SJ-HK/I/2005;

Menimbang, bahwa melalui Judicial Review, pasal 158 yang mengatur

mengenahi kesalahan berat ini telah di cabut dan di nyatakan tidak mempunyai

kekuatan hukum yang mengikat. Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 012/

PUU-I/2003 tanggal 28 Oktober 2004, pasal ini di pandang sebagai perlakukan

diskriminatif yang bertentangan dengan UUD 1945 khususnya Pasal 27 ayat (1);

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil gugatan pada butir empat

seharusnya pemutusan hubungan kerja hanya dapat dilakukan setelah adanya

putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap;

Menimbang, bahwa dengan tidak adanya keputusan yang berkekuatan

hukum tetap ,maka Penggugat melalui gugatannya meminta kepada Majelis Hakim

mengabulkan tuntutan Penggugat sebagaimana dalam dalil gugatan Penggugat.

Menimbang, bahwa Penggugat dalam gugatannya meminta agar

Tergugat membayar hak-hak pekerja sebagaimana di atur dalam pasal 163 UU

No.13 tentang ketenagakerjaan;

Menimbang, bahwa atas tuntutan Penggugat tersebut maka Majelis

Hakim mempertimbangkan sebagai berikut;

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan pemutusan hubungan kerja

menurut pasal 163 UU No.13/2003 tentang ketenagakerjaan adalah bahwa

pengusaha dapat melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja/buruh

karena perubahan status, penggabungan atau peleburan perusahaan dan

pengusaha tidak menerima pekerja / buruh di perusahaannya maka pekerja berhak

atas pesangon sebesar 2 (dua) kali ketentuan pasal 156 ayat 2 (dua), uang

penghargaan masa kerja 1 (satu) kali ketentuan pasal 156 ayat 3 (tiga) dak uang

penggantian hak sesuai pasal 156 ayat 4 (empat);

28

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28

Page 29: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa pengertian pasal tersebut bukan Pemutusan

Hubungan Kerja karena kesalahan seperti yang dilakukan oleh Penggungat oleh

sebab itu menurut pendapat Majelis Hakim Penggugat telah salah menerapkan

hukum oleh sebab itu gugatan Penggugat tersebut di tolak;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan petitum

no. 4 Penggugat atas sita jaminan terhadap menyatakan sah dan berharga, serta

meletakkan sita jaminan (conservatoir beslag) atas barang-barang bergerak dan

tidak bergerak milik Tergugat, yakni :

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 9475 AU atas

nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8586 AU atas

nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8654 AU atas

nama Tergugat.

• 1 (satu) Unit Mobil Box Merk Toyota Dina 130 HT No. Pol. DE 8652 AU atas

nama Tergugat.

• Kantor Tergugat yang dikenal Sebagai Toko 51, terletak di Jl. Setia Budi

Kelurahan Ahusen Kec. Sirimau Kota Ambon.

Sebagaimana di uraikan dalam gugatan tersebut diatas;

Menimbang, bahwa sebagaimana ternyata dalam gugatannya, bahwa

terkait dengan objek sita tersebut tidak disertai dengan data-data atau informasi

yang lebih rinci tentang persil tanah, batas-batas tanah, nama pemilik serta

informasi informasi yang mendukung keberadaan tanah dan bangunan kantor

tersebut;

Menimbang, bahwa aktifitas di UD. GEMA REJEKI (TOKO 51) masih

berjalan, dan Majelis tidak melihat tanda tanda bahwa Tergugat akan mengalihkan

mobil, tanah maupun kantor berikut isinya kepada fihak lain;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut

diatas, maka Majelis berpendapat bahwa permohonan sita jaminan atas mobil

dan tanah serta bangunan kantor UD. GEMA REJEKI (TOKO 51) di Jl. Setia Budi

kelurahan Ahusen, kecamatan Sirimau Kota Ambon, Tidak layak untuk di

kabulkan ;

Menimbang, bahwa petitum Nomor 6 (enam ) tentang uang paksa

(dwangsom) sebesar Rp. 200.000; (dua ratus ribu rupiah ) tiap hari sejak putusan

29

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29

Page 30: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ini di ucapkan tidak dapat di kabulkan oleh karena tuntutan dwangsom tidak dapat

di kabulkan terhadap suatu putusan yang amarnya menghukum Tergugat untuk

membayar sejumlah uang atau “ Tuntutan uang paksa (dwangsom) tidak berlaku

terhadap tindakan untuk membayar uang” (vide Pasal 606a RV) . Dwangsom

hanya dapat di kabulkan dalam hal suatu tuntutan mohon putusan untuk

menghukum seseorang melakukan suatu perbuatan hukum tertentu yang

tujuannya agar si Tergugat melaksanakan perintah atau putusan tersebut;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan petitum

Nomor : 7 tentang permohonan agar Putusan ini dapat di jalankan terlebih dahulu,

walaupun ada upaya hukum verzet, banding dan kasasi (Uit voerbaar bij voorraad);

Menimbang, bahwa apa yang disyaratkan dalam pasal 180 HIR/191 ayat

(1) Rbg Junto SEMA Nomor : 16 tahun 1969, jo SEMA Nomor : 03 tahun 1971 jo

SEMA Nomor : 03 Tahun 1978, jo SEMA Nomor : 03 Tahun 2000, tentang

Putusan Serta Merta (Uit voerbaar bij voorraad) dan provisional diharuskan adanya

syarat-syarat sebagai berikut:

a. Ada surat autentik atau tulisan tangan yang menurut UU mempunyai kekuatan

bukti;

b. Ada putusan yang sudah mempunyai kekuatan pasti sebelumnya yang

menguntungkan pihak Penggugat dan ada hubungannya dengan gugatan yang

bersangkutan;

c. Ada gugatan provisi yang di kabulkan;

d. Dalam sengketa mengenai bezitrecht;

Menimbang, bahwa karena dalam gugatan Penggugat tersebut tidak

terbukti adanya fakta yang memenuhi seluruh syarat-syarat di mahsud, dan Majelis

melihat tidak ada hal-hal yang sifatnya eksepsional, maka petitum Nomor :

Penggugat tidak layak untuk di kabulkan;

Menimbang, bahwa bukti bukti lain yang tidak di pertimbangkan secara

eksplisit dalam perkara a quo dinyatakan di kesampingkan oleh karena itu tidak

relevan dengan gugatan a quo;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis akan mempertimbangkan biaya

perkara sebagaimana petitum Nomor : 8 Penggugat;

Menimbang, bahwa setelah Majelis Hakim Pengadilan Hubungan

Industrial meneliti gugatannya di bawah Rp. 150.000.000; (seratus lima puluh juta),

maka segala biaya yang timbul dalam perkara ini di bebankan kepada Negara

30

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30

Page 31: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

berdasarkan ketentuan Pasal 58 UU Nomor : 2 Tahun 2004 tentang PPHI yang

besarnya akan di tentukan pada amar putusan dibawah ini;

----------- Memperhatikan Undang-Undang Nomor : 2 Tahun 2004 tentang

Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial jo Pasal 155 ayat (2,3) Undang –

Undang Nomor : 13 Tahun 2013 serta peraturan perundang-undangan lain yang

bersangkutan;

M E N G A D I L I :

DALAM EKSEPSI

Menolak Eksepsi Tergugat untuk seluruhnya ;

DALAM POKOK PERKARA

1. Menyatakan menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya ;

2. Membebankan biaya perkara kepada Negara sebesar Rp. 500.000,- ( lima

ratus ribu rupiah ) ;

Demikian diputuskan dalam Rapat Permusyawaratan Majelis Hakim

Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Ambon pada hari Rabu,

tanggal 19 Pebruari 2014, oleh kami GLENNY de FRETES, SH.MH, sebagai

Hakim Ketua Majelis, Ir. MAS MUANAM dan NICOLAAS SAPTENNO, SH,

Hakim-Hakim Ad hoc masing-masing sebagai Hakim Anggota, dan putusan mana

diucapkan dalam persidangan yang dinyatakan terbuka untuk umum pada hari

Rabu tanggal 19 Pebruari 2014 oleh Hakim Ketua Majelis tersebut didampingi

Hakim-Hakim Anggota, dan dibantu oleh Ny. M. GARING sebagai Panitera

Pengganti, Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri Ambon,

dengan di hadiri oleh Kuasa Penggugat dan Kuasa Tergugat.

HAKIM AD HOC , KETUA MAJELIS HAKIM ,

ttd ttd

IR. MAS MUANAM GLENNY de FRETES, SH.MH.

HAKIM AD HOC ,

31

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31

Page 32: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ttd

NICOLAAS SAPTENNO, SH

PANITERA PENGGANTI,

ttd

NY M. GARING.

Dicatat disini bahwa putusan ini belum mempunyai kekuatan hukum

tetap karena pihak Tergugat telah mengajukan kasasi pada tanggal, 24

Pebruari 2014.

Panitera Pengadilan Negeri Ambon,

ttd

DOMINIKUS MAMOH, SH.

Turunan putusan ini diberikan kepada Penggugat melalui kuasanya

MAGDALENA LAPPY, SH , memenuhi permintaannya secara lisan tanggal,

25 Pebruari 2013 untuk dipergunakan seperlunya,-

Panitera Pengadilan Negeri Ambon,

DOMINIKUS MAMOH, SH.

32

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32

Page 33: Putusan Pn Ambon

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

33

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33