puspo wardoyo sang poligamer
TRANSCRIPT
Puspo Wardoyo pengusaha restoran “Wong Solo” yang merasa dirinya sukses dan
berprestasi menikmati poligami sebagai bagian dari
kesuksesannya. Bahkan ia berniat mengkampanyekan
poligami di kalangan masyarakat. Langkah
pengusaha restoran ini banyak menuai kecaman dari
kaum perempuan dan kelompok feminis di
Indonesia.
Dalam keluarga besarnya, ternyata tidak hanya Puspo Wardoyo saja yang melakukan poligami.
Selain sang ayah, kakak, dan adik Puspo juga ada yang melakukan poligami.
Saat sukses mampu diraihnya bersama label Wong Solo, Puspo pun merasa tidak cukup dengan hanya
memiliki istri satu orang saja. “Poligami itu adalah hak dan kebutuhan perempuan,” ujar Bapak dari 11 anak ini. Tak heran, ia pun memutuskan untuk menikah
kembali dengan perempuan yang tak lain adalah salah satu karyawan Wong Solo. Tahun 1996, Puspo pun
memutuskan untuk menikah dengan istri keduanya, Supiyanti. “Isteri kedua saya adalah mantan
karyawan saya sendiri,” aku Puspo.
Uniknya, dalam mencari calon isteri keempat, Puspo mengaku sempat memasang iklan di sebuah surat kabar yang terbit di Semarang.
“Untuk mendapatkan istri keempat, saya pasang iklan di
sebuah surat kabar yang terbit di Semarang untuk mencari seorang sekretaris pribadi buat saya,” aku
Puspo. Alhasil, sekitar 400 pelamar berdatangan ke rumah makan Wong Solo di Semarang.
Terkait praktik poligami yang dilakukan Puspo Wardoyo, Koordinator Jaringan Peduli Perempuan dan Anak Jateng (JPPA), Prof Dr Agnes Widanti memandang, poligami sebagai tindakan merugikanperempuan.
Poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam kalangan feminis, tak
terkecuali feminis Islam. Poligami adalah syariat Islam yang merupakan sunnah
Rasulallah SAW, tentunya dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil diantara para istri, sebagaimana pada
ayat yang artinya:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya.”(QS An-Nisa, ayat ke-3)
Tidak disyaratkan bagi seorang laki laki untuk meminta ijin kepada istrinya bila akan menikah lagi. Hanya saja
untuk menghindari permasalahan di kemudian hari, seorang suami baiknya memberitahukan (bukan
meminta ijin) agar ada kesiapan mental bagi si istri pertama. Termasuk mempersiapkan mental istri adalah seorang suami mendidik istrinya dengan
pendidikan agama yang baik. Dan ini memerlukan waktu yang lama.
Semoga apa yang teringkas ini dapat menjadi pemahaman kita semua mengenai Poligami, sekali lagi
bahwa Poligami bukanlah hal yang mudah karena akan dihadapkan pada pertanggungan jawab yang
besar di hari akhirat kelak.