push and pull
DESCRIPTION
push and pullTRANSCRIPT
1
1. Pendahuluan
Dalam suatu negara tidak dapat dipisahkan dari adanya suatu aktivitas
perpindahan penduduknya. Aktivitas perpindahan penduduk ini sering disebut migrasi.
Tetapi di dalam kota itu sendiri juga terdapat aktivitas perpindahan penduduk/kelompok
masyarakat baik dari pusat kota ke pinggiran kota maupun sebaliknya. Dalam aktivitas
perpindahan ini selalu terdapat alasan atau faktor-faktor yang menyebabkan kelompok
masyarakat tersebut melakukan aktivitas perpindahan tersebut. Faktor-faktor tersebut
yaitu faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor). Faktor penarik dan
pendorong ini selalu terdapat pada lokasi atau wilayah asal maupun tujuan.
Terdapat banyak hal yang mempengaruhi faktor penarik (pull factor) dan faktor
pendorong (push factor) perpindahan suatu kelompok masyarakat dalam suatu kota. Oleh
karena itu, untuk lebih mengerti dan memahami mengenai faktor-faktor tersebut
diperlukan studi kasus suatu wilayah dalam kota yang dapat diidentifikasi mengenai faktor
penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor) pada wilayah tersebut.
Dalam paper ini, lokasi/wilayah studi yang diambil sebagai studi kasus mengenai
faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor) perpindahan kelompok
masyarakat dalam suatu kota yaitu wilayah Wonokromo, Surabaya khususnya di kawasan
kampung Jetis dengan batasan wilayah studi pada kawasan sekitar pusat kegiatan Royal
Plaza.
Pemilihan wilayah studi ini karena lokasinya yang cukup strategis yang dekat
dengan berbagai macam kegiatan penting dalam suatu kota seperti perekonomian
khususnya perdagangan, pendidikan, perkantoran, serta fasilitas-fasilitas yang
menunjang. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat menjadi kajian studi yang menarik
mengenai faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor) perpindahan
kelompok masyarakat dalam suatu kota.
2. Landasan Teori
Suatu kota dirancang untuk memenuhi perubahan dan atau perbaikan
lingkungan manusia atau pilihan kualitas lingkungan (Rapoport, 1984:48). Lingkungan
perkotaan, lebih lanjut harus sesuai dengan kriteria kualitas lingkungan dan gambaran
2
penghuninya, secara umum, ruang yang spesifik dan organisasi kota lainnya merupakan
hasil interaksi antara banyaknya variasi kendala dan kemungkinan dengan proses kognitif
seseorang (individu) dan kelompok.
Pola keterkaitan suatu kota dapat berhubungan maupun tidak berhubungan
dengan status sosial masyarakatnya. Dalam hal ini, suatu kelompok masyarakat yang
berbeda akan membedakan citra kualitas lingkungannya. Pemilihan terhadap suatu
lingkungan bagi kelompok masyarakat kelas atas, menengah, dan bawah, serta
pembedaan dalam bagaimana tanda/syarat lingkungannya dapat dibaca dari segi status
masyarakat yang menempatinya. Hal ini dapat dicontohkan oleh kualitas lingkungan yang
relatif (tidak mutlak). Hal tersebut pada akhirnya juga menunjukkan kenyataan bahwa
kelompok yang berbeda dalam lingkungan suatu kota akan memilih hunian atau
permukiman yang mengarah pada pembedaan ruang sosial kota.
Dalam menentukan pilihan lingkungan tempat tinggal, suatu kelompok
masyarakat akan bereaksi dengan melakukan aktivitas perpindahan. Organisasi yang
spesifik sebuah kota dan perilaku masyarakat di dalamnya merupakan hasil interaksi dari
karakter-karakter lingkungan, proses pilihan individu dan kelompok, serta berbagai
batasan. Dalam berbagai situasi yang ideal, tiap penduduk atau kelompok masyarakat
yang melakukan perpindahan dalam rangka menyesuaikan pilihan dengan kotanya akan
menempati suatu area yang mengekspresikan adanya identitas sosial, status, dan pilihan
berbagai kelompok. Proses tersebut akan berlangsung jika ada dukungan distribusi
penduduk yang stabil.
Keputusan penduduk atau kelompok masyarakat untuk melakukan aktivitas
perpindahan sebagai reaksi terhadap pemilihan lingkungan tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Menurut Lee (1987), faktor-faktor tersebut antara lain:
1. Faktor-faktor daerah asal
2. Faktor-faktor yang terdapat pada daerah tujuan
3. Rintangan antara
4. Faktor-faktor individual
Faktor-faktor daerah asal, daerah tujuan, dan rintangan antara dapat
digambarkan dalam skema sebagai berikut:
3
Gambar 2.1. Skema faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
dan daerah tujuan dan rintangan antara
Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menahan seseorang
untuk tidak meninggalkan daerahnya atau menarik orang untuk pindah ke daerah tersebut
(faktor +), dan ada pula faktor-faktor yang memaksa mereka untuk meninggalkan daerah
tersebut (faktor -). Selain itu ada pula faktor-faktor yang tidak mempengaruhi penduduk
untuk melakukan migrasi (faktor o). Diantara keempat faktor tersebut, faktor individu
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan untuk migrasi.
Penilaian positif atau negatif terhadap suatu daerah tergantung kepada individu itu
sendiri.
Besarnya jumlah pendatang untuk menetap pada suatu daerah dipengaruhi
besarnya faktor penarik (pull factor) daerah tersebut bagi pendatang. Semakin maju
kondisi sosial ekonomi suatu daerah akan menciptakan berbagai faktor penarik, seperti
perkembangan industri, perdagangan, pendidikan, perumahan, dan transportasi. Kondisi
ini diminati oleh penduduk daerah lain yang berharap dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginannya. Pada sisi lain, setiap daerah mempunyai faktor pendorong (push factor)
yang menyebabkan sejumlah penduduk berpindah ke luar daerahnya. Faktor pendorong
itu antara lain kesempatan kerja yang terbatas jumlah dan jenisnya, sarana dan
prasarana pendidikan yang kurang memadai, fasilitas perumahan dan kondisi lingkungan
yang kurang baik.
Seperti pernyataan Rapoport (1984) mengenai faktor penarik (pull factor) dan
faktor pendorong (push factor) perpindahan kelompok masyarakat dalam suatu kota,
4
bahwa suatu komunitas akan mengambil atau memilih tempat yang mereka berikan
penilaian tinggi pada karakteristik lingkungannya (yang disebut sebagai pull factor) atau
suatu komunitas tersebut akan meninggalkannya jika mereka mempunyai anggapan
negatif dan tidak mendukung akan tempat yang terkait (yang disebut push factor). Hal ini
menunjukkan bahwa komunitas selalu peduli dengan sesuatu yang paling berperan pada
tempat yang dipilih untuk hidup/tinggal atau bekerja dari segi fisik dan sosial.
Bagi para pendatang, proses dalam melakukan pemilihan tempat di suatu
lingkungan kota cenderung dilakukan dalam 2 cara, yaitu:
1. Membentuk tempat-tempat di pusat kota
2. Mengambil tempat-tempat yang dianggap menarik di pinggiran kota
3. Analisa dan Pembahasan
3.1. Wilayah Studi Kasus
Wilayah studi kasus yang diambil yaitu wilayah Wonokromo, Surabaya
khususnya di kawasan kampung Jetis dengan batasan wilayah studi pada kawasan
sekitar pusat kegiatan perekonomian yaitu Royal Plaza.
Gambar 3.1. Wilayah studi kasus
5
Pada wilayah studi ini, terdapat beberapa komunitas masyarakat yang tinggal.
Komunitas tersebut ada yang merupakan penduduk asli setempat yang telah lama
menghuni kawasan tersebut serta komunitas yang merupakan pendatang dari beberapa
daerah lain. Dari hasil pengamatan, jenis kegiatan yang mendominasi pada wilayah studi
ini selain permukiman penduduk yaitu kegiatan perekonomian perdagangan baik
perdagangan besar seperti pusat perbelanjaan (Royal Plaza) maupun perdagangan kecil
seperti warung makan, toko-toko kecil, hingga pedagang kaki lima.
3.2. Analisa dan Pembahasan Studi Kasus
Dalam wilayah studi ini tidak berbeda jauh dengan wilayah-wilayah lain dalam
suatu kota khususnya Surabaya, yaitu memiliki beberapa hal yang dapat menjadi faktor-
faktor yang menarik maupun yang mendorong para penduduk atau kelompok masyarakat
dalam melakukan aktivitas perpindahan (baik datang maupun pergi dari wilayah tersebut).
Pada wilayah studi ini dapat ditemukan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
penduduk atau kelompok masyarakat dalam melakukan aktivitas perpindahan atau dalam
memilih lingkungan tempat tinggalnya. Faktor-faktor tersebut termasuk dalam faktor
penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor). Salah satu hal yang cukup
mencolok yang menyebabkan munculnya faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong
(push factor) di wilayah studi tersebut yaitu dengan adanya kegiatan perekonomian
(terutama perdagangan) dengan adanya pusat perbelanjaan di wilayah studi yaitu Royal
Plaza. Selain kegiatan perekonomian, wilayah studi ini juga cukup dekat dengan kegiatan
pendidikan yaitu dengan adanya kampus UNESA (Universitas Negeri Surabaya) dan
beberapa sekolah, serta kegiatan perkantoran dan pelayanan umum seperti rumah sakit.
Kehadiran para pendatang maupun para penduduk setempat yang masih
bertahan di lingkungan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor penarik dan pendorong
(pull and push factors). Selanjutnya akan dijelaskan analisa serta pembahasan mengenai
faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor) pada wilayah studi.
6
3.2.1. Faktor Penarik (Pull Factor)
Faktor penarik (pull factor) merupakan faktor yang cukup dominan yang dapat
ditemukan pada wilayah studi. Munculnya faktor penarik pada wilayah studi ini secara
umum disebabkan oleh faktor ekonomi dan lokasi yang cukup strategis. Dalam hal ini,
obyek yang menerima/mengalami pull factor yaitu penduduk/masyarakat setempat dan
masyarakat pendatang.
Berikut beberapa faktor penarik yang ditemukan pada wilayah studi:
1. Dekat dengan jalan arteri kota
Wilayah studi yang cukup dekat dengan jalur arteri kota yaitu Jalan Ahmad
Yani menjadi salah satu faktor penarik yang cukup kuat pada wilayah studi ini. Lokasi
yang dekat dengan jalan arteri kota ini juga didukung oleh kemudahan akses dan
kendaraan umum (angkutan kota).
2. Dekat dengan pusat kegiatan ekonomi
Pusat kegiatan ekonomi yang dimaksud khususnya kegiatan perdagangan.
Pusat kegiatan perdagangan yang dekat dengan wilayah studi ini antara lain:
• Pasar tradisional, yaitu pasar Wonokromo atau DTC (Darmo Trade Centre)
• Pasar modern atau supermarket, yaitu Giant
• Pusat perbelanjaan atau mall, yaitu Royal Plaza
Keberadaan pasar yang cukup dekat tersebut (baik pasar tradisional maupun
pasar modern) memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya. Selain itu juga memberikan lapangan pekerjaan baru bagi penduduk
setempat maupun masyarakat pendatang.
Salah satu faktor penarik (pull factor) yang cukup mencolok pada wilayah
studi ini yaitu keberadaan pusat perbelanjaan Royal Plaza yang lokasinya sangat
dekat dengan wilayah studi. Masyarakat pendatang yang bekerja di pusat
perbelanjaan ini cenderung mencari tempat tinggal yang dekat dengan tempatnya
bekerja, dalam hal ini yaitu di wilayah studi (kampung Jetis) dan sekitarnya.
Keberadaan pusat perbelanjaan ini juga menjadi suatu faktor penarik bagi
para pendatang maupun masyarakat setempat sebagai suatu lapangan
usaha/pekerjaan baru. Salah satu lapangan usaha yang muncul karena keberadaan
7
pusat perbelanjaan Royal Plaza ini yaitu dengan munculnya kantong-kantong parkir
informal di sekitar pusat perbelanjaan.
3. Dekat dengan kegiatan pendidikan
Kegiatan pendidikan juga menjadi faktor penarik bagi penduduk di wilayah
studi ini. Selain penduduk setempat, masyarakat pendatang terutama pelajar dan
mahasiswa yang umumnya tinggal di rumah kos cenderung mencari tempat tinggal
yang mendekati lokasi sekolah atau kampusnya untuk kemudahan aksesibilitas.
Kegiatan pendidikan yang dekat dengan wilayah studi ini yaitu kampus Universitas
Negeri Surabaya (UNESA), sekolah SMA, dan sekolah-sekolah formal lainnya.
4. Dekat dengan kegiatan perkantoran
Wilayah studi ini juga cukup dekat dengan kegiatan perkantoran yang berada
di Jalan Ahmad Yani dan sekitarnya. Kedekatan lokasi dengan kegiatan perkantoran
atau tempat bekerja ini juga menjadi salah satu faktor pemilihan tempat tinggal bagi
penduduk kampung Jetis (baik penduduk setempat maupun pendatang). Masyarakat
pendatang juga umumnya tinggal di rumah kos, atau bagi yang telah mampu membeli
rumah dapat tinggal di rumah sendiri.
5. Dekat dengan fasilitas pelayanan umum
Fasilitas pelayanan umum yang dekat dengan wilayah studi ini yaitu rumah
sakit (RSAL dr. Ramelan dan RSI). Keberadaan fasilitas pelayanan umum yang dekat
dengan wilayah studi ini juga menjadi faktor penarik bagi penduduk yang bekerja di
sana.
Dengan adanya pendatang pada wilayah studi ini juga memunculkan lapangan
usaha baru bagi masyarakat setempat maupun pendatang lainnya seperti munculnya
usaha kos-kosan yang ditujukan bagi para pelajar/mahasiswa, para pegawai/karyawan
kantor, pusat perbelanjaan, dan fasilitas umum. Selain itu juga munculnya usaha-usaha
lain seperti warung makan dan toko-toko kebutuhan sehari-hari, dan lain sebagainya yang
juga berlokasi di wilayah studi baik dalam satu rumah maupun membuka lahan baru.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat salah satu faktor
yang menyebabkan penduduk setempat untuk tetap tinggal di wilayah studi yaitu karena
mereka telah lama dan terbiasa tinggal di wilayah studi sejak kecil, sehingga mereka telah
8
dekat satu sama lain dengan tetangga seperti saudara sendiri. Hal ini menyebabkan
masyarakat setempat lebih memilih untuk tetap tinggal di wilayah studi tersebut.
3.2.2. Faktor Pendorong (Push Factor)
Faktor pendorong (push factor) yang terdapat di wilayah studi yang cukup
mencolok yaitu karena pengaruh pusat perbelanjaan Royal Plaza. Pada masa awal
sebelum berdirinya pusat perbelanjaan ini merupakan hal yang menjadi faktor pendorong
penduduk/masyarakat setempat untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya, yaitu
dengan adanya pembebasan lahan oleh pengembang pusat perbelanjaan tersebut,
sehingga mau tidak mau masyarakat harus meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya
dengan kompensasi yang telah ditentukan.
Selain faktor pembebasan lahan tersebut, terdapat beberapa faktor lain yang
menyebabkan masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang memilih untuk
meninggalkan lingkungan tempat tinggal pada wilayah studi. Faktor-faktor tersebut antara
lain:
1. Keinginan memiliki lingkungan tempat tinggal yang lebih baik
Ada masyarakat setempat yang merasa bahwa lingkungan tempat tinggalnya
di wilayah studi kurang memiliki kualitas yang baik, sehingga mereka memutuskan
untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya dan mencari lingkungan tempat
tinggal yang memiliki kualitas lingkungan lebih baik lagi.
2. Merasa mampu untuk memiliki rumah yang lebih baik dan di lingkungan yang lebih
baik juga
Tidak jauh berbeda dengan faktor sebelumnya, masyarakat setempat yang
telah merasa mampu untuk memiliki/membeli rumah yang lebih baik memutuskan
untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggal di wilayah studi dan mencari rumah
yang lebih baik dari sebelumnya serta di lingkungan yang lebih baik pula.
3. Sudah saatnya memiliki tempat tinggal sendiri
Bagi masyarakat setempat yang telah berkeluarga merasa bahwa sudah
saatnya untuk memisahkan diri dari orang tuanya dan mencari rumah/tempat tinggal
sendiri yang sesuai dengan kebutuhannya untuk ditempati bersama keluarga barunya.
9
4. Merasa tidak nyaman dan tidak cocok dengan lingkungan tempat tinggal
Bagi masyarakat pendatang, khususnya penghuni kos-kosan (baik
pelajar/mahasiswa atau karyawan) yang merasa bahwa lingkungan tempatnya tinggal
tidak nyaman dan tidak sesuai dengan dirinya memutuskan untuk meninggalkan
tempat kosnya dan mencari tempat tinggal lain yang dirasa lebih nyaman dan lebih
sesuai dengan dirinya.
5. Sudah lulus sekolah/kuliah
Bagi masyarakat setempat yang telah lulus sekolah atau kuliah dan ingin
melanjutkan kuliah atau bekerja di luar kota menjadi alasan untuk meninggalkan
lingkungan tempat tinggalnya dan pindah ke kota yang diinginkan untuk kuliah atau
bekerja.
Masyarakat pendatang yang menghuni kos-kosan (khususnya
pelajar/mahasiswa) yang telah lulus sekolah/kuliahnya dan ingin melanjutkan kuliah
atau bekerja di luar kota atau ingin kembali ke kota asalnya juga menjadi alasan yang
sama untuk meninggalkan lingkungan tempat tinggalnya dan menuju kota yang
diinginkan atau kembali ke kota asalnya.
6. Pindah tempat bekerja
Masyarakat setempat maupun pendatang yang ingin mendapatkan
penghasilan dan lingkungan kerja yang lebih layak dan sesuai mulai meninggalkan
tempat tinggalnya dan atau keluar dari rumah kosnya dan pindah ke lingkungan
tempat tinggal yang lebih dekat dengan tempat kerja yang baru.
4. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan serta hasil analisa dan
pembahasan mengenai faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor)
pada wilayah studi kampung Jetis, Wonokromo, Surabaya ini yaitu bahwa kecenderungan
faktor-faktor penarik dan pendorong yang ditemukan pada wilayah studi yang dominan
adalah faktor ekonomi. Alasan faktor ekonomi menjadi dasar dalam pemilihan lingkungan
10
tempat tinggal masyarakat di wilayah studi (baik masyarakat setempat maupun
pendatang).
Selain faktor ekonomi, faktor lokasi juga menjadi hal yang diutamakan dalam
pemilihan tempat tinggal. Hal ini dapat dilihat dari faktor-faktor yang telah disebutkan
bahwa lokasi lingkungan tempat tinggal lebih mendominasi untuk mendekati area
kegiatan ekonomi seperti pasar, pusat perbelanjaan, dan perkantoran. Selain itu juga
untuk mendekati area kegiatan pendidikan seperti kampus dan sekolah-sekolah serta
area fasilitas-fasilitas yang menunjang. Faktor lokasi ini memberikan kesempatan
masyarakat setempat untuk mengembangkan usaha baru seperti kos-kosan bagi
pelajar/mahasiswa dan karyawan, serta usaha-usaha lain yang mendukung kebutuhan
sehari-hari masyarakat sekitar.
Dari faktor-faktor tersebut dapat ditemukan bahwa dalam pemilihan lingkungan
tempat tinggal, faktor kualitas lingkungan tidak lebih diutamakan dibandingkan faktor
ekonomi dan faktor lokasinya.
Faktor penarik (pull factor) dan faktor pendorong (push factor) dalam pemilihan
lingkungan tempat tinggal pada wilayah studi ini bergantung pada faktor individu yang
menentukan apakah mereka ingin tetap tinggal atau ingin meninggalkan lingkungan
tempat tinggal mereka sesuai dengan pertimbangan masing-masing individu.