pusdiklat pengembangansdm :=: bppk:=:2011 · berdasarkan surat tugas kepala pusat pendidikan dan...

53
PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011 MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA i Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Sampurna Budi Utama A.K. ditunjuk sebagai penyusun modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judul yang sama. Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah Widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan golongan III. Namun mengingat modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas. Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak (termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai. Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih. Jakarta, Juni 2011 Kepala Pusat ttd Tony Rooswiyanto NIP 195604041982031001

Upload: nguyenquynh

Post on 02-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

i

Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen Keuangan Nomor ST-18/PP.2/2008 tanggal 25 Maret 2008 tentang Penyusunan Modul Prajabatan Golongan III Tahun Anggaran 2008. Sdr. Sampurna Budi Utama A.K. ditunjuk sebagai penyusun modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. Modul ini adalah hasil pengembangan dari bahan ajar diklat Prajabatan Golongan III dari Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia tahun 2006 dengan judulyang sama.

Penunjukan ini sangat beralasan karena yang bersangkutan adalah Widyaiswara yang ditugaskan mengajar dan mengasuh mata pelajaran ini. Pengalaman mengajar yang cukup lama memungkinkan yang bersangkutan memilih materi yang diharapkan memenuhi kebutuhan belajar bagi peserta Prajabatan Golongan III

Kami menyetujui modul ini digunakan sebagai bahan ajar bagi para peserta Diklat Prajabatan golongan III. Namun mengingat modul PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA sebagai bahan studi yang senantiasa berkembang, penyempurnaan modul perlu selalu diupayakan agar tetap memenuhi kriteria kemutakhiran dan kualitas.

Pada kesempatan ini, kami mengharapkan saran atau kritik dari semua pihak(termasuk peserta diklat) untuk penyempurnaan modul ini. Setiap saran dan kritik yang membangun akan sangat dihargai.

Atas perhatian dan peran semua pihak, kami ucapkan terima kasih.

Jakarta, Juni 2011 Kepala Pusat

ttd

Tony Rooswiyanto NIP 195604041982031001

Page 2: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

Peta Konsep .......................................................................................................................... iii

1. PENDAHULUAN........................................................................................................ 11.1. Deskripsi Singkat........................................................................................ 11.2. Tujuan Pembelajaran Umum ..................................................................... 21.3. Tujuan Pembelajaran Khusus ..................................................................... 2

2. Kegiatan Belajar 1

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA ............................................................. 4

2.1. Uraian ................................................................................................................... 4a. Pengertian dan Dasar Hukum Keuangan Negara............................................ 4b. Lingkup Keuangan Negara ............................................................................. 6c. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara........................................... 10d. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara............................................. 10e. Mengapa Keuangan Negara harus Dikelola Dengan Baik.............................. 12

2.2. Rangkuman............................................................................................................ 182.3. Latihan 1 ............................................................................................................... 19

3. Kegiatan Belajar 2

PENGELOLAAN KEBIJAKAN FISKAL

DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO................................................................ 20

3.1. Uraian.................................................................................................................. 20a. Pengertian dan Tujuan Kebijakan Fiskal dan Kaitannya dengan Kerangka

Ekonomi Makro ................................................................................................ 20b. Lingkup Kebijakan Fiskal .................................................................................. 21c. Penyusunan dan Penetapan Pengeloalaan Kebijakan Fiskal dan Kerangka

Ekonomi MakroMotivasi .................................................................................... 213.2. Rangkuman ......................................................................................................... 233.3. Latihan 2 ............................................................................................................ 24

4. Kegiatan Belajar 3

ANGGARAN DAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA ................................... 25

4.1. Uraian.................................................................................................................. 25a. Siklus Pengelolaan APBN ................................................................................ 26b. Struktur dan Format APBN ............................................................................... 38

4.2. Rangkuman ......................................................................................................... 414.3. Latihan 2 ............................................................................................................ 42

TES FORMATIF ......................................................................................................... 43

KUNCI JAWABAN ..................................................................................................... 47

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 48

Lampiran 1 .................................................................................................................... 49

Lampiran 2 .................................................................................................................... 50

Page 3: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

iii

PETA KONSEP MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

Page 4: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

1

PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

1. PENDAHULUAN

1.1. Deskripsi Singkat

Sebagaimana dimaklumi, sebelum 5 April 2003 pelaksanaan pengelolaan negara

masih didasarkan pada aturan kolonial Hindia Belanda yang berlaku berdasarkan

aturan peralihan UUD 1945, yaitu Indische Comptabiliteitswet yang lebih dikenal

dengan nama ICW, Indische Bedrijvenwet (IBW) dan Reglement voor het

Administratief Beheer (RAB). Peraturan-peraturan tersebut dipandang tidak dapat

mengakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam sistem kelembagaan

negara dan pengelolaan keuangan negara. Oleh karena itu, meskipun berbagai

ketentuan tersebut secara formal masih tetap berlaku, secara materiil sebagian

ketentuan perundangan tersebut tidak lagi dilaksanakan.

Dalam rangka mewujudkan sistem pengelolaan keuangan yang berkesinambungan

sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dan asas-asas

umum yang berlaku secara universal dalam penyelenggaraan pemerintahan negara

serta menghilangkan bentuk-bentuk penyimpangan dalam pengelolaan keuangan

negara sebagai akibat dari peraturan perundangan warisan kolonial Hindia

Belanda, pemerintah dengan persetujuan DPR telah mengundangkan seperangkat

undang-undang berkaitan dengan keuangan negara, yang diawali dengan

pemberlakuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

(UUKN) yang disahkan pada tanggal 5 April 2003 dan sejak diundangkannya.

Perubahan mendasar atau hal-hal baru yang diatur dalam UU No. 17/2003 tersebut

meliputi pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, asas-asas umum

pengelolaan keuangan negara, kedudukan presiden sebagai pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan negara, pendelegasian kekuasaan Presiden RI kepada

Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, susunan APBN dan APBD,

Page 5: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

2

ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, pengaturan

hubungan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah dan

perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta penetapan batas

waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN dan APBD.

Kementerian Keuangan yang mempunyai fungsi melaksanakan sebagian tugas-

tugas pemerintah di bidang keuangan mempunyai peranan dan tugas yang sangat

penting, terutama dalam subbidang pengelolaan fiskal dari keuangan negara.

Misalnya, setiap tahun, Kementerian Keuangan harus mampu meningkatkan

pendapatan negara di samping harus mengelola keuangan negara secara efisien

dan terkendali. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut maka Kementerian

Keuangan harus didukung oleh tenaga pelaksana yang terampil yang mempunyai

pengetahuan yang cukup tentang pengelolaan keuangan negara, mempunyai

wawasan yang luas, dan mempunyai kreativitas, serta disiplin yang tinggi. Agar

kebutuhan ini dapat terpenuhi maka salah satu usaha yang dilaksanakan dan sesuai

dengan ketentuan yang ada, kepada peserta diklat LPJ III diberikan materi ujian

(dengan tutorial) Pengelolaan Keuangan Negara yang diarahkan kepada

pemahaman atas sub-bidang pengelolaan fiskal, yang menjadi tanggungjawab

utama Kementerian Keuangan.

1.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mempelajari modul ini, para peserta diklat dapat menjelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan keuangan negara.

1.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mempelajari modul ini, para peserta LPJ III dapat:

a. menyebutkan definisi/pengertian keuangan negara;

b. menjelaskan dasar hukum dan lingkup keuangan negara;

c. menyebutkan asas-asas pengelolaan keuangan negara;

d. menjelaskan kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara dan membedakan

fungsi-fungsi yang dilaksanakan untuk menjalankan kekuasaan tersebut;

e. menjelaskan secara singkat masalah pengelolaan keuangan negara;

Page 6: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

3

f. menyebutkan secara singkat konsep-konsep dasar dalam pengelolaan moneter;

g. menyebutkan secara singkat konsep-konsep dasar dalam pengelolaan

kekayaan negara yang dipisahkan;

h. menjelaskan pengertian dan tujuan kebijakan fiskal dan hubungannya dengan

kerangka ekonomi makro;

i. menyebutkan ruang lingkup kebijakan fiskal;

j. menjelaskan proses penyusunan dan penetapan kebijakan fiskal;

k. menyebutkan pengertian APBN;

l. merinci siklus pengelolaan APBN;

m. menjelaskan perubahan struktur dan format APBN saat ini.

Metode pengajaran yaitu dengan sistem ceramah, tanya jawab, diskusi, studi

kasus, dan diberikan contoh-contoh dalam praktik. Peralatan tutorial yang

diperlukan adalah white board, spidol, penghapus white board, LCD, laptop, dan

peralatan lain yang diperlukan.

Selamat belajar ^^

Page 7: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

4

2. KEGIATAN BELAJAR 1

PENGANTAR KEUANGAN NEGARA

2.1. Uraian

a. Pengertian dan Dasar Hukum Keuangan Negara

Secara umum keuangan diartikan sebagai segala aktivitas yang berkaitan

dengan penerimaan dan pembayaran uang. Oleh karena itu, keuangan sering

diartikan sebagai suatu sistem mengenai penerimaan dan pengeluaran uang.

Bertolak dari pengertian ini, maka yang dimaksud keuangan negara adalah

semua hal yang bertalian dengan masalah penerimaan dan pengeluaran dari

suatu negara.

Beberapa pakar keuangan negara memberikan pengertian tentang keuangan

negara. Musgrave (1989) menyatakan bahwa studi tentang keuangan negara

(atau yang sering disamakan dengan public finance) merupakan studi tentang

ekonomi dari sektor publik (economics of public sector), yang tidak hanya

berkenaan dengan keuangan saja tetapi juga berkenaan dengan tingkat

penggunaan dan alokasi sumber daya negara, distribusi pendapatan, dan

tingkat aktivitas ekonomi. Walaupun demikian, pada umumnya studi

keuangan negara membatasi hanya pada penerimaan dan pengeluaran yang

ada pada anggaran pemerintah (pusat dan daerah) dan pengaruh-pengaruhnya.

Aspek-aspek lain yang juga merupakan bidang studi keuangan negara adalah

regulasi ekonomi oleh cabang pemerintahan yudikatif, pengelolaan perusahaan

negara, dan pengaturan kebijakan moneter.

Pendapat Musgrave tersebut ditegaskan kembali oleh Ulbrich (2003) yang

menyatakan bahwa studi keuangan negara telah berkembang menjadi suatu

bidang studi yang lebih luas yaitu studi ekonomi atas sektor publik (public

sector economics). Walaupun demikian istilah keuangan (finance) pada

keuangan negara (public finance) mempersempit pembahasan hanya pada

aktivitas penerimaan, pengeluaran, dan penganggaran negara.

Page 8: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

5

Suparmoko (1992) menyatakan bahwa keuangan negara merupakan studi

tentang pengaruh-pengaruh dari anggaran penerimaan dan belanja negara

terhadap perekonomian, terutama pengaruh-pengaruhnya terhadap pencapaian

tujuan-tujuan kegiatan ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas

harga-harga, distribusi penghasilan yang lebih merata dan juga peningkatan

efisiensi serta penciptaan kesempatan kerja.

Sementara itu, Perundangan-Undangan Republik Indonesia, yang juga

menjadi dasar hukum pengelolaan keuangan negara di Indonesia, memberikan

pengertian yang senada dengan pengertian yang diberikan oleh para pakar

keuangan negara. Bab VIII Undang-Undang Dasar 1945 yang telah

diamandemen mengatur tentang keuangan negara sebagai aturan hukum

tertinggi, menetapkan hal-hal yang bertalian dengan keuangan negara sebagai

berikut:

anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan tiap-tiap tahun dengan

undang-undang. Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui

anggaran yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menjalankan

anggaran tahun lalu;

segala pajak untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang;

macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang;

hal keuangan negara diatur dengan undang-undang;

negara memiliki bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan,

tanggung jawab dan independensinya diatur dengan undang-undang;

untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan

negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan

mandiri, yang peraturannya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil

pemeriksaan itu diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan

Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sesuai

kewenangannya. Hasil pemeriksaan BPK akan ditindaklanjuti oleh

lembaga perwakilan dan/atau badan sesuai undang-undang.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, sebagai

dasar hukum di bawah UUD 1945 yang mengatur tentang keuangan negara di

Indonesia, dalam Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa keuangan negara adalah

Page 9: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

6

semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala

sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik

negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.

Dalam penjelasan atas UU No. 17/2003 tersebut, ada empat pendekatan yang

digunakan untuk merumuskan keuangan negara, yaitu:

1. Pendekatan Obyek. Keuangan negara meliputi semua hak dan kewajiban

yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang

maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut, yang meliputi subbidang

pengelolaan fiskal, subbidang pengelolaan moneter, dan subbidang

pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

2. Pendekatan Subyek. Keuangan negara meliputi seluruh obyek

sebagaimana yang tersebut di atas (pada poin 1) yang dimiliki oleh negara,

dan dikuasai oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan

negara/daerah, dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan

negara.

3. Pendekatan Proses. Keuangan negara mencakup seluruh rangkaian

kegiatan pengelolaan obyek sebagaimana tersebut di atas (pada poin 1)

mulai dari perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan sampai

dengan pertanggungjawaban.

4. Pendekatan Tujuan. Keuangan negara meliputi seluruh kebijakan,

kegiatan dan hubungan hukum yang berkaitan dengan pemilikan atau

penguasaan obyek sebagaimana tersebut di atas (pada poin 1) dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka keuangan negara pada

dasarnya berkenaan dengan penerimaan dan pengeluaran negara beserta segala

sebab dan akibat dari penerimaan dan pengeluaran tersebut dalam bentuk hak

dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang.

b. Lingkup Keuangan Negara

Pengertian-pengertian keuangan negara seperti tersebut di atas menjelaskan

pula mengenai lingkup keuangan negara. Lingkup yang paling sempit dari

Page 10: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

7

keuangan negara mencakup semua aktivitas penerimaan, pengeluaran, dan

penganggaran negara, seperti yang dikemukakan oleh Ulbrich. Lingkup yang

paling luas dari keuangan negara dapat disamakan dengan ekonomi sektor

publik, yang tidak hanya berkenaan dengan keuangan saja tetapi juga

berkenaan dengan tingkat penggunaan dan alokasi sumber daya negara,

distribusi pendapatan, dan tingkat aktivitas ekonomi, seperti yang

dikemukakan Musgrave.

Lingkup keuangan negara yang dikemukakan oleh Suparmoko dapat dianggap

berada diantara lingkup yang paling sempit dan lingkup yang paling luas.

Lingkup keuangan negara di sini menyangkut 3 hal, yaitu pendapatan dan

belanja negara, kekayaan negara dan uang pihak lain yang dipercayakan

kepada negara (dana pensiun, jaminan kesehatan, hari tua, dan asuransi jiwa).

Jadi lingkup keuangan negara dalam pengertian ini adalah menyangkut APBN,

Barang Milik Negara dan Badan Usaha Milik Negara, serta uang pihak lain

(trust fund).

Peraturan perundang-undangan Indonesia menetapkan juga hal-hal yang

masuk dalam lingkup keuangan negara. UUD 1945 menetapkan bahwa

lingkup keuangan negara meliputi lima macam, yaitu APBN, perpajakan,

uang, hal keuangan negara, dan BPK.

Dalam praktik, APBN adalah alat utama dalam pengelolaan fiskal. Perpajakan

merupakan salah satu unsur dari penerimaan negara dari pengelolaan fiskal.

Demikian juga BPK yang tugas pokoknya memeriksa tanggung jawab

mengenai cara pemerintah mempergunakan uang belanja yang disetujui DPR

sangat berkaitan erat dengan pengelolaan fiskal. Oleh karena itu, APBN,

perpajakan, dan BPK dapat disatukan menjadi unsur pengelolaan fiskal.

Mengenai unsur mata uang, sesuai dengan penjelasan Pasal 23 UUD 1945, hal

ini sangat erat hubungannya dengan Bank Indonesia (Bank Sentral) yang

menjadi otoritas pelaksana kebijakan moneter. Dengan demikian, kita dapat

menyebut pengelolaan peredaran uang ini sebagai pengelolaan moneter.

Page 11: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

8

Mengenai keuangan negara, dalam praktik terakhir ini menjelma menjadi lalu

lintas pembayaran luar negeri dan pasar uang dan modal. Pengawasan dan

regulasi atas lalu lintas pembayaran luar negeri dan sebagian pasar uang (yang

dikelola bank) merupakan bagian dari tanggung jawab pengelolaan moneter

Bank Indonesia. Pengawasan dan regulasi atas pasar uang (yang dikelola oleh

non-bank) dan pasar modal, yang juga sebenarnya merupakan bagian dari

tanggung jawab pengelolaan moneter, berada di tangan kementerian (yang

merangkap sebagai pengelola fiskal). Oleh karena itu, Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengamanatkan

penggabungan fungsi pengawasan dan regulasi pasar uang dan pasar modal ke

dalam suatu lembaga tersendiri yang independen dari pemerintah dan bank

sentral, yang sering disebut dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Bila hal ini

terlaksana, maka penanggung jawab utama pengelolaan fiskal adalah

pemerintah (c.q. Kementerian Keuangan) dan tanggungjawab pengelolaan

moneter akan dilaksanakan oleh Bank Indonesia (berkaitan dengan peredaran

uang dan lalu lintas pembayaran) dan OJK (berkaitan dengan pasar uang dan

pasar modal). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 Tentang

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia, lembaga pengawas jasa keuangan (OJK) tersebut akan dibentuk

selambat-lambatnya 31 Desember 2010.

Ada satu unsur lagi dari keuangan negara yang secara implisit merupakan

ruang lingkup keuangan negara berdasarkan Pasal 23 UUD 1945, yaitu

kekayaan negara yang dipisahkan. Aspek pengeluaran untuk menjadi

kekayaan negara yang dipisahkan dan aspek penerimaan dari hasil keuntungan

dari kekayaan tersebut menjadi bagian dari APBN. Pengelolaan kekayaannya

diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Lembaga

Keuangan Negara.

Dengan demikian, ruang lingkup keuangan negara menurut Pasal 23 UUD

1945 adalah sejalan dengan yang dinyatakan dalam UUKN, yaitu meliputi

pengelolaan fiskal, pengelolaan moneter, dan pengelolaan kekayaan yang

dipisahkan.

Page 12: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

9

Pengelolaan fiskal ditempuh melalui berbagai kebijakan fiskal. Kebijakan

fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah berkaitan dengan

penerimaan (pendapatan) dan pengeluaran (belanja) pemerintah. Tujuan dari

kebijakan fiskal adalah stabilisasi ekonomi yang lebih mantap. Maksudnya

mampu mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi yang layak tanpa adanya

pengangguran di satu pihak atau adanya ketidakstabilan harga-harga umum

(inflasi yang tinggi) di pihak lain. Ragam pengelolaan fiskal meliputi fungsi-

fungsi pengelolaan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro,

penganggaran, administrasi perpajakan, administrasi kepabeanan,

perbendaharaan, dan pengawasan keuangan.

Pengelolaan moneter dilakukan melalui serangkaian kebijakan di bidang

moneter. Kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah

di bidang keuangan yang berkenaan dengan jumlah uang yang beredar dalam

masyarakat. Pemerintah selalu mengusahakan agar ada keseimbangan dinamis

antara jumlah uang yang beredar dengan barang dan jasa yang tersedia di

masyarakat. Kebijakan moneter ini berkaitan dengan kurs, aktivitas

perbankan, investasi modal domestik dan modal asing, dan sebagainya. Tujuan

kebijakan moneter secara umum adalah: (1) untuk menyesuaikan jumlah uang

yang beredar di masyarakat; (2) untuk mengarahkan penggunaan uang dan

kredit sedemikian rupa sehingga nilai rupiah dapat dipertahankan

kestabilannya; (3) mendorong produsen untuk meningkatkan kegiatan

produksi melalui penyediaan kredit dengan suku bunga rendah; (4)

menyediakan tingkat lapangan kerja tertentu; (5) mengusahakan agar

kebijakan moneter dapat dilaksanakan tanpa memberatkan beban keuangan

negara dan masyarakat.

Kekayaan negara yang dipisahkan adalah komponen kekayaan negara yang

pengelolaannya diserahkan kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan

Lembaga Keuangan Negara.

Page 13: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

10

c. Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara

UUKN memberikan asas-asas umum dalam pengelolaan keuangan negara agar

tujuan pengelolaan seluruh kebijakan, kegiatan dan hubungan hukum yang

berkaitan dengan pemilikan atau penguasaan obyek keuangan negara dapat

memberikan daya dukung penyelenggaraan pemerintahan yang optimal. Asas-

asas tersebut adalah:

1. akuntabilitas yang berorientasi pada hasil;

2. profesionalitas;

3. proporsionalitas;

4. keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara;

5. pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri.

Asas-asas baru sebagai pencerminan penerapan kaidah-kaidah yang baik (best

practices) diatur dalam UUKN di atas dalam penerapannya didukung dengan

asas-asas umum yang sebelumnya telah dipakai dalam pengelolaan keuangan

negara seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, dan asas

spesialitas.

Asas-asas umum tersebut diperlukan guna mendukung terwujudnya

kepemerintahan yang baik (good governance) dalam penyelenggaraan negara

serta menjamin terselenggaranya prinsip-prinsip pemerintahan negara

sebagaimana telah dirumuskan dalam Bab VI UUD 1945, selain asas-asas

yang mendukung kepemerintahan yang baik yang terdapat dalam PP

101/2000, yaitu profesionalitas, akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima,

demokrasi, efisiensi, efektivitas, supremasi hukum, dan dapat diterima oleh

seluruh masyarakat.

d. Kekuasaan Atas Pengelolaan Keuangan Negara

Berdasarkan UUKN, presiden adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan

keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan. Dalam

melaksanakan mandat UUKN, fungsi pemegang kekuasaan umum atas

pengelolaan keuangan negara tersebut dijalankan dalam bentuk:

Page 14: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

11

- selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan

negara yang dipisahkan dikuasakan kepada Menteri Keuangan;

- selaku Pengguna Anggaran (PA) /Pengguna Barang (PB) kementerian

negara/lembaga dikuasakan kepada masing-masing menteri/pimpinan

lembaga;

- penyerahan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan

daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah

dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan;

- tidak termasuk kewenangan di bidang moneter. Untuk mencapai stabilitas

nilai rupiah, penetapan dan pelaksanaan kebijakan moneter serta mengatur

dan menjaga kelancaran sistem pembayaran dilakukan oleh bank sentral.

Menteri Keuangan sebagai pembantu presiden dalam bidang keuangan pada

hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) yang berwenang dan

bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan kewajiban negara secara

nasional, sedangkan menteri dan pimpinan lembaga negara pada hakekatnya

adalah Chief Operating Officer (COO) yang berwenang dan bertanggung

jawab atas penyelenggaraan pemerintahan sesuai bidang tugas dan fungsi

masing-masing.

Pembagian kewenangan yang jelas dalam pelaksanaan anggaran antara

menteri keuangan dan menteri teknis tersebut diharapkan dapat memberikan

jaminan terlaksananya mekanisme saling uji (check and balance) dalam

pelaksanaan pengeluaran negara dan jaminan atas kejelasan akuntabilitas

Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara dan Menteri Teknis

sebagai Pengguna Anggaran. Selain itu, pembagian kewenangan ini akan

memberikan fleksibilitas bagi menteri teknis, sebagai pengguna anggaran,

untuk mengatur penggunaan anggaran kementeriannya secara efisien dan

efektif dalam rangka optimalisasi kinerja kementeriannya untuk menghasilkan

output yang ditetapkan.

Titik berat ruang lingkup keuangan negara sebagaimana yang diatur dalam UU

No. 17/2003 tersebut berada pada subbidang pengelolaan fiskal. Pengelolaan

moneter, walaupun dalam ruang lingkup keuangan negara, diselenggarakan

Page 15: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

12

oleh Bank Indonesia, sebagai bank sentral yang independen dari pengaruh

pemerintah. Hubungan pemerintah dengan Bank Indonesia hanyalah

berkoordinasi dalam penetapan kebijakan moneter, yang seringkali

dikombinasikan dengan kebijakan fiskal, untuk mencapai tujuan-tujuan

ekonomi.

Pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan (BUMN/BUMD) adalah sub-

bidang keuangan negara yang khusus ada di negara-negara yang pemerintah

juga menjalankan fungsi-fungsi penyediaan barang-barang non-publik, seperti

di Indonesia. Pemerintah melakukan investasi-investasi pada BUMN/BUMD

sehingga timbul hak dan kewajiban negara berkenaan dengan investasi

tersebut. Seperti yang diamanatkan dalam UUKN, pihak yang mewakili

pemerintah sebagai pemegang saham adalah Menteri Keuangan. Akan tetapi,

saat ini Menteri Negara BUMN-lah yang memiliki kewenangan tersebut

berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001 dan selanjutnya

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2001. Dengan belum

adanya aturan baru yang merevisi keppres dan peraturan pemerintah tersebut

timbul ketidakselarasan antara UUKN dengan peraturan-peraturan yang ada

berkenaan dengan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

e. Mengapa keuangan negara harus dikelola dengan baik?

Pengelolaan keuangan negara terkait dengan keberadaan sektor publik yang

diperlukan karena mekanisme pasar secara tunggal tidak dapat

menyelenggarakan semua fungsi ekonomi. Kebijakan publik diperlukan untuk

mengarahkan, mengoreksi, dan melengkapi mekanisme pasar dalam berbagai

aspek. Oleh karena itu, pada dasarnya sektor swasta dan sektor publik saling

berkaitan dan saling melengkapi seperti yang disajikan pada gambar berikut.

Page 16: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

13

Gambar 1: Keuangan Negara dalam Ekonomi (Diadaptasi dari The Public

Sector in the Economy, Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave).

Garis yang tidak terputus-putus pada gambar di atas menunjukkan arus

pendapatan dan pengeluaran dalam sektor swasta, garis yang terputus-putus

menunjukkan arus pada sektor publik. Dari gambar di atas dapat ditunjukkan

bahwa sektor publik (keuangan negara) terkait dengan:

- pengeluaran pemerintah untuk perolehan faktor-faktor produksi (garis

2), produk dari perusahaan-perusahaan swasta (garis 7), subsidi kepada

masyarakat (garis 8);

- penerimaan pemerintah diperoleh dari pajak (garis 9) dan pinjaman

pemerintah (garis 10);

- pemerintah menyelenggarakan jasa-jasa kepada masyarakat dari

pengeluaran yang dilakukannya (garis 11);

Dengan demikian, tampaklah bahwa keuangan negara merupakan bagian

integral dari ekonomi dan saling berinteraksi dengan sektor swasta.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan keuangan negara dewasa ini

terutama bagaimana seharusnya pengelolaan tersebut dilakukan agar daya

RUMAHTANGGA

PASARUANG/MODAL

PERUSAHAAN

KEUANGANNEGARA

PASARPRODUK

PASARFAKTOR

PRODUKSI A

B

12

3

4

5

6

7

78

9

8

9

1

210

11

9

Page 17: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

14

tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat ditingkatkan

dengan baik dalam kegiatan ekonomi yang semakin bersifat global, sehingga

kualitas kehidupan masyarakat Indonesia dapat meningkat sesuai dengan yang

diharapkan.

Agar daya saing ekonomi dapat terpelihara, maka pengelolaan keuangan

negara harus dapat menciptakan kondisi yang kondusif bagi dunia usaha,

khususnya sektor swasta, karena melalui peran sektor swasta yang kuat dan

sehat inilah diharapkan kegiatan ekonomi dapat terus berkembang dalam era

persaingan usaha yang semakin ketat, bebas, dan mengglobal. Agar kondisi

tersebut dapat tercipta dengan baik, maka para pengelola keuangan negara

harus memiliki keterampilan yang memadai dan wawasan yang luas.

Keterampilan demikian antara lain dapat diperoleh melalui pelatihan-

pelatihan. Tanpa memiliki keterampilan yang diperlukan, maka pengelolaan

keuangan negara tidak akan melahirkan keadaan yang diharapkan dan akibat

lebih jauh lagi adalah para pengusaha nasional yang tidak akan mempunyai

kemampuan bersaing yang handal. Bila hal ini terus berlanjut, maka para

pengusaha nasional tetap akan menjadi tamu di negaranya sendiri.

Menurut Musgrave, masalah keuangan negara tidak sekedar menyangkut arus

uang yang masuk sebagai penerimaan negara, dan arus uang yang keluar

sebagai pengeluaran negara. Masalah keuangan negara juga menyangkut

alokasi sumber-sumber ekonomi, distribusi pendapatan, dan pertumbuhan

ekonomi. Dengan kata lain, keuangan negara mempunyai dampak yang luas

pada kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, keuangan negara harus

dikelola dengan baik dengan alasan-alasan berikut.

1) Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

Hubungan antara keuangan negara dengan kegiatan ekonomi masyarakat

sudah lama diketahui. Dalam bukunya yang berjudul ”An Inquiry into the

Nature and Causes of the Wealth of Nation”, Adam Smith menyatakan bahwa

negara tidak boleh campur tangan dalam perekonomian karena perekonomian

sudah diatur oleh “invisible hands”, yaitu mekanisme naik atau turunnya harga

sebagai akibat dari hukum penawaran dan permintaan barang dan jasa.

Page 18: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

15

Misalnya, jika permintaan lebih besar dari penawaran maka tingkat harga akan

naik. Kenaikan harga akan mendorong kenaikan penawaran dan menekan

permintaan sehingga terjadi keseimbangan baru dalam penawaran dan

permintaan pada tingkat harga tertentu. Sebaliknya, jika penawaran lebih besar

dari permintaan, harga akan turun. Turunnya harga akan menyebabkan

naiknya permintaan dan menurunkan penawaran sehingga terjadi

keseimbangan baru. Dengan demikian, naik/turunnya harga atau mekanisme

harga bekerja secara otomatis untuk menjaga keseimbangan antara penawaran

dan permintaan atas barang dan jasa.

Keuangan negara, melalui penerimaan/pendapatan dan pengeluaran/belanja

negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga. Penerimaan negara

yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi daya beli masyarakat

sehingga mengurangi permintaan masyarakat. Sebaliknya pengeluaran negara,

untuk membeli barang dan jasa dari masyarakat, akan menambah daya beli

masyarakat. Apabila penerimaan negara melebihi pengeluaran negara, yang

berarti APBN surplus, berarti pengurangan daya beli masyarakat lebih besar

dari penambahannya sehingga terjadi ketidakseimbangan antara penawaran

dan permintaan. Sebaliknya, apabila pengeluaran lebih besar dari

penerimaannya, yang berarti APBN defisit, berarti penambahan daya beli

masyarakat lebih besar dari pengurangannya. Apabila permintaan masyarakat

atas barang dan jasa melebihi penawarannya, harga-harga barang dan jasa

akan naik atau terjadi inflasi. Namun jika penawaran lebih besar dari

permintaannya maka harga-harga akan turun atau deflasi. Menurut Boediono

(1980), inflasi adalah suatu proses atau kecenderungan kenaikan harga secara

umum dan terus menerus. Deflasi adalah sebaliknya. Baik inflasi maupun

deflasi dapat menganggu kegiatan ekonomi masyarakat. Untuk mencegah

dampak yang tidak dikehendaki, Adam Smith menganjurkan agar penerimaan

negara harus sama dengan pengeluaran negara, yang berarti APBN suatu

negara harus seimbang. Pajak yang dipungut negara tidak boleh terlalu banyak

atau terlalu sedikit, sebatas cukup untuk membiayai penyelenggaraan tugas

dan fungsi negara, berupa:

a. menyelenggarakan pertahanan dan keamanan,

b. menyelenggarakan peradilan, dan

Page 19: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

16

c. menyediakan barang publik.

2) Menjaga stabilitas ekonomi

Pendapat Adam Smith diikuti sampai tahun 1930-an karena pada tahun itu

terjadi peristiwa depresiasi dunia. Pada periode tersebut, meskipun hampir

semua negara menerapkan APBN seimbang, pada kenyataannya terjadi juga

ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan barang dan jasa.

Ketidakseimbangan ini mengakibatkan jatuhnya perekonomian dan

meningkatkan pengangguran. Pada tahun 1936, John Maynard Keyness

menulis buku yang berjudul ”The General Theory of Employment, Interest and

Money”. Berdasarkan hasil penelitiannya, Keyness berpendapat bahwa

employment ditentukan oleh permintaan agregat dan penawaran agregat.

Permintaan agregat adalah keseluruhan jumlah uang yang diterima oleh

pengusaha dari hasil penjualan barang dan jasa yang diproduksinya.

Sebaliknya, penawaran agregat adalah keseluruhan jumlah uang yang harus

dikeluarkan oleh pengusaha untuk membeli faktor-faktor produksi yang

diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Apabila permintaan agregat

lebih besar dari penawaran agregat maka pengusaha akan keuntungan

sehingga bias melakukan ekspansi usaha sehingga lapangan kerja akan

bertambah. Sebaliknya, apabila penawaran agregat lebih besar dari permintaan

agregat maka pengusaha akan merugi yang akan memaksa para pengusaha

untuk mengurangi produksi yang berarti juga pengurangan tenaga kerja.

Akibatnya, penangguran meningkat. Menurut Keyness, depresi dunia yang

terjadi pada tahun 1930-an disebabkan oleh penawaran agregat yang lebih

besar daripada permintaan agregatnya. Oleh karena itu, untuk mengatasi

pengangguran, pemerintah melalui APBN dapat memperbesar permintaan

agregat agar sama dengan penawaran agregat. Ini berarti APBN tidak lagi

harus seimbang dan dapat juga digunakan sebagai alat untuk mengatasi inflasi

dan deflasi, serta memelihara stabilisasi perekonomian.

Sejak lahirnya teori Keyness, tugas dan fungsi negara menjadi lebih penting

karena tidak sekedar menyelenggarakan pertahanan dan keamanan,

menyelenggarakan peradilan dan menyediakan barang publik semata namun

Page 20: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

17

juga menjadi kestabilan perekonomian sehingga kehidupan masyarakat yang

damai dan sejahtera dapat terpelihara.

3) Merealokasi sumber-sumber ekonomi

Pendapat Keyness kemudian dikembangkan lagi oleh Richard Musgrave.

Dalam bukunya yang berjudul ”The Theory of Public Finance”, Musgrave

menyatakan bahwa tugas dan fungsi negara meliputi: realokasi sumber-sumber

daya ekonomi, redistribusi pendapatan, dan stabilisasi. Realokasi sumber-

sumber ekonomi menurut Musgrave adalah memanfaatkan sumber-sumber

ekonomi yang terbatas secara maksimal. Di Indonesia, sepanjang tidak

ditentukan lain oleh peraturan perundangan berlaku, pada hakekatnya sumber-

sumber daya ekonomi dimiliki masyarakat. Apabila sumber daya yang ada di

masyarakat tersebut tidak terdistribusikan secara maksimal akibatnya akan

menimbulkan ketidakseimbangan dalam perkonomian negara. Oleh karena itu

negara, melalui kebijakan fiskal yang persuasif, dapat mendorong penggunaan

sumber daya ekonomi secara maksimal.

4) Mendorong Redistribusi Pendapatan

Melalui kebijakan fiskal dalam APBN, negara dapat mendorong terjadinya

redistribusi pendapatan agar tidak terjadi senjang antara golongan masyarakat

kaya dan golongan masyarakat miskin secara mencolok. Sumber daya

ekonomi berupa faktor-faktor produksi secara natural tidaklah terdistribusi

secara merata di masyarakat. Akibatnya, sebagian masyarakat yang menguasai

lebih banyak faktor produksi akan lebih diuntungkan dari kegiatan

perekonomian yang ada. Untuk menciptakan keadilan, pemerintah dapat

mengenakan pajak yang lebih banyak kepada kelompok masyarakat yang

lebih mampu dan mengalokasikannya dalam bentuk pengeluaran/belanja

negara yang berpihak kepada masyarakat yang kurang mampu (pro poor).

Oleh karena itu, pengelolaan APBN tidak hanya menyangkut pada jumlah

penerimaan dan jumlah pengeluaran saja, tetapi harus memperhatikan juga

rincian dari penerimaan dan pengeluaran negara.

Page 21: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

18

2.2. Rangkuman

Keuangan Negara adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan penerimaan dan

pengeluaran negara beserta segala sebab dan akibat dari penerimaan dan

pengeluaran tersebut dalam bentuk hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai

dengan uang. Ruang lingkup keuangan negara adalah pengelolaan fiskal,

pengelolaan moneter, dan pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan.

Presiden adalah pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan negara yang

pada praktiknya dijalankan oleh Menteri Keuangan sebagai pengelola fiskal dan

wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan,

menteri/pimpinan lembaga sebagai pengguna anggaran/pengguna barang, dan

gubernur/bupati/ walikota sebagai pengelola keuangan daerah. Kewenangan di

bidang moneter dilakukan oleh bank sentral yang independen dari pemerintah.

Pengelolaan keuangan negara harus dilaksanakan setepat-tepatnya sehingga dapat

menciptakan kondisi yang kondusif bagi dunia usaha, khususnya sektor swasta,

karena melalui peran sektor swasta yang mantap dan sehat diharapkan kegiatan

perekonomian negara dapat terus berkembang dalam era persaingan berusaha

yang semakin ketat, bebas, dan mengglobal.

Page 22: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

19

2.3. Latihan 1

1. Apa yang dimaksud dengan Keuangan Negara menurut Musgrave, Ulbrich,

dan Suparmoko?

2. Bagaimana rumusan keuangan negara yang tercantum dalam UUD 1945 dan

UUKN?

3. Apa saja yang termasuk lingkup keuangan negara menurut para pakar

keuangan negara?

4. Apa saja yang termasuk lingkup keuangan negara menurut UUKN?

5. Jelaskan pendekatan-pendekatan yang dipakai UUKN dalam merumuskan

pengertian keuangan negara?

Sudah pahamkah Anda tentang pengertian keuangan negara serta ruang lingkupnya?Jika sudah, mari kita lanjutkan ke kegiatan belajar 2

Page 23: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

20

3. KEGIATAN BELAJAR 2

PENGELOLAAN KEBIJAKAN FISKAL DAN KERANGKA EKONOMI MAKRO

3.1. Uraian

a. Pengertian dan Tujuan Kebijakan Fiskal dan Kaitannya dengan

Kerangka Ekonomi Makro

Kebijakan fiskal adalah perubahan yang disengaja dalam pengeluaran-

pengeluaran pemerintah dan/atau penerimaan-penerimaan pemerintah untuk

mencapai tujuan ekonomi nasional, seperti penurunan tingkat pengangguran,

stabilitas harga, pertumbuhan ekonomi, atau perbaikan neraca pembayaran.

Karena penerimaan rutin pemerintah tidak selalu sama dengan pengeluaran

rutin, maka ada penyeimbang berupa pembiayaan. Oleh karena itu beberapa

ahli sering juga mendefisinikan kebijakan fiskal sebagai kebijakan yang

dilakukan pemerintah berkaitan dengan penerimaan (pendapatan), pengeluaran

(belanja), dan pembiayaan negara, seperti yang dinyatakan oleh Nazier (2004).

Kebijakan fiskal seringkali diasosiasikan dengan teori ekonomi yang

dikemukakan oleh John Maynard Keynes, yang pertama kali menyarankan

bahwa untuk memperbaiki ekonomi yang sedang depresi, kebijakan fiskal

yang ekspansif dapat dilaksanakan oleh pemerintah untuk menaikkan

permintaan agregat.

Kebijakan fiskal mempunyai dua instrumen pokok, yaitu kebijakan

penerimaan/pendapatan pemerintah dan kebijakan pengeluaran/belanja

pemerintah. Walaupun kebijakan fiskal diambil untuk mencapai tujuan

ekonomi, kebijakan ini juga dapat dipakai untuk peningkatan aspek sosial,

seperti pemerataan, pendidikan, dan kesehatan.

Kebijaksanaan fiskal dalam praktik di Indonesia adalah keputusan bersama

antara pemerintah dan DPR melalui APBN. APBN dirancang dan ditetapkan

untuk tujuan mengarahkan perekonomian Indonesia mencapai kondisi tertentu

(sebagaimana yang ditetapkan dalam Rencana Kerja Jangka Menengah).

Page 24: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

21

APBN ini berisi besarnya penerimaan, pengeluaran, dan pembiayaan defisit

pemerintah.

Dalam perekonomian yang berlandaskan ekonomi pasar, kebijakan fiskal tidak

dapat ditetapkan tanpa koordinasi dan sinkronisasi dengan berbagai aspek lain

dalam perekonomian, yaitu kebijakan fiskal, kebijakan perdagangan, dan

kebijakan investasi. Oleh karena itu, pengelolaan kebijakan fiskal tidak berdiri

sendiri tetapi harus berkaitan dan selaras dengan kebijakan-kebijakan lainnya

dalam kerangka ekonomi makro.

b. Lingkup Kebijakan Fiskal

Pengertian tentang kebijakan fiskal di atas juga secara jelas menunjukkan

ruang lingkup kebijakan fiskal, yaitu penerimaan, pengeluaran, dan

pembiayaan defisit pemerintah. Dalam praktik, kebijakan fiskal ini akan terdiri

dari empat unsur utama, yaitu:

- kerangka kerja kebijakan fiskal, yang produknya akan berupa: asumsi-

asumsi makro ekonomi, tingkat likuiditas pemerintah, tingkat hutang

pemerintah, tingkat defisit, dan sumber pembiayaan;

- kebijakan anggaran, yang produknya berupa: cakupan penerimaan

negara dan pengeluaran negara (termasuk dana alokasi ke pemerintah

daerah);

- kebijakan penerimaan pajak dan bukan pajak, yang produknya berupa:

rangkaian kebijakan pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, tarif

layanan khusus, dan penerimaan pajak dan bukan pajak lainnya;

- kebijakan penerimaan bea masuk, yang produknya berupa: rangkaian

kebijakan berkenaan dengan tarip bea masuk dan aturan-aturan bea

masuk lainnya.

c. Penyusunan dan Penetapan Pengelolaan Kebijakan Fiskal dan Kerangka

Ekonomi Makro

Menteri Keuangan adalah pejabat yang bertugas menyusun kebijakan fiskal

dan kerangka ekonomi makro, seperti yang diamanatkan UUKN. Dalam

penyusunan kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro ini, Kementerian

Page 25: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

22

Keuangan harus mempertimbangkan pendapat-pendapat dan masukan-

masukan dari berbagai Kementerian/Lembaga lain yang terkait dengan

kebijakan ekonomi, seperti Bank Indonesia dalam kaitannya dengan aspek

moneter. Pokok-pokok kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro yang

disusun didasarkan pada target-target fiskal yang tercantum dalam Kerangka

Pengeluaran Jangka Menengah (Medium Term Expenditure Framework) yang

dikombinasikan dengan informasi terbaru tentang ekonomi dan fiskal.

Setelah disusun, kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro tahun

anggaran berikutnya harus disampaikan kepada DPR oleh Pemerintah

selambat-lambatnya pertengahan bulan Mei tahun berjalan. Kerangka ekonomi

makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal ini dibahas bersama oleh DPR dan

pemerintah sebagai pembicaraan pendahuluan rancangan APBN tahun

anggaran berikutnya. Kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan

fiskal inilah yang menjadi dasar pembahasan kebijakan anggaran dan prioritas

anggaran untuk dijadikan acuan dalam penyusunan APBN.

Pokok-pokok kebijakan fiskal ini akan menjadi acuan bagi kebijakan umum

dan prioritas anggaran. Dengan cara seperti ini, pembahasan RAPBN antara

pemerintah dan DPR dapat menjadi lebih terarah dengan dimulai melalui

pembahasan-pembahasan pokok-pokok kebijakan dari APBN itu sendiri.

Pembahasan RAPBN dan RKA-KL lebih terfokus pada apakah rincian-rincian

pelaksanaan kebijakan fiskal dalam program-program dan kegiatan-kegiatan

RAPBN dan RKA-KL sesuai dengan pokok-pokok kebijakan fiskal yang

disetujui. Keterkaitan antara pokok-pokok kebijakan fiskal dengan RAPBN

dan RKA-KL dapat dilihat pada gambar berikut:

Page 26: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

23

DIAGRAM PROSES PENYUSUNAN RKA-KL

Januari - April Mei - Agustus September - Desember

PembahasanPokok-pokok

Kebijakan Fiskal& RKP

PembahasanRKA-KL

PembahasanRAPBN

Kebijakan Umumdan Prioritas

Anggaran

Nota KeuanganRAPBN dan

Lampiran

UUAPBN

Keppres ttgRincian APBN

PenelaahanKonsistensi

dengan RKPSEB PrioritasProgram danIndikasi Pagu SE Pagu

SementaraLampiran RAPBN(Himpunan RKA-

KL)

PenelaahanKonsistensi dgn

PrioritasAnggaran

RKA-KLRenstra

KLRancanganRenja KL

RancanganKeppres ttg

Rincian APBN Pengesahan

KonsepDokumen

PelaksanaanAnggaran

DokumenPelaksanaan

Anggaran

DPR

KABINET/PRESIDEN

KementerianPerencanaan

KementerianKeuangan

KementerianNegara/

Lembaga

Daerah

Gambar 2: Diagram Proses Penyusunan RKA-KL (diolah dari PP No. 21/2004).

3.2 . Rangkuman

Kebijakan fiskal adalah perubahan yang disengaja dalam pengeluaran

pemerintah dan penerimaan pemerintah untuk mencapai tujuan ekonomi

nasional, seperti penurunan tingkat pengangguran, stabilitas harga,

pertumbuhan ekonomi, atau perbaikan neraca pembayaran. Lingkup kebijakan

fiskal meliputi penerimaan, pengeluaran, dan pinjaman pemerintah. Pengelola

fiskal di Indonesia adalah Menteri Keuangan. Selain sebagai pengelola

kebijakan fiskal menteri keuangan juga menyusun kerangka ekonomi makro,

seperti yang diamanatkan dalam UUKN. Pokok-pokok kebijakan fiskal dan

kerangka ekonomi makro yang disusun berdasarkan target-target fiskal yang

tercantum dalam kerangka pengeluaran jangka menengah. Target utama

kebijakan fiskal adalah tidak terjadinya defisit anggaran sebagai ukuran

keuangan negara yang sustainable.

Page 27: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

24

3.3. Latihan 2

1. Jelaskan instrumen pokok kebijakan fiskal di Indonesia!

2. Jelaskan langkah-langkah penetapan kebijakan fiskal?

3. Jelaskan unsur-unsur kebijakan fiskal?

4. Jelaskan mengenai kerangka pengeluaran jangka menengah?

5. Apa kaitan antara kebijakan fiskal dan kebijakan pemerintah lain seperti

kebijakan perdagangan dan kebijakan investasi?

Sudah pahamkah Anda tentang Pengelolaan Kebijakan Fiskal dan Kerangka Ekonomi Makro? Kalau sudah mari kita lanjutkan ke kegiatan belajar 3

Page 28: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

25

4. KEGIATAN BELAJAR 3

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

4.1. Uraian

Dalam rangka melaksanakan pembangunan nasional, pemerintah harus melaksanakan

kegiatan-kegiatan. Kegiatan pemerintah disusun berdasarkan rencana kerja yang

lengkap dan disertai dengan rencana keuangannya. Rencana keuangan yang disusun

pemerintah disebut anggaran negara atau secara lengkap disebut dengan anggaran

pendapatan dan belanja negara. Pendapatan diperlukan pemerintah untuk membiayai

kegiatan dalam rangka pembangunan tersebut. Jadi pada dasarnya anggaran

pendapatan dan belanja negara (APBN) adalah perkiraan jumlah pengeluaran dan

jumlah pendapatan untuk menutupi pengeluaran tersebut serta pembiayaan anggaran

dalm rangka pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada pemerintah.

Landasan hukum anggaran negara tercantum dalam Pasal 23 Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi: “Setiap tahun pemerintah mengajukan anggaran

pendapatan dan belanja kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Apabila Dewan

Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan pemerintah, maka

pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.” Dan telah direvisi dalam

Undang-Undang 1945 Amandemen Keempat, yaitu:

a. Pasal 23 ayat 1 yang berbunyi “Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

sebagai wujud dari pengelolaan keuangan negara ditetapkan setiap tahun

dengan undang-undang dan dilaksanakan secara terbuka dan bertanggung

jawab untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”;

b. Pasal 23 ayat 2 yang berbunyi “Rancangan Undang-Undang Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas

bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan Dewan

Perwakilan Daerah”;

c. Pasal 23 ayat 3 yang berbunyi “Apabila Dewan Perwakilan tidak menyetujui

rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diusulkan oleh

Presiden, pemerintah menjalankan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara tahun yang lalu”.

Page 29: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

26

a. Siklus Pengelolaan APBN

Anggaran yang dijalankan pemerintah saat ini meliputi lima tahap, yaitu: tahap

persiapan/perencanaan, tahap penyampaian RAPBN kepada Dewan Perwakilan

Rakyat untuk mendapatkan pengesahan, tahap pelaksanaan anggaran oleh

pemerintah, tahap pengawasan anggaran, tahap pengajuan perhitungan

pelaksanaan anggaran kepada Badan Pemeriksa Keuangan.

1) Tahap Perencanaan APBN

Pada tahap perencanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat

diuraikan sebagai berikut:

(a) Penyusunan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang

Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun

2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga, kementerian negara/lembaga menyusun Rencana Kerja

Kementerian Negara/Lembaga dengan berpedoman pada Rencana

Strategis Kementerian Negara/Lembaga dan mengacu pada prioritas

pembangunan nasional dan pagu indikatif yang ditetapkan dalam Surat

Edaran Bersama Menteri Perencanaan dan Menteri Keuangan. Rencana

kerja ini memuat kebijakan, program dan kegiatan yang dilengkapi

dengan sasaran kinerja dan menggunakan pagu indikatif untuk tahun

anggaran yang sedang disusun dan prakiraan maju untuk tahun anggaran

berikutnya. Program dan kegiatan dalam rencana kerja kementerian

negara/lembaga disusun dengan pendekatan berbasis kinerja, kerangka

pengeluaran jangka menengah, dan penganggaran terpadu.

(b) Pembahasan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga

Kementerian Perencanaan setelah menerima rencana kerja kementerian

negara/lembaga melakukan penelaahan bersama Kementerian Keuangan.

Pada tahap ini, perubahan-perubahan terhadap program kementerian

negara/lembaga dapat disetujui oleh Kementerian Perencanaan setelah

berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan berdasarkan usulan

menteri/pimpinan lembaga terkait.

Page 30: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

27

(c) Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga

Selambat-lambatnya pertengahan Mei, pemerintah menyampaikan

kerangka ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal kepada DPR

untuk dibahas bersama. Hasil-hasil pembahasan kerangka ekonomi makro

dan pokok-pokok kebijakan fiskal tersebut akan menjadi kebijakan umum

dan prioritas anggaran bagi presiden/kabinet yang akan dijabarkan oleh

Kementerian Keuangan dalam bentuk Surat Edaran Pagu Sementara.

Kementerian negara/lembaga setelah menerima Surat Edaran Pagu

Sementara bagi masing-masing program pada pertengahan bulan Juni

melakukan penyesuaian rencana kerja menjadi Rencana Kerja dan

Anggaran Kementerian Negara/Lembaga yang dirinci menurut unit

organisasi dan kegiatan. Selanjutnya, kementerian negara/lembaga

melakukan pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga dengan komisi-komisi di DPR yang menjadi mitra kerja

kementerian negara/lembaga terkait.

Hasil pembahasan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan

Kementerian Perencanaan selambat-lambatnya pada pertengahan bulan

Juni. Kementerian Perencanaan akan menelaah kesesuaian antara Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan

dengan Rencanan Kerja Pemerintah. Sementara Kementerian Keuangan

akan menelaah kesesuaian antara Rencana Kerja dan Anggaran

Kementerian Negara/Lembaga hasil pembahasan dengan Surat Edaran

Menteri Keuangan tentang pagu sementara, prakiraan maju yang telah

disetujui tahun anggaran sebelumnya dan standar biaya yang telah

ditetapkan.

(d) Penyusunan Anggaran Belanja

Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga hasil

pembahasan Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan

menjadi dasar penyusunan anggaran belanja negara. Belanja negara

disusun menurut asas bruto di mana masing-masing kementerian

negara/lembaga selain harus mencantumkan rencana jumlah pengeluaran,

Page 31: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

28

harus mencantumkan juga perkiraan penerimaan yang akan didapat

selama tahun anggaran yang bersangkutan.

(e) Penyusunan Perkiraan Pendapatan Negara

Tidak seperti penyusunan belanja negara, di mana dilakukan pembahasan

antara Kementerian Keuangan, Bappenas selaku Kementerian

Perencanaan dan kementerian negara/lembaga yang bersangkutan, maka

penentuan perkiraan pendapatan negara pada dasarnya ditetapkan oleh

Kementerian Keuangan dibantu Bappenas dengan memperhatikan

masukan-masukan dari kementerian negara/lembaga lain. Misalnya dalam

penentuan prakiraan maju penerimaan bukan pajak.

(f) Penyusunan Rancangan APBN

Setelah disusun perkiraan maju belanja negara dan pendapatan negara,

selanjutnya Kementerian Keuangan menyusun RAPBN untuk dibahas

dalam sidang kabinet yang dipimpin presiden. Dari hasil pembahasan

pada sidang kabinet, selanjutnya disusun Rancangan Undang-Undang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara beserta dokumen

pendukungnya terdiri dari Nota Keuangan dan himpunan Rencana Kerja

dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga untuk disampaikan kepada

DPR.

2) Tahap Penetapan UU APBN

Nota Keuangan dan himpunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian

Negara/Lembaga yang telah dibahas dalam sidang kabinet disampaikan

pemerintah kepada DPR selambat-lambatnya pertengahan Agustus. Pada

tahap penetapan UU APBN melalui beberapa tingkat pembicaraan, yaitu:

(a) Tingkat IPada tingkat I disampaikan keterangan atau penjelasan pemerintah

tentang Rancangan Undang-Undang APBN. Pada kesempatan ini

presiden menyampaikan pidato Pengantar Rancangan Undang-Undang

APBN di depan Sidang Paripurna DPR.

Page 32: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

29

(b) Tingkat II

Dilakukan pandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR di mana

masing-masing fraksi di DPR mengemukakan pendapatnya mengenai

RUU APBN dan keterangan pemerintah. Jawaban pemerintah atas

pandangan umum tersebut biasanya diberikan kepada Menteri

Keuangan.

(c) Tingkat III

Dilakukan pembahasan dalam rapat komisi, rapat gabungan komisi, atau

rapat panitia khusus. Pembahasan dilakukan bersama pemerintah yang

diwakili Menteri Keuangan.

(d) Tingkat IV

Diadakan Rapat Paripurna DPR yang kedua. Pada rapat ini disampaikan

laporan hasil pembicaraan pada tingkat III dan pendapat akhir dari

masing-masing fraksi DPR. Setelah menyampaikan pendapat akhir

fraksi, DPR menggunakan hak budget untuk menyetujui RUU APBN.

Kemudian DPR mempersilakan pemerintah yang diwakili Menteri

Keuangan untuk menyampaikan sambutannya berkaitan dengan

keputusan DPR tersebut. Apabila RUU APBN telah disetujui DPR maka

presiden mengesahkan RUU APBN menjadi UU APBN.

3) Tahap Pelaksanaan UU APBN

UU APBN yang sudah disetujui oleh DPR dan disahkan presiden, sudah

disusun secara terperinci sampai dengan unit organisasi, fungsi, program

kegiatan dan jenis belanja. Bila kemudian terdapat perubahan atas APBN

maka harus mendapatkan persetujuan dari DPR dan pelaksanannya

ditetapkan dengan keputusan presiden sebagai pedoman bagi kementerian

negara/lembaga dalam melaksanakan anggaran.

Keputusan presiden tentang pedoman pelaksanaan anggaran memuat hal-hal

yang belum terperinci dalam UU APBN terutama alokasi anggaran untuk

kantor pusat dan daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji

dalam belanja pegawai, dan pembayaran untuk tunggakan kementerian

negara/lembaga, serta memuat alokasi dana perimbangan untuk pemerintah

daerah dan subsidi untuk badan/perusahaan yang menerima.

Page 33: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

30

Dalam rangka menertibkan administrasi penerimaan dan pengeluaran negara

telah ditetapkan Inpres Nomor 4 Tahun 2004 tentang Penertiban Rekening

Departemen dan Lembaga Non Departemen. Usaha pemantapan dan

penertiban penerimaan dan pengeluaran negara tersebut kemudian

disempurnakan dengan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

negara melalui penerapan sistem kas tunggal (treasury single account), di

mana semua rekening pemerintah berada di satu otoritas, yaitu Menteri

Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara. Menteri Keuangan selaku

Bendahara Umum Negara berwenang mengatur dan menyelenggarakan

rekening pemerintah dan dalam rangka penyelenggaraan rekening

pemerintah tersebut Menteri Keuangan membuka rekening kas umum

negara (Pasal 22 ayat 1 dan 2 UU No 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan).

4) Tahap Pengawasan Pelaksanaan UU APBN

Pengawasan atas pelaksanaan UU APBN dilakukan baik secara intern

maupun secara ekstern. Pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BPKP, Itjen masing-masing kementerian, sedangkan menurut Undang-

Undang Dasar 1945 Pasal 23E menyatakan lembaga pengawasan ekstern

pemerintah adalah BPK sebagai lembaga pemeriksa yang bebas dan mandiri.

BPK mengadakan pemeriksaan/pengawasan atas penerimaan, penyimpanan,

pengeluaran dan pembukuan uang, barang, piutang/kekayaan dan hutang

negara. BPK diberi wewenang untuk memeriksa pemerintah tetapi bukan

berarti BPK lebih tinggi kedudukannya dari presiden, karena BPK tidak

mempunyai wewenang lanjutan atas temuan pemeriksaan yang

dilaksanakannya. BPK hanya diwajibkan melaporkan hasil pemeriksaannya

kepada DPR, DPD dan DPRD untuk ditindaklanjuti sesuai dengan undang-

undang.

BPK dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. fungsi operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan atas tanggungjawab

keuangan negara dan pelaksanaan APBN;

Page 34: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

31

2. fungsi yudikatif yaitu melakukan peradilan komptabel dalam hal

tuntutan perbendaharaan;

3. fungsi rekomendasi yaitu memberi saran dan atau pertimbangan kepada

pemerintah bilamana dipandang perlu untuk kepentingan negara atau hal

lainnya yang berhubungan dengan keuangan negara.

Menurut cara melaksanakan pemeriksaan, sesuai dengan Pasal 4 UU Nomor

15 Tahun 2004, pemeriksaan yang dilakukan BPK terdiri atas 3 tipe utama

yaitu pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan

tujuan tertentu.

Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan

pemerintah pusat dan daerah. Pemeriksaan ini dilakukan oleh BPK dalam

rangka memberikan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang

disajikan dalam laporan keuangan pemerintah.

Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi,

serta pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi

kepentingan manajemen oleh aparat pengawasan intern pemerintah.

Pemeriksaan kinerja ini merupakan pemenuhan atas Pasal 23E UUD 1945

yang mengamanatkan BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja

pengelolaan keuangan negara. Tujuan pemeriksaan kinerja adalah untuk

mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga

perwakilan. Bagi pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar

kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan

secara ekonomis dan efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang dilakukan

dengan tujuan khusus, diluar pemeriksa keuangan dan pemeriksaan kinerja.

Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu tersebut adalah pemeriksaan

atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan (misalnya evaluasi atas

Sistem Pengendalian Internal atau SPI) dan pemeriksaan investigatif.

Page 35: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

32

Sebelum UU Nomor 15 Tahun 2004 diundangkan, BPK melakukan

pemeriksaan melalui dua cara yaitu pemeriksaan dokumen dan pemeriksaan

setempat. Pemeriksaan dokumen adalah pemeriksaan atas dokumen yang

diterima oleh Badan baik mengenai pengurusan uang, barang serta

pertanggungjawabannya berupa laporan, berita acara pemeriksaan dll.

Pemeriksaan setempat adalah pemeriksaan ditempat objek pemeriksaan

dimana terdapat uang dan barang milik negara beserta pembukuan dan

penatausahanya.

Pemeriksaan atas pelaksanaan APBN mencakup seluruh unsur keuangan

negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara. Pada hakekatnya, pemeriksaan tersebut meliputi

pemeriksaan atas penerimaan anggaran dan pemeriksaan atas anggaran

belanja negara yang meliputi pengujian apakah pengeluaran uang negara

terjadi menurut ketentuan APBN dan ketentuan-ketentuan tentang

penguasaan dan pengurusan keuangan negara lainnya sebagaimana

ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara.

Menurut tujuannya, pemeriksaan BPK terdiri atas:

1. pemeriksaan atas penguasaan dan pengurusan keuangan;

2. pemeriksaan atas ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku;

3. pemeriksaan atas kehematan dan efisiensi dalam penggunaan keuangan

negara;

4. pemeriksaan atas efektivitas pencapaian tujuan (pemeriksaan program).

Selanjutnya, dalam Penjelasan Umum Undang-Undang No. 15 tahun 2004

butir C dinyatakan bahwa dalam melakukan tugas pemeriksaannya, BPK

memperhatikan dan memanfaatkan hasil-hasil pekerjaan Aparat Pengawasan

Intern Pemerintah (APIP). Untuk keperluan itu APIP wajib menyampaikan

laporan hasil pemeriksaannya kepada badan sepanjang tidak bertentangan

dengan undang-undang. BPK juga diberi kewenangan untuk mendapatkan

data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang diperiksa, kesempatan untuk

memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan pejabat

Page 36: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

33

instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk

mengamankan uang, barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan

negara pada saat pemeriksaan berlangsung.

Laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK atas pelaksanaan APBN pada unit

organisasi kementerian/lembaga pemerintahan non departemen (LPND)

diserahkan kepada menteri/kepala lembaga bersangkutan segera setelah

kegiatan pemeriksaan selesai.

LHP Pemeriksaan Keuangan akan menghasilkan opini. LHP Pemeriksaan

Kinerja akan menghasilkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.

Sementara LHP pemeriksaan dengan tujuan tertentu akan menghasilkan

kesimpulan.

LHP yang telah disampaikan kepada menteri/kepala lembaga, selanjutnya

diproses lebih lanjut oleh menteri yang bersangkutan. LHP tersebut akan

digunakan untuk melakukan koreksi dan penyesuaian yang diperlukan,

sehingga laporan keuangan yang telah diperiksa (audited financial

statement) memuat koreksi dimaksud sebelum disampaikan kepada DPR.

Setelah melalui mekanisme tertentu yang disebut pemutakhiran data antara

menteri dan anggota badan, laporan yang mencakup seluruh hasil

pemeriksaan badan dalam semester tertentu itu kemudian dihimpun dalam

Buku Hasil Pemeriksaan Semester Badan (HAPSEM). Hasil Pemeriksaan

Semester Badan atas kementerian/LPND selanjutnya diserahkan kepada

DPR RI dan penyampaiannya kepada DPR RI dilakukan dalam Rapat

Paripurna DPR RI.

Selain itu pemerintah membuat laporan semesteran kepada DPR yang

mencantumkan prospek keuangan untuk semester berikutnya, hal ini

diberlakukan agar DPR mengetahui agar bila pada semester selanjutnya

terdapat kenaikan anggaran, sehingga DPR dapat mengantisipasi

kemungkinan Anggaran Belanja Tambahan untuk semester berikutnya.

Laporan semesteran pemerintah kepada DPR juga dimaksudkan untuk

menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan anggaran tahun berjalan.

Apabila dianggap perlu bersama laporan tahunan sementara ini disertai RUU

Page 37: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

34

APBN Tambahan/Perubahan yang menggambarkan setiap perubahan

rencana keuangan dari yang sudah disetujui DPR terdahulu. Karena laporan

ini disusun setiap semester dan tahun anggaran masih berjalan maka angka-

angka yang tertera yang tercantum di dalamnya merupakan angka perkiraan.

Adapun prosedur pembicaraan APBN Tambahan/Perubahan sama dengan

pembicaraan APBN.

5) Tahap Pertanggungjawaban atas Pelaksanaan UU APBN

Dalam Pasal 23E UUD 1945 disebutkan, “untuk memeriksa tanggungjawab

tentang keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan yang

bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara diberitahukan

kepada DPR, DPD, dan DPRD sesuai kewenangannya. Hasil pemeriksaan

tersebut ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan atau badan sesuai dengan

undang-undang”. Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan kepada presiden

dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN. Laporan

keuangan tersebut disampaikan oleh presiden kepada Badan Pemeriksa

Keuangan selambat-lambatnya tiga bulan setelah tahun anggaran berakhir

(Pasal 55 ayat 3 UU No. 1 Tahun 2004). Dalam menyusun laporan

keuangan:

(a) menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang

menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang meliputi laporan

realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan dilampiri

laporan keuangan badan layanan umum pada kementerian

negara/lembaga masing-masing;

(b) laporan keuangan tersebut disampaikan kepada Menteri Keuangan

selambat-lambatnya dua bulan setelah tahun anggaran berakhir;

(c) Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara menyusun laporan

arus kas pemerintah pusat;

(d) Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dalam kepemilikan

kekayaan negara yang dipisahkan menyusun ikhtisar laporan keuangan

perusahaan negara.

Page 38: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

35

Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang

memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan

berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan akuntansi

keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.

Telah diuraikan di atas, bahwa APBN, dilihat dari segi hukum, merupakan mandat

dari DPR RI kepada pemerintah untuk melakukan penerimaan atas pendapatan negara

dan menggunakannya sebagai pengeluaran untuk tujuan-tujuan tertentu dan dalam

batas jumlah yang ditetapkan dalam suatu tahun anggaran.

Mandat yang diberikan oleh DPR itu harus dipertanggungjawabkan. Sebelum

terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003, pertanggungjawaban atas pelaksanaan

APBN diwujudkan dalam bentuk Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam

menyusun PAN ini, Menteri Keuangan ditugasi untuk mempersiapkan PAN

berdasarkan laporan keuangan kementerian-lembaga. Hal ini mengacu pada Pasal 69

ICW yang menyatakan bahwa pemerintah membuat suatu perhitungan anggaran

dengan menyebutkan tanggal penutupannya. Setelah terbitnya Undang-Undang No.17

Tahun 2003 pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN berubah dari PAN menjadi

laporan keuangan. Laporan keuangan ini disusun dengan menggunakan standar

akuntansi pemerintahan yang mengacu pada international public sector accounting

standard (IPSAS).

Landasan hukum tentang pertanggungjawaban pengelolaan keuangan negara diatur

dalam Pasal 30 UU Nomor 17 Tahun 2003 dan ketentuan dalam Undang-Undang

APBN tahun anggaran bersangkutan. Dalam aturan tersebut disebutkan bahwa

presiden berkewajiban untuk menyampaikan rancangan undang-undang tentang

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN berupa laporan keuangan.

Pemeriksaan atas laporan keuangan sebagai pertanggungjawaban keuangan dari

pemerintah atas pelaksanaan APBN, selain yang disebut di atas, diatur juga dalam

Pasal 23E UUD 1945, Pasal 55 ayat 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 2004, dan Pasal

2 ayat 1 Undang-Undang No.15 Tahun 2004.

Page 39: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

36

Sebagaimana telah dinyatakan di atas bahwa sesuai Pasal 55 dari Undang-Undang No.

1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Menteri Keuangan selaku pengelola

fiskal bertugas menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat untuk disampaikan

kepada presiden dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.

Sebelumnya menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang

menyampaikan laporan keuangan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri laporan keuangan Badan Layanan

Umum pada kementerian negara/lembaga masing-masing kepada Menteri Keuangan

selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sebagai entitas

pelaporan, laporan keuangan kementerian negara/lembaga tersebut sebelumnya telah

diperiksa BPK dan diberi opini atas laporan keuangan.

Oleh Menteri Keuangan laporan-laporan atas pertanggungjawaban pengguna

anggaran/pengguna barang tersebut dikonsolidasikan menjadi Laporan Keuangan

Pemerintah Pusat sebagai bagian pokok dari RUU tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBN yang akan disampaikan presiden kepada DPR. DPR melalui alat

kelengkapannya yaitu komisi akan membahas RUU Pertanggungjawaban Pelaksanaan

APBN dengan pihak pemerintah. Pembahasan dilakukan dengan memperhatikan hasil

pemeriksaan semester dan opini BPK. Berdasar hasil pembahasan tersebut, DPR

memberikan persetujuannya dan menyampaikan persetujuan atas RUU tersebut

kepada pemerintah untuk diundangkan.

Bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN disusun dan disajikan

sesuai standar akuntansi pemerintah sebagaimana ditentukan dalam Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) yang disusun oleh suatu komite yang

independen, yaitu Komite Standar Akuntansi Pusat dan Daerah, dan ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari

Badan Pemeriksa Keuangan. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyajikan

informasi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan dan untuk

pertanggungjawaban atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada

pemerintah. Bentuk dan isi laporan keuangan sebagai pertanggjawaban pelaksanaan

anggaran tersebut terdiri dari:

Page 40: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

37

1. Laporan Realisasi APBN

Laporan realisasi APBN mengungkap berbagai kegiatan keuangan pemerintah

untuk satu periode yang menunjukkan ketaatan terhadap ketentuan perundang-

undangan melalui penyajian ikhtisar sumber, alokasi, dan penggunaan sumber

daya yang dikelolanya.

Laporan realisasi anggaran akan memberikan informasi mengenai keseimbangan

antara anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan dengan

realisasinya. Selain itu juga disertai informasi tambahan yang berisi hal-hal yang

mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-

sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, dan

daftar yang memuat rincian lebih lanjut mengenai angka-angka yang dianggap

perlu untuk dijelaskan. Contoh laporan realisasi anggaran ditunjukkan dalam

lampiran modul ini.

2. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset

baik lancar maupun tidak lancar, kewajiban jangka pendek maupun kewajiban

jangka panjang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca tingkat pemerintah

pusat merupakan konsolidasi dari neraca tingkat kementerian/lembaga. Dalam

neraca tersebut harus diungkapkan semua pos aset dan kewajiban yang di

dalamnya termasuk jumlah yang diharapkan akan diterima dan dibayar dalam

jangka waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah uang yang

diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu dua belas bulan. Contoh

neraca ditunjukkan dalam lampiran modul ini.

3. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas

operasional, investasi aset non keuangan, dana cadangan, pembiayaan, dan

transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,

pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah selama periode tertentu. Laporan

arus kas ditujukan untuk memberikan informasi mengenai arus masuk dan arus

keluar kas dari pemerintah dalam suatu periode laporan.

Page 41: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

38

Laporan arus kas diperlukan untuk memberi informasi kepada para pengguna

laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas-aktivitas tersebut terhadap posisi

kas pemerintah. Di samping itu, informasi tersebut juga dapat digunakan untuk

mengevaluasi hubungan antara aktivitas operasi, investasi, pembiayaan, dan non

anggaran. Contoh laporan arus kas ditunjukkan dalam lampiran modul ini.

b. Struktur dan format APBN

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara merupakan penjabaran rencana kerja

pemerintah dalam jangka waktu satu tahun. Penyesuaian APBN berdasarkan

kebutuhan penyelenggaraan negara dengan memperhatikan kemampuan negara

dalam menghimpun pendapatan negara. Apabila pendapatan negara dalam APBN

lebih besar daripada belanja negara maka APBN mengalami surplus, sebaliknya

apabila pendapatan negara lebih kecil daripada belanja negara maka APBN

mengalami defisit. Pengajuan anggaran surplus atau defisit oleh presiden kepada

DPR harus dengan mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban antar

generasi sehingga pengunaannya diutamakan untuk pengurangan utang,

pembentukan dana cadangan, dan peningkatan jaminan sosial.

Sejak tahun 2000 anggaran pendapatan dan belanja negara tidak lagi

menggunakan prinsip anggaran berimbang, tetapi disusun menjadi anggaran

defisit. Sebagai akibat anggaran defisit pemerintah dalam struktur APBN terdapat

selisih antara jumlah pendapatan dan belanja negara yang disebut keseimbangan

umum. Karena anggaran Indonesia defisit maka keseimbangan umum dalam

APBN adalah negatif. Anggaran disusun defisit setelah memperhitungkan:

1) perkembangan terakhir realisasi pendapatan dan belanja negara dalam tahun

anggaran berjalan dan proyeksi hingga akhir tahun;

2) perkiraan riil kemampuan mobilisasi sumber-sumber pendapatan dalam negeri;

3) perhitungan beban anggaran belanja negara tahun mendatang setelah

memperhitungkan:

(a) asumsi berbagai besaran ekonomi makro;

(b) perkembangan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian

sasaran APBN;

Page 42: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

39

(c) berbagai kebijakan yang telah, sedang, dan akan diambil oleh pemerintah

baik kebijakan yang berkaitan dengan pendapatan maupun belanja negara

dalam rangka mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam anggaran defisit diperlukan pembiayaan untuk menutupi kekurangan

pembiayaan dalam APBN. Defisit anggaran pemerintah dilakukan upaya

pembiayaan sebagai berikut.

1) Pembiayaan dalam negeri

Pembiayaam dalam negeri adalah pembiayaan defisit anggaran yang

bersumber dari dalam negeri, yaitu sektor perbankan dan sektor non

perbankan. Sektor perbankan dalam negeri terdiri dari pinjaman/kredit

baik dari bank umum maupun bank swasta dapat juga diperoleh dari

penggunaan saldo rekening pemerintah yang disimpan pada bank umum

maupun bank sentral yang antara lain berbentuk rekening dana investasi

dan non rekening dana investasi. Pembiayaan dari sektor perbankan dalam

negeri akan memicu timbulnya inflasi, oleh karena itu pembiayaan dari

sektor perbankan dalam negeri bukan menjadi prioritas pemerintah.

Sektor nonperbankan sebagai upaya lain pemerintah untuk menutup

defisit anggaran lebih menjadi pilihan pemerintah. Pembiayaan dari sektor

ini meliputi penerimaan hasil divestasi saham pemerintah pada

BUMN/BUMD (privatisasi) dan penjualan aset perbankan

(restrukturisasi). Pembiayaan dari sektor privatisasi BUMN/BUMD

berasal dari penjualan/pelepasan sebagian saham yang dimiliki pemerintah

kepada swasta dalam/luar negeri. Dengan dilepaskannya saham

pemerintah ini bearti pemerintah telah kehilangan hak monopolistik atas

BUMN/BUMD tersebut.

Penjualan aset perbankan (restrukturisasi) merupakan upaya penyehatan

lembaga perbankan di tanah air, jika ternyata terdapat lembaga perbankan

yang tidak sehat maka lembaga perbankan tersebut segera dinyatakan

sebagai bank beku operasi dan asetnya menjadi milik pemerintah untuk

kemudian dijual sebagai penutup anggaran defisit.

Page 43: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

40

Penerbitan surat utang negara juga merupakan upaya pemerintah dalam

mengatasi defisit APBN, langkah ini dilakukan dengan

menjual/menerbitkan surat utang yang berbentuk mata uang rupiah

maupun valuta asing. Penerbitan surat utang negara harus dikelola dengan

baik agar tidak merugikan pemerintah karena aspek biaya dan resiko yang

terkandung dalam penerbitan surat utang negara, yaitu bunga, resiko nilai

tukar valas, dan resiko pada saat pembayaran kembali.

2) Pembiayaan luar negeri

Pembiayaan luar negeri dilakukan pemerintah melalui pinjaman luar

negeri. Sejak tahun 1969 pemerintah telah melakukan upaya untuk

menutupi pendanaan anggaran dengan mengupayakan pinjaman dari luar

negeri. Pada kenyataannya tidak semua pinjaman yang kita terima dari luar

negeri itu dapat digunakan oleh pemerintah, tetapi masih harus dikurangi

dengan pembayaran cicilan utang pokok berikut bunga yang menjadi

kewajiban pemerintah untuk tahun anggaran bersangkutan.

Mulai tahun anggaran 2005 diterapkan APBN dengan format baru, yaitu

format anggaran terpadu, di mana anggaran tidak lagi diperinci menjadi

anggaran rutin dan anggaran pembangunan, tetapi sudah dilebur menjadi satu

belanja (dalam belanja pemerintah pusat). Format anggaran terpadu ini

mengacu pada standar internasional yang berlaku dan digunakan dalam

Government Finance Statistic (statistik keuangan pemerintah). Statistik

keuangan pemerintah memiliki prinsip utama, yaitu:

1) pemisahan yang jelas antara sektor pemerintah dengan sektor swasta;

2) mengukur arus pembayaran bruto, bukan mengestimasi atau menaksir;

3) melakukan klasifikasi pembayaran.

Adapun struktur dan format anggaran terpadu yang berlaku saat ini disajikan

dalam lampiran 1.

Penerapan anggaran terpadu dan reklasifikasi belanja negara bertujuan untuk:

1) menghilangkan duplikasi anggaran yang disebabkan tidak jelasnya

pemisahan antara kegiatan operasional dengan proyek, terutama proyek

non fisik;

Page 44: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

41

2) memudahkan penyusunan anggaran berbasis kinerja (performance base

budgeting) guna memperjelas keterkaitan antara output dan outcome

yang dicapai dengan penganggaran organisasi;

3) memberikan gambaran yang objektif dan proporsional mengenai

kegiatan keuangan pemerintah;

4) meningkatkan kredibilitas statistik keuangan pemerintah dengan

mengacu pada format keuangan pemerintah sesuai dengan standar

internasional.

Beberapa perubahan pokok dalam format anggaran dapat ditampilkan dalam

lampiran 2.

Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 penyusunan APBN disusun

berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) yang didukung oleh Rencana

Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL). RKP

merupakan dokumen perencanaan nasional untuk periode satu tahun yang

merupakan penjabaran dari Rencana Kerja Jangka Menengah Nasional

(RPJM) yang berisi kebijakan pembangunan nasional lima tahun, baik yang

terkait dengan APBN maupun yang diarahkan mendorong partisipasi

masyarakat dalam pembangunan. RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan

penganggaran yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan

rencana strategis kementerian negara/lembaga yang bersangkutan serta

anggaran yang diperlukan untuk mewujudkan rencana kerja dan rencana

strategis tersebut.

4.2. Rangkuman

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah keuangan tahunan pemerintahan

negara yang disetujui oleh DPR. Dasar hukum APBN adalah UU APBN. Prinsip

kebijakan APBN yang paling utama adalah bahwa penerimaan dalam negeri yang

berasal dari penerimaan bukan migas harus menjadi tulang punggung penerimaan

negara. Siklus pengelolaan APBN yang melalui lima tahap yaitu tahap

perencanaan, tahap penetapan, tahap pelaksanaan, tahap pengawasan, dan tahap

perhitungan APBN. Mulai tahun 2000 kebijakan APBN antara lain ditentukan

bahwa tahun anggaran dimulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember. Dilihat dari

strukturnya, APBN disusun dalam rekening I account dengan tujuan antara lain

Page 45: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

42

untuk meningkatkan transparansi dan mempermudah analisis komparasi mengenai

perkembangan operasi fiskal.

4.3. Latihan 3

1. Apa yang Anda ketahui tentang APBN?

2. Apa kaitan antara APBN dengan keuangan negara?

3. Apa yang dimaksud dengan siklus pengelolaan APBN?

4. Sebutkan kebijakan APBN yang dilaksanakan pemerintah sejak tahun 2000?

5. Jelaskan mengenai sistem kas tunggal?

Sudah pahamkah Anda tentang APBN? Anda telah menyelesaikan Modul ini, mari kita lihat tingkat pemahaman Anda dengan menyelesaikan tes formatif

Page 46: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

43

TES FORMATIF

Pilih satu jawaban yang paling tepat !

1. Yang menjadi dasar hukum APBN adalah...a. UUD 1945.b. UU APBN.c. UU No. 17 Tahun 2003.d. UU No. 1 Tahun 2004.

2. Maksud penggabungan belanja rutin dan belanja pembangunan dalam satu pos belanja antara lain untuk...a. menghilangkan tumpang tindih antar pelaksanaan kegiatan operasional dengan

proyek.b. memudahkan penyusunan anggaran belanja negara.c. menghilangkan duplikasi anggaran yang disebabkan tidak tegasnya pemisahan

antara kegiatan rutin dan proyek.d. memenuhi program reformasi manajemen keuangan negara yang disyaratkan oleh

IMF dalam kegiatan proyek pembangunan.

3. Jumlah perkiraan pendapatan dan belanja negara ditentukan setelah diadakan pembahasan oleh...a. Kementerian Keuangan, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian

Negara/Lembaga.b. Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan.c. Kementerian Perencanaan dan Kementerian Negara/Lembaga.d. Kementerian Keuangan dan Kementerian Negara/Lembaga.

4. Jumlah anggaran belanja negara ditentukan setelah diadakan pembahasan...a. Renstra-KL.b. Renja-KL.c. RKA-KL.d. RKP.

5. Penentuan prakiraan anggaran pendapatan dan belanja negara ditentukan setelah diadakan pembahasan antara...a. Menteri Keuangan dengan Gubernur Bank Indonesia.b. Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Anggaran.c. Ketua Bappenas dengan menteri-menteri lain.d. Menteri Keuangan dengan Ketua Bappenas.

Page 47: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

44

6. RUU APBN diajukan pemerintah kepada DPR setelah dibahas dalam...a. Sidang kabinet yang dipimpin presiden.b. Sidang kabinet yang dipimpin oleh Menteri Keuangan.c. Sidang kabinet yang dipimpin oleh Menteri Perekonomian.d. Sidang kabinet yang dipimpin oleh Ketua DPR.

7. Perbedaan struktur APBN sebelum tahun 2000 dengan struktur APBN setelah tahun 2000 adalah...a. tidak ada perbedaan.b. sebelum tahun 2000 struktur APBN I Account dan sesudahnya dalam bentuk T

account.c. tidak dapat dibandingkan karena periodenya berbeda.d. sebelum tahun 2000 struktur APBN dalam bentuk T account dan sesudah tahun

2000 APBN dalm bentuk I account.

8. Kegiatan mulai dari perencanaan APBN sampai dengan perhitungan anggaran disebut...a. penetapan APBN.b. perhitungan APBN.c. daur APBN.d. revisi APBN.

9. Berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2003 APBN disusun berdasarkan atas...a. Renstra-KL.b. Renja-KL.c. RKA-KL didukung RKAP.d. RKP didukung RKA-KL.

10. Menurut J.M Keynes, dalam kondisi ekonomi yang sedang inflasi...

a. APBN harus seimbang.

b. APBN harus defisit.

c. APBN harus surplus.

d. pengeluaran negara harus dinaikkan.

Page 48: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

45

Pilihlah:

A. Bila (1), (2), (3) benar

B. Bila (1), (3) benar

C. Bila (2), (4) benar

D. Bila semuanya benar

11. RUU APBN menjadi UU APBN setelah:

(1) Disetujui oleh DPR

(2) Dibahas oleh DPR

(3) Disahkan oleh DPR

(4) Disahkan oleh BPK

12. Proses penetapan RUU APBN menjadi UU APBN melalui beberapa tahap yaitu:

(1) Pidato presiden di depan Rapat Paripurna DPR mengenai pengantar RUU APBN

(2) Pemandangan umum dalam Rapat Paripurna DPR

(3) Pembahasan oleh Rapat Komisi DPR

(4) Persetujuan DPR atas RUU APBN

13. Baik Itjen maupun BPKP melakukan pemeriksaan/pengawasan atas berbagai hal yang

bertalian dengan pelaksanaan UU APBN antara lain mengenai:

(1) Kekayaan negara

(2) Inventaris negara

(3) Utang negara

(4) Pegawai negeri sipil

14. Dalam laporan semesteran kepada DPR antara lain perlu dicantumkan prospek

keuangan pada semester berikutnya. Prospek demikian sangat berguna bagi DPR

untuk:

(1) Mengetahui apakah pemerintah telah mengadakan perhitungan dengan benar

(2) Mengantisipasi kemungkinan adanya anggaran belanja tambahan

(3) Memberikan petunjuk kepada pemerintah

(4) Mengetahui apakah perencanaan anggaran dilakukan secara matang

Page 49: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

46

15. Dalam praktek, laporan keuangan disiapkan oleh pemerintah:

(1) Berdasarkan permintaan DPR

(2) Berdasarkan realisasi pelaksanaan UU APBN

(3) Mengacu kepada saran dan hasil perhitungan BPKP

(4) Setelah tahun anggaran berakhir

Berikan tanda lingkaran pada huruf B bila pernyataan tersebut menurut Anda

Benar dan pada huruf S bila pernyataan tersebut Salah.

16. B – S Pada tahun 1969/1970 sampai 1973/1974 penerimaan negara yang utama

adalah hasil penerimaan negara penerimaan minyak bumi karena sumber

penghasilan lainnya masih belum banyak dikembangkan.

17. B – S Mulai tahun 1984/1985 penerimaan minyak bumi walaupun telah ditambah

penerimaan gas alam, tidak lagi merupakan tulang punggung penerimaan

negara karena cadangan minyak sudah mulai berkurang.

18. B – S Sebelum diadakannya perubahan perundangan perpajakan pada tahun 1983

beban pajak dirasakan berat oleh masyarakat karena memang peraturan pajak

sebagian didasarkan pada peraturan perpajakan pada zaman kolonial yang

hanya memperhatikan kepentingan pihak penjajah.

19. B – S Setelah diadakan perubahan perundang-undangan perpajakan maka pajak

merupakan pembayaran kepada pemerintah sebagai wujud pengabdian

kenegaraan para wajib pajak guna pembiayaan negara dan pembangunan

nasional.

20. B – S Kebijaksanaan pemerintah di sektor perminyakan antara lain ditujukan untuk

menjamin kebutuhan masyarakat atas bahan bakar minyak.

Page 50: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

47

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. B 6. A 11. B 16. B

2. C 7. D 12. D 17. B

3. A 8. C 13. B 18. B

4. C 9. D 14. C 19. B

5. D 10.C 15. C 20. B

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT.

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.

Hitung jawaban anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat

pemahaman terhadap materi pengelolaan fiskal, APBN, dan administrasi penerimaan

negara.

TP = Jumlah jawaban yang benar X 100 %Jumlah keseluruhan soal

Apabila tingkat pemahan Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari mancapai :

91 % s.d. 100 % : Amat baik

81 % s.d. 90,99 % : Baik

71 % s.d. 80,99 % : Cukup

61 % s.d. 70,99 % : Kurang

Bila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “Baik”), Anda

disarankan mengulang materi.

Anda tidak perlu cemas! Betul atau salah itu tidak penting! Yang penting, anda dapat belajar dari kesalahan!

Page 51: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

48

DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Kelompok Kerja Badan Analisa Fiskal dan JICA. 2002. Bunga Rampai Kebijakan Fiskal. Jakarta: Badan Analisa Fiskal Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Tahun 2002, 2003, 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008.

M, Suparmoko. 1992. Keuangan Negara dalam Teori dan Praktek.Yogyakarta:BPFE.

Ministry of Finance. 2003. Blue Print of Ministry of Finance Reorganitation. Jakarta.

Musgrave, Richard A., dan Peggy B.Musgrave. 1981. Public Finance In Theory and Practice. Singapore:Singapore Nation Printer.

Nazier, Daeng M. Teknologi Informasi untuk Menunjang Penetapan Kebijakan Fiskal, dalam Kebijakan Fiskal, Pemikiran, Konsep, dan Implementasi.

Subiyantoro, Heru dan Singgih Riphat. 2004. Kebijakan Fiskal: Pemikiran, Konsep, dan Implementasi. Jakarta:Kompas.

Ulbrich, Holley. 2003. Public Finance in Theory and Practice. South-Western:Thompson.

PERATURAN

Keppres RI Nomor 42 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa dan penjelasannya.

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2004 Tentang Rencana Kerja Pemerintah.

Page 52: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

49

Lampiran 1.

FORMAT LAMA FORMAT BARU

Klasifikasi Jenis Belanja

Dual Budgeting.

Belanja Pemerintah Pusat terdiri 6

jenis belanja (termasuk belanja

pembangunan).

Klasifikasi Organisasi

Tidak tercantum dalam Nota

Keuangan dan UU APBN tetapi

hanya tercantum dalam buku satuan

tiga yang ditetapkan dengan Keppres.

Klasifikasi Sektor

Terdiri dari 20 sektor dan 50 sub-

sektor.

Program merupakan rincian dari

sektor pada pengeluaran rutin dan

pembangunan.

Nama-nama program antara

pengeluaran rutin dan pembangunan

agak berbeda.

Dasar Alokasi

Alokasi anggaran berdasarkan sektor,

subsektor, dan program.

Klasifikasi Jenis Belanja

Unified Budgeting.

Belanja Pusat terdiri dari 8 jenis

belanja.

Klasifikasi Organisasi

Daftar organisasi pengguna

anggaran belanja negara tercantum

dalam Nota Keuangan dan UU

APBN. Jumlah Kementerian

Negara/Lembaga disesuaikan

dengan yang ada.

Klasifikasi Fungsi

Terdiri dari 11 fungsi dan 79

subfungsi.

Program pada masing-masing

Kementerian Negara/Lembaga

dikompilasi sesuai dengan

fungsinya.

Nama-nama program telah

disesuaikan dengan unified budget.

Dasar Alokasi

Alokasi anggaran berdasarkan

program Kementerian Negara/

Lembaga.

Page 53: PUSDIKLAT PENGEMBANGANSDM :=: BPPK:=:2011 · Berdasarkan Surat Tugas Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan SDM, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Departemen

PUSDIKLAT PENGEMBANGAN SDM :=: BPPK :=: 2011

MODUL PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA

50

Lampiran 2.

Perbandingan Format APBN Lama dan Format APBN Baru

Format lama Format baruA. Pendapatan Negara dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri1. Penerimaan Perpajakan2. Penerimaan Negara Bukan

PajakII. Penerimaan Hibah

B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Pengeluaran Rutina. Belanja Pegawaib. Belanja Barangc. Pembayaran Hutangd. Subsidie. Pengeluaran Lainnya

2. Pengeluaran PembangunanII. Belanja Untuk Daerah

1. Dana Perimbangan2. Dana Otonomi Khusus dan

Penyesuaian

C. Keseimbangan PrimerD. Surplus/DefisitE. Pembiayaan

A. Pendapatan Negara dan HibahI. Penerimaan Dalam Negeri

1. Penerimaan Perpajakan2. Penerimaan Negara Bukan

PajakII. Penerimaan Hibah

B. Belanja Negara I. Belanja Pemerintah Pusat

1. Belanja Pegawai2. Belanja Barang3. Belanja Modal4. Pembayaran bunga utang5. Subsidi6. Belanja Hibah7. Bantuan Sosial8. Belanja Lain-lain

II. Belanja Untuk Daerah 1. Dana Perimbangan2. Dana Otonomi Khusus dan

Penyesuaian

C. Keseimbangan PrimerD. Surplus/DefisitE. Pembiayaan