pupuk dan subsidi : kebijakan yang tidak tepat...

11
feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaran Copyright Feryanto William Karo-karo [email protected] http://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/ Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaran Oleh : Feryanto (email: [email protected]) Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan yang signifikan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampu menyediakan pangan bagi penduduk Indonesia, pertanian juga mampu menyerap 46,5 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, dan mampu memberikan kontribusi sebesar 14,7 persen bagi GNP. Begitu besarnya peranan sektor pertanian, pemerintah berusaha untuk menunjang sektor pertanian tersebut, salah satunya melalui industri pupuk. Keberadaan industri pupuk di dalam negeri memiliki peranan strategis dalam menunjang program pembangunan perekonomian Indonesia. Secara nasional keberadaan industri pupuk mampu memberikan andil yang cukup besar tidak saja bagi perkembangan sektor pertanian khususnya tanaman pangan, namun juga memberikan dampak bagi perkembangan di sektor perkebunan, industri kimia dan bidang jasa lain. Kebutuhan pupuk dalam negeri mengalami peningkatan sekitar 4,6 persen per tahun, seiring dengan masifnya program intensifikasi dan peningkatan produktivitas komoditas pangan yang dicanangkan pemerintah (Rachman, 2003). Permintaan pupuk yang terus meningkat menuntut peningkatan volume produksi pupuk dan penyesuaian kebijakan perdagangan pupuk dalam upaya menjaga kontinuitas pasokan pupuk dalam negeri. Kasus kelangkaan pupuk terutama jenis urea merupakan fenomena yang terjadi secara berulang-ulang hampir setiap tahun. Fenomena ini ditandai oleh melonjaknya harga pupuk di tingkat petani jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Padahal produksi pupuk urea dari 5 pabrik pupuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selalu di atas kebutuhan domestik. Sehingga tanpa mengurangi pasokan untuk pasar bersubsidi domestik, masih ada kelebihan pasokan pupuk sekitar 1,3 juta ton baik untuk memenuhi pasar pupuk non subsidi domestik yang diperkirakan relatif kecil maupun untuk pasar ekspor. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih sering terjadi fenomena page 1 / 11

Upload: vannga

Post on 06-Feb-2018

224 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak TepatSasaran

Oleh : Feryanto

(email: [email protected])

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan yang signifikan dalampembangunan perekonomian Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampumenyediakan pangan bagi penduduk Indonesia, pertanian juga mampu menyerap46,5 persen dari total angkatan kerja di Indonesia, dan mampu memberikankontribusi sebesar 14,7 persen bagi GNP. Begitu besarnya peranan sektorpertanian, pemerintah berusaha untuk menunjang sektor pertanian tersebut, salahsatunya melalui industri pupuk.

Keberadaan industri pupuk di dalam negeri memiliki peranan strategis dalammenunjang program pembangunan perekonomian Indonesia. Secara nasionalkeberadaan industri pupuk mampu memberikan andil yang cukup besar tidak sajabagi perkembangan sektor pertanian khususnya tanaman pangan, namun jugamemberikan dampak bagi perkembangan di sektor perkebunan, industri kimia danbidang jasa lain. Kebutuhan pupuk dalam negeri mengalami peningkatan sekitar 4,6persen per tahun, seiring dengan masifnya program intensifikasi dan peningkatanproduktivitas komoditas pangan yang dicanangkan pemerintah (Rachman, 2003).Permintaan pupuk yang terus meningkat menuntut peningkatan volume produksipupuk dan penyesuaian kebijakan perdagangan pupuk dalam upaya menjagakontinuitas pasokan pupuk dalam negeri.

Kasus kelangkaan pupuk terutama jenis urea merupakan fenomena yang terjadisecara berulang-ulang hampir setiap tahun. Fenomena ini ditandai olehmelonjaknya harga pupuk di tingkat petani jauh di atas Harga Eceran Tertinggi(HET) yang ditetapkan pemerintah. Padahal produksi pupuk urea dari 5 pabrikpupuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selalu di atas kebutuhan domestik.Sehingga tanpa mengurangi pasokan untuk pasar bersubsidi domestik, masih ada kelebihan pasokan pupuk sekitar 1,3 juta ton baik untuk memenuhi pasar pupuk non subsidi domestik yang diperkirakan relatif kecil maupun untuk pasar ekspor.Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih sering terjadi fenomena

page 1 / 11

Page 2: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

langka pasok dan lonjak harga di atas HET.

Produksi pupuk nasional sepanjang tahun 1990 – 2004 sebagian besar adalah urea,yaitu sebesar 79,95 persen dari total produksi pupuk nasional. Pupuk TSP/SP-36menduduki urutan kedua sebesar 12,29 persen dari total produksi pupuk. Produksipupuk ZA di urutan ketiga dengan 7,32 persen, dan NPK di urutan keempat dengan0,44 persen dari total produksi pupuk sebesar 106.293.961 ton (PT PUSRI, 2005).

Dari segi konsumsi pupuk, sektor pertanian merupakan pengguna pupuk ureadengan porsi terbesar yaitu 91,34% dibandingkan sektor industri yaitu sebesar 8,66%. Kebutuhan pupuk urea yang tergolong besar, selain menjadi faktor yang sangatdibutuhkan oleh petani, pupuk urea juga menjadi bahan baku dalam beberapaindustri. Pupuk urea dalam industri dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalamindustri perekat kayu lapis, industri farmasi, kosmetika, dan industri plastik (PTPUSRI, 2005).

Kedudukan pupuk yang amat penting dalam produksi pertanian mendorong campurtangan pemerintah untuk mengatur tataniaga pupuk. Kebijakan pemerintah terkaitmasalah ini adalah melalui subsidi. Subsidi pupuk yang diberlakukan sejak tahun1971 bertujuan menekan biaya yang akan ditanggung petani dalam pengadaanpupuk. Sehingga petani tidak kesulitan untuk memperoleh pupuk karena masalahbiaya.

Dikaitkan dengan fenomena yang terjadi saat ini dimana terjadinya kelangkaanpasokan dan lonjakan harga, maka dapat dikatakan bahwa program kebijakanpupuk yang amat komprehensif dibangun pemerintah tidak berjalan sebagaimanamestinya. Kebijakan komprehensif mengenai pupuk bersubsidi tersebut antara lain :(1) pembangunan industri pupuk untuk pemenuhan kebutuhan domestic dansisanya untuk ekspor; (2) rayonisasi pasar; (3) pemberlakuan HET sesuai rayonsehingga tidak memberatkan/ menyulitkan petani untuk memperolehnya; (4) pabrikpupuk memperoleh subsidi gas sebagai imbalan pelaksanaan produksi dandistribusi pupuk bersubsidi sampai kios pengecer sesuai HET; (5) besaran subsidipupuk sama dengan besaran subsidi gas dan volume pupuk bersubsidi yangdisalurkan; (6) pelaksanaan subsidi pupuk dan distribusinya diawasi olehpemerintah dan DPR (Simatupang, 2004 dalam Kariyasa dan Yusdja, 2005).

page 2 / 11

Page 3: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

Adapun penyebab terjadinya ketimpangan pelaksanaan kebijakan pupuk yangkomprehensif tersebut karena dugaan adanya peningkatan ekspor pupuk ilegal baikmelalui produsen pupuk itu sendiri maupun melalui penyelundup seiringpeningkatan margin antara harga pupuk urea di pasar dunia dengan harga pupuk dipasar domestik, telah membuktikan bahwa produsen pupuk sudah tidakmengutamakan pemenuhan untuk pasar domestik, dan yang lebih memprihatinkanlagi bahwa pupuk urea yang diekspor secara ilegal tersebut adalah pupukbersubsidi yang merupakan hak petani yang notabene merupakan kelompokmasyarakat miskin. Eskpor pupuk bersubsidi banyak terjadi melaluipelabuhan-pelabuhan kecil milik individu terutama di Sumatera Utara, SulawesiUtara dan Kalimantan.

Faktor lain yang menyebabkan kelangkaan pupuk bersubsidi di pasar domestikadalah perembesan pupuk dari pasar bersubsidi ke pasar non bersubsidi.Perembesan ini terjadi terutama di daerah-daerah yang berdekatan denganperkebunan besar. Sejak ditetapkan kebijakan harga pupuk, telah menyebabkanpasar pupuk domestik bersifat dualistik, yaitu pasar bersubsidi dan pasarnonsubsidi. Fenomena ini terjadi diduga akibat masih lemahnya penerapan sistempengawasan pupuk yang telah dibentuk pemerintah. Langka pasok dan lonjakharga juga terjadi akibat perembesan pupuk dari satu wilayah ke wilayah lain dalampasar yang sama (pasar bersubsidi). Ada beberapa petani yang masih memilikifanatisme terhadap pupuk merek tertentu, sehingga mereka mau membelisekalipun dengan harga yang lebih mahal. Perilaku ini mengakibatkan terjadikelangkaan pupuk pada daerah-daerah tertentu. Banyak produsen pupuk dandistributor yang ditunjuk tidak mempunyai gudang penyimpanan pupuk di lini IIIpada beberapa daerah diduga juga turut berkontribusi terhadap kelancaranpendistribusian pupuk yang pada akhirnya menyebabkan kelangkaan pupuk ditingkat pengecer atau petani.

Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh pemerintah, sudahmenjadi hal lumrah bahwa ada pihak-pihak yang pro dan kontra akan kebijakantersebut. Demikian pula dengan kebijakan subsidi pupuk dan pendistribusiannya.Ada kalangan yang berpendapat bahwa subsidi itu tidak sehat sehingga berapapunbesarnya, subsidi harus dihapuskan dari APBN. Sementara pihak lain berpendapatbahwa subsidi masih diperlukan untuk mengatasi masalah kegagalan pasar.  Subsidi pupuk bertujuan untuk menjaga stabilitas harga, membantu masyarakatkurang mampu dan usaha kecil dan menengah dalam memenuhi sebagiankebutuhannya, serta membantu BUMN yang melaksanakan tugas pelayanan umum.Subsidi pupuk ini pada umumnya disalurkan melalui perusahaan/lembaga yangmenghasilkan dan menjual barang atau jasa yang memenuhi hajat hidup orangbanyak, sehingga harga jualnya dapat lebih rendah dari pada harga pasarnya dandapat terjangkau oleh masyarakat. Apakah tujuan yang mulia dari subsidi pupuk ini

page 3 / 11

Page 4: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

dapat tercapai dengan baik? Tentunya diperlukan pengkajian yang mendalamterhadap kebijakan subsidi pupuk (Handoko dan Patriadi, 2005).

Pemberian subsidi pupuk dalam jangka panjang dapat meningkatkan jumlahkonsumsi pupuk. Peningkatan tersebut di satu sisi memberikan efek positif berupapeningkatan produksi pertanian, tetapi di sisi lain dapat meningkatkan anggaransubsidi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah setiap tahunnya. Penggunan pupukyang berlebihan juga berdampak negatif terhadap lingkungan (Wijonarko, 1998).Akibatnya, pemerintah berusaha mengurangi jumlah anggaran subsidi pupuk daritahun ke tahun. Kemudian krisis moneter yang terjadi pada permulaan tahun 1997memaksa subsidi pupuk dihapuskan pada Desember 1998. Pasca krisis moneteryaitu mulai tahun 2001 subsidi pupuk dibatasi hanya untuk pupuk tanaman pangansedangkan untuk tanaman perkebunan mengikuti harga pasar. Hal ini diterapkandengan alasan adanya subsidi silang terhadap penggunaan gas di pabrik-pabrikpupuk. Sehingga, menurut Menteri Perindustrian diharapkan kedapan industripupuk harus lebih efisien lagi karena gas digunakan dengan produktivitas tinggidan akhirnya dapat menekan biaya produksi pupuk. Di sisi lain, subsidi pupuksecara bertahap dikurangi sehingga harga produk pertanian lebih tinggi (SuaraMerdeka, Rabu 23 Maret 2005).

Namun pada kenyataannya permasalahan kemudian muncul karena subsidi yangdiberikan pemerintah saat ini bukanlah subsidi pupuk langsung bagi petani, namunsubsidi gas dari pemerintah bagi pabrik-pabrik penghasil pupuk. Padahal hargapupuk di tingkat petani tidak berkaitan langsung dengan harga pokok pabrik pupukdomestik. Pada tatanan pasar terbuka, seperti saat ini, harga pupuk di tingkatpetani ditentukan oleh harga paritas impornya. Pengalaman membuktikan bahwajika harga pupuk di pasar internasional meningkat, maka untuk mengejar laba yanglebih tinggi, pabrik pupuk domestik cenderung mengekspor produknya. Akibatnyaadalah pasokan pupuk di tingkat petani menjadi langka dan harganya punmeningkat seiring dengan peningkatan harga pupuk internasional. Sebagaiperusahaan komersial, produsen pupuk tentunya tidak dapat disalahkanmengekspor pupuk untuk mengejar laba sebesar-besarnya (Simatupang, 2002).

Tujuan utama subsidi pupuk adalah agar harga pupuk di tingkat petani dapat tetapterjangkau oleh petani, terutama petani kecil, sehingga dapat mendukungpeningkatan produktivitas petani dan usahataninya, serta mendukung programketahanan pangan. Untuk itulah pada pasca krisis moneter pemerintah kembalimemberlakukan subsidi pupuk (walaupun masih terbatas untuk tanaman pangan),karena didasari pada kenyataan bahwa peranan pupuk sangat penting dalam upayapeningkatan produktivitas dan hasil  komoditas pertanian, sehingga menjadikan

page 4 / 11

Page 5: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

pupuk sebagai sarana produksi yang sangat strategis (Direktorat Pupuk danPestisida, 2004).

Apakah  Kebijakan Subsidi Pupuk Telah Sesuai Atau Tidak DenganTujuannya?

 

Kebijakan penyediaan pupuk bersubsidi di tingkat petani diusahakan memenuhiazas enam tepat yaitu: tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu dan harga yang layaksehingga petani dapat menggunakan pupuk sesuai kebutuhan. Untuk mendukungitu, pemerintah kembali memberikan subsidi pupuk ke petani melalui pabrik pupukyaitu berupa subsidi gas sebagai bahan baku utama produksi pupuk, denganharapan harga pupuk yang diterima petani sesuai HET yang ditetapkan pemerintah.Subsidi gas diberikan pada ke lima pabrik di Indonesia sesuai SK Mentan nomor :66/Permentan/OT.140/12/2006 tentang kebutuhan dan harga eceran tertinggi (HET)pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2007. Beberapa hal yangsangat penting yang tertera dalam surat keputusan tersebut seperti dinyatakanbahwa : (a). bahwa peranan pupuk sangat penting dalam peningkatan produktivitasdan produksi komoditas pertanian dalam rangka mewujudkan Ketahanan PanganNasional; (b). bahwa untuk meningkatkan kemampuan petani dalam penerapanpemupukan berimbang diperlukan adanya subsidi pupuk; (c). bahwa atas dasarhal-hal tersebut di atas, dan untuk penyediaan pupuk dengan harga yang wajarsampai di tingkat petani, dipandang perlu menetapkan Kebutuhan dan HargaEceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi untuk Sektor Pertanian Tahun Anggaran2007.

Peruntukan pupuk bersubsidi dalam pasal  2 dijelaskan bahwa (1) Pupuk bersubsididiperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak dan pembudidaya ikan atau udang.(2) Pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak diperuntukkanbagi perusahaan tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan atauperusahaan perikanan budidaya.  Sedangkan untuk penyaluran dan HET pupukbersubsidi tercantum pada pasal 6 yaitu : (1) Pupuk bersubsidi sebagaimanadimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) terdiri atas pupuk Urea, ZA, SP-36 dan NPK yangdiadakan oleh Produsen. Produsen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah PT.Pupuk Sriwijaya, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Kalimantan Timur dan PT. PetrokimiaGresik.  Pada Pasal 7 diuraikan bahwa pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksuddalam Pasal 6 ayat (1) harus diberi label tambahan yang berbunyi "Pupuk

page 5 / 11

Page 6: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

Bersubsidi Pemerintah" yang mudah dibaca dan tidak mudah hilang/terhapus.Sewdangkan pada Pasal 8 dikemukakan bahwa (1) Pengecer resmi yang ditunjukharus menjual pupuk bersubsidi sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET). (2) HargaEceran Tertinggi (HET) Pupuk Bersubsidi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)ditetapkan sebagai berikut:

a. Pupuk Urea          = Rp. 1.200,- per kg;

b. Pupuk ZA   = Rp. 1.050,- per kg;

c. Pupuk SP-36 = Rp. 1.550,- per kg;

d. Pupuk NPK = Rp. 1.750,- per kg.

(3) Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk bersubsidi sebagaimana dimaksud padaayat (2) dalam kemasan 50 kg atau 20 kg yang dibeli oleh petani, pekebun,peternak, pembudidaya ikan atau udang di kios pengecer resmi secara tunai. Dalam Pasal 9 diuraikan bahwa produsen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6ayat (2), distributor, dan pengecer resmi wajib menjamin ketersediaan pupukbersubsidi saat dibutuhkan petani, pekebun, peternak, pembudidaya ikan atauudang sesuai alokasi yang telah ditetapkan. Kemudian pada Pasal 10 dinyatakanbahwa pelaksanaan pengadaan, penyaluran, dan peredaran pupuk bersubsididilakukan sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri Perdagangan TentangPengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian.

Namun kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan bahwa sistempendistribusian pupuk yang diterapkan selama ini belum cukup efektif dalam upayamemenuhi enam azas tepat yang selama ini menjadi target pemerintah dan parapelaku lainnya dalam mendistribusikan pupuk ke tingkat petani. Ada beberapa halyang diduga sebagai penyebab terjadi pendistribusian pupuk tidak sesuai denganrencana. Pertama, pemakaian pupuk urea di tingkat petani melebihi dosis anjuran.Dalam perhitungan subsidi pupuk, dosis pemupukan urea yang dianjurkanpemerintah hanya sebanyak 250 kg/ha, akan tetapi dalam prakteknya banyakpetani menggunakan pupuk jenis ini berkisar 350-500 kg/ha. Penggunaan pupuk

page 6 / 11

Page 7: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk's blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

berlebih terjadi karena petani masih beranggapan bahwa pupuk urea merupakanpupuk pokok dan mutlak diperlukan, sementara pupuk lainnya seperti SP36 dan KClhanya merupakan pupuk pelengkap (Adnyana dan Kariyasa, 2000). Sehinggaseringkali dijumpai banyak petani yang tidak menggunakan pupuk KCl di sampingkarena harganya memang relatif mahal. Kedua, pemilikan lahan yang sempit (< 0.3ha) juga menyebabkan penggunaan pupuk kalau dikonversi ke dalam satu hektarmenjadi sangat tinggi. Ketiga, tidak adanya ketepatan dalam menghitung luaspertanaman komoditas pangan (padi). Jumlah rencana kebutuhan pupuk yangditetapkan Departemen Pertanian yang merupakan usulan Dinas Pertanian Provinsidan Kabupaten secara umum lebih rendah dari luas pertanaman sesungguhnya,sehingga jumlah permintaan pupuk selalu melebihi dari yang dialokasikan. Keempat, adanya ketidakdisiplinan petani dalam menentukan pola tanam. Sebagai contoh,pada daerah tertentu yang biasanya menanam padi dua kali, ketika begitu masihada persediaan air yang mencukupi pada gadu dua (MK II) petani pada umumnyamenanam padi lagi, sehingga terjadi lonjakan permintaan pupuk. Kebutuhan pupukpada tanaman hortikultura juga sangat sulit untuk dihitung, mengingat jeniskomoditas yang ditanam petani tidak pasti dan selalu berubah-ubah sesuaipermintaan pasar. Kelima, terjadi penggunaan pupuk di tingkat petani untukkebutuhan yang bukan bersubsidi.

Sehingga dapat dikatakan tujuan kebijakan subsidi pupuk yang pada intinya untukkesejahteraan petani serta kesinambungan usahataninya, masih terkendala padaketidaktepatan azas enam tepat di lapangan dan sistem distribusi pupuk yangmasih belum teratur dan konsisten.

 

Evaluasi dan Rekomendasi Alternatif Kebijakan Subsidi Pupuk yang Tepat

Pemerintah menaikkan volume subsidi pupuk untuk tahun 2007 menjadi 6,7 jutaton dari tahun sebelumnya yang hanya 6 juta ton. Dalam jumlah itu, termasuk didalamnya adalah stok pemerintah sebesar 200.000 ton untuk kepentingan realokasijika terjadi kelangkaan pupuk di suatu wilayah. Keputusan tersebut tertuang dalamPeraturan Menteri Pertanian Nomor 66 Tahun 2006 tertanggal 29 Desember 2006.Total subsidi pupuk tahun 2007 adalah subsidi untuk pupuk urea sebanyak 4,5 jutaton, pupuk majemuk atau NPK sebanyak 700.000 ton, sisanya adalah untuk pupukZA dan SP-36.  Jika terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi di wilayah kecamatan danterjadi kelebihan di kecamatan lain, kebijakan realokasi bisa diputuskan oleh bupati

page 7 / 11

Page 8: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk&#039;s blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

atau wali kota. Jika terjadi di tingkat kabupaten, diputuskan oleh gubernur, dan ditingkat provinsi oleh Dirjen Tanaman Pangan. "Langkah itu dilakukan untukmemperlancar distribusi bila sewaktu-waktu terjadi kelangkaan. Kita jugamenyiapkan stok pupuk yang dikuasai pemerintah sebanyak 200.000 ton" .

Dengan demikian pada dasarnya subsidi pupuk masih sangat diperlukan oleh petaniwalaupun cukup banyak faktor yang mempengaruhi besaran subsidi pupuk.Sebagian besar faktor tersebut membutuhkan koordinasi kebijakan antardepartemen. Misalkan dipengaruhi oleh HET, harga gas, kurs dan volume yangpenentuannya membutuhkan koordinasi kebijakan antara Departemen Keuangan,Departemen Pertanian, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, secara totalbeban subsidi pupuk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan  subsidi pupukmasih diperlukan oleh mereka yang memiliki keterbatasan daya beli karena subsidipupuk diperlukan untuk peningkatan produktivitas usahatani.  Subsidi pupuk yangdiberikan pemerintah cenderung kurang daripada yang dibutuhkan. Hal ini dapatdipahami karena alasan keterbatasan kemampuan anggaran yang dimiliki olehpemerintah. Selain itu perlunya evaluasi produsen sebagai distributor pupukbersubsidi. Sehingga perlu ketegasan pemerintah untuk mengenakan sanksikepada produsen jika terbukti gagal melaksanakan kewajiban untuk mencukupisediaan pupuk di kios pengecer sesuai HET dengan mencabut haknya untukmemperoleh subsidi gas dan pemutusan izin ekspor pupuk. Memadukan kebijakansubsidi gas dan pengenaan pajak ekspor  sehingga harga pupuk bagi petani lebihmurah, sedangkan pabrik pupuk tidak dirugikan karena nilai subsidi gas diatursama dengan nilai pajak ekspor dan hal yang terpenting lagi bahwa perlukesadaran petani dalam pemakaian pupuk yang tepat dalam pemakaiannya sesuairekomendasi. Sebagai alternatif kebijakan subsidi pupuk lainnya adalah pemberiansubsidi BBM untuk transportasi distribusi pupuk sebagai pengganti dihapuskannyasubsidi langsung pada gas dan bahan baku pupuk.

Industri pupuk pada sebelum tahun 1999 masih dikuasai oleh PT PUSRI baikproduksi maupun pengadaannya. Pada tahun 1979 PT PUSRI ditunjuk olehpemerintah sebagai penanggung jawab tunggal pengadaan dan penyaluran pupukbersubsidi berdasarkan Keputusan Pemerintah No. 56/KP/II/1979. Kemudian melaluiSK Menteri Perdagangan No. 182/KP/VIII/1996, PT PUSRI bertanggung jawabterhadap pengadaan dan penyaluran pupuk urea, sedangkan PT Petrokimia Gresikbertanggung jawab atas pengadaan dan penyaluran pupuk TSP/SP-36 dan ZA mulaidari lini I sampai lini IV (Heriyanto, 2006)

PT PUSRI menjadi perusahaan yang memonopoli industri pupuk di Indonesia karenadiperkuat dengan ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh pemerintah.

page 8 / 11

Page 9: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk&#039;s blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

Kapasitas produksi dan juga sistem distribusi dan pengadaan pupuk yang luasmembuat PT PUSRI menjadi induk dari BUMN produsen pupuk lainnya di Indonesia.Dari PT PUSRI, pupuk disalurkan ke Lini II dan Lini III. Dari Lini III, pupuk disalurkanke Lini IV atau swasta, kemudian ke kios besar, kios kecil dan akhirnya disalurkanke petani. Selanjutnya ditunjukkan oleh Gambar 1.

 

Gambar 1. Jalur Distribusi Pupuk Sebelum Kebijakan Penghapusan Subsidi(Sumber: Rachman, 2003)

Berbicara persoalan pupuk tidak dapat dilepaskan dari polemik sistempendistribusian pupuk terutama pupuk yang bersubsidi dari pabrik ke petani danatau pengguna lainnya. Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang berlaku saat inibersifat terbuka dan pasif. Yang dimaksud bersifat pasif adalah bahwa penyaluranpupuk bersubsidi dilakukan oleh produsen mulai dari pabrik sampai ke tingkatpengecer yang selanjutnya dijual di pasar secara pasif dalam arti siapapun baikpetani yang berhak maupun bukan secara sendiri-sendiri maupun berkelompokdapat membeli pupuk dengan cara datang ke kios pengecer yang berlokasi dikecamatan atau desa. Yang dimaksud bersifat terbuka adalah bahwa sistemdistribusi hanya memiliki delivery system (sistem distribusi dari produsen sampaipengecer (lini IV)) dan tidak memiliki receiving system (sistem penerimaan olehpetani). Akibatnya, pengecer resmi dapat menjual pupuk bersubsidi kepada siapasaja termasuk kepada mereka yang tidak berhak (Syafa’at, dkk, 2007).

Sistem distribusi pupuk bersubsidi yang bersifat terbuka dan pasif tersebutmenyebabkan petani berpeluang besar tidak mendapatkan jumlah pupuk bersubsidisesuai dengan yang dibutuhkan. Dengan perkataan lain sistem distribusi tersebutseringkali menyebabkan terjadinya langka pasok. Terjadinya langka pasok berartisejumlah azas dalam pendistribusian pupuk bersubsidi, seperti tepat jumlah, jenis,mutu, waktu dan tempat, akan dilanggar.

Bertitik tolak dari fakta diatas muncul wacana untuk mengubah sistem distribusipupuk bersubsidi dari bersifat terbuka dan pasif menjadi bersifat tertutup dan aktif.Yang dimaksud bersifat aktif adalah bahwa ada kewajiban secara eksplisit bagipengecer resmi untuk menyalurkan/menjual habis pupuk bersubsidi yang sudah

page 9 / 11

Page 10: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk&#039;s blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

diterima dari distributor kepada petani dalam kurun waktu tertentu. Yang dimaksudbersifat tertutup adalah bahwa sistem distribusi pupuk bersubsidi paling tidakterdiri dari delivery system (sistem distribusi dari produsen sampai pengecer (liniIV)) dan receiving system (system penerimaan oleh petani). Kedua segmen tersebutharus menyatu agar aliran pupuk dari produsen kepada petani tidak bocor terutamadari pengecer (lini IV) ke petani.

Pengalaman kebijakan subsidi harga pupuk yang dilakukan pada era 1980 –1990-an menunjukkan bahwa penerapan sistem distribusi pupuk bersubsidi yangbersifat tertutup terbukti efektif dalam mencegah langka pasok dan menjamin HET(Simatupang dkk, 2004 dalam Syafa’at, 2007).

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari penerapan kebijakan pupukbersubsidi di lapangan, diantaranya adalah (1) Cukup banyak faktor yangmempengaruhi besaran subsidi pupuk. Sebagian besar faktor tersebutmembutuhkan koordinasi kebijakan antar departemen. Misalkan subsidi pupuk yangdipengaruhi oleh HET, harga gas, kurs dan volume yang penentuannyamembutuhkan koordinasi kebijakan antara Departemen. Sistem pemberian subsididan pendistribusian pupuk yang diterapkan selama ini belum cukup efektif danbelum sesuai dalam upaya memenuhi enam azas tepat yang selama ini menjaditarget pemerintah dan para pelaku lainnya dalam mendistribusikan pupuk ketingkat petani. (2) Alternatif kebijakan subsidi pupuk yang tepat adalah pemberiansubsidi gas untuk industri pupuk, penghapusan sebagian subsidi pupuk (subsidipupuk hanya untuk tanaman pangan), pemberlakuan pajak ekspor pupuk,selanjutnya penghapusan subsidi gas dan bahan baku pupuk namun mensubtitusidengan pemberian subsidi BBM untuk transportasi distribusi pupuk. Dan, (3)Alternatif kebijakan subsidi pupuk menyangkut sistem distribusinya adalah denganmenerapkan sistem tertutup dan aktif. Dengan melihat hasil dan pelaksanaankebijakn pupuk tersebut beberapa pertimbangan yang dapat dilakukan untuk dapatmemperbaiki pelaksanaan subsidi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat taniadalah : (1) Kebijakan subsidi pupuk perlu tetap dipertahankan karena masihdiperlukan untuk peningkatan produktivitas usahatani, (2) Kesulitan subsidi pupuksaat ini dapat diatasi dengan alternatif subsidi pada transportasi pupuk, sehinggadapat menekan biaya angkut dan distribusi yang notabene merupakan faktorterbesar dalam komponen pupuk itu sendiri. (4) Perlu kesadaran petani dalampemakaian pupuk yang tepat dalam pemakaiannya sesuai rekomendasi. (5) Perluketegasan pemerintah untuk mengenakan sanksi kepada produser jika terbuktigagal melaksanakan kewajiban untuk mencukupi sediaan pupuk di kios pengecersesuai HET dengan mencabut haknya untuk memperoleh subsidi gas danpemutusan izin ekspor pupuk. Dan, (6) Perlunya memadukan kebijakan subsidi gasdan pengenaan pajak ekspor  sehingga harga pupuk bagi petani lebih murah,sedangkan pabrik pupuk tidak dirugikan karena nilai subsidi gas diatur sama

page 10 / 11

Page 11: Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat Sasaranachamad.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/feryanto.wk&#039... · Dalam setiap pengambilan dan penerapan kebijakan oleh

feryanto.wk&#039;s blog | Pupuk dan Subsidi : Kebijakan yang Tidak Tepat SasaranCopyright Feryanto William Karo-karo [email protected]://feryanto.wk.staff.ipb.ac.id/2010/05/20/koperasi-dan-posisi-tawar-petani/

dengan nilai pajak ekspor.

Sumber : Diringkas Dari Makalah ” Evaluasi Kebijakan Subsidi Pupuk diIndonesia-suatu studi komprehensif. Feryanto W. K dan Zulkifli Mantau.

page 11 / 11