analisis efektivitas kebijakan subsidi … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk...

122
ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI PADI (STUDI KASUS : KABUPATEN BOGOR) OLEH SUHAILA MARISA H14070047 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

Upload: nguyenkhanh

Post on 09-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI PADI

(STUDI KASUS : KABUPATEN BOGOR)

OLEH

SUHAILA MARISA

H14070047

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

RINGKASAN

SUHAILA MARISA. Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan

Pengaruhnya terhadap Produksi Padi (Studi Kasus: Kabupaten Bogor) (dibimbing

oleh ALLA ASMARA)

Pertanian merupakan aspek penting dalam mendukung keberlangsungan

hidup suatu negara. Indonesia sebagai negara agraris, menempatkan pertanian

sebagai sektor utama dalam perekonomian nasional. Selain itu, pertanian sebagai

aspek pendukung ketersedian pangan di suatu negara. Oleh karena itu, terdapat

berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung produksi sektor pertanian. Salah

satu kebijakan ini adalah kebijakan subsidi pupuk. Kebijakan subsidi pupuk

merupakan salah satu kebijakan fiskal yang bertujuan untuk mendukung sektor

pertanian dengan memberikan subsidi input berupa penetapan HET pupuk.

Kebijakan ini dilaksanakan berdasarkan enam indikator keberhasilan yaitu tepat

jenis, jumlah, harga, mutu, tempat, dan waktu.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas kebijakan subsidi

pupuk untuk mendukung produksi padi dengan mengambil studi kasus pada

Kabupaten Bogor. Metode pengambilan contoh menggunakan purposive sampling

dimana pemilihan responden berdasarkan pertimbangan peneliti. Sampel

penelitian ini yaitu dua kecamatan dan masing-masing kecamatan dipilih dua

desa. Dari desa ini dipilih lagi masing-masing 30 responden yang diharapkan

dapat mewakili populasi yang ada. Metode analisis yang digunakan adalah

metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif, serta metode regresi linier berganda.

Metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif digunakan untuk mengukur efektivitas

kebijakan subsidi pupuk dengan menggunakan empat indikator utama yaitu tepat

harga, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat jumlah. Metode regresi linier berganda

digunakan untuk mengukur respon permintaan pupuk urea terhadap faktor-faktor

yang mempengaruhi yaitu harga urea, harga TSP, harga padi, dan luas lahan, serta

respon produksi padi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya yaitu luas

lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dummy benih, dan dummy efektivitas harga.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih

dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat harga,

tepat tempat, tepat waktu, dan tepat jumlah. Ketidakefektifan subsidi pupuk juga

berpengaruh terhadap produksi padi seperti yang ditunjukkan pada hasil regresi

produksi padi. Variabel harga pupuk urea mempunyai pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap permintaan pupuk urea. Hal ini berarti bahwa jika terjadi

peningkatan pada harga pupuk urea maka akan terjadi penurunan permintaan

pupuk urea. Selain itu, variabel harga TSP, harga padi, dan luas lahan mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap permintaan pupuk urea. Variabel

luas lahan, tenaga kerja, benih, pupuk, dummy benih, dan dummy efektivitas harga

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap produksi padi. Hal ini

berarti bahwa apabila terjadi perubahan terhadap faktor-faktor tersebut maka akan

berpengaruh terhadap produksi padi. Pengaruh efektivitas kebijakan subsidi

pupuk terhadap produksi padi dapat dilihat dari nilai dummy efektivitas harga

Page 3: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

pada persamaan regresi produksi padi. Dummy efektivitas harga bernilai positif

dan signifikan. Hal ini berarti bahwa apabila kebijakan subsidi pupuk efektif maka

dapat meningkatkan produksi padi. Oleh karena itu, pemerintah harus selalu

memperbaiki penyaluran pupuk bersubsidi agar indikator-indikator efektivitas

kebijakan subsidi pupuk terpenuhi sehingga penggunaan kebijakan ini dapat

bermanfaat secara optimal bagi petani. Mekanisme penyaluran pupuk masih

bermasalah pada Lini IV (kios resmi) yang masih berada di luar desa. Kios resmi

sebaiknya berada di dalam desa sehingga petani dapat lebih mudah memperoleh

pupuk bersubsidi tanpa tambahan biaya transportasi. Selain itu, sebaiknya ada

perbedaan yang jelas antara kios resmi dan tidak resmi pupuk bersubsidi sehingga

petani tidak kesulitan untuk memperoleh pupuk bersubsidi dengan HET yang

telah ditetapkan. Pemerintah juga harus selalu mendukung ketersediaan faktor-

faktor tersebut agar produksi padi optimal. Pemerintah harus meningkatkan peran

PPL dalam memberikan imbauan dan anjuran tentang produksi padi terutama

berkaitan dengan adanya pemupukan yang berimbang agar penggunaan pupuk

bersubsidi dapat terserap dan bermanfaat optimal dalam peningkat produksi padi.

Peran serta dari berbagai pihak-pihak yang terkait dan penegakan aturan-aturan

juga dapat membantu peningkatan efektivitas kebijakan subsidi pupuk.

Page 4: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK

DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI PADI

(STUDI KASUS : KABUPATEN BOGOR)

Oleh:

SUHAILA MARISA

H14070047

Skripsi

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 5: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

Judul Skripsi : Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk

dan Pengaruhnya terhadap Produksi Padi

(Studi Kasus : Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa : Suhaila Marisa

Nomor Registrasi Pokok : H14070047

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Dr. Alla Asmara, S. Pt, M.Si

NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M. Ec

NIP. 19641022 198903 1 003

Tanggal Kelulusan :

Page 6: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2011

Suhaila Marisa

H14070047

Page 7: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Suhaila Marisa, lahir di Rembang pada tanggal 03 mei

1989. Penulis adalah anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Kadar

Yusuf dan Ibu Khayati. Penulis memulai pendidikan di TK Negeri Rembang dan

lulus pada tahun 1995. Pendidikan dasar di SD Negeri Ngotet Rembang pada

tahun 1995 dan lulus pada tahun 2001. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan

di SMP Negeri 2 Rembang dan lulus pada tahun 2004. Penulis melanjutkan

pendidikan di SMA Negeri 1 Rembang dan lulus pada tahun 2007.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan

Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007. Penulis diterima sebagai mahasiswa

IPB dengan mayor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis

juga mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun

2008-2011.

Penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan selama menjadi

mahasiswa. Penulis aktif dalam organisasi anggota Himpunan Keluarga Rembang

di Bogor (HKRB) dari tahun 2007 sampai 2011. Selain itu, penulis juga aktif

dalam organisasi kampus yaitu Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan (HIPOTESA) pada periode tahun 2008-2009 sebagai staf

divisi LABLE (divisi pendidikan dan kehidupan akademik) dan periode tahun

2009-2010 sebagai kepala divisi LABLE. Penulis juga aktif sebagai asisten dosen

Ekonomi Umum untuk mahasiswa TPB pada tahun 2009-2010. Kepanitiaan yang

pernah diikuti penulis, antara lain seksi Konsumsi HIPOTEX-R 2009, seksi

Sponsorship dalam acara Politik Ceria (POCER) pada tahun 2009, seksi LO

dalam acara Economic Contest (EC) pada tahun 2009, dan berbagai acara

kepanitiaan lainnya.

Page 8: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi. Skripsi ini berjudul

“Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Pengaruhnya terhadap

Produksi Padi (Studi Kasus : Kabupaten Bogor)”. Kebijakan subisidi pupuk

merupakan topik yang menarik karena diharapkan dapat memberikan pengaruh

positif terhadap produksi padi dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini, khususnya di daerah

Kabupaten Bogor.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan empat indikator, dan

menganalisis pengaruh efektivitas kebijakan subsidi pupuk terhadap produksi padi

di Kabupaten Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak, ibu, dan saudara tercinta (Kadar Yusuf, Khayati, dan Muhammad Arif

Dahlan) yang telah memberikan dukungan, doa, dan kasih sayang. Semoga

skripsi ini menjadi persembahan yang membanggakan.

2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan arahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

3. Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji utama yang telah banyak

memberikan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini.

4. Deni Lubis, MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan yang telah

memberikan saran terkait dengan tata cara penulisan dan bahasa dalam

penulisan skripsi ini.

5. Seluruh staf Departemen Ilmu Ekonomi atas bantuan dan kerjasamanya.

Page 9: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

6. Seluruh pihak dari Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kabupaten Bogor,

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia yang telah membantu dalam penyusunan

skripsi ini.

7. Teman satu bimbingan, Gema Setya Anggara, Ukke Hentresna Lestari, dan

Farida yang telah memberikan saran, kritik, dan motivasi dalam meyelesaikan

penelitian ini.

8. Seluruh keluarga IE 44 khususnya Ida, Rani, Feri, Siska, Martha, Rini,

Nindya, Riri, Yoga, Dian atas kebersamaan dan dukungan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

9. Arif dan teman-teman Pondok Ratna (Resty, Fina, Naila, Sarah, Age, Maya,

Idah, Yunika, dan Lilis) yang telah memberikan bantuan, dan dukungan

dalam penyusunan skripsi ini.

10. Kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu atas segala

dukungan, bantuan, dan kerjasama baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Bogor, September 2011

Suhaila Marisa

H14070047

Page 10: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

DAFTAR TABEL ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... v

I. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah .............................................................................. 6

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................. 9

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................10

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ......................11

2.1. Tinjauan Teori-teori ..............................................................................11

2.1.1. Pengertian Efektivitas .................................................................11

2.1.2. Pengertian Pupuk dan Pupuk Bersubsidi ....................................11

2.1.3. Penyaluran, Pengadaan, dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi .....12

2.1.4. Indikator Tingkat Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk ............14

2.1.5. Teori Produksi .............................................................................15

2.1.6. Teori Permintaan .........................................................................19

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu ............................................................20

2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual ..........................................................27

III. METODE PENELITIAN .............................................................................30

3.1. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................30

3.2. Metode Pengumpulan Contoh ...............................................................30

3.3. Metode Analisis Data ............................................................................31

3.3.1. Metode Deskriptif Kuantitatif dan Kualitatif ..............................31

3.3.2. Metode Regresi Linier ...............................................................33

IV. GAMBARAN UMUM ................................................................................38

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bogor ...................................................38

4.2. Perkembangan Kebijakan Subsidi Pupuk .............................................42

Page 11: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

ii

V. PEMBAHASAN ..........................................................................................46

5.1. Karakteristik Usaha Tani Responden ....................................................46

5.2. Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk....................................................55

5.3. Pengaruh Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi .................................67

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................80

6.1. Kesimpulan ...........................................................................................80

6.2. Saran .....................................................................................................81

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................83

LAMPIRAN ........................................................................................................86

Page 12: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

iii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Rata-rata Pengeluaran per Musim Tanam per Hektar Usaha Tani Padi

Sawah Menurut Jenis Pengeluaran ............................................................ 4

1.2. Banyaknya Desa di Kabupaten Bogor Menurut Sumber Penghasilan

Utama Sebagian Penduduk ........................................................................ 5

1.3. Harga Eceran Tertinggi Pupuk di Indonesia Tahun 2001-2010 ................ 8

4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009 ............................38

4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005 ...........39

4.3. Data Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Bogor

Tahun 2006 ................................................................................................40

4.4. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah

Kabupaten Bogor Tahun 2009 ...................................................................41

5.1. Wilayah Studi Penelitian ...........................................................................46

5.2. Perbedaan Pengeluaran Pupuk Subsidi dan Non Subsidi pada Setiap

Musim Tanam ............................................................................................54

5.3. Rata-rata Harga Pupuk Bersubsidi yang Diterima Responden ..................56

5.4. Persentase Tingkat Ketepatan Harga Pupuk Bersubsidi ............................57

5.5. Persentase Tingkat Ketepatan Tempat Pupuk Bersubsidi .........................60

5.6. Persentase Tingkat Ketepatan Waktu Pupuk Bersubsidi ...........................62

5.7. Persentase Tingkat Ketepatan Jumlah Pupuk Bersubsidi ..........................63

5.8. Persentase Tingkat Keefektifan Kebijakan Subsidi Pupuk .......................64

5.9. Hasil Regresi Jumlah Permintaan Pupuk Urea ..........................................68

5.10. Uji Asumsi Klasik .....................................................................................70

5.11. Hasil Estimasi Produksi Padi .....................................................................73

5.12. Uji Asumsi Klasik .....................................................................................74

Page 13: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Distribusi PDB Tahun 2010 Setiap Sektor Atas Harga Konstan 2000 ...... 1

1.2. Alokasi Subsidi Pupuk Tahun 2005-2010 ................................................. 2

1.3. Produksi Padi Tahun 1996-2010 ............................................................... 3

2.1. Kurva Hubungan antara Input (Pupuk) dan Output Total .........................17

2.2. Pengaruh Subsidi terhadap Kurva Penawaran dan Produksi .....................18

2.3. Kerangka Pemikiran ..................................................................................28

4.1. Mekanisme Distribusi Pupuk dengan Produsen .......................................44

4.2. Mekanisme Distribusi Subsidi Pupuk dengan Semua Produsen ...............45

5.1. Karakteristik Pendidikan Responden .........................................................47

5.2. Luas Lahan Responden ..............................................................................48

5.3. Rata-rata Produksi Padi Setiap Musim Tanam Periode 2010 ....................49

5.4. Rincian Pengeluaran Input Produksi per Musim Tanam Responden ........50

5.5. Alasan Responden tentang Perlunya Subsidi Pupuk .................................65

Page 14: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

v

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Kuisioner Responden ................................................................................... 87

2. Hasil Regresi Jumlah Permintaan Pupuk .................................................... 98

3. Uji Asumsi Normalitas ................................................................................ 98

4. Uji Asumsi Heteroskedastisitas ................................................................... 99

5. Uji Asumsi Autokorelasi .............................................................................. 99

6. Uji Korelasi Parsial antar Peubah Bebas ..................................................... 99

7. Hasil Estimasi Produksi Padi .......................................................................100

8. Uji Asumsi Normalitas ................................................................................100

9. Uji Asumsi Heteroskedastisitas ...................................................................101

10. Uji Asumsi Autokorelasi ..............................................................................101

11. Uji Korelasi antar Peubah Bebas .................................................................101

12. Data Responden ...........................................................................................102

Page 15: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan aspek penting dalam mendukung keberlangsungan

hidup suatu negara. Indonesia sebagai negara agraris, menempatkan pertanian

sebagai sektor utama dalam perekonomian nasional. Selain itu, pertanian sebagai

aspek pendukung ketersedian pangan di suatu negara. Oleh karena itu, terdapat

berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung produksi sektor pertanian. Selain

itu, pendapatan negara juga sebagian besar berasal dari sektor pertanian. Hal ini

terlihat pada Gambar 1.1.

Sumber : BPS, 2010

Gambar 1.1. Distribusi PDB Tahun 2010 Setiap Sektor Atas Harga Konstan 2000

13%

8%

26%

1%

7%

17%

9%

10% 9%

Distribusi PDB Tahun 2010 Setiap Sektor Atas Harga Konstan 2000

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas, dan Air Bersih

Konstruksi

Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pengangkutan, dan Komunikasi

Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan

Jasa-jasa

Page 16: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

2

Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa pertanian mempunyai kontribusi yang

besar terhadap PDB. Pertanian mempunyai kontribusi sebesar 13% terhadap PDB

yang merupakan sektor terbesar ketiga setelah sektor industri pengolahan dan

perdagangan, hotel, dan restoran. Oleh karena itu, sektor pertanian harus

mendapatkan prioritas karena pertanian juga memberikan kontribusi untuk

ketahanan pangan. Berbagai langkah yang ditempuh oleh pemerintah dalam

melaksanakan kebijakan pangan seperti subsidi input produksi, kebijakan harga,

dan pembenahan kelembagaan pangan (Amang dan Sawit, 1999). Salah satu

kebijakan-kebijakan subsidi input produksi tersebut adalah kebijakan subsidi

pupuk.

Kebijakan subsidi pupuk sebagai salah satu dari kebijakan fiskal

pemerintah yang ditujukan pada petani dengan tujuan meningkatkan produksi

pertanian. Kebijakan ini sudah dilakukan sejak tahun 1960 dan juga pernah

dihapuskan pada saat krisis moneter 1998 dan mulai diberlakukan kembali pada

pertengahan tahun 2001. Perkembangan alokasi subsidi pupuk untuk sektor

pertanian akan disajikan secara lengkap pada Gamber 1.2 di bawah ini.

Sumber : Kementrian Keuangan, 2010

Gambar 1.2. Alokasi Subsidi Pupuk Tahun 2005-2010

2527,3 3167,7 6260,5

15181,5 17537

11291,5

0

5000

10000

15000

20000

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Sub

sid

i Pu

pu

k (M

iliar

Ru

pia

h)

Tahun

Alokasi Subsidi Pupuk Tahun 2005-2010

Page 17: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

3

Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa alokasi subsidi pupuk setiap tahun

mengalami peningkatan dari tahun 2005 sampai 2009. Namun, pada tahun 2010

alokasi subsidi pupuk mengalami penurunan dari sebesar 17.537 (miliar rupiah)

pada tahun 2009, menjadi 11.291,5 (miliar rupiah) pada tahun 2010. Hal ini

dikarenakan adanya anggaran negara yang digunakan untuk subsidi pupuk yang

terlalu besar dan juga adanya indikasi ketidakefektivitasan penggunaan subsidi

pupuk ini untuk mendukung sektor pertanian. Pengaruh adanya subsidi pupuk

terhadap produksi padi akan ditunjukkan pada Gambar 1.3. berikut ini.

Sumber : Kementrian Pertanian, 2010

Keterangan : *Mulai tahun1999 tidak termasuk Timor Timur

Gambar 1.3. Produksi Padi Tahun 1996-2010

Subsidi pupuk mulai diberlakukan sejak tahun 1960 sampai tahun 1998

yang diatur oleh pemerintah dimana pengadaan dan penyalurannya diserahkan

pada PT. Pupuk Sriwijaya. Pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi sektor

pertanian khususnya padi dapat terlihat pada Gambar 1.3. pada gambar tersebut

terlihat bahwa sejak 1 Desember 1998 subsidi pupuk mulai dicabut dan

diberlakukan kembali mulai tanggal 13 Maret 2001. Pada saat pencabutan subsidi

pupuk terjadi penurunan produksi padi dari sebesar 49.377.054 ton pada tahun

020.000.00040.000.00060.000.00080.000.000

Pro

du

ksi P

adi (

ton

)

Tahun

Produksi Padi Tahun 1996-2010

Page 18: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

4

1997 menjadi sebesar 49.236.692 ton pada tahun 1998. Pada periode 1998 sampai

2001 produksi padi cenderung tidak stabil.

Pada tahun 2002 dimana subsidi pupuk sudah mulai diberlakukan kembali

dengan semua produsen pupuk diberikan kesempatan untuk pengadaan dan

penyaluran pupuk bersubsidi. Dengan adanya pemberlakuan subsidi pupuk

kembali, produksi padi juga meningkat sejak tahun 2002 sampai 2009. Namun,

pada tahun 2010 terjadi pengurangan anggaran subsidi pupuk dari sebesar 17.537

(miliar rupiah) pada tahun 2009 menjadi sebesar 11.291,5 (miliar rupiah) pada

tahun 2010 yang dijelaskan pada Gambar 1.2. Pengurangan subsidi pupuk dengan

selisih sebesar 6245,5 (miliar rupiah) tidak berpengaruh signifikan terhadap

perubahan produksi padi bahkan produksi padi tetap mengalami peningkatan dari

sebesar 64.398.890 pada tahun 2009 menjadi sebesar 65.980.670 pada tahun

2010. Hal ini mengindikasikan adanya pertanyaan terhadap tingkat efektivitas

penyerapan subsidi pupuk terhadap sektor pertanian.

Tabel 1.1. Rata-rata Pengeluaran per Musim Tanam per Hektar Usaha Tani Padi

Sawah Menurut Jenis Pengeluaran

Rincian Nilai (000 Rp) Biaya (%)

Bibit/benih 205,54 3,46

Pupuk 786,42 13,26

Pestisida 180,75 3,05

Tenaga Kerja 1586,01 26,73

Sewa Lahan 734 12,37

Alat/sarana Usaha 463 7,80

Jasa 1553 26,18

Lainnya (bunga kredit, iuran irigasi, PBB Lahan

Sawah, dll) 424 7,15

Jumlah 5932,72 100

Sumber : BPS, 2008 (diolah)

Page 19: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

5

Efektivitas kebijakan subsidi pupuk diukur berdasarkan enam indikator,

antara lain tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga sehingga petani dapat

menggunakan pupuk sesuai kebutuhan. Efektivitas subsidi pupuk menjadi hal

yang penting dalam mendukung produksi sektor pertanian. Pada Tabel 1.1 terlihat

bahwa pupuk mempunyai proporsi sebesar 13,26 persen terhadap keseluruhan

biaya produksi padi per hektar pada setiap musim tanamnya. Hal ini menunjukkan

bahwa pupuk mempunyai proporsi yang besar dalam biaya produksi padi

sehingga pupuk menjadi hal yang harus diprioritaskan oleh pemerintah terkait

dengan kebutuhan petani. Pupuk menjadi input yang perlu disubsidi pemerintah

terkait dengan peranannya yang penting dalam menentukan produksi pertanian.

Oleh karena itu, penelitian ini membahas tentang efektivitas kebijakan subsidi

pupuk terhadap kaitannya dengan produksi padi dengan mengambil studi kasus

pada kabupaten Bogor. Bogor dipilih menjadi studi kasus dalam penelitian ini

berdasarkan berbagai pertimbangan seperti yang dijelaskan pada Tabel 1.2 berikut

ini.

Tabel 1.2. Banyaknya Desa di Kabupaten Bogor Menurut Sumber Penghasilan

Utama Sebagian Penduduk

Sektor Perekonomian Banyaknya Desa

Pertanian 248

Pertambangan dan Penggalian 1

Industri Pengolahan 32

Perdagangan 64

Jasa 73

Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2006 (diolah)

Pada Tabel 1.2 terlihat bahwa Bogor mempunyai proporsi yang besar pada

sektor pertanian dimana terdapat sebanyak 248 desa yang penduduknya

Page 20: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

6

begantung pada sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Sektor ini

mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Oleh

karena itu, Bogor dipilih menjadi sampel untuk penelitian ini yang mengangkat

topik tentang “Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi (Studi

Kasus: Kabupaten Bogor)”.

1.2. Perumusan Masalah

Pupuk mempunyai peranan penting dalam peningkatan produksi pertanian.

Petani mendapatkan input yang lebih murah untuk produksi mereka sehingga hasil

produksinya juga akan meningkat. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan

kebijakan subsidi pupuk. Distribusi pupuk subsidi yang berlaku saat ini mengikuti

Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 07/M-Dag/Per/2/2009 tentang

pasokan subsidi pupuk yang diharapkan dapat memperbaiki penyaluran subsidi

pupuk yang berkaitan dengan tepat waktu. Peraturan ini menggantikan peraturan

sebelumnya yaitu Permendag No.21/M-Dag/Per/6/2008 tentang sistem distribusi

pupuk bersubsidi tertutup yang terbatas hanya pada petani atau kelompok tani

yang sudah tercatat. Penyempurnaan peraturan-peraturan dari pemerintah terkait

dengan distribusi pupuk bersubsidi yang seharusnya dapat mempermudah petani

untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Namun, pada kenyataan karena peraturan

tentang pengawasan distribusi pupuk besubsidi masih lemah dan tidak ada

koordinasi pada masing-masing bagian baik pada perencanaan, pengadaan,

maupun pendistribusian sehingga masih tetap banyak petani yang tidak bisa

Page 21: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

7

mendapatkan pupuk bersubsidi dengan mudah karena pengecer resmi juga dapat

dengan mudah menjual ke siapa saja.

Peningkatan input produksi berupa penambahan penggunaan pupuk secara

teori dapat meningkatkan produksi padi apabila penggunaannya sesuai dengan

dosis yang dibutuhkan (400 kg/ha) pada setiap produksinya (Purwono dan Heni,

2009). Namun, apabila penambahan pupuk untuk produksi sudah pada batas

optimum penggunaan maka apabila dilakukan penambahan lagi akan berakibat

negatif pada peningkatan produksi. Seringkali petani tidak memperhatikan dosis

anjuran yang tepat untuk setiap penggunaannya berkaitan dengan luas lahan yang

mereka miliki sehingga berakibat pada penurunan produktivitas pada hasil

produksinya (Kementerian Pertanian, 2009).

Efektivitas subsidi pupuk juga berkaitan dengan harga pupuk besubsidi di

lapangan. Penetapan harga pupuk bersubsidi sesuai dengan Peraturan Menteri

Pertanian No. 32/Permentan/SR.130/4/2010 tentang kebutuhan dan harga eceran

tertinggi (HET) pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian tahun anggaran 2010.

HET pupuk bersubsidi mengalami perubahan setiap tahunnya yang akan

ditunjukkan pada Tabel 1.3 berikut ini. Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa

penetapan harga pupuk telah diatur menggunakan HET yang dapat berubah sesuai

peraturan perundangan yang ditetapkan pada tahun bersangkutan. Penetapan HET

ini bertujuan untuk tetap mengendalikan harga pupuk bersubsidi di pasar sehingga

tetap dapat dijangkau oleh petani (Kementerian Pertanian, 2009).

Page 22: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

8

Tabel 1.3. Harga Eceran Tertinggi Pupuk di Indonesia Tahun 2001-2010

(Rp/Kg)

Tahun Urea ZA TSP/

SP36 KCl

NPK

phonska

NPK

pelangi

NPK

kujang Organik

(15:15:15) (20:10:10) (30:6:8)

2001 1.150 1.000 1.600 1.650

2002 1.150 1.000 1.600 1.650

2003** 1.150 1.000 1.500

2003*** 1.150 950 1.400

2004 1.150 950 1.400 -

2005 1.150 950 1.400 - 1.600

2006 1.200 1.050 1.550 - 1.750

2007 1.200 1.050 1.550 - 1.750 1.830 1.586 1.000

2008 1.200 1.050 1.550 - 1.750 1.830 1.586 500

2009 1.200 1.050 1.550 - 1.750 1.830 1.586 500

2010 1.600 1.400 2.000 - 2.300 2.300 2.300 700

Sumber : APPI, 2011

Keterangan :

**) Berlaku 1 Januari-31 Juli 2003

*** ) Berlaku 1 Agustus-31 Desember 2003

Harga eceran tertinggi pupuk bersubsidi telah ditetapkan oleh pemerintah

melalui peraturan perundangan tetapi tetap ada harga yang berbeda di pasar dan

merugikan petani. Sebagai contoh kasusnya yaitu pada Kabupaten Gresik dimana

harga pupuk yang berlaku tidak sesuai dengan HET. Pupuk urea yang seharusnya

dijual dengan harga Rp 80.000/sak, tetapi pada kenyataannya harganya sebesar Rp

87.000/sak sehingga terdapat kenaikan sebesar 8,7 persen dari harga

sesungguhnya. Selain itu, kondisi ini juga terjadi pada harga pupuk jenis lain yaitu

pupuk SP36 dengan HET Rp 100.000/sak dijual dengan harga Rp 108.000/sak

(kenaikan harga sebesar 8 persen), sedangkan pupuk NPK Phonska dengan HET

Rp 115.000/sak dijual dengan harga Rp 122.000/sak dengan kenaikan harga

Page 23: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

9

sebesar 6,09 persen (Jurnal Berita, 2011). Salah satu hal yang menjadi alasan bagi

para pelaku distribusi menaikkan harga secara tidak resmi adalah untuk

mendapatkan marjin pemasaran dari upah pelaku distribusi dan biaya pemasaran

karena harga pupuk bersubsidi yang kurang realistik. Kenaikan harga ini akan

merugikan petani karena harga pupuk bersubsidi di pasar lebih tinggi dari HET

yang ditetapkan oleh pemerintah.

Dari berbagai uraian-uraian permasalahan yang telah dijelaskan maka

dalam penelitian ini akan dirumuskan permasalahan menjadi lebih rinci, antara

lain :

1. Bagaimana efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan empat indikator

keberhasilan subsidi pupuk?

2. Bagaimana pengaruh efektivitas subsidi pupuk terhadap produksi padi di

Kabupaten Bogor?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan empat indikator

keberhasilan subsidi pupuk.

2. Menganalisis pengaruh efektivitas subsidi pupuk terhadap produksi padi di

Kabupaten Bogor.

Page 24: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

10

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan gambaran efektivitas kebijakan subsidi pupuk terhadap sektor

pertanian khususnya padi di Kabupaten Bogor.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah

untuk merumuskan mekanisme kebijakan subsidi pupuk yang paling efektif

dalam mendukung sektor pertanian.

Page 25: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

11

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Teori-teori

2.1.1. Pengertian Efektivitas

Efektivitas adalah pencapaian target output yang diukur dengan cara

membandingkan output anggaran atau seharusnya dengan output realisasi atau

sesungguhnya, dikatakan efektif jika output seharusnya lebih besar daripada

output sesungguhnya (Schemerhon John R. Jr, 1986). Menurut Hidayat (1986)

efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,

kualitas, dan waktu) telah tercapai. Semakin besar persentase yang dicapai, maka

semakin tinggi efektivitasnya. Menurut Gibson (2002), efektivitas adalah sasaran

yang telah disepakati atas usaha bersama. Pengertian efektivitas yang digunakan

dalam penelitian mengacu pada ketiga pengertian di atas, yaitu suatu ukuran

pencapaian target yang menunjukkan output realisasi yang telah tercapai dari

output yang seharusnya tercapai.

2.1.2. Pengertian Pupuk dan Pupuk Bersubsidi

Peraturan pupuk bersubsidi untuk kabupaten Bogor diatur dalam Peraturan

Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010. Peraturan ini membahas tentang penyaluran

pupuk bersubsidi untuk pertanian dan perikanan di kabupaten Bogor. Selain itu,

peraturan ini juga membahas tentang pengertian istilah-istilah yang terkait dengan

subsidi pupuk, yaitu pengertian pupuk, pupuk anorganik, dan pupuk organik.

Menurut peraturan ini, pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan

dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan tanaman secara langsung atau tidak

Page 26: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

12

langsung. Pupuk anorganik adalah pupuk hasil proses rekayasa secara kimia,

fisika dan atau biologi dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk.

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari

bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui

proses rekayasa dan dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk

mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan atau biologi tanah.

Pupuk bersubsidi menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor

77 Tahun 2005 adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya mendapat

subsidi dari pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar

program pemerintah di sektor pertanian. Menurut peraturan ini juga ditentukan

jenis pupuk bersubsidi yaitu pupuk anorganik (urea, superphos, ZA, NPK) dan

pupuk organik. Menurut Peraturan Bupati Nomor 13 Tahun 2010, pupuk

bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan

dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini

IV. Pupuk bersubsidi diperuntukkan bagi petani, pekebun, peternak dan

pembudidaya ikan atau udang yang mengusahakan lahan seluas-luasnya dua

hektar setiap musim tanam per keluarga petani, kecuali pembudidaya ikan atau

udang seluas-luasnya satu hektar.

2.1.3. Penyaluran, Pengadaan, dan Pengawasan Pupuk Bersubsidi

Alokasi pupuk bersubsidi menurut Peraturan Bupati Bogor Nomor 13

Tahun 2010 dihitung berdasarkan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik

lokasi dan standar teknis dengan mempertimbangkan usulan kebutuhan yang

Page 27: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

13

diajukan Pemerintah Daerah, serta alokasi anggaran subsidi pupuk tahunan.

Pemupukan berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan

status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang

optimal dan berkelanjutan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri

Pertanian No. 40/Permentan/OT.140/4/2007.

Pengadaan pupuk adalah proses penyediaan pupuk bersubsidi yang

dilakukan oleh produsen yang berasal dari produksi dalam negeri dan atau impor

(Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010). Penyaluran pupuk adalah proses

pendistribusian pupuk bersubsidi dari produsen sampai dengan petani dan atau

kelompok tani sebagai konsumen akhir (Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun

2010). Pelaksanaan pengadaan dan penyaluran pupuk berubsidi sampai ke

penyalur Lini IV (pengecer resmi) dilakukan sesuai ketentuan peraturan

perundangan-undangan. Produsen, penyalur Lini III dan penyaluran pupuk

bersubsidi sesuai prinsip enam tepat (tepat jenis, jumlah, mutu, tempat, waktu, dan

harga sesuai HET). Produsen wajib melaksanakan pengadaan dan penyaluran

pupuk bersubsidi dari Lini I sampai dengan Lini IV di wilayah

tanggungjawabnya. Distributor wajib melaksanakan pengadaan dan penyaluran

pupuk bersubsidi dari Lini III sampai dengan Lini IV di wilayah

tanggungjawabnya. Pengecer resmi melaksanakan penyediaan dan penyaluran

pupuk bersubsidi kepada petani atau kelompok tani sesuai dengan peruntukannya

di Lini IV wilayah tanggungjawabnya.

Pengawasan terhadap pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi

dilakukan oleh produsen, penyalur Lini III (distributor), penyalur IV (pengecer

Page 28: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

14

resmi) dan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida (KP3) daerah berdasarkan

prinsip enam tepat. Produsen pupuk bersubsidi wajib melakukan pemantauan dan

pengawasan terhadap penyediaan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini I

sampai Lini IV di wilayah tanggungjawabnya. Penyalur Lini III (distributor)

wajib melaksanakan pemantauan dan pengawasan terhadap penyediaan,

penyimpangan dan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini III sampai dengan Lini

IV (pengecer resmi) setempat. Penyalur Lini IV (pengecer resmi) wajib

melaksankan pemantauan dan pengawasan terhadap perkembangan dan keadaan

pertanaman serta penyediaan, penyimpanan dan penyaluran pupuk bersubsidi

kepada petani atau kelompok tani setempat. KP3 daerah wajib melakukan

pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pengadaan, penyaluran, dan

penggunaan pupuk bersubsidi di daerah serta melaporkan kepada Bupati, dengan

tembusan disampaikan kepada produsen selaku penganggungjawab wilayah.

Pengawasan penyaluran pupuk bersubsidi dari Lini IV ke petani atau kelompok

tani dilakukan oleh KP3 di daerah bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

dan Tenaga Harian Lepas-Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) serta

Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT), Tenaga Bantu Pengendali

Organisme Pengganggu Tumbuhan (TB-POPT), dan Ketua Gabungan Kelompok

Tani.

2.1.4. Indikator Tingkat Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk

Tingkat efektivitas kebijakan subsidi pupuk diukur berdasarkan enam

indikator. Menurut Peraturan Bupati Bogor Nomor 13 Tahun 2010 indikator-

Page 29: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

15

indikator subsidi pupuk adalah tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, tepat

jumlah, tepat jenis, dan tepat mutu. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

terfokus pada empat indikator tepat yaitu harga, tempat, waktu, dan jumlah.

Pemilihan keempat indikator ini disebabkan oleh empat indikator tersebut dapat

dikuantifikasikan sehingga dapat diinterpretasikan.

Pengertian tepat harga adalah suatu kondisi dimana harga pembelian

pupuk oleh petani secara kontan di tingkat pengecer atau kios resmi per saknya

sama dengan harga eceran tertinggi (Syafa’at, et al., 2007). Pengertian tepat

tempat berdasarkan sumber yang sama adalah suatu kondisi dimana pupuk

tersedia di dekat atau di sekitar rumah atau lahan petani yang diindikasikan

dengan pembelian pupuk oleh petani dilakukan di kios di dalam desa. Pengertian

tepat waktu berdasarkan sumber yang sama adalah suatu kondisi dimana pupuk

secara fisik tersedia pada saat dibutuhkan oleh petani. Pengertian tepat jumlah

menurut Rahman (2009) adalah jumlah pemupukan yang dilakukan sesuai dengan

dosis atau jumlah berdasarkan analisa status hara tanah dan kebutuhan tanaman.

Menurut Purwono dan Heni (2009), jumlah pupuk yang tepat berdasarkan status

hara dan kebutuhan tanaman yang dianjurkan adalah kombinasi antara urea

200kg/ha, TSP/SP-36 sebanyak 75-100kg/ha, dan KCL sebanyak 75-100kg/ha.

2.1.5. Teori Produksi

Fungsi produksi menurut Walter Nicholson (1991) adalah suatu fungsi

yang memperlihatkan sebuah barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan

kombinasi alternatif antara modal (K) dan tenaga kerja (L) atau Q= f (K,L).

Page 30: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

16

Dalam suatu proses produksi juga terdapat adanya perubahan keluaran

yang dihasilkan oleh perubahan dalam satu masukan produksi. Teori ini sering

disebut dengan Marginal Physical Product (Produk Fisik Marginal) yang

pengertiannya adalah keluaran tambahan yang dapat diproduksi dengan

menggunakan satu unit tambahan dari masukan tersebut dengan mempertahankan

semua masukan lain tetap konstan. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Produk fisik marginal dari modal :

.........................................................................................................(2.1)

Produk fisik marginal dari tenaga kerja :

.......................................................................................................... (2.2)

Produk fisik marginal dari sebuah masukan bergantung pada jumlah

masukan tersebut yang dipergunakan. Sebagai contoh pupuk tidak dapat

ditambahkan secara tidak terbatas untuk sebidang tanah tertentu (dengan

mempertahakan jumlah peralatan, tenaga kerja, dan sebagainya) yang pada

akhirnya akan menunjukkan penurunan produktivitas. Hal ini akan dijelaskan

pada Gambar 2.1.

Kurva pada Gambar 2.1 memperlihatkan produktivitas rata-rata dan

produktivitas marginal untuk pupuk dapat diturunkan dari kurva produk total.

Kurva TPP dalam (a) mewakili hubungan antara masukan pupuk dan keluaran,

dengan asumsi bahwa semua masukan lain dipertahankan konstan. Pada (b)

diperlihatkan bahwa kurva TPP merupakan produk marginal pupuk (MPP), dan

kemiringan kurva yang menggabungkan titik asal dengan satu titik di kurva TPP

Page 31: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

17

menghasilkan produk rata-rata pupuk (APP). Kurva ini menjelaskan hubungan

antara jumlah masukan tertentu (pupuk) dan keluaran atau output total (TPP).

Untuk jumlah pupuk yang kecil, keluaran meningkat dengan cepat kemudian

pupuk ditambahkan tetapi karena semua masukan lain tetap konstan, pada

akhirnya kemampuan pupuk tambahan untuk menghasilkan keluaran tambahan

mulai menurun. Pada akhirnya, pada P***, keluaran mencapai tingkat maksimum

dimana pada setiap pupuk yang ditambahkan akan mengurangi keluaran.

P* P** P*** Masukan pupuk per periode

(a) Produk Total Kurva Pupuk

MPP APP

MPP

APP

P* P** P*** Masukan pupuk per periode

(b) Kurva Produk Rata-rata dan Marginal untuk Pupuk

Sumber : Nicholson (1991)

Gambar 2.1. Kurva Hubungan antara Input (Pupuk) dan Output Total

jumlah per

periode (Q)

Page 32: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

18

Kurva total produk tersebut akan menggambarkan produksi atau keluaran

dari penggunaan suatu input tertentu. Pada Gambar 2.2 akan dijelaskan pengaruh

dari adanya subsidi. Pada kurva ini akan dilihat adanya pengaruh dari pemberian

subsidi terhadap kurva penawaran pupuk dan produksi padi.

P S

S’

P

P’

D

Q Q’ Q

(a) Pengaruh Subsidi terhadap Kurva Penawaran Pupuk

Output (Q)

Q’

Input (pupuk)

(b) Pengaruh Subsidi terhadap Produksi

Sumber : Widjajanta dan Widyaningsih (2007)

Gambar 2.2. Pengaruh Subsidi terhadap Kurva Penawaran dan Produksi

Dari Gambar 2.2 dapat terlihat pengaruh adanya subsidi terhadap kurva

penawaran dan produksi. Subsidi merupakan bantuan yang diberikan pemerintah

kepada produsen terhadap produk yang dihasilkan atau dipasarkan, sehingga

harga lebih rendah sesuai dengan keinginan pemerintah dan daya beli masyarakat

Q

Page 33: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

19

meningkat. Subsidi pupuk merupakan bantuan yang diberikan pemerintah kepada

petani agar dapat memproduksi dengan biaya lebih rendah. Adanya subsidi

menyebabkan penawaran pupuk bertambah dari S ke S’. Pupuk yang ditawarkan

di pasar menjadi bertambah dari Q ke Q’, sedangkan harga keseimbangan pasar

dengan adanya subsidi akan turun dari P ke P’ seperti terlihat pada kurva (a).

Dampak dari adanya subsidi adalah biaya produksi menjadi lebih rendah yang

menyebabkan kemampuan produsen untuk membeli input produksi lebih tinggi

sehingga jumlah input produksi meningkat. Adanya peningkatan input produksi

akan menyebabkan jumlah barang yang diproduksi menjadi naik (dari Q ke Q’)

seperti terlihat pada kurva (b). Jadi, adanya subsidi dapat meningkat kemampuan

produksi suatu barang.

2.1.6. Teori Permintaan

Fungsi permintaan menurut Nicholson (1991) adalah hubungan antara

harga dan kuantitas yang diminta konsumen per unit waktu, ceteris paribus.

Harga dan kuantitas permintaan berbanding terbalik sehingga kurva permintaan

berslope negatif. Pada prinsipnya, untuk mencapai utilitas maksimum pada tingkat

optimal X1, X2, …, Xn (dan λ, pengali Lagrangian) sebagai fungsi dari semua

harga dan pendapatan. Secara matematis fungsi permintaan dinyatakan sebagai

berikut :

X1* = D1 (P1, P2, …, Pn, I) ............................................................................... (2.3)

X2* = D2 (P1, P2, …, Pn, I) ............................................................................... (2.4)

Xn* = Dn (P1, P2, …, Pn, I) ................................................................................ (2.5)

Page 34: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

20

Notasi D menyatakan permintaan, P menyatakan harga, X menyatakan

jumlah yang ingin dibeli dan I menyatakan pendapatan sehingga dapat diketahui

jumlah yang akan dibeli seseorang individu untuk masing-masing barang. Proses

produksi terjadi karena adanya permintaan output yang dihasilkan. Permintaan

input akan muncul karena adanya suatu proses produksi. Jadi, permintaan input

timbul karena adanya permintaan akan output. Hal inilah yang disebut dengan

permintaan turunan (derived demand) dimana permintaan input yang muncul

karena adanya permintaan output. Permintaan terhadap input merupakan

permintaan turunan karena input digunakan dalam memproduksi output tertentu

sehingga besarnya permintaan input tergantung dari besarnya output yang

digunakan. Begitu pula dengan permintaan terhadap pupuk yang merupakan input

produksi timbul karena adanya permintaan output (produk pertanian) sehingga

besarnya pupuk yang diminta berdasarkan permintaan output (produk pertanian)

yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2.2. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu baik berupa penelitian tentang subsidi pupuk maupun

penelitian tentang efektivitas suatu kebijakan publik dijadikan rujukan dalam

penelitian ini. Penelitian terdahulu tentang subsidi pupuk yang menjadi rujukan

dalam penelitian ini adalah penelitian Ardi (2005) tentang Analisis Pencabutan

Subsidi Pupuk terhadap Sektor Pertanian di Indonesia (Analisis Input-Output Sisi

Penawaran). Dalam penelitian mengambil tujuan, antara lain menganalisis

keterkaitan sektor industri pupuk terhadap sektor dalam perekonomian melalui

Page 35: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

21

struktur input antara dan permintaan antara sektor industri pupuk, menganalisis

daya penyebaran ke depan dan indeks daya penyebaran ke belakang sektor

industri pupuk dan sektor pertanian, menganalisis multiplier output, pendapatan,

dan tenaga kerja sektor pertanian dan industri pupuk, membandingkan hasil

analisis dampak penyebaran dan multiplier sektor pertanian dengan sektor industri

pupuk. Selain itu, tujuan lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah

menganalisis dampak pencabutan subsidi pupuk di sektor industri pupuk terhadap

pembentukan jumlah output, pendapatan, dan tenaga kerja sektor-sektor pertanian

Indonesia.

Hasil dalam penelitian Ardi (2005) adalah sektor industri pupuk sangat

tergantung terhadap sektor gas, minyak, dan panas bumi. Sektor industri pupuk

juga mempunyai peranan yang besar terhadap kegiatan produksi sektor pertanian.

Daya penyebaran ke depan sektor industri pupuk dan sektor pertanian secara

umum lebih besar daripada daya penyebaran ke belakangnya yang

mengindikasikan kedua sektor tersebut lebih mampu mempengaruhi pembentukan

output sektor hilirnya. Dampak pencabutan subsidi pupuk akan mempunyai

pengaruh signifikan terhadap perekonomian yang ditunjukkan oleh tingginya nilai

multiplier output, pendapatan, dan tenaga kerja. Pencabutan subsidi pupuk dapat

mempengaruhi output, kesempatan kerja, dan pendapatan di sektor pertanian,

terutama sektor padi. Sektor industri pupuk merupakan sektor yang lebih strategis

dibandingkan sektor pertanian. Dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan

karena tidak memperhitungkan elastisitas dari permintaan dan penawaran pupuk.

Selain itu, penelitian ini juga belum melihat dampak pencabutan subsidi pupuk

Page 36: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

22

secara khusus terhadap penerima sesungguhnya dari pemberian subsidi pupuk

(petani, pekebun, dan peternak kecil).

Penelitian lain tentang subsidi pupuk adalah penelitian Rahman (2009)

tentang Kebijakan Subsidi Pupuk : Tinjauan terhadap Aspek Teknis, Manajemen,

dan Regulasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah sistem distribusi pupuk belum menjamin

ketersediaan di tingkat petani. Hal ini disebabkan oleh masih adanya kelemahan-

kelemahan serta pemahaman yang beragam dalam implementasinya. Dalam

peningkatan efektivitas pelaksanaan kebijakan distribusi pupuk bersubsidi perlu

dilakukan perbaikan kebijakan baik pada aspek teknis, manajemen, maupun

regulasi.

Perbaikan aspek teknis meliputi meningkatkan sosialisasi pemupukan

berimbang, dan mempercepat penggunaan pupuk organik melalui pelatihan

pembuatan pupuk organik. Perbaikan kebijakan pada aspek manajemen meliputi

sosialisasi sistem penyaluran pupuk bersubsidi kepada semua stakeholder, pilot

project penyaluran pupuk bersubsidi menggunakan kartu kendali perlu dikaji

efektivitasnya, koordinasi lintas sektor, reposisi kios (Lini IV) dengan lebih

menerapkan peran pemerintah daerah dalam penyediaan dan penyaluran pupuk

bersubsidi. Perbaikan aspek regulasi yang disarankan meliputi RDKK seharusnya

digunakan untuk menghubungkan peraturan Permendag No. 21/M-

DAG/PER/6/2008 dengan Permentan No. 42/Permentan/OT.140/09/2008,

Permendag No. 21/M-DAG/PER/6/2008 perlu direvisi dengan dipertegas pada

Page 37: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

23

sanksi terhadap pelanggaran dalam penyaluran pupuk bersubsidi sesuai Peraturan

Presiden No. 77 Tahun 2005.

Penelitian lain terkait dengan subsidi pupuk adalah penelitian yang

dilakukan oleh Yessi (2009) dengan judul Mekanisme Pengadaan dan Penyaluran

Pupuk Bersubsidi dan Pengaruhnya terhadap Pemenuhan Pupuk Petani Padi di

Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Tujuan dari penelitian ini adalah

mengetahui pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi pada Kabupaten Agam

terkait dengan permasalahan bahwa semakin tingginya permintaan pupuk yang

menyebabkan peluang dari pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab yang ikut

andil dalam perdagangan pupuk tanpa menaati peraturan yang berlaku.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengadaan pupuk dari Lini III (distributor)

dan Lini IV (pengecer) kurang efektif karena tidak berdasarkan kebutuhan petani

atau kelompok tani. Penyaluran pupuk yang bersifat terbuka dan pasif

menyebabkan petani sulit untuk memperoleh pupuk bersubsidi. Penyimpangan

dilakukan penyalur terhadap tugas dan tanggungjawabnya menyebabkan

kebutuhan petani terabaikan.

Penelitian lain dilakukan oleh Darwis dan Muslim (2007) yang juga terkait

dengan kebijakan subsidi pupuk. Penelitian ini berjudul Revitalisasi Kebijakan

Sistem Distribusi Pupuk dalam Mendukung Ketersediaan Pupuk Bersubsidi di

Tingkat Petani. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui distribusi pupuk

bersubsidi dari berbagai periode program kebijakan. Kesimpulan dari penelitian

ini adalah Pada era Program Bimas (1996-1979) sampai era pasar bebas (1998-

2001) masih terdapat permasalahan seperti tidak adanya keterbatasan stok,

Page 38: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

24

ketidakmampuan pemerintah dalam memperbaiki mekanisme penyaluran pupuk

dalam negeri yang menyebabkan adanya kelangkaan pupuk dan penyimpangan

yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. Pada periode 2003 sampai sekarang

masih belum adanya jaminan ketersediaan pupuk di tingkat petani karena adanya

penyelundupan pupuk lewat ekspor ilegal sehingga harga pupuk naik drastis di

pasar dunia. Saran dari penelitian ini adalah adanya sistem tata niaga pupuk yang

berkeadilan, dan adanya ketegasan pemerintah dalam menjalankan kebijakan ini

seperti penetapan sanksi yang tegas terhadap yang melakukan pelanggaran dan

kecurangan.

Penelitian terkait dengan subsidi pupuk lainnya adalah penelitian yang

dilakukan oleh Darwis dan Nurmanaf (2004). Penelitian ini berjudul Kebijakan

Distribusi, Tingkat Harga, dan Penggunaan Pupuk di Tingkat Petani. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengetahui kebijakan distribusi pupuk dari berbagai

periode, dan mengetahui penggunaan pupuk di tingkat petani serta harga pupuk di

tingkat petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah berbagai pola kebijakan

subsidi pupuk yang telah dilakukan pemerintah dalam rangka peningkatan

produktivitas pertanian pada kenyataannya masih terjadi adanya kelanggkaan

pupuk dan tingginya harga pupuk di tingkat petani. Sistem distribusi dinilai bukan

merupakan penentuan kelangkaan dan fluktuasi harga pupuk, tetapi faktor

eksternal seperti efektivitas pelaksanaan ekspor pupuk. Oleh karena itu, kebijakan

ekspor pupuk perlu disesuaikan dengan masa kebutuhan pupuk dan harga pupuk

di tingkat petani.

Page 39: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

25

Penelitian tentang efektivitas kebijakan publik yang digunakan sebagai

rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sari

(2007). Penelitian ini berjudul Analisis Efektivitas dan Efisiensi Distribusi

Raskin. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan harga patokan

dengan harga aktual di tingkat rumah tangga penerima Raskin, mengetahui

surplus yang diterima rumah tangga miskin dari subsidi beras miskin, mengetahui

tingkat efektivitas, serta untuk mengetahui tingkat efisiensi dari penyaluran beras

miskin sampai ke rumah tangga di daerah penelitian. Metode pengambilan sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Metode

penentuan tingkat efektivitas dari program Raskin dilakukan dengan analisis

deskriptif kuantitatif dengan membandingkan antara persentase indikator yang

tepat dengan yang tidak tepat. Apabila persentase tingkat ketepatan indikator

sama atau lebih besar dari 80 persen maka program raskin dapat dikategorikan

efektif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan harga Raskin di

tingkat rumah tangga dengan harga patokan pemerintah sebesar Rp 400, surplus

yang didapatkan oleh penerima Raskin sebesar Rp 10.692 untuk setiap kepala

keluarga, tingkat keefektifan program pendistribusian Raskin sebesar 33,4 persen

sehingga masih dikategorikan tidak efektif, tingkat efisiensi pendistribusian

Raskin dalam kategori efisien.

Penelitian lain tentang efektivitas kebijakan publik adalah penelitian yang

dilakukan oleh Hutagaol dan Asmara (2008). Penelitian ini berjudul Analisis

Efektivitas Kebijakan Publik Memihak Masyarakat Miskin: Studi Kasus

Pelaksanaan Program Raskin di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007. Tujuan dari

Page 40: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

26

penelitian ini adalah menganalisis keefektifan pelaksanaan program Raskin pada

tahun 2007, menelaah tanggapan masyarakat miskin terhadap kenaikan harga

tebus raskin, serta merumuskan saran-saran perbaikan yang diperlukan untuk

lebih mengefektifkan pelaksanaan program Raskin di masa datang. Metode

pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan sengaja. Metode

analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Kesimpulan dari

penelitian ini adalah program Raskin dikategorikan tidak efektif karena harga

tebusan yang lebih mahal dan jatah beras yang diterima lebih sedikit dari

seharusnya, rumah tangga miskin tidak keberatan dengan kenaikan harga tebusan

Raskin, saran untuk perbaikan program Raskin yaitu peningkatan jumlah Raskin

yang diterima rumah tangga miskin dan harga tebusnya, serta merevitalisasi

kelembagaan MUDES.

Penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi yang

digunakan rujukan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Sugiarto (2008). Penelitian ini berjudul Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi Sawah di Kabupaten Dharmasraya. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

produksi padi di kabupaten Dharmasraya. Hasil dari penelitian ini adalah luas

lahan, penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk, penggunaan tenaga kerja

mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap jumlah produksi padi

sawah di kabupaten Dharmasraya.

Penelitian lain tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi

adalah penelitian yang dilakukan oleh Mahananto, Sutrisno, dan Ananda (2009).

Page 41: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

27

Penelitian ini berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi dengan

Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah. Tujuan dari

penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan

produksi padi sawah, dan menganalisis tingkat optimasi penggunaan faktor-faktor

produksi pada usahatani padi sawah. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor

luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk, jumlah pestisida,

pengalaman petani dalam berusahatani, jarak rumah petani dengan lahan garapan,

dan sistem irigasi berpengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi padi

sawah. Selain itu, luas lahan garapan, jumlah tenaga kerja efektif, jumlah pupuk,

jumlah pestisida, jarak lahan garapan dengan rumah petani, dan sistem irigasi

berpengaruh terhadap peningkatan produksi padi sawah, sedangkan pengalaman

petani tidak berpengaruh (non significant) terhadap peningkatan produksi padi

sawah.

2.3. Kerangka Pemikiran Konseptual

Kebijakan subsidi pupuk ditetapkan adalah untuk membantu sektor

pertanian terutama berkaitan dengan penghematan input produksi bagi petani.

Pengadaan pupuk bersubsidi adalah dari produsen dengan sistem rayonisasi yang

terdiri dari PT. Pupuk Sriwijaya, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kaltim, PT.

Pupuk Kujang Cikampek, dan PT. Pupuk Iskandar Muda yang bertanggungjawab

pada ketersediaan setiap pupuk pada masing-masing daerahnya. Penyaluran

pupuk bersubsidi diatur berdasarkan mekanisme penyaluran yang telah ditetapkan

pemerintah dari Lini I sampai kepada petani. Pengadaan dan penyaluran pupuk

Page 42: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

28

bersubsidi ini juga diadakan pengawasan terutama berkaitan dengan prinsip enam

tepat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pasal 6 ayat (3). Dari

pengawasan ini akan ada suatu evaluasi tentang pengadaan dan penyaluran pupuk

bersubsidi oleh KP3 daerah. Pada penelitian ini akan membahas efektivitas

kebijakan pupuk bersubsidi terutama berkaitan dengan produksi padi di

Kabupaten Bogor. Kerangka pemikiran akan dijelaskan pada gambar berikut ini.

Keterangan : = Ruang lingkup penelitian

Gambar 2.3. Kerangka Pemikiran

Input Produksi Pertanian (tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan,

dan hijauan makanan ternak)

Kebijakan Subsidi Pupuk

untuk Sektor Pertanian

Input ProduksiPadi

Penetapan HET Pupuk

Bersubsidi

Respon Produksi Padi

terhadap Penggunaan Pupuk

Respon Penggunaan Pupuk

terhadap Harga

- Peningkatan Efektivitas

- Rekomendasi Kebijakan

Efektivitas Kebijakan

Waktu Jumlah Efektif/

tidak efektif? Harga Tempat

Page 43: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

29

Pada Gambar 2.3 dapat ditunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk untuk

sektor pertanian berupa penetapan HET pada pupuk. Penetapan HET ini bertujuan

untuk membantu biaya produksi pertanian. Penelitian ini fokus pada produksi

padi. Faktor-faktor yang memengaruhi produksi padi adalah luas lahan, jumlah

pupuk, jumlah tenaga kerja, jumlah benih atau bibit, dummy benih, dan dummy

efektivitas harga. Namun, yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

pengaruh pupuk bersubsidi terhadap produksi padi dengan asumsi bahwa fakor

lain dianggap tetap. Dalam mengetahui efektivitas kebijakan subsidi pupuk

terhadap produksi padi diukur berdasarkan enam indikator, yaitu tepat tempat,

tepat waktu, tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat harga. Namun, dalam

penelitian ini pengujian efektivitas terhadap kebijakan subsidi pupuk hanya

difokuskan dalam empat indikator, yaitu harga, tempat, waktu, dan jumlah.

Masing-masing indikator mempunyai kriteria tersendiri. Pengujian empat

indikator tersebut akan dilakukan dengan teknik wawancara kepada petani untuk

melihat fakta di lapangan tentang subsidi pupuk dan pengaruhnya terhadap

produksi padi yang akan menunjukkan efektif atau tidaknya kebijakan subsidi

pupuk. Pengaruh produksi padi dilihat dari respon penggunaan pupuk terhadap

harga dan respon produksi padi terhadap penggunaan pupuk. Dari kesimpulan

efektif atau tidaknya subsidi pupuk akan didapatkan rekomendasi kebijakan agar

kebijakan ini lebih efektif dan bermanfaat terhadap peningkatan produksi padi.

Page 44: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

30

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data

primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari Kementerian Pertanian,

Kementerian Keuangan dan Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI), Badan

Pusat Statistik (BPS) Pusat, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat,

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor, dan Dinas Pertanian Kabupaten

Bogor. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara kepada 120

responden di Kabupaten Bogor.

3.2. Metode Pengumpulan Contoh

Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan cara wawancara semi

terbuka kepada petani di Kabupaten Bogor menggunakan instrumen kuisioner

(Lampiran 1). Penentuan sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik

Purposive Sampling dimana memilih contoh berdasarkan pertimbangan tentang

karakteristik yang cocok dalam penelitian ini. Hal yang menjadi pertimbangan

pada penentuan sampling ini adalah berdasarkan data sasaran luas tanam padi di

daerah Bogor. Dengan menggunakan teknik ini didapatkan dua kecamatan yang

mewakili daerah sentra produksi padi di daerah Kabupaten Bogor, yaitu

Pamijahan, dan Darmaga. Dari dua kecamatan tersebut diambil masing-masing

dua desa. Setiap desa tersebut masing-masing diambil 30 responden (petani)

sehingga semuanya berjumlah 120 responden.

Page 45: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

31

3.3. Metode Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitaif dan

kualitatif, serta regresi linear berganda. Metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif

digunakan untuk mengukur efektivitas kebijakan subsidi pupuk berdasarkan

empat indikator utama yaitu tepat harga, tepat tempat, tepat waktu, dan tepat

jumlah. Regresi linear digunakan untuk mengukur respon dari kebijakan subsidi

pupuk terhadap produksi padi.

3.3.1. Metode Deskriptif Kuantitatif dan Kualitatif

Metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif digunakan untuk mengukur

efektifitas kebijakan subsidi pupuk dilihat dari empat indikator utama. Untuk

menghitung ketepatan indikator-indikator ini akan dihitung menggunakan rumus

berikut ini.

Ketepatan harga

ΔP = Pr - Pp ....................................................................................................... (3.1)

Keterangan :

ΔP = perbedaan harga (Rp)

Pr = harga yang diterima responden (Rp)

Pp = harga eceran tertinggi (HET) dari pemerintah (Rp)

Ketepatan Jumlah

ΔQ = Qr - Qp ..................................................................................................................................................... (3.2)

Keterangan :

ΔQ = perbedaan jumlah (kg/ha)

Page 46: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

32

Qr = jumlah pupuk yang dipergunakan oleh responden (kg/ha)

Qp = jumlah pupuk yang disarankan oleh pemerintah (kg/ha)

Ketepatan harga dalam indikator efektivitas subsidi pupuk diukur

berdasarkan rumus (3.1). Berdasarkan rumus tersebut dilihat selisih antara harga

aktual dengan HET. Setelah itu dilakukan perbandingan antara responden yang

memperoleh harga aktual sama dengan HET dengan responden yang memperoleh

harga aktual tidak sama dengan HET. Hasil dari perbandingan responden tersebut

ditransformasi dalam bentuk persen. Apabila presentasi tepat harga sama dengan

atau lebih besar dari 80 persen maka indikator tepat harga dikategorikan efektif.

Ketepatan tempat dalam indikator efektivitas kebijakan subsidi pupuk

diukur berdasarkan kios tempat responden membeli pupuk yaitu di dalam atau di

luar desa. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara responden yang membeli

pupuk di dalam desa dengan di luar desa dalam bentuk persen. Apabila persentase

yang membeli pupuk di dalam desa sama dengan atau lebih besar dari 80 persen

maka dapat dikategorikan efektif pada indikator tepat tempat.

Indikator selanjutnya pada kebijakan subsidi pupuk adalah indikator tepat

waktu. Indikator ini diukur berdasarkan pendapat responden tentang tersedia atau

tidaknya pupuk ketika dibutuhkan oleh responden atau dapat dikatakan bahwa ada

atau tidaknya kelangkaan pupuk. Selanjutnya dilakukan perbandingan antara

responden yang berpendapat bahwa pupuk selalu ada setiap dibutuhkan dengan

responden yang berpendapat bahwa masih ada kelangkaan pupuk dalam bentuk

persen. Apabila presentase tingkat ketepatan atau persentase responden yang

Page 47: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

33

menyatakan bahwa pupuk selalu ada ketika dibutuhkan sama dengan atau lebih

besar dari 80 persen maka dapat dikategorikan bahwa tepat waktu sudah efektif.

Indikator terakhir dalam penentuan efektivitas kebijakan subsidi pupuk

adalah indikator tepat jumlah. Pengukuran tepat jumlah ini berdasarkan selisih

antara jumlah aktual dengan jumlah seharusnya yang dijelaskan pada rumus (3.2).

Selanjutnya dilakukan perbandingan antara responden yang menggunakan pupuk

sesuai dengan anjuran dengan responden yang menggunakan pupuk tidak sesuai

anjuran dalam bentuk persen. Apabila persentase responden yang menggunakan

pupuk sesuai anjuran sama dengan atau lebih besar dari 80 persen maka dapat

dikategorikan efektif pada indikator tepat jumlah. Dari keseluruhan persentase

indikator dibuat rata-ratanya dalam bentuk persen. Apabila rata-rata tingkat

ketepatan sama dengan atau lebih dari 80 persen maka dapat dikategorikan bahwa

kebijakan subsidi pupuk sudah efektif.

3.3.2. Metode Regresi Linear

Model regresi linear berganda menurut Juanda (2008) adalah fungsi linear

dari beberapa peubah bebas X1, X2,..., Xk dan komponen sisaan error. Analisis

data menurut Kurniawan (2008) mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk tujuan

deskripsi dari fenomena data atau kasus yang sedang diteliti, untuk tujuan kontrol,

dan untuk tujuan prediksi. Data untuk variabel X (independen) pada regresi linier

dapat berupa data pengamatan yang telah ditetapkan sebelumnya oleh peneliti

(experimental of fixed data) maupun data yang belum ditetapkan sebelumnya oleh

peneliti (observational data). Perbedaan pada kedua data ini adalah jika

Page 48: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

34

menggunaakan fixed data (data yang telah ditetapkan) maka informasi yang

diperoleh lebih kuat dalam menjelaskan hubungan sebab akibat antara variabel X

dan variabel Y. Namun, jika menggunakan observational data, informasi yang

diperoleh belum tentu merupakan hubungan sebab akibat. Fixed data biasanya

diperoleh melalui percobaan laboratorium dimana peneliti telah memilki beberapa

nilai variabel X yang ingin diteliti. Pada observational data variabel X yang

diamati tergantung keadaan di lapangan dimana biasanya data ini diperoleh

dengan menggunakan kuisioner. Pada penelitian ini menggunakan data berupa

observational data. Variabel-variabel ini akan dibentuk persamaan regresi untuk

dapat merepresentasikan hubungan dari data-data yang diperoleh. Persamaan

model regresi berganda secara umum adalah sebagai berikut.

Yi = β1 + β2X2i + β3X3i + .... + βkXki + εi ...................................................................................... (3.3)

Pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda yang

menggambarkan respon penggunaan pupuk terhadap perubahan harga. Persamaan

ini akan dijelaskan sebagai berikut.

Persamaan regresi linear berganda respon penggunaan pupuk:

LnPPKi = β0 + β1LnPUi + β2LnPTi + β3LnPHDi + β4LnLLHi + ei, ................ (3.4)

Persamaan regresi linear berganda respon produksi padi terhadap perubahan

variabel-variabel:

LnPPi = β0 + β1LnPPKi + β2LnTTKi + β3LnLLHi + β4LnBBT + β5LnD1i +

β6LnD2i + ei ..................................................................................................... (3.5)

Keterangan:

PPK : Total permintaan pupuk urea pada harga ke-i

PUi : Harga urea-i

Page 49: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

35

PTi : Harga TSP-i

PHDi : Harga padi-i

PPi : Total produksi padi pada penggunaan pupuk dengan jumlah-i

PPKi : Penggunaan pupuk dengan jumlah-i

TTKi : Penggunaan tenaga kerja dengan jumlah-i

LLHi : Penggunaan lahan dengan jumlah-i

BBTi : Penggunaan bibit atau benih dengan jumlah-i

D1i : Penggunaan dummy bibit dengan jumlah-i (1=ciherang, 0=non ciherang)

D2i : Penggunaan dummy efektivitas harga-i (1=tepat, 0=tidak tepat)

Βi : dugaan parameter koefisien regresi (intersep)

ei : sisaan atau simpangan atau perbedaan antara total produksi padi

sesungguhnya dengan nilai dugaan untuk penggunaan pupuk dengan

jumlah-i

Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Eviews 6 untuk

melakukan pengujian statistika dan ekonometrika. Pengujian statistika dilakukan

untuk melihat pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen dalam suatu regresi. Dalam penelitian ini terdapat dua regresi yaitu

regresi yang melihat respon penggunaan pupuk terhadap perubahan harga, dan

respon produksi padi terhadap perubahan faktor-faktornya meliputi luas lahan,

pupuk, tenaga kerja, benih atau bibit, dummy benih, dan dummy efektivitas harga.

Pada uji statistika ini dilihat nilai koefisien determinasi (R-squared), nilai

probabilitas F-statisik, serta uji t yang berdasarkan nilai probabilitas masing-

Page 50: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

36

masing variabel indenpendenya yang dibandingkan dengan taraf nyata yang

digunakan yaitu 10 persen.

Hipotesis awal dari persamaan regresi (3.4) adalah harga urea mempunyai

tingkat elastisitas yang lebih kecil dari satu (inelastis) . Sifat yang inelastis ini

berarti bahwa ketika terjadi perubahan harga ura tidak akan berpengaruh besar

pada perubahan jumlah pupuk urea yang digunakan oleh petani. Faktor-faktor lain

selain harga urea mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan urea.

Sementara itu, hipotesis awal dari persamaan regresi (3.5) adalah masing-masing

variabel independen mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen. Hal

ini berarti apabila terjadi peningkatan pada luas lahan sebanyak satu satuan juga

akan mempengaruhi peningkatan produksi padi satuan. Hal ini terjadi juga pada

peningkatan variabel-variabel lainnya sebanyak satu satuan yang juga akan

meningkatkan produksi padi satuan.

Selain dilakukan uji statistika juga dilakukan uji ekonometrika pada model

regresi. Menurut Gujarati (1978) asumsi dari model regresi linear adalah tidak ada

pelanggaran asumsi klasik yang meliputi multikolinearitas, autokorelasi, dan

heteroskedastisitas. Multikolinearitas adalah suatu hubungan linear yang

sempurna diantara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model

regresi. Indikasi dari adanya multikolinearitas adalah jika koefisien mempunyai

simpangan baku yang tinggi tetapi setelah mengeluarkan satu atau lebih peubah

bebas dari model menyebabkan simpangan bakunya rendah. Selain itu,

multikolinearitas juga dapat terjadi jika dalam uji-F menyimpulkan bahwa

minimal ada peubah bebas yang berpengaruh nyata dalam model atau R-squared

Page 51: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

37

tinggi, tetapi dalam uji-t tidak ada koefisien yang signifikan karena simpangan

baku koefisien besar (Juanda, 2008).

Pelanggaran asumsi klasik yang kedua adalah adanya autokorelasi.

Autokorelasi menurut Gujarati (1978) adalah korelasi antara anggota serangkaian

observasi yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deret waktu) dan

ruang (seperti dalam data cross-sectional). Pengujian ada atau tidaknya

autokorelasi dilakukan dengan menggunakan Breusch-Goldfrey Serial

Correlation LM Test. Apabila nilai probabilitas yang didapatkan lebih besar dari

taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen maka tidak terdapat pelanggaran

autokorelasi atau tidak ada autokorelasi dalam model.

Pelanggaran asumsi klasik yang terakhir adalah adanya

heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah varians setiap unsur disturbance ui,

tergantung pada nilai yang dipilih dari variabel yang menjelaskan, adalah suatu

angka yang tidak konstan atau berbeda (Gujarati, 1978). Pengujian ada atau

tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji White

maupun uji Harvey. Apabila nilai probabilitas yang diperoleh lebih besar dari

taraf nyata yang digunakan yaitu 10 persen maka tidak ada heteroskedastisitas

dalam model. Dari ketiga pengujian asumsi klasik, model akan baik jika tidak

terdapat pelanggaran-pelanggaran pada asumsi klasik tersebut.

Page 52: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

38

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bogor

Kabupaten Bogor merupakan suatu daerah tingkat II di Jawa Barat yang

mempunyai luas wilayah sebesar 2.301,95 Km2. Batas Kabupaten Bogor sebelah

utara adalah Kota Depok, batas barat dengan Kabupaten Lebak, batas barat daya

dengan Kabupaten Tangerang, batas timur dengan Kabupaten Purwakarta, batas

timur laut dengan Kabupaten Bekasi, batas selatan dengan Kabupaten Sukabumi,

dan batas tenggara dengan Kabupaten Cianjur. Kabupaten Bogor memiliki 40

kecamatan, 427 desa/kelurahan, 3.516 RW, dan 13.603 RT berdasarkan data pada

tahun 2006. Sementara itu, jumlah penduduk Kabupaten Bogor akan ditunjukkan

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Bogor Tahun 2006-2009

Tahun Jumlah Penduduk (jiwa)

2006 4.216.186

2007 4.316.236

2008 4.402.026

2009 4.453.927

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010

Berdasarkan Tabel 4.1.dapat dilihat pertumbuhan jumlah penduduk

Kabupaten Bogor dari tahun 2006 sampai 2009. Jumlah penduduk Kabupaten

Bogor cenderung mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Jumlah penduduk

pada data terakhir yaitu pada tahun 2009 sebesar 4.453.927. Pertumbuhan

penduduk yang selalu mengalami peningkatan menyebabkan semakin

bertambahnya kebutuhan penduduk termasuk peningkatan kebutuhan pangan.

Page 53: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

39

Bahkan jumlah penduduk Kabupaten Bogor tercatat sebagai jumlah penduduk

terbesar diantara Kabupaten lain di Jawa Barat. Sementara itu, perekonomian

wilayah Kabupaten Bogor dilihat berdasarkan Pendapatan Domestik Regional

Bruto (PDRB). Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor akan ditunjukkan

pada tabel berikut ini.

Tabel 4.2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005

Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)

2002 4,48

2003 4,81

2004 5,56

2005 5,85

Sumber : BPS Kabupaten Bogor, 2005

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat PDRB Kabupaten Bogor dari tahun

2002 sampai 2005. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa Kabupaten Bogor

memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang selalu meningkat pada periode 2002

sampai 2005. Pada Tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85 persen

yang meningkat 0,29 persen dari tahun sebelumnya. Sektor-sektor perekonomian

Kabupaten Bogor juga menentukan besarnya laju pertumbuhan ekonomi. Sektor

yang menjadi penyumbang terbesar dalam penyerapan tenaga kerja akan

ditunjukkan pada Tabel 4.3.

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat jumlah tenaga kerja pada masing-

masing sektor di Kabupaten Bogor. Sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar

adalah sektor perdagangan sebesar 356.304. kemudian dilanjutkan oleh sektor

industri yang menyerap tenaga kerja sebesar 283.831.

Page 54: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

40

Tabel 4.3. Data Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha Utama Kabupaten Bogor

Tahun 2006

Lapangan Usaha Utama Jumlah

Pertanian 258.631

Pertambangan dan Galian 18.751

Industri 283.831

Listrik, Gas, dan Air Minum 2.451

Konstruksi 66.022

Perdagangan 356.304

Komunikasi 123.057

Keuangan 26.946

Jasa-jasa 248.745

Lainnya 4.892

Jumlah 1.389.630

Sumber : Departemen Perindustrian, 2007

Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat bahwa pertanian yang

merupakan salah satu sektor unggulan Kabupaten Bogor yang menyerap tenaga

kerja sebesar 258.631. Sektor pertanian ini merupakan sektor yang menyerap

tenaga kerja terbesar ketiga setelah sektor perdagangan, dan industri. Ketiga

sektor unggulan tersebut harus mendapatkan perhatian dari pemerintah agar

penyerapan hasil dari ketiga sektor tersebut dalam PDRB Kabupaten Bogor dapat

terserap secara optimal.

Pertanian sebagai salah satu sektor unggulan Kabupaten Bogor harus

mendapatkan prioritas dari pemerintah. Faktor-faktor yang mempengaruhi

peningkatan produksi pertanian juga harus diperhatikan terutama adalah luas

lahan. Luas lahan dan produksi padi di Kabupaten Bogor akan ditunjukkan pada

tabel berikut ini.

Page 55: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

41

Tabel 4.4. Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah

Kabupaten Bogor Tahun 2009

Tahun

Luas

Tanam

(Ha)

Luas Panen

(Ha)

Produktivitas

(Ku/Ha) Produksi (Ton)

2005 79.970 76.476 52,81 403.860

2006 79.140 73.932 54,04 399.501

2007 87.304 82.103 56,84 466.656

2008 85.208 81.415 58,63 477.344

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2010

Berdasarkan pada Tabel 4.4 dapat dilihat luas tanam, luas panen,

produktivitas dan produksi padi sawah Kabupaten Bogor. Dari tabel tersebut

terlihat bahwa luas tanam dan luas panen cenderung fluktuatif bahkan terjadi

penurunan pada tahun 2006 dari tahun sebelumnya dengan selisih luas tanam

sebesar 830 hektar dan selisih luas panen sebesar 2544 hektar. Hal demikian juga

terjadi lagi pada tahun 2010 yang mengalami penurunan luas tanam sebesar 2096

dari tahun sebelumnya serta penurunan luas panen sebesar 688 hektar. Hal ini

juga berpengaruh pada produksi padi yang fluktuatif bahkan menurun pada tahun

2006 sebesar 4359 ton dari tahun sebelumnya karena adanya penurunan luas

tanam dan luas panen dalam jumlah yang besar. Dari Tabel 4.4 juga dapat dilihat

bahwa luas panen selalu lebih kecil dari luas tanam pada setiap tahunnya. Hal ini

mengindikasikan bahwa belum optimalnya produksi padi terkait dengan faktok-

faktor yang mempengaruhinya seperti kebutuhan pupuk, jumlah tenaga kerja,

jenis benih atau bibit yang juga berpengaruh terhadap produksi padi. Oleh karena

itu, pemerintah harus lebih memperhatikan terpenuhinya kebutuhan faktor

produksi di tingkat petani sehingga dapat mendukung peningkatan produksi padi

Page 56: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

42

yang juga akan mendukung ketahanan pangan terkait dengan semakin

bertambahnya jumlah penduduk.

4.2. Perkembangan Kebijakan Subsidi Pupuk

Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu kebijakan fiskal yang

bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian terutama tanaman pangan

sehingga kebutuhan pangan penduduk terpenuhi. Kebijakan ini sudah diadakan

sejak tahun 1960 dan telah mengalami berbagai perubahan pola kebijakan untuk

memperbaiki efektivitas dari penyerapan subsidi pupuk ini. Kebijakan subsidi

pupuk pertama dimulai sejak tahun 1960 dimana penyaluran subsidi pupuk

dilakukan secara konsinyasi. Pertanggungjawaban penyediaan pupuk diserahkan

pada PT. Pupuk Sriwijaya. Namun, pada periode ini tidak ada jaminan

ketersediaan pupuk karena tidak ada ketentuan stok pupuk. Selain itu, hal ini

dikarenakan adanya pengembalian kredit yang bermasalah dari petani dan tidak

adanya dana yang cukup dari pemerintah untuk mengimpor pupuk. Kondisi ini

berlangsung sampai tahun 1979 kemudian kebijakan selanjutnya juga masih

menjadi tanggung jawab PT. Pupuk Sriwijaya dalam pengadaan dan penyaluran

semua jenis pupuk untuk sektor pertanian. Pada periode ini ketersediaan stok

pupuk sampai lini IV lebih terjamin karena adanya ketentuan stok pupuk

berdasarkan enam indikator (tempat, jenis, waktu, jumlah, mutu, dan harga).

Ketersediaan semua pupuk bersubsidi oleh pemerintah berlangsung

sampai tahun 1993/1994. Kemudian pada tahun ini pupuk yang disubsidi hanya

jenis pupuk urea. Pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi masih berada pada

Page 57: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

43

tanggung jawab PT. Pupuk Sriwijaya. Pupuk lainnya seperti SP 36, ZA, dan KCL

mulai disubsidi pada awal 1998 tetapi hanya sementara karena pada akhir

Desember subsidi pupuk dicabut. Hal ini berkaitan dengan adanya krisis moneter

yang melanda Indonesia yang mendorong Indonesia untuk mencabut kebijakan ini

terkait dengan adanya pinjaman hutang dari IMF. Adanya pinjaman dari IMF

membuat Indonesia harus mengikuti peraturan yang dibuat oleh IMF sehingga

Indonesia harus mencabut kebijakan subsidi pupuk dan pupuk menjadi komoditas

bebas melalui mekanisme supply dan demand. Pada periode ini terjadi kelangkaan

pupuk dan mahalnya tingkat harga pupuk. Pencabutan subsidi pupuk ini

berlangsung sampai tahun 2001.

Pada tahun 2001 diberlakukan kembali adanya subsidi pupuk urea sesuai

dengan SK Menperindag No. 93 Tahun 2001. Pada periode ini penyaluran dan

pengadaan pupuk urea pada sektor pertanian dibawah tanggung jawab semua

produsen pupuk, tidak hanya pada PT. Pupuk Sriwijaya. Pada tahun 2003

dikeluarkan kembali peraturan yang mengatur pengadaan dan penyaluran subsidi

pupuk yaitu SK Menperindag No. 70/MPP/Kep/2003 dimana pendistribusian

pupuk bersubsidi berdasarkan sistem rayonisasi. Semua produsen pupuk

bertanggungjawab terhadap pengadaan pupuk pada wilayah sekitarnya apabila ada

kesulitan dalam pengadaanya dapat melakukan kerjasama dengan produsen lain.

Penyaluran dan pengadaan pupuk diatur dalam suatu mekanisme yang

pernah mengalami dua kali perubahan. Mekanisme pertama yang diterapkan

adalah pada saat penyaluran dan pengadaan subsidi pupuk di bawah tanggung

Page 58: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

44

jawab satu produsen yaitu PT. Pupuk Sriwijaya. Mekanisme distribusi peyaluran

subsidi pupuk ditunjukkan pada Gambar 4.1.

Sumber : Ilham (1999)

Gambar 4.1. Mekanisme Distribusi Pupuk dengan Produsen PT. Pusri

Pada Gambar 4.1 ditunjukkan mekanisme distribusi pupuk pada saat

pertanggungjawaban penyaluran dan pengadaan pupuk berada pada satu produsen

yaitu PT. Pupuk Sriwijaya. PT. Pupuk Sriwijaya mempunyai tanggung jawab

penyaluran subsidi pupuk dari Lini I sampai Lini III. Kemudian Lini IV berada

pada tanggung jawab KUD penyalur yang ditunjuk oleh PT. Pusri. Apabila ada

permasalahan pada penyaluran pupuk bersubsidi ini maka PT. Pusri

bertanggungjawab untuk melakukan penyaluran sampai pada Lini IV. Mekanisme

dengan satu produsen pupuk ini berlangsung sampai awal tahun 1998. Pada tahun

1998 subsidi pupuk dicabut dan mulai diberlakukan kembali pada tahun 2001.

Pada tahun 2001 mekanisme distribusi subsidi pupuk tidak hanya dimonopoli oleh

satu produsen saja, tetapi diserahkan pada semua produsen pupuk (PT. Pupuk

PT. PUSRI

LINI I LINI II

IMPORTIR

PRODUSEN

LAIN

(HOLDING

COMPANY)

PETANI

KUD

PENYALUR

LINI IV

LINI III

Page 59: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

45

Sriwijaya, PT. Petrokimia Gresik, PT. Pupuk Kaltim, PT. Pupuk Kujang

Cikampek, dan PT. Pupuk Iskandar Muda).

Sumber : Ilham (1999)

Keterangan : : Jalur utama

: Jalur insidentil

Gambar 4.2. Mekanisme Distribusi Subsidi Pupuk dengan Semua Produsen

Pada Gambar 4.2 terlihat bahwa semula penyaluran pupuk harus melalui

Lini IV terlebih dahulu, tetapi setelah adanya semua produsen yang ikut dalam

penyaluran ini maka dari produsen pupuk dapat langsung kepada pengecer

sehingga semakin memperpendek mata rantai penyaluran pupuk. Hal ini membuat

lebih terjaminnya ketersediaan pupuk karena setiap produsen mempunyai

tanggung jawab untuk memenuhi ketersediaan pupuk di daerah sekitarnya.

Apabila terjadi kekurangan persediaan maka produsen berkewajiban untuk

bekerjasama dengan produsen maupun produsen lain (holding company). Dengan

adanya mekanisme ini diharapkan dapat terjaminnya ketersediaan pupuk di

tingkat petani.

PT. PUSRI

LINI I LINI II LINI III LINI IV

PETANI

PENGECER

RESMI DISTRIBUTOR

NON PUSRI

IMPORTIR

PRODUSEN

LAIN

(HOLDING

COMPANY)

Page 60: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

46

V. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Usaha Tani Responden

Penelitian ini dilakukan terhadap petani yang mendapatkan pupuk

bersubsidi dari pemerintah. Penelitian ini memilih sampel di kabupaten Bogor.

Pemilihan sample dilakukan berdasarkan produksi padi di setiap daerah di

kabupaten Bogor. Kecamatan Pamijahan dipilih dengan kriteria mewakili daerah

sentra produksi padi dengan luas tanam terbesar yaitu 8042 hektar, sedangkan

kecamatan Darmaga dipilih dengan kriteria mewakili daerah yang rata-rata

produksi padi dengan luas tanam sebesar 1400 hektar (Kementerian Pertanian,

2010). Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan wilayah sebaran sampel.

Tabel 5.1. Wilayah Studi Penelitian

Kecamatan Desa/Kelurahan

Pamijahan Ciasihan

Ciasmara

Darmaga Cikarawang

Ciherang

Dari Tabel 5.1. di atas dapat terlihat bahwa wilayah studi penelitian ini

difokuskan pada empat kecamatan. Setiap kecamatan diambil 30 petani sebagai

responden. Penelitian ini mengkaji tentang efektivitas kebijakan subsidi pupuk

dan pengaruhnya terhadap produksi padi di Kabupaten Bogor. Karakteristik

tingkat pendidikan responden akan ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Page 61: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

47

Gambar 5.1. Karakteristik Pendidikan Responden

Pada Gambar 5.1 terlihat bahwa tingkat pendidikan mayoritas responden

adalah SD-MI dengan presentase sebesar 46,36 persen. Jenjang pendidikan

tertinggi responden yaitu S1 hanya mencapai presentase sebesar 2,73 persen. Hal

ini menunjukkan bahwa responden yaitu petani berpendidikan tidak tinggi

sehingga pengetahuan mereka terbatas. Oleh karena itu, dibutuhkan penyuluhan

dari berbagai instansi khususnya dinas pertanian untuk memberikan pengetahuan-

pengetahuan tentang pertanian untuk dapat meningkatkan produksi pertanian

mereka. Selain itu, juga diperlukan adanya kelompok tani untuk dapat melakukan

berbagai pertemuan yang membahas tentang masalah-masalah pertanian mereka

untuk dapat diselesaikan secara bersama.

Karakteristik responden selain tingkat pendidikan adalah luas lahan yang

dimiliki responden. Responden memiliki luas lahan yang berbeda-beda dimana

berdasarkan Gambar 5.2 terlihat bahwa mayoritas responden memiliki luas antara

1000-4999 m2 sebesar 55 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan

responden adalah petani kecil dengan luas lahan yang sedikit. Hal ini juga

46,36

15,45 20

2,73 1,82

13,64

0

10

20

30

40

50

SD-MI SMP-MTS SMA S1 PESANTREN TIDAKLULUS

Ju

mla

h (

%)

Pendidikan

Tingkat Pendidikan Responden

Page 62: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

48

didukung dengan data tersebut dimana petani dengan total luas lahan dibawah

satu hektar adalah sebesar 80 persen, sedangkan petani dengan luas lahan lebih

besar dari satu hektar adalah sebesar 20 persen. Dari data tersebut terlihat bahwa

terdapat kecenderungan responden dengan luas lahan kurang dari satu hektar.

Keadaan luas lahan tersebut yang sebagian besar dimiliki oleh petani kecil juga

akan berpengaruh pada penerimaan pendapatan petani dan tingkat kesejahteraan

petani. Olah karena itu, dibutuhkan berbagai kebijakan yang memihak kepada

petani untuk dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Hal ini

penting karena petani sebagai pemenuh kebutuhan pangan pokok Indonesia.

Gambar 5.2. Luas Lahan Responden

Luas lahan yang dimiliki petani juga berpengaruh terhadap produksi padi.

Dari data luas lahan di atas dimana luas lahan mayoritas sebesar 1000-4999 m2

mempengaruhi produksi padi yang pada penelitian ini dilihat rata-rata produksi

padi setiap musim tanam yang disajikan pada Gambar 5.3 Pada gambar tersebut

5

55

20

11,67

1,67 5,83

0 0,83 0

10

20

30

40

50

60

Ju

mla

h (

%)

Luas Lahan (m2)

Persentase Luas Lahan Responden

Page 63: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

49

terlihat bahwa rata-rata produksi padi setiap musim tanam periode 2010 terbanyak

yaitu antara 100-900 kg sebesar 42,5 persen. Produksi terbesar kedua yaitu antara

1000-1999 kg per musim tanam sebesar 37,5 persen sedangkan sisanya yaitu

sebesar 20 persen terdapat pada rentang produksi lebih dari 2000 kg per musim

tanam. Hal ini menunjukkan bahwa produksi padi setiap musim tanam masih

rendah yang didukung dengan luas lahan yang juga masih rendah. Oleh karena itu

diperlukan teknik produksi, bibit, pupuk, tenaga kerja yang lebih bagus dan

terampil tentunya dengan bantuan berbagai kebijakan dari pemerintah. Adanya

kebijakan-kebijakan tersebut diharapkan dapat meningkatkan produksi padi setiap

tahunnya mengingat adanya keterbatasan lahan dan bahkan semakin menyempit

serta dengan semakin banyaknya peningkatan jumlah penduduk yang ada yang

menggeser fungsi lahan dan meningkatkan pemintaan kebutuhan pangan.

Gambar 5.3. Rata-rata Produksi Padi Setiap Musim Tanam Periode 2010

Pada Gambar 5.2 dan 5.3 telah dijelaskan bahwa karakteristik luas lahan

responden yang kecil dapat berpengaruh pada produksi padi responden yang

rendah pada setiap musim tanamnya yang juga berdampak pada tingkat

42,5 37,5

7,5 12,5

0

10

20

30

40

50

100-999 1000-1999 2000-2999 >3000

Jum

lah

(%

)

Produksi Padi (kg)

Rata-rata Produksi Padi Setiap Musim Tanam

Periode 2010

Page 64: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

50

pendapatan petani yang juga rendah. Padahal diketahui bahwa pengeluaran petani

untuk biaya-biaya produksi semakin meningkat dengan adanya peningkatan harga

serta peningkatan kebutuhan pada input-input produksinya seperti pupuk, bibit,

obat-obatan, serta tenaga kerja. Berikut ini adalah gambar tentang pengeluran

petani pada masing-masing input produksi.

Gambar 5.4. Rincian Pengeluaran Input Produksi per Musim Tanam Responden

Dari Gambar 5.4 terlihat bahwa pengeluaran input produksi terdiri dari

bibit, pupuk, tenaga kerja, sewa alat pertanian, pengairan, pemeliharaan

alat/sarana, biaya pengangkutan, obat-obatan, dan lainnya (seperti pajak). Dari

sembilan input produksi tersebut pengeluaran terbesar adalah biaya untuk upah

tenaga kerja sebesar 42,89 persen. Biaya tenaga kerja menjadi pengeluaran petani

yang terbesar karena sistem bagi hasil upah tenaga kerja dengan pemilik lahan

adalah 1:5. Tenaga kerja mendapatkan bagian satu dari seluruh produksi,

4,83%

25,72%

42,89%

19,14%

1,54% 0,36%

1,45%

3,94%

0,13%

Rincian Pengeluaran Input Produksi Per Musim Tanam

BENIH

PUPUK

TENAGA KERJA

SEWA ALAT PERTANIAN

BIAYA PENGAIRAN

PEMELIHARAAN ALAT/SARANA

BIAYA PENGANGKUTAN

OBAT-OBATAN

LAIN-LAIN

Page 65: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

51

sedangkan pemilik lahan mendapatkan bagian lima dari seluruh produksi padi.

Pengeluaran bagi hasil ini belum termasuk biaya tenaga kerja setiap harinya yang

mencapai 20000-30000 untuk setiap hari pada tahap-tahap produksi tertentu

seperti pada saat tahap tanam, pemupukan, dan panen yang membutuhkan lebih

banyak tenaga kerja.

Biaya terbesar kedua yaitu pupuk sebesar 25,72 persen kemudian diikuti

oleh biaya sewa alat pertanian dan bibit yang masing-masing sebesar 19,14 persen

dan 4,83 persen. Pupuk menjadi biaya terbesar kedua karena kondisi responden

yang masih terbiasa menggunakan pupuk kimia seperti urea, TSP/SP-36, NPK,

serta KCL membuat mereka susah beralih untuk menggunakan pupuk organik

sebagai pengganti pupuk kimia yang semakin meningkat harganya. Bahkan KCL

yang juga dibutuhkan mereka sudah tidak disubsidi lagi oleh pemerintah.

Responden tetap menggunakan pupuk kimia juga disebabkan oleh adanya anjuran

dari PPL tentang pemupukan yang tepat dengan komposisi 200 kg urea, 100 kg

SP-36, dan 100 kg KCL untuk setiap hektar lahan. Selain itu, organik yang

menjadi alternatif pengganti pupuk kimia yang semakin mahal tidak bisa menarik

petani untuk meninggalkan pupuk kimia karena adanya ketergantungan tanah

yang sudah terbiasa menggunakan pupuk kimia. Alasan lain petani tidak ingin

menggunakan pupuk organik adalah keterbatasan pengetahuan tentang pembuatan

pupuk organik karena belum adanya pengetahuan tentang pembuatan pupuk

organik. Selain itu, petani juga beranggapan bahwa menggunakan pupuk organik

akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja dan akan mengeluarkan lebih

banyak biaya.

Page 66: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

52

Biaya terbesar ketiga adalah sewa alat pertanian sebesar 19,14 persen.

Sewa alat pertanian menjadi biaya terbesar ketiga setelah pupuk karena

kebanyakan petani tidak mempunyai peralatan sendiri seperti untuk keperluan

membajak sawah. Responden yang sebagian besar merupakan petani kecil masih

membutuhkan alat pertanian seperti kerbau dan traktor dengan cara sewa yang

membutuhkan biaya cukup mahal. Biaya kerbau sekitar Rp 100.000 setiap harinya

sekaligus dengan tenaga kerjanya. Pembajakan lahan dilakukan sekitar satu

minggu ataupun lebih tergantung dari luas lahan masing-masing responden.

Traktor membutuhkan biaya sebesar 400.000 sampai 600.000 rupiah pada setiap

musim tanamnya.

Pengeluaran lain setelah sewa alat pertanian adalah pengeluran untuk

benih sebesar 4,83 persen yang merupakan pengeluaran terbesar keempat. Benih

merupakan input penting juga selain pupuk, dan tenaga kerja karena kualitas

benih menentukan kualitas dan kuantitas produksi padi petani. Benih yang sering

digunakan responden adalah benih Ciherang yang harganya berkisar Rp 5000/kg.

Kebijakan subsidi benih juga telah dilakukan pemerintah seperti pada tahun 2010

dilakukan subsidi benih dimana responden mendapatkan benih jenis Inpari dengan

harga berkisar Rp 1000/kg. Namun, responden menyatakan gagal panen dengan

menggunakan benih ini karena hampir semua padi adalah hampa atau kosong

sehingga mengurangi berat padi. Kejadian ini membuat responden merasa tidak

percaya lagi dengan benih subsidi dari pemerintah dan beralih menggunakan

benih yang biasa mereka pergunakan seperti benih Ciherang meskipun dengan

harga yang mahal sehingga membuat biaya produksi juga meningkat. Oleh karena

Page 67: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

53

itu, diharapkan bahwa kebijakan subsidi benih dilakukan dengan memperhatikan

kualitas serta dilakukan uji coba dari kualitas benih yang diberikan kepada petani

sehingga petani percaya menggunakan benih subsidi dari pemeritah dan hasil

produksi padi juga akan semakin meningkat.

Pengeluaran lain setelah benih adalah pengeluaran untuk obat-obatan,

pengairan, biaya pengangkutan, pemeliharaan alat/sarana, serta pengeluaran

lainnya seperti pajak yang masing-masing sebesar 3,94 persen, 1,54 persen, 1,45

persen, 0,36 persen, serta 0,13 persen. Pengeluaran-pengeluaran tersebut juga

penting untuk mendukung produksi padi terutama pengairan. Daerah di kecamtan

Pamijahan cenderung memiliki kondisi irigasi pengairan yang lebih bagus

dibandingkan pada daerah Darmaga. Pengairan di Pamijahan langsung dari irigasi

sungai sehingga membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingkan pada daerah

Darmaga. Pengairan yang lancar pada daerah Pamijahan juga mendukung

produksi dimana di daerah ini bisa dilakukan dua sampai tiga kali tanam pada

setiap tahunnya sedangkan di kecamatan Darmaga hanya bisa satu kali musim

tanam padi. Hal ini yang menyebabkan perbedaan produksi pada daerah

Pamijahan dan Darmaga pada setiap tahunnya.

Kebijakan subsidi pupuk berupa HET pada beberapa jenis pupuk juga

memberikan sumbangan terhadap biaya pengeluaran produksi untuk setiap musim

tanamnya. Pengeluaran pupuk sebesar 25,72 persen seperti telah dijelaskan pada

Gambar 5.4 yang merupakan pengeluaran terbesar kedua. Adanya subsidi pupuk

dapat memengaruhi pengeluaran pupuk yang akan dijelaskan pada tabel berikut

ini.

Page 68: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

54

Tabel 5.2. Perbedaan Pengeluaran Pupuk Subsidi dan Non Subsidi pada Setiap

Musim Tanam

Jenis Jumlah

(kg)

Harga Subsidi

(RP/Kg)

Harga Non

Subsidi

(Rp/Kg)

Urea 200 1.600 4.000

TSP/SP-36 100 2.000 5.450

KCL 100 5000

(Tidak bersubsidi) 5.000

Total harga (Rp)

1.020.000 1.845.000

Selisih harga subsidi dan non

subsidi 825.000

Dari Tabel 5.2 di atas terlihat bahwa terdapat perbedaan harga pupuk

subsidi dan non subsidi. Perbedaan harga ini akan berpengaruh terhadap

pengeluaran pupuk pada setiap musim tanamnya. Pupuk yang digunakan dalam

hal ini adalah pupuk anjuran pemerintah dengan kombinasi penggunaan urea 200

kg, TSP 100 kg, dan KCL 100 kg untuk setiap satu hektar luas lahan. Dari tabel

tersebut terlihat bahwa untuk pupuk subsidi pemerintah petani dapat

mengeluarkan biaya pupuk sebesar Rp 1.020.000 untuk setiap musim tanamnya,

sedangkan apabila petani membeli pupuk dengan jenis yang sama tetapi tidak

disubsidi pemerintah maka pengeluaran terhadap pupuk sebesar Rp 1.845.000

untuk setiap musim tanamnya. Dari kedua pengeluaran tersebut terlihat bahwa

terdapat perbedaan pengeluaran untuk pupuk subsidi dan non subsidi dengan

selisih sebesar Rp 825.000 untuk setiap musim tanamnya. Jadi, apabila petani

memperoleh pupuk bersubsidi dari pemerintah maka petani dapat menghemat

biaya pengeluaran pupuk sebesar 44,72 persen dari pengeluaran pupuk yang

seharusnya dikeluarkan apabila pupuk tidak disubsidi.

Page 69: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

55

5.2. Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk

Pupuk merupakan kebutuhan yang cukup penting dalam menunjang

produksi padi. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian karakteristik pertanian

responden bahwa pupuk mempunyai proporsi pengeluaran terbesar setelah tenaga

kerja. Oleh karena itu, diperlukan program kebijakan fiskal yang dapat membantu

terpenuhinya kebutuhan pupuk petani dengan mudah dan dengan harga terjangkau

agar kesejahteraan petani meningkat. Kebijakan mengatur pupuk yang saat ini

diterapkan adalah kebijakan subsidi pupuk. Kebijakan subsidi pupuk yang saat ini

diterapkan adalah dengan menentukan harga eceran tertinggi yang diterima petani

pada setiap jenis pupuk. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu kebutuhan

pupuk di tingkat petani.

Penyaluran subsidi pupuk yang saat ini diterapkan adalah sistem terbuka

dimana petani langsung membeli ke pengecer resmi. Pengawasan pupuk

bersubsidi untuk mengetahui efektivitas dari kebijakan ini adalah melalui prinsip

enam tepat, yaitu harga, jumlah, waktu, tempat, jenis, dan mutu. Penelitian ini

menggunakan empat dari enam indikator yang mengukur efektivitas kebijakan

subsidi pupuk dengan studi kasus di Kabupaten Bogor. Indikator pertama adalah

indikator tepat harga yang diperoleh berdasarkan selisih antara harga yang

diterima responden dengan harga yang seharusnya diterima responden. Rata-rata

harga pada setiap jenis pupuk bersubsidi yang diterima responden akan dijelaskan

pada tabel berikut ini.

Page 70: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

56

Tabel 5.3. Rata-rata Harga Pupuk Bersubsidi yang Diterima Responden

Uraian Urea TSP/SP-36 NPK

Harga Rata-rata Pembelian (Rp/kg) 1900 2400 2500

Harga Eceran Tertinggi (Rp/kg) 1600 2000 2300

Deviasi Absolut (Rp/kg) 300 400 200

Deviasi Relatif (%) 18,75 20 8,70

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat harga pupuk aktual dan harga pupuk

seharusnya yang diterima responden. Jenis pupuk bersubsidi yang digunakan

responden adalah urea, TSP/SP-36, dan NPK. Pupuk urea mempunyai harga

eceran tertinggi yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 1600/kg. Namun, pada

kenyataanya harga pupuk urea yang diperoleh responden rata-rata sebesar 1900

sehingga terdapat selisih sebesar Rp 300 dari harga sesungguhnya. Responden

telah membeli pupuk urea dengan harga 18,75 persen lebih mahal untuk setiap

satu kilogram pupuk daripada harga sesungguhnya.

Pupuk jenis lain yang digunakan oleh responden adalah TSP atau SP-36.

Harga eceran tertinggi dari pupuk jenis ini adalah sebesar Rp 2000/kg. Reponden

rata-rata memperoleh pupuk bersubsidi jenis ini dengan harga sebesar Rp 2400/kg

atau terdapat selisih sebesar Rp 400/kg. Dari harga yang diperoleh responden ini

maka responden telah membeli pupuk TSP atau SP-36 dengan harga 20 persen

lebih mahal untuk setiap satu kilogram pupuk dibandingkan dengan harga

sesungguhnya.

Pupuk bersubsidi selain urea dan TSP/SP-36 yang digunakan responden

adalah jenis pupuk NPK. Pupuk NPK mempunyai harga eceran tertinggi sebesar

Rp 2300/kg. Namun, rata-rata harga yang diterima responden sebesar Rp 2500/kg

atau terdapat selisih sebesar Rp 200/kg dari harga sesungguhnya. Dari harga yang

Page 71: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

57

diperoleh responden maka responden membeli pupuk NPK dengan harga 8,70

persen lebih tinggi daripada harga sesungguhnya. Dari ketiga jenis pupuk tersebut

dapat dikategorikan bahwa ketiga jenis pupuk tersebut mempunyai harga

pembelian yang lebih tinggi dari harga eceran tertinggi. Hal ini akan

mempengaruhi tingkat efektivitas dari kebijakan subsidi pupuk. Jumlah responden

yang memperoleh harga yang tepat dan tidak tepat dalam memperoleh subsidi

pupuk akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.4. Persentase Tingkat Ketepatan Harga Pupuk Bersubsidi

Jenis Pupuk Kesesuaian Harga dengan HET Jumlah Persentase (%)

Urea Tepat 40 35,00

Tidak Tepat 74 64,91

NPK Tepat 4 9,52

Tidak Tepat 38 90,48

TSP/SP-36 Tepat 14 15,22

Tidak Tepat 78 84,78

TOTAL Tepat 58 23,39

Tidak Tepat 190 76,61

Dari Tabel 5.4 ditunjukkan bahwa terdapat berbagai pilihan penggunaan

pupuk oleh responden dimana jenis pupuk yang digunakan oleh responden adalah

urea, NPK, TSP/SP-36, dan KCL. Namun, KCL mulai tahun 2003 sudah tidak

disubsidi sehingga ruang lingkup penelitian hanya terfokus pada tiga jenis pupuk

tersebut selain KCL. Analisis data ini dilakukan dengan melihat perbedaan harga

pupuk aktual yang diterima responden dengan harga yang seharusnya diterima

responden yaitu harga yang sudah ditetapkan pemerintah dalam bentuk harga

eceran tertinggi (HET). Dalam hal ini dilihat jumlah responden yang memperoleh

harga yang sama dengan HET dan jumlah responden yang tidak memperoleh

Page 72: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

58

harga yang sama dengan HET. Harga eceran tertinggi untuk urea adalah Rp

1600/kg yang berlaku dari tahun 2010 dan sampai sekarang masih diberlakukan

HET yang sama. Urea mempunyai HET yang lebih rendah dibandingkan dengan

pupuk jenis lain. Jumlah responden yang menerima HET tepat sama dengan harga

yang dibayarkan adalah 40 responden, sedangkan jumlah responden yang tidak

memperoleh harga sama dengan HET adalah 74 responden. Responden

menggunakan pupuk urea untuk mendukung pertumbuhan daun. Persentase dari

responden yang memperoleh harga sama dengan HET dan tidak sama dengan

HET masing-masing sebesar 35,09 persen dan 64,91 persen. Urea merupakan

pupuk yang jumlahnya paling banyak diminta oleh responden sebesar 114

dibandingkan dengan jenis pupuk lain seperti NPK dan TSP/SP-36 yang masing-

masing hanya sebesar 42 dan 92. Oleh karena itu, banyak responden yang

berharap bahwa urea tidak akan dicabut atau tetap disubsidi oleh pemerintah. Hal

ini juga didukung dengan adanya wacana penurunan alokasi subsidi pupuk untuk

beberapa tahun ke depan, dan adanya beberapa jenis pupuk yang sudah tidak lagi

disubsidi seperti KCL.

Pupuk selain urea yang disubsidi yaitu NPK yang mempunyai tiga jenis

yaitu NPK Phonska, NPK Pelangi, dan NPK Kujang. Kebanyakan responden

menggunakan NPK dengan jenis NPK Phonska. NPK digunakan responden untuk

membantu pertumbuhan buah. Ketiga jenis NPK tersebut mempunyai harga

eceran tertinggi yang sama yaitu Rp 2300/kg. Responden yang mendapatkan

harga sesuai dengan HET adalah 4 responden, sedangkan responden yang

mendapatkan harga lebih tinggi dari HET adalah 38 responden. Persentase sebesar

Page 73: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

59

9,52 persen dimiliki oleh responden yang memperoleh harga sama dengan HET

sedangkan responden yang memperoleh harga leih tinggi dari HET sebesar 90,48

persen. NPK mempunyai kecenderungan yang sama dengan urea dimana

keduanya memiliki persentase yang lebih besar dalam hal ketidaktepatan dengan

HET yang berlaku bahkan NPK memiliki selisih persentase yang lebih besar

dibandingkan dengan urea.

Jenis pupuk ketiga yang digunakan oleh responden adalah pupuk berjenis

TSP/SP-36. Pupuk ini digunakan untuk memperkuat batang tanaman dan

mempercepat pertumbuhan akar semai. TSP/SP-36 mempunyai harga eceran

tertinggi sebesar Rp 2000/kg. Responden yang memperoleh harga sesuai dengan

HET adalah 14 responden, sedangkan responden yang tidak memperoleh harga

sesuai dengan HET adalah 78 responden. Persentase responden yang mempunyai

harga sama dengan HET dan yang tidak sama dengan HET masing-masing

sebesar 15,22 persen dan 84,78 persen. Dari ketiga jenis pupuk bersubsidi yang

digunakan oleh responden semuanya mempunyai kecenderungan yang sama

dimana kebanyakan responden memperoleh harga yang lebih tinggi dari HET

dengan persentase sebesar 76,61 persen dibandingkan dengan responden yang

memperoleh harga sama dengan HET yang hanya sebesar 23,39 persen.

Kecenderungan harga yang lebih tinggi dari HET ini terjadi karena kebanyakan

responden membeli pupuk di kios yang dekat dengan desa. Kebanyakan kios

resmi berada di luar desa yang membutuhkan tambahan biaya transportasi. Selain

itu, kebanyakan responden juga tidak mengetahui kios resmi yang menjual pupuk

Page 74: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

60

bersubsidi. Hal-hal tersebut yang membuat pupuk bersubsidi pada penelitian ini

belum bisa dikategorikan memenuhi prinsip tepat harga.

Indikator kedua yang menentukan keefektifan program kebijakan subsidi

pupuk adalah indikator tepat tempat. Tepat tempat yang dimaksud adalah petani

sebagai penerima subsidi pupuk dapat memperoleh pupuk di kios yang dekat

dengan rumah atau lahan petani atau kios berada di dalam desa. Hasil penelitian

tentang indikator tepat tempat akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.5. Persentase Tingkat Ketepatan Tempat Pupuk Bersubsidi

Tempat Pembelian Pupuk Jumlah Responden Persentase (%)

di dalam desa 52 43,33

di luar desa 68 56,67

TOTAL 120 100

Dari Tabel 5.5 di atas dijelaskan tentang besarnya ketepatan tempat

pembelian pupuk bersubsidi. Ketepatan tempat ini diukur berdasarkan seberapa

banyak responden yang menyatakan tempat atau kios pembelian pupuk bersubsidi

berada di dalam atau di luar desa. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 52

responden menyatakan bahwa mereka melakukan pembelian pupuk bersubsidi di

dalam desa. Responden tersebut menyatakan bahwa terdapat kios di dalam desa

walaupun dengan harga yang lebih mahal dan bukan merupakan kios resmi

daripada melakukan pembelian di kios luar desa atau di pusatnya yaitu di pasar

pusat pada setiap kecamatan. Namun, responden tersebut tetap memilih untuk

membeli pupuk bersubsidi di kios dalam desa daripada di luar desa meskipun

dengan harga yang lebih mahal dengan alasan bahwa kios luar desa terlalu jauh

dan masih membutuhkan biaya transportasi.

Page 75: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

61

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa terdapat 68 responden yang

melakukan pembelian pupuk di luar desa. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa

tidak ada kios yang ada di dalam desa. Selain itu, harga pupuk bersubsidi di luar

desa atau di kios yang terletak pada pusat kecamatan lebih murah karena

merupakan kios resmi meskipun responden masih dibebani dengan biaya

transportasi. Responden biasanya melakukan pembelian dalam jumlah besar agar

tidak merasa dirugikan dengan adanya biaya transportasi. Namun, hal ini hanya

bisa dilakukan oleh beberapa petani dengan modal yang cukup besar untuk

membeli dalam jumlah yang banyak. Petani dengan modal yang terbatas dimana

tidak ada kios yang berada dalam desa dan tetap melakukan pembelian pupuk di

luar desa akan merasa terbebani dengan biaya transportasi karena mereka hanya

membeli pupuk dengan jumlah yang tidak besar dan tidak sebanding dengan biaya

transportasi yang mereka keluarkan. Persentase responden yang melakukan

pembelian pupuk di dalam desa dengan responden yang melakukan pembelian

pupuk di luar desa masing- masing sebesar 43,33 persen dan 56,67 persen. Dari

persentase tersebut terlihat bahwa masih banyak responden yang melakukan

pembelian pupuk bersubsidi di luar desa dengan berbagai alasan yang telah

dijelaskan sehingga kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif

dalam indikator tepat tempat.

Indikator lain dalam menentukan tingkat kefektifan dari suatu kebijakan

subsidi pupuk adalah indikator tepat waktu. Indikator tepat waktu yang dimaksud

adalah pupuk bersubsidi yang akan selalu tersedia ketika dibutuhkan oleh petani

dengan kata lain bahwa tidak terjadi kelangkaan pupuk bersubsidi ketika petani

Page 76: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

62

akan membutuhkan pupuk tersebut. Hasil dari penelitian tepat waktu yang

berdasarkan pendapat dari responden akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.6. Persentase Tingkat Ketepatan Waktu Pupuk Bersubsidi

Ketepatan Waktu Jumlah Reponden Persentase (%)

Pupuk selalu ada 120 100

Pupuk tidak ada 0 0

TOTAL 120 100

Tabel 5.6 di atas menunjukkan tentang ketepatan waktu dari perolehan

pupuk bersubsidi. Indikator ketapatan waktu diukur dengan hasil pendapat

responden yang menyatakan pupuk bersubsidi akan selalu ada atau tidak ada

ketika dibutuhkan mereka. Dari tabel tersebut terlihat bahwa sebanyak 120

responden atau dapat dikatakan bahwa semua responden berpendapat bahwa

pupuk bersubsidi selalu ada ketika akan dibutuhkan mereka untuk mendukung

produksi. Responden berpendapat bahwa beberapa tahun terakhir termasuk tahun

2010 pupuk bersubsidi selalu ada. Kelangkaan pernah terjadi tetapi pada saat

tahun-tahun yang lalu dan sekarang sudah cenderung normal. Dari persentase 100

persen responden yang menyatakan bahwa pupuk bersubsidi selalu ada ketika

dibutuhkan mereka maka dikategorikan bahwa kebijakan subsidi pupuk dikatakan

efektif dalam indikator tepat waktu dengan tingkat ketepatan sempurna, yaitu 100

persen. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam melakukan kebijakan

subsidi pupuk terutama untuk petani.

Indikator terakhir yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah

indikator tepat jumlah. Indikator tepat jumlah yang dimaksud adalah pemupukan

dilakukan sesuai dengan dosis atau jumlah berdasarkan analisa status hara tanah

Page 77: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

63

dan kebutuhan tanaman (Rahman, 2009). Jumlah pupuk yang tepat berdasarkan

status hara dan kebutuhan tanaman yang dianjurkan adalah kombinasi antara urea

200kg/ha, TSP/SP-36 sebanyak 75-100kg/ha, dan KCL sebanyak 75-100kg/ha

(Purwono dan Heni, 2009). Hasil penelitian tentang ketepatan jumlah akan

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.7. Persentase Ketepatan Jumlah Pupuk Bersubsidi

Ketepatan Jumlah Jumlah Responden Persentase (%)

Sesuai anjuran 27 22,5

Tidak sesuai anjuran

77,5 a. dibawah anjuran 46

b. diatas anjuran 47

TOTAL 120 100

Dari Tabel 5.7 dapat ditunjukkan hasil dari ketepatan jumlah berdasarkan

penggunaan pupuk oleh responden pada setiap luas lahannya. Responden dengan

penggunaan pupuk sesuai dengan jumlah yang dianjurkan sebanyak 27 responden.

Pemupukan dengan dosis yang tepat diperlukan untuk mendukung hasil produksi

padi. Apabila terdapat kekurangan dan kelebihan jumlah pupuk pada setiap lahan

akan mempengaruhi tanah dan tanaman sehingga diperlukan penggunaan yang

tepat. Responden yang memberikan pupuk dengan jumlah yang tidak sesuai

dengan anjuran adalah sebanyak 93 responden yang terdiri dari penggunaan

dengan jumlah di bawah anjuran dan di atas anjuran yang masing-masing sebesar

46 dan 47 responden. Persentase yang didapat dari ketepatan jumlah antara

responden yang menggunakan pupuk sesuai anjuran dengan yang tidak sesuai

anjuran masing-masing sebesar 22,5 persen dan 77,5 persen. Dari persentase

tersebut dapat terlihat bahwa persentase ketepatan jumlah hanya sebesar 22,5

Page 78: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

64

persen yang berarti kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif

dalam indikator tepat jumlah. Oleh karena itu, perlu adanya penyuluhan dari

pemerintah kepada petani tentang penggunaan pupuk yang sesuai dengan anjuran

agar hasil produksi padi mereka lebih maksimal karena apabila penggunaan tidak

sesuai dengan anjuran baik di atas maupun di bawah anjuran akan mempengaruhi

produksi padi.

Indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini akan dapat

menentukan tingkat kefektivitasan subsidi pupuk di Kabupaten Bogor.

Keefektifan kebijakan ini diukur berdasarkan presentase masing-masing indikator.

Apabila presentase keselurahan indikator sama ataupun lebih dari 80% maka

kebijakan subsidi pupuk dapat dikategorikan efektif. Apabila tingkat keefektifan

di bawah 80% maka kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif.

Hasil dari keseluruhan indikator tingkat keefektifan kebijakan subsidi pupuk akan

ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.8. Persentase Tingkat Keefektifan Kebijakan Subsidi Pupuk

No. Indikator Tingkat Keefektifan Tepat

(%)

Tidak Tepat

(%) Total (%)

1 Harga 23,39 76,61 100

2 Tempat 43,33 56,67 100

3 Waktu 100 0 100

4 Jumlah 22,50 77,50 100

Rata-rata 47,31 52,70 100

Berdasarkan Tabel 5.8 di atas dapat diketahui hasil keseluruhan dari empat

indikator yang menentukan tingkat keefektifan kebijakan subsidi pupuk yang

diperoleh dari 120 responden yang menjadi sampel dari penelitian ini. Rata-rata

dari keempat indikator yang tepat dan tidak tepat masing-masing sebesar 47,31

Page 79: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

65

persen dan 52,70 persen. Dari hasil persentase keseluruhan indikator dapat terlihat

bahwa persentase yang menyatakan tepat lebih kecil daripada yang tidak tepat.

Selain itu, persentase ketepatan juga tidak lebih besar dari 80 persen sehingga

kebijakan subsidi pupuk dikatakan tidak efektif. Oleh karena itu, perlu adanya

perbaikan baik dari segi penyaluran, pengawasan, maupun hal-hal lain yang

mendukung terwujudnya kebijakan subsidi pupuk yang efektif. Perbaikan

terutama dalam hal harga yang diterima petani seharusnya sama dengan HET

yang di dapat dari kios resmi yang berada di dalam desa. Hal ini yang banyak

diharapkan oleh responden. Alasan lain dari responden untuk tetap mengharapkan

adanya program kebijakan subsidi pupuk akan ditunjukkan pada gambar berikut

ini.

Gambar 5.5. Alasan Responden tentang Perlunya Subsidi Pupuk

Berdasarkan Gambar 5.5 dapat diketahui bahwa terdapat beberapa alasan

responden tetap mengharapkan adanya kebijakan subsidi pupuk. Alasan terbesar

responden tetap menginginkan adanya subsidi pupuk adalah karena harga pupuk

32,17%

10,49%

20,98%

32,17%

4,20%

Alasan Responden tentang Perlunya Keberlanjutan

Program Subsidi Pupuk

Harga Pupuk Non SubsidiMahal

Kebutuhan Pupuk Banyak

Modal Petani Terbatas

Laba Produksi Sedikit

Lain-lain

Page 80: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

66

non subsidi mahal dan laba produksi sedikit dengan presentase yang sama sebesar

32,17 persen. Harga pupuk non subsidi mahal seperti pada harga pupuk KCL

padahal jenis pupuk ini masih banyak dibutuhkan oleh responden. Alasan laba

produksi sedikit yang membuat responden tetap menginginkan adanya subsidi

pupuk karena semakin tingginya harga pupuk. Harga pupuk yang tinggi karena

kebijakan subsidi pupuk yang masih tidak efektif sehingga harga pupuk bersubsidi

yang seharusnya sama dengan HET tetapi pada kenyataannya harga yang

diperoleh responden adalah lebih tinggi dari HET. Tingginya harga pupuk juga

mempengaruhi biaya produksi responden yang juga akan semakin meningkat. Hal

ini juga tidak diimbangi dengan peningkatan harga pembelian gabah sehingga

pendapatan yang diperoleh responden tidak sebanding dengan biaya produksi

yang dikeluarkan mereka. Modal petani terbatas menjadi alasan selanjutnya yang

membuat responden menginginkan adanya kebijakan subsidi pupuk yaitu sebesar

20,98 persen. Modal petani yang terbatas sehingga tidak bisa membeli pupuk pada

kios resmi yang biasanya jauh dari desa dan membutuhkan biaya transportasi.

Alasan selanjutnya adalah kebutuhan pupuk responden yang banyak. Kebutuhan

pupuk responden yang banyak sehingga membutuhkan banyak pengeluaran untuk

kebutuhan pupuk sehingga dibutuhkan subsidi pupuk untuk dapat mengurangi

pengeluaran responden. Alasan terakhir responden sebesar 4,20 persen adalah

alasan lain-lain seperti kualitas pupuk bersubsidi yang bagus, responden yang

kebanyakan petani kecil membeli pupuk secara eceran sehingga harga lebih

mahal, serta subsidi pupuk dapat menunjang taraf hidup petani.

Page 81: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

67

Berdasarkan berbagai alasan yang dijelaskan responden tentang masih

pentingnya subsidi pupuk maka pemerintah harus memberikan perhatiannya pada

kebijakan subsidi pupuk ini. Selain itu, telah diketahui bahwa hasil dari penelitian

ini yang masih mengkategorikan bahwa kebijakan subsidi pupuk yang belum

efektif sehingga perlu adanya perbaikan dari pemerintah untuk mengefektifkan

kebijakan ini. Hal ini perlu dilakukan oleh pemerintah agar produksi padi

meningkat karena pupuk merupakan salah satu faktor yang menentukan tingkat

produksi padi.

5.3. Pengaruh Subsidi Pupuk terhadap Produksi Padi

Kebijakan subsidi pupuk merupakan salah satu dari kebijakan fiskal yang

bertujuan untuk membantu terpenuhinya kebutuhan pupuk pada petani. Ruang

lingkup pada penelitian ini adalah ingin melihat pengaruh adanya subsidi pupuk

terhadap produksi padi petani di Kabupaten Bogor. Selain itu, juga dilihat

hubungan antara harga pupuk yang diterima petani terhadap permintaan pupuk

petani sehingga pada akhirnya akan diketahui seberapa penting pemenuhan

kebutuhan pupuk pada petani.

Pengaruh pertama dapat dilihat dari hubungan antara harga dengan jumlah

atau permintaan pupuk. Seperti diketahui bahwa harga pupuk bersubsidi di tingkat

petani telah ditentukan oleh pemerintah berupa harga eceran tertinggi (HET)

untuk beberapa jenis pupuk, seperti urea, TSP/SP-36, ZA, NPK, dan organik.

Dalam penelitian ini pupuk yang digunakan oleh responden adalah jenis pupuk

urea, TSP/SP-36, NPK, dan KCL. Namun, dalam melihat pengaruh permintaan

Page 82: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

68

kebutuhan pupuk di tingkat petani menggunakan harga pupuk urea dan TSP

sebagai variabel yang mewakili harga pupuk. Pemerintah telah menetapkan HET

pada masing-masing jenis pupuk meskipun demikian seringkali terjadi perbedaan

harga yang diterima petani karena adanya beberapa faktor, seperti biaya

transportasi, biaya pengemasan, dan rendahnya pengetahuan petani tentang kios

resmi dari pemerintah yang menjual pupuk bersubsidi. Dari variasi harga yang

diterima oleh petani akan dilihat respon petani terhadap permintaan pupuk.

Variabel independen yang digunakan dalam pengujian ini adalah variabel harga

urea, harga TSP, harga padi, dan luas lahan. Dalam model ini hanya memilih dua

jenis pupuk yaitu urea dan TSP dikarenakan kedua jenis pupuk tersebut yang

sering digunakan oleh responden. Pengujian ini menggunakan model regresi

linear berganda dengan menggunakan Eviews 6 untuk membantu dalam

pengolahan datanya. Hasil dari regresi ini akan ditunjukan sebagai berikut.

Tabel 5.9. Hasil Regresi Jumlah Permintaan Pupuk Urea

Variabel Koefisien Probabilitas

C -46,88433 0,0095

LnHargaurea -0,985849 0,0907

LnHargaTSP 2,104178 0,0765

LnHargapadi 5,039370 0,0004

LnLuaslahan 0,394968 0,0003

R-squared 0,694425

Adjusted R-squared 0,666000

F-statistic 24,42960 0,0000

Keterangan: taraf nyata 10%

Sumber: Lampiran 2

Uji statistika berdasakan Tabel 5.9 diperoleh nilai koefisien determinasi

(R2) yang diperoleh sebesar 0,694425 yang berarti bahwa 69,44 persen keragaman

variabel dependen atau jumlah pupuk dapat dijelaskan oleh variasi-variasi

Page 83: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

69

variabel independennya yaitu harga pupuk. Selain itu, sisanya sebesar 30,56

persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain diluar model. Berdasarkan nilai

probabilitas F-statistik yaitu sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyata yang

digunakan yaitu 0,10 (10 persen) yang berarti bahwa variabel independen

berpengaruh nyata terhadap variabel dependen sehingga model penduga tersebut

layak untuk menduga parameter yang ada dalam fungsi.

Dari Tabel 5.9 dapat dilihat juga hasil uji t berdasarkan nilai probabilitas

dari variabel independennya yaitu lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan

yaitu 0,10 (10 persen). Artinya, variabel independen berpengaruh nyata dan

signifikan terhadap permintaan pupuk. Dilihat dari nilai elastisitasnya, permintaan

pupuk urea mempunyai pengaruh tidak responsif terhadap perubahan harga urea

yang dilihat dari nilai koefisien dari harga pupuk yang bernilai -0,985849.

Artinya, harga pupuk urea mempunyai kecenderungan inelastis sehingga ketika

terjadi perubahan dari tingkat harga pupuk urea tidak berpengaruh besar terhadap

perubahan permintaan jumlah pupuk urea oleh petani. Petani mempunyai

pertimbangan untuk menggunakan jenis pupuk dengan jumlah sesuai dengan

dosis atau takaran pada setiap luas lahannya walaupun harga pupuk berubah

karena perubahan jumlah pupuk yang digunakan pada setiap luas lahannya akan

berpengaruh terhadap jumlah produksi padi mereka.

Selain dilakukan uji stastistik, dalam penelitian juga dilakukan pengujian

ekonometrika dari model. Pengujian ini dilakukan untuk melihat bahwa model

terbebas dari gejala autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinearitas

Page 84: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

70

dimana model harus sesuai dengan asumsi klasik. Pengujian dari masing-masing

asumsi klasik tersebut akan dijelaskan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.10. Uji Asumsi Klasik

Asumsi Kriteria Kesimpulan

Normalitas Prob (0,352179)>α Model terdistribusi normal

Heteroskedastisitas Prob (0,7518)>α Homoskedastisitas

Autokorelasi Prob (0,1048)>α Tidak ada autokorelasi

Multikolinearitas

nilai antar variabel independen <

0,8 Tidak ada multikolinearitas

Sumber: Lampiran 3, 4, 5, 6

Berdasarkan Tabel 5.10 ditunjukkan hasil uji asumsi klasik untuk regresi

jumlah permintaan pupuk. Pengujian pertama adalah pengujian terhadap asumsi

normalitas. Nilai probabilitas yang didapatkan yaitu 0,352179 yang lebih besar

dari nilai taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen). Dari nilai ini maka

dapat ditunjukkan bahwa model terdistribusi normal.

Pada Tabel 5.10 juga dapat ditunjukkan hasil pengujian terhadap asumsi

heteroskedastisitas. Uji asumsi heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui

ragam sisaan sama atau berbeda. Hipotesisnya adalah homoskedastisitas untuk H0,

sedangkan heteroskedastisitas untuk H1. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa

nilai probabilitas yang didapatkan sebesar 0,7518. Nilai probabilitas ini lebih

besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen) sehingga terima H0

yang artinya asumsi homoskedastisitas terpenuhi dalam model ini.

Pengujian asumsi klasik selanjutnya adalah uji asumsi autokorelasi.

Pengujian ini dilakukan untuk melihat sebaran dari sisaan yaitu sisaan menyebar

bebas atau tidak. Uji asumsi autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan

Breusch-Goldfrey Serial Correlation LM Test. Hipotesis yang digunakan adalah

Page 85: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

71

H0 untuk tidak adanya autokorelasi, sedangkan H1 untuk adanya autokorelasi.

Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa nilai probabilitas adalah 0,1048 yang lebih

besar dari taraf nyata 0,10 (10 persen) sehingga terima H0. Dari hasil ini maka

dapat dikategorikan bahwa tidak ada autokorelasi dalam model tersebut sehingga

tidak ada pelanggaran autokorelasi.

Pengujian asumsi klasik terakhir yaitu pengujian multikolinearitas.

Pengujian tersebut dilakukan dengan melihat nilai antar variabel independennya.

Nilai antar variabel independennya lebih kecil dari 0,8. Dari hasil nilai ini dapat

dikategorikan bahwa model tidak terdapat gejala adanya korelasi parsial antar

peubah bebas. Berdasarkan ketiga pengujian asumsi klasik di atas dimana tidak

ada pelanggaran asumsi klasik sehingga model regresi dapat dikategorikan baik.

Oleh karena itu, didapatkan model jumlah pupuk yang dirumuskan dalam

persamaan sebagai berikut.

LnPermintaanurea= -46,88433 – 0,985849LnHargaurea + 2,104178LnHargaTSP

+ 5,039370LnHargapadi + 0,394968LnLuasLahan ....... (5.1)

Berdasarkan hasil dari regresi diperoleh model hubungan antara jumlah

pupuk urea dengan harga urea, harga TSP, harga padi, dan luas lahan. Dalam

persamaan di atas dapat dilihat bahwa harga padi dan luas lahan mempunyai

hubungan yang positif terhadap jumlah pupuk. Hal ini berarti bahwa apabila

terjadi peningkatan harga padi dan luas lahan sebesar 1 persen, maka akan

meningkatkan jumlah permintaan pupuk yang masing-masing sebesar 5,039370

dan 0,394968 persen (ceteris paribus). Selain itu, juga dapat dilihat hubungan

antara harga TSP terhadap permintaan urea. Dari persamaan tersebut dapat dilihat

bahwa harga TSP mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan urea

Page 86: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

72

sebesar 2,104178. Hal ini berarti bahwa apabila terjadi peningkatan harga TSP

sebesar 1 persen maka akan terjadi peningkatan juga pada permintaan urea

sebesar 2,104178 persen (ceteris paribus). Dari hasil ini dapat dilihat bahwa

pupuk TSP dan urea mempunyai hubungan subtitusi dimana jika harga TSP naik

maka permintaan urea akan semakin meningkat.

Berdasarkan persamaan 5.1 juga dapat dilihat bahwa harga pupuk urea

mempunyai sifat inelastis. Hal ini mengindikasikan bahwa apabila terdapat

perubahan harga pupuk urea tidak akan berpengaruh besar terhadap perubahan

permintaan pupuk atau jumlah pupuk yang diperlukan oleh petani. Namun,

walaupun perubahan harga pupuk tidak akan berpengaruh besar terhadap petani

dalam menggunakan pupuk, kebijakan subsidi pupuk akan berpengaruh terhadap

petani dalam hal pengeluaran biaya produksinya. Dari hasil persamaan ini maka

dapat disimpulkan bahwa efektivitas kebijakan subsidi pupuk mempunyai peran

yang penting dalam pemenuhan kebutuhan pupuk di tingkat petani karena setiap

terjadi perubahan harga di tingkat petani akan mempengaruhi pengeluaran biaya

pupuk oleh petani.

Pengaruh kedua adalah pengaruh subsidi pupuk terhadap produksi padi.

Faktor-faktor yang digunakan dalam mempengaruhi produksi padi selain jumlah

pupuk adalah luas lahan, benih, dan jumlah tenaga kerja (Sugiarto, 2008). Selain

itu, juga dimasukkan dua variabel dummy, yaitu dummy benih, dan dummy

efektivitas harga. Pengujian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar dari

masing-masing faktor terutama jumlah pupuk mempengaruhi produksi padi.

Page 87: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

73

Pengujian ini dilakukan dengan model regresi berganda dengan menggunakan

Eviews 6. Hasil dari penelitian ini akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.11. Hasil Estimasi Produksi Padi

Variabel Koefisien Probabilitas

C 2,500931 0,0000

LnLahan 0,361690 0,0000

LnBenih 0,226735 0,0027

LnBuruh 0,133148 0,0935

LnPupuk 0,080678 0,0676

Dummy1 0,264189 0,0001

Dummy2 0,240219 0,0077

R-squared 0,852096

Adjusted R-squared 0,844243

F-statistic 108,5018 0,0000

Keterangan: taraf nyata 10%

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan Tabel 5.11 yang merupakan uji statistika, diperoleh nilai

koefisien determinasi sebesar 0,852096 yang artinya 85,20 persen keragaman

produksi padi sebagai variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel

independennya yaitu luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dummy benih, dan

dummy efektivitas harga. Sisanya yaitu sebesar 14,80 persen dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model. Berdasarkan nilai probabilitas F-statistik

sebesar 0,0000 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10

persen). Hal ini berarti bahwa variabel independen dalam model secara bersama-

sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Hasil lain adalah hasil dari

uji t yang dapat dilihat melalui nilai probabilitas dari masing-masing variabel

independennya. Variabel luas lahan, benih, tenaga kerja, pupuk, dummy benih,

dan dummy efektivitas harga mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari taraf

Page 88: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

74

nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen) yang berarti variabel-variabel

independen tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi padi.

Selain dilakukan uji statistika juga dilakukan uji ekonometrika untuk

melihat model harus sesuai dengan asumsi klasik yang terbebas dari gejala

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil dari pengujian

asumsi klasik tersebut akan ditunjukkan pada tabel berikut ini.

Tabel 5.12. Uji Asumsi Klasik

Asumsi Kriteria Kesimpulan

Normalitas Prob (0,00098)<α

Model tidak terdistribusi

normal

Heteroskedastisitas Prob (0,2916)>α Homoskedastisitas

Autokorelasi Prob (0,1241)>α Tidak ada autokorelasi

Multikolinearitas

nilai antar variabel independen <

0,8 Tidak ada multikolinearitas

Sumber: Lampiran 8, 9, 10, 11

Berdasarkan Tabel 5.12 dapat dilihat hasil dari pengujian asumsi klasik.

Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term terdistribusi

normal atau tidak terdistribusi normal. Hipotesis yang digunakan adalah galat atau

error term menyebar normal untuk H0, sedangkan H1 adalah galat tidak menyebar

normal. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa nilai probabilitas sebesar

0,0009 yang lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10 persen)

sehingga tolak H0. Dari nilai probabilitas ini dapat dikategorikan bahwa model

tidak terdistribusi normal. Namun, hal ini dapat diabaikan karena tidak

berpengaruh terhadap pendugaan koefisien, dimana koefisien tetap tidak bias dan

konsisten.

Pengujian kedua dalam uji asumsi klasik adalah uji asumsi

heteroskedastisitas. Model yang baik adalah jika memenuhi asumsi

Page 89: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

75

homoskedastisitas dimana ragam sisaan sama atau homogen. Pengujian

heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Uji Harvey. Hipotesis yang

digunakan adalah homoskedastisitas untuk H0, sedangkan H1 untuk

heteroskedastisitas. Hasil dari Uji Harvey tersebut adalah nilai probabilitas adalah

sebesar 0,2916 yang lebih besar dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10 (10

persen) sehingga terima H0. Dari nilai probabilitas ini maka dapat berarti bahwa

terpenuhinya asumsi homoskedastisitas.

Pengujian asumsi klasik selanjutnya adalah pengujian autokorelasi.

Pengujian autokorelasi ini menggunakan Breusch-Godlfrey Serial Correlation LM

Test untuk melihat sisaan menyebar bebas atau tidak menyebar bebas. Model yang

baik adalah ketika model tidak ada autokorelasi dimana sisaan menyebar bebas.

Hipotesis yang digunakan adalah tidak ada autokorelasi untuk H0, sedangkan ada

autokorelasi untuk H1. Berdasarkan tabel tersebut didapatkan nilai probabilitas

sebesar 0,1241 yang lebih besar dari nilai taraf nyata yang digunakan yaitu 0,10

(10 persen) sehingga terima H0. Hal ini berarti bahwa tidak ada autokorelasi

dalam model ini.

Pengujian terakhir dalam uji asumsi klasik adalah pengujian adanya

korelasi parsial antar peubah bebas atau multikolinearitas. Model regresi yang

baik adalah tidak adanya hubungan linear antar peubah bebas dalam model.

Apabila ada hubungan linear antar peubah bebasnya maka dapat dikatakan bahwa

terdapat multikolinearitas dalam model. Pengujian tersebut dilakukan dengan

melihat nilai antar variabel independennya. Nilai antar variabel independennya

lebih kecil dari 0,8 atau lebih kecil dari nilai koefisien determinasinya yaitu

Page 90: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

76

0,852096. Dari hasil nilai ini dapat dikategorikan bahwa model tidak terdapat

gejala adanya korelasi parsial antar peubah bebas. Berdasarkan keempat pengujian

yang telah dilakukan maka model ini dapat dikategorikan sebagai model yang

baik sehingga produksi padi dapat dirumuskan ke dalam persamaan regresi

sebagai berikut.

LnProduksi= 2,500931 + 0,361690LnLuaslahan + 0,080678LnPupuk

+0,133148LnBuruh + 0,226735LnBenih + 0,264189Dummy1

+0,240219Dummy2 .................................................................. (5.2)

Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa luas lahan mempunyai

pengaruh positif sebesar 0,361690 terhadap produksi padi. Setiap terjadi

peningkatan luas lahan sebesar 1 persen maka akan meningkatkan produksi padi

sebesar 0,361690 persen, dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus).

Hubungan luas lahan dengan produksi padi sesuai dengan hipotesis awal bahwa

peningkatan luas lahan akan meningkatkan produksi padi.

Variabel jumlah pupuk mempunyai hubungan yang positif sebesar

0,080678 terhadap produksi padi. Hal ini berarti bahwa setiap terjadi peningkatan

1 persen pada jumlah pupuk maka akan meningkatkan produksi padi sebesar

0,080678 persen dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hubungan

antara jumlah pupuk dengan produksi padi sesuai dengan hipotesis awal bahwa

ketika terjadi peningkatan jumlah pupuk akan meningkatkan produksi padi. Oleh

karena itu, kebijakan subsidi pupuk penting untuk membantu terpenuhinya jumlah

pupuk di tingkat petani. Seperti diketahui bahwa tingkat efektivitas kebijakan

subsidi pupuk dalam penelitian ini masih dikategorikan belum memenuhi kriteria

efektif sehingga juga mempengaruhi jumlah pupuk yang dipergunakan oleh

Page 91: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

77

responden. Tingkat efektivitas kebijakan subsidi pupuk yang masih dikategorikan

tidak efektif juga membuat pengaruh pupuk terhadap produksi padi lebih rendah

daripada variabel-variabel lain. Selain itu, subsidi pupuk juga mempengaruhi

tingkat kesejahteraan responden karena apabila harga pupuk semakin meningkat

maka biaya untuk produksi padi juga semakin meningkat. Apabila hal ini tidak

diikuti dengan peningkatan harga pembelian gabah maka tingkat pendapatan

petani akan berkurang.

Variabel lain yang mempengaruhi produksi padi adalah variabel buruh

atau tenaga kerja. Variabel tenaga kerja mempunyai pengaruh positif sebesar

0,133148 terhadap produksi padi. Hal ini berarti setiap terjadi peningkatan 1

persen pada tenaga kerja akan meningkatkan 0,133148 persen produksi padi

dimana variabel lain dianggap tetap (ceteris paribus). Hasil ini sesuai dengan

hipotesis awal bahwa setiap terjadi peningkatan tenaga kerja akan meningkatkan

produksi padi.

Variabel lain yang mempengaruhi produksi padi adalah variabel jumlah

benih. Hipotesis awalnya adalah semakin banyak jumlah benih yang digunakan

maka akan semakin besar produksi padi dimana variabel lain dianggap tetap

(ceteris paribus). Hasil dari regresi ini adalah variabel benih mempunyai

pengaruh positif sebesar 0,226735 terhadap produksi padi. Hal ini berarti bahwa

setiap peningkatan jumlah benih sebesar 1 persen maka akan meningkatkan

produksi padi sebesar 0,226735 persen yang sesuai dengan hipotesis awalnya.

Variabel dummy yang dimasukkan dalam persamaan produksi padi adalah

variabel dummy dari benih. Variabel dummy benih dimasukkan untuk mengetahui

Page 92: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

78

jenis benih yang mempunyai kualitas yang bagus untuk mempengaruhi produksi

padi dan sering digunakan oleh responden. Dummy bernilai 1 untuk jenis benih

ciherang, sedangkan dummy bernilai 0 untuk jenis benih selain ciherang. Pada

hasil tersebut diperoleh nilai dummy benih sebesar 0,264189. Hasil nilai dummy

ini berarti bahwa benih padi ciherang mempunyai pengaruh yang lebih besar

terhadap peningkatan produksi padi dibandingkan dengan penggunaan benih padi

dengan jenis selain ciherang. Jadi, apabila terdapat peningkatan penggunaan padi

jenis ciherang sebesar 1 persen akan meningkatkan produksi padi sebesar

0,264189 persen.

Variabel terakhir yang dimasukkan dalam persamaan produksi padi adalah

variabel dummy efektivitas harga. Dummy efektivitas harga pupuk dimasukkan

dalam persamaan ini untuk melihat pengaruh efektivitas subsidi pupuk terutama

efektivitas harga dalam kaitannya dengan produksi padi. Efektivitas harga dipilih

sebagai variabel yang mewakili efektivitas subsidi pupuk karena kebijakan subsidi

pupuk erat kaitannya dengan ketepatan harga eceran tertinggi (HET) pupuk

bersubsidi yang diterima responden. Hipotesis awalnya adalah ketika responden

memperoleh harga yang tepat atau sama dengan HET maka responden dapat

menggunakan pupuk sesuai dengan dosis yang digunakan tanpa mengganti atau

mengurangi jumlah pupuk yang digunakan untuk setiap luas lahannya. Dengan

adanya hal ini maka penggunaan pupuk dapat terserap optimal sehingga juga

dapat meningkatkan produksi padi. Hasil dari persamaan regresi tersebut dapat

terlihat bahwa dummy efektivitas harga mempunyai hubungan yang positif

sebesar 0,240219 produksi padi. Hal ini berarti bahwa ketika terjadi peningkatan

Page 93: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

79

responden yang mendapatkan pupuk dengan tepat harga sebesar 1 persen maka

dapat meningkatkan produksi padi sebesar 0,240219 persen. Dengan adanya hal

ini terlihat bahwa efektivitas kebijakan subsidi pupuk penting terhadap

peningkatan produksi padi.

Faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai hubungan

yang positif dan signifikan terhadap peningkatan produksi padi. Apabila petani

kesulitan dalam memperoleh faktor-faktor produksi tersebut maka akan langsung

berpengaruh terhadap produksi padi. Oleh karena itu, pemerintah harus membantu

terpenuhinya kebutuhan faktor-faktor produksi pada petani. Program kebijakan

yang telah dilakukan pemerintah dalam mendukung produksi padi adalah

kebijakan subsidi benih dan subsidi pupuk. Pada penelitian yang membahas

tentang efektivitas kebijakan subsidi pupuk dimana kebijakan subsidi pupuk

masih dikategorikan tidak efektif sehingga juga berpengaruh terhadap penggunaan

pupuk dan produksi padi. Adanya hal ini maka diharapkan pemerintah melakukan

evaluasi terhadap penyaluran subsidi pupuk di tingkat petani agar kebutuhan

pupuk di tingkat petani terpenuhi sehingga produksi padi meningkat dan

kesejahteraan petani juga meningkat.

Page 94: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kebijakan subsidi pupuk diukur dalam empat indikator tepat, yaitu harga,

tempat, waktu, dan jumlah. Berdasarkan keempat indikator tersebut maka

kebijakan subsidi pupuk belum dapat dikategorikan efektif dikarenakan masih

adanya masalah pada mekanisme distribusi pupuk pada Lini IV (kios resmi).

2. Berdasarkan hasil regresi permintaan pupuk urea dapat diperoleh bahwa

variabel harga urea berpengaruh negatif dan sifnifikan terhadap permintaan

urea sehingga apabila terjadi peningkatan pada harga urea maka akan terjadi

penurunan terhadap permintaan pupuk urea. Variabel harga TSP, harga padi,

dan luas lahan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

permintaan pupuk urea.

3. Berdasarkan hasil regresi produksi padi dapat diperoleh bahwa variabel luas

lahan, pupuk, tenaga kerja, benih atau bibit, dummy benih, dan dummy

efektivitas harga mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

produksi padi. Pengaruh positif setiap variabel terhadap produksi padi ini

berarti bahwa apabila terdapat kenaikan setiap variabel sebesar 1 persen maka

akan meningkatkan produksi padi dengan persentase sebesar koefisien

masing-masing variabel dalam persamaan regresi. Hal ini berarti bahwa

semakin efektif kebijakan subsidi pupuk maka produksi padi juga akan

semakin meningkat.

Page 95: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

81

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka saran yang dapat

direkomendasikan untuk peningkatan efektivitas kebijakan subsidi pupuk adalah

sebagai berikut:

1. Pemerintah harus memperbaiki mekanisme penyaluran subsidi pupuk karena

subsidi pupuk masih belum dikategorikan efektif. Perbaikan ini terutama

dalam kaitannya dengan tepat harga, jumlah, dan tempat dimana sebaiknya

pemberian subsidi pupuk lebih dekat kepada sasaran atau target penerima

subsidi pupuk. Perbaikan mekanisme penyaluran penting terkait adanya harga

yang tidak sesuai dengan HET dikarenakan masih adanya masalah pada Lini

IV (kios resmi) dimana masih berada di luar desa sehingga membutuhkan

biaya transportasi. Sebaiknya kios resmi berada di dalam desa sehingga

mempermudah petani untuk membeli pupuk bersubsidi. Selain itu, juga

diperlukan adanya pemberitahuan kepada petani tentang keberadaan kios

resmi secara jelas sehingga petani bisa membedakan antara kios resmi pupuk

bersubsidi dengan kios pupuk yang tidak bersubsidi.

2. Kebijakan subsidi pupuk masih harus dilaksanakan karena berdasarkan hasil

penelitian bahwa pupuk mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap produksi padi. Selain itu, adanya hubungan negatif dan signifikan

antara harga pupuk dengan permintaan pupuk yang mengindikasikan bahwa

masih diperlukan kebijakan subsidi pupuk dengan penentuan HET pupuk

agar harga pupuk masih dapat dijangkau oleh petani. Kebijakan subsidi

pupuk juga harus disertai dengan peran dinas pertanian dalam memberikan

Page 96: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

82

pembinaan tentang pemupukan yang berimbang agar dapat meningkatkan

penggunaan pupuk secara optimal. Selain itu, faktor-faktor lain seperti tenaga

kerja, lahan, dan benih juga harus lebih diperhatikan kualitasnya oleh petani

agar faktor-faktor tersebut dapat memberikan peningkatan terhadap produksi

padi.

Page 97: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI). 2011. Harga Eceran Tertinggi Pupuk

di Indonesia 1988-2010. APPI, Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor. 2011. Laju Pertumbuhan Ekonomi

Kabupaten Bogor Tahun 2002-2005. BPS, Kabupaten Bogor.

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat. 2010. Jawa Barat dalam Angka

2010. BPS, Jakarta.

Badan Pusat Statisitik (BPS). 2010. Nota Keuangan dan APBN 2010. BPS,

Jakarta.

Badan Pusat Statisitik (BPS). 2010. Kabupaten Bogor dalam Angka 2010. BPS,

Jakarta.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2008. Struktur Ongkos Usaha Tani Padi 2008. BPS,

Jakarta.

Cholid, I. 2011. “Penyelewengan Pupuk Bersubsidi Diungkap Pattiro” [Jurnal

Berita Online]. http://jurnalberita.com/201104/penyelewengan-pupuk-

bersubsidi-diungkap-pattiro.htm [26 April 2011]

Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Darwis, V. dan A. R. Nurmanaf. 2004. Kebijakan Distribusi, Tingkat Harga dan

Penggunaan Pupuk di Tingkat Petani. Forum Penelitian Agro Ekonomi,

22: 63-73.

Darwis, V. dan C. Muslim. 2007. Revitalisasi Kebijakan Sistem Distribusi Pupuk

dalam Mendukung Ketersediaan Pupuk Bersubsidi di Tingkat Petani.

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, 15: 141-168.

Departemen Keuangan Republik Indonesia. 2010. Data Pokok APBN 2005-2010.

Departemen Keuangan, Jakarta.

Departemen Perindustrian Kabupaten Bogor. 2007. Laporan Akhir Kajian

Pengembangan Kompetensi Inti Daerah. PT. Multi Area Conindo,

Kabupaten Bogor.

Departemen Pertanian. 2010. Data Perkembangan Luas Panen, Produktivitas,

dan Produksi Padi Nasional. Departemen Pertanian, Jakarta.

Page 98: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

84

Departemen Pertanian. 2010. Sasaran Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten Bogor

Tahun 2010. Departemen Pertanian, Jakarta.

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2010. Keputusan Bupati Bogor. Dinas

Pertanian, Kabupaten Bogor.

Dinas Pertanian Kabupaten Bogor. 2010. Peraturan Bupati Bogor Nomor 13

Tahun 2010. Dinas Pertanian, Kabupaten Bogor.

Firdaus, M., L. M. Baga, dan P. Pratiwi. 2008. Swasembada Beras dari Masa ke

Masa (Telaah efektivitas Kebijakan dan Perumusan Strategi Nasional).

IPB Press, Bogor.

Handoko, R. dan P. Patriadi. 2005. “Evaluasi Kebijakan Subsidi NonBBM”.

Kajian Ekonomi dan Keuangan, 9: 42-64.

Hutagaol, P. dan A. Asmara. 2008. “Analisis Efektivitas Kebijakan Publik

Memihak Masyarakat Miskin: Studi Kasus Pelaksanaan Program Raskin

di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2007”. Jurnal Agro Ekonomi, 26:

145-165.

Ilham, N. 1999. “Dampak Kebijakan Tataniaga Pupuk terhadap Peran Koperasi

Unit Desa sebagai Distributor Pupuk” [Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian]. http://ejournal.ac.id/abstrak%285%-29%-

20soca-ilham-dampak.pdf [23 Januari 2011]

Mahananto, S. S., dan C. F. Ananda. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Produksi Padi Studi Kasus di Kecamatan Nogosari, Boyolali, Jawa

Tengah. Wacana, 12: 179-191.

Nicholson, W. 1991. Teori Mikroekonomi. Edisi ke-5. Daniel Wirajaya

[penerjemah]. Binarupa Aksara, Jakarta.

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul.

Penebar Swadaya, Depok.

Rachman, B. 2009. “Kebijakan Subsidi Pupuk: Tinjauan terhadap Aspek Teknis,

Manajemen, dan Regulasi”. Analisis Kebijakan Pertanian, 7: 131-146.

Sari, Y. 2007. Analisis Efektivitas dan Efisiensi Distribusi Raskin [skripsi].

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiarto. 2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Padi

Sawah di Kabupaten Dharmasraya [tesis]. Program Pasca Sarjana,

Universitas Andalas, Padang.

Page 99: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

85

Susila, W. R. 2010. “Kebijakan Subsidi Pupuk: Ditinjau Kembali”. Jurnal

Litbang Pertanian, 29: 43-49.

Syafa’at, et al. (2007). Kaji Ulang Sistem Subsidi dan Distribusi Pupuk [Makalah

Seminar]. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta.

Widjajanta, B. dan A. Widyaningsih. 2007. Ekonomi dan Akuntansi: Mengasah

Kemampuan Ekonomi. Citra Praya, Bandung.

Yessi, D. 2009. Mekanisme Pengadaan dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi dan

Pengaruhnya terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pupuk Petani Padi di

Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam [skripsi]. Fakultas Pertanian,

Universitas Andalas, Padang.

Page 100: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

LAMPIRAN

Page 101: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

87

Lampiran 1

KUESIONER

ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI PUPUK DAN

PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI PADI (STUDI KASUS :

KABUPATEN BOGOR)

Kabupaten : Bogor

Kecamatan :

Desa :

Dusun :

RT/RW :

Nama Responden :

Alamat Lengkap rumah tangga :

Nama Pewawancara :

Tanggal Wawancara :

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

Page 102: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

88

BAGIAN II :KARAKTERISTIK PERTANIAN RESPONDEN

1. Apakah bapak atau ibu sebagai pencari nafkah utama keluarga?

(Jawaban : 1=Ya, 2=Tidak)

2. Apakah keluarga bapak atau ibu bekerja di sawah atau kebun?

(Jawaban : 1=Ya, 2=Tidak)

3. Apakah sawah atau kebun miliki bapak atau ibu sendiri?

(Jawaban : 1=Ya, 2=Tidak)

4. Jika ya, berapakah luas sawah milik bapak atau ibu?

(Jawaban : ……………. ha)

V

V

BAGIAN I : DATA RESPONDEN

1. Nama Responden : …………………………………………

2. Pekerjaan : …………………………………………

3. Umur : …………………………………………

4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

5. Pendidikan Formal Terakhir : SD

SMP

SMA

Lainnya (……………)

Tanda tangan responden

(…………………………)

*Pilih salah satu dengan menggunakan tanda cek

Page 103: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

89

Jika tidak, milik siapakah sawah milik bapak atau ibu?

(Jawaban : 1=milik keluarga, 2=milik majikan, 3=Lainnya …………)

5. Bagaimanakah karakteristik sawah bapak atau ibu?

Jelaskan pada tabel berikut ini (selama periode satu tahun terakhir)

Jenis Lahan Sawah

(Hektar)

Tegalan

(Hektar)

Lainnya

(Hektar)

1. Milik sendiri

a. Dikerjakan

Sendiri

b. Disewakan

c. Digadaikan

d. Lainnya

(…………....)

2. Garapan

a. Sewa

b. Bagi hasil

c. Lainnya

(……………)

6. Apa jenis komoditas yang ditanam pada lahan bapak atau ibu?

Jawaban : 1= Padi

2=Jagung

3=Umbi-umbian

4=Sayuran

5=Lainnya (…………………)

Page 104: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

90

7. Berapakah hasil produksi yang ditanam bapak atau ibu (selama periode satu

tahun terakhir)?

Komoditas Jumlah

(Ku)

Nilai

(Rp)

Padi

DIJUAL

DIKONSUMSI

TOTAL

8. Berapakah biaya produksi bapak atau ibu (selama periode satu tahun

terakhir)?

Input Produksi Jumlah

(Ku)

Nilai

(Rp)

a. Bibit

b. Pupuk

c. Sewa alat pertanian

d. Biaya Pengairan

e. Pemeliharaan

alat/sarana

f. Biaya pengangkutan

g. Upah buruh

h. Obat-obatan

i. Biaya lain

TOTAL

9. Bibit padi jenis apakah yang biasa digunakan untuk produksi?

Jawaban :

Page 105: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

91

10. Bagaimanakah pengaruh penggunaan bibit jenis tersebut terhadap

produktivitas padi?

Jawaban : 1=meningkat, 2=menurun

11. Berapakah jumlah bibit yang disebar pada setiap luas lahan yang dimilki

bapak atau ibu?

Jawaban : jumlah bibit ................... untuk luas lahan ..........................m2/ha

menghasilkan produksi padi ............................... ton (atau satuan

lain)

12. Berapakah jumlah tenaga kerja pada setiap lahan?

Jawaban :

Tahap Penyiapan lahan Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Pemilihan Benih Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Penyemaian Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Penanaman Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Pemupukan Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Pemeliharaan Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

Tahap Panen Jumlah tenaga kerja ............... (orang)

*untuk luas lahan ............ m2/ha

Page 106: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

92

BAGIAN III : PELAKSANAAN PROGRAM SUBSIDI PUPUK

Persepsi Responden (Gambaran Umum Subsidi Pupuk)

1. Apakah bapak/ibu tahu tentang adanya program subsidi pupuk?

(Jawaban : 1=ya, 2=tidak)

2. Jika ya, darimanakah informasi ini diperoleh?

Jawaban :

3. Bapakah bapak/ibu tahu sejak kapan program subsidi pupuk ada?

Jawaban : 1= tidak

2= tahu, sejak tahun .....

4. Sejak kapan keluarga Bapak/Ibu memperoleh subsidi pupuk?

(Jawaban: tahun ……….)

5. Apakah bapak/ibu mengetahui mekanisme penyaluran dari awal sampai

pupuk diterima bapak/ibu?

(Jawaban : 1=ya, 2=tidak)

6. Jika ya, bagaimanakah mekanisme penyaluran subsidi pupuk sampai pupuk

diterima bapak/ibu?

Jawaban :

7. Apakah kesulitan dalam memperoleh pupuk bersubsidi (dalam hal

mekanisme penyaluran, harga yang ditetapkan, aturan pembelian, dll)?

Jawaban :

Page 107: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

93

Evaluasi Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk Berdasarkan Indikatornya

8. Coba Bapak/Ibu jelaskan hal-hal berikut mengenai penerimaan pupuk

bersubsidi oleh keluarga Bapak/Ibu pada tahun 2009 s/d 2011 ini:

Bulan Jumlah

diterima

Harga

Pembaya

ran

Jenis

yang

diterima

(1)

Waktu

Penerimaan

(2)

Tempat

Pendistribusi

an

(3)

Musim

tanam I

tahun 2010

Musim

tanam II

tahun 2010

Musim

tanam III

tahun 2010

Musim

tanam I

tahun 2011

Keterangan:

1) 1=urea; 2=ZA; 3=TSP/SP36, 4=NPK; 5=Organik

2) Diisi: 1 = bila diberikan pada bulan bersangkutan; dan 0 = lainnya

3) 1=kantor desa; 2=RW; 3=RT; 4=lainnya, sebutkan ………….

9. Berapakah rata-rata jumlah pupuk bersubsidi yang diterima bapak atau ibu

setiap musim tanamnya?

Jawaban : ....................................... kg

10. Apakah dengan adanya pupuk bersubsidi dapat mencukupi kebutuhan pupuk

untuk produksi padi bapak/ibu?

Jawaban : 1 = cukup membantu kebutuhan pupuk untuk produksi

2 = kurang membantu kebutuhan pupuk untuk produksi

Page 108: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

94

11. Jika kurang, berapakah jumlah seharusnya setiap petani mendapatkan pupuk

bersubsidi setiap musim tanamnya?

Jawaban :

12. Berapa jumlah pupuk bersubsidi yang dibeli setiap satu kali periode

pembelian?

Jawaban : Jenis pupuk:

Urea ................. kg

ZA ................. kg

SP36 ................. kg

NPK .................. kg

Organik .................. kg

13. Berapakah dosis penggunaan pupuk bersubsidi setiap luas lahan?

Jawaban : Jumlah .................. kg luas lahan .................. ha

14. Bagaimanakah cara pembayaran dalam pembelian pupuk bersubsidi?

Jawaban : 1= tunai

2= non tunai (dalam bentuk .............. )

15. Jika dilakukan pembayaran dengan non tunai adakah imbalan terhadap

penjual (misal bunga)?

Jawaban : 1= tidak

2= ada, apabila bunga sebesar ................., bentuk lainnya ..............

16. Apakah bapak/ibu mengetahui HET pupuk bersubsidi yang ditetapkan

pemerintah?

Jawaban : 1 = ya, 2= tidak

Page 109: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

95

17. Jika ya, apakah harga yang ditetapkan sudah sesuai dengan yang diharapkan

bapak/ibu?

Jawaban : 1=sudah, 2=belum

18. Jika belum, berapakah harga seharusnya yang diperoleh bapak/ibu?

Jawaban : ……………(Rp/kg)

19. Apakah setiap perubahan harga pupuk mempengaruhi keputusan

pembelian/penggunaan pupuk untuk produksi padi?

Jawaban : 1= ya, 2= tidak

Jika ya, alasan :

Jika tidak, alasan :

20. Apakah jenis pupuk yang ditetapkan dalam subsidi pupuk sudah sesuai

dengan jenis pupuk yang diinginkan bapak/ibu?

(Jawaban : 1=sudah, 2=belum)

21. Jika belum, jenis pupuk apa yang perlu ditambahkan dalam subsidi pupuk?

Jawaban :

22. Jenis pupuk apakah yang sering digunakan bapak/ibu dalam setiap produksi?

Jawaban :

23. Mengapa menggunakan pupuk dengan jenis tersebut?

Jawaban :

24. Apakah waktu penyerahan pupuk bersubsidi selalu ada saat dibutuhkan?

Jawaban :

25. Kapan biasanya bapak/ibu membeli pupuk bersubsidi?

Jawaban :

Page 110: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

96

26. Apakah pernah terjadi adanya kelangkaan pupuk?kapan?

Jawaban :

27. Dimanakah bapak/ibu biasa membeli pupuk bersubsidi (dalam/luar desa)?

Jawaban :

28. Apakah tempat pembelian dirasakan dekat oleh bapak/ibu?

Jawaban : 1=belum 2=sudah

29. Jika belum, dimanakah sebaiknya tempat pembelian pupuk bersubsidi?

Jawaban :

Persepsi Responden tentang Manfaat Program Subsidi Pupuk

30. Apakah dengan adanya pupuk bersubsidi dapat mengurangi biaya produksi

padi bapak/ibu? Berapa besar margin/selisih dari sebelum memperoleh pupuk

bersubsidi?

Jawaban : 1=Ya, 2=Tidak

Margin/selisih dari sebelumnya = …………………………………

31. Apakah dengan adanya pupuk bersubsidi dapat meningkatkan produksi padi

bapak/ibu?

Jawaban :

32. Apakah bapak/ibu mengetahui anjuran-anjuran pemerintah mengenai

penggunaan pupuk yang tepat (misalnya jumlah yang tepat pada setiap luas

lahannya)?

Jawaban :

Page 111: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

97

33. Adakah penyuluh dari dinas pertanian yang memberikan bimbingan atau

anjuran-anjuran penggunaan pupuk? Berapa kali dilakukan dalam periode

satu tahun?

Jawaban :

34. Apakah program subsidi pupuk masih perlu untuk dilaksanakan?

Jawaban : 1= ya, 2= tidak

35. Jika ya, alasan mengapa masih perlu dilakukan subsidi?

Jawaban :

1= harga pupuk non subsidi mahal

2= kebutuhan pupuk banyak

3= modal petani terbatas

4= laba produksi sedikit (harga pembelian gabah murah)

5=lainnya ...................................

*berikan tanda cek pada jawaban yang dipilih (jawaban boleh lebih dari satu)

36. Apabila adanya program subsidi pupuk dikurangi atau dicabut, apakah

berpengaruh terhadap produksi padi bapak/ibu?

Jawaban :

37. Apakah saran bapak/ibu untuk meningkatkan efektivitas penggunaan subsidi

pupuk serta kemudahan akses terhadap pupuk bersubsidi?

Jawaban :

Page 112: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

98

Lampiran 2

Hasil Regresi Jumlah Permintaan Pupuk

Dependent Variable: LNPERMINTAANUREA

Method: Least Squares

Date: 09/13/11 Time: 05:42

Sample: 1 48

Included observations: 48 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNP-UREA -0.985849 0.981359 -1.004575 0.0907

LNP-TSP 2.104178 1.159493 1.814739 0.0765

LNP-PADI 5.039370 1.300319 3.875487 0.0004

LNLUAS 0.394968 0.101529 3.890213 0.0003

C -46.88433 17.26789 -2.715116 0.0095 R-squared 0.694425 Mean dependent var 3.937335

Adjusted R-squared 0.666000 S.D. dependent var 0.929737

S.E. of regression 0.537321 Akaike info criterion 1.693889

Sum squared resid 12.41467 Schwarz criterion 1.888805

Log likelihood -35.65333 Hannan-Quinn criter. 1.767548

F-statistic 24.42960 Durbin-Watson stat 1.954273

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 3

Uji Asumsi Normalitas

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-0.8 -0.6 -0.4 -0.2 -0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0

Series: Residuals

Sample 1 48

Observations 48

Mean 9.06e-15

Median 0.037000

Maximum 0.952980

Minimum -0.854252

Std. Dev. 0.513947

Skewness 0.037950

Kurtosis 1.981249

Jarque-Bera 2.087231

Probability 0.352179

Page 113: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

99

Lampiran 4

Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White F-statistic 2.729406 Prob. F(14,33) 0.0088

Obs*R-squared 25.75646 Prob. Chi-Square(14) 0.0278

Scaled explained SS 10.14121 Prob. Chi-Square(14) 0.7518

Lampiran 5

Uji Asumsi Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 2.126164 Prob. F(2,41) 0.1323

Obs*R-squared 4.510524 Prob. Chi-Square(2) 0.1048

Lampiran 6

Uji Korelasi Parsial antar Peubah Bebas

LND-UREA LNP-UREA LNP-TSP LNP-PADI LNLUAS

LND-UREA 1 -0.39206154 0.4180827 0.68127426 0.738698

LNP-UREA -0.39206154 1 -0.204103 -0.33575119 -0.3082

LNP-TSP 0.418082746 -0.20410325 1 0.13438414 0.411477

LNP-PADI 0.68127426 -0.33575119 0.1343841 1 0.534872

LNLUAS 0.738697579 -0.30820264 0.411477 0.53487191 1

Page 114: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

100

Lampiran 7

Hasil Estimasi Produksi Padi

Dependent Variable: PRODUKSI

Method: Least Squares

Date: 09/11/11 Time: 21:07

Sample: 1 120

Included observations: 120 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LNLUASLAHAN 0.361690 0.055624 6.502434 0.0000

LNPUPUK 0.080678 0.043721 1.845313 0.0676

LNTENAGAKERJA 0.133148 0.097207 1.369739 0.0935

LNBENIH 0.226735 0.074026 3.062905 0.0027

DUMMY1 0.264189 0.065976 4.004289 0.0001

DUMMY2 0.240219 0.088508 2.714087 0.0077

C 2.500931 0.304090 8.224320 0.0000 R-squared 0.852096 Mean dependent var 7.031870

Adjusted R-squared 0.844243 S.D. dependent var 0.811662

S.E. of regression 0.320331 Akaike info criterion 0.617638

Sum squared resid 11.59514 Schwarz criterion 0.780242

Log likelihood -30.05829 Hannan-Quinn criter. 0.683672

F-statistic 108.5018 Durbin-Watson stat 1.675162

Prob(F-statistic) 0.000000

Lampiran 8

Uji Asumsi Normalitas

0

4

8

12

16

20

24

-1.0 -0.5 -0.0 0.5

Series: Residuals

Sample 1 120

Observations 120

Mean 1.72e-15

Median 0.005056

Maximum 0.853060

Minimum -1.127674

Std. Dev. 0.312151

Skewness -0.461143

Kurtosis 4.384982

Jarque-Bera 13.84393

Probability 0.000986

Page 115: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

101

Lampiran 9

Uji Asumsi Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: Harvey F-statistic 0.827023 Prob. F(6,113) 0.5513

Obs*R-squared 5.047861 Prob. Chi-Square(6) 0.5377

Scaled explained SS 7.327895 Prob. Chi-Square(6) 0.2916

Lampiran 10

Uji Asumsi Autokorelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.999457 Prob. F(2,111) 0.1403

Obs*R-squared 4.172820 Prob. Chi-Square(2) 0.1241

Lampiran 11

Uji Korelasi Parsial antar Peubah Bebas

PRODUKSI LAHAN PUPUK BURUH BENIH DUMMY1 DUMMY2

PRODUKSI 1 0.872969 0.683456 0.742624 0.804215 0.54009 0.653886

LAHAN 0.8729688 1 0.64655 0.780896 0.768276 0.410316 0.58084

PUPUK 0.6834556 0.64655 1 0.541682 0.655486 0.354398 0.506183

BURUH 0.7426238 0.780896 0.541682 1 0.684778 0.350684 0.489757

BENIH 0.8042154 0.768276 0.655486 0.684778 1 0.413408 0.581859

DUMMY1 0.5400903 0.410316 0.354398 0.350684 0.413408 1 0.369381

DUMMY2 0.6538857 0.58084 0.506183 0.489757 0.581859 0.369381 1

Page 116: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

102

Lampiran 12

Data Responden

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

1 10000 Ciherang 25 250 5500 2000 4500 4000

2 4000 Ciherang 15 125 1750 750 2000 1500

3 5000 Ciherang 15 45 2500 1000 2500 2000

4 10000 Ciherang 18 20 2450 1050 2800 2100

5 4000 Ciherang 15 250 2175 875 2200 1750

6 10000 Ciherang 25 200 2150 850 2100 1700

7 10000 Ciherang 25 250 1200 500 1300 1000

8 5000 Inpari 5 50 1250 500 1250 1000

9 4000 Ciherang 15 150 2075 875 2300 1750

10 4000 Inpari 10 220 1600 560 1200 1120

11 10000 Ciherang 20 350 4800 1800 4200 3600

12 2000 Inpari 5 100 1260 420 840 840

13 5000 Inpari 10 90 1150 450 1100 900

14 3000 Inpari 10 100 1700 700 1800 1400

15 20000 Ciherang 30 300 8500 3000 6500 6000

16 1500 Inpari 5 45 700 250 550 500

17 3000 Inpari 5 50 1150 400 850 800

18 10000 Ciherang 15 200 2350 850 1900 1700

Page 117: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

103

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

19 3000 Ciherang 10 80 1900 650 1300 1300

20 3500 Ciherang 10 120 1750 650 1500 1300

21 4000 Ciherang 10 160 2800 1000 2200 2000

22 3000 Ciherang 10 120 1700 600 1300 1200

23 20000 Ciherang 50 800 11500 4000 8500 8000

24 5000 Ciherang 15 200 3400 1200 2600 2400

25 5000 Ciherang 15 200 2600 900 1900 1800

26 20000 Ciherang 50 800 11750 4250 9500 8500

27 4500 Ciherang 18 200 2775 975 2100 1950

28 20000 Ciherang 60 800 11500 4000 8500 8000

29 10000 Ciherang 40 300 7500 3000 7500 6000

30 5000 Ciherang 15 250 1600 600 1400 1200

31 4000 Inpari 10 100 950 350 800 700

32 10000 Ciherang 35 150 6950 2450 5300 4900

33 4500 Ciherang 10 150 1700 600 1300 1200

34 20000 Ciherang 12 200 4250 1750 4500 3500

35 4500 Ciherang 15 100 2150 700 1350 1400

36 6000 Ciherang 20 450 1900 700 1600 1400

Page 118: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

104

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

37 10000 Ciherang 20 150 2850 1050 2400 2100

38 1500 Inpari 10 50 400 140 300 280

39 3000 Ciherang 15 75 1500 600 1500 1200

40 3000 Ciherang 10 150 2300 850 2100 1750

41 40000 Ciherang 60 1000 10800 3700 8000 7500

42 22000 Ciherang 70 700 8200 3200 7500 6300

43 1500 Inpari 5 75 765 260 550 525

44 12000 Ciherang 20 350 2700 1100 2500 2100

45 3000 Ciherang 10 125 1400 550 1200 1050

46 1500 Inpari 7 25 940 300 650 630

47 6000 Ciherang 15 305 2500 900 2000 1800

48 12000 Ciherang 40 500 6140 2300 5000 4480

49 3000 Ciherang 5 30 1200 420 900 840

50 20000 Ciherang 50 250 10500 3500 10000 8000

51 4500 Ciherang 15 150 1600 600 1400 1200

52 3000 Ciherang 10 150 1900 700 1600 1400

53 3000 Ciherang 5 320 1400 550 1200 1050

54 5000 Ciherang 10 250 2300 800 1700 1600

Page 119: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

105

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

55 10000 Ciherang 20 115 2850 1050 2400 2100

56 6000 Ciherang 10 150 1900 700 1600 1400

57 750 Intani 2 5 30 550 260 450 420

58 14000 Ciherang 15 150 1900 700 1600 1400

59 10000 Intani 2 15 410 2900 1100 2300 2100

60 1000 Intani 2 10 50 650 300 550 500

61 3000 Intani 2 10 270 - - 500 500

62 5000 Intani 2 8 30 - - 500 500

63 2000 Intani 2 15 75 - - 800 800

64 2000 Intani 2 10 100 - - 800 800

65 1200 Intani 2 15 60 - - 800 800

66 2000 Intani 2 14 55 - - 700 700

67 2500 Intani 2 15 100 - - 800 800

68 2000 Intani 2 5 100 - - 500 500

69 1500 Intani 2 5 70 - - 600 600

70 1000 Intani 2 5 55 - - 500 500

71 1000 Intani 2 5 30 - - 600 600

72 1500 Intani 2 5 100 - - 800 800

Page 120: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

106

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

73 5000 Ciherang 15 150 - - 1300 1300

74 1000 Intani 2 10 50 - - 800 800

75 5000 Intani 2 15 200 - - 1200 1200

76 4000 Intani 2 8 125 - - 1000 1000

77 1800 Intani 2 5 180 - - 400 400

78 500 Intani 2 10 34 - - 400 400

79 2000 Intani 2 8 590 - - 800 800

80 5000 Ciherang 10 400 - - 1300 1300

81 2000 Intani 2 8 20 - - 700 700

82 2000 Intani 2 10 200 - - 1000 1000

83 1000 Intani 2 5 125 - - 750 750

84 2000 Intani 2 10 60 - - 800 800

85 1500 Intani 2 5 20 - - 500 500

86 1800 Intani 2 10 670 - - 600 600

87 3000 Ciherang 10 35 - - 1000 1000

88 5000 Intani 2 15 250 - - 1600 1600

89 1000 GH (Inpari 8) 5 40 - - 500 500

90 200 Ciherang 5 30 - - 700 700

Page 121: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

107

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

91 5000 GH (Inpari 8) 8 40 - - 2000 2000

92 3000 GH (Inpari 8) 6 50 - - 750 750

93 2500 GH (Inpari 8) 10 50 - - 600 600

94 5000 Ciherang 10 100 - - 1000 1000

95 7000 Ciherang 12 200 - - 1500 1500

96 50 Ciherang 5 100 - - 100 100

97 3000 GH (Inpari 8) 10 150 - - 1000 1000

98 2000 GH (Inpari 8) 5 20 - - 300 300

99 500 GH (Inpari 8) 4 23 - - 300 300

100 2000 GH (Inpari 8) 10 80 - - 500 500

101 3000 GH (Inpari 8) 15 150 - - 800 800

102 5000 GH (Inpari 8) 10 175 - - 1100 1100

103 3700 GH (Inpari 8) 16 150 - - 1000 1000

104 15000 GH (Inpari 8) 20 700 - - 5000 5000

105 15000 GH (Inpari 8) 18 1000 - - 4480 4480

106 4000 GH (Inpari 8) 10 100 - - 1000 1000

107 500 GH (Inpari 8) 2 30 - - 350 350

108 6000 GH (Inpari 8) 10 100 - - 1000 1000

Page 122: ANALISIS EFEKTIVITAS KEBIJAKAN SUBSIDI … penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan subsidi pupuk masih dikategorikan belum efektif berdasarkan empat indikator utama, yaitu tepat

108

No. Luas Lahan (m2) Benih

Pupuk (kg) Produksi (kg)

Jenis Jumlah (kg) MT.1 MT.2 MT.3 Rata-rata

109 3000 GH (Inpari 8) 8 50 - - 750 750

110 5000 GH (Inpari 8) 30 300 - - 1100 1100

111 500 GH (Inpari 8) 2 30 - - 300 300

112 3000 GH (Inpari 8) 30 50 - - 800 800

113 5000 GH (Inpari 8) 40 200 - - 1500 1500

114 3000 GH (Inpari 8) 20 105 - - 1000 1000

115 700 Ciherang 5 50 - - 500 500

116 1000 GH (Inpari 8) 11 70 - - 500 500

117 2000 GH (Inpari 8) 11 200 - - 700 700

118 1000 GH (Inpari 8) 5 100 - - 500 500

119 700 Ciherang 5 50 - - 500 500

120 1000 Ciherang 5 70 - - 700 700