alergi subsidi

3
ALERGI SUBSIDI PLTU NAGAN RAYA, ACEH Pemerintah akan mencabut lagi subsidi, dan kali ini giliran listrik yang terkena. Mengapa pemerintah sepertinya alergi terhadap subsidi, padahal memberikan subsidi kepada rakyat sebenarnya adalah salah satu ‘kewajiban penting dan utama’ bagi negara, apalagi kalau ‘masih mengaku’ memakai UUD-1945 sebagai landasan konstitusinya. Sejak ‘reformasi’ kelihatannya Pemerintah dan DPR hanya mampu berfikir untuk mengkutak- katik pajak dan subsidi yang targetnya adalah RAKYAT, padahal rakyat masih hidup dengan susah payah di bumi pertiwi yang kaya-raya ini. Bermain-main dengan pajak dan subsidi hanya layak dilakukan apabila seluruh rakyat Indonesia sudah benar-benar hidup kesejahteraan, adil dan makmur. Ada 4(empat) kebutuhan dasar seluruh rakyat yang menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya serta ‘mengamankannya’ dari gangguan yaitu; 1) Kesehatan, 2) Pendidikan, 3) Air & Sanitasi, dan 4) Enerji (dalam hal ini adalah Listrik) . Ke-empat hal tersebut adalah merupakan kebutuhan hidup yang mendasar, maka dari itu pengelolaannya harus pula dilakukan dengan secermat mungkin agar dapat mencakup seluruh rakyat Indonesia secara berkesinambungan selama negeri ini masih berdiri. Adanya gangguan terhadap ke-4 jenis kebutuhan dasar tersebut akan berdampak buruk secara luas dan langsung bagi hidup dan kehidupan rakyat, sehingga pelakunya layak divonis hukuman mati. Republik Indonesia ada dan berdiri oleh sebab ada rakyat dan kewajiban negara adalah untuk menghidupi dan membahagiakan rakyatnya, bukan hanya

Upload: yosazwar

Post on 31-Jan-2016

235 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Subsidi kembali dicabut

TRANSCRIPT

Page 1: ALERGI SUBSIDI

ALERGI SUBSIDI

PLTU NAGAN RAYA, ACEHPemerintah akan mencabut lagi subsidi, dan kali ini giliran listrik yang terkena. Mengapa pemerintah

sepertinya alergi terhadap subsidi, padahal memberikan subsidi kepada rakyat sebenarnya adalah salah satu ‘kewajiban penting dan utama’ bagi negara, apalagi kalau ‘masih mengaku’ memakai UUD-1945 sebagai landasan konstitusinya. Sejak ‘reformasi’ kelihatannya Pemerintah dan DPR hanya mampu berfikir untuk mengkutak-katik pajak dan subsidi yang targetnya adalah RAKYAT, padahal rakyat masih hidup dengan susah payah di bumi pertiwi yang kaya-raya ini. Bermain-main dengan pajak dan subsidi hanya layak dilakukan apabila seluruh rakyat Indonesia sudah benar-benar hidup kesejahteraan, adil dan makmur.

Ada 4(empat) kebutuhan dasar seluruh rakyat yang menjadi kewajiban negara untuk memenuhinya serta ‘mengamankannya’ dari gangguan yaitu; 1) Kesehatan, 2) Pendidikan, 3) Air & Sanitasi, dan 4) Enerji (dalam hal ini adalah Listrik). Ke-empat hal tersebut adalah merupakan kebutuhan hidup yang mendasar, maka dari itu pengelolaannya harus pula dilakukan dengan secermat mungkin agar dapat mencakup seluruh rakyat Indonesia secara berkesinambungan selama negeri ini masih berdiri. Adanya gangguan terhadap ke-4 jenis kebutuhan dasar tersebut akan berdampak buruk secara luas dan langsung bagi hidup dan kehidupan rakyat, sehingga pelakunya layak divonis hukuman mati.

Republik Indonesia ada dan berdiri oleh sebab ada rakyat dan kewajiban negara adalah untuk menghidupi dan membahagiakan rakyatnya, bukan hanya untuk menyenangkan pemerintah dan DPR, apalagi kalau hanya “menyelamatkan” APBN.., memang pekerjaan yang tidak memerlukan upaya yang sulit adalah mengkutak-katik pajak dan subsidi. Padahal Presiden, Para Menteri dan seluruh anggota DPR adalah orang-orang yang pintar (kelihatan dari ngomong mereka di TV) dan pasti mereka dapat mencari jalan keluar yang lebih baik dan memihak kepada rakyat dari pada hanya mengkutak-katik pajak dan subsidi.

Ada 4(empat) pertanyaan yang perlu dipertimbangkan dalam rangka memberikan, mempertahankan, mengurangi atau mencabut subsidi, yaitu: 1) apa tujuan subsidi, 2) apa bentuk subsidinya, 3) siapa yang menerima subsidi, dan 4) bagaimana mekanisme subsidinya, namun yang selalu kita dengar adalah terjadinya “subsidi salah sasaran” dan kemudian pemerintah mencabutnya.

Page 2: ALERGI SUBSIDI

Salah sasaran selalu menjadi “kambing hitam” apabila ada subsidi yang akan dicabut. Memang yang menjadi biangkeladi adalah tidak ada “tolok ukur” atau “standar” yang dapat dipakai secara tepat sebagai alat untuk menetapkan “kriteria” miskin dan tidak mampu. Dengan kebijakan rupiah yang mengambang, maka ekonomi Indonesia pun mengambang, semuanya jadi mengambang termasuk hidup rakyatpun mengambang.

Namun ada anggapan yang salah yaitu anggapan bahwa subsidi adalah menjadi hak yang layak diberikan hanya kepada orang miskin dan tidak mampu saja, padahal kalau menyangkut kepada “kebutuhan dasar” yang menjadi “hajat orang banyak”, maka subsidi adalah menjadi hak semua orang tanpa kecuali. Artinya negara wajib memberikan subsidinya. Kata kunci subsidi adalah “hajat orang banyak” dan memang sudah tercantum sejak lama di Pasal 33, ayat (2) UUD-1945. Sebagai contoh ‘hajat orang banyak’ di bidang kesehatan adalah pemberantasan penyakit menular, karena penyakit menular mengancam kesehatan orang banyak; di bidang pendidikan adalah pendidikan dasar, karena orang tidak berpendidikan cenderung menjadi beban keluarga dan masyarakat; untuk air dan sanitasi sudah sangat jelas; demikian pula halnya dengan energy. Oleh karena hal-hal tersebut di atas dikuasai oleh negara, maka negara wajib memberikan subsidi untuk itu. Lalu kemudian kesalahan demi kesalahan terus terjadi ketika amanat UUD-1945 terutama yang tercantum pada Pembukaan alinea-4, Pasal 27, 31, 33 dan 34 tidak lagi dilaksanakan dengan sebenar-benarnya. Bahkan pada akhir-akhir ini, sebagian besar rakyat sudah tidak peduli lagi kepada UUD-1945, mereka tidak pernah membacanya dengan sungguh-sungguh, menghayati maknanya, kemudian melaksanakannya.

Ada 4(empat) keadaan yang dapat terjadi dan dapat diwujudkan dalam kaitan rakyat dan negara, yaitu keadaan di mana 1) negara kaya, rakyat kaya; 2) negara kaya, rakyat miskin; 3) negara miskin, rakyat kaya, dan 4) negara miskin, rakyat miskin. Dan Indonesia seharusnya berada pada keadaan negara kaya, rakyat kaya, karena Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah baik di daratan maupun di lautan dan kalau dikelola dengan baik maka sangatlah mudah bagi negeri ini untuk membuat rakyatnya kaya. Jadi yang layak dan selayaknya terjadi adalah negara yang membuat rakyatnya kaya, bukan rakyat yang membuat negaranya kaya, jadi jangan terbalik dan jangan dibalik. Adalah menjadi tugas dan kewajiban pemerintah dan DPR untuk membuat rakyat kaya, namun sekarang ini sudah terbalik bahwa yang terjadi adalah rakyat memilih mereka dan mereka menjadi kaya dengan penghasilan dan fasilitas yang berlimpah dari jabatannya.

Sekarang ini, setelah 70 tahun merdeka Indonesia berada di ambang kemiskinan kedua-duanya, negara dan rakyatnya, Kecuali Presiden, Wakil Presiden, para Menteri dan para anggota DPR.., aamiin?

Wallahu’alam.