punya saly feria sk 6 preoperatif dentistrty
DESCRIPTION
pemeriksaan peoperatif kedokteran gigiTRANSCRIPT
TAHAP PRE-OPERATIF RESTORASI
I. Initial Clinical Procedure
Restorasi estetik dalam pengaplikasian nya membutuhkan langkah-langkah sebelum melakukan
operative procedure, sebagai contoh resin komposit yang merupakan salah satu restorasi berestetik,
yaitu:
Kavitas harus diisolasi dari kontaminasi dengan menggunakan rubber dam.
Gigi harus bersih untuk direstorasi, bisa menggunakan pasta dari pumice dan air untuk
menghilangkan plaque dan debris. Tapi penggunaan pasta propilaksis perlu dihindari karena
dapat menggangu ikatan dengan enamel
Protokol awal dalam tahap pre-operatif adalah pemeriksaan lengkap, diagnosis, dan rencana perawatan yang tepat sebelum melakukan tindak operatif apapun.
Pemeriksaan lengkap mencakup beberapa tes, yaitu: Tes Perkusi, yaitu dengan mengetuk ringan permukaan insisal atau oklusal
gigi dengan ujung kaca mulut. Tes ini merupakan indikator apakah terdapat inflamasi pada bagian periapikal.
Tes Palpasi, yaitu menggunakan ujung jari untuk memeriksa apakah terdapat abses berupa pembengkakan di mukosa bagian labial yang sudah non-vital.
Tes Termal, yaitu memberikan sensasi termal pada gigi untuk mengetahui status vitalitas pulpa. Tes termal dapat menggunakan sensasi dingin dengan es batu, biang es, atau carbon dioksida maupun panas dengan gutta-percha yang dipanaskan.
Tes Termal Elektrik, yaitu tes untuk mengetahui apakah pulpa tergolong vital atau non-vital dengan menggunakan aliran listrik.
Tes Sondasi, yaitu pemeriksaan vitalitas pulpa dengan menggunakan isntrumen sonde pada karies yang luas maupun sekunder, terbukanya pulpa, fraktur mahkota, dan restorasi yang rusak.
II. Local AnasthesiaAnestesi lokal merupakan salah satu langkah menunjang restorasi estetis menggunakan material resin komposit karena anestesi lokal selain memberikan efek mengurangi rasa sakit pada pasien, juga berfungsi untuk mereduksi produksi saliva sehingga lebih mudah untuk diisolasi.
III. Shade SelectionPada restorasi kelas IV, dibutuhkan pemilihan warna yang adekuat karena
restorasi pada gigi anterior membutuhkan estetika yang lebih dibandingkan dengan pada gigi posterior. Syarat melakukan pemilihan warna:
Gigi dalam keadaan basah atau normal, tidak dehidrasi. Gigi yang dehidrasi akan mengurangi translusensinya.
Cahaya yang adekuat
Gambar diatas menunjukkan zona-zona warna pada gigi anterior. Zona-zona ini dijadikan dijadikan acuan untuk memilih shade warna saat restorasi. Bagian sepertiga insisal (zona w) harus lebih translusen diabandingkan dengan bagian sepertiga servikal (zona y), sedangkan zona x memiliki warna campuran dari kedua zona lainnya. Selain itu, restorasi estetik tersedia dalam warna enamel dan dentin serta warna translusen dan opak. Shade enamel digunakan untuk restorasi dengan hasil warna yang opak, sepeti pada incisal edge.
Cara untuk menyesuaikan warna restorasi dengan warna gigi adalah dengan menggunakan shade guide yang diposisikan dekat dengan gigi agar dapat membandingkan warnanya. Pemilihan warna harus dilakukan dengan hati-hati karena terdapat perbedaan warna pada zona-zona gigi, contohnya adalah warna gigi di servikal lebih tua daripada dengan di daerah insisal. Tetapi, resin dapat dicampurkan antar beberapa warna yang berbeda atau pemberian color modifiers agar mendapatkan pemilihan warna yang lebih tepat. Selain itu, untuk menghasilkan pemilihan warna yang lebih baik dapat dilakukan dengan mengaplikasikan sedikit material pada gigi yang tidak dietsa terlebih dahulu dan sesuaikan warnanya dengan gigi. Jika warna sudah cocok, gunakan sonde untuk melepaskan material dari gigi untuk dilakukan penumpatan yang sebenarnya.
IV. Isolasi Area OperatifAgar area operatif tidak terganggu oleh kontaminasi oral fluid, dilakukan isolaso menggunakan rubber dan atau cotton roll.
V. Pemilihan Matriks
Matriks yang digunakan pada restorasi kelas IV adalah matriks seluloid atau matriks transparan. Matriks ini digunakan karena matriks seluloid memberikan kemudahan saat light curing sehingga dapat ditembus oleh cahaya curing sehingga material terpolimerisasi dengan baik. Band matriks setidaknya harus 1 mm lebih tinggi dari margin gingiva dan margin insisal pada preparasi kavitas. Matriks seluloid disokong oleh wedge kayu atau light transmitting wedge agar matriks tetap pada posisinya. Fungsi lain dari matriks adalah agar gigi di sebelah tidak terpapar etsa dan bonding agent saat tahap restorasi.
Langkah penggunaan:(A) Celluloid strip matrix dalam kondisi baru(B) Matriks dilipat membentuk sudut 90o sehingga berbentuk “L”(C) Matriks dilipat untuk membentuk sudut yang sesuai dan diposisikan di
permukaan lingual(D) Tahan matriks pada bagian labial dengan ibu jari kiri sejak penumpatan hingga
curing Wedging
Pemasangan wedge berfungsi untuk menghasilkan titik kontak yang baik, melindungi jaringan
interproksimal gingiva, dan meningkatkan keindahan bentuk, kontur proksimal, dan embrasure space
setelah itu bisa dilakukan proses operative. Berikut adalah beberapa factor yang berpengaruh terhadap
keberhasilan Restorasi plastis, diantaranya yaitu :
1. Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya keberhasilan restorasi
yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan wilayah kerja yang tepat, tanpa
mengganggu daerah gigi tetangga, dan memberikan batas yang baik agar daerah yang
dipreparasi tidak terkontaminasi dengan saliva.
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan yang melibatkan
posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan untuk restorasi kavitas di bagian
anterior dipakai untuk restorasi kavitas posterior, maka, tentunya bahan tersebut tidak akan
mampu menahan beban mastikasi di bagian posterior dan sebaliknya.
3. Design cavitas yang sesuai.
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi, resistensi,
convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal tersebut terpenuhi, maka
karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan restorasi akan menjadi semakin lama.
Karies sekunder biasanya disebabkan oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria
ekstension for prevention, yaitu pit dan fissure yang dalam harus diikutsertakan pada
preparasi walaupun tidak terkena karies. Juga criteria removal of caries, yaitu penghilangan
jaringan yang terinfeksi. Apabila kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka akan terjadi
karies sekunder.
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan, dengan
berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik, maka akan berpengaruh
terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya, dan dikhawatirkan akan menyebabkan
mikroporositas yang menjadi penyebab karies sekunder. Pengetahuan akan teknik manipulasi
beserta cara pengaplikasian bahan menjadi syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang
dilakukan.
5. Proses polishing.
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna tiap-tiap
bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit, namun polishing pada amalgam
tidak boleh dilakukan sebelum tumpatan mencapai ± 24 jam karena reaksi pengerasan
amalgam terjadi secara sempurna setelah 24 jam atau lebih, apabila polishing dilakukan
kurang dari 24 jam maka akan mempengaruhi kekuatan amalgam. Kekuatan amalgam akan
turun dan ketika dilakukan polishing kemungkinan bisa pecah.
6. Teknik finishing.
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak merusak restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat berpenetrasi ke dalam tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak
Sumber :
1. Roberson T, Heymann H, Swift E, Sturdevant C. Sturdevant's art and science of operative dentistry. St. Louis, Mo.: Mosby; 2006.
2. Bird D, Robinson D, Bird D. Modern dental assisting. St. Louis, Mo.: Elsevier/Saunders; 2012.
3. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. New Delhi: St. Louis; 2010.
4. Mount, G., Hume W. Preservation and Restoration of Tooth Structure.