pulmonologi
TRANSCRIPT
BAB II
LAPORAN KASUS
3.1 Identitas
Nama : Tn. T.I
Umur : 64 thn
Alamat : Jln. Lembah sunyi IV
Agama : KP
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Pensiunan perikanan
Suku bangsa : Biak
Tgl MRS : 15 Januari 2016
No. DM : 41 31 00
3.2 Anamnesis
I. Keluhan Utama (Autoanamnesis)
Batuk yang terus menerus sejak ± 4 bulan SMRS
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan batuk yang terus menerus sejak ± 4 bulan SMRS. Batuk
yang terus menerus ini dirasakan hampir setiap hari, dimana hal ini sudah terus menerus
berulang sejak tahun 2014. Batuk disertai dengan dahak dalam jumlah banyak (± setara
dengan 2 sendok makan tiap kali batuk) berwarna putih kekuningan dan tidak disertai
dengan batuk darah. Demam (-), keringat malam (-). Selain itu pasien juga mengaku
sesak, sejak ±3 bulan dan memberat 2 minggu SMRS. Sesak dirasakan saat menarik nafas
yang dipicu juga setelah batuk, sesak hilang timbul bila serangan pasien mengaku kadang
terdapat bunyi ngik ngik, yang dilakukan pasien saat serangan adalah pasien duduk dan
menghirup minyak tawon. Nyeri dada (+) saat pasien batuk keras, terdapat benjolan
dileher sebelah kanan yang menurut pasien mulai timbul bulan desember 2015, pasien
mengatakan sangat mudah lelah walau melakukan aktifitas ringan, nafsu makan dikatakan
menurun sejak bulan oktober 2015 dan badan pasien juga dikatakan semakin kurus.
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Riw. Pengobatan TB (-), asma (+) (tahun 1990an, tidak pernah lagi menggunakan obat
asma), penyakit jantung (-), HT (-), DM (+) menggunakan obat…., riw. Alergi (-), riw.
Transfuse (-)
c. Riwayat penyakit keluarga
d. Riwayat keadaan social
Pasien adalah pensiunan perikanan yang sejak umur 20 tahun hingga 65 tahun memiliki
kebiasaan merokok dalam 1 hari 3-5 bungkus rokok.
3.3 Pemeriksaan fisik
a. Vital Sign (Pemeriksaan di IGD)
Keadaan umum: Tampak sakit ringan, Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6
TTV : TD = 120/80 mmHg, N = 88x/min, R = 28x/mnt, S = 38oC
b. Status Generalis
Kepala/leher: konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pembesaran KGB (-)
Thoraks : paru simetris, ikut gerak nafas, Retraksi (-),Rho (-/-), Whe (-/-)
Cor : ic (+), thrill (-),pekak, Bj I-II regular, murmur (-)
Abdomen : cembung supel, BU(+) , tympani
Ekstremitas: akral teraba hangat, udema (-)
c. Status lokalis R. anal:
- Inspeksi tampak massa berukuran diameter 0,5 cm, edema (-), eritema (+), perdarahan
(-),
- Palpasi teraba massa tipis dengan dasar yang lebar.
3.4 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Jenis PemeriksaanHasil Nilai Rujukan
Hb 5,8 g/dL 12,0 – 18,0
Leukosit 8.260 /mm3 5.000 – 10.000/mm3
Trombosit 468 103/uL 150-400/uL
Hematokrit 23,6 % 35,0 % – 54,0 %
Parasit Malaria Negatif + : 1-10 parasit/100 lp
++ : 11-100 parasit/100 lp
+++ : 1-10 parasit/ lp
++++ : > 10 parasit/ lp
3.5 DIAGNOSA SEMENTARA
Hemoroid Interna grade III, dengan diagnosis tambahan anemia gravis
3.6 FOLLOW UP RUANGAN
Tanggal Catatan Tindakan
02/08/2015-
03/08/2015
S : nyeri pada anus, BAB sedikit,
berdarah (-)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 100/70 mmHg, N :
80x/mnt, R : 18 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
Conjungtiva anemis +/+, Sklera
ikterik -/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade +
Anemia gravis
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x 500mg
- Inj. Antrain 3x 100mg
- Inj. Ceftriakson 2x1 gr (H1)
- Diet tinggi serat
- Pro transfuse 1 bag
- Pro anoskopi
- Hb post 6,6 g/dl
04/08/2015-
05/08/2015
S : BAB (+), Darah segar (+)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 120/80 mmHg, N :
80x/mnt, R : 18 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
Conjungtiva anemis +/+, Sklera
ikterik -/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade III
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x500 mg
- Inj. Antrain 3x100 mg
- Inj. Ceftriakson 2x1 gr (H3)
- Diet tinggi serat
- Post transfuse darah 2 kholf
(320cc) cek hb post
+Anemia sedang - Pro anoskopi
Hb: 7,8 g/dl
06/08/2015-
09/08/2015
S : BAB Darah segar (-)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 140/80 mmHg, N :
88x/mnt, R : 18 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik
-/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade III +
Anemia sedang
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x500 mg
- Inj. Antrain 3x100 mg
- Inj. Ceftriakson 2x1 gr (H5)
- Diet tinggi serat
- Pro anoskopi
10/08/2015-
12/08/2015
S : BAB Darah segar (-)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 130/90 mmHg, N :
86x/mnt, R : 20 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik
-/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade III
+Anemia sedang
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x500 mg
- Inj. Antrain 3x100 mg
- Inj. Anbacim 2x1 gr
- Diet tinggi serat
- Pro hemoroidektomi dengan
stapler tunggu hasil
colon in loop
- Tgl 10/08/2015 dilakukan
anoskopi dgn hasil
tampak hemoroid arah
jam 5,7,dan 12. Hiperemis
(+)
Hb 8,7 g/dl
13/08/2015-
15/08/2015
S : BAB Darah segar (-)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 130/90 mmHg, N :
80x/mnt, R : 20 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik
-/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade III
+Anemia sedang
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x500mg
- Inj. Antrain 3x100mg
- Inj. Anbacim 2x1 gr
- Diet tinggi serat
- Pro hemoroidektomi dengan
stapler cek KL,
Thoraks, EKG, co.
interna, anastesi.
Hasil KL: ureum 61, kreatinin
1,5 mg/dl, albumin 3,7 g/dl,
SGOT 40 U/l, SGPT 16 u/L,
Trigliserida 78 mg/dl, kolesterol
total 193 mg/dl, CT 8’30’’/BT
2’00’’
16/08/2015-
18/08/2015
S : BAB Darah segar (-)
O : TSR Kes CM, GCS 15
TTV: TD : 120/80 mmHg, N :
80x/mnt, R : 20 x/mnt, SB : 36,6oC
Status generalis:
- P: IVFD RL 20 tpm makro
- Inj. traneks 3x500mg
- Inj. Antrain 3x 100mg
- Inj. Anbacim 2x1 gr
- Diet tinggi serat
Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik
-/-, lain-lain DBN
A : hemoroid interna grade III
+Anemia sedang
- Pro hemoroidektomi dengan
stapler,
- Hasil co. interna minta
USG ginjal dan pem.
Urine
dr. Samuel baso : perbaikan
AKI RL 500cc/4 jam.
Hb 10,2 g/dl
3.7 Foto Klinis
Ro Thorax
Hasil Hemoroidektomi
3.8 Resume
Seorang laki-laki umur 46 tahun datang dengan keluhan terdapat benjolan yang muncul
didaerah anus ±10 bulan yll dari ukuran yang kecil hingga semakin lama semakin membesar,
benjolan keluar ketika ada usaha mengedan saat BAB dan dapat masuk dengan menekan
benjolan kedalam menggunakan jari. Keluhan disertai dengan keluarnya darah segar saat
BAB, nyeri pada anus (+), gatal (+). Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis
(+/+) selain itu dalam batas normal. Status lokalis pada regio anal tampak massa yang
menonjol keluar dengan perdarahan aktif (-), massa dapat dimasukan dengan jari.
3.9 Diagnosis kerja
Hemoroid interna grade III
3.10 Prognosis
Dubia ad Bonam
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1 Mengapa pada kasus ini didiagnosis Hemoroid?
Diagnosis hemoroid pada kasus ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan tinjauan kepustakaan hemoroid yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya.
Dari anamnesis didapatkan pasien pasien datang dengan keluhan adanya benjolan pada
anus pasien yang muncul saat pasien mengedan waktu BAB yang menurut pasien benjolan
tersebut dapat dimasukan kembali kedalam dengan menggunakan jari. Selain itu, benjolan
disertai dengan adanya perdarahan berwarna merah segar pada saat BAB. Hal ini sesuai
teori bahwa hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena
hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis,
tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah,
jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal. Gejala pada kasus juga sesuai dengan gejala
hemoroid pada teori yaitu adanya benjolan, adanya perdarahan, rasa gatal dan nyeri pada
daerah anus. Hemorrhoid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol
keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal penonjolan ini hanya terjadi pada saat
defekasi dan disusul oleh reduksi sesudah selesai defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut
hemorrhoid interna didorong kembali setelah defekasi masuk kedalam anus. Perdarahan
umumnya merupakan tanda utama pada penderita hemorrhoid interna akibat trauma oleh
feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan
feses, dapat hanya berupa garis pada anus atau kertas pembersih sampai pada pendarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Dari anamnesis yang
diketahui bahwa benjolan dapat dimasukan kembali ke dalam anus, dapat diketahui juga
bahwa hemoroid pada kasus adalah hemoroid interna grade III.
Selain anamnesis, diagnosis ditegakan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan perabaan benjolan yang melebar dan tipis, ini sesuai dengan
teori bahwa hemorrhoid terdiri dari pembuluh vena yang melebar dan tipis yang menonjol
di bawah mukosa anus dan rectum. Benjolan akan nampak tapi bila dilakukan perabaan
akan hilang, hal ini karena saat perabaan jari akan meraba vasa sehingga darah akan
mengalir dan pada perabaan benjolan menjadi kempis. Selain itu untuk memastikan
diagnosis dilakuka juga pemeriksaan penunjang anoskopi dan didapatkan hasil tampak
tampak hemoroid arah jam 5,7,dan 12, dan hiperemis (+).
1.2Apa Faktor Resiko Hemoroid pada kasus ini?
Berdasarkan anamnesis, dapat diketahui bahwa factor resiko hemoroid pada kasus ini
adalah faktor usia dan pekerjaan. Sedangkan factor resiko lainnya seperti kurang makanan
berserat tidak terjadi pada kasus karena pasien mengaku suka mengkonsumsi sayur dan
buah sehingga sebelum adanya hemoroid pasien lancar dalam BAB, riwayat genetik juga
tidak terdapat pada kasus ini karena menurut pasien belum ada anggota keluarga yang
mengalami hal yang sama seperti pasien, faktor resiko hipertensi juga bukan menjadi
pencetus pada kasus ini. Obesitas bukan juga merupakan factor resiko dari kasus ini karena
berdasarkan teori bahwa seseorang dengan BMI > 30 maka memiliki resiko 1,09 kali
terkena hemoroid walaupun hubungannya tidak signifikan (p<0,716), sedangkan pada kasus
pasien tidak termasuk dalam golongan obesitas karena BMI pasien adalah 25.
Untuk factor usia dapat menjadi factor resiko karena pada umur tua timbul degenerasi
dari seluruh jaringan tubuh,otot sfingter menjadi tipis dan atonis. Karena spingter lemah,
maka bisa timbul prolaps. Pigot et al menyatakan ada hubungan yang signifikan antara umur
<50 tahun dengan kejadian hemoroid dan memiliki resiko 1,95 kali terkena hemoroid.
Selain usia, factor resiko dari kasus adalah pekerjaan. Pasien merupakan seorang supir yang
setiap harinya melakukan pekerjaan membawa taksi dalam posisi tubuh duduk dalam kurun
waktu ± 12 jam per hari. Berdasarkan teori, orang yang harus berdiri, duduk lama, atau
harus mengangkat barang berat mempunyai predisposisi untuk terkena hemoroid, menurut
penelitian pekerjaan yang aktif memiliki resiko 1,43 kali terkena hemoroid walaupun
hubungannya tidak cukup signifikan (p<0,1).
1.3Apa komplikasi yang terjadi pada kasus Hemoroid ini?
Dari kasus ini, dapat diketahui bahwa komplikasi yang terjadi adalah anemia, Pada awal
masuk Hb pasien adalah 5.8 g/dl, sehingga pasien jatuh pada keadaan anemia berat, hal ini
sesuai dengan teori bahwa pada hemoroid sering terjadi perdarahan kronik karena jumlah
eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Sering pasien datang
dengan Hb 3-4. Pada pasien ini penanganannya tidak langsung operasi tetapi ditunggu
sampai Hb pasien menjadi 10. Perdarahan pada hemoroid berhubungan dengan proses
mengejan. Ini menjadi pembeda dengan perdarahan yang diakibatkan oleh hal lain missal
tumor. Pada hemoroid, darah keluar saat pasien mengejan dan berhenti bila pasien berhenti
mengejan, sedangkan perdarahan karena sebab lain tidak mengikuti pola ini. Darah yang
keluar adalah segar yang tidak bercampur dengan feses (hematoshezia). Perdarahan kadang
menetes tapi dapat juga mengalir deras. Sebab utama perdarahan adalah trauma feses yang
keras. Perdarahan yang berulang-ulang dapat menimbulkan anemia berat
Selain anemia, komplikasi yang lain tidak terjadi pada kasus ini seperti prolaps hemoroid
interna. Apabila komplikasi ini terjadi, Prolaps hemoroid interna dapat menjadi ireponible
terjadi inkarserata (prolaps dan terjepit diluar) kemudian diikuti infeksi sampai terjadi sepsis.
Sebelum terjadi iskemik dapat terjadi gangrene dulu dengan bau yang menyengat.
1.4Apakah sudah tepat penatalaksanaan pada kasus Hemoroid ini?
Penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat dan sesuai dengan tinjuan kepustakaan yang ada.
Saat pasien datang kerumah sakit, penatalaksanaan awal yang diberikan adalah dengan
pengelolaan dan modifikasi diet. berserat, buah-buahan dan sayuran dan intake air ditingkatkan.
Diet serat yang dimaksud adalah diet dengan kandungan selulosa yang tinggi. Selulosa tidak
mampu dicerna oleh tubuh tetapi selulosa bersifat menyerap air sehingga feses menjadi lunak.
Makan-makanan tersebut menyebabkan gumpalan gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak
sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan secara berlebihan.
Untuk terapi medikamentosa pada kasus ini diberikan Anbacin 2x1 gr sebagai antibiotic
mencegah terjadinya infeksi bila terjadi komplikasi prolaps hemoroid, asam traneksamat
3x100mg diberikan sebagai antifibrinolisis hemostasis untuk mengatasi perdarahan , dan
diberikan Antrain 3x500 mg sebagai anti nyeri. Selain itu juga saat pasien pulang untuk rencana
rawat jalan dengan permasalahan AKI, pasien diberikan tambahan obat antihemoroid
supositoriayang diharapkkan mampu memperkecil hemoroid setelah dikonsumsi beberapa bulan.
Namun, bila konsumsi berhenti maka hemoroid tersebut akan kambuh lagi.
Setelah dilakukan tatalaksana konservatif yaitu dengan pengelolaan dan modifikasi diet
tinggi serat serta terapi medikamentosa, perlu dipikirkan juga tindakan operatif karena sesuai
dengan teori bahwa indikasi dilakukannya opertif pada hemoroid adalah Gejala kronik derajat 3
atau 4, Perdarahan kronik yang tidak berhasil dengan terapi sederhana dan Hemoroid derajat 4
dengan nyeri akut dan thrombosis serta ganggren. Dimana indikasi ini sesuai dengan kasus yaitu
pasien mengalami hemoroid derajat 3 dengan gejala yang kronik yaitu ±10 bulan, terdapat juga
perdarahan kronik yang menyebabkan anemia gravis pada pasien yang tidak dapat ditangani
dengan terapi medikamentosa. Tindakan operatif yang dipilih adalah Stapled hemorrhoid surgery
(procedure for prolapsed and hemorrhoids/PPH), Prosedur penanganan hemoroid ini terhitung
baru karena baru dikembangkan sekitar tahun 1990-an. Keuntungan penanganan dengan PPH
antara lain nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitive, tindakan
berlangsung cepat sekitar 20-45 menit dan pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah
sakit lebih singkat. Prinsip dari PPH adalah mempertahankan fungsi jaringan hemoroid serta
mengembalikan jaringan ke posisi semula. Jaringan hemoroid ini sebenarnya masih diperlukan
sebagai bantalan saat BAB sehingga tidak perlu dibuang semua. Mula-mula jaringan hemoroid
yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator lalu dijahit ke tunika mukosa
dinding anus. Kemudian dengan menggunakan alat yang disebut circular stapler. Dengan
memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan memotong jaringan yang
berlebihan secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan tersebut, maka suplay darah
kejaringan tersebut akan terhenti sehingga jaringan hemoroid akan mengempis dengan
sendirinya.
BAB V
KESIMPULAN
1. Hemoroid adalah pelebaran vasa/ vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak
merupakan keadaan patologik, tetapi akan menjadi keadaan patologik apabila tidak
mendapat penanganan/ pengobatan yang baik. Hemoroid tidak hanya sekedar pelebaran
vasa saja, tetapi juga diikuti oleh penambahan jaringan disekitar vasa/ vena.
2. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang diketahui bahwa
diagnosis kasus ini adalah hemoroid interna grade III.
3. Berdasarkan anamnesis, dapat diketahui bahwa faktor resiko hemoroid pada kasus ini
adalah faktor usia dan pekerjaan.
4. Gejala klinis hemoroid yang didapatkan pada kasus ini adalah prolaps, perdarahan, nyeri
dan gatal.
5. Penatalaksanaan hemoroid pada kasus dinilai sudah tepat sesuai jenis dari hemoroid yaitu
dilakukan tatalaksana konvensional dengan modifikasi diet tinggi serat, terapi
medikamentosa, serta tindakan operatif yang dipilih adalah Stapled hemorrhoid surgery
(procedure for prolapsed and hemorrhoids/PPH),
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Gambaran penyakit Hemorroid berdasarkan usia, jenis kelamin, stadium, dan
tipe histopatologi di Rumah sakit Immanuel Bandung. Diakses pada tanggal 10/09/2015
pukul 19.27 WIT
2. Anonim. Gambaran Hemorroid Ny. S pada pre dan post hemoroidektomi di ruang
Anggrek RSUD Tugurejo. Diakses pada tanggal 04/09/2015 pukul 21.33 WIT.
3. Anonim. Hubungan konstipasi, riwayat keluarga dan kerja berat terhadap hemorrhoid.
Diakses pada tanggal 04/09/2015 pukul 20.33 WIT
4. Wibisono, Elita. 2014. Hemoroid. Media Aesculapius: Jakarta Pusat.
5. Anonim. 2011. Prevalensi hemorrhoid di RSUP Haji Adam Malik Periode januari 2009-
juli 2011. Bagian ilmu bedah FK USU: Sumatera Utara