puisi tanpa judul

124
PUISI hidupsi penjual koran BAMBU PASTI RAKYAT JELATA ADA BUKAN KARENA SEKEDAR ADA TAPI ADA KARENA MEMANG ADA

Upload: leochandra

Post on 23-Jun-2015

1.453 views

Category:

Education


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Puisi tanpa judul

PUISI hidupsi penjual koran

BAMBU

PASTI RAKYAT JELATA

ADA BUKAN KARENA SEKEDAR ADA TAPI ADA KARENA MEMANG ADA

PUISI hidupsi penjual koran

BAMBU

Page 2: Puisi tanpa judul

PASTI RAKYAT JELATA

Leo Chandra

Bambu

Djap sin ghian

PUISI hidup si penjual koran

BAMBU

PASTI RAKYAT JELATA

Page 3: Puisi tanpa judul

Puisi tentang semua rasa dalam hati Leo Chandra

Leo chandra

DJAP SIN GHIAN

Kata Pengantar

Djap Sin Ghian adalah sebuah nama yang melekat dalam kehidupan bagi Bambu. nama yang diberikan olehSi Tua yang sangat aku hormati dan nantinya kuharap nama itu tak akan kecewakan si tua tadi. Dan ketika jari-jariku menari-nari dengan tekanannya, kurarap petikkan dari apa yang ku tulis bisa menjadi pupuk bagi si ber nyawa.

Dengan tulisan-tulisan ini aku Bambu berharap pasti adanya sejuta warna yang bisa menjadi tempat bersandar bagi siapapun dan kapanpun di saat ia benar-benar telah membatu.Ku harap hati bisa membuka matanya,lalu senyum simpulnyapun ikut mengikutinya dan harapan dari ke dua sinar kehidupan benar-benar bercahaya.

Puisi ini menceritakan semua rasa dan pandangan mata akan segala penjuru arah yang aku ceritakan dan aku rasakan dalam bayangan maupun hidup yang real.Suatu perjalanan

Page 4: Puisi tanpa judul

biasa tapi penuh dengan tekanan batin baik dari luar maupun dalam.Dan kehidupan ini aku lalui dengan cara Djap Sin Ghian yaitu smngat dan sepercik senyum.

Dan akupun berharap apa yang tertulis dapat menjadi benih dihati semua karena dengan penulisan ini judulnya bukanlah yang terpenting dalam penulisan buku ini tapi Bambu mengajak semuanya untuk memetik makna dari isi puisi ini untuk mengembangkan imajinasi dan mencerna sekaligus menyelami apa yang ada dalam setiap tulisan atau bait di setiap tulisan ini.Karena dengan hal itu kita semua diajak untuk berfikir mengetahui makna dan mengetahui manfaat mendapatkan sesuatu dengan perjuangan.Karena sesuatu yang di dapatkan dengan perjuangan adalah sesuatu yang akan membekas dalam hati maupun jiwa.

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting,Tanggamus pada tanggal 29 Juli

1988, merupakan putra kedua dari 4 bersaudara buah pernikahan Bapak

Daryudi dan Ibu Tjin Mie Yin. Jenjang pendidikan yang pernah ditempuh yaitu:

1. Sekolah Dasar (SD) Negeri I Margoyoso, Tanggamus, Lulus dan Berijazah

pada Tahun 2002.

Page 5: Puisi tanpa judul

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Xaverius Gisting, Tanggamus, Lulus dan

Berijazah pada Tahun 2005.

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) Xaverius Pringsewu, Tanggamus, Lulus dan

Berijazah pada Tahun 2008.

4. STKIP Dharma wacana Metro (STO Metro) Lulus dan Berijazah pada Tahun

2013.

Daftar isii

Kata pengantar…………………………………………………………………………………… ii

Persembahan …………………………………………………………………………………. iv

Inti

1. Puisi Hidup atau lahir saat 7-9………………………………………………… …………

2.Puisi Saat SMA……………………………………………………………………………

3. Puisi Si Penjual Koran…………………………………………………………………….

4.Riwayat hidup……………………………………………………………………………...

5.Kata –Kata Mutiara……………………………………………………………………….

Page 6: Puisi tanpa judul

1.Puisi Hidup atau lahir saat 7-9

Disinilah aku mulai bertunas dengan kesegalaan yang kumiliki.Dan disinilah pula segala akan rasa-rasa dan kata-kata terbit dengan cepatnya.Dengan kepolosannya aku mulai merangkai kata-kata seperti apa yang aku inginkan.

Dan aku sebut itu semua dengan awal mula lahirnya puisi Bambu.Puisi ini dibuat oleh seorang anak laki-laki yang sungguh perasa dan lemah akan fisik.Seseorang yang ingin menjadi Pangeran tapi dalam hayalanya saja dan terlalu lemah untuk berpijak dengan langkahnya.Seorang pemimpi dengan kesegalaan kelembutan, kebaikkan dan keluguannya dan diberi bumbu dengan keminderan,kesendirian dan ketakutannya.

Tapi walaupun dengan kesegalaan kekurangan si Bambu tapi jari-jari ini tak akan malu untuk melangkah disetiap tulisan dengan gagah walaupun hanya saat bersama tinta berjalan.

Dan semuanya akan bermula disini dengan puisi-puis tanpa judul.Dan di sini bukan lah judul yang menjadi intisari tapi disetiap petikkanlah kita akan mengambil makna puisi itu sendiri karena kita akan menjadi lebih baik,pendewasaan diri,bahagia,tak terlalrut dalam

Page 7: Puisi tanpa judul

kesedihan, berlindung dan selalu berjuang sampai akhir walaupun berat serta selalu semangat

Kupersembahkan dengan kesegalaan puisi dan makna dari ketikkan kata dari hati Bambu.:

KEGAGALAN

Sayang Beribu Sayang

Harapanku Sirnah sudah

Hutang menumpuk malu

Cita-cita membangun negeri baru

Rintih-rintih perih di dalam hatiku

Yang dapat kuredam dengan khayalanku

Cita-cita etopiaku

Yang hanya ada di dalam mimpiku

Page 8: Puisi tanpa judul

PENYADARAN DIRI

Bangkit dari malapetaka

Misteri dalam kehidupan

Saat kupikir aman seketika terdapat keganjilan

Pengalamanku-pengalamanku kembali teringat dipikiranku

Iya teringat kembali

Sepertimenyelami kisah-kisahku

Yang telah mati daN TAK BERARTI

Dan ternyata aku telah mati

Page 9: Puisi tanpa judul

Iklas bisa membuat kita tertawa dalam sedih Karena iklas tak perlu kita beli

dan hanya perlu dihayati

Djap Sin Ghian

Page 10: Puisi tanpa judul

PATAH HATI

Hati Resah dan gelisah

Menceritakan sebuah kisah

Tentang asmara yang begitu indah

Yang tertulis dalam sejarah

Tapi itu semua musnah

Sekejap mata panah terarah

Aku dihujap oleh kegarangannya

Yang membuatku tiada

Page 11: Puisi tanpa judul

BINGUNG MELANGKAH

Telunjuk mata hati

Yang membuat aku berdiri di sini

Memandangi seorang Putri

Dan aku tak mau meninggalkan tempat ini

Tapi sekarang apa daya

Aku orang yang tidak berguna

Dan tak tau cara mengungkapkan cinta

Padahal aku mencintainya

Page 12: Puisi tanpa judul

HARGAILAH NEGERIMU SEPERTI ENGKAU MENGHARGAI ORANG YANG KAU CINTAI

Djap Sin Ghian

Page 13: Puisi tanpa judul

KEBODOHAN

Gundah hati ini

Selama hidup menatap mati

Selalu menyusahkan hati

Hanya menatap mentari Pagi

Seakan nyawaku akan pergi

Bersama sepasang bidadari

Dan hanya dapat di sini

Menunggu kematian yang ku benci

Page 14: Puisi tanpa judul

MAKNA HIDUP

Semut-semut merah yang tak kekal

Janganlah kalian bertengkar

Demi madu-madu yang cantik dan besar

Karena kalian akan menyesal

Sesal tiada guna

Karena yang lain tak akan lagi menerima

Hanya duka demi duka

Yang akan kau terima

Tapi kini apa daya

Kau tak lagi berguna

Dan hanya dengan persahabatan sejati

Kalian akan hidup abadi di hati

Page 15: Puisi tanpa judul

SESAL

Hari-hari penuh sengsara

menatap wanita yang hina

Tak pernah kuberkata

Aku mencintainya

Ribuan sayang,Ribuan cinta

Yang belum kuucapkan

Dan hilang begitu saja

Karena aku telah tiada

MANUSIA TAK TAU DIRI

Page 16: Puisi tanpa judul

Dasar orang gila

Yang tak mengerti apa-apa

Dan hanya bisa berkata

dengan ocehannya saja

Tapi kenapa aku diam saja

Mungkin karena dia telah tua

Sebentar lagi menatap cahaya

Yang akan membawanya ke neraka

Page 17: Puisi tanpa judul

KAU BOLEH TAK MENGHARGAI YANG DI ATAS TAPI HARGAILAH TANAH YANG KAU PIJAK

Djap Sin Ghian

2. Puisi Saat SMA

Seseorang bisa berubah sesuai zamannya dan seseorang bisa melangkah dengan sendirinya dan itu semua bisa terjadi pada siapapun pada saat itu dan ku sebut ia zaman putih abu-abu. Dengan cepatnya seseorang bisa merasa seperti dikayangan,bahagia karena dukungan atau perhatian, senang akan keseruan-keseruan yang mereka anggap luar biasa dan pada saat itu memang luar biasa. Tapi ketika kita tidak dianggap atau dijauhi maka kita akan merasakan suatu hal yang sangat menyiksa dan menganggap diri tak berarti. Rasa sedih,kecewa,takut,tertekan,tak enak hati,pedih dan segala rasa yang tak mengenakkan hati semua hal itu terkadang menghampiri dan seakan itulah akhir dari kehidupan ini.

Page 18: Puisi tanpa judul

Semua hal saat itu benar-benar sangat luar biasa dan sulit aku bayangkan karena hidup saat itu begitu luarbiasa dan aku sebut dengan masa sensitive. Karena cinta yang begitu indahpun bisa menjadi tekanan yang luar biasa terutama Bagi aku Bambu hingga akhirnya cintapun diberi tirai besi agar cinta pergi walau sakit tertahan sendiri.

Saat inilah banyak hal yang mengubah hidupku dengan keminderan sejati, rasa malu, takut dan segala hal yang aku benci tetap melekat tapi dengan ubahku sedikit demi sedikit semuanyaterkikis walaupun hanya sedikit sekali.

Kehidupan yang luar biasa yang Bambu rasakan tentang cinta, kehilangan orang yang sangat penting ketika cinta muncul hingga terpersit ingin hilang dari bumi, persahabatan, harapan dan akhirnya tekatpun datang. Dan inilah aliran yang mengalir dalam bentuk puisi

ANGSA

Aku Boleh pergi sampai jauh ke negri hati

Aku Rela meninggalkan cahaya sammpai akhir

Aku boleh menangis sampai tua

Aku Rela mematikan hati ini

Tapi tangisan ini sesekali menetes

Page 19: Puisi tanpa judul

Sesekali karena Hati yang telaH MATIPUN MASIH TERASA

JUJUR SAAT INIPUN SEDANG MENETES

Kuharap satu kali saja dengarkan aku

Memang bodoh akan semua egoku

Aku tak mengharapkan cinta

Walaupun tak menampiknya pula

Tapi dengarkan kata ini

Dengan tangisan aku memang bodoh

Tapi sekali lagi aku adalah lelaki

Karenanya sebelum mati dengan gengsi Kristal

Yang aku anggap benar

Maka tinggal 2 pilihan

Mati tak berucap atau mati berucap

Dan akhirnya………………………………………..

Bambu cinta angsa dengan keangsaanmu

By Bambu

To Angsa

RASA

Rasa ini kenapa selalu berdetak

Kenapa rasa semakin tak menentu

Kenapa semuanya terkadang semakin kaku

Tapi kenapa hati ini seperti dikayangan

Gundah seperti hari

Yang selalu berganti tapi tak pernah hilang

Yang tak diinginkan tapi tak dihilangkan

Karena ada sesuatu hal yang dicari

Page 20: Puisi tanpa judul

Iya jujur terkadang memang lucu

Tapi lucu tetap saja berjalan

DAN Aku semakin kaku sperti batu

Karena SENYUMANNYA SEPERTI kepakkan sayaP ANGSA

Hidup adalah sepercik sandiwara tapi hiduplah dengan nyata

Page 21: Puisi tanpa judul

Djap Sin Ghian

*SEEKOR ANGSA*

Cahaya yang terang

Terpancarkan oleh Angsa yang sedang terbang

Dengan kilauan karismanya yang tajam

Membuat dua sinar kehidupan terperangah

Lalu bila ia menegakkan sayapnya

Aku hanya dapat diam seribu bahasa

Lalu bila ia terbang

Kilauan kilap terlALU MENGHUJAP

Tetapi angsa itu terlalu anggun bagiku

Sehingga meski tercabik-cabik jua

BambU akan tetap berdiri disitu

Karena akarku tetap terisi oleh pesonamu

Page 22: Puisi tanpa judul

SALAH LANGKAH

Mengepul kau merokok

Meredup umurku

Enggan batinku berkata

Aku akan redup

Tapi mengapa mesra

Meski mendesis ku kan terkulai

Kini terasa sesal

Telanjang dikelambu terkulai

Kini hidupku mulai suram

Meratapi diriku diserambi

Seakan diriku seringan kapas

Yang akan berhenti bernapas

Page 23: Puisi tanpa judul

Dan seakan aku hanya menunggu waktu

Bersama dia kekasihku

Yang menemaniku menderita jua

Dengan ciuman terakhir dan akhir dari hidupku

Cinta sejati adalah cinta yang bisa membuat dia memercikkan senyum simpulnya dengan tulus

Djap Sin Ghian

Page 24: Puisi tanpa judul

GURU

Dasar guru-guru keparat

Dan tidak beradat

Yang selalu memikirkan diri sendiri

Dan tak mau menmgalah sampai mati

Mereka selalu mementingkan jati dIri

Ia sebagai guru yang sejati

Dan makhluk yang ingin dihargai

Tanpa alasan YANG PASTI

Tapi kini kusadari

Page 25: Puisi tanpa judul

Ialah pendamping sejati

Yang menemani diriku sampai berarti

Dalam melukis hidup ini

PERANG SAUDARA

Gerakan-gerakan misterius

Yang secara terus-menerus

Membuat negeriku semakin terjerumus

Olehnya dan karenanya

Kini ketAkutan mencekam

Negeriku semakin tak tentram

Mendengar jeritan dan tangisan

Yang menbuat negriku semakin suram

Lalu tetes-tetes darah mengalir

Membasah tanah seperti Air

Dan tak ada satupun orang berfikir

Apakah negri ini telah menjadi kafir

Page 26: Puisi tanpa judul

Hiduplah dengan caramu dan bukan semata uangmu Karena dengan seperti itu akan lebih mudah kau melangkah

Djap Sin Ghian

Page 27: Puisi tanpa judul

PAK TUA

Kulihat hiruk pikuk dari kejauhan

Seakan hampa tiada yang menggema

Terlihat seorang tua dengan telapak retak

Seperti tank baja yang terlihat rapuh

Tapi aku bingung sejuta rasa

Akan menepi kemana ia yang tua

Karena aku rapuh tak kuasa

Menahan haus dahaga kehidupan

Kulihat ia meneteskan nanah kebahagiaan

Yang menbuat dirinyamungkin akan kurang

Tapi ia tetap seorang tua yang menawan

Karenanya ia menjadi sang pembantu hidup dan bertahan

Page 28: Puisi tanpa judul

RIVAL

Ketika ada gema

AKU HANYA DAPAT TERSENTAK DAN TERPANA

Melihatnya dengan penuh karisma

Mengharapkan suatu kata darinya

Menunggu hanya menunggu

Dengan tanpa kepastian yang aku benci itu

Hati ini selalu terbakar olehnya

Karena akutak tau jawabannya

Ingin rasa kuubah semuanya

Dan mengulangi lagi waktu yang lalu

Sehingga ku tak rasa sakit itu

Dan biarkan semua itu tanpa rasa pilu

Page 29: Puisi tanpa judul

Ilmu yang paling berharga adalah ilmu yang bisa dibagikan dengan orang lain

Djap Sin Ghian

TRAGEDI 1998

Page 30: Puisi tanpa judul

Petaka tragedi cina

Ribuan kuning terlalap

Api mengamuk seperti jagonya

Asap mengepul seakan naga

Aku hanya dapat diam kawan

Aku hanya dapat menangis

Menangis permata berlian berlinang

Aku jiji dengannya kusam

Bosan akan segala darinya

Tapi memang dasar bodoh aku

Kehilangan angan karena ketakutan

Karnanya darah mengalir seperti bangawan

Perih sengsara misteri alur yang curam

Tapi zaman kapan berlalu itu kubenci

Hingga aku terkukung kesepian tiada henti

BUKAN KERIS TAPI BAYANGKU

Kekerasan keris bernyawa

HilangkaN IA DARI DUNIA

Page 31: Puisi tanpa judul

Tangisan perih amat mendesis

Cantiknya rupa hilang tanpa angan

Keris hilang tanpa arah tanpa mengarah

Darah mengucur AKU kenyang karnanya

Tinggal puing-puing raga yang tak ada

Hembus hanya KENANG-KENANGAN BELAKA

Tuan di mana aku butuh tubuh

Agar hilang tak berdosa jua

Kenapa aku diperlakukan seperti api

Menerima segala yang Ada di depan mata

SAHABAT

Marsini merupakan charisma dalam hidupku

Yang tinggal diantara jiwaku

Dan aku butuh seribu waktu

agar semua tak tampak kaku

Page 32: Puisi tanpa judul

tapi entah mengapa aku merasa meramu

untuk dekap tapi jarak akan kokoh

hingga aku takut bulan akan jatuh

dan pergi keseberang tak terbatas

sinarmulah aku bisa merasa

hingga tergetar cita-cita etophiaku

tapi takut karna hilang teramat sangat

yang membuatku memutuskan hal itu

Biarlah ku buruk segala rupa kau miliki

Tapi sahabat sejati kau miliki

hal itu melebihi segala sesuatu yang hirarkhis

Hingga kau cukup satu bagi diriku

MATA TERTUTUP KABUT

Ketika gelap amatlah nyaman

Ketika siang hilang hati semakin tentram

Karena tiada batu dipundakku

Hingga singgahlah tenang

Page 33: Puisi tanpa judul

Tapi sayang beribu sayang

Harapanku lalu sirnah sudah

Hutang menumpuk malu

Cita-cita membangun negeri baru

Rintih-rintih perih di dalam hatiku

Yang tak dapat kuredam dengan khayalanku

Cita-cita etophiaku

Yang tertinggal di mimpiku

Page 34: Puisi tanpa judul

TAK ADA YANG MUSTAHIL DI DUNIA INI BILA SESEORANG DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH MENGEMBANGKAN TALENTANYA YANG SESUAI

Djap Sin Ghian

GURU

Selalu Si tua yang selalu ku kenang

Yang namanya terrpampang di jamrud

Ia tiada bosan bermaung-maung

HentaKKAN SUCI KATA YANG BERNILAI

IA SELALU BAKARKAn semangat juang

Bagi benih-benih pada merata

Agar terus mengalir ke kota suci

Yang tiada henti-hentinya dinanti

Page 35: Puisi tanpa judul

Terlalu teriris perih di hati

Kapankah ini tak terjadi lagi

Agar suci itu selalu abadi

Di hati dan segala raya

Karnanya dari segala rupa

Pantaslah kita bersuka cita

Dan melupakan si tua bangsa

Dengan vterjerat tanpa berperan

PENANTIAN

Penantian panjang

Dapatkan sesak asmara

Remuk akan luka

Tiada bernyawa pasti ada

Hancur badai akan langit usaha

Tetapi tetap angkuh tiada berdosa

Lelah akan menunggu akan paris

Tetap batu karang ia sekap

Page 36: Puisi tanpa judul

Lututku telah luka berbisa

hambaran merah amat pekat

remuk berlalu sakit

menyerahkukan pergi

NAN0-NANO KEHIDUPAN

Ketika mulai terbit sang pangeran terang

Menyusuri dan menyelinap di sebuah kasih baru

Hingga beberapa saat tenggelam kasih

Pangeran tama telah datang

Walau hanya saat yangtak sampai

Baterai belum terlalu lapuk

sunyi terlalu tak terusik

karena tama ingatan pertama

kini musnalah dan sirnalah engkau

kebahagiaan yang tak pantas lupa

Page 37: Puisi tanpa judul

sekarang kau menitipkan berlian

yang tak akan termakan oleh zaman

walau aku teramat tersentak dan terjerat

sendu-sendu terlalu amat pilu

Tapi ini jalan yang liku darimu

Oh inikah warna kasih dari segala raya

PERPISAHAN

Inilah detik-detikku saat ini

Akan pergi dalam waktu

Tercerai hingga terasa hilang

Seperti masa yang telah lalu

Namun harus tangguh

Menempa dan mengadu rasa

Hingga kekal akan terasa

Aku akan belajar kawan

Dan aku sadar sekarang

Perpisahan ini akan selalu ingat

Hingga akhir zaman

Tak akan hilang dalam hati

Page 38: Puisi tanpa judul

Pulanglah sesekali ke rumah sebelum Engkau menyesal

Djap Sin Ghian

Page 39: Puisi tanpa judul

TEMAN PERTAMA

Tak hanya sebentar Aku menilainya

Langkah kakinya yang pendek itu

Bergejolak akan segala rasa

Hingga ada nilai yang abadi

Walau hanya sepercik

Dan tak ada guna bagi mata

Tapi rupa sekarang ada

Aku mendapat makna darinya

Langkahku teringat lagi

Semakin mantap akan akal

Kokoh tetap akan kokoh

Langkahku semakin jauh kawan

Page 40: Puisi tanpa judul

PANDANGAN PERTAMA

Pertama kali kita jumpa

Dalam angan kita akan bersama

Dalam hati kita menyatu

Segala macam rasa ada

Bahagia dan senang ada

Sedih hingga sedih pasti

Tapi rasa itu indah

Yang terukir dalam hati

Mungkin pisah akan pedih

Segala rasa mulai berhenti

Namun kenangan seperti etophia

Tak Akan terlupakan sepanjang masa

Page 41: Puisi tanpa judul

HARAPAN TAK BERUJUNG

Cinta menuju tapi aku berbalik

Hingga aku berputar melawan arah

Takut akan segala rasa dari dia

Ingin milik tapi dengan tangan tergenggam

Aku bingung akan rasa itu

Karena seakan aku dapat menghentikan waktu

Namun aku hanya dapAt menjadi bambU

Sampai ia menjadi bayu itu

Tapi kenapa setelah masa demi masamenghilang

Kaucahya datang ke tepian

Hingga kau buat bambU menjadi kapal

Lalu kau biarkan hinggA usAng

Page 42: Puisi tanpa judul

CINTA

Lautan yang tak bertepi

Gelombang ombak yang tak pernah berhenti menemani

Dan pasir ikut untuk mengais

Hingga menambah wahana sang khatulistiwa

Serupa dengan sang bambU kepada angsa

Akan segala rasa dengan unsur sastra

Dan magis api yang menyala

Hingga tak akan mati untuk angsa

Mungkin hanya hati dan mimpi Yang hanya dapat

Aku perbuat menghangatkan sang angsa

Walau hanya sakit hingga aku tak dapat perbuat

Tapi rasa ini akan angsa akan selalu menyala

Page 43: Puisi tanpa judul

Jangan hanya berfikir Tentang keburukkan seseorang tapi ingatlah berapa banyak kebaikkannya pula

Djap Sin Ghian

Harapan abu

Angsa itu kilauan Kristal jaringku

Page 44: Puisi tanpa judul

Hingga kabut terbalut asap putih

Terasa lirih hingga aku tertatih-tatih

Sampai aku seakan mati bersuri

Kini tinggal kau Akan tharapanerbang

Menjauhkan akan segala rasa kau miliki

Danmenidurkan aku dengan senyummu

Hingga kau malu untuk berpaling dengan wajah bambu

Kini tinggallah sebatang bambu

Yang lapuk termakan zamanmu

Yang lapuk dan tenggelam dalam harapan

Harapan yang hangus dan penantian itu mati

Gelora hitam

Apalah arti dari segenggam masa

Akan bencikah selalu Berjaya

Mendongkrak hingga sesak biarlah

Alur-alur sampai berbentuk

Page 45: Puisi tanpa judul

Bengal dan Bengal langkah-langkahnya

Tapi tiada ada yang terjaga

Lalu ada juga yang terasah hingga pecah

Namun terlalu garang ia untuk terusik

Inilah jiwa-jiwa hulu

Yang selalu membakar diri dengan bara

Yang mengabu akan pikir berguna

Sampai akhir pintu tetap membara

Bara smangat

Kakunya seorang empu berperang

Menjilat lidah-lidah api di medan pertempurannya

Hingga air hujanpun mengeluarkan asap

Tapi ia tak pernah mengeluh akan hasilnya

Lalu detik-detik akan terbangnya rasa

Page 46: Puisi tanpa judul

Tak membuat semuanya berubah

Ia tetap menjadi si empu

Yang pasti akan selalu dikepakkan sayapnya

Zaman akhirnya berganti dengan zaman

Tapi jutaan tunas mulai bersayap

Tak hanya mereka yangmengikuti rasa

Namun semangat akan baranya api akan selalu dikobarkannya

perjalanan

kawan lama terasa agak samar

dalam renungan masa lalu yang tak terbuka

tapi ingatnya tentang masa lalu

disanalah semuanya bermula

Page 47: Puisi tanpa judul
Page 48: Puisi tanpa judul

Carilah kebahagian yang tidak merugikan orang lain

Djap Sin Ghian

Gejolak

Ketika seperti sudah tertata rapi

Ketika layaknya seperti tirai bambu

Kuharap ini akan tetap terjaga sampai mati

Dan rasa ini kuharap tak akan bersemi

Tapi bimbang luluhkanku

Tapi tak hanya satu yang guncangkan hatiku

Tapi dua sinar menyelinap seperti cahaya

Page 49: Puisi tanpa judul

beriringan dengan rasa yang BERBEDA TAPI SAMA

KINI SEMU BAYANGAN SEMAKIN SEMU

LULUHKAN HATI SEPERTI NAFAS

MAKIN LAMA MAKIN SESAK

TAPI LUCUNYA TERKADANG ADA SEPERCIK SENYUM

3. Puisi Si Penjual Koran

Inilah zamanku.Zaman yang membuat aku tersadar siapa sebenarnya aku.Zaman yang membuat aku sadar akan pentingnya siapa aku,zaman yang membuat aku tersadar untuk menghargai diriku sendiri.Zaman dimana aku memulai semuanya setelah merantau ke Jakarta untuk mengumpulkan kepingan-kepingan rupiah untuk melanjutkan impianku kesuatu perguruan tinggi.Zaman yang tak terlupakan karena saat seperti ini aku makin mengetahui makna dalam kehidupan ini.

Aku tersadar dalam impian masa SMP ku yang lalu.Lalu aku mulai melangkah dengan pijakkan yang memiliki tekanan ke tanah.Dan cukup bagiku 3 hari di sana untuk menjadi si penjual berita dan nama kerennya si Anak POM Bensin atau Anak lampu merah dan dengan bangganya aku sering berkata seperti ini.

Siapa yang tak kenal Aku ! “ Seluruh orang pasti kenal aku Karena aku si penjual Koran”He.He!Dengan guyonku dan sepercik senyumku aku tak pernah malu mengatakan hal itu……..dan sering aku mengatakan itu untuk menghibur diriku sendiri.

Dan walaupun awalnya pahit seperti hitamnya kopi aku tak pernah malu mengatakan hal itu karena aku mulai terbiasa dengan sebutan yang cukup akrap ditelinga penjual Koran ini.Dan ada sebutan lain lagi bagiku yaitu sipenjual Koran yg riang karena aku selalu bernyanyi ketika sedang mengantarkan Koran.Tidak hanya itu perkerjaan si Bambu.Si Bambu bekerja pula sebagai penyewa CD dan pembuat semua tugas mahasiswa.

Dan akapun memulainya dengan perasaan perih saat lulus SMA karena aku tidak bisa melanjutkan keperguruan tinggi karena keadaan ekonomi keluargaku yang kurang saat itu. Tapi dalam hati ini aku terbakar hingga niatkan hati merantau jauh untuk kepingan-kepingan rupiah agar ku dapat melanjutkan keperguruan tinggi. Dan lalulah aku dapat cukup uang untuk melanjutkannya

Page 50: Puisi tanpa judul

dan berkatnyalah kehidupan Bambupun dimulai. Dengan menjemur tubuh dipinggir jalan dan Pom bensin hingga lelah tak akan terasa karena hati akan semangat sangat telah membakar diriku dan akhirnya Bara api smngat umtuk belajar sekamin kuat dan saat roda berputarpun aku tetap membaca sepercik kertas dan buku. Dengan keterbatasan segala aku tetap melangkah. Karnanya si penjual Koranpun akhirnya menjadi mahasiswa terbaik 2013

Hidup dengan hinaan dan ribuan pandangan sebelah mata sudah sangat biasa sekali dalam hidup ini tapi langkah tak boleh terhenti begitu saja jadi aku tetap berjalan seperti air yang mengalir dan akhirnya kutemukan cinta pula dalam hati dan masih banyak hal lainnya yang kutuliskan di puisi-puisi karya Bambu……………………………………

Sebuah karya sederhana mengenai hati, smngat hidup, perjuangan, cinta dan makna hidup.

sikap

JANGAN SALAHKAN IA PERGI

JANGAN SALAHKAN IA MEMBERIKAN SENYUMAN

JANGAN SALAHKAN KALIAN BERSAMA

JANGAN SALAHKAN KALIAN TERTAWA

JANGAN SALAHKAN IA BERTANYA

JANGAN SALAHKAN IA MEMBERIKAN HARAPAN

JANGAN SALAHKAN IA MEMBUATMU BERGETAR

Page 51: Puisi tanpa judul

TAPI SALAHKAN DIRIMU YANG MEMBATU

Jarum Hati

Ketika hati berbicara dengan mata

Ketika kalpa datang dengan tekanan

Maka makin berat menatap cahaya

Dan luka semakin terasa

Sakit dan sesak pasti ada

Page 52: Puisi tanpa judul

Dengan landaknya hinggap di hati

Tapi tahan demi sepercik senyum

Hingga tergetar akan perih

Sadar atau tak sadar ini belum berlalu

Karena rambut landak masih tertinggal

Tapi paksa memeras rambut

Karena langkah ingin hidup baru

Sampah Batin

Sakit dan Sakit

Perih dan Perih

Mangkel dan Mangkel

Rasa keparat dan najis menjadi satu

Dasar hina binatang akan sampah

Tak mengerti makna akan kesucian

Page 53: Puisi tanpa judul

Puaskan dahaga dengan satu syaraf miring

Hingga kobarkan darah segar

Tangis dan jerit tak hiraukan

Luka dan benci ia tertawakan

Hingga terkulai ia habiskan

Dan ditinggalkan dengan rasa bangga

Dan aku sebut ia sampah

Dan aku ingin enyahkan ia

Dan dengan tangan ini aku menulis

Kemana harga diri kau Lelaki

Page 54: Puisi tanpa judul

“Andai saja tak pernah ada kata pemerkosaan

Maka tangisan tersedih taK Akan pernah Ada”

‘Djap Sin Ghian’

Alamku

Ketika kujajaki dunia surga

Ketika merahnya membasahi jalan ini

Ketika angin semakin membuatnya indah

Merah dan hitamnya terlukis wajah

Page 55: Puisi tanpa judul

Cantik dengan hitam dan tingginya

Cantik dengan merah harumnya

Cantik dengan angin segar dari hutan

Dan memang cantik untuk dijajahi

Dunia ia memang surga oleh dua sinar

Terangnya bukan karena mata tapi bagiannya

Dengan langkah kurasakan hidup

Karena ini bukan surga tapi hidup

MATI BERJUANG ATAU MATI MEMBATU

Page 56: Puisi tanpa judul

Djap Sin Ghian

Seseorang bisa merendah tapi jangan sampai rendahan

Demi cinta terkadang bisa lupa tapi hidup ini

Beda

Tempa dan tempa pastilah ada

Karena roda berputar ribuan kilo meter

Page 57: Puisi tanpa judul

Hingga ribuan kalpa pandangan sebelah mata

Tapi hati bersinggah bagi si tulus

Senyuman Maria

Menjiwai atau dijiwai

menerima atau mencari

mengalir atau dialiri

dan aku sebut itu pola dalam hidup ini

Ketika berjuang dalam hati

Page 58: Puisi tanpa judul

singkirkan aura ini

demi bahagia si kura-kura kecil

aku iklas menyimpan duri dalam hati

Ingin berjuang menatap matahari

hancurkan tempat ia berpijak

tapi desis terlalu deras

beratkan empedu untuknya

Hancur biarlah hancur

agar duri bisa kudekap dalam peti

karena dukaku akan iklas

melihat barisan putihnya tertawa

Hati Si Tulus

Dengan kayuh jutaan kilo meter

Dengan hujan tubuh pasti membasahinya

Tapi tekat pasti kental akan hati

Karena lambangnya seperti berlian

Tak mengeluh hingga hayad

Page 59: Puisi tanpa judul

Tak dirasakan hingga hilang

Tetap kuat duduk di tiga roda

Tetap tersenyum dengan bayangan lain

Dan ia tidak lupa dengan tempatnya

Hingga ratusan Gigi tertawa

Dan sedikit ia simpan di bawah hati

Dan yang lain ke kepala gigi tertawa

Dan akhirnya setengah abad berlalu

Tapi senyumannya tak akAN hilang

Karena senyumannya terlalu manis

Dan Ia tenggelam dalam doa jutaan umat

Nasionalisme

Kau kepala bukan hanya kepala

Kau kepala yang menjiwai si seni

Kau bersikap dengan BERLIAN di Hati

Hingga nasionalisme kuno kau bangkiti

Terdetak akan gelora tentang rasa

Pengajaran langkah tanpa diarah

Page 60: Puisi tanpa judul

Karena bara memang panas

Tak tertahan melihat engkau berpijak

Karena ribuan mata berjalan belajar

Nasionalisamepun ikut belajar

Kau buat detak semakin cepat

Dan maaf bila kusebutkan ahmad bin nejat

JANGAN PERNAH MENYALAHKAN SIAPAPUN TAPI KOREKSILAH APA YANG YANG MENYEBABKAN HAL

TERSEBUT MENJADI SALAH

Djap Sin Ghian

Page 61: Puisi tanpa judul

Jujur

Baris Batas akan kesabaran

Garis hidup dengan liukkan tangan

Semua memang telah tertata rapi

Dengan menakjukkan Ia ingini

Tapi daun tetaplah daun

Hingga matahari tetaplah matahari

Tapi hidup adalah persimpangan

Karenanya langkahpun berbeda-beda

Page 62: Puisi tanpa judul

Jadi hatipun bisa melangkah dengan senyum

Atau jantung melangkah dengan bayang

Dan garis bataslah yang ada diakhir

Katakan hati atau membatu

Para Pejuang

Dengan darah bertumpah besi

Tapi kaki melangkah dengan pasti

Tak hiraukan tekanan yang menyelinap dengan cepat

Hingga gelora bisa hembuskan merah

Tapi tetap kuat ia berpijak

Dan mengecor tekad untuk kuat

Karena ia berfikir akan kentalnya rasa

Dan karena bagian hati menunggunya

Kini terlihat semakin kusam rasanya

Terlihat bayangannya semakin rapuh

Karena menantang beratnya si tak bernyawa

Page 63: Puisi tanpa judul

Dan akhirnya si merah mengalir di jalan kemarin

Kusam Si Malaikat

Berjalan sepi dan sopan tak dianggap

Kau mendekat yang lain tertelan bumi

Kau tersenyum yang lain terbisu

Kau diam mereka berlari dengan bayang.

Terkadang hujan kecilpun membasahi pipi

Dan akhirnya merenung akan rasa penyadaran diri

Tapi tetap hilir mudik ia mengambil rupiah

Demi si pusar agar tak berbunyi

Tapi ketika si kecil di ambang batas

Di tempat terganas nyawa menghilang

Hanya dia malaikat pemungut almunium

Bermandi darah menuju rumah putih

Page 64: Puisi tanpa judul

Permata Afrika

Hitam akan pekat dirinya

Tanah tak bersahabat di telapaknya

Kesakitan selalu diminumnya

Dengan perih dan kaku ketika yang dekatnya menghilang

Tapi senyum simpulnya menggugah mimpi

Menggugah Kristal dalam filsuf ini

Hingga materi tak berarti

Demi barisan gigi permata AFRIKA

Page 65: Puisi tanpa judul

Lebih baik hidup sehari dengan mimpi dari pada hidup 100 tahun tanpa mimpi

Djap Sin Ghian

Beban

Tak dirasa tapi terasa

Lewat hari yang dirayakan

Dan terpersit akan harapan

Page 66: Puisi tanpa judul

Melangkah dan berpijak sendiri

Berhuni dengan kesegalaannya bisa berdiam

Menutup mata tanpa gangguan

Tapi kini terlihat seperti baru melangkah

Dari rumah sang Bapaknya

Ingin melangkah dengan segala kesukaannya

Dan berpijak dengan tulisan

Lalu menggenggam harapannya

Ditulisan dengan segala langkahnya

Keraskan Hati

Bimbang datang di saat jeda

Dengan kehampaannya membuat hambar

Hingga membuat hati tak tergetar

Walau dengan si rasa

Page 67: Puisi tanpa judul

Tak hanya itu yang merayu

Karena bingung akan hati

Tak tenang melangkah lagi

Karena seluruh tubuh bersayap

Tapi keraskan langkah haruslah

Dan mengasah bawah rambut pastilah

Lalu tekankan hati sampai kapalan

Hingga sang bimbang tak pulang dari rantau

Rasa Hati Berdetak Sakit

Salahkah Tuhan jantungku berdetak

Salahkah Tuhan rasa ini pekat

Salahkah Tuhan merasai si pemilik hati

Dan salahkah Tuhan aku diberi senyum

Mataku tak bisa terpejam

Page 68: Puisi tanpa judul

Mataku tertutup air asin

Dan hatiku menahan mangkel

Dan aku bingung menahan segala tiba

Tuhan aku ingin mendekap dengan jiwa

Dengan jiwa segala rupa rasa

Dengan apa segala kehangatan rasa

Agar si kura-kura kecil melihat percikkannya

Si Kura-Kura Kecil

Ribuan Kata dan ribuan rasa

Ribuan jiwa dan kutahtahkan untuk rasa

Pilu dengan jiwa sepi menepi di hati

Dan saat ini jiwa-jiwa hanya bisa menangis

Sekali lagi pilu terlalu menusuk akan hati

Perih bermahkota sangat pekat didalamnya

Hingga lunglai hati yang perih di dalamnya

Hanya ucapan kata hujani hatiku

Page 69: Puisi tanpa judul

Ku ingin menatapi dan melangkahi tanggal

Dan ku tak ucapkan agar perih tak bertahta

Menari-nari dilekatnya rasa perih

Aku benar-benar mati akan rasa karnanya

HARGAILAH DIRIMU SEBELUM KAU MENGHARGAI ORANG LAIN

Djap Sin Ghian

Page 70: Puisi tanpa judul

Aku Ingin lari Karenanya

Ketika jiwa berlari dilingkaran di samping yang berdetak

Ketika rasa tak tertahan dan menuju ketetesan

Ketika hati berdesis empedu yang pekat

Ketika aku termangu dengan keadaanku

Tetapi kenapa hati tak mau mengerti

Dengan tatapan jauh melihat kertas yang berisi

Tapi tak sadar jua karena hati telah tertutup

Tetap termangu walaupun menempel bara api

Tetap mengelegar petir dalam kesunyian

Dan rasa ini seperti jerami yang berisikan tikus

Dan si petani menggeledahnya

Tetapi aku tetap terhujani oleh asinnya

Page 71: Puisi tanpa judul

Tetaplah Melangkah

Entah apa yang kurasa

Tak tenang dengan tatapan semu

Menanti ketikan kata

Walau hanya ucapan hidup

Tak tenang akan rasa

Menantinya dengan penuh harapan

Walau hanya sedikit kabar

Agar hujan membasahi gurun saat ini

Page 72: Puisi tanpa judul

Kini aku sadar pastilah harus kuhujam hati ini

Agar aku tersadasr akan mimpi itu

Tegakkan hati dan kembali lagi melangkah

Dan pasti tertatih tapi aku harus sadar dan melangkah

pemerkosaan

Terdengar ringkihan yang tak bertulang

Ribuan sendu tak dapat tertahan

Hingga terdengar pecahan batin

Di tempat hujannya peluru

Terulang lagi dan terulang lagi

Otakku menjadi ngilu jadinya

Mendengar rintih suara menggema

Hingga terasa batin tertusuk duri berbisa

Tapi tak lelah si bejat melangkah

Page 73: Puisi tanpa judul

Menikmati mahkota si rasa

Hingga habis ia hempaskan

Dan lalulah seperti biasa

Kini kulihat tinggal seonggok kulit tersisa

Dengan pandangan kosong yang luka

Terdiam dalam segala pesakitan

Dan kini hanya dapat melamun untuk habiskan sumbu

Ketika semua bisa berulang

Ketika jam bisa berbalik arah dengan berlari

Ketika semua bisa seperti mataku

Maka aku tak akan berucap dengan kamu

Yang seperti biasa membatu dengan senyumanmu

Dan saat itu pastilah aku berucap dengan senyuman

Hai aku Bambu dan bolehkah aku memercikkan hati di keAngsaanmu

Dan ku jalani semua dengan senyum

Tanpa henti kulangkahi seperti itu

Hingga semua bisa berupa seperti hati ini

Yang ingin tersenyum bukan berderai

Yang ingin tertawa dan bukan meringkih

Page 74: Puisi tanpa judul

Dan finalnya seperti hati pelangi

Setitik wajah hanyalah pandangan mata tapi setitik berlian hati pastilah menggetarkan mata

di dunia.

Djap Sin Ghian

Page 75: Puisi tanpa judul

Tentang rasa dan cinta

Seolah mengalir seperti polanya

Seolah mengalir seperti tumbuhnya

Tapi rasa itumemang lain diantaranya

Ia selalu bergelombang sesuai tiupan anginnya

Sadar atau tak sadar ia selalu berubah

Bukan karena cantik atau jeleknya

Bukan karena miskin atau kayanya

Tapi berdasarkan detak atau pikirnya

Sekali lagi logikapun tak dapat berbicara

Dan segala kesempurnaan hanya dapat terdiam

Terdiam dengan tingkahnya yang tak menentu

Yang tak akan pernah berhenti bergelombang

Page 76: Puisi tanpa judul

Ulang tahun

Ketika lahir dalam tangis

Maka seyumpun ikut tertawa

Dengan kehangatan kasih seperti sinar

Maka sang kasih dengan banggapun tersenyum

Kini telah 22

Dan jarimupun telah terlihat cantik

Dan prilaku tubuhpun telah menjadi baik

Dan semua itu kuharap dapat menjadi berlian dalam hati

Kawan tak bisa menyebrang

Kawan tak bisa mengarahkan sesuatu

Kawan tak bisa seperti cermin

Tapi kawan meluikiskan tulisan untuk yang ada di sebrang

Page 77: Puisi tanpa judul

Renungkanlah setiap langkahmu

Ketika bumi jatuh ke dasar

Ketika hati terlalu hampa dibuatnya

Dan gelombangnya semakin besar menghampiri

Dan saat itu ia seolah-olah menari-nari

Maka diamlah seribu bahasa

Dan petiklah kebijakkan dalam karya

Lalu telan dan cernalah

Kemudian pejamkan 2 sinar dan rasakan

Maka hiduplah dan hiduplah

Bukalah 2 sinar itu dengan sepercik senyum

Hingga kau terbangun dan dengan bayanganmu melangkah

Karena kau peran utama disetiap langkahmu

Page 78: Puisi tanpa judul

Nenek tinggal nama

Saat ia meninggalkan dunia

Saat linangan air semakin deras

Aku tak bisa lagi melihat aying

Hanya kesenduan mengiris kulit

Aku membisu dengan tetesan yang perih

Dan aku sempat membara kepada Nya

Dan mengelilingi sebuah tempat beribu Bambu

Yang akhirnya aku berhenti di gelapnya malam

Sampah dan sampah

Aku rela mati tapi tak ada tangis darinya

Dan bongkahan kalimat itu aku terbangun

Tekad ulah dari dunia untuk bercahaya selamanya

Page 79: Puisi tanpa judul

Diamlah,renungkanlah,pejamkan mata kemudian langkahlah dengan impianmu.

Djap Sin Ghian

Efek rasa

Ketika datangnya dengan gelombang tinggi

Page 80: Puisi tanpa judul

Aku benar-benar goyah dan terhanyut

Terombang ambing dipusaran itu

Hingga aku tak berupa hati lagi

Aku semakin dalam akan jiwa pedih

Menanggung batin akan lukaku

Yang semakin dalam dan bercacing

Yang brgerak tiada henti di dataran

Bukanlah membara sakit dihati

Tapi senyum simpul mengikat hati

Dan semakin deras membanjiri lubuk hati

Hingga hati melangkah ke tajamnya keris

Demi Tanah Yang Di Pijak

Tetesan darah terlalu pekat di ladang itu

Tetesan darah pula yang mengubah aliran itu

Tetesan darah itu tepat pecah di dadanya

Page 81: Puisi tanpa judul

Dan butiran darah itu yang mengubah juang mereka

Aku bilang mereka sikulit coklat

Yang kumal dengan khayalan harinya

Yang tulus baGI tanah hitam ini

Dan pemimpi untuk terbang

Mereka tetap melangkah ditiap ranjau

Mereka melangkah diribuan Indonesia yang mati

Tapi gagah akan batin tak pernah tertahan

Duduk paling depan demi barter kebebasan

Mereka kukuh dan terledak oleh rasa

Tinggalkan cinta dan harta demi yang diinjak

Tak takut untuk berkata merdeka

Dan bangsaku hidup dan mereka hidup atau mati deminya

Pandangan Sebelah Mata

Tak terbersit dalam hidup meneteskannya

Karena bahagia tak mungkin ditampiknya

Khayalan tinggi terbang ke langit

Dan pastinya awanpun ikut menari

Tapi ketika kelopak mata tertiup angin

Page 82: Puisi tanpa judul

Angin yang kencang dengan butiran debu

Dan aku rasakan dengan membukanya

Hingga aku rasakan batin yang terlalu berat terdiam

Kadang tak adil jadinya untuk jalanku

Melangkah hidup dengan tetesan mereka

Tapi pandangan sebelah mata membuatku terbangun

Terbangun dengan mengubah tetesan berlian

Bakti

Ketika terbangun dalam gelap

Dan jiwa-jiwa tulus semakin pekat

Ia selalu membuat dirinya yang terjaga

Agar jiwa-jiwa hulu tetap pada tempatnya

Seperti itulah ia kuatkan dirinya

Tanpa keluh dan tanpa singgahkan dirinya

Ia tetap menghias baranya

Agar si hulu tentram dalam raganya

Page 83: Puisi tanpa judul

Tak perduli akan kusamnya cermin

Tak perduli akan berlian mudanya

Tapi tetap ia tak pernah bergeming

Demi berkembangnya mutiara di tanah ini

sebElum melukis untuk orang lain Maka Lukislah hatimu dengan kasih dan

kebaikkan

Page 84: Puisi tanpa judul

Djap Sin Ghian

Awal Jumpa

Terbukalah dalam senyum

Melihat pancaran api di langit

Tertawa dalam selipan bahagia

Ketika langit di rias dengan kental

Dan saat itu dengan kakupun aku tertawa

Tergetar akan rasa yang telah lama mati

Bingung seribu bahasa bersikap

Page 85: Puisi tanpa judul

Karena saat itu ribuan mata bernyanyi

Dan awanpun pergi dengan kedipan mata yang menggoda

Dan sekali lagi langit yang di rias tadi ikut tertawa

Aku melihat percikkan senyum simpulnya mengolah aku terdiam

Hingganya ia akan selalu menjadi ingatan di hati

Siapapun berhak berasa

Berdagang dan berjualan setiap pedihnya

Tak dianya karena telah biasa

Tapi satu sesal akan dirinya

Satu gagang yang tak akan hilang

Hari demi waktu berlari untuk menghabiskan tanggal

Berganti-ganti pula si tongkat untuk berpesta

Tapi tak kunjung jua yang sama

Apa itu karena jaman bom atom?

Tapi ketika ia sadar bermimpi ditengah gurun

Ia mulai meneteskannya dengan kesenduan

Page 86: Puisi tanpa judul

Karena mendengar suara yang paling menggelegar

Karena kini tinggal nama Sang Bung

Jiwa Tertulus

Berjalan dengan kakunya

Ribuan mata tak dihiraukannya

Demi ia Si jiwa hilir

Ia tetap melangkah di setiap kasihnya

Terjang-terjang itulah semangatnya

Menata hati semakin ngilu akan rasa

Tak bergeming menuju rumah putih

Dengan gagah dan kasih si hilir dipundaknya

Lalu dikanan ia genggam sehat dan di kirinya ada penahan rasa

Ia tetap beratkan penahan tubuh demi si mulut

Berulang kali ia merayu demi Si hilir akan mulut

Page 87: Puisi tanpa judul

Agar kasih terakhir tak dimakan waktu

Bermimpilah karena siapapun tanpa terkecuali boleh bermimpi karena kita

masih hidup

Djap Sin Ghian

Page 88: Puisi tanpa judul

Ilmu Nafasku

Saat jalan ke gerbang depan

Dengan cepat sambil mengusap air di laut

Sambil mengepitkan kabar di lengan

Terengah karena jam pintar menanti

Dan tak ada lagi yang terpikir

Karena waktu terhempas semakin cepat

Yang diiringi kiloan meter besi kumuh berputar

Hingga pantaslah terengah dan tergoyah

Tapi hati semakin keras akan tujuan

Karena kayuhan semakin cepat mengganas

Tapi sekali lagi langkah semakin cepat

Karena alas dan jubah baru terpasang

Page 89: Puisi tanpa judul

Tak sempat terteguk rasa

Kakiku langsung mengayuh dan bersandar

Menuju pintu yang terpikir dengan sengal

Tapi hati jadi bebas dan tersenyum

Setiap Hari Adalah Final

Kebebasan itu adalah mimpi

Mimpi bagi mereka yang ingin bebas

Mimpi bagi si hati dan si kepala

Dan mimpi bagi si Binatang Jalang

Tapi kini tulang-tulang busuknya tak berbekas

Tak berbentuk karena telah menyatu dengan tanah

Tapi sekali lagi tapi bara masih tetap menyala

Kebebasannya membakar bara dalam jiwa ini

Karnanya kulangkahi semua dengan langkahku

Dan kutanami bibit-bibit dengan jiwa ini

Hingga tak pernah henti berganti akal

Kar nanya aku ingin hidup satu hari lagi

Page 90: Puisi tanpa judul

Sepeda Hati

Berputar dengan sahajanya

Melahap jalan dengan tenaganya

Tak hirau akan kalpa pandang

Ia tetap terjang demi kertas tertulis

Walau sering kali ia terjatuh

Dalam angan kita bersama dalam jauh

Menembus embun dalam kegelapan bersama

Sampai-sampai kita robohkan tubuh di rumput

Ia tank baja dalam hati

Yang selalu setia menanti dalam lelah

Dan tak pernah berhenti berlari

Demi sepercik mimpi si rakyat jelata

Page 91: Puisi tanpa judul

Janganlah kau membenci semua orang tapi berfikirlah kenapa orang lain

membencimu

Djap Sin Ghian

Page 92: Puisi tanpa judul

4.Riwayat hidup

Ku Leo Chandra

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis lahir di Gisting pada tanggal 29 Juli 1988,anak kedua dari Bapakl Daryudi dan Ibu

Tjin Mie Yin.Jenjang pendidikan yang telah dilalui oleh penulis adalah sebagai berikut :

1. SDN I Margoyoso selesai tahun 2002

2. SMP Xaverius Gisting selesai tahun 2005

3. SMA Xaverius Pringsewu selesai tahun 2008

4. Masuk STKIP Dharma Wacana Metro Jurusan Pendidikan Olahraga Program Study

Pendidikan Kepelatihan Olahraga pada tahun 2009.

Saya adalah seorang laki-laki yang sangat senang sekali membuat puisi jadi saya menuliskan apa yang ingin saya tulis karena dengan tulisan ini saya ingin memberikan hiburan bagi para pembaca.

Page 93: Puisi tanpa judul

5.Kata –Kata Mutiara

Sebuah kalimat yang tak dirangkai mungkin tak ada artinya bagi kehidupan tetapi ketika sepenuh hati kata-kata dirangkai dengan penuh perasan dan cermin kebaikkan serta ketulusan maka akan ada kedamaian bukan hanya di dunia tetapi di setiap hati kita manusia.

Page 94: Puisi tanpa judul

Hidup cuman satu kali jadi hiduplah dengan menggenggam mimpi dan baru kau lepas ketika kau mati

Djap Sin Ghian

Page 95: Puisi tanpa judul

“KESELURUHAN ILMU PENGETAHUAN TIDAK ADA APA-APANYA DIBANDING PERBAIKAN CARA BERFIKIR SEHARI-HARI”

ALBERST EINSTEIN

Page 96: Puisi tanpa judul

“MANA YANG LEBIH INGIN ANDA MILIKI…………

HARTA MELIMPAH atau KEMAMPUAN UNTUK MENIKMATI HIDUP?

ANTHONY DE MELLO

Page 97: Puisi tanpa judul

“SUNGGUH SULIT MENEMUKAN SATU MAKHLUK SAJA YANG BELUM PERNAH MENJADI IBU KITA PADA KEHIDUPAN YANG

LAMPAU”

Buddha

“Kedewasaan seseorang diukur dari seberapa jauh ia mengalahkan dirinya sendiri dan seberapa jauh ia membawa

manfaat bagi pihak lain”

Handaka Vijjananda’

Page 98: Puisi tanpa judul

“Jika engkau hanya berbuat baik kepada orang yang berbuat baik

kepadamu,apakah jasamu?

Orang-orang berdosa pun berbuat demikian’

Isa Almasih’

Page 99: Puisi tanpa judul

“Sebuah Doktrin layaknya kaca jendela:

Kita bisa melihat kebenaran melaluinya,

Page 100: Puisi tanpa judul

Namun ia memisahkan kita dari kebenaran itu sendiri.

Kahlil Gibran

“Melalui tiga cara kita bisa belajar tentang kebijaksanaan:pertama,dengan merenung, mana yang paling

mulia,

Page 101: Puisi tanpa judul

Kedua,dengan meniru ia paling mudah

Dan ketiga,dengan mengalami sendiri,ini yang paling menyakitkan

Kong Zi

“Pohon tinggi besar bermula dari sebutir bibit kecil,pagoda Sembilan tingkat dibangun mulai dari setumpuk

tanah,perjalanan ribuan mil dimulai dari satu langkah pertama”

Page 102: Puisi tanpa judul

Lao Zi

“Orang lain memarahi saya,salah paham terhadap saya,memfitnah saya, dan saya bersyukur.Saya berterima

kasih kepada mereka karena telah memberi saya kesempatan untuk mengembangkan diri”

Page 103: Puisi tanpa judul

Master Cheng Yen’

“Janganlahberfikir bahwa cinta sejati haruslah cinta yang luar biasa.

Apa yang harus kita butuhkan adalah cinta yang tak kenal lelah.

Mother Teresa’

Page 104: Puisi tanpa judul

‘aku belum pernah gagal.

Aku hanya telah menemukan 10.000 cara yang tak akan berhasil”

‘Thomas alfa edison’

Page 105: Puisi tanpa judul

“Dalam hidup lukislah hatimu dengan kasih

sebelum kau melukis orang lain”

‘Djap Sin Ghian’

Page 106: Puisi tanpa judul

“Cinta sejati adalah cinta yang tulus dan cinta yang dapat membuat dia bangga akan kita dan memercikkan senyum

simpulnya walaupun tak bersama”

“Djap Sin Ghian”

“Dunia ini seperti panggung sandiwara tetapi hiduplah dengan nyata tanpa berpura-pura dengan begitu semua akan lebih

mudah”

Djap Sin Ghian

Page 107: Puisi tanpa judul

“ Tamparan paling berharga adalah pengalaman”

“Dan dari situlah kita belajar”

Djap Sin Ghian’

Page 108: Puisi tanpa judul

“Ketika kita dapat membuat suatu kondisi yang membuat hati kita selalu tersenyum maka saat

itu sebenarnya kita telah terlepas dari penderitaan”

‘Djap Sin Ghian’

Page 109: Puisi tanpa judul

BLACK AND WHITE

BLACK- Cacian dan makian- Dipandang sebelah mata- Kerja mati-matian sampai kena hepatitis- Jarang berobat bila sakit- Pernah kehilangan Sahabat terbaik “ Si kura-kura kecil” 7 bulan 11 hari- Kesepian yang luar biasa saat kehilangan “Si kura-kura kecil”- Cidera punggung saat menit-menit akhir Semifinal LIBAMA sehingga saat

Final kalah karena saya Centre utama cidera yang kalah rebound

WHITE- Punya Mama yang luar biasa- Keluarga harmonis “Papa, mama, koko, dan adik-adik yang luar biasa”- Hikmah jualan Koran- Jadi mahasiswa terbaik- Bertemu si kura-kura kecil yang luar biasa- Bisa bekerja di Bank dan menjadi Pelatih dan Guru

CERMIN

Page 110: Puisi tanpa judul

Buku sederhana yang berisikan tentang

unsur-unsur hati,kehidupan dan unsur-unsur

sederhana dalam kehidupan tapi kadang tak

pernah dipikirkan dan direnungkan.Suatu buku

yang mengajak kita berfikir dan merenungkan

dalam bentuk puisi dan tulisan agar hidup kita

lebih baik.

Buku sederhana yang di dalamnya terdapat

berbagai macam rasa dan makna seperti:

Kegagalan, penyeselan,tujuan

hidup,keputusasaan,pikiran sempit,arti

hidup,kesombongan,cinta,rasa,pengorbanan,kep

ercayaan,toleransi,perjuangan hidup, ketabahan

hati,rival,kehilangan,sahabat,kebodohan

batin,penantian,nano-nano

kehidupan,perpisahan,harapan,gejolak,

kesederhanaan,hati tertulus,harga diri,perih

akan batin,harga diri laki-laki

hilang,alamku,senyuman,Hati Si

Tulus,nasionalisme,bersyukur,menghargai diri

dan orang lain,detak cinta,Pemerkosaan yang

bodoh,angan-angan, tentang rasa dan

cinta,merenung,arti yang berharga,efek rasa dan

negaraku,pandangan sebelah mata,siapapun

Page 111: Puisi tanpa judul

boleh berasa,berbakti,ilmu dan kata-kata

penggugah hati.