publikasi mgmp matematika

100
1 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 mengamantkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan Adapun pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi, profesionalisme dan penikatan Karir PTK Dikdas melalui MGMP Matematika SMP Kota Bitung ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan untuk materi pokok dan 2 kali pertemuan untuk materi penunjang . Materi pokok dalam kegiatan ini adalah : PKG dan PKB. Yang termasuk dalam PKB adalah a. Pengembangan diri, b. Publikasi ilmiah dan c. Karya inovatif. Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah guru-guru dapat Menulis MGMP merupakan wadah pembinaan kompetensi pedagogik dan profesional guru terdepan dalam rangka peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Oleh sebab itu kami pengurus MGMP Matematika SMP Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara menyambut baik program Direktorat P2TK Dikdas, Ditjen Dikdas, Kemdikbud RI tentang pemberian bantuan dana pengembangan karir PTK dikdas melalui MGMP MATEMATIKA SMP KOTA BITUNG DALAM KEGIATAN BIMTEK PENINGKATAN KOMPETENSI, PROFESIONALISME DAN PENGEMBANGAN KARIR PTK DIKDAS Selanjutnya PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang diikuti oleh Permen Diknas RI Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka semua guru wajib meningkatkan mutu kompetensinya, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial. Berdasrkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional Guru dan Angka Kreditnya

Upload: okmantilong

Post on 05-Aug-2015

84 views

Category:

Documents


12 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUBLIKASI MGMP Matematika

ACARA PEMBUKAAN

1

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 mengamantkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Adapun pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi, profesionalisme dan penikatan Karir PTK Dikdas melalui MGMP Matematika SMP Kota Bitung ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan untuk materi pokok dan 2 kali pertemuan untuk materi penunjang . Materi pokok dalam kegiatan ini adalah : PKG dan PKB. Yang termasuk dalam PKB adalah a. Pengembangan diri, b. Publikasi ilmiah dan c. Karya inovatif. Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah guru-guru dapat Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pengurus MGMP Matematika SMP Kota Bitung adalah :Ketua : Okman Tilong, SPd, Sekertaris : Tommy F. Rottie, SPd, Bendahara : Kartini Mamontho, SPd.

MGMP merupakan wadah pembinaan kompetensi pedagogik dan profesional guru terdepan dalam rangka peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Oleh sebab itu kami pengurus MGMP Matematika SMP Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara menyambut baik program Direktorat P2TK Dikdas, Ditjen Dikdas, Kemdikbud RI tentang pemberian bantuan dana pengembangan karir PTK dikdas melalui kegiatan MGMP SMP tahun 2012. Kegiatan ini berlangsung dari Bulan Agustus sampai dengan November 2012 bertempat di SMP Negeri 2 Bitung.

MGMP MATEMATIKA SMP KOTA BITUNG DALAM KEGIATAN BIMTEK PENINGKATAN KOMPETENSI, PROFESIONALISME DAN PENGEMBANGAN

KARIR PTK DIKDAS

Selanjutnya PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang diikuti oleh Permen Diknas RI Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka semua guru wajib meningkatkan mutu kompetensinya, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.

Berdasrkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional Guru dan Angka Kreditnya dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya.

Page 2: PUBLIKASI MGMP Matematika

2

Page 3: PUBLIKASI MGMP Matematika

3

Page 4: PUBLIKASI MGMP Matematika

KEGIATAN MGMP

A

4

Page 5: PUBLIKASI MGMP Matematika

5

Page 6: PUBLIKASI MGMP Matematika

6

Page 7: PUBLIKASI MGMP Matematika

7

Page 8: PUBLIKASI MGMP Matematika

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI

MODEL COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS VII

SMP ALKHAIRAAT BITUNG

(Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan)

Oleh :

KARTIN K ANULI,S.Pd

NIP. 19640409 198601 2005

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA BITUNG

SMP ALKHAIRAAT BITUNG

2012

8

Page 9: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Pembelajaran Matematika sering menggunakan metode konvensional

(ceramah, diskusi, dan latihan soal) j, tetapi tidak semua materi dapat disajikan

dengan menggunakan metode konvensional. Dalam metode konvensional

penyajian materi disampaikan hanya dengan penuturan dan penjelasan lisan

secara langsung, setelah contoh-contoh soal diberikan secara lisan, kemudian

siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal latihan dan hasilnya dibahas

bersama.

Pada prinsipnya proses pembelajaran di SMP telah berlangsung

dengan penerapan metode dan strategi pengajaran yang bervariatif, namun

pencapaian prestasi belajar siswa belum optimal. Kontribusi para guru dalam

proses pembelajaran juga telah cukup besar walaupun masih banyak kendala

yang dihadapi. Hal tersebut bukan berarti tidak ada upaya perbaikan tetapi

faktor-faktor diluar kegiatan belajar masih mempengaruhi hasil belajar.

Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya guru agar siswa dalam

menerima pelajaran menjadi efektif dapat menggunakan model cooperative

learning. Penggunaan model cooperative learning sangat menunjang dalam

proses belajar mengajar, karena siswa lebih berkonsentrasi dan berinteraksi

kepada orang lain sehingga selama proses belajar mengajar berlangsung lebih

terfokus dan terarah.

9

Page 10: PUBLIKASI MGMP Matematika

Dalam penggunaannya, model cooperative learning dapat memacu rasa

keingintahuan siswa untuk mencari jawaban dan merangsang motivasi siswa

untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini selain untuk melihat

keefektifan model cooperative learning, juga untuk mengetahui pengaruh

keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar.

Kegiatan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila

dalam perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan startegi

pembelajaran yang efektif. Keefektifan strategi pembelajaran yang digunakan

harus didukung oleh kemampuan guru dan kesiapan siswa sendiri sebagai

subyek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penanggung

jawab dalam bidang pendidikan secara rutin terlibat dalam proses belajar

mengajar sangat besar sekali peranannya dalam menentukan keberhasilan

belajar anak didiknya.

Motivasi dan konsentrasi belajar siswa masih rendah dikarenakan

banyaknya beban belajar dan kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan

belajar seimbang di rumah. Faktor lainnya yang mempengaruhi antara lain

adalah masih banyaknya siswa yang terlambat, adanya siswa yang sering tidak

mengerjakan PR dan tugas sekolah sehingga menganggu proses belajar

mengajar di sekolah.

Dengan kondisi yang demikian penulis tertarik untuk mencoba

pendekatan lain dalam proses pembelajaran melalui penerapan model

pembelajaran yang lebih bervariatif melalui strategi pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Karena

10

Page 11: PUBLIKASI MGMP Matematika

melalui PTK ini, penulis berharap agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar

secara optimal.

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas peneliti memilih judul

penelitian:  “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model

Cooperative Learning Siswa Kelas VII SMP Alkhairaat Bitung” ( Materi

Operasi Hitung Bilangan Pecahan ).

B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut :”Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di Kelas VII

SMP Alkhairaat Bitung?

2. Pemecahan Masalah

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang

berjumlah antara 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat

merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif

adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar secara optimal.

11

Page 12: PUBLIKASI MGMP Matematika

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan wahana untuk melakukan

perbaikan, Meningkatkan serta perubahan pembelajaran. Tujuan penelitan

tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika melalui penerapan model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai salah satu

alternatif solusi dalam meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah.

2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan model pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) khususnya di Kelas VII SMP Alkhairaat

Bitung guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

matematika di sekolah sebagai penelitian.

D. Manfaat Penelitian .

1. Bagi siswa :

Menjadi bahan masukan untuk siswa agar mampu meningkatkan

hasil belajar yang lebih baik lagi.

2. Bagi guru :

Dapat menambah wawasan bagi guru mengenai masalah dalam

penerapan model kooperatif ( cooperative learning )

3. Bagi SMP Alkhairaat Bitung :

Dengan meningkatnya hasil belajar melalui penelitian ini secara

otomatis akan meningkatkan kredibilitas sekolah.

12

Page 13: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB II

KAERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter bahwa hasil belajar adalah

tujuan program yang luas yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut

untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan pencapaian tujuan ini sebagai

hasil pembelajaran di kelas.

Hasil belajar menurut Soedijarto adalah tingkat penguasaan yang

dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar

sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs

menambahkan bahwa hasil belajar adalah berbagai jenis kemampuan yang

diperoleh dari belajar. Ada 5 jenis kemampuan hasil belajar, yaitu;

a. ketrampilan intelektual

b. informasi verbal

c. strategi kognitif

d. ketrampilan motorik

e. sikap.

B. Hakekat Pembelajaran Kooperatif

Pandangan paradigma tentang proses pembelajaran yang bersumber

pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas

kosong dan siap menunggu coretancoretan dari gurunya sepertinya kurang

tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah

banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar

13

Page 14: PUBLIKASI MGMP Matematika

mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal

ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak

hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada

pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh

siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.

Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang

dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur

kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.

Pengertian Pembelajaran Kooperatif adalah sistem pembelajaran

gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama

siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.

Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang

positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan

belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota

kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil

yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong

royong, yaitu:

a. Saling ketergantungan positif.

b. Tanggung jawab perseorangan.

c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota.

e. Evaluasi proses kelompok

14

Page 15: PUBLIKASI MGMP Matematika

C. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:

a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis.

b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif

berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.

d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada

individu.

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada

dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:

a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan

norma.

b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan

membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok

c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan

yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih

tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang

diberikan.

15

Page 16: PUBLIKASI MGMP Matematika

d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk

merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik

kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan

pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

D. Teknik Pembelajaran Kooperatif

Teknik pembelajaran kooperatif diantaranya:

1. Mencari Pasangan

- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.

- Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

dengan

kartunya.

2. Bertukar Pasangan

- Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.

- Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan

pasangannya

- Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.

- Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling

menanyakan dan mengukuhkan jawaban.

- Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian

dibagikan kepada pasangan semula.

16

Page 17: PUBLIKASI MGMP Matematika

3. Kepala Bernomor

- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor.

- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok

mengerjakannya.

- Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan

memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.

- Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

dipanggil

melaporkan hasil kerja sama mereka.

4. Keliling Kelompok

- Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan

memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang

sedang dikerjakan.

- Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.

- Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah

perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

5. Kancing Gemerincing

- Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.

- Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah

kancing.

- Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu

kancingnya.

17

Page 18: PUBLIKASI MGMP Matematika

- Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai

kancing semua rekannya habis.

6. Dua Tinggal Dua Tamu

- Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat.

- Setelah selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan

kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain.

- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi ke tamu mereka.

- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya kemudian melaporkan

hasil temuannya.

- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah

siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.

UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 ayat 20 yang mengisyaratkan

bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Kegiatan belajar

merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar

merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi

dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri

dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat.

18

Page 19: PUBLIKASI MGMP Matematika

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar dan Mengajar

Matematika

Menurut Herman Hudoyo (1988:6) kegiatan belajar yang kita

kehendaki akan bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola

sebaik-baiknya:

1. Peserta didik

Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada

peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapannya

untuk belajar matematika,bagaimana kondisi si anak, dan kondisi

fisiologisnya.

2. Pengajar

Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi dan sekaligus

menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses

belajar. Seorang pengajar yang tidak menguasai materi matematika dengan

baik dan kurang menguasai cara menyampaikan dengan tepat dapat

mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran dan dapat menimbulkan

kesulitan peserta didik dalam memahami matematika. Akibatnya proses

belajar matematika tidak berlangsung efektif.

3. Sarana dan prasarana 

Sarana yang lengkap seperti adanya buku teks dan alat bantu

belajar merupakan fasilitas yang penting. Demikian pula prasarana yang

cocok seperti ruangan dan tempat duduk yang bersih dan sejuk bisa

memperlancar terjadinya proses belajar. Tidak menutup kemungkinan

19

Page 20: PUBLIKASI MGMP Matematika

penyediaan sumber lain, seperti majalah tentang pengajaran matematika,

laboratorium matematika dan lain-lain akan dapat meningkatkan kualitas

belajar.

4. Penilaian

Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana berlangsungnya

interaksi antara pengajar dan peserta didik. Disamping itu penilaian juga

berfungsi untuk meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan

dapat memperbaiki hasil belajar apabila kurang berhasil. Penilaian juga

mengacu pada proses belajar, yang dinilai adalah bagaimana langkah-

langkah berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan

demikian, apabila langkah-langkah penyelesaian masalah benar sedangkan

langkah terakhir salah, telah menunjukkan proses belajar siswa baik.

F. Kesulitan Belajar Matematika

Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar masih dijumpai

bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kenyataan inilah yang harus segera

ditangani dan dipecahkan. Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, bahwa

kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang

ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar

yang diharapkan. Menurut Soejono (1984:4) kesulitan belajar siswa dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal

seperti: fisiologi, faktor sosial, faktor pedagogik. Selain itu, terdapat pula

kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti:

1. Kesulitan dalam menggunakan konsep

20

Page 21: PUBLIKASI MGMP Matematika

Dalam hal ini dipandang bahwa siswa telah memperoleh

pengajaran sautu konsep, tetapi belum menguasainya mungkin karena lupa

sebagian atau seluruhnya. Mungkin pula konsep yang dikuasai kurang

cermat. Hal ini disebabkan antara lain:

a. Siswa lupa nama singkatan suatu obyek misalnya siswa lupa

memangkatkan suatu bilangan dengan pangkat dua.

b. Siswa kurang mampu menyatakan arti istilah dalam konsep misalkan

siswa yang mampu menyatakan istilah kuadrat dan kali dua dan

mereka menganggap sama.

2.  Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip

Jika kesulitan siswa dalam menggunakan prinsip kita analisa,

tampaklah bahwa pada umumnya sebab kesulitan tersebut antara lain:

a. Siswa tidak mempunyai konsep yang dapat digunakan untuk

mengembangkan prinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu.

b. Miskin dari konsep dasar secara potensial merupakan sebab kesulitan

belajar prinsip yang diajarkan dengan metode kontekstual (contoh

nyata).

c. Siswa kurang jelas dengan prinsip yang telah diajarkan.

3. Kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal.

Memecahkan soal berbentuk verbal berarti menerapkan

pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk memecahkan persoalan

nyata atau keadaan sehari-hari. Keberhasilan dalam memecahkan

persoalan berbentuk verbal tergantung kemampuan pemahaman verbal,

21

Page 22: PUBLIKASI MGMP Matematika

yaitu kemampuan memahami soal berbentuk cerita dan kemampuan

mengubah soal verbal menjadi model matematika, biasanya dalam bentuk

persamaan serta kesesuaian penga,ana siswa dengan situasi yang

diceritakan dalam soal.

Beberapa sebab siswa sulit memecahkan soal berbentuk verbal

antara lain :

a. Tidak mengerti apa yang dibaca, akibat kurang pengetahuan siswa

tentang konsep atau beberapa istilah yang tidak diketahui. Untuk

mengecek kebenaran dugaan ini, setelah membaca soal, guru dapat

meminta siswa untuk menyatakan pendapatnya dengan menggunakan

bahasanya sendiri. Guru dapat mengecek apakah ada istilah-istilah

yang mungkin belum diketahui atau dilupakan. Selain itu juga perlu

dipahami, apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan serta rumus-

rumus apa yang diperlukan.

b. Siswa tidak mengubah soal berbentuk verbal menjadi model

matematika dan hubungannya.

Kesulitan belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:

- menunjukkan prestasi yang rendah

- hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan

- keterlambatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan

Obyek yang dapat kita periksa untuk mengetahui penyebab kesukaran

siswa belajar contohnya seperti:

(a) materi yang diajarkan dianggap terlalu sulit,

22

Page 23: PUBLIKASI MGMP Matematika

(b) pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan

pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga,

dan

(c) dari siswa sendiri disebabkan karena kelemahan jasmani, kurang cerdas,

tidak ada minat, tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak

mendukung (Ruseffendi, 1980:333)

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: Dengan menerapkan metode cooperative learning dapat meningkatkan

hasil belajar Matematika siswa Kelas VII SMP Alkhairaat Bitung.

23

Page 24: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB III

PELAKSANAAN PERBAIKAN

A. Subyek penelitian

1. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII SMP

Alkhairaat Bitung yang berjumlah 29 orang siswa laki- laki orang

perempuan orang. Sedangkan objek dari pengembangan inovasi

pembelajaran ini adalah penerapan metode cooperative learning dengan

fokus Meningkatkan hasil belajar Matematika.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Alkhairaat Bitung Kec.Girian

Kota Bitung pada siswa Kelas VII-2 dengan alasan peneliti mengajar di

tempat tersebut, sehingga akan berusaha memperbaiki pembelajaran di

kelas. Adapun waktu penelitiannya selama 3 bulan mulai minggu kedua

bulan agustus sampai bulan oktober 2012

3. Rencana dan Prosedur Penelitian

a. Perencanaan Tindakan

Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Matematika

melalui penerapan metode cooperative learning di Kelas VII-2 SMP

Alkhairaat Bitung akan dilakukan selama 3 bulan dengan 2 kali

tindakan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan alur : refleksi awal,

perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan

24

Page 25: PUBLIKASI MGMP Matematika

perencanaan ulang, sesuai dengan model PTK yang dikemukakan oleh

Kemmis;

1. Pada tahap perencanaan pengembangan melakukan kegiatan

sebagai berikut:

a. Membuat rencana pembelajaran/RPP

b. Mempersiapkan sarana yang mendukung terlaksananya

kegiatan pengembangan inovasi pembelajaran

c. Mempersiapkan instrumen pengembangan untuk proses

kegiatan dan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa

yang berupa tes hasil pembelajaran.

d. Melakukan sosialisasi pada anggota pengembang/kolaborator

dan simulasi pelaksanaan dan menguji keterlaksanaan di

lapangan.

2. Tahap pelaksanaan pengembangan inovasi pembelajaran gambaran

kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut:

a. Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pada pelaksanaan

kegiatan pengembangan dilakukan juga observasi oleh

observer/kolaborator dan interpretasi. Kegiatan observasi dan

interpretasi merupakan upaya merekam proses yang terjadi

selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini akan

diteruskan dengan diskusi sebagai umpan balik/reinforcement.

b. Analisis dan Refleksi

25

Page 26: PUBLIKASI MGMP Matematika

Analisis data dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan

tindakan selesai. Analisis data ini dilakukan melalui tahapan; a)

redukasi data, b) paparan data dan c) penyimpulan

c. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan

pengembangan inovasi pembelajaran selesai. Refleksi ini

dimaksudkan untuk mengkaji apa yang telah diperoleh dan

yang masih belum tercapai sesuai target yang telah ditentukan,

karena hasil refleksi ini akan dijadikan acuan untuk kegiatan

siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

b. Disain Pengembangan

Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan pada

penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart dan model

yang ditawarkan oleh Ebbut. Sistem model penelitian kelas tersebut

berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan siklus ini tidak hanya

berlangsung dalam satu kali tindakan tetapi berlangsung hingga pada

siklus ketiga dengan indikasi tercapainya tujuan pembelajaran yang

diinginkan.

Bentuk tindakan dirancang sesuai dengan karakteristik

penelitian tindakan kelas (PTK) dan dibatasi sampai pada tiga siklus,

dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah utama yaitu: 1)

merencanakan, 2) melakukan tindakan, 3) mengamati/observasi, dan

refleksi.18 Dalam setiap siklus dirancang dengan menerapkan

26

Page 27: PUBLIKASI MGMP Matematika

pendekatan kontekstual sebagai salah satu pendekatan yang sesuai

untuk mencapai tujuan pembelajaran Matematika. Keberhasilan

penelitian ini dilihat dari proses dan hasil belajar siswa.

Selama kegiatan penelitian berlangsung, penulis berkolaborasi

dengan teman sejawat sebagai observer. Untuk lebih lanjut pola

tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:

c. Model Spiral (PTK Kemmis dan Taggart)

Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka

kegiatan di awali dengan mengadakan observasi pelaksanaan proses

pembelajaran, menganalisa keadaan situasi belajar dan respon siswa

terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru. Prosedur dan tahapan

intervensi tindakan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan program

kegiatan dan evaluasi.

4. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama,

maka pada pra-penelitian, peneliti melakukan refleksi terhadap proses

pembelajaran Matematika di kelasnya, kemudian membuat perencanaan

tindakan yang akan dilakukan di kelas tempat mengajar.

Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama.

Peneliti melakukan langsung apa yang akan ditingkatkan di kelas tersebut.

Peneliti merasakan dan melakukan refleksi dari pembelajaran yang

dilakukan sehingga berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian.

Selain itu juga peneliti berperan sebagai pembuat laporan dari apa yang

27

Page 28: PUBLIKASI MGMP Matematika

dilaksanakan dan observasi yang dibantu teman sejawat dan Kepala

Sekolah.

5. Tahap Intervensi Tindakan

Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi

masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan masalah)

kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk

penelitian tindakan.

Tahap pertama : menyususun rencana berupa skenario tindakan

atau aksi untuk melakukan perbaikan, Meningkatkan atau perubahan ke

arah yang lebih baik dari diskusi pembelajaran yang dilakukan untuk

mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Tahap kedua : melakukan

implementasi rencana atau skenario tindakan. Peneliti bersama-sama

kolaborator atau partisipan melaksanakan kegiatan sebagaimana yang

tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera

setelah kegiatan dimulai . Catatan semua kajadian dan perubahan yang

terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara sesuai dengan situasi

dan kondisi kelas.

Tahap ketiga : berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi

yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi

apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan,

maka dilakukan revisi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan

pada siklus sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan

28

Page 29: PUBLIKASI MGMP Matematika

diperoleh model tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang

berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

B. Deskripsi per Siklus

Rancangan tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Siklus I

1. Rancangan

Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran

Matematika oleh guru kelas, kemudian ditemukan permasalahan yang

muncul selama pembelajaran tersebut berlangsung. Temuan ini

dikonsultasikan kepada teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi

tersebut dirancang dan dilaksanakan penelitian berupa pelaksanaan

pembelajaran Matematika dengan materi operasi hitung bilangan

pecahan

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dan

memanfaatkan kesiapan peneliti dalam memahami tujuan

pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus pertama peneliti akan

melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan memberikan

gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa

mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran

pembelajaran kooperatif(cooperative learning).

Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya

melalui model yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat

29

Page 30: PUBLIKASI MGMP Matematika

secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Sebagai

dampak pengiring dalam pelaksanaan pembelajaran ini, siswa

diharapkan memiliki rasa percaya diri terhadap penyelesaian tugas

mandiri dan kelompok.

3. Monitoring/ Pengamatan

Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap

perubahan kemampuan siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan

peneliti memperoleh informasi mengenai adanya kesesuaian antara

pembelajaran dengan pelaksanaannya, mengukur kemampuan siswa

dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja

siswa (LKS).

4. Refleksi

Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan

temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring. Peneliti akan

menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama proses

kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk

memberikan sumbangan pemikiran dalam merancang kegiatan pada

siklus berikutnya.

b. Siklus II

1. Rancangan

Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I, kemudian

permasalahan yang muncul selama pembelajaran pada siklus I tersebut

30

Page 31: PUBLIKASI MGMP Matematika

berlangsung. Temuan ini dikonsultasikan kepada teman sejawat.

Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan dilaksanakan

penelitian berupa pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan

materi operasi hitung bilangan pecahan.

2. Pelaksanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan

upaya perbaikan dari hasil siklus I. Pada pelaksanaan siklus II peneliti

akan melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan

memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh

peneliti tanpa mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan

pembelajaran pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya

melalui model yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat

secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri

3. Monitoring/ Pengamatan

Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap

perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Dari

pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh informasi

mengenai adanya upaya perbaikan serta mengukur kemampuan siswa

dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja

siswa (LKS).

31

Page 32: PUBLIKASI MGMP Matematika

4. Refleksi

Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan

temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring dan wawancara.

Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama

proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut akan dibahas

bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap

tindakan pada siklus kedua. Hasil diskusi dijadikan bahan untuk

menarik kesimpulan.

C. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi:

1. Hasil Belajar Matematika

Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang

diambil dari hasil tes yang meliputi pencapaian penguasaan konsep tentang

sifat-sifat bagun datar melalui model pembelajaran kooperatif(cooperative

learning). Keberhasilan pencapaian tindakan intervensi kelas bila

pencapaian standar ketuntasan kompetensi minimal (KKM) mencapai nilai

minimal 7,0

2. Model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Berdasarkan hasil observasi dan angket yang menyangkat proses

pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif(cooperative

learning) diharapkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk

32

Page 33: PUBLIKASI MGMP Matematika

aktif dan mau mengikuti dengan antusias melalui pembelajaran dengan

pedoman LKS.

Tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) tercapai apabila aktivitas guru dalam

mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta

keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dalam setiap

siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.

D. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan

1. Instrumen Hasil Belajar Matematika

Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar menggunakan soal

pilihan ganda.

2. Instrumen Pembelajaran Cooperative Learning

Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dalam

penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran Matematika, maka

peneliti akan menerapkan pendekatan pembelajaran pembelajaran

kooperatif (cooperative learning) pada pokok bahasan operasi hitung

bilangan pechan melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) guna meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen yang

digunakan antara lain: 1) Format observasi, 2) LKS, 3) lembar soal/tes, 4)

angket, 5) catatan lapangan, 6) pedoman wawancara.

Format observasi digunakan untuk mengamati perilaku/ gaya

mengajar guru, perilaku siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Ketika

proses pembelajaran berlangsung, siswa secara berkelompok diberikan

33

Page 34: PUBLIKASI MGMP Matematika

LKS. Sesuai dengan petunjuk pada LKS, siswa dapat menyelesaikan

permasalahan melalui diskusi kelompok. Setiap akhir pembelajaran siswa

diberikan lembar soal yang berisi tentang hal-hal yang telah dipelajari

guna melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk

menyelesaikannya dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil.

Untuk memperoleh data yang real diberikan angket yakni daftar

pernyataan yang disusun untuk mengumpulkan informasi tertentu dan diisi

oleh responden atau sumber informasi yang diinginkan. Catatan lapangan

yang dimaksud untuk mencata segala aktivitas guru dan siswa dimulai dari

guru masuk kelas sampai pada akhir pembelajaran. Hal ini digunakan

untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.

Peristiwa yang terjadi pada proses kegiatan pembelajaran

berlangsung digunakan untuk merevisi tindakan selanjutnya. Di samping

itu untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau untuk melukiskan

suatu proses, seperti pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diketahui

komentar siswa tentang penggunaan cara belajar yang dialaminya.

Untuk mengetahui respon siswa, guru dan kepala sekolah, pada

penelitian ini diperlukan wawancara, terutama siswa sebagai subjek

penelitian. Dalam pembelajaran di sekolah dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai umpan balik

dalam upaya meningkatkan hasil belajar Matematika.

34

Page 35: PUBLIKASI MGMP Matematika

E. Data dan Sumber Data

1. Data

Data hasil penelitian meliputi:

a. Hasil belajar Matematika berupa skor hasil tes.

b. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) berupa hasil observasi lapangan dan angket baik untuk

aktivitas guru maupun siswa.

2. Sumber Data

Hasil belajar Matematika yang diperoleh dari instrument/tes hasil

belajar siswa. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif

(cooperative learning) yang diperoleh dari observasi lapangan dan angket

baik untuk aktivitas guru maupun siswa.

F. Pengumpulan Data

Dengan pertimbangan bahwa masing-masing instrumen mempunyai

kelebihan dan kekurangan, maka akan dikumpulkan informasi yang berbeda

tetapi saling mendukung untuk dapat memberikan pandangan mengenai

kegiatan atau hubungan antar informasi yang diperoleh dari sumber data yang

berbeda. Instrumen yang digunakan yaitu: tes, lember kerja siswa(LKS),

angket, wawancara dan catatan lapangan.

Pengumpulan data malalui lembar observasi diisi oleh guru dan rekan

sejawat yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang model

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan melakukan secara

langsung dalam menjawab pertanyaan yang tersedia pada lembar observasi.

35

Page 36: PUBLIKASI MGMP Matematika

Catatan lapangan dibuat sebagai refleksi untuk menerangkan hal-hal yang

terjadi dan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.

Evaluasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan LKS yang terdiri

dari soal-soal faktual. Hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan

menggunakan LKS tersebut diperoleh dari hasil diskusi siswa dan jawaban-

jawaban siswa dalam menyelesaikan persoalan faktual. Angket yang diberikan

terdiri dari 15 pernyataan. Data hasil rekaman pembelajaran disajikan dalam

bentuk photo. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada penyajian photo

lampiran.

G. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Penelitian

Data yang diperoleh dari setiap instrument akan dikumpulkan

kemudian dianalisis. Kegiatan analisis data ini berupa display data dan

klasifikasi data, kemudian melakukan refleksi yang disertai perbaikan

tindakan. Langkah-langkah tersebut dijadikan pedoman pengolahan dan

analisis data. Kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan sesuai

dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh.

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dan dibuat

laporan sejak dimulainya penelitian. Oleh karena data yang diperoleh semakin

lama semakin banyak sehingga perlu dilakukan reduksi data. Kegiatan ini

meliputi kegiatan pemilihan hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian, sehingga diperoleh data untuk memberikan informasi dalam

pengolahan data selanjutnya.

36

Page 37: PUBLIKASI MGMP Matematika

Display data adalah cara penyajian data dalam bentuk tabel ataupun

bentuk data naratif. Display data yang dilakukan pada penelitian ini untuk

mengkalisifikasikan data yang telah direduksi, membantu mempermudah

pengolahan data dan pengambilan keputusan.

Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan

dievaluasi untuk merancang penelitian pada siklus berikutnya. Refleksi dan

evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam

menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan sifat-sifat bagun

datar dalam melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan

dievaluasi untuk merancang penelitian pada siklus berikutnya. Refleksi dan

evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam

menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan sifat-sifat bagun

datar melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).

H. Jadwal Penelitian

1. Persiapan

Menyusun konsep pelaksanaan, menyepakati jadwal dan tugas,

menyusun instrumen, dan diskusi konsep pelaksanaan.

2. Pelaksanaan

Menyiapkan kelas dan alat, melakukan tindakan siklus I dan

melakukan tindakan siklus II

3. Penyusunan Laporan

37

Page 38: PUBLIKASI MGMP Matematika

Menyusun konsep laporan, seminar hasil penelitian, perbaikan

laporan, penggandaan laporan dan pengiriman hasil.

38

Page 39: PUBLIKASI MGMP Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).

Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSM. Jakarta.

Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc Grow-Hill

Companies Inc. New York.

Dahar, R. 1998. Teori-teori Belajar. Depdikbud. Jakarta.

Eggen. 1996. Strategy for Teach Content and Thinking Skill. Third Edition. Allyn

Bacon. Boston.

Muslimin, I. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Unesa. Surabaya.

Nasution. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina

Aksara. Jakarta.

Nurkancana, W. 1983. Evaluasi Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.

Purwanto. 1991. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Mengakar. Rosda Karya.

Bandung.

Sudhana. 1987. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar

Baru Algesindo. Jakarta.

Suhermi. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan

Nasional UNRI. Pekanbaru.

39

Page 40: PUBLIKASI MGMP Matematika

Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Theori Research and Practice. Allyn

Bacon. Boston.

40

Page 41: PUBLIKASI MGMP Matematika

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IXC SMP NEGERI 7 BITUNG

Oleh :

HENI SRI ARINI,S.Pd

NIP.

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA BITUNG

SMP NEGERI 7 BITUNG

2012

41

Page 42: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian

khusus,karena selama ini guru mengajar mata pelajaran tersebut hanya

menginformasikan pengetahuan dengan harapan siswa dapat menerimanya

melalui hafalan ,sehingga perlu ada perubahan paradigma baru dalam

menelaah proses belajar siswa ,yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

matematika itu sendiri.

Paradigma baru dalam pendidikan menekankan pada peserta didik

sebagaimana manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan

berkembang.Siswa harus termotivasi dalam pencarian dan mengembangkan

pengetahuan.

Berdasarkan pengalaman dan pemantauan yang sering dilakukan oleh

sebagian guru-guru mata pelajaran diperoleh gambaran riil,pada umumnya

masih dengan pola teacher center dengan tujuan mengejar ketuntasan materi

tanpa memperhatikan proses yang mengarah pada aktivitas siswa serta

kreativitas siswa.

Juga berdasarkan pengalaman pembelajaran matematika di kelas IX C

SMP Negeri 7 Bitung yang sering dilakukan penulis dengan menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab yang diakhiri dengan pemberian

evaluasi,menunjukkan bahwa :

42

Page 43: PUBLIKASI MGMP Matematika

1) Siswa diam saat guru menjelaskan

2) Saat diberikan pertanyaan hanya 2 orang yang bisa menjawab

3) Dan setelah diberikan evaluasi dan diperiksa hasilnya,dari 34 siswa yang

ikut ,yang memperoleh nilai 80 atau diatas ketuntasan minimal (75) hanya

4 orang (11,76%).nilai 75 ,6 orang (17,65%),70-60 ,13 orang (38,24%)

dan diantara 60-50 ,13 orang (38,24%).

Dari hasil temuan tersebut membuat penulis ingin mengembangkan

suatu strategi pembelajaran yang diprediksi dapat mengatasi masalah

tersebut,yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based

Introduction (PBI) yang diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran

dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian tindakan

kelas dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran PBI untuk Meningkatkan

hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model

pembelajaran PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas

IX C SMP Negeri 7 Bitung.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

43

Page 44: PUBLIKASI MGMP Matematika

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui

apakah dengan model pembelajaran PBI dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung pada materi Luas Permukaan

Bangun Ruang Sisi Lengkung.

2. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan

kontribusi (manfaat) yang berarti bagi perorangan /intuisi dibawah ini :

1. Bagi guru : Guru dapat mengetahui strategi atau pendekatan

pembelajaran yang bervariasi,untuk memperbaiki dan meningkatkan

pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang

bermasalah atau mengalami kesuitan dalam belajar.

3. Bagi sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan

berupa makalah PTK yang dapat dimanfaatkan guru-guru sebagai

bahan acuan serta dapat memperbaiki pembelajaran guru disekolah.

44

Page 45: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah kerangka konseptual melukis prosedur

yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.

B. Teori-Teori Belajar Moderen yang Melandasi Model Pembelajaran.

Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai

bagaimana informasi di dalam pemikiran siswa.Berdasarkan suatu teori belajar

,diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa

sebagai hasil belajar.

a. Teori Belajar Kontruktivisme.

Teori Kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus

menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi

kompleks,mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan

merevisinya apabila aturan –aturan itu tidak sesuai.Bagi siswa agar benar-

benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,mereka harus

bekerja memecahkan masalah ,menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

45

Page 46: PUBLIKASI MGMP Matematika

b. Teori Pemrosesan Informasi.

Teori ini menjelaskan perosesan,penyimpanan dan pemanggilan

kembali pengetahuan dari otak.Peristiwa peristiwa dari input (stimulus) ke

output (respon).

C. Pembelajaran Kooperatif.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dari sesama

teman,artinya siswa tidak hanya bekerja dalam kelompok tetapi juga setiap

angota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan semua anggota

kelompok.(Susanto,2004:2).

Johnson ( 1984 dalam Nurhayati,dalam Olinggahe) menunjukkan

berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut :

1) Memudahkan siswa menyelesaikan soal

2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.

3) Memungkinkan para siswa belajar mengenal

sikap,ketrampilan,informasi,perilaku,sosial dan pandangan .

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen,

5) Meningkatkan ketrampilan metakognitif

6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

7) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

8) Menghindarkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau

keterasingan.

46

Page 47: PUBLIKASI MGMP Matematika

D. Model Problem Based Instruction (PBI)

Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia.Hampir setiap

hari orang di hadapkan kepada perseolan-persoalan yang perlu di cari jalan

keluarnya.masalah sering di sebut sebagai kesulitan, hambatan, gangguan,

ketidak puasan, atau kesenjangan. Sedangkan menurut suryabrata masalah ada

kalau ada kesenjangan antara yang seharusnya dan yang ada dalam

kenyataan, antara yang di perlukan dan apa yang tersedia ,antara harapan dan

kenyataan sedangkan menurut Anderson, Evans, Hayes, dan Ellis dan Hunt

dalam suharman masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi yang akan

datang atau tujuan yang diinginkan . setiap manusia jika mengalami masalah

tentunya akan berusaha untuk mencari cara untuk dapat menyelesaikan

masalah tersebut. Sesuatu di katakan masalah bagi seseorang apabila orang

tersebut sadar akan keberadaan situasi tersebut, dan mengakui bahwa situasi

tersebut memerlukan tindakan , ia mau dan perlu melakukan tindakan dan

situasi tersebut tidak segera mendapatkan cara penyelesaian. Sedangkan

menurut Masrukan, suatu pertanyaan merupakan suatu masalah apabila

menghadirkan tantangan yang tidak dapat di selesaikan dengan prosedur atau

algoritma rutin yang telah diketahui siswa .

Model PBI atau model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan

salah satu model pembelajaran yang telah lama digunakan di sebagian besar

negara maju.Adapun landasan teoritik dan empirik model PBI adalah

berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya.Fokus

pembelajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa

47

Page 48: PUBLIKASI MGMP Matematika

melainkan kepada apa yang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan

kegiatan.Peran guru pada PBI sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga

siswa belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalah masalah mereka

sendiri.

Jadi model PBI dapat dikatakan suatu model pembelajaran yang

membantu siswa menjadi mandiri dan siswa mampu mengatur dirinya

sendiri,sedangkan guru secara terus menerus membimbing siswa dengan cara

mendorong siswa mengajukan pertanyaaan dan memberi penghargaan untuk

pertanyaan yang mereka ajukan.

E. Hasil Belajar Matematika

Proses belajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen

guu,siswa,bahan ajar,dan lingkungan belajar yang saling berinteraksi satu

sama lain dalam usaha mencapai tujuan sistem tersebut.Hasil dari proses

belajar tersebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan dapat diukur.

Keberhasilan seseorang dalam mengkuti program pengajaran pada

suatu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya pada

program tersebut.Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar

siswa,guru menggunakan tes hasil belajar.

48

Page 49: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Dalam penelitian ini

peneliti bertindak sebagai guru model,sebagai perancang,pelaksana,pemberi

tindakan,pengamat,sekaligus sebagai instrumen kunci serta pengumpul

data.Peneliti terlibat dalam kelas serta merupakan bagian dari keutuhan kelas.

B. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian adalah di ruang kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung Jln

Pinangunian Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah kelas IX C yang berjumlah 34 orang terdiri

dari 10 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.

D. Prosedur Pengumpulan Data.

Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

a). Dokumentasi,yaitu dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan

masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok yang heterogen.

b). Analisis data yaitu dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir.

Analisis data yang digunakan dapat diuraian sebagai berikut:

49

Page 50: PUBLIKASI MGMP Matematika

Kuantitas hasil belajar siswa pada setiap siklus dinyatakan dengan

persentase yang diperoleh dengan rumus berikut :

Keterangan : SA = Skor Akhir (pesentase hasil belajar siswa)

∑ SP = Jumlah Skor Perolehan

∑ SM = Jumlah skor maksimal a.

Evaluasi yang dilakukan dalam setiap tindakan ,yaitu mengacu pada

kriteria keberhasilan yang diperoleh dari hasil observasi pada masing-masing

siklus ,dengan mengacu pada nilai ketuntasan minimal yang ada ( KKM).

E. Tahap-tahap penelitian.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan

kelas .Penelitian ini dibagi dalam dua siklus terdiri dari 4 langkah (Kemmis

dan Mc Taggart,1998) berikut :

(a) Perencanaan,yaitu merumuskan masalah ,menentukan tujuan dan metode

penelitian serta membuat rencana tindakan.

(b) Tindakan,yang dilakukan sebagai upaya perubahan

(c) Observasi,dilakukan secara sitematis untuk mengamati hasil atau dampak

tindakan terhadap proses belajar mengajar.

50

SA = ∑ SP

∑ SM X 100 %

Page 51: PUBLIKASI MGMP Matematika

(d) Refleksi,yaitu mengkaji atau mempertimbangkan hasil atau dampak

tindakan yang dilakukan.

Rancangan penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian

diuraikan sebagai berikut:

Siklus I:

- Perencanaan

- Pelaksanaan

- Observasi

- Refleksi

Pada akhir siklus I diperoleh gambaran bagaimana dampak penerapan

pembelajaran yang telah direncanakan ,yaitu pembelajaran berdasarkan

masala (PBI).Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa

yang telahterjadi selama penerapan tindakan pada siklus I.Hal-hal yang

menjadi permasalahan pada siklus I dipakai sebagai pertimbangan

merumuskan rencana tindakan pada siklus II.

Siklus II:

- Perencanaan

- Pelaksanaan

- Observasi siklus I

- Refleksi siklus I

Hasil pengamatan dibahas ,sehingga diperoleh gambaran bagaimana

dampak penerapan tindakan pembelajaran PBI.

Hasil pada siklus II merupakan refleksi akhir penelitian.

51

Page 52: PUBLIKASI MGMP Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 2012. Model-Model Pembelajaran. Universitas Negeri Manado.

Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.

Anonim 2012. Profesionalisme Guru.Universitas Negeri Manado.Kementrian

Pendidikan Dan Kebudayaan .

Olinggahe 2008. Penerapan Model Pembelajaran STAD Untuk Meningkatkan

Hasil belajar IPS.

Robert E.Salvin 2010. Cooperatif Learning, terjemahan Narulita Yusron .

Suharman 2005. Psikologi Kognitif

52

Page 53: PUBLIKASI MGMP Matematika

Rencana Pelaksanaan Penelitian

KegiatanBulan

I II III IV V VI VII VIII

Kajian lapangan

Pembuatan proposal

Revisi Proposal

Pengajuan Proposal

Pelaksanaan Tindakan Kelas

Pengolahan data

Evaluasi dan refleksi

Verifikasi

Seminar

Pembuatan Laporan

53

Page 54: PUBLIKASI MGMP Matematika

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

(PTK)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PESERTA DIDIK KELAS

VIII-A SMP NEGERI 10 BITUNG

DI SUSUN OLEH

NAMA : OKMAN TILONG, S.PdNIP. 19741031 200212 1 005

2012

54

Page 55: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Menurut UNESCO (United Nation for Educational Scientific, and

Cultural Organization) terdapat 4 pilar pendidikan yakni (1) Learning to

know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas

mengetahui, (2) Learning to do. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai

upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui tetapi lebih

kepada dapat melakukan atau untuk mengerjakan kegiatan tertentu, (3)

Learning to be. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai upaya untuk

menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri dan (4) Learning how to live

together. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai upaya peserta didik dapat

hidup bersama dengan sesamanya dengan damai (Suparlan : 2008).

55

Page 56: PUBLIKASI MGMP Matematika

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dan Permendiknas No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian

Pendidikan menyatakan bahwa penilaian dilaksanakan oleh pendidik, Satuan

pendidikan dan Pemerintah. Hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara

berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil

dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian adalah kegiatan

Penilaian yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian

kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar

(KD) atau lebih. Penilaian oleh pendidik digunakan untuk: menilai

pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan

hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Hasil belajar peserta

didik dinyatakan tuntas apabila nilai ulangan harian peserta didik telah

mencapai atau melampaui nilai KKM.

Fakta yang ditemui penulis bahwa, hasil belajar peserta didik kelas

VIIIA, pada hasil ulangan harian ke-4, semester 1, tahun pelajaran 2011/2012

tentang materi menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel masih

rendah. Menurut Suke Silverius (1991) faktor yang paling utama

mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah guru dan peserta didik itu

sendiri. Dari pihak guru hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam

menerapkan model pembelajaran sedangkan dari pihak peserta didik

disebabkan oleh motivasi belajar serta minat belajar peserta didik rendah.

56

Page 57: PUBLIKASI MGMP Matematika

Asumsi penulis untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan

hasil belajar peserta didik adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan peserta didik belajar dalam kelompok kecil

yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends: 1997 dalam Nuryani: 2009).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa

tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga

pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang

diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi

tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian ”Peserta didik

saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari

kelompok kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk

diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik

pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik itu

kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok

yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan

kelompok ahli. (Lie, A.: 1994 dalam Nuryani: 2009).

57

Page 58: PUBLIKASI MGMP Matematika

Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul: ”Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw Peserta Didik Kelas VIII-A SMP Negeri 10 Bitung”

B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah.

1. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika

peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri 10 Bitung?

2. Cara Pemecahan Masalah

Masalah hasil belajar peserta didik dipecahkan dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses belajar mengajar.

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui

apakah penenerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat

meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII-A SMP

Negeri 10 Bitung.

2. Manfaat Penelitian

58

Page 59: PUBLIKASI MGMP Matematika

a. Bagi peserta didik, penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan

dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran

menyenangkan, motivasi belajar peserta didik meningkat, sehingga

pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik

b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk

meningkatkan proses pembelajaran pada materi penyelesaian system

persamaan linier dua variable peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri

10 Bitung, dan menambah inovasi dan kreativitas dalam kegiatan

belajar mengajar.

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini

dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang

peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan

bagi guru tentang metode pengajaran dan model pembelajaran

untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Sebagai referensi bagi guru lain yang akan melaksakan PTK

59

Page 60: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Hakikat Hasil Belajar

Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses

belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun

secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sedangkan

menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan

terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu

menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah

mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data

kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu

penilaian terhadap peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui apakah

peserta didik telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan

upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang

ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta

kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan

(Cullen: 2003 dalam Nuryani: 2009).

60

Page 61: PUBLIKASI MGMP Matematika

Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, nilai ulangan

tengah semester, dan nilai ulangan semester.

Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa

adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh peserta didik dalam mata

pelajaran matematika, khususnya materi menyelesaikan system persamaan

linier dua variable.

Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam

satu kompetensi dasar atau beberapa kompetensi dasar. Ulangan harian ini

terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang

bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(Arends, 1997 dalam Nuryani: 2009).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling

ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian

materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997 dalam Nuryani: 2009).

61

Page 62: PUBLIKASI MGMP Matematika

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa

tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap

memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya

yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain

dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan” (Lie, A., 1994 dalam Nuryani: 2009). Para anggota dari tim-tim

yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling

membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada

mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk

menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah

mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok

asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga

yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.

Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal

yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik

tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya

untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara

kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001

dalam Nuryani: 2009).

62

Page 63: PUBLIKASI MGMP Matematika

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik

yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang

ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama

lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,

para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan

mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan

pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling

ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman

sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara

individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw

ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang

memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan

kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun

langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian

lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai

berikut (Slavin, 1995 dalam Nuryani: 2009).

a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut

untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu

untuk mendiskusikan topik tersebut.

63

Page 64: PUBLIKASI MGMP Matematika

c. Diskusi kelompok asal: kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan

topic pada kelompoknya.

d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.

e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan

penghargaan kelompok.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan diatas dapatlah

dirumuskan Hipotesis tindakan sebagai berikut:

” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dapat

meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIII-A SMP

Negeri 10 Bitung” .

64

Page 65: PUBLIKASI MGMP Matematika

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. Seting Penelitian

1. Lokasi.

Yang menjadi lokasi penelitian adalah SMP Negeri 10 Bitung

2. Objek

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peserta didik

kelas VIII-A semester ganjil, tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah peserta

didik kelas VIIIA seluruhnya ada 19 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki

dan 9 orang perempuan.

3. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus s/d November 2012

B. Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan kelas ini mengikuti model dari Kurt Lewin

(1990 dalam Enjah Takari : 2008) yang terdiri dari empat komponen utama

yaitu:

65

Page 66: PUBLIKASI MGMP Matematika

(a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan,

(d) refleksi tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 – 3 siklus, yang tiap siklus

terdiri dari :

1. Perencanaan

Membuat RPP

Menyiapkan lembar kerja

Menyiapkan instrumen pengumpulan data

Menyusun Skenario

2. Pelaksanaan

Melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang terdiri dari

Pendahuluan

Kegiatan ini

Penutup

3. Observasi

Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamamati setiap

tingkah laku siswa

Mencatat atau mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan

dengan tindakan

Melakukan evaluasi

4. Refleksi

Berdasarkan hasil evaluasi di adakan indentifikasi apakah hasil sudah

baik (mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ) atau belum

66

Page 67: PUBLIKASI MGMP Matematika

C. Teknik Pengumpulan Data

Tes tertulis

D. Teknik Analisis Data

Data nilai hasil tes

67

Page 68: PUBLIKASI MGMP Matematika

E. Jadwal Kegiatan

No Rencana Kegiatan

Bulan

Agustus September Oktober November

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

- Membuat proposal

2 Pelaksanaan

- Siklus I

- Siklus II

- Siklus III

3 Penyusunan Laporan

13

Page 69: PUBLIKASI MGMP Matematika

F. Rencana Anggaran

Penyediaan bahan Rp 100.000

Menyusun instrumen observasi, angket, tes Rp 100.000

Melakukan tindakan Rp 100.000

Mengolah hasil penelitian Rp 100.000

Membuat laporan dan membeli buku sumber Rp 500.000

Pengetikan, pencetakan, penggandaan, dan penjilidan Rp 100.000

Biaya seminar proposal Rp. 1.000.000

Jumlah Rp. 2.000.000

G. Peneliti

Nama : Okman Tilong, S.Pd

NIP : 19741031 200212 1 005

Golongan/Ruang : Penata TKT I, III/D

Unit Kerja : SMP Negeri 10 Bitung

14

Page 70: PUBLIKASI MGMP Matematika

DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar & Rusmini. 2008. Pengajaran Remedial. Jakarta : PT. Nimass Multima.

Nana Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdikarya.

Nuryani, Oman.2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang SisiDatar

dengan Menggunakan Kombinasi Pendekatan PembelajaranKooperatif Tipe

Jigsaw dan Media Benda Asli Siswa Kelas VIII-6 SMP Negeri 272 Jakarta.

Penelitian Tindakan Kelas.

Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : Grasindo.

Suparlan & Budimansyah Dasim. 2008. PAKEM. Bandung. PT Genesindo.

Takari R, Enjah. 2008. Penelian Tindakan Kelas. Bandung : PT Genesindo.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya.

15