publikasi mgmp matematika
TRANSCRIPT
ACARA PEMBUKAAN
1
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Pasal 8 mengamantkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Adapun pelaksanaan kegiatan Bimtek Peningkatan Kompetensi, profesionalisme dan penikatan Karir PTK Dikdas melalui MGMP Matematika SMP Kota Bitung ini dilaksanakan selama 16 kali pertemuan untuk materi pokok dan 2 kali pertemuan untuk materi penunjang . Materi pokok dalam kegiatan ini adalah : PKG dan PKB. Yang termasuk dalam PKB adalah a. Pengembangan diri, b. Publikasi ilmiah dan c. Karya inovatif. Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah guru-guru dapat Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Pengurus MGMP Matematika SMP Kota Bitung adalah :Ketua : Okman Tilong, SPd, Sekertaris : Tommy F. Rottie, SPd, Bendahara : Kartini Mamontho, SPd.
MGMP merupakan wadah pembinaan kompetensi pedagogik dan profesional guru terdepan dalam rangka peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Oleh sebab itu kami pengurus MGMP Matematika SMP Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara menyambut baik program Direktorat P2TK Dikdas, Ditjen Dikdas, Kemdikbud RI tentang pemberian bantuan dana pengembangan karir PTK dikdas melalui kegiatan MGMP SMP tahun 2012. Kegiatan ini berlangsung dari Bulan Agustus sampai dengan November 2012 bertempat di SMP Negeri 2 Bitung.
MGMP MATEMATIKA SMP KOTA BITUNG DALAM KEGIATAN BIMTEK PENINGKATAN KOMPETENSI, PROFESIONALISME DAN PENGEMBANGAN
KARIR PTK DIKDAS
Selanjutnya PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yang diikuti oleh Permen Diknas RI Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, maka semua guru wajib meningkatkan mutu kompetensinya, yakni kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional, dan sosial.
Berdasrkan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional Guru dan Angka Kreditnya dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap dan berkelanjutan untuk meningkatkan profesionalitasnya.
2
3
KEGIATAN MGMP
A
4
5
6
7
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
MODEL COOPERATIVE LEARNING SISWA KELAS VII
SMP ALKHAIRAAT BITUNG
(Materi Operasi Hitung Bilangan Pecahan)
Oleh :
KARTIN K ANULI,S.Pd
NIP. 19640409 198601 2005
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA BITUNG
SMP ALKHAIRAAT BITUNG
2012
8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Pembelajaran Matematika sering menggunakan metode konvensional
(ceramah, diskusi, dan latihan soal) j, tetapi tidak semua materi dapat disajikan
dengan menggunakan metode konvensional. Dalam metode konvensional
penyajian materi disampaikan hanya dengan penuturan dan penjelasan lisan
secara langsung, setelah contoh-contoh soal diberikan secara lisan, kemudian
siswa ditugaskan untuk mengerjakan soal-soal latihan dan hasilnya dibahas
bersama.
Pada prinsipnya proses pembelajaran di SMP telah berlangsung
dengan penerapan metode dan strategi pengajaran yang bervariatif, namun
pencapaian prestasi belajar siswa belum optimal. Kontribusi para guru dalam
proses pembelajaran juga telah cukup besar walaupun masih banyak kendala
yang dihadapi. Hal tersebut bukan berarti tidak ada upaya perbaikan tetapi
faktor-faktor diluar kegiatan belajar masih mempengaruhi hasil belajar.
Untuk mengatasi hal tersebut maka upaya guru agar siswa dalam
menerima pelajaran menjadi efektif dapat menggunakan model cooperative
learning. Penggunaan model cooperative learning sangat menunjang dalam
proses belajar mengajar, karena siswa lebih berkonsentrasi dan berinteraksi
kepada orang lain sehingga selama proses belajar mengajar berlangsung lebih
terfokus dan terarah.
9
Dalam penggunaannya, model cooperative learning dapat memacu rasa
keingintahuan siswa untuk mencari jawaban dan merangsang motivasi siswa
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Hal ini selain untuk melihat
keefektifan model cooperative learning, juga untuk mengetahui pengaruh
keaktifan dan kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar.
Kegiatan proses belajar mengajar akan terlaksana dengan baik apabila
dalam perencanaan pembelajaran dapat dilaksanakan dengan startegi
pembelajaran yang efektif. Keefektifan strategi pembelajaran yang digunakan
harus didukung oleh kemampuan guru dan kesiapan siswa sendiri sebagai
subyek didik dalam kegiatan belajar mengajar. Guru sebagai penanggung
jawab dalam bidang pendidikan secara rutin terlibat dalam proses belajar
mengajar sangat besar sekali peranannya dalam menentukan keberhasilan
belajar anak didiknya.
Motivasi dan konsentrasi belajar siswa masih rendah dikarenakan
banyaknya beban belajar dan kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan
belajar seimbang di rumah. Faktor lainnya yang mempengaruhi antara lain
adalah masih banyaknya siswa yang terlambat, adanya siswa yang sering tidak
mengerjakan PR dan tugas sekolah sehingga menganggu proses belajar
mengajar di sekolah.
Dengan kondisi yang demikian penulis tertarik untuk mencoba
pendekatan lain dalam proses pembelajaran melalui penerapan model
pembelajaran yang lebih bervariatif melalui strategi pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) dengan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Karena
10
melalui PTK ini, penulis berharap agar siswa dapat meningkatkan hasil belajar
secara optimal.
Berdasarkan pemikiran tersebut diatas peneliti memilih judul
penelitian: “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Model
Cooperative Learning Siswa Kelas VII SMP Alkhairaat Bitung” ( Materi
Operasi Hitung Bilangan Pecahan ).
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
1. Rumusan Masalah
Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut :”Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa di Kelas VII
SMP Alkhairaat Bitung?
2. Pemecahan Masalah
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
berjumlah antara 4 – 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat
merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pembelajaran kooperatif
adalah pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar secara optimal.
11
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan wahana untuk melakukan
perbaikan, Meningkatkan serta perubahan pembelajaran. Tujuan penelitan
tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Untuk meningkatkan hasil belajar Matematika melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai salah satu
alternatif solusi dalam meningkatkan hasil pembelajaran di sekolah.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas penerapan model pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) khususnya di Kelas VII SMP Alkhairaat
Bitung guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
matematika di sekolah sebagai penelitian.
D. Manfaat Penelitian .
1. Bagi siswa :
Menjadi bahan masukan untuk siswa agar mampu meningkatkan
hasil belajar yang lebih baik lagi.
2. Bagi guru :
Dapat menambah wawasan bagi guru mengenai masalah dalam
penerapan model kooperatif ( cooperative learning )
3. Bagi SMP Alkhairaat Bitung :
Dengan meningkatnya hasil belajar melalui penelitian ini secara
otomatis akan meningkatkan kredibilitas sekolah.
12
BAB II
KAERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Gall dan Gall dalam Kindsvatter bahwa hasil belajar adalah
tujuan program yang luas yang akan dicapai oleh para siswa. Mereka dituntut
untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan pencapaian tujuan ini sebagai
hasil pembelajaran di kelas.
Hasil belajar menurut Soedijarto adalah tingkat penguasaan yang
dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program kegiatan belajar mengajar
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Gagne dan Briggs
menambahkan bahwa hasil belajar adalah berbagai jenis kemampuan yang
diperoleh dari belajar. Ada 5 jenis kemampuan hasil belajar, yaitu;
a. ketrampilan intelektual
b. informasi verbal
c. strategi kognitif
d. ketrampilan motorik
e. sikap.
B. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Pandangan paradigma tentang proses pembelajaran yang bersumber
pada teori tabula rasa John Lock dimana pikiran seorang anak seperti kertas
kosong dan siap menunggu coretancoretan dari gurunya sepertinya kurang
tepat lagi digunakan oleh para pendidik saat ini. Tuntutan pendidikan sudah
banyak berubah. Pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar
13
mengajar dimana anak dapat aktif membangun pengetahuannya sendiri. Hal
ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu keberhasilan belajar tidak
hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada
pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh
siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pembelajaran yang
dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur
kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif adalah sistem pembelajaran
gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi yang
positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan
belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota
kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong
royong, yaitu:
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota.
e. Evaluasi proses kelompok
14
C. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Karakteristik pembelajaran kooperatif diantaranya:
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis.
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi.
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada
dalam model pembelajaran kooperatif yaitu:
a. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
membentuk kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan
norma.
b. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan
membina hubungan kerja sama diantara anggota kelompok
c. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan
yang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih
tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang
diberikan.
15
d. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik
kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan
pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.
D. Teknik Pembelajaran Kooperatif
Teknik pembelajaran kooperatif diantaranya:
1. Mencari Pasangan
- Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep.
- Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
- Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan
kartunya.
2. Bertukar Pasangan
- Setiap siswa mendapatkan satu pasangan.
- Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan
pasangannya
- Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan pasangan lain.
- Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan kemudian saling
menanyakan dan mengukuhkan jawaban.
- Temuan baru yang diperoleh dari pertukaran pasangan kemudian
dibagikan kepada pasangan semula.
16
3. Kepala Bernomor
- Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor.
- Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
- Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
- Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil
melaporkan hasil kerja sama mereka.
4. Keliling Kelompok
- Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan
memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang
sedang dikerjakan.
- Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
- Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah
perputaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.
5. Kancing Gemerincing
- Guru menyipkan satu kotak kecil berisi kancing-kancing.
- Setiap siswa dalam kelompok mendapatkan dua atau tiga buah
kancing.
- Setiap kali seorang siswa berbicara, dia harus menyerahkan salah satu
kancingnya.
17
- Jika kancingnya sudah habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai
kancing semua rekannya habis.
6. Dua Tinggal Dua Tamu
- Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat.
- Setelah selesai, dua orang dari setiap kelompok meninggalkan
kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain.
- Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi ke tamu mereka.
- Tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya kemudian melaporkan
hasil temuannya.
- Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah
siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda.
UU no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas Bab 1 ayat 20 yang mengisyaratkan
bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar” Kegiatan belajar
merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman
terhadap suatu obyek atau suatu peristiwa. Sedangkan kegiatan mengajar
merupakan upaya menciptakan suasana yang mendorong inisiatif, motivasi
dan tanggung jawab pada siswa untuk selalu menerapkan seluruh potensi diri
dalam membangun gagasan melalui kegiatan belajar sepanjang hayat.
18
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar dan Mengajar
Matematika
Menurut Herman Hudoyo (1988:6) kegiatan belajar yang kita
kehendaki akan bisa tercapai bila faktor-faktor berikut ini dapat dikelola
sebaik-baiknya:
1. Peserta didik
Kegagalan atau keberhasilan belajar sangat tergantung kepada
peserta didik. Misalnya saja, bagaimana kemampuan dan kesiapannya
untuk belajar matematika,bagaimana kondisi si anak, dan kondisi
fisiologisnya.
2. Pengajar
Kemampuan pengajar dalam menyampaikan materi dan sekaligus
menguasai materi yang diajarkan sangat mempengaruhi terjadinya proses
belajar. Seorang pengajar yang tidak menguasai materi matematika dengan
baik dan kurang menguasai cara menyampaikan dengan tepat dapat
mengakibatkan rendahnya mutu pengajaran dan dapat menimbulkan
kesulitan peserta didik dalam memahami matematika. Akibatnya proses
belajar matematika tidak berlangsung efektif.
3. Sarana dan prasarana
Sarana yang lengkap seperti adanya buku teks dan alat bantu
belajar merupakan fasilitas yang penting. Demikian pula prasarana yang
cocok seperti ruangan dan tempat duduk yang bersih dan sejuk bisa
memperlancar terjadinya proses belajar. Tidak menutup kemungkinan
19
penyediaan sumber lain, seperti majalah tentang pengajaran matematika,
laboratorium matematika dan lain-lain akan dapat meningkatkan kualitas
belajar.
4. Penilaian
Penilaian dipergunakan untuk melihat bagaimana berlangsungnya
interaksi antara pengajar dan peserta didik. Disamping itu penilaian juga
berfungsi untuk meningkatkan kegiatan belajar sehingga dapat diharapkan
dapat memperbaiki hasil belajar apabila kurang berhasil. Penilaian juga
mengacu pada proses belajar, yang dinilai adalah bagaimana langkah-
langkah berfikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Dengan
demikian, apabila langkah-langkah penyelesaian masalah benar sedangkan
langkah terakhir salah, telah menunjukkan proses belajar siswa baik.
F. Kesulitan Belajar Matematika
Pada kenyataanya, dalam proses belajar mengajar masih dijumpai
bahwa siswa mengalami kesulitan belajar. Kenyataan inilah yang harus segera
ditangani dan dipecahkan. Seperti yang telah diuraikan pada Bab I, bahwa
kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang
ditandai dengan hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Menurut Soejono (1984:4) kesulitan belajar siswa dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal
seperti: fisiologi, faktor sosial, faktor pedagogik. Selain itu, terdapat pula
kesulitan khusus dalam belajar matematika seperti:
1. Kesulitan dalam menggunakan konsep
20
Dalam hal ini dipandang bahwa siswa telah memperoleh
pengajaran sautu konsep, tetapi belum menguasainya mungkin karena lupa
sebagian atau seluruhnya. Mungkin pula konsep yang dikuasai kurang
cermat. Hal ini disebabkan antara lain:
a. Siswa lupa nama singkatan suatu obyek misalnya siswa lupa
memangkatkan suatu bilangan dengan pangkat dua.
b. Siswa kurang mampu menyatakan arti istilah dalam konsep misalkan
siswa yang mampu menyatakan istilah kuadrat dan kali dua dan
mereka menganggap sama.
2. Kesulitan dalam belajar dan menggunakan prinsip
Jika kesulitan siswa dalam menggunakan prinsip kita analisa,
tampaklah bahwa pada umumnya sebab kesulitan tersebut antara lain:
a. Siswa tidak mempunyai konsep yang dapat digunakan untuk
mengembangkan prinsip sebagai butir pengetahuan yang perlu.
b. Miskin dari konsep dasar secara potensial merupakan sebab kesulitan
belajar prinsip yang diajarkan dengan metode kontekstual (contoh
nyata).
c. Siswa kurang jelas dengan prinsip yang telah diajarkan.
3. Kesulitan memecahkan soal berbentuk verbal.
Memecahkan soal berbentuk verbal berarti menerapkan
pengetahuan yang dimiliki secara teoritis untuk memecahkan persoalan
nyata atau keadaan sehari-hari. Keberhasilan dalam memecahkan
persoalan berbentuk verbal tergantung kemampuan pemahaman verbal,
21
yaitu kemampuan memahami soal berbentuk cerita dan kemampuan
mengubah soal verbal menjadi model matematika, biasanya dalam bentuk
persamaan serta kesesuaian penga,ana siswa dengan situasi yang
diceritakan dalam soal.
Beberapa sebab siswa sulit memecahkan soal berbentuk verbal
antara lain :
a. Tidak mengerti apa yang dibaca, akibat kurang pengetahuan siswa
tentang konsep atau beberapa istilah yang tidak diketahui. Untuk
mengecek kebenaran dugaan ini, setelah membaca soal, guru dapat
meminta siswa untuk menyatakan pendapatnya dengan menggunakan
bahasanya sendiri. Guru dapat mengecek apakah ada istilah-istilah
yang mungkin belum diketahui atau dilupakan. Selain itu juga perlu
dipahami, apa yang diketahui dan apa yang dinyatakan serta rumus-
rumus apa yang diperlukan.
b. Siswa tidak mengubah soal berbentuk verbal menjadi model
matematika dan hubungannya.
Kesulitan belajar dapat ditunjukkan dengan beberapa gejala yaitu:
- menunjukkan prestasi yang rendah
- hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
- keterlambatan dalam melaksanakan tugas yang diberikan
Obyek yang dapat kita periksa untuk mengetahui penyebab kesukaran
siswa belajar contohnya seperti:
(a) materi yang diajarkan dianggap terlalu sulit,
22
(b) pengajarannya yang kurang baik dan dapat disebabkan oleh kesalahan
pengajaran dalam menyajikan metode ataupun tidak adanya alat peraga,
dan
(c) dari siswa sendiri disebabkan karena kelemahan jasmani, kurang cerdas,
tidak ada minat, tidak ada bakat, emosi tidak stabil, suasana yang tidak
mendukung (Ruseffendi, 1980:333)
G. Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut: Dengan menerapkan metode cooperative learning dapat meningkatkan
hasil belajar Matematika siswa Kelas VII SMP Alkhairaat Bitung.
23
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Subyek penelitian
1. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII SMP
Alkhairaat Bitung yang berjumlah 29 orang siswa laki- laki orang
perempuan orang. Sedangkan objek dari pengembangan inovasi
pembelajaran ini adalah penerapan metode cooperative learning dengan
fokus Meningkatkan hasil belajar Matematika.
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Alkhairaat Bitung Kec.Girian
Kota Bitung pada siswa Kelas VII-2 dengan alasan peneliti mengajar di
tempat tersebut, sehingga akan berusaha memperbaiki pembelajaran di
kelas. Adapun waktu penelitiannya selama 3 bulan mulai minggu kedua
bulan agustus sampai bulan oktober 2012
3. Rencana dan Prosedur Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
Penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Matematika
melalui penerapan metode cooperative learning di Kelas VII-2 SMP
Alkhairaat Bitung akan dilakukan selama 3 bulan dengan 2 kali
tindakan. Kegiatan penelitian ini dilakukan dengan alur : refleksi awal,
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi dan
24
perencanaan ulang, sesuai dengan model PTK yang dikemukakan oleh
Kemmis;
1. Pada tahap perencanaan pengembangan melakukan kegiatan
sebagai berikut:
a. Membuat rencana pembelajaran/RPP
b. Mempersiapkan sarana yang mendukung terlaksananya
kegiatan pengembangan inovasi pembelajaran
c. Mempersiapkan instrumen pengembangan untuk proses
kegiatan dan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa
yang berupa tes hasil pembelajaran.
d. Melakukan sosialisasi pada anggota pengembang/kolaborator
dan simulasi pelaksanaan dan menguji keterlaksanaan di
lapangan.
2. Tahap pelaksanaan pengembangan inovasi pembelajaran gambaran
kegiatan yang akan dilakukan sebagai berikut:
a. Sesuai dengan RPP yang telah disusun, maka pada pelaksanaan
kegiatan pengembangan dilakukan juga observasi oleh
observer/kolaborator dan interpretasi. Kegiatan observasi dan
interpretasi merupakan upaya merekam proses yang terjadi
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kegiatan ini akan
diteruskan dengan diskusi sebagai umpan balik/reinforcement.
b. Analisis dan Refleksi
25
Analisis data dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan
tindakan selesai. Analisis data ini dilakukan melalui tahapan; a)
redukasi data, b) paparan data dan c) penyimpulan
c. Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan setelah semua tahapan pelaksanaan
pengembangan inovasi pembelajaran selesai. Refleksi ini
dimaksudkan untuk mengkaji apa yang telah diperoleh dan
yang masih belum tercapai sesuai target yang telah ditentukan,
karena hasil refleksi ini akan dijadikan acuan untuk kegiatan
siklus berikutnya untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
b. Disain Pengembangan
Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan pada
penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart dan model
yang ditawarkan oleh Ebbut. Sistem model penelitian kelas tersebut
berbentuk siklus (cycle) dan pelaksanaan siklus ini tidak hanya
berlangsung dalam satu kali tindakan tetapi berlangsung hingga pada
siklus ketiga dengan indikasi tercapainya tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Bentuk tindakan dirancang sesuai dengan karakteristik
penelitian tindakan kelas (PTK) dan dibatasi sampai pada tiga siklus,
dimana setiap siklus terdiri dari empat langkah utama yaitu: 1)
merencanakan, 2) melakukan tindakan, 3) mengamati/observasi, dan
refleksi.18 Dalam setiap siklus dirancang dengan menerapkan
26
pendekatan kontekstual sebagai salah satu pendekatan yang sesuai
untuk mencapai tujuan pembelajaran Matematika. Keberhasilan
penelitian ini dilihat dari proses dan hasil belajar siswa.
Selama kegiatan penelitian berlangsung, penulis berkolaborasi
dengan teman sejawat sebagai observer. Untuk lebih lanjut pola
tindakan dapat digambarkan sebagai berikut:
c. Model Spiral (PTK Kemmis dan Taggart)
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, maka
kegiatan di awali dengan mengadakan observasi pelaksanaan proses
pembelajaran, menganalisa keadaan situasi belajar dan respon siswa
terhadap pembelajaran yang disajikan oleh guru. Prosedur dan tahapan
intervensi tindakan dimulai dari perencanaan, pelaksanaan program
kegiatan dan evaluasi.
4. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana utama,
maka pada pra-penelitian, peneliti melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran Matematika di kelasnya, kemudian membuat perencanaan
tindakan yang akan dilakukan di kelas tempat mengajar.
Adapun posisi peneliti dalam PTK ini adalah sebagai posisi utama.
Peneliti melakukan langsung apa yang akan ditingkatkan di kelas tersebut.
Peneliti merasakan dan melakukan refleksi dari pembelajaran yang
dilakukan sehingga berdasarkan itulah peneliti melakukan penelitian.
Selain itu juga peneliti berperan sebagai pembuat laporan dari apa yang
27
dilaksanakan dan observasi yang dibantu teman sejawat dan Kepala
Sekolah.
5. Tahap Intervensi Tindakan
Pada tahap ini peneliti dapat menimbang dan mengidentifikasi
masalah-masalah dalam proses pembelajaran (memfokuskan masalah)
kemudian melakukan analisis dan merumuskan masalah yang layak untuk
penelitian tindakan.
Tahap pertama : menyususun rencana berupa skenario tindakan
atau aksi untuk melakukan perbaikan, Meningkatkan atau perubahan ke
arah yang lebih baik dari diskusi pembelajaran yang dilakukan untuk
mencapai hasil yang optimal atau memuaskan. Tahap kedua : melakukan
implementasi rencana atau skenario tindakan. Peneliti bersama-sama
kolaborator atau partisipan melaksanakan kegiatan sebagaimana yang
tertulis dalam skenario. Pemantauan atau monitoring dilakukan segera
setelah kegiatan dimulai . Catatan semua kajadian dan perubahan yang
terjadi perlu dilakukan dengan berbagai alat dan cara sesuai dengan situasi
dan kondisi kelas.
Tahap ketiga : berdasarkan hasil monitoring dilakukan evaluasi
yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk mengadakan refleksi
apakah tujuan yang dirumuskan telah tercapai. Jika belum memuaskan,
maka dilakukan revisi dan perencanaan ulang untuk memperbaiki tindakan
pada siklus sebelumnya. Dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas akan
28
diperoleh model tindakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran yang
berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
B. Deskripsi per Siklus
Rancangan tindakan setiap siklus dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Siklus I
1. Rancangan
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan pembelajaran
Matematika oleh guru kelas, kemudian ditemukan permasalahan yang
muncul selama pembelajaran tersebut berlangsung. Temuan ini
dikonsultasikan kepada teman sejawat. Berdasarkan hasil diskusi
tersebut dirancang dan dilaksanakan penelitian berupa pelaksanaan
pembelajaran Matematika dengan materi operasi hitung bilangan
pecahan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dan
memanfaatkan kesiapan peneliti dalam memahami tujuan
pembelajaran. Pada pelaksanaan siklus pertama peneliti akan
melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan memberikan
gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti tanpa
mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan pembelajaran
pembelajaran kooperatif(cooperative learning).
Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya
melalui model yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat
29
secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri. Sebagai
dampak pengiring dalam pelaksanaan pembelajaran ini, siswa
diharapkan memiliki rasa percaya diri terhadap penyelesaian tugas
mandiri dan kelompok.
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap
perubahan kemampuan siswa. Dari pengamatan tersebut diharapkan
peneliti memperoleh informasi mengenai adanya kesesuaian antara
pembelajaran dengan pelaksanaannya, mengukur kemampuan siswa
dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja
siswa (LKS).
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan
temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring. Peneliti akan
menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama proses
kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan untuk
memberikan sumbangan pemikiran dalam merancang kegiatan pada
siklus berikutnya.
b. Siklus II
1. Rancangan
Berdasarkan hasil evaluasi dan refleksi pada siklus I, kemudian
permasalahan yang muncul selama pembelajaran pada siklus I tersebut
30
berlangsung. Temuan ini dikonsultasikan kepada teman sejawat.
Berdasarkan hasil diskusi tersebut dirancang dan dilaksanakan
penelitian berupa pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan
materi operasi hitung bilangan pecahan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan dilakukan dengan rencana pembelajaran dengan
upaya perbaikan dari hasil siklus I. Pada pelaksanaan siklus II peneliti
akan melakukan kegiatan dalam proses pembelajaran dengan
memberikan gambaran umum tindakan yang akan dilakukan oleh
peneliti tanpa mengabaikan pemahaman peneliti tentang pendekatan
pembelajaran pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Peneliti akan mengembangkan kemampuan mengajarnya
melalui model yang bervariasi, yang memungkinkan siswa terlibat
secara aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri
3. Monitoring/ Pengamatan
Selama pelaksanaan tindakan, peneliti akan mengamati setiap
perubahan yang lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Dari
pengamatan tersebut diharapkan peneliti memperoleh informasi
mengenai adanya upaya perbaikan serta mengukur kemampuan siswa
dalam bentuk hasil belajar berupa tugas mandiri dan lembar kerja
siswa (LKS).
31
4. Refleksi
Refleksi akan dilakukan oleh peneliti dan guru berdasarkan
temuan-temuan yang didapat dari hasil monitoring dan wawancara.
Peneliti akan menyampaikan permasalahan yang dihadapinya selama
proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Hasil tersebut akan dibahas
bersama pengamat untuk mendapat kesamaan pandangan terhadap
tindakan pada siklus kedua. Hasil diskusi dijadikan bahan untuk
menarik kesimpulan.
C. Hasil Intervensi Tindakan Yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi:
1. Hasil Belajar Matematika
Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang
diambil dari hasil tes yang meliputi pencapaian penguasaan konsep tentang
sifat-sifat bagun datar melalui model pembelajaran kooperatif(cooperative
learning). Keberhasilan pencapaian tindakan intervensi kelas bila
pencapaian standar ketuntasan kompetensi minimal (KKM) mencapai nilai
minimal 7,0
2. Model Pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Berdasarkan hasil observasi dan angket yang menyangkat proses
pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif(cooperative
learning) diharapkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran untuk
32
aktif dan mau mengikuti dengan antusias melalui pembelajaran dengan
pedoman LKS.
Tingkat keberhasilan penerapan model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) tercapai apabila aktivitas guru dalam
mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta
keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran meningkat dalam setiap
siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.
D. Instrumen-Instrumen Pengumpul Data Yang Digunakan
1. Instrumen Hasil Belajar Matematika
Instrumen untuk memperoleh data hasil belajar menggunakan soal
pilihan ganda.
2. Instrumen Pembelajaran Cooperative Learning
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dalam
penelitian tindakan kelas pada proses pembelajaran Matematika, maka
peneliti akan menerapkan pendekatan pembelajaran pembelajaran
kooperatif (cooperative learning) pada pokok bahasan operasi hitung
bilangan pechan melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) guna meningkatkan hasil belajar siswa. Instrumen yang
digunakan antara lain: 1) Format observasi, 2) LKS, 3) lembar soal/tes, 4)
angket, 5) catatan lapangan, 6) pedoman wawancara.
Format observasi digunakan untuk mengamati perilaku/ gaya
mengajar guru, perilaku siswa, dan interaksi antara guru dan siswa. Ketika
proses pembelajaran berlangsung, siswa secara berkelompok diberikan
33
LKS. Sesuai dengan petunjuk pada LKS, siswa dapat menyelesaikan
permasalahan melalui diskusi kelompok. Setiap akhir pembelajaran siswa
diberikan lembar soal yang berisi tentang hal-hal yang telah dipelajari
guna melatih kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, untuk
menyelesaikannya dapat dilakukan secara individu atau kelompok kecil.
Untuk memperoleh data yang real diberikan angket yakni daftar
pernyataan yang disusun untuk mengumpulkan informasi tertentu dan diisi
oleh responden atau sumber informasi yang diinginkan. Catatan lapangan
yang dimaksud untuk mencata segala aktivitas guru dan siswa dimulai dari
guru masuk kelas sampai pada akhir pembelajaran. Hal ini digunakan
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran.
Peristiwa yang terjadi pada proses kegiatan pembelajaran
berlangsung digunakan untuk merevisi tindakan selanjutnya. Di samping
itu untuk mencatat data kualitatif, kasus istimewa atau untuk melukiskan
suatu proses, seperti pembelajaran kooperatif, sehingga dapat diketahui
komentar siswa tentang penggunaan cara belajar yang dialaminya.
Untuk mengetahui respon siswa, guru dan kepala sekolah, pada
penelitian ini diperlukan wawancara, terutama siswa sebagai subjek
penelitian. Dalam pembelajaran di sekolah dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) sebagai umpan balik
dalam upaya meningkatkan hasil belajar Matematika.
34
E. Data dan Sumber Data
1. Data
Data hasil penelitian meliputi:
a. Hasil belajar Matematika berupa skor hasil tes.
b. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) berupa hasil observasi lapangan dan angket baik untuk
aktivitas guru maupun siswa.
2. Sumber Data
Hasil belajar Matematika yang diperoleh dari instrument/tes hasil
belajar siswa. Pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) yang diperoleh dari observasi lapangan dan angket
baik untuk aktivitas guru maupun siswa.
F. Pengumpulan Data
Dengan pertimbangan bahwa masing-masing instrumen mempunyai
kelebihan dan kekurangan, maka akan dikumpulkan informasi yang berbeda
tetapi saling mendukung untuk dapat memberikan pandangan mengenai
kegiatan atau hubungan antar informasi yang diperoleh dari sumber data yang
berbeda. Instrumen yang digunakan yaitu: tes, lember kerja siswa(LKS),
angket, wawancara dan catatan lapangan.
Pengumpulan data malalui lembar observasi diisi oleh guru dan rekan
sejawat yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan melakukan secara
langsung dalam menjawab pertanyaan yang tersedia pada lembar observasi.
35
Catatan lapangan dibuat sebagai refleksi untuk menerangkan hal-hal yang
terjadi dan sebagai bahan acuan untuk perbaikan pada tindakan berikutnya.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan menggunakan LKS yang terdiri
dari soal-soal faktual. Hasil pembelajaran yang dikumpulkan dengan
menggunakan LKS tersebut diperoleh dari hasil diskusi siswa dan jawaban-
jawaban siswa dalam menyelesaikan persoalan faktual. Angket yang diberikan
terdiri dari 15 pernyataan. Data hasil rekaman pembelajaran disajikan dalam
bentuk photo. Data tersebut selengkapnya dapat dilihat pada penyajian photo
lampiran.
G. Analisis Data Dan Interpretasi Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari setiap instrument akan dikumpulkan
kemudian dianalisis. Kegiatan analisis data ini berupa display data dan
klasifikasi data, kemudian melakukan refleksi yang disertai perbaikan
tindakan. Langkah-langkah tersebut dijadikan pedoman pengolahan dan
analisis data. Kemudian dalam pelaksanaannya akan dikembangkan sesuai
dengan perkembangan keadaan data yang diperoleh.
Data yang diperoleh dari hasil pengamatan akan dianalisis dan dibuat
laporan sejak dimulainya penelitian. Oleh karena data yang diperoleh semakin
lama semakin banyak sehingga perlu dilakukan reduksi data. Kegiatan ini
meliputi kegiatan pemilihan hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus
penelitian, sehingga diperoleh data untuk memberikan informasi dalam
pengolahan data selanjutnya.
36
Display data adalah cara penyajian data dalam bentuk tabel ataupun
bentuk data naratif. Display data yang dilakukan pada penelitian ini untuk
mengkalisifikasikan data yang telah direduksi, membantu mempermudah
pengolahan data dan pengambilan keputusan.
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan
dievaluasi untuk merancang penelitian pada siklus berikutnya. Refleksi dan
evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam
menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan sifat-sifat bagun
datar dalam melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
Terhadap seluruh data yang telah diperoleh akan direfleksikan dan
dievaluasi untuk merancang penelitian pada siklus berikutnya. Refleksi dan
evaluasi berkenaan dengan respon siswa, kesulitan dan kontribusi dalam
menciptakan strategi penyelesaian soal pada pokok bahasan sifat-sifat bagun
datar melalui model pembelajaran kooperatif (cooperative learning).
H. Jadwal Penelitian
1. Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan, menyepakati jadwal dan tugas,
menyusun instrumen, dan diskusi konsep pelaksanaan.
2. Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat, melakukan tindakan siklus I dan
melakukan tindakan siklus II
3. Penyusunan Laporan
37
Menyusun konsep laporan, seminar hasil penelitian, perbaikan
laporan, penggandaan laporan dan pengiriman hasil.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1999. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Depdikbud Dirjen Dikti Proyek PGSM. Jakarta.
Arends, R. 1997. Classroom Instruction and Management. Mc Grow-Hill
Companies Inc. New York.
Dahar, R. 1998. Teori-teori Belajar. Depdikbud. Jakarta.
Eggen. 1996. Strategy for Teach Content and Thinking Skill. Third Edition. Allyn
Bacon. Boston.
Muslimin, I. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Unesa. Surabaya.
Nasution. 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Bina
Aksara. Jakarta.
Nurkancana, W. 1983. Evaluasi Pendidikan. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Purwanto. 1991. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Mengakar. Rosda Karya.
Bandung.
Sudhana. 1987. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Sinar
Baru Algesindo. Jakarta.
Suhermi. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan
Nasional UNRI. Pekanbaru.
39
Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning; Theori Research and Practice. Allyn
Bacon. Boston.
40
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IXC SMP NEGERI 7 BITUNG
Oleh :
HENI SRI ARINI,S.Pd
NIP.
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA BITUNG
SMP NEGERI 7 BITUNG
2012
41
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kualitas pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian
khusus,karena selama ini guru mengajar mata pelajaran tersebut hanya
menginformasikan pengetahuan dengan harapan siswa dapat menerimanya
melalui hafalan ,sehingga perlu ada perubahan paradigma baru dalam
menelaah proses belajar siswa ,yang sesuai dengan tujuan pembelajaran
matematika itu sendiri.
Paradigma baru dalam pendidikan menekankan pada peserta didik
sebagaimana manusia yang memiliki potensi untuk belajar dan
berkembang.Siswa harus termotivasi dalam pencarian dan mengembangkan
pengetahuan.
Berdasarkan pengalaman dan pemantauan yang sering dilakukan oleh
sebagian guru-guru mata pelajaran diperoleh gambaran riil,pada umumnya
masih dengan pola teacher center dengan tujuan mengejar ketuntasan materi
tanpa memperhatikan proses yang mengarah pada aktivitas siswa serta
kreativitas siswa.
Juga berdasarkan pengalaman pembelajaran matematika di kelas IX C
SMP Negeri 7 Bitung yang sering dilakukan penulis dengan menggunakan
metode ceramah dan tanya jawab yang diakhiri dengan pemberian
evaluasi,menunjukkan bahwa :
42
1) Siswa diam saat guru menjelaskan
2) Saat diberikan pertanyaan hanya 2 orang yang bisa menjawab
3) Dan setelah diberikan evaluasi dan diperiksa hasilnya,dari 34 siswa yang
ikut ,yang memperoleh nilai 80 atau diatas ketuntasan minimal (75) hanya
4 orang (11,76%).nilai 75 ,6 orang (17,65%),70-60 ,13 orang (38,24%)
dan diantara 60-50 ,13 orang (38,24%).
Dari hasil temuan tersebut membuat penulis ingin mengembangkan
suatu strategi pembelajaran yang diprediksi dapat mengatasi masalah
tersebut,yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based
Introduction (PBI) yang diharapkan dapat meningkatkan proses pembelajaran
dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian tindakan
kelas dengan judul: Penerapan Model Pembelajaran PBI untuk Meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model
pembelajaran PBI dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas
IX C SMP Negeri 7 Bitung.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
1. Tujuan Penelitian
43
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mengetahui
apakah dengan model pembelajaran PBI dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung pada materi Luas Permukaan
Bangun Ruang Sisi Lengkung.
2. Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat memberikan
kontribusi (manfaat) yang berarti bagi perorangan /intuisi dibawah ini :
1. Bagi guru : Guru dapat mengetahui strategi atau pendekatan
pembelajaran yang bervariasi,untuk memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran di kelas.
2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang
bermasalah atau mengalami kesuitan dalam belajar.
3. Bagi sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan
berupa makalah PTK yang dapat dimanfaatkan guru-guru sebagai
bahan acuan serta dapat memperbaiki pembelajaran guru disekolah.
44
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual melukis prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dalam melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
B. Teori-Teori Belajar Moderen yang Melandasi Model Pembelajaran.
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai
bagaimana informasi di dalam pemikiran siswa.Berdasarkan suatu teori belajar
,diharapkan suatu pembelajaran dapat lebih meningkatkan perolehan siswa
sebagai hasil belajar.
a. Teori Belajar Kontruktivisme.
Teori Kontruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi
kompleks,mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan –aturan itu tidak sesuai.Bagi siswa agar benar-
benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan,mereka harus
bekerja memecahkan masalah ,menemukan segala sesuatu untuk dirinya.
45
b. Teori Pemrosesan Informasi.
Teori ini menjelaskan perosesan,penyimpanan dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak.Peristiwa peristiwa dari input (stimulus) ke
output (respon).
C. Pembelajaran Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dari sesama
teman,artinya siswa tidak hanya bekerja dalam kelompok tetapi juga setiap
angota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan semua anggota
kelompok.(Susanto,2004:2).
Johnson ( 1984 dalam Nurhayati,dalam Olinggahe) menunjukkan
berbagai keunggulan pembelajaran kooperatif antara lain sebagai berikut :
1) Memudahkan siswa menyelesaikan soal
2) Mengembangkan kegembiraan belajar yang sejati.
3) Memungkinkan para siswa belajar mengenal
sikap,ketrampilan,informasi,perilaku,sosial dan pandangan .
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen,
5) Meningkatkan ketrampilan metakognitif
6) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois
7) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial
8) Menghindarkan siswa dari penderitaan akibat kesendirian atau
keterasingan.
46
D. Model Problem Based Instruction (PBI)
Masalah merupakan bagian dari kehidupan manusia.Hampir setiap
hari orang di hadapkan kepada perseolan-persoalan yang perlu di cari jalan
keluarnya.masalah sering di sebut sebagai kesulitan, hambatan, gangguan,
ketidak puasan, atau kesenjangan. Sedangkan menurut suryabrata masalah ada
kalau ada kesenjangan antara yang seharusnya dan yang ada dalam
kenyataan, antara yang di perlukan dan apa yang tersedia ,antara harapan dan
kenyataan sedangkan menurut Anderson, Evans, Hayes, dan Ellis dan Hunt
dalam suharman masalah adalah suatu kesenjangan antara situasi yang akan
datang atau tujuan yang diinginkan . setiap manusia jika mengalami masalah
tentunya akan berusaha untuk mencari cara untuk dapat menyelesaikan
masalah tersebut. Sesuatu di katakan masalah bagi seseorang apabila orang
tersebut sadar akan keberadaan situasi tersebut, dan mengakui bahwa situasi
tersebut memerlukan tindakan , ia mau dan perlu melakukan tindakan dan
situasi tersebut tidak segera mendapatkan cara penyelesaian. Sedangkan
menurut Masrukan, suatu pertanyaan merupakan suatu masalah apabila
menghadirkan tantangan yang tidak dapat di selesaikan dengan prosedur atau
algoritma rutin yang telah diketahui siswa .
Model PBI atau model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan
salah satu model pembelajaran yang telah lama digunakan di sebagian besar
negara maju.Adapun landasan teoritik dan empirik model PBI adalah
berlandaskan pada psikologi kognitif sebagai pendukung teoritisnya.Fokus
pembelajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang dilakukan siswa
47
melainkan kepada apa yang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan
kegiatan.Peran guru pada PBI sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga
siswa belajar untuk berfikir dan menyelesaikan masalah masalah mereka
sendiri.
Jadi model PBI dapat dikatakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa menjadi mandiri dan siswa mampu mengatur dirinya
sendiri,sedangkan guru secara terus menerus membimbing siswa dengan cara
mendorong siswa mengajukan pertanyaaan dan memberi penghargaan untuk
pertanyaan yang mereka ajukan.
E. Hasil Belajar Matematika
Proses belajar sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen
guu,siswa,bahan ajar,dan lingkungan belajar yang saling berinteraksi satu
sama lain dalam usaha mencapai tujuan sistem tersebut.Hasil dari proses
belajar tersebut sebagai hasil belajar yang dapat dilihat dan dapat diukur.
Keberhasilan seseorang dalam mengkuti program pengajaran pada
suatu jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari hasil belajarnya pada
program tersebut.Untuk mengetahui tingkat pencapaian hasil belajar
siswa,guru menggunakan tes hasil belajar.
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.Dalam penelitian ini
peneliti bertindak sebagai guru model,sebagai perancang,pelaksana,pemberi
tindakan,pengamat,sekaligus sebagai instrumen kunci serta pengumpul
data.Peneliti terlibat dalam kelas serta merupakan bagian dari keutuhan kelas.
B. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian adalah di ruang kelas IX C SMP Negeri 7 Bitung Jln
Pinangunian Kecamatan Aertembaga Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah kelas IX C yang berjumlah 34 orang terdiri
dari 10 orang laki-laki dan 24 orang perempuan.
D. Prosedur Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik sebagai berikut :
a). Dokumentasi,yaitu dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan
masing-masing siswa sebagai dasar pembagian kelompok yang heterogen.
b). Analisis data yaitu dilakukan setiap kali pemberian tindakan berakhir.
Analisis data yang digunakan dapat diuraian sebagai berikut:
49
Kuantitas hasil belajar siswa pada setiap siklus dinyatakan dengan
persentase yang diperoleh dengan rumus berikut :
Keterangan : SA = Skor Akhir (pesentase hasil belajar siswa)
∑ SP = Jumlah Skor Perolehan
∑ SM = Jumlah skor maksimal a.
Evaluasi yang dilakukan dalam setiap tindakan ,yaitu mengacu pada
kriteria keberhasilan yang diperoleh dari hasil observasi pada masing-masing
siklus ,dengan mengacu pada nilai ketuntasan minimal yang ada ( KKM).
E. Tahap-tahap penelitian.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan
kelas .Penelitian ini dibagi dalam dua siklus terdiri dari 4 langkah (Kemmis
dan Mc Taggart,1998) berikut :
(a) Perencanaan,yaitu merumuskan masalah ,menentukan tujuan dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan.
(b) Tindakan,yang dilakukan sebagai upaya perubahan
(c) Observasi,dilakukan secara sitematis untuk mengamati hasil atau dampak
tindakan terhadap proses belajar mengajar.
50
SA = ∑ SP
∑ SM X 100 %
(d) Refleksi,yaitu mengkaji atau mempertimbangkan hasil atau dampak
tindakan yang dilakukan.
Rancangan penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam penelitian
diuraikan sebagai berikut:
Siklus I:
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Observasi
- Refleksi
Pada akhir siklus I diperoleh gambaran bagaimana dampak penerapan
pembelajaran yang telah direncanakan ,yaitu pembelajaran berdasarkan
masala (PBI).Hasil pembahasan yang diperoleh merupakan refleksi dari apa
yang telahterjadi selama penerapan tindakan pada siklus I.Hal-hal yang
menjadi permasalahan pada siklus I dipakai sebagai pertimbangan
merumuskan rencana tindakan pada siklus II.
Siklus II:
- Perencanaan
- Pelaksanaan
- Observasi siklus I
- Refleksi siklus I
Hasil pengamatan dibahas ,sehingga diperoleh gambaran bagaimana
dampak penerapan tindakan pembelajaran PBI.
Hasil pada siklus II merupakan refleksi akhir penelitian.
51
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2012. Model-Model Pembelajaran. Universitas Negeri Manado.
Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Anonim 2012. Profesionalisme Guru.Universitas Negeri Manado.Kementrian
Pendidikan Dan Kebudayaan .
Olinggahe 2008. Penerapan Model Pembelajaran STAD Untuk Meningkatkan
Hasil belajar IPS.
Robert E.Salvin 2010. Cooperatif Learning, terjemahan Narulita Yusron .
Suharman 2005. Psikologi Kognitif
52
Rencana Pelaksanaan Penelitian
KegiatanBulan
I II III IV V VI VII VIII
Kajian lapangan
Pembuatan proposal
Revisi Proposal
Pengajuan Proposal
Pelaksanaan Tindakan Kelas
Pengolahan data
Evaluasi dan refleksi
Verifikasi
Seminar
Pembuatan Laporan
53
PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
(PTK)
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PESERTA DIDIK KELAS
VIII-A SMP NEGERI 10 BITUNG
DI SUSUN OLEH
NAMA : OKMAN TILONG, S.PdNIP. 19741031 200212 1 005
2012
54
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Menurut UNESCO (United Nation for Educational Scientific, and
Cultural Organization) terdapat 4 pilar pendidikan yakni (1) Learning to
know. Dalam pilar ini, belajar dimaknai sebagai upaya hanya sebatas
mengetahui, (2) Learning to do. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai
upaya untuk membuat peserta didik bukan hanya mengetahui tetapi lebih
kepada dapat melakukan atau untuk mengerjakan kegiatan tertentu, (3)
Learning to be. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai upaya untuk
menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri dan (4) Learning how to live
together. Dalam pilar ini belajar dimaknai sebagai upaya peserta didik dapat
hidup bersama dengan sesamanya dengan damai (Suparlan : 2008).
55
Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan dan Permendiknas No 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian
Pendidikan menyatakan bahwa penilaian dilaksanakan oleh pendidik, Satuan
pendidikan dan Pemerintah. Hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara
berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil
dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir
semester, dan ulangan kenaikan kelas. Ulangan harian adalah kegiatan
Penilaian yang dilakukan secara periodik untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu Kompetensi Dasar
(KD) atau lebih. Penilaian oleh pendidik digunakan untuk: menilai
pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan kemajuan
hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Hasil belajar peserta
didik dinyatakan tuntas apabila nilai ulangan harian peserta didik telah
mencapai atau melampaui nilai KKM.
Fakta yang ditemui penulis bahwa, hasil belajar peserta didik kelas
VIIIA, pada hasil ulangan harian ke-4, semester 1, tahun pelajaran 2011/2012
tentang materi menyelesaikan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel masih
rendah. Menurut Suke Silverius (1991) faktor yang paling utama
mempengaruhi hasil belajar peserta didik adalah guru dan peserta didik itu
sendiri. Dari pihak guru hal ini mungkin disebabkan oleh kesalahan dalam
menerapkan model pembelajaran sedangkan dari pihak peserta didik
disebabkan oleh motivasi belajar serta minat belajar peserta didik rendah.
56
Asumsi penulis untuk meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan
hasil belajar peserta didik adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan peserta didik belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends: 1997 dalam Nuryani: 2009).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa
tanggung jawab peserta didik terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Peserta didik tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi
tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian ”Peserta didik
saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari
kelompok kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk
diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian peserta didik itu
kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok
yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan
kelompok ahli. (Lie, A.: 1994 dalam Nuryani: 2009).
57
Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul: ”Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw Peserta Didik Kelas VIII-A SMP Negeri 10 Bitung”
B. Rumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah.
1. Rumusan Masalah
Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika
peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri 10 Bitung?
2. Cara Pemecahan Masalah
Masalah hasil belajar peserta didik dipecahkan dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam proses belajar mengajar.
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui
apakah penenerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat
meningkatkan hasil belajar matematika peserta didik kelas VIII-A SMP
Negeri 10 Bitung.
2. Manfaat Penelitian
58
a. Bagi peserta didik, penelitian ini yaitu penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Jigsaw, bermanfaat untuk meningkatkan keaktifan
dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran
menyenangkan, motivasi belajar peserta didik meningkat, sehingga
pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar peserta didik
b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk
meningkatkan proses pembelajaran pada materi penyelesaian system
persamaan linier dua variable peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri
10 Bitung, dan menambah inovasi dan kreativitas dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan
bagi guru tentang metode pengajaran dan model pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Sebagai referensi bagi guru lain yang akan melaksakan PTK
59
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hakikat Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana hasil belajar adalah suatu akibat dari proses
belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan. Sedangkan
menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan
terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh peserta didik setelah
mengikuti suatu materi tertentu dari mata pelajaran yang berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu
penilaian terhadap peserta didik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
peserta didik telah menguasai suatu materi atau belum. Penilaian merupakan
upaya sistematis yang dikembangkan oleh suatu institusi pendidikan yang
ditujukan untuk menjamin tercapainya kualitas proses pendidikan serta
kualitas kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
(Cullen: 2003 dalam Nuryani: 2009).
60
Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, nilai ulangan
tengah semester, dan nilai ulangan semester.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud hasil belajar siswa
adalah hasil nilai ulangan harian yang diperoleh peserta didik dalam mata
pelajaran matematika, khususnya materi menyelesaikan system persamaan
linier dua variable.
Ulangan harian dilakukan setiap selesai proses pembelajaran dalam
satu kompetensi dasar atau beberapa kompetensi dasar. Ulangan harian ini
terdiri dari seperangkat soal yang harus dijawab para peserta didik.
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya
(Arends, 1997 dalam Nuryani: 2009).
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model
pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling
ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian
materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut
kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997 dalam Nuryani: 2009).
61
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa
tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap
memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya
yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain
dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang
ditugaskan” (Lie, A., 1994 dalam Nuryani: 2009). Para anggota dari tim-tim
yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah
mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok
asal dan kelompok ahli. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga
yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli.
Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal
yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik
tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya
untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara
kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001
dalam Nuryani: 2009).
62
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama
lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai,
para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan
mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan
pada saat pertemuan di kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling
ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman
sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara
individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw
ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang
memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan
kuis dengan baik.
Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, disusun
langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian
lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai
berikut (Slavin, 1995 dalam Nuryani: 2009).
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut
untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
63
c. Diskusi kelompok asal: kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
topic pada kelompoknya.
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan diatas dapatlah
dirumuskan Hipotesis tindakan sebagai berikut:
” Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dapat
meningkatkan Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VIII-A SMP
Negeri 10 Bitung” .
64
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Lokasi.
Yang menjadi lokasi penelitian adalah SMP Negeri 10 Bitung
2. Objek
Dalam penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah peserta didik
kelas VIII-A semester ganjil, tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah peserta
didik kelas VIIIA seluruhnya ada 19 orang, terdiri dari 10 orang laki-laki
dan 9 orang perempuan.
3. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus s/d November 2012
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan kelas ini mengikuti model dari Kurt Lewin
(1990 dalam Enjah Takari : 2008) yang terdiri dari empat komponen utama
yaitu:
65
(a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan,
(d) refleksi tindakan.
Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 – 3 siklus, yang tiap siklus
terdiri dari :
1. Perencanaan
Membuat RPP
Menyiapkan lembar kerja
Menyiapkan instrumen pengumpulan data
Menyusun Skenario
2. Pelaksanaan
Melaksanakan tindakan sesuai dengan RPP yang terdiri dari
Pendahuluan
Kegiatan ini
Penutup
3. Observasi
Dengan menggunakan lembar observasi guru mengamamati setiap
tingkah laku siswa
Mencatat atau mendokumentasikan segala sesuatu yang berkaitan
dengan tindakan
Melakukan evaluasi
4. Refleksi
Berdasarkan hasil evaluasi di adakan indentifikasi apakah hasil sudah
baik (mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal ) atau belum
66
C. Teknik Pengumpulan Data
Tes tertulis
D. Teknik Analisis Data
Data nilai hasil tes
67
E. Jadwal Kegiatan
No Rencana Kegiatan
Bulan
Agustus September Oktober November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
- Membuat proposal
2 Pelaksanaan
- Siklus I
- Siklus II
- Siklus III
3 Penyusunan Laporan
13
F. Rencana Anggaran
Penyediaan bahan Rp 100.000
Menyusun instrumen observasi, angket, tes Rp 100.000
Melakukan tindakan Rp 100.000
Mengolah hasil penelitian Rp 100.000
Membuat laporan dan membeli buku sumber Rp 500.000
Pengetikan, pencetakan, penggandaan, dan penjilidan Rp 100.000
Biaya seminar proposal Rp. 1.000.000
Jumlah Rp. 2.000.000
G. Peneliti
Nama : Okman Tilong, S.Pd
NIP : 19741031 200212 1 005
Golongan/Ruang : Penata TKT I, III/D
Unit Kerja : SMP Negeri 10 Bitung
14
DAFTAR PUSTAKA
Mukhtar & Rusmini. 2008. Pengajaran Remedial. Jakarta : PT. Nimass Multima.
Nana Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdikarya.
Nuryani, Oman.2009. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang SisiDatar
dengan Menggunakan Kombinasi Pendekatan PembelajaranKooperatif Tipe
Jigsaw dan Media Benda Asli Siswa Kelas VIII-6 SMP Negeri 272 Jakarta.
Penelitian Tindakan Kelas.
Oemar Hamalik. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta : Grasindo.
Suparlan & Budimansyah Dasim. 2008. PAKEM. Bandung. PT Genesindo.
Takari R, Enjah. 2008. Penelian Tindakan Kelas. Bandung : PT Genesindo.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.
15