publikasi acara bedah bukubpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/kliping_bedah_b… ·...

19
PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKU “SEKOLAH NELAYAN”

Upload: others

Post on 21-Aug-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

PUBLIKASI ACARA

BEDAH BUKU

“SEKOLAH NELAYAN”

Page 2: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

MEDIA ONLINE

Page 3: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

http://www.ciputranews.com

Daya Tampung SUPM Ditargetkan 10.000 Siswa

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan pada tahun 2013 daya tampung

Sekolah Umum Perikanan Menengah (SUPM) meningkat menjadi 10.000 siswa.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Manusia Kelautan dan Perikanan,

KKP, R.Sjarief Widjaja di Jakarta, Sabtu mengatakan, daya tampung SUPM di seluruh

Indonesia awalnya hanya 4500 siswa kemudian ditingkatkan menjadi 6.000 siswa seiring

meningkatnya minat masyarakat melanjutkan pendidikan ke sekolah tersebut.

"Meskipun demikian peminatnya tetap saja banyak bahkan melebihi daya tampung sehingga

kami akan meningkatkan kapasitasnya tahun ini menjadi 10.000 ribu orang," katanya.

Sebelumnya dalam bedah buku "Sekolah Nelayan" yang ditulisnya, Sjarief menyatakan,

sumber daya manusia berperan penting dalam menentukan laju pembangunan sektor kelautan

dan perikanan di Indonesia.

Namun demikian, lanjutnya, dari sekitar 2,7 juta nelayan kecil di Indonesia, kebanyakan

tingkat pendidikannya masih rendah bahkan banyak yang putus sekolah. Kondisi ini, menurut

dia, menjadi tidak seimbang ketika di laut mereka harus berkompetisi dengan nelayan asing

yang sudah jauh lebih maju, baik dari pola pikir maupun teknologi yang digunakan.

Oleh karena itu, Sjarief menyatakan, BPSDMKP merasa bertanggung jawab dalam

membangun SDM kelautan dan perikanan Indonesia untuk lebih maju dan modern. "Salah

satu pilar pembangunan SDM kelautan dan perikanan yakni melalui pendidikan. Jalur ini

dirasa penting sebagai fondasi menciptakan SDM yang maju dan modern," katanya.

Selain meningkatkan daya tampung sekolah perikanan yang dikelola Kementerian Kelautan

dan Perikanan, tambahnya, pihaknya juga akan bersinergi Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) perikanan dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang saat ini jumlahnya

mencapai 107 sekolah.

Sementara itu untuk memberikan kesempatan keluarga nelayan atau masyarakat pesisir yang

ingin mengenyam pendidikan namun mengalami kendala biaya , maka pihaknya juga akan

menambah sekolah-sekolah lapang di sentra-sentra nelayan.

Saat ini, lanjutnya, sekolah lapang tersebut terdapat di empat titik yakni Kabupaten Parigi

Moutong Sulawesi Tengah, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Kabupaten Belawan Sumatera

Utara dan Kupang Nusa Tenggara Timur.

Nantinya sekolah lapang tersebut akan dikembangkan lagi di tujuh titik yang merupakan

kampung-kampung nelayan dengan intensitas industri perikanan tinggi namun banyak

memiliki potensi SDM yang putus sekolah.

Ke tujuh titik tersebut yakni Sibolga Sumatera Utara, Tegal Jawa Tengah, Pontianak

Kalimantan Barat, Bitung Sulawesi Utara, Ambon Maluku, Sorong Papua Barat dan Lombok

Timur Nusa Tenggara Barat. (ant/id)

Page 4: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

http://www.okezone.com

Sekolah Lapang Solusi Pendidikan bagi Anak Nelayan

Ilustrasi (Foto : Okezone)

JAKARTA - Sudah bukan rahasia umum

lagi, kalau nelayan Indonesia yang berjumlah

2,7 juta orang ternyata masih hidup merana.

Kemiskinan, kebodohan, dan

keterbelakangan telah menjadi keseharian

dan stigma bagi mereka.

"Hingga kini memang ada stigma seperti itu,"

kata Kepala Badan Pengembangan

Sumberdaya Manusia Kelautan dan

Perikanan Kementerian Keluatan dan Perikanan (BPSDM-KKP) Sjarief Widjaja pada acara

peluncuran Buku Sekolah Nelayan, Jumat 25 Januari 2013, di kantornya.

Selama ini, lanjut Sjarief, banyak anak nelayan yang putus sekolah bahkan tidak sekolah.

Lihat saja di kawasan-kawasan sentra nelayan seperti di Indramayu dan Tegal, anak-anak

nelayan banyak yang putus sekolah. Kebanyakan mereka mengikuti jejak orangtua, menuju

laut mencari ikan. “Bagaimana mau menembus kemiskinan kalau pola hidupnya hanya

mengikuti orangtua saja?” ujarnya. Berangkat dari keprihatinan itulah, pendidikan menjadi

pilihan penting untuk membangkitkan sikap anak-anak nelayan Indonesia mampu menjadi lebih baik, mampu bersaing. "Pendidikan anak nelayan adalah kata kunci memutus

kemiskinan," ungkap Sjarief.

Untuk membuka akses pendidikan bagi anak nelayan tersebut, sejak dua tahun lalu

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menggagas pembentukan sekolah lapang

sebagai salah satu solusi agar anak nelayan bisa mendapatkan pendidikan dasar seperti

membaca dan menulis. Sekolah ini diharapkan akan memberikan sesuatu kepada anak-anak

nelayan tersebut bahwa hidupnya selama ini tidak sia-sia.

Adapun kurikulum yang diberikan tidak ubahnya kurikulum kejar paket A, B, dan C yang

dimiliki oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Kalaupun ada

perbedaan, hanya menyangkut materi muatan lokal saja yang harus sesuai dengan local

wisdom yang berlaku di daerah tersebut. "Namun, yang pasti, sekolah ini gratis bagi anak-

anak nelayan," tambahnya.

Sejak tahun lalu, KKP sudah membuat empat sekolah lapang di perkampungan nelayan

Belawan (Sumatera Utara), Cilacap (Jawa Tengah), Kupang (NTT), dan Parigi (Sulawesi

Tengah). Rencananya, tahun ini KKP akan menambah lagi tujuh sekolah lapang lagi di

sentra-sentra nelayan seperti Sibolga (Sumatera Utara), Tegal (Jawa Tengah), Pontianak

(Kalimantan Barat), Ambon (Maluku), Sorong (Papua), dan Lombok Timur (Nusa Tenggara

Barat).

Untuk jadwal sekolah, kata Sjarief, disesuaikan dengan kegiatan para anak nelayan tersebut.

"Kami menyesuaikan jadwal dengan anak-anak nelayan. Usai melaut, barulah

mereka belajar," tutur Sjarief.

(Windarto/Trust/mrg)

Page 5: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

www.madina.co.id

Menuju Nelayan Sejahtera

(Jakarta, MADINA): Kepala Badan Sumber Daya

Manusia Kelautan dan Perikanan Kementerian

Kelautan dan Perikanan (Ka BPSDMKP KKP) Prof

Ir H Sjarief Widjaya PhD FRINA meluncurkan buku

perdananya dengan judul Transformasi Nelayan

Formula Membangun Sumberdaya Manusia

Kelautan dan Perikanan. Peluncuran buku ini

dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor

KKP, Jakarta, Jum’at (24/2) sekaligus

dilanjutkan dengan acara bedah buku.

Buku dengan ketebalan 102 halaman dan memiliki

12 bab ini mengupas tentang berbagai hal

menyangkut peningkatan kesejahteraan nelayan, pendidikan anak-anak nelayan dan

kehidupan keluarganya. “KKP di satu sisi baru berumur 12 tahun. Berdiri pada tahun

1999. Energi yang kita dorong lebih kepada arah kelautan. Kita sudah berhasil menurunkan

jumlah nelayan perikanan yang menggunakan alat tangkap tradisional,― katanya.

Dalam buku ini juga dikupas cara-cara meningkatkan pendidikan anak-anak nelayan. KKP

mendirikan sekolah lapang atau lebih dikenal dengan Sekolah Usaha Perikanan Menengah

(SUPM) setingkat Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan biaya gratis yang kini salah

satunya sudah ada di Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng) untuk anak-anak

nelayan.

“Sekolah-sekolah kami sekarang ini didedikasikan untuk anak-anak nelayan. Yang

dikatakan orang miskin tidak bisa sekolah, rasanya itu tidak benar. Karena sekolah kita

semuanya gratis. Mulai dari masuk sampai lulus itu dibiayai oleh negara. Termasuk uang

makan sampai akomodasi dibiayai oleh negara,― terangnya.

Di dalam buku ini, Sjarief Widjaya juga mengupas adanya handicap (salah persepsi) di

kalangan nelayan dan keluarganya. “Handicap itu antara lain kalau nelayan mempunyai

anak, punya putera-puteri menurut nelayan sebagai modal atau aset bukan realibilitis atau

bukan kewajiban untuk disekolahkan sehingga anak-anak nelayan yang sudah lulus Sekolah

Dasar (SD), mereka membantu orang tuanya untuk bekerja sebagai nelayan,― katanya.

Sjarief Widjaya mengatakan dengan menjadi nelayan untuk membantu perekonomian

keluarga sehingga pilihannya anak-anak nelayan rata-rata yang hanya lulusan SD, langsung

bekerja atau menjadi tenaga kerja. “Untuk itu kita membuat sekolah dengan konsep

teaching factory, yaitu sekolah yang mendekatkan dengan kebutuhan nelayan. Kami tidak

akan mengajarkan ilmu-ilmu yang terlalu jauh dari apa yang dari sehari-hari nelayan

sehingga kalau misalnya bapaknya nelayan, maka anaknya akan disekolahkan di jurusan

penangkapan ikan secara gratis,― tegasnya. (mur)

Page 6: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

www.kabarbisnis.com

Pendidikan tak jadi prioritas, SDA perikanan

banyak dinikmati asing

Indonesia memilki garis pantai 81.497 km persegi, terpanjang di dunia. Potensi sumber daya

kelautan dan perikanan pun luar biasa. Sayangnya, tidak sedikit nelayan masih diselimuti

kemiskinan. Kunci persoalaan itu tidak lain karena nelayan belum mengganggap sektor

pendidikan sebagai hal yang prioritas.

"Dunia mengenal kita sebagai sebagai tiga besar dalam memproduksi ikan. Kenaikan rerata

per tahun selama 1996-2010, untuk tuna 11,1%, cakalang 7,2% dan cucut 38,1%.

Seharusnya, potensi kekayaan yang begitu besar.Indonesia mampu menjadi negara maju dan

menguasai pasar perikanan dunia," ujar Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Syarief Widjaja dalam bedah buku "Sekolah Nelayan"

di Jakarta, Jumat (25/1/2013).

Namun realitasnya, menurut Syarief, lebih dari 80% potensi laut Indonesia belum

dieksplorasi dan dikelola dengan baik. Indonesia tidak termasuk lima besar pengekspor ikan.

"Ini tidak diikuti pertumbuhan di proses pengolahan. Aktivitas industrialisasi perikanan di

Indonesia masih terbilang minim," terang Syarief.

Kondisi demikian, menurut Syarief, memposisikan Indonesia menghadapi masalah pelik.

Tidak sedikit keakyaan sumberdaya perikanan justru dimanfaatkan pihak asing. Padahal hasil

kekayaan sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh

nelayan.

Menurut Syarief, faktor rendahnya sumberdaya manusia (SDM) sektor kelautan dan

perikanan menjadi salah satu penyebabnya. Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS) 2011,

dari 3,8 juta kepala keluarga (KK) yang berprofesi sebagai nelayan, sementara 2,7 juta KK

masih dikategorikan sebagai nelayan miskin.

Dari jumlah 2,7 juta KK itu setara 7,8 jiwa yang mendiami 10.624 desa di pesisir.

"Sayangnya lagi, jumlah yang sangat besar itu justru terdiri dari mereka yang masih

mengandalkan cara-cara dan alat penangkapan yang tradisional," terang Syarief.

Menurut Syarief, kondisi itu menjadi tidak seimbang. Ketika di laut, nelayan kecil itu harus

berkompetisi dengan nelayan asing yang sudah jauh lebih maju, baik dari pola pikir maupun

teknologi yang digunakan. kbc11

Page 7: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

www.edukasi.kompas.com

Pendidikan Anak Nelayan Memutus Kemiskinan

KOMPAS.com - Di tengah

hamparan laut luas Nusantara,

nelayan Indonesia ternyata hidup

merana. Bahkan,

kemiskinan, kekurangan,

kebodohan, dan keterbelakangan

menjadi stigma. "Iya, memang ada

stigma seperti itu," aku Kepala

Badan Pengembangan Sumberdaya

Manusia Kelautan dan Perikanan

Kementerian Keluatan dan Perikanan (BPSDM-KKP) Sjarief Widjaja pada Jumat

(25/1/2013) di kantornya di Jakarta.

Untuk mengikis stigma itu, pendidikan adalah salah satu jalan yang bisa ditempuh. Pilihan

itu, kemudian, menjadi salah satu landasan dirinya menulis buku bertajuk Sekolah Nelayan.

Sjarief lebih lanjut memaparkan, di kawasan-kawasan sentra nelayan macam di Indramayu

dan Tegal, anak-anak nelayan banyak yang putus sekolah. Mereka kebanyakan mengikuti

jejak orang tua, menuju laut mencari ikan.

Masuk akal kemudian, pendidikan bagi generasi penerus itu terbengkalai. Tak cuma itu,

ditambah dengan kemiskinan, anak-anak nelayan menjadi begitu berkekurangan. Dalam

pengamatan Sjarief, banyak anak nelayan tidak punya sepatu untuk sekolah. "Bahkan, untuk

memotong kuku, anak nelayan perlu diajari,"ujar Sjarief.

Berangkat dari keprihatinan itulah, pendidikan menjadi pilihan penting untuk membangkitkan

sikap anak-anak nelayan Indonesia mampu menjadi lebih baik, mampu bersaing.

"Pendidikan anak nelayan memutus kemiskinan,"kata Sjarief yakin.

Data termutakhir menunjukkan, jumlah nelayan Indonesia ada 2,7 juta jiwa. Mereka tinggal

di 10.624 desa nelayan. Total jumlah desa di Indonesia mencapai 78.000 buah.

Bertolak dari pendidikan, di dalam buku setebal 113 halaman itu, Sjarief menggagaskan

sekolah lapang sebagai salah satu pemecahan agar anak nelayan bisa setidaknya

mendapatkan pendidikan dasar seperti membaca dan menulis. Sejak tahun lalu, pihaknya

sudah membuat empat sekolah lapang di perkampungan nelayan Belawan (Sumatera Utara),

Cilacap (Jawa Tengah), Kupang (NTT), dan Parigi (Sulawesi Tengah). "Kami menyesuaikan

jadwal dengan anak-anak nelayan. Usai melaut, barulah mereka belajar,"katanya sambil

menambahkan kalau minimal 40 persen siswa sekolah memang benar-benar anak nelayan.

Menurut rencana, pada tahun ini, lanjut Sjarief, pihaknya akan menambah lagi tujuh sekolah

lapang lagi di sentra-sentra nelayan seperti Sibolga (Sumatera Utara), Tegal (Jawa Tengah),

Pontianak (Kalimantan Barat), Ambon (Maluku), Sorong (Papua), dan Lombok Timur (Nusa

Page 8: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

Tenggara Barat). "Sekolah lapang gratis bagi anak-anak nelayan,"katanya.

Tak cuma itu, daya tampung sekolah lapang juga akan ditambah lipat dua. Sampai dengan

akhir tahun ini, target kapasitas mencapai 6.000 siswa.

Pada bagian lain, Sjarief menjelaskan kalau KKP juga meningkatkan kemampuan sekolah-

sekolah formal kelautan dan perikanan dengan muatan lokal sesuai dengan lokasi. "Kalau di

Tegal, muatan lokal akan terkait dengan perikanan tangkap mulai dari hulu sampai dengan

hilir. Di Boyolali, konsentrasinya budidaya lele,"ujarnya lagi sembari menambahkan kalau

pihaknya pun mengarahkan lulusan pendidikan sekolah usaha perikanan menjadi wiraswasta

bidang perikanan dan kelautan.

Data menunjukkan, sampai kini KKP memiliki 9 Sekolah Usaha Perikanan Menengah

(SUPM), 3 Akademi Usaha Perikanan, dan 1 Sekolah Tinggi Usaha Perikanan. "Di Sekolah

Tinggi Usaha Perikanan sudah ada Strata 2 Vokasi Perikanan juga,"kata Sjarief.

Sementara, pihak Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki 167 Sekolah Menengah

Kejuruan Perikanan. Lalu, ada 28 universitas negeri yang memiliki fakultas maupun jurusan

perikanan. "Ke depan, integrasi antara sekolah-sekolah perikanan itu akan semakin lebih

baik," demikian Sjarief Widjadja.

Page 9: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

http://bangka.tribunnews.com

Nelayan Melarat, Tak Bisa Kaya Raya? Baca

Penyebabnya di Buku Ini

BANGKAPOS.COM, JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada

Jumat (25/1/2013) hari ini meluncurkan buku yang berjudul 'Sekolah Nelayan' di Gedung

Mina Bahari III KKP, Jl Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

Menurut Sjarief Widjaja, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan

Perikanan (BPSDM), buku ini merupakan gambaran lengkap atas semua permasalahan dan

solusi dalam membangun sistem pendidikan kelautan dan perikanan di Indonesia. Semua

permasalahan dan solusi tersebut tertuang dalam sembilan bab.

"Kami harapkan melalui buku ini masyarakat luas bisa terbuka wawasannya bahwa betapa

pentingnya memiliki SDM kelautan dan perikanan guna mendorong laju pembangunan

nasional," kata Sjarief Widjaja.

Lebih lanjut Sjarief mengatakan, nelayan sebagai salah satu pelaku utama sektor kelautan dan

perikanan tentunya mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya

alam di sektor ini. Dengan kekayaan alam yang sangat melimpah tersebut idealnya para

nelayan dapat hidup sejahtera.

"Tetapi ironisnya, kenyataan di lapangan menunjukkan sebaliknya, kehidupan nelayan

identik dengan kemiskinan, kekurangan, kebodohan, terbelakang dan sebaliknya," kata

Sjarief.

Menurutnya, hal tersebut diperparah dengan banyaknya anak-anak nelayan, sebagai generasi

penerus tidak mengenyam pendidikan. Mereka masih berpikir bahwa daripada mengeluarkan

uang untuk biaya sekolah, lebih baik membantu orangtua melaut yang dapat memperoleh

penghasilan.

"Jika hal ini terus dibiarkan tentunya tidak ada perubahan ke arah yang lebih baik, karena itu

perlu ada terobosan dalam bidang pendidikan bagi nelayan," kata Sjarief.

"Cara tercepat mengentaskan kemiskinan bagi nelayan, adalah memberikan pendidikan bagi mereka," tambahnya.

Page 10: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

http://www.suarakarya-online.com

PENDIDIKAN MINIMUM Nelayan Indonesia Sulit Bersaing

JAKARTA (Suara Karya): Sulit untuk meningkatkan taraf hidup para nelayan

Indonesia. Sebab, dari sekitar 2,7 juta nelayan kecil di Indonesia, kebanyakan tingkat

pendidikan mereka masih rendah bahkan banyak yang putus sekolah." Kondisi ini,

menjadi tidak seimbang ketika di laut mereka harus berkompetisi dengan nelayan

asing yang sudah jauh lebih maju, baik dari pola pikir maupun teknologi yang digunakan," kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian

kelautan dan Perikanan (KKP) R. Sjarief Widjaya, di Jakarta, kemarin.

Oleh karena itu, Sjarief menegaskan, pihaknya merasa bertanggung jawab dalam membangun SDM kelautan dan perikanan Indonesia, agar bisa lebih maju dan

modern di dalam berkompetisi. "Salah satu pilar pembangunan SDM kelautan dan

perikanan yakni melalui pendidikan. Jalur ini dirasa penting sebagai fondasi

menciptakan SDM yang maju dan modern," katanya.

Sebagai langkah memenuhi harapan tersebut, katanya, Kementerian Kelautan dan

Perikanan (KKP) menargetkan pada tahun 2013 daya tampung Sekolah Umum

Perikanan Menengah (SUPM) akan ditingkatkan menjadi 10.000 siswa. R.Sjarief menambahkan, daya tampung SUPM di seluruh Indonesia awalnya hanya

4500 siswa kemudian ditingkatkan menjadi 6.000 siswa seiring meningkatnya minat

masyarakat melanjutkan pendidikan ke sekolah tersebut.

"Meskipun demikian peminatnya tetap saja banyak, bahkan melebihi daya tampung sehingga kami akan meningkatkan kapasitasnya tahun ini menjadi 10.000 ribu

orang," katanya. Sebelumnya dalam bedah buku "Sekolah Nelayan" yang ditulisnya,

Sjarief menyatakan, sumber daya manusia berperan penting dalam menentukan laju

pembangunan sektor kelautan dan perikanan di Indonesia.

Lakukan Sinergi

Selain meningkatkan daya tampung sekolah perikanan yang dikelola Kementerian Kelautan dan Perikanan, tambahnya, pihaknya juga akan bersinergi dengan Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) perikanan dibawah Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang saat ini jumlahnya mencapai 107 sekolah.

Sementara itu, untuk memberikan kesempatan keluarga nelayan atau masyarakat pesisir yang ingin mengenyam pendidikan namun mengalami kendala biaya, maka

pihaknya juga akan menambah sekolah-sekolah lapang di sentra-sentra nelayan.

Saat ini, lanjutnya, sekolah lapang tersebut terdapat di empat titik yakni Kabu-paten

Parigi Moutong Sulawesi Tengah, Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Kabupaten Belawan Sumatera Utara dan Kupang Nusa Tenggara Timur.

Nantinya, sekolah lapang tersebut akan dikembangkan lagi di tujuh titik yang

merupakan kampung-kampung nelayan dengan intensitas industri perikanan tinggi-namun banyak memiliki potensi SDM yang putus sekolah. Ke tujuh titik tersebut yakni

Sibolga Sumatera Utara, Tegal Jawa Tengah, Pon-tianak Kalimantan Barat, Bitung

Sulawesi Utara, Ambon Maluku, Sorong Papua Barat dan Lombok Timur Nusa

Tenggara Barat. (Bayu)

Page 11: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

www.antaranews.com

Daya Tampung SUPM Ditargetkan 10.000 Siswa

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan pada tahun

2013 daya tampung Sekolah Umum Perikanan Menengah (SUPM) meningkat menjadi

10.000 siswa.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Manusia Kelautan dan Perikanan,

KKP, R.Sjarief Widjaja di Jakarta, Sabtu mengatakan, daya tampung SUPM di seluruh

Indonesia awalnya hanya 4500 siswa kemudian ditingkatkan menjadi 6.000 siswa seiring

meningkatnya minat masyarakat melanjutkan pendidikan ke sekolah tersebut.

"Meskipun demikian peminatnya tetap saja banyak bahkan melebihi daya tampung sehingga

kami akan meningkatkan kapasitasnya tahun ini menjadi 10.000 ribu orang," katanya.

Sebelumnya dalam bedah buku "Sekolah Nelayan" yang ditulisnya, Sjarief menyatakan,

sumber daya manusia berperan penting dalam menentukan laju pembangunan sektor kelautan

dan perikanan di Indonesia.

Namun demikian, lanjutnya, dari sekitar 2,7 juta nelayan kecil di Indonesia, kebanyakan

tingkat pendidikannya masih rendah bahkan banyak yang putus sekolah. Kondisi ini,

menurut dia, menjadi tidak seimbang ketika di laut mereka harus berkompetisi dengan

nelayan asing yang sudah jauh lebih maju, baik dari pola pikir maupun teknologi yang

digunakan.

Oleh karena itu, Sjarief menyatakan, BPSDMKP merasa bertanggung jawab dalam

membangun SDM kelautan dan perikanan Indonesia untuk lebih maju dan modern. "Salah

satu pilar pembangunan SDM kelautan dan perikanan yakni melalui pendidikan. Jalur ini

dirasa penting sebagai fondasi menciptakan SDM yang maju dan modern," katanya.

Selain meningkatkan daya tampung sekolah perikanan yang dikelola Kementerian Kelautan

dan Perikanan, tambahnya, pihaknya juga akan bersinergi Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK) perikanan dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang saat ini jumlahnya

mencapai 107 sekolah.

Sementara itu untuk memberikan kesempatan keluarga nelayan atau masyarakat pesisir yang

ingin mengenyam pendidikan namun mengalami kendala biaya , maka pihaknya juga akan

menambah sekolah-sekolah lapang di sentra-sentra nelayan. Saat ini, lanjutnya, sekolah

lapang tersebut terdapat di empat titik yakni Kabupaten Parigi Moutong Sulawesi Tengah,

Kabupaten Cilacap Jawa Tengah, Kabupaten Belawan Sumatera Utara dan Kupang Nusa

Tenggara Timur.

Nantinya sekolah lapang tersebut akan dikembangkan lagi di tujuh titik yang merupakan

kampung-kampung nelayan dengan intensitas industri perikanan tinggi namun banyak

memiliki potensi SDM yang putus sekolah. Ke tujuh titik tersebut yakni Sibolga Sumatera

Utara, Tegal Jawa Tengah, Pontianak Kalimantan Barat, Bitung Sulawesi Utara, Ambon

Maluku, Sorong Papua Barat dan Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. (tp)

Page 12: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

http://harian-pelita.pelitaonline.com/

RI Mampu Kuasai Pasar Perikanan Dunia

Jakarta, Pelita Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPSDMKP) Sjarief Widjaja mengatakan, Indonesia mampu menjadi negara maju dan menguasai pasar perikanan dunia. Indonesia memilki garis pantai 81.497 kilometer persegi, terpanjang di dunia. Dunia mengenal Indonesia sebagai sebagai tiga besar dalam memproduksi ikan. Kenaikan rerata per tahun selama 1996-2010, untuk tuna 11,1 persen, cakalang 7,2 persen dan cucut 38,1 persen. "Seharusnya, potensi kekayaan yang begitu besar, Indonesia mampu menjadi negara maju dan menguasai pasar perikanan dunia," ujar Sjarief dalam bedah buku "Sekolah Nelayan" di Jakarta, kemarin. Namun realitasnya, lebih dari 80 persen potensi laut Indonesia belum dieksplorasi dan dikelola dengan baik. Indonesia tidak termasuk lima besar pengekspor ikan. Hal ini tidak diikuti pertumbuhan di proses pengolahan. Aktivitas industrialisasi perikanan di Indonesia masih terbilang minim. Kondisi demikian, memposisikan Indonesia menghadapi masalah pelik. Tidak sedikit kekayaan sumber daya perikanan justru dimanfaatkan pihak asing. Padahal hasil kekayaan sumberdaya perikanan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan oleh nelayan. Menurut Sjarief, faktor rendahnya sumber daya manusia sektor kelautan dan perikanan menjadi salah satu penyebabnya. Merujuk data Badan Pusat Statistik tahun 2011, dari 3,8 juta kepala keluarga (KK) yang berprofesi sebagai nelayan, sementara 2,7 juta KK masih dikategorikan sebagai nelayan miskin. Dari jumlah 2,7 juta KK itu setara 7,8 jiwa yang mendiami 10.624 desa di pesisir. "Sayangnya lagi, jumlah yang sangat besar itu justru terdiri dari mereka yang masih mengandalkan cara-cara dan alat penangkapan yang tradisional," tuturnya. Akibatnya, kondisi itu menjadi tidak seimbang. Ketika di laut, nelayan kecil itu harus berkompetisi dengan nelayan asing yang sudah jauh lebih maju, baik dari pola pikir maupun teknologi yang digunakan. (cr-1)

Page 13: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)

MEDIA CETAK

Page 14: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)
Page 15: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)
Page 16: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)
Page 17: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)
Page 18: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)
Page 19: PUBLIKASI ACARA BEDAH BUKUbpsdmkp.kkp.go.id/apps/web2014/uploads/clipping/Kliping_Bedah_B… · dilakukan di Gedung Mina Bahari (GMB) III kantor KKP, Jakarta, Jum’at (24/2)