pu mengintipmamalia dihutanraya djuandapustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/kompas...dan...

2
[(OMPAS o Sabtu 4 20 5 o Minggu • Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat 23 19 6 7 21 22 8 9 10 11 23 8 25 26 12 13 27 28 14 15 16 29 30 31 o Mar OPeb PU eApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes "Mengintip"Mamalia di HutanRaya Djuanda Pada Sabtu (14/4) lalu, Himpunan Biologi Universitas Padjadjaran melakukkan kegiatan "Mamal Watching" atau pengamatan mamalia dan orientasi medan di kawasan laman Hutan Raya Ir H Djuanda, Bandung Utara, Jawa Barat. Kegiatan tersebut, selain untuk menunjang perkuliahan, juga melatih 'Para mahasiswa Biologi terjun melakukan kegiatan lapangan. ewat kegiatan ini kami berlatih menentukan bentuk dan kondisi medan sebenarnya berdasarkan lokasi da- lam peta Kami juga mengamati rangkaian aktivitas populasi macaca (monyet) yang ada di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H . Djuanda Karni memasuki kawasan ter- sebut dengan membayar tiket masuk seharga Rp 8.000 per orang. Begitu memasuki kawasan hutan, ka- mi langsung melalukan mamal wath- ching. Karni memakai beberapa alat ban- tu untuk mendukung pengamatan, se- perti binokuler untuk melihat obyek dalam jarak jauh. Kami juga mengguna- kan kamera SLR (single lens reflex) untuk membidik obyek secara jelas. Kami menggunakan kamera SLR antara lain karena kemampuan kamera tersebut menangkap obyek dalamjarakjauh yang bagus sangat membantu karni. Di dalam hutan raya ini, kami mem- fokuskan untuk meneliti hewan primata, macaca. Namun kami juga memantau mamalia lain yang ada di sekitar hutan, seperti anjing. Kawasan "macaca" Di dalam hutan, karni harus menentu- kan ada berapa banyak macaca yang dijumpai dalam suatu daerah teritorial (kawasan). Biasanya macaca tinggal di daerah yang dekat dengan sumber air dan yang letaknya tinggi. Dalam satu kelompok macaca, terdapat satu macaca jantan yang memiliki kekuasaan atas kelompok tersebut. Macaca yang de- mikian disebut alfamale. Jenis macaca berdasarkan tingkatan usia terdiri dari macaca juvenile (rema- ja), dewasa jantan, betina, dan anak- anak. Macaca yang terdapat pada taman hutan raya ini sudah mengalarni pe- nyimpangan perilaku, yaitu mengalami habitasi dengan lingkungan sekitar. Ci- rinya, macaca tersebut tidak menghindar ketika bertemu dengan manusia. Atau malah sebaliknya, karena banyak manu- sia yang memberinya makanan, mereka berani mendekat. Selain jenis dan alasan mengapa terjadi penyirnpangan, pada macaca di taman hutan raya ini, kami juga mengamati kegiatan sehari-hari ma- caca tersebut. Cara pengamatan dengan mencatat kegiatan macaca tersebut setiap lima menit sekali selama 15 menit. Karni membagi tiga kelompok dalam kegiatan sehari-hari di antaranya, kelompok per- tama mengamati macaca jantan dewasa Kelompok kedua mengamati macaca be- tina dewasa dan yang terakhir meng- amati macaca yang masih anak-anak. Setelah itu kami hitung populasinya. Pengamatan atas macaca tersebut ti- dak lepas dari pengetahuan kami tentang orientasi medan, yaitu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui kondisi area yang akan dijelajahi dengan keadaan peta Tujuannya adalah kita dapat me- nentukan fisik mental dan pikiran pada saat berada di lokasi sebenarnya se- hingga tidak terjadi hal yang tidak di- inginkan seperti tersesat dalam hutan dan lain sebagainya Alat-alat yang di- butuhkan dalam orientasi medan, antara lain kompas bidik, peta, dan GPS. Acara pengamatan berlangsung de- ngan menyenangkan. Selain berkegiatan ilmiah, kami juga bisa menghirup udara segar di hutan dan berolahraga. Kawasan Tahura Ir H Djuanda memang dikenal juga sebagai kawasan wisata alam di Kllping Humas Onpad 20 la

Upload: others

Post on 13-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PU MengintipMamalia diHutanRaya Djuandapustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/kompas...dan lain sebagainya Alat-alat yang di-butuhkan dalam orientasi medan, antara lain kompas

[(OMPASo Sabtu

420

5o Minggu• Selasa 0 Rabu o Kamis 0 Jumat

2 319

6 721 22

8 9 10 1123 8 25 26

12 1327 28

14 15 1629 30 31

oMarOPeb

PU

eApr OMei OJun OJul 0 Ags OSep OOkt ONov ODes

"Mengintip"Mamaliadi HutanRaya DjuandaPada Sabtu (14/4) lalu,Himpunan Biologi UniversitasPadjadjaran melakukkankegiatan "Mamal Watching"atau pengamatan mamaliadan orientasi medan dikawasan laman Hutan Raya IrH Djuanda, Bandung Utara,Jawa Barat. Kegiatantersebut, selain untukmenunjang perkuliahan, jugamelatih 'Para mahasiswaBiologi terjun melakukankegiatan lapangan.

ewat kegiatan ini kamiberlatih menentukanbentuk dan kondisimedan sebenarnyaberdasarkan lokasi da-lam peta Kami jugamengamati rangkaian

aktivitas populasi macaca (monyet) yangada di Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H

. Djuanda Karni memasuki kawasan ter-sebut dengan membayar tiket masukseharga Rp 8.000 per orang.

Begitu memasuki kawasan hutan, ka-mi langsung melalukan mamal wath-ching. Karni memakai beberapa alat ban-tu untuk mendukung pengamatan, se-perti binokuler untuk melihat obyekdalam jarak jauh. Kami juga mengguna-kan kamera SLR (single lens reflex) untukmembidik obyek secara jelas. Kamimenggunakan kamera SLR antara lainkarena kemampuan kamera tersebutmenangkap obyek dalamjarakjauh yangbagus sangat membantu karni.

Di dalam hutan raya ini, kami mem-fokuskan untuk meneliti hewan primata,macaca. Namun kami juga memantaumamalia lain yang ada di sekitar hutan,seperti anjing.

Kawasan "macaca"Di dalam hutan, karni harus menentu-

kan ada berapa banyak macaca yangdijumpai dalam suatu daerah teritorial(kawasan). Biasanya macaca tinggal didaerah yang dekat dengan sumber airdan yang letaknya tinggi. Dalam satukelompok macaca, terdapat satu macacajantan yang memiliki kekuasaan ataskelompok tersebut. Macaca yang de-mikian disebut alfamale.

Jenis macaca berdasarkan tingkatanusia terdiri dari macaca juvenile (rema-ja), dewasa jantan, betina, dan anak-anak. Macaca yang terdapat pada tamanhutan raya ini sudah mengalarni pe-nyimpangan perilaku, yaitu mengalamihabitasi dengan lingkungan sekitar. Ci-rinya, macaca tersebut tidak menghindarketika bertemu dengan manusia. Ataumalah sebaliknya, karena banyak manu-sia yang memberinya makanan, merekaberani mendekat. Selain jenis dan alasanmengapa terjadi penyirnpangan, padamacaca di taman hutan raya ini, kami

juga mengamati kegiatan sehari-hari ma-caca tersebut.

Cara pengamatan dengan mencatatkegiatan macaca tersebut setiap limamenit sekali selama 15 menit. Karnimembagi tiga kelompok dalam kegiatansehari-hari di antaranya, kelompok per-tama mengamati macaca jantan dewasaKelompok kedua mengamati macaca be-tina dewasa dan yang terakhir meng-amati macaca yang masih anak-anak.Setelah itu kami hitung populasinya.

Pengamatan atas macaca tersebut ti-dak lepas dari pengetahuan kami tentangorientasi medan, yaitu pengetahuan yangberfungsi untuk mengetahui kondisi areayang akan dijelajahi dengan keadaanpeta Tujuannya adalah kita dapat me-nentukan fisik mental dan pikiran padasaat berada di lokasi sebenarnya se-hingga tidak terjadi hal yang tidak di-inginkan seperti tersesat dalam hutandan lain sebagainya Alat-alat yang di-butuhkan dalam orientasi medan, antaralain kompas bidik, peta, dan GPS.

Acara pengamatan berlangsung de-ngan menyenangkan. Selain berkegiatanilmiah, kami juga bisa menghirup udarasegar di hutan dan berolahraga. KawasanTahura Ir H Djuanda memang dikenaljuga sebagai kawasan wisata alam di

Kllping Humas Onpad 20 la

Page 2: PU MengintipMamalia diHutanRaya Djuandapustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/04/kompas...dan lain sebagainya Alat-alat yang di-butuhkan dalam orientasi medan, antara lain kompas

FOTO-FOTO: DESTI TAMMIMY

Pemandangan di Tahura Ir HDjuanda yang masih asri (atas).Peserta kegiatan "Mamal Watching"Himbio Unpad di Tahura Ir H Djuanda(samping).

Bandung Utara.Selesai melakukan pengamatan, karni

menggunakan jalur yang sama saat me-mulai perjalanan pulang. Berhubung cu-aca pada saat kami pulang men dung,perjalanan pulang agak terhambat olehpermukaan jalan yang licin dan banyakhewan tak bertulang belakang (inver-tebrate) seperti pacet yang membuatsebagian dari teman kami takut.

Jarak ternpuh perjalanan pulang tidaksejauh pada saat pergi karena melewatiGua Belanda-gua yang terdapat di Ta-hura Djuanda, bekas tempat radio komu-nikasi pada masa penjajahan Belanda,Kurangnya penerangan menyebabkanperjalanan terasa menyeramkan, apalagididukung dengan adanya mitos-mitosyang beredar.

Kami keluar dari tahura sekitar pukul17.00 petang atau sekitar 7 jam setelahkami memasuki kawasan tersebut de-ngan hati yang puas. Kami mendapattambahan pengetahuan sekaligus men-dapat psngalaman menarik yang takterlupakan.

(DESTI TAMMIMYjMUHAMMAD TAUFIK,

Jurusan Biologi Fakultas MIPAjHimbio-Universitas Padjadjaran,

Bandung)