ptjk prakt diges 2010
DESCRIPTION
Ptjk Prakt Diges 2010TRANSCRIPT
VI
PETUNJUK PRAKTIKUM PATOLOGI KLINIK
BLOK DIGESTIVE
Penyusun :
TIM PK
LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK
JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2010TATA TERTIB PRAKTIKUM1. Mahasiswa wajib mengikuti semua kegiatan praktikum yang telah dijadwalkan2. Mahasiswa wajib hadir 10 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Mahasiswa wajib memakai jas praktikum.
4. Mahasiswa wajib mengisi daftar hadir praktikum setiap kali mengikuti kegiatan praktikum.5. Pretest dilakukan sebelum praktikum dimulai.6. Praktikum dilaksanakan dengan tertib dan sungguh-sungguh.7. Mahasiwa wajib mengikuti praktikum dengan tertib, dilarang merokok bersendau gurau, tidak berbicara diluar konteks mata acara praktikum yang sedang berlangsung dan atau melakukan kegiatan/perilaku yang dapat mengganggu kegiatan praktikum.8. Di dalam ruang praktikum, mahasiswa wajib bekerja dengan hati-hati untuk menghindari kecelakaan di dalam ruang praktikum (laboratorium).9. Mahasiswa wajib mengganti alat-alat praktikum apabila memecahkan.
10. Tiap kelompok wajib membuat laporan sementara hasil praktikum dan disahkan oleh dosen/asisten pembimbing praktikum.
11. Sebelum meninggalkan ruangan, pastikan alat-alat dan reagen praktikum dalam keadaan bersih dan rapi.
12. Laporan kelompok dikumpulkan paling lambat 3 (tiga ) hari dari praktikum.
13. Mahasiswa yang berhalangan hadir dalam praktikum wajib memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Laboratorium PK.14. Ketidakhadiran dalam praktikum harus disertai dengan alasan yang dapat diterima. Alasan yang dapat diterima untuk tidak hadir dalam praktikum adalah:
i) Ada anggota keluarga (Bapak, Ibu dan Adik/Kakak) yang meninggal
ii) Sakit, yang harus dibuktikan dengan surat keterangan dokter. Kepala Laboratorium berwenang memutuskan apakah surat keterangan sakit tersebut valid atau tidak.iii) Melaksanakan tugas dari Jurusan Kedokteran FKIK Unsoed, misalnya mewakili Jurusan Kedokteran FKIK Unsoed untuk lomba karya ilmiah.PRAKTIKUM PEMERIKSAAN FAECES RUTINBlok DigestifSAMPLING
1. Cara mendapatkan sampel :
Sampel sebaiknya dari defikasi spontan. Pada pemeriksaan yang sangat diperlukan, faeces boleh diambil dengan rectal toucher.
Pilih bagian faeces ysng memberi kemungkinan adanya kelainan, misalnya bagian yang bercampur lendir atau darah, dsb.
2. Macam sampel :
A. Sampel sewaktu.
B. Sampel 24 jam, digunakan untuk pemeriksaan kuantitatif zat tertentu dalam faeces.
Penggumpulan sampel 24 jam dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Penderita diberi makanan yang dicampur dengan 2 gr charcoal sampai bersih / bebas dari charcoal baik secara makroskopis maupun mikroskopis.
Normal waktu penampungan sampel kira kira 24 jam sampai 48 jam.
3. Kuantitas faecesNormal : 300 sampai 400 gram faeces dapat meningkat sampai 800 gram pada diet
tertentu.
Volume faeces meningkat pada keadaan sebagai berikut:
Diet karbonat.
Insufisiensi pancreas.
Coeliac disease .
Enteritis.
Sprue.
4. Pengiriman sampel :
Untuk pengiriman sampel digunakan penampung yang terbuat dari kaca atau plastik yang tidak dapat ditembus. Bila faeces keras, dapa dikirim dengan karton yang dilapisi paraffin. Penampung bermulut lebar.
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan faeces terdiri atas :
1. Pemeriksaan Makroskopis.
1.1. Bentuk dan konsistensi.
1.2. Warna dan bau.
1.3. Darah dan lendir.
2. Pemeriksaan mikroskopis.
2.1. Sel sel darah dan epitel.
2.2. Sisa sisa makanan.
a. Pati / amylum.
b. Protein.
c. Lemak.
2.3. Parasit dan kista.3. Pemeriksaan kimiawi.
3.1. Darah samar.
3.2. Bilirubin.
3.3. Urobillin ( Sterkobilin )
1. Pemeriksaan Makroskopis
Cara kerja :
Amati sampel yang akan diperiksa dan laporkan yang tampak. Bila kurang jelas, faeces dapat diratakan pada kaca obyek dan amati dengan teliti komponen apa yang tampak misalnya : sisa makanan, parasit, benda asing.
1.1. Bentuk dan konsistensi.
Normal : silinder, padat / lembek sampai keras.
Abnormal :
Bentuk dan konsistensi
Klinis
- Cair
- Enteritis.
- Pensil
- Stenosis rectum.
- Kecil kecil dan keras
- Spasme colon.
- Viscous hitam
- Perdarahan saluran cerna.
- Viscous merah segar
- Perdarahan saluran cerna bawah.
1.2. Warna dan bau.
Bau normal: khasWarna normal: Coklat muda sampai coklat tua oleh karena oksidasi urobilin.
Warna abnormal:
Warna
Klinis
- Purulen, darah +, lendir +
- Colitis ulcerosa.
- Putih
- Steatorrhea.
- Hijau
- Klorofil.
- Merah segar, jumlah >>
- Keganasan / hemorrhoid.
- Keabuan
- Lemak tak tercerna.
- Seperti dempul / acholik
- Obstruksi empedu.
- Hitam
- Melena.
1.3. Darah dan lendir.
a. Darah :
Bila faeces terdapat darah, ini selalu abnormal.
Normal
: darah ( - )
Darah ( + )
: menunjukan adanya rangsangan atau iritasi pada usus.
Darah segar
: berasal dari bagian distal.
Darah hitam / coklat: asal dari usus bagian proksimal.
b. Lendir :
Adanya lendir dalam faeces berarti adanya rangsangan atau radang pada dinding usus.
Lokasi
Klinis
- Pada bagian luar faeces
- Iritasi colon.
- Tercampur faeces
- Usus proksimal.
- Lendir saja
- Intususepsi.
- Lendir dan nanah
- Disentri, Ileocolitis.
2. Pemeriksaan Mikroskopis.
Hal hal yang harus dilakukan sebelum mengerjakan pemeriksaan :
1. Pilih sampel yang dicurigai adanya kelainan dan dikerjakan dari beberapa bagian daerah seluruh faeces.
2. Bila sampel kering , ambil bagian tengah atau lunakkan dulu dengan garam fisiologis.
3. Bila sampel lunak atau tidak berbentuk langsung dibuat preparat.
4. Bila sampel cair, pusingkan dengan kecepatan 1500 rpm selama 5 10 menit dan buat preparat dari sediaan yang terbentuk.
Tujuan pemeriksaan :
1. Mencari protozoa dan telur cacing.
2. Mencari adanya sel sel darah, sel ragi dan epitel.
3. Mengetahui sisa makanan yang tidak tercerna.
Alat : - Kaca obyek dengan kaca penutup.
- Mikroskop.
- Penganduk.
Reagen: Digunakan bermacam reagen seperti :
1. Eosin 1 2 %
2. Lugol 1 2 %
3. Asam Asetat 10 dan 30 %
4. Sudan III
5. Garam Fisiologis rutin
Cara kerja :
1. Letakan sedikit sampel yang dicurigai adanya kelainan pada kaca obyek, campur dengan reagen.
2. Tutup kaca penutup dan baca dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 X dan 400 X.
Sel sel epitel
Digunakan reagen Eosin 1 2 % 1 tetes.
Hasil pemeriksaan :
a. Sel Epitel
Bila sel berasal dari saluran cerna bagian proksimal dinding sel sebagian atau
seluruhnya sudah rusak. Sel asal bagian distal saluran cerna dinding masih utuh.
Arti klinis :
Normal : ditemukan 1 2 epitel / LPK.
Abnormal : ditemukan dalam jumlah banyak / bergerombol kemungkinan ada radang saluran cerna atau rangsangan yang bertambahb. Makrofag
Sel besar dengan sitoplasma yang luas dinding sel tidak teratur dan mengandung vakuola yang berisi sisa sisa benda asing yang difagositosis misal bakteri. Sel ini mirip amuba hanya tidak bergerak.c. Leukosit
Ada yang berinti tunggal dan ada yang bersegmen. Selain diperiksa dengan eosin 1 % . Leukosit akan lebih jelas terlihat bila menggunakan reagen asam acetat 10 %.
Arti klinis :
Normal: 1 2 sel leukosit / LPB.
Abnormal: bila ditemukan dalam jumlah banyak kemungkinan ada
peradangan saluran cerna misal : - Colitis ulcerosa.
- Disentri basiler.
d. Eritrosit
Sel mempunyai ukuran kira kira 7 dan tidak berinti. Bila sel ini ditemukan di dalam faeces selalu menunjukan keadaan yang patologis, dan berasal dari colon sampai anus misal adanya fisura ani.Sisa sisa makanan
Dapat ditemukan sisa sisa makanan yang tak tercerna dengan sempurna misalnya :
- Sisa sayuran: bentuk seperti sarang lebah, spiral atau serabut panjang yang berinti.
- Serabut otot: bentuk seperti pita dengan garis melintang.
- Karbohidrat: bentuk heksagonal seperti kaca, dapat bergerombol atau satu satu. a. Pati / amylum
Cara pemeriksaan :
Faeces dicampur dengan setetes lugol 1 2 %, tutup dengan kaca penutup.
Panaskan diatas api.
Amati dibawah mikroskop akan tampak butiran butiran berwarna biru.
b. Protein
Cara pemeriksaan :
Faeces dicampur dengan 1 tetes Asam acetat 30 %, tutup dengan kaca penutup.
Amati dibawah mikroskop akan tampak serabut bengkak homogen, warna kuning muda.
c. Lemak
Bentuk bermacam macam.
- Lemak netral & asam lemak bebas : droplet atau plaque.
- Asam lemak
: tipis tak berwarna atau kristal bentuk jarum tak berwarna.
- Sabun
: kristal cluster, kristal pendek dan tebal.
Metode pemeriksaan :
- Pemanasan
Cara pemeriksaan : - Faeces dibuat preparat tipis, lalu tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan atau bakar diatas pemanas spiritus.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : - Tetesan lemak (+): feses mengandung asam lemak dan
lemak netral.
- Asam asetat 30 %
Untuk mendeteksi persabunan lemak.
Cara pemeriksaan : - Faeces dicampur dengan 1 2 tetes Asam asetat 30 %, tutup dengan kaca penutup.
- Panaskan diatas api busen / pemanas spirtus yang kecil.
- Amati dibawah mikroskop.
Interpretasi hasil : - Lemak akan mengeluarkan sabun lemak dan membentuk
butiran-butiran saat dipanaskan.
- Tetesan / butiran lemak (+) : feces mengandung sabun.
2.3. Parasit dan kristala. Parasit : kemungkinan ditemukan bermacam macam.
telur cacing atau larva cacing.
Amuba diperiksa dengan eosin 2 % dan bentuk kistanya diperiksa dengan lugol.
b. Kristal : berbagai kristal dapat ditemukan dalam faeces.
Normal : tripel fosfat, kalsium oksalat.
Abnormal : Charcot Leyden, hematoidin.
3. Pemeriksaan kimiawi.
3.1. Darah samar.
Metode : - Bensidin basa.
- Hema test.
- Guaiac.
Tujuan untuk mendeteksi adanya darah ( Hb ) dalam faeces.
Metode Bensidin basa
Alat dan reagen : - Rak dan tabung reaksi.
- Lampu spirtus.
- Corong dan kertas sarinng.
- Pengaduk.
- Serbuk Bensidin basa ( karsinogenik ).
- Asam asetat glacial.
- Perhidrol 3 % / garam fisiologis.
Prinsip kerja : Hemoglobin mempunyai sifat sifat peroksidasi yang akan menguraikan perhidrol dan akan mengoksidasi menjadi zat yang
berwarna hijau sampai biru tua.
Cara kerja: 1. Buat suspensi faeces dengan aquadest atau garam fisiologis kira kira 10 ml, panaskan sampai mendidih.
2. Dalam keadaan panas suspensi faeces disaring dan biarkan filtratnya
menjadi dingin.
3. Buat 3 ml larutan jenuh Bensidin basa dalam Asam asetat glacial
pada tabung reaksi yang lain.
4. Campur 2 ml filtrat ( ad 2 ) kedalam tab ( ad 3 ), kemudian campur
dengan 1 ml perhidrol 3 %.
6. Amati perubahan warna dalam waktu 5 menit tepat. Penilaian hasil :
Negatif
: tak tampak perubahan warna.
Positif 1 ( + )
: terjadi warna hijau.
Positif 2 ( + + )
: warna biru kehijauan.
Positif 3 ( +++ )
: warna biru.
Positif 4 ( ++++ )
: warna biru tua.
Arti klinis: normal negatif ( normal darah keluar 2 2,5 mg/hari )
Abnormal : positif 1 4, tergantung banyaknya darah dalam faeces.
Positif palsu : pada diet / mendapat obat yg mengandung zat besi dan adanya aktifitas
bakteri yang dapat menghasilkan peroksida ( dapat dihilangakan dengan
pemanasan )
Negatif palsu : adanya reaksi Hb dengan asam askorbat akibat intake vitamin C lebih dari 300 mg/hari.
Hema Test
Prinsip pemeriksaan sama dengan Bensidin basa.
Waktu pemeriksaan 2 menit.
Sensitifitas test ini 6 mg mg Hb/gr faeces.
3.2. Pemeriksaan Bilirubin
Alat dan reagen : - Alat seperti pemeriksaan darah samar.
- Kertas saring.
- Reagen Fouchet.
- Barium Chlorida 10 %.
- Aquadest.
Prinsip pemeriksaan :
Bilirubin dalam faeces akan dioksidasi menjadi biliverdin yang berwarna hijau.
Cara kerja : 1. Buat suspensi faeces dengan Barium Chlorida 10 %, biarkan beberapa
menit, kemudian saring.
2. Biarkan endapan pada kertas saring agak kering, kemudian tetesi reagen
Fouchet.
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian hasil :
Negatif ( Normal ): tak ada perubahan warna.
Positif
: timbul warna hijau sampai biru.
3.3. Pemeriksaan Urobilin
Alat reagen : - Mortir dan stamper.
- Cawan porselin.
- Pipet.
- Penganduk.
- Merkuri Chlorida 10 %.
Prinsip pemeriksaan :
Urobilin faeces akan bereaksi dengan Merkuri Chlorida dan terbentuk senyawa warna merah.
Cara kerja : 1. Campur satu volume faeces dengan 1 volume Mercuri Chlorida 10 %
dalam mortir dengan menggunakan stampernya.
2. Tuang kecawan datar dan biarkan menguap 6 24 jam.
3. Amati perubahan warna yang terjadi.
Penilaian : Positif bila timbul warna merah.
CATATAN :
Faeces normal selalu mengandung urobilin.
Arti klinis :
Urobilin menurun pada ikterus obstruktifus, negatif bila terjadi ikterus total.
Penetapan ekskresi urobilin 24 jam lebih bermakna pada anemia hemolitik,ikterus obtruktif dan ikterus hepatobilier.
PAGE 1