pta rena

21
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular. Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah, penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain. Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan. Terutama digunakan untuk melindungi tanaman dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai “dewa penyelamat” yang sangat vital. Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu meningkat dengan pesat.

Upload: fendy-prabowo

Post on 03-Jul-2015

135 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam sejarah peradaban manusia, pestisida telah cukup lama digunakan terutama

dalam bidang kesehatan dan bidang pertanian. Di bidang kesehatan, pestisida merupakan

sarana yang penting. Terutama digunakan dalam melindungi manusia dari gangguan secara

langsung oleh jasad tertentu maupun tidak langsung oleh berbagai vektor penyakit menular.

Berbagai serangga vektor yang menularkan penyakit berbahaya bagi manusia, telah berhasil

dikendalikan dengan bantuan pestisida. Dan berkat pestisida, manusia telah dapat dibebaskan

dari ancaman berbagai penyakit berbahaya seperti penyakit malaria, demam berdarah,

penyakit kaki gajah, tiphus dan lain-lain.

Di bidang pertanian, penggunaan pestisida juga telah dirasakan manfaatnya untuk

meningkatkan produksi. Dewasa ini pestisida merupakan sarana yang sangat diperlukan.

Terutama digunakan untuk melindungi tanaman  dan hasil tanaman, ternak maupun ikan dari

kerugian yang ditimbulkan oleh berbagai jasad pengganggu. Bahkan oleh sebahagian besar

petani, beranggapan bahwa pestisida adalah sebagai  “dewa penyelamat” yang sangat vital.

Sebab dengan bantuan pestisida, petani meyakini dapat terhindar dari kerugian akibat

serangan jasad pengganggu tanaman yang terdiri dari kelompok hama, penyakit maupun

gulma. Keyakinan tersebut, cenderung memicu pengunaan pestisida dari waktu ke waktu

meningkat dengan pesat.

Di Indonesia,  disamping perusahaan perkebunan, petani yang paling banyak

menggunakan berbagai jenis pestisida ialah petani sayuran, petani tanaman pangan dan 

petani tanaman hortikultura buah-buahan. Khusus petani sayuran, kelihatannya sulit

melepaskan diri dari ketergantungan penggunaan pestisida. Bertanam sayuran tanpa pestisida

dianggap tidak aman, dan sering kali pestisida dijadikan sebagai garansi keberhasilan

berproduksi.

Usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan melalui pemupukan

tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas dari serangan hama

penyakit. Untuk pemberantasan hama tersebut salah satunya adalah dengan menggunakan

berbagai jenis zat kimia yang disebut dengan pestisida.. Namun penggunaan pestisida telah

menimbulkan dampak negatif, baik itu bagi kesehatan manusia maupun bagi kelestarian

lingkungan. Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya kita tidak hati-hati dalam

memilih jenis dan cara penggunaannya. Adapun dampak negatif yang mungkin terjadi akibat

penggunaan pestisida diantaranya : Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida

yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar

terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara

tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida. Bila

seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka

bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut

daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan.

Dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi), Pestisida yang

tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan

air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya

ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti

plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan.

Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau

manusia. Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan

coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata

burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi

penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan

terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu

akan punah, Ada kemungkinan munculnya hama spesies baru yang tahan terhadap takaran

pestisida yang diterapkan. Hama ini baru musnah bila takaran pestisida diperbesar jumlahnya.

Akibatnya, jelas akan mempercepat dan memperbesar tingkat pencemaran pestisida pada

mahluk hidup dan lingkungan kehidupan, tidak terkecuali manusia yang menjadi pelaku

utamanya

I.2. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan praktikum acara kali ini, adalah :

1. Untuk mengetahui penggolongan pestisida berdasarkan nama umum, nama

dagang, dam nama kimia dari masing-masing pestisida.

II. BAHAN DAN METODE

2.1. Waktu dan Tempat

Praktikum Pestisida dan Teknik Aplikasi dilaksanakan pada hari senin, tanggal 25

April 2011, pukul 09.00 WIB. Bertempat di Labolatorium Jurusan Budidaya Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Palangka Raya.

2.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah jenis pestisida yang sudah

disiapkan di Laboratorium Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas

Palangka Raya. Sedangkan alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan

sejenisnya.

2.3. Cara Kerja

Menginventarisasikan golongan pestisida masing-masing sesuai dengan jenis masing-

masing nama umum, nama dagang dan nama kimianya. Selanjutnya membuat dalam bentuk

tabel yang telah disediakan.

3.2. Pembahasan

3.2.1. Penggolongan Penamaan Pestisida

a.Insektisida

Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang bisa mematikan semua jenis serangga.

Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang

dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang

biakan, kesehatan, memengaruhi hormon, penghambat makan, membuat

mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya yang dapat

memengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu,

insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga).

Insektisida dapat membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan

meracuni makanannya (tanaman atau langsung meracuni serangga tersebut).

Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis untuk tanaman cabai

merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur, Semarang,

dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT

(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa

golongan pestisida kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai

orang Indonesia dan dihitung BMR (Batas Maksimum Residu) dari pestisida

tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka. Dari hasil pemeriksaan

tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin,

heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan

protiofos. Dari golongan karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan

golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara umum hasil perhitungannya lebih

kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan dilakukan karena petani

beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan semakin

bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada

insektisidanya agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan

pereka tini mengakibatkan tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen

dan sangat berbahaya apabila residu itu masih ada pada saat produk dihidangkan

di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan yang berlapis

pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti

penyalahgunaan pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas

mengandung pestisida sejenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi di daerah

Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29 ppm, kubis dan sawi

di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm

(WALHI 1987). Contoh penamaan pestisida dari golongan insektisida ini adalah

1. a. Nama Dagang : DURSBAN 20 EC.

b. Nama Umum : Klorpiripos 20 g/l.

c. Nama Kimia : O,O-diethyl Klorpirifos.

2. a. Nama Dagang : SUPRACIDE 25 WP.

b. Nama Umum : Metidation  25 g/l.

c. Nama Kimia :

3. a. Nama Dagang : INDOVIN 85 SP.

b. Nama Umum : Karbaril 85 g/l.

c. Nama Kimia :

4. a. Nama Dagang : DHARMABAS 500 EC.

b. Nama Umum : BPMC (fenobukarb) 500 g/l.

c. Nama Kimia :

5. a. Nama Dagang : BANCOL 5O WP.

b. Nama Umum : Bensultap 50 g/l.

c. Nama Kimia :

b. Fungisida

Fungisida adalah bahan yangmengandung senyawa kimia beracun dan

bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi atau cendawan.

Pada umumnya cendawa berbentuk eperti benang halus yang btidak

bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benag halus ini yang

disebut mycelium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bia tumbuh diatas atau

dalam tubuh inang. Warna meselium ini ada yang putih, cokelat, hitam dan lain-

lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab,

tanah asan dan selalu basah dengansuhu sekitar 25-30 C. selain merusak

tanaman yang masih hidup cendawan juga mengahncurkan kayu bangunan.

Contoh penamaan pestisida dari golongan fungisida adalah :

1. a. Nama Dagang: DACONIL 75 WP.

b. Nama Umum : Klorotalonil 75 g/l.

c. Nama Kimia :

2. a. Nama Dagang: RIDOMIL 35 SD.

b. Nama Umum : Metalaksil 35 g/l.

c. Nama Kimia :

3. a. Nama Dagang: ANTRACOL 70 WP.

b. Nama Umum : Propineb 70,5 g/l.

c. Nama Kimia :

4. a. Nama Dagang: BENLATE WP.

b. Nama Umum : Benomil 50 g/l.

c. Nama Kimia :

5. a. Nama Dagang: KUMULUS 80 WDG.

b. Nama Umum : Belerang 80 g/l.

c.Herbisida

Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan

untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan

karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara,

air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen

yang cukup besar. Contoh penamaan pestisida dari golongan herbisida adalah :

1. a. Nama Dagang : RAMBO 480 AS.

b. Nama Umum : Glifosat 480 g/l.

2. a. Nama Dagang : POLARIS 200/8 AS.

b. Nama Umum : Monoamonium glifosat 200g/l.

3. a. Nama Dagang : GRAMOXONE.

b. Nama Umum : Parakuat diklorida 276 g/l.

c. Nama Kimia : 1,1-dimethyl-4-4 Bpyridylium diklorida.

4. a. Nama Dagang : PARA-COL.

b. Nama Umum : Parakuat diklorida 248,4 g/l.

c. Nama Kimia:

d. Rodentisida

Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun

yang digunakan untuk mmatikan berbagai jenis binatang pengerat, misalnya

tikus.

Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan

manusia. Di bidang pertanian , tikus sering menyerang tanaman

pangan ,hortikltura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat

dengan tingkat kerugian yang besar. Berbagai stadia umur tanaman

diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan sampai hasil panen

yang tersimpan di guadang. Dipeternakan , tikus sering mengambil pakan

ternak. Dan, bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa pathogen yang

dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan.

Masalahnya tikus sangat terampil menghindar

terhadap setiap tindakan pengendalian. Oleh karena itu rodentisida yang

efektif biasanya dalam bentuk umpan beracun. Contoh penamaan pestisida

dari golongan rodentisida adalah :

1. a. Nama Dagang: PETROKUM RMB.

b. Nama Umum : Brodifakum 0,005 g/l.

c. Nama Kimia :

2. a. Nama Dagang: MESOPHIDE 80 P.

b. Nama Umum : Seng fosfida 80 g/l.

c. Nama Kimia :

3. a. Nama Dagang: KLERAT RM-B.

b. Nama Umum : Brodifakum 0,005 g/l.

c. Nama Kimia :

f. Bakterisida

Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif

beracun yang bisa membunuh bakteri.

Bakteri bisa menyebar melalui berbagai agen, misalnya biji,

buah umbi, batang stek, sernaggga, burung, siput, ulat manusia, kompos

dan pupuk kandang.

Bakterisida biasanya sistemik karena bakteri melakukan

perusakan dalam tubuh inang. Perendaman bibit dalam larutan bakterisida

merupakan salah satu cara aplikasi untuk mengendalikan pseudomonas

solanaceae yang bisa mengakibatkan layu pada tanaman famili solanaceae.

Contoh penamaan pestisida dari golongan bakterisida adalah :

a. Nama Dagang : AGREPT 20 WP.

b. Nama Umum : Streptomisin sulfat 20 g/l.

c. Nama Kimia :

3.2.2. Penjelasan Pestisida

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui

gambar piktogram atau gambar peringatan dari beberapa pestisida, yaitu sebagai

berikut :

Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya

menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous

Substances), yaitu suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya

dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan

Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan

dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi,

dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan

manusia.

Istilah bahan berbahaya adalah nama umum dan menurut hukum bahan

kimia kemikalia didefinisikan sebagai

a. Bahan berbahaya atau formulasi menurut hukum kemikalia (Chemicals Law).

b. Bahan, formulasi dan produk dapat membentuk atau melepaskan bahan atau

formulasi berbahaya selama produksi atau penggunaan.

c. Bahan, formulasi dan produk bersifat mudah meledak.

Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar

belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol

bahaya, yang terbagi dalam : resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia),

resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau kombinasi dari keduanya.

Tabel. Klasifikasi dan Simbol Bahaya Pestisida.

Kelas Berbahaya

Keterangan yang perlu dicantumkan di dalam label

Pernyataan berbahaya

WarnaSimbol Bahaya

Simbol Kata

Ia.Sangat

berbahaya sekali

Sangat beracun

Coklat Tua

Sangat Beracun

Ib.Berbahaya

sekaliBeracun

Merah Tua

Beracun

II. Berbahaya

BerbahayaKuning

Tua

Berbahaya

III.Cukup

berbahaya

Perhatian Biru Muda   Perhatian!!!

IV. Tidak berbahaya pada pemakaian

normal

  Hijau    

Setiap kemasan pestisida atau brosur yang menyertainya selalu memuat petunjuk yang

harus dipenuhi oleh pengguna. Pengguna disarankan untuk selalu membaca label atau

petunjuk penggunaan sebelum menggunakan pestisida. Pengguna diharapkan juga

mempelajari piktogram (tanda-tanda gambar) yang terdapat pada kemasan pestisida atau pada

brosur/ leaflet pestisida. Berikut adalah contoh piktogram atau petunjuk penggunaan pada

pestisida RAMBO.

Keterangan :

Simpan di tempat terkunci dan jauhkan

dari jangkauan anak-anak.

Gunakan sarung tangan.

Gunakan pelindung wajah.

Konsentrat tinggi.

Aplikasi menggunakan sprayer

punggung.

Gunakan sepatu bot.

Gunakan pakaian pelindung yang

disarankan.

Berbahaya bagi hewan ternak.

Cuci tangan dan muka sesudah aplikasi.

III. PENUTUP

1.2. Kesimpulan

Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus

yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini

adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman

yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian nematoda (bentuknya

seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang

dianggap merugikan.

Berdasarkan Fungsi/sasaran penggunaannya, pestisida dibagi menjadi 6 jenis

yaitu: Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti

belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas

serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan

semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll.

Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/

cendawan, Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu

contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD

yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman

sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya

yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. Rodentisida adalah pestisida yang

digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus.

Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau

jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan

ternak yang memakannya. Contohnya : Warangan. Nematisida adalah pestisida yang

digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini

biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan

pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi

penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini

juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD,

Vapam, dan Dazomet. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi

tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll.

Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Nama suatu pestisida dapat digunakan untuk mengetahui sifat yang

mencirikannya. Cara penamaan pestisida dapat didasarkan dalam beberapa hal, yaitu :

Nama umum bahan aktif, nama perdagangan dalam bentuk formulasi, nama struktur

kimia dan struktur rumus molekul bahan aktif.

Dengan mengetahui kandungan bahan aktif suatu pestisida, maka kita tidak

perlu terikat pada satu nama dagang, tetapi kita dapat memilih pestisida dari berbagai

nama dagang yang ada. Demikian pula kalau dikehendaki untuk mencampur pestisida

maka perlu dihindari pencampuran pestisida dari bahan aktif yang sama.

Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous

Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk

semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan

konsumer dan kesehatan manusia. Pengguna disarankan untuk selalu membaca label atau

petunjuk penggunaan sebelum menggunakan pestisida.

DAFTAR PUSTAKA

Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press.

BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data produksi sayuran Indonesia.

http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]

BPS (Biro Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia.

http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007]

Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun 2000-2001.

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

Hamijaya MZ dan Asikin A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama

padi di Kalimantan Selatan. Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan

Pangan pada Era Otonomi dan Globalisasi. Bogor 22 November 2005.

Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL)

dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi Pengelolaan Berkelanjutan

di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup. Bogor:

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van

Hoeve.

Kamrin MA. 1997. Pesticide Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York:

Lewis Publisher. Kardinan. 2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar

Swadaya.

WALHI (Wahana Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet).

Jakarta:

WALHI. Pomeroy, Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut

Fishermen. Connecticut Sea Grant Extension. Department of Agriculture and

Resource

Economics University of Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan

insektisida alami dalam PHT. Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor.

Bahan Pelatihan Pengembangan dan Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13

Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB. Halaman 1-7.

Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi penyadapan

dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11

(3):196-206

Schopfer dan Brennicke (2005). Pflanzenphysiologie. Spektrum. Muenchen.