psycho test

1
Pojok HR Buletin Internal 4 Agst 2010 Apa yang Perusahaan Cari dari Psychotest ? Dalam 30 tahun terakhir ini, penggunaan assessmen psikologis di perusahaan meningkat pesat. Alasan-alasan penggunaan test psikologis ini bermacam-macam, namun dapat diringkas menjadi tiga alasan utama. Apa saja alasan – alasan tersebut ? 1. Perusahaan ingin meminimalkan resiko finansial karena salah merekrut pegawai. Dengan menggunakan test, perusahaan berharap tidak mendapatkan pegawai yang ‘bermasalah’ sehingga tidak muncul biaya tinggi akibat salah rekrut. Biaya akibat salah rekrut, relatif cukup besar. Berdasarkan penelitian di Amerika, salah rekrut bisa berakibat 30% biaya HR meningkat. Diantaranya biaya iklan, training, belum lagi biaya gaji dll. Sungguh bukan biaya yang kecil. 2. Perusahaan ingin mendapatkan pegawai yang ‘fit in’ dengan karakteristik pekerjaan yang ditangani. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh orang- orang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Katakan pekerjaan sebagai level manajerial,, tentunya dibutuhkan orang-orang yang mampu melihat dan membuat analisa peluang pasar, memiliki kesadaran bisnis, disamping juga mampu memimpin dan mengelola bawahan dengan baik. Di sisi lain, juga memiliki kriteria yang sesuai dengan budaya perusahaan (misalkan, mengutamakan komitmen). Dengan demikian, diharapkan kesesuaian tersebut dapat meningkatkan kinerja, baik kinerja pegawai itu sendiri maupun kinerja perusahaan. 3. Dengan dilakukannya test, perusahaan mengetahui orang-orang seperti apa yang cocok dengan budaya perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang yang mampu mengambil keputusan di bawah tekanan, khususnya pada perusahaan jasa atau perusahaan konsultan. Atau orang-orang yang dapat bekerjasama dengan baik dalam kelompok, dan bukan orang-orang yang berkarakteristik individualis atau kompetitif. Dengan demikian, baik calon pegawai maupun perusahaan sama-sama diuntungkan karena memiliki nilai-nilai yang sama. Ada beragam bentuk test psikologis, diantaranya personality test berupa profil kepribadian,, decision making test, tes inteligensi kognitif atau critical thinking, tes kreatifitas dll. Tes kejujuran (integritas), termasuk dalam personality test dan banyak dibutuhkan oleh perusahaan. Disamping itu, untuk pegawai-pegawai yang akan mengisi level managerial, perlu dilakukan test yang berkaitan dengan kepemimpinan, delegasi, develop other, strategic thinking, mengatasi konflik, untuk kriteria-kriteria ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan assessment center. Pertanyaan Anda ‘jawaban apa agar bisa diterima’ tidak berlaku untuk psikotest. Sebab, psikotest bukan mengukur ‘ilmu yang dipelajari’ namun untuk mendapatkan gambaran diri agar bisa optimal melakukan aktivitas (belajar - bekerja). Asumsinya, seseorang akan menampilkan performa terbaik ketika berada di lingkungan dan melakukan aktivitas yang menyenangkan juga membuat nyaman. Kesulitan akan menjadi tantangan untuk terus dipelajari dan dijawab. Saran kami, persiapkan fisik dan mental Anda dengan cara beristirahat cukup sebelum test. Mood jelek dan kondisi fisik yang kurang fit dapat mempengaruhi pengerjaan psikotest. Mengerjakan psikotest seperti mengeluarkan ’seluruh’ diri yang dapat melelahkan mental. Mungkin bisa saja ada yang akan memanipulasi dengan memilih jawaban yang terlihat baik. Jawaban ini disebut ’social desirability’ dan telah memiliki antisipasinya. Jika jawaban Anda cenderung membentuk ‘faking good/mengesankan baik’ maka akan dianggap tidak valid atau tidak dapat digunakan. Psikotest juga akan menggunakan lebih dari satu instrumen untuk mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang diri Anda. So, be your self:)

Upload: diahlestari75

Post on 04-Jul-2015

225 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Psycho Test

Pojok HR Buletin Internal

4 Agst 2010

Apa yang Perusahaan Cari dari Psychotest ?

Dalam 30 tahun terakhir ini, penggunaan

assessmen psikologis di perusahaan meningkat

pesat.

Alasan-alasan penggunaan test psikologis ini

bermacam-macam, namun dapat diringkas

menjadi tiga alasan utama.

Apa saja alasan – alasan tersebut ?

1. Perusahaan ingin meminimalkan resiko finansial karena salah merekrut pegawai. Dengan

menggunakan test, perusahaan berharap tidak mendapatkan pegawai yang ‘bermasalah’

sehingga tidak muncul biaya tinggi akibat salah rekrut. Biaya akibat salah rekrut, relatif

cukup besar. Berdasarkan penelitian di Amerika, salah rekrut bisa berakibat 30% biaya HR

meningkat. Diantaranya biaya iklan, training, belum lagi biaya gaji dll. Sungguh bukan

biaya yang kecil.

2. Perusahaan ingin mendapatkan pegawai yang ‘fit in’ dengan karakteristik pekerjaan yang

ditangani. Ada pekerjaan-pekerjaan tertentu yang tidak dapat dikerjakan oleh orang-

orang yang memiliki karakteristik kepribadian tertentu. Katakan pekerjaan sebagai level

manajerial,, tentunya dibutuhkan orang-orang yang mampu melihat dan membuat analisa

peluang pasar, memiliki kesadaran bisnis, disamping juga mampu memimpin dan

mengelola bawahan dengan baik. Di sisi lain, juga memiliki kriteria yang sesuai dengan

budaya perusahaan (misalkan, mengutamakan komitmen).

Dengan demikian, diharapkan kesesuaian tersebut dapat meningkatkan kinerja, baik

kinerja pegawai itu sendiri maupun kinerja perusahaan.

3. Dengan dilakukannya test, perusahaan mengetahui orang-orang seperti apa yang cocok

dengan budaya perusahaan tersebut. Misalnya, perusahaan membutuhkan orang-orang

yang mampu mengambil keputusan di bawah tekanan, khususnya pada perusahaan jasa

atau perusahaan konsultan. Atau orang-orang yang dapat bekerjasama dengan baik

dalam kelompok, dan bukan orang-orang yang berkarakteristik individualis atau

kompetitif. Dengan demikian, baik calon pegawai maupun perusahaan sama-sama

diuntungkan karena memiliki nilai-nilai yang sama.

Ada beragam bentuk test psikologis, diantaranya personality test berupa profil kepribadian,,

decision making test, tes inteligensi kognitif atau critical thinking, tes kreatifitas dll. Tes kejujuran

(integritas), termasuk dalam personality test dan banyak dibutuhkan oleh

perusahaan. Disamping itu, untuk pegawai-pegawai yang akan mengisi level managerial, perlu

dilakukan test yang berkaitan dengan kepemimpinan, delegasi, develop other, strategic

thinking, mengatasi konflik, untuk kriteria-kriteria ini perusahaan bisa menggunakan pendekatan

assessment center.

Pertanyaan Anda ‘jawaban apa agar bisa diterima’ tidak berlaku untuk psikotest. Sebab,

psikotest bukan mengukur ‘ilmu yang dipelajari’ namun untuk mendapatkan gambaran diri

agar bisa optimal melakukan aktivitas (belajar - bekerja). Asumsinya, seseorang akan

menampilkan performa terbaik ketika berada di lingkungan dan melakukan aktivitas yang

menyenangkan juga membuat nyaman. Kesulitan akan menjadi tantangan untuk terus

dipelajari dan dijawab.

Saran kami, persiapkan fisik dan mental Anda dengan cara beristirahat cukup sebelum test.

Mood jelek dan kondisi fisik yang kurang fit dapat mempengaruhi pengerjaan psikotest.

Mengerjakan psikotest seperti mengeluarkan ’seluruh’ diri yang dapat melelahkan mental.

Mungkin bisa saja ada yang akan memanipulasi dengan memilih jawaban yang terlihat baik.

Jawaban ini disebut ’social desirability’ dan telah memiliki antisipasinya. Jika jawaban Anda

cenderung membentuk ‘faking good/mengesankan baik’ maka akan dianggap tidak valid

atau tidak dapat digunakan. Psikotest juga akan menggunakan lebih dari satu instrumen untuk

mendapatkan gambaran yang lebih akurat tentang diri Anda. So, be your self:)