psikologi pendidikan...psikologi pendidikan model pengembangan kreativitas dalam praktik...

140
PSIKOLOGI PENDIDIKAN Model Pengembangan Kreativitas dalam Praktik Pembelajaran

Upload: others

Post on 21-Oct-2020

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PSIKOLOGI PENDIDIKAN

    Model Pengembangan Kreativitasdalam Praktik Pembelajaran

  • PSIKOLOGI PENDIDIKAN

    Model Pengembangan Kreativitasdalam PraktiPembelajaran

  • PSIKOLOGI PENDIDIKANModel Pengembangan Kreativitas dalam Praktik PembelajaranRahmat Aziz©UIN-Maliki Press, 2010

    xii + 134 hlm; 14,5 x 21 cm1. Kreativitas2. Berpikir dan Menulis3. Model Pembelajaran Synectics

    All right reserved

    Hak cipta dilindungi oleh undang-undangDilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isibuku ini dengan cara apapun, tanpa izin tertulis dari Penerbit

    Penulis :Dr. Rahmat Aziz, M.Si.Editor : A Halim FathaniDesain Isi : Dwi PrihandayaniDesain Sampul: Robait Usman

    UMP 10037Cetakan 1: September 2010ISBN 978-602-958-296-3

    Diterbitkan pertama kali olehUIN-MALIKI PRESS (Anggota IKAPI)Jalan Gajayana 50 Malang 65144Telepon/Faksimile (0341) 573225E-mail:[email protected]://www.uinmalikipress.com

  • PENGANTAR PENULISKreativitas adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan baik bagi

    individu yang bersangkutan maupun bagi kehidupan sosial, karena itupendidikan bertanggung jawab untuk mengembangkannya. Namun, prosespendidikan yang berlangsung saatini kurang berpihak pada pengembangankreativitas siswa, salah satu indikatornya adalah model pembelajaran yangdigunakan guru cenderung monoton dan kurang menarik.

    Kreativitas sebagai sebuah konsep psikologis bisa dipahami sebagaikarakteristik pribadi (person), proses (process),produk (product), danpendorong (press).Sebagai process,kreativitas berarti kemampuan berpikiruntuk membuat kombinasi baru. Sebagai product,kreativitas diartikansebagai suatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakatpada waktu tertentu. Sebagai person, kreativitas berarti ciri-ciri kepribadiannon kognitif yang melekat pada orang kreatif, dan sebagai press,artinyapengembangan kreativitas itu ditentukan oleh faktor lingkungan baikinternal maupun eksternal.

    Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan hasil penelitianpenulis dalam rangka menyelesaikan studi di Program Doktor ProgramPascasarjana Universitas Negeri Malang yang diuji tahun 2008. Secaraumum buku ini membahas mengenai model pengembangan kreativitas siswamelalui kegiatan synectics. Adapun dalam pembahasannya, penulismenggunakan pendekatan eksperimental yang bertujuan menguji synecticsdalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuanmenulis kreatif dengan menyertakan sikap kreatif sebagai variabel kovariat.Pelajaran yang digunakan sebagai sarana pemberian perlakuan adalahbahasa Indonesia yang dianggap cocok untuk mengembangkan kemampuanberpikir kreatif dan menulis kreatif dalam bentuk menulis karangan.

    Untuk subjek penelitian, diambil dari siswa kelas tujuh (VII) MTsSurya Buana Malang sebanyak 48 orang (24 untuk kelompok perlakuan dan24 untuk kelompok pembanding). Pengambilan data dilakukan dengan tesberpikirkreati, tes menulis

  • kreatif, dan skala sikap kreatif. Analisis data dilakukan denganmenggunakan teknik analisis 1) multivariate analysis of covariancedigunakan untuk menguji pengaruh kegiatan synectics terhadap kemampuanberpikir dan menulis kreatif dengan menyertakan sikap kreatif sebagaivariabel kovariat; 2) regression analysisdigunakan untuk menguji pengaruhberpikir kreatif terhadap ke- mampuan menulis kreatif; dan 3) analysis ofvariancedigunakan untuk menguji pengaruh jenis kelamin terhadapkemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatif.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Kegiatan synectics efektifdalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 2) Kegiatan synecticsefektif dalam mengembangkan kemampuan menulis kreatif; 3) Terdapathubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menuliskreatif; 4) Jenis ke- lamin berpengaruh terhadap tinggi rendahnyakemampuan berpikir dan menulis kreatif, perempuan lebih tinggi dibandinglaki-laki pada kedua kemampuan tersebut.

    Hadirnya buku ini merupakan bentuk sumbangan teoritis denganadanya penambahan khazanah keilmuan dalam bidang psikologi danpendidikan, khususnya tentang landasan teoritis pengembangan kreativitasberupa kemampuan berpikir dan menulis kreatif yang dilakukan dalamsetting pembelajaran di sekolah. Di sisi lain, buku hasil peneltian ini dapatmenjadi acuan bagi guru-guru dalam menerapkan pembelajaran modelsynectics dalam berbagai bidang studi yang mengacu pada peningkatankualitas pembelajaran, khususnya dalam mengembangkan ke- mampuanberpikir dan menulis kreatif siswa. Akhirnya penulis berharap, semoga bukuini juga bermanfaat bagi siapapun dan berguna bagi pengembangan ilmu

    dan perbaikan pendidikan serta dicatat menjadi amal shaleh penulis dalamupaya pengembangan ilmu sebagai bagian tugas seorang hamba. []

    Malang, Januari 2010Penulis

    Dr. Rahmat Aziz, M.Si

    .

  • UCAPAN TERIMA KASIHBuku ini, pada awalnya merupakan hasil penelitian penulis dalam rangka

    penulisan Disertasi sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi doktoral diUniversitas Negeri Malang pada Program Studi Psikologi Pendidikan. Olehkarena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapanterima kasih yang tulus kepada:

    Prof. Dr. I Wayan Ardhana, M.A., selaku pembimbing pertama yang telahmemberikan bimbingan dan kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikandisertasi ini. Cara bersikap dan bertindak dalam memperlakukan semuamahasiswa yang penuh dengan kekeluargaan telah menjadi contoh teladan yangsangat berharga bagi penulis dalam menjalani karir sebagai seorang pendidik.

    Dr. Marthen Pali, M.Psi., selaku pembimbing kedua di sela-selakesibukannya sebagai direktur program pascasarjana yang telah memberikanperhatian dan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan yang terbaik dalampenyelesaian disertasi ini. Satu ungkapan yang tidak mungkin penulis lupakanselama penulis berkonsultasi adalah: saya tahu naskah ini memang belumsempurna dan tanpa diberi tahupun saya yakin Anda bisa menyempurnakannya.

    Dr. Dany M. Handarini, M.A., selaku pembimbing ketiga yang telahmeluangkan waktu untuk menjadi pembimbing, motivator, bahkan menjadisahabat ketika penulis menghadapi masa-masa sulit dalam menyelesaikanpenulisan disertasi ini. Cara bertindak yang mampu memadukan antara suasanaakademik dengan suasana yang penuh persahabatan telah menjadi bagian yangpernah penulis alami selama proses penyelesaian disertasi ini.

    Prof.Dr. Imam Syafi'ie, yang telah bersedia menjadi penguji penggantiBapak Prof. Dr. Abdul Wahab, M.A., yang beberapa hari sebelum mengujipenulis, beliau dipanggil untuk menghadap Sang Pencipta,padahal beliau banyaksekali membantu penulis

    vii

  • karena beliaulah yang menjadi penguji ketika ujian kualifikasi dan ujiankelayakan. Semoga Allah menerima dan membalas seluruh amal kebaikannya.Amin. Khusus, kepada Prof. Dr. Imam Syafi'e, penulis sangat terkesan denganpertanyaan yang disampaikan dengan cara yang bijak telah menjadi pendorongpenulis untuk memperbaiki dan lebih memahami substansi disertasi ini.

    Prof. Johana Prawitasari, M.A, Ph.D., di sela-sela kesibukannya sebagaidosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta telah bersediameluangkan waktu menjadi dosen penguji tamu pada ujian disertasi penulis,karena itu penulis merasa sangat beruntung menjadi salah seorang promovendusyang diuji oleh orang yang ahli dalam bidangnya.

    Prof. Dr. Raka Joni, M.Sc., yang telah lama membimbing penulis selamamengikuti program Doktor di Universitas Negeri Malang. Kepakaran dalamkeilmuan dan ketegasan dalam bersikap telah menjadi tauladan bagi penulis.Karena itu penulis merasa sangat bersyukur atas kesediaan bapak menjadi dosenpenguji bidang kependidikan pada ujian disertasi.

    Prof. Dr. Imam Suprayogo, selaku Rektor UIN Maulana Malik IbrahimMalang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikutikuliah program Doktor. Cara berpikirnya yang jauh ke depan tapi tetap berpijakpada keadaan sekarang telah menjadi teladan bagi penulis dalammengembangkan dan membesarkan kampus UIN Maulana Malik IbrahimMalang.

    Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si., selaku Pembantu Rektor BidangAkademik UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, yang tiada henti selalumemberikan dorongan kepada penulis dan semua dosen yang ada di kampus ini,khususnya bagi yang sedang menempuh program doktor agar segeramerampungkan studinya. Hal ini tentu akan mendukung program peningkatandan pengembangan budaya akademik di kampus ini.

    Dr. H. Mulyadi, M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN MaulanaMalik Ibrahim Malang yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuksegera menyelesaikan disertasi

    viii

  • ini. Terima kasih atas pengertiannya yang telah memberikan waktu kepadapenulis untuk lebih fokus pada penyelesaian disertasi ini.

    Drs. Abdul Djalil, M.Ag., selaku kepala sekolah MTs Surya Buana yangtelah memberikan kesempatan dan kebebasan kepada penulis untuk melakukanpenelitian. Beliau adalah sosok orang yang semangatnya tetap membara untukberperan serta dalam mengembangkan pendidikan meski di usia yang sudahlidak muda. Sikap seperti itulah yang menjadi contoh teladan selama penulisberinteraksi dengan beliau.

    Diyah Agustin, S.Pd., yang telah menjadi sparing partner selama penulismelakukan penelitian serta kesediaannya untuk menjadi rater.Demikian juga IinTri Rahayu, M.Si dan Masyitoh, M.Hum di sela-sela kesibukannya sebagaidosen di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang telah bersedia menjadiraterdalam menilai tulisan kreatif yang dibuat siswa. Selain itu, penulis jugamenyampaikan terima kasih kepada Ali Ridlo, M.Si yang telah menjadi temandiskusi khususnya dalam menganalisis data penelitian.

    Teman-teman ProgramDoktorJurusanPsikologiPendidikan dan jurusanBimbingan Konseling angkatan 2003. Mereka adalah: Abdullah Sinring, AdiAtmoko, Imron Rosyidi, Musa Sukardi, Ahmad, Nasirudin, Mohammad Bilal,Sri Mulyati, dan Syuul Karamoy, yang telah bersama-sama merasakan suka danduka dalam mengikuti proses pendidikan di Program Doktor Universitas NegeriMalang.

    Teman-teman kolega di Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik IbrahimMalang yang telah menjadi teman diskusi dalam proses penyusunan disertasi ini.Kesibukan sebagai dosen sekaligus sebagai mahasiswa program Doktor baikyang di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta maupun yang di InstitutAgama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya telah menjadi senitersendiri ketika keadaan tersebut harus dihadapi.

    Secara khusus, saya menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepadakedua orangtua penulis H. Emed Sukandar & Hj. Yoyoh Mardiyah yang doanyatiada pernah henti agar

    ix

  • anaknya menjadi seorang yang berguna. Kedua mertua penulisH. Soeharsono & Hj. Soehartati yang selalu mendukung dan menghormatipada apapun yang dilakukan penulis, juga kepada kakak-kakak dan adik-adikbaik yang berada di Ciamis maupun di Malang.

    Begitu juga, secara tulus saya ucapkan terima kasih kepada istri tercintaRetno Mangestuti, M.Si, psikolog, yang telah memberikan makna yang sangatberarti dalam kehidupan penulis, kesibukan sebagai dosen Fakultas PsikologiUIN Maulana Malik Ibrahim Malang dan mahasiswa program Doktor diFakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada tidaklah menyurutkan untuk tetapmendukung dan menghargai pada apapun yang dilakukan penulis.

    Demikian juga ananda tersayang "Azra Ahsanul Haque", suatu saat penulisberharap semoga dirinya mampu menjadi sosok pribadi yangkuatdan tegardalam menjalani kehidupannya; dan "Azka Tsania Chaerun Nisa" yangkeberadaannya menjadi semangat dan inspirasi bagi penulis.

    Tak ketinggalan juga, kepada Penerbit UIN-Maliki Press yang telahbersedia menerbitkan disertasi ini menjadi sebuah buku yang layak dibaca olehkhalayak luas. Semoga ke depan, buku-buku yang diterbitkan Unit PenerbitanUIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini semakin bertambah, baik dari segikuantitas maupun kualitas.

    Dari lubuk hati yang paling dalam, penulis berdoa semoga semua kebaikanmendapatkan balasan yang lebih baik lagi. Amin. []

    Penulis

  • DAFTAR ISIPENGANTAR PENULIS.............................................................................. vUCAPAN TERIMA KASIH ....................................................................... vii

    Bab 1 : Urgensi Pengembangan Kreativitas Dalam PraktikPembelajaran ................................................................................................. 1

    A. Pengembangan Kreativitas: Suatu Keniscayaan .... 2B. Signifikansi dan Keterbatasan Studi ........................................... 7

    C. Kerangka Konsep Penelitian....................................................... 9D. Penjelasan Istilah Kunci ........................................................... 10

    Bab 2 : Kreativitas dan Synecticsdalam Praktik Pembelajaran ........................................................................ 15

    A. Kreativitas ................................................................................ 16B. Pengukuran Kreativitas............................................................. 19C. Model Pengembangan Kreativitas ............................................ 21D. Synectics................................................................................... 27E. Penerapan Synectics dalam Pembelajaran ................................ 28F. Pengembangan Kreativitas melalui Synectics 32G. Berpikir dan Menulis Kreatif.................................................... 35H. Sikap dan Kreativitas................................................................ 37

    Bab 3 : Kegiatan Synecticsdalam Pengembangan Kreativitas :

    RancanganEksperimen……………………………………………………41

    A. Rancangan dan Prosedur Penelitian.......................................... 42B. Identifikasi Variabel ................................................................. 43C. Tempat dan Subjek Penelitian .................................................. 44D. Instrumen Pengumpulan Data................................................... 46E. Pemberian Perlakuan ............................................................... 56F. Analisis Data ………………………………………………..59

    xi

  • Bab 4 : Efektivitas Rancangan ModelPengembangan Kreativitas : Hasil Uji danAnalisis........................................................................................................ 63A. Hasil Uji Prasyarat Analisis...................................................... 64B. Hasil Analisis Deskriptif .......................................................... 67C. Hasil Uji Hipotesis Penelitian................................................... 71D. Hasil Analisis Tambahan........................................................... 73

    Bab 5 : Model Pengembangan Kreativitas MelaluiKegiatan Synectics : Temuan Penelitian .................................................. 75A. Kegiatan Synectics dan Kemampuan BerpikirKreatif.......................................................................................................... 76

    B. Kegiatan Synectics dan Kemampuan MenulisKreatif......................................................................................................... 81

    C. Hubungan Kemampuan Berpikir Kreatif danMenulis Kreatif............................................................................................ 85

    D. Jenis Kelamin dan Kreativitas .................................................. 87

    Bab 6 : Implikasi Kegiatan Synectics dalamPengembangan Kreativitas ....................................................................... 91A. Implikasi Temuan Penelitian dalam PengembanganKreativitas.................................................................................................... 92B. Beberapa Saran tentang Pengembangan Kreativitas. …...........94

    DAFTAR RUJUKAN……………………………………………………97LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................111A. Pedoman Kegiatan Synectics .................................................. 112B. Skala Sikap Kreatif .................................................................. 125

    TENTANG PENULIS .............................................................................. 133

    xii

  • Bab 1

    Urgensi Pengembangan Kreativitas DalamPraktik Pembelajaran

    Pertanyaannya adalah, siapa sih yang berminat terhadapkreativitas? Dan jawaban saya adalah boleh dikata semuaorang. Minat ini tidak lagi terbatas pada para psikolog dan

    psikiater. Sekarang ini juga telah menjadikebijakan nasional dan internasional

    (Abraham Masloiv, Tokoh Psikologi Humanistik)

  • A. Pengembangan Kreativitas: Suatu Keniscayaan

    Kreativitas merupakan aspek yang sangat penting dan berharga dalam setiapusaha manusia, sebab melalui kreativitas akan dapat ditemukan dan dihasilkanberbagai teori, pendekatan, dan cara baru yang sangat bermanfaat bagikehidupan. Tanpa adanya kreativitas, kehidupan akan lebih merupakan suatuyang bersifat pengulangan terhadap pola-pola yang sama (Sternberg, 1992; DeBono, 1992). Menurut Juan Huarte (dalam Wahab, 2006) kreativitas merupakanjenis kecendekiaan tertinggi pada umat manusia yang tidak dimiliki olehmakhluk lain. Karena itu penelitian tentang kreativitas berarti meneliti tentangpotensi tertinggi umat manusia.

    Kreativitas dapat dipahami dengan pendekatan process, product, person,danpress (Rhodes, 1961; Torrence, 1995). Namun pengukuran yang banyakdilakukan para ahli hanya dilakukan pada ketiga aspek saja yaitu aspek process,product dan person(Eysenk, 1993; Simonton, 2003; Michael, 2001; Salsedo,2006) sedangkan aspek pressdiartikan sebagai usaha untuk menciptakanlingkungan yang mendukung pada pengembangan kreativitas anak (Vidal,2005), baik di lingkungan masyarakat (Chuang, 2007), lingkungan keluarga(Chan, 2005; Pierce, 1992), maupun lingkungan sekolah (Beattie, 2000; King,2007). Sekolah merupakan aspek yang sangat strategis dalam mengembangkankreativitas siswa (Munandar, 1999).

    Penelitian dalam upaya pengembangan kreativitas biasa dilakukan dengandua cara, yaitu 1) memberikan pelatihan yang berhubungan dengan kreativitaskemudian mengukur secara langsung perubahan yang terjadi akibat perlakuantersebut seperti dilakukan oleh Kilgour (2006), Suharnan (2000), dan Gendrof(1996); 2) memadukan suatu perlakuan dalam pelajaran tertentu kemudianmengukur tingkat kreativitasnya sebagai dampak pengiring (nurturant effect)dari suatu proses pembelajaran, cara ini telah dilakukan oleh banyak penelitiantara lain Maryam, (2007), Teo & Tan, (2005), dan Burks, (2005).

    Istilah nurturant effectmerupakan istilah yang digunakan Joyce and Weil(2000) ketika menyatakan bahwa semestinya setiap

    2

  • model pembelajaran memuat dua pengaruh berupa instructional effectyangmerupakan pengaruh langsung yang dicapai siswa dari suatu prosespembelajaran, dan nurturant effectyang merupakan pengaruh tidak langsungakibat adanya interaksi antara lingkungan dengan model pembelajaran yangdigunakan.

    Pengembangan kreativitas pada penelitian ini dilaksanakan dalam kontekspraktik pendidikan di sekolah. Hal ini merupakan salah satu jawaban terhadapkenyataan yang ada bahwa pendidikan di Indonesia saat ini lebih berorientasipada hasil yang bersifat pengulangan, penghapalan, dan pencarian satu jawabanyang benar terhadap soal-soal yang diberikan. I’roses-proses pemikiran tingkattinggi termasuk berpikir kreatif jarang sekali dilatihkan (Joni, 1992). Demikianjuga dengan kemampuan menulis siswa. Hasil temuan Wati (2005) menyatakanbahwa tingkat kemampuan menulis siswa berada pada kategori rendah, salahsatu faktor yang diduga menjadi penyebabnya adalah proses pembelajaran yangkurang variatif.

    Kajian terhadap beberapa penelitian tentang pembelajaran mengarang disekolah telah dilakukan Kumara (2008) yang menyimpulkan bahwa 1) gurukurang kreatif dalam melakukan kontekstualisasi materi pelajaran dalam prosespembelajaran sehingga proses belajar menjadi tidak menarik; 2) guru jarangsekali memberikan kesempatan pada siswa untuk praktik mengarang; 3) minatmembaca siswa rendah yang berakibat pada kurangnya wawasan dan sedikitnyaperbendaharaan kata sehingga mereka kesulitan ketika harus menuangkangagasan dalam bentuk tertulis.

    Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Lie (2004) yang menyatakanbahwa model pembelajaran di Indonesia lebih berorientasi pada pengajaran yangbersifat satu arah, verbalistik, monoton, dan hapalan. Padahal, menurut Schmidt(2006) kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring denganbertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktoryang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah praktikpendidikan yang kurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak.

    3

  • Selanjutnya Ugur (2004) menjelaskan bahwa pembelajaran di kelasmempunyai peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan kreativitas,karena itu peranan guru menjadi sangat penting dalam meningkatkan danmengembangkan kreativitas siswanya. Sternberg (2003) menyebutkan bahwakebanyakan guru pada dasarnya adalah kreatif tapi hanya sedikit diantaramereka yang mampu mengekspresikan kreativitasnya di dalam kelas. Lebihlanjut lagi, Cropley (1994) menjelaskan peran guru yang bisa dilakukan untukmengembangkan kreativitas siswanya yaitu berperan sebagai figur di kelas yangperilakunya akan ditiru oleh siswanya dan berperan sebagai pencipta suasanakelas yang nyaman dan kondusif.

    Pendapat-pendapat di atas menggambarkan bahwa pendidikan saat inikurang mengapresiasi kreativitas, padahal kreativitas dan kecerdasan intelektualmempunyai peranan yang sama dalam mencapai keberhasilan belajar. Penelitianawal tentang kreativitas di Indonesia telah lama dilakukan Munandar (1977)pada siswa SD dan SMP yang menemukan bahwa kreativitas dan inteligensisama absahnya dalam memprediksi prestasi belajar. Jika efek inteligensi dieliminasi, pengaruh kreativitas tetap substansial, namun kombinasi kreativitasdan inteligensi lebih efektif sebagai prediktor bagi tinggi rendahnya prestasibelajar.

    Saat ini kebutuhan akan pengembangan kreativitas dirasakan sudah sangatmendesak karena kreativitas sangat penting baik untuk pribadi maupun sosial.Sehubungan dengan itu peranan orangtua, guru, dan masyarakat sangatmenentukan bagi keberhasilan pembinaan dan pengembangan kreativitas siswa,karena kreativitas merupakan suatu potensi yang akan berkembang bila siswaberada dalam lingkungan yang kondusif (Sternberg & Lubart, 1995).

    Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitasmenjadi suatu keniscayaan untuk segera dilakukan dan pada konteks inilahpendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalampengembangan kreativitas siswa. Tujuan pendidikan menurut Munandar (1999)adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untukmengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal

    4

  • sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat sekitarnya, karena itupendidikan bertanggung jawab untuk memandu dan mengembangkan potensikreatif yang dimiliki siswa.

    Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal seharusnya menjadi tempatbagi pengembangan kreativitas siswa. Faktanya, saat ini sekolah masih belummampu menciptakan suasana yang mendukung pada kemungkinan bagi siswauntuk kreatif. Keadaan seperti ini menjadi keluhan bagi berbagai pihak (Joni,1983; Lie, 2004). Pada praktik pembelajaran di kelas, metode yang seringdigunakan adalah metode konvensional berupa ceramah yang oleh Joni (1992)disinyalir tidak akan menghasilkan sumber daya manusia berkualitas yang padagilirannya tidak akan mampu bersaing baik dalam skala lokal maupun global.

    Berdasarkan uraian di atas, diperlukan suatu perbaikan pembelajaran yangberorientasi pada siswa (student oriented). Perbaikan yang dimaksud berupacara guru menyampaikan pelajaran yang mampu memberikan perbaikanterhadap kualitashasil pembelajaran. Bentuk perbaikan pembelajaran yang dimaksud harusmampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman yang dibentuk melaluiberbagai bentuk kajian, keterampilan intelektual, sosial, dan psikomotorik siswayang diperoleh melalui aplikasi keahlian, dan sikap serta internalisasi nilai yangdiperoleh melalui penghayatan secara integral (Joni, 1992), yang padagiIirannya mampu meningkatkan kreativitas, baik dalam bentuk ke- mampuanberpikir kreatif maupun kemampuan menulis kreatif.

    Pada konteks penelitian ini, pengembangan kreativitasdifokuskan pada kemampuan berpikir dan menulis kreatif yang pelaksanaannyadilakukan melalui pelajaran bahasa Indonesia. Pemilihan bahasa Indonesiasebagai sarana pemberian treatment didasari anggapan bahwa pelajaran tersebutmemungkinkan pengembangan kemampuan berpikir dan menulis kreatif siswamelalui penggunaan pembelajaran model synectics, selain itu seperti yangdiungkapkan oleh Nurhadi, Dawud, & Pratiwi (2005) bahwa saat ini seharusnyapembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada pembelajaran bahasa secarakreatif baik dalam membaca, berbicara, dan menulis.

    5

  • Bahasa Indonesia memiliki peran sentral dalam pengembangan kreativitassiswa dan merupakan penunjang bagi keberhasilan siswa dalam mempelajarisemua bidang studi. Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkankemampuan siswa baik secara lisan maupun tulisan. Karena itu itu, ruanglingkup pelajaran bahasa Indonesia mencakup kemampuan yang meliputi aspekmendengarkan, berbicara, membaca, menyimak, dan menulis (Nurhadi, Dawud,& Pratiwi: 2005).

    Bahasa Indonesia sebagai salah satu matapelajaran yang diajarkan di tingkatsekolah pertama ternyata pada tataran praktis masih belum memuaskan berbagaipihak. Joni (2005) mensinyalir bahwa praktik pembelajarannya masih menganutarahan yang dipetik dari pengalaman di negeri Belanda seperti penggunaanmetode global dalam membaca permulaan meskipun sebenarnya tidak cocokditerapkan dalam bahasa Indonesia, pendapat di atas didukung dengan temuanMaryam (2007) dan Wati (2005). Keadaan seperti di atas, ternyata sesuai jugadengan hasil observasi penulis ketika melakukan studi pendahuluan di lapanganbahwa pembelajaran bahasa Indonesia dianggap masih belum memuaskan bagiberbagai pihak.

    Penelitian Aziz (2006) tentang kreativitas pada 450 siswa SekolahMenengah Pertama dengan menggunakan test Torrence yang mengukur aspekberpikir kreatif berupa kelancaran dalam berpikir, fleksibel dalam berpikir,orsinil dalam menemukan ide, dan kemampuan mengelaborasi gagasanmenemukan bahwa siswa MTs Surya Buana mempunyai tingkat kemampuanberpikir kreatif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa dari sekolah lainnya.Salah satu faktor yang diduga menjadi penyebab adalah proses pembelajaran disekolah ini mengembangkan konsep sekolah alam yang pembelajarannya tidakhanya dilakukan dalam ruangan saja tapi bisa juga dilakukan di luar kelas. Halini berakibat pada adanya kesempatan siswa untuk lebih leluasa dalammengekspresikan potensi kreatifnya (Sternberg & Lubart, 1995).

    Uraian di atas menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti kreativitas siswabaik berupa kemampuan berpikir kreatif maupun menulis kreatif. Subjekpenelitian yang digunakan

    6

  • dalam penelitian ini adalah siswa MTs Surya Buana kelas VII (tujuh) yangdiperkirakan berusia antara 12 sampai 14 tahun. Alasan pengambilan subjekpada usia ini didasarkan atas pertimbangan bahwa pembelajaran model synecticsmerupakan model pembelajaran yang cukup kompleks sehingga akanmengalami kesulitan jika dilakukan pada anak-anak yang masih terlalu kecilpadahal pelatihan kreativitas akan sangat efektif jika seandainya dilakukan padaanak-anak (McCrae, et. All., 1997) dengan pertimbangan tersebut maka diambilsubjek yang usianya berada di antara usia kanak-kanak dan usia dewasa.

    Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitianeksperimental yang bertujuan untuk membandingkan efek perlakuan berupapenggunaan pembelajaran model synectics yang diberikan pada kelompokeksperimen dan pembelajaran model konvensional yang diberikan padakelompok pembanding pada pelajaran bahasa Indonesia dalam mengembangkankemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menulis kreatif siswa kelas tujuh(VII) MTs Surya Buana.

    Ada 3 (tiga) fokus masalah yang ingin dicari jawabannya dalam penelitianini, yakni Pertama, Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif antarakelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model synectics dengankelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model konvensional padapelajaran bahasa Indonesia? Kedua, Apakah ada perbedaan kemampuan menuliskreatif antara kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model synecticsdengan kelompok yang diberikan perlakuan pembelajaran model konvensionalpada pelajaran bahasa Indonesia?, dan Ketiga, Apakah terdapat hubungan antarakemampuan berpikir kreatif siswa dengan kemampuannya dalam menuliskreatif?

    B Signifikansi dan Keterbatasan StudiPenelitian ini berpijak pada asumsi bahwa pengembangan kreativitas bisa

    dan perlu dilakukan, karena a) Setiap siswa pada dasarnya adalah mempunyaipotensi kreatif, b) Kreativitas bisa ditingkatkan bila diberi rangsangan,kesempatan, dan latihan, c)

    7

  • Kreativitas pun dapat berkurang dengan cara pengasuhan dan pendidikan yangkurang tepat. Pendapat di atas, memberikan peluang kepada setiap peneliti yangtertarik dengan konsep kreativitas untuk mengembangkan dan memupukkreativitas denganberbagai metode. Karena itu, kreativitas bisa dikembangkandengan pembelajaran di kelas melalui pemilihan model pembelajaran yang tepat.

    Penggunaan synectics sebagai model pengembangan kreativitas didasaripendapat Gordon (Joyce, Weil, &Kluwin,1990) yang menyatakan bahwa 1)proses kreatif dapat dideskripsikan secara konkret sehingga bisa dikembangkanmelalui proses pembelajaran baik secara individu maupun kelompok; 2) Proseskreatif individu pada dasarnya serupa dengan proses kreatif dalam kelompok;dan 3) Berbagai penemuan dalam bidang ilmu dan sains diperoleh melaluiproses berpikir kreatif.

    Beberapa aspek yang menjadi keterbatasan pada studi pembahasan dalambuku ini di antaranya adalah:1. Konsep berpikir kreatif hanya diukur dengan test Torrence yang hanya

    mampu mengukur empat indikator dari kemampuan berpikir kreatif yaitufluency, flexibiliy, originality, dan elaborationpadahal masih ada ciri lainyang tidak terungkap oleh tes ini.

    2. Kemampuan menulis kreatif yang diteliti hanya berupa cerita pendek,padahal masih ada bentuk lain yang bisa diteliti misalnya menulis puisi,autobiografi, naskah drama, dan lain sebaginya.

    3. Karakteristik sikap kreatif menggunakan kerangka teori yang diajukanSternberg & Lubart (1995) yang hanya mengungkap adanya enamkarakteristik, padahal berdasarkan kajian para ahli masih ada karakteristiklain yang menjadi ciri dari sikap kreatif, diantaranya adalah sensitivitasterhadap masalah, sensitivitas terhadap humor, dan lain sebagainya.

    3. Keterbatasan lain dalam penelitian ini terletak pada subjek penelitian yangdilakukan pada siswa sekolah menengah pertama, sehingga hasilnya tidakdapat digeneralisasikan pada jenjang pendidikan yang lain atau pada siswayang usianya berbeda.

    8

  • 5. Pelajaran yang dipilih sebagai sarana intervensi bagi Kegiatan synecticshanya pelajaran bahasa Indonesia saja, sehingga ada kemungkinanpenerapannya menjadi berbeda jika digunakan pada pelajaran lain.

    6. Tidak melakukan randomisasi ketika menentukan subjek penelitian. Hal inidikarenakan adanya kesulitan untuk merubah susunan anggota kelas yangsudah ditentukan sebelumnya oleh pihak sekolah.

    C. Kerangka Konsep PenelitianPenelitian ini diawali dengan adanya keresahan baik dari ilmuwan maupun

    praktisi pendidikan tentang kurangnya perhatian terhadap kreativitas, padahalkreativitas merupakan suatu potensi yang sangat penting baik secara individumaupun secara sosial. Pada tingkat individu kreativitas berguna untukmemecahkan masalah hidup sehari-hari, sedangkan pada tingkat sosial berfungsisebagai pemandu pengembangan ilmu dan teknologi (Sternberg, 1999).

    Pendidikan saat ini dianggap kurang mengapresiasi kreativitas, padahalkreativitas dan kecerdasan intelektual mempunyai peranan yang sama dalammencapai keberhasilan belajar. Schmidt (2006) menjelaskan bukti tentangadanya kemampuan kreatif sering muncul pada anak-anak, tapi seiring denganbertambahnya usia kemampuan tersebut menjadi berkurang dan salah satu faktoryang menyebabkan kurang berkembangnya kreativitas adalah pendidikan yangkurang mengapresiasi terhadap kemampuan kreatif anak. Selanjutnya dijelaskanoleh Ugur (2004) bahwa proses pembelajaran di kelas mempunyai peranan yangsangat strategis dalam mengembangkan kreativitas siswa.

    Salah satu cara untuk mengembangkan kreativitas dapat dilakukan dalamkelas (Cropley; 1994, Lynch &Harris, 2001; dan Sternberg, 1999). Penelitian inidilakukan sebagai salah satu jawaban bagi persoalan di atas, khususnyapengembangan kreativitas dalam bentuk kemampuan berpikir dan menuliskreatif siswa. Selanjutnya untuk memperjelas pelaksanaan

    9

  • penelitian ini, dibuat kerangka konseptual penelitian dalam bentuk gambarsebagai berikut:

    Gambar 1 Kerangka konsep penelitian

    Pada gambar 1 dijelaskan bahwa kreativitas siswa dapat dikembangkanberdasarkan tujuan pembelajaran yang dibuat dan dilakukan oleh guru dan siswadalam aktivitas pembelajaran. Pengembangankreativiitasyangdigunakanadalahberupakegiatan synectics yang dilakukan pada pelajaranbahasa Indonesia.

    D. Penjelasan Istilah KunciDalampenelitianinibeberapakonsep dibatasipengertiannya agar mudah

    dalam mengukurnya dan tidak menimbulkan salah pengertian. Beberapa konsepyang perlu dijelaskan pengertiannya adalah pembelajaran synectics,pembelajaran konvensional, berpikir kreatif, menulis kreatif, sikap kreatif, jeniskelamin, dan usia. Definisi selengkapnya tentang konsep- konsep tersbut adalahsebagai berikut:1. Kegiatan model synectics adalah salah satu model pembelajaran dengan

    menggunakan analogi yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuanberpikir

    10

  • dari berbagai sudut pandang. Kegiatan model synectics diberikan pada pelajaranbahasa Indonesia yang diberikan selama 8 kali pertemuan dan setiap pertemuandilakukan selama 100 menit. Ada tiga jenis analogi yang digunakan padapembelajaran model synectics yaitu:a. Analogi langsung adalah analogi yang menganalogikan suatu konsep abstrak

    dengan kehidupan yang nyata. Pada analogi ini siswa diminta untukmenganalogikan konsep abstrak dengan situasi kehidupan nyata. Misalnyabagaimana caranya memindahkan perabot yang berat kedalam ruang kelas,dianalogikan dengan bagaimana caranya hewan membawa anak-anaknya.Efektifitas analogi langsung bisa dilihat dari jarak konseptualnya, semakinjauh jarak konseptual, maka semakin tinggi kemampuannya dalammelakukan analogi.

    b. Analogi personal adalah analogi yang menempatkan orang yangmenganalogi dengan masalah yang dihadapinya. Pada analogi ini siswadiminta untuk mengungkapkan perasaannya seandainya menjadi objekanalogi, penekanan pada kegiatan ini terletak pada keterlibatan empatetikterhadap objek analogi. Efektivitas analogi personal bisa dilihat daribanyaknya ungkapan yang dikemukakan, semakin banyak ungkapan yangdikemukakan maka semakin baik kemampuan analogi personalnya.

    c. Analogi compressed conflict,yaitu membuat suatu pasangan kata yangberlawanan, kemudian merangkaikannya dalam suatu kalimat. Padakegiatan ini siswa diharapkan mengemukakan pasangan kata yangberlawanan dan bisa digunakan untuk mendeskripsikan suatu objek. Kata-kata dalam pasangan ini diambil dari hasil kegiatan membuat analogilangsung dan analogi personal.

    11

  • Kreativitas adalah interaksi antara sikap, proses, dan lingkungan dimanaseseorang atau sekelompok orang menghasilkan suatu karya yang dinilai barudan berguna dalam konteks sosialnya. Pada penelitian ini kreativitas dikaji dariaspek:a. . Kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan menggunakan Torrence

    Test of Creative Thinking (Torrence, 1999).Tes ini mampu mengungkapkeempat indikator berpikir kreatif sebagai berikut:

    1) fluencydiartikan sebagai kelancaran dalam kata, mengemukakan gagasan,menghubungkan sesuatu, dan berekspresi. Kelancaran ini merujuk padakemampuan untuk mengemukakan banyaknya gagasan.

    2) flexibilitydiartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan gagasan yangbervariasi

    3) originalitydiartikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan gagasan yangtidak biasa,

    4) elaborationdiartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan gagasandan merincinya secara detail.

    b. Kemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan membuatkarangan berupa cerita pendek. Penilaian tes ini dilakukan berdasarkanexpert judgment. Kriteria tulisan kreatif didasarkan pada tiga kategoriproduk kreatif yaitu:

    1) Novelty(kebaruan) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai unsur-unsur baru baik dalam teknik, bahan, ataupun konsep. Dalam suatukarangan, aspek kebaruan bisa dilihat dari isi karangan yang memenuhi duakriteria yaitu unik dan menakjubkan.

    2) Resolution(pemecahan) yaitu sejauhmana produk tersebut memenuhikebutuhan untuk mengatasi situasi bermasalah. Dalam suatu karangan,aspek pemecahan bisa dilihat dari isi dan alur cerita

    12

  • suatu karangan yang memenuhi empat kriteria yaitu:masukakal,bermanfaat, bernilai, dandapat dipahami.

    3) Style(bentuk) yaitu sejauhmana produk tersebut mempunyai bentuk yangberbeda dengan produk lain. Dalam suatu karangan, aspek bentuk bisadilihat dari karangan yang memenuhi tiga kriteria yaitu: inti, sempurna, dancanggih,

    c. Sikap kreatif yaitu suatu karakteristik kepribadian yang bersifat non-kognitif berupa sikap yang cenderung menetap pada diri seseorang. Untukmengukur karakteristik sikap kreatif digunakan skala psikologis tentangsikap kreatif yang disusun penulis, adapun karakteristik sikap kreatif adalahsebagai berikut:

    1) Ketekunan dalam menghadapi cobaan yaitu kesabaran seseorang untuktetap mengerjakan atau menyelesaikan tugas atau masalah yang sedangdihadapi. Masalah yang dihadapi bisa berupa masalah dalam kehidupansehari-hari ataupun masalah akademik yang berhubungan dengan tugas-tugas sekolah.

    2) Keberanian menanggung resiko yaitu kesanggupan atau kesediaanseseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yang akan diusahakanatau dihasilkan. Resiko yang akan ditanggung bisa berupa pengorbananmaterial, pengorbanan fisik, pengorbanan psikologis, dan pengorbanansosial.

    3) Keinginan untuk berkembang yaitu hasrat untuk selalu tumbuh danberkembang ke arah yang lebih baik, sehingga selalu berusaha untukmemperbaiki diri dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

    4) Toleransi terhadap kemenduaan yaitu penerimaan diri terhadap adanyasesuatu yang berbeda dengan dirinya. Sikap ini ditunjukkan dengan

    13

  • adanya sikap apresiatif terhadap sesuatu yang ambigu karena hal tersebut bukandianggap sebagai sesuatu yang mengancam dirinya.

    1) Keterbukaan terhadap pengalaman baru yaitu suatu kemampuan untukbersikap fleksibel, terbuka, menghargai berbagai pandangan orang lainsehingga memungkinkan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dankeinginan untuk mendapatkan tantangan baru.

    2) Keteguhan terhadap pendirian yaitu suatu kepercayaan atas adanyakemampuan yang dimiliki oleh diri sehingga dia menjadi bebas dalamberpendapat dan berani berbeda dengan lingkungan sekitarnya walaupunharus menerima resiko yang tidak menyenangkan.

    3. Jenis kelamin adalah karakteristik anatomis yang membedakan antara laki-laki dan perempuan yang diakibatkan karena jumlah kromosom X dan Ypada diri seseorang. Jenis kelamin pada penelitian ini dimaksudkan sebagaiidentitas subjek (laki-laki atau perempuan) yang diperoleh subjek ketikamengisi instrumen penelitian. Data yang diperoleh diubah menjadi databerbentuk nominal dan dikode menjadi:

    1) laki-laki; dan 2) perempuan.[]

    14

  • Bab 2

    Kreativitas dan Synectics dalam PraktikPembelajaran

    Saya telah mengajar siswa baik di sekolah dasar maupun sekolahlanjutan dengan menggunakan model pembelajaran synectics.

    Saya harus mengakui bahwa, dengan synectics saya jadidapat mengerti kemauan para siswa dan saya pun bisa memberikan

    sentuhan-sentuhan kecil, sehingga mereka bisa melakukanproses pembelajaran dengan menyenangkan.

    Surat dari Bruce Joyce (penulis buku Model of Teaching) kepadaWilliam Gordon (penemu Synectics), Januari 1971

  • A. KreativitasJuan Huarte seorang ahli filsafat dari Spanyol (dalam Wahab, 2006)

    memperkenalkan adanya tiga tingkat kecerdasan pada manusia. Tingkatanterendah yang dimiliki manusia adalah docile wit.Pada tingkatan ini, makhlukhidup mampu mencerap gejala dunia luar melalui alat indera. Kecerdasan yanglebih tinggi dari docile witadalah normal human ingenio. Dengan kecerdasan ini,manusia mampu menguasai pengetahuan dengan memanfaatkan data indrasehingga mampu menyusun sistem kognitif yang dapat berkembang secarasendiri. Kecerdasan paling tinggi yang dimiliki manusia adalah truecreativity.Dengan kreativitas, manusia mampu mencipta karya yang tidakpernah dilihat, didengar, diraba, dan dicium sebelumnya.

    Salah seorang ahli psikolinguistik yang bernama Chomsky (1972)menjelaskan bahwa kreativitas manusia dalam pemakaian bahasa tidak dapatdijelaskan dengan pendekatan stimulus- responses saja. Pemakaian bahasamenyangkut kecendekiaan manusiabiasa dan kreativitas sejati, karena itu bahasamerupakan milik khas manusia. Pada tingkat yang paling rendah pun, yaitu padatingkat docile wit,binatang tidak akan mampu menyamai manusia. Kera yangpaling cerdas sekalipun tidak akan mampu menyamai manusia yang palingbodoh. Sepandai-pandainya binatang, kemampuan intelegensianya hanyalahpada tingkat docile wit,sebaliknya, sebodoh-bodoh manusia, ia masih memilikikreativitas yang lebih dari binatang.

    Selanjutnya, salah satu masalah penting dalam meneliti danmengembangkan kreativitas adalah adanya banyak definisi tentang kreativitas,tapi tidak ada satupun yang dapat diterima secara universal, karena itu menurutMunandar (1999) tidak mungkin atau bahkan tidak perlu mendefinisikankreativitas yang dapat diterima secara umum karena kreativitas dapat ditinjaudari aspek yang berbeda-beda.

    Rhodes (1961) berdasarkan kajian terhadap 40 definisi tentang kreativitasmenyimpulkan bahwa pada umumnya kreativitas didefinisikan sebagai pribadi(person), proses (process), produk (product),dan pendorong (press).Pemahamandi atas

    15

  • kemudian dikenal dengan "P Four's Creativity.Selanjutnya dijelaskanbahwa sebagai processkreativitas berarti kemampuan berpikir untukmembuat kombinasi baru, sebagai product kreativitas diartikan sebagaisuatu karya baru, berguna, dan dapat dipahami oleh masyarakat padawaktu tertentu, sebagai person kreativitas berarti ciri-ciri kepribadian nonkognitif yang melekat pada orang kreatif, dan sebagai pressartinyapengembangan kreativitas itu ditentukan oleh faktor lingkungan baikinternal maupun eksternal.

    Munandar (1999) menjelaskan keempat P tersebut salingberhubungan antara satu sama lain, pribadi kreatif yang melibat diri dalamproses kreatif dan dengan dukungan dan dorongan dari lingkungan, akanmenghasilkan produk kreatif Selanjutnya Torrence (1988) menjelaskanhubungan keempat aspek tersebut sebagai berikut: dengan berfokus padaproses kreatif, dapat ditanyakan jenis pribadi bagaimanakah yang akanberhasil dalam proses tersebut? Lingkungan bagaimanakah yang akanmemudahkan proses tersebut? dan Produk bagaimanakah yang dihasilkandari proses tersebut?

    Plukers, et al (2004) melakukan kajian yang mendalam dari berbagailiteratur tentang kreativitas dan menyimpulkan bahwa kreativitas adalahinteraksi antara sikap, proses, dan lingkungan di mana seseorang atausekelompok orang menghasilkan suatu karya yang dinilai baru danberguna dalam konteks sosialnya.

    Pendapat lain menyatakan bahwa definisi kreativitas dapatdikategorikan pada dua kelompok, yaitu 1) yang berorientasi padakemampuan dan 2) yang berorientasi pada produk (Urban & Jellen, 1996).Definisi kreativitas yang menekankan pada kemampuan telahdikemukakan Evans (1991) yang menyatakan bahwa kreativitasmerupakan aktivitas berpikir yang menghasilkan cara baru dalammemandang suatu masalah, sedangkan definisi yang menekankan padaproduk mendefinisikan kreativitas sebagai karya yang memiliki sifat baru,berguna, dan dapat dipahami(Amabile, 1996; dan Sternberg & Lubart,1995).

    17

  • Penelitian ini menggunakan pendekatan Rhodes (1961) dalammemahami kreativitas, artinya kreativitas dipahami dari pendekatanprocess, person, product, dan press.Hal ini sejalan dengan pendapatBeattie (2000) yang menjelaskan bahwa keempat komponen itulah yangbiasa dilakukan dalam memahami kreativitas.T

    Gambar 2Model pendekatan P Four's creativity

    Pada gambar 2 dijelaskan bahwa kreativitas merupakan hasil interaksiantara proses, pribadi, produk dan lingkungan. Pada penelitian ini, prosesdiartikan sebagai proses berpikir kreatif yang diukur dengan tes Torrence,pribadi diartikan sebagai karakteristik sikap kreatif yang diukur denganskala sikap kreatif, produk diartikan sebagai hasil karya siswa dalammembuat suatu tulisan kreatif berupa cerita pendek, dan lingkungandiartikan sebagai usaha untuk menciptakan suasana kondusif bagipengembangan kreativitas siswa di sekolah berupa penggunaan kegiatansynectics pada pelajaran bahasa Indonesia.

    18

  • B. Pengukuran KreativitasBeberapa peneliti, walaupun tidak sepakat tentang pengertian

    kreativitas, ternyata mereka mampu mengembangkan pengukurankreativitas dari tiga aspek. Para peneliti (Eysenk, 1993, Simonton, 2003,Salsedo, 2006) telah meneliti kreativitas berdasarkan pada aspek produk,proses, dan kepribadian. Selanjutnya Salsedo (2006) menjelaskan bahwapengukuran kreativitas sebagai produk berarti memfokuskan pada hasilkegiatan kreatif, sebagai proses berarti memfokuskan pada bagaimanaindividu dalam mengekspresikan kreativitasnya, dan sebagai kepribadianberarti memfokuskan pada sikap, minat, motivasi dan faktor-faktorkepribadian lain yang berhubungan dengan kegiatan kreatif.

    Berdasarkan ketiga aspek tersebut, Cropley & Cropley (2000)menjelaskan adanya tiga jenis tes kreativitas, yaitu:1. Tes yang mengukur aspek proses kreatif, contoh tes pada kategori ini

    adalah Creativity Tests for Children (CTC) dari Guilford (1976),Torrence Test of Creative Thinking (TTC) dari Torrence (1999),Remote Associated Test (RAT) dari Mednick (1962); TriarchicAbilities Test dari Sternberg (1997); dan Test of Creative Thinking-Divergent Production dari Urbans & Jellen's (1996).

    2. Tes yang mengukur karakteristik kepribadian kreatif, contoh tes yangmasuk pada kategori ini adalah Alpha Biographical Inventory(ABI)yang dibuat oleh Taylor &Ellison (1968), Creative ActivitiesChecklist(CCL) dari Runco (1987), dan Creative attitude surveydariSchaefer (1971).

    3. Tes yang mengukur aspek produk kreatif, contoh tes yang masukpada kategori ini adalah Creative Product Inventori (CPI) dari Taylor(1975) yang mengukur aspek generation, reformulation, originality,relevancy, hedonics, complexity dan condensation; dan CreativeProduct Semantic Scale (CPSS) dari Besemer & O'Quin (1987).

    19

  • Pengukuran kreativitas pada aspek produk, dapat juga diukur daribentuk tulisan atau gambar yang dibuat subjek (Sternberg & Lubart,1995), bahkan Munandar (1999) mengajukan cara pengukuran suatukarangan atau tulisan kreatif sebagai berikut:1. Aspek kelancaran dalam berpikir (fluency).Aspek ini dinilai

    berdasarkan jumlah kata yang digunakan dalam suatu karangan. Skor1 (satu) diberikan jika jumlah kata kurang dari 50; skor 2 (dua)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 51-100; skor 3 (tiga)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 101-150; skor 4 (empat)diberikan jika jumlah kata berkisar antara 151-200; dan skor 5 (dua)diberikan jika jumlah lebih dari 201.

    2. Aspek keluwesan dalam berpikir (flexibility).Aspek ini dinilaiberdasarkan kemampuan yang dimanifestasikan dalam berbagaigagasan atau proses berpikir yang tidak kaku tapi terungkap dalamberbagai variasi dalam: 1) bentuk kalimat seperti kalimat sederhana,majemuk, dan kompleks; 2) penggunaan kalimat yang bervariasiseperti kalimat deklaratif, interogatif, dan panjang pendeknya kalimat;dan 3) mengandung daya imajinasi dan fantasi pada kalimat.

    3. Aspek orisinalitas mengacu pada keunikan isi dan gaya. Hal ini dapatdinilai berdasarkan pada: 1) orisinalitas dalam tema mengacu padapenemuan tema baru atau luar biasa; 2) orisinalitas dalam pemecahanmasalah mengacu pada pengungkapan gagasan yang diharapkanmembuat kejutan; 3) orisinalitas dalam penggunaan kata atau namamengacu pada penggunaan dua kata atau lebih untuk mengungkapkansuatu konsep; 4) orisinalitas dalam gaya karangan mengacu pada gayatulisan. Selain itu, juga dinilai aspek humor yang mengacu padasejauhmana gagasan tersebut membuat orang lain tertawa atautersenyum.Besemer &O'Quin (1987) mengajukan cara pengukuran produk

    kreatif dengan membuat alat ukur berupa Creative Product SemanticScale.Ia menyebutkan adanya tiga kriteria suatu produk dikategorikansebagai produk

    20

  • kreatif, yaitu: 1) mempunyai unsur kebaruan (novelty),2) mempunyaiunsur Pemecahan (resolution), dan 3) mempunyai unsur elaborasi(elaboration)& sintesis (synthesis).Dalam hubungannya dengan kemampuan menulis kreatif, Besemer (2005)melakukan revisi terhadap kriteria di atas, ia mengganti aspok elaborationdan synthesisdengan istilah style(bentuk).

    Penulis menggunakan pendapat Besemer (2005) dalam mengukurkemampuan menulis kreatif yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspeknovelty, resolution, dan style.Alasan digunakannya pendapat ini sebagaiacuan dalam membuat pedoman penilaian karena pendapat ini mengukuraspek produk kreatif. Lain halnya dengan pendapat Munandar (1999) yangwalaupun pedomannya sangat praktis untuk digunakan, tapi aspek yangdiukur lebihmerupakan kemampuan berpikir kreatif daripada produk kreatif.

    Penggunaan pedoman penilaian dengan Creative Product SemanticScaletelah banyak dilakukan diantaranya oleh White &Smith (2001),mereka menilai 15 buah iklan kreatif yang terdapatd alam 12 majalah, hanya saja mereka tidak menggunakan semuaaspek seperti yang terdapat pada Creative Product Semantic Scale, padadimensi noveltyhanya digunakan aspek originality. Pada dimensiresolutionhanya digunakan aspek logikal, dan pada dimensi elaborationand synthesishanya digunakan aspek well-crafted.

    C. Model Pengembangan KreativitasPada penelitian ini, sesuai dengan masalah yang ingin dikaji

    pengukuran kreativitas dilakukan pada tiga aspek yaitu 1) aspekkreativitas sebagai proses yang diukur dengan tes kemampuan berpikirkreatif; 2) aspek kreativitas sebagai produk yang diukur dengan teskemampuan menulis kreatif berupa cerita pendek; dan 3) kreativitassebagai pribadi yang diukur dengan skala sikap kreatif; 4) sedangkanaspek press diartikan sebagai usaha menciptakan lingkungan pembelajarandi sekolah yang mampu mengembangkan kreativitas siswa dengan caramenggunakan kegiatan synectics.

    21

  • Selanjutnya, pengembangan kreativitas dalam konteks pendidikan disekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara, Ama- bile (1996)mengajukan tiga cara untuk mengembangkannya, yaitu:

    1. Pengembangan kreativitas melalui mata-pelajaran tertentu misalnyapengembangan kreativitas menulis dikembangkan dalam matapelajaran bahasa indonesia.

    2. Pengembangan kreativitas dilakukan dengan cara melakukanpelatihan kognitif berupa teknik peningkatan berfikir kreatif yangdiberikan di luar jam pelajaran sekolah.

    3. Pengembangan kreativitas dengan cara mendorong atau menciptakansuasana yang memungkinkan munculnya perilaku kreatif. Pada caraini kreativitas tidak diajarkan secara langsung karena itu yang dapatdilakukan guru adalah menjadi stimulator untuk memunculkan ataumempertahankan motivasi intrinsik siswa yang pada gilirannya akanmemunculkan sikap dan perilaku kreatif.Pendapat di atas, mempertegas bahwa pengembangan kreativitas yang

    dilakukan pada penelitian ini menggunakan pendekatan pertama karenapengembangan kreativitas yang diukur dengan kemampuan berpikirkreatif dan kemampuan menulis kreatif siswa dilakukan di sekolah melaluipelajaran bahasa Indonesia.

    Kemampuan Berpikir KreatifKemampuan berpikir kreatif adalah salah satu kemampuan berpikir

    yang biasa dilakukan seseorang. Kemampuan ini sering diartikan secaraoverlappingdengan istilah kreativitas. Guilford salah seorang ahlipsikologi mantan ketua APA (American PsychologicalAssociation)menyatakan bahwa kemampuan seseorang dalammemecahkan masalah terbagi pada dua jenis yaitu dengan berpikir kritis(konvergen) yang cenderung menginginkan jawaban tunggal yang palingbenar, atau dengan cara berpikir kreatif (divergen) yaitu suatu kemampuanuntuk memberikan jawaban dengan berbagai alternatif.

    22

  • Guilford (1959) menyebutkan adanya tujuh karakteritik darikreativitas yaitu kepekaan terhadap masalah, kelancaran, kefleksibelan,keaslian, kemampuan menganalisis, kemampuan melakukan sintesis, dankemampuan untuk meredefinisi sesuatu. Namun, pada perkembanganselanjutnya, Guilford (1967) menyebutkan hanya ada tiga ciri pentingyaitu kelancaran, kefleksibelan, dan keaslian. Baru pada tahun-tahunberikutnya, ia menambahkan adanya satu ciri lagi berupa kemampuanmengelaborasi. Untuk mengukur kemampuan-kemampuan tersebut, iamengembangkan alat ukur yang disebut dengan tes berpikir divergen.Namun, ternyata tes tersebut dianggap hanya mengukur kemampuansubjek untuk kreatif, bukan mengukur kreativitasnya.

    Banyak ahli yang kemudian mengkritisi dan berusaha memperbaikites tersebut, diantaranya adalah Torrence (1981) yang berdasarkankeempat ciri tersebut kemudian mengembangkan test berpikir kreatif(Torrence Test of Creative Thinking)yang mampu mengungkapkelancaran, kefleksibelan, keaslian, dan elaborasi, walaupun temuanCrockenberg (dalam Kleiner, 1991) menunjukkan bahwa di antarakeempat ciri tersebut ternyata aspek elaborasi tidak berkorelasi tinggidengan ketiga ciri yang lain.

    Selanjutnya, Baer (1993) menjelaskan mengenai empat kriteriaberpikir kreatif, yaitu: 1) fluencyyang diartikan sebagai kelancaran dalamkata, mengemukakan gagasan, menghubungkan sesuatu, dan berekspresi.Kelancaran ini merujuk pada kemampuan untuk mengemukakanbanyaknya gagasan; 2) flexibilitydiartikan sebagai kemampuan untukmenghasilkan gagasan yang bervariasi; 3) originalitydiartikan sebagaikemampuan untuk menghasilkan gagasan yang tidak biasa, dan 4)elaborationdiartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan gagasandan merincinya secara detail.

    Pada penelitian ini, berpikir kreatif merujuk pada pendapat yangdikemukakan Torrence (1981), karena selain secara teoritis sangatmemadai juga alat ukur yang digunakan menggunakan tes Torrence yangsudah teruji validitasnya. Hasil penelitian

    23

  • Plucker (1999) menemukan bahwa test Torrence mempunyai validitasprediktif terhadap prestasi yang dianggap kreatif dengan koefisien korelasisebesar 0,700.

    Hasil kajian Lynch &Harris (2001) melaporkan bahwa tes ini telahdigunakan lebih dari 75% untuk anak-anak sekolah dasar dan sekolahmenengah, dan 40% untuk orang dewasa dari penelitian yangdipublikasikan dalam berbagai jurnal, bahkan berdasarkan laporan Miliar(Kim, et al, 2006) tes Torrence ini telah diterjemahkan ke dalam bahasaasing lebih 35 bahasa.

    Kemampuan Menulis KreatifGerard (1996) membagi kegiatan menulis kedalam dua jenis, yaitu

    menulis akademis (academic writing)yang cenderung memfokuskan padapembahasan mengenai pengembangan tema dalam suatu teks dan menuliskreatif (creative writing) yang merupakan salah satu elemen dari menulisakademis, yang membahas mengenai suatu tema tapi tidak dalam bentukuraian yang argumentatif. Selanjutnya, menulis kreatif adalah kegiatanmenulis yang bertujuan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanpenulis dalam bentuk imajinatif, spontan dan asli. Percy (1993)berpendapat bahwa menulis kreatif merupakan gagasan ekspresif yangmengalir dari pikiran seseorang ke dalam suatu tulisan. Selanjutnyadikatakan bahwa kebiasaan menulis kreatif dapat memberikan manfaatbagi kehidupan seseorang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Pentingnya kegiatan menulis telah dibuktikan oleh beberapa hasilpenelitian, diantaranya Post (1994) yang menemukan bahwa para penuliscenderung lebih mampu bertahan dari masalah-masalah mental dibandingdengan kebanyakan orang. Temuan ini didukung oleh pendapat Lowe(2006) yang menyatakan bahwa kegiatan menulis kreatif mempunyai nilaiterapeutik, Ia membuktikan bahwa kegiatan menulis berpengaruh positifterhadap kesehatan mental dan fisik, artinya semakin sering seseorangmenulis, akan semakin sehat orang tersebut.

    Selanjutnya Greene &Petty (1991) membagi kegiatan menuliskarangan kedalam dua jenis, yaitu: 1) menulis praktis yaitu

    24

  • mengarang yang sifatnya faktual, fungsional, dan ekspositori, dan 2)menulis kreatif yaitu mengarang yang sifatnya personal dan tidakselamanya mempunyai kegunaan praktis, selanjutnya dikatakan bahwakarangan kreatif dicirikan dengan adanya tiga sifat yaitu orsinil (asli),spontan (langsung), dan imaginatif.

    Bentuk dari tulisan kreatif di antaranya adalah cerita pendek, puisi,autobiografi, naskah drama, dan lain-lain. Pada penelitian ini, jenis tulisankreatif yang diteliti adalah berupa cerita pendek yang mempunyai ciri-cirisebagai berikut: 1) memfokuskan pada satu peristiwa; 2) hanyamempunyai satu plot; 3) hanya mempunyai satu setting; 4) terbatas padasejumlah karakter; dan 5) terbatas pada konteks waktu tertentu (Burroway,2003). Ahli lain, Roekhan (1991) mengartikan menulis kreatif sastrasebagai proses penciptaan karya sastra yang dimulai dari 1) munculnya idedalam pikiran penulis; 2) penuangan dan pengkristalan ide tersebut; 3)menetapkan bentuk media ekspresi bahasanya; dan4) mengekspresikan atau menuliskan ide tersebut menjadi karya sastra.Karakteristik Sikap Kreatif

    Sikap kreatif adalah suatu karakteristik kepribadian non- kognitifyang biasanya terdapat pada orang kreatif. Istilah sikap kreatif (creativeattitude)telah digunakan oleh beberapa ahli seperti Germana (2007),Munandar (1997). Bahkan Schaefer (1971), telah menyusun instrumenpengukuran tentang sikap kreatif. Ada beberapa karakteristik sikap kreatifyang disebutkan oleh para ahli. Sternberg & Lubart (1995) menyebutkanciri-cirinya sebagai berikut: 1) ketekunan dalam menghadapi tantangan; 2)keberanian untuk menanggung resiko; 3) keinginan untuk berkembang; 4)toleransi terhadap ketaksaan; 5) keterbukaan terhadap pengalaman baru;dan 6) keteguhan terhadap pendirian.

    Kriteria di atas ternyata banyak disetujui dan didukung oleh tokoh-tokoh lain seperti Munandar, (1999), Amabile, (1996), Cramond, (1998),Csikszentmihalyi, (1996), dan Starko, 1995). Selanjutnya keenam kriteriadi atas dijadikan sebagai indikator sikap kreatif adalah sebagai berikut:

    25

  • 1. Ketekunan dalam menghadapi cobaan (Sternberg & Lubart, 1995)yaitu kemampuan seseorang untuk tetap mengerjakan ataumenyelesaikan tugas atau masalah yang sedang dihadapi. Masalahyang dihadapi dapat berupa masalah dalam kehidupan sehari-hariataupun masalah akademik yang berhubungan dengan tugas-tugassekolah.

    2. Keberanian menanggung resiko (Amabile, 1996; Cramond, 1998;Csikszentmihalyi, 1996; Sternberg, 2000) yaitu kesanggupan ataukesediaan seseorang untuk mengambil resiko terhadap apa saja yangakan diusahakan atau dihasilkan. Resiko yang akan ditanggung dapatberupa pengorbanan material, pengorbanan fisik, pengorbananpsikologis, dan pengorbanan sosial.

    3. Keinginan untuk berkembang (Sternberg, 2000) yaitu hasrat untukselalu tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik. Karakteristikini dapat terlihat dari sikap yang selalu berusaha untuk memperbaikidiri dari kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat.

    4. Toleransi terhadap ketaksaan (Amabile, 1996; Davis, 1998; Starko,1995, Sternberg, 2000) yaitu penerimaan diri terhadap adanya sesuatuyang berbeda dengan dirinya. Karakteristik ini ditunjukkan denganadanya sikap apresiatif terhadap sesuatu yang ambigu dan tidakmenganggap ambiguitas sebagai ancaman terhadap dirinya.

    5. Keterbukaan terhadap pengalaman baru (Ama. le, 1983;Csikszentmihalyi, 1996;) yaitu suatu kemampuan untuk bersikapfleksibel, terbuka, menghargai berbagai pandangan orang lainsehingga memungkinkan untuk mendapatkan sesuatu yang baru, dankeinginan untuk mendapatkan tantangan baru.

    6. Keteguhan terhadap pendirian (Sternberg & Lubart, 1995) yaitu suatukepercayaan terhadap kemampuan yang dimiliki oleh diri sendirisehingga menjadi bebas dalam berpendapat dan berani berbedadengan lingkungan sekitarnya walaupun harus menerima resiko yangtidak menyenangkan.

    26

  • Keenam kriteria tersebut merupakan kriteria yang banyak digunakanoleh para ahli dalam mendeskripsikan karakteristik sikap kreatif, namundengan istilah yang berbeda-beda. Keenam kriteria di atas selanjutnyadibuat sebagai indikator dalam pembuatan skala sikap kreatif.I). Synectics

    Synectics adalah salah satu jenis kegiatan yang bertujuan untukmengembangkan kemampuan kreativitas. Istilah synectics diambil daribahasa Yunani, yang merupakan gabungan kata syn berartimenggabungkan dan ectics berarti unsur yang berbeda (Weaver &Prince,1990). Dalam dunia keilmuan, synectics biasanya berhubungan dengankreativitas dan pemecahan masalah, selain itu juga berhubungan dengandinamika kelompok dalam latihan berpikir. Pada awalnya, synecticsdikembangkan dalam dunia industri namun dalam perkembangannyaternyata sukses diterapkan dalam dunia pendidikan.

    Synectics adalah salah satu kegiatan berupa proses pemecahan secarakreatif dengan menggunakan analogi. Pada proses yang terjadi dalamsynectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yangmembelenggunya, selain itu kemampuan berpikir divergen dankemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang(Hummell, 2006). Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam synectics,yaitu 1) membuat sesuatu yang lazim menjadi asing, dan 2) membuatsesuatu yang asing menjadi lazim (Joyce &Weil, 2000).

    Hummell (2006) menjelaskan strategi yang harus dilalui ketikamembuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazimmenjadi asing yaitu: 1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saatini atau masalah yang sedang dihadapi; 2) menulis gagasan tentanganalogi langsung; 3)menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung; 4) mengeksplorasi sesuatuyang menjadi konflik; 5) membuat analogi langsung yang baru; dan 6)mengujinya dalam situasi yang nyata.

    27

  • D. Penerapan Synectics dalam PembelajaranSynetics dikembangkan oleh William Gordon dalam mengembangkan

    kemampuan kreatif. Inti kegiatannya berupa kegiatan metaphorik atauanalogi yaitu suatu kegiatan untuk melakukan perbandingan antara satuobjek atau gagasan dengan objek atau gagasan lain. Analogi dianggapmampu mengembangkan kreativitas karena dalam analogi ada usaha untukmenghubungkan antara apa yang sudah diketahui dengan apa yang ingindipahami (Kleiner, 1991). Bahkan, James (2002) menyimpulkan bahwaanalogi merupakan cara yang paling efektif dalam kreativitas. Padapenelitian ini ada tiga jenis analogi yang digunakan yaitu:1. Analogi langsung, yaitu kegiatan perbandingan sederhana antara dua

    objek atau gagasan, dalam pembandingan ini dua objek yangdibandingkan tidak harus sama dalam semua aspek, karena tujuansebenarnya adalah untuk mentranformasikan kondisi objek atausituasi masalah nyata pada situasi masalah lain sehingga terbentuksuatu cara pandang baru.Pada analogi ini siswa diminta untuk menganalogikan konsep abstrak

    dengan situasi kehidupan nyata. Misalnya bagaimana cara untukmemindahkan perabot yang berat kedalam ruang kelas, dapatdianalogikan dengan bagaimana cara hewan membawa anak-anaknya,untuk melihat efektivitas suatu analogi langsung dilihat dari jarakkonseptualnya, semakin jauh jarak konseptualnya, maka semakin baikkemampuannya dalam melakukan analogi langsung.

    Menurut Quintilian (dalam Wahab, 1986) dalam melakukan analogilangsung, proses perbandingan antara satu objek dengan objek lain dapatdilakukan dengan cara membandingkan antara benda mati dengan bendamati; benda hidup dengan benda hidup; benda hidup dengan benda bendamati; dan benda mati dengan benda hidup.

    28

  • 2. Analogi personal, yaitu kegiatan untuk melakukan analogiantara objek analogi dengan dirinya sendiri. Pada analogi ini siswadiminta menempatkan dirinya sebagai objek itu sendiri, untuk melihatefektivitas analogi personal dapat dilihat dari banyaknya ungkapan yangdikemukakan, semakin banyak ungkapan yang dikemukakan makasemakin tinggi skor analogi personalnya.Dalam kegiatan membuat analogi personal, siswa melibatkan dirinyasebagai objek atau gagasan yang dibandingkan. Misalnya siswa disuruhuntuk membandingkan dirinya dengan sebuah mesin, kemudianditanyakan bagaimana perasaannya seandainya itu terjadi?Apa yangdirasakan seandainya mesin itu dihidupkan? Dan kapan kira-kira mesinitu akan berhenti?Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengarahkan jarak konseptual terbentukdengan baik, semakin besar jarak konseptual maka akan semakin besarkemungkinan diperoleh gagasan baru. Menurut Gordon (Joyce, et al:1990) jarak konseptual dapat dilihat dari adanya keterlibatan dalam prosesanalogi. Selanjutnya dijelaskanadanyaempat keterlibatan yang mungkinterjadi ketika melakukan analogi, yaitu:a. Keterlibatan terhadap fakta yaitu prosesanalogiterhadap fakta yang

    dikenal tanpa menggunakan cara pandang baru dan tanpa keterlibatanempati, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka saya merasapanas.

    b. Keterlibatan dengan emosi yaitu prosesanalogidengan melibatkanunsur emosi, misalnya: seandainya saya menjadi mesin maka sayamenjadi kuat.

    c. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda hidup yaitu prosesanalogi dengan melibatkan emosi dan kinestetik pada objek analogi,misalnya: seandainya saya menjadi mobil, saya merasa sepertisedang mengikuti lomba balapan, dan saya jadi tergesa-gesa.

    29

  • d. Keterlibatan dengan empati pada benda-benda mati yaitu prosesanalogi dengan menempatkan diri subjek sebagai suatu objekanorganik dan mencoba memperluas masalah dari pandangan simpati,misalnya, seandainya saya menjadi mesin, saya tidak tahu kapanharus berjalan dan kapan harus berhenti. Seseorang akan bekerjauntuk saya.

    3. Analogi compressed conflict,yaitu kegiatan untuk mengombinasikantitik pandang yang berbeda terhadap suatu objek sehingga terlihat daridua kerangka acuan yang berbeda. Hasil kegiatan ini berupa deskripsitentang suatu objek atau gagasan berdasarkan dua kata atau frase yangkontradiktif, misalnya: bagaimana komputer itu dianggap sebagaipemberani atau penakut? Bagaimanakah mesin mobil dapat tertawaatau marah?Tujuan kegiatan ini adalah untuk memperluas pemahaman tentang

    gagasan-gagasan baru dan untuk memaksimalkan unsur kejutan, karena itumaka kegiatan compressed conflict dianggap sebagai kegiatan mentaltingkat tinggi. Pada analogi ini siswa diminta menyebutkan suatu objeksecara berpasangan. Semakin banyak pasangan yang disebutkan, semakintinggi skor yang diperoleh. Berdasarkan pasangan kata tersebut, siswadiharapkan mengemukakan objek sebanyak-banyaknya yang bersifatkontaradiktif, kemudian diminta menjelaskan mengapa benda tersebutbersifat kontradiktif.

    Synectics adalah salah satu kegiatan berupa proses pemecahan secarakreatif dengan menggunakan analogi. Pada proses yang terjadi dalamsynectics, seseorang mampu mengatasi hambatan mental yangmembelenggunya, selain itu kemampuan berpikir divergen dankemampuan untuk memecahkan masalah akan terus berkembang(Hummell, 2006). Ada dua jenis strategi yang digunakan dalam synectics,yaitu 1) membuat ses-

    30

  • uatu yang lazim menjadi asing, dan 2) membuat sesuatu yang asingmenjadi lazim (Joyce &Weil, 2000).

    Hummell (2006) menjelaskan strategi yang harus dilalui ketikamembuat sesuatu yang asing menjadi lazim atau membuat yang lazimmenjadi asing yaitu: 1) Mendefinisikan atau menggambarkan situasi saatini atau masalah yang sedang dihadapi; 2) menulis gagasan tentanganalogi langsung; 3) menulis reaksi terhadap hasil analogi langsung; 4)mengeksplorasi sesuatu yang menjadi konfliks; 5) membuat analogilangsung yang baru; dan 6) mengujinya dalam situasi yang nyata.

    Penerapan synectics dalam suatu kegiatan menurut Joyce, et al (1990)seharusnya menganut tiga prinsip yaitu:1. Prinsip reaksi mengacu pada respon guru terhadap siswanya.

    Diharapkan guru menerima semua respon siswa apapun bentuknyadan menjamin bahwa hal tersebut seolah-olah merupakan ungkapankreatif siswa, akan tetapi melalui pertanyaan evokatif, guru dapatmenstimulasi lebih lanjut kemampuan berpikir kreatifnya.

    2. Sistem sosial mendeskripsikan peranan dan hubungan antara gurudan siswa serta mendeskripsikan jenis norma yang disarankan. Sistemsosial dalam synectics terstruktur secara moderat, yang dalampraktiknya berupa guru mengawali dan mengarahkan siswa untukmemecahkan masalah melalui analogi, mengembangkan kebebasanintelektual, dan memberikan reward yang nantinya akan menjadikepuasan internal siswa yang diperoleh dari pengalaman belajar.

    3. Sistem pendukung mengacu pada kebutuhan yang diperlukan untukimplementasi. Sistem pendukung dalam kegiatan synectics terdiri daripengalaman guru tentang kegiatan synectics, lingkungan yangnyaman, laboratorium, atau sumber belajar lainnya.Pelaksanaan kegiatan synectics pada penelitian ini menganut prinsip-

    prinsip Joyce, et al (1990) yang menyarankan adanya prinsip reaksiartinya guru menerima semua respons siswa se-

    31

  • cara positif, sistem sosial artinya guru memberikan kebebasan padasiswa untuk berkembang dan memberikan reward sehingga kepuasaninternal siswa terpenuhi, dan sistem pendukung artinya guru berusahauntuk menciptakan suasana yang mendukung pada proses pembelajaran.

    E. Pengembangan Kreativitas melalui SynecticsSynectics diduga efektif dalam mengembangkan kreativitas, baik

    dalam bentuk kemampuan berpikir kreatif maupun kemampuan menuliskreatif karena dalam kegiatan synectics, siswa mempunyai kesempatanuntuk melakukan kegiatan analogi yang sangat erat kaitannya dengankreativitas. Bahkan, James (2002) menjelaskan bahwa analogi merupakancara yang paling efektif dalam mengembangkan kreativitas. Secaraempirik, terdapat beberapa bukti tentang pengaruh synectics terhadapkemampuan berpikir dan menulis kreatif.

    Penelitian Meador (1992) yang bertujuan untuk membandingkanpengaruh pelatihan synectics terhadap kreativitas yang diukur dengan tesTorrence pada anak berbakat dan tidak berbakat. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa pelatihan synectics mampu meningkatkan kreativitas.Penelitian Gendrop (1996) terhadap perawat di rumah sakit menemukanbahwa metode synectics mampu mengembangkan kreativitas yang diukurdengan tes kemampuan berpikir kreatif.

    Temuan tentang efektivitas synectics dalam mengembangkankemampuan menulis kreatif telah banyak dilakukan, diantaranyapenelitian (Couch, 1993; Dykstra & Dykstra, 1997; Fowler, 1999) yangmeneliti kemampuan menulis kreatif dalam bahasa Inggris, dalam bahasaCina telah dilakukan Zhang (2000), dan dalam bahasa Korea telahdilakukan oleh Teo & Tan (2005) yang menemukan bahwa penggunaananalogi Biyu (penggabungan kata dalam bahasa Korea) mampumengembangkan kemampuan menulis kreatif pada siswa.

    Penelitian lain yang menguji pengaruh synectics terhadap kemampuanmenulis kreatif diantaranya Yuliati (1991) yang bertujuan mengujikegiatan synectics dalam meningkatkan

    32

  • kemampuan menulis kreatif. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwasynectics efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangankreatif pada siswa Sekolah Dasar. Penelitian Liputo (2004) bertujuanuntuk memahami penerapan synectics dalam mengembangkankemampuan menulis kreatif berupa puisi pada siswa Sekolah MenengahPertama. Hasil penelitiannya menujukkan bahwa synectics efektif dalammengembangkan kemampuan menulis kreatif berupa puisi.

    Penelitian Burks (2005) bertujuan untuk menggambarkan sikap guruyang menggunakan synectics sebagai model dalam mengajar, dan untukmenguji kemampuan siswa dalam menulis kreatif ketika belajar bahasaInggris dengan menggunakan synectics. Hasil penelitian menunjukkanbahwa guru sangat menikmati ketika mengajar dengan menggunakansynectics dan siswa mengalami perkembangan kemampuan menuliskreatif walaupun perkembangannya tidak terlalu tinggi. Penelitian Wati(2005) menemukan bahwa kegiatan synectics efektif dalammengembangkan kemampuan menulis karangan pada siswa SekolahMenengah Pertama.

    Penelitian Keyes (2006) bertujuan untuk mendeskripsikanpenggunaan synectics dalam mengembangkan kreativitas yang dilihat darites kemampuan menulis kreatif. Subjek penelitian diambil dari guru dansiswa yang menggunakan synectics dalam pembelajaran, denganpendekatan kualitatif, penelitian ini berhasil menggambarkan prosespembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalammenulis kreatif.

    Penelitian Maryam (2007) yang menemukan bahwa kegiatansynectics yang dimodifikasi dengan model inkuiri sangat efektif dalammengembangkan kreativitas berbahasa dalam menulis esai. Hasiltemuannya menyatakan bahwa diantara aspek kreativitas yangpeningkatannya sangat tinggi adalah aspek orisinalitas, elaborasi danvariasi penggunaan bahasa sedangkan aspek yang paling rendahpeningkatannnya terjadi pada aspek aksentuasi positif.

    Penelitian-penelitian tersebut, baik pendekatannya berupa penelitiankualitatif maupun kuantitatif secara umum

    33

  • menunjukkan bahwa synectics efektif dalam mengembangkankreativitas yang diukur baik dari aspek kemampuan berpikir kreatifataupun dari kemampuan menulis kreatif. Pada penelitian ini, penulismenggunakan pendekatan eksperimental dan mengukur kreativitas darikedua aspek tersebut, hanya saja berbeda dengan penelitian sebelumnyakarena digunakan variabel karakteristik sikap kreatif sebagai kovariabelyang diduga berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kemampuan berpikir

    dan menulis kreatif. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 3Pengembangan kreativitas melalui synectics

    Penjelasan gambar 3 adalah sebagai berikut: synectics sebagai suatukegiatan yang pelaksanaannya menggunakan analogi langsung, analogipersonal, dan analogi compressed conflictmempunyai dua tujuan yaitukemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan menuliscerita pendek dan kemampuan berpikir kreatif yang diukur denganmenggunakan tes berpikir kreatif dari Torrence.

  • G. Berpikir dan Menulis KreatifSetidaknya ada dua cara manusia mengungkapkan suatu gagasan atau

    ide yang ada dalam pikiran, cara pertama dapat dilakukan dalam bentuklisan misalnya bercerita, berpidato, membaca puisi, danlain sebagainya,carayang lain adalah berupa ungkapan dalam bentuk tulisan. Percy (1993)berpendapat bahwa kegiatan menulis adalah pengungkapan suatu gagasanyang ada dalam pikiran ke dalam suatu tulisan.

    Sebuah pertanyaan filosofis diajukan Forester (Bekurs & Santoli,1999) berbunyi: Bagaimana saya tahu apa yang engkau pikirkan sampaisaya lihat apa yang engkau katakan? Jawaban terhadap pertanyaan initentu saja mendukung adanya hubungan antara berpikir dengan menulis,karena tulisan seseorang merupakan ekspresi dari apa yang dipikirkannya,apalagi bentuknya berupa tulisan kreatif yang menurut Greene &Petty(1991) pengungkapannya harus dilakukan secara orsinil, spontan, danimajinatif.

    Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Pierce (1992) pada 102siswa sekolah dasar yang menemukan adanya hubungan yang signifikanantara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan menulis kreatifsebesar 0,319. Penelitian Han &Marvin (2002) menemukan bahwakemampuan berpikir kreatif berpengaruh sebesar 13,6% terhadapperformancekreatif yang diukur dengan kemampuan bercerita pada siswaSekolah Dasar.

    PenelitianlaindilakukanLee(2004)yangmenemukanadanya korelasiyang signifikan antara beberapa sub-tes berpikir kreatif yang diukurdengan tes Torrence dengan performance creative yang diukur denganrealistic story telling problems.Penelitian dalam bidang organisasidilakukan Williams (2004) yang menemukan bahwa kemampuan berpikirdivergen berkorelasi dengan performance creativepada karyawanperusahaan yang dinilai rater, khususnya pada aspek novelty.

    Uraian-uraian itu menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang tidakterpisahkan antara berpikir dan menulis, Kennedy (1998) menjelaskanbahwa dalam kegiatan menulis kreatif, siswa

    35

  • akan terlibat dengan pengorganisasian pikiran yang merupakan aspekpenting dalam kegiatan menulis, bahkan dengan sangat tegas Bekurs &Santoli (1999) menyebutkan bahwa menulis kreatif berarti berpikir kreatifkarena dalam kegiatan menulis pasti melibatkan aktivitas berpikir.Penelitian ini, selain bertujuan untuk menguji pengaruh kegiatan synecticsterhadap kemampuan berpikir dan menulis kreatif, juga bertujuan untukmenguji hubungan antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuanmenulis kreatif pada siswa MTs Surya Buana Malang. Secara skematishubungan antara kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan menuliskreatif dapat digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 4Hubungan berpikir dengan menulis kreatif

    Penjelasan dari gambar 4 adalah kemampuan berpikir kreatif yangdicirikan dengan adanya empat indikator (fluency, flexibility, originality,dan elaboration)diduga akan berhubungan dengan tinggi rendahnyakemampuan siswa dalam menulis kreatif yang diukur dengan kemampuanmenulis suatu karangan.

    36

  • H. Sikap dan KreativitasTerdapat banyak pendapat dan penelitian yang menemukan adanya

    pengaruh karakteristik kepribadian terhadap kreativitas (Sternberg &Lubart, 1995). Pendapat sejenis diungkapkan oleh Rowe (2005) yangmenyatakan bahwa banyak aspek yang mempengaruhi tinggi rendahnyatingkat kreativitas seseorang, diantaranya adalah faktor kepribadian.Kepribadian kreatif diartikansebagaikarakteristikkepribadianseseorangbaik berupa sikap, sifat, minatdan ciri-ciri lain yang bersifat non-kognitif dan menjadi ciri khusus orang-orang yang kreatif.

    Penelitian yang dilakukan McCrae (1997) menemukan bahwaketerbukaan terhadap pengalaman berkorelasi positif dengan kemampuanberpikir kreatif sebesar 0,39 sedangkan penelitian yang sama dilakukanoleh Schaefer, Diggins, & Milmann (dalam Sternberg & Lubart, 1995)menemukan adanya koefisien korelasi sebesar 0,51 pada subjek laki-laki,dan 0,67 pada subjek perempuan.

    Kim (1990) menyebutkan bahwa kesabaran dalam menghadapicobaan merupakan suatu keharusan dalam suatu kerja kreatif, karenasetiap pekerjaan pasti menuntut adanya kesabaran atau ketekunan, selainitu dikatakan adanya hubungan antara aspek tersebut dengan kemampuanberpikir kreatif walaupun tidak menyebutkan seberapa besar nilaikoefisien korelasinya. Dalam hal keteguhan terhadap pendirian dankeinginan untuk mengambil resiko ditemukan adanya hubungan antaradua karakteritik kepribadian di atas dengan kreativitas pada anak berbakat(Tannenbaum,1991). Namun, ia menjelaskan bahwa hubungan tersebutmungkin saja disebabkan karena kreativitas pada anak berbakat memangdidukung oleh lingkungan sekolah yang dikondisikan dalam kelas yangkhusus.

    Dalam hubungannya dengan ciri keinginan untuk selalu berkembang,Arp &Woodard (2004) menyebutkan bahwa keseriusan dan kreativitasadalah dua karakteristik kepribadian yang relatif samadan berperanpenting dalam keberhasilan proses pendidikan. Keseriusan merupakansalah satu usaha individu

  • dalam mewujudkan hasratnya untuk selalu berkembang, dan ternyatakarakteritik ini mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tingkatkreativitas seseorang.

    Penelitian yang dilakukan Lopez (2003) terhadap 131 orang karyawan(78 laki-laki dan 53 perempuan) menemukan bahwa kepercayaan terhadapdiri mempunyai hubungan dengan performance kreatif dengan koefisienkorelasi sebesar 0,56. Kepercayaan terhadap diri sendiri merupakankarakteristik yang relatif sama dengan sifat keteguhan dalam pendirian,bahkan Sternberg dan Lubart (1995) menganggap kedua karakteristik inisebagai karakteristik kepribadian yang identik.

    Dari uraian di atas, walaupun tidak seluruh karakteristik yangterungkap dalam sikap kreatif mempunyai dukungan empiris dalamhubungannya dengan kemampuan berpikir dan menulis kreatif, namundapat diduga bahwa terdapat hubungan antara karakteritik tersebut dengankemampuan berpikir dan menulis kreatif karena kedua kemampuantersebut bukan merupakan sesuatu yang berdiri sendiri tapi lebihmerupakan suatu hasil interaksi antara berbagai aspek kepribadian(Pluckers, et al, 2004).

    Sabar menghadapi cobaan2. Berani menanggung resiko3. Keinginan untuk berkembang4. Toleran terhadap ambiguitas5 . Terbuka terhadap pengalaman Percaya pada diri

    sendiriAspek Kebaruan1. Orsinil2. Menakjubkan

    Aspek Pemecahan1. Masuk akal2. Berguna3. Bernilai4. DipahamiAspek Bentuk1. Jelas2. Sempurna

  • 3. Benar

    Gambar 5 Hubungan sikap dengankreativitas

    Gambar 5 dapat dijelaskan bahwa kepribadian kreatif terdiri darienam sikap yang menjadi ciri orang kreatif. Keenam karakteristik inidijadikan sebagai suatu variabel sikap kreatif yang secara teoritis didugaberhubungan dengan tinggi rendahnya kemampuan berpikir dan menuliskreatif siswa. []

    39

  • Ini penelitian, penelitian, penelitian!!! Apakah ucapan sayaterlalu bersemangat? Ya, kita memang harus menuntun siswa

    meneliti bagaimana bahasa beroperasi. Thelen Benar! Ini penelitian, danbukan sekedar aktivitas sambil lalu

    Surat dari Emily Calhoun pada Bruce Joyce (pengarang buku Model

  • A. Rancangan dan Prosedur PenelitianRancangan yang digunakan untuk menguji efektivitas kegiatan

    synectics dalam mengembangkan kemampuan berpikir dan menulis kreatifadalah rancangan pretest-posttest con trol group design.Menurut Robinson(1981) desain ini walaupun sederhana tapi dianggap memadai karenamampu mengendalikan variabel non-eksperimen yang diduga berpengaruhterhadap variabel terikat.

    Ada tiga tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan eksperimen.Ketiga tahapan tersebut adalah:1. Tahap Persiapan. Tahap persiapan adalah adalah tahap dimana

    peneliti melakukan beberapa kegiatan sebelum dilaksanakaneksperimen. Ada beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, diantaranya adalah: 1) melakukan pengujian validitas tentang skalasikap kreatif yang dilanjutkan dengan mengumpulkan data tentangsikap kreatif; 2) memilih dan menentukan subjek penelitian yang akandijadikan sebagai kelompok eksperimen dan kelompok pembanding;3) melakukan diskusi dan latihan dengan guru bahasa Indonesiatentang cara pelaksanaan kegiatan synectics. Kegiatan inidilangsungkan sampai guru yang bersangkutan mengerti dan dapatmelakukannya; dan 4) latihan kegiatan synectics dalam kelas.Kegiatan ini dilakukan pada siswa kelompok eksperimen selama satukali pertemuan.

    2. Tahap Pelaksanaan. Pelaksanaan dalam eksperimen ini dimulaidengan pretes berpikir kreatif dan menulis kreatif pada keduakelompok. Selanjutnya untuk kelompok eksperimen, diberikanperlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan kegiatansynectics, sedangkan pada kelompok pembanding tidak diberiperlakuan kegiatan synectics. Setelah pemberian perlakuan selesai,subjek diberikan postest untuk mengukur kemampuan berpikir danmenulis kreatif.

    42

  • 3. Tahap Akhir. Setelah data selesai terkumpul baru kemudian dilakukanskoring data untuk kemudian dianalisis, khusus untuk data menuliskreatif sebelum dianalisis terlebih dahulu dinilai oleh empat orangrater, yaitu peneliti, guru bahasa Indonesia, ahli di bidang Psikologi,dan ahli di bidang menulis kreatif.

    B. Identifikasi VariabelIdentifikasi variabel diberikan untuk memudahkan pemahaman

    tentang status variabel yang dikaji, adapun identifikasi variabel padapenelitian ini adalah sebagai berikut:

    1. Variabel Bebas yaitu variabel yang dianggap menjadi penyebab bagiterjadinya perubahan pada variabel terikat. Pada penelitianeksperimen, yang dijadikan variabel bebas adalah variabel yangdimanipulasi berupa kegiatan synectics yang diberikan kepadakelompok eksperimen dan kegiatan mengarang yang tidak diawalidengan kegiatan synectics yang diberikan kepada kelompokpembanding.

    2. Variabel Terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebasyang dalam eksperimen perubahannya diukur untuk diketahui efekdari suatu perlakuan. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagaivariabel terikatnya adalah:

    a. Kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan tes Torrence (1999)yang mampu mengukur aspekfluency, flexibility, originality, danelaboration.

    b. Kemampuan menulis kreatif yang diukur dengan kemampuan siswadalam menulis cerita pendek yang dinilai oleh empat orang rater.Pedoman penilaian menggunakan kriteria produk kreatif dari Besemer(2005) yaitu novelty, resolution, dan style.

    3. Variabel kovariat adalah variabel lain yang tidak dimanipulasi danmempengaruhi terhadap validitas internal eksperimen, namunpengaruhnya diupayakan tetap konstan. Variabel kovariat dalampenelitian ini ada dua yaitu variabel berupa hasil pretes padakemampuan berpikir dan menulis kreatif,

    43

  • dan variabel sikap kreatif. Pengaruh kedua variabel di atas dikontrol secarastatistik dengan cara menempatkannya sebagai kovariat dalam analisiskovarian. Secara skematis, identifikasi variabel penelitian dapat dilihatpada gambar di bawah ini.

    Gambar 6Identifikasi variabel penelitian

    Pada Gambar 6 dapat dipahami bahwa 1) untuk menguji hipotesispertama dan kedua yang dijadikan variabel bebasnya adalah jeniskegiatansynectics, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuanberpikir dan menulis kreatif dengan mengontrol variabel sikap kreatif danhasil pretes, 2) untuk menguji hipotesis ketiga tentang hubungan antarakemampuan berpikir dan menulis kreatif, yang dijadikan sebagai variabelbebasnya adalah kemampuan berpikir kreatif sedangkan variabelterikatnya adalah kemampuan menulis kreatif.

    C. Tempat dan Subjek PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di sekolah alam MTs Surya Buana yangmerupakan salah satu sekolah di bawah naungan Departemen Agama dikota Malang. Pemilihan tempat sebagai lokasi penelitian karena sekolahini mengembangkan konsep

    44

  • yang pembelajarannya mengembangkan prinsip-prinsip sebagai berikut: 1)suasana belajar harus berada dalam suasana yang menyenangkan; 2)sekolah adalah rumah bagi siswa; 3) siswa adalah subjek dalam prosespembelajaran; 4) kebahagiaan anak adalah landasan seluruh program; 5)metode pengajaran harus bervariasi; dan 6) penghargaan terhadapkemajemukan kemampuan siswa (Djalil: 2005).

    Selain ciri di atas, proses pembelajaran sekolah ini menerapkanaktivitas belajar tidak hanya di dalam kelas tapi juga dilakukan diluarkelas, sehingga memungkinkan untuk melakukan inovasi-inovasi dalambidang pembelajaran. Keadaan seperti di atas, pada gilirannya sangatmemungkinkan untuk memunculkan kreativitas siswa, karena sepertidisinyalir Sternberg & Lubart (1995) yang menyatakan bahwa kreativitasakan berkembang dengan baik ketika berada pada lingkungan kondusif.

    Pada awalnya subjek pada penelitian ini berjumlah sebanyak 50 siswakelas (VII) tujuh yang terbagi pada dua kelas, namun 2 orang tidakdisertakan dalam analisis karena tidak mengikuti tes setelah perlakuansehingga jumlah subjek yang dianalisis hanya berjumlah 48 orang yangterbagi pada kelas eksperimen sebanyak 24 orang dan kelas pembandingsebanyak 24 orang.

    Jumlah laki-laki pada kelompok synectics sebanyak 16 orang dan padakelompok pembanding sebanyak 14 orang, jumlah perempuan padakelompok kelompok synectics sebanyak 6 orang dan pada kelompokpembanding sebanyak 8 orang, Gambaran selengkapnya tentang komposisisubjek dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

    45

  • Tabel 1jumlah subjek berdasarkan jenis kelamin

    JenisKelamin

    KelompokSynectics

    KelompokPembanding

    JumlahSubjek

    Laki-laki 18 14 32

    Perempuan 6 10 16

    Jumlah 24 24 48

    B. Instrumen Pengumpulan DataAda tiga jenis data yang diukur dalam penelitian ini, karena itu

    pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu1) kemampuan berpikir kreatif yang diukur dengan tes berpikir kreatifdari Torrence (1999); 2) kemampuan menulis kreatif yang dinilai raterberdasarkan kriteria produk kreatif yang dikembangkan Bessemer (2005);dan 3) karakteristik sikap kreatif yang diukur dengan skala psikologis yangdisusun penulis berdasarkan teori yang dikembangkan Sternberg danLubart (1995).Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

    Penelitian tentang kreativitas yang menggunakan tes berpikir kreatifdari Torrence telah banyak dilakukan (Urban, 2005; Lee, 2004), bahkanCramond, et