psb kelompok 4

24
MAKALAH PENGERTIAN, FUNGSI DAN CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar Dosen Pengampu Sukirman Disusun Oleh : Sita Ambarwati (1102414083) Dewinta Oktaulia H (1102414096) Riza Faisol (1102414095) M. Iqbal Afianto (1102414)

Upload: iwanudin

Post on 12-Jul-2016

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pengelolaan sumber belajar

TRANSCRIPT

Page 1: PSB Kelompok 4

MAKALAH

PENGERTIAN, FUNGSI DAN CONTOH PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar

Dosen PengampuSukirman

Disusun Oleh :Sita Ambarwati (1102414083)

Dewinta Oktaulia H (1102414096)Riza Faisol (1102414095)

M. Iqbal Afianto (1102414)

Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakulas Ilmu pendidikan

Universitas Negeri SemarangTahun Ajaran 2016

Page 2: PSB Kelompok 4

DAFTAR ISI

Page 3: PSB Kelompok 4

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang MasalahPengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu bentuk

pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan efisiensi proses pembelajaran.

Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT (Association for Educational Communication and Technology) di Amerika Serikat.

Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka panjang, dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi. Pengembangan instruksional ini terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan,pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang dikembangkan. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategibelajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.

B. Rumusan Masalah1. Apakah pengertian pengembangan sistem instruksional ?2. Apakah fungsi dari pengembangan sistem Instruksional ?3. Bagaimana contoh pengembangan sistem Instruksional ?

C. Tujuan Pembelajaran1. Memahami pengertian pengembangan sistem instruksional.2. Memahami fungsi dari pengembangan sistem Instruksional.3. Menganalisis contoh dari pengembangan sistem Instruksional.

Page 4: PSB Kelompok 4

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Sistem InstruksionalSistem instruksional adalah semua materi (konsep) pembelajaran dan metode yang

telah diuji dalam praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan yang sebenarnya (Baker, 1971). Hal ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang akan guru sampaikan kepada warga belajar harus materi yang telah teruji validitas dan reliabelnya. Materi pembelajaran yang valid dan reliabel akan sangat mendukung pencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Di samping itu, walaupun materi pembelajaran sudah valid dan reliabel, tetapi kalau cara penyampainnya kurang baik, besar kemungkinan tujuan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, diperlukan cara penyampaian atau cara pembelajaran, yaitu metode yang telah teruji yang memungkinkan dapat digunakan dengan baik pada pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan menurut Twelker:1972, pengembangan instruksional adalah cara yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi seperangkat materi dan strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Pengembangan instruksional terdiri dari seperangkat kegiatan yang meliputi perencanaan, pengembangan, dan evaluasi terhadap sistem instruksional yang sedang dikembangkan. Hasil akhir dari pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.

Dari beberapa konsepsi dasar tentang pengembangan sistem instruksional, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari pemecahan masalah-masalah instruksional atau, setidak-tidaknya, dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan.

1. Prinsip dasar pengembangan sistem instruksionalSebagai bagian dari teknologi pendidikan, pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan pendekatan sistem, dan berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber belajar.

Ø  Berfokus pada siswaPrinsip ini memandang bahwa, dalam rangka penerapan pengembangan sistem instruksional, siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran. Prinsip ini juga memandang bahwa dalam setiap proses pembelajaran, siswa hendaknya bertindak sebagai pihak yang aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa guru adalah pihak yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.Ø  Pendekatan sistemPrinsip ini memandang bahwa masalah belajar adalah suatu sistem. Maksudnya, penanganan terhadap satu komponen pembelajaran dalam rangka pelaksanaan pengembangan sistem instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi komponen yang lain sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan masalah-masalah belajar. Ø  Pemanfaatan sumber belajar secara maksimalPrinsip ini memandang bahwa semua komponen sumber belajar baik pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan latar harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal dalam rangka memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. 

Page 5: PSB Kelompok 4

2. Tingkatan pengembangan sistem  instruksionalBeberapa tingkatan pengembangan sistem instruksianal dapat kita lihat sebagai berikut:a. Tingkatan Sistem

Pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem ini dimaksudkan untuk menghasilkan sistem pembelajaran yang besar. Kegiatan biasanya berangkat dari nol, yakni tidak adanya sistem tersebut sampai dengan dihasilkannya suatu sistem. Kegiatan ini didahului dengan kegiatan awal yang mendalam dan menyeluruh, yang meliputi: analisis kebutuhan, analisis topik, serta analisi tugas. Kegiatan ini tidak hanya berbicara masalah pembelajaran saja tetapi juga masalah pendidikan secara keseluruhan. Masalah yang mendorong dilakukannya kegiatan ini bukan hanya sekedar masalah pembelajaran, melainkan keseluruhan sistem pendidikan dan latihan yang dihadapi oleh lembaga yang bersangkutan. Sedangkan sistem pendidikan/latihan yang menyeluruh itu meliputi masukan mentah (siswa/peserta), jumlah dan kualifikasinya; masukan instrumental (kurikulum/program, fasilitas, dana, dan lainnya); proses/pelaksanaan kegiatan pendidikan/latihan itu sendiri; serta hasil itu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Oleh karena itu kegiatan ini melibatkan banyak orang terdiri dari ahli teknologi pembelajaran, ahli bidang studi, guru, dan sebagainya.

b. Tingkatan KelasPengembangan sistem instruksianal tingkat kelas ini pada hakikatnya

adalah merupakan penjabaran lebih lanjut dari pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem untuk dilaksanakan dalam tingkatan kelas. Dengan kata lain, pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini adalah identik dengan penyusunan persiapan mengajar oleh guru untuk satu atau lebih topik tertentu. Kegiatan awalnya sangat sederhana, biasanya berupa penilaian tingkat kemampuan awal siswa. Pada pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini diasumsikan bahwa kurikulum/program pembelajaran, fasilitas, siswa/peserta latihan, pengajar, dan sebagainya.

c. Tingkatan ProdukTujuan pengembangan sistem instruksianal tingkatan produk ini adalah

untuk memproduksi satu atau lebih produk pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kegiatan ini didahului dengan mengkaji masalah-masalah pembelajaran yang ada untuk mengetahui masukan yang diperlukan. Hasil kegiatan ini berupa paket pembelajaran seperti modul, media audiovisual, dan lain-lain bahan belajar yang bentuknya disesuaikan dengan karakteristiknya. 

d. Tingkatan Organisasi Pengembangan sistem instruksianal tingkat organisasi ini

dimaksudkan tidak hanya untuk meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memodifikasi atau mengubah organisasi dan personil suatu lembaga atau organisasi ke situasi yang baru agar efektivitas dan efisiensi organisasi tersebut meningkat.Kegiatan ini diawali dengan bertolak dari analisis pekerjaan, atau analisis isi ajaran. Analisis ini akan menghasilkan emat kemungkinan, yakni: (1) perlunya diklat khusus diluar pekerjaan karena ada sejumlah kemampuan yang belum dikuasai, (2) perlunya latihan dalam jabatan karena ada sejumlah kemampuan khusus yang harus dikuasai, (3) perlunya ada pengawasan dan pembinaan yang ketat dalam pelaksanaan pekerjaan karena dituntut adanya ketepatan perbuatan dalam suatu tugas.

Page 6: PSB Kelompok 4

B. Fungsi Pengembangan Sistem InstruksionalPada umumnya setiap kegiatan memiliki tujuan dan fungsi, demikian pula dengan

pengembangan instruksional. Sesuai definisi dari pengembangan instruksional, tujuan utamanya adalah untuk menghasilkan sistem instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajarn pendidikan. Sedangkan tujuan khususnya antara lain, yaitu:

Untuk mengidentifikasi masalah-masalah instruksional serta mengorganisasi alat pemecahan masalah tersebut.

Untuk menghasilkan strategi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.

Untuk menghasikan perencanaan instruksional yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.

Untuk menghasilkan evaluasi belajar-mengajar yang efektif dalam rangka perbaikan pengajaran dan pendidikan.

Untuk mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Untuk mengidentifikasi alt dan media yang cocok dan sesuai dengan tujuan

instruksional dalam proses belajar mengajar. Untuk menentukan dan mengidentiikasi materi pengajaran yang cocok, agar

belajar-mengajar dapat berjalan efektif.

Teknologi instruksional adalah suatu proses yang kompleks dan terpadu meliputi manusia, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk menganalisa masalah serta merancang, melaksanakan, menilai, dan mengelola usaha pemecahan masalah dalam situasi dimana belajar itu bertujuan dan terkontrol (AECT, 1977 dalam Najibudin). Komponen sistem instruksional terdiri dari pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan. Tiap unsur tersebut merupakan sumber belajar bagi siswa. Komponen sistem instruksional atau sumber belajar tersebut dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Komponen sistem instruksional tersebut sudah dirancang sedemikian rupa oleh fungsi pengembangan instruksional sesuai dengan fungsinya dalam merancang, melaksanakan dan menilai. Unsur-unsur fungsi pengembangan instruksional tersebut adalah riset, teori, desain, produksi, evaluasi, seleksi, logistik, pemanfaatan dan penyebaran.

Fungsi pengembangan instruksional sebelumnya telah diarahkan dan dikoordinasikan oleh fungsi pengelolaan instruksional yang terdiri dari pengelolaan organisasi dan pengelolaan personalia. Fungsi pengelolaan instruksional bertujuan mengawasi salah satu atau lebih fungsi pengembangan atau fungsi pengelolaan lainnya untuk menjamin pengoperasian yang efektif.

Fungsi ini menolong Jurusan atau Departemen dan Staf tenaga pengajar secara individual di dalam membuat desain dan pemilihan options untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi proses belajar dan mengajar, hal ini meliputi :

1. Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, dalam perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.

2. Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instrusional, yang meliputi:a. Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik perserta didik.b. Menentukan tujuan instruksional.c. Menentukan strategi belajar-mengajar.d. Menentukan materi pelajarane. Menentukan media dan alat peragaf. Menentukan evaluasi pengajaran dan lain-lain

3. Sebagai alat pengontrol/evaluasi, kesesuain antara perencanaan instruksional dengan pelaksanaan belajar-mengajar

Page 7: PSB Kelompok 4

4. Sebagai balikan/feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar-mengajar dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.

Agar pengembangan instruksional mampu mencapai tujuan dan fungsi secara baik, pengembangan instruksional hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:1) kualitas pengembangan, 2) efektivitas pengembangan, 3) efesiensi pengembangan dan 4) relevansi pengembangan.

C. Contoh Pengembangan Sistem InstruksionalAda beberapa model pengembangan instruksional, misalnya model pengembangan

instruksional Briggs, Banathy, PPSI ( Prosedur Pengembangan Sisstem Instruksional ), Kemp, Gerlach dan Ely, IDI ( Instrucsional Development Institute), dan lain-lain.

Dalam aplikasinya, model-model tersebut diatas mempunyai banyak perbedaan dan persamaan. Perbedaan model-model tersebut terletak pada istilah yang dipakai, urutan, dan kelengkapan langkahnya. Persamaannya ialah bahwa setiap model mengandung kegiatan yang dapat digolongkan, ke dalam tiga kategori kegiatan pokok, yaitu:

1. Kgiatan yang membantu menentukan masalah pendidikan dan mengorganisasi alat untuk memecahkan masalah tersebut;

2. Kegiatan yang membantu menganalisis dan mengambangkan pemecahan masalah; dan

3. Kegiatan yang melayani keperluan evaluasi pemecahan masalah tersebut.Semua kegiatan tersebut satu dengan lainnya dihubungkan oleh suatu sistem umpan

balik yang terpadu dalam model bersangkutan. Adapun sistem umpan balik tersebut memungkinkan adanya perbaikan-perbaikan sistem instruksional selama dikembangkan.

Aplikasi system pengembangan instruksional secara visual dapat digambarkan sebagai berikut:

A. Model KempModel pengembangan instruksional menurut Kemp (1977), atau yang disebut disain instruksional, terdiri dari delapan langkah, yaitu:

a) Menentukan tujuan istruksional umum (TIU), yaitu tujuan yang ingin dicapai dalam mengajarkan masing-masing pokok bahasan;

b) Membuat analisis tentang karakteristik siswa. Analisis ini diperlukan antaral lain untuk mengetahui, apakah latar belakang pendidikan, dan sosial budaya siswa memungkinkan untuk mengikuti program, dan langkah-langkah apa yang perlu diambil;

c) Menentukan tujuan instruksional secara spesifik, operasional, dan terukur. Dengan demikian siswa akan tahu apa yang harus dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, dan apa ukurannya bahwa dia telah berhasil. Dari segi pengajar rumusan itu akan berguna dalam menyusun tes kemampuan/keberhasilan dan pemilihan materi yang sesuai;

d) Menetukan materi/bahan pelajaran yang sesuai dengan TIK;e) Menetapkan penjajagan awal (pre-assessment). Ini diperlukan untuk mengetahui

sejauh mana siswa telah memenuhi prasyarat belajar yang dituntut untuk mengikuti program yang bersangkutan. Dengan demikian pengajar dapat memilih materi yang diperlukan tanpa harus menyajikan yang tidak perlu, dan siswa tidak menjadi bosan;

f) Menentukan strategi belajar-mengajar yang sesuai. Criteria umum untuk pemilihan strategi belajar-mengajar yagn sesuai dengan tujuan instruksional khusus tersebut

Page 8: PSB Kelompok 4

adalah: (1) efisiensi, (2) keefektifan, (3) ekonomis, dan (4) kepraktisan, melalu suatu analisis alternatif;

g) Mengkoordinasikan saranan penunjang yang diperlukan yang diperlukan meliputi biaya, fasilitas, peralatan, waktu, dan tenaga, dan

h) Mengadakan evaluasi. Evaluasi ini sangat perlu untuk mengontrol dan mengaji keberhasilan program secara keseluruhan, yaitu (1) siswa, (2) program instruksional, (3) instrumen evaluasi/tes, maupun (4) metode.

Kelebihan :a. Segala kegiatan telah terpeincib. Dalam penyampaian materi akan bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa karena

adanya pre testKekurangan :a. Membutuhkan waktu yang lama dalam perencanaanb. Waktu untuk penyampaian materi berkurang untuk pemberian pre test

B. Model Pengembangan Gerlach dan ElyModel yang dikembangkan oleh Gerlach dan Ely (1971) dimaksudkan sebagai

pedoman perencanaan mengajar. Pengembangan sistem instruksional menurut model ini melibatkan sepuluh unsur seperti terlihat dalam flow chart di halaman berikut.a) Merumuskan tujuan.

Tujuan instruksional harus dirumuskan dalam kemampuan apa yang harus dimiliki pada tingkat jenjang belajar tertentu.

b) Menentukan isi materi.Isi materi berbeda-beda menurut bidang studi, sekolah, tingkatan dan kelasnya, namun isi materi harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.

c) Menurut kemampuan awal.Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Pengetahuan tentang kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat; tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Pengetahuan tentang kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan, misalnya apakah perlu persiapan remedial.

d) Menentukan teknik dan strategi.Menurut Gerlach dan Ely, strategi merupakan pendekatan yang dipakai pengajar dalam memanipulasi informasi, memilih sumber-sumber, dan menentukan tugas/peranan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar. Dengan perkataan lain, pada tahap ini pengajar harus menentukan cara untuk dapat mencapai tujuan instruksional dengan sebaik-baiknya. Dua bentuk umum tentang pendekatan ini adalah berntuk eksopose (espository) yang lazim dipergunakan dalam kuliah-kuliah tradisional, biasanya lebih bersifat komunikasi satu arah, dan bentuk penggalian (inquiry) yang lebih mengutamakan partisipasi siswa dalam proses belajar-mengajar. Dalam pengertian instruksional yang sempit, metode ini merupakan rencana yang sistematis untuk menyajikan pesan atau informasi instruksional.

e) Pengelompokan belajar.Setelah menentukan pendekatan dan metode, pengajar harus mulai merencanakan bagaimana kelompok belajar akan diatur. Pendekatan yang menghendaki kegiatan belajar secara mandiri dan bebas (independent study) memerlukan pengorganisasian yang berbeda dengan pendekatan yang memerlukan banyak diskusi dan partisipasi aktif siswa dalam ruang yang kecil, atau untuk mendengarkan ceramah dalam ruang yang luas.

Page 9: PSB Kelompok 4

f) Menentukan pembagian waktu.Pemilihan strategi dan teknik untuk ukuran kelompok yang berbeda-beda tersebut mau tidak mau akan memaksa pengajar memikirkan penggunaan waktunya, yaitu apakah sebagian besar waktunya harus dialokasikan untuk presentasi atau pemberian informasi, untuk pekerjaan laboratorium secara individual, atau untuk diskusi. Mungkin keterbatasan ruangan akan menuntut pengaturan yang berbeda pula karena harus dipecah ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.

g) Menentukan ruang.Sesuai dengan tiga alternative pengelompokan belajar seperti pada no.e, alokasi ruang ditentukan dengan menjawab apakah tujuan belajar dapat dipakai secara lebih efektif dengan belajar secara mandiri dan bebas, berinteraksi antarsiswa, atau mendegarkan penjelasan dan bertatap muka dengan penagajar.

h) Memilih media instruksional yang sesuai.Pemilihan media ditentukan menurut tanggapan siswa yang disepakati. Jadi tidak sekadar yang dapat memberikan stimulus rangsangan belajar. Gerlach dan Ely mambagi media sebagai sumber belajar ini ke dalam lima katergori, yaitu: (a) manusia dan benda nyata, (b) media visual proyeksi, (c) media audio, (d) media cetak, dna (e) media display.

i) Mengevaluasi hasil belajar.Kegiatan belajar adalah interaksi antara pengajar dan siswa, interaksi antara siswa dna media instruksional. Hakiakat belajar adalah perubahan tingkah laku belajar pada akhir kegiatan instruksional. Semua usaha kegiatan pengembangan instruksional di atas dapat dikatakan berhasil atau tidak setelah tingkah laku akhir belajar tersebut dievaluasi. Instrumen evaluasi dikembangkan atas dasar rumusan tujuan dan harus dapat mengukur keberhasilan secara benar dan objektif. Oleh sebab itu, tujuan instruksional harus dirumuskan dalam tingkah laku belajar siswa yang terukur dan dapat diamati.

j) Menganalisis umpan balik.Analisis umpan balik merupakan tahap terakhir dari pengembangan sistem instruksional ini. Data umpan balik yang diperoleh dari evaluasi, tes, observasi, maupun tanggapan-tanggapan tentang usaha-usaha instruksional ini menentukan, apakah sistem, metode, maupun media yang dipakai dalam kegiatan instruksional tersebut sudah sesuai untuk tujuan yang ingin dicapai atau masih perlu disempurnakan.

C. Model BRIGS Model yang dikembangkan oleg Briggs ini beroreintasi pada rancangan system

dengan sasaran dosen atau guru yang akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional, yang susunan anggotanya meliputi antara lain dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli media dan perancang instruksional. Briggs berpendapat bahwa model ini sesuai untuk pengembangan program-program latihan jabatan tidak hanya terbatas pada lingkungan program-program akademis saja. Disamping itu model Briggs dirancang sebagai metodologi pemecahan masalah instruksional.

Model pengembangan Briggs ini bersandarkan pada prinsip keselarasan antara: Tujuan yang akan dicapai ( mau kemana ?) Strategi untuk mencapainya ( dengan apa ? ) Evaluasi keberhasilannya ( bilamana sampai tujuan ? )Dengan mengutip pendapat Briggs ( 1977), berdasarkan 3 (tiga) prinsip dasar

pengembangan yang dipakai, urutan langkah kegiatan pengembangan instruksional menurut Briggs, adalah sebagai berikut:

Page 10: PSB Kelompok 4

a) Tujuan yang akan dicapai (Mau kemana?) Meliputi : 1) Identifikasi masalah ( penentuan tujuan ) Dalam langkah ini Briggs menggunakan pendekatan bertahap; yaitu:

Mengidentifikasi tujuan kurikulum secara umum dan luas Menentukan prioritas tujuan Mengidentifikasi kebutuhan kurikulum baru Menentukan prioritas remedialnya.

2) Rumusan tujuan dalam perilaku belajarSesudah tujuan kurikuler yang bersifat umum ditentukan dan diorganisasi menurut tujuan yang lebih khusus, tujuan ini sebaiknya dirumuskan dalam tingkah laku belajar yang diukur.

3) Penyusunan materi/silabus4) Analisis tujuan Dalam hal ini perlu diadakan analisis terhadap tiga hal; yaitu:

Proses informasi, untuk menentukan tata urutan pemikiran yang logis Klasifikasi belajar, untuk mengidentifikasi kondisi belajar yang diperlukan Tugas belajar, untuk menentukan persyaratan belajar dan kegiatan belajar

mengajar yang sesuai.

b) Strategi untuk mencapainya (Dengan apa?) Meliputi: Penyiapan evaluasi hasil belajar Menentukan jenjang belajar dan strategi instruksional Rancangan instruksional ( guru )

Dalam pengembangan strategi instruksional oleh guru ini, guru perlu menjabarkan stategi dalam teknik mengajar dalam fungsinya sebagai penyeleksi materi pelajaran. Kegitan ini meliputi:

o Memilih mediao Perencanaan kegiatan belajaro Pelaksanaan kegiatan belajar mengajaro Pelaksanaan evaluasi belajar

Strategi instruksional ( tim pengembangan instruksional )Dalam hal ini dilakukan oleh tim pengembangan instruksional, terdiri dari beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut antara lain:

Penentuan stimulasi belajar, yaitu stimulus yang paling sesuai untuk TIK ( Tujuan Instruksional Khusus )

Pemilihan media Penentuan kondisi belajar Perumusan strategi Pengembangan media Evaluasi formatif Penyusunan pedoman pemanfaatan

c) Evaluasi keberhasilannya (Bila mana sampai tujuan?) Meliputi : Penyusunan test Evaluasi formatif

Dilakukan untuk memperoleh data dalam rangka revisi dan perbaikan materi bahan belajar di laksanakan dalam tiga fase, yaitu:

Uji coba Uji coba pada kelompok Uji coba lapangan dalam skala besar

Evaluasi sumatif

Page 11: PSB Kelompok 4

Dilakukan untuk menilai system penyampaian secara keseluruhan pada akhir kegiatan yang dinilai dalam evaluasi sumutif ini mencakup hasil belajar, tujuan instruksional dan prosedur yang dipilih.

D. Model BELA H. BANATY Model Banathy dikembangkan pada tahun 1968 oleh Bela H. Banathy. Model

yang dikembangkannya ini berorientasi pada hasil pembelajaran, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem, yakni pendekatan yang didasarkan pada kenyataan bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu sama lain harus bekerja sama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya.

Tahapan model pengembangan instruksional Banathy meliputi enam tahap, yaitu:a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan umum maupun tujuan yang lebih

spesifik, yang merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai peserta didik.b. Mengembangkan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai Hal

ini dilakukan agar setiap tujuan yang dirumuskan tersedia alat untuk menilai keberhasilannya.

c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni merumuskan apa yang harus dipelajari (kegiatan belajar yang harus dilakukan siswa dalam rangka mencapai tujuan belajar). Kemampuan awal siswa harus dianalaisis atau dinilai agar mereka tidak perlu mempelajari apa yang telah mereka kuasai.

d. Merancang sistem, yakni kegiatan menganalisis sistem dan setiap komponen sistem. Dalam langkah ini juga ditetapkan jadwal dan tempat pelaksanaan dari masing-masing komponen instruksional.

e. Mengimplementasikan dan melakukan tes hasil, yakni melatih (ujicoba) sekaligus menilai efektifitas sistem. Dalam tahap ini perlu diadakan penilaian atas apa yang dilakaukan siswa agar dapat diketahui seberapa jauh siswa mampu mencapai hasil belajar.

f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.

E. Model Dick dan CerySeperti desain model Banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick

dan Cery harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Mengapa hal ini perlu dirumuskan? Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi sumatife. Evaluasi formatife berfungsi untuk menilai efektivitas program dan evaluasi sumatife berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.

Page 12: PSB Kelompok 4

F. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)Model PPSI, adalah salah satu model pengembangan sistem Instruksional yang

berorientasi pada "tujuan". Model PPSI terdiri dari 5 (lima) langkah. Langkah pertama sampai dengan langkah ke empat disebut langkah pengembangan, sedangkan langkah kelima disebut langkah pelaksanaan program. Kelima langkah tersebut adalah sebagai berikut: - Langkah 1: Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus. Perumusan tujuan ini harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu:

a. Menggunakan istilah yang operasional. b. Berbentuk hasil belajar. c. Berbentuk tingkah laku. d. Hanya ada satu tingkah laku.

- Langkah 2: Menentukan alat Evaluasi Pengembangan alat evaluasi ini harus melalui dua tahapan, yaitu:

a. Menentukan jenis tes yang akan digunakan, dan b. Menyusun (item soal) untuk menilai masing-masing tujuan instruksional khusus.

- Langkah 3: Menentukan kegiatan Belajar. Penentuan kegiatan belajar ini harus memperhatikan hal-hal berikut ini :

a. Merumuskan semua kemungkinan kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

b. Menetapkan kegiatan belajar mana yang perlu dan tidak perlu ditempuh oleh siswa.

Kemudian perlu pula dirumuskan pokok-pokok materi pelajaran sesuai dengan jenis-jenis kegiatan belajar yang telah ditetapkan.

- Langkah 4: Merencanakan Program Kegiatan Pada langkah ini disusun strategi proses pengajaran, metode pengajaran, dan menyusun proses pelaksanaan evaluasi. - Langkah 5: Melaksanakan Program. Kegiatan-kegiatan langkah ini meliputi:

a. Mengadakan prates. b. Menyampaikan materi pelajaran,c. Mengadakan pasca tes (evaluasi)

Kelebihan :a. Penyampaian materi bisa disesuaikan dengan kemampuan awal siswab. Adanya post test yang bisa mengukur daya tangkap dan sejauh mana konsentrasi

siswac. Adanya perbaikan untuk siswa yang mendapat nilai burukd. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan syste pembelajaran

Kekurangan :a. Alokasi waktu untuk penyampaian materi terkurangi untuk pre test dan post testb. Pendidik harus menyiapkan soal untuk pre test dan post test

Page 13: PSB Kelompok 4

G. Model Assure (rowntree) Selain model desain pembelajaran yang dijabarkan di atas, terdapat pula suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yakni model ASSURE, yang merupakan:1. Analyze Learner ( menganalisa Peserta Didik )2. State Objective (merumuskan tujuan pembelajaran atau kompetensi)3. Select Method, media, and materials ( memilih metode, media dan bahan ajar)4. Utilize media and materials ( menggunakan media dan bahan ajar)5. Require Learner participacion (mengembangkan peran serta Peserta Didik)6. Evaluate and Revise (menilai dan memperbaiki) Model ASSURE yang dicetuskan oleh Heinich, dkk 1980, dikembangkan oleh Smaldino hingga sekarang. Model ASSURE ini, berorentasi pada KBM. Strategi pembelajarannya melalui pemilihan dan pemanfaatan metode, media, bahan ajar, serta peran serta pembelajar di lingkungan belajar, ada 4 manfaat ASSURE,yaitu :1. Sederhana, mudah untuk diterapkan.2. Dapat dikembangkan sendiri oleh Pendidik.3. Komponen KBM lengkap.4. Peserta didik pun dilibatkan dlm persiapan untuk KBM. *Kelebihan dari model ini adalah

Lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut di anatranya analisis Peserta didik, rumusan tujuan pembelajar, strategi pembelajar, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian belajar.

sering di adakan remidial. selain itu model ini mengedepankan Peserta didik, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, kemampuan prasyarat.

Di adakan pengelompokan-pengelompokan kecil seperti pengelompokan Peserta didik menjadi belajar mandiri dan belajar tim dll menyiratkan untuk para Pendidik untuk menyampaikan materi dan mengelola kegiatan kelas

Model ini dapat diterapkan sendiri oleh Pendidik

*Kelemahan dari model ini adalah Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentu Walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain

pembelajaran termasuk di dalamnya. Model ini mengedepankan penyampaian materi dan pengelolaan kelas. Aspek lain yang berdampakterhadap proses belajar tidak dideteksi Model ini digunakan untuk memandu seseorang Pendidik bagaimana

mengelola dan menciptakan interaksi belajar mengajar Untuk dapat memotivasi pembelajaran yang tepat Supaya Pendidik lebih kreatif dan kerja sama antar Pendidik dan siswa dapat

dikembangkan dengan baik dengan model KBM ini. Dilihat dari sistem modelnya dari model-model yang lain.Menurut saya, model

ASSURE ini simpel. Namun kegunaanya lebih condong untuk pembelajaran di lingkup sekolah.

H. Model Kegiatan belajar mengajar (Classroom oriented)Model ini memandu seorang instruktur dalam mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Model ini memiliki ciri-ciri :1. Relatif lebih banyak komponennya2. Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya

Page 14: PSB Kelompok 4

3. Sangat memperhatikan Peserta Didik4. Mengisyaratkan adanya aspek pengelolaan kelas5. Menyiratkan peran Pendidik dalam menyampaikan materi6. Dapat diterapkan oleh instruktur sendiri tanpa tim khusus.7. Tidak mencakup suatu mata pelajaran tertentuDalam model berorientasi kelas ini juga terdapat kelebihan dan kekurangannya,

yaitu :Kelebihannya:o Pendidik sendiri yang terjun langsung dalam mengelelola, menciptakan situasi dan

kondisi, memilih sesuai fungsi jadi Pendidik harus kreatif dalam mengelola dan menciptakan segala sesuatunya tetapi sebelum diterapkan, Pendidik harus mengamati Peserta didik (karakteristik).

o Ada aspek perbaikan & tes-tes formatif di dalamnya dengan pelatihan yang dilakukan berulang-ulang

o Terdapat penentuan strategi, sistem penyampaian, rumusan tujuan, analisis , bahkan penilaian dan pengaturan dalam grup (kelompok) di dalam kelas.

o Peserta didik dapat langsung mengatur susunan belajar mandiri di dalam kelaso Pendidik sendiri yang mengajar langsung tanpa tim khusus.

Kekurangannya:o Terkadang tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk di dalamnyao beberapa aspek yang dapat berdampak terhadap proses belajar tidak dapat

terdeteksi, sehingga tidak dapat di perbaiki dimana aspek yang terdapat kekurangano Tidak dapat mencakup suatu mata pelajaran tertentu sehingga model KBM

diterapkan di seluruh mata pelajaran yang ada.

I. Model Desain Pembelajaran Wong dan RoulersonWong dan Roulerson (1974) mengemukakan 6 langkah pengembangan desain intruksional yaitu:1. Merumuskan tujuan2. Menganalisis tujuan tugas belajar3. Mengelompokkan tugas-tugas belajar dan memilih kondisi belajar yang tepat.4. Memilih metode dan media5. Mensintesiskan komponen-komponen pembelajaran6. Melakasanakan rencana, mengevaluasi dan memberi umpan balik.

Page 15: PSB Kelompok 4

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan Pengembangan instruksional adalah teknik pengelolaan dalam mencari

pemecahan masalah-masalah instruksional atau, dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar yang ada untuk memperbaiki pendidikan Aplikasi Model - model Pengembangan Sistem Instruksional , secara garis besar dapat diambil kesimpulan antara lain: (1) Aplikasi Model – model pengembangan sistem instruksional terdapat persamaan dan perbedaan yang mendasar dalam pengembangannya; (2) Setiap model pengembangan system memiliki langkah dan konsep tersendiri; (3) Hasil akhir dari Aplikasi pengembangan instruksional ialah suatu sistem instruksional, yaitu materi dan strategi belajar mengajar yang dikembangkan secara empiris yang secara konsisten telah dapat mencapai tujuan instruksional tertentu.

B. SaranSetelah membaca dan menguraikan makalah ini, penulis memberikan saran bahwa perlunya mengaplikasikan model-model pengembangan sistem instruksional, sesuai dengan kondisi yang ada, agar dapat tercapai tujuan instruksional.

Page 16: PSB Kelompok 4

DAFTAR PUSTAKA

Budianto. 2014. Pendekatan Sistem Dalam Teknologi. Diunduh dari http://fkip.uisu.ac.id/wp-content/uploads/2014/03/06_Budianto_PENDEKATAN-SISTEM-DALAM-TEKNOLOGI-E1.pdf pada 04 April 2016

Haryanti, Leni. 2012. Model Desain Instruksional. Diunduh dari http://leni-haryanti.blogspot.co.id/2012/11/model-desain-instruksional.html , pada 7 april 2016.

Najibudin, A. 2011. Fungsi Pusat Sumber Belajar. Diunduh dari http://najibuddin17.blogspot.co.id/2011/07/fungsi-pusat-sumber-belajar.html pada 01 April 2016

Qulup, I. 2014. Perencanaan pembelajaran Model. Diunduh dari http://iipkasipulqulub.blogspot.co.id/2014/03/perencanaan-pembelajaran-model.html pada 04 april 2016

Vebi, 2013. Pengembangan Sistem Instruksional. Diunduh dari https://vebicivic07.wordpress.com/2013/06/12/pengembangan-sistem-instruksional/pada 01 April 2016

Pongklar, Barong. 2015. Aplikasi Berbagai Model Pengembangan Sistem Instruksional (Perencanaan Pembelajaran Penjasorkes Sd Dan Sm). Diunduh dari http://ilmujunek.blogspot.co.id/2015/02/aplikasi-berbagai-model-pengembangan.html , pada 4 april 2016

Satria. 2011. Aplikasi Model - Model Pengembangan Sistem Instruksional. Diunduh dari http://satriadholan.blogspot.co.id/2011/04/aplikasi-model-model-pengembangan.html , pada 7 april 2016