provinsi sulawesi utara triwulan ii – · pdf fileantara lain penyelesaian pelebaran...

90
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II – 2009 Kantor Bank Indonesia Manado

Upload: doque

Post on 03-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan II – 2009 Kantor Bank Indonesia Manado

0

1

Kata Pengantar

Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, dijelaskan bahwa tujuan

Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai

tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan

melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran

serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum

otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI

Manado dituntut berperan sebagai ”economic intelligent and research unit” yang

diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat,

menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam

perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi

ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional

(KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro

ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat

kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.

Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui

penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder

maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti

pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di

daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas

dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat

memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah

membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.

Manado, 30 Juni 2009

BANK INDONESIA MANADO

UJeffrey KairupanU

Pemimpin

2

Daftar Isi

RINGKASAN EKSEKUTITF halaman 4

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 12

Sisi Permintaan halaman 13

Sisi Penawaran halaman 20

Analisis LQ (Location Quatient) halaman 31

BOX 1. Pola Pembiayaan Usaha Tani Padi Hibrida Jenis Bernas Halaman 31

PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 34

Inflasi Tahunan (Y.o.Y) halaman 34

Inflasi Bulanan (M.t.M) halaman 36

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 40

Fungsi Intermediasi halaman 41

Risiko Kredit halaman 52

Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 56

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59

Dana Perimbangan halaman 59

Keuangan Daerah di Tingkat Provinsi halaman 61

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 65

Perkembangan Aliran Uang Kartal halaman 65

Penemuan Uang Palsu halaman 69

Perkembangan Kliring Lokal (Tunai) halaman 70

RTGS (Real Time Gross Settlement) halaman 70

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

halaman 72

Pengangguran halaman 72

Kemiskinan halaman 76

Rasio Gini halaman 79

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) halaman 80

PERKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI halaman 82

Prospek Pertumbuhan Ekonomi halaman 82

Prakiraan Inflasi halaman 86

Daftar Istilah dan Singkatan halaman 88

3

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431-866933 Email : [email protected]

4

RINGKASAN EKSEKUTIF

Perkembangan Makro Ekonomi Regional

Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah

memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia.

Dampak penguatan permintaan negara mitra dagang, terutama

China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia

terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan

tembaga. Meski terus membaik, belum pulihnya perekonomian

global menyebabkan kinerja ekspor yang masih mengalami

kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi

swasta dapat tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan

pemilihan presiden (pilpres), serta adanya realisasi pembayaran gaji

ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan yang

masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah,

kegiatan investasi masih terbatas. Mencermati perkembangan

tersebut, pertumbuhan ekonomi selama Triwulan II Tahun 2009

diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0%.

Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif terhadap kinerja ekonomi Indonesia...

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi

Utara hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif minimal. Hal ini

terindikasi dari beberapa promp indikator dan hasil survey yang

dilaksanakan oleh Kantor Bank Indonesia Manado. Adapun

kegiatan ekonomi yang terkena dampak significant dari krisis

ekonomi global adalah kegiatan ekspor. Namun demikian,

optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan turun terlalu

dalam masih tetap ada seiring dengan digelarnya even bertaraf

internasional di Kota Manado selama triwulan laporan yaitu World

Ocean Conference (WOC) dan CTI – Summit pada Mei 2009, yang

diharapkan mampu mendorong kegiatan konsumsi. Mengacu

berbagai kondisi tersebut maka perkirakan minimal laju

pertumbuhan ekonomi Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 adalah

7,4% (y.o.y).

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulut hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif minimal...

5

Dari sisi permintaan, perekonomian Sulut selama Triwulan II Tahun

2009 diperkirakan akan lebih dominan didorong oleh kegiatan

konsumsi dan investasi. Sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan

masih akan mengalami trend perlambatan sebagaimana dialami

pada triwulan sebelumnya. Beberapa faktor pendorong

meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan

Pemilu Legislatif pada April 2009, (2) Realisasi Gaji ke-13 bagi para

PNS/TNI/Polri, (3) Penyelenggaraan even berskala Internasional

World Ocean Conference (WOC) dan Coral Triangle Initiative (CTI)

Summit, dan (4) Berlangsungnya musim liburan sekolah.

Sementara itu, meningkatnya kegiatan investasi didorong pula oleh

percepatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung WOC

antara lain penyelesaian pelebaran jalan menuju Bandara Sam

Ratulangi, pembangunan Grand Kawanua City, dll serta

meningkatnya persentase realisasi belanja modal hingga Triwulan II

Tahun 2009 sebesar 26% dengan nominal Rp63 milliar atau lebih

tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang baru 13%.

Dari sisi permintaan, lokomotif pertumbuhan selama triwulan I 2009 masih akan didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi...

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II Tahun

2009 diperkirakan disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada

dengan kontributor utama adalah sektor PHR, bangunan dan

pertanian. Dampak krisis ekonomi global yang dirasakan khususnya

pada sektor perdagangan luar negeri dan sektor pertanian (sub

sektor perkebunan dan perikanan). Namun perlambatan ekonomi

ini masih dapat tertolong oleh meningkatnya aktivitas

pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana lainnya dalam

rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit

yang berdampak ekonomis pada meningkatnya kegiatan

perdagangan dan kunjungan wisatawan.

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan kontributor utama adalah sektor PHR, bangunan dan pertanian...

Perkembangan Inflasi Daerah

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado

selama Triwulan II Tahun 2009 memperlihatkan adanya penurunan

dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada Juni 2009, inflasi

Secara umum tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan II Tahun 2009 memperlihatkan adanya penurunan...

6

kota Manado tercatat 2,25% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan

dengan akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,85% (y.o.y) dan

periode yang sama tahun lalu sebesar 13,18% (y.o.y). Demikian

pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang sebesar

3,65% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.

Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh

faktor non fundamental yaitu tekanan inflasi volatile food dan

administered prices, serta faktor fundamental berupa inflasi inti

yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaan, dan

output gap. Trend penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan

perekonomian dunia yang cenderung melambat sebagai dampak

dari krisis ekonomi global. Faktor paling utama adalah dampak

turunnya harga minyak dan komoditas pertanian dunia. Selain itu

tekanan inflasi yang terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya

dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dari angka

inflasi tahunan (harga BBM dinaikkan pada minggu terakhir bulan

Mei 2008). Peningkatan harga minyak dunia sampai pada level

diatas $70/barrel di bulan Juni 2009 belum dirasakan pengaruhnya

terhadap inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah sampai

saat ini masih belum merespon kenaikan tersebut yang ditunjukkan

oleh tidak berubahnya harga BBM dalam negeri.

Perkembangan Perbankan Daerah

Beberapa indikator kinerja perbankan di Sulut pada Triwulan II

Tahun 2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin dari

perlambatan pertumbuhan dari total dana pihak ketiga (DPK) dan

kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal kredit

dan DPK menunjukkan adanya peningkatan (y.o.y), namun jika

dilihat dari persentase pertumbuhannya cenderung mengalami

penurunan. Total aset masih mengalami pertumbuhan yang lebih

besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Fungsi intermediasi perbankan dinilai masih berjalan cukup baik

bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya

walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu signifikan,

Beberapa indikator kinerja perbankan Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 masih menunjukkan trend perlambatan...

7

namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya Loan To

Deposit Ratio (LDR) perbankan menunjukkan adanya penurunan.

Masih meningkatnya LDR ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

kredit yang sedikit lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan

dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.

Peningkatan tipis pada LDR juga diikuti oleh penurunan pada Non

Performing Loan (NPL) perbankan.

Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun

2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12%

dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen

penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama

berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23%

mencapai jumlah Rp5,34 Triliun. Berikutya adalah Dana Sektoral

yang naik 8,38% mencapai Rp3.09 Triliun dan Dana

Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai

Rp788 milliar.

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Sulawesi Utara di Tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya...

Pada tingkat provinsi, Kinerja keuangan pemerintah hingga

Triwulan II Tahun 2009 relatif lebih rendah dibandingkan periode

yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan Juni 2009, total

pengeluaran pemerintah mencapai Rp399 milliar atau baru

mencapai 35,6% dari target pengeluaran dalam APBD-P sebesar

Rp1.120 milliar. Sementara itu, total penerimaan pemerintah baru

mencapai Rp477 milliar atau baru 46,4% dari target penerimaan

dalam APBD-P sebesar Rp1.029 milliar. Jumlah penerimaan yang

lebih besar dibandingkan realisasi menyebabkan keuangan

pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 mengalami surplus

sebesar Rp78 milliar.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado

pada Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi net outflow,

yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado selama triwulan II 2009 berada pada kondisi net outflow...

8

dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu

indikasi bahwa perekonomian Sulut kembali bergairah di tengah-

tengah ketidakpastian pemulihan kondisi perekonomian pasca

krisis ekonomi global. Selain itu, kondisi net outflow yang terjadi

pada triwulan laporan merupakan pola musiman setelah pada

triwulan sebelumnya mengalami net inflow berkenaan dengan

kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem perbankan

setelah di akhir tahun 2008 lalu aktivitas ekonomi cenderung

meningkat saat perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan natal)

serta perayaan Tahun Baru 2009.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia

Manado menunjukkan adanya penurunan yang signifikan

dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di triwulan II

Tahun 2008 lalu, jumlah total uang palsu yang ditemukan

mencapai 1.035 lembar, hal ini disebabkan karena pada triwulan

tersebut telah terungkap jaringan dan pengedar uang palsu oleh

pihak yang berwajib. Total uang palsu yang ditemukan dan

dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun

2009 sebanyak 18 lembar.

Penemuan uang palsu di wilayah kerja KBI Manado menunjukan penurunan...

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009

menunjukkan peningkatan mencapai 90,363 lembar dengan nilai

Rp1,891 triliun atau naik sebesar 6,22% (y.o.y). Sama halnya jika

dibandingkan dengan periode sebelumnya, terlihat adanya

peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika dilihat

berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan

selama periode laporan tercatat sebanyak 1,457 lembar dengan

nilai sebesar Rp30,45 miliar. Angka inipun meningkat 7,86%

(y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut

semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara

mengalami pertumbuhan yang positif.

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009 menunjukkan peningkatan mencapai 90,363 lembar dengan nilai Rp1,891 triliun...

9

Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan

Masyarakat

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009 mengalami perbaikan...

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

pada Februari 2009 mengalami perbaikan dibandingkan periode

Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat Pengangguran

Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan

dengan periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya

bila dibandingkan terhadap keadaan Februari 2008 yang juga

mengalami penurunan sebesar 1,72%. Sementara itu, jumlah dan

persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret

2009 di Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun

ke tahun. Terjadi peningkatan dari periode Februari 2004 – Maret

2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 – Maret

2009.

Outlook Pertumbuhan Ekonomi

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2009

diperkirakan masih akan tumbuh baik walaupun kinerja ekspor

diperkirakan masih mengalami perlambatan bahwa kontraksi

sebagai dampak krisis ekonomi global. Even berskala Internasional

yaitu Sail Bunaken pada Agustus 2009 diharapkan mampu

mengkonversi potensi perlambatan ekonomi akibat menurunya

kinerja ekspor. Sail Bunaken 2009 merupakan even atas kerjasama

antara Departemen Kelautan & Perikanan dan TNI AL. Event yang

memadukan beberapa rangkaian kegiatan bahari ini akan

dilaksanakan di Kota Manado dan Kota Bitung pada tanggal 12 -

19 Agustus 2009. Agenda utama kegiatan ini adalah International

Fleet Review 2009 (IFR’09) yang menghadirkan kapal-kapal perang

dan kapal-kapal layar tinggi dari masing-masing Angkatan Laut

sebanyak 30 negara sahabat dan disaksikan langsung oleh

Presiden RI, sekaligus sebagai rangkaian HUT RI ke 64.

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih akan tumbuh baik...

Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan

tumbuh sebesar 6,32% (y.o.y). Menurut jenis penggunaan,

kegiatan investasi dan konsumsi diperkirakan menjadi lokomotif

Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,32% (y.o.y)....

10

pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Sementara

ekspor diperkirakan masih tumbuh lambat walaupun tanda-tanda

pulihnya permintaan dunia khususnya dari negara berkembang

sudah mulai terlihat. Sementara itu secara sektoral, perekonomian

diperkirakan masih bertumpu pada sektor ekonomi andalan selama

ini yaitu PHR (Perdagangan, Hotel dan Restoran) Bangunan, dan

Pertanian.

11

Outlook Inflasi Regional

Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan

mengalami peningkatan. Dari sisi penawaran, trend kenaikan

harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga komoditas

diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional,

musim pancaroba yang cenderung berangin pada triwulan

mendatang diperkirakan akan menyebabkan gangguan pasokan

pada beberapa komoditas diantaranya adalah ikan dan cabe. Selain

itu, komodti dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap

transportasi laut diperkirakan juga akan mengalami kenaikan

akibat ganggungan distribusi. Dari sisi permintaan, berlangsungnya

masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri (lebaran) selama

triwulan mendatang diperkirakan juga akan meningkatkan tekanan

harga. Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut maka tingkat

inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar

5,5% (y.o.y).

Atas pertimbangan berbagai faktor tersebut maka tingkat inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009 diperkirakan sebesar 5,5% (y.o.y)...

12

BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

Perkembangan perekonomian global mengindikasikan proses pemulihan yang semakin

menguat, walaupun masih terdapat sejumlah risiko. Di negara maju, berbagai indikator

pemulihan ekonomi makro telah menunjukkan kecenderungan yang semakin membaik.

Paket stimulus yang diluncurkan oleh pemerintah dan program stabilisasi sektor keuangan

telah berhasil mendorong penguatan keyakinan masyarakat sehingga mampu mendorong

konsumsi. Di samping itu, kondisi pasar kredit yang mulai membaik turut menopang

kenaikan pengeluaran konsumsi masyarakat. Kendati demikian, masih tingginya angka

pengangguran menjadi faktor risiko yang membayangi proses pemulihan ekonomi di

kelompok negara tersebut. Di sisi lain, pemulihan ekonomi negara emerging markets,

khususnya China, India dan Korea, semakin menunjukkan penguatan. Dengan dukungan

stimulus fiskal dalam bentuk infrastruktur dan tingginya pertumbuhan kredit, kegiatan

investasi di China yang telah berlangsung sejak awal tahun terus berlanjut. Geliat

permintaan domestik di beberapa negara Asia tersebut pada gilirannya mendorong

peningkatan kinerja perekonomian negara lainnya di kawasan. Namun demikian,

membaiknya perekonomian di beberapa negara emerging markets diperkirakan belum

mampu mengkompensasi perlambatan ekonomi negara maju. Dengan berbagai

perkembangan tersebut, kontraksi ekonomi global diperkirakan masih berlanjut, meski

dengan laju yang semakin melambat.

Kecenderungan perekonomian global yang membaik telah memberikan dampak positif

terhadap kinerja ekonomi Indonesia. Dampak penguatan permintaan negara

mitra dagang, terutama China dan India, mendorong peningkatan kinerja ekspor Indonesia

terhadap beberapa komoditas ekspor seperti CPO, batubara, dan tembaga. Meski terus

membaik, belum pulihnya perekonomian global menyebabkan kinerja ekspor yang masih

mengalami kontraksi. Dari sisi permintaan domestik, perlambatan konsumsi swasta dapat

tertahan oleh pengeluaran terkait penyelenggaraan pemilihan presiden (pilpres), serta

adanya realisasi pembayaran gaji ke-13 bagi pegawai negeri sipil. Dalam kondisi permintaan

yang masih lemah dan tingkat utilisasi kapasitas yang masih rendah, kegiatan investasi

masih terbatas. Mencermati perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi selama

Triwulan II Tahun 2009 diprakirakan berada pada kisaran 3,7% - 4,0% (y.o.y).

13

Secara regional, dampak krisis global pada perekonomian Sulawesi Utara hingga Triwulan II

Tahun 2009 relatif minimal. Hal ini terindikasi dari beberapa promp indikator dan hasil

survey yang dimiliki oleh Kantor Bank Indonesia Manado diantaranya Survey Ekspektasi

Konsumen (SEK), Survey Penjualan Eceran (SPE). Adapun kegiatan ekonomi yang terkena

dampak cukup significant dari krisis ekonomi global adalah kegiatan ekspor. Selama Januari

s.d. Mei 2009, nilai ekspor Sulut ke luar negeri rata-rata turun 45% dibandingkan periode

yang sama tahun lalu sedangkan dari sisi volume rata-rata turun 30%.

Namun demikian, optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan turun terlalu dalam

masih tetap ada seiring dengan digelarnya even bertaraf internasional di Kota Manado

selama triwulan laporan yaitu World Ocean Conference (WOC) dan CTI – Summit pada Mei

2009, yang diharapkan mampu mendorong kegiatan konsumsi. Dengan demikian,

perkirakan minimal laju pertumbuhan ekonomi Sulut pada Triwulan II Tahun 2009 adalah

7,4% (y.o.y), relatif tidak berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya.

A. SISI PERMINTAAN

Dari sisi permintaan, perekonomian Sulawesi Utara selama Triwulan II Tahun 2009

diperkirakan akan lebih dominan didorong oleh kegiatan konsumsi dan investasi.

Sedangkan kegiatan ekspor diperkirakan masih akan mengalami trend perlambatan

sebagaimana dialami pada triwulan sebelumnya. Indikasi dari masih relatif tinggi kegiatan

konsumsi selama triwulan laporan tercermin dari hasil Survey Ekspektasi Konsumsen dan

Survey Penjualan Eceran pada periode April – Juni 2009 oleh Bank Indonesia Manado.

Beberapa faktor pendorong meningkatnya kegiatan konsumsi adalah : (1) Penyelenggaraan

Pemilu Legislatif pada April 2009, (2) Realisasi Gaji ke-13 bagi para PNS/TNI/Polri, (3)

Penyelenggaraan even berskala Internasional World Ocean Conference (WOC) dan Coral

Triangle Initiative (CTI) Summit, dan (4) Berlangsungnya musim liburan sekolah. Sementara

itu, meningkatnya kegiatan investasi didorong pula oleh percepatan pembangunan sarana

dan prasarana pendukung WOC antara lain penyelesaian pelebaran jalan menuju Bandara

Sam Ratulangi, pembangunan Grand Kawanua City, dll serta meningkatnya persentase

realisasi belanja modal hingga Triwulan II Tahun 2009 sebesar 26% dengan nominal Rp63

milliar atau lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang baru 13%.

14

Tabel 1.1. La ju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Jenis Penggunaan (%)

Q1 Q2 Sumb. Q3 Q4 Q1 Q2*) Sumb.

Konsumsi 7.81 2.29 1.54 2.72 3.83 4.06 8.53 2.86 1.84

Konsumsi Swasta 6.36 1.39 0.63 1.84 4.36 3.45 5.12 2.65 1.14

Konsumsi Pemerintah 11.10 4.19 0.91 4.60 2.86 5.33 15.95 3.28 0.69

PMTB 7.50 9.06 1.90 15.56 13.07 11.70 10.03 23.67 5.04

Stok -5.36 61.26 0.99 50.24 48.49 40.51 -19.93 2.98 0.07

Ekspor 18.12 25.46 10.72 20.86 10.51 18.40 5.96 7.52 3.71

Impor 23.14 24.88 7.96 20.84 7.61 18.44 7.90 8.79 3.28

PDRB 6.96 7.19 7.19 7.88 8.06 7.56 7.45 7.37 7.37

Jenis Penggunaan2008

20082009

*) Proyeksi Bank Indonesia Manado

1. Konsumsi

Kegiatan konsumsi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh 2,86% (y.o.y) dengan

kontribusi sebesar 1,84% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian

periode yang sama tahun sebelumnya maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan

laporan akan meningkat. Beberapa faktor pendorong peningkatan konsumsi adalah

meningkatnya permintaan masyarakat saat berlangsungnya even Internasional WOC dan

CTI Summit di Manado pada Mei 2009 yang menghadirkan jumlah peserta ± 3.000 baik

dalam maupun luar negeri (belum termasuk pengunjung). Sementara itu, potensi

melemahnya permintaan masyarakat sebagai dampak krisis ekonomi global coba

diantisipasi oleh pelaku usaha dengan memberikan diskon terhadap produk penjualannya

sebagaimana dilakukan oleh beberapa mal, Hyper Market dan Supermarket seperti

Hypermart, Matahari, Manado Town Square (Mantos) dan Mega Mal.

Penyelenggaraan pesta demokrasi berupa Pemilu (Pemilihan Umum) Anggota Legislatif turut

memberikan andil terhadap peningkatan kegiatan konsumsi selama triwulan laporan.

Maraknya kegiatan kampaye oleh Partai Politik (Parpol) telah mendorong peningkatan

permintaan masyarakat berupa makanan, minuman, sandang, baleho, dlsb-nya. Sementara

itu, realisasi gaji ke-13 bagi para PNS/TNI/Polri pada April 2009 lalu juga sedikit banyak

mempengaruhi perilaku permintaan masyarakat selama triwulan laporan. Keseluruhan

faktor ini cukup efektif dalam menahan turunnya volume penjualan sebagaimana tercermin

dari hasil Survey Penjualan Eceran periode pada Juni 2009.

Berdasarkan komponen penyusunnya, konsumsi swasta pada Triwulan II Tahun 2009

tumbuh 2,65% sedangkan konsumsi pemerintah tumbuh 3,28% terhadap laju

pertumbuhan ekonomi secara umum. Peningkatan konsumsi swasta khususnya konsumsi

rumah tangga antara lain dapat dikonfirmasi melalui hasil SEK Kota Manado pada Juni 2009

15

dimana sebagian besar konsumen optimis bahwa kondisi ekonomi saat ini lebih baik

dibandingkan 3-6 bulan yang lalu tercermin dari indeks sebesar 123,50 (optimis > 100) atau

naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berada pada level pesimis sebesar

88,17.

Berdasarkan komponen penyusun indeks kondisi ekonomi seluruh indeks menunjukkan

trend peningkatan pada level optimis >100. Indeks pembelian bahan tahan lama yang

dalam beberapa bulan terakhir sempat menunjukkan trend pernurunan bahkan hingga level

pesimis, pada Juni 2009 mengalami pembalikan dan mulai mengalami peningkatan. Hal

yang hampir sama berlaku untuk indeks ketersediaan lapangan kerja yang sejak Maret 2009

berada pada level pesimis namun pada Juni 2009 kembali naik dan berada pada posisi

optimis.

Grafik 1.2.

Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini

Grafik 1.1. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen

Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado Sumber : Survey Konsumen (SK) Kota Manado

75

85

95

105

115

125

135

145

J F M A M J J A S O N D J F M A M J

2008 2009

Indeks Keyakinan Konsumen Kondisi Ekonomi Saat IniEkspektasi Konsumen

\

40

60

80

100

120

140

160

J F M A M J J A S O N D J F M A M J

2008 2009

Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat IniPembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja

Sementara itu, perlambatan kegiatan konsumsi pemerintah antara lain tercermin dari

persentase realisasi belanja pemerintah dalam APBD-P Sulut hingga akhir Triwulan II Tahun

2009 yang mencapai 35,6% atau lebih rendah dibandingkan pencapaian periode yang

sama tahun sebelumnya sebesar 36,3%. Namun demikian, kinerja APBD-P pada triwulan

mendatang diperkirakan akan lebih baik seiring dengan kenaikan jumlah alokasi dana fiskal

pemerintah pusat ke seluruh wilayah di Sulut sebesar 15% mencapai jumlah Rp10,6 Triliun

di Tahun 2009.

2. Investasi

Di tengah krisis ekonomi global yang saat ini menghantam perekonomian nasional,

kegiatan investasi di Sulawesi Utara selama Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh

16

23,67% (y.o.y) terhadap laju pertumbuhan ekonomi secara umum. Peningkatan kegiatan

investasi terutama didorong oleh percepatan penyelesaian sarana/prasarana pendukung

WOC seperti perluasan jalan menuju Bandara Sam Ratulangi, pembangunan Grand

Kawanua City Convention Centre dan perluasan appron Bandara Sam Ratulangi. Selain itu

pembangunan jaringan distribusi PLN yang tersebar di Manado, Minahasa Selatan, Bolaang

Mongondow, Minahasa Utara, dan Minahasa Induk serta penyelesaian infrastruktur lokasi

pemboran sumur-sumur geothermal di lahendong oleh Pertamina juga turut memberikan

andil bagi peningkatan kegiatan investasi.Perkembangan kegiatan investasi antara lain

dapat dikonfirmasi dengan perkembangan indeks bahan bangunan memperlihatkan trend

peningkatan dari 202 pada Juni 2008 naik menjadi 1.216 pada Juni 2009. Namun

demikian, dari sisi pembiayaan, jumlah kredit produktif yang disalurkan guna mendukung

kegiatan investasi masih relatif kecil walaupun menunjukkan trend yang meningkat. Hingga

akhir Triwulan II Tahun 2009, total kredit produktif (modal kerja dan investasi) yang

disalurkan mencapai Rp4,6 Triliun atau meningkat 12,36% dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya.

Grafik 1.3.

Pertumbuhan Kredit Produkif (%)

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6

2007 2008 2009

(%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum

3. Ekspor – Impor

Kinerja ekspor pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih akan berada pada trend

yang melambat dengan laju pertumbuhan 7,52% (y.o.y) atau lebih lambat dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 25,46%. Secara umum,

dampak krisis ekonomi global telah menyebabkan menurunnya permintaan dunia sehingga

berdampak pada melambatnya kinerja ekspor produk pertanian dan perikanan tercermin

dari penurunan nilai dan volume ekspor Sulut selama Januari – April 2009 masing-masing

sebesar 60% dan 40% bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Tercatat total

17

ekspor Sulut ke luar negeri selama Januari – April 2009 mencapai USD 81 Juta dengan

volume sebesar 137 ribu ton.

Grafik 1.4.

Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Sulut Tabel 1.2.

Komoditi Utama Ekspor Sulut (dlm Ribu Ton)

Berdasarkan jenisnya, komoditi utama ekspor luar negeri terutama dalam bentuk Food &

Animals serta Animals & Vegetable Oils & Fats khususnya olahan dari produk kopra, minyak

kelapa (Virgin Coconut Oil) dan ikan dengan negara tujuan utama adalah China, Amerika

Serikat, Belanda dan Korea Selatan. Berbeda dibandingkan Tahun 2008 lalu dimana Belanda

dan Amerika Serikat merupakan negara tujuan utama ekspor maka sejak krisis ekonomi

global melanda dunia di awal triwulan IV – 2008 lalu maka terjadi perubahan struktur

pangsa pasar tujuan ekspor Sulut yang utamanya ditujukan ke negara China dan Amerika

Serikat.

Tabel 1.3. Negara Tujuan Utama Ekspor

Negara Tujuan 2005 2006 2007 2008 Negara Tujuan Apr'09

Nilai Ekspor 382,294 273,363 557,359 670,295 81.99

Belanda 22.61 15.98 38.52 27.66 China 24.82Amerika Serikat 25.41 17.18 14.93 20.75 Amerika Serikat 21.19China 17.91 28.61 12.98 8.11 Belanda 10.75Korea Selatan 2.00 4.68 9.52 11.65 Korea Selatan 10.72India 3.58 5.49 4.81 7.55 Jepang 4.59Negara Lainnya 28.50 28.06 19.23 24.29 Negara Lainnya 9.92

Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Pangsa Pasar

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia

*) s.d. April 2009

Sementara itu, kegiatan impor pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh melambat

sebesar 8,79% (y.o.y). Menurut komponen penyusunnya, nilai tambah kegiatan impor antar

pulau/provinsi merupakan penyumbang utama sedangkan nilai tambah kegiatan impor

antar negara cenderung melambat bahkan mengalami kontraksi sebagaimana tercermin

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009

Tahun Food & Live Animals

Animal & Veg. Oils & Fats

Others Total

2005 393 482 66 941 2006 178 407 35 621 2007 327 591 16 934 20 08 304 467 12 782

2009*) 41 93 4 137

-

20

40

60

80

100

120

0

160

180

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2008 2009

Nilai Ekspor (d lm Juta USD)

Vol Ekspor (d lm Ribu Ton)14

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009

18

jumlah impor Sulut selang Januari s.d. April 2009 yang hanya sebesar USD 509 ribu atau

turun 80% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD 2,6 Juta.

Namun, secara netto neraca perdagangan luar negeri Sulut masih berada pada kondisi

surplus yang berarti nilai ekspor lebih tinggi dibandingkan nilai impornya. Sedangkan untuk

transaksi perdagangan antar provinsi umumnya masih berada pada kondisi defisit. Hal ini

disebabkan karena hampir 70% barang konsumsi masih harus didatangkan dari luar

provinsi terutama dari Kota Makasar dan Kota Surabaya.

Grafik 1.5. Perkembangan Nilai dan Volume Impor Sulut

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

3,000

3,500

4,000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4

2008 2009

Nilai (R ibu USD)

Volume (Ton)

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. April 2009

Tabel 1.4. Komoditi Utama Impor Sulut (dlm Ton)

Tahun Food & Live Animals

Manufactured Goods

Machinaery & Transport Eqp

Others Total

2005 5.03 0.10 0.71 0.39 6.24 2006 5.06 7.68 21.83 2.34 36.91 2007 6.40 0.35 52.47 2.73 61.95 2008 1.46 0.38 6.57 2.19 10.60

2009*) - - 0.06 - 0.06

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Monter Bank Indonesia *) s.d. April 2009

Menurut strukturnya, kegiatan impor sejak Tahun 2006 memiliki perbedaan dibandingkan

tahun sebelumnya. Bila sebelum Tahun 2006 kegiatan impor lebih didominasi oleh

kelompok komoditi bahan makanan yaitu gula dan produk olahannya (sugars dan sugar

confectionery) maka sejak awal Tahun 2006 hingga saat ini lebih didominasi oleh produk

barang modal (mesin, perkakas, alat transportasi, dlsb-nya). Meningkatnya komposisi

barang impor dalam bentuk mesin, peralatan dan material ini mengindikasikan terus

meningkatnya kegiatan investasi di Sulawesi Utara.

19

Berdasarkan negara asal barangnya, bila impor sepanjang Tahun 2008 terutama berasal dari

negara China, Thailand dan Australia, maka di Tahun 2009 selang Januari s.d. April, barang

impor lebih banyak didatangkan dari negara Filipina, Belanda, China, dan Perancis. Secara

netto, nilai perdagangan luar negeri berada pada kondisi surplus yang berarti nilai ekspor

masih jauh lebih besar dibandingkan nilai impor.

Grafik 1.6.

Negara Asal Impor Sulawesi Utara

Tahun 2008

13.55

11.47

8.99

6.7

10.0

49.2

China

Thailand

Australia

Filipina

Singapore

Negara Lainnya

Tahun 2009

63%14%

12%

11%

Filiphina

Belanda

China

Perancis

Total USD 10,59 Juta Total USD 509 Ribu

Sumber : Direktorat Statistik, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia *) s.d. April 2009

Grafik 1.7.

Nilai Ekspor dan Impor Luar Negeri

(dalam Juta USD)

-

100

200

300

400

500

600

700

800

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

*)

-

10

20

30

40

50

60

70Nilai Ekspor (Left Axis)Net Ekspor (Left Axis)Nilai Impor (Right Axis)

Sumber : Direktorat Statist k, Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia i

*) s.d. April 2009

Perkembangan kegiatan perdagangan selama triwulan laporan antara lain juga dapat

dikonfirmasi dengan kegiatan eskpor-impor serta bongkar-muat barang melalui pelabuhan

Bitung. Berdasarkan strukturnya, terlihat bahwa untuk perdagangan luar negeri lebih

didominasi oleh kegiatan ekspor sedangkan kegiatan impor relatif kecil pangsanya.

Sedangkan untuk perdagangan dalam negeri, intensitas kegiatan bongkar lebih tinggi

dibandingkan dengan kegiatan muat yang berarti lebih banyak barang-barang yang masuk

20

ke wilayah Sulawesi Utara dibandingkan barang yang keluar. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap daerah/provinsi lainnya

di luar Sulawesi Utara masih cukup tinggi.

Tabel 1.5.

Kegiatan Perdagangan Luar dan Dalam Negeri di Pelabuhan Bitung (dalam USD)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2*)

Impor Ton - 25,002 23,044 25,535 73,581 3,573 791 -96.84Ekspor Ton 90,701 106,766 128,915 123,908 450,290 48,520 89,728 -15.96

Bongkar Ton 654,800 869,745 801,622 888,290 3,214,457 772,577 706,506 -18.77Muat Ton 212,611 209,388 252,826 243,008 917,834 228,612 218,235 4.22

Y.o.Y

Perdagangan Luar Negeri

Perdagangan Dalam Negeri

Kegiatan2009

20082008

Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung *) Perkiraan Bank Indonesia Manado

B. SISI PENAWARAN

Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan

disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada. Dampak krisis ekonomi global hingga triwulan

I 2009 relatif minimal tercermin dari laju pertumbuhan ekonomi sebesar 7,4% (y.o.y).

Potensi perlambatan ekonomi ini yang diperkirakan sebelumnya ternyata masih dapat

tertolong oleh meningkatnya aktivitas pembangunan infrastruktur dan sarana/prasarana

lainnya dalam rangka mempersiapkan penyelenggaraan WOC dan CTI Summit yang

membawa multipier effect pada meningkatnya kegiatan perdagangan dan kunjungan

wisatawan.

Tabel 1.6.

Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah *) Angka Perkiraan Bank Indonesia Manado

1. Pertanian

Kinerja sektor pertanian pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan akan mengalami

peningkatan berkenaan dengan mulai berlangsungnya masa panen raya padi di beberapa

wilayah di Sulawesi Utara. Bila pada triwulan I 2009 lalu, laju pertumbuhan sektor pertanian

sebesar 4,6% (y.o.y) maka pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan akan naik menjadi

5,2% (y.o.y). Berdasarkan pangsanya, pertumbuhan sektor pertanian terutama masih

disumbangkan oleh sub sektor tanaman bahan makanan disusul oleh sub sektor peternakan

dan sub sektor perikanan.

Sementara itu, untuk sub sektor lainnya yaitu sub sektor perkebunan dan sub sektor

kehutanan laju pertumbuhannya rendah sehingga kontribusinya relatif terbatas.

Melambatnya kinerja sub sektor perkebunan disebabkan oleh terus menurunnya produksi

tanaman cengkeh akibat dan menurunnya produksi kelapa yang tidak sebanyak tahun lalu

sebagai akibat serangan hama dan kurangnya peremajaan. Sementara rendahnya

pertumbuhan sub sektor kehutanan antara lain disebabkan oleh semakin terbatasnya lahan

kehutanan yang bisa dimanfaatkan serta gencarnya proses penegakan hukum terhadap

pelaku illegal logging yang menyebabkan masyarakat dan pengusaha harus extra hati-hati

dalam memanfaatkan lahan yang ada.

Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data

perkembangan produksi beras dan jagung. Jumlah produksi beras pada Triwulan II Tahun

2009 diperkirakan mencapai 120.666 ton atau naik 3,14% (y.o.y) dibandingkan periode

yang sama tahun lalu. Demikian pula dengan komoditi jagung, dimana selama triwulan

laporan produksinya naik 12,18% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu

mencapai jumlah 178.905 ton.

Pertumb

-

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

Q1 Q2 Q1 Q2 Q1 Q2

2007 2008 2009

Luas Panen (Ha) Produksi Gabah (Ton)

Produksi Beras (Ton)

Perkembangan dan

-20

0

20

40

60

80

100

120

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1

2007

(%)

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara Sumber : Lapoaran B

Grafik 1.8. uhan Kredit Pertanian

Tabel 1.7. Luas Panen, Produksi Gabah Produksi Beras

21

1 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2008 2009

ulanan Bank Umum (LBU)

22

Dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai sektor pertanian masih relatif

terbatas. Sampai dengan Juni 20009, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertanian

baru sebesar Rp411 milliar atau hanya 4,27% dari total kredit yang disalurkan. Belum

terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif

tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing

Loan) sebesar 6,77% (lebih tinggi dari 5% yang merupakan batas maksimum yang

dipersyaratkan BI). Selain itu, belum terlalu kondusifnya kondisi usaha di sektor riil sebagai

dampak krisis ekonomi global menyebabkan saat ini perbankan lebih berhati-hati dalam

menyalurkan pembiayaan termasuk di sektor pertanian. Hal ini terbukti dengan terus

melambatnya pertumbuhan kredit di sektor ini dari sebelumnya tumbuh pada kisaran 75-

80% (y.o.y) di akhir Tahun 2008 menjadi hanya 2,28% (y.o.y) pada Juni 2009.

2. Sektor Bangunan

Kinerja sektor bangunan selama Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan masih tetap

menjanjikan di tengah-tengah krisis ekonomi global yang terjadi saat ini. Penyelenggaraan

World Ocean Conference (WOC), CTI Summit dan persiapan penyelenggaraan Bunaken Sail

pada pertengahan Tahun 2009 mendorong minat para investor swasta di sektor properti

untuk menanamkan investasinya di Sulut dalam bentuk pembangunan hotel, convention

center dan perumahan. Sementara itu, pemerintah provinsi bersama-sama dengan

pemerintah kabupaten/kota khususnya Pemkot Manado gencar mempersiapkan prasarana

dan sarana pendukung berbagai even berskala internasional diantaranya dalam bentuk

penyelesaian pelebaran jalan dari dan menuju Bandara Sam Ratulangi serta pelebaran apron

Bandara Sam Ratulangi. Keseluruhan kegiatan ini diperkirakan akan mampu mendorong

sektor bangunan pada Triwulan II Tahun 2009 tumbuh 8,5% (y.o.y) atau lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan sektor bangunan antara lain dapat

dikonfirmasi melalui data volume penjualan semen di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan I

Tahun 2009 yang menunjukkan rata-rata peningkatan penjualan setiap bulannya sebesar

11,63% (y.o.y).

23

Grafik 1.9. Volume dan Pertumbuhan Penjualan Semen

Grafik 1.10. Pertumbuhan Indeks Bahan Bangunan

dan Kredit Konstruksi

0

10,000

20,000

30,000

40,000

50,000

60,000

70,000

Jan

Feb

Mar

Apr

May Ju

n

Jul

Aug

Sep

Okt

Nov

Des Ja

n

Feb

Mar

Apr

Mei

2008 2009

Ton

-40

-20

0

20

40

60

80

100

120%

PenjualangPenjualan

(50)

-

50

100

150

200

250

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J

2007 2008 2009

gIndeks Bhn Bangunan (y.o.y)

gKredit Konstruksi (y.o.y)

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Sumber : SPE dan LBU Bank Umum

Perkembangan sektor bangunan juga dapat dikonfirmasi melalui pertumbuhan indeks

penjualan bahan bangunan berdasarkan hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado.

Pertumbuhan indeks penjualan bahan bangunan sejak Agustus 2008 terus memperlihatkan

kecenderungan meningkat. Tercatat indeks penjualan bangunan pada Juni 2009 berada

pada level 555,63 atau naik sebesar 174,07% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya. Dari sisi pembiayaan, walaupun mengalami tren penurunan namun

penyaluran kredit di sektor bangunan pada Juni 2009 masih tumbuh 25,32% (y.o.y) dengan

nilai nominal mencapai Rp497 milliar. Namun demikian, alokasi kredit sektor bangunan ini

masih relatif kecil bila dibandingkan dengan fakta perkembangan sektor bangunan di

Sulawesi Utara. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pembiayaan sektor-sektor

properti di Sulawesi Utara sebagian besar lebih didominasi oleh pembiayaan di luar sektor

perbankan bahkan ada diantaranya yang menggunakan pembiayaan mandiri.

3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)

Laju pertumbuhan sektor PHR pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan sebesar 10,5%

(y.o.y). Penyelenggaraan WOC dan CTI Summit pada Mei 2009 serta persiapan

penyelenggaraan Bunaken Sail pada Agustus 2009 menyebabkan sektor perdagangan,

hotel dan restoran (PHR) berkembang pesat selama Triwulan II Tahun 2009. Kinerja sektor

PHR selama triwulan laporan diantaranya tercermin dari meningkatnya kunjungan

wisatawan luar negeri ke Sulawesi Utara. Tercatat pada periode April s.d. Mei 2009, jumlah

kunjungan wisatawan luar negeri sebanyak 4.491 orang atau naik lebih dari 47%

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan komposisinya, sebagian besar

wisman yang berkunjung ke Sulut berasal dari Malaysia, Jerman dan Singapore.

Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan luar negeri ini diperkirakan akan masih berlanjut

pada bulan-bulan mendatang berkenaan dengan penyelenggaraan beberapa even berskala

internasional diantaranya adalah Bunaken Sail yang akan berlangsung tanggal 13 s.d 20

Agustus 2009.

Grafik 1.11.

Perkembangan Kunjungan Wisman ke Sulut Grafik 1.12.

Perkembangan Tamu Menginap di Sulut

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

Jan

Feb

Mar

Apr Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr Mei

2008 2009

Orang

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

%

Mancanegara Nusantara gMenginap (y.o.y)

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

Jan

Feb

Mar

Apr Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nov Des Jan

Feb

Mar

Apr Mei

Jun*

)

2008 2009

Orang

-

20

40

60

80

100

120

140%

Wisman Y.o.Y Wisman

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Perkembangan sektor PHR, juga dapat dikonfirmasi dengan indeks penjualan eceran dari

hasil Survey Penjualan Eceran yang terus memperlihatkan kenaikan indeks yaitu dari indeks

159 di triwulan II 2008 naik menjadi 231,65 pada Triwulan II Tahun 2009 atau naik 45,7%

(y.o.y).

Pertumbuhan Inde o Perkemba R

-

10

20

30

40

50

60

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

2007

(%)

0

60

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J

50

40

30

20

10

2007 2008 2009

g_in

deks

Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Laporan Bulanan

Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor terbesar

konsumsi) yang mendapat alokasi pembiayaan dari perbankan yaitu

atau meningkat 12,63% dibandingkan periode yang sama

Grafik 1.14. ngan Kredit Sektor PH

Grafik 1.13. ks Penjualan Eceran Kota Manad

24

12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6

2008 2009

Bank Umum (LBU)

kedua (setelah sektor

sebesar Rp2,83 triliun

tahun lalu. Hal ini

25

mengindikasikan bahwa penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran

cukup berperan bagi perkembangan ekonomi Sulawesi Utara.

4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

Rencana penyelenggaraan berbagai even berskala internasional menyebabkan gaung Kota

Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata semakin dikenal oleh masyarakat luar. Pada

tahap lanjut, hal ini telah meningkatkan minat wisatawan untuk berkunjung sehingga

mendorong meningkatnya kegiatan sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor

Pengangkutan dan Komunikasi pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh 10,1%

(y.o.y). Menurut sub sektornya, pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi

terutama berasal dari sub sektor pengangkutan (80%) sedangkan sisanya disumbangkan

oleh sub sektor komunikasi (20%).

Dampak krisis ekonomi global yang diperkirakan akan menekan tingkat konsumsi

masyarakat Sulawesi Utara ternyata belum terlalu berpengaruh tercermin dari terus

meningkatnya pemberian ijin kendaraan bermotor baik roda 4 ataupun roda 2 dan 3 yang

dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini menyebabkan

rata-rata tingkat pemberian ijin kendaraan bermotor sejak periode setelah krisis ekonomi

(Oktober 2008) justru meningkat dibandingkan periode sebelum krisis ekonomi yaitu

sebesar 6.031 untuk roda 4 dan 50.790 untuk roda 2 dan 3.

Tabel 1.8. Rata-Rata Pemberian Ijin Kendaraan Bermotor

Sebelum dan Setelah Krisis

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara

No Rincian Rata Before Krisis

Rata After Krisis

A RODA 41 Milik Instansi Pemerintah 128 131 2 Milik Pribadi/Perorangan 4,301 5,153 3 Milik Perusahaan Swasta 842 748

5,271 6,031 B RODA 2 - 1 Milik Instansi Pemerintah 235 402 2 Milik Pribadi/Perorangan 12,257 50,388 3 Milik Perusahaan Swasta 1 -

12,493 50,790 17,764 56,821 TOTAL

Jumlah Roda 4

Jumlah Roda 2 dan 3

Perkembangan sub sektor angkutan antara lain dapat dikonfirmasi melalui peningkatan

aktivitas penerbangan tercermin dari bertambahnya jumlah penumpang pesawat datang

dan pergi ke/dari Sulut. Diperkirakan jumlah penumpang pesawat yang datang ke Sulut

26

mencapai pada Triwulan II Tahun 2009 mencapai 154,343 orang atau naik 6,95% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan jumlah penumpang

pesawat yang keluar dari Sulut mencapai 157.448 orang atau naik 8,77% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Tabel 1.9.

Jumlah Penumpang Pesawat

Komponen Q4-07 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09*)

Masuk ke Sulut 156,113 144,309 146,255 151,800 135,200 154,343 -2.76 -3.68 6.95

Keluar dari Sulut 147,019 144,756 145,310 141,021 141,235 157,448 -4.08 -5.40 8.77Prosentase Kenaikan

Prosentase Kenaikan

Sumber : Angkapa Pura

Sementara itu, relatif tingginya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan

terutama disebabkan oleh pesatnya penggunaan sarana telepon selular oleh masyarakat

yang didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan. Hal ini antara lain tercermin dari

bermunculannya pemain baru dalam provider telekomunikasi yaitu Fren dan Esia serta

pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi

pada daerah yang sebelumnya terisolir hingga meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam

berkomunikasi. Selain itu perkembangan berbagai macam fasilitas dan fitur-futur baru

semakin memudahkan dan memanjakan para pengguna jasa telekomunikasi.

Grafik 1.15. Perkembangan Kredit Sektor Angkutan (%)

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum 200 20087 2009

(%)

Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan sektor angkutan dan telekomunikasi ternyata didukung

pula oleh penyaluran kredit di sektor tersebut. Tercatat jumlah kredit yang disalurkan pada

sektor angkutan dan telekomunikasi mencapai Rp88,58 milliar, meningkat 9,07% (y.o.y)

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun, jumlah ini masih relatif kecil

dibandingkan total kredit yang berhasil disalurkan sampai akhir triwulan laporan yang

mencapai jumlah Rp9,62 triliun.

27

5. Sektor Jasa-Jasa

Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh 3,9% (y.o.y) pada triwulan laporan, melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,5% (y.o.y). Perlambatan kinerja di sektor

jasa antara lain tercermin dari penurunan persentase realisasi PAD selama Triwulan II Tahun

2009 yang baru sebesar Rp145 milliar (46,9% dari total target Tahun 2009) atau lebih

rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang mencapai Rp156 milliar (52,8%

terhadap total target Tahun 2008).

6. Sektor Lainnya

Dampak krisis ekonomi global terhadap kinerja sektor industri pengolahan selama Triwulan

II Tahun 2009 diperkirakan minimal dengan laju pertumbuhan diperkirakan sebesar 6,6%

(y.o.y). Pencapaian ini diperkirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya sebesar 5,4% (y.o.y). Tidak terlalu berdampaknya krisis ekonomi global terhadap

kinerja sektor industri pengolah tercermin dari data jumlah penggunaan BBM Indutri untuk

periode setelah krisis (November 2008) yang secara rata-rata justru mengalami peningkatan

dibandingkan periode sebelum krisis. Tercatat jumlah penggunaan BBM Industri selama

Triwulan II Tahun 2009 mencapai 17,59 juta liter atau naik 13,76% (y.o.y) dibandingkan

periode yang sama tahun lalu. Berdasarkan jenisnya, kenaikan penggunaan BBM terutama

terjadi pada jenis minyak tanah sebesar 84,54% disusul solar (15,70%) dan premium

(8,85%)

Tabel 1.10.

Jumlah Penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi (dalam KL)

Q1-08 Q2-08 Q3-08 Q4-08 Q1-09 Q2-09**

1 Premium 106.00 113.00 123.00 87.00 89.43 123.00gPremium 14.10 22.83 68.49 -30.12 -15.63 8.85

2 Minyak Tanah 69.00 145.50 144.00 176.00 110.00 268.50gMinyak Tanah 97.14 315.71 -22.16 21.38 59.42 84.54

3 Solar 12,040.75 14,867.03 14,066.00 12,534.25 13,767.43 17,200.50gSolar -56.94 25.58 -26.74 5.24 14.34 15.70

12,326.99 15,464.07 14,379.33 12,788.51 14,010.65 17,592.00gIndustri -56.12 29.23 -26.10 5.00 13.66 13.76

TOTAL

BBM

Sumber : PT. Pertamina Cabang Manado, Sulawesi Utara

Perkembangan sektor indutri pengolahan tak lepas pula dari dukungan pembiayaan oleh

perbankan. Sejak awal tahun 2007 hingga akhir Tahun 2008, penyaluran kredit pada sektor

industri memperlihatkan trend peningkatan walaupun selepas periode tersebut cenderung

mengalami perlambatan sebagai dampak krisis ekonomi global awal Oktober 2008 lalu.

Tercatat penyaluran kredit pada sektor industri pengolahan mencapai Rp210 milliar naik

tipis 1,29% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

28

Grafik 1.16. Perkembangan Kredit Sektor Industri

-20

-10

0

10

20

30

40

50

60

70

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6

2007 2008 2009

(%)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Sementara itu, pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih pada Triwulan II Tahun 2009

diperkirakan 6,7% (y.o.y). Hal ini tak terlepas dari mulai beroperasinya Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTPB) Lahendong III pada Mei 2009 lalu sehingga kebutuhan daya

listrik di Sulawesi Utara sudah mulai dapat dipenuhi. Sebelumnya pada April 2009, PLTPB

Lahendong II juga resmi difungsikan penggunaannya. Perkembangan sektor ini khususnya

sub sektor listrik dan gas antara lain dapat dikonfirmasi melalui data volume produksi panas

bumi Lahendong yang di Tahun 2008 mengalami kenaikan yang sangat significant

mencapai volume 2,3 ribu ton.

Grafik 1.17.

Vol. Produksi Panas Bumi Lahending (ribu ton)

457 95

4

1,13

2

1,17

3

1,01

2

1,24

0

1,31

1

2,30

5

-

500

1,000

1,500

2,000

2,500

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

*)

Sumber : Departemen ESDM Jakarta

Sektor pertambangan dan penggalian pada Triwulan II Tahun 2009 diperkirakan tumbuh

8,4% (y.o.y) atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 5,7% (y.o.y).

Berdasarkan sub sektornya, pertumbuhan sektor ini disumbangkan oleh seluruh sub sektor

yang ada yaitu sub sektor minyak dan gas, pertambangan tanpa migas dan penggalian.

Khusus untuk sub sektor penggalian, berdasarkan pelaku usahanya, sub sektor penggalian

29

ini lebih banyak dilakukan oleh penambangan tradisional/rakyat dan bukan industri berskala

besar.

Kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada Triwulan II Tahun 2009

diperkirakan tumbuh 7,9% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

hanya tumbuh 7,0% (y.o.y). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara

lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara

lain : pembukaan kantor cabang baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta

penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada

masyarakat dalam bertransaksi.

C. Analisis LQ (Location Quatient)

Upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu wilayah diantaranya dapat

dilakukan dengan mempercepat laju pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat struktur

perekonomian wilayah tersebut. Percepatan laju pertumbuhan dan penguatan struktur

perekonomian suatu wilayah pada gilirannya akan dapat dilakukan lebih efektif dengan cara

penekanan pembangunan pada sektor yang memiliki keunggulan komparatif dan

kompetitif dalam wilayah tersebut. Pendekatan Analisis LQ (Location Quatient) merupakan

salah satu dari alat analisis yang dapat digunakan untuk menentukan sektor basis dan

kecenderungan pertumbuhan sektor basis tersebut dalam struktur perekonomian di suatu

wilayah. Sektor basis yang pendekatan perhitungannya dilakukan dengan rasio kontribusi

sektor pada salah satu bagian wilayah terhadap kontribusi sektor yang sama dalam wilayah,

pada hakekatnya tidak terlepas dari aspek kontribusi.

Tabel 1.11.

Share Sektor dalam PDRB Sulsel, Sulut, Gorontalo dan Sulampua Periode Tahun 2008

S E K T O RSulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Gorontalo Sulampua

Pertanian 30.25 21.68 30.58 28.80

Pertambangan & Penggalian 10.03 5.20 0.96 17.62

Industri Pengolahan 14.10 7.60 8.80 9.13

Listrik, Gas & Air Bersih 0.96 0.75 0.59 0.68

Bangunan 4.67 15.71 7.45 6.50

Perdagangan, Hotel & Restoran 14.98 14.71 13.79 13.05

Pengangkutan & Komunikasi 7.63 11.79 10.33 7.61

Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.01 6.59 9.90 4.76

Jasa-Jasa 11.37 15.97 17.59 11.84

T O T A L 100.00 100.00 100.00 100.00

Data yang bersumber dari Biro Pusat Statistik (BPS) se-provinsi Sulawesi, Maluku, dan Papua

(SULAMPUA) menunjukkan bahwa pada Tahun 2008, kontribusi utama PDRB SULAMPUA

30

berasal dari sektor pertanian (28,94%), diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian

(17,62%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (13,05%), sektor jasa-jasa (11,84%) dan

sektor-sektor lainnya. Struktur perekonomian ini tentunya akan berbeda-beda di masing-

masing wilayah sesuai dengan karakteristik masing-masing provinsi.

Tabel 1.12. Nilai LQ Sektor-Sektor Unggulan Provinsi Sulawesi Utara

Terhadap Zona Sulampua (Basis Tahun 2008)

Lapangan UsahaSulawesi Selatan

Sulawesi Utara

Gorontalo

Pertanian 1.04 0.75 1.08 Pertambangan & Penggalian 0.57 0.29 0.06 Industri Pengolahan 1.56 0.83 0.89 Listrik, Gas & Air Bersih 1.44 1.11 0.84 Bangunan 0.71 2.42 1.15 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.15 1.16 1.06 Pengangkutan & Komunikasi 1.03 1.57 1.40 Keu, Sewa Bangunan & Jasa Perusahaan 1.25 1.31 1.77 Jasa-Jasa 0.97 1.32 1.59

Selanjutnya dengan melakukan perbandingan terhadap masing-masing sektor dalam PDRB

ketiga provinsi yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara dan Gorontalo dengan sektor-

sektor dalam PDRB Zona Sulampua sebagai acuan, maka akan diperoleh nilai koefisien LQ.

Berdasarkan hasil tersebut, diperolah hasil bahwa terdapat 5 (lima) sektor yang merupakan

sektor basis (rasio LQ>1) di Provinsi Sulawesi Utara yaitu (1) sektor bangunan, (2) sektor

pengangkutan dan komunikasi, (3) sektor jasa-jasa, (4) sektor keuangan, sewa bangunan

dan jasa perusahaan serta (5) sektor listrik, gas dan air bersih. Dari 5 (lima) sektor basis

tersebut terdapat 3 (tiga) sektor yang secara dominan lebih tinggi dibandingkan sektor basis

yang sama di provinsi lainnya yaitu Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Gorontalo yaitu

sektor bangunan, sektor PHR dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Dengan demikian,

upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara diharapkan dapat

lebih diarahkan pada sektor-sektor tersebut yang secara umum memiliki keunggulan

komparatif dan kompetitif dibandingkan provinsi lainnya di Zona Sulampua.

31

BOX POLA PEMBIAYAAN USAHA TANI PADI HIBRIDA JENIS BERNAS : DUKUNGAN PERBANKAN TERHADAP PROGRAM REVITALISASI

PERTANIAN PROVINSI SULAWESI UTARA

Dalam kerangka pengembangan perekonomian, peran sektor pertanian adalah

sangat strategis dan memiliki kaitan kuat di hulu dan hilir. Sektor ini masih

merupakan sektor yang dominan kontribusinya terhadap pertumbuhan

perekonomian Sulut dan merupakan sektor yang sangat potensial dikembangkan.

Salah satu komoditas pertanian yang sedang digenjot saat ini adalah padi, terkait

dengan penetapan target swasembada beras pada tahun 2010. Berdasarkan data

BPS Sulut tahun 2007, terdapat peningkatan luas panen padi sebesar 39.94% di

provinsi ini yang tidak dibarengi dengan kenaikan rata-rata produksi, dimana rata-

rata produksi/ha mengalami penurunan sebesar 23.21%. Angka ini mencerminkan

bahwa masih banyak terdapat potensi pemanfaatan lahan dan peningkatan

produktivitas komoditas padi di Provinsi Nyiur Melambai ini.

Dari sisi perbankan, sektor pertanian merupakan sektor potensial yang sangat jarang

dilirik untuk dibiayai, tercermin dari rendahnya pangsa kredit sektor ini di Provinsi

Sulawesi Utara, sebesar 4,26% dari total kredit perbankan Sulut semester I 2009. Hal

tersebut dapat dipahami mengingat tingginya resiko gagal bayar kredit sektor

pertanian yang disebabkan oleh beberapa aspek, terutama aspek teknis, sumber

daya manusia, dan alam.

Berangkat dari hal tersebut, KBI Manado melalui TFPPED menfasilitasi pola

pembiayaan Usaha Tani Padi Hibrida jenis Bernas yang diharapkan dapat

mendukung program revitalisasi pertanian di Sulut. Dalam pelaksanaannya, skim

kredit ini melibatkan berbagai pihak, diantaranya PT. Bank Artha Graha sebagai

kreditur, PT. SAS sebagai supplier benih dan pupuk, BULOG sebagai penyangga hasil

panen komoditas padi dan PEMDA terkait. Alur kredit pembiayaan tersebut dapat

digambarkan sbb :

32

6

KERJASAMA

Bapak Angkat dan Bank : - Merekomendasikan Kelompok Tani - Memasarkan Hasil Panen - Pengembalian Pinjaman

Bapak Angkat dan Perusahaan Benih :

- Sarana Pertanian

PERUSAHAAN BENIH/ PENYEDIA SAPRODI

BAPAK ANGKAT

BANK

Ketua Kelompok Tani (Rekomendasi Bapak

Angkat dan atau Perusahaan Benih)

Penyaluran Saprodi

Pengajuan Pinjaman

Hasil Panen

Pengembalian Pinjaman

Penyediaan Saprodi

1

5 4 3

Pembiayaan 2

Sasaran pembiayaan adalah para petani yang tergabung dalam kelompok tani yang

menerima penyaluran kredit secara bertahap (sesuai dengan jadwal tanam dari

perusahaan benih) melalui bapak angkat dan atau perusahaan benih. Dalam hal ini,

kredit yang diterima adalah dalam bentuk benih dan saprodi. Pokok dan bunga

pinjaman (2% / bulan) dikembalikan secara sekaligus oleh Bapak Angkat melalui hasil

panen dengan sistem tanggung renteng. Untuk menghindari terjadinya gagal panen

akibat kesalahan teknis penanaman padi, Petugas Pengawas Lapangan (PPL) dan

Field Asisstant padi hibrida akan melakukan pengawalan dan pembinaan pada

petani sejak proses penyemaian sampai dengan pemanenan komoditas ini.

Skim kredit yang terbilang baru di Provinsi Sulawesi Utara ini dipandang dapat

mengakomodir kepentingan berbagai pihak. Permasalahan klasik perbankan dalam

pembiayaan sektor pertanian berupa tingginya resiko gagal bayar dapat

diminimalisir melalui skim kredit ini, terkait dengan pencegahan risiko

33

penyalahgunaan kredit oleh petani ( moral hazard ) melalui pencairan kredit dalam

bentuk benih dan saprodi, pencegahan risiko gagal panen melalui pendampingan

petani oleh PPL , dan pencegahan risiko kredit macet melalui penerapan sistem

tanggung renteng.

Para petani yang tergabung dalam kelompok tani memperoleh manfaat berupa

meningkatnya hasil produksi per areal penanaman dengan jaminan pemasaran hasil

panen. Produksi para petani akan dipasarkan melalui bapak angkat dan apabila

terdapat kendala dalam pemasaran, BULOG bersedia menjadi penyangga dengan

membeli beras seharga Rp 4.600,- per kilogram, yang nantinya akan dituangkan

dalam nota kesepahaman antara pihak Bulog, PT. BAG dan PEMDA. Pola

pembiayaan semacam ini diharapkan dapat merangsang pembangunan pertanian di

Provinsi Sulawesi Utara sehingga program revitalisasi pertanian “Sulut Menanam”

dengan target swasembada beras tahun 2010 dapat tercapai.

ANALISA USAHA TANI PENANAMAN PADI HIBRIDA

Kuantitas

8 ton/ha5 ton/ha3 ton/ha

INHIBRIDA

Benih 750,000.00 150,000.00

Saprodi 2,031,760.00 1,538,960.00

Tenaga Kerja 1,650,000.00 1,500,000.00

Panen 1,600,000.00 1,475,000.00

TOTAL INPUT 6,031,760.00 4,663,960.00

OUTPUT (HASIL) 19,200,000.00 *) 12,000,000.00

PENDAPATAN 13,168,240.00 7,336,040.00

PENINGKATAN PENDAPATAN

*) Asumsi Produksi Konservatif 8 ton GKP/Ha, & Harga GKP Rp 2.400,-

DAYA HASIL LEBIH TINGGI

- Padi Hibrida Bernas - Padi Inhibrida - Peningkatan HasilCatatan : Hasil Panen Tertinggi Budidaya Padi Hibrida Bernas di Indonesia adalah 14,7 ton GKP per ha

5,832,300

HIBRIDA BERNASURAIAN

SETARA (Rp)

BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH

Secara umum, tekanan harga barang dan jasa di Kota Manado selama Triwulan II Tahun

2009 memperlihatkan adanya penurunan dibandingkan periode-periode sebelumnya. Pada

Juni 2009, inflasi kota Manado tercatat 2,25% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan dengan

akhir triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,85% (y.o.y) dan periode yang sama tahun lalu

sebesar 13,18% (y.o.y). Demikian pula jika dibandingkan dengan laju inflasi nasional yang

sebesar 3,65% (y.o.y) maka laju inflasi Kota Manado masih lebih rendah.

Grafik 2.1 Laju Inflasi Kota Manado Vs Nasional (Y.o.Y)

02468

10121416

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agu

stSe

pO

ktN

op Des Jan

Feb

Mar

A

prM

ayJu

n

20072008

2009

%

YOY Nasional YOY Manado-2

-1

0

1

2

3

4

Jun Jul

Agus

tSe

pO

ktNo

pDe

sJa

nFe

b

2007

% Laju Inflasi Kota )

Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Nasional dan Pr

A. INFLASI TAHUNAN (Y.o.Y)

Inflasi tahunan Kota Manado sepanjang Triwulan II Tahun 200

trend penurunan yang cukup signifikan. Pada awal triwulan lap

tercatat 7,44% (y.o.y), kemudian turun pada Mei 2009 menjadi 6,

turun signifikan pada akhir periode menjadi 2,25% (y.o.y). Kond

inflasi nasional yang juga terus mengalami penurunan. Laju in

Triwulan II Tahun 2009 tercatat 7,31% (y.o.y), menurun menjad

2009, dan terus turun hingga mencapai 3,65% (y.o.y) di akhir peri

Berdasarkan penyebabnya, laju inflasi dapat disumbangkan oleh

yaitu tekanan inflasi volatile food dan administered prices, serta fa

inflasi inti yang terdiri dari ekspektasi inflasi, tekanan sisi permintaa

penurunan inflasi ini tidak terlepas dari keadaan perekonomian

Grafik 2.2 Manado Vs Nasional (M.t.M

34

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Agus

tSe

pO

ktNo

pDe

sJa

n Fe

bM

arAp

rM

ay Jun

20082009

MTM Manado

MTM Nasional

ovinsi Sulut, diolah

9 cenderung mengalami

oran, laju inflasi tahunan

09% (y.o.y), dan kembali

isi ini sejalan dengan laju

flasi nasional pada awal

i 6,04% (y.o.y) pada Mei

ode laporan.

faktor non fundamental

ktor fundamental berupa

n, dan output gap. Trend

dunia yang cenderung

35

melambat sebagai dampak dari krisis ekonomi global. Faktor paling utama adalah dampak

turunnya harga minyak dan komoditas pertanian dunia. Resesi global yang sedang terjadi

membuat permintaan minyak dan komoditas pertanian turun. Selain itu tekanan inflasi yang

terus menurun juga disebabkan oleh hilangnya dampak kenaikan harga bahan bakar

minyak (BBM) dari angka inflasi tahunan (harga BBM dinaikkan pada minggu terakhir bulan

Mei 2008). Perlu dikemukakan di sini bahwa dampak kenaikan harga BBM pada angka

inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu tahun. Pada saat yang sama, posisi rupiah

yang relatif lebih kuat pada Mei dibandingkan April akan turut menurunkan tekanan

kenaikan harga dari barang-barang yang diimpor. Peningkatan harga minyak dunia sampai

pada level diatas $70/barrel di bulan Juni 2009 belum dirasakan pengaruhnya terhadap

inflasi nasional, hal ini dikarenakan pemerintah sampai saat ini masih belum merespon

kenaikan tersebut yang ditunjukkan oleh tidak berubahnya harga BBM dalam negeri.

Grafik 2.3

Indeks Keyakinan Konsumen Berdasarkan SEK Kota Manado Periode Januari-Juni 2009

Sumber: Bank Indonesia Manado, Laporan SEK Bulan Juni 2009

Berdasarkan hasil Survei Ekspektasi

Konsumen (SEK) kota Manado pada Juni

2009, terlihat bahwa masyarakat masih

cenderung optimis terhadap kondisi

perekonomian, namun dengan indeks yang

lebih rendah daripada bulan sebelumnya.

Meningkatnya optimisme konsumen lebih

disebabkan oleh ketepatan waktu pembelian

barang tahan lama dan ketersediaan

lapangan kerja saat ini.

119.33

104.42105.92

108.75

128.50

124.92

0

20

40

60

80

100

120

140

0

20

40

60

80

100

120

140

160

Jan Feb Mar Apr May Jun

2009

Penghasilan Saat ini

Ketepatan waktu pembelian barang tahan lama

Ketersediaan lapangan kerja saat ini

Indeks Keyakinan Konsumen

36

Tabel 2.1. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (y.o.y)

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun1 Bahan Makanan 13.33 12.89 14.05 21.14 13.58 27.35 26.69 16.95 21.82 4.752 Makanan Jadi 7.90 6.62 7.75 4.52 2.33 3.45 5.29 7.11 8.03 7.503 Perumahan 2.94 2.38 4.78 5.34 6.89 13.01 11.77 7.16 3.54 2.074 Sandang 3.59 2.19 3.92 7.39 10.31 9.13 8.02 6.21 6.05 4.945 Kesehatan 7.39 8.87 10.13 12.12 10.08 13.32 13.13 11.51 9.16 5.436 Pendidikan 1.57 1.70 1.61 3.15 2.34 1.83 2.02 2.32 2.58 2.037 Transportasi 0.90 1.16 1.17 1.18 0.52 9.91 9.95 8.83 1.05 -8.66

Umum 6.98 6.43 7.79 10.13 7.68 13.18 13.15 9.71 8.85 2.25

No Kelompok2007 2008 2009

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, laju inflasi tertinggi dialami oleh kelompok

makanan jadi 7,50% (y.o.y), turun dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 8,03% (y.o.y). Kelompok berikutnya yang mengalami kenaikan harga cukup tinggi

adalah kelompok kesehatan dan sandang yang masing-masing mengalami inflasi sebesar

5,43%(y.o.y) dan 4,94% (y.o.y). Kelompok bahan makanan mengalami penurunan yang

signifikan menjadi sebesar 4,75% (y.o.y) jika dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yang

mencapai 21,82% (y.o.y). Penurunan harga pada kelompok bahan makanan lebih

disebabkan karena pada triwulan ini adalah bertepatan dengan masa panen petani,

sehingga harga-harga hasil pertanian cenderung mengalami penurunan yang cukup

signifikan. Pergerakan harga kelompok lainnya cenderung lebih rendah dibandingkan

triwulan lalu dengan kelompok perumahan dan pendidikan yang mencatat laju inflasi

masing-masing sebesar 2,07% (y.o.y) dan 2,03% (y.o.y). Sementara untuk kelompok

transportasi mencatat angka deflasi sebesar 8,66%. Hal ini disebabkan oleh hilangnya

dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada bulan Mei 2008 dari angka inflasi

tahunan (kenaikan harga BBM pada angka inflasi tahunan biasanya bertahan selama satu

tahun).

B. INFLASI BULANAN (M.t.M)

Laju perkembangan inflasi bulanan pada Triwulan II Tahun 2009 cenderung mengalami

trend penurunan. Pada awal periode, Kota Manado mencatat angka deflasi 1,32% (m.t.m),

selanjutnya pada bulan Mei 2009 angka deflasi tercatat 0,64%, dan sampai dengan akhir

periode Kota Manado masih mengalami deflasi sebesar 0,12%.

37

Tabel 2.2. Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa (m.t.m)

Apr May Jun Apr May Jun Apr May Jun1 Bahan Makanan -3.11 -0.37 1.33 0.83 1.53 3.62 -4.46 -2.66 -0.922 Makanan Jadi 0.57 0.08 -0.13 -0.05 0.47 1.33 0.00 1.01 0.063 Perumahan 0.19 0.00 0.17 0.11 0.26 1.12 0.11 -0.45 0.044 Sandang 0.51 0.00 0.07 -0.31 -0.42 -0.06 -1.49 -0.64 0.205 Kesehatan 0.68 0.37 0.22 4.38 0.07 2.07 -0.21 0.21 2.326 Pendidikan -0.38 0.00 0.23 -0.27 0.40 -0.14 0.01 0.24 -0.037 Transportasi 0.00 0.00 0.40 -1.11 1.14 14.21 0.02 0.26 0.00

Umum -0.90 -0.10 0.54 0.31 0.83 3.63 -1.32 -0.64 -0.12

2007 2008 2009No Kelompok

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Penurunan inflasi ini secara umum disebabkan oleh perlambatan perekonomian akibat krisis

ekonomi global yang juga berdampak terhadap perekonomian dalam negeri dan daerah.

Berdasarkan kelompok barang dan jasa, angka deflasi tertinggi selama Triwulan II Tahun

2009 adalah kelompok bahan makanan sebesar 4,46% pada bulan April 2009. Sampai

dengan bulan Juni 2009, kelompok bahan makanan tetap mencatat angka deflasi.

Sementara itu, inflasi tertinggi pada periode laporan terjadi pada kelompok kesehatan yang

terus mengalami peningkatan dari awal periode sampai dengan akhir periode laporan

berturut-turut sebesar -0,21% (m.t.m), 0,21% (m.t.m) dan 2,32% (m.t.m).

APRIL 2009

Kota Manado pada April 2009 mengalami deflasi sebesar 1,32% (m.t.m). Deflasi terjadi

karena adanya penurunan indeks pada kelompok barang dan jasa sebagai berikut :

kelompok bahan makanan sebesar 4,46%, kelompok sandang sebesar 1,49%, dan

kelompok kesehatan 0,21%. Sedangkan kelompok barang dan jasa lain mengalami

kenaikan indeks sebagai berikut : kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar

0,11%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,01% serta kelompok transpor,

komunikasi, dan jasa keuangan 0,02%. Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok bahan

makanan memberi sumbangan -1,25%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau 0,00%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 0,03%, kelompok

sandang -0,09%, kelompok kesehatan -0,008%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah

raga 0,0003% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,003%. Beberapa

komoditas yang mengalami penurunan harga antara lain cabe rawit, emas perhiasan,

bawang merah, daging ayam ras, daging babi, cakalang, cabe merah, pisang, buncis dan

beras. Sementara itu, beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain

deho, minyak goreng, seng, daun bawang, apel, pepaya, semen, cat tembok, kangkung

dan gula pasir. Secara tahunan laju inflasi Kota Manado pada April 2009 sebesar 6,44%

(y.o.y).

38

MEI 2009

Perkembangan harga berbagai komoditas pada Mei 2009 menunjukkan adanya penurunan.

Tercatat Kota Manado pada Mei 2009 mengalami deflasi 0,64% (m.t.m). Deflasi ini terjadi

karena adanya penurunan harga yang ditunjukkan oleh turunnya indeks pada kelompok

barang dan jasa sebagai berikut : kelompok bahan makanan sebesar 2,66%, kelompok

perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,45%, dan kelompok sandang sebesar 0,64%.

Sedangkan kelompok barang dan jasa lainnya mengalami peningkatan indeks antara lain:

kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,01%, kelompok

kesehatan 0,21%, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,24% serta kelompok

transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 0,26%. Beberapa komoditas yang mengalami

penurunan harga selama Mei 2009 antara lain : beras, cakalang, bahan bakar rumah

tangga, deho, cabe rawit, malalugis, bawang merah, tude, daging ayam ras, dan emas

perhiasan. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain : nasi, gula

pasir, minyak goreng, kendaraan carter, pisang, daun bawang, mujair, pepaya, televisi

berwarna, dan creambath. Berdasarkan andil/sumbangannya, kelompok bahan makanan

memberikan sumbangan sebesar -0,72%, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau 1,18%, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar -0,12%,

kelompok sandang -0,04%, kelompok kesehatan 0,007%, kelompok pendidikan, rekreasi

dan olah raga 0,01% dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,04%.

Secara tahunan, laju inflasi Kota Manado pada bulan Mei 2009 sebesar 6,09%.

JUNI 2009

Kota Manado pada Juni 2009 mengalami deflasi 0,12% (m.t.m). Deflasi terjadi karena

adanya penurunan indeks pada kelompok bahan makanan sebesar 0,92% dan kelompok

pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,03%. Sedangkan kelompok barang dan jasa lain yang

mengalami kenaikan indeks antara lain : kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan

tembakau 0,06%, kelompok perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar 0,04%, kelompok

sandang sebesar 0,20% dan kelompok kesehatan 2,32%. Sedangkan kelompok transpor,

komunikasi dan jasa keuangan tidak mengalami perubahan indeks. Berdasarkan

andil/sumbangannya, kelompok bahan makanan menyumbangkan -0,25%, makanan jadi,

minuman, rokok dan tembakau 0,01%, kelompok perumahan air, listrik, gas dan bahan

bakar 0,01%, kelompok sandang 0,01%, kelompok kesehatan 0,09%, kelompok

pendidikan, rekreasi dan olah raga -0,01%, serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa

keuangan 0,00%. Adapun komoditas yang mengalami penurunan harga selama Juni 2009

antara lain : beras, deho, tomat sayur, cakalang, tude, mujair, telur ayam ras, nike, kembal

39

kol dan kangkung. Sedangkan komoditas yang mengalami kenaikan harga antara lain :

daging ayam ras, tarif gunting rambut pria, malalugis, tarif gunting rambut wanita, buncis,

cabe merah, pisang, lemon cina, ketimun dan daun bawang. Secara tahunan, laju inflasi

Kota Manado pada bulan Juni 2009 sebesar 2,25% (y.o.y).

40

BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Beberapa indikator kinerja perbankan di Provinsi Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun

2009 masih menunjukkan trend perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Hal ini tercermin dari perlambatan pertumbuhan dari total dana pihak ketiga

(DPK) dan kredit yang disalurkan oleh bank. Walaupun angka nominal kredit dan DPK

menunjukkan adanya peningkatan (y.o.y), namun jika dilihat dari persentase

pertumbuhannya cenderung mengalami penurunan. Total aset masih mengalami

pertumbuhan yang lebih besar bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Fungsi intermediasi perbankan dinilai masih berjalan cukup baik bila dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya walaupun dengan peningkatan yang tidak terlalu

signifikan, namun jika dibandingkan dengan periode sebelumnya Loan To Deposit Ratio

(LDR) perbankan menunjukkan adanya penurunan. Masih meningkatnya LDR ini disebabkan

oleh pertumbuhan jumlah kredit yang sedikit lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan

dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Peningkatan tipis pada LDR juga

diikuti oleh penurunan pada Non Performing Loan (NPL) perbankan.

Tabel 3.1

Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Total Aset 8,958 9,319 9,905 10,548 10,793 11,691 12,359 13,527 13,635 14,235

Tumbuh Y.o.Y (%) 20.76 17.76 21.67 19.59 20.48 25.45 24.78 28.24 26.33 21.76 DPK (Rp Miliar) 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,929 8,860 8,907 9,448

Tumbuh Y.o.Y (%) 18.14 20.88 19.34 17.49 20.12 20.65 21.91 25.31 23.90 21.67

Kredit (Rp Miliar) 5,179 5,638 6,079 6,577 6,823 7,852 8,454 8,934 9,095 9,627

Tumbuh Y.o.Y (%) 20.25 22.04 26.85 29.70 31.74 39.27 39.08 35.84 33.30 22.60 LDR (%) 86.53 87.61 93.46 93.02 94.90 101.13 106.62 100.84 102.11 101.90

NPL (%) 5.12 4.91 6.29 3.77 4.86 4.88 3.43 2.86 3.86 3.72

kredit UMKM 3,221 3,632 3,882 4,064 4,305 5,079 5,435 5,727 5,841 6,185

Share UMKM 62.19 64.42 63.86 61.79 63.09 64.68 64.29 64.10 64.22 64.25

NPL UMKM (%) 8.23 7.62 7.11 5.67 6.01 5.69 4.91 3.78 4.91 4.96

2009Komponen

2007 2008

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Secara keseluruhan, indikator kinerja perbankan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dibandingkan triwulan II-2008. Namun jika dibandingkan dengan kinerjanya di

periode sebelumnya (triwulan I-2009), dampak dari perlambatan perekonomian dunia

akibat krisis global masih cukup dirasakan oleh perbankan di wilayah Sulawesi Utara, yang

tercermin dari perilaku baik para pelaku pasar maupun pihak perbankan antara lain

dicerminkan oleh tingkat LDR yang hanya naik tipis. Dengan risiko dan ketidakpastian

pemulihan ekonomi global yang masih cukup tinggi, perbankan saat ini melakukan strategi

41

dengan fokus pada penerapan prinsip kehati-hatian dan khusus dalam penyaluran kreditnya

saat ini perbankan juga lebih memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui risk

based pricing.

A. Fungsi Intermediasi Perbankan

1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter

Di tengah risiko dan ketidakpastian pemulihan perekonomian global, serta seiring dengan

melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya

menggerakkan sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Dalam upaya

mengurangi kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan, Rapat

Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 3 Juni 2009 memutuskan untuk menurunkan

kembali BI Rate sebesar 25 basis poin dari 7,25% menjadi 7%. Pelonggaran kebijakan

moneter ini sudah mulai direspon dengan baik oleh pihak perbankan di Sulawesi Utara yang

ditandai dengan penurunan rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan. Untuk tingkat

suku bunga kredit, perbankan di wilayah Sulut masih cenderung berhati-hati dalam

menurunkan tingkat suku bunga kreditnya yang ditunjukkan oleh penurunan suku bunga

kredit yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan adanya faktor risiko yang masih

relatif tinggi di tengah-tengah kondisi perekonomian saat ini.

Kondisi perbankan di wilayah Sulawesi Utara juga masih diwarnai oleh persaingan tingkat

suku bunga antar bank. Dampak dari krisis ekonomi global masih cukup dirasakan oleh

masyarakat Sulut, ditunjukkan melalui pertumbuhan dana yang cenderung turun. Di sisi lain

pihak perbankanpun mulai kesulitan dalam menyalurkan kreditnya yang tercermin dari

tingkat LDR yang cenderung berjalan lambat. Tingkat suku bunga kredit yang masih relatif

tinggi walaupun sudah menunjukkan adanya penurunan berimplikasi pada penurunan

akselerasi pertumbuhan kredit. Tingkat suku bunga deposito di Sulawesi Utara

menunjukkan adanya trend penurunan, pada bulan Juni 2009 tingkat suku bunga deposito

telah mencapai 6,25%, berada di bawah level BI rate yang berada pada posisi 7%.

Penurunan tingkat suku bunga ini dilakukan oleh perbankan sebagai respon atas kebijakan

moneter Bank Indonesia. Sementara itu, data suku bunga kredit juga mengalami trend

penurunan walaupun tidak signifikan, berdasarkan data yang ditunjukkan pada grafik

dibawah, sampai dengan akhir bulan Juni tingkat suku bunga kredit terus menurun. Oleh

pihak perbankan suku bunga kredit dijaga untuk menjaga spread atau margin keuntungan

bank, disamping sebagai opportunity cost atas risiko yang akan dihadapi bank ketika

debitur mengalami gagal bayar (default), dimana pada saat terjadi gejolak perekonomian

42

seperti kondisi saat ini probabilitas risiko debitur mengalami gagal bayar semakin terbuka

lebar. Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan modal kerja yang mulai

dirasakan di awal bulan April 2009. Sampai dengan posisi bulan Juni rata-rata tingkat suku

bunga kredit modal kerja mencapai 17,86% per tahun dan rata-rata tingkat suku bunga

kredit investasi sebesar 17,59% per tahun. Sementara itu rata-rata tingkat suku bunga

kredit konsumsi mengalami penurunan tipis menjadi sebesar 15,01% per tahun pada bulan

Juni setelah sebelumnya pada bulan Mei tercatat 15,02% mengalami peningkatan tipis dari

bulan April sebesar 14,98%.

Grafik 3.1.

Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit

Grafik 3.2. Perkembangan Rata-Rata

Tingkat Suku Bunga Deposito 1 Bulan dan BI Rate

12.0

14.0

16.0

18.0

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

20082009

Sk. Bunga Kredit

-2.0 4.0 6.0 8.0

10.0 12.0 14.0

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

20082009

%

Sk. Bunga Deposito BI Rate

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Grafik 3.3.

Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan

12.0

14.0

16.0

18.0

Jan

Feb

Mar Apr

May Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

20082009

Modal Kerja Investasi Konsumsi

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Dengan mempertimbangkan perkembangan perekonomian dan melakukan evaluasi yang

menyeluruh terhadap perkembangan dan prospek ekonomi dan keuangan, baik domestik

maupun global, Rapat dewan Gubernur (RDG) bank Indonesia pada 3 Juli 2009

memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis poin menjadi 6,75%. Ke depan,

Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi

dengan tetap mengedepankan stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan.

43

Pengoptimalisasian penggunaan seluruh kebijakan moneter yang ada untuk menjaga

kestabilan harga dan nilai tukar yang cukup kondusif mendukung aktivitas perekonomian.

Selain itu, Bank Indonesia bersama perbankan juga akan terus berupaya mengurangi

kendala-kendala dalam peningkatan fungsi intermediasi perbankan. Dengan berbagai upaya

tersebut diharapkan tercipta optimisme kegiatan dunia usaha yang selanjutnya akan

mendorong pertumbuhan ekonomi.

B. Penyerapan Dana Masyarakat

Lemahnya kondisi ekonomi dan penyaluran kredit cukup berpengaruh terhadap tingkat

pertumbuhan dana. Sampai dengan Juni 2009, posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah

Sulawesi Utara masih berada dalam kecenderungan meningkat. Namun peningkatan

tersebut tidak terlalu besar sehingga pertumbuhannya mengalami koreksi. Kondisi itu

terkait dengan kondisi makro yang berimbas pada lemahnya pendapatan masyarakat dan

penyaluran kredit. Posisi DPK pada Juni 2009 tercatat mencapai Rp9.448 miliar meningkat

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp.7.765 miliar.

Pencapaian ini masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 21,67% (y.o.y). Jika melihat trend

pertumbuhannya, maka dapat terlihat bahwa pertumbuhan DPK mengalami koreksi

dimulai pada triwulan I-2009 tumbuh sebesar 23,90% (y.o.y) yang juga mengalami

penurunan dibandingkan periode sebelumnya (triwulan IV-2008) yang tumbuh sebesar

25,31%. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis

deposito yang meningkat 49,93% (y.o.y) kemudian disusul oleh jenis giro sebesar 26,15%

(y.o.y) dan tabungan sebesar 4,45% (y.o.y).

44

Grafik 3.4 Perkembangan Dana Pihak Ketiga

(Persen)

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22008

2009

1,305 1,537 1,383

1,4961,795

1,939

2,291 2,206

2,742 3,022 3,3333,308

3,594 4,022

3,8044,342

3,7804,200

Giro

Deposito

Tabungan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh

jenis simpanan tabungan sebesar 44,46% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

yang berhasil dihimpun, disusul kemudian deposito (35,02%) dan giro (20,52%). Secara

umum selama triwulan laporan, tingkat suku bunga yang ditawarkan masih menjadi

pertimbangan utama bagi masyarakat dalam memilih untuk menggunakan sistem

perbankan. Sehingga penurunan dan kenaikan BI Rate akan sangat berpengaruh terhadap

jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.

Grafik 3.5 Share Dana Pihak Ketiga (DPK)

21%

35%

44% Giro

Deposito

Tabungan

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap hampir 64,86% dari total DPK

sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (35,14%). Berdasarkan laju

pertumbuhannya, dana baik di bank pemerintah berhasil tumbuh 23,23% (y.o.y) sedangkan

dana di bank swasta tumbuh lebih rendah yaitu sebesar 18,89% (y.o.y). Perkembangan

pertumbuhan dana di bank pemerintah yang masih dinilai cukup tinggi tidak lepas dari

adanya pandangan dalam masyarakat dimana bank pemerintah dinilai lebih aman, terlebih

lagi pada kondisi ketidakpastiaan pemulihan perekonomian saat ini. Seperti halnya jumlah

45

dana pihak ketiga berdasarkan kelompok bank, jumlah dana pihak ketiga berdasarkan

kepemilikannya juga masih tetap tumbuh. Dana yang dimiliki pemerintah daerah baik

provinsi/kota/kabupaten tercatat sebesar Rp1.554 miliar atau meningkat sangat signifikan

sebesar 102,12% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan

dana milik swasta juga mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp7.893 miliar atau naik

sebesar 12,82% (y.o.y).

Grafik 3.6

(Rp. Miliar)

Grafik 3.7 Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kepemilikan

(Rp. Miliar) Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

3,74

1

4,18

6

4,15

5

4,53

5

4,57

4

4,97

2

5,09

8

5,63

8

5,66

3

6,12

8

2,24

4

2,25

0

2,34

9

2,53

4

2,61

5

2,7

2,83 93

1

3,22

2

3,24

4

3,32

0

Bank Swasta Bank Pemerintah

(1,000)

4,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

801 856 937 467 867 769 911 660 1,453 1,554

5,18

4

5,58

0

5,56

7

6,60

2

6,32

2

6,99

6

7,01

8

8,19

9

7,45

5

7,89

3

Pemerintah Swasta

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga

yang dihimpun, sebesar 72,35% atau Rp.6.835 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi

di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,76%), Kabupaten Bolaang

Mongondow (7,08%), Kota Bitung (6,80%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (5,01%).

Tingginya penghimpunan dana masyarakat di Kota Manado terkait dengan jumlah jaringan

kantor bank yang sebagian besar terkonsentrasi di Kota Manado, disamping itu sentra

pertumbuhan ekonomi daerah berada di Manado tercermin dari maraknya aktivitas

pembangunan daerah yang terfokus di sekitar Manado.

Tabel 3.2 Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota

(Rp. Miliar) Grafik 3.9

Pertum an Dana Pihak Ketiga Berd kan buh asarKa /Kbupaten ota (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Minahasa 391 407 447 408 468 513 684 586 833 827 Bolaang Mongondow 354 380 366 387 392 427 391 448 553 669 Sangihe Talaud 294 330 312 314 315 329 343 372 440 473 Manado 4,494 4,827 4,883 5,427 5,371 5,862 5,959 6,872 6,443 6,835 Bitung 452 492 497 534 644 635 552 583 639 642 Total 5,985 6,436 6,504 7,070 7,189 7,765 7,929 8,860 8,907 9,448

Kota/Kabupaten2007 2008 2009

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

46

Berdasarkan wilayah administratifnya, pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh kabupaten Minahasa

sebesar 61,38% (y.o.y) mencapai jumlah Rp.827 miliar. Berikutnya adalah Kabupaten

Bolmong yang tumbuh 56,88% (y.o.y) dengan jumlah Rp669 miliar, Kabupaten Sangihe

Talaud (43,75%), Kota Manado (16,61%) dan Kota Bitung mencatat pertumbuhan sebesar

1,22% (y.o.y).

Grafik 3.8

Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

391 407 447 408 468 513 684 586 833 827 354 380 366 387 392 427 391 448 553 669 294 330 312 314 315 329 343 372 440 473

4,494 4,827 4,883 5,427 5,371 5,862 5,959 6,872 6,443 6,835 452 492 497

534 644 635 552

583 639 642

Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung

-20 0 20 40 60 80

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

25.83

12.38

-0.15

21.43

29.05

78.21

40.81

39.79

19.95

-0.76

61.38

56.88

43.75

16.61

1.22Q2-09

Q1-09

Q2-08

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

C. Penyaluran Kredit Bank Pelapor

Penyaluran kredit di Sulawesi Utara dari waktu ke waktu terus mencatat kemajuan,

tercermin dari terus meningkatnya kredit yang berhasil disalurkan. Walaupun peningkatan

ini tidak terlalu signifikan jika dibandingkan dengan triwulan I-2009. Dan tingkat

pertumbuhannya pun terus mengalami koreksi, hingga triwulan laporan jumlah kredit yang

disalurkan mencapai Rp9.627 miliar atau tumbuh 22,60% (y.o.y). Berdasarkan jenis

penggunaannya, perkembangan kredit paling signifikan dialami oleh kredit konsumsi

mencapai jumlah Rp5.048 miliar atau tumbuh sebesar 33,66%. Pertumbuhan ini pun

tercatat mengalami penurunan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yaitu

sebesar 38,38% (y.o.y). Sama halnya dengan kredit konsumsi, kredit investasi dan kredit

modal kerja pertumbuhannya mengalami penurunan menjadi masing-masing sebesar

10,10% (y.o.y) dan 12,91% (y.o.y) dibanding pertumbuhan pada periode sebelumnya yang

tercatat 31,77% (y.o.y) dan 27,32% (y.o.y).

Perkembangan Kre Penyaluran Kre

010203040506070

Jan

Feb

Mar

Apr

May Jun

Jul

2008

%

gTotal Kredit gIn

9,000

Sumber: Laporan Bulanan Ba

Berdasarkan strukt

52,44% dari total

konsumsi yang juga

kerja. Selanjutnya p

oleh kredit investa

penyaluran kredit p

(konsumsi) dengan

sektor perdagangan

pangsa sebesar 29,

dan sektor jasa dun

penyaluran kredit p

dan meningkatnya

(tercermin dari ting

hotel-hotel baru), d

diselenggarakan pa

pihak perbankan un

Sementara itu be

signifikan terjadi di

jumlah Rp66 miliar.

tumbuh masing-ma

kredit di sektor PH

oleh sektor transpo

Grafik 3.10. dit Berdasarkan Jenis Penggunaan

(Persen)

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

2009

vestasi gModal Kerja gKonsumsi

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000

Q1 Q2 Q

2007

1,88

3

2,01

4

554 601 6

2,74

2

3,02

4

Konsumsi

Investasi

Modal Kerja

Sumber: Laporan Bulanank Umum (LBU)

urnya, pangsa kredit konsumsi menempati u

kredit yang disalurkan, hal ini sejalan deng

paling signifikan dibandingkan pertumbuhan kr

angsa kredit modal kerja tercatat sebesar 38,39%

si dengan pangsa sebesar 9,17%. Berdasark

roduktif selama triwulan ini sebagian besar ditu

jumlah Rp5.065 miliar dengan pangsa 52,62%.

, hotel dan restoran (PHR) mencapai jumlah

33% dari total kredit. Disusul penyaluran kredi

ia usaha masing-masing dengan pangsa 5,17%

ada sektor PHR, didorong oleh tingginya tingk

wisatawan asing dan domestik untuk berkun

ginya tingkat hunian hotel dan terus berlang

itambah lagi adanya penyelenggaraan event

da bulan Agustus (Sail Bunaken) sehingga hal

tuk menyalurkan kredit di sektor ini.

rdasarkan pencapaiannya, peningkatan pertu

sektor jasa sosial/kemasyarakatan yang tumbuh

Berikutnya adalah sektor lainnya (konsumsi) da

sing sebesar 33.63% (y.o.y) dan 25,32% (y.o.y)

R tercatat sebesar Rp2.824 miliar atau tumbuh

rtasi dan komunikasi (9,07%), sektor jasa duni

Grafik 3.11 dit di Provinsi Sulawesi Utara

(Rp. Miliar)

47

3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

20082009

2,24

5

2,54

0

2,73

4

3,27

4

3,46

4

3,71

9

3,48

1

3,69

6

19 674 669 802 862 838 881 883

3,21

5

3,36

3

3,42

0 3,77

7

4,12

8

4,37

7

4,73

2

5,04

8

n Bank Umum (LBU)

rutan pertama sebesar

an pertumbuhan kredit

edit investasi dan modal

, dan kemudian diikuti

an sektor ekonominya,

jukan ke sektor lainnya

Selanjutnya diikuti oleh

Rp2.824 miliar dengan

t pada sektor konstruksi

dan 4,45%. Dominasi

at konsumsi masyarakat

jung ke Sulawesi Utara

sungnya pembangunan

internasional yang akan

ini menjadi insentif bagi

mbuhan kredit paling

169,73% (y.o.y) dengan

n sektor konstruksi yang

. Selanjutnya penyaluran

12,63% (y.o.y), diikuti

a usaha (5,16%), sektor

48

pertambangan (2,97%), sektor pertanian (2,28%), dan sektor perindustrian (1,29%). Hanya

sektor listrik, gas dan air bersih yang mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar

84,05% dengan total kredit yang hanya tercatat Rp26 juta.

Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi

(Rp. Miliar)

-

1,000

2,000

3,000

4,000

5,000

6,000

7,000

8,000

9,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

174 199 264 309 307 402 530 533 423 411

210 250 267 294 309 397 423 475 483 497

1,506 1,655

1,815 2,013

2,121 2,507

2,591

2,634 2,651

2,824

542 501 510 584 653 756 768 900 789 829 2,7

47

3,033

3,222

3,376

3,433

3,791

4,143

4,393

4,748

5,065

Pertanian

Konstruksi

PHR

Sektor Produktif LainnyaLainnya (Konsumsi)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah

masih terus mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta

nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp7.345 miliar atau mencapai

pangsa pasar 76,29% sedangkan kelompok bank swasta menyalurkan Rp2.282 miliar

dengan pangsa pasar 23,71%. Selain itu dominasi pembiayaan oleh bank umum

pemerintah terlihat semakin kuat ditinjau dari laju pertumbuhan kreditnya yang tumbuh

sebesar 28,77% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit yang disalurkan oleh

kelompok bank swasta yang hanya sebesar 6,23% (y.o.y).

Grafik 3.13.

Penyaluran Kredit Berdasarkan Kelompok Bank (Rp. Miliar)

-

2,000

4,000

6,000

8,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

1,367 1,298

1,687 1,767

1,894 2,149

2,326 2,332 2,298

2,282

3,81

2

4,34

1

4,39

2

4,81

0

4,92

9

5,70

4

6,12

8

6,60

3

6,79

7

7,34

5

Bank Swasta Bank Pemerintah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

49

Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp.9.627 miliar, sebesar

65,98% atau sebesar Rp.6.352 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado hal ini juga tidak

lepas dari banyaknya jaringan kantor perbankan yang berada di Kota Manado sebagai

sentra pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten

Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 11,66% (Rp.1.123 miliar), Kabupaten Bolaang

Mongondow sebesar 9,72% (Rp.936 miliar), Kota Bitung sebesar 6,78% (Rp.653 miliar),

dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 5,85% (Rp.563 miliar).

Grafik 3.15.

Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Milyar Rupiah)

-20

40 60

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

30.73

33.82

29.88

42.74

38.22

37.72

39.50

32.48

41.30

17.89

25.19

30.71

20.93

22.77

8.92

Q2-09 Q1-09 Q2-08

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

Bitung

Manado

Sangihe Talaud

Bolmong

Minahasa

Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, sebagian besar kabupaten dan kota mencatat

pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan posisi pertumbuhan triwulan sebelumnya.

Wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kabupaten Bolaang Mongondow

sebesar 30,71% (y.o.y) sedangkan yang terendah adalah Kota Bitung sebesar 8,92% (y.o.y).

Perlambatan pertumbuhan kredit selama triwulan laporan terjadi karena respon pihak

perbankan atas kondisi ketidakpastian pemulihan perekonomian global yang kemudian

berdampak pada perilaku perbankan yang lebih memperhitungkan faktor risiko dengan

fokus pada prinsip kehati-hatian serta lebih memperhatikan potensi usaha dari debitur

kedepan melalui risk based pricing.

Fungsi intermediasi perbankan berjalan sangat lambat tercermin dari rasio Loan to Deposit

Ratio (LDR) sebesar dari 101,13% di triwulan II-2008, meningkat tipis menjadi sebesar

101.90% di Triwulan II Tahun 2009. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya

membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang

berhasil dihimpun oleh perbankan. Membaiknya rasio LDR ini disebabkan karena

peningkatan kredit yang jauh lebih signifikan dibandingkan pertambahan DPK yang berhasil

50

dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota

Manado sebesar 92,93%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Bolaang

Mangondow sebesar 139,87%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Minahasa

sebesar 135,72%, Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 119,08%, dan Kota Bitung sebesar

101,65%.

Grafik 3.16.

Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)

-50

100 150

200

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

175.0

167.9

141.5

88.3

94.5

124.8

152.6

118.0

94.5

94.3

135.7

139.9

119.1

92.9

101.7

Q2-09 Q1-09 Q2-08

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

D. Kredit UMKM

Perkembangan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) memperlihatkan perkembangan

yang relatif melambat yang ditandai dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah

dibandingkan laju pertumbuhan kredit secara umum. Sampai dengan triwulan II–2009,

jumlah kredit MKM yang berhasil disalurkan mencapai Rp6.185 miliar dengan laju

pertumbuhan sebesar 21,78% (y.o.y). Pencapaian ini lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan kredit secara umum pada triwulan laporan tumbuh 22,60% (y.o.y).

Grafik 3.17.

Laju Pertumbuhan Kredt UMKM dan Total Kredit

0

20

40

60

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

2008

2009

gKredit gUMKM

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

51

Menurut pangsanya, sebagian besar atau 61,72% dari total kredit MKM merupakan jenis

kredit menengah sedangkan sisanya 32,47% merupakan jenis kredit kecil dan baru

sebagian kecil atau hanya 5,81% merupakan jenis kredit mikro. Kecilnya porsi kredit mikro

dan kecil terutama disebabkan oleh cukup tingginya rasio kredit bermasalah untuk jenis

kredit mikro dan kecil yaitu masing-masing sebesar 16,43% dan 6,80%, jauh dari batas

toleransi Bank Indonesia sebesar 5% sedangkan kualitas kredit menengah relatif cukup baik

yaitu sebesar 2,91%.

Grafik 3.19. Non Performing Loan Kredit Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)

Grafik 3.18. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Rp. Miliar)

-50

100

150

200

250

300

350

400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q220072008

2009

47 49 50 46 48 49 37 59 50 59

112 114

222

99 119 106 98 92 126 137

106 114

105

86 106

104 95 65

111 111

Menengah Kecil Mikro

-500

1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

216 372 237 248 261 279 283 331 334 359

1,026 1,116 1,355 1,344

1,445 1,600

1,725 1,822

1,892 2,008

1,979 2,144 2,289

2,471 2,599 3,201

3,427 3,574

3,615 3,818

Mikro Kecil Menengah

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Berdasarkan penyebarannya, penyaluran kredit UMKM masih belum merata dan lebih

banyak terfokus pada daerah-daerah tertentu. Tercatat Kota Manado menyerap 67,67%

dari total kredit MKM yang disalurkan, diikuti oleh kota dan kabupaten lainnya yang rata-

rata memiliki pangsa pada kisaran 5,8%-9,7%. Berdasarkan laju pertumbuhannya,

perkembangan kredit MKM di Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan yang tertinggi

yaitu sebesar 46,77% (y.o.y) sedangkan wilayah dengan laju pertumbuhan kredit MKM

terendah adalah Kota Bitung yang tumbuh hanya sebesar 11,42% (y.o.y). Pertumbuhan

kredit UMKM yang relatif rendah di Kota Bitung sejalan dengan pertumbuhan kredit di Kota

Bitung secara umum juga menjadi yang terendah di antara Kota/Kabupaten lain di wilayah

Sulawesi Utara.

52

Grafik 3.20.

Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)

Grafik 3.21. Pertumbuhan Kredit UMKM Berdasarkan

Kabupaten/Kota (Persen)

0 20 40 6080

Minahasa

Bolmong

Sangihe Talaud

Manado

Bitung

50.57

34.62

46.46

23.09

36.00

67.84

53.89

23.37

44.21

21.62

44.66

46.77

15.20

33.46

11.42

Q2-09

Q1-09

Q2-08

(%)

-1,000 2,000 3,000 4,000 5,000

6,000

7,000

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q22007

20082009

Bitung

Manado

Sangihe-Talaud

Bolmong

Minahasa

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) B. RISIKO KREDIT

1. Rasio Kelonggaran Tarik Kredit

Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada Triwulan II Tahun 2009

memperlihatkan penurunan yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun

sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada triwulan laporan sebesar 5,50% turun

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya lalu yang tercatat sebesar 9,89%.

Penurunan rasio merupakan suatu awal yang baik untuk lebih mengoptimalkan fungsi

intermediasi perbankan. Di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian dunia

yang dampaknya mulai dirasakan sektor riil membuat perbankan lebih berhati-hati dalam

menyalurkan kreditnya. Khusus dalam penyaluran kredit saat ini perbankan juga lebih

memperhatikan potensi usaha debitur kedepan melalui perhitungan risk based pricing.

Kendala-kendala di bidang administrasi terkait penyaluran kredit, dimana masih terdapat

beberapa peraturan daerah yang tumpang tindih dan birokrasi yang berbelit-belit perlu

untuk dimitigasi. Bank Indonesia selaku regulator perbankan berupaya untuk lebih

memudahkan masyarakat dalam memperoleh kredit dari bank melalui penetapan regulasi

perbankan yang pada akhirnya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

53

Grafik 3.22. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum

(Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Pend.Bunga 625 700 779 995 266 560 890 1,242 363 748

Biaya Bunga 254 283 310 295 72 147 232 345 119 235

NIM 371 416 469 700 194 413 659 897 244 513

-100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Plafond 5,745 6,045 6,603 6,603 7,774 8,460 9,688 9,920 10,18 10,64

Outstanding 5,179 5,638 6,079 6,079 6,823 7,297 8,454 8,934 9,095 9,627

Rasio UL (%) 7.64 6.96 6.70 6.70 7.86 9.89 7.94 5.95 6.20 5.50

-

2

4

6

8

10

12

4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000

10,000 11,000

%Milliar

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

2. Net Interest Margin (NIM)

Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai salah satu indikator penilaian terkait

kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum,

saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Net

Interest Margin (NIM). Pada triwulan laporan NIM menunjukkan angka yang positif tercatat

sebesar Rp513 miliar atau mengalami peningkatan bila dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp413 miliar. Pendapatan bunga (antara lain dalam

bentuk kredit dan penempatan antar bank) pada periode laporan lebih besar dibandigkan

dengan biaya bunga (antara lain dalam bentuk tabungan, giro dan deposito). Hal ini juga

seiring dengan pertumbuhan kredit yang lebih signifikan dibandingkan pertumbuhan dana

sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan bunga. Selain itu, penurunan tingkat

suku bunga kredit yang tidak terlalu signifikan dibandingkan penurunan tingkat suku bunga

deposito juga menjadi salah satu penyebab margin keuntungan bunga bank relatif besar.

Grafik 3.23 Net Interest Margin Bank Umum

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

54

3. Rasio BOPO

Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

Dalam analisis ini maka rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak

efisien. Pada Triwulan II Tahun 2009 rasio BOPO menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan triwulan laporan,

tingkat efisiensi operasional perbankan mengalami penurunan yang tercermin dari rasio

BOPO bank umum yang meningkat menjadi 77,62% dibandingkan triwulan yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 68,71%. Hal ini dapat diartikan bahwa bank belum

cukup efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Grafik 3.24.

Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

BO 210 436 637 850 231 571 776 1,08 322 683 PO 281 569 874 1,18 316 831 1,06 1,47 423 880 Rasio 74.8 76.6 72.8 71.5 73.2 68.7 73.1 73.6 76.0 77.6

64 66 68 70 72 74 76 78 80

-200 400 600 800

1,000 1,200 1,400 1,600 %Miliar

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

4. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk

menghasilkan laba dengan asset yang dimilikinya. Sampai dengan Triwulan II Tahun 2009,

rasio ROA bank umum tercatat sebesar 1,78% mengalami peningkatan bila dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,49%. Peningkatan rasio ROA

ini lebih disebabkan oleh tingginya presentase kenaikan total aset yang mampu dikelola

dengan baik oleh bank untuk menghasilkan laba.

55

Grafik 3.26. Jumlah Asset dan Nilai Laba/Rugi Bank Umum

(Juta Rupiah)

Grafik 3.25. Return On Asset Bank Umum

(Persen)

0.000.501.001.502.002.50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q220072008

2009

0.81

1.41

2.46

2.09

0.73

1.49

2.22 2.19

0.99

1.7

8

ROA (Persen)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Aset (Rp Juta) 8,958 9,319 9,905 10,54 10,79 11,69 12,35 13,52 13,63 14,23

L/ R (Rp Juta) 72 132 244 221 79 174 274 297 134 253

-

50

100

150

200

250

300

350

-

2,000

4,000

6,000

8,000

10,000

12,000

14,000

16,000

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

5. Sensitivitas Risiko Pasar

Sensitivitas terhadap risiko pasar adalah tingkat kepekaan aset (aktiva produktif seperti ABA,

Surat Berharga dan Kredit) maupun kewajiban terhadap volatilitas suku bunga. Aset dan

kewajiban dimaksud adalah aktiva maupun pasiva yang sensitif terhadap perubahan suku

bunga. Tingkat sensitivitas dipengaruhi oleh struktur on/off balance sheet antara lain: jenis,

karakteristik, jangka waktu, besaran dan rating instrumen. Tingkat sensitivitas yang tinggi

dapat dilihat dari besarnya perubahan yang diakibatkan oleh volatilitas suku bunga dan nilai

tukar. Pendekatan yang bisa digunakan untuk mengukur tingkat sensitivitas tersebut adalah

pendekatan melalui perhitungan Net Portfolio Value (NPV), yaitu mengetahui perubahan

economic value dari suatu portfolio. Pendekatan lain yang dapat digunakan adalah

pendekatan earning, yaitu pendekatan untuk menghitung potensial profit dan loss dari sutu

portfolio. Mengingat dalam perhitungan sensitivitas terhadap risiko pasar juga menetapkan

potensial loss terhadap akses modal maka pendekatan yang relevan untuk mengukur

tingkat sensitivitas adalah pendekatan earning.

Dalam hal ini diperlukan identifikasi secara tepat atas aset, kewajiban dan rekening

administratif yang mengandung risiko suku bunga dan nilai tukar baik aktivitas fungsional

tertentu maupun aktivitas bank secara keseluruhan. Setelah itu dilakukan perhitungan gap

position suku bunga maupun nilai tukar. Semakin besar bank memelihara gap position

maka semakin tinggi potential profit dan loss bank. Oleh karena itu diperlukan besaran gap

yang sesuai dengan strategi yang diambil dikaitkan dengan perkiraan arah suku bunga

(interest rate forecast), tingkat keyakinan manajemen terhadap perkiraan yang dimaksud

(degree of confidential) dan preferensi tingkat risiko yang akan diambil (risk appetite).

Sensitivitas aset dan kewajiban ditunjukkan oleh perubahan NIM bank akibat perubahan

56

suku bunga, sedangkan perubahan NIM diperngaruhi oleh posisi gap bank. Tingkat

sensitivitas NIM bank terhadap perubahan suku bunga sangat tergantung kepada

karakteristik instrumen keuangan yang membentuk portfolio bank tersebut, antara lain

jatuh tempo (maturity) dan karakteristik suku bunga bank (floating atau fixed).

Tabel 3.3

Portfolio Interest Instrument Perbankan

Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2

1 Penempatan pada Bank Indonesia 495,073 285,011 147,572 268,989 325,866 557,217 276,822

2 enempatan pada Bank Lain 303,272 514,885 181,097 736,439 882,820 662,912 811,397

3 Surat Berharga yang Dimiliki 9,406 47,065 28,724 30,503 26,997 99,444 118,866

4 redit yang Diberikan 6,572,753 7,852,343 8,258,003 8,454,101 8,934,226 9,095,096 9,627,209

5 Tagihan Lainnya 2,773 1,255 1,276 1,437 1,483 1,507 1,678

7,383,277 8,700,559 8,616,672 9,491,469 10,171,392 10,416,176 10,835,972

Q1 Q2 Q3 Q3 Q4 Q1 Q2

1 iro 1,282,087 1,536,988 1,420,546 1,383,487 1,496,273 1,794,586 1,938,986

2 abungan 3,564,430 4,021,549 3,793,125 3,803,628 4,341,512 3,779,939 4,200,386

3 Simpanan Berjangka 2,208,649 2,206,430 2,429,922 2,742,030 3,022,149 3,332,881 3,308,172

4 ewajiban kepada Bank Indonesia 4,774 4,779 4,458 4,491 4,352 3,823 3,340

5 Kewajiban kepada Bank Lain 275,456 482,334 407,649 620,490 1,096,345 358,076 596,771

6 urat Berharga yang Diterbitkan 169,434 171,530 9,536 168,801 162,987 161,087 163,091

7 injaman yang Diterima 11,329 9,430 65,862 9,589 8,555 8,040 13,742

8 ewajiban Lainnya 50,643 70,695 11,385 87,197 74,771 60,921 86,231

9 etoran Jaminan 10,833 10,586 - 12,364 16,906 17,669 19,950

7,577,635 8,514,321 8,142,483 8,832,077 10,223,850 9,517,022 10,330,669

-194,358 186,238 474,189 659,392 -52,458 899,154 505,303

2009

2009

2008

2008

RSA

RSL

GAP

No. Aktiva

No. Passiva

P

K

G

T

K

S

P

K

S

di Sulawesi Utara

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum (LBU)

Perilaku perbankan di Sulawesi Utara hingga Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi

positif gap yang berarti RSA > RSL. Di tengah kondisi ketidakpastian pemulihan

perekonomian global yang masih mewarnai kondisi perbankan di wilayah Sulut, namun

posisi aktiva perbankan masih lebih besar daripada pasivanya. Hal ini dikarenakan

persaingan tingkat suku bunga dimana perbankan masih memasang tingkat suku bunga

yang lebih tinggi untuk tingkat suku bunga kredit. Penurunan BI Rate sampai pada posisi

7% tidak secara langsung dapat diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga dana dan kredit

perbankan. Namun pihak perbankan masih mampu untuk mengelola aktiva dan pasivanya

sehingga masih dicapai posisi positif gap.

C. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

Secara kelembagaan, jumlah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang beroperasi di wilayah kerja

Bank Indonesia Manado sebanyak 21 BPR yang seluruhnya merupakan bank konvensional

dengan rincian sebanyak 17 BPR dengan jumlah kantor 39 unit beroperasi di Sulawesi Utara

sedangkan 4 BPR dengan jumlah kantor 8 unit beroperasi di Gorontalo.

57

Tabel 3.4.

Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

Aset 144.7 148.8 152.3 170.6 177.2 186.6 194.5 205.2 207.9 220.4 18.1

DPK 102.4 111.2 116.0 125.9 132.8 135.5 143.1 144.0 153.0 160.3 18.3

Deposito 76.4 80.8 82.9 86.5 96.0 95.4 101.5 100.4 108.8 113.1 18.5

Tabungan 26.0 30.4 33.1 39.5 36.8 40.1 41.6 43.5 44.2 47.2 17.8

Kredit 110.6 121.7 126.9 130.8 139.8 157.8 161.6 156.9 163.7 181.5 15.0

Jenis Penggunaan

Modal Kerja 25.8 25.7 28.7 29.1 32.5 35.4 37.7 36.6 39.6 45.7 29.3

Investasi 11.1 11.8 11.7 12.0 12.2 12.4 14.5 14.2 14.5 13.5 8.8

Konsumsi 73.7 84.2 86.5 89.8 95.1 110.1 109.4 106.1 109.5 122.3 11.1

Sektoral

Pertanian 1.9 2.3 2.7 3.1 3.0 2.9 3.4 3.3 3.1 3.2 9.4

Perindustrian 0.8 0.7 0.6 0.6 0.6 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6 50.5

PHR 19.3 18.9 20.5 21.0 24.3 26.9 27.6 26.4 28.1 28.2 4.9

Jasa-jasa 12.8 12.5 13.1 11.5 10.8 11.3 12.7 12.2 14.3 15.1 34.2

Lain-lain 75.8 87.3 90.0 94.7 101.0 116.3 117.6 114.6 117.7 134.4 15.5

LDR (Persen) 108.0 109.4 109.3 103.9 105.3 116.5 113.0 109.0 107.0 113.2

NPL (Persen) 4.3 4.5 4.2 3.4 3.5 3.1 3.4 3.3 3.5 3.2

Y.o.YKomponen2007 2008 2009

Sumber: Data Ekubank, Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat (LBPR)

Kinerja BPR selama Triwulan II Tahun 2009 secara umum jika dibandingkan baik dengan

periode yang sama tahun lalu dan triwulan sebelumnya mengalami peningkatan tercermin

dari naiknya total aset, DPK, dan jumlah kredit yang berhasil disalurkan. Namun

peningkatan beberapa indikator ini tidak dibarengi dengan membaiknya rasio LDR dan NPL

yang justru menunjukkan arah yang berkebalikan. Pada triwulan laporan total aset BPR

tercatat Rp220,4 miliar, tumbuh 18,1% (y.o.y) dibandingkan posisi yang sama tahun

sebelumnya. Sementara itu, DPK yang berhasil dihimpun naik sebesar 18,3% (y.o.y)

mencapai Rp160,3 miliar. Berdasarkan jenisnya, sebagian besar DPK tersebut disimpan

dalam bentuk deposito dengan pangsa 70,55% atau sebesar Rp113,1 miliar, sedangkan

sisanya dalam bentuk tabungan. Berdasarkan jenisnya, kredit yang disalurkan sebagian

besar merupakan kredit konsumsi dengan pangsa 67,38%, selanjutnya kredit modal kerja

dengan pangsa 25,18% dan sisanya kredit investasi sebesar 7,44%.

Terlihat dalam tabel diatas, jenis kredit modal kerja mencatat pertumbuhan tertinggi jika

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 29,3% (y.o.y)

kemudian disusul oleh kredit konsumsi (11,1%) dan kredit investasi (8,8%). Peningkatan

pertumbuhan kredit modal kerja ini sebagian besar didorong oleh tumbuhnya sektor

perdagangan dan retail, dimana nasabah yang mengajukan kredit modal kerja di BPR

umumnya digunakan untuk usaha jenis retail. Dari sisi melambatnya kredit konsumsi yang

dirasakan BPR lebih disebabkan adanya pengaruh dari penurunan daya beli masyarakat.

58

Namun demikian kredit konsumsi masih tetap tumbuh karena merupakan suatu

konsekuensi logis dari dominannya kegiatan konsumsi pada PDRB Provinsi Sulawesi Utara

yang didukung oleh berbagai kemudahan yang diberikan oleh BPR dalam pengajuan kredit

dibandingkan bank umum walaupun bunga yang ditawarkan relatif lebih tinggi. Sementara

itu, fungsi intermediasi yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) BPR yang

mencapai 113,2% mengalami penurunan tipis dibandingkan dengan periode yang sama

tahun sebelumnya sebesar 116,5%. Perhitungan LDR ini berbeda dengan cara perhitungan

penentuan tingkat kesehatan BPR, dimana dalam perhitungan LDR ini hanya membagi total

kredit dengan total Dana Pihak Ketiga, sedangkan dalam penilaian tingkat kesehatan BPR

(total kredit dibagi dengan total dana yang diterima bank), dimana total DPK hanya sebagai

salah satu komponen dari jumlah dana yang diterima. Penurunan rasio LDR ini diikuti

dengan peningkatan pada kualitas kredit yang dicerminkan oleh meningkatnya rasio NPL

(Non Performing Loan) dari 3.1% pada triwulan II-2008 menjadi 3,2% pada Triwulan II

Tahun 2009.

59

BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Alokasi dana dari pemerintah pusat ke Provinsi Sulawesi Utara pada Tahun 2009

diperkirakan mencapai Rp9,22 Triliun atau naik 17,12% dibandingkan tahun sebelumnya.

Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan dana alokasi pemerintah pusat terutama

berasal dari Dana Perimbangan (DAU/DAK) yang naik 23,45% mencapai jumlah Rp5,34

Triliun berikutya adalah Dana Sektoral yang naik 8,38% mencapai Rp3,09 Triliun dan Dana

Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan yang naik 13,79% mencapai Rp788 milliar.

Tabel 4.1. Perkembangan Alokasi Dana Pusat ke Sulawesi Utara

2005 2006 2007 2008 2009F

Sektoral - 1,478 2,271 2,850 3,089

TOTAL 2,779 5,646 6,618 7,872 9,220

1,094 613 693 788 Perimbangan (DAU/DAK) 1,853 3,074 3,734 4,328 5,343 Dekonsentrasi/Tugas Perbantuan 927

Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah Depkeu

4.1. Dana Perimbangan

Alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat bagi Provinsi Sulawesi Utara di Tahun

2009 menunjukkan peningkatan sebesar 23,45% dibandingkan dengan Tahun 2008.

Secara agregat, jumlah alokasi dana dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota

di Sulawesi Utara mencapai Rp5,34 Triliun. Hampir seluruh kabupaten/kota/provinsi di

Tahun 2009 menerima peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu, kecuali Kota

Tomohon, Kabupaten Minahasa Utara (Minut) dan Kabupaten Bolaang Mongondow

(Bolmong). Tingkat pertumbuhan tertinggi alokasi anggaran terjadi di Kabupaten Bolmong

Utara sebesar 187,47%, sedangkan penurunan tertinggi terjadi di Kabupaten Bolmong

sebesar 16,96%.

Total Dana

Perimbangan (Juta Rp) th.

2008

Total Dana Perimbangan (Juta Rp) th.

2009

Naik/Turun (Persen)

Pemprov 604.70 668.99 10.63 Manado 504.13 516.13 2.38 Bitung 327.74 335.57 2.39 Tomohon 293.07 284.38 (2.97) Minahasa 459.47 465.44 1.30 Minsel 316.74 359.70 13.56 Minut 361.32 335.43 (7.16) Bolmong 406.96 337.93 (16.96) Talaud 326.03 344.78 5.75 Sangihe 297.18 419.46 41.14 Kotamobagu 94.66 265.69 180.67 Bolmut 92.74 266.61 187.47 Sitaro 120.89 286.80 137.24 Mitra 122.79 335.43 173.17 Boltim n.a. 54.22 Bosel n.a. 66.88 TOTAL 4,328.44 5,343.44 23.45

Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009

*) Daerah Pemekaran Tahun 2008

Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun

2009, pangsa terbesar terjadi pada tingkat provinsi dengan jumlah Rp668,99 milliar dengan

pangsa 12,52%, naik 10,63% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Berikutnya adalah

Kota Manado sebesar Rp516,13 miliar dengan pangsa 9,66% dari total anggaran,

Kabupaten Minahasa sebesar Rp.465,44 dengan pangsa 8,71% dan Kabupaten Sangihe

sebesar Rp419,46 miliar dengan pangsa 7,85%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh

Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 1,01% dari total dana

perimbangan atau sebesar Rp54,22 milliar.

Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu

Grafik 4.2 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009

Grafik 4.1 Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2008

Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu

60

Grafik 4.3

Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2009

Berdasarkan kom

Utara pada APB

agregat, pangsa

turut sebesar 7

perimbangan un

yang dilakukan m

sebagian penerim

pangsa Dana B

Sulawesi Utara t

sumber daya alam

4.2. Perkemban

Kinerja keuanga

dibandingkan pe

pengeluaran pem

pengeluaran dal

pemerintah baru

APBD-P sebesar R

menyebabkan ke

sebesar Rp78 mil

Sumber : Biro Keuangan Daerah & Website Depkeu

61

ponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing wilayah Sulawesi

D Tahun 2009 sebagian besar terdiri dari Dana Alokasi Umum. Secara

dari DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak berturut-

6,84%, 16,79% dan 6,36%. Dana Bagi Hasil merupakan bagian dana

tuk mengatasi masalah ketimpangan vertikal (antara Pusat dan Daerah)

elalui pembagian hasil antara Pemerintah Pusat dan Daerah penghasil, dari

aan perpajakan (nasional) dan penerimaan sumber daya alam. Rendahnya

agi Hasil di Sulawesi Utara mencerminkan bahwa kontribusi Provinsi

erhadap penerimaan negara, baik dari segi pajak maupun pengelolaan

masih kecil.

gan APBD Provinsi

n pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 relatif lebih rendah

riode yang sama tahun sebelumnya. Sampai dengan Juni 2009, total

erintah mencapai Rp399 milliar atau baru mencapai 35,6% dari target

am APBD-P sebesar Rp1.120 milliar. Sementara itu, total penerimaan

mencapai Rp477 milliar atau baru 46,4% dari target penerimaan dalam

p1.029 milliar. Jumlah penerimaan yang lebih besar dibandingkan realisasi

uangan pemerintah hingga Triwulan II Tahun 2009 mengalami surplus

liar.

Penerimaan 792Pendapatan Asli Daerah (PAD) 240

Dana Perimbangan 489

Lain-Lain Pendapatan yang Sah 63

Pengeluaran 821Belanja Pegawai 312

Belanja Barang dan Jasa 205

Belanja Bantuan Sosial 65

Belanja Bagi Hasil 71

Belanja Bantuan Keuangan 11

Belanja Tidak Terduga 5

Belanja Hibah 0

Belanja Modal 152

Surplus / Defisit -29Pembiayaan Daerah 29

RincianAPBD-P

2007AP

2

Kinerja Keuangan Daerah P (d

1. Penerimaan Provinsi

Total realisasi penerimaan provinsi hingga T

atau baru 46,4% dari target penerima

pembentuknya, sumber penerimaan ini terut

Dana Alokasi Umum) dengan pangsa 68,45%

pangsa 30,42%.

Kinerja pemerintah provinsi dalam melakuka

hingga Triwulan II Tahun 2009 terlihat b

menurunnya prosentase realisasi Penerimaan

I tahun lalu menjadi hanya 46,86% hingga T

Rp145,12 milyar. Berdasarkan komponen pe

penerimaan pajak sebesar 92,88% sedan

pengelolaan kekayaan daerah dan lain-lain.

Pencapaian PAD selama semeser I Tahun 200

kebutuhan dana pembangunan di Sulawes

kemandirian fiskal daerah yaitu perbandin

Tabel 4.3. rovinsi Sulawesi Utara s.d. 31 Juni 2009 alam Miliar Rp)

Nominal % Nominal %925 444 48.0 1029 477 46.4 296 156 52.8 310 145 46.9

610 287 47.1 669 326 48.8

19 0 - 50 5 10.6

974 353 36.3 1120 399 35.6 386 173 44.7 397 170 42.8

197 58 29.6 221 66 29.9

60 30 49.6 57 33 58.3

108 55 50.7 168 55 32.9

30 10 33.9 10 0 -

2 0 1.0 8 1 19.3

9 4 47.5 16 9 56.3

182 24 13.0 243 63 26.0

-49 90 -92 7849 -49 92 -150

Realisasi s.d. 31 Jun 2009

Realisasi s.d. 31 Jun 2008 APBD-P

2009BD-P 008

Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara

62

riwulan II Tahun 2009 mencapai Rp477 milliar,

an dalam APBD-P. Berdasarkan komponen

ama berasal dari dana perimbangan (utamanya

disusul Penerimaan Asli Daerah (PAD) dengan

n berbagai pemanfaatan aset-aset yang dimiliki

elum terlalu optimal. Hal ini tercermin dari

Asli Daerah (PAD) dari 52,78% pada semester

riwulan II Tahun 2009 dengan nominal sebesar

mbentuknya, PAD ini terutama bersumber dari

gkan sisanya dalam bentuk retribusi, hasil

9 tersebut masih relatif kecil bila dibandingkan

i Utara tercermin dari relatif rendahnya rasio

gan PAD terhadap total belanja yang hanya

63

33,81%. Hal ini berarti kegiatan ekonomi dan sosial sebagian besar masih digerakkan oleh

dana perimbangan yang berasal dari pemerintah pusat.

2. Pengeluaran Provinsi

Realisasi pengeluaran provinsi sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 mencapai Rp398,68

milliar atau 35,58% dibandingkan rencana pengeluaran dalam APBD-P Tahun 2009.

Pencapaian ini masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang saat itu

mencapai 36,3%. Menurut komponen pembentuknya, pengeluran provinsi terutama

didominasi untuk belanja pegawai dengan pangsa 42% atau sebesar Rp397 milliar

sedangkan pangsa belanja modal baru mencapai 15,87% atau sebesar Rp63 miliar.

Dibandingkan tahun lalu, maka target belanja modal di Tahun 2009 sebesar Rp243 milliar

meningkat sebesar 33%. Hal ini tentunya sangat menggembirakan sehubungan dengan

meningkatnya kegiatan investasi pemerintah di Sulawesi Utara dan tidak semata-mata

dialokasikan untuk belanja pegawai (pembayaran gaji, tunjangan, dan lain sebagainya).

3. Kontribusi APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Realisasi APBD di tingkat provinsi khususnya realisasi belanja daerah sedikit banyak telah

memberikan kontribusi bagi pertumbuhan perekonomian. Dengan melakukan identifikasi

terhadap pos-pos dalam APBD-P provinsi ke dalam 2 (dua) kegiatan utama berdasarkan

tabel PDRB sisi permintaan, yaitu konsumsi pemerintah dan Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) diperoleh hasil bahwa realisasi komsumsi pemerintah memberikan kontribusi

sebesar 2,74% terhadap nilai tambah PDRB Provinsi Sulawesi Utara sedangkan realisasi

belanja modal memberikan kontribusi sebesar 0,52%. Kontribusi di tingkat kabupaten dan

kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.

Secara total, realisasi anggaran belanja dan modal dalam APBD-P provinsi hanya

memberikan kontribusi sebesar 3,26% terhadap nilai tambah PDRB Sulawesi Utara.

Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar

sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah

penerimaan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluarannya.

Kontribusi APBD Provinsi Terhadap (d

A. PENERIMAAN RUPIAHPendapatan Asli Daerah

1. Pajak Daerah2. Retrebusi3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah4. Lain-lain

Dana Perimbangan 1. Bagi Hsl. Pajak 2. Dana Alokasi Umum3. Dana Alokasi Khusus4. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA)

Lain-Lain Pendapatan SahB. PENGELUARAN RUPIAH

Konsumsi Pemerintah1. Belanja Pegawai2. Belanja Barang dan Jasa3. Belanja Bantuan Sosial4. Belanja Bagi Hasil5. Belanja Bantuan Keuangan 6. Belanja Tidak Terduga7. Belanja Hibah

Pembentukan Modal Tetap BrutoD. SURPLUS/ (DEFISIT)C. PEMBIAYAAN DAERAHE. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA)

URAIAN

Tabel 4.4. Sektor Riil dan Uang Beredar s.d. 31 Juni 2009alam Milliar Rp)

Nominal%

Realisasi% thd PDRB

1,028.71 1,028.72 476.92 46.36 3.90309.72 309.72 145.12 46.86 1.19275.62 275.63 134.80 48.91 1.10

7.60 7.59 3.19 41.99 0.0316.50 16.50 0.00 0.00 0.0010.00 10.00 7.14 71.36 0.06

668.99 669.00 326.48 48.80 2.6756.52 57.48 7.50 13.05 0.06

558.63 558.63 279.32 50.00 2.2852.88 52.88 39.66 75.00 0.320.96 0.00 0.00 #DIV/0! 0.00

50.00 50.00 5.32 10.65 0.041,121.51 1,120.45 398.68 35.58 3.26

878.82 877.51 335.42 38.22 2.74397.78 397.31 169.89 42.76 1.39221.12 221.27 66.18 29.91 0.5458.41 57.13 33.33 58.35 0.27

167.63 167.93 55.33 32.95 0.4510.00 10.00 0.00 0.00 0.007.50 7.50 1.45 19.38 0.01

16.38 16.38 9.23 56.40 0.08242.69 242.95 63.26 26.04 0.52-93.08 -91.74 78.2491.73 91.74 -150.00-1.35 0.00 -71.76

Realisasi APBD s.d. 30 Juni 2009APBD

2009APBD-P

2009

Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara

64

65

BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem

pembayaran nasional. Sistem pembayaran tersebut terbagi dua yaitu pembayaran secara

tunai menggunakan uang kartal, serta pembayaran non tunai melalui transaksi kliring dan

RTGS. Untuk menjalankan fungsi penyelenggaraan pembayaran tunai Bank Indonesia

senantiasa berusaha untuk menyediakan sejumlah pecahan yang sesuai dengan nominal

yang mencukupi dalam kondisi tepat waktu dan layak edar. Sementara itu, untuk transaksi

non tunai, Bank Indonesia mengarahkan transaksi pembayaran yang efektif, efisien, aman

dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. BI bukan semata

peduli akan terciptanya efisiensi dalam sistem pembayaran, tapi juga kesetaraan akses

hingga ke urusan perlindungan konsumen. Yang dimaksud terciptanya sistem pembayaran,

itu artinya memberi kemudahan bagi pengguna untuk memilih metode pembayaran yang

dapat diakses ke seluruh wilayah dengan biaya serendah mungkin. Sementara yang

dimaksud dengan kesetaraan akses, BI akan memperhatikan penerapan asas kesetaraan

dalam penyelenggaraan sistem pembayaran. Sedangkan aspek perlindungan konsumen

dimaksudkan penyelenggara wajib mengadopsi asas-asas perlindungan konsumen secara

wajar dalam penyelenggaraan sistemnya.

A. Perkembangan Aliran Uang Kartal

Aliran uang kartal di khasanah Kantor Bank Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun 2009

berada pada kondisi net outflow, yang berarti aliran uang keluar dari khasanah lebih tinggi

dibandingkan aliran uang masuk. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa

perekonomian Sulut kembali bergairah di tengah-tengah ketidakpastian pemulihan kondisi

perekonomian pasca krisis ekonomi global. Selain itu, kondisi net outflow yang terjadi pada

triwulan laporan merupakan pola musiman setelah pada triwulan sebelumnya mengalami

net inflow berkenaan dengan kembali masuknya aliran uang kartal ke dalam sistem

perbankan setelah di akhir tahun 2008 lalu aktivitas ekonomi cenderung meningkat saat

perayaan hari besar keagamaan (lebaran dan natal) serta perayaan Tahun Baru 2009.

Jumlah uang aliran uang masuk dan keluar selama triwulan laporan mengalami

peningkatan dibandingakn triwulan yang sama tahun sebelumnya. Aliran uang masuk

meningkat 34,82% (y.o.y) atau sebesar Rp41,28 sedangkan aliran uang keluar meningkat

5,48% (y.o.y) atau sebesar Rp18,47 miliar. Secara netto, aliran uang kartal selama triwulan

66

laporan berada pada kondisi outflow sebesar Rp195,48 miliar lebih rendah dibandingkan

triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp218,28 miliar. Secara bulanan, net

outflow tertinggi terjadi pada bulan April 2009 sebesar Rp134,83 miliar, berikutnya di bulan

Juni 2009 sebesar Rp74,95 miliar. Sedangkan di bulan Mei 2009, aliran uang kartal di

khasanah Bank Indonesia berada pada kondisi net inflow sebesar Rp14,30 miliar. Kondisi

pada triwulan laporan yang mengalami net outflow mencerminkan bahwa aktivitas

perekonomian lebih bergairah pada triwulan ini, hal ini didorong oleh adanya kegiatan pra

dan pasca penyelenggaraan event World Ocean Conference (WOC) dan CTI Summit yang

telah dilaksanakan pada bulan Mei 2009.

Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado

(Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Inflow (+) 428 129 105 253 592 119 103 217 613 160Outflow (-) -29 -453 -168 -928 -87 -337 -370 -428 -18 -355Net Flow 400 -324 -63 -676 505 -218 -268 -211 595 -195

-1,200

-1,000

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

Sumber : Bank Indonesia Manado, diolah

Dalam upaya memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan, Bank Indonesia melakukan

kegiatan berupa Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dalam bentuk pemusnahan

terhadap uang yang sudah tidak layak edar. Selama triwulan laporan, rasio PTTB terhadap

uang kartal masuk tercatat sebesar 49%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama

tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 142,50%. Secara nominal, jumlah uang yang

diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan sebesar Rp78,31 miliar atau turun

53,64% (y.o.y) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

67

Grafik 5.2 Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow

(Persen)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Inflow 428 129 105 253 592 119 103 217 613 160 PTTB 255 118 63 4 305 169 118 102 53 78 Rasio 59.5 91.7 60.0 1.48 51.4 142. 114. 46.9 8.57 49.0

-

20

40

60

80

100

120

140

160

-

100

200

300

400

500

600

700 % Miliar Inflow PTTB Rasio

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan

likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank

Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan

khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.

Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado

bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.

Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Inflow 366 413 437 549 533 516 702 615 621 542

Outflow -284 -404 -466 -557 -463 -672 -755 -560 -443 -611

Netflow 82 9 -28 -8 70 -156 -53 55 178 -69

-800

-600

-400

-200

0

200

400

600

800

.

(Rp. Miliar)

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo menunjukkan pola yang sama dengan pola aliran kas

di KBI Manado yang berada dalam posisi net outflow. Sepanjang Triwulan II Tahun 2009

posisi aliran kas titipan Gorontalo menunjukkan nilai net outflow sebesar Rp69 miliar. Jika

68

dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya terlihat adanya kesamaan pola

aliran kas, namun dalam jumlah yang lebih besar. Pada triwulan II-2008 nilai net outflow di

kas titipan Gorontalo mencapai Rp156 miliar. Net outflow yang terjadi selama triwulan

laporan merupakan salah satu indikasi bahwa perekonomian Gorontalo cukup bergairah di

tengah-tengah ketidakpastian pemulihan perekonomian akibat krisis global.

Grafik 5.4 Netflow Kas Tititpan KBI Manado di Tahuna

(Rp. Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

2007 2008 2009

Inflow 48 12 28 37 51 19 23 36 57 27

Outflow -34 -74 -62 -107 -31 -67 -71 -100 -39 -78

Netflow 14 -62 -34 -69 20 -48 -49 -63 18 -51

-120

-100

-80

-60

-40

-20

0

20

40

60

80

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado

Selain di provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna-Kabupaten Sangihe.

Keberadaan kas titipan di kota tersebut merupakan upaya Bank Indonesia untuk

melaksanakan kebijakan clean money policy, khususnya untuk wilayah yang letaknya jauh

dari jangkauan Kantor Bank Indonesia. Secara historis, kegiatan kas titipan Tahuna

cenderung mengalami net outflow (kecuali pada awal tahun). Kondisi kas titipan Tahuna

pada triwulan laporan menunjukkan adanya aliran uang keluar dari dalam khasanah yang

lebih besar daripada aliran uang masuk ke khasanah dengan nilai net outflow sebesar Rp51

miliar. Kondisi ini mengalami peningkatan 7,42% jika dibandingkan dengan periode yang

sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp48 miliar. Seperti halnya yang terjadi pada

kas titipan di Provinsi Gorontalo, net outflow yang terjadi di khasanah titipan di Tahuna

mengindikasikan kembali bergairahnya perekonomian di daerah tersebut antara lain

tercermin dari meningkatnya realisasi belanja pemerintah dan swasta.

69

B. Penemuan Uang Palsu

Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado menunjukkan

adanya penurunan yang signifikan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di

triwulan II-2008 jumlah total uang palsu yang ditemukan mencapai 1.035 lembar, hal ini

disebabkan karena pada triwulan tersebut telah terungkap jaringan dan pengedar uang

palsu oleh pihak yang berwajib. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank

Indonesia Manado pada Triwulan II Tahun 2009 sebanyak 18 lembar yang terdiri dari 5

lembar uang pecahan Rp100.000,-, 12 lembar uang pecahan Rp50.000, dan satu lembar

uang pecahan Rp5.000,-. Jika dibandingkan dengan jumlah uang palsu yang ditemukan

pada periode-periode sebelumnya terlihat bahwa jumlah uang palsu yang ditemukan pada

triwulan IV-2008 sampai dengan Triwulan II Tahun 2009 menunjukkan adanya trend

penurunan berturut-turut sebanyak 136 lembar, 41 lembar dan 18 lembar. Penurunan

temuan ini mengindikasikan pemahaman masyarakat terhadap ciri-ciri keaslian uang rupiah

sudah cukup baik.

Tabel 5.1 Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado

(Rp Miliar)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

- Rp100.000,- 22 2 7 5 2 1014 14 1 14 5

- Rp50.000,- 105 38 14 5 17 19 16 135 23 12

- Rp20.000,- 23 1 4 3 6 0 1 0 3 0

- Rp10.000,- 7 3 4 1 0 2 2 0 0 0

- Rp5.000,- 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1

- Rp1.000,- 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Total 157 44 29 15 25 1,035 33 136 41 18

200920082007Pecahan

Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah

Bank Indonesia telah dan akan terus berupaya untuk meminimalisir pergerakan pelaku

pemalsuan uang melalui kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah. Kegiatan sosialisasi

tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, serta pihak perbankan, namun juga

dilakukan di pusat perbelanjaan di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat

perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya

tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, pihak Bank

Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam

upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak

kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di

Sulawesi Utara.

70

C. Perkembangan Kliring Lokal (Tunai)

Perkembangan kliring lokal (tunai) pada Triwulan II Tahun 2009 sebanyak 90,363 lembar

dengan nilai Rp1,891 triliun atau meningkat jumlahnya sebesar 6,22% (y.o.y) dibandingkan

periode yang sama tahun sebelumnya. Sama halnya jika dibandingkan dengan periode

sebelumnya, terlihat adanya peningkatan jumlah warkat maupun nominal transaksi. Jika

dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan

tercatat sebanyak 1,457 lembar dengan nilai sebesar Rp30,45 miliar. Angka inipun

meningkat 7,86% (y.o.y). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin

menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan yang positif.

Tabel 5.2 Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2

a. Lembar 75,010 84,817 90,390 75,426 76,386 85,075 87,329 85,612 83,172 90,363b. Nominal (Rp miliar) 1,353 1,427 1,634 1,494 1,634 1,703 1,804 1,803 1,762 1,891

a. Lembar 1,209 1,368 1,412 1,347 1,273 1,350 1,386 1,451 1,409 1,457b. Nominal (Rp miliar) 21.88 23.02 25.39 25.45 27.24 27.04 28.63 30.57 29.90 30.45

a. Lembar (%) 0.37 0.30 0.32 0.55 0.51 0.56 0.75 0.98 0.87 0.91b. Nominal (%) 0.35 0.28 0.55 0.70 0.83 0.58 0.80 1.49 0.79 0.92

Persentase rata-rata penolakan

2008KETERANGAN

2007 2009

Perputaran Kliring

Rata-rata perputaran kliring per hari

Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah

Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan

tercatat 0.91% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami

peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 0,56%

maupun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,87%.

Demikian pula halnya dari segi jumlah nominalnya terdapat kenaikan dari 0,58% pada

triwulan II-2008 menjadi 0,92% pada Triwulan II Tahun 2009 dari rata-rata nominal cek dan

BG yang dikliringkan per hari.

D. RTGS (Real Time Gross Settlement)

RTGS sebagai salah satu sarana penyelesaian transaksi non tunai, menunjukkan

perkembangan yang cukup pesat sejak pertama kali diperkenalkan. Hal ini disebabkan BI -

RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko

settlement-nya dapat diperkecil. Berdasarkan data terakhir yang dimiliki, selama triwulan I -

2008, perkembangan total volume transaksi melalui RTGS (dari/ke/dalam Kota Manado)

mencapai 16.233 lembar atau meningkat 18,38% (y.o.y) bila dibandingkan periode yang

sama tahun sebelumnya. Demikian pula dengan nilai nominal penyelesaian transaksi RTGS

yang secara tahunan tumbuh sebesar 29,50% mencapai jumlah Rp26,2 Triliun.

71

Tabel 5.3.

Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement (Rp. Milliar)

Sumber : Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran (DASP) KP Bank Indonesia

2008

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1

Nilai 11,738 13,437 11,565 13,433 15,976 36.10

Volume 6,770 7,478 8,731 14,251 7,225 6.72

Nilai 4,846 6,615 7,549 7,046 6,369 31.42

Volume 5,007 5,944 7,175 12,356 6,481 29.44

Nilai 3,648 4,971 5,615 4,682 3,856 5.71

Volume 1,936 2,553 3,077 7,681 2,527 30.53

NIlai 20,232 25,023 24,729 25,161 26,200 29.50

Volume 13,713 15,975 18,983 34,288 16,233 18.38

TOTAL TRANSAKSI

2007Y.o.Y

Dalam Kota

Ke Manado

Dari Manado

72

BAB VI PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Secara umum perkembangan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara pada Februari 2009

mengalami perbaikan dibandingkan periode Agustus 2008 tercermin dari rasio TPT (Tingkat

Pengangguran Terbuka) sebesar 10,63% atau turun tipis (0,02%) dibandingkan dengan

periode Agustus 2008 sebesar 10,65%. Demikian halnya bila dibandingkan terhadap

keadaan Februari 2008 yang juga mengalami penurunan sebesar 1,72%. Menurut lapangan

pekerjaan, pertanian masih menjadi sektor lapangan pekerjaan utama, walaupun telah

terjadi pergeseran ke sektor lainnya, terutama sektor perdagangan. Berdasarkan

persebarannya, Manado masih menjadi daerah dengan jumlah angkatan kerja terbesar dan

angka pengangguran tertinggi.

A. PENGANGGURAN

Struktur ketenagakerjaan pada periode Februari 2009 tidak terlalu berbeda bila

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dari seluruh penduduk usia 15+,

jumlah angkatan kerja tercatat 1.077.155 orang (63,91%) masih lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah bukan angkatan kerja sebanyak 608.347 orang. Jumlah

angkatan kerja ini turun sedikit yaitu sebesar 2,91% (y.o.y) atau sebanyak 30.490 orang

dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Tabel 6.1.

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Periode Februari 2006 – Februari 2009

Penduduk 15 Thn ke atas 1,621,331 1,639,282 1,654,863 1,672,655 1,658,299 1,669,313 1,685,502

Angkatan Kerja 990,759 970,416 1,086,281 1,036,499 1,046,665 1,020,952 1,077,155

Bekerja 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627

Mencari Kerja 135,459 141,866 141,646 127,996 129,302 108,754 114,528

Bukan Angkatan Kerja 630,572 668,866 568,582 636,156 611,634 648,361 608,347

Sekolah 134,119 135,456 126,474 135,611 127,274 135,318 133,770

Mengurus Rumah Tangga 407,173 443,542 359,201 398,195 406,055 406,882 371,568

Lainnya 89,280 89,868 82,907 102,350 78,305 106,161 103,009

TPAK (persen) 61.10 59.20 65.60 61.97 63.12 61.16 63.91

TPT (persen) 13.70 14.60 13.00 12.35 12.35 10.65 10.63

Setengah Pengangguran 296,780 258,838 269,657 250,435 214,237 260,650 254,457

Setengah Pengangguran Terpaksa 138,683 114,537 125,402 120,060 124,522 128,580 124,806

Setengah Pengangguran Sukarela 158,097 144,301 144,255 130,375 89,715 132,070 129,651

Jenis Kegiatan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

73

Menurut komponen penyusunnya, jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan data

terakhir (Februari 2009) mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk yang bekerja

berjumlah 962.627 orang, meningkat 4,93% (y.o.y) atau sebanyak 45.264 orang

dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pengangguran mengalami penurunan

yaitu dari 129.302 orang pada Februari 2008 turun 11,43% (y.o.y) menjadi 114.528 orang

pada Februari 2009. Penurunan jumlah pengangguran ini belum menggambarkan kondisi

penyerapan tenaga kerja yang semakin membaik, karena apabila dilihat komponennya,

maka penurunan ini selain disebabkan oleh semakin banyaknya jumlah penduduk yang

bekerja, juga disebabkan karena terjadinya pergeseran dari penduduk yang mencari kerja

menjadi bukan angkatan kerja (Ibu Rumah Tangga).

Meningkatnya jumlah angkatan kerja selama periode Februari 2008 – Februari 2009

mengakibatkan TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) di Provinsi Sulawesi Utara

mengalami peningkatan dari 63,12% menjadi 63,91%. TPAK sebesar 63,91% tersebut

dapat diartikan bahwa sekitar 64 penduduk Provinsi Sulawesi Utara aktif bekerja dan

mencari pekerjaan dari sebanyak 100 orang penduduk yang termasuk ke dalam penduduk

usia kerja. Sementara itu, TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada Februari 2009 sebesar

10,63%, merupakan angka yang terendah selama periode Februari 2006 – Februari 2009.

Hal ini menunjukkan bahwa dari sekitar 100 orang penduduk yang termasuk dalam

angkatan kerja hanya 10-11 orang yang menganggur, selebihnya sudah mempunyai

perkerjaan.

0.0

50.0

100.0

150.0

Jan Feb Mar Apr May Jun2009

100.5

66.5 67.0 84.5112.0 123.5

Indeks ketersediaan lapangan kerja saat ini

Grafik 6.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini

Berdasarkan SK Juni 2009 Penurunan tingkat pengangguran ini terkonfirmasi

dari hasil survey konsumen yang diselenggarakan

di kota Manado. Dari hasil survey konsumen

tersebut, konsumen rumah tangga menilai

ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini sampai

dengan bulan Juni 2009 masih cukup baik.

Sumber: Bank Indonesia, Survei Konsumen Juni 2009

74

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Periode Februari 2006 – Februari 2009

Pertanian 403,179 341,347 378,631 373,329 363,771 362,615 386,873

Pertambangan 4,756 10,402 18,229 8,703 14,806 12,804 19,048

Industri 49,813 42,273 65,290 44,497 61,270 43,846 57,094

Listrik, Gas & Air Bersih 3,123 3,888 2,872 1,338 3,223 3,951 4,312

Konstruksi 40,168 65,268 54,819 61,209 56,406 67,121 53,091

Perdagangan 154,952 131,614 174,127 164,718 144,155 163,693 175,012

Angkutan 73,350 111,385 89,220 86,287 136,047 90,561 102,115

Keuangan 12,254 12,021 12,900 15,627 10,127 13,850 14,496

Jasa 113,705 110,352 148,547 152,795 127,558 153,757 150,586

TOTAL 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627

Lapangan Pekerjaan Utama Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Komposisi penduduk yang bekerja menurut sektor lapangan pekerjaan utama pada Februari

2009 relatif sama bila dibandingkan Februari 2008. Sektor lapangan pekerjaan utama

penduduk yang bekerja masih paling banyak di sektor pertanian yaitu sebanyak 386.873

orang (40,19%). Mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2008

sebanyak 23.102 orang. Sektor lain yang mengalami penurunan adalah sektor industri,

konstruksi dan angkutan. Sedangkan sektor yang mengalami kenaikan adalah sektor

pertambangan, listrik-air-gas, perdagangan, keuangan dan jasa. Data tersebut

menggambarkan bahwa walaupun sektor utama lapangan pekerjaan penduduk Sulawesi

Utara masih paling banyak di sektor pertanian, namun telah terjadi pergeseran ke sektor

lainnya, terutama ke sektor perdagangan yang ditunjukkan pada peningkatan jumlah

pekerja yang cukup signifikan di sektor ini, yakni sebesar 30.857 orang. Pergeseran ini

terjadi terkait dengan banyaknya pembangunan infrastruktur di kota Manado dalam rangka

WOC di tahun 2009. Adanya penyelenggaraan WOC ini membawa efek lanjutan dimana

wilayah Sulawesi Utara menjadi salah satu kota tujuan wisata Indonesia sehingga lebih

memacu pertumbuhan di sektor PHR. Jika dilihat berdasarkan pertumbuhannya, sektor yang

mengalami pertumbuhan tenaga kerja yang signifikan adalah sektor listrik, gas dan air

bersih yang tumbuh 33,79% (y.o.y) dengan jumlah pekerja meningkat sebanyak 1.089

orang.

75

Grafik 6.2 Indeks Ketersediaan Tenaga Kerja Saat Ini

40.19%

1.98%5.93%0.45%

5.52%

18.18%

10.61%

1.51%

15.64%

Pertanian

Pertambangan

Industri

Listrik, Gas & Air BersihKonstruksi

Perdagangan

Angkutan

Keuangan

Jasa

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Periode Februari 2006 – Februari 2009

Kota Desa LK PRBerusaha Sendiri 220,812 309,039 297,042 315,364 328,437 282,696 287,238 111,466 175,772 206,316 80,922

Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar

194,660 121,471 153,860 114,577 148,096 134,423 130,426 24,000 106,426 104,703 25,723

Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar

23,328 34,312 35,758 33,664 27,657 31,026 41,175 13,440 27,735 36,130 5,045

Buruh/Karyawan 253,991 227,826 282,174 286,099 246,547 264,692 279,163 170,395 108,768 194,988 84,175

Pekerja Bebas Pertanian 27,554 38,801 42,346 48,666 50,688 60,824 64,141 3,669 60,472 56,108 8,033

Pekerja Bebas Non Pertanian 15,653 30,787 28,943 25,065 34,629 47,802 39,899 19,825 20,074 34,603 5,296

Pekerja Tak Dibayar 119,302 66,314 104,512 85,068 81,309 90,735 120,585 24,742 95,843 37,446 83,139

TOTAL 855,300 828,550 944,635 908,503 917,363 912,198 962,627 367,537 595,090 670,294 292,333

Feb-09Status Pekerjaan Feb-06 Ags-06 Feb-07 Agt-07 Feb-08Daerah Jenis Kelamin

Ags-08

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Seperti terlihat dalam tabel, dari seluruh penduduk usia 15+ yang bekerja, terutama berada

di daerah desa dan berjenis kelamin laki-laki. Status pekerjaan penduduk masih didominasi

oleh berusaha sendiri sebanyak 287.238 orang (29,84%), dan buruh/karyawan/pegawai

sebanyak 279.163 orang (29%). Status pekerjaan penduduk yang bekerja terkecil adalah

pekerja bebas non pertanian sebanyak 39.899 orang (4,14%). Status pekerjaan penduduk

yang bekerja di daerah perkotaan terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai

sebesar 170.395 orang (46,36%) dan berusaha sendiri sebesar 111.466 orang (30,33%).

Sedangkan untuk daerah perdesaan, status pekerjaan penduduk yang bekerja sebagian

besar adalah berusaha sendiri yaitu sebesar 175.772 (29,54%) dan

buruh/karyawan/pegawai sebesar 108.768 orang (18,28%). Penduduk laki-laki yang bekerja

paling banyak berstatus berusaha sendiri yaitu sebesar 206.316 orang dan

buruh/karyawan/pegawai sebesar 194.988 orang, sedangkan penduduk perempuan yang

bekerja paling banyak berstatus buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 84.175 orang dan

pekerja yang tidak dibayar sebanyak 83.139 orang.

76

Grafikl 6.3.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Sulawesi Utara Februari 2006 - Februari 2009

Grafik 6.4. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Sulut dan

Nasional Februari 2007 - Februari 2009

56

58

60

62

64

66

61.10

59.20

65.60

61.97

63.12

61.16

63.91

TPAK_…

13.00 12.35 12.35

10.65 10.63 9.75

9.11 8.46 8.39 8.14

-

2

4

6

8

10

12

14

Feb-07 Agt-07 Feb-08 Ags-08 Feb-09

TPT Sulut (persen)

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara diolah Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) provinsi Sulawesi Utara selama kurun waktu 3 (tiga)

tahun terakhir terus mengalami penurunan, yaitu 13% pada Februari 2007 turun menjadi

12,35% pada Februari 2008 dan menjadi 10,63% di bulan Februari 2009. Namun bila

dibandingkan dengan TPT nasional sebesar 8,14%, TPT provinsi Sulawesi Utara sepanjang

periode Februari 2007 sampai dengan Februari 2009 masih termasuk cukup tinggi dan

berada di urutan ke enam tertinggi di antara provinsi lainnya di Indonesia.

B. KEMISKINAN

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Februari 2004 – Maret 2009 di

Provinsi Sulawesi Utara cenderung berfluktuasi dari tahun ke tahun. Terjadi peningkatan

dari periode Februari 2004 – Maret 2007 dan terjadi penurunan dari periode Maret 2007 –

Maret 2009.

77

Tabel 6.4. Sebaran Penduduk Miskin di Kota dan Desa

Periode Februari 2004 – Maret 2009

Sumber : BPS Nasional dan Provinsi Sulut

Kota Desa Total Kota Desa Total

Sulawesi Utara 35.9 156.3 192.2 4.37 11.76 8.93

Indonesia 11,369.0 24,777.9 36,146.9 12.13 20.11 16.66

Sulawesi Utara 46.4 155.0 201.5 4.96 12.70 9.34

Indonesia 13,297.4 23,504.7 36,800.9 12.48 20.63 16.69

Sulawesi Utara 61.2 171.4 232.6 6.52 14.01 10.76Indonesia 13,568.4 23,820.9 37,389.3 12.68 20.84 16.90

Sulawesi Utara 79.0 171.0 250.1 8.31 13.80 11.42

Indonesia 13,559.3 23,609.0 37,168.3 12.52 20.37 16.58

Sulawesi Utara 72.7 150.9 223.5 7.56 12.04 10.10

Indonesia 12,768.5 22,194.8 34,963.3 11.65 18.93 15.42

Sulawesi Utara 79.25 140.31 219.57 8.14 11.05 9.79Indonesia 11,910.0 20,620.0 32,530.0 10.72 17.35 14.15

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin (000 orang)

Persentase Penduduk Miskin

Februari 2004

Maret 2009

Juli 2005

Juli 2006

Maret 2007

Maret 2008

Jumlah penduduk miskin pada Maret 2009 sebesar 219,57 ribu (9,79%). Terjadi penurunan

jumlah maupun persentase penduduk miskin dibandingkan Maret 2008 yang berjumlah

223,5 ribu (10,10%). Penurunan ini lebih disebabkan oleh turunnya jumlah penduduk

miskin di kawasan perdesaan. Jika pada posisi Maret 2008 jumlah penduduk miskin di

perdesaan berjumlah 150,9 ribu (12,04%), pada periode Maret 2009 jumlah berkurang

cukup signifikan menjadi 140,31 ribu (11,05%). Sebaliknya, di perkotaan jumlah penduduk

miskin mengalami peningkatan, jika pada periode Maret 2008 jumlahnya tercatat 72,7 ribu

(7,56%), pada periode Maret 2009 jumlahnya meningkat mencapai 79,25 ribu (8,14%).

Secara nasional, juga terjadi penurunan jumlah penduduk miskin dari 34,96 juta orang pada

Maret 2008 menjadi 32,53 juta orang pada Maret 2009. Jumlah penduduk miskin di daerah

perdesaan turun lebih tajam daripada di daerah perkotaan. Selama periode Maret 2008 -

Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta orang, sementara

di daerah perkotaan berkurang 0,86 juta orang. Persentase penduduk miskin di perkotaan

dan perdesaan pada periode Maret 2008 - Maret 2009 tidak banyak berubah, masing-

masing mengalami penurunan sebesar 0,93% dan 0,58%. Penurunan jumlah dan

persentase penduduk miskin selama periode Maret 2008-Maret 2009 antara lain

disebabkan oleh laju inflasi yang relatif stabil, rata-rata harga beras nasional yang relatif

rendah, turunnya rata-rata upah riil harian buruh tani, panen raya, peningkatan NTP dan

meningkatnya pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga.

78

Tabel 6.5.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Provinsi Sulawesi Utara

Periode Februari 2004 – Maret 2009

Makanan Bukan Makanan

Total

Maret 2008 131,456 44,173 175,628 72.68 7.56

Maret 2009 146,007 47,244 193,251 79.25 8.14

Maret 2008 128,498 33,935 162,433 150.86 12.04

Maret 2009 141,599 36,672 178,271 140.31 11.05

Maret 2008 129,781 38,378 168,160 223.55 10.10

Maret 2009 143,512 41,260 184,772 219.57 9.79

KOTA & DESA

PERKOTAAN

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah Penduduk

Miskin

Persentase Penduduk

Miskin

PERDESAAN

Tahun

Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara

Besar kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena

penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per

bulan di bawah Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak

penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2008 – Maret

2009, garis kemiskinan naik sebesar 9,88% yaitu dari Rp.168.160,- per kapita per bulan

pada Maret 2008 menjadi Rp184.772,- per kapita per bulan pada Maret 2009. Dengan

memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan

Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan

komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan

(perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada Maret 2008, sumbangan GKM

terhadap GK sebesar 77,18%, tetapi pada Maret 2009, peranannya meningkat mencapai

77,67%.

Selanjutnya penduduk miskin dapat dibedakan menjadi dua yaitu miskin kronis (chronic

poor) dan miskin sementara (transient poor). Miskin kronis adalah penduduk miskin yang

berpenghasilan jauh di bawah garis kemiskinan dan biasanya tidak memiliki akses yang

cukup terhadap sumber daya ekonomi, sedangkan miskin sementara adalah penduduk

miskin yang berada dekat garis kemiskinan. Jika terjadi sedikit saja perbaikan dalam

ekonomi, kondisi penduduk yang termasuk kategori miskin sementara ini bisa meningkat

dan statusnya berubah menjadi penduduk tidak miskin.

Pada periode Maret 2008 - Maret 2009, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak berubah. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

79

pengeluaran penduduk miskin cenderung sama dengan kondisi periode yang lalu

mendekati garis kemiskinan begitu pula dengan ketimpangan pengeluaran diantara

penduduk miskinnya.

Tabel 6.6. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Sulawesi Utara menurut Daerah, Maret

2008 - Maret 2009

Tahun Kota Desa Total

Maret 2008 1.08 1.87 1.53

Maret 2009 1.27 1.77 1.55

Maret 2008 0.30 0.45 0.38 Maret 2009 0.32 0.39 0.36

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

D. Rasio Gini

Rasio gini merupakan ukuran kemerataan tingkat pendapatan yang dihitung dengan

membagi luas antara garis diagonal dan kurva lorent dengan luas segi tiga di bawah garis

diagonal. Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai rasio Gini yang mendekati 0 maka

tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, artinya distribuso pendapatan merata dan

apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan tinggi.

Perkembangan angka rasio gini Sulawesi Utara dalam 3 (tiga) tahun terakhir relatif tetap.

Berdasarkan data terakhir pada tahun 2007 indeks gini tercatat 0,32, relatif tidak berubah

dibandingkan indeks gini Tahun 2005 lalu yang juga sebesar 0,32. Namun demikian

berdasarkan strukturnya, persentase pendapatan yang dinikmati oleh 20% penduduk

berpenghasilan tertinggi menjadi semakin meningkat dari 40,70% menjadi 41,24%. Faktor

yang mempengaruhi peningkatan kesenjangan ini adalah dampak kenaikan harga BBM

yang menyebabkan kelompok 40% penduduk berpenghasilan rendah terpukul. Fenomena

yang menarik adalah terjadinya shifting dari sebagian penduduk di kelompok 40%

menengah ke 40% ke bawah dan 20% teratas.

80

Tabel 6.7. Rasio Gini Provinsi Sulawesi Utara

40% populasi dengan

pendapatan terendah

40% populasi dengan

pendapatan moderat

20% populasi dengan

pendapatan tertinggi

Rasio Gini

40% populasi dengan

pendapatan terendah

40% populasi dengan

pendapatan moderat

20% populasi dengan

pendapatan tertinggi

Rasio Gini

Sulawesi Utara 20.03 39.27 40.70 0.32 21.19 37.57 41.24 0.32

2007

Provinsi

2005

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

E. IPM (Indeks Pembangunan Manusia)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Sulawesi Utara sampai Tahun 2007 adalah

sebesar 76,0, meningkat 1,6 poin dari angka IPM 2006 yang sebesar 74,4. Peningkatan ini

ditopang oleh kenaikan angka harapan hidup dari 71,8 tahun menjadi 74,4 tahun dan rata-

rata pengeluaran riil per kapita dari Rp616.900,- menjadi Rp619.400,-. Adapun komponen

penyusun IPM terdiri dari angka harapan hidup, angka melek hurup, rata-rata lama sekolah

dan rata-rata pengeluaran riil per kapita.

Tabel 6.8. Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Provinsi Sulawesi Utara Periode 2002 - 2007

Komponen IPM 2002 2004 2005 2006 2007Angka Harapan Hidup 70.9 71.0 71.7 71.8 74.4Angka Melek Huruf 98.8 99.1 99.3 99.3 99.3Rata-Rata Lama Sekolah 8.6 8.6 8.8 8.8 8.8Pengeluaran Riil/Kapita (000 Rp) 587.9 611.9 616.1 616.9 619.4IPM 71.3 73.4 74.2 74.4 76.0Peringkat Nasional 2 2 2 2 2 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah

Bolaang Mongondow 74.6 98.6 7.4 607.3Minahasa 75.5 99.5 8.8 616.0Kepulauan Sangihe 75.6 98.5 7.7 623.9Kepul

B

auan Talaud 74.2 99.3 8.5 619.0Minahasa Selatan 75.3 99.4 8.5 606.0Minahasa Utara 75.3 99.7 9.1 617.8Bolaang Mongondow Utara 72.7 98.3 7.1 615.1Kepulauan Siau 73.0 99.3 8.1 601.3Minahasa Tenggara 71.7 99.5 8.2 618.2Manado 75.6 99.8 10.6 626.0itung 73.6 98.9 9.2 623.6

Tomohon 75.3 99.8 9.6 616.2Kotamobagu 74.8 99.5 8.8 614.8Sulawesi Utara 74.4 99.3 8.8 619.4

Angka Harapan Hidup

Angka Melek Huruf

Rata-rata Lama

Sekolah

Pengeluaran per Kapita (000 Rp)

KAB/KOTA/PROV.

Tabel 6.9. Komponen Penyusun IPM di Kab/Kota di Wilayah Provinsi

Sulawesi Utara Tahun 2007

Berdasarkan wilayah administrasinya,

perkembangan komponen IPM di

kota/kabupaten di Sulawesi Utara dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Kota Manado dan Kab.Kepulauan

Sangihe memiliki angka harapan hidup

tertinggi yaitu 75,6 tahun sedangkan

terendah di Kabupaten Minahasa

Tenggara yang tercatat 71,7 tahun.

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

Persentase angka melek hurup hampir merata di seluruh daerah dengan rata-rata

99,20%. Namun terdapat 4 (tiga) daerah dengan persentase melek huruf berada di

bawah rata-rata di Provinsi Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Bolmong, Sangihe, Bolaang

Mongondow Utara dan Bitung.

81

Kabupaten Bolaang Mongondow Utara memiliki rata-rata lama sekolah terendah yaitu

selama 7,1 tahun sedangkan tertinggi di Kota Manado dengan rata-rata sekolah selama

10,6 tahun.

Rata-rata jumlah pengeluaran per kapita riil tertinggi di Kota Manado sebesar Rp626

ribu dan terendah di Kepulauan Siau sebesar Rp601,3 ribu.

Dibandingkan dengan daerah lainnya di tingkat nasional, IPM Provinsi Sulawesi Utara

kondisinya lebih baik khususnya pada komponen angka harapan hidup, persentase angka

melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Selama kurun waktu 2002 – 2007, IPM Provinsi

Sulawesi Utara menduduki peringkat 2 (dua) di tingkat nasional.

Tabel 6.10.

Sebaran IPM Sulawesi Utara Tahun 2006 -2007

2006 2007 2006 2007Bolaang Mongondow 71.8 74.0 126 118Minahasa 74.2 76.4 57 54Kepulauan Sangihe 73.8 76.0 66 63Kepulauan Talaud 73.0 75.6 81 67Minahasa Selatan 72.3 75.3 100 77Minahasa Utara 74.2 76.7 55 42Bolaang Mongondow Utara 70.5 73.3 184 147Kepulauan Siau 70.8 73.3 168 145Minahasa Tenggara 70.8 74.1 167 113Manado 76.4 78.6 14 8Bitung 73.7 76.1 68 59Tomohon 74.7 77.0 44 34Kotamobagu 72.6 75.9 92 65Sulawesi Utara 74.4 76.0 2 2

KAB/KOTA/PROV.IPM Ranking Nasional

Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara

82

BAB VII PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI

Prospek perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III 2009 diperkirakan masih akan

tumbuh cukup baik walaupun kinerja ekspor diperkirakan masih mengalami perlambatan

bahwa kontraksi sebagai dampak krisis ekonomi global. Even berskala Internasional yaitu

Sail Bunaken pada Agustus 2009 diharapkan mampu mengkonversi potensi perlambatan

ekonomi akibat menurunya kinerja ekspor. Sail Bunaken 2009 merupakan even atas

kerjasama antara Departemen Kelautan & Perikanan dan TNI AL. Event yang memadukan

beberapa rangkaian kegiatan bahari ini akan dilaksanakan di Kota Manado dan Kota Bitung

pada tanggal 12 - 19 Agustus 2009. Agenda utama kegiatan ini adalah International Fleet

Review 2009 (IFR’09) yang menghadirkan kapal-kapal perang dan kapal-kapal layar tinggi

dari masing-masing Angkatan Laut sebanyak 30 negara sahabat dan disaksikan langsung

oleh Presiden RI, sekaligus sebagai rangkaian HUT RI ke 64.

Sementara itu, tekanan inflasi Kota Manado pada triwulan mendatang diperkirakan akan

meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kenaikan harga minyak internasional,

berlangsungnya masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri serta musim pancaroba pada

triwulan mendatang merupakan beberapa faktor pendorong meningkatnya tekanan harga

pada triwulan mendatang.

A. Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Perekonomian Sulut pada triwulan mendatang diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,32%

(y.o.y). Menurut jenis penggunaan, kegiatan investasi dan konsumsi diperkirakan menjadi

lokomotif pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Sementara ekspor diperkirakan

masih tumbuh lambat walaupun tanda-tanda pulihnya permintaan dunia khususnya dari

negara berkembang sudah mulai terlihat.

83

Tabel 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan

Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2*) Q3*) Sumb.Konsumsi 7.81 2.29 2.72 1.84 3.83 8.53 2.86 2.18 1.40 4.22

Konsumsi Swasta 6.36 1.39 1.84 0.84 4.36 5.12 2.65 1.61 0.70 3.37

Konsumsi Pemerintah 11.10 4.19 4.60 1.00 2.86 15.95 3.28 3.36 0.71 5.95

PMTB 7.50 9.06 15.56 3.64 13.07 10.03 23.67 23.18 5.81 18.68

Stok -5.36 61.26 50.24 0.86 48.49 -19.93 2.98 71.99 1.72 18.08

Ekspor 18.12 25.46 20.86 8.99 10.51 5.96 7.52 6.86 3.32 6.19

Impor 23.14 24.88 20.84 7.46 7.61 7.90 8.79 14.77 5.92 9.20

PDRB 6.96 7.19 7.88 7.88 8.06 7.45 7.37 6.32 6.32 6.86

20092009*)

2008Jenis Penggunaan

*) Perkiraan Bank Indonesia Manado

Prospek Permintaan Aggregat

Konsumsi swasta pada triwulan III 2009 diprakirakan tumbuh 1,61% (y.o.y).

Penyelenggaraan kegiatan berskala internasional yaitu Bunaken Sail pada 13 – 20 Agustus

2009 diharapkan mampu meningkatkan kegiatan konsumsi swasta. Bunaken Sail

merupakan ajang parade kapal perang dan kapal tiang tinggi internasional yang rencananya

akan diikuti oleh ± 30 kapal perang dan puluhan kapal tiang tinggi dari berbagai negera

yang perkiraan jumlah peserta ± 3.000 orang (termasuk di dalamnya 3.000 tentara asing).

Selain itu, faktor lain yang diperkirakan mendorong meningkat konsumsi swasta pada

triwulan mendatang adalah berlangsungnya perayaan pengucapan syukur dibeberapa

daerah di Sulawesi Utara atas keberhasilan panen yang dialami selama ini. Prospek

meningkatnya konsumsi pada triwulan antara lain dapat dikonfirmasi dengan optimismen

Indeks Ekspektasi Konsumen dari hasil SEK Kota Manado periode Juni 2009 yang

menunjukkan hasil bahwa ekspektasi konsumen pada 3-6 bulan y.a.d relatif lebih baik

dibandingkan akhir triwulan I 2009 baik indeks ekspektasi penghasilan, ekonomi dan

ketersediaan lapangan kerja.

84

Grafik 7.1. Ekspektasi Konsumen 3-6 y.a.d

40

60

80

100

120

140

160

180

200

J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S O N D J F M A M J

2007 2008 2009

Ekspektasi KonsumenEkspektasi PenghasilanEkspektasi EkonomiEkspektasi Ketersediaan Lap. Kerja

Sementara itu, kegiatan konsumsi pemerintah pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh

3,36% (y.o.y). Konsumsi pemerintah pada triwulan mendatang antara lain disumbangkan

oleh kegiatan pelaksanaan Pemilu Presiden. Sementara itu, kegiatan investasi diperkirakan

tumbuh significant sebesar 23,18% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan periode yang sama

tahun lalu walaupun dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya terdapat keterlambatan.

Dampak menurunnya permintaan global sebagai akibat dari krisis ekonomi global

diperkirakan akan masih berimbas pada kinerja ekspor hingga triwulan III 2009. Berdasarkan

penelitian sementara Bank Indonesia Manado, ekspor komoditas utama Indonesia sangat

elastis terhadap pendapatan negara partner dagang utama China. Dengan demikian

memburuknya kinerja ekonomi di negara tersebut akan menyebabkan menurunnya ekspor

Sulut Selain itu, pengetatan skema pembiayaan ekspor diprakirakan juga mempengaruhi

kinerja pembiayaan eksportir. Dengan demikian, kinerja ekspor Sulawesi Utara pada

triwulan III 2009 diperkirakan hanya akan tumbuh 6,86% (y.o.y) jauh lebih rendah

dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat tumbuh 20,86% (y.o.y). Dari sisi

impor, kinerja pada triwulan III 2009 diperkirakan akan mengalami peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dunia

dan domestik. Pertumbuhan impor diperkirakan tumbuh 14,77% (y.o.y). Namun demikian,

dibandingkan periode yang sama tahun lalu, kinerja impor relatif masih lebih rendah .

85

Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

Q1 Q2 Q3 Sumb. Q4 Q1 Q2*) Q3*) Sumb.

Pertanian 4.44 3.41 1.64 0.37 1.55 4.65 5.17 4.86 1.03 4.92

Pertambangan & Penggalian 8.26 -7.99 10.13 0.53 9.87 5.74 8.44 3.50 0.19 5.68

Industri Pengolahan 6.79 3.91 6.47 0.51 4.97 5.43 6.65 6.83 0.53 6.42

Listrik, Gas & Air Bersih 6.33 2.42 8.19 0.06 8.11 17.75 6.70 7.63 0.06 9.45

Bangunan 7.63 7.22 10.77 1.72 14.02 7.86 8.53 7.57 1.24 7.55

PHR 11.90 4.51 12.76 1.80 9.58 12.37 10.45 8.15 1.20 9.87

Pengangkutan & Komunikasi 8.98 4.35 10.99 1.29 12.14 8.72 10.05 6.61 0.80 7.78

Keu., Sewa & Jasa Perusahaan 7.46 3.86 7.45 0.49 6.85 7.03 7.90 8.13 0.54 7.85

Jasa-Jasa 3.49 3.08 7.25 1.10 7.10 6.50 3.92 4.88 0.73 5.01

PDRB 6.96 7.19 7.88 7.88 8.06 7.45 7.37 6.32 6.32 6.86

20092009*)

2008Lapangan Usaha

*) Perkiraan Bank Indonesia Manado

Prospek Penawaram Aggregat

Secara sektoral, perekonomian Sulawesi Utara di triwulan mendatang diperkirakan masih

bertumpu pada sektor ekonomi andalan selama ini yaitu PHR (Perdagangan, Hotel dan

Restoran) Bangunan, dan Pertanian.

Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan III 2009 diperkirakan

tumbuh 8,15% (y.o.y). Walaupun lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya dan

periode yang sama tahun lalu namun relatif tingginya pertumbuhan sektor PHR

mengindikasikan bahwa dampak krisis ekonomi global belum terlalu berpengaruh pada

menurunya daya beli masyarakat. Hal ini antara lain tercermin dari masih tetap naiknya

omset dan volume penjualan di sektor ritel berdasarkan hasil Survey Penjualan Eceran (SPE)

Kota Manado. Adapun salah satu cara yang dilakukan pelaku usaha untuk mengsiasati

potensi melemahnya daya beli masyarakat adalah dengan menawarkan program diskon dan

bonus kepada pembeli. Hal ini ternyata cukup efektif dalam menaik minat masyarakat Sulut

untuk tetap membelanjakan uangnya. Bidang usaha yang relatif tahan terhadap krisis di

Sulut diantaranya adalah usaha makanan dan minuman serta fashion. Sektor makanan dan

minuman ini juga diprakirakan akan terdongkrak terkait dengan kegiatan Pemilu Presiden

2009.

Sektor pertanian pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh sebesar 4,86% (y.o.y).

Beberapa faktor yang mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian adalah penambahan

area tanam dan peningkatan produktivitas. Selain itu, pertumbuhan subsektor tanaman

bahan makanan juga didukung oleh komitmen pemerintah provinsi dalam rangka

ketahanan pangan dan kesinambungan swasembada beras.

86

Tabel 7.3. Produksi Padi dan Jagung 2006 - 2009

Luas Panen (Ton)

Produksi (Ton)

Luas Panen (Ton)

Produksi (Ton)

Luas Panen (Ton)

Produksi (Ton)

Luas Panen (Ton)

Produksi (Ton)

Padi 94,717 454,702 103,189 494,950 109,951 520,193 113,650 544,184 Jagung 82,189 242,713 115,664 406,759 131,791 466,041 154,497 658,922

2006 2007 2008 2009 (Sasaran)

Sumber : Distanak Sulut

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 6,61%

(y.o.y). Beberapa pelaku bisnis di subsektor telekomunikasi masih akan melakukan investasi

pada Tahun 2009. Kegiatan investasi tersebut terutama ditujukan untuk menyempurnakan

kualitas jasa layanan dan perluasan jaringan agar dapat bertahan di tengah persaingan yang

semakin ketat. Investasi antara lain ditujukan untuk membangun base transceiver station

(BTC) dan pengembangan teknologi komunikasi yang lain. Sementara itu kinerja sub sektor

angkutan diperkirakan akan tumbuh positif berkenaan dengan berlangsungnya masa

liburan sekolah pada triwulan mendatang yang mendorong peningkatan jumlah

penumpang baik di darat, laut dan udara. Khusus angkutan udara, pada awal Agustus 2009

mendatang akan masuk maskapai penerbangan baru yaitu Kartika Airlines yang utamanya

akan melayani rute di wilayah Indonesia Timur. Dengan mulai beroperasinya Kartika Airlines

maka nantinya tak kurang sebanyak 6 (enam) maskapai penerbangan telah hadir di

Sulawesi Utara.

Sektor bangunan pada triwulan III 2009 diperkirakan tumbuh 7,57% (y.o.y). Masih terus

berlangsungnya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan baru di sepanjang jalan Boelevard

mengindikasikan bahwa sektor ini masih akan tumbuh positif walaupun dengan laju yang

lebih lambat. Sementara itu, kinerja sektor keuangan pada triwulan mendatang

diperkirakan akan cukup baik. Penurunan tingkat suku bunga acuan BI rate, diharapkan

akan diikuti oleh penurunan tingkat suku bunga perbankan secara umum. Hal ini

diharapkan mampu menggairahkan kinerja sub sektor perbankan. Namun demikian, hal

yang perlu diwaspadai adalah kecenderung memburuknya kualitas kredit sebagai dampak

dari krisis ekonomi global. Memburuknya kualitas kredit diperkirakan berasal dari sektor

korporasi, yaitu bidang manufaktur yang berorientasi ekspor.

B. PRAKIRAAN INFLASI

Tekanan inflasi pada triwulan mendatang diperkirakan akan mengalami peningkatan. Dari

sisi penawaran, trend kenaikan harga minyak dunia yang diikuti oleh kenaikan harga

87

komoditas diperkirakan akan mendorong tekanan harga. Secara regional, musim pancaroba

yang cenderung berangin pada triwulan mendatang diperkirakan akan menyebabkan

gangguan pasokan pada beberapa komoditas diantaranya adalah ikan dan cabe. Selain itu,

komodti dengan tingkat ketergantungan yang tinggi terhadap transportasi laut diperkirakan

juga akan mengalami kenaikan akibat ganggungan distribusi. Dari sisi permintaan,

berlangsungnya masa puasa dan perayaan hari raya idul fitri (lebaran) selama triwulan

mendatang diperkirakan juga akan meningkatkan tekanan harga. Atas pertimbangan

berbagai faktor tersebut maka tingkat inflasi Kota Manado pada triwulan III 2009

diperkirakan sebesar 5,5% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya namun

masih lebih rendah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu yang masing-masing

tercatat 2,25% (y.o.y) dan 13,18% (y.o.y).

.

88

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

PDRB Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan

hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu M.t.M Month to Month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. Q.t.Q Quarter to Quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan

sebelumnya. Y.o.Y Year on Year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100

Indeks Harga Konsumen (IHK)

Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.

Indeks Kondisi Ekonomi

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100

Indeks Ekspektasi Konsumen

Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah.

Dana Perimbangan

Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Volatile Food Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.

Administered Price

Salah satu disagregasi inflasi , yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah.

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

89

Restrukturisasi kredit

Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow. PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik

uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalm kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.