protokol tambahan 1977

Upload: randy-desvita-sari

Post on 19-Oct-2015

64 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PROTOKOL TAMBAHANPADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA

    12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN

    PERTIKAIAN-PERTIKAIAN BERSENJATA INTERNASIONAL (PROTOKOL I) DAN

    BUKAN INTERNASIONAL (PROTOKOL II)

    Disusun oleh :

    DIREKTORAT JENDERAL

    ADMINISTRASI HUKUM UMUM

    DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA

    2003

  • PROTOKOL TAMBAHANPADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA

    12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN

    PERTIKAIAN-PERTIKAIAN BERSENJATA INTERNASIONAL (PROTOKOL I) DAN

    BUKAN INTERNASIONAL (PROTOKOL II)

    Disusun oleh :

    DIREKTORAT JENDERAL

    ADMINISTRASI HUKUM UMUM

    DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA

    REPUBLIK INDONESIA

    2003

  • PENGANTAR

    Memahami akan pentingnya data informasi yang lengkap,

    sistematis dan akurat mengenai Terjemahan Protokol I dan II

    Konvensi Jenewa Tahun 1949, maka diterbitkan Buku Terjemahan

    Protokol Tambahan pada Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus

    1949 dan yang berhubungan dengan Perlindungan Korban-korban

    Pertikaian-pertikaian Bersenjata Internasional (Protokol I) dan

    Bukan Internasional (Protokol II).

    Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat

    dan instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta, serta

    kalangan akademisi di dalam mencari data mengenai Keputusan

    Presiden tentang amnesti, abolisi dan rehabilitasi.

    Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan

    bantuan, sehingga memungkinkan terlaksananya penerbitan buku

    himpunan ini, disampaikan ucapan terima kasih.

    Semoga penerbitan Buku Terjemahan Protokol Tambahan

    pada Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 dan yang

    berhubungan dengan Perlindungan Korban-korban Pertikaian-

    pertikaian Bersenjata Internasional (Protokol I) dan Bukan

    Internasional (Protokol II), akan bermanfaat bagi masyarakat dan

    dapat memudahkan kelancaran pelaksanaan tugas bagi instansi

    yang memerlukannya.

    Jakarta, Agustus 2003

    DIREKTUR JENDERAL

    ADMINISTRASI HUKUM UMUM

    ZULKARNAIN YUNUS, S.H., M.H.

    NIP. 040034478

    iii

  • 1PROTOKOL - I

    PROTOKOL TAMBAHAN PADA KONVENSI-

    KONVENSI JENEWA 12 AGUSTUS 1949, DAN YANG

    BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN

    KORBAN-KORBAN SENGKETA-SENGKETA

    BERSENJATA INTERNASIONAL

    (PROTOKOL -I)

    PEMBUKAAN

    Pihak-Pihak Peserta Agung,

    Mengumumkan hasrat keinginan mereka yang

    sungguh-sungguh untuk melihat terwujudnya, perdamaian

    diantara rakyat-rakyat.

    Mengingat bahwa sesuai dengan Piagam Perserikatan

    Bangsa-Bangsa setiap negara berkewajiban untuk tidak

    melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan di dalam

    hubungan-hubungan internasionalnya terhadap kedaulatan,

    keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik dari sesuatu

    Negara, atau dengan cara apapun lainnya yang bertentangan

    dengan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

    Berpendapat, sekalipun demikian, perlu menegaskan

    kembali dan mengembangkan ketentuan-ketentuan yang

    melindungi para korban sengketa-sengketa bersenjata

    dan melengkapi tindakan-tindakan yang bertujuan untuk

    memperkuat kembali penerapannya.

    Menyatakan keyakinan mereka bahwa tidak satupun

    ketentuan di dalam protokol ini atau di dalam Konvensi-

    konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 dapat diartikan

    sebagai mengesahkan atau mengijinkan setiap tindakan

    agresi atau setiap penggunaan kekerasan yang bertentangan

    dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

  • 2 Menegaskan kembali selanjutnya bahwa

    ketentuan-ketentuan dari Konvensi-Konvensi Jenewa

    tanggal 12 Agustus 1949 dan Protokol ini harus diterapkan

    sepenuhnya di dalam segala keadaan bagi semua orang yang

    dilindungi oleh persetujuan-persetujuan tersebut tanpa suatu

    pembedaan yang merugikan yang didasarkan atas sifat atau

    asal mula sengketa bersenjata itu atau atas sebab-sebab yang

    ditimbulkan oleh atau yang dianggap berasal dari Pihak-

    pihak dalam sengketa.

    Telah menyetujui sebagai berikut :

    BAB - I

    KETENTUAN-KETENTUAN UMUM

    Pasal 1 --- Asas-asas umum dan ruang lingkup penerapan

    1. Pihak-pihak Peserta Agung berjanji untuk

    menghormati dan menjamin dihormatinya

    Protokol ini dalam segala keadaan.

    2. Dalam hal-hal yang tidak tercantum di dalam

    Protokol ini atau di dalam persetujuan-

    persetujuan internasional 1ainnya, orang-orang

    sipil dan kombatan-kombatan tetap berada di

    bawah perlindungan dan kekuasaan asas-asas

    hukum internasional yang berasal dari kebiasaan

    yang telah berlaku, dari asas-asas kemanusiaan

    dan dari suara hati nurani rakyat.

    3. Protokol ini, yang melengkapi Konvensi-

    konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 untuk

    perlindungan korban-korban perang, harus

    berlaku di dalam situasi-situasi yang disebut

    dalam pasal 2 yang umum dikenal pada

    Konvensi-Konvensi tersebut.

  • 3 4. Yang dimaksud situasi-situasi di dalam ayat

    di atas termasuk pula sengketa-sengketa

    bersenjata yang didalamnya rakyat-rakyat

    sedang berperang melawan dominasi

    kolonial dan pendudukan asing dan melawan

    pemerintahan-pemerintahan rasialis untuk

    melaksanakan hak menentukan nasib sendiri

    mereka, sebagaimana yang dijunjung tinggi

    di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa

    dan Deklarasi tentang Asas-asas Hukum

    Internasional mengenai Hubungan-hubungan

    Persahabatan dan Kerjasama di antara Negara-

    Negara sesuai dengan Piagam Perserikatan

    Bangsa-bangsa.

    Pasal 2 --- Definisi - definisi

    Untuk tujuan-tujuan Protokol ini :

    (a) Konvensi Pertama, Konvensi Kedua,

    Konvensi Ketiga dan Konvensi

    Keempat", masing-masing berarti

    Konvensi Jenewa untuk Perbaikan

    Keadaan yang luka dan sakit dalam

    Angkatan Perang di Medan Pertempuran,

    tanggal 12 Agustus 1949, Konvensi

    Jenewa untuk Perbaikan Keadaan

    Anggota Angkatan Perang di Laut yang

    Luka, Sakit dan Korban Karam. tanggal

    12 Agustus 1949; Konvensi Jenewa

    mengenai Periakuan Tawanan Perang.

    tanggal 12 Agustus 1949; Konvensi

    Jenewa mengenai Perlindungan Orang-

    orang Sipil di Waktu Perang tanggal

    12 Agustus 1949; untuk perlindungan

    korban-korban Perang;

  • 4 (b) Peraturan-peraturan hukum internasional

    yang dapat diterapkan dalam sengketa

    bersenjata berarti peraturan-peraturan

    yang dapat diterapkan dalam sengketa

    bersenjata seperti yang dimaksudkan

    di dalam persetujuan-persetujuan

    internasional yang didalamnya yang

    diartikan dengan Pihak-Pihak dalam

    sengketa adalah Pihak-pihak, dan asas-

    asas dan peraturan-peraturan hukum

    internasional yang secara umum diakui

    yang dapat diterapkan dalam sengketa

    bersenjata;

    (c) Negara Pelindung berarti sebuah negara

    netral atau negara lainnya bukan pihak

    dalam sengketa yang telah ditunjuk oleh

    suatu Pihak dalam sengketa dan disetujui

    oleh Pihak lawannya dan yang telah

    menyetujui untuk melaksanakan fungsi-

    fungsi yang dibebankan kepada suatu

    Negara Pelindung berdasarkan Konvensi

    dan Protokol ini;

    (d) pengganti berarti suatu organisasi yang

    bertindak menggantikan suatu Negara

    Pelindung sesuai dengan Pasal 5.

    Pasal 3 --- Permulaan dan akhir penerapan.

    Tanpa mengurangi arti ketentuan-ketentuan

    yang dapat diterapkan di segala waktu :

    (a) Konvensi dan Protokol ini harus berlaku

    sejak dari permulaan setiap situasi seperti

    yang disebut dalam Pasal I dari Protokol ini;

  • 5 (b) Penerapan Konvensi dan Protokol ini

    harus berakhir, di wilayah pihak-pihak

    dalam sengketa, pada saat diakhirinya

    secara umum operasi-operasi militer dan

    dalam hal wilayah-wilayah yang diduduki,

    pada saat diakhirinya pendudukan itu

    kecuali, didalam kedua keadaan tersebut,

    bagi orang-orang yang pembebasan

    terakhir, pemulangan atau penempatan

    kembali mereka berlangsung sesudahnya.

    Orang-orang ini harus tetap memperoleh

    manfaat dari ketentuan-ketentuan

    yang bersangkutan dari Konvensi dan

    Protokol ini sampai pembebasan terakhir,

    pemulangan dan penempatan kembali

    mereka.

    Pasal 4 --- Kedudukan hukum pihak - pihak dalam

    sengketa.

    Penerapan Konvensi itu dan Protokol ini,

    maupun diadakan persetujuan-persetujuan

    yang mengukuhkannya, tidak boleh

    mempengaruhi kedudukan hukum dari Pihak-

    Pihak dalam sengketa. Baik pendudukan

    suatu wilayah ataupun penerapan Konvensi

    dan Protokol ini tidak boleh mempengaruhi

    kedudukan hukum dari wilayah yang masih

    menjadi masalah.

    Pasal 5 --- Penunjukan negara-negara pelindung dan

    penggantinya.

    1. Kewajiban dari Pihak-pihak dalam sengketa

    untuk sejak permulaan sengketa itu menjamin

    pengawasan dan pelaksanaan Konvensi

  • 6itu dan Protokol ini dengan penerapan sistim

    Negara-Negara Pelindung, termasuk inter alia -

    penunjukan dan penerimaan negara-negara itu,

    sesuai dengan ayat-ayat berikut ini. Negara-

    negara Pelindung harus berkewajiban menjaga

    kepentingan-kepentingan dari Pihak-Pihak

    dalam sengketa.

    2. Sejak dari permulaan situasi termaksud dalam

    Pasal l, setiap Pihak dalam sengketa tanpa

    menunda-nunda harus menunjuk sebuah

    negara pelindung untuk tujuan menerapkan

    Konvensi dan Protokol ini, begitu pula tanpa

    menunda-nunda dan untuk tujuan yang sama

    harus mengijinkan kegiatan-kegiatan sebuah

    Negara Pelindung yang telah disetujuinya

    setelah penunjukan oleh Pihak lawannya.

    3. Apabila sejak dari permulaan situasi termaksud

    dalam Pasal 1, sebuah Negara Pelindung

    belum ditunjuk atau disetujui, maka Komite

    Internasional Palang Merah, tanpa mengurangi

    hak dari sesuatu organisasi kemanusiaan

    yang tak berpihak lainnya untuk berbuat

    serupa, harus menawarkan jasa-jasa baiknya

    kepada Pihak-Pihak dalam sengketa dengan

    mengingat kepada penunjukkan tanpa ditunda-

    tunda sebuah Negara Pelindung yang disetujui

    oleh Pihak-pihak dalam sengketa. Untuk

    tujuan itu maka ia, inter alia, boleh meminta

    masing-masing Pihak memberikan kepadanya

    sebuah daftar dari sedikitnya lima negara yang

    oleh pihak tersebut dianggap dapat diterima

    untuk bertindak sebagai Negara Pelindung

    atas namanya dalam hubungan dengan pihak

  • 7lawannya, dan meminta kepada setiap pihak

    lawan untuk memberikan sebuah daftar dari

    sedikitnya lima negara yang akan diterima

    sebagai Negara Pelindung dari Pihak Pertama;

    daftar-daftar ini harus disampaikan kepada

    Komite (Internasional Palang Merah ) di dalam

    waktu dua minggu setelah menerima permintaan;

    Komite tersebut harus memperbandingkannya

    dan mencari persetujuan atas sesuatu negara

    yang diusulkan yang namanya tercantum

    didalam kedua daftar tersebut.

    4. Apabila tidak ada Negara Pelindung, walaupun

    adanya ayat tersebut diatas, maka Pihak-

    pihak dalam sengketa harus menerima tanpa

    menunda-nunda tawaran yang mungkin dibuat

    oleh Komite Internasional Palang Merah atau

    oleh suatu organisasi lainnya yang menawarkan

    semua jaminan tidak berpihak dan upaya-

    upaya, setelah konsultasi gang harus diadakan

    dengan Pihak-Pihak yang dimaksud dan

    memperhatikan hasil konsultasi itu. untuk

    bertindak sebagai pengganti. Berfungsinya

    pengganti itu harus mendapatkan persetujuan

    dari Pihak-Pihak dalam sengketa; Pihak-pihak

    dalam sengketa harus melakukan setiap usaha

    untuk memungkinkan dilakukannya operasi-

    operasi oleh organisasi pengganti didalam

    melaksanakan kewajiban-kewajibannya

    berdasarkan Konvensi dan Protokol ini.

    5. Sesuai dengan Pasal 4, penunjukan dan

    penerimaan Negara Pelindung untuk tujuan

    menerapkan Konvensi dan Protokol ini tidak

    boleh mempengaruhi kedudukan hukum dari

  • 8Pihak-pihak dalam sengketa atau dari sesuatu

    wilayah, termasuk wilayah yang diduduki.

    6. Pemeliharaan hubungan-hubungan diplomatik

    antara Pihak-pihak dalam sengketa atau

    pemberian kepercayaan untuk melindungi

    kepentingan-kepentingan sesuatu Pihak dan

    warga negaranya kepada sebuah Negara ketiga

    sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum

    Internasional mengenai hubungan-hubungan

    diplomatik tidak merupakan penghalang bagi

    ditunjuknya Negara-negara Pelindung untuk

    tujuan menerapkan Konvensi dan Protokol ini.

    7. Setiap sebutan suatu Pelindung selanjutnya di

    dalam Protokol ini termasuk pula pengganti.

    Pasal 6 --- Orang-orang yang memenuhi syarat keahlian

    1. Pihak-pihak Peserta Agung dengan bantuan

    Perhimpunan-Perhimpunan Palang Merah

    Nasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan

    Matahari Merah) harus berusaha juga dimasa

    damai, untuk mendidik tenaga-tenaga yang

    memenuhi syarat keahlian guna memungkinkan

    pelaksanaan Konvensi dan Protokol ini, dan

    khususnya kegiatan-kegiatan Negara-negara

    Pelindung.

    2. Pengadaan tenaga-tenaga tersebut dan

    pelatihannya berada di dalam yurisdiksi dalam

    negeri.

    3. Komite Internasional Palang Merah harus

    memiliki bagi kepentingan Pihak-pihak Peserta

    Agung daftar-daftar tenaga-tenaga yang sudah

  • 9terdidik sedemikian yang mungkin untuk tujuan

    itu telah ditetapkan dan dikirimkan kepadanya

    oleh Pihak-pihak Peserta Agung.

    4. Didalam setiap hal, syarat-syarat yang

    mengatur dipekerjakannya tenaga-tenaga itu

    diluar wilayah nasional, harus tunduk pada

    persetujuan-persetujuan khusus antara pihak-

    pihak yang bersangkutan.

    Pasal 7 --- Sidang-sidang

    Negara penyimpan Protokol ini harus

    mengadakan sidang dari Pihak-pihak Peserta

    Agung, atas permintaan dari satu atau lebih

    Pihak-pihak tersebut itu dan atas persetujuan

    suara terbanyak dari pihak-pihak tersebut,

    untuk mempertimbangkan masalah-masalah

    umum mengenai penerapan Konvensi dan

    Protokol.

  • 10

    BAB - II

    YANG LUKA, SAKIT DAN KORBAN KARAM

    BAGIAN - I --- PERLINDUNGAN UMUM

    Pasal 8 --- Peristilahan

    Untuk tujuan-tujuan dari Protokol ini :

    (a) yang dimaksud dengan yang luka dan

    yang sakit adalah orang-orang, baik

    militer maupun sipil yang karena trauma,

    penyakit atau gangguan mental atau

    ketidak-mampuan jasmani, memerlukan

    bantuan atau perawatan kesehatan, dan

    yang menjauhkan diri dari setiap tindakan

    permusuhan.

    lstilah-istilah ini juga meliputi hal-hal

    kesehatan ibu, bayi-bayi yang baru lahir

    dan orang-orang lainnya yang mungkin

    memerlukan bantuan atau perawatan

    kesehatan yang segera, seperti halnya ibu-

    ibu yang lemah atau sedang mengandung,

    dan yang menjauhkan diri dari tindakan

    permusuhan.

    (b) yang dimaksud dengan korban karam

    adalah orang-orang baik militer maupun

    sipil, yang hidupnya berada dalam

    hahaya di laut maupun di perairan lainnya

    sebagai akibat kemalangan yang dialami

    oleh mereka atau oleh kapal atau alat

    angkutan udara yang membawa mereka

    dan yang tidak melakukan tindakan

    permusuhan. Orang-orang ini asalkan

  • 11

    mereka terus menjauhkan diri dari

    setiap tindakan permusuhan, akan tetap

    dianggap sebagai korban karam selama

    penyelamatan mereka sampai mereka

    memperoleh kedudukan lain berdasarkan

    Konvensi dan Protokol ini;

    (c) yang dimaksud dengan anggota-anggota

    dinas kesehatan adalah orang-orang

    yang oleh suatu Pihak dalam sengketa

    ditugaskan khusus untuk tujuan-tujuan

    kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

    ayat (e) atau untuk administrasi satuan-

    satuan kesehatan atau untuk pelaksanaan

    kerja atau administrasi pengangkutan

    kesehatan. Penugasan-penugasan itu

    dapat bersifat tetap atau sementara. Di

    dalam istilah ini termasuk:

    (i) tenaga-tenaga dinas kesehatan

    dan suatu pihak dalam sengketa,

    baik militer maupun sipil.

    termasuk mereka yang diterangkan

    didalam Konvensi Pertama dan

    Konvensi Kedua, dan mereka yang

    ditugaskan pada organisasi-

    organisasi pertahanan sipil:

    (ii) tenaga-tenaga kesehatan dari

    Perhimpunan-Perhimpunan Palang

    Merah Nasional (Bulan Sabit Merah,

    Singa dan Matahari Merah) dan

    perhimpunan-perhimpunan pemberi

    bantuan sukarela nasional lainnya

    yang patut diakui dan diberi kuasa

    oleh suatu pihak dalam sengketa;

  • 12

    (iii) tenaga-tenaga kesehatan dari satuan

    kesehatan atau pengangkutan

    kesehatan seperti diterangkan

    didalam Pasal 9, ayat (2).

    (d) yang dimaksud dengan anggota-anggota

    dinas keagamaan adalah rokhaniwan-

    rokhaniwan, militer maupun sipil, seperti

    petugas agama, yang khusus bekerja pada

    tempat ibadah mereka dan ditugaskan :

    (i) pada angkatan Perang dari Pihak

    dalam sengketa;

    (ii) pada satuan kesehatan atau

    pengangkutan kesehatan dan Pihak

    dalam sengketa;

    (iii) pada satuan kesehatan atau

    pengangkutan kesehatan seperti

    diterangkan dalam Pasal 9, ayat (2);

    atau

    (iv) pada organisasi pertahanan sipil dan

    Pihak dalam sengketa.

    Penugasan tenaga-tenaga dinas

    keagamaan itu dapat hersifat tetap atau

    sementara, dan ketentuan-ketentuan yang

    berhubungan dengannya yang tercantum

    di dalam sub-ayat (k) berlaku bagi

    mereka;

    (e) satuan-satuan kesehatan berarti

    hentukan-hentukan dan satuan-satuan

    lainnya, baik militer maupun sipil,

  • 13

    yang diselenggarakan untuk tujuan-

    tujuan kesehatan, yaitu pencarian,

    pengumpulan, pengangkutan, diagnosa

    atau penanganan termasuk penanganan

    pertolongan pertama bagi yang luka,

    sakit dan korban karam, atau untuk

    pencegahan penyakit. Istilah ini juga

    mengandung arti, misalnya rumah-rumah

    sakit dan satuan-satuan serupa lainnya,

    pusat-pusat transfusi darah, pusat-

    pusat dan lembaga-lembaga pengobatan

    pencegahan, depo-depo kesehatan, dan

    tempat-tempat penyimpanan alat-alat

    kesehatan dan obat-obatan dan satuan-

    satuan tersebut. Satuan-satuan kesehatan

    itu dapat berupa benda tidak bergerak atau

    bergerak, bersifat tetap atau sementara:

    (f) pengangkutan kesehatan berarti

    pengangkutan melalui darat, laut dan udara

    bagi yang luka, sakit, korban karam, tenaga

    kesehatan, tenaga petugas keagamaan

    (rokhaniwan), peralatan, kesehatan atau

    perbekalan kesehatan yang dilindungi oleh

    Konvensi dan Protokol ini;

    (g) angkutan kesehatan berarti setiap alat

    pengangkutan, baik militer maupun sipil,

    tetap atau sementara, yang ditugaskan

    khusus untuk pengangkutan kesehatan

    dan berada di bawah kontrol seorang

    pejabat yang berwenang dari Pihak dalam

    sengketa;

    (h) kendaraan kesehatan berarti alat angkut

    kesehatan apa saja melalui darat:

  • 14

    (i) kapal dan atas angkut kesehatan berarti

    alat angkut kesehatan apa saja melalui air;

    (j) pesawat - terbang kesehatan berarti atas

    angkut kesehatan apa saja melalui udara;

    (k) tenaga kesehatan tetap, satuan kesehatan

    tetap dan angkutan kesehatan tetap

    berarti semuanya itu yang ditugaskan

    khusus untuk tujuan-tujuan kesehatan

    selama suatu jangka waktu yang tidak

    ditentukan. Tenaga kesehatan sementara.

    kesatuan kesehatan sementara dan

    angkutan kesehatan sementara berarti

    semuanya itu yang ditugaskan khusus

    untuk tujuan-tujuan kesehatan selama

    jangka waktu terbatas di dalam seluruh

    jangka waktu itu, kecuali ditentukan

    lain daripada tersebut itu. Istilah-istilah

    tenaga kesehatan, satuan kesehatan

    dan angkutan kesehatan meliputi baik

    golongan tetap maupun sementara.

    (l) lambang pengenal adalah lambang

    pengenal palang merah bulan sabit merah

    atau singa dan matahari merah di atas

    dasar putih apabila digunakan untuk

    perlindungan satuan-satuan dan alat

    angkut kesehatan, atau tenaga-tenaga

    dinas kesehatan dan dinas keagamaan

    (rokhaniwan), perlengkapan atau

    perbekalan kesehatan;

    (m) isyarat pengenal adalah setiap isyarat

    atau pesan yang ditentukan secara khusus

    untuk menandai satuan-satuan atau alat

  • 15

    angkut kesehatan sebagaimana dimaksud

    dalam Bab III Iampiran I Protokol ini.

    Pasal 9 --- Bidang Penerapan

    1. Bab ini, yang ketentuan-ketentuannya

    dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan yang

    luka, sakit dan korban karam, harus berlaku

    bagi semua mereka yang terkena oleh situasi

    yang disebut di dalam Pasal 1, tanpa sesuatu

    pembedaan yang merugikan yang didasarkan

    atas ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,

    agama atau keyakinan, pandangan politik

    atau pandangan lainnya. asal kebangsaan atau

    sosial, kekayaan, keturunan atau kedudukan

    lainnya, atau atas kriteria lain yang serupa.

    2. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan

    hal-hal sebagaimana dimaksud dari Pasal-pasal

    27 dan 32 dari Konvensi Pertama harus berlaku

    bagi satuan-satuan dan alat angkut kesehatan

    yang bersifat tetap (kecuali kapal-kapal rumah

    sakit, yang baginya berlaku Pasal 25 dari

    Konvensi Kedua) dan anggota-anggotanya

    disediakan bagi Pihak dalam sengketa untuk

    tujuan-tujuan kemanusiaan :

    (a) oleh sebuah Negara netral atau Negara

    lainnya yang bukan pihak dalam sengketa;

    (b) oleh sebuah perhimpunan pemberi

    bantuan yang diakui dan dikuasakan dari

    Negara tersebut diatas;

    (c) oleh sebuah organisasi kemanusiaan

    internasional yang tidak berpihak.

  • 16

    Pasal 10 --- Perlindungan dan Perawatan

    l. Semua yang luka, sakit dan korban karam, dari

    pihak manapun mereka itu, harus dihormati

    dan dilindungi.

    2. Dalam segala keadaan mereka itu harus

    diperlakukan secara perikemanusiaan dan harus

    memperoleh perawatan kesehatan dan perhatian

    penuh yang diperlukan karena keadaan mereka

    sampai sejauh apa yang dapat dilakukan dan

    dengan sesedikit mungkin penundaan. Tidak

    boleh ada perbedaan diantara mereka itu yang

    didasarkan atas alasan apapun selain daripada

    keadaan kesehatan mereka.

    Pasal 11 --- Perlindungan bagi orang-orang

    1. Kesehatan dan keutuhan jasmani atau rokhani

    dari orang-orang yang berada di bawah

    kekuasaan Pihak-Pihak lawannya atau yang

    diinternir, ditahan atau dengan cara lain

    dicabut kemerdekaannya sebagai akibat dari

    suatu situasi tersebut dalam Pasal 1, tidak

    boleh dibahayakan jiwanya oleh suatu tindakan

    yang tidak dapat dibenarkan atau sengaja tidak

    dilakukan.

    Karena itu, adalah dilarang menempatkan

    orang-orang yang ditetapkan dalam Pasal ini

    dibawah suatu prosedur perawatan kesehatan

    yang tidak didasarkan pada keadaan kesehatan

    orang yang bersangkutan dan yang tidak

    sesuai dengan ukuran-ukuran perawatan

    kesehatan yang diakui secara umum yang akan

    diterapkan dalam keadaan kesehatan serupa

  • 17

    pada orang-orang warganegara dari Pihak yang

    menjalankan prosedur dan yang sama sekali

    tidak dicabut kemerdekaannya.

    2. Terutama adalah dilarang melaksanakan

    terhadap orang-orang tersebut diatas, sekalipun

    dengan persetujuan mereka

    (a) mutilasi anggota tuhuh;

    (b) percobaan-percobaan kesehatan ataupun

    ilmiah:

    (c) memindahkan jaringan syaraf tubuh atau

    organ-organ tubuh untuk pencangkokan.

    kecuali apabila tindakan-tindakan itu

    dapat dibenarkan sesuai dengan keadaan

    sebagaimana diatur dalam ayat (1).

    3. Pengecualian-pengecualian terhadap

    pelarangan dalam ayat 2 huruf c dapat dilakukan

    hanya didalam hal pemberian sumbangan darah

    untuk transfusi atau sumbangan kulit untuk

    mengenten, asalkan saja diberikan secara

    sukarela dan tanpa suatu paksaan apapun atau

    tipu muslihat, dan kemudian hanya untuk

    tujuan-tujuan pengobatan penyakit, dengan

    syarat-syarat yang sesuai dengan ukuran-

    ukuran pengobatan dan pengawasan kesehatan

    yang diakui secara umum, yang bertujuan bagi

    kemanfaatan pemberi sumbangan maupun

    penerima sumbangan.

    4. Setiap tindakan sengaja atau sengaja tidak

    dilakukan yang membahayakan, secara gawat

    kesehatan jasmani atau rokhani ataupun

    keutuhan jasmani seseorang yang berada di

  • 18

    dalam kekuasaan suatu pihak yang bukan Pihak

    tempat ia bergantung dan yang melanggar

    setiap larangan tersebut dalam ayat (1) dan ayat

    (2) ataupun yang tidak mau memenuhi syarat-

    syarat seperti tersebut dalam ayat 3, akan

    merupakan pelanggaran terhadap Protokol ini.

    5. Orang-orang yang disebut di dalam ayat (1)

    berhak menolak suatu operasi pembedahan.

    Dalam hal penolakan ini, tenaga dinas

    kesehatan harus berusaha mendapatkan sebuah

    pernyataan tertulis mengenai hal tersebut, yang

    ditanda tangani atau diakui oleh pasien.

    6. Setiap Pihak dalam sengketa harus memiliki

    suatu catatan kesehatan untuk setiap sumbangan

    darah bagi transfusi atau sumbangan kulit bagi

    pengentenan oleh orang-orang yang disebut

    dalam ayat (1), jika sumbangan itu dibawah

    tanggung jawab Pihak tersebut. Selain itu,

    setiap pihak dalam sengketa harus berusaha

    memiliki suatu catatan tentang semua prosedur

    pengobatan yang dilakukan berkaitan dengan

    setiap orang yang diinternir, ditahan atau

    dengan cara lain yang dicabut kemerdekaannya

    sebagai akibat suatu situasi yang disebut dalam

    Pasal 1.

    Catatan-catatan ini harus setiap saat selalu

    tersedia untuk pemeriksaan oleh Negara

    Pelindung.

  • 19

    Pasal 12 --- Perlindungan satuan - satuan kesehatan.

    1. Satuan-satuan kesehatan harus setiap saat

    selalu dihormati dan dilindungi dan tidak boleh

    menjadi sasaran serangan.

    2. Ayat (1) harus berlaku bagi satuan-satuan

    kesehatan sipil asalkan mereka:

    (a) termasuk dalam salah satu dari Pihak-

    Pihak dalam sengketa:

    (b) diakui dan dikuasai oleh pejabat yang

    berwenang dari salah satu Pihak-Pihak

    dalam sengketa, atau

    (c) dikuasai sesuai dengan Pasal 9 ayat

    (2), dari Protokol ini atau Pasal 27 dari

    Konvensi Pertama.

    3. Pihak-pihak dalam sengketa diundang untuk

    saling memberitahu mengenai letak tempat

    dari satuan-satuan kesehatan yang menetap.

    Tiadanya pemberitahuan itu tidak boleh

    membebaskan salah satu dari Pihak-Pihak

    tersebut dan kewajiban mematuhi ketentuan-

    ketentuan ayat (1).

    4. Dalam keadaan apapun satuan-satuan kesehatan

    tidak boleh dipergunakan dalam usaha untuk

    melindungi obyek-obyek militer dari serangan.

    Apabila mungkin Pihak-Pihak dalam sengketa

    harus menjamin bahwa satuan-satuan kesehatan

    ditempatkan sedemikian rupa sehingga serangan-

    serangan terhadap obyek-obyek militer tidak

    membahayakan keselamatan mereka.

  • 20

    Pasal 13 --- Penghentian perlindungan bagi satuan-satuan

    kesehatan sipil.

    1. Perlindungan yang merupakan hak bagi satuan-

    satuan kesehatan sipil tidak boleh berakhir

    kecuali jika mereka dipergunakan di luar fungsi

    kemanusiaan mereka untuk melakukan tindakan-

    tindakan yang merugikan musuh. Akan tetapi

    perlindungan dapat berakhir hanya setelah

    diberikan suatu peringatan dengan menetapkan,

    manakala dianggap patut, suatu batas waktu yang

    layak, dan setelah peringatan seperti itu masih tetap

    diabaikan.

    2. Hal-hal berikut ini tidak boleh dianggap sebagai

    tindakan-tindakan yang membahayakan musuh :

    (a) bahwa anggota-anggota dari satuan tersebut

    dilengkapi dengan senjata-senjata ringan

    perorangan untuk pertahanan diri atau untuk

    pertahanan yang luka-luka dan yang sakit

    yang berada didalam tanggung jawabnya.

    (b) bahwa kesatuan itu dikawal oleh sebuah

    satuan piket atau oleh satuan pengawal atau

    oleh satuan pengantar;

    (c) bahwa senjata-senjata ringan dan amunisi

    yang disita dari yang luka-luka dan yang

    sakit, dan yang belum diserahkan kepada

    dinas ketentaraan yang berhak, diketemukan

    pada satuan-satuan kesehatan tersebut.

    (d) bahwa anggota-anggota Angkatan Perang

    dan kombatan-kombatan lainnya terdapat

  • 21

    di dalam satuan tersebut karena alasan-

    alasan kesehatan.

    Pasal 14 --- Pembatasan atas rekuisisi satuan-satuan

    kesehatan sipil

    1. Penguasa pendudukan berkewajiban menjamin

    bahwa kebutuhan kesehatan bagi penduduk

    sipil diwilayah yang didudukinya tetap selalu

    dipenuhi.

    2. Penguasa pendudukan karenanya tidak boleh

    merekuisisi satuan-satuan kesehatan sipil,

    perlengkapan mereka, material mereka atau jasa

    jasa dari anggota-anggota mereka, selama sumber-

    sumber perlengkapan, material dan jasa-jasa ini

    diperlukan bagi penyediaan pelayanan kesehatan

    yang layak untuk penduduk sipil dan bagi

    perawatan kesehatan yang masih harus diteruskan

    pada setiap orang yang luka-luka dan yang sakit

    yang sudah berada di dalam perawatan.

    3. Asalkan ketentuan umum di dalam ayat (2)

    tetap dipenuhi, Penguasa Pendudukan boleh

    merekuisisi sumber-sumber tersebut diatas.

    dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut :

    (a) bahwa sumber-sumber tersebut diperlukan

    untuk perawatan kesehatan yang segera

    dan layak bagi anggota-anggota Angkatan

    Perang yang luka-luka dan sakit dan

    Penguasa Pendudukan atau tawanan-

    tawanan perang;

    (b) bahwa rekuisisi itu berlaku terus hanya

    selama adanya keharusan demikian, dan

  • 22

    (c) bahwa pengaturan-pengaturan mendesak

    dibuat untuk menjamin tetap terus

    dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan

    kesehatan penduduk sipil dan mereka

    yang luka-luka dan yang sakit yang

    masih dalam perawatan, yaitu mereka

    yang dikenakan rekuisisi itu.

    Pasal 15 --- Perlindungan bagi anggota-anggota dinas

    kesehatan sipil dan dinas keagamaan.

    1. Anggota-anggota dinas kesehatan sipil harus

    dihormati dan dilindungi.

    2. Apabila diperlukan, semua bantuan yang bisa

    diperoleh harus diberikan kepada anggota-

    anggota dinas kesehatan sipil di wilayah

    dimana dinas-dinas kesehatan sipil tercerai

    berai oleh sebab kegiatan tempur.

    3. Penguasa Pendudukan harus memberikan

    kepada anggota-anggota dinas kesehatan sipil

    di wilayah-wilayah pendudukan setiap bantuan

    yang memungkinkan mereka melaksanakan

    fungsi-fungsi kemanusiaan mereka sesuai

    kemampuan yang ada pada mereka. Penguasa

    Pendudukan tidak boleh menuntut bahwa di

    dalam melaksanakan fungsi-fungsi itu tenaga-

    tenaga kesehatan tersebut harus memberikan

    pengutamaan bagi perawatan seseorang

    kecuali atas dasar alasan kesehatan. Mereka

    tidak boleh dipaksa melakukan tugas-tugas

    yang tidak sesuai dengan tugas kemanusiaan

    mereka.

  • 23

    4. Anggota-anggota dinas kesehatan sipil harus

    mempunyai hak masuk ke setiap tempat dimana

    jasa-jasa mereka sangat diperlukan dengan

    dikenakan tindakan-tindakan pengawasan dan

    Pengamanan selama Pihak yang bersangkutan

    dalam sengketa menganggapnya perlu.

    5. Rokhaniwan-rokhaniwan dari dinas keagamaan

    sipil harus dihormati dan dilindungi, Ketentuan-

    ketentuan dan Konvensi dan Protokol ini

    yang mengenai perlindungan dan pengenalan

    anggota-anggota dinas kesehatan harus berlaku

    sama pada orang-orang tersebut itu.

    Pasal 16 --- Perlindungan umum tugas-tugas kesehatan.

    1. Di dalam keadaan apapun seseorang tidak boleh

    dihukum karena melakukan kegiatan-kegiatan

    kesehatan yang sesuai dengan norma-norma

    etika kedokteran, tidak peduli apakah orang

    tersebut menarik manfaat dari kegiatannya itu.

    2. Orang-orang yang bekerja dalam kegiatan-

    kegiatan kesehatan tidak boleh dipaksa

    untuk melakukan tindakan-tindakan atau

    melaksanakan pekerjaan yang bertentangan

    dengan aturan-aturan etika kedokteran atau

    ketentuan-ketentuan lainnya yang bertujuan

    bagi manfaat orang yang luka-luka, yang sakit

    atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan

    dan Konvensi atau Protokol ini, atau dipaksa

    untuk tidak melakukan tindakan-tindakan atau

    melaksanakan pekerjaan yang diwajibkan

  • 24

    oleh kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan

    tersebut.

    3. Tidak seorangpun yang bekerja dalam kegiatan-

    kegiatan kesehatan boleh dipaksakan untuk

    memberikan kepada siapapun, baik dari Pihak

    lawan maupun dari Pihaknya sendiri, kecuali

    diwajibkan oleh Undang-undang dari Pihak

    tersebut terakhir, keterangan mengenai mereka

    yang luka-luka dan yang sakit yang berada atau

    pernah berada di dalam perawatannya, apabila

    pada pendapatnya keterangan itu akan terbukti

    merugikan diri orang-orang yang dirawat itu

    atau keluarga mereka.

    Namun, peraturan-peraturan mengenai

    kewajiban memberitabukan tentang penyakit-

    penyakit yang dapat menular harus dihormati.

    Pasal 17 --- Peranan penduduk sipil dan perhimpunan-

    perhimpunan bantuan

    1. Penduduk sipil harus menghormati mereka

    yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,

    sekalipun dari Pihak lawan, dan tidak boleh

    melakukan tindakan kekerasan terhadap

    mereka. Penduduk sipil dan perhimpunan-

    perhimpunan bantuan, seperti Perhimpunan-

    Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan

    Sabit Merah, Singa dan Matahan Merah), harus

    diperbolehkan mengumpulkan dan merawat

    yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,

    juga di daerah-daerah yang diserbu atau yang

    diduduki, sekalipun atas prakarsa mereka

    sendiri.

  • 25

    Tidak seorangpun boleh dirugikan, dituntut

    dinyatakan bersalah atau dihukum karena

    melakukan tindakan-tindakan kemanusiaan itu.

    2. Pihak-Pihak dalam sengketa boleh meminta

    kepada penduduk sipil dan perhimpunan-

    perhimpunan bantuan seperti disebut dalam ayat

    1 untuk mengumpulkan dan merawat mereka

    yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,

    dan mencari mereka yang tewas dan melaporkan

    tempatnya, Pihak-pihak dalam sengketa itu

    harus memberikan baik perlindungan maupun

    fasilitas-fasilitas yang diperlukan bagi mereka

    yang memenuhi permintaan itu. Apabila Pihak

    lawan menguasai atau menguasai kembali

    daerah. pihak tersebut harus juga memberikan

    perlindungan dan fasilitas-fasilitas serupa

    selama diperlukan.

    Pasal 18 --- Pengenalan

    1. Setiap pihak dalam sengketa harus herusaha

    menjamin bahwa anggota-anggota dinas

    kesehatan dan dinas keagamaan dan satuan-

    satuan dan alat angkut kesehatan dapat

    dikenal.

    2. Setiap Pihak dalam sengketa harus berusaha

    mengambil dan melaksanakan metoda-

    metoda dan tata cara (prosedur) yang akan

    memungkinkan untuk mengenal satuan-satuan

    dan alat angkut kesehatan yang menggunakan

    lambang pengenal dan isyarat pengenal.

    3. Diwilayah pendudukan dan di daerah-daerah

    dimana pertempuran sedang berlangsung atau

  • 26

    mungkin akan terjadi, anggota-anggota dinas

    kesehatan dan dinas keagamaan hendaknya

    dapat dikenal dengan lambang pengenal

    dan dengan suatu kartu tanda pengenal yang

    menerangkan kedudukan mereka.

    4. Dengan seijin pejabat yang berwenang, satuan-

    satuan dan alat angkut kesehatan harus ditandai

    dengan lambang pengenal. Kapal-kapal dan

    angkutan perairan yang disebut dalam Pasal 22

    dan Protokol ini harus di tandai sesuai dengan

    ketentuan-ketentuan dan Konvensi kedua.

    5. Selain dari lambang pengenal itu, suatu Pihak

    dalam sengketa, sebagaimana ditetapkan

    didalam Bab III dan lampiran I pada Protokol

    ini, dapat mengijinkan penggunaan isyarat

    pengenal untuk mengenal satuan-satuan dan

    alat angkut kesehatan. Dengan perkecualian,

    didalam hal-hal khusus seperti tercantum di

    dalam Bab tersebut, alat angkut kesehatan

    boleh menggunakan tanda-tanda pengenal

    tanpa memperlihatkan lambang pengenal.

    6. Penerapan ketentuan-ketentuan dan ayat (1)

    sampai dengan 5 dari pasal ini diatur oleh Bab-

    bab I sampai dengan III dari Lampiran 1 pada

    Protokol ini.

    Tanda-tanda yang dimaksudkan dalam Bab

    III dari Lampiran itu semata-mata untuk

    penggunaan satuan-satuan dan alat angkut

    kesehatan, kecuali sebagaimana ditetapkan

    di dalamnya. tidak boleh dipergunakan untuk

    suatu tujuan lain dari pada untuk mengenal

    satuan-satuan dan alat angkut seperti yang

    diperinci di dalam Bab tersebut.

  • 27

    7. Pasal ini tidak memberikan kewenangan yang

    lebih luas lambang pengenal itu dimasa damai

    selain yang diterangkan di dalam Pasal 44 dan

    Konvensi Pertama.

    8. Ketentuan-ketentuan Konvensi dan Protokol ini

    yang mengenai pengawasan atas penggunaan

    lambang pengenal dan yang mengenai

    pencegahan dan penindakan terhadap setiap

    penyalahgunaannya harus berlaku bagi isyarat

    pengenal.

    Pasal 19 --- Negara-Negara Netral dan lainnya yang bukan

    pihak-pihak dalam sengketa.

    Negara-negara netral dan negara lainnya yang

    bukan Pihak-Pihak dalam sengketa harus

    menerapkan ketentuan-ketentuan yang relevan

    dan Protokol ini pada orang-orang yang

    dilindungi oleh Bagian ini yang dapat diterima

    atau diasingkan di dalam wilayah mereka.

    dan pada setiap orang yang tewas dan Pihak-

    Pihak dalam sengketa yang mungkin mereka

    temukan.

    Pasal 20 --- Larangan tindakan - tindakan pembatasan.

    Tindakan-tindakan pembatasan terhadap

    orang-orang atau benda-benda yang dilindungi

    oleh Bagian ini adalah dilarang.

  • 28

    BAGIAN - II --- PENGANGKUTAN KESEHATAN

    Pasal 21 --- Kendaraan-kendaraan kesehatan

    Kendaraan-kendaraan kesehatan harus

    dihormati dan dilindungi dan cara yang sama

    seperti satuan-satuan kesehatan yang bergerak

    berdasarkan Konvensi-Konvensi dan Protokol

    ini.

    Pasal 22 --- Kapal-kapal rumah sakit dan alat angkut air

    penyelamat pantai.

    1. Ketentuan-ketentuan dari Konvensi-konvensi

    yang mengenai :

    (a) kapal-kapal yang diterangkan dalam

    Pasal-Pasal 22. 24, 25 dan 27 dan

    Konvensi Kedua,

    (b) sekoci-sekoci penolong dan atas angkut

    air kecil mereka,

    (c) tenaga-tenaga kesehatan dan para awak

    kapal mereka, dan

    (d) yang luka, sakit dan korban karam yang

    berada di kapal.

    harus juga berlaku manakala perahu tersebut

    mengangkut orang-orang sipil yang luka, sakit

    dan korban-korban karam yang tidak termasuk

    dalam salah satu dari golongan-golongan

    yang dimaksudkan dalam Pasal 13 Konvensi

    Kedua. Namun orang-orang sipil itu tidak boleh

    diserahkan kepada sesuatu Pihak yang bukan

    Pihaknya, atau ditawan di laut. Apabila mereka

    berada dalam kekuasaan suatu pihak dalam

    sengketa yang bukan Pihaknya sendiri, bagi

  • 29

    mereka ini harus berlaku Konvensi keempat

    dan Protokol ini.

    2. Perlindungan yang ditetapkan oleb Konvensi

    bagi perahu-perahu yang dimaksud dalam

    Pasal 25 dari Konvensi kedua harus berlaku

    pula bagi perahu-perahu rumah sakit yang

    disediakan guna tujuan-tujuan kemanusiaan

    untuk suatu pihak dalam sengketa :

    (a) oleh sebuah Negara netral atau negara

    lainnya yang bukan Pihak dalam sengketa;

    atau

    (b) oleh sebuah organisasi kemanusiaan

    internasional yang tidak berpihak.

    asalkan, didalam kedua hal tersebut.

    syarat-syarat yang diterangkan dalam

    Pasal tersebut dipenuhi.

    3. Alat angkutan air kecil yang dimaksud

    dalam Pasal 27 dan Konvensi Kedua harus

    dilindungi walaupun seandainya tidak dibuat

    pemberitahuan lebih dulu seperti dikemukakan

    dalam Pasal tersebut. Namun demikian Pihak-

    Pihak dalam sengketa diminta untuk saling

    memberitabukan setiap perincian dari alat

    angkut air itu guna memungkinkan pengenalan

    mereka dan pemberian pengakuan mereka.

  • 30

    Pasal 23 --- Kapal-kapal dan angkutan air kesehatan

    lainnya.

    1. Kapal-kapal dan alat angkutan air kesehatan

    yang lain dari yang dimaksudkan dalam Pasal

    22 dari Protokol ini dan Pasal 38 dari Konvensi

    kedua, harus dihormati dan dilindungi, baik

    dilaut maupun di perairan lainnya, dengan cara

    yang sama seperti satuan-satuan kesehatan

    bergerak berdasar-kan Konvensi dan Protokol

    ini. Karena perlindungan hanya dapat efektif

    apabila kapal-kapal itu dapat dikenal dan diakui

    sebagai kapal-kapal atau alat angkutan air

    kesehatan, maka perahu-perahu itu hendaknya

    ditandai dengan lambang pengenal dan sejauh

    mungkin sesuai dengan ayat (2), Pasal 43 dari

    Konvensi Kedua.

    2. Kapal-kapal dan alat angkutan air yang dimaksud

    dalam ayat (1) harus tetap tunduk kepada hukum

    perang. Setiap kapal perang di atas permukaan

    air yang dapat dengan segera memberlakukan

    komandonya boleh memerintahkan kapal-

    kapal itu berhenti, memerintahkan kapal-kapal

    itu berangkat, atau menyuruh kapal-kapal itu

    harus mematuhi setiap komandonya. Kapal-

    kapal dan alat angkutan air yang demikian itu

    tidak boleh dengan cara apapun mengalihkan

    dari tugas kesehatan mereka selama kapal-

    kapal itu diperlukan bagi yang luka-Iuka, sakit

    dan korban karam yang ada di atas kapal.

    3. Perlindungan yang ditetapkan dalam ayat (1)

    akan berakhir hanya di bawah syarat-syarat

    yang dimaksud dalam Pasal-Pasal 34 dan 35

    dari Konvensi Kedua.

  • 31

    Suatu penolakan yang jelas untuk mematuhi

    komando yang diberikan sesuai dengan ayat

    (2) harus dianggap sebagai tindakan yang

    merugikan musuh berdasarkan Pasal 34 dari

    Konvensi Kedua.

    4. Suatu Pihak dalam sengketa dapat

    memberitabukan kepada Pihak lawannya

    sejauh mungkin sebelum pelayaran di mulai

    tentang nama, uraian, waktu pelayaran

    yang diharapkan, arah dan kecepatan yang

    diperkirakan dari kapal atau alat angkutan air

    kesehatannya, khususnya dalam hal kapal-

    kapal yang berukuran diatas 2.000 ton bobot

    mati, dan dapat memberikan keterangan

    lainnya yang akan memudahkan pengenalan

    dan pengakuan.

    Pihak lawan dalam pada itu harus

    memberitabukan tentang telah diterimanya

    keterangan tersebut.

    5. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 37 dari

    Konvensi Kedua harus berlaku bagi anggota-

    anggota dinas kesehatan dan dinas keagamaan

    di atas kapal-kapal dan alat angkutan air yang

    demikian itu.

    6. Ketentuan-ketentuan dan Konvensi Kedua

    harus berlaku bagi yang luka-luka, sakit

    dan korban karam, yang dimaksud dalam

    golongan-golongan yang dimaksud dalam

    Pasal 13 dari Konvensi Kedua dan dalam Pasal

    44 dari Protokol ini, yang mungkin berada di

    atas kapal-kapal kesehatan dan alat angkutan

    air seperti tersebut itu. Orang-orang sipil yang

    luka-luka, sakit dan korban karam yang tidak

  • 32

    termasuk dalam salah satu dari golongan-

    golongan yang dimaksudkan dalam Pasal 13

    dan Konvensi Kedua, selama di laut, tidak

    boleh diserahkan kepada setiap Pihak yang

    bukan Pihaknya sendiri atau untuk pindah dari

    kapal-kapal atau alat angkutan air itu; apabila

    mereka berada di dalam kekuasaan suatu Pihak

    dalam sengketa yang bukan Pihaknya sendiri,

    mereka ini harus dilindungi oleh Konvensi

    Keempat dan Protokol ini.

    Pasal 24 --- Perlindungan alat angkutan udara kesehatan

    Alat angkutan udara kesehatan harus dihormati

    dan dilindungi, tunduk pada ketentuan-

    ketentuan dari Bab ini.

    Pasal 25 --- Alat angkutan udara kesehatan di daerah-

    daerah yang tidak dikuasai oleh pihak lawan.

    Didarat dan diatas daerah-daerah yang secara

    fisik dikuasai oleh angkatan perang yang

    bersahahat atau di laut dan diatas laut dari

    daerah-daerah yang tidak secara fisik dikuasai

    oleh suatu Pihak lawan, Penghormatan dan

    perlindungan alat angkutan udara dan suatu

    Pihak dalam sengketa tidak tergantung kepada

    sesuatu persetujuan dengan suatu Pihak lawan.

    Akan tetapi demi keselamatan yang lebih

    besar, suatu pihak dalam sengketa yang alat

    angkutan udara kesehatannya beroperasi di

    daerah-daerah itu dapat memberitahu pihak

    lawannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal

    29, khususnya ketika alat angkutan udara

    itu sedang melakukan penerbangan yang

  • 33

    membawa-nya sampai berada di dalam jarak

    tembak sistim senjata dari permukaan bumi ke

    udara dan Pihak lawannya.

    Pasal 26 --- Alat angkutan udara kesehatan di daerah-

    daerah serangan atau yang serupa.

    1. Di darat dan diatas bagian-bagian dan daerah

    serangan yang secara fisik dikuasai oleh

    angkatan perang kawan dan di darat dan

    diatas daerah-daerah yang belum dengan jelas

    dikuasai secara fisik oleh siapa, perlindungan

    bagi alat angkutan udara kesehatan dapat

    menjadi efektif sepenuhnya hanya melalui

    persetujuan sebelumnya antara pejabat-pejabat

    militer yang berwenang dan Pihak-Pihak

    dalam sengketa, sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 29. Walaupun dalam keadaan tiadanya

    persetujuan seperti itu, alat angkutan udara

    kesehatan yang melakukan penerbangan atas

    resikonya sendiri harus dihormati setelah

    dikenal.

    2. Daerah serangan berarti suatu daerah di darat

    dimana unsur-unsur yang sedang bergerak maju

    dan angkatan perang yang sedang berperang

    berada dalam keadaan saling berhadapan satu

    sama lainnya, terutama dimana kedua-duanya

    dihadapkan pada tembakan langsung dari

    darat.

    Pasal 27 --- Alat angkutan udara kesehatan didaerah-daerah

    yang dikuasai oleh Pihak Lawan.

    l. Alat angkutan udara kesehatan dan suatu Pihak

    dalam sengketa harus terus dilindungi ketika

  • 34

    sedang melakukan penerbangan di atas daerah-

    daerah darat dan laut yang secara fisik dikuasai

    oleh suatu Pihak lawan, asalkan persetujuan

    sebelumnya bagi penerbangan-penerbangan

    seperti itu telah diperoleh dari pejabat yang

    berwenang dan Pihak lawan itu.

    2. Sebuah alat angkutan udara kesehatan yang

    terbang di atas suatu daerah yang secara

    fisik dikuasai oleh Pihak lawan tanpa, atau

    menyimpang dari ketentuan-ketentuan dari

    suatu persetujuan yang ditetapkan dalam ayat

    (1) di atas, baik disebabkan oleh kesalahan

    navigasi atau karena suatu keadaan darurat

    yang menimpa keselamatan penerbangannya

    itu. harus berusaha sedapat-dapatnya untuk

    mengenalkan dirinya dan memberitahu Pihak-

    lawan tentang keadaanya.

    Segera setelah alat angkutan udara kesehatan

    itu diakui oleh pihak lawan, maka Pihak lawan

    ini harus melakukan segala usaha yang patut

    untuk memberikan perintah mendarat atau

    turun di laut, seperti ditunjukkan dalam Pasal

    30, ayat (1) atau mengambil langkah-langkah

    lain guna menyelamatkan dirinya sendiri, dan

    di dalam kedua hal itu, memberikan waktu

    bagi alat angkutan udara itu untuk mematuhi

    perintahnya sebelum melancarkan suatu

    serangan terhadap alat angkutan udara tersebut.

    Pasal 28 --- Pembatasan-pembatasan terhadap operasi-

    operasi alat angkutan kesehatan.

    1. Pihak-pihak dalam sengketa dilarang

    mempergunakan alat angkutan udara kesehatan

  • 35

    mereka untuk mencoba mendapatkan sesuatu

    keuntungan militer atas Pihak lawannya.

    Kehadiran alat angkutan udara kesehatan tidak

    boleh dipergunakan dalam suatu usaha untuk

    menjadikan sasaran-sasaran militer bebas

    (immune) dari sasaran serangan.

    2. Alat angkutan udara kesehatan tidak boleh

    dipergunakan untuk mengumpulkan atau

    mengirimkan bahan-bahan keterangan

    intelijens dan tidak boleh membawa sesuatu

    alat perlengkapan yang dimaksudkan untuk

    tujuan-tujuan seperti itu. Alat angkutan udara

    kesehatan dilarang membawa seseorang atau

    muatan yang tidak termasuk di dalam perumusan

    dalam Pasal 8, huruf f. Membawa kedalam

    alat angkutan udara kesehatan barang-barang

    bernilai pribadi milik penumpang atau alat-

    alat perlengkapan yang semata-mata bertujuan

    untuk memudahkan navigasi. komunikasi

    atau pengenalan pesawat tersebut tidak boleh

    dilarang.

    3. Alat angkutan udara kesehatan tidak boleh

    membawa persenjataan apapun kecuali senjata-

    senjata ringan dan amunisi yang diambil dan

    yang luka-luka, sakit dan korban karam yang

    berada dalam alat angkutan udara itu dan yang

    belum diserahkan kepada dinas kctentaraan

    yang berhak, dan senjata-senjata ringan

    perorangan itu yang mungkin diperlukan

    untuk memungkinkan anggota-anggota dinas

    kesehatan di dalam alat angkutan udara itu

    melakukan pembelaan diri mereka dan yang

    luka-luka, sakit dan korban karam yang berada

    di dalam tanggung jawab mereka.

  • 36

    4. Ketika melakukan penerbangan seperti yang

    dimaksud dalam Pasal-pasal 26 dan 27,

    alat angkutan udara kesehatan tidak boleh

    dipergunakan untuk mencari yang luka-luka,

    sakit dan korban karam, kecuali dengan

    persetujuan sebelumnya dari Pihak lawan.

    Pasal 29 --- Pemberitahuan dan persetujuan mengenai alat

    angkutan udara kesehatan.

    1. Pemberitahuan berdasarkan Pasal 25, atau

    permintaan untuk mengadakan persetujuan

    sebelumnya berdasarkan Pasal-Pasal 26,27,28

    (ayat 4), atau 31 harus menyatakan jumlah alat

    angkutan udara yang diusulkan, rencana-rencana

    penerbangan mereka dan alat-alat pengenalan,

    dan harus benar-benar dimaksudkan bahwa setiap

    penerbangan akan dilaksanakan sesuai dengan

    Pasal 28.

    2. Suatu Pihak yang menerima suatu

    pemberitahuan seperti dimaksud dalam Pasal

    25 harus dengan segera mengumumkan telah

    diterimanya pembentahuan itu.

    3. Suatu Pihak yang menenma suatu permintaan

    akan persetujuan sebelumnya berdasarkan

    Pasal-Pasal 26, 27, 28 (ayat 4), atau 31 harus

    dengan secepat mungkin memberitahu Pihak

    yang mengajukan permintaan itu:

    (a) bahwa permintaan itu disetujui;

    (b) bahwa permintaan itu ditoiak: atau

    (c) tentang usul-usul alternatif yang layak

    terhadap permintaan itu. Pihak tersebut

    dapat juga mengusulkan suatu pelarangan

  • 37

    atau pembatasan penerbangan-

    penerbangan lain di dalam daerah selama

    waktu terlibat. Apabila Pihak yang

    memajukan permintaan itu menerima

    usul-usul alternatif itu. maka ia harus

    memberitahu kepada Pihak lainnya itu

    tentang telah diterimanya usul-usul

    alternatif itu.

    4. Pihak-Pihak tersebut harus mengambil langkah-

    langkah yang diperlukan untuk menjamin

    bahwa pemberitahuan dan persetujuan dapat

    dihuat secepatnya.

    5. Pihak-pihak tersebut diatas juga harus

    mengambil langkah-langkah yang perlu untuk

    menyebarluaskan dengan cepat isi dari setiap

    pemberitahuan dan persetujuan itu kepada

    satuan-satuan militer yang bersangkutan

    dan harus menginstruksikan satuan-satuan

    itu mengenai alat-alat pengenalan yang

    akan dipergunakan oleh alat angkutan udara

    kesehatan tersebut.

    Pasal 30 --- Pendaratan dan pemeriksaan alat angkutan

    udara kesehatan.

    1. Alat angkutan udara kesehatan yang terbang di

    atas daerah-daerah yang secara fisik dikuasai

    oleh Pihak lawan, atau diatas daerah-daerah

    yang belum dengan jelas dikuasai secara fisik.

    dapat diperintahkan untuk mendarat atau turun

    di laut, secara layak, untuk membolehkan

    pemeriksaan sesuai dengan ayat-ayat berikut

    ini. Alat angkutan udara kesehatan harus

    mematuhi perintah yang demikian itu.

  • 38

    2. Apabila sebuah alat angkutan udara seperti

    itu mendarat atau turun ke laut, baik karena

    diperintahkan untuk melakukan hal itu maupun

    karena sebab-sebab lain, alat angkutan udara

    tersebut dapat mematuhi untuk dilakukannya

    dikenakan pemeriksaan semata-mata untuk

    mematuhi hal-hal seperti yang dimaksud dalam

    ayat (3) dan (4).

    Setiap pemeriksaan demikian harus dimulai

    tanpa ditunda-tunda dan harus dilakukan secara

    cepat.

    Pihak yang melakukan pemeriksaan tidak

    boleh meminta yang luka-luka dan sakit untuk

    dipindahkan dari alat angkutan udara itu kecuali

    pemindahan mereka itu sangatlah penting bagi

    pemeriksaan. Pihak tersebut harus di dalam

    keadaan apapun menjamin bahwa keadaan

    yang luka-luka dan sakit tidak dirugikan oleh

    pemeriksaan atau pemindahan itu.

    3. Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa

    alat angkutan udara tersebut :

    (a) adalah sebuah alat angkutan udara

    kesehatan didalam pengertian seperti

    dalam Pasal 8, huruf (j),

    (b) adalah tidak melanggar syarat-syarat

    tercantum dalam Pasal 28, dan,

    (c) tidak terbang bukan tanpa atau melanggar

    suatu persetujuan sebelumnya dimana

    persetujuan seperti itu diperlukan,

    maka alat angkutan udara tersebut

    beserta penumpang-penumpangnya yang

  • 39

    termasuk dari Pihak lawan atau sebuah

    negara netral atau negara lain yang bukan

    Pihak dalam sengketa harus diijinkan

    untuk melanjutkan penerbangannya tanpa

    ditunda-tunda.

    4. Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa

    alat angkutan udara tersebut

    (a) adalah bukan alat angkutan udara

    kesehatan di dalam pengertian seperti

    dalam Pasal 8, huruf (f),

    (b) melanggar syarat-syarat yang tercantum

    dalam Pasal 28, atau

    (c) telah terbang bukan tanpa atau melanggar

    suatu persetujuan sebelumnya dimana

    persetujuan itu diperlukan.

    maka alat angkutan udara tersebut

    boleh disita. Para penumpangnya harus

    diperlakukan sesuai dengan ketentuan-

    ketentuan yang berhubungan dengan-nya

    dari Konvensi dan Protokol ini.

    Setiap alat angkutan udara yang disita,

    yang telah ditugaskan sebagai sebuah alat

    angkutan udara kesehatan yang bersifat

    tetap, boleh dipergunakan setelah itu

    hanya sebagai sebuah alat angkutan udara

    kesehatan.

    Pasal 31 --- Negara-negara netral atau negara lainnva yang

    bukan pihak-pihak dalam sengketa.

    1. Kecuali dengan persetujuan sebelumnya. alat

    angkutan udara kesehatan tidak boleh terbang

    diatas atau mendarat di wilayah dari sebuah

  • 40

    negara netral atau negara lainnya yang bukan

    suatu Pihak dalam sengketa. Akan tetapi dengan

    suatu persetujuan demikian, alat angkutan udara

    itu harus dihormati sepanjang penerbangannya

    dan juga selama waktu singgah di wilayah

    tersebut. Namun demikian alat angkutan udara

    itu harus tunduk pada setiap panggilan untuk

    mendarat atau turun di laut, sebagaimana

    diisyaratkan.

    2. Apabila didalam keadaan tidak ada suatu

    persetujuan atau menyimpang dan ketentuan-

    ketentuan dan suatu persetujuan sebuah

    alat angkutan udara terbang di atas wilayah

    dari suatu negara netral atau negara lainnya

    yang bukan suatu pihak dalam sengketa,

    baik disebabkan kesalahan navigasi atau

    karena suatu keadaan darurat yang menimpa

    keselamatan penerbangan, maka alat angkutan

    udara tersebut harus melakukan setiap usaha

    memberitabukan tentang penerbangannya

    itu dan mengenalkan diri. Segera setelah alat

    angkutan udara kesehatan itu dikenal, Negara

    itu harus melakukan segala usaha yang layak

    untuk memerintahkannya mendarat atau turun

    ke laut seperti dimaksud dalam Pasal 30, ayat

    1, atau mengambil langkah-langkah lain untuk

    menyelamatkan kepentingannya sendiri, dan

    kesemuanya itu untuk mematuhi perintahnya

    sebelum melancarkan suatu serangan terhadap

    alat angkutan udara tersebut.

    3. Jika sebuah alat angkutan udara, baik karena

    adanya persetujuan maupun karena berada

    didalam keadaan dimaksud dalam ayat (2) di

  • 41

    atas, mendarat atau turun di laut di wilayah

    dari sebuah negara netral atau negara lain

    yang bukan Pihak dalam sengketa, baik karena

    diperintahkan untuk melakukan hal itu atau

    karena sebab-sebab lain, alat angkutan udara

    tersebut harus dikenakan pemeriksaan dengan

    tujuan untuk menetapkan apakah alat angkutan

    udara terbang itu benar-benar sebuah alat

    angkutan udara kesehatan. Pemeriksaan itu

    harus dimulai tanpa ditunda-tunda dan harus

    dilakukan dengan cepat. Pihak yang melakukan

    pemeriksaan tidak boleh meminta luka-luka

    dan sakit dari Pihak yang menjalankan alat

    angkutan udara itu agar dipindahkan dari alat

    angkutan udara kecuali pemindahan mereka

    itu memang sangat penting bagi pemeriksaan.

    Pihak yang melakukan pemeriksaan dalam

    keadaan apapun harus menjamin bahwa keadaan

    yang luka-luka dan sakit tidak dirugikan oleh

    pemeriksaan atau pemindahan itu.

    Apabila pemeriksaan itu membuktikan

    bahwa alat angkutan udara itu adalah benar-

    benar sebuah alat angkutan udara kesehatan,

    maka alat angkutan udara beserta para

    penumpangnya, selain dan mereka yang harus

    ditahan sesuai dengan peraturan-peraturan

    hukum internasional yang dapat diterapkan

    dalam sengketa bersenjata, harus diperbolehkan

    melanjutkan kembali penerbangannya, dan

    fasilitas-fasilitas yang layak harus diberikan

    bagi dilanjutkannya penerbangan itu.

    Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa

    alat angkutan udara itu bukan alat angkutan

    udara kesehatan, maka alat angkutan udara

    itu harus disita dan para penumpangnya harus

    diperlakukan sesuai dengan ayat 4.

  • 42

    4. Selain dari untuk sementara, yang luka-luka,

    sakit dan korban karam yang diturunkan dari

    sebuah alat angkutan udara kesehatan dengan

    seijin dari pejabat setempat di wilayah sebuah

    Negara netral atau Negara lainnya yang bukan

    Pihak dalam sengketa, kecuali disetujui dengan

    cara lain antara Negara tersebut dan Pihak-

    Pihak dalam sengketa, harus ditahan oleh

    Negara tersebut, dimana peraturan-peraturan

    hukum internasional yang dapat diterapkan

    dalam sengketa bersenjata mengharuskan

    demikian, sehingga dengan cara seperti itu

    mereka tidak dapat lagi ambil bagian dalam

    peperangan. Biaya perawatan di rumah sakit

    dan pengasingan mereka harus dibebankan

    oleh Negara tersebut kepada Negara asal yang

    bersangkutan.

    5. Negara-negara netral atau lainnya yang bukan

    Pihak-Pihak dalam sengketa harus menerapkan

    syarat-syarat dan pembatasan-pembatasan

    apapun secara sama bagi semua Pihak dalam

    sengketa terhadap jalur penerbangan alat

    angkutan udara kesehatan di atas wilayahnya

    atau terhadap pendaratan alat angkutan udara

    kesehatan diwilayahnya.

  • 43

    BAGIAN - III --- ORANG - ORANG YANG HILANG

    DAN TEWAS.

    Pasal 32 --- Ketentuan Umum.

    Dalam pelaksanaan Bagian ini, kegiatan-

    kegiatan dan Pihak-pihak Peserta Agung,

    Pihak-Pihak dalam sengketa dan Organisasi-

    organisasi kemanusiaan inter-nasional yang

    disebutkan dalam Konvensi dan Protokol ini

    pertama-tama harus benar-benar terdorong

    terutama oleh hak dan keluarga-keluarga untuk

    mengetahui nasib anggota-anggota keluarga

    mereka.

    Pasal 33 --- Orang-orang yang hilang

    1. Segera keadaan mengijinkan, dan seiambat-

    lambatnya mulai saat berakhirnya perang yang

    aktif berlangsung, setiap pihak dalam sengketa

    harus mencari orang-orang yang dilaporkan

    hilang oleh pihak lawan. Pihak lawan itu

    harus menyampaikan semua keterangan yang

    bersangkutan dengan persoalan mengenai

    orang-orang yang hilang itu agar supaya

    memudahkan pencariannya.

    2. Agar supaya memudahkan pengumpulan

    keterangan sesuai dengan ayat tersebut di

    atas. maka berkaitan dengan orang-orang

    yang tidak akan mendapatkan pertimbangan

    yang menguntungkan berdasarkan Konvensi

    dan Protokol ini, setiap Pihak dalam sengketa

    harus:

    (a) mencatat keterangan yang diperinci

    dalam pasal 138 dan Konvensi ke empat

  • 44

    yang mengenai orang-orang yang telah

    ditahan, dihukum penjara atau dengan

    cara lain dimasukkan dalam tawanan

    selama lebih dari dua minggu sebagai

    akibat peperangan atau pendudukan, atau

    yang telah meninggal dunia selama dalam

    masa penahanan;

    (b) Sejauh mungkin memudahkan dan

    apabila perlu melaksanakan pencarian

    dan pencatatan keterangan-keterangan

    mengenai orang-orang itu, jika mereka

    itu telah meninggal dalam keadaan

    lain sebagai akibat permusuhan atau

    pendudukan.

    3. Keterangan-keterangan mengenai orang-

    orang yang dilaporkan hilang sesuai dengan

    ayat I dan permintaan-permintaan mengenai

    keterangan-keterangan itu harus dikirimkan

    secara langsung atau melalui Negara Pelindung

    atau Badan Pencarian Pusat dari Komite

    Internasional Palang Merah atau Perhimpunan-

    Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan

    Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah).

    Apabila keterangan itu tidak dikirimkan

    melalui Komite Internasional Palang Merah dan

    Badan Percarian Pusatnya, setiap Pihak dalam

    sengketa harus menjamin bahwa keterangan itu

    juga diberikan kepada Badan Pencarian Pusat.

    4. Pihak-pihak dalam sengketa harus berusaha

    bersepakat mengenai pengaturan-pengaturan

    bagi regu-regu yang akan mencari, mengenal

    dan menemukan kembali yang tewas dari

    daerah-daerah medan pertempuran, termasuk

  • 45

    pengaturan-pengaturan, apabila dianggap

    layak, agar regu-regu tersebut disertai oleh

    tenaga-tenaga dari Pihak lawan pada waktu

    melaksanakan tugasnya di daerah-daerah yang

    dikuasai oleh Pihak lawan. Anggota-anggota

    regu tersebut harus dihormati dan dilindungi

    sewaktu-waktu melaksanakan semata-mata

    tugas-tugas kewajibannya itu.

    Pasal 34 --- Jenazah orang vang tewas.

    1. Jenazah orang-orang yang meninggal karena

    sebab-sebab yang berhubungan dengan

    pendudukan atau di dalam tahanan sebagai

    akibat dari pendudukan atau permusuhan

    dan jenazah dari orang-orang yang bukan

    warganegara dari negara dimana mereka

    meninggal sebagai akibat dari permusuhan

    harus dihormati, dan tempat-tempat kuburan

    semua orang itu harus dihormati, diperlihatkan

    dan ditandai sebagaimana ditetapkan dalam

    Pasal 130 dan Konvensi ke empat, apabila

    jenazah atau kuburan mereka tidak mendapat

    pertimbangan yang lebih menguntungkan

    berdasarkan Konvensi dan Protokol ini.

    2. Segera setelah keadaan dan hubungan antara

    Pihak-pihak yang bermusuhan mengijinkan,

    maka Pihak-Pihak Peserta Agung yang

    wilayah-wilayahnya menjadi tempat letak

    pemakaman itu dan sedapat mungkin pula

    tempat-tempat lain dan jenazah orang-orang

    yang tewas sebagai akibat permusuhan atau

    selama pendudukan atau dalam tahanan, harus

    mengadakan persetujuan-persetujuan agar

    supaya :

  • 46

    (a) memudahkan bagi anggota-anggota

    keluarga yang meninggal dan wakil-wakil

    dari dinas-dinas pencatatan makam resmi

    memasuki tempat-tempat pemakaman

    tersebut dan mengatur persiapan-

    persiapan yang praktis untuk masuk ke

    tempat-tempat pemakaman itu;

    (b) melindungi dan memelihara secara tetap

    tempat-tempat pemakaman itu;

    (c) memudahkan pemulangan jenazah-

    jenazah yang meninggal itu dan barang-

    barang milik pribadinya ke tanah air

    mereka atas permintaanya kecuali jika

    negara itu berkeberatan, atas permintaan

    anggota-anggota keluarganya.

    3. Dalam keadaan tiadanya persetujuan-

    persetujuan seperti yang dimaksud dalam ayat

    huruf (b) dan atau huruf (c) dan apabila negara

    asal dari yang meninggal itu tidak bersedia

    mengurus atas biayanya pemeliharaan tempat-

    tempat pemakaman itu, maka pihak peserta

    Agung yang wilayahnya menjadi tempat letak

    pemakaman itu dapat menawarkan fasilitas

    bagi pemulangan jenazah-jenazah yang tewas

    itu ke negara asalnya. Apabila tawaran seperti

    itu belum diterima, maka setelah habis masa

    waktu lima tahun mulai dari tanggal penawaran

    itu dibuat dan dengan pemberitahuan tepat pada

    waktunya kepada negara asal yang meninggal,

    Pihak Peserta Agung boleh mengambil

    mengatur dalam peraturan undang-undangnya

    sendiri mengenai tempat-tempat penguburan

    dan pemakaman.

  • 47

    4. Suatu Pihak Peserta Agung yang wilayahnya

    menjadi tempat pemakaman seperti dimaksud

    dalam Pasal ini harus diperbolehkan

    mengeluarkan jenazah dari makam hanya ;

    (a) jika sesuai dengan ayat-ayat (2) huruf (c)

    dan (3), atau

    (b) apabila mengeluarkan jenazah dari makam

    itu merupakan soal mengesampingkan

    kepentingan masyarakat termasuk hal-hal

    kepentingan kedokteran dan penyelidikan,

    dalam hal mana Pihak Peserta Agung itu

    harus senantiasa menghormati jenazah,

    dan harus memberitahu negara asal yang

    meninggal itu tentang maksudnya untuk

    mengeluarkan jenazah dan makamnya

    beserta pula dengan perincian tentang

    tempat penguburan kembali yang

    dimaksudkannya.

  • 48

    BAB - III

    CARA-CARA DAN ALAT-ALAT PEPERANGAN

    STATUS KOMBATAN DAN TAWANAN PERANG

    BAGIAN - I --- CARA - CARA DAN ALAT - ALAT

    PEPERANGAN

    Pasal 35 --- Ketentuan-ketentuan dasar

    1. Dalam setiap sengketa bersenjata, hak dari

    Pihak-pihak dalam sengketa untuk memilih

    cara-cara atau alat-alat peperangan tidak tak

    terbatas.

    2. dilarang menggunakan senjata-senjata,

    projektil-projektil dan bahan-bahan dan cara-

    cara peperangan yang bersifat mengakibatkan

    luka (injury) yang berlebihan atau penderitaan

    yang tidak perlu.

    3. dilarang menggunakan cara-cara atau alat-

    alat peperangan yang bertujuan, atau dapat

    diharapkan mengakibatkan kerusakan yang

    hebat, meluas dan berjangka waktu lama

    terhadap keadaan lingkungan alam.

    Pasal 36 --- Senjata-senjata baru.

    Didalam penyelidikan, pengembangan

    menghasilkan atau mendapatkan suatu senjata

    baru, alat-alat atau cara peperangan, suatu

    Pihak Peserta Agung berkewajiban menetapkan

    apakah di dalam keadaan tertentu atau segala

    keadaan penggunaannya tidak akan dilarang

    oleh Protokol ini atau oleh sesuatu peraturan

    lain dari hukum internasional yang berlaku

    terhadap Pihak Peserta Agung tersebut.

  • 49

    Pasal 37 --- Larangan Tindakan Licik

    1. dilarang untuk membunuh, melukai

    atau menawan seorang musuh dengan

    mempergunakan kelicikan. Tindakan-tindakan

    mengelabuhi musuh hingga menyebabkan

    musuh percaya bahwa ia berhak atau

    berkewajiban untuk memberi perlindungan di

    bawah ketentuan-ketentuan hukum internasio-

    nal yang berlaku dalam sengketa bersenjata,

    dengan maksud menghianati kepercayaan itu,

    merupakan kelicikan. Tindakan-tindakan

    berikut ini adalah contoh-contoh kelicikan

    (a) pura-pura bermaksud untuk berunding

    di bawah bendera gencatan senjata atau

    menyerah;

    (b) pura-pura (menyatakan diri) tidak mampu

    karena luka-luka atau sakit;

    (c) Pura-pura sebagai orang sipil, status

    bukan kombatan; dan

    (d) pura-pura status dilindungi dengan

    mempergunakan tanda-tanda, lambang-

    lambang atau pakaian seragam

    Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Negara

    netral atau Negara lainnya bukan pihak

    dalam sengketa.

    2. Tipu daya dalam perang tidak dilarang. Tipu

    daya demikian adalah tindakan-tindakan yang

    bertujuan untuk menyesatkan seorang musuh

    atau untuk membujuknya berbuat tidak hati-

    hati tetapi yang tidak melanggar ketentuan

    hukum internasional yang berlaku dalam

    sengketa bersenjata dan yang bukan merupakan

    kelicikan karena tipu daya itu mengundang

  • 50

    kepercayaan dari seorang musuh berkenaan

    dengan perlindungan di bawah hukum

    internasional. Contoh-contoh tentang tipu daya

    seperti itu adalah sebagai berikut: penggunaan

    penyamaran, umpan, gerakan militer tipuan

    dan keterangan yang menyesatkan.

    Pasal 38 --- Lambang-lambang yang diakui

    1. dilarang mempergunakan tidak selayaknya

    lambang pengenal palang merah, bulan sabit

    merah atau singa dan matahari merah atau

    lambang-lambang, tanda-tanda atau isyarat-

    isyarat lainnya yang telah ditetapkan oleh

    Konvensi atau oleh Protokol ini. Juga dilarang

    menyalahgunakan dengan sengaja di dalam

    suatu sengketa bersenjata lambang-lambang,

    tanda-tanda atau isyarat-isyarat, termasuk

    bendera gencatan senjata dan lambang

    perlindungan harta benda kebudayaan.

    2. Dilarang mempergunakan lambang pengenal

    Perserikatan Bangsa-Bangsa, kecuali jika

    dikuasakan penggunaannya oleh Organisasi

    tersebut.

    Pasal 39 --- Lambang-lambang Kebangsaan

    1. Dilarang mempergunakan di dalam suatu

    sengketa bersenjata bendera-bendera atau

    lambang-lambang, lencana-lencana atau

    pakaian-pakaian seragam militer dari negara-

    negara netral atau negara lainnya yang bukan

    pihak-pihak dalam sengketa.

  • 51

    2. Dilarang mempergunakan bendera-bendera

    atau lambang-lambang, lencana-lencana atau

    pakaian seragam militer dari Pihak-pihak

    lawan pada waktu melancarkan serangan-

    serangan atau untuk menghalang-halangi.

    menguntungkan, melindungi gerakan-gerakan

    militer.

    3. Tidak satupun ketentuan dalam Pasal ini atau

    dalam Pasal 37, ayat (I) huruf d, mempengaruhi

    ketentuan-ketentuan hukum internasional

    yang telah ada dan diakui secara umum yang

    berlaku pada kegiatan mata-mata atau untuk

    penggunaan bendera-bendera di dalam cara

    melakukan sengketa bersenjata di laut.

    Pasal 40 --- Markas

    Dilarang memerintahkan bahwa tidak boleh

    ada seorangpun dibiarkan hidup. mengancam

    seorang musuh dengan cara demikian atau

    melakukan permusuhan atas dasar hal

    tersebut.

    Pasal 41 --- Perlindungan bagi seorang musuh yang "hors

    de combat

    1. Seorang yang diakui atau yang didalam keadaan

    tertentu, harus diakui sebagai hors de combat

    tidak boleh dijadikan sasaran serangan.

    2. Seseorang adalah hors de combat apabila :

    (a) ia berada didalam kekuasaan suatu Pihak

    lawan;

    (b) ia terang-terangan menyatakan suatu

    maksud untuk menyerah, atau

  • 52

    (c) ia telah diserahkan dalam keadaan tidak

    sadar atau kalau tidak dalam keadaan

    tidak berdaya disebabkan oleh luka-luka

    atau sakit dan karenanya tidak mampu

    membela diri.

    asalkan didalam setiap hal-hal tersebut itu

    ia sama sekali tidak melakukan sesuatu

    tindakan bermusuhan dan tidak mencoba

    melarikan diri.

    3. Apabila orang-orang yang berhak atas

    perlindungan sebagai tawanan-tawanan perang

    jatuh kedalam kekuasaan suatu Pihak lawan

    didalam keadaan-keadaan tempur yang tidak

    biasa yang tidak memungkinkan pengungsian

    mereka sebagaimana ditetapkan dalam Bab

    III, Bagian I dan Konvensi ketiga, mereka ini

    harus dibebaskan dan segala tindakan-tindakan

    pencegahan yang dapat dilakukan harus diambil

    untuk menjamin keselamatan mereka.

    Pasal 42 --- Penumpang - penumpang Alat Angkutan Udara

    1. Tidak seorangpun yang terjun dengan payung

    dan sebuah alat angkutan udara yang dalam

    keadaan bahaya (distress) boleh dijadikan

    sasaran serangan selama dalam penerjunannya

    itu.

    2. Setelah sampai di darat didalam wilayah yang

    dikuasai suatu Pihak lawan, seseorang yang

    telah terjun payung dan sebuah alat angkutan

    udara dalam keadaan bahaya harus diberi

    kesempatan untuk menyerah sebelum dijadikan

    sasaran serangan, kecuali jelas bahwa ia

    melakukan suatu tindakan permusuhan.

  • 53

    3. Pasukan-pasukan lintas udara tidak dilindungi

    oleh Pasal ini.

    BAGIAN - II --- STATUS KOMBATAN DAN TAWANAN

    PERANG

    Pasal 43 --- Angkatan Perang.

    1. Angkatan perang dari suatu Pihak dalam

    sengketa terdiri dari semua angkatan, kelompok-

    kelompok dan satuan-satuan bersenjata yang

    diorganisir yang berada dibawah suatu komando

    yang bertanggung jawab kepada Pihak tersebut

    atas perbuatan bawahannya, bahkan apabila

    Pihak tersebut diwakili oleh sebuah Pemerintah

    atau suatu kekuasaan yang tidak diakui oleh

    suatu Pihak lawan. Angkatan Perang seperti

    itu harus tunduk pada suatu peraturan disiplin

    tentara, yang intern alia, harus berlaku sesuai

    dengan ketentuan hukum internasional yang

    dapat diterapkan dalam sengketa bersenjata.

    2. Anggota-anggota angkatan perang dari suatu

    Pihak dalam sengketa (selain dari tenaga-

    tenaga kesehatan dan rokhaniwan-rokhaniwan

    sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan

    Konvensi ketiga) adalah kombatan, yaitu

    mereka yang mempunyai hak untuk turut serta

    secara langsung dalam permusuhan.

    3. Apabila suatu pihak dalam sengketa

    menggabungkan kedalam angkatan perangnya

    para militer atau badan penegak hukum yang

    bersenjata, maka Pihak itu harus memberitahu

    Pihak-pihak lain dalam sengketa.

  • 54

    Pasal 44 --- Kombatan dan Tawanan Perang.

    1. Setiap kombatan, sebagaimana dirumuskan

    dalam Pasal 43, yang jatuh ke dalam kekuasaan

    Pihak lawan harus menjadi tawanan perang.

    2. Walaupun semua kombatan berkewajiban

    mematuhi ketentuan-ketentuan hukum

    internasional yang berlaku dalam sengketa

    bersenjata, pelanggaran-pelanggaran

    terhadap ketentuan-ketentuan itu tidak boleh

    menghilangkan hak seorang kombatan sebagai

    kombatan atau haknya sebagai seorang tawanan

    perang, jika ia jatuh kedalam kekuasaan Pihak

    lawan, kecuali sebagaimana ditetapkan dalam

    ayat-ayat 3 dan 4.

    3. Untuk meningkatkan perlindungan bagi

    penduduk sipil dari akibat-akibat peperangan,

    maka kombatan-kombatan wajib membedakan

    diri dari penduduk sipil ketika mereka sedang

    terlibat dalam suatu serangan atau dalam

    suatu operasi militer sebagai persiapan untuk

    suatu serangan. Akan tetapi, dengan mengakui

    bahwa terdapat keadaan-keadaan didalam

    sengketa bersenjata dimana seorang kombatan-

    kombatan bersenjata tidak dapat membedakan

    diri dari penduduk sipil disebabkan oleh

    sifat peperangan itu, maka ia harus tetap

    mendapatkan kedudukannya sebagai kombatan,

    asalkan saja dalam keadaan seperti itu ia

    membawa senjatanya secara terang-terangan :

    (a) selama setiap pertempuran (military

    engagement), dan

  • 55

    (b) selama waktu ia dapat dilihat oleh pihak

    musuhnya ketika ia sedang terlibat dalam

    suatu penyebaran militer menjelang

    dilancarkannya suatu serangan dimana ia

    ikut serta.

    Tindakan-tindakan yang sesuai dengan

    persyaratan dalam ayat ini tidak

    boleh dianggap sebagai tindakan licik

    sebagaimana dimaksud Pasal 37, ayat 1

    huruf c.

    4. Seorang kombatan yang jatuh kedalam

    kekuasaan suatu pihak lawan ketika ia

    dalam keadaan tidak memenuhi persyaratan-

    persyaratan yang disebut dalam kalimat kedua

    ayat 3 itu akan kehilangan haknya sebagai

    seorang tawanan perang, namun demikian

    kepadanya akan diberikan perlindungan yang

    sama dalam segala hal seperti yang diberikan

    kepada tawanan perang oleh Konvensi Ketiga

    dan oleh Protokol ini. Perlindungan ini

    mencakup perlindungan-perlindungan yang

    sama dengan yang diberikan kepada tawanan-

    tawanan perang oleh Konvensi Ketiga dalam

    hal dimana seseorang diadili dan dihukum

    karena pelanggaran yang dilakukannya.

    5. Setiap kombatan yang jatuh ke dalam kekuasaan

    suatu pihak lawan pada saat tidak terlibat dalam

    suatu serangan atau dalam suatu operasi militer

    sebagai persiapan untuk suatu serangan tidak

    akan kehilangan hak-haknya sebagai seorang

    kombatan dan sebagai tawanan perang karena

    kegiatan-kegiatannya sebelumnya.

  • 56

    6. Pasal ini sama sekali tidak mengurangi hak

    seseorang sebagai seorang tawanan perang

    sesuai dengan Pasal 4 dari Konvensi Ketiga.

    7. Pasal ini tidak dimaksudkan untuk merubah

    praktek negara yang telah diterima secara umum

    yang berhubungan dengan pemakaian seragam

    oleh kombatan-kombatan yang ditugaskan

    pada satuan-satuan reguler berseragam dan

    bersenjata suatu Pihak dalam sengketa.

    8. Selain dari pada golongan-golongan

    (categories) orang-orang yang disebut dalam

    Pasal 13 dari Konvensi Pertama dan Kedua,

    semua anggota angkatan perang dari suatu

    Pihak dalam sengketa seperti dirumuskan

    dalam Pasal 43 dari Protokol ini, akan diberi

    hak mendapatkan perlindungan berdasarkan

    Konvensi-Konvensi tersebut jika mereka itu

    luka-luka atau sakit atau dalam hak Konvensi

    Kedua, korban karam di laut atau di perairan

    lainnya.

    Pasal 45 --- Perlindungan bagi orang-orang yang telah ikut

    serta dalam permusuhan.

    1. Seorang yang ikut serta dalam permusuhan dan

    jatuh kedalam kekuasaan suatu Pihak lawan

    akan dianggap sebagai tawanan perang, dan

    oleh karena itu akan dilindungi oleh Konvensi-

    konvensi Ketiga, apabila ia menuntut status

    demikian, atau apabila tampaknya ia berhak

    akan status semacam itu atau apabila Pihak

    yang ia taati menuntut kedudukan demikian

    atas namanya dengan pemberitahuan kepada

  • 57

    Negara penahan atau kepada Negara Pelindung.

    Apabila timbul suatu keragu-raguan apakah

    orang semacam itu berhak akan status tawanan

    perang, ia akan tetap mempunyai status itu

    dan oleh karenanya akan dilindungi oleh

    Konvensi Ketiga dan oleh Protokol ini sampai

    saat statusnya ditetapkan oleh Mahkamah yang

    berwenang.

    2. Apabila seseorang yang telah jatuh dalam

    kekuasaan suatu Pihak lawan tidak ditahan

    sebagai seorang tawanan perang dan akan

    diadili oleh Pihak tersebut karena suatu

    pelanggaran yang timbul dari permusuhan ia

    harus mendapat hak untuk mengemukakan

    haknya atas status tawanan perang di hadapan

    suatu Mahkamah dan memohon masalah

    tersebut diputuskan.

    Apabila prosedur yang dapat diterapkan,

    memberi kemungkinan keputusan ini akan

    ditetapkan sebelum pemeriksaan pengadilan

    atas pelanggarannya. Wakil-wakil dari

    Negara Pelindung berhak untuk menghadiri

    sidang-sidang Mahkamah dimana masalah

    itu diputuskan, kecuali dalam keadaan yang

    sangat khusus, persidangan tersebut diadakan

    in camera untuk kepentingan keamanan negara.

    Dalam keadaan demikian, Negara Penahan

    harus memberitabukan secepatnya kepada

    Negara Pelindung.

    3. Setiap orang yang telah ikut serta dalam

    permusuhan yang tidak berhak akan status

    tawanan perang dan yang tidak mendapat

    perlakuan yang lebih menguntungkan sesuai

    dengan Konvensi Keempat setiap saat akan

  • 58

    berhak mendapat perlindungan dari Pasal 75

    Protokol ini. Dalam wilayah pendudukan,

    setiap orang seperti itu, kecuali jika ia ditahan

    sebagai seorang mata-mata harus juga berhak

    atas hak-haknya berkomunikasi berdasarkan

    Konvensi tersebut, sekalipun ada Pasal 5 dari

    Konvensi Keempat itu.

    Pasal 46 --- Mata-mata

    1. Tanpa mengecualikan ketentuan lain dan

    Konvensi atau Protokol ini, setiap anggota

    angkatan perang dari suatu Pihak dalam

    sengketa yang jatuh ke dalam kekuasaan suatu

    Pihak lawan ketika sedang melakukan kegiatan

    mata-mata tidak akan mempunyai hak atas

    status tawanan perang dan akan diperlakukan

    sebagai mata-mata.

    2. Seorang anggota angkatan perang dari

    suatu pihak dalam sengketa yang atas nama

    Pihak dimana ia bergabung, berada dan di

    wilayah yang dikuasai oleh Pihak lawan,

    mengumpulkan atau berusaha mengumpulkan

    keterangan-keterangan tidak akan dianggap

    melakukan kegiatan mata-mata apabila ia pada

    waktu berbuat demikian mengenakan pakaian

    seragam angkatan perangnya.

    3. Seorang anggota angkatan perang dari

    Pihak dalam sengketa yang menjadi seorang

    penduduk dari wilayah yang diduduki Pihak

    lawan dan yang, atas nama Pihak dimana ia

    bergabung, mengumpulkan atau berusaha

    mengumpulkan keterangan-keterangan bernilai

    militer di wilayah tersebut, tidak akan dianggap

  • 59

    melakukan perbuatan mata-mata kecuali

    apabila ia melakukannya dengan tindakan yang

    tidak benar /palsu atau sengaja dengan cara

    diam-diam. Lagi pula, penduduk seperti itu

    tidak akan kehilangan haknya mendapat status

    tawanan perang dan tidak dapat diperlakukan

    sebagai seorang mata-mata kecuali jika ia

    ditangkap ketika sedang melakukan kegiatan

    mata-mata.

    4. Anggota angkatan perang dan suatu Pihak

    dalam sengketa yang bukan penduduk wilayah

    yang diduduki oleh Pihak lawan dan yang

    telah melakukan kegiatan mata-mata di dalam

    wilayah tersebut tidak akan kehilangan haknya

    akan status tawanan perang dan tidak dapat

    diperlakukan sebagai seorang mata-mata

    kecuali jika ia tertangkap sebelum ia bergabung

    kembali dengan angkatan perang dimana ia

    menjadi anggotanya.

    Pasal 47 --- Tentara Bayaran

    1. Tentara bayaran tidak akan mendapat hak

    sebagai seorang kombatan atau seorang

    tawanan perang.

    2. Tentara bayaran adalah setiap orang yang :

    (a) direkrut secara lokal atau diluar Negara

    itu untuk bertempur di dalam suatu

    sengketa bersenjata.

    (b) yang secara nyata ikut serta dalam

    permusuhan;

    (c) mempunyai motifasi untuk ikut serta

    dalam permusuhan terutama karena

  • 60

    keinginan mendapat keuntungan pribadi

    yang dijanjikan oleh atau atas nama Pihak

    dalam sengketa, konpensasi material yang

    jauh melebihi yang dijanjikan kepada atau

    dibayarkan kepada kombatan yang nama,

    pangkat atau fungsi dalam kekuatan

    bersenjata dari pihak tersebut.

    (d) bukan warganegara dari suatu Pihak

    dalam sengketa ataupun bukan penduduk

    wilayah yang dikuasai oleh suatu Pihak

    dalam sengketa:

    (e) bukan anggota angkatan perang suatu

    pihak dalam sengketa; dan

    (f) tidak dikirim oleh suatu negara yang

    bukan Pihak dalam sengketa untuk

    bertugas resmi sebagai anggota dan

    angkatan perangnya.

  • 61

    BAB - IV

    PENDUDUK SIPIL

    BAGIAN - I --- PERLINDUNGAN UMUM

    TERHADAP AKIBAT

    PERMUSUHAN.

    SUB BAGIAN - I --- KETENTUAN DASAR DAN

    PENERAPANNYA DILAPANGAN

    Pasal 48 --- Ketentuan dasar

    Agar dapat dijamin penghormatan dan

    perlindungan terhadap penduduk sipil dan

    obyek sipil, Pihak-Pihak dalam sengketa setiap

    saat harus membedakan penduduk sipil dari

    kombatan dan antara obyek sipil dan sasaran

    militer dan karenanya harus mengarahkan

    operasinya hanya terhadap sasaran-sasaran

    militer saja.

    Pasal 49 --- Definisi tentang serangan dan ruang lingkup

    penerapan.

    1. Serangan berarti tindakan kekerasan terhadap

    pihak lawan, baik dalam penyerangan atau

    dalam pertahanan.

    2. Ketentuan-ketentuan Protokol ini yang

    berhubungan dengan serangan berlaku bagi

    semua serangan dalam wilayah mana saja

    dilaksanakan, termasuk wilayah nasional milik

    Pihak dalam sengketa tetapi yang berada di

    bawah pengawasan Pihak lawan.

  • 62

    3. Ketentuan-ketentuan dari Bagian ini berlaku

    bagi setiap peperangan darat, udara atau laut

    yang dapat mempengaruhi penduduk sipil,

    perorangan sipil atau obyek sipil di darat.

    Selanjutnya ketentuan-ketentuan tersebut

    berlaku juga bagi semua serangan dari laut

    atau dari udara terhadap sasaran di darat, akan

    tetapi dengan cara lain tidak mempengaruhi

    ketentuan-ketentuan hukum internasional yang

    berlaku dalam sengketa bersenjata di laut atau

    di udara.

    4. Ketentuan-ketentuan dari Bagian ini menambah

    ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan

    perlindungan kemanusiaan yang tercantum di

    dalam Konvensi Keempat, terutama Bab II

    nya, dan perjanjian-perjanjian internasional

    lainnya yang mengikat Para pihak Peserta

    Agung, maupun ketentuan-ketentuan hukum

    internasional lainnya yang berhubungan

    dengan perlindungan orang sipil dan obyek

    sipil didarat, di laut ataupun di udara dari

    akibat permusuhan.

    SUB BAGIAN - II --- ORANG-ORANG SIPIL DAN