protokol tambahan 1977
TRANSCRIPT
-
PROTOKOL TAMBAHANPADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA
12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN
PERTIKAIAN-PERTIKAIAN BERSENJATA INTERNASIONAL (PROTOKOL I) DAN
BUKAN INTERNASIONAL (PROTOKOL II)
Disusun oleh :
DIREKTORAT JENDERAL
ADMINISTRASI HUKUM UMUM
DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2003
-
PROTOKOL TAMBAHANPADA KONVENSI-KONVENSI JENEWA
12 AGUSTUS 1949 DAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN KORBAN-KORBAN
PERTIKAIAN-PERTIKAIAN BERSENJATA INTERNASIONAL (PROTOKOL I) DAN
BUKAN INTERNASIONAL (PROTOKOL II)
Disusun oleh :
DIREKTORAT JENDERAL
ADMINISTRASI HUKUM UMUM
DEPARTEMEN KEHAKIMAN DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA
2003
-
PENGANTAR
Memahami akan pentingnya data informasi yang lengkap,
sistematis dan akurat mengenai Terjemahan Protokol I dan II
Konvensi Jenewa Tahun 1949, maka diterbitkan Buku Terjemahan
Protokol Tambahan pada Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus
1949 dan yang berhubungan dengan Perlindungan Korban-korban
Pertikaian-pertikaian Bersenjata Internasional (Protokol I) dan
Bukan Internasional (Protokol II).
Penerbitan buku ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat
dan instansi-instansi, baik pemerintah maupun swasta, serta
kalangan akademisi di dalam mencari data mengenai Keputusan
Presiden tentang amnesti, abolisi dan rehabilitasi.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan, sehingga memungkinkan terlaksananya penerbitan buku
himpunan ini, disampaikan ucapan terima kasih.
Semoga penerbitan Buku Terjemahan Protokol Tambahan
pada Konvensi-konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 dan yang
berhubungan dengan Perlindungan Korban-korban Pertikaian-
pertikaian Bersenjata Internasional (Protokol I) dan Bukan
Internasional (Protokol II), akan bermanfaat bagi masyarakat dan
dapat memudahkan kelancaran pelaksanaan tugas bagi instansi
yang memerlukannya.
Jakarta, Agustus 2003
DIREKTUR JENDERAL
ADMINISTRASI HUKUM UMUM
ZULKARNAIN YUNUS, S.H., M.H.
NIP. 040034478
iii
-
1PROTOKOL - I
PROTOKOL TAMBAHAN PADA KONVENSI-
KONVENSI JENEWA 12 AGUSTUS 1949, DAN YANG
BERHUBUNGAN DENGAN PERLINDUNGAN
KORBAN-KORBAN SENGKETA-SENGKETA
BERSENJATA INTERNASIONAL
(PROTOKOL -I)
PEMBUKAAN
Pihak-Pihak Peserta Agung,
Mengumumkan hasrat keinginan mereka yang
sungguh-sungguh untuk melihat terwujudnya, perdamaian
diantara rakyat-rakyat.
Mengingat bahwa sesuai dengan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa setiap negara berkewajiban untuk tidak
melakukan ancaman atau penggunaan kekerasan di dalam
hubungan-hubungan internasionalnya terhadap kedaulatan,
keutuhan wilayah atau kemerdekaan politik dari sesuatu
Negara, atau dengan cara apapun lainnya yang bertentangan
dengan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Berpendapat, sekalipun demikian, perlu menegaskan
kembali dan mengembangkan ketentuan-ketentuan yang
melindungi para korban sengketa-sengketa bersenjata
dan melengkapi tindakan-tindakan yang bertujuan untuk
memperkuat kembali penerapannya.
Menyatakan keyakinan mereka bahwa tidak satupun
ketentuan di dalam protokol ini atau di dalam Konvensi-
konvensi Jenewa tanggal 12 Agustus 1949 dapat diartikan
sebagai mengesahkan atau mengijinkan setiap tindakan
agresi atau setiap penggunaan kekerasan yang bertentangan
dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.
-
2 Menegaskan kembali selanjutnya bahwa
ketentuan-ketentuan dari Konvensi-Konvensi Jenewa
tanggal 12 Agustus 1949 dan Protokol ini harus diterapkan
sepenuhnya di dalam segala keadaan bagi semua orang yang
dilindungi oleh persetujuan-persetujuan tersebut tanpa suatu
pembedaan yang merugikan yang didasarkan atas sifat atau
asal mula sengketa bersenjata itu atau atas sebab-sebab yang
ditimbulkan oleh atau yang dianggap berasal dari Pihak-
pihak dalam sengketa.
Telah menyetujui sebagai berikut :
BAB - I
KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
Pasal 1 --- Asas-asas umum dan ruang lingkup penerapan
1. Pihak-pihak Peserta Agung berjanji untuk
menghormati dan menjamin dihormatinya
Protokol ini dalam segala keadaan.
2. Dalam hal-hal yang tidak tercantum di dalam
Protokol ini atau di dalam persetujuan-
persetujuan internasional 1ainnya, orang-orang
sipil dan kombatan-kombatan tetap berada di
bawah perlindungan dan kekuasaan asas-asas
hukum internasional yang berasal dari kebiasaan
yang telah berlaku, dari asas-asas kemanusiaan
dan dari suara hati nurani rakyat.
3. Protokol ini, yang melengkapi Konvensi-
konvensi Jenewa 12 Agustus 1949 untuk
perlindungan korban-korban perang, harus
berlaku di dalam situasi-situasi yang disebut
dalam pasal 2 yang umum dikenal pada
Konvensi-Konvensi tersebut.
-
3 4. Yang dimaksud situasi-situasi di dalam ayat
di atas termasuk pula sengketa-sengketa
bersenjata yang didalamnya rakyat-rakyat
sedang berperang melawan dominasi
kolonial dan pendudukan asing dan melawan
pemerintahan-pemerintahan rasialis untuk
melaksanakan hak menentukan nasib sendiri
mereka, sebagaimana yang dijunjung tinggi
di dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan Deklarasi tentang Asas-asas Hukum
Internasional mengenai Hubungan-hubungan
Persahabatan dan Kerjasama di antara Negara-
Negara sesuai dengan Piagam Perserikatan
Bangsa-bangsa.
Pasal 2 --- Definisi - definisi
Untuk tujuan-tujuan Protokol ini :
(a) Konvensi Pertama, Konvensi Kedua,
Konvensi Ketiga dan Konvensi
Keempat", masing-masing berarti
Konvensi Jenewa untuk Perbaikan
Keadaan yang luka dan sakit dalam
Angkatan Perang di Medan Pertempuran,
tanggal 12 Agustus 1949, Konvensi
Jenewa untuk Perbaikan Keadaan
Anggota Angkatan Perang di Laut yang
Luka, Sakit dan Korban Karam. tanggal
12 Agustus 1949; Konvensi Jenewa
mengenai Periakuan Tawanan Perang.
tanggal 12 Agustus 1949; Konvensi
Jenewa mengenai Perlindungan Orang-
orang Sipil di Waktu Perang tanggal
12 Agustus 1949; untuk perlindungan
korban-korban Perang;
-
4 (b) Peraturan-peraturan hukum internasional
yang dapat diterapkan dalam sengketa
bersenjata berarti peraturan-peraturan
yang dapat diterapkan dalam sengketa
bersenjata seperti yang dimaksudkan
di dalam persetujuan-persetujuan
internasional yang didalamnya yang
diartikan dengan Pihak-Pihak dalam
sengketa adalah Pihak-pihak, dan asas-
asas dan peraturan-peraturan hukum
internasional yang secara umum diakui
yang dapat diterapkan dalam sengketa
bersenjata;
(c) Negara Pelindung berarti sebuah negara
netral atau negara lainnya bukan pihak
dalam sengketa yang telah ditunjuk oleh
suatu Pihak dalam sengketa dan disetujui
oleh Pihak lawannya dan yang telah
menyetujui untuk melaksanakan fungsi-
fungsi yang dibebankan kepada suatu
Negara Pelindung berdasarkan Konvensi
dan Protokol ini;
(d) pengganti berarti suatu organisasi yang
bertindak menggantikan suatu Negara
Pelindung sesuai dengan Pasal 5.
Pasal 3 --- Permulaan dan akhir penerapan.
Tanpa mengurangi arti ketentuan-ketentuan
yang dapat diterapkan di segala waktu :
(a) Konvensi dan Protokol ini harus berlaku
sejak dari permulaan setiap situasi seperti
yang disebut dalam Pasal I dari Protokol ini;
-
5 (b) Penerapan Konvensi dan Protokol ini
harus berakhir, di wilayah pihak-pihak
dalam sengketa, pada saat diakhirinya
secara umum operasi-operasi militer dan
dalam hal wilayah-wilayah yang diduduki,
pada saat diakhirinya pendudukan itu
kecuali, didalam kedua keadaan tersebut,
bagi orang-orang yang pembebasan
terakhir, pemulangan atau penempatan
kembali mereka berlangsung sesudahnya.
Orang-orang ini harus tetap memperoleh
manfaat dari ketentuan-ketentuan
yang bersangkutan dari Konvensi dan
Protokol ini sampai pembebasan terakhir,
pemulangan dan penempatan kembali
mereka.
Pasal 4 --- Kedudukan hukum pihak - pihak dalam
sengketa.
Penerapan Konvensi itu dan Protokol ini,
maupun diadakan persetujuan-persetujuan
yang mengukuhkannya, tidak boleh
mempengaruhi kedudukan hukum dari Pihak-
Pihak dalam sengketa. Baik pendudukan
suatu wilayah ataupun penerapan Konvensi
dan Protokol ini tidak boleh mempengaruhi
kedudukan hukum dari wilayah yang masih
menjadi masalah.
Pasal 5 --- Penunjukan negara-negara pelindung dan
penggantinya.
1. Kewajiban dari Pihak-pihak dalam sengketa
untuk sejak permulaan sengketa itu menjamin
pengawasan dan pelaksanaan Konvensi
-
6itu dan Protokol ini dengan penerapan sistim
Negara-Negara Pelindung, termasuk inter alia -
penunjukan dan penerimaan negara-negara itu,
sesuai dengan ayat-ayat berikut ini. Negara-
negara Pelindung harus berkewajiban menjaga
kepentingan-kepentingan dari Pihak-Pihak
dalam sengketa.
2. Sejak dari permulaan situasi termaksud dalam
Pasal l, setiap Pihak dalam sengketa tanpa
menunda-nunda harus menunjuk sebuah
negara pelindung untuk tujuan menerapkan
Konvensi dan Protokol ini, begitu pula tanpa
menunda-nunda dan untuk tujuan yang sama
harus mengijinkan kegiatan-kegiatan sebuah
Negara Pelindung yang telah disetujuinya
setelah penunjukan oleh Pihak lawannya.
3. Apabila sejak dari permulaan situasi termaksud
dalam Pasal 1, sebuah Negara Pelindung
belum ditunjuk atau disetujui, maka Komite
Internasional Palang Merah, tanpa mengurangi
hak dari sesuatu organisasi kemanusiaan
yang tak berpihak lainnya untuk berbuat
serupa, harus menawarkan jasa-jasa baiknya
kepada Pihak-Pihak dalam sengketa dengan
mengingat kepada penunjukkan tanpa ditunda-
tunda sebuah Negara Pelindung yang disetujui
oleh Pihak-pihak dalam sengketa. Untuk
tujuan itu maka ia, inter alia, boleh meminta
masing-masing Pihak memberikan kepadanya
sebuah daftar dari sedikitnya lima negara yang
oleh pihak tersebut dianggap dapat diterima
untuk bertindak sebagai Negara Pelindung
atas namanya dalam hubungan dengan pihak
-
7lawannya, dan meminta kepada setiap pihak
lawan untuk memberikan sebuah daftar dari
sedikitnya lima negara yang akan diterima
sebagai Negara Pelindung dari Pihak Pertama;
daftar-daftar ini harus disampaikan kepada
Komite (Internasional Palang Merah ) di dalam
waktu dua minggu setelah menerima permintaan;
Komite tersebut harus memperbandingkannya
dan mencari persetujuan atas sesuatu negara
yang diusulkan yang namanya tercantum
didalam kedua daftar tersebut.
4. Apabila tidak ada Negara Pelindung, walaupun
adanya ayat tersebut diatas, maka Pihak-
pihak dalam sengketa harus menerima tanpa
menunda-nunda tawaran yang mungkin dibuat
oleh Komite Internasional Palang Merah atau
oleh suatu organisasi lainnya yang menawarkan
semua jaminan tidak berpihak dan upaya-
upaya, setelah konsultasi gang harus diadakan
dengan Pihak-Pihak yang dimaksud dan
memperhatikan hasil konsultasi itu. untuk
bertindak sebagai pengganti. Berfungsinya
pengganti itu harus mendapatkan persetujuan
dari Pihak-Pihak dalam sengketa; Pihak-pihak
dalam sengketa harus melakukan setiap usaha
untuk memungkinkan dilakukannya operasi-
operasi oleh organisasi pengganti didalam
melaksanakan kewajiban-kewajibannya
berdasarkan Konvensi dan Protokol ini.
5. Sesuai dengan Pasal 4, penunjukan dan
penerimaan Negara Pelindung untuk tujuan
menerapkan Konvensi dan Protokol ini tidak
boleh mempengaruhi kedudukan hukum dari
-
8Pihak-pihak dalam sengketa atau dari sesuatu
wilayah, termasuk wilayah yang diduduki.
6. Pemeliharaan hubungan-hubungan diplomatik
antara Pihak-pihak dalam sengketa atau
pemberian kepercayaan untuk melindungi
kepentingan-kepentingan sesuatu Pihak dan
warga negaranya kepada sebuah Negara ketiga
sesuai dengan ketentuan-ketentuan hukum
Internasional mengenai hubungan-hubungan
diplomatik tidak merupakan penghalang bagi
ditunjuknya Negara-negara Pelindung untuk
tujuan menerapkan Konvensi dan Protokol ini.
7. Setiap sebutan suatu Pelindung selanjutnya di
dalam Protokol ini termasuk pula pengganti.
Pasal 6 --- Orang-orang yang memenuhi syarat keahlian
1. Pihak-pihak Peserta Agung dengan bantuan
Perhimpunan-Perhimpunan Palang Merah
Nasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan
Matahari Merah) harus berusaha juga dimasa
damai, untuk mendidik tenaga-tenaga yang
memenuhi syarat keahlian guna memungkinkan
pelaksanaan Konvensi dan Protokol ini, dan
khususnya kegiatan-kegiatan Negara-negara
Pelindung.
2. Pengadaan tenaga-tenaga tersebut dan
pelatihannya berada di dalam yurisdiksi dalam
negeri.
3. Komite Internasional Palang Merah harus
memiliki bagi kepentingan Pihak-pihak Peserta
Agung daftar-daftar tenaga-tenaga yang sudah
-
9terdidik sedemikian yang mungkin untuk tujuan
itu telah ditetapkan dan dikirimkan kepadanya
oleh Pihak-pihak Peserta Agung.
4. Didalam setiap hal, syarat-syarat yang
mengatur dipekerjakannya tenaga-tenaga itu
diluar wilayah nasional, harus tunduk pada
persetujuan-persetujuan khusus antara pihak-
pihak yang bersangkutan.
Pasal 7 --- Sidang-sidang
Negara penyimpan Protokol ini harus
mengadakan sidang dari Pihak-pihak Peserta
Agung, atas permintaan dari satu atau lebih
Pihak-pihak tersebut itu dan atas persetujuan
suara terbanyak dari pihak-pihak tersebut,
untuk mempertimbangkan masalah-masalah
umum mengenai penerapan Konvensi dan
Protokol.
-
10
BAB - II
YANG LUKA, SAKIT DAN KORBAN KARAM
BAGIAN - I --- PERLINDUNGAN UMUM
Pasal 8 --- Peristilahan
Untuk tujuan-tujuan dari Protokol ini :
(a) yang dimaksud dengan yang luka dan
yang sakit adalah orang-orang, baik
militer maupun sipil yang karena trauma,
penyakit atau gangguan mental atau
ketidak-mampuan jasmani, memerlukan
bantuan atau perawatan kesehatan, dan
yang menjauhkan diri dari setiap tindakan
permusuhan.
lstilah-istilah ini juga meliputi hal-hal
kesehatan ibu, bayi-bayi yang baru lahir
dan orang-orang lainnya yang mungkin
memerlukan bantuan atau perawatan
kesehatan yang segera, seperti halnya ibu-
ibu yang lemah atau sedang mengandung,
dan yang menjauhkan diri dari tindakan
permusuhan.
(b) yang dimaksud dengan korban karam
adalah orang-orang baik militer maupun
sipil, yang hidupnya berada dalam
hahaya di laut maupun di perairan lainnya
sebagai akibat kemalangan yang dialami
oleh mereka atau oleh kapal atau alat
angkutan udara yang membawa mereka
dan yang tidak melakukan tindakan
permusuhan. Orang-orang ini asalkan
-
11
mereka terus menjauhkan diri dari
setiap tindakan permusuhan, akan tetap
dianggap sebagai korban karam selama
penyelamatan mereka sampai mereka
memperoleh kedudukan lain berdasarkan
Konvensi dan Protokol ini;
(c) yang dimaksud dengan anggota-anggota
dinas kesehatan adalah orang-orang
yang oleh suatu Pihak dalam sengketa
ditugaskan khusus untuk tujuan-tujuan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (e) atau untuk administrasi satuan-
satuan kesehatan atau untuk pelaksanaan
kerja atau administrasi pengangkutan
kesehatan. Penugasan-penugasan itu
dapat bersifat tetap atau sementara. Di
dalam istilah ini termasuk:
(i) tenaga-tenaga dinas kesehatan
dan suatu pihak dalam sengketa,
baik militer maupun sipil.
termasuk mereka yang diterangkan
didalam Konvensi Pertama dan
Konvensi Kedua, dan mereka yang
ditugaskan pada organisasi-
organisasi pertahanan sipil:
(ii) tenaga-tenaga kesehatan dari
Perhimpunan-Perhimpunan Palang
Merah Nasional (Bulan Sabit Merah,
Singa dan Matahari Merah) dan
perhimpunan-perhimpunan pemberi
bantuan sukarela nasional lainnya
yang patut diakui dan diberi kuasa
oleh suatu pihak dalam sengketa;
-
12
(iii) tenaga-tenaga kesehatan dari satuan
kesehatan atau pengangkutan
kesehatan seperti diterangkan
didalam Pasal 9, ayat (2).
(d) yang dimaksud dengan anggota-anggota
dinas keagamaan adalah rokhaniwan-
rokhaniwan, militer maupun sipil, seperti
petugas agama, yang khusus bekerja pada
tempat ibadah mereka dan ditugaskan :
(i) pada angkatan Perang dari Pihak
dalam sengketa;
(ii) pada satuan kesehatan atau
pengangkutan kesehatan dan Pihak
dalam sengketa;
(iii) pada satuan kesehatan atau
pengangkutan kesehatan seperti
diterangkan dalam Pasal 9, ayat (2);
atau
(iv) pada organisasi pertahanan sipil dan
Pihak dalam sengketa.
Penugasan tenaga-tenaga dinas
keagamaan itu dapat hersifat tetap atau
sementara, dan ketentuan-ketentuan yang
berhubungan dengannya yang tercantum
di dalam sub-ayat (k) berlaku bagi
mereka;
(e) satuan-satuan kesehatan berarti
hentukan-hentukan dan satuan-satuan
lainnya, baik militer maupun sipil,
-
13
yang diselenggarakan untuk tujuan-
tujuan kesehatan, yaitu pencarian,
pengumpulan, pengangkutan, diagnosa
atau penanganan termasuk penanganan
pertolongan pertama bagi yang luka,
sakit dan korban karam, atau untuk
pencegahan penyakit. Istilah ini juga
mengandung arti, misalnya rumah-rumah
sakit dan satuan-satuan serupa lainnya,
pusat-pusat transfusi darah, pusat-
pusat dan lembaga-lembaga pengobatan
pencegahan, depo-depo kesehatan, dan
tempat-tempat penyimpanan alat-alat
kesehatan dan obat-obatan dan satuan-
satuan tersebut. Satuan-satuan kesehatan
itu dapat berupa benda tidak bergerak atau
bergerak, bersifat tetap atau sementara:
(f) pengangkutan kesehatan berarti
pengangkutan melalui darat, laut dan udara
bagi yang luka, sakit, korban karam, tenaga
kesehatan, tenaga petugas keagamaan
(rokhaniwan), peralatan, kesehatan atau
perbekalan kesehatan yang dilindungi oleh
Konvensi dan Protokol ini;
(g) angkutan kesehatan berarti setiap alat
pengangkutan, baik militer maupun sipil,
tetap atau sementara, yang ditugaskan
khusus untuk pengangkutan kesehatan
dan berada di bawah kontrol seorang
pejabat yang berwenang dari Pihak dalam
sengketa;
(h) kendaraan kesehatan berarti alat angkut
kesehatan apa saja melalui darat:
-
14
(i) kapal dan atas angkut kesehatan berarti
alat angkut kesehatan apa saja melalui air;
(j) pesawat - terbang kesehatan berarti atas
angkut kesehatan apa saja melalui udara;
(k) tenaga kesehatan tetap, satuan kesehatan
tetap dan angkutan kesehatan tetap
berarti semuanya itu yang ditugaskan
khusus untuk tujuan-tujuan kesehatan
selama suatu jangka waktu yang tidak
ditentukan. Tenaga kesehatan sementara.
kesatuan kesehatan sementara dan
angkutan kesehatan sementara berarti
semuanya itu yang ditugaskan khusus
untuk tujuan-tujuan kesehatan selama
jangka waktu terbatas di dalam seluruh
jangka waktu itu, kecuali ditentukan
lain daripada tersebut itu. Istilah-istilah
tenaga kesehatan, satuan kesehatan
dan angkutan kesehatan meliputi baik
golongan tetap maupun sementara.
(l) lambang pengenal adalah lambang
pengenal palang merah bulan sabit merah
atau singa dan matahari merah di atas
dasar putih apabila digunakan untuk
perlindungan satuan-satuan dan alat
angkut kesehatan, atau tenaga-tenaga
dinas kesehatan dan dinas keagamaan
(rokhaniwan), perlengkapan atau
perbekalan kesehatan;
(m) isyarat pengenal adalah setiap isyarat
atau pesan yang ditentukan secara khusus
untuk menandai satuan-satuan atau alat
-
15
angkut kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Bab III Iampiran I Protokol ini.
Pasal 9 --- Bidang Penerapan
1. Bab ini, yang ketentuan-ketentuannya
dimaksudkan untuk memperbaiki keadaan yang
luka, sakit dan korban karam, harus berlaku
bagi semua mereka yang terkena oleh situasi
yang disebut di dalam Pasal 1, tanpa sesuatu
pembedaan yang merugikan yang didasarkan
atas ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa,
agama atau keyakinan, pandangan politik
atau pandangan lainnya. asal kebangsaan atau
sosial, kekayaan, keturunan atau kedudukan
lainnya, atau atas kriteria lain yang serupa.
2. Ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan
hal-hal sebagaimana dimaksud dari Pasal-pasal
27 dan 32 dari Konvensi Pertama harus berlaku
bagi satuan-satuan dan alat angkut kesehatan
yang bersifat tetap (kecuali kapal-kapal rumah
sakit, yang baginya berlaku Pasal 25 dari
Konvensi Kedua) dan anggota-anggotanya
disediakan bagi Pihak dalam sengketa untuk
tujuan-tujuan kemanusiaan :
(a) oleh sebuah Negara netral atau Negara
lainnya yang bukan pihak dalam sengketa;
(b) oleh sebuah perhimpunan pemberi
bantuan yang diakui dan dikuasakan dari
Negara tersebut diatas;
(c) oleh sebuah organisasi kemanusiaan
internasional yang tidak berpihak.
-
16
Pasal 10 --- Perlindungan dan Perawatan
l. Semua yang luka, sakit dan korban karam, dari
pihak manapun mereka itu, harus dihormati
dan dilindungi.
2. Dalam segala keadaan mereka itu harus
diperlakukan secara perikemanusiaan dan harus
memperoleh perawatan kesehatan dan perhatian
penuh yang diperlukan karena keadaan mereka
sampai sejauh apa yang dapat dilakukan dan
dengan sesedikit mungkin penundaan. Tidak
boleh ada perbedaan diantara mereka itu yang
didasarkan atas alasan apapun selain daripada
keadaan kesehatan mereka.
Pasal 11 --- Perlindungan bagi orang-orang
1. Kesehatan dan keutuhan jasmani atau rokhani
dari orang-orang yang berada di bawah
kekuasaan Pihak-Pihak lawannya atau yang
diinternir, ditahan atau dengan cara lain
dicabut kemerdekaannya sebagai akibat dari
suatu situasi tersebut dalam Pasal 1, tidak
boleh dibahayakan jiwanya oleh suatu tindakan
yang tidak dapat dibenarkan atau sengaja tidak
dilakukan.
Karena itu, adalah dilarang menempatkan
orang-orang yang ditetapkan dalam Pasal ini
dibawah suatu prosedur perawatan kesehatan
yang tidak didasarkan pada keadaan kesehatan
orang yang bersangkutan dan yang tidak
sesuai dengan ukuran-ukuran perawatan
kesehatan yang diakui secara umum yang akan
diterapkan dalam keadaan kesehatan serupa
-
17
pada orang-orang warganegara dari Pihak yang
menjalankan prosedur dan yang sama sekali
tidak dicabut kemerdekaannya.
2. Terutama adalah dilarang melaksanakan
terhadap orang-orang tersebut diatas, sekalipun
dengan persetujuan mereka
(a) mutilasi anggota tuhuh;
(b) percobaan-percobaan kesehatan ataupun
ilmiah:
(c) memindahkan jaringan syaraf tubuh atau
organ-organ tubuh untuk pencangkokan.
kecuali apabila tindakan-tindakan itu
dapat dibenarkan sesuai dengan keadaan
sebagaimana diatur dalam ayat (1).
3. Pengecualian-pengecualian terhadap
pelarangan dalam ayat 2 huruf c dapat dilakukan
hanya didalam hal pemberian sumbangan darah
untuk transfusi atau sumbangan kulit untuk
mengenten, asalkan saja diberikan secara
sukarela dan tanpa suatu paksaan apapun atau
tipu muslihat, dan kemudian hanya untuk
tujuan-tujuan pengobatan penyakit, dengan
syarat-syarat yang sesuai dengan ukuran-
ukuran pengobatan dan pengawasan kesehatan
yang diakui secara umum, yang bertujuan bagi
kemanfaatan pemberi sumbangan maupun
penerima sumbangan.
4. Setiap tindakan sengaja atau sengaja tidak
dilakukan yang membahayakan, secara gawat
kesehatan jasmani atau rokhani ataupun
keutuhan jasmani seseorang yang berada di
-
18
dalam kekuasaan suatu pihak yang bukan Pihak
tempat ia bergantung dan yang melanggar
setiap larangan tersebut dalam ayat (1) dan ayat
(2) ataupun yang tidak mau memenuhi syarat-
syarat seperti tersebut dalam ayat 3, akan
merupakan pelanggaran terhadap Protokol ini.
5. Orang-orang yang disebut di dalam ayat (1)
berhak menolak suatu operasi pembedahan.
Dalam hal penolakan ini, tenaga dinas
kesehatan harus berusaha mendapatkan sebuah
pernyataan tertulis mengenai hal tersebut, yang
ditanda tangani atau diakui oleh pasien.
6. Setiap Pihak dalam sengketa harus memiliki
suatu catatan kesehatan untuk setiap sumbangan
darah bagi transfusi atau sumbangan kulit bagi
pengentenan oleh orang-orang yang disebut
dalam ayat (1), jika sumbangan itu dibawah
tanggung jawab Pihak tersebut. Selain itu,
setiap pihak dalam sengketa harus berusaha
memiliki suatu catatan tentang semua prosedur
pengobatan yang dilakukan berkaitan dengan
setiap orang yang diinternir, ditahan atau
dengan cara lain yang dicabut kemerdekaannya
sebagai akibat suatu situasi yang disebut dalam
Pasal 1.
Catatan-catatan ini harus setiap saat selalu
tersedia untuk pemeriksaan oleh Negara
Pelindung.
-
19
Pasal 12 --- Perlindungan satuan - satuan kesehatan.
1. Satuan-satuan kesehatan harus setiap saat
selalu dihormati dan dilindungi dan tidak boleh
menjadi sasaran serangan.
2. Ayat (1) harus berlaku bagi satuan-satuan
kesehatan sipil asalkan mereka:
(a) termasuk dalam salah satu dari Pihak-
Pihak dalam sengketa:
(b) diakui dan dikuasai oleh pejabat yang
berwenang dari salah satu Pihak-Pihak
dalam sengketa, atau
(c) dikuasai sesuai dengan Pasal 9 ayat
(2), dari Protokol ini atau Pasal 27 dari
Konvensi Pertama.
3. Pihak-pihak dalam sengketa diundang untuk
saling memberitahu mengenai letak tempat
dari satuan-satuan kesehatan yang menetap.
Tiadanya pemberitahuan itu tidak boleh
membebaskan salah satu dari Pihak-Pihak
tersebut dan kewajiban mematuhi ketentuan-
ketentuan ayat (1).
4. Dalam keadaan apapun satuan-satuan kesehatan
tidak boleh dipergunakan dalam usaha untuk
melindungi obyek-obyek militer dari serangan.
Apabila mungkin Pihak-Pihak dalam sengketa
harus menjamin bahwa satuan-satuan kesehatan
ditempatkan sedemikian rupa sehingga serangan-
serangan terhadap obyek-obyek militer tidak
membahayakan keselamatan mereka.
-
20
Pasal 13 --- Penghentian perlindungan bagi satuan-satuan
kesehatan sipil.
1. Perlindungan yang merupakan hak bagi satuan-
satuan kesehatan sipil tidak boleh berakhir
kecuali jika mereka dipergunakan di luar fungsi
kemanusiaan mereka untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan musuh. Akan tetapi
perlindungan dapat berakhir hanya setelah
diberikan suatu peringatan dengan menetapkan,
manakala dianggap patut, suatu batas waktu yang
layak, dan setelah peringatan seperti itu masih tetap
diabaikan.
2. Hal-hal berikut ini tidak boleh dianggap sebagai
tindakan-tindakan yang membahayakan musuh :
(a) bahwa anggota-anggota dari satuan tersebut
dilengkapi dengan senjata-senjata ringan
perorangan untuk pertahanan diri atau untuk
pertahanan yang luka-luka dan yang sakit
yang berada didalam tanggung jawabnya.
(b) bahwa kesatuan itu dikawal oleh sebuah
satuan piket atau oleh satuan pengawal atau
oleh satuan pengantar;
(c) bahwa senjata-senjata ringan dan amunisi
yang disita dari yang luka-luka dan yang
sakit, dan yang belum diserahkan kepada
dinas ketentaraan yang berhak, diketemukan
pada satuan-satuan kesehatan tersebut.
(d) bahwa anggota-anggota Angkatan Perang
dan kombatan-kombatan lainnya terdapat
-
21
di dalam satuan tersebut karena alasan-
alasan kesehatan.
Pasal 14 --- Pembatasan atas rekuisisi satuan-satuan
kesehatan sipil
1. Penguasa pendudukan berkewajiban menjamin
bahwa kebutuhan kesehatan bagi penduduk
sipil diwilayah yang didudukinya tetap selalu
dipenuhi.
2. Penguasa pendudukan karenanya tidak boleh
merekuisisi satuan-satuan kesehatan sipil,
perlengkapan mereka, material mereka atau jasa
jasa dari anggota-anggota mereka, selama sumber-
sumber perlengkapan, material dan jasa-jasa ini
diperlukan bagi penyediaan pelayanan kesehatan
yang layak untuk penduduk sipil dan bagi
perawatan kesehatan yang masih harus diteruskan
pada setiap orang yang luka-luka dan yang sakit
yang sudah berada di dalam perawatan.
3. Asalkan ketentuan umum di dalam ayat (2)
tetap dipenuhi, Penguasa Pendudukan boleh
merekuisisi sumber-sumber tersebut diatas.
dengan syarat-syarat khusus sebagai berikut :
(a) bahwa sumber-sumber tersebut diperlukan
untuk perawatan kesehatan yang segera
dan layak bagi anggota-anggota Angkatan
Perang yang luka-luka dan sakit dan
Penguasa Pendudukan atau tawanan-
tawanan perang;
(b) bahwa rekuisisi itu berlaku terus hanya
selama adanya keharusan demikian, dan
-
22
(c) bahwa pengaturan-pengaturan mendesak
dibuat untuk menjamin tetap terus
dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan
kesehatan penduduk sipil dan mereka
yang luka-luka dan yang sakit yang
masih dalam perawatan, yaitu mereka
yang dikenakan rekuisisi itu.
Pasal 15 --- Perlindungan bagi anggota-anggota dinas
kesehatan sipil dan dinas keagamaan.
1. Anggota-anggota dinas kesehatan sipil harus
dihormati dan dilindungi.
2. Apabila diperlukan, semua bantuan yang bisa
diperoleh harus diberikan kepada anggota-
anggota dinas kesehatan sipil di wilayah
dimana dinas-dinas kesehatan sipil tercerai
berai oleh sebab kegiatan tempur.
3. Penguasa Pendudukan harus memberikan
kepada anggota-anggota dinas kesehatan sipil
di wilayah-wilayah pendudukan setiap bantuan
yang memungkinkan mereka melaksanakan
fungsi-fungsi kemanusiaan mereka sesuai
kemampuan yang ada pada mereka. Penguasa
Pendudukan tidak boleh menuntut bahwa di
dalam melaksanakan fungsi-fungsi itu tenaga-
tenaga kesehatan tersebut harus memberikan
pengutamaan bagi perawatan seseorang
kecuali atas dasar alasan kesehatan. Mereka
tidak boleh dipaksa melakukan tugas-tugas
yang tidak sesuai dengan tugas kemanusiaan
mereka.
-
23
4. Anggota-anggota dinas kesehatan sipil harus
mempunyai hak masuk ke setiap tempat dimana
jasa-jasa mereka sangat diperlukan dengan
dikenakan tindakan-tindakan pengawasan dan
Pengamanan selama Pihak yang bersangkutan
dalam sengketa menganggapnya perlu.
5. Rokhaniwan-rokhaniwan dari dinas keagamaan
sipil harus dihormati dan dilindungi, Ketentuan-
ketentuan dan Konvensi dan Protokol ini
yang mengenai perlindungan dan pengenalan
anggota-anggota dinas kesehatan harus berlaku
sama pada orang-orang tersebut itu.
Pasal 16 --- Perlindungan umum tugas-tugas kesehatan.
1. Di dalam keadaan apapun seseorang tidak boleh
dihukum karena melakukan kegiatan-kegiatan
kesehatan yang sesuai dengan norma-norma
etika kedokteran, tidak peduli apakah orang
tersebut menarik manfaat dari kegiatannya itu.
2. Orang-orang yang bekerja dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan tidak boleh dipaksa
untuk melakukan tindakan-tindakan atau
melaksanakan pekerjaan yang bertentangan
dengan aturan-aturan etika kedokteran atau
ketentuan-ketentuan lainnya yang bertujuan
bagi manfaat orang yang luka-luka, yang sakit
atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan
dan Konvensi atau Protokol ini, atau dipaksa
untuk tidak melakukan tindakan-tindakan atau
melaksanakan pekerjaan yang diwajibkan
-
24
oleh kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
tersebut.
3. Tidak seorangpun yang bekerja dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan boleh dipaksakan untuk
memberikan kepada siapapun, baik dari Pihak
lawan maupun dari Pihaknya sendiri, kecuali
diwajibkan oleh Undang-undang dari Pihak
tersebut terakhir, keterangan mengenai mereka
yang luka-luka dan yang sakit yang berada atau
pernah berada di dalam perawatannya, apabila
pada pendapatnya keterangan itu akan terbukti
merugikan diri orang-orang yang dirawat itu
atau keluarga mereka.
Namun, peraturan-peraturan mengenai
kewajiban memberitabukan tentang penyakit-
penyakit yang dapat menular harus dihormati.
Pasal 17 --- Peranan penduduk sipil dan perhimpunan-
perhimpunan bantuan
1. Penduduk sipil harus menghormati mereka
yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,
sekalipun dari Pihak lawan, dan tidak boleh
melakukan tindakan kekerasan terhadap
mereka. Penduduk sipil dan perhimpunan-
perhimpunan bantuan, seperti Perhimpunan-
Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan
Sabit Merah, Singa dan Matahan Merah), harus
diperbolehkan mengumpulkan dan merawat
yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,
juga di daerah-daerah yang diserbu atau yang
diduduki, sekalipun atas prakarsa mereka
sendiri.
-
25
Tidak seorangpun boleh dirugikan, dituntut
dinyatakan bersalah atau dihukum karena
melakukan tindakan-tindakan kemanusiaan itu.
2. Pihak-Pihak dalam sengketa boleh meminta
kepada penduduk sipil dan perhimpunan-
perhimpunan bantuan seperti disebut dalam ayat
1 untuk mengumpulkan dan merawat mereka
yang luka-luka, yang sakit dan korban karam,
dan mencari mereka yang tewas dan melaporkan
tempatnya, Pihak-pihak dalam sengketa itu
harus memberikan baik perlindungan maupun
fasilitas-fasilitas yang diperlukan bagi mereka
yang memenuhi permintaan itu. Apabila Pihak
lawan menguasai atau menguasai kembali
daerah. pihak tersebut harus juga memberikan
perlindungan dan fasilitas-fasilitas serupa
selama diperlukan.
Pasal 18 --- Pengenalan
1. Setiap pihak dalam sengketa harus herusaha
menjamin bahwa anggota-anggota dinas
kesehatan dan dinas keagamaan dan satuan-
satuan dan alat angkut kesehatan dapat
dikenal.
2. Setiap Pihak dalam sengketa harus berusaha
mengambil dan melaksanakan metoda-
metoda dan tata cara (prosedur) yang akan
memungkinkan untuk mengenal satuan-satuan
dan alat angkut kesehatan yang menggunakan
lambang pengenal dan isyarat pengenal.
3. Diwilayah pendudukan dan di daerah-daerah
dimana pertempuran sedang berlangsung atau
-
26
mungkin akan terjadi, anggota-anggota dinas
kesehatan dan dinas keagamaan hendaknya
dapat dikenal dengan lambang pengenal
dan dengan suatu kartu tanda pengenal yang
menerangkan kedudukan mereka.
4. Dengan seijin pejabat yang berwenang, satuan-
satuan dan alat angkut kesehatan harus ditandai
dengan lambang pengenal. Kapal-kapal dan
angkutan perairan yang disebut dalam Pasal 22
dan Protokol ini harus di tandai sesuai dengan
ketentuan-ketentuan dan Konvensi kedua.
5. Selain dari lambang pengenal itu, suatu Pihak
dalam sengketa, sebagaimana ditetapkan
didalam Bab III dan lampiran I pada Protokol
ini, dapat mengijinkan penggunaan isyarat
pengenal untuk mengenal satuan-satuan dan
alat angkut kesehatan. Dengan perkecualian,
didalam hal-hal khusus seperti tercantum di
dalam Bab tersebut, alat angkut kesehatan
boleh menggunakan tanda-tanda pengenal
tanpa memperlihatkan lambang pengenal.
6. Penerapan ketentuan-ketentuan dan ayat (1)
sampai dengan 5 dari pasal ini diatur oleh Bab-
bab I sampai dengan III dari Lampiran 1 pada
Protokol ini.
Tanda-tanda yang dimaksudkan dalam Bab
III dari Lampiran itu semata-mata untuk
penggunaan satuan-satuan dan alat angkut
kesehatan, kecuali sebagaimana ditetapkan
di dalamnya. tidak boleh dipergunakan untuk
suatu tujuan lain dari pada untuk mengenal
satuan-satuan dan alat angkut seperti yang
diperinci di dalam Bab tersebut.
-
27
7. Pasal ini tidak memberikan kewenangan yang
lebih luas lambang pengenal itu dimasa damai
selain yang diterangkan di dalam Pasal 44 dan
Konvensi Pertama.
8. Ketentuan-ketentuan Konvensi dan Protokol ini
yang mengenai pengawasan atas penggunaan
lambang pengenal dan yang mengenai
pencegahan dan penindakan terhadap setiap
penyalahgunaannya harus berlaku bagi isyarat
pengenal.
Pasal 19 --- Negara-Negara Netral dan lainnya yang bukan
pihak-pihak dalam sengketa.
Negara-negara netral dan negara lainnya yang
bukan Pihak-Pihak dalam sengketa harus
menerapkan ketentuan-ketentuan yang relevan
dan Protokol ini pada orang-orang yang
dilindungi oleh Bagian ini yang dapat diterima
atau diasingkan di dalam wilayah mereka.
dan pada setiap orang yang tewas dan Pihak-
Pihak dalam sengketa yang mungkin mereka
temukan.
Pasal 20 --- Larangan tindakan - tindakan pembatasan.
Tindakan-tindakan pembatasan terhadap
orang-orang atau benda-benda yang dilindungi
oleh Bagian ini adalah dilarang.
-
28
BAGIAN - II --- PENGANGKUTAN KESEHATAN
Pasal 21 --- Kendaraan-kendaraan kesehatan
Kendaraan-kendaraan kesehatan harus
dihormati dan dilindungi dan cara yang sama
seperti satuan-satuan kesehatan yang bergerak
berdasarkan Konvensi-Konvensi dan Protokol
ini.
Pasal 22 --- Kapal-kapal rumah sakit dan alat angkut air
penyelamat pantai.
1. Ketentuan-ketentuan dari Konvensi-konvensi
yang mengenai :
(a) kapal-kapal yang diterangkan dalam
Pasal-Pasal 22. 24, 25 dan 27 dan
Konvensi Kedua,
(b) sekoci-sekoci penolong dan atas angkut
air kecil mereka,
(c) tenaga-tenaga kesehatan dan para awak
kapal mereka, dan
(d) yang luka, sakit dan korban karam yang
berada di kapal.
harus juga berlaku manakala perahu tersebut
mengangkut orang-orang sipil yang luka, sakit
dan korban-korban karam yang tidak termasuk
dalam salah satu dari golongan-golongan
yang dimaksudkan dalam Pasal 13 Konvensi
Kedua. Namun orang-orang sipil itu tidak boleh
diserahkan kepada sesuatu Pihak yang bukan
Pihaknya, atau ditawan di laut. Apabila mereka
berada dalam kekuasaan suatu pihak dalam
sengketa yang bukan Pihaknya sendiri, bagi
-
29
mereka ini harus berlaku Konvensi keempat
dan Protokol ini.
2. Perlindungan yang ditetapkan oleb Konvensi
bagi perahu-perahu yang dimaksud dalam
Pasal 25 dari Konvensi kedua harus berlaku
pula bagi perahu-perahu rumah sakit yang
disediakan guna tujuan-tujuan kemanusiaan
untuk suatu pihak dalam sengketa :
(a) oleh sebuah Negara netral atau negara
lainnya yang bukan Pihak dalam sengketa;
atau
(b) oleh sebuah organisasi kemanusiaan
internasional yang tidak berpihak.
asalkan, didalam kedua hal tersebut.
syarat-syarat yang diterangkan dalam
Pasal tersebut dipenuhi.
3. Alat angkutan air kecil yang dimaksud
dalam Pasal 27 dan Konvensi Kedua harus
dilindungi walaupun seandainya tidak dibuat
pemberitahuan lebih dulu seperti dikemukakan
dalam Pasal tersebut. Namun demikian Pihak-
Pihak dalam sengketa diminta untuk saling
memberitabukan setiap perincian dari alat
angkut air itu guna memungkinkan pengenalan
mereka dan pemberian pengakuan mereka.
-
30
Pasal 23 --- Kapal-kapal dan angkutan air kesehatan
lainnya.
1. Kapal-kapal dan alat angkutan air kesehatan
yang lain dari yang dimaksudkan dalam Pasal
22 dari Protokol ini dan Pasal 38 dari Konvensi
kedua, harus dihormati dan dilindungi, baik
dilaut maupun di perairan lainnya, dengan cara
yang sama seperti satuan-satuan kesehatan
bergerak berdasar-kan Konvensi dan Protokol
ini. Karena perlindungan hanya dapat efektif
apabila kapal-kapal itu dapat dikenal dan diakui
sebagai kapal-kapal atau alat angkutan air
kesehatan, maka perahu-perahu itu hendaknya
ditandai dengan lambang pengenal dan sejauh
mungkin sesuai dengan ayat (2), Pasal 43 dari
Konvensi Kedua.
2. Kapal-kapal dan alat angkutan air yang dimaksud
dalam ayat (1) harus tetap tunduk kepada hukum
perang. Setiap kapal perang di atas permukaan
air yang dapat dengan segera memberlakukan
komandonya boleh memerintahkan kapal-
kapal itu berhenti, memerintahkan kapal-kapal
itu berangkat, atau menyuruh kapal-kapal itu
harus mematuhi setiap komandonya. Kapal-
kapal dan alat angkutan air yang demikian itu
tidak boleh dengan cara apapun mengalihkan
dari tugas kesehatan mereka selama kapal-
kapal itu diperlukan bagi yang luka-Iuka, sakit
dan korban karam yang ada di atas kapal.
3. Perlindungan yang ditetapkan dalam ayat (1)
akan berakhir hanya di bawah syarat-syarat
yang dimaksud dalam Pasal-Pasal 34 dan 35
dari Konvensi Kedua.
-
31
Suatu penolakan yang jelas untuk mematuhi
komando yang diberikan sesuai dengan ayat
(2) harus dianggap sebagai tindakan yang
merugikan musuh berdasarkan Pasal 34 dari
Konvensi Kedua.
4. Suatu Pihak dalam sengketa dapat
memberitabukan kepada Pihak lawannya
sejauh mungkin sebelum pelayaran di mulai
tentang nama, uraian, waktu pelayaran
yang diharapkan, arah dan kecepatan yang
diperkirakan dari kapal atau alat angkutan air
kesehatannya, khususnya dalam hal kapal-
kapal yang berukuran diatas 2.000 ton bobot
mati, dan dapat memberikan keterangan
lainnya yang akan memudahkan pengenalan
dan pengakuan.
Pihak lawan dalam pada itu harus
memberitabukan tentang telah diterimanya
keterangan tersebut.
5. Ketentuan-ketentuan dalam Pasal 37 dari
Konvensi Kedua harus berlaku bagi anggota-
anggota dinas kesehatan dan dinas keagamaan
di atas kapal-kapal dan alat angkutan air yang
demikian itu.
6. Ketentuan-ketentuan dan Konvensi Kedua
harus berlaku bagi yang luka-luka, sakit
dan korban karam, yang dimaksud dalam
golongan-golongan yang dimaksud dalam
Pasal 13 dari Konvensi Kedua dan dalam Pasal
44 dari Protokol ini, yang mungkin berada di
atas kapal-kapal kesehatan dan alat angkutan
air seperti tersebut itu. Orang-orang sipil yang
luka-luka, sakit dan korban karam yang tidak
-
32
termasuk dalam salah satu dari golongan-
golongan yang dimaksudkan dalam Pasal 13
dan Konvensi Kedua, selama di laut, tidak
boleh diserahkan kepada setiap Pihak yang
bukan Pihaknya sendiri atau untuk pindah dari
kapal-kapal atau alat angkutan air itu; apabila
mereka berada di dalam kekuasaan suatu Pihak
dalam sengketa yang bukan Pihaknya sendiri,
mereka ini harus dilindungi oleh Konvensi
Keempat dan Protokol ini.
Pasal 24 --- Perlindungan alat angkutan udara kesehatan
Alat angkutan udara kesehatan harus dihormati
dan dilindungi, tunduk pada ketentuan-
ketentuan dari Bab ini.
Pasal 25 --- Alat angkutan udara kesehatan di daerah-
daerah yang tidak dikuasai oleh pihak lawan.
Didarat dan diatas daerah-daerah yang secara
fisik dikuasai oleh angkatan perang yang
bersahahat atau di laut dan diatas laut dari
daerah-daerah yang tidak secara fisik dikuasai
oleh suatu Pihak lawan, Penghormatan dan
perlindungan alat angkutan udara dan suatu
Pihak dalam sengketa tidak tergantung kepada
sesuatu persetujuan dengan suatu Pihak lawan.
Akan tetapi demi keselamatan yang lebih
besar, suatu pihak dalam sengketa yang alat
angkutan udara kesehatannya beroperasi di
daerah-daerah itu dapat memberitahu pihak
lawannya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29, khususnya ketika alat angkutan udara
itu sedang melakukan penerbangan yang
-
33
membawa-nya sampai berada di dalam jarak
tembak sistim senjata dari permukaan bumi ke
udara dan Pihak lawannya.
Pasal 26 --- Alat angkutan udara kesehatan di daerah-
daerah serangan atau yang serupa.
1. Di darat dan diatas bagian-bagian dan daerah
serangan yang secara fisik dikuasai oleh
angkatan perang kawan dan di darat dan
diatas daerah-daerah yang belum dengan jelas
dikuasai secara fisik oleh siapa, perlindungan
bagi alat angkutan udara kesehatan dapat
menjadi efektif sepenuhnya hanya melalui
persetujuan sebelumnya antara pejabat-pejabat
militer yang berwenang dan Pihak-Pihak
dalam sengketa, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29. Walaupun dalam keadaan tiadanya
persetujuan seperti itu, alat angkutan udara
kesehatan yang melakukan penerbangan atas
resikonya sendiri harus dihormati setelah
dikenal.
2. Daerah serangan berarti suatu daerah di darat
dimana unsur-unsur yang sedang bergerak maju
dan angkatan perang yang sedang berperang
berada dalam keadaan saling berhadapan satu
sama lainnya, terutama dimana kedua-duanya
dihadapkan pada tembakan langsung dari
darat.
Pasal 27 --- Alat angkutan udara kesehatan didaerah-daerah
yang dikuasai oleh Pihak Lawan.
l. Alat angkutan udara kesehatan dan suatu Pihak
dalam sengketa harus terus dilindungi ketika
-
34
sedang melakukan penerbangan di atas daerah-
daerah darat dan laut yang secara fisik dikuasai
oleh suatu Pihak lawan, asalkan persetujuan
sebelumnya bagi penerbangan-penerbangan
seperti itu telah diperoleh dari pejabat yang
berwenang dan Pihak lawan itu.
2. Sebuah alat angkutan udara kesehatan yang
terbang di atas suatu daerah yang secara
fisik dikuasai oleh Pihak lawan tanpa, atau
menyimpang dari ketentuan-ketentuan dari
suatu persetujuan yang ditetapkan dalam ayat
(1) di atas, baik disebabkan oleh kesalahan
navigasi atau karena suatu keadaan darurat
yang menimpa keselamatan penerbangannya
itu. harus berusaha sedapat-dapatnya untuk
mengenalkan dirinya dan memberitahu Pihak-
lawan tentang keadaanya.
Segera setelah alat angkutan udara kesehatan
itu diakui oleh pihak lawan, maka Pihak lawan
ini harus melakukan segala usaha yang patut
untuk memberikan perintah mendarat atau
turun di laut, seperti ditunjukkan dalam Pasal
30, ayat (1) atau mengambil langkah-langkah
lain guna menyelamatkan dirinya sendiri, dan
di dalam kedua hal itu, memberikan waktu
bagi alat angkutan udara itu untuk mematuhi
perintahnya sebelum melancarkan suatu
serangan terhadap alat angkutan udara tersebut.
Pasal 28 --- Pembatasan-pembatasan terhadap operasi-
operasi alat angkutan kesehatan.
1. Pihak-pihak dalam sengketa dilarang
mempergunakan alat angkutan udara kesehatan
-
35
mereka untuk mencoba mendapatkan sesuatu
keuntungan militer atas Pihak lawannya.
Kehadiran alat angkutan udara kesehatan tidak
boleh dipergunakan dalam suatu usaha untuk
menjadikan sasaran-sasaran militer bebas
(immune) dari sasaran serangan.
2. Alat angkutan udara kesehatan tidak boleh
dipergunakan untuk mengumpulkan atau
mengirimkan bahan-bahan keterangan
intelijens dan tidak boleh membawa sesuatu
alat perlengkapan yang dimaksudkan untuk
tujuan-tujuan seperti itu. Alat angkutan udara
kesehatan dilarang membawa seseorang atau
muatan yang tidak termasuk di dalam perumusan
dalam Pasal 8, huruf f. Membawa kedalam
alat angkutan udara kesehatan barang-barang
bernilai pribadi milik penumpang atau alat-
alat perlengkapan yang semata-mata bertujuan
untuk memudahkan navigasi. komunikasi
atau pengenalan pesawat tersebut tidak boleh
dilarang.
3. Alat angkutan udara kesehatan tidak boleh
membawa persenjataan apapun kecuali senjata-
senjata ringan dan amunisi yang diambil dan
yang luka-luka, sakit dan korban karam yang
berada dalam alat angkutan udara itu dan yang
belum diserahkan kepada dinas kctentaraan
yang berhak, dan senjata-senjata ringan
perorangan itu yang mungkin diperlukan
untuk memungkinkan anggota-anggota dinas
kesehatan di dalam alat angkutan udara itu
melakukan pembelaan diri mereka dan yang
luka-luka, sakit dan korban karam yang berada
di dalam tanggung jawab mereka.
-
36
4. Ketika melakukan penerbangan seperti yang
dimaksud dalam Pasal-pasal 26 dan 27,
alat angkutan udara kesehatan tidak boleh
dipergunakan untuk mencari yang luka-luka,
sakit dan korban karam, kecuali dengan
persetujuan sebelumnya dari Pihak lawan.
Pasal 29 --- Pemberitahuan dan persetujuan mengenai alat
angkutan udara kesehatan.
1. Pemberitahuan berdasarkan Pasal 25, atau
permintaan untuk mengadakan persetujuan
sebelumnya berdasarkan Pasal-Pasal 26,27,28
(ayat 4), atau 31 harus menyatakan jumlah alat
angkutan udara yang diusulkan, rencana-rencana
penerbangan mereka dan alat-alat pengenalan,
dan harus benar-benar dimaksudkan bahwa setiap
penerbangan akan dilaksanakan sesuai dengan
Pasal 28.
2. Suatu Pihak yang menerima suatu
pemberitahuan seperti dimaksud dalam Pasal
25 harus dengan segera mengumumkan telah
diterimanya pembentahuan itu.
3. Suatu Pihak yang menenma suatu permintaan
akan persetujuan sebelumnya berdasarkan
Pasal-Pasal 26, 27, 28 (ayat 4), atau 31 harus
dengan secepat mungkin memberitahu Pihak
yang mengajukan permintaan itu:
(a) bahwa permintaan itu disetujui;
(b) bahwa permintaan itu ditoiak: atau
(c) tentang usul-usul alternatif yang layak
terhadap permintaan itu. Pihak tersebut
dapat juga mengusulkan suatu pelarangan
-
37
atau pembatasan penerbangan-
penerbangan lain di dalam daerah selama
waktu terlibat. Apabila Pihak yang
memajukan permintaan itu menerima
usul-usul alternatif itu. maka ia harus
memberitahu kepada Pihak lainnya itu
tentang telah diterimanya usul-usul
alternatif itu.
4. Pihak-Pihak tersebut harus mengambil langkah-
langkah yang diperlukan untuk menjamin
bahwa pemberitahuan dan persetujuan dapat
dihuat secepatnya.
5. Pihak-pihak tersebut diatas juga harus
mengambil langkah-langkah yang perlu untuk
menyebarluaskan dengan cepat isi dari setiap
pemberitahuan dan persetujuan itu kepada
satuan-satuan militer yang bersangkutan
dan harus menginstruksikan satuan-satuan
itu mengenai alat-alat pengenalan yang
akan dipergunakan oleh alat angkutan udara
kesehatan tersebut.
Pasal 30 --- Pendaratan dan pemeriksaan alat angkutan
udara kesehatan.
1. Alat angkutan udara kesehatan yang terbang di
atas daerah-daerah yang secara fisik dikuasai
oleh Pihak lawan, atau diatas daerah-daerah
yang belum dengan jelas dikuasai secara fisik.
dapat diperintahkan untuk mendarat atau turun
di laut, secara layak, untuk membolehkan
pemeriksaan sesuai dengan ayat-ayat berikut
ini. Alat angkutan udara kesehatan harus
mematuhi perintah yang demikian itu.
-
38
2. Apabila sebuah alat angkutan udara seperti
itu mendarat atau turun ke laut, baik karena
diperintahkan untuk melakukan hal itu maupun
karena sebab-sebab lain, alat angkutan udara
tersebut dapat mematuhi untuk dilakukannya
dikenakan pemeriksaan semata-mata untuk
mematuhi hal-hal seperti yang dimaksud dalam
ayat (3) dan (4).
Setiap pemeriksaan demikian harus dimulai
tanpa ditunda-tunda dan harus dilakukan secara
cepat.
Pihak yang melakukan pemeriksaan tidak
boleh meminta yang luka-luka dan sakit untuk
dipindahkan dari alat angkutan udara itu kecuali
pemindahan mereka itu sangatlah penting bagi
pemeriksaan. Pihak tersebut harus di dalam
keadaan apapun menjamin bahwa keadaan
yang luka-luka dan sakit tidak dirugikan oleh
pemeriksaan atau pemindahan itu.
3. Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa
alat angkutan udara tersebut :
(a) adalah sebuah alat angkutan udara
kesehatan didalam pengertian seperti
dalam Pasal 8, huruf (j),
(b) adalah tidak melanggar syarat-syarat
tercantum dalam Pasal 28, dan,
(c) tidak terbang bukan tanpa atau melanggar
suatu persetujuan sebelumnya dimana
persetujuan seperti itu diperlukan,
maka alat angkutan udara tersebut
beserta penumpang-penumpangnya yang
-
39
termasuk dari Pihak lawan atau sebuah
negara netral atau negara lain yang bukan
Pihak dalam sengketa harus diijinkan
untuk melanjutkan penerbangannya tanpa
ditunda-tunda.
4. Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa
alat angkutan udara tersebut
(a) adalah bukan alat angkutan udara
kesehatan di dalam pengertian seperti
dalam Pasal 8, huruf (f),
(b) melanggar syarat-syarat yang tercantum
dalam Pasal 28, atau
(c) telah terbang bukan tanpa atau melanggar
suatu persetujuan sebelumnya dimana
persetujuan itu diperlukan.
maka alat angkutan udara tersebut
boleh disita. Para penumpangnya harus
diperlakukan sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berhubungan dengan-nya
dari Konvensi dan Protokol ini.
Setiap alat angkutan udara yang disita,
yang telah ditugaskan sebagai sebuah alat
angkutan udara kesehatan yang bersifat
tetap, boleh dipergunakan setelah itu
hanya sebagai sebuah alat angkutan udara
kesehatan.
Pasal 31 --- Negara-negara netral atau negara lainnva yang
bukan pihak-pihak dalam sengketa.
1. Kecuali dengan persetujuan sebelumnya. alat
angkutan udara kesehatan tidak boleh terbang
diatas atau mendarat di wilayah dari sebuah
-
40
negara netral atau negara lainnya yang bukan
suatu Pihak dalam sengketa. Akan tetapi dengan
suatu persetujuan demikian, alat angkutan udara
itu harus dihormati sepanjang penerbangannya
dan juga selama waktu singgah di wilayah
tersebut. Namun demikian alat angkutan udara
itu harus tunduk pada setiap panggilan untuk
mendarat atau turun di laut, sebagaimana
diisyaratkan.
2. Apabila didalam keadaan tidak ada suatu
persetujuan atau menyimpang dan ketentuan-
ketentuan dan suatu persetujuan sebuah
alat angkutan udara terbang di atas wilayah
dari suatu negara netral atau negara lainnya
yang bukan suatu pihak dalam sengketa,
baik disebabkan kesalahan navigasi atau
karena suatu keadaan darurat yang menimpa
keselamatan penerbangan, maka alat angkutan
udara tersebut harus melakukan setiap usaha
memberitabukan tentang penerbangannya
itu dan mengenalkan diri. Segera setelah alat
angkutan udara kesehatan itu dikenal, Negara
itu harus melakukan segala usaha yang layak
untuk memerintahkannya mendarat atau turun
ke laut seperti dimaksud dalam Pasal 30, ayat
1, atau mengambil langkah-langkah lain untuk
menyelamatkan kepentingannya sendiri, dan
kesemuanya itu untuk mematuhi perintahnya
sebelum melancarkan suatu serangan terhadap
alat angkutan udara tersebut.
3. Jika sebuah alat angkutan udara, baik karena
adanya persetujuan maupun karena berada
didalam keadaan dimaksud dalam ayat (2) di
-
41
atas, mendarat atau turun di laut di wilayah
dari sebuah negara netral atau negara lain
yang bukan Pihak dalam sengketa, baik karena
diperintahkan untuk melakukan hal itu atau
karena sebab-sebab lain, alat angkutan udara
tersebut harus dikenakan pemeriksaan dengan
tujuan untuk menetapkan apakah alat angkutan
udara terbang itu benar-benar sebuah alat
angkutan udara kesehatan. Pemeriksaan itu
harus dimulai tanpa ditunda-tunda dan harus
dilakukan dengan cepat. Pihak yang melakukan
pemeriksaan tidak boleh meminta luka-luka
dan sakit dari Pihak yang menjalankan alat
angkutan udara itu agar dipindahkan dari alat
angkutan udara kecuali pemindahan mereka
itu memang sangat penting bagi pemeriksaan.
Pihak yang melakukan pemeriksaan dalam
keadaan apapun harus menjamin bahwa keadaan
yang luka-luka dan sakit tidak dirugikan oleh
pemeriksaan atau pemindahan itu.
Apabila pemeriksaan itu membuktikan
bahwa alat angkutan udara itu adalah benar-
benar sebuah alat angkutan udara kesehatan,
maka alat angkutan udara beserta para
penumpangnya, selain dan mereka yang harus
ditahan sesuai dengan peraturan-peraturan
hukum internasional yang dapat diterapkan
dalam sengketa bersenjata, harus diperbolehkan
melanjutkan kembali penerbangannya, dan
fasilitas-fasilitas yang layak harus diberikan
bagi dilanjutkannya penerbangan itu.
Apabila pemeriksaan itu membuktikan bahwa
alat angkutan udara itu bukan alat angkutan
udara kesehatan, maka alat angkutan udara
itu harus disita dan para penumpangnya harus
diperlakukan sesuai dengan ayat 4.
-
42
4. Selain dari untuk sementara, yang luka-luka,
sakit dan korban karam yang diturunkan dari
sebuah alat angkutan udara kesehatan dengan
seijin dari pejabat setempat di wilayah sebuah
Negara netral atau Negara lainnya yang bukan
Pihak dalam sengketa, kecuali disetujui dengan
cara lain antara Negara tersebut dan Pihak-
Pihak dalam sengketa, harus ditahan oleh
Negara tersebut, dimana peraturan-peraturan
hukum internasional yang dapat diterapkan
dalam sengketa bersenjata mengharuskan
demikian, sehingga dengan cara seperti itu
mereka tidak dapat lagi ambil bagian dalam
peperangan. Biaya perawatan di rumah sakit
dan pengasingan mereka harus dibebankan
oleh Negara tersebut kepada Negara asal yang
bersangkutan.
5. Negara-negara netral atau lainnya yang bukan
Pihak-Pihak dalam sengketa harus menerapkan
syarat-syarat dan pembatasan-pembatasan
apapun secara sama bagi semua Pihak dalam
sengketa terhadap jalur penerbangan alat
angkutan udara kesehatan di atas wilayahnya
atau terhadap pendaratan alat angkutan udara
kesehatan diwilayahnya.
-
43
BAGIAN - III --- ORANG - ORANG YANG HILANG
DAN TEWAS.
Pasal 32 --- Ketentuan Umum.
Dalam pelaksanaan Bagian ini, kegiatan-
kegiatan dan Pihak-pihak Peserta Agung,
Pihak-Pihak dalam sengketa dan Organisasi-
organisasi kemanusiaan inter-nasional yang
disebutkan dalam Konvensi dan Protokol ini
pertama-tama harus benar-benar terdorong
terutama oleh hak dan keluarga-keluarga untuk
mengetahui nasib anggota-anggota keluarga
mereka.
Pasal 33 --- Orang-orang yang hilang
1. Segera keadaan mengijinkan, dan seiambat-
lambatnya mulai saat berakhirnya perang yang
aktif berlangsung, setiap pihak dalam sengketa
harus mencari orang-orang yang dilaporkan
hilang oleh pihak lawan. Pihak lawan itu
harus menyampaikan semua keterangan yang
bersangkutan dengan persoalan mengenai
orang-orang yang hilang itu agar supaya
memudahkan pencariannya.
2. Agar supaya memudahkan pengumpulan
keterangan sesuai dengan ayat tersebut di
atas. maka berkaitan dengan orang-orang
yang tidak akan mendapatkan pertimbangan
yang menguntungkan berdasarkan Konvensi
dan Protokol ini, setiap Pihak dalam sengketa
harus:
(a) mencatat keterangan yang diperinci
dalam pasal 138 dan Konvensi ke empat
-
44
yang mengenai orang-orang yang telah
ditahan, dihukum penjara atau dengan
cara lain dimasukkan dalam tawanan
selama lebih dari dua minggu sebagai
akibat peperangan atau pendudukan, atau
yang telah meninggal dunia selama dalam
masa penahanan;
(b) Sejauh mungkin memudahkan dan
apabila perlu melaksanakan pencarian
dan pencatatan keterangan-keterangan
mengenai orang-orang itu, jika mereka
itu telah meninggal dalam keadaan
lain sebagai akibat permusuhan atau
pendudukan.
3. Keterangan-keterangan mengenai orang-
orang yang dilaporkan hilang sesuai dengan
ayat I dan permintaan-permintaan mengenai
keterangan-keterangan itu harus dikirimkan
secara langsung atau melalui Negara Pelindung
atau Badan Pencarian Pusat dari Komite
Internasional Palang Merah atau Perhimpunan-
Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan
Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah).
Apabila keterangan itu tidak dikirimkan
melalui Komite Internasional Palang Merah dan
Badan Percarian Pusatnya, setiap Pihak dalam
sengketa harus menjamin bahwa keterangan itu
juga diberikan kepada Badan Pencarian Pusat.
4. Pihak-pihak dalam sengketa harus berusaha
bersepakat mengenai pengaturan-pengaturan
bagi regu-regu yang akan mencari, mengenal
dan menemukan kembali yang tewas dari
daerah-daerah medan pertempuran, termasuk
-
45
pengaturan-pengaturan, apabila dianggap
layak, agar regu-regu tersebut disertai oleh
tenaga-tenaga dari Pihak lawan pada waktu
melaksanakan tugasnya di daerah-daerah yang
dikuasai oleh Pihak lawan. Anggota-anggota
regu tersebut harus dihormati dan dilindungi
sewaktu-waktu melaksanakan semata-mata
tugas-tugas kewajibannya itu.
Pasal 34 --- Jenazah orang vang tewas.
1. Jenazah orang-orang yang meninggal karena
sebab-sebab yang berhubungan dengan
pendudukan atau di dalam tahanan sebagai
akibat dari pendudukan atau permusuhan
dan jenazah dari orang-orang yang bukan
warganegara dari negara dimana mereka
meninggal sebagai akibat dari permusuhan
harus dihormati, dan tempat-tempat kuburan
semua orang itu harus dihormati, diperlihatkan
dan ditandai sebagaimana ditetapkan dalam
Pasal 130 dan Konvensi ke empat, apabila
jenazah atau kuburan mereka tidak mendapat
pertimbangan yang lebih menguntungkan
berdasarkan Konvensi dan Protokol ini.
2. Segera setelah keadaan dan hubungan antara
Pihak-pihak yang bermusuhan mengijinkan,
maka Pihak-Pihak Peserta Agung yang
wilayah-wilayahnya menjadi tempat letak
pemakaman itu dan sedapat mungkin pula
tempat-tempat lain dan jenazah orang-orang
yang tewas sebagai akibat permusuhan atau
selama pendudukan atau dalam tahanan, harus
mengadakan persetujuan-persetujuan agar
supaya :
-
46
(a) memudahkan bagi anggota-anggota
keluarga yang meninggal dan wakil-wakil
dari dinas-dinas pencatatan makam resmi
memasuki tempat-tempat pemakaman
tersebut dan mengatur persiapan-
persiapan yang praktis untuk masuk ke
tempat-tempat pemakaman itu;
(b) melindungi dan memelihara secara tetap
tempat-tempat pemakaman itu;
(c) memudahkan pemulangan jenazah-
jenazah yang meninggal itu dan barang-
barang milik pribadinya ke tanah air
mereka atas permintaanya kecuali jika
negara itu berkeberatan, atas permintaan
anggota-anggota keluarganya.
3. Dalam keadaan tiadanya persetujuan-
persetujuan seperti yang dimaksud dalam ayat
huruf (b) dan atau huruf (c) dan apabila negara
asal dari yang meninggal itu tidak bersedia
mengurus atas biayanya pemeliharaan tempat-
tempat pemakaman itu, maka pihak peserta
Agung yang wilayahnya menjadi tempat letak
pemakaman itu dapat menawarkan fasilitas
bagi pemulangan jenazah-jenazah yang tewas
itu ke negara asalnya. Apabila tawaran seperti
itu belum diterima, maka setelah habis masa
waktu lima tahun mulai dari tanggal penawaran
itu dibuat dan dengan pemberitahuan tepat pada
waktunya kepada negara asal yang meninggal,
Pihak Peserta Agung boleh mengambil
mengatur dalam peraturan undang-undangnya
sendiri mengenai tempat-tempat penguburan
dan pemakaman.
-
47
4. Suatu Pihak Peserta Agung yang wilayahnya
menjadi tempat pemakaman seperti dimaksud
dalam Pasal ini harus diperbolehkan
mengeluarkan jenazah dari makam hanya ;
(a) jika sesuai dengan ayat-ayat (2) huruf (c)
dan (3), atau
(b) apabila mengeluarkan jenazah dari makam
itu merupakan soal mengesampingkan
kepentingan masyarakat termasuk hal-hal
kepentingan kedokteran dan penyelidikan,
dalam hal mana Pihak Peserta Agung itu
harus senantiasa menghormati jenazah,
dan harus memberitahu negara asal yang
meninggal itu tentang maksudnya untuk
mengeluarkan jenazah dan makamnya
beserta pula dengan perincian tentang
tempat penguburan kembali yang
dimaksudkannya.
-
48
BAB - III
CARA-CARA DAN ALAT-ALAT PEPERANGAN
STATUS KOMBATAN DAN TAWANAN PERANG
BAGIAN - I --- CARA - CARA DAN ALAT - ALAT
PEPERANGAN
Pasal 35 --- Ketentuan-ketentuan dasar
1. Dalam setiap sengketa bersenjata, hak dari
Pihak-pihak dalam sengketa untuk memilih
cara-cara atau alat-alat peperangan tidak tak
terbatas.
2. dilarang menggunakan senjata-senjata,
projektil-projektil dan bahan-bahan dan cara-
cara peperangan yang bersifat mengakibatkan
luka (injury) yang berlebihan atau penderitaan
yang tidak perlu.
3. dilarang menggunakan cara-cara atau alat-
alat peperangan yang bertujuan, atau dapat
diharapkan mengakibatkan kerusakan yang
hebat, meluas dan berjangka waktu lama
terhadap keadaan lingkungan alam.
Pasal 36 --- Senjata-senjata baru.
Didalam penyelidikan, pengembangan
menghasilkan atau mendapatkan suatu senjata
baru, alat-alat atau cara peperangan, suatu
Pihak Peserta Agung berkewajiban menetapkan
apakah di dalam keadaan tertentu atau segala
keadaan penggunaannya tidak akan dilarang
oleh Protokol ini atau oleh sesuatu peraturan
lain dari hukum internasional yang berlaku
terhadap Pihak Peserta Agung tersebut.
-
49
Pasal 37 --- Larangan Tindakan Licik
1. dilarang untuk membunuh, melukai
atau menawan seorang musuh dengan
mempergunakan kelicikan. Tindakan-tindakan
mengelabuhi musuh hingga menyebabkan
musuh percaya bahwa ia berhak atau
berkewajiban untuk memberi perlindungan di
bawah ketentuan-ketentuan hukum internasio-
nal yang berlaku dalam sengketa bersenjata,
dengan maksud menghianati kepercayaan itu,
merupakan kelicikan. Tindakan-tindakan
berikut ini adalah contoh-contoh kelicikan
(a) pura-pura bermaksud untuk berunding
di bawah bendera gencatan senjata atau
menyerah;
(b) pura-pura (menyatakan diri) tidak mampu
karena luka-luka atau sakit;
(c) Pura-pura sebagai orang sipil, status
bukan kombatan; dan
(d) pura-pura status dilindungi dengan
mempergunakan tanda-tanda, lambang-
lambang atau pakaian seragam
Perserikatan Bangsa-Bangsa atau Negara
netral atau Negara lainnya bukan pihak
dalam sengketa.
2. Tipu daya dalam perang tidak dilarang. Tipu
daya demikian adalah tindakan-tindakan yang
bertujuan untuk menyesatkan seorang musuh
atau untuk membujuknya berbuat tidak hati-
hati tetapi yang tidak melanggar ketentuan
hukum internasional yang berlaku dalam
sengketa bersenjata dan yang bukan merupakan
kelicikan karena tipu daya itu mengundang
-
50
kepercayaan dari seorang musuh berkenaan
dengan perlindungan di bawah hukum
internasional. Contoh-contoh tentang tipu daya
seperti itu adalah sebagai berikut: penggunaan
penyamaran, umpan, gerakan militer tipuan
dan keterangan yang menyesatkan.
Pasal 38 --- Lambang-lambang yang diakui
1. dilarang mempergunakan tidak selayaknya
lambang pengenal palang merah, bulan sabit
merah atau singa dan matahari merah atau
lambang-lambang, tanda-tanda atau isyarat-
isyarat lainnya yang telah ditetapkan oleh
Konvensi atau oleh Protokol ini. Juga dilarang
menyalahgunakan dengan sengaja di dalam
suatu sengketa bersenjata lambang-lambang,
tanda-tanda atau isyarat-isyarat, termasuk
bendera gencatan senjata dan lambang
perlindungan harta benda kebudayaan.
2. Dilarang mempergunakan lambang pengenal
Perserikatan Bangsa-Bangsa, kecuali jika
dikuasakan penggunaannya oleh Organisasi
tersebut.
Pasal 39 --- Lambang-lambang Kebangsaan
1. Dilarang mempergunakan di dalam suatu
sengketa bersenjata bendera-bendera atau
lambang-lambang, lencana-lencana atau
pakaian-pakaian seragam militer dari negara-
negara netral atau negara lainnya yang bukan
pihak-pihak dalam sengketa.
-
51
2. Dilarang mempergunakan bendera-bendera
atau lambang-lambang, lencana-lencana atau
pakaian seragam militer dari Pihak-pihak
lawan pada waktu melancarkan serangan-
serangan atau untuk menghalang-halangi.
menguntungkan, melindungi gerakan-gerakan
militer.
3. Tidak satupun ketentuan dalam Pasal ini atau
dalam Pasal 37, ayat (I) huruf d, mempengaruhi
ketentuan-ketentuan hukum internasional
yang telah ada dan diakui secara umum yang
berlaku pada kegiatan mata-mata atau untuk
penggunaan bendera-bendera di dalam cara
melakukan sengketa bersenjata di laut.
Pasal 40 --- Markas
Dilarang memerintahkan bahwa tidak boleh
ada seorangpun dibiarkan hidup. mengancam
seorang musuh dengan cara demikian atau
melakukan permusuhan atas dasar hal
tersebut.
Pasal 41 --- Perlindungan bagi seorang musuh yang "hors
de combat
1. Seorang yang diakui atau yang didalam keadaan
tertentu, harus diakui sebagai hors de combat
tidak boleh dijadikan sasaran serangan.
2. Seseorang adalah hors de combat apabila :
(a) ia berada didalam kekuasaan suatu Pihak
lawan;
(b) ia terang-terangan menyatakan suatu
maksud untuk menyerah, atau
-
52
(c) ia telah diserahkan dalam keadaan tidak
sadar atau kalau tidak dalam keadaan
tidak berdaya disebabkan oleh luka-luka
atau sakit dan karenanya tidak mampu
membela diri.
asalkan didalam setiap hal-hal tersebut itu
ia sama sekali tidak melakukan sesuatu
tindakan bermusuhan dan tidak mencoba
melarikan diri.
3. Apabila orang-orang yang berhak atas
perlindungan sebagai tawanan-tawanan perang
jatuh kedalam kekuasaan suatu Pihak lawan
didalam keadaan-keadaan tempur yang tidak
biasa yang tidak memungkinkan pengungsian
mereka sebagaimana ditetapkan dalam Bab
III, Bagian I dan Konvensi ketiga, mereka ini
harus dibebaskan dan segala tindakan-tindakan
pencegahan yang dapat dilakukan harus diambil
untuk menjamin keselamatan mereka.
Pasal 42 --- Penumpang - penumpang Alat Angkutan Udara
1. Tidak seorangpun yang terjun dengan payung
dan sebuah alat angkutan udara yang dalam
keadaan bahaya (distress) boleh dijadikan
sasaran serangan selama dalam penerjunannya
itu.
2. Setelah sampai di darat didalam wilayah yang
dikuasai suatu Pihak lawan, seseorang yang
telah terjun payung dan sebuah alat angkutan
udara dalam keadaan bahaya harus diberi
kesempatan untuk menyerah sebelum dijadikan
sasaran serangan, kecuali jelas bahwa ia
melakukan suatu tindakan permusuhan.
-
53
3. Pasukan-pasukan lintas udara tidak dilindungi
oleh Pasal ini.
BAGIAN - II --- STATUS KOMBATAN DAN TAWANAN
PERANG
Pasal 43 --- Angkatan Perang.
1. Angkatan perang dari suatu Pihak dalam
sengketa terdiri dari semua angkatan, kelompok-
kelompok dan satuan-satuan bersenjata yang
diorganisir yang berada dibawah suatu komando
yang bertanggung jawab kepada Pihak tersebut
atas perbuatan bawahannya, bahkan apabila
Pihak tersebut diwakili oleh sebuah Pemerintah
atau suatu kekuasaan yang tidak diakui oleh
suatu Pihak lawan. Angkatan Perang seperti
itu harus tunduk pada suatu peraturan disiplin
tentara, yang intern alia, harus berlaku sesuai
dengan ketentuan hukum internasional yang
dapat diterapkan dalam sengketa bersenjata.
2. Anggota-anggota angkatan perang dari suatu
Pihak dalam sengketa (selain dari tenaga-
tenaga kesehatan dan rokhaniwan-rokhaniwan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dan
Konvensi ketiga) adalah kombatan, yaitu
mereka yang mempunyai hak untuk turut serta
secara langsung dalam permusuhan.
3. Apabila suatu pihak dalam sengketa
menggabungkan kedalam angkatan perangnya
para militer atau badan penegak hukum yang
bersenjata, maka Pihak itu harus memberitahu
Pihak-pihak lain dalam sengketa.
-
54
Pasal 44 --- Kombatan dan Tawanan Perang.
1. Setiap kombatan, sebagaimana dirumuskan
dalam Pasal 43, yang jatuh ke dalam kekuasaan
Pihak lawan harus menjadi tawanan perang.
2. Walaupun semua kombatan berkewajiban
mematuhi ketentuan-ketentuan hukum
internasional yang berlaku dalam sengketa
bersenjata, pelanggaran-pelanggaran
terhadap ketentuan-ketentuan itu tidak boleh
menghilangkan hak seorang kombatan sebagai
kombatan atau haknya sebagai seorang tawanan
perang, jika ia jatuh kedalam kekuasaan Pihak
lawan, kecuali sebagaimana ditetapkan dalam
ayat-ayat 3 dan 4.
3. Untuk meningkatkan perlindungan bagi
penduduk sipil dari akibat-akibat peperangan,
maka kombatan-kombatan wajib membedakan
diri dari penduduk sipil ketika mereka sedang
terlibat dalam suatu serangan atau dalam
suatu operasi militer sebagai persiapan untuk
suatu serangan. Akan tetapi, dengan mengakui
bahwa terdapat keadaan-keadaan didalam
sengketa bersenjata dimana seorang kombatan-
kombatan bersenjata tidak dapat membedakan
diri dari penduduk sipil disebabkan oleh
sifat peperangan itu, maka ia harus tetap
mendapatkan kedudukannya sebagai kombatan,
asalkan saja dalam keadaan seperti itu ia
membawa senjatanya secara terang-terangan :
(a) selama setiap pertempuran (military
engagement), dan
-
55
(b) selama waktu ia dapat dilihat oleh pihak
musuhnya ketika ia sedang terlibat dalam
suatu penyebaran militer menjelang
dilancarkannya suatu serangan dimana ia
ikut serta.
Tindakan-tindakan yang sesuai dengan
persyaratan dalam ayat ini tidak
boleh dianggap sebagai tindakan licik
sebagaimana dimaksud Pasal 37, ayat 1
huruf c.
4. Seorang kombatan yang jatuh kedalam
kekuasaan suatu pihak lawan ketika ia
dalam keadaan tidak memenuhi persyaratan-
persyaratan yang disebut dalam kalimat kedua
ayat 3 itu akan kehilangan haknya sebagai
seorang tawanan perang, namun demikian
kepadanya akan diberikan perlindungan yang
sama dalam segala hal seperti yang diberikan
kepada tawanan perang oleh Konvensi Ketiga
dan oleh Protokol ini. Perlindungan ini
mencakup perlindungan-perlindungan yang
sama dengan yang diberikan kepada tawanan-
tawanan perang oleh Konvensi Ketiga dalam
hal dimana seseorang diadili dan dihukum
karena pelanggaran yang dilakukannya.
5. Setiap kombatan yang jatuh ke dalam kekuasaan
suatu pihak lawan pada saat tidak terlibat dalam
suatu serangan atau dalam suatu operasi militer
sebagai persiapan untuk suatu serangan tidak
akan kehilangan hak-haknya sebagai seorang
kombatan dan sebagai tawanan perang karena
kegiatan-kegiatannya sebelumnya.
-
56
6. Pasal ini sama sekali tidak mengurangi hak
seseorang sebagai seorang tawanan perang
sesuai dengan Pasal 4 dari Konvensi Ketiga.
7. Pasal ini tidak dimaksudkan untuk merubah
praktek negara yang telah diterima secara umum
yang berhubungan dengan pemakaian seragam
oleh kombatan-kombatan yang ditugaskan
pada satuan-satuan reguler berseragam dan
bersenjata suatu Pihak dalam sengketa.
8. Selain dari pada golongan-golongan
(categories) orang-orang yang disebut dalam
Pasal 13 dari Konvensi Pertama dan Kedua,
semua anggota angkatan perang dari suatu
Pihak dalam sengketa seperti dirumuskan
dalam Pasal 43 dari Protokol ini, akan diberi
hak mendapatkan perlindungan berdasarkan
Konvensi-Konvensi tersebut jika mereka itu
luka-luka atau sakit atau dalam hak Konvensi
Kedua, korban karam di laut atau di perairan
lainnya.
Pasal 45 --- Perlindungan bagi orang-orang yang telah ikut
serta dalam permusuhan.
1. Seorang yang ikut serta dalam permusuhan dan
jatuh kedalam kekuasaan suatu Pihak lawan
akan dianggap sebagai tawanan perang, dan
oleh karena itu akan dilindungi oleh Konvensi-
konvensi Ketiga, apabila ia menuntut status
demikian, atau apabila tampaknya ia berhak
akan status semacam itu atau apabila Pihak
yang ia taati menuntut kedudukan demikian
atas namanya dengan pemberitahuan kepada
-
57
Negara penahan atau kepada Negara Pelindung.
Apabila timbul suatu keragu-raguan apakah
orang semacam itu berhak akan status tawanan
perang, ia akan tetap mempunyai status itu
dan oleh karenanya akan dilindungi oleh
Konvensi Ketiga dan oleh Protokol ini sampai
saat statusnya ditetapkan oleh Mahkamah yang
berwenang.
2. Apabila seseorang yang telah jatuh dalam
kekuasaan suatu Pihak lawan tidak ditahan
sebagai seorang tawanan perang dan akan
diadili oleh Pihak tersebut karena suatu
pelanggaran yang timbul dari permusuhan ia
harus mendapat hak untuk mengemukakan
haknya atas status tawanan perang di hadapan
suatu Mahkamah dan memohon masalah
tersebut diputuskan.
Apabila prosedur yang dapat diterapkan,
memberi kemungkinan keputusan ini akan
ditetapkan sebelum pemeriksaan pengadilan
atas pelanggarannya. Wakil-wakil dari
Negara Pelindung berhak untuk menghadiri
sidang-sidang Mahkamah dimana masalah
itu diputuskan, kecuali dalam keadaan yang
sangat khusus, persidangan tersebut diadakan
in camera untuk kepentingan keamanan negara.
Dalam keadaan demikian, Negara Penahan
harus memberitabukan secepatnya kepada
Negara Pelindung.
3. Setiap orang yang telah ikut serta dalam
permusuhan yang tidak berhak akan status
tawanan perang dan yang tidak mendapat
perlakuan yang lebih menguntungkan sesuai
dengan Konvensi Keempat setiap saat akan
-
58
berhak mendapat perlindungan dari Pasal 75
Protokol ini. Dalam wilayah pendudukan,
setiap orang seperti itu, kecuali jika ia ditahan
sebagai seorang mata-mata harus juga berhak
atas hak-haknya berkomunikasi berdasarkan
Konvensi tersebut, sekalipun ada Pasal 5 dari
Konvensi Keempat itu.
Pasal 46 --- Mata-mata
1. Tanpa mengecualikan ketentuan lain dan
Konvensi atau Protokol ini, setiap anggota
angkatan perang dari suatu Pihak dalam
sengketa yang jatuh ke dalam kekuasaan suatu
Pihak lawan ketika sedang melakukan kegiatan
mata-mata tidak akan mempunyai hak atas
status tawanan perang dan akan diperlakukan
sebagai mata-mata.
2. Seorang anggota angkatan perang dari
suatu pihak dalam sengketa yang atas nama
Pihak dimana ia bergabung, berada dan di
wilayah yang dikuasai oleh Pihak lawan,
mengumpulkan atau berusaha mengumpulkan
keterangan-keterangan tidak akan dianggap
melakukan kegiatan mata-mata apabila ia pada
waktu berbuat demikian mengenakan pakaian
seragam angkatan perangnya.
3. Seorang anggota angkatan perang dari
Pihak dalam sengketa yang menjadi seorang
penduduk dari wilayah yang diduduki Pihak
lawan dan yang, atas nama Pihak dimana ia
bergabung, mengumpulkan atau berusaha
mengumpulkan keterangan-keterangan bernilai
militer di wilayah tersebut, tidak akan dianggap
-
59
melakukan perbuatan mata-mata kecuali
apabila ia melakukannya dengan tindakan yang
tidak benar /palsu atau sengaja dengan cara
diam-diam. Lagi pula, penduduk seperti itu
tidak akan kehilangan haknya mendapat status
tawanan perang dan tidak dapat diperlakukan
sebagai seorang mata-mata kecuali jika ia
ditangkap ketika sedang melakukan kegiatan
mata-mata.
4. Anggota angkatan perang dan suatu Pihak
dalam sengketa yang bukan penduduk wilayah
yang diduduki oleh Pihak lawan dan yang
telah melakukan kegiatan mata-mata di dalam
wilayah tersebut tidak akan kehilangan haknya
akan status tawanan perang dan tidak dapat
diperlakukan sebagai seorang mata-mata
kecuali jika ia tertangkap sebelum ia bergabung
kembali dengan angkatan perang dimana ia
menjadi anggotanya.
Pasal 47 --- Tentara Bayaran
1. Tentara bayaran tidak akan mendapat hak
sebagai seorang kombatan atau seorang
tawanan perang.
2. Tentara bayaran adalah setiap orang yang :
(a) direkrut secara lokal atau diluar Negara
itu untuk bertempur di dalam suatu
sengketa bersenjata.
(b) yang secara nyata ikut serta dalam
permusuhan;
(c) mempunyai motifasi untuk ikut serta
dalam permusuhan terutama karena
-
60
keinginan mendapat keuntungan pribadi
yang dijanjikan oleh atau atas nama Pihak
dalam sengketa, konpensasi material yang
jauh melebihi yang dijanjikan kepada atau
dibayarkan kepada kombatan yang nama,
pangkat atau fungsi dalam kekuatan
bersenjata dari pihak tersebut.
(d) bukan warganegara dari suatu Pihak
dalam sengketa ataupun bukan penduduk
wilayah yang dikuasai oleh suatu Pihak
dalam sengketa:
(e) bukan anggota angkatan perang suatu
pihak dalam sengketa; dan
(f) tidak dikirim oleh suatu negara yang
bukan Pihak dalam sengketa untuk
bertugas resmi sebagai anggota dan
angkatan perangnya.
-
61
BAB - IV
PENDUDUK SIPIL
BAGIAN - I --- PERLINDUNGAN UMUM
TERHADAP AKIBAT
PERMUSUHAN.
SUB BAGIAN - I --- KETENTUAN DASAR DAN
PENERAPANNYA DILAPANGAN
Pasal 48 --- Ketentuan dasar
Agar dapat dijamin penghormatan dan
perlindungan terhadap penduduk sipil dan
obyek sipil, Pihak-Pihak dalam sengketa setiap
saat harus membedakan penduduk sipil dari
kombatan dan antara obyek sipil dan sasaran
militer dan karenanya harus mengarahkan
operasinya hanya terhadap sasaran-sasaran
militer saja.
Pasal 49 --- Definisi tentang serangan dan ruang lingkup
penerapan.
1. Serangan berarti tindakan kekerasan terhadap
pihak lawan, baik dalam penyerangan atau
dalam pertahanan.
2. Ketentuan-ketentuan Protokol ini yang
berhubungan dengan serangan berlaku bagi
semua serangan dalam wilayah mana saja
dilaksanakan, termasuk wilayah nasional milik
Pihak dalam sengketa tetapi yang berada di
bawah pengawasan Pihak lawan.
-
62
3. Ketentuan-ketentuan dari Bagian ini berlaku
bagi setiap peperangan darat, udara atau laut
yang dapat mempengaruhi penduduk sipil,
perorangan sipil atau obyek sipil di darat.
Selanjutnya ketentuan-ketentuan tersebut
berlaku juga bagi semua serangan dari laut
atau dari udara terhadap sasaran di darat, akan
tetapi dengan cara lain tidak mempengaruhi
ketentuan-ketentuan hukum internasional yang
berlaku dalam sengketa bersenjata di laut atau
di udara.
4. Ketentuan-ketentuan dari Bagian ini menambah
ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan
perlindungan kemanusiaan yang tercantum di
dalam Konvensi Keempat, terutama Bab II
nya, dan perjanjian-perjanjian internasional
lainnya yang mengikat Para pihak Peserta
Agung, maupun ketentuan-ketentuan hukum
internasional lainnya yang berhubungan
dengan perlindungan orang sipil dan obyek
sipil didarat, di laut ataupun di udara dari
akibat permusuhan.
SUB BAGIAN - II --- ORANG-ORANG SIPIL DAN