prospek serat alam untuk bahan baku kertas...

12
Perspektif Vol. 10 No. 2 /Des 2011. Hlm 92 - 104 ISSN: 1412-8004 92 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104 PROSPEK SERAT ALAM UNTUK BAHAN BAKU KERTAS UANG SUDJINDRO Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research Institute Jl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang 65152 E-mail: [email protected] Diterima : 5 Oktober 2011; Disetujui : 1 Desember 2011 ABSTRAK Beberapa jenis tanaman serat alam yang terdiri atas tanaman serat buah (kapas), batang (kenaf, rosella, yute, rami, linum), dan daun (abaka, agave) sudah lama dibudidayakan di Indonesia, bahkan sudah ada yang statusnya mantap sebagai bahan baku industri skala nasional maupun internasional, seperti kapas, kenaf, abaka, dan rami. Tanaman serat alam tersebut sangat potensial untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas, serta bahan baku industri lainnya. Tiap tahun Indonesia mengimpor kertas uang sebanyak 1,7 reem senilai ± US $ 50 juta atau setara dengan ± Rp. 475 Milyar. Bahan dasar kertas uang yang berkualitas adalah dari serat kapas (linters) yang dicampur dengan serat alam lainnya seperti abaca, rami, kenaf, dan linum pada komposisi tertentu. Serat alam yang ada di dalam negeri memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai alternatif peme- nuhan kebutuhan bahan kertas uang dalam negeri. Hal ini sudah dilakukan penelitian bahan kertas uang oleh Balai Besar Pulp dan Kertas. Bank Indonesia bekerjasama dengan LIPI, Balittas, ITS, dan Kemen- terian Perindustrian dan Perdagangan (Kemperindag), dengan pertimbangan bahwa bahan genetik tanaman sudah ada, sumberdaya lahan sangat memenuhi syarat, dan sumberdaya manusia sangat mendukung untuk melakukan usaha pertanaman serat alam. Apabila usaha pengembangan tanaman serat alam di dalam negeri dapat diberdayakan secara maksimal maka Indonesia akan dapat meningkatkan kesejah- teraan petani melalui pembangunan agribisnis komo- ditas serat alam, yang pada gilirannya akan mengurangi impor kertas uang sehingga akan menghemat devisa negara. Pemberdayaan sumberdaya lahan, seperti lahan bonorowo (lahan banjir) dan lahan masam di luar Jawa, dengan menanam varietas- varietas unggul merupakan langkah positif untuk meningkatkan kesejahteraan petani di lahan marjinal tersebut. Kata kunci : Bahan baku, kertas uang, serat alam, pulp dan kertas, kesejahteraan petani. ABSTRACT Prospect of Natural Fiber as Source of Currency Paper Several types of plants producing natural fiber, such as fruit fiber (cotton), stems (kenaf, roselle, yute, flax, linum), and leaf (abaca, agave) have long been cultivated in Indonesia. They have even a solid status as raw material for industry nationally and internationally, such as cotton, kenaf, abaca, and flax. Plants of these natural fibers are potential for use as raw material for pulp and paper, and other industrial raw materials. Each year, Indonesia imports about 1.7 reem of currency paper worth of ± US$ 50 million or equivalent to ± Rp475 billion. High quality raw materials for currency paper are from cotton fibers (linters) mixed with other natural fibers, such as abaca, ramie, kenaf, and linum in a particular composition. Local natural fibers have great potential to be utilized as an alternative to meeting the needs of the domestic currency paper material. Balai Besar Pulp dan Kertas has carried out many research on the currency paper materials. Bank of Indonesia in collaboration with LIPI, Balittas, ITS, and the Ministry of Industry and Trade (Kemperindag) has considered that the genetic material of plants, land and human resources are already highly supportive to conduct the business of natural fibers plantation. If the business can maximally be empowered domestic sources, it may be able to improve farmers’ welfare through agribusiness of natural fiber commodities. This business in turn may reduce the imports of currency paper and save foreign exchange, as well. Empowerment of flooded and acidic lands outside Java, by planting high yielding varieties, is a positive effort to improve farmers’ welfare on these marginal lands. Keywords : Raw material, currency paper, natural fibers, pulp and paper, farmers’ prosperity.

Upload: others

Post on 27-Jan-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Perspektif Vol. 10 No. 2 /Des 2011. Hlm 92 - 104ISSN: 1412-8004

    92 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    PROSPEK SERAT ALAMUNTUK BAHAN BAKU KERTAS UANG

    SUDJINDROBalai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat

    Indonesian Tobacco and Fiber Crops Research InstituteJl. Raya Karangploso, Kotak Pos 199 Malang 65152

    E-mail: [email protected]

    Diterima : 5 Oktober 2011; Disetujui : 1 Desember 2011

    ABSTRAK

    Beberapa jenis tanaman serat alam yang terdiri atastanaman serat buah (kapas), batang (kenaf, rosella,yute, rami, linum), dan daun (abaka, agave) sudahlama dibudidayakan di Indonesia, bahkan sudah adayang statusnya mantap sebagai bahan baku industriskala nasional maupun internasional, seperti kapas,kenaf, abaka, dan rami. Tanaman serat alam tersebutsangat potensial untuk digunakan sebagai bahan bakupulp dan kertas, serta bahan baku industri lainnya.Tiap tahun Indonesia mengimpor kertas uangsebanyak 1,7 reem senilai ± US $ 50 juta atau setaradengan ± Rp. 475 Milyar. Bahan dasar kertas uangyang berkualitas adalah dari serat kapas (linters) yangdicampur dengan serat alam lainnya seperti abaca,rami, kenaf, dan linum pada komposisi tertentu. Seratalam yang ada di dalam negeri memiliki potensi yangbesar untuk dimanfaatkan sebagai alternatif peme-nuhan kebutuhan bahan kertas uang dalam negeri.Hal ini sudah dilakukan penelitian bahan kertas uangoleh Balai Besar Pulp dan Kertas. Bank Indonesiabekerjasama dengan LIPI, Balittas, ITS, dan Kemen-terian Perindustrian dan Perdagangan (Kemperindag),dengan pertimbangan bahwa bahan genetik tanamansudah ada, sumberdaya lahan sangat memenuhisyarat, dan sumberdaya manusia sangat mendukunguntuk melakukan usaha pertanaman serat alam.Apabila usaha pengembangan tanaman serat alam didalam negeri dapat diberdayakan secara maksimalmaka Indonesia akan dapat meningkatkan kesejah-teraan petani melalui pembangunan agribisnis komo-ditas serat alam, yang pada gilirannya akanmengurangi impor kertas uang sehingga akanmenghemat devisa negara. Pemberdayaan sumberdayalahan, seperti lahan bonorowo (lahan banjir) dan lahanmasam di luar Jawa, dengan menanam varietas-varietas unggul merupakan langkah positif untukmeningkatkan kesejahteraan petani di lahan marjinaltersebut.

    Kata kunci : Bahan baku, kertas uang, serat alam, pulpdan kertas, kesejahteraan petani.

    ABSTRACT

    Prospect of Natural Fiber as Source ofCurrency Paper

    Several types of plants producing natural fiber, such asfruit fiber (cotton), stems (kenaf, roselle, yute, flax,linum), and leaf (abaca, agave) have long beencultivated in Indonesia. They have even a solid statusas raw material for industry nationally andinternationally, such as cotton, kenaf, abaca, and flax.Plants of these natural fibers are potential for use asraw material for pulp and paper, and other industrialraw materials. Each year, Indonesia imports about 1.7reem of currency paper worth of ± US$ 50 million orequivalent to ± Rp475 billion. High quality rawmaterials for currency paper are from cotton fibers(linters) mixed with other natural fibers, such as abaca,ramie, kenaf, and linum in a particular composition.Local natural fibers have great potential to be utilizedas an alternative to meeting the needs of the domesticcurrency paper material. Balai Besar Pulp dan Kertashas carried out many research on the currency papermaterials. Bank of Indonesia in collaboration with LIPI,Balittas, ITS, and the Ministry of Industry and Trade(Kemperindag) has considered that the geneticmaterial of plants, land and human resources arealready highly supportive to conduct the business ofnatural fibers plantation. If the business can maximallybe empowered domestic sources, it may be able toimprove farmers’ welfare through agribusiness ofnatural fiber commodities. This business in turn mayreduce the imports of currency paper and save foreignexchange, as well. Empowerment of flooded and acidiclands outside Java, by planting high yielding varieties,is a positive effort to improve farmers’ welfare on thesemarginal lands.

    Keywords : Raw material, currency paper, naturalfibers, pulp and paper, farmers’prosperity.

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 93

    PENDAHULUAN

    Serat buah, batang, dan daun merupakankomoditas serat alam yang sangat prospektif dimasa mendatang karena komoditas tersebutmemiliki keunggulan untuk bahan baku berbagaiindustri, dan kontribusinya dalam penyelamatanlingkungan. Tanaman yang menghasilkan seratbuah adalah kapas, kapuk, dan kelapa. Tanam-an serat batang antara lain : kenaf, rosela, yute,rami, urena, linum, hemp, dan okra; sedangkantanaman penghasil serat daun antara lain : abaka,agave (sisal), nenas, sansivera, dan lain lain.

    Serat buah, batang, dan daun merupakankomoditas serat alam yang sebelumnya kurangmemperoleh perhatian, baik oleh pemerintah,petani, maupun pengusaha. Namun pada saatini dan di masa yang akan datang, komoditasserat alam merupakan komoditas yang memilikipotensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakuberbagai industri. Sebagai informasi kegunaanmasing-masing komoditas adalah sebagaiberikut: a) Komoditas serat buah: kapas untuktekstil dan pulp, kapuk untuk tekstil, kasur, jokmobil dll., sabut kelapa untuk industri karpet,keset, campuran untuk industri karet; b)Komoditas serat batang : kenaf, rosela, yute,rami, linum, urena untuk bahan baku pulp dankertas, fibreboard, tekstil, karpet, kerajinan, dll.;c) Komoditas serat daun : abaka, agave(sisal),nanas, dll untuk tekstil, pulp dan kertas, geo-tekstil, karpet, dll. (Sudjindro, 2004)

    Serat alam merupakan bahan baku yangramah lingkungan, karena mudah terdegradasidan tanaman serat alam memiliki kemampuanmenyerap CO2 cukup besar terutama padatanaman kenaf. Saat ini serat alam banyakdigunakan sebagai bahan baku untuk produkkomposit seperti fiberboard untuk interior mobil,dan setiap serat alam memiliki ciri dan kegunaanyang spesifik, misalnya serat abaka, rami, dankenaf dapat digunakan untuk kertas mata uang.Pada akhir-akhir ini komoditas serat alam banyakmendapat perhatian dari beberapa kalanganindustri, terutama dari industri otomotif,elektronik, pulp, dan kertas. Menurut Liu (1999),tanaman kenaf sudah diteliti oleh USDA AmerikaSerikat tahun 1940, dan tahun 1960 USDA sudahmenemukan bahwa kenaf dapat dibuat kertas.

    Akhirnya pada tahun 1987 USDA dan KenafInternational telah sukses membangun pabrikkertas spesial untuk koran. Haroen dan Posma(2009) telah meneliti serat kenaf menjadi Fluffpulp yang bermutu tinggi, dan seluruh sifat-sifatyang diuji memenuhi persyaratan diaper (popok)komersial.

    Aneka produk kertas meliputi : kertaskoran, kertas tulis dan cetak, kertas kantongsemen, kertas bergaris, papan kertas, kertassigaret, kertas pembungkus, kertas tissue, kertasberharga (kertas mata uang atau currency paper),dokumen, kertas pengaman atau security paperdll. Indonesia tiap tahun mengeluarkan devisauntuk impor kertas mata uang sebanyak 1,7 jutareem atau setara dengan USD 50 juta (BankIndonesia, 2004).

    SUMBER BAHAN BAKU

    A. Tanaman serat alam

    Kapas (Gambar 1) sudah lama dibudidaya-kan di Indonesia oleh perusahaan swasta danBUMN. Perkembangan tanaman kapas diIndonesia selalu mengalami pasang surut. Luasareal tahun 1978/79 sampai dengan 1997/98berkisar antara 17.119–38.125 ha, dan mencapaipuncaknya pada tahun 1985/1986 dengan luasareal hampir 50.000 ha. Namun sejak itu arealnyaberangsur-angsur menyusut, dan saat ini berkisarantara 7.000 – 10.000 ha. Areal pengembangankapas terbesar di Sulawesi Selatan, Jawa Timur,Jawa Tengah, NTB, dan NTT (Rachman, 2007).Selain untuk bahan baku tekstil, serat kapas jugauntuk bahan pulp dan kertas (ITS Surabaya,2002). Tanaman kapas menghendaki daerah yangterbuka, artinya tidak boleh ternaungi,menghendaki curah hujan antara 500–1500mm/th, dengan batas yang tegas antara musimkemarau dan musim hujan. Umur tanaman kapasberkisar antara 120–220 hari tergantungvarietasnya. Tipe tanah yang sangat sesuaiadalah tanah lempung berpasir, denganketinggian antara 10–500 m dml. (Kerkhoven danMutsaers, 2003). Tanaman kapas secara teknisdapat dikembangkan di Kawasan IndonesiaTimur yang beriklim kering, tetapi harusdidukung dengan fasilitas pengairan. Peng-gunaan varietas unggul seperti Kanesia 8,

  • 94 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    Kanesia 10, Kanesia 14, dan Kanesia 15 akanmenghasilkan 1–2,5 ton kapas berbiji per ha.Petani akan memperoleh keuntungan bila dapatmenghasilkan minimal 1,0 ton kapas berbiji/ha.

    Selain sebagai bahan baku tekstil, seratkapas juga digunakan sebagai bahan baku kertasuang. Uang kertas di Korea Selatan dibuat dari100 % serat kapas, sedangkan mata uang Filipinamenggunakan campuran kapas dan serat abaka(Bank Indonesia, 2004)

    Abaka (Musa textilis Nee) (Gambar 2)sebenarnya mudah dibudidayakan terutamapada lahan yang memiliki ketinggian di atas 600m dml, dengan kelembapan udara rata-rata diatas 76 % dan tidak panas serta curah hujan lebihdari 2.500 mm/th. Varietas yang sangat terkenalsejak zaman penjajahan sampai sekarang adalahTangongon, Bangulanon, dan Maguindanao.Tanaman abaka banyak ditemukan secara luas dikepulauan Sangihe dan Talaud yang memilikipotensi genetik dan hasil serat tinggi, akan tetapibelum ada yang mengelola dan belum ada pasar,sehingga terkesan menjadi tanaman liar. Padaumumnya varietas Tangongon yang ada didaerah tersebut memiliki pertumbuhan baik(Sudjindro et al., 2007b). Saat ini pertanamanabaka di Indonesia ada di kebun PT. Bayulor(Banyuwangi), Mamuju (Sulawesi Barat), Sangihedan Talaud (Sulawesi Utara), Cikalong (JawaBarat), Malingping (Banten), dan Bulungan(Kalimantan Timur).

    Serat abaka (M. textilis) selain untuk tekstilsesuai dengan namanya, juga dapat digunakanuntuk berbagai bahan baku industri antara lain :

    pulp dan kertas, komposit (fiberboard), karpet, talikapal, dll. Hasil penelitian Haroen (1999)menunjukkan bahwa serat abaka grade S2 (warnaputih bersih, benang seratnya sangat baik danhalus), dan Y2 (warna serat kusam sampai agakkotor, benang seratnya pendek dan tidak teratur)dapat dibuat pulp untuk kertas dengan kualitasdi atas mutu pulp abaka komersial.

    Tanaman rami (Boehmeria nivea GAUD)(Gambar 3) sudah lama dikembangkan diIndonesia namun hasilnya belum menggem-birakan. Sejak tahun limapuluhan, pemerintahpernah berusaha mengembangkan tanaman ramidi Jawa Barat dan Sumatera Utara, namunkurang berhasil. Pada tahun 2004 pemerintahkembali mengembangkan rami di beberapadaerah antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat,Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi,dan Sumatera Utara. Hasil survai perkembanganrami di beberapa daerah Jawa Tengah, JawaBarat, Lampung, Bengkulu, Jambi, dan TobaSamosir menunjukkan bahwa perkembanganrami yang dibiayai pemerintah melaluiDepartemen Koperasi Usaha Kecil danMenengah pada tahun 2004-2005 tidak berhasil(Sudjindro et al., 2007a).

    Haroen dan Sugesty (1997) telah melaku-kan penelitian pembuatan pulp dengan bahanbaku rami. Perbandingan serpih dengan larutanadalah 1 : 4 pada suhu 160oC selama 3,5 jamdengan alkali aktif dan antrakinon masing-masing 12 dan 0,1 % memberikan hasil yangoptimal. Rendemen pulp rami yang dihasilkansebesar 69,76 dengan bilangan kappa 12,43.

    Gambar 1. Tanaman kapas (G. hirsutum) Gambar 2. Tanaman abaka (M. textilis)

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 95

    Gambar 3. Tanaman rami (B. nivea)

    Gambar 4. Tanaman sisal (A. sisalana)

    Agave (Agave sisalana Perrine) (Gambar 4)berasal dari daerah Mexico dan sekarang banyak

    berkembang di Brazilia dan Tanzania. Produsenserat sisal terbesar di dunia adalah Brazil, China,Kenya, dan Tanzania. Sisal adalah tanaman tropisyang hidupnya sangat menghendaki sinarmatahari penuh dan kelembapan relatif sedang.Curah hujan yang dikehendaki sekitar 1000–1800mm/th, dengan suhu minimum 16oC danmaksimum antara 27–32o C. Sisal dapat tumbuhbaik pada berbagai tingkat kesuburan tanah,akan tetapi yang paling baik adalah pada tanahlempung berpasir dengan kisaran pH 5,5–7,5, dansangat cocok bila tanahnya memiliki kandunganunsur Calsium (Ca) tinggi. Sisal dapat ditanampada kisaran kesuburan tanah yang bervariasi.Sisal dapat tumbuh baik pada ketinggian sampaidengan 600 m dml. Sisal mulai dapat dipanenpada umur sekitar 2 (dua) tahun setelah tanamdan panjang daun yang dapat dipanen minimal60 cm. Umur produktif sisal dapat mencapai 5–12 tahun tergantung pada kondisi lingkungantumbuhnya. Sisal tidak tahan terhadap genanganair (Dahal et al., 2003). Di Jawa pada zamanpenjajahan sisal berkembang di daerah Madura,Kediri, Jember, dan Blitar. Produktivitas seratdapat mencapai 2,0–2,8 t/ha.

    Serat sisal mengandung 54–66% α-selulose,12-17% hemiselulose, 7–14% lignin, 1% pektindan 1–7% abu. Serat sisal dapat dibuat pulpdengan mutu tinggi karena memiliki kekuatantarik, porositas, bulk, daya serap, dan daya lipatyang tinggi, sehingga sangat baik digunakanuntuk pembuatan kertas spesial (specialty papers),dan juga untuk meningkatkan mutu pulplainnya. Penggunaan soda dingin dalam pem-buatan pulp secara kimiawi dapat menghasilkansebanyak 50–55% pulp (Dahal et al., 2003).

    Komoditas linum atau flax (Linumusitatissimum L.), urena (Urena lobata L.), dan okra(Abelmoschus esculentus L.) (Gambar 5a,b,c) belumdibudidayakan oleh petani maupun pengusaha.Untuk pertumbuhan, tanaman linum memer-lukan ketinggian tempat di atas 800 m dml.,karena berasal dari daerah dingin. Linummerupakan tanaman semusim berumur 90-120hari dan dikembangkan dengan menggunakanbenih. Serat linum lebih dikenal sebagai bahanbaku kain linen dan juga dapat digunakansebagai bahan baku pulp dan kertas sekuritas.Setiap bendel serat linum terdiri atas 10-40 sel-sel

  • 96 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    serat. Tiap sel serat mempunyai panjang berkisarantara 10–40 mm dengan diameter antara 10–30µm. Susunan kimiawi serat linum terdiri atas64,1% selulose, 16,6% hemiselulose, 2% lignin,dan 1,8% pektin. Serat linum memiliki daya serapair lebih tinggi dari serat kapas, rayon, dan wool,tetapi lebih rendah dari serat rami (Lisson, 2003).

    Urena berasal dari daerah tropis yangdapat ditanam sampai dengan ketinggian 500 mdml. Kandungan serat urena sekitar 5,0–5,5%dari batang basah. Serat urena termasuk halus,fleksibel, dan lurus dengan warna putih krematau kuning pucat. Sel serat urena memilikipanjang antara 1,4–1,8 mm dan diameter antara12–19 µm. Komposisi kimiawinya terdiri atas 63-87% selulose dan 7–12% lignin. Serat urena dapatdibuat pulp kraft dan menghasilkan pulp denganrendemen antara 43-47% (Escobin dan Widodo,2003).

    Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.),rosela (Hibiscus sabdariffa L.), dan yute (Corchoruscapsularis L.) (Gambar 6a,b,c), di Indonesia sudahdikembangkan sejak tahun 1979/1980 yangterkenal dengan program ISKARA (IntensifikasiSerat Karung Rakyat). Pada waktu itu serat kenaf,rosela, dan yute hanya digunakan untuk bahanbaku industri karung goni. Arah pengembangankenaf selanjutnya adalah pada lahan marjinaldimana tidak akan menggeser keberadaantanaman pangan utama seperti padi dan jagung.Disamping itu juga untuk memberdayakan lahanmarjinal dan meningkatkan pendapat petani didaerah marjinal (Sudjindro, 2008).

    Saat ini tinggal kenaf yang berkembang diIndonesia dan pemanfaatannya untuk bahanbaku industri (fibreboard untuk interior mobil).Tanaman kenaf memiliki daya adaptasi luassehingga dapat dikembangkan pada berbagailahan/tanah seperti lahan banjir (Sudjindro et al.,2001b), lahan gambut (Sudjindro et al., 1999;2001a), lahan tadah hujan/lahan kering (Setyo-Budi et al., 1998), dan tanah podsolik merahkuning (Marjani et al., 2009). Umur tanamankenaf berkisar 70–150 hari tergantung macamvarietas dan kondisi lingkungan tumbuhnya.Produktivitas kenaf dapat mencapai 2,0–4,0 tonserat kering/ha tergantung varietas danlingkungan tumbuhnya. Balai PenelitianTanaman Tembakau dan Serat (Balittas) diMalang telah memiliki beberapa varietas unggulyang kurang terpengaruh oleh fotoperiodisitas,seperti KR 9, KR 11, KR 12, KR 14, dan KR 15(Sudjindro dan Marjani, 2009).

    Sel serat kenaf memiliki panjang antara1,5–12 mm dan lebar antara 7–41 µm. Rata-ratatebal dinding sel antara 4–9 µm dan lebar lumenantara 7–13 µm. Serat kenaf mengandung 44–62%α-selulose, 14–20% hemiselulose, 4–5% pektin, 6–9% lignin, dan 0–3 % abu. Secara umum seratkenaf dapat dibuat pulp dan kertas, lebih kuatdaripada pulp kayu lunak lainnya, sedangkanpulp dari seluruh batang kenaf mempunyaikekuatan berada di antara pulp kayu lunak danpulp kayu keras (Shamsuddin dan van derVossen, 2003).

    (b) (c)

    Gambar 5. (a) Tanaman flax (L. usitatissimum), (b) Tanaman urena (U. lobata), (c)Tanaman okra (A .esculentus)(a)

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 97

    Serat rosela memiliki panjang antara 1,2–6,3 mm dan lebar antara 10–44 µm. Lebar lumenantara 3–15 µm dan tebal dinding sel antara 4–15µm. Serat rosela mengandung 32 % α-selulose,10–15% lignin, dan 1% abu. Serat rosela jugadapat digunakan sebagai bahan baku pulp,namun demikian penelitian pulp dari roselalebih sedikit dari penelitian pulp dari kenaf(Shamsuddin dan van der Vossen, 2003).

    Serat yute mengandung 45–64% α-selulose,12-26% hemiselulose, 11-26% lignin, 0,2% pektin,dan 1–8% abu. Individu sel serat memilikipanjang antara 0,5–6,5 mm dan diameter antara 9–33 µm. Panjang serat akan berkurang mulaidari pucuk sampai pangkal batang, sebaliknyadiameter akan bertambah. Biomass yute dapatdiproses menjadi pulp untuk industri kertas(Khandakar dan van den Vossen, 2003).

    Pengembangan komoditas serat buah,batang, dan daun yang sudah ada saat iniumumnya kurang menggembirakan. Hal inidisebabkan karena adanya beberapa kendalayaitu :1. Penggunaan bahan tanaman (varietas) tidak

    murni dengan kualitas benih yang rendah,bahkan banyak yang tidak melalui sertifikasibenih (Sudjindro, 2009).

    2. Pemilihan lahan yang kurang memper-hatikan persyaratan agroklimatologi, topo-grafi, dan sarana transportasi (Sudjindro etal., 2005).

    3. Keterbatasan pasar.

    4. Harga kurang bersaing dengan komoditaspangan.

    5. Kurang sosialisasi yang obyektif, umumnyapengusaha cenderung memberikan gam-baran yang hanya menguntungkan sepihaksaja.

    B. Dukungan Hasil Penelitian

    Penelitian peluang pemanfaatan serat alamdi dalam negeri untuk bahan baku pulp, kertas,dan kertas uang sudah dilakukan oleh lembagapenelitian dan perguruan tinggi di Indoneia,maupun di luar negeri, sebagai berikut:1. Tahun 1988, Balai Besar Penelitian dan

    Pengembangan Industri Selulosa (BBPPIS)Bandung telah meneliti beberapa tanamanserat seperti kenaf, rosela, jute, bambu, kayumeranti, pinus, dan ampas tebu untuk diolahmenjadi pulp. Ternyata serat kenaf danbatang kenaf menghasilkan pulp yang bagusdibandingkan dengan serat yang lainnya(BBPPIS, 1988).

    2. Hasil penelitian Pratiwi et al. (2002)menunjukkan bahwa, kondisi optimumuntuk pemasakan batang kenaf menjadi pulpadalah proses soda antrakinon dengan alkaliaktif 18%, antrakinon 0,1%, dan waktupemasakan 2+1,5 jam pada temperaturmaksimum 160oC. Dan pulp kenaf varietasKR 11 dapat memenuhi semua persyaratanNUKP menurut SNI. Varietas kenaf KR 11

    Gambar 6. (a) kenaf (H. cannabinus), (b) rosela (H. sabdariffa), (c) jute (C. capsularis)

  • 98 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    adalah milik Balittas (Balai PenelitianTanaman Tembakau dan Serat) Malang.

    3. Teknologi Chemical Mechanical Pulp untuktanaman kenaf memberikan hasil prosesingyang sangat menggembirakan yaitu : rendahinvestasinya, problematiknya lebih sedikit,derajat fleksibilitas dalam proses pulp lebihluas. Disamping itu pulp kenaf yangdihasilkan memiliki: tensile strength kuat,indeks sobek rendah, dan tahan lama (Xu,2003).

    4. Hasil penelitian di beberapa negara maju dannegara berkembang menunjukkan bahwaserat alam memiliki potensi dan prospekyang sangat bagus untuk pembangunanindustri yang menghasilkan berbagai produkdiversifikasi, seperti: pulp dan kertas, tekstil,spetrum luas untuk biokomposit, dan untukmenghentikan kerusakan hutan (Kozlowskiet al., 2003).

    5. Bahan baku serat alam dari dalam negeriseperti kapas, abaka, rami, dan kenaf dapatdigunakan untuk pulp dan kertas uang (ITS,2002).

    6. Serat abaka dan rami dapat dimanfaatkanuntuk bahan baku pembuatan pulp dankertas dengan kualitas yang memenuhistandar (Haroen dan Sugesty, 1997).

    7. Tanaman kenaf sebagai bahan baku pulp dankertas telah diteliti di Australia denganmembandingkan pulp dari pinus dan acasia.Hasil penelitian menunjukkan bahwakualitas pulp dari kenaf setara dan ataubahkan lebih baik dari pinus (Camerun et al.,1990; Gartside, 1990; Stafford, 1990). Tabel 1menunjukkan rekapitulasi hasil penelitianpembuatan pulp kenaf dibandingkan denganbahan baku lainnya .

    Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihatbahwa kulit kenaf yang diproses dengan sodaantraqinon dan kraft menghasilkan mutu pulpyang lebih baik dibanding Pinus NZ dan PinusAus yang diproses secara kraft. Secara umummutu hasil pulp kenaf, baik dari batang maupun

    kulit seimbang dengan mutu pulp dari pinusmaupun eukaliptus

    Secara teknis semua komoditas serat alamyang diuraikan di atas dapat dibudidayakan diIndonesia, bahkan beberapa komoditas telahberkembang lama di bumi Indonesia dan sudahdimanfaatkan untuk bahan baku berbagaiindustri. Ada beberapa kelebihan atau keung-gulan tanaman serat alam dalam hal potensiuntuk pemanfaatan atau pemberdayaan lahan-lahan suboptimal (marjinal). Tanaman agave(sisal) adalah tanaman yang memiliki ketahananterhadap cekaman kekurangan air, sehinggasesuai untuk dikembangkan pada lahan kering.Tanaman kenaf dan yute merupakan tanamanyang mampu beradaptasi pada lahan banjir.Bahkan tanaman kenaf mampu hidup danberproduksi pada lahan masam seperti podsolikmerah kuning dan gambut.

    Secara ekonomis komoditas serat alammudah dibudidayakan dan tidak terlalu mahalbiaya produksinya. Tanaman abaka dan ramimerupakan tanaman tahunan yang hanyamemerlukan modal pada awal pertanamanuntuk pembelian bibit dan persiapan lahan.Umur abaka dan rami dapat mencapai puluhantahun tergantung kondisi lahan danpemeliharaannya. Tanaman kenaf, rosella, yute,urena, dan linum merupakan tanaman semusimyang berumur antara 3–5 bulan tergantungvarietasnya. Tanaman agave (sisal) jugamerupakan tanaman tahunan dan mampuberproduksi selama 5–10 tahun. Secara umumrata-rata hasil serat tanaman abaka, rami, kenaf,rosella, yute, urena, kapas, dan sisal berkisar 1,5 –3,0 ton per hektar. Produktivitas serat masing-masing komoditas bervariasi tergantung macamvarietas, kesesuaian lahan, kondisi lingkungan,dan pemeliharaannya. Biaya produksi per hektarberkisar antara Rp 3–10 juta/ha tergantungkomoditasnya. Bila produktivitas dapatmencapai 1,5–3,0 t serat/ha maka usaha tani seratalam sudah menguntungkan. Harga serat alamsaat ini berkisar Rp 4.000,- sampai Rp 20.000,-per kg tergantung jenis serat dan situasi pasar.

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 99

    POTENSI DAN PELUANGPEMANFAATAN SERAT ALAM

    Pada dekade terakhir, industri pulp dankertas di Indonesia mengalami kemajuan yangsangat pesat. Indonesia merupakan produsenpulp peringkat ke-9, sedangkan sebagai produsenkertas Indonesia berada pada peringkat ke-13 diantara 30 negara penghasil pulp dan kertasterbesar (APKI, 2001). Pada umumnya industrikertas di Indonesia menggunakan bahan bakupulp produksi dalam negeri, selain itu jugamenggunakan bahan baku pulp impor terutamauntuk produksi kertas khusus (specialty paper).Salah satu penggunaan kertas khusus adalahsebagai kertas uang atau kertas sekuritas. Kertassekuritas merupakan jenis kertas yang memilikisifat-sifat yang sangat khusus, terutamakekuatan tarik, kekuatan lipat, sifat cetak danlain-lain serta tidak mudah dipalsukan. MenurutSmook (2001), kertas sekuritas adalah kertas yangdi dalamnya terdapat ciri-ciri pengaman (securityfeatures) untuk menghalangi pemalsuan (todetercounterfeiting), watermark berbagai bentuk,serat-serat yang bisa terpendar (fluorescent fibers),

    noda yang reaktif terhadap warna (color reactivestain), dan ciri-ciri yang bisa dideteksi dengansinar ungu ultra (uv) atau dengan air. SedangkanZawawi et al. (2004), mengatakan bahwa kertassekuritas dan kertas uang harus sangat sulitdipalsu, tetapi mudah dibuktikan (diverifikasi).Bahan baku kertas yang selama ini digunakanuntuk kertas sekuritas adalah serat yang berasaldari serat kapas dengan campuran serat linenatau serat lain yang dapat meningkatkan mutukertas. Kertas uang yang berkualitas sebenarnyabahan baku utamanya adalah kapas, namunbukan serat panjangnya, akan tetapi serat pendekyang menempel pada biji yang disebut linters.Biasanya bahan baku pembuatan pulp dan kertasuang adalah linters+serat abaka, atau linters+seratrami, atau linters+ serat kenaf.

    Berdasarkan hasil beberapa penelitianmenunjukkan bahwa serat alam dalam negerisangat potensial untuk dikembangkan sebagaibahan baku pulp kertas sekuritas (ITS, 2001).Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwaserat alam yang ada di negeri kita memilikipeluang untuk dijadikan bahan baku untukpembuatan pulp dan kertas uang. Beberapatanaman serat alam sebagian besar sudahdibudidayakan di Indonesia seperti kapas, kenaf,rami, dan abaka. Empat jenis tanaman tersebutsudah digunakan di beberapa negara sebagaibahan baku pembuatan kertas uang, misalnyadollar USA (linters + abaka, linters + rami, linters+ kenaf), peso Filipina (linters + abaka).

    Berdasarkan sifat fisika dan kimia seratalam terutama kapas, rami, abaka, dan kenafsemuanya memenuhi persyaratan untukdigunakan sebagai kertas uang atau kertassekuritas. Sifat fisika dan kimia serat–serattersebut seperti Tabel 2 dan 3.

    Tabel 2. Sifat Fisika beberapa serat alam

    Jenis serat Panjang(mm)Diameter

    (mm)KapasRamiKenafAbakaAgaveLinumUrenaRoselaYute

    20 - 30120 – 1503,3 – 204,0 – 8,00,3 – 1510 – 40

    1,4 – 1,81,9 – 3,12,0 – 2,5

    0,014 – 0,0200,040 – 0,0600,015 – 0,0200,013 – 0,0290,080 – 0,0500,010 – 0,0300,012 – 0,0190,012 – 0,0250,015 – 0,020

    Sumber : ITS Surabaya (2002).

    Tabel 1. Mutu kertas yang berasal dari pulpkenaf dan beberapa kayu hutan

    Bahan Pulp Proses Bulk Daya Kekuatanm3/g) robek (N m/g)

    (mN m2/g)

    Batang kenaf Kraft 1,5 12,1 68Batang kenaf Soda - 4,4 57Batang kenaf CTMP 2,2 9,7 48Kulit kenaf Soda A/Q 1,8 7,8 100Kulit kenaf Kraft 1,7 20 - 24 110Kulit kenaf NSSC 1,8 28,7 81Kulit kenaf Soda 1,7-1,8 21- 25 96Kulit kenaf CMP 2,3 12,0 68Kayu kenaf Soda A/Q 1,4 5,9 70Kayu kenaf Kraft 1,4 5,0 76Kayu kenaf Soda 1,3 5,0 70Kayu kenaf CTMP 1,2 4,0 65Pinus NZ Kraft 1,4 9,1 106Pinus Aus Kraft 1,3 10,4 108Pinus Aus Bisulfit 1,2 4,9 85Eukaliptus Soda A/Q 1,5 9,1 86Eukaliptus mix Sodat 1,5 6,1 55Eukaliptus mix Kraft 1,5 8,2 69Pinus CMPft 2,7 6,1 36Pinus TMP 2,5 6,6 37

    Sumber : Gartside (1990)

  • 100 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    Tabel 3. Sifat kimia serat kapas, rami, kenaf, danabaka

    Sifat Kapas a),d) Rami b), d) Kenaf c),d) Abaka b), d)

    Kadar abuKadar silikatKadar sariLigninHoloselulosaAlphasellulosaHemisellulosaSellulosaPentosanPektinKelarutan dalam- 1% NaOH- Air panas

    1-2

    88-963 - 6,491,8

    trace

    2,0 – 4,07,872,511,0

    65,8569 – 915 – 1376,212,292,0

    35,857,55

    0 - 3-

    1,136 – 1985,37

    44 – 6214 – 20

    65,722,584 – 6

    16,612,12

    1,0 – 2,00,037,30

    5 – 1878,18

    55 – 6418 – 2370,2016,451,00

    21,877,10

    Sumber : a) Kirk-Othmer (1980); b) Haroen dan Sugesty(1997); c) BBPPIS (1988).

    Menurut APKI (2001) pabrik pulp dankertas yang ada di Indonesia terdiri atas 3BUMN, 66 swasta nasional, dan 12 swasta asing,dengan rincian sebagai berikut : a) Pabrik pulpada 6 buah; b) Pabrik kertas ada 65 buah, danc) Pabrik pulp dan kertas ada 10 buah. Adapunlokasinya terpencar di Jawa sebanyak 67 pabrik,di Sumatera sebanyak 12 pabrik, dan diKalimantan sebanyak 2 pabrik.

    Indonesia mengimpor kertas uangsebanyak 1,7 juta reem senilai US $ 50 juta/th atausetara dengan ± Rp 475 milyar. Suatu nilai yangcukup besar untuk negara yang sedangmengalami krisis di berbagai bidang sepertisekarang ini.

    Sebenarnya semua bahan baku untukmembuat kertas uang sudah tersedia di dalamnegeri dan juga sudah dibudidayakan olehpetani. Penelitian untuk membuat pulp dankertas dari beberapa serat alam sudah banyakdilakukan di dalam negeri, terutama oleh BalaiBesar Pulp dan Kertas (BBPK) di Bandung danperguruan tinggi. Bahkan Bank Indonesia bekerjasama dengan LIPI, Badan Litbang Pertanian(Balittas), Kemperindag dan ITS Surabaya padatahun 2002-2004 telah melakukan penelitianpembuatan kertas uang dengan menggunakanbahan serat alam dalam negeri. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa kertas uang dapat dibuat didalam negeri menggunakan bahan serat alamdalam negeri. Namun sayang usaha ini tidakdilanjutkan karena tidak ada respon positif daripemerintah (Bank Indonesia, 2004)

    Di Amerika Serikat pembuatan kertas uangmemerlukan bahan baku serat kapas dan seratlain yang bermutu tinggi, dengan kriteria :panjang serat > 2,20 mm, flexibility ratio 0,80,dan coefisien of rigidity 0,10. Persyaratan lainuntuk bahan baku kertas uang adalah serat harusmemiliki sifat-sifat fisik sebagai berikut (Pratomo,2002):• Tensile strength (indeks tarik) bagus• Tearing strength (ketahanan sobek) tinggi• Folding endurance (ketahanan lipat) tinggi• Tahan lama (durable)• Tidak mudah luntur• Perlu zat kimia tertentu untuk menghindari

    pemalsuanMata uang Filipina (Peso) menggunakan

    komposisi 80% linters kapas dan 20% serat abaka.Akhir-akhir ini Jepang juga sangat mencermatikenaf untuk dibuat kertas sekuritas dan jugauntuk bahan baku berbagai industri bernilaitinggi seperti otomotif dan elektronik (ITS, 2002)

    Berdasarkan berbagai fakta yang telahdiuraikan di atas, pada hakekatnya komoditasserat alam yang ada di dalam negeri ini memilikipotensi dan peluang yang luar biasa untukdimanfaatkan sebagai bahan baku berbagaiindustri. Sebagaimana anjuran yang dilontarkanoleh FAO untuk membangkitkan kembalipemanfaatan serat alam, yang dikenal denganslogan International Year of Natural Fibre 2009(IYNF 2009), bahwa pembangunan industridisarankan menggunakan bahan baku serat alam.Disamping harga lebih murah, juga mampumembantu menyelamatkan lingkungan daripolusi, karena serat alam mudah terdegradasi,dan juga mampu menyerap CO2 dalam jumlahbesar (Aoi, 2000). Oleh karena itu sudahsewajarnya pemerintah memperhatikan keber-adaan serat alam untuk diberdayakan lebih lanjutdalam rangka membangun industri pertanianberbasis serat alam demi kesejahteraan petanidan masyarakat Indonesia pada umumnya. Halini layak dilakukan pemerintah denganpertimbangan adanya beberapa faktor pendu-kung yaitu : a) Tersedianya sumber genetik yangterdiri atas varietas-varietas unggul dan plasmanutfah berbagai komoditas; b) Tersedianya lahanbaik di Jawa maupun di luar Jawa, yang saat inimasih belum diberdayakan; c) Tersedianya

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 101

    sumberdaya manusia yang sangat besar untukdiberdayakan sebagai usaha memberikanlapangan kerja baru; d) Tersedianya paketteknologi hasil penelitian yang dapat diterapkanuntuk pengembangan tanaman serat alam; dan e)Agroekologi yang sesuai untuk komoditas seratalam.

    Di sisi lain perlu disadari bahwa belumsemua komoditas serat alam yang ada di dalamnegeri ini dilakukan penelitian yang mendalam,baik budidaya maupun pasca panennya. Untukitu masih terbuka peluang lebar untukpengembangan IPTEK melalui penelitian-penelitian, baik yang sifatnya dasar maupunterapan. Dengan kemajuan teknologi yang sangatcepat, seperti munculnya teknologi nano padaberbagai bidang, membuka peluang dancakrawala baru untuk para peneliti dan generasipenerus untuk menciptakan produk inovasiyang sangat berguna untuk kemajuan bangsa dannegara.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    1. Serat alam yang ada di dalam negeri sepertikapas, abaka, kenaf, rami, rosela, yute, agave(sisal), dan urena memiliki prospek danpeluang yang baik untuk dijadikan bahanbaku industri pulp dan kertas.

    2. Bahan baku kertas uang dalam negeri dapatdihasilkan dari tanaman yang sudahberkembang di dalam negeri, terutamakapas, abaka, rami, dan kenaf.

    3. Tanaman serat alam merupakan komoditasyang dapat digunakan untuk berbagai bahanbaku industri (elektronik, otomotif,perumahan, pulp, kertas, kerajinan, dll.) dandapat dikembangkan di Indonesia.

    Saran1. Perlu dukungan pengembangan tanaman

    kapas diikuti dengan pembangunan mesinuntuk menghasilkan linters, karena lintersmerupakan bahan baku pembuatan kertasuang.

    2. Perlu dukungan pembangunan kebun abaka,rami, dan kenaf melalui kerja sama denganinvestor dalam negeri yang dikelola sebagai

    perkebunan murni, atau secara kemitraandengan melibatkan petani sebagai plasma.

    3. Untuk menjamin keberlanjutan ketersediaanbahan baku, maka sangat diperlukan bahantanaman yang berkualitas. Untuk itu perluadanya penelitian yang berkelanjutan untukmenghasilkan benih/bibit berkualitas tinggidan varietas unggul melalui berbagaipenelitian.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aoi, T. 2000. Phytoremediation by kenaf core andproduction of activated carbon fromharvested core. Proceeding of Interna-tional Symposium of Bio-Recycle. Com-posting in Sapporo. Avai lable onhttp://www.cvl.gunma-ct.ac. jp/~ao/aoihtml.kena 6.html, [3 Maret 2011].

    APKI. 2001. Berita Industri Pulp dan KertasIndonesia. Asosiasi Pulp dan KertasIndonesia No.167/BIPKI/III/2001, Jakarta.

    Bank Indonesia. 2004. Evaluasi Uji Coba Pem-buatan Kertas dengan Bahan Baku SeratAbaca dan Linters di PT. KertasPadalarang. Laporan Akhir TPPP-BI.Departemen Pengedaran Uang, BankIndonesia. (Tidak Dipublikasikan).

    BBPPIS. 1988. Penelitian sifat fisik batang, kayu,dan serat kenaf (Hibiscus cannabinus L.)sebagai bahan baku pulp kertas.Prosiding Seminar Nasional Serat KarungIII, Universitas Diponegoro, Semarang.

    Camerun, D.M., W. Rawlins, and S.J. Rance.1990. Kenaf versus Forestry Plantation asSources of Pulp. Proceeding No. 9Workshop on Development of a KenafIndustry in Australia. February 6 – 7.ASRRC Brisbane, Australia. pp. 52-60.

    Dahal, K.R., B.I. Utomo, and M. Brink. 2003.Agave sisalana Perrine. In M. Brink andR.P. Escobin (Eds.) : Plant Resources ofSouth-East Asia, Fibre Plants. BackhuysPublishers, Leiden. No. 17.

    Escobin, R.P. and S.H. Widodo. 2003. Urenalobata L. In. M. Brink and R.P.Escobin (Eds.): Plant Resources of South-

  • 102 Volume 10 Nomor 2, Des 2011 : 92 - 104

    East Asia. Fibre Plants. BackhuysPublishers, Leiden. No.17.

    Gartside, G. 1990. Paper-Making Properties ofKenaf. Proceeding No. 9 Workshop onDevelopment of a Kenaf Industry inAustralia. February 6–7. ASRRCBrisbane, Australia. pp. 32-36.

    Haroen, W.K. dan S. Sugesty. 1997. Pelestariansumberdaya alam melalui pemanfaatanabaca dan ramie untuk pulp kertas.Proceeding of the International Work-shop on Minimization of Pulp and PaperWaste. Jakarta.

    Haroen, W.K. 1999. Pembuatan Pulp Serat AbacaDengan Proses Soda. IO ISSN 0005 9154.Balai Besar Penelitian dan Pengembang-an Industri Selulosa, Bandung. BeritaSelulosa, 35 (1-2): 2 – 5.

    Haroen, W.K. and Posma R.P. 2009. DiapersFrom Fluff Kenaf. Jurnal Riset Industri,Desember 2009, 3(3): 151-155.

    ITS. 2001. Tanaman Serat Lokal Sebagai BahanBaku Alternatif Pembuatan Kertas Uang.Laporan Penelitian Kerjasama JurusanTeknik Kimia FTI-ITS dengan BankIndonesia. (Tidak Dipublikasikan).

    ITS. 2002. Jenis Tanaman Serat Dalam NegeriYang Dapat Digunakan SebagaiAlternatif Pembuatan Kertas Sekuritas.Laporan Penelitian ITS, Surabaya. (TidakDipublikasikan).

    Khandakar, A.L. and H.A.M. van der Vossen.2003. Corchorus L. In M. Brink and R.P.Escobin (Eds.): Plant Resources of South-East Asia, Fibre Plants. BackhuysPublishers, Leiden, No.17,

    Kerkhoven, G.J. and H.J.W. Mutsaers. 2003.Gossypium L. In M. Brink and R.P.Escobin (Eds.): Plant Resources of South-East Asia, Fibre Plants. BackhuysPublishers, Leiden, No.17,

    Kirk-Othmer. 1980. Encyclopedia of ChemicalTechnology. 2nd ed., John Wiley & Son.New York.

    Kozlowski, R., M. Rawluk, and J. Barriga. 2003.World Production of Bast Fibrous Plantsand Their Diversified Uses. Proceeding ofthe International Kenaf Symposium,August 19-21, Beijing, China, P.1-23.

    Lisson, S.N. 2003. Linum usitatissimum L. In M.Brink and R.P. Escobin (Eds.): PlantResources of South-East Asia, No.17,Fibre Plants. Backhuys Publishers,Leiden.

    Liu, A. 1999. Making Pulp and Paper from Kenaf– Overview. Proceedings of the FirstInternational Workshop on Pulp andPaper Making from Kenaf. Yuanjiang,China.

    Marjani, Sudjindro, dan R.D. Purwati. 2009.Daya hasil galur-galur kenaf di lahanpodsolik merah kuning. Jurnal PenelitianTanaman Industri, Juni 2009, Puslitbang-bun, Bogor, 15(2):53-59.

    Pratiwi, W., S. Sugesty, dan A. Sudarmin. 2002.Beberapa Varietas Tanaman Kenaf UntukPulp Kertas. Prosiding Seminar Tekno-logi Selulosa, Bandung 24 Oktober 2002.ISBN: 979-95271-2-0.

    Pratomo, H. 2002. Tuntutan Industri PercetakanTerhadap Mutu Kertas. Makalah SeminarKertas dan Tinta, Pusat Grafika Indo-nesia, Jakarta. (Tidak Dipublikasikan).

    Shamsuddin, A. and H.A.M. van der Vossen.2003. Hibiscus cannabinus L. In M. Brinkand R.P. Escobin (Eds.): Plant Resourcesof South-East Asia, No.17, Fibre Plants.Backhuys Publishers, Leiden.

    Setyo-Budi, U., Sudjindro, dan Marjani. 1998.Ketahanan galur-galur harapan kenafterhadap kekeringan. Jurnal PenelitianTanaman Industri, September. Puslit-bangbun, Bogor, 4(3):85-89.

    Smook, G A. 2001. Handbook of Pulp and PaperTerminology. Angus Wilde PublicationInc. Vancouver. p.251 and 280.

    Stafford, B. 1990. Worlwide Fibre Supply in theContext of the Demand for Pulp andPaper over the Next Two Decades.Proceeding Workshop on Developmentof a Kenaf Industry in Australia.February 6–7. ASRRC Brisbane,Australia, 9 : 3-10.

    Sudjindro, Marjani, B. Heliyanto, dan R.D.Purwati. 1999. Uji daya hasil galur-galurkenaf (Hibiscus cannabinus L.). ProsidingSimposium V Peripi. 8-9 September 1998.

  • Prospek Serat Alam Untuk Bahan Baku Kertas Uang (SUDJINDRO) 103

    Fakultas Pertanian Universitas BrawijayaMalang, hlm. 471-481

    Sudjindro, Marjani, B. Heliyanto, dan D. Sunardi.2001b. Galur harapan kenaf adaptif dilahan bonorowo kabupaten Lamongan.Jurnal Penelitian Tanaman Industri,Maret. Puslitbangbun, Bogor, 7(1):31-34.

    Sudjindro. 2004. Prospek Serat Alam (kapas,abaka, rami dan kenaf) Untuk BahanBaku Kertas Uang. Laporan BulanFebruari 2004. Balittas, Malang. (TidakDipublikasikan).

    Sudjindro, A. Sastrosupadi, Mukani, B. Santosa,B.W. Winarto, dan T. Supriyadi. 2005.Keragaan dan strategi pengembanganrami di Indonesia. Prosiding LokakaryaModel Pengembangan Agribisnis Rami.Garut 24 November 2005. Puslitbang-bun, Bogor, hlm. 1-13.

    Sudjindro, A. Sastrosupadi, Mukani, B. Santosa,Winarto, dan S. Tirtosuprobo. 2007a.Peluang dan tantangan pemanfaatantanaman serat alam sebagai bahan bakutekstil di Indonesia. Prosiding LokakaryaNasional Kapas dan Rami. Surabaya 15Maret 2006. ISBN: 979-8451-42-2, hlm.157-166.

    Sudjindro, D. Soetopo, R.D. Purwati, and E.Nurdjajati. 2007b. Survey on NaturalFiber of Indonesia. Final Report,Cooperation Between IToFCRI and PT.TMMIN. Indonesian Tobacco and FiberCrops Research Institute, Malang. pp. 19-20. (Unpublished)

    Sudjindro. 2008. Arah pengembangan kenaf diIndonesia menyongsong bangkitnyaserat alam dunia 2009. Warta Penelitiandan Pengembangan Tanaman Industri.April 2008. Puslitbangbun, Bogor,14(1):20-22.

    Sudjindro. 2009. Permasalahan dalam imple-mentasi sistem perbenihan. BuletinTanaman Tembakau, Serat, dan MinyakIndustri. Puslitbangbun, 1(2):92-100.

    Sudjindro dan Marjani. 2009. PemuliaanTanaman Kenaf (Hibiscus cannabinus L.).Monograf Kenaf. Balittas, hlm. 27- 41.

    Xu, E. C. 2003. Chemical Mechanical Pulps fromKenaf and Their Potentials for PaperIndustry. Proceeding of the InternationalKenaf Symposium, August 19-21,Beijing, China, pp. 99-112.

    Zawawi, E.W., I. Maha, M., and El Meligy,Magda G. 2004. Preparation of specia-lized paper. TAPPI Journal, 3 (4):15-18.