prospek pengembangan kegiatan radiofarmasi …

6
Prosidillg l'ertCII111alllfilliafi Tafillllall 2U16 Pllsat TCkllo(ogi Ra((;oisotoy dall 'Radiofanllaka (l'Tl{1{), 'BAT..A:N Tallgerallg Sc(atall, 3 Novcm6er 2016 ISSN : 2081 : 9652 PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI BERDASARKAN HASIL AUDIT QUALITY MANAGEMENT AUDITS IN NUCLEAR MEDICINE PRACTICES (QUANUM) Herta Astarina, Ferdi Dwi Listiawadi, Ratu Raina Ismuha, Nurhuda, Kardinah Rumah Sakit Kanker Dharmais Email: [email protected] ABSTRAK PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIA TAN RADIOFARMASI BERDASARKAN HASIL AUDIT QUANUM. Radiofarmasi memiliki peran penting dalam mendukung aktivitas kedokteran nuklir dengan menghasilkan radiofarmaka yang aman dan berkualitas secara konsisten. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berkomitmen untuk memajukan pendekatan praktis dan rasional dalam menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) pada radiofarmaka diagnosis dan terapi. Audit QUANUM merupakan salah satu strategi dalam meningkatkan sistem manajemen kualitas dan CPOB dalam lingkup kedokteran nuklir, termasuk radiofarmasi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan evaluasi terhadap audit QUANUM yang telah dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais, terutama dalam bidang radiofarmasi, untuk menunjang pelayanan kesehatan terstandar yang berorientasi kepada keselamatan pasien, pekerja, dan lingkungan. Informasi yang tersaji dalam artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman hasil penilaian audit oleh para ahli di bidang kedokteran nuklir yang terdiri dari dokter spesialis nuklir, teknologislradiografer, fisikawan medis, dan radiofarmasis. Checklist audit QUANUM menekankan pelayanan radiofarmasi untuk mengikuti standar dan regulasi nasional. Rumah sakit mengacu pada standar internasional karena tidak ada regulasi nasional secara mendetail mengenai praktik radiofarmasi, khususnya untuk perunut PET. Namun, standar internasional tersebut perlu diselaraskan dengan regulasi loka!. Audit QUANUM berdampak pada peningkatan standar pelayanan di Rumah Sakit Dharma is. Oleh karena pengembangan praktik radiofarmasi akan sangat bergantung pada regulasi dan pedoman nasional, maka audit ini dapat menjadi salah satu langkah dalam mendukung pemerintah menyusun kebijakan-kebijakan terse but secara sinergis Kata kunei : QUANUM, r(l(liofarmasi, CPOB ABSTRACT THE FUTURE OF RADIOPHARMACY PRACTICES BASED ON EXPERIENCE IN THE QUANUM AUDIT. Radiopharmacy has an important role in supporting nuclear medicine activities by producing radiopharmaceuticals that are safe and of the required quality in a consistent way. The International Atomic Energy Agency (IAEA) is committed to promote a rational and practical approach for the implementation of GMP for compounding and manufacturing of diagnostic or therapeutic radiopharmaceuticals. QUANUM audit is one of the strategy to improve quality management system in nuclear medicine practices, including radiopharmacy. This article is aimed to evaluate the established QUANUM audits particularly in radiopharmacy service at Dharmais Cancer Hospital, to support standardized health care which are patients, workers, and environment safety oriented. The QUANUM audit results presented in this article is based on the professional's assessment, including nuclear medicine physician, technologist, medical physicist, and radiopharmacist. The QUANUM Herta Astarina, dkk. 80

Upload: others

Post on 25-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

Prosidillg l'ertCII111alllfilliafi Tafillllall 2U16

Pllsat TCkllo(ogi Ra((;oisotoy dall 'Radiofanllaka (l'Tl{1{), 'BAT..A:NTallgerallg Sc(atall, 3 Novcm6er 2016

ISSN : 2081 : 9652

PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI BERDASARKANHASIL AUDIT QUALITY MANAGEMENT AUDITS IN NUCLEAR MEDICINE

PRACTICES (QUANUM)

Herta Astarina, Ferdi Dwi Listiawadi, Ratu Raina Ismuha, Nurhuda, Kardinah

Rumah Sakit Kanker Dharmais

Email: [email protected]

ABSTRAK

PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIA TAN RADIOFARMASI BERDASARKAN HASILAUDIT QUANUM. Radiofarmasi memiliki peran penting dalam mendukung aktivitaskedokteran nuklir dengan menghasilkan radiofarmaka yang aman dan berkualitas secarakonsisten. Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) berkomitmen untuk memajukanpendekatan praktis dan rasional dalam menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik(CPOB) pada radiofarmaka diagnosis dan terapi. Audit QUANUM merupakan salah satustrategi dalam meningkatkan sistem manajemen kualitas dan CPOB dalam lingkupkedokteran nuklir, termasuk radiofarmasi. Artikel ini bertujuan untuk memberikan evaluasiterhadap audit QUANUM yang telah dilakukan di Rumah Sakit Kanker Dharmais, terutamadalam bidang radiofarmasi, untuk menunjang pelayanan kesehatan terstandar yangberorientasi kepada keselamatan pasien, pekerja, dan lingkungan. Informasi yang tersajidalam artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman hasil penilaian audit oleh para ahli di bidangkedokteran nuklir yang terdiri dari dokter spesialis nuklir, teknologislradiografer, fisikawanmedis, dan radiofarmasis. Checklist audit QUANUM menekankan pelayanan radiofarmasiuntuk mengikuti standar dan regulasi nasional. Rumah sakit mengacu pada standarinternasional karena tidak ada regulasi nasional secara mendetail mengenai praktikradiofarmasi, khususnya untuk perunut PET. Namun, standar internasional tersebut perludiselaraskan dengan regulasi loka!. Audit QUANUM berdampak pada peningkatan standarpelayanan di Rumah Sakit Dharma is. Oleh karena pengembangan praktik radiofarmasi akansangat bergantung pada regulasi dan pedoman nasional, maka audit ini dapat menjadi salahsatu langkah dalam mendukung pemerintah menyusun kebijakan-kebijakan terse but secarasinergis

Kata kunei : QUANUM, r(l(liofarmasi, CPOB

ABSTRACT

THE FUTURE OF RADIOPHARMACY PRACTICES BASED ON EXPERIENCE IN THE

QUANUM AUDIT. Radiopharmacy has an important role in supporting nuclear medicineactivities by producing radiopharmaceuticals that are safe and of the required quality in aconsistent way. The International Atomic Energy Agency (IAEA) is committed to promote arational and practical approach for the implementation of GMP for compounding andmanufacturing of diagnostic or therapeutic radiopharmaceuticals. QUANUM audit is one ofthe strategy to improve quality management system in nuclear medicine practices, includingradiopharmacy. This article is aimed to evaluate the established QUANUM audits particularlyin radiopharmacy service at Dharmais Cancer Hospital, to support standardized health carewhich are patients, workers, and environment safety oriented. The QUANUM audit resultspresented in this article is based on the professional's assessment, including nuclearmedicine physician, technologist, medical physicist, and radiopharmacist. The QUANUM

Herta Astarina, dkk. 80

Page 2: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

l'rosidlllg l'erte/1Wal1 I{j1liafi Tafiul1all 2016l'usat Tek1l0{ogi 1{acfioisotl!p cfal1 'Radlofarmaka (l'TRlZ), BAT.JL:NTa1lgera1lg Se{ata1l, 3 Novem13er 2016

ISSN : 2087: 9652

checklist emphasized the radiopharmacy service to follow the national standard andregulations. The lack of standardized local regulation on radiopharmacy practices,particularly those regarding to PET tracers, has directed the hospital to refer the establishedinternational standard. However, these standards are needed to be harmonized with nationalregulation in appropriate way. The audit has impacted on improvement of Oharmais CancerHospital service. As the development of the radiopharmacy practices would depend on thenational regulation and guidelines, this audit could be one of the milestones to support thesynergy actions of the government in the arrangement of those policies.

Key words: QUANUM, radiopharmacy, GMP, national guidelines

PENDAHULUAN

R adiofarmasi (farmasi nuklir) telahditetapkan sebagai bagian darispesialisasi dalam layanan farmasi rumah

sakit di UK, Eropa, dan Amerika Serikat.Spesialisasi ini merupakan bagian penting yangterdiri dari tim multidisipliner yang memberikanpelayanan untuk bagian kedokteran nuklir.Radiofarmasi dikembangkan menjadi dua pola.Pertama, setiap fasilitas kedokteran nuklirmemiliki divisi radiofarmasi sendiri, keduasejumlah fasilitas kedokteran nuklir tersebutdisuplai oleh suatu pusat radiofarmasi komersialdan/atau non-profit (1).

QUALITYNUCLEAR

(QUANUM)

Sejak tahun 2012, Rumah Sakit KankerDharmais (RSKD), melalui IAEA TechnicalCooperation Program, telah menginisiasiprogram peningkatan kualitas standar. Programini diharapkan dapat meningkatkan kerja samatim multidisipliner yang terintegrasi dalammewujudkan standar pelayanan yang optimal dibidang radiologi diagnostik, kedokteran nuklir,dan teknologi PET. Hal ini sejalan dengankomitmen RSKD untuk menerapkan sistemmanajemen kualitas demi tercapainyapeningkatan kualitas sistem kesehatan.

IAEA telah menerbitkan pedomanmanual untuk mendorong peningkatan kualitasmanajemen kedokteran nuklir (QUANUM).Pedoman ini dirancang sedemikian rupa agardapat diterapkan dan disesuaikan dengansumber daya yang telah tersedia di setiapnegara. Pedoman QUANUM ini dapatmemperkuat pedoman nasional dan

MANAGEMENTMEDICINE

AUDIT INPRA CTICES

memberikan nilai tambah dari sudut pandanginternasional (2).

Hasil Audit QUANUM di Rumah Sakit KankerDharmais

Audit QUANUM di RSKD berlangsungpada 28 September - 2 Oktober 2015. Prosesaudit ini bersifat sistematis, berorientasi padapasien, dan outcome based. Audit internal daneksternal dilakukan untuk mendapatkangambaran mengenai tingkat kompetensi yangdimiliki pelayanan kesehatan terkait (dalam halini RSKD). Hal ini mencakup sistem manajemen,prosedur pengoperasian, fasilitas, peralatan,dan sumber daya manusia serta pengaruhnyaterhadap layanan klinis. Komponen auditmengacu pada checklist IAEA (2) yang bersifatkomprehensif namun tidak mendalam untukpenilaian kualitas. Pada bagian radiofarmasi,komponen audit mengacu pada pedoman IAEAterkait praktik radiofarmasi di kedokteran nuklir(2,3,4,5,6,7).

Gambar 1. Klasifikasi radiofarmasi berdasarkan

pedoman IAEA dan penerapannya di RSKD ( 0diterapkan di RSKD)

Prosedur yang dilakukan di radiofarmasirumah sakit sangat beragam di setiap negara.

Herta Astarina, dkk. 81

Page 3: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

1'rosidillB Tertelllllall I{illiafi Tafillllall 2016

l'llsat Tekllo(oBi nadioisotoy dall 'Radiojarlllaka (1"lnn), 'B..:4TA:NTallBerallB Seratall, 3 Novelll6er 2016

ISSN : 2087 : 9652

Oleh karena itu, IAEA mengklasifikasikanradiofarmasi menjadi tiga kategori utama, yaknioperational level 1, 2, dan 3. Setiap kategoriterbagi menjadi beberapa sub kategori agarmemudahkan dalam hal kualifikasi staf,pelatihan, fasilitas, peralatan, jenis-jenisprosedur, pengarsipan, serta QA dan QC yangutama pada tingkatan tersebut.

Hasil penilaian IAEA terhadapradiofarmasi RSKD (Gambar 2), relatif terhadapstandar IAEA yakni, di level 1 sekitar 30%, level2 mencapai ± 40%, dan 75% di level 3.

Evaluasi hasil audit ditekankan padaregulasi lokal yang mengatur cara pembuatanobat yang baik (CPOB) serta pelatihan yangdiperlukan untuk memastikan agar setiap stafbekerja dengan cara yang sesuai standar.Dalam praktiknya, radiofarmasi RSKD mengacupada United States current Good ManufacturingPractice, WHO, dan pedoman IAEA.

(0)

(b)

Gambar 2. Perbandingan hasil self-assessment (a)dan penilaian IAEA (b) dalam audit QUANUM di

RSKD.

PRAKTIK RADIOFARMASI DIINDONESIA

Aspek Regulasi Radiofarmaka di IndonesiaBerdasarkan CPOB 2012 Anex 9 No 9,radiofarmaka mempunyai komponen bahan obatdan bahan radioaktif. Oleh karena itu, duaotoritas bertanggung jawab untukpengawasannya (Badan Pengawas Obat dan

Herta Astarina, dkk.

Makanan (BPOM) dan Badan PengawasTenaga Nuklir (Bapeten). Radiofarmasi RSKDberoperasi di institusi kesehatan di bawahKementerian Kesehatan. Dengan demikian,Peraturan Menteri Kesehatan juga menjadidasar hukum dan regulasi untuk radiofarmasirumah sakit.

Sl.Imbt'r ReguLaSl F~fatur.nIPerihal

j

U;r..d~a~

N>:rn-:f]g~HJ9:7I K~t'!"!i¥'Wl'.Jio:i!f~(paM! 19;!

I I

K€pmen~!1$ I S!...~nd.,rPt>'!~¥~Nt!'\Kp"X~!"!rilr, Nddv :tN>~'na ()".:SiMENKESiSK.+'2'.J.}9 I $tlf~r.a Pidi:f.~r,ar; Kti\>€ha:.M\K~I~r'tar;a!: K~4d!"PCl1T',(~k~1 __ """ Fo'"""" 5"'''"" t I~ 1'~'M~Nl\fS,ff.R:'Xih'2C~

Rt...."'~$eK.{ j

I Sw'<!1 tl;r'I~fija Petugas T tMNlJ 13<'91Sa;>ej~,

P\:.'fkaBa~ttm

I &'~~If' di h$!~!a~:,ill"I9 MemMf,u1~a:1

NeF,K~ 18 Tfjhun 2O~<I

Sum~e!' Rlda,,; P&r!g.'>'l: iurJ.J i

I'it"jl{fjdl'f.a~,_~~II. tI~~~ liH'OOi:lcrl

p<id.11'at'-<11 5 ~ifUI b dan c) !, IPe!~ 6?OM I f'(r.'1Ct8lXlf' Cara ?e<l1buJ!M (k..Y. j'd""il!BPCM

~ HI<01133 12 1'"819$1' .. lOCI EM. !~~! pOOa A."'Ie«i g. P~I'II!••... " .~!'!Ul •• " R~lQ/ar;'lk)$'RI¥I;ahs.a."'~bi.sflr156-1j!.~1 !

Legislasi praktik radiofarmasi dijelaskan secaraeksplisit dengan UU No 29 tahun 1997, yangmenyatakan bahwa setiap petugas yang bekerjadi instalasi nuklir wajib memiliki izin. Hal inidiperkuat dengan Permenkes No1248/MENKES/PERlXII/2009 yang menyatakanbahwa radiofarmasis, yang merupakan salahsatu personil penyelenggaraan fasilitas siklotron,memiliki uraian tugas sesuai peraturan Bapeten.Di sam ping itu, Permenkes juga menyebutkanbahwa produk in vivo wajib mengikuti CPOB dariBPOM. Sejalan dengan peraturan-peraturantersebut, Bapeten telah mengeluarkan PerkaBapeten No 16 Tahun 2014 mengenai surat izinbekerja bagi petugas di instalasi yangmemanfaatkan sumber radiasi pengion.Pedoman CPOB tahun 2012 mengenairadiofarmasi rumah sakit hanya mencakupstandar acuan untuk level 1 dan 2. Dalam Anex

9 tidak dijelaskan mengenai pedoman CPOBuntuk produksi radiofarmaka, yang dalampedoman IAEA merupakan kategori level 3.

Kegiatan Radiofarmasi di RSKDFasilitas radiofarmasi di RSKD cukup

baik untuk mengakomodasi level 1, 2, dan 3.Namun, pemanfaatannya perlu dioptimalkan danditinjau secara menyeluruh.

Pada level 1b, radiofarmaka 1-131dalam sediaan kapsul telah rutin digunakanuntuk terapi (dosis 100-200 mCi). Pada level 2a,RSKD rutin melakukan prosedur rekonstitusi kitradiofarmaka dari radioisotop Tc-99m. Jumlahkegiatan di level 2b mencapai 2700 pasien per

82

Page 4: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

'l'n)siaillg 1'ertelllllall J(mian Tanlillall 2016'l'usat Tekl10(ogi Raaioisotoy aal1 RaaiofannaRa (l'TR'R), BAT.JtJVTangerallg Se(atall, 3 November 2016

ISSN : 2087 : 9652

2.016

2013

] 2015{3. 2014

Gambar 4 Permintaan Pemeriksaan denganradiofarmaka FOG F18 selama 2012-2015 (

prediksi)

15001000

.iumlal1 pasipf1

o

2.012

Gambar 3 Kapasitas produksi F18 dan FOG F18 diRSKO berdasarkan evaluasi produksi tahun 2012­

2015 dan 2016 hingga September.

Legislasi dan Praktik Radiofarmasi di DuniaFasilitas produksi radiofarmaka PET

yang memanfaatkan siklotron membutuhkanpertimbangan cermat. Radionuklida yangdihasilkan dari siklotron memiliki waktu paruhsangat pendek dan bahaya radiasi yangditimbulkan sangat besar sehingga diperlukanperhitungan efektivitas dan efisiensi yang sangattinggi. Oi sam ping itu, fasilitas ini sarat denganteknologi dan biaya tinggi sehingga tidak semua

Jumlah permintaan pemeriksaandengan FOG F18 selama 2012-2013 semakinmeningkat (Gambar 4). Pada 2012-2013 terjadikenaikan jumlah pasien PET secara dramatis(>50%) karena banyaknya permintaan daripasien di luar RSKO. Jumlah ini diperkirakanakan terus meningkat selama 5 tahunmendatang.

tahun, 2/3 diantaranya adalah pemeriksaanbonescan menggunakan kit kering MOP dansisanya adalah pemeriksaan dengan kit OTPA,MISI, Nano-albumin, dan Makro-albumin.

Kit radiofarmaka berasal dari salah satu

perusahaan farmasi lokal dan dalam keadaantertentu diimpor dari luar negeri. Generator Mo­99/Tc-99m hingga saat ini masih disuplai dariprodusen di luar negeri. Ketergantunganterhadap pasokan impor ini dapat menimbulkanmasalah dan hambatan terhadap pelayanankedokteran nuklir di Indonesia jika pada saattertentu perusahaan tersebut mengalamikendala distribusi atau produksi.

Oi level 3b, RSKO telah rutinmenyediakan pelayanan menggunakan peru nutPET, yakni 18F FOG (1100 permintaan pertahun). Untuk keperluan tersebut, RSKO telahditunjang dengan fasilitas produksi radiofarmakaPET yang terdiri dari siklotron, modul sintesis,modul dispensing, dan fasilitas serta ditunjangoleh peralatan kendali mutu yang sesuaistandar.

Siklotron RSKO memiliki energi 11 MeVdan mampu memproduksi F18 hingga 2 Ci pad asingle bombardment. Siklotron ini masihmungkin dikembangkan untuk produksi denganskala yang lebih besar (dual bombardment). Alatini dapat ditingkatkan kemampuannya untukmemproduksi radioisotop peru nut PET lainnyaseperti N-13 dan C-11 serta memungkinkanuntuk produksi radioisotop non-PET seperti Tc­99m dari molibdenum alam. Modul sintesis FOG

F-18 di RSKO memiliki kapasitas produksimencapai 4 Ci.

Fasilitas produksi radioisotop danradiofarmaka PET dapat dioptimalkan untukmenyuplai baik kebutuhan internal daneksternal, terutama pelayanan-pelayanankesehatan di sekitarnya (Gambar 3). Contohnya,hasil evaluasi produksi radiofarmaka PET diRSKO sekitar 50% dari total kapasitas produksidan masih dapat dioptimalkan untuk distribusi kerumah sakit di sekitarnya.

Herta Astarina, dkk. 83

Page 5: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

'Prosidlng l'ertemllan Ifmiafi Tafizman 20z61'1lsat TeRl1o{ogi lwdloisotoy aan RaaiofarmaRa ('PTRR), 'BAT.JlNTangerang Se{atan, 3 November 2016

ISSN : 2087 : 9652

sarana pelayanan kesehatan layakmelaksanakannya.

Namun, siklotron juga memilikikelebihan yakni, dapat memenuhi kebutuhanbeberapa sarana pelayanan kesehatan. Oisamping itu, radiofarmaka yang dihasilkan dapatmendeteksi kelainan hingga ke tingkatmolekuler.

Eropa telah menerbitkan pedomanterkait radiofarmaka diantaranya terdapat padaEU GMP Guideline, cGRPP dan lebih spesifikcGRPP untuk preparasi radiofarmaka skala kecil(rumah sakit). Oi sam ping itu, regulasi mengenairadiofarmaka juga disebutkan dalam PIC/S.Amerika, melalui FDA telah menerbitkanpedoman khusus untuk produksi perunut PET.

PROSPEK DAN TANT ANGANRADIOFARMASI DIINDONESIA

Sumber Daya ManusiaPemanfaatan radiofarmaka diatur

dengan ketat oleh pemerintah pada tingkatanyang berlapis. Hal ini mengakibatkan praktikradiofarmasi berada pada lingkungan regulasiyang kompleks. Oleh karena itu, keberadaanradiofarmasis sangat penting dan perlu segeradiundangkan menjadi bagian keahlian khusus dibidang farmasi.

Keahlian khusus radiofarmasi dapatmendorong munculnya sumber daya manusiayang terfokus pad a pengembanganradiofarmaka. Perkembangan radiofarmakadapat memicu tumbuhnya industri-industriradiofarmasi baru untuk memenuhi kebutuhanpelayanan kesehatan nasional. Oengandemikian, kemandirian nuklir dalam bidangkesehatan dapat segera diwujudkan.

Keahlian radiofarmasis dapat diarahkanmenjadi dua bagian, komersial dan pendidikan.Masing-masing bagian memiliki standar berbedanamun dan dengan orientasi yang sama. Oisam ping itu, sejalan meningkatnya permintaandan ketersediaan teknologi PET, akanmeningkat pula permintaan terhadap tenagaradiofarmasi dengan sub-spesialisasi PET. Halini akan mendorong berbagai pusat pendidikanseperti universitas dan rumah sakit untukmendukung pengembangan bidang ini.Pengembangan yang dimaksud mencakuppendidikan lanjutan dan berbagai pusatpelatihan radiofarmasi.

Herta Astarina, dkk.

Perundang-undanganOalam dekade terakhir, pemerintah

telah mendukung spesialisasi radiofarmasidengan menerbitkan regulasi terkait praktik kerjaradiofarmasi secara umum. Peningkatan standarpelayanan radiofarmasi dapat diwujudkan bilaregulasi tersebut dibuat lebih jelas dan spesifik.Hal ini mencakup, pedoman CPOB khususradiofarmasi untuk industri dan rumah sakit.Lebih spesifik, pedoman untuk radofarmasi dilevel 1, 2, dan 3.

Permenkes telah menyatakan bahwarumah sa kit penyelenggara siklotron dapatmendistribusikan radiofarmaka ke rumah sakitpengguna di sekitarnya. Hal ini akan membukapeluang distribusi radiofarmaka dari rumah sakitatau pusat radiofarmasi ke pelayanan kesehatandi sekitarnya. Regulasi mengenai izin edar danCPOB perlu segera diterbitkan untukmendukung kegiatan ini.

PengembanganKegiatan radiofarmasi akan menjadi

sangat esensial dengan hadirnya beragamradiofarmaka baru. Beberapa diantaranyabersifat sangat canggih, contohnya, patient­specific radiopharmaceuticals dan radiofarmakayang digunakan sebagai peru nut serta terapi(theranostic radiopharmaceutical).

KESIMPULAN

Praktik radiofarmasi sangat eratkaitannya dengan kedokteran nuklir.Kemajuannya sangat bergantung pada regulasinasional yang menjadi batasan dan standarkerja bidang tersebut. Hal ini dapat diwujudkanbaik dalam bentuk peraturan dan/atau pedoman.Oengan standar kerja yang jelas, makapelayanan kesehatan yang berorientasi padakeselamatan pasien, terutama yang melibatkanradiofarmasi, dapat ditingkatkan.

UCAPAN TERIMAKASIH

Tidak ada konflik kepentingan dalampembuatan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. DOHERTY, J. AND D. GRAHAM (2006)."The Radiopharmacy", Practical NuclearMedicine, Springer, pp 113-141.

84

Page 6: PROSPEK PENGEMBANGAN KEGIATAN RADIOFARMASI …

'1'rosicOl1gTertemual1 Ifmiali 'Taliunal1 2016

Tusat 'Tekl1o{ogi Raaioisotoy aan Raaiofarmalia ('1''TRR), B.A'T.:A:N'Tangerang 5e{atan, 3 Novem6er 2016

155N : 2087 : 9652

2. IAEA (2015). "IAEA HUMAN HEALTHSERIES <33> - Quality ManagementAudits in Nuclear Medicine PracticesSecond Edition", IAEA, Vienna.

3. IAEA (2008). "Operational Guidance onHospital Radiopharmacy : A Safe andEfective Approach", IAEA, Vienna.

4. IAEA (2010). "TRAINING COURCESERIES <39> - Competency BasedHospital Radiopharmacy Training", IAEA,Vienna.

5. IAEA (2012). "IAEA RADIOISOTOPESAND RADIOPHARMACEUTICALSSERIES <3> - Cyclotron ProducedRadionuciides : Guidance on FacilityDesign and Production of[18F]Fluorodeoxyglucose (FDG)"

6. IAEA (2006). "Nuclear Medicine ResourceManual", IAEA, Vienna.

7. IAEA (2009). "TECHNICAL REPORTSSERIES <471> - Cyclotron ProducedRadionuciides : Guidelines for Setting Upa Facility", IAEA, Vienna.

8. IAEA (2009). "Strategies for ClinicalImplementation and Quality Managementof PET Tracers", IAEA, Vienna.

9. IAEA (1999). "tAEA TECDOC 1065Production Technologies forMolybdenum-99 and Technetium-99m",IAEA, Vienna.

10. DUATTI, A., AND U. BOHNSLEY (2013)."Strengthening Radiopharmacy Practicein IAEA Member States", Semin NuclMed.43(3):188-94.

11. PONTO, J. A. AND J. C. HUNG (2000)."Nuclear Phamacy, Part II: NuclearPharmacy Parctice Today", J Nucl MedTechnol 28:76-81.

12. SHAW, S. M. AND RODNEY D. I (2000)."Nuclear Pharmacy Part I: Emergence ofthe Specialty of Nuclear Pharmacy", JNucl Med Technol 28:8-11.

Herta Astarina, dkk.

13. PERATURAN MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA No 1248 IMENKES I PER I XII 12009 tentangPenyelenggaraan Pelayanan Siklotron diRumah Sakit",

14. UNDANG-UNDANG REPUBLIKINDONESIA No 10 Tahun 1997 TentangKetenaganukliran.

15. PERATURAN KEPALA BADANPENGAWAS TENAGA NUKLIR No 16Tahun 2014

16. KEPMENKES No 008/MENKES/SKlII

2009 Tentang Standar PelayananKedokteran Nuklir di Sarana PelayananKesehatan

17. PERATURAN KEPALA BADANPENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NoHK.03.1.33.12.12.8195 Tahun 2012Tentang Penerapan Cara PembuatanObat yang Baik.

18. WHO (2003). "WHO Technical ReportSeries No. 908 - Annex 3 : Guidelines on

Good Manufaturing Practice forRadiopharmaceutical Products"'.

19. FOOD AND DRUG ADMINISTRATION(2009). "Guidance: PET Drugs - CurrentGood Manufacturing Practice (CGMP)".

20. PIC/S (2008). PIC/S Guide to GoodPractices for The Preparation of MedicinalProducts in Healthcare Establishments.

21. EANM (2007). Guidelines on CurrentGood Radiopharmacy Practice (cGRPP)in The Preparation ofRadiopharmaceuticals

22. ELSINGA, P., S. TODDE, I. PENUELAS,G. MEYER, B. FARSTAD, A. F.CHAUVET., RENATA M., G. WESTERA,TANJA G.M., AND CLEMENS D (2010).Guidance on Good RadiopharmacyPractice (cGRPP) for The Small-scalePreparation of Radiopharmaceuticals.

85