prosiding - repositori.unud.ac.id fileseminar nasional sains dan teknologi 2015 kuta, 29-30 oktober...

13

Upload: doandieu

Post on 28-Aug-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

ii | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | iii

UDAYANA UNIVERSITY PRESS2015

SEMINAR NASIONALDAN TEKNOLOGI

Kuta, 29 - 30 Oktober 2015

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIANKEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

xxvi | Kuta, 29-30 Oktober 2015

SOSIALISASI TEKNOLOGI TEPAT GUNA BIDANG TANAMAN PRODUKTIFDI DESA ANTAP KECAMATAN SELEMADEG KABUPATEN TABANANNi Made Wiasti1, I Nyoman Dhana2, A.A Bags Wiraw3, Putu Sukardja ..............................................1070

ANALISIS KERUSAKAN SAYURAN SEGAR DALAM STYROFOAM BOXDENGAN TEKNIK TOP ICE COOLINGIda Ayu Rina Pratiwi Pudja1), Pande Ketut Diah Kencana ....................................................................1074

PEMANFAATAN UBI JALAR UNGU SEBAGAI BAHAN DASAR PRODUK PIAI. G .N . Agung*), A.A.G.N. Jambe*) dan A.S. Duniaji ..........................................................................1081

KESEHATAN DAN OBAT-OBATAN

TERAPI AUTO URINE PADA PENGOBATAN PENYAKIT MANUSIA(Studi Analisis Kimia dan Tinjauan Islam)Panji Hidayat .........................................................................................................................................1089

PERHITUNGAN NILAI BESARAN FISIS FILM HASIL PHOTO SINAR-X MAMMOGRAFIJENIS LESI GANAS DAN LESI JINAK KANKER PAYUDARA1Anak Agung Ngurah Gunawan,MT, 2I Nyoman Widana .....................................................................1097

PANJANG SIKLUS ESTRUS DAN JUMLAH ANAK TIKUS BETINA (RATTUS RATTUS)YANG DIINJEKSI WHITE VITAMIN C DOSIS TINGGI DALAM JANGKA WAKTU LAMANi Wayan Sudatri

1), Dwi Ariani Yulihastuti, 2) Iriani Setyawati .........................................................1101

KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN SERTA STATUS GIZI RUMAH TANGGAMISKIN PROVINSI BALIKadek Tresna Adhi1), Ni Wayan Arya Utami ........................................................................................1106

APOPTOSIS SEL SPERMATOGENIK PADA TIKUS PUTIH (RATTUS NORVEGICUS)YANG TERPAPAR ASAP ROKOK SETELAH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH JUWET(SYZYGIUM CUMINI)A.A. Sg A. Sukmaningsih1, N Made Rai Suarni1, N.Wayan Sudatri1

Triwahyu Pangestiningsih2, Sitarina Widyarini ....................................................................................1113

PENGARUH MAKANAN ATEROGENIK TERHADAP STRES OKSIDATIFDAN INFLAMASI PADA TIKUS WISTARNi Wayan Bogoriani1), I Wayan Sudiarta .............................................................................................1120

DETEKSI MOLEKULER KEBERADAAN TOXOPLASMA GONDIIPADA SUMBER AIR DI BALIMade Pasek Kardiwinata1*), Kadek Karang Agustina 2**), I Made Subrata ...........................................1130

ULTIMATE ANALISIS DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN EKSTRAK ETANOLKULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA L.) Ni Made Suaniti 1), Manuntun Manurung ....................................................................................... 1134

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | xxvii

AKTIVITAS HIPOGLIKEMIA EKSTRAK DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA)MENURUNKAN EKSPRESI MALONDIALDEHIDA PADA SEL PULAU LANGERHANPANKREAS TIKUS WISTAR DIABETES MELITUSNi Luh Eka Setiasih ..............................................................................................................................1139

PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SEKAA TERUNA TERUNIDI DESA BENGKALA, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALINi Luh Putu Suariyani1), Desak Putu Yuli Kurniati1), , Rina Listyowati1),Frieda Mangunsong2), Hadi Pratomo, Mitha Harahap ..........................................................................1147

PERILAKU KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA SEKAA TERUNA TERUNIDI DESA BENGKALA, KECAMATAN KUBUTAMBAHAN, BULELENG, BALINi Luh Putu Suariyani1), Desak Putu Yuli Kurniati1), , Rina Listyowati1),Frieda Mangunsong2), Hadi Pratomo, Mitha Harahap ..........................................................................1152

AKTIVITAS ANTITUBERKULOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT BATANGCEMPAKA KUNING TERHADAP MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS MDR SECARA IN VITRONi Putu Ariantari1), Ida Bagus Nyoman Putra Dwija2) Made Ari Puji Astuti2) Ni Luh Rustini ........1157

PERBANDINGAN ISOLASI SEL MONONUKLEAR DARAH TEPI MENGGUNAKAN FICOLL20% DAN FICOLL-PAQUE PLUSInna Narayani1, Rasmaya Niruri1, Nyoman Mantik Astawa .................................................................1167

ZOONOSIS PARASIT POTENSIAL PADA ANJING DI BALINyoman Sadra Dharmawan1), I Made Sukada2) I Made Damriyasa .....................................................1170

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ANTIBODI MONOKLONAL ANTI-GLIKOPROTEINVIRUS RABIESNyoman mantik Astawa1, Gusti Ayu Yuniati Kencana1, Ida Bagus Suardana ......................................1177

IDENTIFIKASI DAN UJI AKTIVITAS SENYAWA FLAVONOID DARI EKSTRAK DAUNTREMBESI (ALBIZIA SAMAN (JACQ.) MERR) SEBAGAI ANTIBAKTERI ESCHERICHIA COLIWiwik Susanah Rita1), I Kadek Pater Suteja2 I A Raka Astiti Asih2),I Made Dira Swantara1) -, I Wayan Gede Gunawan ...............................................................................1184

PENETAPAN KADAR ALFA MANGOSTIN DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI S. aureusPADA EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)Ketut Widyani Astuti1), Ni Putu Ayu Dewi Wijayanti .........................................................................1191

EFEKTIFITAS EKSTRAK TOKSIK SPONS HYRTIOS ERECTASEBAGAI ANTIKANKER TERHADAP SEL HELAI Made Dira Swantara1), Wieik Susanah Rita ........................................................................................1197

PROTEKSI RADIASI MATAHARI TERHADAP RESIKO KANKER KULIT BAGI WISATAWANYANG BEJEMUR DI PANTAI KUTA BALIGusti Ngurah Sutapa1), Ni Nyoman Ratini2) Ni Putu Wini Veramika ...................................................1220

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1177

PRODUKSI DAN KARAKTERISASI ANTIBODI MONOKLONAL ANTI-GLIKOPROTEIN VIRUS RABIES

Nyoman mantik Astawa1, Gusti Ayu Yuniati Kencana1, Ida Bagus Suardana1

1).Laboratorium Virologi, Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana Jln. PB Sudirman DenpasarBali Indonesia. Email:[email protected], Telpon: 031223791

ABSTRAK

Rabies merupakan penyakit zoonosis tertua di dunia dan sampai sekarang belum dapat diatasi secara tuntas. Produksidan karakterisasi antibodi monoklonal (AbMo) anti-glikoprotein virus rabies diperlukan dalam pengembangan metodediagnosis yang akurat untuk virus rabies isolat Bali. Antibodi monoklonal diproduksi dengan cara fusi limfosit mencityang kebal terhadap virus rabies dengan sel mieloma. Karakterisasi meliputi penentuan spesi sitasnya dengan ujienzym-linked immunosorbent assay (ELISA) dan Western Blotting (WB) dan kemampuannya untuk melacak viruspada otak anjing yang terinfeksi dengan uji imunoperoksidase dan indirect imuno ourescence. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa telah diproduksi sebanyak 8 klon sel hibridoma (CH9, AE7, BB5, EE9, DB9, AE11 dan AF6)yang menghasilkan antibodi monoklonal terhadap virus rabies. Tiga (BB5, AF6 dan AE11) dari 8 AbMo yangdiproduksi bereaksi dengan protein 66 Kda (glikoprotein) virus rabies. Pada uji imunoperoksidase, ketiga AbMoanti-glikoprotein tersebut dapat melacak antigen virus rabies pada jaringan otak anjing terinfeksi yang sebelumnyatelah di ksasi dengan formalin. Sementara itu, dengan uji indirect imuno ourescence antigen virus rabies terlacakpada jaringan segar. Hasil ini menunjukkan bahwa AbMo anti-glikoprotein virus rabies sangat berpotensi untukdikembangkan sebagai reagen diagnosis yang akurat untuk virus rabies isolat bali.

Kata kunci: antibodi, monoklonal, virus, rabies, glikoprotein

1. PENDAHULUANRabies merupakan penyakit zoonosis tertua di dunia dan sampai sekarang belum dapat diatasi secara

tuntas. Penyakit ini diperkirakan membunuh sekitar 37 000- 86 000 manusia di sekitar 85 negara yangmasih endemik rabies (WHO, 2010). Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas penyakit rabiesdi dunia, tetapi sampai sekarang penyakit ini belum dapat diberantas secara tuntas. Upaya pemberantasanpenyakit ini masih terus dilakukan seperti dengan vaksinasi, pengendalian populasi hewan penular rabies,dan tindakan lainnya. Namun, pada kenyataannya rabies masih tetap ada dan bahkan di beberapa negaraberkembang, penyebarannya cenderung makin meluas.

Di Indonesia, penyakit rabies telah ada sejak 1889 dan penyebarannya cenderung meluas. Beberapadaerah yang dulunya bebas historis kini menjadi daerah tertular seperti Flores tahun 1997, Pulau Bali(2008), dan Pulau Nias (2010) yang kini menjadi daerah endemis. Selain itu, pada akhir tahun 2011 rabiesmuncul di Kabupaten Morotai, Provinsi Maluku Utara dan Pulau Babar, Kabupaten Maluku Barat Daya,Provinsi Maluku. Dengan demikian, wilayah Indonesia yang masih bebas rabies secara historis tinggal5 yaitu, Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Kepulauan Riau dan Kepulauan Bangka Belitung.Di beberapa daerah rabies berhasil diberantas seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta padatahun 1997 serta DKI Jakarta yang dibebaskan pada tahun 2004, sehingga saat ini tercatat ada 9 (sembilan)provinsi di Indonesia yang berstatus bebas rabies (Dirjennakkeswan, 2012)

Penyakit rabies disebabkan oleh lyssavirus dari familia Rhabdoviridae dan menyerang hewanberdarah panas (Balaul dan Lafon, 2003). Di Indonesia, penyakit ini ditularkan melalui gigitan hewantertular seperti anjing, kucing, dan kera. Namun, anjing merupakan hewan penular rabies yang palingpenting karena lebih dari 90% kasus rabies pada manusia di Indonesia ditularkan melalui gigitan anjing.Keberadaan anjing liar yang tidak ada pemiliknya merupakan masalah besar dalam upaya pemberantasanpenyakit rabies di Indonesia. Ketersediaan metode diagnosis yang cepat, akurat, murah, dan sesuai dengankondisi rabies di Indonesia sangat penting dalam upaya pencegahan dan pembrantasan rabies di Indonesia.Metode diagnosis yang diperlukan meliputi, 1). penentuan status kekebalan hewan pascavaksinasi yangdapat dipakai untuk membedakan hewan yang telah kebal dan belum kebal setelah dilakukan vaksinasi,

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

1178 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

dan 2). Penentuan adanya virus rabies pada hewan terinfeksi sehingga tindakan yang perlu dilakukan dapatdiputuskan dengan cepat.

Glikoprotein (G) yang merupakan protein perlekatan (atachment) berfungsi menginisiasi infeksidengan cara melekatkan virus pada permukaan sel target. Jika glikoprotein virus rabies ini melekat padapermukaan sel target (umumnya sel syaraf), maka virus dapat menginfeksi sel tersebut (Kuzmina et al, 2013,Mori dan Marimoto, 2014). Keberadaan antibodi yang mengikat protein G (antibodi anti-glikoprotein virusrabies) dapat mencegah virus untuk melekat pada permukaan sel target sehingga dapat mencegah infeksi(mentralisasi virus). Karena itu, protein inilah yang mengandung antigen pemicu antibodi netralisasi virusyang dapat melindungi tubuh dari infeksi virus rabies. Banyak vaksin rabies yang dibuat hanya denganhanya menggunakan protein G virus rabies.

Diagnosis rabies berbasis glikoprotein dapat dilakukan untuk melacak virus pada hewn terinfeksimenggunakan antibodi monoklonal anti-glikoprotein virus rabies seperti ourescene antibody technique(FAT). Penggunaan antibodi monoklonal anti- glikopeotein diharapkan dapat meningkatkan spesivisitasdan sensitivitas uji, serta memudahkan penyediaan reagen diagnostik. Selain itu, tersedianya antibodimonoklonal terhadap protein G virus rabies dapat dipakai untuk memurnikan protein dari jaringan atausel terinfeksi yang nantinya dapat dipakai sebagai antigen untuk melacak antibodi rabies pada hewanpasca vaksinasi. Hal ini juga akan memudahkan pemantauan respons imun hewan pasca vaksinasi yangsangat bermanfaat dalam mengevaluasi keberhasilan vaksinasi. Dalam paper ini dipaparkan produksi dankarakterisasi antibodi monoklonal rabies yang diharapkan nantinya dapat dipakai untuk mengembangkanmetode diagnosis yang lebih akurat.

2. BAHAN DAN METODE2.1. Pembuatan dan Pemurnian AbMO Anti-glikoprotein Virus Rabies

AbMo anti glikoprotein virus rabies dibuat dengan mengimunisasi mencit Balb/c dengan vaksinrabies yang tersedia secara komersial dan virus rabies isolate Bali. Skema imunisasi dilakukan sesuaidengan prosedur yang dijabarkan oleh Astawa et al, 2012. Dalam hal ini, mencit diimunisasi 4 kali denganinterval waktu 10 hari. Satu minggu setelah imunisasi terakhir, mencit diimunisai setiap hari selama 3 harisecara berturut-turut. Mencit kemudian siap dipakai untuk pembuatan sel hibridoma.

Hibridoma dibuat dengan cara memfusikan sel mieloma dengan limfosit asal limpa mencit yangtelah kebal terhadap virus rabies. Sebanyak 108 sel limfosit asal mencit yang kebal (menghasilkan antibodi)terhadap virus rabies difusikan dengan 2 x 107 sel mieloma (NS1) menggunakan polyethylene glycol(PEG)45 %. Sel hasil fusi kemudian disuspensikan dengan medium selektif DMEM-HAT (dulbecomodi edessential medium-hypxanthine amainopterin thymine) yang mengandung 106 sel per sumuran dalam sel-96 sumuran pada suhu 37oC. Media selektif membunuh sel mieloma, tetapi tidak membunuh sel hibridomayang merupakan fusi sel myeloma dan limfosit. Tujuh hari setelah fusi, sel hibridoma dibiakan dalammedia HTsampai muncul klon hibridoma yang menghasilkan antibodi terhadap antigen virus rabies.Skrining klon hibridoma yang menghasilkan AbMo terhadap glikoprotein virus rabies dilakukan denganuji ELISA menggunakan virus rabies isolat Bali sebagai antigen. Hibridoma yang terbukti menghasilkanAbMo terhadap glikprotein kemudian diisolasi dan dipakai untuk menyiapkan AbMo dalam jumlah besar.AbMo stok ini dibuat dengan cara menumbuhkan hibridoma dalam media HT sampai terlihat tanda-tandakematian sel. Cairan supernatannya kemudian ditampung, disimpan dalam -20oC dan dipakai sebagaiAbMo stok. Selain itu, AbMo stok juga dibuat dengan penyuntikan sel hibridoma pada mencit Balb/c.Pertama, mencit jantan dewasa disuntik dengan dengan 0,5 ml pristane. Dua minggu setelah penyuntikanpristane, sebanyak 1 juta sel hibridoma penghasil antibodi disuntikkan ke dalam rongga abdomen mencit.Cairan ascites dipanen setelah perut mencit mengalami pembengkakan.

2.2. Penentuan Protein Virus Rabies yang Bereaksi dengan AbMoProtein khas virus rabies yang bereaksi dengan AbMo ditentukan dengan metode Western blotting.

Pertama, protein virus rabies diencerkan dalam sample reducing buffer (SDS 2,3 %, mercaptoethanol 5%,

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1179

Tris-HCl 0,0625 M. pH. 6,0, gliserol 10%, bromophenolblue 0,001%) dan dianalisis dengan SDS-PAGE(sodium dedocylsulphate- polyacrylamidegel electropjoresis). Protein virus rabies yang telah dipisahkandalam gel kemudian ditransfer ke membran nitroselulosa. Membran nitroselulosa dipotong kecil-kecildan direaksikan dengan AbMo. Adanya ikatan antara AbMo dengan protein virus rabies divisualisasikandengan penambahan anti-mouse IgG-alkaline phosphatase dan substrat BCIP/NBT.

2.3. Pelacakan Antigen Virus pada Otak Anjing TerinfeksiPelacakan antigen virus pada otak anjing yang terinfeksi dilakukan dengan uji imunohistokimia dan

uji imuno ouresen indirek. Untuk uji imunohistokimia, jaringan otak yang sebelumnya telah di ksasidengan formalin dan pemerosesan jaringan, dipotong setebal 4 mikron. Potongan jaringan tersebutkemudian dibuat di atas glas obyek yang telah dilapisi dengan poly-L-lysine dan jaringan selanjutnyadiwarnai dengan teknik immunoperoxidase mengikuti teknik yang dijabarkan oleh Ohnishi et al (2005).Pertama potongan jaringan di atas glas obyek dideparaf nisai 2 kali dalam xylol dan dibersihkan 2 kalidengan ettanol absolut. Potongan jaringan kemudian dicuci 3 kali dengan PBS dan dicelupkan kedalambuffer sitrat yang mengandung 0.05% Tween-20 pada suhu 90oC selama 20 menit untuk membuka kembaliepitop yang tertutup akibat ksasi dengan formalin. Enzim peroksidase endogen kemudian diinaktifkandengan mencelupkan potongan jaringan ke dalam 3% H

2O

2 dalam PBS for 20 menit pada suhu ruangan.

Setelah jaringan diblok dengan susu skim 5% dalam PBS, AbMo antiglikoprotein virus rabies ditambahkanke atas potongan jaringan dan diinkubasikan selama 18 suhu 4oC dalam ruangan yang lembab. Setelahpencucian 3 kali dengan PBS. biotinylated goat anti-mouse IgG (Biocare, USA). Streptavidin-horse radishperoxidase (Biocare, USA). Sel yang terinfeksi virus rabies kemudian divisualisasikan dengan penambahansubstat diazinobenzidine (DAB) (Biocare, USA).

Uji imuno ouresen indirek dilakukan dengan membuat preparat sentuh otak anjng terinfeksi padaobjek gelas yang telah dilapisi dengan poly- L-lysin. Setelah di ksasi dengan aseton selama 15 menit,sediaan jaringan sentuh kemudian dicuci dengan PBS, ditambahkan antibodi monoklonal anti-glikoproteinvirus rabies, dan diikubasi selama 1 jam pada suhu kamar. Jaringan di atas gelas objek kemudian dicucikembali seperti di atas dan digenangi kembali dengan antimouse IgG- ourescence Isotiocyanate (FITC)selama 30 menit. Setelah dicuci dengan PBS sebanyak 3 kali, jaringan ditutup dengan gliserol dancoverglass. Adanya sel terinfeksi virus rabies dilihat di bawah mikroskop ouresen.

3. HASIL3.1. Sel Hibridoma Penghasil AbMo

Dari 3 kali percobaan fusi diperoleh 503 klon sel hibridoma yang terdiri atas 53 klon dari fusi-1,225 klon dari fusi ke-2 dan 245 dari fusi ke-3. Skrining dengan uji ELISA menunjukkan bahwa 8 klonsel hibroma yang menghasilkan antibodi monoklonal terhadap virus rabies yang terdiri atas, 1 klon selhibridoma dari fusi pertama (klon CH9), 5 klon hibridoma dari fusi ke-2 (AE7, BB5, DB8, EE9 dan AG9),dan 2 klon dari fusi ke 3 (AF6, dan AC11) (Tabel 1) .

Tabel 1. Jumlah Hibridoma Penghasil Antibodi Monoklonal Anti-virus Rabies dari Percobaan Fusi

Fusi Ke-Imunogen Jumlah

hibromas

ELISA

Antigen rabiesAntigen jaringannormal

I Vaksin 53 1 0II Vaksin 225 5 0

III vaksin 245 2 0

Jumlah 503 8 0

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

1180 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

3.2. Karakteristik Antibodi MonoklonalTiga (BB5, AF6 dan AE11) dari 8 antibodi monoklonal tersebut bereaksi dengan protein 66

kDa (glikoprotein) seperti yang terlihat pada hasil uji Western blotting (Gambar 1). Penentuan isotipemenunjukkan bahwa ke 8 AbMo berturut-turut mepunyai isotipe berikut yaitu, 5 AbMo mempunyaiisotipe IgG1 (AG9, EE9, AF6, BB5 dan AC11, dan 3 AbMo mempunyai Isotype IgG2a ( AE7, DB8 danCH 9 ) (Tabel 2).

Gambar 1. Reaktivitas antibodi monoclonal terhadap protein virus rabies isolate Bali. Proteinstandar (1), AbMo CH9, AC7, AG9, DB8, EE9, BB5, AE11, AF6 (2-9).

Tabel 2. Karakteristik Antibodi Monoklonal Anti-virus Rabies

AbMo Isotipe Titer ELISA Protein reaktif IHK FAT

CH9 IgG2a 25 ---- ++ AC7 IgG2a 26 --- ++ +DB8 IgG2a 28 --- +++ ++EE9 IgG1 25 --- + +

AG9 IgG1 25 --- + +BB5 IgM 26 66 KDa ++ ++AF6 IgG1 25 66 KDa ++ ++AC11 IgG1 24 66 Kda ++ ++

Keteranagan : AbMo: antibodi monoklonal, ELISA : enzyme-linked immunosorbent assay, IHK:imunohistokimia, FAT: ourescence antibody technique

3.3. Reaktivitas AbMo dengan Antigen Virus Rabies pada Sel Otak TerinfeksiSemua AbMo yang diproduksi dalam penelitian ini dapat melacak virus rabies dalam jaringan otak

anjing yang terinfeksi. Dengan uji imunohistokimia 3 AbMo (BB5, AF6 dan AE11) yang mengenaliglikoprotein virus rabies dapat melacak antigen virus pada jaringan otak ajing terinfeksi dan telah di ksasidengan formalin. Hasil potitif ditandai dengan adanya negri bodi pada sel neuron.. Sel yang terinfeksiditandai dengan adanya warna coklat kemerahan pada sitoplasma dari sel otak yang meliputi sekitar10-20 % sel otak. Virus rabies tidak terlacak pada jaringan otak anjing yang tidak terinfeksi (Gambar 2).Jika dibandingkan dengan 5 AbMo lainnya, ketiga AbMo antiglikoprotein bereaksi lebih spesi k ditandaidengan latar belakang yang lebih rendah.

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1181

Gambar 2. Antigen virus Rabies yang terlacak dengan teknik imunohistokimia antibodi monoklonal pada sel otak anjingmenggunakan antibodi monoklonal antiglikoprotein (A). AbMo AF (B). AbMo BB5 (C). AbMo. (D) . Jaringan normal

dengan AbMo , (Tanda panah): Sel terinfeksi virus rabies

Sementara itu, Uji imuno oureecen indirek digunakan untuk melacak virus rabies pada sediaansentuh otak segar pada gelas obyek yang di ksai dengan aseton. Pewarnaan dengan AbMo BB5 , AF6 danAE11 menghasilkan gambaran yang serupa yaitu adanya titik berwarna hijau kekuningan yang berbendarpada sel yang terinfeksi tetapi tidak pada sel yang tidak terinfeksi. Ukuran titik berwarna yang ditemukanbervariasi dari yang kecil sampai yang relative besar (Gambar 3).

Gambar 3. Antigen virus rabies yang terlacak dengan antibodi monoklonal antiglikopotein padasedian sentuh otak segar terinfeksi. (A). AbMo BB5, (B) AbMo AE11, (C). AbMo (AF6). (D).

Jaringan normal dengan AbMo, (Tanda panah): sel terinfeksi virus rabies

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

1182 | Kuta, 29-30 Oktober 2015

4. PEMBAHASANDalam penelitian ini sejumlah antibodi monoklonal yang mengenalai antigen virus rabies telah

berhasil dibuat dan beberapa di antaranya berekasi dengan glikoprotein virus rabies isolate Bali. AdanyaAbMo yang berekasi dengan glikoprotein virus rabies isolat bali dapat digunakan digunakaannya untukmelacak virus rabies pada jaringan otak anjing atau hewan lainnya yang terinfeksi virus. Glikoproteinvirus rabies mempunyai berat molekul antara 64-68 kDA (Yoneda et al, 2008) dan protein yang dikenalioleh beberapa AbMo yang diproduksi dalam penelitian ini dengan berat molekul sekitar 66 Kda (Gambar1) adalah glikoprotein virus rabies isolate bali. Penggunaan AbMo terhadap glikoprotein virus rabiesdiharapkan dapat meningkatkan spesivisitas dan sensitivitas uji diagnostik rabies. Hal ini dimungkinkanmengingat glikoprotein merupakan protein permukaan virus dan merupakan protein yang tersisa dalamnegri bodi sel yang terinfeksi. Karena itu , pelacakan menggunakan AbMo glikoprotein diharapkanmenghasilkan gambaran yang lebih jelas dibanding mengunakan AbMo terhadap protein lainnya.

Tersedianya AbMo terhadap glikpprotein virus rabies juga memungkinkan pemurnian glikoproteinvirus tersebut dari jaringan atau sel terinfeksi virus rabies. Glikoprotein virus rabies yang murni danberasal dari sel atau jaringan terinfeksi sangat berpotensi untuk dipakai sebagai antigen untuk melacakantibodi pada hewan. Glikoprotein murni yang berasal dari sel maupun jaringan otak terinfeksi merupakanglikoprotein alami yang bila digunakan dalam uji serologi sangat meungkin memberikan hasil yanglebih baik daripada protein lainnya. Glikoprotein merupakan protein virus yang sangat berperan dalammenginisiasi infeksi virus ke dalam sel. Infeksi virus rabies hanya terjadi jika glikoprotein virus tersebutberikatan dengan reseptornya pada permukaan sel inang (Consales dan Bolzan, 2007). Karena perannyadalam infeksi, glikoprotein penggunaannya sebagai antigen untuk melacak antibody pada hewan dapatmencermikan tingkat kekebalan hewan, terutama tingkat kekebalan pascavaksinasi. Ini dimungkinkankarena hanya antibodi yang berikatan dengan glikoprotein yang mempu menetralisasi virus.

5. SIMPULANTiga dari delapan antibody monoclonal yang diproduksi dalam penelitian ini bereaksi dengan

glikoprotein virus rabies (66 KDa). Dengan uji imunohistokimia, ketiga AbMo tersebut dapat melacakantigen virus rabies pada jaringan otak yang telah di ksasi dengan formali. Dengan uji imuno ouresenindirek, ketiga Abmo juga dapat melacak antigen virus rabies pada sedian sentuh dari jaringan otak segaranjing terinfeksi virus rabies.

Ucapan Terima KasihPenelitian ini di danai oleh didanai oleh Program Penelitian Desentralisasi Hibah Bersaing 2014/2015

dan karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih.

DAFTAR PUSTAKAAstawa, N.M., Suardana, I.B.K. dan Kencana. G.A.Y. (2012). Production and use of monoclonal antibodies

for detection of avian influenza virus infection in duck. Jurnal Veteriner 13 (11), pp. 284-292Aurélie, A., Albertini, V., Eduard, B. E., Anna, F. dan Gaudin, Y. ( 2012). Molecular and Cellular Aspects

of Rhabdovirus Entry. Viruses 4, pp. 117-139Baloul, L. dan Lafon, M. (2003). Apoptosis and rabies virus neuroinvasion. Biochemistry 85 (8) pp. 777-

788.Consales, C.A. dan Bolzan, V.L. (2007). Rabies review: immunopathology, clinical aspects and treatment.

Jornal of Venomous and Animal Toxins including Tropical Disiease, 13 (1) p. 5-38Dirjennakkeswan. (2012). Rakornas Rabies. Arahan Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.

Pertemuan Koordinasi Pengendalian Rabies Nasional Bali, 28 Maret 2012Kuzmina NA, Kuzmin IV, Ellison JA, Rupprecht CE, (2013). Coservation of Binding Epitopes for

Monoclonal Antibodies on the Rabies Virus Glycoprotein. Journal of Antiviral and Antiretroviral5 (2), pp. 037-043

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2015

Kuta, 29-30 Oktober 2015 | 1183

Mori,T. dan Morimoto, K. (2004). Rabies virus glycoprotein variants display different patterns. Frontierin Neurology 7: Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3877770/pdf/fnana-07-00047. pdf [Diakses 26 September 2015].

Ohnishi, K., Sakaguchi, M., Kaji, T., Akagawa, K., Taniyama, T., Kasai, M., Tsunetsugu-Yokota, Y.,Oshima, M., Yamamoto, K., Takasuka, N., Hashimoto, S., Ato, M., Fujii, H., Takahashi, Y.,Morikawa, S., Ishii, K., Sata, T., Takagi, H., Itamura, S., Odagiri, T., Miyamura, T., Kurane, I.,Tashiro, M., Kurata, T., Yoshikura, H. dan Takemori, T. (2005). .Immunological detection of severeacute respiratory syndrome coronavirus by monoclonal antibodies. Japan Journal of InfectiousDisease 58(2) pp.88-94.

World Health Organization (WHO). (2015).’ WHO Expert Consultation on Rabies’. Available at.http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/85346/1/9789240690943_eng.pdf [Diakses 26 September 2015]

Yoneda, A., Tuciya, K., Takasima, Y., Arakawa, T., Tsuji, N., hayashi, Y. dan Matsumoto, Y. (2008).Protection of Mice from Rabies by Intranasal Immunization with Inactivated Rabies Virus.Experimental Animal 57(1), pp.1–9