prosiding · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dan...

476

Upload: others

Post on 05-Dec-2020

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita
Page 2: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN

DASAR TAHUN 2017

“AKTUALISASI KARIR GURU MENUJU

INDONESIA EMAS 2045”

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2017

ISBN: 978-602-50622-0-9

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Copyright @ 2017 Hak Publikasi pada Penerbit PGSD FIP UNIMED Dilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari buku ini dalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 3: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

DEWAN REDAKSI

PROSIDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN DASAR 2017

PENGARAH Prof. Dr. Syawal Gultom

PENANGGUNG JAWAB Dr. Nasrun, MS Prof. Dr. Yusnadi, MS

Drs. Khairul Anwar, M. Pd

REVIEWER Dr. Naeklan Simbolon, M. Pd Dr. Irsan Rangkuti, M. Pd, M. Si

Dra. Nurmayani, M. Pd

REDAKTUR Faisal, S. Pd, M. Pd Nurhairani, S. Pd, M. Pd

Elvi Mailani, S. Pd, M. Pd

EDITOR

Eva Betty Simanjuntak, S. Pd, M. Pd

Nur Wahyuni

Aisyah Fitri Pulungan

Puput Ariani

DESIGN Adek Cerah, S. Pd, M. Pd

PENERBITAN DAN CETAK Lala Jelita Ananda, S. Pd, M. Pd

PELAKSANA TEKNISI

M. S. Sunarya

Mardi Razaki Limbong

Muhammad Fadel Azhari Lubis

Hafizatul Khaira

Diterbitkan oleh: Pendidikan Sekolah Dasar (PGSD) FIP

Universitas Negeri Medan

Alamat Penerbit: Jurusan PPSD Prodi PGSD FIP Unimed Jln. Williem Iskandar Pasar V-Medan 20221 Telp. (061) 6613365, 6623943 Website:[email protected]

iii

Page 4: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan yang Maha

Esa karena atas karunia-Nya buku Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar

Tahun 2017 dapat diterbitkan. Seminar dengan tema “Aktualisasi Karir Guru

Menuju Indonesia Emas 2045” diselenggarakan pada tanggal 18 Oktober 2017 di

Gedung Auditorium Universitas Negeri Medan. Prosiding ini berisi kumpulan

makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas

Pendidikan di Indonesia yang telah dipresentasikan dan didiskusikan pada seminar

ini.

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Tahun 2017 diselenggarakan untuk

memberikan wawasan terkait pengembangan karir guru dan calon guru menuju

Indonesia Emas 2045. Seminar ini juga memberikan kesempatan bagi para penulis

yang merupakan mahasiswa, guru, dan dosen pada bidang pendidikan untuk dapat

mempublikasikan hasil penelitian dan gagasan idenya. Hasil dari publikasi ini

diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran yang kritis guna

mengembangkan karir guru dan calon guru.

Akhirnya izinkan saya atas nama ketua panitia Seminar Nasional

Pendiikan Dasar Tahun 2017 mengucapkan terima kasih kepada Narasumber,

pemakalah, moderator, serta seluruh panitia yang terlibat dalam acara ini sehingga

acara ini dapat berjalan dengan lancar.

Medan, 18 Oktober 2017

Ketua Panitia,

Dra. Eva Betty Simanjuntak, S.Pd

iv

Page 5: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

DAFTAR ISI

Pembelajaran Tematik Bukan Sekedar Menghafal

Oleh: Nirwana Anas (1-11)

Penerapan Pembelajaran Tematik untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa melalui Pemanfaatan Sumber Belajar di Sekolah Dasar Oleh: Nur Hasanah (12-18)

Pengaruh Media Komunikasi terhadap Interaksi Sosial Mahasiswa/i di Lingkungan FKIP UNIKA Santo Thomas Su. Oleh: Rumiris Lumban Gaol (19-23)

Pemanfaatan Teknologi Informasi dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Oleh: Ramadhani (24-30)

Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik dan Waktu Pengadukan pada Proses Elektrokoagulasi untuk Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Oleh: Sofia Novita (31-44)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 101765 Bandar Setia Oleh: Ayu Kurniasih, Magdalena Sirait, Romaida Karo-karo (45-60)

Pengaruh Metode Pakem terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS

Materi Kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dengan Membuat Alat Peraga Wayang Sejarah di Kelas V SDN 116874 Bakaran Batu Kabupaten Labuhanbatu

Oleh: Defa, Fauziah Desrini, Ifran Fredi Tarigan (61-66)

Peranan Guru Memilih Model-model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Oleh: Rencus B. Sinabariba (67-74)

Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif terhadap Hasil Belajar Oleh Tiara Mahdalena Arwira, Asiah Ramadhani, Fauziah Nasution (75-85)

Meningkatkan Kemampuan Kognitif melalui Modifikasi Pembelajaran Sentra di RA Nurul Ida Kecamatan Gebang Kabupaten Langkat Oleh: Supiyah Erwani (86-92)

Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini melalui Metode Pembiasaan di TK Bina Anaprasa Kencana Tahun Ajaran 2016/2017 Oleh: Adinda Purnama, Reviva Safitri, Ester Emerarita Tarigan (93-106)

v

Page 6: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskriptif dengan Menggunakan Pendekatan Contextual Teaching And Learning pada Mahasiswa PGSD Unimed T.A. 2015/2016 Oleh Erlinda Simanungkalit, Mastiana Ritonga (107-120)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Materi

Aktivitas Ekonomi dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match di Kelas IV MIN Medan Tembung Tahun Ajaran 2016/2017 Oleh:

Syarifah Aini, Athiyyah Zahrah Al Fananie (121-127)

Kontribusi Permainan Matematika Kreatif dan Kemampuan Number Sense terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar Oleh: Frida Marta Argareta Simorangkir (128-135)

Aktualisasi Pendidikan Karakter melalui Model Servis Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Parulian 5 Medan Oleh: Vina Merina Br Sianipar (136-142)

Manifestasi Kualitas Kompetensi Profesionalisme Guru dalam Membangun Paradigma Insan Generasi Emas Oleh: Yanti Gultom (143-150)

Aktualisasi Kompetensi Pedagogis Guru Profesional dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Oleh: Yohana (151-156)

Film Adit dan Sopo Jarwo terhadap Kemampuan Bercerita Anak di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang Oleh: Dwi Fatmaniati Siregar, Nurhalimah Siahaan, Zakiah Assidiki (157-167)

Penerapan Metode Computer Aided Instruction (Cai) pada Aplikasi Pembelajaran Tematik Berbasis Multimedia

Oleh: Edizal Hatmi, Noferianto Sitompul, A. M. Hatuon Sihite (168-180)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Picture and Picture dalam Mata Pelajaran IPA pada Pokok Bahasan Sistem Pencernaan Manusia di Kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun

Pelajaran 2014/2015 Oleh: Syahfitriani Br Ginting, Maria Melfa Simanjuntak, Nina Junisa Sianipar (181-187)

Karya Ilmiah sebagai Pengembangan Kecerdasan Intelektual, Emosional dan Spiritual Guru Menuju Pendidikan Bermutu Oleh: Rizqa Jauhiratul Umma (188-198)

Pengaruh Teman Sebaya terhadap Kecenderungan Bullying pada SD Padamu Negeri Medan Oleh: Reflina Sinaga (199-204)

vi

Page 7: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Penerapan Pendekatan Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Negeri 18 Medan Oleh: Sri Wahyuni Sihombing, Budi Halomoan Siregar (205-212)

Analisis Kesalahan Mahasiswa dalam Mata Kuliah Analisis Kompleks Oleh: Ribka Kariani Br. Sembiring (213-219)

Meningkatkan Aktivitas Belajar Ipa Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Course Review Horay Di Kelas V Sd Negeri 050671 Kampung Gohor Oleh: Demmu Karo-karo, Sekar Drya Fajrin Nurina (220-226)

Pengembangan Karir Guru Menuju Indonesia Emas Oleh: Tumpal B. M. Tambunan (227-235)

The Ability of Writing Children In Relocation of Siosar

Oleh: Halimatussakdiah, Laurensia Masri Parangin Angin (236-243)

Aktualisasi Diri Guru Profesional dalam Pengembangan Karir Guru melalui Kinerja Mengajar Guru Oleh: Sri Lestari Siregar (244-252)

Tanggapan Guru Bahasa Indonesia terhadap Masalah Pembelajaran Sastra dan Upaya Mengatasinya di SMP Wira Karya Mandiri Tanjung Selamat Oleh: Susi Yanti Br. Sinuraya (253-261)

Penerapan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematika Siswa SMP Sultan Iskandar Muda Oleh: Hernita Permata Sari, Budi Halomoan Siregar (262-271)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Demonstrasi pada Mata Pelajaran IPA Oleh: Putri Melly Andani Marbun, Rusmaliyah, Annisa Suci Lestari (272-276)

Efektifitas Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia di SD Oleh: Eva Betty Simanjuntak, Khoirunnisa Harahap (277-284)

Gaya Kepemimpinan dan Kesantunan Berbahasa Seorang Kepala Sekolah dalam Berkomunikasi Ditinjau dari Aspek Prinsip Kesopanan dan Ciri-ciri Kepemimpinan Oleh: Rondang Widya K Sihotang (285-294)

Pengaruh Keterampilan Guru Memberikan Penguatan terhadap Hasil Belajar Siswa Materi Pokok Keragaman Sosial di Kelas VI SD Negeri 101610 Purbabangun Oleh: Rahimul Harahap (295-301)

vii

Page 8: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Penerapan Metode Penemuan (Discovery) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPS Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Medan 2015 Oleh: Risma Sitohang, Bronika Septiani Sianturi (302-313)

Refleksi dalam Meningkatkan Kompetensi Guru Menuju Indonesia Emas Tahun 2045 Oleh: Elvi Mailani (314-320)

Paradigma Guru Profesional Menuju Era Indonesia Emas 2045 Oleh: Edidon Hutasuhut (321-330)

Sumber Belajar yang Didapat dari Lingkungan Sekitar melalui Pembelajaran Tematik Oleh: Ana Mulia (331-336)

Penggunaan Model Pembelajaran Guided Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA di Kelas V SD Oleh: Kenny Istiah Dillah, Naeklan Simbolon (337-345)

Strategi Pemecahan Masalah dalam Matematika Sekolah Dasar Oleh: Daitin Tarigan (346-352)

Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Materi Membaca Puisi

melalui Metode Demonstrasi Di Siswa Kelas V SDN 107404 Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Oleh: Surahmawati (353-369)

Perbandingan Kompetensi Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar Oleh: Apiek Gandamana (370-376)

Efektivitas Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita Hasibuan (377-386)

Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Audio Visual pada Materi Kalor Di Kelas X Aliyah Al Washliyah Km.6 Medan Oleh: Uswatun Hasanah (387-395)

Pembelajaran Pembagian Bilangan melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas II SD Negeri Cot Meuraja Aceh Besar Oleh: Herlin Fitria, Vera Sasmita, Melina Br Sembiring (396 - 402)

Upaya Menumbuhkan Budaya Baca Siswa SD melalui Gerakan “READ

(Regulasi, Edukasi, Aplikasi, Determinasi)” Oleh: Fahrur Rozi (403-408)

viii

Page 9: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Eksistensi Karier dan Profesionalisme Guru dalam Membangun Karakter Bangsa Oleh: Wenny Anggraeni, Nurul Amaliah (409-414)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Quantum Teaching pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 132412 Tanjung Balai Oleh: Arifin Siregar, Rio Hadinata Siregar (415-422)

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap Kinerja Guru Oleh: Suriya Emmanita Br. Karo (423-427)

Peranan Guru dalam Membangun Karakter Siswa Oleh: Lala Jelita Ananda (428-434)

Model Pembelajaran Berbasis Proyek dalam Perkliahan Pendidikan IPA SD Oleh: Nurhairani (435-440)

Pengembangan Desain Pembelajaran Membaca Berbasis DRTA sebagai Upaya Membangun Generasi Literat Abad 21 di Kelas VI Sekolah Dasar

Oleh: Faisal (441-455)

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN 101731 Kampung

Lalang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games

Tournament

Oleh: Dewi Anzelina (456- 462)

ix

Page 10: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PEMBELAJARAN TEMATIK BUKAN SEKEDAR MENGHAFAL

Nirwana Anas1

Surel: [email protected]

Abstrak Berbagai upaya terus dilakukan menuju tahun 2045 sebagai titik

keberhasilan pendidikan Indonesia. Mempersiapkan generasi emas

Indonesia agar mampu bersaing di dunia Internasional terus dilakukan.

Perbaikan di bidang pendidikan tak luput dari perhatian pemerintah.

Perbaikan terhadap kurikulum yang terjadi sebagai salah satu upaya

mempersiapkan generasi emas yang unggul. Pembelajaran tematik terpadu

dianggap tepat untuk menciptakan generasi unggul karena melalui

pembelajaran tematik memberi ruang gerak maksimal bagi anak untuk

mengaktualisasikan kemampuannya. Pembelajaran tematik memberi ruang

untuk melayani cara belajar anak yang bervariasi. Guru menempati peran

penting dalam merealisasikan hal ini. Guru merupakan komponen dari

pembejaran yang bersentuhan langsung dengan peserta didik dalam

merealisasikan kurikulum. Sebaik apapun kurikulum yang dirancang, tidak

akan berhasil tanpa guru yang tepat. Tujuan dari tulisan ini adalah: 1) menemukan formulasi guru yang tepat untuk mewujudkan generasi emas

yang unggul; 2) upaya perbaikan dalam pembelajaran untuk mewujudkan

generasi emas yang unggul.

Kata kunci: guru, pembelajaran tematik, generasi emas.

PENDAHULUAN

Tahun 2045 merupakan titik balik bagi 100 tahun kemerdekaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Melalui artikel ini diharapkan akan ditemukan

formulasi guru yang tepat untuk mewujudkan generasi emas yang unggul yang

meliputi dimensi sikap positif, pola pikir esensial, komitmen normatif dan

kompetensi abilitas. Salah satu yang memiliki peran penting dalam mewujudkan

hal ini adalah guru.

Pada dasarnya terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan

anak didik dalam proses pendidikan antara lain: guru, siswa, sarana dan prasarana,

lingkungan pendidikan, kurikulum. Dari beberapa faktor tersebut, guru dalam

kegiatan proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat

penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subjek

pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Studi yang

dilakukan Heyneman & Loxley pada tahun 1983 di 29 negara menemukan bahwa

di antara berbagai masukan (input) yang menentukan mutu pendidikan (yang)

ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa) sepertiganya ditentukan oleh guru.

Pentingnya peran guru dalam proses pendidikan tidak dapat dipungkiri

lagi. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional menurut Undang-undang

1 Dosen PGMI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UINSU

ISBN: 978-602-50622-0-9 1

Page 11: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan

nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-undang di atas dapat dipahami betapa

pentingnya peran guru dalam memberhasilkan tujuan pendidikan. Salah satu yang

menjadi tugas guru menurut Undang-undang di atas adalah menjadikan peserta

didik berkembang sesuai potensinya.

Penerapan Kurikulum 2013 berimplikasi pada penerapan pendekatan

tematik terpadu. Pendekatan tematik diterapkan dari kelas I sampai kelas VI

Sekolah Dasar. Hal ini sesuai dengan pasal 11 Peraturan Menteri Pendidikan Dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013

Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menyatakan: “Pelaksanaan pembelajaran pada

Sekolah Dasar/Madrasah dilakukan dengan pendekatan pembelajaran tematik-

terpadu”.

Pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu

yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga

dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Pembelajaran

terpadu didefinisikan sebagai pembelajaran yang menghubungkan berbagai

gagasan, konsep, keterampilan, sikap, dan nilai, baik antar mata pelajaran maupun

dalam satu mata pelajaran.Pembelajaran tematik memberi penekanan pada

pemilihan suatu tema yang spesifik yang sesuai dengan materi pelajaran, untuk

mengajar satu atau beberapa konsep yang memadukan berbagai informasi.

Pembelajaran tematik berdasar pada filsafat konstruktivisme yang

berpandangan bahwa pengetahuan yang dimiliki peserta didik merupakan hasil

bentukan peserta didik sendiri. Peserta didik membentuk pengetahuannya melalui

interaksi dengan lingkungan, bukan hasil bentukan orang lain. Proses

pembentukan pengetahuan tersebut berlangsung secara terus menerus sehingga

pengetahuan yang dimiliki peserta didik menjadi semakin lengkap.

Pembelajaran tematik menekankan pada keterlibatan peserta didik secara

aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya. Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh

Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran

haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar

sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu

mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar peserta didik. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan

unsur-unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan

ISBN: 978-602-50622-0-9 2

Page 12: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

konseptual antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga

peserta didik akan memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu,

penerapan pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu peserta

didik dalam membentuk pengetahuannya, karena sesuai dengan tahap

perkembangannya peserta didik yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu

keutuhan (holistik).

Berdasarkan beberapa penelitian tentang kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran terpadu masih rendah (Suwardi, 2015). Munasik (2015)

menemukan bahwa pemahaman dan pengetahuan guru tentang pembelajaran

tematik sudah cukup baik sehingga belum semua Sekolah Dasar dapat

melaksanakan pembelajaran tematik 44,44% Madrasah Ibtidaiyah yang

melaksanakan tematik di kelas I-III dan 38,89% yang melaksakan pembelajaran

tematik di kelas IV. Kendala yang dihadapi Madrasah Ibtidaiyah dalam

melaksanakan pembelajaran tematik diantaranya rendahnya kemampuan guru

dalam mengajar dengan pendekatan tematik.

Hal ini diperkuat karena guru yang mengajar Sekolah Dasar saat ini bukan

berasal dari alumni Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh sebab itu dipandang

perlu memperbaiki kualitas guru agar dapat membelajarkan peserta didik dengan

pendekatan tematik terpadu.

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menemukan formulasi guru yang

tepat untuk mewujudkan generasi emas yang unggul, dan upaya perbaikan dalam

pembelajaran untuk mewujudkan generasi emas yang unggul.

PEMBAHASAN

Fungsi dan peran guru

Guru menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 (pasal 1 ayat 1) tentang

Guru dan Dosen adalah “Pendidik Profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarhkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta

didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,

dan pendidikan menengah. Kualifikasi Akademik Guru Menurut Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam

bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi yang diperoleh

dari program studi yang terakreditasi.

Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005, kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kompetansi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi

professional yang yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi

pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.

Kompetensi pedagogik ini mencakup selain pemahaman dan pengembangan

potensi peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta sistem

ISBN: 978-602-50622-0-9 3

Page 13: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

evaluasi pembelajaran, juga menguasai konsep pendidikan dan ilmu tentang

pendidikan yang akan diajarkan kepada peserta didik sedangkan Kompetensi

professional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan

mendalam. Dalam hal ini mencakup penguasaan materi keilmuan, penguasaan

kurikulum dan silabus sekolah, metode khusus pembelajaran bidang studi, dan

wawasan etika dan pengembangan profesi.

Pendidikan memainkan peranan yang sangat penting dalam upaya

mencapai keberhasilan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Terlebih pada pergaulan dan ekonomi global masa sekarang ini, kesuksesan suatu

negara secara fundamental tergantung pada kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi, ketrampilan serta kompetensi sumberdayanya. Negara-negara dengan

level pendidikan lebih tinggi akan memenangkan persaingan global dan cenderung

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan yang lebih tinggi.

Bagi bangsa Indonesia, kesadaran akan arti penting pembangunan

pendidikan sesungguhnya telah dimiliki sejak awal oleh para pendahulu ketika

republik ini didirikan. Hal ini dibuktikan dengan dituangkannya salah satu tujuan

pendirian Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana digariskan didalam

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tujuan negara tersebut menjadi pondasi kokoh dalam penyelenggaraan

pembangunan pendidikan di Indonesia. Upaya mencerdaskan kehidupan suatu

bangsa tentunya tidak terlepas dari urusan pendidikan. Mencerdaskan kehidupan

bangsa memiliki makna membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang cerdas

dan berkualitas yang harus dimanifestasikan dengan pembangunan pendidikan

yang terarah, terpadu, berkeadilan dan berkelanjutan.

Berbicara tentang upaya pembangunan pendidikan untuk mencerdaskan

kehidupan bangsa tentunya tidak terlepas dari peran dan eksistensi guru sebagai

elemen penting pendidikan. Harus diakui, guru merupakan salah satu aktor kunci

dalam upaya mewujudkan pembangunan pendidikan yang berkualitas. Banyak

penelitian telah membuktikan adanya korelasi yang signifikan antara kualitas dan

kinerja guru dengan keberhasilan belajar siswa, salah satunya disampaikan

Wenglinsky yang menyatakan bahwa performance dan karakteristik guru secara

nyata memberikan kontribusi yang signifikan bagi keberhasilan belajar siswa

(2002).

Lebih lanjut Gaffar (2010) menyatakan bahwa guru memegang peranan

yang strategis terutama dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan

kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Pernyataan ini secara tidak langsung

menegaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia berdaya saing yang

unggul, bermoral, berkepribadian bangsa, serta memiliki kompetensi tinggi akan

sulit terwujud tanpa dukungan guru-guru berkualitas yang hadir menanamkan

nilai-nilai luhur dan memberikan motivasi kepada anak didik.

ISBN: 978-602-50622-0-9 4

Page 14: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sayangnya, di dalam perkembangannya profesi guru harus dihadapkan

pada berbagai persoalan, mulai dari intervensi politis di dalam rekruitmen serta

penempatan guru, profesionalisme guru, peningkatan kesejahteraan guru,

distribusi guru antar kabupaten/kota dan antarprovinsi yang terkendala

kewenangan masing-masing pemerintah daerah, adanya komersialisasi

penempatan guru di sekolah-sekolah favorit, dan berbagai persoalan lain yang

tentunya turut mempengaruhi mutu pendidikan.

Pembelajaran tematik

Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai

kultural, dan kemajemukan bangsa. (2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu

kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna. (3) Pendidikan

diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik yang berlangsung sepanjang hayat. (4) Pendidikan diselenggarakan dengan

memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas

peserta didik dalam proses pembelajaran. (5) Pendidikan diselenggarakan dengan

mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga

masyarakat. (6) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan

pengendalian mutu layanan pendidikan (Undang-Undang Republik Indonesia No.

20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas).

Kurangnya ruang bagi refleksi dan interaktif pembelajaran di kelas

disebabkan oleh konteks yang terkandung dalam kurikulum luas (Cambrigde

Primary Review, 2009). Studi kasus di Irlandia Utara menunjukkan bahwa guru

merasa kewalahan untuk memenuhi tuntutan kurikulum yang terlalu padat dan

kurikulum mengalami perubahan yang terlalu cepat (Gallanger, 2009). The

Australian Primary Principals Association (2008) berpendapat bahwa kurikulum

di Australia menjadi lebih padat akhir-akhir ini. Asosiasi mencatat bahwa guru-

guru merasa terlalu banyak materi yang harus diajarkan dengan waktu yang

tersedia.

Studi yang dilakukan UNESCO (2003) untuk mereformasi pendidikan

menunjukkan kurikulum di beberapa negara cenderung mengalami peningkatan

dalam hal padatnya materi. Misalnya, di Filipina kurikulum yang terlalu padat

dikatakan sebagai penyebab rendahnya prestasi siswa dan penyebab keterlambatan

dalam pengembangan kompetensi kritis. Hal ini terjadi karena waktu yang

disediakan sedikit sedangkan materi yang harus diajarkan banyak.

Tilaar (2008) mengatakan masyarakat modern dewasa ini dikatakan sebagai suatu

masyarakat ilmu pengetahuan. Artinya suatu masyarakat modern tidak akan

berkembang tanpa ilmu pengetahuan atau tanpa memiliki ilmu pengetahuan.

Menurut para pakar di dalam suatu masyarakat ilmu pengetahuan, masalahnya

bukan memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri, tetapi yang lebih penting ialah

ISBN: 978-602-50622-0-9 5

Page 15: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

proses memilikinya. Mengapa proses memiliki ilmu pengetahuan itu lebih penting

daripada memiliki ilmu pengetahuan itu sendiri? Hal ini disebabkan karena ilmu

pengetahun itu sendiri terus menerus berkembang dengan cepat. Karena cepatnya

perkembangan ilmu pengetahuan tersebut, dapat dikatakan bahwa manusia itu

sendiri tidak mungkin lagi menguasai pengetahuan yang berkembang pesat

tersebut. Yang perlu dikuasai manusia tersebut adalah proses memiliki

pengetahuan tersebut, cara memperolehnya dan memanfaatkannya.

Proses memiliki ilmu pengetahuan tidak lain daripada suatu proses belajar.

Proses belajar itu sendiri sebagian besar merupakan proses membaca. Ilmu

pengetahuan yang berkembang sangat pesat tidak mungkin lagi dapat dikuasai

melalui proses mendengar atau proses transisi dari sumber ilmu pengetahuan

(guru) tetapi lebih melalui berbagai sumber ilmu pengetahuan yang hanya dapat

diketahui melalui proses membaca. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

proses belajar adalah membaca. Proses membaca adalah proses memberikan arti

kepada dunia (give meaning to the world). Perkembangan arti, yang dikenal

sebagai wawasan dari atri tersebut, berkembang melalui bacaan baik sumber dari

buku ataupun sumber bacaan melalui media elektronika. Pemberian arti terhadap

dunia “documented vision” yaitu dengan jalan membaca, atau dengan cara visual

dari alat-alat media elektronika.

Menggalakkan gairah membaca berarti akan mengubah proses belajar di

sekolah-sekolah kita, dari proses belajar satu arah menjadi proses belajar dua arah

atau multi arah dengan menggunakan sumber-sumber bacaan sebagai pengungkit

dialog antara guru dan siswa. Menurut analisa penulis tentang pendidikan dasar di

Indonesia harus mengalami perubahan. Berdasarkan informasi dari beberapa

tulisan dapat dilihat bahwa kurikulum sekolah dasar di negara maju sekalipun

hanya menekankan tiga mata pelajaran yakni: membaca, menulis dan berhitung.

Jika boleh memilih maka penerapan mata pelajaran yang sesuai dengan

perkembangan anak adalah negara Australia yang memberikan mata pelajaran

bertahap bagi siswa Sekolah Dasar. Matematika yang dianggap mata pelajaran

primadona justru paling akhir diajarkan. Berdasarkan penemuan termutakhir

tentang perkembangan otak maka anak siap belajar matematika ketika anak sudah

berusia di atas 10 tahun. Jika hal ini diperhatikan maka anak Indonesia dapat

tumbuh sesuai masanya.

Pemilihan ketiga mata pelajaran ini didasari oleh beberapa alasan,

diantaranya:

Membaca Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu

membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses

mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk

mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.

ISBN: 978-602-50622-0-9 6

Page 16: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa

aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca

terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut (1) aspek sensori, yaitu

kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis, (2) aspek perseptual, yaitu

kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol, (3) aspek

skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur

pengetahuan yang telah ada, (4) aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat

inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari, dan (5) aspek afektif, yaitu

aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengalaman terhadap

keinginan membaca. Interaksi antara kelima aspek tersebut secara harmonis akan

menghasilkan pemahaman membaca yang baik, yakni terciptanya komunikasi

yang baik antara penulis dengan pembaca.

Menulis Menulis merupakan kegiatan yang paling kompleks untuk dipelajari siswa.

Mengacu pada proses pelaksanaannya, menulis merupakan kegiatan yang dapat

dipandang sebagai (1) suatu keterampilan, (2) proses berpikir (kegiatan bernalar),

kegiatan transformasi, (4) kegiatan berkomunikasi, dan (5) sebuah proses.

Sebagai suatu keterampilan, menulis sebagaimana keterampilan berbahasa lainnya

perlu dilatihkan secara rekursif dan ajek. Hal ini akan memberi kemungkinan lebih

besar bagi siswa untuk memiliki keterampilan menulis yang baik. Sebagai suatu

proses berpikir (kegiatan bernalar), dalam menulis penulis dituntut memiliki

penalaran yang baik. Tchudy dalam Resmini, dkk (2006) mengemukakan bahwa

bernalar merupakan dasar dalam kegiatan menulis. Siswa harus menyeleksi dan

mengorganisasikan informasi untuk kemudian mempresentasikan kembali dalam

urutan yang logis. dengan demikian, penulis yang memiliki penalaran yang baik

akan menghasilkan tulisan yang baik.

Sebagai kegiatan transformatif, dalam menulis diperlukan dua kompetensi

dasar, yakni kompetensi mengelola cipta, rasa dan karsa, serta lompetensi

memformulasikan ketiga hal tersebut ke dalam bahas tulis. Tercakup kompetensi

pertama, yaitu penguasaan tentang substansi, ruang lingkup, dan sistematika

permasalahan yang akan ditulis. Kompetensi kedua berkaitan dengan kemampuan

menggunakan bahasa tulis mencakup penguasaan kaidah tulis, diksi, kalimat,

paragraf, dan sebagainya. Menulis merupakan kegiatan komunikasi, penulis harus

mempertimbangkan audiens (pembaca) karena menulis tidak ditujukan hanya

untuk sendiri. Untuk itu, dalam menulis perlu mempertimbangkan konteks tulisan

mencakup apa, siapa, kapan, untuk tujuan apa, bentuk tulisan, media penyajian

yang dipilih, dan sebagai sehingga tulisan yang dihasilkan komunikatif. Menulis

merupakan suatu proses yang berisi seragkaian kegiatan mulai dari menyususn

rencana (perencanaan, pramenulis), menulis draft (pengedrafan), memperbaiki

draft (perbaikan), menyunting draft (penyuntingan), dan mempublikasikan hasil

tulisan (pemublikasikan).

ISBN: 978-602-50622-0-9 7

Page 17: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

c) Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat

artifisial yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya.

Tanpa itu matematika hanya kumpulan rumus-rumus yang mati. Matematika

mempunyai kelebihan dari bahasa verbal karena matematika mengembangkan

bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk melakukan pengukuran secara

kuantitatif. Dengan bahasa verbal hanya bisa mengemukakan peryataan yang

bersifat kualitatif. Sifat kuantitatif dari matematika meningkatkan daya prediktif

dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang lebih bersifat eksak yang

memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan cermat. Matematika

berfungsi sebagai alat berpikir. Matematika secara garis besarnya merupakan

pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika deduktif.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pemilihan ketiga

mata pelajaran sebagai mata pelajaran pokok di Sekolah Dasar didasarkan pada,

ketiga mata pelajaran ini adalah kemampuan dasar yang harus dimiliki seorang

anak untuk berkembang. Proses perkembangan itu tidak hanya terbatas pada

kemampuan berbahasa, tetapi lebih kepada proses penalaran yang merupakan

dasar bagi kemampuan berpikir. Sehingga, hal paling utama yang menjadi dasar

pemilihan mata pelajaran di Sekolah Dasar adalah bagaiman mata pelajaran

tersebut menjadi bekal bagi siswa untuk berkembang dalam persiapan siswa

sebagai generasi yang siap di masa yang akan datang.

Pembelajaran Tematik dan Generasi Emas Pemilihan Pembelajaran Tematik sebagai pendekatan bagi pembelajan

anak usia Sekolah Dasar tidak diragukan lagi, tetapi dalam pelaksanaannya masih

banyak ditemukan keraguan bagi guru untuk menerapkannya, karena

dikhawatirkan tidak ditemukan konsep dalam proses pembelajarannya. Oleh sebab

itu, pada bagian berikut ini, penulis mencoba menawarkan bagaimana seharusnya

kegiatan terutama membaca, menulis dalam pembelajaran agar tidak keilangan

makna, dapat dilakukan melalui:

Membaca bermakna Yang dimaksud dengan membaca bermakna adalah anak didik membaca

tidak hanya sekedar membaca wacana, tetapi membaca yang menuntuk anak didik

memahami apa yang dibacanya. Misalnya di dalam bahan bacaan, siswa dituntut

untuk dapat melalukan serangkaian kegiatan. Jika pemahaman siswa terhadap

bahan yang dibacanya tepat, maka akan dihasilkan suatu produk yang tepat. Jika

pemahaman bacaan anak didik salah, maka produk yang dihasilkan juga akan

gagal. Membaca bermakna dapat diaplikasikan di semua mata pelajaran.

Berikut adalah contoh penerapan membaca bermakna dengan Seni Budaya

dan Keterampilan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 8

Page 18: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Membuat baling-baling kertas

1. Siapkan alat dan bahan (Gunting, Lem, Kertas Origami, Isolasi dan Lidi) 2. Ambil kertas Origami yang telah disediakan. Tandai keempat sudutnya dengan angka 1, 2, 3 dan 4

searah jarum jam. 3. Lipatlah kertas sehingga bertemu sudut 1 dan sudut 3, kemudian buka lipatannya kembali. 4. Buatlah tanda lingkaran kecil di bagian tengah kertas. 5. Guntinglah kertas mengikuti bekas lipatan dan jangan sampai mengenai lingkaran 6. Satukan dan lem salah satu sisi segitiga ketengah lingkaran 7. Perkuat dengan menempelkan kertas kecil di tengah-tengah lingkaran 8. Beri lubang di tengah baling-baling yang sudah jadi 9. Masukkan lidi yang telah diberi isolasi ke lubang yang telah dibuat tadi dan kemudian balut kembali

b)lidiMenulisyangkeluarbermaknadaribaling-.baling.

10. baling-baling siap berputar.

Menulis bermakna adalah kegiatan menulis pada anak didik. Menulis

bermakna akan lebih mudah dilakukan apabila yang ditulis berdasarkan aktivitas

yang benar-benar dilakukan oleh anak. Contoh penerapan menulis bermakna dapat

dilakukan dari aktivitas di atas. Misalnya dari membaca bermakna di atas, anak

didik diminta menuliskan idenya dalam bentuk artikel bagaimana cara menghitung

luas persegi.

Untuk mata pelajaran SBdP dapat juga dilakukan dengan cara meminta

siswa menulis artikel tentang pengalamannya membuat baling-baling. Hal ini akan

lebih mudah dilakukan karena anak didik hanya menuliskan apa yang telah

dilakukannya.

PENUTUP

Simpulan Pembelajaran tematik dikenal sebagai pendekatan pembelajaran yang

dipandang tepat untuk membelajarkan anak usia 7 – 12 tahun atau setara dengan

anak didik yang sedang duduk di bangku Sekolah Dasar. Kendala yang dihadapi

di lapangan berhubungan dengan rendahnya kemampuan guru dalam menerapkan

pendekatan ini di kelas-kelas Sekolah Dasar. Masalah ini dapat diselesaikan jika

guru paham bahwa apapun yang mereka ajarkan di kelas tidak terlepas dari

kemampuan membaca, menulis dan berhitung yang dimiliki anak didik mereka.

Hanya saja kemampuan membaca dan menulis yang dimiliki anak didik tidak

hanya sekedar melek huruf, tapi lebih pada memahami apa yang di baca sehingga

mampu menuliskan berdasar apa yang telah dilakukan. Jika hal seperti sudah

dapat dilakukan, pelaksaan pembelajaran dengan pendekatan tematik akan sukses,

selanjutnya apapun yang negara ini harapkan dari dunia pendidikan akan terwujud

dengan baik.

Saran dan Rekomendasi Melalui artikel ini penulis berharap tulisan ini dapat dilanjutkan menjadi

sebuah penelitian tenteng formulasi kemampuan guru yang dapat membelajarkan

tematik dengan tepat sehingga dapat mewujudkan cita-cita tentang penciptaan

generasi emas yang unggul.

ISBN: 978-602-50622-0-9 9

Page 19: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Heyneman, S. P., & Loxley, W. A. (1983). The effect of primary-school quality

on academic achievement across twenty-nine high-and low-income

countries. American Journal of sociology, 88(6), 1162-1194.

Gaffar M. F., 2010, Pendidikan Karakter Berbasis Islam, Makalah Workshop

Pendidikan Karakter Berbasis Agama, Jogjakarta, h.4.

Kasihadi RB, 2015, Optimalisasi Prestasi Peserta Disik Melalui sistem

Pendidikan yang Humanis: Suatu Perbandingan dengan negara maju,

Sukoharjo.

Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Masaong, Abdul Karim. 2001. Keterkaitan antara Semangat Kerja Guru dengan

Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jurnal Pendidikan dan

Kebudayaan. Juli. Tahun Ke-10, No. 049: hlm.343.

Munasik, 2014, Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Menerapkan

Pembelajaran Tematik di Sekolah, Jurnal Pendidikan Nomor 2 Volume

15,105-113.

Pal Y. Et all, 1993, Learning Without Burden, Goverment of India Ministry of

Human Resource Development Department of Education: New Delhi.

Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri,

Menteri Keuangan, Dan Menteri Agama Tahun 2011 Tentang Penataan

Dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57

Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah

Permendikbud Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan

Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Permendiknas Nomor 15 Tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimum.

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan

Kompetensi Guru.

Permendiknas Nomor 39 tahun 2010 tentang Jadwal Retensi Arsip Kepegawaian

dan Keuangan di Lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

Page 20: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

ISBN: 978-602-50622-0-9 10

Page 21: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, dalam Bab III tentang beban

belajar.

Resmini N. dkk, 2006, Membaca dan Menulis di Sekolah Dasar: Teori dan

pengajarannya, UPI Press: Bandung.

Suwardi, 2015, Kendala Implementasi Pembelajaran Tematik di Madrasah

Ibtidaiyah Swasta, Seminar Nasional Pendidikan UNS & ISPI Jawa Tegah.

Tilaar H. A. R., 1999, Beberapa Agenda Reformasi Pendidikan Nasional dalam

Perspektif Abad 21, Penerbit Tera Indonesia: Magelang.

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

ISBN: 978-602-50622-0-9 11

Page 22: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK UNTUK MENINGKATKAN

AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMANFAATAN SUMBER

BELAJAR DI SEKOLAH DASAR

Nur Hasanah2

Surel : [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi dan

mendeskripsikan peningkatan aktivitas belajar siswa melalui

pemanfaatan sumber belajar dengan melihat aspek fisik, mental, dan

emosional melalui penerapan pembelajaran tematik. Metode penelitian

yang digunakan adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yaitu

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) serta bersifat

kolaboratif. Penelitian berlangsung di SDN 036 Balai Jaya.Subyek

penelitian adalah peserta didik kelas III yang berjumlah 33 orang dan 1

guru kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi

langsung dan pencermatan dokumen, yang diamati berupa kemampuan

guru merencanakan dan melaksanakan pembelajaran, serta aktivitas

belajar peserta didik. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus dengan

hasil akhir penelitian yang diperoleh yaitu pada siklus I aktivitas fisik

84,08%, aktivitas mental 94,59%, dan aktivitas emosional 94,59%. Pada

siklus II aktivitas fisik 93,09%, aktivitas mental 91,89%, dan aktivitas

emosional 97,29%. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa

terjadi peningkatan aktivitas belajar peserta didik dengan menerapkan

pembelajaran tematik.

Kata Kunci:pembelajaran tematik, aktivitas belajar, sumber belajar

PENDAHULUAN

Dewasa ini banyak kita jumpai berbagai macam sumber belajar yang dapat

digunakan baik dalam dunia pendidikan maupun non-pendidikan khususnya

masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin memperbanyak wawasannya

dengan kemajuan teknologi pada saat sekarang ini. Keberadaan sumber belajar

menjadi pendorong utama dalam meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar.

2PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 12

Page 23: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dengan demikian sumber belajar juga mempengaruhi hasil belajar anak baik di

sekolah maupun di lingkungan rumah atau masyarakat.

Namun pada kenyataannya masih banyak para siswa yang kurang

mengetahui keberadaan sumber belajar serta pemanfaatannya dalam dunia

pendidikan. Mereka hanya beranggapan sumber belajar hanya bisa didapatkan dari

buku, majalah, koran atau hanya mengharapkan apa yang diberikan oleh para

pendidik. Padahal dalam pembelajaran tematik keberadaan sumber belajar

menjadi landasan utama untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Dikarenakan dengan sumber belajar yang memadai maka kita sebagai pendidik

menyadari akan pentingnya sumber belajar tersebut dalam peningkatan dan hasil

belajar anak disetiap jenjang yang ada di sekolah.

Hal ini hendaknya menjadi perhatian bagi para pendidik untuk mencari

sumber belajar yang benar-benar memadai dan sesuai dengan keadaan lingkungan

disekolah maupun masyarakat dalam upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa

dalam pembelajaran tematik. Permasalahan ini tidak terlepas dari tanggung jawab

para guru untuk terus meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran

tematik serta kemampuan guru dalam pemanfaatan sumber belajar.

Berdasarkan hal tersebut peran guru dan siswa dalam pemanfaatan sumber

belajar sangat penting dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran tematik. Tentunya, untuk merealisasikan hal tersebut perlu adanya

kerjasama yang baik dalam memperoleh sumber belajar dan pengetahuan dalam

pemanfaatan sumber belajar tersebut.Dalam keseluruhan upaya pendidikan, proses

pembelajaran tematik merupakan salah satu pembelajaran yang dirancang khusus

berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema tersebut ditinjau dari

berbagai mata pelajaran. Tidak mudah memang dalam penggunaan pembelajaran

tematik dikarenakan guru harus benar-benar mempersiapkan segala sumber belajar

yang sesuai dengan tema pembelajaran setiap harinya guna meningkatkan

aktivitas belajar siswa di sekolah.

Hal ini dikarenakan dalam proses pembelajaran tematik lebih menekankan

pada contoh yang benar-benar kompleks sehingga mempermudah siswa dalam

memahami pembelajaran. Hal demikian menunjukkan bahwa semua pihak terlibat

dalam setiap kegiatan pembelajaran baik dalam hal sumber belajar, aktivitas siswa

maupun pemahaman akan pembelajaran tematik.Sumber-sumber belajar tersebut

jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik akan membantu kelancaran dalam

proses pembelajaran, akan tetapi banyak para guru yang tidak menyadari bahkan

tidak sedikit yang mengabaikan pentingnya sumber belajar dalam proses

pembelajaran, meskipun sudah diketahui bahwa sumber belajar adalah komponen

penting dalam pembelajaran yang sangat menunjang aktivitas belajar siswa dalam

pembelajaran tematik.

Menurut Sudjana dan Rivai (dalam Jarmono) sumber belajar adalah segala

yang dapat dimanfaatkan guna memberi kemudahan seseorang dalam belajar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 13

Page 24: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Adapun yang dimaksud pemanfaatan sumber belajar dalam penelitian ini adalah

suatu upaya untuk mendayagunakan segala yang dapat dimanfaatkan untuk

memberi kemudahan seseorang dalam belajar. Dengan sumber belajar yang ada

diharapkan dapat tercipta kemampuan mendidik anak dengan cara-cara yang

menyenangkan sehingga dapat memiliki dampak positif dalam diri anak yaitu

selalu meningkatkan keinginan untuk belajar.

Menurut Rumidani, dkk. “Pembelajaran tematik dimaknai sebagai

pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu”. Dalam

pembahasannya tema tersebut ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran

tematik mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema atau

topik pembahasan. Sedangkan menurut Slekar (dalam Ain dan Maris)

pembelajaran tematik adalah suatu model terapan pembelajaran terpadu yang

mengintegerasikan beberapa mata pelajaran dalam satu kesatuan yang terikat oleh

tema.

Menurut Zulanda, dkk “Aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang

melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran guna mencapai tujuan

belajar”. Adapun kegiatan yang melibatkan peserta didik yaitu peserta didik

mengamati atau menggunakan media, mengerjakan tugas, melakukan demonstrasi,

memecahkan masalah, berani mengungkapkan pendapat, berani tampil kedepan

kelas, dan antusias dalam proses pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian berlangsung di Sekolah Dasar Negeri 036 Balai Jaya, subyek

penelitian adalah peserta didik kelas III yang berjumlah 33 peserta didik dan guru

kelas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi langsung

dan teknik pencermatan dokumen dengan alat pengumpul data yaitu lembar

pengamatan untuk kemampuan guru merencanakan dan melaksanakan

pembelajaran serta aktivitas peserta didik. Prosedur dalam penelitian ini terdiri

dari 4 tahap, yaitu: (1) Tahap perencanaan tindakan, (2) Tahap pelaksanaan

tindakan, (3) Tahap observasi, dan (4) Tahap refleksi.

Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti bekerjasama dengan guru

kolaborasi untuk merencanakan tindakan, antara lain: (1) menganalisis kurikulum

beberapa mata pelajaran, yaitu Seni Budaya dan Keterampilan (SBK), Pendidikan

Jasmani (Penjas), Bahasa Indonesia, dan Matematika untuk mengetahui Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang akan dihubungkan antara mata pelajaran

yang satu dengan yang lainnya; (2) membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP); (3) mempersiapkan materi dan media pembelajaran; (4) menentukan teknik

penelitian; (5) mengalokasikan waktu. Pada tahap pelaksanaan tindakan,

penelitian atau pelaksanaan tindakan ini dilaksanakan pada semester ganjil,

mengadakan kolaborasi bersama guru kelas III. Banyaknya pertemuan

dilaksanakan setiap siklusnya 2 kali pertemuan (2 x pertemuan = 1 siklus). Setiap

ISBN: 978-602-50622-0-9 14

Page 25: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

satu kali pertemuan alokasi waktu 5 jam pelajaran atau selama 175 menit. Pada

tahap kegiatan pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan siklus oleh

guru kelas dengan menggunakan lembar pengamatan. Tujuannya adalah untuk

melihat sejauh mana keberhasilan pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.

Tahap terakhir yaitu refleksi, berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi

langsung dan hasil pencermatan dokumen pada setiap siklus, maka bersama

dengan guru kolaborasi melakukan refleksi dari tindakan yang telah dilakukan

selama proses pembelajaran setiap siklusnya. Setelah mengetahui kelebihan dan

kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, maka akan direncanakan kembali

tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki kekurangan yang ada,

kemudian diperbaiki pada siklus berikutnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada siklus I tema yang digunakan sumber belajar buku. Pada tahap

pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dipaparkan dalam paragrap berikut.

Kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan salam pembuka, doa, dan mengecek

kehadiran peserta didik. Kegiatan berikutnya adalah apersepsi, guru bertanya

kepada peserta didik “Anak-anak, kita sekolah membawa apa saja? Di sekolah kita

menulis menggunakan apa saja? Nah, bagaimana kalau hari ini kita belajar

mengetahui apa saja yang ada di dalam buku, setuju anak-anak?”. Selanjutnya

guru menyampaikan informasi tujuan dan kegiatan pembelajaran. Kemudian

sebelum pelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas terlebih dahulu.

Kegiatan inti terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam

tahap eksplorasi, kegiatan pembelajaran dilakukan tanya jawab dengan peserta

didik mengenai kegiatan apa saja yang dilakukan disekolah. Kemudian peserta

didik menyanyikan lagu “pergi sekolah” bersama-sama dengan menggunakan

audio. Pada tahap eksplorasi ini peserta didik mulai fokus dalam pembelajaran, hal

ini dikarenakan peserta didik mengeksplorasikan pengalamannya dalam

mengamati gambar-gambar apa saja yang ada di dalam buku pelajaran. Dalam

kesempatan ini juga peserta didik berani mengemukakan pendapatnya dari

pertanyaan-pertanyaan guru berdasarkan gambar tersebut. Pada tahap elaborasi,

peserta didik menyebutkan contoh-contoh apa saja yang ada di dalam buku. Selain

itu, peserta didik diajak untuk bermain dengan menggunakan metodenumber head

together. Masing-masing peserta didik mendapatkan kartu bernomor dan kartu

tersebut ditempel di dahi mereka. Kemudian peserta didik membaca buku. Setelah

itu, peserta didik yang dipanggil nomornya oleh guru ke depan kelas membacakan

ulang. Dari bacaan tersebut, peserta didik diminta untuk mengamati setiap isi buku

dan apa saja yang ada di dalam isi buku tersebut. Kemudian peserta didik

berkompetisi menyebutkan apa saja yang berkaitan di dalam buku tersebut.

Selanjutnya tahap konfirmasi merupakan tahap kegiatan inti yang terakhir.

Adapun tindakan yang dilakukan guru dalam pembelajaran adalah guru

ISBN: 978-602-50622-0-9 15

Page 26: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mengumumkan peserta didik yang menjadi pemenang dalam berkompetisi dan

memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, isyarat

maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Selanjutnya guru memberikan

motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

Dalam kegiatan akhir dari pembelajaran peserta didik dengan bimbingan

guru menyimpulkan materi pelajaran dan dilanjutkan dengan mengevaluasi

pembelajran melalui soal evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan

pembelajaran. Hasil evaluasi diberikan tindak lanjut, yaitu meminta peserta didik

yang belum menguasai materi pelajaran untuk mengulangi kembali

pelajarandirumah. Kemudian guru menginformasikan materi selanjutnya dan

diakhiri dengan salam penutup.

Pada siklus II peneliti bersama guru kolaborator melakukan perencanaan

pembelajaran untuk siklus II. Fokus perencanaan pada siklus II ini adalah untuk

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I, seperti aktivitas

fisik seperti pada saat membaca masih ada peserta didik yang mengganggu

temannya, aktivitas emosional seperti peserta didik kurang percaya diri untuk

bercerita didepan kelas. Pada kegiatan awal pembelajaran dimulai dengan salam

pembuka, doa, dan memeriksa kesiapan peserta didik belajar yaitu mencakup

aspek mengecek kehadiran, kerapian, ketertiban, perlengkapan belajar, dan

kesiapan belajar peserta didik. Kegiatan berikutnya adalah apersepsi, guru

bertanya kepada peserta didik mengenai “Anak-anak, apakah kalian dirumah

mempunyai majalah atau koran? Siapa yang suka membaca majalah atau koran?

Nah, bagaimana kalau hari ini kita belajar membaca koran dan majalah, setuju

anak-anak?”. Kemudian menyampaikan informasi tujuan dan kegiatan

pembelajaran. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengkondisikan kelas terlebih

dahulu.

Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Dalam

tahap eksplorasi, kegiatan pembelajaran dilakukan tanya jawab dengan peserta

didik mengenai majalah apa yang mereka sukai. Kemudian peserta didik

menyanyikan lagu “binatang” bersama-sama dengan menggunakan audio. Dalam

kesempatan ini juga peserta didik berani mengemukakan pendapatnya dari

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tahap elaborasi, dalam tahap ini

peserta didik menyebutkan apa saja binatang yang diketahui. Selain itu juga

peserta didik diajak untuk bermain dengan menggunakan metode number head

together. Masing-masing peserta didik mendapatkan kartu bernomor dan kartu

tersebut ditempel di dahi mereka. Kemudian peserta didik mendengarkan cerita

tentang “gajah”. Setelah itu, peserta didik yang dipanggil nomornya oleh guru ke

depan kelas menceritakan kembali cerita tersebut. Dari cerita tersebut, peserta

didik diminta untuk menggambar dan mengamati gambar. Peserta didik juga

ISBN: 978-602-50622-0-9 16

Page 27: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kedepan kelas menunjukkan gambar gajah tersebut. Kemudian peserta didik diajak

untuk bermain dengan menggunakan metode snowball throwing. Peserta didik

menggilirkan sebuah bola sambil bernyanyi. Ketika lagu sudah habis dan bola

berhenti kepeserta didik yang lain, peserta didik tersebut kedepan kelas bersama

teman sebangkunya untuk berkompetisi mengelompokkan mainan-mainan yang

berbentuk bangun datar. Tahap konfirmasi, adapun tindakan yang dilakukan guru

dalam pembelajaran adalah guru mengumumkan peserta didik yang menjadi

pemenang dalam berkompetisi dan memberikan penguatan dalam bentuk lisan,

isyarat maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik. Selanjutnya guru

memberikan motivasi kepada peserta didik yang belum berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran.

Dalam kegiatan akhir dari pembelajaran peserta didik dengan bimbingan

guru menyimpulkan materi pelajaran dan dilanjutkan dengan mengevaluasi

pembelajran melalui soal evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan

pembelajaran. Hasil evaluasi diberikan tindak lanjut, yaitu meminta peserta didik

yang belum menguasai materi pelajaran untuk mengulangi kembali belajar

dirumah. Kemudian guru menginformasikan materi selanjutnya dan diakhiri

dengan salam penutup.

Berikut ini data yang diperoleh dalam penelitian berupa hasil lembar

pengamatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan aktivitas

belajar peserta didik. Pada siklus I, yaitu: (1) rata-rata peserta didik yang

melakukan aktivitas fisik sesuai indikator yang diamati dalam proses

pembelajaran mencapai 84,08%, (2) rata-rata peserta didik yang melakukan

aktivitas mental sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran

mencapai 94,59% dari seluruh peserta didik, (3) rata-rata peserta didik yang

melakukan aktivitas emosional sesuai indikator yang diamati dalam proses

pembelajaran mencapai 94,59%.

Sedangkan pada siklus II, yaitu: (1) rata-rata peserta didik yang melakukan

aktivitas fisik sesuai indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai

93,09%, (2) rata-rata peserta didik yang melakukan aktivitas mental sesuai dengan

indikator yang diamati dalam proses pembelajaran mencapai 97,29%, (3) rata-rata

peserta didik yang melakukan aktivitas emosional sesuai indikator yang diamati

dalam proses pembelajaran mencapai 97,29%. Dengan demikian, selisih

peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II pada aktivitas fisik sebesar

9,01%, aktivitas mental sebesar 2,7%, dan aktivitas emosional sebesar 2,7%.

SIMPULAN

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah

dilakukan, maka aktivitas belajar peserta didik dengan menerapkan pembelajaran

tematik di kelas III Sekolah Dasar Negeri 036 Balai Jaya dapat dinyatakan

meningkat dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator kinerja aktivitas belajar

ISBN: 978-602-50622-0-9 17

Page 28: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dengan memperhatikan berbagai indikator aktivitas fisik, mental dan emosional

dapat diuraikan sebagai berikut, yaitu: (1) terdapat peningkatan aktivitas fisik

peserta didik kelas III dengan menerapkan pembelajaran tematik pada siklus I dan

II, (2) terdapat peningkatan aktivitas mental peserta didik di kelas III dengan

menerapkan pembelajaran tematik pada siklus I dan II, (3) terdapat peningkatan

aktivitas emosional peserta didik kelas III dengan menerapkan pembelajaran

tematik pada siklus I dan II.

DAFTAR RUJUKAN

Ain, Nurul dan Maris Kurniawati. Implementasi Kurikulum KTSP: Pembelajaran

Tematik di Sekolah Dasar. Malang: Jurnal Inspirasi Pendidikan Universitas

Kanjuruhan Malang.

Jarmono. 2016. Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam di SD Negeri 1 Logasari Kecamatan Rembang Kabupaten

Purbalingga. Purwekerto: IAIN Purwekerto.

Rumidani, dkk. 2014. Implementasi Pembelajaran Tematik Berbasis Lingkungan

Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Calistung Siswa Sekolah

Dasar. Jurnal Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 4.

Zulanda, dkk. Penerapan Pembelajaran Tematik Untuk Meningkatkan Aktivitas

Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah

Dasar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 18

Page 29: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL

MAHASISWA/I DI LINGKUNGAN FKIP UNIKA SANTO THOMAS SU

Rumiris Lumban Gaol3

Surel: [email protected]

Abstrak

Dengan berbagai layanan yang di ada handphone mahasiswa diluar jam

perkuliahan lebih memilih memainkan handphonenya dari pada berbicara

atau berdiskusi dengan temannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk

1)Mengidentifikasi penggunaan media komunikasi pada mahasiswa di

kampus FKIP Unika Santo Thomas SU. 2)Menganalisis faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi dalam media komunikasi pada mahasiswa di kampus FKIP Unika Santo Thomas SU, dan 3)Menganalisis pengaruh

penggunaan media komunikasi pada mahasiswa/i terhadap interaksi sosial

mahasiswa/i di kampus FKIP Unika Santo Thomas SU. Penelitian ini adalah

penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan hasil pembahasan dan pengolahan data yang dilakukan maka

Ha diterima, dengan demikian hasil dari 0,783 itu signifikan. Terdapat

pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel bebas (X1) yaitu media

komunikasi terhadap variabel terikat (Y) yaitu interaksi sosial. Kesimpulan

ini memberikan pengertian bahwa semakin banyak waktu yang dilakukan

mahasiswa untuk menggunakan media komunikasi baik berupa

handphone/ipad dan laptop, maka semakin berkurang atau sedikit waktu

yang mereka gunakan untuk berinteraksi dengan teman di lingkungan

kampus Unika Santo Thomas SU.

Kata kunci :Media Komunikasi, Handhone/Ipad/laptop, Interaksi.

PENDAHULUAN

Media komunikasi yang paling praktis adalah handpone. Handphone

memiliki banyak sekali manfaat, terlebih pada saat-saat ini banyak sekali

pengguna handphone pintar yang memiliki kecanggihan yang lebih banyak dari

handphone biasa. Handphone dapat digunakan untuk melakukan obrolan dengan

tulisan atau teks dengan aplikasi mengobrol seperti BBM, What’s App, Line, We

Chat dan lain sebagainya. Handphone juga dapat digunakan sebagai media

bertukar gambar dan suara melalui aplikasi mengobrol tersebut. Selain itu

kegunaan lain dari benda ini adalah dapat digunakan untuk bekerja terutama bagi

yang membutuhkan layanan email yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja.

Definisi handphone dan kegunaannya memang sangatlah menarik.Anda juga dapat

menggunakannya untuk mendengarkan musik, mengambil gambar dan merekam

video di momen-momen tertentu.

3PGSD Universitas Santo Thomas S.U

ISBN: 978-602-50622-0-9 19

Page 30: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hampir dalam setiap kegiatannya, manusia selalu bersinggungan dengan

handphone.Hanphone mampu memasuki seluruh strata kehidupan manusia.

Beragam alasan diutarakan manusia dalam keterikatannya dengan handphone,

namun satu hal yang pasti bahwa handphone dianggap sebagai salah satu media

komunikasi yang paling efektif.Mengapa demikian? Hal yang paling mendasar

adalah handphone praktis untuk dibawa karena bentuknya yang kecil dan juga

memiliki banyak layanan

Banyak fenomena dimana tidak jarang individu lebih memilih memainkan

atau menggunakan ponselnya, meskipun ia berada ditengah-tengah suatu kegiatan

atau sosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

Dengan berbagai layanan yang di ada handphone mahasiswa diluar jam

perkuliahan lebih memilih memainkan handphonenya dari pada berbiraca atau berdiskusi

dengan temannya. Dari sekian kelebihan yang telah ditawarkan dari suatu ponsel,

tetapi terdapat juga banyak dampak negatif bermunculan, salah satunya adalah

berkurangnya tingkat interaksi sosial antar mahasiswa di lingkungan kampus.Tujuan

penelitian ini adalah untuk 1)Mengidentifikasi penggunaan media komunikasi pada

mahasiswa di kampus FKIP Unika Santo Thomas SU. 2)Menganalisis faktor-faktor apa

saja yang mempengaruhi dalam media komunikasi pada mahasiswa di kampus FKIP

Unika Santo Thomas SU, dan 3)Menganalisis pengaruh penggunaan media komunikasi

pada mahasiswa/i terhadap interaksi sosial mahasiswa/i di kampus FKIP Unika Santo

Thomas SU

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif.Pendekatan kualitatif dilakukan dengan analisis isi dari

hasil wawancara dalam hal pengaruh media komunikasi terhadap interaksi

mahasiswa di kampus. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode test

melalui angket untuk pengambilan data dalam menganalisis tingkat sosialisasi

mahasiswa.

Variabel Penelitian Variabel yang di ukur daalam penelitian ini adalah

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media komunikasi (Variabel X1) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah interaksi sosial mahasiswa

(Variabel Y).

Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki dalam arti yang luas, observasi tidak

terbatas pada pengamatan yang dilakuakan baik langsung maupun tidak

langsung.

ISBN: 978-602-50622-0-9 20

Page 31: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

2. Wawancara atau Interview

Wawancara adalah suatu percakapan yang digunakan untuk memperoleh data

dan informasi dengan bertanya langsung kepada responden.Kuesioner.

3.Kuesioner yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan penyebaran daftar

pertanyaan kepada responden yang berhubungan dengan hasil yang diteliti.

4. Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan metode pengumpulan data yang sudah

didokumentasikan.dengan hal-hal yang akan diteliti.

Teknik Analisis Data

Dalam analisa data menggunakan rumus Regresi sederhana dengan rumus yang

telah ditentukan. Dengan norma keputusan sebagai berikut a. Jika sig < 0,05 maka Hª

diterima dan H° ditolak b. Jika sig > 0,05 maka Hª ditolak dan H° diterima.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian melalui penyebaran angket, pengumpulan data

melalui observasi dan dokumentasi di lapangan, terlebih dahulu disajikan bentuk

data guna memperlancar langkah suatu penelitian

Tabel Kerja Koefisien Pengaruh Media Komunikasi terhadap

Interaksi Sosial Mahasiswa

No X Y X.Y X2 Y2

Jumlah 1844 1650 92288 103534 84266

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan jumlah responden (N)

33 diperoleh r hitung adalah 0,783 sedangkan r tabel adalah 0,344 . Ketentuan bila

r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Tetapi

sebaliknya bila r hitung lebih besar dari r tabel (rh >rt ) maka Ha diterima. Dari

hasil tampak bahwa r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima, dengan

demikian hasil dari 0,783 itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara variabel bebas (X1) yaitu media komunikasi terhadap variabel

terikat (Y) yaitu interaksi sosial.

Selain juga dari hasil perhitungan yang sudah dianalisis, sesuai dengan

hasil tes angket bahwa hampir 99 % mahasiswa memiliki handhone, berdasarkan

hasil pengamatan penulis juga menemukan bahwa keberadaan media komunikasi

seperti handphone/ipad dan laptop merupakan bagian yang sangat penting yang

tidak dapat dipisahkan dari mahasiswa bahkan sudah menjadi kebutuhan

ISBN: 978-602-50622-0-9 21

Page 32: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mahasiswa sehari-hari. Setelah perkuliahan selesai hal yang terlebih dahulu

dilakukan adala memeriksa handphone/ipad untuk meliahat apakah ada pesan

masuk, melihat berita terbaru, bahkan meng update stutus baru dengan kebebasan

ekpresi yang mereka alami.

Bahkan peneliti juga melihat melalui pengamatan ketika mahasiswa

berkumpul di taman kampus, mereka berkumpul bukan untuk saling berinteraksi

dengan sesama teman tetapi mereka sibuk dengan media komunikasi masing-

masing seperti handphone/ipad dan laptop. Mereka terlihat lebih senang

berinteraksi di media sosial dibandingkan berinteraksi dengan teman mereka

sendiri, mereka mencoba menunjukkan ekspresi yang berbeda ketika mencoba

membuka akun media masing-masing yaitu dengan ekspresi tertawa, terkejut,

sedih , iba, marah bahkan aja juga kesal atau bahkan menjengkelkan.

Keberadaan media komunikasi mampu menggantikan kebutuhan interaksi dengan

teman dan lingkungan mereka sehari-hari.Disaat mereka ingin menyampaikan

atau bertanya kepada seseorang mereka tidak membutuhkan waktu untuk bertemu

atau tatap muka tetapi cukup melalui handphone. Sepertinya mahasiswa tampa

media komunikasi hampa dalam menjalani hari-harinya.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dan pengolahan data yang telah dilakukan peneliti

yaitu yang berjudul pengaruh media komunikasi terhadap inetaksi sosial

mahasiswa/i di lingkungan FKIP Unika Santo Thomas SU maka penulis membuat

kesimpulan bahwa media komunikasi berpengaruh terhadap interaksi sosial

dimana, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di lapangan bahwa dari

analisis data yang telah dilakukan dengan jumlah responden (N) 33 diperoleh r

hitung adalah 0,783 sedangkan r tabel adalah 0,344 .Ketentuan bila r hitung lebih

kecil dari r tabel, maka Ho diterima, dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r

hitung lebih besar dari r tabel (rh >rt) maka Ha diterima. Dari hasil tampak bahwa

r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima, dengan demikian hasil dari

0,783 itu signifikan. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara variabel

bebas (X1) yaitu media komunikasi terhadap variabel terikat (Y) yaitu interaksi

sosial. Kesimpulan ini memberikan pengertian bahwa semakin banyak waktu yang

dilakukan mahasiswa untuk menggunakan media komunikasi baik berupa

handphone/ipaddan laptop, dimana kugunaan media komunikasi tersebut mereka

gunakan mencari hiburan, fasion, game, bahkan berinteraksi melalui akun media

sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp, wechat, bbm dan lain sebagainya,

maka semakin berkurang atau sedikit waktu yang mereka gunakan untuk

berinteraksi dengan teman di lingkungan kampus Unika Santo Thomas SU.

ISBN: 978-602-50622-0-9 22

Page 33: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Anas Sudjiono, 2006: Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: RajaGrafindo

Persada.

Didik M.Arief Mansur 2005, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi,

Bandung : PT Rapfika Aditama,.

Badwilan, Rayyan Ahmad. 2004, Rahasia Dibalik Handphone.Jakarta : Darul

Falah.

Brotosiswoyo, B. Suprapto.2002, ‘Dampak Sistem Jaringan Global Pada

Pendidikan Tinggi: Peta Permasalahan’. Komunika. No 28/IX. Tangerang :

Universitas Terbuka.

Budyatna, M. 2005, ’Pengembangan Sistem Informasi : Permasalahan Dan

Prospeknya’.Komunika.

Fiati, Rina. 2005, Akses Internet Via Ponsel. Yogyakarta : Penerbit Andi

Yogyakarta.

Internet fundamentl

(http://kalamkata.org/ebook/indonesian/Modul01internetfundamental.pdf,

akses 23 Nopember 2015).

Gerungan, W.A.4004, Psikologi Sosial. Bandung : PT Refika Aditama.

Kenali Pengertian Mahasiswa Dan Menurut Para Ahli

(http://www.pengertianku.net/2014/11/kenali-pengertian-mahasiswa-dan-

menurut-para-ahli.html) diakses pada 18 November 2015

Nurudin. 2005, Sistem-Sistem Komunikasi di Indonesia. Jakarta : PT Raja

Grafindo Persada.

Ronny Kountur, 2003, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, Jakarta:

CV.Taruna Grafika Cetakan 1

Saydam, Gouzali.2005, Teknologi Telekomunikasi, Perkembangan dan

Aplikasi.Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002, Psikologi Sosial, Individu dan Teori-teori

Psikologi Sosial.Jakarta: Balai Pustaka.

Soekanto, Soerjono, 2002 . Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo.

Suharsimi Arikunto, 1992 Cet. Ke X : Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 23

Page 34: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PEMBENTUKAN

KARAKTER PESERTA DIDIK

Ramadhani4

Surel: [email protected]

Abstrak Pendidikan sangat berperan dalam peningkatan kualitas sumber daya

manusia (SDM).SDM yang dimaksud tidak hanya terbatas pada

pengetahuan dan keterampilan tetapi juga pada sikap atau karakter.Artikel

ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan teknologi informasi dalam

pembentukan karakter.Teknologi informasi diharapkan mampu menjadi

salah satu media yang dapat dimanfaatkan pendidik dalam membangun karakter peserta didik. Teknologi informasi juga diharapkan mampu

membantu pendidik dalam menyeleksi dan menyaring informasi yang akan

disampaikan kepada peserta didik. Oleh karena itu kompetensi pendidik

mengenai teknologi informasi juga diharapkan dapat selalu ditingkatkan.

Pada akhirnya peserta didik diharapkan memiliki kemampuan secara aktif

dalam memahami informasi yang ia dapatkan sehingga mampu bersikap

kritis dalam memecahkan masalah pendidikan dan sosial yang dihadapi.

Kata kunci: teknologi, informasi, bersikap kritis, karakter.

PENDAHULUAN Peradapan manusia telah berubah seiring dengan perkembangan teknologi,

informasi dan komunikasi (TIK).Salah satunya adalah perubahan sosial budaya yang

membawa dampak terhadap aspek kehidupan.Dampak tersebut berupa dampak negative

dan positif.

Perkembangan teknologi dan informasi juga dapat dengan mudah membawa

beragam unsur budaya asing masuk ke dalam kehidupan manusia. Unsur budaya asing

tersebut membawa nilai-nilai baru yang terkadang bertentangan dengan nilai-nilai

lama.Hal ini lah yang membuat bergesernya nilai-nilai karakter. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tilaar (2002, hlm. 63) yang mengungkapkan bahwa mengadopsi budaya global

tanpa dasar yang kuat dari kebudayaan sendiri berarti manusia Indonesia akan kehilangan

identitasnya

Hancurnya nilai-nilai dan moral dalam masyarakat yang ditandai dengan

merebaknya berbagai kasus kekerasan, membutuhkan kelahiran baru pendidikan karakter

di dalam sekolah.Mundurnya pendidikan karakter, membuat kita bertanya-tanya apakah

masih ada relevansi pendidikan karakter dalam sekolah. Jika masih relevan lalu

bagaimana cara kita menghidupkan kembali dan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan

apa kita dapat memberikan dan menananmkan pendidikan karakter dalam diri

siswa.Rendahnya karakter bangsa telah di ungkapkan oleh Kemendiknas (2010, hlm. 2)

yang mengakui bahwa telah terjadi dekadensi moral di kalangan pelajar dan mahasiswa.

Sekolah merupakan salah satu tempat yang efektif bagi pembentukan karakter

seorang individu.Sejak dahulu, sekolah telah memiliki tujuan utama dalam bidang

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 24

Page 35: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pendidikan, yaitu membentuk manusia yang cerdas dan juga memiliki watak atau karakter

yang baik.Untuk mencapai tujuan tersebut, sekolah memiliki tanggung jawab yang besar

dalam pendidikan karakter bagi seluruh siswanya, terutama melalui disiplin, keteladanan

dan organisasi sekolah (kebijakan dan kurikulum).

Lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang baik dalam menanamkan

karakter siswa.Dengan demikian, harusnya segala kegiatan yang ada di sekolah, baik

kegitan pembelajaran maupun kegitan pembiasaan-pembiasaan semestinya dapat

diintegrasikan dalam program pendidikan karakter. Jadi, pendidikan karakter merupakan

usaha bersama seluruh warga sekolah untuk mewujudkan dan menciptakan suatu kultur

baru di sekolah, yaitu kultur pendidikan karakter. Penanaman dan pembiasaan pendidikan

karakter di sekolah melalui lingkungan pendidikan dapat dilaksanakan secara langsung

maupun secara tidak langsung dan akhirnya terbentuklah suatu kultur sekolah.

Generasi muda sebagai generasi penerus bangsa diharapkan dapat membentengi

diri dalam menghadapi kemajuan teknologi informasi.Orang tua dan pendidik sangat

berperan dalam hal ini.Pendidik bukan sekadar berperan mentransfer ilmu pengetahuan

tetapi juga membangun karakter peserta didik.

Berdasarkan pemaparan di atas, rumusan masalah artikel ini adalah

bagaimanakah pemanfaatan teknologi informasi dalam membangun karakter.Tujuan

artikel ini adalah untuk mendeskripsikan manfaat teknologi informasi dalam membangun

karakter.

PEMBAHASAN Pendidikan Karakter

Karakter merupakan kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai nilai-nilai yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk berpikir dan

bertindak. Hasan (2010:3) mengatakan bahwa karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang

diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan

bertindak. Definisi karakter tersebut dapat dipahami bahwa karakter merupakan

manifestasi dari sifat-sifat yang disebut kebajikan.

Menurut Megawangi (Kesuma, 2011), pendidikan karakter adalah sebuah usaha

sadar untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat memberikan

kontribusi yang positif kepada lingkungan.

Jadi, pendidikan karakter merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk

membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.

Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang inginkan bagi anak-anak, jelas bahwa kita

ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang

benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan dalam

menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam.

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter tersebut dirumuskan

sebanyak 18 nilai karakter (Hasan, 2010:9¬10).

ISBN: 978-602-50622-0-9 25

Page 36: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Religius, yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan

pemeluk agama lain. Jujur, yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang

yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

Toleransi, yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,

pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. Disiplin, yaitu tindakan yang menun-jukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai

ketentuan dan peraturan. Kerja keras, yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan

sebaik-baiknya.

Kreatif, yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil

baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Mandiri, yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam

menyelesaikan tugas-tugas. Demokratis, yaitu cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan

kewajiban dirinya dan orang lain.

Rasa ingin tahu, yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Semangat kebangsaan, yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompok.

Cinta tanah air, yaitu cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan

fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan po-litik bangsa.

Menghargai prestasi, yaitu sikap dan tin-dakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta meng-

hormati keberhasilan orang lain. Bersahabat/komunikatif, yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. Cinta damai, yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain

merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

Gemar membaca, yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. Peduli lingkungan, yaitu sikap dan tin-dakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya

untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Peduli sosial, yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang

lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tanggung jawab, yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Lickona dalam Sudrajat (2011:49) menyatakan bahwa terdapat tujuh hal yang

melatarbelakangi pentingnya pendidikan karakter seperti berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 26

Page 37: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Cara terbaik untuk menjamin anak-anak (siswa) memiliki kepribadian yang baik

dalam kehidupannya. Cara untuk meningkatkan prestasi akademik. Sebagian siswa tidak dapat membentuk karakter yang kuat bagi dirinya di tempat lain.

Persiapan siswa untuk menghormati pihak atau orang lain dan dapat hidup dalam

masyarakat yang beragam. Berangkat dari akar masalah yang ber-kaitan dengan problem moral-sosial, se-perti

ketidaksopanan, ketidakjujuran, kekerasan, pelanggaran kegiatan seksual, dan etos

kerja (belajar) yang rendah. Persiapan terbaik untuk menyongsong perilaku di tempat kerja. Pembelajaran nilai-nilai budaya yang me-rupakan bagian dari kerja peradaban.

Dewasa ini pendidikan menghasilkan banyak orang yang pandai, namun

bermasalah dengan hati nuraninya.Oleh karena itu, pengembangan jati diri atau karakter

individu harus dibangun, dibentuk, dikembangkan, dan dimantapkan.Pengembangan

karakter individu dapat menggunakan metode knowing the good, feeling the good, and

acting the good.Knowing the good mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif

saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni

bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi penggerak yang bisa membuat

orang senantiasa mau berbuat suatu kebaikan, sehingga tumbuh kesadaran bahwa orang

mau melakukan perilaku kebajikan karena cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah

terbiasa melakukan kebajikan, acting the good akan berubah menjadi kebiasaan. Melalui

kebiasaan-kebiasaan yang baik akan muncul hasrat untuk berubah dalam diri seseorang.

Selain itu, agar seseorang memiliki karakter mulia dibutuhkan upaya dan kerjasama dari

berbagai pihak, yaitu antara orang tua, sekolah, dan masyarakat.

Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil

pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik

secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada se-tiap

satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter peserta didik diharapkan mampu secara

mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan

menginternalisasikan serta mempersonalisasikan nilai-nilai karakter dan akhlak mulia

sehingga terwujud perilaku sehari-hari.

Hasan (2010:7) menjelaskan tujuan pendidikan karakter sebagai berikut.

Mengembangkan potensi kalbu / nurani / afektif peserta didik sebagai manusia dan

warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan

dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi

penerus bangsa. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,

berwawasan kebangsaan.

Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang

aman, jujur, penuh kreativitas dan persa-habatan, serta dengan rasa kebangsaan yang

tinggi dan penuh kekuatan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 27

Page 38: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Fungsi pendidikan karakter seperti menurut Fathurrohman dalam Mulyasa

(2013:97) adalah sebagai berikut.

Pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi perilaku yang

baik bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku yang men-cerminkan

karakter dan karakter bangsa. Perbaikan: memperkuat kiprah pendi-dikan nasional yang bertanggung jawab dalam

pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat. Penyaring: untuk menyaring karakter-karakter bangsa sendiri dan karakter bangsa lain

yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan karakter bangsa.

Persoalan pentingnya watak atau karakter bukan hal baru. Ratna Megawangi

(2010) mengutip Heraclitus (500S.M.) yang berkata bahwa “Character is destiny. It

shapes the destiny of a whole society ”. Untuk acuan konseptual tentang pendidikan, ada

baiknya mempertimbangkan pengertian tentang pendidikan karakter yang juga dikutip

oleh Ratna Megawangi (2010: 5) dari Bohlin, Farmer, dan Ryan (2001) sebagai berikut:

“Character education is teaching students to know the good, love the good, and do the

good. It is cognitive, emotional, and behavioral. It integrates head, heart, and hands. It

places equal importance on all three ”.

Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi informasi meliputi teknologi komputer (computing technology)

dan teknologi komunikasi (communication technology) yang digunakan untuk

memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau non finansial

(Bodnar dan Hopwood, 1995). Sehingga dapat dikatakan bahwa Teknologi informasi

adalahsegala cara atau alat yang yang terintegrasi yang digunakan untuk menjaring data,

mengolah dan mengirimkan atau menyajikan secara elektronik menjadi informasi dalam

berbagai format yang bermanfaat bagi pemakainya.

Istilah system informasi meliputi pemanfaatan teknologi informasi bagi para

manajer.Thompson et al(1991; 1994) mendefinisikan pemanfaatan teknologi sebagai

manfaat yang diharapkan oleh pengguna sistem informasi dalam melaksanakan tugasnya

dimana pengukurannya berdasarkan pada intensitas pemanfaatan, frekuensi pemanfaatan

dan jumlah aplikasi atau perangkat lunak yang digunakan. Sedangkan Teddy Jurnali

(2001) berpendapat bahwa pemanfaatan teknologi berhubungan dengan perilaku dalam

menggunakan teknologi tersebut untuk melaksanakan tugasnya.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan

pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut

Rosenberg (2001:27), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran

dalam proses pembelajaran yaitu:

Dari pelatihan ke penampilan. Dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja. Dari kertas ke “on line” atau saluran. Fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja. Dari waktu siklus ke waktu nyata.

Prinsip-prinsip Pemanfaatan TIK dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik

Menurut Madya (2011:1) pemanfaatan TIK tetap memberikan kontribusi signifikan

terhadap :

ISBN: 978-602-50622-0-9 28

Page 39: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pengembangan peserta didik menjadimanusia berkarakter danberkecerdasan

intelektual Pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikanterkait.

Hal tersebut hendaknya diterapkan prinsip-prinsip berikut: Pemanfaatan TIK dalam pendidikan hendaknya mempertimbangkan

karaktersitik peserta didik, pendidik, dan tenaga kependidikan dalamkeseluruhan

pembuatan keputusan TIK. Pemanfaatan TIK hendaknya dirancang untuk memperkuat minat danmotivasi

pengguna untuk menggunakannya semata guna meningkatkan dirinya, baik dari

segi intelektual, spiritual (rohani), sosial, maupun ragawi.

Pemanfaatan TIK hendaknya menumbuhkan kesadaran dan keyakinan

akanpentingnya kegiatan berinteraksilangsungdengan manusia (tatap muka),

dengan lingkungan sosial-budaya (pertemuan, museum, tempat-tempat

bersejarah), dan lingkunganalam (penjelajahan) agar tetap mampu memelihara

nilai-nilai sosial dan humaniora (seni dan budaya), dan kecintaan terhadap alam

sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Pemanfaatan TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat

mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana dan kegiatan-kegiatan

pembelajaran tanpa TIK karena tuntutan penguasaan kompetensi terkaitdalam

rangka mengembangkan seluruh potensi siswa secara seimbang.

Pemanfaatan TIK hendaknya mendorong pengguna untuk menjadi lebihkreatif

dan inovatif sehingga tidak hanya puas menjadi konsumen informasiberbasis

TIK.

Jika kerangka pikir dalam pemanfaatan TIK tersebut dapat diterapkan bersama

prinsip-prinsip di atas, niscaya dampak positif akan dapat diperoleh secara optimal dan

dampak negatifnya akan terkendali sampai titik minimal.

SIMPULAN Pendidikan karakter merupakan usaha yang sungguh-sungguh untuk membantu

orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti. Ketika kita

berpikir tentang jenis karakter yang inginkan bagi anak-anak, jelas bahwa kita ingin

mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan

kemudian melakukan apa yang mereka yakini benar, bahkan dalam menghadapi tekanan

dari luar dan godaan dari dalam.

Delapan belas nilai karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik yaitu religious,

jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu,

semangat kebangsaan, nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif,

cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli social, dan tanggung jawab.

Teknologi informasi meliputi teknologi komputer (computing technology)

dan teknologi komunikasi (communication technology) yang digunakan untuk

memproses dan menyebarkan informasi baik itu yang bersifat finansial atau non finansial.

Ada lima prinsip pemanfaatan TIK dalam pembentukan karakter peserta didik

yaitu:

a. Pemanfaatan TIK mempertimbangakan peserta didik, pendidik, dan tenaga

kependidikan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 29

Page 40: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pemanfataan TIK dirancang untuk memperkuat minat dan motivasi pengguna. Pemanfaatan TIK hendaknyamenumbuhkan kesadaran dan keyakinan akanpentingnya

kegiatan berinteraksi. Pemanfaatan TIK hendaknya menjaga bahwa kelompok sasaran tetap dapat

mengapresiasi teknologi komunikasi yang sederhana.

Pemanfaatan TIK hendaknya mendorong pengguna untuk menjadi lebihkreatif dan

inovatif

DAFTAR RUJUKAN Hasan, S. H., et al. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa.

Jakarta: Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian

Pendidikan Nasional.

Kemendiknas.2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kemendiknas.

Kesuma, Dharma, dkk. 2011. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Ratna Megawangi (2010).Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter di

PAUD.Makalah disajikan dalam seminar tentang PAUD. Bogor.

Sudrajat, A. 2011. "Mengapa Pendidikan Karakter". Jurnal Pendidikan Karakter. Nomor I

Tahun 2011, hlm. 47-58.

Suwarsih Madya. Optimalisasi Pemanfaatkan TIK untuk Meningkatkan Mutu Hakiki

Pendidikan, makalah,Seminar Nasional,Milad UADXXX, 5 Febr 11

Teddy

Jurnali. (2001). Analisis Pengaruh Faktor Kesesuaian Tugas-Teknologi dan

Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Akuntan Publik. Simposium

Nasional Akuntansi IV. 2001

Thompson Ronald, Christoper A and Howell Jane. 1991. Personal Computing : Toward a

Conceptual Model of Utilization. MIS Quarterly. March 1991

Tilaar H.A.R 2002.Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung: Rosdakarya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 30

Page 41: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LISTRIK DAN WAKTU PENGADUKAN

PADA PROSES ELEKTROKOAGULASI UNTUK PENJERNIHAN AIR

BAKUPDAM TIRTANADI IPA SUNGGAL

Sofia Novita5

Surel: [email protected]

Abstrak Sampel diambil dari bak sedimentasi PDAM Tirtanadi IPA Sunggal yang biasanya dijernihkan dengan menggunakan tawas. Penelitian ini dilakukan dengan kapasitas laboratorium dan dilakukan dengan menggunakan logam aluminium sebagai elektroda. Penelitian ini dilakukan dengan memvariasikan arus dan pengadukan pada saat elektrokoagulasi berlangsung dan setelah elektrokoagulasi selesai dengan waktu tiap pengadukan selama 3 menit. Waktu yang dibutuhkan selama proses elektrokoagulasi berlangsung yaitu selama 45 menit, dan arus yang digunakan sebesar 3 ampere. Untuk memperluas daerah penyebaran ion-ion

A + sehingga pengikatan koloid dalam air dapat dimaksimalkan, pengadukan dilakukan dengan dua tahap yaitu pengadukan yang dilakukan pada saat elektrokoagulasi berlangsung dengan kecepatan 150 rpm dan pengadukan yang dilakukan setelah elektrokoagulasi selesai dilakukan dengan kecepatan pengadukan yang digunakan yaitu 50 rpm. Dari hasil uji menunjukkan bahwa air hasil penjernihan dengan metode elektrokoagulasi yang divariasikan dengan pengadukan mengalami penurunan warna hingga 100% dan penurunan kekeruhan hingga 95.78%.

Kata kunci: Elektrokoagulasi, Pengadukan, Elektroda Aluminium, dan

Air Baku

Abstract Sample was taken in the raw water tank of PDAM Tirtanadi IPA Sunggal that usual be purificated by alum. The research is conducted in laboratory capacity and using Aluminium as electrodes (anode and cathode) which has a conductivity is 3,8 x 107Ω-1.m-1. This electrocoagulation research is done with combine electric current and mixing when the electrocoagulation is performing and after electrocoagulation has been done for 3 minutes in each mixing. The time needed for the process of purification is 45 minutes and

electric current as 3 ampere. To make the spreading of A + ion’s become more extensive, the mixing do with two parts. They are the mixing when electrocoagulation is performing that velocity is 150 rpm and the mixing when electrocoagulation has been done that velocity is 50 rpm. From the results that has been tested show that water as result for process of purification of water by electrocoagulation process that variate with mixing has decreasing of color until 100% and decreasing of turbidity until 95.78% .

Keywords: Electrocoagulation, Mixing, Electrode Al, and Basic Water

5Program Pascasarjana UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 31

Page 42: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Air merupakan suatu bahan pokok yang sangat diperlukan oleh setiap

mahluk hidup yang ada di bumi. Keberadaan sumber air bersih pada suatu daerah

sangat mempengaruhi kehidupan mahluk hidup. Jika terdapat banyak sumber air

bersih pada suatu daerah dapat dipastikan akan banyak orang yang menempati

daerah tersebut. Namun, yang menjadi permasalahan pada lingkungan masyarakat

pada saat ini yaitu terdapat suatu daerah dengan kepadatan masyarakat yang tinggi

namun tidak memiliki sumber air bersih yang mencukupi untuk kebutuhan

mereka.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan suatu badan usaha

yang melayani masyarakat dalam penyediaan air minum. Dalam sistem

produksinya, PDAM menggunakan sungai sebagai sumber penyedia air baku yang

akan diolah dan kemudian didistribusikan ke seluruh masyarakat yang menjadi

pelanggannya. Keberhasilan dari air olahan yang dihasilkan dapat dilihat dari

tingkat kekeruhan, keasaman, maupun kandungan kontaminan-kontaminan

lainnya yang membahayakan bagi manusia.

Pada kenyataannya air yang dihasilkan dari Perusahaan Daerah Minum

(PDAM) yang telah dikonsumsi oleh masyarakat selama ini, masih menemukan

beberapa masalah, yaitu jika air tersebut diendapkan atau didiamkan untuk

beberapa saat, maka akan terbentuk endapan yang terkadang menghasilkan aroma

yang kurang sedap. Bau dari air tersebut terkadang seperti berbau bahan kimia

yaitu bau yang berasal dari Clorin atau yang dikenal masyarakat sebagai kaporit.

Dan keadaan ini membuat masyarakat kurang puas akan air yang mereka dapatkan

walaupun mau tidak mau mereka tetap menggunakan air tersebut.

Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang

bertujuan untuk menjernihkan air baku yang digunakan Perusahaan Daerah Air

Minum dalam sistem produksinya. Ada beberapa metode yang dilakukan untuk

penjernihan air seperti metode oksidasi, adsorbsi, flokulasi, maupun koagulasi.

Elektrokoagulasi adalah proses penggumpalan dan pengendapan partikel-

partikel halus yang terdapat dalam air dengan menggunakan energi listrik. Adapun

prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua buah lempeng

elektroda yang dimasukkan kedalam bejana yang telah diisi dengan air yang akan

dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah sehingga

terjadilah proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak menuju katoda

dan anion bergerak menuju anoda. Dan pada akhirnya akan terbentuk suatu

flokulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-partikel dari air baku

tersebut. Penelitian tentang penjernihan air dengan sistem elektrokoagulasi ini

sebenarnya sudah banyak dilakukan, dengan cara menggunakan elektroda berupa

aluminium. Adapun hasil dari penelitian tersebut cukup bagus dalam

menghasilkan air dengan kekeruhan rendah atau dapat dikatakan hampir jernih.

ISBN: 978-602-50622-0-9 32

Page 43: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Proses elektrokoagulasi yang banyak dilakukan adalah dengan

mevariasikan nilai tegangan, sedangkan dengan memvariasikan arus listrik belum

banyak dilakukan. Pada tugas akhir ini akan dilakukan proses penjernihan air

dengan menggunakan proses elektrokoagulasi yang dikombinasikan dengan

pengadukan sebagai proses lanjutan.Adapun pada proses elektrokoagulasi akan

divariasikan arus listrik yang akan digunakan dan jumlah putaran tiap menit pada

pengadukan yang dilakukan pada saat proses elektrokoagulasi berlangsung dan

setelah proses elektrokoagulasi selesai dilakukan, sehingga dapat diteliti seberapa

jauh pengaruh proses elektrokoagulasi yang diberikan pengadukan pada saat

proses elektrokoagulasi berlangsung dan setelah proses elektrokoagulasi selesai

dilakukan untuk menjernihkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal.

Proses Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang pendek.

Elektrokoagulasi merupakan suatu proses yang melewatkan arus listrik ke dalam

air. Itu dapat digunakan menjadi sebuah uji nyata dengan proses yang sangat

efektif untuk pemindahan bahan pengkontaminasi yang terdapat dalam air. Proses

ini dapat mengurangi lebih dari 99% kation logam berat. Pada dasarnya sebuah

elektroda logam akan teroksidasi dari logam M menjadi kation (M n ) .

Selanjutnya air akan menjadi gas hydrogen dan juga ion hidroksil (OH).

Adapun prinsip kerja dari sistem ini adalah dengan menggunakan dua

buah lempeng elektroda yang dimasukkan kedalam bejana yang telah diisi dengan

air yang akan dijernihkan. Selanjutnya kedua elektroda dialiri arus listrik searah

sehingga terjadilah proses elektrokimia yang menyebabkan kation bergerak

menuju katoda dan anion bergerak menuju anoda. Dan pada akhirnya akan

terbentuk suatu flokulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel-

partikel dari air baku tersebut.

Interaksi-interaksi yang terjadi dalam larutan yaitu:

Migrasi menuju muatan elektroda yang berlawanan (elektroporesis) dan

netralisasi muatan. Kation ataupun ion hidroksil membentuk sebuah endapan dengan pengotor. Interaksi kation logam dengan OH membentuk sebuah hidroksida dengan sifat

adsorbsi yang tinggi selanjutnya berikatan dengan polutan (bridge coagulation). Senyawa hidroksida yang terbentuk membentuk gumpalan (flok) yang lebih

besar. Gas hydrogen membantu flotasi dengan membawa pollutan kelapisan bulk

flok di permukaan cairan, (Holt P,2006).Mekanisme yang mungkin terjadi pada

saat proses elektrokoagulasi berlangsung yaitu arus dialirkan melalui suatu

elektroda logam, yang mengoksidasi logam (M) menjadi kationnya. Secara

simultan, air tereduksi menjadi gas hydrogen dan ion hidroksil (OH-). Dengan

demikian elektrokoagulasi memasukkan kation logam in situ, secara elektrokimia,

dengan menggunakan anoda yang dikorbankan (biasanya aluminium atau besi).

Kation terhidrolisis di dalam air yang membentuk hidroksida dengan spesies-

ISBN: 978-602-50622-0-9 33

Page 44: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

spesies utama yang ditentukan oleh pH larutan. Kation bermuatan tinggi

mendestabilisasi setiap partikel koloid dengan pembentukan komplek

polihidrosida polivalen. Komplek-komplek ini memiliki sifatsifat penyerapan

yang tinggi, yang membentuk agregat dengan polutan. Evolusi gas hidrogen

membantu dalam percampuran dan karenanya membantu flokulasi. Begitu flok

dihasilkan, gas elektrolitik menimbulkan efek pengapungan yang memindahkan

polutan ke lapisan flok-foam pada permukaan cairan.

Gambar Mekanisme elektrokoagulasi (Holt, P, 2006)

Kelebihan Elektrokoagulasi

Elektrokoagulasi memerlukan peralatan sederhana dan mudah untuk

dioperasikan. Elektrokoagulasi lebih cepat mereduksi kandungan koloid/partikel yang paling

kecil, hal ini disebabkan pengaplikasian listrik kedalam air akan mempercepat

pergerakan mereka didalam air dengan demikian akan memudahkan proses. Tidak diperlukan pengaturan pH. Tanpa menggunakan bahan kimia tambahan. Dapat memindahkan partikel-partikel koloid yang lebih kecil

Kelemahan Elektrokoagulasi Adapun kekurangan dari proses elektrokoagulasi ini adalah:

Tidak dapat digunakan untuk mengolah cairan yang mempunyai sifat elektrolit

cukup tinggi dikarenakan akan terjadi hubungan singkat antar elektroda.

Besarnya reduksi logam berat dalam cairan dipengaruhi oleh besar kecilnya

arus voltase listrik searah pada elektroda, luas sempitnya bidang kontak

elektroda dan jarak antar elektroda. Elektrodanya dapat terlarut sehingga dapat mengakibatkan terjadinya oksidasi. Penggunaan listrik yang mungkin mahal.

METODE PENELITIAN

Penjernihan air baku PDAM Tirtanadi Instalasi Pengolahan Air Sunggal

dilakukan dalam skala laboratorium dengan menggunakan beaker glass. Untuk

ISBN: 978-602-50622-0-9 34

Page 45: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mendapatkan hasil yang maksimal, maka peneliti melakukan penjernihan air

dengan metode elektrokoagulasi yang dikombinasikan dengan pengadukan

sebagai proses lanjutan. Adapun pada proses elektrokoagulasi dilakukan dengan

memvariasikan arus, dan diberikakan pengadukan pada saat proses

elektrokoagulasi berlangsung dan setelah proses elektrokoaglasi selesai dilakukan.

Tahap awal untuk mengetahui arus yang optimum, maka peneliti menggunakan

rangkaian PSA yang dilengkapi dengan komponen elektronika sehingga arus

dapat divariasikan. Sedangkan untuk parameter jumlah putaran per menit (rpm)

maka penulis menggunakan alat jar test dan magnetic stirrer.

Sebelum melakukan percobaan, sampel air baku PDAM Tirtanadi IPA

Sunggal terlebih dahulu dianalisis parameter-parameternya, yaitu: pH, Warna,

Kekeruhan, Suhu, DHL, dan kadar logam Aluminium.

Penjernihan Air dengan Metode Elektrokoagulasi Pada Air Baku

PDAMTirtanadi IPA Sunggal Pengaturan alat sesuai dengan rancangan percobaan Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml Dimasukkan sepasang elektroda ( 1 Katoda dan 1 Anoda) ke dalam beaker

glass Diatur jarak antar elektroda sejauh 2,5 cm Elektroda dialiri arus listrik 350 mA dengan tegangan 12 Volt selama 15

menit Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap waktu kontak Diulangi langkah 1 hingga langkah 5 dengan waktu kontak 30 menit, 45 menit

dan 60 menit

Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan Menggunakan

Variasi Arus pada Metode Elektrokoagulasi Pengaturan alat sesuai dengan rancangan percobaan. Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml Dimasukkan sepasang ( 1 Katoda dan 1 Anoda) elektroda ke dalam beaker

glass Diatur jarak antar elektroda sejauh 2,5 cm Elektroda dialiri arus listrik 350 mA dengan tegangan 12 Volt dengan waktu

kontak optimum pada percobaan 3.4.1 Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap nilai arus yang digunakan Diulangi langkah 4 dan 5 dengan menggunakan sumber arus 500 mA, 1 A, 2

A dan 3 A

Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan Menggunakan

Variasi Waktu pada saat Pengadukan

ISBN: 978-602-50622-0-9 35

Page 46: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml Diaduk air sampel pada beaker glass dengan jumlah putaran 50 rpm selama 1

menit Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap waktu kontak Diulangi langkah 1 dan 2 dengan menggunakan waktu kontak selama 3 menit,

5 menit, dan 7 menit.

Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan Menggunakan

Variasi Putaran pada Pengadukan

Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml Diaduk air sampel pada beaker glass dengan jumlah putaran 50 rpm dengan

waktu kontak optimum Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap jumlah putaran yang digunakan Diulangi langkah 1 dan 2 dengan menggunakan jumlah putaran 100 rpm dan

150 rpm

Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan Metode

Elektrokoagulasi yang Dikombinasikan dengan Pengadukan Ketika Proses

Elektrokoagulasi Berlangsung

Pengaturan alat sesuai dengan rancangan percobaan. Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml Dimasukkan sepasang elektroda ( 1 Katoda dan 1 Anoda) ke dalam beaker

glass Diatur jarak antar elektroda sejauh 2,5 cm

5. Elektroda dialiri tegangan 12 Volt dengan arus listrik optimum pada

percobaan kedua dan dengan waktu kontak optimum pada percobaan pertama

Pada saat waktu kontak berlangsung, air diaduk dengan jumlah putaran 50

rpm dengan waktu kontak optimum pada percobaan ketiga Dimatikan sumber arus Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap jumlah putaran yang digunakan Diulangi langkah 1 hingga 7 dengan menggunakan jumlah putaran 100 rpm

dan 150 rpm

Penjernihan Air Baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dengan Metode

Elektrokoagulasi dan Pengadukan Pengaturan alat sesuai dengan rancangan percobaan. Dimasukkan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal ke dalam beaker glass

sebanyak 500 ml

ISBN: 978-602-50622-0-9 36

Page 47: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dimasukkan sepasang elektroda (1 Katoda dan 1 Anoda) ke dalam beaker

glass Diatur jarak antar elektroda sejauh 2,5 cm

5. Elektroda dialiri tegangan 12 Volt dengan arus listrik optimum pada

percobaan kedua dan dengan waktu kontak optimum pada percobaan pertama

Pada saat waktu kontak berlangsung, air diaduk dengan jumlah putaran

optimum berdasarkan percobaan kelima dengan waktu kontak optimum pada

percobaan ketiga Dimatikan sumber arus Diaduk kembali air dengan jumlah putaran optimum pada percobaan 3.4.4

dengan waktu kontak optimum pada percobaan 3.4.3 Diuji nilai turbidity (kekeruhan), pH, Konduktivitas, dan temperatur pada

setiap jumlah putaran yang digunakan dan kadar Logam Aluminium

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil PenelitianPenjernihan Air Baku melalui Metode Elektrokoagulasi

dengan Memvariasikan Arus

Pada tahap pertama dilakukan percobaan dengan menggunakan dua

variabel, yaitu waktu kontak dan kuat arus. Waktu kontak yang digunakan

divariasikan menjadi empat variasi, yaitu selama 15 menit, 30 menit, 45 menit

dan 60 menit. Sedangkan untuk arus listrik yang digunakan juga menggunakan

lima variasi, yaitu 350 mA, 500 mA, 1 A, 2 A dan 3 A. Pada percobaan ini

sumber yang digunakan yaitu menggunakan trafo yang dirangkai sedemikian

rupa sehingga membentuk suatu rangkaian PSA.

Pengaruh kuat arus terhadap penjernihan air baku PDAM Tirtanadi

Sunggal dengan proses elektrokoagulasi

Arus Waktu Kekeruhan

Penurunan

No Kekeruhan (A) (menit) (NTU)

(%)

1 0.35 15 35.58 44.4

2 0.5 15 33.72 47.3

3 1 15 32.064 49.9

4 2 15 28.88 54.86

5 3 15 24.24 62.11

Pembentukan ion Al3+

sebagai koagulan dapat terjadi karena adanya

reaksi yang terjadi pada anoda dan katoda sebagai pasangan elektroda selama

proses elektrokoagulasi. Pelepasan ion Al3+

yang berasal dari elektroda sangatlah

dipengaruhi oleh besarnya arus yang mengalir pada elektroda. Semakin besar arus

yang mengalir pada elektroda maka akan semakin banyak pula ion Al3+

yang

dilepaskan dari anoda sebagai agen koagulan. Sehingga pengikatan polutan

ISBN: 978-602-50622-0-9 37

Page 48: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengikat air menjadi semakin banyak. Dari tabel di atas dapat terlihat jelas

bahwasannya penurunan kekeruhan semakin meningkat dengan meningkatnya

kuat arus yang digunakan. Sehingga pada arus optimum yang digunakan dapat

menghasilkan air dengan nilai kekeruhan yang cukup rendah. Sama halnya dengan

kuat arus yang digunakan, waktu kontak juga mempengaruhi beberapa parameter

fisik pada air, terutama pada nilai kekeruhan. Dari percobaan yang dilakukan

maka didapatkan beberapa data pada beberapa parameter fisik pada air hasil

penjernihan dengan menggunakan proses elektrokoagulasi dengan beberapa waktu

kontak.

Pengaruh waktu kontak terhadap penjernihan air baku PDAM Tirtanadi

Sunggal dengan proses elektrokoagulasi

Waktu DHL Kekeruhan

Penurunan

No Kekeruhan (menit) ( . − ) (NTU) (%)

1 15 53 24.24 62.11

2 30 53 22.54 64.78

3 45 54 11.64 81.8

4 60 54 10.56 83.5

Pada dasarnya, semakin lama waktu yang digunakan pada saat proses

elektrokoagulasi maka akan memberikan kesempatan kepada anoda untuk

semakin banyak melepaskan ion Al3+

yang akan mengikat polutan air. Dari data

yang ditunjukkan pada tabel di atas penurunan kekeruhan semakin meningkat

dengan meningkatnya waktu kontak yang digunakan.

Kesimpulan yang dapat diambil bahwa kuat arus dan waktu kontak

berbanding lurus dengan penurunan kekeruhan air hasil penjernihan dengan

proses elektrokoagulasi. Atau dengan kata lain, semakin besar kuat arus yang

digunakan semakin tinggi penurunan kekeruhan air, begitu pula dengan waktu

kontak. Semakin lama waktu kontak yang digunakan pada proses elektrokoagulasi

maka akan semakin tinggi pula penurunan kekeruhan air hasil penjernihan dengan

proses elektrokoagulasi.

Pada prinsip kerjanya, ion-ion alumunium inilah yang berperan aktif

sebagai koagulan. Yaitu pihak yang sangat bertanggung jawab untuk mengikat

partikel-partikel koloid yang terdapat dalam air. Setelah ion alumunium berikatan

dengan partikel-partikel pengganggu tersebut, maka keduanya akan membentuk

suatu flok. Semakin lama flok-flok tersebut akan bergabung dengan flok lainnya

sehingga membentuk flok yang lebih besar.

Pada air hasil elektrokoagulasi, terdapat dua jenis flok yang terbentuk.

Flok pertama adalah flok yang mengendap pada dasar wadah dan flok kedua

adalah flok yang berada pada permukaan air hasil penjernihan. Adapun flok yang

mengendap pada dasar wadah merupakan flok-flok yang berukuran besar

ISBN: 978-602-50622-0-9 38

Page 49: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

sehingga pada saat air didiamkan maka flok tersebut akan bersedimentasi pada

dasar wadah. Sedangkan flok yang terdapat pada permukaan air disebabkan

karena adanya gas hydrogen yang dilepaskan dari katoda yang mengangkat flok

yang masih melayang pada air menuju permukaan air. Adapun peristiwa ini

dikenal dengan flotasi. Flotasi adalah peristiwa terangkatnya flok-flok yang

terbentuk pada proses elektrokoagulasi oleh gas hydrogen yang dihasilkan katoda

menuju permukaan air.

Keberadaan kedua jenis flok yang terbentuk merupakan salah satu

kelebihan dari penjernihan air dengan proses elektrokoagulasi, karena dengan

adanya flok yang terdapat pada permukaan air akan mempermudah proses

pemisahan air hasil penjernihan dengan flok yang terbentuk.

Dari data yang terdapat pada tabel penurunan kekeruhan di atas, dapat

dilihat bahwa waktu dan arus optimum yang digunakan yaitu sebesar 3 ampere

dengan waktu kontak 60 menit dapat menghasilkan persentase penurunan

kekeruhan hingga 83,5%. Dan setelah dikalkulasikan dengan nilai kekeruhan awal

pada air baku sebelum dilakukan penjernihan dengan metode elektrokoagulasi

yang bernilai 64 NTU, maka setelah dilakukan penjernihan air baku yang

dihasilkan memiliki nilai kekeruhan hanya pada nilai 10,56 NTU. Air baku yang

digunakan memang memiliki tingkat kekeruhan yang sangat tinggi. Karena

pengambilan sampel dilakukan pada saat sungai dalam keadaan banjir sehingga

kekeruhan meningkat tajam. Nilai kekeruhan awal yang sangat tinggi ini

menyebabkan walaupun persentase penurunan kekeruhan cukup tinggi, air yang

dihasilkan belum memenuhi standar Peraturan Pemerintah No. 492 yang

didalamnya menyatakan bahwa standar kekeruhan untuk air minum maksimal

hanya berkisar pada nilai 5 NTU. Sedangkan air yang merupakan hasil proses

elektrokoagulasi hanya mencapai 10,56 NTU, sangat jauh melebihi ambang batas

persyaratan.

Hasil dari percobaan tahap pertama ini juga menegaskan teori bahwa, arus

merupakan elektron yang mengalir, sehingga jika arus diperbesar, maka jumlah

elektron yang mengalir dalam sel elektrolit (dari anoda ke katoda) juga akan

semakin besar. Peningkatan jumlah elektron ini, juga meningkatkan jumlah OH-

dan gelembung gas H2 yang dihasilkan pada saat elektrokoagulasi berlangsung.

Adapun gas hydrogen yang terbentuk bermanfaat untuk mengangkat flok-flok

yang telah terbentuk kebagian permukaan air.

Pada percobaan elektrokoagulasi, plat elektroda yang digunakan selalu

dihubungkan dengan sumber arus DC. Hal inilah yang menyebabkan pada air

hasil pengolahan akan mengandung logam yang terlarut dimana jumlah logam

tersebut akan sebanding dengan jumlah arus yang mengalir pada elektroda. Hal ini

berhubungan dengan hukum Faraday yang mengatakan “Massa zat yang timbul

pada elektroda karena elektrolisis berbanding lurus dengan jumlah listrik yang

mengalir melalui larutan”.Dalam percobaan ini, logam terlarut yang terdapat

dalam air hasil penjernihan dengan metode elektrokoagulasi tidak dilakukan pada

ISBN: 978-602-50622-0-9 39

Page 50: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

seluruh perubahan waktu kontak, namun hanya pada waktu yang optimum.

Namun kandungan logam terlarut pada waktu kontak lainnya dapat dihitung

dengan cara melihat perubahan massa elektroda yang digunakan selama proses

elektrokoagulasi yang berlangsung. Sehingga dapat diperoleh berapa massa logam

yang terlarut dalam air sebagai berikut.

Pengaruh waktu terhadap jumlah logam terlarut secara praktik dan teori

pada proses penjernihan air

Waktu

Massa Massa Hasil

Awal Akhir Perhitun NO Kontak

Elektroda Elektroda gan (menit)

(gram) (gram) (gram)

1 15 19.2615 19.26 0.00311

2 30 19.6407 19.6368 0.00621

3 45 19.6862 19.6808 0.00932

4 60 19.6797 19.6693 0.01242

Daya hantar listrik atau konduktivitas pada air merupakan bilangan yang

menyatakan kemampuan larutan cair untuk menghantarkan arus listrik. Daya

hantar listrik air tergantung dari konsentrasi ion dan suhu air, oleh karena itu

kenaikan padatan terlarut akan mempengaruhi kenaikan daya hantar listrik.

Biasanya makin tinggi daya hantar listrik dalam air, maka air akan terasa payau

sampai asin.

Pada air hasil penjernihan dengan metode elektrokoagulasi terdapat

kenaikan pada nilai daya hantar listrik. Namun pada beberapa keadaan air yang

dihasilkan juga mengalami penurunan pada nilai daya hantar listriknya. Adapun

penyebab meningkatnya nilai daya hantar listrik ini yaitu karena meningkatnya

kandungan logam Al pada air. Sehingga terdapat banyak konduktor yang mampu

menghantarkan listrik dengan baik. Sedangkan penyebab terjadinya penurunan

daya hantar listrik pada air hasil penjernihan karena disebabkan beberapa faktor.

Adapu faktor pertama yang menyebabkan penurunan daya hantar listrik yaitu

karena pada saat pengukuran nilai daya hantar listrik masih terdapat flokulan-

flokulan yang merupakan gumpalan kotoran air yang merupakan bahan isolator

sehingga menurunkan kemampuan air untuk menurunkan arus listrik. Adapun

faktor lain yang menyebabkan penurunan daya hantar listrik yaitu karena pada

saat pengukuran terdapat gelembung udara yang masuk ke dalam probe

konduktivitimeter atau dapat dikatakan dengan kesalahan yang terdapat alat

pengukuran.

Perubahan yang terjadi pada nilai daya hantar listrik air hasil

elektrokoagulasi baik penurunan maupun peningkatan tidaklah menjadi suatu

permasalahan, karena perubahan nilai yang terjadi masih menghasilkan nilai daya

ISBN: 978-602-50622-0-9 40

Page 51: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

hantar lisrik yang masih di bawah standard air minum. Sehingga kualitas air masih

tetap terjaga.

Pengaruh waktu kontak terhadap penjernihan air baku PDAM Tirtanadi

Sunggal dengan proses elektrokoagulasi dengan pengadukan

Waktu DHL Kekeruhan

Penurunan

NO Kekeruhan (menit) ( . −1) (NTU) (%)

1 15 53 20.47 68.01

2 30 53 12.55 80.38

3 45 54 7.64 88.06

4 60 54 6 90.62

Dari hasil percobaan dapat terlihat bahwasannya penurunan kekeruhan

sudah mencapai 90% pada saat waktu kontak elektrokoagulasi dilakukan selama

60 menit, namun walaupun penurunan kekeruhan yang sangat tinggi belum

menghasilkan air yang sesuai dengan standar air minum yang telah ditetapkan

Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum yang mensyaratkan air minum harus memiliki nilai kekeruhan maksimal 5

NTU. Gambar berikutakan menggambarkan hubungan antara waktu kontak

elektrokoagulasi terhadap penurunan kekeruhan pada tiap-tiap jumlah putaran per

menit. Dan untuk data penurunan kekeruhan pada tiap-tiap waktu kontak dan

kecepatan pengadukan dapat dilihat pada gambar berikut.

Grafik Waktu Kontak vs

Penurunan Kekeruhan

100 putaran 50 rpm

80 putaran

60 100 rpm

40 putaran

150 rpm

20

0 0 50 100

Waktu Kontak (menit)

Gambar Waktu Kontak vs Penurunan Kekeruhan

ISBN: 978-602-50622-0-9 41

Page 52: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Penjernihan Air Baku melalui Metode Elektrokoagulasi yang

Dikombinasikan dengan Pengadukan

Setelah dilakukan percobaan elektrokoagulasi yang diberikan pengadukan,

didapatkan bahwa waktu kontak dan jumlah putaran yang digunakan adalah yang

waktu kontak dan jumlah putaran yang paling optimum. Hal ini mengakibatkan

persentase penurunan kekeruhan yang paling optimum pula. Namun berbeda

dengan proses pengadukan yaitu metode penjernihan air hanya dengan melakukan

putaran pada air, jumlah putaran yang digunakan adalah jumlah putaran yang

paling kecil untuk menghasilkan persentase penurunan kekeruhan yang paling

tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah putaran yang tinggi akan menyebabkan

pecahnya flok-flok yang sudah terbentuk, sehingga digunakan putaran yang

lambat dan dalam waktu kontak yang tidak terlalu lama.

Dalam percobaan ini akan dikombinasikan antara elektrokoagulasi dengan

pengadukan dan kemudian akan dilanjutkan kembali dengan pengadukan saja

setelah waktu kontak elektrokoagulasi yang diberikan pengadukan selesai

dilakukan. Sehingga terdapat dua metode yang dikombinasikan dalam percobaan

ini. Adapun arus listrik yang digunakan untuk proses elektrokoagulasi adalah kuat

arus yang paling optimum pada percobaan tahap pertama, sedangkan jumlah

putaran yang digunakan pada saat elektrokoagulasi berlangsung juga merupakan

jumlah putaran yang paling optimum. Dan untuk proses lanjutannya yaitu proses

pengadukan akan digunakan jumlah putaran minimum dari percobaan

pengadukan.

Adapun data yang dihasilkandari percobaan elektrokoagulasi yang

diberikan pengadukan dan dilanjutkan kembali dengan pengadukan setelah waktu

kontak selesai dilakukan.

100

K e k e r u h a n

94

98

Pen

uru

nan

96

92

(%)

90

88

Pers

enta

s

e

86

84

Grafik Waktu Kontak vs Penurunan

Kekeruhan

putaran

150 rpm

dan 50

rpm

0 50 100

Waktu Kontak (menit)

Gambar Waktu Kontak vs PenurunanKekeruhan

Dari grafik diatas, dapat terlihat bahwa penurunan kekeruhan semakin

meningkat dengan semakin lamanya waktu kontak yang digunakan. Namun pada

percobaan yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa waktu kontak 45 menit dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 42

Page 53: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

60 menit hanya memiliki sedikit perbedaan, dan setelah dikalkulasikan dengan

kekeruhan awal pada air baku, waktu kontak 45 menit sudah menghasilkan air

yang telah memenuhi standar kekeruhan air minum yaitu di bawah 5 NTU,

sehingga penggunaaan waktu kontak 45 menit sudah bisa menjadi waktu kontak

yang efektif dalam proses elektrokoagulasi dengan variasi putaran. Walaupun

waktu kontak 60 menit dapat menghasilkan air yang kekeruhan yang jauh

dibawah standar, namun waktu kontak yang lama dikhawatirkan pada jumlah

logam yang terlarut. Sehingga waktu kontak 60 menit tidak perlu untuk dilakukan.

Sebelum proses penjernihan air dengan menggunakan metode

elektrokoagulasi dan pengadukan, air baku yang digunakan sebagai sampel

dilakukan pengujian. Dan setelah proses penjernihan air baku akan diuji kembali.

Adapun pengujian dilakukan untuk memeriksa beberapa parameter fisika dan

kimia untuk air minum. Adapun pengukuran yang dilakukan untuk parameter fisik

air minum yaitu kekeruhan, warna, temperatur, dan konduktivitas. Sedangkan

pengukuran yang dilakukan untuk parameter kimia yaitu pH, dan kandungan

Aluminium yang terkandung dalam air. Pengukuran ini dilakukan untuk untuk

mengetahui kelayakan air baku PDAM Tirtanadi IPA Sunggal yang memiliki

warna coklat tua jika dikonsumsi sebagai air minum ataupun dikonsumsi untuk

kebutuhan lainnya. Hasil uji dari parameter-parameter tersebut kemudian

dibandingkan dengan standard yang digunakan untuk hasil pengujian pada

parameter-parameter air minum yaitu Permenkes Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum tanggal 10

April 2010. Pengujian air baku sebelum dan setelah proses penjernihan dilakukan

sendiri oleh penulis di laboratorium Pengendalian Mutu Tirtanadi IPA Sunggal.

Dari data menunjukkan kandungan logam Al dari air hasil penjernihan

bernilai 0.199 mg. Nilai ini jauh berbeda dengan nilai kandungan logam Al yang

terdapat dalam air berdasarkan perhitungan massa elektroda sebelum dan sesudah

proses penjernihan air yang bernilai 0.0054 gram. Sedangkan berdasarkan

perhitungan menggunakan hukum Faraday kandungan logam Al yang terlarut

dalam air bernilai 0.00932 gram. Penurunan jumlah kandungan logam Al yang

terlarut dalam air terjadi karena sebelum dilakukan pengujian kandungan logam

Al dengan menggunakan metode colorimetrik, air hasil penjernihan disaring

terlebih dahulu dengan steril filter absorber yang dapat menurunkan kadar logam

Al pada air hasil penjernihan dengan sangat baik. Hasil uji parameter-parameter

seperti kekeruhan, warna, temperature, konduktivitas, dan pH dalam air

menunjukkan bahwa air hasil penjernihan dengan metode elektrokoagulasi yang

divariasikan dengan putaran memenuhi standar yang telah ditetapkan pada

Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air

Minum pada tanggal 10 April 2010, sehingga air tersebut layak untuk diminum

jika ditinjau dari parameter-parameter fisika yang telah diuji.

ISBN: 978-602-50622-0-9 43

Page 54: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN Bresnick, Stephen.2002. Intisari Fisika.Jakarta: Hipokrates.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran. Jakarta: UI-Press.

Departemen Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan RI, Nomor

492/MENKES/PER/IV/2010, Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum,

(online) www.depkes.go.id.Diakses tanggal 20 Maret 2012.

Gabriel,J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta: Hipokrates.

Hasanah,Moraida.2011. Efektivitas Elektroda Tembaga (Cu) Pada Proses

Elektrokoagulasi Dalam Penjernihan Air Sungai Di Desa Air Hitam

Kabupaten Labuhan Batu Utara. Skripsi. Medan: USU.

Holt, P.K., Barton, G.W., and Mitchell, C.A. 2004.Deciphering the Science

Behind Electrocoagulation to Remove Suspended Clay Particles from

Water, Water Science and Technology. Vol. 50 No. 12 pp 177-184, IWA

Publishing.

Manda,Azzahra.2011.Pengertian Air dan Persyaratan Air. (online)

http://Pengolahanairbaku.blogspot.com/2011/06/pengertian-air-dan-syarat-

syarat-air. html, Diakses tanggal 29 februari 2012.

Purwaningsih, Indah. 2008. Pengolahan Limbah CaiBahan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 44

Page 55: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE WORD

SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 101765 BANDAR SETIA

Ayu Kurniasih6, Magdalena Sirait

7, Romaida Karo Karo

8

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

menggunakan model pembelajaran kooperatif word square pada mata

pelajaran IPA materi gaya terdapat di kelas V SD Negeri 101765 Bandar

Setia. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas dengan jumlah

subjek penelitian sebanyak 33 orang siswa. Data diperoleh dengan tes

tertulis sebanyak 20 soal dan melakukan observasi. Adapun teknik analisis

data dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang dilihat dari

berapa persen tingkat keberhasilan hasil belajar siswa. Berdasarkan

analisis data siklus I terdapat 16 orang siswa (48,50 %) yang tergolong hasil belajarnya tidak tuntas nilainya < 65, dan 17 orang siswa (51,50 %)

yang hasil belajarnya tuntas. Setelah dilakukan siklus II diperoleh data

terdapat 1 orang siswa (3,03 %) yang hasil belajarnya rendah atau tidak

tuntas, dan sebanyak 32 orang siswa (96,97 %) yang tergolong hasil

belajarnya tuntas. Pembelajaran kooperatif tipe word square ini dapat

memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar IPA dikelas V SD Negeri

101765 Bandar Setia di Medan.

Kata kunci : pembelajaran kooperatif, word square, hasil belajar

Abstract This study aims to improve learning outcomes of student’s using cooperative

learning model word square in IPA, subjects matter is gaya in class V SD

Negeri 101765 Bandar Setia. This research is a classroom action research

with a number of research subjects as many as 33 students. Data obtained

by a written test of 20 questions and observations. The technique of data

analysis in this research is descriptive qualitative views of how percent

success rate of student learning outcomes. Based on the data analysis of the

first cycle there were 16 students (48.50%) were classified as study results

do not completely value <65, and 17 students (51.50%) completed the study

results. After the second cycle of data obtained contained 1 students (3.03%)

were low or study results is not exhaustive, and as many as 32 students

(96.97%) were classified as complete study results. Word square type of

cooperative learning can improve and enhance learning outcomes IPA.

Keywords: cooperative learning, word square, learning outcomes

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 45

Page 56: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang

dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan

suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Undang - Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasionalmenyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan ertujuan untuk

memngembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman,

berilmu, dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berahklak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Sekolah adalah lingkungan tempat siswa memperoleh pendidikan dan

pengajaran secara formal. Dari lingkungan sekolah anak akan tumbuh

berkembang sesuai dengan apa yang dia peroleh. Pendidikan sangat penting dalam

meningkatkan potensi diri setiap orang. Pendidikan merupakan usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaranagar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil

belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa

objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa.Hasil belajar siswa pada

hakikatnya adalah tingkah laku seperti telah dijelaskan di muka. Tingkah laku

sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencangkup bidang kognitif,

afektif, dan psikomotoris.

Masalah di atas berhubungan dengan guru. Guru sangat berperan penting

untuk mendorong, membimbing dan memberi arahan belajar bagi siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran, karena guru merupakan orang yang berhadapan

langsung dengan siswa. Di dalam interaksi pendidikan, peserta didik tidak selalu

harus diberi atau dilatih, melainkan mereka harus dapat mencari, menemukan,

memecahkan masalah dan melatih dirinya sendiri. Sebagian besar guru dalam

proses pembelajaran hanya sekedar menyampaikan materi tanpa memperhatikan

aspek yang lain. Hal ini membuat proses pembelajaran di kelas cenderung

membosankan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 46

Page 57: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti mengamati bahwa hasil

belajar siswa-siswi kelas V masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya

semangat, perhatian dan antusias siswa selama pembelajaran, cepat merasa bosan

dengan tugas-tugas yang diberikan guru, kurang fokus dan konsentrasi saat belajar

di kelas, dan tekadang siswa merasa bosan selama belajar. Hal lain yang

dapatdiperlihatkan yaitu dengan adanya siswa yang keluar kelas untuk ke kamar

mandi atau ke luar kelas untuk menghilangkan kebosanan,bahkan terdapat

beberapa siswa yang mengganggu teman ketika proses belajar mengajar

berlangsung, serta kegiatan- kegiatan negatif lainnya.

Selain itu, dari hasil wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru

di sekolah tersebut, dijelaskan bahwa tidak sedikit siswa yang masih dibawah

KKM. Nilai KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 65, sementara siswa yang

mencapai nilai KKM berjumlah 13 orang siswa dari 33 orang siswa yang ada di

kelas V. Sedangkan siswa yang mendapat nilai dibawah 65 berjumlah 20 orang

siswa dari jumlah keseluruhan siswa kelas. Beberapa faktor yang mempengaruhi

rendahnya hasil belajar siswa diantaranya: kurangnya pemahaman siswa terhadap

materi pelajaran yang disampaikan guru, siswa kurang terlibat dalam proses

pembelajaran, metode belajar yang digunakan guru terlalu monoton, serta

minimnya media yang digunakan.

Masalah yang lebih khususnya yaitu penggunaan metode atau model

pembelajaran. Guru pada umumnya menggunakan metode atau model

pembelajaran konvensional: seperti ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas.

Sehingga proses pembelajaran cenderung membosankan. Proses pembelajaran

yang membosankan akan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

Hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran masih tergolong rendah,

seperti bertanya atau mengemukakan pendapat. Siswa belum mampu

mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk melakukan aktivitas belajar

dengan baik, seperti berdiskusi dalam kelompok, menyampaikan pendapat,

membuat laporan diskusi sehingga cenderung belajar siswatersebut hanya

menerima pelajaran, siswa lebih banyak diam dan mendengarkan materi yang

disajikan. Hal itu terbukti dengan kebiasaan siswa yang rendah dalam

menanyakan hal yang belum diketahui atau kurang dipahami oleh siswa. Ini yang

menyebabkan rendahnya hasil belajar dan aktivitas belajar siswa.

Rendahnya hasil belajar IPA yang dipereh oleh siswa, merupakan suatu

gambaran tersendiri yang menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA masih

kurang efektif. Sedangkan penyebab rendahnya hasil belajar IPA, salah satunya

dalah dalam proses kegiatan belajar mengajar, pengajaran IPA disajikan dalam

bentuk yang kurang menarik dan terkesan sulit, sehingga siswa lebih dahulu

merasa jenuh sebelum mempelajarinya.

Materi-materi IPA yang cukup luas membuat siswa merasa kesulitan

dalam memahami materi. Selain itu, faktor malas membaca juga menambah

anggapan bahwa mata pelajaran IPA itu sulit. Faktor guru juga mempengaruhi

ISBN: 978-602-50622-0-9 47

Page 58: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kelancaran pembelajaran IPA yang dilaksanakan. Penerapan metode ceramah

yang dominan didukung dengan ketiadaan media pembelajaran akan menambah

masalah pembelajaran IPA.

Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah

yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah

dicapai.

Menurut Djamarah dan Zein (2012:119) mengatakan bahwa : “Sehubungan

dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar itu dibagi atas beberapa

tingkatan atau taraf. Tingkat keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : 1)

Istimewa / maksimal : Apabilaseluruh bahan pelajaran yang diajarkan itu dapat

dikuasai oleh siswa, 2) Baik sekali / optimal : Apabila sebagian besar (76% s.d

99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, 3) Baik /

minimal: Apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya pelajaran yang diajarkan

hanya 60% s.d 75% saja dikuasai oleh siswa, dan 4) Kurang : Apabila bahan

pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa”.

Penggunaan Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu media

pengajaran yang efisien dan menerapkan alat penyajian materi pelajaran agar

siswa tidak jenuh atau membosankan. Dalam penggunaan lembar aktifitas siswa

ini siswa dituntut keterlibatan aktifitasnya dalam proses belajar mengajar. Dalam

bidang pendidikan, lembar kerja siswa dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu

untuk media pengajaran disekolah. Dengan adanya media pengajaran Lembar

Kerja Siswa (LKS), diharapkan siswa dapat termotivasi dalam proses belajar

sehingga dapat memahami atau menguasai materi dengan cepat dan mudah. Selain

itu dengan adanya lembar aktifitas siswa dapat mengembangkan kreatifitas siswa.

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang disajikan di atas, maka

perlu dilakukan perbaikan dalam penggunaan model pembelajaran yang

diterapkan pada mata pelajaran IPA. Salah satu model pembelajaran kooperatif

yang dipilih yaitu model pembelajaran kooperatif tipe word square guna

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran di kelas. Pembelajaran

kooperatif ini dapat membuat siswa terlibat secara langsungdalam kegiatan belajar

yang diharapkan dapat membuat siswa mampu menghubungkan pengetahuan

yang dalam konteks situasi dunia nyata. Dalam model pembelajaran word square

diharapkan siswa mampu menjawab pertanyaan dengan teliti dan jeli dalam

mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Jadi selain belajar dari guru

dan dari model pembelajaran ini siswa juga harus menumbuhkan kemampuan

kerja sama, berpikir kritis, teliti dan bertanggungjawab untuk membelajarkan

mereka sendiri.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

ISBN: 978-602-50622-0-9 48

Page 59: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

menjelaskan mengenai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa dalam proses pembelajaran.

Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelas V SD N 101765 Bandar Setia TahunAjaran

2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, pada semester Genap.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD N 101765 Bandar Setia yang

berjumlah 33 orang siswa. Dengan Jumlah siswa perempuan 13 orang dan siswa

laki– laki 20 orang. Objek penelitian adalah upaya yang dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Word Square.

Variabel Peneitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Hasil belajar IPA Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara positif serta

kemampuanyang dimiliki siswa dari suatu interaksi tindak belajar dan mengajar

yang berupa hasil belajar intelektual, strategi kognitif, sikap dan nilai, inovasi

verbal, dan hasil belajar motorik. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya

peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan

sebelumnya, dalam penelitian ini berupa pengetahuan belajar IPA.

b. Model Pembelajaran Word Square

WordSquare merupakan model pembelajaran kooperatif yang menggunakan

kotak-kotak berupa teka-teki silang sebagai alat dalam menyampaikan materi ajar

dalam proses belajar mengajar. Jadi, membuat kotak adalah media utama dalam

menyampaikan materi ajar. Modelpembelajaran ini merupakan model

pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas belajar.

Desain Penelitian

Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan

dalam dua siklus dan setiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan atau tatap muka.

Informasi yang diperoleh dari siklus yang terdahulu sangat menentukan siklus

berikutnya.

Menurut Arikunto (2012:16), secara garis besar terdapat empat tahapan

yang dilalui dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, yaitu:perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.Adapun desain penelitiannya adalah

sebagai berikut :

ISBN: 978-602-50622-0-9 49

Page 60: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SIKLUS I

Permasalahan Alternatif Pemecahan Pelaksanaan tindakan I

(Rencana tindakan I

Terselesaikan Refleksi I Analisis data I Observasi I

SIKLUS II

Belum Alternatif Pemecahan Pelaksanaan tindakan Terselesaikan (Rencana tindakan II) II

Terselesaikan Refleksi II Analisis data II Observasi II

Belum Terselesaikan Siklus Selanjutnya

Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

(Arikunto, 2012:16)

Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah soal tes dan

observasi. Soal tes terdiri dari 20 soal dan 4 item pilihan. Lembar format observasi

terdiri dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan lembar observasi aktivitas

mengajar guru. Pengumpulan data dengan observasi dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung dibantu oleh guru kelas V di sekolah tersebut. Adapun

perannya adalah mengamati aktivitas pembelajaran yang berpedoman pada lembar

observasi yang telah disiapkan. Observasi dimaksudkan untuk mengetahui

bagaimana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan sesuai dengan

yang diharapkan.

Adapun indikator-indikator pada observasi kegiatan siswa tersebut ada 7

dan memiliki 4 deskriptor yaitu : 1) mendengarkan dan memperhatikan penjelasan

guru. 2) keaktifan dalam bertanya, mengemukakan ide dan memberikan

pendapat/tanggapan. 3) keterlibatan siswa dalam pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran koperatif word square dalam menerima pelajaran.4)

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah tentang materi pelajaran.5)

kemampuan siswa dalam berdiskusi tenatng materi pelajaran. 6) kemampuan

siswa dalam menampilkan hasil diskusi kelompok ke dalam kelas. 7) interaksi

antara kelompok pada saat pembelajaran berlangsung.

Teknik Analisis Data

Analisis dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari tingkatan

yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Tingkat keberhasilan yang dicapai

dilihat dari perubahan siswa dalam menerima pelajaran yang disampaikan. Dalam

penelitian ini peneliti membuat soal tes dan lembar observasi untuk siswa dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 50

Page 61: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

guru. Hasil test setiap soal dijawab benar bernilai 5 sehingga jika siswa menjawab

benar 20 soal nilai maksimum siswa bernilai 100.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Kemampuan Tes Awal Siswa

Langkah awal sebelum melakukan tindakan penelitian dengan model

pembelajaran Word Square adalah dengan melakukan observasi terhadap siswa.

Observasi yang dilakukan untuk mengetahui masalah yang dialami oleh siswa

dalam pelajaran IPA materi gaya. Langkah awal yang dilakukan adalah memberi

tes awal yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam

pembelajaran IPA materi pokok gaya.

Gambar SiswaMenjawab Soal Tes Awal

Tabel Hasil Tes Awal Kemampuan Siswa

Hasil Tes Awal Keterangan

Nilai Terendah 33,33

Nilai Tertinggi 91,67

Rata-Rata Nilai 56,24

Siswa Yang Tuntas 13 orang = 39,40 %

Siswa Yang Belum Tuntas 20 orang = 60,60 %

Tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu Pada Tes Awal

No.

Kriteria

Frekuensi

Persentase

Ketuntasan

Individu

1. ˂ 65 20 60,60% Tidak Tuntas

2. ≥ 65 13 39,40% Tuntas

Jumlah 33 100%

Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar

secara individu pada hasil tes awalyaitusebanyak 13 siswa (39,40%) dinyatakan

ISBN: 978-602-50622-0-9 51

Page 62: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

tuntas. Dan sebanyak 20 siswa (60,60%) dinyatakan tidak tuntas. Hal ini

membuktikan bahwa tidak semua siswa kelas V tuntas secara individu.

Untuk mengetahui tingkat ketuntasan individu pada post test siklus I dapat

dikemukakan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Pada Post Test Siklus I

No. Kriteria Frekuensi Persentase Ketuntasan

Individu

1. ˂ 65 16 48,5 Tidak Tuntas

2. ≥ 65 17 51,5 Tuntas

Jumlah 33 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar

siswa secara individu pada hasil post test siklus I yaitu sebanyak 17 siswa

(51,50%) dinyatakan tuntas. Dan sebanyak 16 siswa (48,5%) dinyatakan tidak

tuntas. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua siswa kelas V tuntas secara

individu pada post test siklus I.

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Tahap perencanaan disusun untuk mengatasi masalah yang timbul dalam pembelajaran

IPA materi pokok gaya. Masalah tersebut yaitu rendahnya hasil belajar siswa secara

individu maupun klasikal yang diperoleh pada tahap tes awal. Untuk mengatasi

permasalahan tersebut, maka peneliti dibantu oleh wali kelas V dan teman sejawat

sebagai observer. Pada tahap perencanaan ini, peneliti mempersiapkan semua perangkat

yang diperlukan pada saat pelaksanaan tindakan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan siklus I

yaitu : Menyusun dan mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

untuk setiap pertemuan dan membuat skenario pembelajaran IPA dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Word Square.

Menyiapkan materi tentang gaya yang akan dibahas siswa pada proses pembelajaran yang meliputi pengertian gaya, gaya gerak, gaya magnet, gaya gravitasi dan gaya gesekan.Menyiapkan materi dan gambar media pembelajaran.

Menyiapkan format lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Memberitahukan kepada guru (observer) mengenai cara pengisian lembar observasi aktivitas belajar siswa.

Membuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS 1) Word Square.

Berdasarkan tabel 4. di atas,dapat diketahui bahwa dari keseluruhan siswa kelas

V yang berjumlah 33 orang. Hanya 17 orang (51,5%) siswa yang tuntas pada post test

siklus I. dan sebanyak 16 orang (48,5%) tidak tuntas pada post testsiklus I. Jika

dibandingkan dengan hasil tes awal sebelumnya, terdapat peningkatan hasil belajar hanya

sebesar %. Hasil tersebut masih jauh dibawah ketuntasan belajar klasikal yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 52

Page 63: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

diharapkan, yaitu sebesar 51,50%. hal ini membuktikan bahwa hasil belajar siswa kelas V

secara klasikal pada post test siklus I, dinyatakan tidak tuntas karena belum mencapai

51,50% tingkat ketuntasan klasikal. Hasil ketuntasan belajar klasikal pada post test siklus

I dapat dilihat pada diagram berikut ini :

Persentase Ketuntasan Siklus I

51,5

52

51

50

49

48

47

48,5

Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas

Tidak Tuntas

Grafik Ketuntasan Siklus I

Berdasarkan grafik diatas, jelaslah bahwa siswa kelas V SD sebanyak 16

orang atau 48,5% mengalami ketidaktuntasan dalam belajar.

Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Pada Siklus II

1. Perencanaan

Berdasarkan data yang telah dipaparkan sebelumnya, diketahui bahwa

persentase hasil belajar klasikal pada tes awal atau pra siklus sebesar 23,33%.

Setelah diberi tindakan pada siklus I, persentase hasil belajar klasikal sebesar

56,67%. Data ini belum mencapai ketuntasan belajar klasikal yang diharapkan,

yaitu sebesar 80.00%. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan pelaksanaan

tindakan pasa siklus II.

Tahap perencanaan tindakan pada siklus II, peneliti menyusun rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai dengan aspek yang harus diperbaiki pada

lembar observasi siklus I. RPP yang disusun yaitu rancangan pembelajaran pada

pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran Word Square pada

materi pokok gaya. Dalam rancangan pembelajaran yang harus diperbaiki adalah

kegiatan pembelajaran, rancangan media, dan sistematika bahan yang akan

diajarkan.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan

pembelajaran siklus II yaitu menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

membuat lembar observasi tentang kegiatan guru dan siswa, mengembangkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 53

Page 64: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Word Square,

menyusun media pembelajaran yang berentuk gaya, menyiapkan lembar soal

siswa sesuai jumlah siswa di kelas pada pelajaran IPA materi pokokgaya,

menyiapkan media pembelajaran IPA materi gaya dan menyusun test akhir

belajar.

2. Tindakan

Pada tindakan pelaksanaan tindakan siklus II, wali kelas V untuk menjadi

observer peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran siklus II. Peneliti juga meminta

bantuan teman sejawat untuk menjadi observer siswa ketika pelaksanaan tindakan

berlangsung. Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada pembelajaran IPA materi

pokok gaya dengan menggunakan model pembelajaran Word Square. Pada

pelaksanaan tindakan ini, dilakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II

dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan berlangsung

dua jam pembelajaran atau 2 x 35 menit.

Apesepsi yang dilakukan tentang pembelajaran IPA materi gaya. Pada

kegiatan apersepsi, guru mengambil sampel dari beberapa siswa tentang gaya

untuk disebutkan nama dan asalnya, kemudian mengajukan pertanyaan tentang

apa yang diketahui dari gaya tersebut.

Apersepsi yang dilakukan peneliti yaitu mengawalinya dengan

mengajukan beberapa pertanyaan tentang apa saja gaya yang mereka ketahui dan

menyebutkan nama tempat dan asalnya.

Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan modelWord Square

dilakukan secara berpasangan. Hal ini bertujuan agar indikator pembelajaran

dapat tercapai lebih mudah. Siswa kelas V berjumlah 33 orang yang terbentuk

menjadi 16 pasang (siswa yang duduk satu meja).

Peneliti mencoba memberi pertanyaan yang sesuai dengan kotak jawaban.

Peneliti juga membimbing siswa yang melakukan kegiatan Word Square. Setelah

siswa selesai mengisi jawaban pada kotak jawaban Word Square, peneliti bersama

dengan siswa membahas jawaban yang benar. Kemudian peneliti bersama siswa

menyimpulkan pelajaran IPA materi pokok gaya.

Pada pertemuan kedua, tindakan yang dilakukan sama seperti siklus I. di

akhir pertemuan dilakukan Post Test untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam

memahami pelajaran yang sudah disampaikan. Pada post test siklus II juga

bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar setelah dilakukan tindakan.

Post test siklus II berbentuk pilihan berganda yang berjumlah 20 soal. Post test

tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi

tindakan perbaikan dengan menggunakan model pembelajaran Word Square pada

pelajaran IPA materi pokok gaya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 54

Page 65: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hasil pengelompokkan perolehan post test siklus II dapat dilihat pada tabel 5. sebagai

berikut :

Tabel Persentase Skor Hasil Belajar Siswa Pada Post Test Siklus II

No. Jumlah

Nilai Akhir Persentase Ket Siswa

1. 1 100 96,97% Tuntas

2. 3 90 96,7% Tuntas

3. 6 85 96,97% Tuntas

4. 9 80 96,97% Tuntas

5. 7 75 96,97% Tuntas

6. 6 70 96,97% Tuntas

Jumlah 33 96,97%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dalam post test siklus

II, terdapat 1 siswa (96,97%) memperoleh nilai sangat tinggi 100. Sebanyak 3

siswa (96,97%) memperoleh nilai tinggi 90 dan sebanyak 6 siswa (96,97%)

memperoleh nilai sangat tinggi 85, sebanyak 9 siswa (96,97%) memperoleh

sangat tinggi 80, sebanyak 7 siswa (96,97%) memperoleh sangat tinggi 7,

sebanyak 6 siswa (96,97%) memperoleh sangat tinggi 70, nilai sedang atau cukup.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa seluruh siswa kelas V SD

tuntas secara keseluruhan.

Tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Secara Individu

Pada Post Test Siklus II

No. Kriteria Frekuensi Persentase Ketuntasan

Individu

1. ˂65 1 3,03% Tidak Tuntas

2. ≥ 65 32 96,97% Tuntas

Jumlah 33 96,97%

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa ketuntasan belajar

siswa secara individu pada hasil post test yaitu sebanyak 32 siswa (96,97%)

dinyatakan tuntas. Hal ini membuktikan bahwa semua siswa kelas V tuntas secara

individu pada post test siklus II.

Hasil ketuntasan belajar klasikal pada post test siklus II dapat dilihat pada

diagram berikut ini :

ISBN: 978-602-50622-0-9 55

Page 66: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Persentase Ketuntasan

96,97

100

50

0

3,03

Tuntas Tidak Tuntas

Tuntas

Tidak Tuntas

Grafik Persentase Ketuntasan Siklus II

Tabel Perbandingan Hasil Belajar Siswa Sebelum Dan Sesudah Siklus

No. Pencapaian Hasil Sebelum Siklus

Belajar

Siklus

I II

1. Nilai Rata-Rata 56,2369 59,70 78,95

2. Jumlah Siswa 13 17 32

3. Persentase Ketuntasan 33,33% 51,50% 96,97%

Berikut ini data perbandingan hasil tes awal dan post test setiap siklus

disajikan dalam bentuk diagram.

Diagram perbandingan hasil belajar siswa

96,97

100

78,95

80

59,7

56,24 51,5

Rata-Rata 60

33,33

32

Jumlah Siswa 40

13

17

Persentase Ketuntasan

20

0

Test Awal

Post Test I

Post Test II

Gambar Tes Awal, Pos Tes 1, dan Post Tes II

Dengan demikian pembelajaran IPA khususnya materi pokok menghargai

peninggalan sejarah dengan menggunakan model pembelajaran Word Square

dengan melibatkan seluruh siswa dalam pembelajaran dan menggunakan media

pendukung jalannya proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Belajar jika hanya mendengarkan materi semata dan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe word square sangat membosankan siswa dalam

belajar terutama pada mata pelajaran IPA. Tidak hanya itu, dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe word square siswa pun lebih aktif dan kreatif

ISBN: 978-602-50622-0-9 56

Page 67: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

sehingga memperoleh pengalaman belajar langsung pada saat proses

pembelajaran dan siswa dapat mengingat lama materi pelajaran tersebut.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang dilakukan menunjukkan

terjadinya peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Pada siklus I,

rata-rata nilai IPA 59,70 dan persentase ketuntasan klasikalhasil belajar siswa

sebesar 51,50% dan pada siklus II meningkat rata-rata 78,95 dan persentase

ketuntasan kelasikalnya menjadi 96,97 % berada pada kategori tinggi.

Berdasarkan hasil tersebut, terjadi peningkatan sebesar 96,97 % dari siklus I ke

siklus II.

Peningkatan persentase rata-ratahasil belajar pada siklus I hingga siklus II

terjadi karena beberapa hal. Pertama, pembelajaran menggunakan model

pembelajaran word square dapat mengubah pembelajaran menjadi berpusat pada

siswa. Siswa menjadi lebih aktif, cermat teliti, dan bersikap kritis dalam kegiatan

pembelajaran. Jika siswa aktif belajar dan saling bertukar ide maka mereka belajar

secara bermakna sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat Swapranata (2016) yang menyatakan terjadi

peningkatan hasil belajar IPA siswa dari siklus I sampai siklus II. Persentase hasil

belajar IPA siswa pada siklus I adalah 75,3% (kategori sedang) dan meningkat

menjadi 89,2% (kategori tinggi) pada siklus II. Jadi, penerapan model

pembelajaran word square dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V

semester Genap di SD Negeri 101765 Bandar Setia.

Selanjutnya, Siddiq, dkk (2008) menyatakan bahwa belajar akan lebih

bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang dipelajari, bukan mengetahui

saja. Sejalan dengan pendapat tersebut, Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar

yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang

mengesankan.

Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses

pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan

penemuannya sendiri, yang nantinya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

Kedua, dalam proses pembelajaran Word Square, guru menggunakan

peraga dan media gambar untuk menarik minat/perhatian siswa untuk belajar dan

sebagai alat bantu mengajar agar siswa lebih mudah memahami materi yang

disampaikan oleh guru. Media pembelajaran dapat meningkatkan minat dan

memotivasi siswa, sehingga siswa akan lebih bersemangat dan aktif untuk

mengikuti proses pembelajaran. Media yang digunakan juga dapat membantu

siswa menyerap materi yang dipelajari. Dengan kegiatan siswa melihat,

menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pembelajaran,

pemahaman siswa terhadap materi menjadi lebih baik dan hal ini akan berdampak

positif terhadap hasil belajar IPA siswa.Ketiga, selama proses pembelajaran IPA

dengan model Word Squareberlangsung dari awal sampai akhir pembelajaran,

guru memberikan Reward kepada siswa berupa tepuk tangan, pujian, senyuman,

dan acungan jempol secara berkelompok maupun individu atas keberhasilan yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 57

Page 68: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mereka capai. Selain itu, reward dapat juga digunakan untuk memotivasi siswa

untuk selalu aktif menjawab, bertanya, menyampaikan pendapat, dan siswa tidak

merasa malumalu dalam menyampaikan hasil diskusinya, sehingga dapat

meningkatkan keaktifan belajar siswa.

Motivasi dari dalam diri siswa merupakan hal yang sangat penting untuk

dimiliki oleh masing-masing siswa. Pemberian reward mempunyai pengaruh yang

penting terhadap hasil belajar siswa. Siswa cenderung lebih bersemangat dan

tekun belajar apabila usaha yang dilakukan nanti diberi suatu penghargaan. Siswa

akan termotivasi untuk meningkatkan usaha dalam kegiatan belajar sehingga

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Slameto (2003) yang menyatakan

bahwa reward atau penghargaan yang diberikan dengan tepat dapat

mengakibatkan siswa mempunyai sikap yang positif dan meningkatkan motivasi

siswa. Siswa menjadi terdorong untuk melakukan usaha dalam mencapai tujuan

belajar yang diinginkan. Pemberian reward dapat dimanfaatkan untuk memotivasi

belajar siswa, yang berorientasi pada keberhasilan belajar siswa. Hal tersebut

sejalan juga dinyatakan oleh Uno (2008) yang menyatakan bahwasemakin tinggi

motivasi siswa dalam belajar, maka hasil belajar siswa juga akansemakin tinggi.

Dari penelitian yang dilakukan diketahui bahwa pembelajaran IPAyang

dilakukan guru selama ini kurang menarik dan siswa kurang terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran. Guru yang mengajar hanya menggunakan metode

ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas saja. Sehingga siswa kurang aktif

dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan tindakan kelas yang peneliti lakukan di

kelas sedikit banyaknya telah membawa perubahan berarti bagi proses belajar

mengajar IPA di kelas.

Apalagi dengan menggunakan ModelKooperatif Tipe Word Square

peneliti lebih memahami karakterisitik siswa yang heterogen. Baik dari sikap

siswa, keterampilan siswa, serta keaktifan siswa di kelas. Pelaksanaan tindakan ini

memberikan andil yang cukup besar untuk memperbaiki proses belajar mengajar

di kelas. Siswa lebih antusias dan kelas menjadi lebih dinamis.

Sehingga hasil dalam penelitian ini relevan dengan kajian teori dan

kerangka berpikir yang menyatakan bahwa pengalaman belajar siswa harus dapat

mendorong siswa beraktivitas melakukan sesuatu guna mencapai tujuan atau hasil

belajar yang optimal dan memperoleh perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik.

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan dapat diambil kesimpulan bahwa :

Dari data yang diperoleh padaTest Hasil Belajarpada Siklus I, pada test

hasilbelajar I hanya 17 orang siswa yang tuntas secara individual dengan rata –rata kelas keseluruhan 59,70, tingkatketuntasanbelajarklasikal51,50 %.

ISBN: 978-602-50622-0-9 58

Page 69: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berdasarkan Tes Hasil Belajar I yang didapat, peneliti membuat rencana

tindakan yang baru dengan pembelajaran kooperatif tipe word square sebagai

perbaikan tindakan sebelumnya. Namun, agar dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, maka tindakan II dilakukan dengancara yang sama namun

sedikit dirubah. Padasiklus II siswadiberikan LKS, namun dikerjakan secara

berkelompok dan guru sebagai fasilisator dan memantau setiap pekerjaan

siswa. Hal ini agar siswa dapat berdiskusi dengan teman lainnya. Sehingga

dapat bertukar pikiran dan saling mengemukakan pendapat sehingga lebih

memudahkan siswa untuk memecahkan masalah yang ada pada LKS.Terlihat

pada siklus II, nilai rata - rata kelas pada tes hasil belajar II meningkat

menjadi 78,94 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal 96,97 %.

DAFTAR RUJUKAN

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Utama Widya.

Arikunto, Suharsimi, dkk., 2012. Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara,

Jakarta.

BSNP. 2006. Standar Isi untuk Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta :

Depdiknas

Damayanti, Puti, Yanti Herlianti, dan Sulistyani. IPA 5 B Alam Sekitar Kita SD

Kelas V. Jakarta : Yudhistira.

Depdiknas .2008. Permen No. 22, 23, 24 Tahun 2006 tentang Standar

Pendidikan. Jakarta : Depdiknas Republik Indonesia

Djamarah, Syaiful Bahri and Zain Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta

Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan : Penerbit Media Persada

Nasution, 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar, & Mengajar.

Jakarta : Bumi Aksara

Nurhidayah. 2012. Penggunaan Metode Word Square Dalam Pemerolehan

Kosakata Bahasa PerancisTersedia pada

http//repository.upi.edu/operator/upload/s_prs_0706015_chapter2.pdf.

(diakses tanggal 20 Januari 2014)

Panut, dkk. 2007. Dunia IPA Ilmu Pengetahuan Alam Kelas 5 SD. Semester

Kedua 5B. Jakarta : Yudhistira.

Rubiyanto, Rubino dan Saring Marsudi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas Ke SD

an dan Karya Tulis Ilmiah. Surakarta : Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Page 70: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

ISBN: 978-602-50622-0-9 59

Page 71: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Siddiq,M. Djauhar, dkk. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD Ditjen

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional (tidak diterbitkan).

Sisdiknas. 2003. Undang- Undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003

(UU RI No. 20 Th. 2003). Jakarta : Sinar Grafika

Subyabrata, Sumadi. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sudiani, Ni Luh, Nyoman Dantes, Nyoman Kusmariyatni. 2014. Pengaruh Model

Pembelajaran Word Square terhadap Hasil belajar IPA dengan

Kovariabel Kemampuan Berpikir Kritis.e-Journal MIMBAR PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD , Vol. 2 No. 1 Tahun

2014.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung :

Remaja Rosdakarya

Supartono. 2003. Model Pembelajaran Word Square

Suprijono, Agus. 2012. Cooperative Learnin g Teori & Aplikasi PAIKEM.

Surabaya: Pustaka Pelajar

Utami, Kiki. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran Word Square dalam

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pokok Bahasan Ekosistem di MTs

Negeri Karangampel Kabupaten Indramayu. Skripsi. Jurusan Tadris IPA

Biologi-Fakultas Tarbiyah IAIN Cirebon.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,

Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wardani, Sellvia Kusuma. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Word Square pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi dan

Penggunaannya untuk meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV di SDN

Srimulyo O5 Kecamatan Dampit. Skripsi, Jurusan Teknologi Pendidikan

FIP Universitas Malang.

ISBN: 978-602-50622-0-9 60

Page 72: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH METODE PAKEM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPS MATERI KERAJAAN-KERAJAAN HINDU DI

INDONESIA DENGAN MEMBUAT ALAT PERAGA WAYANG SEJARAH DI

KELAS V SDN 116874 BAKARAN BATU KABUPATEN LABUHANBATU

Defa9, Fauziah Desrini

10, Ifran Fredi Tarigan

11

Surel: [email protected]

Abstrak Metode perbaikan pembelajaran ini adalah dengan metode PAKEM, yang

berfokus pada siswa, guru tidak banyak berceramah di depan kelas. Tujuan

penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa dengan metode PAKEM

pada mata pelajaran IPS materi kerajaan- kerajaan Hindu di Indonesia,

siswa tidak lagi mendengar ceramah dari guru di depan kelas dalam

menerima pembelajaran tersebut. Melainkan siswa akan terjun langsung

seperti halnya salah satu karakteristik kurikulum 2013 yaitu pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Pada materi ini, siswa akan membuat alat

peraga murah, dari bahan- bahan sederhana yang disebut Wayang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Judulnya “

Pengaruh Metode PAKEM terhadap hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPS materi kerajaan- kerajaan Hindu di Indonesia dengan

membuat alat peraga wayang sejarah di kelas V SD No. 116874 Bakaran

Batu “.Populasi penelitian diambil semua siswa kelas V, teknik

pengumpulan data diperoleh dari hasil tes siswa. Tindakan dilakukan

sebanyak dua siklus. Teknik analisis data digunakan analisis persentase dari

perubahan hasil evaluasi belajar sebelum dan setelah dilakukan tes.

Kata kunci : PAKEM, Hasil Belajar, Alat Peraga Wayang Sejarah

PENDAHULUAN Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa memiliki arti bahwa kurikulum

harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya

setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting.

Dalam tujuan pendidikan nasional Pasal 3 UU N0. 20 Tahun 2003 bahwa

Berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab, yaitu memiliki sikap spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan.

9Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan

10Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan

11Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 61

Page 73: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dan dewasa ini Pendidikan di Indonesia telah merubah kurikulum yang

sebelumnya KTSP menjadi Kurikulum 13, yang merupakan kurikulum baru dan

masih melakukan revisi sebagai perbaikan pendidikan di Indonesia. Adapun

tujuan dari kurikulum 13 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dan salah satu

metode pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 13 yaitu metode PAKEM (

Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan ).

Salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah dasar adalah mata

pelajaran IPS. IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh

siswa karena biasanya guru terlalu banyak berceramah. Sehingga siswa tidak

tertarik dengan pembelajaran tersebut dimana pembelajaran berpusat pada guru.

Siswa hanya disuruh mendengar dan memahami apa yang mereka dengar.

Terkadang siswa mengantuk dan tidak fokus pada pembelajaran mereka.

Disini penulis tertarik untuk merubah cara belajar IPS dengan sesuatu

yang berbeda yaitu menggunakan metode PAKEM. Pada pelajaran IPS materi

Kerajaan- kerajaan Hindu di Indonesia, kali ini siswa tidak mendengarkan

ceramah dari guru. Melainkan mereka belajar tentang materi tersebut dengan

membuat sebuah alat peraga murah dan mempresentasikannya kedalam sebuah

cerita sejarah yang disebut “ Wayang Sejarah”.

Kurikulum

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggara kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum berakar pada budaya lokal dan bangsa memiliki arti bahwa kurikulum

harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya

setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting. Kurikulum juga harus

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam

mengembangkan nilai- nilai budaya setempat dan nasional menjadi nilai budaya

yang digunakan dalam kehidupan sehari- hari dan menjadi nilai yang

dikembangkan lebih lanjut untuk kehidupan masa depan. Hal ini sesuai dengan

Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,

produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

Pasal 1 UU No, 20/2003 tentang Sitem Pendidian Nasional menyatakan, “

Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secra aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 62

Page 74: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

b. Alat peraga

Pengertian Alat Peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa

digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep- konsep

pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata

dan jelas. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat

para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar mengajar.

Alat peraga merupakan suatu alat yang dipakai untuk membantu dalam

proses belajar mengajar yang berperan besar sebagai pendukung kegiatan belajar-

mengajar yang dilakukan oleh pengajar atau guru. Penggunaan alat peraga ini

mempunyai tujuan untuk memberikan wujud yang riil terhadap bahan yang

dibicarakan dalam materi pembelajaran. Alat peraga yang dipakai dalam proses

belajar- mengajar dalam garis besarnya memiliki manfaat menambahkan kegiatan

belajar para siswa, menghemat waktu belajar, memberikan alasan yang wajar

untuk belajar, sebab dapat membangkitkan minat perhatian dan aktivitas para

siswa.

PAKEM

Berikut pandangan dari para ahli mengenai kegiatan, siswa dan lingkungan

belajar active learning yang dipaparkan oleh Missouri Department of Elementary

and Secondary Education Missouri Department of Elementry and Secondary

Education sebagai berikut ini:

Silberman, M (1996) menggambarkan saat belajar aktif, para siswa

melakukan banyak kegiatan. Mereka menggunakan otak untuk

mempelajari ide-ide, memecahkan permasalahan, dan menerapkan apa

yang mereka belajar. belajar aktif adalah mempelajari dengan cepat,

menyenangkan, penuh semangat, dan keterlibatan secara pribadi untuk

mempelajari sesuatu dengan baik, harus mendengar, melihat, menjawab

pertanyaan, dan mendiskusikannya dengan orang lain. Semua itu

diperlukan oleh siswa untuk melakukan kegiatan – menggambarkannya

sendiri, mencontohkan, mencoba keterampilan, dan melaksanakan tugas

sesuai dengan pengetahuan yang telah mereka miliki.

Glasgow (1996) siswa aktif adalah siswa yang bekerja keras untuk

mengambil tanggung jawab lebih besar dalam proses belajarnya sendiri.

Mereka mengambil suatu peran yang lebih dinamis dalam memutuskan

apa dan bagaimana mereka harus mengetahui, apa yang harus mereka

lakukan, dan bagaimana mereka akan melakukan itu. Peran mereka

kemudian semakin luas untuk self-management, dan memotivasi diri untuk

menjadi suatu kekuatan lebih besar di yang dimiliki siswa.

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini untuk mengukur hasil belajar siswa adalah dengan

penilaian test. Dan dilakukan dalam 2 siklus untuk melaksanakan perbaikan

pembelajaran. Pada siklus 1, metode yang digunakan adalah metode ceramah atau

ISBN: 978-602-50622-0-9 63

Page 75: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

disebut metode klasikal. Sedangkan pada siklus 2, menggunakan metode

PAKEM. Subjek Penelitian adalah seluruh siswa Kelas 5 di SD Negeri NO.

116874 Bakaran Batu Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu yang

terdiri dari 32 orang siswa dari 12 orang Laki- laki dan 20 orang Perempuan.

Tingkat usia 11- 13 tahun.Penelitian ini dilakukan di Kelas Vc, SD Negeri NO.

116874 Bakaran Batu Kecamatan Rantau Selatan Kabupaten Labuhanbatu.Waktu

Penelitian dimulai dari Bulan Januari 2017 sampai dengan Maret 2017 yang

dilakukan pada semester genap.

Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui 2 siklus. Dalam setiap siklus

terdiri dari tahap yaitu:

Perencanaan Tindakan Observasi Refleksi

Instrumen data nilai siswa Teknik ini digunakan dengan mengumpulkan data- data nilai hasil belajar

siswa pada pelajaran IPS materi kerajaan – kerajaan di Indonesia Observasi

Teknik ini digunakan dengan observasi pada motivasi siswa dalam

belajar dengan membuat alat peraga murah yang dibuat oleh masing –

masing siswa. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mendapat informasi sejauh mana

ketertarikan siswa dan kemampuan siswa dalam menerima materi

pelajaran Test

Test dilakukan setiap akhir siklus yang difungsikan untuk mengukur

hasil belajar yang diperoleh siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada perbaikan pembelajaran ini dilakukan dengan 2 siklus penelitian

pembelajaran. Yaitu materi kerajaan- kerajaan Hindu di indonesia seperti kerajaan

kutai, tarumanegara, kediri, mataram dan singosari.

Siklus 1

Pada perbaikan pembelajaran siklus 1, guru menggunakn metode ceramah

dalam pembelajaran. Dimana setelah melakukan ceramah, siswa diminta untuk

mendengar, kemudian menympulkan apa yang mereka dengar dan mereka

pahami. Setelah itu, guru memberikan tes latihan soal yang berkaitan dengan

materi untuk melihat hasil belajar siswa pada siklus 1 dengan menggunakan

metode ceramah.

ISBN: 978-602-50622-0-9 64

Page 76: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari hasil tes tersebut pada siklus 1, mata pelajaran IPS materi kerajaan-

kerajaan Hindu di Indonesia, dengan batas KKM yaitu 65. Jumlah siswa dari 32

siswa yang tuntas hanya 16 siswa dengan persentase sebesar 43,75 % sedangkan

siswa yang tidak tuntas terdiri dari 18 orang siswa dengan persentasi 56,25%.

Untuk itu peneliti melakkan perbaikan pembelajaran siklus 2 untuk mendapatkan

nilai ketuntasan sesuai batas KKM yang diharapkan.

b. Siklus 2

Pada siklus 2, peneliti melakukan penelitian tentang perbaikan

pembelajaran mata pelajaran IPS materi kerajaan – kerajaan di Indonesia dengan

metode PAKEM. Siswa tidak lagi berceramah di depan kelas, melainkan siswa

dibagi dalam 5 kelompok kerajaan. Kemudian guru membagi suber belajar dengan

buku, sumber internet dll. Disini siswa membaca cerita sejarah, berdiskusi

kelompok dan membuat kesimpulan. Kemudian siswa perkelompok membuat alat

peraga murah dari bahan- bahan sederhana untuk membuat tokoh- tokoh karakter

wayang dalam cerita beserta dengan penunjang lainnya. Setelah selesai, siswa

perkelompok untuk mempresentasikan hasil cerita wayang sejarah tersebut di

depan kelas, sedangkan kelompok yang lain mendengar dan mencatat hal yang

penting dari sebuah cerita yang dimainkan seperti dalang dengan wayangnya.

Kelompok yang maju memainkan cerita kerajaan hindu dengan gaya bahasa

mereka yang membuat siswa- siswa lain tertarik dengan wayang sejarah tersebut,

sehingga suasana belajar terlihat menyenangkan.

Di akhir pembelajaran, seluruh siswa secara individu menuliskan kembali/

membuat kesimpulan dari masing- masing kerajaan yang telah mereka mainkan

dan mereka tonton peragaan wayang sejarah oleh teman - temannya. Guru dan

siswa bertanya jawab dan membuat kesimpulan. Dan untuk tes, guru memberikan

soal yang berhubungan dengan materi kerajaan- kerajaan hindu di Indonesia.

Pada penilaian akhir siklus ke 2, dari jumlah siswa 32 orang. Dan hasilnya

32 orang siswa tersebut telah memenuhi nilai KKM. Seluruh siswa mendapat nilai

tuntas pada materi kerajaan - kerajaan di Indonesia.Sehingga pada perbaikan

pembelajaran ini, hanya dilakukan dalam 2 siklus saja.

SIMPULAN Belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan tingkah laku

yang relatif permanen yang meliputi pengetahuan, nilai, sikap serta keterampilan

sebagai hasil pengalaman, latihan dan interaksi dengan lingkungannya.

Perkembangan pembelajran IPS dilaksanakan dua siklus perbaikan dengan

fokus perbaikan rendahnya hasil belajar siswa untuk memperbaiki pembelajaran

pada masalah tersebut adalah penggunaan model pembelajaran “Wayang Sejarah”

dapat memotivasi keinginan siswa untuk belajar, membuat siswa tidak bosan

dalam pembelajaran, Aktif, Kreatif dan Efektif.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas perbaikan pembelajaran pada

siklus I dapat diketahui adanya sedikit peningkatan tetapi masih belum

ISBN: 978-602-50622-0-9 65

Page 77: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

memuaskan karena tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran kurang

memuaskan, yaitu siswa yang aktif baru mencapai 16 dari 32 siswa atau 43,75%

sedangkan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 65 ada 18 atau 56,26 %. Pada

siklus II sudah tampak adanya peningkatan keaktipan siswa. Hal ini terlihat dari

hasil belajar siswa pada siklus II sudah banyak mengalami kemajuan, dimana

100% siswa mendapat nilai memenuhi KKM dengan rata – rata kelas 80,28% .

Dari penjelasan di atas sangat jelas betapa berpengaruhnya penerapan

model pembelajaran Wayang Sejarah karena dapat meningkatkan keaktipan dan

pemahaman siswa pada Pelajaran IPS materi Sejarah Kerajaan- kerajaan Hindu di

Indonesia di kelas Vc SD Negeri No. 116874 Bakaran Batu Kecamatan Rantau

Selatan Kabupaten Labuhanbatu.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto,s. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka

Cipta.

Deperteman Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdiknas.

Depdikbud, 1995. Kurikulum SD tahun 1994. Jakarta : Depdikbud.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. 2016. Materi Umum dan Materi

Pokok Sekolah dasar.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan

Menengah. 2016. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian Di Sekolah

Dasar.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Kurikulum 2013.

Muhibbin Syah, 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja

Rosda Karya. Ngalim Purwanto, 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Rochiati Wiriaatmadja, 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas Untuk

Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Suyadi. 2012. Buku Panduan guru profesional Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta : Penerbit Andi.

ISBN: 978-602-50622-0-9 66

Page 78: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PERANAN GURU MEMILIH MODEL-MODEL PEMBELAJARAN

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI

Rencus B. Sinabariba12

Surel: [email protected]

Abstrak Tujuan dari penelitian yaitu 1) Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi bagi siswa; Bagaimana hasil kemampuan menulis puisi siswa setelah guru

menerapkan model-model pembelajaran tersebut. Penelitian ini merupakan

penelitian deskriptif kualitatif, peneliti mengambil data dari sumber pustaka

dan sumber-sumber yang terkait. Kemampuan menulis puisi yang dimiliki

siswa saat ini masih belum maksimal. Hal ini dapat dikembangkan oleh guru

dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Adapun model-model

pembelajaran yang dapat diterapkan adalah sebagai berikut: Model

Partisipatory dengan Media Gambar, Copy The Master dengan Bantuan

VCD Berbasis Pendidikan Karakter, Quantum Teaching Tipe Tandur.

Ketiga model belajar tersebut sudah diterapkan di beberapa sekolah yang

telah diteliti oleh para peneliti sebelumnya dan dipublikasikan dalam jurnal.

Hasil yang didapatkan dari penelitian-penelitian tersebut sangat baik

sehingga layak menjadi bahan referensi dan pertimbangan bagi setiap guru-

guru di Indonesia sehingga dapat diterapkan di sekolah masing-masing.

Kata Kunci : Puisi, Partisipatory, Copy The Master, Quantum

Teaching

Abstrack The purpose of the research is 1) To know what kinds of learning models to

improve the ability to write poetry for students; (2) How is the result of

students' poetry writing ability after the teacher apply the learning models.

This research is descriptive qualitative research, researcher take data from

source of libraries and related sources. The ability to write poetry owned by

students is still not maximized. This can be developed by teachers by

applying appropriate learning models. The learning models that can be

applied are as follows: Participatory Model with Image Media, Copy The

Master with VCD-Based Character Education Assistance, Quantum

Teaching Type Tandur. The three learning models have been applied in

several schools that have been researched by previous researchers and

published in the journal. The results obtained from these studies are so good

that it deserves to be a reference and consideration for every teacher in

Indonesia so that it can be applied in each school.

Keywords : Poetry, Partisipatory, Copy The Master, Quantum Teaching

Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 67

Page 79: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang harus dimiliki

oleh setiap siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan baik. Kemampuan

menulis sangat penting dimiliki siswa karena kemampuan ini merupakan proses

mengeluarkan ide maupun gagasan dalam bentuk tulisan. Hal ini segayut dengan

pendapat (Gie, 2002:9) “Menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang

mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan

dimengerti oleh orang lain. Buah pikiran itu dapat berupa gagasan, pikiran,

pengalaman, ataupun imajinasi seseorang”. Keterampilan menulis merupakan

keterampian yang dapat diasah dengan berbagai latihan secara intensif. Dalam

pembelajaran di sekoah keterampilan menulis harus dikuasai oleh siswa, salah

satunya adalah keterampilan menulis puisi.

Keterampilan menulis puisi merupakan materi yang sudah diajarkan

kepada siswa baik ditingkat sekolah dasar maupun menengah. Kemampuan ini

sangat penting dikuasai oleh siswa karena memberikan banyak manfaat bagi

perkembangan siswa itu sendiri.

Proses kreatif menulis puisi memberikan hasil yang positif bagi para

siswa. Dengan menulis puisi, siswa dilatih untuk tidak meremehkan pengalaman-

pengalamannya. Segala sesuatu yang dilihat dan dialaminya selalu tidak luput dari

perhatiannya. Dia menjadikan semua yang dilihat, didengar, dan dirasa sebagai

sesuatu yang bermakna bagi manusia. Wujud perhatian dan usaha menjadikan

pengalaman-pengalaman itu sebagai sesuatu yang bermakna bagi manusia di

antaranya adalah menuangkan atau menuliskan apa yang dialaminya ke dalam

bentuk puisi (Jabrohim dkk, 2003: 31).

Pembelajaran menulis puisi merupakan pembelajaran menuangkan

ide/gagasan dalam bentuk kata-kata yang indah atau berupa ekspresi sastra.

Pembelajaran ini mengarahkan siswa untuk menuangkan imajinasinya dalam

bentuk puisi. Proses ini dapat berjalan dengan baik jika proses pembelajaran

terhadap materi ini dapat dikuasai oleh siswa dan guru dapat memberikan

pembelajaran yang baik.

Seorang guru sebelum masuk kelas untuk memberikan materi pembelajaran

haruslah ada persiapan. Guru harus mengetahui apa yang menjadi tujuan dari

materi yang diajarkannya. Untuk itu, guru juga harus mengetahui model-model

pembelajaran yang sesuai diterapkan saat akan mengajar, seperti dalam hal

mengajar keterampilan menulis puisi.

Model pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga

diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. model

pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode

pembelajaran. Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model

pembelajaran, dari yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit

karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 68

Page 80: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sebagai seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang

tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model pembelajaran, guru

harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-

sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajara dapat diterapkan

secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan

dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Hal ini senada dengan pendapat

Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu

mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas

yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar

mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi

media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru

menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan

pembelajaran yang kondusif.

Pendapat serupa dikemukakan oleh Colin Marsh (1996 : 10) yang

menyatakan bahwa guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi

peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas,

berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua

kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.

Semua model-model pembelajaran yang digunakan guru saat akan mengajar

akan memberikan hasil yang baik jika diterapkan dengan baik, khususnya model-

model belajar yang akan digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis

puisi. Guru harus mengetahui apa yang menjadi tujuan belajar dari pembelajaran

keterampilan menulis puisi, yaitu siswa harus dapat menulis puisi. Untuk itu guru

memiliki peranan yang sangat penting dalam memilih model-model belajar yang

sesuai untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi bagi siswa.

Berdasarkan uraian-uraian di atas penulis akan menguraikan Peranan Guru

Memilih Model-Model Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Puisi. Adapun rumusan-rumusan masalah yang akan diuraikan dalam

penelitian ini adalah (1) Apa saja model-model pembelajaran untuk meningkatkan

kemampuan menulis puisi; (2) Bagaimana kemampuan menulis puisi siswa

setelah menerapkan model-model pembelajaran tersebut.

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

Apa saja jenis-jenis model pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan

membaca siswa dan bagaimana hasil kemampuan membaca siswa setelah

menerapkan model-model tersebut. Penelitian ini diharapkan memberikan

manfaat bagi peneliti, guru, siswa, maupun bagi peneliti yang lain.

ISBN: 978-602-50622-0-9 69

Page 81: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PEMBAHASAN

1) Model-Model Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan

Siswa Dalam Menulis Puisi Proses belajar mengajar di dalam kelas akan lebih efektif dan bermakna jika

seorang guru yang akan mengajar terlebih dahulu mempersiapkan materi. Materi

yang akan disampaikan terhadap peserta didik haruslah dengan mudah dapat

dipahami siswa sehingga apa yang diharapkan dari peserta didik akan tercapai.

Selain persiapan materi yang mau diajarkan guru yang akan mengajar juga harus

mengetahui model pembelajaran yang sesuai untuk materi yang akan diajarkan

kepada siswa.

Penggunaan model pembelajaran yang efektif akan memudahkan guru

dalam mengajar. Kegiatan pembelajaran juga akan menyenangkan bagi guru

maupun peserta didik atau siswa. Model pembelajaran semuanya baik jika

digunakan secara tepat. Akan tetapi guru harus cermat daalm memilih model yang

sesuai terhadap materi yang akan diajarkan, khususnya materi pembelajaran

menulis puisi.

Pembelajaran menulis puisi berkaitan dengan kesusastraan. Pembelajaran ini

harus dapat melibatkan siswa agar dapat menuangkan imajinasi dengan kata-kata

yang indah, yaitu sebuah puisi. Siswa harus dapat menulis puisi dengan karakter

yang diharapkan oleh guru maupun siswa itu sendiri. Untuk itu, guru harus

menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa tersebut.

Berikut ini akan diuraikan beberapa model belajar untuk meningkatkan

kemampuan siswa daalm menulis puisi.

a) Model Quantum Teaching Tipe Tandur Model pembelajaran Quantum Teaching merupakan model yang

menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur

yang ada pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi

didalam kelas. (Miftahul a’la 2011). Dalam model pembelajaran quantum

teaching ada beberapa tipe atau teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran.

Peneliti mencoba menerapkan tipe TANDUR dalam penelitian ini. TANDUR

sendiri merupakan akronim dari Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan,

Ulangi dan Rayakan. (Miftahul a’la 2011).

Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan. Dalam hal ini guru memberikan

motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar, yaitu dengan melakukan

praktek secara langsung apa yang disampaikan oleh guru, diantaranya

dengan menyadarkan para siswa bahwa materi yang akan disampaikan

(keterampilan menulis puisi) merupakan materi yang benar-benar

bermanfaat bagi hidup mereka.

Alami

ISBN: 978-602-50622-0-9 70

Page 82: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti

semua peserta didik. Peserta didik mengalami sendiri apa yang dilakukan

dengan praktik langsung dalam menyelesaikan masalah.

Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.

Dengan melakukan praktik secara langsung maka peserta didik benar-

benar bisa mencari bagaimana cara menulis puisi dengan alat bantu

(media) peserta didik mendapatkan informasi (nama) yaitu dengan

pengalaman yang dialami sehingga membuat pengetahuan peserta didik

akan berarti.

Demonstrasikan

Guru memberikan peserta didik untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.

Peserta didik diberi peluang untuk menterjemahkan dan menerapkan

pengetahuan mereka dalam pelajaran, sehingga peserta didik bisa

menunjukkan dan menyampaikan kemampuan yang telah didapat,

dialami sendiri oleh peserta didik. Dengan mendemonstrasikan peserta

didik akan mendapatkan kesan yang sangat berharga sehingga terpatri

dalam hati.

Ulangi Tunjukkan peserta didik cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang materi

pembelajaran akan menguatkan koreksi saraf dan menumbuhkan rasa

tahu dari materi yang telah dialami peserta didik secara langsung,

sehingga peserta didik akan selalu teringat dari materi menulis puisi yang

telah dialaminya.

Rayakan Akhiri setiap proses pembelajaran dengan me-rayakan-nya. Prinsip dari

rayakan yaitu, “Jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan”. Penghargaan atas karya siswa dapat dilakukan dengan banyak cara,

misalnya dengan memilih puisi terbaik, memilih puisi terfavorit,

memberi pujian pada seluruh siswa yang ada di kelas itu yang telah

menulis puisi (misalnya dengan mengacungkan jempol dan mengucap

kata, “Sip! Hebat! Bagus! Cerdas! Pintar! Luar biasa.

Model Partisipatori Dengan Media Gambar Model partisipatori adalah model pembelajaran yang lebih menekankan

keterlibatan siswa secara penuh. Berbeda dengan metode jelajah alam sekitar yang

pembelajarannya harus dilakukan di luar kelas, metode partisipatori dilakukan di

dalam kelas dengan bantuan media gambar dan pengalaman. Siswa dianggap

sebagai penentu keberhasilan belajar. Dengan berpartisipasi aktif, siswa dapat

menemukan hasil belajar. Guru hanya bersifat sebagai pemandu atau fasilitator.

ISBN: 978-602-50622-0-9 71

Page 83: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Begitu juga bentuk partisipasi aktif siswa dalam menulis puisi keindahan alam

yaitu ketika siswa dapat menemukan sendiri hal-hal yang berkaitan dengan materi

menulis puisi dan mendiskusikannya bersama teman dalam kelompok serta

dipandu oleh guru.

Media gambar adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses

pengajaran atau pembelajaran yang berupa tiruan barang (orang, binatang,

tumbuhan) yang dibuat dalam coretan pensil pada kertas dan lukisan (KBBI

2008). Dengan demikian, media gambar dapat mengembangkan kemampuan

visual, mengembangkan imajinasi siswa sehingga membantu siswa menemukan

ide dan membantu mengungkapkannya ke dalam puisi serta dapat membangkitkan

motivasi dan minat siswa dalam pembelajaran. Selain itu, media gambar juga

berfungsi sebagai sarana penunjang dalam menciptakan sebuah puisi yang baik.

Proses pembelajaran dengan model ini menggunakan tiga tahapan saat

proses belajar yang dilakukan oleh guru di dalam kelas, yaitu tahap penginderaan,

tahap perenungan dan tahap memainkan kata-kata. Ketiga tahapan ini akan

dijelaskan sebagai berikut ini.

Para penyair sebelum menciptakan sebuah puisi terlebih dahulu

melakukan penginderaan terhadap alam sekitar. Hal ini dilakukan untuk

menemukan keindahan yang ada di alam sekitar penyair. Keindahan itulah yang

kemudian akan dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam puisi. Penginderaan

merupakan tahap yang paling menentukan dalam pembelajaran menulis puisi

dengan metode partisipatori. Dalam tahap ini siswa dituntut untuk menemukan

ide untuk puisinya. Setelah ide ditentukan, maka proses belajar akan berjalan

dengan lancar.

Tahap selanjutnya adalah tahap perenungan atau pengendapan. Perenungan

ini akan semakin mendalam jika disertai dengan daya intuisi yang tajam, karena

dengan daya intuisi akan mampu memunculkan sesuatu yang tidak mungkin

menjadi mungkin.

Tahap yang terakhir adalah tahap memainkan kata. Yang harus dilakukan terlebih

dahulu adalah mengumpulkan kata-kata yang berhubungan dengan tema yang

dipilih, kemudian perlu dilakukan penyeleksian makna kata yang memiliki nilai

rasa yang lebih tinggi. Kata-kata yang memiliki nilai rasa yang lebih tinggi itulah

yang digunakan dalam menulis puisi.

Model Copy The Master Dengan Bantuan Vcd Berbasis Pendidikan

Karakter Model copy the master merupakan metode meniru atau mencontoh master

atau model dari seorang ahli. Dalam pembelajaran menulis, siswa langsung

disajikan sebuah contoh tulisan yang paling baik (master) kemudian siswa meniru

bentuk tulisan tersebut (Marahimin, 2005:20).

ISBN: 978-602-50622-0-9 72

Page 84: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Model belajar ini dapat diterapkan disekolah menengah dasar maupun atas

dengan mengikuti tiga tahapan yang harus diikuti oleh guru di sekolah. Ketiga

tahapan tersebut harus dapat dilaksanakan guru dengan baik sehingga hasilnya

akan memberikan dampak yang baik pula. Adapun ketiga tahapan itu akan

dijelaskan satu-persatu, yakni sebagai berikut.

Tahap pertama proses pembelajaran diawali dengan mengkondisikan siswa

agar siap untuk mengikuti pembelajaran menulis puisi dengan menanyakan

keadaan siswa, mengadakan kegiatan apersepsi yang diawali dengan memberikan

ilustrasi tentang pembelajaran menulis puisi. Kemudian siswa diminta untuk

memperhatikan penjelasan yang disampaikan guru. Kegiatan berikutnya yaitu

menanyakan pengalaman siswa dalam menulis puisi, dan menyampaikan tujuan

serta manfaat pembelajaran menulis puisi. Hal ini dilakukan sebagai upaya

menumbuhkan minat belajar siswa agar siswa memiliki motivasi belajar terlebih

dahulu. Pada kegiatan tersebut siswa terlihat mulai antusias memperhatikan

penjelasan guru.

Tahap kedua disebut dengan eksplorasi, yaitu tahapan ini diawali dengan

tanya jawab mengenai pengetahuan dasar tentang puisi (pengertian, ciri- ciri, dan

unsur pembangun puisi) yang diketahui oleh siswa. Pada tahap elaborasi, siswa

berpasangan dengan teman sebangkunya. Kemudian guru membagikan puisi

master kepada tiap pasangan untuk dibaca dan dicermati penulisannya.

Selanjutnya guru memutarkan tayangan VCD berbasis pendidikan karakter, siswa

diminta untuk mencermati tayangan VCD dan kemudian menulis puisi melalui

metode copy the master dengan bantuan tayangan VCD berbasis pendidikan

karakter.

Tahap ketiga disebut dengan konfirmasi, yaitu siswa yang ditunjuk guru

maju ke depan untuk membacakan hasil puisinya, dan teman yang lain

memperhatikan. Kemudian siswa dan guru mendiskusikan hasil pekerjaan siswa.

Hasil tes tersebut dijadikan sebagai data dari hasil tulisan siswa. Beberapa siswa

mengutarakan kesulitan saat berimajinasi, karena kurang fokus terhadap tayangan

VCD yang diputarkan guru. Sebelum pembelajaran selesai, siswa yang menulis

puisi dengan baik akan diberikan penghargaan.

SIMPULAN

Berdasarkan data, analisis, dan pembahasan dalam penelitian ini yang telah

diuraikan pada bagian sebelumnya, penulis mengambil simpulan, yaitu (1) Bagi

setiap guru di Indonesia agar selalu melakukan persiapan sebelum mengajar, yaitu

mengetahui apa yang harus dilakukan di dalam kelas sehingga setiap siswa senang

untuk belajar; (2) Guru dapat menerapkan Model Quantum Teaching Tipe Tandur,

Model Partisipatori dengan Media Gambar, Dan Model Copy The Master dengan

Bantuan VCD Berbasis Pendidikan Karakter untuk meningkatkan kemampuan

siswa daalm menulis puisi; (3) Ketiga model yang sudah diuraikan di

ISBN: 978-602-50622-0-9 73

Page 85: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

atas merupakan model-model pembelajaran yang sudah diterapkan di beberapa

sekolah di Indonesia dan hasilnya sangat baik, siswa mengalami kenaikan dalam

mhal penulisan puisi.

Selain model-model belajar yang sudah diuraikan di atas, guru dapat

memilih model-model belajar yang lain untuk meningkatkan kemampuan menulis

puisi bagi siswa. Untuk itu, guru harus terus berinovasi sehingga mengetahui apa

yang dibutuhkan oleh peserta didik. Semoga artikel ini memberikan manfaat bagi

peneliti, guru, siswa maupun peneliti lainnya.

Berdasarkan simpulan tersebut, peneliti merekomendasikan saran, yaitu (1)

pemerintah harus senantiasa memberikan pelatihan-pelatihan terhadap guru-guru

di Indonesia khususnya dalam hal memilih model-model belajar yang sesuai

diterapkan oleh guru di kelas; (2) sudah selayaknya guru-guru yang masuk ke

dalam kelas agar mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang

diperlukan agar proses belajar mengajar di kelas dapat berjalan dengan baik. (3)

siswa dan guru yang berprestasi agar mendapatkan perhatian yang khusus dari

pemerintah pusat maupun daerah sehingga akan memberikan motivasi yang baik

bagi siswa dan guru yang lainnya untuk berprestasi.

DAFTAR RUJUKAN

Ariani, Farida. 2004. Keterampilan Menulis dan Membaca. Jakarta: Pusat

Pengembangan Penataran Guru Bahasa.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo.

Umry, Shafwan Hadi. 2016. Telaah Puisi: Pembelajaran dan Penerapan, Medan:

CV Mitra

“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Keindahan Alam Menggunakan

Metode Partisipatori dengan Media Gambar” Jurnal Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia (JPBSI) (1), ISSN 2252-6722,

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi/ Anisa Nur Laeli dan

Wagiran. Diunduh pada Selasa, 03 September 2017 pukul 22.00 WIB.

“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Metode Copy The Master

dengan Bantuan VCD Berbasis Pendidikan Karakter” Jurnal Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia, JPBSI 3 (1),

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi/ Eva Kristian Andriani, Agus

Nuryatin dan Wagiran. Diunduh pada Selasa, 03 September 2017 pukul

23.00 WIB.

“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Melalui Model Pembelajaran Quantum

Teaching Tipe Tandur” Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

JPBSI 2 (1), http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jpbsi/ Muhammad

Zulfa Majid. Diunduh pada Selasa, 03 September 2017 pukul 23.40 WIB.

ISBN: 978-602-50622-0-9 74

Page 86: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERPIKIR INDUKTIF

TERHADAP HASIL BELAJAR

Tiara Mahdalena Arwira13

Asiah Ramadhani2 dan Fauziah Nasution

3

Surel: [email protected]

Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

berpikir induktif dan model konvensional terhadap hasil belajar siswa pada

materi optika geometris kelas X di SMA Swasta Cerdas Murni Tembung.

Jenis penelitian adalah quasi eksperiment dengan desain two group pretest

posttest. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa-siswi kelas X yang

terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster

random sampling. Sampel yang dipilih adalah kelas X-2 sebagai kelas

eksperimen dengan model pembelajaran berpikir induktif yang berjumlah 30

orang dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran

konvensional yang berjumlah 30 orang. Instrumen yang digunakan dalam

penelitian adalah tes pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan 5 pilihan jawaban yang telah divalidkan oleh validator, observasi aktivitas belajar,

sikap dan keterampilan siswa berupa lembar penilaian yang digunakan oleh

observer. Statistik yang digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian

adalah uji t. Hasil uji t satu pihak diperoleh thitung > ttabel yaitu (5,008 > 1,59),

artinya ada pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar siswa pada materi

optika geometris kelas X di SMA Swasta Cerdas Murni Tembung. Rata-rata

nilai keseluruhan aktivitas siswa kelas eksperimen adalah 77,34 termasuk

dalam kriteria aktif.

Kata Kunci: quasi eksperiment, berpikir induktif, hasil belajar

PENDAHULUAN

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) menyatakan bahwa nilai

rata-rata UN 2016 tingkat SMA/MA negeri dan swasta mengalami penurunan dari

61,29 (2014/2015) menjadi 54,78 (2015/2016). Dengan demikian, terjadi

penurunan 6,51 angka jika dibandingkan nilai rata-rata UN tahun sebelumnya. Hal

ini menunjukkan taraf pendidikan SMA/MA di Indonesia masih rendah dengan

menurunnya hasil belajar siswa, terutama pada pelajaran fisika. Berdasarkan hasil

wawancara dengan guru bidang studi fisika di SMA Swasta Cerdas Murni

Tembung diperoleh data bahwa: (1) Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah

75 (2) siswa jarang melakukan eksperimen, (3) nilai rata-rata hasil ujian siswa 60

terlihat bahwa hasil belajar masih rendah. Berdasarkan hasil angket yang

disebarkan pada 30 siswa di kelas X SMA Swasta Cerdas Murni Tembung

diperoleh hasil bahwa 76,7% siswa menyatakan untuk mengumpulkan data dan

Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED

Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 75

Page 87: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

menyajikan data diperlukan mengumpulkan data tetapi 40% siswa tidak dapat

memberikan contohnya, dari 30% siswa menyatakan dapat menyajikan data dalam

wacana fisika tetapi 93,3% siswa menyatakan tidak dapat memberikan contohnya,

dari 30% siswa menyatakan untuk menguji dan menghitung data diperlukan

analisis tetapi 66,7% siswa menyatakan tidak mengetahui bagaimana cara

menganalisis, dari 53,5% siswa menyatakan mengetahui pengertian hipotesis

tetapi 86,7% siswa menyatakan tidak mengetahui contohnya dan 43,3% siswa

menyatakan tidak pernah melakukan hipotesis.

Berdasarkan uraian di atas masalah yang diperoleh adalah hasil belajar

siswa di bawah KKM, siswa jarang melakukan eksperimen, kemampuan

mengumpulkan data masih rendah, kemampuan menyajikan data masih rendah,

kemampuan menganalisis masih rendah dan kemampuan berhipotesis juga masih

rendah. Berhubungan dengan masalah tersebut maka dipilih model pembelajran

berpikir induktif. Karakteristik dari model pembelajaran berpikir induktif antara

lain yaitu mampu membangun konsep siswa dengan cara menggeneralisasi,

mengembangkan sikap positif terhadap objek, dan menekankan adanya partisipasi

siswa dalam melakukan observasi, pengamatan, dan siswa diberi kesempatan

secara maksimal untuk aktif dalam pembelajaran. Joyce (2009) menyatakan

bahwa model berpikir induktif dikembangkan untuk bagaimanapun, dalam hal

mengembangkan kapasitas berpikir, siswa perlu dituntut untuk mencerna dan

memproses berbagai informasi. Model pembelajaran berpikir induktif memiliki

empat tahap pembelajaran yaitu : (1) Mengidentifikasi dan menghitung data yang

relevan dengan topik atau masalah, (2) Mengelompokkan objek-objek ini menjadi

kategori-kategori yang anggotanya memiliki sifat umum, (3) Menafsirkan data

dan mengembangkan label untuk kategori-kategori tadi sehingga data tersebut

bisa dimanipulasi secara simbolis, dan (4) Mengubah kategori-kategori menjadi

keterampilan atau hipotesis-hipotesis.

Joyce (2009) penerapan utama dari model pembelajaran berpikir induktif

adalah mengembangkan kapasitas berpikir, bagaimanapun dalam hal

mengembangkan kapasitas berpikir, siswa perlu dituntut untuk mencerna dan

memproses berbagai informasi. Penerapan model pembelajaran berpikir induktif

ini sudah pernah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya seperti Putri (2014)

berpendapat bahwa dari hasil penelitian diketahui model pembelajaran berpikir

induktif berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa,

Listyaningrum, (2012) berpendapat bahwa dari hasil penelitian diketahui model

pembelajaran berpikir induktif dapat meningkatkan kualitas pembelajaran meliputi

: kemanfaatan fasilitas pembelajaran, performance guru, iklim kelas, sikap ilmiah,

dan motivasi berprestasi siswa dapat dilihat melalui hasil lembar

observasi, angket serta wawancara dengan guru dan siswa. Berorientasi pada

model pembelajaran berpikir induktif yang didukung oleh Putri,dkk dan

Listyaningrum,dkk peneliti akan melakukan pendataan kuantitas dari

ISBN: 978-602-50622-0-9 76

Page 88: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

peningkatan hasil belajar siswa dengan melakukan pembentukan konsep, diskusi,

melakukan percobaan, merumuskan hipotesis dan mempresentasikan hasil karya.

METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swasta Cerdas Murni Tembung.

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 di kelas X.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Swasta

Cerdas Murni Tembung yang berjumlah 3 kelas. Dengan menggunakan teknik

cluster random sampling, diperoleh sampel dari populasi sebanyak 2 kelas. Kelas

eksperimen adalah kelas X-2 yang diberi perlakuan menggunakan model

pembelajaran inductive thinking dan sebagai kelas kontrol adalah kelas X-3 yang

dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional. Penelitian ini melibatkan

dua kelas yang diberikan perlakuan yang berbeda, untuk mengetahui hasil belajar

siswa dilakukan dengan memberikan tes pada kedua kelas sebelum dan sesudah

diberi perlakuan. Rancangan penelitian quasi eksperimen ini dengan desain :

control group pretes – postes design. Adapun rancangan penelitian ini adalah

seperti ditunjukkan pada tabel

Kelas Pre- Perla- Pos-

tes kuan tes

Esperimen T X T

Kontrol T - T

Tabel Desain Penelitian Tipe Two Group (Pre-test dan Post-test)

Keterangan :

X=Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inductive thinking.

Y = Tidak ada perlakuan.

T = Pretes dan postes diberikan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar

siswa dalam bentuk pilihan berganda yang berjumlah 20 soal yang telah

divalidkan oleh validator. Dan instrumen lembar observasi aktivitas, sikap dan

keterampilan belajar siswa yang sesuai dengan pedoman buku KTSP 2006 yang

berisi daftar jenis kegiatan yang mungkin timbul dan akan diamati.

ISBN: 978-602-50622-0-9 77

Page 89: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Adapun hasil pretes dari kedua kelas sebelum diberi perlakuan pada kelas

eksperimen ditunjukkan pada Tabel

Kelas Kelas

No. Eksperimen Kontrol

Nilai F Nilai F

1. 9-15 3 9-15 5

2. 16-22 5 16-22 6

3. 23-29 6 23-29 6

4. 30-36 7 30-36 9

5. 37-43 5 37-43 2

6. 44-50 4 44-50 2 30,2 26,8

SD 10,71 9,87

Tabel Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Kemudian Data pretes dilakukan uji normalitas menggunakan uji Liliefors

dan uji homogenitas menggunakan uji varians. Ringkasan uji normalitas dan

homogenitas data pretes kelas eksperimen dan kontrol ditunjukkan pada Tabel.

Data Pretes

Data Kesim

Kesim Pretes pulan Kelas

pulan

Lhitung Lta Fhit Fta

bel

ung bel

Ekperimen 0,1546 0,1 Normal

1,8 Homo

1,2

61

6 gen Kontrol 0,1412 Normal

Tabel Ringkasan uji normalitas dan homogenitas

Kemudian dilakukan uji hipotesis dua pihak (uji-t dua pihak) yang

hasilnya disajikan dalam tabel.

Kelas thitun

ttabel Kesimpul

g an

Ekspe Kemampu

rimen

2,00

1,27 an Awal

2 Kontr Sama

ol

Tabel Uji Kemampuan Awal Siswa

ISBN: 978-602-50622-0-9 78

Page 90: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kedua sampel kelas diberi perlakuan berbeda, setelah itu kedua kelas

diberi postes. Adapun hasil postes dari kedua kelas dapat dilihat pada Tabel

Kelas Kelas

No Eksperimen Kontrol

Nilai f Nilai F

1 55-60 3 43-48 3

2 61-66 3 49-54 4

3 67-72 4 55-60 6

4 73-78 8 61-66 7

5 79-84 7 67-72 5

6 85-90 5 73-78 4

79-84 1

74,7

62,2

SD 9 10,15

Tabel Data Postes Hasil Belajar

Selanjutnya data postes juga dilakukan uji normalitas menggunakan uji

Liliefors dan uji homogenitas menggunakan uji varians. Ringkasan uji normalitas

dan homogenitas data postes kelas eksperimen dan kontrol ditunjukkan pada

Tabel .

Data Kes

Data Kesimpulan

Postes Postes

imp

Kelas

Lh

Fhi

Ft

Lta ula

itun

tun

ab

bel n

g

g

el

0, Nor

Ekperimen 11

mal

1,

09

0,1 1,2

8 Homo gen

61

7

0,

Nor

6

Kontrol 11

mal

82

Tabel Ringkasan hasil perhitungan uji normalitas dan homogenitas data

postes kelas eksperimen dan kontrol

Pengujian hipotesis dengan uji t pada postes yaitu membedakan rata-rata

hasil postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan tujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh model berpikir induktif terhadap hasil belajar

siswa pada materi pokok optika geometris. Hasil uji t postes dapat dilihat pada

tabel.

ISBN: 978-602-50622-0-9 79

Page 91: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kelas thitung ttabel Kesimp

ulan

Eksperimen Ha

5,008 1,59 diterima,

Kontrol Ada

pengaruh

Tabel Data Uji t Satu Pihak

Berdasarkan tabel diatas diperoleh thitung > ttabel dengan taraf signifikan

0,05 dan dk=58 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada

pengaruh model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar siswa pada

materi pokok optika geometris.

Pada saat pembelajaran berlangsung peneliti dan observer mengamati

perilaku siswa sesuai kebutuhan berdasarkan indikator pada lembar observasi

penilaian sikap siswa. Penilaian sikap siswa dapat dilihat pada tabel .

Pert Kelas eksperimen

emu

No Rata-

an

rata Kriteria

Ke- Sikap

1. I 69,17 Cukup

Baik

2. II 80 Baik

3. III 83,16 Baik

Rata-Rata 77,44 Baik

Tabel Hasil observasi sikap dan keterampilan siswa

Aktivitas belajar siswa diamati selama tiga kali pertemuan dan nilai

aktivitas belajar siswa diambil dari rata-rata aktivitas selama tiga kali pertemuan.

Untuk melihat lebih rinci data pretes, aktivitas dan data posttes dapat dilihat pada

Gambar .

ISBN: 978-602-50622-0-9 80

Page 92: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

8 7 6 5 4 3 2 1 0

RA

ST

RA

T

RSA

T

SRSA

T

SRA

T

RA

S

SRSA

S

SRA

S

RSA

R

SRA

R

Kriteria

Gambar . Diagram Batang Kategori Pencapaian Siswa Mulai Dari pretest, Aktivitas

Hingga Posttest

Keterangan : SRAR : Sangat Rendah, Aktif, Rendah

RSAR : Rendah, Sangat Aktif, Rendah

SRAS : Sangat Rendah, Aktif, Sedang

SRSAS: Sangat Rendah, Sangat Aktif, Sedang

RAS : Rendah, Aktif, Sedang

SRAT : Sangat Rendah, Aktif, Tinggi

SRSAT: Sangat Rendah, Sangat Aktif, Tinggi

RSAT: Rendah, Sangat Aktif, Tinggi

RAT : Rendah, Aktif, Tinggi

RAST :Rendah, Aktif, Sangat Tinggi

Berdasarkan gambar 1, terdapat 2 siswa (6,67%) memiliki kategori SRAR,

1 siswa (3,33%) memiliki kategori RSAR, 4 siswa (13,33%) memiliki kategori

SRAS, 2 siswa (6,67%) memiliki kategori SRSAS, 1 siswa (3,33%) memiliki

kategori RAS, 6 siswa (20%) memiliki kategori SRAT, 7 siswa (23,33%)

memiliki kategori SRSAT, 2 siswa (6,67%) memiliki kategori RSAT, 3 siswa

(10%) memiliki kategori RAT, 1 siswa memeiliki (3,33%) kategori RAST.

Berikut ini ditampilkan grafik nilai pretes, nilai aktivitas dan nilai posttest

siswa kelas eksperimen yang disusun berdasarkan kategori yang paling rendah

sampai yang paling tinggi.

ISBN: 978-602-50622-0-9 81

Page 93: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pre

tes

dan

Nila

i P

ost

es

Nila

i

100

90 y = 0,7764x + 62,632 70

60

50 Pretes 40

y = 0,5528x

30 Postes

20 + 21,598

10

0

7 7 , 7 8 7 7 , 7 8 7 9 , 6 3 7 2 , 2 2 7 0 , 3 7 7 0 , 3 7 7 5 , 9 2 7 9 , 6 3 7 9 , 6 3 7 2 , 2 2 7 4 , 0 7 7 5 , 9 3 7 0 , 3 7 7 4 , 0 7 7 5 , 9 2 7 7 , 7 8 8 5 , 1 8 8 1 , 4 8 8 1 , 4 8 7 9 , 6 3 8 3 , 3 3 8 5 , 1 8 8 1 , 4 8 8 1 , 4 8 8 1 , 4 8 7 5 , 9 3 7 5 , 9 2 7 4 , 0 7 7 5 , 9 3 7 9 , 6 3

SRARRSAR SRAS SRSASRAS SRATSRSAT RSAT RATRASAST Urutan Kategori Pretes, Aktivitas dan Postes dari yang Terendah sampai Te

Grafik Hubungan Antara Nilai Pretes, Nilai Aktivitas dan Nilai Postest

Pada Kelas Eksperimen Berdasarkan Kategori Aktivitas

Pada Grafik diatas diperoleh dengan menggunakan program Microsoft

Office Excel 2010. Persamaan linier y = ax + b memiliki nilai a yang menyatakan

kemiringan garis. Jika dilihat dari grafik, nilai a pada ypost = 0,7764x + 62,632

lebih besar dibandingkan dengan nilai a pada ypre = 0,5528x + 21,598. Nilai a

pada persamaan linier pretes (apre) menjadi acuan kriteria dalam menentukan

berpengaruh atau tidaknya nilai aktivitas.

Adapun kriterianya adalah sebagai berikut :

apost > apre : nilai aktivitas mempengaruhi hasil belajar (nilai postes)

apost < apre : nilai aktivitas tidak mempengaruhi hasil belajar (nilai postes) Pada

grafik diatas menunjukkan apost > apre meskipun perbedaan nilai apost

dan apre sangat kecil, yang berarti nilai aktivitas mempengaruhi hasil belajar (nilai

postes).

Berikut ini ditampilkan grafik hubungan antara nilai pretes, nilai aktivitas

dan nilai postes siswa pada kelas eksperimen yang disusun berdasarkan nilai

aktivitas terendah ke nilai aktivitas tertinggi.

Po

ste

s

100

50

0

y = 0,178x + 71,908

Pretes

Postes y = -0,2058x + 33,356

70

,37

70

,37

70

,37

72

,22

72,2

2

74

,07

74

,07

74,0

7

75

,92

75

,92

75

,92

75

,93

75

,93

75

,93

77

,78

77

,78

77

,78

79,6

3

79

,63

79

,63

79,6

3

79

,63

81

,48

81,4

8

81

,48

81

,48

81

,48

83

,33

85

,18

85

,18

Urutan Siswa Berdasarkan Nilai Aktivitas …

Grafik Nilai Pretes, Aktivitas dan Postest Berdasarkan Nilai Aktivitas Terendah Sampai

Tertinggi Secara Induvidu

Dari grafik diperoleh dengan menggunakan program Microsoft Excel

2010. Persamaan linier y = ax + b memiliki nilai a yang menyatakan kemiringan

garis. Jika dilihat dari grafik, nilai a pada ypost = 0,178x+71,908 lebih besar

dibandingkan dengan nilai a pada ypre = -0,2058+33,356. Hal ini menunjukkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 82

Page 94: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

apost > apre meskipun perbedaan nilai apre dan apost sangat kecil, yang berarti nilai

aktivitas mempengaruhi hasil belajar (nilai postes) secara individu.

Data nilai siswa secara perkelompok dapat disusun berdasarkan urutan

nilai rata-rata perkelompok dari urutan nilai rata-rata aktivitas terendah ke nilai

rata-rata aktivitas tertinggi. Secara lebih rinci data tersebut ditampilkan dalam

gambar berikut.

100

80

60

40

20

0

77

,7

8

70

,37

9

27

5

. 70

,3

7

85

,18

V Grafik Nilai Pretes, Aktivitas

y = 0,3048x + 69,943

P…

y = -0,0857x + 31,494

77,7

8

75,9

2

79,6

3

81,4

8

77,7

8

75,9

2

72,2

2

75,9

3

79,6

3

81,4

8

74,0

7

79,6

3

72,2

2

81,4

8

75,9

3

74,0

7

79,6

3

75,9

3

79,6

3

83,3

3

81,4

8

81,4

8

70,3

7

85,1

8

74,

07

I II IV III dan Postest Berdasarkan Nilai Aktivitas Terendah

Sampai Tertinggi Secara Kelompok

Dari grafik diperoleh dengan menggunakan program Microsoft Excel

2010. Persamaan linier y = ax + b memiliki nilai a yang menyatakan kemiringan

garis. Jika dilihat dari grafik, pada ypost = 0,3048x + 69,943 memiliki nilai a yang

lebih besar dibandingkan dengan nilai a pada ypre = -0,0857x + 31,494. Hal ini

berarti apost > apre meskipun perbandingan nilai apost dan apre sangat kecil, yang

berarti nilai aktivitas mempengaruhi hasil belajar (nilai postes) secara kelompok.

Grafik – grafik diatas merupakan nilai grafik nilai aktivitas siswa dalam

proses, individu dan kelompok yang diurutkan dari nilai terendah ke tertinggi

yang masing-masing memiliki persamaan linier, karena nilai apost dan apre sangat

kecil, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas mempengaruhi hasil belajar siswa

namun pelaksanaan model berpikir induktif dalam penelitian ini kurang maksimal.

Hal ini disebabkan karena segi perencanaan dan manajemen waktu kurang baik

serta pembagian kelompok yang kurang heterogen. Maka dari itu perlu dilakukan

perbaikan baik dari segi perencanaan maupun segi pelaksanaan.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari hasil analisa data dan

pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hasil belajar siswa kelas X di SMA Swasta Cerdas Murni Tembung dengan

menggunakan model pembelajaran berpikir induktif dinyatakan tuntas KKM

dengan nilai KKM 75 dimana nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 74,7

dengan rincian tuntas KKM berjumlah 20 orang dengan tingkat kriteria

kemampuan sedang.

Hasil belajar siswa kelas X di SMA Swasta Cerdas Murni Tembung dengan

menggunakan pembelajaran konvensional dinyatakan tidak tuntas KKM

ISBN: 978-602-50622-0-9 83

Page 95: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dengan nilai KKM 75 dimana nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar

62,2 dengan rincian tuntas KKM berjumlah 5 orang dengan tingkat

kemampuan rendah.

Ada pengaruh model pembelajaran berpikir induktif terhadap hasil belajar

siswa pada materi optika geometris kelas X di SMA Swasta Cerdas Murni

Tembung, berdasarkan analisis uji hipotesis diperoleh thitung > ttabel (5,008 >

1,59). Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka

peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu:

Kepada guru ataupun calon guru yang ingin menggunakan model Berpikir

Induktif hendaknya membuat deskriptor penilaian aktivitas yang lebih baik lagi

dan disesuaikan dengan fase-fase siswa pada model ini dan lebih

memperhatikan pembagian kelompok agar pembelajaran bisa berjalan lebih

efektif.

Selalu memberikan inovasi dalam kegiatan pembelajaran yaitu dengan

menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti menggunakan model

pembelajaran berpikir induktif disarankan untuk memperhatikan efisiensi

waktu terutama saat siswa melakukan eksperimen dan mengerjakan lembar

kerja siswa sehingga semua sintaks efektif saat pelaksanaan proses

pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN Dahar, Ratna Wilis, (2011), Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran.

Jakarta:Erlangga .

Dimyati, Mudjiono, (2013), Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan,

(2012), Buku Pedoman Penulisan Proposal Skripsi Prodi Kependidikan.

Fmipa, Unimed.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif.Medan: Media Persada

Joyce, Bruce et all, (2009), Models Of Teaching: Model-Model Pengajaran,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Kanginan, M., (2007), Fisika untuk SMA Kelas X Semester 2, Jakarta, Erlangga

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Penelitian dan Pengembengan

Pusat Penilaian Pendidika, (2016), Laporan Hasil Ujian Nasional Tahun

2016, Balitbang, Kemdikbud

Listyaningrum, Ika Rahmawati dkk, (2012), Penerapan Model Pembelajaran

Inductive Thinking Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 SMA

ISBN: 978-602-50622-0-9 84

Page 96: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan

Biologi, 4 (1), Hal. 56-67

Muhamad, P., (2014), Pengaruh Model Pembelajaran Berpikir Induktif Terhadap

Hasil Belajar Fisika Siswa Pada Konsep Getaran dan Gelombang Skripsi,

FITK, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Purwanto, (2011), Evaluasi Hasil Belajar, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Putri, Ida Ayu Adisti Ligianing dkk, (2014), Pengaruh Model Pembelajaran

Induktif Berbasis Integratif Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa kelas V

Semester I Sekolah Dasar Gugus R. A. Kartini, Jurnal Mimbar PGSD

Universitas Pendidikan Ganesha, 2(1), Hal. 1-11

Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru Edisi Kedua, Rajawali Pers, Jakrta

Sani, Ridwan Abdullah, (2013), Inovasi Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikani, Kencana Prenada Media, Jakarta

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Press,

Jakarta.

Slameto. (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka

Cipta,. Jakarta.

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.

Sudjana, Djudju, (2006), Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, Remaja

Rosdakarya, Bandung

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif), Kencana,

Jakarta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 85

Page 97: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI

MODIFIKASI PEMBELAJARAN SENTRA DI RA NURUL

IDA KECAMATAN GEBANG KABUPATEN LANGKAT

Supiyah Erwani14

Surel: [email protected]

Abstrak Kemampuan dasar yang dapat dikembangkan pada anak salah satunya

adalah kemampuan kognitif, karena kemampuan kognitif anak di RA Nurul

Ida Langkat masih sangat rendah. Tujuan peneliatian adalah untuk

meningkatkan kemampuan kognitif melalui modifikasi pembelajaran sentra

di RA Nurul Ida Langkat. Prosedur penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas, yang melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan, serta refleksi. Penelitian yang dilakukan di RA Nurul Ida ini

menggunakan PTK dengan melihat sampel dari kelompok B di RA Nurul

Ida, Tekhnik penggumpulan data dilakukan dengan cara observasi, Tanya

jawab, diskusi serta dokumentasi dengan menggunakan tekhnik analisis

deskritif . Teknik Analisis data dengan meneliti setiap aspek kegiataan

penelitian pada waktu dilaksanakan penelitian serta dianalisa secara baik,

Hasil penelitian bahwa ada peningkatan kemampuan kognitif anak melalui

metode pembelajaran sentra di RA Nurul Ida dari kondisi awal yang hanya 3 anak (21%) meningkat di siklus pertama menjadi 6 orang anak (42 %) dan

di siklus yang kedua mencapai 12 anak (85 %).Maka dapat disimpulkan

kemampuan kognitif anak dapat meningkat melalui medifikasi pembalajaran

sentra di RA Nurul Ida langkat.

Kata kunci: PTK, Kognitif, Pembelajaran sentra, siswa RA

PENDAHULUAN

Anak–anak memiliki kemampuan dasar yang dapat dikembangkan, salah

satu kemampuan dasar yang dapat dikembangkan pada anak usia dini adalah

kemampuan kognitif. Kemampuan kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu

kemampuan individu menilai dan menghubungkan suatu kejadian atau peristiwa (

yuliana: 2005). Jadi kemampuan kognitif sangat penting untuk perkembangan

anak, mengingat begitu kompleknya perkembangan yang dihadapi oleh anak-

anak, maksudnya bahwa kemampuan berpikir dan daya nalar anak dipengaruhi

oleh kemampuan menggunakan bahasa yang menjelaskan berbagai konsep, ide,

maupun hubungan-hubungan yang bisa dimanipulasi saat berpikir dan bernalar.

Kemampuan kognitif sangatlah berguna untuk anak, dengan kemampuan

kognitif yang baik seorang anak dapat berinteraksi dengan lingkunganya dengan

baik, karena dia mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk

mempertahankan hidupnya dalam mengatasi masalah yang terjadi di dalam

lingkungan sekitarnya.Kemampuan kognitif juga bermanfaat untuk meningkatkan

RA Nurul Ida Langkat Indah

ISBN: 978-602-50622-0-9 86

Page 98: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kemampuan berbahasa anak, karena dengan daya nalar yang tinggi maka seorang

anak mampu memahami dan mengerti, serta mentraformasikan bahasa dengan

baik. Dengan inteligensi yang tinggi juga mampu membangun emosi yang positif,

karena dengan kecerdasan emosi seorang anak dapat mengendalikan diri sehingga

tidak terjerumus ke dalam tindakan-tindakan bodoh yang merugikan dirinya

maupun orang lain.

Banyak sekali aspek-aspek yang dikembangkan dalam kemampuan

kognitif, karena perkembangan kemampuan dasar anak antara yang satu dengan

yang lain saling berkaitan dan tidak bisa dilepaskan begitu saja. Salah satu upaya

untuk menigkatkan kemampuan kognitif dapat dilakukan dengan proses

pembelajaran, pembelajaran yang sesuai dengan usia anak usia dini adalah belajar

sambil bermain, karena dalam bermain banyak sekali hal-hal yang didapat oleh

anak usia dini, maka untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang baik

diperukana adanya modifikasi pembelajaran.

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung

serangkaian perbuatan guru dan siswa atau hubungan timbal balik yang

berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran

(Risman:2012). Guru sangatlah berperan dalam proses pembelajaran, untuk

menopang proses pembelajaran berlansung dengan baik. Melihat kondisi tenaga

pendidik di RA Nurul Ida yang yang belum maksimal mengembangkan

kemampuan dirinya menjadi guru yang berkompeten, yang belum dapat

memahami, merancang dan mengkondisikan model-model pembelajaran dengan

baik, salah satunya pembelajaran sentra.

Pembelajaran sentra adalah salah satu dari beberapa model pembelajaran

di RA yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan dasar anak,

khususnya kognitif, model pembelajaran sentra dapat kita modifikasikan agar

lebih menarik, dimana anak dan guru berada dalam satu lingkaran agar tidak ada

batasan antara keduanya sehingga anak belajar dengan nyaman dan gembira

(happy learning), yang dapat kita modifikasikan dengan lingkungan yang ada di

sekitar kita, modifikasi sendiri berasal dari bahasa inggris “modification” (Jhon

dan hasan shadly: 1992), perubahan, maka mengingat dan melihat kompleknya

pembelajaran sentra. Maka tidak semua lembaga pendidikan anak usia dini dapat

melakukan secara sempurna, apalagi lembaga-lembaga pendidikan yang ada di

pedesaan karena itu perlu dilakukan modifikasi terhadap pembelajaran sentra yang

akan dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan di pedesaan.

Realita yang dihadapi di lapangan tidak seperti yang direncanakan, tidak

terkecuali proses pembejaran sentra yang terjadi di RA Nurul Ida, kemampuan

kognitif santri RA Nurul Ida yang masih rendah dalam mengeksplorasi

kemampuannya dengan menggunakan lingkungan di sekitarnya dalam pijakan

main di dalam modifikasi pembelajaran sentra, kurangnya kemampuan guru RA

Nurul Ida dalam mengelola dan memodifikasi pembelajaran sentra dengan

menggunakan lingkungan main, menjadikan belum terlaksananya proses

ISBN: 978-602-50622-0-9 87

Page 99: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pembelajaran dengan menggunakan modifikasi pembelajaran sentra, serta

pemanfaatan model pembelajaran sentra yang dimodifikasikan belum dapat

dilaksanakan di RA Nurul Ida yang berguna untuk meningkatkan kemampuan

kognitif santri RA Nurul Ida.

Berdasarkan latar belakang di atas dan melihat kondisi di RA Nurul Ida

serta hasil observasi yang dilakukan belum menunjukan hasil yang diharapkan.

Maka peneliti mencoba untuk melakukan upaya meningkatkan kemampuan

kognitif dengan modifikasi pembelajaran sentra secara seadaanya di RA Nurul Ida

Gebang, kabupaten Langkat.

Metode yang digunakan di penelitian PTK ini adalah dengan penerapan

modifikasi model pembelajaran sentra, yaitu berupa pendekatan pembelajar yang

dalam proses pembelajarannya dilakukan di dalam lingkaran circle time dengan

sentra bermain ditambahkan atau dimodifikasikan dengan lingkaran adalah

dimana guru duduk bersama serta anak – anak dengan posisi melingkar untuk

memberi pijakan (arahan) yang dapat menjadi fasilitator bagi siswa sebelum dan

sesudah bermain, untuk mengembangkan seluruh potensi dasar anak khususnya

kemampuan kognitif dalam berbagai aspek perkembangan secara seimbang.

Dengan demikian melalui pembelajaran ini diharapan pengembangan kemampuan

kognitif di kelompok B pada RA Nurul Ida Kecamatan Gebang dapat meningkat

dan lebih baik dari sebelumnya. Tujuan penelitian iniadalah untuk meningkatkan

kemampuan kognitif anak dengan modifikasi serta mengetahui pembelajaran

sentra pembelajaran sentra di RA Nurul Ida Langkat Indah Kecamatan Gebang

Kabupaten Langkat .

Desain Penelitian

Prasiklus

Perencanaan

Pelaksanaan Evaluasi &

Siklus I Refleksi

Siklu 1

Pengamatan &

Observasi

Perencanaan II

Pelaksanaan

siklus II Evaluasi

refleksi II Siklus II

Pengamatan & observasi

Hasil Pengamatan

ISBN: 978-602-50622-0-9 88

Page 100: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Siklus I

Untuk mengetahui kondisi awal, maka peneliti mengadakan observasi

yang bekerjasama dengan guru lain. Kondisi yang terjadi pada saat ini

menujukkan kemampuan kognitif anak masih rendah. Hal ini disebabkan

kurangnya minat anak untuk mengeksplor lingkungan belajar yang ada di

sekitarnya, sehingga anak belum mengunakan intelegensinya dengan maksimal,

kurangnya kereatifitas guru dalam mengelola model-model pembelajaran yang

ada dengan kondisi sekolah yang belum bisa menyediakan fasilitas sekolah yang

memadai, maka peneliti melakukan tindakan kelas. Bertujuan untuk mengetahui

strategi pembelajaran siklus pertama.

Berikut ini hasil siklus I

Penelitian Siklus I

8

6

Sangat Baik

4

Baik

2

0

Kurang Baik

Kurang

Grafik. Siklus I

Hasil observasi setelah mengadakan siklus I pada tabel grafik di atas,

menunjukan kondisi pembelajaran setelah mengadakan penelitian yaitu anak yang

memahami penjelasan guru 5 anak (35%), melakukan kegiatan sesuai arahan guru

5 (35%), perkembangan kemampuan kognitif dengan mengunakan model

pembelajaran sentra 4 anak (29%), dapat melakukan model pembelajaran 3

(21%), dan dapat menggunakan kemampuan kognitifnya dengan menggunakan

modifikasi pembelajaran sentra yang seadanya 8 (57%), Dari kondisi yang terlihat

di atas menujukan bahwa kemampuan kognitif anak sudah mulai meningkat

walaupun belum maksimal.

ISBN: 978-602-50622-0-9 89

Page 101: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Siklus II

Grafik Siklus II

Hasil observasi dan evaluasi penelitian pada tabel dan grafik di atas,

menunjukan kondisi pembelajaran pada siklus II yaitu anak yang memahami

penjelasan guru, melakukan kegiataan pada sentra-sentra yang ada, perkembangan

kognitif anak dengan modifikasi pembelajaran sentra, dapat melakukan kegiataan

sesuai dangan pijakan, dapat melakukan kegiataan dalam sentra yang seadaanya.

Hal ini menunjukan kemampuan kognitif anak sudah meningkat sesuai hasil yang

diinginkan dengan menggunakan modifikasi pembelajaran sentra.

Setelah memodifikasi pembelajaran sentra dengan linkungan main yang

seadaanya, dengan memberikan pijakan pada lingkungan main yang seadanya,

sebahagian besar anak telah dapat memanfaatkan lingkunganya main dengan baik.

Meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan disertai oleh kompertensi

guru yang mampu melakukan perbaikan-perbaikan dalam proses pembelajaran

serta mau merefleksi pelaksanaan kegiataan belajar mengajar, Peneliti

memberikan motivasi yang lebih kepada anak yang tidak berminat dalam

mencoba kegiataan pada sentra-sentra yang ada.

Pembahasan

Proses penelitian dari siklus pertama dan siklus kedua terlaksana dengan

baik. Perkembangan kemampuan kognitif anak meningkat. Hal ini terlihat dari

kemampuan anak mengeksplorasikan lingkungan mainnya lebih baik dari sebelum

mengadakan tindakan. Guru juga lebih dapat melakukan inovasi, variasi serta

memodifikasi model pembelajaran dengan lebih optimal.

ISBN: 978-602-50622-0-9 90

Page 102: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hal ini terlihat dari sebelum mengadakan penelitian rata-rata kemampuan

anak, siklus pertama naik menjadi ,dan siklus kedua menjadi. Dengan demikian

dapatlah dinyatakan bahwa PTK yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan

kognitif anak melalui modifikasi pembelajaran sentra di RA Nurul Ida Langkat.

Hasil observasi kognitif anak melalui modifikasi pembelajaran sentra pada

pra siklus sampai siklus ketiga dapat dilihat pada Grafik berikut ini.

Penelitian Kondisi Awal – Siklus II

100 80 60 40 20

0 Pra Siklus I

Siklus Siklus II

Grafik Kondisi awal-Siklus II

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan kolaborasi yang dilakukan

selama dua siklus dapatlah disimpulkan bahwa: Modifikasi pembelajaran sentra

dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada anak RA Nurul Ida kelompok B

Langkat, yang dapat merangsang kemampuan anak dengan mengeksplorasi alam

disekitar mereka, melihat kondisi RA yang sangat kompleks dengan lingkungan

main yang kurang mendukung maka pembelajaran sentra dilakukan dengan

seadanya.

DAFTAR RUJUKAN

Aisyah, Siti. Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Universitas Terbuka. 2010

Arikunto, Suharsimi, Dkk. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Bumi Aksara.

2007

Djamarah, Syaiful Bahri, Aswin Zain. Strategi Mengajar. Jakarta: Rhineke Cipta.

2011

Drektorat Jendral Pendidikan Islam. Kurikulum RA. Jakarta: Kementrian Agama.

2011

Echols, M. Jhon. Hasan Shadly. Kamus Inggris – Indonesia. Jakarta Gramedia

Pustaka Utama. 1982.

Ikhsan,Waseso, dkk. Evaluasi pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

2007.

ISBN: 978-602-50622-0-9 91

Page 103: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kunandar, ,Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali

Pers.2011

Masitoh, dkk. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Universitas Terbuka. 2010

Poerwadarminta W.J.S Poerwadarminta. KAMUS Umum Bahasa Indonesia.

Jakarta. Balai Pustaka.1985

Rusman. Model-model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.2012

Setiawan, Denny, dkk, Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia

Dini Jakarta Universitas Terbuka. 2010

Syafarudin, dkk. Profesi Keguruan dan Pendalaman Materi. Sumatera Utara:

IAIN. 2013

Wahyono, Joko. Cara Ampuh merebut Hati Murid.Jakarta: Erlangga.2012

Walter, Doyle Stanles. Berpikir Sebagai Pemenang.: Jakarta: Pustaka

Tangga.1991

Yuliani, Nuraini. Metode Pengembangan Kognitif.Jakarta: Universitas

Terbuka.2005

Http//www.yabunayya.com/2013/05/ Metode pembelajaran Sentra.html

Http/Abazati art/Blong Sport com/2012/10/Definisi Afktif, kognitif, dan

psikomotorik

ISBN: 978-602-50622-0-9 92

Page 104: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN ANAK USIA

DINI MELALUI METODE PEMBIASAAN DI TK BINA

ANAPRASA KENCANA TAHUN AJARAN 2016/2017

Adinda Purnama15

, Reviva Safitri16

, Ester Emerarita Tarigan17

Surel: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui kedisiplinan anak

usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 2). Untuk mengetahui

pelaksanaan metode pembiasaan dalam meningkatkan kedisiplinan anak

usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 3). Untuk mengetahui kedisiplinan anak usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sesudah

menggunakan metode pembiasaan. Penelitian ini menggunakan metode

Penelitian Tindakan Kelas ( PTK). subjek penelitian yang berjumlah 10

orang anak. Peningkatan kemampuan peserta didik di TK Bina Anaprasa

Kencana dapat meningkatkan kedisiplinan melalui metode pembiasaan

dilihat berdasarkan observasi awal yang dilakukan dengan rata-rata 10

kategori anak mulai berkembang, pada siklus I pertemuan I dan II dengan

nilai rata-rata 12,8 kategori berkembang sesuai harapan dan pada siklus II

pertemuan I dan II dengan nilai rata-rata 22 kategori berkembang sangat

baik.

Kata Kunci: Kedisiplinan, Anak Usia Dini, Metode Pembiasaan

PENDAHULUAN

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

telah mengamanatkan dilaksanakan pendidikan kepada seluruh rakyat Indonesia

sejak usia dini, yakni sejak anak dilahirkan. Disebut secara tegas di dalam

undang-undang bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah:

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan

kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui

pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebuh lanjut.Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang

dewasa untuk orang yang belum dewasa dengan pengaruhnya meningkatkan si

anak ke dewasaan (matury) agar mampu memikul tanggung jawab moril dari

segala segi perbuatan.(Daulay, 2007: 27). Penanaman karakter adalah usaha

pembentukan sikap, sifat, ciri-ciri sebuah akhlaq tertentu melalui pembiasaan

yang ditanamkan, dimunculkan, dilakukan, dan diperlihatkan. Sudah pasti apa

Tk Bina Anaprasa Kencana Tahun

Tk Bina Anaprasa Kencana Tahun

Tk Bina Anaprasa Kencana Tahun

ISBN: 978-602-50622-0-9 93

Page 105: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

yang anak-anak lihat (teladan/sikap, hal-hal yang visual) dan yang mereka terima

(pengetahuan/informasi, penjelasan/berbahas, sikap, sense/rasa) akan membentuk

pemikiran (konsep/cara berpikir) yang akan membentuk ciri-ciri/karakter diri,

untuk dijadikan contoh dan acuan bersikap/berperilaku mereka. Dari

bersikap/berperilaku inilah, mewujudkan akhlaq yang menjadi bagian dari dirinya.

(Abdusslam, 2012: 79).

Salah satu hal yang peniliti lihat di lapangan masih banyak anak yang

belum disiplin seperti belum terbiasa memberikan salam, membaca doa sebelum

dan sesudah kegiatan, tepat waktu saat datang ke sekolah, menyusun mainan

setelah bermain, mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan oleh

guru. Dalam hal ini guru berperan penting untuk meningkatkan kemampuan

perilaku disiplin yang baik pada anak. Daya ingat anak sangat tinggi dan ahli

meniru, mereka dengan mudah mengingat hal-hal yang ada dilikungan kehidupan

sekitar.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan

beberapa masalah yaitu sebagai berikut: 1). Kurangnya kesadaran diri anak untuk

datang tepat waktu ke sekolah. 2). Kurangnya kesadaran diri anak untuk

menyalam orang tua dan guru sebelum masuk kelas. 3). Kurangnya kesadaran diri

anak untuk berdoa sebelum dan sesudah kegiatan. 4). Kurangnya kesadaran diri

anak untuk mengerjakan tugas sesuai dengan waktu yang diberikan guru. 5).

Kurangnya kesadaran diri anak untuk menyusun mainan setelah bermain.

Rendahnya minat guru untuk membiasakan anak melakukan kedisiplinan

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dibatasi

pada Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Anak Usia Dini Melalui Metode

Pembiasaan di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut

Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka

rumusan masalah diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1).

Bagaimana kedisiplinan anak usia dini sebelum menggunakan metode pembiasaan

di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang?. 2). Bagaimana pelaksanaan metode pembiasaan dalam

meningkatkakn kedisiplinan anak usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar

Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang?. 3). Apakah

metode pembiasaan dapat meningkatkan kedisiplinan anak usia dini di TK Bina

Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang? Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

tujuan dari penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui kedisiplinan anak usia dini

di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang. 2). Untuk mengetahui pelaksanaan metode pembiasaan

dalam meningkatkan kedisiplinan anak usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana

Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. 3). Untuk

mengetahui kedisiplinan anak usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar

ISBN: 978-602-50622-0-9 94

Page 106: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sesudah

menggunakan metode pembiasaan.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1). Manfaat

bagi Peneliti; peneliti mampu melakukan perbaikan pada sistem pembelajaran di

TK/RA, dapat menyesuaikan metode yang tepat untuk anak TK/RA. 2). Manfaat

bagi Anak didik; dapat menanamkan kedisiplinan sejak dini pada diri anak usia

dini agar menjadi pribadi yang lebih baik sedini mungkin, dapat membiasakan

dirinya dalam melakukan hal-hal yang baik sehingga anak didik sudah terbiasa

dan tidak ragu lagi dalam melakukan hal-hal yang baik tersebut. 3). Manfaat bagi

Sekolah; memberikan hal yang positif bagi peningkatan metode pembelajaran,

sebagai bahan pertimbangan/referensi untuk penelitian tindakan selanjutnya.

Penngertian Disiplin

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin. Isitilah disiplin berasal dari bahasa

latin “disciplina” yang menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan

istilah bahasa ingrisnya “discipline” yang berarti: 1) tertib, taat atau

mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri. 2) latihan membentuk, meluruskan

atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau karakter moral,

hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki. 4) kumpulan atau

sistem-sistem peraturan-peraturan bagi tingkah laku.(Amri, 2016: 161) Eugenia

Rakhma (2017:60), mengatakan kata disiplin sebagai hukuman dan kekerasan,

namun sebaliknya mengajarkan dan mengarahkan. Sebab disiplin itu sendiri

berasal dari bahasa latin, disciple yang artinya mengajarkan.

Stara Waji dalam Sofan Amri (2016: 161). Menyatakan bahwa disiplin

berasal dari bahasa latin discere yang berarti belajar. Dari kata ini, timbul kata

disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Dan sekarang, kata disiplin

mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertia. Pertama, disiplin

diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan

pengendalian. Kedua disiplin sebagai latihan yang bertujuan mengembangkan diri

agar dapat berperilaku tertib. Pengertian Disiplin Belajar

Menurut Slemanto (2003: 87) terdapat empat macam disiplin belajar yang

dilakukan oleh peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah yaitu: Disiplin

peserta didik masuk sekolah diantaranya, keaktifan, kepatuham, dan ketaatan

dalam masuk sekolah. (2) Disiplin dalam mengerjakan tugas. (3) Disiplin dalam

mengikuti pelajaran di sekolah, adanyanya kektifan, keteraturan, ketentuan, dan

ketertiban dalam mengikuti pelajaran yang terarah pada suatu tujuan belajar. (4)

Disiplin dalam menaati tata tertib, yakni kesesuaian tindakan peserta didik dengan

tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran.

Dengan demikian, disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari.

Jika disiplin sudah tertanam dengan baik maka akan tercipta sebuah peradaban

yang bermartabat. Terkait dengan kedisiplinan dalam belajar bahwa seorang anak

didik harus memiliki sikap disiplin dalam belajar. Mengerjakan tugas yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 95

Page 107: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

diberikan oleh guru, menaati semua peraturan sekolah, masuk sekolah tidak boleh

terlambat.

Tujuan Disiplin

Menurut Sylvia Rimm (2003: 47) menjelaskan bahwa disiplin bertujuan

mengarahkan anak agar mereka belajar mengenai hal-hal baik yang merupakan

persiapan bagi masa dewasa, saat mereka sangat bergantung kepada disiplin diri.

Diharapkan kelak disiplin diri mereka akan membuat hidup mereka bahagia,

berhasil, dan penuh kasih sayang.

Disiplin moral telah memiliki tujuan jangka panjang dalam menolong

anak-anak muda untuk berperilaku dengan penuh rasa tanggung jawab di segala

situasi, tidak hanya ketika mereka di bawah pengendalian (pengawasan) orang-

orang dewasa yang berkepentingan. Disiplin moral menjadi alasan penembangan

siswa untuk menghormati peraturan, menghargai sesama, dan otoritas pengesahan

(pengakuan guru, rasa tanggung jawab para siswa demi kebaikan sifat (kebiasaan)

mereka, dan tanggung jawab mereka terhadap moral di dalam sebuah komunitas

di dalam kelas.(Lickona, 2012: 167).

Strategi Penerapan Disiplin

Bedasarkan hasil penelitian Reisman and Payne dalam Mulyasa dalam H.

E Mulyasa dapat dikemukakan 9 cara untuk membina displin anak usia dini,

sebagai berikut :

Konsep diri (self concept), strategi ini menekankan bahwa konsep diri

masing-masing individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku.

Untuk menumbuhkan konsep diri, guru disarankan bersikap empatik,

menerima, hangat, dan tebuka sehinga peseta didik dapat mengexplorasikan

pikiran dan perasaannya dalam menyelesaikan suatu masalah

Keterampilan berkomunikasi (communication skills), guru harus memiliki

keterampilan komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua

perasaan, dan mendorong timbulnya kepatuhan peserta didik.

Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical

consequences), perilaku-perilaku yang salah terjadi karena peserta didik

telah mengembangkan kepercayaan yang salah, terhadap dirinya. Hal ini

mendorong munculnya perilaku-perilaku salah. Untuk itu, guru disarankan:

a). menunjukkan secara tepat tujuan perilaku yang salah, sehingga

membantu peserta didik dalam mengatasi perilakunya, dan, b).

memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah. Klasifikasi nilai (values clarification), strategi ini dilakukan untuk

membantu peserta didik dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-

nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri.

Analisis Transaksional (trancsional analysis), disarankan guru belajar

sebagai orang dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik

yang menghadapi masalah.

ISBN: 978-602-50622-0-9 96

Page 108: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Terapi realitas (reality therapy ), sekolah harus berupaya mengurangi

kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Dalam hal ini guru harus bersikap

positif dan bertanggung jawab. Disiplin yang terintegrasi (assertive discipline), metode ini menekankan

pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan

peraturan. Prinsip-prinsi modifikasi perilaku yang sistematik

diiplementasikan di kelas, termaksud pemanfaatan papan tulis untuk

menuliskan nama-nama peserta didik yang berperilaku menyimpang.

Modifikasi perilaku (behavior modification), perilaku salah disebabkan oleh

lingkungan, sebagai tindakan remendiasi. Sehubungan dengan hal tersebut,

dalam pembelajaran perlu diciptakan lingkungan yang kondusif. Tantangan bagi discipline (dare to discipline) guru diharapkan cekatan,

sangat teroganisasi, dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini

mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai

keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah, dan guru perlu membiarkan

mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai

pemimpin.

Metode Pembiasaan Pada Anak Usia Dini Pengertian Metode Pembiasaan

Metode merupakan cara yang telah teratur dan telah terpikir baik-baik

untuk mencapai suatu maksud. Jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang

supaya seseorang sampai pada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan,

perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya (Arief, 2002:

87).

Jadi teori pembiasaan dalam pendidikan adaah proses pendidikan yang

berlangsung dengan jalan membiasakan anak didik untuk bertingkah laku, dengan

jalan membiasakan yang baik, sebab tidak semua hal yang dilakukan itu baik.

(Mansyur, 2016: 110).

Maka metode pembiasaan sangat penting dilakukan sejak dini sehingga

akan berdampak besar terhadap kepribadian anak ketika mereka lebih dewasa.

Sebab pembiasaan yang telah dilakukan sejak kecil akan melekat kuat diingatan

dan menjadi kebiasaan yang tidak dapat dirubah dengan mudah. Dengan demikian

metode pembiasaan sangat baik dalam rangka mendidik kedisiplinan anak.

Bentuk-bentuk Pembiasaan

Pembiasaan merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan

dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga menjadi kebiasaan yang baik.

Pembiasaan ini meliputi aspek perkembangan moral dan nilai-nilai agama,

pengembangan sosio emosional dan kemandirian. Dari program pengembangan

moral dan nilai-nilai agama diharapkan dapat meningkatkan ketaqwaan kepada

Tuhan yang maha esa dan membantu terbinanya sikap anak yang baik. Dan

dengan pengembangan sosio emosional anak diharapkan dapat memiliki sikap

ISBN: 978-602-50622-0-9 97

Page 109: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

membantu orang lain, dapat mengendalikan diri dan beriteraksi dengan

lingkungannya.(Is Joni, 2010: 63)

Adapun bentuk-bentuk pembiasaan pada anak dapat dilaksanakan dengan

cara berikut:

a. Kegiatan rutin, adalah kegiatan yang dilakukan di sekolah setiap hari,

misalnya berbaris, berdo’a, sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

Kegiatan spontan, adalah kegiatan yang dilakukan secara spontan, misalnya

meminta tolong dengan baik, menawarkan bantuan dengan baik dan

menjenguk teman yang sakit. Pemberian teladan, adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberi

teladan/contoh yang baik kepa anak, misalnya memungut sampah di

lingkungan sekolah dan spontan dalam bertutur kata.

Kegiatan terprogram, adalah kegiatan yang diprogram dalam kegiatan

pembelajaran, misalnya makan bersama dan menjaga kebersihan lingkungan

sekolah.(Aqib, 2009: 2).

Langkah-langkah Pembiasaan

Menurut Sani (2016: 154) kegiatan pembiasaan terperogram dalam

pembelajaran dapat dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu

tertentu untuk mengembangkan pribadi peserta didik secara individual, kelompok,

dan atau klasikal sebagai berikut: (1)Biasakan peserta didik untuk bekerja sendiri,

menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan, keterampilan dan

sikap baru dalam setiap pembelajaran. (2)Biasakan melakukan kegiatan inkuiri

dalam setiap pembelajaran. (3)Biasakan peserta didik untuk bertanya dalam setiap

pembelajaran. (4)Biasakan belajar secara berkelompok untuk menciptakan

“masyarakat belajar”. (5)Guru harus membiasakan diri menjadi model dalam

setiap pembelajaran (6)Biasa melakukakn refleksi pada setiap akhir pembelajaran.

(7)Biasakan melakukan penilaian yang sebenarnya, adil, dan transparan dengan

berbagai cara. (8)Biasakan peserta didik untuk selalu bekerja sama dan saling

menunjang (9)Biasakan belajar dari berbagai sumber. (10)Biasakan peserta didik

untuk sharring dengan temannya. (11)Biasakan peserta didik untuk berpikir kritis.

(12)Biasakan untuk bekerja sama dan memberikan laporan kepada orang tua

peserta didik terhadap perkembangan perilakunya. (13)Biasakan peserta didik

untuk berani menanggung resiko. (14)Biasakan peserta didik untuk menanggung

resiko. (15)Biasakan peserta didik tidak mencari kambing hitam. (16)Biasakan

peserta didik terbuka terhadap kritikan. (17)Biasakan peserta didik mencari

perubahan yang lebih baik (18)Biasakan peserta didik terus menerus melakukan

inovasi dan improvisasi demi perbaikan selanjutnya.

Anak usia Dini Pengertian Anak Usia Dini

ISBN: 978-602-50622-0-9 98

Page 110: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berumur 0-6 tahun.

Anak usia dini merupakan kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan

dan perkembangan yang besifat unik dalam arti memiliki pola pertumbuhan dan

perkembangan. (Arief, 2012: 116).

Sedangkan menurut Aisyah (2008: 13) karakteristik anak usia dini sebagai

berikut: memiliki rasa ingin tahu yang besar, merupakan pribadi yang unik, suka

berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan

sifat egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek, sebagai bagian

dari makhluk sosial, bermain merupakan dunia masa anak-anak.

Kerangka Berpikir

Kedisiplinan yang diterapkan guru di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar

Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang masih sangat

minim dikarenakan guru enggan menegur secara tegas kepada anak dan orang tua

anak. Oleh karena itu anak menjadi terbiasa tidak disiplin dan menganggap remeh

atas kesalahannya tersebut.

Kemampuan kedisiplinan anak akan membantu mereka dalam kebiasaan

melakukan hal-hal baik serta teratur dalam kehidupannya yang sekarang dan

berefek sampai kehidupannya yang akan datang/dewasa. Jika guru mampu

memberikan serta menanamkan metode pembiaasan kedisiplinan anak, maka anak

akan terbiasa dalam melakukan hal-hal yang baik sejak dini.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis dari

penelitian ini adalah dengan menerapkan metode pembiasaan dapat meningkatkan

kedisiplinan anak usia dini di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Bandar Setia Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK)

yang terdiri dari 2 siklus. Sesuai dengan judul penelitian yang diterapkan maka

yang menjadi lokasi penelitian ini adalah TK Bina Anaprasa Kencana Bandar

Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada semester II (Genap) Tahun Pelajaran

2016/2017.

Sesuai dengan jenis penelitian ini, peneliti terlebih dahulu melaksanakan

observasi awal melalui wawancara dengan salah satu guru terlebih dahulu dan

melihat kemampuan siswa melalui observasi tersebut diketahui bahwa siswa

kurang dalam berdisiplin. Hal ini menunjukkan bahwa diperlukan suatu cara

untuk mengatasi permasalahan tersebut.

1. Pra Tindakan

Sebelum melakukan perencanaan terlebih dahulu mengetahui

permasalahan yang ada, dilakukan observasi awal dimana kegiatan ini bertujuan

ISBN: 978-602-50622-0-9 99

Page 111: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

untuk mengetahui peningkatan awal kedisiplinan anak dalam proses belajar

sehari-hari. Hasil dari observasi ini digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan ke

tindakan siklus I dan II. Sesuai dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian

tindakan kelas, maka penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk beberapa siklus,

namun dalam penelitian ini direncanakan 2 siklus. Pada siklus I dan siklus II

terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan (planning), tindakan (action),

pengamatan (observation), refleksi (reflection).

Siklus I

Perencanaan Tindakan Tahap perencanaan, peneliti bersama guru kelas membahas teknik

pelaksanaan tindakan kelas, antara lain: a. Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai silabus dan kurikulum.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). c. Mempersiapkan lembar observasi anak tentang peningkatan kedisiplinan anak.

Tahap Pelaksanaan Setelah perencanaan tersusun, maka dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu

tahap pelaksanaan tindakan. Dalam tahap pelaksanaan tindakan peneliti yang

menjadi guru, dan guru kelas dilibatkan sebagai pengamat yang bertugas

memberikan masukan dan kritik yang berguna bagi peneliti. Kegiatan yang

dilakukan adalah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah disusun, kegiatan yang dilakukan dalam

tahap pelaksanaan ini adalah:

a. Menyapa dan mengenalkan arti disiplin dan apa saja yang harus dilakukan

dalam membiasakan diri anak didik untuk melakukan hal-hal yang baik. b. Mulai menampilkan gambar tentang kedisiplinan anak usia dini pada anak.

c. Memberikan penjelasan dan tanya jawab mengenai gambar tersebut. d. Memberikan reward kepada anak yang aktif dalam menjawab pertanyaan.

e. Membimbing anak selama proses pembelajaran berlangsung. f. Mengamati anak selama proses pembelajaran.

Pengamatan Peneliti melakukan pengamatan pada saat kegiatan berlangsung untuk

melihat keaktifan anak didik pada saat proses pembelajaran. Pengamatan ini

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat

menghasilkan perubahan yang sesuai dengan yang dikehendaki. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan dengan mempertimbangkan pedoman

mengajar yang dilakukan serta melihat kesesuaian yang dicapai dengan yang

diinginkan dalam pembelajaran yang pada akhirnya ditemukan kelebihan dan

kekurangan untuk kemudian diperbaiki. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai

dasar untuk melaksanakan tahapan siklus berikutnya. Siklus II

ISBN: 978-602-50622-0-9 100

Page 112: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pelaksanaan siklus II sama seperti siklus I. Pada siklus II diadakan

perencanaan kembali dengan mengacu pada hasil refleksi siklus I. Siklus II

merupakan hasil kesatuan dari kegiatan perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), refleksi (reflection) seperti yang dilakukan

pada siklus I. Metode yang belum tuntas pada siklus I diulang kembali disiklus II

sebelum masuk ke materi selanjutnya.

Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

lembar pengamat atau observasi dan dokumentasi. Analisis data adalah suatu cara

menganalisis data yang diperoleh selama peneliti mengadakan penelitian.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dan kualitatif. Data yang telah

diperoleh secara kuantitatif kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif

persentase. Data kualitatif menerangkan aktivitas siswa yang dapat diperoleh dari

lembar observasi. Adapun untuk menghitung persentasi ketercapaian keberhasilan

yang diperoleh setiap anak menggunakan rumus: ℎ ℎ

Persentase = x 100%

ℎ ℎ

Yaitu:

Pi = x100%

Keterangan:

Pi : hasil pengamatan

f : jumlah skor yang diperoleh anak

n : jumlah skor total (jumlah nilai tertinggi x jumlah indikator).

Untuk memperoleh nilai rata-rata peneliti menggunakan rumus: X = Ʃ

Ʃ Keterangan :

X = nilai rata-rata

Ʃx = jumlah semua nilai anak

Ʃn = jumlah anak

Kriteria Penilaian

Kriteria penilaian pada penelitian ini ditentukan oleh peneliti berdasarkan

indikator yang telah dibuat. Maka dalam bentuk persentasi diperoleh sebagai

berikut:

(Belum berkembang): jika 1 aktivitas yang nampak (0-25% = kurang)

MB (Mulai berkembang): jika 2 aktivitas yang nampak (26-50% = cukup)

BSH (Berkembang Sesuai Harapan): jika 3 aktivitas yang nampak (51-75% =

baik)

ISBN: 978-602-50622-0-9 101

Page 113: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

BSB (Berkembang Sangat Baik): jika 4 aktivitas yang nampak (76-100% = sangat

baik).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian 1. Hasil Observasi

Awal

Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus I, dalam penelitian ini

terlebih dahulu melakukan observasi awal sebagai refleksi untuk pelaksanaan

siklus I. Observasi awal ini dilakukan untuk melihat kedisiplinan anak

kelompok A di TK Bina Anaprasa Kencana Bandar Khalifah Kecamatan

Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, sebagai subjek penelitian yang

berjumlah 10 orang anak

Diagram Batang Peningkatan Kedisiplinan Anak Pada Pra Siklus

10 7

3

0 BB MB BSH BSB

Deskripsi Hasil dan Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Perencanaan Siklus I

Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti telah menyusun perencanaan

pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, antara lain:

Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai dengan kurikulum. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Mempersiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan Mempersiapkan lembar observasi siswa tentang kegiatan pembiasaan yang

meningkatkan kedisiplinan anak.

Pelaksanaan Siklus I

Berdasarkan hasil pra siklus pertemuan yang dilakukan peneliti, maka diperoleh

hasil bahwa kedisiplinan anak masih rendah, untuk itu penelitian ini dilanjutkan

ke siklus I yang dilaksanakan 2 kali pertemuan.

Hasil Siklus I

Diagram Peningkatan Kedisiplinan Anak pada Siklus IPertemuan I dan

Pertemuan II

ISBN: 978-602-50622-0-9 102

Page 114: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

10

6 10

5 4

0 BB MB BSH BSB

Pertemuan I

Pertemuan II

Refleksi Siklus I

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, bahwa kedisiplinan anak sudah

ada yang berkembang sesuai harapan oleh karena itu, peneliti akan melakukan

perbaikan-perbaikan yang nantinya diharapkan dapat meningkatkan kedisiplinan

anak menjadi berkembang sangat baik. Refleksi siklus II yaitu :

Pada tahap ini anak mulai mampu membisakan menyalam orang tua dan guru,

berdoa sebelum dan sesudah belajar, menyusun mainan, dan tepat waktu

mengumpulkan tugas yang diberikan oleh guru. Akan tetapi hal tersebut masih

didasari oleh peringatan dan perintah guru.

Deskripsi Hasil dan Pelaksanaan Penelitian Siklus II

a. Perencanaan Siklus II

Sebelum melakukan tindakan siklus I, peneliti telah menyusun

perencanaan pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas, antara lain:

Menentukan tema yang akan diajarkan sesuai dengan kurikulum. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk rencana

pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Mempersiapkan bahan dan peralatan yang akan digunakan. Mempersiapkan lembar observasi siswa tentang kegiatan pembiasaan yang

meningkatkan kedisiplinan anak.

Pelaksanaan Siklus II

Berdasarkan hasil siklus I pada pertemuan I dan II dapat dilihat bahwa

adanya peningkatan kedisiplinan anak yang dilakukan peneliti, namun

peningkatan tersebut belum mencapai kategori berkembang sangat baik dalam arti

peneliti masih harus melanjutkan siklus II yang dilakasanakan selama 2 kali

pertemuan.

Hasil Observasi Siklus II

Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru kelompok A di TK

Bina Anaprasa kencana Bandar Khalifah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang menunjukkan bahwa aktivitas peneliti selaku guru selama tindakan

ISBN: 978-602-50622-0-9 103

Page 115: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

siklus II dalam kegiatan pembiasaan kedisiplinan lebih meningkat dari hasil

pengamatan ketika siklus I

Pertemuan I dan Pertemuan II

10

9

9

8

Pertemu

6

an I

4

1 1

Pertemu

an II 2

0

BB

MB BHS

BSB

Refleksi Siklus II

Berdasarkan hasil diskusi, observasi dan dokumentasi yang dilakukan

dapat disimpulkan bahwa penelitian tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya

karena anak sudah mengalami peningkatan kedisiplinan. Hal ini dapat dilihat dari

hasil observasi yang semakin membaik dan kedisiplinan anak mengalami

peningkatan berdasarkan persentase observasi motorik anak pada siklus II,

pertemuan pertama 9 orang yang tergolong kriteria berkembang sesuai harapan,

dan 1 orang yang tergolong kriteria berkembang sangat baik, sedangkan pada

pertemuan kedua sudah tidak ada lagi pada kriteria kurang maupun cukup, maka

hasilnya terdapat 1 orang anak yang tergolong kriteria berkembang sesuai harapan

dan 9 orang anak yang tergolong kriteria berkembang sangat baik.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil observasi terhadap penelitian tindakan kelas yang

dilakukan selama 2 siklus diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

Kemampuan kedisiplinan anak sebelum menggunakan metode pembiasaan

diperoleh 10 anak dengan kategori belum berkembang.

Pelaksanaan kegiatan pembiasaan dalam meningkatkan kedisiplinan anak di

TK Bina Anaprasa Keencana pada siklus I kegiatan pembiasaan dilakukan

dengan cara guru menjelaskan tujuan dan manfaat kedisiplinan dan pada siklus

II pembiasaan dilakukan dengan cara memberi reward kepada anak.

Peningkatan kemampuan peserta didik di TK Bina Anaprasa Kencana dapat

meningkatkan kedisiplinan melalui metode pembiasaan. Hal tersebut dapat kita

lihat berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dengan rata-rata

10 kategori anak mulai berkembang, pada siklus I pertemuan I dan II dengan

nilai rata-rata 12,8 kategori berkembang sesuai harapan dan pada siklus II

pertemuan I dan II dengan nilai rata-rata 22 kategori berkembang sangat baik.

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan beberapa saran

yaitu: Bagi guru TK Bina Anaprasa kencana disarankan agar dapat mengajarkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 104

Page 116: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pembiasaan-pembiasaan yang membuat anak tertarik dan menyenangkan,

sehingga anak terbiasa dan senang melakukan kedisiplinan sedini mungkin pada

dirinya, sehingga kedisiplinan anak pun meningkat. Hasil penelitian ini di dukung

oleh Masganti Sit, yang mengatakan di dalam ajaran Islam cara mengajar akhlak

anak kepada anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain:

Membiasakan anak melakukan hal-hal baik, misalnya membaca doa ketika

memulai sebuah pekerjaan dan ketika menyelesaikan pekerjaan. Memberikan contoh yang baik pada anak setiap perilaku yang ditunjukkan

orang tua, guru atau orang dewasa lainnya yang selalu dekat dengan anak. Memberikan pujian kepada anak yang melakukan perbuatan baik dan

memberikan nasehat kepada anak yang melakukan perbuatan buruk Penelitian ini juga didukung oleh Ahmad Tafsir yang menyatakan sebagai

berikut: Pemberian reward pada anak akan menimbulkan perbuatan baik. Oleh karena

itu, reward yang diberikan hendaknya memiliki tiga peranan penting untuk

mendidik anak dalam berperilaku: a) reward mempunyai nilai mendidik, b)

reward berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi berbuat baik, c) reward

berfungsi untuk memperkuat perilaku yang lebih baik.

DAFTAR RUJUKAN Abdussalam, Surasso. 2012. Cara Mendidik Anak Sejak Lahir Hingga TK.

Surabaya: Sukses Publishing.

Aisya, Siti. 2008. Perkembangan dan Konsep Dasra Pengembangan anak Usia

Dini,.Jakarta: Universitas Terbuka.

Amri, Sofan. 2016. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam

Kurikulum,.Jakarta: Prestasi Pustakarya.

Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak. Bandung:

Yrama Widya.

Arief, Armai. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodelogi Pembelajaran Agama Islam.

Jakarta: Ciputat.

Daulay, Haidir Putra. 2009. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di

Indonesia. Jakarta: Kencana, Ed. I.

Isjoni. 2010. Model Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta.

Lickona, Thomas. Education dor Character mendidik untuk Membentuk Karakter.

Jakarta: Bumi Aksara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 105

Page 117: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Mansyur, Ahmad. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Wahyu, Jakarta: Gaung

Persada.

Rakhma, Eugenia. 2017. Menumbuhkan Kemandirian Anak. Jogjakarta: Diandra

Primamitra Media.

ISBN: 978-602-50622-0-9 106

Page 118: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

KARANGAN DESKRIPTIFDENGAN MENGGUNAKAN

PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND

LEARNING PADA MAHASISWAPGSD UNIMEDT.A.

2015/2016

Erlinda Simanungkalit18

, Mastiana Ritonga19

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui meningkat atau tidaknya hasil

yang diperoleh mahasiswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada

materi menulis karangan deskritif. Adapun jenis penelitian ini adalah

penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah mahasiswa PGSD

UNIMED semester ganjil pada5Tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 35

orang. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes dan

observasi. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

mahasiswa. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis deskriptif

(rata-rata dan persentase). Sedangkan kriteria keterampilan menulis

didasarkan pada keterampilan secara perorangan dan klasikal. Dapat

disimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching

and Learning (CTL) dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan

mahasiswa.

Kata Kunci : Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL), keterampilan menulis.

PENDAHULUAN

Keterampilan menulis merupakan salah satu pokok bahasan penting dalam

mata pelajaran bahasa Indonesia. Dalam penguasaan bahasa seorang tidak hanya

menguasainya secara verbal. Namun juga harus mampu mengepresikan dalam

bentuk tulisan secara baik dan benar. Maka melalui prosespembelajaran bahasa

Indonesia itu pula diharapkan peserta didik memilikiketerampilan yang memadai

untuk dapat menggunakan bahasa Indonesia denganbaik dan benar.

Proses pembelajaran guru memegang peranan yang sangatpenting. Oleh

karena itu guru harus memiliki tugas dan tanggung jawab merencanakan

danmelaksanakan pembelajaran di sekolah. Selama ini guru hanya mengandalkan

metode yang bersifat konvensional, sehingga pembelajaran di kelas terjadi sangat

monoton dan pasif

Kondisi yang demikian, tentunya membuat hasil pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya dalam keterampilan menulis deskripsi belum mendapat hasil yang

maksimal atau masih dikaregorikan keterampilan menulis mahasiswa masih

rendah, mahasiswa masih sulit menuangkan isi gagasan, mengorganisasikan

18PGSD FIP UNIMED 19PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 107

Page 119: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pendapat, menata tatabahasa dan memperhatikan penggunaan ejaan serta tanda

baca dengan baik dan tepat.

Hal lain yang dapat diketahui melalui pengamatan yang berkaitan dengan

permasalahan dalamkegiatan proses pembelajaran pada materi menulis

karanganbahwa tujuan menulis agar para peserta didik agar mampu menulis

dengan baik dan tepat.Akan tetapi gurujarang sekali menyediakan wacana yang

baik sebagai model tulisan kepada paramahasiswa.. Perilaku tersebut tampaknya

dapat berpengaruh terhadapkemampuan yang dicapai oleh para mahasiswa dalam

pembelajaran menulis deskripsi.

Paparan di atas menjelaskan bahwa keterampilan menulis perlu

ditingkatkan. Sebab, bila tidakditingkatkan maka para mahasiswa akan

mengalami kesulitan dalam hal menulis. Untuk meningkatkannya diperlukan

suatu perbaikan berupa metode/pendekatan mengajar yang efektif. Pendekatan

kontekstual diprediksi dapatmeningkatkan keterampilan menulis. Pada

hakikatnya, kesulitan menulis tersebutberkaitan dengan apa yang harus ditulis

dan bagaimana cara menuangkannyadalam bentuk tulisan. Dalam hal ini

kesimpulan pertama yang bisa diperediksidari permasalahan di atas yaitu

kurangnya motivasi sehingga keterampilan menulis mahasiswa rendah.

Salah satu cara untuk mengatasi kekurangberhasilan

pembelajaranmenulis ini adalah dengan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom

Action Research). Melalui penelitian ini guru akan memperoleh manfaat praktis,

yaitudapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya,

danbagaimana cara mengatasi masalah itu. Dengan demikian guru dapat

memperbaikiproses pembelajarannya di kelas secara sadar dan terencana dengan

baik.

Untuk itu kontribusi pendekatan CTL ini terhadap pembelajaranmenulis

karangan sangatlah berarti bagi para peserta didik. Sebab masalah yangdijelaskan

di atas sudah menciptakan pemikiran (mind set)bagi peserta didikuntuk berfikir

kritis.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perludilaksanakan

penelitian dengan judul “Meningkatkan KeterampilanMenulis Karangan

Deskriptif dengan Menggunakan PendekatanContextual Teaching And

Learning(CTL)Pada mahasiswa PGSD UNIMEDT.A 2015/2016”.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah dengan

menggunakan pendekatanContextualTeaching and Learning(CTL) dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan mahasiswa PGSD UNIMED.T.A

2015/2016

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan

keterampilan menulis karangan deskriptif dengan menggunakan

pendekatanContextual Teaching and Learning (CTL).pada mahasiswa PGSD

UNIMED T.A 2015/2016

ISBN: 978-602-50622-0-9 108

Page 120: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

KAJIAN PUSTAKA

Keterampilan menulis adalah kemampuan seseorang dalam

melukiskanlambang grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri

maupun orang lainyang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol

bahasa tersebut(Agus Suriamiharja, dkk 1996: 1). Hal yang sama juga

dikemukakan oleh Izzul Hasanah (2007: 17) bahwa: Keterampilan menulis

adalahketerampilan yang paling kompleks, karena keterampilan menulis itu

merupakansuatu proses perkembangan yang menuntut pengalaman, waktu,

kesepakatan,latihan serta memerlukan cara berpikir yang teratur untuk

mengungkapkannyadalam bentuk bahasa tulis. Oleh sebab itu, keterampilan

menulis perlu mendapatperhatian yang lebih dan sungguh-sungguh sebagai salah

satu aspek dariketerampilan berbahasa.

Selain itu Heaton dalam St.Y. Slamet, (2008: 141) menyebutkan bahwa

“Sebagai keterampilan berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang sukar

dankompleks. Oleh karenanya keterampilan menulis merupakan salah satu

dariketerampilan berbahasa yang dikuasai seseorang sesudah menguasai

keterampilanmenyimak, berbicara, dan membaca”.

Di lain pihak, keterampilan menulis menurut Bryne dalam St.Y.

Slamet(2008: 141) pada hakikatnya kemampuan menulis bukan

sekedarmenuliskan simbol-simbol grafis sehingga berbentuk kata, dan kata-

katadisusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, melainkanketrampilan

menulis adalah kemampuan menuangkan buah pikiran kedalam bahasa tulis

Page 121: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh,lengkap, dan jelas sehingga

buah pikiran tersebut dapat dikomunikasikankepada pembaca dengan berhasil.

Sedangkan menurut Guntur Tarigan dalam Yant Mujiyanto, dkk

(1999:71) bahwa “Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis,

melainkanharus melalui latihan dan praktek yang banyak secara teratur”.

Berdasarkan definisi tentang keterampilan menulis yang telah diuraikan di

atasmaka dapat diambil kesimpulan bahwa keterampilan menulis merupakan

bagiandari kemampuan seseorang dalam menuangkan buah pikirannya ke dalam

bahasatulis.

Kata karangan berasal dari bahasa Latin, yaitu describereyang

berartimenulis tentang, membeberkan (memerikan), melukiskan sesuatu hal.

Dalambahasa Inggris adalahdescriptionyang tentu saja berhubungan dengan kata

kerjato describe(melukiskan dengan bahasa) (Ismail Kusmayadi, 2008).

Dalam kamus bahasa Inggris kata karangan adalah describe dan

description. Describe yang berarti melukiskan; menggambarkan; membuat;

sedangkandescriptionyakni gambaran; lukisan. Describe lebih mengarah kepada

penjelasansebagai kata kerja, sedangkandescriptionlebih sebagai kata benda.

Dilihat dari segi istilah menurut Rofiuddin, Ahmad dkk (2001: 117)

mengemukakan bahwa “Karangan adalah suatu bentuk karangan yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 109

Page 122: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

melukiskansuatu objek (berupa orang, benda, tempat, kejadian dan sebagainya)

dengan kata-kata dalam keadaan yang sebenarnya. Dalam karangan karangan

penulismenunjukkan bentuk, rupa, suara, bau, rasa, suasana, situasi sesuatu objek.

Dalammenunjukkan sesuatu tersebut penulis seakan-akan menghadirkan

sesuatukehadapan pembaca, sehingga seolah-olah pembaca dapat melihat,

mendengar, meraba, merasakan objek yang dihadirkan oleh si penulis”.

Selain itu Akhadiyah, Sabarti (2001) menjelaskan bahwa “Deskripsi

merupakan suatu upaya untuk melukiskan sesuatu dengan kata-kata untuk

menghidupkan kesan dan daya khayal mendalam dari si pembaca”. Hal senada

dikemukakan oleh Syamsuddin, dkk (2007: 81) bahwa “Paragraf deskripsi

bertujuan untuk menggambarkan suatu benda, tempat, keadaan, atauperistiwa

tertentu dengan kata-kata. Misalnya menggambarkan objek berupabenda atau

orang, digambarkan seolah-olah merasakan, menikmati, atau merasamenjadi

bagiannya. Semuanya digambarkan dengan terperinci”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

menuliskarangan adalah suatu jenis karangan yang melukiskan suatu objek

tertentu sesuaidengan keadaan yang sebenarnya sehingga pembaca dapat melihat,

mendengar,merasakan, mencium secara imajinatif apa yang dilihat, didengar,

dirasakan, dandicium oleh penulis tentang objek yang dimaksud. Menurut Yusi

Rosdiana, dkk (2008: 321) menyatakan bahwa: “Menulis karangan bertujuan

membuat para pembaca menyadari dengan hidup apa yangdiserap penulis melalui

pancaindera, merangsang perasaan pembaca mengenai apayang digambarkannya,

menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung. Objekyang dikarangankan

mungkin sesuatu yang bisa ditangkap dengan pancainderakita, sebuah

pemandangan alam, jalan-jalan kota, tikus-tikus selokan atau kudabalapan, wajah

seseorang yang cantik, atau seseorang yang putus asa, alunanmusik atau gelegar

guntur, dan sebagainya”.

Sedangkan menurut M. Atar Semi (2007: 66) bahwa “Menulis

karanganbertujuan untuk memberikan rincian atau detil tentang suatu objek,

sehingga dapatmemberi pengaruh pada emosi dan menciptakan imajinasi pembaca

bagaikanmelihat, mendengar, atau merasakan langsung apa yang disampaikan

penulis”.

Berdasarkan pemaparan tentang tujuan menulis karangan di atas,

bahwadalam menulis karangan deskriptif pembaca diharapkan akan terbawa oleh

sesuatuyang dirasakan, dialami oleh penulis dengan begitu keduanya seolah

terbawadalam satu tempat maupun suasana yang sama.

Penggambaran sesuatu dalam karangan karangan memerlukankecermatan

pengamatan dan ketelitian. Untuk bisa mengembangkan suatu objekmelalui

rangkaian kata-kata yang penuh arti sehingga pembaca dapatmemahaminya

seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, maupun menikmatisendiri objek itu

maka kita perlu untuk memahami ciri-ciri dari karangan deskriptiftersebut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 110

Page 123: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berikut ciri-ciri karangan deskriptif yaitu: (1) isi karangan bersifat

informative, (2) tulisankarangan di dasarkan atas pengamatan, (3) pembaca diajak

menikmati apa yangtelah dinikmati (meniru kesan) penulis seolah-olah melihat,

mendengar,merasakan, maupun menikmatinya, (4) susunan peristiwa tidak

menjadi utama,yang penting pesan tersampaikan kepada pembaca.

Ada dua carapendekatan yang digunakan dalam menulis karangan

deskriptif, yaitu “Pendekatan Realistis” dan “PendekatanImperesionistis.”

1) Pendekatan Realistis

Dalam pendekatan realistis ini penulis dituntut memotret hal/ benda

subjektifmungkin sesuai dengan keadaan yang dilihatnya. Ia bersikap seperti

sebuahkamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-rincian secara

orisinal,tidak dibuat-buat dan harus dirasakan oleh pembaca sebagai sesuatu

yangwajar.

2) Pendekatan Impresionistis

Impresionistis adalah pendekatan yang berusaha menggambarkan

sesuatusecara subjektif sesuai dengan impresi penulis. Isi tulisan harus

memberikansesuatu, namun cara pengungkapannya boleh dengan gaya atau cara

pandangpribadi penulisnya. Dengan pendekatan ini dimaksudkan agar setiap

penulisbebas dalam berekspresi, memberi, atau bagaimana cara ia

menikmatinya(Dosen Pengajar UMSU, 2013: 122)

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendekatan

yangdilakukan dalam kegiatan penelitian ini adalah dengan pendekatanRealistis.

Yangmana pendekatan ini berbasis pada keadaan nyata. Disini mahsiswa diajak

untukmengamati hal/ benda subjektif berdasarkan pada keadaan yang dilihatnya.

Iabersikap seperti sebuah kamera yang mampu membuat detail-detail, rincian-

rincian secara orisinal, tidak dibuat-buat dan harus dirasakan

oleh pembacasebagai sesuatu yang wajar.

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam menulis karangan deskriptif

adalahsebagai berikut:

Tentukan objek, tema yang akan dikarangankan. Menentukan tujuan penulisan karangan. Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang akan dikarangankan.

Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik (menyusun kerangka

karangan). Menguraikan kerangka karangan menjadi sebuah karangan dekripsi yang

utuh sesuai dengan tema yang ditentukan.

Mensistematiskan hal-hal yang menunjang pada bagian yang di

karangankanseperti hal-hal apa saja yang akan ditampilkan untuk membantu

memunculkankesan dan gambaran yang kuat mengenai sesuatu yang

didiskripsikan, sertapendekatan apa yang akan digunakan oleh

penulis(http://id.wikipedia.org).

ISBN: 978-602-50622-0-9 111

Page 124: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Penilaian menulis karangan mencakup berbagai macam aspek.

BurhanNurgiyantoro (2001: 306) menyatakan aspek menulis meliputi isi,

organisasi,kosakata, penggunaan bahasa, dan mekanik. Seluruh aspek penilaian

menuliskarangan tersebut dapat disajikan dalam bentuk tabel I berikut:

Tabel 2.1

Aspek Penilaian Menulis Karangan

No. Aspek

Indikator/Deskriptor Penilaian Skor Skor

Penilaian Maksimal

1 Isi Isi sesuai dengan judul 4 4

gagasan Isi cukup sesuai dengan judul 3

Isi kurang sesuai dengan judul 2

Isi tidak sesuai dengan judul 1

2 Organisasi Pengorganisasian isi sudah tepat 4 4

isi Pengorganisasian isi cukup tepat 3

Pengorganisasian isi kurang tepat 2

Pengorganisasian isi tidak tepat 1

3 Tata Tata bahasa sudah Tepat 4 4

Bahasa Tata bahasa Cukup tepat 3

Tata bahasa Kurang tepat 2

Tata bahasa tepat tepat 1

4 Gaya Penggunaan dan pemilihan kata sudah tepat 4 4

Bahasa Penggunaan dan pemilihan kata cukup tepat 3

Penggunaan dan pemilihan kata kurang

tepat 2

Penggunaan dan pemilihan kata tidak tepat 1

5 Ejaan Sesuai dengan EYD dan tanda baca 4 4

Cukup Sesuai dengan EYD dan tanda baca 3

Kurang Sesuai dengan EYD dan tanda baca 2

Tidak sesuai dengan EYD dan tanda baca 1

Sumber : dimodifikasi dari Burhan Nurgiantoro (2001: 307-308)

Keberhasilan suatu pembelajaran melibatkan berbagai faktor. Salah satu

faktor dalam pembelajaran adalah pendekatan (approach). Pendekatan dalam

pembelajaran bahasa menurut Roy Killen dalam Wina Sanjaya ( 2011: 126)

adalah seperangkat asumsi yang berhubungan dengan hakikat pembelajaran dan

pengajaran.

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

menurut Kokom Komalasari (2013: 7) adalah konsep belajar yang membantu guru

mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan

mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya

ISBN: 978-602-50622-0-9 112

Page 125: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan

keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri

pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Untuk memahami secara lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual,

Trianto (2011: 109) menyebutkan ada lima bentuk dasar pembelajaran, yaitu

Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering.

Relating adalah bentuk belajar dalam konteks kehidupan nyata atau

pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk menghubungkan

situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau dengan

problem untuk dipecahkan. Experiencing adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan

penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang diperoleh siswa melalui

pembelajaran yang mengedepankan proses berpikir kritis lewat siklus

inquiry.

Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil belajar dalam

penggunaan dan kebutuhan praktis. Dalam praktiknya, siswa menerapkan

konsep dan informasi dalam kebutuhan mendatang yang dibayangkan. Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi dan

pengalaman, saling merespon, dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar

ini tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi tetapi juga

konsisten dengan penekanan belajar kontekstual dalam kehidupan nyata.

Dalam kehidupan yang nyata siswa akan menjadi warga yang hidup

berdampingan dan berkomunikasi dengan warga lain. Transferring adalah kegiatan belajar dalam bentuk memanfaatkan

pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk

mendapatkan pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.

Kemampuan siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru tersebut

merupakan penguasaan strategi kognitif dalam menuntaskan materi.

Dengan pendekatan ini diharapkan siswa dapat menjalani sebuah proses

pembelajaran mengapresiasi cerita anak dengan adanya proses konstruksi

mengenai pengetahuan mengapresiasi cerita anak melalui penemuan, bertanya,

belajar bersama, pemodelan, melakukan refleksi bersama guru dalam situasi

belajar yang menyenangkan. Dengan pendekatan kontekstual siswa dapat

meningkatkan kemampuan dan kreativitasnya dalam mengapresiasi cerita anak.

Selain itu, ada beberapa karakteristik dan komponen-komponen pembelajaran

kontekstual. Berikut karakteristiknya menurut Kokom Komalasari, (2013; 13)

yaitu: keterkaitan, pengalaman langsung, aplikasi, kerja sama, pengaturan diri,

asesmen autentik. Dan komponen-komponen pembelajaran kontekstual menurut

Trianto (2011) adalah: Konstruktivisme (constructivisme), menemukan (inquiri),

ISBN: 978-602-50622-0-9 113

Page 126: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modelling), refleksi (reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic

assessment).

Adapun manfaat dan tujuan dari pembelajaran kontekstual adalah:

Memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang

dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks

kehidupan mereka sehari-hari sehingga siswa memiliki pengetahuan

atau keterampilan yang secara refleksi dapat diterapkan dari

permasalahan kepermasalahan lainnya.

agar dalam belajar itu tidak hanya sekedar menghafal tetapi perlu

dengan adanya pemahaman. pembelajaran ini menekankan pada pengembangan minat pengalaman

siswa. melatih siswa agar dapat berfikir kritis dan terampil dalam memproses

pengetahuan agar dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang

bermanfaat bagi dirinya sendiri dan orang lain.

agar pembelajaran lebih produktif dan bermakna serta mengajak anak

pada suatu aktivitas yang mengkaitkan materi akademik dengan

konteks kehidupan sehari-hari. agar siswa secara individu dapat menemukan dan mentrasfer informasi-

informasi komplek dan siswa dapat menjadikan informasi itu miliknya

sendiri.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kelas diuraikan secara jelas

dalam Trianto M.Pd,(2011) sebagai berikut:

Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan

cara bekerja, menemukan, dan mengontruksi sendiri pengetahuan serta

ketrampilan nya (constructivism). Guru tidak akan mampu memberikan

semua pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa dapat belajar dari

teman melalui kerja kelompok maupun diskusi. Pembelajaran dikaitkan

dengan kehidupan nyata atau masalah yang disimulasikan. Dengan

demikian pengetahuan akan keterampilan itu didapat dan terbentuk atas

kesadaran sendiri.

Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri atu menemukan semua topik

(inquiry). Kegiatan ini merupakan sebuah siklus. Siklus tersbut adalah:

observasi (observation); bertanya (question); mengajukan dugaan

(hipothesis); pengumpulan data (data gathering); dan penyimpulan

(coclusion).

Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya (question). Karena

pengetahuan yang dimiliki seseorang selau bermula dari bertanya dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 114

Page 127: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengalaman langsung. Aktivitas bertanya dapat dilakukan antara siswa

dengan siswa, guru dengan siswa, siswa dengan narasumber.

Ciptakan masyarakat belajar atau belajar dalam kelompok-kelompok

(learning community). Wujud masyarakat belajar di dalam kelas adalah

pembentukkan kelompok, bekerja berpasangan, mendatangkan narasumber

di kelas.

Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (modeling). Dalam

pemodelan guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan

melibatkkan siswa. Kegiatan pemodelan dapat berbentuk demonstrasi,

bermain peran, pemberian contoh tentang konsep atau kegiatan belajar.

Lakukan refleksi di akhir pertemuan (reflection). Pelaksanaannya dapat

berupa pernyataan langsung dari guru, catatan atau jurnal di buku siswa,

dan cara-cara lain yang ditempuh untuk mengarahkan pemahaman tentang

materi yang telah mereka dipelajari.

Lakukan penilaian yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar

siswa. Alat-alat penilaian otentik adalah seperti sebenarnya dengan

berbagai cara (authentic assessment) yang portofolio, tes

performansi/unjuk kerja, jurnal, lembar observasi, skala sikap, tes tertulis

(essai, objektif).

Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan berkomunikasi Bahasa Indonesia lisan dan tulis

peserta didik, serta menumbuhkan apresiasi terhadap karya sastra Indonesia dan

karya intelektual bangsa sendiri (Gipayana, 2008). Pembelajaran Bahasa

Indonesia memiliki nilai penting, karena pada jenjang pendidikan inilah pertama

kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan terarah.

Tabel 2.2 Cakupan kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia

Standar Kompetensi Kompetensi Indikator cakupan

Dasar materi

8. menulis 8.1Menyusun Menentukan tema Karangan Mengungkapkan karangan karangan. mahasiwa

pikiran,perasaan,dan tentang berbagai

Menyusun kerangka informasi secara tertulis topik karangan.

dalam bentuk pantun sederhana

Mengembang-kan

dengan

kerangka ka- rangan

memperhatikan

menjadi karangan

penggu- naan

yang padu.

ejaan (huruf

ISBN: 978-602-50622-0-9 115

Page 128: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

besar dan

tanda baca)

8.2 Menulis Membaca naskah Ejaan dan

pengumu- pengu-muman acak tanda baca

man Menyusun naskah

dengan

pengu-muman acak

bahasa yang

menjadi peng-

baik

dan

umuman padu

benar serta

disertai penggu-naan

memperhatik

ejaan dan tanda baca

an penggu-

yang sesuai

naan ejaan Menulis naskah

pengumuman sendiri

8.3 Membuat Menyusun pantun Pantun

pantun anak anak anak

yang Menyempurna-kan

menarik

pantun

tentang

Membuat pantun

berbagai

sendiri tentang

tema

ketekunan

(persahabata

n, keteku-

nan,

kepatuhan,

dll.) sesuai

dengan ciri-

ciri pantun

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai

sasaran utama. Dimana penelitian ini sebagai upaya untuk meningkatakan

keterampilan menulis karangan deskriptif pada mahsiswa PGSD FIP UNIMED

Penelitian ini menggunakan tes sebagai instrumen penelitian. Tes yang diberikan

berbentuk uraian yang dikerjakan oleh mahasiswa PGSD yang berjumlah 35

orang. Sedangkan untuk pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan CTL

dilakukan dengan observasi yang dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar .

Tercapainya indikator keberhasilan dapat dianalisis dengan memakai data

persentase sebagai berikut:

Dengan rumus:

ISBN: 978-602-50622-0-9 116

Page 129: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Rumus individu:

= ℎ

100

Rumus klasikal:

PKK = ≥70%( )

x 100% ( )

Dimana kriteria yang digunakan sebagai berikut:

90-100 = sangat baik = Terampil

80-89 = baik = Terampil

70-79 = sedang/cukup = Terampil

< 69 = rendah = Belum terampil

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian selama siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa

dengan menggunakan pendekatan CTL terdapat peningkatan keterampilan

menulis karangan deskriptif pada mahasiswa PGSD.Hal ini menunjukkan

tercapainya indikator keberhasilan dapat dianalisis dengan memakai data

persentase sebagai berikut:

Setelah dianalisis, hasil yang diperoleh pada tes awal jumlah siswa yang

memperoleh skor ≥ 69 hanya 7 siswa (20%), pada siklus I, siswa yang

memperoleh skor ≥ 69 berjumlah 19 siswa (54,28%) dan pada siklus II, siswa

yang memperoleh skor ≥ 69 berjumlah 28 siswa (80%). Berarti siswa yang

memperoleh skor ≥ 69dari tes awal, siklus I dan siklus II semakin meningkat. Hal

ini membuktikan bahwa hipotesis yang dirumuskan atas penelitian ini diterima,

artinya dengan penggunaan pendekatan contextual teaching learning (CTL) dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan deskriptif pada mahsiswa PGSD

UNIMED kelas tahun ajaran 2015/2016.

Berikut disajikan tabel tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menulis

karangan deskriptif yaitu:

Tabel 4.7 tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menulis karangan

deskriptif pada pre tes (tes awal), siklus I dan siklus II

Soal Nilai tes awal Nilai tes siklus I Nilai tes siklus II

Rata-rata nilai 56,14 65,14 73,71

siswa berhasil 7 (20%) 19 (54,28%) 28 (80%)

siswa belum 28 (80%)

16 (45, 72%)

7 (20%)

berhasil

ISBN: 978-602-50622-0-9 117

Page 130: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berdasakan pada tabel di atas telah tergambar bahwa dengan

menggunakan pendekatan CTL keterampilan menulis karangan deskripsi

mahasiswa dapat dilihat terjadi peningkatan secaara signifikan dari tes awal,

siklus I dan siklus II. Tingkat persentasi keberhasilan dapat dilihat pada gambar

berikut:

PRESENTASI :

80,00%

Terampil

Belum Tuntas

80,00%

80,00%

70,00%

60,00%

54,28%

50,00%

45,72%

40,00%

30,00% 20,00%

20,00%

20,00%

10,00%

0,00%

PRA SIKLUS SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 4.10 Grafik Rata-Rata Peningkatan Kemampuan Mahasiswa

Berdasarkan analisis data yang menunjukkan adanya peningkatan

kemampuan menulis karangan deskripstif ini dapat diterima/diyakini karena

mahasiswa lebih mudah mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan

deskriptif dengan menggunakan pendekatan CTL. Hal ini membuktikan

penggunaan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan keteterampilan menulis karangan deskriptif maasiswa.PGSD

UNIMED T,A 2015/2016

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka hasil penelitian

dapat disimpulkan sebagai berikut:

Penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) dalam menulis karangan deskriptif dapat dijadikan alternatif untuk

meningkatkan keterampilan menulis karangan deskriptif pada mahasiswa Hasil

penelitian tersebut adalah: pada pre tes mendapat nilai rata-rata 56,14. Pada siklus

I dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan hasil tes rata-rata 65,14 dan

jumlah yang terampil sebanyak 19 orang (54,28%). Hasil ini belum maksimal

karena nilai yang diperoleh tidak mencapai ketuntasan minimal ≥ 69.

ISBN: 978-602-50622-0-9 118

Page 131: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Selanjutnya, pelaksanaan siklus II dilakukan dengan melihat hasil yang

didapat dan kekukarangan-kekurangan pada siklus I. Untuk meningkatkan hasil

belajar yang telah ditetapkan maka dilakukan perbaikan-perbaikan dalam proses

pembelajaran. Setelah dilaksanakan siklus II ini hasil belajar yang didapat

mengalami peningkatan dari hasil sebelumnya (siklus I). Rata-rata yang diperoleh

siswa pada siklus II yaitu sebesar 73,71 dengan jumlah mahasiswa yang terampil

80%.

Pelaksanaan tindakan dimulai dari pre tes, siklus I dan siklus II mengalami

perubahan pada hasil yang didapat. Hal ini menunjukkan bahwasanya dengan

menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dapat

meningkatkan keterampilan menulis karangan deskriptif pada mahasiswa Selain

itu, dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) ini juga mampu

memahami tentang penggunaan tanda baca dan penggunaan huruf kapital dalam

menulis karangan deskripsidengan baik.

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, Sabarti, dkk. 2012. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia. Jakarta: Erlangga

Burhan Nurgiantoro. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta Anggota IKAPI..

Dewi, Rosmala. 2010. Profesionalisasi Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas.

Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ibad, Muhammad Nurul. 2007. Suluk Jalan Terbatas. Yogyakarta: PT. LkiS

Pelangi Aksara.

Kokom, Komalasari. 2013. Contextual Teaching And Learning. Bandung:

M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa

Nur Tanjung, Bahdin dan Ardial. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Jakarta: Kencana Prenada Media group.

Rosidi, Imron. 2013. Menulis Siapa Takut. Yoyakarta: Kanisius

Subana, & Sunarti. 2000. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung:

Pustaka Setia.

ISBN: 978-602-50622-0-9 119

Page 132: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar

Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Setyosari, Punaji. 2012. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada media Group.

Tarigan, Guntur. 2005. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung: Angkasa.

Taufik, Imam. 2013. Cinta Bahasa Kita Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk

SD Kelas 4. Jakarta: Ganeca Exact.

Tim Pengajar UMSU. 2013. Keterampilan Menulis. Medan: UMSU

Tim Penyusun Unimed. 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. Medan: UNIMED

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

ISBN: 978-602-50622-0-9 120

Page 133: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

MATERI AKTIVITAS EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH

DI KELAS IV MIN MEDAN TEMBUNG

TAHUN AJARAN 2016/2017

Syarifah Aini20

, Athiyyah Zahrah Al Fananie21

Surel: [email protected], [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) hasil belajar sebelum

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada

mata pelajaran IPS Materi Aktivitas Ekonomi di kelas IV MIN Medan Tembung, (2) hasil belajar setelah menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Make A Match pada mata pelajaran IPS materi Aktivitas

Ekonomi di kelas IV MIN Medan Tembung, dan (3) Penerapan

menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match pada

mata pelajaran IPS yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV

MIN Medan Tembung. Penelitian ini berupa PTK (Penelitian Tindakan

Kelas), dengan subjek penelitian berjumlah 35 siswa. Kesimpulan dari hasil

penelitian adalah: (1) hasil belajar siswa sebelum tindakan mendapat nilai

rata-rata 71,42, siswa yang tuntas sebanyak 34,29% (12 siswa). (2) hasil

belajar siswa setelah diterapkan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make

A Match pada siklus I nilai rata-rata menjadi 77,72 siswa yang tuntas

sebanyak 62,86% (22 siswa). (3) hasil belajar siklus II nilai rata-rata

meningkat menjadi 82 siswa yang tuntas sebanyak 80% (28 siswa).

Kata Kunci : Model Pembelajaran, Kooperatif Tipe Make A Match, Hasil Belajar.

PENDAHULUAN

Dalam istilah asing, “Pendidikan” itu disebut “Paedagogiek”. Mulanya

”Paedagogiek” dimaksudkan budak yang pandai dan dewasa yang diserahkan

(ditugaskan) untuk mengantar anak tuannya ke sekolah sambil membawa alat-alat

sekolahnya. Pengertian tugas ini kemudian diperluaskan menjadi kewajiban

membimbing moral dan tingkah laku anak, sehingga sekarang istilah

“Paedagogiek” berarti ilmu tentang perbuatan mendidik, “Paedagoog” berarti ahli

didik atau pendidik.

Selanjutnya, pendidikan adalah pertolongan yang diberikan oleh orang

dewasa yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak untuk menuju

ketingkat dewasa. Oleh karena itu, dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pengajaran secara sadar oleh si pendidik

terhadap perkembangan jasmaniah dan rohaniah anak didik demi terwujudnya

Program Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan1

Program Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan1

ISBN: 978-602-50622-0-9 121

Page 134: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

tujuan pendidikan. Dalam mencapai tujuan pendidikan banyak faktor yang

mempengaruhi untuk terwujudnya tujuan pendidikan tersebut.

Tujuan pendidikan nasional merupakan tujuan pendidikan yang paling

tinggi dalam hirarki tujuan-tujuan pendidikan yang ada, yang bersifat ideal dan

umum. Menurut Undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, tujuan pendidikan Nasional adalah untuk menciptaan manusia Indonesia

yang beriman, bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,

memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap, mandiri dan memiliki rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Jelas dalam penjelasan diatas, bahwa tujuan

pendidikan adalah hal yang sangat penting serta dalam prosesnya membutuhkan

waktu yang sangat lama. Berdasarkan keterangan tujuan diatas siswa dibimbing

dan diarahkan perkembangannya, sehingga menghasilkan pendidikan yang

berkualitas.

Pendidikan IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat

memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai masyarakat lokal maupun

global sehingga mampu hidup bersama-sama dengan masyarakat lainnya.

Selanjutnya,tujuan pendidikan IPS adalah membekali anak didik dengan

pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam pasal 37 UU Sisdiknas dikemukakan bahwa mata pelajaran IPS

merupakan muatan wajib yang harus ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan

menengah. Lebih lanjut dikemukakan pada bagian penjelasan UU Sisdiknas pasal

37 bahwa bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain, ilmu bumi, sejarah,

ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi

sosial masyarakat.

Pada pembelajaran IPS terdapat banyak jenis model pembelajaran yang

dapat digunakan sebagai metode pembelajaran IPS. Model pembelajaran alternatif

untuk bidang ilmu-ilmu sosial seperti: Model inkuiri, problem solving ,berfikir

kritis, pengambilan keputusan dan lain sebagainya. Model pembelajaran

kooperatif tipe Make A Match (Mencari Pasangan) ini merupakan model

pembelajaran yang mana siswa diajak untuk mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.

Selanjutnya, pada model pembelajaran ini menitikberatkan gotong royong atau

kerjasama kelompok.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian Tindakan kelas (PTK). Penelitian

memutuskan menggunakan metode ini karena PTK dilaksanakan di dalam kelas

ketika proses pembelajaran sedang berlangsung.

Adapun pengertian penelitian tindakan kelas menurut Kunandar adalah:

ISBN: 978-602-50622-0-9 122

Page 135: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk

menyelesaikan suatu masalah. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki

atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar mengajar.

Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru.

Sedangkan Menurut Suharsimi Arikunto, pengertian penelitian Tindakan

Kelas adalah:

Penelitian menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan

menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoeh data atau

informasi yang bermanfaat dalam meningatkan mutu suatu hal yang menarik

minat dan penting bagi peneliti.

Tindakan menunjukkan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja dilakukan

dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan

untuk siswa.

Kelas dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam

pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal delam bidang

pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah

sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama meneriuma pelajaran yang

sama dari guru yang sama pula.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan

Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru

yang dilakukan oleh siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan dengan upaya yang optimal untuk meningkatkan

kemampuan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) materi Kegiatan Ekonomi (Pasar). Langkah pertama yang dilakukan peneliti

adalah mengidentifikasi masalah yang akan diteliti berdasarkan hasil wawancara

peneliti dengan guru kelas dan hasil pengamatan terhadap siswa dalam mengikuti

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Sebelum melakukan tindakan, siswa diberi test awal atau pre test kepada

siswa sebanyak 10 soal untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Make A Match.

Pemberian soal ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi Kegiatan Ekonomi (Pasar). Selain itu

juga digunakan untuk mengetahui gambaran-gambaran kesulitan yang dialami

siswa dalam menyelesaikan soal-soal tentang materi Kegiatan Ekonomi (Pasar).

ISBN: 978-602-50622-0-9 123

Page 136: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari hasil penelitian, sebelum dilaksanakannya tindakan nilai rata-rata

kelas pada pra tindakan adalah 71,42 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai

80 keatas sebanyak 12 siswa atau sebesar 33,29 %. Hal ini dipengaruhi oleh

belum adanya penerapan model pembelajaran make a match oleh peneliti. Karena

ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai maka dibuat alternative

perbaikan skenario pembelajaran.

Kemudian peneliti memberikan tindakan kepada siswa pada siklus I yaitu

melalui model pembelajaran make a match. Berdasarkan hasil penelitian, Setelah

pemberian tindakan melalui penerapan model pembelajaran make a match yang

dilakukan peneliti pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa 77,72 dengan

jumlah siswa yang memperoleh nilai 80 keatas sebanyak 22 siswa atau sebesar

62,86%.

Berdasarkan analisis data siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa

penerapan model pembelajaran make a match yang dilakukan peneliti belum

dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aktivitas ekonomi. Sehingga

perlu perbaikan dan pengembangan dengan menggunakan model pembelajaran

make a match.

Pada siklus II siswa memperoleh nilai rata-rata 82 dengan jumlah siswa

yang memperoleh nilai 80 keatas sebanyak 28 siswa atau sebesar 80%. Lebih

jelasnya peningkatan hasil belajar dapat dilihat rata-rata nilai saat test awal, hasil

belajar siklus I dan pada siklus II, seperti tabel dibawah ini:

Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Pada Pre Test, Siklus I, dan Siklus II

No Deskripsi Nilai Nilai Rata-rata

1 Test awal 71,42

2 Siklus I 77,72

3 Siklus II 82

Pada tindakan siklus II merupakan perbaikan pembelajaran yang

dilaksanakan pada siklus I. Dari test hasil belajar diperoleh nilai rata-rata kelas

meningkat, hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran make a match yang dilaksanakan peneliti dapat meningkatkan hasil

belajar Ilmu Pengetahuan Sosial materi aktivitas ekonomi pada kelas IV MIN

MEDAN TEMBUNG. Hal tersebut dapat dilihat pada perubahan hasil belajar

siswa dimulai pra tindakan, siklus I hingga siklus II pada grafik berikut:

Grafik Hasil … 100

71,42 77,72

82 Grafik

80

Hasil

60 Belajar

Pre TestSiklus SiklusI II Siswa

Gambar 1. Grafik Pencapaian Hasil Belajar Siswa

ISBN: 978-602-50622-0-9 124

Page 137: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Walaupun penelitian ini telah berhasil mencapai tujuan yang diharapkan,

akan tetapi peneliti mengakui bahwa masih ada kelemahan dalam penelitian yang

mempengaruhi keberhasilan dan tuntutan model pembelajaran make a match. Hal

ini disebabkan karena keterbatasan yang ada pada peneliti serta adanya

kemungkinan siswa kurang sungguh-sungguh dalam menyelesaikan soal test yang

diberikan.

Berdasarkan hasil peneliti dan hasil analisis data diperoleh kesimpulan

bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make a match

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang

diberikan. Dengan demikian pembelajaran dengan model pembelajaran make a

match mempunyai peranan penting sebagai salah satu upaya meningatkan hasil

belajar siswa.

Berdasarkan gambar 4.1 bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa

mulai dari pre test, hingga hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan

model pembelajaran make a match dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada

mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi aktivitas ekonomi di kelas IV

MIN MEDAN TEMBUNG Tahun Ajaran 2016/2017.

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data pada penelitian ini, maka penulis mengambil

beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Hasil belajar siswa kelas IV MIN MEDAN TEMBUNG T.A. 2016/2017

pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi aktivitas ekonomi

sebelum diterapkannya model pembelajaran make a match masih sangat

rendah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya presentase ketuntasan belajar

siswa secara klasikal yang hanya 12 dari 35 orang siswa (34,29%) yang

dinyatakan tuntas dengan nilai rata-rata 71,42.

Hasil belajar siswa meningkat pada setiap siklus. Hal ini terlihat dari hasil

penelitian ini berupa peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial materi aktivitas ekonomi setelah diterapkannya

model pembelajaran make a match pada saat siklus I nilai rata-rata kelas

77,72 dengan tingkat ketuntasan 22 orang siswa (62,86%) sedangkan pada

siklus II nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 82 dengan tingkat

ketuntasan 28 orang siswa (80%).

Selama proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran make

a match respon dan hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan. Siswa

menjadi lebih aktif dan rasa ingin tahu siswa menjadi besar. Sehingga

suasana dalam proses pembelajaran jadi lebih aktif. Dan dengan

menggunakan model make a match ini hasil belajar siswa menjadi meningkat

dan respon guru terhadap penggunaan model pembelajaran make a match

pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sangat baik, karena

ISBN: 978-602-50622-0-9 125

Page 138: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dengan menggunakan model pembelajaran make a match hasil belajar siswa

dapat meningkat dan siswa lebih mudah memahami pelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

A.Bakar, Rosdiana. 2012. Pendidikan Suatu Pengantar. Bandung: Cipta Pustaka Media Printis.

Ananda, Rusdi, dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Cipta pustaka

Media.

Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aqib, Zainal, dkk. 2009. Penelitian Tindakan kelas Untuk Guru SD, SLB, dan TK.

Bandung: Yrama Widya.

Bahri, Djamarah, Syaiful. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, Rudy. 2013. Pendidikan IPS. Bandung: CV.Alfabeta.

http//adintawindrapurnadari.blogspot.in/2013/05/v-behaviorurdefaultvmlo.html

(diakses pada tanggal 24 Februari 2017 jam 21.00 wib).

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Idi, Abdullah. 2014. Pengembangan Kurikulum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Khairani, Makmun. 2013. Psikologi Belajar. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Kurniasih, Imas, dkk. 2015. Ragam Pembelajaran Model Pembelajaran.

Yogyakarta: Kata Pena.

Mardianto. 2014. Psikologi Pendidikan. Medan: Perdana Publishing.

Mastur, dkk. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk sekolah dasar. Semarang:

Aneka Ilmu.

Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Ngalim, dkk. 2011. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Presindo.

ISBN: 978-602-50622-0-9 126

Page 139: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita
Page 140: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Prastowo, Andi. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: DIVA

Press.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Belajar untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar. Bandung: Alfabeta.

Sapriya. 2009. Konsep dan Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: Rosda

Karya.

Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pres.

Trianti. 2012. Model Pembelajaran Terpadu konsep,strategi dan implementasinya

dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi. Jakarta: Impi Bumi Aksara.

Usiono. 2015. Filsafat Pendidian Islam. Bandung: Cipta pustaka Media.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasinya dalam

Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana.

ISBN: 978-602-50622-0-9 127

Page 141: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

KONTRIBUSI PERMAINAN MATEMATIKA KREATIF DAN KEMAMPUAN

NUMBER SENSE TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

SEKOLAH DASAR

Frida Marta Argareta Simorangkir22

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk menguji dan menganalisis kontribusi permainan

matematika kreatif dan kemampuan number sense terhadap hasil belajar

siswa Sekolah Dasar. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

korelasional dengan populasi sebanyak 63 orang, sampel sebanyak 23

orang yang diperoleh dengan cara random. Instrumen yang digunakan

adalah angket permainan matematika kreatif dan tes uraian untuk mengukur

kemampuan number sense dan hasil belajar matematika siswa. Hasil

penelitian sebagai berikut : (1) semua siswa tidak memiliki kepekaan yang

baik mengenai bilangan, hubungan antar bilangan, operasi bilangan,

hubungan antar operasi bilangan beserta sifat-sifatnya dan berfokus pada

penggunaan perhitungan prosedural. Siswa dengan kemampuan number

sense yang baik akan mampu memanfaatkan pengetahuannya tentang

bilangan dalam pemecahan masalah matematika, (2) terdapat kontribusi

positif permainan matematika kreatif terhadap hasil belajar siswa sebesar

0,416 atau 41,6% sisanya yaitu 58,4% dipengaruhi variabel lain di luar

variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Kata Kunci: Permainan Matematika Kreatif, Kemampuan Number Sense, Hasil Belajar Matematika

PENDAHULUAN

Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi-materi

matematika di Sekolah Dasar. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman mereka

terhadap konsep dasar bilangan beserta operasinya, khususnya bilangan bulat.

Pilmer (2008) mengungkapkan bahwa kemampuan number sense setiap siswa

berbeda karena number sense berkembang seiring pengalaman dan pengetahuan

siswa yang didapatkan dari pendidikan formal maupun informal. Pada dasarnya

kemampuan number sense merupakan kemampuan yang bisa dilatih pada setiap

anak. Seorang anak tidak terlahir dengan membawa kemampuan number sense,

tetapi para pendidik yang harus menggali dan diharapkan bisa meningkatkan

kemampuan number sense siswa selama proses pembelajaran, terutama

kemampuan number sense mereka dalam memecahkan masalah matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Aunio, Niemivirta, Hautamaki, Luit, Shi &

Zhang (2006) menunjukkan bahwa number sense dapat membantu memudahkan

Prodi Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

ISBN: 978-602-50622-0-9 128

Page 142: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

anak dalam kegiatan operasional kuantitas dan sistem bilangan. Pernyataan dari

penelitian tersebut menyiratkan bahwa number sense memiliki pengaruh yang

besar terhadap peningkatan pemahaman peserta didik dalam pembelajaran

matematika. Dapat dikatakan bahwa kemampuan number sense merupakan

landasan atau fondasi awal dalam keterampilan dan penguasaan konsep-konsep

matematika pada jenjang yang lebih tinggi.

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan number sense siswa adalah

menciptakan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan. Pembelajaran

akan efektif jika siswa diberi kesempatan untuk merencanakan dan menggunakan

cara belajar yang mereka senangi supaya siswa dapat memahami dengan baik

materi yang sedang dipelajari. Penggunaan metode yang tepat dapat membantu

siswa untuk lebih mudah memahami materi yang disampaikan guru. Metode

permainan dalam matematika merupakan salah satu alternatif untuk diterapkan

dalam pembelajaran matematika. Sebagaimana pendapat Ruseffendi (1991)

menyatakan bahwa metode permainan dalam matematika memiliki manfaat

untuk: 1) menimbulkan dan meningkatkan minat, 2) menimbulkan sikap positif

terhadap matematika, 3) mengembangkan konsep, 4) latihan keterampilan, 5)

hiburan.

Permainan dalam matematika dapat digunakan sebagai pendekatan untuk

menumbuhkan minat dan respon positif terhadap pembelajaran matematika.

Namun demikian tidak selamanya permainan membuahkan hasil yang diharapkan.

Menurut Ruseffendi (1991) agar permainan matematika mengenai sasaran

hendaknya guru memperhatikan hal-hal berikut : (1) Waktu penggunaannya tepat,

(2) Sesuai dengan tujuan serta (3) Cara penggunaannya tepat.

Salah satu permainan matematika kreatif adalah catur kuta bali. Permainan

(game) catur kuta bali merupakan kependekan dari catur kurang tambah bagi kali.

Permainan ini membutuhkan kemampuan dasar operasi hitung kurang, tambah,

bagi dan kali pada bilangan bulat. Permainan (game) catur kuta bali dapat

dijadikan alternatif untuk diterapkan dalam pembelajaran matematika karena

dapat menanamkan kemampuan bernalar, melatih kecepatan berpikir dan

meningkatkan kemampuan number sense siswa sehingga hasil belajar matematika

siswa akan meningkat.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan di SD Swasta Sinar

Pembaharuan Hidup Tanjung Mulia Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah

siswa kelas IV SD Swasta Sinar Pembaharuan Hidup Tanjung Mulia Medan. Jenis

penelitian yang digunakan adalah penelitian ini adalah kuantitatif korelasional

dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dan ganda. Adapun variabel

yang diukur dalam penelitian ini yaitu variabel bebas berupa permainan

matematika kreatif dan kemampuan number sense siswa. Variabel terikat berupa

hasil belajar matematika siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

ISBN: 978-602-50622-0-9 129

Page 143: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

yaitu angket permainan matematika kreatif dan tes uraian untuk mengukur

kemampuan number sense dan hasil belajar matematika siswa. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert. Soal tes kemampuan

number sense dan hasil belajar matematika siswa terdiri dari 5 soal berbentuk

uraian yang memuat materi operasi pada bilangan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

a) Uji Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional satu variabel

independen (X) adalah kemampuan number sense siswa dengan satu variabel

dependen (Y) yaitu hasil belajar matematika siswa. Hasil pengolahan data dengan

bantuan Software SPSS 15.0 for Windows dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 Analisis Regresi Linier Sederhana Kemampuan Number Sense Siswa

dan Hasil Belajar Matematika

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized

Mode Coefficients Coefficients t Sig.

l B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) 78.785 8.793 8.960 .000

number_sense .041 .124 .061 .332 .742

a Dependent Variable: hasil_belajar Berdasarkan Tabel 1 diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = 78,785 + 0,041 X

Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi antara

variabel kemampuan number sense siswa berpengaruh positif sebesar 0,041

terhadap variabel hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika.

Demikian juga data akan dianalisis dengan regresi linier sederhana yang

didasarkan pada hubungan fungsional satu variabel independen (X) adalah

penggunaan permainan matematika kreatif yaitu permaianan catur kuta bali

dengan satu variabel dependen (Y) yaitu hasil belajar matematika siswa. Hasil

pengolahan data dengan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows dapat dilihat

pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Analisis Regresi Linier Sederhana Permainan Matematika Kreatif

dan Hasil Belajar Matematika

Coefficients(a)

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients t Sig.

Mode Std. Std.

l B Error Beta B Error

1 (Constant) 74.150 11.734 6.319 .000

ISBN: 978-602-50622-0-9 130

Page 144: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

matematika_krea

.099

.153

.117

.645

.524

tif

a Dependent Variable: hasil_belajar

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut:

Y = 74,15 + 0,099 X

Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi antara

variabel penggunaan permainan matematika kreatif yaitu catur kuta bali

berpengaruh positif sebesar 0,099 terhadap variabel hasil belajar matematika

siswa dalam pembelajaran matematika.

b) Uji Koefisien Determinasi

Uji Koefisien Determinasi didasarkan pada hubungan fungsional satu

variabel independen (X) adalah kemampuan number sense siswa dengan satu

variabel dependen (Y) yaitu hasil belajar matematika siswa. Hasil pengolahan data

dengan bantuan Software SPSS 15.0 for Windows dapat dilihat pada Tabel 3

berikut:

Tabel 3 Koefisien Determinasi Kemampuan Number Sense Siswa dan Hasil

Belajar Matematika

Correlations

number_sense hasil_belajar

number_sense Pearson Correlation 1 .061

Sig. (2-tailed) .742

N 32 32

hasil_belajar Pearson Correlation .061 1

Sig. (2-tailed) .742

N 32 32

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh korelasi antara variabel kemampuan number

sense siswa dengan variabel hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran

matematika sebesar 0,061. Koefisien determinasi sebesar 0,742. Hal ini berarti

kemampuan number sense siswa berpengaruh sebesar 0,742 atau 74,2% terhadap

hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan

sisanya 25,8% hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika

dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Demikian juga analisis data dengan Uji Koefisien Determinasi didasarkan

pada hubungan fungsional satu variabel independen (X) permainan matematika

kreatif yaitu catur kuta bali dengan satu variabel dependen (Y) yaitu hasil belajar

matematika siswa. Hasil pengolahan data dengan bantuan Software SPSS 15.0 for

Windows dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

ISBN: 978-602-50622-0-9 131

Page 145: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel 4 Koefisien Determinasi Permainan Matematika Kreatif

dan Hasil Belajar Matematika Correlations

hasil_belajar matematika_kreatif

hasil_belajar Pearson Correlation 1 .117

Sig. (2-tailed) .524

N 32 32

matematika_kreatif Pearson Correlation .117 1

Sig. (2-tailed) .524

N 32 32

Berdasarkan Tabel 4 diperoleh korelasi antara variabel penggunaan

permainan matematika kreatif yaitu catur kuta bali dengan variabel hasil belajar

matematika siswa dalam pembelajaran matematika sebesar 0,117. Koefisien

determinasi sebesar 0,524. Hal ini berarti penggunaan permainan matematika

kreatif yaitu catur kuta bali berpengaruh sebesar 0,524 atau 52,4% terhadap hasil

belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan sisanya

47,5% hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika

dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

c) Uji Koefisien Regresi Linier Berganda

Uji Regresi Linier Berganda didasarkan pada hubungan fungsional dua

variabel independen (X1) adalah kemampuan number sense siswa dan (X2) adalah

permainan matematika kreatif dengan satu variabel dependen (Y) yaitu hasil

belajar matematika siswa. Hasil pengolahan data dengan bantuan Software SPSS

15.0 for Windows dapat dilihat pada Tabel 5 dan 6 berikut:

Tabel 5 ANOVA ANOVA(b)

Sum of

Model Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 39.477 2 19.738 23.352 .000(a)

Residual 1628.083 29 56.141

Total 1667.560 31

Predictors: (Constant), matematika_kreatif, number_sense Dependent Variable: hasil_belajar

Dari Tabel 5 ANOVA diperoleh nilai F sebesar 23,352 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,000 menunjukkan bahwa ada pengaruh dari variabel X

terhadap variabel Y, (0,000 < 0,05) berarti model regresi signifikan. Demikian

pula berdasarkan Tabel 6 berikut:

ISBN: 978-602-50622-0-9 132

Page 146: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel 6 Coefficients Coefficients(a)

Standardize

Unstandardize d Collinearity

Model d Coefficients Coefficients t Sig. Statistics

Std. Toler Std.

B Error Beta ance VIF B Error

1 (Constant 67.155

17.49 3.839 .001

) 3

number_ .071 .131 .105 2.745 .045 .911 1.097

sense

matemati

ka_kreati .125 .162 .148 1.771 .037 .911 1.097

f

a Dependent Variable: hasil_belajar

Persamaan regresi, yaitu Y = 67,155 + 0,071X1 + 0,125X2 . Standard

Error of Estimate (SE) adalah 17,493 atau 18 unit (dibulatkan). Angka 0,105 pada

Standardized Coefficients (Beta) menunjukkan tingkat korelasi antara hasil belajar

matematika dan kemampuan number sense. Sedangkan 0,148 menunjukkan

tingkat korelasi antara hasil belajar matematika dan permainan matematika

kreatif. Nilai signifikansi kemampuan number sense sebesar 0,045 < 0,05 maka

terdapat pengaruh kemampuan number sense terhadap hasil belajar matematika

siswa. Nilai signifikasi permainan matematika kreatif sebesar 0,037 < 0,05 maka

terdapat pengaruh permainan matematika kreatif terhadap hasil belajar

matematika siswa.

Dengan nilai df sebesar = 23 - 2 - 1 = 20 pada taraf signifikansi 0,05 maka

diperoleh nilai ttabel = 1,724. Nilai thitung kemampuan number sense sebesar 2,745 >

ttabel maka terdapat pengaruh kemampuan number sense terhadap hasil belajar

matematika siswa. Nilai thitung permainan matematika kreatif sebesar 1,771 > ttabel

maka terdapat pengaruh permainan matematika kreatif terhadap hasil belajar

matematika siswa.

Oleh karena itu, kemampuan number sense siswa perlu dilatih dalam

setiap pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil belajar matematika

siswa. Disamping itu, dalam pembelajaran matematika diperlukan permainan

matematika kreatif agar siswa memiliki minat dan respon belajar yang positif

terhadap pembelajaran matematika sehingga hasil belajar matematika siswa

meningkat.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan

sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Diperoleh persamaan regresi linier sederhana sebagai berikut: Y = 78,785 +

0,041 X. Dari persamaan tersebut dapat diartikan bahwa koefisien arah regresi

ISBN: 978-602-50622-0-9 133

Page 147: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

antara variabel kemampuan number sense siswa berpengaruh positif sebesar

0,041 terhadap variabel hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran

matematika. Demikian pula diperoleh persamaan regresi linier sederhana

sebagai berikut: Y = 74,15 + 0,099 X. Dari persamaan tersebut dapat diartikan

bahwa koefisien arah regresi antara variabel penggunaan permainan

matematika kreatif yaitu catur kuta bali berpengaruh positif sebesar 0,099

terhadap variabel hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran

matematika.

Berdasarkan hasil Uji Koefisien Determinasi diperoleh korelasi antara variabel

kemampuan number sense siswa dengan variabel hasil belajar matematika

siswa dalam pembelajaran matematika sebesar 0,061. Koefisien determinasi

sebesar 0,742. Hal ini berarti kemampuan number sense siswa berpengaruh

sebesar 0,742 atau 74,2% terhadap hasil belajar matematika siswa dalam

pembelajaran matematika, sedangkan sisanya 25,8% hasil belajar matematika

siswa dalam pembelajaran matematika dipengaruhi oleh variabel lain di luar

variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Demikian pula hasil Uji Koefisien

Determinasi diperoleh korelasi antara variabel penggunaan permainan

matematika kreatif yaitu catur kuta bali dengan variabel hasil belajar

matematika siswa dalam pembelajaran matematika sebesar 0,117. Koefisien

determinasi sebesar 0,524. Hal ini berarti penggunaan permainan matematika

kreatif yaitu catur kuta bali berpengaruh sebesar 0,524 atau 52,4% terhadap

hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika, sedangkan

sisanya 47,5% hasil belajar matematika siswa dalam pembelajaran matematika

dipengaruhi oleh variabel lain di luar variabel yang diteliti dalam penelitian ini.

Berdasarkan hasil Uji Regresi Linier Berganda yaitu persamaan regresi, yaitu

Y = 67,155 + 0,071X1 + 0,125X2 . Standard Error of Estimate (SE) adalah

17,493 atau 18 unit (dibulatkan). Angka 0,105 pada Standardized Coefficients

(Beta) menunjukkan tingkat korelasi antara hasil belajar matematika dan

kemampuan number sense. Sedangkan 0,148 menunjukkan tingkat korelasi

antara hasil belajar matematika dan permainan matematika kreatif. Nilai

signifikansi kemampuan number sense sebesar 0,045 < 0,05 maka terdapat

pengaruh kemampuan number sense terhadap hasil belajar matematika siswa.

Nilai signifikasi permainan matematika kreatif sebesar 0,037 < 0,05 maka

terdapat pengaruh permainan matematika kreatif terhadap hasil belajar

matematika siswa. Dengan nilai df sebesar = 23 - 2 - 1 = 20 pada taraf

signifikansi 0,05 maka diperoleh nilai ttabel = 1,724. Nilai thitung kemampuan

number sense sebesar 2,745 > ttabel maka terdapat pengaruh kemampuan

number sense terhadap hasil belajar matematika siswa. Nilai thitung permainan

matematika kreatif sebesar 1,771 > ttabel maka terdapat pengaruh permainan

matematika kreatif terhadap hasil belajar matematika siswa.

ISBN: 978-602-50622-0-9 134

Page 148: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Bumi

Aksara.

Aunio, dkk. 2006. Young children’s number sense in Chine and Finland.

Routledge: Sandivanian Journal of Educational Research, 50 (5), hlm.

483-502.

Confer, C. 2005. Teaching Number Sense in Kindergarten. United States of America: Math Solutions Publication.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika.

Malang: Universitas Negeri Malang.

Munandar, S.C. Utami. 1999. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak

Sekolah. Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM). 2000. Executive Summary Principles and Standars for School Mathematics. Reston, VA: NCTM.

Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

Pilmer, D. 2008. Number Sense. Canada: Nova Scotia School for Adult Learning.

Department of Labour and Workforce Development.

Soedjadi, R. 1994. Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan Pembudayaan Penalaran, Media Pendidikan Matematika Nasional, Nomor 4 Th. 3, Surabaya: IKIP Surabaya.

TIMSS & PIRLS International Study Center. TIMSS 2011 User Guide for the

International Database Percent Correct Statistics for Released Items Mathematics – Fourth Grade. Chestnut Hill: TIMSS & PIRLS

International Study Center, Lynch Scool of Education, Boston College, dan IEA.

Russefendi. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Mengajar Matematika untuk Meningkatkan CBSA.

Bandung: Tarsito.

Russeffendi. 1998. Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Sugiyono. 2009. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

ISBN: 978-602-50622-0-9 135

Page 149: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita
Page 150: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

AKTUALISASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI

MODEL SERVIS LEARNING DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA INDONESIA DI SD PARULIAN 5 MEDAN

Vina Merina Br Sianipar23

Surel: [email protected]

ABSTRAK Tujuan dari penelitian yaitu 1) untuk mengetahui kemampuan guru dalam

mengaktualisasikan model Servis Learning dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia melalui pendidikan karakter. 2) untuk mengetahui model Servis

Learning dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hal ini dilatar belakangin

perkembangan teknologi yang menimbulkan rendahnya karakter generasi

muda khususnya siswa SD dari nilai moral dan nilai sosial. Servis Learning

merupakan proses pembelajaran yang mengkolaborasi antara tindakan

positif dan bermakna di masyarakat dengan pembelajaran akademik,

perkembangan pribadi, dan tanggungjawab sebagai masyarakat. Melalui

model Servis Learning , guru dapat memberikan ruang bagi siswa untuk

peka terhadap lingkungan untuk bisa membedayakan lingkungan,

pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang dituangkan dalam bentuk

karangan berupa tulisan dan lisan. Penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan analisis kualitatif malalui pengumpulan data yaitu angket.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Model Servis Learning, Pembelajaran

Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN

Sejak memasuki era reformasi belasan tahun yang lalu telah terjadi

perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan bangsa Indonesia, terutama

sekali perubahan dalam kehidupan sosial dan politik. Dalam suasana yang seperti

itu mulai muncul persoalan baru. Kebebasan yang digulirkan pemerintah oleh

sebagian warga masyarakat dijadikan kesempatan untuk bertindak seenaknya

sendiri mengabaikan norma-norma yang berlaku, serta tidak mempertimbangkan

lagi apakah tindakan yang dilakukan itu merugikan kepentingan orang lain atau

tidak. Akibat dari semua itu kehidupan masyarakat diwarnai oleh munculnya

pelanggaran normanorma dalam wujud tindak kekerasan seperti tawuran antar

kampung, perang antar suku, demonstrasi dengan pengrusakan, tindakan main

hakim sendiri terhadap sesama warga,konflik masyarakat dengan aparat

keamanan,dan masih banyak yang lainnya.

Berkaitan dengan proses pembelajaran seorang guru dapat mengetahui

karakter atau kepribadian peserta didiknya melalui bahasa yang digunakan pada

saat berkomunikasi baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran. Seseorang

guru dapat mengetahui kejujuran, daya intelektual, kesopanan dan karakter dari

peserta didiknya dapat diketahui dari tutur bahasa, ekspresi, kalimat yang efektif,

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 136

Page 151: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dan cara penyampaian yang digunakan pada saat berkomunikasi, baik dengan

gurunya, dan sesama temannya. Bahasa yang dimaksudkan dalam berkomunikasi

yaitu lisan maupun tulisan. Pendidikan karakter dengan proses pembelajaran

bahasa Indonesia memiliki hubungan satu dengan yang lain. Pendidikan karakter

terkandung dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran

bahasa Indonesia terdapat nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan karakter

di antaranya kejujuran, intelektualitas, sopan santun, dan rasional .

Pendidikan berbasis karakter merupakan salah satu upaya dalam

pembaharuan di dunia pendidikan, besar pengaruhnya penanaman karakter pada

anak dianggap sebagai hal pokok. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan

peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Karakter merupakan nilai-nilai

perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,

sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap,

perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata

krama, budaya, dan adat istiadat.

Pendidikan tidak cukup hanya menjadikan seseorang menjadi pintar dan

menguasai ilmu dan teknologi, akan tetapi juga menjadikan peserta didik memiliki

kepribadian yang baik. Dengan kata lain bahwa pendidikan mengarah pada dua

aspek yaitu, It,s matter of having dan It,s matter of being. Aspek yang pertama

berkenaan dengan pengetahuan dan pengalaman akademis, ketrampilan

profesional, ketajaman dan kedalaman intelektual, serta kepatuhan pada nilai-nilai

atau kaidah keilmuan. Sedangkan aspek yang kedua berkenaan dengan

pembentukan kepribadian peserta didik. (Siswomihardjo,2001).

No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan nasional pada pasal 3,

yang menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab sedangkan salah satu untuk mendapatkan pendidikan dengan nilai-nilai

mulia, berakhlak, kreatif, dan memiliki karakter sesuai budaya bangsa dapat

diperoleh melalui penggunaan bahasa yang baik. Seperti yang ditekankan pada

pernyataan di atas, bahasa ternyata memiliki peranan dalam pengelolaan dan

menciptakan generasi penerus yang memiliki nilai lebih. Dengan alasan itulah,

perlunya menganalisa lebih jauh bagaimana pendidikan karakter dalam

pembelajaran bahasa.

Servis learning (SL) yaitu model pembelajaran yang memfasilitasi siswa

untuk memberdayakan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan nilai-nilai.

Servis learning merupakan proses pembelajaran yang mengkolaborasi antara

ISBN: 978-602-50622-0-9 137

Page 152: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

tindakan positif dan bermakna di masyarakat dengan pembelajaran akademik,

perkembangan pribadi dan tanggungjawab (Maurice, 2010: 115).

Servis learning menjadi pilihan yang tepat karena di dalamnya terdapat

unsur yang bersifat melayani dan menolong orang melalui pemahaman dan

pengamantan siswa dari hasil karyanya atau karya siswa lainnya dalam bentuk

tulisan.melalui model Servis learning maka pendidikan karakter yang telah

menurun akibat perkembangan zaman dan teknologi akan meningkat kearah

positif. Hal ini juga harus menjadi pusat perhatian guru bukan hanya dalam

pembelajaran tetapi memperhatikan lingkungan tempat siswa bermain seperti

diluar sekolah.

Kegiatan dalam Servis learning membantu siswa ikut berperan dalam

kegiatan masyarakat. Kegiatan ini dapat ditungkan siswa dalam bentuk tulisan

berupa karangan baik cerpen maupun puisi. Hal ini juga akan terlihat dari segi

sikap dan perbuatan siswa dalam melaksanakan tugas. Guru akan melatih siswa

untuk memecahkan masalah dari hasil pengamatan sekitar yang ditungkan ke

dalam tulisan sehingga siswa lain yang mendengar atau membaca hasil temannya

mengetahui makna dari pesan tersiratnya.

Penelitian ini dilakukan sebagai langkah mengindentifikasi bagaimana

aktualisasi pendidikan karakter melalui model Servis learning pada pembelajaran

Bahasa Indonesia di SD Parulian 5 Medan.

METODE PENELITIAN

Untuk mengkaji aktualisasi pendidikan karakter dilakukan penelitian

terhadap guru SD di Parulian 5 Medan. Pengambilan sample dilakukan secara

cluster sampling. Metode pengumpulan data berupa angket . Objek penelitian

adalah aktualisasi pendidikan karakter melalui model Servis Learning.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian dari hasil angket yang telah dilakukan terhadap

sample penelitian, diperoleh informasi sebagaimana dipaparkan berikut ini.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa tingkat aktualisasi

guru dalam pendidikan karakter di SD sebesar 87,95 %, berarti termasuk pada

kategori sangat tinggi. Hal ini diperoleh dari observasi lapangan.

Berdasarkan angket terbuka yang diisi oleh responden dapat diketahui bahwa

para guru dalam mengaktualisasikan pendidikan karakter melalui model Servis

learning proses pendidikan di sekolah. Hal ini dalam proses pembelajaran,

dilakukan melalui berbagai cara, baik melalui contoh nasehat maupun tugas:

Sikap kritis

Aktualisasi sikap kritis dilakukan guru terhadap siswa dengan cara

memberikan kesempatan untuk: mengajukan pertanyaan, penguatan dan tugas,

ISBN: 978-602-50622-0-9 138

Page 153: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

diskusi, menerima kritik, ketika berpen- dapat didukung referensi, memberi

umpan balik, mau menerima pendapat berbeda, berpikir logis dan divergen.

Sikap jujur

Aktualisasi sikap jujur yang dilakukan guru terhadap siswa adalah

menjadi contoh, bukan memberi contoh, mengatakan sesuatu yang

didengar, dilihat dan dirasakan sebagai sebuah kenyataan, terbuka,

objektif, memberitahu dengan jelas kepada siswa yang tidak jujur, guru

menunjukkan aturan main, tidak semena-mena terhadap segala bentuk

kekurangan siswa, mengingatkan siswa untuk tidak berbuat tidak terpuji,

jawaban siswa harus jujur, menyamakan antara pikiran, ucapan dan

perbuatan, minta maaf bila salah, atau tidak bisa menjawab, sesuai dengan

hati nurani, tidak berpura-pura.

Sikap tanggung jawab

Aktualisasi sikap tanggungjawab yang dilakukan guru terhadap

siswa berupa: minta laporan tugas, masuk tepat waktu, peduli lingkungan,

memberikan umpan balik, menjadi pertimbangan dalam memberikan

penilaian, melakukan koreksi tugas siswa, menyediakan buku paket dan

pendukung, melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, memberikan

motivasi, menanamkan etika, menyadari kesalahan, memberikan latihan

atau tugas-tugas sebagai pembiasaan.

Sikap Disiplin

Aktualisasi sikap disiplin guru terhadap siswa berupa: siswa tepat

waktu dalam berbagai hal (tugas, hadir), mengabsen siswa, mengawali dan

mengakhiri dengan berdoa, keluar kelas harus ijin petugas, guru hadir tepat

waktu, mengikuti aturan permainan, pemberian sangsi, siswa yang salah

ditegur, tugas yang sudah dikoreksi dikembalikan siswa, memenuhi janji,

disiplin menjadi pertimbangan dalam memberikan penilaian.

Sikap kasih sayang

Aktualisasi sikap kasih sayang guru terhadap siswa berupa: Sabar,

memberi semangat, memberi hiburan, komunikasi yang harmonis, empaty,

pemahaman latar belakang sosio- psikologis siswa, mengingatkan dengan

bahasa yang santun, jika ditanya tidak dapat menjawab tidak malu, siswa boleh

menyampaikan keluh kesahnya, memberikan nasihat, dan pujian, memberi

contoh perilaku yang baik, membantu menyelesaikan masalah, menganggap

siswa sebagai teman, tidak pilih kasih, tidak membedakan, tidak rendah diri.,

siswa dianggap anaknya sendiri, membuat kondisi nyaman

Sikap ikhlas

Aktualisasi sikap ikhlas guru terhadap siswa berupa: tidak mengeluh,

menerima siswa sebagaimana adanya, bekerja hanya mengharap ridho Yang

Maha Kuasa, tanpa pamrih, kerja sebaik-baiknya, cerah, semangat tidak

kelihatan lelah, memberikan layanan yang baik, menerima persoalan siswa,

ISBN: 978-602-50622-0-9 139

Page 154: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kerja tanpa beban, dan kerja sebagai ibadah.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dilakukan di atas jelaslah

bahwa aktualisasi nilai-nilai dasar pendidikan karakter guru SD sangat

bagus. Begitu pula cara-cara mengaktualisasikan juga sangat rinci, serta

mereka memberikan alasan yang esensial dan instrumental terkait dengan

pertanyaan mengapa nilai-nilai tersebut ditanamkan kepada siswanya

melalui model Servis Learning dalam sistem pembelajaran. Pada sisi

lain,instrumen penelitian ini ditujukan kepada guru, sehingga kemungkinan

diperoleh informasi yang lebih nyata. Artinya, penelitian lanjutan dapat

dilakukan dengan responden siswa. Siswa diharapkan dapat diperoleh

informasi yang relatif obyektif. Guru akan mengarahkan siswa melalui

model Servis Learning untuk membentuk karakter siswa yang tidak baik

menjadi baik. Siswa akan melihat atau mengamati kejadian di

lingkungannya dan akan ditulis dalam bentuk karangan seperti cerpen dan

puisi. Lebih lanjut, siswa akan membacakan karya dan siswa lain

mendengar untuk mendapatkan pesan atau amanat dari karya siswa tersebut.

Hal ini akan membantu tingkat pemahaman siswa dibantu dengan

penjelasan guru dalam kelas. Siswa yang kurang mengerti akan bertanya

ataupun sebaliknya guru akan memberikan umpan pertanyaan untuk melihat

tingkat pengetahuan siswa akan pembelajaran.

Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa para guru mengaktualisasikan

nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pendidikan karakter melalui model

Servis Learning karena alasan sebagai berikut : a. Sikap kritis

Guru mengaktualisasikan sikap kritis sebagai nilai dalam pendidikan

karakter melalui proses pendidikan dengan alasan sikap ini dapat:

mengembangkan ilmu dan wawasan, kreativitas dan pola berpikir, sikap

percaya diri, sikap demokratis, serta meningkatkan kinerja guru. .

b. Sikap jujur

Guru mengaktualisasikan sikap jujur sebagai nilai pendidikan karakter

melalui proses pendidikan di sekolah dengan alasan sikap ini:

menumbuhkan kesadaran manusia, membentuk kepribadian, menjadi

kunci keberhasilan, menjadi modal dasar membangun karakter, merasa

tenang dan damai, tidak takut., tercipta keadilan dan kesejahteraan

c. Sikap tanggungjawab

Guru mengaktualisasikan sikap tanggungjawab sebagai nilai

pendidikan karakter melalui proses pendidikan di sekolah dengan alasan

sikap ini: diperlukan dalam kehidupan.. merupakan ibadah, modal

sukses, kreativitas berkembang, menjadikan seseorang mandiri,

mencetak generasi yang tangguh

ISBN: 978-602-50622-0-9 140

Page 155: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

d. Sikap disiplin

Guru mengaktualisasikan sikap disiplin sebagai nilai pendidikan

karakter melalui proses pendidikan di sekolah dengan alasan sikap ini:

menjadi modal dasar keberhasilan, meningkatkan kualitas akademik,

memberikan contoh lebih baik daripada ucapan, disiplin merupakan sumber

segalanya, dapat membentuk karakter.

e. Kasih sayang

Guru mengaktualisasikan sikap kasih sayang sebagai nilai pendidikan

karakter melalui proses pendidikan di sekolah dengan alasan sikap ini:

menjauhkan diri dari sikap semena- mena, mempererat hubungan antar

manusia, membuat nyaman, agar tidak rendah diri, agar tumbuh rasa

kemanusiaan, merupakan unsur utama dalam memberikan layanan, agar

siswa senang, tidak takut, saling memahami, mudah menerima informasi,

optimal.

f. Ikhlas

Guru mengaktualisasikan sikap ikhlas sebagai nilai pendidikan

karakter melalui proses pendidikan di sekolah dengan alasan sikap ini

merupakan ibadah, bekerja tanpa beban, siswa bekerja dengan baik,

nyaman, ringan, dengan sikap ikhlas akan memperoleh makna, ikhlas

merupakan sifat dasar dalam mendidik.

Berdasarkan data tersebut, penanaman nilai-nilai dasar yang terkandung

dalam pendidikan karakter dilakukan oleh guru tersebut sangat bermanfaat

dalam kehidupan manusia, baik untuk pengembangan diri, sosial dan

religius. Artinya, para guru meyakini pentingnya nilai-nilai dasar pendidikan

karakter tersebut untuk ditanamkan kepada para siswa.

SIMPULAN

Aktualisasi pendidikan karakter yang berupa sikap kritis, kejujuran,

tanggungjawab, disiplin, kasih sayang dan ikhlas yang dilakukan oleh guru SD

pada kategori sangat baik. Aktualisasi pendidikan karakter dalam proses

pendidikan dilakukan melalui model Servis learning mengahasilkan keteladanan

atau meneladani, memberi contoh, menegur, memberitahu, memberi sangsi, dan

memberi tugas. Model Servis Learning , guru dapat memberikan ruang bagi siswa

untuk peka terhadap lingkungan untuk bisa membedayakan lingkungan,

pengalaman, keterampilan dan nilai-nilai yang dituangkan Nilai-nilai yang

terkandung pada pendidikan karakter perlu dilakukan pembiasaan oleh guru

karena pendidikan karakter tersebut sangat esensial dan diperlukan dalam

kehidupan manusia, baik untuk pengembangan diri, sosial dan religius.

Berdasarkan hasil angket diajukan rekomendasi: Tindakan meneladani guru

merupakan kunci utama pendidikan karakter, karenanya dalam proses pendidikan,

ISBN: 978-602-50622-0-9 141

Page 156: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

lembaga penghasil tenaga kependidikan khiususnya guru harus memberikan

teladan bagi siswa SD dan perlu penelitian lanjutan terkait dengan aktualisasi

pendidikan karakter dengan menggunakan model Servis learning pada

pembelajaran Bahasa Indonesia baik guru dan peserta didik .

DAFTAR RUJUKAN

Aris Setiawan. 2010 Gamelan Mendunia karena Humanis. Kompas, Minggu 10

Oktober 2010. Jakob.

Arthur A, Carin and Robert B, Sund. 1985. Teaching Modern . United States of

America: Charles E. Merrill Publishing Co.

Maurice. 2010. Servis Learning Handbook. North Carolina: Guilford County

Schools. Diakses di www.gcsnc.com?ing/pdf/ServisLearningHandbook.pdf

pada tanggal 30 September 2016).

Maxwell, John. 2013. How Successful People Lead. New York: Hatchette Book

Group.

Sumarjo. 2011. Kriminal atau Pahlawan. Kompas, Sabtu 22 Januari 2011.

Sudiyono, dkk. 2009. Peningkatan soft skill melalui focus group discussion

berbasis lapangan pada perkuliahan manajemen pendidikan. Penelitian

dibiayai oleh Program HIbah Kompetisi Institusi.

Sarlito, Wirawan. 2011. Majalah Seputar Indonesia, tanggal 6Maret 2011.

Seto Mulyadi. 2011. Jangan Bohing lagi sayang, Kompas, Sabtu, 22 Januari

2011.

Suyanto dan Djihad Hisyam. 2000. Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium

III. Yogyakarta: AdiCita.

Wahyu Widhiarso. 2009. Evaluasi Soft Skill dalam Pembelajaran, Makalah

disampaikan pada Kegiatan Seminar dan Sarasehan ”Evaluasi Pembelajaran

Mata Kuliah Dasar Kependidikan” di FIPP UNY tanggal 14 Pebruari 2009.

Wildasky, Aaron. 1997. Self Evaluation Organization. California: University of

California at Barkley.

Zuchdi, Darmiyati. 2009. Pendidikan Karakter, Grand Design dan nilai-nilai

target, Yogyakarta: UNY Press .

ISBN: 978-602-50622-0-9 142

Page 157: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MANIFESTASI KUALITAS KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU

DALAM MEMBANGUN PARADIGMA INSAN GENERASI EMAS

Yanti Gultom24

Surel: [email protected]

ABSTRAK Membangun generasi yang genius dan unggul adalah tujuan demi kemajuan

bangsa. Akan tetapi, membangun generasi yang genius, unggul, dan

berkarakter butuh keprofesionalisme seorang guru dalam proses

pembelajaran. Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan

dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang pendidikan dan

pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Kualitas keahlian itu tercermin dalam kepemilikan kompetensi

yang bersifat khusus, tingkat pendidikan minimal, dan sertifikasi keahlian.

Profesionalisme mengacu pada hakekat mengajar yang merupakan usaha

guru dalam menciptakan dan mendesain proses belajar siswa, guru lebih

menghargai proses daripada hasil, sehingga tercipta sebuah pembelajaran

yang aktif, inovatif, dan kreatif. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru

yang professional. Berdasarkan empat kriteria guru profesional, yaitu: ahli,

memiliki tanggungjawab, berjiwa dinamis dan memiliki rasa kesejawatan.

Empat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru professional, yaitu

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, professional dan sosial,

maka diharapkan guru profesional akan mampu mencetak anak bangsa

yang berkualitas guna membangun paradigma insan generasi emas

Indonesia yang diharapkan.

Kata kunci: Profesionalisme, Kualitas Kompetensi, Generasi Emas

PENDAHULUAN

Pendidikan dapat dipahami dari dua sisi yang meliputinya, yaitu

pendidikan sebagai sebuah produksi (education as product), dan pendidikan

sebagai sebuah proses (education as process). Dua

sisi ini selalu berpengaruh dalam memahami dan melakukan kegiatan pendidikan

dalam kehidupan nyata manusia. Pendidikan sebagai sebuah produksi muncul dari

keinginan manusia itu sendiri untuk menghasilkan sesuatu, baik yang konkrit

maupun yang abstrak sehingga muncul dalam dunia pendidikan untuk melakukan

penilaian (evaluasi) sebagai hasil dari sebuah kegiatan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, peran dan fungsi guru merupakan salah satu

faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab

itu, dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat

dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri.

Filsofis sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah menempatkan

fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di Indonesia tidak

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 143

Page 158: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan multi fungsi. Mereka

dituntut tidak hanya sebagai pendidik yang harus mampu mentransformasikan

knowledge, values, dan skill, tetapi sekaligus sebagai penjaga moral bagi anak

didik. Bahkan tidak jarang, para guru dianggap sebagai orang kedua, setelah orang

tua anak didik dalam proses pendidikan secara global.

Dalam era reformasi pendidikan, dimana salah satunya isu utamanya

adalah peningkatan profesionalisme guru, hal itu merupakan sebuah keniscayaan

yang tidak dapat ditawar-tawar lagi dalam mencapai pendidikan yang lebih

berkualitas. Selain itu, pendidikan sebagai sebuah proses selalu berdampak pada

sebuah upaya untuk senantiasa memperbaiki agar hasil tersebut menjadi baik.

Untuk memperbaiki hasil pendidikan kita, tentu kita perlu tahu tentang kondisi

pendidikan kita.

Kita sadari bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan

yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya

persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi seperti sekarang ini.

Diperlukan orang-orang yang memang benar benar-benar ahli di bidangnya,

sesuai dengan kapasitas yang dimilikinya agar setiap orang dapat berperan secara

maksimal, termasuk guru sebagai sebuah profesi yang menuntut kecakapan dan

keahlian tersendiri. Profesionalisme tidak hanya karena faktor tuntutan dari

perkembangan zaman. Tetapi pada dasarnya juga merupakan suatu keharusan bagi

setiap individu dalam kerangka perbaikan kualitas hidup manusia.

Profesionalisme menuntut keseriusan dan kompetensi yang memadai, sehingga

seseorang dianggap layak untuk melaksanakan sebuah tugas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui

sertifikasi sebagai sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggung jawaban

moral dan akademis. Dalam isu sertifikasi tercermin adanya suatu uji kelayakan

dan kepatutan yang harus dijalani seseorang, terhadap kriteria-kriteria yang secara

ideal telah ditetapkan. Sertifikasi bagi para Guru dan Dosen merupakan amanah

dari UU Sistem Pendidikan Nasional kita (pasal 42) yang mewajibkan setiap

tenaga pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

jenjang kewenangan mengajar yang dimilikinya. Singkatnya adalah, sertifikasi

dibutuhkan untuk mempertegas standar kompetensi yang harus dimiliki para guru

dan dosen sesuai dengan bidang keilmuannya masing-masing.

Menurut faktor lain yang harus dilakukan dalam mencapai profesionalism

guru adalah, perlunya perubahan paradigma dalam proses belajar mengajar. Anak

didik tidak lagi ditempatkan sekedar sebagai obyek pembelajaran tetapi harus

berperan dan diperankan sebagai subyek. Sang guru tidak lagi sebagai instruktur

yang harus memposisikan dirinya lebih tinggi dari anak didik, tetapi lebih

berperan sebagai fasilitator atau konsultator yang bersifat saling melengkapi.

Dimana pendidikan merupakan sebuah investasi yang memiliki peranan

stategis dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam

konteks ini, guru dituntut untuk mampu melaksanakan proses pembelajaran yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 144

Page 159: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

efektif, kreatif dan inovatif secara dinamis dalam suasana yang demokratis serta

pengembangan profesionalisme guru diarahkan pada peningkatan kualitas.

Dengan demikian proses belajar mengajar akan dilihat sebagai proses pembebasan

dan pemberdayaan, sehingga tidak terpaku pada aspek-aspek yang bersifat formal,

ideal maupun verbal. Hal tersebut sangat penting untuk merekonstruksi dan

mereformulasi desain pendidikan melalui profesionalisme guru yang dapat

mendukung terciptanya generasi emas bangsa Indonesia. Dimana dukungan dan

kualitas pendidikan yang bermutu dan berkarakter akan menjadi kunci

membangkitkan paradigma insan generasi emas bangsa.

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa rumusan

masalah diantaranya sebagai berikut:1). apa yang dimaksud dengan

profesionalisme guru?. 2). apa saja faktor yang mempengaruhi guru professional?.

3). Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompetensi

dan profesionalisme guru?.

Tujuan penyusunan makalah ini antara lain sebagai berikut: 1). untuk

mengetahui maksud dari profesionalisme guru, 2). untuk mengetahui faktor yang

mempengaruhi guru professional, 3). untuk mengetahui upaya yang harus

dilakukan untuk meningkatkan kualitas kompetensi dan profesionalisme guru.

PEMBAHASAN

Kompetensi Guru

Menurut Lefrancois dalam Asmani (2009) kompetensi merupakan

kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama

proses belajar, stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan

terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses

mempelajari cara melakukan sesuatu pekerjaan yang kompleks dari sebelumnya

maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi.

Dengan demikian, bisa diartikan kompetensi proses yang berlangsung

lama yang menyebabkan individu mampu melakukan kinerja tertentu. Kompetensi

diartikan Cowell dalam Asmani (2009) sebagai suatu keterampilan atau

kemahiran yang bersifat aktif. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kompotensi merupakan suatu kesatuan yang utuh yang

menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai yang

terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian yang dapat

diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk

menjalankan profesi tertentu.

Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Pasal 1 ayat (10), kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi

Akademik dan Kompetensi Guru. Dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru

ISBN: 978-602-50622-0-9 145

Page 160: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu (1) kompetensi

pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi kepribadian, (4)

kompetensi sosial. Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-

sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain

dan mempunyai hubungan hierarkis, artinya saling mendasari satu sama lainnya,

kompetensi yang satu mendasari kompetensi yang lainnya.

Profesionalisme Guru

Istilah profesional pada umumnya adalah orang yang mendapat upah atau

gaji dari apa yang dikerjakan, baik dikerjakan secara sempurna maupun tidak

(Martinis Yamin, 2007). Dalam konteks ini bahwa yang dimaksud dengan

profesional adalah guru. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu

secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga

pendidikan yang sesuai sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang

dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (Wina Sanjaya,

2008).

Menurut Asmani (2009) guru profesional adalah guru yang mengajar pada

mata pelajaran yang menjadi keahliannya, mempunyai semangat tinggi dalam

mengembangkannya dan menjadi pioneer perubahan di tengah masyarakat..

Seseorang mempunyai bidang keahlian kalau ia mempunyai kompetensi yang

memadai dan mendalam.

Menurut Sofyandi (2008) salah satu syarat guru sebagai pendidik

profesional adalah memiliki kualifikasi akademik dan menguasai kompetensi

sebagai agen pembelajaran. Hal tersebut erat kaitannya dengan sertifikasi guru

sebagai salah satu upaya peningkatan mutu guru dan dibarengi dengan

peningkatan kesejahteraan guru sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu

pembelajaran dan mutu pendidikan di Indonesia secara menyeluruh dan

berkelanjutan.

Dari pengertian di atas seorang guru yang profesional harus memenuhi

empat kompetensi guru sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-undang

Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, yaitu

kompetensi pedagogik, kompotensi kepribadian, kompetensi profesional, dan

kompetensi sosial.

Dalam buku Pengembangan Profesionalisme Guru dijelaskan tentang

hakekat profesionalisme antara lain yang dikemukakan oleh Orstein dan Levine

dalam Riva (2008) yang menegaskan bahwa pada dasarnya pekerjaan mengajar

dapat dikategorikan kedalam tiga kategori yaitu mengajar merupakan: 1)

Semiprofession, dilakukan melalui pelatihan dalam jangka pendek, bahkan

mengajar dapat dilakukan oleh siapapun yang mengaku pernah diajar, karena itu

mengajar cukup meniru saja tanpa latihan yang memadai. 2) Emerging profession,

mengajar disatu sisi dikatakan suatu profesi, disisi lain dikatakan bukan suatu

profesi bahkan bisa dikatakan kategori ambivalen. Mengajar merupakan suatu

ISBN: 978-602-50622-0-9 146

Page 161: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pekerjaan yang menuntut penyesuaian yang terus menerus, seiring dengan

perubahan tuntutan masyarakat yang terus berkembang, sehingga seorang guru

harus terus menerus melakukan up-dating ilmu dan materi, bahkan metodenya

sehingga pembelajarannya benar-benar kontekstual. 3) Full Profession, mengajar

merupakan suatu profesi yang anggotanya memiliki pengetahuan tertentu dan

dapat menerapkan pengetahuanya untuk meningkatkan kesempatan dalam

masalah pendidikan.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

profesionalisme guru adalah kemampuan guru untuk melakukan tugas pokoknya

sebagai pendidik dan pengajar meliputi kemampuan merencanakan, melakukan,

dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.

Faktor yang Mempengaruhi Guru Profesional

Meningkatkan mutu guru perlu adanya kebijakan meningkatkan mutu

pendidikan guru, di antaranya meningkatkan jenjang pendidikan S1/S2/S3 dan

program penyetaraan serta berbagai pelatihan dan penataran untuk meningkatkan

kualitas kompetensi dan profesionalitas guru. Misalnya PKG (Pusat Kegiatan

Guru, dan KKG (Kelompok Kerja Guru) dan Persatuan Guru Republik Indonesia

(PGRI) atau lembaga pendidikan tinggi yang mendidik para calon guru dengan

merancang kurikulum yang mampu membangun kompetensi dan profesionalitas

para calon guru yang siap pakai. Profesionalisme menekankan kepada penguasaan

ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.

Profesionalisme bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen

tetapi lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang

teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu

tingkah laku yang dipersyaratkan. Guru yang professional tidak hanya dituntut

untuk menguasai materi pembelajaran tetapi juga harus menguasai seluruh aspek

yang ada dalam pembelajaran, karena pembelajaran yang bermakna adalah

pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan mencakup semua ranah

pembelajaran, seperti aspek kognitif (berfikir), aspek affektif (prilaku) dan aspek

psikomotor (keterampilan).

Profesionalisme guru dapat dilakukan; pertama; dengan memahami

tuntutan standar profesi yang ada. Kedua; mencapai kualifikasi dan kompetensi

yang dipersyaratkan. Ketiga; membangun hubungan kesejawatan yang baik dan

luas termasuk lewat organisasi profesi. Keempat; mengembangkan etos kerja atau

budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada

konstituen.Kelima; mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam

pemamfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasi tidak

ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pelajaran. (Muhson dalam Yusutria,

2017: 5).

Guru yang profesional bisa dipengaruhi oleh: (1) Jenjang pendidikan, (2)

Pelatihan dan program penyetaraan serta berbagai penataran yang diikuti, (3)

ISBN: 978-602-50622-0-9 147

Page 162: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas, (4) Mengembangkan etos

kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen, (5)

Mengadopsi inovasi dalam pemamfaatan teknologi komunikasi dan informasi

mutakhir. (Yusutria, 2017: 5).

Upaya Meningkatkan Kompetensi dan Profesionalisme Guru

Upaya menjamin mutu guru agar tetap memenuhi standar kompetensi,

diperlukan adanya suatu mekanisme yang memadai. Penjaminan mutu guru ini

perlu dikembangkan berdasarkan pengkajian yang komprehensif untuk

menghasilkan landasan konseptual dan empirik, melalui sistem sertifikasi.

Menurut Nataamijaya (2004) dalam Mulyasa (2008), sertifikasi adalah prosedur

yang digunakan oleh pihak ketiga untuk memberikan jaminan tertulis bahwa suatu

produk, proses atau jasa telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

Sertifikasi guru merupakan pemenuhan kebutuhan untuk meningkatkan

kompetensi profesional. Oleh karena itu, proses sertifikasi dipandang sebagai

bagian esensial dalam upaya memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan. Sertifikasi guru merupakan proses uji kompetensi

bagi calon atau guru yang ingin memperoleh pengakuan dan atau meningkatkan

kompetensi sesuai profesi yang dipilihnya. Sertifikat ini sebagai bukti pengakuan

atas kompetensi guru yang memenuhi standar untuk melakukan pekerjaan profesi

guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Sertifikasi guru merupakan upaya

peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu

pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan (Dediknas, 2008:1).

Menurut Sujanto (2009) sertifikasi guru mempunyai tujuan, antara lain 1)

Menentukan kelayakan guru sebagai agen pembelajaran. Sebagai agen

pembelajaran berarti guru menjadi pelaku dalam proses pembelajaran. Guru yang

sudah menerima sertifikat pendidik dapat diartikan sudah layak menjadi agen

pembelajaran. 2) Meningkatkan proses dan mutu pendidikan. Mutu pendidikan

antara lain dapat dilihat dari mutu siswa sebagai hasil proses pembelajaran. 3)

Meningkatkan martabat guru. 4) Meningkatkan profesionalisme. Guru yang

profesional antara lain dapat ditentukan dari pendidikan, pelatihan, pengembangan

diri, dan berbagai aktivitas lainnya terkait dengan profesinya.

Selain mempunyai tujuan, pelaksanaan, sertifikasi guru juga mempunyai

manfaat. Manfaat utama dari sertifikasi guru ialah 1) Melindungi profesi guru dari

dari praktik-praktik merugikan citra profesi guru. 2) Melindungi masyarakat dari

praktek pendidikan yang tidak berkualitas dan professional. 3) Meningkatkan

kesejateraan ekonomi guru. Untuk memperoleh sertifikat pendidik tidak semudah

membalikkan telapan tangan, dan memerlukan kerja keras para guru. Sertifikat

pendidik akan dapat diperoleh guru apabila mereka benar benar memiliki

kompetensi dan profesionalisme. Bagi para guru yang memiliki kompetensi dan

profesionalisme,, hal ini mungkin bukan merupakan persoalan yang pelik,

ISBN: 978-602-50622-0-9 148

Page 163: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

melainkan tinggal menunggu waktu. Sebaliknya, para guru yang kurang memiliki

kompetensi dan profesionalisme, hal ini dapat menjadi persoalan yang pelik ketika

giliran untuk disertifikasi telah tiba. Sehubungan dengan hal itu, sesuatu yang

pasti adalah guru harus mempersiapkan diri sedini mungkin untuk disertifikasi,

agar kesempatan yang baik itu tidak hilang begitu saja karena tidak adanya

persiapan yang memadai. Guru harus siap mental, keilmuan, dan finansial. Dalam

kaitan dengan persiapan dalam hal keilmuan, guru perlu meningkatkan

kompetensi dan profesionalismenya dalam membangun paradigma insan generasi

emas.

SIMPULAN

Kebijakan pemerintah tentang kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi guru

yang implementasinya sedang dalam proses merupakan upaya untuk

meningkatkan kualitas, kemampuan, dan kesejahteraan guru yang diharapkan

dapat berdampak pada peningkatan mutu pendidikan di Indonesia guna

membangun paradigma insan generasi emas. Guru dituntut untuk selalu dinamis

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi. Sebagai

pendidik, sudah seharusnya guru harus belajar seumur hidup (long life education).

Oleh karena itu, guru harus membangun dan mengembangkan dirinya, sehingga

dia mampu menjadi pencetus ”teori-teori” baru dalam konteks pembelajarannya

untuk peningkatan mutu pendidikan.

Posisi guru sebagai salah satu profesi seharusnya diakui dalam kehidupan

masyarakat. Guru sebagai profesi yang sejajar dengan profesi-profesi lainnya,

seperti dokter, hakim, jaksa, akuntan, desainer interior, arsitektur, dan masih

banyak yang lainnya. Untuk mengarah kepada kondisi tersebut, tentunya guru

sendirilah yang harus mampu mengaktualisasikan kompetensinya, sehingga diakui

oleh para pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, guru harus membangun dan

mengembangkan dirinya, sehingga dia mampu mempertahankan kompetensi dan

profesionalitas yang dimilikinya.

Adapun saran yang dapat diberikan peneliti yaitu perlu adanya upaya lain

yang dapat dilakukan guna meningkatkan kualitas kompetensi profesionalisme

guru. Dimana, tidak semua guru mendapatkan sertifikasi dalam pengembangan

kompetensinya, maka perlu ada teknik atau pelatihan khusus dalam

mengantisipasinya. Rekomendasi yang bisa diberikan terhadap profesionalisme

guru dalam pengembangan kualitas kompetensi profesionalisme guru hendaknya

dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Selama pemerintah tidak sungguh-

sungguh mewujudkan profesionalisme guru dalam pengembangan kualitas

pendidikan, bisa dipastikan bahwa mutu pendidikan akan menurun dalam

membangun paradigm insan generasi emas

ISBN: 978-602-50622-0-9 149

Page 164: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN Asmani, Jamal Ma’mur. 2009. 7 Kompetensi Guru Menyenangkan dan

Profesional. Jogjakarta: Powerbook.

Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga

Kependidikan.

Mulyasa, E. 2008. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Riva Dede Mohamad. 2008. Upaya Meningkatkan Profesionalisme Guru.

Tersedia: http://id.shvoong.com diakses tanggal 11April 2010.

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan.

Jakarta: Kencana Prenada.

Sujanto, Bejo. 2009. Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru. Jakarta: Raih Asah

Sukses.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen.

Yusutria. 2017. Profesionalisme guru dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia. Vol 2 No.1: 1-9

ISBN: 978-602-50622-0-9 150

Page 165: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

AKTUALISASI KOMPETENSI PEDAGOGIS GURU

PROFESIONAL DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI

BELAJAR SISWA

Yohana25

Surel: [email protected]

Abstrak Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang harus dimiliki

guru. Penelitian ini bertujuan untuk kompetensi guru dalam perencanaan

pembelajaran, proses pembelajaran, dan dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Kompetensi pedagogis ini meliputi pemahaman peserta didik,

guru dalam perencanaan pembelajaran, memahami dasar-dasar pendidikan

untuk keberlangsungan pembelajaran, merancang dan melaksanakan

evaluasi pembelajaran, serta mengajak peserta didik agar dapat

menuangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Komponen-komponen

ini adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan akan tetapi komponen ini

merupakan kesatuan dari pembentukan guru professional. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Kata Kunci: Kompetensi Pedagogis, Motivasi Belajar, Profesionalisme Guru

PENDAHULUAN

Pendidikan sekarang ini dituntut untuk dapat mempersiapkan peserta didik

mampu menghadapi perkembangan-perkembangan pada saat iniyang begitu cepat.

Bukan hanya peserta didik sebagai pendidik juga harus mampu menghadapi

perkembangan yang ada dilingkungannya yang dimana memang merupakan

kemampuan profesional yang harus dimiliki dalam bidang masing-masing untuk

menanggapi perkembangan yang ada.Sebagai pendidik yg professional harus

dapat memberikan dan menjadi motivasi peserta didik dalam menghadapi

perkembangan. Dalam rangka mendukung profesionalisme guru sebagaimana

diharapkan, maka setiap guru memiliki sekuranganya empat kompetensi dasar,

yaitu kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional. Meskipun ada pemilihan keempat kompetensi tersebut,

namun dalam implementasinya merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

Menurut Usman (1995) bahwa karakteristik guru professional diantaranya

memiliki kompetensi pendidikan, menunaikan peranannya, memiliki keperibadian

yang luhur, membantu peserta didik dalam menimbulkan sikap positif, memahami

hambatan pendidikan.Sudjana (2011:19-20) menyatakan bahwa pada dasarnya

kompetensi guru bertugas sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai

administrator kelas. Sebab itu pemahaman secara menyeluruh terhadap muatan

dari kompetensi-kompetensi ini menjadi keharusan. Tulisan ini menyajikan satu di

antara kompetensi tersebut tidak berarti memisahkannya dari satu kesatuan

dengan komptensi-kompetensi lainnya.

25

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 151

Page 166: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Selain profesionalisme guru, sisi kompetensi merupakan komponen utama

yang harus dimiliki dan menjadi penentu keberhasilan sistem pembelajaran yang

akan dilakukan nantinya. Artinya guru berupaya untuk cakap dan mampu

melaksanakan kewajiab sebagai tenaga pendidik dan juga mampu

mempertanggung-jawabkannya. Hamalik (2012:57), menyatakan bahwa

pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling

mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.

Hamalik (Djamarah, 2011:148), menyebutkan bahwa motivasi adalah

suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan

timbulknya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi

dalam diri seseorang itu berbentuk aktivitas nyata berupa kegiatan fisik, karena

seseorang memiliki tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang memiliki

motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia

lakukan untuk mencapainya.

Uno (2008:3) menjelaskan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang

dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang

menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati

secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah lakunya, berupa

rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu tingkah laku

tertentu. Motivasi dan peran guru sebagai pendidik merupakan peran dan fungsi

yang berkaitan dengan tugas-tugas dalam memberi bantuan dan dorongan.

Kompetensi Pedagogik merupakan salah satu jenis kompetensi yang

mutlak perlu dikuasai guru. Kompetensi Pedagogik pada dasarnya adalah

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi

Pedagogik merupakan kompetensi khas, yang akan membedakan guru dengan

profesi lainnya dan akan menentukan tingkat keberhasilan proses dan hasil

pembelajaran peserta didiknya. Kompetensi pedagogiksebagai kemampuan yang

harus dimiliki guru.

Pedagogik secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu ’paid’berarti

“anak” dan ‘agogus’ berarti “membimbing. Oleh karena itu pedagogi sering

diartikan sebagai ilmu dan seni untuk mengajarkan anak-anak (Depdiknas, 2006:

7). Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru ada empat kompetensi, yakni

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial serta kompetensi profesional (Pasal 10

ayat (1) UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Kemampuan ini berupa

kemampuan melakukan rancangan pembelajaran yang selaras pelajaran yang

diajarkan oleh pendidik selanjutnya pendidik dituntut pula mampu melakukan

tindakan nyata di kelas dalam memberikan informasi secara empatik, santun dan

efektif. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik. Kompetensi lainnya yakni kompetensi kepribadian, yang

merupakan kemampuan pribadi yang mantap, berakhlak mulia, arif dan

berwibawa serta menjadi teladan peserta didik (Ni’am, 2006). Menurut Gordin

ISBN: 978-602-50622-0-9 152

Page 167: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

sebagaimana yang dikutip oleh Mulyasa, bahwa ada enam aspek atau ranah yang

terkandung dalam konsep kompetensi, yaitu sebagai berikut (Mulyasa, 2007),

yakni pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat.

Pemahaman peserta didik merupakan faktor yang sangat penting dalam

pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran. Jika guru memahami peserta didik

dengan baik, maka ia dapat memilih dan menentukan sumber-sumber belajar yang

tepat, pendekatan-pendekatan yang sesuai, mampu mengatasi masalah-masalah

pembelajaran sehari-hari dengan baik.

METODE PENELITIAN

Dalam mengkaji aktualisasi kompetensi pedagogik dilakukan penelitian

terhadap Sekolah Dasar Negeri 060068 Medan. Pengambilan sample dilakukan

secara clustersampling. Metode pengumpulan data dengan kuesioner dan

instrumennya berupa angket tertutup dan terbuka. Penelitian ini menggunakan

jenis penelitian kualitatif deskriptif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Coding Data pada Kompetensi Pedagogik yang dimiliki Guru SD hasil

penelitian berdasarkan analisa coding data yang dilakukan, dibagi menjadi tiga

bagian yang berurutan dimulai dari open coding, axial coding dan selective coding

pada kompetensi pedagogik yang dimiliki guru. Open Coding Berikut ini adalah

bagian dari open coding yang dibuat berdasarkan topik penelitian yang dilakukan:

Kategori penguasaan karakteristik peserta didik, dengan konsep sebagai

berikut : Pemahaman karakteristik peserta didik terdiri atas beberapa kegiatan,

yakni: 1) Fisik melalui pendekatan keolahragaan. 2) Intelektual & Sosial

melalui Pendekatan Keilmuan. 3) Emosional-Moral-Spritual melalui

pendekatan sopan santun serta keagamaan. Identifikasi potensi peserta didik melalui beberapa langkah, yakni: 1)

Evaluasi 2) Latihan Soal Identifikasi kemampuan awal peserta didik, melalui beberapa kegiatan

sekolah berupa : 1) Perkenalan diri peserta didik 2) Wawancara tentang

keluarga, diri secara jasmani, serta kemampuan berhitung. d. Identifikasi

kesulitan belajar peserta didik melalui test awal yang ringan. Kategori penguasaan teori belajar, dengan konsep sebagai berikut : a.

Menggunakan teori belajar kelompok. b. Pembelajaran berorientasi pada

karakteristik peserta didik. c. Menggunakan pendekatan tematis pada kelas

awal. Kategori pengembangan kurikulum, dengan konsep sebagai berikut :

Penentuan tujuan lima mata pelajaran SD/MI berdasarkan standar isi

kurikulum yang berlaku. Evaluasi hasil belajar sebagai acuan pengalaman belajar peserta didik.

ISBN: 978-602-50622-0-9 153

Page 168: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Penggunaan metode Tematik 2006 dan KTSP. Pengembangan instrumen penilaian di kegiatan belajar mengajar.

Kategori Penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik, dengan konsep

sebagai berikut : Guru memberikan keleluasan berimajinasi. Guru melakukan pemetaan kondisi lingkungan. Pembelajaran fokus berpijak pada kurikulum 2006 secara kaku. Guru mengarahkan untuk melakukan pembelajaran di Laboratorium. Berinteraksi dengan peserta didik secara transaksional melalui sesi tanya

jawab guna mengukur tingkat pemahaman peserta didik. 5. Kategori

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi juga digunakan dalam

pembelajaran, namun masih kurang dioptimalkan. 6. Kategori

memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, dengan konsep sebagai

berikut : a. Adanya kegiatan exstra kurikuler di sekolah. b. Kebebasan

memilih exstra kurikuler di sekolah. c. Kegiataan exstra kurikuler fokus

pada prikomotorik peserta didik. 7. Kategori kemampuan berkomunikasi,

dengan konsep sebagai berikut : a. Guru menggunakan pendekatan

‘salam’. b. Melakukan penjelasan setiap materi secara tepat dan berguna.

c. Adanya tes awal pada ranah psikologi peserta didik. d. Melakukan

kegiatan mendidikan seperti test pidato dan menyanyi. 8. Kategori

kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi, dengan konsep sebagai

berikut : a. Penilaian berpijak pada raport peserta didik. b. Aspek penilaian

berupa hasil dan pengaruh kegiatan pembalajaran. c. Tiga konsep

pengembangan dalam penilaian berupa aspek afektif, kognitif dan

psikomotorik peserta didik

Axial Coding Merupakan prosedur yang diarahkan untuk melihat apakah

terdapat keterkaitan antara kategorikategori yang dihasilkan melalui open coding

di atas, yakni sebagai berikut:

Fenomena, merupakan fenomena utama yang menjadi fokus penelitian.

Fenomena utama dalam penelitian ini adalah kompetensi pedagogik yang

dimiliki guru SD.

Kondisi kausalitas, merupakan kondisi yang menjadi penyebab. Kondisi

kausalitas yang terjadi adalah kemampuan guru dalam melakukan kegiatan

belajar mengajar yakni dengan mampu mengembangkan indikator

kompetensi pedagogik sejalan dengan arahan dari Permendiknas No. 16

Tahun 2007. Seperti kemampuan melakukan pemahaman terhadap

karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, emosional dan

sebagainya. Konteks mengacu pada hal-hal yang melingkari terjadinya suatu

fenomena. Ada beberapa konteks dapat dikatakan guru SD memiliki

kompetensi pedagogik yang sejalan dengan Permendiknas No. 16 Tahun

2007 dan memiliki kemampuan untuk mengembangkannya yakni sebagai

ISBN: 978-602-50622-0-9 154

Page 169: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

berikut:

Adanya pendekatan yang mampu memahami karakteristik peserta didik. Adanya pemahaman teori belajar yang baik dimiliki oleh guru Penggunaan metode pembelajaran yang tepat guna, yakni digunakan

metode tematik bagi murid SD. Adanya pengembangan materi yang sejalan dengan kurikulum 2006. Tingkat pemahaman terhadap teknologi pembelajaran masih kurang

menjadi kendala yang harus dibenahi. Pemberian ekstrakurikuler bagi peserta didik sebagai wadah

pengembangan potensi diri. Penggunaan pendekatan “salam” antara guru dan murid sebagai bahasa

komunikasi yang empatik dan santun. Adanya evaluasi melalui raport semester maupun laporan mingguan. Hasil evaluasi akan dilakukan remedian dan pengayaan. Adanya upaya perbaikan kualitas guru. Menerapkan PTK bagi masing-masing guru.

Konsekuensi pengaruh. Konsekuensi yang terjadi bahwa kemampuan

pemahaman peserta didik meningkat dengan adanya pembelajaran yang

mendidik serta ditambahkan adanya remedial bagi yang kurang mampu

dalam pembelajaran.

Strategi interaksi sebagai wujud tindakan. Ada beberapa langkah aktif

yang dilakukan guru SD yakni: penyiapan guru yang sesuai dan kompeten dengan materi pembelajaran; penggunaan metode tematik bagi peserta didik; penyesuaian antara pembelajaran di kelas dengan kurikulum yang

berlaku; pemberian praktek mata pelajaran tertentu; pemberian ekstrakurikuler bagi peserta didik; pemberian test psikologi di awal semester; adanya evaluasi terhadap sisi afektif, kognitif dan psikomotorik peserta

didik; adanya laporan mingguan dan semester sebagai evaluasi peserta didik; adanya pertemuan guru dan murid; adanya jam tambahan sebagai remedial;

k)peningkatan kualitas guru melalui musyawarah, diskusi dan penelitian

tindakan kelas.

Selective Coding Kompetensi pedagogik yang dimiliki didukung oleh

pemahaman yang bagus serta penerapan tepat guna dalam pembelajaran, sehingga

membuat peserta didik nyaman dan sangat menikmati sesi pembelajaran. Selain

itu, kompetensi pedagogik guru SD ini digambarkan melalui upaya pemahaman

terhadap karakteristik peserta didik dan tingkat kemampuan peserta didik sejak

awal sudah dapat diketahui dan dikenal dengan baik. Pada akhirnya akan

ISBN: 978-602-50622-0-9 155

Page 170: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mempermudah jalannya pembelajaran. Namun dalam tahap pembelajaran

diperlukan pula evaluasi dan penilaian sebagai tolak ukur keberhasilan sebuah

pembelajaran.

SIMPULAN Kompetensi pedagogik yang dimiliki Guru SD Negeri 060068 Medan

sudah sejalan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun

2007, namun perlu ada beberapa perbaikan/ peningkatan sehingga dapat

menjadikan guru yang berkualitas serta memiliki kompetensi yang sejalan dengan

standar kompetensi yang ditetapkan oleh Pemerintah. Profesionalisme guru

berakar dari kemampuanmengaktualisasikan empat kompetensi, yaitu kompetensi

pedagogis,kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional.

DAFTAR RUJUKAN Depdiknas, Direktorat Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Nonformal. (2006). Pengembangan Kompetensi Pedagogis dan Andragogi

Tutor Pendidikan Kesetaraan. Jakarta: Direktorat PTK-PNF.

Djamarah, S. B., 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik, O.,

2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Mulyasa, E. (2007). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Ni’am, A (2006). Membangun Profesionalitas Guru. Cet Ke 1. Jakarta: ELSAS.

Sudjana, N., 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algesindo.

Usman U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 156

Page 171: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

FILM ADIT DAN SOPO JARWO TERHADAP

KEMAMPUAN BERCERITA ANAK DI TAMAN

KANAK-KANAK KURNIA ASY SYIFA LUBUK BUAYA

PADANG

Dwi Fatmaniati Siregar26

,NurhalimahSiahaan27

,Zakiah Assidiki28

Surel: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh adit

dan sopo jarwo terhadap kemampuan bercerita anak di Taman Kanak-

kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif yang berbentuk quasy eksperimen. Populasi

penelitian adalah TK Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang , berjumlah 30

orang anak terbagi dalam 2 kelompok belajar dan teknik pengambilan

sampelnya Cluster Sampilng, yaitu kelompok B1 dan kelompok B2 masing-

masingnya mempunyai jumlah anak yang sama dan kemampuan yang sama.

Teknik pengumpulan data digunakan tes, berupa pernyataan sebanyak 5

butir pernyataan dan alat pengumpul data digunakan lembaran pernyataan.

Kemudian data diolah dengan uji perbedaan (t-test).Berdasarkan analisis

data, diperoleh rata-rata hasil tes kelompok eksperimen adalah78,1 dan SD

sebesar 8,11 sedangkan pada kelompok kontrol adalah 68,5 dan SD sebesar

6,59. Pada pengujian hipotesis diperoleh thitung sebesar 3,766 dan ttabel sebesar 2,048 pada taraf nyata α = 0,05 dan dk = 28. Hasil penelitian

terlihat bahwa anak pada kelas eksperimen yang menggunakan film

aditdansopojarwomemiliki rata-rata lebih tinggi jika dibandingkan dengan

anak pada kelas kontrol yang menggunakan film diva series. Berdasarkan

perhitungan t-test diperoleh thitung lebih besar dari ttabel menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan signifikan antara kedua kelas tersebut.Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa penggunaan film adit dan sopo jarwo memberi

pengaruh yang lebih besar terhadap kemampuan bercerita anak di Tanam

Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang di bandingkan dengan

menggunakan film diva series.

Kata kunci: Film, Adit Sopo dan Jarwo,Kemampuan, Bercerita

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kepribadian, pengendalian diri,

kecerdasan, akhlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa PAUD adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak semenjak lahir hingga usia 6 (enam)

tahun. PAUD dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

26

Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED 27

Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED 28

Prodi Pendidikan Dasar PASCASARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 157

Page 172: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut.

Anak usia dini merupakan sosok individu yang terus mengalami proses

pertumbuhan dan perkembangan. Usia dini merupakan masa emas bagi anak

(golden age). Pada usia tersebut, anak memiliki banyak potensi yang bisa

dikembangkan dengan baik. Potensi tersebut harus difasilitasi dengan baik agar

dapat berkembang dengan optimal. Salah satu fasilitas yang dapat

mengembangkan potensi anak adalah lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak.

Tujuan penyelenggaraan Taman Kanak-kanak adalah mengembangkan seluruh

aspek perkembangan yang dimiliki oleh anak. Adapun aspek perkembangan

tersebut antara lain nilai-nilai agama dan moral, sosial emosional, bahasa,

kognitif, psikomotorik.

Salah satu aspek yang harus dikembangkan di Taman Kanak-kanak adalah

aspek perkembangan bahasa. Bahasa merupakan suatu sistem simbol untuk

berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan

daya cipta tersebut manusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang

bermakna dengan menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas.

Sehingga penting bagi guru mempersiapkan berbagai cara agar tujuan

pengembangan bahasa anak tercapai dengan baik.

Salah satu kemampuan bahasa anak yang harus dikembangkan adalah

kemampuan bercerita. Bercerita ternyata dapat dijadikan sebagai media

membentuk kepribadian dan moralitas anak usia dini. Sebab, dari kegiatan

bercerita terdapat manfaat yaitu terjalinnya interaksi komunikasi antara orang tua

dirumah, guru dan anak disekolah, sehingga bisa menciptakan relasi yang akrab,

terbuka dan tanpa sekat. Dalam mengembangkan kemampuan bercerita anak di

Taman Kanak-kanak, diharapkan guru mampu menciptakan suasana pembelajaran

yang menyenangkan dan mampu memvariasikan media pembelajaran dan metode

pembelajaran yang menarik, agar tujuan pembelajaran tercapai dengan baik.

Berdasarkan observasi awal peneliti di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy-

Syifa Lubuk Buaya Padang, ditemukan bahwa anak usia 5-6 tahun pada kelompok

B masih sulit dalam menceritakan kembali cerita yang sudah diceritakan guru.

Pada umumnya di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy-Syifa Lubuk Buaya Padang

dalam mengembangkan kemampuan bercerita anak usia dini guru menggunakan

buku dongeng biasa, dan gambar seri. Guru menceritakan dongeng sedangkan

anak hanya diam dan mendengarkan pada posisi duduk kemudian mengulang

kembali cerita gurunya. Pembelajaran seperti itu sangat monoton karena anak

hanya duduk diam dan mendengarkan saat guru bercerita. Selain itu anak merasa

cepat bosan karena media atau alat permainan yang disediakan untuk kegiatan

bercerita tidak menarik. Sehingga anak tidak tertarik untuk mengeluarkan ide-ide

cerita dengan mengungkapkan bahasa melalui kegiatan bercerita sesuai dengan

gambar yang dilihatnya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 158

Page 173: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Anak dapat melakukan kegiatan yang dapat mengembangkan imajinasi,

ekspresi serta dapat mengungkapkan perasaannya ke arah lebih baik. Salah

satunya dengan bercerita. Banyak permainan yang mendorong anak untuk

bercerita salah satunya adalah dengan menonton film kartun. Anak usia dini pada

umumnya sangat gemar menonton film kartun. Salah satu film yang digemari

anak pada saat ini adalah film Adit dan Sopo Jarwo. Film ini menceritakan

tentang bagaimana pentingnya menjaga diri dan lingkungan, menghargai orang

tua dan teman sebaya, dan masih banyak lagi nasihat yang didapat bagi anak

setelah menonton film ini.

Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Film Adit dan Sopo Jarwo terhadap

Kemampuan Bercerita Anak di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk

Buaya Padang”.

Menurut Bredekamp dalam Fadlillah (2012:18) anak usia dini dibagi menjadi

3 tahapan yaitu masa bayi lahir sampai 12 bulan, masa batita (toddler) usia 1-3

tahun, masa prasekolah usia 3-6 tahun, dan masa kelas awal 6-8 tahun.

Suryana (2013:32) menjelaskan karakteristik anak usia dini adalah: (1) anak

bersifat egosentris; (2) anak memiliki rasa ingin tahu (curiosity); (3) anak bersifat

unik; (4) anak kaya imajinasi dan fantasi; (5) anak memiliki daya konsentrasi

pendek.

Menurut Suyadi (2013:17), pendidikan anak usia dini pada hakikatnya ialah

pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan

dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada

pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.

Menurut Hurlock (1978:176) bahasa mencakup setiap sarana komunikasi

dengan menyimbolkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada

orang lain. Termasuk di dalamnya perbedaan bentuk komunikasi yang luas seperti

tulisan, bicara, bahasa simbol, ekspresi muka, isyarat, pantomim, dan seni.

Menurut Fadlillah (2012:173) Cerita adalah salah satu cara untuk menarik

perhatian anak. Dalam pendidikan anak usia dini, cerita sangat diperlukan dan

banyak membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini disebabkan

sebagian besar anak-anak menyukai cerita, kisah atau dongeng.

Menurut Sutjipto (2011:73), film atau gambar merupakan kumpulan gambar-

gambar dalam frame. Dalam media ini, setiap frame diproyeksikan melalui lensa

proyektor secara mekanis, sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Film

bergerak dengan cepat dan bergantian, sehingga memberikan visualisasi yang

kontinyu.

Wikipedia Indonesia (2014) Film Adit dan Sopo Jarwo adalah salah satu film

kartun yang berasal dari Indonesia. Ditayangkan pertama kali pada tanggal 27

januari 2014, disutradarai oleh Dana Riza Indrajaya, saluran aslinya adalah

MNCTV, produsernya bernama Dana Riza, Dhamoo Punjabi, Manoj Punjabi,

Shania Punjabi, bahasanya indonesia, film ini memiliki durasi 5-8 menit, dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 159

Page 174: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

memiliki beberapa tokoh yang digemari oleh anak-anak seperti: adit, dennis, mita,

devi, adel, ayah, bunda, sopo, jarwo, haji udin, kang ujang, jarwis, pak anas,baba

chang, li mei, madun, ucup,mamat, kipli, somad, uni salama, dan buk mina.

Langkah-langkahnya sebagai berikut:1) Guru menseting kelas disesuaikan

dengan tema pembelajaran, dan indikator kemampuan bercerita.2) Kemudian guru

mempersiapkan perlatan-peralatan yang dibutuhkan seperti: kaset CD, speaker,

laptop, dan alat perekam video. 3) Guru terlebih dahulu menjelaskan tata tertib

dalam menonton film, cerita pembuka serta pengenalan tokoh-tokoh dalam cerita,

kemudian anak akan mengulang kembali cerita yang telah ditayangkan oleh guru.

Dan lakukan rekaman video, agar anak melihat hasil dari pengulangan cerita

yang telah anak ceritakan.5) Kemudian guru mengevaluasi kegiatan menonton

film Adit dan Sopo Jarwo. Kerangka konseptual merupakan kerangka berfikir yang terdiri atas gambaran

dari variabel-variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan tema pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang sudah

disusun oleh Taman Kanak-Kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang,

dengan demikian peneliti mengambil tema Lingkunganku sebagai tema yang

peneliti gunakan dalam penelitian.

Guru sebagai peneliti melakukan Pre-Test pada kelas kontrol dan kelas

eksperimen, kemudian baru diberikan perlakuan antara kelas kontrol dan kelas

eksperimen memakai tema yang sama tapi diberikan perlakuan berbeda. Untuk

kelas eksperimen dalam peningkatan kemampuan bercerita anak, dibutuhkan

media pembelajaran berupa film Adit dan Sopo Jarwo, film ini digunakan dalam

peningkatan kemampuan bercerita anak. Sedangkan untuk kelas kontrol dalam

meningkatkan kemampuan bercerita anak menggunkan film Diva Series.

Selanjutnya diberikan Post-test (tes akhir) yang sama. Hasil dari masing-masing

post-test dianalisis dengan uji-t.

METODE PENELITIAN

Berdasarkan penelitian tentang “pengaruh film Adit dan Sopo Jarwo terhadap

kemampuan bercerita anak di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk

Buaya Padang”, maka pendekatan penelitian ini adalah metode penelitian

kuantitatif, dengan jenis penelitian quasi eksperimen (eksperimen semu).

Tabel Rancangan Penelitian

Kelompok Perlakuan Post-test

Eksperimen X O

Kontrol Y O

Keterangan:

O = Post-test (tes pada akhir perlakuan)

X = Kelompok yang menggunakan film Adit dan Sopo Jarwo

ISBN: 978-602-50622-0-9 160

Page 175: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Populasi dalam penelitian ini adalah Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa

Lubuk Buaya Padang, yang beralamat di Jalan Adinegoro No 24 Kayu Kalek

Padang Koto Tangah. Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya

Padang memiliki jumlah siswa sebanyak 30 orang yang terbagi ke dalam 2

kelompok belajar. Kelompok belajar pertama adalah Kelompok kelompok B1

dengan jumlah siswa 15 orang, lalu kelompok B2 dengan jumlah siswa 15 orang.

Dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:

Tabel Tabel jumlah siswa di Taman Kanak-kanak Kurnia Asy-Syifa Lubuk

Buaya Padang

No Kelompok Jumlah

1 Kelompok B1 15

2 Kelompok B2 15

(Sumber: TK kurnia Asy Syifa Padang)

Berdasarkan konsep di atas, maka kelompok yang akan dijadikan dalam

penelitian ini adalah kelompok B1 dan kelompok B2 dimana kelompok B1

dijadikan kelas eksperimen dan kelas B2 dijadikan kelas kontrol, dengan

pertimbangan kelompok B1 dan B2 memiliki usia anak yang relatif sama dan

fasilitas belajar yang sama. Kelas kontrol dan eksperimen ini menggunakan sistem

pembelajaran berbasis sentra pada proses pembelajarannya. Variabel Independen

(variabel bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab

perubahan atau timbulnya variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi

variabel bebas yaitu film Adit dan Sopo Jarwo(Y).

Variabel Dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi

atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Pada penelitian ini yang

menjadi variabel terikat yaitu kemampuan bercerita (X

Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat diberi skor

misalnya :

a. Sangat baik diberi skor 5

b. Baik diberi skor 4

c. Cukup baik diberi skor 3

d. Tidak baik diberi skor 4

Sangat tidak baik diberi skor 1

Tabel Kriteria Penilaian Kemampuan bercerita

Pernyataan Kriteria penilaian kemampuan berbicara

Kemampuan berbicara

SB B CB TB

STB

5 4 3 2 1

ISBN: 978-602-50622-0-9 161

Page 176: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari kelas B1 TK Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya

Padang semester I tahun ajaran 2015/2016. Jumlah anak dalam hasil kemampuan

bercerita dengan menggunakan film Adit dan Sopo Jarwo sebanyak 15 orang.

Setelah diperoleh hasil kemampuan bercerita tersebut, terlihat bahwa nilai

tertinggi yang berhasil dicapai anak adalah 68 dan nilai terendah adalah 52

10

5

0 53,5 57,5 61,5 65,5 69,5

Grafik Data Nilai Pre-test Kelas Eksperimen

Data yang diperoleh dari kelas B2 TK Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya

Padang semester I tahun ajaran 2015/2016. Jumlah anak dalam hasil kemampuan

bercerita dengan menggunakan kegiatan menonton film Diva Series sebanyak 15

orang. Setelah diperoleh hasil kemampuan bercerita tersebut, terlihat bahwa nilai

tertinggi yang berhasil dicapai anak adalah 64 dan nilai terendah adalah 52

10

5

0 53 56 59 62

Grafik Data Nilai Pre-test KelasKontrol

Data diperoleh dari hasil kemampuan bercerita anak pada kelompok B1

(eksperimen) pada semester 1 tahun ajaran 2015/2016. Jumlah anak yang bercerita

menggunakan film Adit dan Sopo Jarwo adalah sebanyak 15 anak. Setelah

diperoleh nilai hasil kemampuan bercerita dengan film Adit dan Sopo Jarwo

tersebut, terlihat bahwa nilai tertinggi yang berhasil dicapai anak adalah nilai 88

dan nilai terendah adalah 64. Data hasil belajar kelompok eksperimen yang

bercerita menggunakan film Adit dan Sopo Jarwo dapat dilihat pada.

6 4

2

0

66 72 77 83 88

ISBN: 978-602-50622-0-9 162

Page 177: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Grafik Diagram Balok Hasil Kemampuan Bercerita Anak Kelompok

Eksperimen TK Kurnia Asy-Syifa Lubuk Buaya Padang

Data hasil kemampuan bercerita anak yang diperoleh dari kelompok B2

(Kontrol) dengan menggunakanfilm Diva Series yaitu berjumlah 15 anak. Dari

hasil belajar yang dicapai siswa terlihat bahwa nilai tertinggi yang dapat dicapai

adalah 84 dan nilai terendahnya yaitu 60, untuk nilai yang tertinggi dan terendah

dapat dilihat pada.

9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

62 67 73 78 83

Gambar Diagram Balok Hasil Kemampuan Bercerita Anak

Kelompok Kontrol TK Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang

Tabel Hasil Perhitungan Uji Liliefors Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol (pre-test)

Kelas A X2hitung X2

tabel Kesimpulan

Eksperimen

0,05 0,96 3,841 Homogen Kontrol

Dari tabel terlihat bahwa X2

hitung kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih

kecil dari X2

tabel (X2

hitung <X2

tabel), berarti kelas eksperimen dan kelas kontrol

memiliki varians yang homogen artinya kelas eksperiment dan kontrol memiliki varians yang sama. Untuk lebih jelasnya,

Tabel Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol (pre-test)

Aspek Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

N 15 15

59,2 57,3

SD2 26,02 16,83

Tabel Hasil Perhitungan Nilai Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (pre-test)

No Kelas N Α L0 Lt Keterangan

ISBN: 978-602-50622-0-9 163

Page 178: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

1 Eksperimen 15 0,05 0,2090 0,220 Normal

2 Kontrol 15 0,05 0,1681 0,220 Normal

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada kelas eksperimen nilai Lhitung

0,2090 lebih kecil dari Ltabel 0,220 untuk α= 0,05. Dengan demikian, nilai

kelompok eksperimen berasal dari data yang berdistribusi normal. Untuk kelas

kontrol, diperoleh Lhitung 0,1681 lebih kecil dari Ltabel 0,220 untuk α= 0,05. Ini

berarti bahwa data kelompok kontrol berasal dari data yang berdistribusi normal.

Tabel Hasil Perhitungan Pengujian dengan t-test

Hasil ttabel

No Kelompok N thitung Keputusan Rata-rata α 0,05

1 Eksperimen 15 59,2 1,086 2,048 Terima H0

2 Kontrol 15 57,3

ttabel untuk taraf nyata α = 0,05 (5%) dengan df sebesar 28 adalah 2,048. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pada taraf nyata = 0,05 (5%), thitung lebih kecil dari pada ttabel (1,086

< 2,048).

Untuk menguji hipotesis digunakan t-test. Dari hasil uji hipotesis dengan

menggunakan t-test diperoleh hasil sebagai berikut:

Dilihat pada tabel di atas dengan dk (N1-1) + (N2-1) = 28. Dalam tabel df

untuk taraf nyata α 0,05 didapat harga thitung 1,086, sedangkan ttabel 2,048, maka

dapat dikatakan bahwa hipotesis Ha ditolak atau Ho diterima karena nilai dari

thitung lebih kecil dari pada ttabel. Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil pre-test (kemampuan awal) anak di kelas eksperimen dan

kelas kontrol dalam perkembangan bercerita anak.

Pada analisis data post-test uji normalitas kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol diperoleh harga L0 dan Lt pada taraf nyata 0,05 untuk n=15

Tabel Hasil Uji Homogenitas Kelas Eksperimen dan Kelas KontroL

Kelas Α

Eksperimen

2

hitung

2

table

Kesimpulan

Kontrol 0,05 0,644 3,841 Homogen

ISBN: 978-602-50622-0-9 164

Page 179: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari Tabel tampak bahwa

2

kelompok eksperimen dan kelompok hitung

2 2 2

kontrol lebih kecil dari tabel ( hitung< tabel), berarti kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol memiliki varians yang homogen.

Setelah uji normalitas dan uji homogenitas kemudian dilanjutkan dengan

pengujian t-tes, untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan

untuk nilai kedua kelompok. Apabila thitung< ttabel berarti terdapat perbedaan yang

signifikan antara kedua kelompok.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil dari analisis data penelitian yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

Dari nilai rata-rata kedua kelompok, menunjukkan bahwa kelompok

eksperimen yang menggunakan Film Adit dan Sopo Jarwo untuk kemampuan

bercerita anak, nilai rata-ratanya sebesar 78,1 dan kelompok kontrol yang

menggunakan film Diva Series untuk kemampuan bercerita anak yaitu sebesar

68,5. Jadi nilai rata-rata di kelas eksperimen “lebih tinggi” dari kelas kontrol di

Taman Kanak-Kanak Kurnia Asy-Syifa Lubuk Buaya Padang. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat thitung>ttabel dimana 3,555> 2,048 yang

dibuktikan dengan taraf signifikan α 0,05 dengan dk (N1-1)+(N2-1)=28, dapat dikatakan bahwa hipotesis Haditerima atau Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang lebih besar antara hasil kemampuan bercerita yang menggunakan film adit sopo jarwo dengan kelas kontrol yang menggunakan film Diva Seriesdi Taman Kanak-kanak Kurnia Asy Syifa Lubuk Buaya Padang.

Selama proses penelitian berlangsung tidak hanya anak yang tertarik dengan

film Adit dan Sopo Jarwo, akan tetapi teman sejawat dan guru-guru juga

tertarik dengan film tersebut. Hal ini dikarenakan film ini sebelumnya tidak

ada digunakan untuk mengembangkan kemampuan bercerita. Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan dalam penelitian ini, maka

peneliti mempunyai beberapa saran, yaitu:

Bagi guru, sebaiknya menambah satu media yaitu film kartun untuk

mengembangkan kemampuan bercerita anak agar lebih menarik perhatian anak

serta bisa memupuk rasa senang anak untuk bercerita. Bagi Taman Kanak-Kanak, sebaiknya pihak sekolah Taman Kanak-Kanak

lebih meningkatkan mutu sekolah dengan meningkatkan kemampuan guru

mengembangkan media untuk pembelajaran.

ISBN: 978-602-50622-0-9 165

Page 180: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN Arifin, Zainal.2011.Evaluasi Pembelajaran.Bandung: Remaja Rodaskarya.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. 2010. Evaluasi Program

Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi

Aksara.

Arsyad, Azhar. 2011. Media pembelajaran. Jakarta: Grafindo.

Arsyad, Azhar. 2013. Media pembelajaran. Jakarta: Grafindo.

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada (GP) Press.

Bachri. 2005. Pengembangan Kegiatan Bercerita Di Taman Kanak-kanak, Teknik

dan Prosedurnya. Jakarta : DEPDIKNAS.

Ellyawati,Cucu.2005.Pemilihan dan pengembangan sumber belajar untuk anak

usia dini

Fadlillah, Muhammad.2012.Desain Pembelajaran PAUD.Jogjakarta:Ar-Ruzz

Media.

Fathoni, Abdurrahman. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Hartati, Sri.2009.Media pembelajaran. Padang: UNP Press.

Hurlock, Elizabeth. B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga.

Jamaris, Martini. 2006. Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman

Kanak-kanak Jakarta: Grasindo.

Musfiroh, Tadkiroatun. 2005. Bermain Sambil Belajar dan Mengasah

Kecerdasan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Musfiqon. 2012. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Mustakim, Muh. Nur. 2005. Peranan Cerita Dalam Pembentukkan

Perkembangan Anak TK. Jakarta : DEPDIKNAS.

ISBN: 978-602-50622-0-9 166

Page 181: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak. Jakarta:

Rineka Cipta.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

Syafril. 2010. Statistika.Padang: SUKABINA.

Santrock, John W. 2010. Life- Span Development. Alih bahasa: Perkembangan

Masa Hidup Jilid 1, oleh Damanik Juda.Jakarta: Erlangga.

Sudjana. Nana dan Ibrahim. 2010. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung

: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung :

Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini.

Jakarta: PT INDEKS.

Suryana, Dadan. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Padang: UNP.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Pernada

Media Group.

Sutjipto,Bambang.2011.media pembelajaran.Bogor: Ghalia Indonesia.

Undang- Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta: Sinar Grafika.

Wikipedia Indonesia. Sejarah Film Adit dan Sopo

Jarwo.https://id.wikipedia.org/wiki/Adit_Sopo_Jarwo.23 Agustus 2014.

ISBN: 978-602-50622-0-9 167

Page 182: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN METODECOMPUTER AIDED INSTRUCTION (CAI) PADA APLIKASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS MULTIMEDIA

Edizal Hatmi29, Noferianto Sitompul30,A.M. Hatuaon Sihite31

Surel: [email protected]

Abstrak Pemanfaatan komputer sebagai sarana pembelajaran dapat memberikan

pengaruh yang sangat positif, perkembangan teknologi pembelajaran juga

memiliki sifat yang interaktif. Para guru dapat menyulut minat anak-anak

terhadap pembelajaran lewat penyertaan foto-foto, video, danaplikasi

pembelajaran dalam bentuk slide misalnya menggunakan dengan Power

Point.Disamping itu pula perlu adanya sebuah aplikasi tambahan berupa

aplikasi pembelajaran berbasis multimedia yang dirancang menggunakan

konsep metode CAI.Computer Aided Instruction (CAI) merupakan berbagai

ragam informasi dalam cara pembelajaran. Komputer sebagai media akan

lebih banyak membantu siswa menemukan hal-hal baru yang lebih menarik

dibanding dengan cara-cara konvensional yang berpusat pada guru.

Walaupun sudah diketahui bahwa cara-cara belajar dan mengajar, serta

perolehan informasi pembelajaran tiap individu yang berbeda. Banyak

teori-teori belajar yang berupaya menguraikan cara belajar tiap individu.

Kebanyakan teori ini mengidentifikasikan menggunakan alat pelaga

komputer sebagai atribut-atribut pembelajaran.Uraian tentang

pembelajaran tematik, ada orang yang belajar lebih suka dengan membaca,

ada yang lebih baik mendengar, ada juga yang lebih suka belajar melalui

perantara guru. Semua orang mempunyai tingkat berfikir yang berbeda-

beda yang mungkin memotivasi atau sebaliknya mendemotivasi cara

belajar. Seseorang mungkin akan perlu berbantuan komputer untuk

mengakses bahan-bahan pembelajaran supaya belajar menjadi

menyenangkan dan tidak membosankan.

Kata Kunci: Multimedia, Tematik, Computer Aided Instruction (CAI)

PENDAHULUAN Salah satu caramemudahkan penguasaan peserta didik terhadap kompetensi adalah

penerapan teknologi dalam penggunaan media pembelajaran. Media pembelajaran

sebenarnya merupakan alat atau media yang digunakan dalam membantu dan bertugas

dalam suatu pembelajaran.Media pembelajaran membantu pemahaman belajar terhadap

kompetensi yang harus dikuasai, dengan tujuan dapat mempertinggi hasil belajar.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berpengaruh terhadap

perkembangan pembelajaran, dengan dikembangkan pembelajaran yang berbasis

PGSD FIP UNIMED

Manajemen Informatika Stmik Budi Darma Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 168

Page 183: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

komputer.Komputermerupakan media yang menarik, atraktif dan interaktif.Pembelajaran

melalui komputer memberikan bekal kepada peserta didik berbagai karakter yang

menjadi kekuatan dan kelemahan suatu pembelajaran.

Proses belajar dapat dilakukan dengan banyak cara, baik itu melalui perantara

guru, membaca buku atau pun secara otodidat. Pembelajaran pada awalnya dengan cara

ceramah atau menjelaskan di depan kelas dari pendidik menggunakan bantuan peralatan

papan tulis, kapur, gambar atau model. Pembelajaran memanfaatkan teknologi yang

sederhana seperti Overhead Projector (OHP), slide, atau film. Dengan bantuan tersebut

pendidik merasa terbantu dalam hal waktu, karena tidak perlu menulis dipapan tulis atau

white board.Inti atau rangkuman materi pembelajaran OHP atau slide.Peserta didik dapat

memanfaatkan waktu yang lebih banyak untuk berkomunikasi, diskusi ataupun bertanya

langsung pada siswa lain atau guru yang mengajarnya. Namun proses belajar tersebut

belum cukup untuk memenuhi keingintahuan. Karena pembelajaran oleh perantara guru

terbatas waktunya dan kalau pembelajaran secara otodidak, belum tentu semua user hobi

membaca buku dan harga buku yang terlalu mahal. oleh karena itu diperlukan cara yang

cukup sempurna dalam implementasi.

Karena kelemahan tersebutlah dibutuhkan sebuah aplikasi pembelajaran berbasis

multimedia menggunakan metode CAI yang nantinya membantu para guru dalam

penyampaian materi pembelajaran tematik kepada peserta didik dalam hal ini siswa-siswi

sekolah dasar.

Multimedia pembelajaran dapat diartikan menjadi sebagai sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian

dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong proses belajar. multimedia adalah

kombinasi dari komputer dan video (Rosch, 1996) atau Multimedia secara umum

merupakan kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (McCormick 1996) atau

Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari data,

media dapat audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar (Turban dkk,

2002) atau Multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis

dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan gambar video.

Computer aided instruction (CAI) menggunakan komputer sebagai satu

bagian integral dari suatu sstem pembelajaran, para peserta didik pada umumnya

terlibat dalam interaksi dua arah dengan computer melalui suatu terminal. CAI

memberikan dampak terhadap bidang pendidikan.Dalam mengani jumlah besar

yang berbagai ragam informasi tentang berbagai tipe dan jenis serta klasifikasi

peserta didik, lembaga pendidikan membutuhkan kemampuan dalam bidang

informasi.

Penelitian yang dilakukan (Wilhelm Wundt, 2001) tentang softwareeducation

design instruction bahwa sebuah media pembelajaran dalam dunia pendidikan harus

mempunyai umpan balik dan siswa harus dapat mengetahui seberapa jauh pemahaman

yang diperoleh dari media pembelajaran tersebut, serta media pembelajaran ini harus

menyenangkan, indah, dan pengguna tidak mudah bosan, maka untuk setiap media

pembelajaran dengan komputer harus mengedepankan desain tampilan serta desain untuk

materi.

ISBN: 978-602-50622-0-9 169

Page 184: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pembelajaran tematik merupakan sebagai model pembelajaran memiliki arti

penting dalam membangun kompetensi peserta didik. Pembelajaran tematik lebih

menekankan pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat

memperoleh pengalaman lansung dan terlatih untuk menenmukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajari dan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan

menghubungkan dengan konsep lain yang telah dipahami.

Menurut (Robin dan Linda, 2001) multimedia adalah kombinasi dari

komputer dan video (Rosch, 1996) atau Multimedia secara umum merupakan

kombinasi tiga elemen, yaitu suara, gambar dan teks (McCormick 1996) atau

Multimedia adalah kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output dari

data, media dapat audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar

(Turban dkk, 2002) atau Multimedia merupakan alat yang dapat menciptakan

presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik,

animasi, audio dan gambar video.

Pembelajaran berbasis komputer (CAI) memiliki aspek-aspek yang dapat

meningkatkan efektifitas pembelajaran.komputer dapat secara cepat berinteraksi dengan

individu, menyimpan dan memproses berbagai informasi. Dalam menunjang pencapaian

tujuan pembelajaran komputer yang disusun dengan program yang bermacam-macam tipe

terminal dapat mengontrol interaksi belajar mandiri untuk mempelajari informasi yang

disajikan.komputer dapat secara langsungdigunakan untuk menyampaikan materi

pelajaran siswa, memberikan latihan dan memberikan tes kemajuan siswa (Hamalik,

2003).

CAI adalah salah satu metode pengajaran yang digunakan untuk membantu

pengajar dalam mengajarkan materi secara interaktif dalam sebuah program tutorial

dengan menggunakan suatu aplikasi komputer.Ada pun ciri-ciri sistem CAI yaitu:

Pelajar dapat mengakses materi ajar : Tanpa dibatasi waktu Tanpa dibatasi ruang dan tempat

Dukungan komunikasi Sinkron Asinkron Dapat direkam

Jenis materi ajar Multimedia (teks, gambar, audio, video dan animasi)

Paradigma pendidikan “Learning-Oeriented” Asumsi : setiap pelajar ingin belajar dengan sebaik-baiknya Pelajar akan secara aktif terlibat dalam membangun pengetahuan dn

mengaitkannya dengan apa-apa yang telah diketahuinya atau dia alaminya.

Prinsip Pengembangan Program Computer Aided Instruction (CAI). Pada

prinsipnya langkah pertama dalam mengembangkan program CAI adalah menentukan

metode apa yang akan digunakan penentuan metode ini tergantung dari jenis mata

pelajaran itu sendiri, level kognitif yang akan dicapai, dan macam kegiatan belajar.

Metode CAI dibedakan menjadi lima jenis, yaitu : tutorial, latihan dan praktek,

pemecahan masalah, simulasi, dan permainan (Budiarjo, 1991)

ISBN: 978-602-50622-0-9 170

Page 185: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tutorial Tutorial memakai teori dan strategi pembelajaran dengan memberikan materi,

pertanyaan, contoh : latihan dan kuis agar murid dapat menyelesaikan suatu masalah,

tujuannya adalah membuat siswa memahami suatu konsep/materi yang baku. Akan

tetapi system ini disertai dengan modul remedial maka bila gagal, siswa akan

diberikan remedia terhadap topic yang salah saja. Latihan dan Praktek

latihan dan praktek merupakan metode pengajaran yang dilakukan dengan

memberikan latihan yang berulang- ulang, tujuannya yaitu siswa akan lebih terampil,

cepat, dan tepat dalam melakukan suatu keterampilan Pemecahan masalah

Pemecahan masalah adalah suatu metode mengajar yang mana siswanya diberi soal-

soal, lalu diminta pemecahannya, tujuannya menganalisis masalah dan memecahkan

masalah tersebut. Simulasi

Proses simulasi biasanya digunakan untuk mengajarkan proses atau konsep yang

tidak secara mudah dapat dilihat (abstrak), seperti bagaimana bekerjanya suatu proses

ekonomi, atau bagaimana hubungan antara supply and demand terhadap harga. Permainan

Materi dari permainan merupakan hal yang ingin diajarkan, sekaligus juga berperan

sebagai motivator. Pendekatan motivasi dapat dibedakan seperti motivasi intrinsic

tidak ada reword diluar atau tanpa reword seperti ”point” misalnya siswa

menyenangi permainan tersebut.

METODE PENELITIAN Rancangan

Sebelum merancang sebuah sistem, perlu dilakukan analisa terlebih dahulu

terhadap permasalahan yang akan diselesaikan. Analisa perancangan adalah proses

menentukan kebutuhan sistem, apa yang harus dilakukan sistem untuk memenuhi

kebutuhan klien (user). Dengan adanya analisa perancangan, sistem yang dirancang akan

lebih baik dan memudahkan pengembang sistem dalam perbaikan apabila pada kemudian

hari ditemukan kesalahan atau kekurangan. Pada bab ini akan dijelaskan lebih lanjut

tentang perancangan aplikasi media pembelajaran dan bagaimana menerapkan metode

Computer Aided Instruction (CAI)dalam aplikasi media pembelajaran temamik.

Proses pembelajaran di lembaga pendidikan selalu dilakukan berdasarkan pada

silabus kurikulum dan Rencana pelaksaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun dan

diatur pada setiap jadwal pelaksanannya. Silabus sebagai sebuah rencana pembelajaran

pada suatu kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang telah mencakup standar

kompotensi, kompotensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompotensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan sumber

belajar.merupakan perkiraan atau proyeksi mengenai tindakan apa yang akan dilakukan

pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP menggambarkan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompotensi dasar yang diterapkan

dalam standar isi dan telah dijabarkan dalam silabus.

ISBN: 978-602-50622-0-9 171

Page 186: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pelaksaan proses pembelajaran tematik kelas 3 SD yang merupakan salah satu

mata pelajaran pokok yang termasuk dalam rumpun perhitungan dan juga mengikuti

pokok-pokok materi yang telah disusun dalam silabus kurikulum pembelajaran tematik.

Materi-materi pokok pembelajaran khususnya mata pelajaran tematik telah disusun

sedemikian rupa serta disesuaikan dengan alokasi waktu yang dibutuhkan selama

pelaksanaan pengajaran dalam semester berjalan.

Keterbatasan alokasi waktu, sumber pembelajaran, dan jarak dalam proses

pembelajaran menimbulkan kurang efektifnya proses pembelajaran yang sudah ada,

dimana waktu pembelajaran disekolah yang terbatas, dan keterbatasan jarak yang

membatasi peserta didik untuk belajar lebih, kerena telah terjadwalnya proses belajar

mengajar disekolah sehingga tercapainya kompotensi dasar sesuai yang telah diterapkan

di dalam silabus kurikulum tidak didapatkan. Oleh karena keterbatasan tersebut, maka

pembelajaran yang sudah ada disekolah harus ditambah dengan pembelajaran berbantuan

kompuetr dengan menggunakan computer aided instruction (CAI).

Perancangan aplikasi yang akan dibangun merupakan perangkat lunak media

pembelajaran tematik yang mempu memberikan pembelajaran materi-materi tentang

tematik pada tahap analisa dilakukan materi pembelajaran khususnya materi tematik.

Hasil dari analisa digunakan sebagai acuan dalam menyusun spesifikasi yang diperlukan

dalam aplikasi pembelajaran tematik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil yang diharapkan dalam penerapan metode CAI dalam pembuatan aplikasi

pembelajaran berbasis multimedia berupa tahapan menu aplikasi seperti :

Tutorial Bagian totarial dalam aplikasi media pembelajaran ini menyajikan materi-materi

yang merupakan kumpulan topik-topik tematik.Pada program ini memberi kesempatan

untuk menambah materi pelajaran yang telah dipelajari atau pun yang belum dipelajari

sesuai dengan kurikulum yang ada.Tutorial memberikan layar bantuan untuk memberikan

keterangan tentang media pembelajaran. Tutorial memakai teori dan trategi mempelajaran

dengan memberikan materi, agar siswa dapat menyelesaikan suatu masalah dan

memahami suatu konsep atau materi yang baku.

Model tutorial adalah salah satu jenis metode pembelajaran yang memuat

penjelasan, rumus, prinsip, bagan, tabel, defenisi istilah, dan latihan yang sesuai.Dalam

interaksi tutorial ini informasi yang disajikan sangat komunikatif, seakan-akan ada tutor

yang mendampingi siswa dan memberikan arahan secara lansung pada siswa. Sehingga

model tutorial sangat efektif untuk membantu siswa dalam proses belajar mengajar pada

mata pelajaran elektonika. Maka untuk mengembangkan model tutorial ini kedalam

pembelajaran tematik dibutuhkan soal-soal latihan.Soal-soal latihan bertujuan untuk

membantu siswa memperdalam penguasaan tentang isi pembelajaran disamping untuk

mengatahui sejauh mana tujuan khusus pembelajaran yang telah dicapai.Soal-soal latihan

ini disertai umpan balek yang dapat memberikan penilaian langsung pada kemampuan

siswa diserta penjelasan perlunya dilakukan pengulangan kembali terhadap materi yang

dipelajari.

Sasaran dari model tutorial adalah dapat mengatur kecepatan persentasi sesuai

dengan kebutuhan belajar siswa.Dengan menggunakan teknik percabangan dan interaktif,

ISBN: 978-602-50622-0-9 172

Page 187: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

CAI tutorial dapat memberikan intruksi tambahan bagi siswa yang membutuhkannya dan

memperkenankan setiap siswa untuk dapat menyelesaiakan pembelajaran materi ajar

dengan cepat.

Adapun langkah-langkah dalam model tutorial adalah sebagai berikut :

Pengenalan (introduction) yaitu pengenalan terhadap aplikasi tersebut Penyajian informasi (presentation of information) yaitu penyajian informasi bagi

pengguna dalam bentuk materi pembelajaran menggunakan aplikasi tersebut

Pertanyaan dan respon (question and responses) yaitu memberi pertanyaan

kemudian aplikasi memberi respon yang berbentuk keterangan dan penilaian

(scorring) Penilaian respon (judging reponses) yaitu memberi penilaian (scorring) Pemberian feedback tentang respon (providing feedback about reponses), setelah

pengguna mendapat keterangan atas hasil yang diproleh dalam menjawab pertanyaan

dan respon yang diberi maka aplikasi memberi feedback dalam bentuk saran untuk

pengguna

Pembetulan (remedation) yaitu pembetulan dapat dilakukan setalah pengguna

pembuka kunci jawaban Penutup (clossing) artinya aplikasi selesai di jalankan

Adapun contoh tutorial dalam aplikasi pembelajaran ini adalah diuraikan sebagai

berikut :

Materi tentang cara menghitung untuk anak didik kelas 3 SD. Kolam ujang terletak dibelekang rumah, kolam ujang berbentuk persegi panjang.

Kolam itu diberi nama kolam ABCD.

Panjang AB sama dengan panjang CD.

Panjang AB = 6 meter. Jadi, panjang CD = 6 meter.

Lebar BC sama dengan lebar AD.

Lebar BC = 4 meter Jadi lebar AD = 4 meter Ujang ingin menghitung keliling kolam. Keliling kolam ABCD adalah jumlah dari keempat sisi-sisinya. Keliling persegi panjang ABCD = panjang AB + panjang BC + panjang CD +

panjang AD 6 + 4 + 6 + 4 20 m

Keliling persegi panjang = (2 x sisi panjang) + (2 x sisi lebar) (2 x panjang + lebar)

ISBN: 978-602-50622-0-9 173

Page 188: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Ā ЀĀ ȀĀ⸀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ ЀĀ Ȁ ⸀Ā ЀĀ ĀĀĀ ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ 2

(panjang + lebar) Keliling persegi panjang = 2x (panjang + lebar)

Luas persegi panjang = panjang x lebar

Pembelajaran tematik terbagi menjadi 4 mata pelajaran seperti Bahasa Indonesia,

IPS, PKN, dan Matematika yaitu sebagai berikut : a. Pelajaran Bahasa Indonesia

Memahami teks dengan membaca nyaring, membaca intensif, dengan membaca

hasil diskusi di depan kelas secara bergantian.

Mengungkapkan pikiran, perasaan, pengalaman, dan petunjuk dengan bercerita

dan memberikan tanggapan/saran. 1.1 Membaca nyaring dengan intonasi dan lafal yang tepat.

1.2Membahas masalah dengan kalimat yang runtut. Pelajaran IPS

Zaman dahulu orang belum menggunakan uang sebagai alat tukar.Namun,

mereka menukarkan barang dengan barang. Cara seperti ini disebut barter.

Uang yang beredar dimasyarakat adalah uang kartal dan uang giral.Uang kartal

yaitu uang dalam bentuk kertas dan logam yang kita gunakan sehari-hari.Uang

giral yaitu uang dalam bentuk surat-surat berharga.Uang digunakan sebagai alat

pembayaran barang dan jasa.Maka itu, kita harus dapat mengelola uang dengan

baik. Manfaat mengelola uang dengan baik sebagai berikut : ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ M

engetahui pemasukan dan mengatur pengeluaran ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ H

idup tidak boros ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ T

erbiasa menabung ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ K

ebutuhan bias terpenuhi ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ H

idup lebih terencana dan terarah ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ȁ Ā Ȁ ⤀Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ Ā ⸀ D

apat membedakan kebutuhan penting dan tidak penting Pelajaran PKN

Negara kesatuan Republik Indonesia sangat besar dan luas.Negara kita terdiri

atas ribuan pulau.Penduduk yang tersebar di berbagai pulau sangat

beragam.Keragaman itu meliputi adat istadat, agama, maupun bangsa.Namun

berkat semboyan Bhinneka Tunggal Ika, yang artinya berbeda-beda tetapi tetep

satu jua, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar.

Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang sangat banyak.Dengan bentangan

laut yang sangat luas, Indonesia kaya dengan sumber daya hutan, perkebunan,

dan perternakan. Salah satu kebanggaan bangsa Indonesia adalah bangsa Indonesia terkenal

dengan keramahtamahannya. Keramahtamahan tersebut dapat dilihat pada

poenduduknya yang selalu menghargai dan menghormati adat istiadat suku

atau bangsa lain. Pelajaran Matematika

Page 189: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Keliling persegi panjang = 2 (p + l)

Luas persegi panjang = p x l

Keliling persegi = 4 x sisi Luas persegi = sisi x sisi

ISBN: 978-602-50622-0-9 174

Page 190: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Latihan Dan Praktek Latihan dan praktek merupakan metode pengajaran yang dilakukan dengan

memberikan latihan, tujuannya yaitu siswa akan lebih terampil, cepat, dan tepat dalam

melakukan suatu keterampilan. Adapun tahapan dalam model latihan dan praktek adalah

sebagai berikut :

Penyajian masalah-masalah dalam bentuk latihan soal-soal pada tingkat tertentu

penampilan siswa. Soal-soal yang disajikan adalah soal-soal yang berhubungan

yang telah dipelajari pada materi sebelumya. Siswa pengerjakan soal-soal latihan Program merekam atau menyimpan hasil jawaban siswa, mengevaluasi kemudian

memberi umpan balik

Jika jawaban yang diberikan siswa benar, program akan menyajikan materi

selanjutnya, dan jika jawaban siswa salah program menyediakan fasilitas untuk

mengukangi latihan atau remediation, yang dapat diberikann secara parsial atau

pada akhir keseluruhan soal.

Contoh isi dari latihan dan parktek adalah : Pilihan ganda

Setrika mengubah energy listrik menjadi energy… Gerak Panas Cahaya Bunyi

Gambar bangun datar disamping disebut …. Persegi Persegi panjang Segitiga Lingkaran

Kebhineka bangsa Indonesia merupakan anugrah dari … Orang tua Pemerintah Masyarakat Tuhan Yang Maha Esa

Pembahasan Computer aided instruction (CAI) adalah salah satu metode pengajaran yang

digunakan untuk membantu pengajar dalam mengajarkan materi secara interaktif dalam

aplikasi komputer. Pemakai dapat berinteraksi melalui alat-alat input, seperti keyboard

atau penekanan tombol dengan menggunakan mouse, yang hasilnya dapat ditampilkan

melalui layar monitor dan printer. Metode CAI dibedakan menjadi lima jenis, yaitu

tutorial, latihan, pemecahan masalah, video dan permainan mengenai tematik dengan

tujuan agar dapat menambah pemahaman para siswa tentang materi yang dipelajari.

ISBN: 978-602-50622-0-9 175

Page 191: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tutorial Tutorial yang ditawarkan dalam perancangan aplikasi pembelajaran tematik dengan

topik tematik berupa langkah-langkah dalam proses penjelasan secara teoritis tentang

tematik. Praktek dan latihan (drill and practice)

Praktek yang ditawarkan aplikasi pembelajaran tematik berupa penyelesaian latihan-

latihan berupa soal-soal yang dapat diselesaikan langsung maupun melihat contoh

penyelesaian yang disajikan (pemecahan masalah). Setelah mengerjakan soal, user

dapat menginputkan jawaban yang kemudian akan di koreksi oleh sistem dan

memberikan informasi kebenaran jawaban dan nilai para siswa. Pemecahan masalah (problem solving)

Pemecahan masalah yang ditawarkan dalam aplikasi pembelajaran tematik berupa

materi-materi soal tambahan yang memudahkan para siswa untuk lebih memahami

jawaban yang diharapkan tentang materi-materi yang berhubungan dengan tematik. Video Permainan

Aplikasi media pembelajaran tematik dirancang menggunakan dengan aplikasi

Macromedia Flash 8.0, dimana untuk merancang arsitektur interface dan mengetik listing

program dilakukan pada interface Macromedia Flash 8.0 dan action script software

tersebut.Aplikasi media pembelajaran tematik yang dirancang dengan menerapkan

metode Computer Aided Instruction (CAI) pada penyampaian materi mengajar, dimana

dengan metode ini peserta didik diharapkan dapat melakukan intraksi yang lebih

interaktif dengan aplikasi yang dibangun.Berikut hasil dari implementasi program

keseluruhan yang telah dirancang.

Tampilan Menu Utama Frame yang pertama ditampilkan ketika aplikasi dijalankan adalah frame menu

utama, dimana didalam frame ini akan disajikan beberapa menu pilihan yang dapat

diakses oleh para pengguna. Menu pilihan yang disediakan adalah Menu Tutorial, Menu

Latihan, Menu Pemecahan Masalah, Menu Vidio, Menu permainan dan Menu Keluar.

Tampilan frame menu utama dapat dilihat pada gambar 1.dibawah ini.

VIDEO

Gambar Tampilan menu utama

Menu Latihan

Pada menu latihan ini menampilkan soal materi pembelajaran tematik, jika pada

frame menu latihan user memilih pilihan ganda maka frame yang akn ditampilkan

sebagai berikut. Menu pilihan ganda dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

ISBN: 978-602-50622-0-9 176

Page 192: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Gambar Menu latihan

Setelah mengklik menu latihan pilihan ganda, maka akan muncul sejumlah soal

dalam media pembelajaran ini, dan soal latihan pilihan ganda menggunakan waktu

otomatik, maka aplikasi akan menampilkan nilai seperti gambar 3.dibawah ini.

Gambar Pilhan ganda

Pada frame nilai user dapat mengulangi untuk menjawab soal dengan mengklik

tombol ulang atau kembali ke menu pilihan latihan pilihan ganda. Jika pada menu latihan

essay akan terdapat soal-soal latihan pada gambar dibawah ini dan jawaban benar atau

salah bisa langsung dicek.

Gambar Latihan essay

ISBN: 978-602-50622-0-9 177

Page 193: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Menu Pemecehan Masalah User dapat memilih tombol pemecahan masalah untuk menyelesaiakan soal

latihan tematik SD kelas 3. Sedangkan tombol ke menu back berfungsi untuk kembali ke

frame menu utama. Tombol pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar 5dibawah ini.

Gambar 5. Pemecahan masalah

Untuk dapat memilih tombol back untuk menutup frame pemecahan masalah dan kembali

ke menu utama.

Menu Video Pada frame ini akan menampilkan vidio pembelajaran tematik, pada frame vidio

dapat dilihat pada gambar 6.Dibawah ini

VIDEO TEMATIK…..

Gambar Video tematik

Untuk dapat memilih tombol back untuk menutup frame vidio dan kembali ke menu

utama.

Menu Permainan

Pada frame ini akan menampilkan permainan tebak gambar pembelajaran

tematik, pada frame permainan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

ISBN: 978-602-50622-0-9 178

Page 194: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Gambar Permainan tebak gambar

Untuk dapat memilih tombol back untuk menutup frame permainan dan kembali

ke menu utama.

Tutorial

Pada frame ini akan menampilkan tutorial gambar pembelajaran tematik, pada

frame permainan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar Tutorial

SIMPULAN Adapun yang menjadi kesimpulan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai

berikut :

Penerapan metode CAI sebagai salah satu metode pembelajaran yang berbasis

komputer mampu digunakan sebagai alat pendukung pencapaian buku panduan yang

telah disusun, dan metode CAI melalui aplikasi media pembelajaran yang berbasis

ISBN: 978-602-50622-0-9 179

Page 195: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

komputer dapat memberikan penekanan yang efektif dan memakai durasi waktu yang

singkat.

Perancangan aplikasi pembelajaran tematik menggunakan Macromedia flash 8.0

yang menggunakan animasi dan suara, dibandingkan menggunakan buku panduan

yang hanya membaca dan mendengar penjelasan dari guru.

DAFTAR RUJUKAN

Iru La, dkk.2012. Analisis Penerapan, Pendekatan, Metode, Strategi & model-model

pembelajaran.

Jogiyanto, 2005.Sistem Informasi.

Sugiarti, Yuni, 2012. Analisis & Perancangan UML (Unified Modeling Language). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Supardi, dkk. 2007. Mari Belajar Tematik Berkarakter Kebangsaan. Jateng: CV Usaha

Makmur.

http://www.metodecomputeraidedinstruction(CAI), Hamalik 2003. Jurnal CAI USU. http://www.macromediaflash-8.html, 2013. Tampilan menu bar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 180

Page 196: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGANMENGGUNAKAN MODELPEMBELAJARANPICTURE AND PICTURE DALAM MATA

PELAJARAN IPA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN

MANUSIA DI KELAS V SD NEGERI 045964 BULUH BELANGKE

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Syahfitriani Br Ginting32

, Maria MelfaSimanjuntak33

, danNina

JunisaSianipar34

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Masalah dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

pembelajaranbelum maksimalnya hasil belajar siswa pada pokok

bahasan sistem pencernaan manusia di kelas V SD. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan dan hasil belajar

siswa.Lokasi penelitian ini adalah SD Negeri 045964 Buluh Belangke.

Yang menjadi subjeknya adalah siswa kelas V yang berjumlah 21

orang siswa. Objek dalam penelitian ini adalah meningkatkan hasil

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran picture and

picture dalam mata pelajaran IPA pada pokok bahasan sistem

pencernaan manusia di kelas V. Lembar observasi dan tes yang

digunakan adalah berbentuk pilihan berganda.Berdasarakan hasil

penelitian di siklus II pelaksanaan pembelajaran IPA, diperoleh

aktivitas guru dengan hasil yang diperoleh 77% dan aktivitas siswa

dengan nilai siswa 82 tergolong kategori baik. Sementara itu, dari 21

orang siswa terdapat 18 orang siswa yang memperoleh nilai ≥ 70

secara klasikal terdapat 85,71% siswa tuntas belajar dan 14,29%

siswa tidak tuntas belajar dengan rata-rata 76,19.Berdasarkan

analisis hasil penelitian diperoleh pelaksanaan pembelajaran dan

hasil belajar berkategori baik. Dengan demikian pembelajaran

melalui model pembelajaran Picture and Picture dalam mata

pelajaran IPA pada pokok bahasan sistem pencernaan manusia di

kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke telah meningkat.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Picture and Picture

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangakan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan.

Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan.

Pascasarjana Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 181

Page 197: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya dan masyarakat.

IPA merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern,

mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan perkembangan budi daya

manusia. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi dimasa depan diperlukan

penguasaan ilmu alam yang kuat sejak dini. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar

merupakan dasar dari penerapan konsep Ilmu Alam pada jenjang berikutnya.

Konsekuensinya dalam pelaksanaan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus

mampu menata dan meletakkan dasar penalaran siswa yang dapat membantu

menjelaskan, menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari - hari dan

kemampuan berkomunikasi dengan alam sekitar serta lebih mengembangkan

sikap logis, kritis, cermat, terbuka, optimis, dan menghargai alam sekitarnya.

Dalam pembelajaran IPA siswa diharapkan memiliki hasil belajar yang

maksimal. Dalam hal ini guru bukan hanya sebagai pemberi pengetahuan saja

kepada siswa, akan tetapi seorang guru harus mampu mengelola pembelajaran

dengan baik yaitu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi,

menggunakan media pembelajaran dalam proses pembelajaran, sebagai fasilitator

dan motivator dalam proses pembelajaran, sehingga siswa akan lebih aktif dan

termotivasi dalam proses pembelajaran.

Pada kenyataannya berdasarkan informasi dari guru kelas SD Negeri

045964 BuluhBelangke, pembelajaran IPA gaya belajar siswa diarahkan pada

penguasaan materi pelajaran, materi yang di sampaikan guru dalam melaksanakan

pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi,

kurangnya menggunakan media pembelajaran pada saat kegiatan belajar

mengajar, guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga siswa

kurang aktif dan termotivasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari

kenyataan bahwa sebagian siswa yang memiliki nilai berkategori kurangbaik

berdasarkan hasil tes.

Dari masalah yang dikemukakan di atas, perlu dicari model pembelajaran

baru yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan

kompetensi yang berpusat pada siswa, memberikan pembelajaran dan pengalaman

belajar secara relevan dan kontekstual dalam kehidupan yang nyata dan

pengembangan mental yang kaya dan kuat pada diri siswa.

Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang

mampu mengembangkan kompetensi siswa, baik ranah kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan menciptakan

suasana pembelajaran yang menyenangkan sangat diperlukan dalam

meningkatkan hasil belajar siswa untuk mata pelajaran IPA. Dalam hal ini peneliti

memilih model pembelajaran yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi

ISBN: 978-602-50622-0-9 182

Page 198: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

antara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai

materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimalyaitu

modelpembelajaranPicture and Picture.

Berdasarkan pemikiran di atas, pertanyaan yang mendasar adalah apakah

dengan menggunakan modelpembelajaranPicture and picture dapat meningkatkan

hasil belajar siswa?. Hal ini perlu dikaji melalui penelitian ilmiah. Inilah yang

mendorong penulis melakukan penelitian yang

berjudul“MeningkatkanHasilBelajarSiswadenganMenggunakan Model

Pembelajaran Picture and Picture dalam Mata Pelajaran IPA padaPokok

BahasanSistemPencernaanManusia di Kelas V SD Negeri 045964 BuluhBelangke

Tahun Pelajaran 2014/2015”

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 045964 Buluh BelangkeTahun

Pelajaran 2014/2015.Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD

Negeri 045964 BuluhBelangke yang berjumlah 21 siswa. Yang terdiri dari 10

laki-laki dan 11 perempuan. Pada penelitian ini, objek penelitian adalah

meningkat hasil belajar siswa dalam mata IPA pada pokok bahasan sistem

pencernaan manusia di kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun

Pelajaran 2014/2015 dengan model pembelajaran Picture and Picture.

Penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan Kelas yang

tujuannya untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran di kelas.

Melalui Penelitian Tindakan Kelas, kelemahan-kelemahan dan masalah-masalah

yang terjadi pada proses pembelajaran dan hasil belajar akan lebih mudah untuk

diidenttifikasi. Selain itu, melalui Penelitian Tindakan Kelas solusi dari masalah

dan kelemahan tersebut akan lebih mudah untuk ditemukan.

Desain penelitian tindakan kelas berupa refleksi awal dan observasi untuk

mengidentifikasikan permasalahan yang terjadi di kelas, dilanjutkan dengan

pelaksanaan PTK selama dua siklus. Desain penelitian yang digunakan menurut

Suharsimi Arikunto,dkk (2012:16) untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar

di bawah ini:

ISBN: 978-602-50622-0-9 183

Page 199: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

?

Gambar Desain Penelitian Tindakan Kelas.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun

Pelajaran 2014/2015. Penelitian dilaksanakan selama 2 jam pelajaran dan

dilakukan sebanyak 2 siklus. Pada pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan

adalah kegiatan awal yaitu membuka pelajaran dengan memberikan salam dan

apersepsi. Pada kegiatan inti gurumengelompokkansiswamenjadi 4 kelompok.

Masing-masingkelompokterdiridari 5 sampai 6 orang, gurumemberikaninformasi,

tujuanpembelajarandanmemotivasisiswa, gurumenjelaskan pokok

bahasansistempencernaanmanusiadisertaidenganmenunjukkan gambar sistem

pencernaan manusiasebagaipengantaruntukmemusatkanperhatiansiswa, gurumembagikangambarpadamasing-

masingkelompokuntukdidiskusikansiswasertamengurutkannyasesuaidenganmateri

ajar. Gurumenunjukkelompoksecarabergantianmaju ke depan kelasmasing-

masingkelompokuntuk menunjukkan gambar-gambaryang telah ditempelkan di

karton yang telahdisediakansertamengemukakanalasanurutangambartersebut,

gurumemberikankesempatanpadasiswauntukbertanyatentanghal yang

belumdipahaminya, dan Mengajak siswa untuk merangkum materi yang telah

dipelajari, serta melakukan evaluasi belajar, berupa tes yaitu pilihan berganda.

Pada siklus II dilaksanakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan difokuskan

pada penyelesaian masalah yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran siklus I

yaitu memperbaiki aktivitas mengajar dengan menambahkan aktivitas kelompok

dan menggunakan model pembelajaran Picture and Picturepada pokok bahasan

Sistem Pencernaan Manusia.

Deskripsi Data Hasil Penelitian Berdasarkan tahapan pengumpulan data yang dilakukan, data hasil penelitian

yang didapat yaitu:(1) hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan II, (2)

ISBN: 978-602-50622-0-9 184

Page 200: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ketuntasan hasil belajar siswa siklus I dan II, (3) rata-rata nilai hasil belajar siswa

siklus I dan siklus II. Uraian data tersebut sebagai berikut:

1. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Peningkatan hasil observasi aktivitas siswa siklus I dan siklus II dapat dilihat

pada tabel di bawah ini:

Tabel Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II

Siklus Total Skor Nilai Kategori

I 31 62 Cukup

II 41 82 Baik

2. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

Untuk mengetahui perubahan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari

siklus I ke siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini:

20

18

18

16

13

14

Siswa Tuntas Belajar 12

10 8

8

Siswa Tidak Tuntas

6

Belajar 3

4

2

0

Siklus I Siklus II

Kemudian untuk melihat hasil peningkatan pembelajaran yang diperoleh siswa

dari Siklus I ke Siklus II dapat dilihat pada diagram berikut ini:

ISBN: 978-602-50622-0-9 185

Page 201: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

80 63,33

60

40

20

0

76,19

Siklus I Siklus II

SIMPULAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian yang dilaksanakan di

kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun Pelajaran 2014/2015 dapat

disimpulkan:

Pelaksanaan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Picture and Picture

dalam Mata Pelajaran IPA pada Pokok Bahasan Sistem Pencernaan Manusia

di Kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun Pelajaran 2014/2015

telah berkategori baik. Hasil belajar siswa meningkat melalui Model Pembelajaran Picture and

Picture dalam Mata Pelajaran IPA pada Pokok Bahasan Sistem Pencernaan

Manusia di Kelas V SD Negeri 045964 Buluh Belangke Tahun Pelajaran

2014/2015 dan tuntas secara klasikal.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: BumiAksara.

Aqib, Zainal, dkk. 2011. PTK untuk Guru SD, SLB, dan TK. Bandung: Yrama

Widya.

Ekawarna. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

http://ras-eko.blogspot.com/2011/05/model-pembelajaran-picture-and-

picture.html.

http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html.

http://hedisasrawan.blogspot.com/2013/01/sistem-pencernaan-manusia.html.

ISBN: 978-602-50622-0-9 186

Page 202: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Jihad, Asep dan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi

Presido.

Jurnalbidaniah.blogspot.com/2012/04/model-picture-and-picture.html.

Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Banjarmasin:

Aswaja Presido.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: PUSTAKA BELAJAR.

Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.

Sahertian, A. Piet. 2010. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sudjana. 2005.Metoda Statistika. Bandung: TARSITO BANDUNG.

Tritanto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif

Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Surabaya: Kencana.

ISBN: 978-602-50622-0-9 187

Page 203: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

KARYA ILMIAH SEBAGAI PENGEMBANGAN

KECERDASAN INTELEKTUAL, EMOSIONAL DAN

SPIRITUAL GURU MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU

Rizqa Jauhiratul Umma35

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Pendidikan yang bermutu sebagai suatu proses dan hasil pendidikan akan

menghasilkan manusia-manusia cakap yang dibutuhkan dalam proses pembangunan. Salah satu kontribusi terwujudnya pendidikan yang bermutu

adalah guru yang profesional. Menyadari peran penting guru dan

berkembangnya tuntutan pofesionalitas guru di abad 21, pemerintah

menetapkan berbagai kebijakan yang ditujukan untuk peningkatan mutu

guru. Pengembangan profesi guru ini ditandai dengan kemampuan atau

kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu kemampuan menulis karya

ilmiah. Keterampilan ini berkaitan dengan kecerdasan intelektual, emosional

serta spiritual dalam menciptakan hasil pembelajaran yang optimal,

memilikikepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman, memiliki wawasan

intelektual danberpikiran maju, serta tidak pernah merasa puas dengan ilmu

yang ada padanya. Ketiga kecerdasan ini merupakan faktor penting yang

harus dimiliki pendidik dalam pengembangan karya ilmiah untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

Kata Kunci: karya ilmiah, profesional, kecerdasan

PENDAHULUAN

Secara historis, kebangkitan bangsa Indonesia pertama kalinya digaungkan

pada hari kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Kemudian lahirlah

generasi yang mengisi pembangunan. Saat ini, 30 tahun lagi Indonesia akan

menuju kebangkitan kedua, yaitu 100 tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045.

Inilah yang melatarbelakangi kebangkitan generasi emas. Inilah saat yang tepat

bagi pendidikan untuk berperan menciptakan generasi emas Indonesia, dan

momentum yang sangat tepat bagi para pemangku kepentingan pendidikan untuk

menata dengan sebaik-baiknya pendidikan berkualitas.

Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan

suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

konstitusi serta sarana dalam membangun karakter bangsa (nation character

building). Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan yang

cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian suatu bangsa.

Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 188

Page 204: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Masyarakat yang demikian merupakan investasi besar untuk berjuang keluar dari

krisis multidimensi dan persiapan untuk menghadapi persaingan global. Sonhadji

(2013: 92-93) menyatakan, bahwa “pendidikan memiliki peran yang besar dalam

pembangunan suatu bangsa, antara lain dalam pembentukan wawasan

kebangsaan, pertumbuhan ekonomi, pengembangan ilmu pengetahuan dan

tekologi, penyiapan tenaga kerja, serta peningkatan etika dan moralitas”.

Pendidikan dapat dikatakan sebagai modal yang sangat penting bagi

kemajuan suatu bangsa. Soetopo (2012:3) menyatakan, bahwa:

Sementara itu pendidikan menjadi kunci untuk melandasi perubahan ke

arah lebih baik lagi. Pendidikan tentu saja masih dipercaya menjadi gerbong

perbaikan kualitas bangsa ini. Perubahan suatu bangsa banyak ditentukan oleh

sektor pendidikan, sudah banyak contoh suatu bangsa-negara maju karena

pendidikannya.

Oleh karena itu, agar Bangsa Indonesia dapat bersaing secara global, tidak

ada jalan lain kecuali meningkatkan kualitas SDM melalui penyelenggaraan

pendidikan yang berkualitas dan akuntabel (Sonhadji, 2013:111). Rumusan mutu

pendidikan bersifat dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Mutu

pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan yang dilandasi oleh

perubahan terencana (Sagala, 2009). Adapun Rugaiyah (2012:454) menyatakan

“pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mampu memberikan kepuasan

bahkan melampaui keinginan dan kebutuhan stakeholder pendidikan”. Sementara

itu Unesco (2005) menjelaskan bahwa mutu pendidikan merupakan konsep

dinamis yang berubah dan berkembang sesuai dengan waktu dan perubahan di

dalam konteks sosial, ekonomi, dan lingkungan di tempat yang bersangkutan.

Pendidikan yang bermutu mempunyai makna sebagai suatu proses dan

hasil pendidikan secara keseluruhan. Proses pendidikan merupakan interaksi

antara manusia (dalam hal ini peserta didik) dengan lingkungannya, oleh sebab itu

proses pendidikan diarahkan pada pengembangan potensi peserta didik seoptimal

mungkin , agar ia dapat menyumbangkan kemampuannya (Tilaar, 2010).

Proses pendidikan yang bermutu ditentukan oleh berbagai faktor yang

saling terkait. Surya (2007) menyatakan pendidikan yang bermutu bukan terletak

pada besar atau kecilnya sekolah, negeri atau swasta, kaya atau miskin, permanen

atau tidak, di kota atau di desa, gratis atau membayar, fasilitas yang “wah dan

keren”, guru sarjana atau bukan, berpakaian seragam atau tidak. Melainkan faktor-

faktor yang menentukan kualitas proses pendidikan suatu sekolah adalah terletak

pada unsur-unsur dinamis yang ada di dalam sekolah itu dan lingkungannya

sebagai suatu kesatuan sistem.

ISBN: 978-602-50622-0-9 189

Page 205: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Guru merupakan salah satu unsur dinamis di dalam sekolah sebagai pelaku

terdepan dalam pelaksanaan pendidikan di tingkat institusional dan instruksional.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru

(pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi

objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan

pendidikan, yaitu : (1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan

pendidikan, (3) otonomi daerah, dan (4) implementasi kurikulum 2013 dengan

segala dinamikanya.

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru)

yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan

Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional (2010), diungkapkan

bahwa “Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan

peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa …tidaklah berlebihan

kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara, sebagian

besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu dikembangkan

secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru”.

Melalui pendidikan akan dihasilkan manusia-manusia cakap yang

dibutuhkan dalam proses pembangunan. Hasil penelitian Heyneman dan Loxley

(dalam Supriadi, 1999) di 29 negara menemukan bahwa di antara berbagai

masukan (inputs) yang menentukan mutu pendidikan (yang ditunjukkan oleh

prestasi belajar siswa), ditentukan oleh guru. Peranan guru sangatlah penting

dalam keterbatasan segala hal di bidang pendidikan bagi negara-negara

berkembang. Hasil penelitian berikutnya terbukti pada 16 negara berkembang

guru memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar siswa sebesar 34%,

sedangkan manajemen sekolah 22%, waktu belajar siswa 18%, dan sarana fisik

sekolah sebesar 26%. Sedangkan 13 negara industri kontribusi guru adalah 36%,

manajemen sekolah 23%^, waktu belajar 22%, dan sarana fisik sekolah 19%.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, tampaklah jelas bahawa guru memegang

peran yang sangat penting dalam mewujudkan pendidikan yang bermutu.

Menurut UU RI. No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan pada pasal 1 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya,masyarakat, bangsa dan negara.

Salah satu hal yang akan menjadi titik perhatian kita semua adalah

"bagaimana merancang guru masa depan yang menjanjikan". Guru masa depan

adalah guru yang memiliki kemampuan intelektual, kemampuan emosional serta

spiritual dan memiliki ketrampilan yang dapat menciptakan hasil pembelajaran

ISBN: 978-602-50622-0-9 190

Page 206: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

secara optimal, memiliki kepekaan di dalam membaca tanda-tanda zaman,

memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju,serta tidak pernah merasa puas

dengan ilmu yang ada padanya.

Guru masa depan harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan

kemampuan para siswanya melalui pemahaman, keaktifan, pembelajaran sesuai

kemajuan zaman dengan mengembangkan keterampilan hidup agar siswa

memiliki sikap kemandirian, perilaku adaptif, koperatif, kompetitif dalam

menghadapi tantangan, tuntutan kehidupan sehari-hari.

Secara efektif menunjukkan motivasi, percaya diri serta mampu mandiri dan dapat

bekerjasama. Selain itu guru masa depan juga dapat menumbuhkembangkan

sikap, disiplin, bertanggung jawab, memiliki etika moral, dan memiliki sikap

kepedulian yang tinggi, danmemupuk kemampuan otodidak anak didik,

memberikan reward ataupun apresiasi terhadap siswa agar mereka bangga akan

sekolahnya dan terdidik, juga untuk mau menghargai orang lain baik pendapat

maupun prestasinya. Kerendahan hati juga perlu dipupuk agar tidak terlalu

overmotivated sehingga menjadi congkak. Diberikan pelatihan berpikir kritis dan

strategi belajar dengan manajemen waktu yang sesuai serta pelatihan cara

mengendalikanemosi agar IQ, EQ, SQ dan ke dewasaan sosial siswa berimbang.

Di sisi lain, masih banyak guru yang belum memiliki kecerdasan

intelektual (IQ) yaitu sebuah kecerdasan yang memberikan kemampuan untuk

berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Atau

lebih tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I

Think“.Juga kecerdasan emosional (EQ), yaitu kecerdasan yang digambarkan

sebagai kemampuan untuk memahami suatu kondisi perasaan seseorang, bisa

terhadap diri sendiri ataupun orang lain. Kecerdasan ini lebih tepat diungkapkan

dengan “What I feel” dan kecerdasan spiritual yaitu dengan ungkapan “Who I

Am”

Tulisan ini akan mengemukakan tentang upaya mencapai pendidikan

bermutu harus dimulai dengan guru yang bermutu pula. Upaya meningkatkan

mutu pendidikan tanpa memperhitungkan guru secara nyata, hanya akan

menghasilkan satu fatamorgana atau sesuatu yang semu dan tipuan belaka.

PEMBAHASAN

Pandangan dan Peran Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Guru merupakan salah satu unsur atau komponen dalam sistem pendidikan

nasional yang menentukan keberhasilan pendidikan. Tanpa guru, pendidikan

ISBN: 978-602-50622-0-9 191

Page 207: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program

pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan

yaitu guru. Pudjawan (2011: 27) menyatakan, komponen guru/pendidik

merupakan salah satu masukan instrumental yang menduduki posisi strategis,

terutama tugas guru dalam pengelolaan proses pembelajaran yang bertujuan

mengantarkan peserta didik menuju kepada terwujudnya tujuan pendidikan

nasional.

Sebelumnya telah diuraikan bahwa guru merupakan salah satu unsur

dinamis di dalam sekolah sebagai pelaku terdepan dalam pelaksanaan pendidikan

di tingkat institusional dan instruksional. Dengan menggunakan paradigma

berfikir input-prose-output, di mana di dalam komponen input terdiri dari; raw

input, instrumental input, dan enviromental input. Guru merupakan salah satu

komponen instrumental input, mememiliki posisi penting dan strategis, karena

guru sebagai manajer (pengelola) dalam seluruh aktivitas proses pembelajaran di

sekolah (Pudjawan, 2011: 37). Menyadari peran penting guru dan berkembangnya

tuntutan profesionalitas guru di abad 21, pemerintah menetapkan berbagai

kebijakan yang ditujukan untuk peningkatan mutu guru.

Profesionalisasi Jabatan Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan

Tuntutan keprofesionalan suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan

sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang memangku jabatan

atau profesi itu. Tanpa dimilikinya sejumlah persyaratan, maka seseorang tidak

dapat dikatan profesional. Dengan kata lain, orang itu tidak memiliki kompetensi

untuk pekerjaan tersebut. Profesional merujuk kepada orang yang memangku

jabatan atau pekerjaan yang memenuhi persyaratan yang dicirikan oleh profesi itu.

Karena itu, guru adalah suatu pekerjaan profesi, pekerjaan guru itu harus

dikerjakan juga secara profesional (Mantja, 2007).

Profesi Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi,

dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka profesi guru

perlu ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus dan proporsional

menurut jabatan fungsional guru, karena pekerjaan guru memerlukan keahlian

khusus. Profesi guru bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas

sejati bagi proses kemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun

karakter bangsa.

Pengembangan profesi guru menjadi sangat penting artinya dalam

meningkatkan mutu pendidikan saat ini, mengingat profesionalisasi guru

(pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi

objektif saat ini berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan

pendidikan. Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengembangan kemampuan

guru dalam melaksanaan tugas, fungsi dan peranannya, merupakan suatu

ISBN: 978-602-50622-0-9 192

Page 208: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kebutuhan yang harus diterima dan dilaksanakan. Hal ini harus di maknai sebagai

konsekwensi dari profesi yang menuntut harus dilaksanakan secara profesional.

Kebutuhan itu, menjadi semakin terasa apabila kita menyadari keterbatasan yang

ada pada diri sebagai manusia. Pengakuan diri ini diperlukan, mengingat manusia

bukan mahluk yang serba bisa, dan membutuhkan pengalaman atau pengetahuan

yang baru untuk dapat menjadi lebih bisa, bukan untuk menjadi sempurna.

Berkembangnya tuntutan profesionalitas guru dipicu oleh perubahan

lingkungan sekolah yang begitu cepat di era global ini. Pada abad 21, terjadi

transformasi besar pada aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya (Hargreaves,

2000) yang didorong oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

pesat, perubahan demografi, globalisasi dan lingkungan (Hargreaves, 1997; Beare,

2001; Mulford, 2008). Akibatnya guru saat ini menghadapi tantangan yang jauh

lebih besar dari era sebelumnya. Guru menghadapi klien seperti orang tua siswa,

peserta didik, warga masyarakat yang jauh beragam, materi pelajaran yang lebih

kompleks dan sulit, standar proses pembelajaran, dan jugatuntutan kompetensi

lulusan yang lebih tinggi (Darling. 2006).

Penulisan Karya Ilmiah sebagai Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

Sebagai guru profesional harus memiliki berbagai kemampuan atau

kompetensi, salah satu kemampuan yang harus dimiliki guru adalah kemampuan

menulis karya ilmiah. Dengan menulis karya ilmiah selain guru dapat naik

pangkat, jabatan dan golongan sehingga mengalami peningkatan karier juga

mendapatkan penghargaan dan pengakuan. Berarti menjadi begitu penting sekali

memiliki kemampuan menulis karya ilmiah itu. Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan bahwa guru professional dibuktikan

kemampuannya dalam menulis karya ilmiah yang menjadi syarat kenaikan

pangkat dan jabatan. Tetapi kenyataan di lapangan sebagian guru kemampuan

menulis karya ilmiahnya masih rendah.

Penulisan karya ilmiah merupakan syarat wajib bagi guru dalam jabatan

profesi. Hal ini juga diatur ke dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) Nomor 16 Tahun 2009

tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Pasal (17) menjelaskan

bahwa kenaikan pangkat guru mulai dari golongan ruang III b ke atas

dipersyaratkan mengajukan karya tulis ilmiah. Peraturan ini mulai berlaku tahun

2011 dan berlaku secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2013, maka sejak tanggal

tersebut bahwa kenaikan pangkat guru mulai dari golongan ruang III b ke atas

dipersyaratkan mengajukan karya tulis ilmiah sudah berlaku.

ISBN: 978-602-50622-0-9 193

Page 209: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Guru yang Memiliki Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual

Sasaran pendidikan kita tidak hanya di arahkan kepada

pembentukankecerdasan intelektual belaka, tetapi juga sudah seharusnya

beriringan dengan penempaankecerdasan lainnya yang tidak kalah pentingnya,

yakni kecerdasan spiritual, emosial, dankecerdasan sinestesi.

Keempat jenis kecerdasan yang hendak dicapai tersebut tentunya diajarkan

secaraholistik di sekolah oleh para guru. Karena apa pun ragam dan jenis mata

pelajaran yangdiajarkan di sekolah sebagaimana yang diamanat kurikulum, pada

prinsipnya tidak berdirisendiri. Setiap mata pelajaran saling berinteraksi satu

dengan lainnya. Sehingga tidak adalagi anggapan bahwa pembentukan kecerdasan

spiritual dan emosional hanyalah tugas dantanggung jawab para guru-guru agama

dan PPKn. Pembentukan kecerdasan sinestesi tugasdan tanggung jawab para guru

olahraga dan keterampilan, dan kecerdasan intelektualadalah tugas guru-guru

pengetahuan umum dan eksak.

Sekarang tidak lagi, semua dituntut mampu mengarahkan anak didiknya

untukmewarisi keempat macam kecerdasan dimaksud dari para gurunya supaya

kita tidak hanyamencetak manusia yang cerdas secara intelektual namun miskin

akan pengetahuan agamadan kepekaan sosial serta tidak sehat lahir dan batin

sebagaimana yang kita lihat dan kitarasakan selama ini. Ada yang cerdas secara

intelektual namun di sisi lain ia kehilangankecerdasan spiritual dan emosionalnya.

Sehingga memunculkan sikap arogansi, eksklusif,cuek, masa bodoh, individualis,

dan kehilangan sifat silaturrahim dengan sesama.Sebaliknya, ada yang cerdas

secara spiritual, namun kuraang cerdas secara intelektual danemosional, akibatnya

adalah ketertinggalan, bertabi'at keras dan militan, kehilangankesantunan,

memiliki pandangan yang picik terhadap kemajuan peradaban, dan tidakmemiliki

kemampuan berkompetisi di era global yang diharapkan mampu

membawakemajuan bagi ummat. Demikian pula dengan dua macam kecerdasan

lainnya. Kalau hanya

satu sisi yang dikuasai, tidak yang lainnya, akan sama kekurangannya. Untuk

itulah, mari wujudkan proses belajar mengajar yang mampu memasuki tiap

wilayah kecerdasan yang hendak dituju dengan kepiawaian setiap individu

pendidik dan pengajar untuk melakukan pendekatan kepada keempat aspek

tersebut.

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

1. Kecerdasan Intelektual (IQ)

Kecerdasan intelektual (IQ) yaitu sebuah kecerdasan yang memberikan

kemampuan

ISBN: 978-602-50622-0-9 194

Page 210: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki daya kreasi serta inovasi.

Atau lebih

tepatnya diungkapkan oleh para pakar psikologis dengan “What I Think“.

Kecerdasan ini ditemukan pada sekitar tahun 1912 oleh William Stern.

Digunakansebagai pengukur kualitas seseorang pada masanya saat itu, dan

ternyata masih juga diIndonesia saat ini. Bahkan untuk masuk ke militer pada saat

itu, IQ lah yang menentukantingkat keberhasilan dalam penerimaan masuk ke

militer.

Kadang dalam banyak hal hanya diukur dari kecerdasan IQ saja. Padahal

menurutpenelitian para pakar, kecerdasan IQ hanya menyumbang 5% (maksimal

10%) dalamkesuksesan seseorang. Mulai dari kita belajar di Sekolah Dasar dari

sistem NEM sampaikuliah dengan sistem IPK. Bahkan tidak jarang banyak

perusahaan yang merekrut seseorangberdasarkan dari test IQ saja.

2. Kecerdasan Emosional (EQ)

Kecerdasan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan

ketekunan, sertakemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan

menghadapi frustrasi,kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan

emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga

agar beban stress tidak melumpuhkankemampuan berpikir, untuk membaca

perasaan terdalam orang lain (empati) dan berdoa,untuk memelihara hubungan

dengan sebaik-baiknya, kemampuan untuk menyelesaikankonflik, serta untuk

memimpin diri dan lingkungan sekitarnya. Ketrampilan ini dapatdiajarkan kepada

anak-anak. Orang-orang yang dikuasai dorongan hati yang kurangmemiliki

kendali diri, menderita kekurangmampuan pengendalian moral.

Kecerdasan emosi dapat juga diartikan sebagai kemampuan mental yang

membantu

kita mengendalikan dan memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang

menuntunkepada kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut. Jadi

orang yang cerdassecara emosi bukan hanya memiliki emosi atau perasaan-

perasaan, tetapi juga memahamiapa artinya. Dapat melihat diri sendiri seperti

orang lain melihat kita, mampu memahamiorang lain seolah-olah apa yang

dirasakan orang itu kita rasakan juga.

Tidak ada standar test EQ yang resmi dan baku. Namun kecerdasan Emosi

dapatditingkatkan, baik terukur maupun tidak. Tetapi dampaknya dapat dirasakan

baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Banyak ahli berpendapat kecerdasan

emosi yang tinggi akan sangat berpengaruh pada peningkatan kualitas hidup.

ISBN: 978-602-50622-0-9 195

Page 211: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Setidaknya ada 5 unsur yang membangun kecerdasan emosi, yaitu:

Memahami emosi-emosi sendiri

Mampu mengelola emosi-emosi sendiri

Memotivasi diri sendiri

Memahami emosi-emosi orang lain

Mampu membina hubungan sosial

3. Kecerdasan Spiritual (SQ)

Pertama kali digagas oleh Danar Zohar dan Ian Marshall, masing-masing

dari Harvard University dan Oxford University. Dikatakan bahwa kecerdasan

spiritual adalah sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value

untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas

dan kaya. Kecerdasan ini terletak dalam suatu titik yang disebut dengan God Spot.

Mulai populer pada awal abad 21 melalui kepopulerannya yang diangkat oleh

Danar Zohar dalam bukunya Spiritual Capital dan berbagai tulisan seperti The

Binding Problem karya Wolf Singer.

Kecerdasan inilah yang menurut para pakar sebagai penentu kesuksesan

seseorang. Kecerdasan ini menjawab berbagai macam pertanyaan dasar dalam diri

manusia. Kecerdasan ini menjawab dan mengungkapkan tentang jati diri

seseorang, “Who I am“. Siapa saya? Untuk apa saya diciptakan?.

SQ yang berkembang dengan baik dapat menjadikan seseorang memiliki

"makna" dalam hidupnya. Dengan "makna" hidup ini seseorang akan memiliki

kualitas "menjadi", yaitu suatu modus eksistensi yang dapat membuat seseorang

merasa gembira, menggunakan kemampuannya secara produktif dan dapat

menyatu dengan dunia. Ungkapan syair yang dikemukakan oleh Gothe ini mampu

mewakili karakteristik seseorang yang memiliki SQ (Fromm, 1987):

Harta Milik

Kutahu tak ada yang milikku

Namun pikiran yang lepas bebas

Dari jiwaku akan membanjir

Dan setiap saat nan menyenangkan

Yang oleh takdir yang cinta kasih

ISBN: 978-602-50622-0-9 196

Page 212: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari kedalaman diberikan buat kenikmatanku

SIMPULAN

Guru masa depan adalah guru yang memiliki kemampuan intelektual,

kemampuan emosional serta spiritual dan memiliki ketrampilan yang dapat

menciptakan hasil pembelajaran secara optimal, memiliki kepekaan di dalam

membaca tanda-tanda zaman, memiliki wawasan intelektual dan berpikiran maju,

serta tidak pernah merasa puas dengan ilmu yang ada padanya.

Bila ketiga kecerdasan di atas, dapat kita miliki dan lakukan sebagai guru

yang “profesional”, saya yakin anak bangsa akan menemukan esensi yang

sesungguhnya dan melahirkan generasi bangsa yang berkualitas sesuai tuntutan

dalam Undang-Undang Dasar.

DAFTAR RUJUKAN

Sonhadji, A. 2013. Manusia, Teknologi, dan Pendidikan Menuju Peradaban

Baru. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang (UM Press).

Soetopo, H. 2012. Tantangan dan Isu-Isu Pendidikan Nasional Serta Solusinya.

Artikel dalam Prosiding International Conference Educational

Management, Administration and Leadership. Malang: Jurusan

Administrasi Pendidikan.

Sagala, S. 2009. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.

Bandung: Alfabeta.

Rugaiyah. 2012. Pengembangan Komptensi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan

Mutu Pendidikan. Artikel dalam Prosiding International Conference

Educational Management, Administration and Leadership. Malang: Jurusan

Administrasi Pendidikan.

Tilaar. H.A.R. 2010. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta

Surya, M. 2007. Mendidik Guru Berkualitas untuk Pendidikan Berkualitas.

Makalah Disampaikan pada Orasi Ilmiah dalam Dies Natalis ke-45

Universitas PGRI Yogyakarta 12 Desember 2007.

Pudjawan, K. 2011. Grand Design Progrgram Pendidikan Profesi Pendidik dan

Tenaga Kependidikan: Kebijakan Sertifikasi Guru dalam Rangka

Pengembangan Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan.

BandungA: Rizqi

ISBN: 978-602-50622-0-9 197

Page 213: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Mantja, W. 2007. Profesionalisasi Tenaga Kependidikan: Manajemen

Pendidikan dan Supervsi.Pengajaran.Malang: Elang Mas.

Hargeaves, A. 1997. The Four Ages of Professionalism and Professional

Learning. Unicorn, 23 (2): 86-114.

Hargeaves, A. & Fullan, M. 2000. Mentoring in the New Millenium. ProQuest

EducationJournals, 39 (1): 50-56.

ISBN: 978-602-50622-0-9 198

Page 214: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP KECENDERUNGAN

BULLYING PADA SD PADAMU NEGERI MEDAN

ReflinaSinaga36

Surel:[email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami pengaruh positif

teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku bullying pada siswa SD serta

pengaruh negative teman sebaya terhadap kecenderungan perilaku bullying

pada siswa SD. Beberapa factor yang diyakini menjadi penyebab terjadinya

perilaku bullying di sekolah antara lain adalah factor kepribadian,

komunikasi interpersonal yang dibangundengan orang tuanya, peran teman

kelompok dengan teman sebaya dan iklim sekolah. Hasil analisis data

menggunakan rumus regresi sederhana yang diperoleh nilai koefisien

determinasi (Rsquare) sebesar 0,726 atau 72,6 %, yang berarti 72,6% perilaku I bullying siswa di pengaruhi oleh teman sebaya. Berdasarkan

analisis data, maka dapat diketahui bahwa F hitung sebesar 121,871 dengan

taraf signifikansi 0,001.Oleh karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari

0,05 ( dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau α = 5%), maka

model regresi bisa dipakai untuk memprediksi perilaku bullying. Dengan

pedoman jika sig <0,05dan t-hitung ≥t-tabel maka Ha diterima dan Ho

ditolak. Berdasarkan hasil kategorisasi skor subjek pada skala perilaku

bullying diatas, dapat diketahui bahwa sebanyak 8 orang (15,5%) memiliki

perilaku bullying yang tinggi, 26 orang atau 50% berperilaku bullying

sedang, 14 orang atau 26,2 % berperilaku bullying rendah dan sebanyak 2

orang atau 7,8% memilikiperilaku bullying sangat rendah. Hasil ini

menunjukkan bahwa siswa SD Padamu Negeri Medan hanya memiliki

perilaku bullying yang sedang saja.

Kata Kunci :PengaruhTemanSebaya, Perilaku Bullying

PENDAHULUAN

Marak nya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

sat ini sangat memprihatinkan bagi pendidik dan orang tua. Sekolah yang

seharusnya menjadi tempat bagian dalam memimba ilmu serta membentuk

karakter pribadi yang positif ternyataalah menjadi tempat tumbuh suburnya

praktek-praktek Bullying, sehingga memberikan ketakutan bagi anak untuk

memasukinya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Sejiwa (2007) bahwa sebagian

kecil guru (27,5%) menganggap bullying merupakan perilaku normal dan

sebagian besar guru (73%) menganggap bullying sebagai perilaku yang

membahayakan siswa. Hal tersebut tidak bisa dianggap normal karena siswa tidak

dapat belajar apa bila siswa berada dalam keadaan tertekan, terancam dan ada

yang menindasnya setiap hari.

36DosenUnika Santo Thomas Sumatera Utara

ISBN: 978-602-50622-0-9 199

Page 215: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kasus bullying yang sering dijumpai adalah kasus senioritas atau adanya

intimidasi siswa yang lebih senior terhadap adik kelasnya baik secara fisik

maupun non fisik. Bullying atau penindasan adalah penggunaan kekerasan atau

paksaan untuk menyalahgunkan atau mengintimidasi orang lain. Kasus bullying di

Indnesiasering kali terjadi di institusipendidikan. Hal inidibuktikan f=dengan data

dari Komisi Nasional Perlindungan Anak, tahun 2011 dengantingkatkasus

bullying tertinggi di lingkungan sekolahyaitusebanyak 339 kasuskekerasandn 82

diantaranya meninggal dunia (komnas PA, 2011). Para ahli menyatakan bahwa

school bullying merupakanbentuk agresivitas antarsiswa yang memiliki dampak

paling negative bagikorbannya.

Perilaku bullying merupakanperilakuagresif yang serius.Perilaku agresif dapat

terjadi karena berbagai factor diantaranya yaitu budaya sekolah, teknologi, dan

norma kelompok.

Berdasarkan kenyataan permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan

selama ini, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh teman sebaya

terhadap kecenderungan perilaku bullying pada SD Padamu Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan: untuk mengetahui dan memahami pengaruh positif teman

sebaya terhadap kecenderungan perilaku bullying pada siswa SD Padamu Negeri

Medan. Serta untuk mengetahui dan memahami pengaruh negatif teman sebaya

terhadap kecenderunganp erilaku bullying padasiswa SD PadamuNegeri Medan.

DasarTeoritis: 1). Perilaku Bullying, bullying merupakan tindakan negatif

yang

dilakukanolehsatusiswaataulebihdandiulangsetiapwaktu.Bullyingterjadikarenaada

nyaketimpangandalamkekuatan/kekuasaan. Hal

tersebutmempunyaiartibahwasiswa yang

menjadikorbanbullyingtidakberdayadalammenghadapiperilakuibullying

(OlweusdalamMcEachern, 2005).Menurut Smith dan Thompson

(2..)bulidiartikansebagaiseperangkattingkahlaku yang

dilakukansecarasengajadanmenyebabkankecederaanfisiksertapsikologikal yang

menerimanya. Tingkahlakubuli yang dimaksudkantermasuktindakan yang

bersifatmengejek, penyisihan social, danmemukul.MenurutOlweus&Olweus

(dalam Solberg, 2003) adapunfaktor-faktorpenyebabperilaku bullying meliputi:

2). Verbal yaitumengatakansesuatu yang

berartiuntukmenyakitiataumenertawakanseseorang (menjadikannyabahanlelucon)

denganmenyebut/menyapanyadengannama yang menyakitihatinya,

menceritakankebohonganataumenyebarkanrumor yang kelirutentangseseorang. 2.

Indirect

yaitusepenuhnyamenolakataumengeluarkseseorangdarikelompokpertemenanatau

meninggalkannyadariberbagaihalsecarasengajaataumengirimcatatandanmencobam

embuatsiswa yang laintidakmenyukainya. 3. Phsycalyaitumemukul,

menendang,mendorong,

mempermainkanataumenerordanmemukuldengantujuanuntukmenyakiti. 3).

ISBN: 978-602-50622-0-9 200

Page 216: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

KonsepTemanSebaya, menurutSantrock (2007)

mengatakanbahwatemansebayaadalahanak-anakatauremaja yang

memilikiusiaatautingkatkematangan yang kuranglebihsama. Hal

senadajugadisampaikanolehBrown (Ryan, 2001)

mengungkapkanpengertiankelompoktemansebayaadalahsegalabentukinteraksiana

katauremajadengantemankaribsepermainan yang memilikitingkatusia,

minatdantujuan yang sama. Dari beberapapengertiandiatas,

makadapatdisimpulkanbahwatemansebayaadalahhubunganindividupadaanak-anak

yang memilikitingkatusia, minatdantujuan yang sama.

METODE PENELITIAN Penelitianinidilakukan di SekolahDasarPadamuNegeri Medan padakelas

VI di kecamatanMedan Kota yaituSdSwastaPadamuNegeriMedan.Dengandeikian

yang menjadipopulasipenelitianiniadalahsemuamuridkelas 6 di kecamatan Medan

Kota

dengansampel.Karakterisitiksubyekpnelitiandiperlukanuntukmenjaminhomgenitas

sampelpenelitian. Penelitianinimengguankansalahsatubentukdaro Probability

Sampling yaitucluster random sampling

yaitupenelitimengambilsampelnyaberdasarkandaerahpopulasi yang

telahditetapkan. Setelahitumenggunakanstratified random

samlingyaitupenelitimengambilsampelnyabilapopulasimempunyaianggota/unsur

yang tidakhomogendanberstratasecaraproporsionalTeknikpengumpulan data

penelitiandilakukandenganmenggunakanalatukurskalapsikologiyaitumenggunkan

SkalaLikert. Aspek yang diukurpadaskalakecenderunganperilaku bullying yaitu

Verbal, Indirect, dan Physical yang terdiridari 15

item.Sedangkanpadaskalatemansebayaaspek yang

diukuradalahkelompoktemansebaya yang meberikantekanan yang bersifatpasif

(bersifatnegatif) dankelompoktemansebaya yang memberikantekanan yang

bersifataktif (positif).Sebelum dilakukan kedalam penelitian, skala diujicobakan

terlebih dahulu untuk melihat validitas dan relaibilitas instrument. Uji validitas

yang digunaka dalam penelitian ini adalah validitas konstruk (construct validity).

Uji validitas digunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut

n XY ( X )(Y )

rxy

{n X 2 ( X ) 2 }{nY 2 (Y ) 2 }

Keterangan :

Rxy : koefisien korelasi antara x dan y : cacah subyek yang dikenai tes (instrumen) X: skor untuk butir ke-i Y: skor total (dari subyek uji coba)

ISBN: 978-602-50622-0-9 201

Page 217: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Jika harga rhitung< r tabel, maka korelasi tidak signifikan sehingga item

pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan sebaliknya, jika rhitung> r tabel maka item

petanyaan dinyatakan valid(Arikunto, 2002: 72). Dari

hasilujivaliditasdidapatrtabelsebesar 0,30. Makadidapatsebanyak 15 soal yang

valid.Sedangkan dalammengujireliabilitasdigunkaantekhnik Formula Alpha

Cronbach dan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for windows.

Rumus :

α =

k S 2 j 1

2

k 1

S x

Keterangan :

= koefisien reliabilitas alpha

k = jumlah item Sj = varians responden untuk item I

Sx = jumlah varians skor total Indikator pengukuran reliabilitas menurut Sekaran (2000: 312)

yang membagi tingkatan reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut : Jika

alpha atau r hitung:

1. 0,8-1,0 = Reliabilitas baik

2. 0,6-0,799 = Reliabilitas diterima

3. kurang dari 0,6 = Reliabilitas kurang baik

Dari hasilujireliabilitasdidapatlahhasilkorelasinya≥ 0,835 yaitu memiliki

reliabiltas baik.

Adapunanalisis data hasilpenelitian yang diperolehyaitu:

Tabel 1. Kecenderunganperilaku bullying

Variabel RentangNilai Kategori Jumlah Prosentase(%)

PerilakuBulying X< 19,2 SangatRendah 2 7,8

19,2≤ ≤ 25,2 Rendah 14 26,2

25,2≤ ≤ 34,8 Sedang 26 50,5

34,8≤ ≤ 39,6 Tinggi 8 15,5

X≥ 39,6 SangatTinggi 0 0,0

Total 50 100

Tabel 2.KategorisasiSkorsubjekpadaSkalaPeranKelompokTemanSebaya

Variabel RentangNila Kategori Jumla Prosentase(%

i h )

ISBN: 978-602-50622-0-9 202

Page 218: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PeranKelompkTemanSebay X< 24 SangatRenda 2 4

a h

24 ≤ Rendah 4 8

≤ 31,5

31,5≤ ≤ Sedang 13 26

43,5

43,5≤ ≤ Tinggi 21 42

49,5

X≥ 49,5 SangatTinggi 10 20

Total 50 100

UjiNormalitas yang dilakukandenganmenggunakan Kolmogorov Smirnov.MenurutKerlinger (1990) variable

dikataknterdistribusi normal apabila p> 0,05. Berdasarkan data dari table dibawah dapat dilihat untuk variable kecenderungan perilaku bullying diperoleh signifikansi sebesar 0,229 (p> 0,05) ini menunjukkan bahwa populasi terdistribusi normal.Untuk variable teman sebaya diperoleh signifikansi sebesar 0,126 p> 0,05 ini menunjukkan bahwa populasi terdistribusi normal.

Kolmogorov –Smirnov Shapiro-wilk

Statistic Df Sig Statistic Df Sig

Kecenderunganperil .0662 50 .229 .993 50 0.74

aku bullying

TemanSebaya .072 50 .126 .987 50 .064

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkanhasilkategorisasiskorsubjekpadaskalaperilaku bullying

diatasdapatdiketahuibahwatidakada yang memilikiperilaku bullying sangattinggi,

sedangkansebanyak 8 orang (15,5%) memilikiperilaku bullying tinggi, 26 orang

(50,5%) memilikiperilaku bullying sedang 14 orang (26,2%) memilikiperilaku

bullying rendah, dansebanyak 2 orang (7,8%) memilikiperilaku bullying

sangatrendah.

Sedangkanperankelompoktemansebayadidapatkategorisasisangattinggiyaituseban

yak10 orang (20%), kategorisasi tinggi21 orang (42%),

kategorisasisedankategorisasitinggi 21 orang (42%)g13 orang

(26%)kategorisasisangatrendahdan 2 orang (4%).

ISBN: 978-602-50622-0-9 203

Page 219: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisi dan pembahasan penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa kelompok teman sebaya memiliki pengaruh yang tinggi

terhadap kecenderungan perilaku bullying. Kelompok teman sebaya adalah

kelompok yang terbentuk di dalam lingkungan sekolah berdasarkan

kesamaanusia, tingkata nkelas, minat atau hobi yang samadengantujuan yang

sama. Berdasarkan hasilanalisis data danpengujianhipotesis ditemukanfaktabahwa

kelompoktemansebayamenjadisalahsatu factor penyebabterjadinyaperilaku

bullying siswa di sekolah. Solidaritas serta interaksi yang terja didalam kelompok

teman sebaya mempengaruhi anggota untuk melakukan hal yang sama agar dapat

diterimaoleh kelompoknya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 204

Page 220: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN

MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 18

MEDAN

Sri Wahyuni Sihombing37, Budi Halomoan Siregar2

Surel: [email protected] [email protected]

ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah matematika siswa dengan menerapkan pendekatan matematika

realistik pada mata pelajaran matematika yaitu teorema pythagoras.

Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 18 medan T.A.

2017/2018 yang berjumlah 40 orang. Jenis penelitian yang dilakukan

adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Data diperoleh melalui observasi

dan tes. Teknik analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi

data, paparan data, dan penarikan kesimpulan. Data yang diperoleh

direduksi dengan mengelompokkan kemudian mengorganisasikannya

sehingga diperoleh informasi yang bermakna. Setelah direduksi, kmudian

data dipaparkan secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, grafik,

dan tabel yang bertujuan untuk menggambarkan secara jelas mengenai

proses dan hasil tindakan. Paparan informasi yang didapat kemudian

dibandingkan dengan indikator keberhasilan yang digunakan dan

selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini

menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah menerapkan pendekatan matematika realistik

pada materi teorema pythagoras.

Kata kunci: pendekatan matematika realistik, PTK, teorema pythagoras.

ABSTRACT The purpose of this research is to improve students' mathematical

problem solving by applying realistic mathematical approach topythagoras

theorem material. The study was conducted to 40 students of class VIII SMP

Negeri 18 Medan, in the academic year 2017/2018. The type of research is

classroom action research (PTK). Data obtained through observation and

test. Data analysis technique is done through three stages, namely data

reduction, descriptive data, and conclusion. Then, the data obtained is

reduced by grouping and then organizing it to obtain meaningful

information. After data is reduced, then the data is described in the form of

narrative, graphic, and table exposures. It aims to illustrate clearly the

process and outcome of the action. The information obtained is then

compared with the success indicators used and then the conclusion is drawn.

The results of this study indicate an increase in problem solving skills of

mathematics students after applying a realistic mathematical approach on

the material theorem pythagoras.

Keywords:realistic mathematical approach, CAR, pythagoras theorem

37Matematika FMIPA UniversitasNegeri Medan 2Matematika FMIPA UniversitasNegeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 205

Page 221: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Kualitas proses pembelajaran merupakan salah satu faktor utama yang

menentukan keberhasilan untuk memahami materi matematika. Akan tetapi,

berdasarkan pengalaman peneliti selama mengajar pada Program Pengalaman

Lapangan Terpadu (PPLT) terdapat beberapa masalah yang terjadi selama proses

pembelajaran matematika, khususnya di kelas VII-7. Tentu diperlukan tindakan

yang tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan ini, agar tercapai tujuan

pembelajaran tersebut.

Masalah yang pertama, proses pembelajaran di kelas VII-7 SMP N 18

Medan cenderung pasif. Selama proses belajar mengajar siswa hanya diam

mendengarkan, dan tidak ada yang mau memberikan pendapat dan menjawab

pertayaan dari guru. Sedikit pula siswa yang bertanya tentang materi yang sedang

berlangsung.

Masalah berikutnya, siswa SMPN 18 Medan cenderung menghapal rumus-rumus.

Selain itu, siswa hanya dapat mengerjakan latihan soal yang mirip dengan contoh

soal yang diberikan guru. Siswa mengatakan mereka kebingungan jika latihan soal

yang diberikan tidak sama dengan contoh soal yang diberikan guru.

Selain itu, berdasarkan tes diagnostik yang dilakukan tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa SMP Negeri 18 Medan masih rendah. 1 orang (2,8%)

siswa dalam kategori “sangat tinggi”, 3 orang (8,3%) kategori “tinggi”, 13 orang

(36,1%) kategori “sedang”, 7 orang (19,4%) kategori “rendah” dan 12 orang

(33,3%) kategori “sangat rendah”. Berdasrkan data ini dapat disimpulkan bahwa

terdapat 52,7% siswa dengan kemampuan pemecahan masalah tergolong kategori

rendah dan sangat rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh, masih banyak siswa yang kemampuan

pemecahan masalahnya tergolong rendah. Namun disadari bahwa pentingnya

kompetensi pemecahan masalah sangat perlu ditingkatkan. Pentingnya pemilikan

kemampuan pemecahan masalah tercermin dari pernyataan Branca (Hendriana,

2014) bahwa pemecahan masalah matematik merupakan salah satu tujuan penting

dalan pembelajaran matematika bahkan proses pemecahan masalah matematik

merupakan jantungnya matematika.

Perlu disadari bahwa kemampuan pemecahan masalah perlu ditekankan

pada siswa. Guru perlu memberikan perhatian khusus terhadap aspek-aspek

memahami masalah (understanding the problem), membuat rencana penyelesaian

masalah (devisi a plan), melaksanakan rencana (carrying out the plan),

memeriksa kembali (looking back). (Polya, 1973)

Menyadari hal tersebut diperlukan suatu upaya untuk meningkatan

kemampuan siswa dalam pemecahkan masalah matematika. Peneliti

mengasumsikan dengan menerapkan pendekatan matematika realistik dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini di

sebabkan bahwa pendekatan matematika relistik merupakan pendekatan yang

dimulai dengan sesuatu yang rill sehingga siswa dapat terlibat dalam proses

ISBN: 978-602-50622-0-9 206

Page 222: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pembelajaran secara bermakna. Hal ini di dukung oleh kelebihan PMR ynag

diungkapkan dalam (Romauli, 2013) “Pembelajaran realistik memberikan

pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara

matematika dengan kehidupan sehari-hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan

matematika pada umumnya bagi manusia.”

Pendidikan matematika realistik yang dimaksud dalam hal ini adalah

matematika sekolah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan

pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah – masalah realistik

digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau

pengetahuan matematika formal yang dapat mendorong aktivitas penyelesaian

masalah, mencari masalah, dan mengorganisasi pokok persoalan.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yaitu

suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang

sekaligussebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan rekan lain untuk

meningkatkan mutu proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan

tertentu dalam suatu siklus. Penelitian ini dilakukan dengan menerapkan

pendekatan matematika realistik (PMR) dengan tujuan meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika siswa dalam pembelajaran di kelas. Sesuai

dengan jenis penelitian ini, yaitu penelitian tindakan kelas, menurut Arikunto

(2010:132) penelitian ini memiliki beberapa tahap, yaitu perencanaan (planning),

Tindakan (Action), Observasi (Observation) dan Refleksi (Reflection) yang

merupakan suatu siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai perubahan yang akan

dicapai.

Penelitian ini dilakukan terhadap 40 orang siswa kelas VIII SMP Negeri

18 Medan T.A 2016/2017. Selanjutnya Instrumen pengumpulan data yang

digunakan pada penelitian ini adalah berupa observasi terhadap guru dan siswa,

wawancara dan tes. Observasi dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa selama

proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan sudah

dilaksanakan sesuai dengan sintaks dan karakteristik pendekatan matematika

realistik (realistic mathematic education). Selanjutnya, untuk mengetahui

kemampuan pemecahan masalah sebelum dan sesudah tindakan maka dilakukan

suatu tes. Setiap tes terdiri dari 3 soal uraian yang dirancang dengan

mempertimbangkan karakteristik dan aspek-aspek pemecahan masalah.

Kemudian, hasil tindakan siklus I dipergunakan sebagai pertimbangan untuk

melakukan tindakan siklus II.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis dengan tiga

tahap yaitu mereduksi, memaparkan, dan kemudian menyimpulkannya. Agar

memperoleh informasi yang lebih bermakna, dalam penyederhanaan data yang

diperoleh dilakukan reduksi data dengan cara mengelompokkan data tersebut

dalam beberapa kategori dan kemudian data tersebut diorganisasi. Agar data lebih

ISBN: 978-602-50622-0-9 207

Page 223: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mudah dipahami, setelah mereduksi data hasil observasi dan tes, data tersebut

ditampilkan secara sederhana dalam bentuk tabel, grafik, dan naratif. Sehingga

proses dan hasil tindakan dapat tergambar dengan jelas. Kemudiana peneliti akan

menarik kesimpulan berdasarkan paparan data tersebut. Penarikan kesimpulan

dilakukan dengan membaningkan hasil tindakan berupa kemampuan pemecahan

masalah siswa dan tingkat terlaksananya sintaks pendekatan matematika realistik

dengan teori-teori yang digunakan.

Tingkat kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat dari skor yang

diperoleh siswa pada tes kemampuan pemecahan masalah. Menurut Nurkancana

(1992), interval skor penentuan tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa

dalam menyelesaikan masalah matematika adalah tabel berikut:

Interval skor Predikat

90% – 100% Sangat tinggi

80% – 89% Tinggi

65% – 79% Sedang

55% – 64% Rendah

≤ 54% Sangat rendah

Tabel1 Interval skor pengukuran kemampuan pemecahan masalah

Tingkat kemampuan pemecahan masalah dikatakan baik bila memenuhi

kategori sedang dengan perolehan skor minimal 65%.

Penelitian ini dikatakan berhasil apa bila memenuhi Indikator

keberhasilan. Adapaun indikator keberhasilan yang dilakukan memperhatikan dua

aspek, yaitu peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan tingkat

keterlaksanaan sintaks pendekatan matematika realistik. Selanjutnya dari tes

diagnostik ke tes siklus I dan II, rata-rata skor tes kemampuan pemecahan masalah

siswa harus mengalami peningkatan. Selain itu, skor kemampuan pemecahan

masalah pada indikator memahami masalah, menyusun rencana penyelesaian,

melaksanakan rencana penyelesaian dan memerksa kembali paling tidak dalam

kategori sedang (65% - 79%), dan hasil observasi terhadap aktivitas guru dan

siswa setidaknya dalam kategori baik. Dan secara klasikal terdapat minimal 85%

dari jumlah siswa yang mengikuti tes kemampuan pemecahan masalah memiliki

tingkat kemampuan pemecahan masalah minimal dalam kategori sedang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari hasil tes diagnostik, tes tindakan siklus I dan II dapat dilihat

perubahan kemampuan pemecahan masalah siswa antara sebelum tindakan dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 208

Page 224: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

sesudah tindakan. Rata-rata persentase skor pada setiap tes mempertimbangkan

aspek-aspek kemampuan pemecahan masalah yaitu memahami masalah,

menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan

memeriksa kembali. Setelah itu apek-aspek ini ditransfer kedalam bentuk skor,

kemudian direduksi dan dipaparkan kedalam bentuk tabel dan grafik.

Ketercapaian kemampuan pemecahan masalah pada ketiga tes tersebut

ditunjukkan pada tabel 2 dan grafik 1 berikut ini.

TesPemecahan

TesPemeca

SkorTesDiagnostik han Masalah I

Masalah II

Kategori

Jlh pers Jlh

Jlhsisw

persentase sis enta sis persentase

a wa se wa

SangatRendah 13 32,5% 10 25% 1 2,5%

Rendah 8 20% 4 10% 2 5%

Sedang 15 37,5% 21 52,5

9 22,5% %

Tinggi 3 7,5% 2 5% 15 37%

SangatTinggi 1 2,5% 3 7,5

13 32,5% %

Tabel 2 Hasil kemampuan pemecahan masalah siswa

Tes Diagnostik

TKPM I

TKPM II

Kategori

Grafik Hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa

Berdasarkan paparan tabel dan grafik, dapat dilihat bahwa pada tes

diagnostik 21 orang (52,5%) siswa berada pada kategori rendah (8 orang) dan

sangat rendah (13 orang). Kemudian pada siklus I dan II berturut-turut 14 orang

(35%) dan 3 orang (7,5%) siswa yang tergolong dalam kategori rendah ( 4 dan 2

ISBN: 978-602-50622-0-9 209

Page 225: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

orang) dan kategori sangat rendah (10 dan 1 orang). Sehingga dari data tersebut,

dapat dilihat bahwa terjadi penurunan secara bertahap pada ketiga tes tersebut.

Kemudian disisi lain pada tes diagnostik terdapat 19 orang (47,5%) siswa

berada pada kategori sedang (15 orang), tinggi (3 orang) dan sangat tinggi (1

orang). Dan pada siklus I terdapat 26 orang (65%) siswa. Karena peneliti merasa

peningkatan yang terjadi belum menunjukkan hasil yang memuaskan maka

selanjutnya pada tes siklus II total siswa yang berkemampuan sedang, tinggi dan

sangat tinggi adalah sebanyak 37 orang (87,5%) dari total 40 siswa. Dari data

tersebut dapat disimpulkan bahwa dari tes diagnostik ke tes siklus I dan II, rata-

rata skor tes kemampuan pemecahan masalah siswa mengalami peningkatan, dan

secara klasikal terdapat 87,5% dari jumlah siswa yang mengikuti tes kemampuan

pemecahan masalah memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah minimal

dalam kategori sedang.

Setelah perolehan skor kemampuan pemecahan masalah dan ketuntasan

klasikal, juga akan dipaparkan aspek aktivitas guru dan siswa selama tindakan.

Penelitian terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa diperoleh dari lembar

observasi. Hasil dari observasi ini direduksi kemudian dipaparkan dalam bentuk

tabel 3 dan tabel 4 berikut.

AktivitasGuru

Siklus

Rata-rata Kategori

skor

Siklus I 3 Baik

Siklus II 3,06 Baik

Tabel Rata-rata skor aktivitas guru

Dari tabel , dapat dilihat bahwa rata-rata skor aktivitas guru pada siklus I

sudah dalam kategori baik yaitu 3. Dan rata-rata skor pada siklus II tetap dalam

kategori baik namun meningkat menjadi 3,06. Sehingga dari tabel 3 dapat

disimpulkan bahwa aktivitas guru sudah mengikuti prosedur pendekatan

matematika realistik.

AktivitasSiswa

Siklus

Rata-rata Kategori

skor

Siklus I 3,01 Baik

Siklus II 3,09 Baik

Tabel 4 Rata-rata skor aktivitas siswa

Dari tabel 4, dapat silihat bahwa aktivitas siswa pada siklus I memiliki rata-

rata skor 3,01 yang di kategorikan baik, dan pada siklus II memiliki rata-rata skor

3,09 yang di kategorikan baik pula. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa siswa

sudah mengikuti prosedur pendekatan matematika realisetik dengan baik.

ISBN: 978-602-50622-0-9 210

Page 226: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pembahasan

Keberhasilan penelitian ini dilihat dari data-data hasil penelitian yang

telah dilakukan. Data-data hasil penelitian ini kemudian dibandingkan dengan

ketiga indikator keberhasilan penelitian. Pada siklus I, terdapat 26 siswa (65%)

yang memperoleh skor dengan kategori sedang, tinggi dan sangat tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor kemampuan pemecahan masalah

dari tes diagnostik ke tes siklus I, namun hal ini belum dapat memenuhi kategori

keberhasilan penelitian karena belum memenuhi indikator keberhasilan klasikal

yaitu minimal 85% dari jumlah siswa yang mengikuti tes kemampuan pemecahan

masalah yang memiliki tingkat kemampuan pemecahan masalah minimal dalam

kategori sedang. Oleh sebab itu dianggap perlu untuk melanjutkan tindakan pada

siklus II.

Kemudian pada siklus II, terdapat 37 siswa (87,5%) yang memperoleh

skor kemampuan pemecahan masalah dalam kategori sedang, tinggi dan sangat

tinggi. Dari data ini dapat dilihat adanya peningkatan 22,5% dari tes siklus I. Dan

secara kalsikal terdapat 87,5% (minimal 85%) dari jumlah siswa yang mengikuti

tes kemampuan pemecahan masalah memiliki tingkat kemampuan pemecahan

masalah minimal dalam kategori sedang. Dan juga, aktivitas guru dan aktivitas

siswa telah mengikuti prosedur pendekatan matematika realistik dengan baik

terlihat pada rata-rata skor pada siklus ini dikategorikan baik. Hal ini

memperlihatkan data-data ini memenuhi ketiga indikator keberhasilan penelitian.

Sehingga disimpulkan bahwa tindakan siklus II dapat dikategorikan berhasil.

SIMPULAN

Setelah dilakukannya reduksi dan pemaparan data pada hasil penelitian

dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan pendekatan matematika realistik dapat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dalam

menyelesaikan permasalahan teorema pythagoras.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., 2010, Prosedur penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta

Gravemeijer, K. (2008). RME Theory And Mathematics teacher Education. Tools

and Processes in Mathematics teacher Educatin. :283-302

Hendriana, H., & Soemarmo, U. (2014). Penilaian Pembelajaran Matematika.

Rafika Aditama, Bandung

Heuvel, M.V.D. (2003). The Didactial Use Of Models in Realistic Mathematics

Education: An Example From A Longitudinal Trajectory On Percentatage.

Educational Studies in Mathematics. 54: 9-35.

Nurcancana, W. (1992). Evaluasi Hasil belajar. Usaha Nasional, Surabaya

ISBN: 978-602-50622-0-9 211

Page 227: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Polya, G. (1973). How To Solve It. USA: Princeton University Press.

Romauli, M. (2013). Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik Dan Berpikir

Logis Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa SD Bharkind Scool

Medan. Jurnal Tematik.

ISBN: 978-602-50622-0-9 212

Page 228: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA

DALAM MATA KULIAH ANALISIS KOMPLEKS

Ribka Kariani Br. Sembiring

Surel: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan mahasiswa

jurusan pendidikan Matematika dalam penyelesaian soal-soal Trigonometri

sebagai prasyarat Analisis Kompleks, dan penyebab terjadinya kesalahan

keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip yang dilakukan

mahasiswa program studi Pendidikan Matematika dalam penyelesaian soal-

soal pada matakuliah Analisis Kompleks. Penelitian ini menggunakan

metode penelitian deskriptif, yaitu untuk mendeskripsikan dan mengadakan

komparasi jenis-jenis kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal

Trigonometri sebagai prasyarat Analisis Kompleks. Subjek dalam penelitian

ini adalah seluruh mahasiswa prodi pendidikan matematika semester genap

tahun ajaran 2016/2017 yang mengambil matakuliah Analisis Kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa presentase kesalahan yang dilakukan

mahasiswa prodi Pendidikan Matematika dalam menyelesaikan soal-soal

trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah kesalahan

prinsip 11,8%, diikuti kesalahan keterampilan 20,7% dan kesalahan konsep

27,5%. Penyebab terjadinya kesalahan tersebut diatas dalam menyelesaikan

soal-soal trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah

mahasiswa tidak bisa mengingat rumus yang akan digunakan, kurang

cermat dalam menjawab soal sehingga jadi salah, kurang teliti dalam

menjawab soal, tidak ada persiapan menghadapi tes, tidak ingat lagi cara

penyelesaian soal tersebut dan tidak cukup waktu dalam mengikuti tes.

KataKunci : Analisis Kompleks,Analisis Kesalahan

PENDAHULUAN

Universitas Katolik Santo Thomas merupakan salah satu Universitas di

Sumatera Utara yang memiliki Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).

Produknya menghasilkan tenaga kependidikan dari beberapa program studi, baik

prodi pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) dan Pendidikan Matematika. Prodi

Pendidikan Matematika mulai dibuka pada tahun ajaran 2014/2015 dan mulai

menerima mahasiswa program S1 kependidikan. Kurikulum Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, khususnya prodi Pendidikan Matematika, terdiri dari

kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian (MPK), Matakuliah Keilmuan

dan Keterampilan (MKK), Mata kuliah Keahlian Berkarya (MKB), Matakuliah

Perilaku Berkarya (MPB) dan kelompok Matakuliah Berkehidupan

Bermasyarakat (MBB). Semua mata kuliah di atas merupakan mata kuliah yang

wajib diikuti oleh semua mahasiswa calon guru matematika.

Analisis Kompleks merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diikuti

oleh semua mahasiswa prodi Pendidikan Matematika. Mata kuliah ini banyak

ISBN: 978-602-50622-0-9 213

Page 229: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

melibatkan hubungan ide-ide Matematika, yaitu ide Trigonometri, Aljabar, dan

Geometri. Oleh karena itu, untuk mempelajari Analisis Kompleks diperlukan

pengetahuan lain sebagai prasyarat. Ada sejumlah pendapat ahli berkenaan

dengan pengajaran Matematika. Dahar (2011: 145) menyatakan bahwa dalam

menyusun kurikulum yang baik terlebih dahulu diperlukan analisis konsep-konsep

dalam satu bidang studi,dan kemudian diperhatikan hubungan-hubungan tertentu

antara konsep-konsep tersebut, sehingga dapat diketahui konsep mana yang

menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Hudojo (1998: 3) menuliskan,

“Matematika berkenaan dengan ide-ide/ konsep-konsep abstrak yang tersusun

secara hirarkhi dan penalarannya deduktif.”

Berdasarkan kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

Matematika harus diajarkan/dipelajari secara bertahap berdasarkan hirarkhi materi

Matematika. Dengan demikian, akan mempermudah mahasiswa yang ingin

belajar matematika. Maksudnya adalah pemahaman terhadap suatu konsep bisa

terbentuk apabila konsep itu dihubungkan atau dikaitkan dengan konsep yang

telah diketahui sebelumnya. Jika seorang mahasiswa kurang memahami konsep

atau materi sebelumnya maka akan menyulitkan mahasiswa untuk memahami

materi selanjutnya. Jadi dalam pembelajaran matematika, pengalaman belajar

sebelumnya sangat diperlukan sebagai dasar untuk mempelajari materi

matematika lanjutan.

Penyebaran mata kuliah per semester biasanya diatur mulai dari mata

kuliah dasar yang nantinya menjadi mata kuliah prasyarat untuk dapat mengikuti

mata kuliah lanjutan. Oleh sebab itu mahasiswa hanya bisa diperkenankan

mengikuti mata kuliah lanjutan jika ia sudah lulus/mempelajari mata kuliah dasar

sebagai prasyarat. Hudojo (1998: 3) menyatakan bahwa mempelajari konsep B,

yang mendasarkan pada konsep A, seseorang perlu memahami terlebih dahulu

konsep A. Tanpa memahami konsep A, tidak mungkin orang itu memahami

konsep B. Ini berarti, mempelajari matematika haruslah bertahap dan berurutan

serta mendasarkan kepada pengalaman belajar yang lalu.

Secara khusus mata kuliah Analisis Kompleks memerlukan sejumlah

materi dasar sebagai prasyarat. Hal ini mengacu pada pendapat Simmons (1981:

yang menyatakan bahwa pengetahuan dasar sebagai prasyarat mata kuliah

Analisis Kompleks adalah Trigonometri, Aljabar dan Geometri. Leithold (2000: juga mengatakan bahwa dalam mempelajari Analisis Kompleks harus memiliki

pengetahuan tentang konsep matematika tertentu yaitu Trigonometri, Aljabar dan

Geometri Sekolah Menengah Umum. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

menguasai Analisis Kompleks diperlukan pengetahuan matematika di SMU

seperti Trigonometri, Aljabar dan Geometri. Ketiga materi tersebut merupakan

prasyarat bagi mata kuliah Analisis Kompleks. Namun dalam penelitian ini,

penulis hanya membatasi pada materi Trigonometri berdasarkan pokok-pokok

ISBN: 978-602-50622-0-9 214

Page 230: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

bahasan yang ada dalam Analisis Kompleks, karena dalam materi Trigonometri

juga termuat materi Aljabar dan Geometri.

Berdasarkan pengalaman peneliti dalam mengasuh mata kuliah Analisis

Kompleks ditemukan adanya kesalahan-kesalahan dalam penyelesaian soal-soal

mata kuliah Analisis Kompleks berupa kesalahan konsep maupun bukan konsep.

Hal ini berdasarkan beberapa hasil penelitian, antara lain, Irawan (1991: 51) yang

menyimpulkan bahwa masih banyak mahasiswa prodi pendidikan matematika

melakukan kesalahan konsep dan kesalahan bukan konsep pada mata kuliah

Analisis Kompleks. Hasil belajar mahasiswa Program studi pendidikan

matematika dan Fisika ditemukan lebih baik dari rata-rata belajar mahasiswa

Program Studi Pendidikan Kimia dan Biologi. Sumarno (1994: 54) juga

menyimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa FMIPA IKIP Bandung dalam mata

kuliah Analisi Kompleks secara keseluruhan tergolong sedang, secara terpisah

mahasiswa program studi Kimia dan Biologi relatif lebih rendah.

Abidin (2012) dalam penelitian yang dia lakukan menyimpulkan bahwa

penyebab kesulitan mahasiswa dalam mempelajari mata kuliah Analisis

Kompleks umumnya karena kurangnya kemampuan prasyarat, dalam hal ini

kemampuan matematika di SMU. Ini berarti pengalaman belajar matematika di

SMU terutama materi Trigonometri yang berhubungan dengan Analisis Kompleks

sangat mempengaruhi proses belajar Analisis Kompleks di Perguruan Tinggi.

Dari uraian di atas, penulis mencoba menganalisis dan

mengungkapkanjenis-jenis kesalahan, kecenderungan kesalahan, dan penyebab

terjadinya kesalahan keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip yang

dilakukanmahasiswa prodi pendidikan matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidika Unika St. Thomas Medan berkaitan dengan penyelesaian soal-soal

Trigonometri di SMU sebagai prasyarat Analisis Kompleks.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu untuk

mendeskripsikan dan mengadakan komparasi jenis-jenis kesalahan dalam

menyelesaikan soal-soal Trigonometri sebagai prasyarat Analisis Kompleks. Hal

ini mengacu pada Ary (2013: 415) yang mengatakan bahwa tujuan penelitian

deskriptif adalah untuk melukiskan variable atau kondisi apa yang ada dalam

suatu situasi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk mendeskripsikan dan

mengadakan komparasi jenis-jenis kesalahan yang dilakukan mahasiswa prodi

pendidikan Matematika serta untuk mengetahui kecenderungan kesalahan

mahasiswa dalam penyelesaian soal-soal Trigonometri sebagai prasyarat Analisis

Kompleks.

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi pendidikan

matematika semester genap tahun ajaran 2016/2017 yang mengambil matakuliah

Analisis Kompleks yang terdiri dari satu kelas. Sedangkan objek penelitian adalah

ISBN: 978-602-50622-0-9 215

Page 231: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

proses tindakan yang dilakukan yaitu jenis-jenis kesalahan, kencendrungan

kesalahan, penyebab terjadinya kesalahan keterampilan, dan kesalahan konsep

serta kesalahan prinsip yang dilakukan mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan di Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera

Utara Fakulltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi Pendidikan Matematika

yang pelaksanaannya berlangsung selama kurang lebih 6 bulan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Tes Pada Ujian Tengah Semester Butir

Soal no.1

Butir soal nomor 1 termasuk pada soal berlevel mudah. Soal ini mengukur

kemampuan mahasiswa dalam kesalahan keterampilan pada tes ujian tengah

semester dan terdapat 8 dari 18 orang mahasiswa yang menjawab dengan benar.

Sebagiannya menjawab benar tetapi ada yang kurang lengkap.

Butir Soal no.2

Aspek menjelaskan prosedur penyelesaian mahasiswa untuk melihat

kesalahan konsep dan beberapa mahasiswa menjawab dengan benar dan

menjawab dengan tidak lengkap.

Butir Soal no.3

Aspek yang diukur pada butir soal nomor 3 yaitu aspek keslahan konsep

dalam penyelesaian. Ada mahasiswa menjawab dengan benar, ada yang salah

dalam melakukan perhitungan dan menjawab tidak lengkap.

Butir Soal no.4

Aspek menyatakan ide matematika ke dalam model matematika

mahasiswa dalam mengukur kesalahan prinsip tidak ada yang menjawab benar,

dan tidak lengkap.

Butir Soal no.5

Pada butir soal nomor 5 aspek menguraikan ide matematika mahasiswa

dalam mengukur kesalahan konsep menjawab dengan benar, menjawab tidak

lengkap dan ada mahasiswa yang keliru dalam menuliskan jawaban.

Dari proses penyelesaianmasalahtespada ujian tengahsemester prodi

pendidikan Matematika secarakeseluruhandapat dideskripsikanpadaTabel1berikut:

Aspek yang SkorMaksi KategoriSk JumlahMahasi Rata-rata

Dinilai mal or swa

Kesalahan 15 <x 20 12 (66,7%)

Keterampilan 10< x 15 6 (33,3%) 18,7

20

0 < x 10 0 (0%)

Kesalahan 40< x 60 8 (44,4%)

Konsep 25< x 40 4 (22,2%)

ISBN: 978-602-50622-0-9 216

Page 232: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

60 0 < x 25 6 (33,3 %) 45,3

Kesalahan 10<x20 7 (38,9%)

Prinsip

5< x 10 9 (50%) 9,7 20 0 < x 5 2 (11,1 %)

Tabel1DeskripsiHasil Proses PenyelesaianMasalahTesUjian Tengah Semester

Prodi Pendidikan Matematika Matakuliah Analisis Kompleks

Dari tabel 1 di atas terlihat bahwa presentase kesalahan yang dilakukan

mahasiswa prodi Pendidikan Matematika dalam menyelesaikan soal-soal

trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah kesalahan prinsip

50%, diikuti kesalahan keterampilan 33,37% dan kesalahan konsep 33,3%.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa melakukan tiga

kategori kesalahan yakni

kesalahan prinsip, kesalahan keterampilan dan kesalahan konsep.

Hasil Tes Pada Ujian Akhir Semester

Butir soal no 1a

Butir soal nomor 1a termasuk pada soal berlevel sedang. Soal ini

mengukur kemampuan mahasiswa dalam kesalahan keterampilan pada tes ujian

akhir semester dan terdapat 10 dari 18 orang mahasiswa yang menjawab dengan

benar. Semuanya menjawab benar tetapi ada yang kurang lengkap.

Butir soal nomor 1b

Pada soal nomor 1b aspek yang di ukur sama dengan butir soal nomor 1a

yaitu mengukur kesalahan keterampilan pada matakuliah analisis kompleks.

ButirSoalNomor2

Aspekmenjelaskanprosedurpenyelesaianmahasiswauntukmelihatkesalahan

konsepdanbeberapamahasiswamenjawabdenganbenardanmenjawabdengantidakle

ngkap.

ButirSoalNomor 3

Aspek yang diukur pada butir soal nomor 3 yaituaspekkeslahankonsep

dalampenyelesaian. Ada mahasiswa menjawab denganbenar, ada yang salah

dalam melakukan perhitungan dan menjawab tidak lengkap.

ButirSoalNomor4 Aspek menyatakan ide matematika kedalam model matematika

mahasiswadalammengukurkesalahanprinsipada yang menjawabbenar,

tidaklengkapdanada yang salahdalammelakukanperhitungan.

ButirSoalNomor5a dan 5b

Pada butirsoal nomor 5a dan 5b aspekmenguraikan ide

matematikamahasiswadalammengukurkesalahankonsepmenjawabdenganbenar,

menjawabtidaklengkapdanadamahasiswa yang kelirudalammenuliskanjawaban.

ISBN: 978-602-50622-0-9 217

Page 233: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari proses penyelesaianmasalahtespada ujian akhirsemester prodi

pendidikan Matematika secarakeseluruhandapat di

deskripsikanpadaTabel2berikut:

Aspek yang Dinilai SkorMaksi KategoriSk JumlahMahasi Rata-

mal or swa rata

Kesalahan 15<x25 10 (55,6%)

Keterampilan 10< x 15 8 (44,4%) 20,7 25

0 < x 10 0 (0%)

Kesalahan Konsep 20< x 30 8 (44,4%)

30 10 < x 20 5 (27,8% 27,5

0 < x 10 5 (27,8 %)

Kesalahan Prinsip 10<x 15 15 (83,3%)

15 7 < x 10 3 (16,7%) 11,8

0 < x 7 0 (0 %)

Tabel2DeskripsiHasil Proses PenyelesaianMasalahTesUjian AkhirProdi

Pendidikan Matematika Matakuliah Analisis Komplek

Dari tabel 2 di atas terlihat bahwa presentase kesalahan yang dilakukan

mahasiswa prodi Pendidikan Matematika dalam menyelesaikan soal-soal

trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah kesalahan prinsip

11,8%, diikuti kesalahan keterampilan 20,7% dan kesalahan konsep 27,5%.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa melakukan

tiga kategori kesalahan yakni kesalahan prinsip, kesalahan keterampilan dan

kesalahan konsep. Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa menunjukkan

bahwa penyebab terjadinya kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal

trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah: mahasiswa tidak

bisa menghafal ataupun mengingat rumus yang akan digunakan, kurang cermat

dalam menjawab soal sehingga jadi salah, kurang teliti dalam menjawab soal,

tidak ada persiapan menghadapi tes, tidak ingat lagi cara penyelesaian soal

tersebut dan tidak cukup waktu dalam mengikuti tes.

SIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam mengetahui kesalahan

mahasiswa prodi Pendidikan Matematika dalam menyelesaikan soal-soal

Trigonometri yang menjadi prasyarat Analisis Kompleks adalah kesalahan

keterampilan, kesalahan konsep dan kesalahan prinsip yang dilakukan mahasiswa

pada soal-soal matakuliah Analisis Kompleks. Hal ini terjadi karena berdasarkan

hasil wawancara Hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa menunjukkan

bahwa penyebab terjadinya kesalahan mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal

ISBN: 978-602-50622-0-9 218

Page 234: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

trigonometri adalah mahasiswa tidak bisa menghafal ataupun mengingat rumus

yang akan digunakan, kurang cermat dalam menjawab soal sehingga jadi salah,

kurang teliti dalam menjawab soal, tidak ada persiapan menghadapi tes, tidak

ingat lagi cara penyelesaian soal tersebut dan tidak cukup waktu dalam mengikuti

tes.

DAFTAR RUJUKAN

Abidin, Z, Agustus 2012, “Analisis Kesalahan Mahasiswa Prodi Pendidikan

Matematika Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry dalam Mata Kuliah

Trigonometri dan Kalkulus I”. Didaktika Jurnal. Volume XIII, No.

1.http://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/didaktika/article/view/472/381, 10

Oktober 2016.

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Ary, D., Jacobs, L.C., dan Razavieh, A. (2013). Pengantar Penelitian Pendidikan.

Terjemahan oleh Arief Furchan. Surabaya: Usaha Nasional.

Bell, F.H. (1978). Teaching and Learning Mathematics (In Secondary Schools).

Lowa: Wm. C. brown Company Publishers.

Dahar, R.W. (2011). Teori-teori Belajar. Jakarta: P2LPTK Dirjen Dikti

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Hudojo, H. (1998). Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: P2LPTK Dirjen

Dikti Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Irawan, E.B. (1991). Identifikasi Kesalahan Menyelesaikan Soal-soal Kalkulus

Bagi Mahasiswa FPMIPA IKIP MALANG Peserta Perkuliahan Program

Bersama Bidang Matematika Tahun Akademik 1990-1991. Malang:

Pusat Penelitian IKIP MALANG.

Leithold. (2000). Kalkulus dan Ilmu Ukur Analitik. Terjemahan oleh Hutahaean.

Jakarta: Erlangga.

Nurkancana, W dan Sumartono, P.P.N. (2010). Uvaluasi Pendidikan, Surabaya:

Usaha Nasional.

Simmons, F.G. (1981). Precalculus Mathematics in A Nutshell. California:

William Kaufmann, Inc.

Sumarno. (1994). Kesalahan Dalam Penyelesaian Soal-soal Kalkulus I Mahasiswa

FPMIPA IKIP Bandung. Tesis. Tidak Diterbitkan. Malang: Program

Pasca Sarjana IKIP MALANG.

Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (konstatasi

Keadaan Masa kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas.

Dagang, S. (2002). “Analisis Kesalahan Mahasiswa Pendidikan Matematika

Dalam Menyelesaikan Soal-soal Kalkulus Angkatan 2000”, Tesis. Tidak

Diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana IKIP MALANG.

ISBN: 978-602-50622-0-9 219

Page 235: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA

DENGANMENGGUNAKANMODEL PEMBELAJARAN

COURSE REVIEW HORAY DI KELAS V SD NEGERI

050671 KAMPUNG GOHOR

Demmu Karo-Karo38

Sekar Drya Fajrin Nurina39

Surel: [email protected]

Abstrak Subjek dalam penelitian berjumlah 39 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-

laki dan 18 siswa perempuan.Objeknya adalah penggunaan model

pembelajaran Course Review Horay dengan materi Gaya.Penelitian

dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus dilakukan 2 kali pertemuan.Alat

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 39 orang siswa diperoleh hasil siklus I pertemuan

1 terdapat 2 siswa berkriteria cukup (5.13%), 1 siswa berkriteria kurang (2.56%) dan 36 siswa berkriteria kurang sekali (92.31%). Pada siklus II

pertemuan 1 diperoleh hasil 8 siswa berkriteria baik (50.51%), 19 siswa

berkriteria cukup (48.72%), 5 siswa berkriteria kurang (12.82%) dan 7

siswa berkriteria kurang sekali (17.95%). Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan aktivitas belajar

siswa dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay

pada mata pelajaran IPA di kelas V SD Negeri050671 Kampung

Gohor.Oleh karena itu, model pembelajaran Course Review Horay dapat

diterapkan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

Kata Kunci :Aktivitas belajar, Course Review Horay

PENDAHULUAN

Kondisi yang ada pada saat ini, pembelajaran IPA untuk pemahaman dan

keterampilan belum ditangani secara sistematis di sekolah dasar. Hal ini

disebabkan, guru relatif kurang kreatif untuk menciptakan kondisi yang

mengarahkan siswa agar mampu mengaitkan pengalaman kehidupannya sehari-

hari diluar kelas (sekolah) dengan pengetahuan dikelas.Sebagai akibatnya

pencapaian tujuan pendidikan IPA tidak sesuai dengan harapan.. Hal ini terbukti

dari masih rendahnya kualitas proses dan hasil pembelajaran IPA di sekolah dasar.

Rendahnya kualitas dan hasil belajar IPA di SD dibuktikan dari hasil laporan

beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran belum terfokus pada

pemahaman IPA.Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam

belajar adalah aktivitas siswa. Dalam proses pembelajaran, siswa dituntut aktif

melalui aktivitas-aktivitas yang membangun seperti mengikuti kerja kelompok

38PGSD FIP UNIMED

39PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 220

Page 236: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dan dalam waktu yang singkat dapat memacu siswa berfikir tentang materi

pelajaran terutama IPA. Pada saat siswa belajar secara pasif, siswa mengikuti

proses belajar saja tanpa ada rasa ingin tahu, tanpa ada pertanyaan, dan tanpa

adanya daya tarik belajar siswa. Bila siswa belajar secara aktif akan mempunyai

rasa ingin tahu terhadap sesuatu, misalnya dengan caraaktif bertanya dan adanya

juga respon timbal balik seperti menjawab pertanyan dengan cara yang baik dan

benar. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran IPA sangat diperlukan,

sehingga apa yang akan dipelajari akan lebih bermakna, dan tertanam dalam

pikiran siswa.

Berdasarkan hasil 0bservasi di kelas V SD Negeri 050671 Kampung

Gohor diperoleh hasil bahwa pembelajaran IPA masih disajikan secara verbal

melalui kegiatan ceramah dan pada saat siswa belajar mata pelajaran IPA di kelas

siswa tidak diberdayakan dengan sebaik-baiknya. Siswa hanya melakukan

kegiatan duduk, diam, mendengar, mencatat dan menghafal. Adapun faktor lain

yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar IPA di SD Negeri 050671

Kampung Gohor di Kecamatan Wampu adalah masih terpusat pada guru. Dalam

penyampaian materi, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk

terlibat aktif di dalam kelas seperti bertanya dan menyampaikan pendapatnya.

Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar mengajar dan kurangnya

keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak bisa mengungkapkan

ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar. Hal ini dapat menurunkan

aktivitas belajar siswa karena tidak diberikannya kesempatan oleh guru.Siswa

juga kurang terampil dalam mengerjakan latihan-latihan soal yang diberikan oleh

guru. Akibatnya aktivitas belajar IPA kurang optimal serta perilaku belajar yang

lain seperti suasana kelas yang menyenangkan dalam pembelajaran IPA hampir

tidak tampak

Model Course Review Horay (CRH) merupakan salah satu model

pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran

karena pada pembelajaran dengan model ini siswa dituntut untuk menjawab soal

yang diberikan guru dengan berdiskusi dengan teman kelompoknya. Kelompok

yang menjawab benar harus memberi tanda centang pada nomor soal yang

dijawab dengan benar serta meneriakkan kata ‘horee..’ ataupun yel-yel kelompok.

Nilai siswa dihitung dari banyaknya jumlah jawaban benar jumlah ‘horee..’ yang

diperoleh. Model pembelajaran ini juga akan menciptakan suasana persaingan

untuk mendapat nilai tertinggi. Sehingga setiap siswa akan berusaha untuk

bekerjasama semaksimal mungkin untuk mengerjakan soal yang diberikan guru

agar kelompoknya nanti mendapatkan nilai tertinggi. Model pembelajaran ini juga

dapat menjadikan suasana kelas lebih meriah dan menyenangkan sesuai dengan

karakteristik siswa SD yaitu usia bermain.

ISBN: 978-602-50622-0-9 221

Page 237: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

METODE PENELITIAN

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian sebagaimana yang telah

disebutkan pada pendahuluan, penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas (PTK). Rancangan ini dipilih karena sesuai dengan tujuan pembelajaran

yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran (aktivitas belajar siswa) pada

mata pelajaran IPA dengan materi “Gaya” dengan model pembelajaran Course

Review Horay (CRH) di kelas V SD Negeri 050671 Kampung Gohor.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 2 siklus

dimana pada setiap siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan 4 tahapan

yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan(Tindakan), 3) Observasi (Pengamatan), 4)

Refleksi.

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan penerapan rencana yang telah disusun

pada tahap perencanaan, dimana setiap pertemuan dilaksanakan selama dua jam

pelajaran (2x 35 menit).Pada tahap ini guru kelas mengamati aktivitas belajar

siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

instrument pengumpul data yang telah dibuat.

Analisis data dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari

tingkatan yang telah dilaksanakan dalam penelitian.Tingkat keberhasilan yang

dicapai dilihat dari perubahan aktivitas siswa dalam menerima pelajaran yang

disampaikan.Hasil observasi yang telah dilakukan selanjutnya di analisis.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Melalui model pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada materi

Gaya terbukti dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Pada siklus I pertemuan

1 terdapat 2 orang siswa dari 39 orang siswa yang dapat dinyatakan aktif dengan

persentase 5.13%, dan memiliki nilai rata-rata kelas 46.15%. Pada siklus I

pertemuan 2 terdapat 8 orang siswa yang aktif dengan persentase 20.51% dan

memiliki nilai rata-rata kelas 52.00%.Berdasarkan kesimpulan sementara bahwa

aktivitas belajar siswa sedikit meningkat sehingga perlu perbaikan dan

pengembangan pembelajaran yang lebih jelas dan sistematis pada siklus II.

Ternyata setelah melakukan perbaikan pembelajaran dengan model

pembelajaran Course Review Horay (CRH) siswa lebih bersemangat sehingga

membuat siswa aktif dalam belajar. Pada siklus II pertemuan 1 terdapat 27 orang

siswa yang dapat dinyatakan aktif dengan persentase 69.21%, dan memiliki nilai

rata-rata kelas 66.35%. Pada siklus II pertemuan 2 terdapat 39 orang siswa yang

aktif dari 39 orang siswa dengan persentase 100.00%. Adapun hasil keaktifan

siswa setiap siklus dan pertemuan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel Jumlah Siswa yang Aktif dari Siklus I dan Siklus II

No Aspek Sanga Bai Cuku Kuran Kuran Jumla Nilai

Ket t Baik k p g g h (%)

Sekali Siswa

ISBN: 978-602-50622-0-9 222

Page 238: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

yang

Aktif

Pert

Belum

0 0 2 1 36 2 5.13% Meningka Siklus . 1

1

t I

Pert 0 0 8 7 24 8 20.51%

Meningka

. 2 t

Pert 0 8 19 5 7 27 69.23%

Meningka

Siklus . 1 t 2

II

Pert 32 14 2 0 0 39

100.00 Meningka

. 2 % t

Dari data table tersebut dapat menggambarkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada proses pembelajaran dikelas V

SD Negeri 050671 dapat dinyatakan bahwa aktivitas belajar siswa meningkat

pada mata pelajaran IPA dengan materi “Gaya”. Adapun secara grafik dapat

dilihat sebagai berikut :

Jumlah Siswa yang Aktif dari Siklus I hingga Siklus II

27 siswa;

39 siswa;

Pertemuan 1

Pertemuan 1

Pertemuan 2

Pertemuan 2

Pertemuan 1

Pertemuan 1

Pertemuan 2;

Pertemuan 2;

100,00%

69,23% Keterangan :

2 siswa

Gambar 4.14Grafik Jumlah Siswa yang Aktif dari Siklus I hingga Siklus II

8 siswa;

Pertemuan 1

2 siswa; Pertemuan 2

Pertemuan 1

Pertemuan 1 Pertemuan 2;

Pertemuan 2 20,51% Pertemuan 1

Pertemuan 2;

5,13%

8 siswa

27 siswa

39 siswa

Faktor penghambat dalam penelitian ini adalah belum siapnya

siswamenghadapi situasi pembelajaran yang baru diterapkan oleh peneliti, belum

siapnya siswa melakukan suatu tindakan tanpa diminta oleh peneliti, dan ada

beberapa siswa yang masih belum siap menghadapi perubahan dalam gaya

mengajar. Faktor pendukung selama penelitian ini berlangsung adalah banyak

siswa yang senang dalam mengikuti pelajaran, dan banyak siswa yang senang

berdiskusi. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran Course Review Horaysangat efektif dalam materi pembelajaran IPA

pada materi “Gaya”, karena model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif

sehingga menimbulkan aktivitas belajar siswa yang lebih baik saat pembelajaran

berlangsung.

ISBN: 978-602-50622-0-9 223

Page 239: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar siswa

dapat meningkat melalui model pembelajaran Course Review Horay (CRH) pada

materi Gaya di kelas V SD Negeri 050671 Kampung Gohor Tahun Ajaran

2016/2017.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan diatas

diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yaitu: 1) Dengan model pembelajaran

Course Review Horay (CRH) pada pembelajaranIPA dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPA, materi “Gaya” di kelas V SD

Negeri 050671 Kampung Gohor. 2) Hasil pengamatan aktivitas siswa

menunjukkan siswa telah termotivasi melakukan aktivitas-aktivitas yang terdapat

dalam model pembelajaran Course Review Horay (CRH). Setiap siklus

mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu pada siklus I pertemuan 1

dari 39 orang siswa terdapat 2 orang siswa yang dinyatakan aktif dengan

persentase 5.13% dan disiklus I pertemuan 2 terdapat 8 orang siswa yang aktif

dengan persentase 20.51%. Pada siklus II pertemuan 1 meningkat yaitu : terdapat

27 orang siswa yang aktif dengan persentase 69.23% dan disiklus II pertemuan 2

dari 39 orang terdapat 39 orang siswa yang aktif dengan persentase 100.00%.

Dengan menerapkan menggunakan model Course Review Horay (CRH) dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Amri S & Rohman, M. 2013.Strategi dan Desain Pengembangan Sistem

Pembelajaran.Jakarta: Prestasi Pustaka.

Aunurrahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Dewi,

Rosmala. 2015. Profesionalisasi Guru melalui Penelitian Tindakan

Kelas.Medan: Unimed Press.

Djamarah, Syaiful B. 2011. Psikologi Belajar: Edisi Revisi 2011. Jakarta: Rineka

Cipta.

Hamalik, Oemar. 2010. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif..Yogyakarta:Ar-Ruzz Media. Ngalimun.

2016. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja

Presindo.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Pribadi, Benny A. 2009. Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian

Rakyat.

Purwanto, Ngalim M. 2009. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi

Belajar.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 224

Page 240: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Riduwan.2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian.Bandung:

Alfabeta.

Rohani, Ahmad. 2010. Pengelolaan Pengajaran .Jakarta: PT Rineka Cipta.

Rusman. 2015. Pembelajaran Tematik Terpadu : Teori, Praktik dan Penilaian.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sadirman. 2011. Interaksi dan Mtovasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Sani, B & Kurniasih, I. 2015.Ragam Pengembangan Model Pembelajaran: Untuk

Peningkatan Profesionalitas Guru. Yogyakarta: Kata Pena.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan.Jakarta: Kencana.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajarna Inovaif dalam Kurikulum 2013.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Soemanto, Wasty. 2003. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sruprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning : Teori & Aplikasi Paikem.

Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah

Dasar.Jakarta: Prenada Media Group.

Syah, Muhibbin. 2015. Psikologi Pendidikan : Dengan Pendekatan Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syuri, I & Nurhasanah. 2006. IPA: Aktif. Jakarta: Erlangga.

Trianto.2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.Jakarta:

Kencana.

Elhefni. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share dan Hasil

Belajar di Sekolah. Jurnal Ta’dib, (Online), Volume XVI, Nomor 02,

dalam

(jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/tadib/article/download/65/60,diakses

18 Januari 2017).

Hilal, Nurlia, dkk. 2013. Meningkatkan Motivasi Siswa melalui Penerapan Model

Pembelajaran Course Review Horay (CRH) Kompetensi Dasar Sistem

Politik Indonesia Kelas X-RPL2 SMK Negeri 4 Banjarmasin.Jurnal

Pendidikan Kewarganegaraan, (Online), Volume 4, Nomor 7, dalam

(http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/pkn/article/view/442/365,

diakses 21 Desember 2016).

Kendek, Yusuf, dkk. 2014.Peningkatan Hasil Belajar Siswa melalui Penggunaan

Model Course Review Horay pada Mata Pelajaran IPA Kelas IV SD

Inpres Sintuwu.Jurnal Kreatif Tadulako, (Online), Vol.5, No.8, dalam

(http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JKTO/%20article/viewFile/40

26/2979, diakses 21 Desember 2016).

Rati, Wyn Ni, dkk. 2015. Penerapan Model Pembelajaran CRH (Coure Review

Horay) dengan Bantuan Permainan Ular Tangga untuk Meningakatkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 225

Page 241: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Matematika Kelas II SD. E-

Jurnal PGSD Univeritas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD, (Online),

Vol.3, No.1, dalam (http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/

article/viewFile/6259/4381,diakses 13 Desember 2016).

ISBN: 978-602-50622-0-9 226

Page 242: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGEMBANGAN KARIR GURU MENUJU INDONESIA EMAS

Tumpal B. M. Tambunan40

Surel: [email protected]

Abstrak

Pengembangan karir merupakan hal penting bagi seorang guru demi

kompetensi dan peningkatan hasil kinerja yang lebih signifikan. Salah satu

faktor mendasar yang menentukan mutu pendidikan adalah guru, sebab

peran guru amat signifikan dalam proses pembelajaran. Pengembangan

karir merupakan kegiatan yang dilakukan guru untuk memelihara,

meningkatkan dan memperbaharui kompetensi guru untuk meningkatkan

kualitas pengerjaan tugas guru atau kinerja guru. Upaya yang dapat

dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensi dan karirnya adalah

berpartisipasi dalam forum atau kegiatan ilmiah profesional dan

melaksanakan penelitian atau pengkajian kerja profesionalnya baik secara

individual maupun kolaboratif.

Kata kunci: Pengembangan, Guru, Karir.

PENDAHULUAN Pengembangan karir merupakan hal yang penting bagi seorang guru karena hal

ini sangat berpengaruh setidaknya terhadap kepuasan kerja dan peningkatan penghasilan.

Dengan kata lain, jika karir seorang guru meningkat maka tentu saja pengakuan lembaga

yang menaunginya juga meningkat yang salah satunya dibuktikan dengan peningkatan

gaji yang ia terima dan tentunya hal ini akan membuat ia lebih merasa senang dan

nyaman bekerja.

Untuk mencapai hal itu, idealnya seorang guru harus mengetahui tentang

tingkatan-tingkatan karir dan konsekuensi dari tingkatan karir tersebut bagi dirinya baik

berupa tanggung jawab/kewajiban maupun ganjaran yang akan ia peroleh. Selain itu, guru

juga harus mengetahui upaya-upaya yang dapat ia lakukan untuk dapat meniti karir ke

tingkatan yang lebih tinggi tersebut. Dengan memahami hal-hal seputar tingkatan karir

dan upaya pencapaiannya, seorang guru memiliki arah yang jelas dalam menjalani karir

dan profesinya itu.

Kendatipun demikian, realita yang terjadi saat ini sebagian guru baru

mengalami kesibukan yang luar biasa ketika ia mendapat pemberitahuan mengenai

persyaratan yang harus dipenuhi untuk kenaikan pangkat. Akhirnya berbagai upaya

dilakukan untuk memenuhi persyaratan tersebut walau terkadang menempuh cara yang

tidak “profesional”. Bahkan tidak jarang upaya tersebut menimbulkan sejumlah riak-riak

dan permasalahan dalam organisasi sekolah yang sedikit banyak mempengaruhi

pengerjaan tugas utama guru dalam mendidik para siswa.

Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita yang akan kita wujudkan bersama,

dimana pada tahun 2045 bangsa Indonesia sudah terlepas dari krisis moral dan seluruh

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 227

Page 243: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

komponen bangsa telah berhati emas dan mengaplikasikan 7(tujuh) nilai dasar yaitu jujur,

visioner, tanggung jawab, disiplin, kerjasama, adil dan peduli. Jadi yang kita tuju dalam

Indonesia Emas 2045 adalah kejayaan secara moral dan spiritual, bukan hanya kejayaan

secara ekonomi semata.

Indonesia Emas yang kita impikan bersama dimana tahun itu tepat 100 tahun

umur Indonesia Merdeka. Impian bersama itu bisa terwujud bisa juga hanya sekedar

impian. Impian tersebut bisa terwujud salah satu penentunya adalah Kualitas Pendidikan,

Pendidikan di Indonesia masih belum bisa dikatakan sesuai harapan manakala persoalan

persoalan Kurikulum, Guru dan Sarana masih jauh dari standar sesuai dengan aturan.

PEMBAHASAN A. Pengertian Karir

Karir dalam bahasa Belanda, carriere yang artinya adalah perkembangan dan

kemajuan dalam pekerjaan seseorang. Kata ini juga bisa berarti jenjang dalam sebuah

pekerjaan tertentu. Karir merupakan kebutuhan yang harus terus ditumbuhkan dalam diri

seseorang tenaga kerja, sehingga mampu mendorong kemajuan kerjanya. Karir

merupakan istilah yang didefinisikan oleh kamus bahasa Indonesia sebagai

perkembangan dan kemajuan baik pada kehidupan, pekerjaan atau jabatan seseorang.

Biasanya pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang mendapatkan imbalan berupa

gaji maupun uang. Karir merujuk pada aktivitas dan posisi yang ada dalam kecakapan

khusus, jabatan, dan pekerjaan/tugas dan juga aktivitas yang diasosiasikan dengan masa

kehidupan kerja diasosiasikan dengan masa kehidupan kerja seorang individu. Istilah

yang dikedepankan dalam pendefinisian karir ini adalah aktivitas dan posisi seseorang.

Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu karir akan berisi kenaikan tingkat dari

tanggungjawab, kekuasaan dan pendapatan seseorang.

Pandangan yang lebih luas daripada karir adalah sebagai suatu rangkaian atas

sikap dan perilaku yang berkaitan dengan aktifitas pekerjaan dan pengalaman sepanjang

kehidupan seseorang. Jika seseorang beraktivitas atau menduduki suatu posisi dalam

suatu lingkungan sosial, sementara untuk melakukan hal itu ia harus memiliki kecakapan

khusus, mengerjakan tugas-tugas tertentu dan menjabat, maka bisa dikatakan bahwa

orang tersebut berkarir. Demikian juga, jika seseorang dalam suatu rentang masa bekerja

untuk memperoleh nafkah bagi kehidupan diri dan keluarganya, maka dikatakan bahwa

orang tersebut memiliki karir. Konsep baru tentang karir adalah protean career yaitu karir

yang senantiasa berubah seiring berubahnya minat, kemampuan, nilai dan lingkungan

kerja seseorang.

B. Pengembangan Karir Guru Secara harafiah pengertian pengembangan karier (career development)

menuntut seseorang untuk membuat keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai

tujuan-tujuan karir. Pengembangan karir merujuk pada proses sepanjang hayat

pengembangan keyakinan dan nilai, keterampilan dan bakat, minat, karakteristik

kepribadian, dan pengetahuan karakteristik kepribadian, dan pengetahuan tentang dunia

kerja. Sehingga dengan pengertian ini, pengembangan karir tidak hanya mencakup

rentang usia kerja produktif seseorang, melainkan lebih luas lagi, yakni sepanjang hayat

seseorang.

ISBN: 978-602-50622-0-9 228

Page 244: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Di dalam UU Nomor 74 tahun 2008 tentang guru dibedakan menjadi dua yaitu,

pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-

IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum

memenuhi kualifikasi S-1 dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 pada

perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan

dan/atau program pendidikan non kependidikan.

Syarat berkembangnya karir seorang guru adalah guru tersebut harus kompeten,

kemampuan pengetahuan baik, keterampilan, maupun perilaku. Guru kompeten yaitu

guru yang memiliki kecakapan hidup (life skill) dengan rincian sebagai berikut:

a. Cakap mengenal diri (self awareness skill), diantaranya; sadar sebagai makhluk

Tuhan, sadar eksistensi diri, dan sadar potensi diri.

b. Cakap berpikir (thinking skill), diantaranya; cakap menggali informasi, cakap

mengolah informasi, cakap mengambil keputusan, dan cakap memecahkan masalah.

Cakap bersosialisasi (sosial skill), diantaranya; cakap berkomunikasi lisan, cakap

berkomunukasi secara tertulis, dan cakap dalam bekerjasama. Cakap secara akademik (akademik skill), diantaranya; cakap mengidentifikasi

variable, cakap menghubungkan variable, cakap merumuskan hipotesis, dan cakap

melaksanakan suatu penelitian.

Cakap secara vokasional (vocational skill), diantaranya; memiliki keahlian khusus

dibidang pekerjaan, misal: ahli komputer, ahli akutansi, dan lain-lain.

C. Kompetensi Guru Mengacu pada National Education Association (NEA) Amerika Serikat, standar

pendidikan guru meliputi lima komponen pendidikan, yaitu: perencanaan, implementasi,

personalia program, dan isi program serta keanggotaan dalam profesi guru. Kemampuan

mengajar merupakan hal esensial yang harus dimiliki oleh guru sebagai tugas profesinya.

Terdapat empat kompetensi yang mutlak dimiliki seorang guru sekolah, yaitu: 1. Kompetensi Pedagogik

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a

dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran

peserta didik yang meliputi pamahaman terhadap peserta didik, perancangan dan

pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensinya. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan yang harus dimiliki guru

berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik,

moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual bahwa seorang guru harus mampu

menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta

didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda.

Kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan aspek-aspek yang

diamati, yaitu:

a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional dan intelektual.

Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

ISBN: 978-602-50622-0-9 229

Page 245: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang

diampu. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimiliki. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan hasil

penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

Pelaksanaan tugas sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga

akan tugas yang dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan kualitas generasi masa

depan bangsa. Walaupun tantangan dan rintangan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas

terasa berat, guru harus tetap tegar dalam melaksakan tugas sebagai seorang pendidik.

Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan

integritas kepribadian seorang guru. Aspek-aspek yang diamati adalah:

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi

peserta didik dan masyarakat.

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan

rasa percaya diri. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3. Kompetensi Profesional

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c,

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan

membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional pendidikan.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta

didik memenuhi standar kompetensi. Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk

itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran.

Kemampuan yang harus dimiliki pada dimensi kompetensi profesional atau

akademik dapat diamati dari aspek-aspek berikut ini:

ISBN: 978-602-50622-0-9 230

Page 246: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata

pelajaran yang diampu. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu. Mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif. Mengembangkan keprofesian secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan

reflektif Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan

mengembangkan diri.

4. Kompetensi Sosial

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d

dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru

sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua siswa, dan masyarakat.

Guru di mata masyarakat dan peserta didik merupakan panutan yang perlu dicontoh dan

merupkan suri tauladan dalam kehidupanya sehari-hari. Guru perlu memiliki kemampuan

sosial dengan masyarakat, dalam rangka pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja

sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru

dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini:

Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin,

agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga

kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki

keragaman sosial budaya. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

D. Upaya Pengembangan Karir Guru Berikut ini adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru/konselor untuk

dapat meningkatkan kompetensinya agar karir yang ia geluti dapat berkembang

maksimal, yaitu: (1) Menghadiri/berpartisipasi dalam forum atau kegiatan ilmiah

profesional (seminar, simposium, pelatihan, dll) (2) Membuat karya tulis ilmiah/populer,

karya Membuat karya tulis ilmiah/populer, karya seni, karya teknologi. (3) Melaksanakan

penelitian/pengkajian kerjaprofesional baik individual maupun kolaboratif (Lesson Study,

PTK/PTBK, penelitian jenis lainnya) penelitian jenis lainnya)

Selain itu ada lagi upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh guru untuk dapat

meningkatkan kompetensinya, sebagai berikut:

Pendidikan dan pelatihan

a. In house training (IHT)

ISBN: 978-602-50622-0-9 231

Page 247: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pelatihan IHT adalah pelatihan yang dilaksanakan secara internal

dikelompok kerja guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk

menyelenggarakan pelatihan. Pelatihan ini misalnya: diklat. Diklat merupakan

salah satu bentuk kegiatan dari program pengembangan sumber daya manusia.

Strategi pembinaan melalui IHT dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian

kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karir guru tidak harus secara

eksternal, tetapi dapat dilaksanakan oleh guru yang memiliki kompetensi yang

belum dimiliki guru lain.

b. Program magang

Program magang dipilih dengan alasan bahwa keterampilan tertentu yang

memerlukan pengalaman nyata. c. Kemitraan sekolah

Dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dengan yang kurang baik.

Pembinaan lewat mitra dengan alasan bahwa beberapa keunikan atau kelebihan

yang dimiliki mitra, misalnya manajemen sekolah atau kelas.

d. Belajar jarak jauh

Dapat dilakukan tanpa menghadirkan instruktur. Pembinaan ini dilakukan

dengan alasan bahwa tidak semua guru terutama di daerah terpencil dapat

mengikiti pelatihan di tempat-tempat pembinaan yang ditunjuk seperti ibu kota

kabupaten atau provinsi.

e. Pelatihan berjenjang dan khusus

Pelatihan khusus disediakan berdasarkan kebutuhan khusus atau disebabkan

adanya perkembangan baru dalam keilmuan tertentu. f. Kursus singkat diperguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya

Dimaksudkan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan guru dalam

beberapa kemampuan seperti kemampuan melakukan penelitian tindakan kelas,

menyusun karya ilmiah, merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi

pembelajaran.

g. Pembinaan internal oleh sekolah

Pembinaan ini dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang

memiliki kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar,

pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan diskusi dengan rekan sejawat.

h. Pendidikan lanjut

Pengikutsertaan guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan

memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi guru yang

berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini akan menghasilkan guru-guru

pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya pengembangan profesi.

Non Pendidikan dan pelatihan

a. Diskusi masalah pendidikan

Melalui diskusi ini diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang

dihadapi berkaitan dengan pembelajaran di sekolah ataupun masalah peningkatan

kompetensi dan pengembangan karirnya

b. Seminar

Kegiatan ini memberi peluang kepada para guru untuk berinteraksi secara

ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan dengan hal-hal terkini dalam upaya

peningkatan kualitas pendidikan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 232

Page 248: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

c. Workshop

Kegiatan ini dilaksanakan untuk menghasilkan produk bermanfaat bagi

pembelajaran, peningkatan kompetensi, maupun pengembangan karirnya.

d. Penelitian

Dapat dilakukan dengan penelitian tindakan kelas, penelitian eksperimen,

atau jenis penelitian lainnya.

e. Penulisan bahan ajar/buku

Bahan ajar ditulis dalam bentuk diktat, buku pelajaran, ataupun buku dalam

bidang pendidikan. f. Pembuatan media pembelajaran

Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat

praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi pembelajaran.

E. Peran Pengembangan Karir Guru Menuju Indonesia Emas Guru Efektif dan Pembelajar

Guru Efektif. Bransfor, dkk dalam buku How People Learn: Brain, Mind,

Experience and School (2000, 19–21) menjelaskan bahwa guru yang efektif dan

profesional akan melakukan tiga elemen penting pengajaran, yaitu: Guru yang

efektif akan memanfaatkan dan memberdayakan pengetahuan dan pemahaman

yang sudah dimiliki siswa sebelumnya. Guru yang efektif akan mengajarkan

materi pelajaran secara mendalam, memberikan beragam contoh sebagai bentuk

penguatan terhadap konsep yang diajarkan, dan memberikan dasar yang kuat

terhadap pengetahuan siswa melalui pengungkapan hal-hal faktual. Guru yang

efektif akan berfokus pada pengajaran keterampilan metakognitif, yaitu

mengintegrasikan berbagai keterampilan ke dalam kurikulum dalam berbagai

bidang studi.

Guru sebagai pembelajar yang professional mempunyai beberapa indikator

diantaranya memahami arah pembelajaran profesional, memahami tantangan-

tantangan implementasi professional learning, strategi membangun komunitas

belajar yang produktif, memahami pembelajaran integratif berbasis soft skill dan

hard skill, memahami perkembangan model pembelajaran dari masa ke masa,

memahami professional learning based on character, dan memahami standar

keunggulan kompetensi guru.

Tantangan Guru Profesional Menuju Indoneisa Emas Masalah dan tantangan Indonesia menuju Indonesia Emas dalam bidang

pendidikan dilihat dari segi Akses, mutu dan relevansi yang selama ini

diprogramkan oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pendidikan Nasional

adalah adanya perbedaan yang besar antar daerah, baik ekonomi, sosial dan

kependudukan. Daya tampung dan layanan yang terbatas, peningkatan layanan

sarana prasarana pendidikan serta kualitas dan distribusi guru.

Kualitas dan Distribusi Guru saat ini sangat mentukan mutu pendidikan dalam

menuju Indonesia Emas. Peraturan perundang undangan menyebutkan guru

profesional adalah guru yang sesuai dengan kualifikasai dan mempunyai sertifikat

pendidik. Kualifikasi dan sertifikasi belum cukup untuk menjadikan guru itu

profesional manakala kualitas dan distribusi guru masih belum tertata benar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 233

Page 249: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kualitas dan distribusi guru bisa dilihat dari masalah masalah sekitar guru yang

ada sekarang seperti belum optimalnya penyelenggaraan lembaga pendidikan

tenaga kependidikan (LPTK), seleksi guru, data guru, kekurangan guru dan guru

honorer.

Masalah - masalah guru seperti yang dikemukakan di atas bisa jadi

merupakan tantangan dunia pendidikan dalam mewujudkan Indonesia Emas.

Apabila dalam lima tahun kedepan masalah kualitas dan distribusi serta masalah

guru lainnya tidak diselesaikan maka ditakutkan apa yang menjadi impian bangsa

Indonesia di tahun 2045 disaat bangsa ini merayakan ulang tahun 100

kemerdekaannya hanyalah tinggal sebuah mimpi.

Untuk itu perlu diadakan perombakan yang serius disegala hal yang

menyangkut dunia Pendidikan, perlu paradigma baru dunia pendidikan untuk

menuju Indonesia Emas, diperlukan arah yang jelas dalam hal keterjangkauan

dan ketersediaan akses pendidikan, perlu arah dan kebijakan yang terencana

dalam peningkatan kualitas dan distribusi guru serta perlu tata kelola yang efesien

dan efektif.

SIMPULAN Seorang guru atau konselor hendaklah melakukan berbagai upaya untuk

meningkatkan keempat macam kompetensi yang harus dimilikinya (pribadi, sosial,

pedagogik, dan profesional) agar karir profesionalnya itu dapat berkembang lebih

baik.Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan kompetensi dan karirnya

adalah berpartisipasi dalam forum atau kegiatan ilmiah profesional dan melaksanaka

penelitian/pengkajian kerja profesionalnya baik secara individual maupun kolaboratif.

Indonesia Emas yang kita impikan bersama adalah bertepatan dengan usia Indonesia yang

keseratus. Impian bersama itu bisa terwujud bisa juga hanya sekedar impian. Impian

tersebut bisa terwujud salah satu penentunya adalah Kualitas Pendidikan, Pendidikan di

Indonesia masih belum bisa dikatakan sesuai harapan manakala persoalan persoalan

Kurikulum, Guru dan Sarana masih jauh dari standar sesuai dengan aturan.

Untuk itu perlu paradigma baru dunia pendidikan untuk menuju Indonesia Emas,

diperlukan arah yang jelas dalam hal keterjangkauan dan ketersediaan akses pendidikan,

perlu arah dan kebijakan yang terencana dalam peningkatan kualitas dan distribusi guru

serta perlu tata kelola yang efesien dan efektif.

DAFTAR RUJUKAN BPMSDM dan PMP. (2015). Pedoman Sertifikasi Guru melalul Pendidikan Profesi Guru

dalam Jabatan. Kemndikbud

Harefa, Andreas. (2000). Menjadi Makhluk Pembelajar. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

Koesoema, Doni A. (2009). Pendidikan Karakter di Zaman Keblinger: Mengembangkan

Visi Guru sebagai Pelaku Perubahan dan Pendidik Karakter. Jakarta: Gramedia

Widiasarana Indonesia.

Mulyasa, E. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 234

Page 250: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Muslich, Masnur. (2007). Sertifikasi Guru menuju Profesinalisme Pendidik. Jakarta: Buku Aksara.

Penjelasan pasal 28 PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Saomah, Aas. Dra. Msi. (2015). Pengembangan Karir Guru dan Konselor. Universitas

Pendidikan Indonesia

ISBN: 978-602-50622-0-9 235

Page 251: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

THE ABILITY OF WRITING CHILDREN IN RELOCATION OF SIOSAR

Halimatussakdiah41

, Laurensia Masri Parangin-Rangin42

Surel: [email protected]

Abstract

This study aims to improve the writing ability of the victims of Sinabung

mountain disaster in Siosar Relocation. In fact, writing ability in elementary

school children of disaster victims of sinabung is very low. The average

score of writing ability is 58.25. Obstacles to note the causes of low ability

of children is a less precise learning techniques. Classroom learning seems

to focus on the teacher. Teachers in the classroom are considered the main

source of knowledge, without facilitating children with learning media so

that in teaching tend to be conventional. This research method is descriptive

qualitative. Data collection techniques are test, observation, and field notes.

The research instrument is performance test and observation sheet. The

results of the study were: improving children's writing ability, teachers can

evaluate the low ability of children's writing, teachers are motivated to make

learning media big books, and provide feedback in an effort to improve

learning outcomes in Indonesia at school

Keywords: Writing ability, elementary school children, relocating siosar.

Abstrak

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan menulis pada anak

korban bencana gunung Sinabung di Relokasi Siosar. Kenyataan yang

terjadi, kemampuan menulis pada anak sekolah dasar korban bencana

sinabung sangat rendah. Nilai rata-rata kemampuan menulis 58,25.

Kendala yang perlu diperhatikan penyebab rendahnya kemampuan anak

adalah teknik pembelajaran yang kurang tepat. Pembelajaran di kelas

terlihat cenderung berfokus pada guru. Guru di kelas dianggap sumber

utama pengetahuan, tanpa memfasilitasi anak dengan media pembelajaran

sehingga dalam pengajaran cenderung bersifat konvensional.. Metode

penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu

tes, observasi, dan catatan lapangan. Instrumen penelitian yaitu tes unjuk

41PGSD FIP UNIMED

42PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 236

Page 252: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kerja dan lembar pengamatan. Hasil penelitian sebagai : peningkatan

kemampuan menulis anak, guru dapat mengevaluasi kendala rendahnya

kemampuan menulis anak, guru termotivasi untuk membuat media

pembelajaran big books, dan memberikan umpan balik dalam upaya

meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia di sekolah

Kata Kunci: Kemampuan menulis, anak SD, relokasi siosar.

INTRODUCTION

Indonesian language learning in primary school is one of the main

lessons that will provide the foundation for students' learning process. Besides

being the language of instruction in learning process in school, Indonesian

language is also the language of national unity and language whose position and

function is regulated in the laws of the unitary state of the Republic of Indonesia.

One aspect of language skills that is crucial in its role in generating

future generations that are intelligent, critical, creative, and culturally is writing

skills. By mastering writing skills, learners will be able to express their thoughts

and feelings intelligently according to the context and situation when he is

writing. Writing skills also give birth to a speech or utterance that is

communicative, clear, coherent, easy to understand and systematic. Especially

teachers who play a strategic role and position in learning both as a designer,

manager, and implementer of learning is expected to create conditions, and can

implement various learning strategies so that students feel happy and interested in

the learning process of Indonesian language.

In fact, writing skills in elementary school children of disaster victims in Siosar

relocation are very low. The results of the Siosar elementary school students are

far from expectations, the average score of writing ability is 58.25. Obstacles to

note the causes of low ability of children is a less precise learning techniques.

Classroom learning seems to focus on the teacher. Teachers in the classroom are

considered the main source of knowledge, without facilitating children with

learning media so that teaching tends to be conventional. So the creativity of

children in the learning process to be reduced either. Furthermore, another

constraint is that there are factors influenced by the occurrence of mountain

ISBN: 978-602-50622-0-9 237

Page 253: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

disaster sinabung so that children in relocation in siosar experiencing trauma and

limited facilities and supporting facilities in school.

The low level of writing ability of children, confirming that the moment

is needed a creative learning media, which can produce more meaningful learning

for students. One of the proper learning media, which can be used to improve

children's writing skills is the Big Book learning media. It is a great storybook,

both text and images, and has a simple, colorful text pattern. Teachers easily

attract students to focus on the reading or story to be written. Learning to write

with Big Books media can add to the excitement and joy of children in school

learning activities, so that children forget the trauma of the disaster they have

experienced and improve their writing skills. Thus, this study focuses on "The

Reading Capability of Primary School Children in Siosar Relocation".

METHOD

This research method is qualitative descriptive. The timing of the research

is carried out from June to August 2017. The research location at SDN No.

047175 Siosar Brand District Karo District of North Sumatra Province. This

location is an area of relocation of Sinabung disaster victims, is considered to

represent schools located in the suburbs of villages affected by the Sinabung

disaster. Source of data in this research is Sinabung relief children in Siosar

Relocation amounting to 39 people. The data were collected using several

techniques. The data collection techniques used by researchers are: test,

observation and field notes.

The research instrument is used to measure the extent to which Big Books

media play a role in improving children's writing skills. The tool used by

researchers as data collector is performance test. Researchers with teachers choose

to use performance tests because the measured aspect is the ability to write.

Students write one by one reading in Big Books. Meanwhile, teachers assess the

students who are writing. In the assessment, the teacher uses the grid of the initial

writing scoring instrument so that the results obtained are appropriate. The grid of

the assessment instrument is useful as a benchmark for teachers in grading

students objectively.

ISBN: 978-602-50622-0-9 238

Page 254: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

The success criteria of this research is marked by the improvement to the

better, both the learning done in the classroom and the learning atmosphere.

Indicator of this research is improvement of writing skill both from process and

result. The research is said to be successful if it meets the criteria as in the above

table that is 75% of students got value above KKM. The KKM in SD for the

subjects of the Indonesian language is 66.

DISCUSSION

Implementation of research done by giving pretest (preliminary test)

with aim to know student ability and difficulties experienced by student in

writing.

1) Preparation Phase

Before the literacy learning process, teachers prepare learning tools, among

others, to make: annual program and semester program, syllabus, and learning

implementation plan (RPP). Annual programs and semester programs have certain

components of competency standards (SK) and basic competencies (KD) that

must be achieved within a certain timeframe. Syllabus contains a decree that will

be developed by the teacher specifically, namely KD. Indonesian language and

literature learning SK developed in the aspect of language and literature. The

decree compiled in the syllabus includes four KDs, namely: reading, writing,

listening, and speaking. The translation of the decree is outlined in the form of

annual program and semester program, syllabus, and RPP. No less important

researchers to prepare the Big Book media that will be used as a medium of

learning in achieving innovative learning in an effort to improve the ability to read

and write students in grade I and II SD SDN 047175 Siosar, which is a disaster

victims sinabung in Siosar relocation.

2) Implementation Phase

The general purpose of literacy learning is to provide reading and

writing skills to students as a provision in the form of real experiences in reading

and writing. Therefore, the implementation of learning to read writing is

inseparable, in other words into one unity. The learning steps using Big Books

ISBN: 978-602-50622-0-9 239

Page 255: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

make it easier for teachers to teach. The steps of learning by using Big Books are

as follows:

Teachers who create Big Books themselves can create stories to be

written into Big Books. The story is a simple story that is suitable

for class I SD. It could also be a story that has been known to

students so they better understand the course of the story.

After making the story, the teacher can use poster paper, manila,

cardboard and cardboard for the front. Big Books is a big book, so

teachers have to draw story patterns on big paper

The teacher describes the series of stories on paper. Can also attach

clip art or pieces of images from used magazines. The image on the

front can be covered with a patchwork to look like a thick tale

book. The finished paper is drawn and then put together with a

regular spiral or bond so it is easy to turn back.

Big Books are used for teaching, teachers first show the front cover

and make students have a high curiosity. Teachers can ask what

students are observing on the cover of Big Books. Students then

raise their opinion with simple words. Teachers continue to

provoke students to increase their curiosity and focus on lessons.

Teachers can write on board the student's predictions about the

story content in Big Books.

Furthermore, the teacher starts reading the title and author's name

to add predictions from the students. It aims to make the classroom

look familiar with the open response. Teachers also associate the

knowledge that students have with the title Big Books.

The teacher begins to read the story aloud and expressively so that

students can focus on the story. The teacher also shows a picture

illustrated the story so that students know exactly how the story.

Students listen without interrupting to the end of the story.

The teacher asks how the content of the story he has read is

interesting or not. Students start expressing their reactions.

ISBN: 978-602-50622-0-9 240

Page 256: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

The teacher invites students to read together in a classical loud

voice. Master points to every word that is read.

The teacher tells the students to read the story in groups so that the

students really understand the story.

Teachers appoint students one by one to read. Reading over and

over can improve students' skills.

The teacher develops the ability to read and write children, by

instructing the child to rewrite the story that has been read, then

what is written the child retold the contents of the story in front of

the class.

The ability of children in writing is still low with the average value of

student learning outcomes 65.8 with a complete number of students as many as 18

people (56%) and unfinished 14 people (44%).

Menulis;

Percentage ofRatawriting-rata; ability 65,8

Menulis; Persentase;

53

Menulis; Jumlah

Siswa; 18

Writing Ability P = 17/32 x 100% = 53% (completed), average score

65,8 and number of students who can afford as many as 18 people. Thus the level

of ability of students in writing is still very low. Although there is an increase in

reading ability of this study but has not produced adequate results.

Furthermore, the percentage of observations at the time of teaching and

learning activities are: P = 23/26 x 100% = 63.88% and the rating category is less.

Thus it can be concluded that during the learning process took place 63.88% of

ISBN: 978-602-50622-0-9 241

Page 257: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

student activity has been running. However, it is necessary to make some

improvements on the parts that are considered still very less.

3) Evaluation Phase Based on the results implementation and observations made this study

the researcher conducted an evaluation of all activities of this study which results

are:

This study the percentage level of overall student is still considered low then it

needs to be improved by conducting research

This research researchers have not achieved the desired indicators in the learning

process.This study of students who actively express their opinions are still

relatively small.

CONCLUSION

The conclusion of this research is the application of big book media can improve

the writing ability of the victims of Sinabung mountain disaster in Siosar

Relocation. This can be seen from the percentage of classical completeness of

more than 75% which means that writing learning has been completed.

BIBLIOGRAPHY

Colville-Hall, Susan &Oconnor, Barbara. (2006). Using Big Book: A

StandarsBased Instructional Approach for Foreign Language Teacher

Candidate in a PreK-12 Program. Foreign Language Annals Vol. 39 Nomor

3. Hlm. 487-506.

Djiwandono, M Soenardi. 2008. Tes Bahasa Pegangan bagi Pengajar

bahasa.

Jakarta: PT. Indeks

Ismawati, Esti&Umaya, Faraz. 2012. BelajarBahasa di KelasAwal. Yogyakarta:

PenerbitOmbak.

ISBN: 978-602-50622-0-9 242

Page 258: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Lynch. (2008). A Guide For Using Big Books In The Classrom. Jurnal

Scholastic Canada

Nambiar, Mohana. (1993). Early Reading Instruction-Big Books in the ESL

Classroom. JurnalThe English Teacher (Vol XXII). Hlm. 1-7. Nana Sudjana

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Bandung:

Alfabeta.

Stenfri.2015.”Relokasi Permukiman Desa Suka Meriah Akibat Kejadian

Erupsi Gunungapi Sinabung Kabupaten Karo”. Skripsi. Fakultas

Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

USAID. 2014. Kemampuan menulis Kelas Awal di LPTK. Jakarta: USAID

ISBN: 978-602-50622-0-9 243

Page 259: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

AKTUALISASI DIRI GURU PROFESIONAL DALAM

PENGEMBANGAN KARIR GURU MELALUI KINERJA

MENGAJAR GURU

Sri Lestari Siregar43

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Hasrat individu untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan

potensi yang dimilikinya.Atau, hasrat individu untuk menyempurnakan

segenap potensi yang dimilikinya. Profil guru yang sukses atau berhasil

dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, ialah ketika dalammengajar

ia dapat menunjukkan kapabilitasnya(kemampuan merumuskan tujuan,

kemampuan menguasaibahan, mengelola program pembelajaran dan

kemampuan-kemampuan lainnya) dengan baik kepada subjek

belajarsehingga tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, baik TIK(Tujuan

Instruksional Khusus) maupun TIU (Tujuan Instruksinal Umum)-nya dapat

dicapai dengan baik oleh anak didik. Oleh karena itu, akan terjalin

pengembangan karier (career development) menuntut seseorang untuk

membuat keputusan dan mengikatkan dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan

karier. Guru menurut Lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007 meliputi

kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Standar

kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi

utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional.Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Kata Kunci: Aktualisasi diri, guru profesional, pengembangan karir guru, kinerja mengajar guru.

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

danmembentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangkamencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

pesertadidik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

YangMaha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadiwarga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai

butir-butirtujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan

yangmemadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua

aspekyang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh

positifbagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas

pendidikan.

Program PascasarjanaUniversitasNegeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 244

Page 260: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan

Nasional, maka semakin kuatlah alasan pemerintah dalam melibatkanmasyarakat

dalam pengelolaan lembaga pendidikan pada jenjang pendidikan dasardan

menengah. Keterlibatan masyarakat tersebut mencakup beberapa aspek

dariperencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan

(UUNo. 20 Th. 2003, pasal 8), termasuk berkewajiban memberikan dukungan

sumberdaya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Hal itu dapat dilihat dari kompetensi yang melekat pada diri guru yang

profesional (professional attributes). Professional attributesmerupakan

kompetensi guru yang berkaitan dengan karakteristik sikap dan perilaku yang

melekat pada diri guru yang profesional. Kompetensi ini penting dalam rangka

melaksanakan proses pembelajaran yang humanis, komunikasi yang efektif

dengan siswa, kolega dan orang tua siswa. Professional attributes memberikan

pondasi nilai-nilai, keyakinan dan keterampilan untuk mengambil keputusan-

keputusan dan tindakan guru dalam melaksanakan tugas pekerjaan mereka sehari-

hari.

Dalam upayanya untuk berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran,

seorang guru tidak hanya ditutunt mahir dalam ilmu pengetahuan tersebut, tetapi

juga ia harus mahir dalam merumuskan tujuan pembelajaran, baik itu tujuan

pembelajran umum (TIU) maupun tujuan pembelajaran khsusus (TIK). Berhasil

dan tidaknya suatu pembelajaran dapat dilihat melalui tercapainya tujuan

pembelajaran khusus. Bila tujuan pembelajaran khusus saja tidak tercapai, maka

sudah barang tentu tujuan pembelajaran umum juga tidak tercapai.

Hal itu dapat dilihat dari kinerja guru tersebut. Yang dimaksud dengan

kinerja adalah tampilan perilaku guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai

seorang pendidik yang tentu memiliki latar belakang yang relefan dengan tugas

yang dihadapai dan hubungannya interaksi dengan lingkungan.Profil guru yang

sukses atau berhasil dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, ialah ketika

dalam mengajar ia dapat menunjukkan kapabilitasnya (kemampuan merumuskan

tujuan, kemampuan menguasai bahan, mengelola program pembelajaran dan

kemampaunkemampuan lainnya) dengan baik kepada subjek belajar sehingga

tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, baik TIK (Tujuan Instruksional Khusus)

maupun TIU (Tujuan Instruksinal Umum)-nya dapat dicapai dengan baik oleh

anak didik. Untuk mewujudkan niat baik yang tertuang di dalam Undang-

UndangNomor 20 Tahun 2003 tersebut perlu adanya komitmen dari berbagai

pihak,terutama pemerintah dalam mengakomodasikan keinginan para guru

dalampengembangan karier sesuai dengan Pasal 40 ayat (1).c. pembinaan karier

sesuaidengan tuntutan pengembangan kualitas.

PEMBAHASAN

Aktualisasi Guru Menurut Abraham Harold Maslow bahwa self actualization concept

(konsep aktualisasi diri) adalah hasrat individu untuk menjadi orang yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 245

Page 261: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

sesuaidengan keinginan dan potensi yang dimilikinya. Atau, hasrat individu

untukmenyempurnakan segenap potensi yang dimilikinya. Profil guru yang sukses

atau berhasildalam proses pencapaian tujuan pembelajaran, ialah ketika dalam

mengajar ia dapatmenunjukkan kapabilitasnya (kemampuan merumuskan tujuan,

kemampuan menguasaibahan, mengelola program pembelajaran dan

kemampaunkemampuan lainnya) dengan baikkepada subjek belajar sehingga

tujuan-tujuan yang telah dirumuskan, baik TIK (TujuanInstruksional Khusus)

maupun TIU (Tujuan Instruksinal Umum)-nya dapat dicapai denganbaik oleh

anak didik.

B. Kompetensi yang melekat pada diri guru profesional (professional

attributes)

Professional attributes merupakan kompetensi guru yang berkaitan dengan

karakteristik sikap dan perilaku yang melekat pada diri guru yang profesional.

Kompetensi ini penting dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran yang

humanis, komunikasi yang efektif dengan siswa, kolega dan orang tua siswa.

Professional attributes memberikan pondasi nilai-nilai, keyakinan dan

keterampilan untuk mengambil keputusan-keputusan dan tindakan guru dalam

melaksanakan tugas pekerjaan mereka sehari-hari. Komponen professional

attributes secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Komponen professional attributes

Kompetensi pengetahuan profesional (professional knowledge)

Kompetensi pengetahuan professional didasarkan pada pandangan bahwa

pengetahuan guru tentang kurikulum, materi pelajaran, pedagogi, pendidikan

terkait perundang-undangan dan konteks pengajaran khusus adalah dasar dari

pengajaran yang efektif. Tujuan dan isi dari kompetensi pengetahuan profesional

adalah:

memahami tujuan, sifat dan penggunaan berbagai strategi penilaian memahami bahwa belajar siswa dipengaruhi oleh perkembangan, pengalaman,

kemampuan, minat, bahasa, keluarga, budaya dan masyarakat mengetahui konsep-konsep kunci, isi dan proses penelitian yang relevan memahami hukum dan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan

persekolahan mendukung kebijakan pemerintah dalam kaitan dengan penyelenggaraan

sekolah

Kompetensi praktik profesional (professional practice) Kompetensi praktik profesional terdiri dari lima dimensi dan tiga phase.

Lima dimensi menggambarkan tanggung jawab profesional utama dan tindakan

guru melakukan dalam kehidupan profesional mereka. Dimensi-dimensi ini

interkoneksi satu sama lain dan secara kolektif berkontribusi terhadap efektifitas

ISBN: 978-602-50622-0-9 246

Page 262: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

guru. Dimensi dan phase-phase tersebut menggambarkan kewenangan guru

terlepas dari masa kerja mereka. Profesionalitas guru ditunjukkan oleh aktualisasi

lima dimensi. Tetapi tidak harus berada pada semua phase. Phase 1, 2 dan 3 tidak

menggambarkan urutan proses, melainkan sekedar pemetaan tentang posisi

seorang guru berdasarkan karakteristik dan kebutuhan siswanya. Dimensi 1 dan 2

berkaitan dengan praktik pembelajaran. Sedangkan dimensi 3, 4 dan 5 berkaitan

dengan lingkungan kerja yang mendukung pembelajaran yang efektif. Dimensi-

dimensi dan phase-phase kompetensi guru dapat dicermati dari Tabel 2 berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 247

Page 263: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sedangkan kompetensi guru menurut Lampiran Permendiknas No 16

Tahun 2007 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi

sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat

kompetensiutama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan

profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

ISBN: 978-602-50622-0-9 248

Page 264: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Komponen kompetensi dan kompetensi utama guru tergambar dalam Tabel 3

berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 249

Page 265: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pengembangan Karier Guru Dengan diterapkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

tentangOtonomi Daerah menuntut pula dilakukannya desentralisasi pendidikan.

Sebagaisesuatu yang baru maka desentralisasi pendidikan memunculkan

permasalahan dikalangan masyarakat, baik itu birokrat, anggota dewan legislatif,

para pakarataupun masyarakat awam. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan di

Indonesiatidaklah semudah membalikkan tangan. Akan tetapi banyak kendala-

kendala yang

dihadapi. Terutama kesiapan daerah dalam menerima pelimpahan

pengelolaanaspek-aspek pendidikan. Sehingga masing-masing daerah

melaksanakandesentralisasi pendidikan sebatas kemampuan menginterpretasikan

konsep-konsep

desentralisasi pendidikan tersebut.

Adapun aspek-aspek utama yang harus diperhatikan terangkum

dalamrangkaian tulisan yang berjudul Decentralization of Education, yang

diterbitkanoleh Worldbank (Politics and Consensus, Community Financing,

Demand-Side

Financing, Legal Issues, dan Teacher Management).Aspek utama yang

bersentuhan langsung dengan nasib para guru adalahTeacher Management

ISBN: 978-602-50622-0-9 250

Page 266: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

(Manajemen Guru). Menurut Worldbank (1998: 20)disebutkan bahwa guru juga

mempunyai kesempatan promosi (peningkatan).Struktur karier bagi guru pada

pendidikan dasar berbentuk piramida. Promosiguru selalu berarti bahwa kerja

guru beralih ke bidang administrasi danmeninggalkan tugasnya sebagai pengajar

di kelas. Pola semacam itu mempunyaiefek negatif terhadap moral guru dan

menurunkan kualitas hasil pengajarankarena guru yang senior memperoleh

promosi bukan sebagai guru, melainkansebagai tenaga administrasi.

Secara harafiah pengertian pengembangan karier (career

development)menuntut seseorang untuk membuat keputusan dan mengikatkan

dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan karier. Pusat gagasan dalam pengembangan

karier ialah waktu, yang dipengaruhi cost and benefit. Cost and benefit ini

selaludipertimbangkan dalam memilih pekerjaan, apa kerjanya, apa organisasinya,

danapa untung ruginya (Sigit : 2003). Sedangkan pengertian pengembangan

kariersecara awam adalah peningkatan jabatan yang didasarkan pada prestasi,

masakerja, dan kesempatan. Dengan mengacu pada pengertian awam tersebut

makapengembangan karier bagi guru perlu diupayakan oleh pihak-pihak

yangberkepentingan, yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Menurut Worldbank, terjadi kerancuan tentang pengembangan karier

bagiguru. Selama ini pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai

pengalihantugas-tugas guru yang tadinya sebagai pengajar berubah menjadi

administrator(tenaga adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan dengan

tujuan semula.Oleh karena itu menurut tulisan tersebut pengembangan karier bagi

guru diartikandengan tambahan kewenangan bagi guru selain tugas pokoknya

sebagai pengajar(pendidik). Jadi, walaupun seorang guru mempunyai/naik jabatan

mendudukijabatan struktural tertentu akan tetapi tugas pokoknya sebagai

pengajar/pendidiktetap menjadi tanggung jawabnya.

SIMPULAN

Guru dituntut untuk selalu dinamis mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi, dan informasi. Sebagai pendidik, sudah seharusnya guru

harus belajar seumur hidup (long life education). Oleh karena itu, guru harus

membangun dan mengembangkan dirinya, sehingga dia mampu menjadi pencetus

”teori-teori” baru dalam konteks pembelajarannya untuk peningkatan mutu

pendidikan. kompetensi guru menurut Lampiran Permendiknas No 16 Tahun 2007

meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan

kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Standar

kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama,

yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat

kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

Selama ini pengembangan karier bagi guru diartikan sebagai pengalihan

tugas-tugas guru yang tadinya sebagai pengajar berubah menjadi administrator

(tenaga adminstrasi). Tentu saja hal tersebut berseberangan dengan tujuan semula.

ISBN: 978-602-50622-0-9 251

Page 267: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Oleh karena itu menurut tulisan tersebut pengembangan karier bagi guru diartikan

dengan tambahan kewenangan bagi guru selain tugas pokoknya sebagai pengajar

(pendidik).

DAFTAR RUJUKAN

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

BumiAksara.

Mawadi. Jurnal: Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru Profesional di

Indonesia dan Australia Barat.

Sigit, Suhardi. 2003.Perilaku Organisasional. Yogyakarta: BPFE-UST.

Sudarwanto. 2009. Jurnal: Pengembangan Karier Guru.

Syarief, Ikhwanuddin, dkk. 2002. Pendidikan untuk Masyarakat IndonesiaBaru.

Jakarta: PT Grasindo.

ISBN: 978-602-50622-0-9 252

Page 268: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

TANGGAPAN GURU BAHASA INDONESIA TERHADAP MASALAH

PEMBELAJARAN SASTRA DAN UPAYA MENGATASINYA

DI SMP WIRA KARYA MANDIRI TANJUNG SELAMAT

Susi Yanti Br Sinuraya44

Surel:[email protected].

ABSTRAK Tujuan Penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi problematika

guru Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra di SMP Wira

Karya Mandiri Tanjung Selamat dan (2) mendeskripsikan tanggapan

guru Bahasa Indonesia dalam upaya mengatasi problem

pembelajaran sastra di SMP Kabupaten Sukoharjo. Data dalam

penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari guru Bahasa

Indonesia, sedangkan sumber data dalam penelitian ini adalah guru

Bahasa Indonesia di SMP Wira Karya Mandiri Tanjung Anom. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah angket, dilanjutkan proses

wawancara. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis

data model analisis interaktif. Hasil yang diperoleh yaitu: (1) hanya

berorientasi pada teks, (2) hanya bersifat teori, (3) keterbatasan

waktu dalam proses diskusi, (4) peserta didik tidak tertarik dengan

pembelajaran sastra, (5) pengetahuan sastra terbatas, (6) motivasi

belajar rendah, (7) rasa malas berkarya sendiri, (8) kreativitas dan

minat baca kurang, (9) anggapan bahwa sastra tidak penting, (10)

tidak adanya ujian praktik.

Kata Kunci: Tanggapan, Guru Bahasa Indonesia, Masalah

Pembelajaran Sastra,Upaya mengatasi SMP.

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa dan pembelajaran sastra adalah dua pembelajaran yang

penting dan tidak bisa dipisahkan. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh

Muslimin (2011: 2) yang menjelaskan bahwa hubungan bahasa dengan Sastra

Indonesia pada dasarnya serupa dua sisi mata sekeping uang logam. Keduanya

saling ketergantungan, tidak dapat dipisahkan atau berdiri sendiri.Pembelajaran

bahasa dalam prosesnya memang sudah berjalan dengan begitu baik, namun fakta

ini bertolak belakang dengan kondisi pembelajaran Sastra Indonesia di

SMP.Pembelajaran sastra sering diabaikan bahkan seakanakan sama sekali tidak

tersentuh oleh guru. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Muslimin,

Muslimin (2011: 7) menjelaskan bahwa Problem klasik yang selama ini

menggangu semangat belajar siswa ada empat, yaitu (1) keseragaman kurikulum,

pembelajaran yang berpusat pada guru, (3) beban administrasi guru yang

tinggi, dan (4) jumlah siswa dalam satu kelas terlalu besar perlu dicarikan solusi,

44Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

ISBN: 978-602-50622-0-9 253

Page 269: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

fakta bahwapembelajaran sastra Indonesia terabaikan disebabkan oleh banyak

faktor yangmelatarbelakanginya.

Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan dalam mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran

pada hakikatnya adalah perubahan perilaku siswa baik perubahan perilaku dalam

bidang kognitif, afektif maupun psikomotorik (Sanjaya, 2011: 28). Sebuah

pembelajaran tentu memiliki komponen-komponen yang ada di dalamnya untuk

menunjang keberhasilan tercapainya tujuan pembelajaran yang baik. Menurut

Suyanto dan Djihad Hisyam (2000: 81), komponen-komponen tersebut antara lain

yaitu tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode pembelajaran, media

pembelajaran, guru dan pendidik, siswa, serta penilaian dan evaluasi.Tujuan

tersebut senada dengan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 yang menyebutkan

bahwa pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk menikmati dan

memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi

pekerti, meningkatkan kemampuan berbahasa. Siswa pun juga diarahkan untuk

dapat menghargai dan membanggakan hasil karya sastra Indonesia sebagai

khasanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Generasi muda yang seharusnya mempunyai jiwakreativitas yang tinggi dan

mampu menciptakan inovasi baru menjadi terhambatkarena daya kreativitas yang

dimiliki tidak berkembang bahkan semakin lamasemakin buruk dan semakin

hilang.Guru dalam hal inimerupakan salah satu faktor penentu perkembangan

dunia kesastraan Indonesiadan juga menjadi salah satu faktor penentu

keberlangsungan pembelajaran sastradi SMP di masa yang akan datang.

Pembelajaran sastra semakin baik atausemakin terpuruk, itu semua tergantung

dari guru sebagai seorang pendidik.Faktanya, problematika pembelajaran sastra di

sekolah sebagian

besarterjadikarenagurubahasadansastradisekolahyangkurangmenumbuhkembangk

an minat dan kemampuan peserta didik dalam hal sastra.Hal ini, terbukti para

peserta didik tidak diajarkan untuk mengapresiasi ataumemahami dan menikmati

teks-teks sastra yang sesungguhnya, tetapi hanyasekedar menghafalkan nama-

nama sastrawan beserta hasil karyanya saja. Oleh karena itu, perlu adanya

peningkatan kualitas guru matapelajaran bahasa dan sastra Indonesia, agar

nantinya pembelajaran sastra ke depanlebih baik lagi dan tidak lagi seakan

diabaikan peranan penting guna menciptakan guru-guru sastra yang berkualitas

perlu adanyapembahasan lebih lanjut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tempat dalam

Penelitian ini yaitu di Sekolah Menengah Pertama (SMP) yayasan wira karya

mandiri tanjung selamat medan. Data dalam penelitian ini adalah pendapat yang

diperoleh dari guru Bahasa Indonesia mengenai problematika pembelajaran sastra.

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia di SMP yayasan

ISBN: 978-602-50622-0-9 254

Page 270: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

wira karya mandiri tanjung selamat medan. Penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yaitu quisioner atau angket, yang dilanjutkan teknik

wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis

interaktif.Keabsahan data dalam penelitian ini, dilakukan menggunakan

triangulasi. Triangulasi menurut Moleong (2014: 330) adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian ini,

menggunakan teknik triangulasi sumber. Teknik triangulasi sumber yaitu dengan

cara menanyakan kembali pertanyaan yang sama kepada narasumber dengan

menggunakan instrumen/alat berbeda.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian ini menemukan enam

aspek atau kelompok problematika yang dihadapi guru dalam pembelajaran sastra

di SMP Kabupaten Sukoharjo. Keenam aspek atau kelompok problematika

tersebut yaitu problem guru Bahasa Indonesia terkait dengan kurikulum, materi

dan bahan ajar sastra, proses pembelajaran, peserta didik, sarana dan prasarana,

serta problem terkait proses penilaian dan evaluasi. Keenam aspek problem

tersebut menemukan ada sedikitnya 20 permasalahan yang dihadapi oleh guru

Bahasa Indonesia dalam pembelajaran sastra. Hasil penelitian juga menemukan

bahwa berdasarkan problem yang guru hadapi dalam pembelajaran sastra tersebut,

tanggapan yang diberikan guru menjadi berbeda-beda terkait masing-masing

problem pembelajaran sastra yang dihadapi.

Problematika Guru Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Sastra Materi Sastra Lebih Sedikit Dibandingkan Materi Bahasa

Jika dilihat dalam KI dan KD permasalahan ini memang benar terjadi, hal

ini dibuktikan dengan materi bahasa yang ada yaitu materi tentang teks hasil

observasi, tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, ulasan, cerita

prosedur, dan cerita biografi, teks eksemplum, tanggapan kritis, dan

rekaman percobaan. Berbeda dengan materi bahasa yang cukup banyak

tersebut, di dalam KI dan KD pada kurikulum 2013 materi sastra yang ada

hanya ada dua yaitu materi tentang cerpen dan fabel (lihat KI dan KD

Kurikulum 2013). Pembelajaran Sastra Hanya Berorientasi Pada Teks

Permasalahan ini tidak relevan dengan kompetensi dasar yang ada di dalam

kurikulum yaitu terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan peserta

didik mengidentifikasi, mengklasifikasi atau menganalisis, dan menulis

ulang sebuah karya sastra (lihat KI dan KD kurikulum 2013). Pemberian Alokasi Waktu yang Kurang

Jika dilihat berdasarkan peraturan perundang-undangan, alokasi waktu bagi

pelajaran bahasa Indonesia sudah cukup banyak yakni 6 jam pelajaran Fakta

tersebut hampir meruntuhkan pendapat bahwa alokasi waktu yang diberikan

ISBN: 978-602-50622-0-9 255

Page 271: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

tidak memadai, karena apabila dilihat pelajaran bahasa Indonesia terbagi

menjadi dua pembelajaran yakni pembelajaran bahasa dan sastra, sehingga

alokasi waktu terpecah menjadi dua bagian.

Materi Sastra Belum Dibahas Secara Khusus dalam Pembelajaran Sastra

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya terkait dengan pembelajaran sastra

yang hanya berorientasi pada teks, permasalahan ini belum terbukti

kebenarannya. Materi sastra anggapan guru memang belum dibahas secara

khusus, dan hanya bersifat umum saja. Akan tetapi, pada kenyataannya jika

dilihat dalam KI dan KD dalam kurikulum 2013, pembelajaran sastra yang

tercantum diminta untuk dibahasa secara khusus. Porsi Materi Bahasa dan Sastra Kurang Seimbang

Bukan hanya porsi alokasi waktu yang kurang seimbang, tetapi juga porsi

bahan ajarnya pun tidak seimbang. Pasalnya porsi materi bahasa dan

sastranya terlihat kurang seimbang, materi sastra yang ada hanya materi

tentang cerpen dan fabel. Berbeda dengan materi sastra yang sedikit, banyak

materi bahasa yang ada, di antaranya materi tentang teks hasil observasi,

tanggapan deskriptif, eksposisi, eksplanasi, ulasan, cerita prosedur, dan

cerita biografi, teks eksemplum, tanggapan kritis, dan rekaman percobaan

(lihat KI dan KD Kurikulum 2013). Jika kita cermati lebih lanjut dan kita

bandingkan maka ditemukan bahwa porsi materi sastra dan bahasa adalah 2

banding 8, yang artinya 20% untuk materi sastra dan 80% untuk materi

bahasa. Pembelajaran Sastra Hanya Bersifat Teori Sehingga Kurang Menarik

Permasalahan ini belum relevan dengan keadaan sebenarnya. Apabila

dicermati kembali, dalam pembelajaran sastra terdapat kompetensi untuk

menganalisis dan mengidentifikasi sebuah karya sastra. Menarik atau

tidaknya pembelajaran sastra tergantung bagaimana metode yang guru

gunakan dalam menyampaikan pembelajaran sastra kepada peserta didik.

Oleh karena itu, tidak serta merta pembelajaran sastra disalahkan, tetapi

faktor guru juga menentukan. Kurangnya buku-buku Materi untuk Menunjang Pembelajaran Sastra

tanggungjawab dari pihak dinas pendidikan maupun pihak sekolah harusnya

lebih peka terhadap permasalahan ini. Buku-buku yang disediakan harusnya

buku yang mampu menunjang pembelajaran, bukan hanya sebagai bahan

bacaan saja. Boleh saja jika buku-buku yang ada sebagai bahan bacaan,

namun alangkah lebih baik jika buku-buku yang ada juga digunakan sebagai

penunjang pembelajaran.

Keterbatasan Waktu dalam Proses Pembelajaran Diskusi, Tim, atau

Kelompok

pemberian alokasi waktu bagi pelajaran bahasa Indonesia sebenarnya sudah

cukup banyak dibandingkan pelajaran-pelajaran lainnya. Akan tetapi dalam

ISBN: 978-602-50622-0-9 256

Page 272: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

prosesnya, pembelajaran sastra kekurangan waktu. Di sisi lain, proses

diskusi, tim, maupun kelompok memang membutuhkan waktu yang cukup

banyak.

Peserta Didik Tidak Tertarik dengan Pembelajaran Sastra

Olivia (2009: 77) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa dalam proses

pembelajaran siswa terkesan pasif, itu dikarenakan siswa sendiri yang tidak

tertarik dengan materi yang diajarkan. Berbanding terbalik dengan temuan

peneliti, permasalahan ini menurut peneliti kurang relevan, sebab

berdasarkan hasil wawancara pada peserta didik, sebenarnya peserta didik

tertarik dengan pembelajaran sastra. Akan tetapi, cara guru dalam

menyampaikan pembelajaran yang terkesan monoton dan biasa-biasa saja

menjadikan peserta didik kurang tertarik dengan pembelajaran sastra. Terbatasnya Pengetahuan Tentang Sastra

sedikitnya materi sastra yang harus diajarkan membuat peserta didik

menjadi kekurangan pengetahuan tentang sastra. Oleh karena itu, guru

menjadi faktor banyak sedikitnya pengetahuan peserta didik tentang sastra.

Guru harusnya yang memperbanyak pengetahuan kesastraan peserta didik

dengan cara menambahkan materi-materi sastra sendiri ke dalam

pembelajaran. Motivasi Belajar Siswa Tentang Sastra yang Rendah

Motivasi belajar siswa yang rendah ini merupakan dampak dari terbatas

pengetahuan peserta didik tentang sastra itu sendiri. Karena apabila peserta

didik memiliki banyak pengetahuan tentang sastra tentu mereka akan lebih

tertarik dengan pembelajaran sastra. Hasilnya, peserta didik menjadi lebih

termotivasi dalam memperdalam pengetahuan tentang sastra. Rasa malas untuk mencoba berkarya sendiri, Kreativitas siswa dan Minat membaca buku sastra kurang, Siswa menganggap bahwa sastra itu tidak penting, dan Siswa kesulitan merangkai kata-kata dan menuangkannya dalam tulisan. Media pembelajaan sastra masih terbatas, Kurang lengkapnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah Tidak Adanya Ujian Praktik Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Untuk Penilaian Praktik Guru Terbentur Waktu Jam Pelajaran

Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa memang alokasi waktu

sebenarnya sudah cukup banyak dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran

lain. Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri kegiatan praktik memang

membutuhkan banyak waktu, dari mulai pengkondisian kelas sampai harus

mengkondisikan peserta didik sendiri yang acap kali susah untuk diatur.

Sehingga guru menjadi kesulitan dalam melakukan penilaian praktik dalam

pembelajaran sastra. Akhirnya, guru meminta siswa untuk melakukan

kegiatan praktik dalam pembelajaran sastra di luar jam pelajaran.

ISBN: 978-602-50622-0-9 257

Page 273: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Format Penilaian yang Belum Seragam

Ketidakseragaman ini memang beralasan, karena dalam penilaian praktek

seperti cerpen dan puisi guru terkadang bingung cara menentukan nilainya.

Oleh karena itu, perlu adanya pembenahan mengenai format penilaian dan

evaluasi dalam pembelajaran sastra. Sehingga guru dalam menilai juga

menjadi objektif dan tidak bergantung pada perasaan serta pandangan guru

saja. Tanggapan Guru dalam Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran

Mencari dan menambah sendiri materi-materi sastra untuk memperjelas

materi sastra yang tercantum pada kurikulum, dari internet atau buku-buku

yang lain. Mengajar hanya sesuai dengan kurikulum saja.

Menyarankan pada pemerintah untuk menambah alokasi waktu untuk

pembelajaran sastra.

Menambah sendiri materi-materi sastra untuk memperjelas materi sastra

yang tercantum pada kurikulum, dari internet, dan menyelipkan materi-

materi sastra yang lain walaupun tidak ada dalam silabus atau rpp untuk

sekadar menambah wawasan dan membangun konteks perserta didik. Penambahan porsi pembelajaran sastra sehingga lebih seimbang.

Mengubah penyampaian materi pembelajaran sastra dalam bentuk

penyampaian yang menarik.

Guru lebih aktif dan kreatif mencari materi atau bahan ajar yang lain, dan

menambah buku-buku sastra, dan guru mengarahkan peserta didik dan

menambahkan sendiri unsur-unsur yang menunjang materi atau

pembelajaran sastra.

Karena keterbatasan waktu, guru mengatasinya dengan melakukan

penugasan kepada peserta didik di luar jam pelajaran.

Mengajak peserta didik untuk berlatih praktik membuat karya sastra dan

mengembangkan kreativitas.

Peserta didik diberi pembelajaran tentang sastra secara berjenjang dan

berkesinambungan, agar pembelajaran sastra dapat terus berlanjut. Meningkatkan motivasi belajar sastra peserta didik.

Membiasakan peserta didik lebih kreatif dan guru memberikan contoh

terlebih dahulu. Meningkatkan minat baca peserta didik.

Mengubah metode dan teknik pembelajaran agar peserta didik lebih tertarik

dengan pembelajaran sastra.

Menyuruh peserta didk mencari materi sastra sendiri di internet atau

meminjam buku di perpustakaan umum atau sekolah.

ISBN: 978-602-50622-0-9 258

Page 274: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Mengusulkan sekolah untuk menyediakan media pembelajaran, sarana, dan

prasarana yang memadai, jika tidak menggunakan media pembelajaran

seadanya saja.

Mengusahakan secara pribadi, mencari buku online di internet atau membeli

buku atau novel sebagai medianya.

Ujian atau penilaian cukup penilaian tertulis karena ukurannya hanya nilai

UN saja.

Hanya memberikan nilai seadanya, hanya dalam bentuk pembacaan naskah,

puisi, cerpen, novel, drama.

Guru membuat format penilaian sendiri atau mencari sendiri di internet,

sesuai dengan jenis sastra yang diambil nilainya dalam pembelajaran.

Guru seharusnya memiliki kedudukan, tujuan, dan fungsi, sesuai dengan

undang-undang guru dan dosen (Kemendikbud, 2005) yang menjelaskan

bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi

warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena itu,

apapun yang terjadi seorang guru harus selalu mengutamakan kedudukan

dan fungsinya sebagai seorang pendidik yang profesional.

SIMPULAN

Problematika Guru Bahasa Indonesia dalam Pembelajaran Sastra (1) materi-

materi sastra lebih sedikit dibandingkan materi sastra, (2) pembelajaran sastra

hanya berorientasi pada teks, (3) pemberian alokasi waktu yang kurang, (4)

materi sastra dibahas secara khusus dalam pembelajaran sastra. Materi sastra

hanya untuk membangun konteks saja, yang dibahas hanya sastra secara

umum, (5) porsi materi bahasa dan sastra kurang seimbang, (6) pembelajaran

sastra hanya bersifat teori saja sehingga terkesan kurang menarik, (7)

kurangnya buku-buku materi untuk menunjang pembelajaran sastra, (8)

keterbatasan waktu dalam proses pembelajaran diskusi, tim, atau kelompok, (9)

peserta didik tidak tertarik dengan pembelajaran sastra, (10) terbatasnya

pengetahuan tentang sastra, (11) motivasi belajar siswa tentang sastra yang

rendah, (12) rasa malas untuk mencoba berkarya sendiri karena beranggapan

pelajaran sastra semua serba sulit, (13) kreativitas siswa dan minat membaca

buku sastra kurang, (14) siswa menganggap bahwa sastra itu tidakpenting, (15)

siswa kesulitan merangkai kata-kata dan menuangkannya dalam bentuk tulisan,

(16) media pembelajaan sastra masih terbatas, (17) kurang lengkapnya sarana

dan prasarana yang ada di sekolah, (18) tidak adanya ujian praktik mata

pelajaran bahasa Indonesia, (19) untuk penilaian praktik guru terbentur waktu

ISBN: 978-602-50622-0-9 259

Page 275: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

jam pelajaran, (20) format penilaian yang belum seragam, sehingga kadang

guru menilai hanya menyesuaikan jenis sastra yang dibelajarkan.

Tanggapan Guru dalam Upaya Mengatasi Problematika Pembelajaran(1)

menambah sendiri materi sastra dari internet atau buku lain, (2) mengajar hanya

sesuai dengan kurikulum, (3) menyarankan pemerintah untuk menambah alokasi

waktu, (4) menambah sendiri materi-materi sastra untuk memperjelas materi sastra

dan menyelipkan materi-materi sastra yang lain walaupun tidak ada dalam silabus

atau rpp, (5) penambahan porsi pembelajaran sastra, (6) mengubah penyampaian

materi pembelajaran sastra, (7) guru lebih aktif dan kreatif mencari materi atau

bahan ajar yang lain dan menambah bukubuku sastra, dan guru mengarahkan

peserta didik, (8) keterbatasan waktu, guru mengatasinya dengan penugasan pada

peserta didik di luar jam pelajaran, (9) mengajak peserta didik untuk berlatih

praktik dan mengembangkan kreativitas,

diberi pembelajaran sastra secara berjenjang dan berkesinambungan, (11)

meningkatkan motivasi belajar, (12) membiasakan peserta didik kreatif dan

guru memberikan contoh terlebih dahulu, (13) meningkatkan minat baca, (14)

mengubah metode dan teknik pembelajaran, (15) menyuruh peserta didk

mencari materi sastra sendiri di internet atau meminjam buku di perpustakaan,

mengusulkan sekolah untuk menyediakan media pembelajaran, sarana,

dan prasarana yang memadai, (17) mengusahakan secara pribadi, mencari buku

online di internet atau membeli buku atau novel sebagai medianya, (18)

penilaian cukup tertulis karena ukurannya hanya nilai UN, (19) memberikan

nilai seadanya, dan (20) guru membuat format penilaian sendiri.

DAFTAR RUJUKAN Kemendikbud. 2005. Undang-undang Guru dan Dosen. Jakarta:

Kemedikbud.Diakses. 14 oktober 2017. www.jurnal.com.

Muslimin. 2011. Perlunya Inovasi dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia: Solusi Mengatasi Problem Klasik Pengajaran Bahasa dan

Sastra di Sekolah. Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, Issn 2088-6020, Vol.

1, No. 1.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Olivia Vita, Egga. 2009. Keefektifan Penggunaan Media “Kartu Kerja”

Terhadap Kemampuan Menulis Puisi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2

Tulung Klaten Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Surakarta: Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 260

Page 276: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sanjaya, Wina. 2011. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Suyanto, & Djihad, Hisyam. 2000. Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia

Memasuki Millenium III. Yogyakarta: Adi Cita.

ISBN: 978-602-50622-0-9 261

Page 277: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN

MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIKA SISWA

SMP

SULTAN ISKANDAR MUDA

Hernita Permata Sari45

, Budi Halomoan Siregar2

Surel: [email protected] [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX SMP Sultan

Iskandar Muda T.A 2017/2018 yang berjumlah 39 orang. Penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa

dengan penerapan pembelajaran matematika realistik pada pokok bahasan

kekongruenan dan kesebangunan. Jenis penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus. Data diperoleh melalui

interview, observasi, dan tes tertulis. Teknik analisis data dilakukan melalui

tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penarikan kesimpulan.

Data yang diperoleh direduksi dengan mengelompokkan kemudian

mengorganisasikannya sehingga diperoleh informasi yang bermakna.

Setelah direduksi, kemudian data dipaparkan secara sederhana dalam

bentuk paparan naratif, grafik, dan tabel, yang bertujuan untuk

menggambarkan secara jelas mengenai proses dan hasil tindakan. Paparan

informasi yang didapat kemudian dibandingkan dengan indikator-indikator

keberhasilan yang digunakan dan selanjutnya dilakukan penarikan

kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan

kemampuan representasi matematika siswa setelah menerapkan pendekatan

pembelajaran matematika realistik pada materi kekongruenan dan

kesebangunan.

Kata kunci: Pendekatan matematika realistik, PTK, kekongruenan dan

kesebangunan.

Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan

Matematika FMIPA Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 262

Page 278: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Abstract

This research was conducted on 39 students of class IX

SMP Sultan Iskandar Muda in academic year 2017/2018. This research

aims to improve the ability of mathematical representation by applying

realistic mathematical approach to the material of congruence and

kesebangunan. This type of research is a classroom action research (PTK),

which consists of two cycles. Data obtained through interviews,

observations, and written tests. Data analysis technique is done through

three stages, namely: reducing data, exposing data, and drawing

conclusions. The data obtained is reduced by grouping and then organizing

it to produce meaningful information. Furthermore, the data is presented in

a simple form of narrative, graphics, and tables.The information obtained is

then compared with the success indicators used and then the conclusion is

drawn. The results of this study indicate an increase in the ability of

students' mathematical representation after applying realistic mathematical

approach to the material of congruence and kesebangunan.

Keywords: realistic mathematical approach, CAR, congruence.

PENDAHULUAN

Kualitas pembelajaran disekolah merupakan suatu proses yang

sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Kualitas dalam pembelajaran

perlu dievaluasi dan diberikan tindakan agar dapat prosess pembelajaran dikelasb

dapat mencapai tujuan pembelajaran. Namun kenyataannya di sekolah sejauh ini

dalam praktiknya pembelajaran di kelas belum serius dikembangkan untuk

memperbaiki kualitas pembelajaran tersebut terutama pada pembelajaran

matematika. Hal ini dibuktikan dengan permasalahan-permasalahan yang

ditemukan oleh peneliti pada saat melakukan observasi selama 2 hari di SMP

Sultan Iskandar Muda Medan. Permasalahan-permasalahan itu adalah metode

pembelajaran yang digunakan oleh guru masih bersifat ceramah, siswa pasif

dalam proses pembelajaran, menurut siswa matematika masih bersifat abstrak, dan

rendahnya kemampuan representasi matematika siswa. Sehingga perlunya suatu

tindakan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut. Peneliti berpendapat bahwa

guru dapat meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa dengan

menerapkan pendekatan matematika realistik.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, pembelajaran

matematika di kelas VIII-A SMP Sultan Iskandar Muda Medan masih didominasi

oleh guru. Guru masih menggunakan model ceramah, sehingga peran guru sangat

dominan. Sementara siswa hanya mendengarkan dan menyimak materi atau

pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Siswa cenderung pasif saat belajar di

ISBN: 978-602-50622-0-9 263

Page 279: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dalam kelas. Ketika proses pembelajaran berlangsung siswa hanya diam

mendengarkan. Ketika guru memberikan soal atau pertanyaan kepada siswa,

kebanyakan siswa hanya diam dan tidak berani mengeluarkan pendapatnya.

Kurangnya kegiatan siswa didalam kelas mengakibatkan sis wa tidak dapat mudah

memahami dan menguasai materi.

Tes diagnostik representasi yang diberikan oleh peneliti kepada

siswa kelas VIII-A SMP Sultan Iskandar Muda Medan sebanyak 3 soal.

Banyaknya siswa kelas VIII-A SMP Sultan Iskandar Muda Medan adalah

berjumlah 39 orang. Ketiga soal ini dirancang agar penyelesaiannya dapat

menunjukkan indikator representasi yaitu (visual, persamaan atau ekspresi

matematika, tes tertulis ). Berdasarkan hasil tes yang diberikan diperoleh

sebanyak 1 orang siswa yang memiliki kemampuan representasi dalam kategori

sangat tinggi (2,6%), 5 orang siswa memiliki kemampuan representasi dalam

kategori tinggi (12,8%), 5 orang siswa memiliki kemampuan representasi dalam

kategori sedang (12,8%), 3 orang pada kategori rendah (7,7%), dan 25 orang

dalam kategori sangat rendah(64,1%). Jumlah siswa yang mencapai ketuntasan

sebanyak 11 orang (28,2%), dan jumlah siswa yang belum tuntas adalah sebanyak

28 orang (71,8%).

Berdasarkan data yang diperoleh, masih banyak siswa yang

kemampuan representasi matematikanya tergolong sangat rendah. Namun disadari

bahwa pentingnya kompetensi representasi matematika sangat perlu ditingkatkan.

Pencantuman representasi sebagai komponen standar proses dalam NCTM (2000)

cukup beralasan karena untuk berpikir matematis dan mengkomunikasikan ide-ide

matematika, seseorang perlu merepresentasikannya dalam berbagai cara dapat

mengaktualisasikan dirinya. Pernyataan ini sejalan dengan Puri (Minarni, 2016:

yang menyatakan bahwa representasi merupakan konfigurasi yang dapat

mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa cara. Seseorang mengembangkan

representasi untuk menafsirkan dan mengingat pengalaman mereka dalam upaya

untuk memahami dunia. Lebih spesifik, Kilpatrick (Minarni, 2016: 46)

menyatakan bahwa representasi dapat digunakan untuk memahami matematika.

Matematika membutuhkan representasi karena sifat abstrak matematika sehingga

seseorang memiliki akses ke ide-ide matematika hanya melalui representasi dari

ide-ide tersebut. National Council of Teacher of Mathematics 2000 (Tsani, 2015:

menyatakan bahwa pentingnya penggunaan representasi bagi siswa adalah

bahwa representasi dapat digunakan untuk mengkomunikasikan ide-ide

matematis, argumen, dan pemahaman matematis pada siswa lain. Representasi

juga memungkinkan siswa untuk mengetahui kaitan antar berbagai konsep dan

menerapkannya dalam menyelesaikan masalah-masalah realistik. Beberapa bentuk

representasi ─ seperti diagram, grafik, dan ekspresi simbolik ─ sudah sejak lama

merupakan bagian tak terpisahkan dalam pembelajaran matematika di sekolah.

ISBN: 978-602-50622-0-9 264

Page 280: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Masalah terakhir, berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa

siswa, mereka mengaku matematika susah untuk dipahami dan terlalu abstrak.

Banyak siswa di kelas VIII-A SMP Swasta Sultan Iskandar Muda Medan yang

tidak menyukai pelajaran matematika.

Matematika adalah suatu ilmu dengan objek kajian yang bersifat

abstrak. Ketepatan penggunaan dan jenis benda konkret yang digunakan akan

semakin memudahkan proses pembelajaran berjalan efektif. Sehingga hasil belajar

dapat mencapai titik-titik optimal dalam waktu yang tepat pula. Oleh karena itu,

cara penyajian materi pembelajaran termasuk pendekatan yang digunakan oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar harus diperhatikan.

Berdasarkan uraian permasalahan diatas perlu adanya suatu

perbaikan dalam proses pembelajaran untuk mengatasi masalah tersebut.

Pembelajaran yang dilakukan tentunya harus tepat dengan merubah kebiasaan

kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru ke situasi yang menjadikan siswa

menjadi pusat perhatian. Guru sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan

siswa sebagai yang dibimbing, tidak hanya menyalin mengikuti contoh-contoh

tanpa mengerti konsep matematikanya. Dengan kata lain pembelajaran yang

dilakukan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mengembangkan

kemampuan representasi matematis siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memberi peluang

kepada siswa untuk dapat mengembangkan kualitas pembelajaran siswa adalah

pendekatan matematika realistik (PMR). Pendekatan matematika realistik adalah

suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang menekankn dua hal

penting yaitu metematika harus dikaitkan dengan situasi nyata yang dekat dengan

kehidupan sehari-hari siswa dan siswa diberikan kebebasan untuk menemukan

konsep matematika sesuai dengan cara dan pemikirannya.

Soedjadi (2001) mengemukakan bahwa pembelajaran matematika

dengan pendekatan realistik dasarnya adalah pemanfaatan realita dan lingkungan

yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematik

sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik. Realita

yaitu hal-hal yang nyata yang dapat diamati atau dipahami peserta didik lewat

membayangkan, sedangkan yang dimaksud lingkungan adalah lingkungan tempat

peserta didik berada, baik lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat yang

dapat dipahami peserta didik.

Pendekatan pembelajaran ini pada dasarnya dibangun melalui salah

satu pembelajaran matematika yang dimulai dari pengalaman siswa sehari-hari

dan menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran ini

dilandasi oleh konsep Freudenthal yaitu matematika harus dihubungkan dengan

kenyataan, berada dekat dengan siswa, relevan dengan kehidupan masyarakat dan

materi-materi matematika harus dapat ditransmisikan sebagai aktivitas manusia.

Ini berarti materi-materi matematika harus dapat menjadi aktivitas siswa dan

ISBN: 978-602-50622-0-9 265

Page 281: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

memberikan kesempatan kepada siwa untuk menemukan matematika melalui

praktek yang dilakukan sendiri dan sesuai dengan tingkat kognitif siswa.

Pemilihan pendekatan ini didasarkan pada beberapa alasan yaitu :

kararakteristik pendekatan pembelajaran matematika realistik dimana siswa

menemukan kembali dengan bimbingan dan fenomena yang bersifat didaktik (

guided reinvention and didactical phenomenology ), hal ini berarti siswa

diharapkan menemukan kembali konsep matematika dengan pembelajaran yang

dimulai dengan masalah kontekstual dan situasi yang diberikan

mempertimbangkan kemungkinan aplikasi dalam pembelajaran dan sebagai titik

tolak matematisasi yang memungkinkan mereka untuk berpikir dan menumbuh

kembangkan kemampuan representasi matematikanya, (2) matematisasi progresif

( progressive matematization ), siswa diberi kesempatan mengalami bagaimana

konsep matematikaditemukan yang juga dapat menumbuh kembangkan

kemampuan representasi matematika saat mereka sudah mangetahui dan

memahami konsep, (3) pembelajaran realistik membangun sendiri

pengetahuannya, maka siswa tidak pernah lupa, (4) melatih siswa untuk terbiasa

berfikir dan mengemukakan pendapat, (5) suasana dalam proses pembelajaran

menyenangkan karena menggunakan realitas keghidupan, sehingga siswa tidak

cepat bosaan untuk belajar matematika.

PMR juga berperan dalam meningkatkan kemampuan representasi

matematika siswa. Menurut Freudenthal, matematika harus dikaitkan dengan

realita dan keterkaitan dengan situasi nyata yang mudah dipahami dan

dibayangkan oleh siswa. Sesuatu yang dibayangkan tersebut digunakan sebagai

titik awal dalam mempresentasikan kemampuan matematika siswa. Berdasarkan

penjabaran diatas peneliti berasumsi bahwa PMR dapat meningkatkan

kemampuan representasi matematika siswa. Melalui pembelajaran ini, siswa

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan representasi matematikanya.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). penelitian ini memiliki beberapa tahap, yaitu Perencanaan (Planning),

Tindakan (Action), Observasi (Observation) dan Refleksi (Reflection) yang merupakan

suatu siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang akan dicapai.

Secara lebih rinci, prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2010:132), dapat digambarkan sebagai berikut :

ISBN: 978-602-50622-0-9 266

Page 282: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Gambar 1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Berdasarkan gambar 1 dapat terlihat bahwa satu siklus terdiri dari empat

tahap. Jika pada siklus pertama penelitian berhasil, maka penelitian dihentikan,

tetapi jika pada siklus pertama indikator keberhasilan belum sepenuhnya tercapai

maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Begitu seterusnya sampai hasil

penelitian memenuhi indikator keberhasilan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX-A SMP Swasta

Sultan Iskandar Muda Medan, dengan subjek sebanyak 39 orang. Selanjutnya,

Intrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa

wawancara, observasi guru dan siswa, dan tes. Observasi dilakukan terhadap

kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk

mengetahui apakah tindakan sudah dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah

dan karakteristikpendekatan pembelajaran matematika realistik. Selanjutnya,

untuk mengetahui kemampuan representasi matematika sebelum dan sesudah

tindakan maka dilakukan suatu tes. Setiap tes terdiri dari 4 soal uraian yang

dirancang dengan mempertimbangkan indikator representasi matematika.

Kemudian, hasil tindakan siklus I dipergunakan sebagai pertimbangan untuk

melakukan tindakan siklus II.

Selanjutnya, data-data yang diperoleh akan dianalisi melalui tiga

tahap, yaitu: 1. Reduksi deata, 2. Paparan data, dan 3. Kesimpulan. Reduksi data

dilakukan dengan cara mengelompokkan data tersebut dan menyederhanakannya.

Selanjutnua, sipaparkan dalam bentuk narasi, grafik, dan tabel. Berdasarkan

paparan data, selanjutnya dilakukan tahap penyimpulan dengan

membandingkannya terhadap indikator keberhasilan.

Kriteria Tingkat Kemampuan Representasi Matematis (TKRM)

sebagai berikut: (adaptasi dari Wardani, 2013: 45). Interval skor penentuan tingkat

kemampuan representasi matematika siswa dalam pemecahan masalah

matematika adalah seperti tabel berikut:

ISBN: 978-602-50622-0-9 267

Page 283: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Nilai Interval Kriteria

Kemampuan

Representasi

Matematis

90 ≤ TKRM ≤ 100 Sangat Tinggi

80 ≤ TKRM ≤ 90 Tinggi

70 ≤ TKRM ≤ 80 Sedang

60 ≤ TKRM ≤ 70 Rendah

0 ≤ TKRM ≤ 60 Sangat Rendah

Tabel 1 Interval skor pengukuran kemampuan representasi matematika

Jadi, seorang siswa dikatakan telah memenuhi Kriteria Tingkat

Representasi Matematis jika siswa tersebut telah mencapai TKRM sedang (minimal 70).

Deskripsi aktivitas guru dilakukan berdasarkan hasil lembar observasi

selama kegiatan tindakan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana

tindakan yang dilakukan mengikuti prosedur pendekatan pembelajaran matematika

realistik. Pelaksanakan dikatakan sesuai, jika semua aktivitas pembelajaran dilakukan

berdasarkan langkah-langkah dan karakteristik pendekatan pembelajaran matematika

realistik yang tertuang pada RPP. Menurut Sudjana (2004) bahwa analisis hasil lembar

pengamatan ini dilakukan dengan menghitung rata-rata skor pada setiap aspek yang

diamati dan rata-rata skor untuk seluruh aspek yang diamati. Setelah rata-rata skor

didapatkan, kemudian dibuat suatu interpretasi untuk setiap aspek dan seluruh aspek yang

diamati. Nilai Skor rata-rata selanjutnya diberikan penafsiran berdasarkan interval dan

kriteria sebagai berikut: (adaptasi dari Ziswan, 2014: 68)

Interval SR Kriteria

90% ≤ SR ≤ 100% Sangat Baik

80% ≤ SR ≤ 90% Baik

70% ≤ SR ≤ 80% Cukup Baik

60% ≤ SR ≤ 70% Kurang Baik

0% ≤ SR ≤ 60% Sangat Kurang

Baik

ISBN: 978-602-50622-0-9 268

Page 284: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel 2 Interpretasi Kegiatan Siswa dan Kemampuan Guru

Indikator keberhasilan pada penelitian ini dilakukan dengan

memperhatikan dua aspek, yaitu peningkatan kemampuan `representai matematika siswa

dan tingkat keterlaksanaan langkah-langkah pendekatan pembelajaran matematika

realistik. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila: Minimal 60% dari jumlah siswa

memiliki nilai TKRM 70 (dalam kriteria sedang). Selain itu, Skor kemampuan

representai matematika pada aspek visual, ekspressi atau persamaan, dan teks tertulis

(verbal) paling tidak dalam kategori sedang (70% skor < 80%), dan hasil observasi

terhadap proses pembelajaran (aktivitas siswa dan guru) dalam kategori baik.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai, yaitu pada

siklus II ini ketuntasan klasikal siswa telah mencapai 66,7% atau 26 orang dari 39

orang siswa telah tuntas pada Tes Kemampuan Representasi Matemastika II.

Berikut dipaparkan perbandingan nilai kemampuan representasi matematika siswa

siklus I dan siklus II.

Tes Kemampuan Tes Kemampuan

Kategori Representasi I Representasi II

Ket

Siswa Persen Siswa Persen

Tuntas (Nilai 70) 19 48,7% 26 66,7% Naik

18%

Tidak Tuntas (Nilai 20 51,3% 13 33,3%

Turun

70) 18%

Tabel Perbandingan Nilai Ketuntasan Tes Kemampuan Representasi Matematika Siswa

Siklus I dan Siklus II

Peningkatan kemampuan representasi matematika siswa, yaitu

meningkatnya rata-rata skor tes kemampuan representasi matematika siswa dari

siklus I ke siklus II telah tercapai. Nilai rata-rata skor tes kemampuan representasi

matematika I adalah sebesar 64,33 dan skor tes kemampuan representasi

matematika II adalah sebesar 76,75. Dari sini dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan rata-rata skor tes kemampuan representasi matematika siswa dari

siklus I, yaitu sebesar 12,42%. Berikut dipaparkan peningkatan skor rata-rata

kemampuan representasi matematika siswa dari setiap siklus:

ISBN: 978-602-50622-0-9 269

Page 285: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Gambar 2 Grafik Peningkatan Skor Rata-Rata Kemampuan Representasi

Matematika Siswa

Kemudian, rata-rata kemampuan kemampuan representasi

matematika siswa per aspek juga secara umum mengalami peningkatan dari siklus

I ke siklus II seperti tertera pada diagram di bawah ini:

Visual

Ekspresi atau Persamaan

Teks Tertulis atau Kata-kata

Gambar 3 Grafik Peningkatan Rata-Rata Kemampuan Representasi

Matematika Siswa Per Aspek

Hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada siklus II ini

termasuk dalam kategori baik, yaitu Persentase Aktivitas Siswa (PAS) sebesar

82,5%. Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh pada siklus II ini termasuk

dalam kategori baik, yaitu sebesar 3,36 dengan persentase 84%. Dari uraian di

atas, dapat kita simpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika realistik

telah berhasil meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa kelas IX

SMP Sultan Iskandar Muda Medan.

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik telah berhasil

meningkatkan kemampuan representasi matematika siswa kelas IX SMP Sultan

ISBN: 978-602-50622-0-9 270

Page 286: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Iskandar Muda Medan dalam menyelesaikan permasalahan kekongeruenan dan

kesebangunan.

DAFTAR RUJUKAN Arikunto,S.,(2010), Prosedur penelitian.Jakarta:PT Rineka Cipta

Gagatsis, A. & Elia. (2005), A Review Of Some Recent Studies On The Rol Of

RepresentationIn Mathematic Education In Cyprus And Greece,

[Online].Tersedia:http:cerme4.crm.es/Papers%20definitius/1/gagatsis.pdf

Gravemeijer, K. (2009), Educationnal Deigner. Journal of The International

Society for Design and Development in Education.

Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistics Mathematics Education. Utrecht:

Freu-Denthal Institut.

Minarni, A. Kk. (2016). Mathematical Undertanding and Representation Ability

of Public Junior High chool In North Sumatra. Jurnal on Mathematic

Education. Vol 7, No.1, Januari 2016. [Online]. Tersedia di

https://www.researchgate.net/publication/10776388.

Shoimin,A.,(2014), Inovatif dalam kurikulum 2013.Yogyakarta: Ar-Ruzz media

Sudjana, Nana. 2004. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Wijaya, A. (2012). Pendidikan Matematika Realistik Suatu Alternatif Pendekatan

Pembelajaran Matematika.Yogyakarta:Graha Ilmu.

Yuhasriati. (2012). Pendekatan Realitik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal

Peluang, Vol.1 No.1, Oktober 2012, ISN: 2392-5158.

ISBN: 978-602-50622-0-9 271

Page 287: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA MATA

PELAJARAN IPA

Putri Melly Andani Marbun46, Rusmaliyah47, Annisa Suci Lestari48

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran

dan peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 050702

Kecamatan Secanggang, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas

V berjumlah 30 orang, sedangkan objek penelitiannya adalah meningkatkan

hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata

pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya. Alat pengumpul datanya

adalah tes pilihan berganda. Analisis data yang digunakan adalah

pelaksanaan pembelajaran ketuntasan individu, ketuntasan klasikal, dan

rata-rata hasil belajar siswa. Dari analisis data yang diperoleh, ketuntasan

individu mencapai nilai KKM yaitu 75, secara klasikal meningkat 23,71%

dari 70% menjadi 86,6% yang tuntas, dan nilai rata-rata meningkat 12,44%

dari 72,3 menjadi 81,3%. Dengan demikian dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran berkategori baik dan hasil

belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi pada

mata pelajaran IPA pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri

050702 Kecamatan Secanggang.

Kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Metode Demonstrasi, IPA.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sebuah program kegiatan yang dilaksanakan untuk

menimbulkan suatu hasil yang diinginkan. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang

tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi, tetapi untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan tersebut

dapat dicapai dalam kegiatan belajar mengajar yang dikemas dengan aktivitas belajar

Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan

Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan

Pascasarjana Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 272

Page 288: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

yang baik. Namun, aktivitas belajar IPA siswa di salah satu SD di Secanggang belum

memuaskan.

Pengalaman belajar yang dimiliki siswa hanya sebatas mendengarkan, melihat,

mencatat dan bertanya kepada guru apa yang kurang jelas, dan jarang melakukan

percobaan pada mata pelajaran IPA. Hal ini dikarenakan guru masih menggunakan

metode pembelajaran diskusi, tanya jawab, penugasan dan kurangnya melakukan

percobaan langsung. Sehingga menyebabkan aktivitas siswa dalam pembelajaran IPA

kurang memuaskan.

Siswa berharap memiliki pengalaman belajar yang menyenangkan, dan dapat

melaksanakan percobaan sehingga terdapat variasi dalam proses belajar. Percobaan juga

diharapkan dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat menyadari manfaat

dari pembelajaran IPA serta dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Slameto (2013) menyatakan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan.

Rusman (2013) menyatakan proses belajar akan terjadi bila siswa berhubungan secara

aktif dengan lingkungan belajarnya, sehingga menghasilkan pengalaman. Pengalaman

harus menghasilkan pengetahuan, pengetahuan di dapat dari belajar, belajar artinya

melakukan eksperimen. Bereksperimen artinya beraktivitas. Artinya tidak ada belajar

kalau tidak melakukan aktivitas. Dengan alasan inilah aktivitas merupakan bagian yang

penting dalam hubungan belajar-mengajar. Karena tanpa aktivitas proses belajar tidak

mungkin berlangsung dengan baik.

Berdasarkan teori tersebut maka pemilihan metode yang baik, akan sangat

membantu siswa dalam aktivitas belajar. Karena dalam metode pembelajaran dapat

menjelaskan kegiatan pembelajaran berlangsung baik dari awal hingga akhir proses

belajar mengajar, dan salah satu metode yang ditawarkan adalah metode demonstrasi

untuk memenuhi harapan siswa.

Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan

dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik

sederhana atau hanya sekadar tiruan (Wina Sanjaya, 2012). Belajar dengan menggunakan

metode demostrasi dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,

sehingga menghindari pemahaman secara kata-kata atau kalimat.

Berdasarkan penjelasan di atas untuk meningkatkan hasil belajar IPA perlu

digunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam hal ini

peneliti mencoba menerapkan pembelajaran IPA dengan metode demonstrasi untuk

mengamati aktivitas belajar siswa.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pelaksanaan

pembelajaran dengan mengunakan metode demonstrasi pada pelajaran IPA?, (2) hasil

belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran

IPA?.

ISBN: 978-602-50622-0-9 273

Page 289: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di salah satu SD pada tahun pelajaran 2015/2016.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian tindakan kelas. Populasi pada penelitian ini

adalah siswa kelas V SD Negeri 050702 di Secanggang tahun pelajaran 2015/2016 terdiri

dari 1 kelas berjumlah 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasi. Dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan hasil belajar

siswa selama proses pembelajaran menggunakan metode dengan rumus:

Hasil Pengamatan = ∑ 㤷 ℎ x 100

Hasil data observasi siswa dianalisis dengan pedoman kriteria Asep Jihad dan Abdul Haris (2012:130), sebagai berikut:

Tabel 1. Kriteria Pelaksanaan Pembelajaran Siswa

Inlay Kriteria

10 – 29 Sangat Kurang

30 – 49 Kurang

50 – 69 Cukup

70 – 89 Baik

90 – 100 Sangat Baik

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar siswa dengan menggunakan metode demonstrasi diamati

menggunakan tes pilihan berganda. Penelitian ini dilakukan menggunakan 2 siklus.

Setelah siklus I pertama selesai dilakukan, yang selanjutnya adalah refleksi. Refleksi

dilakukan untuk mengetahui apakah masih terdapat kekurangan-kekurangan selama

proses pembelajaran. Refleksi ini dapat digunakan sebagai dasar untuk tahap perencanaan

pada siklus berikutnya. Di dalam refleksi peneliti melakukan beberapa perbaikan, agar

kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus II tidak terjadi lagi. Setelah

merencanakan perbaikan, selanjutnya siklus II dilakukan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 274

Page 290: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel 2. Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

SIKLUS I SIKLUS II Keterangan

Keterangan

Jumlah Persentase

Jumlah Persentase

Siswa

Siswa

Siswa yang Meningkat Tuntas 21 70% 26 86,6%

Belajar

Siswa yang Berkurang Tidak Tuntas 9 30% 4 13,3%

Belajar

Tabel 3. Nilai Rata-rata Siswa Siklus I dan Siklus II

Inlay Siklus I Siklus II Keterangan

Rata-rata 72,3 81,3 Meningkat

Dari tabel Hasil Ketuntasan Belajar Siswa, hasil penelitian menunjukkan

bahwa ada peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode

demonstrasi dalam pembelajaran IPA. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

pertambahan jumlah siswa yang tuntas belajarnya sebanyak 4 orang, pada siklus I

berjumlah 21 orang dan siklus II berjumlah 26 orang yang tuntas belajarnya

menggunakan metode demonstrasi. Secara klasikal meningkat 23,71% dari 70%

menjadi 86,6% yang tuntas.

Dari tabel nilai rata-rata siswa di atas dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

siswa pada siklus I dan siklus II meningkat 12,44% dari 72,3 menjadi 81,3%.

SIMPULAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang dilaksanakan dapat diambil

kesimpulan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode

demonstrasi pada mata pelajaran IPA berkategori baik dan Hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode demonstrasi pada mata pelajaran IPA telah

meningkat.

Adapun saran yang diberikan peneliti untuk mengatasi masalah adalah

mempersiapkan masalah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dan

memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa mengenai kegiatan-kegiatan

pembelajaran sehingga siswa mudah memahami dan berpartisipasi di dalam kelas.

ISBN: 978-602-50622-0-9 275

Page 291: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Sumiati. 2013. Metode Pembelajaran. Bandung: Wacana Prima.

Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

Suyitno, dkk. 2010. Ilmu Pengetahuan Alam. Bogor: Yudhistira.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 276

Page 292: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

EFEKTIFITASSTRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP

HASILBELAJAR BAHASA INDONESIA DI SD

Eva Betty Simanjuntak49

, Khoirunnisa Harahap50

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi

pembelajaran tematik terhadap hasil belajar dengan menggunakan

strategi pembelajaran konvensional pada pelajaran Bahasa

Indonesia.Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment yang

dilaksanakan di SD Negeri 104204 Sambirejo Timur pada semester

genap tahun ajaran 2016/2017. Populasi penelitian ini adalah siswa

kelas IV yang berjumlah 60 siswa. Sampel ditentukan dengan teknik

random sampling, dengan memilih sampel secara acak, yaitu kelas IV-A

sebagai kelas eksperimen dan IV-B sebagai kelas kontrol. Sebelum

penelitian dilakukan maka peneliti melakukan uji validitas, reliabilitas,

taraf kesukaran, dan daya pembeda.Berdasarkan analisis data kelas

eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran tematik

memperoleh nilai pretest X = 42,38, S2 = 114,97 dan SD = 10,72, dan

nilai post test X = 80,17, S2 = 1130,14 dan S = 11,30, terjadi

peningkatan hasil belajar sebesar 89%. Hasil analisis data kelas kontrol

diperoleh X = 41, S2 = 110,91 dan S = 10,53, terjadi peningkatan hasil

belajar sebesar 46%. Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Ha

diterima dengan perolehan diperoleh thitung> ttabel yaitu 5,226 > 2,002.

Hal ini berarti terdapat pengaruh strategi pembelajaran tematik

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas IV SD Negeri di

Medan.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran Tematik,Pelajaran Bahasa Indonesia

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran penting dalam mempersiapkan sumber daya

manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola baik secara

kualitas maupun kuantitas. Hal tersebut bisa tercapai apabila siswa dapat menyelesaikan

pendidikan tepat waktunya dengan hasil belajar yang baik. Salah satu mata pelajaran yang

49PGSD FIP UNIMED 50PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 277

Page 293: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mendukung pembelajaran dalam program pendidikan formal adalah mata pelajaran

Bahasa Indonesia.

Pembelajaran Bahasa Indonesia sangat berperan dalam proses pendidikan, karena

Bahasa Indonesia memiliki upaya untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk

berkomunikasi dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Ruang

lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa

dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a) keterampilan

mendengar (listening), b) berbicara (speaking), c) membaca (reading), dan d) menulis

(writing).

Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SD Negeri 104204 Sambirejo Timur

Tahun Ajaran 2016/2017 ditemukan permasalahan yaitu rendahnya hasil belajar Bahasa

Indonesia yang dicapai siswa. Dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa dari 30 orang

jumlah siswa, hanya 33% jumlah siswa yang mengalami ketuntasan dalam belajar dan

selebihnya masih dibawah rata-rata.

Ketidaktuntasan siswa dalam belajar disebabkan karena dalam pelaksanaan guru

cenderung menggunakan strategi pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang

berpusat pada guru, guru memberikan materi peran siswa hanya mendengarkan dan

mencatat pokok-pokok materi yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan kurangnya

kemampuan guru membuat variasi dan menyesuaikan strategi pembelajaran satu dengan

materi yang akan disampaikan. Sehingga pembelajaran menjadi monoton dan siswa

kurang aktif dalam proses belajar mengajar.

Dari uraian di atas mengindikasikan perlu adanya pemilihan strategi

pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Dan strategi pembelajaran yang dituntut pada

saat ini adalah strategi pembelajaran yang berpusat pada aktivitas peserta didik (student

centered) dalam suasana yang lebih interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup

prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

psikologi peserta didik.

Pembelajaran tematik siswa akan melakukan langsung materi yang disampaikan

(learing by doing) bukan hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa semata.

Dengan siswa diajak berperan aktif, siswa akan memahami materi yang disampaikan, dan

hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan serta bermakna.

Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penggunaan strategi pembelajaran

tematik terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian. Hal

inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran Tematik terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Kelas IV SD Negeri

104204 Sambirejo Timur Tahun Ajaran 2016/2017”.

Dalam upaya meningkatkan hasil belajar, seorang guru sangat perlu

memiliki keahlian dalam memahami dan memilih strategi pembelajaran untuk

membelajarkan siswa-siswanya.Strategi pembelajaran hendaknya tidak

ISBN: 978-602-50622-0-9 278

Page 294: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

melupakan karakteristik siswa yang diajarkan.Artinya strategi pembelajaran harus

disesuaikan dengan karakteristik siswanya,agar tercapainya tujuan pembelajaran

yang telah dirumuskan.Seorang guru harus memahami atau menguasai strategi

pembelajaran yang akan diterapkan.

Siswa dapat memahami konsep-konsep Bahasa Indonesia dengan baik jika

pembelajaran dimulai dari konsep yang konkret ke konsep yang abstrak. Konsep

Bahasa Indonesia yang diajarkan strategi pembelajaran tematik anak dilatih untuk

mengembangkan kemampuan diri anak yang meliputi sikap, keterampilan, dan

pengetahuan. Dibandingkan menggunakan strategi pembelajaran konvensional

guru cenderung lebih aktif dalam kegiatan belajar, sedangkan siswa pasif seperti

yang terjadi selama ini.Mereka dituntut diam dengan melipat tangan didada

melihat dan mendengarkan penjelasan-penjelasan dari guru, kemudian

mencatatnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diduga bahwa hasil

belajar Bahasa Indonesia siswa akan lebih tinggi jika diajar dengan strategi

pembelajaran tematik dibandingkan konvensional.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada semester genap di kelas IV SD Negeri

104204 Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan.Penelitian dilakukan selama

12 (dua belas) minggu mulai dari bulan Januari s/d Maret 2017. Penetapan jadwal

perlakuan disesuaikan dengan jadwal yang ditetapkan oleh kepala sekolah yang

bersangkutan, dimana waktu belajar Bahasa Indonesia disediakan 5 (lima) jam

pelajaran dalam satu minggu dengan ketentuan bahwa 1 (satu) jam pelajaran

dilaksanakan selama 35 menit, sesuai dengan kurikulum 2016.

Populasi adalah keseluruhan dari objek penelitian. Populasi dalam

penelitian ini adalah siswa kelas IV-A dan IV-B SD Negeri 104204 Sambirejo

Timur Kecamatan Percut Sei Tuan T.A 2016/2017 jumlah masing-masing kelas

yaitu 30 siswa sehingga jumlah yang dijadikan populasi dalam penelitian ini

adalah 60 siswa.

Menurut Sudjana (2005:6) “Sampel adalah sebagian yang diambil dari

populasi”. Dalam menentuukan sampel peneliti mengutip pendapat dari Arikunto

(2010:175) menyatakan bahwa “untuk sekedar ancar-ancar maka apabila subjek

kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika subjek lebih besar maka dapat

diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih”.

Karena populasi memiliki karakteristik yang sama, teknik pengambilan

sampel yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan cara teknik random

sampling, yaitu dengan memilih sampel secara acak. Kelas IV pada SD Negeri

104204 Sambirejo Timur, sebagai sampel kelas IV-A dan Kelas IV-B.Dari kedua

kelas ini IV-A sebagai kelas eksperimen dan IV-B sebagai kelas kontrol.

ISBN: 978-602-50622-0-9 279

Page 295: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Untuk menghindari ketidakjelasan dalam pengertian dikemukan definisi

istilah yang berkaitan dengan judul penelitian sebagai berikut:

Hasil belajar Bahasa Indonesia yang dimaksud merupakan skor atau nilai

berdasarkan tes pada akhir proses belajar mengajar. Sehingga dapat diukur

sejauh mana kemampuan siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang

berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Strategi pembelajaran Tematik adalah langkah-langkah melakukan proses

belajar mengajar yang mengaitkan mata pelajaran dengan pengalaman pribadi

siswa. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan lebih

dapat dirasakan manfaat dan bermakna.

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi experiment, yaitu penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh atau akibat dari sesuatu

yang ditimbulkan pada subjek yaitu siswa. Sampel yang diambil dalam

penelitian ini dibagi atas dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol,

kedua kelas ini mendapat perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen

diberikan pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran tematik,

sedangkan kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan menggunakan strategi

pembelajaran konvensional.

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi experiment dengan

control group pretest – posttest design. Desain penelitian yang dimaksud

digambarkan seperti tabel berikut:

Tabel Control group pretest – posttest design

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kontrol O 1 2 O2

X

Eksperimen O 1 1 O2

X

(Arikunto, 2010:125)

Keterangan : O1 = Pemberian tes awal (pretest)

O2 = Pemberian tes akhir (posttes)

X2 = Pembelajaran Tematik

X1 = Pembelajaran Konvensional

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan tahapan yaitu:

ISBN: 978-602-50622-0-9 280

Page 296: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Mengadakan pretest yaitu mengadakan test untuk mengetahui kemampuan

awal siswa mengenai materi pelajaran yang akan disampaikan baik di kelas

eksperimen maupun di kelas kontrol dengan soal tes yang sama. Melaksanakan perlakuan mengajar yaitu mengajar dengan menggunakan

strategi pembelajaran tematik pada kelas eksperimen dan memberikan

perlakuan mengajar dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional

pada kelas kontrol.

Mengadakan post test yaitu mengadakan tes untuk mengetahui kemampuan

aktif siswa mengenai materi pembelajaran yang telah disampaikan dengan soal

yang sama setelah diberikan perlakuan mengajar masing-masing.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitiian ini adalah

teknik tes. Teknik tes ini dibagi menjadi dua macam, yaitupre test dan post test,

adapun tes yang digunakan berupa 25 soal berbentuk pilihan berganda dengan

empat jawaban alternative.

Pre test, dilaksanakan sebelum mengadakan proses pembelajaran yag

bertujuan mengetahui kemampuan awal siswa tentang materi pelajaran

tersebut. Post test, dilaksanakan setelah materi pelejarana selesai diberikan yang diberi

perlakuan dengan strategi pembelajaran Tematik dan yang diberi perlakuan

dengan strategi pembelajaran konvensional yang bertujuan untuuk mengetahui

sampai mana hasil pengajaran yang telaha dilaksanakan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum tes diberikan kepada siswa perlu dilakukan uji coba untuk

mengetahui ketepatan dan kepercayaan tes dalam mengukur data penelitian.

Apabila tes terbukti valid dan reliabel, maka tes akan menghasilkan data yang

benar dan akurat. Selain melakukan pengujian validitas dan reliabilitas, dalam

penelitian juga dilakukan pengujian tingkat kesukaran dan daya

pembeda.Pengujian tingkat kesukaran tes dilakukan untuk mengetahui siswa yang

menjawab setiap item soal dengan benar, sedangkan pengujian daya pembeda tes

dilakukan untuk mengetahui siswa yang pandai dan kurang pandai.

Pengujian tes dilakukan dengan cara mengujicobakan tes, yaitu tes hasil

belajar yang diberikan kepada 30 siswa kelas IV SD Negeri 104204 Sambirejo

Timur, yang dilaksanakan pada semester kedua di bulan Januari 2017.

Pada awal penelitian ini diberikan pre test kepada kelas eksperimen dan

kelas kontrol untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah mengetahui

kemampuan awal masing-masing kelas, selanjutnya diberi pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran tematik pada kelas eksperimen dan startegi

pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pada akhir pembelajaran maka

peneliti memberikan post test untuk mengetahui hasil belajar siswa. Pada kelas

eksperimen yang diajarkan dengan menggunakan strategi pembelajaran tematik

diperoleh rata-rata pretest 42,38. Sedangkan nilai pada kelas kontrol yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 281

Page 297: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

menggunakan strategi pembelajaran konvensional nila rata-rata pre test

41,00.Selanjutnya nilai rata-rata post test kelas eksperimen menggunakan strategi

pembelajaran tematik sebesar 80,17. Sedangkan, nilai rata-rata sebesar 61,66.

Hasil penelitian hipotesis untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan hasil

belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dilakukan uji statistik

dua pihak dan diperoleh thitung> ttabel yaitu 5,226 > 2,002.Hal ini membuktikan

bahwa ada pengaruh strategi pembelajaran tematik terhadap hasil belajar Bahasa

Indonesia di kelas IV SD Negeri 104204 Sambirejo Timur Tahun Ajaran

2016/2017.

Dari hasil analisis data ditemukan kelas eksperimen dengan strategi

pembelajaran tematik diperoleh nilai pre testX= 42,38, S2 = 114,97 dan SD =

10,72, dan nilai post test X = 80,17, S2 = 1130,14 dan S = 11,30, terjadi

peningkatan hasil belajar sebesar 89%. Sedangkan hasil analisis data kelas kontrol

diperoleh X = 41, S2 = 110,91 dan S = 10,53, terjadi peningkatan hasil belajar

sebesar 46%. Dari hasil analisis data bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

strategi pembelajaran tematik daripada strategi pembelajaran konvensional

terhadap hasil belajar Bahasa Indonesia.

Selanjutnya penelitian diatas didukung juga oleh penelitian yang dilakukan

Agung Ayu Shinta (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Tematik terhadap Hasil Belajar IPS Siswa SD Gugus Letkol

Wisnu”, hasil post test dengan menggunakan strategi pembelajaran tematik lebih

tinggi dibandingkan dengan menggunakan strategi pembelajaran konvensional

yaitu hasil belajar tematik X = 82,3 dan hasil belajar konvensional X = 65,6. Dari

penelitian ini diperoleh thitung = 4,06 > ttabel = 2,00 dalam taraf signifikansi 5% dan

derajat kebebasan 58, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan pada strategi

pembelajaran Tematik terhadap hasil belajar IPS Siswa SD Gugus Letkol Wisnu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kelas yang menerapkan strategi

pembelajaran tematik mendapatkan nilai lebih baik dibandingkan strategi

pembelajaran konvensional.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

Hasil belajar Bahasa Indonesia yang diberi pembelajaran dengan

menggunakan strategi pembelajaran Tematik lebih tinggi dibandingkan

dengan hasil belajar Bahasa Indonesia yang diberi pembelajaran dengan

strategi pembelajaran Konvensional di SD Negeri 104204 Sambirejo Timur

yang terlihat dari perbedaan antara thitung (5,226) > ttabel (2,002). Nilai rata-rata post test untuk hasil belajar siswa yang menggunakan strategi

pembelajaran Tematik adalah 80,17 dengan standart deviasi 11,42, sedangkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 282

Page 298: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

nilai rata-rata untuk hasil belajar siswa yang menggunakan startegi

pembelajaran konvensional adalah 61,66 dengan standart deviasi 10,53.

Berdasarkan hasil penelitian maka penulis memberikan saran sebagai

berikut :

Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi kepala

sekolah SD Negeri 104204 Sambirejo Timur untuk menjadikan strategi

pembelajaran Tematik sebagai salah satu strategi pembelajaran yang

diterapkan.

Bagi guru sebaiknya menggunakan strategi pembelajaran sebagai salah satu

alternatif karena terbukti mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Bagi peneliti sebagai calon guru, hasil belajar ini dapat dijadikan sebagai

sumber informasi dan masukan untuk menambah informasi dan pengetahuan

mengenai pemanfaatan strategi pembelajaran dalam proses belajar mengajar.

Hasil belajar ini juga dapat digunakan sebagai bahan referensi dan sumber

informasi bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis pada

waktu dan tempat yang berbeda.

DAFTAR RUJUKAN

Abu, Ahmadi. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia. Arikunto, Suharsimi. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

________________. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

________________. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ayu, Agung. 2014. Pengaruh Pembelajaran Tematik terhadap Hassil Belajar IPS Siswa

SD Gugus Letkol Wisnu.Peguyangan.Jurnal Pendidikan Nasional. Vol. 2, No.1.

Dalyono. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: Publisher.

Dimyati. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Irene, Childa. 2013. Implementasi Pembelajaran Tematik pada Siswa Kelas Rendah di

SD Negeri Balekerto Kecamatan Kaliangkrik. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Kunandar. 2011. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkatan Satuan (KTSP)

dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Rajawali Pers.

ISBN: 978-602-50622-0-9 283

Page 299: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Nana, Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja

Rosda Karya.

Nuraisyah, Siti. 2016. Pengaruh Metode SQ4R terhadap Keterampilan Membaca Teks

Cerita Rakyat pada Siswa Kelas V SDN 106164 Kecamatan Percut Sei Tuan.

Medan: Universitas Negeri Medan. SkripsiTidak Dipublikasikan.

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.

Suyitno. 2010. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah dan Nurdin Mohammad. 2011. Belajar dengan Pendekatan P.A.I.L.K.E.M. Jakarta: Bumi Aksara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 284

Page 300: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

GAYA KEPEMIMPINAN DAN KESANTUNAN BERBAHASA

SEORANG KEPALA SEKOLAH DALAM BERKOMUNIKASI

DITINJAU DARI ASPEK PRINSIP KESOPANAN DAN CIRI-

CIRI KEPEMIMPINAN

Rondang Widya K Sihotang51

Surel: [email protected]

Abstrak

Gaya kepemimpinan dan kesantunan berbahasa dalam masyarakat

sekolah ditentukan dari gaya kepemimpinan dan kesantunan berbahasa

seorang pemimpin atau kepala sekolah dengan anggotanya atau para

guru. Kepemimpinan dan kesantunan berbahasa ini dapat meningkatkan

karir seorang kepala sekolah ataupun guru. Hal yang harus dilakukan

ialah menerapkan lima gaya kepemimpinan dan empat prinsip utama

kesantunan berbahasa. Gaya kepemimpinan ada lima yaitu, Charisma,

Ideal influence, Inspiration, Intellectual stimulation, Individualized

consideration. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya harus

memperhatikan empat prinsip, Pertama, penerapan prinsip kesopanan

(politeness principle), Kedua, penghindaran pemakaian kata tabu,

Ketiga, penggunaan eufemisme, Keempat, penggunaan pilihan kata

honorifik. Penelitian ini mendeskripsikan tentang kesantunan berbahasa

seorang kepala sekolah(pemimpin) dilihat dari aspek prinsip kesopanan.

Subjek penelitian ini adalah salah satu kepala sekolah SMP dan objek

penelitian ini adalah prinsip kesopanan dalam kesantunan

berkomunikasi.Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif.

Kata kunci: Gaya kepemimpinan, Kesantunan berbahasa, Peningkatan

karir, Organisasi

PENDAHULUAN

Bahasa memegang peranan penting dalam membentuk hubungan baik

antarsesama manusia. Sosiolinguistik memandang bahasa sebagai tingkah laku

sosial (social behavior) yang dipakai dalam komunikasi. Pemakaian bahasa

sebagai alat komunikasi dipengaruhi oleh faktor sosial dan faktor situasional.

Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa adalah status sosial,

jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan sebagainya. Faktor

situasional meliputi siapa yang berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan,

51PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 285

Page 301: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

di mana, mengenai hal apa, dalam situasi yang bagaimana, apa jalur yang

digunakan, ragam bahasa mana yang digunakan, serta tujuan pembicara

(Nababan, 1986:7).

Oleh karena itu, dalam berbahasa hendaklah si penutur memperhatikan

bahasa yang dituturkannya. Tidaklah baik jika penutur menuturkan bahasa yang

tidak sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang ia hadapi. Aktivitas berbahasa

sangat perlu mengemban prinsip sopan santun.

Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat

tanda verbal atau tata cara berbahasa. Ketika berkomunikasi, kita tunduk pada

norma-norma budaya, tidakhanya sekadar menyampaikan ide yang kita pikirkan.

Tata cara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam

masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa dalam

berkomunikasi. Strategi kesantunan atau kesopanan dan prinsip kesantunan

merupakan alat untuk menjaga kesamaan harmoni dan keeratan antarmanusia.

Prinsip kesantunan pada dasarnya menghendaki agar peserta tutur tidak

menunjukkan superioritas diri dan inferioritas orang lain sebagai mitra tutur.

Dalam berkomunikasi, norma-norma kesantunan itu tampak dari perilaku verbal

maupun perilaku nonverbal. Perilaku verbal dalam fungsi imperatif misalnya

terlihat pada cara penutur mengungkapkan

perintah,nasihat,permohonan,permintaan dan lain-lain.

Kesantunan ini juga sangat diperlukan dalam masyarakat sekolah,

khususnya kesantunan seorang kepala sekolah dengan guru-guru. Kita dapat

mengukur kesantunan berbahasa seorang pemimpin dengan melihat bahasa verbal

dan non verbalnya. Hal ini didukung dari hasil penelitian seorang ahli yang

dilakukan oleh Dr. Albert Mehrabian di Universitas California, Los Angeles

(dalam Goman, 2008:26, Bowden,2010:6-7), ternyata bahwa hanya 7% hasil

komunikasi ditentukan oleh penggunaan kata-kata. Pemahaman pesan 38%

berdasarkan pada nada suara, dan 55% berdasarkan pada ekspresi wajah, gerak

tangan, posisi tubuh, dan bentuk-bentuk komunikasi non verbal lain.

Dari hasil penelitian Mehrabian di atas, bisa ditafsirkan bahwa pengaruh aspek

nonverbal terhadap kesantunan berbahasa sangat besar. Dari kedua pandangan tersebut

dapat disimpulkan bahwa kriteria kesantunan berbahasa khususnya kesantunan direktif

tidak hanya dapat diukur dari aspek verbal semata, tetapi aspek nonverbal juga menjadi

faktor yang penting untuk diperhatikan.

Fakta yang terjadi dilapangan tidak sedikit para pemimpin sekolah atau

kepala sekolah tidak memperhatikan kesantunan berbahasa sebagai seorang

pemimpin. Akibat dari hal ini timbul pertentangan dan perselisihan. Kalau ini

terjadi maka pemimpin tersebut tidak memahami betul bagaimana gaya seorang

pemimpin. Berikut untuk mengukur gaya kepemimpinan, dipergunakan indikator

sebagai berikut (Gibson,2004): (a)Charisma, (b)Ideal influence (pengaruh ideal),

(c)Inspiration(d)Intellectual stimulation, dan (e)Individualized consideration

(perhatian individu).

ISBN: 978-602-50622-0-9 286

Page 302: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Fakta yang saya jumpai ialah adanya seorang pemimpin masyarakat

sekolah yaitu kepala sekolah yang tidak mematuhi kesantunan berbahasa

khususnya prinsip kesopanan. Hal ini sering saya amati ketika beliau sedang

berkomunikasi dengan para guru-guru, dan ini sangat tidak baik dalam suatu

organisasi yang dipimpinnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini,meliputi:

Bagaimana kesantunan berbahasa yang harus dimiliki seorang kepala sekolah

(pemimpin)? (2) Apa saja prinsip kesopanan seorang pemimpin?

Sesuai dengan rumusan masalah yang diungkapkan sebelumnya, maka penelitian

bertujuan untuk mengetahui kesantunan berbahasa seorang pemimpin dan prinsip

kesopanan yang harus dimiliki seorang pemimpin.

Kesantunan Berbahasa

Kesantunan dalam berkomunikasi berkaitan dengan bagaimana peserta tutur

memperlihatkan pikiran dan niat baik terhadap mitra tutur melalui penggunaan tuturan-

tuturan yang tepat dan santun sesuai dengan konteks situasi merupakan kemampuan yang

harus dimiliki setiap peserta tutur. Kesantunan berbahasa tercermin dalam cara

berkomunikasi lewat tanda verbal maupun nonverbal. Ketika berkomunikasi, kita tunduk

pada norma-norma budaya, tidak hanya sekedar menyampaikan ide yang kita pikirkan.

Tata cara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur budaya yang ada dalam masyarakat

tempat hidup dan digunakannya suatu bahasa dalam berkomunikasi. Aktivitas bertutur

sangat perlu mengemban prinsip sopan santun.

Tatacara berbahasa sangat penting diperhatikan para peserta komunikasi

(komunikator dan komunikan) demi kelancaran komunikasi. Dengan mengetahui tatacara

berbahasa diharapkan orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam

komunikasi karena tatacara berbahasa bertujuan mengatur serangkaian hal berikut.

Apa yang sebaiknya dikatakan pada waktu dan keadaan tertentu.

Ragam bahasa apa yang sewajarnya dipakai dalam situasi tertentu.

Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan.

Bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara.

Bagaimana sikap dan gerak-gerik keika berbicara.

Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan.

Prinsip Kesantunan Berbahasa

Kesantunan berbahasa (menurut Leech, 1986) pada hakikatnya harus

memperhatikan empat prinsip. Pertama, penerapan prinsip kesopanan (politeness

principle) dalam berbahasa. Prinsip ini ditandai dengan memaksimalkan

kesenangan/kearifan, keuntungan, rasa salut atau rasa hormat, pujian, kecocokan,

dan kesimpatikan kepada orang lain dan (bersmaan dengan itu) meminimalkan

hal-hal tersebut pada diri sendiri. Dalam berkomunikasi, di samping menerapkan

prinsip kerja sama (cooperative principle) dengan keempat maksimnya yaitu

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara, juga

menerapkan prinsip kesopanan dengan keenam maksimnya, yaitu (1) maksim

ISBN: 978-602-50622-0-9 287

Page 303: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kebijakan yang mengutamakan kearifan bahasa, (2) maksim penerimaan yang

menguatamakan keuntungan untuk orang lain dan kerugian untuk diri sendiri, (3)

maksim kemurahan yang mengutamakan kesalutan/rasa hormat pada orang lain

dan rasa kurang hormat pada diri sendiri, (4) maksim kerendahan hati yang

mengutamakan pujian pada orang lain dan rasa rendah hati pada diri sendiri, (5)

maksim kecocokan yang mengutamakan kecocokan pada orang lain, dan (6)

maksim kesimpatian yang mengutamakan rasa simpati pada orang lain. Dengan

menerapkan prinsip kesopanan ini, orang tidak lagi menggunakan ungkapan-

ungkapan yang merendahkan orang lain sehingga komunikasi akan berjalan dalam

situasi yang kondusif.

Kedua, penghindaran pemakaian kata tabu. Pada kebanyakan masyarakat,

kata-kata yang berbau seks, kata-kata yang merujuk pada organ-organ tubuh yang

lazim ditutupi pakaian, kata-kata yang merujuk pada sesuatu benda yang

menjijikkan, dan kata-kata “kotor” dan “kasar” termasuk kata-kata tabu dan tidak

lazim digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, kecuali untuk tujuan-tujuan

tertentu. Ketiga, penggunaan eufemisme, yaitu ungkapan penghalus. Penggunaan

eufemisme ini perlu diterapkan untuk menghindari kesan negatif. Yang perlu

diingat adalah eufemisme harus digunakan secara wajar, tidak berlebihan. Jika

eufemisme telah menggeser pengertian suatu kata, bukan untuk memperhalus

kata-kata yang tabu, maka eufemisme justru berakibat ketidaksantunan, bahkan

pelecehan. Keempat, penggunaan pilihan kata honorifik, yaitu ungkapan hormat

untuk berbicara dan menyapa orang lain.

Faktor yang menyebabkan pemakaian bahasa menjadi tidak santun adalah

sebagai berikut: (1) Penutur menyampaikan kritik secara langsung dengan kata

atau frasa kasar, (2) Penutur didorong rasa emosi ketika bertutur, (3) Penutur

protektif terhadap pendapatnya, (4) Penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur

dalam bertutur Ketika bertutur, penutur sengaja ingin memojokkan mitra tutur

dalam bertutur, dan (5) Penutur menyampaikan tuduhan atas dasar kecurigaan

terhadap mitra tutur Tuturan menjadi tidak santun jika penutur terkesan

menyampaikan kecurigaan terhadap mitra tutur.

Gaya Kepemimpinan

Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu

unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior).

Sedangkan berdasarkan kepribadian maka gaya kepemimpinan dibedakan menjadi

(Robert Albanese, David D. Van Fleet, 1994):

1. Gaya Kepemimpinan Kharismatis

Gaya kepemimpinan kharismatis adalah gaya kepemimpinan yang mampu

menarik atensi banyak orang, karena berbagai faktor yang dimiliki oleh seorang

pemimpin yang merupakan anugerah dari Tuhan. Kelebihan gaya kepemimpinan

karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya

yang membangkitkan semangat. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.

Namun, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa saya analogikan dengan

ISBN: 978-602-50622-0-9 288

Page 304: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

peribahasa “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”. Mereka mampu menarik orang untuk

datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang-orang yang datang ini akan kecewa

karena ketidakkonsistenan pemimpin tersebut. Apa yang diucapkan ternyata tidak

dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan

alasan, permintaan maaf dan janji. Gaya kepemimpinan kharismatis bisa efektif jika:(1)

Mereka belajar untuk berkomitmen, sekalipun seringkali mereka akan gagal,(2) Mereka

menempatkan orang-orang untuk menutupi kelemahan mereka, dimana kepribadian ini

berantakan dan tidak sistematis.

2. Gaya Kepemimpinan Otoriter

Gaya kepemimpinan otoriter adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala

keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Kelebihan model

kepemimpinan otoriter ini ada pada pencapaian prestasinya. Dingin dan sedikit kejam

adalah kelemahan pemimpin. Gaya kepemimpinan otoriter ini bisa efektif bila ada

keseimbangan antara disiplin yang diberlakukan kepada bawahan serta ada kompromi

terhadap bawahan.

3. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan

wewenang secara luas kepada para bawahan. Kelebihan gaya kepemimpinan demokratis

ini ada di penempatan perspektifnya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan

pemimpin dengan gaya demokratis ini. Umumnya, mereka sangat sabar dan sanggup

menerima tekanan. Gaya kepemimpinan demokratis ini akan efektif bila: (1) Pemimpin

mau berjuang untuk berubah ke arah yang lebih,(2)Punya semangat bahwa hidup ini tidak

selalu win-win solution, ada kalanya terjadi win loss solution. Pemimpin harus

mengupayakan agar dia tidak selalu kalah, tetapi ada kalanya menjadi pemenang.

4. Gaya Kepemimpinan Moralis

Gaya kepemimpinan moralis adalah gaya kepemimpinan yang paling menghargai

bawahannya. Pemimpin bergaya moralis pada dasarnya memiliki empati yang tinggi

terhadap permasalahan para bawahannya. Pemimpin bergaya moralis adalah sangat

emosinal. Dia sangat tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula

bisa sangat menyenangkan dan bersahabat. Gaya kepemimpinan moralis ini efektif bila:

Keberhasilan seorang pemimpin moralis dalam mengatasi kelabilan emosionalnya

seringkali menjadi perjuangan seumur hidupnya, (2) Belajar mempercayai orang lain atau

membiarkan melakukan dengan cara mereka, bukan dengan cara anda.

Untuk mengukur gaya kepemimpinan, dipergunakan indikator sebagai berikut

(Gibson,2004):

Charisma

Adanya karisma dari seorang pemimpin akan mempengaruhi bawahan untuk

berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan pimpinan.

b. Ideal influence (pengaruh ideal)

Seorang pemimpin yang baik harus mampu memberikan pengaruh yang positif

bagibawahannya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 289

Page 305: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Inspiration

Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menjadi sumber inspirasi bagi

bawahannya, sehingga bawahan mempunyai inisiatif agar dapat berkembang dan

memiliki kemampuan seperti yang diinginkan oleh pemimpinnya.

Intellectual stimulation

Adanya kemampuan secara intelektualitas dari seorang pemimpin akan dapat

menuntun bawahannya untuk lebih maju dan berpikiran kreatif serta penuh inovasi untuk

berkembang lebih maju.

Individualized consideration (perhatian individu)

Perhatian dari seorang pemimpin terhadap bawahannya secara individual akan

mempengaruhi bawahan untuk memiliki loyalitas tinggi terhadap pemimpinnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa seorang pemimpin dapat

menjadi cermin dari pemimpin tersebut. Kedua hal ini erat kaitannya. Oleh karena itu,

seorang pemimpin harus memahami kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi dan

memiliki beberapa gaya kepemimpinan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini mendeskripsikan tentang kesantunan berbahasa seorang kepala

sekolah(pemimpin) dilihat dari aspek prinsip kesopanan. Subjek penelitian ini adalah

salah satu kepala sekolah SMP di Medan dan objek penelitian ini adalah prinsip

kesopanan dalam kesantunan berkomunikasi. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,

kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok(syaodih,

2010:60). Penelitian ini dilakukan dengan mengamati subjek kelompok dan menganalisis

objek penelitian berdasarkan fakta yang ada.

Teknik pengumpulan data yaitu berupa catatan dokumentasi. Data yang diperoleh

dari catatan dokumentasi ialah transkrip pembicaraan antara kepala sekolah dengan

beberapa guru di meja piket dan pada saat rapat. Analisa data dilakukan dengan

menggunakan analisis isi (content analysis), yang digunakan untuk menganalisis

kesantunan berbahasa dengan mengkaji melalui prinsip kesopanan berbahasa seorang

pemimpin.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan mendeskripsikan dan membahas data yang telah

dikumpulkan. Data-data tersebut kemudian dideskripsikan untuk memperoleh gambaran

secara jelas. Dengan mendeskripsikan data-data tersebut dapat dilihat kesantunan

berbahasa pemimpin yang menjadi subjek penelitian.

ISBN: 978-602-50622-0-9 290

Page 306: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pembahasan Penelitian

Percakapan 1

Percakapan ini terjadi di meja piket salah satu sekolah SMP di Medan.

Kepala Sekolah : Terkadang kita dalam memberi hukuman kepada anak-anak

ini harusefektif buk dan pak

Para Guru : Maksudnya pak?

Kepala Sekolah : Ada beberapa guru yang saya lihat saat menghukum anak

didik tidak mendidik. Ada itu guru senior, mata pelajaran xxx

yang masuk di kelas 9xx, menghukum siswa tidak mendidik.

Tindakan seperti apa itu, pada akhirnya siswa sendiri yang

jujur kalau guru ini selalu menuduh tanpa mendengar alasan

yang diberi siswa. Sehingga siswa yang kena imbasnya.

Masalahnya tidak sekali saja guru ini melakukan hal seperti ini

sudah sering saya perhatikan, tapi tidak ada perubahan.

Kepala Sekolah : Tadi saya keliling kelas, lalu saya melihat ada anak-anak

yang berdiri di depan kelas saat pembelajaran sedang

berlangsung. Kemudian saya tanya kenapa kalian berdiri di sini

nak, lalu anak-anak itu bilang “kami dihukum Mam pak, kami

gak boleh masuk kelas sampai pelajaran Mam selesai. Lalu

saya bertanya lagi, “apa yang kalian lakukan sehingga ibu itu

marah? Anak-anak “kami terlambat masuk pak, ntah apa Mam

itu padahal kami dah lari-lari. Lalu saya foto mereka ibu-ibu

sebagai bukti. Nah, janganlah kita sampai menghukum siswa

dan pada akhirnya siswa jadi membenci kita karena kita

berperilaku yang tidak adil. Inilah susahnya, ketika diberitahu

tidak mau mendengar nanti kalau kita buat laporan tidak enak

juga dengan nama sekolah kita.

Para Guru : ohh, ia juga ya pak

Percakapan 2

Percakapan terjadi saat rapat guru.

Kepala Sekolah : Ibu x1, seharusnya tidak perlu mencampuri yang bukan

urusannya, tindakan ibu ini sudah fatal, menulis hal-hal yang

tidak benar. Ibu x2, juga ada kesalahan, ibu sering terlambat

datang kesekolah, dan seterusnya.

Keseluruhan pembahasan rapat ini adalah membahas kelemahan masing-masing guru dan

tidak ada memberikan motivasi.

ISBN: 978-602-50622-0-9 291

Page 307: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Analisis Percakapan

Berdasarkan percakapan pertama dan kedua diatas, jelas terlihat bahwa kepala

sekolah tersebut mengungkapkan keburukan salah satu guru di depan guru-guru lain, atau

dengan kata lain pemimpin ini membicarakan orang lain dibelakangnya. Hal ini sangat

melanggar prisnip kesopanan dalam kesantunan berbahasa dan melanggar ciri-ciri

seorang pemimpin yang baik dan benar. Karena penerapan prinsip kesopanan (politeness

principle) dalam berbahasa ditandai dengan memaksimalkan kesenangan/kearifan,

keuntungan, rasa salut atau rasa hormat, pujian, kecocokan, dan kesimpatikan kepada

orang lain dan (bersmaan dengan itu) meminimalkan hal-hal tersebut pada diri sendiri.

Adapun maksim yang dilanggar oleh pemimpin ini adalah maksim aksim kebijakan yang

mengutamakan kearifan bahasa, maksim penerimaan yang menguatamakan keuntungan

untuk orang lain dan kerugian untuk diri sendiri, maksim kemurahan yang mengutamakan

kesalutan/rasa hormat pada orang lain dan rasa kurang hormat pada diri sendiri, dan

maksim kesimpatian yang mengutakan rasa simpati pada orang lain.

Jika dilihat dari cara kepemimpinanya pemimpin ini sudah melanggar ciri-ciri

seorang pemimpin yang baik yaitu: (a)Charisma, (b)Ideal influence (pengaruh ideal),

(c)Inspiration, (d)Intellectual stimulation, dan (e)Individualized consideration (perhatian

individu).

Dari kelima poin diatas pemimpin ini tidak memenuhi kriteria bagian (b)

Pengaruh ideal, (c) inspirasi, (d) Stimulasi intelektual dan (e) Perhatian individu.Jadi

dapat disimpulkan prinsip kesopanan kepala sekolah ini dalam berkomunikasi sangat

mempengaruhi kepemimpinanya di dalam masyarakat sekolah. Hal negatif yang terjadi

adalah banyak guru-guru yang tidak mengganggap penting yang dikatakan kepala sekolah

dan hanya menganggap itu sebagai angin lalu, lalu banyak para guru yang tidak peduli

mau kepala sekolahnya datang atau tidak dan menimbulkan rasa kurang empati dan

peduli terhadap pemimpinnya.

Hal yang harus dilakukan pemimpin ini ialah dengan tidak mengumbar kesalahan

guru kepada guru lain, lebih perhartian kepada kinerja guru bukan menjelek-jelekkannya,

lebih bersifat rendah diri dan ramah kepada guru-guru, memberikan motivasi dan solusi

dari permasalahan yang dialami guru.

SIMPULAN

Kesantunan berbahasa harus dipahami oleh para pemimpin. Karena dengan

berbahasa seorang pemimpin dapat memimpin organisasinya. Jika kesantunan

berbahasanya tidak baik maka secara otomatis kepemimpinannya juga tidak baik dan

rencana yang sudah direncanakan tidak berjalan dengan baik tetapi jika kesantunan

berbahasanya baik maka gaya kepemimpinannya akan baik dan organisasi yang

dipimpinnya berjalan sesuai rencananya. Selain kesantunan berbahasa pemimpin juga

harus menguasai beberapa gaya kepemimpinan agar dapat menajdi pemimpin yang ideal

ISBN: 978-602-50622-0-9 292

Page 308: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

atau disenangi oleh anggotanya. Kesantunan berbahasa dan gaya kepemimpinan

merupakan hal yang utama yang harus dipahami dan dilakukan oleh seorang pemimpin.

Agar organisasi yang dipimpinnya berjalan dengan baik dan sesuai rencana.

Hendaknya seorang pemimpin harus memahami betul bagaimana kepemimpinan

yang ideal dan memahami kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi.

DAFTAR RUJUKAN

Azis. E.A. 2008. Horison Baru Teori Kesantunan Berbahasa: Membingkai yang

Terserak, Menggugat yang Semu, Menuju Universalisme yang Hakiki. Pidato

Pengukuhan Guru Besar, Indonesia: Universitas Pendidikan Indonesia.

Badudu, J.S.1989. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar III. Jakarta: PT. Gramedia.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

D. E. Montolalu, I N. Suandi, I M. Sutama. 2013. Kesantunan Verbal dan Nonverbal

pada Tuturan Imperatif dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMP Pangudi

Luhur Ambarawa Jawa Tengah. dalam Jurnal “Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia”.Volume 2.

Gellerman, W., Saul. 2003. Manajer dan Bawahan.Jakarta: Lembaga Pendidikan dan

Pembinaan Manajemen (LPPM).

James. L. Gibson, John M. Ivancevich, James H. Donnely. 2004. Organisasi dan

Manajemen. Jakarta: Erlangga.

Leech, G. 1989. Principle of Pragmatics. London: Longman.

Miftah Thoha. 1995. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: Rajawali.

ISBN: 978-602-50622-0-9 293

Page 309: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Nababan, Mei Lamria Entalya.2012. Kesantunan Verbal dan Nonverbal pada Tuturan

Direktif dalam Pembelajaran di SMP Taman Rama Nasional

PlusJimbaran.Tesis. Singaraja: PascasarjanaUNDIKSHA.

Pranowo. 2009. Berbahasa secara Santun. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Robert Albanese, David D. Van Fleet. 1994. Organizational Behavior: A Managerial Viewpoint. Texas: Dryden Press.

St Mislikhah. 2014. Kesantunan Berbahasa.dalam Jurnal “Ar-Raniry: International

Journal of Islamic Studies”. Vol. 1, No.2, Desember.

ISBN: 978-602-50622-0-9 294

Page 310: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH KETERAMPILAN GURU MEMBERIKAN

PENGUATAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA MATERI

POKOK KERAGAMAN SOSIAL DI KELAS VISD NEGERI

101610 PURBABANGUN

Rahimul Harahap52

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini dilaksankan untuk mengeksplorasi tingkat perbedaan

dalam hasil dari siswa di kelas belajar menggunakan keterampilan guru

memberikan efek untuk memperkuat pembelajaran. Penelitian ini

menggunakan metode komparatif.Subyek penelitiannya adalah semua

siswa kelas VISD Negeri 101610 Purbabangun sebanyak 192 siswa yang

terdiri dari 5 kelas. Populasi sampel ditentukan menggunakan

gugusteknik sampel, yaitu sampel ditetapkan. Jadi sampel dalam

penelitian ini seluruh kelas VI-Edengan total 40 orang. Penelitian ini

menggunkan dua teknik, yaituanalisis deskriptif dan analisis statistik.

Berdasarkan perhitungan keragaman sosial perbedaan dalam

pembelajaran keluar datang dengan subyek keterampilan guru

memberikan efek untuk memperkuat pembelajaran memperoleh koefisien

di 0,577. Kemudian dengan df oleh 48 di tingkat signifikan sebesar 5%

ditemukan t tabel oleh 0,320. Berdasarkan nilai > t tabel (0,577>0,320),

dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ini berarti bahwa ada

perbedaan antara hasil keterampilan guru memberikan efek kepada

penguatan siswa belajar.

Kata kunci: Keterampilan guru,hasil belajar,keragaman sosial

PENDAHULUAN

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sumber daya manusia

(SDM) menjadi unsur penentu dalam mengisi kelangsungan hidup manusia. Untuk

menghadapi tantangan pada masa mendatang, pendidikan nasional dilaksanakan dengan

tujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya.Oleh karena itu, setiap

praktisi dan pemerhati bidang pendidikan dan pengajaran perlu memikirkan dan

52PENDIDIKAN DASAR PASCASARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 295

Page 311: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mengambil langkah-langkah guna ikut berkiprah meningkatkan kualitas manusia

Indonesia seutuhnya, yakni dengan meningkatkan mutu pendidikan.

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar.

Dipundaknya terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan

persekolahan.Seorang guru dituntut mempunyai kemampuan dalam membawakan bahan

pengajaran pada pelajaran.Peranan guru yang diharapkan seakan kurang dikuasai

sepenuhnya oleh setiap guru dengan melihat beragamnya tanggapan dari

masyarakat.Keterampilan tersebut bersifat generik yang berarti keterampilan ini perlu

dikuasai oleh semua guru, baik guru TK, SD, SLTP, SLTA maupun dosen perguruan

tinggi.Dengan pemahaman dan penguasaan keterampilan mengajar guru diharapkan

mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran, terutama dalam hal perencanaan dan

pelaksanaan proses mengajar.

Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Keragaman Sosial

Belajar merupakan proses dasar perkembangan hidup manusia untuk

memperoleh hal-hal baru, baik dalam pengetahuan, kecakapan, sikap, dan tingkah

laku.Abin Syamuddin Makmun (2004:157) mengemukakan bahwa, Belajar adalah

suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau

pengalaman tertentu.Sedangkan Yatim Riyanto (2009:5) berpendapat bahwa,

Belajar adalah suatu perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai

hasil dari pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan

rohaniah, kelelahan, motivasi, perubahan dalam situasi stimulus atau faktor-faktor

lainnya yang tidak berhubungan langsung dengan belajar.Selain itu, menurut

Oemar Hamalik (2008:36) Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan

melalui pengalaman.Berdasarkan pengertian yang dikemukakan di atas, belajar

adalah suatu proses atau kegiatan dan bukan merupakan suatu hasil proses

ataupun tujuan. Dengan kata lain belajar bertitik tolak dari suatu konsep, dimana

belajar itu merupakan perubahan melalui suatu aktivitas, praktek dan pengalaman.

Perubahan yang terdapat dalam diri seseorang dapat dilihat melalui suatu

penilaian dan evaluasi.Demikian halnya dengan hasil belajar, dapat dipengaruhi

oleh usaha yang dilakukan siswa itu sendiri termasuk metode belajarnya.Oemar

Hamalik (2001:73) menyatakan bahwa, hasil belajar adalah menunjukkan

kemampuan yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap baru yang

dicapai oleh siswa. Selanjutnya S. Nasution (2003:6) berpendapat,hasil belajar

merupakan apa yang dapat dilakukan atau dikuasai siswa sebagai hasil pelajaran,

akan tetapi tidak mencakup semua tingkah laku.

Adapun hasil belajar yang dikaji dalam penelitian ini adalah hasil belajar

Keragaman Sosial. Sebagaimana penjelasan dari S.K. Kochhar (2008:6) bahwa,

hasil belajar Keragaman Sosial suatu perolehan kisah tentang apa yang telah

dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, tentang apa yang mereka tinggalkan bagi

orang lain baik dalam konteks kesenangan maupun dalam penderitaan.Sedangkan

Flores Tanjung (2003:11) mengatakan, hasil belajar Keragaman Sosial adalah

ISBN: 978-602-50622-0-9 296

Page 312: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengetahuan akan adanya keragaman pengalaman hidup pada masing-masing

masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lalu untuk

memahami masa sekarang dan masa yang akan datang.

Dari beberapa teori di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

Keragaman Sosial adalah perolehan sejumlah pengetahuan akan keragaman hidup

manusia lampau baik dalam aspek individual maupun kolektif yang bermanfaat

sebagai cara pandang dimasa sekarang dan yang akan datang.

Keragaman Sosial sebagai ilmu, menurut Hoesin Rusdy (2004:4)

mengatakan bahwa, Keragaman Sosialmemiliki sejumlah masalah, bukti dan

fakta, yang perlu pembuktian secara ilmiah, melalui serangkaian penelitian dan

hipotesa, dengan menggunakan metode penelitian tertentu. Sememtara itu Sartono

Kartodirjo (2006:33) mengemukakan Keragaman Sosial dikatakan sebagai seni

karena menganalisis semua fakta yang berkaitan dengan hasil budaya, yang dapat

meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas tinggi. Sedangkan Nurlina

mengatakan Keragaman Sosial sebagai seni adalah kejadian-kejadaian dalam

Keragaman Sosial bisa meningkatkan daya imajinatif, dan membawa manusia ke

masa lalu. Sedangkan, menurut Kuntowijoyo (2004:38) Keragaman Sosial sebagai

kisah adalahhasil karya atau hasil ciptaan sejarawan, penulis atau orang-orang

yang menulisnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

hasil belajar Keragaman Sosial pada materi Keragaman Sosial adalah

kemampuanyang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap belajar siswa

untuk dapat memahami prinsip dasar ilmu Keragaman Sosial karena adanya cara

pandang berbeda pada masyarakat terhadap masa yang lampau untuk memahami

masa sekarang dan masa yang akan datang.

Kemampuan Guru Memberikan Penguatan

Penguatan adalah suatu respons terhadap suatu tingkah laku siswa yang

dapat menimbulkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku

tersebut.Saifuddin Udin (2010:88) menjelaskan bahwa, segala bentuk respons,

apakah bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi

tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang betujuan untuk memberikan

informasi atau umpan balik (feedback) bagi siswa atas jawaban atau perbuatannya

sebagai suatu motivasi ataupun koreksi. Wina Sanjaya (2005:164)

mengungkapkan, Penguatan verbal adalah penguatan yang diungkapkan dengan

kata-kata baik kata-kata pujian dan penghargaan atau kata-kata

koreksi.Sememtara itu Trianto (2007:98) mengungkapkan Penguatan non verbal

adalah penguatan yang diungkapkan melalui bahasa isyarat. Misalnya melalui

anggukan kepala tanda setuju, mengangkat pundak, dan lain sebagainya.

Sadirman (2007:110) mengungkapkan, keterampilan memberikan

penguatan terhadap siswa dapat dilakukan dengan cara seperti siswa yang

memiliki prestasi di bidang musik diberi kepercayaan untuk memimpin paduan

ISBN: 978-602-50622-0-9 297

Page 313: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

suara di sekolahnya, atau siswa yang memiliki karya ilmiah yang baik diberi

kesempatan untuk memamerkan hasil karyanya di ruang guru.Senada dengan hal

itu, Moh Uzer Usman (2011:102) mengemukakan kemampuan guru memberikan

penguatan adalah “respons terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan

kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.Tindakan tersebut

dimaksudkan untuk mengganjar atau membesarkan hati siswa agar mereka lebih

giat berpartisipasi dalam interaksi belajar-mengajar.Sedangkan Wina Sanjaya

(2007:34) menyatakan bentuk respon apapun harus ditujukan pada upaya

memberikan dorongan kepada siswa untuk lebih meningkatkan prestasi belajarnya

(akademik maupun non akademik).Bentuk dan jenis penguatan yang dimaksudkan

sebagai umpan balik, harus dihindari dari kemungkinan buruk yaitu timbulnya

malas, prustasi dan sifat-sifat negatif lainnya.

Dari beberapa penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan manfaat

penguatan bagi siswa adalah untuk meningkatkan perhatian dalam belajar,

membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan

memelihara iklim belajar yang kondusif.Keterampilan memberikan penguatan

merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru

untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya dalam mencapai perkembangan

yang optimal pada pembelajaran.Pemberian penguatan adalah segala usaha nyata

yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan semangat belajar siswa dalam

usahan mencapai dan memperoleh prestasi yang baik di sekolah dan masyarakat

khususnya sebagai bekal hidup di masa depan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini berlokasi di SD Negeri 101610 Purbabangun, yang beralamat di Jl.

Gunung Tua-Binanga Km. 8,5 Padang Lawas Utara.Waktu yang diperlukan

dalampelaksanaan penelitian ini ± 4 bulan, yaitu mulai bulan September 2012 s/d

Desember 2012. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI.

Adapun metode penelitian yang ditetapkan dalan penelitian ini adalah metode

yang sesuai dengan rumusan masalah, yakni untuk mencari pengaruh antara dua variabel,

yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Oleh karena itu metode penelitian yang

dipergunakan adalah metode deskriptif. Moh.Nasir (2005:54) berpendapat bahwa,Metode

deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek

kondisi suatu sistem pemikiran atau peristiwa masa sekarang.Tujuan penelitian deskriptif

adalah untuk membuat deskriptif gambaran secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam rangka analisis terhadap variabel

X (Keterampilan Guru Memberikan Penguatan) tehnik pengumpulan data yang dilakukan

adalah dengan menggunakan tehnik angket.Sedangkan untuk memperoleh data Hasil

Belajar Siswa Materi Pokok Keragaman Sosial, penulis menggunakan tes.Jenis angket

dan tes yang digunakan peneliti berbentuk pilihan ganda (multiple choice).

ISBN: 978-602-50622-0-9 298

Page 314: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sedangkan, untuk menganalisis data digunakan dengan dua tahap, yaituanalisis deskriptif

yang digunakan untuk memberikan gambaran secara umum dari kedua variabel dan

analisis statistik inferensial yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang ditegakkan

diterima atau diterima kebenarannya dengan menggunakan rumus korelasi “r” Product

Moment oleh Person.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap variabel bebas (X) yakni

keterampilan guru memberikan penguatan. Berdasarkan hasil pengolahan data

yang terkumpul tentang keterampilan guru memberikan penguatandiperoleh nilai

terendah 2,3 dan nilai tertinggi 3,9. Sedangkan, nilai yang mungkin dicapai oleh

siswa adalah 0-4. Berdasarkan dari hasil perhitungan data keterampilan guru

memberikan penguatandiperoleh nilai rata-rata 2,81. Apabila dikonsultasilkan

pada tabel klasifikasi penilain maka nilai berada pada kategori “Baik”.

Berdasarkan hasil pengolahan data yang terkumpul tentang hasil belajar

siswa pada materi pokok Keragaman Sosial (Variabel Y) diperoleh nilai terendah

40 sampai nilai tertinggi 80, sedangkan nilai yang mungkin dicapai 0-100.

Berdasarkan dari hasil perhitungan data hasil belajar siswa pada materi pokok

Keragaman Sosial diperoleh nilai rata-rata 63,25. Apabila dikonsultasikan pada

tabel klasifikasi penilaian Bab III (Tabel 4) maka nilai pada kategori “Cukup”.

Berdasarkan hasil perbandingan nilai di atas maka hipotesis alternatif yang

dirumuskan dalam penelitian ini dapatditerima kebenarannya. Artinya “Terdapat

pengaruh yang kuat antara keterampilan guru memberikan penguatan dengan hasil

belajar siswa pada materi pokok Keragaman Sosial di Kelas VI SD Negeri 101610

Purbabangun”.

SIMPULAN

Dari hasil analisis nilai perolehan untuk variabel bahwa keterampilan guru

memberikan penguatan. Diperoleh nilai rata-rata pada kategori “Baik”. Sedangkan, untuk

hasil belajar Keragaman Sosial siswa pada materi pokok Keragaman Sosial dikategorikan

“Cukup”.Berdasarkan nilairhitung lebih besar dari pada rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara keterampilan guru memberikan penguatan

dengan hasil belajar siswa pada materi pokok Keragaman Sosial” di Kelas VI 101610

Purbabangun.

Dari uraian di atas, penelitian ini memberikan implikasi bahwa tinggi rendahnya

hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berperan antara lain guru,

lingkungan belajar, kerangka atau model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

siswa, metode pembelajaran dan kurikulum.

ISBN: 978-602-50622-0-9 299

Page 315: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2009.Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bakhtiar, Amsal. 2004.Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Carey, Peter dan Colin Wild. 1986. Gelora Api Revolusi Sebuah Antologi Keragaman

Sosial. Jakarta: Gramedia.

Darmodiharjo, Darji. 1984.Pancasila dalam Beberapa Perspektif. Jakarta: Aries Lima.

Fachrul, Melati Ferianita. 2008.Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Gunawan, Ary H. 2000.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar.Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hardi. 1988.Menarik Pelajaran dari Keragaman Sosial. Jakarta: Haji Masagung.

Nazir, Moh. 1983.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nugroho, Sigit. 2008.Dasar-dasar Metode Statistika. Jakarta: Gramedia Wididsarana

Indonesia.

Pendidikan, Jurnal Teknologi. 2001.Jurnal Teknologi Pendidikan. Jakarta: Program Studi

Pendidikan, Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Jakarta.

Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Noto Susanto. 2008.Keragaman Sosial

Nasional Indonesia V. Jakarta: Balai Pustaka.

Rickefs, M. C. 2008.Keragaman Sosial Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.

Sasono, Adi. 2008.Rakyat Bangkit Bangun Martabat. Jakarta: Pustaka Alfabet.

Sagala, Syaiful. 2008.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sudiyo. 2002.Pergerakan Nasional Mencapai dan Mempertahankan Kemerdekaan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudijono, Anas. 2004.Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soebantardjo. 1961.Sari Sedjarah Asia Australia. Jogjakarta: Penerbit Bopkri.

ISBN: 978-602-50622-0-9 300

Page 316: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Slameto. 2003.Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Yusuf, A. Muri. 2005.Dasar-Dasar dan Teknik Evaluasi Pendidikan. Padang: Universitas

Negeri Padang.

Yulaelawati, Ella. 2009.Kurikulum dan Pembelajaran, Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta: Pakar Raya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 301

Page 317: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENERAPAN METODE PENEMUAN (DISCOVERY)

UNTUKMENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PADA

MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS FAKULTAS ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2015

Risma Sitohang53, Bronika Septiani Sianturi54

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa

pada mata kuliah konsep dasar IPS dengan menerapkan metode

penemuan (discovery) dengan materi pokok pengaruh kondisi alam

terhadap kegiatan ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian

tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus yang pada setiap

siklusnya terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan,

pengamatan dan refleksi. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa

semester satu yang berjumlah 31 orang. Dalam penelitian ini teknik

pengumpulan data melalui tes dan lembar observasi. Hasil penelitian ini

menunjukkan peningkatan hasil belajar mahasiswa dari ketuntasan

belajar mahasiswa secara klasikal pada tes awal sebesar 35,48% atau

sebesar 11 orang mendapatkan nilai dalam kategori tuntas, dengan nilai

rata-rata kelas sebesar 64,35. Pada siklus I, diperoleh peningkatan

menjadi 58,06% atau 18 orang mahasiswa mendapatkan nilai tuntas

dengan nilai rata-rata 73.71. Pada siklus II diperoleh 87,1% atau 27

orang mahasiswa termasuk tuntas dan nilai rata-rata kelas 83,06.

Kata Kunci: metode discovery, hasil belajar IPS

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia mengembangkan dirinya

sehingga manusia mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi menuju arah yang

lebih baik. Pendidikan yang diperolah mahasiswa saat ini akan digunakan bagi kehidupan

masa depan terutama masa di mana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya.

Untuk memperoleh hasil belajar yang baik, tidak cukup hanya dengan

kemampuan dosen yang baik, yang mampu mentransfer ilmu kepada mahasiswa, tetapi

dibutuhkan juga mahasiswa yang siap menerima apa yang diajarkan oleh dosen.

53PGSD FIP UNIMED 54STKIP RIAMA MEDAN

ISBN: 978-602-50622-0-9 302

Page 318: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hasil belajar yang akan dicapai oleh mahasiswa tidak hanya ditentukan oleh kuantitas dan

kualitas dari dosen itu saja, akan tetapi dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas belajar

dari mahasiswa.

Pada kenyataannya mahasiswa merasa kesulitan dalam menerima materi IPS. IPS

menjadi mata kuliah yang membosankan, karena materi ajar yang begitu banyak dan

penyampaian materi dari dosen masih menggunakan metode pembelajaran klasik, seperti

ceramah, dosen menjelaskan dan mahasiswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh

dosen. Sehingga mahasiswa merasa bosan belajar yang mengakibatkan turunnya prestasi

belajar mahasiswa. Rendahnya hasil belajar yang dicapai mahasiswa tidak semata-mata

disebabkan oleh kemampuan mahasiswa, tetapi juga bisa disebabkan kurang berhasilnya

dosen dalam mengajar. Karena salah satu tugas dosen adalah sebagai pengajar yang lebih

menekankan kepada tugas dalam merencanakan dan melaksanakan pengajaran.

Masalah selanjutnya adalah metode pembelajaran yang diterapkan dosen kurang

bervariasi, dosen dominan menggunakan metode ceramah, pembelajaran masih bersifat

monoton yaitu pembelajaran berpusat pada dosen (teacher center) pada pembelajaran

pada setiap kurikulum apapun yang digunakan, padahal seharusnya metode dan proses

pembelajaran yang disyaratkan adalah pembelajaran yang mengedepankan pengamanan

personal, asosiasi, bertanya, menyimpulkan, dan mengkomunikasikan, di mana guru

hanya sebagai fasilitator sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student center).

Masalah tersebut membutuhkan penyelesaian, oleh karena itu untuk mengatasi

masalah-masalah dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi Perekonomian

Masyarakat perlu diajarkan dengan metode yang optimal, metode yang dimaksud

pastinya harus bersifat student centered active learning (pembelajaran yang berpusat pada

keaktifan mahasiswa) sehingga lebih tertarik untuk mengeksplorasi pengetahuannya dan

semakin termotivasi untuk meningkatkan hasil belajarnya. Dalam hal ini peneliti

bermaksud menerapkan metode pembelajaran penemuan (discovery) dalam pembelajaran

IPS. Menurut peneliti metode ini dapat mengatasi masalah-masalah tersebut sebab

metode discovery sangat signifikan dengan karakteristik pembelajaran student center, di

mana pada metode ini melibatkan mahasiswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar

pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba mandiri, agar

mahasiswa dapat belajar mandiri.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul

penelitian “Penerapan Metode Penemuan (Discovery) untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Mahasiswa pada Mata Kuliah Konsep Dasar IPS”. Adapun tujuan penelitian ini secara

umum adalah untuk meningkatkan hasil belajar dengan menerapkan metode penemuan

(Discovery) pada mata kuliah konsep dasar IPS.

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara

sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan pengetahuan atau kemahiran yang

sedikit permanen. Proses belajar akan berjalan dengan baik apabila disertai dengan tujuan

yang jelas. Menurut Slameto (2003:2) belajar merupakan suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 303

Page 319: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Belajar pada prinsipnya adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

interaksi antara siswa dengan sumber-sumber atau obyek belajar baik secara sengaja

dirancang atau tanpa sengaja dirancang (Suliana,2005). Kegiatan belajar tersebut dapat

dihayati oleh orang yang sedang belajar. Selain itu kegiatan belajar juga dapat diamati

oleh orang lain. Belajar yang dihayati oleh seorang pelajar ada hubungannya dengan

usaha pembelajaran, yang dilakukan oleh pembelajar. Belajar dimaksudkan untuk

menimbulkan perubahan perilaku, yaitu perubahan dalam aspek kognitif, efektif, dan

psikomotorik. Perubahan-perubahan dalam aspek itu menjadi hasil dari proses belajar.

Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh

seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,

yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional. Belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk perubahan perilaku

pada individu yang belajar. Jadi hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan

manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Winkel dalam Purwanto, 2011:45).

Selanjutnya menurut Anitah dkk (2009:219) “hasil beajar adalah kulminasi dari

suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan

kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan suatu perubahan tingkah laku

atau perolehan tingkah laku yang baru dari mahasiswa yang bersifat menetap, fungsional,

positif, dan disadari”. Selain itu Nana Sudjana (2010:22) juga mengemukakan defenisi

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki mahasiswa setelah menerima

pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa

hasil belajar adalah suatu perolehan perubahan kemampuan yang dimiliki mahasiswa

setelah melakukan suatu aktivitas, dimana perubahan tersebut bersifat positif.

Ilmu pengetahuan sosial (social studies) merupakan pengetahuan mengenai

segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Kajian tentang masyarakat dalam

IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan yang luas,

linkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan

demikian mahasiswa yang mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial dapat menghayati masa

sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau.

Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya tentang Ilmu Pengetahuan

Soaial yang antara lain: Menurut Somantri dalam Sapriya (2008:9)

menyatakan IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu sosial

humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan

pendidikan.

Selain itu Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari

berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,

ISBN: 978-602-50622-0-9 304

Page 320: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ekonomi, politik, hokum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial

dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang menujudkan

satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu

sosial ( Tritanto, 2013 : 171).

Pengertian Metode Discovery (Penemuan)

Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Di mana dalam teknik ini

pembelajaran yang dilakukan berpusat pada mahasiswa sehingga hanya dosen sebagai

fasilitator untuk mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut para ahli seperti Sund dalam Roestiyah (2012:20) discovery adalah

proses mental di mana mahasiswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau

prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah mengamati,

mencerna, mengerti, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur

membuat kesimpulan dan sebagainya. Suatu konsep misalnya segitiga, pans, demokrasi

dan sebagainya. Sedang yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah logam apabila

dipanaskan akan mengembang. Dalam teknik ini mahasiswa dibiarkan menemukan

sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, dosennya membimbing dan

memberikan instruksi.

Richard dan asistennya mencoba self-learning(belajar sndiri) itu, sehingga

situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning menjadi situasi student

dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah suatu cara mengajar

yang melibatkan mahasiswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,

dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar mahasiswa dapat

belajar sendiri.

Selain itu Mulyasa (dalam Takdir, 2012:32) menyatakan bahwa discovery

merupakan strategi pembelajaran yang menekankan pengalaman langsung di lapangan,

tanpa harus selalu bergantung pada teori-teori pembelajaran yang ada dalam pedoman

buku pelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran discovery, peneliti

mengharapkan bahwa model pembelajaran ini dapat menjadi alternatif untuk

meningkatkan hasil belajar dan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep IPS

serta meminimalisir tingkat kesulitan belajar IPS.

Dari beberapa defenisi metode discovery di atas peneliti dapat menyimpulkan

bahwa metode ini merupakan cara penyampaian pelajaran yang berdasarkan penemuan,

di mana mahasiswa menjadi pusat dalam pembelajaran menemukan sendiri berdasarkan

pengalaman dan membandingkan dengan beberapa pendapat untuk menjadikan suatu

kesimpulan.

Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Discovery

Dalam pelaksanaan pembelajaran haruslah memiliki tahapan proses pelaksanaan

untuk mendapatkan hasil maksimal. Istarani (2012:51) mengemukakan prosedur

pelaksanaan metode discovery (penemuan) adalah sebagai berikut: a) dosen menjelaskan

masalah apa yang harus ditemukan, b) menyiapkan bahan atau media yang digunakan

dalam proses pembelajaran penemuan, c) dosen memberikan aturan kerja dalam

ISBN: 978-602-50622-0-9 305

Page 321: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

melakukan proses penemuan, d) dosen memberikan lembar kerja (LK) sebagai prosedur

kerja, e) melaporkan hasil penemuan, f) evaluasi, dan g) kesimpulan.

Selanjutnyan menurut Ratna (2006:76) langkah-langkah pembelajaran dengan

menggunakan metode discovery adalah: a) stimulating (stimulasi atau pemberian

rangsangan), b) problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), c) data collection

(pengumpulan data), d) data processing (pengolahan data), e) verification

(pentakhiran/pembuktian), dan f) generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi).

Dari langkah-langkah di atas yang digunakan peneliti adalah langkah-langkah

pembelajaran menurut Ratna (2006:76) yang terdiri dari enam langkah pembelajaran

yang mendasari kegiatan yang dilakukan dosen dan mahasiswa dalam proses

pembelajaran, dan untuk memperinci langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel Langkah-langkah Pembelajaran Dengan Metode Discovery

No. Lahap Pelaksanaan Kegiatan yang dilakukan

1. Stimulation Guru memberikan stimulus terhadap mahasiswa untuk

menimbulkan keinginan untuk menyelidiki sendiri.

2. Problem Statement mahasiswa mengidentifikasi agenda masalah yang

relevan yang dijadikan suatu hipotesis.

3. Data Collection Kegiatan untu membuktikan benar tidaknya hipotesis.

4. Data Processing Kegiatan mengolah data dan informasi yang diperoleh

para mahasiswa baik melalui wawanara, observasi.

5. Verification Menemukan suatu konsep, teori, aturan dan

pemahaman untuk membuktikan suatu materi.

6. Generalization Tahap menarik kesimpulan.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kota Medan, Sumatera Utara. Pemilihan kota yang

dijadikan lokasi penelitian bersifat terbatas, melalui pertimbangan lokasi yang mudah

dijangkau oleh penulis. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan September 2015-

Oktober 2015. Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa PGSD semester genap T.A

2014/2015 yang berjumlah 31 orang.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif.

Apabila datanya telah terkumpul lalu diklasifikasikan menjadi dua kelompok data, yaitu

kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang dinyatakan dalam kata-

ISBN: 978-602-50622-0-9 306

Page 322: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kata atau simbol. Data kualitatif yang berbentuk kata-kata tersebut disisihkan untuk

sementara, karena akan sangat berguna untuk menyertai dan melengkapi gambaran yang

diperoleh dari analisis data kuantitatif (Arikunto, 2006). Sehingga dalam penelitian ini

diperlukan data kuantitatif yang berbentuk angka terlebih dahulu, setelah itu baru

diperjelas dengan kata-kata.

Analisis dan refleksi (reflect), peneliti melakukan refleksi apa yang ditemukan

pada saat melakukan kegiatan meneliti yaitu pada waktu melaksanakan proses

pembelajaran pada siklus I, apa yang menjadi hambatan dan motivasi agar lebih lagi pada

siklus II dengan skema tindakan menurut Rosmala Dewi (2010:122) sebagai berikut: a)

perencanaan, b) pelaksanaan tindakan, c) pengamatan, dan d) Refleksi.

HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN

Kegiatan awal yang dilaksanakan oleh peneliti adalah melihat kondisi kelas.

Kemudian peneliti membuat rancangan kegiatan penelitian dalam 2 siklus, dimana setiap

siklus terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Dimana dalam pelaksanaan tindakan, peneliti menerapkan metode penemuan (discovery)

untuk meningkatkan hasil belajar IPS mahasiswa pada materi mengenal aktivitas

ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan lain di daerahnya. Namun,

sebelum menerapkan metode penemuan (discovery) dalam pembelajaran, terlebih dahulu

diberikan tes awal (pre-tes) kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

awal mahasiswa dan hasil belajar IPS pada materi mengenal aktifitas ekonomi yang

berkaitan dengan sumber daya alam.

Kemampuan mahasiswa dalam menguasai materi pengaruh kondisi alam

terhadap kegiatan ekonomi masih rendah. Hal ini terlihat dari perolehan rata-rata kelas

hanya sebesar 64,35. Selain itu, dari 31 orang mahasiswa hanya 11 orang yang mendapat

nilai ≥ 75 yang termasuk dalam kategori tuntas dengan perhitungan persentase

menggunakan rumus: = ∑ siswa yang tuntas belajar

x 100%, maka

11

100% = 35,48%

∑ 31 dan 20 orang mahasiswa mendapatkan nilai ≤ 75 dikategorikan belum tuntas dengan persentase 2031 100% = 64.51%. Sementara itu, untuk pencapaian hasil belajar secara klasikal hasil belajar mahasiswa pada tes awal (pre-tes) di atas, menunjukkan bahwa

kemampuan awal mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal materi pokok pengaruh

kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya,

dapat dilihat pada diagram berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 307

Page 323: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Hal ini menunjukkan hasil belajar yang rendah dan belum mencapai ketuntasan.

Maka selanjutnya peneliti mengadakan perbaikan dengan menerapkan metode penemuan

(discovery) untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada pelajaran IPS materi pokok

pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi.

Siklus I

a. Perencanaan

Peneliti merencanakan untuk membuat pemecahan masalah dengan

melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan (discovery).

Pelaksanaan Tindakan I Pertemuan 1

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai RPP dengan menggunakan metode penemuan (discovery) pada

pelajaran IPS materi pokok pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi.

Selanjutnya, peneliti menjelaskan kepada mahasiswa materi yang akan dipelajari.

Pertemuan 2

Pada pertemuan ini peneliti membagi kelas menjadi empat kelompok untuk

membuktikan hipotesis yang telah dipilih pada pertemuan sebelumnya.

Setelah kegiataan pada siklus I selesai, peneliti memberikan soal pos-test

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan dari hasil belajar setelah belajar

dengan menggunakan metode penemuan (discovery).

c. Pengamatan

Dari data hasil observasi terhadap kegiatan mahasiswa, dapat dikatakan bahwa

kegiatan dan keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar pada siklus I masih

tergolong kurang. Dengan demikian, dibutuhkan perbaikan agar keterlibatan mahasiswa

dalam proses belajar maksimal dimana standar nilai yang dibuat yaitu 80 sedangkan pada

siklus ini nilai observasi mahasiswa dengan rumus: persentase = ℎ ℎ x 100% dimana skor maksimal yaitu 56 masih mencapai

73,22% yang masih tergolong dalam kategori kurang. Selanjutnya, hasil observasi

kemampuan peneliti pada siklus I dengan 2 kali pertemuan adalah peneliti belum optimal

dalam melaksanakan tindakan terutama pada metode penemuan (discovery) dalam

pembelajaran IPS materi pokok pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi.

Kegiatan peneliti dalam menerapkan metode penemuan (discovery) belum dilakukan

secara optimal. Hal tersebut dapat mempengaruhi kegiatan mahasiswa yang kurang

maksimal juga. Untuk itu, peneliti harus memperbaiki cara mengajar dengan

menggunakan metode penemuan (discovery).

d. Refleksi

Nilai rata-rata mahasiswa 73,71 dengan perolehan ketuntasan klasikal hasil

belajar mahasiswa sebesar 58,06% dengan jumlah siswa 18 orang. Sedangkan 13

mahasiswa lainnya masih dinyatakan tidak tuntas dengan persentase ketidaktuntasan

ISBN: 978-602-50622-0-9 308

Page 324: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

41,93%. Hal ini menunjukkan hasil belajar mahasiswa pada siklus I ini, sudah

mengalami peningkatan dari hasil belajar mahasiswa sebelum dilaksanakannya metode

penemuan (discovery). Namun, ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai, hal ini

disebabkan ketuntasan yang diharapkan pada penelitian ini sebesar 80%. Oleh karena itu,

peneliti perlu mengadakan perbaikan dengan melanjutkan tindakan ke siklus II untuk

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok pengaruh kondisi alam terhadap

kegiatan ekonomi.

Hasil belajar siswa pada siklus I di atas, menunjukkan bahwa dari 31 mahasiswa,

terdapat 18 orang mahasiswa yang mendapat nilai ≥ 75 atau sama dengan tuntas dengan

rincian sebagai berikut: 3 orang mahasiswa mendapat nilai 90 dengan persentase 9,68%,

selanjutnya 3 orang mahasiswa mendapat nilai 85 dengan persentase 9,68%, 5 orang

mendapat nilai 80 dengan persentase 16,1%, serta 7 orang mendapat nilai 75 dengan

persentase 22,6%. Dan masih terdapat 13 orang yang mendapat nilai ≤ 75 atau masuk

dalam kategori tidak tuntas dengan rincian sebagai berikut: terdapat 3 orang mahasiswa

yang mendapatkan nilai 70 dengan persentase 9,68%, selanjutnya 6 orang mahasiswa

mendapat nilai 65 dengan persentase 19,4%, 3 orang mahasiswa mendapat nilai 60

dengan persentase 9,68%, serta 1 orang yang mendapat nilai 55 dengan persentase 3.23%.

Untuk memperjelas penjelasan hasil belajar mahasiswa pada siklus I di atas,

7 6 5 4 3 2 1 0

Nilai

dapat dilihat pada diagram berikut.

Siklus II

a. Perencanaan

Adapun rancangan yang dilakukan peneliti pada siklus II adalah sebagai berikut:

menyusun kembali rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), 2) menyediakan alat-alat

yang diperlukan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, 3) menyiapkan soal post-tes

siklus II, 4) membuat soal yang akan ditanyakan kepada mahasiswa, dan 5) menyusun

lembar observasi kemampuan peneliti dan aktifitas mahasiswa untuk siklus II.

ISBN: 978-602-50622-0-9 309

Page 325: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pelaksanaan Tindakan II Pertemun I

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan kegiatan

pembelajaran sesuai RPP dengan menggunakan metode penemuan (discovery). Sebelum

peneliti membagi ke dalam kelompok belajar, terlebih dahulu peneliti menjelaskan

kepada mahasiswa tentang materi yang akan dipelajari dalam kelompok. Kemudian

peneliti membagi ke dalam 7 kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang.

Selanjutnya dari hasil laporan yang telah dibuat peneliti menyuruh mahasiswa dalam

kelompok membuat hipotesis tentang hubungan kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi,

serta melakukan pengujian hipotesis berdasarkan bukti laporan yang telah dibuat

sebelumnya. Peneliti memberi tugas kepada mahasiswa untuk membuat suatu hipoesis.

Selanjutnya membuat laporan tentang pengujian hipotesis tersebut.

Pertemuan II

Setelah mahasiswa berdiskusi dalam kelompok di pertemuan pertama, dalam

kelompok, diminta untuk menyampaikan kembali tentang kesimpulan dari laporan.

Selanjutnya peneliti memberikan beberapa rangsangan kepada mahasiswa berupa

pertanyaan. Dari pertanyaan tersebut mahasiswa dalam kelompok membuat jawaban serta

mencari tau. Pada saat berdiskusi, peneliti mengawasi jalannya diskusi dan

memperhatikan kegiatan mahasiswa dalam berdiskusi. Peneliti memberikan kesempatan

kepada mahasiswa untuk bertanya tentang hal yang tidak dipahami dari materi yang

mereka diskusikan dan memberikan penjelasannya. Kemudian masing-masing siswa

mempersentasikan tentang materi yang mereka diskusikan.

c. Pengamatan

Dari hasil observasi terhadap kegiatan mahasiswa rata-rata keterlibatan

mahasiswa pada proses pembelajaran siklus II sudah menunjukkan peningkatan yang baik

dimana pada siklus I hasil observasi mahasiswa masih mencapai 73,22% sedangkan pada

siklus II sudah mencapai 80,35%. Begitu pula dengan kemampuan peneliti dalam

menyampaikan materi dengan menggunakan metode penemuan (discovery).

Dari observasi kemampuan peneliti terlihat bahwa kegiatan peneliti dalam

menerapkan metode penemuan (discovery) sudah dilakukan secara optimal. Hal tersebut

terlihat dari persentase yang diperoleh mencapai 90,91%.

d. Refleksi

Adapun perolehan hasil belajar mahasiswa pada siklus II dapat diketahui bahwa

ketuntasan hasil belajar mahasiswa pada siklus II mencapai 87,1% dengan jumlah

mahasiswa yang tuntas 27 orang. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari

ketuntasan yang diperoleh pada siklus I hanya mencapai 58,06% dengan jumlah

mahasiswa yang tuntas hanya 18 orang.

Pada siklus ini terdapat 27 orang yang mendapat nilai ≥ 75 atau sama dengan

tuntas dengan rincian sebagai berikut: 2 orang mahasiswa mendapat nilai 100 dengan

persentase 6,45%, 2 orang mahasiswa mendapat nilai 95 dengan persentase 6,45%,

selanjutnya 7 orang mahasiswa mendapat nilai 90 dengan persentase 22,6%, 5 orang

ISBN: 978-602-50622-0-9 310

Page 326: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mahasiswa mendapat nilai 85 dengan persentase 16,1%, lalu 6 orang mahasiswa

mendapat nilai 80 dengan persentase 19,4%, serta 5 orang mahasiswa mendapat nilai 75

dengan persentase 16,1%, namun masih terdapat 4 orang mahasiswa yang mendapatkan

nilai ≤ 75 dengan rincian 3 orang mahasiswa mendapat nilai 70 dengan persentase 9,68

dan 1 orang mahasiswa mendapat nilai 65 dengan persentase 3.23%.

Untuk memperjelas penjelasan hasil belajar mahasiswa pada siklus II dapat

dilihat pada diagram di bawah ini.

7 6 5 4 3 2 1 0

Nilai

Hasil penelitian dan pembahasan tersebut menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar secara individual dan klasikal dengan penerapan metode penemuan (discovery)

pada pelajaran IPS materi pokok pengaruh kondisi alam terhadap kegiatan ekonomi di

PGSD FIP Unimed dengan demikian penelitian ini tidak dilanjutkan pada siklus

selanjutnya.

Diagram Peningkatan Hasil Belajar

30 87,1%

25 64,51%

58,06%

20

41,94%

35,48%

Tuntas 15

10

12,9%

Tidak Tuntas

5

0 Pre Tes Siklus I Siklus II

Nilai

ISBN: 978-602-50622-0-9 311

Page 327: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dengan menerapkan

metode penemuan (discovery), dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Dari tes hasil belajar menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar. Pada kondisi awal diperoleh ketuntasan belajar klasikal sebesar 35,48 atau 11

orang mendapatkan nilai dalam kategori tuntas, sedangkan 20 orang yang

lainnya termasuk ke dalam kategori tidak tuntas dengan persentase 64,52%

dan nilai rata-rata kelas sebesar 64,35. Pada siklus I, diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 58,06% atau 18 orang

mendapatkan nilai dalam kategori tuntas. Sedangkan 13 orang termasuk dalam

kategori tidak tuntas dengan persentase 41,94% dan nilai rata-rata kelas

sebesar 73,71. Pada siklus II diperoleh ketuntasan klasikal sebesar 87,1% atau 27 orang

termasuk ke dalam kategori tuntas, sedangkan 4 orang yang lain belum

dinyatakan tidak tuntas dengan persentase 12,9% dan nilai rata-rata kelas

sebesar 83,06. Dari hasil pengamatan kegiatan mahasiswa dalam proses pembelajaran pada

siklus I diperoleh persentase sebesar 73,22% dan mengalami peningkatan pada

siklus II dengan perolehan persentase mencapai 80.35%.

Dari hasil pengamatan kemampuan dosen mengalami peningkatan dari siklus I

yang hanya mendapatkan persentase sebesar 75% meningkat menjadi 90,

91% di siklus II.

Penerapan metode penemuan (discovery) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa

pada mata kuliah konsep dasar IPS.

DAFTAR RUJUKAN Anitah, Sri, dkk. 2009. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dewi, Rosmala. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed.

Hisnu, Tantya. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 4 Untuk SD/MI Kelas 4. Jakarta: Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Istarani. 2012. Kumpulan 39 Metode pembelajaran. Medan: ISCOM Medan.

Khanifatul. 2013. Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Russ Media.

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Roestiyah N.K. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 312

Page 328: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutoyo. 2009. IPS 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta..

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu (konsep, stategi,dan implementasinya

dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan). Jakarta: Bumi Aksara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 313

Page 329: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

REFLEKSI DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MENUJU INDONESIA EMAS TAHUN 2045

Elvi Mailani55

Surel: [email protected]

Abstrak

Refleksi yang dilakukan dalam proses pembelajaran dan magang pada

prinsipnya merupakan kegiatan untuk melihat pencapaian mahasiswa

dalam hal peningkatan kompetensi guru. Refleksi dapat dilakukan secara

tertulis maupun secara lisan yang kemudian didiskusikan dengan Dosen

Mata Kuliah, Dosen Pembimbing Lapangan dan Guru Pamong untuk

mengkaji dan memberikan solusi terhadap permasalahan-permasalahan

yang dihadapi mahasiswa ketika mengajar di kelas. Melalui refleksi

mahasiswa dapat mengaplikasikan teori yang didapatnya dibangku

perkuliahan kemudian mempraktekkannya sesuai dengan konteks yang

dihadapi dilapangan. Melalui kegiatan refleksi akan didapat kan calon

guru yang ideal berdasarkan empat kompetensi yang harus dikuasai

guru, demokratis, memberikan pelayanan yang menyenangkan

danberkualitas, serta mau menerima kritik membangun. Dengan

demikian, refleksi dalam pembelajaran dan magang itu sangat penting

untuk menjembatani antara teori dan praktek. Selain itu, Dosen Mata

Kuliah, Dosen Pembimbing dan Guru Pamong juga dapat memanfaatkan

refleksi sebagai wadah self evaluation dan meningkatkan kualitasdiri.

Kata Kunci: Refleksi, Peningkatan, Kompetensi Guru

Abstract

Reflection done in the learning process and internship in principle is an

activity to see student achievement in terms of teacher competence

improvement. Reflection can be done in writing or verbally which is then

discussed with Lecturer, Field Supervisor and Guru Pamong to study and

provide solutions to the problems faced by students when teaching in the

classroom. Through reflection students can apply the theory obtained in

the lecture then practice it in accordance with the context faced in the

field. Through reflection activities will get ideal teacher candidates

based on the four competencies that must be mastered by teachers,

democratic, provide a fun and quality service, and willing to accept

constructive criticism. Thus, reflection in learning and apprenticeship is

very important to bridge between theory and practice. In addition,

Lecturers, Supervisors and Guru Pamong can also use reflection as a

self evaluation container and improve the quality of self.

Keywords: Reflection, Improvement, Teacher Competence

55PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 314

Page 330: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Pembangunan nasional Indonesia pada hakekatnya merupakan upaya

membangun manusia Indonesia seutuhnya. Hal ini berarti bahwa sasaran pembangunan di

Indonesia tidak hanya pada sarana dan prasarana saja tetapi juga pada kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM). Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM Indonesia yaitu

melalui pendidikan. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa, sesuai

dengan salah satu tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam pembukaan UUD

1945, yaitu: “mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Perkembangan zaman menuntut peningkatan kualitas sumber daya manusia.

Untuk menghadapi hal tersebut masyarakat senantiasa berusaha untuk meningkatkan

kualitas kehidupan mereka. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan

meningkatkan kualitas pendidikan bagi anak-anak mereka, keadaan ini ditandai dengan

semakin banyaknya orang tua yang menyekolahkan anak mereka ke sekolah yang

berkualitas walaupun dengan biaya yang relatif mahal. Berdasarkan fenomena ini, di

Indonesia semakin banyak sekolah didirikan dengan standar untuk bersaing ditingkat

nasional dan internasional, dan sekolah-sekolah yang ada berusaha meningkatkan mutu

pendidikannya sesuai dengan tuntutan masyarakat. Untuk mewujudkan ini maka

diperlukan guru-guru yang mampu menjawab tantangan ini, dimana mereka diharapkan

dapat mencetak anak-anak didik dengan kualitas yang diharapkan masyarakat. Guru-guru

ini merupakan hasil cetakan dari perguruan-perguruan tinggi yang tersebar di seluruh

Indonesia. Oleh karena itu perlunya suatu perubahan yang dilakukan didalam proses

pembelajaran yang selama ini dilakukan dalam pencetakan calon-calon guru yang

profesional yaitu kegiatan refleksi.

PEMBAHASAN

Pentingnya Refleksi

Ada beberapa hal yang harus dipahami sebelum mendefenisikan hakikat atau

defenisidari refleksi. salah satu diantaranya adalah tentang pengajaran yang tercantum

dalam standar National Board for professional Teachings Standar (NBTS) tentang

pengajaran (Rodgers; National commision on Teaching and America`s future) yaitu:

guru harus mampu berpikir dengan sistematis tentang praktek pengajaranmereka dan

belajar dari pengalaman mereka. mereka harus mampu memberikan ujian kritikan terhadap praktek yang telahmereka

lakukan dan mencari nasehat atau pendapat dari orang lain. melakukan penelitian untuk memperdalam pengetahuan mereka. mempertajam penilaia mereka tentang pembelajaran. menyesuaikan pemahaman mereka berdasarkan temuan dan ide baru.

Dari pemahaman standar yang dikemukan ini maka melahirkan sesuatu

pemahaman baru tentang pentingnya sebuah refleksi dan bagaimana mendefenisikannya.

Beberapa ahli banyak yang mencoba untuk memberikan gambaran atau penjelasan dari

refleksi:

ISBN: 978-602-50622-0-9 315

Page 331: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Jhon Dewey; refleksi merupakan sesuatu yang komplek dan teliti yang

melibatkan intelektual dan emosional sehingga membutuhkan waktu untuk

melakukannya dengan baik. Eric C.sheffield; proses membantu siswa menghubungkan apa yang telah

mereka amati dan dari pengalaman yang mereka terima dengan studi akademis

mereka.

refleksi menurut Boud et al., (1985) adalah proses penetralan semua perasaan

yang menyelubungi suatu pengalaman yang pernah terjadi agar suatu

perspektif baru dapat dihasilkan sekaligus dapat mengubah tingkahlaku dan

tindakan seseorang. Jennifer L. Hindman and James H. Stronge dalam artikelnya menyatakan

bahwa Reflection is about critically examining oneself, and it is a facet of

effective teachers. Depending on a teacher’s thoughts ( refleksi merupakan

kritikal bagaimana memeriksa diri, bagaiamana menjadi guru yang efekctif,

dan ini sangat tergantung dengan pengalaman guru itu sendiri).

Loughran (1996) menjelaskan bahwa refleksi merupakan sesuatu yang

memiliki tujuan,dan mengandung penilaian secara kritikal.

Secara harfiah bisa dipahami bahwa refleksi bermakna perenungan terhadap apa

yang telah dilakukan. Dalam kontek praktek pengajaran maka refleksi merupakan

perenungan terhadap aktifitas pengajaran yang telah dilakukan, yang dibantu oleh orang

lain melalui pertanyaan-pertanyaan yang bersifat penggalian, sehingga kualitas

pengajaran bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan refleksi

adalah sebuah kegiatan yang dilakukan dalam proses belajar mengajar berupa penilaian

tertulis maupun lisan (umumnya tulisan) oleh mahasiswa calon guru kepada dosen, berisi

ungkapan kesan, pesan, harapan serta kritik membangun atas pembelajaran yang

diterimanya.

Pentingnya Refleksi Refleksi sangat penting didalam setiap proses pembelajaran dan kegiatan

magang. Refleksi dikatakan sangat penting karena melalui kegiatan ini dapat diperoleh

informasi baik yang positif maupun negatif tentang bagaimana cara dosen dan mahasiswa

calon guru dalam meningkatkan kompetensinya sebagai guru atau calon guru serta

menjadi bahan observasi untuk mengetahui sejauh mana perguruan tinggi berhasil untuk

mengahasilkan calon guru yang profesional. Disamping itu, kegiatan refleksi dapat

memberikan kepuasan dalam diri mahasiswa yang magang sebab mereka memperoleh

wadah yang tepat dalam menjalin komunikasi positif dengan dosen pembimbing dan guru

pamong. Boreen & dkk (2009) mengemukakan pentingnya refleksi sebagai berikut.

a. Membantu mahasiswa untuk mengoorganisasikan pemikiran mereka dan

menumbuhkan tentang sense yang terjadi di kelas.

Menghasilkan suatu bentuk profesional dari inquiri dan tujuan yang diharapkan akan

dicapai.

Dapat membantu mahasiswa tentang model pembelajaran yang memandang guru

sebagai suatu proses yang terus dan berkelanjutan dalam membangun pengetahuan.

Menyediakan percakapan antara guru pembimbing lapangan, mahasiswa, dan dosen

PPL.

ISBN: 978-602-50622-0-9 316

Page 332: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kegiatan refleksi menjadikan kegiatan atau aktifitas akan menjadi efektif karena

adanya upaya yang kritis dalam merenungi bagaimana kegiatan yang telah dilalui. Akan

tetapi kemampuan dalam merefleksi diri juga sangat tergantung dengan pengalaman

(jennifer, 2009).

Selain itu Terkait dengan refleksi Staat (2014, Salmon, 2015) menyatakan bahwa

seseorang tidak hanya belajar dari pengalaman, akan tetapi juga belajar dari proses

berpikir terhadap apa yang dia lakukan. Beberapa proses berpikir yang dilakukan dalam

refleksi bisa dilihat dalam penjelasan Jennifer (2009) yaitu:

Menganalisis pengalaman sebelumnya Mendefenisikan atau mempertanyakan masalah Mencari pemecahan masalah Mengubah suatu pristiwa Dan melakukan ekspetasi yang lebih tinggi dari yang sebelumnya Tipe Refleksi

Menurut Roger (2001), membagi menjadi tiga tipe refleksi berdasarkan waktu

pelaksanaannya yaitu sebelum, saat berlangsung, sesudah berlangsungnya proses

kegiatan. (1) Tipe refleksi yang dilakukan di waktu sebelum kegiatan disebut dengan

refleksi anticipatory (Loughran, 1996). Tujuan refleksi ini dilakukan agar adanya

perencanaan sebelum dilakukan suatu kegiatan dengan melihat atau memperhatikan

pengalaman sebelumnya. (2) Tipe refleksi yang dilakukan pada saat berlangsungnya

kegiatan disebut dengan refleksi in action. Refleksi in action ini diperlukan karena

terkadang banyak hal yang sudah direncanakan akan tetapi pada kenyataannya berjalan

kurang baik sehingga perlu adanya aktifitas refleksi di tengah – tengah kegiatan.

terkadang aktifitas refleksi in action akan membentuk refreming pada saat

berlangsungnya kegiatan. Reframing adalah pengetahuan takterduga yang muncul tiba –

tiba atau pemahaman yang muncul tiba – tiba yang mana memungkinkan seorang guru

atau mahasiswa calon guru berfikir dan bertindak berbeda dari yang direncanakan untuk

suatu hal yang lebih produktif (Boreen dkk, 2009). (3) Tipe refleksi di akhir dari suatu

kegiatan. Tipe refleksi jenis ini disebut dengan tipe refleksi on action. Refleksi di akhir

kegiatan biasanya akan melibatkan proses analisis yang sistematis dari suatu kegiatan

atau performance selesai dilakukan. Tipe refleksi ini akan menganalisis segala hal

peristiwa yang telah terjadi pada saat kegiatan yang lalu, dengan demikian akan dapat

diketahui situasi ideal apa yang akan diinginkan. Pada akhir dari proses refleksi tipe on

action ini diharapkan akan terbentuk wawasan penting yang dapat menjadi solusi dari

suatu permasalahan (Boreen dkk, 2009). Model Belajar EKS

Berdasaskan literatur ada beberapa model refleksi, diantaranya adalah: (1) Model

ALACT, Model ini diasumsikan bahwa setiap orang merefleksi dirinya dari pengalaman

yang pernah dialami, akan tetapi terkadang para guru atau tenaga pendidik memiliki

sistematika persepsi yang berbeda tentang refleksi, (2) Model KOLB, Model ini

menggambarkan pengalaman belajar sebagai sebagai proses siklus dari pengalaam yang

nyata, pengalaman yang reflektif, konseptualisasi abstraks, dan ekperimentasi yang aktif. (3) Model ONION.

ISBN: 978-602-50622-0-9 317

Page 333: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dari ketiga model diatas maka penulis mencoba menyimpulkan proses refleksi

yang lebih sederhana dan mudah dipahami yang kami sebut dengan model refleksi EKS.

Proses refleksi dilakukakan dalam beberapa tahap yaitu:

Mahasiswa melaksanakan proses pembelajaran dikampus atau praktek

mengajar disekolah dan setiap hari menulis lembar refleksi yang sudah

disediakan atau membuat rekaman video pada saat mengajar.

Dosen Mata Kulian, Dosen Pembimbing atau guru pamong meminta

mahasiswa untuk menceritakan/mengingatkan kembali apa yang dialami dan

dirasakan mahasiswa selama proses pembelajaran atau praktek mengajar

berlangsung. Dosen Mata Kuliah, Dosen Pembimbing atau guru pamong memberikan

pertanyaan-pertanyaan yang menstimulus mahasiswa untuk merefleksi apa

yang sudah dilakukannya selama praktek dan kemudian dosen pembimbing

dan guru pamong memberikan feedback. Contoh pertanyaan dapat berbentuk

sebagai berikut: Apa yang sebenarnyaandainginkandarimasalahini ? Apa yang telahandalakukanuntukmencapaihal ideal yang andainginkan? Sekarangapa yang andafikirkanmengenaimasalahini? Bagaimanaperasaanandadalammenghadapipermasalahanini? Apa yang sebenarnyasiswainginkan? Apa yang telahsiswalakukan? Apa yang siswafikirkan? Bagaimanaperasaansiswa?,dan lain-lain.

Dosen Mata Kuliah, Dosen pembimbing atau guru pamong membantu

mahasiswa agar mereka dapat menemukan sendiri alternatif-alternatif

pemecahan masalah dan mengarahkan mahasiswa untuk menemukan solusi

dari teori yang sudah diperolehnya. Kemudian mahasiswa mencoba alternatif tersebut pada proses pembelajaran

atau praktek selanjutnya. Mengevaluasi hasil ujicoba alternatif permasalahan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 318

Page 334: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Gambar. Model EKS

SIMPULAN

Refleksi merupakan kunci dalam pendidikan guru. Dalam meningkatkan

sumber daya manusia yaitu guru, sangat diperlukan untuk melakukan kembali

kegiatan refleksi yang selama ini sudah dilupakan dan tidak dilaksanakan. Hal ini

mungkin disebabkan karena ketidakpahaman dosen ataupun guru dalam

melaksanakan refleksi. Dengan penjelasan diatas diharapkan dosen sebagai

pengajar bagi pencetak calon guru di Indonesia dapat melaksanakan refleksi

secara optimal sehingga keempat kompetensi guru yaitu: kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional dapat

meningkat secara maksimal menuju indonesia emas pada tahun 2045.

DAFTAR RUJUKAN Angela. K. Salmon. 2015.Learning by Thingking During Play: The Power of Reflection to

Aid Performance.

Birmingham. 2004.Journal of teacher education. Vol. 55. No.4. September/Oktober.

Boreen & dkk. 2009. Mentoring Beginning Teachers; Guiding, reflecting, coaching. USA: Stenhouse Publisher.

Carols Rodgers. Defening Reflection: Another look at Jhon Dewey and Reflective Thingking.USA: State University of New York.

Coffield, F., Moseley, D., Hall, E., & Ecclestone, K. 2004. Gaya dan pedagogi belajar di

pasca-16 pembelajaran: Sebuah tinjauan sistematis dan kritis. www.LSRC.ac.uk:

Belajar dan Keterampilan Research Centre. (online) http://www.lsda.org.uk/files/PDF/1543.pdf. Diakses15 Januari 2008.

ISBN: 978-602-50622-0-9 319

Page 335: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Council of Chief State School Officers. 2011. InTASC, Model Core Taching Standards: A

Resource for State Dialogue.

Hamalik, Oemar. 1991. Praktek Keguruan. Bandung: Tarsito.

Jennifer L. Hindman and James H. Stronge.2009. Reflecting on Teaching Examining your

practice is one of the best ways to improve it.Virginia. journal education.

Kolb D. 1984. Pengalaman belajar: pengalaman sebagai sumber pembelajaran dan

pengembangan. Englewood Cliffs, New Jersey. Prentice Hall.

Kolb D. 1999. The Kolb Learning Style Inventarisasi. Versi 3. Boston: Hay Group. Korthagen, F. A. J., & Kessels, J. P. A. M. 1999. Linking Theory and Practice: Changing

the Pedagogy of Teacher Education. Educational Researcher, 28(4), 4-17.

Michigan State University. 2014. Elementary Internship Guide 2014-2015. College of

Education: Department of Teacher Education.

Michigan State University. 2014. TE 501-502 Course Syllabus, Elementary Teacher

Preparation Program. (online)

http://www.education.msu.edu/te/Elementary/Field-Instructors/About-Field-

Instrcution.asp.

ISBN: 978-602-50622-0-9 320

Page 336: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Paradigma Guru Profesional Menuju Era Indonesia Emas 2045

Edidon Hutasuhut56

Surel: [email protected]

ABSTRAK Guru yang inspiratif yang akan datang diharapkan mampu membawa

perubahan negeri ini. Bukan hanya sebagai insan pendidik, melainkan

sebagai figur yang dapat membentuk karakter warga negara yang berakhlak

dan berjiwa nasionalis. Guru yang professional bukan hanya dilihat bagaimana ia bekerja, namun bagaimana ia dapat menuangkan ilmu yang ia

punya kepada peserta didiknya. Guru yang professional dalam mengajar

tentu harus memiliki segudang ilmu dan banyak pengetahuan yang

berhubungan langsung dengan kemajuan zaman. Pengembangan ilmu

pendidikan tentu didasari dengan kematangan penerapan kurikulum yang

dipakai. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu

pendidikan tetentu menghasilkan lulusan yang baik.

Kata Kunci: Guru Profesional, Indonesia Emas 2045

PENDAHULUAN

Era Indonesia Emas 2045 akan menjadi saksi dari perjalanan pembuktian

mimpi Indonesia terutama di bidang pendidikan. Pemerintah Indonesia sudah

melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini,

diantaranya perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan Indonesia, pemerataan

pendidikan sampai ke pelosok daerah, mencetak banyak guru-guru yang dapat

mengajar dan paham dengan IT, mendirikan banyak sekolah keterampilan (SMK

dan STM). Jika ingin kualitas pendidikan di Indonesia dapat menjadi jauh lebih

baik, maka kualitas dari seorang guru sebagai pendidik bangsa juga harus

ditingkatkan. Dari semua hal yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk

pendidikan Indonesia, masih memerlukan solusi penting untuk dapat mewujudkan

mimpi Indonesia, yaitu menjadikan pendidikan bangsa ini berkualitas dengan

menanamkan karakter inspiratif yang dimiliki semua pendidik di negeri ini.

Dalam mewujudkan banyak mimpi besar Indonesia, tentu hal paling dasar

dilihat adalah bagaimana sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalamnya.

SDM yang memiliki kualifikasi tinggi dalam membangun negara ini. Untuk itulah

dibutuhkan pula pendidik yang dapat menciptakan SDM yang mumpuni. Salah

satunya adalah dengan medidik masyarakat agar mampu berperan dalam

persaingan global di era ekonomi informasi. Dalam ekonomi berbasis

pengetahuan, masyarakat harus mampu bekerja dengan pengetahuan, bermain

dengan ide-ide baru, berkolaborasi dengan oranglain dan meyesuaikan diri dengan

situasi yang tidak menentu (Hargreaves, 2003). Daya saing suatu bangsa sangat

terkait dengan modal intelektual dan kreatifitas masyarakat, karena setiap manusia

memiliki kemampuan yang berbeda. Pendidik merupakan ujung tombak

Dosen FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 321

Page 337: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dalam meningkatkan kualitas pendidikan, dimana guru akan melakukan interaksi

langsung dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Melalui proses

belajar dan mengajar inilah berawalnya kualitas pendidikan. Artinya, secara

keseluruhan kualitas pendidikan berawal dari kualitas pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru di ruang kelas.

Dalam era persaingan di Indonesia dan semua negara berusaha untuk

meningkatkan kualitas pendidikannya, karena kualitas pendidikan merupakan

salah satu indikator tingkat kesejahteraan masyarakat pada suatu negara. Zamroni

(2005: 1) menyatakan “program peningkatan kualitas pendidikan adalah

tercapainya tujuan pendidikan nasional secara substantif, yang diwujudkan dalam

kompetensi yang utuh pada diri peserta didik, dan ujung tombak dari semua itu

adalah guru”. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2013 yang

dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan pendidikan

dunia, dari 127 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia berada

pada posisi ke-69, dibandingkan Malaysia (65) dan Brunei (34). Lalu,

bagaimanakah cara untuk meningkatkan kualitas yang relevan, salah satu

solusinya adalah mengunggulkan karakter inspiratif kepada semua pendidik

bangsa dan calon pendidik bangsa.

Indonesia adalah negara yang mempunyai banyak mimpi yang belum

tercapai. Mata dunia sedang tertuju pada pendidikan Indonesia. Ada apa dengan

pendidikan Indonesia? Hasil PISA tahun 2012 untuk bidang Matematika dan

IPA, Indonesia berada pada urutan ke 64 dari 65 negara peserta PISA, hasil

tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan Indonesia masih sangat rendah.

yang dikeluarkan pun terlihat bahwa wajib belajar penduduk

Indonesia masih terbatas 9 tahun sementara itu negara lain menetapkan angka

lebih dari 12 tahun dalam pendidikannya. Namun pada dasarnya angka wajib

belajar 9 tahun di indonesia masih kurang efektif, masih banyak pulau pulau di

indonesia yang belum terjangkau akan adanya pendidikan yang layak. Padahal

pendidikan adalah salah satu indikator untur mengukur kualitas SDM suatu

negara. Apabila pendidikan di suatu negara itu rendah maka bisa di katakan

negara tersebut masih belum berkembang. Orang yang berpendidikan tinggi

biasanya memiliki produktivitas yang tinggi juga.

Namun kembali pada kenyataan yang terjadi di Indonesia, banyak orang

berpendidikan tinggi namun tetap saja menjadi penggangguran. Hal ini

merupakan salah satu indikator permasalahan dikarenakan Orang yang

menganggur menjadi beban bagi orang lain. Pengangguran di indonesia sering di

jumpai terjadi dikarenakan mereka sedang mempersiapkan usaha, merasa tidak

mungkin dalam mendapatkan pekerjaan, dan sedang dalam proses mencari

pekerjaan. Terdapat angka yang menujukkan bahwa tingkat pengangguran

tertinggi di indonesia berada pada tamatan SMA/Umum. Pengurangan

penganggur usia muda semakin melambat. Lulusan sekolah menengah kejuruan

dan sekolah menengah umum semakin sulit terserap dalam pasar kerja. Sementara

ISBN: 978-602-50622-0-9 322

Page 338: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

angkatan kerja terus bertambah setiap tahun. “Daya tampung pasar kerja untuk

kedua lulusan tersebut semakin rendah sehingga mempertinggi angka

pengangguran usia muda yang hampir 18 persen.

Padahal program pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia

sudah dituangkan dalam pasal 31 Ayat (4) UUd 1945 menggariskan perlu

tersedianya dana sekurang-kurang 20 persen APBN dan 20 persen APBD. Dengan

dana tersebut kita dapat menyelenggarakan pendidikan yang tarafnya sama

dengan sekolah-sekolah yang telah melahirkan para pendiri Republik yang zaman

penjajahan biayanya 10 kali lipat dari SD untuk rakyat biasa. Adapun angka 20

persen itu berangkat dari himbauan Unesco. Dalam pengamatan lembaga ini,

Negara-negara yang maju saat ini menyediakan sekurang-kurangnya 5 persen

anggaran pendidikan dari PDB. Menurut Unesco rata-rata anggaran pendidikan

Negara maju 5,3 persen dari PBD, Negara berkembang 4,2 persen dari PBD,

Negara terbelakang 2,8 persen dari PBD, tetapi Indonesia 1,4 persen dari PBD,

sementara Malaysia 5,2 persen dari PBD, Thailand 5,0 persen dari PBD, Korea

selatan 5,3 persen dari PBD dan Jepang 7 persen dari PBD. Melihat dari gambaran

anggaran pemerintah yang diberikan pada negara untuk pendidikan sudah

sepantasnya pendidikan di Indonesia lebih maju, inilah yang membuat Bangsa

Indonesia memiliki kepercayaan untuk menuju Era Indonesia Emas 2045.

PEMBAHASAN “Menjadi Indonesia” yang Mampu Menjawab Tantangan Dunia

Menjadi Indonesia yang berhasil dalam menyusun sistem pendidikannya

dengan baik, akan memiliki keunggulan-keunggulan penting. Ini dikarenakan

hampir di seluruh bagian kehidupan bernegara, apa pun dan siapa pun yang

berperan di dalamnya semuanya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh sistem

pendidikannya. Keberhasilan memperbaiki dan memperbaharui sektor pendidikan

akan menentukan keberhasilan bangsa ini dalam menghadapi tantangan masa

depan dan menjawab tantangan dunia.

Pendidikan merupakan wahana yang memungkinkan suatu bangsa survive

dalam perjalanan sejarahnya. Pendidikan merupakan satu-satunya jalan yang

harus ditempuh agar bangsa ini dapat menjadi bangsa yang bermartabat dan

mampu bersaing dalam kancah kehidupan yang luas dan membawa nama harum

di mata dunia. Pendidikan dengan sosok inspiratif yang dimiliki oleh setiap

pendidik bangsa haruslah menjadi perioritas utama bagi negeri tercinta ini untuk

menjawab tantangan dunia, karena mengingat bahwa semakin majunya suatu

negara berawal dari pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berawal dari

pendidikan tersebutlah yang akan menghasilkan bangsa yang inspiratif.

Guru yang inspiratif yang akan datang diharapkan mampu membawa

perubahan negeri ini. Bukan hanya sebagai insan pendidik, melainkan sebagai

figur yang dapat membentuk karakter warga negara yang berakhlak dan berjiwa

nasionalis. Pendidikan yang mengabaikan kepentingan masa depan akan

ISBN: 978-602-50622-0-9 323

Page 339: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

menimbulkan kekecewaan pada lulusanya. Mereka semakin terasing, teralenasi

dari masalah kehidupan yangsesungguhnya. Akhirnya peserta didik hanya

menggugurkan kewajibanya untuk datang ke sekolah.

Kualifikafi Guru Mendatang

Paradigma pendidikan baru mempersyaratkan peserta didik menggunakan

cara-cara baru dalam belajar (Delor, 1996). Peserta didik harus belajar mengubah

informasi menjadi pengetahuan baru (Leraning to know), dan belajar mengubah

baru ke dalam bentuk penerapan (Learning to do). Sistem belajar harus mampu

mendorong peserta didik untuk mengakses, menemukan, dan menerapkan

pengetahuan baru untuk memecahkan masalah (learning to be). Selain itu juga

belajar untuk bekerja dalam tim, pembelajaran sebaya, kreativitas, penalaran, dan

kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan adalah penting pada abad

ekonomi berbasis pengetahuan (learning to live together). Dari cara baru dalam

belajar di atas, tentu dalam pelaksanaanya membutuhkan bantuan pendidik.

Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd menyampaikan peran guru kedepan makin

sentral dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu para guru diharapkan

senantiasa mengupdate keilmuanya. Guru tidak lagi sebagai sumber ilmu,

melainkan mitra siswa dalam belajar.Dihadapan sekitar 1.020 peserta seminar,

Rektor UM mempertanyakan apakah ditahun 2045 Indonesia akan mencapai

generasi emas?. Indonesia memang diuntungkan bonus demografi. Oleh karena itu

harapannya Indonesia layak sebagai pemimpin dunia, setidaknya sejajar dengan

Tiongkok, dan negara maju lainnya.

Lebih lanjut Prof. Dr. AH. Rofi'uddin, M.Pd menjelaskan tentang

keberadaan guru di Indonesia. Banyak daerah yang mengalami kekurangan guru.

Tetapi pemenuhan guru ini tidak hanya secara kuantitas, harus dibarengi dengan

kualitas yang baik.Guru mendatang sejak Januari 2016 harus sudah lulus PPG.

Penentuan kualifikasi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan,

pengajaran, dan pelayanan yang berkualitas terhadap peserta didik. Guru yang

berkulaitas tentu akan menghasilkan output yang berkualitas pula.

Profil Guru Profesional

Prof. Dr. Hariyono, M.Pd menyorot Pendidikan belum banyak

membangkitkan harapan harapan dan cita-cita peserta didik. Biasanya seorang

siswa tidak bisa mengikuti pembelajaran dikarenakan tidak nyaman terhadap guru

yang mengajar. Kondisi seperti ini tentu harus ada evaluasi terhadap pola

pengajaran yang ada di kelas.Kita perlu merujuk pada pendapat Ki Hajar

Dewantara, bahwa tujuan pendidikan adalah untuk memfasilitasi kemandirian

peserta didik. Kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan cara melatih dan

membiasakan peserta didik untuk berpikir merdeka, dapat mengatur diri sendiri

serta tidak bergantung kepada orang lain. Melalui proses semacam ini diharapkan

dapat menghasilkan individu yang matang, yaitu pribadi yang dapat

bertanggunjawab terhadap diri sendiri.Ironisnya kesadaran akan perkembangan

atau pertumbuhan individualitas dan otonomi diri siswa ini kurang mendapat

ISBN: 978-602-50622-0-9 324

Page 340: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

perhatian dalam dunia pendidikan kita. Kebanyakan guru masih kurang terbuka

untuk memanfaatkan fasilitas pembalajaran yang ada. Sosok guru guru kedepan

harus memahami perubahan sosial dan dapat mengaplikasikan teknologi informasi

dalam pembelajaran.

Sedangkan dilihat dari ranah pendidikan untuk kebijakan yang diambil untuk

Indonesia Emas 2045 secara dasar kebijakan perubahan kurikulum 2013, elemen-elemen

perubahan, dan implikasi perubahan kurikulum 2013 dalam sistem pembelajaran. Hasil

kajian menunjukkan bahwa kebijakan perubahan kurikulum 2013 didasarkan pada

tantangan internal dan eksternal yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam rangka

menyiapkan generasi yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif. Kebijakan kurikulum

2013 dimaksudkan untuk menyempurnakan berbagai kekurangan yang ada pada

kurikulum sebelumnya.

Strategi yang perlu digunakan di bidang pendidikan adalah harus mampu

mendongkrak kualitas guru dan siswa atau pelajar dan tenaga didik. Artinya yang

berperan utama adalah seorang pendidik dimana ia adalah pejuang awal sebelum siswa

kelak menjadi kader penerus yang lebih berkualitas lagi. Dan dunia pendidikan pada

tahun 2045 akan lebih melonjak positif.

Menurut Sahertian (1994) dalam Syukir (2012), profesional mempunyai makna

ahli (ekspert), tanggungjawab (responsibilty), berjiwa dinamis dan memiliki rasa

kesejawatan. Pekerjaan guru memanglah sebagai profesi, tetapi tidaklah semua guru

profesional. Untuk menentukan guru yang profesional haruslah memenuhi empat kriteria

berikut:

1. Ahli (ekspert)

Yang pertama adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan dan ahli

dalam tugas mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran yang diajarkan,

tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai pengetahuan yang diajarkan.

Karena mengajar adalah sarana untuk mendidik, yaitu menyampaikan pesan-pesan didik,

maka guru yang profesional tidak cukup hanya ahli bidang studi dan ahli mengajarkannya

tetapi harus pula ahli menyampaikan pesan-pesan didik melalui bidang studi yang

diajarkannya.

Dalam proses belajar mengajar atau yang kini dikenal proses pembelajaran terjadi

dialog yang ekstensial antara pendidik dan subyek didik sehingga subyek didik

menemukan dirinya. Karenanya pengetahuan yang diberikan harus dapat membentuk

pribadi yang utuh (holistik) dan tidak sekadar ‘transfer of knowledge’. Kalau guru hanya

ahli dan trampil mentransfer materi pelajaran, maka pada suatu saat nanti peranan guru

akan dapat diganti dengan media teknologi modern. Ingat, bahwa guru bukan hanya

pengajar, tetapi juga pendidik. Melalui pengajaran guru membentuk konsep berpikir,

sikap jiwa dan menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subyek didik.

2. Memiliki Otonomi dan Rasa Tanggungjawab

Guru yang profesional disamping ahli dalam bidang mengajar dan mendidik, ia

juga memiliki otonomi dan tanggungjawab. Guru yang profesional telah memiliki

ISBN: 978-602-50622-0-9 325

Page 341: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

otonomi atau kemandirian dalam mengemukakan apa yang harus dikatakan berdasarkan

keahliannya. Pada awalnya memang ia belum punya kebebasan atau otonomi, karena ia

masih belajar sebagai magang. Melalui proses belajar dan perkembangan profesi maka

pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Ciri-ciri kemandirian antara lain: dapat

memegang teguh nilai-nilai hidup; dapat membuat pilihan nilai; dapat menentukan dan

mengambil keputusan sendiri; dan dapat bertanggung jawab atas keputusan itu.Guru yang

profesional mempersiapkan diri sematang-matangnya sebelum ia mengajar. Ia menguasai

apa yang akan disajikan dan bertangungjawab atas semua yang diajarkan, dan bahkan

bertanggungjawab atas segala tingkah lakunya.

Dalam ilmu pendidikan, tanggungjawab guru mengandung makna multi

dimensional, yaitu bertanggungjawab terhadap diri sendiri, siswa, orang tua, lingkungan

sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia, dan akhirnya terhadap

Tuhan Yang Maha Pencipta. Jadi tanggung jawab guru mengandung aspek intelektual,

individual, sosial, etis dan relegius. Dimensi-dimensi tanggungjawab ini harus

dikembangkan melalui seluruh pengalaman belajar di sekolah, termasuk seluruh bidang

studi yang diajarkan.

3. Berjiwa Dinamis dan Reformis

Guru yang profesional akan selalu berjiwa dinamis. Ia tidaklah statis. Artinya

guru selalu berusaha untuk mengembangkan diri dan profesinya, serta mampu

menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan jaman. Karenanya ia harus pula

berjiwa reformis, yaitu mampu mengubah paradigma yang bertentangan dengan

profesionalisme, dan mengganggu keotonomiannya, serta memberantas usaha-usaha

dehumanisasi kependidikan.

4. Memiliki Rasa Kesejawatan

Salah satu tugas dari organisasi profesi ialah menciptakan rasa kesejawatan

sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini dikembangkan melalui

organisasi profesi. Melalui organisasi profesi inilah diciptakan rasa kesejawatan.

Semangat korps dikembangkan agar harkat dan martabat guru dijunjung tinggi, baik oleh

korps guru sendiri maupun masyarakat pada umumnya. Adalah ironi bila guru diharuskan

memikul tanggung jawab mendidik begitu berat, tetapi pada pihak lain penghargaan dan

perlindungan terhadap jabatan tidak sesuai dengan tanggungjawab yang dilimpahkan

kepada mereka.

Selain empat kriteria di atas, menurut Kurnia (2013) menyatakan,guru

profesional juga harus memiliki empat kompetensi. Hal ini tertuang dalam Permendiknas

mengenai standar kualifikasi akademik serta kompetensi guru, dimana peraturan tersebut

menyebutkan bahwa guru profesional harus memiliki 4 kompetensi guru profesional yaitu

kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, profesional serta kompetensi sosial.

Guru yang Memiliki Keterampilan Berbahasa Asing dan Memiliki Pengetahuan Dasar

tentang Komputer

ISBN: 978-602-50622-0-9 326

Page 342: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Keterampilan berbahasa inggris seharusnya sudah menjadi hal yang wajib bagi

setiap masyarakat Indonesia sebagai bahasa Internasional pertama yang diakui dunia. Hal

ini tentu menjadi bahan pertimbangan bagi pendidik. Pendidik yang seharusnya memiliki

banyak kemampuan kini mulai dituntut untuk mempelajari bahasa asing. Kemampuan ini

sangat banyak gunanya dalam pendidikan. Salah satunya kemampuan dalam

menggunakan komputer dan menerjemahkan buku pembelajaran asing. Ini terbukti

bahwa pembelajaran diluar negeri jauh lebih maju dibandingkan negara kita.

Kemampuan dalam berbahasa asing ini juga diperlukan dalam pengoperasian

komputer. Mengingat zaman yang semakin maju segalanya dioperasikan dengan bantuan

komputer. Dan cara pembelajaran yang kedepanya tentu akan menggunakan komputer.

Hal inilah yang mengharuskan seorang pendidik harus memiliki keterampilan tersebut.

Guru yang memiliki kemampuan tersebut tentu memiliki nilai tambah dalam

profesionalitasnya.

Guru yang professional bukan hanya dilihat bagaimana ia bekerja, namun

bagaimana ia dapat menuangkan ilmu yang ia punya kepada peserta didiknya.

Guru yang professional dalam mengajar tentu harus memiliki segudang ilmu dan

banyak pengetahuan yang berhubungan langsung dengan kemajuan zaman. Ketika

seorang pendidik terbuka untuk kemajuan zaman maka ia akan mempelajari

perkembangan zaman tersebut dan menjadikanya sebagai acuan untuk lebih maju

dalam pengembangkan ilmu pendidikan. Hal ini tentu harus dilakukan agar tidak

terlindas oleh kemajuan zaman.

Pengembangan ilmu pendidikan tentu didasari dengan kematangan penerapan

kurikulum yang dipakai. Kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman dan ilmu

pendidikan tetentu menghasilkan lulusan yang baik. Kurikulum tersebut akan

membangun peserta didik yang memiliki keahlian agar kedepanya menjadi seseorang

yang dapat bekerja sesuai dengan kemampuan dan keahlianya. Ini mengingat

perkembangan zaman yang semakin maju dan menjadikan banyak hal dikerjakan oleh

mesin. Menurut penelitian dari Glassdor, merekamenyatakan bahwa banyak pekerjaan

yang ada saat ini, akan diotomatisasi sehingga kebutuhan pada tenaga manusia tidak

diperlukan lagi. Yang banyak menjadi “korban” yaitu beberapa jenis pekerjaan dengan

keterampilan rendah semacam telemarketer dan kasir yang “terancam” digantikan

perannya oleh tenaga mesin.

Adapun pekerjaanya yang akan hilang dan akan terancam digantikan oleh mesin adalah:

Pekerjaan kasir Pekerjaan teller bank Pekerjaan menerima panggilan telepon, Resepsionis Pekerjaan juru ketik Pekerjaan tukang Pos Pekerjaan agen perjalanan (travel agent) Pekerjaan wartawan media cetak Pekerjaan operator telepon

ISBN: 978-602-50622-0-9 327

Page 343: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pekerja pabrik / buruh Profesi sopir Air Traffic Controller (ATC) dan Pilot Penerjemah Tukang kasur kapuk Tukang patri Tukang cukur keliling Tukang Bioskop Keliling Tukang servis payung Akuntan Penarik Becak Tukang Foto Keliling Loper Koran Pengantar Surat Pramugari

Selanjutnya seiring dengan perkembangan zaman maka dunia pendidikan

juga akan semakin maju. Kaitanya dengan pendidikan tentu sangat kuat, mulai

dari cara belajar sampai dengan kurikulum yang akan diajarkan. Kurikulum yang

kita pakai sekarang tentu akan sangat berpengaruh ketika zaman yang semakin

maju. Kurikulum harus megarah kepada tujuan sesungguhnya untuk

mencerdaskan bangsa. Kurikulum pembelajaran dituntut untuk peserta didik untuk

memiliki keahlian dan keterampilan dibanding dengan pengetahuan. Ketika

peserta didik lebih memiliki keterampilan dan keahlian maka seseorang akan lebih

mampu mengembangkan kreativitasnya. Dibarengi dengan pengetahuan, peserta

didik dituntut untuk menciptakan sesuatu yang ada menjadi lebih berkembang.

Inilah tujuan yang seharusnya ada dalam kurikulum di era emas 2045. Cara

pembelajaran yang seperti ini tentu harus dibarengi dengan perkembangan

teknologi. Dengan tetap menggunakan teknologi diharapkan peserta didik mampu

mengarahkan dirinya agar tidak dapat terlindas oleh kemajuan zaman.

Setelah sebelumnya kita membahas pekerjaan yang akan hilang karena

zaman yang semakin maju, selanjutnya akan dibahas pekerjaan yang akan tetap

bertahan dalam kemajuan zaman yang semakin maju. Berikut adalah pekerjaan

yang tidak akan hilang seiring perkembangan zaman yaitu:

1. Mengajar (Guru, Dosen)

Sektor pendidikan tidak akan pernah mengalami surut karena dunia tidak akan

pernah berhenti belajar. Karena itu profesi mengajar adalah salah satu profesi

yang paling aman hingga 20 tahun ke depan.

Jasa Sektor Bisnis (Estimator Konstruksi, Spesialis Kesehatan Lingkungan)

Sektor ini menyumbang lebih dari 70 persen dari semua pekerjaan dalam

perekonomian Amerika Serikat dan memiliki masa depan yang cerah.

ISBN: 978-602-50622-0-9 328

Page 344: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

3. Konsultan (Bidang Kesehatan, Bidang Manajemen)

Dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan pertumbuhan bisnis dan

perdagangan akan meningkat dua digit. Ini akan membuat bidang konsultasi

adalah pilihan karier yang menguntungkan bagi para pencari kerja.

Teknik (Teknik Sipil, Teknik Lingkungan, Perencana Proyek, Biomedik,

Insinyur Bangunan) Bidang teknik banyak diminati, karena langkanya insinyur berkualitas di setiap

bidang. Jasa Keuangan (Akuntan, Penasihat Keuangan, Aktuaris)

Jika Anda pintar dalam berhitung dan tertarik untuk menganalisis laporan

keuangan atau memberi saran tentang apa yang harus dilakukan dengan uang,

bidang jasa keuangan sangat menjanjikan untuk 20 tahun ke depan.

6. Jasa Kesehatan (Dokter, Perawat, Asisten Dokter, Perawat Anestesi)

Profesi di bidang jasa kesehatan akan selalu dibutuhkan kapan pun dan di mana

pun.

Manajemen Tingkat Menengah (Manajer, Kepala Divisi, Kepala Cabang)

Manajemen menengah bertugas mengembangkan rencana-rencana operasi dan

menjalankan tugas-tugas yang ditetapkan manajemen puncak. Penjualan (SalesExecutive, Direktur Penjualan)

Profesional di bidang penjualan dibutuhkan untuk menjangkau konsumen dan

mencapai target penjualan demi keuntungan perusahaan. Pekerjaan Teknis (Terapis Fisik, Ahli Kesehatan Gigi, Dokter Hewan)

Menurut Money Crashers, sekarang profesi ini sedang booming dan

diperkirakan memiliki perkembangan yang menjanjikan di masa depan. Jasa Teknologi, Perangkat Lunak, dan Teknologi Informasi

Sektor Teknologi Informasi (TI) akan semakin berkembang lebih jauh karena

sekarang semuanya dikendalikan oleh teknologi. Karena itu sektor ini akan

terus hidup bahkan melampaui 20 tahun ke depan.

SIMPULAN Di era emas Indonesia tahun 2045, Indonesia akan bangga akan usaha

yang diupayakan selama ini dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia. Melihat kondisi pendidikannya, ada segudang asa untuk pahlawan

tanpa tanda jasa. Pendidikan Indonesia akan terus menjadi lebih baik karena

sosok-sosok inspiratif yang dimiliki pendidik untuk anak-anak bangsa. Senyuman

Indonesia memang masih akan diwujudkan beberapa puluh tahun lagi, tapi usaha

untuk mewujudkan itu semua harus dimulai dari sekarang. Perguruan tinggi yang

berfokus untuk mencetak guru-guru berkualitas perlu menanamkan dan

mengunggulkan karakter inspiratif untuk semua yang akan menjadi pendidik

bangsa masa depan, menjadikan perguruan tinggi yang membangun karakter diri

seseorang untuk menjadi penerus bangsa agar tidak terlindas oleh zaman dengan

ISBN: 978-602-50622-0-9 329

Page 345: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

begitulah Indonesia dapat meningkatkan kualitas, efektivitas serta memperbaiki

kondisi pendidikan di negeri ini.

DAFTAR RUJUKAN

Dwitagama, Dedi. November 2013. Talkshow Harmoni Cinta Guru.Universitas

Negeri Jakarta: Jakarta.

Education For All Global Monitoring Report. 2013. Diakses pada tanggal 6

November 2014.

PISA. 2012. https://www.oecd.org/pisa. Diakses pada tanggal 6 November 2014.

Zamroni. 2005. Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara: Jakarta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 330

Page 346: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SUMBER BELAJAR YANG DIDAPAT DARI LINGKUNGAN SEKITAR MELALUI PEMBELAJARAN TEMATIK

Ana Mulia57

Surel: [email protected]

Abstrak

Berawal dari adanya masalah keterbatasan sumber belajar

anak, guru memanfaatkan berbagai bahan yang ada di lingkungan

sekitar sebagai media dari sumber belajar untuk keberlangsungan

kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran tematik. Pembelajaran

tematik merupakan bentuk pembelajaran yang dirancang berdasarkan

tema-tema tertentu. Kegiatan pembelajaran tematikmemanfaatan

lingkungan sebagai sumber belajar dilakukan dengan melibatkan para

guru, peserta didik dan orangtua dengan ikut serta dalam pembuatan

media serta melibatkan peserta didik untuk terus aktif dalam

pelaksanaan KBM, sehingga keterbatasan sumber belajar dapat teratasi

dan anak dapat berperan aktif dalam terlaksanakannya kegiatan belajar

mengajar.

Kata kunci: Sumber belajar, lingkungan sekolah, pembelajaran tematik

PENDAHULUAN

Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak-anak

usia Prasekolah dengan tujuan agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak

dini sehingga mereka dapat berkembang secara wajar sebagai anak. Tujuan dari

Pendidikan Anak Usia Dini adalah agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan

Kognitif, nilai-nilai Agama dan Moral, Bahasa, Motorik, dan Sosial-Emosional.

Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah

suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan.

Maka dari itu, guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran dan

memanfaatkan sumber belajar yang didapat dilingkungan sekitar untuk mengembangkan

57PROGRAM PASCA SARJANA UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 331

Page 347: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kemampuan anak. Kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang oleh guru dengan

menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan tematik merupakan pembelajaran dengan

menggunakan tema-tema. Untuk menarik minat anak, guru harus memperhatikan media

pembelajaran yang akan ia sampaikan. Dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada

dilingkungan sekitar diharapkan dapat membangun pengetahuan pada anak dan

mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak dengan cara yang menarik.

Pembelajaran pada anak usia dini bertujuan untuk memperkenalkan konsep-

konsep dasar bermakna bagi kehidupan anak agar mereka mampu berinteraksi dengan

lingkungan baik sekarang maupun di masa yang akan datang. Konsep-konsep tersebut

sebaiknya diperkenalkan melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain karena

melalui kegiatan yang berorientasi pada kegiatan bermain anak memiliki kesempatan

untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan berbagai hal yang ditemui dalam

kehidupan dengan cara yang menyenangkan.

PEMBAHASAN

Sumber Belajar

Sumber belajar adalah semua sumber yang mendukung terjadinya kegiatan

belajar mengajar, termasuk sistem pelayanan, bahan pembelajaran dan lingkungan sekitar

yang dapat digunakan oleh peserta didik baik secara kelompok maupun individu. Secara

teknis dapat membangun kondisi yang memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk

belajar memperoleh pengetahuan keterampilan dan sikap.

Terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design) yakni sumber

belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai sistem

intrusiksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat

formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization) yaitu

sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan

keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk

keperluan pembelajaran.

Dalam memilih sumber belajar harus memperhatikan kriteria sebagai berikut: (a)

ekonomis, tidak harus terpatok pada harga yang mahal, (b) praktis, tidak memerlukan

pengelolahan yang rumit, sulit dan langkah, (c) mudah, dekat dan tersedia dilingkungan

sekitar, (d) fleksibel, dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan intruksional sesuai

dengan tujuan KBM, mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, dapat

membangkitkan motivasi dan minat belajar peserta didik.

Lingkungan

Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai segala sesuatu yang

ada disekeliling kita (makhluk hidup, benda mati, dan budaya) yang dapat dimanfaatkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 332

Page 348: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

untuk menunjang kegiatan belajar dan pembelajaran secara optimal.Menurut Sri Winarni

(Sri Winarti, 2012:3) lingkungan yang ada di sekitar anak-anak merupakan salah satu

sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses hasil pendidikan yang

berkualitas. Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas,

sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan.

Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan

menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran

belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka

penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa

mendatang.

Penggunaan cara atau metode yang bervariasi merupakan tuntutan dan kebutuhan

yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini. Begitu banyaknya nilai dan

manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak

usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun

demikian diperlukan adanya kreatifitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk dapat

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan merupakan sumber

belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi

tempat yang menyenangkan bagi anak-anak, terutama lingkungan sekolah.

Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati

lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajar tidak

hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan

sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik,

keterampilan sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.

Nilai-nilai lingkungan sebagai Sumber Belajar Lingkungan yang ada di sekitar

anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian

proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini.

Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak. Jumlah

sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas. Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning

activities) yang lebih meningkat.

Dari apa yang dijelaskan diatas dapat diketahui bahwa sumber belajar yang

didapat dilingkungan sekitar kita dapat mempermudah kita sebagai guru untuk

memperoleh bahan dan media yang diperlukan untuk kegiatan belajar mengajar tanpa

membutuhkan modal yang banyak, lebih fleksibel, bahan digunakan mudah didapat

karena bahan hanya memanfaat apa yang ada dilingkungan. Bahkan dengan

menggunakan sumber-sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar dapat menjadi lebih

menarik, karena bahan dan media lebih beragam.

Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan tema

untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga memberikan dapat memberikan

penglaman bermakna kepada siswa. (Daryanto, 2014:3).

ISBN: 978-602-50622-0-9 333

Page 349: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pembelajaran merupakan proses, cara atau pembuatan menjadikan orang atau

makhluk hidup belajar. Inti proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan belajar anak

didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran, tujuan pengajaran tentu saja akan dapat

mencapainya, keaktifan anak didik disini tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga dari segi

kejiwaan. (Khadijah, 2013: 4).

Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan peserta didik dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga peserta didik dapat

memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai

pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa akan memahami

konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan konsep lain yang

telah dipahaminya.

Komponen pembelajaran tematik antara lain sumber belajar, alat, guru dan anak.

Sumber belajar berupa pesan, bahan (material/media), peralatan, teknik/metode. Alat

yang digunakan dalam pembelajaran berupa alat penilaian pembelajaran seperti

observasi, percakapan, dan hasil karya anak. Hal tersebut sejalan dengan pendapat

Suhaenah Suparno, yang mengatakan bahwa sumber belajar adalah “Manusia, bahan,

kejadian, peristiwa, setting, teknik, yang membangun kondisi yang memberikan

kemudahan bagi anak didik untuk belajar memperoleh pengetahuan, keterampilan dan

sikap”. Oleh sebab itu pemilihan sumber belajar yang tepat akan mendukung proses

pembelajaran.

Teori pembelajaran ini dimotori para tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget

yang menekankan bahwa pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada

kebutuhan dan perkembangan anak. Pembelajaran tematik lebih menekankan pada

penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu,

guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi

kebermaknaan belajar peserta didik.

Karakteristik pembelajaran tematik meliputi: 1) Berusat pada peserta didik, 2)

Memberikan pengalaman langsung, 3) Pemisahan mata pembelajaran yang tidak begitu

jelas, karena penggunaan tema pada setiap pembelajaran, 4) Menyajikan konsep dari

setiap mata pelajaran, 5) Bersifat fleksibel, 6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat

dan kebutuhan peserta didik, 7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan

menyenangkan.

Tujuan pembelajaran tematik meliputi: a) Untuk memudahkan pemusatan pada

satu tema, b) Untuk memudahkan peserta didik mempelajari ilmu pengetahuan dan

mengembangkan berbagai kompetensi dasar, c) Mengajak peserta didik mengembangkan

kompetensi dasar dengan pengalaman pribadi, d) Memberikan rasa manfaat yang tinggi

bagi siswa karna penyajian materi dalam konteks tema yang jelas.

Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan

diperoleh beberapa manfaat yaitu:

ISBN: 978-602-50622-0-9 334

Page 350: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator serta isi

mata pelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang tindih materi dapat

dikurangi bahkan dihilangkan, Siswa mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi

pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, Pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian

mengenai proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran maka penguasaan konsep akan

semakin baik dan meningkat.

Kelebihan pembelajaran tematik, antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar

sesuai dengan tingkat pengembngan dan kebutuhan peserta didik, 2) Sesuai dengan minat

dan kebutuhan peserta didik, sehingga dalam memilih tema hendaknya yang terdekat

dengan kehidupan peserta didik, 3) Pelaksanaan kegiatan pembelajaran menjadi lebih

bermakna dan utuh, sehingga hasil belajarnyapun tahan lama, berkesan dan bermakna, 4)

Mengembangkan keterampilan berfikir peserta didik.

PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui, bahwa sumber

belajar dapat kita temui dilingkungan sekitar kita, dengan memanfaatkan bahan dan

media dan kerjasama antara guru, peserta didik, dan orangtua kita dapat memanfaatkan

dan menggunakan berbagai bahan yang ada di lingkungan sekitar untuk menunjang

keberlangsungan kegiatan belajar mengajar. Dan guru juga dituntut agar lebih kreatif

dalam menyiapkan sumber belajar yang diperlukan oleh anak yang bersumber dari

lingkungan sekitar. Lingkungan yang ada di sekitar anak-anak merupakan salah satu

sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses hasil pendidikan yang

berkualitas.

Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak ikut sertadalam proses

pembelajaran mengaktifkan lebih banyak indera Sesuai dengan tahapan perkembangan

anak, karakteristik cara anak belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka

kegiatan pembelajaran bagi anak usia dini sebaiknya dilakukan dengan pembelajaran

tematik. Karena pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam

proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat memperoleh

pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan

yang dipelajarinya.

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan tentang “sumber belajar yang didapat

dari lingkungan sekitar dalam pembelajaran tematik”. Dan diharapkan. Semoga apa yang

telah diberikan dapat bermanfaat dan menambah informasi bagi teman-teman mahasiswa

umumnya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 335

Page 351: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

DAFTAR RUJUKAN

Daryanto. 2014.Pembelajaran tematik terpadu kurikulum 2013. Yogyakarta: gava media.

Khadijah. 2013.Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Citapustaka Media.

Sri Winarni. 2012. Lingkungan sebagai Sumber Belajar.Jakarta: Depdiknas.

ISBN: 978-602-50622-0-9 336

Page 352: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

IPA DI KELAS V SD

Kenny Istiah Dillah58,Naeklan Simbolon59

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar

siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model

pembelajaran Guided Inquiry. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas V SD yang berjumlah 30 orang siswa. Pelaksanaan tindakan ini

dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap yaitu, Perencanaan, Tindakan,

Observasi dan Refleksi.Instrumen penilaian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes dan lembar observasi.Berdasarkan hasil Pre

Test, masih banyak siswa yang memiliki ketuntasan kurang dari (<70),

siswa yang memiliki ketuntasan lebih dari (<70) ada sebanyak 8 orang

siswa dengan persentase 26,67% dan yang kurang dari (<70) ada 22

orang siswa dengan nilai rata- rata kelas 51,16. Dari hasil observasi

pembelajaran guru dengan menerapkan model pembelajaran Guided

Inquiry di kelas V pada masing-masing pertemuan I mendapat nilai

65,38 dengan kategori kurang baik, maka guru melakukan refleksi pada

masing-masing pertemuan siklus II hasil observasi guru terjadi

peningkatan menjadi 92,30 dengan kategori sangat baik.

Kata Kunci:Guided inquiry, hasil belajar, IPA

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh setiap bangsa dan negara

untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi. Pendidikan tersebut juga

diharapkan dapat menciptakan peserta didik yang berkualitas dan berdaya saing tinggi

untuk menghadapi masa depan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan

salah satu penekanan dari tujuan pendidikan, seperti yang tertuang dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3

58PGSD FIP UNIMED 59PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 337

Page 353: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

yang berbunyi: pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum

terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti

observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa, ingin tahu, terbuka,

jujur, dan sebagainya (Trianto, 2010:136).Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.Hal ini menunjukkan bahawa pembelajaran IPA

membutuhkan kegiatan yang melibatkan siswa untuk aktif mempelajari dan memecahkan

masalah.

Tugas guru ialah untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar

bagi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru mempunyai tanggung jawab untuk

membantu proses perkembangan siswa, baik aspek-aspek pribadi, seperti nilai dan

penyesuaian diri, maupun keterampilan yang harus dikuasai siswa sebagai bekal untuk

masa depan. Namun pada kenyataannya dilapangan menunjukkan bahwa guru sudah

berusaha melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran melalui tugas-tugas

yang diberikan. Namun metode yang digunakan guru cenderung menggunakan metode

ceramah dan pemberian tugas serta proses pembelajaran yang dilakukan guru masih

berpusat pada guru.

Hasil pengamatan peneliti selama melakukan observasi awal di SD Negeri

101765 Bandar Setia tampak bahwa pembelajaran yang digunakan guru cenderung

berpusat pada guru daripada berpusat pada siswa, guru lebih dominan menggunakan

metode ceramah dan pemberian tugas, guru masih belum menggunakan alat peraga

berupa gambar ataupun benda nyata yang sesuai dengan materi pelajaran sehingga hasil

belajar siswa rendah.

Berdasarkan hasil observasi, hasil belajar siswa kelas V-C pada pembelajaran

IPA masih tergolong rendah.Rendahnya hasil belajar siswa dapat dilihat berdasarkan hasil

ujian mid semester. Hasil ujian dari 30 siswa yang mendapat nilai ≥ 70 ada 8 orang yaitu

26,7% sedangkan yang mendapat nilai ≤70 ada 22 orang yaitu 73,3%. Secara garis besar

peneliti melihat bahwa ketuntasan belajar siswa pada pembelajaran IPA masih sangat

rendah.

Dari beberapa model pembelajaran yang ada, peneliti mengambil model

pembelajaran Guided Inquiry untuk mengatasi hal tersebut. Kuhlthau dalam Dwi, dkk

(18:2012) mengatakan bahwa inkuiri adalah pendekatan pembelajaran dimana peserta

didik mencari menggunakan macam-macam sumber informasi dan gagasan untuk

meningkatkan pemahaman mereka terhadap masalah, topik dan isu. Lebih lanjut Rizal

(161:2014) menyatakan bahwa proses pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif sehingga

peserta didik terlatih dalam memecahkan masalah sekaligus membuat keputusan. Metode

ISBN: 978-602-50622-0-9 338

Page 354: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

inkuiri melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dalam rangka

menemukan konsep-konsep IPA.

Penelitian ini menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry, dimana masih

ada bimbingan dari guru yang luas untuk siswa dalam proses menemukan konsep-konsep,

informasi-informasi dan sebagainya. Tujuan umum dari pembelajaran inkuiri terbimbing

adalah untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan

keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan

jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka, sebagaimana yang diungkapkan oleh

Joyce (dalam Cahyono 16:2010) menyatakan bahwa dalam pembelajaran inkuiri

diharapkan siswa secara maksimal terlibat langsung dalam proses kegiatan belajar,

sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa tersebut dan mengembangkan sikap

percaya diri yang dimiliki oleh siswa tersebut.

Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan

atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran.

Padahal belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang, yang

diperoleh dari dirinya sendiri, orang lain, pendidikan, latihan dan lain sebagainya.

Slameto (2010:2) mengemukakan bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari uraian para pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri seseorang untuk memperoleh

pengetahuan ataupun keterampilan melalui pengalaman yang baru.Perubahan yang

dimaksud adalah perubahan yang bersifat positif atau lebih baik dari sebelumnya.Kata

kunci belajar adalah perubahan tingkah laku.

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman (Sudjana 2009:22). Jika belajar menimbulkan perubahan tingkah

laku, maka hasil belajar merupakan perubahan hasil perilakunya.Maka hasil belajar

mencerminkan perubahan perilaku meliputi hasil belajar kognitif, afektif dan

psikomotorik sebagai hasil belajarnya. Menurut Agus Suprijono (2010:5) mengemukakan

bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-

sikap, apresiasi dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa

hasil belajar adalah perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan, keterampilan

maupun sikap yang di dapat melalui proses belajar yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari

dalam diri siswa (faktor internal) maupun faktor dari luar diri siswa (faktor eksternal).

Menurut Rifa’i dan Anni (2010:10) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah

kondisi internal siswa dan eksternal siswa. Kondisi internal siswa mencakup kondisi fisik,

seperti kesehatan organ tubuh,kondisi psikis, seperti kemampuan intelektual, emosional,

dan kondisi sosial, seperti kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kondisi

eksternal siswa mencakup adanya variasi dan derajat kesulitan materi (stimulus) yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 339

Page 355: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dipelajari (direspon), tempat belajar, iklim, suasana lingkungan, dan budaya belajar

masyarakat akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar.

Menurut Soekamto, dkk (dalam Nurul Kindy 2015:6) mengatakan bahwa “model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancangan pembelajaran dan para pengajar dalam

merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Inquiry berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat dalam

mengajukan pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Model

pembelajaran inquiry (inkuiri) bertujuan untuk memberikan cara bagi peserta didik untuk

membangun kecakapan intelektual yang terkait dengan proses berpikir reflektif.

Guided Inquiry merupakan salah satu model pembelajaran yang dirancang untuk

mengajarkan konsep-konsep dan hubungan antar konsep.Model pembelajaran ini

melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru.Siswa melakukan

penyelidikan, sedangkan guru membimbing siswa kearah yang tepat/benar.Pada

pembelajaran ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni

mendiagnosis kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah

yang dihadapi (Oemar 2001:6).

Pembelajaran Guided Inquiry, yaitu suatu model pembelajaran inkuiri yang

dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada

siswa. Pada model pembelajaran inkuiri terbimbing ini guru telah memberikan petunjuk-

petunjuk mengenai materi yang akan diajarkan kepada peserta didik seperlunya. Petunjuk

tersebut berupa pertanyaan agar peserta didik mampu menemukan atau mencari informasi

sendiri mengenai pertanyaan tersebut ataupun tindakan-tindakan yang diberikan guru

harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan.

Berdasarkan penjelasan di atas, model yang dapat dikembangkan di kelas adalah

model inkuiri terbimbing dimana siswa dihadapkan dengan situasi dimana ia bebas untuk

mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba (trial and error),

mencari, menemukan dan memecahkan masalah yang ada.

Selanjutnya Samatowa (2010:3) mengemukakan bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa inggris yaitu nature science, artinya ilmu

pengetahuan alam.Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, science

artinya ilmu pengetahuan.Jadi, ilmu pengetahuan alam atau science itu dapat diartikan

sebagai ilmu tentang alam atau ilmu yang mempeajari tentang peristiwa-peristiwa yang

terjadi di alam”.

Masalah yang terdapat di dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar

siswa pada pelajaran IPA, dimana penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah karena

guru cenderung menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas sehingga proses

pembelajaran yang berlangsung, tidak berjalan dengan efektif. Guru merupakan fasilitator

dan motivator dalam proses pembelajaran dan memegang kendali utama dalam

meningkatkan mutu pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus kreatif dalam

ISBN: 978-602-50622-0-9 340

Page 356: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

menggunakan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karateristik siswa dan materi

yang akan dipelajari agar mudah dipahami, serta agar tujuan pembelajaran dan

keberhasilan pembelajaran dapat tercapai sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

Dari uraian di atas, maka dalam hal ini peneliti menerapkan model pembelajaran

guided inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA. Dalam

penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dilakukannya siklus II

dikarenakan pada siklus I, hasil belajar IPA yang diperoleh oleh siswa belum mencapai

target yang diinginkan yaitu >70. Kemudian setelah dilakukannya siklus II ternyata hasil

belajar siswa pada pelajaran IPA materi pokok gaya dan pengaruhnya sudah meningkat

melebihi target yang telah diinginkan. Sehingga tidak perlu dilakukan lagi perbaikan pada

siklus-siklus berikutnya.

Berdasarkan konsep pada kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan pada

penelitian ini adalah “Dengan Menerapkan Model Pembelajaran Guided Inquiry Akan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa sekolah dasar.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) yang mengarah pada penerapan model pembelajaran Guided

Inquiry untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas V SDN

101765 Bandar Setia TP. 2016/2017.

Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas V SD Negeri 101765

Bandar Setia yang berjumlah 30 orang. Yang menjadi objek penelitian ini yaitu hasil

belajar yang akan ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry

di SD Negeri 101765 Bandar Setia.

Defenisi Operasional Variabel Defenisi operasional dalam variabel penelitian ini adalah:

a. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku baik dalam pengetahuan,

keterampilan maupun sikap yang di dapat melalui proses belajar yang sesuai dengan

tujuan pendidikan. Hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai post test

yang didapat setelah menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry.

b. Model Pembelajaran Guided Inquiry

Model pembelajaran Guided Inquiry adalah suatu model pembelajaran inkuiri

yang dalam pelaksanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas

kepada siswa. Pengumpulan data yang digunakan pada model pembelajaran Guided

ISBN: 978-602-50622-0-9 341

Page 357: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Inquiry adalah observasi dan tes pada materi Gaya dan Pengaruhnya. Observasi yang

dilakukan terhadap siswa dilihat dari aspek afektif dan psikomotorik.

Desain Penelitian Desain penelitian yang dilaksanakan adalah desain yang digambarkan oleh

Kemmis & Teggart (Maharani 2014:46) dengan model siklus terdiri dari empat tahap,

yaitu (1) Perencanaan, (2) Tindakan, (3) Observasi dan (4) Refleksi.

Untuk mengetahui keberhasilan penerapan model Guided Inquiry dalam

pembelajaran IPA pada materi Gaya dan Pengaruhnya, peneliti mengumpulkan data

dengan menggunakan observasi dan tes.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

data kuantitatif dimana peneliti lebih menitikberatkan pada hasil belajar siswa, proses

pembelajaran dan keterkaitan antara kegiatan yaitu pemahaman siswa terhadap

pembelajaran IPA pada materi Gaya dan Pengaruhnya dengan menggunakan model

pembelajaran Guided Inquiry.

Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri 101765 Bandar Setia.Waktu

penelitian dilaksanakan pada awal semester genap tahun ajaran 2016/2017 selama dua

bulan dari bulan Januari hingga Maret 2017.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Tujuan dari proses belajar mengajar adalah untuk meningkatkan hasil belajar

siswa. Oleh karena itu salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan pada

proses pembelajaran adalah model ataupun metode mengajar yang digunakan guru dalam

membelajarkan siswa. Itu artinya, kita sebagai seorang guru perlu mengkondisikan kelas

dengan sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar berlangsung secara efektif dan

efesien.

Berdasarkan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa pada saat dilakukannya pre

test dan proses pembelajaran IPA, maka peneliti merancang alternatif dengan menerapkan

model pembelajaran Guided Inquiry pada proses pembelajaran IPA di kelas V-C.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada siklus I, maka peneliti

melakukan refleksi terhadap seluruh kegiatan pada siklus I dengan hasil sebagai berikut:

1)Pada saat peneliti menyampaikan materi pelajaran masih banyak siswa yang tidak

memperhatikan, hal ini terjadi karena cara guru menyampaikan materi pelajaran belum

menarik perhatian dan menyenangkan bagi siswa; 2) hanya sebagian siswa yang mengerti

materi gaya dan pengaruhnya, karena disebabkan cara guru menyampaikan materi kurang

menarik dan belum sepenuhnya menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry;3)ada

sebagian siswa yang masih takut bertanya ataupun mengeluarkan pendapatnya, karena

guru belum mampu membangkitkan keberanian dan rasa percaya diri siswa.

ISBN: 978-602-50622-0-9 342

Page 358: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berdasarkan analisis masalah yang terjadi pada siklus I tersebut, maka peneliti

perlu melakukan perbaikan pada siklus II dengan lebih melibatkan siswa agar lebih aktif

dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan pada siklus II, telah tampak

bahwa kegiatan peneliti selama pembelajaran sudah sangat baik. Hal ini terlihat dari: 1)

Pada saat peneliti menyampaikan materi pelajaran, suasana belajar dalam kelas sudah

tenang. Karena guru menyampaikan pelajaran dengan jelas dan menyenangkan. Sehingga

tidak ada lagi siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan membuat keributan;

Siswa sudah mampu menguasai materi gaya dan pengaruhnya dengan baik. Karena

dalam proses pembelajaran guru sudah menerapkan langkah-langkah pembelajaran

dengan menerapkan model pembelajaran Guided Inquiry. Sehingga hasil belajar siswa

dapat meningkat; 3)siswa sudah mulai berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya

di depan kelas. Hal ini karena guru sudah berusaha membangkitkan keberanian dan rasa

percaya diri siswa dengan memberi peluang bagi siswa untuk memberikan hasil

jawabannya di depan kelas.

Setelah menganalisis data- data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

penerapan model pembelajaran Guided Inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Hal ini terlihat dari rata-rata kelas sebelum diberikan tindakan yaitu 51,16 setelah

diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 66,33 dan setelah dilakukan siklus II

meningkat menjadi 83,83. Selain itu, peningkatan hasil belajar juga dapat dilihat dari

persentase yaitu pada siklus I diperoleh 66,67% dan pada siklus II 83,33% dan sudah

sesuai dengan tujuan peneliti yaitu meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga peneliti

tidak perlu melakukan tindakan penelitian pada siklus selanjutnya.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Santiasih, dkk, 2013) yang

berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD No.1 Kerobokan Kecamatan Kuta Utara Kabupaten

Badung Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat

perbedaan sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA secara signifikan antara siswa yang

mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan model pembelajaran

konvensional (F=67,991; p<0,05), (2) terdapat perbedaan hasil belajar IPA secara

signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan

model pembelajaran konvensional (F=26,997; p<0,05), (3) terdapat perbedaan sikap

ilmiah dan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri

terbimbing dengan model pembelajaran konvensional (F=43,017; p<0,05).

Kemudian (Nadia, 2014) yang berjudul: Pengaruh Model Pembelajaran Guided

Inquiry terhadap Hasil Belajar IPA. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa model

Guided Inquiry berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada perubahan wujud benda.

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil temuan tersebut, maka upaya yang dilakukan guru untuk

meningkatkan hasil belajar siswa yaitu melakukan pembelajaran dengan menerapkan

model pembelajaran Guided Inquiry. Setelah proses pembelajaran berlangsung, pada

akhir pertemuan siklus I guru memberikan post test kepada siswa untuk mengetahui

ISBN: 978-602-50622-0-9 343

Page 359: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

penguasaan materi pelajaran yang telah diketahui seluruh siswa. Dari post test tersebut,

maka dapat diketahui bahwa dari 30 orang siswa terdapat 20 orang siswa dengan

persentase 66,67% mendapat nilai tuntas dan 10 orang dengan persentase 33,33% yang

mendapat nilai tidak tuntas.

Rendahnya hasil belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor

diantaranya guru masih mengalami kesulitan dalam memahami karakteristik setiap siswa

dan guru juga menemukan bahwa masih ada siswa yang bermain dalam proses

pembelajaran berlangsung dan mengganggu temannya saat belajar sehingga

menimbulkan keributan di dalam kelas.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan yang terdapat pada siklus I guru

berupaya memperbaikinya pada siklus II. Setelah proses belajar mengajar pada siklus II

berakhir, guru memberikan post test II kepada seluruh siswa. dari post test yang

dibagikan terdapat 25 orang siswa dengan persentase 83,33% mendapat nilai tuntas dan 5

orang dengan persentase 16,67% yang mendapat nilai tidak tuntas.

Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar Siswa, diketahui bahwa dari 30 orang

siswa pada saat Pre Test terdapat 8 orang siswa yang mencapai nilai KKM (>70), pada

Siklus I terdapat 20 orang siswa yang mencapai nilai KKM (>70) dan pada Siklus II

terdapat 25 orang siswa yang mendapat nilai tuntas, serta sebanyak 5 orang siswa yang

belum tuntas maka penelitian ini tidak dilanjutkan lagi ke siklus selanjutnya. Sebab hasil

belajar sudah dapat ditingkatkan sesuai dengan nilai KKM (>70) yang ditetapkan SD

Negeri 101765 Bandar Setia.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data, maka dapat kesimpulan yang dapat diambil

adalah sebagai berikut:

Hasil observasi pada pembelajaran guru (peneliti) dengan menerapkan model

pembelajaran Guided Inquiry di kelas V pada masing-masing pertemuan

siklus I mendapat nilai 65,38 dengan kategori kurang baik, maka guru

melakukan refleksi pada masing-masing pertemuan siklus II. Hasil observasi

pada pembelajaran guru dalam menerapkan model pembelajaran Guided

Inquiry mengalami peningkatan menjadi 92,30 dengan kategori sangat baik.

Hasil observasi pada kegiatan siswa dari aspek kognitif dan psikomotorik pada

masing-masing pertemuan Siklus I mendapatkan nilai rata-rata kelas 70

dengan kategori cukup baik, kemudian setelah dilakkan refleksi pada masing-

masing pertemuan pada Siklus II terjadi peningkatan dengan nilai rata-rata

kelas 80,5 dengan kategori baik.

Hasil belajar siswa pada aspek kognitif siswa pada Siklus I terdapat 20 orang

siswa dengan nilai persentase 66,67% mendapat nilai tuntas dan sebanyak 10

orang siswa dengan nilai persentase 33,33% mendapat nilai tidak tuntas

dengan nilai rata-rata 66,33. Pada aspek afektif dan psikomotorik siswa pada

siklus I mendapat jumlah nilai 2100 dengan nilairata-rata 70 ketegori

ISBN: 978-602-50622-0-9 344

Page 360: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

cukup.Karena hasil pada siklus I masih rendah, maka peneliti melakukan

perbaikan pada siklus II. Pada aspek kognitif pada siklus II diperoleh tingkat

ketuntasan sebanyak 25 orang siswa dengan persentase 83,33% yang

mendapat nilai tuntas, dan sebanyak 5 orang siswa 16,67% yang mendapat

nilai tidak tuntas dengan nilai rata-rata 83,83. Sedangkan pada aspek afektif

dan psikomotorik siswa mengalami peningkatan yaitu dengan nilai rata-rata

80,5 kategori baik.

DAFTAR RUJUKAN Rifa’i, A & Anni, C.T. 2010. Psikologi Pendidikan. Semarang: UPT Unnes PRESS.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rhineka

Cipta.

Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 345

Page 361: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH DALAM MATEMATIKA

SEKOLAH DASAR

Daitin Tarigan60

Surel: [email protected]

Abstrak

Inti dari semua pembelajaran adalah untuk membentuk manusia (siswa)

yang kreatif, inovatif, dan punya strategi dalam pemecahan masalah.

Dalam pembelajaran matematika, salah satu bentuk pendekatan yang

dapat diterapkan adalah problem solving, yaitu siswa diharapkan pada

masalah tak rutin sehingga dapat memunculkan ide kreatif siswa untuk

memecahkan masalah tersebut. Masalah-masalah tak rutin yang

dikembangkan tidak bisa disajikan sebagai bahan pembelajaran tiap

hari, tetapi bisa diberikan secara berkala. Fungsi guru adalah sebagai

fasilitator, tentunya ini bukanlah merupakan tugas yang mudah, karena

guru yang melaksanakan pembelajaran dengan pemecahan masalah

matematika harus siap dan mampu menganalisis beraneka ragam

jawaban siswa dengan baik.

Kata kunci: Pembelajaran matematika, problem solving

PENDAHULUAN

Masalah dalam matematika meliputi dua hal, masalah internal dan masalah

eksternal. Masalah internal bekenaan dengan pengemabangan teori-teori yang ada dalam

matematika, artinya bagaimana menggunakan teori-teori yang ada untuk menghasilkan

atau membuktikan teori barudalam matematika. Masalah eksternal berkenaan dengan

bagaimana konsep-konsep yang ada dalam matematika dapat diterapkan pada ilmu

pengetahuan yang lainatau pada kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya, pemecahan

masalah dalam hal ini dimaksudkan sebagai penggunaan matematika itu sendiri, dalam

ilmu pengetahuan yang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pengertian Masalah

Menurut Wikipedia, problem solving is a mental process wich is the concluding

part of the larger problem process that includes problem finding and problem shaping.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemecahan masalah adalah proses mental yang

merupakan bagian terbesar dalam suatu proses termasuk menemukan dan pembentukan

untuk menemukan pemecahan masalah.

60PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 346

Page 362: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Masalah selalu berkenaan dengan suatu pertanyaan, tetapi tidak semua

pertanyaan merupakan masalah. Sebuah pertanyaan merupakan masalah apabila

pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab untuk diselesaikan secara langsung melalui

prosedur rutin. Untuk dapat menyelesaikan suatu masalah, seseorang harus dapat

melakukan seleksi terhadap data informasi yang diperoleh dan mengorganisasikan

konsep-konsep yang dimilikinya. Namun apabila seseorang telah berhasil menemukan

jawabannya, baik secara mandiri atau melalui bantuan orang lain atau mendapatkan

penyelesainnya dari buku atau sumber yang lain, maka pertanyaan yang sebelumnya

merupakan masalah, sekarang sudah bukan permasalahan lagi bagi dirinya.

Masalah seringkali dinyatakan dalam soal cerita, tetapi tidak berarti semua soal

cerita merupakan masalah. Untuk menyelesaikan soal cerita seseorang harus

mengidentifikasi apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan merumuskan model

matematika serta strategi penyelesainnya. Apabila strategi yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal cerita berupa metode dan prosedur rutin maka jelas substansi soal

cerita bukan merupakan maslaah. Namun apabila dalam menyusun strategi diperlukan

organisasi konsep-konsep dan belum ada pengetahuan tentang prosedur rutin yang bisa

langsung menyelesaikan soal tersebut, maka substansi soal cerita tersebut merupakan

masalah. Jadi soal cerita tidak sama dengan masalah. Soal cerita hanya merupakan sebuah

sarana untuk mengekspresikan suatu masalah.

Didalam pembelajaran matematika, terutama tentang pembelajaran pemecahan

masalah, ada seorang tokoh yang terkenal yakni George Polya. Polya menyarankan 4

langkah pemecahan masalah sebagai strategi umum yang perlu dilakukan dalam

pembelajaran melalui pemecahan masalah. Keempat langkah itu adalah:(1) Memahami

masalahnya, (2) Menyusun rencana yang bisa dipakai untuk memecahkan masalah, (3)

Menjalankan rencana, dan(4) Melihat kembali atau melakukan refleksi terhadap selesaian

yang diperoleh. Pengertian diatas dikenal dengan istilah “SEE-PLAN-DO-CHECK” atau

“Kenali-Susunrencana-Lakukan dan Periksa Kembali.”

Kemampuan pemecahan masalah ini akan terbantu perkembangannya kalau

dalam diri siswa dipenuhi dengan berbagai macam strategi pemecahan masalah.

Kekayaan strategi pemecahan masalah ini sangat membantu siswa dalam menyusun

rencana pemecahan masalah atau langkah-langkah yang harus diterapkan. Strategi ini

banyak macamnya, dan dalam tulisan ini dapat disajikan beberapa strategi diantaranya:

Membuat Tabel

Diberikan masalah sebagai berikut. “Seorang tukang kayu merancang meja

berkaki 4 dan kursi berkaki 3. Pada suatu hari ternyata dia telah berhasil membuat meja

dan kursi yang kalau dihitung ternyata jumlah kakinya berjumlah 43. Berapa banyak meja

dan kursi yang telah dihasilkan pada hari itu”. Untuk memecahkan masalah, maka kita

bisa menggunakan strategi membuat tabel sebagai berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 347

Page 363: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

1 Meja 2 Meja 3 Meja 4 Meja 7 Meja 10 Meja

43-4 = 39 43-8 = 35 43-12 = 31 43-16 = 27 43-28 = 15 43-40 = 3

39:3 = 13 35:3 = Tidak 31:3 = Tidak 27:3 = 9 15:3 = 5 3:3 = 1kursi

kursi mungkin Mungkin kursi Kursi

13 Kursi Tidak Tidak 9 Kursi 5 Kursi 1 Kursi

mungkin mungkin

Penggunaan tabel di atas untuk mengola informasi yang diberikan dalam soal

ternyata sangat membantu siswa menemukan pola yang muncul dan membantu mereka

menemukan informasi yang hilang. Kalau kita melihat langkah di atas, tampak bahwa

setelah empat langkah pertama, terlihat adanya suatu pola. Akan tetapi, mengingat

bilangannya kecil, sebenarnya tanpa menemukan pola, dengan membuat tabel kita bisa

memecahkan masalah.

Jumlah meja Jumlah kaki Jumlah kaki Kalau dibagi 3 Kesimpulan

pada meja yang tersedia apakah

untuk kursi hasilnya bulat !

Berapa ?

1 4 43-4 = 39 Ya, yaitu 13 1 meja dan 13

kursi

2 8 43-8 = 35 Tidak Tidak mungkin

3 12 43-12 = 31 Tidak Tidak mungkin

4 16 43-16 = 27 Ya, yaitu 9 4 meja, 9 kursi

5 20 43-20 = 23 Tidak Tidak mungkin

6 24 43-24 = 19 Tidak Tidak mungkin

7 28 43-28 = 15 Ya, yaitu 5 7 meja, 5 kursi

8 32 43-32 = 11 Tidak Tidak mungkin

9 36 43-36 = 7 Tidak Tidak mungkin

10 40 43-40 = 3 Ya, yaitu 1 10 meja, 1 kursi

Jadi banyak meja dan kursi yang mungkin adalah: 1 meja 13 kursi, 4 meja 9

kursi, 7 meja 5 kursi, 10 meja 1 kursi.

ISBN: 978-602-50622-0-9 348

Page 364: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Membuat Gambar

Perhatikan masalah-masalah berikut. “jika ada 5 orang didalam ruangan dan

mereka semua bersalam-salaman satu sam lain, berapa banyak salaman yang terjadi

diantara mereka semua ?”

Masalah ini dapat diselesaikan dengan lebih mudah kalau bisa membuat gambar

seperti berikut.

Tampak bahwa banyaknya ruas garis yang menghubungkan titik-titik pada

gambar ada 10. Artinya, ada 10 kali salaman yang mungkin terjadi. Penggunaan gambar

juga memungkinkan siswa secara visual mengkonstruksi masalahnya. Beberapa masalah

dapat diselesaikan dengan lebih mudah setelah ada gambarya. Dengan menggunakan

gambar, siswa terbantu belajar menemukan informasi kunci di dalam suatu masalah serta

mengabaikan informasi yang tidak perlu.

Cobalah selesaikan masalah berikut dengan menggunakan gambar !

“Seekor kodok di dalam dasar sumur meloncat naik 3 meter setiap harinya dan

melorot 2 meter setiap malamnya. Jika kedalaman sumur adalah 10 meter, berapa lama

diperlukan oleh kodok tersebut untuk bisa keluar dari sumur tersebut?”.

Menyuarakan Proses Berpikir

“Ketika saya berangkat sekolah, saya bertemu dengan seorang guru yang

memiliki 24 siswa dikelasnya. Setiap siswa memiliki 2 saudara, dan setiap saudara

memiliki 2 hewan peliharaan. Berapa banyak guru yang saya temui?”.

Dengan mendorong siswa untukmenyuarakan pemikiran yang sedang

berlangsung dalam benaknya, mereka akan mempu mendengarkan verbalisasinya. Ini

memungkinkan terjadinya dua proses sekaligus, yaitu berpikir dan berbicara, yang

membantu memecahkan masalah. Meyuarakan proses berpikir membantu komunikasi

serta mendorong proses refleksi. Akan lebih bagus kalau selama proses berpikir itu,

mereka bisa diminta untuk menyatakan ulang dengan kalimatnya sendiri, berkomunikasi

dengan dirinya sendiri, dan komunikasi itu juga disuarakan dengan keras (lantang).

Setelah selesai membaca soal atau maslahnya, mereka bisa diminta untuk mengucapkan

kaliamat:

ISBN: 978-602-50622-0-9 349

Page 365: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

“hal-hal yang penting dalam masalah ini adalah...............................” “bilangan-

bilangan yang ada pada soal ini berkaitan dengan........................”

“operasi bilangan yang terlibat soal ini adalah ..........................”

“kata-kata yang menyatakan bahwa ini menggunakan operasi bilangan adalah ............”

“yang ditanyakan dalam soal ini adalah ......................................”

“soal ini bisa diselesaikan dengan cara .....................................”

Menemukan Pola

Perhatikan masalah berikut. “Disebutbilangan persegi karena mereka memiliki

pola seperti pertumbuhan persegi. Berapa banyak persegi satuan yang bisa ditemukan

pada suatu persegi yang berisi 10 ? berapa panjang sisinya jika diketahui didalam persegi

itu terdapat 81 persegi satuan ?”.

Dengan bantuan gambar seperti di atas, maka akan ketemu pola yakni “untuk persegi

yang berisi sepanjang n satuan, maka akan diperoleh persegi satuan sebanyak .......”

Dengan menggunakan pola itu, maka banyaknya persegi satuan untuk persegi

yang panjang sisinya 10 satuan adalah 100. Sementara itu, panjang sisi dari persegi yang

memuat 81 persegi satuan adalah 9 satuan. Coba selesaikan masalah berikut.

Seorang raja memutuskan untuk memberikan ganjaran dengan menawarkan suatu

pilihan sebagai berikut.

Satu butir gandum di setiap kotak pada papan catur dan selanjutnya, semua

butir gandum tersebut dikalikan 10. Satu butir gandum di kotak pertama, dan kotak berikutnya 2 kali lipat dari

kotak sebelumnya.

Mana diantara pilihan itu yang harus diambil oleh si pelayan agar dia memperoleh

gandum lebih banyak? Mengapa?.

Duga dan Periksa

ISBN: 978-602-50622-0-9 350

Page 366: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Perhatikan masalah berikut. “Dengan menggunakan bilangan 1 s/d 9, tempatkan

di kotak-kotak berikut sehingga diperoleh jumlah 15 diarah mendatar, tegak, dan

diagonalnya”.

Untuk memecahakan masalah di atas. Anda boleh mulai dengan bilangan tertentu.

Kemudian cari bilangan-bilangan lain yang memenuhi syarat yang ditetapkan untuk

ditempatkan pada kotak-kotak berikutnya. Lakukan lagi dengan mengikuti dugaan tadi

dan periksa lagi apakah memenuhi syarat atau tidak. Demikian seterusnya sehingga

diperoleh jawaban yang diinginkan.

Bekerja Mundur

Perhatikan masalah berikut.

“Seutas tali dipotong separuh untuk dibagi kepada dua pemilik tanah. Seorang

pemilik memerlukan 2/3 nya untuk mengikat anjingnya. Sisa dari tali untuk mengikat

anjing tersebut adalah 1 meter. Berapa panjang tali mula-mula?

Kalau anda memecahkan masalah ini dengan strategi bekerja mundur, maka anda

mulai dengan informasi bahwa sisa tali yang digunakan untuk mengikat anjing adalah 1

meter. Selanjutnya, 1 meter itu adalah 1/3 dari milik salah seorang pemilik tanah. Dengan

demikian, milik salah seorang itu adalah 3 meter.

Selanjutnya, 3 meter ini adalah sepearuh dari yang dibagikan kepada dua orang. Dengan demikian, tali yang dibagikan adalah 2 x 3 = 6 meter.

SIMPULAN

Substansi soal cerita yang kita sajikan kepada siswa memang belum tentu

merupakan masalah bagi mereka, tetapi sering kali soal cerita dipakai sebagai sarana

untuk menyajikan masalah kepada siswa. Satu hal yang penting bagaimana menuntun

siswa untuk mampu memahami masalah dan kemudian dapat menyelesaikannya.

Pengajaran pemecahan masalah kepada siswa tetap harus memperhatikan langkah-

langkah pemecahan masalah sebagaimana yang terurai di atas. Oleh karenanya guru harus

memikirkan pendekatan yang tepat untuk mengajarkan pemecahan masalah, perencanaan

penyelesaian, pelaksanaan rencana, dan pengecekan kembali. Pendekatan untuk keempat

langkah tersebut bukan merupakan pendekatan yang saling asing, tetapi harus merupakan

satu kesatuan pendekatan hingga proses pemahaman hingga penyelesaian masalah

merupakan proses yang berkelanjutan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 351

Page 367: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Satu hal yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa cara siswa mengerjakan soal

atau menyelesaikan masalah dalam matematika tidak harus sesuai dengan yang

dicontohkan guru. Setiap alternatif cara yang digunakan siswa patut mendapat perhatian

karena hal ini tentunya sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Apabila langkah

yang ditempuh siswa secara logis menghasilkan jawaban yang benar maka mereka berhak

mendapat penilaian yang memuaskan.

DAFTAR RUJUKAN Karso. 2004. Pendidikan Matematika I. Modul Universitas Terbuka. Jakarta Pusat.

Lencher, G. 2003. Creatif Problem Solving on School Mathematics. New York Glend

Wood: Publication Inc. East Meadow.

Prihandoko, Cahya. 2006. Pemahaman dan Penyajian Konsep Matematika secara Benar

dan Menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Subarinah. 2006. Inovasi Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Ketenagaan.

Tarigan, Daitin. 2006. Pembelajaran Matematika Realistik. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat

Ketenagaan.

Turmudi (ed). 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (Common Text

Book). Bandung: JICA-Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

ISBN: 978-602-50622-0-9 352

Page 368: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBACA PUISI MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS SD NEGERI 107404 SAMBIREJO

TIMUR KEC. PERCUT SEI TUAN KAB. DELI SERDANG

Surahmawati61

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar membaca puisi

melalui metode demonstrasi pada siswa kelas SD. Negeri 107404

Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari siklus I dan siklus II.

Prosedur dalam setiap siklus mencakup tahap-tahap berupa

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.

Hasil observasi terhadap aktivitas siswa sebelum dilakukan siklus I

diketahui bahwa kemampuan membaca puisi siswa sangat kurang yaitu

rata-rata 18,80%. Setelah dilakukan tindakan siklus I ada peningkatan

kemampuan membaca rata-rata siswa sebesar 75%,untuk memperoleh

nilai yang diharapkan maka dilakukan tindakan siklus II sehingga ada

peningkatan kemampuan membaca sebesar 100%. Dan pada siklus II

terjadi peningkatan kemampuan membaca siswa yaitu 5 orang yang

memperoleh nilai tinggi, 19 orang yang memperoleh nilai sedang.

Berdasarkan tindakan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran membaca puisi menggunakan metode demonstrasi, dapat

meningkatkan hasil belajar membaca puisi siswa V SDN 107404

Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Metode Demonstra

61

ISBN: 978-602-50622-0-9 353

Page 369: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

PENDAHULUAN

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku (a change in behavior), jadi belajar

merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan

itu disebabkan karena ada dukungan lingkungan yang positif yang menyebabkan

terjadinya interaksi edukatif.

Perubahan itu meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan. Pernyataan

ini didukung oleh Ernest R. Hilgard( 1984: 252 ) yang mengemukakan “ learning

is the process by which an activity originates or is changed through training

procedurs (whether in the laboratory or in the natural environment ) as

distinguished from change by factors not artrisutable to training”.

Artinya: suatu proses dalam kegiatan dalam suatu bidang yang berasal atau

diubah melalui prosedur pelatihan (baik di laboratorium atau di lingkungan alam)

yang dibedakan dari perubahan tersebut oleh unsur-unsur ketidak sengajaan untuk

pelatihan.

Keterampilan berbahasa mempunyai empat aspek yang penting, yaitu: (1)

Keterampilan menyimak, (2) Keterampilan Berbicara, (3) Keterampilan

membaca, (4) keterampilan menulis.Keterampilan berbahasa yang keempat ini

mempunyai hubungan yang dalam memperoleh kemampuan berbahasa yang baik.

Untuk mendapatkan motivasi guru harus dapat menemukan metode dan

cara yang tepat dalam membangkitkan semangat peserta didik dalam belajar, oleh

kerena itu guru menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran

pembacaan puisi tersebut. Dengan metode demonstrasi tersebut diharapkan

kepada peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga dapat

menumbuhkan minat dan bakatnya dalam pembacaan puisi. Berdasarkan uraian di

atas penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah:

a. Proses pembelajaran membaca puisi tidak berjalan dengan lancar

dikarenakan-peserta didik merasa kurang percaya diri.

Peserta didik tidak dapat membaca puisi dengan intonasi dan lafal yang baik

dan benar. Peserta didik tidak dapat membaca puisi dengan jeda yang benar. Peserta didik tidak dapat mengekspresikan sesuai dengan isi kandungan puisi. Peserta didik tidak dapat membaca puisi dengan memperagakan bahasa tubuh

yang sesuai dengan isi kandungan puisi tersebut. Peserta didik tidak dapat mengidentifikasi ciri-ciri puisi.

Agar pembatasan masalah tidak terlalu meluas maka perlu adanya pembatasan

masalah. Adapun masalah yang diteliti dibatasi pada proses kegiatan belajar pada materi

Page 370: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

membaca puisi dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V SDN 107404

Sambirejo Timur melalui metode demonstrasi.

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimana meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia pada materi membaca

puisi melalui metode demonstrasi di siswa kelas V SDN 107404 Desa Sambirejo

Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia

pada materi membaca puisi melalui metode demonstrasi di siswa kelas V SDN 107404

Desa Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

Belajar

Pengertian Belajar

Gagne (Dimyati dan Mujiono 2009:10) mengemukakan bahwa “Belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati

pengolahan informasi menjadi kapabilitas baru”. Sedangkan menurut Sagala (2009:11)

bahwa “Belajar adalah komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan

bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Uno

(2011:15) berpendapat bahwa “Belajar adalah pemerolehan pengalaman baru oleh

seseorang dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu objek (pengetahuan), atau

melalui suatu penguatan (Reinsforcement) dalam bentuk pengalaman terhadap suatu

objek yang ada dalam lingkungan belajar”.

Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Tingkat prestasi belajar siswa di sekolah tidak dapat dikatakan sama,

walaupun siswa tersebut sama-sama menerima metode pengajaran dan guru yang

sama, jadi berhasilnya atau tidaknya dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam

mengajar. Keberhasilan guru dalam mengajar akan dipengaruhi oleh faktor-

faktor,yaitu:

Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan

rohani dari siswa;2) faktor eksternal(faktor dari luar).

Belajar bahasa Indonesia

Bahasa

Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan

suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Bahasa sendiri

berfungsi sebagai sarana komunikasi serta sebagai sarana integrasi dan adaptasi.

Bahasa mempunyai fungsi simbolik, emotif, dan afektif.Bahasa adalah untuk

menyatakan perasaan, kehendak maupun sikap, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi

ekpresif. Sedangkan untuk menyatakan buah pikiran lengkap dengan jalan pikiran yang

melatar belakanginya, bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi argumentatif. William

ISBN: 978-602-50622-0-9 355

Page 371: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

A. Haviland berpendapat bahwa Bahasa adalah suatu sistem bunyi yang jika digabungkan

menurut aturan tertentu menimbulkan arti yang dapat ditangkap oleh semua orang yang

berbicara dalam bahasa itu. Sudaryono mengemukakan bahwa Bahasa adalah sarana

komunikasi yang efektif walaupun tidak sempurna sehingga ketidak sempurnaan bahasa

sebagai sarana komunikasi menjadi salah satu sumber terjadinya kesalahpahaman. Jadi

dari beberapa pendapat tentang bahasa dapat disimpulkan bahwa bahasa merupakan alat

komunikasi yang dapat dimengerti dan dipahami bagi orang lain yang mendengarkannya.

Hasil belajar bahasa Indonesia

Kemampuan berbahasa dalam KBK mencakup empat aspek penting, yaitu: 1)

keterampilan menyimak atau mendengar, 2) keterampilan berbicara, 3) keterampilan

membaca, 4) dan keterampilan menulis. Kemampuan berbahasa ini berhubungan erat

dalam usaha seseorang memperoleh kemampuan berbahasa yang baik. Berbagai usaha

dilakukan untuk membina dan mengembangkan bahasa agar benar-benar memenuhi

fungsinya.

Salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik

dan benar adalah melalui program pendidikan di sekolah, khususnya mata pelajaran

bahasa Indonesia. Menurut Depdiknas (2003: 6-7), mata pelajaran bahasa Indonesia

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :

berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulisan memiliki menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan

kreatif untuk berbagai tujuan. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan serta

kemampuan berbahasa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai kazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia

Puisi Defenisi Puisi

Puisi merupakan karya sastra yang kompleks, maka untuk memahaminya diperlukan

analisis agar dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Untuk

menganalisis puisi dengan tepat, perlu diketahui wujud sebenarnya dari puisi tersebut.

Puisi adalah sebab yang memungkinkan timbulnya pengalaman. Oleh karena itu, puisi

harus dimengerti sebagai struktur norma-norma. Norma itu harus dipahamiه secara

implisit untuk menarik setiap pengalaman individu karya sastra dan bersama-sama

merupakan karya sastra yang murni sebagai keseluruhan.

Ciri-Ciri Puisi

ISBN: 978-602-50622-0-9 356

Page 372: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Puisi mempunyai beberapa ciri-ciri diantaranya:

pemadatan bahasa; puisi itu dibaca deretan kata-kata tidak membentuk kata

atau kalimat, membentuk lirik dan bait .lirik memiliki makna yg luas dari

kalimat, dari perwujudan itu diharapkan kata atau frasa memiliki makna yang

luas. Pemilihan kata khas; kata-kata penyair dipertimbangkan betul dari berbagai

aspek dan efek pengucapan. Tidak jarang kata-kata tertentu dicoret beberapa

kali karena belum secara tepat mewakili pikiran dan suara hati penyair

(dilihat dari dokumentasi H.B jassin)

Teknik Membaca Puisi

Ada beberapa tahapan yang harus di perhatikan oleh sang pembaca puisi,

antara lain:

1). Interpretasi (penafsiran/pemahaman makna puisi)

2).Vokal 3).Diksi 4).Tempo 5).Dinamika 6).Modulasi 7).Intonasi 8).Jeda 9).Pernafasan 10).Penampilan

Unsur Unsur Puisi

Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi, secara

singkat bisa diuraikan sebagai berikut:

1). Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi)

yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain.

Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik.

2).Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa.

Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada

puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah, tapi pada puisi

baru tak ada batasan.

3). Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah

biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait

biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi.

4). Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi

yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama

(ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan

bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut

ISBN: 978-602-50622-0-9 357

Page 373: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait),

tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan

dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah

salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima.

Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi,

yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan.

5).Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait.

Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi

penulis puisi disampaikan.

Metode Demonstrasi

Pengertian metode demonstrasi menurut Djamarah( 2010:90) “cara penyajian

pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi

atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering

disertai dengan penjelasan lisan”. metode demontrasi adalah: metode yang

mengedepankan peragaan atau pertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi benda

tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya atau tiruan yang disertai dengan

penjelasan lisan. cara mengajar dimana seorang instruktur atau tim guru menunjukkan

dan memperlihatkan suatu proses .

Metode Demonstrasi dalam Mendeklamasikan Puisi

Mendeklamasikan/membaca puisi dengan metode demonstrasi yang baik, guru

haruslah berusaha memahami tentang kandungan isi puisi tersebut. Agar guru semenarik

mungkin dilihat oleh siswa, sehingga siswa terkesan dan tertarik mendengarkan .akhirnya

berusaha untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Mendeklamasikan/membaca puisi guru harus benar-benar mengetahui tehnik –tehnik

membaca puisi dengan baik dan benar, seperti yang di bicarakan pada tehnik membaca

puisi.

Kerangka Berfikir

Apresiasi sastra Bahasa Indonesia meliputi; sastra drama, sastra prosa, sastra puisi.

Pembahasan pada penelitian ini saya membahas tentang puisi. Puisi adalah karya sastra

yang berupa larik atau bait yang isi puisi berupa kata -kata hias. Puisi mempunyai tema

,dan juga mempunyai ciri-ciri, unsur-unsur, dan pembacaan puisi mempunyai tehnik-

tehnik membaca puisi.

Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas maka peneliti mengajukan hipotesis tindakkan

sebagai berikut:

ISBN: 978-602-50622-0-9 358

Page 374: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dengan menggunakan metode domostrasi dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa

Indonesia materi membaca puisi pada kelas V SDN 107404 desa Sambirejo Timur

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (Action Research

classroom) yang terdiri dari 2 siklus untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah

Dasar .

Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan terhadap siswa kelas V SDN 107404 Desa Sambirejo Timur

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang .Penelitian dilaksanakan pada bulan

Nopember 2012 yang terbagi dalam dua siklus.

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 107404 Desa Sambirejo Timur

Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang berjumlah 24 siswa yang terdiri dari

11 orang laki-laki dan 13 orang perempuan. Objek penelitian adalah upaya meningkatkan

proses belajar bahasa Indonesia pada membaca puisi dengan metode demonstrasi.

Mekanis dan Rancangan

Metode yang diaplikasikan untuk pemecahan masalah dalam kegiatan ini adalah

penelitian tindakan kelas (Action Research class room) dengan melibatkan teman sejawat

guru.

Kegiatan pada Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti dan teman sejawat guru melakukan analisis terhadap

proses belajar siswa sebelumnya bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis

masalah serta mencari alternatif pemecahan masalah sebagai dasar perencanaan pada

siklus I. Berdasarkan hal tersebut maka tahap persiapan ini peneliti melakukan

perencanaan pada siklus I sebagai berikut:

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) siklus I dengan menerapkan

motode demonstrasi menggunakan lembaran puisi yang diharapkan dapat mengatasi

masalah pembelajaran, pada bentuk RPP (rencana Pelaksanaan Pelajaran) untuk setiap

pertemuan dan membuat skenario pembelajaran .

Menyusun atau menetapkan masalah-masalah yang akan dibahas menggunakan

metode demonstrasi yang menggunakan media lembaran puisi.

Menyusun langkah-langkah dalam mendemonstrasikan yang menggunakan media

lembaran puisi untuk membaca puisi. Menyusun instrumen pengumpulan data, yaitu:

ISBN: 978-602-50622-0-9 359

Page 375: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

a. Lembar observasi aktifitas siswa dalam proses belajar

b. Instrumen tes untuk mengukur tingkat ketercapaian pembelajaran

b. Tahap Pelaksanaan (Implementasi)

Pada tahap pelaksanaan Siklus I, peneliti dibantu oleh teman sejawat

melaksanakan skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran metode

demonstrasi yang menggunakan media lembaran puisi sebagaimana telah direncanakan

dalam RPP Siklus I.

c. Tahap Observasi

Selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengumpulan data dengan cara

pelaksanaan pengamatan (observasi) terhadap aktivitas siswa dengan menggunakan

Lembar observasi aktifitas siswa yang diamati adalah:

Mendengarkan penjelasan guru

Menulis catatan yang relevan dengan KBM

Membaca buku ajar

Menghafal puisi

Menghayati makna puisi

Mendeklamasikan puisi

Prilaku yang tidak relevan dengan KBM

d. Tahap Refleksi

pada tahap akhir siklus I, peneliti bersama teman sejawat melakukan kegiatan

refleksi yaitu evaluasi terhadap semua kegiatan dalam proses pembelajaran yang meliputi

pola interaksi pembelajaran, suasana kelas, respon terhadap model pembelajaran yang

diterapkan, hasil kerja siswa dan nilai hasil belajar yang dicapai. Berdasarkan hasil

refleksi dan evaluasi, berbagai kekurangan, hambatan dan kesulitan yang ditemukan

selama implementasi/pelaksanaan tindakan I digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melakukan perbaikan dalam pembuat perencanaan pada siklus berikutnya (siklus

II).

Kegiatan Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Hasil refleksi dan evaluasi pada akhir Siklus I digunakan sebagai bahan

pertimbangan untuk melakukan perbaikan dalam membuat perencanaan dalam Siklus II.

Pada tahap ini peneliti melakukan perbaikan-perbaikan terhadap Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), instrumen penelitian dan skenario pembelajaran.

ISBN: 978-602-50622-0-9 360

Page 376: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

b. Tahap Pelaksanaan (Implementasi)

Sebagaimana pada tahap pelaksanaan di Siklus I, pada tahap pelaksanaan Siklus

II, guru menyajikan materi pelajaran sesuai skenario “model pembelajaran Demonstrasi

yang menggunakan media lembaran puisi yang berkode” yang telah digariskan dalam

perangkat pembelajaran (RPP) yang telah direvisi pada tahap perencanaan II. Proses

pelaksanaan di Siklus II serupa dengan di Siklus I dengan memperbaiki dalam beberapa

hal sesui dengan hasil refleksi di Siklus I.

c. Tahap Obsevasi

Selama pelaksanaan pembelajaran dilakukan pengumpulan data melalui

pengamatan (observasi) terhadap aktifitas siswa dengan menggunakan lembar observasi

aktifitas siswa. Aktifitas siswa yang diamati ada Siklus II dengan aktivitas siswa pada

Siklus I. pengamatan aktivitas siswa dilakukan oleh teman sejawat. Setiap pengamat

mengamati enam orang siswa. Pada Siklus II ini dilakukan juga pengumpulan hasil

kinerja siswa berupa mendeklamasikan puisi di depan kelas yang dinilai oleh guru dengan

menggunakan lembar penilaian kinerja siswa. Pada akhir pelaksanaan di Siklus II

dilakukan evaluasi dengan menggunakan instrumen tes untuk mengukur tingkat

ketercapaian tujuan pembelajaran.

d. Tahap Rafleksi

pada akhir Siklus II peneliti bersama teman sejawat kembali melakukan kegiatan

refleksi yaitu evaluasi terhadap semua kegiatan dalam proses pembelajaran yang meliputi

pola interaksi pembelajaran, suasana kelas, respon siswa terhadap model pembelajaran

yang diterapkan, hasil kerja siswa dan nilai hasil belajar yang dicapai. Berdasarkan hasil

refleksi dan evaluasi, berbagai kekurangan, hambatan dan kesulitan yang ditemukan

selama implementasi/pelaksanaan tindakan II digunakan sebagai bahan pertimbangan

untuk melakukan perbaikan dalam membuat perencanaan pada Siklus berikut.

Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk menjaring data yang dibutuh dalam penelitian ini maka disusun instrumen

pengumpul data, yaitu:

(a). Lembar observasi aktivitas siswa selama proses pembelajaran

(b). Instrumen tes

Analisis Data

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran untuk setiap Siklus ditabulase

dan dikategorikan dalam bentuk persentasi siswa aktif dan siswa pasif. Data yang dijaring

berupa lembar observasi terhadap penerapan model pembelajaran demonstrasi yang

menggunakan media lembaran puisi yang diimplementasikan, dikelompokkan berupa

persen untuk setiap obsen (mendeklamasikan puisi di depan kelas) sesuai dengan skala

Likert. Data tingkat ketercapaian pembelajaran berupa nilai hasil ujian dikelompokkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 361

Page 377: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

persentasinya yang mencapai nilai 70 ke atas. Berdasarkan data tersebut, maka akan

diambil kesimpulan apakah hipotesi ditolak atau diterima.

Untuk mengetahui persentasi perubahan motivasi belajar digunakan rumus: = skor yang diperoleh siswa X 100%

skor maksimal

Untuk mengetahui persentasi perubahan hasil belajar secara klasikal digunakan rumus = nf x 100%

Dimana:

P = Angka prestasi

f = Jumlah siswa yang mengalami perubahan

n = Jumlah siswa seluruhnya

Untuk kreteria penilaian observasi yang digunakan adalah konversi nilai angka

yang menjadi huruf.

Tabel Kriteria penilaian observasi

Nilai Keterangan

80-100% Tinggi

60-70% Sedang

0-50% Rendah

Jadwal Penelitian

a. Waktu penelitian Penelitian PTK dilaksanakan pada tanggal 03 Oktober 2012 berakhir sampai

dengan tanggal 19 Nopember 2012

Tempat penelitian SDN 107404 Sambirejo Timur. Tabel Jadwal penelitian

NO KEGIATAN BULAN/MINGGU

Oktober Nopember

1 Tahap persiapan

a. Mengurus surat izin √

b. Kordinasi dengan kepala sekolah dan guru √

ISBN: 978-602-50622-0-9 362

Page 378: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

c. mengobservasi kelas yang akan diteliti √

2 Siklus I

a. Perencanaan √

b. Tindakan √

c. Observasi √

d. Refleksi √

3 Siklus II

a. Perencanaan √

b. Tindakan √

c. Observasi

d. Refleksi √

4 Analisis Data √

5 Penulisan Laporan √

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Awal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa membaca puisi

dengan metode demonstrasi yang menggunakan lembaran puisi pada siswa kelas V-B

SDN 107404 Sambirejo Timur. Untuk menjawab permasalahan tersebut pendekatan

penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan 2 siklus

pembelajaran. Subjek yang terlibat dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas V-B

berjumlah 24 orang. Selama penelitian berlangsung diupayakan seluruh siswa hadir di

kelas (kehadiran 100%), ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang akurat dan tidak

mempengaruhi kesimpulan hasil penelitian.

Sebelum diberikan pembelajaran, terlebih dahulu siswa diberikan pre test (tes

awal) dengan tujuan mengetahui kemampuan awal siswa dalam membaca puisi. Dari

hasil pre test membaca puisi yang dilakukan terhadap 24 orang diperoleh nilai-nilai siswa

sebagai berikut:

ISBN: 978-602-50622-0-9 363

Page 379: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel Daftar Hasil Belajar pada Pre Test

Katagori Persentase

Tuntas 18,80 %

Belum Tuntas 81,20 %

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa siswa yang mendapatkan hasil

ketuntasan belajar, yaitu:

PKK = 4 x 100 % = 18,8 %

24

Sedangkan siswa yang belum tuntas dalam belajar yaitu:

PKK = 20 x 100 % = 81,20 %

24

Dari data tes awal diperoleh peningkatan rata-rata nilai hasil belajar siswa yaitu

62 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 4 siswa (18,8 %) dan yang belum tuntas

sebanyak 20 siswa (81,8 %).

Tabel Rekap prekuensi perolehan nilai pre tes

No Hasil Tingkat Hasil Jumlah Persentasi

Belajar Belajar siswa Ketuntasan

1 90-100 Sangat baik 0 siswa 0 %

2 80-89 Tinggi 0 siswa 0 %

3 70-79 Sedang 4 siswa 18,8 %

4 55-69 Rendah 20 siswa 81,2 %

5 0-54 Sangat rendah 0 siswa 0 %

Jumlah 24 siswa 100 %

Ditinjau dari daftar hasil belajar pada pre test maka peneliti mendapatkan potensi

dan pengalaman yang dimiliki siswa kelas Vb. Hal-hal yang diamati dalam proses belajar

diantaranya adalah: kesesuaian urutan KBM yang direncanakan dengan kenyataan

dilapangan, keaktifan guru mengelolah KBM, cara mengajar guru, minat belajar siswa,

motivasi belajar siswa, keseriusan siswa dalam belajar, partisipasi guru dan siswa dalam

kegiatan pembelajaran di `kelas, serta pencapaian hasil. Selanjutnya sebagai dasar proses

ISBN: 978-602-50622-0-9 364

Page 380: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pembelajaran adalah hasil Siklus 1 siswa yang diperoleh melalui serangkaian tes hasil

belajar membaca puisi.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, siswa belum menunjukkan keaktifan

belajar yang berarti tergolong rendah. Mereka hadir di kelas tapi pikirannya tidak berada

di dalam kelas. Ini menunjukkan keberlangsungan belajar membaca puisi dengan metode

demonstrasi yang menggunakan media lembaran puisi belum efektif diterapkan guru

terhadap siswa. Demikian halnya dengan guru yang mengajar terlihat masih canggung

yang menerapkan pembelajaran tersebut.Hal ini disebabkan karena guru belum terbiasa

melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi yang

menggunakan media lembaran puisi dan melakukan aktivitas mengajar seperti yang

diinstruksikan dalam RPP dengan penerapan metode demonstrasi yang menggunakan

media lembaran puisi.

Berdasarkan tes yang dilakukan pada pre test, diketahui bahwa hasil belajar

membaca puisi belum memuaskan. Hal ini ditandai dengan penguasaan bahwa siswa

masih dibawah standar nilai yang ditetapkan(<70), yakni sebanyak 20 siswa yang belum

tuntas sekitar 81,2 % dan sebanyak 4 siswa yang tuntas sekitar 18,8 %.

1. Deskripsi Siklus I

a. Perencanaan

Tahap perencanaan tindakan ini dilakukan setelah melakukan pre tes, melihat

sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca puisi yang didemonstrasikan di depan

kelas. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa:

menyiapkan materi ajar membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan

dengan kesulitan yang dialami siswa, dengan menggunakan metode

demonstrasi yang menggunakan media lembaran puisi menyiapkan 2 lembaran puisi yang untuk diajarkan

b. Pelaksanaan

kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh pelaku PTK. Materi yang

diajarkan pada tindakan ini adalah membaca puisi. Langkah-langkah yang dilakukan pada

pertemuan I Siklus I adalah:

sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari

siswa, terlebih dahulu guru mengabsen siswa dan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa yaitu (a) siswa dapat

membaca puisi dengan intonasi yang tepat, (b) siswa dapat membaca puisi

dengan jeda yang benar, (c) siswa dapat mengekspresikan puisi.

guru menyampaikan materi dan memotivasi siswa untuk

mendemonstrsikan puisi di depan kelas. Siswa mendengarkan dan

menganalisa penjelasan guru

ISBN: 978-602-50622-0-9 365

Page 381: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Guru membacakan 2 lembaran puisi dengan judul yang sama yang

pertama membacakan puisi dengan salah, sedangkan yang kedua membaca

puisi dengan baik dan benar. Siswa mengamati dan menganalisa bacaan 2

buah puisi tersebut

Guru menganjurkan siswa untuk mengomentari 2 buah puisi tersebut.

Siswa mengomentari 2 buah puisi tersebut menurut analisa mereka. Guru memberikan satu lembaran puisi dengan judul yang berbeda untuk

dibacakan oleh 2 siswa yang menginstruksikan kepada siswa lain untuk

menilai bacaan puisi yang dibacakan oleh 2 siswa tersebut.

Guru memanggil satu persatu untuk mendeklamasikan puisi di depan kelas

dengan judul puisi yang dibacakan oleh 2 siswa tersebut dan mengambil

nilai tentang hapalan puisi, intonasi, gaya, dan ekspresi puisi

Melalui tabel tes Siklus I di atas dapat dilihat hanya 6 siswa yang mengalami

belum tuntas belajar (25%). Sedangkan 18 siswa (75%) mengalami ketuntasan dalam

belajar dengan nilai rata-rata 73. Dalam perolehan nilai di Siklus I terdapat peningkatan

hasil belajar siswa, tetapi peningkatan hasil belajar ini menurut pelaku PTK belum

maksimal dan masih perlu perbaikan pada Siklus berikutnya.

Tabel Rekap Frekuensi Perolehan Nilai Siklus I

No Hasil Belajar Tingkat Hasil Belajar Jumlah siswa Persentasi Ketuntasan

1 90-100 Sangat baik 0 siswa 0 %

2 80-89 Tinggi 5 siswa 22,25 %

3 70-79 Sedang 13 siswa 52,75 %

4 55-69 Rendah 6 siswa 25 %

5 0-54 Sangat rendah 0 siswa 0 %

Jumlah 24 siswa 100 %

Dari tabel persentasi ketuntasan belajar siswa pada test siklus I , dapat dilihat

perolehan nilai baik sekitar 5 siswa(22,25%), sekitar nilai sedang ada 13 siswa(52,75%),

dan nilai rendah ada 6 siswa (25%).

Berdasarkan rumus ketuntasan belajar siswa klasikal diperoleh:

PKK== 6 x 100 % = 25 %

24

Nilai kurang dari 70 pada materi membaca puisi, siswa yang memperoleh nilai di bawah

70 ada sebanyak 6 siswa ini dikategorikan oleh siswa yang belum tuntas.

ISBN: 978-602-50622-0-9 366

Page 382: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Nilai lebih dari 70 ada sekitar 18 siswa (75%) ini dinyatakan tuntas.dalam perolehan nilai

rata-rata 73.

Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II

a. Perencanaan

Dalam pelaksanaan pada siklus I tidak jauh beda pada siklus I hanya saja

penerapan guru lebih banyak membimbing dan memperhatikan siswa disetiap proses

pembelajaran.

Tahap perencanaan tindakan ini dilakukan setelah melakukan pre tes, melihat sejauh

mana kemampuan siswa dalam membaca puisi yang didemonstrasikan di depan kelas.

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan berupa

Menyiapkan materi ajar Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disesuaikan

dengan kesulitan yang dialami siswa, dengan menggunakan metode

demonstrasi dengan menggunakan media lembaran puisi Menyiapakan 2 lembaran puisi yang untuk diajarka

b. Pelaksanaan

kegiatan pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh pelaku PTK. Materi yang

diajarkan pada tindakan ini adalah membaca puisi. Langkah-langkah yang dilakukan pada

pertemuan I Siklus I adalah:

Sebelum guru menyampaikan materi pembelajaran yang akan dipelajari

siswa, terlebih dahulu guru mengabsen siswa dan guru menyampaikan

tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa yaitu (a) siswa dapat

membaca puisi dengan intonasi yang tepat, (b) siswa dapat membaca puisi

dengan jeda yang benar, (c) siswa dapat mengekspresikan puisi.

Guru menyampaikan materi dan memotivasi siswa untuk

mendemonstrsikan puisi di depan kelas. Siswa mendengarkan dan

menganalisa penjelasan guru Guru membacakan 2 buah puisi dengan judul yang sama yang pertama

membacakan puisi dengan salah, sedangkan yang kedua membaca puisi

dengan baik dan benar. Siswa mengamati dan menganalisa bacaan 2

lembar puisi tersebut Guru menganjurkan siswa untuk mengomentari 2 buah puisi tersebut.

Siswa mengomentari 2 puisi tersebut menurut analisa mereka. Guru memberikan satu lembar puisi dengan judul yang berbeda untuk

dibacakan oleh 2 siswa yang menginstruksikan kepada siswa lain untuk

menilai bacaan puisi yang dibacakan oleh 2 siswa tersebut. Guru memanggil satu persatu untuk mendeklamasikan puisi di depan kelas

dengan judul puisi yang dibacakan oleh 2 siswa tersebut dan mengambil

nilai tentang hapalan puisi, intonasi, gaya, dan ekspresi puisi

ISBN: 978-602-50622-0-9 367

Page 383: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Melalui tabel tes Siklus II di atas dapat dilihat hanya 0 siswa yang mengalami belum

tuntas belajar (0 %). Sedangkan 24 siswa (100%) mengalami ketuntasan dalam belajar

dengan nilai rata-rata 76. Dalam perolehan nilai di Siklus II terdapat peningkatan hasil

belajar siswa, tetapi peningkatan hasil belajar ini menurut pelaku PTK belum maksimal

dan masih perlu perbaikan pada Siklus berikutnya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Dengan menggunakan metode demonstrasi yang menggunakan media lembar

puisi dengan berkode, dapat meningkatkan hasil belajar membaca puisi siswa

kelas V SD Negeri Sambirejo Timur Kecamatan Percut Sei Tuan sesuai

dengan standar yang telah ditentukan dan mencapai KKM 70.

b. Penerapan metode ini dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar membaca

puisi siswa, perolehan nilai ketuntasan pada pre tes sebesar 18,08%, (Siklus I)

selanjutnya 75,00% berubah menjadi 100% pada Siklus II.

Saran

Beberapa saran yang dapat disampaikan:

Bagi siswa, diharapkan dapat mengembangkan kemampuan keterampilan

membaca puisi dengan baik dan benar disertai dengan penghayatan. Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan variasi-variasi dalam melaksanakan

metode mengajar dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil

belajar siswa. Bagi sekolah, diharapkan agar lebih memperhatikan dalam memilih metode

yang tepat bagi siswa dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Dimiati & Mujiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineke cipta.

Djamarah S B et. al.1997. StrategiBelajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta.

DEPDIKNAS. 2003. Bahasa Indonesia: Jakarta.

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Persada Media.

Sagala, S. 2003. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta.

Tarigan, Henri Guntur. 1986. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa.

ISBN: 978-602-50622-0-9 368

Page 384: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Teeuw. A. 1998. Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia.

Tim Dosen Unimed. 2009. Keterampilan Bahasa Reseptif. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2009. Wawasan Pendidikan Dasar. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2009. Keterampilan Berbahasa Produktif. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2010. Pendidikan Bahasa Indonesian Kelas Rendah. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2011. Pengembangan Bahan Ajar dan Media Bahasa Indonesia Di

Sekolah Dasar. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2012. Kompilasi Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Unimed.

Tim Dosen Unimed. 2012. Pedoman Bimbingan dan Penulisan Skripsi. Medan: Unimed.

Uno. H. P. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Waluyo, Herman. J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

ISBN: 978-602-50622-0-9 369

Page 385: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PERBANDINGAN KOMPETENSI KEWARGANEGARAAN

DALAM KURIKULUM 2006 (KTSP) DAN KURIKULUM

2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN DI SEKOLAH DASAR

Apiek Gandamana62

Surel: [email protected]

Abstrak Materi pembelajaran secara garis besar terdiri atas pengetahuan,

sikap, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik dalam

rangka mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci

materi pembelajaran terdiri atas materi yang bersifat pengetahuan

(fakta, konsep, prinsip, teori), materi yang bersifat sikap (nilai dan

moral), dan materi yang bersifat keterampilan (tata cara dan

prosedur). Secara teoritik, terdapat tiga komponen kompetensi

kewarganegaraan meliputi pengetahuan kewarganegaraan (civic

knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). Ketiga kompetensi

kewarganegaraan memiliki keterkaitan dengan sasaran pembentukan

pribadi warga negara. Warga negara yang pengetahuan dan sikap

kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang percaya diri

(civic confidence), warga negara yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang

mampu (civic competence), warga negara yang memiliki sikap dan

keterampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang

komitmen (civic commitment), dan pada akhirnya warga negara yang

memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan

akan menjadi warga negara yang cerdas dan baik (smart and good

citizenship).

Kata kunci: Kewarganegaraan, Kurikulum 2006 (KTSP), kurikulum

2013

PENDAHULUAN

Dalam Standar Isi Pendidikan Kewarganegaraan 2006, materi

pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai ruang lingkup PKn.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara

umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,

Dosen PPKn pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) FIP Unimed

ISBN: 978-602-50622-0-9 370

Page 386: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

keutuhan NKRI, partispasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap

NKRI, serta keterbukaan dan jaminan keadilan.

Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan,

cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, sumpah pemuda,

keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan

negara, sikap positif terhadap negara kesatuan Republik Indonesia,

keterbukaan dan jaminan keadilan.

Norma, hukum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,

tata tertib di sekolah, norma yang berlaku didalam masyarakat, peraturan-

peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional.

Hak Asasi Manusia, meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban

aggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM,

penghormatan dan perlindungan HAM.

Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong rotong, harga diri sebagai

warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan

pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan

kedudukan warga negara. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang

pertama, konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar

negara dengan konstitusi. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan,

pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan

sistim politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat

madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi.

Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi

negara, proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-

nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi

terbuka.

Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan

organisasi internasional, dan mengevaluasi globalsasi.

Khusus untuk SD/MI lingkup isi Pendidikan Kewarganegaraan dikemas

dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Dalam kurikulum 2013 tidak

ada lagi istilah standar kompetensi melainkan diganti menjadi kompetensi inti (KI)

dan kompetensi dasar (KD). Istilah kompetensi inti yang tidak ada di dalam KTSP

atau kurikulum 2006 adalah capaian kompetensi pada tiap akhir jenjang anak

tangga yang harus dilalui untuk sampai pada kompetensi lulusan. Kompetensi inti

(KI) tidak diajarkan melainkan dibentuk melalui berbagai kompetensi dasar (KD).

Kompetensi inti (KI) berfungsi sebagai unsur pengorganisasi (organizing element)

kompetensi dasar (KD). Sebagai unsur

ISBN: 978-602-50622-0-9 371

Page 387: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengorganisasi, kompetensi inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal

dan organisasi horizontal kompetensi dasar (KD). Kompetensi Inti (KI)

merupakan integrator horizontal antar mata pelajaran dan juga

pengorganisasian kompetensi dasar (KD). Kompetensi dasar diorganisasikan

ke dalam empat kompetensi inti, KI 1 berkaitan dengan sikap diri terhadap

Tuhan Yang Maha Esa, KI 2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial,

KI 3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI 4

berisi KD tentang penyajian pengetahuan berupa keterampilan, KI 1, KI 2, dan

KI 4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran

setiap materi pokok yang tercantum dalam KI 3, untuk semua mata pelajaran.

KI 1 dan KI 2 tidak diajarkan langsung, tetapi indirect teaching (pengajaran

tidak langsung) pada setiap kegiatan pembelajaran.

Dalam kurikulum 2013 terdapat perubahan nama mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menjadi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan (PPKn). Perubahan terjadi pula dalam ruang lingkup

materinya yang meliputi 4 substansi yang nantinya akan melebur kedalam

sejumlah rumusan kompetensi dasar (KD) yaitu sebagai berikut:

Pancasila Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia tahun 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia Bhineka Tunggal Ika

Dari kedua sistem kurikulum 2006 (KTSP) dan kurikulum 2013 yang

digunakan dalam mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan penulis akan

menganalisis kurikulum mana yang lebih memenuhi unsur dari kompetensi

kewarganegaraan, yaitu: pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan

kewarganegaraan, dan sikap kewarganegaraan (civic knowledge, civic skill,

and civic disposition).

PEMBAHASAN

Analisis Kompetensi Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006 (KTSP) di

Sekolah Dasar Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006, pendidikan kewarganegaraan

diartikan sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga

negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter

yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan tujuan dari

pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut:

Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 372

Page 388: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti

korupsi. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi, informasi

dan komunikasi.

Kurikulum 2006 (KTSP) mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan

dirasakan muatan kognitifnya masih terlalu besar sementara penekanan pada

aspek sikap dan keterampilan kewarganegaraan kurang. Dalam pengamatan

Winataputra (Winarno, 2014: 34), justru pendidikan kewarganegaraan saat ini

lebih banyak kajian pada ketatanegaraan dan pengetahuan tentang sistem

politik demokrasi.

Hasil kajian kurikulum dari Pusat Kurikulum (2007) terhadap mata

pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah menemukan hasil

berdasarkan ranah kompetensi terdapat ketidakseimbangan ranah kompetensi

PKn sebagai muatan KD untuk tiap-tiap SK baik di SD, SMP, maupun SMA.

Pada aspek sikap dan perilaku yang menjadi inti PKn proporsinya relatif lebih

sedikit bila dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Di SD dari 57 KD, hanya

4 (7,02 %) KD yang termasuk ranah afektif dan 16 (28,07 %) KD yang

termasuk ranah perilaku, sementara yang termasuk ranah pengetahuan 37

(64,91 %) KD. Ini berarti tidak konsisten dengan tujuan PKn yaitu membentuk

watak warga negara.

Kritikan lain terhadap mata pelajaran PKn kurikulum 2006 (KTSP)

adalah sedikitnya kajian Pancasila yang dilakukan secara eksplisit di kelas.

Pancasila sebagai visi ideal kewarganegaraan Indonesia belum sepenuhnya

diadopsi dalam muatan PKn. Dengan memasukkan Pancasila sebagai salah

satu ruang lingkup PKn justru menjadikan Pancasila belum sebagai “intinya”

PKn. Seharusnya Pancasila sebagai substansi kajian menjadi “inti” bagi

ketujuh ruang lingkup lainnya dalam setiap materi PKn. Hal ini sejalan dengan

pendapat bahwa inti dari pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah

pendidikan Pancasila (Winarno, 2014: 36).

Analisis Kompetensi Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 di

Sekolah Dasar Berdasarkan naskah Penguatan Kurikulum mata pelajaran Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) terbitan Pusat Kurikulum dan

Perbukuan (Puskurbuk) Kemdikbud 2012, dinyatakan bahwa pelajaran PKn

disesuaikan menjadi mata pelajaran PPKn. Perubahan atau disebut sebagai

penyesuaian ini dimaksudkan agar dapat mengakomodasi perkembangan dan

persoalan yang berkembang di masyarakat. Penyesuaian menjadi mata

ISBN: 978-602-50622-0-9 373

Page 389: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pelajaran PPKn ini dilakukan untuk mengakomodasi 4 pilar kebangsaan yakni

Pancasila, UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika sebagai ruang lingkup baru.

Dalam naskah tersebut dijelaskan pula jatidiri atau karateristik dari PPKn

sebagai pendidikan kewarganegaraan Indonesia di masa depan sebagai berikut:

Eksistensi PPKn dinyatakan dalam pasal 37 UU No. 20 Tahun 2003.

Selanjutnya dalam penjelasan pasal 37 dinyatakan bahwa: “....pendidikan

kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi

manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”. Untuk

mengakomodasikan perkembangan baru dan mewujudkan pendidikan

sebagai bagian utuh dari proses pencerdasan kehidupan bangsa, maka nama

mata pelajaran PKn berserta ruang lingkup dan proses pembelajarannya

disesuaikan menjadi PPKn, yang bertujuan untuk membentuk peserta didik

menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang

dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam PPKn, Pancasila ditempatkan sebagai entitas inti yang menjadi

sumber rujukan dan ukuran keberhasilan dari keseluruhan ruang lingkup

mata pelajaran.

UUD NRI tahun 1945, semangat Bhineka Tunggal Ika, dan komitmen

Negara Kesatuan Republik Indonesia ditempatkan sebagai bagian integral

dari keseluruhan tatanan penyelenggaraan negara yang berdasarkan atas dan

bermuara pada sistem nilai dan moral Pancasila.

Dalam setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan, mata pelajaran PPKn

memuat secara utuh keempat ruang lingkup tersebut.

Ketiga kompetensi kewarganegaraan dalam kurikulum 2013 yaitu:

Civic knowledge (pengetahuan warga negara), masuk kedalam KI 3

pengetahuan, yakni Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, dan Bhineka

Tunggal Ika sebagai dimensi PPKn yang semuanya melebur kedalam

rumusan KD. Civic skill (keterampilan warga negara) masuk kedalam KI 4 keterampilan. Civic Disposition (sikap warga negara) masuk kedalam KI 1 dan KI 2 sikap

spiritual dan sosial.

Aspek penting dari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

Kurikulum 2013 ialah pentingnya penggunaan pendekatan ilmiah (saintifik)

dalam segenap pembelajaran. Ini meyakinkan penulis bahwa semangat

keilmuan kajian Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2006

dilestarikan dalam Kurikulum 2013, di mana basis keilmuan yang menjadi

ISBN: 978-602-50622-0-9 374

Page 390: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kajian pokok Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan haruslah jelas dan

tegas batas-batas disiplinnya.

Dalam kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dan kompentesi dasar (KD)

mata pelajaran PPKn, mengikuti Gerhard Himmelmann (2013), mengubah

paradigma pendidikan kewarganegaraan yang semula berfokus kepada

program pengajaran dan transfer pengetahuan kewarganegaraan menjadi

pendekatan yang menekankan sikap-sikap personal-individual, moral dan

perilaku sosial sebagaimana disposisi dan nilai-nilai bersama dari warga negara

dalam kehidupan bersama yang menghargai hak-hak asasi manusia dan

demokrasi di dunia yang penuh konflik.

Pembelajaran dengan pendekatan ilmiah melalui konsepsi 5 M

(mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi, dan

mengkomunikasikan) memungkinkan perubahan paradigma pembelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dari pembelajaran pasif

dan afirmatif kepada pembelajaran aktif, kooperatif, dan kritis.

SIMPULAN

Hasil kajian dari Pusat Kurikulum (2007) terhadap mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan di sekolah menemukan hasil berdasarkan

ranah kompetensi terdapat ketidakseimbangan ranah kompetensi PKn

sebagai muatan KD untuk tiap-tiap SK baik di SD, SMP, maupun SMA.

Pada aspek sikap dan perilaku yang menjadi inti PKn proporsinya relatif

lebih sedikit bila dibandingkan dengan ranah pengetahuan. Di SD dari 57

KD, hanya 4 (7,02 %) KD yang termasuk ranah afektif dan 16 (28,07 %)

KD yang termasuk ranah perilaku, sementara yang termasuk ranah

pengetahuan 37 (64,91 %) KD. Padahal pembelajaran PKn yang ideal harus

memperbanyak aspek sikap dan keterampilan warga negara. Individu yang

paham akan hak dan kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan dapat

berpartisipasi secara baik dalam masyarakatnya baru bisa disebut dengan

warga negara yang baik. Dalam pembelajaran PKn, guru tidak hanya

menekankan terhadap aspek kognitif saja atau civic knowledge-nya saja

tetapi lebih ditekankan pada aspek civic skill dan civic disposition.

Dalam kurikulum 2013 salah satu ciri pokoknya adalah adanya kompetensi

inti (KI) dan kompetensi dasar (KD). Sebaran KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4

yang selanjutnya terjabarkan lagi kedalam kelompok KD 1, KD 2, KD 3,

dan KD 4. Proses pembelajaran dengan demikian dimulai dari kelompok

KD pengetahuan/civic knowledge (KD 3), lalu kelompok KD

keterampilan/civic skill (KD 4), dan berakhir pada pembentukan sikap

spiritual dan sosial atau civic disposition (KD 1 dan 2). Dari pembahasan di atas, menurut hemat penulis kurikulum 2013 lebih

memenuhi syarat dari ketiga kompetensi kewarganegaraan (civic

knowledge, civic skill, dan civic disposition) daripada kurikulum 2006

ISBN: 978-602-50622-0-9 375

Page 391: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

(KTSP). Dalam kurikulum 2013 pembelajaran PKn di khususnya di Sekolah

Dasar lebih menekankan aspek sikap baru kemudian keterampilan dan

pengetahuan.

DAFTAR RUJUKAN

Gerhard Himmelmann. 2013. Competence for Teaching, Learning and Living

Democratic Citizenship. Dalam Murray Print dan Dirk Lange (eds), Civic

Education and Competense for Engaging Citizens Democracies. Rotterdam:

Sense Publishers, pp. 3-8.

Pusat Kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kajian Kurikulum Pendidikan

Kewarganegaraan. Depdiknas: Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat

Kurikulum.

Rahmat. et al. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung:

Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Samsuri. “Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013”.

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300167/pengabdian/paradigmapendidik

an-kewarganegaraan-kurikulum-2013-kuliah-umum-fkip-uad-15-september-

2013.pdf (diakses tanggal 10 Oktober 2017).

Winarno. 2014. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Isi Strategi, dan

Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.

Winataputra, Udin S. 2014. Pembelajaran PKn di SD. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Wulandari, Dewi. “Analisis Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Pada Mata

Pelajaran PKn” http://ibudewiwulandari.blogspot.co.id/2016/04/analisis-

kurikulum-2006-dan-kurikulum.html (diakses tanggal 10 Oktober 2017).

ISBN: 978-602-50622-0-9 376

Page 392: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN PENINGKATAN

KEMAMPUAN BERPIKIR (SPPKB) DALAM PEMBELAJARAN

MENULIS PARAGRAF EKSPOSISI

Asnita Hasibuan63

Surel: [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa

menulis paragraf eksposisi dengan menggunakan Strategi

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB). Populasi

berjumlah 201 orang. Sampel sebanyak 80 orang, yakni kelas X-1 dan

X-2 masing-masing 40 orang. Penelitian ini menggunakan metode

eksperimen, dengan instrumen tes kemampuan menulis paragraf

eksposisi berbentuk tulisan/karangan. Tes ini diujikan sebanyak 2

(dua) kali. Dari penelitian diperoleh hasil menulis paragraf eksposisi

menggunakan SPPKB memperoleh nilai rata-rata 84,13 sedangkan

menggunakan pembelajaran konvensional memperoleh nilai rata-rata

73,75. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata di atas, maka hasil

belajar menulis paragraf eksposisi siswa meningkat dengan

persentase peningkatan yang signifikan sebesar 14,07%. Berdasarkan

hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Strategi Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) efektif digunakan dalam

pembelajaran menulis paragraf eksposisi.

Kata Kunci: Strategi, Kemampuan Berpikir, Menulis Karangan.

PENDAHULUAN

Bahasa dan Sastra Indonesia adalah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah.

Bahasa dan Sastra Indonesia memiliki salah satu aspek yaitu keterampilan berbahasa,

meliputi empat aspek seperti keterampilan menyimak, membaca, berbicara, dan menulis.

Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang perlu dikuasai

oleh setiap orang untuk melengkapi aktivitas komunikasinya. Keterampilan menulis

merupakan salah satu komunikasi tidak langsung yang dipakai oleh manusia dalam

kehidupan setiap hari.

63 Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

ISBN: 978-602-50622-0-9 377

Page 393: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Oleh karena itu, kurikulum pendidikan bahasa menekankan pada tujuan akhir

proses pembelajaran bahasa yaitu siswa terampil berbahasa, atau mampu menggunakan

bahasa Indonesia dengan baik dalam aktivitas sehari-hari.

Namun, kenyataan di lapangan masih menunjukkan bahwa kemampuan menulis

siswa adalah yang terpuruk di antara bentuk keterampilan berbahasa yang lainnya.

Rendahnya kemampuan menulis siswa bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama

mereka kurang tertarik dengan kegiatan.

Menulis karena motivasi belajar yang kurang. Kedua, pembelajaran keterampilan

menulis belum dipandang sebagai sebuah masa depan. Ketiga, kurangnya inovasi guru

dalam meningkatkan motivasi dan bimbingan terhadap kemampuan menulis siswa. Serta

keempat, strategi pembelajaran menulis dianggap monoton dan membosankan. Berbagai

faktor tersebut perlu menjadi bahan antisipasi dan pertimbangan dalam melaksanakan

proses pembelajaran menulis di sekolah.

Agar siswa mampu menulis paragrap eksposisi, peneliti menggu akan Strategi

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) yang merupakan salah satu

bagian dari strategi inkuiri yang merupakan ruang lingkup CTL dan merupakan hasil

pengembangan dari model pembelajaran pemecahan masalah (problem solving). Strategi

Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) adalah strategi pembelajaran

yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah fakta-

fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.

Strategi ini diupayakan menjadi landasan proses perbaikan dan peningkatan berpikir

siswa. Melalui SPPKB, diharapkan siswa dapat memenuhi berbagai tingkat keterampilan

belajarnya sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai dalam KTSP termasuk menulis

paragraf eksposisi, mengingat suatu paragraf membutuhkan penalaran yang tepat.

Dengan menggunakan SPPKB diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa

dan tercapainya tujuan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(KTSP) pada menulis paragraf eksposisi. Ada enam langkah SPPKB dalam pembelajaran

menulis yaitu: tahap orientasi, pelacakan, konfrontasi, inkuiri, akomodasi, dan tahap

transfer.

Moeliono, dkk (2003:284) menyatakan, “Efektivitas berasal dari kata efektif yaitu

ada (1) efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya): (2) manjur atau mujarab: 93) dapat

membawa hasil atau berhasil guna: (4) mulai berlaku (undang-undang, peraturan).”

Menurut Shadily (1997:183), “Efektivitas adalah pendayagunaan waktu dan tenaga untuk

mencapai tujuan.”

Sanjaya (2008:230) mengemukakan, “Strategi Pembelajaran Kemampuan Berpikir

atau SPPKB merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan

peningkatan kemampuan berpikir siswa”. Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan

usaha penyimpanan sasuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas

permintaan; sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan

dibaca serta melihat keterkaitan antar aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang

lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar

informasi yang didengar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 378

Page 394: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sanjaya (2008:226) mengemukakan, “Model SPPKB adalah model pembelajaran

yang bertumpu kepada pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaahan fakta-

fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.”

Sanjaya (2008:231) mengatakan, “Sebagai strategi pembelajaran yang diarahkan

untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB memiliki tiga karakteristik utama,

yaitu sebagai berikut: (1)Proses pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses

mental siswa secara maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menuntut

siswa sekadar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses

berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi tumpuannya,

bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa behavioral yang lebih

menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan belajar itu disebabkan tidak hanya

peristiwa hubungan stimulus respon saja, tetapi juga disebabkan karena dorongan mental

yang diatur oleh otaknya. Berkaitan dengan karakteristik tersebut, maka dalam proses

implementasi SPPKB perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a) Jika belajar

tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses kognitif siswa

harus menjadi kepedulian utama para guru. Artinya, guru harus menyadari bahwa proses

pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang dipelajari, tetapi bagaimana cara

mereka mempelajarinya; (b) Guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan

kognitif siswa ketika merencanakan topik yang harus dipelajari serta metoda apa yang

akan digunakan; (c) Siswa harus mengorganisasikan yang mereka pelajari untuk melihat

hubungan antarbagian yang dipelajari; (d) Informasi baru akan bisa ditangkap lebih

mudah oleh siswa, manakala siswa dapat mengorganisasikannya dengan pengetahuan

yang telah mereka miliki. Dengan demikian guru harus membantu siswa belajar dengan

memperlihatkan bagaimana gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah

mereka miliki(e) Siswa harus secara aktif merespons apa yang mereka pelajari.

Merespons dalam konteks ini adalah aktivitas mental bukan aktifitas secara fisik; (2)

SPPKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus.

Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki

dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir

itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi

sendiri; (3) SPPKB adalah model pembelajaran yang menyandarkan kepada dua sisi yang

sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk

mengonstruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru.

Sanjaya (2008:234) mengemukakan, “SPPKB menekankan kepada keterlibatan

siswa secara penuh dalam belajar. Ada enam tahap dalam SPPKB. Setiap tahap dijelaskan

sebagai berikut: (1) Tahap Orientasi. Pada tahap ini guru mengondisikan siswa pada

posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan: Pertama,

penjelasan tujuan yang harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan

materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses

pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Kedua, penjelasan

proses pembelajaran yang harus dilakukan siswa yaitu penjelasan tentang apa yang harus

dilakukan siswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran.(2) Tahapan Pelacakan. Tahap

pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan

ISBN: 978-602-50622-0-9 379

Page 395: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dasar siswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui

tahapan inilah guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap

pengalaman apa saja yang telah dimiliki siswa dianggap relevan dengan tema yang akan

dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia

harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya; (3)

Tahap Konfrontasi. Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus

dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang

peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat memberikan persoalan-

persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang

diberikan sesuai dengan tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan

kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada

tahap ini guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa benar-benar memahami

persoalan yang harus dipecahkan;(4) Tahap Inkuiri. Tahap inkuiri adalah tahapan

terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa belajar berpikir yang sesungguhnya.

Melalui tahapan inkuiri, siswa diajak untuk memecahkan persoalan yang ruang dan

kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan

persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya guru harus dapat menumbuhkan keberanian

siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai dengan

pengalamannya, memberikan argumentasi yang meyakinkan, mengembangkan gagasan

dan lain sebagainya; (5) Tahap Akomodasi. Tahap akomodasi adalah tahapan

pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini siswa

dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau tema

pembelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa dapat

menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang

dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil

belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali

pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran; (6) Tahap Transfer.

Tahap transfer adalah tahapan penyajian masalah baru yang sepadan dengan masalah

yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar siswa mampu

mentransfer kemampuan berpikir siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada

tahap ini guru dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.

Moeliono, dkk (2003:775), menyatakan “Paragraf adalah bagian wacana yang

mengungkapkan satu pikiran yang lengkap atau satu tema yang dalam ragam tulis

ditandai oleh baris pertama yang menjorok ke dalam atau jarak spasi yang lebih.”

Selanjutnya, Keraf (1996:62) berpendapat, “Paragraf tidak lain dari satu kesatuan pikiran,

satu kesatuan yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat.”

Finoza (2001:153), menyatakan“Paragraf efektif harus memenuhi syarat, yaitu (1)

adanya kesatuan dan, (2) adanya kepaduan.” Kedua persyaratan ini dijelaskan sebagai

berikut; (1) Kesatuan Paragraf. Finoza (2001:153) mengatakan, “Sebuah paragraf

dikatakan mempunyai kesatuan jika seluruh kalimat dalam paragraf hanya membicarakan

satu ide pokok, satu topik/masalah. Jika dalam sebuah paragraf terdapat kalimat yang

menyimpang dari masalah yang sedang dibicarakan, berarti dalam paragraf itu terdapat

lebih dari satu ide atau masalah; (2) Kepaduan Paragraf. Seperti halnya persyaratan

ISBN: 978-602-50622-0-9 380

Page 396: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kalimat efektif, dalam paragraf juga dikenal istilah kepaduan atau koherensi. Koherensi

paragraf juga terwujud jika aliran kalimat berjalan mulus dan lancar serta logis.

Eksposisi adalah jenis karangan yang menguraikan pokok pikiran fakta, dan ide.

Pendapat Suparni (1998:121), “Eksposisi suatu jenis karangan yang dilengkapi dengan

penjelasan suatu proses, memaparkan proses itu sebenarnya memberikan penjelasan

bagaimana terjadi sesuatu.

Menurut Eti (2006:57), langkah menulis paragraf eksposisi antara lain;(1)

menentukan tema atau topic; (2) menentukan tujuan; (3) mengumpulkan bahan, (4)

membuat kerangka karangan; (5) mengembangkan kerangka karangan. Keraf (1996:34)

mengatakan, “Tujuan menulis atau mengarang adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta,

perasaan, sikap dan pikiran secara jelas dan efektif kepada para pembaca.”Seperti yang

telah dijelaskan pada halaman terdahulu bahwa tujuan menulis paragraf eksposisi adalah

berusaha untuk menjelaskan atau menerangkan suatu pokok persoalan kepada pembaca.

Penulis tidak berusaha untuk mempengaruhi pembaca agar menyetujui atau sependapat

dengan penulis tentang apa yang sudah dipaparkan.

Natia (1999:24), menyatakan unsur pembentuk paragraf eksposisi adalah “Unsur

struktur kalimat, diksi (pilihan kata), pemakaian ejaan, isi gagasan, dan organisasi isi”.

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut: (1) untuk mengetahui kemampuan siswa

kelas X SMA dalam menulis paragraf eksposisi menggunakan Strategi Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)? (2) untuk mengetahui kemampuan siswa

kelas X SMA dalam menulis paragraf eksposisi menggunakan strategi pembelajaran

konvensional?dan (3) untuk mengetahui Model Apakah yang lebih efektif dipergunakan

dalam menulis paragraf eksposisi pada siswa kelas X SMA?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini telah dilakukan di SMA Negeri 2 Langsa, pelaksanaannya

dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2010. Jumlah populasi

sebanyak 201 orang siswa dari 5 kelas dengan sampel sebanyak 80 orang. Dalam

hal ini, ditetapkan 40 orang siswa kelas X1 sebagai kelompok eksperiman dan

sebanyak 40 orang siswa kelas X2 sebagai kelas pembanding (kontrol).

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi eksperiment)

sehingga sampel yang digunakan harus homogen. Untuk memperoleh unit

eksperimen sebagai sampel dalam penelitian ini, dilakukan secara purpossive

(sampel beralasan) yakni menetapkan 2 (dua) kelas yang homogen dari jumlah

populasi.

Dalam penelitian ini yang diujicobakan adalah Strategi Pembelajaran

Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB) dalam pembelajaran menulis

paragraf eksposisi. Tolak ukur yang dipergunakan adalah memperoleh hasil

belajar siswa yang diajar menggunakan SPPKB dan konvensional yaitu beberapa

ISBN: 978-602-50622-0-9 381

Page 397: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

perbedaan nilai rata-rata dari kedua strategi pembelajaran tersebut yang diperoleh

dari hasil tes.

Desain penelitian yang akan digunakan adalah desain randomezid kontrol

group pretes - postes yang dapat dilakukan sebagai berikut:

TABEL IV

DESAIN EKSPERIMEN

Kelas Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen T1 X1 T2

Kontrol T1 X2 T2

Keterangan: T1 = Pretes (tes awal) menulis paragraf eksposisi T2 = Postes (tes akhir) menulis paragraf eksposi X1 = Perlakuan dengan Strategi Pembelajaran Peningkata Kemampuan Berpikir X2 = Perlakuan dengan Strategi Konvensional

Alat yang digunakan untuk menjaring data adalah tes menulis paragraf

dalam bentuk karangan/menulis yaitu siswa diinstruksikan menulis paragraf

eksposisi. Siswa diharapkan mampu menulis paragraf eksposisi berdasarkan cara-

cara penyusunan paragraf yang merupakan unsur dalam menulis paragraf. Hal ini

sejalan dengan pendapat Arikunto (2007:123), “Tes adalah serentetan pertanyaan

atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegasi, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”

Tes hasil belajar yang diujikan, pertama adalah tes sebelum menggunakan

SPPK dengan menyuruh siswa menulis paragraf eksposisi. Tes kedua adalah

setelah menggunakan SPPKB. Kriteria penilaian menulis paragraf eksposisi:

Tabel VI

Aspek-Aspek Penilaian Menulis Paragraf Eksposisi

No Kriteria Indikator Skor Jumlah

Kesatuan gagasan Memilik satu ide pokok 10 30

Memiliki lebih dari satu kalimat 10

Memiliki kalimat pengembang 10

yang mendukung ide pokok

ISBN: 978-602-50622-0-9 382

Page 398: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kepaduan Memiliki koherensi kalimat yang 10

paragraph baik 20

Ada pikiran yang jelas danh 10

tuntas

Mekanik Penggunaan EYD dan tanda baca 10

penulisan yang tepat 10

Eksposisi dan Menjelaskan gagasan atau 10

ciri-cirinya pendapat

Data dan fakta yang diperkuat 10 40

oleh contoh

Terdapat proses analisis dan 10

sintensis dalam pembahasannya

Bersumber dari pengalaman,

penelitian, sikap, dan keyakinan

Jumlah 100

Dengan peringkat nilai sebagai berikut :

Skor 85 – 100 Sangat Baik (A)

Skor 75 – 84 Baik (B)

Skor 65 – 74 Cukup (C)

Skor 55 – 64 Kurang (D)

Skor 00 – 54 Sangat Kurang (E)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penganalisisan data menggunakan statistik komparasi yaitu dengan menggunakan

uji “t”. Analisis ini digunakan dengan persyaratan bahwa yang diteliti adalah dari

populasi yang berdistribusi normal dan varians dari kelompok-kelompok yang

membentuk sampel homogen. Dengan demikian normalitas dan homogenitas merupakan

persyaratan dasar bagi berlakunya analisis komparasi.

Uji Normalitas Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen (X)

Untuk menguji normalitas data digunakan uji normalitas Liliefors.

ISBN: 978-602-50622-0-9 383

Page 399: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel XI

Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen (X)

X F Fkum Zi F(Zi) S(Zi) L

75 6 6 -1,67 0,0475 0,15 0,1025

80 8 14 -0,75 0,2266 0,35 0,1234

85 15 29 0,15 0,5896 0,725 0,1354

90 9 38 1,07 0,8577 0,95 0,0923

95 2 40 1,99 0,9761 1 0,0239

Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak

selisih tersebut adalah Lo = 0,1354 dengan n = 40 dan taraf nyata α = 0,05 didapat Ltabel =

0,1401 yang lebih besar dari Lo = 0,1354 sehingga hipotesis nol diterima. Dapat

disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal.

2). Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol (Y)

Untuk menguji normalitas data digunakan uji normalitas Lilliefors

Tabel XII

Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol (Y)

X F Fkum Zi F(Zi) S(Zi) L

65 7 7 -1,48 0,0694 0,175 0,1056

70 10 17 -0,63 0,2942 0,425 0,1308

75 12 29 0,21 0,5932 0,725 0,1318

80 8 37 1,06 0,8554 0,925 0,0696

85 3 40 1,91 0,9715 1 0,0285

Berdasarkan tabel di atas, harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak

selisih tersebut adalah Lo = 0,1318 dengan n = 40 dan taraf nyata α = 0,05 di dapat Ltabel =

0,1401 yang lebih besar dari Lo = 0,1318, sehingga hipotesis nol diterima. Dapat

disimpulkan bahwa populasi berdistribusi normal.

ISBN: 978-602-50622-0-9 384

Page 400: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Data yang diperlukan dalam penelitian ini telah diperoleh melalui tes menulis

paragraf eksposisi pada kedua kelompok pembelajaran. Adapun rangkuman sementara

sebagai berikut: (1) Kelompok eksperimen atau kelompok SPPKB memperoleh nilai rata-

rata menulis paragraf eksposisi sebesart 84,13 termasuk dalam kategori B (baik)

sementara kelompok kontrol yakni kelompok konvensional memperoleh nilai rata-rata

73,75 termasuk dalam kategori C (cukup). Perolehan nilai rata-rata ini menandakan

bahwa kelompok SPPKB memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam menulis paragraf

eksposisi dibandingkan dengan kelompok konvensional; (2) Berdasarkan penghitungan

dengan uji “t” diperoleh nilai to = 8,11 kemudian dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf

signifikansi 5% maupun 1% dengan dk = (N1 – N2) ternyata to yang diperoleh lebih besar

dari tt yaitu 2,01 < 8,11 > 2,68 sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif

diterima. Hal ini berarti SPPKB lebih baik digunakan dalam pembelajaran menulis

paragraf eksposisi dibandingan dengan pembelajaran konvensional.

Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa penerapan SPPKB lebih efektif

dibandingkan dengan konvensional dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi.

Perbedaan atau perbandingan tersebut disebabkan SPPKB lebih membantui siswa

menemukan sendiri apa yang ia ketahui, sementara konvensional terfokus dari apa yang

telah diajarkan guru sehingga siswa tidak bergairah menjawab tes.

Setelah didapat hasil dari penelitian ini, selanjutnya dibahas mengenai mengapa

SPPKB lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan begitu saja

kepada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri konsep yang harus

dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan memanfaatkan pengalaman

siswa. Oleh karena itu, siswa dapat mencari dan menemukan materi pelajaran sendiri,

artinya, guru memanfaaatkan pengalaman siswa sebagai titik tolak berpikir. Berbeda

dengan pembelajaran konvensional, dalam hal ini pengajaran disampaikan atau dilakukan

sepenuhnya oleh guru secara lisan atau penuturan. Peran siswa adalah sebagai pendengar

yang teliti dan pencatat pokok persoalan yang dikemukakan oleh guru kemudian

bertanya. Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui ceramah dan tanya jawab.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu

Menulis paragraf eksposisi sebelum perlakuan menggunakan SPPKB (pretes)

memperoleh nilai rata-rata 63,38 setelah perlakuan menggunakan SPPKB (postes)

memperoleh nilai rata-rata 84,13. Berdasarkan perolehan nilai rata-rata di atas, maka hasil belajar menulis paragraf

eksposisi siswa meningkat dengan persentase peningkatan yang signifikan sebesar

14,07%. Berdasarkan penghitungan dengan uji “t” diperoleh nilai to = 8,11 kemudian

dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dengan dk =

(N1 – N2) ternyata to yang diperoleh lebih besar dari tt yaitu 2,01 < 8,11 > 2,68

sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini berarti

ISBN: 978-602-50622-0-9 385

Page 401: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SPPKB lebih baik digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf eksposisi

dibandingan dengan pembelajaran konvensional.

SPPKB lebih efektif digunakan dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraf

eksposisi pada siswa kelas kelas X SMA Negeri 2 Langsa bila dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional.

DAFTAR RUJUKAN

Akhadiah, Sarbakti, dkk. 1997. Pembinaan Keterampilan Menulis. Jakarta: Balai Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2007. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta

Eti, Nunung Yuli. 2006. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Klaten : Intan Pariwara

Finoza, Lamuddin. 2001. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia

Keraf, Gorys. 1997. Deskripsi dan Eksposisi. Ende Flores : Nusa Indah

Kosasih, E. 2007. Bimbingan Pemantapan Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya

Moeliono, Anton M.(Ed) dkk. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Gramedia

Natia, J.K. 1999. Bimbingan Mengarang. Surabaya : Arloka

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 Pertanyaan dan Jawaban. Jakarta : Gramedia

Widiasarana Indonesia

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Intermassa

Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

ISBN: 978-602-50622-0-9 386

Page 402: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING BERBASIS

AUDIO VISUAL PADA MATERI KALOR DI KELAS X ALIYAH AL

WASHLIYAH KM.6 MEDAN

Uswatun Hasanah64

Surel: [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dan

aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal pada materi kalor dan untuk

mengetahui upaya yang diberikan melalui Model Pembelajaran Quantum

Teaching berbasis Audio Visual. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X Aliyah Al Washliyah Km.6 yang berjumlah 34 siswa. Jenis penelitian

yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini

berakhir pada siklus ke II, hal ini karena pada siklus II ketuntasan belajar

siswa telah diperoleh dan memenuhi standar. Pada setiap siklus siswa

diberikan tes untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan Model

Pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visual Pada siklus I

diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 67 dengan ketuntasan belajar 50,00%.

Sedangkan, presentase rata-rata aktivitas siswa yaitu 55,23%, dengan

kriteria yang cukup aktif. Pada siklus II, diperoleh nilai rata-rata yaitu 85

dengan ketuntasan belajar 91,18%. Sedangkan, presentase rata-rata

aktivitas siswa yaitu 78,87% dengan kriteria aktif. Dari hasil penelitian

tindakan dengan tes tertulis dapat disimpulkan adanya peningkatan setiap

siklusnya kearah yang lebih baik. Maka dapat disimpulkan bahwa Model

Pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visual dapat

meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam menyelesaikan soal

terutama pada materi kalor.

Kata Kunci : Tindakan Kelas, Quantum Teaching, Audio Visual

PENDAHULUAN

Pendidikan yang kita ketahui selama ini selalu mengalami perubahan, baik

perubahan kurikulum, sistem pembelajaran, pendidikan maupun peserta didik serta semua

yang terkait dalam penidikan. Dengan banyaknya perubahan ini maka diperlukan solusi

yang tepat untuk mengatasinya.

Jurusan Pendidikan FisikaFakultas Pasca Sarjana

ISBN: 978-602-50622-0-9 387

Page 403: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Dalam hal ini, antisipasi yang dapat dilakukan untuk mengatasi perubahan yakni

salah satunya dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai individu yang

terdidik dan terampil melalui proses belajar mengajar disekolah, sesuai dengan tercantum

pada UUSPN No. 20 tahun 2003 pasal 1 dalam Soefuddin, dkk (2015:2) menyatakan

bahwa,Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar.Dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi. Dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian ,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat,Bangsa dan negara.

Undang – undang di atas menjadi landasan hukum, bahan pemikiran dan renungan

kita semua yang bergerak didunia pendidikan bahwa beban , kewajiban dan tugas kita

enjadi amanah yang harus diemban untuk mengembangkan pendidikan bangsa ini.

Ditingkat satuan pendidikan, gurulah yang berperan penting dalam pendidikan. Guru

mrnjadi pejuan digaris depan ntuk membentuk insan – insan Indonesia bukan sekedar

cerdas dalam pemahaman terhadap pengetahuan, tetapi cerdas secara afektif dan

psikomotorik seperti yang dicanangkan dalam fungsi dan tujuan pendidikan nasional.

Fisika merupakan bagian dari salah satu aspek kehidupan yng sangat penting

peranannya dalam upaya membina dan membentuk SDM yang baik. Fisika sebagai

cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi

didalamnya dipandang sebagai ilmu abstrak yang disajikan dalam teori yang kurang

menarik dan terkesan sulit, serta menganggap bahwa fisika itu susah dipahami dan

dikuasai.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi fisika Aliyah Al

Wsahliyah Km.6 diperoleh bahwa kendala yang sering ditemui selama proses

pembelajaran fisika yaitu daya tangkap siswa terbatas serta berbeda-beda dan pemahaman

konsep siswa yang masih kurang baik.

“Adapun beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya pemahaman siswa salah

satunya memahami konsep fisika sehingga siswa lebih sering menghapal tanpa membentuk

pemahaman pada materi yang dipelajari dan kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran”

(Deporter & Hernacki, 2013:26)

Untuk mengatasi masalah belajar fisika siswa, maka peneliti mencoba menerapkan

sebuah model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam mengajarkan materi

pembelajaran fisika. Diantara bermacam model pembelajaran yang tepat untuk digunakan

dalam mengajarkan materi pembelajaran Quantum Teaching.

Berangkat dari pernyataan Hernowo (dalam Soefuddin, Asis, Berdiati, 2015:4)

yang mengungkapkan ,”Learning is most effective when it’s fun (belajar akan berlangsung

sangat efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan)”. Pernyataan diatas sesuai

dengan prinsip-prinsip Model Pembelajaran Quantum Teaching dikemukakan oleh Bobbi

DePorter dibantu oleh Mark Reardon, M.S. dan Sarah Singer-Nourie,M.A.

Model Quantum Teaching merupakan upaya kreatif Bobbi dalam merencang

sistem pengajaran yang menyenangkan dan bertumpu pada prinsip-prinsip dan teknik-

ISBN: 978-602-50622-0-9 388

Page 404: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

teknik Quantum Learning di ruang-ruang kelas di sekolah. Model ini hampir sama dengan

sebuah simfoni. Dimana guru sebagai Maestro yang memimpin konser diruang kelas.

Sedangkan siswa yang memiliki karakter masing-masing diibaratkan sebagai alat-alat

musik yang memiliki suara yang berbeda.

Pada penelitian ini, selain untuk mengetahui hasil belajar dan aktivitas siswa,

dalam mengajarkan materi dengan menggunakan model Quantum Teaching berbasis

Audio Visual juga untuk membuat proses belajar mengajar lebih menarik dengan adanya

variasi seperti menjelaskan konsep fisika dengan menampilkan video serta eksperimen.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching

Berbasis Audio Visual pada Materi Kalor Kelas X Aliyah Al Washliyah Km.6 Medan”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research), dimana

dilakukan dengan tahapan merencanakan, melaksanakan, pengamatan, refleksi.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Aliyah Al Wahliyah Km.6 Medan

2016/2017 yang berjumlah 34 siswa, dengan Objek dalam penelitian ini adalah aktivitas

dan hasil belajar siswa di kelas X Aliyah Al Washliyah Km.6, Medan T.P.

2016/2017.Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran Quantum Teaching

berbasis Audio Visual dan Variabel terikatnya adalah meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa pada materi kalor dengan Indikator penelitian ketuntasan belajar siswa

secara individu mencapai nilai 70 ke atas dan secara klasikal 85% maka aktivitas siswa

meningkat dalam pembelajaran.

Adapun data yang dperlukan dalam penelitian ini adalah tes dan observasi. Pada tes hasil

belajar menggunakan instrumen tes dalam bentuk pilihan berganda berjumlah 35 soal

yang terdiri dari 5 alternatif jawaban (option), sedangkan untuk memperoleh data

aktivitas siswa menggunakan lembar observasi aktivitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berupa proses pembelajaran tindakan kelas melalui model

pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visual yang dilaksanakan di Aliyah Al

Washliyah Km.6 kelas X pada materi kalor yang terdiri dari dua siklus, dimana secara

keseluruhan memerlukan waktu 5 kali pertemuan. Pada Siklus I, setelah melakukan

tindakan sesuai dengan model pembelajaran Quantum Teaching Berbasis Audio Visual

didapatkan hasil refleksi berupa persentase aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil

perkembangan aktivitas belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran

Quantum Teaching Berbasis Audio Visual dapat ditunjukkan pada tabel

ISBN: 978-602-50622-0-9 389

Page 405: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Tabel Kriteria Dan Presentase Observasi Akivitas Siswa

Pertemuan Nilai Frekuensi Kriteria

(%)

33,33 6 Kurang

38,89 5

Aktif

44,44 1 Cukup

50,00 3

Aktif

55,56 3

Siklus 61,11 6 Aktif

I 66,67 3

72,20 1

77,78 4

83,33 1 Sangat

88,89 1

Aktif

Nilai Akhir

55,23 Cukup Aktif

Dengan tabel kriteria.

Tabel Kriteria Penilaian

No. Kategori Presentase (%)

1 Sangat Aktif 80-100

2 Aktif 60-79

3 Cukup Aktif 40-59

4 Kurang Aktif 0-39

(Riyanto, 2010:74)

ISBN: 978-602-50622-0-9 390

Page 406: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Berdasarkan tabel I, dapat dilihat bahwa rata-rata aktivitas siswa dikelas pada

siklus I 55,23% dengan kriteria cukup aktif. Pada saat proses pelajaran siklus I masih ada

ditemukan siswa tidak mendengarkan guru, tidak ikut ambil dalam diskusi, serta masih

ada rasa takut siswa untuk memeberikan pertanyaan maupun kesimpulan selama proses

pembelajaran. Walaupun demikian, ada juga beberapa siswa yang merespon penjelasan

guru dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Sedangkan hasil refleksi presentase hasil belajar siswa pada siklus Idiperoleh sebagai

berikut:

Tabel Hasil Belajardan Ketuntasan Siswa Siklus I

Nilai Kriteri Fre Presen Rata

a kue tase -rata

nsi Nila

i

0 Niai 69 Belum 17 50,00

Tuntas

%

70 Nilai Tuntas 17 50,00

100 %

67

Berdasarkan tabel III diatas, dapat dinyatakan dari 34 siswa yang mengikuti siklus

I, terdapat 17 siswa (50,00%) siswa mencapai syarat ketuntasan belajar 70. Sedangkan,

17 siswa (50,00%) tidak mencapai ketuntasan belajar.

Dari data penelitian hasil belajar fisika siswa siklus I menunjukkan bahwa tingkat

penguasaan siswa tentang materi kalor terletak pada kategori belum mencapai ketuntasan

belajar yaitu 50,00%.

Karena pada siklus I aktivitas dan hasil belajar belajar belum mencapai target yang

telah ditentukan maka akan dilanjutkan pada siklus II.

Pada siklus II, setelah melakukan refleksi siklus I, didapatkan hasil perkembangan

aktivitasbelajar mengajar siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching berbasis Audio Visual dapat di tunjukkan pada tabel

Tabel Kriteria Dan Presentase Observasi Aktivitas Siswa Siklus Ii Pertemuan Iii

Nilai Frekuensi Kriteria

38,10 1 Kurang

Aktif

ISBN: 978-602-50622-0-9 391

Page 407: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

42,86 1 Cukup Aktif

47,62 1 Aktif

52,38 1 Aktif

61,90 5 Aktif

66,67 3 Aktif

71,43 6 Aktif

76,19 3 Aktif

80,95 6 Sangat Aktif

85,71 5 Sangat Aktif

95,24 2 Sangat Aktif

Rata-rata = 72,13 % (Aktif)

Sedangkan untuk pertemuan IV siklus II ditunjukkan pada tabel V dibawah ini

Tabel Kriteria Dan Presentase Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan IV

Nilai Frekuensi Kriteria

61,11 2 Aktif

72,22 3 Aktif

77,78 3 Aktif

83,33 9 Sangat Aktif

88,89 6 Sangat Aktif

94,44 8 Sangat Aktif

100,00 3 Sangat Aktif

Rata-rata = 85,62% (Sangat Aktif)

Dapat dilihat perkembangan aktivitas siswa tabel IV pertemuan III 72,13 % dengan

kriteria aktif dan tabel V pertemuan IV 85,62% dengan kriteria sangat aktif. Jadi nilai

ISBN: 978-602-50622-0-9 392

Page 408: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

rata-rata aktivitas siswa selama pembelajaran dikelas adalah 78,87% dengan kategori

aktif.

Sedangkan untuk hasil belajar siswa pada siklus II, maka diperoleh hasil tes tindakan

yang diberikan pada siklus II sebagai berikut:

Tabel Hasil Belajar Dan Ketuntasan Siswa Siklus Ii

Nilai Kriteri Fre Presen Rata

a kue tase -rata

nsi Nila

i

0 Niai 69 Belum 3 8,82%

Tuntas

70 Nilai Tuntas 31 91,18

100 %

85

Berdasarkan tabel VI diatas, dapat dinyatakan dari 34 siswa yang mengikuti siklus

II, terdapat 31 siswa (91,18%) siswa mencapai syarat ketuntasan belajar 70. Sedangkan 3 siswa (8,82%) tidak mencapai ketuntasan belajar.

Dari penelitian hasil belajar siswa fisika siklus II menunjukkan presentase pencapaian

hasil belajar siswa bahwa tingkat penguasaan siswa tentang materi kalor 91,18%.

Sehingga pada siklus II, proses pembelajaran berangsung sesuai dengan diharapkan.

Berdasarkan penelitian siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa penggunaan

model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visualyang dilakukan peneliti

belum dapat meningkatkan aktivitas maupun hasil belajar siswa dengan lebih baik. Hal

ini mungkin karena disebabkan belum terbiasanya siswa menerima model pembelajaran

tersebut dan peneliti masih kaku dalam penyampaian materi menggunakan model

pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visual. Presentase aktivitas siswa hanya

sebesar 55,23% dan presentase ketuntasan belajar 50,00%. Sehingga peneliti perlu

melakukan perbaikan-perbaikan dan pengembangan pembelajaran yang lebih baik lagi di

siklus II.

Pada tindakan siklus II, merupakan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan

pada siklus I. Pada siklus II selama pertemuan 3 dan pertemuan 4, peneliti memberikan

variasi dalam memotivasi siswa, memberikan contoh-contoh yang sederhana yang bisa

kita lakukan didalam kelas serta latihan-latihan agar siswa mampu memahami materi

kalor dan mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dalam pengamatan siklus II

ISBN: 978-602-50622-0-9 393

Page 409: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

diperoleh nlai rata-rata aktivitas siswa 78,88%; sedangkan nilai rata-rata hasil belajar

siswa 91,18%.

Pada hasil ketuntasan siswa, setelah diberikan tindakan pada siklus I dan siklus II

melalui model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visualdapat dilihat

peningkatan aktivitas siswa dari 55,23% pada siklus I menjadi 78,88% pada siklus II dan

untuk hasil belajar siswa juga mendapat peningkatan dari 50,00% pada siklus I menjadi

91,18% pada siklus II. Maka terbukti bahwa dengan menggunakan model pembelajaran

Quantum Teaching berbasis Audio Visual pada pembelajaran fisika tetang materi kalor

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X Aliyah Al Washliyah Medan

T.P. 2016/2017.

SIMPULAN

Dari hasil pembelajaran yang dapat dilakukan maka didapat data hasil pelaksanaan

penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulkan bahwa :

Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar dengan menggunakan model

Quantum Teaching berbasis Audio Visual pada materi kalor di kelas X

semester II di Aliyah Al Wsahliyah Km.6 Medan T.P. 2016/2017 pada siklus

I 55,23%, dengan katagori cukuf aktif dan pada Siklus II 78.87% dengan

katagori akiif.

Hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Quantum Teaching berbasis Audio Visual pada materi Kalor di kelas X semster II di Aliyah Al Washliyah Km.6 Medan T.P. 2016/2017 pada siklus I diperoleh nilai rata-rata siswa sebesar 67 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebsar 17 orang (mencapai nilai ≥ 70) atau 50,00% siswa yang tuntas belajar. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 84 dengan jumlah siswa yang tuntas sebesar 31 orang atau 91,18% siswa yang tuntas.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

___________ 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad , Azhar.2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Deporter, Bobbi, Mark Reacdon dan Sarah Singer. 2010. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

ISBN: 978-602-50622-0-9 394

Page 410: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Deporter, Bobbi, dan Mike Hernacki. 2013.Quantum Learning Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Djamarah, S, dan Zain. 2013. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Kusumah, Wijaya, dan Dedi Dwitagama. 2011. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.

Munadi, Y. 2008. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: GP Press.

Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-prinsip dan Teknik Pengajaran. Jakarta: Rosda.

Riyanto,Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Slameto, 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Soefuddin, Asis dan Berdiati Ika, 2015. Pembelajaran Efektif. Bandung: Remaja Rosda

Kaya.

Sudjana, N. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja

Roskarya.

Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Usman,Husnaini,P. 2011. Penghantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

ISBN: 978-602-50622-0-9 395

Page 411: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PEMBELAJARAN PEMBAGIAN BILANGAN MELALUI PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DI KELAS II SD NEGERI

COT MEURAJA ACEH BESAR

Herlin Fitria 65 Vera Sasmita 66 Melina Br Sembiring 67

Surel: herlinfitriaumar @gmail . com

Sasmitaku92 @gmai l . com

Melina . sembiri ng@yahoo . com

ABSTRAK Penelitian ini mengangkat masalah apakah pembelajaran matematika

melalui pendekatan matematika realistik siswa dapat mencapai

ketuntasan belajar pada materi pembagian bilangan di kelas II SD

Negeri Cot Meuraja Aceh Besar. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi pembagian

bilangan melalui pendekatan matematika realistik di kelas II SD

Negeri Cot Meuraja Aceh Besar. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian ini adalah eksperimen

semu. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu seluruh siswa

kelas II SD Negeri Cot Meuraja Aceh Besar tahun pelajaran

2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang, anak laki-laki 14 orang

dan anak perempuan 11 orang maka penulis menerapkan seluruh

populasi sebagai sampel. Teknik dalam memperoleh data pada

penelitian ini dengan menggunakan tes hasil. Diuji dengan

menggunakan statistik-t dengan uji pihak kanan. Hasil pengolahan

data diperoleh thitung = 3,18 dan ttabel yaitu 1,71. Harga thitung ternyata

lebih besar dari ttabel

dengan taraf signifikan

0,05 dan dk = 24,

yaitu 3,18> 1,71. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima.

Kata kunci: Pembagian Bilangan, Pendekatan Matematika Realistik.

Program Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Program Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Program Magister Pendidikan Dasar, Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 396

Page 412: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia, maju

mundurnya suatu negara sangat tergantung pada sistem pendidikan yang dilaksanakan.

Karena melalui pendidikan warga negara dapat dididik dan dibina kepribadiannya agar

mempunyai hari depan yang lebih baik.

Ironisnya banyak orang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit

dan abstrak (keduanya benar), membosankan, malah menakutkan, hanya memiliki

jawaban tunggal untuk setiap permasalahan. Pandangan ini diperkuat lagi karena

matematika diajarkan sebagai produk jadi yang siap pakai (rumus, logaritma). Ini

membuat siswa kurang tertarik dengan pembelajaran matematika sehingga membuat

siswa sulit untuk memahami materi dalam pembelajaran matematika.

Materi pembagian bilangan merupakan salah satu materi dalam mata pelajaran

matematika yang diikuti oleh siswa kelas II. Salah satu cara yang dapat digunakan guru

untuk mengaktifkan dan menimbulkan minat siswa adalah dengan menggunakan

Pendekatan Matematika Realistik (PMR). Pengembangan PMR sebenarnya

menggabungkan pandangan tentang apa itu matematika, bagaimana siswa belajar

matematika dan bagaimana matematika harus diajarkan (Johar, 2007:176). Berdasarkan

uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian.

Belajar dan Pembelajaran Ahmadi (dalam Amin, 2010:7) menyatakan bahwa belajar adalah suatu pertumbuhan

atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku

yang baru berkat pengalaman dan latihan.

Pembelajaran merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa unsur yang

menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, pembelajaran juga merupakan proses

penyampaian dan penguasaan pengetahuan yang bisa menjadi persiapan masa depan

peserta didik. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika anak didik berusaha secara aktif

untuk mencapainya, melalui bimbingan dan bantuan yang diberikan kepada anak didik.

2. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) Matematika realistik adalah matematika sekolah yang dilaksanakan dengan

menempatkan realita dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-

masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau

pengetahuan matematika formal.

3. Karakteristik Pembelajaran Matematika Realistik Johar dkk, 2007:176) yangmengatakan bahwa: PMR ini memiliki beberapa

karakteristik, yakni

Mengawali pembelajaran matematika dengan masalah nyata(terkait dengan

kehidupan sehari-hari siswa).

ISBN: 978-602-50622-0-9 397

Page 413: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Menggunakan model penyelesaian masalah yang dikontruksi oleh siswa melalui

bimbingan guru. Menggunakan kontribusi siswa melalui aneka jawaban dan aneka cara Memaksimalkan interaksi antarasiswa, siswa-guru, dan siswa-sumber belajar,dan Mengaitkan materi matematika dengan topik matematika lainnya.

Materi Pembagian Pembagian bilangan adalah proses aritmatika dasar dimana satu bilangan dipecah

rata menjadi bilangan yang lebih kecil sesuai dengan bilangan pembaginya. Pembagian

dapat juga dikatakan sebagai pengurangan berulang.

Model Pengukuran Model pengukuran adalah model yang terkenal atau banyak digunakan.

Bermacam-macam alat peraga yang dapat digunakan antara lain : kartu, anak korek api,

karet gelang dan biji-bijian.

2) Model Sekatan/partisi

Misalnya digunakan kartu sebagai alat peraga untuk menjelaskan 8 : 2 = Kelompokkan

siswa menjadi 2 anak perkelompok. Usahakan setiap kelompok memiliki 8 kartu. Seluruh

siswa membagikan satu persatu kartu kesetiap anggota kelompok termasuk dirinya

sendiri sampai habis.

3) Pengurangan Berulang

Misalkan hendak menjelaskan 8 : 2 =

Caranya adalah delapan dikurangi dua-dua sampai habis.

8

1 kali

2 kali

3 kali

4 kali

ISBN: 978-602-50622-0-9 398

Page 414: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Karena ada 4 kali pengurangan dua-dua maka 8 : 2 = 4.

4 merupakan banyak kali kita mengurangkan 2 dari 8 sehingga hasilnya 0.

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian ini adalah

eksperimen semu.

Populasi dan Sampel Penelitian.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi yaitu seluruh siswa kelas II SD Negeri

Cot Meuraja Aceh Besar tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa kelas II 25 orang,

dengan anak laki-laki 14 orang dan anak perempuan 11 orang maka penulis menerapkan

selurus populasi sebagai sampel.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data pada penelitian ini, peneliti menggunakan tes. Tes

dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa pada materi pembagian bilangan di

kelas II SDN Cot Meuraja Aeh Besar. Pada penelitian ini peneliti melakukan 3 kali

pertemuan dan tes diberikan setiap selesai satu pertemuan. Tes berbentuk soal cerita yang

terdiri dari 5 butir soal, 3 soal matematika dan 2 soal dalam bentuk tematik. Nilai untuk

setiap soal 20. Yang diambil sebagai data adalah nilai rata-rata siswa.

Teknik Analisis Data

Penguji hipotesis dalam penelitian ini dapat digunakan statistik uji-t yang menurut

sudjana (2005:227) sebagai berikut.

t

x

0

s / n

Keterangan

= Rata–rata hitung

s= Simpangan baku

n= Banyak data

ISBN: 978-602-50622-0-9 399

Page 415: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

µ0 = 70, merupakan nilai standar yang menyatakan siswa telah berhasil

menguasai

Untuk data yang telah disusun dalam distribusi frekuensi, menurut Sudjana (2005:70) adalah:

Keterangan: : skor rata-rata siswa,

fi : frekuensi kelas interval data(nilai), dan

xi : nilai tengah atau tanda kelas interval

Untuk mencari varians (s2) menurut Sudjana (2005:95) dapat diukur dengan rumus:

s 2 = n f i xi

2 f i xi 2

nn 1

Keterangan:

: nilai rata-

rata n : banyak

data s2 : varians

xi : Nilai tengah

fi : Frekuensi interval

Kriteria pengujian hipotesis dari uji t ini adalah tolak H0 jika t ≥ t(1-α) dan terima

H0 jika t < t tabel. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t adalah dk = (n – 1) dan taraf

signifikan α = 0,05 (Sudjana, 2005:231).

ISBN: 978-602-50622-0-9 400

Page 416: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Untuk mengetahui hipotesis dilakukan dengan uji pihak kanan yang

pasangannya.

H0 : µ= µ0 :

H1 : µ> µ0 :

siswa tidak dapat mencapai ketuntasan belajar pada materi pembagian bilangan dengan penerapan pendekatan pembelajaran matematika

realistik di kelas II SDN Cot Meuraja Aceh Besar.

siswa dapat mencapai ketuntasan belajar pada materi pembagian

bilangan dengan penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik di kelas II SDN Cot Meuraja Aceh Besar.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data tentang aktivitas siswa diperoleh

gambaran bahwa pembelajaran dengan pendekatan matematika realistik pada materi

pembagian bilangan mampu mendorong keingintahuan siswa untuk menyelesaikan

masalah yang diberikan pada awal pembelajaran. Kegiatan pembelajaran sudah terpusat

pada siswa.

Hal ini sangat berbeda dengan tidak menggunakan pendekatan matematika realistik

pada siswa kelas II SD Negeri Cot Meuraja Aceh Besar.

Pada penelitian ini peneliti melakukan 3 kali pertemuan dan tes diberikan setiap

selesai satu pertemuan.

Setelah hasil tes terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan pengujian

normalitas sebaran data, ternyata data yang diperoleh tersebar secara normal. Sehingga

untuk pengujian hipotesis dapat dilakukan perhitungan terhadap uji-t. Perhitungan

pertama yaitu untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar siswa dengan menerapkan

pendekatan matematika realistik jika dilihat dari KKM disekolah tersebut. Berdasarkan

hasil penelitian dan uji hipotesis, diperoleh thitung = 3,18 dan ttabel 1,71, sehingga thitung > ttabel

(3,18 > 1,71), artinya tolak H0 dan terima H1. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

penerapan pendekatan matematika realistik di kelas II SD Negeri Cot Meuraja Aceh

Besar mencapai ketuntasan hasil belajar.

SIMPULAN

Berdasarkan dari hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran matematika realistik

dapat mencapai ketuntasan belajar siswa pada materi pembagian bilangan di kelas II SD

Negeri Cot Meuraja Aceh Besar.

Adapun beberapa saran yang penulis ingin sampaikan adalah sebagai

berikut :

Guru diharapkan agar dapat menerapkan pendekatan pembelajaran matematika

realistik dalam pembelajaran matematika, sehingga minat siswa untuk belajar

matematika semakin meningkat.

ISBN: 978-602-50622-0-9 401

Page 417: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

2. Diharapkan kepada guru dapat memberdayakan pendekatan matematika

realistikkepada kelas-kelas lain, sehingga penguasaan materi pelajaran oleh siswa

dapat dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan.

Disarankan kepada pihak lain untuk melakukan penelitian yang sama pada materi

yang lain sebagai bahan perbandingan dengan hasil penelitian ini.

Pendekatan matematika realistik memerlukan waktu yang banyak. Oleh karena itu,

diharapkan para guru memiliki keterampilan dalam menciptakan suasana belajar yang

baik agar waktu yang digunakan lebih efisien.

DAFTAR RUJUKAN

Amin, Muhammad. 2010. Penerapan Pendekatan Matematika Realistik di SMP Negeri

18 Banda Aceh. Banda Aceh: Fkip Unsyiah.

Johar, Rahmah; dkk. 2007. Pembelajaran Matematika SD 2. Kerja Sama Universitas

Syiah Kuala Banda Aceh dan IAIN Ar Raniry Banda Aceh.

Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

ISBN: 978-602-50622-0-9 402

Page 418: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

UPAYA MENUMBUHKAN BUDAYA BACA SISWA SD MELALUI GERAKAN

“READ (REGULASI, EDUKASI, APLIKASI, DETERMINASI)”

Fahrur Rozi68

Surel :[email protected]

ABSTRAK

Tujuan kajian ini adalah untuk mencari upaya alternatif menumbuhkan

budaya baca khususnya bagi siswa Sekolah Dasar (SD).Membaca adalah

dasar dari pembelajaran di sekolah.Kemampuan membaca berpengaruh

besar terhadap mata pelajaransepertiMatematika, Sains, ilmu sosial,

Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya.Siswa yang tingkat

kemampuan membacanya rendah akan mengalami kesulitan dalam

mempelajari mata pelajaran lainnya. Maka perlu dilakukan sebuah gerakan

untuk membangun budaya baca di sekolah dan masyarakat yang dirangkum

melalui sebuah pemikiran dan gagasan berupa gerakan “READ (Regulasi,

Edukasi, Aplikasi, Determinasi)” untuk mendukung upaya menumbuhkan

budaya baca siswa SD.

Kata Kunci: budaya baca, siswa, sekolah dasar.

PENDAHULUAN Sekolah Dasar (SD) adalah salah satu jenjang pendidikan di Indonesia yang

memiliki peran penting dalam fondasi pembentukan sikap, pengetahuan dan ketrampilan

siswa. Jenjang pendidikan ini juga sangat penting untuk diperhatikan dan dikembangkan

proses pembelajaran yang terjadi di dalamnya. Akan tetapi masih banyak ditemui siswa-

siswi di SD yang mengalami kesulitan dalam memahami berbagai mata pelajaran yang

diperolehnya di sekolah, yang disebabkan oleh banyak hal sehingga hal ini akan

berhubungan secara langsung maupun tidak langsung terhadap hasil akademik siswa.

Salah satufaktor penghambat siswa dalam memahami pelajaran adalah kesulitan dalam

mengikuti pembelajaran adalah rendahnya kemampuan membaca siswa.

Di era glabalisasi ini, dimana kemudahan akses dalam memperoleh informasi

menjadi sangat mudah, kebiasaan membaca sangat berperan dalam keberlanjutan belajar

sepanjat hayat (long life education) siswa secara mandiri.Kebiasaan membaca juga wadah

untuk menumbuhkan kemampuan memperoleh jawaban, mengevaluasi, menalar dan

menggunakan informasi yang diperoleh siswa sejak usia belia yang akan membantu untuk

mencapai kesuksesan di dalam bidang yang dijalaninya, karena dengan menguasai

informasi akan memperoleh kesempatan yang lebih besar untuk sukses.

Namun pada kenyataannya tingkat mengenai minat membaca masih sangat

rendah.Hal ini didukung hasil survey yang dilakukan pada tahun 2013-2014 pada 4800

siswa kelas 2 SD di 400 SD dan MI diperoleh kemampuan membaca sekaligus

memahami apa yang dibaca siswa di Indonesia masih sangat rendah (Ester R,M,

2014).Siswayang lamban membaca pada kelas awal, akan mengalami kegagalan yang

semakin parahpada kelas-kelas berikutnya. Hal ini dikenal dengan istilah ‘Efek

PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 403

Page 419: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Matthew’.Bahkan menurut studi terbaru mengenai minat baca, keadaan keinginan

membaca bangsa Indonesia memang cukup memprihatinkan. Berdasarkan studi

“MostLittered Nation In The World” yang dilakukan Central Connecticut State

University pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki urutan ke-60 dari 61

negara mengenai minat membaca. (Gewati, 2016)

Berdasarkan hal tersebut di atas rendahnya kemampuan membaca siswa SD

disebakan oleh beberapa hal, diantara; Pertama, Rendahnya pemahaman guru untuk

mengetahui tingkat kemampuan membaca siswa sehingga perlakuan yang dilakukan guru

terhadap siswa yang lancar membaca sama dengan siswa yang masih belum lancar dan

tidak bisa membaca sama sekali, Keduakegiatan pembelajaran yang dilakukan di sekolah

tidak mengarahkan siswa untuk lebih sering membaca, kegiatan membaca hanya

dilakukan siswa ketika ditugaskan oleh guru, atau ketika akan mengahadapi ulangan dan

ujian, bukan merupakan menjadi kebutuhan mereka. Ketiga, ketika membaca siswa

belum memahami maksud yang terkandung di dalam buku bacaan mereka, sehingga

proses mencari makna dari apa yang dibaca belum dilakukan sepenuhnya oleh guru di

kelas. Keempat, kecanduan game, juga mempengaruhi minat baca siswa, mereka lebih

sedang menghabiskan berjam-jam waktunya hanya untuk duduk memandangi monitor

computer atau handphone dan gadget mereka untuk bermain game atau sekedar

memeriksa berbagai media sosial yang mereka miliki. Kelima, minimnya ketersediaan

sarana dan pemanfaatannya untuk menumbuhkan minat membaca, seperti buku, majalah,

pojok baca, perpustakaan.Keenam, dukungan keluarga untuk membudayakan membaca

juga masih sangat rendah.

PEMBAHASAN Membaca adalah dasar dari pembelajaran di sekolah.Kemampuan membaca

berpengaruh besar terhadap mata pelajaransepertiMatematika, Sains, Ilmu Sosial, Bahasa

Indonesia dan mata pelajaran lainnya.Siswa yang tingkat kemampuan membacanya

rendah akan mengalami kesulitan dalam belajar mata pelajaran lainnya. Maka perlu

dilakukan sebuah gerakan untuk membangun budaya baca di sekolah dan masyarakat.

Gerakan berarti perbuatan gerakan atau tindakan terencana yang dilakukan

sekelompok orang atau masyarakat disertai program terencana dan ditujukan pada suatu

perubahan.Kata Budaya diambil dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah yang

mempunyai arti bahwa segala sesuatu yang ada hubungnnya dengan akal dan budi

manusia.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya diartikan sebagai pikiran, akal

budi atau adat istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata

budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia (Suharso dan Ana

Retnoningsih, 2005).Kebudayaan dapat diartikan sebagai semua hal yang berhubung

dengan akal pikiran, budi, dan perbuatan manusia yang diperoleh dari kebiasaan-

kebiasaan yang telah lama dilakukan.Sedangkan membaca salah satu kemampuan literasi

yang harus dimiliki siswa untuk bekal dasar dalam mengikuti dan memahami semua

pelajaran yang diperolehnya di sekolah.Dan kemampuan ini harus diajarkan dan

dibiasakan.Sangat diperlukan sebuah pemikiran dan gagasanyang saya rangkum dalam

gerakan “READ (Regulasi, Edukasi, Aplikasi, Determinasi)” untuk mendukung

pelaksanaan budaya baca di sekolah dasar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 404

Page 420: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Regulasi Salah satu langkah nyata yang dilakukan dengan mengeluarkan peraturan melalui

Peraturan Menteri Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 23 Tahun 2015 Tentang

Penumbuhan Budi Pekerti.Permendikbud ini berisi tentang setiap sekolah wajib

membaca 15 menit sebelum waktu pembelajaran dimulai, khususnya bagi siswa SD,

SMP atau SMA.Peraturan ini sangat dibutuhkan sebagai upaya untuk

membudayakan membaca di sekolah, sehingga sekolah mau tidak mau harus tunduk

dan patuh terhadap peraturan ini.Hal ini juga menjadi dasar bagi pihak sekolah untuk

menyusun regulasi secara spesifik dan lebih teknis dalam melaksanakan kegiatan

atau program membaca bagi siswa.Kegiatan ini akan memiliki dampak yang baik

terhadap kegiatan siswa di pagi hari untuk mau membaca minimal 15 menit sebelum

memulai pelajaran

. Edukasi

Membangun gerakan budaya membaca di SD sangat penting untuk memberikan

edukasi terhadap pihak-pihak terlibat (stakeholder) seperti kepala sekolah, guru,

siswa, orang tua dan masyarakat sekitar sekolah tentang pentingnya membaca.Guru

adalah salah satu kunci utama untuk mendukung gerakan ini. Berikut ini adalah

beberapa strategi membaca yang seharusnya dimiliki guru agar dapat mengajarkan

ketrampilan membaca kepada siswanya.

Membaca Bersama dengan menggunakan Big Book Kegiatan ini menggunakanbuku dengan teks yang diperbesar agar terbaca oleh

semua siswa.Kegiatan Membaca Bersamamelibatkan semua siswa dalam satu

kelas. Guru memodelkan berbagai keterampilanmembaca dan melibatkan siswa

selama proses membaca dilakukan. Keterampilan yangdilatihkan dalam kegiatan

Membaca Bersama adalah memprediksi, memahami kosakatadan tanda baca,

memahami isi bacaan, dan merangkum/meringkas.

Membaca Terbimbing dengan menggunakan buku bacaan berjenjang

Kegiatan ini dilakukan di kelompok kecil beranggotakansiswa dengan

kemampuan membaca yang sama (homogen). Guru memilih

danmemperkenalkan buku baru serta membimbing setiap siswa dalam

membaca danmemahami seluruh bacaan. Bimbingan diberikan sebelum, saat,

dan setelah membaca.

Membaca Mandiri dengan menggunakan buku yang disukai siswa.

Siswa membaca berbagai buku secara individu atau berpasangan.Buku

yang dibaca bisa diambil dari koleksi buku yang dimiliki sekolah.Bahan

bacaanjuga bisa diambil dari paket buku berjenjang sesuai tingkat

kemampuan membacasiswa, atau juga buku yang dibawa siswa dari rumah.

Selain tiga strategi mengajarkan membaca di atas, guru juga melakukan penilaian

terhadap kemampuan membaca siswa sehingga dapat diketahui tingkat kemampuan

membaca siswa, seperti lancar membaca (tinggi) , Berkembang (sedang), dan mulai

(rendah). Dengan demikian guru dapat melakukan tindakan yang tepat dalam

mengatasi permasalahan membaca siswanya.Salah satu cara yang mudah untuk

mengetahui tingakat kemampuan membaca dengan cara ketika siswa disuruh untuk

ISBN: 978-602-50622-0-9 405

Page 421: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

membaca satu halaman dan siswa mengalami kesulitan membaca lebih dari lima

kesalahan maka siswa dapat dikategorikan mengalami kesulitan membaca, sehingga

siswa tersebut perlu bimbingan dalam membaca ini disebut strategi lima jari

(USAID Prioritas, 2016: 20).

Orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga perlu memperoleh edukasi

mengenai pentingnya budaya membaca di keluarga dan ketika berada dilingkungan

sekolah, melalui pertemuan dengan pihak sekolah atau juga melalui tulisan yang

mengajak, menghimbau agar berperan aktif dalam mensukseskan kegiatan sekolah.

Aplikasi Setelah memberikan edukasi yang tepat maka harus diaplikasikan dalam bentuk

yang konkrit untuk menumbuhkan budaya membaca bagi siswa SD. Berikut ini

adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan pada tahapan ini:

Membuat kegiatan membaca berimbang di sekolah (membaca bersama,

membaca terbimbing dan membaca mandiri di sekolah) 15 menit sebelum

pelajaran di mulai. Seperti kegiatan SERASA MEMBARA (Selasa, Rabu,

Sabtu, Membaca Gembira). Kegiatan ini juga dilaksanakan setiap hari di

banyak negara seperti Amerika Serikat, Australia,Inggris, Singapura,

Malaysia, dan Brunei dengan bermacam nama seperti SURF

(SustainedUninterrupted Reading for Fun/Membaca Tanpa Interupsi untuk

Kesenangan), DEAR (DropEverything and Read/Letakkan Segala Sesuatu

dan Baca), Book Flood (banjir buku), dsb.Sebuah madrasah ibtidaiyah di

Blitar memberi nama Iqro’ Time, dan sebuah SD di Malangmemberi nama

Membaca, Yes! pada kegiatan ini. (USAID Prioritas, 2014:377).

Melakukan kegiatan WACANA (Wajib Baca Semuanya) yang dilakukan di

luar kegiatan membaca berimbang, contohnya di hari Jumat, disediakan

waktu selama setengah jam agar seluruh warga sekolah seperti (kepala

sekolah, guru, tata usaha, petugas keamanan, guru, siswa dan bahkan orang

tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah diajak terlibat) dapat membaca

buku, ditempat terbuka, seperti di halaman sekolah, di depan kelas, di bawah

pohon rindang, agar memberikan nuansa positif semangat dan keteladanan

bagi siswa agar mau membaca. Karena satu keteladanan lebih baik daripada

seribu nasehat atau perintah.

Mengelola MADING (Majalah Dinding) dan MAKE UP (Majalah Kelas

Untuk Pelajaran), sekolah menyediakan tempat untuk menampilkan tulisan

di beberapa sudut sekolah dan juga di dalam kelas yang berisi mengenai

tulisan yang menarik bagi siswa, yang dikelola oleh siswa dan dibimbing

oleh guru. Juga dapat membuat POKBA (Pojok Baca)di pojok sekolah yang

tidak terpakai untuk disediakan tempat dan buku bacaan yang menarik.

Melakukan kegiatan BACA SAJA (Membaca Satu Jam) yang melibatkan

orangtua dalam pendampingan dan pengawasan membaca di rumah,

dihimbau agar di rumah siswa untuk belajar termasuk membaca buku

pelajaran. Mematikan TV dan melarang penggunaan gadget minimal 1 jam di

ISBN: 978-602-50622-0-9 406

Page 422: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

malam hari. Sehingga siswa dapat fokus terhadap pelajarannya dan terbiasa

membaca.

Memberdayakan sarana perpustakaan sebagai salah satu sumber bacaan, oleh

karena itu guru dapat mengajak siswa melakukan pembelajaran di

perpustakaan untuk mencari sumber informasi baru melalui membaca buku-

buku yang ada di perpustakaan

Sekolah mengadakan pameran dan bazar buku yang dapat dilakukan di akhir

semester untuk memancing minat siswa untuk membeli buku dan membaca

buku. Mengadakan perlombaan membaca seperti membaca puisi, membaca

dongeng, membaca ayat-ayat suci untuk mengapresiasi kemampuan siswa

dalam membaca. Siswa akan berusaha menjadi yang terbaik, hal ini akan

memnambah motivasi siswa untuk terus mau membaca (Kasiyum, S., 2015) Determinasi

Dalam melaksanakan sebuah gerakan diperlukan determinasi dalam arti gerakan

ini harus didasari ketetapan hati dalam mencapai maksud dan tujuan yaitu

menumbuhkan budaya baca.Dengan determinasi yang tinggi dari semua pihak yang

akan menjadikan gerakan ini berkelanjutan yang akan membentuk kebiasaan dan

kebiasaan akan menghasilkan karakter dan akhirnya akan tercipta budaya baca bagi

siswa di SD. Kegiatan yang telah dilaksanakan, tentu juga harus memiliki tujuan dan

target, maka konsistensi dan monitoring juga sangat diperlukan untuk keberhasilan

gerakan ini.

SIMPULAN Salah satufaktor penghambat siswa dalam memahami pelajaran adalah kesulitan

dalam mengikuti pembelajaran adalah rendahnya kemampuan membaca siswa. Dari

beberapa studi dan survey menunjukkan tingkat membaca siswa SD Indonesia hampir

berada di urutan terendah dari negara lain. Kemampuan membaca merupakan jembatan

menuju pemahaman siswa terhadap semua pelajaran. Maka sudah seharusnya membaca

menjadi budaya yang dapat diterapkan mulai dari pendidikan usia dini termasuk di SD.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan budaya baca, salah satu gagasan

yang dapat ditawarkan yaitu dengan melakukan gerakan “READ (Regulasi, Edukasi,

Aplikasi, Determinasi)” secara konsisten dan bertanggungjawab untuk mendukung

pelaksanaan budaya baca siswa SD.

DAFTAR RUJUKAN Ester R Manurung. 2014. KemampuanbacasiswasddiIndonesiamasihrendah. Diambil

dari http://beritasore.com/2014/06/30/kemampuan-baca-siswa-sd-di-indonesia-

masih-rendah/diunduh 09 Oktober 2017.

Gewati M,. 2016. Minat Baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia. Jakarta. Kompas.com (29 Agustus 2016) diunduh 10 Oktober 2017.

ISBN: 978-602-50622-0-9 407

Page 423: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kasiyum, S. 2015. Upaya Meningkatkan Minat Baca Sebagai Sarana Untuk

Mencerdaskan Bangsa.Surabaya: Jurnal Pena Indonesia (JPI) Jurnal Bahasa

Indonesia, Sastra dan Pengajarannya, Vol. 1, No.1-Maret 2015:80-95.

Suharso dan Ana Retnoningsih.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya

Karya.

USAID Prioritas. 2014. MODUL II Praktik yang Baik di SD dan MI. Jakarta: USAID

Prioritas.

USAID Prioritas.2016. Modul PelatihanIII APraktik yang Baik di SD dan MI,

Pembelajaran Membaca di Kelas Awal. Jakarta: USAID Prioritas.

ISBN: 978-602-50622-0-9 408

Page 424: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

EKSISTENSI KARIER DAN PROSESIONALISME GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Wenny Anggraeni69 , Nurul Amaliah70

Surel :[email protected]

Abstrak

Pada era globalisasi saat ini, profesi guru bermakna strategis, karena

penyandangannya mengemban tugas yang sangat penting bagi kehidupan

bermasyarakat dan bernegara, yaitu pencerdasan, pembudayaan dan

pembangun karakter bangsa. Bergabai kebijakan dilahirkan untuk

meningkatkan karir, mutu, perhargaan, dan kesejahteraannya. Tentunya

semua itu dilakukan dengan harapan bahwa guru dapat lebih dan semakin

professional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Dalam

dunia pendidikan, peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang

signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu,

dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan di tanah air, tidak dapat

dilepaskan dari berbagai hal yang berkaitan dengan eksistensi guru itu

sendiri. Filosofis sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia, telah

menempatkan fungsi dan peran guru sedemikian rupa sehingga para guru di

Indonesia tidak jarang telah di posisikan mempunyai peran ganda bahkan

multi fungsi

Kata Kunci: Eksistensi Guru, Profesionalisme Guru, Karakter Bangsa

PENDAHULUAN Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam pembelajaran, yang berperan

dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal dan potensial di bidang

pembangunan. Guru menempati posisi strategis sebagai tenaga profesional, karena pada

setiap diri guru terletak tanggung jawab untuk mengaktualkan fitrah insani subjek didik

menuju suatu taraf kedewasaan atau kematangan tertentu. Dalam rangka itu guru tidak

semata-mata sebagai pengajar yang alih ilmu, tetapi juga sebagai pendidik yang alih

nilai/sikap yang memberikan pengarahan dan bimbingan kepada peserta didiknya.

Guru adalah salah satu profesi yang tertua di dunia, seumur dengan keberadaan

manusia, karena ibu dan keluarga adalah guru alamiah yang pertama. Sehinga tidak

mengherankan apabila di dalam semua masyarakat profesi guru dianggap dapat dilakukan

semua orang. Secara historis di dalam kebudayaan Indonesia profesi guru mempunyai

kedudukan yang tinggi dan dihormati.

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 409

Page 425: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Guru yang berkualitas adalah guru yang profesional dalam melaksanakan tugas

pembelajaran. Guru yang profesional mampu merancang dan melaksanakan

pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Dengan kata lain bahwa guru yang

berkualitas adalah guru yang mampu melaksanakan kewajibankewajibannya secara

bertanggung-jawab dan layak atau guru yang memiliki kinerja yang baik.

Kinerja guru merupakan prestasi yang dapat ditunjukkan oleh guru. Ia merupakan

hasil yang dapat dicapai dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya

berdasarkan kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu yang tersedia. Wujud

dari kinerja guru direalisasikan oleh kompetensi atau profesionalismenya (Riduwan,

2009). Berdasarkan ungkapan tersebut berarti kinerja guru (teacher performance)

berkaitan dengan profesionalisme guru, artinya untuk memiliki kinerja yang baik guru

harus didukung dengan profesionalisme atau kompetensi yang baik pula. Esensi dari

kinerja guru tidak lain merupakan kemampuan guru dalam menunjukkan kecakapan atau

profesionalisme yang dimilikinya dalam dunia kerjannya. Dunia kerja guru adalah

membelajarkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pendidikan karakter merupakan investasi nilai kultural yang membangun watak,

moralitas dan kepribadian masyarakat yang dilakukan dalam waktu panjang, kontinyu,

intens, konstan dan konisten. Dengan demikian pendidikan karakter memberikan kepada

siswa ilmu, pengetahuan, praktik-praktik budaya perilaku yang berorientasi pada nilai-

nilai ideal kehidupan, baik yang bersumber dari budaya lokal (kearifan lokal) maupun

budaya luar (Indra, 2010: 27)

Ditinjau secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai,

pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya

mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk ,

memelihara apa yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari

dengan sepenuh hati. Karena itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup

dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1992). Pendidikan

karakter dinilai berhasil apabila peserta didik menunjukkan kebiasaan berperilaku baik.

Perilaku baik akan muncul dan berkembang pada diri peserta didik apabila memiliki

sikap positif terhadap konsep karakter yang baik dan terbiasa melakukannya. Oleh karena

itu pendidikan karakter perlu dikemas dalam wadah yang komprehensif dan bermakna.

Pendidikan karakter perlu diformulasikan dan dioperasionalkan melalui transformasi

budaya dan kehidupan sekolah.

Banyak faktor tentunya yang memberikan pengaruh besar terhadap kehandalan

karakter dan mental rakyat suatu bangsa. Secara eksternal, faktor fenomena globalisasi

merupakan faktor paling strategis yang membawa pengaruh besar terhadap tata nilai,

karakter dan mentalitas suatu bangsa. Sebagian kalangan menganggapnya sebagai

ancaman yang berpotensi menggulung tata nilai, tradisi, dan karakter bangsa dan pada

akhirnya menggantikannya dengan tata nilai pragmatisme, materialisme, dan

neoliberalisme yang meruksak jati diri dan karakter bangsa yang sebelumnya sudah

menjadi identitas. Namun, sebagian lainnya menilai positif adanya fenomena globalisasi,

bahkan menilai globalisasi sebagai suatu fragmen yang tidak bisa tidak harus dijalani dan

banyak hal yang menjadi daya dukung akibat adanya proses globalisasi terhadap

percepatan pembangunan masyarakat suatu bangsa.

Adapun faktor internal yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter

bangsa diantaranya adalah arah pembangunan dunia pendidikan. Pembangunan yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 410

Page 426: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

bertata nilai merupakan esensi dari suatu pemahaman pembangunan yang sepenuhnya

berorientasi pada manusia sebagai subyek pembangunan atau lazim dikenal dengan

human oriented development. Tanpa adanya orientasi demikian, maka pembangunan

hanya akan mencakup tataran fisik dan tanpa disertai adanya pembangunan budaya serta

peningkatan standar nilai kehidupan manusianya. Hal yang mendominasi terhadap

performance manusia sebagai subyek pembangunan yang bertata nilai tersebut tiada lain

adalah pendidikan.

Dengan pendidikan, karakter manusia sebagai individu dan sebagai masyarakat

dapat dibentuk dan diarahkan sesuai dengan tuntutan ideal bagi proses pembangunan.

Karakter manusia secara individu ini akan memberikan sumbangan besar terhadap

pembentukan karakter bangsa yang bermartabat dan menjadi faktor pendukung bagi

proses percepatan pembangunan suatu bangsa.

GURU SEBAGAI PROFESI Melalui berbagai cara, upaya meningkatkan kualitas pendidikan sudah dan sedang

dilakukan oleh pemerintah, salah satunya adalah melalui penyempurnaan sejumlah

regulasi bersama-sama dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat). Salah satu regulasi

yang telah dihasilkan adalah Undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen. Melalui undang-undang tersebut diharapkan adanya penyesuaian penyelenggaraan

pendidikan dan pembinaan bagi kalangan pendidik (khususnya guru) agar lebih

profesional. Salah satu implikasinya adalah pekerjaan guru menjadi sebuah profesi yang

lebih mendapat tempat karena memperoleh penghargaan, baik secara moril maupun

materil, yang lebih tinggi. Akan tetapi kedudukan profesi guru yang lebih baik tersebut

tidak dengan serta merta diperoleh oleh para guru. Mereka terlebih dahulu diharuskan

memenuhi sejumlah persyaratan agar mencapai standar minimal seseorang yang

berprofesi sebagai guru yang profesional.

Dewasa ini status okupasional guru relatif rendah. Pekerjaan guru bukan

merupakan pilihan utama dan bergengsi. Status profesinya juga rendah dibandingkan,

misalnya dengan profesi dokter atau hakim, ahli teknik dan sebagainya. Mengenai status

profesional profesi guru berkaitan dengan dua tuntutan yang berbeda. Pertama, status

profesional yang berkaitan dengan tuntutan gaji yang lebih baik, kondisi kerja yang

menarik serta sistem promosi yang menguntungkan. Perjuangan untuk status profesional

ini terutama merupakan program ikatan profesi, dalam hal ini PGRI. Apakah organisasi

profesi ini telah berhasil di dalam perjuangannya, masih merupakan suatu tanda tanya.

Masalah status profesional lainnya ialah usaha untuk meningkatkan kompetensi guru atau

dengan kata lain usaha untuk meningkatkan kualitas profesi guru.

KOMPETENSI GURU PROFESIONAL Menurut Syaiful Sagala (2009:24) , ndang-undang RI Nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen menyatakan paling tidak ada 4 (empat) kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang guru yang profesional. Kompetensi yang dimaksud adalah

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi

sosial.

Kompetensi pedagogik Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang

meliputi pemahaman terhadap peserta didik; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

ISBN: 978-602-50622-0-9 411

Page 427: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pembelajaran; pengembangan peserta didik. Beberapa hal yang dapat menjadi indikator

kompetensi pedagogik yang dimiliki oleh seorang guru yang profesional antara lain

adalah kemampuan dalam:

Memahami karakteristik peserta didik, baik fisik, sosial, moral, cultural,

emosional, dan intelektual.

Memahami latar belakang peserta didik, gaya belajar, kesulitan belajar,

dan kebutuhan belajar dalam pengembangan potensi peserta didik. Menguasai teori dan prinsip-prinsip belajar bagi perancangan,

pelaksanaan, dan evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan materi ajar secara

luas dan mendalam sehingga memungkinkan yang bersangkutan membimbing peserta

didik dalam mencapai standar kompetensinya. Beberapa hal yang dapat menjadi indikator

kompetensi profesional yang dimiliki oleh seorang guru yang profesional antara lain

adalah kemampuan dalam:

Menguasai substansi materi ajar dan strategi pembelajarannya. Menguasai dalam struktur dan pengorganisasian kurikulum dan silabus

yang digunakan.

Memanfaatkan perangkat teknologi informasi dan komunikasi dalam

pembelajaran. Melakukan pengembangan pembelajaran melalui penelitian (tindakan

kelas). Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan dalam mengelola diri secara mantap,

dewasa, stabil, arif, bijaksana, berwibawa, dan berahlak mulia sehingga yang

bersangkutan menjadi suri tauladan bagi peserta didik yang dikelolanya. Beberapa hal

yang dapat menjadi indikator kompetensi kepribadian yang dimiliki oleh seorang guru

yang profesional antara lain adalah kemampuan dalam:

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

bijaksana, dan berwibawa. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berahlak mulia dan penuh

keteladanan bagi peserta didik dan masyarakat. Mengevaluasi kinerja secara mandiri untuk kepentingan perbaikan dan

pengembangan diri dan kemampuan yang bersangkutan. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi secara efektif, baik dengan

peserta didik yang dikelolanya, rekan sejawat sesama pendidik, tenaga kependidikan yang

berinteraksi dengan yang bersangkutan, orang tua atau wali peserta didik, masyarakat

sekitar, dan pemangku kepentingan lainnya. Beberapa hal yang dapat menjadi indikator

kompetensi sosial yang dimiliki oleh seorang guru yang profesional antara lain adalah

kemampuan dalam: Berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik, rekan sejawat

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua atau wali peserta didik, masyarakat

sekitar, dan pemangku kepentingan lainnya.

Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan, khususnya dalam

kegiatan pembelajaran.

ISBN: 978-602-50622-0-9 412

Page 428: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Memanfaatkan perangkat teknologi informasi untuk mengkomunikasikan

hal-hal yang berhubungan dengan bidang pendidikan (pembelajaran).

PERAN GURU PROFESIONAL DALAM MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

Sebagai pekerjaan profesional, guru memiliki ragam tugas, baik yang terkait dengan

tugas kedinasan maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Jika

dikelompokan, terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bentuk profesi, tugas

kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan. Guru merupakan profesi yang

memerlukan keahilian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh

sembarang orang di luar bidang kependidikan, walaupun kenyataanya tidak sedikit

dilakukan oleh orang diluar kependidikan, sehingga oleh karenanya jenis profesi ini paling mudah terkena pencemaran.

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik

berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup serta mengembangkan karakter

individu. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada

individu yang menjadi peserta didik. Adapun tugas guru dalam bidang kemanusiaan di

sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu

menarik simpati sehingga menjadi idola para peserta didiknya. Pelajaran apa pun yang

diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi peserta didiknya dalam belajar. Bila

dalam penampilanya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan

dapat menanamkan benih pengajaranya itu kepada para peserta didiknya, mereka akan

enggan menghadapi guru yang tidak menarik.

Guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memiliki peran

penting dalam proses pembangunan suatu bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan

factor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun

dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih pada era kontemporer ini. Keberadaan guru

bagi suatu bangsa sangatlah penting, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di

tengah-tengah lintasan perjalanan zaman dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

kian mutakhir dan mendorong perubahan di segala ranah kehidupan, termasuk perubahan

tata nilai yang menjadi pondasi karakter bangsa.

Hipotesisnya adalah semakin optimal guru melaksanakan fungsinya, maka

semakin terjamin dan terbinanya kesiapan dan keandalan seseorang sebagai manusia yang

diandalkan dalam pembangunan bangsa. Dengan kata lain, potret dan wajah diri bangsa

di masa depan tercermin dari potret diri para guru masa kini, dan gerak maju dinamika

kehidupan bangsa berbanding lurus dengan citra para guru di tengah-tengah masyarakat

dewasa ini.

Dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, berdasarkan UU No 14 tahun

2005 pasal 20, maka guru berkewajiban untuk:

Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran

Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetauan,

teknologi dan seni

ISBN: 978-602-50622-0-9 413

Page 429: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis

kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang

keluarga dan status social ekonomi peserta didik dalam pembelajaran

Menjungjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik

guru serta nilai-nilai agama dan etika Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa

SIMPULAN Berbagai tindak kejahatan dan tindakan tidak bermoral terutama dilakukan oleh

anak dan remaja yang marak terjadi di negara kita Indonesia, mengindikasikan perlunya

pendidikan karakter untuk membentuk generasi yang berkualitas. Sampai saat ini, secara

kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan pendidikan lebih mempunyai

makna bagi individu yang tidak sekadar memberi pengetahuan pada tataran koginitif,

tetapi juga menyentuh tataran afektif dan konatif melalui berbagai mata pelajaran

Guru memiliki peran strategis untuk menjadi bagian penting dalam upaya

membangun karakter bangsa. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui peran serta guru

secara optimal dalam proses penyiapan peserta didik yang memiliki karakter sebagaimana

disebutkan dalam UU No 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

pendidikan nasional. Karakter dan mentalitas sumber daya manusia suatu bangsa akan

menjadi pondasi dari tata nilai bangsa tersebut. Dalam tataran operasional, upaya-upaya

nyata dalam membentuk dan memelihara karakter dan mentalitas tersebut bisa dilakukan

oleh sosok guru professional.

Mengingat betapa startegisnya peran serta guru dalam upaya membangun karakter

bangsa, maka pembinaan profesionalisme guru yang terfokus kepada empat kompetensi

utama yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan

kompetensi professional harus dilandasi oleh konsepsi dan pendekatan-pendekatan dalam

pendidikan nilai. Sehingga guru mampu menjadi model terbaik, dan tampil sebagai

pribadi yang utuh/kaffah ditengah-tengah upayanya dalam melaksanakn tugas-tugas

formal keguruan.

DAFTAR RUJUKAN

Lion, Eddy. 2015. Kemampuan Profesional Guru dalam Pembelajaran Efektif.

Sagala, S. 2009. Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:Alfabeta.

Sauri, S. 2010. Membangun Karakter Bangsa Melalui Pembinaan Profesionalisme Guru

Berbasis Pendidikan Nilai.

Usman Moh Uzer.2001, Menjadi Guru Profesional, Bandung ; Rosda Karya.

UU No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

ISBN: 978-602-50622-0-9 414

Page 430: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN

MENGGUNAKAN METODE QUANTUM TEACHING PADA MATA

PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 132412 TANJUNG BALAI

Arifin Siregar71

, Rio Hadinata Siregar72

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa

dengan menggunakan metode quantum teaching di kelas V SD Negeri

132412 Tanjungbalai tahun pelajaran. Subjek penelitian adalah siswa

kelas V SD Negeri 132412, yang berlokasi di Tanjungbalai Kec.

Tanjungbalai Selatan yang berjumlah 39 orang siswa yang terdiri

dari 14 anak laki-laki dan 25 anak perempuan. Dari hasil penelitian

ini dengan demikian menunjukkan bahwa penggunaan metode

quantun teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA materi jenis-jenis pesawat sederhana kelas V SD

Negeri 132412 Tanjungbalai tahun pelajaran.

Kata Kunci: Meningkatkan, siswa, metode Quantum Teaching

PENDAHULUAN

Proses belajar adalah usaha pendewasaan siswa yang dilakukan dengan

membekali siswa berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan sehingga dengan

pengetahuan dan keterampilan tersebut, siswa dapat sukses menjalani

kehidupannya, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka

belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau

tidak terjadinya kegiatan proses belajar. Kegiatan belajar yang sesuai dengan

perkembangan dan perubahan paradigma pendidikan, adalah kegiatan belajar yang

mampu mensinergikan ranah kognitif, afektif dan psikomotor secara bersamaan,

selanjutkan kegiatan belajar tidak hanya menempatkan siswa sebagai objek yang

harus mengikuti seluruh keinginan guru, tetapi kegiatan belajar yang mampu

mendukung perubahan adalah kegiatan belajar yang membuka dialog dan

komunikasi aktif antara siswa dan guru.

Namun yang menjadi persoalan sekarang ini bahwa pelajaran IPA tidak

begitu dinikmati oleh siswa dan guru, salah satu faktor penyebab rendahnya hasil

belajar dalam pembelajaran IPA adalah guru lebih banyak berceramah, sehingga

PGSD FIP UNIMED

PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 415

Page 431: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

siswa menjadi cepat bosan dan menyebabkan hasil belajar IPA rendah”. Persoalan

ini juga terjadi di SD Negeri No.132412 Tanjungbalai, berdasarkan hasil

observasi penulis di sekolah tersebut diperoleh informasi bahwa pelajaran IPA

kurang menarik untuk dipelajari. Hal ini dikarenakan Metode mengajar yang

digunakan guru tidak sesuai dengan kondisi siswa, guru hanya menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Tentunya hal ini juga

berpengaruh pada rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa

juga terjadi pada Ujian Akhir Sekolah (UAS) untuk mata pelajaran IPA kelas V

dengan nilai rata-rata 6,09.

Hal tersebut, diperkirakan karena kurangnya pemahaman siswa terhadap

konsep pembelajaran IPA. Siswa menganggap pelajaran IPA sulit dipahami.

Berdasarkan pengamatan awal di kelas V SDN No. 132412 Tanjungbalai. dengan

jumlah siswa 39 anak yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 25 anak perempuan.

Permasalahan yang dihadapi siswa di SD ini adalah hasil belajar IPA yang belum

tuntas yakni 60 % dari keseluruhan siswa, belum mencapai angka minimal daya

serap 70% yang telah ditentukan, dan dalam proses pembelajaran IPA (sains)

disekolah kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat,

sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif.

Di Indonesia kesadaran akan pentingnya pendidikan telah sejak lama tertulis

dalam UUSPN No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang berbunyi : “Pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengembangan diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan Negara.”Dengan kata lain pendidikan merupakan suatu

proses yang melibatkan unsur-unsur yang diharapkan meningkatkan pendidikan

yang berkualitas. Guru sebagai unsur pokok di dalam dunia pendidikan

diharapkan dapat bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pengembangan

proses belajar mengajar dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses

belajar mengajar. Belajar mengajar merupakan proses inti dari transfer ilmu yang

dilakukan oleh guru dengan siswa. Oleh sebab itu untuk mencapai tujuan yang

diinginkan maka guru harus mempergunakan banyak cara di dalam proses belajar

mengajar di dalam kelas.

IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

sangat luas terkait dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan

dalam proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki

upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam

semesta yang mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat

rahasia sehingga hasil penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu

pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

ISBN: 978-602-50622-0-9 416

Page 432: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan

dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara

maju. Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti

dengan adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan

tetapi di Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di

Indonesia belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan

ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sains penting dan menjadi tolak ukur

kemajuan bangsa. Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang

ada sekarang ini dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai,

karena kita tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada

namun juga menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik.

Untuk itu maka kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi

manusia yang sesuai dari tujuan pendidikan.

Keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada cara penyajian materi

pembelajaran, media pembelajaran dan metode mengajar yang digunakan oleh guru pada

proses belajar mengajar. Oleh sebab itu, penulis mencoba mengangkat suatu metode yaitu

quantum teaching yang di dalamnya teradapat suatu inovasi pembelajaran yang sangat

berpengaruh terhadap proses belajar mengajar di dalam kelas. Metode quantum teaching

adalah sebuah program yang membentuk adanya interaksi antara pendidik dengan siswa

untuk memahami perbedaan gaya pembelajaran para siswa di dalam kelas yang bertujuan

agar pendidik mengerti bagaimana orang belajar dan mengapa siswa bertindak dan

bereaksi terhadap sesuatu sebagaimana yang telah terjadi. Peran guru di sini adalah

sebagai motivator, artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif, kreatif

dan akrab dengan suasana pembelajaran di kelas.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

(PTK). Sesuai dengan jenis penelitian, maka penelitian ini memiliki tahap-tahap

penelitian berupa siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang

berjumlah 39 orang yang terdiri dari 14 anak laki-laki dan 25 anak perempuan.

Penetapan ini diambil berdasarkan hasil observasi terhadap kelas yang diteliti dan

juga berdasarkan saran kepala sekolah.

Adapun yang menjadi objek pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa mata

pelajaran IPA pada materi jenis-jenis pesawat sederhana kelas V SDN 132412

Tanjungbalai.

Desain penelitian yang dilaksanakan adalah desain yang menggunakan

model Kemis dan Mc Taggart dalam Arikunto (2008:16) yang dikemukakan

secara skematis seperti terlihat pada skema Pelaksanaan Tindakan Kelas berikut

ini.

Perencanaa

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

ISBN: 978-602-50622-0-9 417 Perencanaa

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Page 433: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sesuai dengan jenis penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas, maka penelitian

ini memiliki tahap-tahap penelitian yang berupa siklus-siklus. Menurut pendapat

Arikunto di atas maka pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan ini

melalui dua tahapan siklus, dua tahapan tersebut terdiri dari perencanaan tindakan,

pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan (Observasi) dan terhadap refleksi terhadap

tindakan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah dengan

cara memilih, menyederhanakan dan mentransformasikan data kasar dilapangan.

Kemudian data yang telah direduksi, dicari rata-rata hasil belajarnya dan dicari

tingkat ketuntasan belajar dengan rumus individual:

PPH B

X 100 %

N

PPH jumlahskor yang diperoleh

x100 %

jumlahskor total

Dimana :

PPH = persentase penilai hasil = skor yang diperoleh N= skor total

Suatu indikator hasil belajar telah tercapai apabila paling sedikit 65% siswa

telah tuntas belajar untuk semua butir soal yang berkaitan dengan indikator

tersebut. Sedangkan kriteria ketuntasan pencapaian indikator berdasarkan jumlah

indikator yang ada apabila ≥ 65% dari seluruh indikator yang ditetapkan telah

tercapai. Dengan demikian, untuk mengetahui ketercapaian indikator yang telah

ditetapkan hasil belajar digunakan rumus sebagai berikut :

(Erman, 2003 :75)

TK = Skor yang diperoleh siswa x100% skor mkasimum

Dengan kriteria :

a. 0 % < TK < 65 % : Tidak tuntas

ISBN: 978-602-50622-0-9 418

Page 434: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

b. 65 % > TK ≤ 100% : Tuntas

Selanjutnya

dengan rumus :

P = f

x100 n

dapat diketahui apakah ketuntasan belajar secara klasikal

%

P = angka prestasi

f = jumlah siswa yang mengalami perubahan

n = jumlah seluruh siswa

Analisis data ini dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang

dilakukan dalam penelitian ini. Hal ini dilihat dari seberapa persentasi keberhasilan yang

dicapai dilihat dari aktivitas belajar siswa dengan lembaran pengamatan.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sebelum melakukan tindakan dalam penelitian, peneliti terlebih dahulu

melakukan observasi awal kepada siswa kelas V. Pada pertemuan awal siswa

diberikan pree tes yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan

awal siswa dalam memahami materi jenis-jenis pesawat sederhana. Dari hasil pree

tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa masih tergolong rendah. Pada saat tes

awal diperoleh rata-rata nilai siswa 38,46 dan hanya ada 3 orang siswa yang

mencapai ketuntasan dari jumlah total 39 siswa, maka dapat diketahui bahwa

kemampuan siswa kelas V SDN 132412 Tanjungbalai dalam mengenal materi

jenis-jenis pesawat sederhana masih rendah. Rata-rata nilai 39 orang siswa adalah

38,46 dengan tingkat keberhasilan yaitu sebanyak 3 orang siswa (7,69%) yang

tuntas sedangkan 36 orang siswa (92,30%) lainnya tidak tuntas. Oleh sebab itu

peneliti melakukan siklus I untuk memperbaiki hasil belajar siswa dalam materi

jenis-jenis pesawat sederhana .

Siklus I 1. Perencanaan

Setelah peneliti berkonsultasi dengan guru kelas V, maka peneliti melakukan hal-

hal sebagai berikut: (a) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk satu

kali pertemuan (terlampir), hal ini dikarenakan materi dapat diselesaikan dalam satu kali

pertemuan. (b) membuat media pembelajaran. (c) penilaian hasil belajar yang akan

dilakukan untuk mengukur peningkatan hasil belajar.

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah perencanaan disusun, maka dilakukan tindakan terhadap permasalahan

yang terdapat di kelas tersebut. Tindakan yang dilakukan adalah melaksanakan proses

belajar mengajar dengan menggunakan metode quamtum teaching. Pelaksanaan tindakan

ISBN: 978-602-50622-0-9 419

Page 435: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

terbagi atas dua kali pertemuan, masing-masing pertemuan berlangsung selama 2 x 35

menit.

3. Pengamatan

Observasi atau pengamatan dilakukan mulai dari awal pelaksanaan tindakan

hingga akhir pembelajaran yang menerapkan metode quantum teaching.

Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas V dengan menggunakan alat

bantu berupa daftar cheklist. Hasil observasi dapat dilihat pada lampiran

selanjutnya. Namun, secara garis besar yang diperoleh dari hasil observasi antara

lain:

Masih ada siswa yang bingung tentang apa yang harus dikerjakannya Siswa belum berani dalam menyampaikan pendapatnya. Banyak siswa yang belum berani bertanya kepada peneliti. Masih banyak siswa yang terlihat bingung ketika mengerjakan tugas.

Refleksi

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil belajar mengenal

pesawat sederhana yang dilakukan pada tindakan I dengan menggunakan metode

quantum teaching masih tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih

adanya kesalahan siswa dalam menjawab soal yang diberikan yang disebabkan

oleh siswa yang masih banyak belum memahami apa yang disampaikan oleh

guru.dan dalam menjelaskan materi guru kurang melibatkan lingkungan sekitar

siswa.

Siklus II 1. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II merupakan hasil dari refleksi yang dilakukan

pada siklus I yang mengacu pada perbaikan proses pembelajaran. Adapun tahapan

yang akan dilakukan pada siklus II, adalah:

Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode quantum teaching dengan berpedoman pada

hasil siklus I Membuat daftar pertanyaan yang akan dilontarkan pada siswa Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan

pendapatnya sendiri. Menyiapkan hadiah yang akan diberikan pada siswa

Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti sama seperti siklus I, tetapi

pelaksanaan tindakan mengalami sedikit inovasi. Diantaranya memberikan apresiasi

berupa hadiah kepada siswa yang berani menjawab pertanyaan di depan kelas dan berani

mengemukakan pendapatnya, tujuannya agar siswa lebih termotivasi dan pembelajaran

dapat berlangsung dengan siswa lebih aktif dalam belajar.

ISBN: 978-602-50622-0-9 420

Page 436: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

3. Observasi (Pengamatan)

Observasi atau pengamatan dilakukan mulai dari awal pelaksanaan tindakan hingga

akhir pembelajaran yang menerapkan metode quantum teaching. Pada tahap ini sudah

terjadi perubahan dari siklus I. Pelaksanaan observasi dilakukan oleh guru kelas V dengan

menggunakan alat bantu berupa daftar cheklist

Refleksi

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa hasil belajar jenis-jenis pesawat

sederhana yang dialakukan pada tindakan II dengan menggunakan metode quantum

teaching sudah mengalami peningkatan yang sangat baik. Hal ini dibuktikan dari nilai

rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II karena guru sudah melibatkan lingkungan

siswa dalam proses pembelajaran. Rata-rata ini sudah mengalami peningkatan yang

signifikan dibandingkan dengan tindakan siklus I. maka dapat disimpulkan bahwa

keterampilan siswa dalam mengenal jenis pesawat sedehana sudah sangat baik

dibandingkan dengan siklus I. Hasil belajar siswa sudah mengalami peningkatan yang

cukup signifikan dengan jumlah rata-rata nilai sebesar 72,56 dengan tingkat keberhasilan

yaitu sebanyak 33 orang siswa (84,61%) yang tuntas dalam melaksanakan pos tes siklus

dan 6 orang lainnya (15,38%) tidak tuntas. Dimana diantara 39 orang siswa, 21 orang

siswa (53,84%) mendapat nilai ≥80 dengan kategori sangat tinggi, 12 orang siswa (30,76%) mendapat nilai 60-79 dengan kategori tinggi, 5 orang siswa (12,82%) mendapat

nilai 40-59 dengan kategori sedang, 1 orang siswa (2,56%) mendapat nilai 20-39 dengan

kategori rendah.

SIMPULAN

Hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dipaparkan sebagai

berikut:

Hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan metode quantum

teaching dalam proses belajar mengajar. Metode quantum teaching baik digunakan pada pelajaran IPA khususnya dalam materi

jenis-jenis pesawat sederhana.

Hasil pre tes menunjukkan bahwa dari 39 orang siswa hanya 3 orang siswa

(7,69%) yang tuntas sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 36 (92,30%)

dengan rata-rata nilai 38,46. Setelah dilaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan metode quantum teaching hasil belajar siswa mulai meningkat.

Siklus I menunjukkan bahwa rata-rata nilai 39 orang siswa adalah 53,84

dengan tingkat ketuntasan yaitu sebanyak 15 orang siswa (38,46%) sedangkan

yang tidak tuntas 24 orang siswa (61,53%). Lalu hasil penelitian pada siklus II

menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dengan jumlah rata-rata nilai

sebesar 72,56 dengan tingkat keberhasilan yaitu sebanyak 33 orang siswa

(84,61%) yang berhasil dalam melaksanakan post tes siklus II dan 6 orang

lainnya (15,38%) belum berhasil.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode quantum

teaching dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi

ISBN: 978-602-50622-0-9 421

Page 437: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

jenis-jenis pesawat sederhana di kelas V SDN 132412 Tanjungbalai T.P

2011/2012.

DAFTAR RUJUKAN

A’la, Miftahul. 2010. Quantum Teaching. Yogyakarta: DIVA Press.

Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

DePorter, Bobbi. dkk. 2003. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.

Djamarah, S.B., dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Daryanto. 2010. Belajar Mengajar. Bandung: Yrama Widya.

Hermawan. 2007. Metode pembelajaran di kelas. Jakarta: Rineka Cipta.

Sardiman, A.M. 2009. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovative-Progresif. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Wina Senjaya. 2008. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada.

Zarkasi, M.F., 2009. Belajar cepat dengan diskusi. Surabaya: Indah Surabaya.

ISBN: 978-602-50622-0-9 422

Page 438: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU

Suriya Emanita Br. Karo73

Surel: [email protected].

ABSTRAK

Tujuan penelitian untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kepemimpinan

kepala sekolah dengan kinerja guru. Subjek dari penelitian ini adalah seluruh

guru di SMK Pencawan Medan sejumlah 75 orang. Penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan

kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SMK

pencawan Medan. Mengacu pada hipotesis yang diajukan maka dapat

disimpulkan bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK pencawan Medan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Kinerja

mengajar guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar

siswa SMK pencawan Medan. Prestasi belajar siswa SMK pencawan Medan

tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yaitu kepemimpinan

kepala sekolah dan kinerja mengajar guru, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh

faktor-faktor lainnya.

Kata Kunci: Kepemimpinan, Kepala Sekolah, Guru

PENDAHULUAN

Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh salah satu faktor yang sangat penting,

yaitu pendidikan (education). Bangsa yang kualitas pendidikannya sangat baik dapat

dipastikan kemajuan bangsa tersebut akan berjalan cepat begitu pula sebaliknya apabila

kualitas pendidikan suatu bangsa rendah maka kemajuan bangsa tersebut akan berjalan

lambat Di era globalisasi dan modernitas saat ini, peningkatan mutu pendidikan kiranya

menjadi masalah yang urgen.

Peningkatan mutu pendidikan diperlukan pengelolaan organisasi pendidikan agar

bergerak menuju satu arah. Pendidikan yang baik dan bermutu menjadi dasar

pengembangan dan kemajuan selanjutnya. Oleh karena itu, pengelola pendidikan harus

merespons berbagai kebijakan pemerintah dan keinginan masyarakat dalam kerangka

perbaikan mutu dan kreatifitas, inovasi yang tinggi, dan strategi manajemen yang baik

Universitas Negeri Medan

ISBN: 978-602-50622-0-9 423

Page 439: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dalam konteks sistem (optimalisasi semua unsur manajemen sekolah baik proses input

maupun output).

Dengan demikian, akan tercipta pendidikan yang lebih baik dan lebih maju untuk

bersaing ditingkat regional. Nasional, dan global. Dunia pendidikan saat ini juga

berkembang dengan sangat pesat dari waktu ke waktu. Pendidikan saat ini memang sudah

sangat jauh berbeda dengan pendidikan dimasa lalu. Perkembangan teknologi, ilmu

pnegetahuan sudah sangat pesat sehingga mempengaruhi dunia pendidikan saat ini.

Lembaga pendidikan mulai banyak bermunculan sehingga tidak bisa dielakkan akan

terjadi persaingan yang sangat ketat diantara lembaga-lembaga pendidikan itu.

Lembaga pendidikan mempunyai tanggung jawab sosial yang sangat besar

kepada bangsa ini bukan hanya sekedar untuk kepentingan bisnis semata. Banyak sekali

faktor yang mempengaruhi dunia pendidikan diantaranya adalah kepemimpinan seorang

kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh dan

menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi, memiliki

komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan tugasnya.

Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat mengupayakan peningkatan

kinerja guru melalui program pembinaan kemampuan tenaga kependidikan. Oleh karena

itu kepala sekolah harus mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta

keterampilan keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan. Dalam

perannya sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan

kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru selalu terjaga.

Kepala sekolah dituntut memiliki manajemen sumber daya manusia yang baik

untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakannya. Manajemen sumber daya

manusia sangat berpengaruh terhadap hasil kinerja karena dari keseluruhan sumber daya

yang tersedia dalam organisasi, baik organisasi publik maupun swasta, sumber daya

manusialah yang penting dan sangat menentukan.

Sekolah juga membutuhkan figur seorang pemimpin yang siap bekerja keras

untuk dapat memajukan sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan di lingkungan

sekolah yang dipimpinnya. Faktor lain yang mempengaruhi pendidikan adalah kinerja

guru yang berkualitas. Seorang guru dituntut untuk dapat memberikan kontribusi yang

sangat besar terhadap pendidikan dilingkungan sekolah terutama dalam hal belajar-

mengajar, karena keberhasilan siswa sangat ditentukan oleh kinerja guru yang

professional dalam menjalankan tugas, fungsi dan peranannya sebagai penddidik.

Kita tentunya ingin mempunyai guru yang berkualitas dengan kinerja yang bagus

dan bertanggung jawab. Kinerja guru akan optimal, bila diintegrasikan dengan komponen

sekolah, baik kepala sekolah maupun sarana prasarana kerja yang memadai.

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan tercipta apabila kepala sekolah memiliki

sifat, perilaku dan keterampilan yang baik untuk memimpin sebuah organisasi sekolah

dalam perannya sebagai pemimpin, kepala sekolah harus mampu mempengaruhi semua

orang yang terlibat dalam proses pendidikan terutama guru, dan akhirnya mencapai

tujuan dan kualitas sekolah. Dari latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk meneliti

sejauh mana pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru, maka

ISBN: 978-602-50622-0-9 424

Page 440: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

timbullah keinginan peneliti untuk memilih judul yang berkaitan dengan hal-hal tersebut

diatas, yaitu “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru”.

METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, metode penelitian memegang peranan yang sangat

penting. Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian maka metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Hal ini sejalan dengan pendapat Arikunto

(2006:207) yang mengatakan bahwa “penelitian eksperimen merupakan penelitian yang

dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari sesuatu yang dikenakkan pada

subjek selidik”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu

teknik penelitian yang menggunakan fakta yang jelas tentang proses atau gejala-gejala

yang ada pada suatu objek penelitian. Arikunto (2006:130) mengatakanbahwa “populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian”. Selain itu, Sudjana (2005:6) berpendapat

“populasi adalah semua nilai yang mungkin, hasil menghitung ataupun pengukuran

kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota

kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”. Berdasarkan

pendapat di atas maka, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru di SMK

pencawan Medan sebanyak 75 orang. Sampel penelitian sebanyak 75 guru.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pemimpin merupakan panutan dari anggota kelompok yang dipimpin. Selain

menjadi panutan, pemimpin memiliki tugas-tugas lain. Menurut Iyeng Wiraputra (1976:

“Titik berat beralih dari pemimpin sebagai seorang yang membuat rencana, berfikir,

dan mengambil tanggungjawab ”. Tugas pemimpin sangatlah berat, karena mulai dari

awal yakni cita-cita, tujuan, visi, adalah tugas dari pemimpin untuk merencanakannya.

Setelah tujuan tersebut ada, kemudian pemimpin mengarahkan anggotanya untuk

melaksanakan tugas dari setiap job desk masing-masing.

Seluruh kegiatan yang dilaksanakan merupakan tanggungjawab dari pemimpin.

Menjadi seorang pemimpin merupakan sebuah pengabdian yang sangat besar terhadap

sebuah organisasi. Dapat dikatakan demikian karena pemimpin memiliki peranan yang

banyak dalam sebuah organisasi. Adapun peran pemimpin menurut Iyeng Wiraputra

(1976: 10-12) adalah:

Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik. Apabila seorang pemimpin merasa bahwa dirinya sebagai seorang yang membutuhkan

kerjasama dengan orang lain, dengan memiliki fungsi khusus, dengan sikap yang

didasarkan atas penghargaan terhadap nilai integritas, akan berhasil untuk

menciptakan suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 425

Page 441: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisasikan diri. Pemimpin akan bertanggungjawab dan ikut serta dalam memberikan perangsang serta

bantuan kepada kelompok yang dipimpinnya dalam menetapkan dan menjelaskan

tujuan.

Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur- prosedur kerja.

Pemimpin membantu kelompoknya dalam menganalisa situasi dan kemudian

memutuskan dan menetapkan prosedur yang paling praktis dan efektif untuk

diterapkan.

Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok.

Pemimpin memiliki kebebasan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan saran,

ia hendaknya jangan membiasakan diri untuk mengambil keputusan bagi orang-orang

lain. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari

pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok

menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukannya dan kemudian berani menilai

hasilnya secara jujur dan obyektif agar kelompok tersebut mengetahui hasil kerjanya

secara nyata.

Pemimpin memiliki peran yang sangat besar terhadap organisasi yang

dipimpinnya. Melalui beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran

dari seorang pemimpin adalah dimulai dari membuat tujuan dan merencanakan visi dan

misi yang akan dicapai oleh sebuah organisasi. Setelah tujun, visi, dan misi, pemimpin

juga berperan dalam megarahkan anggotanya untuk melaksanakan tugas guna mencapai

tujuan dengan menggunakan prosedur kerja yang telah ditetapkan bersama.

Pemimpin juga berperan dalam pengambilan keputusan. Agar terjaga

keharmonisan dalam organisasi baik antara bawahan dengan pimpinan atau bawahan

dengan bawahan, maka kepala sekolah memiliki peran untuk menjaga agar terciptanya

iklim sosial yang baik. Hal yang paling utama dari peran seorang pemimpin adalah

bertanggung jawab atas organisasi yang dipimpinnya.

Dari hasil eksperimen yang dilakukanternyata pengaruh kepemimpinan kepala

sekolah terhadap kinerja guru menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan

signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SMK

pencawan Medan.

Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa terdapat signifikan kepemimpinan

kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di SMK pencawan Medan secara efektif.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap

kinerja guru Terdapat hubungan positif dan signifikan Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Kedisiplinan Kerja Guru di SMK pencawan Medan yang ditunjukkan dengan

nilai t hitung lebih besar dari t tabel (0,482>0,312) dan nilai signifikansi sebesar 0,002 <

0,05; Terdapat hubungan positif dan signifikan Motivasi Kerja Guru dengan Kedisiplinan

Kerja Guru di SMK pencawan Medan yang ditunjukkan dengan nilai t hitung lebih besar

dari t tabel (0,430>0,312).

ISBN: 978-602-50622-0-9 426

Page 442: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru maka dapat disimpulkan menunjukkan bahwa terdapat hubungan

positif dan signifikan kepemimpinan kepala sekolah dengan kedisiplinan kerja guru di

SMK pencawan Medan. Mengacu pada hipotesis yang diajukan maka dapat disimpulkan

bahwa Kepemimpinan Kepala Sekolah SMK pencawan Medan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi belajar siswa. Kinerja mengajar guru memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap prestasi belajar siswa SMK pencawan Medan. Prestasi belajar siswa

SMK pencawan Medan tidak hanya dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yaitu

kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja mengajar guru, tetapi juga dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru Terdapat hubungan positif dan signifikan Kepemimpinan Kepala

Sekolah dengan Kedisiplinan Kerja Guru di SMK pencawan Medan yang ditunjukkan

dengan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (0,482>0,312) dan nilai signifikansi sebesar

0,002 < 0,05;

Terdapat hubungan positif dan signifikan Motivasi Kerja Guru dengan Kedisiplinan Kerja

Guru di SMK pencawan Medan yang ditunjukkan dengan nilai t hitung lebih besar dari t

tabel (0,430>0,312).

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, S. 2006. ProsedurPenelitianSuatuPendekatanPraktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2007. ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2009. Dasar - dasarEvaluasiPendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Chaedar, Alwasilah. 2002. Pokoknya Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Dedi, Supriyadi. 2002. Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Pustaka Jaya.

Hamdani. 2011. StrategiBelajarMengajar. Bandung: Pustaka Setia.

Hariwijaya, M. 2011. Pedoman Penulisan Ilmiah Skripsi dan Tesis. Jakarta: Oryza.

Kartini, Kartono. 2003. Pemimpin dan Kepemimpinan, Apakah Pemimpi Abnormal Itu. Persada Jakarta: Raja Grafindo.

Karyadi. 1989. Kepemimpinan. Bandung: Karya Nusantara.

Suharsimi, Ari Kunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

ISBN: 978-602-50622-0-9 427

Page 443: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PERANAN GURU DALAM MEMBANGUN KARAKTER SISWA

Lala Jelita Ananda74

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari karakter yang ditunjukkan dari

generasinya. Generasi bangsa dalam hal ini adalah peserta didik yang saat

ini berada di bangku sekolah. Penanaman karakter yang berbudi luhur, adil,

bijaksana dan bertanggung jawab merupakan hal mutlak yang harus

dilakukan oleh seorang guru dalam sebuah pembelajaran. Sudah menjadi

kewajiban bahwa dalam setiap proses pembelajaran guru tidak hanya

mampu menyampaikan materi-materi ilmu pengetahuan, namun juga harus

dapat mengiringinya dengan menanamkan karakter-karakter yang baik bagi

peserta didik.

Kata Kunci: Peranan Guru, Karakter Siswa

PENDAHULUAN

Guru merupakan seorang idola bagi anak didik. Keberadaannya sebagai jantung

pendidikan tidak bisa dipungkiri. Baik atau buruknya pendidikan sangat tergantung pada

sosok guru. Segala upaya harus dilaksanakan demi membekali guru dalam mejalankan

fungsinya sebagai aktor penggerak sejarah perdaban manusia dengan melahirkan kader-

kader masa depan bangsa yang berkualitas paripurna, baik sisi akademik, afektif, dan

psikomotorik.

Menurut E. Mulyasa, fungsi guru itu bersifat multifungsi. Ia tidak hanya sebgai

pendidik, tapi juga sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, penasihat, pembaru, model,

dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja

rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, pengawet, dan kulminator.

Dalam konteks pendidikan karakter, peran guru sangat vital sebagai sosok yang sangat

diidolakan, serta menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi siswa-siswa mereka.

Sikap dan perilaku seorang guru sangat membekas dalam diri seorang siswa,

sehingga ucapan, karakter, dan kepribadian guru menjadi cermin siswa. Menurut Sri

Endang Setiawati, dalam konteks sistem pendidikan di sekolah, sekurang-kurangnya

pendidikan karakter harus memperhatikan beberapa hal. Pertama, pendidikan karakter

PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 428

Page 444: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

harus menempatkan kembali peran guru sebagai faktor yang sangat penting dalam

pengembangan kepribadian peserta didik. Kedua, pengembalian peran guru sebagai

pendidik perlu diikuti oleh sebuah sistem pembelajaran yang sungguh-sungguh

menempatkan sosok guru sebagai orang yang paling tahu tentang kondisi dan

perkembangan anak didiknya, khususnya yang berkaitan dengan masalah kepribadian

atau karakter siswa tersebut. Ketiga, sebagai bagian dari sistem pendidikan karakter, perlu

digalakkan kembali sebuah sistem evaluasi yang lebih menitikberatkan pada penilaian

aspek afektif, dimana karakter tersebut berada.

Setiap anak di dunia dilahirkan dalam keadaan yang bersih, tidak mengerti

apapun, akan tetapi dibekali oleh Allah SWT berupa akal, pikiran, hati dan organ tubuh.

Lama kelamaan, anak akan menapaki masa-masa pertumbuhan fisik dan mentalnya yang

akan menampilkan perilaku tertentu yang disebut karakter. Masa anak-anak merupakan

masa yang sangat menentukan bagi masa depannya sehingga pertumbuhan dan

perkembangan anak harus benar-benar diperhatikan. Karena pada masa ini adalah masa

keemasan yang biasa disebut dengan golden ages. Karakter yang dibawa anak bisa

dirubah dan dibentuk.

Orang tua mempunyai tugas dan peran sebagai pendidik yang pertama dan

terutama dalam mendidik dan membentuk karakter anak. Dengan segudang kesibukan

orang tua, kemudian tugasnya tersebut diserahkan kepada guru untuk mendidik anak-anak

mereka. Sehingga secara otomatis guru mengambil alih dan turut bertanggungjawab

terhadap perkembangan nalar dan jiwa anak.

Membangun karakter anak tidak hanya mutlak menjadi tanggungjawab seorang

guru saja, akan tetapi juga menjadi tanggungjawab keluarga dan lingkungan masyarakat.

Sebuah usaha bersama dengan masing-masing sektor memberikan kontribusi untuk

pengembangan totalitas kepribadian atau karakter individu. Oleh karena itu sebagai

pendidik, guru di lingkungan sekolah perlu memiliki kesadaran akan perannya secara

sederhana namun efektif membangun karakter yang berkesinambungan dengan melihat

betapa tantangan di masyarakat global begitu banyak yang dapat merusak kepribadian

anak.

PEMBAHASAN

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk

menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala

kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya.

Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan

bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika

guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan

tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak

terbendung lagi perkembangannya.

Sebagai penerima amanah, guru terikat secara moral untuk mendidik muridnya

hingga mencapai kedewasaan biologis-psikologis-spiritual sehingga guru bekerja benar

ISBN: 978-602-50622-0-9 429

Page 445: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dengan penuh tanggung jawab.Panggilan hidup sebagai guru dipenuhi untuk menjawab

suara Sang Pemanggil. Seorang (guru) yang secara natural menghayati panggilan jiwanya

akan sukses dalam melaksanakan tugas panggilannya.

Aktualisasi diri akan terlaksana melalui pekerjaan, karena bekerja (sebagai guru)

adalah pengerahan energi biologis, psikologis, spiritual yang selain membentuk karakter

dan kompetensi kita membuat sehat lahir batin sehingga dapat berkembang secara

maksimal.Menghayati guru sebagai ibadah membuat guru bekerja serius penuh kecintaan.

Karena hakikat ibadah adalah persembahan diri, penyerahan diri yang dilandasi kesadaran

mendalam dan serius bahwa kita berutang cinta kepada Dia yang kita puja. Sehingga kita

patut mengabdi dengan sepenuh cinta pula. Penghayatan bahwa guru adalah seni akan

mendatangkan suka cita dan kegembiraan hati dalam bekerja memicu gagasan cerdas

seorang guru untuk bekerja kreatif. Menghayati guru sebagai kehormatan akan membuat

guru bekerja sebaik-baiknya, mengedepankan mutu setinggi-tingginya dan menampilkan

prestasi sebagus-bagusnya.Melayani adalah pekerjaan yang mulia. Kerja yang

berorientasikan pada hal-hal yang mulia membuat hidup kita menjadi lebih bermakna.

Jadi sebagai guru, bekerjalah denga penuh jiwa melayani penuh kerendahan hati.

Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Peribahasa ini menggambarkan

pengaruh perilaku guru terhadap perilaku muridnya. Pendidikan di tingkat prasekolah dan

tingkat dasar, perilaku guru merupakan model bagi murid dalam berperilaku baik di

dalam maupun di luar kelas. Ucapan dan perintah guru sangat dipatuhi oleh murid-

muridnya. Bahkan sering terjadi bahwa ucapan dan perintah guru yang didengar anak di

sekolah lebih dipatuhi oleh anak daripada ucapan dan perintah orang tuanya. Perilaku

guru di masyarakat dijadikan ukuran keterlaksanaan budaya bagi anggota

masyarakatnya.Kelestarian budaya lokal masyarakat menjadi tanggung jawab anggota

masyarakatnya, dan guru menjadi barometernya.

Guru yang melaksanakan tugas di luar daerah kelahirannya, dituntut untuk

mengenal budaya masyarakat di mana ia melaksanakan tugasnya. Untuk dapat

melaksanakan dan melestarikan budaya masyarakat barunya, guru harus mengenalnya

dengan baik. Pembentukan karakter anak didik merupakan tugas bersama dari orang tua,

masyarakat, dan pemerintah. Ketiga pihak tersebut secara bersama-sama atau simultan

melaksanakan tugas membentuk karakter anak didik. Guru merupakan pihak dari

pemerintah yang bertugas membentuk karakter anak didik, terutama selama proses

pendidikan di sekolah. Kemudian orang tua sekaligus sebagai anggota masyarakat

memiliki waktu yang lebih banyak dalam membina karakter anaknya. Keberhasilan

pembentukan karakter anak didik di sekolah, apabila murid dan guru berasal dari budaya

lokal yang sama. Guru yang mengenal lebih dalam budaya lokal anak didiknya akan lebih

lancar dan lebih berhasil dalam pemebentukan karakter anak didiknya dibandingkan

dengan guru yang kurang mengenal atau kurang memahami budaya lokal anak didiknya.

Merupakan tugas dan tantangan besar bagi guru yang ditugaskan di masyarakat yang

budayanya berbeda dengan budaya guru yang bersangkutan.Ada beberapa peranan yang

seharusnya dilakukan oleh seorang Guru dalam menjalankan tugasnya, yaitu:

Sebagai informator. Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi

lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

ISBN: 978-602-50622-0-9 430

Page 446: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sebagai Organisator. Pendidik sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik,

silabus, workshop, jadwal pelajaran, dll. Sebagai Motivator. Peran pendidik sebagai motifator ini penting artinya dalam rangka

meningkatkan kegairahan dan pengembangan-pengembanagan kegiatan belajar siswa.

Sebagai Pengarah. Pendidik dalam hal ini harus membimbing dan mengarahkan

kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuna yang dicita-citakan. Sebagai Inisiator. Pendidik dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar Sebagai Transmitter. Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku

penyabar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan

Sebagai Fasilitator. Guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar

mengajar

Sebagai Mediator. Pendidik sebagai Mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam

kegiatan belajar siswa

Sebagai Evaluator. Evaluator yang dimaksud adalah evaluasi yang mencakup pola

evaluasi intrinsik. Untuk itu guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria

keberhasilan.

Peran-Peran Seoarang Guru Dalam Membangun Karakter Siswa

Guru sebagai sumber belajar Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran

sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan

guru yang baik manakala guru dapat menguasai materi pelajaran dengan baik,

sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya.

Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator, guru berperan dalam pemberian pelayanan untuk memudahkan

siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Oleh sebab itu, agar lebih bagus

pertanyaan tersebut diarahkan pada siswa. Misalnya apa yang harus dilakukan agar

siswa mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai optimal.

Pertanyaan tersebut mengandung makna bahwa tujuan mengajar adalah

mempermudah siswa belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dalam proses

pembelajaran.

Guru sebagai pengelola Sebagai pengelola pembelajaran, guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang

memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Menurut Ivor K.Devais, salah satu

kecenderungan yang selalu terlupa adalah melupakan bahwa hakikat pembelajaran

adalah belajarnya siswa dan bukan mengajarnya guru.

Guru sebagai Demonstrator

Yang dimaksud dengan peran

mempertunjukan kepada siswa

mengerti dan memahami setiap

sebagai demonstrator

guru sebagai demonstrator adalah peran untuk

segala seseuatu yang dapat membuat siswa lebih

pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru

Guru harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji

ISBN: 978-602-50622-0-9 431

Page 447: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Guru harus dapat menunjukan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa

lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa Guru sebagai Pembimbing

Siswa adalah individu yang unik keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap

perbedaan artinya, tidak ada dua individu yang sama. Perbedaan itulah yang menuntut

guru harus berperan sebagai pembimbing,. Membimbing siswa utuk menemukan

potensi mereka sebagai bekal, membimbing siswa agar dapat mencapai dan

melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia

dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap

orang tua dan masyarakat.

Guru sebagai Motivator Motivasi sangat erat hubungannya dengan kebutuhan, sebab memang motivasi muncul

karena kebutuhan. Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai

motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru menemukan motivator belajar siswa.

Untuk memproleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan

motivasi belajar siswa.

Guru Sebagai Evaluator

Guru berperan untuk mengumpulkan data tentang keberhasilan pembelajaran yang

telah dilakukan. Fungsinya

Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum Menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan yang di programkan.

Upaya Yang Dilakukan Guru Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik

Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan dengan

tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan

serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh

terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat.Peran

guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka dapat

menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik baik guru,

orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan norma-norma yang dianut

oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai dasar negara dan bangsa Indonesia

adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik harus selalu diresapi oleh nilai-nilai

Pancasila.

Peranan guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru

diharapkan dapat berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang

dilakukan. Ia dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya,

membuat rencana mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen

yang berharga bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.Pendidikan formal

adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak

usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.Pada umumnya

lembaga formal adalah tempat yang paling memungkinkan seseorang meningkatkan

ISBN: 978-602-50622-0-9 432

Page 448: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

pengetahuan, dan paling mudah untuk membina generasi muda yang dilaksanakan oleh

pemerintah dan masyarakat.

Oleh karena itu apa sebetulnya sekolah itu? Sekolah adalah lembaga dengan

organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya direncanakan dengan sengaja yang

disebut kurikulum.Tujuan lembaga pendidikan formal adalah sebagai tempat ilmu

pengetahuan,tempat mengembangkan bangsa,tempat untuk menguatkan masyarakat

bahwa pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat.Peran guru di sekolah

ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa,sebagai pengajar dan pendidik dan

sebagai pegawai.Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik

yakni sebagai guru.Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan sikap

yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat.

Sebaliknya harapan – harapan masyarakat tentang sikap guru menjadi pedoman

bagi guru.Guru-guru memperhatikan tuntutan masyarakat tentang sikap yang layak bagi

guru dan menjadikannya sebagai norma sikap dalam dalam segala situasi sosial.Dalam

situasi formal guru mendidik dan mengajar anak dalam kelas guru harus sanggup

menunjukkan kewibawaan atau otoritasnya,artinya ia harus mampu

mengendalikan,mengatur, dan mengontrol sikap anak.Dengan kewibawaan ia

menegakkan disiplin demi kelancaran dan ketertiban proses belajar-mengajar

Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya

sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama

adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih

baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan

sehari-hari.Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para

anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati

kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa

“watak” dengan “watuk” (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila “watak” bisa terjadi

karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah,

namun apabila “watak” = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau

laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah

tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan

manusia.Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang

harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan

sekolah, masyarakat luas.

Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan

mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan rumah tangga,

sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk

dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok

danselamanya.Maka dari itu guru memiliki peranan yang penting dalam membangun

karakter bangsa.Peran guru sebagai pendidik merupakan peran-peran yang berkaitan

dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan , tugas-tugas pengawasan dan

pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu

ISBN: 978-602-50622-0-9 433

Page 449: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan

masyarakat.

Tujuan lembaga pendidikan formal adalah sebagai tempat ilmu pengetahu-

an,tempat mengembangkan bangsa,tempat untuk menguatkan masyarakat bahwa

pendidikan itu penting guna bekal kehidupan di masyarakat. Di samping itu tidak kalah

pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat

mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas

sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk

pembentukan karakter

Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan,

bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat

dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan

bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok danselamanya.Maka dari itu guru

memiliki peranan yang penting dalam membangun karakter bangsa.

SIMPULAN

Guru adalah profesi yang mempersiapkan sumber daya manusia untuk

menyongsong pembangunan bangsa dalam mengisi kemerdekaan. Guru dengan segala

kemampuannya dan daya upayanya mempersiapkan pembelajaran bagi peserta didiknya.

Sehingga tidak salah jika kita menempatkan guru sebagai salah satu kunci pembangunan

bangsa menjadi bangsa yang maju dimasa yang akan datang. Dapat dibayangkan jika

guru tidak menempatkan fungsi sebagaimana mestinya, bangsa dan negara ini akan

tertinggal dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian waktu tidak

terbendung lagi perkembangannya. Sebagai penerima amanah, guru terikat secara moral

untuk mendidik muridnya hingga mencapai kedewasaan biologis-psikologis-spiritual

sehingga guru bekerja benar dengan penuh tanggung jawab.

Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan,

bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat

dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan

bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok danselamanya.Maka dari itu guru

memiliki peranan yang penting dalam membangun karakter bangsa.

DAFTAR RUJUKAN

Muchlas Samani dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya Offset.

Zubaedi. 2011.Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

ISBN: 978-602-50622-0-9 434

Page 450: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

DALAM PERKULIAHAN PENDIDIKAN IPA SD

Nurhairani75

Surel: [email protected]

ABSTRAK

Penerapan Model Problem Based Learning merupakan salah satu

upaya yang dapat digunakan untuk memperkaya model pembelajaran

agar dapat meningkatkan efektivitas pembalajaran pada mata kuliah

Pendidikan IPA SD. Pemilihan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai

model pembelajaran pada mata kuliah Pendidikan IPA SD didasarkan

pada cakupan-cakupan kompetensi pada mata kuliah seperti,

mahasiswa memiliki kemampuan dalam merancang dan melaksanakan

proses pembelajaran IPA di SD yang aktif, inovatif, efektif, dan

bermakna bagi mahasiswa. Sehingga tujuan akhir dari pembelajaran

mahasiswa mampu menghasilkan desain pembelajaran IPA SD yang

inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum IPA SD. Selain itu,

pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada

mahasiswa berkerja secara aktif dan mahasiwa membangun

pengetahuan baru berdasarkan pengalaman dari kegiatan merancang,

memecahkan masalah, membuat keputusan dan kegiatan investigasi.

Kata Kunci: Pembelajaran Berbasis Proyek, Pendidikan IPA SD

PENDAHULUAN

Pendidikan IPA SD merupakan mata kuliah wajib yang diambil oleh mahasiswa di

Prodi PGSD. Dengan mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan akan memiliki

kemampuan dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran IPA di SD yang

aktif, inovatif, efektif, dan bermakna bagi mahasiswa. Untuk memiliki konsep dan

kerangka berfikir yang tepat, maka ada beberapa kompetensi yang harus dimiliki

mahasiswa setelah mengikuti perkuliahan ini. Pertama adalah penguasaan prinsip-prinsip

dasar pembelajaran IPA yang mendidik. Kedua adalah penguasaan materi pelajaran IPA

dalam kurikulum SD dan mampu merancang pembelajaran yang mendidik serta mampu

mengembangkan pembelajaran IPA secara kreatif dan inovatif. Ketiga adalah penguasaan

metodologi dasar keilmuan IPA itu sendiri yang akan mendukung pembelajaran IPA SD.

Sesuai dengan kurikulum Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang

telah diterapkan di Universitas Negeri Medan, upaya pembaharuan pembelajaran harus

terus dilakukan agar mengarah kepada proses capaian pembelajaran yang menekankan

pada pembelajaran berpusat pada mahasiswa yang pada akhirnya akan bermuara pada

munculnya keaktifan mahasiswa sehingga mengembangkan kemampuan berfikir kritis

mahasiswa.

PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 435

Page 451: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Sebagai intstusi LPTK yang akan melahirkan calon-calon guru, sudah selayaknya

seorang dosen harus selalu melakukan berbagai inovasi dalam setiap proses pembelajaran

sehingga para mahasiswa yang kelak akan menjadi guru akan dapat mengambil inspirasi

yang telah didapatkan dibangku perkuliahan kemudian diaplikasikan dalam proses

pembelajaran di sekolah.

Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan salah satu upaya yang

digunakan untuk memperkaya pembelajaran yang sudah dilakukan agar dapat

meningkatkan kompetensi mahasiswa pada matakuliah Pendidikan IPA SD. Dosen

berperan sebagai fasilitator bagi mahasiswa untuk memperoleh jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang muncul. Pada kelas Project Based Learning, mahasiswa akan dibisiakan

bekerja secara kolaboratif, penilaian dilakukan secara autentik, dan akhirnya sumber

belajar bisa sangat berkembang. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan pembelajaran

yang berpusat mahasiswa, mengutamatakan proses, memberikan kebebasan kepada

mahasiswa untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara

kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan

kepada orang lain. Pemilihan Pembelajaran Berbasis Proyek sebagai model pembelajaran

pada mata kuliah Pendidikan IPA SD didasarkan pada cakupan-cakupan kompetensi yang

pada mata kuliah tersebut di antaranya mahasiswa memiliki kemampuan dalam

merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, efektif, dan

bermakna bagi mahasiswa. Sehingga akhir dari pembelajaran ini mahasiswa mampu

menghasilkan desain pembelajaran IPA yang inovatif sesuai dengan tuntutan kurikulum

IPA SD.

Secara umum gagasan ini bertujuan untuk menghasilkan desain teknik pengelolaan

pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis proyek pada mata kuliah Pendidikan

IPA di SD yang terdiri dari dua hal;

Meningkatkan hasil belajar mahasiswa melalui pembelajaran berbasis proyek

pada mata kulaiah Pendidikan IPA SD.

Meningkatkan motivasi dan kemampuan dosen untuk melakukan evaluasi

proses dan hasil pembelajaran secara berkelanjutan dalam upaya memperbaiki

dan mengembangkan pembelajaran di Prodi PGSD.

PEMBAHASAN Mata kuliah pendidikan IPA di SD merupakan satu mata kuliah yang

terdapat di jurusan Pendidikan Dosen Sekolah Dasar (PGSD) FIP Unimed. Mata

kuliah pendukung mata kuliah ini adalah konsep dasar IPA SD, dan

pengembangan media dan bahan ajar IPA di SD. Tujuan mata kuliah pendidikan

IPA di SD adalah membangun kompetensi mahasiswa untuk mampu merancang

dan melaksanakan proses pembelajaran IPA di SD yang aktif, inovatif, efektif,

menyenangkan, dan yang sesuai dengan karakteristik mahasiswa. Secara khusus

ada beberapa kompetensi yang harus dicapai. Pertama adalah penguasaan prinsip-

prinsip dasar pembelajaran IPA yang mendidik. Kedua adalah penguasaan materi

pelajaran IPA dalam kurikulum SD dan mampu merancang pembelajaran yang

ISBN: 978-602-50622-0-9 436

Page 452: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

mendidik serta mampu mengembangkan pembelajaran IPA secara kreatif dan

inovatif. Ketiga adalah penguasaan metodologi dasar keilmuan IPA itu sendiri

yang akan mendukung pembelajaran IPA SD. Tentu saja, jika kompetensi tersebut

terealisasi dala proses pembelajaran, maka mahasiswa mampu melaksanakan

pembelajaran yang mendidik dan menilai proses dan hasil dari pembelajaran IPA

di SD.17

Seperti yang dikatakan oleh Alawiyah dan Sopandi dalam risetnya (2016)

bahwa aktivitas peserta didik pada pembelajaran berbasis proyek sangat

menjadikan peserta didik penuh dengan kegiatan praktik (hands on).

Pembelajaran dengan cara hands-on dapat memberikan kesempatan yang seluas-

luasnya kepada peserta didik untuk terlibat aktif, sehingga lebih banyak

kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan konsep diri (self-concept)

sikap ilmia, percaya diri dan sifat mandiri. Siswa tertantang untuk belajar

memecahkan masalah, objektif dan teliti dalam mengevaluasi.

Senada dengan Alawiyah, Patmanthara mengatakan (2016 : Vol ; 26),

bahwa penerapan model pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan

aktivitas belajar mahasiswa, dan hasil belajar mahasiswa pada aspek sikap,

pengetahuan dan keterampilan. Mahasiswa terlibat aktif kerja proyek dan mampu

mengimplementasikan hasil belajar yang didapat selama proses pembelajaran dari

sebuah produk yang dihasilkan selama proses pembelajaran.

Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Model pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memberikan

kebebasan kepada mahasiswa untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan

proyek secara kolaboratif, yang pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain. Menurut Izzati (2014: Vol: 3: No: 1) pembelajaran

berbasis proyek merupakan pembelajaran yang berpusat pada proses, relative berjangka

waktu, berfokus pada masalah, unit pembelajaran bermakna dengan memadukan konsep-

konsep dari sejumlah komponen baik itu pengetahuan, disiplin ilmu atau lapangan. Pada

pembelajaran berbasis proyek kegiatan pembelajarannya berlangsung secara kolaboratif

dalam kelompok yang heterogen. Mengingat hakikat kerja proyek adalah kolaboratif,

maka pengembangan keterampilan belajar berlangsung diantara mahasiswa. Pada

pembelajaran berbasis proyek kekuatan individu dan cara belajar yang dipacu dapat

memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan. Proyek mendorong mahasiswa

mendapatkan pengalaman belajar yang lebih dari sekedar mengetahui tapi sudah sampai

pada tahap menciptakan. Melalui pembelajaran berbasis proyek mahasiswa akan

mengalami dan belajar konsep-konsep. Pembelajaran berbasis proyek memfokuskan pada

pertanyaan atau masalah yang mendorong menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip.

Proyek juga melibatkan mahasiswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat

berupa desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah,

penemuan atau proses pembangunan model.

Hal yang sama juga dikatakan Widiyantini (dalam Munawarah 2014: Vol: I: No: 1), bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang memberikan

ISBN: 978-602-50622-0-9 437

Page 453: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kesempatan kepada dosen untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan

kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan

permasalahan (problem) sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan

mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas

secara nyata dan menuntut mahasiswa untuk melakukan kegiatan merancang,

memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta

memberikan kesempatan mahasiswa untuk bekerja secara mandiri maupun kelompok.

Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk yang antara lain berupa laporan

tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.

Di lain fihak, Joel L Klein et.al (dalam Widiyantini; 2014) menjelaskan bahwa

Project-based learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi

pembelajaran yang memberdayakan mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan dan

pemahaman baru berdasar pengalamanya melalui prestasi. Adapun karakteristik

pembelajaran berbasis proyek adalah mahasiswa menyelidiki ide-ide penting dan

bertanya, mahasiswa menemukan pemahaman dalam proses menyelidiki, sesuai dengan

kebutuhan dan minatnya, menghasilkan produk dan berfikir kreatif, kritis, dan terampil

menyelidiki, menyimpulkan materi, serta menghubungkan dengan masalah dunia nyata,

otentik dan isu-isu.

Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran berbasis proyek sebenarnya

merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada dosen untuk

mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat

tugas-tugas yang kompleks berdasarkan permasalahan (problem) sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan

pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata dan menuntut mahasiswa untuk

melakukan kegiatan merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan

kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan peserta didik untuk bekerja secara

mandiri maupun kelompok. Hasil akhir dari kerja proyek tersebut adalah suatu produk

yang antara lain berupa laporan tertulis atau lisan, presentasi atau rekomendasi.

The George Lucas Educational Foundation mengatakan bahwa ada beberapa

langkah penting dalam Project Based Leraning sebagaimana yang dikembangkan dalam

modul USAID (2016: 14) yakni; Pertama, Start With the Essential Question.

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi

penugasan mahasiswa dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai

dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Dosen

berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk para mahasiswa. Kedua, Design a Plan

for the Project. Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara dosen dan mahasiswa.

Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut.

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung

dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek

yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu

penyelesaian proyek. Ketiga, Create a Schedule. Dosen dan mahasiswa secara kolaboratif

menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara

lain: (1) membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline

penyelesaian proyek, (3) membawa mahasiswa agar merencanakan cara yang baru, (4)

ISBN: 978-602-50622-0-9 438

Page 454: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

membimbing mahasiswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan

proyek, dan (5) meminta mahasiswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang

pemilihan suatu cara. Keempat, Monitor the Students and the Progress of the Project.

Dosen bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas mahasiswa selama

menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi mahasiswa pada

setiap proses. Dengan kata lain dosen berperan menjadi mentor bagi aktivitas mahasiswa.

Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam

keseluruhan aktivitas yang penting. Kelima, Assess the Outcome. Penilaian dilakukan

untuk membantu dosen dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam

mengevaluasi kemajuan masing-masing mahasiswa, memberi umpan balik tentang

tingkat pemahaman yang sudah dicapai mahasiswa, membantu dosen dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya. Keenam, Evaluate the Experience. Pada akhir proses

pembelajaran, dosen dan mahasiswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil

proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun

kelompok. Pada tahap ini pesertadidik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan

pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Dosen dan mahasiswa mengembangkan

diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada

akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan

yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

Jika dilihat secara keseluruhan, maka model Pembelajaran Berbasis Proyek ini

memiliki beberapa keunggulan jika diterapkan dalam pembelajaran yaitu; 1)

meningkatkan motivasi belajar mahasiswa untuk belajar; 2) meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah; 3) membuat mahasiswa menjadi lebih aktif dan berhasil

memecahkan masalah yang kompleks; 4) meningkatkan kolaborasi; 5) mendorong

mahasiswa untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi; 6)

meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam mengelola sumber; 7) memberikan

pengalaman kepada mahasiswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek,

dan membuat alokasi waktu (mengatur atau memanajemen) dan sumber-sumber lain

seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas; 8) menyediakan pengalaman belajar

yang melibatkan mahasiswa secara kompleks dan dirancang untuk berkembang sesuai

kebutuhan dimasyarakat; 9) melibatkan para mahasiswa untuk belajar mengambil

informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan

dalam masyarakat; 10) membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga

mahasiswa maupun pendidik menikmati proses pembelajaran. (Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan: 2013).

SIMPULAN

Akhir tujuan mata kuliah pendidikan IPA adalah menuntut keterampilan dari

mahasiswa untuk memahami bagaimana konsep-konsep keilmuan IPA yang akan menjadi

bekal bagi mahasiswa sebagai calon guru di sekolah dasar. Tak mudah untuk mendisain

pembelajaran IPA yang dapat merangsang pembelajaran yang begitu menyenangkan

sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri dan karakteristik siswa di tingkat sekolah dasar.

Oleh sebab itu, pembelajaran berbasis proyek menjadi salah satu alternatif model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam mata kuliah pendidikan IPA. Pembelajaran

berbasis proyek akan menghasilkan pembelajaran yang dapat memberikan kebebasan

ISBN: 978-602-50622-0-9 439

Page 455: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

kepada mahasiswa untuk menentukan ruang aktivitifitas belajar sesuai dengan

permasalahan-permasalahan dalam konsep IPA. Dari kebebasan inilah mahasiswa

memiliki kemampuan untuk mendisain pembelajaran IPA sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik yang tercantum dalam kurikulum pendidikan nasional.

DAFTAR RUJUKAN Alawiyah., I. Dan Sopandi., S. 2016. “Pembelajaran Berbasis Proyek untuk

Meningkatkan Sikap Ilmiah Siwa Sekolah Dasar pada Materi Peristiwa Alam”.

Dalam Proseding Seminar Nasional Pendidikan Inovasi Pembelajaran Berbasis

Karakter dalam Menghadapi Masyrakat Ekonomi ASEAN.

Izzati, N. 2014. “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap

Kemampuan Berpikir Kreatif Mahasiswa”. Dalam Jurnal EduMa. Vol. 3. N0. 1.

Edisi Juli.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Pelatihan Dosen Implementasi

Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.

Munawarah, F. 2014. “Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Mata Kuliah Instrumentasi

Laboratorium untuk Meningkatkan Kreativitas dalam Pembuatan Alat Peraga

yang Inovatif”. Dalam Jurnal Pena Sains. Vol. 1. No. 1. Edisi April.

Patmanthara, S. 2016. “Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Proyek untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa”. Dalam Jurnal TEKNO. Vol Edisi September.

USAID PRIORITAS. 2015. Buku Sumber untuk Dosen LPTK-Pembelajaran IPA SD di

LPTK. Word Education.

Widyantini. 2014. Laporan Penelitian Pengembangan Model Pembelajaran Project

Based Learning dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPTK.

ISBN: 978-602-50622-0-9 440

Page 456: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

PENGEMBANGAN DESAIN PEMBELAJARAN MEMBACA BERBASIS DRTA

SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN GENERASI LITERAT ABAD 21 DI KELAS

VI SEKOLAH DASAR

Faisal76

Surel: [email protected]

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan desain pembelajaran membaca

berupa silabus dan RPP berbasis strategi DRTA (Direct Reading Thinking

Activity) sebagai upaya membangun generasi literat di kelas VI Sekolah Dasar

(SD). Telah diketahui bersama bahwa kajian literasi merupakan salah satu bagian

dari kebijakan implementasi kurikulum 2013 sesuai tuntutan abad 21 di SD.

Kebijakan ini mengisyaratkan bahwa proses pembelajaran yang diterapkan

selama ini belum mampu mengadopsi proses pembelajaran literasi secara optimal.

Terdapat tiga syarat utama yang diperhatikan dalam penelitian pengembangan yang dilakukan, antara lain: validitas, praktikalitas, dan efektivitas desain

pembelajaran yang dikembangkan. Model pengembangan yang digunakan adalah

model 4-D, yaitu: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan

(development), dan penyebaran (disseminate). Hasil penelitian menunjukkan

bahwa desain pembelajaran membaca yang dikembangkan dinyatakan valid,

praktis, dan efektif digunakan dalam proses pembelajaran membaca di kelas VI

SD. Dengan demikian, penggunaan desain pembelajaran berbasis DRTA dalam

pembelajaran membaca layak untuk dipertimbangkan sebagai upaya membangun

generasi literat sesuai tuntutan abad 21 di kelas VI SD.

Kata Kunci: desain pembelajaran, membaca, strategi DRTA, generasi literat, abad 21, SD

PENDAHULUAN

Pembelajaran bahasa Indonesia di SD memuat empat keterampilan

berbahasa, yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Dua

keterampilan pertama merupakan keterampilan berbahasa yang tercakup dalam

kemampuan orasi (oracy), sedangkan dua keterampilan kedua merupakan

keterampilan yang tercakup dalam kemampuan literasi (literacy). Kemampuan

orasi merupakan kemampuan yang berkaitan dengan bahasa lisan, sedangkan

kemampuan literasi berkaitan dengan bahasa tulis. Di antara keempat

keterampilan yang diungkapkan, salah satu yang menjadi sorotan utama adalah

keterampilan membaca. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Somadayo

(2011:1) bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang

sangat penting di samping tiga keterampilan berbahasa lainnya.

Membaca merupakan sarana untuk mempelajari suatu hal sehingga dapat

memperluas pengetahuan dan menggali pesan-pesan tertulis dalam bahan bacaan.

Pandangan lain juga dijelaskan oleh Klingner, dkk (2007:2) bahwa, “Reading is

the process of constructing meaning by coordinating a number of complex

processe that include word reading, word and word knowledge, and fluence.”

PGSD FIP UNIMED

ISBN: 978-602-50622-0-9 441

Page 457: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Artinya, membaca adalah proses membangun makna dan konsep dengan

mengkoordinasikan sejumlah proses kompleks yang meliputi membaca kata, kata

dan pengetahuan kata, dan kemampuan menghasilkan gagasan. Dalam konsep

kajian literasi, pembelajaran membaca merupakan kemampuan bergaul dengan

wacana tulisan sebagai representasi pengalaman, pikiran, perasaan, dan gagasan

secara tepat sesuai tujuan.

Hubungannya dengan generasi literat, UNESCO memberikan gambaran

bahwa seseorang yang dikatakan literat apabila ia memiliki pengetahuan yang

hakiki untuk digunakan dalam setiap aktivitas yang menuntut fungsi literasi secara

efektif dalam masyarakat. Selanjutnya, pengetahuan yang dicapainya dengan

membaca, memungkinkan untuk dimanfaatkan bagi dirinya sendiri dan

perkembangan masyarakat. Lebih lanjut, Stone (2009:20) menjelaskan bahwa

untuk menjadi generasi literat yang sesungguhnya, seseorang harus memiliki

kemampuan menggunakan berbagai tipe teks secara tepat dan kemampuan

memberdayakan pikiran, perasaan, dan tindakan dalam konteks aktivitas sosial

dengan maksud tertentu.

Menyikapi pernyataan-pernyataan di atas, proses pembelajaran membaca

hendaknya memperhatikan tahapan yang tepat dalam pelaksanaannya. Hal ini

dilakukan karena isi setiap materi pelajaran dapat digali dan dimengerti dengan

baik melalui kegiatan membaca yang baik dan benar. Salah satu upaya

menciptakan kegiatan membaca yang baik dan benar dapat dicapai melalui desain

pembelajaran membaca yang terstruktur dengan baik dan berorientasi pada

strategi pembelajaran yang sesuai. Desain pembelajaran yang dikembangkan

dengan strategi yang sesuai akan menumbuhkan usaha kreatif penemuan sendiri

isi bacaan oleh siswa. Proses penemuan itu, selain mengenal jenis teks yang akan

dibaca juga dapat dilakukan dengan melakukan prediksi dan meringkas isi bacaan

secara tepat. Kegiatan yang diungkapkan tentunya akan memberikan pengalaman

belajar yang berarti bagi siswa dalam membaca. Pengalaman itu akan terlihat

ketika siswa mampu memahami isi bacaan dan menyerap informasi dari bahan

yang dibacanya secara utuh dan menyeluruh. Seperti yang telah diungkapkan

sebelumnya, kemampuan yang demikianlah yang dinyatakan sebagai indikator

generasi literat di SD. Oleh sebab itu, kesiapan desain pembelajaran merupakan

salah satu faktor penentu berhasil tidaknya proses pembelajaran membaca di SD.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara penulis dengan guru kelas VI di

beberapa SD Negeri Kec. Medan Selayang Kota Medan, desain pembelajaran

membaca belum dikembangkan secara optimal. Desain pembelajaran yang

dikembangkan kurang mengarahkan siswa pada tahapan pembelajaran membaca

yang benar, yaitu tahap prabaca, saat baca, dan pascabaca. Oleh sebab itu, desain

pembelajaran yang digunakan belum dapat menggambarkan suatu proses

pembelajaran membaca yang efektif dalam upaya membangun generasi literat di

SD. Proses pembelajaran membaca yang belum efektif itu terlihat pada kurang

diarahkannya siswa melakukan prediksi terhadap judul bacaan yang akan dibaca.

ISBN: 978-602-50622-0-9 442

Page 458: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Telah diketahui bahwa melakukan prediksi terhadap judul bacaan merupakan

langkah awal yang dapat menentukan pemahaman siswa terhadap isi bacaan yang

akan dibaca. Kemudian, bimbingan dalam meringkas isi bahan bacaan juga

kurang dilakukan secara maksimal sehingga ringkasan yang dihasilkan belum

mencakup semua isi bahan bacaan.

Permasalahan yang dikemukakan berujung pada keterampilan membaca

yang masih rendah dari siswa. Hal ini terlihat dari rendahnya partisipasi dan

kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Siswa terlihat kurang antusias

dalam memahami isi bacaan sehingga kurang mampu menjawab pertanyaan yang

berhubungan dengan bacaan. Padahal, pertanyaan yang diajukan hanya berkisar

seputar isi bacaan dan disajikan dalam bentuk yang sederhana. Selanjutnya, siswa

juga kurang mampu menemukan pikiran pokok bacaan. Hal ini berujung pada

sulitnya siswa membuat ringkasan isi bacaan. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa proses pembelajaran membaca belum terlaksana secara efektif dan belum

mencapai hasil yang maksimal sehingga belum mampu membangun generasi

literat seperti yang telah dikemukakan sebelumnya.

Mengatasi permasalahan yang dikemukakan di atas, guru hendaknya

mampu mengembangkan desain pembelajaran membaca secara efektif dan kreatif.

Tidak hanya itu, agar lebih terarah dalam penggunaannya, desain pembelajaran

yang dikembangkan hendaknya menggunakan strategi yang sesuai dengan

keterampilan membaca. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam

pembelajaran membaca efektif adalah strategi Directed Reading Thinking Activity

(DRTA). Menurut Staufer (dalam Rahim, 2007:47), strategi DRTA adalah strategi

yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan teks bacaan karena siswa

memprediksi isi bacaan dan membuktikannya ketika siswa membaca. Hal ini

menunjukkan bahwa strategi DRTA mengarahkan peran aktif siswa menemukan

sendiri isi bacaan yang dibaca. Selain itu, strategi ini dapat melatih siswa

berkonsentrasi dan berpikir dalam memahami isi bacaan secara serius.

Strategi DRTA, memiliki tahapan yang terstruktur dan sistematis dalam

penerapannya. Menurut Tomkins dan Hoskisson (1991:285) tahap-tahap strategi

DRTA ada 3, yaitu: (1) Predicting: after showing students the cover of the book

and reading the title the teacher begins by asking students to make a prediction

about the story using question, (2) reasoning and predicting from succeeding

pages: after setting their purpose for reading the students or teacher read part of

the story and students begin to confirm or reject their prediction, and (3) proving:

students give reasons to support predictions by writing answers to questions.

Penerapan strategi DRTA dalam pembelajaran membaca akan dapat

membantu siswa memahami isi bacaan secara utuh melalui prediksi dan

pembuktian prediksi yang dilakukan. Setelah membuktikan prediksi, siswa dapat

mengambil simpulan dengan menerima atau menolak prediksi. Hal ini sesuai

dengan yang diutarakan oleh Resmini dan Dadan Juanda (2007:94) bahwa strategi

DRTA dapat melibatkan siswa secara intelektual serta mendorong mereka

ISBN: 978-602-50622-0-9 443

Page 459: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

merumuskan pertanyaan atau hipotesis, memproses, dan kemudian mengevaluasi

solusi sementara. Hal ini menggambarkan bahwa strategi DRTA merupakan salah

satu strategi membaca yang memfokuskan keterlibatan siswa dengan bahan

bacaan secara menyeluruh.

Melihat paparan di atas, perlu dilakukan suatu penelitian pengembangan

berupa pengembangan desain pembelajaran dalam bentuk silabus dan RPP

berbasis strategi DRTA guna untuk mengefektifkan proses pembelajaran

membaca di kelas. Cara yang dapat dilakukan adalah mengombinasikan tahapan

yang terdapat pada strategi DRTA dengan tahapan dalam pembelajaran membaca

dalam silabus dan RPP yang dikembangkan. Dengan demikian, akan diperoleh

gambaran desain pembelajaran membaca yang berbasis strategi DRTA.

Istilah penelitian pengembangan merupakan penyederhanaan dari istilah

penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut

Setyosari (2010:194), dikatakan sebagai penelitian pengembangan karena

penelitian ini sering dianggap sebagai pengembangan berbasis penelitian atau

“Research Based Development” sehingga biasa disingkat menjadi penelitian

pengembangan. Lebih lanjut, Trianto (2011:243) menjelaskan bahwa penelitian

pengembangan adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan

produk atau menyempurnakan produk tertentu. Dalam pengembangan yang

dilakukan, produk yang dihasilkan perlu diuji untuk melihat keefektifan

penggunaannya. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Sugiyono (2011:407)

bahwa konsep penelitian pengembangan merupakan suatu metode penelitian yang

digunakan untuk menghasilkan produk tertentu serta menguji keefektifan produk

yang dihasilkan.

Berdasarkan paparan di atas, terdapat tiga syarat utama yang harus

diperhatikan dalam penelitian pengembangan, yaitu: validitas, praktikalitas, dan

efektivitas produk yang dihasilkan. Berhubungan dengan validitas, Otto

(2010:348) menjelaskan bahwa, “Validity refers to the notion that the best

actually measures what it is intended to measure. This means that the best items

or tasks are carefully selected to represent key developmental milestones and

behaviors.” Terkait dengan praktikalitas, Akker, dkk (1999:10) menjelaskan

bahwa “Practically refers to the extent that user (or other expert) consider the

intervention as appealing and usable in ‘normal’ conditions.”. Sehubungan

dengan efektivitas, Akker, dkk (1999:10) memberikan penjelasan bahwa,

“Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the

intervention are consistent with the intended aims. Berdasarkan tiga syarat utama

penelitian pengembangan di atas, rumusan masalah yang dapat dikembangkan

dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah validitas, praktikalitas, dan

efektivitas desain pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA sebagai upaya

membangun generasi literat abad 21 di kelas VI SD?”

ISBN: 978-602-50622-0-9 444

Page 460: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau sering disebut

dengan R & D (Research and Development). Penelitian pengembangan dirancang

secara terstruktur dan sistematik untuk mengembangkan desain pembelajaran

melalui tahapan dan evaluasi tertentu untuk menguji tingkat validitas,

praktikalitas, dan efektivitas dalam penggunaannya. Model pengembangan yang

digunakan adalah model pengembangan 4-D (four D models). Dalam hal ini,

Sugiyono (2011:404) menjelaskan bahwa terdapat 4 tahap dalam model 4-D

antara lain: pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan

(development), dan penyebaran (disseminate). Hal-hal yang berkaitan dengan

tahapan yang dijelaskan dapat dilihat pada gambar 1 berikut.

Gambar 1. Skema Pengembangan Desain Pembelajaran Membaca

Berbasis Strategi DRTA di Kelas VI SD

Tahap pendefinisian (define) merupakan langkah penetapan syarat-syarat

pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pengembangan, meliputi: (1) Analisis

kebutuhan, yaitu analisis desain pembelajaran dengan melihat berbagai kelemahan

ISBN: 978-602-50622-0-9 445

Page 461: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

dan kekurangan desain pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya.

Kekurangan dan kelemahan itu kemudian direvisi, diperbaiki, dan dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan proses pembelajaran membaca secara efektif di kelas VI

SD; (2) Analisis kurikulum, meliputi analisis KI dan KD, konsep yang terdapat

pada KI dan KD, serta tugas-tugas yang dapat dikembangkan dalam mencapai KI

dan KD yang dianalisis; (3) Analisis siswa, merupakan telaah karakteristik siswa

yeng berhubungan dengan tingkat perkembangan bahasa yang diperoleh,

keterampilan membaca, dan latar belakang pengetahuan lainnya.

Tahap perancangan (design) merupakan tahap perancangan desain

pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA di kelas VI SD berdasarkan

pendefinisian sebelumnya. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan

dalam merancang desain pembelajaran, antara lain: (1) Kesesuaian materi dengan

kurikulum (KI dan KD); (b) Pemilihan sumber belajar (hendaknya teks bacaan

yang dipilih sesuai dengan kondisi siswa di lingkungan sekitar), (c) Penentuan

urutan proses pembelajaran membaca yang sesuai dengan strategi DRTA, yaitu:

prabaca, saat baca, dan pascabaca, (d) Kesesuaian kegiatan pada desain

pembelajaran dengan alokasi waktu yang dibutuhkan, (e) Tata bahasa yang

digunakan (tingkat keterbacaan teks hendaknya mudah dipahami), dan (f) Cara

penyajian materi yang mengikuti alur tahapan membaca yang efektif.

Tahap pengembangan (develop) adalah menghasilkan desain pembelajaran

membaca hasil revisi berdasarkan masukan para ahli. Jika desain pembelajaran

yang dikembangkan belum valid, perlu dilakukan revisi sesuai saran validator.

Jika desain pembelajaran sudah valid, dilakukan uji coba untuk melihat

praktikalitas dan efektivitas desain pembelajaran yang dikembangkan.

Tahap penyebaran (disseminate) merupakan tahap menyebarkan desain

pembelajaran membaca yang dikembangkan dalam skala yang lebih luas. Hal ini

bertujuan untuk melihat lebih lanjut tingkat efektivitas desain pembelajaran yang

telah dikembangkan pada kelompok kelas yang lain. Dengan demikian, efektivitas

desain pembelajaran yang dikembangkan tidak hanya dirasakan pada kelas

tertentu saja melainkan pada skala yang lebih luas.

Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data validitas,

praktikalitas, dan efektivitas desain pembelajaran yang dikembangkan. Hasil

validitas diperoleh melalui penilaian validator ahli dan praktisi pendidikan. Data

yang diperoleh untuk praktikalitas berupa: (1) hasil pengamatan keterlaksanaan

bahan ajar dari observer, (2) hasil pengamatan aktivitas siswa dari observer, dan

respon guru terhadap desain pembelajaran yang dikembangkan setelah diuji

cobakan. Sedangkan data efektivitas membaca diperoleh melalui aktivitas dan

hasil peningkatan keterampilan membaca siswa.

Data validitas, praktikalitas, dan efektivitas yang diperoleh kemudian

dianalisis pada setiap komponen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jabaran

berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 446

Page 462: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Analisis Data Validitas

Data hasil validasi bahan ajar yang diperoleh, dianalisis terhadap seluruh

aspek yang disajikan dengan menggunakan skala Likert dengan rentang nilai dari

1 sampai 4, selanjutnya dicari rata-rata nilai dengan menggunakan rumus berikut

(Faisal, 2015:8).

n

Vij

R= i 1

nm

Keterangan:

R : Rata-rata hasil penilaian dari para ahli/praktisi

Vij : Skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j terhadap kriteria i

: Banyaknya para ahli/praktisi yang menilai m: Banyaknya kriteria

Rata-rata yang diperoleh dikonfirmasikan dengan kriteria yang ditetapkan.

Widjajanti (2008:58) memberikan prosedur penetapan tingkat validitas dengan

kriteria seperti tabel 1 berikut.

Tabel 1. Kriteria Penetapan Tingkat Validitas

Rentang Kategori

1,00 - 1,99 Tidak Valid

2,00 - 2,99 Kurang Valid

3,00 - 3,49 Valid

3,50 – 4,00 Sangat Valid

Analisis Data Praktikalitas

Analisis praktikalitas digunakan untuk mengolah hasil pengamatan

penggunaan desain pembelajaran, angket respon guru, dan hasil wawancara

penggunaan desain pembelajaran. Sama halnya dengan validitas, tingkat

praktikalitas dikonversikan juga dalam bentuk rubrik skor 1-4. Data hasil

pengamatan dianalisis menggunakan statistik deskriptif kualitatif dengan

ketentuan seperti pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Kriteria Penetapan Tingkat Praktikalitas

Rentang Konversi

1,00 - 1,99 Kurang Praktis

2,00 - 2,99 Cukup Praktis

3,00 - 3,49 Praktis

3,50 – 4,00 Sangat Praktis

Analisis Data Efektivitas

Data hasil pengisian lembar pengamatan aktivitas dan keterampilan

membaca siswa dianalisis dengan perhitungan persentase menggunakan rumus

yang dikembangkan dari konsep dasar evaluasi hasil belajar (Arikunto, 2006:233)

sebagai berikut.

ISBN: 978-602-50622-0-9 447

Page 463: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Persentase =

Frekuensi aktivitas siswa yang dilakukan

Jumlah siswa

x 100%

Berdasarkan persentase yang diperoleh, dilakukan pengelompokan sesuai

dengan kriteria yang dinyatakan oleh Arikunto (2006:166) pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kriteria Penetapan Tingkat Efektivitas

Persentase (%) Kriteria Aktivitas

81-100 Sangat Baik

61-80 Baik

41-60 Cukup

21-40 Kurang

1-20 Sangat Kurang

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian merupakan pengembangan desain pembelajaran membaca

berbasis strategi DRTA yang valid, praktis, dan efektif di kelas VI SD. Desain

pembelajaran tersebut telah diuji cobakan secara terbatas pada kelas VI SD Al-

Ikhlas Kec. Medan Selayang Kota Medan dengan banyak siswa 24 orang. Untuk

lebih jelasnya, dapat diuraikan sebagai berikut.

Validitas Desain Pembelajaran

Plomp dan Nieveen (2007:127) menyatakan bahwa karakteristik dari

desain pembelajaran yang dikatakan valid apabila ia merefleksikan jiwa

pengetahuan (state of the art knowledge). Hal inilah yang dikatakan dengan

validasi isi (content validiy). Selanjutnya, komponen-komponen desain

pembelajaran yang dikembangkan juga harus konsisten satu sama lain dan inilah

yang dikatakan dengan validasi konstruk (construct validity). Oleh sebab itu,

validasi yang dilakukan terhadap desain pembelajaran membaca berbasis strategi

DRTA menekankan pada validitas isi (content validity) dan validitas konstruk

(construct validity).

Validitas Silabus

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh para ahli, data validasi

silabus disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Hasil Validasi Silabus

No

Aspek yang Dinilai

Nilai

Kategori

Validasi

A. Perumusan Tujuan Pembelajaran 4,00 Sangat Valid

B. Penyajian Materi Pembelajaran 3,55 Sangat Valid

C. Kegiatan Pembelajaran 3,67 Sangat Valid

ISBN: 978-602-50622-0-9 448

Page 464: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

D. Pemilihan Sumber Belajar 4,00 Sangat Valid

E. Penilaian 3,67 Sangat Valid

Rata-rata 3,74 Sangat Valid

Hasil validasi silabus yang dinilai oleh validator ahli seperti pada tabel 4,

dapat diketahui rata-rata hasil validasi secara umum adalah 3,74 dengan kategori

sangat valid. Dari aspek-aspek yang dinilai diperoleh nilai rata-rata perumusan

tujuan pembelajaran 4,00, penyajian materi pembelajaran 3,55, kegiatan

pembelajaran 3,67, pemilihan sumber belajar 4,00, dan penilaian 3,67.

Berdasarkan paparan tersebut menunjukkan bahwa silabus yang dikembangkan

sudah valid. Hal ini berarti silabus yang dikembangkan sudah baik dan dapat

digunakan sebagai panduan dalam penyusunan RPP selanjutnya, yaitu RPP

pembelajaran membaca berorientasi strategi DRTA.

Validitas RPP

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh para ahli, data hasil validasi RPP

dapat disajikan pada tabel 5 berikut.

Tabel 5. Hasil Validasi RPP

No

Aspek yang Dinilai

Nilai

Kategori

Validasi

A. Identitas 4,00 Sangat Valid

B. Perumusan Tujuan Pembelajaran 3,78 Sangat Valid

C. Pemilihan Materi Pembelajaran 3,67 Sangat Valid

D. Metode dan Kerincian Langkah- 3,47 Valid

langkah Pembelajaran

E. Pemilihan Sumber Belajar 3,59 Sangat Valid

F. Penilaian 3,59 Sangat Valid

Rata-rata 3,63 Sangat Valid

Hasil validasi RPP yang dinilai oleh validator ahli seperti pada tabel 5

dapat diketahui bahwa rata-rata hasil validasi secara umum adalah 3,63 dengan

kategori sangat valid. Berdasarkan aspek-aspek yang dinilai diperoleh bahwa

pencantuman identitas adalah 4,00, perumusan tujuan pembelajaran 3,78,

pemilihan materi pembelajaran 3,67, metode dan kerincian langkah-langkah

pembelajaran 3,47, pemilihan sumber belajar 3,59, dan penilaian 3,59. Melihat

paparan tersebut, diperoleh gambaran bahwa RPP sudah baik digunakan sebagai

panduan pelaksanaan proses pembelajaran membaca berorientasi strategi DRTA.

Langkah-langkah yang disusun dapat menuntun guru untuk memfasilitasi siswa

melakukan berbagai aktivitas belajar sesuai dengan tahapan strategi DRTA yang

digunakan.

Praktikalitas Desain Pembelajaran

Plomp dan Nieveen (2007:127) menjelaskan bahwa desain pembelajaran

dikatakan praktis apabila dapat digunakan dengan mudah oleh guru dalam proses

pembelajaran. Untuk melihat praktis atau tidaknya desain pembelajaran yang

dikembangkan, dilakukan uji coba secara terbatas pada siswa kelas VI SD Al-

Ikhlas Kec. Medan Selayang Kota Medan.

ISBN: 978-602-50622-0-9 449

Page 465: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Merujuk pada desain pembelajaran yang telah dikembangkan, kegiatan

pembelajaran dilakukan satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 4 x 35 menit.

Tingkat praktikalitas diamati melalui observasi keterlaksanaan RPP, angket

respon guru, dan hasil wawancara terhadap kemudahan penggunaan desain

pembelajaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada jabaran berikut.

Pengamatan Keterlaksanaan RPP

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan RPP untuk

pembelajaran membaca yang berorientasi strategi DRTA di kelas VI SD diperoleh

rata-rata nilai dengan kategori sangat praktis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel 6 berikut.

Tabel 6. Hasil Pengamatan Keterlaksanaan RPP

No

Aspek yang Diamati

Penilaian

Kategori

Pengamat

A. Pendahuluan 3,42 Praktis

B. Kegiatan Inti 3,50 Sangat Praktis

C. Penutup 3,60 Sangat Praktis

Rata-rata 3,50 Sangat Praktis

Tabel 6 menunjukkan rata-rata kemampuan guru dalam melaksanakan

RPP yang digunakan dikategorikan sangat praktis yang ditunjukkan dengan

penilaian keterlaksanaan RPP oleh dua orang observer sebagai pengamat yaitu

guru dan kepala sekolah.

Hasil Respon Guru

Hasil pengisian respon guru terhadap praktikalitas desain pembelajaran

berorientasi strategi DRTA yang telah dikembangkan dapat dilihat pada tabel 7

berikut.

Tabel 7. Hasil Analisis Respon Guru Terhadap Keterpakaian

Desain Pembelajaran Membaca Strategi DRTA

No

Aspek yang Dinilai

Jawaban

Kategori

Respon Guru

A. Kepraktisan Penggunaan 3,67 Sangat Praktis

B. Kesesuaian Waktu 3,50 Sangat Praktis

C. Kesesuaian Ilustrasi 3,50 Sangat Praktis

D. Bahasa 3,75 Sangat Praktis

Rata-rata 3,64 Sangat Praktis

Tabel 7 di atas merupakan hasil respon dari guru kelas VI SD Kec. Medan

Selayang yang telah memakai perangkat pembelajaran yang dikembangkan.

Secara umum guru menganggap desain pembelajaran yang telah dikembangkan

sangat membantu dalam pembelajaran membaca di kelas VI SD. Desain

pembelajaran ini dianggap sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran pada

khususnya dan dunia pendidikan pada umumnya.

Hasil Wawancara

Selain melalui pengamatan keterlaksanaan RPP dan angket respon guru,

uji praktikalitas desain pembelajaran juga dilakukan melalui wawancara. Berikut

ISBN: 978-602-50622-0-9 450

Page 466: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ini diberikan gambaran tentang hasil wawancara dengan guru kelas VI SD Al-

Ikhlas Kec. Medan Selayang Kota Medan tentang desain pembelajaran yang

dikembangkan.

Peneliti: Bagaimana menurut Ibu tentang silabus yang telah dikembangkan? Guru : Menurut saya sangat membantu dalam mengembangkan

RPP selanjutnya karena diberikan komponen dan tahapan

yang jelas tentang membaca dan strategi DRTA yang digunakan.

Peneliti: Bagaimana dengan kegiatan pembelajaran yang diberikan dalam silabus dan RPP?

Guru : Kegiatan pembelajarannya tertata dengan baik dan memberikan gambaran yang jelas dalam pencapaian indikator yang dirumuskan.

Peneliti: Bagaimana dengan bahasa yang digunakan dalam silabus dan RPP, Bu?

Guru : Bahasa yang digunakan cukup mudah untuk dipahami dan tidak

membingungkan.

Peneliti: Bagaimana tingkat kemudahan penggunaan RPP ini menurut Ibu?

Guru : RPP ini cukup mudah digunakan terutama kesesuaian antara komponen-

komponen yang ada dengan kegiatan yang ada di dalamnya.

Peneliti : Alokasi waktu yang digunakan bagaimana menurut Ibu?

Guru : Secara umum telah sesuai dengan cakupan materi dan dapat disesuaikan

tahap demi tahap sesuai alokasi waktu yang disediakan.

Peneliti: Terima kasih Ibu atas bantuannya.

Guru : Iya, sama-sama.

Berdasarkan hasil wawancara di atas, diperoleh gambaran bahwa desain

pembelajaran membaca yang dikembangkan sangat membantu guru dalam

pembelajaran membaca terutama pada cakupan materi dan kejelasan tahapan

kegiatan yang terdapat dalam silabus dan RPP yang dikembangkan. Dengan

demikian, diperoleh gambaran bahwa desain pembelajaran yang dikembangkan

sangat praktis digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran membaca di kelas

VI SD.

Efektivitas Desain Pembelajaran

Desain pembelajaran yang dinyatakan valid dan praktis sebelumnya perlu

dilihat efektivitasnya dalam proses pembelajaran membaca. Menurut Firman

(2010:56), efektivitas suatu program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri

sebagai berikut: (a) berhasil mengantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan

instruksional yang telah ditetapkan, (b) memberikan pengalaman belajar yang

atraktif, melibatkan siswa secara aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan

instruksional, dan (c) memiliki sarana-sarana yang menunjang proses

pembelajaran.

Berdasarkan paparan di atas, efektivitas desain pembelajaran membaca

berbasis strategi DRTA dapat dilihat melalui penilaian proses dan hasil

keterampilan membaca siswa. Terkait dengan proses pembelajaran,

ISBN: 978-602-50622-0-9 451

Page 467: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

Permendikbud No. 41 tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan

dasar menjelaskan bahwa desain pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa

melakukan aktivitas dengan kategori baik. Lebih lanjut, Abidin (2012:278)

menjelaskan bahwa keterampilan membaca dikatakan efektif apabila siswa

memperoleh ketuntasan klasikal ≥75%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

jabaran berikut.

Hasil Penilaian Keterampilan Membaca

Efektivitas desain pembelajaran membaca selanjutnya dapat dilihat melalui

penilaian keterampilan membaca. Penilaian ini dilakukan dengan memperhatikan

dua aspek, yaitu penilaian proses dan hasil. Penilaian proses merupakan penilaian

jabaran kegiatan setiap siswa dalam mengerjakan berbagai lembar kegiatan yang

telah disediakan. Dengan penilaian ini terlihat gambaran secara komprehensif

proses yang dilakukan siswa dalam memahami isi bacaan secara utuh. Sedangkan

penilaian hasil, merupakan penilaian pemahaman siswa terhadap bahan bacaan

setelah membaca. Siswa diarahkan mengerjakan soal-soal evaluasi terkait dengan

bahan bacaan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada uraian berikut.

Penilaian Proses Keterampilan Membaca

Penilaian proses dilakukan dengan melihat tahapan membaca secara

menyeluruh, yaitu: tahap prabaca, saat baca, dan pascabaca. Pada tahap prabaca,

siswa diarahkan untuk memprediksi isi bacaan. Tahap saat baca, terdapat tiga

aspek yang dinilai, yaitu mengisi makna kata yang belum dipahami artinya,

menguji prediksi, dan menanggapi informasi dari teks yang dibaca. Kemudian,

pada tahap pascabaca, siswa diarahkan untuk meringkas isi bacaan secara runtut

dan utuh.

Pada tahap prabaca, siswa dapat memprediksi isi teks dengan kategori

sangat baik. Artinya, siswa tidak memperoleh kendala yang berarti ketika

diarahkan memprediksi isi teks bacaan. Mereka mampu mengisi dan menjawab

setiap pertanyaan yang terdapat dalam lembar kegiatan yang diberikan, walaupun

ada beberapa jawaban yang kurang tepat. Akan tetapi, secara umum pada tahap

prabaca terutama pada kegiatan memprediksi isi bacaan dapat dilakukan dengan

maksimal dan sesuai dengan hasil yang diharapkan.

Pada tahap saat baca, siswa dapat mengisi makna kata yang belum

dipahami dengan baik, walaupun ada beberapa siswa yang belum dapat

mengisikan secara lengkap. Untuk mengatasinya, siswa diberikan kebebasan

mengajukan pertanyaan terkait dengan makna kata yang belum dipahaminya.

Kegiatan menguji prediksi juga dapat berjalan dengan baik. Siswa dapat

membuktikan kebenaran prediksi yang telah mereka lakukan sebelumnya

sehingga mendapat gambaran yang sebenarnya mengenai isi teks. Selanjutnya,

pada kegiatan menanggapi informasi dari teks yang dibaca sedikit terjadi

penurunan. Siswa memberikan tanggapan yang kurang jelas sehingga kurang

dapat dipahami maksud dari tanggapan yang diberikan. Siswa banyak mengajukan

ISBN: 978-602-50622-0-9 452

Page 468: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

permasalahan, namun kurang dapat memberikan tanggapan yang sesuai dengan

permasalahan yang diajukan. Walaupun demikian, aspek ini dapat dikatakan

berjalan dengan baik. Hal ini dinyatakan dengan melihat hasil lembar observasi

bahwa kegiatan menanggapi informasi dari teks yang dibaca masuk pada kategori

baik.

Pada tahap pascabaca, siswa dapat meringkas dengan baik. Isi ringkasan

dapat disusun secara runtut dan isinya dapat memberikan gambaran isi teks secara

utuh. Walaupun demikian, ada hal pokok yang perlu diperhatikan dalam kegiatan

ini, yaitu penggunaan ejaan ringkasan yang telah dituliskan masih perlu

bimbingan selanjutnya. Dengan demikian, tidak hanya isi dan keruntutan yang

diperhatikan, namun ketepatan ejaan yang dapat mendukung efektivitas ringkasan

yang diberikan.

Melihat paparan ketiga tahapan di atas, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan desain pembelajaran yang dikembangkan dapat mendukung kegiatan

belajar yang maksimal. Rata-rata yang diperoleh berdasarkan hasil observasi

adalah 87,65% dengan kategori sangat tinggi. Artinya, siswa dapat melalui

tahapan-tahapan atau proses kegiatan dalam setiap langkah dengan baik. Dengan

demikian, secara umum proses kegiatan yang dilalui siswa memperoleh nilai

dengan rata-rata sangat baik.

Penilaian Hasil Keterampilan Membaca

Penilaian keterampilan membaca dilakukan dengan melihat seberapa jauh

siswa dapat memahami isi bacaan secara utuh. Siswa diarahkan menjawab soal-

soal evaluasi yang berkaitan dengan teks bacaan. Dari gambaran perolehan hasil

yang dicapai, dilihat ketuntasan secara individual dan klasikal. Ketuntasan secara

individual melihat batasan nilai KKM yang ditetapkan sekolah. Sedangkan

ketuntasan klasikal dikatakan efektif apabila telah mencapai ≥75%. Berdasarkan

hasil pengamatan keterampilan membaca siswa, diperoleh nilai rata-rata 82,34

dengan ketuntasan klasikal mencapai 86%. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa penggunaan desain pembelajara membaca berbasis strategi DRTA sebagai

upaya membangun genarasi literat sudah efektif digunakan di kelas VI SD.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terkait dengan pengembangan desain

pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA sebagai upaya membangun

generasi literat abad 21 di kelas VI SD diperoleh beberapa simpulan, antara lain:

Telah dihasilkan desain pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA yang

valid sebagai upaya membangun generasi literat abad 21 di kelas VI SD. Hal ini

diperoleh dari hasil validasi desain pembelajaran oleh validator ahli dan praktisi

pendidikan dengan kategori sangat valid. (2) Telah dihasilkan desain

pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA yang praktis sebagai upaya

membangun generasi literat abad 21 di kelas VI SD. Artinya, desain pembelajaran

yang dikembangkan mudah digunakan dalam proses pembelajaran membaca. Hal

ISBN: 978-602-50622-0-9 453

Page 469: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ini diperoleh dari hasil pengamatan keterlaksanaan desain pembelajaran oleh guru,

respon guru, hasil observasi, dan hasil wawancara. Hasil ini memberikan

gambaran bahwa desain pembelajaran membaca berbasis strategi DRTA yang

dikembangkan sangat mudah digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran

membaca efektif di kelas VI SD. (3) Telah dihasilkan desain pembelajaran

membaca berbasis strategi DRTA yang efektif sebagai upaya membangun

generasi literat abad 21 di kelas VI SD. Hal ini dapat diketahui melalui

pengamatan aktivitas siswa dan penilaian keterampilan membaca siswa. Hasil

pengamatan aktivitas dan keterampilan membaca siswa memberikan gambaran

hasil yang sangat baik, artinya bahan ajar membaca berbasisi strategi DRTA

sudah terlaksana secara efektif.

DAFTAR RUJUKAN Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.

Bandung: Refika Aditama.

Akker, Jan Van Den, dkk. 1999. Design Approaches and Tools in Education and Training. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Faisal. 2015. “Pengembangan Perangkat Pembelajaran dalam Gamitan Efektivitas

Membaca Berorientasi Strategi DRTA di Kelas VI Sekolah Dasar”. Makalah Disajikan pada Seminar Nasional Inovasi Pembelajaran Berbasis

Riset, Padang 30-31 Mei 2015.

Firman, Harry. 2010. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran. Bandung:

FMIPA UPI.

Klingner, Janette K, dkk. 2007. Teaching Reading Comprehension to Students with Learning Difficulties. New York: Guilford Press.

Otto, Beverly. 2010. Language Development in Early Childhood. USA: Pearson

Education.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Plomp, T. dan Nieveen, N. (Eds). 2007. An Introduction to Educational Design Research. Enschede: Netherlands Institute for Curriculum Development (SLO).

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Resmini, Novi dan Dadan Juanda. 2007. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI Press.

ISBN: 978-602-50622-0-9 454

Page 470: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan

2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 456

Setyosari, Punaji. 2010. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stone, Randi. 2009. Best Practices for Teaching Reading. California: Corwin Press.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tomkins, Gail E dan Hoskisson, Kenneth. 1991. Language Arts Content and Teaching Strategies. New York: Macmillan Publishing Company.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Widjajanti, E. 2008. “Pelatihan Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan KTSP bagi Guru SMK/MAK.” Makalah

Disajikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat,

Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 471: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan

2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 457

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV

SDN 101731 KAMPUNG LALANG MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

TEAM GAMES TOURNAMENT

Dewi Anzelina1

Surel: [email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV

SDN No. 101731 Kampung Lalang dalam penggolongan jenis hewan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe team game tournamen. Jenis penelitian adalah

penelitian tindakan kelas dengan subjek sebanyak 30 siswa dan objek adalah hasil

belajar siswa. Alat pengumpulan data adalah tes. Untuk mengetahui letak

kelemahan siswa dilakukan observasi terhadap siswa. Prosedur yang digunakan

dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil penelitian

diperoleh rata-rata nilai pretes 36,8 dengan ketuntasan belajar 13,3%. Rata-rata nilai

siswa pada siklus I sebesar 51 dengan ketuntasan belajar 40%. Pada siklus II nilai

rata-rata siswa 81,16 dengan ketuntasan belajar 96,6%. Hal ini berarti penggunaan

model pembelajaran kooperatif tipe team game tournamen dapat meningkatkan hasil

belajar IPA siswa dengan pokok bahasan penggolongan jenis hewan berdasarkan

jenis makanannya di kelas IV SDN No. 101731 Kampung Lalang.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif, Tipe Team Game

Tournamen

1 Dosen PGSD Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara

Page 472: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 458

PENDAHULUAN

“Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya

mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dngan demikian akan

menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik

dalam kehidupan bermasyarakat” (Hamalik, 2012:3). Pembelajaran berlangsung sebagai

proses mempengaruhi antara guru dan siswa. Dalam hal ini, kegiatan yang terjadi adalah guru

mengajar dan siswa belajar.

“Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruh atau setidak-tidaknya

sebagian peserta didik terlibat aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalm proses

pembelajaran, disamping menunjukan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang

besar dan rasa percaya diri sendiri” (Mulyasa, 2009: 32). Dari penjelasan tersebut dapat

dikatakan upaya guru dalam mengembangkan keaktifan belajar siswa sangatlah penting,

sebab aktivitas belajar siswa menjadi penentu bagi keberhasilan pembelajaran yang

dilaksanakan.

Pendidikan yang saat ini dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia

dalam proses belajar mengajar di sekolah masih banyak yang menggunakan cara lama dalam

penyampaian materinya, dimana guru menjelaskan dan siswa hanya sebagai pendengar dan

kemudian mengerjakan tugas sehingga pembelajaran kurang aktif dan efektif dan hasil

belajar siswa tidak mencapai standar yang telah ditetapkan. Contoh masalah yang sering

muncul dalam proses pembelajaran adalah ketika guru hanya menggunakan metode

konvensional padahal materi tersebut membutuhkan percobaan, pengamatan untuk

pemahaman yang lebih logis atau nyata dengan berbagai macam alat peraga yang dapat

mengembangkan pengetahuan dan pengalaman belajar siswa, dan pada akhirnya siswa tidak

mengerti kalimat demi kalimat yang diucapkan maupun yang ditulis oleh guru sehingga hasil

belajar siswa tidak sesuai dengan yang diharapkan. Model pembelajaran yang inovatif dapat

dijadikan pola pilihan untuk mengatasi hal tersebut, artinya para guru boleh memilih model

pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Joyce dan Weil (Rusman, 2014:133) menyatakan bahwa model

pembelajaran sangatlah penting dalam kaitannya dengan keberhasilan belajar.

Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SDN No. 101731 Kampung Lalang terdapat

beberapa masalah yaitu, guru cenderung menerangkan materi pembelajaran menggunakan

metode ceramah dan kemudian guru memberikan tugas latihan dan tugas rumah, guru jarang

menggunakan media pembelajaran sehingga proses pembelajaran kurang menarik, sebagian

siswa besar siswa jarang terlibat aktif dalam hal bertanya kepada guru dan jika guru yang

bertanya antusias siswa dalam menjawab sangat rendah. Pada kenyataannya banyak siswa

yang terlihat malas dalam proses pelajaran IPA sehingga pengetahuan siswa masih tergolong

rendah dalam memahami materi penggolongan jenis hewan. Berdasarkan hasil pengamatan

yang dilakukan peneliti maka diperoleh informasi bahwa hasil belajar siswa pada mata

pelajaran IPA belum memperoleh hasil yang maksimal. Hal ini terlihat dari nilai Ulangan

Harian siswa kelas IV masih banyak belum mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu 70.

Dari jumlah siswa kelas IV masih banyak siswa yang belum mencapai hasil yang maksimal

dalam pelajaran IPA, permasalahan tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang aktif dan

kurang terlibat dalam proses pembelajaran seperti diskusi kelompok, bertanya, mengerjakan

soal – soal latihan dan penjelasan guru cenderung monoton dan kurang menarik serta

Page 473: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 459

kurangnya kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan

materi pembelajaran. Hal ini menyebabkan hasil pembelajaran kurang optimal.

Meningkatkan mutu pendidikan adalah tanggung jawab semua pihak yang terlibat

dalam proses pendidikan terutama guru sebagai tenaga pengajar di sekolah. Kualitas guru

sebagai tenaga pengajar masih jauh dari yang diharapkan, penggunaan model pembelajaran

yang digunakan oleh guru menjadi masalah yang serius hingga kini. Guru belum

menggunakan model pembelajaran yang tepat, akibatnya kualitas pembelajaran masih jauh

dari yang diharapkan terutama dalam pelajaran IPA, masih banyak guru yang hanya

menggunakan metode konvensional dan penugasan sehingga hasil belajar siswa rendah. Hal

ini tidak sejalan dengan definisi IPA menurut Wisudawati dan Sulistyowati (2014:22) yang

menyatakan, “ Pelajaran IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu

mempelajari fenomena alam yang faktual, baik berupa kenyataan/ kejadian dan hubungan

sebab-akibatnya”, sehingga model yang digunakan guru dalam pelajaran IPA harus inovatif

dan disesuaikan dengan materi pelajaran IPA yang tersusun secara sistematis.

Palajaran IPA mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan, oleh

karena itu pelajaran IPA memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi dan tentang pemahaman mengenai alam

semesta yang mempunyai fakta yang belum terungkap, sehingga hasil penemuannya dapat

dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pernyataan di atas, Sukarno (Wisudawati dan

Sulistyowati 2014:23) mengemukakan bahwa pelajaran IPA dapat diartikan sebagai ilmu

yang mempelajari tentang sebab dan akibat kejadian-kejadian yang ada di alam ini.

Sejalan dengan permasalahan di atas dalam proses pelajaran IPA diperlukan adanya

model yang inovatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai standar yang telah

ditentukan. Banyak usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan hasil

pembelajaran melalui penguasaan, pemahaman materi, dan menggunakan model

pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif tipe team

game tournament (TGT). Dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team

game tournament (TGT), seluruh siswa dilibatkan secara bergantian. Pada penelitian ini,

peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team game tournament

(TGT) sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran IPA kelas IV

SDN No. 101731 Kampung Lalang. Salah satu kelebihan model ini adalah siswa dilatih

berpikir logis dan sistematis, karena model pembelajaran ini menggunakan game dalam

tournament yang sesuai dengan materi pelajaran IPA dimana model ini bertujuan unt:uk

membantu proses pembelajaran agar lebih mudah diingat dan dicerna oleh siswa, sehingga

mampu memberikan pesan pembelajaran yang lebih lama. Model pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT) dapat

menolong siswa dalam memikirkan konsep pengamatan dan kenyataan. Dengan demikian

proses pembelajaran akan memberikan efektifitas yang lebih baik dalam meningkatkan

penguasaan siswa terhadap materi-materi pelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa khususnya dalam materi penggolongan jenis hewan di

SDN No. 101731 Kampung Lalang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe team game tournament.

Page 474: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 460

METODE

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut tujuannnya

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan kuantitatif yaitu penelitian evaluasi yang

dilakukan untuk mengetahui keterlaksanaan suatu kebijakan. Jika ada hambatan yang

diketahui kemudian dapat menentukan cara-cara dalam rangka mengatasi masalah yang

dimaksud.

Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi terhadap kelas selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran.

b. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab atau dialog terhadap pihak responden

untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan pelaksanaan penelitian.

c. Tes Essay yaitu evaluasi belajar siswa setelah dilakukan tindakan.

TEKNIK ANALISIS DATA

Adapun cara menganalisa data adalah dengan menggunakan analisis data persentase

dan kuantitas data yang dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang

dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.

Menurut Sudjana, 2005 Hasil belajar perorangan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus: %100xY

XKBS

Keterangan:

KBS = Hasil Belajar Siswa

X = Skor yang diperoleh siswa

Y = Skor maksimal

Sedangkan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus:

%100xN

FP

(Sudjana, 2005)

Keterangan :

P = ketuntasan belajar klasikal

F = Jumlah siswa yang mengalami perubahan

N = Jumlah seluruh siswa

Dengan melihat hasil ketuntasan belajar siswa baik secara perorangan maupun secara

klasikal maka dapat diketahui hasil belajar yang diperoleh siswa. Apabila ketuntasan hasil

belajar siswa memenuhi kriteria ketuntasan belajar perorangan dan ketuntasan belajar secara

klasikal seperti yang telah ditentukan, maka seorang siswa dikatakan telah tuntas belajar yang

artinya hasil belajar siswa kelas IV SDN No. 101731 Kampung Lalang dalam memahami

materi penggolongan jenis hewan meningkat.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT hasil belajar siswa dalam

sub pokok bahasan penggolongan jenis hewan dapat ditingkatkan. Hasil penelitian yang

dilakukan di SDN No. 101731 Kampung Lalang menunjukkan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

penggolongan jenis hewan di kelas IV SDN No. 101731 Kampung Lalang.

Berdasarkan hasil penelitian setelah diberikan tindakan siklus I diperoleh dari 30 orang

siswa terdapat 18 orang siswa atau sekitar 60% siswa mendapat hasil rendah atau belum

tuntas, dan sebanyak 12 orang siswa atau sekitar 40% yang masuk dalam kategori tuntas

belajar pada sub pokok bahasan penggolongan jenis hewan. Sedangkan pada siklus II dari 30

Page 475: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 461

orang siswa sebanyak 29 orang siswa atau sekitar 96,6% dan sebanyak 1 orang siswa atau

sekitar 3,3% yang belum mendapatkan nilai tuntas pada sub pokok bahasan penggolongan

jenis hewan.

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa mengalami

peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model

pembelajaran kooperatif tipe TGT berhasil meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat

dilihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa semua siswa mengalami peningkatan

nilai.

Tabel 4.4

Rekapitulasi Hasil Belajar

No Deskripsi Nilai Nilai Rata-rata

1 Tes awal 36,8

2 Siklus I 51

3 Siklus II 81,16

Grafik 4.4

Rekapitulasi Hasil Belajar

SIMPULAN

Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah:

a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT membuat siswa lebih aktif

dalam berusaha menyelesaikan soal-soal penggolongan jenis hewan

b. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam belajar mengajar

memberikan peningkatan terhadap hasil belajar siswa pada pelajaran IPA di kelas IV

SDN No. 101731 Kampung Lalang. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa sudah

mencapai target yang diinginkan yaitu di atas 65. Dimana dapat dilihat dari nilai rata-

rata siswa pada pretest (tes awal) 36,8% kemudian mengalami peningkatan pada

Page 476: PROSIDING · 2017. 12. 6. · makalah dari penulis yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi dan Dinas Pendidikan ... dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Eksposisi Oleh: Asnita

Seminar Nasional Pendidikan Dasar Universitas Negeri Medan 2017

ISBN: 978-602-50622-0-9 462

siklus I sebesar 14,2% menjadi 51%, kemudian pada siklus II terjadi peningkatan

sebesar 30,16% menjadi 81,16%.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil belajar

siswa khususnya pokok bahasan penggolongan jenis hewan di SDN No. 101731 Kampung

Lalang dapat diterima.

DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, M. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Dahar, Ratna Wilis. 1995. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Dian Rakyat.

Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model – Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Ar-Ruzz

Media.

Hamalik. 2007. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi

Aksara.

Hamalik. 2012. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi

Aksara.

Huda, Miftaful. 2014. Model – Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.

Lie, A. 2004. Cooperative Learning. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Nawawi. 2005. Pengertian Belajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Rusman. 2014. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Shoimin, Aris. 2016. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta:

Ar-Ruzz Media.

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor – Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudjana. 2008. Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tampubolon, Saur. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta: Prenada Media

Group.

Wisudawati, Asih, Dan Sulistyowati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta: Bumi

Aksara.