bab ii landasan teori 2.1 paragraf - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/11458/16/bab ii.pdf ·...

26
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Paragraf Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam paragraf terkandung sebuah unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat pada paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat saling berkaitan membentuk sebuah gagasan. 2.2 Pengertian Paragraf Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan Wiyanto (2004: 15). Alinea atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang umumnya merupakan gabungan beberapa kalimat Finoza (2008: 189). Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan Tarigan (2008: 5).

Upload: nguyendang

Post on 06-Feb-2018

299 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Paragraf

Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan. Dalam

paragraf terkandung sebuah unit pikiran yang didukung oleh semua kalimat pada

paragraf tersebut, mulai dari kalimat pengenal, kalimat utama atau topik, kalimat

penjelas sampai kalimat penutup. Himpunan kalimat saling berkaitan membentuk

sebuah gagasan.

2.2 Pengertian Paragraf

Paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama

menjelaskan satu unit buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih

besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan Wiyanto (2004:

15). Alinea atau paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang umumnya merupakan

gabungan beberapa kalimat Finoza (2008: 189). Paragraf adalah seperangkat

kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran

yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan

karangan Tarigan (2008: 5).

11

Menurut Alek dan Achmad (2010: 206), paragraf mempunyai beberapa

pengertian: (1) paragraf ialah karangan mini. Artinya, semua unsur karangan yang

panjang ada dalam paragraf; (2) paragraf adalah satuan bahasa tulis yang terdiri

atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide

yang tersusun lengkap, utuh, dan padu; (3) paragraf merupakan bagian dari suatu

karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi

dengan pikikran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai

pendukungnya; dan (4) paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti yang tidak

menunjukan ketuntasan atau kesempu rnaan. Arifin dan Tasai (2008: 115)

mengatakan paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu

gagasan atau topik. Menurut Dalman (2011: 48) paragraf adalah rangkaian dari

beberapa kalimat dan harus memiliki kesatuan gagasan yang diungkapkannya

sehingga pembacanya mudah memahami maksud dari tulisan atau informasi yang

ada.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli penulis mengacu pada pengertian

paragraf oleh Tarigan yang mengatakan bahwa paragraf adalah seperangkat

kalimat yang tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi

pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam

keseluruhan karangan.

12

2.3 Fungsi Paragraf

Tarigan (2008: 5) membagi fungsi paragraf menjadi enam, yaitu:

1. sebagai penampung dari sebagian kecil jalan pikiran atau ide pokok

keseluruhan karangan;

2. memudahkan pemahaman jalan pikiran atau ide pokok;

3. memungkinkan pengarang melahirkan jalan pikirannya secara sistematis;

4. mengarahkan pembaca dalam mengikuti alur pikiran pengarang serta

memahaminya;

5. sebagai alat penyampai alat pikiran; dan

6. penanda bahwa pikiran baru dimulai.

2.4 Ciri-ciri Paragraf

Paragraf memiliki ciri atau karakteristik sebagai berikut.

1. Setiap paragraf mengandung makna, pesan, pikiran, atau ide pokok yang

relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan;

2. Umumnya paragraf dibangun oleh sejumlah kalimat;

3. Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran;

4. Paragraf adalah satu kesatuan koheren yang padat;

5. Kalimat-kalimat dalam paragraf tersusun secara logis dan sistematis (Tarigan,

1987: 11).

13

2.5 Jenis-jenis Paragraf

Paragraf dapat digolongkan beberapa jenis. Penggolongan itu dapat dilakukan

dengan menggunakan alat tertentu, seperti berdasarkan letak kalimat utama, sifat,

pengembangan dan fungsi.

2.5.1 Dilihat Berdasarkan Sifat dan Tujuannya

Alek dan Achmad (2010: 210-211) menjelaskan bahwa berdasarkan sifat dan

tujuannya, paragraf dapat dibedakan atas.

1. Paragraf Pembuka

Tiap jenis karangan akan mempunyai paragraf yang membuka atau

menghantarkan karangan itu, atau mengantar pokok pikiran dalam bagian

karangan itu. Oleh sebab itu, sifat-sifat dari paragraf semacam ini harus menarik

minat dan perhatian pembaca, serta sanggup menyiapkan pikiran pembaca kepada

apa yang akan segera diuraikan. Paragraf pembuka yang pendek jauh lebih baik,

karena paragraf-paragraf yang panjang hanya akan menimbulkan kebosanan.

Paragraf pembuka mulailah dengan membatasi arti dari pokok atau subjek

tersebut, menunjukan mengapa subjek itu sangat penting, membuat tantangan atau

suatu pertanyaan atau pendapat, menciptakan suatu kontras yang menarik,

mengungkapkan pengalaman pribadi baik yang menyenangkan maupun yang

pahit, menyatakan maksud dan tujuan dari karangan itu atau dapat juga membuka

karangan itu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

14

2. Paragraf Penghubung

Paragraf penghubung ialah semua paragraf yang terdapat antara paragraf pembuka

dan penutup. Dalam membentuk paragraf penghubung harus diperhatikan agar

hubungan antarparagraf dengan paragraf itu teratur, serta disusun secara logis.

Sifat paragraf penghubung bergantung pula dari jenis karangannya. Dalam

karangan yang bersifat deskriptif, naratif, argumentasi, dan eksposisi. Paragraf itu

harus disusun berdasarkan suatu perkembangan yang logis. Apabila uraian itu

mengandung pertentangan pendapat, maka beberapa paragraf disiapkan sebagai

dasar atau landasan, untuk kemudian melangkah kepada paragraf yang

menekankan pendapat pengarang.

3. Paragraf Penutup

Paragraf penutup adalah paragraf yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan

atau bagian karangan. Dengan kata lain, paragraf ini mengandung kesimpulan

pendapat dari apa yang telah diuraikan dalam paragraf penghubung.

2.5.2 Dilihat Berdasarkan Sifat Isinya

Finoza (2008: 201) membagi jenis paragraf berdasarkan sifat isinya menjadi lima

macam, yaitu :

a. Persuatif

Alinea persuatif adalah paragraf yang mempromosikan sesuatu dengan cara

mempengaruhi atau mengajak pembaca.

15

b. Argumentatif

Alinea argumentatif adalah pargraf yang membahas suatu masalah dengan bukti-

bukti atau alasan yang mendukung.

c. Naratif

Alinea naratif adalah paragraf yang menuturkan peristiwa atau keadaan dalam

bentuk cerita.

d. Deskriptif

Alinea deskripsif adalah paragraf yang melukiskan atau memberikan sesuatu.

e. Ekspositoris

Alinea ekspositoris adalah pargraf yang memaparkan suatu fakta atau kejadian

tertentu.

2.5.3 Dilihat Dari Letak Kalimat Topik

Jenis-jenis paragraf apabila dilihat dari letak kalimat topiknya.

a. Paragraf Deduktif

Wiyanto (2004: 59) mengatakan bahwa paragraf deduktif adalah paragraf yang

kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Pengertian awal ini tidak harus

pada kalimat pertama sebab banyak paragraf yang kalimat pertamanya berupa

kalimat transisi. Paragraf yang mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya

berada dalam posisi kalimat kedua. Alwi (2001: 41) mengungkapkan bahwa

paragraf deduktif menampilkan kalimat utama atau kalimat topik pada awal

paragraf. Kemudian kalimat utama itu diikuti oleh kalimat-kalimat lain sebagai

16

pengembangnya. Kalimat-kalimat ini berfungsi mengembangkan atau

memperjelas kalimat utama.

2.6 Paragraf Deduktif

Wiyanto (2004: 59) mengatakan bahwa paragraf deduktif adalah paragraf yang

kalimat utamanya terletak pada awal paragraf. Pengertian awal ini tidak harus

pada kalimat pertama sebab banyak paragraf yang kalimat pertamanya berupa

kalimat transisi. Paragraf yang mengandung kalimat transisi, kalimat utamanya

berada dalam posisi kalimat kedua. Alwi (2001: 41) mengungkapkan bahwa

paragraf deduktif menampilkan kalimat utama atau kalimat topik pada awal

paragraf. Kemudian kalimat utama itu diikuti oleh kalimat-kalimat lain sebagai

pengembangnya. Kalimat-kalimat ini berfungsi mengembangkan atau

memperjelas kalimat utama.

Dalman (2011: 97) mengatakan bila kalimat topik di tempatkan pada awal

paragraf akan terbentuk paragraf deduktif, yaitu alinea yang menyajikan pokok

permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian atau rincian permasalahan

alinea.

Contoh Paragraf Deduktif:

Kebudayaan dapat dibagi atas dua macam, yaitu kebudayaan fisik dan

kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik tampak jelas karena merujuk pada

benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikiran dan berupa

tingkah laku. Contoh hasil kebudayaan fisik adalah patung, lukisan, rumah,

mobil, dan jembatan. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah filsafat,

pengetahuan, ideologi, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berupa tingkah

laku adalah adat istiadat, tidur, bertani, bahkan berkelahi.

17

2.7 Unsur-unsur Paragraf Deduktif

Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi yang terdiri atas seperangkat kalimat yang

dipergunakan oleh pengarang sebagai alat menyatakan dan menyampaikan jalan

pikirannya kepada pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat di terima oleh

pembaca, paragraf harus tersusun secara logis-sistematis. Alat bantu untuk

menciptakan susunan logis-sistematis itu adalah unsur-unsur penyusun paragraf,

seperti transisi (transition), kalimat topik (topic setence), kalimat pengembang

(development setence), kalimat penegas (punch line) Tarigan (2008: 7).

Tarigan (2008: 7) menggambarkan unsur-unsur penyusun paragraf sebagai

berikut.

Paragraf

______________________________________

____________________________________________ Transisi

____________________________________________

____________________________________________ kalimat Topik

____________________________________________

____________________________________________

____________________________________________ Kalimat Pengembang

____________________________________________

____________________________________________

____________________________________________ Kalimat Penegas

_______________________________________

Gambar 1. Keterangan Unsur-unsur Paragraf

Keempat unsur penyusun paragraf tersebut, terkadang muncul secara bersamaan,

terkadang pula hanya sebagian yang muncul dalam sebuah paragraf.

18

2.7.1 Transisi

Transisi adalah mata rantai penghubung antara-paragraf. Transisi berfungsi

sebagai penghubung jalan pikiran dua paragraf yang berdekatan. Kata-kata

tradisional merupakan petunjuk bagi pembaca ke arah mana ia sedang bergerak

atau mengingatkan pembaca apakah suatu paragraf bergerak searah dengan ide

pokok sebelumnya. Oleh karena itu, beberapa orang sering mengatakan bahwa

transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kesatuan antarbab,

antarsubbab, dan antar paragraf (Tarigan, 2008: 15).

a. Transisi Berupa Kata

Transisi berupa kata atau kelompok kata amat banyak. Pengelompokkan

berdasarkan penanda hubungannya antara lain seperti di bawah ini.

1) Penanda hubungan kelanjutan, antara lain dan, serta, lagi, lagipula, tambahan

lagi, bahkan, kedua, ketiga,selanjutnya, akhirnya, terakhir.

2) Hubungan waktu,antara lain dahulu, sekarang, kini, kelak, sebelum, setelah,

sesudah, sementara itu, sehari kemudian, tahun depan.

3) Penanda klimaks, antara lain paling..., se....nya, ter...

4) Penanda perbandingan, antara lain seperti, ibarat, sama, bak.

5) Penanda kontras, antara lain tetapi, biarpun, walaupun, sebaliknya.

6) Penanda urutan jarak, antara lain di sana, di sini, di situ, sebelah, dekat, jauh.

7) Penanda ilustrasi, antara lain umpama, contoh, misalnya.

8) Penanda sebab-akibat, antara lain sebab, oleh sebab itu, oleh karena,

akibatnya.

9) Penanda syarat (pengandaian), jika, kalau, jikalau, andaikata, seandainya.

19

10) Penanda kesimpulan, antara lain ringkasnya, kesimpulannya, garis besarnya,

rangkuman.

b. Transisi Berupa Kalimat

Tarigan (2008: 13) mengungkapkan transisi berupa kalimat ini lebih dikenal

dengan istilah “LEAD-IN-SETENCE” (kalimat penuntun). Kalimat ini berfungsi

ganda, yaitu sebagai transisi dan sebagai pengantar topik utama yang akan

diperbincangkan. Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat

topik. Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Apabila dalam satu paragraf

terdapat kalimat penuntun sebagai transisi, kalimat topik terdapat setelah kalimat

penuntun.

Contoh:

(1) Ringkasannya, tata bahasa meliputi 3 hal, yaitu fonologi, morfologi, dan

sintaksis. (2) Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi

mengenai tata kata, dan sintaksis membicarakan tata kalimat.

Keterangan:

Kalimat Penuntun: (1)

Kalimat Topik: (2)

2.7.2 Kalimat Topik

Kalimat topik adalah kalimat yang berisi topik yang dibicarakan pengarang.

Pengarang meletakkan inti maksud pembicaraannya pada kalimat topik Arifin dan

Tasai (2008: 123). Dilihat dari letak, kalimat topik dapat di bedakan menjadi tiga

jenis paragraf deduktif yaitu deduktif (kalimat topik berada di awal), induktif

(kalimat topik berada di akhir), campuran (kalimat topik berada di awal dan di

20

tegaskan kembali di akhir). Dalman (2011: 97) mengatakan bila kalimat topik di

tempatkan pada awal paragraf akan terbentuk paragraf deduktif, yaitu alinea yang

menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian atau

rincian permasalahan alinea.

Contoh :

Kebudayaan dapat dibagi atas dua macam, yaitu kebudayaan fisik dan

kebudayaan nonfisik. Kebudayaan fisik tampak jelas karena merujuk pada

benda-benda. Kebudayaan nonfisik ada yang berupa pemikiran dan berupa

tingkah laku. Contoh hasil kebudayaan fisik adalah patung, lukisan, rumah,

mobil, dan jembatan. Contoh kebudayaan yang berupa pemikiran adalah filsafat,

pengetahuan, ideologi, etika, dan estetika. Hasil kebudayaan yang berupa tingkah

laku adalah adat istiadat, tidur, bertani, bahkan berkelahi.

2.7.3 Kalimat Pengembang

Sebagian besar, kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf termasuk

kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Pada

umumnya, setelah gagasan utama di tuangkan ke dalam kalimat topik, maka

selanjutnya kalimat topik mendeskripsikan lebih rinci kalimat topik tersebut.

Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat

abstrak menuruti hakikat ide pokok. Pengembangan kalimat topik yang bersifat

kronologis, biasanya menyangkut hubungan antara benda atau kejadian dan

waktu. Urutannya masa lalu, kini, dan yang akan datang. Bila pengembangan

kalimat topik berhubungan dengan jarak (spasial), hal ini biasanya menyangkut

hubungan antara benda, peristiwa atau hal, dan ukuran jarak. Urutannya dimulai

dari jarak yang paling dekat, lebih jauh, dan paling jauh. Bila pengembangan

kalimat topik berhubungan dengan sebab akibat, kemungkian urutannya sebab

21

dinyatakan lebih dahulu, lalu diikuti akibatnya. Atau sebaliknya, akibatnya

dinyatakan pertama, lalu dipaparkan sebabnya.

Contoh :

Pada pagi hari suasana lingkungan rumah andi begitu indah, di sekitar rumah

berjejer pohon-pohon yang menambah keteduhan. Sementara itu, kicau burung

menambah semaraknya pagi itu. Di kejauhan terlihat gunung Tangkuban Perahu

yang penuh misteri. Sungguh, pagi yang indah dan hangat (Tarigan, 2008: 15).

Paragraf diatas dikembangkan berdasarkan hubungan jarak atau spasial. Kalimat

topik (lingkungan rumah andi begitu indah) dikembangkan dengan kalimat-

kalimat sebagai berikut.

1) Di sekitar rumah berjejer pohon-pohon yang menambah keteduhan.

2) Sementara itu, kicau burung menambah semaraknya pagi itu.

3) Di kejauhan terlihat gunung Tangkuban Perahu yang penuh misteri.

2.7.4 Kalimat Penegas

pada umumnya, setelah kalimat pengembang memaparkan ide pokok yang

bersifat abstrak menuruti hakikat ide pokok, selanjutnya kalimat penegas

menyimpulkan atau menegaskan kembali kalimat topik. Tarigan (2008: 15)

mengungkapkan bahwa kalimat penegas adalah elemen keempat dan terakhir.

Elemen pertama adalah transisi, elemen kedua adalah kalimat topik, dan elemen

ketiga adalah kalimat pengembang, yang terakhir adalah kalimat penegas. Fungsi

kalimat penegas ada dua. Pertama, kalimat penegas sebagai pengulang atau

penegas kembali kalimat topik. Kedua, kalimat penegas sebagai daya penarik bagi

pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan.

Contoh :

Gedung yang dibangun delapan belas tahun yang lalu itu kini keadaannya rusak

berat. Tembok bagian depan mengelupas di beberapa tempat dan bagian

belakang retak-retak. Gentingnya banyak yang pecah dan tentu saja bocor kalau

hujan turun. Kayu penyangga genting banyak yang patah sehingga atap

bangunan tampak bergelombang. Plafon sudah tidak utuh, lantai hancur, dan

22

beberapa kaca jendela pecah. Bahkan sejumlah pintunya keropos dimakan rayap.

Gedung itu memang sudah tidak layak Wiyanto (2004: 28).

2.8 Struktur Paragraf Deduktif

Menurut Alwi (2001: 23) struktur paragraf adalah pola-pola kalimat di dalam

paragraf yang digambarkan dan membentuk sebuah struktur. Struktur paragraf

yang baik hanya ada tiga macam tingkatan informasi, yaitu kalimat topik, kalimat

pengembang langsung, dan kalimat pengembang tak langsung.

a) Kalimat Topik

Gagasan utama haruslah ada dalam setiap paragraf yang baik akan tetapi, tidak

demikian halnya dengan kalimat topik. Meskipun kalimat topik memuat gagasan

utama, hal itu tidak berarti bahwa kalimat topik juga harus ada dalam setiap

paragraf. Penulis dapat meletakkan kalimat topik secara bervariasi. Dengan alasan

tertentu ada penulis yang selalu meletakkan kalimat topik di awal paragraf, di

tengah paragraf, dan di akhir paragraf. Bahkan ada yang meletakkannya di awal

paragraf kemudian diulangi kembali pada akhir paragraf. Di mana pun letak

kalimat topik itu, masing-masing mempunyai keunggulannya.

b) Kalimat Pengembang Langsung

Selain kalimat topik, di dalam paragraf terdapat beberapa kalimat yang berfungsi

mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan kalimat topik itu. Sesuai dengan

fungsinya itu, kalimat yang mendukung, menjelaskan, atau mengembangkan

kalimat topik itu disebut kalimat pengembang. Jika diamati satu per satu,

hubungan kalimat-kalimat pengembang dengan kalimat topik pada sebuah

23

paragraf mempunyai tingkat keeratan yang berbeda-beda. Ada kalimat yang

secara langsung menjelaskan kalimat topik, ada pula kalimat yang tidak secara

langsung yang menjelaskan kalimat topik meskipun masih mempunyai hubungan

yang erat dengan kalimat topik paragraf itu.

c) Kalimat Pengembang Tak Langsung

Kalimat pengembang yang tidak langsung yang juga disebut kalimat pengembang

minor, menjelaskan kalimat topik melalui kalimat pengembang langsung, yang

disebut juga kalimat pengembang mayor. Dengan kata lain, kalimat pengembang

tidak langsung menjelaskan kalimat pengembang langsung, sedangkan kalimat

pengembang langsung itu menjelaskan kalimat topik. Secara hierarki di dalam

paragraf yang baik hanya ada tiga macam kalimat yang dapat digambarkan dalam

bagan berikut.

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Kalimat Pengembang Tidak Langsung

Gambar 2. Hierarki Struktur Paragraf

Satu paragraf hanya boleh memiliki satu kalimat topik, yang pasti di dalam

paragraf tidak diperbolehkan ada kalimat-kalimat yang mengembangkan kalimat

pengembang tidak langsung sebab kalimat-kalimat seperti itu terlalu jauh

24

kaitannya dengan kalimat topik dan hal itu akan mengakibatkan kurang padunya

paragraf itu.

Struktur yang baik memiliki empat variasi, yaitu (1) satu gagasan utama yang

dijelaskan oleh banyak kalimat pengembang langsung tanpa kalimat pengembang

taklangsung, (2) satu gagasan utama yang dijelaskan oleh satu kalimat

pengembang langsung dan banyak kalimat pengembang taklangsung, (3) satu

gagasan utama yang dijelaskan oleh banyak kalimat pengembang langsung dan

satu kalimat pengembang taklangsung, dan (4) satu gagasan utama dijelaskan oleh

banyak kalimat pengembang langsung dan banyak kalimat pengembang

taklangsung. Masing-masing variasi masih dapat dianggap sebagai struktur

paragraf yang baik.

2.8.1 Variasi Struktur Paragraf Deduktif Sejajar

Menurut Alwi (2001: 26) variasi struktur paragraf deduktif sejajar adalah gagasan

utama yang dituangkan dalam kalimat topik dan dikembangkan oleh beberapa

kalimat pengembang langsung, sementara setiap kalimat pengembang langsung

tidak dikembangkan lagi oleh kalimat pengembang tidak langsung. Dengan kata

lain, dalam variasi ini hanya ada dua tingkatan informasi, yaitu informasi topik

dan informasi pengembang langsung.

Menurut Heffernan (1986: 149) Terdapat dua cara untuk menghubungkan

kalimat-kalimat lain di paragraf dengan kalimat topik. Cara pertama yaitu

memperlakukan kalimat-kalimat lain tersebut sebagai kalimat-kalimat yang

diurutkan. Yang kedua dengan memperlakukan kalimat-kalimat tersebut sebagai

kalimat yang saling berhubungan. Struktur paragraf sejajar yaitu kalimat

25

pengembang berkaitan dengan kalimat utama sehingga semua kalimat

pengembang duduk sejajar satu sama lain. Struktur dua tingkatan ini dapat

digambarkan sebagai berikut.

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Gambar 3. Variasi Struktur Paragraf Deduktif Sejajar

Perhatikan contoh berikut ini.

Pengembangan pendidikan di wilayah itu menunjukkan kemajuan yang amat

pesat. Dari hanya satu gedung sekolah dasar pada tahun 1980-an, kini terdapat

tidak kurang dari tujuh gedung sekolah dasar baru yang berhasil dibangun

dengan swadaya masyarakat. Dari tidak mempunyai sekolah menengah, kini

mempunyai empat buah SMP dan dua SMA. Beberapa lembaga pendidikan luar

sekolah, seperti kursus menjahit, kursus komputer, dan kursus montir juga mulai

bermunculan.

Gagasan utama tentang pesatnya pembangunan pendidikan di wilayah itu yang

tertuang dalam kalimat (1) dikembangkan oleh kalimat (2)-(4) yang masing-

masing menjelaskan atau memberi bukti kemajuan yang amat pesat itu. Bermula

hanya mempunyai satu gedung SD, kini menjadi delapan gedung; bermula dari

tidak mempunyai sekolah menengah, baik SMP maupun SMA, kini mempunyai

KT

KPL KPL

KPL

26

empat SMP dan dua SMA; serta bermunculannya beberapa lembaga pendidikan

luar sekolah yang sebelumnya tidak ada.

2.8.2 Variasi Struktur Paragraf Deduktif Berantai

Menurut Alwi (2001: 27) Variasi struktur paragraf deduktif berantai adalah

gagasan utama yang diterangkan oleh satu kalimat pengembang langsung,

kemudian kalimat langsung itu dikembangkan oleh beberapa kalimat pengembang

tidak langsung. Dengan demikian, dalam variasi srtuktur paragraf ini ada tiga

tingkatan informasi, yaitu tingkat kalimat topik, kalimat pengembang langsung,

dan kalimat pengembang taklangsung.

Menurut Heffernan (1986: 151) cara lain untuk menyatukan kalimat dalam

paragraf adalah dengan menggunakan struktur berantai. Struktur berantai yaitu

semua kalimat pengembang mempunyai hubungan langsung hanya dengan

kalimat sebelumnya (kalimat pengembang ke-1 berkaitan langsung hanya dengan

kalimat utama, kalimat pengembang ke-2 hanya dengan kalimat pengembang ke-

1, kalimat pengembang ke-3 hanya dengan kalimat pengembang ke-2, dst).

27

Struktur paragraf ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Kalimat Pengembang Tak Langsung

Gambar 4. Variasi Struktur Paragraf Deduktif Berantai

Perhatikan contoh berikut ini.

Di desa itu Pak Karta termasuk petani yang berhasil. Luas lahan pertaniannya

bertambah dari tahun ke tahun. Tahun 1989 ia mulai hanya dengan satu hektar

lahan kering disebelah barat desanya. Dua tahun kemudian tidak kurang dari

65% lahan pertanian di desanya menjadi miliknya. Tahun 1992, ia mulai

menguasai sebagian lahan pertanian desa-desa sekitarnya. Kini, lahan pertanian

yang dikuasainya kira-kira lima kali luas desanya.

Dalam paragraf ini gagasan utama bahwa “Pak Karta termasuk petani yang

berhasil” di desa itu dijelaskan oleh kalimat pengembang langsung “bahwa luas

lahan pertaniannya bertambah dari tahun ke tahun”. Kalimat-kalimat berikutnya,

yaitu tentang beberapa luas lahan pertaniannya tahun 1989, tahun 1990, tahun

1992, dan beberapa luas lahan pertaniannya saat ini menjelaskan pertambahan

lahan pertanian Pak Karta dari tahun ke tahun tadi. Dengan kata lain, kalimat

topik (1) diterangkan oleh kalimat pengembang langsung (2), dan kalimat

pengembang langsung itu diterangkan oleh kalimat pengembang taklangsung (3)-

(6).

KT

KPL

KPTL KPTL KPLT

28

2.8.3 Variasi Struktur Paragraf Deduktif Kombinasi Satu

Variasi struktur paragraf deduktif kombinasi satu adalah satu gagasan utama

diterangkan oleh beberapa kalimat pengembang langsung dan salah satu kalimat

pengembang langsung itu mempunyai kalimat pengembang tak langsung. Variasi

ini lebih dekat dengan variasi struktur dua tingkat. Bedanya, hanyalah salah satu

pengembang kalimat langsung dari topik itu dijelaskan oleh kalimat pengembang

yang lebih rendah. Struktur paragraf ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Kalimat Pengembang Tak Langsung

Gambar 5. Variasi Struktur Paragraf Kombinasi satu

Perhatikan contoh paragraf berikut ini.

Jumlah lahan basah di perkotaan harus ditingkatkan. Kita harus

mempertahankan hutan-hutan kota yang selain berfungsi sebagai paru-paru kota

juga menjadi daerah resapan air. Upaya untuk menutup setiap permukaan tanah

dengan beton atau aspal harus ditekan agar sedikit demi sedikit air dapat

meresap kedalam tanah. Selain itu, para pengembang perumahan hendaknya juga

membangun bak-bak resapan air hujan di setiap rumah yang dibangunnya.

Meskipun kecil, dalam jumlah yang besar bak-bak resapan itu akan banyak

pengaruhnya terhadap air tanah kita.

KPT

KT

KPL KPL KPL

29

Perhatikanlah gagasan “bahwa jumlah lahan basah di perkotaan harus

ditingkatkan” yang terkandung dalam kalimat (1) dikembangkan oleh kalimat (2)-

(4) yang memuat informasi apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

lahan basah itu. Kalimat (5) tidak mengembangkan gagasan utama dalam kalimat

(1), tetapi hanya menerangkan kalimat pengembang langsung (4) yaitu tentang

bak-bak resapan air hujan di perumahan.

2.8.4 Variasi Struktur Paragraf Deduktif Kombinasi Dua

Variasi kombinasi dua atau terakhir dari struktur ideal sebuah paragraf yang

mengandung satu gagasan utama diterangkan oleh beberapa kalimat pengembang

langsung dan beberapa kalimat tidak langsung. Dalam variasi ini kalimat

pengembang tidak langsung itu dapat berinduk kepada satu atau beberapa kalimat

pengembang langsung. Struktur paragraf ini dapat digambarkan sebagai berikut.

Kalimat Topik

Kalimat Pengembang Langsung

Kalimat Pengembang Tak Langsung

Gambar 6. Variasi Struktur Paragraf Deduktif Kombinasi Dua

KT

KPL KPL

KPT KPT KPT KPT

30

Perhatikan contoh paragraf berikut.

Dari segi dampaknya, jelaslah bahwa pemakaian dinamit untuk menangkap

ikanmengakibatkan kerusakan yang amat fatal. Selain banyak batu karang yang

hancur, banyak pula biota laut yang juga ikut mati akibat ledakan itu. Bahkan,

dalam ukuran yang besar, ledakan dinamit nelayan juga dapat merusakkan

kapal-kapal lain yang kebetulan lewat. Sementara dari segi keamanannya, sudah

terbukti bahwa ledakan dinamit nelayan telah makan banyak korban. Dari awal

hingga pertengahan tahun ini saja tercatat sudah 15 nelayan tewas dan tidak

kurang dari 25 orang lainnya terluka. Ledakan paling yang parah terjadi

menghancurkan perahu nelayan itu dan mengakibatkan seluruh awak dan

nelayan mati tenggelam. Itulah sebabnya, pemakaian dinamit untuk menangkap

ikan harus dilarang karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya.

Dalam paragraf ini kalimat topik diletakkan pada kalimat terakhir. Gagasan utama

“bahwa pemakaian dinamit untuk menangkap ikan harus dilarang keras karena

lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya” dikembangkan oleh dua kalimat

pengembang langsung yang menjelaskan kemudaratan penggunaan dinamit itu.

Mudarat dari segi dampak ledakan diungkapkan dalam kalimat (1) dan mudarat

dari segi keamanan diungkapkan dalam kalimat (4). kalimat (2) dan (3)

merupakan penjelasan terhadap kalimat (1), sedangkan kalimat (5) dan (6)

merupakan penjelasan terhadap kalimat (4).

2.9 Pengertian Buku Teks

Buku teks sama dengan buku pelajaran. Buku teks adalah buku pelajaran dalam

bidang studi tertentu yang merupakan buku standar, yang telah disusun oleh para

pakar dalam bidang itu buat maksud-maksud dan tujuan instruksional, yang

diperlengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami

oleh para pemakainya di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi sehingga dapat

menunjang sesuatu program pengajaran.

31

Buku teks atau buku pelajaran, yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang mata

pelajaran atau bidang studi tertentu yang disusun secara sistematis dan telah

diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan

siswa untuk diasimilasikan. Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam

kegiatan pembelajaran disekolah (Muslich, 2010: 24). Menurut (Lange, 1940: 12),

buku teks adalah buku standar/buku setiap cabang khusus studi dan dapat terdiri

atas dua tipe, yaitu buku pokok/utama dan suplemen/tambahan. Buku Teks adalah

buku yang dirancang untuk penggunaan di kelas, dengan cermat disusun dan

disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi

dengan sarana-sarana pengajaran yang sesuai dan serasi (Tarigan, 2009: 12).

Berdasarkan Pendapat di atas penulis mengacu kepada pendapat (Muslich, 2010:

24) Buku teks atau buku pelajaran, yaitu buku yang berisi uraian bahan tentang

mata pelajaran atau bidang studi tertentu yang disusun secara sistematis dan telah

diseleksi berdasarkan tujuan tertentu, orientasi pembelajaran, dan perkembangan

siswa untuk diasimilasikan. Buku ini dipakai sebagai sarana belajar dalam

kegiatan pembelajaran di sekolah.

2.10 Fungsi Buku Teks

Fungsi Buku Teks sebagai berikut :

1. Mencerminkan suatu sudut pandangan yang tangguh dan modern mengenai

pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran

yang disajikan.

2. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subjectmatter yang kaya

mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan kebutuhan para

32

siswa, sebagai dasar bagi program-program kegiatan yang disarankan di mana

keterampilan-keterampilan ekspresional diperoleh di bawah kondisi-kondisi

yang menyerupai kehidupan yang sebenarnya.

3. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap mengenai

keterampilan-keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok

dalam komunikasi.

4. Menyajikan bersama-sama dengan buku manual yang mendampingi metode-

metode dan sarana-sarana pengajaran untuk memotivasi para siswa.

5. Menyajikan fiksasi (perasaan yang mendalam) awal yang perlu dan juga

sebagai penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.

6. Menyajikan bahan/ sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna

Tarigan (2009: 17).

Gambar 7. Aneka Fungsi Buku Teks

Aneka Fungsi Buku Teks

Mencerminkan suatu bentuk pandangan

Menyediakan suatu sumber yang teratur

rapi dan bertahap

Menyajikan pokok masalah yang kaya dan

serasi

Menyediakan aneka metode

dan sarana pengajaran

Menyajikan fiksasi awal

bagi tugas dan pelatihan

Menyajikan sumber bahan evaluasi dan

remedial

33

2.11 Karakteristik Buku Teks

Menurut Muslich (2010: 61-63), karakteristik buku teks mempunyai ciri-ciri

khusus yaitu:

1. Buku Teks disusun Berdasarkan Pesan Kurikulum Pendidikan

Pesan kurikulum pendidikan bisa diarahkan kepada landasan dasar,

pendekatan, strategi dan struktur program. Kita mengetahui bahwa landasan

dasar kurikulum pendidikan yang sedang berlaku saat ini kurikulum 1994

berorientasi pada tujuan, sedangkan pendekatannya adalah keterampilan

proses, strateginya adalah cara belajar siswa aktif, dan struktur programnya

adalah sistem caturwulan. Oleh karena itu, buku teks yang disusun hendaklah

mengikuti empat “pesan” yang dianut kurikulum 1994 tersebut.

2. Buku Teks Memfokuskan Ke Tujuan Tertentu

Rumusan tujuan ini dibuat berdasarkan rumusan pembelajaran yang terdapat

dalam GBPP kurikulum pendidikan yang sedang berlaku, terutama rumusan

pembelajaran setiap caturwulan atau setiap kelas.

3. Buku Teks Menyajikan Bidang Pelajaran Tertentu

Buku teks dikemas untuk bidang pelajaran tertentu. Oleh sebab itu, tidak

dibenarkan terdapat buku yang bersifat “gado-gado”, yang berisi berbagai

bidang pelajaran. Bahkan, kemasan buku teks diarahkan kepada kelas dan

jenjang pendidikan tertentu. Ini berarti tidak akan ada buku teks yang cocok

untuk semua kelas, apalagi untuk semua jenjang pendidikan.

4. Buku Teks Berorientasi Kepada Kegiatan Belajar Siswa

Pada dasarnya, buku teks disusun untuk siswa, bukan untuk guru. Oleh

karena itu, penyajian bahannya harus diarahkan kepada kegiatan belajar

34

siswa. Dengan membaca buku teks, siswa dapat melakukan serangkaian

kegiatan pembelajaran, baik dalam rangka pencapaian tujuan pemahaman,

keterampilan, maupun sikap.

5. Buku Teks Dapat Mengarahkan Kegiatan Mengajar Guru di Kelas

Sebagai sarana pelancar kegiatan belajar mengajar, sajian buku teks

hendaknya bisa mengarahkan guru dalam melakukan tugas-tugas pengajaran

(instruksional) di kelas. Ini berarti langkah-langkah pembelajaran yang

terdapat buku teks harus bisa “menyarankan” guru dalam penentuan langkah-

langkah pengajaran di kelas.

6. Pola Sajian Buku Teks disesuaikan dengan Perkembangan Intelektual Siswa

Sasaran

Pola sajian dianggap sesuai dengan perkembangan intelektual siswa apabila

memenuhi kriteria berikut, yaitu (1) berpijak pada pengetahuan dan

pengalaman siswa; (2) berpijak pada pola pikir siswa; (3) berpijak pada

kebutuhan siswa; (4) berpijak pada kemungkinan daya responsi siswa; dan (5)

berpijak pada kemampuan bahasa siswa.

7. Gaya Sajian Buku Teks dapat Memunculkan Kreativitas Siswa dalam Belajar

Agar dapat memunculkan kreativitas siswa dalam belajar, gaya sajian buku

teks hendaknya, (1) dapat mendorong siswa untuk berfikir; (2) dapat

mendorong siswa untuk berbuat dan mencoba; (3) dapat mendorong siswa

untuk menilai dan bersikap; dan (4) dapat membiasakan siswa untuk

mencipta.

35

2.12 Jenis Jenis Buku Teks

Menurut Tarigan (2009: 31-32), buku teks dari segi cara penulisan digolongkan

menjadi tiga jenis buku teks. Ketiga jenis itu adalah :

1. Buku Teks Tunggal

Buku teks tunggal ialah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja.

Berikut ini didaftarkan contoh buku teks tunggal, antara lain:

a. Kerap, Gorys. 1973. Tatabahasa Indonesia untuk SLA. Ende Flores: Nusa

Indah.

2. Buku Teks berjilid

Buku teks berjilid ialah buku pelajaran untuk satu kelas tertentu atau untuk

satu jenjang sekolah tertentu. Berikut ini didaftarkan contoh buku teks

berjilid, antara lain:

a. Depdikbud. 1981. Bahasa Indonesia I, H dan III. Jakarta: Proyek

Pengadaan Buku Pelajaran, Perpustakaan & Keterampilan SLU.

3. Buku Teks Berseri

Buku teks berseri ialah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang

sekolah, misalnya, dari SD-SMP-SMA. Berikut ini didaftarkan contoh buku

teks berseri, antara lain:

a. Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan. 1985. Terampil Berbahasa

Indonesia, (untuk SD – 9 jilid). Bandung: Penerbit Angkasa.