proses pembuatan jeregen

113

Click here to load reader

Upload: alen-pepa

Post on 19-Jun-2015

388 views

Category:

Automotive


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proses pembuatan jeregen

ANALISIS PROSES PRODUKSI JERIGEN PLASTIK MENGGUNAKAN MESIN PENCETAKAN TIUP

TE S I S

Oleh

Y U N A U W A R 027015021/TM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

Yunauwar : Analisis Proses Produksi Jerigen Plastik Menggunakan Mesin Pencetakan Tiup, 2008 USU e-Repository © 2008

Page 2: Proses pembuatan jeregen

1

ANALISIS PROSES PRODUKSI JERIGEN PLASTIK MENGGUNAKAN MESIN PENCETAKAN TIUP

TE S I S

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik Dalam Program Studi Teknik Mesin

Pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

Y U N A U W A R 027015021/TM

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2008

1

Page 3: Proses pembuatan jeregen

2

Judul Tesis : ANALISIS PROSES PRODUKSI JERIGEN PLASTIK MENGGUNAKAN MESIN PENCETAKAN TIUP Nama Mahasiswa : Yunauwar Nomor Pokok : 027015021 Program Studi : Teknik Mesin

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) Ketua

(Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D) (Ir.Alfian Hamsi, MSc) (Anggota) (Anggota) Ketua Program Studi, Direktur SPs-USU, (Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME) (Prof.Dr.Ir.T. Chairun Nisa B.,M.Sc)

Tanggal Lulus: 26 Januari 2008

2

Page 4: Proses pembuatan jeregen

3

Telah Diuji pada

Tanggal: 26 januari 2008

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Dr. Ir. Bustami Syam, MSME

Anggota : 1. Prof. Basuki Wirjosentono, MS, Ph.D

2. Prof. Dr. Ir. Samsul Rizal, M.Eng

3. Dr. -Ing. Ikhwansyah Isranuri

4. Ir. Alfian Hamsi, MSc

3

Page 5: Proses pembuatan jeregen

4

ABSTRAK Pembuatan jerigen plastik dengan proses pencetakan tiup pada salah satu industri di Medan masih menghasilkan produk yang cacat yang terjadi ketika proses pegiriman ke pelanggan dan mengakibatkan penambahan biaya transportasi serta biaya produksi. Cacat tersebut dapat disebabkan oleh belum seragamnya kekuatan jerigen yang dihasilkan dan komposisi material yang tidak sesuai. Bahan daur ulang yang diasumsikan mencapai 29,1% sehingga terjadi degradasi kekuatan bila dibandingkan dengan bahan murni. Untuk mendapatkan kekuatan jerigen yang maksimal dilakukan uji variasi komposisi bahan baku dengan 58% s/d 70% bahan baru HDPE SABIC BM 1052 dan 30 % bahan daur ulang serta material haipet 0.9% - 12.9%. Untuk mengetahui kekuatan minimal yang dapat menjamin keseragaman kekuatan jerigen sehingga terjaga keutuhan media di dalamnya perlu dilakukan penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan uji tarik terhadap beberapa komposisi bahan baku jerigen menggunakan Shimadzu Type AGS-10kNG untuk mengetahui sifat mekaniknya, mengamati sebaran ketebalan jerigen pada beberapa titik-titik kritis, uji tekan dengan alat top load tester dengan beban langsung sebesar 144 kg. Simulasi komputer akan sangat bermanfaat untuk mengklarifikasi hasil eksperimen yang dilakukan Dari semua data-data tersebut dipadukan agar didapatkan standar kekuatan yang diperlukan untuk jerigen sehingga dapat mencegah kerusakan pasca produksi. Kata-kata kunci: jerigen, Polietilena, komposisi, kekuatan, bahan baku.

4

Page 6: Proses pembuatan jeregen

5

ABSTRACT Plastic Jerrycan product which is processed by blow molding machine in one industry in Medan still possessed defects when arrived to customer. This problem affected production and transportation cost. The defect could be caused by non uniform product dimension & strength and the material composition which is not in range. The recycled material used up to 29.1%, so that causing degradation of strength compared to that of fresh material. Therefore, HDPE SABIC BM 1052 must be reprocess so will mixing with fresh material 58% - 70% and additive material haipet 0.9% to 12.9%. Research needed to calculate strength and ensure the intact material inside jerrycan. This research started with tensile strength test by variation material composition using Shimadzu Type AGS-10kNG to get mechanical properties and continued by measuring Jerrycan thickness distribution at any critical points. Direct load test by weight 144 kg at the top of jerrycan using top load tester for checking the possibility of defect area. Computer simulation using solid work 2004, and MSC NASTRAN software will clarify the Jerrycan problem. These all datas combined and finally give the industrial jerrycan standard strength needed to avoid the defect after production. Key words : Jerrycan, Polyethylene, Composition, Strength, Raw material.

5

Page 7: Proses pembuatan jeregen

6

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana atas segala

rahmat, berkah dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik,

dimana ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi Teknik Mesin Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini berjudul Analisis Proses Produksi Jerigen Plastik Menggunakan

Mesin Pencetakan Tiup. Penulisan ini terlaksana berkat dorongan dan arahan dari

berbagai pihak, terutama para komisi pembimbing, para pembanding dan rekan-

rekan mahasiswa yang telah memberikan masukan demi kesempurnaan penulisan

laporan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada Prof. Dr.Ir.Bustami Syam MSME., selaku ketua

komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan petunjuk dan arahan dalam

penyelaian tesis ini. Demikian juga kepada Prof. Basuki Wirdjosentono, MS, Ph.D,

dan Ir. Alfian Hamsi, MSc selaku komisi pembimbing, yang telah banyak

memberikan masukan dan saran-saran dalam penyelaian tesis ini.

Dalam kesempatan ini juga terima kasih penulis kepada Direktur Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan

kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan S2.

Berikutnya sungguh tak terlupakan kebanggan penulis kepada Prof. Dr. Ir.

Bustami Syam, MSME dan Dr. Ing.Ichwansyah Isranuri selaku ketua dan sekretaris

Program studi Magister Teknik Mesin SPs-USU, yang telah memberikan kesempatan

dan fasilitas demi selesainya tesis ini, serta Bapak-bapak dosen pembanding dan

penguji yang telah memberikan tanggapan dan saran perbaikan, serta rekan-rekan dan

semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian tesis ini.

Selanjutnya terima kasih atas izin penggunaan fasilitas laboratorium FMIPA

dibawah pimpinan Bapak Dr. Hari Agusna sebagai kepala laboratorium penelitian

FMIPA USU.

6

Page 8: Proses pembuatan jeregen

7

Penghargaan yang sangat mulia atas kemurahan hati dari Mr. Nayal Rasyed

dan MR. Ali Saleh Aklan Al-Bodaigi sebagai General manager pada PT. Pacific

Medan Industri dan PT. Pacific Palmindo Industri serta jajaran stafnya, atas segala

kemudahan yang diberikan dalam penelitian ini, serta istri dan ananda tercinta yang

telah memberikan dorongan, bantuan dan dukungan sepenuhnya selama mengikuti

pendidikan ini

.

Penulis menyadari tesis ini masih belum sempurna, untuk itu mengharapkan

kritik dan saran untuk kesempurnaan tesis ini dimasa yang akan datang. Kiranya ini

dapat bermanfaat hendaknya.

Medan, 15 Juni 2007

Penulis,

Yunauwar

7

Page 9: Proses pembuatan jeregen

8

RIWAYAT HIDUP

Nama : Yunauwar

Tempat/Tgl. Lahir : Aceh Besar, 6 Maret 1966

Pekerjaan : Karyawan PT. Pacific Palmindo Industri

Alamat Kantor : Kawasan Industri Medan II Mabar, Jl. Pulau Bawean

KIM II Mabar – Sumatera Utara.

Pendidikan

Madrasah Ibtidaiya Negeri Indrapuri Th 1972 s.d 1979

Sekolah Menengah Pertama Neg. VII Jambi Th 1979 s.d 1982

Sekolah Menengah Atas Negeri I Palembang Th 1982 s.d 1985

Politeknik Elektronika USU Th 1986 s.d 1989

Fakultas Teknik Elektro Unida Banda Aceh Th 1990 s.d 1997

Riwayat Pekerjaan

Wakil Spv. Instrumentasi PT. SAI Banda Aceh Th 1989 s.d 1997

Spv. Electrik & Instrumentasi PT. Flora Sawita Chemindo Th 1997 s.d 2002

Kabag. Maintenance PT. Hamparan Pancaran Chemindo Th 2002 s.d 2004

Kabag. Electrik & Instrumentsi PT. Pacific Palmindo Industri Th 2004 s.d 2007

Engineering Manager PT. Smart-tbk Refinery Tarjun Th 2007 s.d Skrg

Pelatihan-pelatihan 1. Pendidikan dasar kemiliteran, tahun 1986 di Batalion invantri Padang Bulan

Medan. 2. Indonesia Cement & Concrete Institute, tahun 1994 di PT. Semen Padang

Indarung Sumatera Barat. 3. Distributed Control System Centum CS 1000, tahun 2005 di PT. Yokogawa

Indonesia Jakarta. 4. Pelatihan Petugas Proteksi Radiasi, Badan Tenaga Atom Nasional Jakarta, tahun

1997 & 2001 Jakarta.

8

Page 10: Proses pembuatan jeregen

9

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK........................................................................................................ i

ABSTRACT...................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR...................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... v

DAFTAR ISI..................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii

DAFTAR NOTASI........................................................................................... xiii

BAB 1. PENDAHULUAN............................................................................. 1 1.1. Latar Belakang....................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah............................................................... 3 1.3. Tujuan Penelitian................................................................... 5 1.4. Manfaat Penelitian................................................................. 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7 2.1. Karakteristik Bahan Polimer.................................................. 8 2.2. Sifat-sifat Mekanik Polimer................................................... 9 2.3. Kekuatan Tarik Bahan Polimer.............................................. 13 2.4. Proses Produksi Jerigen......................................................... 14

BAB 3. METODE PENELITIAN.................................................................. 22 3.1. Waktu dan Tempat................................................................ 22 3.2. Bahan Spesimen dan Alat..................................................... 23 3.2.1. Bahan Dasar...................................................... 23 3.2.2. Spesimen Penelitian.......................................... 24 3.2.3. Sifat Mekanik Material dasar Penelitian........... 30 3.3. Pembuatan Komposisi Bahan Baku...................................... 30

9

Page 11: Proses pembuatan jeregen

10

3.4. Kerangka Konsep Penelitian.................................................. 32

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 33 4.1. Hasil Pengujian Sifat Mekanik.............................................. 33 4.2. Hasil Pengukuran Massa Jenis Bahan Jerigen....................... 40 4.3. Hasil Pengukuran Distribusi Ketebalan Jerigen..................... 41 4.4. Hasil Pengujian Top Load..................................................... 41 4.5. Hasil Uji Tindih..................................................................... 46 4.6. Analisis Hasil Experimen pada Uji Top Load & Uji Tindih. 46 4.7. Simulasi Komputer................................................................ 46 4.7.1. Pemodelan dengan Solid Work 2004................ 49 4.7.2. Input data sifat mekanik bahan.......................... 50 4.7.3. Pemodelan beban............................................... 51 4.7.4. Memberi Tumpuan (constrain).......................... 52 4.7.5. Proses analisa dan menampilkan hasil analisa.. 53 4.7.6. Hasil Analisa COSMOSSXpress....................... 55 4.8. Simulasi Komputer pada Beberapa Variasi Komposisi

Material ................................................................................. 55 4.9. Simulasi Komputer Ketika Ketebalan Jerigen Diubah.......... 59 4.9.1. Hasil Simulasi Jerigen Ketebalan 2 mm............ 59 4.9.2. Hasil Simulasi Jerigen Ketebalan 1,75 mm....... 60 4.9.3. Simulasi Untuk Ketebalan 1,5 mm Material

Haipet 0.9 %..................................................... 64 4.9.4. Simulasi Untuk Ketebalan 1,5 mm Material

Haipet 3.9 %...................................................... 68 4.10. Perbandingan Hasil Eksperimen dengan Simulasi................. 70

BAB 5. KESIMPULAN.................................................................................. 73 5.1. Kesimpulan............................................................................ 73 5.2. Saran....................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 75

10

Page 12: Proses pembuatan jeregen

11

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Kekuatan tarik, tekan dan lentur bahan polimer ............................ 13

3.1 Tempat, Waktu dan Metode Penelitian ......................................... 22

3.2 Karakteristik SABIC BM 1052 ..................................................... 30

3.3 Sifat Fisik Haipet ........................................................................... 30

3.4 Variasi Komposisi Material Utama Jerigen ................................... 31

4.1 Hasil Uji Sifat Mekanik Spesimen ASTM D 638 Type IV............ 35

4.2 Density Bahan dari Beberapa Komposisi Spesimen ..................... 40

4.3 Hasil Pengukuran Ketebalan Jerigen ............................................. 42

4.4 Ikhtisar Hasil Top Load Test ……………………………………. 44

4.5 Perbandingan Hasil Pengujian dan Simulasi untuk ketebalan jerigen 2mm....................................................................................

70

11

Page 13: Proses pembuatan jeregen

12

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Konsumsi plastik dunia ................................................................ 7

2.2 Model Voigt dan Model Maxwell ................................................ 10

2.3 Kurva waktu-tegangan benda viscoelastic ................................... 14

2.4 Proses produksi jerigen ................................................................ 15

2.5 Skematik proses pembuatan jerigen plastik ................................. 17

2.6 Mekanisme terjadinya material recycle........................................ 18

2.7 Ekstruder mesin blow molding .................................................... 19

2.8 Mesin pencetak tiup .................................................................... 20

2.9 Cetakan Simetris Posisi Terbuka ................................................ 20

2.10 Jerigen plastik BM 1052 ............................................................. 21

3.1 Dimensi Spesimen ASTM D 638 type IV .................................. 24

3.2 Spesimen Untuk Uji Pengukuran Ketebalan, Uji Tindih dan Top Load Test Tampak Semua Sisi ……………………….. ….

25

3.3 Pandangan Depan Jerigen Isi 20liter .......................................... 27

3.4 Pandangan Samping Jerigen Isi 20 liter ..................................... 28

3.5 Disain Dimensi Jerigen Volume 20 liter ……………………….. 29

3.6 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 32

4.1 Grafik tegangan-regangan material komposisi I........................... 36

4.2 Grafik tegangan-regangan material komposisi II.......................... 37

12

Page 14: Proses pembuatan jeregen

13

4.3 Grafik tegangan-regangan material komposisi III........................ 38

4.4 Grafik tegangan-regangan material komposisi IV........................ 39

4.5 Pengujian Top Load ..................................................................... 43

4.6 Hasil Pengujian Top Load ............................................................ 43

4.7 Hasil Uji Top Load saat Beban dibebaskan dari Beban Tekan..... 44

4.8 Hasil Uji tindih langsung jerigen 20 liter...................................... 45

4.9 Die dan Pin berbentuk Bulat......................................................... 47

4.10 Dies Bulat dan Dies Berbentuk Persegi Empat............................ 47

4.11 Model Jerigen dibuat dengan Solid Work 2004........................... 49

4.12 Bagian Atas Jerigen sebagai Area Pembebanan........................... 51

4.13 Bagian Bawah Jerigen sebagai Tumpuan..................................... 52

4.14 Sebaran Tegangan saat Pemberian Beban Tekanan...................... 54

4.15 Distribusi Translasi Total pada Jerigen 20 L Komposisi I……... 56

4.16 Distribusi Tegangan Von Misses pada Jerigen 20 L Komposisi II....................................................................................................

57

4.17 Distribusi Tegangan Von Misses pada Jerigen 20 L Komposisi III...................................................................................................

57

4.18 Distribusi Tegangan Von Misses pada Jerigen 20 L Komposisi IV..................................................................................................

58

4.19 Distribusi Tegangan Von Misses Maksimum sebesar 8,0836 Mpa Ketebalan dinding 2mm Haioet 0,9%...................................

59

4.20 Distribusi Tegangan Von Misses Sebesar 8,0836 MPa Pada Elemen 24204 Ketebalan Dindingnya 2 mm Komposisi I............

60

13

Page 15: Proses pembuatan jeregen

14

4.21 Distribusi Tegangan Von Misses Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I Dilihat dalam Tiga Dimensi.....................................

61

4.22 Pandangan Samping Kanan Distribusi Tegangan Von Misses Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I....................................

61

4.23 Pandangan Samping Kiri Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I....................................

62

4.24 Pandangan Depan Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I.....................................................

62

4.25 Pandangan Belakang Distribusi Tegangan Von Misess Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I....................................

63

4.26 Pandangan Atas Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I......................................................

63

4.27 Pandangan Bawah Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75mm Komposisi I.......................................................

64

4.28 Pandangan Atas Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I...................................................................................

65

4.29 Pandangan Bawah Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I...........................................................................

66

4.30 Pandangan Samping Kiri Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I.....................................................................

66

4.31 Pandangan Samping Kanan Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I........................................................

67

4.32 Pandangan Depan Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I..........................................................................

67

4.33 Pandangan Belakang Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm Komposisi I...........................................................................

68

4.34 Pandangan Atas Distribusi Lendutan ketebalan jerigen 1.5 mm Komposisi II.................................................................................

68

4.35 Pandangan Bawah Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm Komposisi II..........................................................................

69

4.36 Hasil Pengujian Top Load dan Simulasi………………………... 72

14

Page 16: Proses pembuatan jeregen

15

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Set UP Mesin Uji Tarik yang tersedia di STP Serpong............. 76

2 Set up alat uji tekan menggunakan Top Load Tester…………. 77

3 Uji Tindih Langsung.................................................................. 78

4 Pengukuran Ketebalan Jerigen Menggunakan Agro Top Wave 79

5 Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi I..... 80

6 Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi II.... 81

7 Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi III... 82

8 Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta Komposisi IV............ 83

9 Foto-foto saat Pengujian di Sentra Poimer Serpong................. 84

10 Sample ASTM D 638 type IV................................................... 87

11 Hasil Test Material di STP......................................................... 88

15

Page 17: Proses pembuatan jeregen

16

DAFTAR ISTILAH

Satuan γ Koefisien viscositas peredam

η Koefisien viscositas peredam

σ Tegangan (Mpa)

G Modulus Elastik pegas (Gpa)

τ Waktu relaksasi (dt)

Lo Panjang awal (mm)

Lt Panjang setelah waktu t (mm)

Ao Penampang awal (mm²)

16

Page 18: Proses pembuatan jeregen

17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di industri kemasan plastik kini mendapat persoalan menyangkut ketahanan

kemasannya ketika diisi dengan media, dimana masih didapatkan kegagalan daya

tahan terhadap beban tekan, beban tarik, dan beban impak pada proses transportasi,

sehingga keutuhan media yang diisi di dalamnya tidak terjamin. Kegagalan tersebut

bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain pemilihan komposisi bahan baku

antara fresh, recycled dan penguat haipet serta distribusi ketebalan jerigen yang tidak

seperti yang diinginkan.

Kegagalan fungsi sebuah jerigen dalam mempertahankan keutuhan isi di

dalamnya perlu dicegah. Bila jerigen dibuat terlalu kuat konsekuensinya kurang

ekonomis, disamping itu belum ada standar yang menyatakan suatu jerigen

memenuhi syarat untuk keperluan industri minyak goreng. Ada beberapa cara

menguatkan jerigen antara lain, jerigen dibuat lebih tebal, jerigen diberikan bahan

tambahan sebagai penguat, ataupun disain cetakan untuk menambah lekukan pada

sisi-sisi yang perlu dikuatkan. Masing-masing tipe ada kelebihan dan kekurangannya

serta sangat berpengaruh pada nilai ekonomis, teknis dan ergonomisnya. Semua

produsen menetapkan harga optimum yang harus dicapai agar dapat memiliki semua

aspek yang diinginkan pada jerigen.

17

Page 19: Proses pembuatan jeregen

18

Persoalan yang paling penting dari sebuah jerigen adalah jaminan keutuhan isi

didalamnya sampai ke tangan konsumen. HACCP 22000 sangat menekankan

terjaminnya food safety agar semua pelanggan dapat menggunakannya dengan aman.

Cara menjamin keutuhan tersebut adalah dengan menggunakan jerigen yang dibuat

dengan kekuatan yang memadai dan dari bahan food grade khususnya untuk jenis

jerigen industri. Jerigen yang memiliki kekuatan yang memadai merupakan bagian

yang terpenting bagi pengguna, karena jaminan keutuhan media di dalamnya sangat

tergantung pada wadahnya. Cara melindungi media tersebut adalah dengan

menggunakan kemasan antara lain jerigen yang kekuatannya terukur menurut standar.

Penyelidikan dan pengujian terhadap kehandalan dan kekuatan bahan

polietilena telah dilakukan oleh beberapa peneliti dan balai pengujian dalam beberapa

aspek yang berbeda yaitu: Sudirman [11] meneliti‚ pengaruh radiasi neutron cepat

terhadap sifat fisik dan mekanik polietilena dan polistirena, beliau menyimpulkan

bahwa iradiasi neutron cepat pada polimer tersebut mengakibatkan penurunan sifat

fisik, mekanik dan struktur molekul yang meliputi temperatur dekomposisi, kekuatan

tarik, dll, semua jenis polietilena (HDPE dan LDPE) mengalami degradasi setelah

diiradiasi dengan neutron cepat. Besarnya laju degradasi sesuai dengan dosis neutron

cepat yang digunakan. Bo Wang dan Thomas Siegmund,(2005), meneliti tentang

‘Simulation of fatigue crack growth at plastically mismatched bi-material interfaces’

beliau menyimpulkan bahwa, pertumbuhan retak fatik terjadi sepanjang arah tegak

lurus terhadap permukaan antara kedua material (interface) yang tidak menyatu. Laju

18

Page 20: Proses pembuatan jeregen

19

percepatan pertumbuhan retak adalah sama seperti retak percabangan pada antarmuka

yang diprediksikan tergantung pada sifat mismatch dari dua bentuk plastik padat dan

sifat antarmuka. Dengan dilandasi pada latar belakang di atas peneliti memandang

perlu dilakukan penelitian tentang kekuatan dan kehandalan jerigen sehingga dapat

menjamin keutuhan media yang didalamnya sampai pada konsumen. Komposisi

bahan baku jerigen dibuat bervariasi dan diambil sampelnya masing-masing, test

properties menggunakan Servo Pulser AGS-10kNG Shimadzu untuk mendapatkan

komposisi terbaik dan terkuat, lalu di produksi jerigen dengan komposisi terbaik

dengan terlebih dahulu mengkondisikan mesin pencetakan tiup untuk mendapatkan

ketebalan jerigen di seluruh titik sesuai dengan kebutuhan. Hasil produksi ini akan

diuji top load tes, serta simulasi komputer menggunakan software solid work 2004

dan software MSC NASTRAN untuk mengklarifikasi sehingga didapatkan kriteria

jerigen yang berkualitas.

1.2 Perumusan Masalah

Pembuatan jerigen meliputi tiga hal utama yaitu proses pemanasan,

pencetakan dan proses pendinginan. Pemanasan terhadap bahan baku dimulai dari

suhu kamar hingga mencapai suhu leleh yaitu: 160ºC – 190 ºC, batasan ini tidak

boleh dilewati karena bila memasuki temperatur transisi kaca maka jerigen plastik

akan kaku dan mudah pecah. Pencetakan merupakan proses pembentukan jerigen

dengan cara tiup hingga plastik merata ke seluruh permukaan cetakan yang telah

didisain sesuai dengan keperluan. Peniupan dipertahankan beberapa saat hingga

19

Page 21: Proses pembuatan jeregen

20

dicapai temperatur akhir sekitar suhu kamar yaitu 30 ºC. Proses pendiginan dilakukan

dengan menggunakan air dingin dengan suhu rata-rata 10 ºC (chilling water) dan

tidak besentuhan langsung, sehingga tidak memakan waktu yang lama untuk

pendinginan.

Observasi dilapangan menunjukkan adanya kerusakan saat dikirim ke

pelanggan yaitu ditemui kebocoran, sehingga mendapat keluhan, dan barang

dikembalikan ke produsen.

Kerusakan jerigen tersebut perlu diatasi dengan beberapa upaya misalnya

meneliti kekuatan minimal jerigen tersebut melalui beberapa pengujian yang relefan.

Peneliti berpendapat bahwa jerigen tersebut perlu dilakukan uji tekan untuk

mengetahui daya tahan terhadap tekanan dari tindihan beberapa lapis jerigen lainnya.

Juga perlu pula dilakukan uji tarik terhadap kekuatan materialnya, karena komposisi

bahan baku jerigen ternyata dicampur dengan material recycled 29,1% dan material

penguat haipet serta material baru (fresh) 58% s.d 70%, yang tentu kekuatannya

berbeda dengan 100 % material baru. Penggunaan material recycled tidak dapat

dihindarkan selama proses produksi dan harus diolah kembali dengan ditambah bahan

penguat haipet sehingga nantinya diperoleh kekuatan yang memadai dan terukur.

Dalam hal lain material recycled merupakan sisi proses pencetakan yang kualitasnya

tidak jauh berbeda dengan material segar.

20

Page 22: Proses pembuatan jeregen

21

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis proses pembuatan

jerigen plastik HDPE SABIC BM 1052 dengan variasi penambahan material recycled

dan penguat haipet menggunakan mesin pencetakan tiup.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mendapatkan distribusi tegangan dan regangan yang dialami oleh jerigen pada

berbagai komposisi akibat beban sewaktu distribusi minyak goreng ke konsumen

dengan pemodelan metode elemen hingga.

2. Mengidentifikasi lokasi lemah konstruksi jerigen berdasarkan distribusi ketebalan

dinding dan total berat jerigen dengan bahan baku yang telah dipilih ketika

dilakukan variasi beberapa komposisi.

3. Memperbaiki kekuatan jerigen dengan modifikasi komposisi material penguat

haipet, sehingga diperoleh kekuatan yang mampu menahan beban 144 kg.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapan akan merupakan suatu karya nyata dari perguruan

tinggi, khususnya lembaga penelitian, dalam memberikan informasi untuk

mengurangi kerusakan jerigen ketika digunakan untuk mengisi minyak goreng.

21

Page 23: Proses pembuatan jeregen

22

22

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Diperoleh model jerigen yang lebih baik dengan menggunakan pemodelan

metode elemen hingga.

2. Diperoleh data distribusi tegangan, regangan sehingga ketebalan jerigen dapat

dimodifikasi untuk memperbaiki kekuatan.

3. Diperoleh kekuatan jerigen yang lebih baik dari hasil modifikasi komposisi

material haipet penguat.

4. Konsumen memperoleh informasi tentang kekuatan dari jerigen dengan variasi

komposisi bahan baku polietilena HDPE SABIC BM 1052 dan haipet bila

diberikan beban 144 kg (6 lapis jerigen 20 liter).

5. Dapat digunakan sebagai pengembangan pengetahuan pada penelitian yang lebih

lanjut guna menemukan konsep-konsep baru dalam upaya penerapan konsep

empiris dan pemodelan pada pembuatan jerigen sehingga dapat memberikan

kepuasan bagi pemakai jerigen.

Page 24: Proses pembuatan jeregen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Produk plastik telah mendominasi setiap bidang dari kehidupan manusia

sekarang ini, mulai dari peralatan rumah tangga, pertanian, industri, rumah sakit,

sampai pada teknologi ruang angkasa. Bahan plastik secara bertahap mulai

menggantikan gelas, kayu dan logam di bidang industri. Kecenderungan ini dapat

dilihat pada Gambar 2.1, dimana penggunaan plastik terus meningkat dari tahun ke

tahun.

Gambar 2. 1 Konsumsi Plastik Dunia

33

Page 25: Proses pembuatan jeregen

24

Plastik, polimer, resin biasanya dianggap sinonim, dalam hal ini polimer

merupakan material murni, sedangkan plastik dan resin ditandai dengan adanya

kandungan additif. Resin sering digunakan untuk thermoset. Dalam pengertian

modern yang lebih luas, plastik didefinisikan sebagai plastik, polimer resin,

elastomer, foam, reinforced plastic, composite. Polyethilen, polystirene,

polycarbonat, polypropilen, polyvinilclorida dan nilon merupakan bahan-bahan

plastik. [2]

Lebih jauh tentang jerigen diuraikan beberapa hal mengenai sihat-sifat bahan

bakunya seperti karakteristik bahan polimer, sifat-sifat mekanik bahan polimer, dan

kekuatan tarik, serta proses pembuatan jerigen.

2.1 Karakteristik Bahan Polimer

Sifat-sifat khas bahan polimer pada umumnya adalah sbb:

1. Dapat dicetak dengan mudah pada temperatur relatif rendah, bahan dapat dicetak

dengan penyuntikkan, penekanan, ekstrusi, dan seterusnya, yang menyebabkan

ongkos pembuatannya lebih rendah dari pada bahan keramik.

2. Produknya ringan dan kuat. Berat jenis polimer rendah bila dibandingkan

dengan logam dan keramik, yaitu 1,0 s.d 1,7 gram/cm³, yang memugkinkan

membuat barang kuat dan ringan.

3. Memiliki ketahanan yang baik terhadap air dan zat kimia. Pemilihan bahan yang

baik akan menghasilkan produk yang memiliki sifat-sifat baik sekali.

24

Page 26: Proses pembuatan jeregen

25

4. Kurang tahan terhadap pelarut. Umumnya larut dalam zat pelarut tertentu

kecuali beberapa bahan khusus seperti politetrafluoretilen. Kalau

tidak mudah larut, mudah retak karena kontak yang terus-menerus dengan

pelarut dan disertai adanya tegangan.

5. Beberapa bahan tahan abrasi, atau mempunyai koefisien gesek yang kecil.

6. Kekerasan permukaan yang sangat rendah. Bahan polimer yang keras ada tapi

masih jauh dibawah kekerasan logam dan keramik.

7. Kurang tahan terhadap panas, hal ini sangat berbeda dengan logam dan keramik.

8. produk-produk dengan sifat yang berbeda dapat dibuat tergantung pada cara

pembuatannya. Dengan mencampur zat pemplastis, pengisi dan sebagainya sifat-

sifat dapat berubah dalam daerah yang lebih luas.

9. Dapat didaur ulang serta transparan dan bersifat optik.

2.2. Sifat-Sifat Mekanik Polimer

Sifat-sifat mekanik bahan polimer sangat dominan dengan sifat

viskoelastiknya. Telah diketahui bahwa meregangnya film polietilen, perpanjangan

tidak selalu sebanding lurus dengan beban yang diberikan, dan pada pelepasan beban,

sebagian kecil regangannya tidak kembali, tetapi sebahagian besar tetap ada yang

tidak kembali ke panjang asal, karena bahan polimer tidak semuanya merupakan

bahan yang elastik tetapi mempunyai faktor viskositas. Bahan yang memiliki kedua

sifat elastik dan kental disebut bahan viskoelastik.

Kalau bahan polimer diregangkan secara cepat ia akan patah dengan

25

Page 27: Proses pembuatan jeregen

26

permukaan patah yang rata seperti halnya patahan getas. Kelakuan ini sangat

tergantung pada laju deformasi. Dan kalau didinginkan akan menjadi kaku dan sukar

diregangkan. Dalam hal ini waktu deformasi dan temperatur memberikan pengaruh

banyak terhadap sifat-sifat mekanik polimer. Kelakuan semacam ini adalah ciri khas

sifat viskoelstik dan sifat ini sangat jelas dapat diamati.

Sifat-sifat viskoelastik pada dasarnya berhubungan erat dengan hal-hal

berikut. Sebagai suatu faktor elastik, keelastikan Hooke, dapat dinyatakan oleh model

sebuah pegas. Sebagai suatu faktor viskositas, viscositas Newton dapat dinyatakan

sebagai model sebuah peredam terisi cairan kental dengan torak yang dapat bergerak.

Gambar 2. 2 (a) Model Voigt, dan (b) Model Maxwell

Dibawah ini dijelaskan kelakuan dua unsur sederhana dalam dua kombinasi

yaitu: Sebuah pegas dan sebuah peredam disusun paralel seperti Gambar 2.2.(a) dan

pegas serta peredam disusun seri seperti dalam Gambar 2.2.(b) yang pertama adalah

model Voigt dan yang kedua adalah model Maxwell. Melihat kepada hubungannya

26

Page 28: Proses pembuatan jeregen

27

antara gaya (σ) dan ragangan (γ) dari model tersebut, yang pertama menyatakan:

Jumlah gaya = Gaya pegas + gaya peredam

dimana regangan pada pegas dan peredam sama besar. Yang kedua menyatakan:

Jumlah gaya = regangan pegas + regangan peredam

dimana gaya pegas sama dengan gaya peredam. Masing-masing dapat dinyatakan

dalam persamaan sebagai berikut, model Voigt dituliskan:

σγγη =+ Gdtd (2.1)

dan pada model Maxwell:

dtd

Gdtd σσ

ηγ 11

+= (2.2)

dimana η adalah koefisien viskositas peredam dan G modulus elastik pegas. Ini

adalah persamaan dasar bagi model bersangkutan untuk dipecahkan dengan

pemelaran (creep), tegangan relaksasi, perpanjangan dan lainnya disubstitusikan.

Umumnya kelakuan melar dapat secara mudah dijelaskan oleh model Voigt

sedangkan relaksasi tegangan oleh model Maxwell. Kalau gaya (σ) diberikan dan

dihilangkan setelah waktu tertentu, akan menghasilkan kurva deformasi (seperti

Gambar 2.3) yang dinyatakan dalam persamaan:

( )τη σσγ /)/( 1)1( ttG eG

eG

−− −=−=

(2.3)

dimana G/ητ = disebut waktu retardasi (kelambanan). Kalau gaya ditiadakan

27

Page 29: Proses pembuatan jeregen

28

perlahan-lahan dikembalikan ke keadaan semula yang dinyatakan oleh ,

dimana

τγγ /0

te−=

0γ adalah regangan maksimal dari melar (regangan, kalau gaya ditiadakan),

pengembaliannya bersifat eksponen. Kalau waktu retardasi (τ ) kecil waktu

pegembaliannya singkat, sedangkan kalau (τ ) besar, pengembaliannya

perlahan-lahan. Suatu hubungan ditetapkan oleh keelastikan pegas (G) dan viscositas

peredam (η). Yaitu apabila suatu benda elastik, dalam hal ini berupa pegas, adalah

besar (lebih elastik), waktu retardasi singkat untuk pengembalian yang cepat.

Bertentangan dengan itu kalau G kecil dan unsur viskositas (η) besar, τ menjadi

besar yang mengakibatkan pengembalian lambat memerlukan waktu yang lama. Jadi

waktu retardasi (τ ) merupakan faktor penting untuk menunjukkan derajat retardasi

dalam deformasi.

Dalam hal serupa dapat dipelajari relaksasi tenaga dengan mempergunakan

model Maxwell, kalau bahan dengan cepat dideformasikan dan ditahan, tegangan

tidak akan berubah pada benda elastik, gaya tiba-tiba diperkecil (terjadi relaksasi)

pada benda viskoelastik seperti polimer. Persamaan Maxwell dipecahkan dengan

0=dtdγ seperti berikut ini:

(2.4) τη σσ /0

)/0

ttG e−=σ = (e−

dimana σ0 tegangan ketika permulaan diberikan deformasi yang cepat. Dengan jalan

yang sama seperti pengembalian tegangan pada deformasi creep, gaya berkurang

secara eksponen. Laju pengurangan tersebut tergantung pada waktu relaksasi (τ )

28

Page 30: Proses pembuatan jeregen

29

dinyatakan oleh persamaan yang sama seperti di atas G/ητ = . Kalau waktu relaksasi

(τ ) lama, yaitu kalau keelastisan pegas kecil (pegas mudah diperpanjang) dan

viskositas (η ) besar, maka tegangan direlaksasikan perlahan-lahan. Perubahan waktu

relaksasi demikian , adalah faktor penting yang menyatakan laju relaksasi tegangan.

Ini disebut waktu retardasi pemelaran sebagai ukuran yang menyatakan laju

deformasi yang diperlamban, sedangkan yang disebut waktu relaksasi dalam relaksasi

tegangan sebagai suatu ukuran yang menyatakan laju relaksasi, tetapi sebenarnya

adalah sama bentuknya, keduanya biasa dinyatakan dengan simbol yang sama yaitu

(τ ).

2.3 Kekuatan Tarik Bahan Polimer

Kekuatan tarik adalah suatu sifat dasar dari bahan. Hubungan tegangan-

regangan pada tarikan memberikan nilai yang cukup bervariasi tergantung pada laju

tegangan, temperatur, lembaban, dst. Polietilen memiliki kekuatan tarik antara 7 s.d

84 MPa.

Tabel 2.1. kekuatan tarik, tekan dan lentur bahan polimer Polietilen Kekuatan

tarik (MPa)

Perpan-jangan

(%)

Modulus elastik (GPa)

Kekuatan tekan (MPa)

Kekuatan lentur (MPa)

Polietilen masa jenis tinggi (HDPE)

21-38

15-100

0,4-1,0

22

7

Polietilen masa jenis rendah (LDPE)

7-14

90-650

1,4-2,4

-

-

Sumber : Basuki R. Suratno, 2003, Polimer and Composite

29

Page 31: Proses pembuatan jeregen

30

Beban tekan bekerja kebalikan beban tarik. Karena bahan polimer mempunyai cacat

yang kecil atau mengadung zat pengisi tertentu, maka bahan polimer dapat

mengalami deformasi yang besar, umumnya kekuatan tekan lebih besar dari pada

kekuatan tarik dan modulus elastik untuk tekan juga lebih besar dari pada untuk

tarik.

Modulus elastik untuk tekan diperoleh dari tegangan tekan cE cσΔ dan penyusutan

cγΔ pada bagian lurus kurva hubungan tegangan-regangan.

c

c γσ

ΔΔ

=cE (2.5)

Kekuatan tekan cσΔ didapat dari persamaan

A

Pc

max=σ (2.6)

maxP adalah beban tekan maksimum (kgf) yang menyebabkan beban hancur dan A

adalah luas penampang asal (mm²), kekuatan tekan bahan polimer kira-kira 5–25

kgf/mm² pada temperatur kamar.

30

Page 32: Proses pembuatan jeregen

31

Gambar 2. 3 Kurva waktu-tegangan benda viscoelastik (Model Voigt).

2.4 Proses Produksi Jerigen

Metode pencetakan tiup adalah metode tiupan sama halnya seperti kita

meniup balon. Tapi yang ditiup ini adalah material plastik dengan tekanan tinggi,

dimana kondisi material plastik masih panas dan mudah untuk dibentuk.

Gambar 2. 4 Proses produksi jerigen

Waktu

Reg

anga

n ⎟⎟⎟⎟⎟⎟⎟

⎜⎜⎜⎜⎜⎜⎜

⎛−

−= τσγ

t

eG 1

Model Voigt

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛ −−= τγογ

te1

t’= 0 – t’

31

Page 33: Proses pembuatan jeregen

32

Keterangan Gambar:

Bagian 1. Cetakan terbuka sementara extruder mengeluarkan plastik panas

diantara cetakan dengan suhu yang telah disetting sebelumnya. Kondisi suhu ini tidak

membuat material panas terputus sebelum ditiup tapi juga masih mudah untuk

dibentuk melalui tiupan gas atau udara.

Bagian 2. Cetakan tertutup setelah volume keluaran material plastik dianggap

cukup dan menutupnya cetakan ini yang juga menutup ujung material plastik yang

masih berongga menjadi tertutup untuk memastikan udara atau gas yang akan ditiup

tidak bocor.

Bagian 3. Udara atau gas ditiupkan ke dalam material yang berongga malalui

mulut cetakan dengan tekanan yang disetting cukup membuat material plastik ini

menggelembung mengikuti bentuk cetakan. Kemudian memasuki proses pendinginan

dengan suhu cetakan yang disetting pula dimana suhu cetakan dibuat lebih rendah.

Bagian 4. Setelah waktu pendinginan dirasa cukup maka cetakan terbuka dan kita

sudah mendapatkan produk yang diinginkan.

Diagram alir proses produksi selengkapnya diberikan pada Gambar 2.5 yang

terdiri dari mesin utama dan beberapa mesin pendukung. Proses yang berlangsung

pada mesin utama terdiri dari tiga tahap yaitu pemanasan, pencetakan dan

pendinginan dengan menggunakan mesin pencetakan tiup PARKER CTSI 100, di PT.

Pacific Medan Industri. Bahan baku yang diumpankan ke dalam mesin terdiri dari

material baru (fresh) dan bekas (Recycled) serta material penguat yaitu haipet.

Material recycled yang dihasilkan rata-rata 30% yang berasal dari bekas material

32

Page 34: Proses pembuatan jeregen

33

eksperimen dan reject dari jerigen yang berasal dari komplain pelanggan sehingga

untuk menghabiskan material recycled ditetapkan menggunakan material tersebut

sebanyak 30 % setiap saat produksi sehingga ditetapkan angka tersebut untuk bahan

baku yang akan dicampukan dengan bahan fresh dan penguat HAIPET.

Pembuatan jerigen dengan beberapa komposisi material baru mulai dari 70%,

67%, 62%, dan 58% sedangkan material penguatnya mulai dari 0.9%, 3.9%, 8.9%,

dan 12.9% serta sisanya 29.1% adalah material recycled dengan bahan yang sama

yaitu SABIC BM 1052 yang di hancurkan dengan mesin crusher hingga seukuran biji

kedelai atau diameter 3 mm. Diagram proses pembuatan jerigen dijelaskan menurut

Gambar 2.6. Pengadukan yang merata terjadi ketika material dipanaskan pada unit

extruder sekitar 160 s.d 180 ºC dan meleleh sehingga berupa adonan kue diputar

33

Page 35: Proses pembuatan jeregen

34

Hidraulic Pump

Blow Molding

Machine

Air Compressor

Hopper Feed

Finish Poduct Recycle Material

Crusher

Automatic Mixing

Fresh Material

Cooling Tower

Chiller

Auto Vacum loader

Gambar 2. 5 Skematik Proses Pembuatan Jerigen Plastik

mengikuti gerakan screw dengan kecepatan tertentu (dapat diatur) dan dapat

diyakinkan mencapai homogen saat berada dalam extruder. Hasil pencampuran ini

dapat menjamin seragamnya warna dan kekuatan disetiap sisi jerigen. Proses

pemanasan terdiri dari tiga zona yaitu: zona extruder, zona adapter dan zona die head.

Screw pada extruder berfungsi tidak hanya sebagai transportasi tapi juga sebagai

pengaduk dan penekan material hingga sampai ke unit adapter.

34

Page 36: Proses pembuatan jeregen

35

Gambar 2. 6 Mekanisme Terjadinya Material Recycled

Material yang telah sampai di ujung extruder ditekan ke bawah oleh

akumulator dan material melintasi zona adapter. Kepala die konvergen atau divergen

dapat membuka dan menutup untuk mengumpan material plastik yang berbentuk jelly

panas sekitar 165 º C ke bagian mold.

Disain cetakan terbagi dua bagian yang simetris, dapat dipisahkan satu sama

lain dalam proses pembentukan produk jerigen, satu digerakkan ke kiri dan satunya

ke kanan atau dengan kata lain gerakan mold membuka. Pada saat akan diisi material

panas, mold berada pada posisi membuka hingga material masuk dari atas

secukupnya sesuai setting, dilanjutkan dengan gerakan merapat kedua sisi mold. Pada

saat ini feed material ke mold terhenti dan terpotong oleh gerakan konvergen die.

Angin bertekanan 8 bar ditiupkan (blowing) melalui blow pin sehingga plastik

yang panas mengembang seperti balon mengikuti bentuk cetakan. Sedangkan angin

sisa yang dipindahkan oleh mengembangnya balon plastik tersebut keluar melalui

lubang pembuangan yang tersedia pada cetakan sebanyak empat sisi. Selanjutnya

35

Page 37: Proses pembuatan jeregen

36

jerigen akan dipertahankan bentuknya dengan pendinginan oleh air dingin

dari Chiller dengan temperatur yang dapat diatur berkisar 10 s.d 17 º C.

Gambar 2. 7 Ekstruder Mesin Pencetakan tiup

Beberapa saat dalam mold tersebut suplai angin tertutup secara otomatis dan

tekanan angin yang tersisa di lepaskan saat ini juga. Selama proses delay ini mold

yang satu set lagi melakukan proses yang sama sehingga masuk masa delay cooling,

di saat mold yang kedua memasuki tahap cooling, mold yang pertama terbuka secara

pnewmatic dan mengeluarkan jerigen dengan bantuan robot, selanjutnya siap

menerima feed panas yang baru pada posisi feeding plastik panas. Pekerja mengambil

jerigen yang sudah jadi, memindahkan scrap dan membersihkan mulut jerigen.

Di dalam memproduksi jerigen dengan mesin tersebut ditemui ada kelemahan

terutama pada bentuk die (bulat) tidak sama dengan jerigen (segi empat), hal ini akan

mempengaruhi kekuatan jerigen. Hal lain yang turut menentukan adalah konstruksi

cetakan, perlu diketahui apakah saling menguatkan sebagaimana halnya dengan

36

Page 38: Proses pembuatan jeregen

37

bangunan, hal ini juga perlu diuji secara simulasi untuk mendapatkan solusi

dari

Gambar 2. 8 Mesin Pencetakan Tiup

kemungkinan penyebab kerusakan jerigen. Masalah yang paling penting lagi adalah

pemilihan bahan baku sebagai umpan mesin, karena masing-masing bahan baku

berbeda perlakuannya.

37

Page 39: Proses pembuatan jeregen

38

Gambar 2. 9 Cetakan Simetris Posisi Terbuka

Tiga masalah tersebut sangat berpengaruh untuk mendapatkan jerigen yang

berkualitas. Bukan berarti unit-unit pendukung lain tidak penting, semua unit

produksi harus diperlakukan secara benar.

Gambar 2. 10 Jerigen Plastik SABIC BM 1052

a. Tampak samping kanan b. Tampak samping kiri c. Tampak dari belakang d. Tampak dari depan e. Tampak dari atas f. Tampak dari bawah

38

Page 40: Proses pembuatan jeregen

39

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Pengambilan data penelitian dilakukan pada beberapa tempat, yang secara

terperinci dapat dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Tempat, Waktu dan Metode Penelitian

No Jenis Pengujian Tempat Waktu Metode Alat

1. Sifat Mekanik

Balai Sentra Teknologi Polimer, Pusat BPPT Serpong

31-7-2007 s.d 06-8-2007

ASTM D638 Type IV

Shimadzu Type AGS-10kNG

2 Uji Tindih PT. Pacific Medan Industri

22-3-2007 Jerigen volume 20 liter berisi minyak goreng 20 liter sembilan tingkat

3. Top Load Tes PT. Pacific Medan Industri

22-3-2007 Top Load Test Timbangan digital DC

4. Pengukuran Distribusi Ketebalan Jerigen

PT. Pacific Medan Industri

22-3-2007 Agro Top Wave

5. Simulasi Komputer

IC-Star 29-4-2007 Simulasi Software FE MSC Nastran ver 69, dan Solid Work 2004

6. Pengukuran Rapat Jenis

PT. Pacific Palmindo Industri, Medan

27-4-2007 Pencelupan dalam gelas ukur berisi minyak solar. Penimbangan berat

Timbangan digital dan gelas ukur

Sumber : BPPT: Balai Pengkajian dan Penelitian Teknologi

39

Page 41: Proses pembuatan jeregen

40

Pengujian sifat mekanik dilakukan dengan metode ASTM D638 Type IV,

bertujuan untuk memperoleh data awal dari spesimen yang akan dianalisa

menggunakan metode elemen hingga. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Top Load Tes dilakukan dengan memberi gaya tekan pada Jerigen yang

diletakkan di atas timbangan digital dan diberi gaya menggunakan batang berulir.

Pengukuran distribusi ketebalan dilakukan pada beberapa Jerigen yang dipilih secara

acak, bertujuan untuk mengetahui bagaimana distribusi ketebalan setelah Jerigen

selesai di pencetakan tiup.

Simulasi komputer dengan metode elemen hingga menggunakan software

Solid work 2004 untuk pemodelan dimensi Jerigen dan analisa distribusi gaya-gaya

yang timbul akibat pembebanan dilakukan dengan menggunakan software finite

element MSC NASTRAN versi 70.0.6 tahun 1999

3.2 Bahan Spesimen dan Alat

3.2.1 Bahan Dasar

Bahan penelitian ini terdiri dari High Density Polyetilene (HDPE) SABIC BM

1052 dan haipet yang terdiri dari 65 s.d 80% Calcium Carbonat (CaCO3) dan 15 s.d

20% Special blended polyolefine resin.

Untuk memperoleh kekuatan yang lebih baik dilakukan variasi komposisi

High Density Polyetilene (HDPE) SABIC BM 1052 dan penguat Haipet dengan

variasi sebesar 0,9%, 3,9%, 8,9%, 12,9%. Hal ini dilakukan dengan tujuan

memperoleh kekuatan jerigen yang optimum dari komposisi bahan terbaik.

40

Page 42: Proses pembuatan jeregen

41

3.2.2 Spesimen Penelitian

Spesimen Pengujian Sifat Mekanik

Penelitian ini menggunakan spesimen dan pemodelan sesuai dengan tujuan

pengambilan data. Untuk pengambilan data sifat mekanik ukuran spesimen dibuat

sesuai standat ASTM D638 type IV dengan dimensi seperti Gambar 3.1

Gambar 3.1. Dimensi Spesimen Uji Tarik (ASTM D638)

Spesimen Pengukuran Ketebalan, Top Load dan Uji Tindih

Pada pengujian untuk mengetahui distribusi ketebalan, kemampuan menahan

beban secara mekanik (Top Load Test) dan uji langsung/ uji tindih dipergunakan

jerigen hasil produksi yang dapat dilihat pada Gambar 3.2. Dengan nomor-nomor

pada spesimen adalah lokasi pengukuran distribusi ketebalan.

41

Page 43: Proses pembuatan jeregen

42

Gambar 3.2. Spesimen Untuk Uji Pengukuran Ketebalan, Uji Tindih Langsung dan Top Load Test Tampak Semua Sisi

42

Page 44: Proses pembuatan jeregen

43

Spesimen Pemodelan Elemen Hingga.

Pada pemodelan elemen hingga, spesimen yang dipergunakan adalah Gambar

jerigen penuh tiga dimensi seperti Gambar 3.3 s.d 3.5, hal ini dilakukan karena pada

kasus dan hasil pengujian awal diperoleh tidak ada kerusakan atau kegagalan yang

simetris atau bentuk kerusakan pada kedua sisi sama

Untuk model pembebanan yang diberikan diambil dari idealisasi beban nyata

pada uji tindih langsung dengan asumsi beban merata. Rata-rata berat jerigen kosong

adalah 1,2 kg, sedangkan berat minyak makan bermassa jenis ρ = 0,9 kg/liter untuk

jerigen 20 liter adalah:

m = ρ x V

= 0,9 kg/liter x 20 liter

m = 18,0 kg

Sedangkan berat yang harus dapat ditahan oleh jerigen paling bawah bila

disusun 6 lapis dalam kontener dengan menambahkan faktor safety 50% adalah:

Total berat = 150% [(Berat jerigen + berat minyak makan) x (jumlah lapisan – 1)]

= 1,5[(1,2 + 18)x(6 - 1)] kg

= 144 kg

Dalam pemodelan ’elemen hingga’ gaya ini diangap terbagi merata pada

permukaan sebelah atas jerigen yang kena tindih, dan bagian bawah dari jerigen tidak

dapat bergerak maupun berputar.

43

Page 45: Proses pembuatan jeregen

44

Gambar 3.3. Pandangan Depan Jerigen Isi 20 liter

44

Page 46: Proses pembuatan jeregen

45

Gambar 3.4. Pandangan Samping Jerigen Isi 20 liter

45

Page 47: Proses pembuatan jeregen

46

(a) Pandangan Atas

(b) Pandangan bawah

Gambar 3.5. Disain Dimensi Jerigen Volume 20 Liter

46

Page 48: Proses pembuatan jeregen

47

3.2.3 Sifat Mekanik Material Dasar Penelitian

Data yang diperoleh dari vendor berupa sifat mekanik bahan dasar spesimen

diberikan pada tabel 3.2 s.d 3.3.m

Tabel 3.2 Karakteristik SABIC BM1052

Sifat Mekanis Metode Tes Satuan Harga

Berat Jenis ASTM D 1505 g/cm³ 0.952

Melting Indek (190°C/2.16kg) ASTM D 1238 g/10 min 0.05

Melting Indek (190°C/21.6kg) ASTM D 1238 g/10 min 9.0

Tensile Strength (Yield) ASTM D 638 MPa 30

Tensile Strength (break) ASTM D 638 MPa 38

Elongation(Break) ASTM D 638 % 850

Tabel 3.3 Sifat fisik bahan HIPET

Sifat Mekanis Metode tes Satuan Harga

Densitas ASTM D- 792 g/cm³ 1.90 Melting Index ASTM D- 1238 g/10min 0.1-0.2 Ukuran partikel CaCO3 Maker’s STD mesh 1200 ASH Content, Maker’s STD % 80 Base Resin Polyolefin

3.3 Pembuatan Komposisi Bahan baku

Bahan baku dibuat dalam beberapa komposisi untuk menentukan kondisi yang

paling baik untuk dijadikan jerigen. Data pengaturan komposisi tersebut diberikan

dalam tabel 3.4. Material recycle komposisinya ditetapkan 29.1% atas kebijakan

perusahaan agar tidak ada material yang tersisa dari hasil pengolahan dan zat pewarna

dipilih tetap 0.6 % agar diperoleh warna jerigen yang seragam.

47

Page 49: Proses pembuatan jeregen

48

Tabel 3.4 Variasi komposisi material utama jerigen

Fresh Recycle Haipet Pigmen No

Kom

posi

si

% Kg % kg % kg % gram

1 I 69,40 17,35 29,1 7,225 0,9 0,225 0,6 150 2 II 66,40 16,60 29,1 7,225 3,9 0,975 0,6 150 3 III 61,40 15,35 29,1 7,225 8,9 2,225 0,6 150 4 IV 57,40 14,35 29,1 7,225 12,9 3,225 0,6 150

3.4. Kerangka Konsep Penelitian

Langkah-langkah penelitian dan metode pengambilan kesimpulan dirumuskan

dalam kerangka konsep pada Gambar 3.8. Proses awal adalah identifikasi

permasalahan dan menemukan beberapa kemungkinan penyebab kegagalannya.

Perlakuan yang dilakukan terhadap produk spesimen jerigen adalah memvariasikan

komposisi bahan dasarnya. Kepada spesimen dilakukan uji sifat mekanik guna

menjadi masukan data untuk simulasi agar memperoleh klarifikasi terhadap persoalan

ini. Bila pemodelan masih belum memberikan jawaban atau belum sesuai maka akan

dilakukan pemodelan kembali, sehingga diperoleh penyelesaiannya. Dari hasil variasi

bahan baku juga dilakukan pembuatan jerigen, dan diukur ketebalannya serta

dilakukan uji tekan secara top load dan uji tindih langsung.

Data simulasi dan data hasil uji pembebanan top load dipadukan untuk

menunjukkan jawaban penyebab kegagalan jerigen yang sebenarnya. Dengan

demikian akan didapatkan solusi dalam mengatasi kegagalan jerigen, dan dihasilkan

jerigen yang berkualitas.

48

Page 50: Proses pembuatan jeregen

49

49

Terjadi kegagalan pada jirigen sewaktu transfortasi

Distributive ketebalan jiriken tidak merataBahan dasar tidak kuatKesalahan perlakuan

Pengujian sifat mekanik

Pemodelan metode elemen

hingga

Data pemodelan

Uji top load

Data hasil pengujian

Perbandingan data hasil uji top load dan

pemodelan FEM

Kemungkinan penyebab kegagalan

Belum sesuai

Belum sesuai

Sudah optimum

Kesimpulan

`

Pembuatan jerigen

Ubah komposisi material dasar

Gambar 3.6. Kerangka Konsep Penelitian

Page 51: Proses pembuatan jeregen

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mencakup teknik pembuatan jerigen untuk industri yang dapat

menjamin keutuhan isinya sampai di tangan konsumen. Hingga saat ini belum

ditemui standar suatu jerigen industri, oleh sebab itu masing-masing industri perlu

menetapkan sendiri kualitas jerigennya untuk mencegah kerugian yang mungkin

timbul akibat penolakan pelanggan.

4.1 Hasil Pengujian Sifat Mekanik Spesimen

Pelaksanaan pengujian spesimen uji tarik yang memakai standar ASTM D

638 IV di Balai Sentra Teknologi Polimer, Balai Pusat Pengkajian dan Penelitian

Teknologi (BPPT) Serpong dengan alat uji tarik Shimadzu Type AGS-10kNG,

dimaksudkan untuk mendapatkan sifat mekanis yang sebenarnya dari material SABIC

BM 1052 setelah dicampur dengan material recycled dan material penguat dan

menjadi perbandingan sifat mekanik yang diperoleh dari produsennya seperti yang

tercantum pada tabel 3.2 dan 3.3.

Secara keseluruhan hasil uji tarik diringkaskan pada tabel 4.1, dan akan

diuraikan secara lebih luas pada bagian ini. Gambar 4.1 menunjukkan hubungan

tegangan regangan dari hasil uji tarik statik untuk material komposisi I. Data tentang

gaya tarik F [N] dan pertambahan panjang specimen ΔL [mm] diolah dengan

menggunakan rumus-rumus tegangan regangan dan berpedoman pada manual book ‘

33

Page 52: Proses pembuatan jeregen

51

Mechanic Of Material’ [8] halaman 9 sbb:

1kgf = 9,807 N dibulatkan menjadi 10 N

Luas penampang awal Ao specimen untuk sampel I/1 berbentuk empat persegi

panjang adalah:

Ao = 1,880mm x 5,960 mm

= 11,2048 mm²

Tegangan σ (stress) dari material uji dapat dihitung dengan menggunakan data dari

tabel 4.1 dimana terlihat gaya maksimum sebelum meregang yang diterima spesimen

adalah sebesar 296.9 N untuk itu tegangannya adalah sbb:

σmax = F[N] / Ao [mm²]

= 296,9 N / 11,2048 mm²

= 26,48865 N/ mm²

Regangan ε merupakan perbandingan antara pertambahan panjang ΔL dangan

panjang awal Lo yang diambil dari hasil uji tarik pada saat putus, pada lampiran 4

menunjukkan panjang mula-mula (gripped Length) Lo = 65 mm dan hasil

pengukuran pertambahan panjang ΔL spesimen sebesar 255,4 mm yaitu:

ε = (ΔL/Lo) x 100%

= (255,4 mm / 65 mm) x 100%

= 392,8 %

Mudulus Elasticity, E dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5 yaitu: E = Δσ/Δγ

51

Page 53: Proses pembuatan jeregen

52

yang dapat diukur langsung oleh peralatan uji tesnsile strength.

Tabel 4.1 Hasil Uji Sifat Mekanik Spesimen ASTM D 638 type IV

Komposisi/ Thickness Width Ao Fmax

Tensile Strength ,σ

Strain at

break, ε

Modulus Young,

E Test No. mm mm mm² N MPa % (GPa)

I/1 1.880 5.960 11.205 296.9 26.5 392.8 0.829 I/3 1.900 5.970 11.343 294.6 25.97 447.6 0.733 I/5 1.830 6.000 10.980 276.3 25.16 843..9 0.763 I/6 1.830 6.000 10.980 280.1 25.51 329.2 0.724 I/7 1.980 5.960 11.801 298.1 25.26 880.3 0.761

Rata-rata 1.884 5.978 11.263 289.2 25.68 578.8 0.762 Minimum 1.830 5.960 10.907 276.3 25.16 329.2 0.724 Maximum 1.980 6.000 11.880 298.1 26.50 880.3 0.829

II/1 1.860 5.950 11.067 283.6 25.63 413.3 0.714 II/2 1.840 5.950 10.948 294.5 26.90 213 0.849 II/3 1.850 5.940 10.989 293.1 26.67 155.1 0.778 II/4 1.880 5.990 11.261 295.8 26.26 463.5 0.806 II/5 1.910 5.950 11.365 303.0 26.66 564.8 0.819

Rata-rata 1.868 5.956 11.126 294.0 26.42 361.9 0.793 Minimum 1.840 5.940 10.930 283.6 26.63 155.1 0.714 Maximum 1.910 5.990 11.441 303.0 26.90 564.8 0.849

III/1 1.900 5.960 11.324 301.1 26.59 241.4 0.817 III/2 1.920 5.960 11.443 303.8 26.54 18.88 0.849 III/3 1.950 5.960 11.622 314.9 27.09 27.79 0.808 III/4 1.870 5.960 11.145 298.5 26.78 50.04 0.882 III/5 1.810 5.960 10.788 285.3 26.44 27.18 0.818

Rata-rata 1.890 5.960 11.264 300.7 26.69 73.06 0.835 Minimum 1.810 5.960 10.788 285.3 26.44 18.88 0.808 Maximum 1.950 5.960 11.622 314.9 27.09 241.4 0.882

IV/1 1.810 5.98 10.824 288.9 26.69 1096 0.799 IV/2 1.880 5.95 11.186 290.0 25.93 616.9 0.829 IV/3 1.810 6 10.860 278.0 25.6 890.5 0.853 IV/4 1.900 5.94 11.286 288.9 25.6 643.6 0.822 IV/5 1.810 5.99 10.842 282.3 25.03 621.4 0.879

Rata-rata 1.842 5.972 11.000 285.6 25.97 773.7 0.762 Minimum 1.810 5.940 10.751 278.0 25.6 616.9 0.724 Maximum 1.900 6.000 11.400 290.0 26.69 1096 0.829

Berdasarkan pengukuran untuk spesimen komposisi I dengan kandungan

52

Page 54: Proses pembuatan jeregen

53

haipet 0,9% dilakukan uji tarik sebanyak 7 sampel tapi sampel 2 dan 4 tidak dapat

digunakan karena tidak memenuhi syarat fisik saat awal pengujian. Grafik tegangan –

regangan hasil pengujian diberikan berikut ini:

Gambar 4. 1 Grafik tegangan – regangan material komposisi I

Dari Gambar 4.1 menunjukkan bahwa tegangan rata-ratanya mencapai 25,68

Mpa dan material putus pada pertambahan panjang ΔL 578,8 % ini dapat diartikan

53

Page 55: Proses pembuatan jeregen

54

bahwa material memiliki elastisitas yang tinggi dan modulus elastisitasnya sebesar

762 MPa. Untuk spesimen komposisi II grafik tegangan-regangan diberikan pada

Gambar 4.2 yang mana terjadi peningkatan nilai tegangan rata-ratanya menjadi 26,42

Mpa dan spesimen putus pada pertambahan panjang ΔL 361,9%, ini menunjukkan

penurunan elastisitas dibandingkan dengan spesimen untuk komposisi I sedangkan

modulus elastisitasnya naik menjadi 793 Mpa. Pengujian dilakukan sebanyak 8

spesimen, dan spesimen nomor 8, 11, serta 13 ditemui tidak memenuhi syarat fisik.

Gambar 4. 2 Grafik tegangan – regangan material komposisi II

54

Page 56: Proses pembuatan jeregen

55

Selanjutnya diberikan grafik dengan komposisi berkadar haipet yang lebih tinggi

yaitu 8,9% dan diperoleh data seperti Gambar 4.3 yang menggambarkan bahwa

tegangan rata-ratanya juga naik menjadi 26,69 Mpa sedangkan regangannya menurun

menjadi 73,06 % berarti material menjadi semakin kurang elastis. Modulus elastisitas

menunjukkan semakin meningkat yaitu menjadi 835 Mpa. Spesimen diuji sebanyak

10 buah, dan lima spesimen juga dinyatakan tidak memenuhi syarat fisik yaitu

spesimen test nomor 16, 17, 21, 22, dan nomor 23.

Gambar 4. 3 Grafik Tegangan –Regangan material komposisi III

55

Page 57: Proses pembuatan jeregen

56

Pada Gambar 4.4 merupakan data pengukuran setelah material haipet

ditingkatkan lagi menjadi 12,9%. Hasilnya menunjukkan bahwa tegangan rata-

ratanya turun menjadi 25,97 Mpa demikian juga modulus elastisitasnya menjadi 762

MPa sedangkan regangan naik menjadi 737,7%. Menurut hemat penulis keadaan ini

agak janggal karena semestinya elastisitas spesimen cenderung menurun, sebagai

akibat pertambahan kadar zat kapur yang bersifat lebih rapuh yang dikandung

haipet.

Gambar 4. 4 Grafik Tegangan Regangan Material Komposisi IV

Diperkirakan pada komposisi IV ini material haipet tidak dapat merata lagi

56

Page 58: Proses pembuatan jeregen

57

atau partikel CaCO3 berserak kembali atau terpisah dari material SABIC BM 1052,

sehingga sifat elastisnya ini merupakan sifat murni bahan dasar SABIC BM 1052 dan

bukan sifat bahan campuran kombinasi IV. Untuk itu ukuran partikel haipet (lihat

tabel 3.3) harus lebih halus dari 1200 mesh agar mampu tercampur sempurna pada

kadar haipet yang lebih tinggi. Ternyata peningkatan persentase haipet tidak lagi

menambah modulus elastisitas dan kekuatan material. Maka pemakaian haipet diatas

8,9 % tidak dianjurkan lagi. Sebahagian spesimen komposisi IV tegangannya naik

lagi melebihi tegangan tarik maksimum sebagaimana ditampilkan pada Gambar 4.4

ini merupakan salah satu indikasi material haipet terpisah dari material utama SABIC

BM 1052.

Dari data pengujian tarik menunjukkan bahwa komposisi haipet 3,9%

merupakan komposisi yang lebih baik untuk material haipet yang memiliki ukuran

partikel 1200 mesh. Dibandingkan dengan data pada tabel 3.2 tensil strength sebelum

dicampur dengan material recycled dan penguat haipet adalah sebesar 30 Mpa dan

elongation-nya 850 %, penurunan tensile strength sebesar 2,1 s.d 3,5 Mpa ini

merupakan degradasi karena dicampur dengan material recycled yang rata-rata

mencapai 30 %, masalah ini tidak dapat dihindari karena sudah merupakan keharusan

untuk menggunakan kembali material recycled agar tidak ada material yang terbuang

(rejected).

4.2 Hasil Pengukuran Massa Jenis Bahan Jerigen

Hasil pengukuran massa jenis diberikan pada tabel 4.2. Ada indikasi bahwa

57

Page 59: Proses pembuatan jeregen

58

semakin banyak kadar haipet dalam bahan uji massa jenisnya juga meningkat.

Tabel 4.2 Density Bahan dari Beberapa Komposisi Spesimen

Massa Volume ρ No Komposisi

(gram) (mL) (g/cm³) Keterangan

1 I 2.4873 2.60 0.9566 1 g/mL = 1 g/cm³ 2 II 3.7615 3.90 0.9645 3 III 3.2110 3.30 0.9730 4 IV 3.3642 3.40 0.9894

4.3 Hasil Pengukuran Distribusi Ketebalan Jerigen

Pengukuran distribusi ketebalan jerigen menggunakan alat Agro Top Wave

(lihat lampiran 2) dan diperoleh data ketebalan jerigen yang terdiri dari beberapa

sample pengujian. Untuk mengukur kekuatan jerigen dilakukan uji top load dan uji

tindih di laboratorium milik PT. Pacific Medan Industri dengan beberapa variasi

ketebalan sampai diperoleh kondisi terbaik dan terkuat dengan berat jerigen rata-rata

1100 gram. Dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketebalan jerigen tidak sama rata

dan sangat bervariasi, sehingga dimungkinkan adanya sisi yang lemah disaat diuji

tekan dengan uji tindih terutama sisi yang paling tipis yaitu 1,360 mm di titik

pengukuran No. 20 (lihat Gambar 3.2 s.d 3.4) . Sedangkan sisi-sisi lain ketebalannya

di atas 1,5 mm. Gambar 4.8 (a) menunjukkan jerigen terjadi lendutan pada titik

pengukuran nomor 15; 17; 21; dan 23. Titik ini merupakan titik dudukan terbawah

58

Page 60: Proses pembuatan jeregen

59

yang menurut tabel 4.3 memiliki ketebalan berturut-turut adalah 1.415 mm, 1.790

mm, 2,175 mm, dan 1.780 mm. Pada kenyataannya ketebalan 2,175 mm masih

mengalami lendutan. Titik pengukuran 1, 4, 19, dan titik 20 ketebalannya rata-rata 1,5

mm, ini indikasi jerigen tidak kuat pada titik-titik tersebut.

4.4. Hasil Pengujian Top Load

Hasil pengujian top load diberikan pada Gambar 4.6 dan Gambar 4.7 dan

kondisi fisiknya dapat dilihat secara langsung, yang mana memperlihatkan perlakuan

berat beban yang berbeda dan jerigen mengalami lendutan di bagian-bagian atas,

muka dan belakang serta bagian sudut.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Ketebalan Jerigen

Thickness, mm No Position 1085.3 gr 1088.3 gr 1069.9 gr 1093.9 gr 1095 gr 1100 gr 1100 gr

1 1,468 1,550 1,424 1,555 1,486 1.418 1.540 2 1,915 2,100 1,745 2,275 1.540 1.640 1.690 3 1,820 2,005 1,630 1,890 1.848 1.750 1.816 4

at

the

top

side

1,476 1,520 1,515 1,500 1.450 1.434 1.434 5 2,000 1,775 1,700 2,035 2.045 2.300 2.155 6 1,770 1,750 1,665 1,770 1.954 2.100 2.010 7 1,630 1,720 1,690 1,700 1.884 1.898 1.890 8 at

the

botto

m

side

2,250 1,850 1,930 1,825 2.105 2.055 2.055 9 1,502 1,550 1,300 1,410 1.574 1.422 1.574

10 1,995 2,130 2,020 2,150 2.105 2.055 2.160 11 1,930 2,010 2,070 1,840 1.870 1.616 1.816 12 1,785 1,985 1,790 2,005 2.015 1.998 1.962 13 2,465 2,950 2,485 2,765 2.795 2.620 2.950 14 2,420 2,735 2,470 2,480 2.235 2.230 2.280 15 1,690 1,730 1,415 1,765 1.684 1.782 1.582 16 2,015 2,010 1,840 1,850 2.055 1.890 1.768 17

at

the

right

si

de

1,735 1,945 1,790 1,770 1.456 1.468 1.480 18

a th lef

1,735 1,965 1,915 1,950 2.125 2.250 2.060

59

Page 61: Proses pembuatan jeregen

60

19 2,090 2,140 2,100 2,105 2.080 2.220 2.110 20 1,460 1,545 1,360 1,465 1.450 1.450 1.498 21 2,130 2,220 2,175 2,135 1.916 1.980 1.912 22 2,295 2,475 2,250 2,460 2.915 2.720 2.780 23 1,850 1,960 1,780 2,005 2.100 2.110 2.020 24 1,775 1,970 1,590 1,880 1.594 1.714 1.460 25 1,835 1,885 1,820 1,810 1.980 2.015 1.976 26 1,535 2,025 1,715 1,560 1.556 1.504 1.706 27 4,935 5,050 4,775 5,050 5.280 5.300 4.935 28 4,000 4,130 3,650 3,935 4.305 4.160 3.845 29 2,440 2,520 3,425 2,445 2.255 2.180 2.035 30 3,550 3,420 3,350 2,940 3.130 3.265 2.860 31 2,570 2,670 2,540 2,490 2.450 2.520 2.300 32

at

the

fron

t si

de

2,955 2,790 2,925 2,885 2.845 2.810 2.705 33 2,690 3,135 2,370 2,940 2.655 2.740 2.690 34 1,910 1,875 1,735 1,950 2.195 2.040 2.140 35 2,370 2,490 2,215 2,440 2.810 2.710 2.900 36 2,030 2,135 2,005 2,085 2.340 2.380 2.405 37 at

the

back

si

de

3,355 3,415 3,255 3,330 4.025 3.635 3.730

Kemudian setelah beban dilepaskan lengkungan-lengkungan itu masih kembali ke

keadaan semula. Hasil top load dirangkum dalam tabel 4.4.

Gambar 4.5. Pengujian Top Load

60

Page 62: Proses pembuatan jeregen

61

(a) (b)

Gambar 4.6. Hasil Pengujian Top Load (a). Jerigen Mengalami Lendutan di Sudut

bagian Atas (b). Jerigen Mengalami Lendutan di Tengah

Tabel 4.4 Ikhtisar Hasil Top Load Test No. Top Load, kg Hasil tes (Actual Test)

Dalam 15 menit JC mulai melengkung di bagian atas dan bawah

1 96

Setelah top load tes JC kembali ke bentuk normal dalam 5 menit Dalam 5 menit JC mulai melengkung di bagian atas dan bawah 2 120 Setelah top load tes JC kembali ke bentuk normal dalam 15 menit Dalam 30 detik JC mulai melengkung di bagian atas dan bawah

3 144

Setelah top load tes JC kembali ke bentuk normal dalam 30 menit

61

Page 63: Proses pembuatan jeregen

62

Gambar 4.7. Hasil Uji Top Load saat Dibebaskan dari Beban Tekan

Gambar 4.5 memperlihatkan secara lengkap unit uji top load test, hasil

pengujian ini ditunjukkan lebih detil pada Gambar 4.6 yaitu sisi-sisi yang mengalami

lendutan. Dari Gambar 4.6 s.d 4.7 lokasi lendutan pada titik-titik pengukuran 2, 3,

dan titik 4. Titik pengukuran nomor 10, 19, dan 23 menyatakan bahwa lendutan

akibat beban adalah ke arah luar jerigen. Pada Gambar 4.6.b menunjukkan lendutan

terjadi ke arah dalam jerigen yaitu pada titik pengukuran 21, 22, dan 23 serta titik-

titik 12, 13, dan titik 14.

62

Page 64: Proses pembuatan jeregen

63

(a)

(b) (c)

Gambar 4.8 Hasil Uji Tindih Langsung Jerigen 20 liter a).Jerigen melendut pada dudukan, sisi atas dan sudut jerigen

b). Jerigen terjadi melengkung di bagian tengah c). Jerigen lendutan disisi sudut badannya

4.5 Hasil Uji Tindih Langsung

Pada Gambar 4.8 menunjukkan lokasi bertanda lingkaran merah merupakan

daerah yang mudah melengkung disaat menerima beban 144 kg, dan bila tekanan

63

Page 65: Proses pembuatan jeregen

64

dibiarkan dalam beberapa jam lendutan tersebut dapat bertambah besar, kondisi ini

dinyatakan sebagai gagal uji, tapi bila dapat bertahan dalam waktu lebih 1 hari maka

dinyatakan oleh tim R & D perusahaan ybs. sebagai lulus tes. Hasil tindih langsung

pada Gambar 4.8.(b) menunjukkan terjadi patah di tengah jerigen yaitu pada titik-titik

pengukuran Nomor 12, 13, 14, 21, 22, dan 23 yang ketebalannya berturut-turut

1.962mm, 2.950mm, 2.280mm, 1.912mm, 2.780mm, dan 2.030mm. Ketebalan di

titik-titik ini tidak berarti jerigen tidak kual melainkan ikut rusak akibat bagian yang

tipis didekat titik tersebut rusak. Pada Gambar 4.8.(c) menunjukkan terjadi lendutan

pada bagian sudut jerigen, karena ketebalan jerigen pada bagian sudut lebih tipis

dibandingkan bagian lainnya.

4.6 Analisis Hasil Experimen pada Uji Top load & Uji Tindih

Gambar 2.6 menunjukkan bahwa bentuk silinder material jelly yang

dihasilkan adalah bulat sesuai dengan bentuk die yang terpasang saat ini (Gambar

4.9). Bagian sudut jerigen merupakan titik terjauh dari pusat lingkaran silinder seperti

diillustrasikan pada Gambar 4.10 dan pada kenyataannya ketika jerigen dipotong

ditemui bagian sudut lebih tipis dari bagian lainnya. Dies yang terpasang saat ini

sesuai dengan Gambar 4.10 (a) yang mana jarak dari pusat lingkaran silinder die

ke

dinding jerigen berbeda besar ke arah sudut, sedangkan untuk Gambar 4.10 (b)

memiliki jarak yang hampir sama ke lingkaran terluar jerigen, kondisi ini

memungkinkan kerataan tebal hingga di bagian dinding jerigen.

64

Page 66: Proses pembuatan jeregen

65

Gambar 4.9 Die dan Pin Berbentuk Bulat

Gambar 4.10 Dies Bulat dan Dies Berbentuk Persegi Empat

Pada uji top load dan uji tindih ada yang patahnya di sudut dan ada pula di bagian

tengah, illustrasi Gambar 4.10 memberikan salah satu solusi untuk menghindari

65

Page 67: Proses pembuatan jeregen

66

lendutan jerigen pada sisi tersebut, dengan kata lain memodifikasi die dan pin sesuai

dengan bentuk lingkaran jerigen.

4.7 Simulasi Komputer

Simulasi komputer bertujuan untuk mengklarifikasi atau pemecahan masalah-

masalah pada pembebanan top load. Tahapan awal adalah pembentukan jerigen

dengan program solid work 2004 yang di disain sedemikian rupa sehingga ukuran dan

bentuk serta ketebalannya sama pada setiap sisi jerigen. Setelah itu dilakukan

simulasi dengan software COSMOSXpress atau software MSC NASTRAN yang

terdiri dari pemasukan data sifat mekanik material, proses pemodelan beban,

memberi tumpuan (constrain), proses analisa dan menampilkan hasilnya, serta

memeriksa sisi yang menerima beban tertinggi dan lain-lain. Hasil yang diharapkan

adalah akan terlihat dengan jelas bagian-bagian konstruksi jerigen yang kokoh dan

yang lemah. Bagian yang paling besar menerima beban saat disimulasikan akan

berubah menjadi warna merah dan sekaligus menunjukkan sebaran tegangan yang

terjadi pada seluruh bagian jerigen, sedangkan yang menerima beban terkecil dari

bentuk konstruksi akan terlihat berwarna biru.

4.7.1 Pemodelan dengan Solid Work 2004

Model jerigen untuk simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.11 yang didisain

seperti jerigen aslinya. Yang dilakukan dalam disain ini adalah menggambar dalam

66

Page 68: Proses pembuatan jeregen

67

software solid work 2004 dengan dimensi yang diukur persis sama dengan jerigen

asli.

Gambar 4.11 Model Jerigen Dibuat dengan Solid Work 2004

Mula mula jerigen digambar dalam bentuk terbelah dua dan simetris supaya

dapat digambar pula bentuk dalam jerigen dalam keadaan kosong. Kemudian

disatukan kedua sisi simetris dengan menu mirror sehingga membentuk jerigen utuh.

Ukuran ketebalannya dapat diubah ubah dalam beberapa variasi sesuai dengan

kebutuhan, namun semua perubahan tetap dilakukan dengan software ini. Untuk

proses simulasi model jerigen tersebut di copy ke file software COSMOSXpress atau

MSC NASTRAN.

67

Page 69: Proses pembuatan jeregen

68

4.7.2 Input data sifat mekanik bahan

Materials

Material name: High Density Polyethilen

Description:

Material Source Input

Material Model Type Linear Elastic Isotropic

Unit system: SI

Property Name Value Elastic modulus MPa Yield strength Mass density

Study Property

Mesh Information

Mesh Type Solid mesh Mesher Used: Standard

Automatic Transition: Off Include Mesh Controls: Off

Smooth Surface: Off Jacobian Check: 4 Points Element Size: 11.958 mm

Tolerance: 0.59788 mm Quality: High

Number of elements: 25537 Number of nodes: 50884

68

Page 70: Proses pembuatan jeregen

69

Solver Information Quality: High

Solver Type: FFE

4.7.3 Pemodelan Beban

Pada bagian ini dipilih pembebanan di permukaan (on surface) yaitu bagian

atas jerigen yang bersentuhan langsung dengan jerigen lain. Gaya (Force) satu arah

diberikan sebesar 144 kg atau diubah ke bentuk F = m x g = 144 kg x 9,81 m/dt².

= 1412,64 Newton

Luas permukaan sentuh A = 21596,16mm² dikalkulasi oleh software ketika di pilih

area pembebanan. Dasar perhitungan tegangan yang diberikan adalah sebagai berikut:

22

2

2

65412065412.016.21596

/81.9144m

NmmNmm

dtmkgA

gmAF

==×

==σ

Gambar 4.12 Bagian Atas Jerigen (warna hijau) sebagai Area Pembebanan

69

Page 71: Proses pembuatan jeregen

70

4.7.4 Memberi Tumpuan (Constrain)

Pemberian tumpuan (constrain) bahagian bawah jerigen dimaksudkan agar

tidak bergerak saat diberikan beban sehingga gaya dapat diterima penuh oleh seluruh

jerigen. Prosedur yang harus dilakukan adalah menampilkan sisi bawah jerigen

dengan menu rotate dan dimetrik lalu memilih permukaan sentuh bagian bawah

jerigen, dan kemudian dikembalikan ke tampilan isometric.

Load Information

Restraint Restraint1 <Analisa

Jerigen> on 1 Face(s) immovable (no translation).

Description:

Load Load <Analisa

Jerigen> on 1 Face(s) with Pressure 65412 N/m^2

along direction normal to selected face Description:

70

Page 72: Proses pembuatan jeregen

71

Tumpuan

Gambar 4. 13 Bagian bawah jerigen sebagai tumpuan (constrain)

4.7.5 Proses Analisa dan Menampilkan Hasil Analisa

Dalam proses ini dipilih menu displacement & stresses, dan software akan

menganalisa secara keseluruhan dan bila analisa berhasil tidak tampil fatal error

maka akan ditampilkan hasil analisa. Untuk penganalisaan dipilih bentuk tampilan

deformate & contour data yang dapat menampilkan total translasi sehingga terlihat

daerah lendutan maksimum serta sebaran tegangan yang diterima jerigen.

Stress Results Name Type Min Location Max Location

Plot1

VON: von

Mises stress

1.14003 N/m^2

(-0.01595 m,

0.00737474 m,

0.182 m)

2.25529e+007 N/m^2

(0.0867245 m,

-0.0403912 m,

-0.19325 m)

71

Page 73: Proses pembuatan jeregen

72

Pada Gambar 4.14 ditunjukkan sebaran tegangan yang diterima oleh seluruh bahagian

jerigen, area yang berwarna merah menunjukkan bagian jerigen yang menerima

beban terbesar yaitu sebesar 2.55e007 N/m² (= 25.5 Mpa) yaitu pada gagang jerigen

bagian belakang.

Gambar 4. 14 Sebaran tegangan saat pemberian beban tekanan

Pada umumnya tegangan terbesar yang dialami oleh jerigen adalah di bagian

atas yang bersentuhan langsung dengan beban jerigen dari atasnya. Dari Gambar 4.

14 nampak bahwa konstruksi jerigen bahagian atas kurang sempurna dan tidak dapat

mendistribusikan beban secara merata sehingga bagian atas sisi belakang tidak kokoh.

Sementara itu sisi yang paling sedikit menerima beban adalah area yang berwarna

biru yaitu sebesar 1.879e005 N/m² (= 0.187900 Mpa). Area berwarna hijau muda

menunjukkan area yang mulai terdeformasi dengan beban sebesar 0.563e006 N/m² (=

72

Page 74: Proses pembuatan jeregen

73

0.563 Mpa), tidak terlihat adanya lendutan sisi tengah jerigen ataupun sisi paling

bawah, semua ini disebabkan pada disain ini tebal jerigen diatur merata pada seluruh

badan jerigen yaitu: 3,00 mm. Dan seandainya jerigen dibuat terlalu tebal maka

dengan beban yang sama tidak akan menyebabkan jerigen terjadi lendutan.

4.7.6 Hasil Analisa COSMOSXpress

Hasil analisa COSMOSXpress berdasarkan pada analisa linear static dan

dengan mengasumsikan material isotropic.

1) Sifat material linear sesuai dengan hukum Hooke

2) Induksi perubahan bentuk (displacement) secara keseluruhan sangat kecil dan

ternyata pembebanan tidak mengubah ketegaran jerigen karena jerigen kembali ke

bentuk awal saat pelepasan beban.

3) Beban diberikan sangat pelan dengan tujuan untuk mencegah efek dinamis. Apa

yang dipresentasikan dari laporan ini hendaknya tidak dijadikan dasar

pertimbangan untuk penjualan. Gunakan informasi ini sebagai penghubung antara

data eksperimental dengan hasil pengalaman ketika praktek. Dianjurkan

pengujian di lapangan untuk pengesahan disain akhir. Software COSMOSXpress

menghemat waktu untuk pemasaran dengan tidak mengabaikan tes lapangan.

4. 8 Simulasi Komputer pada Beberapa Variasi Komposisi Material

Simulasi dengan menggunakan software MSC NASTRAN terhadap beberapa

73

Page 75: Proses pembuatan jeregen

74

variasi komposisi menunjukkan tidak ada pengaruh pada pemberian beban yang sama

yaitu 1412,64 N (= 144kg).

Gambar 4.15 Distibusi Translasi Total pada Jerigen 20 L Komposisi I

Hasil simulasi untuk komposisi I diberikan pada Gambar 4.15, yang mana

ketika dikenai beban tersebut menunjukkan belum ada lendutan apapun pada jerigen,

kemudian dicoba dengan beban 2 x 1412,64 N = 2825,28 N maka dapatlah dilihat

lendutan terjadi di bagaian tangkai belakang jerigen dengan total translasi 18,85.

Kemudian dilakukan simulasi untuk bahan komposisi II diperoleh hasil seperti

Gambar 4.16, yang mana menunjukkan belum terjadi lendutan, dan hanya

memberikan indikasi lokasi konsenterasi beban solid Von Misses sebesar 8,915 N/m²

74

Page 76: Proses pembuatan jeregen

75

di bagian belakang tangkai. Kondisi ini masih dinyatakan aman untuk beban

1412,64N.

Gambar 4.16 Distibusi Tegangan Von Misses padaJerigen 20 L Komposisi II

75

Page 77: Proses pembuatan jeregen

76

Gambar 4.17 Distribusi Tegangan Von Misses pada Jerigen 20 L Komposisi III

Ketika simulasi dilakukan untuk bahan komposisi III dihasilkan bahwa untuk

beban 1412,64 N masih belum terjadi lendutan dengan solid Von Misses sama

dengan untuk komposisi haipet 3,9%.

Dari keempat simulasi di atas menunjukkan bahwa semua komposisi masih

aman menahan beban 1412,65 N. Berdasarkan simulasi ditemui indikasi bahwa

peningkatan kadar haipet cenderung menurunkan nilai tegangan solid Von Misses

berturut-turut dari komposisi II ke komposisi IV adalah 8,915 N/m²; 8,915 N/m² dan

8,768 N/m².

76

Page 78: Proses pembuatan jeregen

77

Gambar 4.18. Distibusi Tegangan Von Misses pada Jerigen 20 L Komposisi IV

4.9 Simulasi Komputer Ketika Ketebalan Jerigen diubah

Simulasi komputer dilakukan dengan menggunakan model jerigen dengan

memvariasikan ketebalan dinding berdasarkan pendekatan nilai hasil pengukuran alat

Agro Top Wave. Sedangkan pemodelan dan besar gaya tekan dilakukan sama dengan

uji Top Load.

77

Page 79: Proses pembuatan jeregen

78

4.9.1 Hasil Simulasi Jerigen Ketebalan 2 mm Distribusi tegangan pada simulasi ini juga nampak tidak sama setiap sisi

jerigen, namun lokasi konsentrasi tegangan yang terbesar masih sama dengan

simulasi untuk ketebalan yang lain. Dengan beban tekanan 1412,64 N menunjukkan

jerigen memberi reaksi tegangan maksimum sebesar 8,0836 N/m² yang ditinjau pada

elemen 24204 dengan ketebalan 2 mm (perhatikan Gambar 4.19 & 4. 20).

Gambar 4.19. Distribusi Tegangan Von Misses Maksimum Sebesar 8,0836 M.Pa, ketebalan dinding 2 mm haipet 0,9%

Menurut data pada tabel 4.1 tegangan maksimum untuk material komposisi I

26,50 N/m², maka untuk tegangan sebesar 8,0836 N/m² pada elemen 24204 masih

cukup aman menahan beban. Tegangan 8,0836 N/m² menurut grafik Gambar 4.1

masih pada garis linear dan belum memasuki daerah kritis.

78

Page 80: Proses pembuatan jeregen

79

Gambar 4.20. Distribusi Tegangan Von Misses Sebesar 8,0836 MPa Pada Elemen 24204 Ketebalan Dindingnya 2 mm Komposisi I 4.9.2 Hasil Simulasi Jerigen Ketebalan 1.75 mm Ketika jerigen disimulasikan pada ketebalan 1,75 mm dihasilkan data sesuai

Gambar 4. 21 s.d 4. 27 menunjukkan distribusi tegangan dari seluruh sisi jerigen

ketika diberikan beban sebesar 1412,64 N. Tegangan Von Misses maksimum terjadi

di belakang tangkai terutama bagian sudut atas sebesar 9,66 N/m², bila diberikan

beban lebih besar lagi akan terjadi lendutan di bagian ini, namun karena masih digaris

linear menurut grafik 4.1 akan mampu kembali ke kondisi awal saat beban

dilepaskan.

79

Page 81: Proses pembuatan jeregen

80

X

Y

Z

9.66

9.124

8.587

8.05

7.514

6.977

6.44

5.904

5.367

4.83

4.294

3.757

3.22

2.683

2.147

1.61

1.073

0.537

3.331E-9

V1L1C1

Output Set: MSC/NASTRAN Case 1Contour: Solid Von Mises Stress

Gambar 4.21. Distribusi Tegangan Von Misses Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I Dilihat dalam Tiga Dimensi.

Gambar 4.22. Pandangan Samping Kanan Distribusi Tegangan Von Misses Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I

80

Page 82: Proses pembuatan jeregen

81

Gambar 4.23 Pandangan Samping Kiri Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I

81

Page 83: Proses pembuatan jeregen

82

Gambar 4.24. Pandangan Depan Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I

Gambar 4.25 Pandangan Belakang Distribusi Tegangan Von Misess Ketebalan Dinding 1.75 mm Komposisi I

Gambar 4.26 Pandangan Atas Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding

82

Page 84: Proses pembuatan jeregen

83

1.75 mm Komposisi I

Gambar 4.27 Pandangan Bawah Distribusi Tegangan Von Mises Ketebalan Dinding 1.75mm Komposisi I

Pada bagian bawah/ dudukan jerigen nampak satu sisi menerima beban lebih besar

dari sisi lain (dalam Gambar 4.27 berwarna hijau daun pisang), jadi dapat dikatakan

beban tidak seimbang kelihatan dalam simulasi ini, sehingga dimungkinkan untuk

pembebanan yang lama akan menjadi penyebab kegagalan terhadap jerigen bila tidak

dilebihkan ketebalan disisi tersebut. Secara keseluruhan efek pembebanan belum

menyebabkan jerigen berubah bentuk untuk ketebalan 1,75 mm.

4.9.3 Simulasi untuk ketebalan 1,5 mm material haipet 0,9%

Ketebalan jerigen diturunkan lagi menjadi 1,5 mm, kemudian dilakukan

83

Page 85: Proses pembuatan jeregen

84

simulasi dengan memberikan beban tekan 1412,64 N dihasilkan total translasi atau

lendutan total sebesar 2,583 mm. Dapat dikatakan bahwa jerigen mengalami

perubahan bentuk akibat beban. Ditinjau dari segi ketebalannya dibandingkan dengan

sampel uji ASTM D 638 type IV yang tebal rata-ratanya 1,85 mm masih

menghasilkan grafik linear (Gambar 4.1), dan belum memasuki daerah kritis dan

plastis. Akan tetapi untuk jerigen yang tebalnya 1,5 mm kecenderungannya tidak

akan mampu bertahan lama karena terjadi lendutan saat dibebani sebagaimana yang

diperlihatkan pada Gambar 4.28 s.d 4.33 menunjukkan jerigen mengalami lendutan

ke segala arah.

Gambar 4.28 Pandangan Atas Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I

Pada Gambar 4. 28 menunjukkan jerigen berubah bentuk dan konsenterasi tegangan

terbesar juga terletak disisi belakang tangkai (dalam Gambar berwarna merah). Pada

Gambar 4. 29 dudukan jerigen kelihatan masih kokoh, ini disebabkan bagian ini

84

Page 86: Proses pembuatan jeregen

85

ditahan oleh perlawanan gaya dari bawah akibat konstrain sehingga tidak terjadi

lendutan. Akan lain keadaannya bila jerigen tidak di tumpu dibawah.

Gambar 4.29 Pandangan Bawah Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I

85

Page 87: Proses pembuatan jeregen

86

Gambar 4.30 Pandangan Samping Kiri Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I

Gambar 4.30 menunjukkan sisi belakang terjadi melengkung sehingga kelihatan lebih

rendah dari sisi depan. Efeknya dapat menyebabkan kegagalan menahan

beban (patah) untuk jangka waktu pembebanan yang lama.

Gambar 4.31 Pandangan Samping Kanan Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I

86

Page 88: Proses pembuatan jeregen

87

Gambar 4.32 Pandangan Depan Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm, Komposisi I

Gambar 4.33 Pandangan Belakang Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm Komposisi I

4.9.4 Simulasi untuk ketebalan 1,5 mm komposisi 3,9% Haipet

Selanjutnya dilakukan simulasi terhadap material dengan komposisi II dengan

87

Page 89: Proses pembuatan jeregen

88

ketebalan jerigen tetap 1,5 mm dan gaya 1412,64 N.

XY

Z

2.583

2.422

2.26

2.099

1.938

1.776

1.615

1.453

1.292

1.13

0.969

0.807

0.646

0.484

0.323

0.161

0.

V1L1C1

Output Set: MSC/NASTRAN Case 1Deformed(2.583): Total TranslationContour: Total Translation

Gambar 4.34 Pandangan Atas Distribusi Lendutan ketebalan jerigen 1.5 mm Komposisi II

Hasilnya menunjukkan total translasinya juga sebesar 2,583 mm (perhatikan Gambar

4.34 dan 4.35). Dengan demikian jerigen dengan ketebalan 1,5 mm tidak aman, dan

tidak mampu menahan beban sebesar 144 kg dan akan menyulitkan ketika disusun

dalam kontener karena ukuran total saat disusun akan bertambah lebar,akibatnya sulit

menutup pintu kontener sehingga para pekerja mungkin akan melakukan penutupan

secara paksa. Bila hal ini terjadi mungkin saja jerigen pecah karena penekanan secara

paksa ini tidak terukur besarnya gaya yang diterima jerigen bahkan dapat mencapai

beberapa kali lipat dari gaya 1412,64 Newton. Dalam pengamatan peneliti pernah

menjumpai perlakuan penekanan secara paksa.

88

Page 90: Proses pembuatan jeregen

89

XY

Z

2.583

2.422

2.26

2.099

1.938

1.776

1.615

1.453

1.292

1.13

0.969

0.807

0.646

0.484

0.323

0.161

0.

V1L1C1

Output Set: MSC/NASTRAN Case 1Deformed(2.583): Total TranslationContour: Total Translation Gambar 4.35 Pandangan Bawah Distribusi Lendutan Ketebalan Jerigen 1.5 mm Komposisi II

4.10 Perbandingan Hasil Eksperimen dengan Simulasi

Sebaran ketebalan jerigen dari hasil pengukuran langsung pada 37 titik

pengukuran menunjukkan bahwa ketebalan jerigen tidak merata, ini berarti bahwa

kekuatan juga tidak merata di setiap titik. Simulasi komputer menggunakan software

solid work 2004 dan software COSMOSXpress telah dapat membantu menunjukkan

segi-segi lemah dari konstruksi jerigen terutama di bagian tangkai belakang karena

menerima beban tidak merata. Pengujian top load menunjukkan sisi lemah berada

pada sudut jerigen, bagian atas, dan bagian dudukan jerigen. Nampak beda antara

hasil simulasi dengan hasil uji top load. Perbedaan ini dapat dijelaskan bahwa sebaran

ketebalan melalui software adalah merata sedangkan jerigen yang diuji dengan top

89

Page 91: Proses pembuatan jeregen

90

load adalah hasil produksi pabrik dimana sebaran ketebalannya tidak merata. Hasil

simulasi menunjukkan bahwa untuk pembebanan normal, lendutan tidak terjadi pada

bagian atas dari jerigen. Hasil pengujian tarik dan tegangan Von Misses untuk

ketebalan jerigen 2 mm menunjukkan bahwa beban sebesar 144 kg (1412,64 N)

masih mampu ditahan oleh jerigen (perhatikan tabel 4.5).

Tabel 4.4 Perbandingan Hasil Pengujian dan Simulasi untuk ketebalan jerigen 2mm

Komposisi σmax Solid Von Mises Faktor Keamanan

1 26,50 9,425 2,812

2 26,90 8,915 3,017

3 27,09 8,915 3,039

4 26,69 8,768 3,044

Distribusi tegangan Von Misses untuk komposisi material yang berbeda

menunjukkan bahwa konsenterasi tegangan terbesar terjadi di lokasi yang sama, dari

kondisi ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan komposisi material penguat tidak

mempengaruhi sebaran dari tegangan maupun lokasi lendutan yang terjadi yaitu disisi

tangkai belakang, untuk ini dapat digaris bawahi bahwa konstruksi atas jerigen perlu

diperbaiki supaya terjadi beban simetris. Maka selanjutnya dalam hal perbandingan

hasil uji simulasi cukup diwakili oleh satu komposisi material khususnya material

yang telah dipilih yaitu untuk komposisi haipet 3,9%.

Hasil uji top load Gambar 4.6 menunjukkan kesamaan dengan hasil Gambar

90

Page 92: Proses pembuatan jeregen

91

4.19 dan dari Gambar 4.7 dibandingkan dengan hasil simulasi Gambar 4.32 dapat

disimpulkan bahwa hasil simulasi telah mendekati kenyataan aktual di lapangan,

dengan demikian simulasi telah benar. Gambar 4.36 menunjukkan jerigen yang rusak

karena lendutan pada sisi samping jerigen, dari hasil pengamatan kejadian ini

disebabkan karena pada waktu pengujian pada uji tindih langsung ada ketidak

simetrisan peletakan beban jerigen antara satu tingkat dengan tingkat yang lain hal ini

menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan beban yang menyebabkan terjadinya

momen sehingga gaya pada sisi yang bending jauh lebih besar dari pada sisi lain.

Lebih kritis lagi bila tebal jerigen 1,5 mm. Hasil uji tindih langsung Gambar 4.7 dan

hasil simulasi Gambar 4.33 menunjukkan kesamaan bentuk dimana akibat

pembebanan terjadi lendutan namun dari segi kekuatan bahan tegangan yang terjadi

masih dibawah tegangan hasil uji tarik.

Gambar 4.36 Hasil Pengujian Top Load dan Simulasi

91

Page 93: Proses pembuatan jeregen

92

92

Dari hasil pengujian langsung dan simulasi diketahui bahwa kerusakan tidak

terjadi pada satu sisi jika ketebalan jerigen lebih besar dari 1,5 mm dan konsenterasi

beban diberikan seimbang atau disain bagian atas jerigen diubah sehingga

konsenterasi beban menjadi seimbang. Pengubahan komposisi penguat berpengaruh

terhadap kekuatan tarik bahan dasar pembentuk jerigen, namun tidak besar

pengaruhnya terhadap kekuatan jerigen. Secara keseluruhan diketahui hasil pengujian

dengan mengubah komposisi antara penguat dan bahan dasar tidak berpengaruh

secara signifikan bila bahan dipilih dengan komposisi 3,9%.

Page 94: Proses pembuatan jeregen

BAB 5

KESIMPULAN

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa hasil yang

merupakan jawaban dari tujuan penelitian ini.

5.1 Kesimpulan

1. Produksi jerigen akan lebih baik jika seleksi bahan baku lebih ketat dan proses

produksinya distandarkan supaya dihasilkan produk yang berkualitas, wlaupun

menggunakan bahan recycled 30%.

2. Komposisi material terbaik berdasarkan hasil uji adalah komposisi dengan

penambahan haipet 3,9%, namun belum menjamin kuat bila sebaran ketebalannya

tidak mencapai 1.75 mm agar dapat menahan beban 1412,64 N tanpa terjadi

perubahan bentuk.

3. Bentuk die mesin mold sebaiknya dibuat persegi empat mengikuti bentuk jerigen

untuk mengantisipasi penipisan dibagian sudut.

4. Disain konstruksi bagian atas jerigen tidak memenuhi standar teknik, karena tidak

dapat menahan beban secara simetris dan konsenterasi beban berat disisi belakang

tangkai, hal ini dapat menyebabkan kemiringan disaat di susun berlapis-lapis.

5. Jerigen dengan ketebalan 1.5 mm akan mengalami translasi total sebesar 2,583

bila dibebani 1412,64 N (=144 kg), dan diperkirakan tidak tahan dibebani dalam

waktu yang lama.

Page 95: Proses pembuatan jeregen

5.2 Saran-Saran

1. Bentuk die yang terpasang saat ini bentuknya bulat dan berbeda dengan bentuk

jerigen yang dibuat sehingga disaat proses blowing mengalami pengembangan

yang lebih besar dibagian sudut badan jerigen. Dianjurkan menggantikan die dari

bentuk bulat ke bentuk empat persegi panjang sesuai dengan bentuk badan

jerigen.

2. Membuat lekukan juga dapat memperkuat jerigen terutama bila lekukan yang

dibuat memenuhi standar disain konstruksi untuk penguatan di lokasi yang

diinginkan.

3. Konstruksi jerigen 20 liter ini masih memiliki kekurangan dibagian atas, untuk itu

perlu perbaikan disain supaya beban yang diterima oleh jerigen di permukaan atas

menjadi seimbang dan dapat menghindari terjadinya bending.

Page 96: Proses pembuatan jeregen

DAFTAR PUSTAKA

1. B.H. Amstead,1989, Teknologi Mekanik 2, Erlangga, Jakarta. 2. Basuki R. Suratno, 2003, Polimer and Composite Material, Seminar Dosen Tamu

pada Magister T. Mesin USU, Sentra Teknologi Polimer, Serpong 3. Dieter, G, E., 1986, Mechanical Metallurgy, Third Edition, McGraw-Hill, New

York 4. Dominic V Rosato & Donald V Rosato, 2004, Reinforced Plastics Handbook,

Third Edition, Hardbound. ISBN:1 -85617 -450-6 5. Dominick Rosato, 1997, Plastics Processing Data Handbook, Ed.2, Chapman &

Hall, London. 6. John A. Schey, 2000, Introduction To Manufacturing Processes, Third Edition,

McGraw-Hill, New York 7. PK-90CTSI Accumulative High Speed Pencetakan tiup Machine For PE Material,

User’s Manual Parker Plastic Machinery Co., LTD 8. Punmia B.C, Ashok Kumar Jain, Arun Kumar Jain, 2002, Mechanics Of

Materials ,Laxmi Publications (P) LTD 9. Shigley, J,E 1989, Mechanical Engineering Design, Fifth Edition, McGraw-Hill,

New York 10. Sriati Djaprie,1985, Teknologi Mekanik, Edisi Ketujuh Versi SI, Penerbit

Erlangga, Jakarta 11. Sudirman, 1994, Pengaruh Radiasi Neutron Cepat Terhadap Sifat Fisik dan

Mekanik Polyetilen dan Polistirena, Master Theses. ITB Central Library. 12. The International Magazine for Users of Additives, Plastics Additives &

Compounding- World Buyers’ Guide 2006, Published by Elsevier

Page 97: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 1 1. Set UP Mesin Uji Tarik yang tersedia di STP Serpong

Page 98: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 2 2. Set up alat uji tekan menggunakan Top Load Tester

Display

Tuas berulir

Weigh Frame

Jerigen

Adapter

Page 99: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 3 3. Uji Tindih Langsung

Page 100: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 4 4. Pengukuran Ketebalan Jerigen Menggunakan Agro Top Wave

Page 101: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 5 5. Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi I

Page 102: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 6 6. Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi II

Page 103: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 7 7. Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta untuk Komposisi III

Page 104: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 8 8. Hasil Uji Tarik Di STP Serpong Jakarta Komposisi IV

Page 105: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 9 9. Foto-foto saat Pengujian di Sentra Poimer Serpong 1. Mesin Crusher & sample setelah di crusher

2. Spesimen disimpan minimal 40 jam dalam conditioner room dengan kelembaban 50% dan suhu 23 °C

Conditioner Mesin pencetak lembaran plastik

Page 106: Proses pembuatan jeregen

3. Gambar Sample ASTM D 638 IV, dibuat 4 macam komposisi

4. Spesimen sedang diuji dengan mesin AGS-10kNG Shimadzu

Pemasangan Spesimen Spesimen saat diuji

Page 107: Proses pembuatan jeregen

Spesimen mengalami deformasi

Spesimen telah selesi diuji

Page 108: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 10 10. Sample ASTM D 638 type IV

Page 109: Proses pembuatan jeregen

Lampiran 11 11. Hasil Test Material di STP

Page 110: Proses pembuatan jeregen
Page 111: Proses pembuatan jeregen
Page 112: Proses pembuatan jeregen
Page 113: Proses pembuatan jeregen