proses manajerial kjk, kinerja dan pemberdayaan masyarakat, 2011
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang
mencangkup perubahan orientasi dan organisasi system sosial, ekonomi, politik
serta kebudayaan. Tujuannya adalah meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran berkaitan dengan aspek ekonomi,
dapatdiukur dengan tingkat produksi, pengeluaran, dan pendapatan. Sebagai
sebuah proses, pembangunan menunjukkan adanya hubungan saling pengaruh
antara berbagai faktor yang dihasilkannya. Dari hubungan tersebut dapat diketahui
tahap-tahap yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi dan taraf
kesejahteraan masyarakat.
Untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui upaya
pemberdayaan (empowering). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memandang perlu
untuk memberikan bantuan masyarakat dengan pendekatan “Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM)” melalui Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK).
Program tersebut bersifat strategis, karena dalam kegiatan ini disiapkan landasan
berupa institusi masyarakat yang memperkuat perkembangan masyarakat di masa
mendatang. Bantuan kepada masyarakat ini berupa dana yang dapat dimanfaatkan
untuk kegiatan yang diusulkan, dilaksanakan dan diawasi oleh masyarakat itu
sendiri. Dana yang disalurkan ditujukan untuk dimanfaatkan sebagai modal usaha
produktif.
1
PPMK dilaksanakan mulai tahun 2001. Tujuan awal PPMK adalah untuk
memberdayakan warga Jakarta yang kurang mampu dengan memberikan
pinjaman dana bergulir untuk usaha mikro. Program diperkuat dengan tiga jenis
hibah (Bina Fisik, Bina Sosial dan Bina Ekonomi) yang bertujuan untuk
memperkuat jaringan masyarakat di tingkat kelurahan dengan mendorong kerja
sama antar individu demi menumbuhkan kesejahteraan warga masyarakat.
Pada tahun 2008 Program PPMK berubah nama menjadi Program
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PEMK) dikhususkan pada bina ekonomi.
Adapun dana yang sudah disalurkan jumlahnya banyak, seperti dapat dilihat pada
tabel berikut yang menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk miskin
dan jumlah penyaluran dana untuk program PEMK di DKI Jakarta mulai dari
tahun 2009 sampai dengan 2011.
Tabel 1.1
Data Peningkatan Penurunan Kemiskinan
Tahun Persentase %
Jumlah Penduduk Miskin DKI Jakarta
(orang)
JumlahDana Penyaluran
(milyard)2008 12,16 323200 7.98
2009 12,15 312200 105.499
2010 12,05 363420 213.413 Sumber : diolah dari berbagai sumber, 2011
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah dana yang
disalurkan dalam tingkat yang sangat tinggi, secara umum sampai dengan tahun
2011 mencapai 108% dibanding dengan tahun 2010. Akan tetapi, jika dilihat dari
segi jumlah masyarakat miskin ternyata bahwa pada tahun 2011 terjadi
2
penambahan kembali walaupun pada tahun 2009-2010 mengalami penurunan.
Dengan demikian muncul pertanyaan : apakah program tersebut memang relevan
untuk masyarakat Jakarta untuk dapat mencapai tujuan berupa peningkatan
kesejahteraan yang kemudian menurunkan angka kemiskinan ? Untuk
kepentingan tersebut maka perlu dilakukan studi evaluatif terhadap implementasi
program dalam hal efisiensi, efektifitas, pencapaian sasaran, serta bagaimana
proses manajerial yang diterapkan guna memperbaiki program-program
selanjutnya.
Penelitian ini menjadi sangat penting mengingat bahwa salah satu proses
manajerial yang perlu ditingkatkan adalah dalam hal pengendalian terhadap proses
dan hasil yang dicapai. Ketidakmampuan menilai hasil evaluasi yang tepat atas
hasil sebuah pekerjaan, dapat meningkatkan kinerja pada proses selanjutnya dan
dapat mengurangi kritik terhadap diri sendiri yang seyogyanya merupakan hal
utama dalam rangka rencana-rencana kerja selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah
Guna meningkatkan kesejahteraan hidup warga sekaligus menggerakan
roda perekonomian, Pemprov DKI Jakarta menyalurkan dana Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK). Sebelumnya dana PEMK juga sudah
pernah digulirkan kepada kelurahan dengan dewan kelurahan (Dekel) sebagai
pengelolanya.
Melihat kebutuhan warga atas dukungan modal awal untuk membuka
usaha mandiri cukup besar, Pemprov DKI Jakarta kemudian mengambil
kebijakan pelaksanaan yaitu pada tahun 2008 program bina ekonomi dijadikan
program tersendiri. Adapun dana yang sudah digulirkan untuk program PEMK
3
bina ekonomi sampai dengan tahun 2011 adalah sekitar 272,5 M kepada 267
kelurahan. Tujuan yang ingin dicapai Pemprov DKI Jakarta melalui program
PEMK bina ekonomi tersebut yaitu mengurangi tingkat kemiskinan yang ada di
masyarakat khususnya melalui pengurangan tingkat pengangguran.
Untuk dapat Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan
(PEMK) berjalan dengan efektif maka keefektifan program ini sangat penting
untuk diketahui. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka dapat
dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian (Research Question) mendasar yang
perlu dijawab dan dipecahkan :
1. Bagaimana proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan program
PEMK sesuai dengan tujuan dari program ini ?
2. Bagaimanakah efektifitas keberhasilan program PEMK bagi upaya
pemberdayaan masyarakat dapat tercapai dengan baik sesuai dengan tujuan
dilaksanakannya program ini ?
3. Bagaimana prospek PEMK ke depan berkaitan dengan proses pemberdayaan
masyarakat ?
1.3 Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya mengevaluasi PEMK (LKM) pada Koperasi
Jasa Keuangan (KJK) Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan periode Februari
2010 – Agustus 2011, berkaitan dengan proses manajerialnya, hasil yang dicapai,
dan keterkaitan dengan proses pemberdayaan masyarakat.
4
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika pembahasan yang digunakan dalam penyusunan hasil
penelitian ini adalah dengan menggunakan enam bab utama, terdiri atas :
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan
masalah, dan sistematika penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Berisi tentang landasan teori yang menerangkan tentang
pemberdayaan dan teori-teori lain yang berhubungan dengan
penelitian ini.
BAB III TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN
Berisi tujuan penelitian dan manfaat penelitian
BAB IV METODE PENELITIAN
Berisi tentang metode pengumpulan data, pengambilan sampel,
pengukuran data, dan analisis data.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang Deskripsi Obyek Penelitian dan Analisis Data serta
pembahasan.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan dari seluruh masalah yang telah dibahas
dan saran bagi pihak-pihak terkait sesuai dengan hasil penelitian
yang ada diharapkan akan menjadi masukan sebagai tindak lanjut
dari penelitian ini
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan bermaksud membantu klien untuk mengambil keputusan
dan bertindak atas hidupnya dengan mengurangi dampak kelompok social atau
kelompok personal dalam rangka melatih keberdayaannya, dengan
mengembangkan kapasitas dan kepercayaan diri untuk menggunakan
keberdayaan, dengan menstranfer keberdayaan dari lingkungan kepada klien.
Pengertian lain dari pemberdayaan berarti menampilkan peran-peran aktif
dan kerja sama bagi klien atau penerima pelayanan dan mitranya. Menurut
Baharsyah (1999) pemberdayaan adalah suatu proses yang dapat dimulai dan
dipertahankan hanya oleh agen atau subyek yang mencari kekuatan atau
penentuan diri sendiri, sementara proses lainnya hanya dengan memberikan iklim,
hubungan, sumber-sumber, dan alat-alat yang dapat meningkatkan kehidupan
masyarakat.
Jadi pemberdayaan didasarkan pada keadilan sosial dimana individu atau
masyarakat merupakan subyek yang selayaknya dihargai dan dimotivasi untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Pemberdayaan bermaksud mengarahkan
individu atau masyarakat untuk memanfaatkan peluang yang ada seoptimal
mungkin, guna mencapai kehidupan yang lebih baik.
6
Shardlow (1998), melihat bahwa berbagai pengertian tentang
pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok atau
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan
untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
kesimpulannya lebih lanjut Shardlow (1998), menggambarkan bahwa
pemberdayaan sebagai suatu gagasan tentang self determination, yang dikenal
sebagai salah satu prinsip dalam bidang pekerjaan sosial dan kesejahteraan sosial.
Prinsip ini pada intinya mendorong klien untuk menentukan diri sendiri, apa yang
harus ia lakukan dalam kaitan dengan upaya menghadapi permasalahan yang ia
hadapi. Sehingga klien mempunyai kesadaran penuh dan kekuasaan penuh dalam
membentuk hari depannya.
Anwar (2000a) mengungkapkan bahwa pemberdayaan mengandung arti
secara luas kepada ekspansi dari kebebasan membuat alternatif pilihan (freedom
of choice) dan tindakan-tindakan untuk membentuk kehidupan. Seseorang
memiliki kontrol terhadap sumberdaya-sumberdaya dan pengambilan keputusan/
Inti konsep pemberdayaan masyarakat adalah pada bagaimana menjadikan
masyarakat menjadi intended beneficiaries dan sekaligus mampu mengelola
potensinya sendiri untuk berkembang dan mandiri dalam menghadapi berbagai
tantangan dan perubahan yang terjadi demikian pesatnya. Ini berarti bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses peningkatan kapasitas melalui
peningkatan pengetahuan dan keterampilan (formal maupun informal) dengan
menyediakan fasilitas yang diperlukan guna menghadapi kehidupan sehari-
harinya.
7
Lebih lanjut Anwar (2000b), menjelaskan bahwa walaupun tidak ada
model upaya pemberdayaan yang dianggap untuk dapat dijadikan panutan,
pengalaman menunjukkan bahwa ada beberapa elemen penting dalam
pemberdayaan yang berhasil. Dalam kaitan ini, ada empat elemen kunci
pemberdayaan yang harus mendasari reformasi institusional, yaitu :
1. Akses kepada informasi, informasi dapat dipandang sebagai suatu sumber
kekuatan. Siapa yang menguasai sumber informasi dan memiliki akses lebih
baik kepada sumber informasi akan dapat menentukan arah dan tujuan
pelaksanaan pembangunan. Karenanya masyarakat harus mampu menguasai
informasi yang diperlukannya. Informasi merupakan kekuatan. Arus informasi
yang mengalir dari pemerintah kepada masyarakat dan sebaliknya bersifat
kritis dalam penciptaan warganegara yang bertanggung jawab dan pemerintah
yang cepat tanggap dan dipercaya (responsive and accountable). Warga
Negara yang terinformasi lebih dapat memanfaatkan kesempatan, akses
terhadap pelayanan publik, menerapkan hak-haknya, dan menjaga
akuntabilitas pejabat Negara dan non Negara. Sedangkan wilayah-wilayah
kritisnya adalah kinerja pemerintah dan sektor swasta, jasa keuangan dan
pasar, serta peraturan dan hak sehubungan dengan pelayanan dasar.
2. Keterlibatan dan partisipasi. Suatu pendekatan pemberdayaan kepada
partisipasi masyarakat memperlakukan kelompok marjinal orang-orang miskin
sebagai mitra pembangunan. Pendekatan pemberdayaan memperlakukan
masyarakat miskin sebagai pendamping pemerintah yang memiliki
penguasaan terhadap keputusan dan sumberdaya hingga tingkatan yang kecil.
8
Keterlibatan kelompok miskin dan kelompok tersaing lainnya dalam
pembuatan keputusan sangat penting dalam menjamin agar sumberdaya publik
yang terbatas dibangun atas kepentingan local dan dapat menumbuhkan
komitmen akan perubahan. Keterlibatan kelompok ini sangat kritikal dan
dapat menjamin pemanfaatan sumber-sumber daya alam yang terbatas
seefisien mungkin.
3. Akuntabilitas. Akuntabilitas lebih diperuntukan kepada penyelenggara
pemerintah itu sendiri. Sedikitnya, ada tiga akuntabilitas yang harus dipenuhi
penyelenggara pemerintah, yaitu : Akuntabilitas politik dan perwakilannya
yang dapat berlangsung secara ketat melalui pemilihan umum; Akuntabilitas
administrative dari instansi-instansi pemerintah yang dapat diuji dalam
mekanisme akuntabilitas internal; dan Akuntabilitas sosial berupa
pertanggung jawaban kepada masyarakat.
4. Kapasitas organisasi local (local organizational capacity). Aspek ini
berkaitan dengan kemampuan orang-orang untuk dapat bekerjasama dan
mengorganisasikannya sendiri serta mampu memobilisasikan sumberdaya-
sumberdaya untuk memecahkan persoalan-persoalan yang menjadi perhatian
bersama.
Menurut Sumodiningrat (1997), pemberdayaan masyarakat bertali erat
dengan upaya penanggulangan masalah-masalah pembangunan, seperti
pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan. Upaya pemberdayaan masyarakat
tersebut harus dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
9
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan
masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah
upaya membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya.
2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
Dalam rangka ini diperlukan langkah-langkah yang positif dan nyata,
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai
peluang yang membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam
memanfaatkan peluang.
3. Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam pemberdayaan harus dicegah
yang lemah menjadi bertambah lemah. Jadi pemberdayaan memerlukan cara-
cara konkrit untuk mewujudkannya. Tanpa cara-cara atau langkah-langkah
yang tepat pemberdayaan akan mengalami banyak kendala.
Ada 4 ciri yang perlu diidentifikasi apakah pemberdayaan sudah tercapai atau
belum, ke empat ciri tersebut adalah (Budiman, 2007) :
1. keberlanjutan (sustainability), maksudnya bahwa proses
pemberdayaan berlangsung sepanjang waktu dalam jangka panjang bahkan
setelah fasilitator sudah tidak lagi bertugas (Bossel, 1999)
2. integratif (integrative), pemberdayaan melibatkan segala aspek
yang ada di dalam masyarakat (Robbins, 1991; Sen, 1999; Friedmann, 1992)
10
3. partisipatif (participative), pemberdayaan melibatkan semua pihak
yang terkait (stakeholder) di dalam masyarakat di mana proses tersebut
dilaksanakan (World Bank, 2002; Conger dan Kanungo, 1988; Ohama, 2001a)
4. mandiri (self-sustain), sebagai hasil dari proses yang dilakukan di
mana masyarakat tidak lagi mempunyai ketergantungan yang besar kepada
pihak dari luar wilayah mereka (Djohani, 1996; Rowlands dalam Eade, 1996;
World Bank, 2002)
Untuk dapat mengetahui keberhasilan suatu proses pemberdayaan berikut
diuraikan beberapa indikator, McVay (1997 : 17–29) mengemukakan beberapa
ukuran keberhasilan sebuah lembaga jasa pelayanan usaha (Business Development
Service, BDS), dalam hal ini lembaga dinilai sebagai lembaga pemberdayaan
melalui mikro-kredit. Ukuran-ukuran tersebut terdiri atas :
1. Skala (scale), yaitu jumlah orang yang dilayani. Makin banyak jumlah orang
yang dilayani, maka makin baik pencapaian proses pemberdayaan, dan
sebaliknya.
2. Luas layanan (outreach) yaitu : pasar yang belum terlayani, khususnya adalah
masyarakat miskin. Makin luas jangkauan yang dicapai, maka makin baik
proses pemberdayaan, dan sebaliknya.
3. Dampak (impact) yaitu : perbaikan yang dicapai berupa perbaikan kehidupan
masyarakat melalui pengentasan kemiskinan dan pertumbuhan usaha. Makin
baik tingkat kehidupan masyarakat dan semakin baik pertumbuhan usaha,
maka makin baik pencapaian proses pemberdayaan masyarakat, dan
sebaliknya.
11
4. Efektivitas-biaya (cost-effectiveness) yaitu : biaya terendah yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan program. Makin rendah biaya yang dikeluarkan untuk
proses yang dilaksanakan, maka makin baik proses berlangsung, dan
sebaliknya.
5. Keberlanjutan (sustainability) yaitu : jaminan dalam jangka panjang akan
pelayanan dan keuntungan yang terus-menerus. Makin terjaminnya proses
berlangsung dalam jangka panjang dan makin banyak keuntungan yang dapat
diperoleh oleh masyarakat, maka makin baik proses pelaksanaan, dan
sebaliknya.
2.2 Pengalihan Program PPMK ke Program PEMK
Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) merupakan salah
satu upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ibukota dengan pendekatan “Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)”.
Pendekatan ini merupakan pendekatan pemberdayaan masyarakat, di mana
masyarakat melakukan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
PPMK mencakup seluruh aspek kehidupan dan penghidupan masyarakat baik
fisik maupun non fisik, melalui lembaga kemasyarakatan yang ada di kelurahan
dengan menyediakan Bantuan Langsung Masyarakat. Pada program ini bantuan
diberikan untuk pembinaan di tiga aspek kehidupan masyarakat atau Program
Tribina, yaitu Bina Sosial, Bina Sosial Ekonomi, dan Bina fisik Lingkungan.
12
PPMK dilaksanakan mulai tahun 2001 dan masih berupa “pilot project”
untuk 50 kelurahan yang tersebar di 5 kotamadya. Pada tahun berikutnya
diberikan pada 217 kelurahan dan sejak tahun 2003, PPMK diberikan kepada
seluruh kelurahan di DKI Jakarta. Tujuan awal PPMK adalah untuk
memberdayakan warga Jakarta yang kurang mampu dengan memberikan
pinjaman dana bergulir untuk usaha mikro. Program diperkuat dengan dua jenis
hibah (Bina Fisik dan Bina Sosial) yang bertujuan untuk memperkuat jaringan
masyarakat di tingkat kelurahan dengan mendorong kerja sama antar individu
demi menumbuhkan.
Pada tahun 2009 dana Bina Ekonomi PPMK tahun 2001 – 2007 dialihkan
dari Dewan Kelurahan kepada Unit Pengelola Dana Bergulir Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat Kelurahan (UPBD PEMK), setelah dilakukan Audit
Independent per tanggal 31 Maret 2009. Berdasarkan hasil audit dan laporan
kerja Satgas kelurahan diketahui bahwa total saldo bank dan saldo kas adalah
sebesar Rp. 120.639.215.405. Setelah pengalihan maka secara serempak di 6
wilayah Kota/Kabupaten Administrasi mulai tanggal 27 Desember 2010
memperoleh dana yang telah dialihkan sebesar Rp. 65.313.051.209.
2.3 Pengertian Koperasi
Undang-undang Koperasi Nomor 12 Tahun 1967, “ Koperasi Indonesia adalah
organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial beranggotakan orang-orang atau
badan-badan hokum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai
13
usaha bersama berdasarkan atas asas-asas kekeluargaan (Sudarsono dan Edilius,
2010 :12).
2.3.1 Prinsip Koperasi
Di Indonesia, prinsip koperasi telah dicantumkan dalam UU No.12 Tahun 1967
dan UU No. 25 Tahun 1992. Pada UU No. 25 Tahun 1992, prinsip koperasi
dinyatakan sebagai berikut :
Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela
Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya
jasa usaha masing-masing anggota
Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Kemandirian
Pendidikan perkoperasian
Kerjasama antarkoperasi
Kemudian ICA mengembangkan prinsip koperasi baru dan menghilangkan
beberapa prinsip yang dikembangkan oleh pelopor-pelopor koperasi Rochdale.
Prinsip koperasi terbaru yang dikembangkan ICA adalah :
Keanggotaan bersifat terbuka dan sukarela
Pengelolaan dilakukan secara demokratis
14
Partisipasi anggota dalam ekonomi
Kebebasan dan otonomi
Mengembangkan pendidikan, pelatihan, dan informasi
2.3.2 Fungsi Koperasi
Menurut Undang-undang No. 25 Tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan
bahwa fungsi dan peran koperasi sebagai berikut :
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembanmgkan perekonomian nasional,
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Mengembangkan kreativitas dan membangun jiwa berorganisasi bagi para
pelajar bangsa.
2.3.3 Asas Koperasi
15
Asas koperasi ini adalah kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2.3.4 Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) Koperasi
Terhadap cara dan besarnya pembagian SHU oleh UU. No.12/1967
diserahkan kepada kesepakatan para anggota koperasi yang kemudian dituangkan
dalam AD/ART koperasi. Selain itu juga harus diadakan pemisahan antara
penggunaan pendapatan yang diperoleh dari pelayanan terhadap anggota sendiri
dan terhadap pihak ketiga termasuk bukan anggota. Bagian SHU yang diperoleh
dari pelayanan terhadap pihak ketiga, termasuk bukan anggota tidak dibagikan
kepada anggota, karena bagian pendapatan ini bukan diperoleh dari jasa anggota.
Oleh karena itu SHU yang berasal dari anggota dalam kegiatan
koperasi dibagikan untuk cadangan koperasi, untuk anggota sebanding dengan
jasa yang diberikannya, untuk dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana
pendidikan koperasi, dana sosial dan dana pembangunan daerah kerja. SHU yang
berasal dari usaha yang diadakan untuk non anggota dibagi-bagikan untuk semua
aspek yang disebutkan di atas kecuali untuk para anggotanya, yaitu untuk
cadangan koperasi, dana pengurus, dana pegawai/karyawan, dana pendidikan,
dana sosial, dan dana pembangunan daerah kerja.
2.3.5 Sumber Modal Koperasi
Sebagaimana diuraikan dalam Undang-undang Koperasi, bahwa
sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanan-
simpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan
dari SHU yang merupakan kekayaan koperasi. Disamping itu koperasi juga
16
memiliki modal yang bersifat potensial yang didasarkan pada sikap anggota
terhadap koperasinya. Modal ini dapat besar dan dapat pula kecil nilainya
berkaitan dengan besar/kecilnya kesadaran orang dalam berkoperasi.
Selain sumber seperti diuraikan di atas, yang disebut juga sebagai
sumber modal intern. Koperasi dapat pula menambah modalnya yang berasal dari
sumber ekstern yang berasal dari pinjaman dan atau simpanan-simpanan/deposito
dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula dalam sumber ekstern ini misalnya
berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah.
2.4 Fungsi-Fungsi Manajemen
2.4.1 Perencanaan (Planning)
Perencanaan (planning) merupakan pemilihan dan menghubungkan fakta,
menggunakan asumsi-asumsi tentang masa depan dalam membuat visualisasi dan
perumusan kegiatan yang diusulkan dan memang diperlukan untuk mencapai hasil
yang diinginkan (Terry, 2009 : 46).
Ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa perencanaan (planning)
merupakan suatu pendekatan yang terorganisir untuk menghadapi problema-
problema di masa yang akan datang dan mereka member uraian bahwa planning
mengembangkan rancangan kegiatan hari untuk tindakan-tindakan di masa
mendatang. Planning menjembatani jurang pemisah antara posisi kita sekarang
dan tujuan yang ingin dicapai. Perencanaan dapat menjawab di muka tentang,
siapa, apa, kapan, di mana, mengapa dan bagaimana tindakan-tindakan di masa
depan dapat dilaksanakan.
17
Planning yang efektif didasarkan pada fakta dan informasi, bukan atas
dasar emosi atau keinginan. Fakta-fakta yang relevan dengan situasi yang sedang
dihadapi berhubungan erat dengan pengalaman dan pengetahuan seorang manajer.
Seorang perencana harus mampu untuk menggambarkan (visualisasi) pola
kegiatan yang diusulkan itu secara jelas. Planning sesungguhnya merupakan suatu
proses intelektual. Dengan perencanaan, para manajer berusaha untuk melihat ke
depan, memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan, menyiapkan alat-alat
darurat, menjabarkan kegiatan dan membuat urutan prioritas untuk mencapai
sasaran.
Planning dikerjakan terus menerus dan merupakan suatu kegiatan yang
tidak pernah selesai. Seluruh rencana bersifat sementara dan dapat dirubah atau
diganti apabila ada fakta-fakta baru dan variabel-variabelnya perlu dievaluasi
kembali. Perencanaan tetap penting walaupun semua usaha berjalan lancer. Aspek
timing di dalam perencanaan juga penting. Ada waktu-waktu tertentu yang
ditetapkan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sebagian besar rencana dapat
dibagi menjadi tahapan waktu pelaksanaan kegiatan. Tahapan waktu tersebut
dapat membantu untuk : (a) membagi rencana ke dalam serangkaian tindakan
yang sederhana, (b) mempertahankan pelaksanaan rencana sesuai jadwalnya, (c)
mengkordinir kegiatan-kegiatan yang terpisah ke dalam perencanaan dan (d)
rencana tersebut dapat diterima oleh semua pihak yang berkepentingan (Terry,
2009 : 46 ).
2.4.2 Pengorganisasian (Organizing)
18
Pengorganisasian (organizing) merupakan kegiatan dasar dari manajemen
dilaksanakan untuk dan mengatur seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan
termasuk unsur manusia, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses
(Terry, 2009 : 73).
Manusia merupakan unsur yang terpenting, melalui pengorganisasian
manusia dapat di dalam tugas-tugas yang saling berhubungan. Tujuan dari
pengorganisasian ialah untuk membimbing manusia-manusia bekerjasama secara
efektif. Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu
terlalu berat ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan tenaga-
tenaga bantuan dan terbentuklah suatu kelompok kerja yang efektif. Banyak
pikiran, tangan dan keterampilan dihimpun menjadi satu yang harus dikoordinasi
bukan saja untuk diselesaikan tugas-tugas yang bersangkutan, tetapi juga untuk
menciptakan kegunaan bagi masing-masing anggota kelompok tersebut terhadap
keinginannya keterampilan dan pengetahuan.
Secara historis pengorganisasian bertujuan untuk menyebarkan seluruh
kegiatan manusia, karena individu tergantung dari masyarakatnya dan karena kita
ingin mendapatkan perlindungan terhadap kekuatan-kekuatan anti sosial yang
mengancam kita. Tulisan-tulisan tersebut dalam sejarah nenek moyang kita berisi
petunjuk-petunjuk tentang kegiatan pengorganisasian, antara lain di dalam
angkatan bersenjata, pemerintahan, dan kelompok-kelompok agama. Kegiatan-
kegiatan tersebut berlangsung terus hingga masa kini.
Ada empat komponen-komponen pengorganisasian yang berwujud dan
dapat diingat dengan kata WERE (pekerjaan, pegawai, hubungan kerja dan
19
lingkungan). Pola interaksi biasanya ditetapkan oleh pekerjaan dan pegawai-
pegawai yang ditugaskan untuk melaksanakannya. Interaksi tersebut lambat laun
menjadi stabil. Pegawai-pegawai menyesuaikan diri dengan pekerjaan mereka dan
tidak akan menyukai perubahan di dalam pola kebiasaan pekerjaan mereka (Terry,
2009 : 73 ).
2.4.3 Pelaksanaan (Actuating)
Actuating merupakan suatu kegiatan untuk mengintegrasikan usaha-uasaha
anggota-anggota dari suatu kelompok, sehingga melalui tugas-tugas mereka dapat
terpenuhi tujuan-tujuan pribadi dan kelompoknya (Terry, 2009 :138).
Setiap anggota kelompok harus memiliki informasi yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu tugas. Untuk maksud tersebut maka rencana-rencana yang
sudah dibuat diberitahukan kepada semua anggota dalam bentuk instruksi dan
perintah yang disampaikan secara resmi.
Memberi pengarahan yang efektif dapat dilaksanakan oleh seseorang
untuk satu kelompok. Biasanya, manajer yang melakukannya, karena dia :
a) Mengetahui bawahan
b) Mengetahui keahlian dan kemampuannya
c) Mengerti akan kapasitas dan keinginan-keinginannya
d) Mengetahui apa yang dapat dihasilkan,
Dengan semua latar belakang tersebut, manajer akan mampu untuk memilih
teknik memberikan pengarahan untuk mendapatkan hasil-hasil yang diinginkan
20
dengan cara yang terbaik. Menyediakan informasi yang akan diperlukan untuk
mengambil langkah-langkah yang efektif dalam menunjang pengarahan yang
penting. Di dalam memberikan pengarahan, juga digunakan instruksi-instruksi
yang menunjang pengetahuan tentang aspek untuk melaksanakan suatu tugas
tertentu. Demikian pula, untuk dapat mengikuti tujuannya maka diliput berbagai
situasi, diberi data yang terperinci dan urutan langkah-langkah yang harus
ditempuh.
Metode dan pendekatan yang ingin digunakan oleh seorang manajer di
dalam usahanya untuk mengarahkan bawahan, harus berpengaruh terhadap
kelompok. Interaksi diantara anggota kelompok mengakibatkan penerimaan atau
penolakan terhadap gagasan-gagasan manajemen atau perubahan-perubahan yang
berpengaruh kepada anggota-anggotanya. Reaksi-reaksi tersebut harus
diperhatikan di dalam pengarahan-pengarahan manajerial.
2.4.4 Pengawasan (Controlling)
Pengawasan (controlling) ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-
kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dan berorientasi pada obyek yang
dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran
yang ingin dicapai (Terry, 2009 : 166).
Pelaksanaan kegiatan juga harus dinyatakan dengan dasar yang sama
seperti yang diharapkan. Banyak sarana yang dapat digunakan untuk menetapkan
pelaksanaan kegiatan, yakni data hasil pengamatan, laporan dan data statistik.
Pengamatan langsung dapat memberikan gambaran yang sesungguhnya dari
21
pelaksanaan suatu kegiatan, kuantitas dan kualitas pekerjaan, metode-metode dan
lingkungan kerjanya dapat menjadi objek pengamatan dan menjadi alat yang baik
untuk mengecek dan melaporkan sikap mental para pekerjanya serta
memperhatikan pengembangan pekerjaan-pekerjaan manajerial yang ditugaskan
kepada para pekerja.
Selanjutnya proses pengendalian yang bersifat universal, yakni
mengadakan perbandingan terhadap pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat
perbedaan antara perkiraan dan pelaksanaan, perlu diadakan penilaian tentang
penyebab dari perbedaan tersebut. Demi tercapainya suatu usaha manajemen yang
baik, maka proses pembandingan harus dilakukan sedekat mungkin dengan waktu
pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan. Yang paling penting di dalam
melakukan pembandingan tersebut di mana hasil perbandingan tersebut
menunjukan penyimpangan yang lebih besar daripada ukuran-ukuran normal.
Langkah yang terakhir ialah mengadakan koreksi, yakni merupakan suatu
proses penyesuaian kegiatan operasional supaya mencapai hasil yang sama seperti
diperkirakan. Mungkin dibutuhkan modifikasi dalam kegiatan-kegiatan
manajemen, akan tetapi yang perlu adalah merubah metode kerjanya. Meluruskan
wewenang atau memberikan motivasi yang lebih baik. Tindakan-tindakan tersebut
harus diambil oleh orang yang memiliki wewenang atas pekerjaan-pekerjaan yang
bersangkutan
Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar
manusia. Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong
hubungan yang baik di antara para pegawai. Pengendalian harus merupakan
22
kegiatan yang positif dan membantu. Manajer-manajer yang efektif akan
menggunakan usaha pengendalian untuk menjadi informasi guna memuji
pelaksanaan yang baik dan membantu mereka yang memerlukannya dan
menentukan jenis kebutuhan mereka (Terry, 2009 :166 )
2.5. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan, maka akan diteliti
bagaimana proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan program PEMK
sesuai dengan tujuan dari program ini pada LKM “koperasi” Kelurahan Lenteng
Agung Jakarta Selatan dan bagaimana efektifitas keberhasilan program PEMK ini
bagi pemberdayaan masyarakat.
Alur pemikiran untuk analisis disajikan pada gambar di bawah ini.
23
Proses Manajerial
Y = C+S+I
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
24
LKM
“Koperasi”
Kinerja
Proses
Manajerial Efektifitas
Kinerja
Pemberdayaan Masyarakat
BAB III
TUJUAN dan MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. mengetahui proses manajerial yang diterapkan untuk keberhasilan
program PEMK sesuai dengan tujuan dari program ini
2. menganalisis efektifitas pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Kelurahan (PEMK) di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan.
3. Menganalisis potensi PEMK terhadap proses pemberdayaan masyarakat
3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini mencoba menggambarkan proses manajerial dan efektifitas
Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan sebagai upaya pemberdayaan
masyarakat miskin di Kelurahan Lenteng Agung Jakarta Selatan. Hasil penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Masyarakat Langsung
Dengan dirumuskannya model pemberdayaan bagi masyarakat miskin pada
khususnya dan pada masyarakat kelurahan pada umumnya, diharapkan
masyarakat tidak lagi menjadi sekedar obyek dari pembangunan, tetapi bisa
menjadi subyek, setidaknya untuk diri dan lingkungannya sendiri
25
2. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
Melalui pengkajian model PEMK diharapkan kekurang sempurnaan pada
tahun-tahun sebelumnya dapat lebih disempurnakan bahkan lebih baik lagi
pada masa mendatang. Dari pengamatan dan wawancara dengan responden
diharapkan dapat diketahui hal-hal yang secara spesifik harus dibenahi, ada
beberapa aspek yang menarik yang dapat dikaji dengan seksama, diantaranya
adalah :
a) aspek manajerial pengelolaan koperasi mulai dari perencanaan kerja,
pengambilan keputusan kerja sampai dengan evaluasi kinerja,
b) aspek akuntansi berkaitan dengan pembukuan dan keuangan koperasi,
c) aspek komputerisasi terkait dengan proses administrasi koperasi, dan
d) yang paling penting adalah berkaitan dengan proses pemberdayaan
masyarakat yang terlibat di dalam program PEMK melakui KJK Lenteng
Agung khususnya dan semua kelurahan di Provinsi DKI Jakarta umumnya.
26
BAB IV
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksploratif yaitu salah
satu jenis penelitian yang tujuannya untuk memberikan uraian atau penjelasan
mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian, dalam hal ini proses
manajerial KJK PEMK Lenteng Agung. Selain itu penelitian juga merupakan
penelitian evaluative karena penelitian berkaitan dengan program pembangunan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Provinsi DKI
Jakarta, sehingga dalam analisis digunakan indikator-indikator sederhana atau
umum untuk menilai keberhasilan dari program yang dijalankan selama ini,
khusus berkaitan dengan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK)
dalam bentuk Koperasi JasaKeuangan (KJK).
Penelitian menggunakan studi kasus pada satu KJK PEMK yaitu KJK
Kelurahan Lenteng Agung., Kecamatan Jagakarsa, Kodya Jakarta Selatan,
Provinsi DKI Jakarta. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh fokus pengamatan,
karena pengamatan dilakukan terhadap semua aspek manajerial mencakup semua
fungsi manajemen Planning (P), Organizing (O), Actuating (A), dan Controlling
(C) yang merujuk pada uraian Terry (2009). Data mencakup data-data mulai dari
sumberdaya yang digunakan (input), kegiatan yang dilakukan (process), dan hasil
yang dicapai oleh kegiatan sesuai rencana yang dibuat sebelumnya (output).
27
4.1 Metode Pengumpulan Data
4.1.1 Obyek Penelitian
Objek yang diteliti adalah Lembaga Keuangan Mikro (LKM)
Kelurahan Lenteng Agung yang terletak di Jl. Raya Lenteng Agung
Timur, Sentra Niaga Lenteng Agung Blok B.59-60, RT, 0010/04
Kecamatan Jagakarsa. Telepon 02178892248
4.1.2 Data Yang Digunakan
Data merupakan sejumlah informasi yang dapat memberikan
gambaran tentang suatu keadaan. (Sugiarto et.al, 2003 : 12). Data-data
yang digunakan dalam penelitian ini mencakup :
1. Data primer, merupakan data utama yang diperoleh langsung
dari lapangan. Data ini diperoleh dari berbagai pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan program PEMK. Data primer ini dikumpulkan dari pengelola
LKM dan juga dari masyarakat yang dijadikan responden.
2. Data sekunder, merupakan data pendukung yang diperoleh dari
dokumen manual program, laporan kegiatan, dan data dari sumber-sumber
yang mungkin yang berkaitan dengan KJK PEMK. Data-data ini telah
tersedia sebelumnya dan dimanfaatkan untuk memahami terlebih dahulu
kerangka permasalahan dan analisis lebih lanjut. Dalam kesempatan ini,
data terutama diperoleh dari Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Kelurahan
Lenteng Agung Jakarta Selatan.
28
Tabel 4.1
,Jenis, Sumber dan Cara Pengumpulan Data / Informasi Penelitian
No Jenis Data Sumber Data Cara Pengumpulan
A DATA PRIMER
1. Sosialisasi Program PEMK Responden Wawancara
2. Intensitas Sosialisasi Program PEMK Responden Wawancara
3. Keterlibatan Masyarakat RespondenWawancara
,pengamatan
4.Persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan program PEMKResponden Wawancara
B DATA SEKUNDER
1. Data jumlah anggota LKM
“koperasi” Kelurahan Lenteng
Agung
LKM Kelurahan
Lenteng Agung
Wawancara dan
studi Data Sekunder
2. Data sejarah dan struktur organisasi
LKM “koperasi” Kelurahan Lenteng
Agung
LKM Kelurahan
Lenteng AgungStudi Data Sekunder
3. Laporan hasil pelaksanaan kegiatan
PEMK
LKM Kelurahan
Lenteng Agung
Wawancara dan
studi Data Sekunder
4.1.3 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan metode penelitian
lapangan yaitu untuk memperoleh data primer dengan wawancara dengan
memberikan daftar pertanyaan (kuesioner), pengamatan dan wawancara
langsung kepada responden, sedangkan untuk memperoleh data sekunder
29
adalah penggunaan bahan dokumen mengambil data secara langsung dari
Lembaga Keuangan Mikro (LKM) “koperasi” Kelurahan Lenteng Agung.
4.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel adalah secara random, karena setiap populasi
mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, sehingga langsung
menentukan objek yang akan diteliti. Prosedur yang digunakan yaitu Stratified
Sampling (pengambilan sampel berstrata) di mana populasi dikelompokkan dalam
strata tertentu kemudian diambil sampel secara random dengan proporsi yang
seimbang sesuai dengan posisi dalam populasi. Dalam penelitian ini digunakan 30
sampel/ responden dan dari 30 sampel tersebut dikelompokan menjadi 3
kelompok/ strata yaitu kelompok pertama responden yang meminjam dana
kreditnya sebesar Rp 1.000.000 – Rp 2.999.999, kelompok kedua sebesar Rp
3.000.000 – Rp 5.000.000 dan kelompok ketiga sebesar > Rp 5.000.000,-.
Pada saat awal masing-masing kelompok/ strata direncanakan diambil 10 orang
untuk dijadikan sampel/ responden karena alasan praktis, baik dari segi waktu,
tenaga dan biaya. Ada 60 kuesioner yang disebarkan ke responden dan pada
akhirnya ada 30 responden yang dapat dijadikan sebagai bahan untuk analisis
karena memenuhi syarat kelengkapan data sedangkan sisanya 30 lagi tidak
digunakan. Selain ke 30 orang responden juga diwawancarai 4 orang pengurus
KJK PEMK Lenteng Agung. Hal ini terutama untuk mengetahui kinerja
manajerial KJK PEMK selama berlangsung sampai dengan waktu pengamatan
yang ditentukan
30
4.3 Metode Pengukuran Data
Data yang digunakan adalah data dengan skala rasio, di mana skala
pengukuran menunjukkan hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan,
mempunyai jarak tertentu dan bisa dibandingkan (Sugiarto et al, 2003 : 27). Untuk
proses manajerial dan analisis keterkaitan kinerja ekonomi dengan pemberdayaan,
data yang digunakan adalah nominal berupa kriteria keberhasilan dan rasio berupa
kinerja ekonomi KJK.
4.4 Metode Analisis Data
Untuk menganalisis data digunakan model analisis Deskriptif Kualitatif.
Analisis Deskriptif Kualitatif digunakan untuk menganalisis efektifitas
pelaksanaan program PEMK sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di
Kelurahan Lenteng Agung. Metode Kualitatif menjelaskan beberapa fakta dalam
hubungan sebab akibat antara aspek-aspek yang diamati, berdasarkan keterangan
tertulis atau lisan dari laporan, baik yang berasal dari pengamatan, wawancara,
maupun catatan lapangan, yang menyebabkan terjadinya masalah dimaksud, dan
kemudian disusun alternatif pemecahannya jika memungkinkan.
Subagio (1991) menyatakan sebagai berikut Analisis kualitatif dilakukan
terhadap data baik berupa data kualitatif maupun kuantitatif dalam hal ini
dilakukan terhadap data yang berupa informasi, uraian, kemudian dikaitkan
dengan data lainnya untuk mendapatkan kejelasan terhadap suatu kebenaran atau
31
sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu
gambaran yang sudah ada atau sebaliknya.
Mengacu pada pendapat di atas, dengan demikian teknik analisis data
kualitatif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah analisis terhadap data, baik
yang diperoleh dari dokumen maupun analisis wawancara dalam setiap variabel
penelitian yang diwujudkan dalam bentuk penjelasan atau keterangan yang
didukung oleh data lapangan dan informasi yang memperkuat penjelasan
dimaksud. Dengan demikian akan diperoleh suatu kebenaran dalam hasil
penelitian yang dilakukan.
32
BAB V
HASIL dan PEMBAHASAN
5.1 Sejarah Koperasi KJK PEMK Kelurahan Lenteng Agung
Koperasi PEMK Lenteng Agung adalah Koperasi Jasa Keuangan yang
berdiri sejak tahun 2007, koperasi ini didirikan atas inisiatif bersama untuk
membantu masyarakat sekitar dalam bidang usaha mikro dengan difasilitasi oleh
Dewan Kelurahan dan pemerintah setempat dengan tujuan sebagai sarana bagi
pelayanan keuangan anggota/masyarakat Kelurahan khususnya, dan UMKM pada
umumnya di wilayah Kelurahan Lenteng Agung. Dengan dukungan pemerintah
DKI Jakarta melalui Sosialisasi Perkoperasian yang difasilitasi oleh Dinas
Koperasi, UMKM dan Perdagangan dan Lembaga Pengelola Dana bergulir
semakin memantapkan pendirian koperasi ini.
Sejak didirikan koperasi ini mengalami kemajuan yang membanggakan
oleh karena keaktifan para anggota dan kepengurusan Koperasi Jasa Keuangan
PEMK Lenteng Agung. Oleh sebab itu koperasi ini didirikan untuk membantu
bagi para masyarakat di bidang usaha mikro dalam bidang pendanaan, karena
banyaknya masyarakat sekitar yang memiliki potensi sebagai pelaku usaha mikro.
33
5.2 Profil Koperasi KJK PEMK Kelurahan Lenteng Agung
1. Organisasi
Nama Koperasi : KJK PEMK LENTENG AGUNG
Jenis Koperasi : Jasa Keuangan
Bentuk Badan Hukum : Koperasi
No 15 Tgl 8 Desember 2007
Metode Operasional : Bagi Hasil
Alamat Koperasi : Jl. Raya Lenteng Agung Timur, SNLA
Blok B.59
RT. 0010/04 Kelurahan Lenteng
Agung
Kecamatan : Jagakarsa
Daerah Tingkat II : Kota Administrasi Jakarta selatan
Telepon/Fax : ( 021 ) 78846130, 78892248 Fax.
Aktifitas Bisnis : Koperasi simpan pinjam
Jumlah Staff : 4 orang
34
Tabel 5.1
Aspek Legal Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung
Data Koperasi Nomor Tanggal Registrasi
1. Akta Pendirian 158 Desember
2007
Arnasya A.
Pattinama, S.H
2. SK Dinas Koperasi,
Usaha Kecil, Menengah
173/BH/PAD/XII.4/
-1.829.41/X/2009
16 Oktober
2009
Dinas Koperasi
Provinsi DKI
Jakarta
3. Akta perubahan 53/VII/2009 28 Juli 2009 Eka Purwanti, SH
4. NPWP03.018.573.0-
017.00003 – 11- 2009
Departemen
Keuangan Republik
Indonesia,
Direktorat Jenderal
Pajak
5. Ijin Tempat Usaha 60 / 1.824 23 Oktober
2009
Kelurahan Lenteng
AgungSumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010
5.3 Proses Manajerial KJK Kelurahan Lenteng Agung
5.3.1 Perencanaan (Planning)
Dalam pembentukan suatu organisasi harus memiliki planning /
perencanaan, karena perencanaan merupakan fungsi manajemen yang primer,
yaitu tahap yang mendahului dan menjadi pondasi terhadap fungsi-fungsi
35
manajemen yang lain. Adapun program pelayanan yang akan dilakukan oleh
Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung dapat dilihat di tabel berikut.
Tabel 5.2
Profil Program Koperasi KJK Kelurahan Lenteng Agung
Program pelayanan yang
akan dilakukan
Program pinjaman kelompok bagi pedagang
pasar tradisional
Program pinjaman bagi kelompok industri
kecil
Program pinjaman bagi pengusaha mikro
yang belum memiliki kios bekerjasama
dengan Sentra Niaga Lenteng Agung
Partner Kunci UPBD-PEMK DKI Jakarta
Jangkauan Wilayah Kelurahan Lenteng Agung
Target MarketPengusaha kecil dan mikro, kaum perempuan,
kelompok masyarakat miskin-pengusaha.
5.3.1.1 Rencana Strategis
Jenis-jenis usaha anggota dan calon anggota dari Koperasi PEMK
Kelurahan Lenteng Agung adalah :
1. Jenis usaha pedagang pasar
a. Pedagang Buah
b. Pedagang sayuran
c. Pedagang sembako
36
d. Pedagang Pakaian
e. Pedagang spare part
2. Jenis usaha home industri
a. Produsen kue jajanan pasar
b. Industri kerupuk
c. Konveksi pakaian dan tas
3. Jenis usaha makanan
a. Makanan kaki lima
b. Makanan ringan / jajanan pasar
c. Makanan tradisional
d. Warung makan
4. Jenis usaha jasa
a. Dagang voucher hp
b. Kredit barang
c. Rental playstation
d. Penjahit pakaian
e. Bengkel motor
f. Service elektronik
Umumnya yang dibutuhkan antara Rp 5.000.000 – Rp 20.000.000, anggota
dengan kelompok usaha home industri memerlukan waktu lama dalam
jangka waktu pinjaman yang diberikan, dan modal yang diperlukan
berkisar Rp 5.000.000 – Rp 10.000.000, sedangkan kelompok pedagang
37
pasar, makanan dan jasa seperti umumnya mereka memiliki aktivitas
harian dengan rata-rata modal yang diperlukan antara Rp 1.000.000 - Rp
5.000.000.
Tabel 5.3
Gambaran Anggota dan Calon Anggota
PenyaluranDana Bergulir
JumlahAnggota
WilayahKebutuhan
Modal
Tahap 1 115Kelurahan
Lenteng AgungRp 500.000.000
Tahap 2 190Kelurahan
Lenteng AgungRP 300.000.000
Tahap 3 280Kelurahan
Lenteng AgungRp 370.000.000
Sumber : Lampiran rencana bisnis plan, 2010
Visi :
Terwujudnya masyarakat kelurahan yang sejahtera, mandiri, adil
dan berdaya.
Misi :
Mengembangkan dan meningkatkan daya saing perekonomian
masyarakat.
Memberikan kemudahan kepada anggota dan masyarakat dalam
memanfaatkan dana koperasi pemberdayaan masyarakat kelurahan.
Memberdayakan usaha mikro dan kecil melalui perkuatan
permodalan.
38
Mendukung perluasan kesempatan kerja dan pengentasan
kemiskinan.
5.3.1.2 Rencana Operasional
Strategi operasional usaha yang akan ditempuh oleh Koperasi KJK
PEMK Kelurahan Lenteng Agung, sebagai berikut :
1. Memperluas jaringan pelayanan kepada masyarakat khususnya
akses bagi pelaku usaha mikro.
2. Menetapkan sasaran pasar-pasar yang ada di sekitar LKM.
3. Membentuk kelompok-kelompok di tiap RW dengan target utama
kaum perempuan miskin yang memiliki usaha.
4. Untuk jangka pendek : menggabungkan antara konsep bisnis
dengan konsep sosial
5. Jangka waktu pinjaman minimal 1 (satu) tahun dan maksimal 2
(dua) tahun.
6. Memanfaatkan interaksi sosial antar individu di dalam masyarakat.
Adapun rencana operasional dan proyeksi keuangan
1. Bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
Pada tahap awal pendirian koperasi dikelola oleh 4 ( empat ) orang
dengan struktur jabatan ( Manager ), ( Pembukuan ), (Pemasaran ),
( kasir ) dengan menonaktifkan 1 ( satu ) orang pengelola. Pada
pertengahan tahun 2011 akan mengaktifkan kembali 1 ( satu )
orang pengelola, untuk bagian pemasaran. Selanjutnya untuk
39
tahap pengembangan akan dilakukan penambahan manajemen dan
penambahan tenaga pembiayaan diproyeksikan sebanyak 2 ( dua )
orang.
2. Bidang Keuangan
Berikut ini adalah beberapa data proyeksi keuangan Koperasi
PEMK Kelurahan Lenteng Agung dari segi penghimpunan dana.
Tabel 5.4
Rencana Penyaluran dana dan Jumlah Anggota
ItemTahap 1 Tahap 2 Tahap 3
Total Penyaluran Rp 500.000.000 Rp 300.000.000 Rp 370.000.000
Total Anggota 115 190 280
Sumber : Lampiran Rencana Keuangan, Bisnis Plan. 2010
Tabel 5.5
Proyeksi Pengembalian Dana UPDB-PEMK dan Bagi Hasil
Item Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
Pengembalian
PokokRp 500.000.000 Rp 300.000.000 Rp 370.000.000
Penyetoran Bagi
HasilRp 8.542.754 Rp 10.656.800 Rp 12.820.524
Total Rp 508.542.754 Rp 310.656.800 Rp 382.820.524 Sumber : Lampiran Rencana Keuangan, Bisnis Plan, 2010
40
3. Bidang Sarana dan Prasarana
Sarana fisik untuk kantor yang ada sekarang terlalu sempit dan ke
depan diperlukan penyewaan kantor baru yang lebih luas. Ke depan
diperlukan sarana phisik yang lengkap untuk sebuah lembaga
keuangan. Ada pun yang sangat dibutuhkan adalah :
1. Meja Karyawan
2. Kursi nasabah
3. Brankas kasir
4. Sepeda motor
5. Pemasangan AC
\ 4. Bidang budaya dan sistem kerja
a. Pendidikan dan pelatihan yang terencana dan berkelanjutan.
b. Penyediaan buku pedoman kerja sehingga diharapkan dapat
dicapai standar pelayanan yang sesuai dengan misi LKM.
5. Sistem pengawasan internal dalam sistem pelayanan operasional
maupun secara fungsional.
6. Bidang teknologi dan alat kerja.
Bagian pembukuan untuk mencatat transaksi masih dengan manual,
ke depan akan menggunakan software Sistem dengan
pengembangan dan pelatihan untuk pembukuan bagian
pembukuan.
41
Dalam membuat persiapan masyarakat mendapatkan dukungan atau
semacam asistensi dari lembaga-lembaga yang terlibat secara langsung dalam
PEMK. Dukungan tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.6
Lembaga-lembaga Pendukung Masyarakat
Lembaga Jumlah Persentase %
RT 12 40
RW 7 25
Dewan Kelurahan 11 35
Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2011
Dari tabel di atas diketahui pihak yang paling banyak memberikan
dukungan terhadap masyarakat adalah Rt. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 12 responden atau sebesar 40% menjawab bahwa pihak yang paling
mendukung usaha adalah Rt.
Tabel 5.7
Penentuan Jenis Usaha
Kategori Jumlah Persentase %
Keputusan Sendiri 27 90
Bukan Keputusan Sendiri 3 10
Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa masyarakat sendiri yang
menentukan jenis usaha dan kebutuhannya. Terbukti dari 30 responden yang
42
diteliti sebanyak 27 responden atau 90% mengatakan bahwa usaha yang
dijalankan berdasarkan atas minat mereka sendiri.
Pada tahap ini responden memberikan keterangan tentang pihak yang
pertama kali memberikan informasi terhadap PEMK yang ada dilaksanakan di
wilayahnya. Tabel 5.6 berikut ini digambarkan siapa pihak yang paling pertama
memberikan informasi tentang adanya program PEMK.
Tabel 5.8
Sumber Informasi Pertama Tentang PEMK
Katagori Jumlah Persentase %
RT 15 50
RW 11 35
Kelurahan 4 15
Total 30 100Sumber : Data yang telah diolah, 2011
Dari tabel di atas dapat diketahui sebagian besar responden atau 50%
menjawab bahwa pihak yang paling pertama kali memberikan informasi tentang
adanya program PEMK adalah lembaga RT dan diikuti oleh lembaga RW 35%
dan pihak kelurahan sebesar 15%. Hal ini ditegaskan oleh keterangan seorang
informan tentang siapa pihak yang pertama kali memberikan informasi PEMK :
saya mendapatkan informasi akan adanya Program Ekonomi Masyarakat Kelurahan dari RT mas,,,katanya lingkungan kita dapat program PEMK khususnya bina sosial yang nantinya akan melibatkan warga yang ada di lingkungan kita ini.
43
5.3.2 Pengorganisasian (Organizing)
Dalam suatu organisasi / perusahaan setelah membuat perencanaan /
(planning) maka tahap / proses berikutnya yaitu pengorganisasian
(organizing). Pengorganisasian itu sendiri dapat didefinidikan sebagai proses
terciptanya penggunaan secara tertib terhadap semua sumber daya yang
dimiliki oleh sistem manajemen.
Dalam Koperasi Jasa Keuangan (KJK) PEMK Kelurahan Lenteng
Agung memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari Rapat Anggota,
Pengurus, Pengawas dan Pengelola. Dalam susunan Kepengurusan terdiri atas
4 orang, Mahdi menjabat sebagai ketua 1, H. Abdul Gafar Tabrie menjabat
sebagai ketua 2, Sumino menjabat sebagai sekretaris, dan Icang Sanusi, S.Sos
menjabat sebagai bendahara. Dalam susunan pengawas terdiri atas 3 orang ,
Askoen menjabat sebagai ketua, N. Sutarno menjabat sebagai wakil, dan
Soegiono menjabat sebagai anggota. Dan yang terakhir dalam susunan
pengelolaan terdiri atas 4 orang, Istiqomah menjabat sebagai manajer,
Robiyana menjabat sebagai keuangan, Muji Astuti menjabat sebagai kasir dan
Rendy Saputra menjabat sebagai pemasaran.
44
Gambar 5.1
Perangkat Organisasi
Berikut adalah pendelegasian perangkat organisasi (rapat anggota,
pengurus, pengawas, dan pengelola).
Rapat Anggota
45
RAPAT ANGGOTA
Pengurus
1. Mahdi
2.H. Abdul Gafar Tabrie
3. Sumino
4. Icang Sanusi, S.Sos
Pengelola
1. Istiqomah
2. Robiyanah
3. Muji Astuti
4. Rendy Saputra
Pengawas
1. Askoen
2. N. Sutarno
3. Soegiono
Merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi. Rapat
Anggota dilakukan sekali dalam satu tahun dan dilakukan secara
langsung dan ketentuan penetapan Sisa Hasil Usaha ( SHU ).
25 % Cadangan Modal
25 % Jasa Transaksi Usaha
20 % Jasa atau Usaha
10 % Dana Pengurus
5 % Dana Karyawan
5 % Dana Pendidikan
5 % Dana Pembangunan dan Kerja
5 % Dana Sosial
Pengurus
1. Mengelola organisasi dan usaha koperasi.
2. Menyelenggarakan rapat anggota.
3. Meningkatkan pengetahuan anggota dengan menyelenggarakan
pendidikan bagi anggota.
4. Memutuskan penerimaan anggota baru, penolakan anggota serta
pemberhentian anggota.
5. Menanggung kerugian koperasi sebagai akibat karena
kelalaiannya.
Pengawas
1. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan
pengelolaan koperasi.
46
2. Meneliti catatan dan pembukuan pada koperasi.
3. Memberikan koreksi, saran teguran dan peringatan kepada
pengurus.
4. Melaporkan hasil pengawasanny secara tertulis kepada Rapat
Anggota.
Pengelola
1. Melaksanakan usaha koperasi.
2. Mengajukan rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja
koperasi kepada pengurus.
3. Memberikan pelayanan usaha kepada anggota.
4. Membuat laporan perkembangan usaha koperasi.
5.3.3. Pelaksanaan (Actuating)
Adapun proses pelaksanaan penyaluran dana kredit yang akan disalurkan
ke anggota masyarakat adalah sebagai berikut :
Dari siklus di atas Unit Pengolahan Dana Bergulir (UPDB) PEMK
memberikan langsung dana bergulir ke LKM Koperasi Lenteng Agung .
Kemudian LKM Koperasi Lenteng Agung membuat / mempersiapkan
persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB) PEMK.
47
UPDB PEMK LKM KOPERASI LENTENG AGUNG
MASYARAKAT
Surat permohonan kerjasama pengelolaan dana bergulir secara
secara tertulis kepada Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB)
PEMK.
Fotocopy rekening Giro PT Bank DKI.
Fotocopy KTP pengurus dan pengelola.
Fotocopy PAD KJK PEMK.
Bisnis Plan.
Laporan keuangan 3 bulan terakhir.
Laporan Kolektibilitas Pembiayaan usaha.
Surat kuasa kepada Bank DKI untuk menerbitkan rekening
Koran KJK PEMK kepada UPDB PEMK.
Surat pernyataan bahwa koperasi akan menyalurkan dana
bergulir kepada pemanfaat.
Fotocopy sertifikat pengelola, pengurus, dan pengawas.
Setelah pengajuan tersebut diajukan ke UPDB PEMK dengan syarat-syarat
yang ditentukan maka LKM Koperasi Lenteng Agung menerima dana
bergulir tersebut.
Setelah dana bergulir diterima dari UPDB PEMK, kemudian LKM
Koperasi Lenteng Agung menjalankan tugasnya yaitu menyalurkan dana
bergulir tersebut ke masyarakat. Persyaratan yang harus di penuhi bagi
para peminjam dana kredit yaitu :
48
Berdomisili di kelurahan yang menjadi wilayah kerja KJK
PEMK.
Berpotensi atau telah memiliki usaha produktif berskala mikro,
akan tetapi tidak memiliki akses ke bank.
Merupakan Anggota kelompok dampingan KJK PEMK.
Mendapat rekomendasi dari kelompok yang bersangkutan.
Lulus uji kelayakan usaha yang dinyatakan dalam memorandum
analisis penyaluran dana.
Tidak memiliki tunggakan angsuran (pembiayaan bermasalah)
pada KJK PEMK maupun pihak lain.
Mengisi formulir pinjaman
Fotocopy KTP, Kartu Keluarga (KK)
Surat nikah dan wali yang belum menikah.
Adapun dana yang dapat diperoleh oleh nasabah yaitu sebesar Rp.
1.000.000,- – Rp 5.000.000,- untuk individu adapun sebesar ≤ Rp.
30.000.000,- untuk berkelompok. Di samping itu sistem pembayaran yang
diterapkan di KJK Lenteng Agung bagi para nasabah yaitu KJK Lenteng
Agung memberikan jangka waktu pengembalian dana kredit kepada para
nasabah selama 24 bulan. Selama 24 bulan tersebut KJK Lenteng Agung
memberikan kebijakan yaitu nasabah mengangsurnya dengan cara
pembayaran dilakukan sebulan sekali ataupun seminggu sekali. Dari dua
cara tersebut yang paling sering digunakan yaitu pembayaran 1 bulan
sekali, pemberian dua cara pembayaran seperti itu dikarenakan tidak
49
semua anggota memiliki penghasilan tetap dalam satu bulan. Selain itu
KJK Lenteng Agung memberikan pelayanan bagi para peminjam dana
kredit yang ingin angsurannya minta diambilkan, maka pihak KJK
Lenteng Agung akan mendatangi rumah-rumah para nasabah..
Dalam proses pembayaran angsuran ini sering terjadi kendala
seperti angsuran macet / kredit macet yang biasa dilakukan oleh para
peminjam dana kredit. Untuk mengatasi hal tersebut KJK Lenteng Agung
mempunyai dua pendekatan yaitu peminjam dana kredit diberikan surat
teguran dan apabila dengan surat teguran tersebut peminjam dana kredit
dalam pengangsurannya masih macet juga maka KJK Lenteng Agung
memberikan kebijakan bagi para peminjam dana kredit yaitu dengan cara
menambah / memperpanjang jangka waktu angsuran yang sudah
ditetapkan sebelumnya dengan memperkecil biaya angsurannya..
Setelah semua dana bergulir disalurkan maka setiap bulannya KJK
Lenteng Agung menerima dana dari angsuran para peminjam dana kredit,
tentunya setiap bulannya KJK Lenteng Agung menerima pendapatan /
keuntungan dari angsuran para peminjam kredit dan kemudian
pendapatan / keuntungan tersebut akan dikelola untuk pengeluaran dari
KJK Lenteng Agung tersebut yaitu pembiayaan operasional (beban
gaji/upah, beban perlengkapan kantor, beban listrik,air dan telepon, beban
sewa kantor, beban transportasi dan beban penyusutan).
Adapun ketentuan KJK Lenteng Agung terhadap UPDB PEMK
yaitu pengembalian pokok dari dana bergulir yang diterima dari Unit
50
Pengelola Dana Bergulir (UPDB) PEMK yaitu dibayarkan setiap enam
bulan sekali selama 24 bulan dan penyetoran bagi hasil dari keuntungan
pengembalian peminjaman dana kredit.
Tabel 5.9
Perhitungan Hasil Usaha KJK Kelurahan Lenteng Agung 2010 - 2011
Periode2010 - 2011
Y = C+S+I112.545.666 = 99.345.666 + 9.200.000 + 4.000.000
Y C S
Februari Rp 4.986.991 Rp 6.424.799 Rp ( 1.437.808)
Maret RP 4.986.991 Rp 3.137.299 Rp 1.849.692
April Rp 20.819.691 Rp 18.728.199 Rp 1.986.917
Mei Rp 30.634.802 Rp 26.762.601 Rp 3.678.591
juni Rp 40.552.752 Rp 33.152.744 Rp 7.030.008
Juli RP 52.673.213 Rp 44.828.098 Rp 7.452.859
Agustus Rp 66.957.213 Rp 53.935.418 Rp 12.370.706
September Rp 77.866.650 Rp 69.541.570 Rp 8.325.080
Oktober Rp 92.142.000 Rp 79.312.030 Rp 17.829.970
November Rp 112.747.286 Rp 89.205.461 Rp 23.541.825
Desember Rp 129.176.476 Rp 99.368.650 Rp 29.807.826
Januari Rp 13.830.000 Rp 9.827.312 Rp 4.002.688
Februari Rp 11.598.885 Rp 11.927.755 Rp( 328.870)
Maret Rp 17.635.000 Rp 16.204.323 Rp 1.430.677
April Rp 15.656.819 Rp 12.234.999 Rp 3.421.820
Mei Rp 16.923.000 Rp 11.888.245 Rp 5.034.755
Juni Rp 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571
Juli RP 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571
Agustus Rp 12.765.556 Rp 11.250.189 Rp 1.515.367Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011
51
Tabel 5.10
Pendapatan Bersih ( perbulan ) Responden
Pendapatan Bersih perbulan
Sebelum Sesudah Kenaikan %
1. 9.000.000 10.800.000 1.800.000 20
2. 3.000.000 3.450.000 450.000 15
3. 4.000.000 4.000.000 0 0
4. 5.000.000 5.000.000 0 0
5. 1.500.000 1.650.000 150.000 10
6. 1.000.000 1.050.000 50.000 5
7. 2.500.000 2.500.000 0 0
8. 1.600.000 1.760.000 160.000 10
9 3.000.000 3.000.000 0 0
10. 3.500.000 3.850.000 350.000 10
11. 1.000.000 1.050.000 50.000 5
12. 5.000.000 5.750.000 750.000 15
13. 1.500.000 1.590.000 90.000 6
14. 2.000.000 2.000.000 0 0
15. 6.000.000 6.900.000 900.000 15
16. 1.200.000 1.272.000 72.000 6
17. 4.000.000 4.480.000 480.000 12
18. 8.000.000 9.600.000 1.600.000 20
19. 9.000.000 9.000.000 0 0
20. 3.500.000 3.500.000 0 0
21. 1.600.000 1.712.000 112.000 7
22. 1.500.000 1.575.000 75.000 5
23. 1.000.000 1.050.000 50.000 5
52
(lanjutan)Pendapatan Bersih perbulan
Sebelum Sesudah Kenaikan %
24. 2.500.000 2.500.000 0 0
25. 8.000.000 9.200.000 1.200.000 15
26. 2.000.000 2.200.000 200.000 10
27. 6.000.000 6.900.000 900.000 15
28. 1.200.000 1.260.000 60.000 5
29. 3.500.000 3.500.000 0 0
30. 1.600.000 1.728.000 128.000 8Sumber : Data yang telah diolah, 2011
Tabel 5.11
Hasil Perbandingan Anggota dan Jumlah Penyaluran Dana
Penyaluran
Dana Bergulir
Jumlah Anggota
Target
Jumlah Anggota
Realisasi
Dana yang
disalurkan
Tahap 1 115 150 Rp 540.000.000
Tahap 2 190 220 RP 250.000.000
Tahap 3 280 348 Rp 400.000.000Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011
5.3.4. Pengawasan (Controlling)
Sebagai komitmen dan kesiapan melakukan kerja sama dengan
UPBD PEMK, KJK Lenteng Agung membuat jenis-jenis pelaporan terkait
kerjasama pendanaan. Jenis pelaporan ini dibuat agar dalam kerjasama ini
dapat dilaksanakan secara transparan serta dapat melakukan controlling
53
dan evaluasi oleh masing-masing pihak, baik dari sisi Koperasi PEMK
Kelurahan Lenteng Agung, maupun pihak UPBD-PEMK atas setiap
kemajuan dari kerjasama yang dilakukan. Berikut adalah jenis – jenis
pelaporan yang dilaporkan :
Tabel 5.12
Neraca KJK PEMK Lenteng Agung 2010 - 2011
Bulan
2010-2011Jumlah Aktiva
Jumlah Kewajiban &
Ekuitas
Februari Rp 555.995.000 Rp 555.995.000
Maret Rp 557.760.000 Rp 557.760.000
April Rp 542.061.692 Rp 542.061.692
Mei Rp 519.730.101 Rp 519.730.101
Juni Rp 501.474.408 Rp 501.474.408
Juli Rp 482.045.271 Rp 482.045.271
Agustus Rp 724.204.736 Rp 724.204.736
September Rp 691.605.242 Rp 691.605.242
Oktober Rp 673.784.476 Rp 673.784.476
November Rp 650.180.086 Rp 650.180.086
Desember Rp 628.424.864 Rp 628.424.864
Januari Rp 600.984.258 Rp 600.984.258
Februari Rp 570.015.890 Rp 570.015.890
Maret Rp 915.217.554 Rp 915.217.554
April Rp 873.586.202 Rp 873.586.202
Mei Rp 832.377.707 Rp 832.377.707
Juni Rp 786.385.054 Rp 786.385.054
Juli Rp 1.150.375.886 Rp 1.150.375.886
Agustus Rp 1.083.254.880 Rp 1.083.254.880Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011
54
Tabel 5.13
Laporan Arus Kas KJK PEMK Lenteng Agung 2010 - 2011
Bulan
2010-2011
Total Arus Kas
Masuk
Total Arus Kas
KeluarSaldo Akhir
September Rp 78.303.450 Rp 45.218.931 Rp 70.907.000
Oktober Rp 170.720.600 Rp 161.395.460 Rp 9.325.140
November Rp 197.747.240 Rp 136.325.268 Rp 58.421.972
Desember Rp 97.630.490 Rp 85.582.580 Rp 12.047.910
Januari Rp 97.630.490 Rp 85.582.580 Rp 12.047.910
Februari Rp 85.976.095 Rp 61.848.755 Rp 24.127.340
Maret Rp 129.089.540 Rp 111.749.555 Rp 17.339.985
April Rp 96.916.485 Rp 69.576.331 Rp 27.340.154
Mei Rp 97.303.154 Rp 68.110.245 Rp 29.192.909
Juni Rp 150.788.909 Rp 112.551.423 Rp 38.237.486
Juli Rp 139.896.186 Rp 125.190.346 RP 14.705.840
Agustus Rp 101.711.040 Rp 46.511.346 Rp 55.199.694Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011
Tabel 5.14
Perhitungan Hasil Usaha KJK Kelurahan Lenteng Agung 2010 - 2011
Bulan
2010-2011
Jumlah
Pendapatan
Jumlah
Pengeluaran
SHU Bersih
Setelah Pajak
Februari Rp 4.986.991 Rp 6.424.799 Rp ( 1.437.808)
Maret RP 4.986.991 Rp 3.137.299 Rp 1.849.692
April Rp 20.819.691 Rp 18.728.199 Rp 1.986.917
Mei Rp 30.634.802 Rp 26.762.601 Rp 3.678.591
Juni Rp 40.552.752 Rp 33.152.744 Rp 7.030.008
Juli RP 52.673.213 Rp 44.828.098 Rp 7.452.859
Agustus Rp 66.957.213 Rp 53.935.418 Rp 12.370.706
September Rp 77.866.650 Rp 69.541.570 Rp 8.325.080
55
(lanjutan)Bulan
2010-2011
Jumlah
Pendapatan
Jumlah
Pengeluaran
SHU Bersih
Setelah Pajak
Oktober Rp 92.142.000 Rp 79.312.030 Rp 17.829.970
November Rp 112.747.286 Rp 89.205.461 Rp 23.541.825
Desember Rp 129.176.476 Rp 99.368.650 Rp 29.807.826
Januari Rp 13.830.000 Rp 9.827.312 Rp 4.002.688
Februari Rp 11.598.885 Rp 11.927.755 Rp( 328.870)
Maret Rp 17.635.000 Rp 16.204.323 Rp 1.430.677
April Rp 15.656.819 Rp 12.234.999 Rp 3.421.820
Mei Rp 16.923.000 Rp 11.888.245 Rp 5.034.755
Juni Rp 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571
Juli RP 11.405.832 Rp 11.364.261 Rp 41.571
Agustus Rp 12.765.556 Rp 11.250.189 Rp 1.515.367Sumber : KJK PEMK Lenteng Agung, 2010 – 2011
Adapun prosedur yang diterapkan dalam pengawasan ( controlling ) dari
pihak internal yaitu Dari pihak internal biasanya melakukan rapat antar pengurus
yang dilakukan setiap tiga bulan sekali membahas mengenai penanganan kredit
yang macet pada anggota serta membahas tentang pengajuan dana pinjaman
kepada pihak UPDB PEMK DKI Jakarta. Selain itu untuk mengevaluasi
keseluruhan kegiatan yang sudah berjalan maka KJK PEMK Lenteng Agung
setiap tahunnya melakukan rapat anggota yaitu membahas mengenai pengajuan
penambahan besarnya simpanan pokok dan simpanan wajib serta membahas
mengenai kenaikan suku bunga yang akan dikenakan oleh anggota. Selain itu
dalam rapat anggota membahas mengenai laporan keuangan yang dibuat serta
menentukan besarnya denda angsuran yang diterima oleh anggota pada saat
keterlambatan pembayaran.
56
Disamping itu pengawasan ( controlling ) yang dilakukan dari pihak
eksternal yaitu pihak UPDB PEMK DKI Jakarta setiap tiga bulan akan
mendatangi kantor KJK PEMK Lenteng Agung untuk melihat perkembangan dari
program tersebut dengan melihat laporan keuangan yang dibuat seperti Neraca,
laporan laba / rugi, laporan arus kas dan laporan kolektibilitas pembayaran
angsuran apakah sudah sesuai dengan hasil yang sudah dilaporkan.
5.4 PEMK dan Pemberdayaan Masyarakat
5.4.1 KinerjaPEMK
Dalam pelaksanaan kerja di KJK Lenteng Agung terlihat bahwa proses
manajerialnya sudah dapat berlangsung dengan baik. Semua unsur-unsur fungsi
manajemen mulai dari perencanaan (planning) sampai dengan pengendalian
(controlling) sudah dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Dalam fungsi perencanaan ( planning ), KJK PEMK Lenteng Agung sudah
mempunyai sasaran yang tepat, yaitu (1) Program pinjaman kelompok bagi
pedagang pasar tradisional. (2) Program pinjaman bagi kelompok industri kecil.
(3) Program pinjaman bagi pengusaha mikro yang belum memiliki kios
bekerjasama dengan Sentra Niaga Lenteng Agung. Dalam hal ini jangkauannya
hanya di wilayah Kelurahan Lenteng Agung dan target marketnya yaitu
pengusaha kecil dan mikro kaum perempuan, kelompok masyarakat miskin
57
pengusaha dan KJK PEMK Lenteng Agung bekerja sama dengan UPDB PEMK
DKI Jakarta.
Dalam hal perencanaan pengembangan kelembagaan KJK PEMK Lenteng Agung,
sampai dengan tahun 2011 KJK sudah dapat membangun kerjasama dengan
UPBD dengan baik, telah menjadi pelayan masyarakat yang baik dilihat dari
penambahan jumlah anggota yang terlayani yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya dan melebih target dari yang telah direncanakan setiap tahunnya, juga
kinerjanya sudah memberikan hasil yang sesuai target. Diharapkan pada tahun
2012 nanti LKM bisa menjadi LKM yang unggul dalam pelayanan dan kinerja.
Dalam pengorganisasian ( organizing ) untuk menjalankan koperasi ini
KJK PEMK Lenteng Agung memiliki perangkat organisasi yang terdiri dari Rapat
Anggota, Pengurus, Pengawas dan Pengelola dan Rapat anggota merupakan
kekuasaan tertinggi. Dalam Kepengurusan terdiri dari empat (4) orang yaitu
Mahdi menjabat sebagai ketua satu. H. Abdul Gafar Tabrie menjabat sebagai
ketua dua, Sumino menjabat sebagai sekretaris dan Icang Sanusi, S.Sos menjabat
sebagai bendahara. Dalam susunan Pengawas terdiri dari tiga (3) orang yaitu
Askoen menjabat sebagai ketua, N. Sutarno menjabat sebagai wakil, dan
Soegiono menjabat sebagai anggota. Pengelola terdiri dari empat (4) orang yaitu
Istiqomah menjabat sebagai manajer, Robiyana menjabat sebagai keuangan, Muji
Astuti menjabat sebagai kasir dan Rendy Saputra menjabat sebagai pemasaran.
Adapun tugas dari masing – masing perangkat organisasi tersebut yaitu
Rapat Anggota, dilaksanakan setiap satu tahun sekali membahas mengenai
penentuan besarnya simpanan wajib (Rp. 10.000,-) dan simpanan pokok (Rp.
58
100.000,-), menentukan besarnya nilai suku bunga yang digunakan yaitu sebesar
1,5 - 2 persen. Adapun dalam rapat anggota ini menentukan jumlah denda
angsuran yang dikenakan yaitu Rp. 1000.-/hari dan membahas mengenai laporan
keuangan. Pengurus bertugas untuk mendatangi anggota yang macet dalam
pembayaran dan memberikan teguran. Selain itu pengurus juga bertugas untuk
mencari informasi mengenai pendanaan baru dan mewakili dalam rapat
koordinasi. Pengawas bertugas untuk mengawasi kegiatan operasional dari
program tersebut terutama dalam laporan keuangan, apakah dalam laporan
tersebut ada kesalahan atau ketidak sesuaian dengan hasil yang sebenarnya.
Pengelola sangat penting dalam hal ini karena tugasnya mengelola dana pinjaman.
Dalam hal ini dana pinjaman dikelola oleh empat orang anggota, manajer bertugas
untuk mengatur segala kegiatan pengolahan dana seperti menentukan siapa saja
yang bisa menjadi anggota dan berapa nominal yang bisa diberikan oleh anggota
serta membuat keputusan seperti memberikan perpanjangan angsuran dan
memperkecil jumlah nominal angsuran setiap bulannya bagi anggota yang
mengalami masalah pada pembayaran angsuran. Keuangan bertugas untuk
mencatat keluar masuknya dana dan dibuat dalam bentuk laporan – laporan
keuangan setiap bulannya yang nantiny untuk dilaporkan kepada pengawas dan
pihak UPDB PEMK DKI Jakarta. Kasir bertugas untuk mencatat dan melayani
penyaluran dan pembayaran dana ke anggota dan yang terakhir Pemasaran
bertugas untuk mengontrol ke rumah – rumah anggota mengenai perkembangan
usaha yang dijalankan dan kemudian setiap minggunya dilaporkan ke manajer
pengelola untuk menjadi pertimbangan manajer dalam memberikan pinjaman
dana kepada anggota serta setiap minggu atau setiap bulannya mendatangi ke
59
rumah – rumah anggota untuk mengambil dana angsuran bagi anggota yang ingin
angsurannya diambilkan.
Dalam pelaksanaannya (actuating) KJK PEMK Lenteng Agung telah
menyalurkan semua dana yang diamanahkan kepada masyarakat sebesar Rp
1.190.000.000,- dibagi atas tiga tahap, yaitu tahap pertama sebesar Rp
540.000.000,-, tahap kedua sebesar Rp. 250.000.000,- dan tahap ketiga sebesar
Rp. 400.000.000,-. Pelaksanaan kerja operasional LKM sampai saat ini sudah
dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk meminjam dana mikro, pasar-
pasar yang ada juga sudah menjadi wilayah kerja operasional, kaum perempuan
menjadi mitra strategis ditunjukkan dengan jumlah anggota yang 80% nya adalah
perempuan, dan jangka waktu pengembalian dari masing-masing anggota sudah
sesuai dengan aturan yang ada yaitu berkisar antara 1 sampai 2 tahun.
Wilayah yang menjadi target program ini adalah wilayah RW 01 – RW 10.
Adapun anggota pada tahap pertama sebanyak 150 anggota, tahap kedua
sebanyak 220 anggota dan tahap ketiga sebanyak 348 anggota. Pencapaian
jumlah anggota tersebut sudah melebihi target yang telah ditentukan sebelumnya,
yaitu : 115 orang, 190 orang, dan 280 orang sejak tahun 2009 sampai 2011.
Disamping itu dari pelaksanaan program tersebut 70 persen anggota mengalami
peningkatan penghasilan setiap bulannya setelah mengikuti atau bergabung dalam
program PEMK tersebut.
Target dana yang akan disalurkan sebesar tahap pertama Rp 400.000.000,-, tahap
kedua Rp 300.000.000,- dan tahap ketiga sebesar Rp 400.000.000,-.
60
Dari sisi pencapaian nilai ekonomi, terlihat bahwa pendapatan yang
diperoleh oleh LKM mencapai nilai yang lebih besar dibanding dengan biaya
operasional yang harus dikeluarkannya, yaitu Rp. 112.545.666,- disbanding
dengan Rp. 99.345.666,-. Dengan demikian, LKM mempunyai jumlah Sisa Hasil
Usaha ( SHU ) sebesar Rp 9.200.000,- yang kemudian dibagikan disisihkan untuk
cadangan KJK PEMK Lenteng Agung sebesar Rp. 2.300.000,-, disisihkan untuk
jasa atau usaha Rp. 1.840.000,-, dibagikan untuk dana pengurus Rp. 920.000,-,
dibagikan untuk dana karyawan Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana
pendidikan Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana pembangunan dan
kerja Rp. 460.000,-, disisihkan untuk keperluan dana sosial Rp. 460.000,-. Dengan
kata lain Sisa Hasil Usaha KJK PEMK Lenteng Agung disisihkan untuk
penyimpanan ( S ) saving sebesar 20 persen atau sebesar Rp. 1.840.000,-.
Proses pengawasan (controlling) dilakukan dalam kegiatan dari program
baik oleh pihak internal maupun eksternal. Dari pihak internal biasanya
melakukan rapat antar pengurus yang dilakukan setiap tiga bulan sekali
membahas mengenai penanganan kredit yang yang macet pada anggota serta
membahas tentang pengajuan dana pinjaman baru kepada pihak UPDB PEMK
DKI Jakarta. Selain itu untuk mengevaluasi keseluruhan kegiatan yang sudah
berjalan maka KJK PEMK Lenteng Agung setiap setahun sekali diadakan rapat
anggota untuk membahas mengenai penetapan besarnya simpanan pokok dan
simpanan wajib yang harus dibayar oleh setiap anggota serta membahas mengenai
kenaikan suku bunga yang akan dikenakan oleh anggota. Kemudian rapat anggota
juga membahas mengenai laporan keuangan yang dibuat serta menentukan
61
besarnya denda angsuran yang diterima oleh anggota pada saat keterlambatan
pembayaran. Dari pihak eksternal yaitu pihak UPDB PEMK DKI Jakarta setiap
tiga bulan akan mendatangi kantor KJK PEMK Lenteng Agung untuk melihat
perkembangan dari program tersebut dengan melihat laporan keuangan yang
dibuat seperti Neraca, laporan laba / rugi, laporan arus kas dan laporan
kolektibilitas pembayaran angsuran.
Adapun hasil wawancara terhadap 30 responden mengenai dukungan
program PEMK terhadap usaha masyarakat digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 5.15
Dukungan PEMK terhadap Usaha Masyarakat
Kategori Jumlah Persentase %
Sangat Mendukung 10 35
Mendukung 18 60
Tidak Mendukung 2 5
Total 30 100
Sumber : Data yang telah diolah, 2011
Dari Tabel di atas diketahui bahwa besar responden atau sebanyak 60%
mengatakan bahwa dukungan program PEMK terhadap usaha mereka
mendukung. Sebanyak 10 responden atau 35% menyatakan bahwa program
PEMK sangat mendukung usaha mereka. Hal ini dapat digambarkan dari
pernyataan seorang informan penerima bantuan program PEMK
setelah saya menerima bantuan program ini.....usaha warung saya bisa lebih komplit, kalau boleh saya minta tiap bulan ada program seperti ini.
62
saya senang pemerintah mulai memikirkan nasib warganya,,,,,lumayan usaha catering saya dapat tambah modal
Sementara itu hanya 5% responden merasa bahwa program PEMK tidak
mendukung usaha mereka. Mereka yang menyatakan tidak mendukung umunya
adalah mereka yang memang tidak bisa mengembangkan kegiatan ekonominya,
atau mereka yang memang dalam perguliran dananya mengalami hambatan.
5.4.2 KinerjaPEMK dan Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan keberhasilan yang telah dicapai maka LMK Lenteng Agung dapat
dinilai berhasil dalam melaksanakan kerja yang ditugaskan kepadanya, ada dua
hal yang dapat dijadikan sebagai bukti, yaitu:
1. Proses manajerial berlangsung sesuai dengan aturan main yang ditentukan.
Semua aturan yang ditetapkan dapat dijalankan dengan baik. Meskipun di
beberapa hal LKM perlu melakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang
dihadapi di lapangan, akan tetapi semua target yang ditentukan dapat dicapai
dan bahkan telah melampaui target tersebut.
2. Dari sisi pencapaian hasil, secara kualitas dapat dilihat hal-hal berikut ::
1. Sampai dengan saat ini setiap bulan pendapatan LKM tetap berlangsung
lancar, meskipun fluktuatif sesuai dengan kondisi di lapangan.
2. Jumlah pendapatan yang diterima nilainya lebih besar dibandingkan
dengan pengeluaran yang diperlukan untuk pengelolaan LKM.
3. Selama melakukan aktifitas perguliran dana, telah terjadi pertambahan
asset LKM, sesuai dengan yang diperlukan.
4. SHU dapat dicapai dan dapat dibagikan kepada anggota
63
Dengan demikian terjadi arus kas yang lancar dalam proses kegiatan
perguliran dana yang dilakukan, dan itu berarti bahwa kegiatan ekonomi dari
LKM dapat dikatakan sehat atau baik. Bukti arus kas yang lancar merupakan
satu bukti kuat bahwa kegiatan ekonomi yang dilaksanakan mempunyai
peluang yang baik untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
Dengan didasarkan pada hasil yang dicapai oleh LKM dan aspek teoritis
keberlanjutan dalam program pemberdayaan maka dapat dilihat bahwa program
PEMK-KJK dapat berpeluang untuk dikembangkan di masa yang akan datang.
1. Dari segi skala (scale), yaitu jumlah orang yang dilayani. Makin banyak
jumlah orang yang dilayani, maka makin baik pencapaian proses
pemberdayaan, dan sebaliknya. Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa jumlah
anggota KJK PEMK Lenteng Agung dari tahap 1 sampai tahap 3 mengalami
peningkatan yang baik. Itu dilihat dari hasil jumlah anggota yang sekarang
lebih besar dari target yang direncanakan yaitu pada tahap pertama melebihi
target yang direncanakan sebesar 30 persen atau sebanyak 30 orang, pada
tahap kedua sebanyak 16 persen atau sebanyak 30 orang dan pada tahap ketiga
sebesar 24 persen atau sebanyak 68 orang. Adapun peningkatan jumlah
anggota KJK PEMK Lenteng Agung yaitu dari tahap pertama ke tahap kedua
sebesar 47 persen atau sebanyak 70 anggota baru, sedangkan untuk dari tahap
kedua ke tahap ketiga sebesar 58 persen atau sebanyak 128 anggota baru
64
2. Luas layanan (outreach) yang diberikan berlangsung dengan baik dan dapat
diperluas. Walaupun cakupan wilayah yang menjadi tugas utama KJK adalah
wilayah kelurahan akan tetapi dari data yang diperoleh terlihat bahwa luas
layanan yang diberikan selalu bertambah. Hal itu bisa dilihat dari pertambahan
orang atau anggota yang terjadi, di mana dalam periode selama 2 tahun maka
pada setiap tahunnya selalu terjadi penambahan anggota yang dilayani. Dari
sisi jumlah dana, KJK juga dapat meningkatkan jumlah dana yang dapat
dipinjamkan kepada anggota. Data menunjukkan bahwa rata-rata anggota
sampai saat ini sudah meminjam minimal selama 2 kali kepada KJK. Jenis
usaha yang diberi pinjaman juga semakin beragam, beberapa di antaranya
adalah pedagang pasar tradisional, kelompok industri kecil dan pengusaha
mikro yang belum memiliki kios. Target market yang ditetapkan yaitu
pengusaha kecil dan mikro kaum perempuan, kelompok masyarakat miskin
pengusaha, sampai saat ini bisa dicapai dan terus mengalami perluasan.
3. Dampak (impact) dari KJK dapat dilihat dari peningkatan volume dan
pendapatan anggota. Dari tabel 4.10 mengenai hasil wawancara terhadap 30
responden mengenai pendapatan bersih per bulan setelah mengikuti program
PEMK ini yaitu sebesar 70 persen atau sebanyak 21 responden mengalami
peningkatan dalam pendapatan perbulannya dan sisanya sebesar 30 persen
atau sebanyak 9 orang tidak mengalami perubahan / tetap. Walapun
peningkatan volume usaha anggota masih di bawah 25 persen akan tetapi
pengakuan dari responden menunjukkan bahwa peningkatan itu sangat berarti
bagi mereka. Dalam hal peminjaman anggota dapat meminjam kembali /
65
meminjam berulang - ulang dana tersebut setelah melunasi angsuran
sebelumnya.
4. Efektivitas-biaya (cost-effectiveness) yaitu : biaya terendah yang dikeluarkan
untuk pelaksanaan program menunjukkan bahwa KJK dapat mencapai
efektifitas. Dari tabel 4.14 terlihat bahwa pendapatan / penghasilan ( Y ) yang
diperoleh setiap bulannya lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran ( C )
setiap bulannya, itu berarti bahwa KJK PEMK Lenteng Agung setiap
bulannya mengalami keuntungan / surplus dari hasil usaha sebesar Rp
9.200.000 dari hasil surplus tersebut dijadikan simpanan ( S ) dan juga dapat
dialokasi untuk membeli aset KJK sesuai dengan yang diperlukan.
5. Keberlanjutan (sustainability) oleh KJK dapat diharapkan. Dari pencapaian
keempat indicator di atas maka keberlanjutan dimungkinkan untuk dicapai.
Hasil analisis dan wawancara mendalam menunjukkan bahwa pada tahun
2012 akan terjadi penambahan dana yang dapat dipinjamkan kepada anggota
atau masyarakat karena sejak bulan April 2012 akan terjadi pelunasan
kewajiban kepada UPDB dan itu berarti akan menambah jumlah anggota yang
dapat dilayani atau juga berarti penambahan jumlah dana yang dapat dipinjam
oleh anggota. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa sebagai sebuat entitas
kegiatan ekonomi maka KJK menjadi entitas ekonomi yang sehat karena arus
kas yang dimiliki olehnya berada dalam keadaan lancar. Artinya akan selalu
ada pemasukan dana, juga pengeluaran opeasional, akan tetapi kinerja baik
yang diperoleh saat ini yang menunjukkan bahwa KJK selalu dapat
66
memperoleh keuntungan dari proses perguliran dana yang dilakukannya akan
menambah kekuatan KJK untuk dapat tetap menjalankan fungsinya sebagai
pemberdaya ekonomi masyarakat, khususnya di tingkat kelurahan. Di samping
itu, pengakuan 70% masyarakat anggota KJK yang merasakan adanya
peningkatan volume usahanya juga akan menjadi pendukung yang baik bagi
keberlanjutan kegiatan ekonomi KJK.
.
67
BAB VI
SIMPULAN dan SARAN
6.1 Simpulan
1. Berdasarkan hasil dan analisis didapatkan terlihat bahwa proses manajerial
yang diterapkan oleh PEMK di KJK Kelurahan Lenteng Agung dalam
program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan ( PEMK ) mulai dari
perencanaan ( planning ), pengorganisasian ( organizing ), actuating , dan
controlling dilakukan dengan baik. Semua aturan yang berlaku sudah
dilaksanakan dengan baik, pelaksana sudah dibagi dan menjalankan tugasnya
sesuai dengan tugas masing-masing, pelaksanaan kegiatan berjalan secara aktif,
dan pengawasan dilakukan dengan baik.
2. Adapun program PEMK yang diterapkan KJK PEMK Lenteng Agung sudah
berjalan dengan efektif, hal itu dapat dilihat dari perbandingan antara
pendapatan dan pengeluaran yang menunjukkan bahwa pendapatan KJK
mempunyai jumlah yang lebih besar disbanding dengan pengeluarannya,
sehingga KJK dapat menambah asset mereka dan dapat melakukan bagi hasil
dari SHU yang mereka dapatkan.
3. dari sisi proses pemberdayaan masyarakat, secara umum dari 5 (lima) indicator
kesuksesan sebuah lembaga perguliran dana dapat dilihat bahw a kesemuanya
dapat dicapai pula oleh KJK, dengan demikian prospek pengembangan KJK ke
depan untuk memberdayakan masyarakat mempunyai peluaang yang baik.
68
6.2 Saran
Untuk ke depannya, KJK PEMK Lenteng Agung diharapkan dapat tetap
mempertahankan kinerja yang dicapainya saat ini. Jika dikaitkan dengan kondisi
nyata di lapangan memang akan lebih banyak tantangan yang akan dihadapi
apalagi jika dikaitkan dengan proses pemberdayaan masyarakat. Dari sisi
perguliran dana ekonomi, saat ini ada gejala pemberdayaan yang sangat baik akan
tetapi untuk dapat memberdayakan masyarakat secara keseluruhan dari segala sisi
maka diperlukan waktu dan ikhtiar yang lebih banyak lagi. Suatu tahapan
pemberdayaan masyarakat yang dimulai dari sisi ekonomi secara teoritis akan
mampu memberdayakan masyarakat akan tetapi itu harus melewati dulu
peningkatan skala ekonomi dari usaha ekonomi yang dilakukan saat ini secara
nyata (signifikan), jika tercapai hal tersebut baru peningkatan aspek lain seperti
pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum dapat dicapai.
Untuk penelitian selanjutnya, perluasan cakupan studi dari satu studi kasus
menjadi studi yang mencakup lebih banyak lagi kelurahan mungkin akan
memberikan gambaran yang lebih baik lagi mengenai keterkaitan antara program
PEMK dengan pemberdayaan masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan.
69