revisi kepemilikan manajerial
TRANSCRIPT
PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, RISIKO BISNIS, UKURAN PERUSAHAAN, VOLATILITAS
PENDAPATAN, KESEMPATAN INVESTASI,DAN PERTUMBUHAN TERHADAP
KEPEMILIKAN MANAJERIAL
PROPOSAL
Diajukan Oleh:
Setenia Sasmita
NIM : 200750059
NIRM : 20073366340350059
Nama Dosen : Ratih Handayani, SE., M.Si
Konsentrasi : Akuntansi Keuangan
JURUSAN AKUNTANSI
TRISAKTI SCHOOL OF MANAGEMENT
JAKARTA
2010
Trisakti School of Management
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Proposal Penelitian ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan dalam mata kuliah Seminar Penelitian atau
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
referensi. Apabila terdapat pelanggaran berkaitan dengan hal tersebut, maka saya
bersedia untuk diberikan nilai E dalam mata kuliah Seminar Penelitian.
Jakarta, 16 Juli 2010
Setenia Sasmita
ii
1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .………………………………………………………….. i
PERNYATAAN ……………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian ……………………………………… 1
1.2. Permasalahan Penelitian ……………………………………….. 3
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………… 4
1.4. Sistematika Pembahasan ……………………………………….. 5
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan ………………………………………… 7
2.1.2. Kepemilikan Manajerial ……………………………….. 8
2.1.3. Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial ………. 9
2.1.4. Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial.. 10
2.1.5. Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Manajerial …….…12
2.1.6. Risiko Bisnis dan Kepemilikan Manajerial ……………. 13
2.1.7. Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial ………14
2.1.8. Volatilitas Pendapatan dan Kepemilikan Manajerial ….. 15
2.1.9. Kesempatan Investasi dan Kepemilikan Manajerial …... 15
2.1.10. Pertumbuhan dan Kepemilikan Manajerial ……………. 16
2.2. Penelitian Terdahulu
iii
2.2.1. Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial ………. 17
2.2.2. Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial...18
2.2.3. Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Manajerial ……… 19
2.2.4. Risiko Bisnis dan Kepemilikan Manajerial ……………. 20
2.2.5. Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial ………21
2.2.6. Volatilitas Pendapatan dan Kepemilikan Manajerial ….. 22
2.2.7. Kesempatan Investasi dan Kepemilikan Manajerial …….23
2.2.8. Pertumbuhan dan Kepemilikan Manajerial ……………. 23
2.3. Model Penelitian ……………………………………………….. 24
2.4. Hipotesis Penelitian ……………………………………………. 25
BAB III METODA PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian ……………………………………………… 26
3.2. Objek Penelitian ……………………………………………….. 26
3.3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
3.3.1. Variabel Dependen …………………………………….. 27
3.3.2. Variabel Independen
3.3.2.1. Kebijakan Hutang …………………………... 28
3.3.2.2. Kepemilikan Institusional ………………….. 29
3.3.2.3. Kebijakan Dividen …………………………. 29
3.3.2.4. Risiko Bisnis (Business Risk) ……………… 30
3.3.2.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ……………. 31
3.3.2.6. Volatilitas Pendapatan ……………………… 31
3.3.2.7. Kesempatan Investasi ………………………. 31
iv
3.3.2.8. Pertumbuhan …………………………………. 32
3.4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………….. 32
3.5. Metoda Analisis Data
3.5.1. Statistik Deskriptif …………………………………….. 33
3.5.2. Uji Kualitas Data ……………………………………… 33
3.5.3. Uji Outlier ……………………………………………… 34
3.5.4. Uji Asumsi Klasik
3.5.4.1. Uji Heteroskedastisitas ………………………. 34
3.5.4.2. Uji Multikolinearitas …………………………. 35
3.5.4.3. Uji Autokorelasi ……………………………… 36
3.5.5. Uji Hipotesis …………………………………………… 37
3.5.5.1. Uji R dan Adjusted R2 ………………………. 37
3.5.5.2. Uji Varians Fisher (Uji F) ……………………. 38
3.5.5.3. Uji Test of Significant (Uji t) ………………… 39
DAFTAR REFERENSI ……………………………………………………….. 40
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Hubungan manajer dengan pemegang saham di dalam agency theory
digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Schroeder et al., 2001
dalam Christiawan dan Tarigan, 2007). Manajer sebagai agent dan pemegang
saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan bisnis yang terbaik
untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham.
Almilia dan Silvi (2006) menyatakan bahwa para manajer dalam
menjalankan operasi perusahaan, seringkali tindakannya bukan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham (shareholder), melainkan justru tergoda untuk
meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini mengakibatkan munculnya
perbedaan kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Inilah yang
menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan.
Menurut Vidyantie dan Handayani (2006), konflik kepentingan antara
manajer dan pemegang saham dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme
yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang terkait tersebut yang
kemudian akan menimbulkan agency cost.
Dewi (2008) menyatakan bahwa untuk mengurangi agency cost dapat
dilakukan dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Dengan memberikan
kesempatan kepada manajer untuk terlibat dalam kepemilikan saham maka
1
2
manajer akan bertindak secara hati-hati karena mereka ikut menanggung
konsekuensi atas keputusan yang diambilnya. Manajer akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya dalam mengelola perusahaan.
Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk
mengurangi konflik keagenan (Crutchley dan Hansen, 1989 dalam Almilia dan
Silvi, 2006). Manajer yang memiliki saham perusahaan berarti manajer tersebut
sekaligus adalah pemegang saham. Kepemilikan saham perusahaan oleh manajer
disebut kepemilikan manajerial.
Struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukkan bahwa variabel-
variabel yang penting di dalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh jumlah
hutang dan ekuitas tetapi juga oleh persentasi kepemilikan oleh manager dan
institusional (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Vidyantie dan Handayani, 2006).
Vidyantie dan Handayani (2006) menyatakan bahwa teori keagenan
menjelaskan beberapa mekanisme untuk mengontrol equity agency conflict, antara
lain dengan meningkatkan insider ownership, debt policy, dan dividend policy,
serta dengan meningkatkan institusional ownership, managerial labor market dan
the market for corporate control.
Motivasi penelitian ini adalah berangkat dari isu yang muncul dari
adanya konflik kepentingan diantara manajer dan pemegang saham. Selain itu
juga untuk mengetahui apakah hasil penelitian ini memberikan hasil yang
konsisten dengan penelitian terdahulu jika diterapkan dipasar modal berkembang.
3
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan
oleh Vidyantie dan Handayani (2006). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah:
1. Terdapat penambahan 2 variabel independen baru yaitu kesempatan investasi
dan pertumbuhan. Penambahan variabel independen kesempatan investasi
mengacu pada penelitian Almilia dan Silvi (2006). Sedangkan penambahan
variabel independen pertumbuhan mengacu pada penelitian Listyani (2003).
2. Terletak pada perbedaan tahun pengamatan, dimana penelitian sebelumnya
menggunakan data laporan keuangan untuk periode 2000-2002, sedangkan
penelitian ini menggunakan data laporan keuangan untuk periode 2005-2009.
Berdasarkan penelitian sebelumnya maka dilakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Kebijakan Hutang, Kepemilikan Institusional, Kebijakan
Dividen, Risiko Bisnis, Ukuran Perusahaan, Volatilitas Pendapatan,
Kesempatan Investasi, dan Pertumbuhan terhadap Kepemilikan
Manajerial.”
1.2. Permasalahan Penelitian
Permasalahan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah kebijakan hutang berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kepemilikan
manajerial?
3. Apakah kebijakan dividen berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
4. Apakah risiko bisnis berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
4
5. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
6. Apakah volatilitas pendapatan berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
7. Apakah kesempatan investasi berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial?
8. Apakah pertumbuhan berpengaruh terhadap kepemilikan managerial?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap
kepemilikan manajerial.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kepemilikan manajerial.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap
kepemilikan manajerial.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh risiko bisnis terhadap kepemilikan
manajerial.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kepemilikan manajerial.
6. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh volatilitas pendapatan terhadap
kepemilikan manajerial.
7. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kesempatan investasi terhadap
kepemilikan manajerial.
8. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh pertumbuhan terhadap
kepemilikan manajerial.
5
1.3.2. Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai tambahan pengetahuan bagi literatur manajemen, bisnis dan akuntansi
mengenai struktur kepemilikan manajerial yang berbasis teori keagenan. Serta
sebagai informasi bagi manajemen perusahaan tentang teori keagenan dan
aplikasinya yang akan diambil dalam meminimumkan biaya keagenan.
2. Bagi Investor
Sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi, khususnya pada
pemilihan perusahaan setelah mengetahui perilaku manajemen dalam
perusahaan tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
Hasil penelitian ini akan memberikan informasi yang bermanfaat bagi peneliti
selanjutnya tentang variabel-variabel yang mempengaruhi kepemilikan
manajerial.
1.4. Sistematika Pembahasan
Sebagai gambaran masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, penulis memaparkan sistematika pembahasan sebagai berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, permasalahan
penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika
6
pembahasan yang merupakan uraian singkat mengenai bab-bab dalam
penelitian ini.
BAB II: KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
Bab ini terdiri dari teori-teori yang berhubungan dengan pokok
pembahasan yang ada dalam penelitian ini, penelitian terdahulu, model
penelitian dan perumusan hipotesis.
BAB III: METODA PENELITIAN
Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan bentuk penelitian,
objek penelitian, definisi operasional variabel dan pengukurannya,
teknik pengumpulan data, serta metoda analisis data.
BAB II
KERANGKA TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Teori Keagenan
Teori keagenan (agency theory) telah menjadi basis penelitian yang kuat
dalam disiplin ilmu akuntansi dan keuangan. Studi dalam ilmu akuntansi
memandang teori keagenan dapat menjelaskan bagaimana perilaku manajemen
dalam memilih metode-metode akuntansi dalam pelaporan keuangan dan
konsekuensi pemilihan metode tersebut bagi kesejahteraan pemilik dan pihak lain
(stakeholders) yang memiliki keterkaitan dengan perusahaan (Brigham, 1996
dalam Listyani, 2003).
Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan
yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam
manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham. Untuk itu maka manajer yang diangkat oleh
pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi
sering ada konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konflik ini
disebabkan karena adanya perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang
saham (Listyani, 2003).
Manajer menginginkan jika terdapat profit maka profit tersebut ditahan
di dalam perusahaan dan akan digunakan untuk ekspansi perusahaan, tetapi tidak
digunakan untuk pembagian dividen. Sedangkan pemegang saham menginginkan
7
8
jika terdapat profit maka profit tersebut dialokasikan untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham melalui pembagian dividen. Karena terdapat
perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham maka mengakibatkan
terjadinya konflik keagenan (agency conflict) yang akan menimbulkan agency
cost (Godfrey et al., 2006).
Penyebab lain timbulnya konflik keagenan adalah keputusan pendanaan,
bahwa para pemegang saham hanya peduli terhadap risiko sistematik dari saham
perusahaan, karena mereka melakukan investasi pada portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik. Namun manajer sebaliknya lebih peduli pada risiko
perusahaan secara keseluruhan (Wahidahwati, 2002 dalam Vidyantie dan
Handayani, 2006).
2.1.2. Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang
saham perusahaan. Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan
besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini
merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini
akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (Christiawan dan Tarigan,
2007).
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen
yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Hatta, 2002
dalam Dewi, 2008). Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam
9
kepemilikan saham dengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham.
Kepemilikan manajerial dapat diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh
direksi dan manajer dibagi dengan jumlah saham yang beredar (Nuringsih, 2005
dalam Dewi, 2008). Kepemilikan manajerial dalam perusahaan berfungsi untuk
menyelaraskan kepentingan-kepentingan manajer dengan kepentingan-
kepentingan pemegang saham eksternal (Listyani, 2003).
2.1.3. Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial
Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial. Pada
tingkat hutang tinggi menyebabkan perusahaan memiliki beban bunga dan hutang
tinggi sehingga berdampak pada kebangkrutan dan financial distress. Pada tingkat
hutang tinggi manajer memilih mengurangi kepemilikan saham untuk
didiversifikasikan pada saham perusahaan lain. Sebaliknya pada tingkat hutang
rendah menyebabkan perusahaan relatif terhindar dari financial distress dan
kebangkrutan sehingga manajer meningkatkan kepemilikan manajerial. Sebagai
konsekuensinya kekayaan manajer menjadi kurang terdiversifikasi secara optimal.
Pada kondisi ini pengaruh negatif antara kebijakan hutang dengan kepemilikan
manajerial digunakan sebagai mekanisme untuk menekan konflik keagenan (Chen
dan Steiner, 1999 serta Jensen et al., 1992 dalam Nuringsih, 2006).
Menurut Chen dan Steiner (1999) dalam Almilia dan Silvi (2006),
hutang memiliki hubungan kausal terbalik dengan kepemilikan manajerial.
Hubungan kausalitas ini menunjukkan hubungan substitusi antara kebijakan
hutang dengan kepemilikan manajerial dalam mengurangi konflik keagenan.
10
Penggunaan hutang tinggi meningkatkan risiko kebangkrutan sehingga manajer
mengurangi proporsi kepemilikan saham. Pada kondisi ini diperlukan pembatasan
terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi masalah keagenan antara
mengurangi masalah keagenan antara stockholder dan bondholder (Almilia dan
Silvi, 2006).
Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006), pengguna modal hutang mengurangi kebutuhan ekuitas eksternal dan
meningkatkan proporsi kepemilikan manajerial, sehingga pengaruh hutang
terhadap kepemilikan manajerial adalah positif. Kontroversi dengan penemuan
tersebut adalah menurut Friend dan Lang (1988) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006), penggunaan hutang yang berlebihan akan meningkatkan bankruptcy cost
dan nondiversifiable risk sehingga mengurangi minat manajer untuk menambah
kepemilikan dengan demikian kebijakan hutang berhubungan negatif dengan
kepemilikan manajerial.
2.1.4. Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial
Brickley et al. (1988), serta McConnel dan Servaes (1990) dalam
Nurfauziah et al. (2007) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh secara negatif terhadap kepemilikan manajerial. Menurut Faisal
(2000), kepemilikan institusional seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan
investasi, dan kepemilikan oleh institusi lain dalam bentuk perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Kepemilikan institusi
yang semakin meningkat berarti kontrol pihak eksternal juga meningkat, maka
11
akan mengurangi minat manajer untuk memperbesar kepemilikannya (Nurfauziah
et al., 2007).
Menurut Listyani (2003), kepemilikan institusional berguna untuk
meminimalkan biaya-biaya agensi dalam perusahaan Kebijakan hutang
menyebabkan perusahaan dimonitor oleh pihak debtholder, karena monitoring
dalam perusahaan yang ketat menyebabkan manajer akan bertindak sesuai dengan
kepentingan dari debtholder maupun shareholder. Hal ini mendorong masuknya
kepemilikan institusional yang lebih mementingkan adanya stabilitas pendapatan
yang disebabkan karena berkurangnya konflik keagenan dalam perusahaan
(Crutchley et al., 1999 dalam Vidyantie dan Handayani, 2006).
Dari sudut pandang perusahaan, kepemilikan institusional mampu
mengurangi konflik keagenan. Namun dari sudut pandang investor institusional
mungkin akan lebih tertarik untuk memiliki saham pada perusahaan dengan
mekanisme kontrol yang ketat dan menghasilkan dividen yang tinggi (Vidyantie
dan Handayani, 2006). Chen dan Steiner (1999) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006) menyatakan bahwa salah satu mekanisme pemonitoran yang digunakan
untuk mengurangi konflik keagenan adalah dengan cara meningkatkan
kepemilikan institusional.
Kepemilikan institusional berpengaruh secara positif terhadap
kepemilikan manajerial. Kepemilikan institusional secara mayoritas akan
mengurangi kemungkinan perusahaan untuk diakuisisi, sehingga meningkatkan
keinginan manajer untuk memperbesar kepemilikan pada perusahaan (Shleifer
dan Vishny, 1986 dalam Putri dan Nasir, 2006). Andil dalam pembuatan
12
keputusan atau hak bicara manajer akan berkurang apabila persentase saham milik
manajer menjadi lebih kecil sebagai akibatnya bertambahnya saham institusional.
Manajer tidak menginginkan apabila tidak mempunyai hak suara dalam
perusahaan yang dikelolanya. Hal ini menunjukkan bahwa semakin meningkatnya
kepemilikan institusional maka manajer juga berusaha meningkatkan kepemilikan
sahamnya (Putri dan Nasir, 2006).
2.1.5. Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Manajerial
Kebijakan dividen dapat diartikan secara umum sebagai pembayaran
laba perusahaan untuk pemegang sahamnya. Hubungan antara dividen dengan
kepemilikan manajerial juga dapat dijelaskan melalui hipotesis aliran kas bebas
(Jensen, 1986 dalam Vidyantie dan Handayani, 2006). Melalui hipotesis ini
kebijakan dividen dapat digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial
sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan free cash flow.
Jika menetapkan dividen rendah perusahaan memiliki retained earning
tinggi atau memiliki laba internal relatif besar. Pada situasi ini terjadi asimetri
informasi sehingga manajer sebagai pihak internal menindaklanjuti dengan
meningkatkan kepemilikan saham. Jika menetapkan dividen tinggi perusahaan
memiliki laba ditahan relatif rendah sehingga berdampak pada keterbatasan
sumber dana internal. Rencana ekspansi harus dibiayai dari sumber dana eksternal
yang cenderung berisiko. Pada kondisi ini manajer mengurangi kepemilikan untuk
diversifikasi pada investasi yang lebih menguntungkan. Oleh karena itu, kebijakan
dividen berpengaruh negatif terhadap kepemilikan manajerial (Nuringsih, 2006).
13
Namun dalam penelitian Putri dan Nasir (2006) menunjukkan bahwa
kebijakan dividen berpengaruh positif secara signifikan terhadap kepemilikan
manajerial. Hal tersebut disebabkan karena semakin tinggi tingkat rasio dividen,
maka mengindikasikan tingkat kepercayaan manajer atas tingkat earning masa
depan, sehingga manajer menginginkan keuntungan dari pembayaran dividen
dimasa depan dan akan segera meningkatkan kepemilikan sahamnya. Manajer
menganggap risiko dividen lebih kecil daripada capital gain yang akan diterima.
2.1.6. Risiko Bisnis dan Kepemilikan Manajerial
Tandelilin dan Turyasingura (2002) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006) mengemukakan bahwa variabel business risk mempunyai hubungan
negatif dan signifikan dengan variabel insider ownership. Hasil ini berarti bahwa
pada saat business risk mengalami peningkatan, maka pihak insider akan menjadi
enggan untuk memiliki controlling shares dari perusahaan tersebut.
Sementara Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006) menyimpulkan bahwa tingkat risiko menunjukkan hubungan negatif tetapi
tidak signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Bagi manajer yang risk averse,
manajer mengurangi keterlibatan dalam kepemilikan saham dan mengurangi
supply kepemilikan manajerial pada tingkat risiko tinggi.
Hasil penelitian Chen dan Steiner (1999) dalam Vidyantie dan
Handayani (2006) bertentangan dengan hasil penelitian di atas yang
menyimpulkan bahwa risiko mempunyai hubungan positif dan signifikan dengan
kepemilikan manajerial, hal ini terjadi karena peningkatan risiko akan
14
menyebabkan meningkatnya kepemilikan manajerial untuk mengurangi konflik
yang terjadi antara pemegang saham dengan manajer.
Menurut Damsetz dan Lehn (1985) dalam Nuringsih (2004), risiko
berpengaruh secara positif dan negatif terhadap kepemilikan manajerial. Pada
tingkat risiko tinggi perusahaan kesulitan mengawasi kondisi eksternal sehingga
meningkatkan kepemilikan manajerial sebagai cara untuk mengawasi kondisi
internal. Pada tingkat risiko yang makin meningkat, manajer tidak berani
menanggung risiko (risk aversion) sehingga melakukan diversifikasi pada
kesempatan investasi yang menguntungkan.
2.1.7. Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial
Mahadwartha (2003) dalam Almilia dan Silvi (2006) menyimpulkan size
perusahaan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kepemilikan
manajerial. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat size perusahaan yang rendah akan
meningkatkan probabilitas perusahaan untuk meningkatkan kepemilikan
manajerial.
Wahidahwati (2002) dalam Almilia dan Silvi (2006) menunjukkan
bahwa ukuran perusahaan yang semakin besar akan mengurangi kepemilikan
manajerial atau perusahaan besar akan memberikan batasan bagi manajer jika
mereka mempunyai kepemilikan saham perusahaan yang besar.
Mahadwartha (2003) dalam Vidyantie dan Handayani (2006)
menyimpulkan bahwa size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
managerial ownership. Level ukuran perusahaan yang rendah akan meningkatkan
15
kemungkinan perusahaan mengikutsertakan kepemilikan manajerial, karena pihak
manajemen hanya membutuhkan satu bagian kecil dari kemakmuran mereka
untuk mendapatkan bagian yang signifikan dari saham perusahaan.
2.1.8. Volatilitas Pendapatan dan Kepemilikan Manajerial
Menurut penelitian Jensen et al. (1992) dalam Vidyantie dan Handayani
(2006), diungkapkan bahwa keputusan manajer untuk memiliki kepemilikan
manajerial dilakukan melalui beberapa pertimbangan seperti tingkat diverse dan
earning volatility. Perusahaan yang memiliki volatilitas pendapatan yang rendah
akan menyebabkan manajer memiliki insentif untuk mengikuti managerial
ownership program.
Bathala et al. (1996) dalam Listyani (2003) mengatakan bahwa semakin
tinggi volatilitas return saham, maka manajer akan enggan untuk melibatkan
kekayaan pribadinya pada perusahaan karena akan mengurangi kesempatan
diversifikasi kekayaan secara optimal. Atas dasar tersebut maka dikatakan bahwa
stock volatility akan memiliki koefisien negatif terhadap kepemilikan manajerial.
2.1.9. Kesempatan Investasi dan Kepemilikan Manajerial
Crutchley dan Hansen (1989) dalam Almilia dan Silvi (2006)
menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki nilai book to market yang tinggi
berarti perusahaan tersebut memiliki kesempatan investasi yang rendah.
Kesempatan investasi yang rendah akan mengurangi ketertarikan manajer
dibandingkan terhadap perusahaan yang memiliki kesempatan investasi yang
16
tinggi. Dengan kata lain manajer akan mengurangi kepemilikannya dalam
perusahaan jika perusahaan memiliki nilai book to market ratio yang tinggi.
Mahadwartha (2003) dalam Almilia dan Silvi (2006) memberikan bukti
bahwa kesempatan investasi perusahaan memiliki hubungan yang negatif terhadap
kepemilikan manajerial. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah book to
market ratio atau semakin tinggi kesempatan investasi akan meningkatkan
keinginan manajer untuk meningkatkan kepemilikannya dalam perusahaan.
2.1.10. Pertumbuhan dan Kepemilikan Manajerial
Tingkat pertumbuhan yang tinggi akan menandakan keberhasilan
perusahaan dalam menggalang lebih banyak sumber-sumber daya untuk
perusahaan. Keberhasilan ini dapat dikaitkan dengan biaya ekuitas asimetri
informasi yang lebih rendah (Myers dan Majiuf, 1984 dalam Listyani, 2003).
Pertumbuhan berpengaruh positif terhadap kepemilikan manajerial karena
semakin tinggi tingkat pertumbuhan maka semakin besar pula kepemilikan
manajerial.
Menurut Nurfauziah et al. (2007), pertumbuhan menunjukkan koefisien
hubungan yang negatif namun tidak signifikan dengan kepemilikan manajerial.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan yaitu adanya hubungan positif
antara kepemilikan manajerial dengan growth. Hal tersebut dimungkinkan karena
para manajer di Indonesia yang juga menjadi shareholders cenderung kurang
menaruh perhatian terhadap tingkat pertumbuhan perusahaan tetapi lebih kepada
harapan terhadap pendapatan yang akan diterima.
17
2.2. Penelitian Terdahulu
2.2.1. Kebijakan Hutang dan Kepemilikan Manajerial
Agrawal dan Mandelker (1987) dalam Listyani (2003) melakukan
penelitian untuk menguji hubungan antara saham dan opsi yang dipegang oleh
manajer serta karakteristik dari keputusan investasi yang diambil oleh perusahaan
terutama perubahan dalam return on asset. Hasil penelitian menemukan bahwa
ada hubungan positif antara debt ratio dan kepemilikan manajerial.
Friend dan Lang (1988) dalam Listyani (2003) melakukan penelitian
untuk menguji apakah struktur modal (debt ratio) mempunyai hubungan negatif
dengan managerial ownership. Hasil penelitian yang dilakukan Jensen et al.
(1992) dalam Listyani (2003) dan Nurfauziah et al. (2007) menunjukkan bahwa
terdapat hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan
hutang.
Hasil penelitian Bathala et al. (1994) dalam Listyani (2003)
menunjukkan bahwa debt ratio memiliki hubungan yang negatif terhadap
managerial ownership. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nurfauziah et al.
(2007) menunjukkan bahwa kebijakan hutang memiliki hubungan yang negatif
dan tidak signifikan dengan kepemilikan manajerial.
Hasil penelitian Nuringsih (2006) adalah kebijakan hutang berpengaruh
negatif signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Sedangkan Mahadwartha
(2003) mengatakan bahwa kebijakan hutang dapat digunakan untuk memprediksi
kepemilikan manajerial satu tahun ke depan. Hasil penelitian Almilia dan Silvi
(2006) menunjukkan bahwa variabel kebijakan hutang dapat digunakan untuk
18
memprediksikan perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan
yang memiliki kepemilikan manajerial.
Hasil penelitian Vidyantie dan Handayani (2006) menunjukkan bahwa
variabel kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap variabel kepemilikan
manajerial. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan Wahidahwati (2002),
Ismiyanti dan Hanafi (2003), serta Chen dan Steiner (1993) dalam Vidyantie dan
Handayani (2006) yang menyimpulkan bahwa kebijakan hutang berhubungan
negatif dan signifikan dengan kepemilikan manajerial.
2.2.2. Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2006) dan Listyani
(2003) menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif secara
signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Hasil penelitian Bathala et al. (1994)
dalam Listyani (2003) menyatakan bahwa institutional ownership memiliki
hubungan yang negatif terhadap managerial ownership. Penelitian Nurfauziah et
al. (2007) menyatakan bahwa adanya hubungan negatif antara kepemilikan
manajerial dengan kepemilikan institusional.
Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Vidyantie dan Handayani (2006)
menyimpulkan bahwa variabel kepemilikan institusional memiliki hubungan
negatif dan signifikan terhadap variabel kepemilikan manajerial. Sementara hasil
penelitian dari Tandelilin dan Turyasingura (2002) dalam Vidyantie dan
Handayani (2006) menyimpulkan bahwa variabel institutional ownership
19
mempunyai hubungan negatif. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian
Wahidahwati (2002) dalam Vidyantie dan Handayani (2006).
Hasil penelitian yang telah dilakukan Vidyantie dan Handayani (2006)
adalah variabel kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Putri dan Nasir (2006) menyatakan bahwa kepemilikan institusional secara
statistik berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial.
2.2.3. Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian yang telah dilakukan Vidyantie dan Handayani (2006)
adalah variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel
kepemilikan manajerial. Hasil penelitian Almilia dan Silvi (2006) menyatakan
bahwa variabel kebijakan dividen dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan
yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan yang memiliki kepemilikan
manajerial.
Mahadwartha (2003), serta Chen dan Steiner (1999) dalam Vidyantie
dan Handayani (2006) menyimpulkan bahwa kebijakan dividen berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial. Sementara Ismiyanti dan
Hanafi (2003) dalm Vidyantie dan Handayani (2006) menyimpulkan bahwa
Dividend Payout Ratio menunjukkan hubungan negatif tetapi tidak signifikan
dengan kepemilikan manajerial.
Berlawanan dengan hasil penelitian diatas adalah hasil penelitian yang
dilakukan oleh Tandelilin dan Turyasingura (2002), serta Wahidahwati (2002)
20
dalam Vidyantie dan Handayani (2006) yang menyimpulkan bahwa variabel
kebijakan dividen mempunyai koefisien positif dan signifikan terhadap variabel
insider ownership. Hasil penelitian Nurfauziah et al. (2007) menyatakan bahwa
kebijakan dividen menunjukkan hubungan positif namun tidak signifikan dengan
kepemilikan manajerial. Selain itu, penelitian Nuringsih (2006), serta Putri dan
Nasir (2006) menyatakan bahwa kebijakan dividen secara statistik berpengaruh
positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial.
2.2.4. Risiko Bisnis dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian yang telah dilakukan Vidyantie dan Handayani (2006)
menunjukkan bahwa variabel risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Vidyantie dan Handayani (2006).
Penelitian Putri dan Nasir (2006) menunjukkan bahwa hubungan antara
risiko bisnis dan kepemilikan manajerial adalah negatif. Tandelilin dan
Turyasingura (2002) dalam Vidyantie dan Handayani (2006) mengemukakan
bahwa variabel business risk mempunyai hubungan negatif dan signifikan dengan
variabel insider ownership. Sementara Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam
Vidyantie dan Handayani (2006) menyimpulkan bahwa tingkat risiko
menunjukkan hubungan negatif tetapi tidak signifikan terhadap kepemilikan
manajerial. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan hasil penelitian Chen et al.
(1998) dalam Vidyantie dan Handayani (2006).
21
Hasil penelitian Nuringsih (2004) bertentangan dengan hasil penelitian
di atas yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan
manajerial dengan risiko digunakan untuk mengurangi konflik keagenan. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Jensen et al. (1992), serta Cruithley dan
Hansen (1989) dalam Nuringsih (2004). Hasil penelitian Chen dan Steiner (1999)
dalam Vidyantie dan Handayani (2006) menyimpulkan bahwa risiko mempunyai
hubungan positif dan signifikan dengan kepemilikan manajerial. Penelitian
Nurfauziah et al. (2007) menunjukkan bahwa risiko bisnis memiliki hubungan
positif namun tidak signifikan terhadap kepemilikan manajerial.
2.2.5. Ukuran Perusahaan dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian Almilia dan Silvi (2006) adalah variabel size dapat
digunakan untuk memprediksi perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial dan yang memiliki kepemilikan manajerial. Sedangkan Nurfauziah et
al. (2007) menyatakan bahwa ukuran perusahaan memiliki hubungan negatif dan
signifikan dengan kepemilikan manajerial.
Hasil penelitian yang telah dilakukan Vidyantie dan Handayani (2006)
menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap
variabel kepemilikan manajerial. Mahadwartha (2003) dalam menyimpulkan
bahwa size berpengaruh negatif dan signifikan terhadap managerial ownership.
Tandelilin dan Turyasingura (2002) dalam Vidyantie dan Handayani (2006)
menyimpulkan bahwa size mempunyai hubungan yang negatif tetapi tidak
22
signifikan dengan insider ownership. Hasil penelitian tersebut konsisten dengan
hasil penelitian Chen dan Steiner (1999) dalam Vidyantie dan Handayani (2006).
Nuringsih (2007) menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif antara
kepemilikan manajerial dengan ukuran perusahaan. Hasil penelitian
menyimpulkan hubungan antara kepemilikan manajerial dengan size yang
menunjukkan arah hubungan yang sama dengan penelitian Jensen et al. (1992),
Chen dan Steiner (1999), serta Bathala et al. (1994) dalam Nuringsih (2007).
Hasil Penelitian Putri dan Nasir (2006) menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial.
Dengan semakin besarnya ukuran suatu perusahaan, meningkatkan proporsi
saham termasuk saham manajerial.
2.2.6. Volatilitas Pendapatan dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian yang telah dilakukan Vidyantie dan Handayani (2006)
menunjukkan bahwa variabel volatilitas pendapatan tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel kepemilikan manajerial. Hasil penelitian tidak konsisten dengan
hasil penelitian Crutchley dan Hansen (1989), dan Jensen et al. (1992) dalam
Vidyantie dan Handayani (2006). Crutchley dan Hansen (1989) dalam Vidyantie
dan Handayani (2006) menyimpulkan bahwa earning volatility memiliki
hubungan negatif dan signifikan dengan managerial ownership.
Hasil penelitian Almilia dan Silvi (2006) adalah variabel profitabilitas
dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan
manajerial dan yang memiliki kepemilikan manajerial.
23
2.2.7. Kesempatan Investasi dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian Almilia dan Silvi (2006) adalah variabel investment
opportunity dapat digunakan untuk memprediksi perusahaan yang tidak memiliki
kepemilikan manajerial dan yang memiliki kepemilikan manajerial.
Mahadwartha (2003) menyimpulkan bahwa kesempatan investasi
perusahaan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kepemilikan
manajerial. Hasil penelitian tersebut memberikan bukti kesempatan investasi
perusahaan yang diproksikan dengan book to market value dapat digunakan untuk
memprediksi kepemilikan manajerial.
2.2.8. Pertumbuhan dan Kepemilikan Manajerial
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Bathala et al. (1994) dalam
Listyani (2003) menunjukkan bahwa growth memiliki hubungan yang positif
terhadap managerial ownership. Penelitian yang telah dilakukan oleh Listyani
(2003) menyatakan bahwa growth berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Hasil penelitian Nurfauziah et al. (2007) menyatakan bahwa
pertumbuhan (growth) menunjukkan koefisien hubungan yang negatif namun
tidak signifikan dengan kepemilikan manajerial. Hubungan negatif antara
pertumbuhan dengan kepemilikan manajerial tersebut tidak konsisten dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Bathala dan Rao (1995) dalam Nurfauziah et al.
(2007) yang menunjukkan terdapat hubungan positif antara pertumbuhan terhadap
kepemilikan manajerial.
24
2.3. Model Penelitian
Gambar 2.1.Model Penelitian
Kebijakan Hutang
Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Institusional
Kebijakan Dividen
Pertumbuhan
Kesempatan Investasi
Risiko Bisnis
Volatilitas Pendapatan
Ukuran Perusahaan
25
2.4. Hipotesis Penelitian
Perumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha1 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha2 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha3 : Kebijakan dividen berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha4 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha5 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha6 : Volatilitas pendapatan berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha7 : Kesempatan investasi berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
Ha8 : Pertumbuhan berpengaruh terhadap kepemilikan manajerial.
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan karakteristik penelitian maka jenis penelitian ini adalah
penelitian kausalitas karena bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel
independen terhadap variabel dependen dalam penelitian. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, sedangkan
variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang, kepemilikan
institusional, kebijakan dividen, risiko bisnis, ukuran perusahaan, volatilitas
pendapatan, kesempatan investasi, dan pertumbuhan.
3.2. Objek Penelitian
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dan non manufaktur, kecuali
perusahaan keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
pengamatan.
Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilitas. Metode
pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling method dengan
tipe judgement sampling yaitu pemilihan sampel tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan pertimbangan. Adapun kriteria pemilihan sampel dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
26
27
1. Perusahaan manufaktur dan non manufaktur, kecuali perusahaan keuangan
yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2005-2009.
2. Perusahaan yang mengumumkan kebijakan dividen selama periode
pengamatan.
3. Perusahaan yang memiliki akhir tahun fiskal 31 Desember.
4. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang
rupiah.
5. Perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial secara konsisten dari
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
6. Perusahaan yang memiliki hutang jangka panjang dan kepemilikan
institusional secara konsisten dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.
3.3. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya
3.3.1. Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial.
Variabel ini diberi simbol MOWN. Menurut Vidyantie dan Handayani (2006),
kepemilikan manajerial adalah besarnya kepemilikan saham yang dimiliki oleh
pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan
keputusan perusahaan (direktur dan komisaris). Variabel ini digunakan untuk
mengetahui manfaat kepemilikan manajerial dalam mekanisme pengurangan
agency conflict (Listyani, 2003).
Kepemilikan manajerial dapat diperoleh dari jumlah saham yang
dimiliki oleh direksi dan manajer dibagi dengan jumlah saham yang beredar
28
(Nuringsih, 2005 dalam Dewi, 2008). Variabel ini diukur dengan menggunakan
skala rasio. Kepemilikan manajerial dapat dirumuskan sebagai berikut:
Jumlah saham direksi dan manajerMOWN =
Jumlah saham yang beredar
3.3.2. Variabel Independen
3.3.2.1. Kebijakan Hutang
Variabel ini diberi simbol DEBT. Hutang (liability) telah didefinisikan
oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di Amerika Serikat sebagai
pengorbanan manfaat ekonomi yang kemungkinan besar akan terjadi di masa
mendatang akibat adanya keharusan badan usaha tertentu pada saat ini untuk
mentransfer aktiva dan memberikan pelayanan kepada badan usaha lain di masa
mendatang sebagai akibat dari transaksi dan peristiwa masa lalu (Smith dan
Skousen, 1992 dalam Dewi, 2008).
Kebijakan hutang menggambarkan total hutang jangka panjang yang
dimiliki oleh perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Kebijakan
hutang merupakan variabel independen yang dihitung dengan membagi hutang
jangka panjang dengan total aktiva. Pengukuran ini mengacu pada penelitian
Vidyantie dan Handayani (2006). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
rasio. Kebijakan hutang dapat dirumuskan sebagai berikut:
TDit
Debtit = Total Asset it
29
Keterangan:
TDit = jumlah total hutang jangka panjang perusahaan i pada periode t
Total Asset it = total asset yang dimiliki perusahaan i pada periode t
3.3.2.2. Kepemilikan Institusional
Variabel ini diberi simbol INST. Kepemilikan institusional merupakan
proporsi saham yang dimiliki pihak institusional pada akhir tahun yang diukur
dalam persentase. Kepemilikan institusional dapat dihitung dengan membagi total
dari jumlah saham institusi dan blockholder dengan total keseluruhan saham.
Pengukuran variabel ini mengacu pada penelitian Vidyantie dan Handayani
(2006). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala rasio. Kepemilikan
institusional dapat dirumuskan sebagai berikut:
SI + SB INST =
TKS
Keterangan:
INST = institutional ownership
SI = jumlah saham institusi
SB = jumlah saham blockholder
TKS = total keseluruhan saham
3.3.2.3. Kebijakan Dividen
Variabel ini diberi simbol DPR. Kebijakan dividen menggambarkan
jumlah dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. DPR dihitung
30
sebagai rasio pembayaran dividen terhadap laba sesudah pajak. Pengukuran
variabel ini mengacu pada penelitian Vidyantie dan Handayani (2006). Skala
pengukuran yang digunakan adalah skala rasio. DPR dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Dividen KasDPR =
Net Income
3.3.2.4. Risiko Bisnis (Business Risk)
Risiko bisnis merupakan indikator ketidakstabilan harga saham dan
return yang diterima oleh pemegang saham. Risiko bisnis dihitung sebagai
standar deviasi return saham secara bulanan selama satu tahun. Pengukuran
variabel ini mengacu pada penelitian Vidyantie dan Handayani (2006). Variabel
ini diukur dengan mempergunakan skala rasio. Risiko bisnis dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Riskit = STD Returnit
Pi, t – Pi, t-i
Return = Pi, t-i
Keterangan:
Pi, t = Closing price bulanan perusahaan i pada periode t
Pi, t-i = Closing price bulanan sebelumnya perusahaan i pada periode t-1
STD = Standar deviasi return saham bulanan
31
3.3.2.5. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Ukuran perusahaan menggambarkan kekayaan perusahaan. Ukuran
perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan log natural dari total asset
perusahaan. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Vidyantie dan Handayani
(2006).
3.3.2.6. Volatilitas Pendapatan
Variabel ini diberi simbol ERNVOLT. Volatilitas Pendapatan
menggambarkan tingkat risiko bisnis dan tingkat kebangkrutan perusahaan.
Volatilitas pendapatan dihitung dengan menggunakan rasio operating income
terhadap total asset. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Vidyantie dan
Handayani (2006). Variabel ini diukur dengan skala rasio. Volatilitas pendapatan
dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini yaitu:
Operating IncomeERNVOLT =
Total Asset
Keterangan:
ERNVOLT = Earning Volatility
3.3.2.7. Kesempatan Investasi
Kesempatan investasi merupakan kesempatan investor untuk melakukan
investasi di dalam perusahaan tersebut. Variabel investment opportunity diukur
dari book to market value, yang mana semakin tinggi book to market value maka
semakin rendah kesempatan investasinya. Pengukuran ini mengacu pada
32
penelitian Almilia dan Silvi (2006). Secara matematis, variabel investment
opportunity diformulasikan sebagai berikut:
Investment opportunity = book to market value
3.3.2.8. Pertumbuhan
Variabel pertumbuhan ini diberi simbol Growth. Pertumbuhan
perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan pertumbuhan total asset selama
lima tahun. Pengukuran ini mengacu pada penelitian Listyani (2003). Tingkat
pertumbuhan aset diukur dengan menggunakan metode Geometric Mean dengan
rumus sebagai berikut:
G = {( 1 + TR1) ( 1 + TR2 ) ... ( 1 + TRn )1/n – 1 }
Keterangan:
G = tingkat pertumbuhan total asset (growth)
TR = total asset pada tahun t
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh Bursa Efek
Indonesia (BEI). Data sekunder yang dibutuhkan berupa laporan keuangan
perusahaan manufaktur dan non manufaktur, kecuali perusahaan keuangan
periode 2005-2009. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
1. Data kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional yang didapat dari
laporan keuangan periode 2005-2009 yang diperoleh dari Bursa Efek
Indonesia (BEI).
33
2. Data total asset dan total hutang jangka panjang yang didapat dari laporan
keuangan periode 2005-2009 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Data net income, operating income dan dividen kas yang didapat dari laporan
keuangan periode 2005-2009 yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
4. Clossing price bulanan dan book to market value yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) periode 2005-2009.
3.5. Metoda Analisis Data
3.5.1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah teknik statistik yang bertujuan untuk
memberikan penjelasan mengenai karakteristik dari suatu kelompok data atau
lebih sehingga pemahaman akan ciri-ciri yang unik dan khusus dari kelompok
data tersebut diketahui. Analisis statistik deskriptif yang digunakan adalah central
tendency. Tujuan utama dari penentuan central tendency adalah untuk
menentukan suatu ukuran (nilai) tertentu yang dapat mewakili penggambaran
suatu kelompok data. Central tendency meliputi mean, median, modus, dan sum.
3.5.2. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data yang digunakan adalah uji normalitas. Uji normalitas
dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel
dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau
tidak. Untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan
dengan One Sample Kolmogorov Smirnov Test jika nilai asymp sig (2-tailed) >
34
0,05 maka berarti data berdistribusi normal. Sedangkan nilai asymp sig (2-tailed)
< 0,05 berarti data tidak berdistribusi normal.
3.5.3. Uji Outlier
Bila data tidak berdistribusi normal maka ada beberapa cara yang dapat
dicoba untuk mengusahakan agar data menjadi berdistribusi normal. Salah satu
cara tersebut adalah dengan mengurangi data yang bersifat ekstrim (uji outlier).
Uji outlier dapat dilakukan dengan memilih salah satu kriteria saja. Kriteria-
kriteria dalam uji outlier adalah sebagai berikut:
1. Di atas 3 atau di bawah -3
2. Di atas 2,56 atau di bawah -2,56
3. Di atas 1,96 atau di bawah -1,96
3.5.4. Uji Asumsi Klasik
3.5.4.1. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang terbaik adalah tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan melihat scatterplot. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat
35
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual
(Ghozali, 2005). Dasar analisisnya sebagai berikut:
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka
mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Artinya terjadi
ketidaksamaan variance antara residual satu pengamatan dengan residual
pengamatan lainnya.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Artinya tidak
terjadi ketidaksamaan variance antara residual satu pengamatan dengan
residual pengamatan lainnya.
3.5.4.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel
independen saling berkolerasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal.
Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama
variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2005).
Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat Collinearity
Statistics yaitu melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika
nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak ada multikolinearitas.
36
Artinya tidak ada korelasi yang tinggi di antara variabel independen dalam model
regresi. Sedangkan jika nilai tolerance < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka ada
multikolinearitas. Artinya terdapat korelasi yang tinggi di antara variabel
independen dalam model regresi.
3.5.4.3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya.
Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas
dari autokorelasi (Ghozali, 2005).
Untuk menguji ada tidaknya autokorelasi dapat dilakukan dengan uji
Durbin-Watson (DW test). Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk
autokorelasi tingkat satu dan mensyaratkan adanya konstanta dalam model regresi
dan tidak ada variabel lag di antara variabel independen. Acuan dalam mendeteksi
autokorelasi dengan menggunakan uji Durbin-Watson:
Autokorelasi Positif
Tidak terdapat autokorelasi
Autokorelasi Negatif
No decision
No decision
0 dl du 2 4-du 4-dl 4
37
Keterangan :
dl = nilai Durbin-Watson statistics – Lower
du = nilai Durbin-Watson statistics – Upper
3.5.5. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan α = 5%.
Hal ini dikarenakan model penelitian memiliki lebih dari satu variabel independen
yang mempengaruhi satu variabel dependen. Teknik analisis data yang digunakan
untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah menggunakan model empiris,
sebagai berikut:
Y = α0 + α1x1 + α2x2 + α3x3 + α4x4 + α5x5 + α6x6 + α7x7 + α8x8 + ε
Keterangan:
Y = kepemilikan manajerial x4 = risiko bisnis
α0 = intercept (konstanta) x5 = ukuran perusahaan
α1- α8 = konstanta x6 = volatilitas pendapatan
x1 = kebijakan hutang x7 = kesempatan investasi
x2 = kepemilikan institusional x8 = pertumbuhan
x3 = kebijakan dividen ε = error term
3.5.5.1. Uji R dan Adjusted R2
Uji R (adjusted R2) digunakan untuk mengetahui besarnya variasi dari
variabel dependen yang dijelaskan oleh variasi variabel independen, sisanya yang
tidak dapat dijelaskan, merupakan bagian variasi dari variabel lain yang tidak
38
termasuk di dalam model. Adjusted R2 merupakan ukuran yang lebih baik dari R2
dalam hal pengujian kemampuan menjelaskan dari variabel-variabel tambahan
yang secara teoritis dapat dimasukkan ke dalam model.
Kelebihan adjusted R2 daripada R adalah apabila suatu model regresi
ditambahkan variabel independen yang baru maka adjusted R2 bisa naik atau turun
sesuai dengan besaran pengaruh variabel independen tersebut terhadap variabel
dependen. Apabila nilai adjusted R2 negatif artinya adjusted R2 sama dengan null
(0) maka pakailah nilai R.
3.5.5.2. Uji Varians Fisher (Uji F)
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi layak dan tepat
untuk pengambilan keputusan dalam penelitian ini atau tidak. Apabila hasilnya
signifikan berpengaruh berarti model yang diuji merupakan model yang baik bila
dipakai dalam penyederhanaan data. Dalam penelitian ini tingkat α yang
digunakan adalah 5% dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%. Dasar
pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
a. Jika signifikansi F < 0,05 maka Ha diterima.
Artinya model penelitian fit dengan data penelitian.
b. Jika signifikansi F > 0,05 maka Ha ditolak
Artinya model penelitian tidak fit dengan data penelitian.
39
3.5.5.3. Uji Test of Significant (Uji t)
Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh variabel
independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
(Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini tingkat α yang digunakan adalah 5% yang
berarti rasio kesalahan (α) pengambilan keputusan dibatasi sebesar 5% dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95%. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
a. Jika signifikansi t < 0,05 maka Ha diterima.
Artinya masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
b. Jika signifikansi t > 0,05 maka Ha ditolak
Artinya masing-masing variabel independen tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen.
40
DAFTAR REFERENSI
Almilia, Luciana Spica, dan Meliza Silvi. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial dengan Teknik Analisis Multinominal Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol VI, No. 1, hlm 13-23.
Christiawan, Yulius Jogi, dan Josua Tarigan. 2007. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang , Kinerja, dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol IX, No.1, hlm 1-8.
Dewi, Sisca Christianty. 2008. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol X, No. 1, hlm 47-58.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, edisi III. Undip: Semarang
Gitman, Lawrence J., Principles of Managerial Finance, 11th edition.
Godfrey, Jayne, Hodgson Allan, Scott Holmes, and Ann Tarca. 2006. Accounting Theory, 6th edition. John Wiley & Sons Australia, Ltd.
http\\www.wikipedia.com
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, edisi 1. BPFE: Yogyakarta.
Listyani, Theresia Tyas. 2003. Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Pengaruhnya terhadap Kepemilikan Saham Institusional (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Maksi, Vol.3.
Mahadwartha, Putu Anom. 2003. Predictability Power of Dividend Policy and Leverage Policy to Manajerial Ownership: an Agency Theory Perspective. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, Vol XVIII, No. 3, hlm 288-297.
Munawir. Analisa Laporan Keuangan, edisi IV. Liberty: Yogyakarta
Murni, Sri, dan Andriana. 2007. Pengaruh Insider Ownership, Institusional Investor, Dividend Payments, dan Firm Growth terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta). Jurnal Akuntansi dan Bisnis, Vol. VII, No. 1, hlm 15-29.
41
Nurfauziah, D. Agus Harjito, dan Atik Ringayati. 2007. Analisis Hubungan Simultan antara Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen dalam Masalah Agensi. SINERGI, Vol IX, No. 2, hlm 157-166.
Nurfauziah, D. Agus Harjito, dan Hertya Dwi Ameliawati. 2007. Hubungan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusi dan Kebijakan Hutang dalam Perspektif Masalah Keagenan di Indonesia. VENTURA, Vol X, No. 1, hlm 47-61.
Nuringsih, Kartika. 2004. Kepemilikan Manajerial dan Konflik Keagenan: Analisis Simultan antara Kepemilikan Manajerial, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen. Jurnal Manajemen, hlm 124-141.
Nuringsih, Kartika. 2006. Penggunaan Path Analysis untuk Memediasi Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Risiko dalam Menekan Konflik Keagenan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol VIII, No. 2, hlm 135-150.
Putri, Imanda Firmantyas, dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Vidyantie, Deasy Nathalia, dan Ratih Handayani. 2006. The Analysis of the effect of Debt Policy, Dividend Policy, Institutional Investor, Business Risk, Firm Size, and Earning Volatility to Managerial Ownership based on Agency Theory Perspective. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol VIII, No. 2, hlm 19-33.