proses konstruksi media massa dalam ......ilmu komunikasi indonesia (imiki) uin jakarta, yang v...

256
PROSES KONSTRUKSI MEDIA MASSA DALAM PROGRAM DAKWAH NGADERES QUR’AN DI 93.7 FM KRAKATAU RADIO Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh Fatimatul Hasanah NIM 11150510000241 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2019H

Upload: others

Post on 30-Oct-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • PROSES KONSTRUKSI MEDIA MASSA

    DALAM PROGRAM DAKWAH NGADERES QUR’AN

    DI 93.7 FM KRAKATAU RADIO

    Skripsi

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

    Oleh

    Fatimatul Hasanah

    NIM 11150510000241

    JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

    FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    1441 H/2019H

  • i

    ABSTRAK

    Fatimatul Hasanah

    Proses Konstruksi Media Massa Dalam Program Dakwah Ngaderes

    Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio

    Program-program siaran dakwah yang dilakukan, hendaknya

    mengenai sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga

    sasaran dakwah dapat meningkatkan pengetahuan dan aktifitas

    beragama melaui program-program acara yang disiarkan melalui

    radio. Program siaran radio tidak tiba-tiba jadi, karena siaran radio

    menempuh beberapa tahap diantaranya, tahap pra produksi, tahap

    produksi, dan tahap pasca produksi. Hasil konstruksi media massa atas

    realitas sosial adalah framing atau bingkai siaran terbentuk. Sebagai

    radio komersial, bagaimana cara Krakatau radio mengemas acara

    Ngaderes Qur’an.

    Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

    penelitian ini adalah Bagaimana proses konstruksi media massa dalam

    program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio pada

    enam tahap konstruksi sosial atas realitas sosial?

    Penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif

    dengan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini melihat bahwa

    kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri.

    Sedangkan untuk analisis data dilakukan dengan enam tahap produksi

    program siaran yang telah diperkaya oleh Armawati Arbi.

    Hasil penelitian mengenai Proses Kontruksi Media Massa

    dalam Program Dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio

    adalah proses pada tahap 1 yaitu menerapkan karakter radio dan

    program acara. Proses pada tahap 2 ditemukan bahwa mengemas

    acara dengan menentukan fakta, ide yang tercermin dari tema, dan

    menggunakan referensi kitab Tajwid dari riwayat Sayyidina Imam

    Hafas bin Sulaiman. Proses pada tahap 3 adalah mengatur pola skrip,

    dengan skrip yang bervariasi satu segmen bisa mencapai 3-11 skrip.

    Proses pada tahap 4 yaitu mengatur hotlock dalam satu jam ada 10-11

    sisipan Insert. Proses pada tahap 5 yaitu cara mengemas acaranya

    dengan menggunakan kekuatan gaya bahasa dari Narasumber yang

    menghasilkan berbagai metode dakwah. Proses pada tahap 6 yaitu

    sebuah evaluasi baik pihak internal dan eksternal.

    Kata kunci: Proses Konstruksi, Program Dakwah, Ngaderes Qur’an,

    93.7 FM Krakatau radio.

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrahmanirrahim

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih

    sayang dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

    yang telah menghanturkan umatnya dari kegelapan dunia ke

    zaman peradaban ilmu pengetahuan.

    Penulis sangat Bahagia dan bersyukur karena dapat

    menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang Pendidikan Strata Satu

    (S1) yang penulis tempuh telah selesai. Serta penulis tidak lupa

    meminta maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini terdapat

    kekurangan berkenan dihati para pembaca, karena penulis

    menyadari penulis masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis

    berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi

    semua orang yang membaca dan khususnya bagi penulis.

    Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah

    mungkin dapat ditempuh tanpa dukungan dan bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Prof. Dr. Amany B. Lubis, M.A., sebagai Rektor UIN

    Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.

  • iii

    2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Wakil Dekan I Bidang

    Akademik Ibu Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW., Wakil

    Dekan II Bidang Administrasi Umum Bapak Dr. Sihabudin

    Noor, M. Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan

    Bapak Dr. Cecep Castrawijaya, M. A.

    3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si., sebagai Ketua Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Bapak Dr. Edi Amin,

    M.A., sebagai sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

    Islam. Serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang

    bermanfaat kepada penulis selama menempuh Pendidikan di

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat

    mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.

    4. Bapak Ismet Firdaus, M. Si., Dosen Pembimbing Akademik

    mahasiswa KPI E angkatan 2015.

    5. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si., terimakasih sudah senantiasa

    sangat baik serta meluangkan waktunya untuk membimbing

    dengan sabar memberikan arahan kepada penulis di tengah

    kesibukan yang luar biasa. Terimakasih sudah menjadi

    sumber ilmu baru bagi penulis, semoga Allah SWT

    senantiasa membalasnya.

    6. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku

    dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan referensi dan

    memperkaya isi skripsi ini.

  • iv

    7. Keluarga Besar Krakatau Radio atas segala bantuan yang

    diberikan, Ibu Nyimas Dian Gayatri, Ibu Dian Risdiana,

    Kang Ula Ifham, Kang Egi Permana, Ustadz Ahmad Fahrin,

    yang sudah meluangkan waktunya untuk penulis wawancara.

    8. Paling utama penulis mempersembahkan hadiah ini untuk

    kedua orangtua, Bapak Anwar dan Umi Juaeriah tercinta

    yang senantiasa memberi dukungan penuh, semangat dan

    do’a tulus yang tiada henti untuk penulis. Kemudian (Alm)

    Muchammad Wahyu yang selalu teringat dan selalu

    memberikan kekuatan bagi penulis agar terus mewujudkan

    cita-cita. Aab Abdul Rofiq, Adik Kandung penulis yang

    selalu memberikan kebahagiaan dan keceriaan terhadap

    penulis.

    9. Sahabat seperjuangan dari awal merantau “ghg crew” yang

    selalu memahami dan membuat penulis merasa disayangi,

    Malisa, Hamidah, Lilis Anggraeni, Taty Sumiati, Neng

    Wahdatul, dan Mamah Chila, Rifa Atul Mahmudah.

    10. Kepada temanku "Inners Team", Imah, Malisa, Catur,

    Alfinda, Puput, Ninis, Nida, Mardhiyah, Shinta, Tresna,

    Najmi, dan Rany yang telah mewarnai perjalanan semasa

    perkuliahan baik suka, dan duka. Penulis banyak

    mendapatkan pelajaran kehidupan dari kalian terutama sifat

    egois.

    11. Terimakasih organisasi dan keluargaku Himpunan

    Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, dan Ikatan Mahasiswa

    Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) UIN Jakarta, yang

  • v

    sudah mengajarkan banyak hal dan memberikan pengalaman

    dalam berorganisasi.

    12. Terimakasih untuk seluruh teman-teman KPI E 2015 karena

    telah berjuang bersama dan melukiskan warna-warni pada

    masa perkuliahan.

    13. Teman-teman KKN Mutiara Mulya 2018 Desa Rajeg Mulya,

    Tanggerang yang telah memberikan suatu dukungan dalam

    pembuatan skripsi. Terkhusus untuk Vio dan Tasya,

    terimakasih sudah mau menemani kemanapun disaat penulis

    merasa jenuh. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga ya.

    Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis

    ucapkan. Semoga Allah membalas kebaikan serta memberikan

    keberkahan. Pada akhirnya, dengan segala kekurangan yang

    terdapat dalam skripsi ini, penulis berharap penelitian ini dapat

    memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca baik dalam

    bidang akademik maupun praktis.

    Jakarta, 12 Desember 2019

    Fatimatul Hasanah

  • vi

    DAFTAR ISI

    ABSTRAK .............................................................................................. i

    KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................... vi

    DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix

    DAFTAR TABEL ................................................................................... x

    DAFTAR ISTILAH ............................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

    A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1

    B. Batasan Masalah .............................................................. 10

    C. Rumusan Masalah ........................................................... 10

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 10

    E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 11

    F. Kerangka Konsep ............................................................ 19

    G. Metode Penelitian ............................................................ 20

    H. Sistematika Penulisan ...................................................... 27

    BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................... 29

    A. Konstruksi Media Massa Atas Realitas Sosial ................ 29

    B. Proses Konstruksi Sosial Media Massa Atas

    Realitas Sosial ................................................................. 31

    C. Lima Tahap Proses Konstruksi Media Massa ................. 36

    D. Dakwah Melalui Radio .................................................... 40

    BAB III PROFIL RADIO ..................................................................... 58

    A. Sejarah 93.7 FM Krakatau Radio .................................... 58

    B. Logo 93.7 FM Krakatau Radio ........................................ 61

  • vii

    C. Visi dan Misi 93.7 FM Krakatau Radio .......................... 62

    D. Struktur Organisasi 93.7 FM Krakatau Radio ................. 63

    E. Deskripsi Program Acara 93.7 FM Krakatau Radio ....... 64

    F. Program Acara Ngaderes Qur’an .................................... 70

    BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................. 72

    A. Identitas Radio: Reputasi, Brand, dan Citra .................... 72

    B. Kekuatan Ide, Fakta, dan Referensi pada Acara

    Ngaderes Qur’an ............................................................. 78

    C. Berbagai Skrip pada Acara Ngaderes Qur’an ................. 86

    D. Kekuatan Tata Waktu Sebagai Strategi Priming ............. 103

    E. Berbagai Metode Dakwah pada Acara Ngaderes

    Qur’an .............................................................................. 104

    F. Berbagai Modifikasi pada Acara Ngaderes Qur’an ........ 108

    BAB V PEMBAHASAN ..................................................................... 114

    A. Proses Konstruksi Pada Tahap 1 ..................................... 114

    B. Proses Konstruksi Pada Tahap 2 ..................................... 118

    C. Proses Konstruksi Pada Tahap 3 ..................................... 134

    D. Proses Konstruksi Pada Tahap 4 ..................................... 154

    E. Proses Konstruksi Pada Tahap 5 ..................................... 157

    F. Proses Konstruksi Pada Tahap 6 ..................................... 166

    BAB VI PENUTUP .............................................................................. 171

    A. Kesimpulan ...................................................................... 171

    B. Saran ................................................................................ 174

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 176

    LAMPIRAN ............................................................................................ 180

  • ix

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Teori SMCR David Kenneth Berlo ................................. 36

    Gambar 3.1 Logo 93.7 FM Krakatau Radio ........................................ 61

    Gambar 3.2 Struktur Organisasi di 93.7 FM Krakatau Radio ............. 63

    Gambar 3.3 Pola Siar Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau

    Radio................................................................................ 70

    Gambar 3.4 Script Siaran Ngaderes Qur’an ........................................ 71

    Gambar 4.1 Nama-nama radio di daerah Pandeglang ......................... 74

    Gambar 4.2 Komentar pendengar yang menggunakan Radio

    Online Box....................................................................... 75

    Gambar 4.3 Tampilan utama YouTube 93.7 FM Krakatau

    Radio................................................................................ 76

    Gambar 4.4 Tampilan utama media sosial Facebook 93.7 FM

    Krakatau radio ................................................................. 76

    Gambar 4.5 Tampilan utama media sosial Twitter 93.7 FM

    Krakatau Radio ................................................................ 77

    Gambar 4.6 Tampilan utama media sosial Instagram 93.7 FM

    Krakatau Radio ................................................................ 77

    Gambar 4.7 Postingan Acara Ngaderes Qur’an ketika

    Khataman Qur’an ............................................................ 80

    Gambar 4.8 Proses siaran langsung Ngaderes Qur’an ........................ 85

    Gambar 4.9 Buku Referensi acara Ngaderes Qur’an .......................... 86

    Gambar 5.3 Penyiar sudah mulai operatorin sendiri ........................... 169

    Gambar 5.4 Postingan Acara Ngaderes Qur’an ketika Khataman

    Qur’an .............................................................................. 170

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Kerangka Konsep ............................................................ 19

    Tabel 3.1 Deskripsi Program Acara Umum .................................... 64

    Tabel 3.2 Deskripsi Program Acara Dakwah .................................. 68

    Tabel 4.1 Karakter 93.7 FM Krakatau radio ................................... 72

    Tabel 4.2 Ide, Fakta, dan Referensi ................................................. 78

    Tabel 4.3 Naskah Ketika On Air 08 Maret 2019 ............................. 86

    Tabel 4.4 Naskah Ketika Off Air 1 November 2019 ....................... 99

    Tabel 4.5 Berbagai Metode Dakwah ............................................... 104

    Tabel 4.6 Faktor Internal & Eksternal Media: Konstruksi

    Sosial Media Radio pada Rogram siaran Ngaderes

    Qur’an .............................................................................. 108

    Tabel 5.1 Roda jam siar regular dan Prime Time/Spesial ............... 115

    Tabel 5.2 Penerapan unsur SMCRE dalam Penciptaan Karakter

    Program Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau radio ... 116

    Tabel 5.3 Kekuatan Referensi dari Ide dan Fakta ........................... 118

    Tabel 5.4 Pola skrip acara Ngaderes Qur’an pada 08 Maret 2019

    Pukul 05.00-06.00 WIB ................................................... 135

    Tabel 5.5 Rundown Rencana ........................................................... 156

    Tabel 5.6 Bebagai Metode Dakwah ................................................ 158

  • xi

    DAFTAR ISTILAH

    Ari : Kalau

    Asup : Masuk

    Ayeuna : Sekarang

    Bade : Mau

    Bilih : Takut

    Damang : Sehat

    Ear Sajagat : Ramai Sedunia

    Gugah : Bangun

    Hanca : Bagian

    Hapunten : Mohon Maaf

    Heula : Dulu

    Irung : Hidung

    Janteun : Jadi

    Karuh : Siap

    Kelar : Seru

    Kudu, Kedah : Harus

    Lajeng, Teras : Lanjut

    Lami : Lama

    Liang : Lubang

    Mangga : Silahkan

    Margi : Karena

    Muhun : Iya

    Ngadenge : Mendengar

    Ngaderes : Ngaji

    Ngahaturkeun : Menyampaikan

    Ngawitan : Mendahului

    Ngiringan : Ikutan

    Ngoprek : Memainkan

    Nyaeta : Yaitu

    Nyaho : Tahu

    Nyuhun : Minta

    Panginten : Mungkin

    Panyawat : Penyakit

    Parantos : Sudah

    Poho : Lupa

    Rada : Agak

    Sadayana : Semuanya

    Saha : Siapa

    Sapalih : Sebelah

    Sareng : Dengan

    Sareng : Dengan

    Seer : Banyak

    Selian : Selain

    Simpribados : Diri Pribadi

    Tacan : Belum

    Tungtung : Penjuru

    Tur : Yang

    Ulah : Jangan

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Program siaran radio tidak tiba-tiba jadi, karena

    siaran radio maupun televisi menempuh beberapa tahap

    diantaranya, tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap

    pasca produksi, sedangkan hasil konstruksi media massa atas

    realitas sosial adalah framing atau bingkai siaran terbentuk.

    Kedudukan konstruksi sosial media massa adalah

    mengoreksi subtansi kelemahan dan melengkapi konstruksi

    sosial atas realita, yaitu dengan menempatkan seluruh

    kelebihan media massa pada keunggulan konstruksi sosial

    media massa atas konstruksi sosial atas realita. Tetapi, proses

    simultan yang digambarkan tidak bekerja secara tiba-tiba,

    namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap

    penting diantaranya, tahap menyiapkan materi konstruksi,

    tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan

    tahap konfirmasi. Penyebaran informasi yang cepat dan luas

    membuat kontruksi sosial berlangsung sangat cepat juga, dan

    menyebabkan sebaran yang merata. Realitas sosial yang

    terkontruksi itu juga membuat opini massa.1

    Rahasia Al-Qur’an dalam buku Ilmu Dakwah

    karangan Moh. Ali Aziz yang mendahulukan kata al-sam‟

    1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan

    Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,

    292.

  • 2

    dari kata al-abshar karena orang yang buta masih dapat

    menerima informasi dan pengetahuan dari pada yang tuli.

    Media audio bisa menerima pesan dakwah tanpa

    memperhatikan asalnya.2

    Radio ialah benda yang bersifat langsung dalam

    menyampaikan pesannya, tidak mengenal jarak dan

    rintangan, biayanya relatif murah dibandingkan dengan

    televisi, mampu menjangkau tempat-tempat terpencil yang

    sesuai dengan kondisi geografis kota Pandeglang. Radio

    merupakan salah satu alat yang memiliki gelombang

    frekuensi yang menyampaikan pesan atau informasi yang

    bersifat umum atau khusus, pada sejumlah orang relatif besar

    yang tersebar secara beraneka ragam.3

    Program-program siaran dakwah yang dilakukan,

    hendaknya mengenai sasaran obyek dakwah dalam berbagai

    bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan

    pengetahuan dan aktifitas beragama melaui program-

    program acara yang disiarkan melalui radio.4 Usaha untuk

    mengoptimalkan dakwah melalui radio yaitu dengan

    bagaimana format dakwah radio yang selama ini ada, mampu

    disajikan lebih menarik, lebih menyentuh dan tidak formal.

    Dari target ini akan memperoleh manfaat ganda yaitu

    manfaat dakwah dan manfaat ekonomi. Pendirian radio yang

    bernuansa dakwah semua acara baik informasi, hiburan dan

    2 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h, 410.

    3 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h, 412.

    4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah 2009), h. 120.

  • 3

    pendidikan bisa dikemas dan akhirnya membentuk

    masyarakat bermoral dan religius. Bukan semata sebagai

    tujuan bisnis tapi sebagai pelengkap dan sarana agar misi

    dakwah bisa tercapai.

    Dakwah merupakan sebuah seruan atau ajakan

    keinsyafan atau usaha mengubah situasi ke situasi yang lebih

    baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun

    masyarakat.

    “dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

    menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf

    dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali Imran: 104)

    Program dalam konteks broadcasting merupakan

    suatu acara atau paket sajian berisi muatan kata-kata terucap

    dan tertulis, gambar statis dan bergerak, lagu dan musik, efek

    suara, serta cahaya, yang bertujuan disuguhkan atau

    disampaikan melalui media elektronik (radio dan televisi)

    kepada khalayak.

    RAS 95.5 FM Jakarta misalnya, radio ini juga

    menyiarkan program seperti Ngaderes Qur’an, namun

    bernama Tadarus Bittalifun yang dipandu oleh Ustadz

    melalui telepon interaktif secara bergantian. Program ini

    disiarkan mulai hari Senin-Jum’at dan Minggu mulai pukul

  • 4

    20.00-21.00.5 hal yang membedakan dengan program

    Ngaderes Qur’an, yaitu status radio RAS 95.5 FM sebagai

    radio dakwah dan Krakatau radio sebagai radio non dakwah

    atau komersil.

    Banyak radio dakwah yang saat ini mengudara dan

    menghadirkan program keagamaan seperti radio Fajri 99.3

    FM Bogor dengan nama program Mutiara Ayat, dalam

    program ini pembacaan ayat Al-Qur’an dibacakan oleh

    pengisi acara bukan pendengar.6 Krakatau radio sebagai

    radio komersial bukan dakwah juga tidak kalah dengan radio

    dakwah Fajri 99.3 FM Bogor yang menyiarkan program

    dakwah secara terus menerus seperti Pilda (Materi Pilihan

    Anda), Senada (Seputar Nasihat Anda), Gamis (Gaya Muda

    Islami), dan masih banyak lagi.

    Radio Krakatau adalah radio komersil, satu jaringan

    atau network dengan radio Bens, pemiliknya adalah Pak

    Biem Triani Benjamin yang merupakan salah satu anak

    Benyamin S. Walaupun radio komersil, tetap mengadakan

    program siaran mengaji atau program dakwah yang bernama

    Ngaderes Qur’an. PT. Radio Gema Krakatau atau yang lebih

    dikenal dengan sebutan Krakatau radio yang berdiri sejak 23

    November 1990, menyiarkan berbagai program informasi

    5 Muhammad Reza. Hubungan Terpaan Program Tadarus Bitalifun

    95.5 FM Jakarta Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur‟an pada Jamaah

    Majelis Ta‟lim Holaqotul Qur‟an. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah

    dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. 2016. 6 Neisya Ghassani Sabilah, Strategi Komunikasi Radio Fajri 99,3 FM

    Bogor dalam Mempertahankan Citra Radio Dakwah. Skripsi Mahasiswa

    Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. 2018.

  • 5

    dan berita dengan cakupan lokal, serta sajian musik pop

    daerah, dangdut, dan pop Indonesia. Krakatau radio

    merupakan salah satu radio yang kental dengan etnik sunda

    Banten yang kaya dengan para jawara namun tetap santun

    dalam tradisi yang mempunyai slogan Krakatau FM, Ear

    Sajagat. Budaya dan etnik Banten terus menerus beradaptasi

    dengan perubahan jaman, seiring dengan perubahan karakter

    pendengar dan percepatan teknologi serta gaya hidup.

    Program radio etnik dikemas dalam balutan kreatif budaya

    masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.7

    Dinamakan Krakatau karena lokasinya dekat dengan

    Gunung Krakatau. Radio Krakatau terletak di Kecamatan

    Labuan – Pandeglang – Banten. Karena radio etnikom,

    Krakatau radio ini siaran dengan menggunakan Bahasa

    Sunda Banten yang khas. Jika orang yang pertama kali

    mendengarkan Krakatau radio, mereka terhibur oleh gaya

    bahasa penyiarnya yang khas. Seluruh radio siaran yang

    menyelenggarakan siaran di Indonesia menyajikan informasi,

    edukasi, dan hiburan. Siaran keagamaan termasuk ke dalam

    fungsi edukasi. Salah satu media yang dapat digunakan

    dalam kegiatan dakwah adalah radio. Dalam hal ini, da’i

    sebagai seorang komunikator dalam melakukan aktivitas

    dakwahnya menyampaikan pesan-pesan ajaran agama.

    Krakatau radio berani menyajikan program-program

    acara dakwah dengan berbagai macam bentuknya yang

    7 https://onlineradiobox.com/id/krakatau/ (diakses pada tanggal 25

    April 2019, pukul 08.56).

    https://onlineradiobox.com/id/krakatau/

  • 6

    masing-masing berbeda waktu dan kemasannya. Krakatau

    radio menghadirkan program acara Ngaderes Qur’an sejak

    tahun 2014 hingga saat ini dengan tahapan yang dimulai

    dengan Ustadz membacakan ayat Al-Qur’an, lalu jama’ah

    pendengar Ngaderes membaca ayat Al-Qur’an satu persatu

    melalui telepon interaktif.

    Program Ngaderes Qur’an termasuk salah satu bentuk

    dakwah yang hingga saat ini disampaikan melalui media

    elektronik radio. Massal dalam arti adalah seluruh berita

    yang dibuat oleh media massa tidak bersifat pribadi, akan

    tetapi lebih dikonsentrasikan kepada masyarakat umum.

    Program Ngaderes Qur’an ini tayang hari Senin hingga

    Jum’at pukul 05.00 – 06.00 WIB.

    Program ini terinspirasi dari program Maghrib

    Mengaji yang sering disosialisasikan Pemerintah daerah

    kepada masyarakat. Jadi, Krakatau radio berharap

    masyarakat Pandeglang dan sekitarnya tidak hanya mengaji

    ketika waktu Maghrib, melainkan agar terbiasa juga untuk

    mengaji setelah shalat subuh dan sebelum melakukan

    aktivitas di pagi hari.

    Ngaderes Qur’an merupakan suatu program acara

    yang mengawali pagi dengan belajar mengaji Al-Qur’an

    serta membahas hukum bacaan yang dilakukan secara urut

    dari surat Al-Baqarah hingga selesai. Acara Ngaderes Qur’an

    ini berlangsung selama satu jam tanpa jeda iklan. Dalam

    program acara ini, metode yang digunakan bersifat dialogis.

    Pendengar dimudahkan untuk berinteraktif secara langsung

  • 7

    dengan Ustadz dalam belajar mengaji melalui telepon

    interaktif, ketika pendengar mengaji lalu ada kesalahan

    dalam cara membaca Al-Qur’an, maka akan langsung

    dibenarkan oleh Ustadz Ahmad Fahrin sesuai dengan hukum

    tajwid, sebelum closing Ustadz akan membahas hukum

    Tajwid beserta contohnya.

    Dalil Al-Qur’an yang menjelaskan betapa penting

    seorang muslim selalu meningkatkan kehati-hatian dalam

    membaca Al-Qur’an terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-

    Muzzammil ayat 4.

    “atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu

    dengan perlahan-lahan”

    Kemudian diperkuat dengan adanya Hadits Imam

    Muslim yang meriwayatkan:

    َها قَاَلْت : قَاَل َرس اهللِضى َعْن َعا ِئَشَة رَ َعَلْيِو َوَسلَّم اهللَصلى اهللَل و َعن ْالِكرَاِم البَ رَارَِة َوالَِّذى يَ ْقَرأ الق ْرآَن َو يَ تَ تَ ْعَتع ِفْيِو بِالق ْرآن َمَع اسََّفَر ةِ ْلَماِىر اَ -

    )رواه املسلم( َوى َو َعَلْيِو َشا ٌق َلو َأْجرَانِ “Aisyah radhiyallahu „anha meriwayatkan bahwa Rasulullah

    shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang

    lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang

    mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang

    membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit

    atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR.

    Muslim).

    Pandeglang terkenal dengan julukan sebagai kota

    santri, namun belakangan ini julukan itu mulai terkikis

  • 8

    karena pemerintah mulai membuat simbol-simbol dengan

    nama kota wisata. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)

    Pandeglang, KH. Tb. Hamdi Ma’ani sangat menyayangkan

    atas terkikisnya julukan Pandeglang kota Santri itu dan

    mengatakan MUI dengan tegas meminta agar jargon

    Pandeglang kota santri jangan sampai hilang. Sebab, nama

    kota santri itu sudah menasional.8

    Melihat kondisi kota Pandeglang dan masyarakatnya

    yang santri, Krakatau radio menyiarkan sebuah program

    islami yang pada jaman dulu dilakukan oleh anak-anak

    secara tatap muka langsung di kediaman guru ngaji, tapi

    sekarang dilakukan melalui telepon interaktif di studio oleh

    Ustadz Ahmad Fahrin dan para pendengar di rumah masing-

    masing sekaligus membuka Al-Qur’an melalui radio.

    Krakatau radio merupakan radio satu-satunya di

    daerah Pandeglang yang pada pagi hari menyiarkan Program

    dakwah mengaji interkatif. Sebenarnya di Kota Pandeglang

    banyak stasiun radio yang mengudara, salah satunya seperti

    Radio Paranti 105.6 FM yang terletak di Kecamatan

    Pandeglang. Namun, hanya menyiarkan program hiburan

    musik.

    Format acara program Ngaderes Qur’an Krakatau

    radio ada beberapa segmen dalam siaran yaitu, dalam 60

    menit Ustadz Ahmad Fahrin melakukan talkset opening

    dengan sangat sopan, kemudian mengajak para pendengar

    8 IF, ”Pertahankan Julukan Kota Santri”, Kabar Banten.com, 22

    Maret 2019.

  • 9

    untuk ikut bergabung, lalu Ustadz mengawali segmen

    pertama dengan mengaji selama lima menit, dilanjutkan

    membuka telepon interaktif dengan beberapa segmen,

    mendengarkan penelepon mengaji, lalu membenarkan bacaan

    yang salah dan memberi contoh bacaan yang benar dengan

    sangat lemah lembut, kemudian bacaan diulangi oleh

    pendengar. Di sisa waktu sekitar lima menit, Ustadz akan

    menjelaskan pembahsan mengenai Ilmu Tajwid beserta

    contohnya, dan satu menit terakhir yaitu untuk talkset

    Closing.9

    Acara Ngaderes Qur’an selalu mengadakan acara

    Khataman Al-Qur’an, disetiap awal surat yang biasa

    dilaksanakan di lingkungan Krakatau radio bersama Ustadz

    yang mengajar mengaji, tokoh masyarakat sekitar, pendengar

    setia program Ngaderes Qur’an, para penyiar, dan tamu

    undangan lainnya dengan bersama-sama membaca tahlil dan

    do’a. Selain itu, acara ini bertujuan untuk menjadi ajang tatap

    muka atau bershilaturrahmi agar para jama’ah pendengar

    dapat berinteraksi secara langsung dengan Ustadz dan

    Jama’ah yang lain.

    Dengan alasan-alasan di atas, sehingga pantas dan

    layak diteliti dengan judul “Proses Konstruksi Media

    Massa dalam Program Dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7

    FM Krakatau Radio”.

    9 Wawancara dengan Dian Risdiana (Ipah) sebagai Program Director,

    pada 12 Juli 2019.

  • 10

    B. Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di

    atas, agar penelitian ini lebih terarah maka penulis

    membatasi penelitian ini agar lebih fokus yaitu yang diteliti

    hanya pada isi format dan cara Program Director,

    Narasumber mengemas acara Ngaderes Qur’an di 93.7 FM

    Krakatau Radio pada tanggal 8 Maret 2019.

    C. Rumusan Masalah

    Dari uraian latar belakang dan batasan masalah di

    atas, adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah

    Bagaimana proses konstruksi media massa dalam program

    dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio atas

    realitas sosial?

    D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Untuk mengetahui proses konstruksi media massa

    dalam program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM

    Krakatau Radio atas realitas sosial.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Secara Akademis

    Tulisan ini diharapkan dapat memberikan

    kontribusi terhadap perkembangan baik dalam bidang

    keilmuan mengenai ilmu komunikasi, khususnya

    mengenai program siaran radio pada Jurusan

    Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu

  • 11

    Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    b. Secara Praktis

    Melalui tulisan ini penulis berharap dapat:

    1) Menemukan karakter acara dan media

    2) Kekuatan fakta tim produksi

    3) Mengungkap jumlah skrip

    4) Membentuk pola rundown rencana

    5) Mengetahui berbagai metode setiap segmen

    6) Mengungkap berbagai faktor internal dan

    eksternal dalam modifikasi acara Ngaderes

    Qur’an.

    E. Tinjauan Pustaka

    Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah

    mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang

    terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

    maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,

    dan Google Scholar. Menurut pengamatan penulis dari

    hasil observasi yang telah penulis lakukan terdapat cukup

    banyak skripsi yang membahas tentang Konstruksi tetapi

    sampai saat ini hanya menemukan adanya judul yang

    serupa dengan judul yang penulis ajukan, seperti:

  • 12

    No Peneliti Judul Persamaan

    dan Perbedaan Temuan

    1 Kiki

    Ulfah

    Penerapan

    Sembilan

    Elemen

    Jurnalisme

    BILL

    KOVACH

    dan TOM

    ROSENTIEL

    pada Jurnalis

    Krakatau

    radio 93.7

    FM

    Pandeglang

    Banten.

    Objek

    Penelitiannya

    sama-sama di

    93.7 FM

    Krakarau radio.

    Sedangkan

    perbedaannya

    Skripsi Kiki

    Ulfah

    menggunakan

    metode

    penelitian

    etnometodologi

    Kiki Ulfah menemukan

    bahwa faktanya tidak

    semua elemen

    dijalankan sesuai

    dengan konsep yang

    dimaksud Kovach. Dari

    Sembilan elemen,

    hanya lima konsep yang

    penerapannya sesuai

    dengan teori, masing-

    masing: elemen tunduk

    pada kebenaran,

    verifikasi, menyediakan

    forum publik,

    memberitakan secara

    komprehensif dan

    menggunakan nurani.

    Sedangkan empat

    konsep lainnya,

    loyalitas pada warga,

    independensi, watchdog

    dan elemen membuat

    berita menjadi menarik

    bukan berarti tidak

  • 13

    No Peneliti Judul Persamaan

    dan Perbedaan Temuan

    dipahami dan

    diterapkan oleh jurnalis

    Krakatau Radio,

    melainkan konsep yang

    dipahami oleh jurnalis

    Krakatau Radio dan

    Kovach berbeda.

    Dengan demikian, apa

    yang diharapkan

    Kovach dalam teorinya

    menjadi tidak tercapai

    oleh Krakatau Radio.

    2 Nawal

    Karomi

    Konstruksi

    Dakwah

    dalam Film

    Ku Kejar

    Cinta Ke

    Negeri Cina

    (Analilis

    Semiotik

    Charles

    Sanders

    pierce

    Tentang

    Persamaanya

    menggunakan

    konsep

    Konstruksi dan

    perbedaanya

    Meneliti

    bagaimana cara

    mengkonstruk

    pesan dan

    metode dakwah

    dalam film Ku

    Kejar Cinta Ke

    Dalam penelitian ini

    ditemukan bahwa film

    ini

    membangun/mengkosnt

    ruksi pesan dakwah

    kategori akhlak yang

    meliputi cara

    berpakaian orang

    muslim, kejujuran,

    amanah, etika berjabat

    tangan dengan lawan

    jenis, dan perbuatan

  • 14

    No Peneliti Judul Persamaan

    dan Perbedaan Temuan

    Konstruksi

    Pesan dan

    Meotde

    Dakwah)

    Negeri Cina yang merupakan akhlak

    kepada Allah maupun

    sesame makhluk

    ciptaan Allah.

    Sedangkan konstruksi

    metode dakwah lebih

    diarahkan kepada pada

    dimensi mauizah

    hasanah yaitu dakwah

    dengan cara

    menasehati, bimbingan,

    peringatan, dan

    mengajak kepada

    kebaikan.

    3 Siti

    Fadhilla

    h

    Konstruksi

    Dakwah

    dalam Film

    Ku Kejar

    Cinta Ke

    Negeri Cina

    (Analilis

    Semiotik

    Charles

    Sanders

    Persamaannya

    yaitu

    menggunakan

    teori Konstruksi

    sosial dan yang

    membedakan

    adalah

    penelitian ini

    mengkonstruksi

    perempuan

    Menunjukkan bahwa

    dalam film

    Assalamu’alaikum

    Beijing perempuan

    dikonstruksikan sebagai

    makhluk yang mampu

    mengambil keputusan,

    cerdas, tegas dan tegar.

    Namun pada sisi lain,

    sebagai pemeran

  • 15

    No Peneliti Judul Persamaan

    dan Perbedaan Temuan

    pierce

    Tentang

    Konstruksi

    Pesan dan

    Meotde

    Dakwah)

    dalam Film

    Assalamu’alaiku

    m Beijing

    figuran Anita

    mendapatkan bentuk

    ketidakadilan gender

    yaitu Stereotype

    sebagai perempuan

    penggoda yang merusak

    hubungan orang lain

    dan Sekar

    tersubordinasi sebagai

    perempuan yang tidak

    dapat berfikir rasional

    karena segala sesuatu

    yang dialaminya selalu

    dihubungkan dengan

    drama korea yang ia

    tonton.

    4 Nanda

    Maulidi

    na

    Strategi

    Manajemen

    komunikasi

    M radio

    dalam

    Merancang

    Program On

    Air dan Off

    Sama-sama

    menggunakan

    objek radio dan

    pendekatan

    penelitian

    kualitatif

    deskriptif dan

    perbedaanya

    Hasil akhir dari

    penelitian ini bahwa

    untuk meningkatkan

    jumlah pendengar di M

    radio lebih ditekankan

    untuk membuat ide-ide

    kreatif dan inovatif,

    melakukan promosi di

  • 16

    No Peneliti Judul Persamaan

    dan Perbedaan Temuan

    Air untuk

    Meningkatka

    n Jumlah

    Pendengar

    penelitian ini

    menggunakan

    teori strategi

    dan manjemen

    media sosial, membuat

    program-program baru

    untuk meningkatkan

    minat pendengar.

    Pendengar bisa

    memanfaatkan fungsi

    radio sebagai sumber

    informasi dan hiburan.

    Kiki Ulfah menemukan bahwa faktanya tidak

    semua elemen dijalankan sesuai dengan konsep yang

    dimaksud Kovach. Dari Sembilan elemen, hanya lima

    konsep yang penerapannya sesuai dengan teori, masing-

    masing: elemen tunduk pada kebenaran, verifikasi,

    menyediakan forum publik, memberitakan secara

    komprehensif dan menggunakan nurani. Sedangkan empat

    konsep lainnya, loyalitas pada warga, independensi,

    watchdog dan elemen membuat berita menjadi menarik

    bukan berarti tidak dipahami dan diterapkan oleh jurnalis

    Krakatau Radio, melainkan konsep yang dipahami oleh

    jurnalis Krakatau Radio dan Kovach berbeda. Dengan

    demikian, apa yang diharapkan Kovach dalam teorinya

    menjadi tidak tercapai oleh Krakatau Radio.10

    Persamaan

    10

    Kiki Ulfah, Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme BILL

    KOVACH dan TOM ROSENTIEL pada Jurnalis Krakatau radio 93.7 FM

  • 17

    penelitian ini adalah objek penelitiannya yaitu di 93.7

    Krakatau Radio. Sedangkan perbedaannya konsep

    penelitian yang menggunakan metode penelitian

    etnometodologi.

    Nawal Karomi menemukan dalam penelitiannya

    bahwa film ini membangun/mengkosntruksi pesan

    dakwah kategori akhlak yang meliputi cara berpakaian

    orang muslim, kejujuran, amanah, etika berjabat tangan

    dengan lawan jenis, dan perbuatan yang merupakan

    akhlak kepada Allah maupun sesama makhluk ciptaan

    Allah. Sedangkan konstruksi metode dakwah lebih

    diarahkan kepada pada dimensi mauizah hasanah yaitu

    dakwah dengan cara menasehati, bimbingan, peringatan,

    dan mengajak kepada kebaikan.11

    Persamaan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan teori Konstruksi,

    sedangkan perbedaannya ialah cara mengkonstruknya, ia

    mengkonstruk pesan dan metode dakwah dalam film Ku

    Kejar Cinta Ke Negeri Cina sedangkan penelitian ini pada

    bagian proses kontruksi media massa dalam program

    dakwah.

    Siti Fadhillah, penelitiannya menunjukkan film

    Assalamu’alaikum Beijing perempuan dikonstruksikan

    sebagai makhluk yang mampu mengambil keputusan,

    Pandeglang Banten. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

    Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016. 11

    Nawal Karomi, Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta Ke

    Negeri Cina (Analilis Semiotik Charles Sanders pierce Tentang Konstruksi

    Pesan dan Metode Dakwah). Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan

    Komunikasi. UIN Sunan AmpelSurabaya. 2016.

  • 18

    cerdas, tegas dan tegar. Namun pada sisi lain, sebagai

    pemeran figuran Anita mendapatkan bentuk ketidakadilan

    gender yaitu Stereotype sebagai perempuan penggoda

    yang merusak hubungan orang lain dan Sekar

    tersubordinasi sebagai perempuan yang tidak dapat

    berfikir rasional karena segala sesuatu yang dialaminya

    selalu dihubungkan dengan drama korea yang ia tonton.12

    Persamaannya ialah sama-sama menggunakan teori

    Konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.

    Sedangkan perbedaannya ialah penelitian ini perempuan

    yang akan dikonstruk dan medianya.

    Nanda Maulidina menemukan hasil akhir dari

    penelitian ini bahwa untuk meningkatkan jumlah

    pendengar di M radio lebih ditekankan untuk membuat

    ide-ide kreatif dan inovatif, melakukan promosi di media

    sosial, membuat program-program baru untuk

    meningkatkan minat pendengar. Pendengar bisa

    memanfaatkan fungsi radio sebagai sumber informasi dan

    hiburan.13

    Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan

    objek radio dan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.

    Perbadaannya adalah penelitian Nanda Maulidina

    menggunakan teori strategi dan manajemen.

    12

    Siti Fadhillah. Konstruksi Perempuan dalam Film

    Assalamu‟alaikum Beijing Produksi Maxima Production. Skripsi Mahasiswa

    Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2016. 13

    Nanda Maulidina. Strategi Manajemen Komunikasi M Radio dalam

    Merancang Program On Air dan Off Air untuk Meningkatkan Jumlah

    Pendengar. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

    Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2019.

  • 19

    F. Kerangka Konsep

    Konstruksi Sosial Media Massa dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan yang

    lainnya di dalam masyarakat.

    (Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: 292)

    Refleksi Realitas

    Realitas Media merupakan realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model.

    1. Model Peta Analog: sebuah konstruksi realitas yang dibangun berdasarkan sebuah analogi kejadian yang seharusnya terjadi dan

    bersifat rasional.

    2. Model Refleksi Realitas: merefleksikan kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan kehidupan yang pernah terjadi di dalam

    masyarakat.

    (Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: 201-203)

    Produksi iklan di TV

    1. Persiapan materi konstruksi

    2. Penyebaran kontruksi sosial

    3. Pembentukan konstruksi realitas

    4. Konfirmasi konstruksi sosial

    5. Perilaku keputusan konsumen

    (Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: 135)

    Produksi Program Siaran.

    1. Apply SMCRE character.

    2. Chooses facts trought self-Disclosure.

    3. Make Variety of Scripts.

    4. Form on Subjective reality.

    5. Frame on Symbolic reality.

    6. Define Objective reality.

    (Armawati Arbi, Jurnal Konseling Religi, Vol. 10: 67)

    Diperkaya

  • 20

    G. Metode Penelitian

    1. Pendekatan Penelitian

    Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

    Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang

    menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat

    dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur

    statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi

    (pengukuhan).14

    Selain itu prosedur penelusuran masalah

    yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

    subjek dan objek penelitian berdasar fakta-fakta yang

    tampak dan sebagaimana adanya.15

    Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami

    objek yang diteliti secara mendalam. Menurut Bogdan dan

    Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah prosedur

    penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

    kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku

    yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu

    secara holistik (utuh).16

    Kirk dan Miller mendefinisikan pendekatan

    kualitatif adalah sebagai tradisi tertentu dalam ilmu

    pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari

    pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya

    14

    Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial,

    (Jakarta: UIN Jakarta Press, cet. Ke-1, 2006), h. 30. 15

    Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial,

    (Yogyakarta: Gajah Mada, University Press, cet.ke-8, 1998), h, 20. 16

    Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif Teori dan

    Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2013), h. 82.

  • 21

    maupun dari istilahnya.17

    Penelitian deskriptif kualitatif

    berusaha menggambarkan suatu gejala sosial, dapat

    dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk

    menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung.

    Terlebih pada penjelasan metode deskriptif ini

    adalah menggunakan data lisan yang memerlukan

    informan. berdasarkan metode deskriptif yaitu

    menggambarkan secara sermat sesuai dengan kenyataan

    yang ada.18

    Pada hakikatnya metode deskriptif ini

    mengumpulkan data-data sesuai dengan situasi atau

    peristiwa.19

    Dengan kata lain metode ini juga analisis dan

    interpretasi tentang arti dari sata tersebut.20

    Penggunaan pendekatan kualitatif deskriptif lebih

    tepat untuk penelitian ini, karena penulis ingin

    mengetahui secara mendalam dan rinci mengenai Proses

    Konstruksi Media Massa dalam program Ngaderes

    Qur’an yang ada di 93.7 FM Krakatau Radio.

    2. Paradigma Penelitian

    Paradigma merupakan pedoman yang menjadi

    dasar bagi para peneliti dalam mencari fakta-fakta melalui

    17

    Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2007), h, 4. 18

    Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

    Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), h, 10. 19

    Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya, 2007), h, 25. 20

    Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikitan

    dan Penerapan, (Jakarta: Rhineka Cipta,2005), h, 24.

  • 22

    kegiatan penelitian yang dilakukan.21

    Penelitian ini

    menggunakan paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini

    memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau

    bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan yang

    bersifat ganda itu dapat dibentuk, dan merupakan suatu

    keutuhan, kenyataan ada sebagai hasil bentukkan dari

    kemampuan berfikir seseorang. Pengetahuan hasil

    bentukkan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi terus

    berkembang.22

    3. Subjek dan Objek Penelitian

    Subjek penelitiannya adalah Tim Program

    Director, Manager Operational, Narasumber, dan

    Jama’ah Pendengar 93.7 FM Krakatau Radio. Sedangkan

    objek penelitiannya adalah Proses Konstruksi Media

    Massa. Di mana yang diteliti hanya Proses Konstruksi

    Media Massa dalam program dakwah Ngaderes Qur’an

    di 93.7 FM Krakatau Radio yang disiarkan dari Senin

    hingga Jum’at pukul 05.00 – 06.00 WIB dan proses

    konstruksi di Krakatau radio.

    4. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan pada Juli – November

    2019 di gedung Krakatau Radio. Ruko Buana Labuan, Jl.

    Jenderal Ahmad Yani Blok G 3-4, Kabupaten

    Pandeglang, Provinsi Banten, 42264.

    21

    Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

    Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 15. 22

    Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,

    (Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 140.

  • 23

    5. Tahapan Penelitian

    a. Teknik pengumpulan data

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan

    tiga teknik pengumpulan data yakni observasi,

    wawancara dan dokumentasi.

    1) Observasi

    Observasi atau pengamatan yaitu metode

    yang digunakan dengan melakukan pengamatan

    dan pencatatan secara sistematis terhadap

    fenomena-fenomena yang diselidiki.23

    Disini

    penulis melihat dan mendengarkan kemudian

    mencatat tahapan-tahapan yang direncanakan,

    dilakukan, dan di evaluasi oleh Krakatau radio.

    Observasi atau pengamatan yaitu metode

    pengumpulan data yang digunakan untuk

    menghimpun data penelitian melalui pengamatan

    dan penginderaan.24

    Observasi merupakan suatu

    teknik pengumpulan data yang yang dilakukan

    dengan cara mengadakan penelitian secara teliti,

    serta pencatatan secra sistematis. Dalam hal ini

    penulis melakukan pengamatan yang dilakukan

    secara langsung pada objek yang diobservasi yaitu

    Program Dakwah Ngaderes Qur’an. Observasi

    yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan siaran

    23

    Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN

    Jakarta Press, 2006) cet. Ke-1. 24

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi

    Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), h, 115.

  • 24

    program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM

    Krakatau radio pada tanggal .

    Observasi dilakukan pada 20 Maret, 12 - 19

    Juli, 03 September, dan yang terakhir 08

    November 2019.

    2) Wawancara

    Wawancara adalah proses memperoleh

    keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara

    Tanya jawab sambil bertatap muka antara

    pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa

    pedoman wawancara. Dalam wawancara,

    pewawancara bermaksud memperoleh persepsi,

    sikap, dan pola pikir dari yang diwawancarai yang

    relevan dengan masalah yang diteliti.25

    Wawancara merupakan percakapan dengan

    maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

    dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan

    pertanyaan dan terwawancara yang memberikan

    jawaban atas pertanyaan itu.26

    Dengan atau tanpa

    menggunakan pedoman wawancara, inti dan

    metode wawancara ini bahwa disetiap penggunaan

    25

    Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,

    (Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h, 162 26

    Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT

    Remaja Rosda Karya, 2007) h, 186

  • 25

    metode ini selalu muncul beberapa hal, yaitu

    pewawancara, responden, dan materi wawancara.27

    Wawancara dilakukan dengan pimpinan

    93.7 FM Krakatau radio, yaitu Manager

    Operational, tim program, narasumber, penyiar,

    dan beberapa pendengar yang terkait dengan

    program dakwah tersebut di gedung Krakatau

    radio.

    3) Dokumentasi

    Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan

    data-data berupa buku-buku penelitian, buku

    dakwah, buku komunikasi, dan buku-buku

    analisis, serta data tentang radio. Langkah-langkah

    pengumpulan data yakni mendengarkan Program

    Dakwah Ngaderes Qur’an yang disiarkan oleh

    93.7 FM Krakatau Radio dari pukul 05.00 – 06.00.

    Dokumen resmi terbagi atas dokumen

    interen dan eksteren. Dokumen interen merupakan

    pengumumam, instruksi, dan aturan lembaga untuk

    lapangan sendiri yaitu kebiasaan-kebiasaan yang

    berlangsung disuatu lembaga. Sedangkan dokumen

    eksteren ialah bahan-bahan yang dikeluarkan suatu

    lembaga yang disiarkan ke media massa.28

    27

    Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta:

    KENCANA, 2013) h, 133. 28

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi

    Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 126.

  • 26

    Teknik ini digunakan untuk menelusuri

    data historis, sejumlah besar fakta dan data sosial

    tersimpan dalam bahan yang berbentuk

    dokumentasi.29

    Penulis menelusuri dokumen-

    dokumen yang terkait dengan Proses Konstruksi

    Media Massa dalam Program Dakwah Ngaderes

    Qur’an di 93.7 FM Krakatau radio. Penulis

    menggunakan teknik ini dengan cara melakukan

    pengambilan dokumentasi berupa catatan, foto,

    dokumen radio dan video dalam kegiatan-kegiatan

    siaran.

    b. Teknik Pengolahan Data

    Pada tahap ini, penulis berusaha menjawab

    pertanyaan penelitian yang kemudian semuanya akan

    dilakukan guna mencapai tujuan penelitian dengan

    cara menyederhanakan data ke dalam bentuk yang

    mudah dibaca dan dijelaskan.30

    c. Pedoman Penulisan

    Pada penyusunan skripsi ini peneliti

    berpedoman pada SK REKTOR No: 507 Tahun 2017

    tentang Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi,

    Tessis, dan Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    29

    Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi

    Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010) h, 121. 30

    Atwar Bajari, Metode Penelitian Komunikasi: Prosedur, Tren, dan

    Etika, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 108

  • 27

    d. Teknik Analisis Data

    Analisis data merupakan proses mengatur

    data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,

    kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data

    merupakan proses sistematis pencarian dan

    pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan,

    dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk

    meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi

    tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan

    temuan-temuan tersebut.31

    Temuan dianalisis

    berdasarkan kerangka konsep.

    H. Sistematika Penulisan

    Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis dan

    mempermudah tahapan demi tahapan maka penulis membagi

    menjadi lima bab terdiri dari beberapa sub bab dengan

    sistematika sebagai berikut:

    BAB I PENDAHULUAN

    Merupakan bab yang menguraikan argumentasi penelitian ini

    mengenai latar belakang masalah, batasan masalah dan

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan

    pustaka, metodologi penelitian, pedoman penulisan dan

    sistematika penulisan.

    31

    Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta:

    Rajawali Pers, 2012), hal, 85.

  • 28

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    Merupakan bab yang menguraikan landasan teori,

    didalamnya diuraikan tentang konseptualisasi proses

    konstruksi media massa atas realitas sosial, program,

    dakwah, dan radio.

    BAB III PROFIL RADIO

    Merupakan pembahasan mengenai gambaran umum 93.7 FM

    Krakatau Radio yang mengemukakan tentang sejarah, logo,

    visi, misi, deskripsi program secara keseluruhan 93.7 FM

    Krakatau radio.

    BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

    Merupakan pembahasan mengenai data dan temuan

    penelitian, didalamnya diuraikan tentang hasil temuan

    lapangan, yaitu Proses Konstruksi Media Massa dalam

    Program Dakwah Ngaderes Al-Qur’an yang ada di 93.7 FM

    Krakatau Radio.

    BAB V PEMBAHASAN

    Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,

    teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.

    BAB VI PENUTUP

    Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan, implikasi

    dan saran sebagai sumbangsih penulis untuk melengkapi

    kekurangan yang ada ditambah dengan harapan-harapan.

    Penulis menyantumkan daftar pustaka yang bisa dipakai

    sebagai rujukan.

  • 30

    29

    BAB II

    LANDASAN TEORITIS

    A. Konstruksi Media Massa Atas Realitas Sosial

    1. Konstruksi Sosial Media Massa

    Buku social contruction of reality, Berger dan

    Luckmann menulis tentang konstruksi sosial atas realitas

    sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses,

    yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses

    simultan ini terjadi antara individu satu dengan yang

    lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang

    tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif,

    subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.1

    2. Konstruksi Realitas Sosial

    Istilah konstruksi sosial atas realitas (social

    contruction of reality), diperkenalkan oleh Peter L.

    Berger dan Thomas Luckmann yang menjadi terkenal

    melalui bukunya yang berjudul “The Social Contruction

    of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge”

    (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui

    tindakan dan interaksinya, yang mana individu

    menciptakan secara

    1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan

    Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

    292.

  • 30

    terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami

    bersama secara subjektif.2

    Berger dan Luckmann memulai menjelaskan

    realitas sosial dengan terlebih dahulu memisahkan

    pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas

    diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-

    realitas, yang diakui memiliki keberadaan yang tidak

    tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan

    pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa

    realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang

    spesifik.

    Berger dan Luckmann juga mengatakan dalam

    buku Sosiologi Komunikasi karangan Prof. Dr. Burhan

    Bungin, institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan

    atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.

    Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata

    secara objektif, namun pada kenyataannya semua

    dibangun dalam definisi subjektif melalui proses

    interaksi.3

    Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri

    sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di

    luar realitas tersebut. Realitas sosial itu mempunyai

    makna yang mana realitas sosial dikonstruksi dan

    2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan

    Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,

    193. 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan

    Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,

    195.

  • 31

    diartikan secara subjektif oleh individu lain sehingga

    memantapkan realitas itu secara objektif. Individu

    mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksikannya

    dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu

    berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi

    sosialnya. 4

    Realitas sosial dibangun melalui proses simultan

    yang telah dijelaskan oleh Berger dan Luckmann di atas.

    Menurut Berger dan Luckmann, pengetahuan yang

    dimaksud adalah realitas sosial masyarakata. Realitas

    tersebut merupakan pengetahuan yang bersifat keseharian

    yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep,

    kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari

    konstruksi sosial.5

    B. Proses Konstruksi Sosial Media Massa atas Realitas Sosial

    Jurnal Konseling Religi yang ditulis oleh Armawati

    Arbi, ia telah memperluas proses konstruksi sosial pada

    realitas sosial dalam periklanan. Burhan bungin telah

    menemukan 5 tahap: 1) menyiapkan materi konstruksi; 2)

    sebaran konstruksi; 3) pembentukan konstruksi realitas; 4)

    konfirmasi; dan 5) perilaku keputusan konsumen. Di sini

    Burhan Bungin berfokus pada proses konstruksi iklan

    4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan

    Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,

    192. 5 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi

    Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 89.

  • 32

    televisi, namun Armawati Arbi telah menemukan proses

    konstruksi pada program konseling dan keagamaan dengan

    memperkaya enam tahap massa konstruksi pada realitas

    sosial.6

    Proses konstruksi disini fokus pada program siaran

    radio. Realitas Sosial tentang Masalah Keluarga telah

    dibangun oleh 6 Tahap: 1) Implementasi pada karakter

    SMCRE pada Kebijakan Media; 2) Memilih fakta melalui

    Pengungkapan Diri; 3) Script apa saja yang disiapkan; 4)

    Bentuk realitas subjektif; 5) Bingkai realitas simbolik, 6)

    Tetapkan realitas objektif.7

    1. Menerapkan SMCRE pada Kebijakan Media

    Tahap satu ini yaitu identitas subjek konstruktor

    dan objek konstruktor. Identitas media terdiri dari brand,

    reputasi, dan citra radio. PD dengan produser dapat

    mempromosikan dan meningkatkan gambar lapisan tim

    produksi dan gambar dari berbagai produk. Program on-

    air dan off-air membantu masing-masing lain untuk

    mengembangkan gambar. Penugasan PD

    mengoperasikan identitas radio dalam program siaran.8

    hasil kerja tim produksi adalah identitas media radio.

    6 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of

    Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 67. 7 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of

    Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 67-70. 8 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of

    Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 67.

  • 33

    2. Mencari Ide, Fakta, dan Referensi

    Tahap dua ini yaitu bahwa produser dan

    Pendengar dapat melakukannya berikan fakta, referensi,

    pengalaman. Tim produksi melakukan Strategi Framing.

    Mencari fakta dari surat atau kasus pendengar yang

    pernah dibingkai menjadi skrip. Hasil tahap 2 adalah

    prolog sumber, pertanyaan, dan solusi pendengar. Setiap

    media atau radio memiliki kebijakan untuk menentukan

    sumber dan konten mereka. Dalam Buku Burhan

    Bungin, Realitas sosial sudah telah dibangun oleh media

    yang terdiri dari dua: peta model analog (seolah-olah

    nyata) dan model refleksi kenyataan (kisah nyata). Posisi

    dan sumber memengaruhi program konten.9 Hasil kedua

    produksi kekuatan fakta.

    3. Membuat Berbagai Script

    Script atau naskah terbaik memungkinkan

    pendengar untuk memvisualisasikan apa yang Anda

    gambarkan. Terlalu banyak fakta yang membungkuk

    bersama justru akan membingungkan daripada gambar,

    jadi ruang informasi dan berikan gambar konkret itu

    menjelaskan fakta. Dalam komunikasi, seseorang

    membuat skrip bagaimana dia membuat perencanaan,

    mengorganisir, menggerakkan, dan mengendalikan

    9 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of

    Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 68.

  • 34

    (komunikasi intrapersonal) dan MC juga menyiapkan

    skrip sementara tim produksi menyiapkan skrip kasus,

    seript fragmen, dan skrip solusi. Tahap ini membuktikan

    siapa dia yang kreatif. Penasihat atau presenter Islam

    telah membingkai berbagai naskah.10

    Hasil dari tahap

    tiga ini adalah variasi script pada setiap segmen dalam

    pola program siaran Ngaderes Qur’an.

    4. Membentuk Realitas Subyektif

    Tahap empat ini membentuk realitas subyektif,

    kekuatan layout atau pengaturan waktu seperti yang

    dijalankan turun. Tim produksi berbagi eksperimen dan

    kreatif untuk membuat jingle, masukkan, bumper, iklan.

    Setiap skrip dikumpulkan untuk mengatur run down.

    Keluarga konseling di majalah, tabloid, dan surat kabar

    membutuhkan kekuatan tata ruang. Waktu dan ruang

    telah digunakan secara efisien dan efektif. Kebutuhan

    strategi priming editor yang baik. Dalam membentuk

    realitas subjektif, tim produksi membagikan pengeditan

    memilih, arti-penting, dan pengaturan untuk membuat

    pola.11

    Hasil dari tahap empat ini adalah rundown

    rencana.

    10

    Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners

    of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 69. 11

    Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners

    of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 69.

  • 35

    5. Mengemas Realitas Simbolik

    Gambar subjek dan objek konstruksi melalui

    berbagai metode komunikasi dan metode dakwah. Islam

    konselor, penyiar, dan pendengar memiliki tanggapan

    timbal balik. Mereka membuat Suasana menjadi hidup.

    Mereka dapat membuat teater pikiran dan membekas

    pada jiwa pendengar atau khalayak. Kekuatan kata dan

    bahasa dianggap sebagai Strategi Masuk membingkai

    Realitas Simbolik. Jumlah pendengar, iklan, dan sponsor

    memberi peringkat. Merupakan bukti untuk

    berkomunikasi secara efektif atau Qaulan Balighan.

    Peran dari presenter dan sumber memiliki peran penting

    dalam membingkai realitas simbolik.12

    Hasil tahap lima

    ini adalah rundown final, yang lebih khusus yaitu jumlah

    metode pada setiap segmen dengan tujuan agar hidup

    suasana, dan pendengar tidak pindah channel.

    6. Menetapkan Realitas Objektif

    Identitas akan diubah atau identitas lama identitas

    dipertahankan atau baru. Konten bergantung pada

    sumber. Bagaimana mengemas program? Lagu atau

    musik bergantung pada segmen. Kekuatan Evaluasi

    dalam menentukan Realitas objektif: Program dakwah

    Ngaderes Qur’an. Dalam tahap enam mengajukan

    pertanyaan. Mereka berpikir bahwa apakah Narasumber

    12

    Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners

    of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 70.

  • 36

    yang diubah? Materi apa yang dimodifikasi? Apakah

    format yang direvisi? Apa segmen belum tercapai?13

    Dengan demikian, modifikasi tersebut dipengaruhi 12

    faktor.

    C. Lima Tahap Proses Konstruksi Media Massa

    Gambar 2.1

    Teori SMCR David Kenneth Berlo

    Awal tahun 1960 David K. Berlo membuat formula

    komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu lebih dikenal

    dengan nama SMCR, yaitu: Source (pengirim), Message

    (pesan), Channel (saluran – media), dan Receiver (penerima).

    Muhamad menjelaskan dalam buku Pengantar Ilmu

    Komunikasi karangan Suryanto bahwa model Berlo

    menekankan komunikasi sebagai proses dan menekan

    “meaning are ini the people”, atau arti pesan yang

    dikirimkan pada orang yang menerima pesan, bukan pada

    13

    Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners

    of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,

    2019), h. 70.

  • 37

    kata-katanya. Dengan kata lain, interpretasi pesan bergantung

    pada kata atau pesan yang ditafsirkan oleh pengirim atau

    penerima. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan

    dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi, sikap,

    pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan

    dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan,

    dan kode. Saluran berhubungan dengan pancaindera, yaitu

    melihat, merasa, mendengar, menyentuh, dan mencium.14

    Salah satu kelebihan model Berlo adalah bahwa

    model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau

    komunikasi massa, namun jug akomunikasi antarpribadi dan

    berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga

    bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci

    unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi.

    Model Berlo juga mempunyai keterbatasan.

    Meskipun Berlo menganggap komunikasi sebagai proses,

    model Berlo, seperti juga model Aristoteles, menyajikan

    komunikasi sebagai fenomena yang statis ketimbang

    fenomena yang dinamis dan terus berubah. Lebih jauh lagi,

    umpan balikyang diterima pembicara dari khalayak tidak

    dimasukkan dalam model grafiknya, dan komunikasi non-

    verbal tidak dianggap penting dalam memengaruhi orang

    lain.15

    14

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 249. 15

    Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT

    Remaja Rosdakarya Offset, 2010), h, 164.

  • 38

    1) Tim Produksi Sebagai Source

    Komunikator adalah pihak yang memulai proses

    komunikasi, sumber pernyataan umum, pihak yang

    menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis

    besar terdapat dua jenis komunikator. Pertama,

    komunikator perseorangan, yaitu komunikator yang

    bertindak atas nama dirinya sendiri, tidak mewakili

    orang lain, lembaga, organisasi, atau institusi. Kedua,

    komunikator yang mewakili lembaga, yaitu komunikator

    yang menjalankan fungsinya sebagai wakil, atau yang

    mewakili kelompok.16

    2) Dakwah Sebagai Message

    Pesan merupakan serangkaian isyarat yang

    diciptakan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan

    harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu akan

    mengutarakan atau menimbulkan makna tertentu dalam

    diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.17

    3) Strategi dan Media Sebagai Channel

    Media komunikasi adalah semua sarana yang

    dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi,

    mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan dan

    menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat

    berperan dalam kehidupan masyarakat. Secara

    16

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 160-161. 17

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 177.

  • 39

    sederhana, media komunikasi adalah perantara dalam

    penyampaian informasi dari komunikator kepada

    komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran

    informasi atau pesan tersebut. Menurut Burgon dan

    Huffner dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi

    karangan Suryanto, fungsi media komunikasi yang

    berteknologi tinggi adalah sebagai berikut: Efisiensi

    penyebaran informasi; Memperkuat eksistensi informasi;

    Mendidik/ mengarahkan/ memersuasi; Menghibur; dan

    Kontrol sosial.

    4) Segmen Sebagai Receiver

    Komunikan yaitu pihak seseorang atau

    sekelompok orang atau organisasi yang menjadi sasaran/

    penerima pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata

    lain rekan komunikator dalam komunikasi. Istilah lain

    komunikan adalah audiens, sasaran, receiver, decoder,

    khalayak, publik.18

    Penerima adalam elemen penting

    dalam proses komunikasi, karena dialah yang menajdi

    sasaran komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh

    penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah

    yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada

    sumber, pesan, atau saluran.19

    Schramm menambah effek sebagai respon. Efek

    adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan

    18

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 192. 19

    Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi, (Jakarta:

    PT RajaGrafindo Persada, 2007), h, 26.

  • 40

    tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi,

    sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan. Jika sikap

    dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi

    berhasil, demikian pula sebaliknya.20

    Dalam komunikasi

    massa, ada tiga dimesi efek, yaitu kognitif yang meliputi

    peningkatan kesadaran belajar, dan tambahan pengetahuan.

    Afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap.

    Sedangkan behavioral akibat yang timbul pada diri khalayak

    dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.21

    D. Dakwah Melalui Radio

    1. Dakwah

    Kata dakwah secara bahasa berasal dari bahsa

    arab, dari kata kerja (fi’il) yaitu da’a, yad’u ( يدعو –) دعا

    yang artinya mengajak, menyeru, mengundang, atau memanggil.

    22 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,

    dakwah artinya (1) penyiaran, propaganda (2) penyiaran

    agama dan pengembangannya dikalangan masyarakat,

    seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan

    ajaran agama.23

    20

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 194. 21

    Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka

    Setia, 2015), h, 198. 22

    M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif, (Jakarta: Pedomal Ilmu

    Jaya, cet-1, 1997), h, 5. 23

    Depdikbud, kamus besar bahasa Indonesia Edisis V, Aplikasi luring

    resmi badan pengembangan dan pembinaan bahasa

  • 41

    Menurut Warson Munawwir, dakwah artinya

    memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,

    mendorong, dan memohon.24

    Secara etimologi dakwah

    berasal dari bahasa Arab “da’wah” yang berarti Seruan,

    ajakan dan panggilan. Dengan demikian secara etimologi

    dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh)

    pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan

    dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan

    tersebut.25

    Secara Terminologi, definisi mengenai dakwah

    telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di mana

    masing-masing definisi tersebut saling melengkapi.

    Seperti pengertian dakwah menurut Prof. Toha Yahya

    Omar, M. A. ialah mengajak manusia dengan cara

    bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan

    perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan

    mereka di dunia dan akhirat.26

    Pada intinya, pemahaman lebih luas dari

    pengertian dakwah yang telah didefinisikan oleh para

    ahli tersebut adalah: pertama, ajakan ke jalan Allah

    SWT. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga,

    kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan

    24

    Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h, 1. 25

    Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media

    Pratama,cet-2, 1997). h, 31. 26

    Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h, 3.

  • 42

    Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara fardhiyah atau

    jama’ah.27

    Dengan demikian yang dimaksud dengan dakwah

    bi lisan al haal adalah memanggil, menyeru ke jalan

    tuhan untuk kebahagian dunia dan akhirat dengan

    menggunakan perbuatan nyata yang sesuai keadaan

    manusia (mad’u). M. Yunan Yusuf juga mengungkapkan

    bahwa istilah dakwah bi lisan al haal dipergunakan

    untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau

    tindakan perbuatan nyata. Karena merupakan aksi atau

    tindakan nyata makadakwah bi lisan al haal lebih

    mengarah pada tindakan menggerakkan mad’u sehingga

    dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan

    masyarakat.28

    2. Metode Dakwah

    Metode dakwah adalah jalan atau cara yang

    dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi

    dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu pesan

    dakwah, metode sangat penting peranannya, karena

    suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat

    metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja

    27

    Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja

    Rosdakarya, 2010), h, 15. 28

    Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta:

    Prenada Media, 2006) h, 215-216.

  • 43

    ditolak oleh si penerima pesan. Umumnya merujuk pada

    surat an-Nahl: 125.29

    “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

    hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

    dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah

    yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

    jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-

    orang yang mendapat petunjuk”.

    Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang

    dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

    Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga macam,

    yaitu: bi al hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadalah

    billati hiya ahsan.

    a. Bil al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan

    memperhatikan situasi dan kondisi target dakwah

    yang dititikberatkan kepada kemampuan mereka,

    sehingga mereka di dalam mengerjakan ajaran

    agama Islam yang selanjutnya tidak merasa terpaksa

    atau keberatan.30

    b. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan

    memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan

    29

    Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,

    (Jakarta: Kencana, 2009), h, 33-34. 30

    Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,

    (Jakarta: Kencana, 2009), h, 33

  • 44

    ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih saying,

    sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan

    itu dapat menyentuh hati mereka.31

    c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah

    dengan cara bertukar pikiran dan membantah

    dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak

    memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan

    pada kelompok tertentu yang menjadi sasaran

    dakwah.32

    Ada juga yang disebut dengan strategi Ta’lim,

    yaitu strategi yang hampir sama dengan strategi tilawah,

    yakni keduanya mentranformasikan pesan dakwah. Akan

    tetapi, strategi ta’lim bersifat lebih mendalam, dilakukan

    secara formal dan sistematis. Artinya, metode ini hanya

    diterapkan pada mitra dakwah yang tetap, dengan

    kurikulum yang telah dirancang, dilakukan secara

    bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu. Nabi

    SAW mengajarkan Al-Qur’an dengan strategi ini,

    sehingga banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an dan

    mampu memahami kandungannya.33

    Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW,

    yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ada beberapa

    metode dakwah, yaitu:

    31

    Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,

    (Jakarta: Kencana, 2009), h, 33 32

    Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,

    (Jakarta: Kencana, 2009), h, 33 33

    Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 356.

  • 45

    ْعُت َرُسوَل الّلُو َصلَّى َعْن َأِِب َسِعْيد اخلُْدرِي َرِضيَ الّلُو َعنُو قَاَل : َسَِالّلُو َعَلْيِو َوَسلَّم يَ ُقوُل : َمْن رََأى ِمْنُكْم ُمْنَكرًا فَ ْليُ غِّرُه بَِيِدِه، فَِأْن َلَْ َيْسَتِطْع فَِبِلَسانِِو، فَِأْن َلَْ َيْسَتِطْع فَِبَقْلِبِو َوَذ ِلَك َأْضَعُف اأِلْْيَاِن )رواه

    سلم امل“Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radiallahu Anha berkata:

    saya mendnegar RasulAllah SAW bersabda: siapa yang

    melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tanganmu,

    jika tidak mampu maka cegahlah dengan lisanmu, jika

    tidak mampu maka cegahlah dengan hatimu, dan hal

    yang tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (HR.

    Muslim)

    Dakwah Bil Hal yaitu metode dakwah dengan

    sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan. Misalnya

    segera mendirikan Shalat begitu terdengar adzan.

    Dakwah Bil Lisan yaitu metode dakwah melalui

    perkataan atau komunikasi lisan, seperti ceramah,

    khotbah, atau dialog. Sedangkan Dakwah Bil Qolbi yaitu

    metode Dakwah yang dilakukan ingkar dan tidak ridho

    kepada kemungkaran.

    Beberapa motede dakwah dalam buku Dasar-

    dasar Strategi Dakwah Islam karangan Asmuni Syukir,

    diantaranya:

    a. Metode ceramah

    Ceramah merupakan metode yang banyak

    diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang

    da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat

  • 46

    pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato,

    khutbah, sambutan, mengajar, dan sebagainya.34

    b. Metode Tanya jawab

    Metode Tanya jawab merupakan

    penyampaian materi dakwah dengan cara

    mendorong sasarannya untuk menyatakan suatu

    masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i yang

    menajwabnya. Metode ini dimaksudkan untuk

    melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhan.35

    c. Metode debat

    Debat sebagai metode dakwah ada dasarnya

    mencari kemenangan, yang menunjukkan kebenaran

    dan kehebatan Islam. Debat adalah mempertahankan

    pendapat dan ideologinya agara diakui kebenaran

    dan kehebatannya oleh orang lain.36

    d. Pecakapan antar pribadi

    Percakapan pribadi bertujuan untuk

    menggunakan kesempatan yang baik di dalam

    percakapan untuk aktivitas dakwah. Yang disebut

    dengan ngobrol para subjeknya tidak membatasi

    permasalahan yang dibiacarakan atau tidak ada

    maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, da’i

    34

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 104. 35

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 123. 36

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 142.

  • 47

    hendaknya dapat mengarahkan kepada hal-hal yang

    baik, mempengaruhi ke jalan yang benar.37

    e. Metode demontrasi

    Metode demonstrasi merupakan metode

    dakwah yang mana seorang da’i memperlihatkan

    sesuatu kepada sasarannya, demi tercapainya tujuan

    dakwah yang diinginkan.38

    f. Metode dakwah RasulAllah SAW

    Metode dakwah RasulAllah SAW

    diantaranya:39

    1) Dakwah dibawah tanah, yakni berdakwah secara

    diam-diam dikarenakan belum mempunyai

    sahabat yang membantu dakwahnya. Kemudian,

    RasulAllah SAW juga menyesuaikan denga

    kondisi tempat.

    2) Dakwah secara terang-terangan, menyeru kepada

    kebaikan.

    3) Politik pemerintah, semua urusan Negara

    berazaskan islam.

    4) Surat menyurat.

    5) Peperangan.

    37

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 144. 38

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 145. 39

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 151-156.

  • 48

    g. Pendidikan agama

    Pendidikan dan pengajaran dapat dikatakan

    metode dakwah. Karena dalam definisi dakwah

    dapat diartikan dengan dua sifat, yaitu pembinaan

    dan pengembangan40

    h. Metode Mengunjungi rumah

    Metode yang dirasa sangat efektif untuk

    dilaksanakan dalam rangka mengembangkan dan

    membina ummat islam. Metode dakwah ini sering

    juga dilakukan oleh agama lain.41

    3. Radio Sebagai Media Dakwah

    Radio merupakan alat elektronik yang digunakan

    sebagai media komunikasi dan informasi. Radio hanya

    memberikan rangsangan audio (pendengaran). Radio

    adalah “makanan” indera pendengaran atau telinga,

    sehingga berbagai siaran yang dikemasnya perlu

    disesuaikan dengan hal-hal yang dapat dipahami oleh

    indera telinga ini.42

    Menurut Ghazali, radio merupakan media

    komunikasi yang pergunakan dalam mengirim warta

    jarak jauh yang ditangkap oleh pendengar melalui

    40

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 157. 41

    Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al

    Ikhlas, 1983). h. 160. 42

    Aep Kusmawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung:

    Benang Merah Press, 2004), h, 54.

  • 49

    pemancar radio yang diinginkan.43

    Menurut Peter Salim,

    radio adalah berita yang disiarkan melalui usaha suatu

    penyiaran berita melalui radio. Radio adala