proses konstruksi media massa dalam ......ilmu komunikasi indonesia (imiki) uin jakarta, yang v...
TRANSCRIPT
-
PROSES KONSTRUKSI MEDIA MASSA
DALAM PROGRAM DAKWAH NGADERES QUR’AN
DI 93.7 FM KRAKATAU RADIO
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Fatimatul Hasanah
NIM 11150510000241
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019H
-
i
ABSTRAK
Fatimatul Hasanah
Proses Konstruksi Media Massa Dalam Program Dakwah Ngaderes
Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio
Program-program siaran dakwah yang dilakukan, hendaknya
mengenai sasaran objek dakwah dalam berbagai bidang sehingga
sasaran dakwah dapat meningkatkan pengetahuan dan aktifitas
beragama melaui program-program acara yang disiarkan melalui
radio. Program siaran radio tidak tiba-tiba jadi, karena siaran radio
menempuh beberapa tahap diantaranya, tahap pra produksi, tahap
produksi, dan tahap pasca produksi. Hasil konstruksi media massa atas
realitas sosial adalah framing atau bingkai siaran terbentuk. Sebagai
radio komersial, bagaimana cara Krakatau radio mengemas acara
Ngaderes Qur’an.
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana proses konstruksi media massa dalam
program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio pada
enam tahap konstruksi sosial atas realitas sosial?
Penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif deskriptif
dengan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini melihat bahwa
kenyataan itu hasil konstruksi atau bentukan dari manusia itu sendiri.
Sedangkan untuk analisis data dilakukan dengan enam tahap produksi
program siaran yang telah diperkaya oleh Armawati Arbi.
Hasil penelitian mengenai Proses Kontruksi Media Massa
dalam Program Dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio
adalah proses pada tahap 1 yaitu menerapkan karakter radio dan
program acara. Proses pada tahap 2 ditemukan bahwa mengemas
acara dengan menentukan fakta, ide yang tercermin dari tema, dan
menggunakan referensi kitab Tajwid dari riwayat Sayyidina Imam
Hafas bin Sulaiman. Proses pada tahap 3 adalah mengatur pola skrip,
dengan skrip yang bervariasi satu segmen bisa mencapai 3-11 skrip.
Proses pada tahap 4 yaitu mengatur hotlock dalam satu jam ada 10-11
sisipan Insert. Proses pada tahap 5 yaitu cara mengemas acaranya
dengan menggunakan kekuatan gaya bahasa dari Narasumber yang
menghasilkan berbagai metode dakwah. Proses pada tahap 6 yaitu
sebuah evaluasi baik pihak internal dan eksternal.
Kata kunci: Proses Konstruksi, Program Dakwah, Ngaderes Qur’an,
93.7 FM Krakatau radio.
-
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih
sayang dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah menghanturkan umatnya dari kegelapan dunia ke
zaman peradaban ilmu pengetahuan.
Penulis sangat Bahagia dan bersyukur karena dapat
menyelesaikan tugas akhir dalam jenjang Pendidikan Strata Satu
(S1) yang penulis tempuh telah selesai. Serta penulis tidak lupa
meminta maaf apabila di dalam penulisan skripsi ini terdapat
kekurangan berkenan dihati para pembaca, karena penulis
menyadari penulis masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis
berharap semoga dengan adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua orang yang membaca dan khususnya bagi penulis.
Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah
mungkin dapat ditempuh tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Amany B. Lubis, M.A., sebagai Rektor UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
-
iii
2. Bapak Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi. Wakil Dekan I Bidang
Akademik Ibu Dr. Siti Napsiyah, S. Ag, BSW. MSW., Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum Bapak Dr. Sihabudin
Noor, M. Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan
Bapak Dr. Cecep Castrawijaya, M. A.
3. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si., sebagai Ketua Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, serta Bapak Dr. Edi Amin,
M.A., sebagai sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran
Islam. Serta seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi yang telah mendidik dan memberikan ilmu yang
bermanfaat kepada penulis selama menempuh Pendidikan di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga penulis dapat
mengamalkan ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
4. Bapak Ismet Firdaus, M. Si., Dosen Pembimbing Akademik
mahasiswa KPI E angkatan 2015.
5. Ibu Dr. Armawati Arbi, M.Si., terimakasih sudah senantiasa
sangat baik serta meluangkan waktunya untuk membimbing
dengan sabar memberikan arahan kepada penulis di tengah
kesibukan yang luar biasa. Terimakasih sudah menjadi
sumber ilmu baru bagi penulis, semoga Allah SWT
senantiasa membalasnya.
6. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku
dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan referensi dan
memperkaya isi skripsi ini.
-
iv
7. Keluarga Besar Krakatau Radio atas segala bantuan yang
diberikan, Ibu Nyimas Dian Gayatri, Ibu Dian Risdiana,
Kang Ula Ifham, Kang Egi Permana, Ustadz Ahmad Fahrin,
yang sudah meluangkan waktunya untuk penulis wawancara.
8. Paling utama penulis mempersembahkan hadiah ini untuk
kedua orangtua, Bapak Anwar dan Umi Juaeriah tercinta
yang senantiasa memberi dukungan penuh, semangat dan
do’a tulus yang tiada henti untuk penulis. Kemudian (Alm)
Muchammad Wahyu yang selalu teringat dan selalu
memberikan kekuatan bagi penulis agar terus mewujudkan
cita-cita. Aab Abdul Rofiq, Adik Kandung penulis yang
selalu memberikan kebahagiaan dan keceriaan terhadap
penulis.
9. Sahabat seperjuangan dari awal merantau “ghg crew” yang
selalu memahami dan membuat penulis merasa disayangi,
Malisa, Hamidah, Lilis Anggraeni, Taty Sumiati, Neng
Wahdatul, dan Mamah Chila, Rifa Atul Mahmudah.
10. Kepada temanku "Inners Team", Imah, Malisa, Catur,
Alfinda, Puput, Ninis, Nida, Mardhiyah, Shinta, Tresna,
Najmi, dan Rany yang telah mewarnai perjalanan semasa
perkuliahan baik suka, dan duka. Penulis banyak
mendapatkan pelajaran kehidupan dari kalian terutama sifat
egois.
11. Terimakasih organisasi dan keluargaku Himpunan
Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta, dan Ikatan Mahasiswa
Ilmu Komunikasi Indonesia (IMIKI) UIN Jakarta, yang
-
v
sudah mengajarkan banyak hal dan memberikan pengalaman
dalam berorganisasi.
12. Terimakasih untuk seluruh teman-teman KPI E 2015 karena
telah berjuang bersama dan melukiskan warna-warni pada
masa perkuliahan.
13. Teman-teman KKN Mutiara Mulya 2018 Desa Rajeg Mulya,
Tanggerang yang telah memberikan suatu dukungan dalam
pembuatan skripsi. Terkhusus untuk Vio dan Tasya,
terimakasih sudah mau menemani kemanapun disaat penulis
merasa jenuh. Semoga silaturahmi kita tetap terjaga ya.
Demikian ucapan terimakasih yang dapat penulis
ucapkan. Semoga Allah membalas kebaikan serta memberikan
keberkahan. Pada akhirnya, dengan segala kekurangan yang
terdapat dalam skripsi ini, penulis berharap penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca baik dalam
bidang akademik maupun praktis.
Jakarta, 12 Desember 2019
Fatimatul Hasanah
-
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR ISTILAH ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Batasan Masalah .............................................................. 10
C. Rumusan Masalah ........................................................... 10
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................ 10
E. Tinjauan Pustaka ............................................................. 11
F. Kerangka Konsep ............................................................ 19
G. Metode Penelitian ............................................................ 20
H. Sistematika Penulisan ...................................................... 27
BAB II LANDASAN TEORITIS ....................................................... 29
A. Konstruksi Media Massa Atas Realitas Sosial ................ 29
B. Proses Konstruksi Sosial Media Massa Atas
Realitas Sosial ................................................................. 31
C. Lima Tahap Proses Konstruksi Media Massa ................. 36
D. Dakwah Melalui Radio .................................................... 40
BAB III PROFIL RADIO ..................................................................... 58
A. Sejarah 93.7 FM Krakatau Radio .................................... 58
B. Logo 93.7 FM Krakatau Radio ........................................ 61
-
vii
C. Visi dan Misi 93.7 FM Krakatau Radio .......................... 62
D. Struktur Organisasi 93.7 FM Krakatau Radio ................. 63
E. Deskripsi Program Acara 93.7 FM Krakatau Radio ....... 64
F. Program Acara Ngaderes Qur’an .................................... 70
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ................................. 72
A. Identitas Radio: Reputasi, Brand, dan Citra .................... 72
B. Kekuatan Ide, Fakta, dan Referensi pada Acara
Ngaderes Qur’an ............................................................. 78
C. Berbagai Skrip pada Acara Ngaderes Qur’an ................. 86
D. Kekuatan Tata Waktu Sebagai Strategi Priming ............. 103
E. Berbagai Metode Dakwah pada Acara Ngaderes
Qur’an .............................................................................. 104
F. Berbagai Modifikasi pada Acara Ngaderes Qur’an ........ 108
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................... 114
A. Proses Konstruksi Pada Tahap 1 ..................................... 114
B. Proses Konstruksi Pada Tahap 2 ..................................... 118
C. Proses Konstruksi Pada Tahap 3 ..................................... 134
D. Proses Konstruksi Pada Tahap 4 ..................................... 154
E. Proses Konstruksi Pada Tahap 5 ..................................... 157
F. Proses Konstruksi Pada Tahap 6 ..................................... 166
BAB VI PENUTUP .............................................................................. 171
A. Kesimpulan ...................................................................... 171
B. Saran ................................................................................ 174
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 176
LAMPIRAN ............................................................................................ 180
-
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori SMCR David Kenneth Berlo ................................. 36
Gambar 3.1 Logo 93.7 FM Krakatau Radio ........................................ 61
Gambar 3.2 Struktur Organisasi di 93.7 FM Krakatau Radio ............. 63
Gambar 3.3 Pola Siar Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau
Radio................................................................................ 70
Gambar 3.4 Script Siaran Ngaderes Qur’an ........................................ 71
Gambar 4.1 Nama-nama radio di daerah Pandeglang ......................... 74
Gambar 4.2 Komentar pendengar yang menggunakan Radio
Online Box....................................................................... 75
Gambar 4.3 Tampilan utama YouTube 93.7 FM Krakatau
Radio................................................................................ 76
Gambar 4.4 Tampilan utama media sosial Facebook 93.7 FM
Krakatau radio ................................................................. 76
Gambar 4.5 Tampilan utama media sosial Twitter 93.7 FM
Krakatau Radio ................................................................ 77
Gambar 4.6 Tampilan utama media sosial Instagram 93.7 FM
Krakatau Radio ................................................................ 77
Gambar 4.7 Postingan Acara Ngaderes Qur’an ketika
Khataman Qur’an ............................................................ 80
Gambar 4.8 Proses siaran langsung Ngaderes Qur’an ........................ 85
Gambar 4.9 Buku Referensi acara Ngaderes Qur’an .......................... 86
Gambar 5.3 Penyiar sudah mulai operatorin sendiri ........................... 169
Gambar 5.4 Postingan Acara Ngaderes Qur’an ketika Khataman
Qur’an .............................................................................. 170
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kerangka Konsep ............................................................ 19
Tabel 3.1 Deskripsi Program Acara Umum .................................... 64
Tabel 3.2 Deskripsi Program Acara Dakwah .................................. 68
Tabel 4.1 Karakter 93.7 FM Krakatau radio ................................... 72
Tabel 4.2 Ide, Fakta, dan Referensi ................................................. 78
Tabel 4.3 Naskah Ketika On Air 08 Maret 2019 ............................. 86
Tabel 4.4 Naskah Ketika Off Air 1 November 2019 ....................... 99
Tabel 4.5 Berbagai Metode Dakwah ............................................... 104
Tabel 4.6 Faktor Internal & Eksternal Media: Konstruksi
Sosial Media Radio pada Rogram siaran Ngaderes
Qur’an .............................................................................. 108
Tabel 5.1 Roda jam siar regular dan Prime Time/Spesial ............... 115
Tabel 5.2 Penerapan unsur SMCRE dalam Penciptaan Karakter
Program Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau radio ... 116
Tabel 5.3 Kekuatan Referensi dari Ide dan Fakta ........................... 118
Tabel 5.4 Pola skrip acara Ngaderes Qur’an pada 08 Maret 2019
Pukul 05.00-06.00 WIB ................................................... 135
Tabel 5.5 Rundown Rencana ........................................................... 156
Tabel 5.6 Bebagai Metode Dakwah ................................................ 158
-
xi
DAFTAR ISTILAH
Ari : Kalau
Asup : Masuk
Ayeuna : Sekarang
Bade : Mau
Bilih : Takut
Damang : Sehat
Ear Sajagat : Ramai Sedunia
Gugah : Bangun
Hanca : Bagian
Hapunten : Mohon Maaf
Heula : Dulu
Irung : Hidung
Janteun : Jadi
Karuh : Siap
Kelar : Seru
Kudu, Kedah : Harus
Lajeng, Teras : Lanjut
Lami : Lama
Liang : Lubang
Mangga : Silahkan
Margi : Karena
Muhun : Iya
Ngadenge : Mendengar
Ngaderes : Ngaji
Ngahaturkeun : Menyampaikan
Ngawitan : Mendahului
Ngiringan : Ikutan
Ngoprek : Memainkan
Nyaeta : Yaitu
Nyaho : Tahu
Nyuhun : Minta
Panginten : Mungkin
Panyawat : Penyakit
Parantos : Sudah
Poho : Lupa
Rada : Agak
Sadayana : Semuanya
Saha : Siapa
Sapalih : Sebelah
Sareng : Dengan
Sareng : Dengan
Seer : Banyak
Selian : Selain
Simpribados : Diri Pribadi
Tacan : Belum
Tungtung : Penjuru
Tur : Yang
Ulah : Jangan
-
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Program siaran radio tidak tiba-tiba jadi, karena
siaran radio maupun televisi menempuh beberapa tahap
diantaranya, tahap pra produksi, tahap produksi, dan tahap
pasca produksi, sedangkan hasil konstruksi media massa atas
realitas sosial adalah framing atau bingkai siaran terbentuk.
Kedudukan konstruksi sosial media massa adalah
mengoreksi subtansi kelemahan dan melengkapi konstruksi
sosial atas realita, yaitu dengan menempatkan seluruh
kelebihan media massa pada keunggulan konstruksi sosial
media massa atas konstruksi sosial atas realita. Tetapi, proses
simultan yang digambarkan tidak bekerja secara tiba-tiba,
namun terbentuknya proses tersebut melalui beberapa tahap
penting diantaranya, tahap menyiapkan materi konstruksi,
tahap sebaran konstruksi, tahap pembentukan konstruksi, dan
tahap konfirmasi. Penyebaran informasi yang cepat dan luas
membuat kontruksi sosial berlangsung sangat cepat juga, dan
menyebabkan sebaran yang merata. Realitas sosial yang
terkontruksi itu juga membuat opini massa.1
Rahasia Al-Qur’an dalam buku Ilmu Dakwah
karangan Moh. Ali Aziz yang mendahulukan kata al-sam‟
1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,
292.
-
2
dari kata al-abshar karena orang yang buta masih dapat
menerima informasi dan pengetahuan dari pada yang tuli.
Media audio bisa menerima pesan dakwah tanpa
memperhatikan asalnya.2
Radio ialah benda yang bersifat langsung dalam
menyampaikan pesannya, tidak mengenal jarak dan
rintangan, biayanya relatif murah dibandingkan dengan
televisi, mampu menjangkau tempat-tempat terpencil yang
sesuai dengan kondisi geografis kota Pandeglang. Radio
merupakan salah satu alat yang memiliki gelombang
frekuensi yang menyampaikan pesan atau informasi yang
bersifat umum atau khusus, pada sejumlah orang relatif besar
yang tersebar secara beraneka ragam.3
Program-program siaran dakwah yang dilakukan,
hendaknya mengenai sasaran obyek dakwah dalam berbagai
bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan
pengetahuan dan aktifitas beragama melaui program-
program acara yang disiarkan melalui radio.4 Usaha untuk
mengoptimalkan dakwah melalui radio yaitu dengan
bagaimana format dakwah radio yang selama ini ada, mampu
disajikan lebih menarik, lebih menyentuh dan tidak formal.
Dari target ini akan memperoleh manfaat ganda yaitu
manfaat dakwah dan manfaat ekonomi. Pendirian radio yang
bernuansa dakwah semua acara baik informasi, hiburan dan
2 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h, 410.
3 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2004), h, 412.
4 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah 2009), h. 120.
-
3
pendidikan bisa dikemas dan akhirnya membentuk
masyarakat bermoral dan religius. Bukan semata sebagai
tujuan bisnis tapi sebagai pelengkap dan sarana agar misi
dakwah bisa tercapai.
Dakwah merupakan sebuah seruan atau ajakan
keinsyafan atau usaha mengubah situasi ke situasi yang lebih
baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.
“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf
dan mencegah dari yang munkar”. (QS. Ali Imran: 104)
Program dalam konteks broadcasting merupakan
suatu acara atau paket sajian berisi muatan kata-kata terucap
dan tertulis, gambar statis dan bergerak, lagu dan musik, efek
suara, serta cahaya, yang bertujuan disuguhkan atau
disampaikan melalui media elektronik (radio dan televisi)
kepada khalayak.
RAS 95.5 FM Jakarta misalnya, radio ini juga
menyiarkan program seperti Ngaderes Qur’an, namun
bernama Tadarus Bittalifun yang dipandu oleh Ustadz
melalui telepon interaktif secara bergantian. Program ini
disiarkan mulai hari Senin-Jum’at dan Minggu mulai pukul
-
4
20.00-21.00.5 hal yang membedakan dengan program
Ngaderes Qur’an, yaitu status radio RAS 95.5 FM sebagai
radio dakwah dan Krakatau radio sebagai radio non dakwah
atau komersil.
Banyak radio dakwah yang saat ini mengudara dan
menghadirkan program keagamaan seperti radio Fajri 99.3
FM Bogor dengan nama program Mutiara Ayat, dalam
program ini pembacaan ayat Al-Qur’an dibacakan oleh
pengisi acara bukan pendengar.6 Krakatau radio sebagai
radio komersial bukan dakwah juga tidak kalah dengan radio
dakwah Fajri 99.3 FM Bogor yang menyiarkan program
dakwah secara terus menerus seperti Pilda (Materi Pilihan
Anda), Senada (Seputar Nasihat Anda), Gamis (Gaya Muda
Islami), dan masih banyak lagi.
Radio Krakatau adalah radio komersil, satu jaringan
atau network dengan radio Bens, pemiliknya adalah Pak
Biem Triani Benjamin yang merupakan salah satu anak
Benyamin S. Walaupun radio komersil, tetap mengadakan
program siaran mengaji atau program dakwah yang bernama
Ngaderes Qur’an. PT. Radio Gema Krakatau atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Krakatau radio yang berdiri sejak 23
November 1990, menyiarkan berbagai program informasi
5 Muhammad Reza. Hubungan Terpaan Program Tadarus Bitalifun
95.5 FM Jakarta Terhadap Kemampuan Membaca Al-Qur‟an pada Jamaah
Majelis Ta‟lim Holaqotul Qur‟an. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. 2016. 6 Neisya Ghassani Sabilah, Strategi Komunikasi Radio Fajri 99,3 FM
Bogor dalam Mempertahankan Citra Radio Dakwah. Skripsi Mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta. 2018.
-
5
dan berita dengan cakupan lokal, serta sajian musik pop
daerah, dangdut, dan pop Indonesia. Krakatau radio
merupakan salah satu radio yang kental dengan etnik sunda
Banten yang kaya dengan para jawara namun tetap santun
dalam tradisi yang mempunyai slogan Krakatau FM, Ear
Sajagat. Budaya dan etnik Banten terus menerus beradaptasi
dengan perubahan jaman, seiring dengan perubahan karakter
pendengar dan percepatan teknologi serta gaya hidup.
Program radio etnik dikemas dalam balutan kreatif budaya
masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.7
Dinamakan Krakatau karena lokasinya dekat dengan
Gunung Krakatau. Radio Krakatau terletak di Kecamatan
Labuan – Pandeglang – Banten. Karena radio etnikom,
Krakatau radio ini siaran dengan menggunakan Bahasa
Sunda Banten yang khas. Jika orang yang pertama kali
mendengarkan Krakatau radio, mereka terhibur oleh gaya
bahasa penyiarnya yang khas. Seluruh radio siaran yang
menyelenggarakan siaran di Indonesia menyajikan informasi,
edukasi, dan hiburan. Siaran keagamaan termasuk ke dalam
fungsi edukasi. Salah satu media yang dapat digunakan
dalam kegiatan dakwah adalah radio. Dalam hal ini, da’i
sebagai seorang komunikator dalam melakukan aktivitas
dakwahnya menyampaikan pesan-pesan ajaran agama.
Krakatau radio berani menyajikan program-program
acara dakwah dengan berbagai macam bentuknya yang
7 https://onlineradiobox.com/id/krakatau/ (diakses pada tanggal 25
April 2019, pukul 08.56).
https://onlineradiobox.com/id/krakatau/
-
6
masing-masing berbeda waktu dan kemasannya. Krakatau
radio menghadirkan program acara Ngaderes Qur’an sejak
tahun 2014 hingga saat ini dengan tahapan yang dimulai
dengan Ustadz membacakan ayat Al-Qur’an, lalu jama’ah
pendengar Ngaderes membaca ayat Al-Qur’an satu persatu
melalui telepon interaktif.
Program Ngaderes Qur’an termasuk salah satu bentuk
dakwah yang hingga saat ini disampaikan melalui media
elektronik radio. Massal dalam arti adalah seluruh berita
yang dibuat oleh media massa tidak bersifat pribadi, akan
tetapi lebih dikonsentrasikan kepada masyarakat umum.
Program Ngaderes Qur’an ini tayang hari Senin hingga
Jum’at pukul 05.00 – 06.00 WIB.
Program ini terinspirasi dari program Maghrib
Mengaji yang sering disosialisasikan Pemerintah daerah
kepada masyarakat. Jadi, Krakatau radio berharap
masyarakat Pandeglang dan sekitarnya tidak hanya mengaji
ketika waktu Maghrib, melainkan agar terbiasa juga untuk
mengaji setelah shalat subuh dan sebelum melakukan
aktivitas di pagi hari.
Ngaderes Qur’an merupakan suatu program acara
yang mengawali pagi dengan belajar mengaji Al-Qur’an
serta membahas hukum bacaan yang dilakukan secara urut
dari surat Al-Baqarah hingga selesai. Acara Ngaderes Qur’an
ini berlangsung selama satu jam tanpa jeda iklan. Dalam
program acara ini, metode yang digunakan bersifat dialogis.
Pendengar dimudahkan untuk berinteraktif secara langsung
-
7
dengan Ustadz dalam belajar mengaji melalui telepon
interaktif, ketika pendengar mengaji lalu ada kesalahan
dalam cara membaca Al-Qur’an, maka akan langsung
dibenarkan oleh Ustadz Ahmad Fahrin sesuai dengan hukum
tajwid, sebelum closing Ustadz akan membahas hukum
Tajwid beserta contohnya.
Dalil Al-Qur’an yang menjelaskan betapa penting
seorang muslim selalu meningkatkan kehati-hatian dalam
membaca Al-Qur’an terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-
Muzzammil ayat 4.
“atau lebih dari seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu
dengan perlahan-lahan”
Kemudian diperkuat dengan adanya Hadits Imam
Muslim yang meriwayatkan:
َها قَاَلْت : قَاَل َرس اهللِضى َعْن َعا ِئَشَة رَ َعَلْيِو َوَسلَّم اهللَصلى اهللَل و َعن ْالِكرَاِم البَ رَارَِة َوالَِّذى يَ ْقَرأ الق ْرآَن َو يَ تَ تَ ْعَتع ِفْيِو بِالق ْرآن َمَع اسََّفَر ةِ ْلَماِىر اَ -
)رواه املسلم( َوى َو َعَلْيِو َشا ٌق َلو َأْجرَانِ “Aisyah radhiyallahu „anha meriwayatkan bahwa Rasulullah
shallallahu „alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang
lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang
mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang
membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit
atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR.
Muslim).
Pandeglang terkenal dengan julukan sebagai kota
santri, namun belakangan ini julukan itu mulai terkikis
-
8
karena pemerintah mulai membuat simbol-simbol dengan
nama kota wisata. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Pandeglang, KH. Tb. Hamdi Ma’ani sangat menyayangkan
atas terkikisnya julukan Pandeglang kota Santri itu dan
mengatakan MUI dengan tegas meminta agar jargon
Pandeglang kota santri jangan sampai hilang. Sebab, nama
kota santri itu sudah menasional.8
Melihat kondisi kota Pandeglang dan masyarakatnya
yang santri, Krakatau radio menyiarkan sebuah program
islami yang pada jaman dulu dilakukan oleh anak-anak
secara tatap muka langsung di kediaman guru ngaji, tapi
sekarang dilakukan melalui telepon interaktif di studio oleh
Ustadz Ahmad Fahrin dan para pendengar di rumah masing-
masing sekaligus membuka Al-Qur’an melalui radio.
Krakatau radio merupakan radio satu-satunya di
daerah Pandeglang yang pada pagi hari menyiarkan Program
dakwah mengaji interkatif. Sebenarnya di Kota Pandeglang
banyak stasiun radio yang mengudara, salah satunya seperti
Radio Paranti 105.6 FM yang terletak di Kecamatan
Pandeglang. Namun, hanya menyiarkan program hiburan
musik.
Format acara program Ngaderes Qur’an Krakatau
radio ada beberapa segmen dalam siaran yaitu, dalam 60
menit Ustadz Ahmad Fahrin melakukan talkset opening
dengan sangat sopan, kemudian mengajak para pendengar
8 IF, ”Pertahankan Julukan Kota Santri”, Kabar Banten.com, 22
Maret 2019.
-
9
untuk ikut bergabung, lalu Ustadz mengawali segmen
pertama dengan mengaji selama lima menit, dilanjutkan
membuka telepon interaktif dengan beberapa segmen,
mendengarkan penelepon mengaji, lalu membenarkan bacaan
yang salah dan memberi contoh bacaan yang benar dengan
sangat lemah lembut, kemudian bacaan diulangi oleh
pendengar. Di sisa waktu sekitar lima menit, Ustadz akan
menjelaskan pembahsan mengenai Ilmu Tajwid beserta
contohnya, dan satu menit terakhir yaitu untuk talkset
Closing.9
Acara Ngaderes Qur’an selalu mengadakan acara
Khataman Al-Qur’an, disetiap awal surat yang biasa
dilaksanakan di lingkungan Krakatau radio bersama Ustadz
yang mengajar mengaji, tokoh masyarakat sekitar, pendengar
setia program Ngaderes Qur’an, para penyiar, dan tamu
undangan lainnya dengan bersama-sama membaca tahlil dan
do’a. Selain itu, acara ini bertujuan untuk menjadi ajang tatap
muka atau bershilaturrahmi agar para jama’ah pendengar
dapat berinteraksi secara langsung dengan Ustadz dan
Jama’ah yang lain.
Dengan alasan-alasan di atas, sehingga pantas dan
layak diteliti dengan judul “Proses Konstruksi Media
Massa dalam Program Dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7
FM Krakatau Radio”.
9 Wawancara dengan Dian Risdiana (Ipah) sebagai Program Director,
pada 12 Juli 2019.
-
10
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di
atas, agar penelitian ini lebih terarah maka penulis
membatasi penelitian ini agar lebih fokus yaitu yang diteliti
hanya pada isi format dan cara Program Director,
Narasumber mengemas acara Ngaderes Qur’an di 93.7 FM
Krakatau Radio pada tanggal 8 Maret 2019.
C. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang dan batasan masalah di
atas, adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah
Bagaimana proses konstruksi media massa dalam program
dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM Krakatau Radio atas
realitas sosial?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui proses konstruksi media massa
dalam program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM
Krakatau Radio atas realitas sosial.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Tulisan ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi terhadap perkembangan baik dalam bidang
keilmuan mengenai ilmu komunikasi, khususnya
mengenai program siaran radio pada Jurusan
Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu
-
11
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
b. Secara Praktis
Melalui tulisan ini penulis berharap dapat:
1) Menemukan karakter acara dan media
2) Kekuatan fakta tim produksi
3) Mengungkap jumlah skrip
4) Membentuk pola rundown rencana
5) Mengetahui berbagai metode setiap segmen
6) Mengungkap berbagai faktor internal dan
eksternal dalam modifikasi acara Ngaderes
Qur’an.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam menentukan judul skripsi ini penulis sudah
mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang
terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
maupun di perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah,
dan Google Scholar. Menurut pengamatan penulis dari
hasil observasi yang telah penulis lakukan terdapat cukup
banyak skripsi yang membahas tentang Konstruksi tetapi
sampai saat ini hanya menemukan adanya judul yang
serupa dengan judul yang penulis ajukan, seperti:
-
12
No Peneliti Judul Persamaan
dan Perbedaan Temuan
1 Kiki
Ulfah
Penerapan
Sembilan
Elemen
Jurnalisme
BILL
KOVACH
dan TOM
ROSENTIEL
pada Jurnalis
Krakatau
radio 93.7
FM
Pandeglang
Banten.
Objek
Penelitiannya
sama-sama di
93.7 FM
Krakarau radio.
Sedangkan
perbedaannya
Skripsi Kiki
Ulfah
menggunakan
metode
penelitian
etnometodologi
Kiki Ulfah menemukan
bahwa faktanya tidak
semua elemen
dijalankan sesuai
dengan konsep yang
dimaksud Kovach. Dari
Sembilan elemen,
hanya lima konsep yang
penerapannya sesuai
dengan teori, masing-
masing: elemen tunduk
pada kebenaran,
verifikasi, menyediakan
forum publik,
memberitakan secara
komprehensif dan
menggunakan nurani.
Sedangkan empat
konsep lainnya,
loyalitas pada warga,
independensi, watchdog
dan elemen membuat
berita menjadi menarik
bukan berarti tidak
-
13
No Peneliti Judul Persamaan
dan Perbedaan Temuan
dipahami dan
diterapkan oleh jurnalis
Krakatau Radio,
melainkan konsep yang
dipahami oleh jurnalis
Krakatau Radio dan
Kovach berbeda.
Dengan demikian, apa
yang diharapkan
Kovach dalam teorinya
menjadi tidak tercapai
oleh Krakatau Radio.
2 Nawal
Karomi
Konstruksi
Dakwah
dalam Film
Ku Kejar
Cinta Ke
Negeri Cina
(Analilis
Semiotik
Charles
Sanders
pierce
Tentang
Persamaanya
menggunakan
konsep
Konstruksi dan
perbedaanya
Meneliti
bagaimana cara
mengkonstruk
pesan dan
metode dakwah
dalam film Ku
Kejar Cinta Ke
Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa film
ini
membangun/mengkosnt
ruksi pesan dakwah
kategori akhlak yang
meliputi cara
berpakaian orang
muslim, kejujuran,
amanah, etika berjabat
tangan dengan lawan
jenis, dan perbuatan
-
14
No Peneliti Judul Persamaan
dan Perbedaan Temuan
Konstruksi
Pesan dan
Meotde
Dakwah)
Negeri Cina yang merupakan akhlak
kepada Allah maupun
sesame makhluk
ciptaan Allah.
Sedangkan konstruksi
metode dakwah lebih
diarahkan kepada pada
dimensi mauizah
hasanah yaitu dakwah
dengan cara
menasehati, bimbingan,
peringatan, dan
mengajak kepada
kebaikan.
3 Siti
Fadhilla
h
Konstruksi
Dakwah
dalam Film
Ku Kejar
Cinta Ke
Negeri Cina
(Analilis
Semiotik
Charles
Sanders
Persamaannya
yaitu
menggunakan
teori Konstruksi
sosial dan yang
membedakan
adalah
penelitian ini
mengkonstruksi
perempuan
Menunjukkan bahwa
dalam film
Assalamu’alaikum
Beijing perempuan
dikonstruksikan sebagai
makhluk yang mampu
mengambil keputusan,
cerdas, tegas dan tegar.
Namun pada sisi lain,
sebagai pemeran
-
15
No Peneliti Judul Persamaan
dan Perbedaan Temuan
pierce
Tentang
Konstruksi
Pesan dan
Meotde
Dakwah)
dalam Film
Assalamu’alaiku
m Beijing
figuran Anita
mendapatkan bentuk
ketidakadilan gender
yaitu Stereotype
sebagai perempuan
penggoda yang merusak
hubungan orang lain
dan Sekar
tersubordinasi sebagai
perempuan yang tidak
dapat berfikir rasional
karena segala sesuatu
yang dialaminya selalu
dihubungkan dengan
drama korea yang ia
tonton.
4 Nanda
Maulidi
na
Strategi
Manajemen
komunikasi
M radio
dalam
Merancang
Program On
Air dan Off
Sama-sama
menggunakan
objek radio dan
pendekatan
penelitian
kualitatif
deskriptif dan
perbedaanya
Hasil akhir dari
penelitian ini bahwa
untuk meningkatkan
jumlah pendengar di M
radio lebih ditekankan
untuk membuat ide-ide
kreatif dan inovatif,
melakukan promosi di
-
16
No Peneliti Judul Persamaan
dan Perbedaan Temuan
Air untuk
Meningkatka
n Jumlah
Pendengar
penelitian ini
menggunakan
teori strategi
dan manjemen
media sosial, membuat
program-program baru
untuk meningkatkan
minat pendengar.
Pendengar bisa
memanfaatkan fungsi
radio sebagai sumber
informasi dan hiburan.
Kiki Ulfah menemukan bahwa faktanya tidak
semua elemen dijalankan sesuai dengan konsep yang
dimaksud Kovach. Dari Sembilan elemen, hanya lima
konsep yang penerapannya sesuai dengan teori, masing-
masing: elemen tunduk pada kebenaran, verifikasi,
menyediakan forum publik, memberitakan secara
komprehensif dan menggunakan nurani. Sedangkan empat
konsep lainnya, loyalitas pada warga, independensi,
watchdog dan elemen membuat berita menjadi menarik
bukan berarti tidak dipahami dan diterapkan oleh jurnalis
Krakatau Radio, melainkan konsep yang dipahami oleh
jurnalis Krakatau Radio dan Kovach berbeda. Dengan
demikian, apa yang diharapkan Kovach dalam teorinya
menjadi tidak tercapai oleh Krakatau Radio.10
Persamaan
10
Kiki Ulfah, Penerapan Sembilan Elemen Jurnalisme BILL
KOVACH dan TOM ROSENTIEL pada Jurnalis Krakatau radio 93.7 FM
-
17
penelitian ini adalah objek penelitiannya yaitu di 93.7
Krakatau Radio. Sedangkan perbedaannya konsep
penelitian yang menggunakan metode penelitian
etnometodologi.
Nawal Karomi menemukan dalam penelitiannya
bahwa film ini membangun/mengkosntruksi pesan
dakwah kategori akhlak yang meliputi cara berpakaian
orang muslim, kejujuran, amanah, etika berjabat tangan
dengan lawan jenis, dan perbuatan yang merupakan
akhlak kepada Allah maupun sesama makhluk ciptaan
Allah. Sedangkan konstruksi metode dakwah lebih
diarahkan kepada pada dimensi mauizah hasanah yaitu
dakwah dengan cara menasehati, bimbingan, peringatan,
dan mengajak kepada kebaikan.11
Persamaan dalam
penelitian ini adalah menggunakan teori Konstruksi,
sedangkan perbedaannya ialah cara mengkonstruknya, ia
mengkonstruk pesan dan metode dakwah dalam film Ku
Kejar Cinta Ke Negeri Cina sedangkan penelitian ini pada
bagian proses kontruksi media massa dalam program
dakwah.
Siti Fadhillah, penelitiannya menunjukkan film
Assalamu’alaikum Beijing perempuan dikonstruksikan
sebagai makhluk yang mampu mengambil keputusan,
Pandeglang Banten. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2016. 11
Nawal Karomi, Konstruksi Dakwah dalam Film Ku Kejar Cinta Ke
Negeri Cina (Analilis Semiotik Charles Sanders pierce Tentang Konstruksi
Pesan dan Metode Dakwah). Skripsi Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. UIN Sunan AmpelSurabaya. 2016.
-
18
cerdas, tegas dan tegar. Namun pada sisi lain, sebagai
pemeran figuran Anita mendapatkan bentuk ketidakadilan
gender yaitu Stereotype sebagai perempuan penggoda
yang merusak hubungan orang lain dan Sekar
tersubordinasi sebagai perempuan yang tidak dapat
berfikir rasional karena segala sesuatu yang dialaminya
selalu dihubungkan dengan drama korea yang ia tonton.12
Persamaannya ialah sama-sama menggunakan teori
Konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.
Sedangkan perbedaannya ialah penelitian ini perempuan
yang akan dikonstruk dan medianya.
Nanda Maulidina menemukan hasil akhir dari
penelitian ini bahwa untuk meningkatkan jumlah
pendengar di M radio lebih ditekankan untuk membuat
ide-ide kreatif dan inovatif, melakukan promosi di media
sosial, membuat program-program baru untuk
meningkatkan minat pendengar. Pendengar bisa
memanfaatkan fungsi radio sebagai sumber informasi dan
hiburan.13
Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan
objek radio dan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif.
Perbadaannya adalah penelitian Nanda Maulidina
menggunakan teori strategi dan manajemen.
12
Siti Fadhillah. Konstruksi Perempuan dalam Film
Assalamu‟alaikum Beijing Produksi Maxima Production. Skripsi Mahasiswa
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2016. 13
Nanda Maulidina. Strategi Manajemen Komunikasi M Radio dalam
Merancang Program On Air dan Off Air untuk Meningkatkan Jumlah
Pendengar. Skripsi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. 2019.
-
19
F. Kerangka Konsep
Konstruksi Sosial Media Massa dibangun secara simultan melalui tiga proses, yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses simultan ini terjadi antara individu satu dengan yang
lainnya di dalam masyarakat.
(Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi: 292)
Refleksi Realitas
Realitas Media merupakan realitas yang dikonstruksi oleh media dalam dua model.
1. Model Peta Analog: sebuah konstruksi realitas yang dibangun berdasarkan sebuah analogi kejadian yang seharusnya terjadi dan
bersifat rasional.
2. Model Refleksi Realitas: merefleksikan kehidupan yang terjadi dengan merefleksikan kehidupan yang pernah terjadi di dalam
masyarakat.
(Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: 201-203)
Produksi iklan di TV
1. Persiapan materi konstruksi
2. Penyebaran kontruksi sosial
3. Pembentukan konstruksi realitas
4. Konfirmasi konstruksi sosial
5. Perilaku keputusan konsumen
(Burhan Bungin, Konstruksi Sosial Media Massa: 135)
Produksi Program Siaran.
1. Apply SMCRE character.
2. Chooses facts trought self-Disclosure.
3. Make Variety of Scripts.
4. Form on Subjective reality.
5. Frame on Symbolic reality.
6. Define Objective reality.
(Armawati Arbi, Jurnal Konseling Religi, Vol. 10: 67)
Diperkaya
-
20
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat
dicapai atau diperoleh dengan menggunakan prosedur
statistik atau dengan cara-cara lain dari kuantifikasi
(pengukuhan).14
Selain itu prosedur penelusuran masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan
subjek dan objek penelitian berdasar fakta-fakta yang
tampak dan sebagaimana adanya.15
Penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami
objek yang diteliti secara mendalam. Menurut Bogdan dan
Taylor (1990), penelitian kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berperilaku
yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu
secara holistik (utuh).16
Kirk dan Miller mendefinisikan pendekatan
kualitatif adalah sebagai tradisi tertentu dalam ilmu
pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya
14
Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, cet. Ke-1, 2006), h. 30. 15
Hadawi Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial,
(Yogyakarta: Gajah Mada, University Press, cet.ke-8, 1998), h, 20. 16
Imam Gunawan, Metodologi Penelitian Kualitatif Teori dan
Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, Cet. Ke-1, 2013), h. 82.
-
21
maupun dari istilahnya.17
Penelitian deskriptif kualitatif
berusaha menggambarkan suatu gejala sosial, dapat
dikatakan bahwa penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan sesuatu yang tengah berlangsung.
Terlebih pada penjelasan metode deskriptif ini
adalah menggunakan data lisan yang memerlukan
informan. berdasarkan metode deskriptif yaitu
menggambarkan secara sermat sesuai dengan kenyataan
yang ada.18
Pada hakikatnya metode deskriptif ini
mengumpulkan data-data sesuai dengan situasi atau
peristiwa.19
Dengan kata lain metode ini juga analisis dan
interpretasi tentang arti dari sata tersebut.20
Penggunaan pendekatan kualitatif deskriptif lebih
tepat untuk penelitian ini, karena penulis ingin
mengetahui secara mendalam dan rinci mengenai Proses
Konstruksi Media Massa dalam program Ngaderes
Qur’an yang ada di 93.7 FM Krakatau Radio.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma merupakan pedoman yang menjadi
dasar bagi para peneliti dalam mencari fakta-fakta melalui
17
Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), h, 4. 18
Suharsimi Arikuntoro, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: Rhineka Cipta, 1998), h, 10. 19
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2007), h, 25. 20
Soejono dan H. Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikitan
dan Penerapan, (Jakarta: Rhineka Cipta,2005), h, 24.
-
22
kegiatan penelitian yang dilakukan.21
Penelitian ini
menggunakan paradigma Konstruktivisme. Paradigma ini
memandang bahwa kenyataan itu hasil konstruksi atau
bentukan dari manusia itu sendiri. Kenyataan yang
bersifat ganda itu dapat dibentuk, dan merupakan suatu
keutuhan, kenyataan ada sebagai hasil bentukkan dari
kemampuan berfikir seseorang. Pengetahuan hasil
bentukkan manusia itu tidak bersifat tetap tetapi terus
berkembang.22
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitiannya adalah Tim Program
Director, Manager Operational, Narasumber, dan
Jama’ah Pendengar 93.7 FM Krakatau Radio. Sedangkan
objek penelitiannya adalah Proses Konstruksi Media
Massa. Di mana yang diteliti hanya Proses Konstruksi
Media Massa dalam program dakwah Ngaderes Qur’an
di 93.7 FM Krakatau Radio yang disiarkan dari Senin
hingga Jum’at pukul 05.00 – 06.00 WIB dan proses
konstruksi di Krakatau radio.
4. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Juli – November
2019 di gedung Krakatau Radio. Ruko Buana Labuan, Jl.
Jenderal Ahmad Yani Blok G 3-4, Kabupaten
Pandeglang, Provinsi Banten, 42264.
21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 15. 22
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung: Rosdakarya, 2012), h. 140.
-
23
5. Tahapan Penelitian
a. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
tiga teknik pengumpulan data yakni observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1) Observasi
Observasi atau pengamatan yaitu metode
yang digunakan dengan melakukan pengamatan
dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki.23
Disini
penulis melihat dan mendengarkan kemudian
mencatat tahapan-tahapan yang direncanakan,
dilakukan, dan di evaluasi oleh Krakatau radio.
Observasi atau pengamatan yaitu metode
pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan
dan penginderaan.24
Observasi merupakan suatu
teknik pengumpulan data yang yang dilakukan
dengan cara mengadakan penelitian secara teliti,
serta pencatatan secra sistematis. Dalam hal ini
penulis melakukan pengamatan yang dilakukan
secara langsung pada objek yang diobservasi yaitu
Program Dakwah Ngaderes Qur’an. Observasi
yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan siaran
23
Jumroni, Metode-metode Penelitian Komunikasi. (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2006) cet. Ke-1. 24
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010), h, 115.
-
24
program dakwah Ngaderes Qur’an di 93.7 FM
Krakatau radio pada tanggal .
Observasi dilakukan pada 20 Maret, 12 - 19
Juli, 03 September, dan yang terakhir 08
November 2019.
2) Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
Tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan, dengan atau tanpa
pedoman wawancara. Dalam wawancara,
pewawancara bermaksud memperoleh persepsi,
sikap, dan pola pikir dari yang diwawancarai yang
relevan dengan masalah yang diteliti.25
Wawancara merupakan percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu.26
Dengan atau tanpa
menggunakan pedoman wawancara, inti dan
metode wawancara ini bahwa disetiap penggunaan
25
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2013) h, 162 26
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2007) h, 186
-
25
metode ini selalu muncul beberapa hal, yaitu
pewawancara, responden, dan materi wawancara.27
Wawancara dilakukan dengan pimpinan
93.7 FM Krakatau radio, yaitu Manager
Operational, tim program, narasumber, penyiar,
dan beberapa pendengar yang terkait dengan
program dakwah tersebut di gedung Krakatau
radio.
3) Dokumentasi
Dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan
data-data berupa buku-buku penelitian, buku
dakwah, buku komunikasi, dan buku-buku
analisis, serta data tentang radio. Langkah-langkah
pengumpulan data yakni mendengarkan Program
Dakwah Ngaderes Qur’an yang disiarkan oleh
93.7 FM Krakatau Radio dari pukul 05.00 – 06.00.
Dokumen resmi terbagi atas dokumen
interen dan eksteren. Dokumen interen merupakan
pengumumam, instruksi, dan aturan lembaga untuk
lapangan sendiri yaitu kebiasaan-kebiasaan yang
berlangsung disuatu lembaga. Sedangkan dokumen
eksteren ialah bahan-bahan yang dikeluarkan suatu
lembaga yang disiarkan ke media massa.28
27
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta:
KENCANA, 2013) h, 133. 28
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 126.
-
26
Teknik ini digunakan untuk menelusuri
data historis, sejumlah besar fakta dan data sosial
tersimpan dalam bahan yang berbentuk
dokumentasi.29
Penulis menelusuri dokumen-
dokumen yang terkait dengan Proses Konstruksi
Media Massa dalam Program Dakwah Ngaderes
Qur’an di 93.7 FM Krakatau radio. Penulis
menggunakan teknik ini dengan cara melakukan
pengambilan dokumentasi berupa catatan, foto,
dokumen radio dan video dalam kegiatan-kegiatan
siaran.
b. Teknik Pengolahan Data
Pada tahap ini, penulis berusaha menjawab
pertanyaan penelitian yang kemudian semuanya akan
dilakukan guna mencapai tujuan penelitian dengan
cara menyederhanakan data ke dalam bentuk yang
mudah dibaca dan dijelaskan.30
c. Pedoman Penulisan
Pada penyusunan skripsi ini peneliti
berpedoman pada SK REKTOR No: 507 Tahun 2017
tentang Pedoman Penulis Karya Ilmiah (Skripsi,
Tessis, dan Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
29
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2010) h, 121. 30
Atwar Bajari, Metode Penelitian Komunikasi: Prosedur, Tren, dan
Etika, (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2015), h. 108
-
27
d. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur
data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola,
kategori dan satuan uraian dasar. Analisis data
merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan,
dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk
meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi
tersebut dan untuk memungkinkan menyajikan
temuan-temuan tersebut.31
Temuan dianalisis
berdasarkan kerangka konsep.
H. Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis dan
mempermudah tahapan demi tahapan maka penulis membagi
menjadi lima bab terdiri dari beberapa sub bab dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang menguraikan argumentasi penelitian ini
mengenai latar belakang masalah, batasan masalah dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
pustaka, metodologi penelitian, pedoman penulisan dan
sistematika penulisan.
31
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisis Data, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2012), hal, 85.
-
28
BAB II KAJIAN TEORITIS
Merupakan bab yang menguraikan landasan teori,
didalamnya diuraikan tentang konseptualisasi proses
konstruksi media massa atas realitas sosial, program,
dakwah, dan radio.
BAB III PROFIL RADIO
Merupakan pembahasan mengenai gambaran umum 93.7 FM
Krakatau Radio yang mengemukakan tentang sejarah, logo,
visi, misi, deskripsi program secara keseluruhan 93.7 FM
Krakatau radio.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Merupakan pembahasan mengenai data dan temuan
penelitian, didalamnya diuraikan tentang hasil temuan
lapangan, yaitu Proses Konstruksi Media Massa dalam
Program Dakwah Ngaderes Al-Qur’an yang ada di 93.7 FM
Krakatau Radio.
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang,
teori, dan rumusan teori baru dari penelitian.
BAB VI PENUTUP
Merupakan penutup yang berisikan kesimpulan, implikasi
dan saran sebagai sumbangsih penulis untuk melengkapi
kekurangan yang ada ditambah dengan harapan-harapan.
Penulis menyantumkan daftar pustaka yang bisa dipakai
sebagai rujukan.
-
30
29
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Konstruksi Media Massa Atas Realitas Sosial
1. Konstruksi Sosial Media Massa
Buku social contruction of reality, Berger dan
Luckmann menulis tentang konstruksi sosial atas realitas
sosial dibangun secara simultan melalui tiga proses,
yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi. Proses
simultan ini terjadi antara individu satu dengan yang
lainnya di dalam masyarakat. Bangunan realitas yang
tercipta karena proses sosial tersebut adalah objektif,
subjektif, dan simbolis atau intersubjektif.1
2. Konstruksi Realitas Sosial
Istilah konstruksi sosial atas realitas (social
contruction of reality), diperkenalkan oleh Peter L.
Berger dan Thomas Luckmann yang menjadi terkenal
melalui bukunya yang berjudul “The Social Contruction
of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge”
(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui
tindakan dan interaksinya, yang mana individu
menciptakan secara
1 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
292.
-
30
terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami
bersama secara subjektif.2
Berger dan Luckmann memulai menjelaskan
realitas sosial dengan terlebih dahulu memisahkan
pemahaman “kenyataan” dan “pengetahuan”. Realitas
diartikan sebagai kualitas yang terdapat di dalam realitas-
realitas, yang diakui memiliki keberadaan yang tidak
tergantung kepada kehendak kita sendiri. Sedangkan
pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian bahwa
realitas-realitas itu nyata dan memiliki karakteristik yang
spesifik.
Berger dan Luckmann juga mengatakan dalam
buku Sosiologi Komunikasi karangan Prof. Dr. Burhan
Bungin, institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan
atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.
Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata
secara objektif, namun pada kenyataannya semua
dibangun dalam definisi subjektif melalui proses
interaksi.3
Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri
sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalam maupun di
luar realitas tersebut. Realitas sosial itu mempunyai
makna yang mana realitas sosial dikonstruksi dan
2 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,
193. 3 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,
195.
-
31
diartikan secara subjektif oleh individu lain sehingga
memantapkan realitas itu secara objektif. Individu
mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksikannya
dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu
berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi
sosialnya. 4
Realitas sosial dibangun melalui proses simultan
yang telah dijelaskan oleh Berger dan Luckmann di atas.
Menurut Berger dan Luckmann, pengetahuan yang
dimaksud adalah realitas sosial masyarakata. Realitas
tersebut merupakan pengetahuan yang bersifat keseharian
yang hidup dan berkembang di masyarakat seperti konsep,
kesadaran umum, wacana publik, sebagai hasil dari
konstruksi sosial.5
B. Proses Konstruksi Sosial Media Massa atas Realitas Sosial
Jurnal Konseling Religi yang ditulis oleh Armawati
Arbi, ia telah memperluas proses konstruksi sosial pada
realitas sosial dalam periklanan. Burhan bungin telah
menemukan 5 tahap: 1) menyiapkan materi konstruksi; 2)
sebaran konstruksi; 3) pembentukan konstruksi realitas; 4)
konfirmasi; dan 5) perilaku keputusan konsumen. Di sini
Burhan Bungin berfokus pada proses konstruksi iklan
4 Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi Teori, Pradigma, dan
Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, (Jakarta: Kencana, 2006), h,
192. 5 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi
Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 89.
-
32
televisi, namun Armawati Arbi telah menemukan proses
konstruksi pada program konseling dan keagamaan dengan
memperkaya enam tahap massa konstruksi pada realitas
sosial.6
Proses konstruksi disini fokus pada program siaran
radio. Realitas Sosial tentang Masalah Keluarga telah
dibangun oleh 6 Tahap: 1) Implementasi pada karakter
SMCRE pada Kebijakan Media; 2) Memilih fakta melalui
Pengungkapan Diri; 3) Script apa saja yang disiapkan; 4)
Bentuk realitas subjektif; 5) Bingkai realitas simbolik, 6)
Tetapkan realitas objektif.7
1. Menerapkan SMCRE pada Kebijakan Media
Tahap satu ini yaitu identitas subjek konstruktor
dan objek konstruktor. Identitas media terdiri dari brand,
reputasi, dan citra radio. PD dengan produser dapat
mempromosikan dan meningkatkan gambar lapisan tim
produksi dan gambar dari berbagai produk. Program on-
air dan off-air membantu masing-masing lain untuk
mengembangkan gambar. Penugasan PD
mengoperasikan identitas radio dalam program siaran.8
hasil kerja tim produksi adalah identitas media radio.
6 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of
Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 67. 7 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of
Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 67-70. 8 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of
Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 67.
-
33
2. Mencari Ide, Fakta, dan Referensi
Tahap dua ini yaitu bahwa produser dan
Pendengar dapat melakukannya berikan fakta, referensi,
pengalaman. Tim produksi melakukan Strategi Framing.
Mencari fakta dari surat atau kasus pendengar yang
pernah dibingkai menjadi skrip. Hasil tahap 2 adalah
prolog sumber, pertanyaan, dan solusi pendengar. Setiap
media atau radio memiliki kebijakan untuk menentukan
sumber dan konten mereka. Dalam Buku Burhan
Bungin, Realitas sosial sudah telah dibangun oleh media
yang terdiri dari dua: peta model analog (seolah-olah
nyata) dan model refleksi kenyataan (kisah nyata). Posisi
dan sumber memengaruhi program konten.9 Hasil kedua
produksi kekuatan fakta.
3. Membuat Berbagai Script
Script atau naskah terbaik memungkinkan
pendengar untuk memvisualisasikan apa yang Anda
gambarkan. Terlalu banyak fakta yang membungkuk
bersama justru akan membingungkan daripada gambar,
jadi ruang informasi dan berikan gambar konkret itu
menjelaskan fakta. Dalam komunikasi, seseorang
membuat skrip bagaimana dia membuat perencanaan,
mengorganisir, menggerakkan, dan mengendalikan
9 Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners of
Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 68.
-
34
(komunikasi intrapersonal) dan MC juga menyiapkan
skrip sementara tim produksi menyiapkan skrip kasus,
seript fragmen, dan skrip solusi. Tahap ini membuktikan
siapa dia yang kreatif. Penasihat atau presenter Islam
telah membingkai berbagai naskah.10
Hasil dari tahap
tiga ini adalah variasi script pada setiap segmen dalam
pola program siaran Ngaderes Qur’an.
4. Membentuk Realitas Subyektif
Tahap empat ini membentuk realitas subyektif,
kekuatan layout atau pengaturan waktu seperti yang
dijalankan turun. Tim produksi berbagi eksperimen dan
kreatif untuk membuat jingle, masukkan, bumper, iklan.
Setiap skrip dikumpulkan untuk mengatur run down.
Keluarga konseling di majalah, tabloid, dan surat kabar
membutuhkan kekuatan tata ruang. Waktu dan ruang
telah digunakan secara efisien dan efektif. Kebutuhan
strategi priming editor yang baik. Dalam membentuk
realitas subjektif, tim produksi membagikan pengeditan
memilih, arti-penting, dan pengaturan untuk membuat
pola.11
Hasil dari tahap empat ini adalah rundown
rencana.
10
Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners
of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 69. 11
Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners
of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 69.
-
35
5. Mengemas Realitas Simbolik
Gambar subjek dan objek konstruksi melalui
berbagai metode komunikasi dan metode dakwah. Islam
konselor, penyiar, dan pendengar memiliki tanggapan
timbal balik. Mereka membuat Suasana menjadi hidup.
Mereka dapat membuat teater pikiran dan membekas
pada jiwa pendengar atau khalayak. Kekuatan kata dan
bahasa dianggap sebagai Strategi Masuk membingkai
Realitas Simbolik. Jumlah pendengar, iklan, dan sponsor
memberi peringkat. Merupakan bukti untuk
berkomunikasi secara efektif atau Qaulan Balighan.
Peran dari presenter dan sumber memiliki peran penting
dalam membingkai realitas simbolik.12
Hasil tahap lima
ini adalah rundown final, yang lebih khusus yaitu jumlah
metode pada setiap segmen dengan tujuan agar hidup
suasana, dan pendengar tidak pindah channel.
6. Menetapkan Realitas Objektif
Identitas akan diubah atau identitas lama identitas
dipertahankan atau baru. Konten bergantung pada
sumber. Bagaimana mengemas program? Lagu atau
musik bergantung pada segmen. Kekuatan Evaluasi
dalam menentukan Realitas objektif: Program dakwah
Ngaderes Qur’an. Dalam tahap enam mengajukan
pertanyaan. Mereka berpikir bahwa apakah Narasumber
12
Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners
of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 70.
-
36
yang diubah? Materi apa yang dimodifikasi? Apakah
format yang direvisi? Apa segmen belum tercapai?13
Dengan demikian, modifikasi tersebut dipengaruhi 12
faktor.
C. Lima Tahap Proses Konstruksi Media Massa
Gambar 2.1
Teori SMCR David Kenneth Berlo
Awal tahun 1960 David K. Berlo membuat formula
komunikasi yang lebih sederhana. Formula itu lebih dikenal
dengan nama SMCR, yaitu: Source (pengirim), Message
(pesan), Channel (saluran – media), dan Receiver (penerima).
Muhamad menjelaskan dalam buku Pengantar Ilmu
Komunikasi karangan Suryanto bahwa model Berlo
menekankan komunikasi sebagai proses dan menekan
“meaning are ini the people”, atau arti pesan yang
dikirimkan pada orang yang menerima pesan, bukan pada
13
Armawati Arbi, Religious Guidance and Counseling for Listeners
of Dangdut Radio in Jakarta, (Indonesia: Jurnal Konseling Religi, Vol. 10,
2019), h. 70.
-
37
kata-katanya. Dengan kata lain, interpretasi pesan bergantung
pada kata atau pesan yang ditafsirkan oleh pengirim atau
penerima. Menurut Berlo, sumber dan penerima pesan
dipengaruhi oleh keterampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, sistem sosial, dan budaya. Pesan
dikembangkan berdasarkan elemen, struktur, isi, perlakuan,
dan kode. Saluran berhubungan dengan pancaindera, yaitu
melihat, merasa, mendengar, menyentuh, dan mencium.14
Salah satu kelebihan model Berlo adalah bahwa
model ini tidak terbatas pada komunikasi publik atau
komunikasi massa, namun jug akomunikasi antarpribadi dan
berbagai bentuk komunikasi tertulis. Model Berlo juga
bersifat heuristik (merangsang penelitian), karena merinci
unsur-unsur yang penting dalam proses komunikasi.
Model Berlo juga mempunyai keterbatasan.
Meskipun Berlo menganggap komunikasi sebagai proses,
model Berlo, seperti juga model Aristoteles, menyajikan
komunikasi sebagai fenomena yang statis ketimbang
fenomena yang dinamis dan terus berubah. Lebih jauh lagi,
umpan balikyang diterima pembicara dari khalayak tidak
dimasukkan dalam model grafiknya, dan komunikasi non-
verbal tidak dianggap penting dalam memengaruhi orang
lain.15
14
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 249. 15
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Offset, 2010), h, 164.
-
38
1) Tim Produksi Sebagai Source
Komunikator adalah pihak yang memulai proses
komunikasi, sumber pernyataan umum, pihak yang
menyampaikan pesan kepada orang lain. Secara garis
besar terdapat dua jenis komunikator. Pertama,
komunikator perseorangan, yaitu komunikator yang
bertindak atas nama dirinya sendiri, tidak mewakili
orang lain, lembaga, organisasi, atau institusi. Kedua,
komunikator yang mewakili lembaga, yaitu komunikator
yang menjalankan fungsinya sebagai wakil, atau yang
mewakili kelompok.16
2) Dakwah Sebagai Message
Pesan merupakan serangkaian isyarat yang
diciptakan oleh seseorang untuk saluran tertentu dengan
harapan bahwa serangkaian isyarat atau simbol itu akan
mengutarakan atau menimbulkan makna tertentu dalam
diri orang lain yang hendak diajak berkomunikasi.17
3) Strategi dan Media Sebagai Channel
Media komunikasi adalah semua sarana yang
dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi,
mengolah, mendistribusikan atau menyebarkan dan
menyampaikan informasi. Media komunikasi sangat
berperan dalam kehidupan masyarakat. Secara
16
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 160-161. 17
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 177.
-
39
sederhana, media komunikasi adalah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada
komunikan yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran
informasi atau pesan tersebut. Menurut Burgon dan
Huffner dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi
karangan Suryanto, fungsi media komunikasi yang
berteknologi tinggi adalah sebagai berikut: Efisiensi
penyebaran informasi; Memperkuat eksistensi informasi;
Mendidik/ mengarahkan/ memersuasi; Menghibur; dan
Kontrol sosial.
4) Segmen Sebagai Receiver
Komunikan yaitu pihak seseorang atau
sekelompok orang atau organisasi yang menjadi sasaran/
penerima pesan dalam proses komunikasi. Dengan kata
lain rekan komunikator dalam komunikasi. Istilah lain
komunikan adalah audiens, sasaran, receiver, decoder,
khalayak, publik.18
Penerima adalam elemen penting
dalam proses komunikasi, karena dialah yang menajdi
sasaran komunikasi. Jika suatu pesan tidak diterima oleh
penerima, akan menimbulkan berbagai macam masalah
yang seringkali menuntut perubahan, apakah pada
sumber, pesan, atau saluran.19
Schramm menambah effek sebagai respon. Efek
adalah hasil akhir dari proses komunikasi, yaitu sikap dan
18
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 192. 19
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi Edisi Revisi, (Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2007), h, 26.
-
40
tingkah laku orang yang dijadikan sasaran komunikasi,
sesuai atau tidak sesuai dengan yang dilakukan. Jika sikap
dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi
berhasil, demikian pula sebaliknya.20
Dalam komunikasi
massa, ada tiga dimesi efek, yaitu kognitif yang meliputi
peningkatan kesadaran belajar, dan tambahan pengetahuan.
Afektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan sikap.
Sedangkan behavioral akibat yang timbul pada diri khalayak
dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.21
D. Dakwah Melalui Radio
1. Dakwah
Kata dakwah secara bahasa berasal dari bahsa
arab, dari kata kerja (fi’il) yaitu da’a, yad’u ( يدعو –) دعا
yang artinya mengajak, menyeru, mengundang, atau memanggil.
22 Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,
dakwah artinya (1) penyiaran, propaganda (2) penyiaran
agama dan pengembangannya dikalangan masyarakat,
seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan
ajaran agama.23
20
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 194. 21
Suryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Bandung: CV Pustaka
Setia, 2015), h, 198. 22
M. Bahri Ghazali, Da’wah Komunikatif, (Jakarta: Pedomal Ilmu
Jaya, cet-1, 1997), h, 5. 23
Depdikbud, kamus besar bahasa Indonesia Edisis V, Aplikasi luring
resmi badan pengembangan dan pembinaan bahasa
-
41
Menurut Warson Munawwir, dakwah artinya
memanggil, mengundang, mengajak, menyeru,
mendorong, dan memohon.24
Secara etimologi dakwah
berasal dari bahasa Arab “da’wah” yang berarti Seruan,
ajakan dan panggilan. Dengan demikian secara etimologi
dakwah merupakan suatu proses penyampaian (tabligh)
pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan atau seruan
dengan tujuan agar orang lain memenuhi ajakan
tersebut.25
Secara Terminologi, definisi mengenai dakwah
telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di mana
masing-masing definisi tersebut saling melengkapi.
Seperti pengertian dakwah menurut Prof. Toha Yahya
Omar, M. A. ialah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan, untuk keselamatan dan kebahagiaan
mereka di dunia dan akhirat.26
Pada intinya, pemahaman lebih luas dari
pengertian dakwah yang telah didefinisikan oleh para
ahli tersebut adalah: pertama, ajakan ke jalan Allah
SWT. Kedua, dilaksanakan secara berorganisasi. Ketiga,
kegiatan untuk mempengaruhi manusia agar masuk jalan
24
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h, 1. 25
Toto Tasmara, Komunikasi Dakwah. (Jakarta: Gaya Media
Pratama,cet-2, 1997). h, 31. 26
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h, 3.
-
42
Allah SWT. Keempat, sasaran bisa secara fardhiyah atau
jama’ah.27
Dengan demikian yang dimaksud dengan dakwah
bi lisan al haal adalah memanggil, menyeru ke jalan
tuhan untuk kebahagian dunia dan akhirat dengan
menggunakan perbuatan nyata yang sesuai keadaan
manusia (mad’u). M. Yunan Yusuf juga mengungkapkan
bahwa istilah dakwah bi lisan al haal dipergunakan
untuk merujuk kegiatan dakwah melalui aksi atau
tindakan perbuatan nyata. Karena merupakan aksi atau
tindakan nyata makadakwah bi lisan al haal lebih
mengarah pada tindakan menggerakkan mad’u sehingga
dakwah ini lebih berorientasi pada pengembangan
masyarakat.28
2. Metode Dakwah
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang
dipakai juru dakwah untuk menyampaikan ajaran materi
dakwah islam. Dalam menyampaikan suatu pesan
dakwah, metode sangat penting peranannya, karena
suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat
metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja
27
Wahyu Ilahi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2010), h, 15. 28
Munzier Suparta dan Harjani Hefni, Metode Dakwah, (Jakarta:
Prenada Media, 2006) h, 215-216.
-
43
ditolak oleh si penerima pesan. Umumnya merujuk pada
surat an-Nahl: 125.29
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan
hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah
yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk”.
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang
dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga macam,
yaitu: bi al hikmah, mau’izatul hasanah, dan mujadalah
billati hiya ahsan.
a. Bil al-Hikmah, yaitu berdakwah dengan
memperhatikan situasi dan kondisi target dakwah
yang dititikberatkan kepada kemampuan mereka,
sehingga mereka di dalam mengerjakan ajaran
agama Islam yang selanjutnya tidak merasa terpaksa
atau keberatan.30
b. Mau’izatul Hasanah, yaitu berdakwah dengan
memberikan nasihat-nasihat atau menyampaikan
29
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h, 33-34. 30
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h, 33
-
44
ajaran-ajaran Islam dengan rasa kasih saying,
sehingga nasihat dan ajaran Islam yang disampaikan
itu dapat menyentuh hati mereka.31
c. Mujadalah Billati Hiya Ahsan, yaitu berdakwah
dengan cara bertukar pikiran dan membantah
dengan cara yang sebaik-baiknya dengan tidak
memberikan tekanan-tekanan yang memberatkan
pada kelompok tertentu yang menjadi sasaran
dakwah.32
Ada juga yang disebut dengan strategi Ta’lim,
yaitu strategi yang hampir sama dengan strategi tilawah,
yakni keduanya mentranformasikan pesan dakwah. Akan
tetapi, strategi ta’lim bersifat lebih mendalam, dilakukan
secara formal dan sistematis. Artinya, metode ini hanya
diterapkan pada mitra dakwah yang tetap, dengan
kurikulum yang telah dirancang, dilakukan secara
bertahap, serta memiliki target dan tujuan tertentu. Nabi
SAW mengajarkan Al-Qur’an dengan strategi ini,
sehingga banyak sahabat yang hafal Al-Qur’an dan
mampu memahami kandungannya.33
Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW,
yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, ada beberapa
metode dakwah, yaitu:
31
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h, 33 32
Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah,
(Jakarta: Kencana, 2009), h, 33 33
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 356.
-
45
ْعُت َرُسوَل الّلُو َصلَّى َعْن َأِِب َسِعْيد اخلُْدرِي َرِضيَ الّلُو َعنُو قَاَل : َسَِالّلُو َعَلْيِو َوَسلَّم يَ ُقوُل : َمْن رََأى ِمْنُكْم ُمْنَكرًا فَ ْليُ غِّرُه بَِيِدِه، فَِأْن َلَْ َيْسَتِطْع فَِبِلَسانِِو، فَِأْن َلَْ َيْسَتِطْع فَِبَقْلِبِو َوَذ ِلَك َأْضَعُف اأِلْْيَاِن )رواه
سلم امل“Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radiallahu Anha berkata:
saya mendnegar RasulAllah SAW bersabda: siapa yang
melihat kemungkaran maka cegahlah dengan tanganmu,
jika tidak mampu maka cegahlah dengan lisanmu, jika
tidak mampu maka cegahlah dengan hatimu, dan hal
yang tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (HR.
Muslim)
Dakwah Bil Hal yaitu metode dakwah dengan
sikap, perbuatan, contoh, atau keteladanan. Misalnya
segera mendirikan Shalat begitu terdengar adzan.
Dakwah Bil Lisan yaitu metode dakwah melalui
perkataan atau komunikasi lisan, seperti ceramah,
khotbah, atau dialog. Sedangkan Dakwah Bil Qolbi yaitu
metode Dakwah yang dilakukan ingkar dan tidak ridho
kepada kemungkaran.
Beberapa motede dakwah dalam buku Dasar-
dasar Strategi Dakwah Islam karangan Asmuni Syukir,
diantaranya:
a. Metode ceramah
Ceramah merupakan metode yang banyak
diwarnai oleh ciri karakteristik bicara oleh seorang
da’i pada suatu aktivitas dakwah. Ceramah dapat
-
46
pula bersifat propaganda, kampanye, berpidato,
khutbah, sambutan, mengajar, dan sebagainya.34
b. Metode Tanya jawab
Metode Tanya jawab merupakan
penyampaian materi dakwah dengan cara
mendorong sasarannya untuk menyatakan suatu
masalah yang dirasa belum dimengerti dan da’i yang
menajwabnya. Metode ini dimaksudkan untuk
melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhan.35
c. Metode debat
Debat sebagai metode dakwah ada dasarnya
mencari kemenangan, yang menunjukkan kebenaran
dan kehebatan Islam. Debat adalah mempertahankan
pendapat dan ideologinya agara diakui kebenaran
dan kehebatannya oleh orang lain.36
d. Pecakapan antar pribadi
Percakapan pribadi bertujuan untuk
menggunakan kesempatan yang baik di dalam
percakapan untuk aktivitas dakwah. Yang disebut
dengan ngobrol para subjeknya tidak membatasi
permasalahan yang dibiacarakan atau tidak ada
maksud dan tujuan tertentu. Oleh karena itu, da’i
34
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 104. 35
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 123. 36
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 142.
-
47
hendaknya dapat mengarahkan kepada hal-hal yang
baik, mempengaruhi ke jalan yang benar.37
e. Metode demontrasi
Metode demonstrasi merupakan metode
dakwah yang mana seorang da’i memperlihatkan
sesuatu kepada sasarannya, demi tercapainya tujuan
dakwah yang diinginkan.38
f. Metode dakwah RasulAllah SAW
Metode dakwah RasulAllah SAW
diantaranya:39
1) Dakwah dibawah tanah, yakni berdakwah secara
diam-diam dikarenakan belum mempunyai
sahabat yang membantu dakwahnya. Kemudian,
RasulAllah SAW juga menyesuaikan denga
kondisi tempat.
2) Dakwah secara terang-terangan, menyeru kepada
kebaikan.
3) Politik pemerintah, semua urusan Negara
berazaskan islam.
4) Surat menyurat.
5) Peperangan.
37
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 144. 38
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 145. 39
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 151-156.
-
48
g. Pendidikan agama
Pendidikan dan pengajaran dapat dikatakan
metode dakwah. Karena dalam definisi dakwah
dapat diartikan dengan dua sifat, yaitu pembinaan
dan pengembangan40
h. Metode Mengunjungi rumah
Metode yang dirasa sangat efektif untuk
dilaksanakan dalam rangka mengembangkan dan
membina ummat islam. Metode dakwah ini sering
juga dilakukan oleh agama lain.41
3. Radio Sebagai Media Dakwah
Radio merupakan alat elektronik yang digunakan
sebagai media komunikasi dan informasi. Radio hanya
memberikan rangsangan audio (pendengaran). Radio
adalah “makanan” indera pendengaran atau telinga,
sehingga berbagai siaran yang dikemasnya perlu
disesuaikan dengan hal-hal yang dapat dipahami oleh
indera telinga ini.42
Menurut Ghazali, radio merupakan media
komunikasi yang pergunakan dalam mengirim warta
jarak jauh yang ditangkap oleh pendengar melalui
40
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 157. 41
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al
Ikhlas, 1983). h. 160. 42
Aep Kusmawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam, (Bandung:
Benang Merah Press, 2004), h, 54.
-
49
pemancar radio yang diinginkan.43
Menurut Peter Salim,
radio adalah berita yang disiarkan melalui usaha suatu
penyiaran berita melalui radio. Radio adala