proses keperawatan ansietas

17
A. Pengertian Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75) Ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan “kesulitan” dan kesusahan tehadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti (Varcarolis, 2007) Ansietas menurut Kaplan (2005), adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan” dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non- spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan 1

Upload: septi-chairunisa

Post on 02-Oct-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KEPERAWATAN JIWA

TRANSCRIPT

A. Pengertian Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansietas adalah respon emosional terhadap penilaian tersebut. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart dan Sundeen, 1990, hal 75)

Ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan kesulitan dan kesusahan tehadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti (Varcarolis, 2007)

Ansietas menurut Kaplan (2005), adalah sebagai kesulitan atau kesusahan dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan, pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

B. Manifestasi Klinik

Ansietas dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan sebagainya.

Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Pada gangguan cemas lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan gejalanya dibanding ansietas, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan erat dengan stress kehidupan.

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).C. Tingkat Ansietas1. Ansietas ringan.Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Ansietas dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.2. Ansietas sedang.Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain, lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.3. Ansietas berat.Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.4. Tingkat panik dari ansietas.Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.E. Proses Keperawatan1. Pengkajian.Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Terdapat dua tipe respons otonom tubuh terhadap kecemasan, yaitu respon parasimpatis yang bertentangan dengan respon tubuh dan respon simpatis yang mengaktifkan proses tubuh. Respon simpatis lebih menonjol untuk mengaplikasikan tubuh mengatasi situasi emergency melalui reaksi "fight" atau "flight"

a. Stressor PredisposisiStressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dpat berupa :

1) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat memengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan memengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan memengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiazepin karena benzodiazepin dapat menekan neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron diotak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.b. Stresor PresipitasiStresor Presipitasia dalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stresor presepitasi kecemasan dikelompokan menjadi dua bagian :1) Ancaman terhadap integritas fisik. ketegangan yang mengancam integritas fisik yang meliputi :a) Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misal. hamil)b) Sumber eksternal, meliputipaparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.a) Sumber internal : Kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaianterhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.b) Sumber eksternal : Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.c. PerilakuSecara langsung kecemasan dapat dienterpretasikan melalui respons fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.1) Respons fisiologis. Secara fisiologis respons tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan system saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). System saraf simpatis akan mengaktivasi proses tubuh, sedangkan system saraf parasimpatis akan meminimalkan respons tubuh. Reaksi tubuh terhadap stress (kecemasan) adalah fliht atau flight.Bila korteks otak menerima rangsang akan dikirim melalui saraf simpatis kekelenjar adrenal yang akan melepaskan adrenalin atau epinefrin sehingga efeknnya antara lain napas menjadi lebih dalam, nadi meningkat dan tekanan darah meningkat. Darah akan tercurah terutama kejantung , susunan saraf pusat dan otot. Dengan peningkatan glikogenolisis maka gula darah akan meninggi.2) Responspsikologis. Kecemasan dapat mempengaruhi aspek interpersonal. Kecemasan tinggi akan mempengaruhi koordinasi dan gerak refleks. Kesulitan mendengarkan akan mengganggu hubungan dengan orang lain. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.3) Responkognitif. Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isi pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunnya lapangan presepsi, bingung. 4) Responafektif. Secara afektif klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sehingga reaksi emosi terhadap kecemasan.d. Penilaian terhadap stressorPemahaman tentang kecemasan memerlukan integrasi pengetahuan dari berbagai sudut pandang. Diketahui bahwa stresor yang dialami akan menimbulkan kecemasan pada klien sesuai tingkat dan kondisi kecemasan, dipengaruhi oleh banyak faktor yang membutuhkan penanganan multifactor.e. Sumber dan mekanisme kopingIndividu dapat menanggulangi stress dan kecemasan dengan menggunakan atau mengambil sumber koping dari lingkungan baik dari social, intrapersonal, dan interpersonal. Sumber koping diantaranya adalah asset ekonomi, kemampuan memecahkan masalah, dukungan sosial budaya yang diyakini. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut individu dapat mengadopsi strategi koping yang efektif.

Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi merupakan faktor utama yang membuat klien berperilaku patologis atau tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia akan mencoba menetralisasi, mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengemabangkan pola koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi diri pada orang lain. Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energy. Mekanisme koping yang dapat dilakukan ada dua jenis :1) Task oriented reaction atau reaksi berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara obyektif ditunjukkan untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.2) Ego oriented reaction atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam mengatasi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Untuk melalui penggunaan mekanisme pertahanan klien apakaha daptif, kita perlu mengevaluasi hal-hal berikut :a) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme pertahanan klien.b) Tingkat penggunaan mekanisme pertahanan diri tersebut apa pengaruhnya terhadap disorganisasi kepribadian.c) Pengaruh penggunaan mekanisme pertahanan terhadap kemajuan kesehatan kliend) Alasan klien menggunakan mekanisme pertahanan.2. Diagnosa Keperawatan

Untuk diagnosis dibutuhkan penentuan kreteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap.

a. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan

b. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan

c. Kecemasan sedang yang berhubungan dengan tekanan finansial

d. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematiansaudara kandung

e. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan dampak anak sakit

f. ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan 3. Intervensi Keperawatan

Tujuan utama perawat bekerja dengan klien cemas adalah bukan untuk membebaskan klien secara total keluar dari kecemasan, tetapi bagaimana klien mengembangkan cara dan kemampuan menoleransi kecemasan ringa dan menggunakan cara tersebut secara konstruktif. Tujuan keperawatan adalah membantu klien untuk mengmbangkan nilai-nilai yang dimiliki karena saat kecemasan terjadi pertentangan antara situasi yang mengancam dengan nilai-nilai yang diidentifikasi individu sesuai dengan eksistensinya. Perawat membantu klien memilih nilai yang diyakininya. Klien juga diharapkan mampu mencari jalan keluar dari kecemasannya dengan menggunakan mekanisme koping tertentu. Pelaksanaan intervensi ini melibatkan klien secara aktif atau meningkatkan partisipasinya dalam perawatan diri dan pengambilan keputusan bagi dirinya secara bertahap, hal ini akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan merupakan reinforcement untuk perkembangan dirinya.

Kriteria hasil dari intervensi:

a. Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnyab. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress

c. Klien mendiskusikan suatu topik ketika bertemu dengan perawat

1) Kecemasan tingkat sedang

Intervensi terhadap kecemasan tingkat sedang merupakan tindakan suportif dan dicapai melalui pencapaian tujuan jangka pendek. Implementasi ditunjukan untuk membantu klien melakukan upaya untuk mengatasi stress. Tujuan jangka panjang fokusnya membantu klien memahami penyebab kecemasan dan mempunyai cara baru untuk mengontrolnya. Edukasi merupakan aspek penting peda klien untuk meningkatkan respons adaptif terhadap stress. a) Pengenalan terhadap sumber kecemasan. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, menjadi pendengar yang baik atau responsif, beri waktu yang cukup dan dukungan terhadap ekspresi perasaan kliendan gunakan tekhnik komunikasi yang tepat serta mulai dari topik ringan.b) Menyadari adanya cemas.bantu klien mengenali perasaan kecemasaannya dan menyadari nilainya. jelaskan dengan merinci situasi yeng diduga penyebab cemasnya. Bantu klien menganalisis penyebab konfliknya berkembang dan hubungkan keadaan saat ini dengan pengalaman yang lalu.

c) Membantu memiliki koping terhadap ancaman. Dorong klien untuk menggunakan kopingadaptif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada waktu lalu. Bantu klien untuk melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan. Lakukan terapi kognitif dan terapi perilaku yang bertujuan untuk menurunkan kecemasan, memperbaiki kognitif dan mempelajari perilaku baru. Bantu klien memodofikasi perilakunya dan mempelajari perilaku baru. Bantu klien memodifikasi perilakunya dan mempelajari cara koping yang baru terhadap stress.

d) Meningkatkan respon relaksasi. Tujuan jangka panjang ditujukan untuk menolong klien mengatur distress emosional. Dapat dilakuakn secara individual kelompok kecil atau besar. Manfaat utama dari relaksasi ini adalah klien dapat mempraktikan teknik yang mereka pelajari untuk meningkatkan kontrol diri.2) Kecemasan tingkat berat dan panik

Intervensi kecemasan tingkat berat dan panik meliputi:

a) Menjalin hubungan saling percaya. Jelaskan pada klien tujuan interaksi. Dorong klien untuk mendiskusikan perasaan kecemasaannya, rasa frustasi. Lindungi klien, jawab pertanyaan klien secara langsung, selalu berada dekat dengan klien tetapi perhatikan teritorialnya. Gunakan komunikasi verbal dan nonverbal untuk memberi gambaran kesadaran dan penerimaan terhadap kecemasannya.b) Meningkatkan kesadaran diri. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya membuka perasaan cemasnya dan menanganinya secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan klien. Waspada terhadap adanya tanda kecemasan, sadari dan eksplorasi penyebabnya. Kecemasan perawat akan ditransfer ke klien sehingga intervensi tikan akan efektif.c) Melindungi klien. Anjurkan klien untuk menjelaskan kecemasan yang dapat dikontrolnya sehingga berada dalam situasi yang aman. Kembangkan mekanisme koping untuk menemukan dan mangatasi masalah yang tidak disadari. Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya, tidak ada argumen, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.d) Modifikasi lingkungan. Fasilitasi lingkunga dengan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stressnya. Tingkatkan status fisik dengan melakukan tindakan yang membaut rasa nyaman dan relaks seperti mandi hangat, masase dan berendam.

e) Motivasi untuk melakukan aktivitas.Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang disukainya, hal ini akan membatasi kemungkinan klien menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat dan meningkatkan partisipasi dan perasaan puas. Libatkan keluarga untuk mebuat jadwal kegiatan.

f) Pengobatan. Intervensi keperawatan mencangkup pemberian pengobatan dan biasnya diberikan antidepresan atau anti psikotik. Pengobatan disertai dengan penatalaksanaan psikososial.4. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan Pada klien. Evaluasi ini dilakukan secara terus menerus pada respon ansietas klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang perlu dievaluasi meliputi :

a. Apakah interaksi sosial klien membaik

b. Apakah tingkat depresi pascatrauma menghilang

c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan diarahkan dengan adekuat 9