proses kehamilan

7
 PROSES KEHAMILAN A. Fertilisasi Menurut Sri Sudarwati (1990 ) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba falopii. Bagian ini adalah bagian terluas pada saluran telur dan teretak dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi osit. Mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu gelembung glikoprotein dari protein-protein plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom. Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi ol eh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida antara lain akrosin dan zat serupa tripsin. Fase fertilisasi mencakup fase 1 ( penembusan korona radiata), fase 2 (penembusan zona pelusida) dan fase 3 (fusi oosit dan membran plasma) Tahap 1 Penembusan Korona Radiata Dari 200 300 juta sperma yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita hanya 300 sampai 500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan dibuahi untuk menembus sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas menembus sel korona. Tahap 2 Penembusan Zona Pelusida Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida sehingga akan bertemu dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pa da gilirannya enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.

Upload: tiwi-tiwull-mandja

Post on 19-Jul-2015

76 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 1/7

 

PROSES KEHAMILAN

A. Fertilisasi

Menurut Sri Sudarwati (1990) fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga

terbentuk suatu individu baru dengan sifat genetic yang berasal dari kedua parentalnya. Sedangkan

menurut Wildan Yatim (1990) fertilisasi merupakan masuknya spermatozoa kedalam ovum. Setelah

spermatozoa masuk, ovum dapat tumbuh menjadi individu baru. Fertilisasi atau pembuahan adalah

proses penyatuan gamet pria dan wanita yang terjadi di daerah ampula tuba falopii. Bagian ini

adalah bagian terluas pada saluran telur dan teretak dengan ovarium. Spermatozoa dapat bertahan

hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama kira-kira 24 jam. Spermatozoa bergerak dengan

cepat dari vagina ke rahim dan selanjutnya masuk ke dalam saluran telur. Pergerakan naik ini

disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Perlu diingat bahwa pada saat sampai di

saluran kelamin wanita, spermatozoa belum mampu membuahi osit. Mereka harus mengalami

proses kapasitasi dan reaksi akrosom.

Kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita yang pada manusiaberlangsung kira-kira 7 jam. Selama waktu itu, suatu gelembung glikoprotein dari protein-protein

plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya

sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona.

Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida

antara lain akrosin dan zat serupa tripsin. Fase fertilisasi mencakup fase 1 (penembusan korona

radiata), fase 2 (penembusan zona pelusida) dan fase 3 (fusi oosit dan membran plasma)

Tahap 1 Penembusan Korona Radiata

Dari 200 – 300 juta sperma yang dicurahkan ke dalam saluran kelamin wanita hanya 300 sampai 500

yang mencapai tempat pembuahan. Hanya satu diantaranya yang diperlukan untuk pembuahan, dan

diduga bahwa sperma-sperma lainnya membantu sperma yang akan dibuahi untuk menembus

sawar-sawar yang melindungi gamet wanita. Sperma yang mengalami kapasitasi dengan bebas

menembus sel korona.

Tahap 2 Penembusan Zona PelusidaZona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein disekeliling telur yang mempermudah dan

mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim

akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida sehingga akan bertemu dengan

membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh

permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul

korteks yang melapisi membran plasma oosit. Pada gilirannya enzim-enzim ini menyebabkan

perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak

aktif tempat-tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies.

Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang terlihat mampu

menembus oosit.

Page 2: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 2/7

 

Tahap 3 Penyatuan Oosit dan membran sel sperma

Segera setelah spermatozoa menyentuh membran sel oosit, kedua selput plasma sel tersebut

menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi

akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi

bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki

sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertinggal di permukaan oosit.

Segera setelah spermatozoa memasuki oosit, sel telur menanggapinya dengan cara yang berbeda.

1. Reksi kortikal dan zona. Sebagai akibat terlepasnya butir-butir kortikal oosit (a) selaput oosit tidak

dapat ditembus lagi oleh spermatozoa lainnya dan (b) zona pelusida mengubah struktur dan

komposisinya untuk mencegah penambatan dan penetrasi sperma. Dengan cara ii terjadinya

polispermi dicegah.

2. Melanjutkan pembelahan mitosis kedua. Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya

segera setelah ada spermatozoa yang masuk. Salah satu dari sel anaknya hampir tidak mendapatkan

sitoplasma dan dikenal sebagai badan kutub kedua, sel anak lainnya adalah oosit definitif.

Kromosomnya (22+X) tersusun didalam sebuah inti vesikuler yang dikenal sebagai pronukleus wanita3. Penggiatan metabolik sel telur. Faktor penggiat diperkirakan dibawa oleh spermatozoa.

Penggiatan setelah penyatuan diperkirakan untuk mengulangi kembali peristiwa permulaan seluler

dan molekuler yang berhubungan dengan awal embriogenesis.

Sementara itu spermatozoa bergerak terus maju hingga dekat sekali dengan pronukleus wanita.

Intinya embengkak dan membentuk pronukleus pria sedangkan ekornya terlepas dan berdegenerasi.

Secara morfologis, pronukleus wanita dan pria tidak dapat dibedakan dan sesudah itu mereka saling

rapat erat dan kehilangan selaput inti mereka. Selama masa pertumbuhan, baik pronukleus pria

maupun wanita (keduanya haploid), masing-masing pronukleus harus menggandakan DNA-nya. Jika

tidak, masing-masing sel dalam zigot tahap dua sel tersebut akan mempunyai separuh dari jumlah

DNA normal. Segera setelah sintesis DNA, kromosom tersusun dalam gelendong untuk

mempersiapkan pembelahan mitosis yang normal. 23 kromosom ibu dan 23 kromosam ayah

(rangkap) membelah memanjang pada sentromer dan kromatid-kromatid yang berpasangan

tersebut saling bergerak ke arah kutub yang berlawanan, sehingga menyiapkan sel zigot yang

masing-masing mempunyai jumlah kromosom dan DNA yang normal. Sementara kromatid-kromatid

berpasangan bergerak ke arah kutub yang berlawanan, munculah satu alur yang dalam pada

permukaan sel yang berangsur-angsur membagi sitoplasma menjadi 2 bagaian.

Hasil utama pembuahan adalah :1. Pengembalian menjadi jumlah kromosom diploid lagi, separuh dari ayah dan separuhnya dari ibu.

Oleh karena itu, zigot mengandung kombinasi kromosom baru yang berbeda dari kedua orang

tuanya.

2. Penentuan jenis kelamin individu baru. Spermatozoa pembawea X akan menghasilkan satu

mudigah wanita (XX), dan spermatozoa pembawa Y menghasilkan satu mudigah pria (XY). Oleh

karena itu, jenis kelamin kromosom mudigah tersebut ditentukan saat pembuahan

3. Dimulainya pembelahan. Tanpa pembuahan, oosit biasanya akan berdegenerasi 24 jam setelah

ovulasi.

Setelah zigot mencapai tingkat dua sel, ia menjalani serangkaian pembelahan mitosis,

mengakibatkan bertambahnya jumlah sel dengan cepat. Sel yang menjadi semakin kecil pada setiap

Page 3: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 3/7

 

pembelahan ini dikenal sebagai blastomer. Sampai pada tingkat delapan sel, sel-selnya membentuk

sebuah gumpalan bersusun longgar. Tetapi, setelah pembelahan ketiga, hubungan antara blastomer

semkin rapat, sehingga membentuk sebuah bola sel yang padat yang disatukan oleh persambungan

yang kuat. Proses ini yang dikenal sebagai pemadatan, memisahkan sel-sel bagian dalam yang saling

berkomunikasi secara ekstensif dengan gap junction dari sel-sel bagain luar. Kira-kira 3 hari setelah

pembuahan, sel-sel embrio yang termampatkan tersebut membelah lagi membentuk morula dengan

16 sel. Sel-sel bagian dalam morula merupakan massa sel dalam, sedangkan sel-sel sekitar

membentuk massa sel luar. Massa sel dalam akan membentuk jaringan-jaringan embrio sebenarnya,

sementara massa sel luar membentuk trofoblas yang kemudian ikut membentuk plasenta.

Kira-kira pada waktu morula memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pelusida masuk

ke dalam ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyat dan

akhirnya terbentuklah sebuah rongga blastokel. Pada saat ini, mudigah dikenal sebagai blastokista.

Sel-sel di dalam massa sel dalam yang sekarang disebut embrioblas terletak pada salah satu kutub,

sedangkan selsel di massa sel luar ata trofoblas, menipis membentuk dinding epitel untukblastokista. Zona pelusida kini sudah menghilang, sehingga implantasi bisa dimulai.

Dalam beberapa jam setelah pembuahan terjadi, mulailah pembelahan zigot. Hal ini dapat

berlangsung oleh karena sitoplasma ovum mengandung banyak zat asam amino dan enzim. Segera

setelah pembelahan ini terjadi, maka pembelahan-pembelahan selanjutnya berjalan dengan lancar

dan dalam 3 hari terbentuk sel-sel yang sama besarnya. Hasil konsepsi berada dalam stadium

morula. Energi untuk pembelahan ini diperoleh dari vitellus, hingga volume vitelus makin berkurang

dan terisi seluruhnya oleh morula. Dengan demikian, zona pelusida tetap untuk atau dengan

perkataan lain, besarnya hasil konsepsi tetap sama. Dalam ukuran yang sama ini ahsil konsepsi

disalurkan terus ke pars istmika dan pars interstitialis tuba (bagian-bagian tuba yang mnyempit) dan

terus ke arah kavum uteri oleh arus serta getaran silia pada permukaan sel-sel tuba dan kontraksi

tuba. Dalam kavum uteri hasil konsepsi mencapai stadium blastula.

Pada stadium blastula ini sel-sel yang lebih kecil yang membentuk dinding blastula akan mejadi

trofoblas. Denga demikian, blastula diselubungi oleh suatu simpai yang disebut trofobas. Trofoblas

yang mempunyai kemampuan menghancurkan dan mencairkan jaringan menemukan endometrium

dalam masa sekresi dengan sel-sel desidua. Sel-sel desidua ini besar-besar dan mengandung lebih

banyak glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastula dengan bagian yang mengandung

inner cell mass aktif mudah masuk ke dalam lapisan desidua dan luka pada desidua kemudianmenutup kembali. Kadang-kadang pada saat nidasi yakni masuknya ovum ke dalam endometrium

terjadi perdarahan pada luka desidua.

Spermatozoa yang mengelilingi ovum akan menghasilkan enzim hialuronidase, yaitu enzim yang

memecah protoplasma pelindung ovum agar dapat menembus ovum dengan sedikit lebih mudah.

Enzim tersebut merusak korona radiata dan memudahkan penembusan zona pellucida hanya untuk

satu sperma saja. Badan dan ekor sperma terpisah dari kepala segera setelah masuk ke dalam ovum.

Segera setelah kedua sel bersatu, kumparan kutub kedua dalam inti (nukleus) ovum mengalami

pembelahan meiosis kedua dan mampu bersatu dengan inti sperma, sehingga terbentuk kromosom

diploid (2n).

B. Perkembangan Janin di Rahim

1. Pembelahan

Page 4: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 4/7

 

Menurut yatim (1990:155) pada manusia pembelahan terjadi secara holoblastik tidak teratur.

Dimana bidang dan waktu tahap-tahap pembelahan tidak sama dan tidak serentak pada berbagai

daerah zigot. Awalnya zigot membelah menjadi 2 sel, kemudian terjadi tingkat 3 sel, kemudian

tingkat 4 sel, diteruskan tingkat 5 sel, 6 sel, 7 sel, 8 sel, dan terus menerus hingga terbentuk

balstomer yang terdiri dari 60-70 sel, berupa gumpalan massif yang disebut morula.

Pembelahan atau segmentasi terjadi setelah pembelahan. Zigot membelah berulang kali sampai

terdiri dari berpuluh sel kecil yang disebut blastomer. Pembelahan itu bias meliputi seluruh bagian,

bias pula hanya sebagian kecil zigot. Pembelahan ini terjadi secara mitosis. Bidang yang ditempuh

oleh arah pembelahan ketika zigot mengalami mitosis terus-menerus menjadi banyak sel, disebut

bidang pembelahan. Ada 4 macam bidang pembelahan yaitu meridian, vertical, ekuator dan

latitudinal

2. Blastulasi dan Nidasi

Setelah sel-sel morula mengalami pembelahan terus-menerus maka akan terbentuk rongga di

tengah. Rongga ini makin lama makin besar dan berisi cairan. Embrio yang memiliki rongga disebut

blastula, rongganya disebut blastocoel, proses pembentukan blastula disebut blastulasi.Pembelahan hingga terbentuk blastula ini terjadi di oviduk dan berlangsung selama 5 hari.

Selanjutnya blastula akan mengalir ke dalam uterus. Setelah memasuki uterus, mula-mula blastosis

terapung-apung di dalam lumen uteus. Kemudian, 6-7 hari setelah fertilisasi embryo akan

mengadakan pertautan dengan dinding uterus untuk dapat berkembang ke tahap selanjutnya.

Peristiwa terpautnya antara embryo pada endometrium uterus disebut implantasi atau nidasi.

Implantasi ini telah lengkap pada 12 hari setelah fertilisasi (Yatim, 1990: 136)

3. Gastrulasi

Menurut Tenzer (2000:212) Setelah tahap blastula selesai dilanjutkan dengan tahap gastrulasi.

Gastrula berlangsung pada hari ke 15. Tahap gastrula ini merupakan tahap atau stadium paling kritis

bagi embryo. Pada gastrulasi terjadi perkembangan embryo yang dinamis karena terjadi

perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embryo dalam suatu sistem sumbu.

Kumpulan sel yang semula terletak berjauhan, sekarang terletak cukup dekat untuk melakukan

interkasi yang bersifat merangsang dalam pembentukan sistem organ-organ tbuh. Gastrulasi ini

menghasilkan 3 lapisan lembaga yaitu laisan endoderm di sebelah dalam, mesoderm disebelah

tengah dan ectoderm di sebelah luar.

Dalam proses gastrulasi disamping terus menerus terjadi pembelahan dan perbanyakan sel, terjadi

pula berbagai macam gerakan sel di dalam usaha mengatur dan menyusun sesuai dengan bentuk

dan susunan tubuh individu dari spesies yang bersangkutan.

4. TubulasiTubulasi adalah pertumbuhan yang mengiringi pembentukan gastrula atau disebut juga dengan

pembumbungan. Daerah-daerah bakal pembentuk alat atau ketiga lapis benih ectoderm, mesoderm

dan endoderm, menyusun diri sehingga berupa bumbung, berongga. Yang tidak mengalami

pembumbungan yaitu notochord, tetapi masif. Mengiringi proses tubulasi terjadi proses differensiasi

setempat pada tiap bumbung ketiga lapis benih, yang pada pertumbuhan berikutnya akan

menumbuhkan alat (organ) bentuk definitif. Ketika tubulasi ectoderm saraf berlangsung, terjadi pula

differensiasi awal pada daerah-daerah bumbung itu, bagian depan tubuh menjadi encephalon (otak)

dan bagian belakang menjadi medulla spinalis bagi bumbung neural (saraf). Pada bumbung

endoderm terjadi diferensiasi awal saluran atas bagian depan, tengah dan belakang. Pada bumbung

mesoderm terjadi diferensiasi awal untuk menumbuhkan otot rangka, bagian dermis kulit dan

 jaringan pengikat lain, otot visera, rangka dan alat urogenitalia.

Page 5: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 5/7

 

5. Organogenesis

Organogenesis atau morfogenesis adalah embryo bentuk primitif yang berubah menjadi bentuk yang

lebih definitif dan memiliki bentuk dan rupa yang spesifik dalam suatu spesies. Organogensisi

dimulai akhir minggu ke 3 dan berakhir pada akhir minggu ke 8. Dengan berakhirnya organogenesis

maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embrio disebut

fetus (Amy Tenzer,dkk, 2000)

Pada periode pertumbuhan antara atau transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian

tubuh embrio dari bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embryo akan

memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir, penyelesaian

secara halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu individu. Pada periode ini embrio

mengalami penyelesaian pertumbuhan jenis kelamin, watak (karakter fisik dan psikis) serta wajah

yang khusus bagi setiap individu. Organogenesis pada bumbung-bumbung:

Eksoderm terbagi atas epidermis dan neural

Epidermis

1. Lapisan epidermis kulit, dengan derivatnya yang bertekstur (susunan kimia) tanduk: sisik, bulu,kuku, tanduk, cula, taji.

2. Kelenjar-kelenjar kulit: kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar ludah, kelenjar lender,

kelenjar air mata.

3. Lensa mata, alat telinga dalam, indra bau dan indra peraba.

4. Stomodeum menumbuhkan mulut, dengan derivatnya seperti lapisan email gigi, kelenjar ludah

dan indra pengecap.

5. Proctodeum menumbuhkan dubur bersama kelenjarnya yang menghasilkan bau tajam.

6. Lapisan enamel gigi.

Neural (saraf)

1. Otak dan sumsum tulang belakang.

2. Saraf tepi otak dan punggung.

3. Bagian persyarafan indra, seperti mata, hidung dan kulit.

4. Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigment.

Mesoderm

1. Otot : lurik, polos dan jantung.

2. Mesenkim yang dapat berdifferensiasi menjadi berbagai macam sel dan jaringan.

3. Gonad, saluran serta kelenjar-kelenjarnya.

4. Ginjal dan ureter.5. Lapisan otot dan jaringan pengikat (tunica muscularis, tunica adventitia, tunica musclarismucosa

dan serosa) berbagai saluran dalam tubh, seperti pencernaan, kelamin, trakea, bronchi, dan

pembuluh darah.

6. Lapisan rongga tubuh dan selaput-selaput berbagai alat: plera, pericardium, peritoneum dan

mesenterium.

7. Jaringan ikat dalam alat-alat seperti hati, pancreas, kelenjar buntu.

8. Lapisan dentin, cementum dan periodontum gigi, bersama pulpanya.

Endoderm

1. Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan mulai faring sampai rectum.

2. Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya hepar, pancreas, serta kelenjar lender yang mengandung

enzim dlam esophagus, gaster dan intestium.

Page 6: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 6/7

 

3. Lapisan epitel paru atau insang.

4. Kloaka yang menjadi muara ketiga saluran: pembuangan (ureter), makanan (rectum), dan kelamin

(ductus genitalis).

5. Lapisan epitel vagina, uretra, vesika urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.

Pada minggu ke 5 embryo berukuran 8 mm. Pada saat ini otak berkembang sangat cepat sehingga

kepala terlihat sangat besar. Pada minggu ke 6 embrio berukuran 13 mm. Kepala masih lebih besar

daripada badan yang sudah mulai lurus, jari-jari mulai dibentuk. Pada minggu ke 7 embryo

berukuran 18 mm, jari tangan dan kaki mulai dibentuk, badan mulai memanjang dan lurus, genetalia

eksterna belum dapat dibedakan. Setelah tahap organogenesis selesai yaitu pada akhir minggu ke 8

maka embrio akan disebut janin atau fetus dengan ukuran 30 mm.

III. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN FETUS

A. Pertumbuhan Fetus

Umur fetus (janin) yang sebenarnya, harus dihitung dari saat fertilisasi atau karena fertilisasi selalu

berdekatan dengan ovulasi, sekurang-kurangnya dari saat ovulasi. Dalam praktek, tuanya kehamilan

dihitung dari haid yang terakhir. Sesuai dengan tingkat pertumbuhannya, berbagai nama diberikan

pada anak yang dikandung itu.

1. Ovum : Umurnya dari 0-2 minggu setelah fertilisasi.

2. Embrio : Umurnya dari 3-5 minggu, mulai terjadi pembentukan alat- alat badan dalam bentuk

dasar.

3. Fetus : Janin yang sudah mempunyai bentuk manusia.

B. Perkembangan Fetus

Hasil konsepsi terpendam dalam endometrium uterus, mendapat makanan dari darah ibu, selama 10

minggu organ-organ terbentuk. Embrio terbungkus dalam dua membran sebelah dalam amnion dan

sebelah luar korion. Selama perkembangan 8 minggu pertama, terbentuk plasenta sehingga fetus

akan terikat oleh tali pusar.

Permulaan periode embrional sebagai mulainya Minggu ke-3 setelah ovulasi. Akhir periode

embrional dan mulainya periode janin ditetapkan oleh sebagian ahli embriologi, terjadi 8 minggu

setelah fertilisasi, atau 10 minggu setelah mulainya periode menstruasi terakhir.

Pada akhir Minggu ke-8 ini, tubuh bayi mulai terbentuk, dan kini disebut fetus (berasal dari bahasa

latin yang berarti keturunan) atau janin. Pada usia ini, fetus berukuran kira-kira 3,5 cm dan terus

tumbuh cepat hingga Minggu ke-20, baru kemudian laju pertumbuhannya melambat. Kepalanya

tampak besar jika dibandingkan dengan tubuhnya tapi wajahnya mulai terbentuk. Matanya lebih

besar dan kini terletak di bagian depan muka untuk mempersiapkan kemampuan melihatnya.

Pembuluh air mata juga telah terbentuk pada Minggu ke delapan dan telinganya yang terletak di

leher berlahan-lahan jari-jari tangan dan kaki tampak jelas meskipun masih diliputi selaput tipis.

Page 7: PROSES KEHAMILAN

5/17/2018 PROSES KEHAMILAN - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proses-kehamilan-55ab5965f3f0d 7/7

 

Walaupun jenis kelamin bayi telah ditentukan sejak konsepsi, namun belum dapat diketahui hingga

Minggu ke-9 setelah alat kelaminnya muncul, dan jenis kelaminnya dapat dibedakan sejak fetus

berusia 12 minggu. Pada Minggu ke-12 fetus sudah terbentuk sempurna, kini panjangnya sekitar 8,5

cm. Kantong amniotik berisi 100 ml cairan amniotik. Kepala fetus kini tampak membulat, leher dan

wajahnya telah terbentuk, dan telinganya sudah berada di tempat yang tepat. Bila dahi fetus

disentuh, maka kepalanya akan berpaling dan keningnya berkerut. Fetus telah mampu menelan dan

menggerakkan bibir atasnya. Kini bagian luar alat kelamin fetus sudah cukup berkembang sehingga

sudah bisa dilihat dan ditetapkan jenis kelaminnya.

Pertumbuhan tangan janin pada Minggu ke-12 yakni mula-mula berupa kuncup di ujung lengan lalu

diakhir Minggu ke-4 pada Minggu ke-6 tampak seperti dayung beralur-alur yang kelak akan

berbentuk jari, Lalu jaringan alur-alur tadi memecah dan membentuk jari-jari dan pada Minggu ke-7,

 jari-jari telah terbentuk Ujungnya tampak bengkak , karena pembentukan lapisan peraba. Kuku jari

berbentuk, mulai Minggu ke-10; mula-mula dilapisi selaput kulit tipis, tapi kukunya belum sempurna

hingga usia janin mencapai Minggu ke-32. Pada Minggu ke-12 jari-jari janin telah berbentukseluruhnya.

Pada usia 16 minggu panjang janin sekitar 14 cm, beratnya sekitar 130g, tubuhnya ditumbuhi bulu-

bulu halus yang disebut lanugo (latin : lana, wol). Fungsi lanugo belum diketahui. Mula-mula lanugo

tumbuh pada alis mata dan bibir bagian atas tapi pada minggu ke 20 mulai menutupi seluruh tubuh.

Pada Minggu ke 16, vernix caseosa, sal licin berwarna putih mulai terbentuk.

Dapat terlihat jelas di wajah dan kulit kepala pada Minggu ke 18. mula-mula muncul di punggung,

rambut dan lipatan sendi, namun kemudian menutupi seluruh tubuh. Lapisan luar yang terbentuk

pada bagian kulit tapak kaki dan jari-jarinya, juga tangan dan jari-jarinya memiliki pola khusus pada

setiap manusia. Pada Minggu ke 28, panjang fetus menjadi kira-kira 1,1 kg. Antara Minggu ke 26 dan

29, kelopak matanya sudah tumbuh, sementara rambut di kepalanya sudah panjang, lanugo mulai

menghilang dan warna kulitnya berubah dari merah menjadi warna kulit manusia umumnya. Pada

Minggu ke 28, testis bayi lelaki yang mulanya di perut mulai turun ke bawah, dan mencapai scrotum

pada Minggu ke 32, testis pada bayi.