prosedur tetap pendakian gunung ciremaitngciremai.com/wp-content/uploads/2020/08/protap...b...

41
Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai tn_g_ciremai btn.ciremai

Upload: others

Post on 22-Oct-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Prosedur Tetap

    Pendakian Gunung Ciremai

    tn_g_ciremaibtn.ciremai

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Gunung merupakan tempat yang istimewa. Karena kondisi biogeografinya,

    sejarah, keterisolasiannya, dan variasi habitat serta satwaliarnya, gunung

    menjadi kantung penyimpan keanekaragaman hayati.

    Puncak Ciremai (3078 mdpl) menjadi titik tertinggi di tanah Jawa bagian Barat

    dan menjadi bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Selain itu

    saat ini merupakan incaran para pendaki gunung nusantara dan mancanegara.

    Seiring dengan akses mudahnya ke berbagai tempat terpencil yang memiliki

    potensi wisata, ekonomi masyarakat yang semakin membaik, semakin

    mudahnya memperoleh peralatan pendakian gunung serta antusiasme

    konservasi di kalangan kaum muda.

    Dalam pengelolaan gunung di kawasan konservasi di Indonesia, Direktorat

    Jenderal KSDAE selalu menekankan prinsip safety, comfort, and satisfaction,

    sehingga para pengelola kawasan perlu untuk menyediakan standar

    pengelolaan pendakian gunung di kawasan konservasi secara memadai. Di

    samping itu, para pengelola perlu meningkatkan pelibatan para pihak dalam

    pengelolaan pendakian gunung, sehingga selalu ada sinergi dan integrasi.

    Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai ini merupakan salah satu upaya

    menuju hal tersebut. Selain itu, ini merupakan pedoman bagi seluruh pihak

    yang berkepentingan dalam pengelolaan pendakian Gunung Ciremai. Standar

    ini tentu saja akan terus mendapat masukan untuk perbaikan seiring

    perkembangan teknik pendakian gunung yang berlaku di Indonesia.

    Kuningan, Juni 2019

    Kepala Balai, Kuswandono, S.Hut, MP NIP. 196908091998031004

  • iii

    DAFTAR ISI

    Hal KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iv

    BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ......................................................................................................... I - 1 B. Maksud dan Tujuan ............................................................................................... I - 1 C. Ruang Lingkup ........................................................................................................ I - 2 D. Dasar Hukum ........................................................................................................... I - 2 E. Pengertian ................................................................................................................ I - 4

    BAB II. ARAHAN TEKNIS A. Perlindungan Keanekaragaman Hayati .......................................................... II - 1 B. Perlindungan Nilai Budaya .................................................................................. II - 1 C. Keamanan, Ketertiban, Keselamatan, Kenyamanan serta Pengalaman Edukasi Konservasi ....................................................................... II - 1

    BAB III. PROSEDUR PENDAKIAN A. Jenis Pendakian ...................................................................................................... III - 1 B. Pusat Informasi dan Cinderamata .................................................................... III - 7

    BAB IV. PENYEDIAAN JASA WISATA ALAM A. Pramuwisata ............................................................................................................ IV - 1 B. Perjalanan Wisata dan informasi wisata ......................................................... IV - 2

    BAB V. KESIAPSIAGAAN DAN SAR A. Tingkatan Keadaan Darurat ( Emergency Phases) ...................................... V - 1 B. Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR ( SAR Stages) .................................. V - 2 C. Kelembagaan SAR .................................................................................................. V – 3

    BAB VI. PENGELOLAAN SAMPAH

    BAB VII. ATURAN DAN SANKSI A. Aturan ........................................................................................................................ VII - 1 B. Sanksi.......................................................................................................................... VII - 4

    BAB VIII. PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN A. Pelayanan Pintu Masuk ........................................................................................ VIII - 1 B. Pelayanan Pintu Keluar......................................................................................... VIII - 2 C. Pelayanan di Kantor Balai .................................................................................... VIII - 2

    BAB IX. PENUTUP

    LAMPIRAN

  • iv

    DAFTAR GAMBAR

    Hal

    Gambar 1. Struktur Kelembagaan SAR .................................................................... V - 7

    Gambar 2. Mekanisme Penanganan Sampah ....................................................... VI - 1

  • I - 1

    I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) merupakan Kawasan Pelestarian Alam

    yang mengemban fungsi perlindungan dan pengamanan kawasan, pengawetan

    keanekaragaman hayati dan pemanfaatan secara berkelanjutan. Kegiatan pemanfaatan

    kawasan salah satunya adalah wisata alam. Agar pemanfaatan wisata alam sesuai kaidah

    pengelolaan TNGC, maka aktivitas wisata alam perlu dikelola dengan optimal demi

    pelayanan prima bagi pengunjung dengan tetap menjaga fungsi kawasan.

    Pendakian gunung merupakan kegiatan yang beresiko tinggi. Mulai dari kecelakaan ringan

    hingga kecelakaan berat berakibat kematian. Kecelakaan terjadi antara lain karena pendaki

    tidak mematuhi peraturan, perlengkapan dan logistik tidak memadai, serta tidak memiliki

    kemampuan dan pengalaman mendaki gunung.

    Pendakian gunung Ciremai adalah wisata unggulan TNGC. Keragaman ekosistem

    pegunungan dan bentang alam yang unik menjadi daya tarik gunung soliter tertinggi di

    Jawa bagian barat (3.078 mdpl) ini. Hal itu terbukti dengan meningkatnya pendaki dari

    waktu ke waktu.

    Masyarakat diberikan akses mengelola pendakian gunung Ciremai melalui Izin Usaha

    Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA). Terobosan itu telah memberikan dampak positif

    terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Namun tidak sedikit berdampak negatif.

    Misalnya berupa sampah, erosi, vandalisme, pencemaran sumber air, gangguan sumber

    daya alam hayati serta situs purbakala.

    Berkaitan dengan hal tersebut diatas, maka perlu disusun Prosedur Tetap pendakian

    gunung Ciremai. Dengan adanya pengaturan pendakian, diharapkan aktivitas pendakian

    dapat berjalan sesuai dengan ketentuan. Sehingga keamanan, keselamatan, kenyamanan,

    pelibatan masyarakat serta fungsi taman nasional dapat optimal.

    B. Maksud dan Tujuan

    Maksud penyusunan Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai adalah sebagai pedoman

    dalam pelaksanaan/ penyelenggaraan pengelolaan pendakian gunung Ciremai. Sedangkan

    tujuannya adalah meningkatkan pengelolaan pendakian gunung Ciremai yang mencakup

    keamanan, keselamatan, kenyamanan, pelibatan masyarakat serta terjaganya kelestarian

    keanekaragaman hayati dan ekosistem TNGC.

  • I - 2

    C. Ruang Lingkup

    Ruang lingkup Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai meliputi arahan teknis, prosedur

    pendakian gunung Ciremai, serta larangan dan sanksi yang diterapkan.

    D. Dasar Hukum

    Dasar hukum penyusunan dan penerapan Prosedur Tetap Pendakian Gunung Ciremai

    adalah sebagai berikut:

    1. Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati

    dan Ekosistemnya;

    2. Undang-Undang RI Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;

    3. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

    Lingkungan Hidup;

    4. Undang-undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan

    Perusakan Hutan;

    5. Undang-undang Nomor 9 tahun 2018 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;

    7. Peraturan Pemerintah RI Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis

    Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

    Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan

    Kawasan Pelestarian Alam;

    9. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.8/MENLHK

    /SEKJEN/KUM.1/3/2019 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa,

    Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam;

    10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.43/MENLHK/

    SEKJEN/KUM.1/6/2017 tentang Pemberdayaan Masyarakat di Kawasan Suaka Alam dan

    Kawasan Pelestarian Alam;

    11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.37/Menhut-II/2014 tanggal 4 Juni 2014 tentang

    Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak

    Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam;

    12. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2014 tanggal 4 Juni 2014 tentang

    Tata Cara dan Persyaratan Kegiatan Tertentu Pengenaan Tarif Rp. 0,00 (Nol Rupiah) di

    KSA, KPA, Taman Buru dan Hutan Alam;

  • I - 3

    13. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.18/ MenLHK-II/2015

    tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;

    14. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.7/MenLHK

    /Setjen/OTL.0/1/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman

    Nasional;

    15. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.80/MENLHK

    /SETJEN/KKL.1/9/2016 tentang Standar Peralatan Pencarian, Pertolongan dan Evakuasi

    Korban Bencana dan Kecelakaan di Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan;

    16. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 3684/Menhut-

    VII/KUH/2014 tanggal 8 Mei 2014 tentang Penetapan Kawasan Taman Nasional

    Gunung Ciremai seluas ± 14.841,3 (empat belas ribu delapan ratus empat puluh satu

    koma tiga) hektar yang terletak di Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Provinsi Jawa

    Barat;

    17. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam nomor 7 tahun

    2011 tentang Tata Cara Masuk Kawasan Suaka alam, Kawasan Pelestarian Alam dan

    Taman Buru;

    18. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor

    SK.133/IV-SET/2014 tanggal 17 Juni 2014 tentang Penetapan Rayon di Taman Nasional,

    Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam, Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan

    Penerimaan Negara Bukan Pajak;

    19. Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan Nomor P.

    3/SETJEN/ROKUM/KKL.1/6/2017 Tentang Petunjuk pelaksanaan pencarian,

    pertolongan dan Evakuasi Korban Bencana dan Kecelakaan di Lingkungan

    Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan;

    20. Surat Edaran Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi Nomor

    SE.3/PJLHK/PJLWA/KSA-3/12/2018 tanggal 19 Desember 2018 tentang Integrasi Sistem

    Virtual Account Bank Pada Booking Online Bagi Kegiatan Pendakian;

    21. SNI (Standar Nasional Indonesia) Nomor 8748:2019 tentang Pengelolaan Pendakian

    Gunung.

  • I - 4

    E. Pengertian

    1. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat

    maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga

    kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta

    pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;

    2. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli,

    dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

    pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata alam dan rekreasi;

    3. Balai TNGC adalah unit pelaksana teknis Kementerian Lingkungan Hidup dan

    Kehutanan yang diberikan amanat untuk mengelola kawasan TNGC;

    4. SDA (Sumber Daya Alam) hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari

    sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang

    bersama dengan unsur non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk

    ekosistem;

    5. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang

    dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan

    dan keindahan alam di kawasan suaka margasatwa, taman nasional, taman hutan raya,

    dan taman wisata alam;

    6. Pendakian Gunung adalah olahraga, profesi dan rekreasi wisata alam bertujuan untuk

    menggapai tempat-tempat tertinggi untuk menikmati keindahan alam;

    7. Jalur pendakian adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk aktivitas mendaki,

    biasanya ditandai dari bagian jalan yang dibersihkan dan diperkeras serta dipelihara;

    8. Pendaki adalah pengunjung yang melakukan pendakian di jalur resmi dan telah

    memenuhi persyaratan pendakian dan memiliki tiket masuk kawasan TNGC;

    9. Pendaki nusantara adalah pengunjung berkewarganegaraan Indonesia (WNI) yang

    melakukan pendakian di TNGC. Identitas kewarganegaraan dibuktikan dengan

    menunjukkan KTP atau SIM;

    10. Pendaki mancanegara adalah pengunjung berkewarganegaraan Asing (WNA) yang

    melakukan pendakian di TNGC. Identitas kewarganegaraan dibuktikan dengan

    menunjukkan paspor (KITAS bukan merupakan bukti kewarganegaraan);

    11. Pendakian adalah aktivitas mendaki gunung melalui pintu resmi pendakian TNGC,

    terdiri dari:

  • I - 5

    a. Pendakian umum adalah pendakian selama 2 hari 1 malam (2D1N) melalui sistem

    online dan sesuai kuota yang tersedia;

    b. Pendakian khusus adalah pendakian diluar pendakian umum dengan mengajukan

    Surat Izin Memasuki Kawasan Konservasi (SIMAKSI) ke kantor Balai TNGC.

    12. Kuota pendaki adalah jumlah pendaki maksimal harian yang diizinkan untuk

    melakukan pendakian di setiap pintu masuk resmi, diberlakukan pada pendakian

    umum;

    13. Pendakian non kuota adalah pendakian yang tidak termasuk dalam kuota, dimasukkan

    dalam kategori pendakian khusus;

    14. Izin Usaha Penyedia Jasa Wisata Alam yang selanjutnya disebut IUPJWA adalah izin

    usaha yang diberikan untuk penyediaan jasa wisata alam pada kegiatan pariwisata

    alam berupa jasa informasi pariwisata alam, jasa pramuwisata, jasa transportasi, jasa

    perjalanan wisata, jasa penyedia cinderamata dan jasa penyedia makanan dan

    minuman;

    15. IUPJWA Pramuwisata adalah orang/ badan usaha/ koperasi yang memiliki izin usaha

    penyediaan jasa wisata alam (IUPJWA) berupa penyedia jasa pramuwisata dari Balai

    TNGC;

    16. IUPJWA Perjalanan Wisata adalah orang/ badan usaha/ koperasi yang memiliki izin

    usaha jasa perjalanan wisata dari Balai TNGC;

    17. IUPJWA Informasi Wisata adalah orang/ badan usaha/ koperasi yang memiliki izin

    usaha jasa informasi wisata dari Balai TNGC;

    18. Guide adalah orang yang melakukan kegiatan pemanduan terhadap pendaki dan

    memiliki kartu izin dari Kepala Balai TNGC;

    19. Porter adalah orang yang membantu membawa barang dan menyiapkan kebutuhan

    pendaki dalam melakukan pendakian di TNGC dan memiliki kartu izin dari Kepala Balai

    TNGC;

    20. Base Camp (BC) adalah pintu masuk jalur pendakian yang menjadi tempat awal calon

    pendaki verifikasi pendaftaran booking online dan menjalani tahapan mekanisme

    booking online;

    21. Transit Shelter (TS) adalah lokasi pada jalur pendakian yang menjadi tempat istirahat

    bagi pendaki;

    22. Transit Camp (TC) adalah lokasi pada jalur pendakian yang menjadi tempat bermalam

    dengan berkemah bagi pendaki;

  • I - 6

    23. Nomor kapling adalah nomor posisi tempat bermalam atau berkemah bagi pendaki di

    Transit Camp (TC);

    24. Kemah adalah meletakkan, membangun tenda atau struktur berbentuk tenda

    dipergunakan untuk berteduh atau menginap;

    25. Pintu masuk pendakian adalah pintu resmi yang telah ditetapkan oleh pengelola

    kawasan;

    26. Kantor pengelola adalah sarana yang berfungsi sebagai fasilitas kegiatan pengelolaan

    pendakian;

    27. Paket jasa Pendakian adalah harga tiket masuk untuk melakukan pendakian di TNGC

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    28. Booking Online adalah proses pemesanan tiket masuk kawasan TNGC secara online

    melalui website TNGC;

    29. Booking Code adalah bukti pembayaran tiket masuk kawasan yang didalamnya

    terdapat booking code disampaikan melalui aplikasi dan email yang terdaftar;

    30. Safety Talk merupakan arahan yang diberikan petugas terkait etika pendakian

    seharusnya untuk menciptakan pendakian yang aman, tertib dan nyaman;

    31. Pemeriksaan kesehatan adalah mendeteksi sedini mungkin adanya penyakit-penyakit

    (bila ada), baik yang sudah dirasakan (sudah memperlihatkan gejala-gejala) maupun

    yang belum, biasanya mencakup pemeriksaan mata, mulut, darah, air seni, tinja, foto

    rontgen dan Electronic Cardio Graph (ECG), minimum pemeriksaan fisik, darah dan

    rontgen;

    32. Boarding in adalah proses verifikasi terakhir di Basecamp dalam tahapan pendakian

    booking online TNGC setelah safety talk, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan

    perlengkapan;

    33. Boarding out adalah proses verifikasi terakhir di Base camp pada saat pendaki telah

    melaksanakan pendakian;

    34. SAR Mission Coordinator (SMC) adalah pejabat struktural yang merupakan

    penanggung jawab operasi SAR hingga dapat memberikan pertolongan atau hingga

    operasi terpaksa ditutup. SMC memiliki wewenang penuh untuk menggunakan

    seluruh fasilitas yang ada, mengadakan tambahan fasilitas, dan menerima atau

    menolak saran yang diberikan padanya. SMC ini memiliki tugas mulai dari

    mengumpulkan informasi selengkapnya, mengolah informasi/data dan mengkoordinir

    usaha pencarian. Posisi atau lokasi SMC bisa berubah, menyesuaikan lokasi terdekat

  • I - 7

    dengan lokasi pencarian. Untuk membantu tugas SMC kadang diperlukan

    penanggung jawab yang berbeda di lapangan;

    35. On Scene Commander (OSC) adalah pejabat/staf yang ditugaskan oleh SMC untuk

    mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu

    wilayah pencarian tertentu;

    36. Search and Rescue Unit (SRU) merupakan unsur SAR adalah potensi SAR yang sudah

    terbina dan/atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR;

    37. Data check list sampah adalah daftar barang bawaan pendaki yang berpotensi

    menghasilkan sampah;

    38. Sertifikat Pendakian adalah surat keterangan tertulis atau tercetak yang dikeluarkan

    oleh Balai TNGC sebagai apresiasi pendaki yang bertanggung jawab terhadap sampah

    yang berisi nama, tanggal pendakian, jalur pendakian, kode booking dan QR Code;

    39. Penutupan Pendakian adalah kebijakan menutup semua bentuk aktivitas pendakian

    gunung Ciremai yang ditetapkan oleh Kepala Balai TNGC;

    40. Pemulihan/ Recovery ekosistem adalah upaya perbaikan ekosistem dari kondisi rusak

    ke kondisi awal/ baik secara alami maupun dengan campur tangan manusia;

    41. Vandalisme adalah salah satu tindakan perusakan fasilitas wisata alam, mencoret-

    coret/ melukai pohon, batu, dan lain-lain;

    42. Pengelolaan sampah adalah upaya yang dilaksanakan oleh pengelola pendakian terkait

    kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, daur ulang, pengolahan, dan

    pemrosesan akhir sampah.

  • II - 1

    II. ARAHAN TEKNIS

    TNGC merupakan taman nasional yang memiliki keunikan berupa gunung Ciremai. Puncak

    Ciremai adalah titik tertinggi Jawa bagian barat dengan ketinggian 3.078 mdpl. Kegiatan

    pendakian gunung Ciremai melintasi jalur habitat berbagai jenis flora dan fauna penting bagi

    keseimbangan ekosistem TNGC. Flora dan fauna tersebut sangat sensitif terhadap perilaku

    pendaki. Oleh karenanya kegiatan pendakian di TNGC harus memperhatikan aspek-aspek

    sebagai berikut:

    A. Perlindungan Keanekaragaman Hayati

    Aktivitas pendaki di kawasan taman nasional berpotensi menimbulkan dampak negatif

    terhadap keanekaragaman hayati dalam bentuk:

    1. Penyebaran biji dan/ benih serta satwa baik sengaja maupun tidak sengaja dari luar

    kawasan;

    2. Pemadatan tanah yang menyebabkan erosi, terutama pada jalur pendakian, transit

    shelter dan transit camp;

    3. Gangguan terhadap satwa liar, terutama perilaku satwa liar;

    4. Perusakan vegetasi di sepanjang jalur pendakian dan transit camp akibat pematahan

    ranting, cabang untuk kayu bakar dan alat bantu saat mendirikan tenda;

    5. Pencemaran lingkungan akibat sampah pendaki dan kotoran manusia di jalur

    pendakian, transit shelter, transit camp dan sumber mata air, yang tidak

    memperhatikan kaidah lingkungan;

    6. Kebakaran yang dipicu oleh pembuatan api unggun, puntung rokok, dan lain-lain.

    B. Perlindungan Nilai Budaya

    Nilai budaya berkaitan erat dengan pelestarian ekosistem gunung Ciremai. Setiap jalur

    pendakian dan penamaan Transit Shelter dan transit camp memiliki cerita dan sejarah

    budaya.

    C. Keamanan, Ketertiban, Keselamatan, Kenyamanan serta Pengalaman Edukasi

    Konservasi

    Keamanan, ketertiban, keselamatan dan kenyamanan serta pengalaman edukasi konservasi

    pendaki merupakan hal utama dalam wisata alam dan merupakan faktor penentu agar

    pendaki akan datang lagi ke kawasan tersebut. Oleh karenanya, kegiatan wisata pendakian

    harus memberikan kepuasan, pengalaman, keamanan, keselamatan, ketertiban dan

  • II - 2

    kenyamanan sesuai harapan dan keinginan pendaki pada batas yang diperkenankan

    sesuai aturan perundangan serta tidak mengorbankan kelestarian ekosistem. Untuk

    mendukung terciptanya kegiatan pendakian yang aman, tertib dan nyaman tersebut,

    pendaki diwajibkan mengikuti paket wisata yang disediakan oleh pengelola jasa pendakian

    di masing-masing jalur pendakian.

  • II - 1

    III. PROSEDUR PENDAKIAN

    A. Jenis Pendakian

    Pendakian Gunung Ciremai dibagi dalam 2 (dua) kategori yaitu Pendakian Umum dan

    Pendakian Khusus.

    A.1 Pendakian Umum

    Pendakian UMUM Gunung Ciremai adalah pendakian 2 hari 1 malam (2D1N) yang

    dilayani melalui mekanisme Booking Online serta diatur kuotanya. Kuota didasarkan

    pada daya dukung dan daya tampung dan kapasitas Transit Camp masing-masing

    jalur pendakian.

    A.1.a. Kuota

    Jumlah pendaki pendakian di TNGC ditetapkan dengan kuota maksimal yaitu

    sebanyak 1.555 orang/hari. Sebanyak ±10% dari kuota tersebut digunakan

    untuk kepentingan kedinasan dan penyelamatan. Sedangkan 90% (1.400

    orang/hari) kuota yang berlaku bagi pendakian umum berdasarkan jalur

    pendakian adalah sebagai berikut:

    Linggajati : 230 org / hari Linggasana : 218 org / hari Palutungan : 497 org / hari Apuy : 455 org / hari

    Kuota dihitung berdasarkan Daya Dukung dan Daya Tampung (DD/DT) jalur

    yang dikombinasikan dengan kapasitas Transit Camp (TC). Masing-masing TC,

    telah disediakan kapling cadangan untuk kepentingan kedinasan dan

    penyelamatan.

    A.1.b. Pendaftaran Pendakian

    Pendaftaran/ reservasi pendakian Gunung Ciremai dilaksanakan dengan

    sistem online, dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Booking diberlakukan bagi calon pendakian umum, baik pendaki

    nusantara maupun mancanegara secara online;

    2. Pendakian dilakukan berkelompok dengan jumlah minimal 4 (empat)

    orang dan maksimal 10 orang serta diketuai oleh 1 (satu) orang yang

  • III - 2

    berperan sebagai penanggung jawab kelengkapan administrasi dan

    keselamatan anggotanya;

    3. Booking online dapat dilakukan 6 (enam) bulan sebelum tanggal

    pelaksanaan pendakian dan paling lambat 1 (satu) hari sebelumnya

    apabila kuota masih tersedia;

    4. Booking dilakukan dengan mengisi formulir yang bisa diakses dari situs

    Balai TNGC (www.tngciremai.com) pada menu pendakian gunung dengan

    mengikuti alur pendaftaran booking online yaitu:

    a. Pemilihan tanggal dan jalur pendakian yang diinginkan, apabila kuota

    masih tersedia maka pemilihan tersebut dapat diakses. Kemudian

    dilanjutkan dengan memilih jenis tenda yang digunakan. Tenda yang

    diperkenankan dibawa dalam pendakian umum yakni tenda besar

    berkapasitas 6 (enam) orang dan tenda kecil berkapasitas 4 orang;

    b. Pengisian data diri pada wisatawan nusantara dan mancanegara

    meliputi nama, jenis kelamin, alamat, nomor kartu identitas (KTP/ SIM/

    Pasport), no telepon, alamat email, nama dan no telepon keluarga.

    c. Mengisi daftar barang bawaan: Wajib dibawa (misalnya: jaket, Sleeping Bag, alat masak);

    Potensi barang bawaan yang menimbulkan sampah.

    d. Melakukan pemesanan dan pembayaran PNBP melalui transfer

    Nomor Rekening Bendahara Penerimaan PNBP Balai TNGC;

    e. Setelah pembayaran berhasil dan diverifikasi oleh admin, maka akan

    diberikan kode booking.

    5. Kode booking menjadi bukti registrasi pada saat masuk jalur pendakian;

    6. Pendaftaran pendakian melalui booking online tidak dapat dibatalkan.

    A.1.c. Tarif Penerimaan Negara Bukan Pajak Pada Pendakian

    Setiap pendaki Gunung Ciremai dikenakan tarif Penerimaan Negara Bukan

    Pajak (PNBP) sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah RI Nomor 12

    tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

    Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan atau yang berlaku setelahnya.

    Hari Kerja

    1. Pendaki Nusantara PNBP sebesar Rp15.000,- yang terdiri dari: Tiket masuk Rp5.000,-

  • III - 3

    Treking Rp5.000,-* Berkemah Rp5.000,-*

    2. Pendaki Mancanegara PNBP sebesar Rp160.000,- yang terdiri dari: Tiket masuk Rp150.000,- Treking Rp5.000,- * Berkemah Rp5.000,-*

    Hari Libur*

    1. Pendaki Nusantara PNBP Rp17.500,- yang terdiri dari: Tiket masuk Rp7.500,- Treking Rp5.000,- Berkemah Rp5.000,-

    2. Pendaki Mancanegara PNBP Rp235.000,- yang terdiri dari: Tiket masuk Rp225.000,- Berkemah Rp5.000,- Treking Rp5.000,-

    * Diterapkan pada tahap pengelolaan pendakian selanjutnya

    A.1.d. Pelaksanaan Pendakian

    Tahapan pelaksanaan pendakian Gunung Ciremai adalah sebagai berikut:

    1. Calon pendaki baik wisatawan nusantara maupun mancanegara yang

    telah mendapatkan kode booking dan konfirmasi sukses Booking Online,

    melakukan registrasi di Base Camp pintu masuk jalur pendakian sesuai

    dengan kode booking disertai surat kesehatan dokter (apabila sudah ada);

    2. Hasil pemeriksaan kesehatan yang telah dilakukan oleh tenaga medis

    yang berwenang (puskesmas, klinik maupun dokter praktek) bertanggal

    sama dengan hari pelaksanaan pendakian;

    3. Apabila belum memiliki hasil pemeriksaan kesehatan yang dibuktikan

    dengan surat kesehatan, maka yang bersangkutan wajib melakukan cek

    kesehatan yang telah disediakan di Base Camp.

    4. Kemudian calon pendaki akan mendapatkan Safety Talk yang

    disampaikan oleh petugas taman nasional dan atau pengelola pendakian

    tentang Do and Don’t dalam pendakian yang aman, tertib dan nyaman.

    Calon pendaki diwajibkan menunjukkan kartu identitas sesuai pada saat

    booking sebelum mendapatkan Safety Talk;

  • III - 4

    5. Pemeriksaan barang dilaksanakan oleh petugas taman nasional dan atau

    pengelola pendakian sesuai dengan daftar barang bawaan pada saat

    melakukan pendaftaran online. Data barang bawaan (makanan dan

    minuman) akan menjadi acuan pengelola pendakian dalam pemeriksaan

    sampah pada saat turun;

    6. Calon pendaki mendapatkan informasi umum mengenai jalur pendakian

    dan potensi sumber daya alam gunung Ciremai di pusat informasi dan

    cinderamata;

    7. Waktu pelaksanaan pendakian dimulai pukul 07.00 s.d 11.00 WIB.

    Pemberangkatan tim sesuai dengan Transit Camp (TC) yang dipilih saat

    booking. Setelah pukul 11.00 WIB DILARANG melakukan kegiatan

    pendakian;

    8. Pendaki yang akan menggunakan/ mengoperasikan peralatan

    dokumentasi berupa drone, WAJIB mengurus Surat Izin Masuk Kawasan

    Konservasi (SIMAKSI) di kantor Balai TNGC sesuai dengan ketentuan

    Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014;

    9. Penutupan jalur pendakian Gunung Ciremai insidentil akan dilakukan dan

    ditetapkan oleh Kepala Balai TNGC serta diumumkan melalui website dan

    atau media lainnya. Pendakian akan ditutup dengan kepentingan

    pemulihan ekosistem, kebakaran hutan, longsor, badai, angin ribut dan

    bencana alam lainnya ataupun kegiatan SAR untuk melindungi pendaki

    dari bahaya kecelakaan.

    A.2.e. Pemeriksaan Kesehatan

    Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh tenaga medis yang berwenang baik di

    puskesmas, klinik maupun dokter praktek. Hasil pemeriksaan kesehatan

    dibuktikan dengan Surat Keterangan Sehat bertanggal hari pelaksanaan

    kegiatan pendakian. Bagi calon pendaki yang belum diperiksa kesehatannya,

    dapat melakukan pemeriksaan pada Base Camp pintu masuk jalur pendakian.

    Adapun tahapan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah sebagai

    berikut:

    1. Calon pendaki diharuskan mengisi formulir riwayat kesehatan masing-

    masing. Setelah itu, akan dilakukan pemeriksaan cek fisik (vital sign)

    sebagai berikut:

  • III - 5

    Pengecekan tekanan darah menggunakan alat sphygmomanometer

    yang dipasangkan pada lengan atas kanan atau kiri calon pendaki.

    Tekanan normal 100/60 s.d 120/80 mmhg;

    Setelah dilakukan pengecekan tekanan darah awal, kemudian calon

    pendaki melakukan push up untuk pendaki laki-laki dan scott jump

    untuk pendaki perempuan sebanyak 10 kali dan gaya kapal. Lalu akan

    dilakukan pengecekan tekanan darah kembali oleh tim medis.

    2. Apabila ditemukan kelainan pada saat pemeriksaan riwayat penyakit atau

    pada saat melakukan pemeriksaan yang sifatnya darurat/ mengancam

    nyawa, maka tim medis merekomendasikan penggunaan obat-obatan

    untuk meminimalisir resiko dan atau TIDAK mengizinkan yang

    bersangkutan untuk mendaki;

    3. Bagi calon pendaki yang telah memenuhi syarat kesehatan, akan

    memperoleh Surat Keterangan Sehat yang ditandatangani dokter;

    A.1.f. Safety Talk dan Cek Identitas

    Safety talk dilakukan petugas taman nasional dan atau pengelola pendakian

    dengan maksud sebagai arahan bagi calon pendaki tentang apa yang BOLEH

    dan TIDAK dilakukan selama kegiatan pendakian. Ini bertujuan dapat

    meningkatkan pemahaman calon pendaki dalam pendakian aman, tertib,

    selamat dan nyaman serta menambah pengalaman edukasi konservasi

    pendaki. Selain itu, akan dilakukan verifikasi kesesuaian identitas sesuai daftar

    Booking Online. Safety talk dilakukan secara berkelompok dengan interval 30

    menit dengan durasi 5 menit sampai batas waktu pemberangkatan.

    A.2.g. Pemeriksaan Perlengkapan

    Pemeriksaan perlengkapan pendakian dilakukan oleh petugas taman nasional

    dan atau pengelola pendakian berdasarkan daftar perlengkapan minimal

    (perlengkapan wajib) secara pribadi dan regu yang telah tertuang pada saat

    pendaftaran online. Apabila ada perlengkapan minimal yang belum lengkap,

    maka calon pendaki dapat melengkapi di warung perbekalan/ penyewaan alat

    pendakian yang disediakan pengelola. Durasi pemeriksaan perlengkapan

    selama 10 menit tiap tim.

    A.2.h. Boarding In

  • III - 6

    Setelah melewati tahapan di atas, verifikasi terakhir adalah boarding in. Calon

    pendaki menyerahkan lembar verifikasi untuk dikirim pengelola pendakian

    pada database online pendakian bahwa yang bersangkutan dapat melakukan

    pendakian. Data yang dikirim yaitu nama, asal sesuai identitas, jalur, transit

    camp serta hari dan tanggal pendakian.

    Calon pendaki yang telah memiliki kode booking akan discan dan

    mendapatkan gelang identitas serta WAJIB menandatangi Surat Pernyataan

    Bertanggung Jawab Mutlak terhadap keamanan dan ketertiban pendakian.

    Durasi kegiatan selama 5 menit.

    A.2.i. Boarding Out

    Pendaki turun didata dan dikirimkan pengelola pendakian ke Database online

    pendakian. Selain itu, pengelola pendakian memverifikasi sampah sesuai

    daftar barang bawaan. Apabila sesuai, maka akan diapresiasi berupa

    pemberian sertifikat melalui email ketua regu. Sedangkan apabila sampah

    tidak sesuai, maka pendaki DIWAJIBKAN melengkapi atau dikenakan sanksi.

    A.2 Pendakian Khusus

    Pendakian Khusus Gunung Ciremai adalah pendakian diluar pendakian umum yang

    meliputi:

    1. Pendakian tradisional/ religi; 2. Penelitian; 3. Liputan; 4. Kedinasan; 5. Olahraga (trail run); 6. Pendaki dibawah usia 13 tahun yang didampingi oleh pendamping berusia

    diatas 17 tahun.

    Kategori Pendakian KHUSUS memerlukan pengajuan Surat Izin Masuk Kawasan

    Konservasi (SIMAKSI) di kantor Balai TNGC dengan ketentuan sebagai berikut:

    1. Untuk pendakian tradisional/religi, pengurusan SIMAKSI didelegasikan Kepala

    Balai TNGC kepada Kepala SPTN Wilayah. Syarat administrasi yang diperlukan

    adalah surat rekomendasi Kepala Desa setempat dan KTP yang bersangkutan

    beralamat sesuai alamat rekomendasi;

    2. Untuk pendakian olahraga yang biasanya dilakukan 1 hari (tektok) harus

    menggunakan jasa Trekking Organizer. Pengurusan izin di Balai TNGC dengan

    melampirkan surat pengantar dan proposal kegiatan yang termasuk upaya

  • III - 7

    meminimalkan resiko serta upaya pengamanan medis bila ada hal darurat

    kesehatan peserta.

    3. Untuk pendaki yang berusia dibawah 13 tahun harus disertai dengan Surat

    Pernyataan Bertanggungjawab Mutlak dari orang tua atau pendamping.

    B. Pusat Informasi dan Cinderamata

    Pusat informasi dan cinderamata adalah fasilitas pendukung yang disiapkan pengelola

    pendakian untuk memberikan tambahan informasi pada calon pendaki. Selain itu, pusat

    informasi dan cinderamata juga menyediakan cinderamata, penyewaan perlengkapan

    pendakian dan bahan-bahan makanan minuman perbekalan pendakian. Pusat informasi

    dan cinderamata ditempatkan pada Base Camp dengan konten sebagai berikut:

    1. Aspek K3 Mountaineering (Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan);

    2. Kondisi Gunung, kondisi jalur, cuaca, kontur, koordinat, Transit Shelter, Transit Camp

    dan fasilitas jalur pendakian;

    3. Flora dan fauna, obyek wisata dan daya tarik wisata lain di Gerbang Start Pendakian

    sebagai edukasi pengunjung;

    4. Kuota pendaki;

    5. Sumber air.

    Calon pendaki yang telah hadir di Base Camp akan diarahkan ke Pusat Informasi dan

    Cinderamata dengan durasi 5 menit dengan menunjukkan lembar verifikasi telah melewati

    mekanisme lapor pendakian. Petugas taman nasional dan atau pengelola pendakian akan

    memverifikasi dengan tanda checklist apabila calon pendaki sudah melewati tahapan

    sesuai dengan ketentuan.

  • IV - 1

    IV. PENYEDIAAN JASA WISATA ALAM

    A. Pramuwisata

    Pengelolaan jalur pendakian gunung Ciremai bermitra dengan masyarakat. Akses ini

    difasilitasi dengan Ijin Usaha Penyediaan Jasa Wisata Alam (IUPJWA) Pramuwisata di Jalur

    Pendakian Linggajati, Linggasana, Palutungan dan Apuy. Berdasarkan Surat Keputusan

    Kepala Balai TNGC, pemegang ijin berkewajiban:

    1. Membayar iuran usaha penyediaan jasa wisata alam berupa Jasa Pramuwisata sebesar

    Rp100.000,- perizin dan pungutan hasil usaha penyediaan jasa wisata alam sebesar

    Rp50.000,- perbulan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang

    Tarif Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Kementerian Kehutanan;

    2. Bertanggung jawab atas kebenaran informasi yang disampaikan;

    3. Menyampaikan kepada pengunjung untuk membawa kembali sampah yang dibawa di

    jalur pendakian;

    4. Melaporkan kondisi jalur pendakian kepada petugas taman nasional apabila

    ditemukan ancaman/ bahaya terhadap pendaki;

    5. Menyediakan pemandu (ranger) pendakian gunung Ciremai;

    6. Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan jalur pendakian;

    7. Menggunakan pakaian/ atribut lokal setempat/ seragam;

    8. Menyampaikan laporan bulanan;

    9. Tidak memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada petugas/ pegawai Balai

    TNGC sebagai bentuk integritas dan tanggung jawab abdi Negara;

    10. Melaksanakan semua peraturan yang berlaku dan arahan dari Balai TNGC.

    Dalam pelayanan sebagai pramuwisata, pemegang ijin mempunyai paket pemanduan

    berdasarkan minat dan ketertarikan pendaki untuk dipilih. Paket tersebut ditawarkan

    kepada pendaki di pintu masuk pendakian.

    Selain menjadi pramuwisata, pemegang ijin juga berperan menjadi porter apabila

    diperlukan. Adapun kewajiban porter adalah sebagai berikut:

    1. Melakukan registrasi porter dengan menunjukkan kartu anggota Porter;

    2. Bertanggungjawab terhadap barang bawaan dan kebersihan tempat yang digunakan;

    3. Mengikuti petunjuk dan arahan Petugas Balai TNGC.

  • IV - 2

    B. Perjalanan Wisata dan informasi wisata

    Dalam mekanisme pendakian booking online, TNGC bermitra dengan badan usaha

    Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Edelweis melalui IUPJWA Perjalanan Wisata

    dalam memberikan informasi wisata dan menyusun paket wisata pendakian. Sebagai

    pemegang IUPJWA Perjalanan wisata berkewajiban:

    1. Membayar iuran usaha penyediaan jasa wisata alam berupa jasa perjalanan wisata

    sebesar Rp200.000,- perizin dan pungutan hasil usaha penyediaan jasa wisata alam

    sebesar Rp50.000,- perbulan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014

    tentang Tarif Jenis Pendapatan Negara Bukan Pajak yang Berlaku di Kementerian

    Kehutanan;

    2. Melakukan pengamanan, pemeliharaan dan kebersihan jalur pendakian untuk

    kenyamanan dan keselamatan pengunjung;

    3. Menyediakan paket wisata pendakian;

    4. Melaporkan kondisi jalur pendakian kepada pengelola apabila ditemukan ancaman/

    bahaya terhadap pengunjung;

    5. Menggunakan pakaian/ atribut lokal setempat/ seragam;

    6. Menyampaikan laporan bulanan sampai dengan batas izin berakhir kepada pemberi

    IUPJWA sesuai dengan format;

    7. Tidak memberikan sesuatu dalam bentuk apapun kepada petugas/ pegawai Balai

    Taman Nasional Gunung Ciremai sebagai bentuk integritas dan tanggung jawab abdi

    Negara.

    Selain itu, KPRI Edelweis juga memiliki izin informasi wisata yang bekerjasama dengan

    masyarakat pemegang izin pramuwisata untuk menyiapkan informasi mengenai potensi

    Sumber Daya Alam dan kegiatan pendakian di jalur pendakian. Pengelola jalur pendakian

    yang berizin berhak untuk memberikan informasi yang telah tersedia kepada pendaki.

  • V - 1

    V. KESIAPSIAGAAN DAN SAR

    Pendakian merupakan olahraga minat khusus beresiko tinggi. Untuk meminimalisir terjadinya

    kecelakaan yang diakibatkan kelalaian atau kejadian bencana alam maka ditetapkan

    operasional penyelamatan atau SAR dengan mempertimbangkan kondisi jalur pendakian yaitu:

    1. Personil yang bertanggung jawab;

    2. Jalur dan sarana evakuasi;

    Dalam penyelenggaraan operasi SAR, ada 5 (lima) komponen SAR yang merupakan bagian dari

    sistem SAR. Komponen tersebut harus dibangun kemampuannya, agar pelayanan jasa SAR

    dapat dilakukan dengan baik. Komponen-komponen tersebut antara lain:

    1. Organisasi (SAR Organization) merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek

    pengerahan unsur, koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup

    penugasan dan tanggung jawab penanganan musibah;

    2. Komunikasi (Communication) sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi adanya

    musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi dan koordinasi selama operasi SAR;

    3. Fasilitas (SAR Facilities) adalah komponen unsur, peralatan/perlengkapan serta fasilitas

    pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam operasi/misi SAR;

    4. Pertolongan Darurat (Emergency Cares), adalah penyediaan peralatan atau fasilitas

    perawatan darurat yang bersifat sementara ditempat kejadian, sampai ketempat

    penampungan atau tersedianya fasilitas yang memadai;

    5. Dokumentasi (Documentation) berupa pendataan laporan, analisa serta data kemampuan

    operasi SAR guna kepentingan misi SAR yang akan datang.

    A. Tingkatan Keadaan Darurat ( Emergency Phases)

    Tingkatan keadaan darurat dalam penyelenggaraan SAR adalah sebagai berikut:

    1. Uncertainty Phase (Incerfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan

    adanya keraguan mengenai keselamatan jiwa seorang karena diketahui kemungkinan

    mereka dalam menghadapi kesulitan;

    2. Alert Phase (Alerfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan dengan adanya

    kekhawatiran mengenai keselamatan jiwa seseorang karena adanya informasi yang

    jelas bahwa mereka menghadapi kesulitan yang serius yang mengarah pada

    kesengsaraan (distress);

    3. Distress Phase (Detresfa) adalah suatu keadaan darurat yang ditunjukkan bila bantuan

    yang cepat sudah dibutuhkan oleh seseorang yang tertimpa musibah karena telah

  • V - 2

    terjadi ancaman serius atau keadaan darurat bahaya. Berarti, dalam suatu operasi SAR

    informasi musibah biasa ditunjukkan tingkat keadaan darurat dan dapat langsung

    pada tingkat Detresfa yang banyak terjadi.

    B. Tahap Penyelenggaraan Operasi SAR ( SAR Stages)

    Tahapan dalam penyelenggaraan operasi SAR adalah sebagai berikut:

    1. Tahap menyadari (awareness stage) adalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan

    darurat diduga akan muncul (saat disadarinya terjadi keadaan darurat/ musibah);

    2. Tahap tindak awal (initial action stage) adalah tahap seleksi informasi yang diterima

    untuk segera dianalisa dan ditetapkan;

    3. Tahap perencanaan (planning stage) yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai

    tanggapan (respon) terhadap keadaan sebelumnya antara lain:

    a. Search Planning Event (tahap perencanaan pencarian);

    b. Search Planning Sequence (urutan perencanaan pencarian);

    c. Degree of Searching Planning (tingkatan perencanaan pencarian);

    d. Search Planning Computating (perhitungan perencanaan pencarian).

    4. Tahap operasi (operation stage) Detection Mode/ Tracking Mode and Evacuation Mode

    yaitu seperti dilakukan operasi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban

    secara fisik. Tahap operasi meliputi:

    a. Mengadakan briefing kepada SRU;

    b. Mengirim/ memberangkatkan fasilitas SAR;

    c. Melaksanakan operasi SAR di lokasi kejadian;

    d. Melakukan penggantian/ penjadwalan SRU di lokasi kejadian;

    e. Mengikuti jejak atau tanda-tanda yang ditinggalkan survivor (Tracking Mode);

    f. Menolong/ menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode). Dalam

    hal ini berupa perawatan gawat darurat pada korban yang membutuhkannya dan

    membawa korban yang cedera kepada perawatan yang memuaskan (evakuasi);

    5. Tahap pengakhiran (conclusion stage) merupakan tahap akhir operasi SAR. Tahap ini

    meliputi penarikan kembali SRU dari lapangan ke posko, penyiagaan kembali tim SAR

    untuk menghadapi musibah selanjutnya yang sewaktu-waktu dapat terjadi, evaluasi

    hasil kegiatan, mengadaan pemberitaan (Press Release) dan menyerahkan jenasah

    korban/ survivor kepada yang berhak serta mengembalikan SRU pada instansi induk

    masing-masing dan pada kelompok masyarakat.

  • V - 3

    C. Kelembagaan SAR

    Setiap Satuan Kerja Lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat

    membentuk dan menetapkan organisasi pelaksana pencarian, pertolongan dan evakuasi

    (Search and Rescue/SAR) korban bencana dan kecelakaan sebagaimana bagan 1 peraturan

    ini.

    Kelembagaan satuan kerja dalam pelaksanaan kegiatan pencarian, pertolongan dan

    evakuasi korban bencana dan kecelakaan meliputi SMC, OSC, SRU dan staf SMC dengan

    tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

    1. SAR Mission Coordinator (SMC) adalah pejabat yang ditunjuk oleh Kepala Balai dan

    bertanggung jawab untuk melaksanakan pengkoordinasian dan pengendalian

    pelaksanaan operasi SAR. Tugas SMC adalah sebgai berikut:

    a. Mengkoordinasikan SRU dalam penyelenggaraan operasi SAR;

    b. Mengendalikan SRU dalam penyelenggaraan operasi SAR;

    c. Mengumpulkan dan mengevaluasi data bencana dan kecelakaan;

    d. Mengumpulkan informasi tentang kondisi lingkungan di wilayah bencana dan

    kecelakaan;

    e. Menunjuk staf SMC dan OSC;

    f. Menentukan SRU yang digunakan;

    g. Melakukan komunikasi dengan SRU yang berada di wilayah pencarian untuk

    melaksanakan SAR;

    h. Menentukan wilayah pencarian, pola pencarian dan jalur pencarian;

    i. Melaksanakan rencana aksi SAR;

    j. Menyampaikan laporan awal, laporan harian dan laporan akhir penyelenggaraan

    operasi SAR kepada Kepala Balai;

    k. Melaksanakan briefing dan debriefing kepada SRU yang terlibat dalam

    penyelenggaraan operasi SAR;

    l. Melaksanakan perubahan rencana penyelenggaraan operasi SAR jika diperlukan;

    m. Mengkoordinasikan penyediaan dukungan logistik SRU dan korban dalam

    penyelenggaraan operasi SAR;

    n. Membuat rekaman berita dan kronologis penyelenggaraan operasi SAR;

    o. Mengembalikan SRU ke instansi dan organisasi masing-masing;

    p. Membuat laporan kronologis penyelenggaraan operasi SAR;

  • V - 4

    q. Memberikan keterangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang

    penyelenggaraan operasi SAR.

    Staf SMC ditunjuk oleh dan bertanggung jawab kepada SMC, meliputi:

    1. Staf Operasi

    Staf Operasi merupakan petugas taman nasional yang berpengalaman dalam

    penyelenggaraan operasi SAR. Tugas staf operasi adalah sebagai berikut:

    a. Mengumpulkan, menganalisa seluruh data teknis yang berkaitan dengan

    bencana dan kecelakaan yang ditangani;

    b. Menyiapkan perencanaan SAR untuk pelaksanaan operasi SAR;

    c. Menggambarkan (plotting) wilayah pencarian;

    d. Memberikan saran kepada SMC dalam aspek perkiraan lokasi bencana dan

    kecelakaan;

    e. Menyiapkan dan menginventarisasi keperluan SDM dan peralatan SAR;

    f. Menyiapkan bahan evaluasi penanganan secara berkala/ periodik untuk

    kebutuhan briefing;

    g. Menyelengarakan briefing sesuai kebutuhan SMC;

    h. Memberikan saran-saran yang konstruktif kepada SMC;

    i. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

    j. Melaksanakan kegiatan lainnya berdasarkan arahan SMC;

    k. Menyiapkan bahan-bahan untuk pembuatan laporan akhir.

    2. Staf Intelijen

    Staf Intelijen merupakan petugas taman nasional yang berpengalaman dalam

    pengumpulan dan analisis data untuk proses perencanaan dalam pelaksanaan

    operasi SAR. Tugas staf intelejen adalah sebagai berikut:

    a. Mencari, menggali dan mengumpulkan data bencana dan kecelakaan

    guna mendukung pelaksanaan operasi dan kegiatan kehumasan;

    b. Secara terus-menerus menggali atau memperbarui data/ informasi

    bencana dan kecelakaan;

    c. Mengolah data untuk bahan perencanaan SAR;

    d. Memberikan saran kepada SMC sesuai dengan perkembangan informasi

    yang didapat;

    e. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

    f. Melakukan inventarisasi dan verifikasi dari semua;

  • V - 5

    g. Informasi yang diperoleh oleh SMC;

    h. Menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR

    dan bertanggung jawab kepada SMC.

    3. Staf Komunikasi

    Staf Komunikasi merupakan petugas taman nasional yang berpengalaman

    dalam penggunaan dan penguasaan alat komunikasi dan elektronika dalam

    kegiatan SAR. Tugas staf komunikasi adalah sebagai berikut:

    a. Menyiapkan jaringan komunikasi operasi SAR;

    b. Menerima, mencatat semua berita/ informasi yang masuk atau keluar

    yang berkaitan dengan bencana dan kecelakaan ke dalam buku jurnal;

    c. Membuka dan mengisi pada file bencana dan kecelakaan yang sesuai

    dengan kebutuhan;

    d. Meneliti kebenaran berita yang masuk;

    e. Membantu SMC dapat berkomunikasi dengan seluruh unsur-unsur SAR

    yang dikerahkan dalam operasi SAR;

    f. Meneruskan berita kepada SMC;

    g. Bekerja sama secara aktif dengan staf SMC lainnya;

    h. Menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR

    dan bertanggung jawab kepada SMC.

    4. Staf Administrasi dan Logistik

    Staf Administrasi dan Logistik merupakan petugas taman nasional yang

    berpengalaman dalam administrasi SAR dan pengelolaan logistik dalam

    kegiatan SAR, mempunyai tugas:

    a. Melaksanakan kegiatan administrasi SAR dalam bentuk pencatatan,

    pengumpulan, pemilahan, penyimpanan berita atau informasi yang

    masuk dan keluar secara rinci;

    b. Melakukan kajian atau asumsi awal dari tiap informasi yang terekam;

    c. melaksanakan perencanaan kebutuhan logistik sesuai dengan SRU yang

    dikerahkan dalam operasi SAR;

    d. Memberikan saran kepada SMC sesuai dengan kebutuhan administrasi

    SAR dan logistik;

    e. Melaksanakan pencatatan kronologis penyelenggaraan operasi SAR;

    f. Menyiapkan dukungan logistik untuk unsur-unsur SAR dan korban;

  • V - 6

    g. Meneruskan berita kepada SMC;

    h. Bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya;

    i. Menyiapkan bahan-bahan untuk laporan akhir pelaksanaan operasi SAR

    dan bertanggung jawab kepada SMC.

    5. Staf Humas

    Staf Humas merupakan petugas taman nasional yang berpengalaman

    kehumasan dalam kegiatan SAR. Tugas staf humas adalah sebagai berikut:

    a. Melaksanakan kegiatan kehumasan SAR dalam bentuk pencatatan,

    pengumpulan, penyimpanan dokumentasi penyelenggaraan operasi SAR

    baik berupa audio, gambar maupun video;

    b. menyediakan bahan-bahan yang diperlukan SMC dalam menyampaikan

    berita/ informasi kepada media/ pers;

    c. Seizin dan sepengetahuan SMC, dapat memberikan informasi/ berita

    kepada media/ pers;

    d. menyiapkan dukungan peralatan dan perlengkapan dokumentasi bagi

    petugas lapangan;

    e. memberikan saran kepada SMC yang berhubungan dengan aspek berita

    dan informasi;

    f. bekerjasama secara aktif dengan staf SMC yang lainnya;

    g. menyiapkan bahan-bahan dokumentasi untuk laporan akhir pelaksanaan

    operasi SAR dan bertanggung jawab kepada SMC.

    2. On Scene Commander (OSC) adalah pejabat/staf yang ditugaskan oleh SMC untuk

    mengkoordinasikan dan mengendalikan penyelenggaraan operasi SAR dalam suatu

    wilayah pencarian tertentu. Tugas OSC adalah sebagai berikut:

    a. Melaksanakan operasi SAR dibawah koordinasi dari SMC;

    b. Melaksanakan koordinasi, pengendalian dan pemantauan pergerakan SRU di

    wilayah pencarian;

    c. Menyarankan kepada SMC untuk merubah rencana operasi SAR berdasarkan

    situasi dan kondisi di wilayah;

    d. Memberikan informasi di wilayah pencarian sesuai dengan kebutuhan SMC dan

    SRU;

    e. Mengkoordinasikan segala sesuatu yang terkait dengan keselamatan dan

    keamanan bagi SRU yang terlibat dalam operasi SAR;

  • V - 7

    f. Menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan SMC sebagai laporan.

    3. Search and Rescue Unit (SRU) merupakan unsur SAR adalah potensi SAR yang sudah

    terbina dan atau siap untuk digunakan dalam kegiatan penyelenggaraan operasi SAR.

    Tugsd SRU adalah sebagai berikut:

    a. Merespon secepat mungkin untuk memberikan bantuan SAR;

    b. Berangkat ke lokasi bencana dan kecelakaan sesuai dengan perintah SMC;

    c. Melakukan persiapan perorangan dan persiapan beregu sesuai kebutuhan;

    d. Melaksanakan briefing sebelum ke lokasi;

    e. Mencatat data/ informasi yang diberikan oleh SMC;

    f. Melaksanakan kegiatan di lapangan sesuai rencana;

    g. Melaporkan situasi dan kondisi lokasi bencana dan kecelakaan secara periodik;

    h. Memberi pertolongan kepada korban yang ditemukan;

    i. Menjaga keselamatan tim dan korban;

    j. Menyiapkan bahan-bahan untuk laporan SMC.

    Gambar 1. Struktur Kelembagaan SAR

    Dalam kondisi darurat, mitra lain juga dapat bergabung dengan pengelola pendakian

    untuk melakukan kegiatan SAR. Mitra lain tersebut didaftar melalui pengisian formulir yang

    disediakan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak pihak/ elemen yang

    tergabung dalam kegiatan kesiapsiagaan dan SAR. Adapun kriteria/ persyaratan mitra yang

    dimaksud adalah sebagai berikut:

    1. Berkoordinasi dan komunikasi dengan TIM SAR Balai TNGC;

    2. Memiliki kesiapan, kemampuan serta sesuai kebutuhan dalam upaya penyelamatan.

    SMC

    OSC

    SRU

    OPERASI INTELIJEN KOMUNIKASI

    ADM LOGISTIK

    HUMAS

  • VI - 1

    VI. PENGELOLAAN SAMPAH

    Pendaki yang telah memenuhi syarat untuk mendaki (ditandai dengan pemberian gelang

    identitas), diwajibkan membawa tas sampah yang telah disiapkan pengelola pendakian.

    Sampah yang dibawa turun pendaki akan dikelola oleh mitra pengelola berkoordinasi dengan

    Dinas Lingkungan Hidup setempat.

    Sampah hasil kegiatan pendakian diserahkan kepada pengelola pendakian di pintu keluar saat

    turun. Kemudian sampah tersebut akan dipilah berdasarkan organik dan non organik. Untuk

    sampah non organik akan dibagi kembali menjadi sampah yang dapat didaur ulang/

    digunakan/ mengurangi seperti botol dan kaleng dan sampah yang tidak dapat didaur ulang/

    digunakan/ mengurangi seperti sampah plastik. Sedangkan sampah organik akan diolah

    menjadi pupuk dan dimasukkan pada lubang biopori yang berdekatan dengan lahan pertanian

    masyarakat.

    Gambar 2. Mekanisme Penanganan Sampah

    PENDAKI TURUN CEK SAMPAH VERIFIKASI SAMPAH SESUAI

    DENGAN LIST PERLENGKAPAN

    PENDAKI

    PILAH SAMPAH

    SAMPAH ORGANIK

    SAMPAH NON ORGANIK

    RECYCLE/REUSE/

    REDUCE

    BUANG KE TPA

    OLAH PUPUK

  • VII - 1

    VII. ATURAN DAN SANKSI

    A. Aturan

    Calon pendaki harus menaati peraturan pendakian gunung Ciremai sebagai berikut:

    1. Setiap pendaki harus menggunakan perlengkapan/ personal use yang memenuhi standar

    pendakian. Pendaki wajib membawa perlengkapan pribadi dan regu.

    Pribadi a. Ransel/ Carrier + cover bag; b. Kantong tidur (sleeping bag); c. Plastik paking untuk pakaian/ barang barang lainnya; d. Tumbler; e. Jas hujan/raincoat; f. Kupluk/ balaclava; g. Matras; h. Sepatu gunung (sesuai medan dan aktivitas); i. Kaus kaki; j. Topi lapangan/ topi rimba; k. Senter/ lampu kepala (headlamp); l. Jaket/ pakaian hangat/ sejenisnya; m. Pakaian lapangan; n. Pakaian ganti min 2 stel; o. Sarung tangan; p. Ikat pinggang lapangan; q. Makan dan minuman berkemasan ramah lingkungan; r. Obat-obatan sesuai kebutuhan pribadi; s. Membawa air mineral minimal 5 liter tiap orang yang dimasukkan dalam

    jerigen/tempat minum; t. Perlengkapan makan (piring, cangkir dan piring); u. Perlengkapan ibadah; v. Pematik api (gas/ korek api biasa).

    Regu a. Tenda; b. Tali temali (tali kur/ webbing/ sejenisnya); c. Alat masak lapangan; d. Kompor lapangan (menggunakan gas/ spiritus/ parafin dalam pembakaran, tidak

    diperkenankan menggunakan bahan bakar kayu; e. Medical box (P3K); f. Pluit; g. Pisau untuk memotong serbaguna (pisau lipat/ sejenisnya); h. GPS/ Kompas; i. Peta Topografi (sesuai kebutuhan);

  • VII - 2

    j. Handy Talky (sesuai kebutuhan);

    2. Apabila pendaki tidak dibawa perlengkapan sesuai tersebut di atas, maka pendaki dapat

    membeli/ sewa di stokis/ warung perlengkapan dan peralatan pendakian. Misalnya

    menyediakan tempat makan/ botol minum untuk mengganti kemasan makanan dan

    minuman yang berplastik;

    3. Makanan dan minuman yang dibawa bukan dalam kemasan sterofoam, kaca dan kaleng;

    4. Batas lama pendakian umum yang diizinkan di TNGC maksimal adalah 2 (dua) hari dan 1

    (satu) malam (2D1N). Apabila melebihi batas waktu yang ditentukan, maka calon pendaki

    harus mengurus izin SIMAKSI ke kantor Balai dan masuk kategori pendakian khusus.

    5. Apabila pendaki tidak memiliki SIMAKSI dan melangggar batas waktu pendakian umum

    maka akan dikenakan sanksi;

    6. Pendaki hanya diperbolehkan membawa smartphone dan kamera untuk kepentingan

    pribadi. Apabila hasil dokumentasi digunakan untuk kepentingan komersil maka dikenakan

    PNBP sesuai dengan PP No. 12 tahun 2014;

    7. Ditetapkan mekanisme penutupan jalur pendakian Gunung Ciremai berdasarkan surat

    keputusan Kepala Balai TNGC yang diumumkan melalui website dan atau media lainnya.

    Pendakian akan ditutup dengan kepentingan pemulihan ekosistem, kebakaran hutan,

    longsor, badai, angin rebut dan bencana alam lainnya ataupun kegiatan SAR untuk

    melindungi pendaki dari bahaya kecelakaan;

    8. Pendaki harus tetap berjalan pada jalur dan batas aman pendakian yang telah ditentukan

    dan dilarang melewati jalur yang sudah ditentukan;

    9. Tempat mendirikan tenda hanya di lokasi yang telah ditentukan (transit camp) sesuai

    dengan pemesanan pada saat melakukan pendaftaran online;

    10. Pendaki yang turun harus melapor dan membawa kembali sampah untuk diperiksa oleh

    petugas;

    11. Pendaki dilarang: a. Membuang kotoran sembarangan. Kotoran dibuang minimal 100 m dari sumber air,

    dengan cara menggali tanah sedalam minimal 20 cm, kemudian ditutup kembali

    dengan tanah bersamaan dengan tissue kering yang telah digunakan;

    b. Dilarang membawa tissue basah selama melakukan aktivitas pendakian;

    c. Meninggalkan sampah non organik dan sisa makanan di dalam kawasan;

    d. Mengambil, memetik, memotong tumbuhan dan atau bagian-bagiannya serta benda-

    benda lainnya dan atau membawa ke tempat lain;

    e. Menangkap, melukai dan atau membunuh satwa yang ada dalam kawasan;

  • VII - 3

    f. Membawa biji/bibit benih tumbuhan serta satwa ke dan dari dalam kawasan;

    g. Melakukan perbuatan asusila;

    h. Membawa obat-obatan terlarang (daftar golongan G), narkoba dan minuman keras;

    i. Membawa bahan peledak dan senjata tajam serta membawa alat-alat yang lazim

    digunakan untuk berburu seperti senjata api, senapan angin, panah, ketapel, tombak,

    jerat lem atau kurungan, alat pancing dan lain-lain;

    j. Membuat api unggun, api unggun hanya boleh dibuat oleh petugas taman nasional/

    pengelola pendakian untuk kebutuhan tertentu;

    k. Membawa bahan detergen dan bahan pencemaran lainnya yang membahayakan bagi

    lingkungan sekitar;

    l. Melakukan vandalisme, membawa berbagai jenis cat, termasuk cat semprot dan jenis

    pewarna lainnya, serta alat tulis seperti spidol;

    m. Membawa segala jenis alat musik;

    n. Membuat kegaduhan dalam bentuk apapun termasuk menyalakan alat musik portable;

    o. Bersepeda/menggunakan kendaraan bermotor di sepanjang jalur pendakian kecuali

    untuk kepentingan SAR yang sifatnya darurat dan sudah teregistrasi, kegiatan SAR

    yang menggunakan kendaraan bermotor harus sepengetahuan petugas;

    p. Membuat jalur baru dan atau jalan pintas;

    q. Merusak sarana dan prasarana pengelolaan pendakian, termasuk vandalisme.

    r. Membawa kembang api dan petasan

    s. Menggunakan/ mengoperasikan drone. Drone digunakan hanya untuk kepentingan

    komersil/ liputan dan perlu mengajukan SIMAKSI liputan di kantor balai TNGC sama

    seperti pendakian khusus;

    12. Pemegang IUPJWA Pramuwisata dilarang : a. Menerima booking online pendaki secara pribadi;

    b. Meloloskan pendaki yang tidak sesuai dengan ketentuan seperti melayani pendaki di

    luar jam yang sudah ditentukan dan kondisi yang tidak direkomendasikan tim medis.

    13. Pemegang IUPJWA Perjalanan Wisata dan Informasi Wisata dilarang : a. Memberikan informasi yang salah mengenai potensi SDA, kondisi jalur dan lainnya;

    b. Menjual paket wisata pendakian di luar ketentuan yang telah disepakati;

    c. Melayani pendaki tanpa melibatkan pemegang IUPJWA Pramuwisata.

  • VII - 4

    B. Sanksi

    Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap larangan-larangan

    sebagaimana poin 1 sampai dengan 8 akan dikenakan sanksi sesuai perundang-undangan yang

    berlaku pada:

    a. Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan

    Ekosistemnya;

    b. Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;

    c. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

    Hidup;

    d. Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;

    e. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam No. P.7/IV-Set/2011

    tentang Tata Cara Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru;

    f. Dan peraturan perundangan terkait lainnya.

    Adapun sanksi dapat diberikan kepada pendaki maupun pemegang IUPJWA. Untuk pendaki,

    kategori pelanggaran dibagi menjadi tiga yaitu ringan, sedang dan berat. Sanksi yang berlaku

    akan disesuaikan dengan kriteria pelanggaran.

    Pelanggaran ringan, meliputi:

    a. Membawa tissue basah selama melakukan aktivitas pendakian;

    b. Membawa segala jenis alat music, termasuk alat musik portable;

    c. Membawa kembang api dan petasan;

    d. Membawa drone.

    Sanksi:

    a. Diambil dan disita selama pendaki melakukan pendakian dan akan disumbangkan untuk

    kegiatan sosial;

    b. Penanaman pohon sebanyak 20 pohon/orang.

    Pelanggaran sedang, meliputi:

    a. Meninggalkan sampah non organik dan sisa makanan di dalam kawasan;

    b. Membawa bahan detergen dan bahan pencemaran lainnya yang membahayakan bagi

    lingkungan sekitar kecuali pasta gigi;

    c. Merusak sarana dan prasarana pengelolaan pendakian, termasuk vandalisme.

  • VII - 5

    Sanksi:

    a. Diambil dan disita selama pendaki melakukan pendakian dan akan disumbangkan untuk

    kegiatan sosial;

    b. Pembinaan internal Satgas Polisi Kehutanan;

    c. Blacklist melakukan kegiatan pendakian gunung Ciremai selama 2 tahun;

    d. Penanaman pohon sebanyak 50 pohon/orang.

    Pelanggaran Berat, meliputi:

    a. Membawa bahan peledak dan senjata tajam serta membawa alat-alat yang lazim

    digunakan untuk berburu seperti senjata api, senapan angin, panah, ketapel, tombak, jerat

    lem atau kurungan, alat pancing dan lain-lain;

    b. Mengambil, memetik, memotong tumbuhan dan atau bagian-bagiannya serta benda-

    benda lainnya dan atau membawa ke tempat lain;

    c. Membawa, menangkap, melukai dan atau membunuh satwaliar yang ada dalam kawasan;

    d. Membuang bibit benih tumbuhan ke dalam kawasan;

    e. Membawa hewan peliharaan ke dalam kawasan;

    f. Melakukan perbuatan asusila;

    g. Membawa obat-obatan terlarang (daftar golongan G), narkoba dan minuman keras;

    h. Membuat api unggun;

    i. Melakukan vandalisme, membawa berbagai jenis cat, termasuk cat semprot dan jenis

    pewarna lainnya, serta alat tulis seperti spidol;

    j. Bersepeda/menggunakan kendaraan bermotor di sepanjang jalur pendakian kecuali untuk

    kepentingan SAR yang sifatnya darurat dan sudah teregistrasi, kegiatan SAR yang

    menggunakan kendaraan bermotor harus sepengetahuan petugas;

    k. Membuat jalur baru dan atau jalan pintas.

    Sanksi:

    a. Diambil dan disita selama pendaki melakukan pendakian dan akan disumbangkan untuk

    kegiatan sosial;

    b. Mengembalikan tumbuhan/satwa ke tempat semula;

    c. Pembinaan internal Satgas Polisi Kehutanan atau eksternal Kepolisian RI;

    d. Blacklist melakukan kegiatan pendakian gunung Ciremai selama 5 tahun;

    e. Penanaman pohon sebanyak 100 pohon/orang.

  • VII - 6

    Untuk pemegang IUPJWA yang melanggar ketentuan, akan dikenakan sanksi pencabutan

    IUPJWA dan blacklist dalam pengajuan IUPJWA lingkup Balai TN Gunung Ciremai.

    C. Ketentuan Lain-lain

    Ketentuan lain yang terkait pendakian gunung Ciremai adalah sebagai berikut:

    Pendaki disarankan untuk mempelajari karakteristik medan pendakian dengan

    mengunjungi website resmi Balai TNGC;

    Pendaki nusantara disarankan untuk menggunakan jasa pramuwisata yang telah terdaftar

    dan memiliki izin serta berasal dari masyarakat setempat;

    Pendaki mancanegara WAJIB menggunakan jasa pramuwisata;

    Kegiatan sosial dan religi yang diatur dalam P.38/Menhut-II/2014 tanggal 4 Juni 2014

    Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Kegiatan Tertentu Pengenaan Tarif Rp. 0,00 (Nol

    Rupiah) di Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru dan Hutan Alam

    merupakan kegiatan pendakian non kuota. Kegiatan tersebut harus diketahui oleh Kepala

    Balai TNGC yang dibuktikan dengan diterbitkannya SIMAKSI berdasarkan surat

    rekomendasi dari Kepala Desa;

    Kegiatan pendakian yang bertujuan kedinasan baik dilakukan oleh Pemerintah pusat

    maupun daerah, telah disediakan 2 (dua) kapling pada transit camp masing-masing jalur

    pendakian. Yang bersangkutan wajib menunjukkan surat tugas/ rekomendasi.

  • VIII - 1

    VIII. PENANGGUNG JAWAB PELAYANAN

    A. Pelayanan Pintu Masuk

    A.1. Balai TNGC

    Kepala Balai TNGC melalui Kepala Seksi Pengelolaan TN Wilayah menunjuk Supervisor dan

    Pendamping Jalur melalui Surat Tugas baik yang dilakukan secara bergantian atau

    penunjukan langsung pada petugas tertentu. Hasil pendampingan dilaporkan secara

    periodik kepada Kepala Balai TNGC. Adapun pelayanan yang diberikan Supervisor dan

    Pendamping Jalur adalah:

    a. Memberikan pelayanan kepada pendaki selama jam operasional pelayanan pukul

    07.00 s.d 11.00 WIB, meliputi:

    1. Membantu mengarahkan pendaki yang akan registrasi ulang;

    2. Memberikan pelayanan informasi tentang pendakian gunung Ciremai di pusat

    informasi dan cinderamata;

    3. Memberikan Safety Talk/ arahan kepada pendaki;

    4. Melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan pendaki yang berpotensi

    sampah dan mengamankan barang yang tidak boleh dibawa ke dalam kawasan

    TNGC;

    5. Memeriksa dan memvalidasi kesesuaian dan keabsahan dokumen yang wajib

    diserahkan oleh pendaki (QR Code).

    b. Melaporkan kepada petugas Balai TNGC yang berwenang dalam melaksanakan

    evakuasi apabila terjadi kecelakaan dalam aktivitas pendakian;

    A.2. Pengelola jalur pendakian/ pemegang Ijin Pramuwisata

    Masyarakat pengelola jalur pendakian memberikan pilihan pelayanan pemanduan kepada

    pendaki selama jam operasional pelayanan pukul 07.00 s.d 11.00 WIB.

    A.3. KPRI Edelweis

    KPRI Edelweis memberikan pelayanan kepada pendaki pendakian selama jam operasional

    pelayanan pukul 07.00 s.d 11.00 WIB, meliputi:

    a. Memberikan pelayanan informasi tentang pendakian di TN Gunung Ciremai di pusat

    informasi dan cinderamata;

    b. Melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap pendaki oleh tenaga medis yang

    disiapkan di pintu masuk pendakian.

  • VIII - 2

    B. Pelayanan Pintu Keluar

    Pelayanan pintu keluar dilakukan oleh masyarakat pengelola jalur pendakian. Pelayanan

    yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Melakukan pelayanan kepada pendaki, pemandu dan porter yang turun setelah

    melakukan pendakian dari pukul 07.00 s.d 18.00 WIB, meliputi:

    a. Memeriksa check list sampah yang dibawa pendaki;

    b. Mengecek sampah bawaan pendaki yang disesuaikan dengan check list sampah

    yang dibawa oleh pendaki;

    c. Memberikan pelayanan di luar jam pelayanan bagi pendaki dengan kondisi khusus

    setelah melakukan konfirmasi kepada petugas;

    d. Memantau pendaki yang telah selesai melakukan pendakian;

    e. Menerima laporan dari pendaki seperti laporan apabila ada kejadian-kejadian yang

    dianggap perlu untuk diketahui dan ditindaklanjuti oleh petugas taman nasional;

    f. Melakukan penagihan pembayaran kepada pendaki yang mengalami kelebihan

    hari pendakian.

    2. Berkoordinasi dengan petugas TNGC apabila ditemukan laporan kejadian (tindak

    pidana, pelanggaran, kecelakaan, dll) yang terjadi pada jalur pendakian.

    C. Pelayanan di Kantor Balai

    Pelayanan di kantor balai terkait pelayanan teknis dan administrasi meliputi:

    1. Memberikan informasi tentang pendakian gunung Ciremai;

    2. Melakukan promosi dan pemasaran terkait kegiatan wisata pendakian;

    3. Menyampaikan daftar calon pendaki yang telah melakukan booking online kepada

    petugas pelayanan di pintu pendakian;

    4. Menerima informasi dan laporan serta melakukan tindak lanjut atas laporan tersebut;

    5. Memberikan pelayanan SIMAKSI pendakian khusus untuk Penelitian, Liputan,

    Kedinasan, Olahraga (trail run), dan pendaki dibawah usia 13 tahun yang didampingi

    oleh pendamping berusia diatas 17 tahun.

  • IX. PENUTUP

    Demikian prosedur tetap ini disusun, agar dapat dipedomani dalam kegiatan pendakian gunung Ciremai.

  • Lampiran 1. Skema Mekanisme Pendakian Umum gunung Ciremai

    tidak prima

    lengkap

    CALON PENDAKI PENDAFTARAN

    ONLINE KODE BOOKING

    REGISTRASI PINTU MASUK JALUR

    PENDAKIAN

    PEMERIKSAAN KESEHATAN SAFETY TALK

    PEMERIKSAAN PERLENGKAPAN

    TIDAK DIREKOMENDASI

    NAIK

    prima

    MELENGKAPI DI WARUNG PERBEKALAN/ PENYEWAAN

    ALAT PENDAKIAN

    tidak lengkap

    BOARDING

    PEMBERIAN GELANG IDENTITAS

    DAN MENDAKI

    SETELAH SELESAI MENDAKI, LAPOR PETUGAS PADA PINTU KELUAR

    CEK PERLENGKAPAN

    AKHIR DAN SAMPAH

    PUSAT INFORMASI DAN CINDERAMATA

    TREKING DAN

    BERKEMAH SESUAI TC

  • Lampiran 2. Formulir Daftar Barang Bawaan Pendakian Umum gunung Ciremai

    DAFTAR BARANG BAWAAN PENDAKIAN UMUM GUNUNG CIREMAI Nama : Kode Booking : Transit Camp : Alamat : Telepon/HP : Pintu masuk/Tanggal : Pintu keluar/Tanggal :

    No Nama Barang Satuan Jumlah Keterangan

    Saya siap membawa sampah ke luar kawasan TNGC.

    Petugas pintu masuk Petugas pintu keluar Pendaki

    CATATAN : 1. Form ini diisi dan diperbanyak (rangkap dua) oleh setiap pendaki yang kemudian diperiksa oleh petugas dan

    ditandatangi oleh petugas dan pendaki. Satu rangkap ditinggal di pintu masuk dan satu rangkap lainnya sebagai bahan bantu pemeriksaan petugas di pintu keluar;

    2. Jika sampah bawaan tidak dibawa kembali, yang bersangkutan dan atau organisasi ybs akan di blacklist dan tidak boleh melakukan pendakian lagi;

    3. Pendaki diwajibkan membawa trash bag/kantong sampah masing-masing selain kantong sampah dari pengelola jalur pendakian

    4. Yang bersangkutan menandatangani lembar ini sebagai pernyataan kesanggupan terhadap kesepakatan yang dibuat.

    cover protap pendakian (1).pdfDaftar Isi.pdfI.pdfII.pdfIII.pdfIV.pdfV.pdfVI.pdfVII.pdfVIII.pdfIX.pdfL1.pdfL2.pdf