sop pendakian
Post on 07-Apr-2016
272 views
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ÂTRANSCRIPT
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG NOMOR: SK.01/BTNBABUL-1/2014
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAKIAN GUNUNG
BULUSARAUNG DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG,
Menimbang : a. bahwa kawasan Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang mengemban fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara berkelanjutan, untuk itu aktivitas wisata alam perlu dikelola dengan optimal untuk memberikan pelayanan prima bagi pengunjung dengan tetap menjaga fungsi kawasan;
b. bahwa pendakian ke Gunung Bulusaraung merupakan salah satu aktivitas wisata alam terbatas di kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung, dan bahwa kegiatan pendakian dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan berupa sampah, erosi, vandalisme, pencemaran sumber air, pengambilan sumber daya alam hayati, nilai budaya serta kearifan lokal, maka kegiatan pendakian harus dikelola dengan baik sehingga dapat meminimalkan dampak dimaksud dan meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, maka ditetapkan Keputusan Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung tentang Petunjuk Teknis Standar Operasional Pendakian Gunung Semeru di TN. Bantimurung Bulusaraung.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
8. Peraturan...
-2-
8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara
Penetapan Rayon di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Pariwisata Alam;
9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.
MEMUTUSKAN :
Menetapkan :
KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAKIAN GUNUNG BULUSARAUNG DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG
PERTAMA : Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendakian Gunung Bulusaraung di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan acuan dalam pendakian Gunung Bulusaraung sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;
KEDUA : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian;
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Maros Pada Tanggal : 01 November 2014 KEPALA BALAI, Ir.Siti Chadidjah Kaniawati, MWC NIP. 19600702 198703 2 001
Salinan Surat Keputusan disampaikan kepada Yth.
1. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2. Bupati Pangkajene dan Kepulauan 3. Sekretaris Ditjen PHKA 4. Direktur Konservasi Kawasan dan Bina Hutan Lindung 5. Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung 6. Kepala Pusat Humas Kementerian Kehutanan 7. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangkajene dan Kepulauan 8. Camat Balocci 9. Kepala Desa Tompobulu 10. Ketua Kelompok Pengelola Ekowisata Dentong
Lampiran : Keputusan Kepala Balai TNBABUL tentang Petunjuk Teknis Standar
Operasional (SOP) Pendakian Gunung Bulusaraung di Taman
Nasional Bantimurung Bulusaraung
Nomor : SK.01/BTNBABUL-1/2014
Tanggal : 01 November 2014
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kawasan Pegunungan Bulusaraung merupakan salah satu dari 7 (tujuh) situs
Objek Daya Tarik Wisata Alam Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung
pada zona pemanfaatan yang prioritas untuk pengembangan pengelolaan pariwisata
alam. Arah pengembangan kawasan ini diarahkan pada wisata minat khusus di
antaranya pendakian Gunung Bulusaraung (hiking), pengamatan flora dan fauna,
panorama alam dan berkemah (camping).
Kawasan Pegunungan Bulusaraung memiliki keanekaragam hayati
pegunungan yang tinggi, dan panorama alam yang indah di puncak Gunung
Bulusaraung pada ketinggian 1.353 mdpl, sehingga menjadi salah satu tujuan
pendakian yang cukup populer di wilayah Sulawesi Selatan. Selain itu, aksesibilitas
menuju kawasan Pegunungan Bulusaraung yang cukup baik serta dekat dengan kota
Makassar dibanding dengan tujuan pendakian lainnya. Gunung Bulusaraung
merupakan tujuan terpopuler setelah Gunung Latimojong dan Gunung
Bawakaraeng. Gunung Bulusaraung merupakan alternatif bagi pendaki pemula
karena jalur pendakiannya tidak terlalu susah serta tidak terlalu tinggi.
Mengingat tingginya minat para pecinta alam untuk mendaki Gunung
Bulusaraung, maka akan tercipta peluang adanya dampak negatif terhadap
ekosistem di wilayah tersebut terutama di sekitar jalur pendakian, camping ground
serta puncak Gunung Bulusaraung yang menjadi basis aktivitas para pendaki. Salah
satu penyebab kerusakan tersebut adalah sampah yang dibawa para pendaki pada
2
saat mereka beraktivitas. Selain sampah, erosi tanah sepanjang jalur pendakian juga
berdampak buruk terhadap ekosistem di kawasan tersebut. Aktivitas vandalisme
juga kerap terjadi sehingga menghilangkan kealamian hutan di sana.
Pendaki Gunung Bulusaraung pada umumnya adalah para pemula yang
belum memiliki kesadaran yang cukup dalam hal pelestarian alam dan fungsi
konservasi wilayah tersebut. Pendakian umumnya hanya untuk kesenangan dan
mendapatkan suasana baru dari kepadatan kota sehingga mereka perlu diarahkan
dan dibina supaya timbul kesadaran konservasi di dalam diri mereka.
Kegiatan pendakian merupakan kegiatan yang beresiko. Resiko tersebut bisa
terjadi apabila peralatan dan tata cara melakukan pendakian tidak memenuhi
standar. Banyaknya pendaki yang melakukan pendakian dengan tidak melewati jalur
yang telah ditetapkan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Untuk
menghindari kerusakan ekosistem serta mengurangi resiko kecelakaan dalam
kegiatan pendakian, diperlukan Petunjuk Teknis Standar Operasional Protokol (SOP)
pendakian Gunung Bulusaraung.
Dengan adanya Petunjuk Teknis SOP pendakian ini diharapkan mampu
meningkatkan pelayanan pendakian sehingga lebih tertib, efektif, efiisien dan
mengurangi kerusakan ekosistem kawasan Pegunungan Bulusaraung, serta
meminimalisir tingkat resiko kecelakaan.
2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Petunjuk Teknis SOP pendakian ini adalah untuk
menyediakan pedoman bagi petugas dan para pendaki untuk terciptanya pelayanan
pendakian yang aman bagi pendaki Gunung Bulusaraung.
Tujuan dari penyusunan Petunjuk Teknis SOP pendakian ini adalah:
a. Mewujudkan pelayanan pendakian yang tertib, efektif dan efisien;
b. Menjaga kelestarian ekosistem Pegunungan Bulusaraung;
c. Mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan.
3
3. Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis SOP pendakian Gunung Bulusaraung di TN. Bantimurung
Bulusaraung ini meliputi arahan teknis, prosedur pendakian, tugas dan tanggung
jawab petugas pelayanan pendakian, dan peraturan pendakian.
4. Pengertian
a. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlidungan sistem
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan
satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya;
b. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem
asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,
ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi;
c. SDAHE (Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) adalah unsur-unsur
hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan
sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati di
sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem;
d. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang secara langsung dan tidak langsung
mempromosikan perlindungan lingkungan dan memberikan peningkatan kepada
kesejahteraan masyarakat;
e. Pendakian di kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung adalah kegiatan pendakian
yang mendapatkan ijin dari Balai TN. Bantimurung Bulusaraung dan hanya di
lakukan pada jalur-jalur resmi;
f. Jalur pendakian adalah jalur resmi yang ditetapkan oleh Balai TN. Bantimurung
Bulusaraung untuk kegiatan pendakian;
g. Petugas pemungut PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah pegawai
Balai TN. Bantimurung Bulusaraung yang ditunjuk yang mempunyai tugas
4
memungut tiket masuk kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung berdasarkan
Surat Keputusan Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung;