sop pendakian

21
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG NOMOR: SK.01/BTNBABUL-1/2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAKIAN GUNUNG BULUSARAUNG DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG, Menimbang : a. bahwa kawasan Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang mengemban fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara berkelanjutan, untuk itu aktivitas wisata alam perlu dikelola dengan optimal untuk memberikan pelayanan prima bagi pengunjung dengan tetap menjaga fungsi kawasan; b. bahwa pendakian ke Gunung Bulusaraung merupakan salah satu aktivitas wisata alam terbatas di kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung, dan bahwa kegiatan pendakian dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan berupa sampah, erosi, vandalisme, pencemaran sumber air, pengambilan sumber daya alam hayati, nilai budaya serta kearifan lokal, maka kegiatan pendakian harus dikelola dengan baik sehingga dapat meminimalkan dampak dimaksud dan meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung; c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, maka ditetapkan Keputusan Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung tentang Petunjuk Teknis Standar Operasional Pendakian Gunung Semeru di TN. Bantimurung Bulusaraung. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 8. Peraturan...

Upload: tnbabul

Post on 07-Apr-2016

355 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Sop pendakian

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG NOMOR: SK.01/BTNBABUL-1/2014

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAKIAN GUNUNG

BULUSARAUNG DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG,

Menimbang : a. bahwa kawasan Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang mengemban fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara berkelanjutan, untuk itu aktivitas wisata alam perlu dikelola dengan optimal untuk memberikan pelayanan prima bagi pengunjung dengan tetap menjaga fungsi kawasan;

b. bahwa pendakian ke Gunung Bulusaraung merupakan salah satu aktivitas wisata alam terbatas di kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung, dan bahwa kegiatan pendakian dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kawasan berupa sampah, erosi, vandalisme, pencemaran sumber air, pengambilan sumber daya alam hayati, nilai budaya serta kearifan lokal, maka kegiatan pendakian harus dikelola dengan baik sehingga dapat meminimalkan dampak dimaksud dan meningkatkan kenyamanan bagi pengunjung;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan b, maka ditetapkan Keputusan Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung tentang Petunjuk Teknis Standar Operasional Pendakian Gunung Semeru di TN. Bantimurung Bulusaraung.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya;

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004;

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 2014 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Kehutanan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;

8. Peraturan...

Page 2: Sop pendakian

-2-

8. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.36/Menhut-II/2014 tentang Tata Cara

Penetapan Rayon di Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam dan Taman Buru Dalam Rangka Pengenaan Penerimaan Negara Bukan Pajak Bidang Pariwisata Alam;

9. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

KEPUTUSAN KEPALA BALAI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENDAKIAN GUNUNG BULUSARAUNG DI TAMAN NASIONAL BANTIMURUNG BULUSARAUNG

PERTAMA : Petunjuk Teknis Standar Operasional Prosedur (SOP) Pendakian Gunung Bulusaraung di Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung merupakan acuan dalam pendakian Gunung Bulusaraung sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini;

KEDUA : Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini akan diatur kemudian;

KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Maros Pada Tanggal : 01 November 2014 KEPALA BALAI, Ir.Siti Chadidjah Kaniawati, MWC NIP. 19600702 198703 2 001

Salinan Surat Keputusan disampaikan kepada Yth.

1. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 2. Bupati Pangkajene dan Kepulauan 3. Sekretaris Ditjen PHKA 4. Direktur Konservasi Kawasan dan Bina Hutan Lindung 5. Direktur Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung 6. Kepala Pusat Humas Kementerian Kehutanan 7. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pangkajene dan Kepulauan 8. Camat Balocci 9. Kepala Desa Tompobulu 10. Ketua Kelompok Pengelola Ekowisata Dentong

Page 3: Sop pendakian

Lampiran : Keputusan Kepala Balai TNBABUL tentang Petunjuk Teknis Standar

Operasional (SOP) Pendakian Gunung Bulusaraung di Taman

Nasional Bantimurung Bulusaraung

Nomor : SK.01/BTNBABUL-1/2014

Tanggal : 01 November 2014

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kawasan Pegunungan Bulusaraung merupakan salah satu dari 7 (tujuh) situs

Objek Daya Tarik Wisata Alam Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung

pada zona pemanfaatan yang prioritas untuk pengembangan pengelolaan pariwisata

alam. Arah pengembangan kawasan ini diarahkan pada wisata minat khusus di

antaranya pendakian Gunung Bulusaraung (hiking), pengamatan flora dan fauna,

panorama alam dan berkemah (camping).

Kawasan Pegunungan Bulusaraung memiliki keanekaragam hayati

pegunungan yang tinggi, dan panorama alam yang indah di puncak Gunung

Bulusaraung pada ketinggian ± 1.353 mdpl, sehingga menjadi salah satu tujuan

pendakian yang cukup populer di wilayah Sulawesi Selatan. Selain itu, aksesibilitas

menuju kawasan Pegunungan Bulusaraung yang cukup baik serta dekat dengan kota

Makassar dibanding dengan tujuan pendakian lainnya. Gunung Bulusaraung

merupakan tujuan terpopuler setelah Gunung Latimojong dan Gunung

Bawakaraeng. Gunung Bulusaraung merupakan alternatif bagi pendaki pemula

karena jalur pendakiannya tidak terlalu susah serta tidak terlalu tinggi.

Mengingat tingginya minat para pecinta alam untuk mendaki Gunung

Bulusaraung, maka akan tercipta peluang adanya dampak negatif terhadap

ekosistem di wilayah tersebut terutama di sekitar jalur pendakian, camping ground

serta puncak Gunung Bulusaraung yang menjadi basis aktivitas para pendaki. Salah

satu penyebab kerusakan tersebut adalah sampah yang dibawa para pendaki pada

Page 4: Sop pendakian

2

saat mereka beraktivitas. Selain sampah, erosi tanah sepanjang jalur pendakian juga

berdampak buruk terhadap ekosistem di kawasan tersebut. Aktivitas vandalisme

juga kerap terjadi sehingga menghilangkan kealamian hutan di sana.

Pendaki Gunung Bulusaraung pada umumnya adalah para pemula yang

belum memiliki kesadaran yang cukup dalam hal pelestarian alam dan fungsi

konservasi wilayah tersebut. Pendakian umumnya hanya untuk kesenangan dan

mendapatkan suasana baru dari kepadatan kota sehingga mereka perlu diarahkan

dan dibina supaya timbul kesadaran konservasi di dalam diri mereka.

Kegiatan pendakian merupakan kegiatan yang beresiko. Resiko tersebut bisa

terjadi apabila peralatan dan tata cara melakukan pendakian tidak memenuhi

standar. Banyaknya pendaki yang melakukan pendakian dengan tidak melewati jalur

yang telah ditetapkan menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Untuk

menghindari kerusakan ekosistem serta mengurangi resiko kecelakaan dalam

kegiatan pendakian, diperlukan Petunjuk Teknis Standar Operasional Protokol (SOP)

pendakian Gunung Bulusaraung.

Dengan adanya Petunjuk Teknis SOP pendakian ini diharapkan mampu

meningkatkan pelayanan pendakian sehingga lebih tertib, efektif, efiisien dan

mengurangi kerusakan ekosistem kawasan Pegunungan Bulusaraung, serta

meminimalisir tingkat resiko kecelakaan.

2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Petunjuk Teknis SOP pendakian ini adalah untuk

menyediakan pedoman bagi petugas dan para pendaki untuk terciptanya pelayanan

pendakian yang aman bagi pendaki Gunung Bulusaraung.

Tujuan dari penyusunan Petunjuk Teknis SOP pendakian ini adalah:

a. Mewujudkan pelayanan pendakian yang tertib, efektif dan efisien;

b. Menjaga kelestarian ekosistem Pegunungan Bulusaraung;

c. Mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan.

Page 5: Sop pendakian

3

3. Ruang Lingkup

Petunjuk Teknis SOP pendakian Gunung Bulusaraung di TN. Bantimurung

Bulusaraung ini meliputi arahan teknis, prosedur pendakian, tugas dan tanggung

jawab petugas pelayanan pendakian, dan peraturan pendakian.

4. Pengertian

a. Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di

darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlidungan sistem

penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya;

b. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

asli, dikelola dengan system zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi;

c. SDAHE (Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya) adalah unsur-unsur

hayati di alam yang terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan

sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama dengan unsur non-hayati di

sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem;

d. Ekowisata adalah kegiatan wisata yang secara langsung dan tidak langsung

mempromosikan perlindungan lingkungan dan memberikan peningkatan kepada

kesejahteraan masyarakat;

e. Pendakian di kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung adalah kegiatan pendakian

yang mendapatkan ijin dari Balai TN. Bantimurung Bulusaraung dan hanya di

lakukan pada jalur-jalur resmi;

f. Jalur pendakian adalah jalur resmi yang ditetapkan oleh Balai TN. Bantimurung

Bulusaraung untuk kegiatan pendakian;

g. Petugas pemungut PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah pegawai

Balai TN. Bantimurung Bulusaraung yang ditunjuk yang mempunyai tugas

Page 6: Sop pendakian

4

memungut tiket masuk kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung berdasarkan

Surat Keputusan Kepala Balai TN. Bantimurung Bulusaraung;

h. Kelompok Pengelola Ekowisata (KPE) Dentong adalah kelompok ekowisata yang

ditunjuk oleh Balai TN. Bantimurung Bulusaraung untuk mengelola pendakian

Gunung Bulusaraung yang kedudukannya di bawah pemerintah desa

Tompobulu;

i. Posko KPE Dentong adalah pos komando KPE Dentong yang berfungsi sebagai

pengendalian pendakian yang berkedudukan di desa Tompobulu.

j. Pengunjung pendakian adalah orang yang melakukan kegiatan pendakian di TN.

Bantimurung Bulusaraung melalui prosedur yang telah ditetapkan;

k. Pendampingan adalah bentuk pelayanan kepada para pendaki yang dilakukan

oleh pemandu;

l. Penutupan pendakian adalah periode tidak diperkenankannya kegiatan

pendakian untuk untuk umum dalam rangka pemulihan/recovery ekosistem

hutan TN. Bantimurung Bulusaraung, atau upaya antisipasi terhadap bahaya

kebakaran akibat kemarau panjang; atau upaya untuk melindungi pendaki dari

bahaya longsor atau kecelakaan lainnya akibat curah hujan yang sangat tinggi

dan angin kencang; atau bencana alam lainnya;

m. Pemulihan/Recovery ekosistem adalah upaya perbaikan ekosistem dari kondisi

rusak ke kondisi awal/baik secara alami maupun dengan adanya campur tangan

manusia;

n. Vandalisme adalah salah satu tindakan merusak dari pengunjung antara lain

dengan membuat coretan, garutan, goresan atau gambar.

o. Kemah adalah meletakkan membangun tenda atau struktur berbentuk tenda

dipergunakan untuk berteduh atau menginap.

Page 7: Sop pendakian

5

II. ARAHAN TEKNIS

Kegiatan pendakian Gunung Bulusaraung berada pada zona pemanfaatan

TN. Bantimurung Bulusaraung. Zona tersebut juga merupakan habitat bagi berbagai

jenis flora dan fauna yang sangat penting bagi keseimbangan ekosistem hutan hujan

non dipterocarpaceae (pamah) dan hutan pegunungan bawah Pegunungan

Bulusaraung. Keberadaan flora dan fauna tersebut sangat sensitif terhadap aktivitas

manusia terutama kagiatan yang dilakukan para pendaki. Untuk itu kegiatan

pendakian harus memperhatikan aspek-aspek sebagai berikut:

1. Perlindungan Ekosistem

Aktivitas pendakian Gunung Bulusaraung berpotensi menimbulkan dampak

negatif terhadap keanekaragaman hayati dalam bentuk:

a. Penyebaran biji dan atau benih tumbuhan eksotik yang dibawa pengunjung baik

sengaja maupun tidak sengaja, dari luar kawasan;

b. Gangguan terhadap satwa liar, terutama saat musim berkembang biak dan

kemungkinan terjadi perubahan perilaku satwa liar;

c. Perubahan vegetasi di sepanjang jalur pendakian dan lokasi berkemah (camping

ground) akibat pembukaan jalur maupun aktivitas pembuatan lokasi berkemah

dan sejenisnya;

d. Pencemaran lingkungan akibat sampah baik sampah yang berasal dari barang

bawaan pendaki maupun produk dari pendaki sendiri, dilokasi berkemah

maupun sumber mata air.

e. Kebakaran yang dipicu oleh pembuatan api unggun, puntung rokok dan

sebagainya;

f. Rusaknya kealamian pemandangan akbat vandalism yang dilakukan pendaki

yang tidak bertanggung jawab.

Page 8: Sop pendakian

6

Dalam rangka mempertahankan nilai penting keanekaragaman hayati

kawasan Pegunungan Bulusaraung, maka hal-hal yang harus diperhatikan dalam

kegiatan pendakian antara lain :

a. Kondisi fisik Gunung Bulusaraung, utamanya pada sepanjang jalur pendakian

dan camping ground;

b. Pengunjung tidak diperkenankan membuat jalur baru serta lokasi berkemah

baru di luar yang telah ditetapkan oleh pengelola TN. Bantimurung Bulusaraung;

c. Keaslian ekosistem kawasan di seluruh kawasan pendakian Gunung

Bulusaraung;

d. Pendaki tidak diperkenankan melakukan penanaman tumbuhan maupun

pelepasliaran satwa liar serta mengambil atau membawa pulang tumbuhan dan

hewan/satwa dari kawasan dalam bentuk apapun tanpa izin resmi dari Balai TN.

Bantimurung Bulusaraung;

e. Kealamian perilaku satwa liar di dalam kawasan Pegunungan Bulusaraung;

f. Pendaki tidak diperkenankan memberi makan satwa liar atau mengganggu

aktivitas satwa lair;

g. Kelangsungan mata air yang berada di campaing ground dan sekitarnya;

h. Pendaki tidak diperkenankan untuk membuang sampah biologis (besar maupun

kecil) di sekitar sumber mata air;

i. Mata air digunakan seperlunya;

j. Keamanan dan kenyamanan pendaki lain;

k. Pendaki tidak diperkenankan melakukan kegiatan vandalisme, membawa

senapan api maupun angin, senjata tajam, narkoba, dan miras;

l. Pendaki diwajibkan untuk menjaga ketertiban umum;

m. Kebersihan lokasi pendakian;

Page 9: Sop pendakian

7

n. Setiap sampah anorganik yang dibawa pendaki harus dibawa pulang kembali

ketempat masing-masing. Untuk sampah organik dibuang dilokasi pembuangan

yang telah ditentukan.

2. Perlindungan Nilai Budaya

Selain perlindungan ekosistem Pegunungan Bulusaraung, terdapat juga nilai

budaya serta kearifan lokal yang ada di sekitarnya utamanya di desa Tompobulu

yang merupakan pintu masuk jalur pendakian Gunung Bulusaraung. Sejak turun

temurun para tetua di desa Tompobulu sudah mengajarkan kepada anak-anaknya

tentang pentingnya menjaga ekosistem hutan. Salah satu contohnya adalah

mewajibkan setiap pasangan pengantin baru untuk menanam tanaman kayu sebagai

simbol penghormatan bagi alam. Demikian halnya dalam setiap kelahiran.

Desa Tompobulu juga terkenal akan nilai-nilai religinya sehingga setiap

pengunjung yang datang baik untuk kegiatan wisata di desa Tompobulu maupun

melakukan pendakian Gunung Bulusaraung harus menghormati dan menjunjung

tinggi adat budaya setempat.

Nilai-nilai budaya yang seperti itu harus dihormati dan dijadikan contoh bagi

para pendaki dalam bersikap dan menghormati alam. Salah satu bentuk nyata yang

dapat dilakukan adalah turut menjaga hutan yang ada di sekitar lokasi pendakian.

3. Kepuasan Pendaki

Kegiatan pendakian merupakan salah satu bentuk kegiatan wisata minat

khusus, dimana kegiatan tersebut tidak lazim dilakukan orang. Hanya orang-orang

yang memiliki minat ketertarikan terhadap keindahan alam serta menyukai

tantangan yang melakukannya. Namun pada intinya para pendaki ingin mencari

kepuasan dari kegiatannya. Untuk itu sudah menjadi kewajiban bagi pengelola

kawasan untuk memberikan pelayanan yang baik sehingga pendaki mendapatkan

kepuasan tersebut.

Page 10: Sop pendakian

8

Selain dari pengelola, pendaki sendiri juga memiliki kewajiban untuk menjaga

supaya kepuasan kunjungan tersebut dapat dinikmati oleh semua pihak. Untuk

mewujudkan ketertiban dan keamanan, pendaki harus memperhatikan beberapa hal

sebagai berikut:

a. Pendaki harus sudah berumur sekurang-kurangnya 13 tahun;

b. Pendakian yang dilakukan dalam grup, ketentuannya adalah:

1. Untuk pendaki umum, jumlah pendaki dalam 1 grup minimal 3 (tiga) orang,

dan maksimal 10 (sepuluh) orang, termasuk ketua;

2. Untuk pelajar/mahasiswa, jumlah pendaki dalam grup minimal 3 (tiga)

orang dan maksimal 20 (dua puluh) orang termasuk ketua grup;

3. Ketua grup untuk kelompok tersebut pada poin b (1) dan b (2) minimal

berusia 17 (tujuh belas) tahun.

c. Pendaki berhak mendapatkan informasi yang jelas tentang prosedur pendakian,

kondisi umum kawasan, serta jalur pendakian yang telah ditentukan;

d. Pendaki berhak meminta pendamping dari petugas untuk memandu pendaki

dalam melakukan pendakian dengan syarat dan ketentuan pendampingan yang

berlaku;

e. Pendaki memperhatikan papan informasi dan papan arah yang telah dipasang

oleh pengelola serta menggunakan pos-pos pendakian sebagai tempat

peristirahatan;

f. Untuk efektifitas pendakian maka pemeriksaan personal use, alat dan bahan

terlarang serta pendataan barang yang berpotensi sampah, setiap pendaki

diwajibkan masuk dan keluar (check in/check out) di posko KPE Dentong antara

pukul 07.00 – 22.00 WITA.

Page 11: Sop pendakian

9

III. PROSEDUR PENDAKIAN

1. Pendaftaran/Registrasi

Pendaftaran atau registrasi yang dimaksud adalah pengajuan ijin untuk

melakukan pendakian Gunung Bulusaraung setelah memenuhi persyaratan

administrasi bagi calon pendaki.

Adapun tata cara pendaftaran/registrasi yang dipersyaratkan adalah:

a. Mengisi buku kunjungan yang telah disediakan oleh petugas posko KPE Dentong

yang merupakan pos registrasi resmi, antara lain:

- Data diri masing-masing peserta yang berisi nama, alamat, nama organisasi

peserta nomor telfon atau disesuaikan dengan form isian yang telah

disediakan oleh petugas;

- Untuk ketua kelompok harus menyertakan foto copy identitas diri sebagai

arsip untuk petugas.

b. Tarif masuk yang dikenakan bagi pendaki adalah seperti tercantum dalam

Peraturan Desa Tompobulu Nomor: 02 tahun 2014 tentang Pembagian Hasil dan

Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Pungutan Kegiatan Ekowisata di Desa

Tompobulu dan Pendakian Bulusaraung pada Kawasan TN. Bantimurung

Bulusaraung;

c. Melakukan pengecekan daftar barang bawaan bersama-sama dengan petugas

piket untuk kemudian dicatat dan diverifikasi pada saat pulang.

2. Persiapan Pendakian

a. Pendaki menyelesaikan administrasi yang telah dipersyaratkan pada poin

pendaftaran/registrasi;

b. Petugas memberi informasi tentang peraturan dan tata tertib pendakian;

Page 12: Sop pendakian

10

c. Petugas melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan pengunjung

kemudian dicatat dalam form barang bawaan yang wajib dibawa pulang kembali

pada saat meninggalkan lokasi;

d. Untuk mempercepat proses pemeriksaan, disarankan ketua kelompok sudah

mencatat semua barang bawaan sebelum melapor ke petugas pengecekan;

e. Petugas memberikan validasi (paraf) pada form barang bawaan dan tiket

masuk;

f. Pendaki dianggap sebagai pengunjung pendakian secara resmi setelah semua

persyaratan dipenuhi.

3. Pelaksanaan pendakian

Dalam rangka keamanaan pendaki dan perlindungan terhadap ekosistem

didalam kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, pada saat pendakian

pendaki harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a. Setiap pendaki harus menggunakan pakaian dan sepatu khusus, sesuai standar

pendakian;

b. Pendaki harus tetap berjalan di jalur pendakian yang telah ditentukan. Tidak

diijinkan berjalan di luar jalur pendakian, membuat jalur baru dan atau

membuat jalur pintas (short cut);

c. Pendirian tenda hanya boleh dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan yaitu

di pos 9;

d. Pendirian tenda selain pada poin c di atas tidak diijinkan dan akan dianggap

illegal bila dilakukan. Bila hal ini dilakukan maka akan ditindak oleh petugas

sesuai ketentuan yang berlaku;

e. Saat pendakian dan camping, pengunjung tidak diijinkan membuat api dari kayu

untuk memasak, perapian dan tujuan lainnya. Pendaki disarankan untuk

membawa paraffin, kompor gas/minyak tanah untuk keperluan memasak;

Page 13: Sop pendakian

11

f. Setiap rombongan pendaki diwajibkan membawa satu kantong sampah untuk

memasukan sampah selama kegiatan pendakian dan berkemah;

g. Sampah-sampah pendaki harus dibawa kembali dan ditempatkan di

pembuangan sampah di pintu keluar.

4. Check Out

Kegiatan pendakian selesai sejak pendaki menyelesaikan validasi di pintu

keluar dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Waktu check out mulai pukul 07.00 – 22.00 WITA setiap harinya;

b. Pendaki menunjukan kembali robekan karcis yang telah diterima pada saat

masuk kemudian ketua kelompok mengecek kembali anggotanya;

c. Bersama petugas melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan pendaki dan

memberikan validasi terhadap daftar barang bawaan;

d. Pendaki menunjukan hasil sampah barang bawaannya kepada petugas, untuk

kemudian di buang ke tempat sampah yang telah disediakan;

e. Pendaki dapat meninggalkan lokasi pendakian.

Page 14: Sop pendakian

12

IV. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PETUGAS PELAYANAN PENDAKIAN

1. Petugas pemungut PNBP

a. Petugas pemungut PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) adalah pegawai

Balai TN. Bantimurung Bulusaraung yang ditunjuk melalui Surat Keputusan

Kepala Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung;

b. Tugas utama petugas pemungut PNBP adalah mencatat dan memungut PNBP

dari karcis masuk yang telah ditetapkan.

2. Petugas Posko

a. Petugas posko adalah petugas jaga posko KPE Dentong yang bertugas setiap

harinya yang terdiri dari anggota KPE Dentong dan petugas pemungut PNBP;

b. Tugas utama petugas posko adalah:

- Mencatat dan merekapitulasi pengunjung;

- Mengeluarkan tiket masuk sesuai dengan ketentuan yang telah ditentukan;

- Mengecek dan memverifikasi barang bawaan pendaki pada saat check in

dan check out;

- Menyampaikan informasi terkait tata tertib pendakian.

3. Petugas Pos

a. Petugas pos adalah petugas jaga pos peristirahatan pendaki yang terdiri dari

anggota KPE Dentong dan personil Resort Balocci TN. Bantimurung

Bulusaraung;

b. Tugas utama petugas pos adalah:

- Memantau dan membantu pendaki disepanjang jalur pendakian;

- Memastikan pendaki untuk tetap pada jalur pendakian yang telah

ditentukan;

- Mengecek tiket pendaki di pos-pos pendakian yang telah ditentukan (pos 2

- puncak);

Page 15: Sop pendakian

13

- Memberikan informasi yang cukup tentang kondisi jalur pendakian.

4. Pemandu

a. Pemandu adalah petugas yang berasal dari anggota KPE Dentong dan personil

Resort Balocci TN. Bantimurung Bulusaraung;

b. Tugas pemadu adalah:

- Melakukan tugas-tugas pemanduan yang meliputi pemberian

informasi/interpretasi wisata kepada pengunjung dan bertanggung jawab

terhadap keselamatan dan keamanan pengunjung;

- Memastikan bahwa pengunjung mematuhi peraturan pendakian dan

perkemahan.

Page 16: Sop pendakian

14

V. PERATURAN PENDAKIAN

Peraturan pendakian berisi tentang larangan dan sanksi yang dikenakan

kepada pendaki apabila melakukan pelanggaran.

1. Larangan

Setiap pendaki yang memasuki kawasan TN. Bantimurung Bulusaraung

DILARANG :

a. Mengambil, memetik, memotong tumbuhan dan atau bagian-bagiannya serta

benda-benda lainnya dan membawa ketempat lain;

b. Menangkap, melukai dan atau membunuh satwa yang ada dalam kawasan;

c. Membawa binatang ke dalam maupun ke luar kawasan;

d. Membawa minuman keras atau beralkohol;

e. Membawa obat-obatan terlarang yang termasuk dalam daftar G Kementerian

Kesehatan seperti putau, heroin, leksotan, ekstasi, ganja dan lain-lain yang

sejenis dan berbahaya;

f. Membawa alat musik dan alat bunyi-bunyian yang jika dibunyikan akan

mengganggu ketenangan kehidupan flora dan fauna di dalam kawasan serta

mengganggu ketertiban umum;

g. Membawa alat elektronik seperti radio komunikasi (handy talky), radio, tape

(ukuran besar) dan lain-lain kecuali jam tangan, handphone dan kamera saku.

Untuk kegiatan pendakian massal seperti pendidikan dan pelatihan petugas

dapat memberikan ijin mambawa handy talky dengan terlebih dahulu

megajukan proposal kegiatan;

h. Membawa senapan api, senapan angin, dan senjata tajam seperti parang, pisau,

(belati, lipat, dapur dll) serta alat pemotong lainnya. Bagi rombongan yang

membawa makanan kaleng, petugas dapat memberikan ijin membawa pisau

lipat ukuran kecil 1 (satu) buah untuk setiap rombongan;

Page 17: Sop pendakian

15

i. Membawa alat-alat berburu seperti senapan angin, tombak, panah, ketapel

membuat jerat, jerat lem, kurungan dll;

j. Mambawa bahan detergen dan bahan pencemar lainnya seperti pasta gigi,

sabun, shampoo dan lainnya;

k. Membawa berbagai jenis cat;

l. Melakukan vandalisme berupa perusakan fasilitas, membuat coretan dan tempel

menempel pada fasilitas, pohon batu dan sebagainya.

m. Membuat atau memasang papan petunjuk lain selain yang terpasang di jalur

wisata secara permanen. Untuk kegiatan pendakian massal seperti pendidikan

dan pelatihan yang memerlukan alat petunjuk lain yang dipasang harus dengan

persetujuan petugas dengan catatan alat petunjuk tidak bersifat permanen,

berbahaya dan harus di ambil kembali pada saat kegiatan selesai;

n. Membuang sampah dalam kawasan dan tidak membawa turun kembali sampah

bawaannya keluar kawasan;

o. Membuat perapian atau api unggun di dalam kawasan dengan alasan apapun;

p. Melakukan pendakian sendiri.

2. Prosedur Keselamatan

Demi keamanan dan kenyaman pendaki diharapkan membawa peralatan

pribadi maupun kelompok seperti :

a. Tenda kedap air;

b. Ransel/carier dengan spesifikasi kuat dan kondisi baik (jahitan, resleting,

pengikat) nyaman dipakai dengan kapasitas 60-100 liter serta tidak

mengganggu pergerakan;

c. Matras dengan spesifikasi ketebalan min 3 mm, lebar 40 cm, panjang min 180

cm, dapat digulung dan memakai pengikat;

d. Kantong tidur (sleeping bag);

Page 18: Sop pendakian

16

e. Sarung tangan dengan spesifiakasi jari-jari tangan tertutup, sesuai dengan

ukuran tangan menutup/melebihi pergelangan tangan;

f. Kaos kaki diutamakan bahan semi wool, kuat dan tebal, bahan bukan nylon dan

membawa cadangan (min 2 pasang);

g. Baju lapangan tangan panjang, mudah kering (menyerap keringat) serta tidak

terlalu ketat/longgar;

h. Celana lapangan dengan bahan bukan dari jeans, mempunyai saku tambahan

(saku samping) dan tidak terlalu longgar/ketat;

i. Pakaian tidur/training/sweater/kaos tangan panjang yang bersifat

menghangatkan (min 1 set);

j. Balaclava/kupluk/penutup kepala diutamakan bahan semi wool;

k. Sepatu lapangan seperti sepatu militer kuat dan nyaman;

l. Jas hujan;

m. Webbing bukan tali tambang (plastik/sabut) dengan spesifikasi jenis tubular,

lebar 27 mm, panjang 4 m dengan kondisi baik (tidak aus dan lapuk);

n. Lampu senter gantung atau kepala berikut baterai cadangan serta lampu kabut;

o. Peralatan masak: misting/nesting lengkap dengan spesifikasi bahan alumunium

dan memakai pembungkus, paraffin atau kompor gas;

p. Perbekalan logistik, disesuaikan dengan rencana perjalanan dan jumlah anggota

kelompok;

q. Obat-obatan pribadi (P3K).

3. Sanksi

Sanksi dapat dikenakan kepada setiap pelaku pelanggaran terhadap

ketentuan yang tertuang dalam protocol pendakian. Sanksi akan ditetapkan

berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai berikut :

Page 19: Sop pendakian

17

a. Undang-undang Nomor: 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam

Hayati dan Ekosistemnya;

b. Undang-undang Nomor: 32 tahun 1999 tentang Ketentuan Pokok Lingkungan

Hidup;

c. Undang-undang Nomor: 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;

d. Peraturan Pemerintah Nomor: 45 tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;

e. Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Nomor: P.07/IV-set/2011 tentang Tata Cara Masuk Kawasan Suaka Alam

Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru;

f. Dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya.

Bentuk pelanggaran bagi pendaki atau kelompok pendaki yang belum atau

tidak tertuang di dalam peraturan perundang-undangan yang ada (seperti

membuang sampah, vandalisme, serta pelanggaran kecil lainnya) akan dikenakan

sanksi berupa pembinaan.

Page 20: Sop pendakian

18

VI. KETENTUAN LAINNYA

1. Penutupan Pendakian

Pada kondisi tertentu jalur pendakian akan ditutup, antara lain:

a. Adanya bencana alam, seperti kebakaran hutan, longsor dan sebagainya;

b. Adanya kondisi cuaca yang berbahaya seperti badai, angina kencang dan

sebagainya;

c. Memberi kesempatan pemulihan bagi ekosistem disepanjang jalur pendakian

dan area perkemahan.

2. Batas lama pendakian

Batas lama pendakian yang diijinkan oleh Balai TN. Bantimurung Bulusaraung

adalah 2 hari 2 malam. Bila ada kegiatan yang memerlukan waktu lebih dari batas

waktu yang ditentukan seperti kegiatan penelitian, pembuatan video/film dan lain-

lain maka harus mendapat ijin khusus dari kepala Balai Taman Nasional

Bantimurung Bulusaraung. Bila pendaki melakukan pendakian melebihi batas waktu

yang telah ditentukan tanpa alasan-alasan yang dapat diterima, maka akan

dinyatakan melanggar dan dikenakan sanksi.

Page 21: Sop pendakian

19

VII. PENUTUP

Kawasan Pegunungan Bulusaraung yang merupakan salah satu Objek Daya

Tarik Wisata Alam TN. Bantimurung Bulusaraung pada zona pemanfaatan yang

prioritas untuk pengembangan pengelolaan pariwisata alam. Penetapan tersebut

diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan para pecinta alam yang ingin menikmati

keindahan alam kawasan Pegunungan Bulusaraung serta berperan serta dalam

upaya konservasi kawasan tersebut. Aktivitas yang sangat positif tersebut apabila

tidak disertai dengan rambu-rambu yang memadai justru akan mengancam

kelestarian kawasan.

Oleh karena itu dalam upaya mempertahankan keberlanjutan pemanfaatan

kawasan Pegunungan Bulusaraung sebagai kawasan wisata alam, maka disusunnya

Petunjuk Teknis SOP Pendakian Gunung Bulusaraung di TN. Bantimurung

Bulusaraung diharapkan dapat dipedomani baik oleh pengunjung (pendaki) maupun

oleh petugas agar memberikan manfaat bagi kawasan, pengunjung itu sendiri dan

juga bagi masyarakat sekitar.

Ditetapkan di : Maros Pada Tanggal : 01 November 2014 KEPALA BALAI, Ir. Siti Chadidjah Kaniawati, MWC NIP. 19600702 198703 2 001