prosedur audit umum atas aset tetap pt. m

20
Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M Denis Gilang Prasthya Catur Sasongko Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Laporan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur audit terhadap akun aset tetap pada PT. M. Pembahasan diawali dengan pemahaman siklus dan kebijakan aset tetap pada perushaan pembiayaan. Selanjutnya diungkapkan pembahasan pengendalian internal dan prosedur audit umum atas aset tetap PT. M. Proses audit dilakukan sesuai pendekatan manual audit KAP OBSE, mencakup perencanaan audit, perancangan, pelasanaan audit dan penyelesaian audit. Temuan atas audit aset tetap PT. M adalah kesalahan waktu pengakuan aet tetap, kesalahan pengakuan aset tak berwujud sebagai aset tetap. Secara keseluruhan tidak ditemukan perbedaan antara kebijakan akuntansi PT. M dengan PSAK 16 dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Kata kunci : kebijakan aset tetap, pengendalian internal, prosedur audit. Abstract This report describes the audit procedures of fixed assets in PT . M. discussion start with the understanding of cycle and fixed assets policy in financing company. Thus we disclose about the internal control and audit procedures of fixed assets account in PT. M. The audit Process based on KAP OBSE Audit Approach Manual, which encompasses audit planning stage, design, perform audit and completing audit stage. There are findings on audit procedures such as timing errors on recognizing fixed assets, and misclassification for intangible asset. Generally there is no difference between fixed assets policy with PSAK 16 and financial statements has been presents fairly. Keywords : Fixed assets policy, internal control and audit procedures. Pendahuluan Pada laporan magang ini penulis akan membahas prosedur umum atas audit aset tetap PT. M pada laporan keuangan per 31 desember 2012 yang dilakukan oleh KAP OBSE. Penulis Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Upload: others

Post on 21-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Denis Gilang Prasthya

Catur Sasongko

Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Laporan ini bertujuan untuk memaparkan prosedur audit terhadap akun aset tetap pada PT. M. Pembahasan diawali dengan pemahaman siklus dan kebijakan aset tetap pada perushaan pembiayaan. Selanjutnya diungkapkan pembahasan pengendalian internal dan prosedur audit umum atas aset tetap PT. M. Proses audit dilakukan sesuai pendekatan manual audit KAP OBSE, mencakup perencanaan audit, perancangan, pelasanaan audit dan penyelesaian audit. Temuan atas audit aset tetap PT. M adalah kesalahan waktu pengakuan aet tetap, kesalahan pengakuan aset tak berwujud sebagai aset tetap. Secara keseluruhan tidak ditemukan perbedaan antara kebijakan akuntansi PT. M dengan PSAK 16 dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

Kata kunci : kebijakan aset tetap, pengendalian internal, prosedur audit.

Abstract

This report describes the audit procedures of fixed assets in PT . M. discussion start with the understanding of cycle and fixed assets policy in financing company. Thus we disclose about the internal control and audit procedures of fixed assets account in PT. M. The audit Process based on KAP OBSE Audit Approach Manual, which encompasses audit planning stage, design, perform audit and completing audit stage. There are findings on audit procedures such as timing errors on recognizing fixed assets, and misclassification for intangible asset. Generally there is no difference between fixed assets policy with PSAK 16 and financial statements has been presents fairly.

Keywords : Fixed assets policy, internal control and audit procedures.

Pendahuluan

Pada laporan magang ini penulis akan membahas prosedur umum atas audit aset tetap PT.

M pada laporan keuangan per 31 desember 2012 yang dilakukan oleh KAP OBSE. Penulis

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 2: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

menyadari bahwa aset tetap merupakan salah satu indikasi yang menandakan bahwa sebuah

perusahaan berada pada kondisi perekonomian yang baik, seringkali dibuktikan dengan

peningkatan aset tetap dalam satu periode dengan periode yang lain dan oleh karena hal tersebut

biasanya aset tetap menjadi salah satu aspek yang ditinjau oleh investor sebelum melakukan

investasi pada satu perusahaan. Oleh karena itulah maka pengungkapan secara wajar terhadap

akun aset tetap menjadi tujuan utama yang harus dilakukan baik oleh manajemen dan pihak

independen yaitu auditor. Penulis selanjutnya memfokuskan permasalahan pada analisis terkait

tiga hal dalam aset tetap yaitu; (1) Kebijakan akuntansi aset tetap PT. M terhadap kesesuaian

dengan PSAK terkait, (2) Analisa kebijakan pengendalian kontrol aset tetap yang dijalankan oleh

PT. M dan (3) Analisa prosedur audit serta temuan audit yang telah dilakukan oleh KAP OBSE.

Tinjauan Teoritis

Aset Tetap

Arens et Al (2009) menjelaskan bahwa aset tetap adalah aset yang memiliki masa manfaat

lebih dari satu tahun digunakan dalam kegiatan operasional perusahaan, serta diperoleh bukan

untuk dijual kembali. Sementara itu, peraturan akuntansi yang berlaku di Indonesia yakni PSAK

16 (2011) menjelaskan bahwa aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan

dalam produksi atau penyedian barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain atau untuk

tujuan administrasi, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Kieso,

Weygandt, dan Warfield (2011) secara lebih rinci menyampaikan definisi aset tetap, dengan

menekankan pada tiga karakteristik utama pada aset tetap tersebut, yaitu:

1. Aset tersebut dimiliki untuk digunakan dalam aktivitas operasional perusahaan dan tidak

untuk dijual kembali. Bangunan yang tidak digunakan (idle) atau peralatan yang dibeli

untuk tujuan spekulasi tidak digolongkan ke dalam aset tetap melainkan investasi.

2. Aset tersebut memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun. Karakteristik ini membuktikan

bahwa aset dipergunakan untuk suatu jangka waktu yang panjang. Karakteristik ini juga

lah yang memperkenalkan istilah dilakukannya penyusutan (depreciation) dalam aset

tetap. Karena aset tetap memiliki umur ekonomis yang membuat nilai serta fungsi dari aset

tetap tersebut menjadi berkurang.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 3: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

3. Aset tetap berwujud fisik serta nilainya yang material. Karakteristik terakhir ini

menjelaskan bahwa pengeluaran untuk aset tersebut merupakan pengeluaran yang nilainya

besar atau material bagi perusahaan. Selain itu aset tetap memiliki wujud secara fisik yang

dapat menjadi pembeda dengan aset tidak berwujud (intangible) yang berbentuk seperti

paten dan software. Aset tidak berwujud juga memiliki masa manfaat, sehingga dilakukan

amortisasi (istilah penyusutan hanya digunakan pada aset tetap).

Pengendalian Internal

Sebuah sistem pengendalian internal adalah kebijakan dan prosedur yang didesain untuk

memberikan keyakinan kepada manajemen bahwa perusahaan akan mencapai tujuan yang serta

pencapaian hasil akhir yang telah ditentukan sebelumnya. Definisi tersebut terdapat dalam buku

karangan Arens et Al (2009). Selanjutnya dalam buku tersebut juga terdapat tiga tujuan utama

dalam mendesain pengendalian internal, antara lain: (1) Keandalan laporan keuangan, (2)

Efektivitas serta efisiensi dari operasi perusahaan, (3) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.

Pengendalian internal menjadi salah satu faktor penting yang tidak bisa diabaikan dalam

perusahaan, dengan dilakukannya pengendalian internal maka terdapat upaya dari manajemen

perusahaan untuk mengatasi dan memimalisir berbagai risiko yang mempengaruhi tujuan akhir

dari perusahaan itu sendiri. Selain itu Simons (2000) menjelaskan beberapa macam pengendalian

yang umum digunakan internal perusahaan, yaitu;

• Structural safeguards

Digunakan unuk memastkan adanya otorisasi bagi individu untuk memegang dan

bertanggung jawab atas transaksi akuntansi, hal ini dapat dilakukan dengan pemisahan tugas

antar transaksi tersebut.

• Systems safeguards

Disusun unutk memastikan prosedur yang cukup untuk memproses transaksi maupun

pelaporan agar tepat waktu, Caranya yaitu dengan menyiapkan pencatatan yang lengkap,

pembatasan informasi dan akses terbatas untuk setiap database serta dilakukan pelaporan secara

berkala.

• Staff safeguards

Disusun untuk memastikan bahwa staf yang melakukan proses transaksi serta melakukan

pencatatan akuntansi telah memiliki keahlian, pelatihan serta pengalaman yang cukup, hal yang

paling mudah dilakukan oleh manajemen dengan adanya rotasi pekerjaan secara berkala.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 4: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Auditing

Audit merupakan proses akumulasi dan evaluasi terkait informasi untuk menentukan dan

melaporkan korespondensi antara informasi dan kriteria yang ditetapkan. (Arens et al. 2009)

Secara umum, terdapat 4 (empat) tahap audit laporan keuangan yang dilakukan oleh

auditor. Tahap-tahap tersebut akan dijelaskan melalui gambar 1

Gambar 1. Tahap dalam Audit Laporan Keuangan

Pada tahap I, tiga kunci penting yang harus dilaksanakan auditor adalah memahami bisnis

klien dan lingkungannya, memahami pengendalian internal klien dan menilai risiko

pengendalian, dan menentukan risiko salah saji. Dengan memahami bisnis dan pengendalian

internal klien, auditor dapat merancang program audit yang sesuai dengan karakteristik klien.

Setelah auditor memahami bisnis klien dan menentukan program audit yang akan

dijalankan, tahap selanjutnya adalah melakukan test of control. Test of control berfungsi untuk

menguji efektivitas pengendalian internal perusahaan. Apabila Test of Control menunjukkan

pengendalian berjalan efektif, maka auditor dapat mengurangi risiko pengendalian yang telah

dirancang sebelumnya. Pengendalian yang efektif juga membuat substantive test of transaction

menjadi lebih sedikit dilakukan auditor.

Pada tahap III, auditor melakukan prosedur analitis dan test of details. Prosedur analitis

dilakukan untuk menilai apakah saldo akun telah disajikan secara wajar. Test of details adalah

prosedur spesifik untuk menguji salah saji moneter dalam laporan keuangan.

Tahap I : Perencanaan dan Merancang Pendekatan Audit

Tahap II : Test of Controls dan Substantive Test of Transactions

Tahap III : Prosedur Analitis dan Test of Details of Balances

Tahap IV : Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan Laporan Audit

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 5: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Pada tahap terakhir, auditor mengkombinasikan semua informasi yang diperoleh selama

audit untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tahap ini

merupakan proses yang sangat subjektif mengingat tahap ini sangat bergantung pada

pertimbangan profesional auditor.

Profil Perusahaan

Profil Kantor Akuntan Publik OBSE

Kantor Akuntan Publik (KAP) OBSE merupakan KAP yang berafiliasi dengan DTTL.

DTTL memiliki misi yatu “to be the Standard of Excellence” dan merupakan salah satu dari the

big four di dunia. Sama seperti DTTL, Kantor Akuntan Publik (KAP) OBSE juga menjadi salah

satu yang terbesar di Indonesia. DTTL sendiri telah mencapai 150 negara di seluruh dunia dengan

sekitar 193.000 karyawan. DTTL sendiri terbagi dalam beberapa regional, seperti DTTL untuk di

Amerika dan Kanada, DTTSEA untuk regional Asia Tenggara (termasuk didalamnya KAP

OBSE), DTTE untuk di Eropa, DTT untuk di Asia Timur khususnya Jepang dan DTTME untuk

di Timur Tengah.

KAP OBSE dalam melaksanakan kegiatan audit telah menggunakan perangkat lunak

yang bertujuan untuk memudahkan kinerja baik secara waktu, kerapihan serta telah adanya

metodologi terstruktur yang dipergunakan dalam pendekatan audit oleh KAP OBSE. Dalam

pemberian jasa auditing maka KAP OBSE akan berpedoman pada metodologi khusus, dimana

metodologi ini telah digunakan sebagai standarisasi bagi seluruh KAP yang beraffiliasi dengan

DTTL. Pedoman pendekatan audit ini dikenal sebagai The Audit Approach Manual (AAM). AAM

terbagi atas lima tahapan proses dalam melakukan audit, tahapan audit dimulai dengan menerima

dan melanjutkan hubungan dangan klien (Acceptance and continuance of client relationship),

dilanjutkan dengan perencanaan audit (audit planning) yang diikuti dengan pendesainan audit

(audit designing), kemudian tahap audit lapangan (audit field work) dan diakhiri dengan

penyelesaian dan pelaporan (completion and reporting).

Profil Perusahaan PT. M

PT. M merupakan salah satu perusahaan pembiayaan di Indonesia, dimana mayoritas

pembiayaannya diberikan kepada perusahaan asal Jepang, dikarenakan PT. M merupakan anak

perusahaan dari PT. MUFJ. PT. MUFJ sendiri adalah perusahaan jasa pembiayaan yang cukup

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 6: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

besar di Jepang. Lini bisnisnya hampir di seluruh Asia. PT. M yang masih merupakan bagian dari

PT. MUFJ membuat hampir seluruh pembiayaan juga masih mendapat dukungan penuh,

dibuktikan dengan beberapa pembiayaan termasuk untuk pemeliharaan serta operasional

perusahaan untuk penentuan tenaga ahli berikut dengan pembayaran biaya hidup masih dilakukan

oleh PT. MUFJ. Secara ruang lingkup operasional PT. M tidak memiliki tingkat kerumitan yang

tinggi, karena PT. M hanya mengikuti operasional dari induknya yaitu PT. MUFJ. Mengenai

mata uang operasional perusahaan menggunakan (USD) dollar, hal ini dikarenakan untuk

mengikuti peraturan yang telah dibuat oleh induk perusahaan. Walaupun secara operasional

PT.M berada di Indonesia, namun mata uang fungsionalnya tidak mennggunakan Rupiah.

PT. M telah memiliki kebijakan akuntansi aset tetap yang telah menyesuaikan dengan

peraturan standar akuntansi yaitu PSAK 16. Salah satu yang utama adalah terkait pengakuan aset

tetap, dimana PT. M akan mengakui biaya perolehan aset tetap sebesar biaya yang dikeluarkan

untuk memperoleh aset tetap termasuk didalamnya biaya pembebanan pajak, biaya terkait

instalasi, dan biaya pengiriman. Dalam hal model pengukuran maka PT. M telah menggunakan

pengukuran model biaya historis. Selanjutnya dalam operasional keseharian perusahaan maka

PT. M telah menggunakan sistem komputerisasi untuk pencatatan maupun pelaporan siklus

akuntansinya hal ini dilakukan dengan perangkat lunak akuntansi bernama ACCPAC.

Terkait prosedur pengamanan aset tetapnya maka PT. M telah memiliki prosedur khusus

dimana seluruh kepemilkan aset tetap telah dicatat dalam rincian aset tetap perusahaan dan PT. M

juga melakukan penempatan aset tetap dalam tempat yang hanya bisa diakses oleh internal

perusahaan serta juga dilengkapi dengan akses kamera pengintai. Terkait kebijakan depresiasi

aset tetapnya, PT. M telah menggunakan perhitungan penyusutan menggunakan metode garis

lurus (Straight line method) dengan berdasarkan pada estimasi umur manfaat ekonomis aset tetap

tanpa diberlakukan nilai residu. Berikut estimasi umur manfaat tiap kelompok asetnya.

Tabel 1 Kelompok Aset Tetap dan Estimasi Umur Manfaat

Kelompok Aset Tetap Estimasi Umur Manfaat Partisi dan Interior 4 tahun Furniture dan eternity 4 tahun

Kendaraan 8 tahun Peralatan Kantor 4-8 tahun

Pengakuan beban penyusutan yang dilakukan oleh PT. M sendiri dilakukan semenjak

periode dimulainya aset tetap digunakan, dan tanpa melakukan prosedur pisah batas ditengah

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 7: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

bulan berjalan dan akan langsung dilakukan penyusutan secara satu bulan penuh. Dan terkait

kebijakan prosedur pelepasan aset tetap, PT. M akan melakukan pelepasan aset tetap dengan

terlebih dahulu melakukan penghitungan adanya kemungkinan kerugian maupun keuntungan

yang dapat timbul dari adanya pelepasan aset tetap tersebut.

Pembahasan

1. Analisa Kebijakan Akuntansi Aset Tetap PT. M

Dalam penyusunan laporan keuangannya PT. M harus mematuhi ketentuan yang diatur

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang terkait aturan pencatatan,

pelaporan dan pengungkapan atas aset tetapnya harus sesuai dengan pedoman yang berlaku

umum yaitu PSAK 16. Dan secara garis besarnya dapat dinyatakan bahwa kebijakan akutansi PT.

M telah mengikuti aturan psak 16. Hal ini dapat menjadi nilai tambah bagi manajemen

perusahaan, karena nantinya PT. M tidak akan menghadapai resiko terkait kesalahan pelaporan

atas aset tetap yang dapat mengganggu aktivitas perusahaan. Berikut beberapa hal terkait

pengakuan, pencatatan, penyusutan, pelaporan dan pengungkapan aset tetap.

• Prosedur Pengakuan, Pencatatan, dan Pengukuran Aset Tetap

PT. M mengukur nilai aset tetapnya melalui penjumlahan atas biaya perolehan ditambah

dengan biaya atribusi langsung seperi biaya pengiriman, dan biaya instalasi. Apabila terjadi

pembelian sebuah aset tetap, maka PT. M langsung melakukan penjurnalan berupa:

Vehicle/Computer/aset xxx

Cash on Bank xxx

Penjurnalan kedalam sistem akuntansi perusahaan baru dilakukan setelah tercapainya

salah satu kondisi yaitu: (1) saat aset tersebut telah dilakukan tanggal pembayaran dan telah siap

digunakan melalui adanya pembuktian faktur pajak, atau (2) saat aset tetap baru diakui setelah

seluruh instalasi telah selesai dan siap digunakan. Namun dalam praktiknya, terdapat proses

pencatatan yang berbeda untuk kondisi saat penambahan aset tetap terjadi lebih dari satu

pembayaran atau terdapat pembayaran dimuka. Analogi kondisi ini dapat dilihat apabila terdapat

kondisi bahwa aset tetap tersebut baru selesai tahapan pembayaran 30% dibulan pertama, dan

penyelesesaian dilakukan pada bulan berikutnya sebesar 70%. Maka PT.M akan melakukan dua

kali pengakuan aset tetap namun dengan catatan harga perolehan mengikuti prosentase

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 8: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

pembayaran yang dilakukan, dan nantinya periode penyusutan yang terjadi akan mengikuti saat

pembayaran telah secara penuh dilakukan, karena bisanya pada pembayaran secara penuh

tersebut juga dilakukan pemidahan resiko kepemlikan dari pihak ketiga menjadi milik PT. M.

Sebagai contoh PT. M melakukan penambahan aset tetap berupa pembelian kendaraan mobil

Toyota Camry dimana terjadi pembayaran pertama pada bulan Februari sebesar 30 % yaitu $

15.522,22 dan pada bulan maret sebesar 70% yaitu $ 35.882.22.

• Pencatatan pada bulan februari Vehicle Camry 15.522,22 Cash on Bank 15.522,22

• Pencatatan pada bulan maret Vehicle Camry 35,882,22 Cash on Bank 35,882,22 Terkait pencatatan diatas dimana PT. M akan mengakui pembayaraan uang muka sebagai

pengakuan aset tetap tanpa adanya peralihan kepemilikan atas aset tetap, dan belum ada manfaat

yang dapat diterima oleh PT. M, berdasarkan dua poin ini dapat terlihat belum terpenuhinya teori

matching cost maupun aturan PSAK 16 dimana penulis menekankan bahwa perusahaan harus

mengakui pembiayaan tersebut sebagai salah satu kerugian yang timbul pada periode berjalan,

dan tentunya manajemen tidak boleh langsung mengakui sebagai aset tetap, karena berdasarkan

pada PSAK 16 paragraf 6 juga ditekankan bahwa aset tetap didefinisikan sebagai aset yang

dimiliki dan digunakan dalam operasional perusahaan. Sebaiknya PT. M melakukan pencatatan

pembiayaan uang muka sebagai advance yaitu akun aset temporer. Dalam hal ini apabila

nantinya terjadi transaksi peralihan aset tetap maka PT. M akan langsung membalik akun

advance tersebut sebagai pengurang saat pembayaran aset tetap dilakukan. Kemudian apabila

penambahan aset tetap tidak terealisasi, maka manajemen dapat langsung mengakuinya sebagai

kerugian pada periode berjalan. Analoginya dapat dilihat:

• Pada saat dilakukannya pembayaran dimuka atas aset tetap Advance (untuk aset tetap xxx) $ xxx (proporsi pembayaran)

Kas $ xxx • Pada saat terjadi realisasi atas penambahan aset tetap

Aset tetap ( xxx) $ xxx Kas $ xxx

Advance (untuk aset tetap xxx) $ xxx Dengan pencatatan akuntansi seperti ini, maka nantinya PT. M dapat mencatat nilai aset tetap

sesuai dengan nilai perolehan 100%, dan tidak lagi terdapat pencatatan dua aset tetap berdasarkan

proporsi aset tetap untuk satu aset tetap secara realisasinya.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 9: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Dalam hal pengukuran aset tetapnya, PT. M menggunakan model biaya sebagai metode

pengukuran aset tetapnya, dimana model biaya ini telah sesuai dengan aturan PSAK 16 paragraf

29 yang menyatakan tentang pemilihan model pengukuran atas keseluruhan aset tetap.

Dijelaskan juga dalam PSAK tersebut, terkait konsistensi atas penggunaan metode pengukuran

aset tetap dan jika ditinjau pada kebijakan PT.M sendiri juga tidak terjadi perubahan metode

pengukuran aset tetap.

• Penyajian atas klasifikasi aset tetap PT. M

PT. M telah mengelompokan aset tetapnya kedalam empat kelompok utama yaitu,

leasehold improvement (berisikan partisi maupun interior ruangan), computer & hardware

(perangkat komputer), vehicle (kendaraan operasional), office equipment & fixtures (peralatan

serta perlengkapan kantor). Klasifikasi ini telah sesuai dengan definisi aset tetap menurut PSAK

16 paragraf 6 dimana disebutkan bahwa aset tetap digunakan untuk kegiatan operasional

perusahaan dan memilki masa manfaat selama lebih dari satu periode. Berikut komponen

penyajian aset tetap yang dimiliki oleh PT. M:

Tabel 2 Klasifikasi Akun Aset Tetap PT. M

56,487 12,234 588,563 123,767 257,518 177,980 130,076 22,221

1,032,644 336,202

18,022 12,233 79,135 83,150 55,685 24,859

Acum Office Equip & Fixtures 67,610 19,143 220,452 139,385

812,192 196,817

Acum Computer & HardwareAcum Vehicle

NBV

Balance Per 31 DEC 2012

Balance Per 31 DEC 2011Desc

Leasehold ImprovementComputer & HardwareVehicleOffice Equip & Fixtures

Acum Depr Leasehold Improvement

Total

Acum total

• Prosedur Penyusutan Aset Tetap

Perhitungan penyusutan dilakukan atas dasar informasi masa manfaat aset tetap, serta

periode dimulainya aset tetap yang didapat dari rincian aset tetap PT. M. Setelah dilakukan

perhitungan secara merinci atas aset tetap tersebut, selanjutnya manajemen akan menjumlahkan

nilai penyusutan pada bulan berjalan tersebut kedalam masing masing kelompok yang telah

diklasifikasikan pada empat kelompok aset tetap tersebut. Setelah dikelompokan maka dilakukan

posting kedalam sistem berdasarkan masing-masing jurnal penyesuaian berdasarkan kelompok

tersebut. PT. M mengelompokan hasil perhitungan seluruh penyusutan disesuaikan pada

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 10: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

klasifikasi masing masing, dan barulah pada akhir bulan manajemen memposting jurnal

penyusutan tersebut:

• Pada saat pengakuan terjadinya penyusutan

Deppre Computer&Hardware Exp $ 9,972.52

Acum Computer&Hardware $ 9,972.52

Deppre Vehicle Exp $ 1,500.60

Acum Vehcle $ 1,500.60

Kebijakan penyusutan yang dilakukan oleh PT. M telah sesuai dengan PSAK 16 paragraf

56 dimana ditekankan bahwa periode penyusutan dimulai ketika aset telah siap digunakan sesuai

dengan keinginan manajemen. Selain itu dalam hal perhitungan umur manfaat ekonomis juga

telah memenuhi beberapa factor terkait ekspektasi daya pakai aset, tingkat penggunaan aset, dan

tingkat maksimal pemberian masa manfaat. Selanjutnya PSAK 16 juga memperbolehkan

penggunaan metode garis lurus sebagai metode perhitungan penyusutan aset tetap.

• Pengungkapan Aset Tetap PT. M

Dalam laporan keuangan PT. M terkait aset tetap, telah diungkapkan beberapa informasi

mengenai klasifikasi aset tetap, masa manfaat aset tetap, besaran nilai yang diasuransikan kepada

pihak ketiga, dan kebijakan mengenai pengakuan pembebanan biaya yang dikapitalisasi menjadi

aset atau dicatat sebagai beban operasional perusahaan. Keseluruhan pengungkapan yang

dilakukan oleh PT. M telah mengikuti PSAK 16 paragraf 74 dan 75 sebagai sumbernya.

2. Analisa Pengendalian Internal Aset Tetap PT. M

PT. M sendiri telah memiliki standar operasional prosedur terkait pengendalian atas aset

tetap, salah satu yang paling mudah dilakukan oleh PT. M sendiri adalah dengan adanya

pembagian tugas antar manajemen. Pihak yang mengajukan, mengautorisasi dan melakukan

review dilakukan oleh beberapa pihak yang berbeda, hal ini dapat meminimalisir kemungkinan

adanya fraud yang akan dilakukan oleh oknum perusahaan. Dalam standar operasional

perusahaan fungsi kontrol paling utama dipegang oleh presiden direktur, karena hanya presiden

direktur yang akan mengijinkan apakah suatu tindakan harus dikeluarkan terkait aset tetap.

Dalam hal pengendalian internal aset tetap, maka PT. M membagi kedalam beberapa siklus

pengendalian yaitu; (1) Siklus penambahan aset tetap, (2) Siklus pencatatan serta pengukuran aset

tetap, (3) Siklus pemeliharaan dan pengaman aset tetap , (4) Siklus Penyusutan aset tetap, dan (5)

Siklus pelepasan aset tetap.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 11: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

Secara umum prosedur pengendalian kontrol atas siklus penambahan aset telah berjalan

dengan baik, sudah terdapat pembagian tugas dan tanggung jawab, antara pihak yang melakukan

eksekusi, pihak yang melakukan pencatatan dan pihak yang melakukan kontrol secara

keseluruhan. Hanya saja terdapat beberapa hal yang masih harus diperhatikan yaitu, saat

pemilihan vendor untuk penambahan aset tetapnya, keseluruhan pemilihan vendor menjadi tugas

dari seorang Presdir tanpa melibatkan pihak-pihak yang mengajukan penambahan aset, hal ini

memungkinkan adanya resiko berupa ketidakcocokan antara kebutuhan atas aset tetap dengan

pilihan yang ditentukan oleh Presdir. Hal ini dilandasi pada ketiadaan kebijakan batasan nilai

minimum atas kapitalisasi aset tetap yang mengakibatkan keseluruhan pemilihan vendor menjadi

wewenang dan tanggung jawab dari Presdir.

Terkait siklus pengendalian atas prosedur pencatatan aset telah berjalan dengan baik, hal

ini dibuktikan melalui adanya pembagian tanggung jawab oleh masing-masing fungsi, yaitu

pencatatan, pengecekan, dan persetujuan. Namun patut diperhatikan bahwa masih terdapat

kekurangan terkait siklus prosedur pemeliharaan dan pengamanan aset tetap, hal ini dikarenakan

PT. M tidak melakukan pengecekan berkala atas kepemilikan aset tetap, dan ketiadaan nomor

identifikasi atas setiap aset tetap yang dimilikinya. Tentunya ketiadaan dua hal tersebut akan

mempersulit kinerja manajemen dalam hal melakukan kontrol atas kepemilikan aset tetap.

Selanjutnya mengenai pengendalian internal atas pelepasa aset tetap yang dilakukan oleh

PT. M dapat dikatakan telah berjalan dengan baik hal ini dibuktikan dengan telah terdapat

pembagian tugas yang jelas antara pihak yang mengajukan pelepasan dalam hal ini GA/HRD dan

pihak yang bertanggung jawab dalam hal persetujuan yang dilakukan oleh presdir. Penekanan

atas penjualan aset tetap ini juga telah mengikuti PSAK 16 terkait penilaian nilai wajar aset tetap

yang memberikan kemungkinan adanya keuntungan, maupaun kerugian dari pelepasan aset.

3. Analisa prosedur audit

KAP OBSE dalam melakukan proses audit atas suatu perusahaan menggunakan lima

tahapan dalam prosedur auditnya. Tahapan prosedur audit dimulai dengan tahapan penerimaan

klien untuk dilakukannya proses audit, tahapan perencanaan audit, tahapan pendesaian prosedur

audit yang sesuai dengan kebutuhan temuan audit, tahapan field work (tujuannya untuk

mendapatkan temuan audit) dan diakhiri dengan tahapan penyusunan serta penyampaian laporan

hasil audit. Praktik prosedur audit yang dilakukan oleh KAP OBSE tidak begitu berbeda dengan

prosedur audit secara umumnya. Jika secara umum apabila pada tahapan test uji efektifitas

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 12: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

kontrol menyatakan bahwa perusahaan tersebut telah memiliki kontrol internal yang baik akan

mempengaruhi besaran uji detail transaksi pada tahapan selanjutnya. Namun hal ini sedikit

berbeda dengan KAP OBSE, walaupun hasil uji keefektifan kontrol perusahaan dikatakan telah

baik namun hal ini tidak mempengaruhi luas pengujian pada tahapan uji detail transaksi yang

dilakukan. Dalam tahapan uji detail transaksi yang dilakukan oleh KAP OBSE dipengaruhi oleh

besaran materialitas dan tingkat resiko atas suatu akun dalam laporan keuangan dengan

keseluruhan operasional perusahaan tersebut. Apabila aset tetap menjadi salah satu akun yang

berpengaruh besar pada keseluruhan operasional perusahaan maka KAP OBSE akan

menempatkan aset tetap sebagai prioritas lingkup audit, serta dianggap memiliki resiko yang

dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan sehingga hal ini menyebabkan besaran

pengujian tes detail transaksi aset tetap menjadi sangat luas cakupannya.

Keseluruhan tahapan prosedur audit dilakukan secara rinci dan tetap memperhatikan

seluruh resiko yang akan dihadapi oleh klien, tahapan prosedur tersebut dilakukan dengan tujuan

dapat membantu serta memberikan keyakinan memadai bagi auditor untuk memberikan suatu

opini audit pada suatu laporan keuangan perusahaan. berikut adalah penjelasan tahapan prosedur

audit yang dijalankan KAP OBSE terkait audit atas laporan keuangan PT. M

1. Tahapan Penerimaan Klien

Tahap pertama dari prosedur audit KAP OBSE adalah penerimaan dan kelanjutan

hubungan klien. Pada tahap ini, KAP OBSE melakukan penilaian risiko atas perikatan yang akan

dibuat dengan PT. M dan menyusun ketentuan dari perikatan audit. Tahap ini terbagi menjadi 4

bagian, yaitu:

a. Menilai Risiko Perikatan

b. Penerimaan dan Kelanjutan Hubungan Klien dan Perikatan Audit

c. Menyepakati Ketentuan dari Perikatan Audit

d. Penugasan Tim Perikatan

2. Tahapan Perencaan Audit

Tahapan ini terdiri dari beberapa prosedur yang dilakukan oleh KAP OBSE. Dimulai

dengan memahami Entitas dan lingkungan bisnis klien, kemudian dilanjutkan dengan mengukur

risiko salah saji material dari klien, diikuti dengan prosedur analitikal dasar, dan terakhir

penentuan tingkat materialitas

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 13: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

3. Tahapan Pendesainan Audit

Tahapan audit ini menuntut auditor untuk mendesain dan mengembangkan prosedur yang

akan dijalankan dalam tahapan audit berikutnya. Dalam mendesain prosedur audit ini KAP

OBSE menggunakan istilah Model Audit Program (MAP). MAP dapat digunakan untuk

mengarahkan performance of control dan substantive tests untuk account balances, kelompok

transaksi atau pengungkapan. Pada tahap ini auditor menuliskan kembali risiko yang telah

diidentifikasi pada tahap audit planning kemudian ditetapkan asersi yang relevan dari risiko

tersebut dan dianalisis prosedur yang harus dilakukan untuk memeriksa risiko tersebut.

Dari MAP yang disusun oleh KAP OBSE untuk aset tetap, penulis merangkum model audit

program untuk aset tetap pada tabel 3.

Tabel 3 Klasifikasi Resiko dan Asersi Manajemen Terkait Prosedur Audit Atas Aset Tetap

Risiko Risiko salah saji material mengarah pada fraud (Ya/Tidak)

Klasifikasi risiko Asersi yang relevan

Terdapat resiko penambahan aset tetap yang tidak dikelasifikasi secara tepat

Tidak Berisiko Keberadaan (existence), kelengkapan (completeness), dan Hak serta kewajiban

Terdapat resiko bahwa penambahan maupun pelepasan aset tetap tidak tercatat dalam periode yang benar

Tidak Berisiko Keberadaan (existence), dan kelengkapan (completeness)

Perhitungan Depresiasi tidak menggunakan tarif serta metode berdasarkan kebijakan perusahaan

Tidak Berisiko Ketepatan (accuracy), Pisah batas (Cutoff), valuasi dan alokasi (valuation and allocation)

Terdapat resiko bahwa aset tetap perusahaan tidak dijamin oleh asuransi

Tidak Berisiko Hak dan kewajiban (Rights and Obligations)

4. Tahapan Fieldwork

Tahap ini dilakukan sebagai pelaksanaan dari prosedur yang telah direncanakan atau

didesain pada tahap audit design. Prosedur yang penting dilakukan pada tahap ini adalah Tes

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 14: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

penerapan pengujian efektivitas pengendalian kontrol internal PT. M dan penerapan tes uji

substantif.

a) Penerapan pengujian efektivitas pengendalian kontrol internal PT. M

Tahapan fieldwork dimulai pada pengujian efektivitas pengendalian internal yang

dilakukan PT. M terkait aset tetapnya. Secara umum pengujian pengendalian internal disebut

dengan test of control. Pengujian ini dilakukan untuk menguji efektivitas pengendalian internal

yang telah diidentifikasi sebelumnya oleh auditor pada tahap perencanaan. Pada umumnya hasil

pengujian test of control akan mempengaruhi besaran tes substantif dan tes uji detail transaksi.

Apabila test of control menyatakan bahwa kontrol telah dilakukan secara efektif maka tes

substantif dan tes uji detil transaksi dapat dikurangi. namun metode tersebut sedikit berbeda pada

KAP OBSE, KAP OBSE tetap berpegang pada besaran tingkat resiko yang dihadapi oleh

masing-masing akun, walaupun test of control menyatakan efektif namun tidak serta merta

mengurangi besaran tes substantif dan tes uji detil transaksi. KAP OBSE menyebut test

keefektifan pengendalian internal kontrol dengan test design and implementation (disebut dengan

tes D&I). Tujuannya adalah menilai seberapa efektifnya pengendalian telah dilakukan oleh klien.

Pengumpulan informasi terkait pengendalian ini mengharuskan auditor untuk melakukan

wawancara dengan klien, observasi mengenai standar operasional perusahaan yang ada dan juga

melakukan penelusuran terkait transaksi aset tetap dari awal dokumen pembelian hingga ke

pencatatan akhir dalam sistem akuntansi perusahaan. Temuan audit atas tes D&I ini di

dokumentasikan dalam lampiran working paper khusus untuk test D/I

b) Penerapan tes uji substantif

Pengujian substantif dan pengujian detail merupakan prosedur yang paling banyak

memakan waktu dan sumber daya dalam proses audit KAP OBSE. Pada tahap ini auditor KAP

OBSE melakukan pengujian terhadap akun-akun yang diidentifikasi memiliki risiko untuk salah

saji, tidak terkecuali untuk aset tetap. Auditor pada tahap ini menguji dan mengumpulkan bukti

audit yang diperlukan sebagai dasar perumusan opini audit di akhir perikatan. Berikut akan

dijelaskan lebih detail mengenai prosedur pengujian substantif dan pengujian detail atas aset

tetap:

• Membuat Leadsheet akun aset tetap

Leadsheet menjadi langkah awal dalam tahapan tes substantif yang dilakukan oleh

auditor. Auditor akan memasukan nilai perolehan dan akumulasi penyusutan aset tetap periode

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 15: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

berjalan dengan membandingkan pergerakan antara saldo akhir aset tetap dengan saldo awal aset

tetap, leedsheet sendiri berhubungan langsung dengan angka pada trial balance milik PT. M.

Leadsheet sendiri digunakan sebagai sumber pengecekan terhadap perhitungan ulang atas jumlah

penyajian aset tetap oleh klien tujuan adalah untuk memastikan telah terpenuhinya tujuan audit

terkait adanya kaitan rincian antar jumlah akhir pada general ledger dengan jumlah akhir pada

leadsheet.

• Melakukan pencocokan saldo antara daftar rincian aset tetap dengan saldo

berdasarkan pada neraca laporan keuangan perusahaan

Prosedur ini sama halnya dengan pembuat leadsheet akun aset tetap dengan menekankan

pada terpenuhinya tujuan audit terkait detail –tie in dengan mencocokan antara jumlah tercatat

pada laporan keuangan dengan jumlah berdasarkan fixed asset register milik PT. M

• Melakukan penelusuran verifikasi penambahan aset tetap serta pelepasan aset tetap

Pada pengujian ini auditor akan melakukan penelusuran berdasarkan informasi

penambahan aset tetap yang terjadi selama periode 2012 dengan menelusuri terkait dokumen

otentik atas peralihan aset, hal inilah yang biasa disebut dengan vouching. Vouching dilakukan

oleh auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo mengenai keterjadiaan (occurance),

keberadaan (existence), dan kelengkapan (completeness). Berdasarkan pada vouching yang

dilakukan terhadap PT. M, terdapat beberapa temuan kondisi khusus imbas dari kebijakan

akuntansi aset tetap PT. M terkait pengakuan pembiayaan uang muka yang langsung diakui

sebagai aset tetap. Namun dikarenkan jumlahnya yang tidak melebihi batas materialitas maka tim

audit tidak melakukan penyesuaaian terhadap hal tersebut. Terkait verifikasi pelepasa aset tetap,

auditor hanya melakukan inquary kepada manajemen terkait praktik pelepasan aset tetap

dikarenakan dalam periode saat ini tidak terdapat pelepasan aset tetap.

• Verifikasi atas beban penyusutan dan akumulasi penyusutan

Verifikasi ini dilakukan oelh auditor untuk mendapatkan keyakinan dalam hal tujuan

audit terkait saldo yaitu terkait akurasi perhitungan penyusutan. Berdasarkan hasil perhitungan

ulang yang dilakukan oleh auditor dan membandingkan terhadap perhitungan penyusutan PT. M

dengan menggunakan dasar informasi yaitu kebijakan akuntansi yang digunakan oleh PT. M

ditemukan perbedaan perhitungan dengan jumlah yang masih dibawah materialitas sehingga

tidak dilakukan penyesuaian

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 16: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

• Melakukan prosedur substantif lain terkait aset tetap

Dalam hal ini auditor dituntut untuk mengetahui informasi lain seperti pengujian apakah

keseluruhan aset tetap yang dimiliki PT. M telah terlindungi oleh asuransi dan prosedur terkait

pemeriksaaan fisik aset tetap harus dijalankan oleh tim auditor untuk lebih memberikan

keyakinan bahwa keseluruhan aset tetap memang secara wujud dimiliki dan dimanfaatkan oleh

perusahaan. Namun dalam praktik pemeriksaan fisik, tim audit tidak melakukan pengujian secara

menyeluruh hanya melakukan sampling atas dasar pada aset tetap yang memiliki nilai signifikan,

yaitu hanya melakukan pemeriksaan atas kendaraan dan perangkat lunak milik PT. M. beberapa

hasil dari pemeriksaan fisik adalah (1) Ketiadaan nomor identifikasi pada aset tetap sehingga

menyulitkan kinerja audit, (2) didapatkan informasi bahwa perangkat lunak utama operasional

perusahaan tidak terikat pada hardware komputer, dimana perangkat lunak tersebut berbentuk

kustomisasi atas pesanan perusahaan sehingga menekankan bahwa perangkat lunak tersebut

adalah bagian dari aset tak berwujud seperti yang diatur dalam PSAK 19, sehingga dalam hal ini

tim auditor menentukan untuk melakukan reklasifikasi atas akun aset tetap terkait perangkat

lunak kedalam aset tak berwujud, jurnal klasifikasinya sebagai berikut;

Tabel 4 Jurnal Klasifikasi Atas Pengakuan Aset Tidak Berwujud PT.M

Journal Dr Cr

(1) Acum. Depr. - Computer & H/W 38,154.51 (2) Other Asset - Software Cost 482,172.89 (3) Amortization - Software Cost 24,716.70 (4) Cost - Computer & Hardware 482,172.89 (5) Depr. - Computer & Hardware 24,716.70 (6) Acc.amort - software 38,154.51

5. Tahapan Penyelesaian dan pelaporan

Tahap Penyelesaian dan Pelaporan merupakan tahap akhir dari proses audit KAP OBSE.

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan auditor untuk menyelesaikan prosedur auditnya.

Pertama adalah melakukan penilaian atas bukti-bukti audit yang telah dikumpulkan pada

prosedur audit sebelumnya. Setelah bukti tersebut dirasa cukup dan memadai untuk pembentukan

opini audit, auditor akan mengunci angka pada laporan keuangan untuk diproses dalam laporan

yang berisi opini audit. Angka yang telah dikunci tersebut akan dijadikan dasar untuk membuat

concluding analytical procedure. Selama periode pemeriksaan sejak tutup buku laporan

keuangan perusahaan hingga laporan audit diterbitkan, tim audit KAP OBSE juga melakukan

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 17: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

pengumpulan bukti mengenai peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi angka pada laporan

keuangan, disebut dengan subsequent event review.

Analisa Prosedur Audit Aset Tetap KAP OBSE

Secara umum, prosedur audit dalam tahapan fieldwork yang dilakukan oleh KAP OBSE

telah sesuai dengan teori audit yang ada, dimana dalam teori audit dijelaskan bahwa dalam

pengujian fieldwork dilakukan beberapa pengujian yaitu test of control, test of substantif test, dan

test of detail. Dalam teori audit ditekankan bahwa hasil dari masing-masing tes tersebut akan

mempengaruhi besaran tes selanjutnya, dan besaran tes tersebut intinya adalah pada pelaksanaan

kontrol yang dijalankan oleh klien. Ketika kontrol berjalan dengan baik, maka test substantif

tidak dilakukan secara menyeluruh. Namun sedikit berbeda pada pendekatan yang dijalankan

oleh KAP OBSE. KAP OBSE menekankan bahwa pengujian substantif ditentukan pada tingkat

resiko atas masing-masing akun, sehingga KAP OBSE tidak terlalu mempercayai hasil tes

pengendalian kontrol klien, namun auditor tetap diwajibkan untuk melakukan pengetesan kontrol

untuk mencegah adanya kemungkinan resiko kecurangan yang dilakukan oleh oknum manajemen

klien. Pengetesan pengedalian kontrol dikenal dengan istilah test D/I pada KAP OBSE, dan tes

D/I ditekankan pada prosedur walkthrough untuk menilai apakah masing-masing siklus dalam

aset tetap telah berjalan dengan baik. Sebenarnya keseluruh tes D/I telah menangkap

pengendalian kontrol klien, namun karena pendekatan resiko yang menentukan luasan substantif

sehingga hasil tes D/I tidak akan mempengaruhi besaran test uji substantif.

Analisa Temuan Audit atas Aset Tetap PT. M

Berdasarkan pada hasil tes substantif yang dilakukan penulis, terdapat dua temuan utama

mengenai kesalahan kebijakan yang dilakukan oleh pihak manajmenen, dua hal tersebut adalah

mengenai (1) pengakuan pembiayaan uang muka sebagai aset tetap, (2) kesalahan klasifikasi aset

tak berwujud, analisa kedua temuan ini terangkum tabel 5 berikut ini;

Tabel 5. Analisa temuan audit aset tetap Temuan Audit Aset Tetap No. Existing Regulasi Respon Auditor Penulis 1 Kesalahan

kebijakan kapitalisasi aset tetap atas pembiayaan uang muka yang dilakukan oleh manajemen

PSAK 16 menyatakan bahwa aset tetap merupakan transaksi atas adanya perpindahan hak dan manfaat ekonomis pada entitas selama lebih dari satu periode.

Dikarenakan jumlah yang tidak material maka tidak dilakukan adjusment, hanya sebagai tambahan informasi untuk perikatan selanjutnya

Hal ini merupakan kesalahan mendasar yang dilakukan oleh manajemen, dimana pengakuan uang muka sebagai aset tetap menyalahi aturan PSAK 16, karena sebetulnya belum terjadi

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 18: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

perpindahaan resiko maupun manfaat. Selain pengakuan ini juga tidak sesuai dengan teori matching cost yang berakibat pada timbulnya overstatement atas aset tetap pada laporan keuangan, khususnya apabila terjadi transaksi diakhir periode.

2 Kesalahan klasifikasi atas aset tak berwujud sebagai bagian dari aset tetap oleh manajemen.

PSAK 19 Menyatakan bahwa untuk klasifikasi jenis perangkat lunak yang dibuat berdasarkan pesanan khusus dan tidak terikat pada hardware maka diklasifikasikan sebagai aset tak berwujud

Melakukan adjusment atas jumlah rincian yang termasuk dalam kategori perangkat lunak.

Diperlukan untuk adjusment, karena hal ini berkaitan dengan kesalahan klasifikasi yang telah disebutkan dalam psak 19, perlu dicermati bahwa perangkat lunak ini juga nantinya dapat mempengaruhi perbedaan perhitungan beban pajak yang boleh diakui.

Kesimpulan

Secara umum seluruh kebijakan akuntansi aset tetap milik PT. M telah sesuai dengan

aturan psak 16 yang berlaku, keseluruhan metode telah dijalankan oleh PT.M, namun penulis

menyadari bahwa terdapat kesalahan terkait waktu pengakuan aset tetap oleh PT.M, dimana

terdapat pengakuan pembiayaan uang muka untuk mendapatkan aset tetap dan oleh manajemen

diakui sebagai aset tetap. Kondisi sebenarnya adalah PT. M belum mendapatkan hak atas

peralihan aset tetap, namun telah terlebih dahulu dicatat sebagai aset tetap dan berimbas dapat

terjadinya kelebihan pengakuan aset tetap untuk beberapa penambahan aset tetap diakhir periode.

Secara umum PT. M telah memiliki kebijakan pengendalian internal terkait aset tetapnya,

namun terdapat beberapa kekurangan terkait siklus pengendalian internal untuk perawaan aset

tetap yang dijalan oleh manajemen. Kekurangan dalam tahapan ini antara lain: (1) menyangkut

ketiadaan batas minimal kapitalisasi aset, (2) ketiadaan nomor identifikasi pada tiap-tiap aset

tetapnya, dan (3) ketiadaan pengecakan berkala atas kepemilkan aset tetapnya. Walaupun aset

tetap tidak memiliki nilai yang besar dalam laporan keuangan, namun aset tetap ini harus dikelola

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 19: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

oleh manajemen, karena secara langsung aset tetap dapat mempengaruhi kinerja operasional

perusahaan.

Keseluruhan prosedur audit yang dijalankan oleh KAP OBSE atas audit PT. M telah

sesuai dengan teori audit yang ada, KAP OBSE menjalankan lima tahapan prosedur audit untuk

mendapatkan bukti-bukti dan informasi pendukung terkait penyelesaian opini audit. Namun pada

praktik audit aset tetapnya, tim KAP OBSE tidak melakukan pengujian aset tetap secara

menyeluruh, hal ini berakibat bahwa tim audit cenderung mengabaikan kesalahan terkait timing

pengakuan aset tetap oleh PT. M dimana hal ini akan mempengaruhi hasil laporan keuangan PT.

M, dan menyebabkan timbulnya overstatement pada pengungkapan aset tetap PT. M

Berdasarkan prosedur audit yang telah dijalankan oleh tim audit atas aset tetap PT. M,

diperoleh beberapa temuan audit yaitu:

• Terdapat kesalahan pengakuan pencatatan aset tetap, dimana pembiayaan uang muka

diakui sebagai aset tetap dengan total sebesar $ 20.909,21, dikarenakan nilainya yang

masih dibawah batas materialitas maka tidak diajukan jurnal reklasifikasi

• Terdapat kesalahan pengakuan software diakui sebagai aset tetap oleh PT.M, sehingga

auditor mengajukan jurnal reklasifikasi kedalam akun intangible asset sebesar $

482.172,89

Saran

Saran untuk KAP OBSE

1. Hendaknya KAP OBSE melakukan pengecekan aset tetap secara menyeluruh untuk

PT.M, karena jumlah aset tetap tidak begitu material.

2. Hendaknya KAP OBSE juga mengomunikasikan temuan audit yang berkaitan dengan

kesalahan pada penafsiran PSAK, sehingga nanti di periode audit mendatang, kesalahan-

kesalahan penafsiran PSAK oleh klien menjadi lebih kecil.

Saran untuk PT. M

Saran yang dapat diberikan penulis untuk PT.M terkait aset tetap, antara lain:

1. Memperbaharui SOP terkait pengawasan serta kontrol atas kepemilikan aset tetap, seperti

membuat jadwal berkala pengecekan aset tetap dan pemberian nomor identifikasi pada

aset tetap.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013

Page 20: Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap PT. M

2. Memperhatikan transaksi terkait pembayaran dimuka, dimana PT.M harus mencatatnya

sebagai akun advance, tidak langusng diakui sebagai bagian aset tetap.

3. Menentukan besaran minimal kapitalisasi aset tetap, hal ini dilakukan agar tidak

menciptakan nilai nilai yang kecil pada saat penyusutan dilakukan.

Daftar Referensi

Arens, Alvin A., et al. (2009). Auditing and Assurance Services-An Indonesian Adaptation. New

Jersey: Pearson Education.

DTTL Company Profile 2011 http://www.dttl.com/assets/Dcom

Indonesia/Local%20Assets/Documents/OBS%20Company%20profile%202011.pdf (diakses 2

Mei 2013)

DTTL Audit Approach Manual published: October 2009; Modified: July 2010, September 2010,

September 2012

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 10 Revisi

2009 : Penurunan Nilai Aset. Jakarta : IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 16 Revisi

2011 : Aset Tetap. Jakarta : IAI.

Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (2011). Intermediate Accounting

Volume I IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons.

Profil PT M.. http://www.pt-m.com/indonesia (diakses 30 April 2013)

Schroeder, Clark, Cathey. (2011). Financial Accounting 10th edition, Theory and Analysis.New

Jersey: John Wiley & Sons.

Simons, Robert (2000). Performance Measurement and Control Systems for Implementing

Strategy, New Jersey: Prentice Hall.

Warren, S.Carl., Reeve M. James., Fees, E Phillip. (2008). Accounting Edition 21. Singapore:

Thomson South-Western.

Prosedur audit…, Denis Gilang Prasthya, FE UI, 2013