propsal skrpsi

207
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI KURANG PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN PAMULANG BARAT KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011 SKRIPSI Oleh : RIA SYUKRIAWATI NIM : 107101001520 PEMINATAN GIZI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Upload: birin-brama

Post on 26-Oct-2015

206 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: propsal skrpsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI KURANG

PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN PAMULANG BARAT KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

RIA SYUKRIAWATI

NIM : 107101001520

PEMINATAN GIZI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

Page 2: propsal skrpsi

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDY KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, 22 November 2011 RIA SYUKRIAWATI, NIM 107101001520 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

xxi+137 halaman+ 30 tabel, 3 bagan, 8 lampiran

ABSTRAK

Gizi kurang merupakan salah satu penyakit gangguan gizi karena kurangnya asupan makan, berat badan anak kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U). Penyebab langsung masalah gizi yaitu konsumsi makanan seperti konsumsi energi dan konsumsi protein sedangkan penyebab tidak langsung yaitu pola asuh makan, ketersediaan pangan, pelayanan kesehatan. semua penyebab tidak langsung dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan. Selain itu gizi kurang dipengaruhi oleh jumlah anak, jumlah anggota keluarga, umur ibu dan pekerjaan ibu.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 yang dilaksanakan pada Mei-November 2011 dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Jumlah sampel penelitian yaitu 125 ibu yang mempunyai anak balita umur 24-59 bulan. Instrumen yang digunakan yaitu kuisioner, timbangan dan formulir FFQ semikuantitatif. Analisis yang digunakan yaitu univariat, bivariat dengan menggunakan uji statistik chi-square dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Hasil penelitian menunjukan bahwa anak usia 24-59 bulan yang status gizinya kurang sebesar 36,8%. Hasil bivariat terdapat empat variabel yang berhubungan dengan status gizi kurang yaitu konsumsi energi (p value=0,016), konsumsi protein (p value=0,040), pola asuh makan (p value= 0,042) dan pengetahuan gizi ibu (p value= 0,002).Hasil multivariat variabel konsumsi energi (OR=2.552) dan pengetahuan gizi ibu (OR=3,523).

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu 1. Memperhatikan kebutuhan konsumsi energi dan protein anak 2. Perhatian terhadap pola asuh makan anak seperti pemberian makan, kebersihan makan 3. Meningkatkan pengetahuan gizi ibu dengan memberikan penyuluhan tentang gizi 4. Melakukan pemantauan status gizi secara berkala 5. Meningkatkan kerja sama lintas sektor dalam upaya menangani status gizi kurang.

Daftar Bacaan : 65 (1982-2010)

Page 3: propsal skrpsi

FAKULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM Undergraduate Thesis, 22 November 2011

RIA SYUKRIAWATI, NIM 107101001520 Factors Influenced To The Status Of Less Nutrition In Children Ages 24-59 Months In Pamulang Barat Ward of Tangerang Selatan City in 2011

xxi+137 pages + 30 tables, 3 charts, 8 appendices

ABSTRACT

Malnutrition is one of nutritional disorder due to lack of food intake, as the weight of children less than 80% index weight for age (BB /U). The direct cause is the consumption of food nutritional problems such as the consumption of energy and protein consumption while the indirect cause of parenting eating, food availability and health services. all causes not directly affected by education, knowledge. Moreover malnutrition are influenced by the number of children, family size, maternal age and maternal employment.

This study was conducted to factors related to the status of malnutrition among children aged 24-59 months in the village Pamulang south western city of Tangerang in 2011 which was held on May to November 2011 with using cross-sectional study design. Number of sample is 125 mothers who had children under the age of 24-59 months. The instrument used is the questionnaire, the scales and forms semiquantitative FFQ. The analysis used the univariate, bivariate statistics using chi-square test and multivariate test using multiple logistic regression.

The results showed that in children aged 24-59 months for undernutrition status 36,8%. The results of bivariate there are four variables related to nutritional status that is less energy consumption (p value = 0.016), consumption of protein (p value = 0.040), parenting eating (p value = 0.042) and maternal nutrition knowledge (p value = 0.002). While the results of a multivariate variable energy consumption (OR = 2552) and maternal nutrition knowledge (OR = 3.523)

Based on research results, it is suggested that 1. The consumption of energy and protein should to be given children 2. In adequate amount are applying such as feeding and hygiene eat 3. Improving maternal nutrition knowledge by providing counseling on nutrition 4. Conducting periodic pemantaan nutritional status 5. Improving multisectoral cooperation to improve nutritional status.

Reading list : 1982-2010

Page 4: propsal skrpsi

PERNYATAAAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI KURANG

PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN PAMULANG BARAT KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2011

Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 22 November 2011

Mengetahui

Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes

Pembimbing I

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Pembimbing II

Page 5: propsal skrpsi

PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Jakarta, 22 November 2011

Mengetahui

Penguji I

Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes

Penguji II

dr. Yuli Prapanca Satar, MARS

Penguji III

Frima Elda, SKM, MKM

Page 6: propsal skrpsi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

vi

PERSONAL DATA

Nama Lengkap : Ria Syukriawati

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 7 September 1989

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon : 085692803089

Email : [email protected]

Alamat : Jl. Kertamukti No. 85 RT. 03/08 Pisangan Ciputat, Tangerang

Selatan 15419

PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 1993-1995 : TK Salman Ciputat

Tahun 1995- 2001 : SD Negeri Legoso

Tahun 2001-2004 : SMP Negeri 2 Tangerang

Tahun 2004-2007 : SMA Negeri 3 Tangerang

Tahun 2007- 2011 : S1 Kesehatan Masyarakat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Page 7: propsal skrpsi

vii

KATA PENGANTAR

سال م علیكم ورحمة ا هللا و بر كا تھلا

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan

hidayah−Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam

juga tercurah bagi junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah

mengajarkan kepada kita arti penting dari menuntut ilmu.

Rasa syukur, kami curahkan karena karunia- Nya saya dapat menyelesaikan

laporan magang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan Tahun 2011” dengan baik dan tanpa hambatan yang berarti. Dalam

kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih yang tiada tara kepada :

1. Bersyukur yang tiada henti kepada Allah SWT yang telah memberikan kemudahan

dan kekuatan dalam menyelesaikan skripsi serta senantiasa mendengarkan dan

memberikan ruang untuk doa-doa hambamu ini dalam hal kemudahan skripsi ini.

2. Terima kasih yang tiada tara kepada kedua orang tua ku, bapakku tersayang

Sukmadi dan mamaku Darwati yang telah selalu mendoakan tiada henti dalam

setiap shalat nya dan semangatnya memotivasi untuk dapat menyelesaikan skripsi,

tanpa mereka skripsi ini tidak akan bisa selesai. love u my dad and my mom, you

are my everything, serta adik-adikku Nining dan Edi yang telah mendoakan

kakakmu ini. Ku persembahkan skripsi ini buat keluargaku terutama kedua

orangtuaku.

Page 8: propsal skrpsi

viii

3. Bapak Prof. Dr. dr. Hc. M. K. Tadjudin Spd. Md. selaku Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.

4. Bapak dr. Yuli Prapanca Satar, MARS selaku Kepala Program Studi Kesehatan

Masyarakat serta selaku pembimbing skripsi saya untuk memberikan masukan

yang positif bagi proses penyusunan skripsi ini, beserta seluruf staf dosen yang

dengan ketulusan memberikan segenap ilmu yang tak terhingga hingga saat ini

5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes selaku pembimbing fakultas yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan masukan yang positif bagi proses

penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Frima Elda SKM. MKM selaku penguji skripsi yang telah memberikan

masukan untuk perbaikan skripsi ini. Sehingga nantinya skripsi ini menjadi lebih

baik dari sebelumnya.

7. Abangque tersayang Muhamad Dani yang telah memberikan semangat agar tidak

malas-malasan yang setiap kata-katanya selalu terkenang yaitu “semangat sayang

kamu pasti bisa” dan memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi ini, yang

selalu ada disaat sedih dan senang, dalam pengerjaan skripsi ini. Tanpa semangat

dari abang pasti skripsi ini tidak akan pernah selesai.makasih ya abang

8. Buat teman-temanku peminatan Gizi dan K3 terutama buat sahabatku di kampus

Putri, Ratih, Nita dll makasih banyak atas dukungan kalian yang sudah memotivasi

untuk segera menyelesaikan skripsi ini serta teman-temanku yang tidak bisa

disebutkan satu persatu semoga allah membalas setiap kebaikan kalian semua.

Page 9: propsal skrpsi

ix

9. Kepada Kepala Puskesmas Pamulang yang telah memberikan izin bagi peneliti

untuk melakukan penelitian di wilayah Kerja Puskesmas Pamulang.

10. Ibu Pokja IV yaitu ibu Ida yang telah meluangkan waktu untuk berdiskusi dan

membantu memberikan informasi serta ikut membantu dalam pengumpulan data

penelitian skripsi ini, tanpa ibu Ida skripsi ini tidak akan jadi seperti ini. Makasih

banyak ya ibu Ida, bersyukur bisa kenal sama ibu Ida.

11. Ibu-ibu kader Posyandu di Kelurahan Pamulang Barat yang telah membantu

memberikan kemudahan dalam pengerjaan skripsi ini. Partisipasinya untuk

memberikan informasi untuk pengumpulan data.

Penulis berdo’a semoga semua kebaikan yang telah kalian berikan mendapat

balasan dari Allah SWT. Amin. Terakhir kiranya penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya, kurang lebihnya mohon maaf apabila

dalam skripsi ini masih banyak kekurangan karena kekurangan bersumber dari diri

saya dan kelebihan hanya milik Allah SWT.

و ا لسال م علیكم ورحمة ا هللا و بر كا تھ

Ciputat, 22 November 2011

Ria Syukriawati

Page 10: propsal skrpsi

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………………

ABSTRAK………………………………………………………………………...

ABSTRACT………………………………………………………………………

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………………...

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………….

KATA PENGANTAR……………………………………………………………

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………...

DAFTAR TABEL………………………………………………………………...

DAFTAR BAGAN………………………………………………………………...

DAFTAR SINGKATAN………………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………..

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………..

1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….

1.3 Pertanyaan Penelitian ………………………………………………...

1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………………..

1.4.1 Tujuan Umum …………………………………………………..

1.4.2 Tujuan Khusus …………………………………………………

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

x

xviii

xxi

xxii

xxiii

1

1

6

7

8

8

9

Page 11: propsal skrpsi

xi

1.5 Manfaat Penelitian ……………………………………………………

1.5.1 Bagi Masyarakat………………………………………………

1.5.2 Bagi Puskesmas ……………………………………………….

1.5.3 Bagi Peneliti….………………………………………………...

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ……………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………...

2.1 Status Gizi …………………………………………………………...

2.1.1 Pengertian Status gizi …………………………………………

2.1.2 Status Gizi Kurang ……………………………………………

2.1.3 Dampak Gizi Kurang………………………………………….

2.1.4 Penilaian Status Gizi ………………………………………….

2.1.5 Klasifikasi Status Gizi ………………………………………...

2.2 Gizi Balita ……………………………………………………………...

2.2.1 Anak Balita …………………………………………………......

2.2.2 Kecukupan Energi dan Protein Balita ……………………………

2.3 Pengukuran Konsumsi FFQ Semi-Kuantitatif …………………………

2.3.1 Metode FFQ Semi-Kuantitatif…………………………………..

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang ……………….

2.4.1 Konsumsi Energi dan Protein…………………………………….

2.4.1.1 Konsumsi Energi …………..............................................

10

10

10

11

11

12

12

12

13

13

14

20

25

25

26

27

27

28

29

29

Page 12: propsal skrpsi

xii

2.4.1.2 Konsumsi Protein ……………………………………….

2. 4.2 Pola Asuh Makan ………………………………………………..

2. 4.3 Umur balita ………………………………………………………

2. 4.4 Jenis Kelamin ……………………………………………………

2. 4.5 Umur Ibu ………………………………………………………..

2. 4.6 Pekerjaan Ibu …………………………………………………….

2. 4.7 Pendidikan Ibu …………………………………………………..

2. 4.8 Pengetahuan Gizi Ibu ……………………………………………

2. 4.9 Jumlah anak ……………………………………………………...

2. 4.10 Jumlah Anggota Keluarga ……………………………………...

2. 4.11 Pendapatan Keluarga …………………………………………...

2. 4.12 Status Kesehatan (Penyakit Infeksi) ……………………………

2.5 Kerangka Teori ………………………………………………………….

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS ……………………………………………………………...

3.1 Kerangka Konsep …………………………………………………….

3.2 Definisi Operasional ………………………………………………….

3.2 Hipotesis …………………………………………………………….

BAB IV METODELOGI PENELITIAN ………………………………………

4.1 Desain Penelitian ……………………………………………………

30

32

37

38

38

39

41

43

45

46

48

50

51

54

54

57

60

61

61

Page 13: propsal skrpsi

xiii

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……………………………………….

4.2.1 Lokasi Penelitian……………………………………………..

4.2.2 Waktu Penelitian ……………………………………………..

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian …………………………………….

4.3.1 Populasi Penelitian …………………………………………..

4.3.2 Sampel Penelitian ……………………………………………

4.4 Instrumen Penelitian ………………………………………………..

4.5 Pengumpulan Data ………………………………………………….

4.6 Pengolahan Data……………..……………………………………...

4.7 Analisis Data………………………………………………………...

4.7.1 Analisis Univariat ……………………………………………

4.7.2 Analisis Bivariat ……………………………………………..

4.7.3 Analisis Multivariat ………………………………………….

BAB V HASIL ……………………………………………………………………

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……………………………….

5.1.1 Keadaan Geografis …………………………………………..

5.1.2 Keadaan Demografi ………………………………………….

5.1.3 Gambaran Umum Posyandu di Kelurahan Pamulang Barat…

5.2 Analisis univariat ……………………………….…………………..

61

61

61

61

61

61

65

65

66

68

68

68

69

70

70

70

70

73

73

Page 14: propsal skrpsi

xiv

5.2.1 Gambaran Status Gizi ……………………………………….

5.2.2 Gambaran Konsumsi Energi ………………………………...

5.2.3 Gambaran Konsumsi Protein ………………………………...

5.2.4 Gambaran Pola Asuh Makan ………………………………...

5.2.5 Gambaran Umur Ibu ………………………………………..

5.2.6 Gambaran Pendidikan Ibu …………………………………...

5.2.7 Gambaran Pekerjaan Ibu …………………………………….

5.2.8 Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu ……………………………

5.2.9 Gambaran Jumlah Anak …………………………………….

5.2.10 Gambaran Pendapatan Keluarga …………………………...

5.2.11 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga ………………………

5.3 Analisis Bivariat …………………………………………………….

5.3.1 Hubungan antara Konsumsi Energi dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan ………………………

5.3.2 Hubungan antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan ………………………

5.3.3 Hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan ………………………

5.3.4 Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan ……………………………………...

5.3.5 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan ……………………………….

74

74

75

76

76

77

78

79

80

80

81

82

82

83

84

85

86

Page 15: propsal skrpsi

xv

5.3.6 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan ……………………………….

5.3.7 Hubungan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan ………………………

5.3.8 Hubungan antara Jumlah Anak dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan ……………………………….

5.3.9 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan ………………………

5.3.8 Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Status

Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan …………………

5.4 Analisis Multivariat ……………………………….………………..

5.4.1 Seleksi Kanidat Analisis Multivariat ……………………….

5.4.2 Pembuatan Model Prediksi …………………………………..

5.4.3 Uji Interaksi ………………………………………………….

5.4.4 Penyusunan Model Terakhir ………………………………..

BAB VI PEMBAHASAN ……………………………….………………………..

6.1 Keterbatasan Penelitian ……………………………………………..

6.1.1 Keterbatasan Penelitian ……………………………………...

6.1.2 Keterbatasan Variabel Penelitian ……………………………

6.1.3 Keterbatasan Pengumpulan Data…………………………….

6.2 Gambaran Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan Di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011….

87

88

89

90

91

92

92

93

95

96

98

98

98

98

98

99

Page 16: propsal skrpsi

xvi

6.3 Analisis Bivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Gizi Kurang Pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Pamulang

Barat ……………………………….……………………………….

6.3.1 Hubungan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat …….

6.3.2 Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat……...

6.3.3 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat...........

6.3.4 Hubungan Umur Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat ……………

6.3.5 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat ……..

6.3.6 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat …….

6.3.7 Hubungan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat...

6.3.8 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat…….

6.3.9 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat...

6.3.10 Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat ……………………………………………

101

101

103

105

107

110

113

115

118

119

122

Page 17: propsal skrpsi

xvii

6.4 Analisis Multivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status

Gizi Kurang Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat …………………………………………………………………….

6.4.1 Faktor yang Paling Berhubungan dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat….

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….

7.1 Kesimpulan ……………………………………………………….

7.2 Saran ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….

LAMPIRAN ………………………………………………………………………

125

125

128

128

130

133

Page 18: propsal skrpsi

xviii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (BB/U)

2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (TB/U)

2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (BB/TB)

2.4 Angka Kecukupan Energi dan Protein Menurut Kelompok Umur

2.5 Kategori Pengetahuan Gizi

3.1 Definisi Operasional

4.1 Jumlah Sampel yang Dibutuhkan Setiap Posyandu

5.1 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pemdidikan di Wilayah Kerja Puskesmas

Pamulang Tahun 2009

5.2 Distribusi Penduduk dari Umur 0-9 tahun di Kelurahan Pamulang Barat Tahun

2011

5.3 Gambaran Umum Posyandu di Kelurahan Pamulang Barat

5.4 Distribusi Status Gizi Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

5.5 Distribusi Konsumsi Energi Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.6 Distribusi Konsumsi Protein Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.7 Distribusi Pola Asuh Makan Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

21

22

24

27

44

57

64

72

72

73

74

75

75

76

Halaman

Page 19: propsal skrpsi

xix

5.8 Distribusi Umur Ibu Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan Tahun 2011

5.9 Distribusi Kategori Pendidikan Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.10 Distribusi Pendidikan Ibu Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.11 Distribusi Kategori Pekerjaan Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.12 Distribusi Jenis Pekerjaan Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.13 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.14 Distribusi Jumlah Ibu yang Mempunyai Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.15 Distribusi Pendapatan Keluarga Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.16 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.17 Analisis Hubungan antara Konsumsi Energi dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.18 Analisis Hubungan antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.19 Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.20 Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59 Bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

76

77

78

78

79

79

80

81

81

82

83

84

85

Page 20: propsal skrpsi

xx

5.21 Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.22 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59 Bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.23 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-

59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.24 Analisis Hubungan antara Jumlah Anak dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-59 Bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

5.25 Analisis Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Pada Anak Usia 24-

59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

5.26 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi Pada Anak Usia

24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011.

5.27 Kandidat Variabel Independen yang Masuk ke dalam Model Multivariat

5.28 Hasil Pemodelan Prediksi Status Gizi Kurang

5.29 Hasil Uji Interaksi

5.30 Model Akhir Analisis Multivariat Status Gizi Kurang

86

87

88

89

90

91

90

93

94

95

Page 21: propsal skrpsi

xxi

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan

4.1 Kerangka Teori.......................................................................................

4.2 Kerangka Konsep Penelitian..................................................................

Halaman

53

56

Page 22: propsal skrpsi

xxii

DAFTAR SINGKATAN

1. ASI : Air Susu Ibu

2. AKG : Angka Kecukupan Gizi

3. BB/U : Berat Badan / Umur

4. BB/TB : Berat Badan/ Tinggi Badan

5. DKBM : Daftar Komposisi Bahan Makanan

6. FFQ : Food Frequency Questionnaire

7. KEP : Kurang Energi dan Protein

8. KMS : Kartu Menuju Sehat

9. MDGS : Millenium Development Goals

10. OR : Odds Ratio

11. PSG : Pemantauan Status Gizi

12. RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

13. SD : Sekolah Dasar

14. SDM : Sumber Daya Manusia

15. SMP : Sekolah Menengah Pertama

16. SLTA : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

17. TB/U : Tinggi Badan/ Umur

18. URT : Ukuran Rumah Tangga

19. WHO : World Health Organization

20. WHO-NCHS : World Health Organization-National Centre for Health Statistic

Page 23: propsal skrpsi

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat izin Penelitian

Lampiran 2 Kuisioner Penelitian

Lampiran 3 Formulir FFQ Semikuantitatif

Lampiran 4 Output Analisis FFQ Semikuantitatif

Lampiran 5 Output Analisis Univariat

Lampiran 6 Output Analisis Bivariat

Lampiran 7 Output Analisis Multivariat

Lampiran 8 Uji Tabulasi Silang

Page 24: propsal skrpsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah bagian dari pembangunan nasional

yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup

sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi –

tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi

bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah (Depkes RI, 2006).

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan

sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang

tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta cerdas. Bukti empiris

menunjukkan bahwa hal ini sangat ditentukan oleh status gizi yang baik. Status gizi

yang baik ditentukan oleh jumlah asupan pangan yang dikonsumsi. Gizi merupakan

salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan

manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan

keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut.

Terdapat hubungan antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi

optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi (Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2007 ).

Kesepakatan global berupa Millenium Development Goals (MDGS) yang

terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, menegaskan bahwa pada tahun

2015 setiap negara menurunkan kemiskinan dan kelaparan separuh dari kondisi

Page 25: propsal skrpsi

2

pada tahun 1990. Untuk Indonesia, indikator yang digunakan adalah persentase

anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi buruk (severe underweight)

dan persentase anak-anak berusia di bawah 5 tahun yang mengalami gizi kurang

(moderate underweight) (Ariani, 2007).

Masalah gizi kurang dipengaruhi langsung oleh faktor konsumsi pangan dan

penyakit infeksi. Secara tidak langsung dipengaruhi oleh pola asuh, ketersediaan

pangan, faktor sosial ekonomi, budaya dan politik. Apabila gizi kurang dan gizi

buruk terus terjadi dapat menjadi faktor penghambat dalam pembangunan nasional.

Secara perlahan kekurangan gizi akan berdampak pada tingginya angka kematian

ibu, bayi, dan balita, serta rendahnya umur harapan hidup (Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2007).

Kekurangan gizi merupakan salah satu penyebab tingginya kematian pada

bayi dan anak. Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga)

dan protein (zat pembangun) akan mengakibatkan anak menderita kekurangan gizi

yang disebut Kurang Energi dan Protein (KEP) tingkat ringan dan sedang, apabila

hal ini berlanjut lama maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan,

terganggunya perkembangan mental dan terganggunya sistem pertahanan tubuh

sehingga dapat menjadikan penderita KEP tingkat berat dan sangat mudah terserang

penyakit (Moehji, 2005).

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita di

Indonesia. Prevalensi yang tinggi banyak terdapat pada anak-anak di bawah umur 5

tahun (balita). Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi. Kelompok

Page 26: propsal skrpsi

3

ini yang merupakan kelompok umur yang paling sering terjadi status gizi kurang.

Balita merupakan salah satu kelompok rawan gizi yang perlu mendapatkan

perhatian khusus, kekurangan gizi akan menyebabkan hilangnya masa hidup sehat

pada balita. Dampak yang lebih serius dari kekurangan zat gizi adalah terjadinya

gizi buruk yang mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian (Depkes

RI, 2003). Menurut Sediaotama (2006) kelompok paska usia ini terutama balita

merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi

terutama pada balita usia 2 tahun ke atas karena merupakan masa transisi dari

makanan bayi ke makanan orang dewasa, sehingga ini yang dapat menyebabkan

kondisi bahwa anak balita yang berumur 2 tahun lebih rawan untuk terjadinya gizi

dan terganggunya kesehatan. (Notoatmodjo, 2007).

Gizi kurang terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga

maupun negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu sendiri.

Kondisi gizi kurang akan mempengaruhi banyak organ dan sistem, karena kondisi

gizi kurang ini juga sering disertai dengan defisiensi (kekurangan) asupan nutrisi

mikro dan makro yang sangat diperlukan bagi tubuh. Gizi kurang akan

mempengaruhi sistem pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme maupun mudah

sekali terkena infeksi (Depkes, 2002).

Faktor-faktor yang saling berkaitan dari penyebab langsung dan penyebab

tidak langsung diantara penyebab penyakit langsung antara lain intake zat gizi dari

makanan yang kurang dan adanya penyakit infeksi, penyebab tidak langsung itu

Page 27: propsal skrpsi

4

dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ketersediaan pangan keluarga yang rendah,

perilaku kesehatan dan pola asuh ibu terhadap anaknya (Istiano, 2009).

Faktor makanan dan penyakit infeksi, sebagai penyebab langsung masalah

gizi, keduanya saling berkaitan. Anak balita yang tidak mendapat cukup makanan

bergizi seimbang memiliki daya tahan yang rendah terhadap penyakit sehingga

mudah terserang infeksi. Hull dan Rohde dalam Suhardjo (1992) hubungan antara

kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari besarnya dampak yang

ditimbulkan oleh sejumlah infeksi terhadap status gizi itu sendiri.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Arif Himawan, 2006 menyatakan

ada hubungan pendidikan ibu dengan status gizi kurang pada balita. Status gizi

kurang pada balita terjadi pada ibu yang pendidikannya rendah (< 9 tahun) sebesar

25,4% sedangkan pada ibu yang berpendidikan tinggi (< 9 tahun) sebesar 12,4%.

Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan baik ibu maka secara tidak langsung

akan mempengaruhi pendidikan gizi.

Menurut penelitian Hidayati (2004) menunjukan ada hubungan yang

bermakna antara status gizi kurang dengan jumlah anak dalam keluarga. Status gizi

kurang lebih banyak ditemui pada keluarga yang jumlah anaknya lebih dari 4 orang

sebesar 30,1% dibanding dengan keluarga yang mempunyai anak kurang dari 4.

Menurut Ruhana, (2008) jumlah anggota keluarga sedikit dengan status gizi kurang

ada 8 orang (18,2 %) sedangkan untuk jumlah anggota keluarga banyak dengan

status gizi kurang 16 orang (42,2 %) yang menunjukan ada hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan status gizi kurang.

Page 28: propsal skrpsi

5

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007

prevalensi gizi kurang pada anak balita di Indonesia sebesar 13,0% dan untuk tahun

2010 prevalensi gizi kurang masih seperti tahun 2007 sebesar 13,0% walaupun tidak

terjadi kenaikan akan tetapi prevalensi gizi kurang di Indonesia masih cukup tinggi

jika dibandingkan dengan standar yang ditetapkan World Health Organization

(WHO) sebesar 10%. Selanjutnya prevalensi gizi kurang di provinsi Banten pada

tahun 2007 berdasarkan data RISKESDAS yaitu 12,2% sedangkan pada tahun 2010

prevalensinya mengalami peningkatan yaitu17,9%. Untuk wilayah Kota Tangerang

Selatan, Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita yang dilakukan

oleh Dinas Kesehatan di Tangerang Selatan pada tahun 2010 berdasarkan indikator

BB/U, prevalensi balita yang mengalami gizi kurang/underweight sebesar 10,43%

(Dinkes Tangsel, 2010).

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (2010) Puskesmas

Pamulang merupakan Puskesmas yang prevalensi gizi buruk tertinggi pertama yaitu

sebesar 2,17% dan prevalensi gizi kurang yang tinggi kedua sebesar 8,33% setelah

Puskesmas Ciputat Timut. Wilayah kerja Puskesmas Pamulang meliputi 4

kelurahan yaitu Kelurahan Pamulang Barat, Kelurahan Pamulang Timur, Kelurahan

Pondok Cabe Ilir dan Kelurahan Pondok Cabe Udik. Berdasarkan pemantauan

status gizi pada bulan Februari, prevalensi gizi kurang yang paling banyak

ditemukan pada usia 24-59 bulan yang tertinggi terjadi di Pamulang Barat sebesar

2,36%, Menyusul Kelurahan Pamulang Timur sebesar 1,34%, Kelurahan Pondok

Cabe Ilir sebesar 1,21% dan Kelurahan Pondok Cabe Udik sebesar 2,04%. Dengan

Page 29: propsal skrpsi

6

demikian menunjukan bahwa Kelurahan Pamulang Barat merupakan Kelurahan

dengan prevalensi tertinggi oleh karena itu peneliti bermaksud melakukan

penelitian di wilayah Kelurahan Pamulang Barat.

Berdasarkan pemaparan dan pertimbangan di atas serta dari data dan fakta

yang ada maka penulis bermaksud untuk meneliti tentang faktor-faktor yang

berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

1.2 Rumusan Masalah

Balita merupakan kelompok yang rentan sekali terjadinya gizi kurang

terutama balita di atas 2 tahun karena merupakan masa transisi dari makanan bayi ke

makanan dewasa. Ketidakcukupan zat gizi yang dibutuhkan tubuh akan mudahkan

terjadinya gizi kurang yang dampaknya akan mempengaruhi sistem pertahanan

tubuh terhadap mikroorganisme sehingga mudah sekali terkena infeksi karena

kekurangan konsumsi zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga akan

berdampak pada pertumbuhannya.

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang yaitu pola

asuh makan, karakteristik balita, karakteristik keluarga, jumlah keluarga, jumlah

balita dan pendapatan,

Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) balita yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan di Tangerang Selatan pada tahun 2010 dengan indikator berat

badan/umur (BB/U), prevalensi balita yang mengalami gizi kurang sebesar 10,34%.

Untuk wilayah Puskesmas Pamulang yang mengalami gizi kurang sebesar 8,33%

Page 30: propsal skrpsi

7

sedangkan yang mengalami gizi buruk sebesar 2,17%. Penelitian ini dilakukan di

Kelurahan Pamulang Barat karena prevalensinya gizi kurangnya pada anak usia 24-

59 bulan sebesar 2,36 % lebih tinggi dibandingkan Kelurahan yang lain di wilayah

kerja Puskesmas Pamulang.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

2. Bagaimana gambaran konsumsi zat gizi (konsumsi energi dan protein) pada anak

usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun

2011?

3. Bagaimana gambaran pola asuh makan pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

4. Bagaimana gambaran karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan

ibu,pengetahuan gizi ibu) pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

5. Bagaimana gambaran karakteristik keluarga (jumlah balita, pendapatan keluarga,

jumlah anggota keluarga) pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

Page 31: propsal skrpsi

8

6. Apakah ada hubungan antara konsumsi zat gizi (konsumsi energi dan protein)

dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

7. Apakah ada hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi kurang pada

anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan

tahun 2011?

8. Apakah ada hubungan antara karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu,pengetahuan gizi ibu) dengan status gizi kurang pada anak usia

24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

9. Apakah ada hubungan antara karakteristik keluarga (jumlah balita, pendapatan

keluarga, jumlah anggota keluarga) dengan status gizi kurang pada anak usia

24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011?

10. Apakah faktor yang paling berhubungan dengan status gizi kurang pada anak

usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun

2011?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Diketahuinnya faktor-faktor berhubungan dengan status gizi kurang pada

anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan tahun 2011.

Page 32: propsal skrpsi

9

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

2. Diketahuinya gambaran konsumsi zat gizi (konsumsi energi dan

protein) pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

3. Diketahuinya gambaran pola asuh makan pada anak usia 24-59 bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

4. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu (umur ibu, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu,pengetahuan gizi ibu) pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

5. Diketahuinya gambaran karakteristik keluarga (jumlah balita,

pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga) pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun

2011.

6. Diketahuinya hubungan antara konsumsi zat gizi (konsumsi energi

dan protein) dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

7. Diketahuinya hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

Page 33: propsal skrpsi

10

8. Diketahuinya hubungan antara karakteristik ibu (umur ibu,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu,pengetahuan gizi ibu)dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

9. Diketahuinya hubungan antara karakteristik keluarga (jumlah balita,

pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga)dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

10. Diketahuinya faktor yang paling berhubungan dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat

tahun 2011.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat khususnya ibu-ibu yang

mempunyai balita agar memperhatikan status gizi balitanya sehingga balita

dapat tumbuh dengan baik agar pertumbuhannya dapat optimal.

1.5.2 Bagi Pelayanan kesehatan (Puskesmas)

Sebagai tambahan serta masukan kepada pihak pelayanan kesehatan

yaitu Puskesmas untuk memberikan informasi dalam upaya menurunkan

prevalensi gizi kurang di Puskesmas Pamulang dan dapat menjadikan sebagai

pertimbangan dan bahan masukan untuk instansi terkait dalam merencanakan

Page 34: propsal skrpsi

11

upaya penanggulangan program gizi kurang pada balita di wilayah

Puskesmas terutama Kelurahan Pamulang Barat.

1.5.3 Bagi Peneliti

Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat pada saat perkuliahan

dan dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status

gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat tahun

2011. Sehingga dapat dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh

peneliti lain dengan judul yang sama terkait status gizi kurang.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program Studi

Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mengetahui faktor-

faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 dengan sampel

penelitian yaitu ibu-ibu yang mempunyai anak usia 24-59 bulan di Kelurahan

Pamulang Barat. Penelitian ini dilakukan karena masih tingginya angka prevalensi

gizi kurang di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober di Kelurahan Pamulang Barat.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional

yang dilakukan pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan.

Page 35: propsal skrpsi

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Gizi

2.1.1 Pengertian Status gizi

Status Gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan antara status gizi buruk, kurang,

baik dan lebih (Almatsier, 2002).

Status gizi menurut Supariasa dkk (2002) adalah merupakan hasil

akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh

(nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi

tersebut.

Status gizi merupakan keadaan kesehatan manusia yang berupa hasil

dari interaksi antar tubuh manusia, zat-zat gizi dan makanan. Status gizi

merupakan tingkat kesehatan dari keseimbangan konsumsi dan penggunaan

zat-zat gizi yang didapat dari asupan makanan sehari-hari. Status gizi

merupakan bagian dari pertumbuhan anak (Soetjiningsih,1995). Jumlah

asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan maka keadaan ini disebut

dengan gizi baik, sedangakan apabila jumlah asupan zat gizi kurang dari yang

dibutuhkan maka keadaan ini disebut dengan gizi kurang (Depkes, 2003).

Apabila konsumsi zat gizi tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan

terjadi gangguan gizi atau malnutrition (Meilinasari, 2002).

Page 36: propsal skrpsi

13

2.1.2 Status Gizi Kurang

Status gizi kurang disebabkan karena tubuh kekurangan satu atau

beberapa zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, hal-hal yang dapat

menyebabkan gizi kurang gizi adalah karena makanan yang dikonsumsi

kurang atau mutunya rendah atau bahkan keduanya. Tubuh gagal untuk

menyerap dan menggunakannya karena zat gizi yang dikonsumsi sedikit.

Selain itu penderita yang sering mengalami gizi kurang diantaranya balita

karena pada umur ini balita digolongkan kepada kelompok yang rentan, jika

kebutuhan zat gizinya tidak tercukupi maka anak akan mudah terkena

penyakit (Soekirman, 2000). Gizi kurang disebakan oleh rendahnya konsumsi

energi dan protein yang dibutuhkan oleh tubuh karena tidak memenuhi angka

kecukupan gizi yang disebut kurang energi dan protein (KEP).

2.1.3 Dampak Gizi Kurang

Gizi kurang terkait dengan dampak terhadap sosial ekonomi keluarga

maupun negara, di samping berbagai konsekuensi yang diterima anak itu

sendiri. Kondisi gizi kurang akan mempengaruhi banyak organ dan sistem,

karena kondisi gizi kurang ini juga sering disertai dengan defisiensi

(kekurangan) asupan mikro/makro nutrien lain yang sangat diperlukan bagi

tubuh. Gizi kurang akan mempengaruhi sistem pertahanan tubuh terhadap

mikroorganisme sehingga mudah sekali terkena infeksi (Depkes, 2002).

Page 37: propsal skrpsi

14

Masalah Gizi kurang merupakan masalah yang sangat penting menjadi

perhatian karena dampaknya secara langsung terhadap gangguan

pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas serta apabila kekurangan zat

gizi makro (vitamin dan mineral) akan mengakibatkan terjadinya gangguan

pertumbuhan. Ketidakcukupan konsumsi zat gizi pada usia balita terutama

usia 24-59 bulan akan berdampak pada kondisi gagal tumbuh karena pada

masa balita kebutuhannya tidak dapat terpenuhi sesuai kebutuhan gizinya dan

akan mengakibatkan terganggunya tumbuh kembang anak karena masa ini

merupakan masa di mana meningkatnya pertubuhan secara meningkat

(Depkes, 2002).

Apabila anak kekurangan gizi dalam hal zat karbohidrat (zat tenaga)

dan protein (zat pembangun) akan berakibat anak menderita kekurangan gizi

yang disebut KEP tingkat ringan dan sedang, apabila hal ini berlanjut lama

maka akan berakibat terganggunya pertumbuhan, terganggunya

perkembangan mental, menyebabkan terganggunya sistem pertahanan tubuh,

hingga menjadikan penderita KEP tingkat berat sehingga sangat mudah

terserang penyakit dan dapat berakibat kematian (Moehji, 2005).

2.1.4 Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah penafsiran informasi dari penelitian

antropometri, konsumsi makanan, laboratorium dan klinik. Informasi yang

diperoleh untuk menetapkan status kesehatan individu atau kelompok

masyarakat yang berkaitan dengan konsumsi dan penggunaan zat-zat oleh

tubuh (Hadisiswanto, 2001).

Page 38: propsal skrpsi

15

Status gizi dapat dinilai secara langsung maupun tidak langsung.

Penilaian langsung dapat dilakukan secara antropometri, klinis, biokimia dan

biofisik, sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan

melalui survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam

penelitian status gizi diperlukan beberapa parameter yang kemudian disebut

dengan indeks antropometri (Supariasa, 2002).

a. Penilaian Secara Langsung

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi

(Supariasa, 2006).

Metode yang menggunakan pengukuran-pengukuran dimensi fisik

dan komposisi tubuh. Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur

dan derajat gizi, sehingga bermanfaat terutama pada keadaan

terjadinya ketidakseimbanganenergi dan protein secara kronis.

Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan

mengukur beberapa parameter. Parameter antropometri merupakan

dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter

disebut indeks antropometri. Rekomendasi dalam menilai status gizi

anak di bawah lima tahun yang dianjurkan untuk digunakan di

Page 39: propsal skrpsi

16

Indonesia adalah baku World Health Organization-National Centre

for Health Statistic (WHO-NCHS).

2. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi . Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid

(Supariasa, 2006).

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara

menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Bagian tubuh yang harus

lebih diperhatikan dalam pemeriksaan klinis adalah kulit, gigi,

gusi,bibir, lidah, mata (Arisman dalam Yuliaty, 2008).

3. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain :

darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot (Supariasa, 2006).

Page 40: propsal skrpsi

17

4. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)

dan melihat perubahan struktur dari jaringan (Supariasa, 2006).

b. Penilaian Tidak langsung

1. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status

gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi

yang dikonsumsi. Metode survei konsumsi makanan untu individu

antara lain :

a) Metode recall 24 jam

Kelebihan recall 24 jam :

- Mudah melaksanakannya serta tidak membebani

responden

- Biaya relatif murah karena tidak memerlukan peralatan

khusus dan tempat yang luas untuk wawancara

- Cepat, sehingga dapat mencangkup banyak responden

- Dapat digunakan untuk responden yang buta huruf

Kekurangan recall 24 jam :

- Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari,

bila hanya dilakukan recall satu kali

Page 41: propsal skrpsi

18

- Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih dan

terampil dalam menggunakan alat-alat bantu ukuran

rumah tangga (URT) dan ketepatan alat bantu yang

dipakai menurut kebiasaan masyarakat.

b) Metode esthimated food record

Kelebihan esthimated food record

- Metode ini relatif murah dan cepat

- Dapat menjangkau sampel dalam jumlah besar

- Dapat diketahui konsumsi zat gizi sehari

- Hasilnya relatif lebih akurat

Kekurangan esthimated food record

- Tidak cocok untuk responden yang buta huruf

- Sangat tergantung pada kejujuran dan kemampuan

responden dalam mencatat dan memperkirakan jumlah

konsumsi.

c) Metode penimbangan makanan (food weighting)

Kelebihan penimbangan makanan (food weighting)

- Data diperoleh lebih akurat

- Data diperoleh lebih teliti

Kekurangan penimbangan makanan (food weighting)

- Memerlukan waktu dan cukup mahal karena butuh

peralatan.

Page 42: propsal skrpsi

19

- Tenaga pengumpul data harus terlatih dan terampil.

- Memerlukan kerjasama yang baik dengan responden.

- Bila penimbangan dilakukan dalam periode yang cukup

lama, maka responden dapat merubah kebiasaan makan

mereka.

d) Metode dietary history

Kelebihan dietary history :

- Dapat memberikan gambaran konsumsi pada periode yang

panjang secara kualitatif dan kuantitatif.

- Biaya relatif murah

Kekurangan dietary history :

- Tidak cocok dipakai untuk survei-survei besar

- Data yang dikumpulkan lebih bersifat kualitatif

- Sangat sensitif dan membutuhkan pengumpulan data yang

terlatih

e) Metode frekuensi makanan (food frequency)

Kelebihan frekuensi makanan (food frequency)

- Relatif murah dan sederhana

- Tidak membutuhkan latihan khusus

- Dapat digunakan sendiri oleh pasien

Kekurangan frekuensi makanan (food frequency)

- Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

Page 43: propsal skrpsi

20

- Cukup menjemuhkan bagi pewawancara

- Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi

- Sulit mengembangkan kuisioner pengumpulan data.

2. Statistik vital

Pengukuran gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka

kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian sebagai

akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan

gizi (Supariasa, 2006).

3. Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain (Supariasa, 2006).

2.1.5 Klasifikasi Status Gizi

Dalam menentukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang

disebut reference. Baku antropometri yang sekarang digunakan di Indonesia

adalah WHO-NCHS. Pada lokakarya antropometri yang telah diperkenankan

pada buku harvard. (Supariasa, 2002).

Indikator BB/U, TB/U dan BB/TB menurut Departemen Gizi dan

Kesehatan Masyarakat, 2007 yaitu

Page 44: propsal skrpsi

21

a. Berat Badan menurut Umur (BB/U)

BB/U dapat digunakan sebagai indikator status gizi kurang saat

sekarang dan sensitif terhadap perubahan kecil, dapat digunakan untuk

memonitor pertumbuhan dan pengukuran yang berulang dapat

mendeteksi growth failure karena infeksi atau KEP. Kekurangannya

adalah sulitnya mendapatkan umur yang akurat, keliru dalam

menginterpretasikan atatus gizi balita bila terdapat endema atau

kesalahan pengukuran yang dapat disebabkan oleh pengaruh pemakaian

atau anak bergerak saat ditimbang serta adanya hambatan dari segi

perspektif budaya.

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (BB/U)

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Barat Badan menurut Umur (BB/U) Anak

umur 0-60 Bulan

Gizi Buruk < -3 SD

Gizi Kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD

Gizi Baik -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi Lebih > 2 SD Sumber : Kemenkes RI 2011

Kelebihan Berat Badan menurut Umur (BB/U) :

a) Indikator yang baik untuk KEP akut dan kronis untuk memonitor

program yang sedang berjalan.

b) Sensitif terhadap perubahan keadaan gizi yang kecil.

c) Pengukuran objektif dan bila diulang memberikan hasil yang sama.

d) Peralatan dapat dibawa ke mana-mana dan relatif murah.

Page 45: propsal skrpsi

22

e) Pengukuran mudah dilaksanakan dan diteliti.

f) Tidak memakan waktu lama.

g) Dapat mendeteksi kegemukan.

Kelemahan Berat Badan Menurut Umur (BB/U) :

a) Tidak sensitif terhadap anak stunting atau anak telalu tinggi tapi

kurang gizi.

b) Mengakibatkan kekeliruan interpensi status bila terdapat endema.

c) Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian

atau gerakan anak pada saat penimbangan.

d) Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak di bawah

usia lima tahun.

b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

TB/U dapat digunakan sebagai indikator status gizi masa lalu dan

kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa. Kekurangannya adalah

pemakaian indeks ini adalah sulitnya mendapatkan umur yang akurat dan

perubahan tinggi tidak banyak terjadi dalam waktu singkat dan perlu dua

orang untuk membantu mengukur tinggi anak.

Tabel 2.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks (TB/U)

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Tinggi badan menurut Umur (TB/U) anak umur

0-60 bulan

Sangat Pendek < -3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD Tinggi > 2 SD

Sumber : Kemenkes RI 2011

Page 46: propsal skrpsi

23

Kelebihan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) :

a) Merupakan indikator yang baik untuk mengetahui kekurangan gizi

pada waktu lampau.

b) Pengukuran objektif, ,memberikan hasil sama bila pengukuran

diulangi.

c) Alat mudah dibawa dan dapat dibuat lokal.

d) Ukuran panjang badan dapat dibuat sendiri, murah dan mudah

dibawa.

Kekurangan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) :

a) Dalam menilai intervensi harus disertai indikator lain seperti BB/U,

karena perubahan TB tidak banyak terjadi dalam waktu singkat.

b) Membutuhkan beberapa teknik pengukuran, alat ukur panjang badan

untuk anak kurang dari 2 tahun dan alat ukur tinggi badan untuk anak

umur lebih dari 2 tahun.

c) Lebih sulit dilakukan secara teliti oleh petugas yang belum

berpengalaman.

d) Memerlukan orang lain untuk mengukur anak.

e) Umur kadang-kadang sulit didapat secara valid.

c. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan.

Indeks BB/TB merupakan indeks yang independen terhadap umur.

Merupakan indikator untuk menilai status gizi saat kini di mana umur

Page 47: propsal skrpsi

24

tidak perlu diketahui. Indeks ini dapat digunakan untuk mengetahui

proporsi badan gemuk, normal dan kurus.

Tabel 2.3 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks

(BB/TB)

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Barat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) Anak Umur 0-60 Bulan

Sangat kurus < -3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk > 2 SD Sumber : Kemenkes RI 2011

Kelebihan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) :

a) Tidak memerlukan data umur.

b) Dapat membedakan proporsi badan (gemuk, normal dan kurus).

c) Pengukuran objektif dan memberikan hasil yang sama bila

pengukuran diulang.

Kekurangan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) :

a) Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek,

cukup tinggi atau kelebihan tinggi karena faktor umur tidak

diperhatikan.

b) Membutuhkan dua macam alat ukur.

c) Pengukuran relatif lebih lama.

d) Membutuhkan dua orang untuk melakukannya.

e) Sering terjadi kesalahan dalam pembacaan hasil pengukuran,

terutama bila dilakukan oleh kelompok non-profesional.

Page 48: propsal skrpsi

25

f) Dalam praktek sering terjadi kesulitan dalam melakukan pengukuran

panjang atau tinggi badan pada kelompok balita.

2.2 Gizi Balita

2.2.1 Anak Balita

Masa balita merupakan kehidupan yang sangat penting dan diperlukan

perhatian yang lebih dan khusus. Di masa ini proses tumbuh kembang sangat

pesat diantaranya pertumbuhan fisik, perkembangan psikomotorik, mental

dan sosial. Pertumbuhan balita sangat di pengaruhi beberapa hal diantaranya

jumlah dan mutu makanan, kesehatan balita, tingkat ekonomi, pendidikan

dan perilaku orang tua (Depkes, 2000).

Kelompok balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi dan

rawan penyakit serta paling banyak menderita KEP. Beberapa kondisi yang

dapat menyebabkan balita rawan gizi dan kesehatan antara lain :

a. Anak balita baru berada dalam masa transisi dari makanan bayi ke

makanan dewasa.

b. Anak balita mempunyai ibu yang bekerja sehingga perhatian ibu sudah

berkurang.

c. Anak balita sudah mulai main di tanah, lingkungan yang kotor sehingga

memungkinkan untuk terjadi infeksi.

d. Anak balita belum bisa memilih makanannya, peran perilaku orang tua

yang didasari pengetahuan sangatlah penting (Notoatmodjo, 2007).

Page 49: propsal skrpsi

26

Balita membutuhkan zat-zat gizi untuk tumbuh kembang, perbaikan

atau pengganti sel-sel yang rusak, pengaturan tubuh, kekebalan terhadap

penyakit. Zat-zat gizi yang dibutuhkan diantaranya karbohidrat, lemak,

protein, vitamin dan mineral dengan jumlah kalori di dalam makanan

berdasarkan komposisi banyaknya zat gizi yang terkandung. Balita

membutuhkan kalori lebih banyak perkilogram berat badannya daripada

orang dewasa untuk pertumbuhannya selain untuk kebutuhan fisik (Husaini,

2002).

2.2.2 Kecukupan Energi dan Protein Balita

Masa pertumbuhan pada balita membutuhkan zat gizi yang cukup,

karena pada masa itu semua organ tubuh yang penting sedang mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Kurang energi dan protein dapat dialami

oleh siapa saja terutama oleh kurang gizi pada kelompok umur balita karena

pada kelompok ini sangat mudah terjadi perubahan keadaan gizinya karena

segala sesuatu yang dikonsumsinya masih tergantung dari apa yang diberikan

oleh orang tuanya.

Sejumlah zat gizi yang ada dalam bahan makanan mengandung tiga

unsur yaitu

a. Zat tenaga yaitu makanan yang mengandung energi tinggi yang

terdapat pada bahan makanan pokok yaitu beras, jagung dan lain-lain

b. Zat pembangun yaitu bahan makanan yang berfungsi untuk

membangun jaringan tubuh yang rusak. Bahan makanan ini terdapat

pada telur, tempe, ikan dan lain-lain.

Page 50: propsal skrpsi

27

c. Zat pengatur yaitu bahan makanan yang berfungsi mengatur organ

tubuh. Makanan ini mengandung vitamin dan mineral dan biasnya

terdapat pada buah-buahan dan sayur-sayuran.

Tabel 2.4 Angka Kecukupan Energi dan Protein

Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur

Berat badan (kg)

Tinggi Badan (cm)

Energi (kkal) Protein (g)

1. 0- 6 bulan 6 60 550 10 2. 7- 12 bulan 8,5 71 650 16 3. 1-3 tahun 12 90 1000 25 4. 4- 6 tahun 17 110 1550 39 5. 7-9 tahun 25 120 1800 45

Sumber : Angka Kecukupan Gizi (AKG), 2004

2.3 Pengukuran Konsumsi FFQ Semi-Kuantitatif

2.3.1 Metode FFQ Semi-Kuantitatif

FFQ (Food Frequency Questionnaire) merupakan metode atau cara

food frekuensi biasanya kualitatif dan menggambarkan frekuensi konsumsi

per hari, minggu atau bulan. Metode food frekuensi yang telah dimodifikasi

dengan memperkirakan atau estimasi URT dalam gram dapat dikatakan

dengan metode yang kuantitatif (FFQ semi kuantitatif).

Pada FFQ semi kuantitatif skor zat gizi yang terdapat disetiap subyek

dihitung dengan cara mengkalikan frekuensi setiap jenis makanan yang

dikonsumsi yang diperoleh dari data komposisi makanan yang tepat.

Suatu metode atau cara konsumsi yang dapat memberikan informasi

mengenai data asupan gizi secara umum dengan cara memodifikasi

Page 51: propsal skrpsi

28

berdasarkan metode FFQ (Food Frequency Questionnaire) (Gibson dalam

Nimas 2008).

Pada metode food frekuensi tidak dilakukan standar ukuran porsi

yang digunakan hanya frekuensi berapa sering responden memakan makanan

tersebut dan tidak dilakukan dilakukan penimbangan ukuran porsinya

sedangkan metode semikuantitatif suatu penelitian menerangkan hubungan

antara nutrisi dan asupan makan. Semikuantitatif memberikan gambaran

ukuran porsi yang dimakan seseorang dan frekuensi makan dalam waktu

tahun, bulan, mingggu dan hari makanan yang dimakan oleh responden serta

memberikan gambaran ukuran yang dimakan oleh responden dalam bentuk

besar, sedang dan kecil yang nantinya jenis dan berat dari makanan itu

datanya akan dimasukan ke dalam komputer dengan mengkalikan nutrisi

yang terkandung dalam makanan tersebut.

2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Kurang

Memasuki awal millenium ketiga, Indonesia masih mengalami tantangan

yang cukup berat, baik dalam bidang ekonomi politik, maupun dalam bidang

kesehatan, terutama masalah gizi. Masalah gizi yang memprihatinkan pada saat ini

adalah tingginya angka “gizi kurang”. Gizi kurang adalah semua hal yang berkaitan

dengan ketidakcukupan makanan termasuk penyerapan dan pencernaan makanan

yang tidak sempurna sehingga mengakibatkan timbulnya penyakit, yang muncul

sebagai gejala klinis serta makanan yang tidak mencukupi secara kualitas dan

kuantitas (Khumaidi, 1994).

Page 52: propsal skrpsi

29

Status gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan dari

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung diantara penyebab penyakit

langsung antara lain intake zat gizi dari makanan yang kurang dan adanya penyakit

infeksi, penyebab tidak langsung itu dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ketersediaan

pangan keluarga yang rendah, perilaku kesehatan dan pola asuh ibu terhadap

anakanya (Istiano, 2009). Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain

dipengaruhi oleh daya beli keluarga, besarnya keluarga, pelayanan kesehatan.

2. 4.1 Konsumsi Energi dan Protein

Pangan merupakan kebutuhan dasar untuk setiap manusia. Asupan

energi dan protein mempunyai fungsi yang sangat luas dan penting di dalam

tubuh. Energi diperlukan tidak Pendapatan saja untuk melakukan kebutuhan

fisik, tetapi juga untuk pergerakan organ-organ tubuh. Asupan zat gizi dalam

tubuh yang seimbang sangat mutlak diperlukan pada berbagai tahap tumbuh

kembang manusia khususnya pada balita karena asupan makanan yang

kurang secara terus menerus akan mengganggu pertumbuhan dan kesehatan

(Pudjiadi. 1997). Balita dikatakan kekurangan asupan zat gizi (energi dan

protein) apabila tingkat energi dan proteinnya ≤ 80% AKG (Depkes, 2005).

2.3.1.1 Konsumsi Energi

Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan

hidupnya. Makanan merupakan sumber energi untuk

menunjang semua kegiatan atau aktifitas manusia. Energi dalam

tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran

Page 53: propsal skrpsi

30

karbohidrat, protein dan lemak, dengan demikian agar manusia

selalu tercukupi energinya diperlukan pemasukan zat-zat makanan

yang cukup ke dalam tubuhnya (Suhardjo, 2005).

Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya

kegiatan, pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya

karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima tubuhnya yang

dapat menghasilkan energi (Suhardjo, 2005).

Kekurangan energi terjadi apabila konsumsi energi melalui

makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan

mengalami keseimbangan energi negatif, akibatnya berat badan

kurang dari berat badan seharusnya (ideal). Bila terjadi pada balita

akan menghambat pertumbuhan. Menurut penelitian oleh Lutviana

(2010) bahwa Ada hubungan yang bermakna antar tingkat konsumsi

energi dengan status gizi balita dengan p value = 0,001.

2.3.1.2 Konsumsi Protein

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.

Tidak seperti makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak) protein ini

berperan lebih penting dalam pembentukan biomolekul daripada

sumber energi (Sudarmadji, 1989). Protein merupakan suatu zat

makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena zat ini di samping

berfungsi sebagai zat pengatur dan zat pembangun, protein adalah

Page 54: propsal skrpsi

31

sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C,H, O dan N

yang tidak dimiliki oleh lemak atau karbohidrat. Seperlima bagian

tubuh adalah protein, seperuhnya ada di dalam otot, seperlima di

dalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh di dalam kulit dan

selebihnya di dalam jaringan lain dan cairan tubuh (Sedioetama,

2006).

Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial

yang dibutuhkan sebagai zat pembangun untuk

a. Pertumbuhan dan pembentukan protein dalam serum,

hemoglobin, enzim, hormon dan antibodi

b. Menggantikan sel-sel yang rusak.

c. Memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh

d. Sumber energi.

Kebutuhan protein untuk anak relatif lebih besar bila

dibandingkan dengan orang dewasa. Menurut Djaeni (2000) dalam

Evi (2010) konsumsi protein berpengaruh terhadap status gizi balita,

balita membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup tinggi untuk

menunjang proses pertumbuhannya karena balita dalam masa

tumbuh kembangnya sehingga dapat terjadi gangguan protein

apabila konsumsi energinya tidak tercukupi.

Page 55: propsal skrpsi

32

Kekurangan protein pada stadium berat menyebabkan

kwashiorkor pada balita. Kekurangan protein sering ditemukan

secara bersamaan dengan kekurangan energi yang menyebabkan

kondisi yang dinamakan masarmus. Kekurangan protein yang kronis

pada anak-anak menyebabkan pertumbuhan anak-anak itu terhambat

dan tampak tidak sebanding dengan umurnya. Pada keadaan yang

lebih buruk, dapat mengakibatkan berhentinya proses pertumbuhan

dan pada anak-anak tampak gejala-gejala khusus seperti kulit

bersisik, pucat, bengkak dan perubahan warna rambut (Suhardjo,

2005).

Menurut penelitian oleh Lutviana (2010) bahwa ada

hubungan yang bermakna dari 21 balita yang tingkat konsumsi

protein kurang, 20% (95,2%) balita mengalami gizi kurang

sedangkan dari 29 balita yang tingkat konsumsi protein baik 2

(6,9%) balita mengalami gizi kurang.

2. 4.2 Pola Asuh Makan

Anak balita yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang lebih baik

besar kemungkinan akan memiliki angka kesakitan yang rendah dan status

gizi yang relatif lebih baik. Hal yang menyatakan bahwa pengasuhan

merupakan faktor penting dalam status gizi dan kesehatan balita. Pola asuh

makan diantaranya meliputi pemberian makanan, pemberian Air Susu Ibu

(ASI) ekslusif, dan umur penyapihan (Fivi, 2006). Pada pemberian ASI

Page 56: propsal skrpsi

33

ekslusif dilakukan selama 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman

selain ASI (Ashar, 2008).

a. Pemberian Makanan

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi dalam satu hari

yang beragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat

pengatur sesuai dengan kebutuhan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari

derajat kesehatan dan tumbuh kembang balita yang optimal (Direktorat

Gizi Masyarakat, 2000).

Pemberian makanan balita bertujuan untuk mendapat zat gizi

yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh.

Zat gizi berperan memelihara dan memulihkan kesehatan serta untuk

melaksanakan kegiatan sehari-hari, dalam pengaturan makanan yang

tepat dan benar merupakan kunci pemecahan masalah (Suharjo, 2005).

Tujuan pemberian makanan pada anak balita adalah :

a. Untuk mendapat zat gizi yang diperlukan tubuh dan digunakan oleh

tubuh.

b. Untuk pertumbuhan dan pengaturan faal tubuh.

c. Zat gizi berperan dalam memelihara dan memulihkan kesehatan serta

untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.

d. Untuk mencegah terjadinya berbagai gangguan gizi pada balita

diperlukan adanya perilaku penunjang dari para orang tua, ibu atau

pengasuhan dalam keluarga.

Page 57: propsal skrpsi

34

e. Selalu memberikan makanan bergizi yang seimbang kepada balita

(Suharjo, 2003).

Pada anak > 2 tahun sudah bisa diberikan makanan keluarga dan

disesuaikan dengan kebutuhan anak diberikan 3 kali sehari dan makanan

selingan 2 kali sehari. Upaya yang dilakukan dalam pemberian makan :

1. Pemberian Makanan Anak Usia 2 tahun

Bertambah usia anak maka makin bertambah pula kebutuhan

makanannya. Saat berumur 2 tahun perlu diperkenalkan pola

makanan orang dewasa berdasarkan triguna makanan adalah sumber

zat tenaga (makanan pokok), sumber zat pembangun (lauk pauk dan

susu), sumber zat pengatur (sayuran dan buah) secara bertahap

(Sulistijani, 2001).

2. Upaya pemberian makan anak yang harus diperhatikan

a. Makanan keluarga setengah porsi dari orang dewasa minimal 3

kali sehari, di samping itu tetap diberikan makanan selingan 2 kali

sehari.

b. Berikan makanan bervariasi dengan menggunakan padanan bahan

makanan.

c. Menyapih anak harus dilakukan secara bertahap dan jangan secara

tiba-tiba (Moehji, 1988).

Page 58: propsal skrpsi

35

b. ASI Ekslusif

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang paling sesuai untuk bayi

karena mengandung zat-zat gizi yang diperlukan oleh bayi untuk tumbuh

dan berkembang. Pentingnya memberikan ASI secara ekslusif pada bayi

baru lahir sampai usia 6 bulan dan terus memberikan ASI sampai anak

usia 24 bulan telah memiliki bukti yang kuat. Asi merupakan makanan

terbaik yang seharusnya diberikan minimal sampai usia 6 bulan karena

ASI mempunyai komposisi yang lengkap yang dibutuhkan (Ashar, 2008).

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa bayi yang diberi ASI

ekslusif menunjukan perkembangan sosial dan kognitif yang lebih baik

dari bayi yang diberi susu formula (Michael, 2003).

ASI ekslusif adalah memberikan hanya ASI tanpa memberikan

makanan dan minuman lain kepada bayi sejak lahir sampai bayi berusia 6

bulan, kecuali obat dan vitamin, selanjutnya pemberian ASI diteruskan

hingga anak berusia 2 tahun dengan menambahkan makanan lunak atau

makanan padat yang disebut makanan pendamping ASI (MP-ASI)

(Depkes RI, 2003).

Pemberian ASI sangat penting bagi tumbuh kembang yang

optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi, oleh karena itu

pemberian ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan

agar proses menyusui dapat terlaksana dengan benar.

Page 59: propsal skrpsi

36

c. Penyapihan

Masa penyapihan adalah masa dimana bayi mulai proses

pengurangan ketergantungan pada ASI dan mulai diperkenalkan dengan

makanan keluarga. Proses penyapihan dapat dilakukan dengan 2 cara

yakni dengan mengurangi frekuensi pemberian asi yang diikuti makanan

tambahan dan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat berdampak

menghentikan produksi ASI (Tara, 2004).

Masa penyapihan dapat terjadi pada waktu yang berbahaya bagi

bayi. Bayi-bayi yang kurang gizi mungkin akan menjadi lebih buruk

keadaannya pada masa penyapihan. Makanan yang tidak cukup dan

adanya penyakit membuat bayi tidak tumbuh dengan baik. Hal ini dapat

terlihat berdasarkan kenaikan berat badan melalui Kartu Menuju Sehat

(KMS) yang merupakan suatu indikator untuk memonitor permasalahan

yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan yang akhirnya gizi

kurang.

Dari segi ilmu gizi, penyapihan lebih baik pada usis anak

mencapai 24 bulan, karena zat gizi dan zat antibodi dalam ASI diproduksi

sampai usia anak 2 tahun. Menurut penelitian yang dilakukan oleh

Zumroti (2010) diantara 57 responden yang usia penyapihannya < 2

tahun sebesar 35,1% yang status gizinya kurang sedangkan dari 131

responden yang usianya penyapihan ≥ 2 tahun, terdapat 25 responden

(19,1%) yang status gizinya kurang.

Page 60: propsal skrpsi

37

2. 4.3 Umur Balita

Umur merupakan salah satu faktor yang turut menentukan kebutuhan

gizi seseorang, semakin tinggi umur semakin menurun kemampuan

seseorang untuk melakukan aktivitas sehingga membutuhkan energi yang

lebih besar (Katrasapoetra dan Marsetyo, 2008). Salah satu perhatian yang

paling utama yaitu gizi kurang pada kelompok umur balita. Pada kelompok

ini sangat mudah terjadi perubahan keadaan gizinya karena segala sesuatu

yang dikonsumsinya masih tergantung dari apa yang diberikan oleh orang

tuanya, selain itu kelompok ini juga rawan terhadap penyakit yang sering

diderita balita.

Menurut Soetjiningsih (1995) pada anak usia 3-5 tahun aktifitas yang

dapat dilakukan antara lain berjalan-jalan sendiri, melompat dan menari.

Kegiatan tersebut memerlukan energi yang besar, apabila energi yang

dikeluarkan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan maka akan mengakibatkan

balita tersebut kekurangan energi atau mengalami gizi kurang

(Almatsier,2001).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nana Supriyatna dalam

Zumroti (2004) bahwa ada hubungan antara umur anak dengan status gizi

usia 24-60 bulan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sab’atmaja dkk

(2010) berdasarkan BB/U bahwa balita yang mengalami gizi kurang, banyak

terjadi pada umur diatas dua tahun (≥ 23,4%) dilihat dari data sekunder

Riskesdas (2007).

Page 61: propsal skrpsi

38

Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa balita pada usia 2 tahun ke atas

merupakan masa transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa

sehingga ini yang dapat menyebabkan kondisi bahwa anak balita yang

berumur 2 tahun lebih rawan untuk terjadinya gizi dan terganggunya

kesehatan.

2. 4.4 Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi

kebutuhan gizi seseorang tergantung dari jenis aktifitas fisik, akan tetapi

untuk jenis kelamin pada balita tidak adanya pengklasifikasian karena baik

jenis kelamin perempuan dan laki-laki mempunyai kebutuhan yang sama

yaitu sama-sama masuk dalam masa pertumbuhan (Apriadji, 1986). Terlihat

berdasarkan Angka Kebutuhan Gizi (AKG) pada balita.

Berdasarkan WHO (1999) bahwa status gizi pada anak perempuan

lebih baik dari pada status gizi pada anak laki-laki berdasarkan (BB/U),

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Nana Supriana dalam

Zumroti (2004) bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara jenis

kelamin laki-laki dan perempuan dengan status gizi kurang pada umur 24-60

bulan.

2. 4.5 Umur Ibu

Umur memiliki pengaruh terhadap terbentuknya kemampuan yang

dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di luar faktor

pendidikan (Sedioetama, 2006). Kemampuan pemilihan makanan ibu rumah

tangga yang muda akan berbeda dengan kemampuan pemilihan bahan

Page 62: propsal skrpsi

39

makanan pada ibu rumah tangga yang lebih tua dan pola pembelian makanan

ibu rumah tangga muda cenderung berpengaruh pada kepada orang tuanya

(Sedioetama, 2006).

Berdasarkan Depkes (2003) bahwa umur ibu dikategorikan pada

kelompok umur ≤ 20 tahun dianggap lebih rentan dan kelompok umur ≥ 35

tahun lebih berisiko tinggi dalam hal resiko tinggi untuk kehamilan serta

menurut Ningsih (2008) dalam Liya (2010) menyatakan bahwa faktor usia

muda juga akan mempengaruhi seseorang ibu sencerung menjadikan seorang

ibu untuk lebih mementingkan perhatiannya kepada dirinya sendiri jika

dibandingan dengan anaknya sedangan untuk golongan umur ≥ 35

berdasarkan Arinta (2010) dalam Liya (2010) penerimaan seseorang dalam

hal baru semakin rendah, karena untuk golongan ini lebih cenderung untuk

tetap mempertahankan tradisi terhadap nilai-nilai lama sehingga sulit untuk

menerima hal-hal yang sifatnya baru. sedangkan untuk kelompok umur 20-35

tahun sebagai kelompok usia yang paling baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Santica (1993) bahwa

sebesar 42,6% responden masih dipengaruhi oleh kedua orang tua atau

mertuanya dalam memberikan makanan pada balitanya. Kebiasaaan yang

turun menurun sering kali kurang sesuai dengan anjuran makan makanan

sehat bagi balita.

2. 4.6 Pekerjaan Ibu

Pekerjaan ibu juga mempunyai pengaruh yang sangat penting pada

pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun disisi lain, ibu yang bekerja

Page 63: propsal skrpsi

40

mempunyai peluang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan anaknya dalam

hal makanan, terutama kebutuhan anak umur 6 bulan ke atas (Sanjur, 1982).

Ibu yang berkerja memberikan efek yang kurang baik terhadap gizi

anak terutama ibu yang berkerja 40 jam perminggu dan ditambah jarak antara

rumah dan tempat kerja yang telalu jauh (Soekirman, 1993). Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Hasbullah (2001) mengatakan bahwa KEP

terdapat pada balita yang ibunya bekerja sebesar 42,9% lebih besar daripada

balita yang ibunya tidak bekerja yaitu sebesar 42,2% sehingga berdasarkan

penelitian di atas menyatakan bahwa waktu yang digunakan untuk mengasuh

anak merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keadaan gizi

balita.

Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan. Rendahnya

pendapatan dan lemahnya daya beli tidak memungkinkan untuk mengatasi

kebiasaan makan dan cara-cara tertentu yang menghalangi perbaikan gizi

yang efektif, terutama untuk anak-anak (Suhardjo, 1989). Meningkatnya

penghasilan keluarga yang berasal dari ibu bekerja akan mempengaruhi

konsumsi pangan seluruh anggota keluarga rumah tangga.

Pada ibu yang bekerja, waktu yang diberikan kepada anak balitanya

akan berkurang daripada ibu yang tidak bekerja, tetapi perhatian yang

diperlukan oleh anak balita sama besarnya, dengan ibu yang bekerja di luar

rumah setiap hari maka ibu tidak dapat mengawasi secara langsung terhadap

Page 64: propsal skrpsi

41

pola makanan sehari-hari anak balitanya. Makanan anak balita diserahkan

kepada pengasuh anak, pembantu rumah tangga, keluarga ataupun tempat

penitipan anak dengan demikian mereka merupakan orang penting pada saat

ibu bekerja di luar rumah (Bumi, 2005).

2. 4.7 Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang dapat

mempengaruhi keadaan gizi karena berhubungan dengan kemampuan

seseorang menerima dan memahami sesuatu, karena tingkat pendidikan

seseorang ibu dapat mempengaruhi pola konsumsi makan melalui cara

pemilihan makanan pada balita. Menurut Suhardjo (2005) tingkat

pendidikan dapat menentukan seseorang dalam menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh sehingga pendidikan diperlukan agar

seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga.

Menurut Masyitoh (1999), tingkat pendidikan akan mempengaruhi

konsumsi pangan melalui cara pemilihan bahan makanan. Orang yang

berpendidikan lebih tinggi cenderung memilih makanan yang kualitas dan

kuantitasnya dibandingkan dengan yang pendidikan rendah. Makin tinggi

pendidikan orang tua, maka makin baik status gizi anaknya. Sedangkan

menurut Madanijah (2003) terdapat hubungan yang positif antara pendidikan

ibu dengan pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak. Ibu yang

memiliki pendidikan tinggi secara garis besar mempunyai pengetahuan gizi,

kesehatan dan pengasuhan anak yang baik. Pendidikan ibu merupakan salah

satu faktor penentu mortalitas bayi dan anak, karena tingkat pendidikan ibu

Page 65: propsal skrpsi

42

mempengaruhi terhadap tingkat pemahamannya terhadap perawatan

kesehatan, higiene dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga.

Menurut Suwarno (1992) pendidikan seseorang dibimbing menuju

perkembangan tertentu dan memiliki kesempatan untuk menerima informasi/

pengetahuan tertentu, dalam pendidikan ini sebaikanya dapat diberikan

informasi tentang pencegahan kekurangan gizi, karena kekurangan gizi pada

ibu masa balita akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya.

Sedangkan munurut Himawan (2006) menyatakan bahwa hubungan

pendidikan ibu dengan status gizi balita diperoleh α 0.002 status gizi kurang

pada balita terjadi pada ibu yang pendidikannya rendah tamat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) sebesar 25,4% sedangkan pada ibu yang

pendidikannya tinggi tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 12,4%,

menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan ibu baik secara

langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi pengetahuan gizi.

Pada penelitian ini salah satu variabel yang diambil adalah

pendidikan ibu. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas

dan kuantitas makanan yang dikonsumsi keluarga karena ibu memegang

peranan penting dalam pengelolaan rumah tangga. Ibu yang berpendidikan

tinggi mempunyai sikap yang positif terhadap gizi sehingga pada akhirnya

akan semakin baik kuantitas dan kualitas gizi yang dikonsumsi keluarga

(Khomsan,2007).

Page 66: propsal skrpsi

43

2. 4.8 Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan gizi menurut Khomsan (2007) adalah segala sesuatu

yang diketahui seorang ibu tentang sikap dan perilaku seseorang dalam

memilih makanan, serta pengetahuan dalam mengolah makanan dan

menyiapkan makanan (Harsiki, 2003). Pengetahuan yang ada pada manusia

tergantung pada tingkat pendidikan yang diperoleh baik secara formal

maupun informal, dimana tingkat pengetahuan akan memberikan pengaruh

pada cara-cara seseorang memahami pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan. Tingkat Pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap

dan perilaku dalam memilih makanan, yang pada akhirnya berpengaruh

terhadap keadaan gizi seseorang. Tingginya tingkat pengetahuan seseorang

maka diharapkan akan lebih baik juga keadaan gizinya (Khomsan, 2007).

Pengetahuan gizi merupakan kemampuan seseorang untuk

mengingat kembali kandungan gizi makanan, sumber daya serta kegunaan

zat gizi tersebut di dalam tubuh. Suhardjo (1986) mengemukakan bahwa

suatu hal yang menyakinkan tentang pengetahuan gizi didasarkan oleh status

gizi pada 3 kenyataan yaitu :

1. Kesehatan dan kesejahteraan sangat dipengaruhui oleh status gizi yang

cukup.

2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya

mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh

yang optimal pemeliharaan dan energi

Page 67: propsal skrpsi

44

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat

belajar menggunakan pangan dengan baik bagi kesejahteraan gizi.

Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan

pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia.

Kemiskinan dan kekurangan persediaan pangan yang bergizi merupakan

faktor penting dalam masalah kurang gizi. Salah satu faktor yang

mempengaruhi gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi

atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Rendahnya pengetahuan gizi dapat mempengaruhi ketersediaan

pangan dalam keluarga, yang selanjutnya mempengaruhi kuantitas dan

kualitas konsumsi pangan. Rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi

pangan, merupakan penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita

(Suhardjo, 2005).

Berdasarkan Khomsan (2004) bahwa pengkategorian pengetahuan

gizi berdasarkan cut off point dari skor yang dibagi menjadi dua yaitu

Tabel 2.5 Kategori Pengetahuan Gizi

Kategori Pengetahuan Gizi Skor Baik

Kurang > 80% ≤ 80%

Sumber : Khomsan (2004)

Untuk mengatasi masalah-masalah gizi, upaya pendidikan dan

penyuluhan gizi merupakan salah satu usaha yang sangat penting. Melalui

usaha ini diharapkan orang bisa memahami pentingnya makanan gizi,

Page 68: propsal skrpsi

45

sehingga terbentuk sikap dan perubahan perilaku kearah perubahan pola

makan yang lebih baik (Suhardjo, 1989). Menurut Irawati dan Fahrurrozi

(1992), tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan

perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh

pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Semakin tinggi pengetahuan

gizi seseorang diharapkan akan semakin baik pula keadaan gizinya.

Pengetahuan yang dimiliki ibu dapat menentukan jumlah dan jenis pangan

yang dikonsumsi, mengelola dan menjadikan, mendistribusikan makanan

kepada seluruh anggota keluarga.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosmana (2003) di

dapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu

dengan status gizi anak usia 6-24 bulan yang mana ibu yang pengetahuan

gizinya kurang mempunyai tingkat resiko 7,142 kali berstatus gizi kurang

jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki status gizi baik.

2. 4.9 Jumlah Anak

Jumlah Anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu

selama berumah tangga dalam keadaan hidup. Jumlah anak yang banyak

pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup akan mengakibatkan

berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, apalagi jarak

anak yang terlalu dekat, sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial

ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak dapat berakibat pada kurangnya

kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti

makanan (Soetjiningsih,1995). Menurut Djaeni (2000) mengatakan bahwa

Page 69: propsal skrpsi

46

jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang terlalu banyak

akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga, kesulitan mengurus dan

kurang bisa menciptakan suasana tenang di rumah.

Keluarga atau ibu yang mempunyai banyak anak akan menimbulkan

banyak masalah bagi keluarga tersebut, jika penghasilan tidak mencukupi

kebutuhan. Dalam penelitian di Indonesia membuktikan, jika keluarga

mempunyai anak hanya tiga maka dapat mengurangi 60% angka kekurangan

gizi anak balita. Keluarga atau ibu yang mempunyai banyak anak juga

menyebabkan terbaginya kasih sayang dan perhatian yang tidak merata pada

setiap anak (Almatsier, 2001).

Pada penelitian yang melihat hubungan antara jumlah anak dengan

status gizi anak. Menurut Rosmana (2003) ada hubungan antara status gizi

kurang pada anak umur 6-24 bulan dengan jumlah anak > 2 orang dalam

keluarga lebih tinggi (34,6%) dibandingkan dengan jumlah anak dalam

keluarga ≤ 2 orang (13,7%). Kemudian dapat dijelaskan bahwa keluarga

dengan jumlah anak > 2 orang berisiko 3,335 kali mempunyai anak gizi

kurang dibandingkan keluarga dengan jumlah anak ≤ 2 orang.

2. 4.10 Jumlah Anggota Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan

sumber daya yang sama (Sanjur, 1982). Besar anggota keluarga

mempengaruhi jumlah pangan yang dikonsumsi. Kualitas maupun kuantitas

Page 70: propsal skrpsi

47

pangan secaran langsung akan menentukan status gizi keluarga individu.

Besar anggota keluarga mempengaruhi pengeluaran pangan (Sanjur, 1982).

Suhardjo (2005) mengatakan jumlah anggota keluarga yang banyak

akan berakibat pada terbatasnya kemampuan kepada keluarga atau orang tua

dalam menyediakan makanan untuk semua anggota keluarga baik dari segi

kuantitas maupun kualitasnya, sedangkan menurut Adeladza (2009)

besarnya keluarga dapat menjadi faktor resiko terjadinya malnutrisi pada

anak di negara berkembang. Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak

dari rumah tangga yang besar lebih banyak yang mengalami gizi kurang.

Sumber daya yang tersedia jika anggota keluarga tersebut besar tidak

mencukupi untuk memenuhi kebutuhan anak seperti terbatasnya asupan

makanan pada anak.

Pada penelitian yang melihat hubungan antara jumlah anggota

keluarga dengan status gizi balita antara lain Miko (2003) dan Kulsum

(2005). Dari hasil penelitian Miko diketahui prevalensi gizi kurang pada

anak dengan jumlah anggota keluarga ≥ 5 orang (besar) lebih tinggi yaitu

35,9% dibandingkan anak dengan jumlah anggota kelurga ≤ 4 orang (kecil)

yaitu 9,1%. Pada penelitian Kulsum (2005) menunjukan hasil yang sama

diantaranya anak dengan jumlah anggota keluarga > 4 orang lebih banyak

menderita gizi kurang (70,8%) dibanding anak dengan jumlah anggota

keluarga ≤ 4 orang (29,2%).

Page 71: propsal skrpsi

48

Menurut penelitian Maryani (2010), diketahui bahwa ada hubungan

antara jumlah keluarga dengan perilaku konsumsi individu. Hal tersebut

menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan

semakin banyak pangan yang dikonsumsi dan pembagian makanan dalam

keluarga tersebut akan lebih sedikit dibandingkan dengan keluarga yang

jumlahnya sedikit

2. 4.11 Pendapatan Keluarga

Pendapatan adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam

membelanjakan pendapatannya dinilai berdasarkan kebutuhan ibunya.

Menurut Adisasmito (2007) mengatakan bahwa di Indonesia dan negara lain

menunjukan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kurang gizi

dengan kemiskinan. Kemiskinan merupakan penyebab pokok antara akar

masalah gizi buruk, proporsi anak gizi kurang dan gizi buruk berbanding

terbalik dengan pendapatan. Semakin kecil pendapatan penduduk, semakin

tinggi persentase anak yang kekurangan gizi sebaliknya semakin tinggi

pendapatan semakin kecil persentase gizi buruk.

Menurut Berg (1986) faktor pendapatan memiliki peranan yang

sangat besar dalam persoalan gizi dan kebiasaan makan setempat.

Ketersediaan pangan suatu keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat

pendapatan keluarga tersebut. Pendapatan merupakan rintangan orang-

orang yang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang diperluka,

namun keadaan yang meningkat tidak dengan sendirinya menjadikan

kondisi yang menunjang bagi keadaan gizi yang memadai, lebih lanjut

Page 72: propsal skrpsi

49

dikatakan bahwa tingkat pendapatan akan menentukan makanan apa yang

dibeli dengan uang tersebut. Dipertegas dengan Apriadji (1986) bahwa

keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat

memenuhi kebutuhan makanannya sejumlah yang diperlukan tubuh,

setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang kurang bisa dijamin,

karena dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak pilihan.

Semakin tinggi pendapatan, maka semakin bertambah peningkatan

pengeluaran untuk pangan termasuk buah-buahan, sayuran dan jenis

makanan lainnya. Pendapatan suatu keluarga akan mempengaruhi konsumsi

zat gizi bagi keluarga, rendahnya pengeluaran keluarga akan menurunkan

daya beli. Keluarga yang mempunyai pengeluran rendah, kemungkinan

balita yang dimilikinya akan mengalami gangguan gizi karena

ketidakmampuan keluarga untuk membeli zat-zat gizi yang dibutuhkan

(Depkes RI, 2000).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lutviana (2010)

mengatakan bahwa ada hubungan tingkat pendapatan dengan status gizi

balita karena penyebab utama gizi kurang pada anak balita adalah rendahnya

penghasilan kelurga dengan p value sbesar 0,004. Pada umumnya jika

pendapatan naik njumlah dan jenis makanan akan cenderung menbaik,

pendapatan keluarga akan mempengaruhi terhadap konsumsi sehari-hari.

Apabila pendapatan rendah maka makanan yang dikonsumsi tidak akan

Page 73: propsal skrpsi

50

mempertimbangkan nilai gizi, tetapi nilai materi lebih menjadi

pertimbangan.

2. 4.12 Status Kesehatan (Penyakit Infeksi)

Masalah gizi kurang yang tinggi dapat menyebabkan penurunan

kondisi kehidupan diantaranya menurunnya status kesehatan yang secara

tidak langsung memberikan akan meningkatkan angka kematian bayi,

terhambatnya pertumbuhan fisik dan mudah terserang penyaki infeksi,

kurang gizi juga dapat menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan

mental dan fungsi intelegensia, menghambat pertumbuhan mental serta

meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada balita. Makanan dan

penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Penyakit infeksi

pada tubuh balita akan mempengaruhi keadaan gizinya (Moehji, 1988).

Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan

yang kurang, tetapi juga penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan

tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang

Demikian pula pada anak yang tidak memperoleh cukup makan, maka daya

tahan tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit yang

kemudian diperkuat oleh teori Moehji (2003) yang menyebutkan bahwa

terjadinya penyakit infeksi akan mempengaruhi status gizi dan mempercepat

malnutrisi karena penyakit infeksi menyebabkan penyerapan zat gizi dari

makanan terganggu sehingga nafsu makan akan hilang dan mendorong

terjadinya gizi kurang.

Page 74: propsal skrpsi

51

Menurut Adeladza (2009) mengatakan bahwa terdapat interaksi

antara penyakit infeksi dengan status gizi. Penyakit infeksi dapat menjadi

penyebab menurunnya intake makanan, sedikitnya intake makanan atau

berkurangnya nutrient akibat muntah, diare malabsorbsi dan demam

berkepanjangan dapat menyebabkan defisiensi nutrien sehingga

konsekuensinya adalah pertumbuhan dan sistem imunitas anak akan

terganggu.

Infeksi juga merupakan faktor yang penting yang berpengaruh

terhadap terjadinya gizi kurang pada balita. Penelitian yang dilakukan oleh

Lutviana (2010) mengatakan bahwa ada hubungan antara penyakit infeksi

dengan gizi kurang terlihat dari 28 balita yang terkena penyakit infeksi, 6

diantaranya mengalami gizi kurang dan 22 balita yang terkena penyakit

infeksi, 16 diantaranya mengalami gizi kurang.

2.5 Kerangka Teori

Apriadji (1986) mangatakan bahwa status gizi seseorang di pengaruhi oleh

faktor gizi eksternal dan faktor gizi internal. Faktor gizi eksternal konsumsi

makanan, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan

pengetahuan tentang gizi, kebersihan lingkungan. Sedangkan faktor internal yaitu

umur, jenis kelamin, status kesehatan diperkuat dengan Adeladza (2009). Menurut

Suhardjo (2005) yang mempengaruhi status gizi kurang diantaranya konsumsi zat

gizi, pendidikan ibu, Pengetahuan gizi ibu, Jumlah anggota keluarga. Soetjiningsih

(1995) dan Sedioetama (2006) menerangkan bahwa jumlah anak dan umur ibu

mempengaruhi terjadinya status gizi balita.

Page 75: propsal skrpsi

52

Secara langsung, gizi kurang dipengaruhi oleh asupan makan yang tidak

seimbang dengan pengeluaran energi, selain itu ada beberapa hal penting yang

mempengaruhi secara tidak langsung seperti pola pengasuhan diantaranya pola asuh

makan karena secara tidak langsung pola asuh makan ini berpengaruh terhadap

balita untuk mengoptimalkan perkembangan fisik dan kondisi kesehatan (Fivi,

2006).

Page 76: propsal skrpsi

53

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Apriadji (1986) , Soekirman (1993), Soetjiningsih (1995), Achmad

Djaeni S. (2000), Suhardjo (2005), Sedioetama (2006). Fivi (2006) Adeladza (2009)

Karakteristik Ibu - Umur Ibu - Pekerjaan Ibu - Pendidikan Ibu - Pengetahuan Gizi Ibu

Karakteristik Anak - Umur - Jenis Kelamin

Status Kesehatan (Penyakit Infeksi)

Konsumsi Zat Gizi - Konsumsi Energi - Konsumsi Protein

Status Gizi

Karakteristik Keluarga - Jumlah anak - Jumlah anggota

keluarga - Pendapatan Keluarga

Pola Asuh Makan

Page 77: propsal skrpsi

54

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi. Kelompok ini

yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi dan jumlahnya

dalam populasi besar. Pada penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

Status gizi dipengaruhi oleh faktor langsung berupa asupan makanan/tingkat

konsumsi, sedangkan faktor tidak langsung berupa faktor sosial ekonomi yang meliputi

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan keluarga, pola asuh makan, pengetahuan gizi dan

karakteristik keluarga.

Berdasarkan dari kerangka teori diatas maka dibuat kerangka konsep dengan

variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini

yaitu status gizi kurang sedangkan variabel independen yaitu asupan makanan

diantaranya konsumsi energi dan konsumsi protein , Pola asuh makan diantaranya

pemberian makan, ASI ekslusif dan penyapihan. Karakteristik ibu diantaranya umur ibu,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pengetahuan gizi ibu. Karakteristik keluarga

diantaranya jumlah anak, pendapatan keluarga dan jumlah anggota keluarga.

Untuk karakteristik balita pada umur tidak dilakukan penelitian karena peneliti

sudah mengklasifikasikan secara spesifik sasarannya pada balita umur 24-59 bulan

Page 78: propsal skrpsi

55

sehingga homogen, sedangkan jenis kelamin tidak diikutsertakan dalam tujuan

penelitian ini karena jenis kelamin balita bukan merupakan suatu faktor resiko terlihat

tidak adanya faktor yang lebih dominan dilihat berdasarkan AKG untuk konsumsi energi

dan protein tidak apa pengklasifikasian antara laki-laki dan perempuan karena

berdasarkan konsumsinya baik laki-laki maupun perempuan dapat memungkinkan

terjadinya gizi kurang.

Page 79: propsal skrpsi

56

Bagan 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Status Gizi Kurang

Konsumsi Protein

Konsumsi Energi

Pola asuh Makan

Pengetahuan Gizi Ibu

Pendidikan Ibu

Pekerjaan Ibu

Jumlah Anak

Jumlah Anggota Keluarga

Pendapatan Keluarga

Umur Ibu

Page 80: propsal skrpsi

57

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.2

Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Dependen

No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Status gizi

Hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutrient output) akan zat gizi tersebut.

Antropometri dengan indeks BB/U

Timbangan 0. Kurang (Z-score -3 SD sampai dengan <-2 SD)

1. Baik (-2 SD sampai dengan 2 SD) (Kemenkes RI, 2011)

Ordinal

3.2.2 Variabel Independen No Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Konsumsi Energi Jumlah energi yang dikonsumsi balita yang diperoleh melalui makanan dengan food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif selama sehari, lebih dari sehari, seminggu, lebih dari seminggu dab dengan melihat jumlah berdasarkan URT dan gram.

Formulir semi-kuantitatif FFQ

Formulir semi-kuantitatif FFQ

0. Kurang (≤ 80% AKG)

1. Baik (> 80% AKG) (Depkes, 2005)

Ordinal

Page 81: propsal skrpsi

58

2 Konsumsi Protein Jumlah protein yang dikonsumsi balita yang diperoleh melalui makanan dengan food frequency questionnaire (FFQ) semi kuantitatif selama sehari, lebih dari sehari, seminggu, lebih dari seminggu dan dengan melihat jumlah berdasarkan URT dan gram.

Formulir semi-kuantitatif FFQ

Formulir semi-kuantitatif FFQ

0. Kurang (≤ 80% AKG)

1. Baik (> 80% AKG) (Depkes, 2005)

Ordinal

3 Pola Asuh Makan Praktek pengasuhan kepada anak sehari-hari berupa cara pemberian makanan yang meliputi pemberian makan, pemberian ASI ekslusif dan umur penyapihan

Wawancara Kuisioner 0. Tidak baik (≤ 80%) 1. Baik (> 80%)

(Hastono, 2001)

Ordinal

4 Umur Ibu Umur ibu pada saat dilakukan penelitian berdasarkan tahun tanggal lahir

Wawancara Kuisioner 0. jika umur ibu ≥ 20 tahun dan < 35 tahun

1. jika umur ibu antara 20-35 tahun.

Ordinal

5 Pendidikan Ibu Jenjang pendidikan formal tertinggi yang diselesaikan ibu responden

Wawancara Kuisioner 0. Rendah , jika pendidikan ibu paling tinggi tamat SMP

1. Tinggi, jika pendidikan ibu tamat SMA atau lebih (Arif, 2006)

Ordinal

6 Pekerjaan Ibu Kegiatan yang dilakukan ibu untuk menghasilkan uang

Wawancara Kuisioner 0. Bekerja 1. Tidak bekerja

(Hasbullah, 2001)

Ordinal

7 Pengetahuan Gizi Ibu

Tingkat penguasaan responden dalam menjawab

Wawancara Kuisioner 0. Kurang, jika jawaban benar (≤ 80%)

Ordinal

Page 82: propsal skrpsi

59

pertanyaan gizi yang diberikan seputar kurang gizi,ASI, manfaat makanan.

1. Baik, jika jawaban benar (> 80%)

(Khomsan, 2004)

8 Jumlah Anak Jumlah anak dalam satu keluarga pada saat dilakukan penelitian

Wawancara Kuisioner 0. > 2 orang 1. ≤ 2 orang

(Rosmana, 2003)

Ordinal

9 Pendapatan Keluarga

Pendapatan yang diperoleh oleh keluarga setiap bulan untuk memenuhi kebutuhan setiap hari

Wawancara Kuisioner 0. Kurang (≤ Rp 1.044.500/ bln)

1. Baik (> Rp 1.044.500/ bln) (UMP, Tangerang 2010)

Ordinal

10 Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah orang yang menetap dalam satu atap atau jumlah orang yang ditanggung dan tinggal dalam satu rumah tangga.

Wawancara Kuisioner 0. Besar (> 4 orang) 1. Kecil (≤ 4 orang)

(BPS, 1997)

Ordinal

Page 83: propsal skrpsi

60

3.3 Hipotesis

1. Ada hubungan antara konsumsi energi dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

2. Ada hubungan antara konsumsi protein dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

3. Ada hubungan antara pola asuh makan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

4. Ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

5. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

6. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

7. Ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-

59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

8. Ada hubungan antara jumlah balita dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

9. Ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia 24-

59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

10. Ada hubungan antara jumlah anggota keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia

24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

Page 84: propsal skrpsi

61

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Disain Penelitian

Penelitian ini menggunankan jenis penelitian kuantitatif dengan desain studi

cross sectional di mana pengukuran variabel independen dan variabel dependen

dilakukan pada waktu yang bersamaan. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui

faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pamulang Barat yang dilakukan di

Posyandu Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2011

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia 24-59 bulan yang ada

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 1786 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah anak usia 24-59 bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 125 orang.

Page 85: propsal skrpsi

62

a. Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji

hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu:

[ Z1- α /2√2P(1-P) + Z1-β√P1(1-P1)+P2(1-P2) ]2

n =

(P1-P2)2

Keterangan:

n = Besar sampel

Z1- α /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada

uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 5% = 1.96.

Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji 1- β, yaitu sebesar 80% = 0.84.

P = Proporsi rata-rata = (P1-P2)/2.

P1 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga

sedikit sebesar 0.182 ( Ruhana, 2008).

P2 = Proporsi balita yang status gizi kurang dengan jumlah anggota keluarga

banyak sebesar 0,421 ( Ruhana, 2008).

Dari hasil perhitungan di atas diperoleh jumlah sampel minimal

sebanyak 57 yang kemudian dikalikan dua menjadi 114 dengan pertimbangan

jumlah sampel yang missing, maka peneliti menambah 10% dari jumlah sampel

keseluruhan sehingga jumlah keseluruhan sampel yang akan diambil adalah 125

Page 86: propsal skrpsi

63

sampel. Karena balita umur 24-59 bulan tidak mampu menjawab pertanyaan pada

kuisioner, maka yang menjadi responden pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang

mempunyai anak usia 24-59 bulan dengan kriteria tidak sedang menderita

penyakit apapun pada saat dilakukan penelitian .

b. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel menggunakan metode proportional random sampling,

dengan menggunakan rumus di bawah ini :

Keterangan :

N = Jumlah populasi target

n = Jumlah sampel yang dibutuhkan

Ni = Jumlah populasi setiap posyandu

ni = Jumlah sampel yang dibutuhkan posyandu

ni = Ni x (n/N)

Page 87: propsal skrpsi

64

Tabel 4.1

Jumlah Sampel yang dibutuhkan setiap Posyandu

No Posyandu Jumlah

populasi

balita usia

24-59 bulan

setiap

Posyandu

Rumus Sampel Jumlah sampel

yang dibutuhkan

setiap Posyandu

1. Nusa Indah 125 orang 125 (125/1787) 9 orang

2. Cempaka 117 orang 117 (125/1787) 8 orang

3. Kenanga 58 orang 58 (125/1787) 4 orang

4. Mawar I 65 orang 65 (125/1787) 5 orang

5. Mawar II 150 orang 150 (125/1787) 10 orang

6. Anggrek 179 orang 179 (125/1787) 12 orang

7. Kemuning 47 orang 47 (125/1787) 3 orang

8. Melati I 153 orang 153 (125/1787) 10 orang

9. Melati II 95 orang 95 (125/1787) 7 orang

10. Puri Pam 97 orang 97 (125/1787) 7 orang

11. Sinar Pam 96 orang 96 (125/1787) 7 orang

12. Sedap

Malam

100 orang 100 (125/1787) 7 orang

13. Dahlia 95 orang 95 (125/1787) 7 orang

14. Aster 103orang 103(125/1787) 7 orang

15. Anyelir 97 orang 97 (125/1787) 7 orang

16. Sasmita 66 orang 66 (125/1787) 5 orang

17. Rose I 69 orang 69 (125/1787) 5 orang

18. Rose II 75 orang 75 (125/1787) 5 orang

Jumlah 1787 orang 125 orang

Sumber : Puskesmas Pamulang, 2011

Page 88: propsal skrpsi

65

4.4 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner,

timbangan, AKG dan food model. Mengunakan metode FFQ semi-kuantitatif mengenai

untuk mengetahui konsumsi zat gizi (konsumsi energi dan protein) dengan menggunakan

food model, Kuesioner digunakan untuk mengisi pertanyaan mengenai Pola asuh makan

, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga,

jumlah anggota keluarga dan penyakit infeksi Sedangkan food model digunakan untuk

memperkirakan ukuran makanan pada saat wawancara mengenai konsumsi energi dan

konsumsi protein dengan menggunakan FFQ semi-kuantitatif. Sedangkan timbangan

digunakan untuk mengetahui status gizi balita dengan menggunakan indeks antropometri

BB/U.

4.5 Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara bertahap. Responden yang terpilih diminta

kesediaannya untuk mengisi sendiri kuesioner, dan formulir FFQ semi-kuantitatif yang

telah dibagikan. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua jenis data, yaitu data

primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner, timbangan,

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), AKG dan food model untuk

memperoleh data primer. Sedangkan penelti yang digunakan dalam kuisioner berupa

pertanyaan-pertanyaan untuk menjawab variabel yang akan diteliti pada variabel

independennya.

Page 89: propsal skrpsi

66

2. Data Sekunder

Untuk data sekunder didapat dari data Puskesmas untuk jumlah balita yang ada

di wilayah kerja Puskesmas Pamulang .

4.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

komputer berupa software. Konsumsi energi dan protein pada balita diperoleh dari

formulir FFQ semi-kuantitatif yang selanjutnya akan diolah untuk mengetahui besarnya

konsumsi dan protein secara manual. Sedangkan untuk variabel pola asuh makan ,

pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan pengetahuan penyakit infeksi dilakukan dengan

menggunakan komputer.

Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer

dari variabel dependen dan variabel independen adalah sebagai berikut:

1. Editing data, yaitu kuisioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya,

sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer.

2. Coding data yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari

setiap pertanyaan dalam kuisioner.

a. Variabel konsumsi energi kode 0 jika jumlah “kurang ≤ 80% AKG” dan kode

1 jika “baik > 80% AKG”.

b. Variabel konsumsi protein kode 0 jika jumlah “kurang ≤ 80% AKG” dan kode

1 jika “baik > 80% AKG”.

Page 90: propsal skrpsi

67

c. Variabel pola asuh makan kode 0 “tidak baik” jika total skor dari jawaban

pertanyan ≤ 80% dan kode 1 “baik” jika skor dari jawaban pertanyaan > 80%

AKG.

d. Variabel umur ibu kode 0 jika umur ibu ≤ 20 tahun dan > 35 tahun dan kode

1 jika umur ibu antara 20-35 tahun.

e. Variabel pendidikan ibu kode 0 “rendah” jika pendidikan ibu tidak sekolah,

lulus SD dan lulus SMP dan kode 1 “tinggi” jika pendidikan ibu tamat SMA

atau lebih.

f. Variabel pekerjaan ibu kode 0 jika “ibu bekerja” dan 1 jika “ibu tidak

bekerja”.

g. Variabel pengetahuan gizi ibu kode 0 “kurang” jika jawaban benar ≤ 80% dan

kode 1 “baik” jika jawaban benar > 80%.

h. Variabel jumlah balita kode 0 jika > 2 orang dan kode 1 jika ≤ 2 orang.

i. Variabel pendapatan keluarga kode 0 jika ≤ Rp 1.044.500/bln dan kode 1 jika

> Rp 1.044.500.

j. Variabel jumlah anggota keluarga kode 0 “besar” jika > 4 orang dan kode 1

“kecil” jika ≤ 4 orang.

3. Structure data dan file data (data file), yaitu membuat tamplate sesuai dengan

format kuisioner yang digunakan

4. Entry data, yaitu dilakukan pemasukan data ke dalam tamplate yang telah dibuat.

5. Cleaning data, yaitu data yang telah di entry dicek kembali untuk memastikan

bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun

Page 91: propsal skrpsi

68

kesalahan dalam membaca kode. Dengan demikian diharapkan data tersebut benar-

benar siap untuk dianalisis.

4.7 Analisis Data

Analisa data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, analisis bivariat dan

analisis multivariat.

4.7.1 Analisa Data Univariat

Analisa data univariat pada penelitian ini digunakan untuk menganalisis,

variabel dependen yaitu status gizi kurang maupun variabel independen yaitu

konsumsi energi, konsumsi protein, pola asuh makan, umur ibu, pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga dan jumlah

anggota keluarga yang kemudian nantinya akan dimasukan ke dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi.

4.7.2 Analisa Data Bivariat

Analisa data bivariat dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan yang

antara variabel dependen dengan variabel independen yaitu status gizi kurang

dengan konsumsi energi, konsumsi protein, pola asuh makan, umur ibu,

pendidikan ibu dan pekerjaan ibu.

Pada analisa ini digunakan uji chi square dengan rumus:

∑ (O - E)2

X2 =

E

Page 92: propsal skrpsi

69

Keterangan:

X2 = Chi square

O = Nilai observasi

E = Nilai Ekspektasi (Nilai Harapan)

Secara statistik dalam penelitian ini disebut ada hubungan yang bermakna

atau signifikan antara variabel independen dan variabel dependen yaitu apabila

nilai P value ≤ 0,05. Namun apabila nilai P value > 0,05 maka berarti antara

variabel dependen dan variabel independen tidak ada hubungan yang bermakna.

4.7.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang paling

dominan yang berhubungan dengan variabel dependen. Variabel yang secara

bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna dilanjutkan dengan uji multivariat

menggunakan uji regresi logistik berganda karena variabel dalam penelitian ini

berbentuk kategorik. Model yang digunakan dalam uji ini yaitu model prediksi,

karena pada model prediksi semua variabel independen dianggap penting. Oleh

karena itu proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa koefisien regresi

logistik.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisi multivariat adalah sebagai berikut

a. Tahap Pertama seleksi kanidat model multivariat, dengan melakukan analisis

bivariat antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen.

Page 93: propsal skrpsi

70

Bila hasil dari uji bivariatnya mempunyai nilai p < 0,25 maka variabel

tersebut dapat masuk model multivariat. Untuk variabel independen nilai P >

0,25 namun secara substansi penting, maka variabel tersebut diikutsertakan

dalam analisis multivariat.

b. Tahap yang kedua yaitu pemodelan multivariat, pada tahap ini variabel yang

masuk ke dalam kandidat model multivariat dianalisis secara besamaan.

Variabel yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai

nilai p ≤ 0,05. Apabila di dalam model ditemui nilai p > 0,05 maka variabel

tersebut harus dikeluarkan dari model.

c. Tahap yang ketiga adalah dengan melakukan uji interaksi. Penentuan uji

interaksi pada variabel independen dilakukan melalui pertimbangan logika

substantif. Pengukuran interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik. Bila

variabel pada uji interaksi mempunyai nilai yang bermakna, maka variabel

tersebut dikutsertakan dalam model.

d. Tahap selanjutnya adalah pemodelan akhir yaitu variabel yang memiliki nilai

P ≤ 0,05 diikutsertakan dalam analisis multivariat dan dilihat yang memiliki

nilai Odds Ratio (OR) paling tinggi maka variabel tersebut adalah variabel

independen yang paling dominan dalam mempengaruhi variabel dependen.

Page 94: propsal skrpsi

71

BAB V

HASIL

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

5.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas Pamulang terletak di wilayah Kecamatan Pamulang dan

mempunyai luas wilayah 2788.718 ha. Sedangkan untuk Kelurahan

Pamulang Barat adalah merupakan salah satu dari empat Kelurahan yang ada

dilingkup Puskesmas Pamulang.

Batas-batas wilayah Kelurahan Pamulang Barat adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat.

- Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Serpong dan Kecamatan

Cisauk

- Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor

- Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor.

5.1.2 Keadaan Demografi

Tingkat pendidikan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pamulang

yaitu perguruan tinggi, SLTA, SLTP, SD, tidak/ belum tamat SD dan Tidak/

belum pernah sekolah. Adapun jumlah penduduk menurut tingkat

pendidikannya pada tabel 5.1 yaitu

Page 95: propsal skrpsi

72

Tabel 5.1

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2009

Sumber : Data Puskesmas Pamulang (2009)

Berdasarkan tabel 5.1 menurut tingkat pendidikan di wilayah kerja

Puskesmas paling banyak tingkat pendidikannya yaitu tidak atau belum tamat

SD sebanyak 37683 orang

Tabel 5.2 Distribusi penduduk dari umur 0-9 tahun di Kelurahan

Pamulang Barat Tahun 2011

Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah 0-4 5-9

2355 1756

2417 1788

4772 3544

Total 4111 4205 8316 Sumber : Data Kelurahan Pamulang Barat (2011)

Berdasarkan tabel 5.2 distribusi penduduk dari usia 0-9 di Kelurahan

Pamulang Barat sebagian besar perempuan yaitu 4205 orang dan laki-laki

4111 orang.

No Tingkat Pendidikan Jumlah 1 Perguruan Tinggi 18596 2 SLTA/MA 57687 3 SLTP/MTs 47266 4 SD/MI 7169 5 Tidak/Belum Tamat SD 37683 6 Tidak/Belum Pernah Sekolah 2527

Page 96: propsal skrpsi

73

5.1.3 Gambaran Umum Posyandu di Kelurahan Pamulang Barat

Kelurahan Pamulang Barat memiliki 18 Posyandu yang tersebar di

wilayah kerja Pamulang Barat. Berikut mengenai 18 Posyandu yaitu :

Tabel 5.3 Jumlah Populasi Posyandu di Kelurahan Pamulang Barat tahun

2011

Sumber : Data Puskesmas Pamulang (2011)

5.2 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran dari variabel yang

diteliti. Pada analisis univariat ini ditampilkan distribusi frekuensi dari masing-

No Posyandu Jumlah populasi balita usia 24-59 bulan di setiap

Posyandu 1. Nusa Indah 125 orang 2. Cempaka 117 orang 3. Kenanga 58 orang 4. Mawar I 65 orang 5. Mawar II 150 orang 6. Anggrek 179 orang 7. Kemuning 47 orang 8. Melati I 153 orang 9. Melati II 95 orang 10. Puri Pam 97 orang 11. Sinar Pam 96 orang 12. Sedap Malam 100 orang 13. Dahlia 95 orang 14. Aster 103orang 15. Anyelir 97 orang 16. Sasmita 66 orang 17. Rose I 69 orang 18. Rose II 75 orang Jumlah 1787 orang

Page 97: propsal skrpsi

74

masing variabel, baik variabel independen maupun variabel dependen. Hasil dari

analisis univariat adalah sebagai berikut.

5.2.1 Gambaran Status Gizi

Gambaran distribusi status gizi anak usia 24-59 bulan dibagi menjadi

dua kategori yaitu kurang (jika Z-score -3 SD sampai dengan < -2SD) dan

Baik (jika -2 SD sampai dengan 2 SD) dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut ini

Tabel 5.4 Distribusi Status Gizi Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Status Gizi Jumlah (n) % Kurang

Baik 46 79

36,8 63,2

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui bahwa dari 125 responden ibu

yang mempunyai anak usia 24-59 bulan yang status gizi baik yaitu 79 orang

(63,2%), lebih banyak dari status gizinya kurang yaitu 46 orang (36,8%).

5.2 2 Gambaran Konsumsi Energi

Gambaran distribusi konsumsi energi pada anak usia 24-59 bulan

dibagi menjadi dua kategori yaitu konsumsi energi kurang (≤ 80% AKG)

dan konsumsi energinya baik jika mencukupi (> 80% AKG) dapat dilihat

pada tabel 5.5 berikut ini :

Page 98: propsal skrpsi

75

Tabel 5.5 Distribusi Konsumsi Energi Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Konsumsi Energi Jumlah (n) % Kurang

Baik 58 67

46,4 53,6

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 125 responden, responden

yang konsumsi energinya baik yaitu 67 orang (53,6%) lebih banyak dari pada

yang konsumsi nya kurang yaitu 58 orang (46,4%)

5.2 3 Gambaran Konsumsi Protein

Gambaran distribusi konsumsi protein pada anak usia 24-59 bulan

dibagi menjadi dua kategori yaitu konsumsi protein kurang (≤ 80% AKG)

dan konsumsi protein baik jika mencukupi (> 80% AKG) dapat dilihat pada

tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Distribusi Konsumsi Protein Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Konsumsi Protein Jumlah (n) % Kurang

Baik 55 70

44,0 56,0

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 125 responden, responden

yang konsumsi protein kurang yaitu 55 orang (44,0%) lebih banyak dari

responden yang konsumsi proteinnya baik yaitu 70 orang (56,0%).

Page 99: propsal skrpsi

76

5.2 4 Gambaran Pola Asuh Makan

Gambaran distribusi pola asuh makan anak usia 24-59 bulan dibagi

menjadi dua kategori yaitu yaitu tidak baik (jika ≤ 80% ) dan baik (jika >

80% AKG) dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut ini :

Tabel 5.7 Distribusi Pola asuh Makan Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pola Asuh Makan Jumlah (n) % Tidak Baik

Baik 69 56

55,2 44,8

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 125 responden, responden

yang pola asuh makannya tidak baik yaitu 69 orang (55,2 %) lebih banyak

dari responden yang pola asuh makan baik yaitu 56 orang (44,8 %).

5.2.5 Gambaran Umur Ibu

Gambaran distribusi umur ibu anak usia 24-59 bulan dibagi menjadi

dua kategori yaitu (jika umur ibu ≤ 20 tahun dan >35 tahun) dan (jika umur

ibu antara 20-35 tahun) dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut ini :

Tabel 5.8 Distribusi Umur Ibu Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Umur Ibu Jumlah (n) % ≤ 20 tahun dan >35 tahun

20-35 tahun 24 101

19,2 80,8

Total 125 100

Page 100: propsal skrpsi

77

Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 125 responden, responden

yang umur 20-35 tahun yaitu 101 orang (80,8 %) lebih banyak dari pada

responden yang umurnya (≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun) yaitu 24 orang (19,2

%).

5.2.6 Gambaran Pendidikan Ibu

Gambaran distribusi pendidikan anak usia 24-59 bulan dibagi

menjadi dua kategori yaitu rendah (jika pendidikan ibu paling tinggi tamat

SMP) dan tinggi (jika pendidikan ibu tamat SMA atau lebih) dapat dilihat

pada tabel 5.9 berikut ini :

Tabel 5.9 Distribusi Kategori Pendidikan Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pendidikan Jumlah (n) % Rendah Tinggi

54 71

43,2 56,8

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 125 responden, responden

yang pendidikannya tinggi yaitu 71 orang (56,8%) lebih banyak dari

responden yang pendidikannya rendah yaitu 54 orang (43,2%). Berikut

distribusi pendidikan ibu dapat dilihat dalam tabel berikut :

Page 101: propsal skrpsi

78

Tabel 5.10 Distribusi Pendidikan Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pendidikan Jumlah (n) % Tamat SD

Tamat SMP Tamat SMA

Tamat Perguruan Tinggi

3 51 66 5

2,4 40,8 52,8

4 Total 125 100

Gambaran tabel 5.10 analisis distribusi pendidikan ibu dari masing-

masing responden berdasarkan hasil penelitian yang pendidikannya tamat

SD 3 orang (2,4%), tamat SMP 51 orang (40,8%), tamat SMA 66 (52,8%)

dan Tamat perguruan tinggi 5 orang (4%).

5.2.7 Gambaran Pekerjaan Ibu

Gambaran distribusi pekerjaan ibu anak usia 24-59 bulan dibagi

menjadi dua kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja dapat dilihat pada tabel

berikut ini :

Tabel 5.11 Distribusi Kategori Pekerjaan Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pekerjaan Ibu Jumlah (n) %

Bekerja Tidak Bekerja

31 94

24,8 75,2

Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 125 responden,

responden yang tidak bekerja yaitu 94 orang (75,2%) lebih banyak dari

responden yang bekerja yaitu 31 orang (24,8%). Setelah dilakukan analisis

Page 102: propsal skrpsi

79

jenis pekerjaan yang diketahui jenis pekerjaan dari masing-masing ibu yang

bekerja terrlihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.12 Distribusi Jenis Pekerjaan Ibu Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Jenis Pekerjaan Ibu Jumlah (n) % Pegawai Swasta

Pedagang Guru Buruh PNS

11 7 5 4 4

35,4 22,5 16,1 12,9 12,9

Total 31 100

Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari jumlah total responden

yang bekerja, sebanyak 35,4% bekerja yang paling banyak sebagai pegawai

swasta.

5.2.8 Gambaran Pengetahuan Gizi Ibu

Gambaran distribusi pengetahuan ibu anak usia 24-59 bulan dibagi

menjadi dua kategori yaitu kurang (jika jawaban benar ≤ 80%) dan baik (jika

jawaban benar > 80%) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.13 Distribusi Pengetahuan Gizi Ibu pada Anak Usia 24-59 Bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pengetahuan Gizi Ibu Jumlah (n) % Kurang

Baik 76 49

60,8 39,2

Total 125 100

Page 103: propsal skrpsi

80

Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 125 responden,

responden pengetahuannya kurang yaitu 76 orang (60,8%) lebih banyak dari

responden yang pengetahuannya baik yaitu 49 orang (39,2 %).

5.2.9 Gambaran Jumlah Anak

Gambaran distribusi jumlah anak usia 24-59 bulan dibagi menjadi dua

kategori yaitu > 2 orang dan ≤ 2 orang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.14 Distribusi Jumlah Ibu yang Mempunyai Anak Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun

2011

Jumlah Anak Jumlah (n) % >2 Orang ≤ 2 Orang

30 95

24,0 76.0

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari 125 responden,

responden jumlah anaknya ≤ 2 Orang yaitu 95 orang (76,0%) lebih banyak

dari responden yang jumlah anaknya > 2 Orang yaitu 30 orang (24,0%).

5.2.10 Gambaran Pendapatan Keluarga

Gambaran distribusi pendapatan keluarga anak usia 24-59 bulan

dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang (jika ≤ Rp 1.044.500) dan lebih

(jika > Rp 1.044.500) dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Page 104: propsal skrpsi

81

Tabel 5.15 Distribusi Pendapatan Keluarga Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Pendapatan Keluarga Jumlah (n) %

Kurang Baik

52 73

41,6 58,4

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa dari 125 responden,

responden pendapatan keluarganya baik yaitu 73 orang (41,6%) lebih banyak

dari responden pendapatan keluarganya kurang yaitu 52 orang (58,4 %).

5.2.11 Gambaran Jumlah Anggota Keluarga

Gambaran distribusi jumlah anggota keluarga pada anak usia 24-59

bulan dibagi menjadi dua kategori yaitu besar (jika > 4 orang) dan lebih (jika

≤ 4 orang) dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.16 Distribusi Jumlah Anggota Keluarga Pada Anak Usia 24-59 Bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Jumlah Anggota Keluarga Jumlah (n) % Besar Kecil

47 78

37,6 62,4

Total 125 100

Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa dari 125 responden,

responden jumlah anggota keluarganya kecil yaitu 78 orang (62,4%) lebih

banyak dari responden yang jumlah anggota keluarganya besar yaitu 47

orang (37,6 %).

Page 105: propsal skrpsi

82

5.3 Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen dengan menggunakan analisis uji Chi-

Square. Melalui uji Chi-Square akan diperoleh nilai p di mana dalam penelitian ini

digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel

dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05 dan dikatakan bermakna jika

mempunyai nilai P > 0,05.

5.3.1 Hubungan antara Konsumsi Energi dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara konsumsi energi dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.17 Analisis Hubungan antara Konsumsi Energi dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Konsumsi Energi

Status Gizi Total

P-

Value Kurang Baik

N % N % N % 0.016 Kurang 28 48,3 30 51,7 58 100

Baik 18 26,9 49 73,1 67 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.17 hasil analisis hubungan antara konsumsi

energi dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 58

Page 106: propsal skrpsi

83

responden yang konsumsi energinya kurang, terdapat 28 responden (48,3%)

yang status gizinya kurang, sedangkan dari 67 responden yang konsumsi

energinya baik, terdapat 18 responden (26,9%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,016

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi

energi dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.2 Hubungan antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisi bivariat antara konsumsi protein dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.18 Analisis Hubungan antara Konsumsi Protein dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Konsumsi Protein

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0.040 Kurang 26 47,3 29 52,7 55 100

Baik 20 28,6 50 71,4 70 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.18 hasil analisis hubungan antara konsumsi

protein dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 55

responden yang konsumsi proteinnya kurang, terdapat 26 responden

Page 107: propsal skrpsi

84

(47,3%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 70 responden yang

konsumsi energinya baik, terdapat 20 responden (28,6 %) yang status

gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,040

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi

protein dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.3 Hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara pola asuh makan dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.19 Analisis Hubungan antara Pola Asuh Makan dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Pola Asuh Makan

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0,042 Tidak Baik 31 44,9 38 55,1 69 100

Baik 15 26,8 41 70,7 73,2 56 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.19 hasil analisis hubungan antara pola asuh

makan dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 69

responden yang pola asuh makannya tidak baik, terdapat 31 responden

Page 108: propsal skrpsi

85

(44,9%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 56 responden yang pola

asuh makannya baik, terdapat 15 responden (26,8%) yang status gizinya

kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,042

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh

makan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.4 Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia

24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan status gizi kurang

pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.20 Analisis Hubungan antara Umur Ibu dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Umur Ibu Status Gizi Total

P-Value Kurang Baik N % N % N %

0,350 ≤ 20 tahun dan >35 tahun

11 45,8 13 54,2 24 100

20-35 tahun 35 34,7 66 65,3 101 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.20 hasil analisis hubungan antara umur ibu

dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 24 responden

yang umur ibu nya ≤ 20tahun dan > 35 tahun , terdapat 11 responden

Page 109: propsal skrpsi

86

(45,8%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 101 responden yang

umur ibunya 20-35 tahun, terdapat 35 responden (34,7%) yang status

gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,350

(> 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara umur

ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.5 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.21 Analisis Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Pendidikan Ibu

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0,137 Rendah 24 44,4 30 55,6 54 100

Tinggi 22 31,0 49 69,0 71 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.21 hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu

dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 54 responden

yang pendidikan ibunya rendah, terdapat 24 responden (44,4%) yang status

Page 110: propsal skrpsi

87

gizinya kurang, sedangkan dari 71 responden yang pendidikan ibunya

tinggi, terdapat 22 responden (31,0%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,137

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pendidikan ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.6 Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara pekerjaan ibu dengan status gizi kurang

pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.22 Analisis Hubungan antara Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Pekerjaan Ibu Status Gizi Total

P-Value Kurang Baik N % N % N %

0,056 Bekerja 16 51,6 15 48,4 31 100 Tidak Bekerja 30 31,9 64 68,1 94 100

Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.22 hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu

dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 31 responden

yang pekerjaan ibunya bekerja, terdapat 16 responden (51,6%) yang status

Page 111: propsal skrpsi

88

gizinya kurang, sedangkan dari 94 responden yang pekerjaan ibunya tidak

bekerja, terdapat 30 responden (31,9%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,056

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.7 Hubungan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.23 Analisis Hubungan antara Pengetahuan Gizi Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Pengetahuan Gizi Ibu

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0.002 Kurang 36 47,4 40 52,6 76 100

Baik 10 20,4 39 79,6 49 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.23 hasil analisis hubungan antara pengetahuan

gizi ibu dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 76

responden yang pengetahuan gizi ibunya kurang, terdapat 36 responden

(47,4%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 49 responden yang

Page 112: propsal skrpsi

89

pengetahuan gizi ibunya baik, terdapat 10 responden (20,4%) yang status

gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,002

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

gizi ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.8 Hubungan antara Jumlah Anak dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara jumlah anak dengan status gizi kurang

pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang

Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.24 Analisis Hubungan antara Jumlah Anak dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Jumlah Anak Status Gizi Total

P-Value Kurang Baik N % N % N %

0,828 > 2 Orang 10 33,3 20 66,7 30 100 ≤ 2 Orang 36 37,9 59 62,1 95 100

Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.24 hasil analisis hubungan antara jumlah anak

dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 30 responden

yang jumlah anak yang ≥ 2 orang, terdapat 10 responden (33,3%) yang

Page 113: propsal skrpsi

90

status gizinya kurang, sedangkan dari 95 responden yang jumlah anaknya ≤

2 orang, terdapat 36 responden (37,9%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,828

(> 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pengetahuan gizi ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.9 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Kurang

pada Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara pendapatan keluarga dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.25 Analisis Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Pendapatan Keluarga

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0,347 Kurang 22 42,3 30 57,7 52 100

Baik 24 32,9 49 67,1 73 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.25 hasil analisis hubungan antara pendapatan

keluarga dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 52

responden yang pendapatan keluarganya kurang, terdapat 22 responden

(42,3%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 73 responden yang

Page 114: propsal skrpsi

91

pendapatan keluaraganya baik, terdapat 24 responden (32,9%) yang status

gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,347

(> 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pendapatan keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.3.10 Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi

Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan

Hasil analisis bivariat antara jumlah anggota keluarga dengan status

gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.26 Analisis Hubungan antara Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang

Barat Kota Tangerang selatan Tahun 2011

Jumlah Anggota Keluarga

Status Gizi Total P-Value Kurang Baik

N % N % N % 0,568 Besar 19 40,4 28 59,6 47 100

Kecil 27 34,6 51 65,4 78 100 Total 46 36,8 79 63,2 125 100

Berdasarkan tabel 5.26 hasil analisis hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa

dari 47 responden yang jumlah anggota keluarganya besar, terdapat 19

responden (40,4%) yang status gizinya kurang, sedangkan dari 81 responden

Page 115: propsal skrpsi

92

yang jumlah anggota keluaraganya kecil, terdapat 27 responden (34,6%)

yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,568

(> 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

5.4 Analisis Multivariat

Analisis Multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling

dominan yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatah tahun 2011. Analisis yang

digunakan pada penelitian ini yaitu uji regresi logistik berganda dengan model

prediksi yaitu cara menseleksi variabel independennya. Tahapan yang dilakukan

dalam analisis multivariat ini adalah sebagai berikut.

5.4.1 Seleksi Kanidat Model Univariat

Seleksi kanidat model multivariat, dengan melakukan analisis bivariat

antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependen. Bila

hasil dari uji bivariatnya mempunyai nilai p ≤ 0,25 maka variabel tersebut

dapat masuk model multivariat dan secara substansi variabel tersebut

berhubungan, maka variabel itu tetap dimasukan ke dalam kandidat model

multivariat. Hasil pemilihan kandidat yang dimasukan ke dalam model dapat

dilihat dalam tabel berikut :

Page 116: propsal skrpsi

93

Tabel 5.27 Kandidat Variabel Independen yang Masuk Ke dalam Model Multivariat

No Variabel P-Value 1. 2. 3 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Konsumsi Energi Konsumsi Protein Pola Asuh Makan Umur Ibu Pendidikan Ibu Pekerjaan Ibu Pengetahuan Gizi Ibu Jumlah Anak Pendapatan Keluarga Jumlah Anggota Keluarga

0,016 * 0,040* 0,042* 0,350 0,137* 0,056* 0,002* 0,828 0,347 0,568

Berdasarkan tabel 5.27 diperoleh bahwa dari 10 variabel, setelah

dilakukan analisis bivariat terdapat 6 variabel yang memiliki P ≤ 0,25 dan

secara teori dan substansi variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap

status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. Dengan demikian terdapat 6

variabel yang masuk ke dalam kandidat model multivariat yaitu konsumsi

energi, konsumsi protein, pola asuh makan, pendidikan ibu, pekerjaan ibu

dan pengetahuan gizi ibu.

5.4.2 Pembuatan Model Prediksi

Pada pembuatan model prediksi, selanjutnya variabel independen itu

akan dianalisis secara bersama-sama dengan variabel dependen. Variabel

yang valid dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai p

< 0,05. Apabila di dalam model ditemukan nilai p > 0,05 maka variabel

Page 117: propsal skrpsi

94

tersebut harus dikeluarkan dari model yang dilakukan secara bertahap yang

pertama dikeluarkan jika nilap p terbesar.

Tabel 5.28 Hasil Pemodelan Prediksi Status Gizi Kurang

Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 Konsumsi Energi Konsumsi Protein Pola Asuh Makan Pendidikan Ibu Pekerjaan Ibu Pengetahuan Gizi Ibu

0,038 0,153 0,502 0,081 0,211 0,012

0,044 0,193

- 0,080 0,209 0,006

0,027 0,117

- 0.087

- 0,006

0.032 - -

0,082 -

0,002

0,018 - - - -

0,004

Berdasarkan tabel 5.28 diketahui bahwa hasil pemodelan prediksi

status gizi kurang dihasilkan 6 model. Pada model pertama terdapat satu

variabel yang menunjukan p ≤ 0,05 yaitu variabel pengetahuan gizi ibu.

Sedangkan lima variabel lain menunjukan p > 0,05 yaitu variabel konsumsi

energi, konsumsi protein, pola asuh makan, pendidikan ibu dan pekerjaan

ibu. Kemudian dari lima variabel p nya paling besar dikeluarkan yaitu

variabel pola asuh makan,kemudian dilakukan analisis model ke dua hasil

analisis menunjukan bahwa variabel konsumsi energi menunjukan p > 0,05

sehingga pada analisis selanjutnya tidak dimasukan ke dalam model,

kemudian di analisis kembali model ke tiga yang menunjukan dari empat

variabel yaitu variabel konsumsi energi, konsumsi protein, pendidikan ibu

dan pengetahuan gizi ibu yang menunjukan p > 0,05 yaitu variabel pekerjaan

ibu sehingga pada model selanjutnya tidak di masukan ke dalam model,

Kemudian dianalisis kembali untuk model yang terakhir yaitu pemodelan ke

Page 118: propsal skrpsi

95

lima, hasil analisis menunjukan bahwa variabel konsumsi energi dan

pengetahuan gizi ibu memiliki p value 0,018 dan 0,004. Hal ini menunjukan

bahwa variabel konsumsi energi dan variabel pengetahuan gizi ibu diduga

memiliki hubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di

Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangetang Selatan tahun 2011.

5.4.3 Uji Interaksi

Uji interaksi digunakan untuk mengetahui interaksi antar variabel,

pada uji interaksi pemilihan variabel yang berinteraksi antara variabel

independen didasarkan pada substansi. Variabel yang mungkin dapat

berinteraksi adalah variabel konsumsi energi dan variabel pengetahuan gizi

ibu Hasil uji interaksi dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.29

Hasil Uji Interaksi

Variabel P-Value

Konsumsi Energi*Pengetahuan Gizi Ibu

0,093

Berdasarkan tabel 5.29 diketahui bahwa hasil uji interaksi antara

konsumsi energi dengan pengetahuan gizi dipereoleh p-value sebesar 0,093

ini dapat menunjukan bahwa tidak ada interaksi antara variabel konsumsi

enargi dengan variabel pengetahuan gizi ibu karena p-value > 0,05.

Page 119: propsal skrpsi

96

5.4.4 Penyusunan Model Terakhir

Setelah dilakukan analisis ternyata variabel yang menjadi peluang

dalam status gizi kurang antara lain yaitu konsumsi enargi dan pengetahuan

gizi ibu. Model dari analisis dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.30 Model Akhir Analisis Multivariat Status Gizi Kurang

Variabel B Wald P wald OR (95% CI) Konsumsi Energi

Pengetahuan Gizi Ibu

0,937

1,259

5,595

8,497

0,018

0,004

2,552 (1,174-5,546)

3,523 (1,511-8,215)

Constant - 0,370

R Square = 0,117

Berdasarkan tabel 5.30 diketahui bahwa variabel konsumsi energi

dan variabel pengetahuan gizi ibu diduga memiliki hubungan dengan status

gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. Berdasarakan tabel terlihat bahwa

nilai OR dari masing-masing variabel yang diketahui bahwa variabel

pengetahuan gizi ibu mempunyai nilai OR paling besar dari variabel

konsumsi enargi sehingga dapat diasumsikan bahwa variabel pengetahuan

gizi ibu paling besar pengaruhnya terhadap terjadinya status gizi kurang pada

usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan

tahun 2011. Karena semakin besar nilai OR nya maka akan semakin besar

pengaruhnya terhadap variabel dependennya yaitu status gizi kurang.

Page 120: propsal skrpsi

97

Hasil analisis diperoleh bahwa nilai OR konsumsi energi 2,552

artinya semakin konsumsi energi anak kurang maka berpeluang untuk

terjadinya status gizi kurang 2,552 sebesar kali dibandingkan dengan anak

yang mengkonsumsi energi baik, sedangkan variabel pengetahuan gizi ibu,

berdasarkan analisis yang dilakukan didapat nilai OR utuk pengetahuan gizi

ibu adalah 3,523 artinya semakin kurang pengetahuan gizi balita maka

berpeluang untuk terjadinya status gizi kurang sebesar 3,523 kali

dibandingkan dengan pengetahuan gizinya baik dengan status gizi baik.

Berdasarkan Analisis didapat koefisien determinan (R square)

menunjukan nilai 0,117 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat

menjelaskan 11,7% variasi variabel dependen status gizi pada usia 24-59

bulan, dengan demikian variabel konsumsi energi dan pengetahuan gizi ibu

hanya dapat menjelaskan status gizi sebesar 17,9% sedangkan 88,3%

dijelaskan oleh variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti oleh peneliti.

Page 121: propsal skrpsi

98

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Keterbatasan Penelitian

6.1.1 Keterbatasan Desain Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan desain cross sectional,

dengan menggunakan desain ini masih belum dapat menentukan hubungan

antara sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen.

6.1.2 Keterbatasan Variabel Penelitian

Kerangka konsep pada penelitian ini hanya menghubungkan faktor –

faktor yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan variabel dependen,

sehingga masih ada kemungkian variabel lain yang belum masuk dalam

kerangka konsep seperti faktor budaya, budaya pantang makan.

6.1.3 Keterbatasan Pengumpulan Data

Keterbatasan – keterbatasan yang perlu diketahui dalam pengumpulan data

adalah:

1. Pada saat pengambilan data kuisioner, ada responden yang mengisinya

dilakukan dengan bersama-sama serta ada yang membawa pulang

kuisioner sehingga dikhawatirkan jawaban yang dijawab oleh responden

bukanlah jawaban dari responden itu sendiri melaikan adanya intervensi

dari orang lain baik secara langssung ataupun tidak langsung.

Page 122: propsal skrpsi

99

2. Pada data konsumsi pangan, untuk mendapatkan data konsumsi energi

dan konsumsi protein. Peneliti menggunakan FFQ semikuantitatif

dengan cara

responden mengingat kembali apa yang dimakan selama

sehari,seminggu dan sebulan. Untuk melihat frekuensi makan dan jumlah

makanan yang dikonsumsi oleh balita, sehingga keterbatasannya

tergantung oleh daya ingat responden akan tetapi untuk meminimalisir

yaitu dengan menggunakan food model serta mengestimasi bahan

makanan ke dalam ukuran berat pada saat dilakukan wawancara. Serta

keterbatasannya pada FFQ semikuantitatif pengelolaan datanya dilakukan

melakukan nutri survey indonesia ada yang memiliki kelemahan antara

lain, tidak semua jenis bahan makanan yang dikonsumsi oleh responden

bisa dianalisis dengan program tersebut sehingga peneliti melakukan

dengan nutri survey indonesia dan cara manual

6.2 Gambaran Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan

Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang

dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta

menghasilkan energi. Nutrition status adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan

dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2001). Sedangkan menurut Almatsier

Page 123: propsal skrpsi

100

(2001) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan

penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status gizi kurang, baik dan lebih.

Status gizi adalah kondisi tubuh akibat dari pemakaian, penyerapan dan

penggunaan makanan di dalam tubuh. Berat badan merupakan salah satu

parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif

terhadap perubahan yang mendadak.

Gambaran status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan berdasarkan

antropometri BB/U dibagi menjadi dua kategori yaitu kurang (jika Z-score -3SD

sampai dengan < -2SD) dan Baik (jika -2 SD sampai dengan 2 SD). Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa dari 125 responden ibu yang mempunyai anak

usia 24-59 bulan yang status gizi baik yaitu 79 orang (63,2%), lebih banyak dari

status gizinya kurang yaitu 46 orang (36,8%).

Beberapa teori dan dari hasil penelitian telah menyatakan bahwa ada

beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan diantaranya konsumsi energi, konsumsi protein, pola asuh makan, umur ibu,

jumlah anak, jumlah anggota keluarga, pengetahuan gizi ibu, pendapatan

keluarga, pendidikan dan status pekerjaan. Akan tetapi berdasarkan analisis yang

berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan yaitu variabel

konsumsi energi, variabel konsumsi protein, variabel pola asuh makan dan

variabel pengetahuan gizi ibu, dari hasil analisis ini menunjukan bahwa variabel

yang sangat berpengaruh langsung berperan terhadap status gizi kurang yaitu

Page 124: propsal skrpsi

101

6.3 Analisis Bivariat Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang

Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

6.3.1 Hubungan Konsumsi Energi dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia

24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Energi merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, lemak dan

protein yang berfungsi sebagai sumber tenaga untuk metabolisme

pertumbuhan dan sebagai sumber tenaga. Konsumsi energi diperoleh dari

sumber protein dan karbohidrat. Sumber protein dan karbohidrat

menyumbangkan bagi tubuh sebesar 4 kkal dan sumber energi dari lemak

lebih tinggi yaitu 9 kkal. Konsumsi energi tubuh yang paling besar diperoleh

dari konsumsi makanan sumber karbohidrat.

Hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi

energi dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan dengan p

value= 0,036. Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari 58

responden yang konsumsi energinya kurang, terdapat 28 responden (48,3%)

yang status gizinya kurang, sedangkan dari 67 responden yang konsumsi

energinya baik, terdapat 18 responden (26,9%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,016

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara konsumsi

energi dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. Hasil

penelitian ini sejalan dengan (Lutviana, 2010) bahwa ada hubungan yang

bermakna antar tingkat konsumsi energi dengan statu gizi balita dengan p

Page 125: propsal skrpsi

102

value = 0,001. Hal ini sesuai dengan teori Almatsier (2002) yang

menyatakan bahwa gizi kurang pada anak dapat terjadi karena kekurangan

makanan sumber energi secara umum, apabila sumber energi dan zat-zat

gizi yang masuk ke dalam tubuh kurang terpenuhinya kebutuhan dalam

waktu yang lama makan akan terjadi gizi kurang dan jika terus berlanjut

maka akan terjadinya gizi buruk. Khomsan (2002) mengatakan bahwa

status gizi dipengaruhi oleh konsumsi pangan keluarga. Kekurangan energi

akan berdampak pada terganggunya pertumbuhan, perkembangan dan

produktivitas (Depkes RI, 2002).

Berdasarkan analisis hasil FFQ semikuantitatif, konsumsi energi

pada balita tidak memenuhi kebutuhan konsumsinya dikarenakan konsumsi

karbohidratnya tidak mencukupi berdasarkan AKG serta pada umur 2 tahun

ke atas merupakan masa dimana anak-anak lebih cenderung untuk bermain,

sehingga aktifitasnya yang semakin meningkat akan tetapi asupan energinya

kurang dari yang diharapkan, demikian pula ditambahnya pola asuh

makannya yang kurang maksimal maka pemberian makan pada anakpun

akan berdampak kurang baik.

Hasil penelitian multivariat didapatkan bahwa anak balita usia 24-59

bulan yang konsumsi energinya kurang, akan berpeluang untuk terjadinya

status gizi kurang berpeluang sebesar 2,552 kali status gizinya kurang,

setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan gizi ibu. Hal ini sesuai dengan

Page 126: propsal skrpsi

103

pendapat (Soekirman, 2000) bahwa status gizi tidak baik disebabkan asupan

energi maupun protein tidak baik pula.

6.3.2 Hubungan Konsumsi Protein dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia

24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak

seperti makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak) protein ini berperan lebih

penting dalam pembentukan biomolekul daripada sumber energi

(Sudarmadji, 1989). Sumber protein menyumbangkan bagi tubuh sebesar 4

kkal. Menurut Almasier (2001) bahwa protein mempunyai fungsi yang tidak

dapat digantikan oleh zat gizi lain yaitu sebagai zat pembangun dan

memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari 55 responden yang

konsumsi proteinnya kurang, terdapat 26 responden (47,3%) yang status

gizinya kurang, sedangkan dari 70 responden yang konsumsi energinya

baik, terdapat 20 responden (28,6 %) yang status gizinya kurang.

Hasil penelitian hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan

antara konsumsi protein dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan dengan p value= 0,040. Hal ini sependapat dengan (Lutviana, 2010)

bahwa Ada hubungan yang bermakna dari 21 balita yang tingkat konsumsi

protein kurang, 20% (95,2%) balita mengalami gizi kurang sedangkan dari

29 balita yang tingkat konsumsi protein baik 2 (6,9%) balita mengalami gizi

kurang. Konsumsi protein berpengaruh terhadap status gizi balita. Balita

Page 127: propsal skrpsi

104

membutuhkan protein dalam jumlah yang cukup tinggi untuk menunjang

proses pertumbuhan, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Achmad

Djaeni (2000) bahwa mencukupi kebutuhan protein sangatlah penting untuk

mencegah gangguan protein

Kekurangan protein akan berdampak pada terganggunya

pertumbuhan, perkembangan dan produktivitas (Depkes RI, 2002).

Penggunaan protein di dalam tubuh dikarenakan kebutuhan energi yang

berasal dari karbohidrat dan lemak tidak terpenuhi kecukupannya bagi

tubuh, sedangkan fungsi protein itu sendiri sebagai sumber zat pembangun

di dalam tubuh jika kecukupan energi tidak terpenuhi maka, akan terjadi

perombakan protein di dalam tubuh sehingga fungsi yang seharausnya

sebagai pertumbuhan dan zat pembangun akan terhambat fungsinya yang

lama kelamaaan akan menimbulkan gizi kurang bahkan jika telalu lama

akan mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

Berdasarkan hasil FFQ semikuantitatif kualitas dan kuantitas

konsumsi protein masih kurang baik konsumsi yang sumber proteinnya dari

protein hewani seperti ikan, telur dan susu dan sumber protein nabati seperti

tahu, tempe, kacang kedelai serta kacang-kacangan lain. Hal ini yang

mempengaruhi balita kurang dalam mengkonsumsi protein.

Page 128: propsal skrpsi

105

6.3.3 Hubungan Pola Asuh Makan dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia

24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa

anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat

membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang memadai. Pada

masa ini juga, anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan dan

pengasuhan ibunya. Oleh karena itu pengasuhan kesehatan dan makanan

pada tahun pertama kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak

(Santoso, 2005).

Pola asuh makan adalah suatu cara atau perilaku seseorang atau

sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

mengkonsumsi pangan atau makanan setiap hari yang meliputi pemberian

makanan. pola asuh adalah pemberian ASI ekslusif, penyediaan dan

pemberian makanan pada anak, umur penyapihan dan memberikan rasa

aman kepada anak.

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa dari 69 responden yang

pola asuh makannya tidak baik, terdapat 31 responden (44,9%) yang status

gizinya kurang, sedangkan dari 56 responden yang pola asuh makannya

baik, terdapat 15 responden (26,8%) yang status gizinya kurang. Hal ini

berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh makan dengan

status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan p value sebesar 0,042 (≤

0,05).

Page 129: propsal skrpsi

106

Hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pola asuh

makan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan dengan p

value= 0,042 (≤ 0,05). Hasil penelitian ini sesuai dengan Ariga (2006)

yang menemukan bahwa ada kecenderungan dengan semakin baiknya pola

asuh pemberian makan maka status gizi anak juga akan semakin baik

dengan uji statistik p value = 0,034.

Menurut Khomsan (2002) pola asuh balita adalah kemampuan

keluarga untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh dengan sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial

yang mana pola pengasuhan anak yaitu cara memberikan makan, kebersihan

dan kasih sayang. Pola asuh anak merupakan sikap dan perilaku ibu atau

pengasuh lain dalam hal kedekatan dengan anak, memberikan makan,

perawatan serta menjaga kebersihan. Hal ini berhubungan dengan keadaan

ibu, status gizi, pendidikan, penghasilan, pengetahuan dan keterampilan

tentang pengasuhan anak yang baik (Sunarti, 2004).

Anak balita yang mendapatkan kualitas pengasuhan yang lebih baik

besar kemungkinan akan memiliki angka kesakitan yang rendah dan status

gizi yang relatif lebih baik. Hal ini menunjukan bahwa pengasuhan

merupakan faktor penting dalam status gizi dan kesehatan anak balita. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Karyadi (1985) yang

mengatakan bahwa situasi pemberian makan berpengaruh terhadap

Page 130: propsal skrpsi

107

pertumbuhan dan perkembangan batita, selanjutnya menurut Widayani

(2001) ada hubungan yang sangat kuat antara pola asuh dengan status gizi.

Menurut Satoto dalam Harsiki (2002) faktor yang cukup dominan

yang menyebabkan meluasnya keadaan gizi kurang ialah perilaku yang

kurang benar dikalangan masyarakat dalam memilih dan memberikan

makanan kepada anggota keluarganya, terutama pada anak – anak.

Memberikan makanan dan perawatan anak yang benar mencapai status gizi

yang baik melalui pola asuh yang dilakukan ibu kepada anaknya akan

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Selanjutnya Engle

(1997) mengatakan bahwa praktek pengasuhan ditingkat rumah tangga

adalah memberikan perawatan kepada anak dengan pemberian makanan dan

kesehatan melalui sumber-sumber yang ada untuk kelangsungan hidup anak,

pertumbuhan dan perkembangan.

Pola asuh makan berhubungan erat dengan pendidikan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh ibu, sehingga harus diupayakan peningkatan

pengetahuan ibu melalui program penyuluhan yang dapat meningkatkan

pengetahuan ibu tentang pengasuhan anak yang baik sehingga dapat berguna

bagi pertumbuhan dan perkembangannya

6.3.4 Hubungan Umur Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59

Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Menurut Sedioetama (2006) yang mengatakan bahwa umur

berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan

Page 131: propsal skrpsi

108

seseorang dapat diperoleh dengan pengalaman sehari-hari dalam

kehidupannya di luar faktor pendidikan yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil yang didapat dari 125 responden, responden yang

umur 20-35 tahun yaitu 101 orang (80,8 %) lebih banyak dari responden

yang umurnya ≤ 20 tahun atau > 35 tahun yaitu 24 orang (19,2 %).

Sedangkan analisis yang dilakukan secara hubungan antara umur ibu dengan

status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 24 responden yang

umur ibu nya (≤ 20 tahun atau > 35 tahun), terdapat 11 responden (45,8%)

yang status gizinya kurang, sedangkan dari 101 responden yang umur ibunya

(20-35 tahun), terdapat 35 responden (34,7%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Sedioetama (2006)

yang mengatakan bahwa umur berpengaruh terhadap terbentuknya

kemampuan, karena kemampuan seseorang dapat diperoleh dengan

pengalaman sehari-hari yang dipertegas oleh Pelto (1980) semakin

bertambahnya pengalaman ibu maka semakin mempengaruhi keadaan gizi

anaknya.

Penelitian ini menunjukan bahwa hasil uji statistik p value 0,035 yang

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan status gizi

kurang pada anak usia 24-59 bulan. Akan tetapi berbeda dengan penelitian

dari hasil Susenas (1986) bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan status

gizi balita dan balita dengan umur ibu ≤ 20 tahun atau > 35 tahun cenderung

mengalami gizi kurang 1,75 kali.

Page 132: propsal skrpsi

109

Menurut teori Zulkarnaen (2007) yang mengatakan bahwa umur ibu

dapat dijadikan indikator dalam taraf status gizi dan kesehatan balita, maka

dari itu ibu balita yang umurnya ≤ 20 tahun perlu diberikan penyuluhan

tentang cara mengasuh anak yang baik dan benar sedangkan untuk ibu yang

umurnya > 35 tahun diharapkan untuk tidak mempunyai balita lagi karena

pada masa-masa seperti itu ibu yang umurnya 35 tahun pola asuhnya akan

berbeda disaat ibu yang mempunyai umur < 35 tahun karena keterbatasan

tenaga dan waktu mengasuhnya.

Terlihat dari hasil penelitian bahwa dari 24 responden ibu yang

usianya > 35 tahun yaitu 20 orang (83,3%) sedangkan ibu yang usianya ≤ 20

tahun yaitu 4 orang (16,7%). Berdasarkan hasil proporsi yang dilakukan dari

11 responden 9 orang ibu yang umurnya > 35 tahun dengan status gizi kurang

dan 2 orang ibu yang umurnya ≤ 20 tahun. Ini menunjukan bahwa lebih

banyak balita yang mengalami status gizi kurang pada ibu yang umurnya >

35 tahun.

Selain itu hasil dari tabulasi silang yang dilakukan antara umur ibu

dengan pengetahuan gizi ibu menunjukan bahwa proporsi balita yang umur

ibu yang umurnya (≤ 20 tahun atau > 35 tahun) yang pengetahuannya kurang

sebesar (50%) lebih kecil dari umur ibu yang umurnya (20-35 tahun) yang

pengetahuannya rendah (63,4%). Ini memungkinkan ibu cenderung kurang

mampu untuk dapat menyelenggarakan makanan bagi balitanya karena peran

ibu adalah sebagai orang yang dapat mengatur dan menyelenggarakan

Page 133: propsal skrpsi

110

makanan untuk memenuhi kebutuhan anaknya selain itu pengetahuan juga

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terdapat baik atau tidaknya

status gizi seseorang karena dengan pengetahuan yang kurang yang dimiliki

ibu maka akan berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam menyelenggarakan

makanan untuk balitanya.

6.3.5 Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia

24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat

diperlukan untuk mengembangkan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin

mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi dan

semakin meningkat produktivitas serta semakin meningkat kesejahteraan

keluarga. Tingkat pendidikan ibu sangat mempengaruhi cara ibu memahami

masalah gizi dan kesehatan terutama balitanya. Ibu dengan pendidikan tinggi

akan lebih mudah memahami pengetahuan dan informasi tentang gizi,

sehingga diharapkan dapat meningkatkan status gizi balitanya (Moehji,1988).

Hasil analisis hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi

anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari dari 54 responden yang

pendidikan ibunya rendah, terdapat 24 responden (44,4%) yang status

gizinya kurang, sedangkan dari 71 responden yang pendidikan ibunya

tinggi, terdapat 22 responden (31,0%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,137 (≤ 0,05)

Page 134: propsal skrpsi

111

hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan ibu

dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yoseph (2008) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status gizi balita dengan

tingkat pendidikan. Menurut Djaeni (2000) yang menyatakan tingkat

pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan

memahami pengetahuan gizi dan kesehatan. Selain itu pendidikan orang tua

merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang anak, karena

dengan pendidikan yang baik maka orang tua dapat menerima segala

informasi tentang cara pengasuhan anak yang baik.

Salah satu penyebab gizi kurang pada anak adalah kurangnya

perhatian orang tua akan gizi anak. Hal ini disebabkan karena pendidikan dan

pengetahuan gizi ibu yang rendah. Pendidikan formal ibu akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan gizi, semakin tinggi pendidikan ibu,

maka semakin tinggi kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dan

pendidikan formal terutama melalui masa media. Hal serupa juga dikatakan

oleh Rooger yang menyatakan bahwa makin baik tingkat pendidikan ibu,

maka baik pula keadaan gizi anaknya (Berg, 1986). Pendidikan ibu yang

rendah masih sering ditemui, semua hal tersebut sering menyebabkan

penyimpangan terhadap keadaan tumbuh kembang dan status gizi anak

terutama pada anak usia balita (Sudiyanto dan Sekartini, 2005).

Page 135: propsal skrpsi

112

Berdasarkan hasil dari tabulasi silang antara pendidikan dengan

pengetahuan gizi ibu menunjukan bahwa proporsi pendidikan rendah yang

pengetahuannya kurang (53,7%) lebih rendah dibandingkan pendidikan

tinggi yang pengetahuannya kurang (66,2%). Begitupun selain dipengaruhi

oleh pengetahuan karena pada dasarnya pendidikan ibu tidak berpengaruh

langsung terhadap terjadinya gizi kurang, walaupun pendidikannya tinggi

namun, yang mempengaruhi status gizi kurang pada ibu dilihat dari

pengetahuannya karena pengetahuan gizi sangat mempengaruhi kuantitas dan

kualitas ibu dalam menentukan dan memilih bahan makanan yang

dikonsumsi oleh balitanya.

Pendidikannya rendah tetapi pengetahuannya luas terlihat dari aktif

atau tidaknya ibu untuk datang ke posyandu juga akan mempengaruhi status

gizinya baik secara langsung ataupun tidak langsung misalnya dalam hal

selain pengetahuan, seseorang dengan tingkat pendidikan yang tinggi

sekalipun belum tentu memiliki pengetahuan gizi yang cukup jika ibu jarang

mendapatkan informasi mengenai gizi, yang mana informasi tersebut didapat

baik dari media iklan, penyuluhan dan sebagainya. Status pendidikan ibu

juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pengasuhannya, pola asuh yang

baik juga akan mempengaruhi karena terbentuknya perilaku yang baik pula

dalam hal pengasuhaannya seperti pemberian makan,kebersihan dalam

pemberian makan.

Page 136: propsal skrpsi

113

6.3.6 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-

59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Ibu yang bekerja di luar rumah. Keadaan yang demikian dapat

mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita. Ibu-ibu yang

bekerja tidak mempunyai cukup waktu untuk memperhatikan makanan anak

yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan

pengasuhan kepada anak (Berg. 1986).

Hasil analisis hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi anak

usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 31 responden yang pekerjaan ibunya

bekerja, terdapat 16 responden (51,6%) yang status gizinya kurang,

sedangkan dari 94 responden yang pekerjaan ibunya tidak bekerja, terdapat

30 responden (31,9%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,056

(> 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. Hasil

penelitian ini sesuai dengan Hartono (2003) yang mengungkapkan bahwa

tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan status gizi balita menurut

Hasbullah (2001) menyatakan bahwa meskipun waktu pengasuhan anak

balita lebih lama pada ibu yang tidak bekerja mencari nafkah ternyata tidak

ada hubungan antara status gizi balita.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Sanjur (1982) yang

mengatakan bahwa ibu yang bekerja akan menghasilkan penghasilan yang

Page 137: propsal skrpsi

114

lebih baik dari pada ibu yang tidak bekerja sehingga akan berkontribusi

terhadap meningkatnya tingkat ekonomi keluarga. Ini berbanding terbalik

dengan hasil penelitian Himawan (2006) yang menunjukan ada hubungan

antara pekerjaan ibu dengan status pekerjaan ibu. Namun hasil penelitian ini

berbeda dengan hasil penelitian Hidayati (2004) menunjukan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara status gizi balita dengan pekerjaan ibu.

Tidak adanya hubungan antara pekerjaan dengan status gizi kurang

disebabkan, meskipun ibu tidak bekerja, belum tentu dipengaruhi atau

diikuti dengan pola pengasuhan yang baik.

Ibu yang berkerja memberikan efek yang kurang baik terhadap gizi

anak terutama ibu yang berkerja 40 jam perminggu dan ditambah jarak

antara rumah dan tempat kerja yang telalu jauh (Soekirman, 2000). Jika ibu

bekerja maka perhatian kepada anaknya terutama untuk pola makannya

sehari-hari tidak dapat terpenuhi dengan baik, tidak seperti ibu yang tidak

bekerja karena secara garis besar pola asuh nya dilakukan oleh orang lain

sehingga tidak mengerti betul tentang kebutuhan gizi yang diperlukan

anaknya sehingga akan mempengaruhi status gizi anak balita.

Berdasarkan hasil dari tabulasi silang antara status pekerjaan dengan

pola asuh makan menunjukan bahwa proporsi pola asuh makannya tidak

baik pada ibu yang bekerja (64,5%) lebih besar dibandingkan dari pola asuh

makannya tidak baik pada ibu yang tidak bekerja sebesar (52,1%). walaupun

cenderung ibu yang bekerja menghasilkan penghasilan yang cukup buat

Page 138: propsal skrpsi

115

keluarga untuk memenuhi kebutuhan dalam membeli bahan makanan, akan

tetapi jika pola asuhnya tidak baik maka akan memungkinkan pemenuhan

gizi balitanya tidak akan optimal seperti ibu yang tidak bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan Harapan (1992) yang

mengemukakan bahwa salah satu dampak negatif yang ditimbulkan sebagai

akibat dari bekerjanya ibu di luar rumah adalah ketelantaran anak, sebab

anak balita tergantung pada pengasuhnya (anggota keluarga lain), demikian

juga yang dikemukakan oleh Luciasari (1995) bahwa ibu yang bekerja di

luar rumah cenderung memiliki waktu yang lebih terbatas untuk

melaksanakan tugas rumah tangga dengan baik dibandingkan ibu yang tidak

bekerja, oleh karena itu pola pengasuhan anak akan berpengaruh dan pada

akhirnya pertumbuhan dan perkembangan anak juga akan terganggu.

6.3.7 Hubungan Pengetahuaan Gizi Ibu dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Pengetahuan gizi adalah apa yang diketahui oleh seseorang tentang

suatu hal tentang gizi yang secara formal maupun informal, Pengetahuan gizi

menurut Khomsan (2007) adalah segala sesuatu yang diketahui seorang ibu

tentang sikap dan perilaku seseorang dalam memilih makanan, serta

pengetahuan dalam mengolah makanan dan menyiapkan makanan (Harsiki,

2003)Pengetahuan yang dimiliki sangat penting untuk membentuk sikap dan

tindakan (Suhardjo, 1996).

Page 139: propsal skrpsi

116

Hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status

gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 76 responden yang

pengetahuan gizi ibunya kurang, terdapat 36 responden (47,4%) yang status

gizinya kurang, sedangkan dari 49 responden yang pengetahuan gizi ibunya

baik, terdapat 10 responden (20,4%) yang status gizinya kurang.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,002

(≤ 0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

gizi ibu dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. Tingkat

pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam

pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi

individu, pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap gizi balita.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rosmana (2003) di

dapat bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu

dengan status gizi anak usia 6-24 bulan yang mana ibu yang pengetahuan

gizinya kurang mempunyai tingkat resiko 7,142 kali berstatus gizi kurang

jika dibandingkan dengan ibu yang memiliki status gizi baik. Hasil

penelitian ini sesuai dengan teori Djaeni (2000) bahwa semakin tinggi

pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan maka penilaian terhadap

makanan semakin baik, yang artinya penilaian terhadap makanan tidak

terhadap rasa saja tetapi juga memperhatikan hal-hal yang lebih luas yang

memungkinkan seseorang memilih dan mempertahankan pola makan

Page 140: propsal skrpsi

117

berdasarkan prinsip ilmu gizi. sedangkan pada keluarga yang

pengetahuannya rendah seringkali anak makan dengan tidak memenuhi

kebutuhan gizi. Pengetahuan gizi yang diperoleh ibu sangat bermanfaat

bagi balita apabila ibu berhasil mengaplikasikan pengetahuan gizi yang

dimilikinya terutama dalam pemilihan dan pengolaan makanan (Farida,

2004).

Intervensi yang dilakukan dengan memberikan program penyuluhan

kepada masyarakat dan kepada kader-kader sebagai bentuk penyegaran

dengan melakukan penyuluhan secara berkesinambungan melalui posyandu-

posyandu setempat dengan memberikan pengetahuan seputar pemberian

makan yang baik, fungsi dan kandungan makanan melalui food model serta

angka kecukupan yang dibutuhkan balitanya sesuai umur.

Hasil penelitian multivariat didapatkan bahwa anak balita usia 24-59

bulan yang pengetahuan gizi ibunya kurang, akan berpeluang untuk

terjadinya status gizi kurang berpeluang sebesar 3,523 kali status gizinya

kurang, setelah dikontrol oleh variabel pengetahuan gizi ibu. Hasil

penelitian ini dibuktikan oleh Watanabe (2003) melalui penelitian di

Vietnam, bahwa anak dan orang tuanya yang telah diberi pengetahuan gizi

selama bertahun-tahun dan diikuti pertumbuhan dan perkembangan ternyata

mempunyai dampak yang significan terhadap perkembangan status gizi.

Page 141: propsal skrpsi

118

6.3.8 Hubungan Jumlah Anak dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-

59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Jumlah anak adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu

selama berumah tangga dalam keadaan hidup. Jumlah anak yang banyak

pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup, akan mengakibatkan

berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, apalagi jarak

anak yang terlalu dekat, sedangkan pada keluarga dengan keadaan sosial

ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak dapat berakibat pada kurangnya

kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti

makanan (Soetjiningsih,1995).

Dari hasil analisis hubungan antara jumlah anak dengan status gizi

anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 30 responden yang jumlah anak

yang > 2 orang, terdapat 10 responden (33,3%) yang status gizinya kurang,

sedangkan dari 95 responden yang jumlah anaknya ≤ 2 orang, terdapat 36

responden (37,9%) yang status gizinya kurang. Berdasarkan hasil uji

statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,828 (> 0,05) hal ini berarti

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan

status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

Menurut penelitian Dadang Rosmana (2003) ada hubungan antara

status gizi kurang pada anak umur 6-24 bulan dengan jumlah anak > 2 orang

dalam keluarga lebih tinggi (34,6%) dibandingkan dengan jumlah anak

dalam keluarga ≤ 2 orang (13,7%). Ini sesuai dengan Suparyato dalam Liya

(2010) yang mengatakan bahwa jumlah anak yang dimiliki dalam suatu

Page 142: propsal skrpsi

119

keluarga akan mempengaruhi pola asuh yang diterapkan. Semakin banyak

jumlah anak dalam keluarga, maka ada kecenderungan bahwa orang tua

akan kurang dalam menerapkan pola asuh makannya secara maksimal

karena akan berpengaruh terhadap perhatian yang kurang antara anak yang

satu dengan yang lainnya.

Dari hasil tabulasi silang antara jumlah anak dengan pola asuh

makan ibu didapat bahwa proporsi pola asuh makannya tidak baik yang

jumlah anak > 2 orang (43,3%) lebih kecil dibandingkan pola asuh maknnya

tidak baik yang jumlah anak ≤ 2 orang (58,9%). Tidak adanya hubungan

antara jumlah anak dengan status gizi kurang dapat disebabkan bahwa

mempunyai anak lebih dari dua orang bukan merupakan suatu masalah

dalam proses terjadinya gizi kurang, selama ibu menerapkan pola asuh

makannya baik seperti pemberian makan dan perhatian yang cukup antara

anak satu dengan yang lainnya sehingga tidak akan memungkinkan

terjadinya status gizi kurang.

6.3.9 Hubungan Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Pendapatan adalah tingkat kemampuan masyarakat dalam

membelanjakan pendapatannya dinilai berdasarkan kebutuhannya serta

merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang

dikonsumsinya (Berg, 1986). Rendahnya pendapatan merupakan salah satu

sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta kurangnya status gizi.

Page 143: propsal skrpsi

120

Hasil penelitian menunjukan bahwa responden pendapatan

keluarganya baik yaitu 73 orang (41,6%) lebih banyak dari responden

pendapatan keluarganya kurang yaitu 52 orang (58,4 %). Hasil analisis

hubungan antara pendapatan keluarga dengan status gizi anak usia 24-59

bulan diketahui bahwa dari 52 responden yang pendapatan keluarganya

kurang, terdapat 22 responden (42,3%) yang status gizinya kurang,

sedangkan dari 73 responden yang pendapatan keluarganya baik, terdapat 24

responden (32,9%) yang status gizinya kurang. Menurut Supariasa (2002)

yang menyebutkan bahwa pendapatan mempengaruhi pola makan, proporsi

anak yang mengalami gizi kurang berbanding terbalik dengan pendapatan

keluarga, semakin kecil pendapatan keluarga maka semakin tinggi proporsi

anak yang kekurangan gizi.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,347 (>

0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara

pendapatan keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Andrawari dalam Zumroti (2010)

yang menunjukan bahwa ada hubungan antara pendapatan dengan status gizi

baik, dilihat dari 75% balita berstatus gizi baik berasal dari keluarga dengan

pengahasilan tinggi sebesar 39,7% begitupun penelitian Puji (2006) yang

mengatakan ada hubungan antara pendapatan kelurga dengan terjadinya

status gizi kurang di desa Karangasem dan Desa Sedan tahun 2006. Ini

karena faktor ekonomi keluarga yang kurang sehingga menyebabkan

Page 144: propsal skrpsi

121

terbatasnya daya beli mempengaruhi variasi menu yang disajikan

mempengaruhi asupan makanan dan status gizi dari anak (Soekirman, 2000).

Menurut Apriadji (1986) bahwa keluarga dengan pendapatan terbatas

besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya

sejumlah yang diperlukan tubuh, setidaknya keanekaragaman bahan makanan

kurang bisa dijamin, karena dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak

pilihan. Kurangnya pemberdayaan keluarga dan pemanfatan sumber daya

masyarakat mempengaruhi faktor sosial ekonomi keluarga, termasuk

kurangnya pemberdayaan wanita dan tingkat pendidikan dan pengetahuan

orang tua khususnya ibu dalam mengasuh anaknya yang juga termasuk faktor

sosial ekonomi yang akan mempengaruhi status gizi keluarga (Arifin, 2005).

Tidak adanya hubungan antara pendapatan keluarga dengan status

gizi balita dapat disebabkan pendapatan tidak berpengaruh positif terhadap

status gizi tidak secara langsung tetapi melalui variabel distribusi makanan,

pengetahuan dan keterampilan orang tua (pola asuh), karena pendapatan

hanya sebagai media dalam membelanjakan kebutuhan dalam mengkonsumsi

kebutuhan pangan. Hasil antara pendapatan dengan pengeluaran belanja

dalam sehari terlihat bahwa pendapatan baik dengan daya belinya rendah

yaitu 44,8% sedangkan pendapatan baik dengan daya belinya tinggi yaitu

71,1%, ini terlihat bahwa pendapatan saling berinteraksi dengan daya beli

konsumsi pangan, dengan hasil pendapatan.

Page 145: propsal skrpsi

122

Jika pendapatannya baik akan tetapi daya beli untuk membelanjakan

pangan lebih besar dibandingkan dengan non pangan maka tidak akan

terjadinya status gizi kurang, Walaupun pengeluaran untuk kebutuhan pangan

lebih tinggi tetapi jika dari hasil keanekaragaman dan komposisi

makanananya kurang, maka bisa terjadinya status gizi kurang. Sebagian

besar pendapatan akan dipakai atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan

makanan. Semakin meningkat pendapatan biasanya semakin berkurang

persentase belanjaan untuk makanan.

Berdasarkan dari hasil tabulasi silang antara pendapatan dengan

proporsi pengetahuan gizinya kurang yang pendapatannya kurang yaitu

(63,5%) lebih besar dibandingkan pengetahuan gizinya kurang yang

pendapatannya baik yaitu (58,9%) meskipun secara teoritis pendapatan yang

besar mampu memenuhi kebutuhan setiap anggota keluarga akan tetapi jika

pengetahuan ibu tentang gizinya rendah maka secara otomatis akan

mempengaruhi pola konsumsi keluarganya dalam memenuhi kebutuhan

pangan karena ibu sebagai orang yang mengkoordinator dalam

menyelenggarakan kebutuhan pangan akan mempengaruhi status gizi balita.

6.3.10 Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Status Gizi Kurang pada

Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi terhadap tingkat

konsumsi pangan, jumlah anggota keluarga yang besar akan diikuti dengan

distribusi pangan yang tidak merata sehingga menyebabkan anak dalam

Page 146: propsal skrpsi

123

keluarga kekurangan gizi (Suharmi dalam Ruhana, 2008). Jumlah anggota

keluarga dapat mempengaruhi status gizi dari individu anak karena

meningkatnya persaingan untuk sumberdaya rumah tangga yang terbatas,

terutama yang berhubungan dengan makanan dan keterbatasan waktu dan

energi yang dimiliki ibu untuk merawat setiap anggota rumah tangga

tersebut.

Berdasarkan analisis hubungan antara jumlah anggota keluarga

dengan status gizi anak usia 24-59 bulan diketahui bahwa dari 47 responden

yang jumlah anggota keluarganya besar, terdapat 19 responden (40,4%)

yang status gizinya kurang, sedangkan dari 81 responden yang jumlah

anggota keluaraganya kecil, terdapat 27 responden (34,6%) yang status

gizinya kurang. hasil uji statistik diperoleh nilai p value sebesar 0,568 (>

0,05) hal ini berarti menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah

anggota keluarga dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan Moh Useini dalam Lutviana (2010) yang

menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anggota keluarga

dengan kurang gizi dengan p value = 0,685. Hasil penelitian ini berbeda

dengan hasil penelitian Susenas (2004) yang mana bahwa semakin besar

jumlah anggota kelurga maka semakin tinggi pula prevalensi gizi kurang

pada balita yang artinya ada hubungan antara status gizi balita dengan

jumlah anggota keluarga.

Page 147: propsal skrpsi

124

Pada umumnya kasus kurang gizi sering ditemukan pada keluarga

besar dibandingkan dengan keluarga kecil, sehingga anak-anak yang

dihasilkan dari keluarga demikian lebih cenderung kurang gizi. Karena

selain keluarga kecil kesejahteraannya lebih terjamin maka kebutuhan

pangan juga akan terpenuhi dengan baik jika dibandingkan dengan keluarga

besar. Ini dipertegas dengan Berg (1986) yang mengatakan bahwa jumlah

anggota keluarga yang ada di dalam suatu keluarga secara langsung akan

mempengaruhi status gizi anggota keluarga yang ada, hal ini ditentukan

terkait dengan ketersediaan pangan yang ada di dalam keluarga.

Bertambahnya jumlah anggota keluarga, maka pengaturan pengeluaran

pangan sehari-hari semakin sulit. Hal ini mengakibatkan kualitas

dan kuantitas pangan yang diperoleh semakin tidak mencukupi anggota

keluarga termasuk anak balita. Besar keluarga merupakan salah satu faktor

secara tidak langsung mempengaruhi terjadinya kurang gizi.

Hasil tabulasi silang antara jumlah keluarga dengan pola asuh.

Proporsi jumlah keluarga besar yang pola asuh makannya tidak baik

(80,9%) sedangkan jumlah keluarga kecil yang pola asuh makannya tidak

baik yaitu (39,7%) menunjukan bahwa antara jumlah keluarga dengan pola

asuh makan ini menjelaskan bahwa meskipun jumlah anggota keluarga di

dalam suatu keluarga besar namun apabila ibu selaku orang mengasuh dan

yang mengkoordinir pemberian makan dalam pemenuhan konsumsi

keluarganya berlaku seimbang maka tidak akan terjadinya gizi kurang.

Page 148: propsal skrpsi

125

6.4 Analisis Multivariat Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi

Kurang Pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

6.4.1 Faktor yang Paling Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Anak

Usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat

Dari hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

dari 10 variabel yang diduga berhubungan dengan status gizi kurang pada

anak usia 24-59 bulan terdapat 4 variabel yang berhubungan dengan status

gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan yaitu konsumsi energi, konsumsi

protein, pola asuh makan dan pengetahuan gizi ibu. Kemudian diuji regresi

logistik berganda yang masuk variabel ada 6 variabel yaitu konsumsi energi,

konsumsi protein, pola asuh makan, pengetahuan gizi, pendidikan ibu dan

pekerjaan ibu. Dari 6 variabel hasil akhirnya yang p valuenya ≤ 0,05 yaitu

konsumsi energi dan pengetahuan ibu tentang gizi.

Berdasarkan hasil analisis penyusunan model terakhir didapat bahwa

variabel konsumsi energi dan pengetahuan gizi ibu yang menjadi peluang

dalam terjadinya status gizi kurang dengan konsumsi energi p value = 0,018

dan pengetahuan gizi ibu p value = 0,004. yang hasil analisis diperoleh

bahwa nilai OR konsumsi energi 2,552 artinya semakin konsumsi energi

anak kurang maka berpeluang untuk terjadinya status gizi kurang 2,552

sebesar kali dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi energi baik,

sedangkan variabel pengetahuan gizi ibu, berdasarkan analisis yang

dilakukan didapat nilai OR utuk pengetahuan gizi ibu adalah sebesar 3,523

Page 149: propsal skrpsi

126

artinya semakin kurang pengetahuan gizi balita maka berpeluang untuk

terjadinya status gizi kurang sebesar 3,523 kali dibandingkan dengan

pengetahuan gizinya baik dengan status gizi baik.

Konsumsi energi merupakan faktor yang paling mendasar yang

menentukan intake makanan yang dikonsumsi, karena itu konsumsi energi

berkaitan erat dengan status gizi. Selain itu adanya keterkaitan antara

konsumsi energi, pengetahuan gizi dengan status gizi, menurut Berg (1986)

yang mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan gizi orang tua tentang

kebutuhan gizi anaknya maka akan berakibat pada timbulnya masalah gizi

yaitu seperti

Menurut UNICEF (1998) status gizi balita tidak hanya dipengaruhi

konsumsi pangan saja, melainkan secara garis besar disebabkan oleh dua

determinan utama yaitu determinan langsung dan determinan tidak langsung.

Determinan langsung merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi status

gizi yang berasal dari individu itu sendiri yaitu konsumsi energi, sedangkan

determinan tidak langsungnya yaitu pola pengasuhan, ketahanan pangan,

pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan yang mana berkaitan dengan

pengetahuan.

Konsumsi energi dan pengetahuan gizi ibu memang sangat berkaitan

secara langsung dan tidak langsung, faktor yang menjadi penyebab gizi

kurang adalah jika anak kekurangan energi khususnya makanan yang berasal

Page 150: propsal skrpsi

127

dari luar tubuh kurang ini berkaitan dengan pengetahuan gizi ibu, ibu yang

mempunyai pengetahuan gizi yang baik secara tidak langsung dapat

mempengaruhi dalam penentuan konsumsi makanan dan penyelenggaraan

makanan serta pola makan yang baik untuk anaknya. Dalam hal ini antara

variabel konsumsi energi dan pengetahuan gizi ibu saling terkait.

Dari analisis didapat koefisien determinan (R square) menunjukan

nilai 0,117 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan

11,7% variasi variabel dependen status gizi pada usia 24-59 bulan, dengan

demikian variabel konsumsi energi dan pengetahuan gizi ibu hanya dapat

menjelaskan status gizi sebesar 11,7% sedangkan 88,3 % dijelaskan oleh

variabel-variabel lainnya yang tidak diteliti oleh peneliti.

Page 151: propsal skrpsi

128

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan

status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 yang telah dilakukan dan pembahasan sebelumnya,

sehingga dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Gambaran balita yang status gizi kurang yaitu 46 orang (36,8%) dan balita

yang status gizi baik yaitu 79 orang (63,2%)

2. Gambaran balita yang konsumsi energinya kurang yaitu 58 orang (46,4%) dan

balita yang konsumsi energinya kurang yang status gizinya kurang yaitu 28

orang (48,3%)

3. Gambaran balita yang konsumsi proteinnya kurang yaitu 55 orang (44,0%) dan

balita yang konsumsi proteinnya kurang yang status gizinya kurang yaitu 26

orang (47,3%)

4. Gambaran balita yang pola asuhnya tidak baik yaitu 69 orang (55,2%) dan balita

yang pola asuh makan tidak baik yang status gizinya kurang yaitu 31 orang

(44,9%).

5. Gambaran umur ibu balita yang beresiko yaitu 24 orang (19,2%) dan balita yang

umur ibu balitanya beresiko yang status gizinya kurang yaitu 11 orang (45,8 %).

Page 152: propsal skrpsi

129

6. Gambaran pendidikan ibu balita yang rendah yaitu 54 orang (43,2%) dan balita

yang pendidikan ibu balitanya rendah yang status gizinya kurang yaitu 22 orang

(42,3%).

7. Gambaran pekerjaan ibu balita yang bekerja yaitu 31 orang (24,8%) dan balita

yang status pekerjaan ibunya bekerja yang status gizinya kurang yaitu 16 orang

(51,6%).

8. Gambaran pengetahuan gizi ibu balita yang kurang yaitu 76 orang (60,8%) dan

balita yang ibunya pengetahuannya kurang yang status gizinya kurang yaitu 36

orang (47,4%).

9. Gambaran jumlah anak yang > 2 orang yaitu 30 orang (24,0%) dan ibu yang

jumlah anaknya > 2 orang yang status gizinya kurang yaitu 10 orang (33,3%).

10. Gambaran pendapatan keluaraga yang kurang (< Rp 1.044.500) yaitu 52 orang

(41,6%) dan pendapatan kelurga kurang dari (< Rp 1.044.500) yang status

gizinya kurang yaitu 22 orang (42,3%).

11. Gambaran jumlah anggota keluarga yang besar (≥ 4 orang ) yaitu 47 orang

(37,6%) dan jumlah anggota keluarga besar (≥ 4 orang ) yang status gizinya

kurang yaitu 19 orang (40,4%).

12. Faktor yang tidak berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 yaitu

umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga dan

jumlah anggota keluarga.

Page 153: propsal skrpsi

130

13. Faktor yang berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan

di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 yaitu

konsumsi energi, konsumsi protein, pola asuh makan dan pengetahuan gizi ibu.

14. Faktor yang paling berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59

bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan tahun 2011 yaitu

konsumsi energi dengan OR= 2,552 dan pengetahuan gizi ibu dengan OR =

3.523.

7.2 Saran

1. Dinas Kesehatan Kota Tengerang Selatan

Meningkatkan kerja sama antara dinas kesehatan dengan puskesmas dan

posyandu untuk menangani status gizi kurang agar tidak terjadi status gizi buruk

dengan melakukan kerjasama antara lintas sektoral seperti dinas pertanian

dengan pemberian makanan serta melakukan upaya pemantauan status gizi

secara berkala ke puskesmas-puskesmas.

2. Puskesmas

a. Memberikan program penyuluhan kepada masyarakat dan kader-kader

sebagai bentuk penyegaran dengan melakukan penyuluhan secara

berkesinambungan melalui posyandu-posyandu setempat dengan

memberikan pengetahuan seputar pemberian makan yang baik , fungsi dan

kandungan makanan melalui food model serta angka kecukupan yang

dibutuhkan balitanya sesuai umur.

Page 154: propsal skrpsi

131

b. Mengadakan perlombangan untuk program penyuluhan dengan materi yang

diberikan seputar pengetahuan gizi, pola asuh makan yang baik, makanan

seimbang dengan berkerja sama antara kader dan ibu-ibu PKK.

c. Perlunya diadakan pemantauan status gizi secara berkala oleh bagian gizi

melalui Puskesmas sehingga apabila terjadinya status gizi kurang dapat

dilakukan penanggulangan sedini mungkin agar tidak terjadinya gizi buruk.

d. Memberdayakan Posyandu dengan melakukan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT) yang bergizi serta mengaktifkan lagi program penyuluhan

di meja 4 Posyandu kepada posyandu-posyandu yang meja 4 nya yaitu

penyuluhan sudah tidak aktif lagi. Dengan memahami pentingnya makanan

gizi, sehingga terbentuk sikap dan perubahan perilaku kearah perubahan pola

makan yang lebih baik.

3. Masyarakat

a. Memperhatikan dan meningkatkan kebutuhan makanan yang mengandung

konsumsi energi dan protein yang cukup dengan komposisi yang sesuai

dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) dan memberikan makanaan dengan

beraneka ragam menunya agar kebutuhan gizinya tercukupi.

b. Pola asuh makan berhubungan erat dengan pengetahuan yang dimiliki oleh

ibu sehingga harus diupayakan peningkatan pengetahuan ibu melalui

program penyuluhan yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang

Page 155: propsal skrpsi

132

pengasuhan anak yang baik sehingga dapat berguna bagi pertumbuhan dan

perkembangannya anak dalam menaikan status gizinya.

c. Bagi ibu yang bekerja diberikan informasi seperti edukasi tentang kualitas

waktu pengasuhan yang baik dengan melakukan penyuluhan.

4. Peneliti Lain

a. Peneliti yang lain diharapkan mengikut sertakan variabel-variabel lain yang

diduga berhubungan dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan,

yang tidak diteliti pada penelitian ini seperti variabel penyakit infeksi ,

budaya pantang makan dan lain-lain.

Page 156: propsal skrpsi

133

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Djaeni S. 2000. Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat

Adeladza TA. 2009. The Influence of Socio-Economic and Nurtitional Characteristics on Child Growth in Kwale District of Kenya. African Jurnal of Agriculture and Development. Dikutip tanggal 20 Mei 20011 di www.ajfand.net

Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta. Raja grafindi Persada.

Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anshar. 2008. Analisis Pola Asuh Makan dan Status Gizi Pada Bayi di Kelurahan PB Selayang Medan. Jurnal Penelitian Rekayasa. Volume 1 nomor 2 Desember 2008.

Apriadji, WH.1986. Gizi Keluarga. Jakarta: PT Penebar Swadaya.

Ariani, M, 2007. Wilayah Rawan Pangan dan Gizi Kronis di Papua, Kalimantan Barat dan Jawa Timur. Pusat Analisis dan Kebijakan Pertanian Departemen Pertanian.Bogor.

Arisman.2004. Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2006-2010. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta.

Berg A. 1986. Peranan Gizi Dalam Pembangunan.Jakarta : Rajawali.

Departemen Kesehatan RI, 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Depkes RI. 2003. Ibu Bekerja Tetap Memberikan Air Susu Ibu (ASI). Jakarta : Dirjen Binakesmas Direktorat Gizi Masyarakat.

_______. 1998. Buku pedoman ASI ekslusif bagi petugas. Semarang.

Page 157: propsal skrpsi

134

_______. 2000. Gizi Seimbang menuju hidup sehat bagi balita.Jakarta : Departemen kesehatan dan kesejahteraan sosial RI.

_______. 2003. Ibu Bekerja Tetap Memberikan ASI. Jakarta : Direktorat Bina Gizi Masyarakat

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKM UI. 2007. Gizi dan Kesehatan

Masyarakat.Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa. Dinkes Tangsel. 2010. Laporan Pemantauan Status Gizi Balita Tahun 2010. Tangerang

Selatan. Fivi. 2006. Hubungan Pola Asuh dengan Status Gizi Anak Batita di Kecamatan Kuranji

Kelurahan Pasar Ambacang Kota Padang Tahun 2004. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2006.

Gibson, Rosalind, S. 2005. Principles of Nutritional Assasment Second Edition. Oxford

University Press. New York Hidayati. 2004. Hubungan Karakteristik Anak dan Keluarga dengan Status Gizi (KKP)

Balita di Propinsi Maluku dan Irian Jaya (Study analisis Data Sekunder). Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.

Hasbullah. 2001. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita di Kabupaten

Mentawai Sumatra Utara. Bogor : IPB. Hastono, Sutanto Priyo. 2007. Analisis Data Kesehatan. Depok : FKM UI. Himawan, Arif. 2006. Hubungan antara kareakteristik Ibu dengan Status Gizi Balita di

Kelurahan Sekaran Guning pati semarang. Skripsi. UNNES Husani. 2002. Empat Sehat Lima Sempurna.Jakarta : Bumi Aksara Istiano. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal

Berita Kedokteran Masyarakat. Volume 25 No 3 September 2009 halaman 150-155

Kartasapoetra, G dan Marsetyo. 2008. Ilmu Gizi, Korelasi Gizi, Kesehatan dan

Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Kemenkes RI.2011. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta :

Direktorat Bina Gizi.

Page 158: propsal skrpsi

135

Khomsan. 2002. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Khomsan A. 2007. Study Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan

Keefiktifan dan Dampak Terhadap Status Gizi. Bogor : Departemen gizi masyarakat Institut Pertanian Bogor.

Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat, Bahan Pengajaran. PT BPK Gunung Mulia

Kerjasama dengan Laboratorium Gizi masyarakat Pusat antar Universitas Pangan & Gizi IPB.

Luciasari E. 1990. Status Gizi Anak Prasekolah pada Keluarga Berpendapatan Rendah

dengan Ibu Bekerja : Studi Kasus di Kelurahan Kebon Kelapa. Penelitian Gizi dan Makanan Jilid 18 : hlm 99-104.

Liya. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Konsumsi Energi dan

Protein pada Batita di Kelurahan Serua, Kecamatan Ciputat Kota Tangerang Selatan tahun 2010. Skripsi : FKIK Kesehatan Masyarakat. UIN Jakarta

Lutviana, Evi. 2010. Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang Pada balita (studi kasus pada keluarga nelayan di Desa bajomulyo kecamatan juwana kabupaten pati). Jurnal Kesmas. Volume 5 No 2 Januari-Juni 2010.

Madanijah, S. 2003. Model Pendidikan GI- PSI sehat bagi ibu serta dampaknya

terhadap perilaku ibu, lingkungan pembelajaran, konsumsi pangan dan status gizi anak usia dini.Bogor : Disertasi. Fakultas Paska Sarjana, Institut Pertaniaan Bogor.

Meilinasari. 2002 .Hubungan Asupan Energi Dengan Kelebihan Berat Badan Pada Anak SD Al-Azhar 6 Jakarta Permai Bekasi : Skripsi FKM-UI.

Moehji, S. 1998. Pemeliharaan Gizi Bayi dan Balita. Jakarta : Bhatara Karya Aksara.

Notoatmodjo S.2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat.Jakarta : Prinsip-prinsip Dasar Rineka Cipta

Pudjiadi.1997. Ilmu gizi klinis pada anak. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Jakarta.

Riyanto, Agus. 2009. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan. Cimahi : Niftramedia Press.

Rosmana, Dadang. 2003. Hubungan Pola Asuh Gizi dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 bulan di Kabupaten Serang Propinsi Banten tahun 2003. FKM UI tesis.

Page 159: propsal skrpsi

136

Ruhana, Cut. Hubungan Pola Asuh Anak dengan status gizi balita umur 24-59 Bulan di

wilayah Terkena Tsunami Kabupaten Pidie Propinsi Nanggroe aceh Darusalam Tahun 2008. Tesis. Medan : Universitas Sumatra Utara

Sab’atmaja dkk. Analisis Determinan Positive Deviance Status Gizi balita Di Wilayah

Miskin dengan Prevalensi Kurang Gizi Rendah dan Tinggi. Bogor : Jurnal gizi dan Pangan, Juli 2010 5 (1): 103-112.

Sanjur, Diva. 1982. Social and Cultural perspective in Nutrition. “USA :Prentice-Hall Inc.

Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi jilid 1. Jakarta : PT Dian Rakyat.

Shantica. 1993. Faktor-Faktor yang Berperan dalam Praktek Pemberian Makanan

Nalita di Desa Bulu Lor, Kecamatan Badegan Kabupaten Ponorogo Jawa timur. Skripsi. Depok. UI

Sjahmien Moehdji. 2003. Ilmu Gizi 1, Pengetahuan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Papas Sinar Sinanti Bhratara.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang anak. Jakarta: Penerbit EGC.

Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Suhardjo, 2005. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara. Suhardjo,et al. 1986. Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta : Penerbit Universitas

Indonesia (UI PRESS)

Sulistijani, A.D. 2001. Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita.Jakarta : Puspa Suara.

Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineke Cipta.

Sunarti, E. 2004. Mengasuh dengan Hati Tantangan yang Menengah. Jakarta. Media Kompotindo.

Tara, Elizabet. 2004. Pemberian Makanan Bayi untuk BBLR. Jakarta: Ladang Pustaka

dan Inti Media. UNICEF. 1998. Situasi Anak-Anak di Dunia. Jakarta.

Page 160: propsal skrpsi

137

UseiniAdi. 2006. Pendugaan Hubungan antara kurang Gizi pada Balita dengan Kurang Energi Protein Ringan dan Sedang di Wilayah Puskesmas Sekaran Gunungpati Semarang Tahun 2005. Skripsi : Universitas Negeri Semarang.

Watanabe. 2003. Early Childhood development Intervention and Cognitive Development

of Young Children Technical Report Series. Widaninggar, W. 2003. Pola Hidup Sehat dan Segar. Jakarta : Depdiknas Pusat

Pengembangan Kualitas Jasmani. WHO. 2002. Preventing and Managing the Global Epidemic. Geneva.

Yayuk Farida, dkk. 2004.Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta : Penebar Swadaya. Yosep Wage. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Balita di

Kecamatan Kalimutu Kabipaten Ende Flores Provinsi Nusa Tenggara Timur. Diakses 21 Oktober 2011.

Zumroti. 2010. Hubungan antara Pola asuh Gizi, Karakteristik Keluarga dan Budaya

Makan dengan Status Gizi Anak Usia 2-3 Tahun di kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan . Skripsi : FKIK Kesehatan Masyarakat. UIN Jakarta.

Zulkarnaen.2007. Hubungan Katakteristik Keluarga terhadap Kenaikan Berat Badan

Balita tahun 2007. Skripsi : FKIK Kesehatan Masyarakat. UIN Jakarta.

Page 161: propsal skrpsi

LAMPIRAN

Page 162: propsal skrpsi

KUISIONER PENELITIAN

“FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI KURANG PADA ANAK USIA 24-59 BULAN DI KELURAHAN PAMULANG BARAT KOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2011”

Assalamualaikum Wr.Wb

Nama saya Ria Syukriawati, saya mahasiswi program study kesehatan masyarakat UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Saya sedang melakukan penilitian yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang pada Anak Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan Tahun 2011”

Saya memohon kepada ibu-ibu untuk bersedia dalam mengisi kuisoner ini, untuk itu saya berharap kepada ibu-ibu untuk menjawab pertanyaan ini dengan sejujur-jujurnya karena pertanyaan seperti itu yang saya sangat harapkan dan hasil jawaban itu akan saya rahasiakan. Atas pertatian dan bantuannya saya mengucapkan terima kasih banyak.

Wassalammualaikun Wr.Wb

No Responden :

Tanggal :

A. Identitas Balita

A.1 Nama : .....................................................

A.2 Tanggal Lahir : .....................................................

A.3 Jenis Kelamin : ......................................................

A.4 Anak ke berapa : ………………………………….

B. Identitas Orang Tua

B.1 Nama Ibu : .....................................................

B.2 Umur : .....................................................

Page 163: propsal skrpsi

B.3 Pendidikan Terakhir : .....................................................

B.4 Suku Suami : ………………………………….

B.5 Suku Ibu : ………………………………………

B.6 Alamat : ……………………………………….

B.7 No telepon : ……………………………………….

C. Status Gizi

C.1 Berat Badan anak ibu : …………………………………

C.2 Umur anak Ibu : ………………………………….

Pilihlah semua pertanyaan dengan memilih satu jawaban. Dengan memberikan tanda silang (X) yang sesuai dengan keadaan ibu.

NO PERTANYAAN KODE (diisi peneliti)

D. Pola asuh makan 1 Bagaimana cara ibu dalam memilih menu makanan untuk anak?

a. Memilih makanan dengan nasi, lauk dan sayur b. Membuat makanan dengan menu nasi, satu macam lauk dan sedikit kuah c. Membuat makanan dengan nasi, lauk, pauk dan sayur

D.1 [ ]

2 Berapa kali ibu memberi makan anak dalam satu hari? a. Lebih dari 3 kali b. Kurang dari 3 kali

D.2 [ ]

3 Menurut ibu,bagaimana cara agar anak mau makan? a. Membuat variasi menu makanan agar anak suka b. Mengganti menu makanan yang bergizi yang disukain anak c. Jawaban a dan b benar

D.3 [ ]

4 Bila anak tidak mau makan, apa yang ibu lakukan? a. Memaksa anak untuk makan b. Menunggu sampai anak meminta makan c. Merayu anak untuk makan

D.4 [ ]

5 Menurut ibu,kapan waktu yang tepat makanan cemilan diberikan? a. Sebelum makan b. diantara waktu makan c. Sesudah makan

D.5 [ ]

6 Berapa kali sebaiknya anak diberikan makanan utama? a. 1 kali b. 2 kali c. 3 kali

D.6 [ ]

Page 164: propsal skrpsi

7 Bagaimana biasanya cara ibu membersihkan alat makan dan memasak sebelum dipakai?

a. Menggunakan sabun dan air mengalir b. Menggunakan air mengalir c. Menggunakan sabun dan air di dalam ember/baskom/bak

D.7 [ ]

8 Bagaimana cara ibu mencuci sayuran yang sebelum dimasak a. Sayur dicuci dulu kemudian baru di potong-potong b. Sayur dipotong-potong dulu kemudian dicuci c. Jawaban a dan b betul

D.8[ ]

9 Apa yang ibu berikan selama 6 bulan? a. ASI (Air Susu Ibu) saja b. ASI dan susu formula c. Susu formula, air putih atau makanan lain seperti pisang dan lain-lain

D.9[ ]

10 Pada usia berapa anak anda berhenti disusui (disapih)? a. Kurang dari 2 tahun b. Lebih dari 2 tahun

D.10[ ]

E. Pendidikan Ibu 1 Apa pendidikan formal terakhir yang pernah ibu ikuti?

a. Tidak sekolah b. Tamat SD c. Tamat SMP d. Tamat SMA e. Tamat perguruan Tinggi

E.1[ ]

2 Apakah ibu aktif di posyandu/PKK/ RT/ RW? a. Ya b. Tidak

E.2[ ]

F. Pekerjaan Ibu 1 Apakah ibu bekerja ?

a. Bekerja b. Tidak berkerja (lanjut ke pengetahuan gizi ibu )

F.1[ ]

2 Apa pekerjaan ibu saat ini? a. Pegawai swasta b. Pegawai kantor c. Guru d. Lain-lain, sebutkan………………………………..

F.2[ ]

3 Berapa lama ibu bekerja diluar?..........................jam/hari F.3[ ]

G. Pengetahuan Gizi Ibu

Page 165: propsal skrpsi

1 Menurut yang ibu ketahui, apa yang dimaksud dengan anak balita yang sehat? a. Balita yang makannya lahap dan lincah b. Balita yang tubuhnya gemuk tapi lincah c. Balita yang kurus tapi lincah

G.1[ ]

2 Menurut ibu, apa arti dari kurang gizi? a. Anak kurang energi dan protein dalam tubuh atau badannya kurus sekali b. Anak kurang konsumsi makanan c. Anak kurus dan lemah

G.2[ ]

3 Apa tanda-tanda balita kekurangan gizi? a. Balita tampak kurus, lesu, malas dan cengeng b. Balita kurang nafsu makan c. Balita cengeng dan kurus

G.3[ ]

4 Apakah yang dimaksud makanan sehat dan bergizi? a. Makanan yang mengandung vitamin dan mineral b. Makanan dengan menu seimbang c. Makanan yang enak dan mengenyangkan

G.4[ ]

5 Menurut ibu, apa akibat anak balita yang kurang gizi? a. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak normal (terhambat) b. Pertumbuhan anak terhambat c. Perkembangan anak tidak bertambah

G.5[ ]

6 Menurut ibu, bahan makanan apa yang menjadi sumber protein? a. Tahu, tempe, ikan, daging b. Sayur-sayuran, tahu dan tempe c. Ikan dan daging

G.6[ ]

7 Menurut ibu, jenis makanan apa yang mengandung sumber karbohidrat? a. Nasi, roti, mie, singkong, biskuit b. Daging, susu, tempe c. Tahu, telur, daging

G.7[ ]

8 Menurut ibu, apa fungsi protein? a. Sebagai zat pembangun b. Sebagai zat tenaga c. Sebagai zat pengatur

G.8[ ]

9 Menurut ibu, ASI sebaiknya di berikan pada anak hingga umur berapa? a. 6 bulan b. 1 tahun c. 2 tahun

G.9[ ]

10 Apakah manfaat makanan bagi anak? a. Menghilangkan rasa lapar b. Untuk tumbuh kembang anak c. Untuk memenuhi keinginan anak

G.10[ ]

Page 166: propsal skrpsi

11 Apakah manfaat dari karbohidrat ? a. Untuk pertumbuhan b. Untuk penghasil energi atau tenaga c. Sebagai zat pembangun

G.11[ ]

12 Menurut anda, apakah manfaat menimbang pada anak anda? a. Untuk mengetahui status gizinya b. Untuk mengetahui kesehatannya c. Untuk mengetahui berat badannya

G.12[ ]

13 Pada umur berapa anak mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga atau makanan orang dewasa

a. 6 Bulan b. 1 Tahun c. 2 Tahun

G.13[ ]

14 Menurut ibu, kapan sebaiknya bayi mulai diberikan makanan atau minuman selain ASI?

a. Ketika bayi umur 6 bulan b. Ketika bayi umur 1 tahun c. Ketika bayi umur 2 tahun

G.14 [ ]

15 Fungsi utama makanan cemilan? a. Biar anak gemuk b. Biar anak tidak rewel atau ngambek c. Memenuhi kebutuhan gizi khususnya energi yang tidak terpenuhi dari

makanan utama

G.15[ ]

H. Jumlah Anak 1 Berapakah jumlah anak ibu ?

a. Kurang dari 2 orang b. 2 orang c. Lebih dari 2 orang

H.1[ ]

I. Pendapatan Keluarga 1 Berapakah pendapatan keluarga ibu dalam 1 bulan?

a. Kurang dari Rp 1.044.500 b. Lebih dari Rp 1.044.500

I.1 [ ]

2 Berapa pengeluaran sehari untuk memasak atau membeli makanan/berbelanja? ..............

I.2 [ ]

J. Jumlah Anggota Keluarga 1 Berapakah jumlah keluarga ibu yang tinggal dan ditanggung dalam rumah tangga?

a. 3 orang b. 4 orang c. Lebih dari 5 orang

J.1 [ ]

Page 167: propsal skrpsi

FORMULIR METODE FREKUENSI MAKANAN

Semi Kuantitatif

Nama Ibu : Tanggal Wawancara :

Nama Balita :

Umur Balita :

Jenis Kelamin :

Nama Bahan Makanan

Frekuensi Konsumsi Jumlah (Diisi sama

dengan DKBM untuk ukuran 1 porsi)

Tid

ak

Pern

ah

1x/h

ari

2-3x

/har

i

4-6x

/har

i

1x/m

ingg

u

1-3x

/min

ggu

2-4x

/min

ggu

1x/b

ulan

1-3x

/bul

an

URT (gr)

1. Makanan Pokok dan Produk Lainnya

a. Nasi b. Roti c. Mie/Bihun d. e. f.

2. Lauk Hewani dan Produk Lainnya a. Telur b. Daging c. Ikan d. f.

Page 168: propsal skrpsi

Nama Bahan Makanan

Frekuensi Konsumsi Jumlah (Diisi sama

dengan DKBM untuk ukuran 1 porsi)

Tid

ak

Pern

ah

1x/h

ari

2-3x

/har

i

4-6x

/har

i

1x/m

ingg

u

1-3x

/min

ggu

2-4x

/min

ggu

1x/b

ulan

1-3x

/bul

an

URT (gr)

3. Lauk Nabati dan Produk Lainnya a. Tempe b. Tahu c. Kedelai d. Kacang Hijau e. f.

4. Sayur-Sayuran a. Bayam b. Kangkung c. Kacang Panjang d. e. f.

5. Buah-buahan a. Pisang b. Jeruk c. Apel d. Jambu f. g.

6. Gula dan Produk Olahannya a. Gula b.Permen c. Gulali d. e.

Page 169: propsal skrpsi

Nama Bahan Makanan

Frekuensi Konsumsi Jumlah (Diisi sama

dengan DKBM untuk ukuran 1 porsi)

Tid

ak

Pern

ah

1x/h

ari

2-3x

/har

i

4-6x

/har

i

1x/m

ingg

u

1-3x

/min

ggu

2-4x

/min

ggu

1x/b

ulan

1-3x

/bul

an

URT (gr)

7. Susu dan Produk Olahannya a. Susu Sapi b. Susu UHT c. Ice Cream d. Yogurt e. f.

8. Minyak dan Lemak a. Margarine b. Mentega c. Minyak kelapa sawit d. e.

9. Cemilan atau Kudapan a. b. c. d.

Page 170: propsal skrpsi

No Umur Status Gizi Energi Protein

AKG Energi

AKG Protein Energi Protein

1 36 1 0 1 1000 25 1136 47.7 2 28 1 1 1 1000 25 851.6 34.6 3 27 0 1 0 1000 25 1083.06 19.02 4 25 0 0 0 1000 25 736.38 15.25 5 29 1 0 0 1000 25 669.5 17.7 6 36 1 1 1 1000 25 1190.7 34.82 7 36 1 0 1 1000 25 646.3 24.1 8 37 1 1 1 1000 25 1098.7 45.1 9 34 1 0 0 1000 25 539.62 13.72

10 44 1 1 0 1000 25 1105.2 19.2 11 40 1 1 1 1000 25 1062.5 21.1 12 27 0 0 0 1000 25 667.8 16.27 13 24 1 1 1 1000 25 889.4 35.6 14 48 1 1 1 1550 39 1310.7 44.8 15 32 1 1 0 1000 25 1023.83 17.4 16 34 1 1 1 1000 25 908.38 23.7 17 36 0 0 0 1000 25 775.9 14.73 18 33 1 1 0 1000 25 1043.42 18.2 19 36 1 0 0 1000 25 703.8 15.3 20 59 1 1 1 1550 39 849.65 26.2 21 35 0 0 1 1000 25 738.26 20.8 22 30 0 0 1 1000 25 668.23 21.66 23 35 1 1 0 1000 25 1120.57 19.21 24 24 1 1 1 1000 25 932.6 20.3 25 44 1 1 0 1000 25 1350.27 19.8 26 29 1 1 1 1000 25 796.3 21.51 27 45 0 0 0 1000 25 703.73 18.4 28 27 1 1 1 1000 25 865.3 22.1 29 36 0 1 0 1000 25 834.87 17.43 30 24 0 0 0 1000 25 536.34 14.7 31 34 1 0 1 1000 25 718.7 23.12 32 54 1 0 1 1550 39 1121.32 20.6 33 25 0 1 0 1000 25 581.4 14.5 34 24 1 0 1 1000 25 794.4 30.36 35 25 1 0 1 1000 25 712.3 20.5 36 36 1 1 1 1000 25 1023.8 32.2 37 24 0 0 1 1000 25 564.2 21.2 38 56 0 0 1 1550 39 1143.42 45.2

Page 171: propsal skrpsi

No Umur Status Gizi Energi Protein

AKG Energi

AKG Protein Energi Protein

39 30 1 0 1 1000 25 723.4 21.57 40 58 0 1 0 1550 39 1462.5 19.5 41 48 0 0 0 1550 39 1210.2 19.24 42 25 1 0 0 1000 25 643.47 16.4 43 38 1 1 1 1000 25 1121.3 20.7 44 30 1 0 0 1000 25 752.1 16.31 45 27 0 0 1 1000 25 621.3 22.5 46 24 1 1 1 1000 25 821.25 36.31 47 30 0 0 1 1000 25 684.5 25.7 48 58 1 1 1 1550 39 1535.3 42.8 49 26 0 0 1 1000 25 542.92 20.44 50 29 1 1 1 1000 25 965.7 24.6 51 36 0 0 0 1000 25 761.6 16.29 52 54 0 0 0 1550 39 1150.2 19.22 53 40 1 0 0 1000 25 793.4 16.32 54 24 1 1 0 1000 25 804.32 18.3 55 48 1 1 0 1550 39 986.4 27.31 56 59 1 0 0 1550 39 1121.6 29.45 57 36 1 0 0 1000 25 757.35 16.6 58 48 1 1 0 1550 39 1351.2 18.72 59 36 1 1 0 1000 25 942.16 18.02 60 36 0 0 0 1000 25 649.43 17.31 61 36 0 0 0 1000 25 721.2 15.39 62 27 1 1 1 1000 25 803.42 21.11 63 30 1 0 0 1000 25 681.2 15.42 64 36 0 1 0 1000 25 721.7 16.38 65 48 1 1 1 1550 39 1410.5 42.71 66 46 1 1 0 1000 25 1032.5 18.82 67 24 1 1 1 1000 25 832.5 22.85 68 29 0 0 1 1000 25 671.9 20.59 69 24 1 1 0 1000 25 855.23 17.95 70 25 1 0 1 1000 25 572.8 20.14 71 24 1 1 1 1000 25 802.7 23.61 72 36 0 1 1 1000 25 973.2 31.7 73 38 0 1 0 1000 25 992.61 18.23 74 36 1 1 0 1000 25 819.2 17.37 75 48 1 0 1 1550 39 1023.3 33.62 76 36 0 1 1 1000 25 895.21 25.31

Page 172: propsal skrpsi

No Umur Status Gizi Energi Protein

AKG Energi

AKG Protein Energi Protein

77 24 1 0 0 1000 25 541.7 15.48 78 43 0 0 1 1000 25 779.5 20.36 79 24 0 1 0 1000 25 802.13 17.47 80 25 1 1 1 1000 25 845.7 21.02 81 26 1 1 0 1000 25 894.3 18.22 82 25 1 0 1 1000 25 673.94 23.41 83 26 1 1 1 1000 25 842.72 31.2 84 24 1 0 1 1000 25 542.73 20.4 85 25 1 0 1 1000 25 621.9 22.34 86 24 0 0 1 1000 25 592.5 20.23 87 36 1 1 1 1000 25 972.86 27.84 88 24 0 0 1 1000 25 721.32 23.33 89 28 1 1 1 1000 25 865.52 24.91 90 25 0 0 1 1000 25 549.38 20.2 91 48 1 0 0 1550 39 1162.1 29.97 92 26 1 1 1 1000 25 834.21 20.34 93 59 0 0 1 1550 39 1202 31.66 94 29 0 0 0 1000 25 821.22 17.48 95 27 0 0 0 1000 25 812.27 16.91 96 59 1 0 1 1550 39 1192.71 42.61 97 36 1 1 1 1000 25 953.82 22.5 98 59 1 0 1 1550 39 1042 42.1 99 44 0 1 1 1000 25 1216.7 24.61 100 36 1 1 0 1000 25 942.15 19.27 101 41 1 1 1 1000 25 1152.75 32.6 102 42 0 1 0 1000 25 937.2 18.2 103 27 1 1 0 1000 25 831.5 17.22 104 40 1 1 0 1000 25 1216.2 19.85 105 39 0 1 0 1000 25 1011.23 18.64 106 32 0 1 0 1000 25 934.73 18.94 107 37 0 0 0 1000 25 794.52 16.54 108 24 0 1 1 1000 25 802.6 20.05 109 27 0 1 1 1000 25 832.31 22.81 110 59 1 0 1 1550 39 1211.3 42.7 111 59 1 0 1 1550 39 1022.7 38.63 112 29 1 0 1 1000 25 742.17 21.23 113 27 0 1 0 1000 25 856.76 17.73 114 59 0 1 0 1550 39 1621.34 19.44

Page 173: propsal skrpsi

No Umur Status Gizi Energi Protein

AKG Energi

AKG Protein Energi Protein

115 36 0 1 1 1000 25 1032.42 22.63 116 59 1 1 1 1000 25 1552.62 27.49 117 44 1 1 1 1000 25 1132.61 27.3 118 36 1 1 0 1000 25 962.42 18.35 119 41 1 1 1 1000 25 1242.83 47.2 120 36 0 0 1 1000 25 657.13 33.6 121 59 1 1 0 1550 39 1502.5 19.8 122 44 0 0 0 1000 25 791.3 19.2 123 36 1 0 1 1000 25 673.71 34.6 124 41 1 0 1 1000 25 784.5 39.2 125 59 1 0 1 1550 39 1042 42.1

Page 174: propsal skrpsi

OUTPUT ANALISIS UNIVARIAT

Status Gizi

StatusGizi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Kurang 46 36.8 36.8 36.8

Baik 79 63.2 63.2 100.0

Total 125 100.0 100.0

Konsumsi Protein

Protein

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang (=<80% AKG) 55 44.0 44.0 44.0

baik (>80% AKG) 70 56.0 56.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Konsumsi Energi

Energi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang (=< 80% AKG) 58 46.4 46.4 46.4

Baik (> 80% AKG) 67 53.6 53.6 100.0

Total 125 100.0 100.0

Page 175: propsal skrpsi

Pola Asuh Makan

Polaasuh

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Tidak Baik (=< 80%) 69 55.2 55.2 55.2

Baik (> 80% AKG) 56 44.8 44.8 100.0

Total 125 100.0 100.0

Pengetahuan Gizi Ibu

Pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kurang (jawaban benar =<

80%) 76 60.8 60.8 60.8

Baik (jawaban benar > 80%) 49 39.2 39.2 100.0

Total 125 100.0 100.0

Pendidikan Ibu

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Rendah (tamat SMP) 54 43.2 43.2 43.2

Tinggi (tamat SMA atau

lebih) 71 56.8 56.8 100.0

Total 125 100.0 100.0

Page 176: propsal skrpsi

Pekerjaan Ibu

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Bekerja 31 24.8 24.8 24.8

Tidak Bekerja 94 75.2 75.2 100.0

Total 125 100.0 100.0

Jumlah Anak Ibu

Jumlahanak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid > 2 orang 30 24.0 24.0 24.0

=< dari 2 orang 95 76.0 76.0 100.0

Total 125 100.0 100.0

Pendapatan Keluarga

Jumlahkeluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Besar (> 4 orang) 47 37.6 37.6 37.6

Kecil (=< dari 4 orang) 78 62.4 62.4 100.0

Total 125 100.0 100.0

Page 177: propsal skrpsi

Jumlah Keluarga

Jumlahkeluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Besar (> 4 orang) 47 37.6 37.6 37.6

Kecil (=< dari 4 orang) 78 62.4 62.4 100.0

Total 125 100.0 100.0

Umur Ibu

UmurIbu

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid umur ≤ 20tahun dan > 35

tahun 24 19.2 19.2 19.2

20-35 tahun 101 80.8 80.8 100.0

Total 125 100.0 100.0

Page 178: propsal skrpsi

OUTPUT ANALISIS BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Protein * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Energi * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Polaasuh * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Pengetahuan * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Pendidikan * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Pekerjaan * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Jumlahanak * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Pendapatan * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Jumlahkeluarga * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

UmurIbu * StatusGizi 125 100.0% 0 .0% 125 100.0%

Konsumsi Protein

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Protein kurang (=<80% AKG) Count 26 29 55

% within Protein 47.3% 52.7% 100.0%

baik (>80% AKG) Count 20 50 70

% within Protein 28.6% 71.4% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Protein 36.8% 63.2% 100.0%

Page 179: propsal skrpsi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.632a 1 .031

Continuity Correctionb 3.862 1 .049

Likelihood Ratio 4.630 1 .031

Fisher's Exact Test .040 .025

Linear-by-Linear Association 4.595 1 .032

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.24.

b. Computed only for a 2x2 table

Konsumsi Energi

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Energi kurang (=< 80% AKG) Count 28 30 58

% within Energi 48.3% 51.7% 100.0%

Baik (> 80% AKG) Count 18 49 67

% within Energi 26.9% 73.1% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Energi 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 6.127a 1 .013

Continuity Correctionb 5.241 1 .022

Likelihood Ratio 6.158 1 .013

Fisher's Exact Test .016 .011

Linear-by-Linear Association 6.078 1 .014

N of Valid Casesb 125

Page 180: propsal skrpsi

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.34.

b. Computed only for a 2x2 table

Pola Asuh Makan

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Polaasuh Tidak Baik (=< 80%) Count 31 38 69

% within Polaasuh 44.9% 55.1% 100.0%

Baik (> 80% AKG) Count 15 41 56

% within Polaasuh 26.8% 73.2% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Polaasuh 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.374a 1 .036

Continuity Correctionb 3.629 1 .057

Likelihood Ratio 4.443 1 .035

Fisher's Exact Test .042 .028

Linear-by-Linear Association 4.339 1 .037

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.61.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 181: propsal skrpsi

Pengetahuan Gizi Ibu Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Pengetahuan kurang (jawaban benar =<

80%)

Count 36 40 76

% within Pengetahuan 47.4% 52.6% 100.0%

Baik (jawaban benar > 80%) Count 10 39 49

% within Pengetahuan 20.4% 79.6% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Pengetahuan 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 9.311a 1 .002

Continuity Correctionb 8.188 1 .004

Likelihood Ratio 9.734 1 .002

Fisher's Exact Test .002 .002

Linear-by-Linear Association 9.236 1 .002

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.03.

b. Computed only for a 2x2 table

Pendidikan Ibu Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Pendidikan Rendah (tamat SMP) Count 24 30 54

% within Pendidikan 44.4% 55.6% 100.0%

Tinggi (tamat SMA atau

lebih)

Count 22 49 71

% within Pendidikan 31.0% 69.0% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Pendidikan 36.8% 63.2% 100.0%

Page 182: propsal skrpsi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.389a 1 .122

Continuity Correctionb 1.845 1 .174

Likelihood Ratio 2.383 1 .123

Fisher's Exact Test .137 .087

Linear-by-Linear Association 2.370 1 .124

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.87.

b. Computed only for a 2x2 table

Pekerjaan Ibu

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Pekerjaan Bekerja Count 16 15 31

% within Pekerjaan 51.6% 48.4% 100.0%

Tidak Bekerja Count 30 64 94

% within Pekerjaan 31.9% 68.1% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Pekerjaan 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 3.889a 1 .049

Continuity Correctionb 3.088 1 .079

Likelihood Ratio 3.797 1 .051

Fisher's Exact Test .056 .041

Linear-by-Linear Association 3.858 1 .050

N of Valid Casesb 125

Page 183: propsal skrpsi

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.41.

b. Computed only for a 2x2 table

Jumlah Anak

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Jumlahanak > 2 orang Count 10 20 30

% within Jumlahanak 33.3% 66.7% 100.0%

=< dari 2 orang Count 36 59 95

% within Jumlahanak 37.9% 62.1% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Jumlahanak 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .204a 1 .652

Continuity Correctionb .055 1 .815

Likelihood Ratio .206 1 .650

Fisher's Exact Test .828 .411

Linear-by-Linear Association .202 1 .653

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.04.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 184: propsal skrpsi

Pendapatan Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Pendapatan kurang Count 22 30 52

% within Pendapatan 42.3% 57.7% 100.0%

Baik Count 24 49 73

% within Pendapatan 32.9% 67.1% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Pendapatan 36.8% 63.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.161a 1 .281

Continuity Correctionb .791 1 .374

Likelihood Ratio 1.157 1 .282

Fisher's Exact Test .347 .187

Linear-by-Linear Association 1.152 1 .283

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19.14.

b. Computed only for a 2x2 table

Jumlah Keluarga Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

Jumlahkeluarga Besar (> 4 orang) Count 19 28 47

% within Jumlahkeluarga 40.4% 59.6% 100.0%

Kecil (=< dari 4 orang) Count 27 51 78

% within Jumlahkeluarga 34.6% 65.4% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within Jumlahkeluarga 36.8% 63.2% 100.0%

Page 185: propsal skrpsi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .426a 1 .514

Continuity Correctionb .213 1 .645

Likelihood Ratio .424 1 .515

Fisher's Exact Test .568 .321

Linear-by-Linear Association .422 1 .516

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17.30.

b. Computed only for a 2x2 table

Umur Ibu

Crosstab

StatusGizi

Total kurang baik

UmurIbu umur ≤ 20tahun dan > 35

tahun

Count 11 13 24

% within UmurIbu 45.8% 54.2% 100.0%

20-35 tahun Count 35 66 101

% within UmurIbu 34.7% 65.3% 100.0%

Total Count 46 79 125

% within UmurIbu 36.8% 63.2% 100.0%

Page 186: propsal skrpsi

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.042a 1 .307

Continuity Correctionb .617 1 .432

Likelihood Ratio 1.021 1 .312

Fisher's Exact Test .350 .215

Linear-by-Linear Association 1.034 1 .309

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.83.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 187: propsal skrpsi

OUTPUT ANALISIS MULTIVARIAT

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Page 188: propsal skrpsi

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Protein 4.632 1 .031

Energi 6.127 1 .013

Polaasuh 4.374 1 .036

Pengetahuan 9.311 1 .002

Pendidikan 2.389 1 .122

Pekerjaan 3.889 1 .049

Overall Statistics 21.248 6 .002

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 23.071 6 .001

Block 23.071 6 .001

Model 23.071 6 .001

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 141.400a .169 .230

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 20 26 43.5

baik 14 65 82.3

Overall Percentage 68.0

a. The cut value is .500

Page 189: propsal skrpsi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Protein .627 .438 2.046 1 .153 1.872 .793 4.420

Energi .868 .418 4.310 1 .038 2.382 1.050 5.407

Polaasuh -.392 .584 .450 1 .502 .676 .215 2.123

Pengetahuan 1.528 .609 6.290 1 .012 4.610 1.397 15.220

Pendidikan .738 .423 3.041 1 .081 2.093 .913 4.798

Pekerjaan .585 .468 1.566 1 .211 1.795 .718 4.488

Constant -1.433 .545 6.910 1 .009 .239

a. Variable(s) entered on step 1: Protein, Energi, Polaasuh, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan. Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Block 0: Beginning Block

Page 190: propsal skrpsi

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Protein 4.632 1 .031

Energi 6.127 1 .013

Pengetahuan 9.311 1 .002

Pendidikan 2.389 1 .122

Pekerjaan 3.889 1 .049

Overall Statistics 20.905 5 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 22.615 5 .000

Block 22.615 5 .000

Model 22.615 5 .000

Page 191: propsal skrpsi

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 141.855a .165 .226

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 23 23 50.0

baik 14 65 82.3

Overall Percentage 70.4

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Protein .548 .421 1.695 1 .193 1.729 .758 3.945

Energi .835 .414 4.069 1 .044 2.306 1.024 5.192

Pengetahuan 1.265 .461 7.523 1 .006 3.545 1.435 8.756

Pendidikan .741 .423 3.071 1 .080 2.099 .916 4.808

Pekerjaan .587 .467 1.581 1 .209 1.799 .720 4.495

Constant -1.454 .545 7.112 1 .008 .234

a. Variable(s) entered on step 1: Protein, Energi, Pengetahuan, Pendidikan, Pekerjaan.

Page 192: propsal skrpsi

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Page 193: propsal skrpsi

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Protein 4.632 1 .031

Energi 6.127 1 .013

Pengetahuan 9.311 1 .002

Pendidikan 2.389 1 .122

Overall Statistics 19.408 4 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 21.039 4 .000

Block 21.039 4 .000

Model 21.039 4 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 143.432a .155 .212

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 143.432a .155 .212

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Page 194: propsal skrpsi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Protein .646 .412 2.459 1 .117 1.908 .851 4.279

Energi .907 .409 4.920 1 .027 2.476 1.111 5.516

Pengetahuan 1.264 .459 7.582 1 .006 3.538 1.439 8.698

Pendidikan .718 .419 2.929 1 .087 2.050 .901 4.663

Constant -1.096 .456 5.789 1 .016 .334

a. Variable(s) entered on step 1: Protein, Energi, Pengetahuan, Pendidikan.

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 20 26 43.5

baik 17 62 78.5

Overall Percentage 65.6

a. The cut value is .500 Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Page 195: propsal skrpsi

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Energi 6.127 1 .013

Pengetahuan 9.311 1 .002

Pendidikan 2.389 1 .122

Overall Statistics 17.344 3 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Page 196: propsal skrpsi

Step 1 Step 18.562 3 .000

Block 18.562 3 .000

Model 18.562 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 145.909a .138 .189

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 20 26 43.5

baik 17 62 78.5

Overall Percentage 65.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Energi .861 .402 4.581 1 .032 2.366 1.075 5.205

Pengetahuan 1.391 .448 9.660 1 .002 4.019 1.672 9.661

Pendidikan .718 .413 3.020 1 .082 2.051 .912 4.612

Constant -.775 .394 3.855 1 .050 .461

a. Variable(s) entered on step 1: Energi, Pengetahuan,

Pendidikan.

Page 197: propsal skrpsi

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of

cases.

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Page 198: propsal skrpsi

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Energi 6.127 1 .013

Pengetahuan 9.311 1 .002

Overall Statistics 14.624 2 .001

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.486 2 .000

Block 15.486 2 .000

Model 15.486 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 148.985a .117 .159

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Page 199: propsal skrpsi

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 20 26 43.5

baik 17 62 78.5

Overall Percentage 65.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Energi .937 .396 5.595 1 .018 2.552 1.174 5.546

Pengetahuan 1.259 .432 8.497 1 .004 3.523 1.511 8.215

Constant -.370 .309 1.437 1 .231 .691

a. Variable(s) entered on step 1: Energi,

Pengetahuan.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 125 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 125 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 125 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total

number of cases.

Page 200: propsal skrpsi

Dependent Variable

Encoding

Original

Value Internal Value

kurang 0

baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 0 StatusGizi kurang 0 46 .0

baik 0 79 100.0

Overall Percentage 63.2

a. Constant is included in the model.

b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant .541 .185 8.503 1 .004 1.717

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables Energi 6.127 1 .013

Pengetahuan 9.311 1 .002

Overall Statistics 14.624 2 .001

Page 201: propsal skrpsi

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 15.486 2 .000

Block 15.486 2 .000

Model 15.486 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 148.985a .117 .159

a. Estimation terminated at iteration number 4 because

parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted

StatusGizi Percentage

Correct kurang baik

Step 1 StatusGizi kurang 20 26 43.5

baik 17 62 78.5

Overall Percentage 65.6

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Energi .937 .396 5.595 1 .018 2.552 1.174 5.546

Pengetahuan 1.259 .432 8.497 1 .004 3.523 1.511 8.215

Constant -.370 .309 1.437 1 .231 .691

a. Variable(s) entered on step 1: Energi, Pengetahuan.

Page 202: propsal skrpsi

Block 2: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 2.813 1 .093

Block 2.813 1 .093

Model 18.299 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R

Square

1 146.172a .136 .186

a. Estimation terminated at iteration number 5 because

parameter estimates changed by less than .001.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for

EXP(B)

Lower Upper

Step 1a Energi .525 .463 1.285 1 .257 1.691 .682 4.195

Pengetahuan .648 .557 1.351 1 .245 1.912 .641 5.701

Energi by

Pengetahuan 1.554 .977 2.528 1 .112 4.730 .697 32.123

Constant -.163 .330 .243 1 .622 .850

a. Variable(s) entered on step 1: Energi * Pengetahuan .

Page 203: propsal skrpsi

UJI TABULASI SILANG

1. Umur Ibu dengan Pengetahuan Gizi Ibu

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.454a 1 .228

Continuity Correctionb .947 1 .331

Likelihood Ratio 1.428 1 .232

Fisher's Exact Test .251 .165

Linear-by-Linear Association 1.442 1 .230

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.41.

b. Computed only for a 2x2 table

UmurIbu * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total

kurang (jawaban

benar =< 80%)

Baik (jawaban

benar > 80%)

UmurIbu umur ≤20tahun dan > 35

tahun

Count 12 12 24

% within UmurIbu 50.0% 50.0% 100.0%

20-35 tahun Count 64 37 101

% within UmurIbu 63.4% 36.6% 100.0%

Total Count 76 49 125

% within UmurIbu 60.8% 39.2% 100.0%

Page 204: propsal skrpsi

2. Pendidikan Ibu dengan Pengetahuan Gizi Ibu

Pendidikan * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total

kurang (jawaban

benar =< 80%)

Baik (jawaban

benar > 80%)

Pendidikan Rendah (tamat SMP) Count 29 25 54

% within Pendidikan 53.7% 46.3% 100.0%

Tinggi (tamat SMA atau

lebih)

Count 47 24 71

% within Pendidikan 66.2% 33.8% 100.0%

Total Count 76 49 125

% within Pendidikan 60.8% 39.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 1 .156

Continuity Correctionb 1.519 1 .218

Likelihood Ratio 2.005 1 .157

Fisher's Exact Test .196 .109

Linear-by-Linear Association 1.993 1 .158

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.17.

b. Computed only for a 2x2 table

3. Pekerjaan Ibu dengan Pola Asuh Makan 4.

Pekerjaan * Polaasuh Crosstabulation

Polaasuh

Total

Tidak Baik (=<

80%)

Baik (> 80%

AKG)

Pekerjaan Bekerja Count 20 11 31

% within Pekerjaan 64.5% 35.5% 100.0%

Page 205: propsal skrpsi

Tidak Bekerja Count 49 45 94

% within Pekerjaan 52.1% 47.9% 100.0%

Total Count 69 56 125

% within Pekerjaan 55.2% 44.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 1.447a 1 .229

Continuity Correctionb .989 1 .320

Likelihood Ratio 1.467 1 .226

Fisher's Exact Test .298 .160

Linear-by-Linear Association 1.435 1 .231

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.89.

b. Computed only for a 2x2 table

5. Jumlah Anak dengan Pola Asuh Makan

Jumlahanak * Polaasuh Crosstabulation

Polaasuh

Total

Tidak Baik (=<

80%)

Baik (> 80%

AKG)

Jumlahanak > 2 orang Count 13 17 30

% within Jumlahanak 43.3% 56.7% 100.0%

=< dari 2 orang Count 56 39 95

% within Jumlahanak 58.9% 41.1% 100.0%

Total Count 69 56 125

% within Jumlahanak 55.2% 44.8% 100.0%

Page 206: propsal skrpsi

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 2.009a 1 .156

Continuity Correctionb 1.519 1 .218

Likelihood Ratio 2.005 1 .157

Fisher's Exact Test .196 .109

Linear-by-Linear Association 1.993 1 .158

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.17.

b. Computed only for a 2x2 table

6. Pendapatan dengan Pengetahuan Gizi Ibu

Pendapatan * Pengetahuan Crosstabulation

Pengetahuan

Total

kurang (jawaban

benar =< 80%)

Baik (jawaban

benar > 80%)

Pendapatan kurang Count 33 19 52

% within Pendapatan 63.5% 36.5% 100.0%

Baik Count 43 30 73

% within Pendapatan 58.9% 41.1% 100.0%

Total Count 76 49 125

% within Pendapatan 60.8% 39.2% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square .265a 1 .607

Continuity Correctionb .108 1 .742

Likelihood Ratio .265 1 .606

Fisher's Exact Test .711 .372

Linear-by-Linear Association .263 1 .608

N of Valid Casesb 125

Page 207: propsal skrpsi

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20.38.

b. Computed only for a 2x2 table

7. Jumlah Keluarga dengan Pola Asuh Makan

Jumlahkeluarga * Polaasuh Crosstabulation

Polaasuh

Total

Tidak Baik (=<

80%)

Baik (> 80%

AKG)

Jumlahkeluarga Besar (> 4 orang) Count 38 9 47

% within Jumlahkeluarga 80.9% 19.1% 100.0%

Kecil (=< dari 4 orang) Count 31 47 78

% within Jumlahkeluarga 39.7% 60.3% 100.0%

Total Count 69 56 125

% within Jumlahkeluarga 55.2% 44.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 20.040a 1 .000

Continuity Correctionb 18.413 1 .000

Likelihood Ratio 21.200 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 19.880 1 .000

N of Valid Casesb 125

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 21.06.

b. Computed only for a 2x2 table