proposal tugas metopel harga saham
DESCRIPTION
masih banyak yang harus di perbaikiTRANSCRIPT
PROPOSAL PENELITIAN
ANALISIS MAKROEKONOMI TERHADAP HARGA SAHAM PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh:
Asyhabul Munif 13312319
Noveana Puspa Widiyatri 13312321
Nuraini Andanasari 13312328
Shika Yuatna 13312348
M. Habibie Firstiawan 13312350
Zahrina Fauzia Hanifa 13312371
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016
Latar Belakang Masalah
Investor pasar modal di Indonesia terus mengalami peningkatan. Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor saham mengalami kenaikan sebesar 19% dari
364.456 menjadi 433.607 (lihat Kustodian Sentral Efek Indonesia)1.Untuk terus mengembangkan
industri pasar modal di Indonesia, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah merilis sejumlah
program untuk mendorong jumlah investor di dalam negeri. Salah satu program yang tengah
gencar, yakni ‘Yuk Nabung Saham’(lihat Bursa Efek Indonesia)2. Saham adalah salah satu
komoditi investasi yang tergolong beresiko tinggi karena sifatnya yang peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi baik oleh pengaruh yang bersumber dari luar atau pun dalam negeri
(Lukisto dan Anastasia 2014).
Fluktuasi harga saham yang tidak menentu dan mengandung risiko menyebabkan
ketidakpastian investor dalam menentukan keputusan investasinya (Priatinah dan Kusuma 2012).
Menurut Tandelilin (2010, 341) kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi
ekonomi makro di masa datang akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang
menguntungkan. Untuk itu, seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator
ekonomi makro dalam membuat keputusan investasinya. Indikator ekonomi makro yang
seringkali dihubungkan dengan pasar modal adalah nilai tukar, suku bunga Sertifikat Bank
Indonesia (SBI), inflasi, dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB).
Kurs atau nilai tukar merupakan harga mata uang domestik terhadap mata uang asing
(Simorangkir dan Suseno 2004, 4). Kurs merupakan variabel makroekonomi yang turut
mempengaruhi fluktuasi harga saham. Kewal (2012) menjelaskan bahwa nilai tukar rupiah
mempengaruhi secara negatif signifikan terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG).
Artinya, semakin kuat nilai tukar rupiah terhadap dolar maka akan meningkatkan harga saham,
dan sebaliknya. Penelitian dengan hasil yang berbeda dilakukan oleh Lukisto dan Anastasia
(2014) bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar memiliki hubungan signifikan positif terhadap
indeks harga saham sektoral dan IHSG.
1 Kustodian Sentra Efek Indonesia (KSEI) mencatat kenaikan jumlah investor dari 364.456 per akhir Desember 2014 menjadi 433.607 per 28 Desember 2015.
2 Yuk Nabung Saham adalah sebuah campaign yang mengajak masyarakat Indonesia untuk berinvestasi di pasar modal melalui share saving sebagai upaya PT Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam mengembangkan industri pasar modal di Indonesia.
Informasi lain yang sering dipertimbangkan investor menurut Tandelilin (2010, 343)
adalah tingkat suku bunga.Penelitian yang dilakukan Lukisto dan Anastasia (2014) menemukan
bahwa suku bunga SBI berpengaruh signifikan negatif terhadap indeks harga saham sektoral dan
IHSG. Hasil penelitian ini berbedadengan yang diungkapkan oleh Kewal (2012) bahwa tingkat
suku bungan SBI tidak berpengaruh terhadap IHSG. Hasil yang serupa juga diungkapkan oleh
Arif (2014) bahwa suku bunga SBI tidak mempengaruhi secara signifikan perubahan harga
saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan IHSG. Menurut Manullang (2008) dalam Kewal
(2012) suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap harga saham dapat disebabkan karena tipe
investor di Indonesia merupakan investor yang senang melakukan transaksi saham dalam jangka
pendek di pasar modal dibandingkan berinvestasi di SBI.
Menurut Tandelilin (2010, 343) peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal
negatif bagi pemodal di pasar modal.Inflasi yang tinggi dapat menjatuhkan harga saham di pasar,
sementara inflasi yang sangat rendah berakibat pertumbuhan ekonomi sangat lamban, dan pada
akhirnya harga saham juga bergerak dengan lamban. Pendapat tersebut diperkuat oleh penelitian
yang dilakukan Raharjo (2012) bahwa inflasi berpengaruh secara positif terhadap harga saham.
Sementara, penelitian yang sama dilakukan oleh Patar, Darminto, dan Saifi (2014) menjelaskan
bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil yang diperoleh tersebut
serupa dengan penelitian yang dilakukan Kewal (2012) yang menemukan bahwa inflasi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.
Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang turut mempengaruhi perubahan
harga saham.Peningkatan PDB dapat meningkatkan daya beli konsumen terhadap produk-produk
perusahaan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan adanya peningkatan
profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga dapat
meningkatkan harga saham. Abedallat dan Shabib(2012) yang meneliti pengaruh antara PDB
terhadap harga saham pada Amman Stock Exchange index menemukan hasil bahwa PDB
berpengaruh secara positif terhadap harga saham. Namun hasil penelitian tersebut berbeda
dengan yang dilakukan Kewal (2012), Lukisto dan Anastasia (2014), serta Arif (2014) bahwa
PDB tidak mempengaruhi signifikan perubahan harga saham di Indonesia.
Dari penelitian-penelitian terdahulu, beberapa faktor yang digunakan untuk
mengpengaruh pengaruh makroekonomi terhadap harga saham menunjukkan perbedaan hasil
(research gap) seperti faktor nilai tukar, suku bunga SBI, peningkatan inflasi, dan pertumbuhan
PDB.Oleh karena itu, penelitian ini akan fokus pada beberapa faktor yang menunjukkan
perbedaan hasil tersebut. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ‘Analisis
Makroekonomi Terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia’.
Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka diajukan pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh nilai tukar terhadap harga saham pada perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh suku bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh tingkat inflasi terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Bagaimanakah pengaruh pertumbuhan PDB terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh nilai tukar terhadapharga saham pada perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia?
2. Mengetahui pengaruh suku bunga SBI terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
3. Mengetahui pengaruh tingkat inflasi terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
4. Mengetahui pengaruh pertumbuhan PDB terhadap harga saham pada perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
Manfaat Penelitian
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena beberapa alasan.Pertama, seiring dengan
meningkatnya jumlah investor seperti yang telah tercatat oleh KSEI, kebutuhan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perkembangan harga saham dan faktor
yang mempengaruhi, juga semakin meningkat. Kedua, harga saham menjadi indikator penting
yang menunjukan kondisi ekonomi Indonesia sehingga pergerakan naik turunnya harga saham
dan penyebabnya menarik untuk diamati.Terakhir, penelitian ini penting karena masih adanya
perbedaan hasil (research gap) pada penelitian-penelitian terdahulu.
Kajian Pustaka
Penelitian tentang pengaruh makroekonomi terhadap harga saham telah cukup banyak
dilakukan sebelumnya, antara lain :
No Nama Peneliti dan Tahun
Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Lukisto, J., dan N. Anastasia (2014)
Dampak Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti di Indonesia Periode Tahun 1994-2012
Inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah terhadap dolar, laju pertumbuhan PDB secara serempak berpengaruh signifikan terhadap Indeks harga saham.
2 Kewal, Suramaya Suci (2012)
Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Penelitian ini menemukan bahwa tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikanterhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Riset ini membuktikan bahwa variabel kurs rupiah mempengaruhi secara negative signifikan terhadap IHSG yang artinya semakin kuat kurs rupiah terhadap US $ (rupiah terapresiasi) maka akanmeningkatkan harga saham, dan sebaliknya.
3 Patar, A., Darminto, dan M. Saifi (2014)
Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Pergerakan Harga Saham.
1. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis pertama dapat diketahui bahwa yang dilakukan menunjukkan bahwa faktor internal (ROA, DER, PBV) dan eksternal (kurs, inflasi, dan suku bunga) terbukti secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham perusahaan LQ45. Hasil signifikan tersebut menandakan bahwa pergerakan harga saham dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. 2. Berdasarkan hasil pengujian pada hipotesis kedua
dapat disimpulkan bahwa tidak semua variabel faktor internal dan eksternal yang diusulkan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham. Berdasarkan hasil regresi terbukti bahwa ROA, DER, dan PBV berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham perusahaan LQ45, sedangkan kurs, inflasi, dan suku bunga tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap harga saham. 3. Nilai koefisien determinasi (R2) yang mencerminkan besarnya kontribusi semua variabel faktor internal dan eksternal terhadap harga saham perusahaan adalah sebesar 0,503 atau 50,3 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa 50,3 % pergerakan harga saham perusahaan LQ45 mampu dijelaskan oleh perubahan variabel faktor internal (ROA, DER, PBV) dan eksternal (kurs, inflasi, dan suku bunga), sedangkan sisanya sebesar 49,7 % dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang diusulkan.
4 Hismendi, A. Hamzah, dan S. Musnadi (2013)
Pengaruh Pengaruh Nilai Tukar, Sbi, Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia.
1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang berarti bahwa 94,3% pergerakan IHSG dapat dijelaskan keempat variabel bebas yaitu: nilai tukar, SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen dipengaruhi sebab lain di luar model.
2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F, menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi dan pertumbuhan GDP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap pergerakan IHSG.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG.
5 Arif, Dodi (2014)
Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan BI Rate terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode 2007 – 2013
Terdapat hubungan yang kuat antara variabel risiko sistematik eksternal Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), Inflasi (INF), dan suku bungan SBI terhadap harga saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2007 sampai dengan 2013. Hal ini ditunjukan oleh besarnya koefisien korelasi sebesar 0,94 . Untuk naik turunnnya nilai harga saham di Indonesia ditunjukan oleh besarnya nilai koefisien regresi R2 sebesar 0,883 atau sebesar 8,83 %. Sedangkan naik turunnya harga saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2007 sampai dengan 2013 dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang berisisko sistemik eksternal sebesar 1,17 %.Hasil pengujian hipotesis secara parsial yang dilakukan dengan uji t menunjukan bahwa risiko sistematik eksternal Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Uang Beredar (JUB), dan suku bunga SBI tidak mepengaruhi secara signifikan perubahan harga saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2007 sampai dengan 2013. Berbeda untuk pengujian hipotesis secara keseluruhan dengan menggunakan uji F terlihat bahwa risiko sistematik eksternal Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, dan SBI sangat mepengaruhi perubahan harga saham di Indonesia yang dilihat berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode 2007 sampai dengan 2013 secara signifikan.
Teori Agensi (Keagenan)
Dalam konsep agency theory disebutkan bahwa hubungan agensi ada ketika salah satu
pihak (principal) menyewa pihak lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa (Anthony dan
Govindarajan, 2005 : 269 dalam Dandang, Djoko, dan Hanung 2013). Dalam melakukan hal
itu, principal mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agent tersebut.
Menurut teori agensi ini, bahwa antara principal (pemilik) dan agent (manajemen) memiliki
tujuan yang berbeda yang mengakibatkan timbulnya konflik atau perbedaan kepentingan.
Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar
mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang
lebih besar dan secepat-cepatnya atas investasi yang mereka tanamkan. Sedangkan manajer
menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang
sebesar-besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan (Jensen dan Meckling, 1976
dalam Dandang, Djoko, dan Hanung, 2013).
Terkait teori keagenan dengan faktor makroekonomi, menurut Tandelilin (2010, 341)
kemampuan investor dalam memahami dan meramalkan kondisi ekonomi makro di masa datang
akan sangat berguna dalam pembuatan keputusan investasi yang menguntungkan. Untuk itu,
seorang investor harus mempertimbangkan beberapa indikator ekonomi makro dalam membuat
keputusan investasinya. Ketika investasi mengalami peningkatan, permintaan terhadap saham
juga cenderung meningkat yang akan diikuti oleh naiknya harga saham.
Harga Saham
Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu dan harga
saham tersebut ditentukan oleh pelaku pasar. Tinggi rendahnya harga saham ini ditentukan oleh
permintaan dan penawaran saham tersebut di pasar modal (Priatinah dan Kusuma 2012). Harga
saham yang berlaku di pasar modal dipengaruh oleh mekanisme pasar yaitu permintaan dan
penawaran, artinya semakin banyak permintaan saham maka harga saham tersebut akan
cenderung meningkat, begitu juga sebaliknya (Patar, Darminto, dan Saifi 2014).
Nilai Tukar Mata Uang atau Kurs
Nilai tukar mata uang atau kurs adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara
lainnya. Ada dua pendekatan yang digunakan untuk menentukan nilai tukar mata uang yaitu
pendekatan moneter dan pendekatan pasar. Dalam pendekatan moneter, nilai tukar mata uang
didefinisikan sebagai harga dimana mata uang asing diperjualbelikan terhadap mata uang
domestik dan harga tersebut berhubungan dengan penawaran dan permintaan uang (Lukisto dan
Anastasia 2014). Ekuitas yang merupakan bagian dari kekayaan (wealth) perusahaan dapat
mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang.
Sebagai contoh semakin tinggi harga saham akan menyebabkan semakin tinggi
permintaan uang dengan tingkat bunga yang semakin tinggi pula, sehingga hal ini akan menarik
minat investor asing untuk menanamkan modalnya dan hasilnya terjadi apresiasi terhadap mata
uang domestik. Hal tersebut dikuatkan dengan hasil penelitian Hismendi, Hamzah, dan Musnadi
(2013) menyatakan bahwa nilai tukar mata uang memiliki pengaruh signifikan terhadap harga
saham. Sesuai dengan hasil penelitian Kewal (2012) bahwa nilai tukar mempengaruhi harga
saham secara signifikan.
Oleh karena teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan:
H1: Nilai tukar mata uang atau kurs memiliki hubungan signifikan terhadap harga saham.
Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh Bank
Sentral yaitu Bank Indonesia. Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia sering kali diidentikkan
dengan aktiva yang bebas resiko atau risikonya nol (Lukisto dan Anastasia 2014). Suku bunga
SBI adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter
yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik (Dwita dan Rahmidani
2012). Suku bunga memiliki hubungan dengan laba perusahaan, karena bunga merupakan biaya,
semakin rendah suku bunga maka akan menyebabkan biaya peminjaman perusahaan yang lebih
rendah. Semakin rendah biaya peminjaman, semakin tinggi laba perusahaan dengan hal lain tetap
konstan.
Laba perusahaan yang tinggi akan merangsang aktivitas investasi, yang tentunya akan
berpengaruh terhadap harga saham. Teori tersebut diperkuat dengan hasil pada penelitian Lukisto
dan Anastasia (2014), suku bunga SBI memiliki pengaruh terhadap harga saham. Hal yang sama
diungkapkan oleh Amarasinghe (2015) bahwa suku bunga merupakan faktor signifikan terhadap
perubahan harga saham.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu tersebut, hipotesis yang akan diuji adalah:
H2: Suku bunga SBI memiliki hubungan signifikan terhadap harga saham.
Inflasi
Inflasi adalah suatu kondisi dimana tingkat harga meningkat secara terus menerus atau
dapat dikatakan inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum
mengalami kenaikan (Arif 2014). Dapat dikatakan inflasi apabila terjadi kenaikan harga barang
yang mengakibatkan kenaikan harga pada barang-barang lainnya. Inflasi timbul karena adanya
tekanan dari sisi supply (cost push inflation3), dari sisi permintaan (demand pull inflation4), dan
3 Cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah, serta bencana alam yang mengakibatkan terjadinya kelangkaan distribusi.
4 Demand pull inflation disebabkan oleh tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam makroekonomi digambarkan permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitasperekonomian. Karena adanya kenaikan permintaan masyarakat, mengakibatkan kenaikan harga dari barang dan jasa tersebut.
dari ekspektasi inflasi5 (lihat Bank Indonesia). Inflasi menyebabkan daya beli masyarakat
terhadap produk atau jasa perusahaan turun, sehingga profitabilitas juga mengalami penurunan
dengan hal lain tetap konstan. Penurunan profitabilitas berdampak pada kemampuan investasi
perusahaan, maka harga saham turut berpengaruh.
Hasil penelitian Dwita dan Rahmidani (2012) menguatkan teori tersebut bahwa inflasi
memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham perusahaan di sektor restoran, hotel dan
pariwisata periode tahun 2005-2010. Hasil yang sama diperoleh dari penelitian Arif (2014) pada
periode 2007-2013 serta penelitian Patar, Darminto, dan Saifi (2014) dalam periode 2009-2013
bahwa inflasi berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan
adalah:
H3: Inflasi memiliki hubungan signifikan terhadap harga saham.
Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP) adalah jumlah
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam
jangka waktu setahun, atau dapat diartikan pula sebagai nilai barang-barang dan jasa-jasa yang
diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut dan negara asing dalam
satu tahun tertentu (Kewal 2012). Peningkatan PDB dapat meningkatkan daya beli konsumen
terhadap produk-produk perusahaan sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Dengan
adanya peningkatan profitabilitas perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor sehingga
dapat meningkatkan harga saham.
Teori tersebut diperkuat dengan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Abedallat dan Shabib (2012) yang meneliti pengaruh antara PDB terhadap harga saham pada
Amman Stock Exchange index menemukan hasil bahwa PDB berpengaruh secara signifikan
terhadap harga saham. Hal yang sama dinyatakan dalam hasil penelitian Hismendi, Hamzah, dan
Musnadi (2013) bahwa PDB dan harga saham berpengaruh signifikan.
5 Ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku ekonomi yang menggunakan ekspektasi angka inflasi untuk keputusan kegiatan ekonominya.
Variabel DependenHarga Saham
Variabel IndependenMakroekonomi
Nilai Tukar
Suku Bunga SBI
Tingkat Inflasi
Pertumbuhan PDB
Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan:
H4: Produk Domestik Bruto (PDB) hubungan signifikan terhadap harga saham.
Kerangka Pemikiran
Metodologi Penelitian
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam
Indeks harga saham sektor yang ada di BEI periode tahun 2011-2015. Teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yang merupakan
metode pemilihan sampel tidak secara acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan
pertimbangan tertentu dimana sampel harus memenuhi kriteria:
1. Indeks Harga Saham Gabungan dan Indeks Sektoral yang tercatat di Bursa Efek Indonesia
pada periode Januari 2011 sampai dengan Desember 2015.
2. Data variabel makroekonomi yaitu tingkat inflasi, pertumbuhan PDB, suku bunga SBI
(jangka waktu 1 bulan), dan kurs ($ terhadap Rupiah) mulai periode Januari 2011 sampai
dengan Desember 2015 (data tiap bulan).
Jenis dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data
yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari:
1. Indonesia Stock Exchange (IDX) Statistics periode 2011-2015.
2. Data pendukung dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, website Badan
Pusat Statistik yaitu www.bps.go.iddan website Bank Indonesia (BI) yaitu www.bi.go.id
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalahmetode
dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan caramencatat dari dokumen yang berkaitan
dengan penelitian ini. Penelitian ini terbatas pada data sekunder yang diperoleh dari publikasi.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi Operasional Variabel adalah definisi dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian ini, dan menunjukkan cara pengukuran dari masing-masing variabel tersebut,
pada setiap indikator dihasilkan dari data sekunder dan dari suatu perhitungan terhadap formulasi
yangmendasarkan pada konsep teori.
Variabel Dependen
1. Konsep: Indeks harga saham sektoral (Y1)
Definisi: Indikator pergerakan harga saham sektoral yang tercatat Indeks Saham Sektoral
yang ada
Indikator empirik: harga penutupan (closing price) sektoral tiap bulan pada periode 2011-
2015.
Variabel Independen
1. Konsep: kurs atau nilai tukar (X1)
Definisi: Nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain.
Indikator empirik: Nilai tukar tengah Rupiah terhadap US Dolar.
2. Konsep: Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (X2)
Definisi: Surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia berjangka pendek (1 bulan)
sebagai pengakuan utang dengan sistem diskonto/ bunga (Thobarry 2009).
Indikator empirik: Tingkat suku bunga SBI periode per bulan.
3. Konsep: Laju Inflasi (X3)
Definisi: Indikator proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus
(kontinu) dan saling pengaruh-mempengaruhi, atau bertambahnya persediaan uang yang
menyebabkan meningkatnya harga (Sadono 2000).
Indikator empirik: Laju inflasi di Indonesia per bulan.
4. Konsep: Laju Produk Domestik Bruto (X4)
Definisi: proses kenaikkan output perkapita jangka panjang. Variabel ini diukur dengan
menginterpolasi data tahunan Produk Domestik Bruto (PDB) yang dikeluarkan oleh Badan
Pusat Statistik.Dalam arti yang lebih luas, interpolasi merupakan upaya mendefinisikan
suatu fungsi dekatan fungsi analitik yang tidak diketahui atau pengganti fungsi rumit yang
tak mungkin diperoleh persamaan analitiknya (Sandy 2007).
Indikator empirik: Laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto dalam bentuk per bulan hasil
interpolasi.
Metode Pengaruh Data
Uji Hipotesis
Teknik pengaruh yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengaruh data kuantitatif,
untuk memperkirakan secara kuantitatif pengaruh dari beberapa variabel Independen secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri terhadap variabel dependen. Hubungan fungsional
antara satu variabel dependen dengan variabel independen dapat dilakukan dengan regresi
berganda dan menggunakan data gabungan antara cross section dan time series. Metode
pengaruh yang digunakan adalah Ordinary Least Square (OLS) dengan model sebagai berikut:
Model pertama (Y=IHS)
Dimana:
Y = Indeks harga saham sektoral
a = konstanta
b1, b2, b3,.. = koefisien regresi
X1 = Nilai tukar Rp. Vs US$
X2 = Suku Bunga SBI
X3 = Inflasi
X4 = Pertumbuhan PDB
e = error
Nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar pengaruh. Koefisien b akan bernilai
positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel
dependen, artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel
dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independen mengalami penurunan. Sedangkan
nilai b akannegatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya.
Daftar Pustaka
Abedallat, A. Z. A., dan D. K. A. Shabib.Impact of the investment and gross domestic product
on the Amman Stock Exchange index. Investment Management and Financial
Innovations9 (3): 130-136.
Amarasinghe, AAMD. 2015. Dynamic Relationship between Interest Rate and Stock Price:
Empirical Evidence from Colombo Stock Exchange. International Journal of Business and
Social Science 6 (4): 92-97.
Anthony, Robert N., dan Vijay Govindarajan. 2005. Sistem Pengendalian Manajemen.
Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group.
Arif, Dodi. 2014. Pengaruh Produk Domestik Bruto, Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan BIRate
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Indonesia Periode 2007 – 2013. Jurnal
Ekonomi Bisnis 19 (3): 63-77.
Bank Indonesia.Pengenalan Inflasi. http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/
Contents/Default.aspx(diakses 24 Maret 2016).
Bursa Efek Indonesia.Yuk Nabung Saham.http://yuknabungsaham.idx.co.id/ (diakses 24 Maret
2016).
Dandang, S., Djoko, S., dan Hanung, T. (2013). Praktik Social Disclosure : Kajian Komparataif
Indonesia-Malaysia. Simposium Nasional Akuntansi XVI, Manado, Indonesia, 25-28
September.
Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap
Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi 13 (1): 57-66.
Dwita, V., dan R. Rahmidani. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan Nilai Tukar terhadap
Return Saham Sektor Restoran Hotel dan Pariwisata. Jurnal Kajian Manajemen Bisnis1
(1): 59-74.
Gudono. 2012. Teori Organisasi. Yogyakarta : BPFE.
Hismendi, A. Hamzah, dan S. Musnadi. 2013. Pengaruh Pengaruh Nilai Tukar, Sbi, Inflasi
danPertumbuhan GDP terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa
Efek Indonesia. Jurnal Ilmu Ekonomi 1 (2): 16-28.
Kewal, Suramaya Suci. 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan
PDBterhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia 8 (1): 53-64.
Kustodian Sentral Efek Indonesia.Peningkatan Jumlah Investor Catat Rekor
Tertinggi.http://ksei.co.id/ (diakses 24 Maret 2016)
Lukisto, J., dan N. Anastasia. 2014. Dampak Makroekonomi terhadap Indeks Harga Saham
Sektor Properti di Indonesia Periode Tahun 1994-2012. Jurnal Analisa 3 (2): 9-21.
Mardiyati, U., dan A Rosalina. 2013. Pengaruh Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga dan
Inflasi terhadap Indeks Harga Saham. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia 4 (1): 1-15.
Patar, A., Darminto, dan M. Saifi. 2014. Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi
Pergerakan Harga Saham.Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) 11 (1): 1-9.
Priatinah, D., dan P.A.Kusuma. 2012. Pengaruh Return On Investment (ROI), Earning Per Share
(EPS), dan Dividen Per Share (DPS) terhadap Harga Saham Perusahaan Pertambangan
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Nominal 1 (1): 50-64.
Profilet, K.A., dan F.W.Bacon. 2013. Dividend Policy and Stock Price Volatility in the U.S.
Equity Capital Market. Journal of Business and Behavioral Sciences 25 (2): 63-72.
Raharjo, Sugeng. 2012. Pengaruh Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga Terhadap
Harga Saham di Bursa Efek Indonesia.e-journal.stie.aub.ac.id
Simorangkir, I., dan Suseno. 2004. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar, Seri Kebanksentralan
No.12.Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia (PPSK BI).
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Yogyakarta: Kanisius