proposal tugas akhir
TRANSCRIPT
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai ibu kota negara, Jakarta mempunyai peranan penting dalam
pembangunan dan investasi bangsa. Menjadi pintu gerbang masuknya modernisasi dan
globalisasi. Sehingga, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi sangatlah
diperlukan.
Jakarta mempunyai bandara kelas internasional yang menduduki peringkat ke-9
sebagai bandara tersibuk di dunia dengan 57.7 juta penumpang/tahun pada tahun 2012.
Apalagi dengan grand design terminal 3 tahun 2014 diperkirakan jumlah penumpang
akan naik menjadi 63 juta penumpang/tahun. Oleh karena itu diperlukan automated
people mover yaitu monorel dengan sistem 2 jalur yang dapat melayani penumpang
dengan cepat.
Pertimbangan menggunakan monorel karena efektif dan efisien dalam segi biaya
dan waktu. Selain itu menggunakan transportasi monorel berarti ikut berpartispasi
dalam gerakan menyelematkan bumi (save the earth) karena transportasi ini bebas
polusi. Dengan adanya monorel ini Bandara Soekarno Hatta mewakili kota Jakarta
sebagai ikon kota metropolitan dengan modernisasi transportasi.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam tugas akhir ini permasalahan yang akan dibahas ialah:
1. Bagaimana perencanaan monorel gelagar baja dan pilar baja?
2. Bagaimana perhitungan struktur atas monorel?
3. Bagaimana perhitungan struktur bawah monorel?
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
1.3 Batasan Masalah
Dalam penyusunan tugas akhir ini perencanaan Monorel Bandara Soekarno-
Hatta meliputi sebagai berikut:
1. Merencanakan dan menganalisa struktur atas dan bawah monorel dengan gelagar
baja dan pilar baja.
2. Menggambarkan hasil analisa struktur monorel.
3. Tidak membahas anggaran biaya dan metode pelaksanaan pembangunan monorel.
1.4 Tujuan
1.4.1 Umum
Dalam penyusunan tugas akhir ini, perencanaan Monorel Bandara
Soekarno-Hatta bertujuan untuk merencanakan struktur monorel dengan syarat
memenuhi syarat spesifikasi teknis, agar stabilitasi struktur terpenuhi dan
mengantisipasi terjadinya kegagalan struktur.
1.4.2 Khusus
1. Perencanaan dan analisa struktur bangunan atas monorel adalah perancangan
gelagar baja termasuk di dalamnya perhitungan pembebanan, baut dan
sambungan.
2. Perencanaaan dan analisa struktur bangunan bawah monorel adalah
perancangan pilar baja dan perhitungan struktur pondasi.
1.5 Manfaat
1.5.1 Umum
Manfaat dari adanya perencanaan pembangunan Monorel Bandara
Soekarno-Hatta ini adalah dapat melayani jumlah penumpang yang terus
meningkat di bandara dengan waktu tempuh yang singkat.
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
1.5.2 Khusus
Pembangunan Monorel Bandara Soekarno-Hatta ini dapat menggunakan
dua bahan yaitu beton dan baja. Tetapi dalam tugas akhir ini, menggunakan bahan
dari baja untuk gelagar dan pilarnya. Pemilihan tersebut karena baja lebih efisien
meskipun biayanya lebih mahal. Selain itu pilar baja mempunyai bentuk yang
ramping sehingga ada nilai estetikanya dan hanya membutuhkan lahan yang
sedikit.
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Monorel (monorail) adalah salah satu automated people mover yang dibentuk
dari kata dua kata bahasa Inggris yaitu mono yang artinya adalah satu dan rail yang
artinya adalah rel. Sehingga jika digabungkan monorail adalah jalur kereta api dengan
rel tunggal (satu balok) sebagai lintasannya. Monorel didefinisikan sebagai metro yang
terdiri dari rel tunggal dan metronya lebih lebar daripada relnya.
Tidak semua rel yang ditinggikan disebut sebagai monorel. Monorel juga bisa
berjalan di sebuah dasar, di bawah sebuah dasar (menggantung/underhung) atau di
terowongan kereta bawah tanah (subway tunnels).
Monorel yang direncanakan di Bandara Soekarno Hatta didesain dengan
menggunakan pilar beton dan gelagar beton prategang. Dalam tugas akhir ini akan
didesain ulang menggunakan pilar baja dan gelagar baja. Penggunaan bahan dasar baja
dianggap lebih tidak membutuhkan ruang yang banyak dan mudah dibentuk karena
mempunyai kelangsingan sehingga akan membuat kota Jakarta lebih indah.
2.2 Spesifikasi Kereta
Tabel 2.1 Spesifikasi Kereta Monorel PT. INKA
Tipe monorail straddle, rubber tire, elevated
Guideway I-beam
Kapasitas
• 210 penumpang/ train set (2 car)
• maksimum 400 penumpang
Carbody, tare weight 2 car/set, walkthrough, no cab, 15.7 ton
Dimensi kereta 12 m x 2.7 m x 5.1 m
Tipe pintu 2 outer sliding per side dwelling time 1 menit
Headway 2 menit
Tipe pengontrolan driverless, CBTC
Jarak dua gandar yang berdekatan 1.500 m
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
Kecepatan maksimum (lurus) 80 km/jam
Kecepatan maksimum (belok) 25 km/jam
Percepatan 3,6 km/jam atau 1m/s2
Perlambatan 3,6 km/jam atau 1m/s2
Jarak belok minimum (horizontal) 60 m
Jarak belok minimum (vertikal) 1000 m
Beban tiap gandar 8 ton
Gambar 2.1 Formasi Monorel INKA
2.3 Pembebanan
Standar pembebanan dalam penyusunan tugas akhir ini berdasarkan Automated
People Mover (APM) untuk monorel. Pembebanan terdiri dari beban mati dan beban
hidup. Beban hidup dibagi menjadi beban vertikal, beban horizontal dan beban
longitudinal.
Gambar 2.2 Letak Pembebanan
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
2.3.1 Beban Mati (Dead Load)
Beban mati adalah berat seluruh struktur yang bersifat tetap. Beban ini
terdiri dari berat sendiri tiap elemen struktur. Dalam tugas akhir ini beban mati
adalah berat sendiri baja.
2.3.2 Beban Hidup Vertikal (Vertical Load)
1. Beban Gandar pada Monorel
Gambar 2.3 Susunan gandar pada monorel
Tiap gandar pada monorel terdapat gaya yang menekan gelagar sebesar 8
ton. Dengan jarak gandar yang berdekatan adalah 1500 mm, jarak gandar antar
gerbong 3217 mm dan jarak gandar yang berjauhan adalah 5700 mm.
2. Beban Kejut (Impact Load)
Monorel yang melaju di atas guideway menimbulkan efek dinamik pada
gelagar. Efek dinamik tersebut diasumsikan sebagai faktor kejut. Berdasarkan
Automated People Mover System untuk transportasi monorel, besar faktor
kejut dapat dihitung dengan persamaan:
( i )= 2050+L
....................................................................................(1)
dengan:
L : span (m)
2.3.3 Beban Hidup Horizontal (Horizontal Load)
1. Beban Kendaraan LateralPROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
Beban ini disebabkan dari gerakan snake motion kereta yang tegak lurus
dengan dengan beban terpusat dan searah horizontal dengan track. Sehingga
beban ini menjadi 25% tiap gandar.
F1=P× μ1......................................................................................................(2)
dimana:
P : beban gandar
µ1 : koefisien tumbukan lateral (0.25)
2. Beban Angin
Koefisien yang digunakan untuk menghitung beban angin telah
disesuaikan dengan kondisi di Indonesia
FW=A × N W.................................................................................................. (3)
dimana:
A : permukaan kereta secara horizontal (m2)
NW : beban angin (40 kg/m2 = 80 km/h)
2.3.4 Beban Hidup Longitudinal (Longitudinal Load)
1. Beban Permulaan (Starting Load)
Beban permulaan merupakan beban akibat gesekan antara roda dengan
gelagar saat kereta mulai melaju. Besarnya adalah 15% tiap gandar dan dapat
dihitung dengan persamaan berikut ini:
Faccel=m∙ a .......................................................................................... (4)
dimana:
Faccel : starting load
m : massa kereta 128000 kg
a : percepatan kereta
2. Beban Rem
Pada saat kereta mengurangi kecepatan, terdapat gaya yang melawan laju
kereta yang besarnya dapat dihitung:
Fdeccel=m∙ a ............................................................................................(5)
dimana:
Fdeccel : beban rem (N)
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
m : massa kereta (128000 kg)
a : perlambatan kereta
2.3.5 Beban Aksi Lingkungan
1. Beban Gempa
Dalam perancangan struktur, beban gempa harus diperhitungkan dalam
kondisi batas ultimate. Pada umumnya beban gempa berakibat langsung pada
pilar. Besarnya dapat diperhitungkan berdasarkan RSNI 2833:201x
Pernacangan Jembatan Terhadap Beban Gempa.
2. Perilaku Baja pada Temperatur Tinggi
Pada desain struktur baja pengetahuan mengenai sifat-sifat/perilaku baja
pada temperatur tinggi sangatlah diperlukan untuk proses pengelasan atau pada
saat struktur terekspose di dalam api.
Gambar 2.4 Efek Temperatur terhadap Tegangan Leleh
Gambar 2.5 Efek Temperatur terhadap Tegangan Putus
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
Gambar 2.6 Efek Temperatur terhadap Modulus Elastisitas
2.4 Girder Baja
Struktur bangunan atas pada monorel baja adalah gelagar atau girder baja. Gelagar
ini memikul beban monorel yang melintas dan menyalurkannya ke pondasi. Untuk
profilnya menggunakan profil WF.
Gelagar baja adalah komponen struktur lentur yang menerima beban sangat besar.
Oleh karena itu lebih baik menggunakan profil pabrikasi yaitu dengan cara
mempertinggi penampang web. Sehingga, rawan mengalami tekuk baik tekuk lokal
maupun tekuk lateral. Adanya kegagalan tekuk ini disebabkan karena kelangsingan
baja.
2.5 Kolom Baja
Struktur bangunan yang berfungsi untuk menerima beban dari gelagar ke
konstruksi pondasi bangunan. Jenis-jenis gaya yang membebani sebuah kolom adalah
gaya normal, gaya lateral, momen dan puntir. Kolom baja adalah sambungan antar
profil yang dihubungkan dengan cara dilas atau baut.
2.6 Struktur Lentur
Struktur balok menerima beban mati dan beban hidup baik itu tekan maupun tarik
yang menyebabkan lentur (tekuk). Agar tidak terjadi tekuk maka bagian yang
mengalami tekan harus terkekang baik dalam sumbu kuat ataupun sumbu lemah.
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
2.6.1 Perilaku Balok Terkekang Lateral
Distribusi tegangan pada baja penampang WF diperlihatkan pada gambar dibawah
ini
Gambar 2.7 : Distribusi Tegangan pada Level Beban Berbeda
Pada kondisi (a) penampang masih elastik. Pada kondisi (b) kuat leleh
tercapai pada serat terluar, tahanan momem nominal sama dengan momen leleh.
Pada kondisi (c) serat terluar hampir melampaui tegangan lelehnya. Dan pada
kondisi (d) semua serat dalam penampang melampaui renggang lelehnya, kondisi
ini dinamakan kondisi plastis.
2.6.2 Desain Balok Terkekang Lateral
Tahanan balok terkekang lateral dengan desain LRFD besarnya harus
memenuhi persamaan:
∅ b . M n>M u……………………………………………………………………(6)
dimana:
∅ b . : 0.90
M n : tahanan momen nominal
M u : momen lentur akibat beban terfaktor
Persyaratan untuk penampang kompak, tak kompak dan langsing adalah
sebagai berikut:
1. Penampang kompak : λ < λp
Tahanan momen nominal balok penampang kompak
2. Penampang tak kompak : λp < λ < λr
3. Langsing : λ > λp
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
Lendutan Balok
Dalam lendutan maksimum untuk balok pemikul sebesar L
360,
sedangkan untuk balok biasa lendutannya sebesar L
240. Sehingga maslah
batasan lendutan lebih menentukan dalam pemilihan profil balok daripada
tahanan momennya.
Geser pada Penampang Gilas
Perencanaan balok dengan bentang-bentang menengah pada ukuran
profil lebih ditentukan akibat lentur pada balok. Sehingga pada balok dengan
bentang pendek, tahanan geser lebih menentukan dalam pemilihan profil
Tahanan Geser Nominal Penampang Gilas
Dalam penampang gilas gaya geser sebagian besar dipikul oleh web jika web
dalam kondisi yang stabil, dapat di asumsikan sebagai berikut:
V n=t y . Aw=0,60. f yw . Aw …………………………………….(7)
dengan:
f yw : kuat leleh web
Aw : luas penampang
Beban Terpusat pada Balok
Apaila balok diberi beban terpusat maka leleh lokal akan terjadi akibat
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
SAMBUNGAN LASDalam proses pelengelasan yang mengakibatkan peleburan bahan maka
sebuah logam dapat mengalami penyambungan. Pemakaian las dalam hal
kontruksi memberikan beberapa keuntungan yaitu dari segi ekonomi
pemakaian las lebih murah dan mudah untuk membuat perubahan desain.
Pembatasan ukuran las sudut
Pemakaiaan las sudut dapat ditentukan dari panjang kaki yang akan dilas
dapat di ibaratkan sebagai a1 dan a2
Gambar 2.8 : Ukuran Las Sudut
Luas Efektif Las
Pada Luas Efektif Las terdapat dua tipe las yaitu Las tumpul dan Las
sudut. Dari dua jenis las tersebut terjadi hasil perkalian antara tebal efektif
(t e) dengan panjang las.
Tahanan Nominal Sambungan Las
Persyaratan keamanan suatu struktur dapat terpenuhi persamaan :
∅ .Rnw ≥ Ru …………………………………………………………….(8)
dimana :
∅ : faktor tahanan
Rnw : tahanan nominal per satuan panjang las
Ru : beban terfaktor per satuan panjang las
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
Geser Eksentris – Metoda Elastik
Prinsip geser eksentris ini menggabungkan antara kuat geser langsung
dengan puntir. Bahan homogen dapat terpenuhi persamaan :
ƒ' = PA
(tegangan geser langsung) ………………………………………...
(9)
ƒ' ' = T . rI p
(tegangan momen puntir)………………………………………
(10)
dimana :
r : jarak dari titik berat ke tiitik tegangan
I p : momen inersia polar
Kasus komponen tegangan yang di sebabkan oleh geser langsung :
ƒ'x =
Px
Aƒ'
y = P y
A ……………………………………………...
(11)
Gambar 2.9 Sambungan Konsol dengan Geser Eksentris
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA
1
PROPOSAL TUGAS AKHIRPERENCANAAN ULANG MONOREL BANDARA SOEKARNO-HATTA-TANGERANG
MENGGUNAKAN GELAGAR BAJA DAN PILAR BAJA STA 0+100
JAKARTA
PROGRAM STUDI DIPLOMA TEKNIK SIPIL FTSP – ITS SURABAYA