proposal tugas akhir

27
A. Latar Belakang Pada prinsipnya tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan kerja berada pada setiap orang individu atau organisasi yang terlibat didalamnya. Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan murni disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah bergeser, bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor- faktor organisasi dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan kerja yang ada terbaru , maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja para pekerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri konstruksi, sering diabaikan oleh para pelaksana konstruksi. Hanya sebagian kecil saja pekerja yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sungguh-sungguh. Meskipun sistem keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan oleh kontraktor, kenyataan menunjukkan bahwa kecelakaan kerja masih sering terjadi, baik kecelakaan kecil maupun kecelakaan besar. Industri konstruksi merupakan salah satu sektor industr i yang mempunyai resiko kecelakaan yang cukup 1

Upload: fery-iskandar

Post on 25-Jul-2015

817 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal Tugas Akhir

A. Latar Belakang

Pada prinsipnya tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan

kerja berada pada setiap orang individu atau organisasi yang terlibat

didalamnya. Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan murni

disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah

bergeser, bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi

dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan

dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang

aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan kerja yang ada terbaru,

maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja

para pekerjanya.

Keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri konstruksi, sering

diabaikan oleh para pelaksana konstruksi. Hanya sebagian kecil saja pekerja

yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sungguh-

sungguh. Meskipun sistem keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan

oleh kontraktor, kenyataan menunjukkan bahwa kecelakaan kerja masih sering

terjadi, baik kecelakaan kecil maupun kecelakaan besar.

Industri konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang

mempunyai resiko kecelakaan yang cukup tinggi. Berdasarkan data Jamsostek

yang diambil dari situs internet (http://bataviase.co.id/node/150075), pada

tahun 2009 terjadi 96.314 kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah itu, korban

meninggal dunia mencapai 2.116 orang, cacat total 528 orang, cacat sebagian

2.640 orang, cacat fungsi 4.488 orang, dan yang berhasil sembuh adalah

86.542 orang. Kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja pada proyek

konstruksi yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, jauh

lebih besar dibanding dengan proyek konstruksi yang melaksanakan

keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik.

Pelaksanaan proyek pembangunan jalan fly over yang dilaksanakan di

jalan Sudirman Pekanbaru terdiri dari 2 lokasi dikerjakan laksanakan oleh

kontraktor PT. Adhi Karya dan PT. Istaka Karya. Berlokasi di 2 tempat

Lokasi yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kemungkinan

1

Page 2: Proposal Tugas Akhir

terjadinya kecelakaan kerja seperti kecelakaan lalu lintas, terkena arus listrik,

terkena benda tajam, tertimpa benda jatuh dan lain-lain. Berdasarkan uraian

diatas maka penulis akan meninjau mengenai pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja peranan pengawas lapangan dalam usaha-

usaha pencegahan kecelakaan kerja di proyek konstruksi pada proyek

pembangunan jalan fly over Jalan Sudirman Pekanbaru.

B. Perumusan Masalah

Apabila dilihat dari fungsi-fungsi manajemen, terdapat adanya fungsi

perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada fungsi

perencanaan, disamping terfokus pada tugas operasional juga harus mencakup

usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang dipersiapkan untuk

pencegahan terjadinya kecelakaan. Kemudianv perlu pula menganalisis

bahaya-bahaya apa saja yang mungkin akan timbul pada suatu pekerjaan dan

bagaimana mengatasinya. Pada masa ini keberhasilan suatu proyek juga

dilihat dari rendahnya tingkat kecelakaan yang terjadi pada saat pembangunan.

Pelaksanaan K3 yang baik juga merupakan indikator keberhasilan suatu

perusahaan konstruksi.Tanggung jawab harus digariskan dengan tegas agar

tidak terjadi kesimpangsiuran yang justru dapat membahayakan. Dalam suatu

kontrak kerja pekerjaan keinsinyuran konstruksi perlu adanya dibuat pasal

pasal yang mengatur secara preventif keselamatan kerja dengan menunjuk UU

dan peraturan yang berlaku (Yasin: 2003). Berdasarkan hal diatas, maka pada

penelitian ini akan mencoba meninjau peenerapan SMK3 pada suatu proyek

konstruksi pembangunan jalan fly over , yang mempunyai tingkat kesulitan

dalam pelaksanaan yang berbeda dengan proyek konstruksi lainnya seperti

gedung, bendungan, jalan raya, dan lain sebagainya. Apalagi pembangunan

jalan ini dilaksanakan di lokasi yang arus lalu lintasnya cukup ramai dan

berada di pusat kota. Dimana pekerjaan ini tentu saja akan menimbulkan

gangguan pada arus lalu lintas kota Pekanbaru. Kerugian yang diakibatkan

oleh kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yang kurang memperhatikan

keselamatan dan kesehatan kerja, jauh lebih besar dibanding dengan proyek

2

Page 3: Proposal Tugas Akhir

konstruksi yang melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik.

Dalam tugas akhir ini akan dibahas perumusan masalah yang akan dibahas

masalah tersebut diatas dan diberi judul yaitu : Tinjauan Pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek pembangunan fly

over Pekanbaru.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Melakukan peninjauan engkajian terhadap pelaksanaan sistem manajemen

keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan fly over di

Pekanbaru.

2. Mengidentifikasi masalah –masalah K3 apa saja yang timbul pada proyek

pembangunan jalan fly over Pekanbaru

Melakukan verifikasi atas kesesuaian antara peraturan keselamatan kerja

dengan implementasi dilapangan.

3. Membuat perbandingan terhadap dua perusahaan kontraktor dalam hal

pelaksanaan SMK3 pada proyek fly over yang sama.

Mencari penyebab terjadinya kecelakaan kerja.

4. Mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.

5. Meningkatkan kesadaran pengawas lapangan, kontraktor dan pekerja

terhadap pentingnya aspek keselamatan dalam proyek konstruksi.

D. Manfaat Penelitian

1. Dengan diketahui apa saja masalah masalah yang berkaitan dengan K3

pada suatu proyek fly over, maka akan dapat dicari solusinya untuk proyek

dimasa mendatang.

2. Memberi informasi kepada pihak pihak yang terkait tentang SMK3 yang

sangat bermanfaat dalam pelaksanaan dan kelancaran suatu proyek

konstruksi jalan fly over

E. Batasan Masalah

1. Masalah yang dibahas hanya berkisar pada penerapan K3 saja, hal lain

yang tidak berkaitan dengan K3 tetapi mempengaruhi jalannya proyek

tidak termasuk dalam lingkup pembahasan. Peranan Pengawas Lapangan

3

Page 4: Proposal Tugas Akhir

terhadap sistim manajement K3 pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over

Pekanbaru.

2. Pertanyaan hanya akan ditujukan kepada pihak pihak yang terlibat dalam

pelaksanaan proyek tersebut, baik itu kontraktor, konsultan pengawas serta

pemilik proyek saja. Kajian Penerapan Pedoman program keselamatan dan

kesehatan kerja pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over Pekanbaru.

3 Tingkat motivasi pekerja dalam penerapan aturan keselamatan kerja.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengawasan dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3)

Dalam undang-undang ketenagakerjaan (tuliskan nomor dan tahun UU

nya), aspek pengawasan masalah K3 dijelaskan dalam pasal XIV. Pengawasan

ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang

harus memiliki kompetensi dan independensi. Pegawai pengawas perlu

merasa bebas dari pengaruh berbagai pihak dalam mengambil keputusan.

Disamping itu, unit kerja pengawasan ketenagakerjaan baik pada pemerintah

provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan

pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Tenaga Kerja.

Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-

perusahaan tidak dapat diselesaikan dengan pengawasan saja. Perusahaan-

perusahaan perlu berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan

menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau ”SMK3.” SMK3 ini merupakan

tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seluruh

tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam pelaksanaan pekerjaan,

agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk melaksanakan

program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif.Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga

inspektor/pengawas untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam

4

Page 5: Proposal Tugas Akhir

menerapkan aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu melalukan

audit paling tidak satu kali dalam tiga tahun. Perusahaan- perusahaan yang

memenuhi kewajibannya akan diberikan sertifikat tanda bukti. Tetapi

peraturan ini kurang jelas dalam mendifinisikan sanksi bagi perusahaan-

perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.

Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

kesadaran masyarakat mengenai masalah K3, yaitu salah satunya dengan

memberikan apresiasi kepada para pengusaha yang menerapkan prinsip-

prinsip K3 dalam operasional perusahaan yang berupa penghargaan tertulis

serta diumumkan di media-media massa, seperti yang dilakukan oleh

Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,

Departemen Tenaga

Tambahkan informasi mengenai SMK3 di bidang konstruksi

2. Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja

a. Pengertian dan Klasifikasi Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Menurut Suma’mur

(1989) kecelakaan kerja menyebabkan 5 jenis kerugian (K) :

a. Kerusakan.

b. Kekacauan organisasi.

c. Keluhan dan kesedihan.

d. Kelainan dan cacat.

e. Kematian.

Berbagai jenis kecelakaan yang terjadi akan menyulitkan

pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan, padahal klasifikasi dan

pencatatan yang jelas akan memberikan informasi penting bagi pencegahan

kecelakaan kerja. Oleh karena itu pada tahun 1962 ILO (International Labour

Organization) menyelenggarakan konferensi yang mengusulkan untuk

melaksanakan studi tentang keadaan lingkungan di sekitar lingkungan kerja

dalam industri. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO adalah sebagai

berikut :

5

Page 6: Proposal Tugas Akhir

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

1. Terjatuh.

2. Tertimpa benda jatuh.

3. Terjepit oleh benda bergerak.

4. Gerakan yang dipaksakan.

5. Terkena arus listrik.

6. Terkena suhu tinggi

7. Kontak dengan bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi.

8. Lain-lain kecelakaan kerja yang tidak termasuk golongan ini.

b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut penyebabnya :

1. Mesin.

2. Alat angkut dan alat angkat.

3. Peralatan lain (bejana bertekanan, instalasi pendingin, tangga, perancah

dan lain-lain)

4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.

5. Lingkungan kerja.

b. Tenaga Kerja Konstruksi

Undang – undang no. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga

Kerja pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang

sedang melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja

guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dilihat dari bentuk hubungan kerja, tenaga kerja konstruksi dibedakan

menjadi :

a. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang direkrut dan

menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.

b. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang

ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja dengan kontraktor untuk

jangka waktu tertentu.

Dilihat dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi

tiga golongan, yaitu :

6

Page 7: Proposal Tugas Akhir

a. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau

berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang

tertentu.

b. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan

pendidikan atau pengalaman kerja.

c. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan

yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu.

c. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh banyak faktor. Cara

penggolongan sebab-sebab kecelakaan kerja diberbagai negara tidak sama.

Namun ada kesamaan umum, bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua

golongan penyebab, yaitu :

1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe

human actions).

2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe conditions).

Menurut Santosa (2004) contoh tindakan yang membahayakan dan

kondisi yang membahayakan antara lain :

1. Tindakan yang membahayakan :

a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.

b. Bekerja melebihi jam kerja ditempat kerja.

2. Kondisi yang membahayakan :

a. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak.

b. Kondisi suhu yang membahayakan.

Dari penyelidikan–penyelidikan didapatkan bahwa faktor manusia

dalam timbulnya kecelakaan sangat besar. Sekitar 80-85 % kecelakaan

disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia.

d. Akibat Kecelakaan Kerja

7

Page 8: Proposal Tugas Akhir

Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tempat

korban bekerja dan bagi korban itu sendiri. Kerugian bagi perusahaan antara

lain :

1. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit.

2. Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga

menghambat proses produksi.

3. Kemunduran mental para pekerja.

4. Mencari tenaga kerja baru.

5. Citra perusahaan menjadi jelek.

Bagi korban kecelakaan kerja dapat menyebabkan :

1. Meninggal dunia, yaitu apabila tenaga kerja berada di lokasi kerja karena

suatu kecelakaan kerja mengakibatkan pekerja tersebut meninggal dunia.

2. Cacat tetap, yaitu keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota tubuh

yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurangnya

kemampuan untuk melakukan pekerjaan.

3. Cedera ringan, yaitu keadaan yang mengakibatkan pekerja tidak mampu

bekerja untuk sementara waktu.

e. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat

diduga, setiap kecelakaan kerja dapat diduga dari semula apabila kondisi kerja

tidak memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu mencegah terjadinya kecelakaan

kerja adalah sangat baik. Berikut ini akan dijelaskan pencegahan yang dapat

dilakukan agar kecelakaan kerja tidak terjadi ataupun dapat diminimalisir

melalui :

1. Peraturan perundangan.

Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan

mengenai kondisi kerja, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, cara kerja peralatan industri, tugas pengusaha dan buruh,

supervise medis, dan pemeriksaan kesehatan.

2. Standarisasi.

8

Page 9: Proposal Tugas Akhir

Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau

tidak resmi mengenai konstruksi, jenis-jenis peralatan industri, praktek-

praktek keselamatan kerja ataupun alat-alat perlindungan diri saat bekerja.

3. Pengawasan.

Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-

undangan.

4. Penelitian bersifat teknik.

Pelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

pelindung diri.

5. Riset medis.

Riset medis meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis

faktor-faktor lingkungan dan teknologi serta kondisi fisik yang

menyebabkan kecelakaan.

6. Riset psikologis.

Riset psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan kecelakaan.

7. Riset statistik.

Riset statistik yaitu untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

banyaknya, siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya.

8. Pendidikan.

Pendidikan meliputi pelajaran subjek keselamatan sebagai kurikulum

dalam akademi teknik.

9. Pelatihan. yaitu praktek latihan khususnya bagi tenaga kerja baru dalam

hal keselamatan kerja.

10. Memotivasi.

Memotivasi yaitu melakukan penyuluhan untuk menimbulkan sikap untuk

selamat.

f. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja

9

Page 10: Proposal Tugas Akhir

Pemakaian perlengkapan dan peralatan penunjang keselamatan dan

kesehatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting demi meminimalisir

terjadinya kecelakaan kerja. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi khususnya

kontruksi gedung bertingkat, pihak pelaksana harus menyediakan

perlengkapan dan peralatan keselamatan kerja yang meliputi :

1. Alat pelindung diri, antara lain :

a. Helm, dipakai oleh semua orang yang berada di area proyek.

b. Sepatu lapangan, dipakai oleh semua orang yang berada di area proyek.

c. Sarung tangan, dipakai oleh tukang besi, baja, las dan teknisi listrik.

d. Masker las, dipakai oleh tukang las.

e. Kaca mata, dipakai oleh tukang gerinda dan pekerjaan pengikisan.

f. Sabuk pengaman, dipakai oleh pekerja yang berada pada ketinggian.

2. Perlengkapan dan penunjang keselamatan kerja, meliputi :

a. Alat pemadam api.

b. Klinik K3 dan obat P3k.

c. Tandu.

d. Rambu peringatan.

f. Tempat sampah.

g. Mushalla.

3. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja

a. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Kerja

Menurut Suma’mur (1989) pengertian keselamatan kerja adalah

keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan

proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-

cara melakukan pekerjaan. Program keselamatan kerja merupakan suatu

bagian dari upaya perencanaan dan pengendalian proyek yang ditujukan untuk

pencegahan terhadap bahaya yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan kerja,

rusaknya material, peralatan ataupun konstruksi itu sendiri.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan : tiap-

tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

10

Page 11: Proposal Tugas Akhir

kemanusiaan. Suatu pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan

apabila keselamatan kerja telah dijamin. Kematian, cacat, cidera, penyakit,

dan lain-lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan

bertentangan dengan dasar kemanusiaan, maka dari itu atas dasar landasan

UUD 1945 lahir undang-undang dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dalam

keselamatan kerja, antara lain :

a. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerja.

b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.

Adapun tujuan keselamatan kerja antara lain :

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan

pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

b. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,

beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di

sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan

Kerja Tahun 1992 Pasal 2). Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya dalam

hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk (Buchari,

2007) :

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja

disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosialnya.

b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

11

Page 12: Proposal Tugas Akhir

c. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

c. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga

komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan

serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja

yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan

kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan

agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja

meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu

berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang

pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia dan

lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban

tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat

menimbulkan penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat

disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang

tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh

bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-

faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.

4. Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia

a. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Adapun Undang-undang atau peraturan tentang keselamatan kerja

bidang konstruksi antara lain :

12

Page 13: Proposal Tugas Akhir

1. Peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/1980

tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.

2. Per.Men No.02 /MEN/1980 tentang pemeriksaan keselamatan tenaga kerja

dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.

3. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga

Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang keselamatan dan

kesehatan kerja pada tempat konstruksi.

Didalam peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.

01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi

bangunan terdapat persyaratan yang berlaku bagi seluruh tenaga kerja, umum

maupun tamu pada tempat kegiatan konstruksi bangunan antara lain :

1. Semua pekerja dan semua orang wajib mematuhi semua rambu

peringatan. 

2. Pekerja harus memperhatikan dan mengindahkan petunjuk-petunjuk yang

diberikan oleh atasan dan harus berhati-hati terhadap semua orang yang

berada dalam ruang kerjanya.

3. Sebelum memulai pelaksanaan suatu pekerjaan, harus dipastikan bahwa

pekerja telah mendapatkan pengenalan/sosialisasi mengenai peraturan

umum keselamatan dari petugas K3 di tempat kegiatan kerja.

4. Semua kecelakaan dan kejadian harus dilaporkan pada petugas K3 di

tempat kegiatan kerja. Dalam hal terjadi luka pada seseorang, harus segera

menghubungi petugas K3. Petugas ini akan mengurus pengangkutan orang

yang terluka ke rumah sakit.

5. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus segera diberikan sesaat

setelah kejadian kecelakaan;

6. Semua peralatan dan alat bantu kerja harus telah dipastikan keamanannya

untuk digunakan.

7. Setiap pekerja wajib memelihara daerah kerja masing-masing agar selalu

dalam kondisi yang bersih dan sehat.

8. Setiap pekerja dilarang meninggalkan tempat bekerja tanpa ijin.

13

Page 14: Proposal Tugas Akhir

9. Setiap pekerja wajib memakai alat keselamatan kerja, seperti :

a. Helm pengaman.

b. Sepatu kerja.

c.Sarung tangan.

d. Pelindung pendengaran.

e.Kaca mata debu.

f. Pelindung pernafasan.

a. Sabuk pengaman dan tali/tambang sesuai dengan kebutuhan dan

keadaan kerja.

b. Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah keselamatan

dan kesehatan kerja dilakukan oleh petugas pengawas ketenagakerjaan yang

harus memiliki kompetensi dan indepedensi. Petugas pengawas harus bebas

dari pengaruh berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Untuk

melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi

bangunan maka dikeluarkanlah Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.

INST.05/M/RW/96 yang isinya antara lain :

1. Melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap

kegiatan konstruksi, dimulai pada tahap persiapan, pelaksanaan dan

penggunaan kontruksi

2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap semua peralatan yang

digunakan pada kegiatan konstruksi dan mensertifikasi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Membuat program pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

tenaga kerja pada setiap perusahaan konstruksi dalam rangka persiapan

penunjukan petugas keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Mengkoordinir pelaksanaannya dengan kantor wilayah pekerjaan umum

dan perusahaan kontraktor yang tergabung dalam asosiasi kontraktor

Indonesia.

14

Page 15: Proposal Tugas Akhir

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over

Pekanbaru (persimpangan Jalan Sudirman-Jalan T.Tambusai) dengan

panjang 350,00 meter dan persimpangan Jalan Sudirman- Jalan Imam

Munandar) dengan panjang 212,00 meter. yang terletak di jalan Sudirman

Pekanbaru.

2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Studi literatur

Menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan keselamatan dan

kesehatan kerja, antara lain seperti buku, jurnal, majalah, buletin, internet

dan lain sebagainya

2. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melaksanakan

penelitian antara lain :

a. Observasi lapangan

Melakukan peninjauan ke lokasi proyek dan memperoleh dokumen-

dokumen yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta

mendokumentasikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.

b. Wawancara

Untuk mendapatkan kelengkapan data-data yang diperlukan, penulis

melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam penerapan

keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.

c . Kuesioner

Mengajukan sejumlah pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada sejumlah

responden. Jawaban kuesioner dikumpulkan dan dianalisa yang hasilnya

digunakan untuk mengkaji penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.

15

Page 16: Proposal Tugas Akhir

3. Bagan alir penelitian ( Flow Chart )

16

Studi literatur dan pengumpulan data :

-Observasi

-Dokumentasi

-Kuesioner

Pembahasan :Tinjauan pelaksanaan SMK3 Identifikasi masalah masalah K3Membandingkan pelaksanaan SMK3 oleh dua kontraktor yang berbeda

Selesai

Mulai

Kesimpulan dan saran

Page 17: Proposal Tugas Akhir

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar penelitian ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang tepat dan

mudah dimengerti, maka disusun dengan sistematika penulisan sebagai

berikut :

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisi tentang latar belakang,

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan

masalah dan sistimatika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORITIS, bab ini

berisi tentang penerapan sistim manajemen keselamatan kerja

dan kesehatan kerja,tenaga kerja dan kecelakan kerja, konsep

keselamat kerja dan ketentuan hukum keselamat kerja.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini berisi tentang

pengumpulan data-data dengan beberapa cara yaitu observasi,

wawancara dan kuesioner.

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN, bab ini berisi

tentang data hasil pengumpulan dan analisa yang diperoleh dari

data observasi, wawancara dan kuesioner yang telah didapat dan

permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan pengumpulan

data.

BAB V PENUTUP, bab ini berisi tentang kesimpulan, dan saran-saran.

17

Page 18: Proposal Tugas Akhir

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009, Jamsostek, diperoleh tanggal 28 Agustus 2010 dari http://bataviase.co.id/node/150075.

Buchari, 2007, Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 “Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.”

Wirahadikusumah, R.D. Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia, Institut Teknologi Bandung Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Bandung

Santosa G, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan, Prestasi Pustaka, Jakarta.

Suma’mur, 1989, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Haji Masagung, Jakarta.

Tunggal H, 2007, Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Harvarindo, Jakarta.

Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 174/MEN/1986-104/KPTS/1986: ”Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.”

18