proposal tugas akhir
TRANSCRIPT
A. Latar Belakang
Pada prinsipnya tanggung jawab terhadap keselamatan dan kesehatan
kerja berada pada setiap orang individu atau organisasi yang terlibat
didalamnya. Dahulu, para ahli menganggap suatu kecelakaan murni
disebabkan oleh tindakan pekerja yang salah. Sekarang anggapan itu telah
bergeser, bahwa kecelakaan kerja bersumber kepada faktor-faktor organisasi
dan manajemen. Para pekerja dan pegawai mestinya dapat diarahkan dan
dikontrol oleh pihak manajemen sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang
aman. Sejalan dengan teori-teori penyebab kecelakaan kerja yang ada terbaru,
maka pihak manajemen harus bertanggungjawab terhadap keselamatan kerja
para pekerjanya.
Keselamatan dan kesehatan kerja dalam industri konstruksi, sering
diabaikan oleh para pelaksana konstruksi. Hanya sebagian kecil saja pekerja
yang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja dengan sungguh-
sungguh. Meskipun sistem keselamatan dan kesehatan kerja telah diterapkan
oleh kontraktor, kenyataan menunjukkan bahwa kecelakaan kerja masih sering
terjadi, baik kecelakaan kecil maupun kecelakaan besar.
Industri konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang
mempunyai resiko kecelakaan yang cukup tinggi. Berdasarkan data Jamsostek
yang diambil dari situs internet (http://bataviase.co.id/node/150075), pada
tahun 2009 terjadi 96.314 kasus kecelakaan kerja. Dari jumlah itu, korban
meninggal dunia mencapai 2.116 orang, cacat total 528 orang, cacat sebagian
2.640 orang, cacat fungsi 4.488 orang, dan yang berhasil sembuh adalah
86.542 orang. Kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi yang kurang memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja, jauh
lebih besar dibanding dengan proyek konstruksi yang melaksanakan
keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik.
Pelaksanaan proyek pembangunan jalan fly over yang dilaksanakan di
jalan Sudirman Pekanbaru terdiri dari 2 lokasi dikerjakan laksanakan oleh
kontraktor PT. Adhi Karya dan PT. Istaka Karya. Berlokasi di 2 tempat
Lokasi yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap kemungkinan
1
terjadinya kecelakaan kerja seperti kecelakaan lalu lintas, terkena arus listrik,
terkena benda tajam, tertimpa benda jatuh dan lain-lain. Berdasarkan uraian
diatas maka penulis akan meninjau mengenai pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja peranan pengawas lapangan dalam usaha-
usaha pencegahan kecelakaan kerja di proyek konstruksi pada proyek
pembangunan jalan fly over Jalan Sudirman Pekanbaru.
B. Perumusan Masalah
Apabila dilihat dari fungsi-fungsi manajemen, terdapat adanya fungsi
perencanaan, organisasi, pelaksanaan, dan pengawasan. Pada fungsi
perencanaan, disamping terfokus pada tugas operasional juga harus mencakup
usaha-usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3), yang dipersiapkan untuk
pencegahan terjadinya kecelakaan. Kemudianv perlu pula menganalisis
bahaya-bahaya apa saja yang mungkin akan timbul pada suatu pekerjaan dan
bagaimana mengatasinya. Pada masa ini keberhasilan suatu proyek juga
dilihat dari rendahnya tingkat kecelakaan yang terjadi pada saat pembangunan.
Pelaksanaan K3 yang baik juga merupakan indikator keberhasilan suatu
perusahaan konstruksi.Tanggung jawab harus digariskan dengan tegas agar
tidak terjadi kesimpangsiuran yang justru dapat membahayakan. Dalam suatu
kontrak kerja pekerjaan keinsinyuran konstruksi perlu adanya dibuat pasal
pasal yang mengatur secara preventif keselamatan kerja dengan menunjuk UU
dan peraturan yang berlaku (Yasin: 2003). Berdasarkan hal diatas, maka pada
penelitian ini akan mencoba meninjau peenerapan SMK3 pada suatu proyek
konstruksi pembangunan jalan fly over , yang mempunyai tingkat kesulitan
dalam pelaksanaan yang berbeda dengan proyek konstruksi lainnya seperti
gedung, bendungan, jalan raya, dan lain sebagainya. Apalagi pembangunan
jalan ini dilaksanakan di lokasi yang arus lalu lintasnya cukup ramai dan
berada di pusat kota. Dimana pekerjaan ini tentu saja akan menimbulkan
gangguan pada arus lalu lintas kota Pekanbaru. Kerugian yang diakibatkan
oleh kecelakaan kerja pada proyek konstruksi yang kurang memperhatikan
keselamatan dan kesehatan kerja, jauh lebih besar dibanding dengan proyek
2
konstruksi yang melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik.
Dalam tugas akhir ini akan dibahas perumusan masalah yang akan dibahas
masalah tersebut diatas dan diberi judul yaitu : Tinjauan Pelaksanaan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Proyek pembangunan fly
over Pekanbaru.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Melakukan peninjauan engkajian terhadap pelaksanaan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek pembangunan fly over di
Pekanbaru.
2. Mengidentifikasi masalah –masalah K3 apa saja yang timbul pada proyek
pembangunan jalan fly over Pekanbaru
Melakukan verifikasi atas kesesuaian antara peraturan keselamatan kerja
dengan implementasi dilapangan.
3. Membuat perbandingan terhadap dua perusahaan kontraktor dalam hal
pelaksanaan SMK3 pada proyek fly over yang sama.
Mencari penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
4. Mencegah terjadinya kecelakaan yang sama.
5. Meningkatkan kesadaran pengawas lapangan, kontraktor dan pekerja
terhadap pentingnya aspek keselamatan dalam proyek konstruksi.
D. Manfaat Penelitian
1. Dengan diketahui apa saja masalah masalah yang berkaitan dengan K3
pada suatu proyek fly over, maka akan dapat dicari solusinya untuk proyek
dimasa mendatang.
2. Memberi informasi kepada pihak pihak yang terkait tentang SMK3 yang
sangat bermanfaat dalam pelaksanaan dan kelancaran suatu proyek
konstruksi jalan fly over
E. Batasan Masalah
1. Masalah yang dibahas hanya berkisar pada penerapan K3 saja, hal lain
yang tidak berkaitan dengan K3 tetapi mempengaruhi jalannya proyek
tidak termasuk dalam lingkup pembahasan. Peranan Pengawas Lapangan
3
terhadap sistim manajement K3 pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over
Pekanbaru.
2. Pertanyaan hanya akan ditujukan kepada pihak pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan proyek tersebut, baik itu kontraktor, konsultan pengawas serta
pemilik proyek saja. Kajian Penerapan Pedoman program keselamatan dan
kesehatan kerja pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over Pekanbaru.
3 Tingkat motivasi pekerja dalam penerapan aturan keselamatan kerja.
E. Tinjauan Pustaka
1. Pengawasan dan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3)
Dalam undang-undang ketenagakerjaan (tuliskan nomor dan tahun UU
nya), aspek pengawasan masalah K3 dijelaskan dalam pasal XIV. Pengawasan
ketenagakerjaan dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang
harus memiliki kompetensi dan independensi. Pegawai pengawas perlu
merasa bebas dari pengaruh berbagai pihak dalam mengambil keputusan.
Disamping itu, unit kerja pengawasan ketenagakerjaan baik pada pemerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Tenaga Kerja.
Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-
perusahaan tidak dapat diselesaikan dengan pengawasan saja. Perusahaan-
perusahaan perlu berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan
menyediakan rencana yang baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau ”SMK3.” SMK3 ini merupakan
tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan oleh seluruh
tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam pelaksanaan pekerjaan,
agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk melaksanakan
program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif.Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga
inspektor/pengawas untuk memeriksa perusahaan-perusahaan dalam
4
menerapkan aturan mengenai SMK3. Para tenaga pengawas perlu melalukan
audit paling tidak satu kali dalam tiga tahun. Perusahaan- perusahaan yang
memenuhi kewajibannya akan diberikan sertifikat tanda bukti. Tetapi
peraturan ini kurang jelas dalam mendifinisikan sanksi bagi perusahaan-
perusahaan yang tidak memenuhi kewajibannya.
Berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai masalah K3, yaitu salah satunya dengan
memberikan apresiasi kepada para pengusaha yang menerapkan prinsip-
prinsip K3 dalam operasional perusahaan yang berupa penghargaan tertulis
serta diumumkan di media-media massa, seperti yang dilakukan oleh
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Departemen Tenaga
Tambahkan informasi mengenai SMK3 di bidang konstruksi
2. Tenaga Kerja dan Kecelakaan Kerja
a. Pengertian dan Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan. Menurut Suma’mur
(1989) kecelakaan kerja menyebabkan 5 jenis kerugian (K) :
a. Kerusakan.
b. Kekacauan organisasi.
c. Keluhan dan kesedihan.
d. Kelainan dan cacat.
e. Kematian.
Berbagai jenis kecelakaan yang terjadi akan menyulitkan
pengembangan metode klasifikasi dan pencatatan, padahal klasifikasi dan
pencatatan yang jelas akan memberikan informasi penting bagi pencegahan
kecelakaan kerja. Oleh karena itu pada tahun 1962 ILO (International Labour
Organization) menyelenggarakan konferensi yang mengusulkan untuk
melaksanakan studi tentang keadaan lingkungan di sekitar lingkungan kerja
dalam industri. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut ILO adalah sebagai
berikut :
5
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
1. Terjatuh.
2. Tertimpa benda jatuh.
3. Terjepit oleh benda bergerak.
4. Gerakan yang dipaksakan.
5. Terkena arus listrik.
6. Terkena suhu tinggi
7. Kontak dengan bahan-bahan yang berbahaya atau radiasi.
8. Lain-lain kecelakaan kerja yang tidak termasuk golongan ini.
b. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut penyebabnya :
1. Mesin.
2. Alat angkut dan alat angkat.
3. Peralatan lain (bejana bertekanan, instalasi pendingin, tangga, perancah
dan lain-lain)
4. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi.
5. Lingkungan kerja.
b. Tenaga Kerja Konstruksi
Undang – undang no. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang
sedang melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Dilihat dari bentuk hubungan kerja, tenaga kerja konstruksi dibedakan
menjadi :
a. Tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang direkrut dan
menandatangani ikatan kerja perorangan dengan perusahaan kontraktor.
b. Tenaga kerja borongan, yaitu tenaga kerja berdasarkan ikatan kerja yang
ada antara perusahaan penyedia tenaga kerja dengan kontraktor untuk
jangka waktu tertentu.
Dilihat dari segi keahlian dan pendidikannya tenaga kerja dibedakan menjadi
tiga golongan, yaitu :
6
a. Tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang tidak berpendidikan atau
berpendidikan rendah dan tidak mempunyai keahlian dalam suatu bidang
tertentu.
b. Tenaga kerja terampil, yaitu tenaga kerja yang mempunyai keahlian dan
pendidikan atau pengalaman kerja.
c. Tenaga kerja terdidik, yaitu tenaga kerja yang mempunyai pendidikan
yang tinggi dan ahli dalam bidang-bidang tertentu.
c. Sebab-Sebab Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja umumnya disebabkan oleh banyak faktor. Cara
penggolongan sebab-sebab kecelakaan kerja diberbagai negara tidak sama.
Namun ada kesamaan umum, bahwa kecelakaan disebabkan oleh dua
golongan penyebab, yaitu :
1. Tindakan perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (Unsafe
human actions).
2. Keadaan lingkungan yang tidak aman (Unsafe conditions).
Menurut Santosa (2004) contoh tindakan yang membahayakan dan
kondisi yang membahayakan antara lain :
1. Tindakan yang membahayakan :
a. Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan.
b. Bekerja melebihi jam kerja ditempat kerja.
2. Kondisi yang membahayakan :
a. Alat dan peralatan yang sudah tidak layak.
b. Kondisi suhu yang membahayakan.
Dari penyelidikan–penyelidikan didapatkan bahwa faktor manusia
dalam timbulnya kecelakaan sangat besar. Sekitar 80-85 % kecelakaan
disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan manusia.
d. Akibat Kecelakaan Kerja
7
Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian bagi perusahaan tempat
korban bekerja dan bagi korban itu sendiri. Kerugian bagi perusahaan antara
lain :
1. Biaya pengangkutan korban ke rumah sakit.
2. Hilangnya waktu kerja si korban dan rekan-rekan yang menolong sehingga
menghambat proses produksi.
3. Kemunduran mental para pekerja.
4. Mencari tenaga kerja baru.
5. Citra perusahaan menjadi jelek.
Bagi korban kecelakaan kerja dapat menyebabkan :
1. Meninggal dunia, yaitu apabila tenaga kerja berada di lokasi kerja karena
suatu kecelakaan kerja mengakibatkan pekerja tersebut meninggal dunia.
2. Cacat tetap, yaitu keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota tubuh
yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan berkurangnya
kemampuan untuk melakukan pekerjaan.
3. Cedera ringan, yaitu keadaan yang mengakibatkan pekerja tidak mampu
bekerja untuk sementara waktu.
e. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Secara umum kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang tidak dapat
diduga, setiap kecelakaan kerja dapat diduga dari semula apabila kondisi kerja
tidak memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu mencegah terjadinya kecelakaan
kerja adalah sangat baik. Berikut ini akan dijelaskan pencegahan yang dapat
dilakukan agar kecelakaan kerja tidak terjadi ataupun dapat diminimalisir
melalui :
1. Peraturan perundangan.
Peraturan perundangan yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi kerja, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, cara kerja peralatan industri, tugas pengusaha dan buruh,
supervise medis, dan pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi.
8
Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi atau
tidak resmi mengenai konstruksi, jenis-jenis peralatan industri, praktek-
praktek keselamatan kerja ataupun alat-alat perlindungan diri saat bekerja.
3. Pengawasan.
Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan perundang-
undangan.
4. Penelitian bersifat teknik.
Pelitian bersifat teknik meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
pelindung diri.
5. Riset medis.
Riset medis meliputi penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis
faktor-faktor lingkungan dan teknologi serta kondisi fisik yang
menyebabkan kecelakaan.
6. Riset psikologis.
Riset psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan kecelakaan.
7. Riset statistik.
Riset statistik yaitu untuk mengetahui jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya, siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabnya.
8. Pendidikan.
Pendidikan meliputi pelajaran subjek keselamatan sebagai kurikulum
dalam akademi teknik.
9. Pelatihan. yaitu praktek latihan khususnya bagi tenaga kerja baru dalam
hal keselamatan kerja.
10. Memotivasi.
Memotivasi yaitu melakukan penyuluhan untuk menimbulkan sikap untuk
selamat.
f. Perlengkapan dan Peralatan Penunjang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja
9
Pemakaian perlengkapan dan peralatan penunjang keselamatan dan
kesehatan kerja merupakan suatu hal yang sangat penting demi meminimalisir
terjadinya kecelakaan kerja. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi khususnya
kontruksi gedung bertingkat, pihak pelaksana harus menyediakan
perlengkapan dan peralatan keselamatan kerja yang meliputi :
1. Alat pelindung diri, antara lain :
a. Helm, dipakai oleh semua orang yang berada di area proyek.
b. Sepatu lapangan, dipakai oleh semua orang yang berada di area proyek.
c. Sarung tangan, dipakai oleh tukang besi, baja, las dan teknisi listrik.
d. Masker las, dipakai oleh tukang las.
e. Kaca mata, dipakai oleh tukang gerinda dan pekerjaan pengikisan.
f. Sabuk pengaman, dipakai oleh pekerja yang berada pada ketinggian.
2. Perlengkapan dan penunjang keselamatan kerja, meliputi :
a. Alat pemadam api.
b. Klinik K3 dan obat P3k.
c. Tandu.
d. Rambu peringatan.
f. Tempat sampah.
g. Mushalla.
3. Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja
a. Pengertian dan Tujuan Keselamatan Kerja
Menurut Suma’mur (1989) pengertian keselamatan kerja adalah
keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan
proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-
cara melakukan pekerjaan. Program keselamatan kerja merupakan suatu
bagian dari upaya perencanaan dan pengendalian proyek yang ditujukan untuk
pencegahan terhadap bahaya yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan kerja,
rusaknya material, peralatan ataupun konstruksi itu sendiri.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan : tiap-
tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
10
kemanusiaan. Suatu pekerjaan baru memenuhi kelayakan bagi kemanusiaan
apabila keselamatan kerja telah dijamin. Kematian, cacat, cidera, penyakit,
dan lain-lain sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan
bertentangan dengan dasar kemanusiaan, maka dari itu atas dasar landasan
UUD 1945 lahir undang-undang dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan dalam
keselamatan kerja, antara lain :
a. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenaga Kerja.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
Adapun tujuan keselamatan kerja antara lain :
a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan
pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas nasional.
b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
b. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan
Kerja Tahun 1992 Pasal 2). Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya
penyerasian antara pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya dalam
hal cara/metode kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk (Buchari,
2007) :
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja
disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.
11
c. Memberikan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang
sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
c. Kapasitas Kerja, Beban Kerja dan Lingkungan Kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga
komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan
serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja
yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan
kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan
agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Beban kerja
meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising, debu, zat kimia dan
lain-lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban
tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat
menimbulkan penyakit akibat kerja. Gangguan kesehatan pada pekerja dapat
disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang
tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh
bahaya kesehatan ditempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-
faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor lainnya.
4. Ketentuan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia
a. Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi
Adapun Undang-undang atau peraturan tentang keselamatan kerja
bidang konstruksi antara lain :
12
1. Peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/1980
tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.
2. Per.Men No.02 /MEN/1980 tentang pemeriksaan keselamatan tenaga kerja
dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.
3. Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga
Kerja No.Kep.174/MEN/1986-104/KPTS/1986 tentang keselamatan dan
kesehatan kerja pada tempat konstruksi.
Didalam peraturan Menteri tenaga kerja dan Transmigrasi No.
01/MEN/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi
bangunan terdapat persyaratan yang berlaku bagi seluruh tenaga kerja, umum
maupun tamu pada tempat kegiatan konstruksi bangunan antara lain :
1. Semua pekerja dan semua orang wajib mematuhi semua rambu
peringatan.
2. Pekerja harus memperhatikan dan mengindahkan petunjuk-petunjuk yang
diberikan oleh atasan dan harus berhati-hati terhadap semua orang yang
berada dalam ruang kerjanya.
3. Sebelum memulai pelaksanaan suatu pekerjaan, harus dipastikan bahwa
pekerja telah mendapatkan pengenalan/sosialisasi mengenai peraturan
umum keselamatan dari petugas K3 di tempat kegiatan kerja.
4. Semua kecelakaan dan kejadian harus dilaporkan pada petugas K3 di
tempat kegiatan kerja. Dalam hal terjadi luka pada seseorang, harus segera
menghubungi petugas K3. Petugas ini akan mengurus pengangkutan orang
yang terluka ke rumah sakit.
5. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) harus segera diberikan sesaat
setelah kejadian kecelakaan;
6. Semua peralatan dan alat bantu kerja harus telah dipastikan keamanannya
untuk digunakan.
7. Setiap pekerja wajib memelihara daerah kerja masing-masing agar selalu
dalam kondisi yang bersih dan sehat.
8. Setiap pekerja dilarang meninggalkan tempat bekerja tanpa ijin.
13
9. Setiap pekerja wajib memakai alat keselamatan kerja, seperti :
a. Helm pengaman.
b. Sepatu kerja.
c.Sarung tangan.
d. Pelindung pendengaran.
e.Kaca mata debu.
f. Pelindung pernafasan.
a. Sabuk pengaman dan tali/tambang sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan kerja.
b. Pelaksanaan Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah keselamatan
dan kesehatan kerja dilakukan oleh petugas pengawas ketenagakerjaan yang
harus memiliki kompetensi dan indepedensi. Petugas pengawas harus bebas
dari pengaruh berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Untuk
melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi
bangunan maka dikeluarkanlah Instruksi Menteri Tenaga Kerja No.
INST.05/M/RW/96 yang isinya antara lain :
1. Melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap
kegiatan konstruksi, dimulai pada tahap persiapan, pelaksanaan dan
penggunaan kontruksi
2. Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian terhadap semua peralatan yang
digunakan pada kegiatan konstruksi dan mensertifikasi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Membuat program pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
tenaga kerja pada setiap perusahaan konstruksi dalam rangka persiapan
penunjukan petugas keselamatan dan kesehatan kerja.
4. Mengkoordinir pelaksanaannya dengan kantor wilayah pekerjaan umum
dan perusahaan kontraktor yang tergabung dalam asosiasi kontraktor
Indonesia.
14
F. METODOLOGI PENELITIAN
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi pada proyek Pembangunan Jalan Fly Over
Pekanbaru (persimpangan Jalan Sudirman-Jalan T.Tambusai) dengan
panjang 350,00 meter dan persimpangan Jalan Sudirman- Jalan Imam
Munandar) dengan panjang 212,00 meter. yang terletak di jalan Sudirman
Pekanbaru.
2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Studi literatur
Menelaah berbagai literatur yang berhubungan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja, antara lain seperti buku, jurnal, majalah, buletin, internet
dan lain sebagainya
2. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam melaksanakan
penelitian antara lain :
a. Observasi lapangan
Melakukan peninjauan ke lokasi proyek dan memperoleh dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta
mendokumentasikan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Wawancara
Untuk mendapatkan kelengkapan data-data yang diperlukan, penulis
melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan kerja di lapangan.
c . Kuesioner
Mengajukan sejumlah pertanyaan dalam bentuk tertulis kepada sejumlah
responden. Jawaban kuesioner dikumpulkan dan dianalisa yang hasilnya
digunakan untuk mengkaji penerapan keselamatan dan kesehatan kerja.
15
3. Bagan alir penelitian ( Flow Chart )
16
Studi literatur dan pengumpulan data :
-Observasi
-Dokumentasi
-Kuesioner
Pembahasan :Tinjauan pelaksanaan SMK3 Identifikasi masalah masalah K3Membandingkan pelaksanaan SMK3 oleh dua kontraktor yang berbeda
Selesai
Mulai
Kesimpulan dan saran
G. SISTEMATIKA PENULISAN
Agar penelitian ini sesuai dengan kaidah penulisan ilmiah yang tepat dan
mudah dimengerti, maka disusun dengan sistematika penulisan sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisi tentang latar belakang,
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan
masalah dan sistimatika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA LANDASAN TEORITIS, bab ini
berisi tentang penerapan sistim manajemen keselamatan kerja
dan kesehatan kerja,tenaga kerja dan kecelakan kerja, konsep
keselamat kerja dan ketentuan hukum keselamat kerja.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini berisi tentang
pengumpulan data-data dengan beberapa cara yaitu observasi,
wawancara dan kuesioner.
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN, bab ini berisi
tentang data hasil pengumpulan dan analisa yang diperoleh dari
data observasi, wawancara dan kuesioner yang telah didapat dan
permasalahan yang ditemui selama pelaksanaan pengumpulan
data.
BAB V PENUTUP, bab ini berisi tentang kesimpulan, dan saran-saran.
17
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009, Jamsostek, diperoleh tanggal 28 Agustus 2010 dari http://bataviase.co.id/node/150075.
Buchari, 2007, Manajemen Kesehatan Kerja dan Alat Pelindung Diri, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Peraturan Pemerintah RI No. 14 Tahun 1993 “Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.”
Wirahadikusumah, R.D. Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia, Institut Teknologi Bandung Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Bandung
Santosa G, 2004, Manajemen Keselamatan dan Kesehatan, Prestasi Pustaka, Jakarta.
Suma’mur, 1989, Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan, Haji Masagung, Jakarta.
Tunggal H, 2007, Peraturan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Harvarindo, Jakarta.
Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep. 174/MEN/1986-104/KPTS/1986: ”Pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Tempat Kegiatan Konstruksi.”
18