proposal teknik sipil

25
D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi Proposal Proyek Akhir Redesain Gedung Bioskop Irama Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pracetak dan prategang sebagai metode konstruksi saat ini mulai banyak digunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan didalam pelaksanaannya, seperti waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih cepat serta kemudahan dalam pembuatan perawatan. Sebagai metode konstruksi, pembuatan pracetak dan prategang biasa dibuat di lapangan dengan kontrol kualitas yang lebih terjamin. Sedangkan sebagai metode konstruksi, pracetak dan prategang bukan lagi sebagai sesuatu hal yang sulit untuk dilaksanakan karena jenis dan kemampuan peralatan konstruksi, seperti sarana transportasi dan alat-alat berat sebagai pendukung mobilisasi mengalami perkembangan yang pesat untuk mendukung pelaksanaan konstruksi. Prategang sendiri biasanya digunakan pada bangunan berjalur panjang seperti jembatan dan basement. Pelaksanaannya dapat dibuat dengan metode pracetak atau cor setempat dengan kontrol yang berbeda – beda. Pada umumnya prategang dibuat sesuai dengan owner yang menginginkan kualitas yang baik dari struktur bangunannya. Mengingat di kota Banyuwangi sendiri masih belum ada metode yang menggunakan sistem pracetak dan prategang 1

Upload: fhayzal-jie

Post on 02-Dec-2015

417 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

UKIT

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pracetak dan prategang sebagai metode konstruksi saat ini mulai banyak

digunakan. Hal ini disebabkan adanya beberapa keuntungan didalam

pelaksanaannya, seperti waktu pelaksanaan konstruksi yang lebih cepat serta

kemudahan dalam pembuatan perawatan.

Sebagai metode konstruksi, pembuatan pracetak dan prategang biasa dibuat

di lapangan dengan kontrol kualitas yang lebih terjamin. Sedangkan sebagai

metode konstruksi, pracetak dan prategang bukan lagi sebagai sesuatu hal yang

sulit untuk dilaksanakan karena jenis dan kemampuan peralatan konstruksi,

seperti sarana transportasi dan alat-alat berat sebagai pendukung mobilisasi

mengalami perkembangan yang pesat untuk mendukung pelaksanaan konstruksi.

Prategang sendiri biasanya digunakan pada bangunan berjalur panjang seperti

jembatan dan basement. Pelaksanaannya dapat dibuat dengan metode pracetak

atau cor setempat dengan kontrol yang berbeda – beda. Pada umumnya prategang

dibuat sesuai dengan owner yang menginginkan kualitas yang baik dari struktur

bangunannya.

Mengingat di kota Banyuwangi sendiri masih belum ada metode yang

menggunakan sistem pracetak dan prategang dalam pelaksanaan bangunan

bertingkat maka ada bagusnya untuk menggunakan cara baru yang telah diakui

lebih bagus dalam segi kualitas yang lebih terjamin dan pemeliharaannya yang

terhitung lebih ringan. Sedangkan gedung bioskop yang direncanakan dengan

tinggi lantai 3 ini juga memakai tipe balok dan kolom yang sama atau struktur

ekuivalen pada perencanaannya maka sistem pracetak sangat ideal digunakaan

pada bangunan ini.

Masalah yang lainnya adalah saat Banyuwangi mengalami perubahan berarti

dari segi arsitektur seperti adanya berbagai macam bangunan dengan tingkat

kesulitan yang sudah cukup rumit seperti dermaga dan bangunan gedung

bertingkat. Dengan itu metode yang baru diharapkan akan lebih memicu

1

Page 2: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

masyarakat Banyuwangi agar bisa lebih bervariasi dalam metode

pelaksanaannya.

Dengan semua permasalahan yang terjadi dan berhubungan dengan

bangunan, maka bioskop irama juga merupakan proyek yang potensial untuk

dibuat redesain sehingga menjadi bangunan yang lebih diminati masyarakat dan

juga lebih meramaikan industri film khususnya di Banyuwangi. Dan dengan

semua masalah yang yang terjadi maka saya mengajukan judul proyek akhir

“Redesain Gedung Bioskop Irama dengan Sistem Beton Pracetak dan

Prategang”.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah yang akan ditemukan adalah:

1. Bagaimana cara membuat desain ulang dari Gedung Bioskop Irama

yang dulunya hanya 1 lantai menjadi setinggi 3 lantai dengan luasan

yang sama dengan metode beton pracetak.

2. Bagaimana cara merencanakan balok prategang yang merupakan solusi

dari gedung lantai 3 dengan fungsi gedung sebagai bioskop yang harus

tanpa kolom di bagian tengahnya.

1.3 Tujuan

Tujuan dari proyek akhir ini adalah untuk merencanakan ulang struktur

gedung bioskop irama banyuwangi dengan menyajikan alternatif penyelesaian

desain menggunakan beton pracetak dan prategang pada atap lantai 3.

1.4 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mendapatkan ilmu baru dari metode yang berbeda pada

pekerjaan gedung yang umum dan akhirnya diharapkan dapat diaplikasikan pada

saat lulus dan berada di dunia kerja.

2

Page 3: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

2. Bagi Instansi Pendidikan

Instansi Pendidikan dalam hal ini Politeknik Banyuwangi akan mendapatkan

referandum yang baru dan dapat dijadikan acuan untuk rangkaian perencanaan

berikutnya.

3. Bagi Masyarakat

Masyarakat akan mengetahui lebih lanjut tentang metode baru pada suatu

pekerjaan gedung dengan beton bertulang yang akhirnya dapat memicu untuk

dapat mempelajari lebih banyak tentang teknik sipil.

1.5 Batasan masalah

Batasan masalah proyek akhir ini pada perencanaan struktur berupa elemen

pracetak, prategang, dan beton bertulang biasa. Perencanaan struktur ini

mencakup komponen skunder dan primer.

Yang termasuk komponen primer adalah :

1. Balok induk

2. Kolom

3. Bangunan bawah berupa poer dan pondasi

Sedangkan yang termasuk komponen sekunder adalah :

1. Plat lantai

2. Balok anak

3. Tangga

Sebagai batasan masalah didalam perencanaan struktur Gedung Bioskop

Irama Banyuwangi adalah sebagai berikut :

1. Struktur portal bangunan direncanakan dengan menggunakan program

AutoCAD 2008.

2. Elemen struktur meliputi balok induk, balok anak, kolom dan pelat

direncanakan dengan beton pracetak.

3. Pada lantai 1 dan 2 difungsikan sebagai supermarket atau pertokoan.

4. Pada lantai 3 difungsikan sebagai bioskop dengan memakai model atap duct

dengan memakai elemen balok prategang.

5. Elemen portal direncanakan dengan menggunakan program SAP2000.

6. Elemen struktur tangga direncanakan dengan cor setempat.

3

Page 4: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

7. Tidak melakukan perhitungan beban lateral yang terjadi dari beban gempa

dan beban angin.

8. Pelat atap dibuat dengan rencana menggunakan gabungan dari metode

pracetak dan konvensional.

9. Pengaruh suhu dalam perencanaan diabaikan.

10. Tidak melakukan analisa biaya pada pelaksanaan konstruksi beton pracetak

dan cara konvensional untuk gedung ini.

11. Tidak memberikan pembahasan tentang metode pelaksanaan konstruksi,

tetapi akan ditunjukan detail penulangan elemen serta kontrol dalam

pelaksanaan.

12. Tidak melakukan perbandingan harga antara gedung dengan beton bertulang

biasa dan beton pracetak.

13. Tidak melakukan survey atas tempat pabrikasi beton pracetak yang akan

dipakai.

14. Tidak membuat denah arsitektural pada gedung yang akan dibuat.

1.6 Hasil yang diharapkan

Dari perencanaan yang akan dibuat diharapkan nantinya akan didapat suatu

rencana proyek gedung bioskop Irama dengan metode pracetak dan prategang

dalam bentuk gambar secara detail.

1.7 Metodologi

Dari data yang telah ada berupa data sekunder dibuat perhitungan struktur

primer dan sekunder yang didapatkan dari rumus empiris dari SNI 03 – 2847 –

2002. Lalu dibuat detail gambar sesuai dengan perencanaan yang telah dihitung.

1.8 Profil Proyek

Nama Proyek : Redesain Gedung Bioskop Irama Banyuwangi

dengan Sistem Pracetak dan Pretegang

Lokasi : Jalan Nusantara no. 9 Banyuwangi

Luas : 625 m2

Data – data : Terlampir

4

Page 5: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Redesain

Pengertian redesain disebutkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah desain ulang, perencanaan kembali, perlakuan terhadap suatu hasil karya

yang direncanakan secara menyeluruh meliputi desain dan pelaksanaan. Kata ini

berasal dari bahasa inggris (re-design) yang berarti sama.

Redesain adalah sebuah aktivitas yang melakukan pengubahan pembaharuan

dengan berpatokan dari wujud desain yang lama diubah menjadi baru, sehingga

dapat memenuhi tujuan-tujuan positif yang mengakibatkan kemajuan. Dapat

diartikan juga sebagai kegiatan perencanaan dan perancangan kembali suatu

bangunan sehingga terjadi perubahan fisik tanpa merubah fungsinya baik melalui

perluasan, perubahan maupun pemindahan lokasi (www.ilmusipil.com).

II.2 Pengertian Beton Pracetak

Pengertian pracetak atau precast disebutkan dalam beberapa sumber antara

lain adalah:

1. Menurut Plant Cast Precast And Prestressed Concrete (A Design Guide),

menyebutkan beton pracetak (precast concrete) adalah beton yang dicetak

dibeberapa lokasi (baik dilingkungan proyek maupun di pabrik) yang ada

akhirnya dipasang pada posisinya dengan suatu system sambungan sehingga

rangkaian elemen demi elemen beton pracetak menjadi satu kesatuan yang

utuh sebagai suatu struktur.

2. Dalam SKSNI T-15-1991-03 (pasal 3.9.1) disebutkan beton pracetak adalah

komponen beton yang dicor di tempat yang bukan merupakan posisi akhir di

dalam suatu struktur.

Pada perencanaan Gedung Bioskop Irama Banyuwangi ini akan dipakai tipe

pemodelan struktur sebagai building frames system. Building frame system yang

seperti pengertiannya disebutkan dalam peraturan UBC 1997 (Uniform Building

System) pasal 1629.6.3 yaitu sistem yang ada pada dasarnya memanfaatkan space

5

Page 6: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

frame untuk menjadi penahan beban gravitasi sedangkan penahan terhadap gaya

lateral dilakukan oleh shear wall atau braced frame.

II.3 Industri Beton Pracetak

Beton pracetak bisa sebagai material konstruksi dan metode konstruksi.

Sebagai material konstruksi, beton pracetak dapat diproduksi di lapangan dengan

kontrol kualitas yang lebih terjamin dan dapat dipakai sebagai unsur non

struktural atau unsur struktural. Dalam pemakaian beton pracetak, ada kontol

yang lebih besar dari bentuk permukaan yang tidak mudah diperoleh dengan

beton konvensional.

Sebagai metode konstruksi, sistem beton pracetak tidak sulit untuk

dilaksanakan dan dalam pelaksanaannya dapat mengurangi total waktu proyek

sejak unit-unit atau komponen-komponen pracetak disiapkan, sementara fase

atau item-item pekerjaan lain dapat dikerjakan seiring dengan proses pembuatan

pracetak.

II.2.1 Pabrikasi Yang Bersifat Sementara

1. Luas areal proyek cukup luas sehingga terdapat cukup tempat untuk

membuat maupun menyimpan bahan-bahan baku dan elemen-elemen

pracetak yang sudah jadi untuk menunggu gilirannya dipasangkan pada

struktur.

2. Lingkungan mendukung untuk pergerakan transportasi dari komponen

pracetak yaitu berkaitan dengan pengaturan letak tower crane, tempat

penyimpanan elemen pracetak dan tempat dipasangkannya elemen

pracetak pada struktur sehingga pelaksanaannya berjalan dengan lancar.

3. Tempat dan proses pabrikasi akan berakhir seiring dengan berakhirnya

proyek.

II.2.2 Pabrikasi Yang Bersifat Permanen

1. Pabriknya membutuhkan areal yang luas, karena produksi akan dilakukan

secara masal dan tentunya didukung dengan lokasi sumber bahan baku

yang relatif dekat dengan lokasi proyek.

6

Page 7: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

2. Proses berlangsungnya pabrikasi juga diharapkan tidak mengganggu dan

tidak menimbulkan polusi pada lingkunga sekitarnya.

3. Sarana jalannya juga diharapkan mendukung pergerakan dari bahan baku,

elemen pracetak yang sudah jadi, serta truk dan kendaraan berat lainnya

baik masuk maupun keluar dari elemen proyek.

II.4 Perencanaan Elemen Pracetak

Pada elemen struktur pracetak direncanakan sesuai dengan rumus yang sama

seperti struktur beton konvensional namun dengan ketentuan – ketentuan berikut

sesuai SNI 03–2847–2002 pasal 18:

1. Kolom pracetak harus mempunyai kekuatan nominal tarik minimum

sebesar 1,5Ag dalam kN. Untuk kolom dengan penampang yang lebih

besar dari pada yang diperlukan berdasarkan tinjauan pembebanan, luas

efektif tereduksi Ag’ yang didasarkan pada penampang yang diperlukan

tetapi tidak kurang dari pada setengah luas total, boleh digunakan.

2. Gaya-gaya boleh disalurkan antara komponen-komponen struktur

dengan menggunakan sambungan grouting, kunci geser, sambungan

mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor

setempat, atau kombinasi dari cara-cara tersebut. Kemampuan

sambungan untuk menyalurkan gaya-gaya antara komponen-komponen

struktur harus ditentukan dengan analisis atau dengan pengujian. Dalam

merencanakan sambungan dengan menggunakan bahan-bahan dengan

sifat struktural yang berbeda, maka daktilitas, kekuatan, dan kekakuan

relatifnya harus ditinjau.

3. Apabila elemen pracetak membentuk diafragma atap atau lantai, maka

sambungan antara diafragma dan komponen-komponen struktur yang

ditopang secara lateral oleh diafragma tersebut harus mempunyai

kekuatan tarik nominal yang mampu menahan sedikitnya 4,5 kN/m.

II.5 Beberapa Tipe Elemen Pracetak

II.5.1 Plat (Precast Slab)

1. Plat pracetak berlubang (hollow core slab)

7

Page 8: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

Pelat jenis ini biasanya memakai kabel pratekan. Kelebihan dari pelat jenis ini

adalah lebih ringan, durabilitas tinggi dan ketahanan terhadap api tinggi.

2. Plat pracetak tanpa berlubang (non hollow core slab)

Kelebihan dari pelat jenis ini adalah ketebalan pelatnya lebih tipis dan tidak

benyak makan tempat penumpukan. Jenis pelat yang dipakai adalah pelat

pracetak tanpa lubang.

II.5.2 Balok (Beam)

1. Balok berpenampang bentuk persegi (rectangular beams)

Kelebihan dari balok jenis ini adalah pabrikasi lebih mudah yaitu dengan

bekisting yang lebih ekonomis dan tidak perlu memperhitungkan tuangan akibat

cor sewaktu pelaksanaan.

2. Balok berpenampang bentuk u (u-shell beams)

Kelebihan dari balok jenis ini adalah lebih ringan, dapat dipakai pada bentang

yang lebih panjang dan penyambungan pada joint lebih monolit. Jenis balok

yang dipakai adalah balok berpenampang bentuk persegi.

II.5.3 Kolom (column)

Adapun pada pembuatan kolom pracetak dibuat dengan cetakan sepanjang

kira–kira per lantai untuk dibuat kolom pracetak. Dengan dibuat penopang pada

bagian sambungannya dengan balok. Pada bagian tulangan tidak terdapat

perbedaan pada kolom konvensional karena tidak ada pekerjaan tambahan pada

kolom pracetak setelah pemasangan.

II.6 Keuntungan Beton Pracetak

1. Ketebalan elemen kecil (shallow construction depth)

Dengan perencanaan yang baik dan kontrol yang baik akan diperoleh dimensi

yang lebih kecil jika dibandingkan dengan elemen cor setempat untuk ukuran

kekuatan elemen yang sama.

Dengan dimensi elemen yang lebih kecil, dari segi struktur bisa meringankan

berat struktur secara keseluruhan sehingga akan memperkecilbeban gempa yang

harus dipikul struktur.

8

Page 9: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

2. Daya dukung beban tinggi (high load capacity)

Memiliki kekuatan yang lebih tinggi guna menerima beban yang cukup berat

jika dibandingkan dengan elemen cor setempat dengan dimensi elemen yang

sama.

3. Keawetan (durability)

Dengan perencanaan yang baik akan dapat dicapai ukuran penampang yang

lebih kecil sehingga memliki kepadatan dan kekedapan air yang lebih tinggi

sehingga lebih tahan terhadap korosi, cuaca dan kerusakan-kerusakan lain,

khususnya kerusakan yang tergantung waktu.

4. Bentang panjang (long span)

Dengan perencanaan yang baik akan dapat dibuat bentang yang lebih panjang

bentang jika dibandingkan dengan elemen cor setempat dengan ukuran

penampang yang sama sehingga lebih leluasa untuk desain interior gedung.

5. Fleksibel untuk dikembangkan (flexibility for expansion)

Beton pracetak dapat diproduksi untuk penyedian fasilitas arah vertikal dan

horisontal secara lebih mudah. Misalnya untuk listrik, untuk saluran air kotor

dan lain sebagainya.

6. Sedikit perawatan (low maintenance)

Sebab memiliki kepadatan yang lebih tinggi sehingga lebih tahan terhadap

keropos dan korosi.

7. Penyediaannya mudah (ready availability)

Terutama untuk produksi massal dengan schedul pemasangan selama

pemesanan masih dibawah kapasitas produksi maksimum.

8. Ekonomis (economy)

Yaitu dapat menghemat material yang digunakan karena dengan perencanaan

yang baik akan dapat dihasilkan luasan penampang yang lebih kecil. Diperlukan

tenaga kerja yang lebih sedikit karena sebagian pekerjaan telah dilakukan di

pabrik yaitu elemennya sudah dicetak di pabrik, sehingga tidak diperlukan lagi

tenaga untuk pembuatan bekisting di proyek. Dan hal ini juga tentu saja dapat

menghemat waktu penyelesaian pekerjaan.

9

Page 10: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

9. Kontrol kualitas (quality control)

Karena produksinya di pabrik tentu saja kontrol kualitasnya lebih mudah

dilakukan. Dalam pelaksanaan kontrol kualitas merupakan program utama untuk

standar tinggi dari pabrikasi.

10. Transmisi kegaduhan rendah (low noise transmission)

Dikarenakan elemen sudah dikerjakan di pabrik, di lokasi tinggal dipasang.

11. Kontrol dari creep dan shrinkage (control of creep and shrinkage)

Elemen pracetak biasanya dirawat dalam tempat penyimpanan sesudah

dicetak 30 sampai 60 hari sebelum dikirim ke lokasi. Bagian terpenting 50 %

atau lebih pergerakan dari creep dan shrinkage jangka panjang mungkin terjadi

sebelum komponen-komponen tergabung dalam satu kesatuan struktur.

12. Kecepatan konstruksi (speed of construction)

Hal ini karena sebagian pekerjaan dapat atau telah dilakukan di pabrik

sehingga kecepatan akan relatif lebih cepat bila dibandingkan dengan beton

bertulang biasa yang dibuat di proyek.

II.7 Aplikasi Sistem Pracetak

Jenis-jenis elemen pracetak yang dipakai adalah sistem pabrikasi serta sistem

sambungannya adalah sebagai berikut :

1. Plat pracetak yang dipakai adalah pelat pracetak tidak berlubang.

2. Sambungan yang dipakai adalah sambungan basah (cor setempat) atau

sambungan kering (dengan pengelasan), disesuaikan dengan keperluan.

3. Pabrikasi elemen pracetak diasumsikan dibuat di lokasi lain yang terletak

tidak terlalu jauh dari lokasi proyek.

II.8 Elemen Prategang

Dalam hal ini kami melampirkan pengertian dari elemen struktur prategang

sebagai berikut:

1. Menurut Buku Desain Beton bertulang, Prategang adalah jenis beton

dengan menggunakan kabel tendon yang dibuat pada bagian dalamnya

yang difungsikan untuk model bangunan yang memakai balok yang

cukup panjang jangkauannya. Prategang dapat didefinisikan sebagai

10

Page 11: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

pemberian tegangan internal pada struktur yang sifatnya berlawanan

dengan tegangan yang terjadi pada struktur akibat beban layan atau beban

kerja.

2. Definisi beton pratekan atau prategang (prestressed concrete) menurut

buku T.Y LIN and NED H BURNS yaitu beton yang mengalami

tegangan internal, dengan besar dan distribusi sedemikian rupa sehingga

dapat mengimbangi tegangan yang terjadi akibat beban eksternal sampai

batas tertentu.

3. Definisi Beton Pratekan menurut SNI 03 – 2847 – 2002 yaitu beton

bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi

tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

4. Sedangkan menurut RSNI 03-2847-2002 20.2(2) menyatakan bahwa

Perencanaan komponen struktur beton prategang harus didasarkan pada

kekuatan dan perilaku komponen struktur pada kondisi beban kerja untuk

semua tahap pembebanan kritis yang mungkin selama masa layan struktur

sejak saat pertama prategang diberikan.

II.9 Kelebihan dan kekurangan beton prategang

Seperti yang telah dijelaskan tentang klasifikasi dan pengertian prategang

dapat dilihat bahwa prategang memungkinkan kita untuk memanfaatkan seluruh

penampang melintang batang dalam menahan beban. Maka akan didapat efisiensi

lebih dari segi besar dan panjang dibandingkan memakai beton bertulang biasa.

Kelebihan lainnya adalah beton prategang lebih kuat dengan menerima beban

layan yang tidak akan mengalami retak yang berakibat banyak pada umur beton

nantinya.

Adapun kekurangannya adalah diperlukan kontrol yang lebih ketat dari segi

pembuatannya. Dan juga diperlukan bahan baja dan beton bermutu tinggi untuk

membuat beton prategang yang memenuhi persyaratan. Kekurangan lain adalah

diperlukan biaya tambahan untuk pengangkuran dan plat pada ujung balok.

11

Page 12: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

II.10 Perencanaan beton prategang

Menurut SNI 03 – 2847 – 2002, perencanaan kekuatan komponen struktur

prategang terhadap momen lentur dan gaya aksial harus didasarkan pada asumsi

yang diberikan dalam beban lentur dan aksial. Dalam pemeriksaan tegangan

pada saat penyaluran gaya prategang, baik pada kondisi beban kerja, maupun

pada kondisi beban retak, boleh digunakan teori garis-lurus dengan asumsi

sebagai berikut:

(1) Regangan bervariasi secara linier terhadap tinggi untuk seluruh tahap

pembebanan.

(2) Pada penampang retak, beton tidak memikul tarik.

Pada bagian prategang bisa dipastikan ada kehilangan prategang yang mana

harus dihitung sedemikian rupa dengan dasaran dari SNI 03 – 2847 – 2002

dimana untuk menentukan nilai tegangan prategang efektif fse, harus

diperhitungkan kehilangan tegangan prategang akibat beberapa hal berikut:

(1) Dudukan angkur pada saat penyaluran gaya.

(2) Perpendekan elastis beton.

(3) Rangkak beton.

(4) Susut beton.

(5) Relaksasi tegangan tendon.

(6) Friksi akibat kelengkungan yang disengaja atau tidak disengaja dalam

tendon pasca-tarik.

Perhitungan beton prategang meliputi kuat lentur yang direncanakan dengan

cara Kuat momen rencana dari komponen struktur lentur harus dihitung dengan

metode perencanaan batas yang tercantum dalam tata cara ini. Dalam

perhitungan kekuatan dari tendon prategang, fy harus diganti dengan fps. Bila

tidak dihitung secara lebih teliti berdasarkan konsep kompatibilitas regangan,

nilai fps boleh didekati dengan formula berikut asalkan nilai fse tidak kurang dari

0,5 fpu.

a. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang dengan

lekatan penuh:

12

Page 13: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Gambar II.1 Skema penampang dalam keadaan lentur batas

Sumber Data: SNI 03–2847–2002

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

b. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang tanpa

lekatan dan dengan rasio perbandingan antara bentang terhadap tinggi

komponen struktur tidak lebih dari 35:

c. Untuk komponen struktur yang menggunakan tendon prategang tanpa

lekatan dan dengan suatu rasio bentang terhadap tinggi lebih besar dari

35:

Adapun skema penampang dalam keadaan lentur batas adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

a adalah tinggi blok tekan

Cs' adalah gaya pada tulangan tekan

Cc' adalah gaya tekan pada beton

εpi adalah regangan awal kabel prategang

Tp adalah gaya pada kabel prategang

Ts adalah gaya pada tulangan tarik

x adalah jarak garis netral dari serat tekan terluar

∆ εp adalah regangan kabel prategang akibat lentur

13

Page 14: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

Keseimbangan penampang :

a) Cs' + Cc' = Tp + Ts

Cs' = As' fs'

Cc' = 0,85 fc'ba

Tp = Ap.fps

Ts = As.fy

b)

jika tulangan tekan diabaikan:

Keterangan :

T s(d−a2 ) adalah momen nominal yang dipikul oleh tulangan tarik

T p(d p−a2 ) adalah momen nominal yang dipikul oleh kabel prategang

Presentase prategang:

Apabila penampang merupakan beton prategang penuh:

Adapun batasan – batasan yang telah disepakati oleh SNI telah dibuat dengan

batas dari tulangan non-prategang dan lainnya juga terdapat disana dan juga

harus dijadikan dasar bagi perencanaan struktur beton prategang.

14

Page 15: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

BAB III

METODOLOGI PERENCANAAN

III.1 Metode perencanaan

Metode atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam merencanakan

struktur gedung Bioskop Irama Banyuwangi ini adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan

perencanaan.

2. Pendefinisian obyek perencanaan yaitu penentuan gedung sebagai obyek

perencanaan, peruntukkan gedung dan lokasi dibangunnya gedung yang

dipakai untuk menentukan jenis tanah yang ada di lokasi tersebut.

3. Preliminary design yang mencakup perkiraan dimensi elemen struktur dan

juga penggambaran denah struktural dengan menggunakan program

AutoCAD 2008 dengan menggunakan gambar 2 dimensi.

4. Analisa pembebanan meliputi besarnya beban hidup dan beban mati sesuai

dengan ketentuan PPIUG 1983.

5. Pemodelan struktur meliputi :

1. Struktur utama dimodelkan sebagai building frame system, dimana gaya

gravitasi ditahan oleh space frame dan beban lateral ditahan oleh

shearwall dengan perletakan dasar jepit.

2. Lantai dimodelkan sebagai diafragma yang kaku dengan tumpuan yang

direncanakan sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002.

3. Tangga dimodelkan sebagai frame 3 dimensi dengan perletakan jepit dan

rol pada bagian bordes.

6. Analisa gaya-gaya dalam akibat pembebanan yang terjadi pada struktur :

1. Untuk analisa struktur utama dipakai software SAP2000 v10.0.01

2. Untuk analisa elemen tangga dipakai bantuan software SAP2000 v10.0.01

3. Untuk analisa struktur sekunder sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002.

7. Detail elemen struktur seperti detail penulangan dan perhitungan sambungan

sesuai dengan SNI 03 – 2847 – 2002.

8. Perhitungan pondasi dari struktur gedung.

15

Page 16: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Preliminary Design dan Asumsi Awal untuk Perencanaan

Perhitungan Struktur Primer Dan Sekunder

Detail Gambar Struktur yang telah Direncanakan.

FINISH

ya

tidak

Simpulan yang dihasilkan

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

9. Hasil perhitungan dibuat dalam bentuk tabel.

10. Bentuk struktur serta hasil perhitungannya akan dituangkan dalam bentuk

gambar.

III.2 Flow Chart Metodologi

16

START

Pengumpulan Literatur Dan Referensi

Kontrol

Page 17: Proposal teknik sipil

D3 Program Studi Teknik Sipil Politeknik Banyuwangi

Proposal Proyek AkhirRedesain Gedung Bioskop Irama

Dengan Sistem Beton Pracetak dan Prategang

DAFTAR PUSTAKA

Chu-Kia Wang dan Charles G. Salmon, Binsar Hariadja, 1989, Disain Beton

Bertulang, Jakarta, Penerbit Erlangga, edisi ke-4 Jilid 2.

Departemen Pekerjaan Umum, 1983, Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

Gedung, Bandung, Penerbit Direktorat Jenderal Cipta Karya.

2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, Jakarta,

Penerbit BSN, SNI 03-2847-2002.

PCI Industry Handbook Committee, 1992, PCI Design Handbook Precast and

Prestress Concrete,Chicago, PCI Precast/Prestressed Concrete Institut,

Fourth Edition.

17